90
16 PENGARUH KESADARAN LINGKUNGAN DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSBILITY DENGAN KOMITE AUDIT INDEPENDEN SEBAGAI PEMODERASI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LABA BUMN DI INDONESIA Disusun Oleh RONNY BAGUS WITJAKSONO NIM. 5514220001 TESIS Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Proposal Tesis PROGRAM STUDI PASCASARJANA MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS PANCASILA JAKARTA 2016

TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

16

PENGARUH KESADARAN LINGKUNGAN DAN CORPORATE SOCIAL

RESPONSBILITY DENGAN KOMITE AUDIT INDEPENDEN

SEBAGAI PEMODERASI DALAM MENINGKATKAN

KUALITAS LABA BUMN DI INDONESIA

Disusun Oleh

RONNY BAGUS WITJAKSONO

NIM. 5514220001

TESIS

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Proposal Tesis

PROGRAM STUDI PASCASARJANA MAGISTER AKUNTANSI

UNIVERSITAS PANCASILA

JAKARTA 2016

Page 2: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan mendasar bagi

pemilik, para investor, stakeholder dan calon investor untuk pengambilan

keputusan diantaranya investasi. Informasi dalam laporan keuangan sangat

bermanfaat bagi pengambilan keputusan adalah informasi yang relevan.

Informasi yang ada dalam laporan keuangan memungkinkan pemilik dan

stakeholder melakukan pengambilan keputusan secara rasional, karena

informasi yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Laporan keuangan

dapat memberikan informasi tentang pencapaian tujuan perusahaan.

Tujuan didirikan perusahaan adalah mencapai laba yang sebesar-

besarnya dan memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham

(stockholders). Tujuan perusahaan sebenarnya secara substansial tidak

banyak berbeda, hanya saja penekanan yang ingin dicapai oleh masing-

masing perusahaan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam era

globalisasi seperti sekarang ini persaingan yang semakin ketat, setiap

perusahaan berlomba untuk meningkatkan daya saing di berbagai sektor

untuk dapat menarik minat investor untuk berinvestasi. Oleh karena itu, nilai

perusahaan menjadi sangat penting karena dapat mencerminkan kinerja

perusahaan yang dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan.

Page 3: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

18

Peningkatan nilai perusahaan dapat memberikan sinyal positif kepada

investor untuk berinvestasi pada suatu perusahaan. Nilai perusahaan yang

tinggi akan membuat pasar (investor) percaya tidak hanya pada kinerja

perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan.

Menurut penelitian Utami (2011) bahwa kinerja keuangan yang diproksikan

oleh return on assets berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Nilai Return Of

Assets (ROA) yang tinggi diikuti dengan peningkatan nilai perusahaan.

Laporan keuangan mempunyai ciri : (a) dapat dipahami; kualitas

informasi yang ditampung dalam laporan keuangan dapat mudah dipahami

oleh para pemakai; (b) relevan; informasi yang disampaikan harus relevan

kebutuhan pemakai dalam pengambilan keputusan. (c) keandalan; berkualitas

dan penyajian yang tulus atau jujur. (d) dapat dibandingkan; laporan

keuangan dapat dipersandingkan antar periode waktu. Oleh karena itu,

pengukuran dan penyajian laporan keuangan dari transaksi dan peristiwa

lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut,

antara periode yang sama. Salah satu indikator relevansi suatu informasi

akuntansi adalah adanya reaksi investor pada saat diumumkannya informasi

tersebut, yang dapat diamati dari pergerakan harga saham. Salah satu

informasi akuntansi yang sampai saat ini masih merupakan perhatian utama

bagi investor adalah informasi laba akuntansi

Laporan keuangan selalu dikeluarkan secara periodic. Hasil laporan

keuangan yang mengumumkan laba perusahaan, maka akan diikuti perubahan

harga saham. Kecenderungan perubahan positif pada harga saham dan

Page 4: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

19

sebaliknya jika laba mengalami penurunan maka akan terjadi perubahan

negatif pada harga saham. Earnings response coefficient (ERC) merupakan

salah satu ukuran atau proksi yang digunakan untuk mengukur kualitas laba.

ERC merupakan model penilaian yang dapat digunakan untuk

mengindikasikan kemungkinan naik turunnya harga saham atas reaksi pasar

terhadap informasi laba yang diumumkan oleh perusahaan. Kuatnya reaksi

pasar terhadap informasi laba akan tercermin dengan tingginya ERC (kualitas

laba perusahaan tinggi), demikian sebaliknya.

Salah satu indikator relevansi suatu informasi akuntansi adalah

adanya reaksi investor pada saat diumumkannya informasi tersebut, yang

dapat diamati dari pergerakan harga saham. Salah satu informasi akuntansi

yang sampai saat ini masih merupakan perhatian utama bagi investor adalah

informasi laba akuntansi. Kualitas laba merupakan indikator dari kualitas

informasi keuangan. Kualitas informasi keuangan yang tinggi berasal dari

tingginya kualitas pelaporan keuangan. Menurut Bellovary, kualitas laba

sebagai kemampuan laba dalam merefleksikan kebenaran laba perusahaan

dan membantu memprediksi laba mendatang, dengan mempertimbangkan

stabilitas dan persistensi laba. Laba mendatang merupakan indikator

kemampuan membayar deviden masa mendatang.

Kualitas laba mulai dari laba bersih (net earnings). Laba bersih dasar

dalam melakukan penilaian terhadap kualitas laba. Analisis kualitas laba yang

berbeda akan menyebabkan pertimbangan-pertimbangan yang berbeda

mengenai karakteristik suatu laba. Menurut Seigel dalam menyusun

Page 5: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

20

karakteritik dalam menilai kualitas laba dengan sesuai dengan resiko yang

dimilki perusahaan, antara lain : Glamour, perubahan laba yang drastis,

menyolok (highly visible) dari mata publik dan pengaturan

pemerintah, perusahaan kesulitan memperoleh kredit, risk maximizer,

mempunyai kecenderungan resiko maksimum dalam industri, perusahaan

dalam jenis industri dengan karakteristik resiko tinggi, atau industri sedang

menurun (declining), kebijakan akuntansi yang liberal (bebas), sering

melakukan perubahan auditor, sering melakukan insider transactions,

mempunyai transaksi-transaksi dalam skala atau proporsi besar dengan

perusahaan (perusahaan dalam satu kelompok usaha (affiliates)), sering

melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak jujur (unfair) atau tidak etik

(unethical), dipimpin oleh individu yang sangat berkuasa dan mempunyai

peranan yang sangat dominan, memasuki bisnis yang tidak berkaitan dengan

bisnisnya, atau tidak mempunyai kemampuan dalam bisnis tersebut.

Untuk mengukur kualitas laba dapat dilakukan melalui kriteria

Earnings Quality Assessment (EQA). Kriteria EQA menyediakan ukuran

independen untuk melakukan assessmen terhadap kualitas laba perusahaan,

sehingga dapat diketahui kualitas laba dan mengevaluasi beberapa periode

laporan keuangan. Selain itu untuk model EQA dapat juga digunakan untuk

menilai stabilitas laba yang dapat membawa pada pemahaman yang lengkap

terhadap potensi laba masa datang. Kriteria yang digunakan adalah isu-isu

pengakuan pendapatan, rasio Laba kotor/penjualan, laba operasi/penjualan,

variabilitas laba, arus kas dari operasi melebihi pendapatan bersih, isu-isu

Page 6: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

21

pengakuan biaya, operating lease, penelitian dan pengembangan, biaya dan

manfaat pension. Laba di masa depan menjadi indikator kemampuan

membayar deviden masa mendatang. Untuk mengukur kualitas laba

menggunakan indicator antara lain kualitas laba didasarkan pada perbedaan

relatif persistensi akrual terhadap arus kas, estimasi kesalahan dalam proses

akrual, ketiadaan manajemen laba, dan konservatisme.

Hasil penelitian yang dilakukan Widayanti et al (2014) terhadap

perusahaan yang terdaftar BEI menunjukan bahwa peluang pertumbuhan

berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Sedangkan risiko, ukuran, dan

kualitas tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan berpengaruh

negatif terhadap kualitas laba. Sementara itu persistensi laba, kualitas auditor,

dan struktur modal tidak berpengaruh terhadap kualitas laba.

Dalam melakukan investasi terdapat berbagai pertimbangan

diantaranya faktor keuangan dan factor non keuangan. Faktor keuangan

merupakan faktor utama yang mempengaruhi nilai perusahaan (Mulianti,

2010). Namun, bagi investor faktor non keuangan juga sangat berpengaruh

terhadap kinerja perusahaan yang berdampak terhadap nilai perusahaan. Bagi

Investor corporate social responsibility (CSR) merupakan salah satu faktor

non keuangan yang sekarang ini perlu dipertimbangkan oleh perusahaan

dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan. CSR yang dilakukan secara

konsisten dalam jangka panjang akan meningkatkan legitimasi masyarakat

terhadap kehadiran perusahaan. Semakin banyak bentuk pertanggungjawaban

Page 7: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

22

yang dilakukan perusahaan terhadap lingkungannya, image perusahaan

menjadi meningkat.

Komisaris independen memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan dengan arah positif. Dapat disimpulkan bahwa keberadaan

komisaris independen dalam perusahaan dapat memantau dan meningkatkan

perusahaan dalam melaksanakan good corporate governance. Proporsi dewan

komisaris independen dapat memberikan kontribusi yang efektif terhadap

hasil dari proses penyusunan laporan keuangan yang berkualitas. Komite

audit tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Investor

mencoba melakukan mekanisme pengawasan melalui komite audit. Tidak

adanya pengaruh komite audit terhadap nilai perusahaan menunjukkan pada

prakteknya komite audit belum dapat menjalankan fungsinya dengan optimal.

Banyaknya jumlah anggota dalam komite audit bukan merupakan jaminan

bahwa kinreja suatu perusahaan akan membaik, sehingga investor

menganggap keberadaan komite audit bukanlah faktor yang dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan dalam mengapresiasi nilai perusahaan.

Sedangkan menurut Fauziah et.al (2014) komite audit tidak mampu secara

signifikan memoderasi pengaruh indeks CSR terhadap kualitas laba.

Peran CSR telah memberikan pengaruh terhadap perusahaan.

Berdasarkan hasil penelitian Susanto et al menunjukkan bahwa

pengungkapan Corporate Social Responsibility tidak memiliki pengaruh

signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini dapat dikarenakan perusahaan

belum mengkomunikasikan Corporate Social Responsibility secara tepat dan

Page 8: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

23

sebagian besar perusahaan publik hanya berfokus pada faktor keuangan. Hasil

ini juga menunjukkan bahwa pengungkapan Social Responsibility bukan

faktor penting yang dipertimbangkan investor dalam berinvestasi dalam suatu

perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian Fauziah et.al (2014) pengaruh CSR

terhadap kualitas laba perusahaan Indeks CSR berpengaruh positif signifikan

terhadap kualitas laba. Semakin tinggi indeks CSR maka semakin tinggi pula

kualitas laba perusahaan dan sebaliknya.

Perekonomian nasional pemerintah menjadi kuat harus terus

menggiatkan pembangunan infrastruktur. Perusahaan nasional yang bergerak

di bidang infrastruktur jumlahnya masih sangat terbatas, karena

membutuhkan modal yang besar dan sumberdaya manusia yang terampil.

Perusahaan konstruksi mempunyai karakteristik antara lain: proyek

konstruksi yang dinamis memerlukan proses pengelolaan proyek yang baik

yaitu pengelolaan, pengalokasian dan penjadwalan sumber daya dalam

proyek untuk mencapai sasaran yang dituju yaitu tepat biaya, tepat waktu

dan tepat mutu hasil. Perencanaan dan pengendalian yang baik, belum

menjamin terwujudnya sasaran proyek, selalu terdapat ketidakpastian atas

keputusan apapun yang diambil. Proyek konstruksi sangat penuh risiko, baik

risiko finansial maupun risiko manajerial, risiko finansial berkaitan dengan

kegagalan perusahan dalam merealisasikan rencana finansial yang telah

ditetapkan dan risiko manajerial adalah kegagalan impinan dalam

mengelola perusahan, yang pada akhirnya diukur dengan kegagalan

finansial.

Page 9: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

24

Hasil assessment implementasi Good Corporate Governance (GCG)

yang dilakukan oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan

(BPKP), PT PP (Persero) Tbk. memperoleh skor 91,16 dengan predikat

"sangat baik" dari maksimal skor 100 meningkat dari tahun

2014 dengan skor 87,71. Pencapaian ini merupakan pencapaian tertinggi

perseroan. Optimalisasi implementasi GCG di Perseroan terus dilakukan

untuk mencapai praktik terbaik melalui penguatan infrastruktur yang

dimiliki, penyesuaian sistem dan prosedur yang diperlukan dalam

mendukung pelaksanaan GCG yang semakin efektif.

Dewan Komisaris memberikan apresiasi atas komitmen seluruh

jajaran perseroan dalam menjalankan tata kelola perusahaan. Untuk

mengukur dan mengetahui tingkat implementasi GCG yang telah diterapkan,

perseroan melakukan assessment GCG secara berkala. Komitmen tersebut

telah ditunjukan dengan ikut berperan aktif dan terlibat langsung dalam

proses assesment tersebut. Assessment GCG dilaksanakan dengan mengikuti

parameter yang ditetapkan dalam Keputusan Sekretaris Menteri BUMN

Nomor SK-16/S. MBU/2012 tanggal 6 Juni 2012. Secara khusus, Dewan

Komisaris telah meningkatkan area implementasi yang menjadi bagian

tanggung jawab Dewan Komisaris maupun organ pendukung Dewan

Komisaris. Bentuk perbaikan implementasi antara lain : peningkatan kualitas

dalam penyusunan program kerja, pelaksanaan fungsi pengawasan dan

konsultasi yang dilaksanakan pada rapat koordinasi dalam internal

Dewan Komisaris maupun dengan Direksi, serta melaksanakan evaluasi,

Page 10: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

25

rekomendasi dan memberikan persetujuan atas beberapa keputusan dan

investasi yang bersifat strategis. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab

selaku Dewan Komisaris berpedoman pada Pedoman GCG dan Board

Manual yang telah di tetapkan Dewan Komisaris.

Komite Audit yang menjadi penunjang kerja pengawasan Dewan

Komisaris telah bekerja secara optimal melakukan evaluasi dan analisis

terhadap kebijakan-kebijakan manajemen serta mengusulkan konsep

rekomendasi (arahan) Dewan Komisaris kepada Direksi sesuai tugas

pengawasan Dewan Komisaris. Dalam setiap rapat gabungan dan pada

kondisi-kondisi tertentu, Dewan Komisaris memberikan data analisis dan

rekomendasi berdasarkan masukan salah satunya dari Komite Audit.

Nilai perusahaan tidak hanya dipengaruhi oleh pengungkapan

Corporate social responsibility. Good Corporate Governance merupakan

faktor non keuangan lainnya yang saat ini banyak dipertimbangkan oleh

investor dalam menilai suatu perusahaan (Sari dan Riduan, 2011).

Pelaksanaan Good Corporate Governance yang baik dan sesuai dengan

peraturan yang berlaku akan membuat investor merespon secara positif

terhadap kinerja perusahaan dan meningkatkan nilai pasar perusahaan (Retno

dan Priantinah, 2012).

Ketika perusahaan mengumumkan laba yang mengalami kenaikan

maka akan terjadi kecenderungan perubahan positif pada harga saham dan

sebaliknya jika laba mengalami penurunan maka akan terjadi perubahan

negatif pada harga saham. Earnings response coefficient (ERC) merupakan

Page 11: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

26

salah satu ukuran atau proksi yang digunakan untuk mengukur kualitas laba.

ERC merupakan model penilaian yang dapat digunakan untuk

mengindikasikan kemungkinan naik turunnya harga saham atas reaksi pasar

terhadap informasi laba yang diumumkan oleh perusahaan. Kuatnya reaksi

pasar terhadap informasi laba akan tercermin dengan tingginya ERC (kualitas

laba perusahaan tinggi), demikian sebaliknya (Sayekti dan Sensi, 2007).

Kenaikan laba perusahaan tidak selalu diikuti dengan kenaikan harga

sahamnya dan sebaliknya. Pada saat laba mengalami penurunan, harga saham

tidak selalu mengalami penurunan.

Kualitas laba merupakan sesuatu yang sentral dan penting dalam

dunia akuntansi karena berdasar kualitas laba tersebut profesi akuntansi

dipertaruhkan. Investor, kreditor dan para pemangku kepentingan lainnya

mengambil keputusan salah satunya berdasar pada laporan keuangan, apabila

kualitas laba yang disajikan tidak dapat di andalkan maka para pemangku

kepentingan tidak dapat percaya lagi pada profesi akuntansi. Oleh karena itu

berbagai upaya dan studi terus dilakukan agar dapat menyusun laporan

keuang-an dengan kualitas laba yang tinggi. Para akuntan publik mengaudit

dengan baik, untuk meyakinkan bahwa laporan keuangan disusun secara

wajar sehingga laba yang disajikan berkualitas.

Begitu juga berbagai pihak atau pemakai laporan keuangan

mengharapkan laporan keuangan mem-punyai kualitas laba yang tinggi

karena digunakan sebagai salah satu dasar untuk pengambilan keputusan

kontrak, in- vestasi maupun lainnya. Berbagai teknik akuntansi dan auditing

Page 12: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

27

dikembangkan juga dengan tujuan yang bermuara pada penyajian laporan

keuangan atau penyajian laba yang berkualitas. Berbicara tentang kualitas

laba akan berhubungan dengan bagaimana laba itu “dihasilkan”. “dihasilkan”

berarti laba tersebut meruapkan suatu bentuk hasil pertanggungjawaban

penyusun laporan keuangan, dalam hal ini manajemen perusahaan. Hal ini

berarti laba yang dilaporkan perusahaan adalah hasil dari penggunaan teknik-

teknik pelaporan tertentu yang dipilih oleh manajemen perusahaan. Teknik-

teknik itulah yang umumnya disebut manajemen laba (earning management).

Penelitian Mulyani dkk. (2007) menunjukkan rata-rata nilai ERC 0,03

dengan deviasi standar 0,007. Nilai ratarata ERC yang rendah tersebut

menunjukkan bahwa terdapat factor-faktor lain di luar laba yang direspon

oleh investor. Dengan demikian ada berbagai faktor yang dapat

mempengaruhi kualitas laba yang dilihat dari sudut pandang relevansi nilai.

Dalam penelitian sebelumnya faktor-faktor tersebut meliputi persistensi laba,

peluang pertumbuhan, risiko, ukuran perusahaan, kualitas CSR, kualitas

auditor, dan struktur modal perusahaan. Berbagai penelitian yang telah

dilakukan masih menunjukkan ketidakkonsistenan hasil. Penelitian ini

mengacu pada Imroatus Solihah (2013) dengan menggunakan variabel

independen persistensi laba, peluang pertumbuhan, risiko, kualitas CSR, dan

struktur modal. Ukuran perusahaan dan kualitas auditor pada penelitian

sebelumnya telah digunakan sebagai variabel independen sebagai faktor yang

dapat mempengaruhi kualitas laba, dan hasil penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan kualitas auditor memberikan

Page 13: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

28

pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba yang diproksikan dengan

ERC

Dalam beberapa dekade terakhir masyarakat semakin sadar akan

pentingnya menjaga lingkungan. Salah satu upaya untuk menjaga lingkungan

adalah dengan melibatkan dunia usha swasta. Melalui program PKBL dari

perusahaan BUMN dapat membantu program perbaikan lingkungan melalui

program CSR. Program penanaman pohon dan konservasi mangrove yang

dilaksanakan melalui aksi langsung penanaman, pembagian bibit pohon

kepada warga dalam sejumlah kegiatan masyarakat dan kampanye

lingkungan. Dalam program CSR dilakukan kegiatan antara lini:

pendistribusian bibit di Jakarta dan di wilayah-wilayah lainnya. Penanaman

pohon-pohon tersebut di berbagai area, termasuk lahan kritis dan perkotaan.

Jenis tanaman bervariasi, dari pohon produktif seperti mangga, rambutan,

belimbing, juga mangroove dan pohon pelindung seperti

Padapenelitian Imroatus Solihah (2013), variabel peluang

pertumbuhan tidak mempengaruhi kualitas laba yang diproksikan dengan

ERC karena sampel perusahaan yang digunakan memiliki karakteristik yang

berbeda-beda. Agar peluang pertumbuhan dapat mempengaruhi ERC,

Imroatus Solihah (2013) menganjurkan untuk mengelompokkan perusahaan

sampel berdasarkan subsektornya pada penelitian selanjutnya agar hasil yang

diperoleh dapat signifikan. Tetapi apabila perusahaan tersebut dikelompokkan

lagi kedalam subsektornya, sampel perusahaan menjadi semakin sempit.

Page 14: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

29

Perusahaan yang termasuk dalam tipe industri high profile menurut

Dirgantari (2002) adalah perusahaan yang termasuk dalam sektor industri

primer dan sekunder yaitu perusahaan yang memproduksi barang. Pemilihan

perusahaan high profile berdasarkan karakteristiknya lebih banyak mendapat

perhatian dari masyarakat akibat kegiatan operasional perusahaan yang

mengolah bahan baku.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis memilih judul

penelitian Pengaruh Kesadaran Lingkungan dan Corporate Social

Responsbility dengan Komite Audit sebagai Pemoderasi dalam

Meningkatkan Kualitas Laba BUMN.

1.2 Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

a. Apakah kesadaran lingkungan berpengaruh terhadap kualitas laba

BUMN ?

b. Apakah pengaruh lingkungan dalam kegiatan Corporate Social

Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap kualitas laba BUMN ?

c. Apakah kegiatan Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap

kualitas laba BUMN ?

d. Apakah Dewan Komisaris berpengaruh terhadap kualitas laba BUMN ?

e. Apakah Komite Audit berpengaruh terhadap kualitas laba BUMN ?

Page 15: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

30

1.2.2 Pembatasan Masalah

a. Penelitian dilakukan pada kegiatan Corporate Social Responsibility

lingkungan.

b. Penelitian dilakukan pada BUMN yang bergerak di bidang konstruksi.

c. Penelitian dilakukan pada kegiatan Corporate Social Responsibility

BUMN konstruksi Tahun 2013 - 2015.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang dapat

dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1) Apakah kesadaran lingkungan berpengaruh terhadap kualitas laba

BUMN ?

2) Apakah Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap

kualitas laba BUMN ?

3) Apakah Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap

Kualitas Laba ketika dimoderasi oleh Komite Audit Independen ??

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari

penelitian ini untuk menganalisis

1) Kesadaran lingkungan berpengaruh terhadap kualitas laba BUMN.

2) Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap kualitas laba

BUMN.

Page 16: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

31

3) Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap Kualitas Laba

ketika dimoderasi oleh Komite Audit Independen.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk meningkatkan

wawasan dan pengetahuan tentang kualiats laba BUMN di Indonesia . Hal

lainnya adalah memberikan kontribusi sebagai bahan referensi untuk

penelitian sejenis.

1.5.2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah berupa

pengetahuan dan wawasan mengenai pengaruh pemguatan lingkungan

hidup dan Corporate Social Responsibility terhadap kualitas laba BUMN

dengan komite audit sebagai variabel pemoderasi.

b. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat

untuk pertimbangan dalam rangka meningkatkan kualitas BUMN.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi

kemajuan akademis dan dapat dijadikan acuan atau referensi untuk

penelitian berikutnya.

Page 17: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

32

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1. Stakeholders

Menurut Freeman (1984), stakeholder sebagai “any group or

individual who can affect or be affected by the achievement of an

organization’s objective.” bahwa stakeholder merupakan kelompok maupun

individu yang dapat memengaruhi atau dipengaruhi oleh proses pencapaian

tujuan suatu organisasi.Perusahaan beroperasi tidak hanya untuk menaikan

nilai perusahaan dan kesejahteraan pemilik perusahaan. Stakeholder

perusahaan tidak terbatas pada manajemen perusahaan dan pemilik saham

perusahaan saja, tetapi harus memperhatikan pihak-pihak yang terpengaruh

langsung maupun tidak langsung oelh keberadaan perusahaan. Menurut

teori stakeholder (Ghazali dan Chariri, 2007) bahwa perusahaan bukanlah

entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus

memberikan manfaat bagi stakeholder.

Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan atau memiliki

kemampuan untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang

digunakan perusahaan. Stakeholder perusahaan terdiri dari pemegang

saham, kreditor, konsumen, pemasok, karyawan, dan komunitas lain seperti

masyarakat yang merupakan bagian dari lingkungan sosial. Bila

stakeholder mengendalikan sumber-sumber ekonomi yang penting bagi

Page 18: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

33

perusahaan, maka perusahaan akan bereaksi dengan cara-cara yang dapat

memuaskan keinginan stakeholder (Ullman,1985:552). Kelangsungan hidup

perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut

harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan

tersebut. Makin berkuasa stakeholder, maka makin besar usaha yang harus

dilakukan perusahaan untuk beradaptasi.

Berbagai upaya yang harus dilakukan perusahan untuk memenuhi

kebutuhan stakeholder. Salah satu upaya adalahmelakukan investasi

lingkungan. Investasi lingkungan yang dilakukan dianggap sebagai bagian

dari tanggung jawab perusahaan terhadap stakeholder. Perusahaan harus

memberikan manfaat kepada seluruh stakeholder-nya (pemegang saham,

kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis, dan pihak

lain). Teori stakeholder mempunyai hubungan dengan tanggungjawab

sosial perusahaan terhadap lingkungan perusahaan berada. Tanggung jawab

perusahaan tidak hanya terbatas untuk memaksimumkan laba dan

kepentingan pemegang saham, namun juga harus memperhatikan

masyarakat, pelanggan, dan pemasok sebagai bagian dari operasi

perusahaan itu sendiri. Pemegang saham yang mempunyai hak terhadap

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan, maka

stakeholder juga mempunyai hak yang sama terhadap perusahaan. Oleh

karena itu

Perusahaan melaksanakan secara sukarela investasi terhadap lingkungan

perusahaan untuk membuktikan kepada masyarakat akan kepedulian

Page 19: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

34

perusahaan tersebut dalam menjaga lingkungan dan memberikan nilai

tambah serta manfaat bagi masyarakat. . Perkembangan bisnis di era modern

menuntut perusahaan untuk lebih memerhatikan seluruh pemangku

kepentingan yang ada dan tidak terbatas hanya kepada pemegang saham.

Hal ini selain merupakan tuntutan etis, juga diharapkan akan mendatangkan

manfaat ekonomis dan menjaga keberlangsungan bisnis perusahaan. Dari

perspektif hubungan antara perusahaan dengan seluruh pemangku

kepentingan inilah teori stakeholder kemudian dikembangkan.

Pengelolaan perusahaan berdasarkan perspektif teori stakeholder

mempunyai beberapa pertimbangan , yakni : (1) argumen deskriptif ;

perusahaan dalam beroperasi harus memberikan perhatian penuh tidak saja

pada Kualitas Laba keuangan perusahaan, akan tetapi tugas manajemen

lebih luas dari itu. Untuk dapat memperoleh hasil yang konsisten, manajer

harus memberikan perhatian pada produksi produk-produk berkualitas

tinggi dan inovatif bagi para pelanggan mereka, menarik dan

mempertahankan karyawan-karyawan yang berkualitas tinggi, serta

mentaati semua regulasi pemerintah yang cukup kompleks. Secara praktis,

manajer juga mengarahkan energi mereka terhadap seluruh pemangku

kepentingan perusahaan berada, (2) argumen instrumental; bahwa

manajemen perusahaan harus mempertimbangkan hak dan memberi

perhatian stakeholder sehingga akan menghasilkan Kualitas Laba yang

lebih baik; (3) argumen normatif ; manajemen perusahaan harus

memperhatikan stakeholder merupakan merupakan hal yang benar.

Page 20: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

35

Perusahaan menguaasi dan mengendalikan banyak sumber daya.

Perusahaan mempunyai istimewa ini sehingga ada kewajiban bagi

perusahaan yang harus dipenuhi terhadap seluruh stakeholder.

Berdasarkan kepentingan stakeholder terhadap perusahaan, maka

dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Stakeholders Internal dan stakeholders eksternal.

Stakeholders internal adalah stakeholders yang berada di dalam

lingkungan organisasi. Seperti karyawan, manajer dan pemegang

saham (shareholder). Sedangkan stakeholders eksternal adalah

stakeholders yang berada di luar lingkungan organisasi, seperti penyalur

atau pemasok, konsumen atau pelanggan, masyarakat, pemerintah, pers,

kelompok social responsible investor, licensing partner dan lain-lain.

b. Stakeholders primer, sekunder dan marjinal.

Keterbatasan yang dimiliki perusahaan, maka perusahaan harus

menyusun skala prioritas. Stakeholders yang paling penting disebut

stakeholder primer, stakeholders yang kurang penting disebut

stakeholders sekunder dan yang bisa diabaikan disebut stakeholders

marjinal. Urutan prioritas ini berbeda bagi setiap perusahaan meskipun

produk atau jasanya sama. Urutan ini juga bisa berubah dari waktu ke

waktu.

c. Stakeholders tradisional dan stakeholders masa depan.

Karyawan dan konsumen dapat disebut sebagai stakeholders tradisional,

karena saat ini sudah berhubungan dengan organisasi. Sedangkan

Page 21: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

36

stakeholders masa depan adalah stakeholders pada masa yang akan

datang diperkirakan akan memberikan pengaruhnya pada organisasi

seperti mahasiswa, peneliti dan konsumen potensial.

d. Proponents, opponents, dan uncommitted.

Dalam stakeholders yang ada terdapat kelompok yang memihak

organisasi (proponents), menentang organisasi (opponents) dan ada

yang tidak peduli atau abai (uncommitted). Organisasi perlu mengenal

stakeholders yang berbeda-beda ini agar dapat melihat permasalahan,

menyusun rencana dan strategi untuk melakukan tindakan yang

proposional.

e. Silent majority dan vokal minority.

Berdasarkan aktivitas stakeholders dalam melakukan komplain atau

mendukung perusahaan, tentu ada yang menyatakan pertentangan atau

dukungannya secara vocal (aktif) namun ada pula yang menyatakan

secara silent (pasif).

2.2. Akuntansi Lingkungan

2.2.1 Definisi Akuntansi Lingkungan

Dari teori legitimasi dan stakeholder yang telah diuraikan di atas, dapat

ditarik benang merah bahwa organisasi atau perusahaan membutuhkan akuntansi

lingkungan di dalam penyajian laporan keuangan untuk menunjukkan legitimasi

mereka terhadap para stakeholders. Menurut Umami (2010) pengertian

akuntansi lingkungan dijabarkan sebagai berikut:

Page 22: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

37

Akuntansi lingkungan merupakan bagian dari bidang akuntansi yang

menyediakan laporan baik untuk pengguna internal maupun eksternal.

Untuk pihak internal, akuntansi lingkungan dapat membantu membuat

keputusan manajemen dalam hal harga, pengendalian overhead, dan

penganggaran modal. Sedangkan untuk pengguna eksternal untuk

pengungkapan informasi lingkungan kepada masyarakat dan komunitas

keuangan.

Sedangkan menurut Pratiwi (2013) mengatakan bahwa akuntansi

lingkungan adalah:

Suatu istilah yang berupaya untuk mengelompokkan pembiayaan

yang dilakukan perusahaan dan pemerintah dalam melakukan konservasi

lingkungan ke dalam pos lingkungan dan praktik bisnis perusahaan.

Akuntansi lingkungan juga dapat dianalogikan sebagai suatu kerangka

kerja pengukuran yang kuantitatif terhadap kegiatan konservasi

lingkungan yang dilakukan perusahaan.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi lingkungan

merupakan alat komunikasi organisasi baik kepada pengguna internal maupun

eksternal dari kegiatan konservasi yang dilakukan oleh perusahaan.

2.2.2. Tujuan, Fungsi, dan Peran Akuntansi Lingkungan

Tujuan dari akuntansi lingkungan adalah untuk meningkatkan jumlah

informasi relevan yang dibuat bagi mereka yang memerlukan atau dapat

menggunakannya. Selain itu, tujuan lainnya berkaitan dengan kegiatan-kegiatan

konservasi lingkungan oleh perusahaan maupun organisasi lainnya, yaitu

mencakup kepentingan organisasi publik dan perusahaan-perusahaan publik yang

bersifat lokal. Akuntansi lingkungan selanjutnya menjadi bagian dari suatu sistem

sosial perusahaan. Di samping itu, maksud dan tujuan dikembangkannya

akuntansi lingkungan antara lain meliputi: 1) Akuntansi lingkungan merupakan

Page 23: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

38

sebuah alat manajemen lingkungan; dan 2) Akuntansi lingkungan sebagai alat

komunikasi dengan masyarakat (Ikhsan, 2008).

Menurut Ikhsan (2008), terdapat dua fungsi akuntansi lingkungan, yaitu

fungsi internal dan eksternal. Fungsi internal memungkinkan untuk mengatur

biaya konservasi lingkungan dan menganalisis biaya dari kegiatan-kegiatan

konservasi lingkungan yang efektif dan efisien serta sesuai dengan pengambilan

keputusan. Dalam fungsi internal ini diharapkan akuntansi lingkungan berfungsi

sebagai alat manajemen bisnis yang dapat digunakan oleh manajer ketika

berhubungan dengan unit-unit bisnis.

Sedangkan fungsi eksternal memberi kewenangan bagi perusahaan untuk

mempengaruhi pengambilan keputusan stakeholders, seperti pelanggan, rekan

bisnis, investor, penduduk lokal maupun bagian administrasi. Oleh karena itu,

perusahaan harus memberikan informasi tentang bagaimana manajemen

perusahaan mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada pemilik atas

pemakaian sumber ekonomi yang dipercayakan kepadanya. Diharapkan dengan

publikasi hasil akuntansi lingkungan akan berfungsi dan berarti bagi perusahaan-

perusahaan dalam memenuhi pertanggungjawaban serta transparansi mereka bagi

para stakeholders yang secara simultan sangat berarti untuk kepastian evaluasi

dari kegiatan konservasi lingkungan.

Peran akuntansi lingkungan menurut Pratiwi (2013) adalah memberikan

tambahan informasi melalui pengungkapan (disclosure) wajar atau dalam data

kuantitatif pada komponen laporan keuangan yang diterbitkan secara berkala serta

Page 24: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

39

menunjukkan kegiatan dan hasil operasional perusahaan yang mencakup dimensi

ekonomi, sosial, dan lingkungan.

2.2.3. Unsur-unsur Akuntansi Lingkungan

Ikhsan (2008) membagi akuntansi lingkungan menjadi tiga unsur:

1. Biaya Lingkungan

Biaya lingkungan pada dasarnya berhubungan dengan biaya produk,

proses, sistem, atau fasilitas penting untuk pengambilan keputusan

manajemen yang lebih baik. Tujuan perolehan biaya adalah bagaimana cara

mengurangi biaya-biaya lingkungan, meningkatkan pendapatan, dan

memperbaiki Kualitas Laba lingkungan dengan memberi perhatian pada

situasi sekarang, masa yang akan datang, dan biaya-biaya manajemen yang

potensial. Oleh karena itu, bagaimana suatu perusahaan menggambarkan

biaya lingkungan tergantung bagaimana niat untuk menggunakan informasi

dan skala atau lingkup dari pelatihan. Apalagi, mungkin tidak selalu jelas

apakah suatu biaya dikelompokkan pada biaya “lingkungan” atau tidak.

Beberapa biaya dimasukkan ke dalam zona kelabu atau mungkin

diklasifikasikan pada sebagian lingkungan dan sebagian bukan.

Jenis biaya lingkungan yang secara potensial tersembunyi dari manajer.

Pertama, biaya lingkungan yang berasal dari awal, terdiri dari kedudukan,

desain dari produk lingkungan yang lebih baik atau proses kualifikasi dari

supplier, evaluasi alternatif peralatan pengendalian polusi, dan seterusnya.

Apakah diklasifikasikan sebagai overhead atau riset dan pengembangan,

Page 25: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

40

biaya-biaya ini dapat dengan mudah dilupakan ketika para manajer dan analis

terfokus pada biaya operasional, sistem, dan fasilitas.

Kedua, regulasi dan pengungkapan biaya-biaya lingkungan yang terjadi

dalam operasional suatu proses, sistem atau fasilitas. Pentingnya biaya ini

juga barangkali sulit ditentukan karena hasil tentang penyatuannya dalam

penghitungan overhead.

Ketiga, ketika biaya awal dan operasional sekarang barangkali

digelapkan oleh praktik akuntan manajemen, biaya lingkungan diakhir tidak

dapat dimasuki oleh sistem akuntansi manajemen secara keseluruhan.

2. Keuntungan Konservasi Lingkungan

Keuntungan yang diperoleh perusahaan ketika melakukan konservasi

lingkungan berasal dari pencegahan, pengurangan dan/atau penggagalan

dampak lingkungan, memperbaiki beberapa dampak, perbaikan dilakukan

setelah bencana terjadi serta kegiatan-kegiatan lainnya yang diukur dalam

unit fisik.

3. Keuntungan Ekonomi dari Kegiatan Konservasi Lingkungan

Keuntungan ekonomi dari kegiatan konservasi lingkungan menjelaskan

bahwa keuntungan yang diperoleh atas laba perusahaan sebagai suatu hasil

dari kemajuan.

2.2.4 Pengungkapan Akuntansi Lingkungan

Pengungkapan dapat diartikan sebagai pengeluaran informasi yang

disajikan dalam pelaporan keuangan (Nuswandari, 2009). Sedangkan

Page 26: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

41

pengungkapan akuntansi lingkungan didefinisikan untuk mengidentifikasi ukuran,

nilai, dan laporan akuntansi biaya lingkungan dalam laporan keuangan perusahaan

(Umami, 2010).

Informasi yang diungkapkan di dalam laporan tahunan perusahaan dibagi

menjadi dua kelompok utama, yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure)

dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib adalah

informasi yang harus diungkapkan oleh emiten yang diatur oleh peraturan pasar

modal suatu negara. Sedangkan pengungkapan sukarela, yaitu penyampaian

informasi yang diberikan secara sukarela oleh perusahaan di luar pengungkapan

wajib (Nuswandari, 2009).

Beberapa perusahaan besar, terutama yang sudah tercatat di pasar modal

serta mempunyai dampak langsung terhadap lingkungan, telah mengungkapkan

Kualitas Laba pengelolaannya secara sukarela (Pratiwi, 2013). Menurut Ikhsan

(2008) mengatakan bahwa pengungkapan akuntansi lingkungan adalah jenis

pengungkapan sukarela informasi akuntansi lingkungan dari sudut pandang fungsi

eksternal akuntansi lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan pengungkapan data

akuntansi lingkungan eksternal untuk memperjelas prasyarat dari data yang

diungkapkan sehingga stakeholders mendapatkan pemahaman yang konsisten dari

data akuntansi lingkungan. Pengungkapan ini seperti dijelaskan PSAK 1 (Revisi

2013) yang menyatakan bahwa,

Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, laporan

mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement),

khususnya bagi industri di mana faktor lingkungan hidup memegang peranan

penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok

Page 27: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

42

pengguna laporan yang memegang peranan penting. Laporan tambahan tersebut di

luar ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan.

Menurut Pratiwi (2013) ada beberapa cara untuk mengungkapkan

informasi pertanggungjawaban lingkungan:

1. Penyajian informasi lingkungan melalui “pengungkapan” dapat dilakukan

dengan membuat ikhtisar kegiatan perusahaan terkait dengan upaya-upaya

untuk melestarikan lingkungan, hasil penilaian pihak independen terkait

dengan kepatuhan entitas terhadap kelestarian lingkungan.

2. Pelaporan tanggung jawab atas lingkungan juga dapat disajikan dalam

laporan keuangan inti, misalnya peralatan yang disediakan dalam rangka

untuk mengurangi pencemaran lingkungan dapat disajikan sebagai aset

tetap.

3. Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka untuk mencegah lingkungan

dari pencemaran dapat diakui sebagai beban dalam laporan laba rugi.

Page 28: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

43

Gambar 2.1.

Alur Biaya Konservasi Lingkungan

Sumber: Ikhsan (2008)

2.3. Kualitas Laba

2.3.1 Pengertian Kualitas Laba

Kualitas laba dapat didefinisikan sebagai kemampuan laba dalam

menjelaskan informasi yang terkandung di dalamnya yang dapat membantu

pembuatan keputusan oleh pembuat keputusan (Dechow et al., 2010). Laba

merupakan produk akuntansi akrual dan digunakan sebagai alat ukur terhadap

Kualitas Laba manajemen perusahaan (Bissessur, 2008). Semakin baik laba

dalam menerangkan Kualitas Laba manajemen maka semakin berkualitas laba

tersebut.

Kualitas laba memiliki banyak dimensi dan dapat diukur dengan banyak

ukuran, salah satunya menggunakan akrual. Akrual adalah perbedaan antara laba

bersih dengan arus kas dari aktivitas operasi (Sloan, 1996 dalam Richardson et

al, 2001). Kegunaan utama akrual adalah mengurangi masalah waktu dan

ketidakpadanan dari arus kas (Dechow, 2001 dalam Schoemaker, 2013).

Dechow dan Schrand (2004) dalam Sirait (2012) mendefinisikan laba yang

berkualitas setidaknya mengandung karakteristik dasar, yakni merefleksikan

Kualitas Laba operasi perusahaan saat ini dan menjadi indikator yang baik atas

persistensi Kualitas Laba operasi perusahaan dimasa yang akan datang. Givoly

et al. (2010) mendefinisikan kualitas laba sebagai kemampuan laba dalam

merefleksikan kebenaran laba perusahaan dan membantu memprediksi laba

Page 29: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

44

dimasa mendatang, dimana terdapat 4 ukuran untuk memproksikan kualitas laba,

yaitu accrual persistence, estimation error in the accruals process, absence of

earnings management, dan conservatism.

Menurut Schipper dan Vincent (2003) dalam Sutopo (2001), Kualitas laba

menunjukkan tingkat kedekatan laba yang dilaporkan dengan hicksian income,

yang merupakan laba ekonomik yaitu jumlah yang dapat dikonsumsi dalam satu

periode dengan menjaga kemampuan perusahaan pada awal dan akhir periode

tetap sama.

Schipper dan Vincent (2003) dalam Sutopo (2001) mengelompokkan

konstruk kualitas laba dan pengukurannya berdasarkan cara menentukan kualitas

laba, yaitu berdasarkan: sifat runtun-waktu dari laba, karakteristik kualitatif

dalam rerangka konseptual, hubungan laba-kas-akrual, dan keputusan

implementasi.

Kelompok penentuan kualitas laba ini dapat diikhtisarkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan sifat runtun-waktu laba, kualitas laba meliputi: persistensi,

prediktabilitas (kemampuan prediksi), dan variabilitas.

2. Kualitas laba didasarkan pada hubungan laba-kas-akrual yang dapat diukur

dengan berbagai ukuran, yaitu: rasio kas operasi dengan laba, perubahan

akrual total, estimasi abnormal/discretionary accruals (akrual abnormal/

DA), dan estimasi hubungan akrual-kas.

3. Kualitas laba dapat didasarkan pada Konsep Kualitatif Rerangka Konseptual

(Financial Accounting Standards Board, FASB, 1978).

4. Kualitas laba berdasarkan keputusan implementasi.

Page 30: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

45

Contoh laba berkualitas rendah, antara lain: cadangan yang kurang cukup

untuk akun ragu-ragu (doubtful); provisi yang tak memadai untuk persediaan

kedaluwarsa; praktik pengakuan pendapatan progresif, yang memasukkan

pendapatan mendatang ke dalam periode sekarang. Kualitas laba rendah karena

dalam menyajikan laba tidak sesuai dengan laba sebenarnnya sehingga informasi

yang di dapat dari laporan laba menjadi bias sehingga dampaknya menyesatkan

kreditor dan investor dalam mengambil keputusan.

2.3.2 Manfaat Laba yang Berkualitas

Laba merupakan indikator penting yang digunakan untuk mengukur

Kualitas Laba operasional perusahaan, dan dapat digunakan oleh penggunanya

sebagai alat untuk memprediksi earning power perusahaan di masa yang akan

datang. Oleh karena itu, perusahaan akan melakukan berbagai tindakan untuk

mengusahakan peningkatan laba. Hal ini mendorong adanya perilaku manajamen

perusahaan untuk melaporkan laba yang tidak menggambarkan kondisi

perusahaan yang sebenarnya (manajemen laba), yang akan mengakibatkan

rendahnya kualitas laba.

Rendahnya kualitas laba akan membuat kesalahan dalam pengambilan

keputusan oleh para pengguna laporan keuangan, seperti investor dan kreditor.

Dengan demikian, laba dapat dikatakan berkualitas tinggi jika laba yang

dilaporkan tersebut dapat digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk

membuat keputusan yang terbaik.

Page 31: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

46

2.3.3 Kualitas Laba dan Pengukurannya

Pengertian laba dalam akuntansi dapat diartikan sebagai selisih antara

pendapatan yang direalisasi dari transaksi perusahaan yang terjadi selama

satu periode, dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut

(Chariri,2005). Belkaoui (1993) menyebutkan bahwa laba akuntansi

memiliki beberapa karakteristik berikut :

1) Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual terutama yang berasal

dari

penjualan barang/jasa.

2) Laba akuntansi didasarkan pada postulat periodisasi dan mengacu

padaKualitas Laba perusahaan selama satu periode tertentu.

3) Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan

pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan

pendapatan.

4) Laba akuntansi memerlukan pengukuran tentang biaya (expenses)

dalam bentuk cost historis.

5) Laba akuntansi menghendaki adanya penandingan (matching) antara

pendapatan dengan biaya yang relevan dan berkaitan dengan

pendapatan tersebut. empengaruhi kualitas laba yang dilaporkan.

Kualitas laba dilakukan dengan mengamati mulai dari laba bersih

(net earnings). Laba bersih menjadi dalam melakukan penilaian terhadap

kualitas laba. Analisis kualitas laba yang berbeda akan menyebabkan

pertimbangan-pertimbangan yang berbeda mengenai karakteristik dari suatu

Page 32: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

47

laba. Menurut Seigel dalam menyusun karakteritik dalam menilai kualitas

laba dengan sesuai dengan resiko yang dimilki perusahaan, antara lain :

Glamour, pertumbuhan laba meningkat drastis, dan resiko untuk mengalami

penurunan, menyolok (highly visible) dari mata publik dan pengaturan

pemerintah, perusahaan kesulitan memperoleh kredit, risk maximizer,

mempunyai kecenderungan sebagai pemilik resiko maksimum dalam

industri, perusahaan dalam jenis industri dengan karakteristik resiko tinggi,

atau industri sedang berada dalam harapan menurun (declining), kebijakan

akuntansi yang liberal (bebas), sering melakukan perubahan auditor, sering

melakukan insider transactions, mempunyai transaksi-transaksi dalam skala

atau proporsi besar dengan perusahaan (perusahaan dalam satu kelompok

usaha (affiliates), sering melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak jujur

(unfair) atau tidak etik (unethical), dipimpin oleh individu yang sangat

berkuasa dan mempunyai peranan yang sangat dominan, memasuki bisnis

yang tidak berkaitan dengan bisnisnya, atau tidak mempunyai kemampuan

dalam bisnis tersebut.

Dalam mengukur kualitas laba dapat menggunakan kriteria Earnings

Quality Assessment (EQA). Kriteria EQA menyediakan ukuran independen

untuk melakukan assessmen terhadap kualitas laba perusahaan, sehingga

dapat diketahui kualitas laba dan mengevaluasi beberapa periode laporan

keuangan. Selain itu untuk model EQA dapat juga digunakan untuk menilai

stabilitas laba yang dapat membawa pada pemahaman yang lengkap

terhadap potensi laba masa datang. Kriteria yang digunakan antara lain : Isu-

Page 33: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

48

isu pengakuan pendapatan, rasio Laba kotor / penjualan, laba operasi /

penjualan, variabilitas laba, arus kas dari operasi melebihi pendapatan

bersih, Isu-isu pengakuan biaya, operating lease, penelitian dan

pengembangan, biaya dan manfaat pension. Laba di masa depan menjadi

indikator kemampuan membayar deviden masa mendatang. Untuk

mengukur kualitas laba menggunakan indicator antara lain kualitas laba

didasarkan pada perbedaan relatif persistensi akrual terhadap arus kas,

estimasi kesalahan Dalam melakukan investasi terdapat berbagai

pertimbangan diantaranya faktor keuangan dan factor non keuangan.

Faktor keuangan merupakan faktor utama yang mempengaruhi nilai

perusahaan (Mulianti, 2010). Namun, bagi investor faktor non keuangan

juga sangat berpengaruh terhadap Kualitas Laba perusahaan yang

berdampak terhadap nilai perusahaan. Bagi Investor corporate social

responsibility (CSR) merupakan salah satu faktor non keuangan yang

sekarang ini perlu dipertimbangkan oleh perusahaan dalam upaya

meningkatkan nilai perusahaan. CSR yang dilakukan secara konsisten dalam

jangka panjang akan meningkatkan legitimasi masyarakat terhadap

kehadiran perusahaan. Semakin banyak bentuk pertanggungjawaban yang

dilakukan perusahaan terhadap lingkungannya, image perusahaan menjadi

meningkat. dalam proses akrual, ketiadaan manajemen laba, dan

konservatisme.

2.4. Kesadaran Lingkungan

Page 34: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

49

Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat pentingnya menjaga

lingkungan dan memelihara lingkungan seperti dampak yang akan dirasakan

manusia karena global warming atau pemanasan global, yang disebabkan

oleh kerusakan lingkungan maka kebutuhan masyarakat akan informasi

mengenai bentuk tanggung jawab perusahaan akan Kualitas Laba lingkungan

semakin meningkat.

Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia

yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun

tidak langsung. Menurut Undang-Undang Lingkungan Hidup No. 23 Tahun

1997 yang disempurnakan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009, keduanya

mendefinisikan pengertian lingkungan hidup : "Lingkungan hidup adalah

kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup

termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi perikehidupan dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain."

Lingkungan dapat dikelompokkan menjadi lingkungan biotik dan abiotik.

Lingkungan biotic antara lain lingkungan yang terdiri dari sesama manusia,

dan berbagai jenis tumbuhan yang serta hewan-hewan. Sedangkan

lingkungan abiotik berupa udara, gedung, dan berbagai macam benda mati

yang ada di sekitar.

Tidak dapat dipungkiri bahwa para stakeholders memberikan apresiasi

yang lebih bagi perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam kegiatan

lingkungan. Meskipun tujuan utama dari kegiatan-kegiatan ini bukan untuk

Page 35: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

50

meningkatkan laba perusahaan namun kegiatan-kegiatan ini diharapkan dapat

memberikan dampak positif bagi nilai perusahaan.

Kotler (2005) dalam Lenny (2006) memaparkan manfaat melakukan

tanggung jawab lingkungan dan sosial perusahaan dalam strategi dan operasi

bisnis, yaitu: meningkatkan penjualan dan saham di pasaran, menguatkan

posisi merk, meningkatkan citra dan pengaruh perusahaan, meningkatkan

kemampuan untuk menarik, meCSR dan mempertahankan karyawan,

mengurangi biaya operasi, meningkatkan kemampuan untuk menarik investor

dan analis keuangan.

Environmental awareness adalah Kualitas Laba perusahaan dalam

menciptakan lingkungan yang baik. Environmental awareness menurut Ali

(2004) adalah mekanisme bagi perusahaan untuk secara sukarela

mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan ke dalam operasinya dan

interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi

di bidang hukum.

Peningkatan environmental awareness adalah sumber informasi penting

agar perusahaan dapat mencapai tingkatan produksi yang efisien, perbaikan

produktivitas sesuai dengan standar keamanan, penekanan biaya yang

disebabkan karena kerusakan lingkungan dan kesempatan memperoleh pasar

baru (Porter & Van der Linde, 1995).

Menurut sudaryanto (2011), kesadaran lingkungan diukur dari prestasi

perusahaan mengikuti program PROPER (Program Penilaian Peringkat

Kualitas Laba Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup). Program

Page 36: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

51

ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementrian Lingkungan

Hidup untuk mendorong penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan

hidup. PROPER diumumkan secara rutin kepada masyarakat sehingga

perusahaan yang dinilai akan memperoleh insentif maupun disinsentif

reputasi tergantung pada tingkat ketaatannya.

Penilaian Peringkat Kualitas Laba Perusahaan dalam Pengelolaan

Lingkungan mulai dikembangkan Kementrian Lingkungan Hidup, sebagai

alternatif instrument sejak 1995. Pada awalnya, program ini dikenal dengan

nama PROPER PROKASIH. Dengan adanya program ini diharapkan dapat

menyikapi dengan aktif informasi tingkat penaatan itu dan mendorong

perusahaan untuk meningkatkan Kualitas Laba pengelolaan lingkungannya.

PROPER bukan merupakan pengganti instrumen konvensional yang

ada, seperti penegak hukum lingkungan perdata maupun pidana. Program ini

bersinergi dengan instrumen lainnya agar kualitas lingkungan dapat

dilaksanakan lebih efisien dan efektif. PROPER merupakan bentuk kebijakan

pemerintah meningkatkan Kualitas Laba pengelolaan lingkungan perusahaan

sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

Peringkat Kualitas Laba lingkungan perusahaan dikelompokkan pada lima (5)

peringkat warna guna memudahkan komunikasi dengan stakeholder dalam

menyikapi hasil Kualitas Laba penaatan masing-masing perusahaan.

Hendriksen (2000) dalam Emillia Nurdin (2006), menyatakan bahwa

dalam pengertian luasnya, pengungkapan berarti penyampaian informasi

(release of information). Para akuntan cenderung menggunakan kata ini

Page 37: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

52

dalam pengertian yang agak terbatas, yaitu penyampaian informasi

lingkungan tentang suatu perusahaan di dalam laporan keuangan, biasanya

laporan tahunan.

Terkait dengan laporan keuangan, Chariri dan Ghozali (2007)

menyatakan bahwa disclosure berarti pemberian informasi mengenai aktivitas

suatu perusahaan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan harus

bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan dalam membantu pengambilan

keputusan ekonomi. Oleh karena itu, informasi tersebut harus relevan, dapat

diandalkan dan menggambarkan secara tepat peristiwa ekonomi yang

mempengaruhi hasil aktivitas perusahaan.

Ada 2 jenis pengungkapan dalam pelaporan keuangan yang telah

ditetapkan oleh badan yang memiliki otoritas di pasar modal. Yang pertama

adalah pengungkapan wajib (mandatory disclosure), yaitu informasi yang

harus diungkapkan oleh emiten yang diatur oleh peraturan pasar modal di

suatu Negara. Sedangkan yang kedua adalah pengungkapan sukarela

(voluntary disclosure), yaitupengungkapan yang dilakukan secara sukarela

oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh standar yang ada.

Perusahaan, yang merupakan organisasi yang mempunyai tujuan

menghasilkan laba adalah bagian dari masyarakat dalam lingkungan yang

lebih besar. Keberadaan keduanya sangat ditentukan oleh masyarakat karena

saling pengaruh-mempengaruhi. Untuk itu, agar terjadi keseimbangan

(equality), maka perlu kontrak sosial (social contract) baik secara eksplisit

maupun implisit sehingga terjadi kesepakatan-kesepakatan yang saling

Page 38: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

53

melindungi kepentingannya. Perusahaan disamping berupaya menjaga

eksistensi dan survival dengan jalan pencapaian dan peningkatan Kualitas

Laba secara ekonomi (profit), juga harus memperhatikan tata aturan.

Pencapaian tujuan secara ekonomi tidak diperkenankan dengan jalan

menggunakan berbagai cara, melainkan harus taat dan patuh kepada

perundang-undangan, guna melindungi masyarakat dan lingkungan yang

merasakan akibat secara langsung maupun tidak langsung dari keberadaan

perusahaan (Hadi, 2011).

Unsur-unsur lingkungan dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga)

kelompok, , yaitu:

1. Unsur Hayati (Biotik)

Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari

makhluk hidup, seperti antara lain : manusia, hewan dan tumbuh-

tumbuhan.

2. Unsur Sosial Budaya

Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat

manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam

perilaku sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai

keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati

oleh segenap anggota masyarakat.

3. Unsur Fisik (Abiotik)

Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan fisik yang terdiri dari

benda-benda mati (tidak hidup), seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-

Page 39: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

54

lain. Keberadaan lingkungan fisik berperan sangat besar terhadap

kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi. Tak terbayangkan, apa

yang terjadi jika air tak ada lagi di muka bumi atau udara yang dipenuhi

asap? Kehidupan di muka bumi tidak akan berlangsung secara wajar.

Bencana kekeringan, banyak hewan dan tumbuhan mati, perubahan

musim yang tidak teratur, munculnya berbagai penyakit, dan lain-lain.

Unsur pokok dalam prinsip etika lingkungan hidup ada dua, yang

pertama komunitas moral tidak hanya dibatasi pada komunitas sosial,

melainkan mencakup seluruh komunitas ekologis. Kedua, pada dasarnya

manusia bukan hanya sebagai makhluk sosial, melainkan juga makhluk

ekologis. Prinsip-prinsip ini dimaksudkan sebagai pedoman untuk melakukan

perubahan kebijakan sosial, politik, dan ekonomi untuk lebih berpihak pada

lingkungan hidup dan dapat mengatasi permasalahan yang ada pada

lingkungan.

Teori etika lingkungan hidup mengakui bahwa alam semesta perlu

dihormati. Pada teori antroposentrisme menghormati alam karena

kepentingan manusia bergantung pada kelestarian dan integritas alam.

Sedangkan pada teori biosentrisme dan ekosentrisme beranggapan bahwa

manusia mempunyai kewajiban moral untuk menghargai alam semesta

dengan seluruh isinya karena manusia adalah bagian dari alam dan alam

mempunyai nilai sendiri yang harus dihormati. Secara khusus, sebagai pelaku

moral, manusia mempunyai kewajiban moral untuk menghormati kehidupan,

Page 40: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

55

baik pada manusia maupun pada makhluk lain dalam seluruh komunitas

ekologisnya.

Menurut teori DE bahwa manusia dituntut untuk menghargai dan

menghormati benda-benda non-hayati karena semua benda di alam semesta

mempunyai hak yang sama untuk keberadaannya, hidup, dan berkembang.

Alam mempunyai hak untuk dihormati, bukan hanya karena kehidupan

manusia bergantung pada alam, tetapi karena kenyataan ontologis bahwa

manusia adalah bagian integral alam dan sebagai anggota komunitas

ekologis.Sikap hormat terhadap alam lahir dari relasi kontekstual manusia

dengan alam dalam komunitas ekologis.

Manusia berkewajiban menghargai hak semua makhluk hidup untuk

berada, hidup, tumbuh, dan berkembang secara alamiah. Sebagai perwujudan

nyata, manusia perlu memelihara, merawat, menjaga, melindungi, dan

melestarikan alam beserta seluruh isinya. Manusia tidak boleh merusak dan

menghancurkan alam beserta seluruh isinya tanpa alasan yang benar. Alam

dan seluruh isinya juga berhak untuk dicintai, disayangi, dan mendapat

kepedulian dari manusia.Kasih sayang dan kepedulian muncul dari kenyataan

bahwa semua makhluk hidup mempunyai hak untuk dilindungi, dipelihara,

tidak disakiti, dan dirawat. Terkait dengan prinsip hormat kepada alam

merupakan tanggung jawab moral terhadap alam.

Setiap bagian dan benda di alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan

dengan tujuannya masing-masing terlepas dari untuk kepentingan manusia

atau tidak. Manusia sebagai bagian dari alam semesta harus bertanggung

Page 41: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

56

jawab pula untuk menjaga alam. Tanggung jawab ini bukan saja bersifat

individual melainkan kolektif. Tanggung jawab moral menuntut manusia

untuk mengambil prakarsa, usaha, kebijakan, dan tindakan bersama secara

nyata untuk menjaga alam semesta dengan segala isinya. Kelestarian dan

kerusakan alam merupakan tanggung jawab bersama seluruh umat manusia.

Bentuk tanggung jawab dapat dalam bentuk mengingatkan, melarang dan

menghukum yang merusak dan membahayakan alam.

2.5 Corporate Social Responsibility (CSR).

CSR adalah suatu konsep atau tindakan yang dilakukan oleh

perusahaan sebagai rasa tanggung jawab perusahaan terhadap social maupun

lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada. Kegiatan CSR diharapkan

dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjaga

lingkungan, memberikan beasiswa untuk anak tidak mampu, dana untuk

pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk membangun desa/fasilitas

masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak,

khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada.

CSR merupakan suatu fenomena dan strategi yang digunakan perusahaan

untuk mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya. CSR

dimulai sejak era dimana kesadaran akan sustainability perusahaan jangka

panjang adalah lebih penting daripada sekedar profitability perusahaan.

Kegiatan CSR akan menjamin keberlanjutan bisnis yang dilakukan. Hal ini

disebabkan karena :

Page 42: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

57

1. Menurunnya gangguan social yang sering terjadi akibat pencemaran

lingkungan, bahkan dapat menumbuh kembangkan dukungan atau

pembelaan masyarakat setempat.

2. Terjaminnya pasokan bahan baku secara berkelanjutan untuk jangka

panjang.

3. Tambahan keuntungan dari unit bisnis baru, yang semula merupakan

kegiatan CSR yang dirancang oleh korporat.

Keputusan manajemen perusahaan untuk melaksanakan program-

program CSR secara berkelanjutan, pada dasarnya merupakan keputusan

yang rasional. Implementasi program-program CSR dapat menimbulkan

efek lingkaran emas yang dapat dinikmati oleh perusahaan dan seluruh

stakeholder-nya. Kesejahteraan dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat

lokal maupun masyarakat luas akan lebih baik. Kondisi ini dapat dicapai 5

(lima) CSR, yaitu Pengembangan kapasitas SDM di lingkungan internal

perusahaan maupun lingkungan masyarakat sekitarnya.

1. Penguatan ekonomi masyarakat sekitar kawasan wilayah kerja

perusahaan.

2. Pemeliharaan hubungan relasional antara korporasi dan lingkungan

sosialnya yang tidak dikelola dengan baik sering mengundang kerentanan

konflik.

3. Perbaikan tata kelola perusahaan yang baik

4. Pelestarian lingkungan, baik lingkungan fisik, social serta budaya.

Page 43: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

58

Kegiatan CSR dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, antara

lain :

1. Meningkatknya kesejahteraan masyarakat sekitar dan kelestarian

lingkungan.

2. Adanya beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut.

3. Meningkatnya pemeliharaan fasilitas umum.

4. Adanya pembangunan desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan

berguna untuk masyarakat banyak khususnya masyarakat yang berada di

sekitar perusahaan tersebut berada.

Sedangkan bagi perusahaan kegiatan CSR dapat memberikan manfaat

antara alian :

1. Meningkatkan citra perusahaan.

2. Mengembangkan kerja sama dengan perusahaan lain.

3. Memperkuat brand merk perusahaan dimata masyarakat.

4. Membedakan perusahan tersebut dengan para pesaingnya.

5. Memberikan inovasi bagi perusahaan

Menurut Carrol (1979) menunjukkan komponen CSR ke dalam

empat kategori, yaitu :

(1) Economic responsibilities yang merupakan tanggung jawab sosial

utama perusahaan.Perusahaan harus dapat mengelola tanggung jawab

ekonominya kepada stakeholder

Page 44: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

59

(2) Ethical responsibilities yang menunjukkan bahwa stakeholder berharap

perusahaan menjalankan bisnis secara etis

(3) Legal responsibilities yang menunjukkan bahwa stakeholder berharap

perusahaan yang menjalankan usahanya mampu memenuhi

tanggungjawab hukum dengan mematuhi peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

(4) Discretionary responsibilities yang menunjukkan bahwa stakeholder

mengharapkan keberadaan perusahaan dapat memberikan manfaat bagi

mereka. Dengan demikian perusahaan yang melakukan CSR harus

melaksanakan keempat komponen tersebut.

Dari keempat komponen ini, praktik CSR dapat mendorong pihak

manajemen untuk bertanggung jawab kepada pihak stakeholder terhadap

transparansi laporan keuangan perusahaan. Transparansi laporan keuangan

mampu mencerminkan Kualitas Laba perusahaan yang sesungguhnya dan

kualitas laba yang tinggi. Transparansi laporan keuangan suatu perusahaan

menunjukkan bahwa pihak manajemen tidak melakukan tindak

kecurangan, salah satunya adalah tindakan manajemen laba. Dengan

demikian perusahaan yang terlibat dalam praktik CSR cenderung

membatasi adanya manajemen laba dibandingkan dengan perusahaan yang

tidak berada dalam kriteria sosial yang sama.

2.6 Komite Audit

Page 45: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

60

Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance menerangkan

mengenai Komite Audit adalah: “Suatu komite yang beranggotakan satu

atau lebih anggota Dewan Komisaris dan dapat meminta kalangan luar

dengan berbagai keahlian, pengalaman, dan kualitas lain yang dibutuhkan

untuk mencapai tujuan Komite Audit.” Sedangkan menurut Tugiman

Komite audit “Komite Audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh

kelompok yang lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau

untuk melakukan tugas-tugas khusus atau sejumlah anggota Dewan

Komisaris perusahaan klien yang bertanggungjawab untuk membantu

auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen.”

Dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-103/MBU/2002,

pengertian Komite Audit tidak diterangkan secara jelas, tetapi dinyatakan

bahwa Komte Audit adalah suatu badan yang berada dibawah Komisaris

yang sekurang-kurangnya minimal satu orang anggota Komisaris, dan dua

orang ahli yang bukan merupakan pegawai BUMN yang bersangkutan

yang bersifat mandiri baik dalam pelaksanaan tugasnya maupun

pelaporannya dan bertanggungjawab langsung kepada Komisaris atau

Dewan Pengawas. Hal tersebut senada dengan Keputusan Ketua Bapepam

Nomor: Kep-41/PM/2003 yang menyatakan bahwa Komite Audit adalah

komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam rangka membantu

melaksanakan tugas dan fungsinya.

a. Sifat dan Pembentukkan Komite Audit

Page 46: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

61

Komite Audit dibentuk oleh Dewan Komisaris/Dewan Pengawas,

yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu Komisaris

dalam melaksanakan tugasnya. Komite Audit bersifat mandiri baik

dalam pelaksanaan tugasnya maupun dalam pelaporan, dan

bertanggungjawab langsung kepada Komisaris. Lebih jelas Undang-

Undang Republik Indonesia No.19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha

Milik Negara (BUMN), dan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-

41/PM/2003 menyatakan:

1. BUMN maupun Emiten atau Perusahaan Publik wajib membentuk

Komite Audit yang bekerja secara kolektif dan berfungsi

membantu Komisaris dan Dewan Pengawas.

2. Komite Audit dipimpin oleh seorang ketua yang bertanggungjawab

kepada Komisaris dan Dewan Pengawas.

3. Komite Audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang

Komisaris Independen dan sekurang-kurangnya dua orang lainnya

berasal dari luar perusahaan.

Komite Audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen,

independensi Komite Audit tidak dapat dipisahkan moralitas yang

melandasi integeritasnya. Hal ini perlu disadari karena Komite Audit

merupakan pihak yang menjembatani antara eksternal auditor dan

perusahaan yang juga sekaligus menjembatani antara fungsi

pengawasan Dewan Komisaris dengan Internal Auditor.

b. Tujuan dan Manfaat Pembentukan Komite Audit

Dalam pengertian Komite Audit itu sendiri. Forum for Corporate

Governance in Indonesia (FCGI) mengemukakan bahwa Komite Audit

Page 47: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

62

mempunyai tujuan membantu Dewan Komisaris untuk memenuhi

tanggungjawab dalam memberikan pengawasan secara menyeluruh.

Sedangkan menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara

Nomor: Kep-117/M-MBU/2002 menjelaskan bahwa tujuan Komite

Audit adalah membantu Dewan Komisaris atau dewan Pengawas

dalam memastikan efektivitas sistem pengendalian intern dan

efektivitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan internal.

Sedangkan menurut Hiro Tugiman manfaat komite audit adalah:

1. Dewan Komisaris dan Direksi akan banyak terbantu dalam

pengelolaan perusahaan.

2. Bagi external auditor adalah keberadaan Komite Audit sangat

diperlukan sebagai forum atau media komunikasi dengan

perusahaan, sehingga diharapkan semua aktivitas dan kegiatan

eksternal auditor dalam hal ini akan mengadakan pemeriksaan,

disamping secara langsung kepada objek pemeriksaan juga dibantu

dengan mengadakan konsultasi dengan Komite Audit.

c. Wewenang, Tugas dan Tanggungjawab Komite Audit

Komite Audit mempunyai wewenang untuk menjalankan tugas-

tugasnya seperti yang diutarakan oleh Barol (2004) yang dikutip oleh

Siswanto dan Aldridge (2005, 237), yaitu: “Mengaudit kegiatan

manajemen perusahaan dan auditor (intern dan ekstern). Mereka yang

berwenang meminta informasi tambahan dan memperoleh penjelasan

dari manajemen dan karyawan yang bersangkutan. Komite Audit juga

mengevaluasi seberapa jauh peraturan telah mematuhi standar

akunting dan prinsip akuntansi yang diterima di Australia.”

Page 48: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

63

Sedangkan menurut Hasnati (2003) yang dikutip oleh Indra dan Ivan

(2006, 149), Komite audit memiliki wewenang, yaitu:

1. Menyelidiki semua aktivitas dalam batas ruang lingkup tugasnya;

2. Menyelidiki semua aktivitas dalam batas ruang lingkup tugasnya;

3. Mencari Informasi yang relevan dari setiap karyawan;

4. Mengusahakan saran hukum dan profesional lainnya yang

independen apabila dipandang perlu.

2.7 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1

Kerangka Pemikirian

.

Kualitas Laba

(Y)

Kesadaran

Lingkungan

(X1)

Corporate

Social

Responsbility

(X2)

KAI

(M)

H1 (+)

H2 (+)

H2a

Page 49: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

64

Pengembangan Hubungan Antara Variabel Independen Dengan Variabel

Dependen yang di Moderasi oleh Variabel Moderating

Keterangan :

Variabel Independen (X1) = Lingkungan Kesadaran

Variabel Independen (X2) = Corporate Social Responsbility

Variabel Moderating (M) = Komite Audit

Variabel Dependen (Y) = Kualitas Laba

2.8 Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dalam Bab I, hipotesa yang diajukan dalam

penelitian ini adalah:

1. Kesadaran Lingkungan dan Kualitas Laba

Isu lingkungan sekarang sudah merupakan isu penting dan ditandai dengan

maraknya pembicaraan dalam agenda politik, ekonomi dan sosial, khususnya

masalah pencemaran lingkungan dan penurunan kualitas hidup. Kesadaran

akan luasnya dampakke bidang yang lainnya. Kesadaran masyarakat akan

pentingnya lingkungan dapat dilihat dari dibentuknya lembaga-lembaga atau

gerakan peduli lingkungan. Sedangkan usaha dari pemerintah adalah

ditetapkannya berbagai undang-undang dan peraturan yang mengatur

kelestarian alam, pencegahan efek limbah beracun dari operasi industri,

pelarangan perusahan elemen lingkungan. Dunia industri telah merespon

secara proaktif terhadap gerakan kesadaran dan peraturan mengenai

lingkungan agar dapat bertahan dalam jangka panjang. Salah satu wujud dari

Page 50: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

65

respon dari dunia adalah dengan melakukan kegiatan CSR. Dalam penelitian

Sun et.al (2010) bahwa hubungan antara pengungkapan lingkungan

perusahaan dengan kualitas laba berpengaruh signifikan dan positif, namun

dari hasil penelitian tersebut perlu ditambahkan variabel corporate

governance untuk meningkatkan kedua variabel tersebut.

Pemerintah dan masyarakat semakin menyadari semakin pentingnya

lingkungan. Usaha pemerintah adalah ditetapkannya berbagai undang-

undang dan peraturan yang mengatur kelestarian alam, pencegahan dampak

dari operasi industri,. Perusahaan telah melakukan respon secara proaktif

terhadap gerakan kesadaran dan peraturan mengenai lingkungan agar dapat

bertahan dalam jangka panjang.

H1 : Terdapat pengaruh positif antara kesadaran lingkungan terhadap kualitas

laba

2. Corporate Social Responsbility dan Kualitas Laba

CSR adalah satu bentuk tanggungjawab sosial atas usaha yang meliputi

ekonomi, legal, etika, dan discretionary yang diharapkan masyarakat atas

suatu organisasi pada saat itu. SCR merupakan salah satu upaya yang

dilakukan oleh manajemen untuk meningkatkan reputasi perusahaan dan

memberikan pandangan (image) yang positif terhadap perusahaan

stakeholder yaitu dengan implementasi CSR. CSR dapat menurunkan

kemungkinan adanya tekanan dari stakeholders yang tidak puas atau yang

kepercayaannya menurun karena manajemen laba. Efek jangka panjang

implementasi CSR, perusahaan dapat memiliki hubungan yang baik dengan

stakeholders. Dalam penelitian yang dilakukan Fauziah dkk (2014) dan

Page 51: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

66

Isyanto dkk (2014) terhadap pengaruh Corporate Social Responsibility

terhadap kualitas laba perusahan menunjukkan adanya hubungan positif

antara kegiatan CSR dan kualitas laba. Kegiatan CSR memberikan pengaruh

positif terhadap kualitas laba.

Perkembangan kesadaran masyarakat tentang tanggung social manajemen

terhadap stakeholder. Sehingga masyarakat memiliki ekspektasi yang besar

terhadap perusahaan untuk dapat memberikan informasi yang transparan

terkait bisnis yang dilakukan perusahaan. Pengungkapan CSR yang dilakukan

oleh manajemen memiliki dampak yang positif dan negatif. Dampak negatif

dari pengungkapan CSR adalah manajemen dapat menggunakan

pengungkapan CSR untuk menutupi perilaku manajemen laba yang dapat

menurunkan kualitas laba. Di lain pihak, dengan pengungkapan CSR maka

manajemen dapat menjalin hubungan jangka panjang dengan stakeholders

untuk memberikan image yang positif terkait dengan kondisi perusahaan.

H2 : Terdapat pengaruh positif antara Corporate Social Responsbility

terhadap kualitas laba

H2a : Terdapat pengaruh positif antara Corporate Social Responsbility

terhadap kualitas laba ketika di moderasi oleh Komite Audit

Page 52: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

67

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara ilmiah dalam rangka mendapatkan

data dengan tujuan tertentu dan merupakan bagian yang sangat menentukan bagi

suatu keberhasilan penelitian. Suatu penelitian diharapkan mempunyai bobot

ilmiah serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, karena didasarkan pada

penelitian dan juga didasarkan pada teori-teori yang mendukung. Oleh karena itu,

dalam melakukan suatu penelitian atau penulisan laporan penelitian harus

memakai suatu metode yang disebut metode penelitian.

Penelitian untuk menjelaskan tingkat eksplanasi menurut Sugiyono

(2007:11) adalah penelitian yang bermaksud untuk menjelaskan kedudukan

variable-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel

lain. Adapun eksplanatif menurut Irawan (2004:61) dimaksud tidak sekedar

menjawab apakah variabel berkorelasi dengan variabel dependen tetap, juga

berusaha menjawab apakah variabel independen mempengaruhi variabel

dependen dan lebih lanjut, apakah variabel independen tersebut menyebabkan

terjadinya variabel dependen. Berdasarkan hal diatas, penelitian eksplanatif

menurut Sugiyono (2007:11) dikelompokkan menjadi deskriptif komparatif dan

asosiatif dan dalam penelitian ini yang menjadi fokusnya adalah studi paradigma

asosiatif.

Page 53: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

68

Studi paradigma asosiatif atau kausalitas sendiri menurut Sugiyono

(2007:12) adalah penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan antara dua

variabel atau lebih yang berfungsi untuk menjelaskan, meramaikan, dan

mengontrol suatu gejala. Oleh karena itu, peneliti menganggap bahwa pendekatan

ini sesuai dengan bidang yang akan diteliti dengan variabel Lingkungan

Kesadaran (X1), Corporate Social Responsbility (X2) sebagai variabel independen,

dan Komite Audit (X3) sebagai variabel moderating yang mempengaruhi Kualitas

laba BUMN (Y) sebagai variabel dependen (yang mempengaruhi). Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen mempengaruhi variabel

dependen dan lebih lanjut lagi apakah variabel independen menyebabkan

terjadinya varibel dependen.

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei, yakni penelitian yang

dilakukan dengan mengamati secara sistematik para responden dengan maksud

untuk memahami dan atau meramalkan beberapa aspek perilaku dari populasi

yang diamati (Sigit, 2000). Bentuk hubungan dari permasalahan yang akan

dilakukan penelitian adalah hubungan kasualitas atau bersifat sebab akibat, yaitu

untuk mengetahui pengaruh penguatan kesadaran lingkungan dan corporate social

responsbility dengan komite audit sebagai variable moderator dalam

meningkatkan kualitas laba BUMN.

Dalam penelitian ini digunakan metode survey untuk memperoleh data

penelitian dari responden yang dipilih sebagai sampel penelitian. Dalam metode

survey, peneliti akan menggunakan instrument penelitian berupa daftar pertanyaan

atau kusioner yang akan diberikan kepada responden. Kuesioner dimaksud berisi

pernyataan dengan pilihan jawaban yang diharapkan mampu menangkap hal atau

Page 54: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

69

kondisi di lapangan yang dirasakan oleh para responden. Jenis data yang diperoleh

dari metode survey adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan dengan

menggunakan skala likert. Dalam skala likert, jawaban responden akan

dikelompokkan dalam pernyataan-pernyataan jawaban pilihan yang masing-

masing akan diberikan skor tertentu. Skoring yang diberikan dalam skala likert

menunjukkan tingkat atas persepsi yang diberikan oleh para responden.

Peneliti akan menggunakan statistik untuk mengolah data yang akan

diperoleh dari hasil survey yang dikumpulkan melalui kuesioner yang telah

disebar kepada responden terpilih.

2. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan sekelompok elemen yang lengkap seperti manusia

atau orang, obyek dan transaksi atau peristiwa yang membuat kita merasa tertarik

untuk mempelajarinya untuk dijadikan obyek penelitian. Jadi populasi atau

universe adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan

diduga.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian ini adalah seluruh

data terkait dengan laba BUMN. Sedangkan tahun sampel yang digunakan adalah

periode tahun 2013-2015, dengan asumsi bahwa data yang tersedia lengkap serta

memungkinkan untuk menjadi penelitian adalah ditahun tersebut. Jumlah Populasi

BUMN di Indonesia adalah sebanyak 135 BUMN. Sedangkan populasi sasaran

BUMN kontruksi dan kawasan industri ada sebanyak 96 BUMN.

Dalam penelitian ini sampel ditentukan dengan menggunakan teknik

purposive sampling. Purposive sampling adalah pengambilan sampel secara

sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan seperti sifat,

Page 55: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

70

karakteristik, ciri, kriteria sampel. Maksud, peneliti menentukan sendiri sampel

yang diambil karena ada pertimbangan sesuai dengan tujuan penelitian, oleh

karena itu sampel tidak diambil secara acak. Jumlah ini diambil berdasarkan

ketentuan rumus Slovin, jika jumlah objeknya kecil atau kurang dari 10.000

responden, maka rumus slovin yang digunakan adalah sebagai berikut :

2)(1 dN

Nn

Keterangan :

N : Besar Populasi

n : Besar Sampel

d (10%) : Tingkat kepercayaan yang diinginkan

)(49

)1,0(961

962

BUMNrespondenn

n

Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Proportional

JENIS BUMN Populasi % Sampel

Perbankan 5 12.8%

Asuransi 14 35.9%

Perjan Rumah sakit dan Jasa

lainnya20

51.3%

Jumlah 39 100.0%

Jasa Kontruksi 16 16.7% 8

Kawasan Industri 80 83.3% 41

Jumlah 96 100.0% 49

Populasi 2 (Populasi Sasaran)

Populasi 1

Data Per April 2016

Page 56: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

71

Berdasarkan hasil ketentuan perhitungan rumus sampel di atas, maka

diketahui jumlah sampel adalah 49 BUMN kontruksi dan kawasan industri yang

menerapkan CSR. Purposive sampling juga disebut juga judgement sampling

yaitu pengambilan sampel berdasarkan penilaian (judgment) peneliti mengenai

siapa-siapa saja yang pantas (memenuhi persyaratan) untuk dijadikan sampel.

Oleh karenanya agar tidak sangat subjektif, harus mempunyai latar belakang

pengetahuan tertentu mengenai sampel dimaksud (tentu juga populasinya) agar

benar-benar bisa mendapatkan sampel yang sesuai dengan persyaratan atau tujuan

penelitian (memperoleh data yang akurat). Adapun kriteria yang digunakan dalam

penelitian ini laba BUMN tahun 2015 dengan pertimbangan bahwa data kualitas

laba yang berhubungan dengan aktivitas BUMN tahun sebelumnya belum tersedia

dan tidak semua data yang dibutuhkan, ketersediaan data yang lengkap ada pada

tahun 2012-2014.

3. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dari responden, peneliti akan menggunakan

instrumen penelitian berupa kuesioner. Menurut Sugiyono, kuesioner merupakan

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pernyataan atau pernyataan tertulis kepada responden. Kuesioner merupakan

teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti memiliki pengetahuan tentang

variabel yang akan diukur dan mencari yang dapat diperoleh dari responden.

Instrumen penelitian akan dirancang untuk dapat menangkap kondisi yang

dirasakan atau dialami oleh BUMN sebagai responden. Untuk tujuan tersebut skor

Page 57: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

72

penilaian jawaban masing-masing item pernyataan untuk variabel independen dan

dependen, akan dinyatakan dalam skala Likert dengan pilihan jawaban dan

skoring sebagai berikut:

Tabel 3.2 Skoring Skala Likert

No Pilihan Jawaban Keterangan Skor

1 STS Sangat Tidak Setuju 1

2 TS Tidak Setuju 2

3 N Netral 3

4 S Setuju 4

5 SS Sangat Setuju 5

Kuesioner yang digunakan menggunakan skala Likert. Skala Likert adalah

suatu metode untuk mengukur sikap pendapat dan persepsi sesorang atau

sekelompok orang/ responden tentang fenomena sosial. Skala Likert mempunyai

gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat negatif yang berupa kata-kata.

Skala Likert ini memungkinkan responden untuk membedakan tanggapan/

jawaban yang akan diisi, karena didesai sedemikian rupa agar responden dapat

menjawab setiap bentuk pertanyaan dengan variasi derajat tertentu. Variasi

tersebut menggambarkan bahwa jawaban yang paling rendah akan menyatakan

jawaban (+). Skala Likert digunakan untuk mengurutkan objek dari yang paling

rendah sampai yang paling tinggi atau sebaliknya.

4. Metode Pemilihan Data

Teknik pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang

Page 58: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

73

yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih sebagai anggota

sampel

5. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kuantitatif, karena

data yang diperoleh nantinya berupa angka. Dari angka yang diperoleh

akan dianalisis lebih lanjut dalam analisis data. Penelitian ini terdiri atas 4

variabel, yaitu kesadaran lingkungan dan Corporate Social Responbility

sebagai variabel bebas (independent), Komite Audit sebagai variabel

moderasi dan kualitas laba sebagai variabel terikat (dependent).

b. Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi

mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu

data primer dan data sekunder.

1) Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus

menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data

dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau

tempat objek penelitian dilakukan.

2) Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain

menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat

ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber

Page 59: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

74

data sekunder adalah literatur, artikel dan jurnal yang terkait dengan

kualitas laba BUMN. Data sekunder juga diambil dari situs resmi

BUMN yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan. Alasan

mengunakan data sekunder karena situs resmi BUMN menyediakan

laporan laba tahunan dan kegiatan CSR secar rinci dan lengkap.

6. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional pada penelitian adalah unsur penelitian yang

terkait dengan variabel yang terdapat dalam judul penelitian atau yang

tercakup dalam paradigma penelitian sesuai dengan hasil perumusan masalah.

Teori ini dipergunakan sebagai landasan atau alasan mengapa suatu yang

bersangkutan memang bisa mempengaruhi variabel tak bebas atau merupakan

salah satu penyebab. Adapun variabel penelitiannya sebagai berikut:

Tabel 3.3 Variabel, Definisi dan Pengukuran

No Variabel Definisi Operasional

Pengukuran Notasi

Variab

el Alat Ukur

Skala

Ukur

1. Variabel

Dependen

Kualitas Laba

Selisih antara

pendapatan yang

direalisasi dari transaksi

perusahaan yang terjadi

selama satu periode,

dengan biaya yang

berkaitan dengan

pendapatan tersebut

(Chariri, 2005).

Data Situs resmi BUMN

TrxalisasiIncomeCAR Re

Rasio

Y

2. Variabel

Independen

Kesadaran

Lingkungan

Kualitas Laba

perusahaan dalam

menciptakan

lingkungan yang baik

(Lenny, 2006)

Data Situs resmi BUMN

AnggaranTotal

CSRAnggaranEA Rasio

X1

Page 60: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

75

3. Variabel

Independen

Corporate

Social

Responbility

Tindakan yang

dilakukan oleh

perusahaan sebagai rasa

tanggung jawab

perusahaan terhadap

social maupun

lingkungan sekitar

dimana perusahaan itu

berada (Carrol, 1979)

Data Situs resmi BUMN

ofitNettCSR Pr%

Rasio

X2

4. Variabel

Moderasi

Komite Audit

Sekelompok orang yang

dipilih oleh kelompok

yang lebih besar untuk

mengerjakan pekerjaan

tertentu atau untuk

melakukan tugas-tugas

khusus (Hiro, 2004)

Data Situs resmi BUMN

KAanggotaTotal

luardariKAAnggotaAC

Rasio

M

Keterangan :

CAR = Capital Adequacy Ratio AC : Audit Comitte

CSR = Corporate Social Responbility EA : Environmental

Awareness

TRX = Transaksi Income : Pendapatan

7. Instrumen Penelitian

Sebelum instrumen digunakan untuk memperoleh data dari responden untuk

meneliti pengaruh variabel independen (kesadaran lingkungan, Corporate Social

Responsbility dan Komite Audit) terhadap variabel dependen (kualitas laba pada

BUMN), maka atas instrumen dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas

terlebih dahulu. Untuk kepentingan tersebut dilakukan penyebaran kuesioner ke 5

BUMN yang dipilih secara acak. Pengujian dilakukan untuk mengetahui bahwa

instrumen yang digunakan adalah valid dan reliabel. Instrumen valid mengandung

pengertian bahwa data tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur. Sedangkan instrumen reliabel adalah instrumen yang apabila

digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan

Page 61: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

76

data yang sama. Instrumen yang valid dan reliabel adalah syarat mutlak dalam

menghasilkan penelitian yang valid dan reliabel (Sugiyono, 1999).

a. Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur itu dapat mengukur

variabel yang diukur. Ada beberapa macam jenis validitas instrumen, yang paling

terkenal yaitu: validitas isi (content validity), validitas yang dikaitkan dengan

kriteria (criterion-related validity), dan validitas konstruk (construct validity).

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan validitas isi ini

adalah studi kepustakaan, penilaian kualitatif, dan pendapat ahli. Pengujian

validitas isi dapat dilakukan dengan melakukan penelaahan yang cermat dan kritis

terhadap butir-butir pertanyaan dan membandingkan dengan literature yang ada.

Sedangkan validitas yang dikaitkan dengan kriteria (criterion-related validity)

menunjuk pada hubungan antara skor suatu instrumen dengan suatu variabel

(kriteria) luar yang mandiri yang dapat mengukur tingkah laku/ ciri-ciri yang

diteliti.

Validitas konstruk (construct validity) menunjuk pada seberapa jauh suatu

tes mengukur sifat konstruk tersebut. Instrumen dikatakan mempunyai validitas

konstruk jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai

dengan yang didefinisikan. Beberapa cara yang digunakan untuk mengukur

validitas konstruk adalah analisi faktor, analisis korelasi, atau multitrait-

multimethod matrix.

Validitas menunjukkan sejauh mana relevansi pertanyaan terhadap apa yang

ditanyakan atau apa yang ingin diukur dalam penelitian. Dengan kata lain

Page 62: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

77

seberapa besar ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam menjalankan

fungsi ukurnya. Untuk melakukan uji validitas, digunakan uji korelasi antara antar

skor butir pertanyaan dengan total variabel. Uji validitas dilakukan dengan

menghitung korelasi antar skor total. Jika koefisien korelasinya positif dan >0,3;

maka indikator yang bersangkutan dianggap valid (validitas kriteria).

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana tingkat kekonsistenan

pengukuran dari suatu responden ke responden yang lain atau dengan kata

lain sejauh mana pertanyaan dapat dipahami sehingga tidak menyebabkan

beda interpetrasi dalam pemahaman pertanyaan tersebut. Hasil pengukuran

hanya dapat diterima apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran

terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama,

selama aspek yang diukur dalam diri subyek belum berubah. Dalam hal ini,

relatif sama berarti tetap ada toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil

diantara hasil beberapa kali pengukuran. Bila perbedaan itu sangat besar dari

waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan

sebagai tidak reliabel. Item pertanyaan dinyatakan reliabel jika nilai

Cronbach Alpha diatas 0,6. Semakin besar nilai α (alpha), maka semakin

besar pula reliabilitasnya.

8. Metode Analisis

Analisis data yaitu merupakan kegiatan yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat seperti dalam

konsep. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis

Page 63: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

78

kuantitatif, yang dimaksud untuk mengolah dan mengorganisasikan data serta

menemukan hasil yang dapat dibaca dan dapat diinterpretasikan. Teknik

analisis yang digunakan adalah (Sugiyono,2007)

a. Analisis Moderated Regression Analysis (MRA)

Analisis Moderated Regression Analysis atau MRA digunakan untuk

melihat ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel

dependen, dengan tujuan untuk mengestimasi nilai rata-rata variabel

berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Gujarati, 2003).

Model persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini

diasumsikan linear dan diuji dengan tingkat signifikansi 5%. Hipotesis

pertama diuji dengan menggunakan teknik analisis regresi linear

sederhana. Hipotesis kedua diuji dengan menggunakan Moderated

Regression Analysis (MRA). Uji interaksi atau sering disebut MRA

merupakan aplikasi khusus regresi linear berganda dimana dalam

persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (Ghozali, 2012). Model

persamaan Moderated Regression Analysis yang akan diuji adalah sebagai

berikut :

Y = α + β1.X1 + β2.X2+ β1.X1*M + β2.X2*M + e

Keterangan :

Y : Kualitas Laba

α : Konstanta

X1 : Kesadaran lingkungan

X2 : Corporate Social Responsbility

Page 64: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

79

β 1 : Koefisien regresi untuk X1

β 2 : Koefisien regresi untuk X2

M : Variabel moderasi Komite Audit

e : Residual

b. Uji Kelayakan Model

Uji kelayakan model (model fit) dilakukan dengan uji F (F test). Uji ini

dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas yaitu kesadaran

lingkungan dan Corporate Social Responsbility mempengaruhi kualitas

laba BUMN sebagai variabel terikat. Apabila hasil dari uji F adalah

signifikan atau P value ≤0,05 maka hubungan antar variabel bebas adalah

signifikan mempengaruhi variabel terikat dan model regresi yang

digunakan dianggap layak uji.

c. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi

adalah diantara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen

amat terbatas, namun apabila nilai R2 mendekati satu berarti variabel-

variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variabel independen. Kelemahan mendasar

penggunaan koefisien determinasi (R2) adalah bias terhadap jumlah

variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan

Page 65: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

80

satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah

variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen (Ghozali, 2012).

d. Uji Statistik t (Uji Parsial)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh

masing-masing variabel bebas secara individual pada variabel terikat.

Untuk menguji hipotesis yang diajukan apakah diterima atau ditolak

dengan cara membandingkan antara t hitung dengan t tabel pada taraf

signifikansi 0,05 (5%). Apabila signifikansinya dibawah atau sama dengan

0,05 maka hipotesis diterima. Untuk uji interaksi apabila koefisien

variabel interaksi dibawah atau sama dengan 0,05 (5%) maka hipotesis

diterima.

Pengidentifikasian koefisien regresi menandakan adanya hubungan antara

variabel bebas yaitu kesadaran lingkungan dan Corporate Social

Responsbility dan variabel terikat yaitu kualitas laba BUMN. Hubungan

variabel kesadaran lingkungan dan Corporate Social Responsbility dan

variabel kualitas laba BUMN searah apabila koefisien regresi bertanda

positif, namun jika terdapat hubungan berlawanan antara variabel

kesadaran lingkungan dan Corporate Social Responsbility dan variabel

kualitas laba BUMN maka ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi yang

bertanda negatif.

Pada pengujian interaksi, apabila koefisien regresi kompetensi tidak

signifikan dan variabel komitmen organisasi juga tidak signifikan, namun

Page 66: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

81

variabel moderasi signifikan, ini berarti bahwa variabel moderasi yang

dalam hal ini adalah Komite Audit merupakan variabel pure moderator.

Namun jika hasil menunjukkan bahwa variabel kesadaran lingkungan dan

Corporate Social Responsbility serta variabel moderasi sama-sama

signifikan yang berarti bahwa variabel komite audit dapat digunakan

sebagai variabel independen sekaligus sebagai variabel moderasi atau

biasa disebut quasi moderator.

e. Uji Statistik F

Uji F dikenal dengan Uji serentak atau uji Model/Uji Anova, yaitu uji

untuk melihat bagaimanakah pengaruh semua variabel bebasnya secara

bersama-sama terhadap variabel terikatnya. Atau untuk menguji apakah

model regresi yang kita buat baik/signifikan atau tidak baik/non signifikan.

Jika model signifikan maka model bisa digunakan untuk

prediksi/peramalan, sebaliknya jika non/tidak signifikan maka model

regresi tidak bisa digunakan untuk peramalan. Uji F dapat dilakukan

dengan membandingkan F hitung dengan F tabel, jika F hitung > dari F

tabel, (Ho di tolak Ha diterima) maka model signifikan atau bisa dilihat

dalam kolom signifikansi pada Anova (Olahan dengan SPSS, Gunakan Uji

Regresi dengan Metode Enter/Full Model). Model signifikan selama

kolom signifikansi (%) < Alpha (kesiapan berbuat salah tipe 1, yang

menentukan peneliti sendiri, ilmu sosial biasanya paling besar alpha 10%,

atau 5% atau 1%). Dan sebaliknya jika F hitung < F tabel, maka model

Page 67: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

82

tidak signifikan, hal ini juga ditandai nilai kolom signifikansi (%) akan

lebih besar dari alpha.

Page 68: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

83

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Penelitian ini dilakukan dengan populasi pada perusahaan-perusahaan

BUMB di IDX Indonesia. Perusahaan yang dijadikan sebagai sampel pada

penelitian ini adalah perusahaaan kontruksi sektoral property dan terdaftar di

Komapas100 periode 2013-2015 sesuai dengan kriteria metode purposive

sampling yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Berdasarkan kriteria

tersebut terpilih sebanyak 25 perusahaan dari 60 peruahaan kontruksi sebagai

berikut :

Tabel 4.1

Data Sampel Perusahaan Kontruksi Periode 2013-2015

No Nama Perusahaan BUMN Kode

1 PT. Adhi Karya (Persero) Tbk ADHI

2 PT. Acset Indonusa Tbk ACST

3 PT. Agung Podomoro Land Tbk APLN

4 PT. Alam Sutera Realty Tbk ASRI

5 PT. Bumi Citra Permai Tbk BCIP

6 PT.Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk BEST

7 PT. Sentul City Tbk BKSL

8 PT. Bumi Serpong DamaiTbk BSDE

9 PT. Ciputra Development Tbk CTRA

10 PT. Intiland Development Tbk DILD

11 PT. Kawasan Industri Jababeka Tbk KIJA

12 PT. Eureka Prima Jakarta Tbk LCGP

13 PT.Lippo Cikarang Tbk LPCK

14 PT. Lippo Karawaci Tbk LPKR

15 PT. Modernland Realty Ltd Tbk MDLN

16 PT. Nirvana Development Tbk NIRO

17 PT.Nusa Raya Cipta Tbk NRCA

18 PT. PP (Persero) Tbk PTPP

19 PT. Pakuwon Jati Tbk PWON

Page 69: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

84

20 PT.Summarecon Agunng Tbk SMRA

21 PT.Surya Semesta Internusa Tbk SSIA

22 PT. Sitra PropertiondoTbk TARA

23 PT. Total Bangun Persada Tbk TOTL

24 PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk WIKA

25 PT. Waskita Karya (Persero) Tbk WKST

Sumber : IDX, Data diolah 2016

4.1.1 Analisis Deskriptif Variabel

Guna memberikan gambaran variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu Kualitas Laba (Y), Kesadaran Lingkungan (X1), CSR (X2)

dan Komite Audit sebagai moderasi.

Berdasarkan hasil perolehan deskriptif per variabel, maka dapat diperoleh

gambaran tentang tanggapan responden mengenai variabel-variabel penelitian

yang menunjukkan angka minimum, maksimum, rata-rata serta standar deviasi.

Data responden juga dapat dinyatakan dalam beberapa kategori disertai dengan

perhitungan nilai minimum, maksimum, range (kisaran), mean (rata-rata) dan

standar deviasi (penyimpangan) seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Peruasahaan Kontruksi (dalam Jutaan)

Variabel

Penelitian

Jumlah

Sampel

(n)

Min Max Range Mean Standar

Deviasi

Kesadaran

lingkungan (X1) 25 0.00075 0.04029 0.03954 0.01831 0.01179

CSR (X2) 25 1.238 57.998 56.760 21.285 13.347

Komite Audit (M) 25 0.25 0.52 0.27 0.376 0.082

Kualitas Laba (Y) 25 61.893 2.899.942 2.838.048 1.064.298 667.384

Sumber: Data SPSS diolah, 2016

Page 70: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

85

Pada Variabel Corporate Social Responsbility memiliki kisaran nilai

antara Rp.1.238.000.000-Rp.57.998.000.000 dengan nilai rata-rata

Rp.21.285.000.000 dan standar deviasi Rp.13.347.000.000 Hal ini

mengindikasikan bahwa perusahaan kontruksi cenderung mengganggap penting

Corporate Social Responsbility (CSR).

Berdasarkan data pada tabel diatas, variabel kesadaran lingkungan

memiliki kisaran nilai antara 0.00075 – 0.04 dengan nilai rata-rata 0.018 dan

standar deviasi 0.0118. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan kontruksi

cenderung mengganggap penting kesadaran lingkungan.

Pada Variabel komite Audit memiliki kisaran nilai antara 0.25 – 0.52

komite dengan nilai rata-rata 0.376 komite dan standar deviasi 0.082 komite Hal

ini mengindikasikan bahwa perusahaan kontruksi cenderung setiap perusahaan

kontruksi memiliki komite independen 0.25 sampai dengan 0.5 dari jumlah

seluruh komite.

Pada variabel kualitas laba, penilaian terhadap kualitas laba memiliki

kisaran nilai Rp.61.893.000.000 - Rp.2.899.942.000.000 dengan nilai rata-rata

Rp.1.064.298.000.000 dan standar deviasi Rp.667.384.000.000. Hal ini

mengindikasikan bahwa pencapaian kualitas oleh perusahaan kontruksi laba

dianggap sudah baik. Perusahaan kontgruksi memiliki laba bersih terendah

Rp.61.893.000.000 dan tertinggi Rp.2.899.942.000.000 sedangkan rata-rata

perusahaan kontruksi mencapai laba bersih adalah sebesar Rp.1.064.298.000.000

Page 71: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

86

4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian

4.2.1 Pengujian Full Model

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Variabel yang digunakan

merupakan variabel yang memiliki satu konstruk formatif. Tujuan

penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kesadaran lingkungan

terhadap kualitas laba dan pengaruh Corporate Social Responsbility

terhadap kualitas laba ketika di moderasi oleh Komite Audit. Model

Analisis yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan

variabel eksogen (Kesadaran Lingkungan dan CSR) dengan variabel

endogen (Kualitas Laba). Terdapat hipotesis hubungan yang akan diuji

apakah ada pengaruh antara Kesadaran lingkungan (X1) dan CSR (X2)

dengan Kualitas Laba (Y). Untuk mengujinya digunakan program

WarpPLS 4.0. Hasil pengolahan dengan program tersebut dapat dilihat

pada gambar berikut.

Gambar 4.1 Model Analisis Jalur

Page 72: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

87

Pedoman untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuat atau

lemahnya hubungan dua variabel, maka digunakan ketetapan koefisien

jalur yang sudah berlaku umum. Nilai ketetapan tersebut dapat dilihat pada

bab sebelumnya. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan signifikansi

hasil program statistik adalah sebagai berikut:

a) Tingkat ketelitian (alpha) yang digunakan dalam penelitian ini

adalah 5%.

b) Tingkat keyakinan yang digunakan 95% dan jumlah sampel (n = 25

BUMN).

c) Jika signifikansi > alpha (0.05), maka Ho diterima dan Ha ditolak

atau berarti tidak ada hubungan antara dua variabel penelitian.

d) Jika signifikansi < alpha (0.05), maka Ho ditolak dan Ha diterima

atau terdapat hubungan antara dua variabel penelitian.

Lebih jelas, hasil analisis ini dapat dilihat dalam beberapa tabel Model Fit

and Quality Indices sebagai berikut.

Tabel 4.3 Model Fit and Quality Indices

Model Fit and Quality Indices

Average path coefficient (APC)=0.333, P<0.001

Average R-squared (ARS)=1.000, P<0.001

Average adjusted R-squared (AARS)=1.000, P<0.001

Average block VIF (AVIF)=3.684, acceptable if <= 5, ideally <= 3.3

Average full collinearity VIF (AFVIF)=Inf, acceptable if <= 5, ideally <= 3.3

Tenenhaus GoF (GoF)=1.000, small >= 0.1, medium >= 0.25, large >= 0.36

Jalur Path Coeficient (β) P Value

EA CAR 0.000 0.500

CSR CAR 1.000 < 0.001

KA * CSR CAR -0.000 0.500

Page 73: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

88

Tabel 4.3 menunjukan kofisien jalur dan nilai P pada setiap hubungan

langsung eksogen dengan endogen dalam model penelitian. Jalur kesadaran

lingkungan terhadap kualitas laba (EA CAR) menunjukan nilai koefisen 0.000

(0%) dan tidak signifikan dengan nilai P=0.500. Sedangkan jalur Corporate

Social Responsbility terhadap kualitas laba (CSR CAR) menunjukan nilai

koefisen 1.000 (100%) dan signifikan dengan nilai P=< 0.001. Jalur Komite Audit

yang memoderasi hubungan Corporate Social Responsbility terhadap kualitas laba

(KA * CSR CAR) menunjukan nilai koefisien -0.000 dan tidak signifikan

dengan nilai P=0.500.

Tabel 4.4 Latent Variable Coefficients

Latent Variable Coefficients

CAR Nilai Kontribusi

R-squared coefficients 1.000

Q-squared coefficients 1.000

Full collinearity VIFs 1.000

Tabel 4.4 menyajikan koefisien R-squared (R2), Q-squared (Q

2) dan Full

collinearity VIFs. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Nilai Rsquare pada

variebel kualitas laba (CAR) sebesar 100% dan sisanya 0% dipengaruhi faktor

lain. Artinya variabel kualitas laba hanya dipengaruhi oleh CSR sebesar 100%,

sedangkan variabel kesadaran lingkungan tidak ada pengaruh nya terhadap

kualitas laba.

Nilai Q-squared digunakan untuk mengetahui apakah model mempunyai

predictive relevance atau tidak. Nilai Q2

> 0 menunjukan model mempunyai

predictive relevance sedangkan Nilai Q2

< 0 menunjukan model kurang memiliki

Page 74: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

89

predictive relevance. Model penelitian ini mempunyai predictive relevance karena

nilai Q2

diatas 0.

Nilai Full collinearity VIFs merupakan hasil pengujian kolinearitas penuh

yang meliputi multikolenearitas vertical dan lateral. Kriteria untuk Full

collinearity VIFs tes adalah nilainya harus lebih rendah dari 3.3 (Kock, 2013).

Berdasarkan nilai Full collinearity VIFs yang berada dibawah 3.3 menunjukan

didalam model penelitian tidak terdapat mulitikolineritas.

4.3 Pengujian Hipotesis

4.3.1 Pengujian Secara Partial antara Kesadaran Lingkungan (X1)

Berkontribusi Terhadap Kualitas Laba (Y)

Uji secara individual (partial) diperoleh berdasarkan nilai Sig Kesadaran

Lingkungan terhadap Kualitas Laba. Hipotesis penelitian yang akan di uji

dirumuskan berbentuk hipotesisi statistik sebagai berikut.

a. Ha : ƿyx1 > 0

Kesadaran Lingkungan berkontribusi secara signifikan terhadap Kualitas

Laba

b. Ho : ƿyx1 = 0

Kesadaran Lingkungan tidak berkontribusi secara signifikan terhadap

Kualitas Laba

EA

(X1)

CAR

(Y)

β=0.00

R2= 1.000

Page 75: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

90

Uji Signifikan analisis jalur dicari yaitu membandingkan antara nilai

probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas Sig. Dasar pengambilan keputusan

sebagai berikut :

a. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig

atau [0,05 ≤ Sig], maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan

b. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05

> Sig], maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan

Hasil uji individual Kesadaran Lingkungan berkontribusi tidak signifikan

terhadap Kualitas Laba diperoleh nilai Sig 0,500. Karena nilai probabilitas 0,05

lebih kecil dengan nilai probabilitas Sig atau 0,05 < 0,500, maka Ho diterima dan

Ha ditolak artinya koefisien analisis jalur adalah tidak Signifikan. Jadi pengaruh

Kesadaran Lingkungan tidak signifikan terhadap Kualitas Laba.

4.3.2 Pengujian Secara Partial antara Corporate Social Responsbility (X2)

Berkontribusi Terhadap Kualitas Laba (Y)

Uji secara individual (partial) diperoleh berdasarkan nilai Sig CSR

terhadap Kualitas Laba. Hipotesis penelitian yang akan di uji dirumuskan

berbentuk hipotesisi statistik sebagai berikut.

1. Ha : ƿyx2 > 0

Corporate Social Responsbility berkontribusi secara signifikan terhadap

Kualitas Laba

2. Ho : ƿyx2 = 0

P Value= 0.50

Page 76: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

91

Corporate Social Responsbility tidak berkontribusi secara signifikan

terhadap Kualitas Laba

Uji Signifikan analisis jalur dicari yaitu membandingkan antara nilai

probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas Sig. Dasar pengambilan keputusan

sebagai berikut :

a. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas

Sig atau [0,05 ≤ Sig], maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak

signifikan

b. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar dengan nilai probabilitas Sig atau

[0,05 > Sig], maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan

Hasil uji individual CSR berkontribusi secara signifikan terhadap Kualitas

Laba diperoleh nilai Sig 0,001. Karena nilai probabilitas 0,05 lebih besar dengan

nilai probabilitas Sig atau 0,05 > 0,001, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya

koefisien analisis jalur adalah Signifikan. Jadi CSR berkontribusi secara signifikan

terhadap Kualitas Laba.

4.3.3 Pengujian Model Moderasi

CSR

(X2)

CAR

(Y)

β=1.000

P Value < 0.001

R2= 1.000

Page 77: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

92

Uji model moderasi diperoleh berdasarkan nilai Sig CSR terhadap

Kualitas Laba yang dimoderasi oleh komite audit. Hipotesis penelitian yang

akan di uji dirumuskan berbentuk hipotesisi statistik sebagai berikut.

a. Ha : ƿyx1 = ƿyx2 ≠ 0

CSR berkontribusi secara signifikan terhadap Kualitas Laba yang

dimoderasi oleh komite audit

b. Ho : ƿyx1 = ƿyx2 = 0

CSR tidak berkontribusi secara signifikan terhadap Kualitas Laba yang

dimoderasi oleh komite audit

Uji Signifikan analisis jalur dicari yaitu membandingkan antara nilai

probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas Sig. Dasar pengambilan keputusan

sebagai berikut :

c. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig

atau [0,05 ≤ Sig], maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan

d. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05

> Sig], maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan

CSR

(X2)

CAR

(Y)

β=1.000

P Value < 0.001

R2= 1.000

CSR

(M)

β= -0.000

P Value =0.500

Page 78: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

93

Hasil uji imodel moderasi CSR berkontribusi tidak signifikan terhadap

Kualitas Laba diperoleh nilai Sig 0,500. Karena nilai probabilitas 0,05 lebih kecil

dengan nilai probabilitas Sig atau 0,05 < 0,500, maka Ho diterima dan Ha ditolak

artinya koefisien analisis jalur adalah tidak Signifikan. Jadi pengaruh komite audit

memoderasi negatife (memperlemah) pengaruh CSR terhadap Kualitas Laba.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan model moderasi maka dapat

disimpulkan sebagai berikut.

Tabel 4.5.

Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis dan Model Moderasi

Hubungan Antar

Variabel

Nilai

Koefisoen

(β)

Nilai P

(≤ 0.05) Ha Kesimpulan

Hipotesis 1 :

Kesadaran Lingkungan

terhadap Kualitas Laba

(EA CAR)

0.000 0.500 Ditolak

Tidak ada

pengaruh dan

tidak

signifikan

Hipotesis 2 :

CSR terhadap Kualitas

Laba

(CSR CAR)

1.000 0.001 Diterima

Berpengaruh

Positif dan

Signifikan

Hipotesis 3 :

CSR terhadap Kualitas

Laba yang dimoderasi

oleh komite audit

(KA*CSR CAR)

-0.000 0.500 Ditolak

Tidak ada

pengaruh dan

memperlemah

pengaruh

CSR terhadap

CAR

Sumber: Data Diolah, 2015

Hasil uji terhadap koefisien parameter antara Kesadaran Lingkungan

terhadap Kualitas Laba menunjukkan tidak ada pengaruh dengan nilai P Value

sebesar 0.500 dan signifikan pada α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada jauh

Page 79: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

94

diatas nilai kritis (0.05). Hal yang berbedaga terjadi pada hubungan variabel CSR

dengan CAR, menunjukan Nilai Probabilitas (PValue) tersebut berada jauh

dibawah nilai kritis (0.05). Sehingga hanya CSR yang berpengaruh postif dan

signifikan terhadap Kualitas Laba.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitan

4.4.1 Kesadaran Lingkungan Terhadap Kualitas Laba.

Pada lingkungan bisnis masa sekarang, CSR masih bersifat

normativ, karena belum ada hukum yang secara resmi memberlakukan

CSR sebagai sebuah kewajiban semua perusahaan. Selain itu, konsep yang

bervariasi membuat beberapa penginterpretasian akan definisi CSR yang

berbeda-beda. Corporate Social Responsibilty (CSR) yang juga dikenal

sebagai corporate responsibility, corporate citizenship,responsible

business, sustainable responsible business (SRB), ataupun corporate

social perfomance merupakan bentuk dari regulasi perusahaan yang

diintegrasikan dalam suatu model bisnis.

Kesadaran perusahaan atas pengungkapan tanggung jawab sosial

dan lingkungan masih sangat rendah. Perusahaan akan mempertimbangkan

biaya dan manfaat dalam mengungkapkan informasi sosial perusahaan.

Jika manfaat yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan biaya yang

dikeluarkan maka perusahaan akan secara sukarela mengungkapkan

informasi tersebut. Di Indonesia, pemerintah telah mewajibkan perusahaan

untuk mengungkapkan informasi tanggung jawab sosial dan lingkungan

Page 80: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

95

perusahaan dengan adanya UU No. 40 Tahun 2007 Pasal 66 ayat (2c).

Dalam undang-undang disebutkan bahwa, tanggung jawab sosial dan

lingkungan perusahaan bersifat wajib. Namun saat ini belum ada peraturan

khusus mengenai luas pengungkapan tanggung jawab sosial dan

lingkungan perusahaan. Secara idealnya, kebijakan CSR akan mempunyai

fungsi built-in, mekanisme self-regulating, pengendalian akan bisnis, dan

memastikan kepatuhan akan hukum yang berlaku, standar etik serta norma

internasional.

Triple bottom-line performance menunjukkan bahwa disamping

memperhatikan kinerja keuangan, perusahaan juga perlu memperhatikan

tanggung jawab sosial. Lingkungan dan masyarakat merupakan fondasi

dan pilar utama dalam bisnis harus mendapat perhatian serius perusahaan

dan menjadi fokus dalam pelaporan akuntansi. Isu ekonomi, kemanusiaan,

dan lingkungan menjadi bagian dari tanggung jawab perusahaan. Tekanan

berbagai pihak memaksa perusahaan menerima tanggung jawab atas

dampak aktivitas bisnis terhadap masyarakat. Tanggung jawab

perusahaan tidak hanya terbatas pada para pemegang saham atau kreditur

saja.

Kesadaran lingkungan merupakan jenis pengungkapan sukarela

(voluntary disclosure) informasi kesadaran lingkungan dari sudut pandang

fungsi eksternal akuntansi lingkungan. Rata-rata industri kontruksi

menyajikan pengungkapan akuntansi lingkungan tidak begitu terperinci,

baik dari aspek akuntansi dan faktor keuangan, litigasi lingkungan,

Page 81: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

96

pencegahan polusi lingkungan, maupun aspek lainnya. Hal ini terlihat dari

rata-rata persentase pengungkapan yang masih di bawah lima persen (lihat

di Tabel 4.2.). Pengungkapan tersebut masih bersifat umum dan jarang

yang ditampilkan dalam bentuk moneter atau kuantitatif. Dari hal tersebut

menunjukkan bahwa rata-rata industri kontruksi dalam mengungkapkan

kesadaran lingkungan hanya sekadar menunjukkan bahwa perusahaan

telah melakukan kegiatan sosial yang berkaitan dengan lingkungan.

4.4.2 Corporate social responsibility Terhadap Kualitas Laba

Corporate social responsibility sebagai komitmen dunia bisnis

dalam berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan. Kerja

sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka,

komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan

kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri

maupun untuk pembangunan. Sekarang dunia bisnis dituntut untuk

mampu menyeimbangkan pencapaian kinerja ekonomi (profit), kinerja

sosial (people), dan kinerja lingkungan (planet) atau disebut triple bottom-

line performance. Orientasi praktik bisnis yang selama ini pada

maksimalisasi laba perlu dikaji ulang. Orientasi mengejar laba semaksimal

mungkin, secara jangka pendek akan menunjukkan keberhasilan, namun

untuk jangka panjang hal tersebut bisa menimbulkan masalah bagi

perusahaan karena adanya resistensi dari masyarakat dan stakeholder

lainnya.

Page 82: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

97

Laporan keuangan sebagai sarana atau media informasi penting

bagi para stakeholders, karena dalam laporan keuangan dapat diperoleh

berbagai macam informasi tentang kinerja perusahaan maupun aktivitas

perusahaan. Informasi yang lengkap, akurat, dan tepat waktu

memungkinkan investor melakukan pengambilan keputusan secara

rasional. Informasi kegiatan corporate social responsibility dalam laporan

keuangan hendaknya merupakan kebutuhan bagi para investor dan calon

investor untuk pengambilan keputusan investasi.

4.4.3 Komite Audit Sebagai Pemoderasi Hubungan CSR Dengan Kualitas

Laba

Komite Audit merupakan pejabat yang mewakili dan membantu

Dewan Direksi untuk mengawasi proses pelaporan akuntansi dan

keuangan, audit laporan keuangan dan pengendalian internal, dan fungsi-

fungsi audit. Komite Audit sebagai perpanjangan tangan Dewan yang

bertugas untuk mengawasi hubungan dengan auditor independen, dapat

memberikan nasihat dan arahan umum kepada manajemen dan para

auditor atas dasar informasi yang diterimanya, hasil diskusi dengan

auditor, dan pengalaman dalam bisnis, keuangan, dan akuntansi.

Sedangkan manajemen bertanggung jawab, antara lain atas

persiapan, penyajian, dan integritas laporan keuangan; prinsip-prinsip

pelaporan akuntansi dan keuangan; pengendalian internal dan prosedur

organisasi yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan serta hukum

Page 83: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

98

dan peraturan yang berlaku. Kantor akuntan publik independen, yang

ditunjuk untuk memeriksa organisasi, bertanggung jawab untuk

melakukan audit secara independen atas laporan keuangan konsolidasi

berdasarkan standar auditing yang berlaku umum dan menyatakan

pendapat atas laporan keuangan konsolidasi berdasarkan audit mereka.

Latar belakang Anggota Komite Audit tidak harus akuntan

profesional atau auditor, dan fungsi para anggota tidaklah ditujukan untuk

menduplikasi atau untuk mengesahkan aktivitas manajemen dan auditor

independen, bahkan Komite tidak ditujukan untuk menyatakan

"independensi" auditor independen menurut peraturan yang berlaku. Tugas

Komite Audit antara lain : bertanggung jawab langsung atas penunjukan,

penggantian, kompensasi, dan pengawasan atas pekerjaan auditor

independen. Auditor independen akan melapor langsung kepada Komite

Audit; meninjau dan mendiskusikan pernyataan auditor independen

mengenai segala hubungan antara auditor dan perwakilan atau hubungan

lainnya yang mungkin dapat mempengaruhi independensi auditor;

menetapkan kebijakan dan prosedur pemeriksaan dan memberikan

persetujuan Komite atas semua jasa audit dan jasa non-audit yang

diperbolehkan yang dapat dilakukan oleh auditor independen; meninjau

dan mendiskusikan dengan auditor independen tentang rencana dan

prosedur audit; hasil pelaksanaan audit tahunan dan surat manajemen yang

berkaitan.

Page 84: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

99

Komite Audit adalah perpanjangan tangan Dewan yang bertugas

untuk mengawasi hubungan dengan auditor independen, sebagaimana

diatur dalam piagam ini, dan memberikan nasihat dan arahan umum,

bilamana perlu, kepada manajemen dan para auditor atas dasar informasi

yang diterimanya, hasil diskusi dengan auditor, serta pengalaman anggota

Komite masing-masing dalam hal bisnis, keuangan, dan akuntansi.

Kewenangan Komite Audit dibatasi oleh fungsi mereka sebagai

alat bantu Dewan Komisaris sehingga tidak memiliki otoritas eksekusi

apapun (hanya sebatas rekomendasi kepada Dewan Komisaris) kecuali

untuk hal spesifik yang telah memperoleh hak kuasa eksplisit dari Dewan

Komisaris misalnya mengevaluasi dan menentukan komposisi auditor

eksternal dan memimpin satu investigasi khusus. Selain itu Keputusan

Ketua Bapepam Nomor: Kep-41/PM/2003 menyatakan bahwa Komite

Audit memiliki wewenang mengakses secara penuh, bebas dan tak terbatas

terhadap catatan, karyawan, dana, aset, serta sumber daya perusahaan

dalam rangka melaksanakan tugasnya.

Dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-103/MBU/2002,

pengertian Komite Audit tidak diterangkan secara gamblang, tetapi pada

intinya menyatakan bahwa Komite Audit adalah suatu badan yang berada

dibawah Komisaris yang sekurang-kurangnya minimal satu orang anggota

Komisaris, dan dua orang ahli yang bukan merupakan pegawai BUMN

bersangkutan, bersifat mandiri baik dalam melaksanakan tugas maupun

pelaporan dan bertanggungjawab langsung kepada Komisaris atau Dewan

Page 85: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

100

Pengawas. Hal tersebut senada dengan Keputusan Ketua Bapepam Nomor:

Kep-41/PM/2003 yang menyatakan bahwa Komite Audit adalah komite

yang dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam rangka membantu

melaksanakan tugas dan fungsinya.

Dalam jangka panjang implementasi CSR, perusahaan dapat

memiliki hubungan yang baik dengan stakeholders.. CSR saat ini sangat

terkait dengan isu etika dan moral yang meliputi mempertahankan

konservasi lingkungan, manajemen sumber daya manusia, kesehatan dan

keselamatan, hubungan dengan masyarakat lokal dan menjalin hubungan

baik dengan supplier dan pelanggan. Sekarang kesadaran mengenai CSR

semakin meningkat dan menjadi salah satu informasi yang dibutuhkan dan

menjadi pertimbangan oleh pelanggan, investor serta stakeholders dalam

berhubungan dan kerjasama dengan perusahaan. Perusahaan yang

melaksanakan CSR akan memberikan pengungkapan keuangan dalam

laporan yang luas.

Dalam proses memaksimalkan nilai perusahaan sering muncul

konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham (pemilik

perusahaan). Tidak jarang pula pihak manajemen yaitu manajer

perusahaan mempunyai tujuan dan kepentingan lain yang bertentangan

dengan tujuan utama perusahaan dan sering mengabaikan kepentingan

pemegang saham. Konflik terjadi karena manajer mengutamakan

kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai

kepentingan pribadi dari manajer karena apa yang dilakukan manajer

Page 86: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

101

tersebut akan menambah biaya bagi perusahaan sehingga menyebabkan

penurunan keuntungan perusahaan dan berpengaruh terhadap harga saham

serta menurunkan nilai perusahaan. Oleh karena itu dibutuhkan Good

Corporate Governance (GCG). Latar belakang praktis dari pengalaman

Amerika Serikat telah terjadi market crash pada tahun 1929 yang

menyebabkan harus dilakukan restrukturisasi corporate governance. pada

tahun 1929. Sedangkan dari sisi akademis kebutuhan GCG timbul

berkaitan dengan principal-agency theory. Implementasi dari GCG

diharapkan bermanfaat untuk menambah dan memaksimalkan nilai

perusahaan. GCG diharapkan mampu mengusahakan keseimbangan antara

berbagai kepentingan yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan

secara menyeluruh.

Page 87: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

102

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian serta pengujian hipotesis dapat ditarik

kesimpulan penelitian sebagai berikut :

1. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara kesadaran lingkungan

berpengaruh terhadap kualitas laba BUMN. Karena ada kecenderungan

rata-rata industri kontruksi menyajikan kesadaran lingkungan tidak

begitu terperinci baik dari aspek akuntansi dan faktor keuangan, litigasi

lingkungan, pencegahan polusi lingkungan, dan aspek lainnya, hanya

sekadar menunjukkan bahwa perusahaan telah melakukan kegiatan

sosial yang berkaitan dengan lingkungan.

2. Ada pengaruh yang signifikan antara Corporate Social Responsibility

berpengaruh terhadap kualitas laba BUMN. Semakin tinggi indeks

CSR maka semakin tinggi pula kualitas laba perusahaan kontruksi dan

sebaliknya

3. Tidak ada Pengaruh Komite Audit Independen dan dan memperlemah

pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kualitas Laba.

Rata-rata Komisaris independen secara signifikan pada level 30%

memoderasi pengaruh CSR terhadap kualitas laba. Namun demikian

Komite audit tidak mampu secara signifikan memoderasi pengaruh CSR

terhadap kualitas laba.

Page 88: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

103

5.2. Saran

Penelitian ini memiliki keterbatasan, diantaranya adalah : bahwa

penggunaan variabel moderating memungkinkan menggunakan variabel

intervening. Selain itu, penelitian ini hanya menggunakan data perusahaan

selama tiga tahun. Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya

adalah :

1. Penambahan variabel lain, misalnya dengan menambahkan proxy

variabel komite audit lain yang mungkin dapat mempengaruhi kualitas

laba.

2. Penambahan periode penelitian agar dapat memberikan hasil penelitian

dalam scope yang lebih luas.

3. Penggunaan variabel intervening dalam model penelitian.

Page 89: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

104

DAFTAR PUSTAKA

Belkaoui, Bronson. N. Scott, Joseph V. Carcello, Carl W. Hollingsworth, Terry

L. Neal. 2009. “Are fully independent audit committees really

necessary?”. Journal of Accounting and Public Policy. Vol.28. No.4.

Hal. 265-280

Carrol, Chih, Lin Hsiang. Chuang Hua Shen, Feng Ching Kang. 2008.

“Corporate Social Responsibility, Investor Protection, and Earnings

Management: Some International Evidence”. Journal of Business Ethics.

79(1-2) : 179-198

Choi, Bo Bae. Doowon Lee. Youngkyu Park. 2013. “Corporate Social

Responsibility, Corporate Governance and Earnings Management :

Evidence from Korea”. Corporate Governance : An International

Review. 21(5) : 447-467

Ghozali, Imam dan A. Chariri, 2007, Teori Akuntansi, Badan Penerbit

Universitas Diponegoro, Semarang.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Badan Penerbit Undip

Ikhsan, Arfan. 2008. Akuntansi Lingkungan & Pengungkapannya. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Isyanto, Silviana, Ratnaningsih, Dewi, Pengaruh Corporate Social Responsibility

Terhdapa Kualitas Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur

Yang Terdaftar Di BEITahun 2009 - 2012) Jurnal Ekonomi Akuntansi,

Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. “Pedoman Good Corporate

Governance Indonesia”

Mayangsari, Sekar. 2001. “Manajemen Laba dan CSR Manajemen”. Media Riset

Akuntansi, Auditing dan Informasi. 1 (2) : 49-70

Nuswandari, Cahaya. 2009. Pengaruh Corporate Governance Perception Index

terhadap Kualitas Laba Perusahaan pada Perusahaan yang Terdaftar di

Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol. 16 No. 2. Tersedia di

Page 90: TESIS - dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/5508411001152564784107May2018.pdfBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan kebutuhan

105

http://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fe3/article/view/316. Diakses

pada 21 Maret 2016.

Paulus. Christian, 2012, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas

Laba, Fakultas Ekonomi Universitas, Diponegoro, Semarang, Skripsi.

Pratiwi, Wahyu Mega. 2013. Akuntansi Lingkungan Sebagai Strategi

Pengelolaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Lingkungan pada

Perusahaan Manufaktur. Jurnal Akuntansi Unesa Vol. 2 No. 1. Tersedia

di http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-

akuntansi/article/view/6676. Diakses pada 21 Maret 2016.

Prior, Diego. Jordi Surroca. Josep A. Tribo. 2007. Earnings Management and

Corporate Social Responsibility. Working Paper. Universidad Carlos III

de Madrid

Rahman, R, 2009, Corporate Social Responsibility Antara Teori dan Kenyataan,

Yogyakarta : Media Pressindo.

Scott, R. William. 2009. Financial Accounting Theory. Fifth Edition. Canada :

Prentice Hall

Surifah, 2010, Kualitas Laba dan Pengukurannya, Jurnal Ekonomi, Manajemen

& Akuntansi , Vol. 8 No. 2 Mei - Agustus 2010

Susanto, Priyatna Bagus, Subekti. Imam, Pengaruh Corporate Social

Responibility dan Good Governance terhadapat Bilai Perusahaan ( Pada

Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia), Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis,

http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/410.

Umami, Elok Harmatil. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan

Akuntansi Lingkungan dalam Laporan Tahunan Perusahaan. Jurnal

Ilmiah Mahasiswa FEB Vol. 2 No. 1: Semester Ganjil 2013/2014.

Tersedia di

http://www.jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/801/735.Diakse

s pada 9 Maret 2016.

Widayanti, A Chusnulia, Dkk, 2014, Faktor-faktor yang mempengaruhi

Kualitas Laba pada Perusahaan High Profile yang Terdaftar di BEI,

Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis,Vol. 11 No. 1 Maret 2014.