Upload
lamthuy
View
231
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
PELAKSANAAN CORPORATE SOSIAL RESPONSIBILITY
PT. RIAU ANDALAN PULP AND PAPER TERHADAP
KEMUNDURAN
SEKOLAH BERNAS
TESIS
Oleh
SANTI PRADILA SANDI
NIM. 91488
Ditulis untuk memenuhi sebahagian persyaratan dalam
mendapatkan gelar Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL KONSENTRASI SOSIOLOGI – ANTROPOLOGI
PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
ABSTRACT
Santi Pradila Sandi, 2011 Implementation of Corporate Social Responsibility
PT. Riau Pulp and Paper Against Setbacks Bernas School.
Theses. Graduate Program State University of Padang.
This study aims to reveal setbacks in the implementation of CSR Schools
Bernas PT RAPP. It also expressed about the forms of CSR PT RAPP in school
Bernas and forms of cooperation with the Government of PT RAPP Pelalawan.
This study uses qualitative methods. Data collected using observation,
interview and documentation. This study using snowball sampling, in which the
research informants of Vice Regent, Drs H Pelalawan Marwan Ibrahim, who took
part in the founding chairman of the board of directors RAPP School Bernas,
Bernas Foundation Chairman, principals and teachers who teach in schools
Bernas. Data analysis followed the steps suggested by Spradley.
The results of this study revealed that CSR is one of the programs
implemented by the company with local governments in improving the welfare,
social, cultural and community resources. The form of cooperation between PT
RAPP with Pelalawan regency was established elementary, junior and senior high
school Bernas, PT RAPP form of CSR implementation in the School of Bernas in
the form of CSR innovation in schools and alignments Bernas and ease of CSR
PT RAPP Bernas at school and in the school year 2009 / 2010 PT RAPP no longer
cooperate with the government of the regency this was due to decreased
production of PT RAPP, cooperation between PT RAPP with Pelalawan
government does not run good, teachers no longer work properly and stop
teaching in schools Bernas, declining public interest to schools in the school
Bernas.
ABSTRAK
Santi Pradila Sandi, 2011 Pelaksanaan Corporate Sosial Responsibility PT.
Riau Pulp and Paper Terhadap Kemunduran Sekolah Bernas.
Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan kemunduran Sekolah
Bernas dalam pelaksanaan CSR PT RAPP. Selain itu juga diungkapkan tentang
bentuk-bentuk CSR PT RAPP di sekolah Bernas dan bentuk kerjasama PT RAPP
dengan Pemerintah Kabupaten Pelalawan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data dikumpulkan dengan
menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini
menggunakan snowball sampling, di mana yang menjadi informan penelitian
yaitu Wakil Bupati Pelalawan Drs H Marwan Ibrahim, yang ikut andil dalam
pendirian Sekolah Bernas ketua direksi RAPP, Ketua Yayasan Bernas, kepala
sekolah dan guru yang mengajar di sekolah Bernas. Analisis data mengikuti
langkah-langkah yang disarankan oleh Spradley.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa CSR merupakan salah satu
program yang dilaksanakan oleh perusahaan dengan pemerintah setempat dalam
meningkatkan kesejahteraan, sosial budaya dan sumber daya masyarakat
setempat. Adapun bentuk kerja sama antara PT RAPP dengan Pemkab Pelalawan
adalah mendirikan SD, SMP dan SMA Sekolah Bernas, bentuk pelaksanaan CSR
PT RAPP di Sekolah Bernas dalam bentuk inovasi CSR di sekolah Bernas dan
kemudahan dan keberpihakan CSR PT RAPP pada sekolah Bernas dan pada tahun
pelajaran 2009/2010 PT RAPP tidak lagi bekerja sama dengan pemerintah
kabupaten Pelalawan hal ini disebabkan karena menurunnya jumlah produksi PT
RAPP, kerjasama Antara PT RAPP dengan pemerintah Pelalawan tidak berjalan
Baik, guru tidak lagi bekerja dengan baik dan berhenti mengajar di sekolah
Bernas, menurunnya minat masyarakat untuk sekolah di sekolah Bernas.
97
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Karya tulis dengan judul ”Pelaksanaan Corporate Sosial Responsibility PT.
Riau Pulp and Paper Terhadap Kemunduran Sekolah Bernas” adalah asli
dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik di Universitas
Negeri Padang maupun perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, penilaian, dan rumusan saya sendiri, tanpa
bantuan tidak sah dari pihak lain, kecuali arahan Tim pembimbing, Tim
penguji dan rekan-rekan peserta seminar.
3. Di dalam karya tulis ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang ditulis
atau dipublikasi orang lain kecuali dikutip secara tertulis dan dicantumkan
sebagai acuan di dalam naskah saya dengan disebutkan nama pengarangnya
dan dicantumkan pada daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidak benaran, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena
karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan
hukum yang berlaku.
Padang , September 2011
Saya yang menyatakan
SANTI PRADILA SANDI
NIM. 91488
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis persembahkan ke hadirat Allah SWT
atas berkah dan rahmat-Nya penulisan tesis berjudul ” Pelaksanaan Corporate
Sosial Responsibility PT. Riau Pulp and Paper Terhadap Kemunduran
Sekolah Bernas” dapat diselesasikan. Tesis ini ditulis untuk memenuhi salah satu
persyaratan guna mendapatkan gelar Mangister Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Konsentrasi sosiologi-antropologi di
Pascasarjana Universitas Negeri Padang.
Penulis menyadari tanpa adanya bantuan, baik moril maupun materil dari
berbagai pihak, maka penulisan tesis ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Damsar, M. Si, sebagai pembimbing I sekaligus sebagai dosen
Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang yang telah banyak
meluangkan waktunya dalam membimbing, mengarahkan dan
memberikan motivasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
2. Prof. Azwar Ananda, Ed.D, MA sebagai pembimbing II sekaligus sebagai
dosen Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang yang juga telah
banyak meluangkan waktunya dalam membimbing, mengarahkan dan
memberikan motivasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
3. Dr. Siti Fatimah, M.Hum, M.Pd dan Dr Sri Ulfa Sentosa, MS serta Prof.
Dr. Abizar, sebagai dosen penguji dan sekaligus sebagai dosen Program
Pascasarjana Universitas Negeri Padang yang telah memberikan saran dan
masukan untuk perbaikan tsis ini.
4. Prof. Dr. H. Mukhaiyar, M. Pd, selaku Direktur program Pascasarjana
Universitas Negeri Padang yang telah banyak memberikan kemudahan dan
fasilitas selama mengikuti pendidikan.
5. Dr. Siti Fatimah, selaku ketua program studi Ilmu Pengetahuan sosial
Pascasarjana Universitas Negeri Padang yang telah banyak memberikan
kemudahan dan fasilitas selama mengikuti pendidikan.
6. Seluruh pegawai program Pascasarjana Universitas Negeri Padang yang
telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis selama
mengikuti pendidkan.
7. Bapak dan ibu dosen program Pascasarjana Universitas Negeri Padang
atas ilmu pengetahuan yang telah diajarkan.
8. Wakil bupati Kabupaten Pelalawan, ketua yayasan sekolah Bernas serta
guru-guru dan pegawai sekolah Bernas yang telah bersedia menjadi
responden dalam penelitian saya.
9. Terima kasih Untuk Orang Tua ku yang tak terhingga, Mak dan Apa untuk
dukungan dan kesabarannya.
10. Yang tercinta dan tersayang Suamiku ALFAZIL, S.IP, terima kasih atas
dukungan yang tak henti – hentinya. Dan anakku Jalaludin Rumi Alfsa
“Terima Kasih Sayang” bunda mencintaimu walaupun bunda sering
bepergian untuk perkulihan ini.
11. Sahabat-sahabat dan rekan-rekanku kak Loli, Pak Zubir, Pak Lary
(Tulang), kak Faizah, Kak Nina, Kak Eci, Pak Rustami, kak Novi dan
semua mahasiswa Konsentrasi IPS sosiologi-antropologi Program
Pascasarjana Universitas Negeri Padang yang telah banyak memberikan
motivasi guna penyelesaian studi ini.
Semoga semua bantuan, dorongan dan bimbingan yang telah diberikan
dengan keikhlasan dan ketulusan hati itu menjadi amal ibadah dan mendapatkan
imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Akhirnya penulis menyadari bahwa
penelitian yang telah dilakukan ini masih memiliki keterbatasan. Dengan segala
kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak, selalu penulis
nantikan demi perbaikan dan kesempurnaan tesis ini. Mudah-mudahan tulisan
sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin, ya rabbal
‟alamin.
Padang, Januari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT .................................................................................................................. i
ABSTRAK .............................................................................................................. ii
PERSETUJUAN AKHIR ............................................................................................ iii
PERSETUJUAN KOMISI .......................................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN ....................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1
B. Rumusan masalah............................................................... 7
C. Tujuan Penelitian................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian............................................................. 7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis.................................................................... 9
1. Corporate sosial responsibility..................................... 9
2. Pemberdayaan Masyarakat………………………….. 14
3. Inovasi…………………….......................................... 17
4. Factor-faktor yang Mempengaruhi Kemajuan dan
Kemunduran Sekolah………………………………
20
B. Penelitian yang Releven.................................................... 22
C. Kerangka Pemikiran........................................................... 24
BAB III. METODELOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian................................................................ 26
B. Informan Penelitian............................................................ 26
C. Teknik dan Alat Pengumpul Data...................................... 26
D. Teknik Penjamin keabsahan data....................................... 29
E. Teknik Analisa Data........................................................... 30
BAB IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Sejarah Berdirinya Sekolah Bernas............................. 32
2. Sejarah Berdirinya Sekolah Dasar Bernas................... 33
3. Sejarah Berdirinya Sekolah Menengah Pertama
Bernas..........................................................................
37
4. Sejarah Berdirinya Sekolah Menengah Umum
Bernas..........................................................................
51
B. Temuan Khusus………………………………………….. 53
1. Alasan – Alasan PT. RAPP melakukan CSR............... 54
2. Bentuk Pelaksanaan CSR PT. RAPP di sekolah
Bernas..........................................................................
56
a. Bentuk Inovasi CSR di Sekolah Bernas................. 56
b. Kemudahan dan Keberpihakan CSR oleh PT.
RAPP pada sekolah Bernas.....................................
61
3. Kemunduran CSR oleh PT. RAPP di sekolah Bernas 63
a. Menurunnya Jumlah Produksi PT RAPP………… 63
b. Kerjasama Antara PT RAPP dengan
Pemerintah Tidak Berjalan Baik………………….
65
c. Guru Tidak Lagi Bekerja Dengan Baik dan
Berhenti Mengajar di Sekolah Bernas…………….
d. Menurunnya Minat Masyarakat Untuk Sekolah
di Sekolah Bernas
68
87
C. Pembahasan........................................................................ 90
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan......................................................................... 99
B. Saran................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 102
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Alur Pikir Penelitian ....................................................................................................................... 25
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2. Data Siswa/i SD Bernas ................................................................................................................ 35
3. Sarana dan Fasilitas SD Bernas ................................................................................................. 35
4. Data Pekerjaan Orang Tua dan Tingkat Pendidikan Orang tua siswa SD Bernas.......................................................................................................... 36
5. Data penghasilan Orang Tua siswa SD Bernas .................................................................... 37
6. Data Siswa/i SMP Bernas ............................................................................................................. 39
7. Sarana dan Fasilitas SMP Bernas .............................................................................................. 40
8. Data Pekerjaan Orang Tua dan Tingkat Pendidikan
Orang tua siswa SMP Bernas ...................................................................................................... 42
Data penghasilan Orang Tua siswa SMP Bernas ................................................................ 43
Aturan Berpakaian Siswa Bernas ............................................................................................. 46
Jenis dan Skor Pelanggaran Siswa/i Sekolah Bernas ....................................................... 47
Jumlah Siswa/i SMA Bernas........................................................................................................ 53
Rombongan Belajar SMA Bernas .............................................................................................. 53
Nilai UNAS Siswa SD Bernas Selama Pelaksanaan Hingga Berakhirnya Program CSR RAPP di SD Bernas (2003-2010) ...................................... 72 Nilai UNAS Siswa SD Bernas Selama Pelaksanaan Hingga Berakhirnya Program CSR RAPP di SMP Bernas (2003-2010) ................................... 73 Nilai UNAS Siswa SD Bernas Selama Pelaksanaan Hingga Berakhirnya Program CSR RAPP di SMA Bernas (2003-2010) .................................. 74 Prestasi Siswa sekolah Bernas Bidang Akademis Selama Pelaksanaan Hingga
Berakhirnya Program CSR RAPP di SD Bernas (2003-2011) ....................................... 79
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I Dokumentasi 104
Lampiran II Lembaran Kerja Analisis Kawasan Pertama
Analisis Domain Pertama........................................................
108
Lampiran III Lembaran Kerja Analisis Kawasan Kedua
Analisis Domain Kedua...........................................................
111
Lampiran IV Lembaran Kerja Analisis Kawasan Ketiga
Analisis Domain Ketiga...........................................................
113
Lampiran V Lembaran Kerja Analisis Kawasan Keempat
Analisis Domain Keempat.......................................................
114
Lampiran VI Hasil Observasi Terfokus......................................................... 115
Lampiran VII Analisis Taksonomi................................................................. 118
Lampiran VIII Analisis Komperensial............................................................. 120
Lampiran IX Tema........................................................................................ 122
Lampiran X Pedoman Wawancara dengan Yayasan Bernas....................... 123
Lampiran XI Pedoman Wawancara dengan orang yang terlibat dalam
pendirian Bernas dari pihak Pemda Pelalawan........................
125
114
Lampiran XII Pedoman Wawancara dengan masyarakat sekolah yaitu guru
dan tata usaha yang bekerja pada sekolah Bernas...................
126
BAB I
PENDAHULUAN`
A. Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor utama dalam
pembangunan nasional. Berhasil tidaknya pembangunan tidak hanya
ditentukan oleh faktor potensi sumber kekayaan alam yang tersedia, akan
tetapi lebih banyak ditentukan oleh sumber daya manusia yang berfungsi
sebagai pelaksana atau pelaku pembangunan. Apalah artinya potensi sumber
kekayaan alam apabila tidak dimanfaatkan secara optimal. Bagi negara
seperti Indonesia, sumber daya manusia masih menjadi permasalahan pokok.
Kualitas sumber daya manusia yang rendah dan tidak produktif merupakan
kendala yang harus dihadapi. Dengan demikian sumber daya manusia
memiliki peran ganda yaitu sebagai faktor pendorong pembangunan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa sumber daya manusia di Indonesia masih
rendah apabila dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Jepang,
Amerika Serikat, Inggris dan negara maju lainnya. Melihat kenyataan ini
maka pengembangan sumber daya manusia adalah salah satu jalan yang harus
diupayakan. Salah satu upaya pengembangan sumber daya manusia adalah
melalui jalur pendidikan.
Hal ini sesuai dengan sistem pendidikan nasional. Sistem pendidikan
nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling berkait secara
1
terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya
potensi secara didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, bertanggung jawab (pasal 1 ayat 3 dan pasal 3 UU RI Nomor
20 tahun 2003).
Salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam
pengembangan pembangunan adalah pembentukan wilayah administratif baru
yang dilakukan di tingkat provinsi maupun kota atau kabupaten dari
induknya. Hal ini sesuai dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang landasan
hukum pemekaran daerah di Indonesia. Dampak dari pemekaran daerah
antara lain berkembangnya berbagai sektor yang ada di daerah, terutama
dalam bidang pendidikan.
Kabupaten Pelalawan sendiri awalnya merupakan bagian dari wilayah
Kabupaten Kampar, yang terdiri atas empat kecamatan, yakni Langgam,
Pangkalankuras, Bunut dan Kuala Kampar. Kabupaten Pelalawan terbentuk
melalui UU RI Nomor 53 Tahun 1999 dan terdiri atas empat kecamatan di
atas. Namun setelah terbit Surat Dirjen PUOD No.138/1775/PUOD
tertanggal 21 Juni 1999 tentang Pembentukan Sembilan Kecamatan
Pembantu di Provinsi Riau, Pelalawan dimekarkan menjadi sembilan
kecamatan, yakni empat kecamatan induk dan lima kecamatan pembantu.
Melalui SK Gubernur Provinsi Riau Nomor 136/TP/1443, Pelalawan
dimekarkan kembali menjadi 10 kecamatan. Setelah terbitnya Peraturan
daerah Kabupaten Pelalawan Nomor 06 tahun 2005, sekarang ini Kabupaten
Pelalawan terdiri dari 12 kecamatan.
Kabupaten Pelalawan juga memiliki beberapa pulau yang relatif besar
yaitu: Serapung dan Muda serta pulau-pulau yang tergolong kecil seperti:
Pulau Tugau, Labuh, Baru, Ketam dan Untut. Luas seluruh wilayah
Kabupaten Pelalawan adalah 12.647,29 km2 (luas Kecamatan-kecamatan ini
diukur berdasarkan peta batas wilayah kecamatan dan telah ditetapkan
melalui Surat Bupati No.050/Bappeda-B/2000/212, tentang batas dan luas
wilayah kabupaten dan kecamatan).
Menurut Bab II, Pasal 14, UU RI Nomor 53 Tahun 1999 tentang
Pembentukan, Batas Wilayah dan Ibu Kota, maka batas wilayah Kabupaten
Pelalawan adalah: di Utara berbatasan dengan Kabupaten Siak, di Selatan
dengan Kabupaten Kuantan Singingi dan Pasir Penyu, Indragiri Hulu, di
bagian barat berbatasan dengan kabupaten Kuantan Singngi, Kabupaten
Kampar dan Kota Pekanbaru serta di timur berbatasan dengan Kabupaten
Karimun dan Indragiri Hilir.
Adapun kecamatan-kecamatannya terdiri dari: Kecamatan Langgam
dengan ibukota Langgam, Pangkalan kerinci dengan ibukota Pangkalan
kerinci, Pangkalankuras dengan ibukota Sorek Satu, Pangkalanlesung dengan
ibukota Pangkalanlesung, Ukui dengan ibukota Ukui Satu, Kuala Kampar
dengan ibukota Teluk Dalam, Kerumutan dengan ibukota Kerumutan, Teluk
Meranti dengan ibukota Teluk Meranti, Bunut dengan ibukota Pangkalan
Bunut, Pelalawan dengan ibukota Pelalawan, Bandar Sekijang dengan
ibukota Sekijang dan Bandar Petalangan dengan ibukota Rawang Empat.
PT Riaupulp atau Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), beroperasi
sejak awal 1995 di Pangkalan kerinci, Kabupaten Pelalawan dan merupakan
anak perusahaan Asia Pacific Resources Holding Limites (APRIL). Sejak
awal keberadaannya, PT RAPP telah memperlihatkan kepedulian serta
memainkan peranan dalam pengembangan sosio-ekonomi masyarakat di
sekitar areal operasinya, melalui program pengembangan masyarakat atau
Community Development (CD) yang bertujuan untuk pemberdayaan
masyarakat tempatan. Konsep pemberdayaan mengacu pada kemampuan
masyarakat mendapat akses dan kontrol atas sumber-sumber hidup yang
penting (Pranarka dalam Ariyanto, 2005:49-50).
Pelaksanaan program CD meliputi aspek pengembangan infrastruktur,
pendidikan, kesehatan dan peningkatan pendapatan, yang secara konsisten
telah dilakukan selama beberapa dasawarsa (LBD, 2003: 1). PT RAPP juga
memiliki moral obligation (kewajiban moral) terhadap masyarakat
Kabupaten Pelalawan. Berdasarkan kewajiban moral tersebut, RAPP
berusaha membantu mengatasi masalah-masalah yang dialami warga
Pelalawan memperoleh haknya untuk hidup layak dan sejahtera, terbebas dan
kemiskinan (dalam hal ini adalah dalam bidang pendidikan), karena majunya
suatu masyarakat tergantung pendidikan masyarakat tersebut.
Pada bulan Mei 1998, terjadi perubahan fundamental di Republik ini,
yaitu munculnya era reformasi. Pada saat itu perusahaan-perusahaan besar di
Riau, seperti PT RAPP, dihadapkan pada tantangan yang semakin tinggi
dalam kegiatan operasionalnya, yang berkaitan dengan program CD,
khususnya pada kegiatan pendidikan untuk menciptakan manusia yang
bermutu.
Sebagai salah satu pemasok kertas terbesar di dunia, maka hubungan
dengan masyarakat juga harus ditingkatkan, salah satu upaya untuk menjaga
hubungan tersebut PT RAPP melakukan tanggung jawab sosial yang sering di
sebut dengan Corporate Social Responsibility (CSR). Pemerintah Indonesia
memberikan respon yang baik terhadap pelaksanaan CSR dengan
menganjurkan praktik tanggung jawab sosial (social responsibility),
sebagaimana dimuat dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas Bab IV pasal; 66 ayat 2b dan Bab V pasal 74. Kedua pasal
tersebut menjelaskan bahwa laporan tahunan perusahaan harus mencerminkan
tanggung jawab sosial, bahkan perusahaan yang kegiatan usahanya di bidang
dan atau berkaitan dengan sumber daya alam, harus melaksanakan tanggung
jawab sosial.
Menteri Badan Usaha Milik Negara melalui Keputusan Nomor KEP-
04/MBU/2007 yang merupakan penyempurnaan dari Surat Keputusan
Menteri BUMN Nomor 236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan
Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan,
memberikan arahan secara lebih operasional tentang praktik tanggung jawab
sosial (social responsibilitiy), meskipun masih terbatas pada perusahaan
BUMN dan perusahaan yang operasinya bersinggungan dengan eksploitasi
sumber daya alam.
Hangatnya isu tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), muncul di
berbagai negara, terlihat dari praktik pengungkapan CSR yang mengacu pada
aspek lingkungan dan sosial, yang semakin meningkat. Bahkan berbagai hasil
studi telah dilakukan di berbagai negara dan dimuat di berbagai jurnal
internasional (Ghozali dan Chariri, 2007). Namun di Indonesia, CSR baru-
baru ini saja menjadi perhatian berbagai kalangan, baik perusahaan,
pemerintah maupun akademisi.
Menanggapi isu-isu tersebut, pada tahun 2003, PT RAPP dalam rangka
tanggung jawab sosialnya dan menunjang perkembangan pendidikan di
Kabupaten Pelalawan mengadakan kerja sama dengan Pemerintahan
Kabupaten (Pemkab) Pelalawan dengan mendirikan Yayasan Pendidikan
Bernas.
Berdasarkan hasil observasi awal ditemukan bahwa yayasan ini
dibentuk bersama antara Bupati Pelalawan HT Azmun Jaafar, SH dengan
Komisaris PT RAPP Mr Sukanto Tanoto di Pangkalan kerinci pada tanggal
26 Maret 2003. Sekolah milik Yayasan Bernas merupakan satu-satunya
sekolah di Pelalawan yang melakukan kerja sama dengan Pemkab Pelalawan
dan PT RAPP (APRIL) perusahaan pulp terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Dalam perencanaan awalnya, yayasan ini akan mendirikan beberapa sekolah,
yaitu SD dan SMP Bernas 2003-2004, SD dan SMP Capai Unggul 2005, TK
dan play group 2005-2006, SMU Bernas 2005-2006, TK, PG & SMU Capai
Unggul 2007, akademi (cikal bakal Universitas Pelalawan, ditargetkan berdiri
pada 2006-2007 ).
Hingga saat ini, yang sudah berdiri hanya SD, SMP dan SMU. Selain
itu, beberapa guru berprestasi mengundurkan diri dari sekolah itu, antara lain
Guru BK Hari Utami Alhana, yang sebelumnya adalah guru senior YPIA,
Wakil Kepala SMP/Guru Bahasa Inggris Naksa Makmur, SS, Wakil Kepala
SD/Guru Bahasa Arab Ustad Syaifullah, SPdi dan Kepala Tata Usaha Indra
Sakti, SSos.
Pada tahun 2010 yayasan Pendidikan Bernas diambil alih oleh Pemkab
Pelalawan. Dari permasalahan di atas, penulis tertarik untuk meneliti
kemunduran Sekolah Bernas dalam pelaksanaan CSR PT RAPP.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena latar belakang di atas, maka yang menjadi
fokus penelitian ini adalah: mengapa terjadi kemunduran Sekolah Bernas
dalam pelaksanaan CSR PT RAPP?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kemunduran Sekolah
Bernas dalam pelaksanaan CSR PT RAPP.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya bidang Sosiologi
yang berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat dalam hubungan
dengan perseroan terbatas (PT) atau perusahaan.
b. Manfaat Praktis
1. Sebagai bahan masukan bagi Direktorat Pemberdayaan Komunitas
Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat Departemen Sosial
RI dalam rangka hubungan dengan perusahaan atau PT.
2. Sebagai bahan masukan bagi Kementerian Percepatan Daerah
Tertinggal dalam rangka meningkatkan pembangunan dan
kesejahteraaan masyarakat dalam bidang pendidikan.
3. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau
dalam memberdayakan dan menyelamatkan masyarakat dari
kebodohan dan ketertinggalan dalam pendidikan.
4. Sebagai bahan masukan bagi PT RAPP dan perusahaan-perusahaan
yang juga beroperasi di sekitar Kabupaten Pelalawan untuk
peningkatan dan evaluasi program community development atau
corporate sosial responsibility, agar lebih bermanfaat bagi
masyarakat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis
1. Corporate sosial responsibility
Peran sebuah perusahaan sering disebut dengan CR atau CD. CR maupun
CD merupakan implikasi dari program Corporate Sosial Responsibility (CSR)
atau tanggung jawab sosial korporat (Reza Rahman, 2009:10). CSR menjadi
tuntunan bagi perusahaan, seiring dengan bermunculannya tuntutan komunitas
terhadap korporat. Korporat sadar bahwa keberhasilannya mencapai tujuan bukan
hanya dipengaruhi faktor internal, melainkan juga oleh komunitas yang berada
yang berada di sekelilingnya. Ini artinya telah terjadi pergeseran hubungan antara
korporat dan komunitas. Korporat yang semula memposisikan diri sebagai
pemberi donasi melalui kegiatan, kini memposisikan komunitas sebagai mitra
yang turut andil dalam kelangsungan ekssistensinya.
Penggunaan istilah tanggung jawab sosial perusahan atau Corporate
Social Responsibility (CSR) akhir-akhir ini semakin populer dengan semakin
meningkatnya praktik tanggung jawab sosial perusahaan dan diskusi-diskusi
global, regional dan nasional. CSR saat ini juga tengah menjadi inovasi bagi
hubungan dengan masyarakat sekitarnya (dalam arti luas) di berbagai negara,
salah satunya Indonesia. Konsep CSR dikenal sejak 1970-an sebagai kumpulan
kebijakan yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan
ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen
badan usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan.
Community Development (CD) merupakan program yang bertujuan untuk
mempercepat penanggulangan kemiskinan masyarakat, berdasarkan
pengembangan kemandirian melalui peningkatan kapasitas dan partisipasi
masyarakat serta kelembagaan dalam penyelenggaraan pembangunan (Rahardy,
2007: http://dickyrahardi.blogspot.com).
Arthur Dunham (dalam Rahardy, 2007) mengemukakan, Community
Development adalah: “Organized efforts to improve the conditions of
community life, and the capacity for community integration and self-
direction. Community Development seeks to work primarily through
the enlistment and organization of self-help and cooperative efforts on
the part of the residents of the community, but ussually with technical
assistance from government or volunta.’y organization”, sehingga
prinsip to help the community to help themselves (membantu
masyarakat agar dapat membantu keadaannya sendiri), dapat menjadi
kenyataan.
Budimanta dan Rudito (2008:38-39) menyatakan bahwa ruang lingkup CD
dapat dibagi menjadi: (1) community services, merupakan pelayanan korporat
untuk memenuhi kepentingan umum, (2) community empowering, yaitu program-
program yang berkaitan dengan memberikan akses yang lebih luas kepada
masyarakat untuk menunjang kemandiriannya, (3) community relation, yaitu
kegiatan-kegiatan yang menyangkut kesepahaman melalui komunikasi dan
informasi kepada para pihak yang terkait.
Definisi CD lain seperti dikemukakan Rudito dan Famiola community
development merupakan suatu proses adaptasi sosial budaya yang dilakukan
industri, pemerintah pusat dan daerah terhadap komunitas lokal. Kegiatan tersebut
difokukan secara sistemastis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses
komunitas guna mencapai kondisi sosial, ekonomi dan kualitas kehidupan yang
lebih baik untuk kurun waktu yang panjang.
Pelayanan ini tidak memandang umur, sehingga semua kalangan usia pada
komunitas tertentu dapat merasakan manfaat dan seluruh program-program yang
diberikan. Program-program tersebut meliputi pemberian pinjaman usaha bagi
masyarakat kurang mampu dan pelatihan-pelatihan keterampilan, seperti
pemberian pendidikan yang berkaitan dengan kesehatan, agama, ilmu
pengetahuan, kreativitas dan kesenian.
Menurut Jim Ife (2008) inti gagasan dari community development adalah
perubahan dari bawah. Idenya adalah bahwa komunitas lebih tahu apa yang
mereka butuhkan dan bagaimana cara mernenuhinya, serta harus lebih bergantung
kepada dirinya sendiri. Ide perubahan dari bawah ini terkadang sulit dilaksanakan
karena adanya kepentingan dan pihak atas sebagai pembuat kebijakan. Oleh
karena itu untuk dapat melakukan perubahan, maka si pelaku perubahan atau
pekerja komunitas perlu menghargai pengetahuan, kebudayaan, sumber daya,
kemampuan dan proses lokal.
World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)
(Hardinsyah, 2007), mengemukakan CSR adalah komitmen untuk berkontribusi
terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan; bekerja dengan para
karyawan dan keluarganya, masyarakat setempat dan masyarakat secara luas
dalam meningkatkan kualitas hidup mereka. Vasin, Heyn & Company (2004)
dalam Hardinsyah (2007) merumuskan definisi CSR sebagai kesanggupan untuk
berkelakuan dengan cara-cara yang sesuai azas ekonomi, sosial dan lingkungan
dengan tetap mengindahkan kepentingan langsung dari stakeholder.
Budimanta, Prasetio, & Rudito, (2004 : 77). Mengemukakan bentuk
program CSR memiliki dua orientasi. Pertama, internal, yakni CSR yang
berbentuk tindakan atas program yang diberikan terhadap komunitas. Kedua,
eksternal, yakni CSR yang mengarah pada tipe ideal berupa nilai pada korporat
yang dipakai untuk menerapkan atau mewujudkan tindakan-tindakan yang sesuai
keadaan sosial terhadap komunitas sekitarnya.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan CSR
tergantung pada visi dan misi korporatif yang disesuaikan dengan needs, desire,
wants, dan interest komunitas. Berikut adalah beberapa definisi CSR:
a) Melakukan tindakan sosial termasuk kepedulian terhadap lingkungan hidup,
lebih dari batas-batas yang dituntut peraturan dan undang-undang (Chambers
dalam Iriantara, 2004:49).
b) Komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan
berkontribusi untuk peningkatkan ekonomi bersamaan dengan dengan
peningkatan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal, dan
masyarakat yang lebih luas (Reza Rahman, 2009:10).
c) Komunitas bisnis untuk berkontrubusi dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan, keluarga karyawam
tersebut, berikut komunitas setempat dan masyarakat secara keseluruhan
dalam rangka meningkatkan kualitas hidup luas (Reza Rahman, 2009:10).
Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa CSR merupakan
salah satu program yang dilaksanakan oleh perusahaan dengan pemerintah
setempat dalam meningkatkan kesejahteraan, sosial budaya dan sumber daya
masyarakat setempat. Di samping itu, salah satu usaha yang dapat dilakukan
korporat untuk menjalin hubungan kemitraan yang baik dengan komunitas adalah
melalui program comunity relations (CR). Jerold (2000: 12) mengemukakan CR
sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi dalam sebuah komunitas
melaui berbagai upaya untuk menyelesaikan kemaslahatan organisasi dan
komunitas. Dalam praktiknya di lapangan, suatu kegiatan disebut CSR ketika
memiliki sejumlah unsur berikut:
a) Continuity and sustainability atau berkesinambungan.
Ini merupakan unsur vital CSR. Suatu kegiatan amal yang berdasar trend
ataupun insidental, bukanlah CSR. CSR merupakan hal yang bercirikan pada
long term perspective bukan instant, happenning, atau pun booming. CSR
adalah suatu mekanisme kegiatan yang terencanakan, sistematis dan dapat
dievaluasi (Iriantara, 2004 : 53).
b) Community empowerment atau pemberdayaan kemunitas.
Membedakan CSR dengan kegiatan yang bersifat charity atau pun
philantrophy semata. Tindakan-tindakan kedemawanan, meskipun membantu
komunitas, tetapi tidak menjadikannya mandiri. Salah satu indikasi suksesnya
program CSR adanya kemandirian yang lebih pada komunitas, dibandingkan
dengan sebelum program CSR hadir.
c) Two ways.
Artinya program CSR bersifat dua arah. Korporat bukan lagi berperan sebagai
komunitator semata, tetapi juga harus mampu mendengarkan aspirasi
komunitas. Ini dapat dilakukan dengan need assessment,yaitu sebuah survei
untuk mengetahui need, desires, interest dan wants komunitas.
Namun, dalam praktiknya, belum banyak perusahaan yang menerapkan
CSR. Berdasarkan surver Kompas pada 2007, 70% perusahaan di Indonesia
belum melaksanakan CSR. Masih banyak yang menganggap CSR adalah beban
dalam operasi produksi. Padahal CSR adalah „investasi‟ jangka panjang untuk
mencegah krisis melalui peningkatan reputasi dan imej korporat. Meski demikian,
CSR bukanlah program yang dilakukan secara periodik. Mengikuti trend ataupun
tanpa rencana. Hakikat CSR adalah menciptakan long term relationship dengan
kemunitas demi kehidupan yang lebih baik semua.
2. Pemberdayaan Masyarakat
Pelaksanaan CSR dimaksudkan untuk memberdayakan masyarakat
tempatan dengan cara memberikan peluang dan akses bisnis yang lebih besar,
fasilitasi, pelatihan dan bimbingan teknis, ataupun pendidikan. Konsep
pemberdayaan pada dasarnya dibangun dari ide yang menempatkan manusia
sebagai subyek dari dunianya sendiri. Aniyanto, (2005 : 48) mengemukakan
terdapat dua kecenderungan proses pemberdayaan, yaitu (1) proses
pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan
sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu
menjadi lebih berdaya. (2) kecenderungan sekunder yang lebih menekankan
melalui proses dialog. Kecenderungan ini terkait dengan kemampuan individu
untuk mengontrol lingkungannya
pertama adalah proses pemberdayaan yang menekankan pada proses
memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan
kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dilengkapi
dengan upaya membangun aset material, guna mendukung pembangunan
kemandirian mereka melalui organisasi. Kecenderungan proses ini dapat pula
disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan.
Kedua, adalah kecenderungan sekunder yang lebih menekankan melalui
proses dialog. Kecenderungan ini terkait dengan kemampuan individu untuk
mengontrol lingkungannya. Agar kecenderungan primer dapat terwujud, maka
harus melalui kecenderungan sekunder terlebih dahulu. Secara sederhana, konsep
pemberdayaan mengacu pada kemampuan masyarakat untuk mendapat akses dan
kontrol atas sumber-sumber hidup yang penting.
Pranarka (Ariyanto, 2005 :49-50), konsep ini terlalu umum dan kadang-
kadang hanya menyentuh cabang atau daun, namun tidak menyentuh akar
permasalahan. Belum ada gambaran yang memuaskan tentang konsep
empowerment sampai saat ini. Adapun menurut Isworo (Ariyanto, 2005 : 50),
karena belum ada kesepakatan mengenai definisi empowerment, orang lebih
senang melihat sifat empowerment sebagai suatu fenomena berupa proses yang
akan memberikan manfaat baik bagi perorangan dalam organisasi maupun
organisasi itu sendiri.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Sifat-sifat empowerement
adalah: (1) membantu agar masyarakat dapat lebih mengontrol kegiatan sendiri
maupun lingkungan, (2) membantu masyarakat memperbesar atau memperkuat
kapasitas kemampuan (enabling) dalam melaksanakan tugas masing-masing, (3)
membantu memperbesar kesempatan anggota masyarakat untuk tumbuh,
berkembang dan mandiri.
Allan D Wallis (Ariyanto, 2005:51), mengemukakan, muncul paradigma
baru yang melihat suatu masyarakat sebagai wujud utuh. Konsep pengembangan
bertujuan untuk memberikan pemberdayaan bagi masyarakat dalam merumuskan
masalah yang dihadapi dan mencari solusinya sendiri. Pendekatan baru ini
bertumpu pada 6 prinsip utama, yaitu: (1) modal masyarakat (social capital), yaitu
pengembangan yang ditujukan kepada pemberdayaan masyarakat melalui
peningkatan kesadaran mengenai kerja sama dan nilai-nilai yang disepakati, (2)
infrastruktur masyarakat (civil infrastructure), yaitu pengembangan lembaga-
lembaga kemasyarakatan informal yang berorientasi pada kemajuan (pendidikan),
(3) orientasi kepemilikan (asset orientation), pengembangan yang bertumpu pada
penggalian kemampuan masyarakat sebagai modal pengembangan, (4) kerja sama
(collaboration), yaitu mengembangkan pola kerja sama yang tumbuh dan dalam,
(5) visi dan tindakan strategis (vision and strategic action), yaitu membangun
visi-visi dan mengidentifikasi langkah-langkah strategis oleh masyarakat, (6) seni
demokrasi (art democracy), yaitu mempromosikan cara-cara bertindak yang
merangsang partisipasi dan tumbuhnya inisiatif dari dalam.
Nurcahyo (2008: 97) mengatakan, pemberdayaan masyarakat akan
berlangsung secara bertahap. Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut adalah
sebagai berikut: (1) tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku
sadar dan peduli, sehingga merasa membutuhkan peningkatan kesadaran tinggi,
(2) tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan
keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga
dapat mengambil peran dalam pembangunan, dan (3) tahap peningkatan
kemampuan intelektual, kecakapan-keterampilan sehingga terbentuklah inisiatif
dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan kemandirian.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat
harus melalui tahapan, yakni tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju
perilaku sadar dan peduli, tahap transformasi kemampuan berupa wawasan
pengetahuan, kecakapan keterampilan dan tahap peningkatan kemampuan
intelektual.
3. Inovasi
Bagi masyarakat Pangkalankerinci, Kabupaten Pelalawan, kerja sama
antara PT RAPP dan Pemkab Pelalawan merupakan hal baru. Menurut Rogers
(1962:10-24), setiap ide yang dibayangkan sebagai sesuatu yang baru oleh
individu, disebut dengan inovasi. Ada empat unsur penting dalam proses difusi
inovasi menurut Rogers, yaitu: (1) inovasi itu sendiri, inovasi adalah setiap ide
yang dianggap baru oleh individu ataupun unit adopsi lain, (2) saluran
komunikasi, inti proses penyebaran inovasi adalah interaksi manusia dimana
seseorang mengomunikasikan ide baru pada orang lain. Tanpa komunikasi,
inovasi tidak akan tersebar. Saluran komunikasi yang bersifat personal lebih
efektif dalam mempengaruhi individu untuk menerima ide baru, terutama bila
saluran yang bersifat personal tadi menghubungkan dua atau lebih individu yang
memiliki kesamaan dalam status sosio-ekonomi, pendidikan atau hal penting
lainnya. Komunikasi inovasi terjadi dalam suatu sistem sosial. (3) Aspek waktu.
Dimensi waktu terlibat dalam difusi yaitu pada (a) proses innovation-decision,
yaitu proses dimana individu melewati tahap pengetahuan mengenai inovasi
hingga mengambil keputusan untuk mengadopsi atau menolak inovasi tersebut,
(b) keinovatifan individu atau unit adopsi, yaitu waktu relatif inovasi diadopsi
secara dini atau terlambat, (c) tingkat adopsi inovasi dalam sistem, biasanya
diukur melalui jumlah anggota dalam sistem yang mengadopsi inovasi dalam
jangka waktu tertentu, (4) sistem sosial, yaitu sekumpulan individu yang berbeda
fungsinya dan terlibat dalam kegiatan menyelesaikan masalah kolektif. Dalam
tiap sistem sosial terdapat norma, status, dan pemimpin, yang kesemuanya
penting dalam memahami nasib inovasi dalam sistem sosial yang bersangkutan.
Rogers (Lauer, 1993 : 229-23 1), menemukan lima ciri inovasi yang
dibayangkan penerimanya. (1) Keuntungan relatif dan inovasi. Semakin
dibayangkan orang inovasi itu akan dapat meningkatkan keuntungan relatif
mereka atas situasi yang ada, semakin cenderung mereka akan menerimanya.
Sebaliknya, semakin dibayangkan kurang atau tidak menguntungkan, cenderung
semakin segan menerimanya. (2) Kecocokannya dengan nilai-nilai dan kebutuhan
yang ada. (3) Laju penerimaan inovasi akan dipengaruhi oleh bayang-bayang
kerumpilannya. Beberapa inovasi dibayangkan sangat sukar dipahami dan
digunakan, dan karena itu akan lebih lambat diterima atau ditolak. (4) Inovasi
kurang lebih diterima atas dasar „dapat dicoba‟, seberapa besar kemungkinan
untuk melembagakannya atas dasar percobaan. Ide baru yang dapat dicoba secara
berangsur-angsur, biasanya akan diterima lebih cepat daripada inovasi yang tidak
dapat dicoba secara berangsur-angsur. (5) Laju penerimaan inovasi dipengaruhi
oleh kemungkinan untuk dikomunikasikannya. Semakin dapat diamati
pengaruhnya oleh calon penerimanya, semakin besar kemungkinan ia menerima
inovasi itu.
Proses dimana inovasi dikomunikasikan melalui beberapa saluran selama
jangka waktu tertentu di antara anggota-anggota dalam sistem sosial, disebut
difusi (Rogers, 1962:5). Selain itu difusi juga diartikan sebagai bentuk perubahan
sosial dimana terjadi perubahan pada struktur dan fungsi sistem sosial. Ketika ide-
ide baru ditemukan, didifusikan dan diterima atau ditolak, menimbulkan akibat-
akibat tertentu maka terjadilah perubahan sosial (Rogers, 1962:6).
Dalam proses innovation-decision atau pengambilan keputusan inovasi,
terdapat lima langkah utama, yaitu: (1) knowledge, proses dimana individu
mempelajari keberadaan inovasi dan mengetahui fungsi-fungsinya, (2)
persuasion, muncul ketika individu memiliki sikap menerima atau menolak
inovasi, (3) decision, muncul ketika individu terlibat dalam aktivitas yang
mengarah pada penerimaan atau penolakan inovasi, (4) implementation, terjadi
ketika individu menggunakan inovasi, dan (5) confirmation, terjadi ketika
individu mencari penguat dan proses pengambilan keputusan inovasi, tapi
individu dapat saja mengubah keputusan yang telah diambil, bila ditemukan hal
yang bertentangan dalam inovasi (Rogers, 1962:30).
Program CSR yang dilakukan pada Sekolah Benas sebagai suatu inovasi
yang ditujukan bagi pemberdayaan masyarakat Pangkalan kerinci, tentunya akan
menyebabkan perubahan pada masyarakat setempat. Perubahan-perubahan pada
masyarakat itu merupakan fenomena sosial yang wajar, karena tiap manusia
memiliki kebutuhan dan senantiasa berhubungan dengan lingkungan di luar
dirinya.
4. Faktor-Faktor yang Mempegaruhi Kemajuan dan Kemunduran Sekolah
Diakui atau tidak, krisis multidimensional yang melanda negeri ini
membuka mata kita terhadap mutu pendidikan manusia Indonesia. Itupun dengan
sumber daya manusia hasil pendidikan yang ada di negeri ini. Memang, penyebab
krisis itu sendiri begitu kompleks. Namun tak dipungkiri bahwa penyebab
utamanya adalah sumber daya manusia itu sendiri yang kurang bermutu. Jangan
harap bicara soal profesionalisme, terkadang sikap manusia Indonesia yang paling
merisaukan adalah seringnya bertindak tanpa moralitas.
Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya
delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The
Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya
delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle
Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja
yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah-sekolah yang ada di
Indonesia belum berkualitas atau belum sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Oleh sebab itu hendaknya sekolah-sekolah yang ada di negeri ini hendaknya dapat
meningkatkan kualitas sekolah demi menciptakan sumber daya manusia yang
dapat bersaing di era globalisasi ini. Bagaimanapun juga pendidikan tidak
mungkin terlaksana dengan baik tanpa didukung dengan sekolah-sekolah yang
baik.
Cheng (1994:32) mengemukakan sekolah harus mampu menjalankan
fungsinya secara maksimal, baik fungsi ekonomis, fungsi sosial-kemanusiaan,
fungsi politis, fungsi budaya maupun fungsi pendidikan. Fungsi ekonomis sekolah
adalah memberi bekal kepada siswa agar dapat melakukan aktivitas ekonomi
sehingga dapat hidup sejahtera. Fungsi sosial kemanusiaan sekolah adalah
sebagai media bagi siswa untuk beradaptasi dengan kehidupan masyarakat.
Fungsi politis sekolah adalah sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan
tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara. Fungsi budaya adalah media
untuk melakukan transmisi dan transformasi budaya. Adapun fungsi pendidikan
adalah sekolah sebagai wahana untuk proses pendewasaan dan pembentukkan
kepribadian siswa.
Dalam upaya menuju sekolah mandiri, terlebih dahulu kita perlu
menciptakan sekolah yang efektif. Ciri sekolah yang efektif adalah sebagai berikut
(1) visi dan misi yang jelas dan target mutu yang harus sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan secara lokal, (2) Sekolah memiliki output yang selalu
meningkat setiap tahun.(3) Lingkungan sekolah aman, tertib, dan menyenangkan
bagi warga sekolah.(4) Seluruh personil sekolah memiliki visi, misi, dan harapan
yang tinggi untuk berprestasi secara optimal (5) Sekolah memiliki sistem evaluasi
yang kontinyu dan komprehensif terhadap berbagai aspek akademik dan non
akademik. (Http://www.geocities.com.2004) Senin tanggal 15 Maret 2011 jam
20.00 wib.
Disamping efektif sekolah juga efisien dalam penyelenggaraan sekolah
efisiensi dalam pendidikan artinya pendayagunaan sumber-sumber pendidikan
yang terbatas sehingga mencapai optimalisasi yang tinggi. Sekolah akan dikatakan
efisien jika tercapai: (1) penurunan DO dan mengulang kelas, (2) pemetaan mutu
sekolah berdasarkan pada SPM (Standar Pelayanan Minimal) dan Manajemen,
(3) Pengembangan sistem penilaian hasil belajar (penilaian kelas dan ujian akhir
sekolah), (4) pengawasan dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas publik.
(Http://www.geocities.com.2004) Senin tanggal 15 Maret 2011 jam 20.00 wib.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan persekolahan
juga tergantung kepada faktor-faktor seperti kemampuan masyarakat untuk
membiayai persekolahan, kemungkinan orang tua membebaskan anak-anak dari
pekerjaan produktif membantu orang tua, dan perhatian dari kelompok-kelompok
tertentu dalam mengawasi penguasaan pengetahuan dari keterampilan tertentu dan
dalam memberi kesempatan kepada generasi muda menguasainya untuk
menjamin kesinambungan masyarakat dan kelestarian pengetahuan.
Dengan adanya faktor-faktor pendorong tersebut di atas, maka dalam
berbagai masyarakat telah berkembang berbagai bentuk persekolahan, termasuk
dalam masyarakat sederhana dengan ekonomi yang masih bersifat subsistensi dan
belum mepunyai aksara. Pemilikan aksara dapat dipakai sebagai salah satu faktor
kunci dalam menentukan tingkat kebudayaan. Bahasa tertulis yang dimungkinkan
oleh adanya aksara telah memunjulkan peradaban yang tinggi. Adanya bahasa
tertulis telah memungkinkan suatu masyarakat untuk menumpuk pengalaman,
mengkaji ulang pengalaman-pengalaman dari satu generasi ke generasi berikutnya
yang akan menjurus kepada perkembangan ilmu pengetahuan yang menjadi motor
pergerak perkembangan peradaban ummat manusia.
B. Penelitian yang Relevan
Studi yang pernah dilakukan tentang corporate sosial responsibility
melalui program LBD dari masyarakat Sakai di Kabupaten Bengkalis yaitu
menggali aspek komunikasi dan aspek-aspek yang berpengaruh pada keberhasilan
program LBD. Di antara penelitian-penelitian tersebut yang memiliki relevansi
dengan penelitian ini adalah karya Memi Suryani (2007) yang menyimpulkan,
bila tim pembina LBD menggunakan gaya komunikasi persuasif dalam
berinteraksi dengan peserta, maka sikap peserta akan cenderung positif.
Sebaliknya, jika pembina menunjukkan gaya komunikasi yang tidak persuasif,
maka sikap peserta akan cenderung negatif terhadap pelatihan LBD.
Secara umum, kecenderungan sikap peserta pelatihan LBD yang berasal
dan Suku Sakai adalah positif. Sedangkan bila dilihat per aspek, kecenderungan
yang sangat positif ada pada aspek afektif, sedangkan aspek kognitif dan
psikomotoriknya hanya bersifat positif.
Berkaitan dengan tanggung jawab sosial dengan adanya pelatihan LBD,
Maida Adelina Natiar (2007) dalam penelitiannya memperoleh kesimpulan bahwa
semakin positif sikap peserta LBD etnik Melayu di Minas terhadap pelatihan itu,
maka akan semakin tinggi motivasi berprestasi.
Sementara itu YuI Akhyar (2008), menyimpulkan, dua variabel yang
berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan CSR dalam program LBD sebagai
pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu:
1. Variabel penguatan kemampuan bidang finansial yang meliputi akses
permodalan dengan melakukan kerja sama dengan institusi/lembaga
keuangan dan membantu pengusaha kecil mendapatkan akses permodalan
untuk mendanai pekerjaan yang mereka dapatkan.
2. Variabel kebijakan dan kemudahan prosedur tender (keberpihakan) yang
mutlak diperlukan pengusaha kecil lokal, terutama dengan mempercepat
pembayaran, memberi akses pekerjaan kepada pengusaha kecil,
menyederhanakan prosedur pengadaan, membatasi/mengutamakan pengusaha
kecil lokal di sekitar perusahaan untuk mendapat prioritas (proteksi) pada
jangka waktu tertentu, sehingga mereka mampu mengembangkan potensinya
dan akhirnya mampu bersaing di lingkungan yang lebih luas.
C. Kerangka Pemikiran
PT Riaupulp atau Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), beroperasi sejak
awal 1995 di Pangkalan kerinci, Kabupaten Pelalawan dan merupakan anak
perusahaan Asia Pacific Resources Holding Limites (APRIL). Sejak awal
keberadaannya, PT RAPP telah memperlihatkan kepedulian serta memainkan
peranan dalam pengembangan sosio-ekonomi masyarakat di sekitar areal
operasinya, melalui program pengembangan masyarakat atau Community
Development (CD) yang bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat.
PT RAPP sebagai perusahaan pulp and paper yang berinovasi dengan
program CSR yaitu kerja sama dengan Pemkab Pelalawan melalui pendirian
Sekolah Bernas, yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat Pangkalan
kerinci sehingga dapat menjadi masyarakat yang mandiri.
Masyarakat Pangkalan kerinci diberi kesempatan untuk berkembang dan
meningkatkan taraf hidupnya melalui program pendidikan yang disediakan PT
RAPP. Sebagai suatu sistem sosial, PT RAPP dan masyarakat Pangkalankerinci
memiliki fungsi/peran sesuai dengan posisi strukturalnya. Tapi, sebuah sistem
yang baik tetap membutuhkan setiap unsur yang ada di dalamnya untuk berfungsi
sesuai dengan peran yang diharapkan. Bila unsur-unsur tersebut menjalankan
fungsi masing-masing dengan baik, maka program CSR pada Sekolah Bernas
akan memberi dampak postif dalam pemberdayaan masyarakat Pangkalan kerinci.
Membantu memahami dinamika praktik CSR yang merupakan bagian
dari penerapan CSR dalam bidang pendidikan pada perusahaan, diperlukan suatu
kerangka pemikiran. Dari landasan teori yang telah diuraikan di atas, maka
kerangka teoritis untuk penelitian ini disusun sebagai berikut:
Gambar 1. Alur pikir penelitian
PT RAPP dan Pemkap
Pelalawan
Pelaksaan CSR
Sekolah Bernas 1. SD 2. SMP 3. SMA
Dana
Fasilitas
Beasiswa
dll
Mundurnya CSR 1. Menurunnya produksi PT
RAPP 2. Kerjasama PT RAPP dengan
Pemrintah Pelalawan tidak berjalan baik
3. Guru Tidak lagi Bekerja
dengan Baik dan Berhenti
Mengajar di Sekolah Bernas
4. Menurunnya Minat
Masyarakat Untuk Sekolah
Di Sekolah Bernas
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Pangkalan kerinci merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten
Pelalawan, Provinsi Riau. Kecamatan Pangkalan Kerinci merupakan tempat
beroperasinya PT RAPP.
B. Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini ditetapkan sesuai karakteristik penelitian
kualitatif, yaitu dengan teknik bola salju (snowball sampling). Informan yang
ditemui pertama kali adalah Kepala Sekolah Bernas, para guru, tata usaha dan
siswa/siswinya, dilanjutkan dengan informan-informan lain yang dianggap
mengetahui lebih banyak informasi dan mendalami situasi sosial yang diteliti,
sehingga diperoleh data yang sebenarnya. Informan-informan tersebut di
antaranya adalah Wakil Bupati Pelalawan Drs H Marwan Ibrahim, yang ikut andil
dalam pendirian Sekolah Bernas ketua direksi RAPP, Ketua Yayasan Bernas,
kepala sekolah dan guru yang mengajar di sekolah Bernas.
C. Teknik dan alat Pengumpul Data
Teknik pengumpul data dilakukan dengan cara observasi langsung ke
lapangan dan wawancara mendalam (depth interview) dengan informan melalui
dokumentasi.
1. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan seharian manusia dengan
menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra
lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Karena itu, observasi adalah
kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja
pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya (Burhan, 2007:115).
Dari pendapat di atas maka dalam melaksanakan observasi peneliti
melakukan tiga tahapan yaitu: (1) melakukan observasi umum untuk memperoleh
deskripsi umum tentang situasi sosial yang menjadi obyek penelitian, (2)
melakukan observasi terfokus untuk memperoleh deskripsi yang lebih rinci
tentang berbagai komponen atau elemen yang sebelumnya ditemukan dalam
observasi umum, (3) melakukan observasi terseleksi, yaitu memilih secara tegas
mana dari sekian banyak aspek yang telah diketahui yang menjadi perhatian
utama peneliti. Sehubungan dengan objek penelitian, maka hal-hal yang
diobservasi dalam penelitian ini meliputi: lingkungan tempat Sekolah Bernas,
kantor dan fasilitas sekolah yang dilakukan dalam program CRS.
2. Wawancara
Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau
tanpa menggunakan pedoman wawancara, di mana pewawancara dan informan
terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Burhan,2007:108). Wawancara
pada penelitian ini dengan melibatkan informan dari Wakil Bupati Pelalawan Drs
H Marwan Ibrahim, yang ikut andil dalam pendirian Sekolah Bernas, ketua
Yayasan Bernas dan responden yang dianggap berhubungan dengan penelitian.
Wawancara dimulai dari informan kunci dan bergulir kepada informan
berikutnya. Fokus wawancara berkaitan dengan maju mundurnya CSR pada
Sekolah Bernas dan dampak inovasi CSR pada sekolah itu terhadap
pemberdayaan masyarakat Pangkalan kerinci, baik yang terlibat langsung di
dalamnya maupun tidak.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan
mengumpulkan sejumlah fakta dan data sosial yang tersimpan dalam bahan yang
berbentuk dokumen (Burhan,2007:121). Dokumentasi dalam penelitian ini dengan
mengumpulkan dan mengamati dokumen berupa dokumen pendirian sekolah
Bernas, inovasi CSR pada sekolah terhadap pemberdayaan masyarakat Pangkalan
kerinci, fasilitas yang ada di sekolah bernas pada pelaksanaan CSR.
Alat pengumpul data utama adalah peneliti sendiri dan menggunakan
instrumen wawancara, observasi, dan dokumentasi. Pendekatan dengan informan
dilakukan dengan secara periodik peneliti berkunjung ke sekolah Bernas untuk
melihat secara langsung kegiatan yang ada disekolah Bernas. Selain itu peneliti
juga menggunakan para tokoh pendiri sekolah Bernas dan guru di sekolah tersebut
sebagai alat pengumpul data sesuai dengan arahan peneliti. Hal ini dilakukan
sebagai data tambahan untuk memastikan bahwa data yang terkumpul menjadi
terpercaya (valid).
D. Teknik Menjamin Keabsahan Data
Agar data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dijamin
keabsahannya, maka peneliti menggunakan konsep yang disarankan Lincoln dan
Guha (Azmi, 2006 : 46-48), yaitu:
1. Prolonged engagement atau keterlibatan yang lama antara peneliti dengan
yang diteliti, yaitu dengan cara terlibat langsung dengan yang diteliti dan
masyarakat Sekolah Bernas. Hal ini bertujuan untuk membina keyakinan
dengan partisipan penelitian, memperluas variasi dan mengurangi distorsi
data.
2. Persistent observation atau observasi terus menerus, ini dimaksudkan untuk
menjamin pengalaman dan pemahaman yang mendalam serta memperluas
cakupan yang diperoleh peneliti.
3. Triangulasi, dilakukan untuk mencari informasi dari sumber yang beragam,
sehingga bisa mengurangi distorsi dalam mengambil kesimpulan. Oleh
karena itu, informan penelitian ini melibatkan berbagai sumber yaitu
masyarakat Sekolah Bernas, masyarakat Pangkalankerinci yang terlibat dalam
program CSR PT RAPP dan tokoh masyarakat di Kecamatan
Pangkalankerinci.
4. Pengujian ketepatan referensi, yaitu dengan pengarsipan data yang
dikumpulkan melalui studi naturalistik sebagai bahan untuk mengambil
kesimpulan.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk mencari dan menata secara sistematis
catatan hasil observasi dan wawancara serta pengamatan lainnya untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang pertunjukan yang sedang diteliti.
Teknik analisis data yang akan digunakan mengikuti langkah-langkah yang
dikemukakan oleh Spradley dalam Sanapiah, (1990:90). yaitu dengan
menggunakan analisis domain, taksonomi dan komponensial Untuk memperkuat
hasil penelitian.
1. Analisis Domain
Analisis domain dilakukan untuk menentukan hubungan antar bagian serta
menghubungkan bagian-bagian dengan keseluruhan, seperti bagaimana bentuk
inovasi program CSR PT RAPP dan apa dampak inovasi tersebut terhadap
pemberdayaan masyarakat Sekolah Bernas. Analisis domain merupakan suatu
cara berpikir sistematis untuk menentukan hubungan bagian dengan keseluruhan.
Menurut Spradley (2007:151), prosedur ini akan mengarahkan pada penemuan
jenis-jenis domain yang lain.
Dalam penelitian ini diidentifikasi beberapa domain, di antaranya: (a) jenis
aktor yang terlibat dalam program CSR PT RAPP, (b) jenis tindakan PT RAPP
untuk memberikan CSR pada Sekolah Bernas, (c) jenis perilaku yang ditunjukkan
masyarakat Sekolah Bernas, (d) jenis kemudahan CSR.
2. Analisis Taksonomi
Analisis taksonomi dilakukan untuk mencari bagaimana domain-domain
itu terorganisasi atau berhubungan satu dengan yang lain. Di antaranya adalah
jenis aktor yang terlibat dalam CSR, meliputi: kemajuan dan kemunduran Sekolah
Bernas dalam pelaksanaan CSR PT RAPP.
3. Analisis Komponensial
Analisis ini dilakukan untuk mencari atribut-atribut dan masing-masing
domain terpilih sehingga ditemukan komponen makna yang berhubungan dengan
simbol-simbol budaya dan situasi sosial yang sedang diteliti. Pertanyaan diajukan
pada kawasan terpilih yang telah ditetapkan dalam observasi terfokus dan tahap
analisis taksonomi. Analisis komponensial dipilih untuk melihat kelanjutan
observasi terfokus dan taksonomi tentang bentuk inovasi program CSR dan
kemajuan dan kemunduran Sekolah Bernas dalam pelaksanaan CSR PT RAPP
pada sekolah itu. Dari analisis ini diperoleh cara dan alasan pelaksanaan CSR PT
RAPP pada Sekolah Bernas.
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Sejarah Berdirinya Sekolah Bernas
Bernas berdiri sejak dibentuknya Yayasan Pendidikan Bernas oleh Bupati
Pelalawan HT Azmun Jaafar, SH dengan Komisaris PT RAPP Mr Sukanto
Tanoto, pada 17 Maret 2003, di Hotel Uni Graha, Pangkalankerinci. Pada 2 Mei
2003, ditandatangani kesepakatan Yayasan Pendidikan Bernas, sekaligus menjadi
hari ulang tahun sekolah itu. Tahun pelajaran baru dimulai pada Juli 2003.
Personil Yayasan Pendidikan Bernas terdiri dari Dewan Pembina (Bupati
Pelalawan, Ketua DPRD Pelalawan, Direktur RAPP, Prof Drs H Farid Kasmi,
Drs H Rasyid Hamidy, Drs M Kasim Fasda Bino dan Prof Dr Ir H Tengku
Dahril, MSc) dan Dewan Pengawas (Sekdakab Pelalawan, Kadisdik Pelalawan,
H Amru Mahali, Ir Fakhrunnas MA Jabbar, Rudy Tianda, Drs Sudirman Sobar,
MA dan Dr (Hc) H Dasril Maskar).
Sedangkan dewan pengurus terdiri dari ketua Drs H Nahas Pasha Raoef,
Wakil Ketua Azizon Nurza, SPi, MBA, Sekretaris H Nazarudin Mel, Wakil
Sekretaris Drs H Raja Syirwansyah, Bendahara Musyafran, SE Ak, Wakil
Bbendahara Drs H Tengku Ilyas Usman, anggota Drs Hudfatman, H Tengku
Zubir dan Roni Hasfikar, SE.
Visi Yayasan Pendidikan Bernas adalah menjadi pusat pendidikan
unggulan di Kabupaten Pelalawan dan menghasilkan SDM yang menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek), beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT,
serta memahami nilai dan Budaya Melayu. Sedangkan motto Bernas adalah
berbudaya Melayu, elok hati, rajin belajar, nuansa Islami, akhlak mulia dan sopan
santun. Yayasan Pendidikan Benas terdiri dari tiga jenjang pendidikan yaitu SD,
SMP dan SMA.
Misinya, merencanakan dan melaksanakan pembangunan pendidikan dasar,
menengah dan perguruan tinggi yang berkualitas, membangun dan
mengembangkan pendidikan dasar dan menengah yang unggul di setiap
kecamatan, membekali tamatan dengan kepribadian dan etos kerja yang dapat
dibanggakan oleh masyarakat dan dunia usaha, mengharuskan setiap tamatan
memahami, menghayati serta mewujudkan prinsip 4H (head-heart-hand-health)
dalam mengembangkan diri di masyarakat serta untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, membekali tamatan menghayati dan cinta akan
Budaya Melayu Riau, adat istiadat dan dapat menyesuaikan diri dengan
perkembangan Budaya Melayu dalam kehidupan sehari-hari, mengupayakan
tamatan agar berperan aktif mengisi pembangunan daerah, serta pemanfaatan
sumber daya alam yang ada dan memberdayakan sumber daya yang tersedia
secara efektif dan efisien, dalam membangun kualitas SDM melalui Yayasan
Pendidikan Bernas Pelalawan.
2. Sejarah Berdirinya Sekolah Dasar Bernas
Sekolah Dasar (SD) Bernas didirikan pada 2003, dengan luas bangunan
3021 m2, beralamat di Jalan H Abdul Jalil, Pangkalankerinci, Desa/Kelurahan
Kerinci Barat, Kecamatan Pangkalankerinci. SD ini dikepalai Elfidawati, MPd,
sedangkan pendidik dan tenaga pendidik terdiri dari guru PNS sebanyak 11
orang, guru honor 10 orang, guru honor provinsi dua orang, guru honor komite
lima orang, kepala tata usaha honor daerah satu orang, staff tata usaha honor
komite satu orang, janitor honor daerah satu orang, satpam honor komite satu
orang dan janitor honor BOS satu orang.
SD Bernas berpedoman pada petunjuk teknis yang dikeluarkan Dinas
Pendidikan Pelalawan dalam menerima siswa baru. Pada umumnya penerimaan
siswa baru sudah terjadwal, sesuai kalender pendidikan. SD Bernas
menempatkan maksimal 33 siswa setiap kelas. Bila dirata-ratakan, SD ini hanya
dapat menerima 98 siswa setiap tahunnya.
Syarat penerimaan siswa baru di SD Bernas tidak jauh berbeda dengan
sekolah-sekolah lain. Siswa yang diterima diranking berdasarkan nilai
UASBN/NEM tertinggi. Namun demikian, di SD ini ada tambahan tahapan
seleksi yang dilakukan, yaitu test mengaji. Test mengaji dilakukan bukan sebagai
syarat mutlak diterima atau tidaknya seorang siswa. Tujuannya untuk
mengelompokkan antara yang sudah bisa mengaji dengan yang belum. Bagi siswa
yang belum bisa mengaji, akan diberikan kelas tambahan tentang iqra’ / mengaji.
Sampai tahun ajaran 2010/2011, siswa yang bersekolah di SD Bernas telah
berjumlah 424 orang, tersebar dalam 14 rombongan belajar (rombel), mulai dari
kelas I sampai kelas VI. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel-5 berikut:
Tabel 4. 1 Data siswa/i SD Bernas
KELAS ROMBEL LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
I
II
III
IV
V
VI
3
2
2
2
3
2
51
31
27
25
24
28
47
39
37
37
49
30
98
70
64
61
73
58
Jumlah 14 186 239 424
Sumber : Tata Usaha SD Bernas
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang bersekolah
di SD Bernas sebanyak 424 orang yang terdiri dari kelas I sebanyak 98 siwa/i,
kelas II sebanyak 70 siswa/i, kelas III sebanyak 64 siswa/i, kelas IV sebanyak 61
siswa/i, kelas V sebanyak 73 siswa/i, kelas VI sebanyak 58 siswa/i. Adapun
tingkatan usia siswa berkisar antara 7-12 tahun (anak-anak dan remaja menengah).
Di samping itu juga, disediakan sarana-sarana pendukung lain. Perhatikan
dalam tabel 4. 2 berikut:
Tabel 4.2 Sarana dan Fasilitas SD Bernas
No Ruang/Bangunan Jumlah Luas Bangunan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kepala Sekolah
Belajar
TU / Kaur
Perpustakaan
Labor
Toilet / WC
Tempat Parkir
Musala
Rumah Penjaga Sekolah
Aula Atas
1
14
1
1
-
12
1
1
1
1
4 X 8
8 X 8
4 X 8
8 X 10
-
1.5 X 2
20 X 5
10 X 10
8 X 7
8 X 12
Sumber : Tata Usaha SD Bernas
Dari table di atas dapat diketahui bahwa sarana dan fasilitas sekolah SD
Bernas terdiri dari 1 ruang kepala sekolah, 14 ruang belajar, 1 ruangan tata usaha,
1 ruangan perpustakaan, 12 toilet, 1 ruangan musollah, 1 ruangan aula, 1 rumah
penjaga sekolah dan 1 tempat parkir.
Di samping itu, pekerjaan orangtua sisiwa yang sekolah di SD Bernas terdiri
dari petani, pedagang, pegawai negeri sipil, TNI/Polri dan karyawan swasta yang
ada di daerah Kabupaten Pelalawan dan tingkat pendidikannya terdiri dari
sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah ke atas dan
perguruan tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan tabel-3 berikut ini:
Tabel 4. 3. Data Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan Orangtua Siswa SD
Bernas
No Pekerjaan Orangtua Jumlah
% Tingkat Pendidikan %
1 Petani 1,2 % Tidak Sekolah -
2 Nelayan - Sekolah Dasar 2,4 %
3 Pedagang 21 % Sekolah Menengah
Pertama 5,1 %
4 Karyawan Swasta 55.2 % Sekolah Menengah
Atas 59,4 %
5 Pegawai Negeri Sipil 20,6 % Perguruan Tinggi 33,1 %
6 TNI / Polri 0.3 %
Jumlah 100% 100%
Sumber: Tata Usaha SD Bernas
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa orangtua siswa yang
bersekolah di SD Bernas sekitar 55,2 persen pekerjaannya adalah pegawai swasta.
Hal ini erat kaitannya dengan tantangan yang dihadapi sekolah, karena bagaimana
pun, pekerjaan orangtua berpengaruh pada penghasilannya dan pada akhirnya juga
berpengaruh pada tingkat partisipasi orangtua terhadap kemajuan pembelajaran di
sekolah.
Berdasarkan tabel-3 di atas dapat dijabarkan tentang data penghasilan orangtua
siswa SD Bernas yang tertuang pada tabel-4 berikut ini.
Tabel 4.4 Data Penghasilan Orangtua Siswa SD Bernas
No Rata-rata Penghasilan Per Bulan Jumlah% Keterangan
1 < Rp. 200.000.- -
2 Rp. 201.000 s/d 400.000.- -
3 Rp. 401.000 s/d 600.000.- -
4 Rp. 601.000 s/d 1.000.000.- ( 8 % )
5 > Rp. 1.000.000.- ( 92 % )
Sumber : Tata Usaha SMP, SD Bernas
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pendapatan orang tua siswa
8% sebesar 1.000.000 dan 92% di atas 1.000.000. dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa para siswa yang sekolah di SD Bernas berasal dari keluarga
dengan taraf ekonomi menengah ke atas. Hal ini sedikit banyaknya akan
menimbulkan pengaruh pada pelaksanaan MBS sekolah dan terbentuknya
berbagai kegiatan siswa yang perlu dukungan dana dari orangtua siswa.
3. Sejarah Berdirinya Sekolah Menengah Pertama Bernas
SMP Bernas berdiri sejak dibentuknya Yayasan Pendidikan Bernas pada 26
Maret 2003. SMP Bernas merupakan satu-satunya SMP di Kabupaten Pelalawan
yang melakukan kerja sama antara Pemkab Pelalawan dan PT RAPP (APRIL)
yang merupakan perusahaan raksasa pulp terbesar di Kawasan Asia Tenggara
dalam hal pendanaan serta pengadaan sarana dan prasarana.
Dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar, saat ini SMP Bernas
didukung tenaga berpengalaman yang merupakan sarjana-sarjana dari universitas
terkemuka di Sumatera dan Jawa, baik tenaga pendidik maupun staf lainnya.
Begitu juga dengan sarana lainnya, seperti gedung yang megah, labor komputer
dan sarana olah raga yang memenuhi standar serta fasilitas ibadah.
Visi SMP Bernas adalah berkualitas, mewujudkan siswa bertaqwa,
berprestasi dalam imtaq, iptek dan berbudaya, serta unggul dalam prestasi
akademik dan non akademik. Adapun tujuan SMP Bernas adalah
mengembangkan sistem penerimaan siswa baru secara merata dan bervariasi
dengan sistem penerapan kelas unggul, meningkatkan jumlah tenaga
kependidikan dan kualitas/kualifikasi tenaga kependidikan sesuai dengan tuntutan
pembelajaran yang berkualitas, mengupayakan kebutuhan sarana dan program
pendidikan untuk mendukung KBM dan hasil belajar, menciptakan kerja sama
dengan institusi terkait dalam rangka pengembangan program pendidikan yang
berbudaya bangsa dengan mengikuti perkembangan iptek, sistem PBM yang
mengarah pada program pembelajaran berbasis kompetensi dan memanfaatkan
pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler unggulan, sesuai dengan potensi dan minat
siswa.
SMP Bernas berpedoman pada petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh
Dinas Pendidikan Pelalawan dalam menerima siswa baru. Pada umumnya
penerimaan siswa baru sudah terjadwal sesuai dengan yang tertera dalam
kalender pendidikan. SMP Bernas menempatkan maksimal 32 siswa dalam setiap
kelas. Dengan demikian, SMP itu hanya dapat menerima 93 siswa setiap
tahunnya.
Syarat penerimaan siswa baru di SMP Bernas tidak jauh berbeda dengan
sekolah-sekolah lain. Siswa yang diterima diranking berdasarkan nilai
UASBN/NEM tertinggi. Sama seperti di SD, calon siswa SMP Bernas juga dites
mengaji. Ini bukan syarat mutlak, namun menjadi dasar pengelompokan antara
siswa yang sudah bisa mengaji dengan yang belum. Bagi yang belum, akan
mendapatkan pelajaran tambahan tentang iqra/mengaji.
Sampai tahun ajaran 2010/2011, siswa yang bersekolah di SMP Bernas
berjumlah 215 orang, tersebar dalam tujuh rombongan belajar (rombel), mulai
dari kelas VII sampai kelas IX. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel-5
berikut:
Tabel 4.5 Data siswa/i SMP Bernas
NO KELAS
JUMLAH
JUMLAH TOTAL L P
1
VII.1
VII.2
VII.3
17
16
15
14
15
16
31
31
31
Jumlah 48 45 93
2 VIII.1
VIII.2
21
21
10
11
31
32
Jumlah 42 21 63
3 IX.1
IX.2
14
13
16
16
30
29
Jumlah 27 32 59
JUMLAH SISWA KESELURUHAN 215
Sumber : Tata Usaha SMP Bernas
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah siswa SMP Bernas
sebanyak 215 orang, terdiri dari kelas VII sebanyak 123 siwa/i, kelas VIII
sebanyak 63 siswa/i, dan kelas IX sebanyak 59 siswa/i. Dari data di atas dapat
disimpulkan bahwa selama 3 tahun ini sekolah SMP Bernas mengalami
peningkakan dan adapun tingkatan usia siswa berkisar antara 12-16 tahun (remaja
menengah). Pihak sekolah juga menyediakan sarana pendukung pendidikan,
terlihat dalam tabel-2 berikut:
Tabel 4.6 Sarana dan Fasilitas SMP Bernas
PERABOT SISWA/MEUBELIER
No Nama Perabot Jumlah Perabot
1 Kursi siswa 180
2 Meja siswa 180
3 Papan Tulis 6
4 Papan Absensi 6
5 Tempat Sampah 6
6 Almari Kelas 6
ALAT PERAGA
No Nama Alat Jumlah
1 Bangun ruang datar 1 set
2 Alat ukur tinggi dan jarak 1 set
3 Klien meter 1 set
4 Alat jaring-jaring angka 1 set
5 Jaring-jaring ruang 1 set
6 Mekanisme 1 set
7 Alat peraga persamaan 1 set
ALAT PERAGA IPS
No Nama Alat Jumlah
1 Peta dunia 2
2 Peta Asean 2
3 Peta Eropa 2
4 Peta Asia 2
5 Peta Afrika 2
6 Peta Amerika 2
7 Peta khusus kelas I 2
8 Globe 2
ALAT PERAGA IPA
No Nama Alat Jumlah
1 Avo digital 5 buah
2 Slingkli 5 buah
3 Loup 5 buah
4 Cermin cekung 5 buah
5 Cermin Cembung 5 buah
6 Gelas Kimia 4 buah
7 Pengaduk 4 buah
8 Penjepit Tabung 4 buah
ALAT KESENIAN
No Nama Alat Jumlah
1 Seruling 30
2 Ketipung 2
3 Gitar 2
4 Sound Effect 2
5 Gendang 4
6 Marwas 20
7 Rebana 20
8 Gong 1
9 Pakaian Melayu 30
10 Sunting 15
ALAT OLAHRAGA
No Nama Alat Jumlah
1 Matras 6
2 Bola Volly 6
3 Bola Basket 6
4 Bola Kaki 6
5 Bola Takraw 4
6 Meja tenis 2
7 Bed Tenis meja 8
8 Raket 4
9 Lembing 12
10 Peluru 12
11 Lompat tinggi 1
12 Net Volly 2
13 Net Badminton 2
14 Net Takraw 2
ALAT MULTIMEDIA
No Nama Alat Jumlah
1 Komputer PC 16
2 Komputer PC 10
3 Note Book ( Toshiba ) 1
4 Komputer PC ( SIMBADA )
Fisika 1
5 Note Book ( Acer ) 1
6 LCD ( Toshiba ) 1 set
7 LCD ( acer ) 1 set
8 DVD/VCD Player 2
9 Mini speaker aktif PC 1 set
10 Printer 4 buah
11 Speaker aktif 1
12 Tape/Radio 1
13 TV ( LG ) 1
14 Digital + Parabola 1 set
15 Digital + Parabol 1 set
16 TV Samsung 2 buah
17 Proyektor OHP 1 unit
18 Screen 2
Sumber : Tata Usaha SMP Bernas
Semakin lengkapnya sarana dan prasana sebuah sekolah diharapkan akan
semakin berkembang kreativitas dan aktivitas siswa. Para siswa sebagian besar
berasal dari keluarga yang pekerjaan orangtuanya adalah karyawan swasta dan
pedagang. Tingkat pendidkan mereka juga sebagian besar sudah SLTA.
Untuk lebih jelasnya dapat di perhatikan pada tabel-3 berikut ini:
Tabel 4.7 Data Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan Orangtua Siswa SMP
Bernas
No Tingkat Pekerjaan
Orangtua
Jumlah
% Tingkat Pendidikan
Jumlah
%
1 PNS 30 ( 16.6) SD 22 ( 12,2 )
2 TNI/POLRI 2 ( 1.1 ) SLTP 41 ( 22,7 )
3 Karyawan Swasta 69( 38.3 ) SLTA 74 ( 41.1 )
4 Petani 23 ( 12.7) PT 43 ( 23,8 )
5 Nelayan 6 ( 3.3 )
6 Pedagang 50 ( 27.7)
Sumber: Tata Usaha SMP Bernas
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa orangtua siswa sekitar 38,3 %
pekerjaannya adalah pegawai swasta dan 27,7 % pedagang. Hal ini erat kaitannya
dengan tantangan yang dihadapi sekolah, karena bagaimanapun juga pekerjaan
orangtua berpengaruh pada penghasilannya dan pada akhirnya juga berpengaruh
pada tingkat partisipasi orangtua terhadap kemajuan pembelajaran di sekolah.
Berdasarkan tabel-3 di atas dapat dijabarkan tentang data penghasilan orangtua
siswa SMP Bernas yang tertuang pada tabel-4 berikut ini:
Tabel 4.8 Data Penghasilan Orangtua Siswa SMP Bernas
No Rata-rata Penghasilan Per Bulan Jumlah% Keterangan
1 < Rp. 200.000,-
2 Rp. 200.000 – Rp. 400.000,- -
3 Rp. 400.000 – Rp. 600.000.- -
4 Rp. 600.000 – Rp. 1.000.000,- 15 %
5 Rp. > 1.000.000,- 85 %
Sumber: Tata Usaha SMP Bernas
Dari segi ekonomi, para siswa SMP Bernas kebanyakan berasal dari
keluarga dengan taraf ekonomi menengah ke atas. Hal ini sedikit banyaknya akan
menimbulkan pengaruh pada pelaksanaan MBS sekolah dan terbentuknya
berbagai kegiatan siswa yang perlu dukungan dana dari orangtua siswa. Dalam
disiplin sekolah, SMP Bernas menerapkan aturan bagi para siswa yang disebut
sebagai tata tertib siswa SMP Bernas. Tata tertib ini terdiri dari :
1) Tata tertib siswa di kelas
1. Memasuki ruangan kelas dengan tertib dan teratur.
2. Menempati posisi tempat duduk yang sudah ditentukan.
3. Berdoa sebelum jam pelajaran pertama dimulai dan selesai jam pelajaran
yang terakhir.
4. Tertib selama berada di dalam kelas (selama proses belajar mengajar
berlangsung).
5. Bersikap sopan santun saat berbicara kepada guru dan teman di kelas.
6. Bertanggung jawab atas kebersihan dan kerapian fasilitas di ruangan
kelas.
7. Bertanggung jawab atas tugas yang diberikan guru, seperti: latihan,
pekerjaan rumah, dll.
8. Mengacungkan tangan terlebih dahulu bila berbicara, bertanya atau
memberi tanggapan kepada guru dan temannya di dalam ruangan kelas.
9. Setiap siswa harus memiliki alat tulis dan alat lainnya yang dibutuhkan
dalam proses belajar mengajar di kelas.
10. Izin ke kamar kecil hanya sekali saja dan paling banyak 3 orang per mata
pelajaran.
11. Keluar dari ruangan kelas dengan tertib setelah dipersilakan guru.
2) Tata tertib siswa di sekolah
1. Hadir 10 menit sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
2. Siswa yang terlambat harus melapor pada guru piket untuk diproses
dan menerima surat pengantar masuk kelas.
3. Memberi salam kepada guru, pegawai dan teman-teman di sekolah.
4. Berjalan pada lintasan yang sudah disediakan.
5. Bersedia secara bergantian menjadi piket kelas dan hadir 15 menit
sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
6. Mengikuti pelajaran baik intra maupun ekstrkurikuler dengan sungguh-
sungguh dan tertib.
7. Berada di dalam kelas pada waktu pergantian jam pelajaran.
8. Berada di luar kelas pada waktu istirahat, tak dibenarkan meninggalkan
pekarangan sekolah.
9. Mengikuti Salat Zuhur berjamaah dan kultum di musala sekolah,
dipimpin oleh Guru Agama.
10. Mengikuti kegiatan sekolah seperti: upacara bendera, apel pagi, peringatan
hari besar nasional (PHBN), Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), gotong
royong, dsb.
11. Mengikuti berbagai kegiatan OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah).
12. Membuang sampah pada tempat yang disediakan.
13. Bertanggung jawab terhadap kebersihan WC, kamar mandi dan fasilitas
umum lainnya.
14. Bertanggung jawab terhadap kebersihan, ketertiban dan kenyaman di
lingkungan sekolah.
15. Bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup tanaman dan tumbuhan
di lingkungan sekolah.
16. Pakaian sekolah:
a. Berpakaian sesuai dengan ketentuan sekolah
Tabel 4.9 Aturan Berpakaian Sekolah Bernas
No Hari Pakaian Kaos kaki dan sepatu
1
2
3
4
5
Senin
Selasa-Rabu
Kamis
Jum'at
Sabtu
Pakaian Nasional
Pakaian Yayasan
Pakaian Pramuka
Pakaian Melayu
Pakaian Olahraga
Kaos kaki, sepatu hitam
Kaos kaki, sepatu hitam
Kaos kaki, sepatu hitam
Kaos kaki, sepatu Putih
Kaos kaki, sepatu Putih
Keterangan:
Pakaian putra celana panjang
Pakaian putri rok panjang dan berjilbab
b. Pakaian seragam dipakai lengkap dengan atribut (lokasi, lambang, nama, ikat
pinggang warna hitam, topi dan dasi)
c. Penampilan
Siswa Putra:
- Rambut dengan standar 1, 2, 3 dan tidak dicat.
- Tidak dibenarkan memakai perhiasan seperti anting, gelang, kalung, tato,
dan atribut lainnya.
Siswa Putri:
- Rambut diikat rapi bagi yang tidak berjilbab.
- Tidak dibenarkan berdandan, berkuku panjang dan memakai pewarna kuku.
d. Berpakain rapi, baju dimasukkan ke dalam celana bagi siswa putra dan rok
bagi siswa putri.
17. Bersikap sopan dan santun saat berbicara serta berkomunikasi dengan
siapa saja di sekolah.
18. Tidak dibenarkan melakukan hal-hal yang dapat mengganggu kelancaran
belajar mengajar, seperti: berkelahi, memeras, mencuri dan tindakan kriminal
lainnya.
19. Tidak dibenarkan membawa/menggunakan senjata tajam, gambar dan
majalah porno dan obat -obat terlarang.
20. Tidak dibenarkan menentang dan melawan guru/karyawan, baik berupa
ucapan ataupun perbuatan.
21. Tidak dibenarkan menerima tamu di sekolah, kecuali seizin guru piket.
22. Tidak dibenarkan membawa dan merokok di sekolah maupun di luar sekolah.
23. Tidak dibenarkan pacaran di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
24. Tidak diperbolehkan membawa kendaraan bermotor.
3) Jenis dan Skor Pelanggaran
Tabel 4.10 Jenis dan Skor Pelanggaran Siswa-siswi Sekolah Bernas
No Jenis Pelanggaran Frekuensi Skor Ket
1 Terlambat mengikuti apel pagi 1 1
2 Tidak mengikuti apel pagi 1 2
3 Terlambat masuk kelas saat PBM
berlangsung 1 2
4 Tidak mengikuti KBM tanpa
keterangan 1 5
5 Tidak mengikuti Salat Zuhur dan
Ashar berjama'ah tanpa alasan 1 3
6 Tidak membawa perlengkapan
belajar 1 3
7 Tidak mengikuti KBM dengan baik 1 2
8 Tidak mengikuti kegiatan hari-hari
besar keagamaan / nasional 1 5
9 Tidak membuat tugas /PR 1 3
10 Menyontek dan memberi contekan 1 4
11 Membolos/cabut dari sekolah 1 4
12 Mengejek teman dan berkata kotor 1 2
13 Tidak melewati lintasan yang
disediakan 1 2
14 Duduk di atas meja 1 2
15 Membuang sampah sembarangan 1 3
16 Keluar kelas tanpa izin, berada di luar
kelas saat PBM berlangsung 1 3
17
Memakai perhiasan, gelang, anting,
kalung, tato dan atribut lainnya
(putra).
1 2
18
Pakaian, sepatu dan atribut sekolah
tidak seragam, tidak lengkap, tidak
rapi.
1 3
19 Pakaian dalam warna warni melebihi
lengan baju 1 3
20 Memakai jaket, sweater kecuali sakit 1 3
21
Baju, celana, rok, dan topi yang
ditulis atau digambar, pakaian
digulung atau dilepas jahitannya
1 3
22 Memakai aksesoris atau perhiasan,
bersolek yang berlebihan (putri) 1 3
23 Rambut pria melebihi ukan 3:2:1,
rambut diwarnai 1 4
24 Berkuku panjang 1 2
25
Baju, celana/rok yang ketat, baju
tidak dimasukkan dalam celana/rok
selama menggunakan pakaian
sekolah
1 4
26 Berbuat hal yang menyebabkan
kecelakaan dengan sengaja 1 5
27 Tidak melaksanakan piket kelas 1 3
28 Terlambat mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler 1 1
29 Tidak mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler tanpa alas an 1 3
30
Membawa handphone yang memiliki
fasilitas kamera dan MP3 dan
mengaktifkan pada KBM
berlangsung
1 5
31 Menerima tamu di sekolah tanpa
seizin piket. 1 5
32 Jajan saat KBM berlangsung 1 3
33 Mecoret meja, kursi dan tembok 1 5
34
Istirahat/berbaring di Ruang UKS
tanpa ijin Guru BK/Pembina UKS
atau Guru Piket
1 5
35 Berkelahi sesama siswa di sekolah 1 10
36 Melompati pagar 1 10
37 Membawa kendaraan bermotor
(SMP) 1 10
38
Pacaran di lingkungan sekolah
maupun di luar sekolah dengan
atribut/ pakaian sekolah
1 10
39 Merayakan ulang tahun di sekolah
secara berlebihan 1 10
40 Merusak inventaris dan tanaman di
lingkungan sekolah 1 15
Mengganti
Kerusakan
41 Pemalsuan surat dan atau tanda
tangan/paraf 1 15
42 Membawa/menghisap rokok 1 15
43
Mencuri/menodong/memeras/berjudi
di sekolah dan atau terlibat
perkelahian antar pelajar
1 20
44 Berlaku tidak sopan, mengejek,
menghina guru/karyawan/TU 1 20
45 Membawa film, majalah porno, buku
porno dan sejenisnya. 1 20
46 Membawa/menyimpan senjata tajam,
senjata api di sekolah 1 36
47 Berbuat asusila/terlibat kasus
kehamilan di luar nikah 1 36
48 Membawa/meminum minuman keras,
narkoba/naza 1 36
49 Penganiayaan terhadap guru atau
karyawan secara fisik. 1 36
50 Membawa kendaraan 1 10
Sumber : Tata Usaha Bernas
4) Standar Pembinaan
NP : Standar Pembinaan
1-5 : Teguran wali kelas
6-12 : Peringatan tertulis I
Membersihkan teras atas/bawah gedung sekolah dan atau
menyiram bunga di depan gedung sekolah (selama 3 hari).
13-18 : Peringatan Tertulis II
Membersihkan teras atas/bawah dan menyiram semua bunga di
depan gedung bawah dan atau merapikan tanaman di depan
gedung sekolah (selama 6 hari).
19-24 : Peringatan tertulis terakhir
Membersihkan teras atas dan bawah dan membersihkan WC dan
atau merawat, menyiram tanaman, merapikan taman di depan
gedung sekolah (selama 6 hari).
25-29 : Skorsing I
Selama 3 hari tidak bisa meminta ujian susulan (kembali ke
sekolah bersama orangtua/wali)
30-35 : Skorsing II
Selama 7 hari dan tidak bisa meminta ujian susulan (kembali ke
sekolah bersama orangtua/wali)
36 : Skor maksimal: siswa dikembalikan ke orangtua
5) Prosedur Pembinaan
a. Setiap pelanggaran dicatat dalam buku kontrol sikap siswa oleh wali kelas,
guru piket atau guru yang mengetahui langsung pelanggaran tersebut.
b. Peringatan tertulis I dibuat oleh wali kelas rangkap 2 (1 untuk arsip & 1
lagi untuk orangtua/wali).
c. Peringatan tertulis II dibuat oleh Guru BP/BK rangkap 2 (1 untuk arsip &
1 lagi untuk orangtua/wali, di panggil ke sekolah).
d. Peringatan tertulis terakhir dibuat oleh guru BP/BK rangkap 2 yang
diketahui oleh Kaur Kesiswaan (1 untuk arsip & 1 lagi untuk
orangtua/wali , dipanggil ke sekolah).
e. Skorsing I dan II orangtua dipanggil ke sekolah untuk menandatangani
surat skorsing dan orangtua mengantarkan anaknya kembali ke sekolah.
f. Pengembalian siswa kepada orangtua (setelah NP mencapai 36), orangtua
dipanggil ke sekolah untuk menandatangani surat pengembalian.
4. Sejarah Berdirinya Sekolah Menengah Atas Bernas
SMA Bernas didirikan pada 2006 dengan visi menjadi sekolah menengah
atas negeri unggul yang menguasai iptek, imtaq, Berbudaya Melayu dan siap
melanjutkan ke perguruan tinggi serta mampu bersaing di Era Globalisasi.
Misinya, menerapkan sistem pendidikan berbasis teknologi, membekali
tamatan dengan kepribadian luhur dan etos kerja yang dapat dibanggakan dalam
masyarakat dan dunia usaha, membekali tamatan dengan penghayatan dan
mencintai budaya daerah dan dapat menyesuaikan diri dengan dunia luar, serta
mengupayakan tamatan mampu melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Tujuannya adalah mengembangkan sistem penerimaan siswa baru secara
merata dan bervariasi dengan sistem penerapan kelas unggul, meningkatkan
jumlah tenaga kependidikan dan kualitas/kualifikasi tenaga kependidikan sesuai
tuntunan pembelajaran berkualitas, mengupayakan kebutuhan sarana dan program
pendidikan untuk mendukung KBM dan hasil belajar, menciptakan kerja sama
dengan institusi terkait dalam rangka pengembangan program pendidikan yang
berbudaya bangsa dengan mengikuti perkembangan IPTEK, Sistem PBM yang
mengarahkan pada program pembelajaran berbasis kompentensi, memanfaatkan
pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler unggulan sesuai potensi dan minat siswa,
menciptakan tamatan yang siap bersaing di era globalisasi, lulusan SMA Bernas
dapat diterima di PTN ternama di seluruh Indonesia.
Syarat penerimaan siswa baru di SMA Bernas tidak jauh berbeda dengan
sekolah-sekolah lain. Siswa yang diterima diranking berdasarkan nilai
UASBN/NEM tertinggi. Sama seperti sekolah-sekolah Bernas lainnya, calon
siswa juga dites kemampuan mengajinya. Tujuannya untuk mengelompokkan
siswa yang sudah dan belum bisa mengaji. Bagi yang belum, akan mendapatkan
pelajaran tambahan tentang Iqra/mengaji.
Sampai tahun ajaran 2010/2011, siswa yang bersekolah di SMA Bernas
berjumlah 268 orang, tersebar dalam sembilan rombongan belajar, mulai dari
kelas X sampai kelas XII.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.11 Jumlah Siswa SMA Bernas
No Jumlah Siswa Tahun Pelajaran
2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011
1 Kelas X 44 46 38 165
2 Kelas XI.IPS 15 23 16 32
3 Kelas XI. IPA 17 22 22 32
4 Kelas XII. IPS 13 20 19
5 Kelas XII.IPA 16 26 21
JUMLAH 76 120 150 268
Sumber : Data Tata Usaha SMU Bernas
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah siswa-siswi yang
bersekolah di SMA Bernas pada tahun ajaran 2010/ 2011 sebanyak 268 orang
yang terdiri dari kelas X sebanyak 165 siwa/i, kelas XI IPS 32 siswa/i, kelas XI
IPA 32 siswa/i, kelas XII IPS 19 siswa/i dan kelas XII IPA 21 siswa/i. Adapun
tingkatan usia siswa berkisar antara 16-18 tahun (remaja). Data rombongan
belajar (rombel) siswa/siswi SMA Bernas seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.12 Rombongan belajar Siswa/siswi SMA Bernas
No
Jumlah
Rombongan
Belajar
Tahun Pelajaran
2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011
1 Kelas X 2 2 2 5
2 Kelas XI IPS 1 1 1 1
3 Kelas XI IPA 1 1 1 1
4 Kelas XII IPS 1 1 1 1
5 Kelas XII IPA 1 1 1 1
JUMLAH 6 6 6 9
Sumber : Data Tata Usaha SMA Bernas
B. Temuan Khusus
Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi
sepanjang Januari-April 2011, diketahui bahwa alasan pelaksanaan CSR PT
RAPP di sekolah Bernas, keberhasilan dan kemunduran CSR di sekolah Bernas.
Berikut dipaparkan CSR yang dilakukan PT RAPP terhadap Sekolah Bernas.
1. Alasan PT RAPP Melakukan CSR di Sekolah Bernas
Berdasarkan hasil wawancara peneliti di lapangan setidaknya ada tiga
alasan penting dan manfaat yang diperoleh PT RAPP dalam merespon dan
menerapkan isu tanggung jawab sosial (CSR) yang sejalan dengan operasi
usahanya.
Pertama, perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh
karenanya wajar turut memperhatikan kepentingan masyarakat.
Dengan adanya penerapan CSR, maka PT RAPP secara tidak
langsung telah menjalin hubungan dan ikatan emosional yang baik
terhadap shareholders maupun stakeholders. Kedua, kalangan bisnis
dan masyarakat memiliki hubungan yang bersifat simbiosis
mutualisme (saling mengisi dan menguntungkan). Bagi PT RAPP,
untuk mendapatkan dukungan masyarakat, setidaknya licence to
operate, adalah suatu keharusan untuk memberikan kontribusi positif
kepada masyarakat, sehingga bisa mendongkrak citra dan performa
PT RAPP. Ketiga, kegiatan CSR merupakan salah satu cara untuk
mengeliminasi berbagi potensi mobilisasi massa (penduduk) untuk
melakukan hal-hal yang tidak diinginkan, sebagai akses eksklusifisme
dan monopoli sumber daya alam yang dieksploitasi PT RAPP, tanpa
mengedepankan adanya perluasan kesempatan bagi terciptanya
kesejahteraan dan pengembangan sumber daya manusia yang
berdomisili di sekitar wilayah Kabupaten Pelalawan, khususnya
Pangkalankerinci.
(wawancara dengan wakil bupati Drs. H. Marwan Ibrahim pada
tanggal 20 Maret 2011)
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Kepala Biro Humas PT RAPP,
menjelaskan bahwa kewajiban CSR dilakukan karena banyak perusahaan
multinasional di Indonesia, lepas dari tanggung jawabnya dalam mengelola
lingkungan (wawancara tanggal 15 januari 2011)
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kepedulian PT RAPP
dalam menjalin hubungan dengan masyarakat setempat membawa dampak –for
better or worse, bagi kondisi lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat,
khususnya di sekitar lokasi operasional perusahaan. Selain itu, pemilik PT RAPP
sejatinya bukan hanya shareholders atau para pemegang saham, melainkan pula
stakeholders, yakni pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi PT
RAPP.
Wawancara (tanggal 15 januari 2011) dengan Kepala Biro Humas PT
RAPP mengemukakan kepedulian kepada masyarakat sekitar/relasi
komunitas, dapat diartikan sangat luas, namun secara singkat dapat
dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi
dalam sebuah komunitas, melalui berbagai upaya kemaslahatan
bersama bagi organisasi dan komunitas. CSR bukan sekedar kegiatan
amal, di mana CSR mengharuskan PT RAPP dalam pengambilan
keputusannya sungguh-sungguh memperhitungkan akibat terhadap
seluruh pemangku kepentingan (stakeholder), termasuk lingkungan
hidup.
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa PT RAPP harus
membuat keseimbangan antara kepentingan beragam pemangku kepentingan
eksternal dengan kepentingan pemegang saham, yang merupakan salah satu
pemangku kepentingan internal walaupun pengaturan CSR dalam peraturan
perundang-undang an Indonesia masih menciptakan kontroversi dan kritikan.
Bagi kalangan pebisnis, CSR dipandang sebagai suatu kegiatan sukarela, sehingga
tidak diperlukan pengaturan dalam peraturan perundang-undangan.
CSR adalah kegiatan di luar kewajiban perusahaan yang umum dan sudah
ditetapkan dalam perundang-undangan formal, sehingga jika diatur akan
bertentangan dengan prinsip kerelaan dan akan memberikan beban baru kepada
dunia usaha. Wawancara tanggal 27 April 2011 dengan ketua Umum Kamar
Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Pelelawan Mohammad S Hidayat,
Dari hasil waancara di atas dapat di artikan bahwa kewajiban CSR sudah
diterapakan pada perusahaan yang berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Pemerintah mewajibkan BUMN memberikan bantuan kepada pihak ketiga dalam
bentuk pembangunan fisik. Kewajiban ini diatur dalam berbagai peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan BUMN.
2. Bentuk Pelaksanaan CSR PT RAPP di Sekolah Bernas
Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi serta pengamatan
peneliti di lapangan, diketahui bahwa bentuk pelaksanaan CSR PT RAPP di
Sekolah Bernas memiliki corak yang beragam. Berikut dipaparkan bentuk-bentuk
Pelaksanaan CSR PT RAPP di Sekolah Bernas.
a. Bentuk Inovasi CSR di Sekolah Bernas
Kerja sama antara PT RAPP dengan Pemkab Pelalawan, sudah terjalin
dengan baik. Saat peneliti konfirmasikan kepada guru seni Melayu ibu Dina S.Pd
di Sekolah Bernas, ia menuturkan sebagai berikut:
“Pembinaan kerja sama antara PT RAPP dan Pemkab Pelalawan,
tujuannya tentu saja untuk meminta tanggung jawab sosial perusahaan
terhadap masyarakat tempatan, dalam hal ini didirikanlah Sekolah
Bernas.” (Wawancara tanggal 10 Januari 2011)
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa kerja sama antara PT
RAPP dan Pemkab Pelalawan diwujudkan dalam bentuk sekolah, dengan tujuan
Pemkab Pelalawan dapat memantau CSR yang diberikan RAPP. Hal ini
diterapkan agar terjadi proses kerja sama yang saling menguntungkan satu dengan
yang lainnya.
Artinya, RAPP sebagai perusahaan kayu yang telah banyak menghabiskan
sumber daya alam kabupaten itu, diminta kontribusinya memajukan masyarakat
Pelalawan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan bapak Rahmat guru
kelas 4 SD Bernas kepada peneliti pada 8 Maret 2011 sebagai berikut:
“Kami memang mendapatkan CSR dari PT RAPP, tapi pada
kenyataannya bantuan tersebut kadang-kadang tidak jelas sampai ke
sekolah. Biasanya dana itu diberikan lewat yayasan sebanyak Rp800 juta
pertahunnya.”
Apa yang telah dikemukakan oleh RH di atas, dibenarkan oleh RZ kepada
peneliti pada 8 Maret 2011 sebagai berikut: Kadang–kadang kami para guru
terlambat mendapat gaji. Dalam hal ini diperlukan kerja sama kedua pelah pihak
untuk saling memberi pengawasan.
Sebagai perusahaan besar yang menjadi bagian penting dalam masyarakat
Riau, PT RAPP berusaha mengembangkan dan memperkuat kondisi sosial
masyarakat di sekitar wilayah operasinya melalui Program Community
Development (CD). Program CSR PT RAPP difokuskan pada empat bidang
utama, yaitu pendidikan, kesehatan masyarakat, pendapatan masyarakat dan
proyek yang bersifat khusus atau strategis (Wawancara dengan wakil bupati
Pelelawan pada tanggal 20 maret 2011).
Dari hasil wawancara di atas diketahui bahwa Inovasi program CSR dalam
bidang pendidikan dengan didirikannya bangunan Sekolah Bernas yang terdiri
dari bangunan untuk SD sebanyak 14 unit gedung, bangunan untuk SMP
sebanyak 7 unit gedung, bangunan untuk SMA sebanyak 9 unit gedung dan
beasiswa bagi siswa Sekolah Bernas
Hal senada juga diungkapkan oleh bapak Muklis kepala sekolah SMP
bernas kepada peneliti pada tanggal 5 April 2011. PT. RAPP telah memberikan
berbagai fasilitas kepada sekolah demi meningkatkan proses pembelajaran. Hal ini
dapat dilihat dari dokumentasi yang ada di sekolah Bernas. Pada 7 April 2004,
diserahkan baju kebaya merah, baju teluk belanga merah, kain songket, celana
kuning, baju kuning transparan, baju kebaya tanggung orange, baju teluk belannga
hijau, baju kebaya tanggung hijau, celana putih satin, kain hijau, kain pink, baju
kurung labuh kuning, celana kuning labuh, kain sarung plakat biru, selendang
kuning borkat, selendang biru, ikat pinggang kuning, benkung putra, boro putra,
boro putri, kain sarung plakat hijau, kain samping biru, kain samping kuning,
kalung bertingkat, anting jurai, kerudung kuning, anak kerudung, benkung kuning
tipis, kaset, kaset CD, tepak sirih, rekorder, pianika, gitar, kompang, Gendang
Melayu, rebana kecil, car/tambourine, tambour dan gendang silat.
Pada 12 Agustus 2004, juga diberikan pakaian penari dan pada 17 Juli 2006
diberikan gendang. Dalam bentuk elektronik diberikan bantuan berupa CVU,
kalkulator, keyboard, mouse, monitor, printer, amplifier/tape, kabel listrik,
kompor listrik, pada 15 April 2004. Pada 1 Februari 2005 diberikan bantuan TV
dan VCD. Pada 30 Agustus 2005 diberikan bantuan komputer, meja komputer dan
stabilizer. Sedangkan dalam bentuk peralatan sekolah, diberikan bantuan meja
siswa SD 360 unit, kursi siswa SD 360 unit, meja + kursi SD 12 unit, meja + kursi
SMP 90 unit, lemari kelas 12 unit, meja guru (kelas) 2 unit dan whiteboard (kelas)
12 unit.
Dari uraian di atas diketahui bahwa PT RAPP berusaha menggunakan gaya
komunikasi persuasif yang bertujuan untuk mempererat hubungan kerja sama
antara perusahaan itu dengan Pemkab Pelalawan. Gaya komunikasi persuasif
dapat diamati dalam strategi PT RAPP yang langsung mendatangi Sekolah Bernas
dan membawa Pemkab Pelalawan untuk ikut memberikan pernyataan mengenai
program CSR perusahaan itu, seperti yang diungkapkan bapak Dimas sebagai
wakil kepala sekolah SMA Bernas pada tanggal 11 Februari 2011 sebagai berikut:
“Oleh karena usaha-usaha sebelumnya tidak membuahkan hasil untuk
meminta bantuan kepada RAPP karena RAPP merasa setelah mereka
mendirikan bangunan Sekolah Bernas RAPP sudah cukup maka pada
2004 Pemkab mengikutsertakan RAPP dalam pemberian bantuan ke
Sekolah Bernas.”
Dari informasi tersebut, terlihat adanya usaha yang sebelumnya tidak
pernah dilakukan RAPP. Selama ini mereka datang ke Sekolah Bernas
memberikan bantuan secara langsung, namun setelah menghadapi masalah
dengan Pemkab Pelalawan, sekolah ini merasa harus lebih proaktif atau „jemput
bola‟ dengan mendatangi atasan PT RAPP secara langsung untuk menegaskan
tentang hubungan kerja sama perusahaan itu dengan Pemkab Pelalawan.
Adapun cara mengkomunikasikan Program CSR dengan mendatangi atasan
PT RAPP secara langsung ini, dapat dikatakan pula sebagai inovasi, karena cara
ini merupakan ide baru dalam sejarah Program CSR perusahaan itu. Biasanya
program CSR hanya dalam bentuk bantuan pendidikan, bukan kerja sama dalam
mendirikan sekolah.
Mengikutsertakan RAPP dalam pemberian bantuan secara langsung dalam
proses tersebut, (sesuai dengan teknik komunikasi persuasif yang disebut teknik
integrasi, yaitu kemampuan seseorang untuk menyatukan diri dengan komunikan,
dalam arti kata menyatukan diri secara komunikasi), ini berarti melalui kata-kata
verbal maupun nonverbal, komunikator menggambarkan dirinya „senasib‟ dan
karenanya menjadi satu dengan komunikan.
Hal ini juga sejalan dengan apa yang disampaikan oleh ibu Wulandari
seorang guru matematika di SMP Bernas, bahwa pada tahun 2007 silam. Tim
Guru Sekolah Bernas datang ke PT RAPP meminta langsung bantuan, karena
rencana awal pendirian sekolah itu tidak sejalan dengan yang telah dilaksanakan.
Lebih lanjut menuturkan mengenai permasalahan-permasalahan di sekolah itu,
“Tahun 2006 banyak staf TU dan guru berkualitas yang mengundurkan
diri dari Sekolah Bernas disebabkan ketidakjelasan hubungan ker ja
sama antara PT RAPP dan Pemkab Pelalawan.” (wawancara 25
Februari 2009).
Informasi di atas diperkuat dengan pernyataan Gustati Mumi, guru Sekolah
Bernas:
“Memang sejak berdirinya Sekolah Bernas, tidak ada kejelasan
hubungan kerja sama tersebut. Dalam bantuan finansial, berapa
persen RAPP memberi bantuan dan berapa persen Pemkab Pelalawan,
tidak dijelaskan secara tertulis.” (wawancara pada 22 Februari 2009).
Dari pernyataan-pernyataan informan di atas, terlihat bahwa meskipun
pengelola Sekolah Bernas memiliki keinginan menjadikannya sekolah unggul
bahkan hingga mendirikan universitas, namun keinginan tersebut belum cukup
kuat. Ini dikarenakan maju mundurnya bantuan CSR PT RAPP. Mencermati
kondisi tersebut, maka Tim Guru Bernas diikutsertakan dalam proses difusi
inovasi CSR, dengan harapan dapat membangkitkan semangat dan kepercayaan
diri. Tim Guru Bernas tersebut dapat dikatakan menjadi change agent, yaitu orang
yang secara positif mempengaruhi keputusan terhadap inovasi, dengan cara
memediasi antara perubahan dan sistem sosial yang relevan.
b. Kemudahan dan Keberpihakan CSR PT RAPP pada Sekolah Bernas
Berdasarkan hasil dokumentai diketahui bahwa kerja sama PT RAPP dan
Pemkab Pelalawan memiliki misi menjadikan sekolah itu andal, profesional dan
mampu bersaing dengan sekolah lainnya di Riau. Sejalan dengan misi tersebut,
maka PT RAPP harus proaktif melibatkan dan membina guru Sekolah Bernas,
serta memberikan berbagai kemudahan melalui program CSR-nya, yaitu (1) gaji
guru melebihi standar guru honor daerah, (2) adanya tunjangan kesehatan bagi
guru dan TU, (3) memberikan beasiswa kepada siswa Bernas lebih besar
dibandingkan kepada siswa dari sekolah lain yang dibantu RAPP (wawancara
dengan kepala yayasan Bernas tanggal 5 Maret 2011).
Hal ini juga diungkapkan oleh bapak wakil bupati Pelalawan,
kemudahan lain adalah karena sekolah ini merupakan wujud kerja
sama RAPP dan Pemkab Pelalawan, maka guru-guru dan tata
usahanya, secara tidak langsung, bagi yang tidak PNS akan di PNS
kan secara bertahap. (Wawancara tanggal 20 Maret 2011)
Bila dilihat dari kriteria CSR, maka terdapat kemudahan bagi siswa yang
bersekolah di Bernas, yaitu: (1) adanya subsidi silang bagi siswa yang mampu dan
yang tidak mampu, yaitu keringanan tidak membayar SPP bagi siswa dari
keluarga kurang mampu tapi ber-IQ tinggi, (2) adanya beasiswa yang lebih besar,
(3) teknologi di sekolah tersebut sudah lebih maju dibandingkan dengan sekolah-
sekolah lain di Pangkalankerinci, dalam hal ini penggunaan IT oleh siswa, (4)
berbicara di Sekolah Bernas haruslah menggunakan Bahasa Inggris, sehingga
memberi kemudahan bagi siswa yang tamat dari sekolah itu (dokumentasi
Sekolah Bernas, 2003:11).
Kemudahan yang dapat diamati dari kriteria-kriteria tersebut yaitu resiko
yang mungkin dihadapi Sekolah Bernas tidak akan menghambat kelancaran
perkembangan sekolah tersebut. Teknologi dan keahilan yang dibutuhkan untuk
mengajar tergolong rendah sampai dengan sedang. Mengingat keahlian kerja
guru dan tata usaha yang rendah, maka akan ditingkatkan melalui pelatihan-
pelatihan.
Bagi Sekolah Bernas, PT RAPP tidak hanya memberi kemudahan-
kemudahan, tetapi juga keberpihakan dalam mendapatkan program CSR . Hal ini
dikarenakan PT RAPP melihat kondisi Sekolah Bernas yang sedikit berbeda
dengan sekolah lainnya, seperti yang dikemukakan ibu Zanina, S.Pd berikut ini:
“Walaupun sekolah lain di sekitar kami sama penting, tapi Sekolah
Bernas jadi prioritas, karena RAPP memandang mereka lebih butuh
bantuan dan perlakuan khusus.” (wawancara, 11 Februari 2011).
Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi di atas, maka PT
RAPP memiliki perhatian lebih pada Sekolah Bernas dikarenakan keadaan
sekolah itu yang secara sosial dan ekonomi lebih baik dibandingkan sekolah
lainnya. Keadaan tersebut juga melahirkan kebijakan untuk memberikan
keberpihakan bagi masyarakat Sakai agar dapat ikut serta dalam program CSR PT
RAPP.
Keberpihakan yang diberikan pada Sekolah Bernas terlihat dalam
pemberian prioritas bagi mereka, karena berada pada wilayah ring 1 (wilayah
terdekat dengan wilayah operasi PT RAPP), yaitu dengan mengucurkan dana
setiap tahunnya Rp800 juta, sejak 2003.
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa program CSR PT
RAPP terhadap sekolah Bernas dapat dikatakan memiliki fungsi pemberdayaan
masyarakat dalam bidang pendidikan atau community empowering, yaitu
program-program yang berkaitan dengan pemberian akses yang lebih luas kepada
masyarakat untuk menunjang kemandiriannya.
3. Kemunduran Pelaksanaan CSR PT RAPP Pada Sekolah Bernas
a. Menurunnya Jumlah Produksi PT RAPP
Sejak awal berdiri PT RAPP telah memperlihatkan kepedulian serta
memainkan peranan dalam pengembangan sosio-ekonomi masyarakat di sekitar
areal operasi, melalui program pengembangan masyarakat atau Community
Development (CD) yang bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat. Wawancara
dengan kepala Humas PT. RAPP bapak Samsul Arifin, SE tanggal 3 November
2011 mengemukakan bahwa perusahaan PT RAPP harus menjalin hubungan yang
baik dengan masyarakat di lingkungan pemerintah Pelalawan, hal ini bertujuan
supaya kondisi perusahaan dapat berjalan baik. Beliau juga menambahkan salah
satu bentuk hubungan kerjasama yang dijalin PT RAPP dengan pemerintah
Pelalawan adalah pengembangan masyarakat tempatan.
Hal ini juga diungkapkan oleh bapak Alex yang bekerja sebagai security
di PT RAPP pada tanggal 12 November 2011. Beliau mengemukakan dengan
adanya PT RAPP di lingkungan pemerintah Pelalawan dapat meningkatkan tarap
hidup masyarakat di sekitarnya. Hal senada juga diungakapkan oleh bapak Budi
sebagai supir truk di PT RAPP tanggal 12 November 2011. Beliau juga
mengemukakan dengan adanya PT RAPP di lingkungan pemerintah Pelalawan
dapat membuka lowongan pekerjaan bagi masyarakat disini.
Dari hasil wawaancara di atas dapat disimpulkan bahwa PT RAPP sangat
berperan pesat dalam meningkatkan pendapatan masyarakat sekitarnya.
Disamping itu juga, keberadaan PT RAPP sangat membantu pemerintah dalam
meningktakan sumber daya manusia di daerah Pelalawan. Hal ini dapat dilihat
dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh PT RAPP dengan pemerintah
Pelalawan.
Pada tahun 2008 PT RAPP dihadapkan dengan tantangan yang sagat
berat yaitu kesulitan mendapatkan bahan mentah produksi (bahan baku untuk
membuat kertas). Sehingga pada tahun 2008 PT RAPP memPHK karyawannya
secara berkala. Wawancara dengan bapak Ismail dan bapak Anto yang bekerja
sebagai supir truk di PT RAPP tanggal 20 November 2011. Belia mengungkapkan
bahwa PT RAPP memPHK karyawannya karena PT RAPP mengalami kesulitan
dalam memproduksi kertas. Kalau dulu kami sebagai supir truk 3 kali trip dalam
seminggu mengangkat kayu, tetapi setelah keluar UU dari pemerintah mengenai
perlindungan hutan dan lahan kami hanya 1 kali dalam seminggu.
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa PT RAPP
mengalami kemunduran memperoduksi kertas, sehinggga PT RAPP sulit untuk
menjaga kesetabilan keungan perusahaan. Hal ini juga berdampak pada sekolah
Bernas yang sebelumnya telah disubsidi oleh PT RAPP. Wawancara dengan ibu
Nora guru bahasa IPA di SD Bernas tanggal 20 April 2011. beliau
mengungkapkan pada awal-awal pendirian sekolah Bernas sekolah ini merupakan
sekolah pavorit di daerah Pelalawan. Akan tetapi, semenjak PT RAPP mengalami
kesuliatan perusahaaan sekolah Bernas tidak disubsidi lagi baik kegiatan belajar
mengajar dan kegiatan ekstrakulikuler. Sehingga pada awal tahun 2010 sekolah
Bernas diambil alih oleh pemerintah Pelalawan.
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi
perusahaan sangat berpengaruh terhadap lingkungan disekitarnya, hal yang sama
juga diungkapkan oleh bapak Husnaini S.Pd kepala sekolah SMW Bernas
mengemukakan sekolah Bernas megalami kemunduran saat PT RAPP mengalami
kesulitan dalam produksi yang berdampak pesat pada penghasilan perusahaan.
Beliau juga menambahkan bahwa kondisi sekolah Bernas bukanlah tanggung
jawab PT RAPP semuanya. Akan tetapi, pemerintah juga berperan dalam kegiatan
ini tapi pada saat itu kami sebagai guru di sekolah ini tidak juga mendapatkan
jaminan dari pemerintah Pelalawan.
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor
kemunduran sekolah Bernas disebabkan karena PT PAPP mengalami kesulitan
mendapatkan bahan mentah (bahan pembuat kertas). Di samping itu juga terjadi
kesalah pahaman antara pemerintah Pelalawan dengan pihak PT RAPP dalam
menjalankan CSR di sekolah Bernas.
b. Kerjasama Antara PT RAPP dengan Pemerintah Pelalawan Tidak
Berjalan Baik
Untuk meningkatkan sumber daya manusia di daerah kabupaten
Pelalawan, pemerintah daerah menjalin kerjasama dengan berbagai dunia usaha
dalam mengatasi berbagai masalah di masyarakat. Salah satu bentuk kerjasama
yang telah disepakati antara perusahaan dengan pemerintah Pelalawan adalah
pelaksaan CSR PT RAPP di sekolah Bernas. Pada awalnya penerapan CSR oleh
PT RAPP dengan pemerintah daerah Pelalawan berjalan lancar. Wawancara
dengan bapak Husnaini S.Pd sebagai kepala sekolah SMA Bernas pada tanggal 20
April 2011. Beliau mengemukakan kerja sama yang terjalin antara PT RAPP
dengan pemerintah daerah pelalawan sangat berperan pesat terhadap peroses
belajar mengajar di sekolah Bernas, hal ini ditandai dengan adanya subsidi dari
PT RAPP terhadap sekolah Bernas. Hal senada juga diungkapkan oleh bapak
Sugiono salah seorang guru matematika yang mengajar di sekolah SMP Bernas
“kami sebagai guru yang mengajar disini sangat mendukung program CSR karena
dengan CSR ini kehidupan atau kesejahteraan kami diperhatikan”. Wawancara
pada tanggal 20 April 2011.
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
kerjasama yang terjalin antara dunia usaha dengan pemerintah daerah Pelalawan
dapat meningkatkan sumber daya manusia. Terutama kerjasama dalam dunia
pendidikan. Disamping itu, terjasama yang terjalin antara PT RAPP dengan
pemerintah daerah Pelalawan tidak selamanya berjalan dengan baik. Wawancara
dengan bapak Husnaini S.Pd sebagai kepala sekolah SMA Bernas tanggal 21
April 2011 mengemukakan “kemunduran sekolah Bernas mulai dari tahun
pelajaran 2009/2010 dimana PT RAPP tidak lagi memberikan bantuan kepada
sekolah Bernas. hal ini terjadi karena tidak adanya lagi kepercayaan PT RAPP
terhadap pemerintah kabupaten Pelalawan”.
Hal ini juga diungkapkan oleh ibu Maisaroh salah seorang guru bahasa
Indonesia yang mengajar di sekolah SMA Bernas “dengan tidak adanya lagi
bantuan dari PT RAPP kami selaku guru yang mengajar disini banyak yang di
PHK. Hal ini terjadi karena kesejahteraan kami tidak lagi diperhatikan seperti
dulu”.
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulakan bahwa kemunduran
sekolah Bernas berawal dari tidak adanya lagi bantuan dari PT RAPP, hal ini
terjadi karena PT RAPP merasa kerjasama yang dibentuk bersama pemerintah
Pelalawan sudah menyimpang. Wawancara dengan kepala HUMAS PT RAPP
bapak Marzuki Amin pada tanggal 20 Oktober 2011 kepada peneliti. Beliau
mengemukakan “bukan kami tidak mau membantu sekolah Bernas akan tetapi
tidak mungkin biaya sekolah Bernas bersumber dari PT RAPP semua, pada hal
dalam perjanjian pemerintah Pelalawan juga harus membantu pembiayaan sekolah
Bernas”.
Hal ini juga diunggapkan oleh kepala dinas pendidikan bapak Ansari,
M.Pd, beliau mengemukakan kerjasama yang terjadi antara PT RAPP dengan
Pemerintah Pelalawan tidak memiliki kejelasan mengenai pendaan sekolah Bernas
dan kami juga sebagai intansi pendidikan di kabupaten Pelalawan tidak
mendapatkan informasi yang jelas terhadap kerjasama ini, kerjasama yang terjadi
pada waktu itu adalah antara PT RAPP dengan Bupati Kabupaten Pelalawan.
Wawancara tanggal 3 November 2011.
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulakan bahwa salah satu
penyebab kemunduran sekolah Bernas adalah tidak adanya lagi bantuan
pembiayaan dari PT RAPP terhadap sekolah Bernas dan tidak adanya kejelasan
mengenai kerjasama yang dijalin oleh PT RAPP dengan pemerintah Pelalawan
dalam program CSR.
c. Guru Tidak lagi Bekerja dengan Baik dan Berhenti Mengajar di Sekolah
Bernas
Salah satu unsur terpenting dalam pendidikan adalah keberadaan guru,
apabila guru tidak lagi mendapatkan kesejahteraan yang memadai maka guru
tidak menjalankan tugasnya dengan professional. Hal ini juga terjadi pada sekolah
Bernas. Wawancara dengan bapak Muklis. S.Pd kepala sekolah SMP Bernas pada
tanggal tanggal 21 April 2011, beliau mengemukakan semenjak PT RAPP tidak
lagi memberikan bantuan ke sekolah Bernas banyak guru yang di PHK hal ini
terjadi karena sekolah Bernas tidak lagi mampu memberikan gaji guru.
Hal senada diungkapkan oleh ibu Sumiati sebagai karyawan tata usaha di
sekolah Bernas, kami berhenti dari sekolah Bernas karena tunjangan dan keadaan
kami di sekolah ini tidak jelas lagi dan pemerintah Pelalawan juga tidak
memberikan solusi yang jelas terhadap kami. Wawancara tanggal 30 September
2011.
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa semenjak PT
RAPP tidak lagi mensubsidi sekolah Bernas banyak guru-guru dan tenaga tata
usaha diberhentikan sehinggga berdampak terhadap prestasi siswa yang
bersekolah di sekolah Bernas. Hasil wawancara dengan bapak Husnaini kepala
sekolah SMA Bernas pada tanggal 20 April 2011. “Semenjak guru-guru yang
mengajar di Sekolah Bernas di PHK oleh pihak yayasan sekolah Bernas
mengalami kemerosotan yang sangat derastis”.
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah Bernas
mengalami kemunduran yang sangat pesat dan tidak dapat lagi mengembalikan
kejayaannya pada saat program CSR PT RAPP dengan Pemerintah Pelalawan
terjalin dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari kondisi prestasi siswa yang semakin
hari semakin menurun dan kegiatan belajar mengajar juga tidak berjalan dengan
baik.
Wawancara dengan Budianto salah satu siswa yang bersekolah di
Sekolah Bernas, mengemukakan bahwa semenjak PT RAPP tidak lagi bekerja
sama dengan Pemerintah Pelalawan banyak guru yang bermalas-malasan dalam
kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, saat ditanya kenapa guru-guru disini
bermalas-malasan, beliau menjawab kabarnya kesejahteraan guru-guru disini
tidak lagi diperhatikan dan bahkan mungkin di PHK dari sekolah ini. Wawancara
tanggal 4 November 2011
Hal ini juga diungkapkan oleh bapak Sugiono sebagai kepala sekolah
SMP Bernas, beliau mengemukakan bahwa kondisi siswa yang belajar di sekolah
Bernas mulai bermalas-malasan, hal ini terjadi karena kegiatan belajar mengajar
di sekolah Bernas tidak berjalan efektif. Wawancara tanggal 4 November 2011
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab
kemerosotan prestasi siswa sekolah Bernas disebabkan karena guru-guru yang
mengajar dan tenaga tata usaha yang bekerja di sekolah Bernas banyak yang
diPHK sehingga proses belajar mengajar tidak lagi berjalan dengan baik. Lebih
jelas berikut dipaparkan perestasi siswa sekolah Bernas dari kemajuan sampai
mengalami kemunduran.
1. Kemunduran CSR di Sekolah Bernas dalam UN
Salah satu keberhasilan sekolah dalam proses belajar mengajar diukur dari
hasil nilai UN. Suatu sekolah dapat dikatakan berhasil dalam proses belajar
mengajar apabila meningkatnya nilai siswa atau tingkat kelulusan siswa dalam
UN. Untuk meningkatkan nilai UN diharapkan kepada seluruh pemerintah daerah
untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerahnya masing-masing. Salah satu
langkah yang dilakukan pemerintah adalah mengembangkan sekolah. Hal ini
ditandai dengan adanya bantuan sekolah seperti dana BOS, dana BOM, sertifikasi
guru dan pemberian beasiswa kepada siswa yang berperestasi.
Pemerintah daerah Pelalawan juga tidak mau kalah dengan daerah lainnya,
maka untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan maka pemerintah kabupaten
Pelalawan menjalin kerja sama dengan dunia usaha yang ada di lingkungan
daerahnya. Hal ini diungkapkan oleh wakil bupati kabupaten pelalawan pada
tanggal 25 April 2011
“kita tidak bisa bekerja sendiri dalam meningkatkan sumber daya
manusia. Oleh karena itu, kita harus bekerjasama dengan berbagai
pihak terutama dengan dunia usaha yang ada dilingkungan kita dan
masyarakat sekitar. Salah satu usaha yang kita lakukan adalah
pengembangan sekolah dengan konsep CSR. Hal ini kita lakukan
karena sekolah merupakan tempat dimana kita bisa mengembangkan
potensi diri dan perubahan tingkah laku”.
Hal ini juga diungkapkan oleh kepala sekolah Bernas “sekolah
merupakan pendidikan formal dimana setiap peserta didik diharapkan
dapat mengembangkan potensi diri masing-masing. Dengan sekolah
kita bisa kita bisa bangkit dari keterbelakangan‟. Wawancara 20
April2011
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
kerjasama antara pemerintah Pelalawan dengan pihak PT RAPP dalam
mengembangkan sekolah Bernas dapat meningkatkatkan prestasi belajar siswa.
Akan tetapi, setelah kerjasama antara pemerintah pelalawan dengan PT RAPP
tidak berjalan baik prestasi siswa yang bersekolah di Bernas mengalami
kemerosotan.
Wawancara denagn kepala sekolah SD, SMP dan SMA Bernas pada
tanggal 15 Oktober 2011, mereka mengemukakan bahwa semenjak PT
RAPP tidak lagi memberikan sumbangan atau bantuan prestasi siswa
mengalami kemunduran. Hal ini disebabakan karena guru-guru yang
mengajar disini banyak yang berhenti dan diberhentikan, disiplin
siswa juga mengalami kemunduran dan pasilitas sekolah juga banyak
yang tidak memadai lagi.
Hal ini juga diungkapkan oleh ibu Faujiah, S.Pd sebagai guru kimia di
SMA Bernas, beliau mengemukakan nilai-nilai siswa yang bersekolah di Bernas
memang mengalami kemunduran semenjak hubungan pemerintah Pelalawan
dengan PT RAPP tidak berjalan baik. Sehingga guru-guru disini tidak mengajar
dengan professional. Hal ini dikarenakan guru-guru yang mengajar di sekolah
Bernas tidak mendapatkan kepastias penghasilan dan pemerintah Pelalawan juga
tidak memberikan solusi yang baik sehingga sebahagian guru-guru yang mengajar
di sekolah Bernas mengundurkan diri.
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa prestasi belajar siswa
mengalami kemunduran setelah PR RAPP tidak memberikan bantuan atau subsidi
lagi ke sekolah Bernas. Supaya lebih jelas berikut dipaparkan nilai Unas siswa
Sekolah Bernas mulai dari pelaksanaan CSR sampai berakhirnya program tersebut
(2003-2010).
Tabel 4.13 Nilai Unas Siswa SD Bernas Selama Pelaksanaan hingga Berakhirnya Program CSR RAPP
di Sekolah itu (2003- 2010).
Pelaksanaan CSR PT RAPP pada Sekolah Bernas (2003-2008) Berakhirnya CSR PT RAPP (2009-2010)
Tahun Ajaran 2008/2009 Tahun Ajaran 2009/2010
Nilai B.Indonesia IPA MAT Jumlah Nilai B.Indonesia IPA MAT Jumlah
Rata-² 7.55 6.60 7.77 21.92 Rata-² 7,44 6,07 6,15 19,66
Terendah 6.77 5.70 6.44 18.91 Terendah 4,20 3,40 4,75 12,35
Tertinggi 8.50 7.77 9.23 25.5 Tertinggi 7,60 8,80 7,25 23,65
Tahun Ajaran 2010/2011
Nilai B.Indonesia IPA MAT Jumlah
Rata-² 7,20 7,10 7,20 21,5
Terendah 2,80 4,44 5,50 12,74
Tertinggi 8,20 8,00 8,05 24,25
Sumber : Data Tata Usaha SD Bernas
Tabel 4.14 Nilai Unas Siswa SMP Bernas Selama Pelaksanaan hingga Berakhirnya Program CSR RAPP
di Sekolah itu (2003- 2010).
Pelaksanaan CSR PT RAPP pada Sekolah Bernas (2003 –
2008) Berakhirnya Program CSR di Sekolah Bernas (2009 – 2010)
Tahun Ajaran 2005/2006 Tahun Ajaran 2009/2010
Nilai BIN B.Ing MTK Jumlah Nilai BIN B.Ing MTK IPA Jumlah
Rata-² 7.84 6.82 7.79 22.45 Rata-² 7,00 6,65 6,05 6,03 25,75
Terendah 6.80 5.80 6.33 20.87 Terendah 5,80 6,40 4,65 5,50 22,35
Tertinggi 8.60 7.80 9.33 25.53 Tertinggi 8,40 7,20 7,00 7,75 30,35
Tahun Ajaran 2006/2007 Tahun Ajaran 2010/2011
Nilai BIN B.Ing MTK Jumlah Nilai BIN B.Ing MTK IPA Jumlah
Rata-² 7,89 7,41 7,20 22,50 Rata-² 7,00 7,34 6,30 6,20 26,84
Terendah 2,60 6,00 4,33 15,67 Terendah 5,60 5,40 4,07 5,50 20,50
Tertinggi 9,20 8,60 9,30 26,13 Tertinggi 8,40 8,80 8,00 8,75 31,80
Tahun Ajaran 2007/2008
Nilai BIN B.Ing MTK IPA Jumlah
Rata-² 7,43 7,72 6,73 7,20 29,08
Terendah 5,80 6,40 4,75 6,50 25,70
Tertinggi 8,40 8,80 8,00 8,75 33,95
Tahun Ajaran 2008/2009
Nilai BIN B.Ing MTK IPA Jumlah
Rata-² 7,00 7,05 6,06 7,10 27,21
Terendah 5,50 6,30 4,65 6,25 22,5
Tertinggi 8,30 8,40 8,00 7,75 32,45
Sumber : Data Tata Usaha SMP Bernas
Tabel 4.15 Nilai Unas SMA Bernas Selama Pelaksanaan hingga Berakhirnya Program CSR RAPP
di Sekolah itu (2003- 2010).
Pelaksanaan CSR PT. RAPP pada sekolah Bernas (2003 – 2008) Berakhirnya pelaksanaan CSR PT. RAPP pada sekolah Bernas
(2009 – 2010)
Tahun Ajaran 2008/2009 Tahun Ajaran 2009/2010
Nilai B.in Bio Mat B.ig Kim Fis Sos Eko Jmh Nilai B.in Bio Mat B.ig Kim Fis Sos Eko Jmh
Rata-² 7,81 6,77 5,55 7,00 5,65 5,67 7,05 7,08 52,58 Rata-² 7,90 6,89 6,00 7,07 5,65 5,70 7,50 7,55 54,26
Terendah 6,03 5,50 3,50 6,00 6,00 6,50 7,02 7,00 47,55 Terendah 6,05 5,40 4,50 6,50 6,55 6,75 7,05 7,05 49,85
Tertinggi 8,05 7,75 7,50 7,77 7,06 8,00 8,00 8,02 62,15 Tertinggi 8,06 7,90 7,77 7,80 7,08 8,03 8,01 8,05 62,70
Tahun Ajaran 2010/2011
Nilai B.in Bio Mat B.ig Kim Fis Sos Eko Jmh
Rata-² 7,92 6,90 7,00 7,50 7,65 6,70 7,75 7,75 61,17
Terendah 6,08 6,00 6,00 7,00 6,75 6,77 7,80 7,50 53,90
Tertinggi 8,65 8,00 8,05 8,80 7,75 8,07 9,01 9,05 67,38
Sumber : Data Tata Usaha SMA Bernas
Dari tabel di atas dapat dijelaskan kemajuan pendidikan merupakan
kebutuhan yang sangat penting bagi setiap bangsa pada masa sekarang ini. Tidak
mungkin suatu bangsa akan memperoleh kemajuan, yang ujung-ujungnya adalah
untuk memperoleh kesejahteraan, tanpa melalui pendidikan yang baik,
berkualitas, sistematis dan lengkap.
Bangsa yang maju dan modern, hampir selalu dan pasti bergantung atas
maju mundurnya dunia pendidikan yang dikenal dan dikuasai bangsa tersebut.
Tanpa pendidikan yang maju, rasa-rasanya suatu bangsa akan „ditelan‟ bangsa
yang pendidikannya lebih maju. Hal itu tampak dengan jelas melalui ungkapan
yang mengatakan bahwa „orang pandai akan mudah menjajah orang yang bodoh‟.
Saat Sekolah Bernas pertama kali mengikuti Unas, nilai para siswanya
masih rendah. Dengan berjalanya program CSR PT RAPP, nilai Unas para siswa
mulai membaik. Kemunduran Sekolah Bernas terjadi pada tahun ajaran
2009/2010, setelah tidak keluarnya dana CSR PT RAPP pada pertengahan 2008.
Hal ini berakibat buruk terhadap nilai Unas siswa, disebabkan berkurangnya
intensif para guru dan bagian TU. Dampak tidak adanya insentif berdampak pada
turunnya motivasi kerja guru dan TU.
“Pertengahan 2008, dana yang dikucurkan PT RAPP sebanyak Rp800
juta pertahun tidak keluar lagi, sehingga pada saat itu gaji guru dan
TU terbengkalai. Ini menyebabkan para guru dan TU tidak
bersemangat lagi bekerja.” Wawancara dengan ibu Nur Hamidah
kepala sekolah SD Bernas pada tanggal 20 Maret 2011
Salah satu faktor penentu kemajuan suatu sekolah adalah pada guru.
Faktor guru, umpamanya, sangat menentukan arah dan tujuan „kemajuan
pendidikan‟ ini. Guru yang mengajar seharusnyalah guru yang berkualitas. Guru
yang berkualitas akan mampu memberikan ilmu yang bermanfaat untuk
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari oleh anak didik. Dengan tidak
bersemangatnya sebahagian guru ini mengakibatkan mereka menjadi tidak lagi
berkualitas. Pada tahun 2008 sebahagian guru berkualitas memilih mengundurkan
diri. Wawancara dengan ibu Zanina, S. Pd sebagai guru PPKn di SMP sekolah
Bernas berikut ini:
“Pertengahan 2008, Wakil Kepalas SMP Bernas mengundurkan diri.
Ia semula adalah Kepala Sekolah PGRI. Dulu saat diajak bergabung
dengan Sekolah Bernas, ia meninggalkan jabatannya di sekolah yang
lama. Tapi kacaunya Sekolah Bernas pada 2008 membuat Beliau
mengundurkan diri.”
Wawancara tanggal 20 Mater 2011.
Guru yang baik, dalam bidang studi apa pun, tentu saja harus mampu
menanamkan kepada anak didiknya rasa cinta yang mendalam akan ilmu
pengetahuan. Di samping itu, seorang anak didik mau pula menghargai (pendapat)
orang lain. Tujuannya agar ilmu yang disampaikan berguna bagi masyarakat
umumnya. Semuanya ini bermuara supaya guru dapat menjadi contoh teladan
bagi anak didiknya.
Faktor kemajuan pendidikan yang tepat turut pula menentukan kualitas
anak didik. Untuk itulah, Sekolah Bernas pada 2009 lalu mulai memperbaiki
sistem pendidikan, sehingga nilai Unas tahun ajaran 2009/2010 mulai membaik.
Hal ini yang diungkapkan ibu Nur Hamidah pada tanggal 20 Mater 2011. berikut
ini :
“Terpuruknya Sekolah Bernas pertengahan 2008, membuat guru-
guru yang masih ada mulai memperbaiki sistem pendidikan di
sekolah itu. Dengan membaiknya Sekolah Bernas, ditambah
diambilalihnya Yayasan Pendidikan Bernas oleh Pemkab Pelalawan
pada 2010 dan menjadikannya sekolah negeri, membuat
71
perkembangan dan kemajuan sekolah mulai terlihat. Ini terbukti
dengan naiknya nilai Unas siswa pada 2011 ini.”
Anak didik yang baik dan pintar tentu saja sangat berkaitan erat dengan
sistem dan kemajuan pendidikan yang ada di sekolah tersebut. Sistem dan
kemajuan pendidikan itu seharusnya mempunyai keseimbangan di antara
pendidikan yang berisikan ilmu pengetahuan dengan pendidikan yang berbasiskan
moral. Di sini pulalah, peranan Pendidikan Agama sangat menentukan arah dan
kemudian hasil akhir dari pendidikan yang dilaksanakan tersebut. Hal ini senada
dengan pernyataan bapak Alyuliadai sebagai guru agama islam di SMA Bernas
berikut ini.
“Majunya Sekolah Bernas tidak terlepas dari siswa-siswa
mendisiplinkan nilai-nilai agama, seperti kalau sudah masuk waktu
salat, mereka bersama-sama melakukan salat berjamaah dan salat
tepat waktu. Secara tidak langsung para siswa sudah melakukan
disiplin diri. Karena di kelas mereka juga belajar Bahasa Arab,
mereka diharusnya menggunakan Bahasa Inggris atau Bahasa Arab
saat berkomunikasi di sekolah.”
Pendidikan Agama sangat menentukan hasil dari apa yang dituju.
Wawancara tanggal 15 Maret 2011
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan tersebut
adalah dasar dan tonggak mutlak yang sangat penting dan menentukan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, bagi kemajuan peradaban suatu bangsa.
2. Kemunduran CSR di Sekolah Bernas Bidang Non Akademis
Kemajuan suatu sekolah tidak terlepas dari kegiatan ekstrakurikuler. Suatu
sekolah dikatakan baik apabila seluruh sistem yang terkait di dalamnya saling
berhubungan dan berkembang. Salah satu alat ukur kemajuan sekolah adalah dari
prestasi siswa dalam bidang non akademis atau kegiatan ekstrakurikuler, seperti
lomba tari, turnamen bola kaki, basket dan lainnya.
Kemajuan Sekolah Bernas juga berkaitan dengan prestasi siswa di bidang
non akademis. Wawancara dengan kepala sekolah SD Bernas tanggal 27 Maret
2011 beliau mengemukakan pada saat dilaksanakannya CSR prestasi siswa yang
sekolah di Bernas mengalami peningkatan, seperti lomba tari dan lainya. Hal ini
terjadi karena pada saat dilaksanakannya CSR oleh PT RAPP sekolah bernas
mendapat sumbangan. Akan tetapi, disaat CSR tidak lagi berjalan prestasi siswa
yang sekolah di Bernas mengalami kemunduran, hal ini disebabkan karena
minimnya biaya yang ada di sekolah.
Hal ini diungkapkan oleh bapak Husnaini, S. Pd sebagai kepala sekolah
SMA Bernas kepada peneliti tanggal 20 Maret 2011, beliau mengemukakan disaat
adanya program CSR pihak sekolah tidak susah payah mencari biaya untuk
kegiatan ekstrakurikuler. Akan tetapi, disaat CSR tidak lagi berjalan dengan baik
pihak sekolah mengalami kesulitan biaya.
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa prestasi siswa yang
bersekolah di Bernas tidak hanya prestasi belajar siswa yang mengalami
kemunduran, akan tetapi dalam bidang kegiatan ekstrakurikuler juga mengalami
kemunduran setelah PR RAPP tidak lagi memberikan bantuan atau subsidi ke
sekolah Bernas. Supaya lebih jelas berikut dipaparkan nilai Unas siswa Sekolah
Bernas mulai dari pelaksanaan CSR sampai berakhirnya program tersebut (2003-
2010).
Tabel 4.17 Prestasi Siswa Sekolah Bernas Bidang Non Akademis Mulai dari Pelaksanaan hingga Berakhirnya
Program CSR PT RAPP di Sekolah itu (2003-2011).
Pelaksanaan CSR PT RAPP pada Sekolah Bernas
(2003-2008)
Berakhirnya CSR PT RAPP pada Sekolah Bernas
(2009 – 2011)
NO JENIS KEGIATAN PRESTASI NAMA
SISWA
NO JENIS
KEGIATAN
PRESTASI NAMA
SISWA
1 Festival Tari Daerah oleh
Dinas Pariwista
Pelalawan, 2005
Juara I Sanggar Batin
Bertuah
Sekolah
Bernas
1 Festival Tari
Daerah oleh Dinas
Pariwisata
Pelalawan 2009
- -
2 Lomba Busana Melayu
Harian oleh Sanggar
BCC
Tk Kabupaten Pelalawan,
2005
Juara I, II dan III
Juara II Putra
Dewi Nur
Utami
Sebagai Puteri
Pelalawan
2005
Ramlah
Kamarwan
Indah
Syed Afdahl
Harits
2 Lomba Busana
Melayu Harian
oleh Sanggar BCC
Tk Kabupaten
Pelalawan, 2009
- -
3 Pekan Kreativitas Seni
Budaya Melayu
Tk Pelalawan, 2006
Juara I Tari Melayu
Kreasi
Juara I Putri
BusanaMelayu
Harian
Dewi Nur
Utami
Dewi Nur
Utami
3 Pekan Kreativitas
Seni Budaya
Melayu
Tk Pelalawan,
2010
- -
Juara II Putra
Busana Melayu
Harian
Syed Afdhal
Harits
4 Festival Tari Daerah
Tk Pelalawan, 2007
Juara I Sanggar Batin
Bertuah
Sekolah
Bernas
4 Festival Tari
Daerah
Tk Pelalawan,
2010
- -
5 Mewakili Kabupaten
Pelalawan pada Festival
Musik Hitam Putih
Tk Internasional di
Pekanbaru
Partisipasi dan
Exhibition
Sanggar Batin
Bertuah
Sekolah
Bernas
5 Mewakili
Kabupaten
Pelalawan pada
Festival Musik
Hitam Putih
Tk Internasional di
Pekanbaru
- -
6 Kompetisi Seni Tari
KOMPAS Global
Andalan, 2006
Juara I Sanggar Batin
Bertuah
Sekolah
Bernas
6 Kompetisi Seni
Tari
KOMPAS Global
Andalan, 2010
- -
7 Kompetisi Puisi
KOMPAS Global
Andalan, 2006
Juara II Sanggar Batin
Bertuah
Sekolah
Bernas
7 Kompetisi Puisi
KOMPAS Global
Andalan, 2010
- -
8 Berpartisipasai aktif
dalam berbagai even :
- Tari massal HUT ke-59
8 Berpartisipasi aktif
dalam berbagai
even :
- -
RI
- Pelantikan pengurus
IWARA RAPP
- Malam Pentas Seni
Olympiade Sains Tk
Nasional, 2004
- Malam Pentas Seni
Semalam di Ranah
Minang IKMR, 2005
- Penyambutan Tamu
RAPP di Hotel Unigraha
2005, 2006, 2007
- Pisah Sambut Kadisdik
Pelalawan
- Musda Golkar
Pelalawan 2005
- Pelantikan Pengurus
IPSI Pelalawan
- Pekan Imunisasi
Nasional
- Motor Cross Bupati
Cup 2006
- Malam Pentas Seni
Hardiknas 2007
- dll
- Tari massal HUT
RI ke 59
- Pelantikan
pengurus IWARA
RAPP
- Malam Pentas
Seni Olympiade
Sains Tk Nasional,
2009
-Malam Pentas
Seni Semalam di
Ranah Minang
IKMR, 2010
-Penyambutan
tamu RAPP di
Hotel Unigraha
2009, 2010, 2011
-Pisah Sambut
Kadisdik
Pelalawan
-Musda Golkar
Pelalawan, 2009
-Pelantikan
Pengurus IPSI
Pelalawan
-Pekan Imunisasi
Nasional
-Motor Cross
Bupati Cup 20010
-Malam Pentas
Seni Hardiknas
2010
- dll
9 Pawai Rampau Budaya
Melayu
Tk Pelalawan, 2006
Juara I 80 Siswa
Bernas
9 Pawai Rampau
Budaya Melayu
Tk Pelalawan,
2009
- -
10 Pelatihan Seni Tari
Kreasi oleh Dinas
Pariwisata Riau
Sanggar Batin
Bertuah
Sekolah
Bernas
10 Pelatihan Seni Tari
Kreasi oleh Dinas
Pariwisata Riau
- -
11 Pelatihan TeaterModern
oleh Dinas Pariwisata
Riau, 2007
10
Siswa/iBernas
2 Tenaga
Pendidik
11 Pelatihan Teater
Modern oleh Dinas
Pariwisata Riau,
2010
- -
12 Tari Massal Pembukaan
MTQ Tk Riau
60 Siswa/i
Bernas
12 Tari Massal
Pembukaan MTQ
Tk Riau
- -
13 Penampilan teater pada
Bazar MTQ
Riau
10 Siswa/i
Bernas
13 Penampilan teater
pada Bazar MTQ
Riau
- -
14 Mengikuti Parade Tari
Riau, Juli 2007
4 Siswa
14 Mengikuti Parade
Tari Riau, Juli
2010
- -
15 Porseni
Pelalawan, 2005
Putri
Juara II Volly
15 Porseni
Pelalawan, 2009 - -
Juara III Tenis
Meja
16 Lomba Gerak Jalan
Beregu Hardiknas 2006
Juara II Putra
Juara II Putri
16 Lomba Gerak Jalan
Beregu Hardiknas
2009
- -
17 Porseni Tk Riau 1 Siswi Mewakili
Kabupaten
Rina Herliza 17 Porseni Tk Riau - -
18 Lomba Lari 10 K
Peringatan Hari Olahraga
Juara I putri
Juara II putra
Nurhabibah
Hendra S
18 Lomba Lari 10 K
Peringatan Hari
Olahraga
- -
19 Lomba Gerak Jalan
Beregu
Peringatan Hardiknas
2007
Juara II Putra
Juara II Putri
19 Lomba Gerak Jalan
Beregu
Peringatan
Hardiknas 2009
- -
20 Kemah Pramuka HUT
Pramuka, 2005
Juara I Tenda
20 Kemah Pramuka
HUT Pramuka,
2009
- -
21 Kemah Pramuka HUT
Pramuka Tahun 2005
Juara 2
Lomba Kreasi Seni
dan Drama
Juara III Semapore
21 Kemah Pramuka
HUT Pramuka
Tahun 2009 - -
22 LT II Kwaran Pkl
Kerinci, 2007
Juara I 1 Regu Putra 22 LT II Kwaran Pkl
Kerinci, 2009 - -
23
LT III Kwarcab
Pelalawan
Tahun 2007
Juara I
1 Regu Putra
23
LT III Kwarcab
Pelalawan, 2009 - -
24 Jambore Bersejarah Mewakili 24 Jambore Bersejarah - -
Malaka
Tk Internasional, 2007
Pelalawan 1 Regu Putra Malaka
Tk Internasional,
2009
25 Lomba Pidato Tk MTs/
SMP Tk Pelalawan,
2006
Juara I Putri
Santi Rukmana
25 Lomba Pidato Tk
MTs/SMP Tk
Pelalawan, 2009
- -
26 Lomba Across of City
First Aid PMR Wira Tk
Pelalawan, 2007
Juara Umum 26 Lomba Across of
City First Aid PMR
Wira Tk
Pelalawan, 2009
- -
27 Lomba Berbalas Pantun
Tk Provinsi oleh Badan
Arsip dan Perpustakaan
Riau
Juara 1 27 Lomba Berbalas
Pantun Tk Riau
oleh Badan Arsip
dan Perpustakaan
Riau
- -
28 Putra dan Putri Lomba
Syair Tk SMP se-
Pelalawan, 2007
Juara 1 28 Putra dan Putri
Lomba Syair SMP
se-Pelalawan, 2010
- -
29 Putri Lomba Cerita
Rakyat Tk SMP se-
Pelalawan, 2007
Juara 1 29 Putri Lomba Cerita
Rakyat Tk SMP se-
Pelalawan, 2009
- -
30 Lomba Kolaborasi Puisi
Tk Pelalawan, 2007
Juara 2 30 Lomba Kolaborasi
puisi Tk Pelalawan,
2010
- -
31 Seni Tari dan Musik
Kreasi Melayu pada
Festival Seni Siswa
Nasional tk Riau, 2008
Juara 2 31 Seni Tari dan
Musik Kreasi
Melayu pada
Festival Seni Siswa
- -
Nasional tk Riau,
2009
32 Festival Tari dan Lagu
Melayu Tk Pelalawan,
2008
Juara Umum 32 Festival Tari dan
Lagu Melayu Tk
Pelalawan, 2009
- -
33 Putra dan Putri Lomba
Pidato Bahasa Inggris tk
SMP se-Pelalawan
Juara 2 33 Putra dan Putri
Lomba Pidato
Bahasa Inggris tk.
SMP se-Pelalawan
- -
Sumber : Data Tata Usaha Bernas Bernas
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kemajuan pendidikan tidak hanya dilihat dari
prestasi belajar siswa, akan tetapi harus dilihat juga dari kegiatan ekstrakurikuler, karena
bagaimanapun juga kemajuan pendidikan adalah aset penting dalam proses kemajuan suatu
bangsa dan peradaban. Sistem pendidikan yang salah dapat berakibat patal bagi kelangsungan
hidup sebuah bangsa. Di tangan institusi pendidikanlah terdapat gambaran masa depan,
gambaran nasib suatu bangsa dan melalui pendidikanlah akan tercermin kualitas suatu bangsa.
Hal ini juga diungkapkan oleh kepala yayasan sekolah Bernas pada tanggal 21
Oktober 2011, beliau mengemukakan sekolah yang baik adalah sekolah yang dapat
menyeimbangkan antara nilai dengan kterampilan siswa. Sekolah adalah tempat
dimana setiap siswa bisa mengembangkan potensi dirinya. Tapi kita juga tidak bisa
memenuhi kebutuhan siswa apabila tidak dapat dorongan yang kuat dari pihak
pemerintah, swasta dan masyarakat.
Hal ini juga diungkapkan oleh bapak Hendrawan guru olah raga di sekolah Bernas pada
tanggal 22 Oktober 2011, beliau menjelaskan setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-
beda, ada anak yang tidak berprestasi dalam pelajaran tetapi dalam kegiatan atau olah gara dia
berprestasi.
Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa kemajuan suatu sekolah, menentukan arah
dan tujuan pendidikan menjadi jelas untuk pembangunan bangsa dan membina manusia
Indonesia seutuhnya. Pembangunan itu dilaksanakan dengan menyeimbangkan pembangunan
lahiriah/jasmaniah dan pembangunan rohaniah/batiniah, sehingga terwujud masyarakat Indonesia
yang berakhlak mulia, berketuhanan yang maha esa, sehat, mandiri, adil, sejahtera dan makmur.
d. Menurunnya Minat Masyarakat Untuk Sekolah Di Sekolah Bernas
Masyarakat merupakan salah satu faktor terpenting dalam mendorong keberhasilan
pendidikan. Pendidikan tidak dapat berjalan dengan baik apabila sekolah, keluarga dan
masyarakat tidak saling berhubungan. Besar atau tidaknya suatu sekolah terletak pada
kepercayan masyarakat terhadap sekolah, hal ini juga terjadi pada sekolah Bernas yang digagas
oleh PT RAPP dengan pemerintah Pelalawan, pada awal pelaksanaan CSR di sekolah Bernas
masyarakat setempat berharap besar bahwa sekolah Bernas dapat memberikan kepercayaan dan
pola pendidikan yang baik terhadap perkembangan peserta didik. Wawancara dengan bapak HT
Azmun Jaafar, SH bupati Pelalawan pada tanggal 20 April 2011beliau mengemukakan “salah
satu penunjang pembangunan nasional adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan, Negara
akan berkembang apabila sumber daya manusia memiliki kecerdasan dalam ilmu pengetahuan”.
Hal senada juga diungkapkan oleh bapak Komisaris PT RAPP Mr Sukanto Tanoto pada
tanggal 25 April 2011, beliau mengemukakan “salah satu unsur yang terpenting dalam
meningkatkan sumber daya manusia dengan meningkatkan pendidikan, perekonomian
masyarakat akan lebih baik apabila pendidikan yang da pada masyarakat bagus. Oleh karena itu,
kami dari PT RAPP dengan pemerintah Pelalawan mendirikan sekolah Bernas dengan tujuan
menciptakan masyarakat yang cerdas baik rohani maupun jasmani.
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pendirian sekolah bernas
bertujuan untuk meningkatkan sumber daya masyarakat dan membuka hati masyarakat terdapat
pendidikan melalui pendirian sekolah Bernas. dengan didirikannya sekolah Bernas diharapkan
masyarakat dapat mengetahui betapa pentingnya pendidikan atau sekolah. Wawancara dengan
orang tua siswa yang bersekolah di SD Bernas bapak Supriono pada tanggal 5 Mei 2011, beliau
mengemukakan dengan didirikannya sekolah Bernas kami sebagai orang tua siswa berharap
besar kepada pihak sekolah dapat memberikan pelayanan dan pasilitas yang baik kepada anak
didik, karena sampai saat ini di kabupaten Pelalawan sendiri belum ada sekolah yang bertarap
internasional.
Hal senada juga diungkapkan oleh ibu Melda sebagai orang tua siswa kelas VII SMP
Bernas pada tanggal 5 Mei 2011 “dengan didirikannya sekolah Bernas kami sebagai orang tua
siswa sangat bersukur bahwa di lingkungan Pelalawan telah terdapat sekolah yang baik, yakni
dari segi profesionalisme guru dan fasilitas yang ada.
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa diawal pendirian sekolah Bernas
mendapat respon yang positif dari masyarakat dengan harapan sekolah Bernas dapat memberikan
pelayanan yang baik sesuai dengan harapan masyarakat dan pemerintah pada khususnya. Akan
tetapi, pada awal tahun 2008 harapan masyarakat terhadap sekolah Bernas mengalami
kemunduran yang sangat derastis, hal ini disebabkan karena kerjasama antara PT RAPP dengan
pemerintah Pelalawan tidak berjalan baik, sehinggga pada tahun 2008 PT RAPP tidak lagi
memberikan subsidi kepada sekolah Bernas. Yang mengakibatkan sekolah mengalami krisis
finansial dan kepercayaan dari masyarakat.
“Sekolah Bernas pada awalnya memang mendapat simpati dari masyarakat setempat.
Akan tetapi pada awal tahun 2008 sekolah Bernas mengalami kemunduran atau
kepercayaan dari masyarakat. Hal ini terjadi dikarenakan guru-guru yang mengajar
banyak yang mengudurkan diri, pola pembinaan mengalami kemerosotan dan
disiplin sekolah Bernas juga tidak seperti dulu lagi. Wawancara dengan orang tua
siswa yang bersekolah di SD Bernas bapak Supriono pada tanggal 5 Mei 2011
Hal ini juga diungkapkan oleh bapak Sugiono sebagai kepala sekolah SMP Bernas, beliau
mengemukakan “kepercayaan masyarakat mulai menurun terhadap sekolah Bernas semenjak
sekolah Bernas tidak lagi mendapat bantuan dari PT RAPP, beliau juga menambahkan
berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap sekolah Bernas disebabkan menurunnya prestasi
siswa baik dari segi belajar dan kegiatan ekstrakurikuler.
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap
sekolah Bernas mengalami kemunduran, hal ini disebabkan karena PT PAPP tidak lagi
memberikan bantuan kepada sekolah Bernas dan menurunnya prestasi belajar siswa yang
88
bersekolah di Bernas. Wawancara dengan orang tua siswa ibu Sumiati pada tanggal 15 Oktober
2011, beliau mengemukakan kami sebagai orang tua siswa selalu memberikan yang terbaik buat
anak-anak kami, kami sudah lelah melihat sekolah disini, kalau anak kita disekolahkan di SD
negeri gurunya banyak yang berkebun, di sekolahkan di swasta biayanya mahal dan fasilitas juga
tidak memadai.
Hal ini juga diungkapkan oleh ibu Rizkha pada tanggal 15 Oktober 2011, beliau
mengemukakan awalnya sekolah Bernas memberikan harapan besar buat masyarakat dan masa
depan anak-anak disini. Akan tetapi, kenyataannya sekolah Bernas juga tidak bertahan lama, tapi
Alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah SWT karena walaupun sekolah Bernas mengalami
krisis kepercayaan dari masyarakat pemerintah juga cepat mengambil kebijakan yakni sekolah
Bernas dijadikan sebagai sekolah Negeri.
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah adalah tempat untuk
bersosialisasi dan mencerdaskan anak bangsa, orang tua juga sekarang sangat disiplin dalam
memilih sekolah untuk anak-anaknya. Hal ini disebabkan karena sekolah-sekolah yang ada di
daerah Pelalawan belum memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat, sebuah sekolah
disebut berkualitas apabila sekolah tersebut dapat memberikan prestasi yang baik buat peserta
didik, terbentuknya masyarakat yang madani dan berahklak mulia apabila sekolah-sekolah yang
ada dapat menjalankankan perannya dengan baik.
C. Pembahasan
CSR merupakan salah satu program yang dilaksanakan oleh perusahaan dengan
pemerintah setempat dalam meningkatkan kesejahteraan, sosial budaya dan sumber daya
masyarakat setempat. Di samping itu, salah satu usaha yang dapat dilakukan korporat untuk
menjalin hubungan kemitraan yang baik dengan komunitas adalah melalui program comunity
relations (CR). Hal ini sesuai dengan pendapat Jerold (2000: 12) mengemukakan CR sebagai
peningkatan partisipasi dan posisi organisasi dalam sebuah komunitas melaui berbagai upaya
untuk menyelesaikan kemaslahatan organisasi dan komunitas.
Dalam pelaksanaannya PT RAPP dengan pemerintah kabupaten Pelalawan menjalin
kerjasama dalam bidang lembaga pendidikan yang memfokuskan tujuannya untuk memperbaiki
pendidikan, sehingga akan lahir generasi-generasi yang dapat berperilaku sesuai dengan ajaran
agama serta mampu membawa pengaruh pada pola kehidupan bermasyarakat. Dalam
mewujudkan tujuan tersebut, Sekolah Bernas menciptakan pola-pola pendidikan yang
sedemikian rupa, sehingga tercipta pola perilaku yang sesuai dengan harapan. Sekolah Bernas
juga dijadikan tempat melatih dan membiasakan para siswa berperilaku sesuai petunjuk dan
ajaran yang dipelajarinya. Dengan demikian, pada lingkungan Sekolah Bernas akan tercipta
perilaku dan interaksi sosial yang ideal. Hal ini sasuai dengan pendapat umiarso (2010:349),
mengemukakan sekolah efektif adalah sekolah yang dikembangkan untuk mencapai kepuasan
(Eout put) pendidikannya, yaitu bagi orang tua, stakeholders dan pengguna pendidikan lainnya.
Sebagai lembaga pendidikan, Sekolah Bernas dapat dipandang sebagai lingkungan yang
khusus, dimana kerja sama antara Pemkab Pelalawan dan PT RAPP memiliki beberapa nilai
fundamental yang selama ini jarang dipandang. Sebagian kalangan menganggap perusahan
biasanya hanya sekedar memberikan bantuan, bukan terlibat langsung. Kerja sama antara PT
RAPP dengan Pemkab Pelalawan dengan mendirikan Sekolah Bernas, sekali pun jarang terjadi,
diharapkan dapat membentuk pribadi-pribadi yang unggul dan tangguh dalam menjalani hidup
dengan perubahan-perubahan yang menyertainya.
Sebagai perusahaan besar yang menjadi bagian penting dalam masyarakat Riau, PT
RAPP berusaha mengembangkan dan memperkuat kondisi sosial masyarakat di sekitar wilayah
operasinya melalui Program Community Development (CD). Program CSR PT RAPP
difokuskan pada empat bidang utama, yaitu pendidikan, kesehatan masyarakat, pendapatan
masyarakat dan proyek yang bersifat khusus atau strategis. Hal sesuai dengan pendapat
Hardinsyah, (2007), mengemukakan CSR adalah komitmen untuk berkontribusi terhadap
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan; bekerja dengan para karyawan dan keluarganya,
masyarakat setempat dan masyarakat secara luas dalam meningkatkan kualitas hidup mereka.
Adapun bentuk pelaksanaan CSR PT RAPP di Sekolah Bernas memiliki corak yang
beragam. Berikut dipaparkan bentuk-bentuk Pelaksanaan CSR PT RAPP di Sekolah Bernas.
1. Bentuk Inovasi CSR di Sekolah Bernas
RAPP dalam pemberian bantuan secara langsung (sesuai dengan teknik komunikasi
persuasif yang disebut teknik integrasi, yaitu kemampuan seseorang untuk menyatukan diri
dengan komunikan, dalam arti kata menyatukan diri secara komunikasi), ini berarti melalui
kata-kata verbal maupun nonverbal, komunikator menggambarkan dirinya „senasib‟ dan
karenanya menjadi satu dengan komunikan. Menurut Rogers (1962:10-24), setiap ide yang
dibayangkan sebagai sesuatu yang baru oleh individu, disebut dengan inovasi
Salah satu bentuk inovasi yang dilakukan oleh PT RAPP adalah mendirikan sekolah
Bernas yang terdiri dari bangunan untuk SD sebanyak 14 unit gedung, bangunan untuk SMP
sebanyak 7 unit gedung, bangunan untuk SMA sebanyak 9 unit gedung dan beasiswa bagi siswa
Sekolah Bernas diberikan baju kebaya merah, baju teluk belanga merah, kain songket, celana
kuning, baju kuning transparan, baju kebaya tanggung orange, baju teluk belannga hijau, baju
kebaya tanggung hijau, celana putih satin, kain hijau, kain pink, baju kurung labuh kuning,
celana kuning labuh, kain sarung plakat biru, selendang kuning borkat, selendang biru, ikat
pinggang kuning, benkung putra, boro putra, boro putri, kain sarung plakat hijau, kain samping
biru, kain samping kuning, kalung bertingkat, anting jurai, kerudung kuning, anak kerudung,
benkung kuning tipis, kaset, kaset CD, tepak sirih, rekorder, pianika, gitar, kompang, Gendang
Melayu, rebana kecil, car/tambourine, tambour dan gendang silat.
Dalam bentuk elektronik diberikan bantuan berupa CVU, kalkulator, keyboard, mouse,
monitor, printer, amplifier/tape, kabel listrik, kompor listrik, TV, VCD, komputer, meja
komputer dan stabilizer. Sedangkan dalam bentuk peralatan sekolah, diberikan bantuan meja
siswa SD 360 unit, kursi siswa SD 360 unit, meja + kursi SD 12 unit, meja + kursi SMP 90 unit,
lemari kelas 12 unit, meja guru (kelas) 2 unit dan whiteboard (kelas) 12 unit.
Cheng (1994) mengemukakan Ciri sekolah yang efektif adalah sebagai berikut (1) visi dan
misi yang jelas dan target mutu yang harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan secara
lokal, (2) Sekolah memiliki output yang selalu meningkat setiap tahun.(3) Lingkungan sekolah
aman, tertib, dan menyenangkan bagi warga sekolah.(4) Seluruh personil sekolah memiliki visi,
misi, dan harapan yang tinggi untuk berprestasi secara optimal (5) Sekolah memiliki sistem
evaluasi yang kontinyu dan komprehensif terhadap berbagai aspek akademik dan non akademik.
2. Kemudahan dan Keberpihakan CSR PT RAPP pada Sekolah Bernas
kemudahan melalui program CSR-nya, yaitu (1) gaji guru melebihi standar guru honor
daerah, (2) adanya tunjangan kesehatan bagi guru dan TU, (3) memberikan beasiswa kepada
siswa Bernas lebih besar dibandingkan kepada siswa dari sekolah lain yang dibantu RAPP
Kemudahan lain adalah karena sekolah ini merupakan wujud kerja sama RAPP dan Pemkab
Pelalawan, maka guru-guru dan tata usahanya, secara tidak langsung, bagi yang tidak PNS akan
di PNS kan secara bertahap.
Kemudahan bagi siswa yang bersekolah di Bernas, yaitu: (1) adanya subsidi silang bagi
siswa yang mampu dan yang tidak mampu, yaitu keringanan tidak membayar SPP bagi siswa
93
dari keluarga kurang mampu tapi ber-IQ tinggi, (2) adanya beasiswa yang lebih besar. Hal ini
sesuai dengan pendapat Umiarso (2010:351) mengemukakan keberhasilan pendidikan yang
dilakukan disekolah tidak terlepas dari kurikulum, kesiswaan, guru dan pegawai sekolah,
keuangan dan sarana perasarana.
3. Kemunduran Sekolah Bernas
Untuk meningkatkan sumber daya manusia di daerah kabupaten Pelalawan, pemerintah
daerah menjalin kerjasama dengan berbagai dunia usaha dalam mengatasi berbagai masalah di
masyarakat. Salah satu bentuk kerjasama yang telah disepakati antara perusahaan dengan
pemerintah Pelalawan adalah pelaksaan CSR PT RAPP di sekolah Bernas. Pada awalnya
penerapan CSR oleh PT RAPP dengan pemerintah daerah Pelalawan berjalan lancar. Akan
tetapi, terjasama yang terjalin antara PT RAPP dengan pemerintah daerah Pelalawan tidak
selamanya berjalan dengan baik, sehingga pada tahun pelajaran 2009/2010 sekolah bernas
mengalami kemunduran. Berikut dipaparkan faktor-faktor kemunduran CSR PT RAPP di
Sekolah Bernas.
a. Menurunnya Jumlah Produksi PT RAPP
Sejak awal berdiri PT RAPP telah memperlihatkan kepedulian serta memainkan peranan
dalam pengembangan sosio-ekonomi masyarakat di sekitar areal operasi, melalui program
pengembangan masyarakat atau Community Development (CD) yang bertujuan untuk
pemberdayaan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardinsyah, 2007, mengemukakan
CSR adalah komitmen untuk berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan,
bekerja dengan para karyawan dan keluarganya, masyarakat setempat dan masyarakat secara luas
dalam meningkatkan kualitas hidup mereka.
Pada tahun 2008 PT RAPP dihadapkan dengan tantangan yang sagat berat yaitu
kesulitan mendapatkan bahan mentah produksi (bahan baku untuk membuat kertas), sehingga
pada tahun 2008 PT RAPP memPHK karyawannya secara berkala dan PT RAPP juga megalami
kesulitan menjaga kesetabilan keungan perusahaan, semenjak PT RAPP mengalami kesuliatan
keungan sekolah Bernas tidak lagi disubsidi baik dari kegiatan belajar mengajar dan kegiatan
ekstrakulikuler, sehingga prestasi siswa sekolah bernas mengalami kemunduran pesat.
b. Kerjasama Antara PT RAPP dengan Pemerintah Pelalawan Tidak Berjalan Baik
Salah satu penyebab kemunduran sekolah Bernas adalah tidak adanya kejelasan
mengenai kerjasama yang dijalin oleh PT RAPP dengan pemerintah Pelalawan dalam program
CSR sehingga PT RAPP tidak lagi memberikan bantuan kepada sekolah Bernas. Soerjono (2007:
66) mengemukakan kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya
(yaitu in-group-nya) dan kelompok lainya (yang merupakan out-group-nya). Kerja sama
mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya luar yang mengancam atau ada tindakan-
tindakan luar yang menyinggung kesetiaan yang secara tradisional atau institusional telah
tertanam di dalam kelompok, dalam diri seorang atau segolongan orang. Kerja sama dapat
bersifat agresif apabila kelompok dalam jangka waktu yang lama mengalami kekecewaan
sebagai akibat perasaan tidak puas karena keinginan-keinginan pokoknya tidak dapat terpenuhi
karena adanya rintangan-rintangan yang bersumber dari luar kelompok itu. Keadaan tersebut
dapat menjadi lebih tajam lagi apabila kelompok demikian merasa tersinggung atau dirugikan
sistem kepercayaan atau dalam salah satu bidang sensitif dalam kebudayaan.
c. Guru Tidak lagi Bekerja dengan Baik dan Berhenti Mengajar di Sekolah Bernas
Diakui atau tidak, krisis multidimensional yang melanda negeri ini membuka mata kita
terhadap mutu pendidikan manusia Indonesia. Itupun dengan sumber daya manusia hasil
pendidikan yang ada di negeri ini. Memang, penyebab krisis itu sendiri begitu kompleks. Namun
tak dipungkiri bahwa penyebab utamanya adalah sumber daya manusia itu sendiri yang kurang
bermutu. Jangan harap bicara soal profesionalisme, terkadang sikap manusia Indonesia yang
paling merisaukan adalah seringnya bertindak tanpa moralitas. Adapun penyebab kemerosotan
prestasi siswa sekolah Bernas disebabkan karena tidak keluarnya dana CSR PT RAPP pada
pertengahan tahun 2008, sehingga insentif guru/TU mengalami penurunan yang mengakibatkan
menurunnya motivasi kerja guru/TU.
Cheng (1994: 23) mengemukakan sekolah harus mampu menjalankan fungsinya secara
maksimal, baik fungsi ekonomis, fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya
maupun fungsi pendidikan. Fungsi ekonomis sekolah adalah memberi bekal kepada siswa agar
dapat melakukan aktivitas ekonomi sehingga dapat hidup sejahtera. Fungsi sosial kemanusiaan
sekolah adalah sebagai media bagi siswa untuk beradaptasi dengan kehidupan masyarakat.
Fungsi politis sekolah adalah sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan tentang hak dan
kewajiban sebagai warga negara. Fungsi budaya adalah media untuk melakukan transmisi dan
transformasi budaya. Adapun fungsi pendidikan adalah sekolah sebagai wahana untuk proses
pendewasaan dan pembentukkan kepribadian siswa.
d. Menurunnya Minat Masyarakat Untuk Sekolah Di Sekolah Bernas
Masyarakat merupakan salah satu faktor terpenting dalam mendorong keberhasilan
pendidikan. Pendidikan tidak akan berjalan dengan baik apabila sekolah, keluarga dan
masyarakat tidak saling berhubungan. Besar atau tidaknya suatu sekolah terletak pada
kepercayan masyarakat terhadap sekolah. Oleh karena itu, sekolah harus mendapat dorongan dan
kepercayaan dari masyarakat.
Sekolah merupakan tempat untuk bersosialisasi dan mencerdaskan anak bangsa, orang
tua juga sekarang sangat disiplin dalam memilih sekolah untuk anak-anaknya. Hal ini disebabkan
karena sekolah-sekolah yang ada di daerah Pelalawan belum memberikan pelayanan yang baik
terhadap masyarakat, sebuah sekolah disebut berkualitas apabila sekolah tersebut dapat
memberikan prestasi yang baik buat peserta didik, terbentuknya masyarakat yang madani dan
berahklak mulia apabila sekolah-sekolah yang ada dapat menjalankankan perannya dengan baik.
Nurcahyo (2008: 97) mengatakan, pemberdayaan masyarakat akan berlangsung secara
bertahap. Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut adalah sebagai berikut: (1) tahap penyadaran
dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli, sehingga merasa membutuhkan
peningkatan kesadaran tinggi, (2) tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan,
kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga
dapat mengambil peran dalam pembangunan, dan (3) tahap peningkatan kemampuan intelektual,
kecakapan-keterampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk
mengantarkan kemandirian.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, ada beberapa kesimpulan yang dapat
dikemukakan, antara lain:
1. PT RAPP dengan pemerintah kabupaten Pelalawan menjalin kerja sama dalam bidang
lembaga pendidikan yang memfokuskan tujuannya untuk memperbaiki pendidikan,
sehingga akan lahir generasi-generasi yang dapat berperilaku sesuai dengan ajaran agama
serta mampu membawa pengaruh pada pola kehidupan bermasyarakat. Dalam
mewujudkan tujuan tersebut, PT RAPP dengan pemerintah kabupaten Pelalawan
mendirikan sekolah Bernas.
2. Adapun bentuk pelaksanaan CSR PT RAPP di Sekolah Bernas adalah (1) Bentuk Inovasi,
hal ini dapat dilihat dari mendirikan sekolah Bernas yang terdiri dari bangunan untuk SD
sebanyak 14 unit gedung, bangunan untuk SMP sebanyak 7 unit gedung, bangunan untuk
SMA sebanyak 9 unit gedung dan beasiswa bagi siswa Sekolah Bernas diberikan dan
fasilitas lainnya. (2) Kemudahan dan Keberpihakan CSR PT RAPP pada Sekolah Bernas,
hal ini dapat dilihat dari (a) gaji guru melebihi standar guru honor daerah, (b) adanya
tunjangan kesehatan bagi guru dan TU, (c) memberikan beasiswa kepada siswa Bernas
3. Pada tahun pelajaran 2009/2010 program CSR PT RAPP terhadap sekolah Bernas
dihentikan. Hal ini disebabkan karena: (1) Menurunnya jumlah produksi PT RAPP, hal ini
disebabkan karena PT RAPP kesulitan mendapatkan bahan mentah produksi (bahan baku
untuk membuat kertas), sehingga pada tahun 2008 PT RAPP memPHK karyawannya
secara berkala. (2) Kerjasama antara PT RAPP dengan pemerintah Pelalawan tidak
Berjalan baik, hal ini disebabakan karena terjadinya krisis kepercayaan antara PT RAPP
dengan pemerintah Pelalawan dalam pengelolaan CSR. (3) Guru tidak lagi bekerja dengan
baik dan berhenti mengajar di sekolah Bernas, hal ini dapat lihat dari insentif guru/TU
mengalami penurunan yang mengakibatkan menurunnya motivasi kerja guru/TU sehingga
nilai/ prestasi siswa megalami penurunan. (4) Menurunnya minat masyarakat untuk
sekolah di sekolah Bernas, hal ini dapat dilihat dari menurunnya jumlah siswa yang
bersekolah di Bernas.
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan peneliti yang telah dikemukakan di atas, maka disarankan
sebagai berikut:
1. CSR dapat lebih dirasakan masyarakat, maka unsur pendidikan dan pembinaan harus tetap
diberikan, karena merupakan hak masyarakat tempatan yang kekayaaan alamnya
dimanfaatkan perusahaan.
2. Pemkab Pelalawan dapat menciptakan rasa persaudaraan yang tinggi atau sikap
harmonisasi dengan PT RAPP, sehingga terjalin lagi hubungan kerja sama untuk masa
yang akan datang.
3. Pihak sekolah memberikan binaan kepada guru, sehingga menjadi pribadi yang tidak cepat
menyerah terhadap permasalahan yang ada.
4. Dinas Pendidikan lebih disiplin mengontrol kegiatan pendidikan yang bersifat kerja sama
dengan perusahaan.
5. Program CSR perlu diperluas agar lebih banyak masyarakat yang terlibat di dalamnya dan
merasakan dampak positifnya.
97
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi. 2004. Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta
Azmun Ja‟far 2005. Rentak Serantau, Pelalawan: PT Riau Andalan Pulp and Paper (Riaupulp)
Budimanta, Arif, Prasetijo, Adi, Rudito, Bambang. 2004. Corporate Social Responsibility,
Jakarta: ICSD
Budi, Riyanto. 2005. Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan dalam Perlindungan
Kawasan Pelestarian Alam, Bogor: Lembaga Pengkajian Hukum Kehutanan dan
Lingkungan.
Colletta, Umar Kayam. 1987. Kebudayaan dan Pembangunan, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia
George F. Kneller. 1987. Antropologi Pendidikan, Los Angeles: University of California
George Ritzer. 2004. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Jakarta: PT
Grafindo Persada
Iriantara, Yosal. 2004. Community Relations Konsep dan Aplikasinya, Bandung: Simbiosa
Rekatama.
Illich, Ivan. 2000. Bebaskan Masyarakat dari Belenggu Sekolah, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia (diterjemahkan dari Deschooling Society oleh Sony Keraf).
Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi I, Jakarta:UI-Press
2005. Pengantar Antropologi I, Jakarta: Rineka Cipta
Lauer, Robert H. 2003. Perspektif tentang Perubahan Sosial, Jakarta: Rineka Cipta.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Martono, Nanang. 2010. Pendidikan Bukan Tanpa Masalah, Yogyakarta: Gava Media
Nawawi, Hadari & Martini, Mimi. 1994. Penelitia Terapan. GMU Press. Yogyakarta
Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. 2007. Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Penerbit
Kencana
Soerjono, Soekanto. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Spradley, James P. 2007. Metode Ernografi, Yogyakarta: Tiara Wacana Sudarwan Danim.2002.
Menjadi Peneliti Kualitatif Jakarta. Pustaka Setia
Susanto, Astrid S. 1983. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Jakarta: Binacipta.
Umiarso. 2010. Manajemen Mutu Sekolah. Karangharjo: Ircisod
Wahyudi, Isa & Azheri, Busyra. 2008. Corporate Social Rsponsibility. Prinsip Pengaturan,
dan Implementasi, Malang: In-Trans Publishing
Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, Gresik: Fascho Publishing.
Lampiran 1
DOKUMENTASI Gambar 4.2 : Sekolah Bernas di Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Tampak dari
dalam sekolah Bernas
Gambar 4.4 : Musollah Sekolah Bernas di Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan
Gambar 4.3 : Pendiri Sekolah Bernas
Gambar 4.5 : Kepala Sekolah SMA Bernas di Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan
Tengku Azmun Ja’afar, SH Sukanto Tanoto (Pimpinan PT. RAPP)
Gambar 4.6 : Kepala Sekolah SMP Bernas di Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan
Gambar 4.7 : Ketua Yayasan Sekolah Bernas di Pangkalan Kerinci Kabupaten
Pelalawan
Gambar 4.8 : Keluarga Besar Sekolah Bernas
Gambar 4.8 : Karyawan dan guru Yayasan Pendidikan Bernas
Lampiran 2
Lembaran Kerja Analisis Kawasan Pertama
Analisis Domain Pertama
Hubungan Semantik Jenis
Bentuk X adalah termasuk Y
1. Jenis aktor yang terlibat dalam pelaksanaan CSR di Sekolah Bernas:
a. Guru-guru dan kepala sekolah
b. Siswa-siswi
c. Tata usaha
2. Jenis tindakan yang dilakukan PT RAPP dalam pelaksanaan CSR di Sekolah Bernas
a. Sarana dan prasarana fisik: membangun gedung sekolah, laboratorium, sarana olaraga,
masjid, perabot siswa/meubelier, alat peraga sekolah; terdiri dari alat peraga pelajaran
matematika, IPS, IPA, alat kesenian, alat olaraga dan alat multimedia sekolah.
b. Sarana dan prasarana non fisik dengan memberikan bantuan dana sebesar Rp800 juta
pertahun.
c. Pemberian beasiswa kepada siswa yang berprestasi dan kurang mampu.
3. Jenis sikap masyarakat sekolah terhadap terhadap program CSR tersebut:
a. Menerima
b. Menerima dengan catatan kesejahteraan guru dijamin (adanya asuransi kesehatan,
asuransi hari tua dan perumahan guru)
4. Jenis obyek fisik yang terlibat dalam proses difusi inovasi pelaksanaan CSR di Sekolah
Bernas
a. Biasanya CSR PT RAPP pada sekolah-sekolah/instansi lain sekedar pemberian dana,
sedangkan difusi inovasi CSR di Sekolah Bernas, perusahaan terlibat langsung dalam
pemberian dana dan memberikan langsung sarana prasarana sekolah dalam bidang fisik
yang terdiri dari:
a) perabot siswa/meubelier
b) alat peraga sekolah
c) alat peraga pelajaran matematika
d) alat peraga pelajaran IPS
e) alat peraga pelajaran IPA
f) alat kesenian
g) alat olaraga
h) alat multimedia sekolah
5. Jenis kemudahan oleh PT RAPP dalam pelaksanaan CSR pada Sekolah Bernas
a. Prosedur dan peraturan dalam pengambilan bantuan baik fisik maupun non fisik,
sederhana
b. Pemberian beasiswa yang lebih dibandingkan dengan siswa dari sekolah-sekolah/instansi
lain
6. Jenis emosi yang ditunjukkan oleh masyarakat Bernas
a. Antusias
b. Puas
c. Kecewa
d. Gembira
Lampiran 3
Lembaran Kerja Analisis Kawasan Kedua
Analisis Domain Kedua
Hubungan Semantik : Alasan
Bentuk X (suatu alasan untuk mengambil) Y
1. Alasan-alasan dilaksanakannya CSR oleh PT RAPP terhadap Sekolah Bernas:
a. Agar antara masyarakat Pelalawan dan PT RAPP terjalin hubungan yang harmonis dan
saling menguntungkan.
b. Agar operasional PT RAPP tidak mengalami gangguan.
c. Agar tersedia lapangan kerja bagi masyarakat Pelalawan.
d. Agar masyarakat Pelalawan mampu meningkatkan taraf hidupnya dengan adanya
pendidikan dan sekolah yang bagus.
e. Agar Pemkab Pelalawan dapat terlibat dalam bisnis PT RAPP.
f. Agar masyarakat Pelalawan memiliki pola pikir yang maju.
g. PT RAPP secara tidak langsung telah menjalin hubungan dan ikatan emosional yang baik
terhadap shareholder maupun stakeholders.
h. Kalangan bisnis dan masyarakat memiliki hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme
(saling mengisi dan menguntungkan).
i. Bagi PT RAPP, untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat
j. Kepedulian kepada masyarakat sekitar/relasi komunitas, dapat diartikan sangat luas,
namun secara singkat dapat dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan posisi
organisasi dalam sebuah komunitas, melalui berbagai upaya kemaslahatan bersama bagi
organisasi dan komunitas.
2. Alasan-alasan masyarakat Pelalawan kurang tertarik pada pelaksanaan CSR PT RAPP pada
Sekolah Bernas:
a. Aktivitas CSR pada Sekolah Bernas dianggap sulit dan mustahil untuk dilakukan, karena
kerja sama antara PT RAPP dan pemerintahan daerah jarang dilakukan.
b. Kurangnya motivasi untuk maju.
c. Pada awalnya masih ada sikap kurang percaya pada PT RAPP.
d. Kurang percaya diri.
3. Alasan-alasan mengapa beberapa anggota masyarakat Pelalawan dan Pemkab Pelalawan
bergabung dalam program CSR ini:
a. Ingin mengubab nasib menjadi lebih baik.
b. Memanfaatkan kesempatan yang ada.
c. Nekat, meskipun tidak memiliki keahlian dan kemampuan apa-apa untuk meningkatkan
sekolah agar lebih maju.
d. Tersedianya workshop untuk mengenali lebih lanjut pelaksanaan CSR oleh PT RAPP.
e. Diadakannya training dimana para rekanan pelaksana CSR di Sekolah Bernas dapat
belajar segala persyaratan dan keahlian yang perlu dimiliki.
f. Motivasi dan bimbingan teknis yang diberikan PT RAPP dan Pemkab Pelalawan pada
masyarakat Pelalawan.
Lampiran 4
Lembaran Kerja Analisis Kawasan Ketiga
Analisis Domain ketiga
Hubungan Fungsi
Bentuk X (adalah suatu fungsi dan) Y
1. Fungsi pelaksanaan CSR PT RAPP bagi masyarakat Pelalawan:
a. Tersedianya lapangan kerja.
b. Meningkatkan taraf hidup masyarakat Pelalawan dengan majunya pendidikan.
c. Terjalinnya hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan antara masyarakat,
Pemkab Pelalawan dan PT RAPP.
d. Memberdayakan masyarakat.
e. Mengubah pola pikir yang sempit menjadi maju.
f. Memperbaiki konsep diri masyarakat Pelalawan.
Lampiran 5
Lembaran Kerja Analisis Kawasan Keempat
Analisis Domain Keempat
Hubungan: Lokasi bagi Tindakan
Bentuk X (adalah tempat untuk melakukan) Y
1. Tempat untuk melakukan kegiatan CSR PT RAPP:
a. Sekolah Bernas
b. Jalan : H Abdul Jalil
c. Desa/Kelurahan : Pangkalankerinci Barat
d. Kecamatan : Pangkalankerinci
e. Kota : Pelalawan
f. Propinsi : Riau
g. Kode Pos : 28300
Lampiran 6
Hasil Observasi Terfokus
1. Jenis aktor yang terlibat dalam pelaksanaan CSR PT RAPP pada Sekolah Bernas
a. Tim PT RAPP yang terlibat dalam pelaksanaan Sekolah Bernas
b. Masyarakat Pelalawan
c. Masyarakat Pelalawan yang bekerja pada PT RAPP
2. Jenis tindakan yang dilakukan PT RAPP dalam mengkomunikasikan pelaksanaan CSR pada
Sekolah Bernas:
a. Merancang pelaksanaan CSR
b. Memberikan informasi mengenai pelaksanaan CSR pada masyarakat sekolah
c. Membawa Pemkab Pelalawan terlibat langsung
d. Melaksanakan workshop dan training
e. Menyediakan bimbingan teknis
3. Jenis sikap masyarakat Pelalawan terhadap pelaksanaan CSR di Sekolah Bernas:
a. Antusias
b. Memberanikan diri mengikuti workshop
c. Mengajak masyarakat Pelalawan untuk bergabung
4. Jenis obyek fisik yang terlibat dalam mengkomunikasikan pelaksanaan CSR di Sekolah
Bernas:
a. Media cetak/koran
b. Kantor PT RAPP
c. Pemkab Pelalawan
5. Jenis kemudahan yang diberikan PT RAPP melalui pelaksanaan CSR di Sekolah Bernas:
a. Prosedur dan peraturan khusus pencairan dana baik fisik maupun non fisik berupa
persyaratan administratif yang sederhana
b. Pelatihan dan bimbingan teknis
c. Kerja sama dengan Pemkab Pelalawan
6. Jenis emosi yang ditunjukkan oleh aktor:
a. Antusias
b. Puas
c. Kecewa
d. Gembira
7. Jenis dampak inovasi pelaksanaan CSR PT RAPP pada Sekolah Bernas:
a. Memberikan langsung sarana prasarana sekolah dalam bidang fisik yang terdiri dari :
a) perabot siswa/meubelier
b) alat peraga sekolah
c) alat peraga pelajaran matematika
d) alat peraga pelajaran IPS
e) alat peraga pelajaran IPA
f) alat kesenian
g) alat olaraga
h) alat multimedia sekolah
Lampiran 7
Analisis Taksonomi
A. Analisis Taksonomi: Kawasan Aktor yang Terlibat dalam Kemajuan dan
Kemunduran Sekolah Bernas pada Pelaksanaan CSR PT RAPP
Hasil analisis yang diperoleh melalui observasi terfokus terhadap kawasan aktor yang
terlibat dalam wawancara untuk melihat kemajuan dan dan kemunduran Sekolah Bernas dalam
pelaksanaan CSR PT RAPP, terdiri dari: (1) tolak ukur kemajuan dan kemunduran sebuah
sekolah, dilihat dari nilai Unas siswa, (2) kemajuan dan kemunduran sekolah juga dilihat dari
prestasi siswa dalam bidang akademis dan non akademis, (3) kemajuan dan kemunduran sekolah
juga dipengaruhi oleh prestasi guru dan kepala sekolah.
Untuk memperoleh taksonomi yang lengkap, telah dilakukan pencarian kesamaan unsur-
unsur, baik unsur yang memperkaya kawasan atau kawasan yang lebih besar serta penyusunan
taksonomi dan observasi terfokus untuk menguji ketepatan masing-masing cakupan aktor yang
terlibat atas dasar hubungan semantik X adalah jenis dari Y.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka jenis (1) adalah aktor yang
mengkomunikasikan pelaksanaan CSR oleh PT RAPP, yaitu tokoh masyarakat Pelalawan,
Pemkab Pelalawan dan Tim PT RAPP yang terlibat dalam pelaksanaan CSR tersebut, (2) ada
aktor yang telah bergabung di Sekolah Bernas, (3) adalah aktor yang bekerja dalam pelaksanaan
CSR pada Sekolah Bernas.
B. Analisis Taksonomi: Kawasan Jenis Inovasi
Hasil analisis yang diperoleh melalui observasi terfokus terhadap jenis inovasi
pelaksanaan CSR pada Sekolah Bernas, adalah: (1) pengembangan dan program CSR, (2) cara
mengkomunikasikan pelaksanaan CSR oleh PT RAPP pada Sekolah Bernas, (3) kemudahan dan
keberpihakan PT RAPP.
Untuk memperoleh taksonomi yang lengkap, telah dilakukan pencarian kesamaan unsur-
unsur, baik unsur yang memperkaya kawasan atau kawasan yang lebih besar serta penyusunan
taksonomi tentatif dan observasi terfokus untuk menguji ketepatan masing-masing jenis cakupan
inovasi, yang terlibat atas dasar hubungan semantik X adalah jenis dari Y.
C. Analisis Taksonomi: Kawasan Dampak Inovasi CSR PT RAPP di Sekolah Bernas
Hasil analisis yang diperoleh melalui observasi terfokus terhadap kawasan dampak
inovasi pelaksanaan CSR PT RAPP pada Sekolah Bernas adalah: memberikan langsung sarana
prasarana sekolah dalam bidang fisik yang terdiri dari: (1) perabot siswa/meubelier (2) alat
peraga sekolah (3) alat peraga pelajaran matematika, (4) alat peraga pelajaran IPS, (5) alat
peraga pelajaran IPA, (6) alat kesenian, (7) alat olaraga dan (8) alat multimedia sekolah.
Untuk memperoleh taksonomi yang lengkap, telah dilakukan pencarian kesamaan unsur-
unsur, baik unsur yang memperkaya kawasan atau kawasan yang lebih besar serta penyusunan
taksonomi tentatif dan observasi terfokus untuk menguji ketepatan masing-masing jenis cakupan
dampak inovasi yang terlibat atas dasar hubungan semantik X adalah dampak dari Y.
Lampiran 8
Analisis Komponensial
1. Pertanyaan yang diajukan pada saat melakukan observasi terseleksi pada kawasan cara Tim
CSR PT RAPP mengkomunikasikan pelaksanaan CSR mereka pada Sekolah Bernas:
a. Apakah Tim CSR RAPP melaksanakan atau tidak melaksanakan kegiatan
mengkomunikasikan pelaksanaan CSR perusahaan pada Sekolah Bernas?
b. Dari observasi terseleksi dan wawancara dengan mengajukan pertanyaan kontras,
diperoleh jawaban sebagai berikut:
(1) Tim CSR PT RAPP memuat berita dan informasi pelaksanaan CSR mereka pada
koran lokal.
(2) Tim CSR PT RAPP mengundang masyarakat sekolah untuk datang ke kantor PT
RAPP.
(3) Tim CSR PT RAPP mendatangi langsung Sekolah Bernas.
2. Pertanyaan yang diajukan pada saat melakukan observasi terseleksi pada kawasan sikap
masyarakat Sekolah Bernas terhadap pelaksanaan CSR PT RAPP adalah:
a. Apakah masyarakat sekolah menunjukkan sikap menerima atau tidak menerima terhadap
pelaksanaan CSR PT RAPP pada Sekolah Bernas?
b. Dari observasi terseleksi dan wawancara dengan mengajukan pertanyaan kontras,
diperoleh jawaban sebagai berikut:
(1) Masyarakat sekolah memberanikan diri mengikuti workshop pelaksanaan CSR PT
RAPP pada Sekolah Bernas.
(2) Pemerintah, masyarakat Pelalawan menjadi rekanan Tim CSR PT RAPP dan terlibat
dalam pelaksanaan beberapa proyek pembangungan sekolah.
3. Pertanyaan yang diajukan pada saat melakukan observasi terseleksi pada kawasan
perubahan yang dialami, setelah mengikuti program pelaksanaan CSR oleh PT RAPP pada
Sekolah Bernas, adalah:
a. Apakah terjadi dampak positif atau dampak negatif setelah menjadi rekanan antara
masyarakat sekolah Bernas, Pemkab Pelalawan dan PT RAPP?
b. Dari observasi terseleksi dan wawancara dengan mengajukan pertanyaan kontras
diperoleh jawaban sebagai berikut:
(1) Kemajuan pendidikan di Kabupaten Pelalawan meningkat dengan menjadi rekanan
antara masyarakat sekolah Bernas, Pemkab Pelalawan dan PT RAPP.
Lampiran 9
Tema “Kemajuan dan Kemunduran Sekolah Bernas dalam Pelaksanaan CSR PT RAPP”
Berdasarkan hasil analisis komponensial dengan mencermati tiap kontras, diperoleh suatu tema
kemajuan dan kemunduran Sekolah Bernas dalam pelaksanaan CSR PT RAPP, yaitu:
“Pelaksanaan CSR dapat meningkatkan kemajuan Sekolah Bernas dan berkurangnya CSR dapat
mengalami kemunduran pada sekolah itu” .
Lampiran 10
Pedoman Wawancara dengan Yayawan Bernas
1. Nama Bapak siapa?
2. Bapak bekerja di Yayasan Bernas bagian apa?
3. Bagaimana awalnya ide mengenai program CSR PT RAPP pada sekolah Bernas muncul?
4. Apakah tujuan dilaksanakannya program CSR PT RAPP pada Sekolah Bernas?
5. Bagaimana cara memberikan informasi mengenai program pelaksanaan CSR PT RAPP pada
masyarakat Pelalawan?
6. Bagaimana tanggapan awal masyarakat Pelalawan terhadap pelaksanaan CSR PT RAPP
pada Sekolah Bernas?
7. Apakah ada langkah lain yang ditempuh agar masyarakat Pelalawan mau bergabung dengan
program CSR PT RAPP pada Sekolah Bernas?
8. Apakah ada masyarakat Pelalawan yang membantu tim CSR PT RAPP untuk
menyebarluaskan informasi program CSR mereka pada Sekolah Bernas?
9. Bagaimana tanggapan masyarakat sekolah setelah Tim CSR PT RAPP datang ke sekolah
itu?
10. Bagaimanakah bentuk kebijakan yang memberikan kemudahan dan keberpihakan bagi
masyarakat Sekolah Bernas melalui program pelaksanaan CSR PT RAPP?
11. Apa sajakah yang menjadi pendorong masyarakat dan Pemkab Pelalawan bergabung dalam
program CSR PT RAPP pada Sekolah Bernas?
12. Apa sajakah yang menjadi penghambat masyarakat dan Pemkab Pelalawan bergabung
dengan program pelaksanaan CSR PT RAPP pada Sekolah Bernas?
13. Bagaimanakah kinerja masyarakat sekolah terhadap pelaksanaan CSR PT RAPP pada
Sekolah Bernas?
14. Sejauh mana komitmen PT RAPP terhadap program CSR perusahaan pada sekolah itu?
15. Apa sajakah perubahan yang dapat diamati pada masyarakat dan Pemkab Pelalawan setelah
mereka bergabung dengan program pelaksanaan CSR PT RAPP pada Sekolah Bernas?
16. Apakah sajakah harapan PT RAPP, khususnya terhadap Sekolah Bernas?
Lampiran 11
Pedoman Wawancara dengan Orang yang Terlibat Langsung dalam Pendidikan Bernas
dari Pihak Pemkab Pelalawan
1. Siapakah nama Bapak/Ibu?
2. Apakah pekerjaan Bapak/Ibu?
3. Sejak kapankah Bapak/Ibu mengetahui tentang program CSR PT RAPP pada Sekolah
Bernas?
4. Kapan mulai bergabung dengan program CSR di Sekolah Bernas?
5. Apa yang menjadi alasan ingin bergabung dengan pelaksanaan CSR itu?
6. Selain tim CSR PT RAPP,apakah ada pihak lain yang mempengaruhi keputusan Bapak/Ibu
untuk mengikuti program ini?
7. Apa saja syarat untuk menjadi rekanan pelaksanaan CSR PT RAPP pada Sekolah Bernas?
8. Apa saja faktor pendorong masyarakat Pelalawan mengikuti program CSR PT RAPP pada
Sekolah Bernas?
9. Apa saja faktor penghambat masyarakat Pelalawan mengikuti program ini?
10. Apa saja perubahan yang dirasakan setelah berdirinya Sekolah Bernas dalam hubungan kerja
sama dengan Pemkab Pelalawan?
11. Apakah yang sudah diperbuat Pemkab Pelalawan setelah pelaksanaan CSR PT RAPP di
Sekolah Bernas?
Lampiran 12
Pedoman Wawancara dengan Masyarakat Guru dan Tata Usaha yang Bekerja pada
Sekolah Bernas
1. Siapakah nama Bapak/Ibu?
2. Apakah pekerjaan Bapak/Ibu?
3. Sejak kapankah Bapak/Ibu bekerja pada Sekolah Bernas?
4. Apa pendapat Bapak/Ibu mengenai program CSR PT RAPP pada Sekolah Bernas?
5. Apa pandangan Bapak/Ibu terhadap teman-teman yang menjadi rekanan pada Sekolah
Bernas?
6. Apa manfaat yang dirasakan setelah ada program pelaksanaan CSR PT RAPP pada Sekolah
Bernas?