Upload
nollyrat
View
228
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Thesis
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Membicarakan kualitas pendidikan, erat kaitannya dengan kualitas
proses dan kualitas hasil. Kualitas proses ditentukan oleh banyak faktor, antara
lain faktor siswa, guru, ketetapan pemilihan materi, metode, media fasilitas
pendidikan, lingkungan dan lain-lain (Syaodah, 2003:16). Faktor-faktor
tersebut dalam pelaksanaan pendidikan merupakan permasalahan yang sangat
perlu mendapat perhatian. Artinya, upaya perbaikan kualitas pendidikan di
sekolah, secara tuntas harus menyentuh faktor-faktor tersebut di atas. Hal itu
menunjukkan bahwa perbaikan seyogyanya dilakukan secara menyeluruh.
Namun demikian, perbaikan secara menyeluruh bukanlah sebuah pekerjaan
yang mudah untuk dilakukan, akan tetapi membutuhkan upaya yang maksimal
dari para pelaku pembelajaran. Oleh karena itu, unsur yang paling penting dan
strategis untuk diupayakan dapat mengubah dari semua sistem pendidikan itu
adalah unsur guru, karena dalam proses belajar mengajar guru memegang
peranan penting yang sangat sentral dalam keberhasilan proses pendidikan.
Menurut laporan "Comission on education for the twenty first century”
kepada UNESCO Sudarminto (2004:123) pendidikan yang berkualitas ialah
yang ditopang oleh empat pilar, yaitu "Learning to know, learning to do,
learning to live together and learning to be (1) learning to know yang juga
1
berarti learning to learn yaitu, belajar untuk memperoleh pengetahuan dan
untuk melakukan pembelajaran selanjutnya, (2) learning to do, yaitu belajar
untuk memiliki kompetensi dasar yang berhubungan dengan situasi dan tim
kerja yang berbeda-beda, (3) learning to live together, yaitu belajar untuk
mampu mengapresiasikan dan mengamalkan kondisi saling ketergantungan,
keaneka ragaman, saling memahami, dan perdamaian intern dan antar bangsa,
(4) learning to be, yaitu belajar untuk mengaktualisasikan diri sebagai individu
dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab pribadi, dengan segala
konsekwensinya. Sedangkan tanggung jawab tersebut salah satunya ditentukan
oleh proses pendidikan guru yang telah diperolehnya, karena itu untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, maka hal utama yang perlu mendapat
perhatian adalah gurunya
Mengamati keberadaan kompetensi guru saat ini, tampaknya masih
beragam. Sudarwan Danim (2002:3) mengungkapkan bahwa salah satu ciri
krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja
(work performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi
guru di Indonesia belum memadai, oleh karena itu perlu adanya guna
meningkatkan kompetensi guru. Salah satu program peningkatan kompetensi
guru adalah Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). MGMP merupakan
suatu forum atau wadah profesional guru mata pelajaran SMP dan SMA yang
berada pada suatu wilayah kabupaten /kota/kecamatan/ sanggar/gugus sekolah.
2
Ruang lingkupnya meliputi guru mata pelajaran SMP/SMA Negeri dan
Swasta, baik yang berstatus PNS maupun Swasta dan atau guru tidak
tetap/honorarium. Prinsip kerjanya adalah cerminan kegiatan dari, oleh, dan
untuk guru dari semua sekolah. Atas dasar ini, maka MGMP merupakan
organisasi nonstruktural yang bersifat mandiri, berasaskan kekeluargaan, dan
tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan lembaga lain.
Kegiatan MGMP telah dilaksanakan pada berbagai jenjang pendidikan
dan setiap mata pelajaran termasuk pelajaran kimia. Kimia merupakan ilmu
yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik
sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara
memperoleh, serta kegunaannya. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya
diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada
perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas
pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan
dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat.
Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia mempelajari segala sesuatu tentang zat
yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan
energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ada dua hal yang
berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk
(pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori)
3
temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu,
pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan
karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk.
Beberapa hasil penelitian, di antaranya adalah Wiseman (1981:17),
Nakhleh (1992:14), Carter (1989:54) dan Kirkwood dan Symington (1996:45),
menunjukkan banyak siswa yang dapat dengan mudah mempelajari mata
pelajaran lain, tetapi mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep
dan prinsip-prinsip kimia. Hal ini disebabkan karakteristik konsep ilmu kimia
berbeda dengan konsep ilmu lainnya, sehingga cara mempelajarinya juga tidak
sama. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pendley, Bretz dan Novack
(1994:21) menunjukkan bahwa pada umumnya siswa cenderung belajar
dengan hafalan dari pada secara aktif mencari untuk membangun pemahaman
mereka sendiri terhadap konsep kimia tersebut. Menurut Nakhleh (1992:18),
hal tersebut menyebabkan sebagian besar konsep-konsep kimia masih
merupakan konsep yang abstrak bagi siswa, dan bahkan mereka tidak dapat
mengenali konsep-konsep kunci atau hubungan antarkonsep yang diperlukan
untuk memahami konsep tersebut. Akibatnya, siswa tidak membangun
pemahaman konsep-konsep kimia yang fundamental pada awal mereka belajar
kimia. Ini disebabkan karena guru-guru kimia kurang mampu untuk
menerapkan model pembelajaran, metode mengajar atau pendekatan yang
4
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran kimia atau dengan kata lain, hal ini
disebabkan karena rendahnya kompetensi pedagogik guru kimia.
Kompetensi pedagogik guru merupakan unsur yang sangat penting
dalam kegiatan pembelajaran. Kompetensi Pedagogik menurut Permendiknas
Nomor 16 Tahun 2007, adalah kemampuan seorang guru dalam mengelola
proses pembelajaran peserta didik. Guru yang tidak memiliki kemampuan
pedagogik yang baik akan mengalami kesulitan untuk membuat siswa
memahami mata pelajaran yang diampunya
Pelaksanaan kegiatan MGMP adalah salah satu bentuk kegiatan yang
dapat dilakukan guru dalam rangka menyikapi kurangnya penguasaan terhadap
kompetensi pedagogik ini. MGMP tidak hanya sekedar lembaga musyawarah,
tetapi dapat dijadikan forum ilmiah sesama guru atau narasumber serta dapat
pula dijadikan lembaga supervisi teman sejawat.
Tomohon merupakan kota yang dijuluki sebagai kota pelajar karena
adanya lembaga-lembaga pendidikan yang cukup berkualitas, termasuk
adanya SMA-SMA yang cukup diperhitungkan. Data yang diperoleh oleh
peneliti dari Dinas Pendidikan kota Tomohon, kegiatan MGMP setiap mata
pelajaran rutin dilakukan setiap tahun, karena itu merupakan program tahunan
Dinas Pendidikan. Khusus untuk mata pelajaran kimia, telah terbentuk
pengurus MGMP dan mereka telah melakukan berbagai kegiatan dalam
rangka meningkatkan kompetensi guru termasuk kompetensi pedagogik guru
5
kimia. Akan tetapi berdasarkan pengamatan peneliti pada beberapa SMA yang
ada di Tomohon, kegiatan mata pelajaran kimia belum diajarkan sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran kimia dan karakteristik siswa padahal
MGMP kimia rutin dilakukan baik secara rutin maupun sesuai kebutuhan pada
sepanjang tahun yang berjalan. Ini menunjukkan bahwa kompetensi
pedagogik sebagian guru kimia yang diamati oleh peneliti masih kurang dan
perlu ditingkatkan lagi melalui berbagai kegiatan pelatihan peningkatan
kompetensi pedagogik, serta mengoptimalkan program peningkatan
kompetensi pedagogik melalui wadah MGMP, selain itu masih ada satu orang
guru kimia yang belum berkualifikasi sarjana mengajar di salah satu SMA
swasta, beliau bergelar Diploma tiga, Akan tetapi, salah satu hal yang cukup
menghambat pelaksanaan kegiatan MGMP ini adalah perhatian dari instansi
yang terkait dalam hal ini Dinas Pendidikan kota Tomohon belum sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh para guru yang tergabung dalam MGMP.
Berdasarkan apa yang dipaparkan di atas, maka peneliti yang
merupakan widyaiswara mata pelajaran kimia, tertarik untuk mengkaji tentang
upaya MGMP dalam mengembangkan kompetensi pedagogik guru kimia
SMA di kota Tomohon
B. Fokus Penelitian
Yang menjadi fokus di dalam penelitian ini adalah bagaimana
6
upaya MGMP dalam mengembangkan kompetensi pedagogik guru kimia
SMA di kota Tomohon
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian maka
permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan MGMP dalam upaya meningkatkan kompetensi
pedagogik guru kimia SMA di kota Tomohon?
2. Bagaimana implementasi MGMP dalam upaya meningkatkan kompetensi
pedagogik guru kimia SMA di kota Tomohon?
3. Bagaimana pengawasan MGMP dalam upaya meningkatkan kompetensi
pedagogik guru kimia SMA di kota Tomohon?
4. Bagaimana evaluasi MGMP dalam upaya meningkatkan kompetensi
pedagogik guru kimia SMA di kota Tomohon?
D. Tujuan Penelitan
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hasil kajian
dan deskripsi tentang upaya Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
dalam mengembangkan kompetensi pedagogik guru kimia SMA di kota
Tomohon. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh hasil kajian dan deskripsi tentang:
1. Perencanaan MGMP dalam upaya meningkatkan kompetensi pedagogik
guru kimia SMA di kota Tomohon
7
2. Implementasi MGMP dalam upaya meningkatkan kompetensi pedagogik
guru kimia SMA di kota Tomohon
3. Pengawasan MGMP dalam upaya meningkatkan kompetensi pedagogik
guru kimia SMA di kota Tomohon
4. Evaluasi MGMP dalam upaya meningkatkan kompetensi pedagogik guru
kimia SMA di kota Tomohon
E. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoretis. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan ilmu manajemen pendidikan lebih khusus konsep-
konsep pengembangan kompetensi guru terkait dengan pelaksanaan
MGMP.
b. Manfaat Praktis
1. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pemikiran bagi
semua pihak yang terkait dalam rangka menentukan pola pembinaan
yang tepat dalam rangka meningkatkan kompetensi guru
2. Memungkinkan adanya penelitian lebih lanjut oleh peneliti lainnya
untuk lebih menggali dan mengembangkan permasalahan yang diteliti.
8
BAB II
ACUAN TEORETIK
A. Konsep Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
MGMP adalah suatu wadah profesional guru mata pelajaran yang berada
pada suatu wilayah kabupaten/kota/kecamatan/sanggar/gugus sekolah. Ruang
lingkupnya meliputi guru mata pelajaran pada SMA Negeri dan Swasta, baik
yang berstatus PNS maupun Swasta dan atau guru tidak tetap/honorarium.
Tujuan diselenggarakannya MGMP, menurut Arif Achmad (2006:14)
ialah: pertama, untuk memotivasi guru guna meningkatkan kemampuan dan
keterampilan dalam merencanakan, melaksanakan, dan membuat evaluasi
program pembelajaran dalam rangka meningkatkan keyakinan diri sebagai
guru profesional; kedua, untuk menyatakan kemampuan dan kemahiran guru
dalam melaksanakan pembelajaran sehingga dapat menunjang usaha
peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan; ketiga, untuk mendiskusikan
permasalahan yang dihadapi dan dialami oleh guru dalam melaksanakan tugas
sehari-hari dan mencari solusi alternatif pemecahannya sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran masing-masing, guru, kondisi sekolah, dan
lingkungannya; keempat, untuk membantu guru memperoleh informasi teknis
edukatif yang berkaitan dengan kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi,
kegiatan kurikulum, metodologi, dan sistem pengujian yang sesuai dengan
mata pelajaran yang bersangkutan; kelima, saling berbagi informasi dan
9
pengalaman dari hasil lokakarya, simposium, seminar, diklat, classroom action
research, referensi, dan lain-lain kegiatan profesional yang dibahas bersama-
sama; Keenam, mampu menjabarkan dan merumuskan agenda reformasi
sekolah (school reform), khususnya focus classroom reform, sehingga
berproses pada reorientasi pembelajaran yang efektif.
Sedangkan menurut Suleha (2007:25) tujuan dibentuknya MGMP
antara lain, (1) menumbuhkan kegairahan guru dalam meningkatkan
kemampuan dan keterampilan ketika mempersiapkan, melaksanakan, dan
mengevaluasi program pengajaran. (2) memeratakan kemampuan dan
kemahiran guru dalam melaksanakan pembelajaran sehingga dapat menunjang
usaha peningkatan pemerataan mutu pendidikan. (3) menampung segala
permasalahan yang dialami guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan
mencari penyelesaian yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, guru,
sekolah dan lingkungan. (4) membantu guru dalam upaya memenuhi
kebutuhannya yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. (5) membantu
guru memperoleh informasi teknis edukatif yang berkaitan dengan kegiatan,
kebijaksanaan pengembangan kurikulum dan mata pelajaran yang
bersangkutan. (6) saling tukar informasi dan pengalaman dalam rangka
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan
metode dan teknik mengajar.
10
Menurut Achmad (2006:18-21), MGMP pun dituntut untuk berperan sebagai:
pertama, reformator, dalam classroom reform, terutama dalam reorientasi
pembelajaran efektif; kedua, mediator, dalam pengembangan dan peningkatan
kompetensi guru, terutama dalam pengembangan kurikulum dan sistem
pengujian; ketiga, supporting agency, dalam inovasi manajemen kelas dan
manajemen sekolah; keempat, collaborator, terhadap unit terkait dan
organisasi profesi yang relevan; kelima, evaluator dan developer school
reform dalam konteks MPMBS; dan terakhir, clinical dan academic
supervisor, dengan pendekatan penilaian appraisal.
Berdasarkan tujuan dan peran di atas, maka berikut ini adalah beberapa
fungsi yang diemban MGMP, Sapa'at (2006:45) yaitu: pertama, menyusun
program jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek serta mengatur
jadwal dan tempat kegiatan secara rutin; kedua, memotivasi para guru untuk
mengikuti kegiatan MGMP secara rutin, baik di tingkat sekolah, wilayah,
maupun kota; ketiga, meningkatkan mutu kompetensi profesionalisme guru
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengujian/evaluasi pembelajaran di
kelas, sehingga mampu mengupayakan peningkatan dan pemerataan mutu
pendidikan di sekolah; Keempat, mengembangkan program layanan supervisi
akademik klinis yang berkaitan dengan pembelajaran yang efektif; Kelima,
mengembangkan silabus dan melakukan Analisis Materi Pelajaran (AMP),
Program Tahunan (Prota), Program Semester (Prosem), Satuan Pelajaran
11
(Satpel), dan Rencana Pembelajaran (RP); Keenam, mengupayakan lokakarya,
simposium dan sejenisnya atas dasar inovasi manajemen kelas, manajemen
pembelajaran efektif (seperti: PAKEM: Pendekatan Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan, joyful and quantum learning, hasil classroom action research,
hasil studi komparasi atau berbagai studi informasi dari berbagai nara sumber,
dan lain-lain.); Ketujuh, merumuskan model pembelajaran yang variatif dan
alat-alat peraga praktik pembelajaran program life skill, baik Broad Based
Education (BBE) maupun High Based Education (HBE); Kedelapan,
berpartisipasi aktif dalam kegiatan MGMP Propinsi dan AGMP nasional serta
berkolaborasi dengan MKKS dan sejenisnya secara kooperatif; Kesembilan,
melaporkan hasi kegiatan MGMP secara rutin setiap semester kepada Dinas
Pendidikan Kota
Memberdayakan MGMP sebagai sebuah wadah profesionalisme guru
akan menjadi salah satu barometer keberhasilan pendidikan menengah
khususnya dan dunia pendidikan umumnya. Kiprahnya ditunggu oleh para
user, dinantikan kehadirannya oleh para guru, para siswa, seluruh orang tua
siswa, masyarakat, dan siapa saja yang peduli terhadap upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa.
B. Kompetensi Guru
Kemampuan melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab
guru merupakan sebagian dari kompetensi guru. Moh Uzer Usman dan Lilies
12
Setiawati (2000:7) mengemukakan tiga tugas guru sebagai profesi meliputi
mendidik, mengajar dan melatih. (a) mendidik berarti meneruskan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup, (b) mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, (c) melatih berarti mengembangkan
keterampilan-keterampilan pada siswa. Mohamad Ali (1982:4-7)
mengemukakan tiga macam tugas utama guru, yakni (a) merencanakan tujuan
proses belajar mengajar, bahan pelajaran, proses belajar mengajar yang efektif
dan efisien, menggunakan alat ukur untuk mencapai tujuan pengajaran
tercapai atau tidak, (b) melaksanakan pengajaran, (c) memberikan balikan
(umpan balik).
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat penulis
simpulkan tentang tugas guru yaitu (a) tugas pengajaran, bimbingan dan
latihan kepada siswa, (b) pengembangan profesi guru, (c) pengabdian
masyarakat.
Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab di atas, seorang
guru dituntut memiliki beberapa kemampuan dan keterampilan tertentu.
Kemampuan dan keterampilan tersebut sebagai bagian dari kompetensi
pedagogik guru. Kompetensi merupakan suatu kemampuan yang mutlak
dimiliki oleh guru agar tugasnya sebagai pendidik dapat terlaksana dengan
baik.
13
Menurut Mc. Load dalam Moh Uzer Usman (2000:14) pengertian
dasar kompetensi (competency) yakni kemampuan atau kecakapan.
Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang
dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Sedang yang dimaksud
dengan kompetensi guru (teacher competency) merupakan kemampuan
seorang guru dalam melaksanakan kewajiban secara bertanggung jawab dan
layak. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru
merupakan kemampuan guru dalam melaksanakan tugas-tugas sebagai
pengajar yang dilakukan secara bertanggung jawab dan layak.
Glasser dalam Nana Sudjana (1989:69) mengemukakan empat jenis
kompetensi tenaga pengajar, yakni (a) mempunyai pengetahuan belajar dan
tingkah laku manusia, (b) menguasai bidang ilmu yang dibinanya,
(c) memiliki sikap yang tepat tentang dirinya sendiri dan teman sejawat serta
bidang ilmunya, (d) keterampilan mengajar. Sardiman (1994:161-177)
mengemukakan kompetensi guru yaitu (a) menguasai bahan yang akan
diajarkan, (b) mengelola program belajar mengajar, (c) mengelola kelas, (d)
menggunakan media/sumber, (e) menguasai landasan pendidikan, (f) memberi
prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, (g) mengenal fungsi dan
program bimbingan dan penyuluhan di sekolah, (h) mengenal dan
menyelenggarakan administrasi sekolah, dan (i) memahami prinsip-prinsip
dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
14
Sementara itu Moh Uzer Usman dan Lilies Setiawati (2000:17) memberikan
rincian sebagai kompetensi guru sebagai berikut:
1. Kompetensi Pribadi yang meliputi: a. Mengembangkan kepribadian
1) bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa2) berperan dalam masyarakat sebagai warga negara yang berjiwa
Pancasila3) mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi jabatan
guru b. Berinteraksi dan berkomunikasi
1) berinteraksi dengan sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional
2) berinteraksi dengan masyarakat untuk penunaian misi pendidikan c. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan
1) membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar2) membimbing murid yang berkelainan dan berbakat khusus
d. Melaksanakan administrasi sekolah1) mengenal pengadministrasian kegiatan sekolah2) melaksanakan kegiatan administrasi sekolah
e. Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran1) mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah2) melaksanakan penelitian sederhana
2. Kompetensi Profesional yang meliputi: a. Menguasai landasan kependidikan
1) mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
2) mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat3) mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat
dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar b. Menguasai bahan pengajaran
1) menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah
2) menguasai bahan pengayaan c. Menyusun program pengajaran
1) menetapkan tujuan pembelajaran2) memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran3) memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar4) memilih dan mengembangkan media pengajaran5) memilihi dan memanfaatkan sumber belajar
d. Melaksanakan program pengajaran
15
1) menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat2) mengatur ruangan belajar3) mengelola interaksi belajar mengajar4) Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan,
yaitu :
a) menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaranb) Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan
Menurut PP No. 74 tahun 2008 pasal 3, kompetensi guru meliputi:
Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang kurangnya meliputi:
a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikanb) pemahaman terhadap peserta didikc) pengembangan kurikulum atau silabusd) perancangan pembelajarane) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogisf) pemanfaatan teknologi pembelajaran;g) evaluasi hasil belajar; danh) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.2) Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian
yang:a) beriman dan bertakwab) berakhlak muliac) arif dan bijaksanad) demokratise) mantapf) berwibawag) stabilh) dewasai) jujurj) sportifk) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakatl) secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; danm) mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
16
3) Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:
a) berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun;b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional;c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik;
d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku; dan
e) menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.4) Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam
menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:
a) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan
b) konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.
Berdasarkan paparan masing-masing ahli dapatlah peneliti simpulkan
tentang kompetensi guru yang berkaitan dengan tugas mengajar yaitu:
1. Kompetensi guru dalam melaksanakan bimbingan belajar
2. Kompetensi guru dalam melakukan administrasi pembelajaran.
3. Kompetensi guru dalam menguasai bahan/materi pelajaran.
4. Kompetensi guru dalam menyusun program pengajaran
5. Kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran
6. Kompetensi guru dalam menguasai evaluasi pembelajaran.
Guru yang berkompetensi tidak hanya tahu akan tugas, peranan dan
kompetensinya. Namun dapat melaksanakan apa-apa yang menjadi tugas dan
17
perannya, dan selalu meningkatkan kompetensinya agar tercapai kondisi
proses belajar mengajar yang efektif dan tercapai tujuan belajar secara
optimal.
Sehubungan dengan pentingnya guru memiliki kompetensi,
diungkapkan oleh N. A. Ametembun dalam Syaiful Bakri Djamarah
(1994:33): “Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggungjawab
terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual maupun klasikal,
baik disekolah maupun di luar sekolah, ini berarti seorang guru minimal
memiliki dasar-dasar kompetensi sebagai wewenang dan kemampuan dalam
nejalankan tugas. Untuk itu seorang guru perlu memiliki kepribadian,
menguasai bahan pelajaran dan menguasai cara-cara mengajar sebagai dasar
kompetensi. Bila guru tidak memiliki kepribadian, tidak menguasai bahan
pelajaran dan cara-cara mengajar, maka guru akan gagal menunaikan
tugasnya, sebelum berbuat lebih banyak dalam pendidikan dan pengajaran.
Oleh karena itu, kompetensi mutlak dimiliki guru sebagai kemampuan,
kecakapan atau keterampilan dalam mengelola kegiatan pendidikan. Dengan
demikian kompetensi guru berarti pemilikan pengetahuan keguruan, dan
pemilikan keterampilan serta kemampuan sebagai guru dalam melaksanakan
tugasnya.”.
18
Moh. Uzer Usman dan Lilies Setiawati (2000:13) merinci akan hakikat
guru yang dapat melandasi perencanaan dan pelaksanan program belajar
mengajar sebagai berikut
1. Guru merupakan agen pembaruan
2. Guru berperan sebagai pemimpin dan pendukung nilai-nilai
masyarakat
3. Guru sebagai fasilitator, memungkinkan tercapainya kondisi yang baik
bagi subyek didik untuk belajar
4. Guru bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar subyek didik
5. Pendidik tenaga kependidikan dituntut untuk menjadi contoh dalam
mengelola proses belajar mengajar bagi calon guru yang menjadi
subyek didiknya
6. Guru bertanggung jawab secara profesional untuk terus menerus
meningkatkan kemampuannya
7. Guru menjunjung kode etik profesional
C. Kompetensi Pedagogik Guru
Bimbingan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada
anak atau orang lain yang belum dewasa, disebut pendidikan (pedagogik)
Pedagogik merupakan suatu usaha yang dijalankan oleh seseorang atau
sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompopk orang
19
lain menjadi dewasa atau tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi
(Gusti 2007:5).
Dalam bentuk lain, pedagogik itu dipandang sebagai suatu proses atau
aktifitas yang bertujuan agar tingkah laku manusia mengalami proses tersebut
mendapat perubahan. Tingkah laku seseorang adalah setiap respons yang dapat
dilihat atau diperlihatkan oleh orang lain Disamping itu pedagogik juga
merupakan suatu ilmu, sehingga orang menyebutnya ilmu pedagogik. Ilmu
pedagogik adalah ilmu yang membicarakan masalah atau persoalan-persoalan
dalam pendidikan dan kegiatan-kegiatan mendidik, antara lain seperti tujuan
pendidikan, alat pendidikan, cara melaksanakan pendidikan, anak didik,
pendidik dan sebagainya.
Pedagogik termasuk ilmu yang sifatnya teoretis dan praktis. Oleh
karena itu pedagogik banyak berhubungan dengan ilmu-ilmu lain seperti: ilmu
sosial, ilmu psikologi, psikologi belajar, metodologi pengajaran, sosiologi,
filsafat dan lainya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007 tentang
Guru, dinyatakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan
pemahaman tentang peserta didik secara mendalam dan penyelenggaraan
pembelajaran yang mendidik. Pemahaman tentang peserta didik meliputi
pemahaman tentang psikologi perkembangan anak, sedangkan pembelajaran
yang mendidik meliputi kemampuan merancang pembelajaran,
20
mengimplementasikan pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran,
dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Menurut Peraturan Pemerintah
ini, bahwasanya kompetensi pedagogik guru merupakan kemampuan guru
dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya
meliputi:
a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. guru memiliki latar
belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki keahlian secara
akademik dan intelektual. Merujuk pada sistem pengelolaan
pembelajaran yang berbasis subjek (mata pelajaran), guru seharusnya
memiliki kesesuaian antara latar belakang keilmuan dengan subjek
yang dibina. Selain itu, guru memiliki pengetahuan dan pengalaman
dalam penyelenggaraan pembelajaran di kelas. Secara otentik kedua hal
tersebut dapat dibuktikan dengan ijazah akademik dan ijazah keahlian
mengajar (akta mengajar) dari lembaga pendidikan yang diakreditasi
pemerintah
b. Pemahaman terhadap peserta didik. Guru memiliki pemahaman akan
psikologi perkembangan anak, sehingga mengetahui dengan benar
pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak didiknya. Guru dapat
membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia yang dialami
anak. Selain itu, Guru memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap
latar belakang pribadi anak, sehingga dapat mengidentifikasi problem-
21
problem yang dihadapi anak serta menentukan solusi dan pendekatan
yang tepat.
c. Pengembangan kurikulum/silabus. Guru memiliki kemampuan
mengembangkan kurikulum pendidikan nasional yang disesuaikan
dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah.
d. Perancangan pembelajaran. Guru memiliki kemampuan merencanakan
sistem pembelajaran yang memanfaatkan sumber daya yang ada.
Semua aktivitas pembelajaran dari awal sampai akhir telah dapat
direncanakan secara strategis, termasuk antisipasi masalah yang
kemungkinan dapat timbul dari skenario yang direncanakan.
e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Guru
menciptakan situasi belajar bagi anak yang kreatif, aktif dan
menyenangkan. Memberikan ruang yang luas bagi anak untuk dapat
mengeksplor potensi dan kemampuannya sehingga dapat dilatih dan
dikembangkan
f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran. Dalam menyelenggarakan
pembelajaran, guru menggunakan teknologi sebagai media.
Menyediakan bahan belajar dan mengadministrasikan dengan
menggunakan teknologi informasi. Membiasakan anak berinteraksi
dengan menggunakan teknologi.
22
g. Evaluasi hasil belajar. Guru memiliki kemampuan untuk mengevaluasi
pembelajaran yang dilakukan meliputi perencanaan, respon anak, hasil
belajar anak, metode dan pendekatan. Untuk dapat mengevaluasi, guru
harus dapat merencanakan penilaian yang tepat, melakukan pengukuran
dengan benar, dan membuat kesimpulan dan solusi secara akurat.h.
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya. Guru memiliki kemampuan untuk
membimbing anak, menciptakan wadah bagi anak untuk mengenali
potensinya dan melatih untuk mengaktualisasikan potensi yang
dimiliki.
D. Kajian Penelitian Yang Relevan
Penelitian-penelitian yang terkait dengan penelitian ini antara lain
penelitian yang dilakukan oleh Maya Nurhayati (2004) yang berjudul
Peranan MGMP PKn Dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru PKn di
Sekolah (Studi deskriptif analitis terhadap guru peserta MGMP PKn wilayah
Bandung selatan).
Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa penyelenggaraan MGMP
dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para
pesertanya. Di samping itu, MGMP juga merupakan sarana untuk
menyamakan persepsi tentang materi pembelajaran, membahas masalah-
masalah yang dihadapi oleh para guru dalam melaksanakan tugasnya,
23
kemudian dicarikan solusinya menurut kesepakatan bersama dari para peserta
MGMP.
Hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa penyelenggaraan
MGMP PKn di wilayah Bandung selatan belum tercapai sepenuhnya. Dalam
kesiapan administrasi guru, sekalipun hasil pengembangan program sudah ada
penyederhaan, namun kegiatan guru PKn di lapangan masih ada yang belum
melengkapi administrasi kesiapan untuk mengajar. Dalam penggunaan media
atu sumber pembelajaran, para guru masih jarang menggunakan media atau
sumber lain selain buku teks dan LKS. Dalam melaksanakan evaluasi para
guru juga belum sepenuhnya melaksanakan prosedur evaluasi, masih ada guru
yang tidak melakukan analisis butir soal, menilai kurang objektif dan jarang
pula mengadakan pengayaan. Hambatan yang dihadapi dalam
penyelenggaraan kegiatan MGMP ini menyangkut masalah dana, nara sumber,
sarana prasarana dan sikap dari para pesertanya. Namun semua kendala ini
dapat diatasi, sehingga kegiatan MGMP dapat berjalan dengan lancar. MGMP
ini merupakan sarana yang paling mudah dilaksanakan dalam upaya
meningkatkan profesionalisme guru PKn, karena sifanya yang dari, oleh dan
untuk guru.
Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti
adalah fokus penelitiannya terkait dengan upaya MGMP dalam meningkatkan
kompetensi guru, metodenya juga sama yaitu kualitatif perbedaannya adalah
24
mata pelajarannya, lokasi penelitian serta apek kompetensi guru yang diteliti
Penelitian yang dilakukan oleh: Ani Uslimah (2004) yang berjudul
Evaluasi Program Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Biologi SMA
di Kabupaten Bantul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) program
MGMP biologi relevan dengan kebutuhan peserta; (2) 75% peserta adalah
guru SMA Negeri, 25% Guru SMA Swasta, dan 75% PNS, 25 % guru
bantu/GTT; (3) tingkat relevansi materi program MGMP dalam kategori tinggi
sebesar 70%; (4) ketersediaan sarana penunjang dalam kategori kurang baik
50%; (5) kesiapan pengelola program maupun peserta dalam keadaan baik; (6)
tingkat partisipasi pserta dalam kategori baik (70%-80%); (7) kualitas
pelaksanaan program dalam kategori baik sebesar 70% dan secara fungsional
pelakasana program adalah pengurus beserta anggota MGMP itu sendiri; (8)
manfaat program kegiatan MGMP bagi guru biologi dalam kategori baik
sebesar 60%; (9) menurut persepsi siswa, secara umum tingkat keterampilan
mengajar guru biologi setelah mengikuti MGMP dalam kategori cukup baik;
dan (10) hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan program yang utama
adalan kurangnya sarana pendukung kegiatan yang tersedia di sanggar.
Relevansi antara penelitian ini dengan yang diteliti oleh peneliti adalah
focus penelitiannya sama yaitu terkait dengan MGMP akan tetapi berbeda
dalam hal perumusan masalah, lokasi penelitian, mata pelajaran serta
metodologi penelitian.
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Pendekatan yang digunakan
Penelitian ini menggunakan metode naturalistic inquary dimana
penelitian dilakukan dalam situasi yang alami terhadap berbagai hal yang
berkaitan dengan fokus penelitian. Data yang akan dikumpulkan tidak
bersifat numerik tetapi bersifat kualitatif dan tidak menggunakan alat ukur.
Data yang dikumpulkan adalah data spesifik dan mendetail untuk menemukan
kategori-kategori, pola-pola dan saling keterkaitannya yang mungkin dapat
dikembangkan sebagai teori.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Moleong (2000:1) mengemukakan bahwa prosedur
pendekatan kualitatif menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari perilaku yang diamati.
Pendekatan ini mengutamakan penguraian fenomena-fenomena yang
diamati dalam konteks makna yang melingkupi suatu realita,berlangsung
secara natural (alami), data yang dikumpulkan adalah data deskriptif, yang
26
lebih mengutamakan proses dari pada hasil serta menggunakan analisis data
secara induktif.
B. Instrumen penelitian
Peneliti dengan atau tanpa bantuan orang lain merupakan instrument
(alat) pengumpul data utama. Peneliti juga menggunakan beberapa instrumen
penunjang seperti catatan lapangan (field note), tape recorder, kamera foto
yang memudahkan peneliti di dalam mengumpulkan, menganalisa dan
memahami informasi yang di peroleh dari berbagai sumber dilapangan.
C. Sumber Data Penelitian
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan
orang-orang yang diperoleh melalui observasi dan wawancara. Informan dalam
penelitian ini adalah guru-guru kimia, kepala sekolah, siswa-siswa dan
pimpinan dinas pendidikan kota Tomohon, staf dinas pendidikan yang terkait
dengan kegiatan MGMP, selebihnya adalah data-data tambahan seperti
sumber-sumber tertulis berupa buku, journal pendidikan, arsip, dokumen
pribadi dan dokumen resmi serta foto dan data statistik.
Peneliti melakukan beberapa langkah dalam rangka mendapatkan
berbagai data yang berkaitan dengan fokus penelitian sebagai berikut:
27
1. Membaca dan mengkaji berbagai referensi yang berhubungan dengan
fokus penelitan sebelum dan sesudah melaksanakan seminar proposal
penelitian dengan masukkan dan arahan dari para pembimbing.
2. Setelah melakukan seminar proposal penelitian, peneliti meminta surat
pengangkatan pembimbing kepada yang berwenang dalam hal ini Direktur
Pascasarjana UNIMA untuk mendapatkan pembimbing yang akan
membimbing peneliti dalam melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan
dengan penelitian serta surat pengantar untuk melakukan survey /penelitian
lapangan
3. Mencari dan menggali berbagai dokumen dan statistik yang ada di SMA-
SMA maupun di dinas pendidikan kota Tomohon yang berkaitan dengan
fokus penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara-
cara sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan.
Margono (2003:158) mendefinisikan observasi sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap gejala/fenomena yang tampak pada
objek penelitian. Observasi yang dilakukan adalah observasi lapangan secara
terbuka., karena Gay dan Airasian, (2000:10) mengemukakan bahwa
28
observasi terbuka merupakan observasi yang diketahui oleh obyek yang
diteliti dan mereka mengijinkan peneliti untuk mengobservasi berbagai
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan fokus penelitian Selain itu jenis
observasi lain yang dilakukan adalah observasi langsung dan observasi tidak
langsung. Selanjutnya Margono (2003:158) mengemukakan observasi
langsung adalah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan oleh peneliti
terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya persitiwa, sehingga
observer berada bersama objek yang diteliti. Observasi tidak langsung adalah
pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa
yang akan diselidiki misalnya melalui berbagai sumber seperti bahan-bahan
tulisan berupa dokumen, program dsb. Peneliti melakukan observasi ke lokasi
penelitian, diberbagai tempat yang menjadi lokasi kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh MGMP kimia di kota Tomohon, baik sebelum penelitian di
laksanakan maupun selama penelitian.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data sesuai dengan fokus
penelitian. Langkah-langkah pokok yang dilakukan peneliti dalam kegiatan
wawancara seperti yang disarankan oleh Lincoln dan Guba (1995:270-271):
a. Menetapkan siapa yang diwawancarai
Pada saat memasuki lokasi penelitian peneliti akan menetapkan orang-
orang yang akan menjadi informan sebagai sumber data.
29
b. Menyiapkan pokok-pokok masalah
Setelah menetapkan siapa-siapa yang akan diwawancarai, peneliti
menyiapkan pokok-pokok masalah atau pertanyaan yang berkaitan dengan
fokus penelitian.
c. Membuka/mengawali alur pembicaraan
Peneliti menyampaikan maksud dan tujuan serta penjelasan umum yang
berkaitan dengan apa yang penulis inginkan sesuai dengan fokus penelitian.
d. Melangsungkan arus pembicaraan
Peneliti mengadakan wawancara dan selama wawancara berlangsung
peneliti meminta informan untuk memberikan jawaban yang jujur, obyektif
tulus dan ikhlas. Selama wawancara berlangsung peneliti kadang-kadang
meminta informan untuk mengulang jawabannya dan mencatat pokok-pokok
jawaban..
e. Mengkonfirmasikan dan mengakhiri wawancara
Menjelang akhir wawancara peneliti mengonfirmasikan kepada informan
jawaban-jawaban yang mereka berikan untuk mengoreksi jika peneliti salah
mencatat pokok-pokok jawaban yang mereka berikan atau menambah
beberapa hal yang penting atau terlewati.
f. Menuliskan hasil wawancara
Peneliti menulis pokok pokok jawaban pada buku catatan lapangan.
Dalam melakukan wawancara peneliti menggunakan alat bantu tape recorder.
30
g. Tindak lanjut (follow up)
Tindak lanjut hasil wawancara adalah melakukan uji keabsahan data.
3. Studi dokumentasi
Dokumentasi berupa foto atau bahan-bahan tulisan berupa dokumen
atau catatan penting baik secara perorangan maupun dari dinas pendidikan
kota Tomohon, sekolah-sekolah yang berkaitan dengan fokus penelitan
untuk melengkapi data hasil observasi dan wawancara.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses pengurutan data,
mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar
sehingga dapat memudahkan untuk menemukan tema dan dapat dirumuskan
ide kerja seperti yang disarankan oleh data, Moleong (1989:103). Dalam
penelitian ini peneliti melakukan proses analisis data dimulai sejak
pengumpulan data dilaksanakan dan setelah semua data terkumpul.
Data yang diperoleh dari berbagai sumber melalui observasi,
wawancara, dan dokumen dibaca, dipelajari dan ditelaah kemudian dianalisis
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mereduksi data
Data yang diperoleh direduksi dengan cara membuat merangkumnya
dalam bentuk abstraksi. Abstraksi adalah rangkuman mengenai hal-hal pokok,
proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada
31
didalamnya. Data yang masih mentah perlu dimatangkan melalui pola,
kategori dan dibuat sistematikanya. Langkah-langkah yang akan dilakukan
setelah semua data terkumpul adalah:
a. Pengorganisasian data dimana data dirapikan dengan menyusunnya secara
sistematis, cermat, dan repi sesuai esensi. Semua data yang diperoleh
dibagi menjadi satuan informasi yang berkaitan dengan fokus penelitian.
b. Penyortiran data untuk memudahkan dalam memilah-milah data penulis
membuat kartu-kartu kecil, menulis setiap kartu dengan kata-kata yang
jelas sehingga mudah dipahami dan maknanya lebih jelas. Hal ini
membantu memudahkan peneliti dalam memberikan kode (coding) pola
setiap aspek.
c. Pengkategorian data yang dilakukan setelah data disortir dan dipolakan
maka langkah selanjutnya adalah mengkategorikan yaitu mengelompokkan
kartu-kartu yang telah dibuat ke dalam bagian-bagian isi yang saling
berkaitan. Setelah semua data terkategori peneliti meneliti kembali seluruh
kategori untuk menjaga agar tidak ada lagi kategori yang terlupakan.
2. Display data
Peneliti menampilkan data secara sederhana dalam bentuk tabel, grafik
kartu agar lebih mudah dipahami dan diperoleh gambaran keseluruhan atau
bagian dari penelitian.
3. Pengecekan keabsahan data.
32
Untuk menguji kebenaran (keabsahan) data, peneliti akan melakukan
teknik triangulasi. Adapun teknik triangulasi yang dilakukan oleh peneliti
adalah:
a. Triangulasi sumber: Data atau informasi yang diperoleh dari hasil
wawancara dengan informan ditanyakan lagi kepada informan yang lain,
dibandingkan dengan hasil observasi atau dibandingkan dengan data
berbagai dokumen yang berkaitan dengan data tersebut, Patton (Moleong,
1989:178)
b. Triangulasi metode: Data atau informasi yang diperoleh dengan dari hasil
wawancara diuji dengan hasil pengamatan langsung (observasi) terhadap
kondisi yang ada dilapangan termasuk mengamati berbagai dokumen
maupun data statistik yang dibutuhkan, Hamidi (2004:83)
c. Triangulasi situasi: Data yang diperoleh dari informan pada saat
diwawancarai sendirian dibandingkan dengan data yang diperoleh dari
informan tersebut pada saat dia bersama-sama dengan orang lain. Peneliti
mewancarai informan yang sama pada keadaan dan kondisi yang berbeda
Hamidi (2004:83)
d. Penafsiran data merupakan proses yang akan dilakukan secara bersamaan
dengan analisis data. Penafsiran (interpretasi) data didasarkan pada
hubungan-hubungan, aspek-aspek umum,pertalian antara satuan-satuan
33
informasi, kategori-kategori dan pola setiap aspek Gay dan Airasian,
(2000:272)
e. Pengambilan keputusan
Setelah melakukan pemeriksahan keabsahan data, analisis data dan
penafsiran data, selanjutnya peneliti menarik kesimpulan sebagai hasil
penelitian.
Bagan 1. Proses Analisis Data
Cat : Penafsiran data dilakukan selama proses analisis data
34
T
R
I
A
N
G
U
L
A
S
I
PENGUMPULAN DATA
REDUKSI DATA- Mengorganisasi
Data- Menyortir daya- Mengkategori
data
PAPARAN / DISPLAY DATA
PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEMENTARA
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PROSES
ANALISIS
Sumber: Miles dan Huberman ( 1992:37)
BAB IV
PAPARAN DATA, TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Paparan Data
1. Paparan Data MGMP Kimia Kota Tomohon
a. Sejarah Singkat MGMP Kimia Kota Tomohon
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Kimia kota Tomohon
berdiri setelah kota Tomohon menjadi kota definitif pada tanggal 27 Januari
2006. Dalam sejarahnya, Pengurus MGMP kimia kota Tomohon telah
mengalami dua kali pergantian dan pengurusnya dipilih dari 18 guru kimia
yang berasal dari 9 sekolah menengah atas baik negeri maupun swasta yang
ada di kota ini. Pengurus MGMP yang ada saat ini terbentuk pada tahun 2006
Adapun struktur organisasi pengurus MGMP Kimia kota Tomohon adalah
sebagai berikut:
35
KOOR. Pengembangan Profesi Guru
Dra. Agustine Gonie
KETUAG.E.S. Tumiwa, S. Pd
SEKRETARISRoyke Rau, S. Pd
BENDAHARAFerly Rau, S. Pd
KOOR.Pembinaan Bakat Dan Minat Siswa
Maxi Awondatu, S. Pd
KOOR.Pengembangan Media
dan Bahan Ajar
Adri S. Mamoto, S. Pd
Bagan 2. Struktur organisasi MGMP kimia kota Tomohon
Sumber: Pengurus MGMP Kota Tomohon
b. Visi , Misi dan Strategi MGMP Kimia Kota Tomohon
1) Visi
Menjadikan MGMP kimia sebagai wadah pemberdayaan dan pengembangan
profesi guru kimia SMA di kota Tomohon
2) Misia) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi tugas dan fungsi organisasi
b) Meningkatkan kemampuan, ketrampilan dan sikap profesional guru
dalam mengelola pembelajaran yang efektif, inovatif dan kreatif
c) Meningkatkan kemampuan guru kimia dalam mengembangkan media
pembelajaran dan bahan ajar.
d) Meningkatkan minat, kreativitas, kompetensi siswa dalam mata
pelajaran kimia.
3) Strategi
a) membangun struktur organisasi yang solid dan akuntabel
b) menyusun program kerja yang dapat dilaksanakan secara
berkesinambungan.
36
c) melaksanakan program kerja secara efektif dan efisien dengan
mensinergikan semua potensi, baik internal maupun eksternal.
d) membangun motivasi guru untuk berperan aktif dalam kegiatan
organisasi
e) mengevaluasi pelaksanaan program kerja secara periodik.
f) mengembangkan sistem informasi dan komunikasi serta dokumentasi
yang handal.
g) mengembangkan wawasan kependidikan dan keilmuan melalui forum-
forum ilmiah.
h) menyelenggarakan pelatihan, penataran atau workshop pengembangan
perangkat pembelajaran dan penilaian.
i) menyelenggarakan pelatihan dan pengembangan media pembelajaran
dan bahan ajar.
j) menyelenggarakan pembinaan minat, kreativitas dan kompetensi siswa
dalam mata pelajaran kimia
k) membangun kerjasama saling menguntungkan dengan lembaga lain.
2. Paparan Data Sesuai Dengan Rumusan Masalah
a. Perencanaan MGMP Dalam Upaya Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru Kimia SMA Di Kota Tomohon
Perencanaan merupakan proses penyusunan sesuatu yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pelaksanaan
37
perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Namun, yang
lebih utama adalah perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan
mudah dan tepat sasaran.
Berdasarkan hasil wawancara para guru yang tergabung dalam MGMP
Kimia kota Tomohon melakukan langkah-langkah perencanaan untuk berbagai
kegiatan antara lain: dengan melibatkan semua guru kimia yang menjadi
pengurus maupun anggota MGMP, mengevaluasi hasil kegiatan MGMP pada
periode sebelumnya, mengumpulkan informasi/data dari seluruh guru Kimia
menyangkut permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh mereka dalam
kegiatan pembelajaran, berbagai fasilitas penunjang pembelajaran kimia yang
ada di sekolah masing serta berbagai kemampuan yang mereka miliki yang
dapat membantu sesama guru kimia dalam proses pembelajaran Kimia,
melakukan rencana kegiatan untuk pengembangan kompetensi pedagogik guru
kimia, menyusun rencana strategi pelaksanaan kegiatan.program, rencana
pelaksanaan kegiatan MGMP, jadwal kegiatan MGMP, rencana sumber dana
yang dibutuhkan, rencana kegiatan evaluasi dan rencana tindak lanjut hasil
kegiatan pengembangan kompetensi pedagogik guru Kimia.
Berikut ini wawancara dengan beberapa informan tentang perencanaan
kegiatan MGMP Kimia kota Tomohon.
Wawancara dengan ketua MGMP:
38
“Perencanaan kegiatan MGMP dilaksanakan sesudah pengurus MGMP terbentuk, dalam kegiatan perencanaan semua guru yang tergabung dalam MGMP Kimia kota Tomohon terlibat. Dalam kegiatan ini dilakukan evaluasi hasil kepengurusan sebelumnya menyangkut berbagai keberhasilan prooram yang dicapai maupun belum dicapai serta berbagai permasalahan dan kendala yang dihadapi. Selanjutnya semua guru dimintakan berbagai informasi tentang berbagai permasalahan-permasalahan yang masih dihadapi dalam kegiatan belajar mengajar kimia di sekolah masing-masing, dan dimintakan juga berbagai informasi terbaru tentang fasilitas pembelajaran yang terkait dengan kegiatan belajar mengajar kimia serta kemampuan penunjang yang dimiliki masing-masing guru seperti kemampuanmenggunakan alat-alat teknologi informasi seperti komputer, LCD dan internet yang nantinya bisa diberdayakan untuk membantu sesama guru kimia. Dalam proses pembelajaran.’(W01)
Hal senada ungkapkan oleh sekretaris MGMP:
“Kami melakukan kegiatan perencanaan sesudah kepengurusan MGMP terbentuk, semua guru kimia terlibat karena guru kimia yang ada di kota ini tidak terlalu banyak hanya 18 orang. Dalam pertemuan perdana kami mengevaluasi berbagai kekurangan dan kelebihan dari program kepengurusan sebelumnya, apa yang telah dicapai dan apa yang belum, kemudian masing-masing guru kimia dimintakan berbagai masukan tentang permasalahan-permasalahan terkait kegiatan pembelajaran kimia di sekolah masing, kemampuan-kemampuan tambahan yang dimiliki guru seperti kemampuan menggunakan alat-alat multi media termasuk internet serta perkembangan fasilitas yang ada di sekolah masing-masing yang dapat menunjang program kerja yang nantinya akan disusun untuk nantinya memudahkan dalam penyusunan rencana program MGMP.”(W02).
Pernyataan yang ini didukung oleh beberapa guru yang merupakan
anggota MGMP:
“Perencanaan dimulai dengan melibatkan seluruh guru kimia yang berjumlah 18 orang. Kegiatan ini dimulai setelah pengurus MGMP dibentuk dan disitu kami berdiskusi dan berbagi informasi tentang berbagai permasalahan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah masing-masing, potensi yang dimiliki setiap guru serta potensi yang dimiliki oleh setiap sekolah.” (W03)
39
“Perencanaan kegiatan MGMP melibatkan semua guru kimia serta dalam kegiatan perencanaan kami dimintakan informasi tentanng permasalahan-permasalahan yang dialami dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah masing-masing, sarana dan prasarana yang ada di sekolah yang terkait dengan kegiatan belajar mengajar kimia serta kompetensi-kompetensi lain yang dimiliki oleh setiap guru yang dapat menunjang proses belajar mengajar kimia yang nantinya dapat dibagikan kepada guru-guru lain.” (W04).
Terkait dengan melakukan rencana kegiatan untuk pengembangan
kompetensi pedagogik guru kimia, MGMP menyusun rencana strategi
pelaksanaan kegiatan., rencana pelaksanaan kegiatan MGMP, tempat dan
jadwal kegiatan MGMP, rencana sumber dana yang dibutuhkan, rencana
kegiatan evaluasi dan rencana tindak lanjut hasil kegiatan pengembangan
kompetensi pedagogik guru Kimia, berikut adalah wawancara dengan
beberapa informan
Wawancara dengan bendahara MGMP:
“Kami membuat rencana program jangka panjang atau 5 tahun sesuai dengan masa kepengurusan MGMP dan rencana jangka pendek atau rencana tahunan. Rencana program jangka pendek mengacu dari rencana jangka panjang yang dibuat. Rencana program tersebut diprioritaskan pada berbagai hal benar-benar dibutuhkan untuk meningkatkan kompetensi guru di antaranya kompetensi pedagogik. Selanjutnya kami merencanakan strategi pelaksanaan program, Rencana program yang dibuat disesuaikan dengan kalender kerja pendidikan kota Tomohon. Program-program yang dibuat juga sesuaikan dengan dana, karena dana bantuan hanya kami dapat kalau ada proyek kegiatan MGMP dari LPMP provinsi Sulawesi Utara dari sekolah masing-masing dan bahkan dari kantong kami sendiri, selanjutnya kami melakukan perencanaan untuk mengevaluasi kegiatan yang akan kami lakukan dan rencana tindak lanjut hasil evaluasi kegiatan ” ( W05)
40
Hal senada dinyatakan oleh ketua MGMP:
“Dalam kegiatan perencanaan, menyusun rencana strategi pelaksanaan kegiatan.program, rencana pelaksanaan kegiatan MGMP, tempat dan jadwal kegiatan MGMP, rencana sumber dana yang dibutuhkan, rencana kegiatan evaluasi dan rencana tindak lanjut hasil kegiatan pengembangan kompetensi pedagogik guru Kimia.. kami membuat rencana jangka panjang dan rencana jangka pendek. Rencana jangka pendek yang kami buat mengacu dari rencana jangka panjang.. Rencana kegiatan ini kami buat dan kami disesuaikan dengan kalender kerja pendidikan kota Tomohon . Ada kegiatan-kegiatan yang dibuat secara rutin ada yang sesuai kebutuhan.Rencana kegiatan juga kami sesuaikan dengan dengan dana yang tersedia. Untuk dana kami mendapatkannya dari proyek MGMP dari LPMP provinsi Sulawesi Utara, dari sekolah kami masing-masing dan dari seluruh anggota MGMP.” (W06).
Informasi ini dikuatkan oleh seorang anggota MGMP:
“Dalam perencanaan kegiatan MGMP kami menyusun rencana strategi pelaksanaan kegiatan.program, rencana pelaksanaan kegiatan MGMP, jadwal kegiatan MGMP, rencana kegiatan evaluasi dan rencana tindak lanjut hasil kegiatan pengembangan kompetensi pedagogik guru Kimia.Kami membuat rencana jangka pendek dan jangka pangjang dan disesuaikan dengan kalender pendidikan kota Tomohon dan dana yang tersedia. Dana kegiatan MGMP kami dapat dari pemerintah melalaui LPMP provinsi Sulawesi Utara, dari sekolah masing-masing dan dari kami guru-guru kimia yang ada di kota Tomohon.”(W07).
Dari studi dokumentasi peneliti mendapatkan rencana program jangka
pendek MGMP Kimia kota Tomohon dan rencana program dibuat sesuai
bidang-bidang yang ada dalam organisasi ini, seperti pada tabel di bawah ini:
NO. BIDANG KEGIATAN WAKTU
1 Organisasi1. Penyusunan Program Kerja MGMP Agustus 08
41
2 Pengembangan Profesi Guru
1. Diskusi Implementasi Silabus pada Pembelajaran Kimia SMA
28 Sept. 08
2. Revisi perangkat pembelajaran dan pengelolaan pembelajaran
efektif
30 Des 08
3. Pelatihan Pengembangan Instrumen Penilaian dan Analisis Butir Soal
25 Jan. 09
4. Pendalaman Materi RutinSetiap bulan
sekali
3Pembinaan Minat, Bakat Dan Kreativitas Siswa
2. Layanan Pengembangan Potensi Insidentil
1. Kompetisi Kimia SMA 2008/2009 Juli 2009
3. Konsultasi Belajar Insidentil
4Pengembangan Media Dan Bahan Ajar
1. Pengembangan Bahan Ajar Jan s.d Jun2009
2. Pelatihan Pengembangan Media Pembelajaran Kimia
Januari 2009
5 Lain-Lain
1. Evaluasi kegiatan Setiap kegiatandan
setiap semester dan setiap tahun
2.. Studi banding dan Rekreasi kegiatan Insidentil
Tabel. 1. Program kerja MGMP kota Tomohon
Sumber: Pengurus MGMP Kimia kota Tomohon
b. Implementasi MGMP Dalam Upaya Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru Kimia SMA Di Kota Tomohon
Terkait dengan pelaksanaan kegiatan MGMP dari studi dokumentasi
dan observasi peneliti menemukan kegiatan-kegiatan dalam meningkatkan
kompetensi pedagogik guru kimia yang telah dilaksanakan antara lain:
1) Diskusi Implementasi Silabus Kimia SMA
2) Revisi perangkat pembelajaran dan pengelolaan pembelajaran
efektif
42
3) Pelatihan pengembangan instrumen penilaian dan analisis butir soal
4) Pendalaman Materi Kimia
5) Pengembangan Bahan Ajar
6) Pelatihan Pengembangan Media Pembelajaran Kimia
Kegiatan MGMP dilaksanakan berpindah-pindah dari satu sekolah ke
sekolah lainnya, tidak pernah hanya di satu tempat. Ini disesesuaikan dengan
jenis kegiatan, kebutuhan dan sarana penunjang pembelajaran yang ada di
sekolah kalau kegiatannya memerlukan multi media dalam pembelajaran maka
dipilih sekolah yang memiliki fasilitas multimedia yang paling lengkap. Kalau
kegiatannya menyangkut praktikum laboratorium maka kegiatan dilaksanakan
di sekolah yang fasilitas laboratoiumnya paling lengkap.
Mayoritas kegiatan yang sudah dilaksanakan, dananya berasal dari
sekolah masing-masing dan dari peserta, hanya ada tiga kegiatan yang dananya
diperoleh dari pemerintah melalui LPMP provinsi yaitu: pelatihan
pengembangan instrumen penilaian dan analisis butir soal, pengembangan
bahan ajar dan pelatihan pengembangan media pembelajaran kimia. Setiap
Program dibuat proposal kegiatan yang sesuai dengan rencana kegiatan. Untuk
mendapatkan dana block grant dari pemerintah maka MGMP membuat
proposal untuk dikirimkan ke Dinas Pendidikan kota Tomohon, selanjutnya
proposal tersebut dikirim ke LPMP untuk di seleksi, jika proposal tersebut
43
lolos seleksi maka selanjutnya dana akan dikucurkan ke rekening MGMP
untuk membiayai program yang direncanakan pada proposal.
Dari hasil observasi peneliti menemukan bahwa beberapa kegiatan
tidak berjalan optimal karena minimnya dana. Berikut merupakan kutipan hasil
wawancara dengan beberapa informan
Wawancara dengan ketua MGMP:
“Dalam pelaksanaan program kegiatan untuk peningkatan kompetensi pedagogik guru kami upayakan dan laksanakan sesuai rencana program yang telah kami buat dan tempat pelaksanaannya bepindah-pindah di beberapa sekolah yang sesuai dengan jenis kegiatan dan sarana prasarana yang ada di sekolah tempat pelaksanaan kegiatan. Narasumber kegiatan-kegiatan kami sebagian besar dari kami dengan memberdayakan pengurus ataupun anggota MGMP yang telah menjadi instruktur atau punya kemampuan dalam menggunakan multi media dan teknologi informasi dan komunikasi. Kami mengundang narasumber dari perguruan tinggi atau LPMP jika ada proyek MGMP dari pemerintah. Dari sekian kegiatan yang kami buat hanya ada tiga kegiatan yang dananya kami peroleh dari pemerintah dan itupun dari pemerintah pusat, tidak ada dana dari pemerintah kota. Untuk mendapatkan dana dari pemerintah maka kami membuat proposal dan proposal itu dibawa ke Dinas Pendidikan kota Tomohon, selanjutnya proposal tersebut dikirim ke LPMP provinsi untuk diseleksi, jika propsal kami dianggap layak maka dana akan dikucurkan kerekening MGMP untuk membiayai program yang akan kami laksanakan”(W08)
Wawancara dengan sekretaris MGMP:
“Pelaksanaan program kegiatan untuk peningkatan kompetensi pedagogik guru kami sesuaikan dengan rencana program yang telah dibuat dan lokasi pelaksanaannya di beberapa sekolah yang sesuai dengan jenis kegiatan dan fasilitas yang ada di sekolah tersebut. Sejumlah kegiatan yang telah dilaksanakan hanya ada tiga kegiatan yang dananya kami peroleh dari pemerintah melalui LPMP provinsi.Untuk mendapatkan dana dari pemerintah maka kami membuat proposal dan proposal itu dibawa ke Dinas Pendidikan kota Tomohon, kemudian proposal tersebut dikirim ke LPMP provinsi untuk
44
periksa apakah layak atau tidak, jika proposal kami dianggap layak maka dana akan dikucurkan kerekening MGMP untuk membiayai berbagai program yang diajukan di dalam proposal tersebut. Selama ini kami tidak mendapatkan dana dari pemerintah kota. Kami juga menggunakan narasumber yang memiliki kompetensi yang layak dan sesuai dengan dana yang ada. Tapi sebagian besar narasumber untuk kegiatan-kegiatan ini adalah sesama pengurus dan anggota MGMP yang punya kompetensi untuk itu.”(W09)
Kegiatan-kegiatan ini juga melibatkan semua guru Kimia yang ada dari
semua SMA di kota Tomohon. Kegiatan-kegiatan MGMP ini mendapatkan
dukungan dari sekolah: Di bawah ini merupakan kutipan hasil wawancara
dengan para informan
Wawancara dengan ketua MGMP:
“Kegiatan MGMP melibatkan semua guru Kimia yang ada serta pihak sekolah sangat mendukung kegiatan-kegiatan MGMP dengan memberikan dana untuk uang transport, uang konsumsi, alat tulis menulis (ATK) serta dana untuk mengkopi materi yang kami buat. Walapun dana itu masih kurang namun sangat membantu kami dalam pelaksanaan program-program MGMP. Sekolah juga mendukung dengan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan MGMP.”(W10)
Wawancara dengan seorang anggota MGMP:
“Kegiatan kami melibatkan semua guru kimia yang ada di kota Tomohon, Kepala sekolah mendukung kegiatan-kegiatan MGMP dengan memberikan dana yang kami butuhkan walaupun kurang mencukupi selain itu juga sekolah menyediakan tempat untuk kegiatan pertemuan sesuai dengan jenis kegiatan yang kami lakukan. ”(.W11)
Wawancara dengan beberapa kepala sekolah:
“Kami sangat mendukung kegiatan peningkatan kompetensi pedagogik guru termasuk guru kimia dan kami membantu sesuai dengan dana
45
yang kami miliki serta menyediakan lokasi untuk kegiatan-kegiatan MGMP tersebut.”( W12).
Pernyataan yang senada disampaikan oleh seorang kepala SMA Negeri
yang ada di kota Tomohon:
“Pihak sekolah mendukung kegiatan MGMP Kimia dan dukungan yang kami beri ada memberikan dana berupa uang transport, konsumsi, ATK, kopian materi karena kami tahu dana dari pemerintah hanya sedikit yang dialokasikan untuk itu dan tidak setiap tahun. Kami juga menyiapkan ruangan untuk tempat kegiatan mereka.” (W13)
Apa yang diungkapkan di atas juga dikuatkan oleh seorang kepala
SMA swasta ternama di kota ini:
“Kami sangat mendukung semua kegiatan MGMP termasuk MGMP Kimia, karena itu sekolah menyediakan dana untuk kegiatan ini serta menyediakan tempat untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan MGMP.”(W14)
.
c. Pengawasan MGMP Dalam Upaya Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru Kimia SMA Di Kota Tomohon
Pelaksanaan kegiatan MGMP mendapat pengawasan dari pengawas
sekolah untuk mata pelajaran kimia dan pejabat di dinas pendidikan kota
Tomohon yang membidangi pendidikan menengah umum serta dari
LPMP.Namun kegiatan pengawasan tidak rutin dilaksanakan.
Dari hasil observasi pada pelaksanaan kegiatan pelatihan
pengembangan instrumen penilaian dan analisis butir soal, pengembangan
bahan ajar dan pelatihan pengembangan media pembelajaran kimia yang
dibiayai oleh pemerintah melalui dana block grant untuk kegiatan MGMP,
46
kegiatan ini dimonitor oleh pengawas sekolah untuk mata pelajaran kimia,
pejabat dari Bidang Pendidikan Menengah Umum dan dari Widyaiswara
LPMP. Dari hasil observasi selanjutnya yang dilakukan peneliti pada beberapa
kegiatan MGMP tidak ditemukan adanya pengawasan dari instansi yang
terkait. Peneliti juga menemukan adanya kegiatan pengawasan pada proposal
kegiatan MGMP dan pada jadwal pelaksanaan kegiatan MGMP yang dibiayai
oleh pemerintah..
Berikut petikan wawancara dengan narasumber terkait dengan
pengawasan kegiatan MGMP.
Wawancara dengan ketua MGMP
“Kegiatan MGMP mendapat pengawasan dari instansi yang terkait yaitu dari pengawas sekolah, kabid menengah umum dinas pendidikan kota Tomohon serta dari LPMP jika ada proyek MGMP dari pemerintah pusat. Namun kegiatan pengawasan tidak rutin dilakukan, kegiatan ini hanya dilakukan jika ada proyek untuk pelaksanaan kegiatan MGMP dari pemerintah pusat. ”(W15)
Wawancara dengan pengawas sekolah:
“Kegiatan pengawasan untuk pelaksanaan MGMP kami laksanakan pada saat adanya proyek dari pemerintah untuk melaksanakan kegatan MGMP. Tapi sayangnya proyek tersebut tidak rutin dilaksanakan setiap tahun. Dalam pelaksanaan kegiatan ini, kami mengawasi program-program yang dibuat apakah sesuai dengan proposal yang dbuat, narasumbernya, alokasi waktunya dan dana yang dbutuhkan serta kehadiran peserta dalam kegiatan ini.” (W16)
Wawancara dengan seorang anggota MGMP:
“Kegiatan pengawasan dilakukan oleh pengawas, kabid menengah umum dinas pendidikan kota Tomohon serta dari LPMP provinsi. Ini dilakukan jika ada proyek untuk kegiatan MGMP. Namun untuk
47
kegiatan-kegiatan rutin selama ini tidak pernah ada kegiatan pengawasan.” (W.17).
Wawancara dengan Kasubag Tenaga Teknis Dinas Pendidikan kota
Tomohon:
“Kami melakukan pengawasan untuk kegiatan MGMP, jika ada proyek untuk kegiatan ini dari pemerintah pusat, pengawasan kami bertujuan untuk memantau sejauh mana pelaksanaan kegiatan MGMP sesuai dengan proposal yang diusulkan serta penggunaan dana dan alokasi waktunya dan juga kehadiran dan kekatifan peserta kegiatan ini.”(W18)
Hal ini dikuatkan oleh seorang widyaiswara LPMP:
“Kegiatan pengawasan kami lakukan untuk memantau pelaksanaan MGMP yang didanai oleh pemerintah pusat melalui dana untuk pelaksanaan MGMP Dalam pelaksanaan pemantauan, kami mengawasi program-program yang dibuat apakah sesuai dengan proposal yang dbuat, narasumbernya, alokasi waktunya dan dana yang dbutuhkan serta kehadiran peserta, serta memintakan informasi dari MGMP apakah dana yang dikucurkan sudah cukup untuk pelaksanaan kegiatan ini atau masih perlu ditambah.” (W19)
d. Evaluasi MGMP Dalam Upaya Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru Kimia SMA Di Kota Tomohon
Dari hasil observasi peneliti menemukan adanya kegiatan evaluasi
program-program MGMP. Evaluasi dilaksanakan pada setiap program setelah
program ini selesai dilaksanakan. Dari studi dokumentasi pada beberapa
proposal dan jadwal kegiatan MGMP, peneliti menemukan kegiatan evaluasi
direncanakan dan telah dibuatkan jadwal pelaksanaannya.
Kegiatan evaluasi MGMP dilaksanakan setiap selesainya satu kegiatan,
setiap enam bulan dan setiap tahun. Berikut kutipan wawancara dengan
beberapa informan
48
Wawancara dengan bendahara MGMP
“Evaluasi merupakan poses penentuan nilai atau sejumlah keberhasilan yang ingin dicapai, tujuan program yang telah ditetapkan riteria keberhasilan dan untuk menentukan keberhasilan dari program ang telah dilaksanakan, jadi evaluasi sangat penting oleh karena itu egiatan evaluasi telah kami rencanakan baik pada rencana program aupun pada proposal setiap pogram yang kami buat.”(W20)
Wawancara dengan ketua MGMP:
“Evaluasi proses menilai sejauh mana program-program MGMP yang dilaksanakan telah berhasil atau tidak atau apakah sudah sesuai dengan kebutuhan dalam rangka meningkatkan kompetensi pedagogik guru. Oleh sebab itu kegiatan evaluasi kami rencanaka sebelum pelaksanaan berbagai program MGMP.”(W21)
Wawancara dengan slaah seorang Koordinator MGMP:
“Kami mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang kami lakukan dan kegiatan evaluasi dilakukan setiap selesainya satu kegiatan, setiap semester dan setiap tahun. Evaluasi dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana keberhasilan program dan dampaknya pada kegiatan pembelajaran di sekolah masing-masing serta berbagai kendala yang dialami selama kegiatan MGMP dan upaya untuk menanggulanginya.”(W22)
Wawancara dengan Sekretaris MGMP:
“Evaluasi diadakan setiap selesainya satu kegiatan dan juga secara rutin diadakan setiap 3 bulan dan 6 bulan. Ini dimaskudkan untuk mengukur sejauh mana kegiatan MGMP telah memberi dampak yang signifikan terhadap proses pembelajaran kimia di sekolah masing-masing. Kami juga mengadakan evaluasi tentang berbagai permasalahan yang menghambat pelaksanaan kegiatan MGMP untuk mengetahui bagaimana cara pemecahannya dan juga dapat dibuat program pada masa-masa yang akan datang yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada.” (W23)
49
Kegiatan evaluasi melibatkan semua pengurus yang ada dimulai dari
ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, koordinator bidang dan semua
anggota MGMP
Wawancara dengan seorang anggota MGMP:
“Pengurus dan anggota MGMP mengadakan evaluasi terhadap berbagai kegiatan yang kami lakukan dan juga ada kegiatan evaluasi yang diadakan setiap semester dan setiap tahun. Kami mengevaluasi keunggulan dan kelemahan-kelemahanprogram serta permasalahan yang muncul dalam setiap pelaksanan kegiatan MGMP serta seluruh kegiatan yang kami lakukan. Melalui evaluasi ini kami mendapat bahan masukan bagaimana untuk merancang program-program yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada.” (W24)
Dari hasil observasi peneliti menemukan langkah-langka evaluasi yang
dilaksanakan oleh MGMP yaitu mengadakan pertemuan evaluasi sesuai
jadwal yang ditentukan. Pada kegiatan ini dibacakan hasil pelaksanaan
kegiatan, kendala-kendala selama kegiatan berlangsung dan upaya yang telah
dilaksanakan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut. Setelah itu setiap guru
kimia diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya tentang
program yang dilaksanakan. Dalam kegiatan ini guru kimia memberikan
berbagai masukan tentang pentingnya kegiatan tersebut bagi mereka, program-
program apa yang dianggap jadi prioritas serta bagaimana seharusnya program
dilaksanakan termasuk juga narasumber yang dianggap tepat untuk program
kegiatan jika kegiatan itu masih akan dilaksanakan pada tahun berikutnya.
50
B. Temuan.
1. Perencanaan MGMP Dalam Upaya Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru Kimia SMA Di Kota Tomohon
Berdasarkan hasil observasi, studi dokumentasi dan wawancara
penelitian menemukan:
Sebelum melaksanakan berbagai kegiatan MGMP dibuat perencanaan
yang merupakan dasar dalam melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, Sebelum
membuat perencanaan MGMP mengumpulkan data, melakukan analisis
tehadap hasil kegiatan MGMP pada kepengurusan sebelumnya, selanjutnya
membuat perencanaan program, menyusun rencana strategi pelaksanaan,
rencana pelaksanaan, rencana kegiatan evaluasi dan rencana tindak lanjut hasil
MGMP. Secara detil diuraikan sebagai berikut
a. MGMP Kimia kota Tomohon melaksanakan perencanaan berdasarkan
kebutuhan dalam jangka waktu tertentu. Kegiatan perencanaan ditemukan
pada program kerja MGMP, dan pada proposal setiap kegiatan yang
mereka laksanakan
b. Kegiatan ini melibatkan semua guru kimia yang ada di kota Tomohon
c. Dalam kegiatan perencanaan semua anggota di mintakan informasi tentang
berbagai permasalah seputar kegiatan belajar mengajar kimia disekolah
masing-masing dan kompetensi penunjang yang dimiliki para guru untuk
meningkatkan kemampuan dalam proses belajar mengajar kimia seperti
51
penggunaan multi media dan penguasaan teknologi informasi dan
komunikasi.
d. Dalam kegiatan perencanaan telah dibuat berbagai program di antaranya
program untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru.
e. Kegiatan perencanaan program MGMP memprioritaskan berbagai hal yang
sangat dibutuhkan oleh para guru dan disesuaikan dengan kondisi
pendidikan yang di kota Tomohon dan dana yang tersedia.
2. Implementasi MGMP Dalam Upaya Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru Kimia SMA Di Kota Tomohon
Dari hasil hasil observasi, studi dokumentasi dan wawancara, peneliti
menemukan:
a. kegiatan-kegiatan MGMP dalam meningkatkan kompetensi pedagogik
guru kimia yang telah dilaksanakan antara lain:
1) Diskusi Implementasi silabus Kimia
2) Revisi perangkat pembelajaran dan pengelolaan pembelajaran efektif
3) Pelatihan Pengembangan Instrumen Penilaian dan Analisis Butir Soal
4) Pendalaman Materi Kimia
5) Pengembangan Bahan Ajar
6) Pelatihan Pengembangan Media Pembelajaran Kimia
Kegiatan-kegiatan ini dilaksanakan sesua dengan rencana kegiatan dan
dibuat proposal kegiatan. Untuk kegiatan yang didanai oleh pemerintah
proposal dikirim ke Dinas Pendidikan kota dan selanjutnya dikirim ke
52
LPMP untuk diseleksi. Apabila proposal tersebut maka dana akan
dikucurkan ke rekening MGMP, dan selanjutnya kegiatan dilaksanakan
sesuai dengan petunjuka teknis pelaksanaan yang ditetapkan pemerintah.
b. Pelaksanaan kegiatan MGMP dilaksanakan tidak pada satu tempat tetapi
dilaksanakan berpindah-pindah sesuai dengan sarana dan prasarana yang
ada di sekolah serta kebutuhan sekolah tersebut. Jika kegiatan yang terkait
dengan penggunaan multimedia dalam pembelajaran maka dipilih sekolah
yang memiliki fasilitas multimedia yang plaing lengkap.
c. Pengurus dan anggota MGMP bahkan pihak sekolah terlibat aktif dalam
pelaksanaan kegiatan MGMP dan pengnwas sekolah, pejabat dari Dinas
Pendidikan kota Tomohon, widyaiswara LPMP terlibat juga jika ada
kegiatan yang didanai oleh pemerintah.
d. Dana kegiatan mayoritas berasal dari sekolah masing-masing guru kimian
dan dari peserta, dan dana hanya berasal dari pemerintah pusat itupun tidak
setiap tahun, serta tidak ada dana dari pemerintah daerah khususnya dari
pemerintah kota Tomohon.
e. Hanya ada tiga kegiatan yang dananya diperoleh dari pemerintah melalui
LPMP provinsi yaitu: pelatihan pengembangan instrumen penilaian dan
analisis butir soal, pengembangan bahan ajar dan pelatihan pengembangan
media pembelajaran kimia.
f. Beberapa kegiatan tidak berjalan optimal karena minimnya dana.
53
g. Kegiatan-kegiatan MGMP mendapat dukungan dari sekolah:dan dukungan
yang dibeirkan berupa dana transportasi, konsumsi, ATK dan mengkopi
materi atau program yang dibuat serta sekolah memberikan dukungan
dengan menyediakan tempat pelaksanaan kegiatan MGMP sesuai dengan
jenis kegiatan dan sarana dan prasarana yang yang ada di sekolah
h. Narasumber yang digunakan jika dibutuhkan berasal dari para pengurus
dan guru kimia yang punya kompetensi untuk menjadi narasumber serta
narasumber dari perguruan tinggi ataupun LPMP jika ada dana untuk
proyek MGMP dari pemerintah pusat.
3. Pengawasan MGMP Dalam Upaya Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru Kimia SMA Di Kota Tomohon
Berdasarkan hasil observasi, studi dokumentasi dan wawancara
penelitian menemukan:
a. Pengawasan untuk kegiatan MGMP dilakukan oleh pengawas sekolah
untuk mata pelajaran kimia, pejabat di dinas pendidikan kota Tomohon
yang membidangi pendidikan menengah umum serta dari LPMP provinsi
jika ada proyek dari pusat untuk kegiatan MGMP
b. Tidak ada kegiatan pengawasan yang rutin dilaksanakan.oleh instansi
yang terkait
54
4. Evaluasi MGMP Dalam Upaya Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru Kimia SMA Di Kota Tomohon
Melalui hasil observasi, studi dokumentasi dan wawancara penelitian
menemukan
a. Kegiatan evaluasi telah direncanakan dan dijadwalkan
b. Kegiatan evaluasi MGMP dilaksanakan setiap selesainya satu kegiatan,
setiap enam bulan dan setiap tahun.
c. Langkah-langka pelaksanaan evaluasi yaitu mengadakan pertemuan sesuai
jadwal yang ditentukan. Pada kegiatan ini dibacakan hasil pelaksanaan
kegiatan, kendala-kendala selama kegiatan berlangsung dan upaya yang
telah dilaksanakan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut. Setelah itu
setiap guru kimia diberikan kesempatan untuk mengemukakan
pendapatnya tentang program yang dilaksanakan. Dalam kegiatan ini guru
kimia memberikan berbagai masukan tentang pentingnya kegiatan tersebut
bagi mereka, program-program apa yang dianggap jadi prioritas serta
bagaimana seharusnya program dilaksanakan termasuk juga narasumber
yang dianggap tepat untuk program kegiatan jika kegiatan itu masih akan
dilaksanakan pada tahun berikutnya.
d. Evaluasi digunakan untuk mengukur sejauh mana kegiatan MGMP telah
memberi dampak yang signifikan terhadap proses pembelajaran kimia di
sekolah masing-masing serta mengevaluasi tentang berbagai permasalahan
yang menghambat pelaksanaan kegiatan MGMP untuk mengetahui
55
bagaimana cara pemecahannya dan juga dapat dibuat program pada masa-
masa yang akan datang yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi yang ada.
C. Pembahasan
1. Perencanaan MGMP Dalam Upaya Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru Kimia SMA Di Kota Tomohon
Perencanaan merupakan proses awal dari pelaksanaan semua fungsi
manajemen. Terry & Rue (2001:11) mendefinisikan perencanaan sebagai suatu
kumpulan keputusan untuk mempersiapkan tindakan-tindakan di masa
mendatang. Saaty (1993:14) memberikan pengertian perencanaan sebagai
suatu aktifitas yang bertujuan dan dinamis yang berkaitan dengan pencapaian
tujuan yang diinginkan. Burhanuddin (1994:167) mengartikan perencanaan
sebagai suatu aktifitas pengambilan keputusan tentang sasaran apa yang akan
dicapai, tindakan apa yang akan diambil dalam rangka mencapai tujuan atau
sasaran tersebut dan siapa yang akan melaksanakan tugas-tugas tersebut.
MGMP Kimia kota Tomohon melaksanakan perencanaan berdasarkan
kebutuhan dalam jangka waktu tertentu. Kegiatan ini melibatkan semua guru
kimia yang ada di kota Tomohon. Dalam kegiatan perencaan semua anggota di
mintakan informasi tentang berbagai permasalahan seputar kegiatan belajar
mengajar kimia di sekolah masing-masing dan kompetensi penunjang yang
dimiliki para guru untuk meningkatkan kemampuan dalam proses belajar
mengajar kimia seperti penggunaan multi media dan penguasaan teknologi
56
informasi dan komunikasi. Pengurus MGMP telah membuat berbagai program
diantaranya program untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru.
MGMP kota Tomohon telah melaksanakan kegiatan perencanaan yang
bertujuan untuk mencapai tujuan, tindakan untuk mencapai tujuan dan
pelaksana dari kegiatan-kegiatan tersebut.
2. Implementasi MGMP Dalam Upaya Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru Kimia SMA Di Kota Tomohon
Pelaksanaan atau impelementasi adalah upaya mengintegrasikan
usaha-usaha anggota atau kelompok sedemikian rupa sehingga dengan
selesainya tugas-tugas yang diserahkan kepada mereka, mereka memenuhi
tujuan-tujuan individual dan kelompok Terry dan Rue (2001:181). Dengan
kata lain, menempatkan semua anggota kelompok agar bekerja secara sadar
untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan sesuai dengan perencanaan dan
pola organisasi, pelaksanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang
sangat penting. sebab tanpa fungsi ini, maka apa yang telah direncanakan
tidak dapat direalisasikan dengan baik. Dengan kata lain, pelaksanaan
menempati posisi yang vital bagi organisasi seperti MGMP dalam merealisir
segenap tujuan, rencana dan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Berbagai kegiatan telah diadakan untuk meningkatkan kompetensi
pedagogik guru kimia SMA di kota Tomohon. Namun beberapa kegiatan tidak
berjalan optimal karena minimnya dana. Kegiatan-kegiatan MGMP mendapat
57
dukungan dari sekolah:dalam bentuk dukungan dana untuk setiap guru dari
sekolah yang bersangkutan serta menyediakan tempat pelaksanaan kegiatan
MGMP sesuai dengan jenis kegiatan dan sarana dan prasarana yang yang ada
di sekolah. Narasumber yang digunakan jika dibutuhkan berasal dari para
pengurus dan guru kimia yang tergabung dalam MGMP Kimia yang punya
kompetensi untuk menjadi narasumber serta narasumber dari perguruan tinggi
ataupun LPMP jika ada dana untuk proyek MGMP dari pemerintah pusat.
Dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan peneliti menemukan bahwa
tidak ada program peer teaching atau praktek mengajar di sekolah-sekolah
dengan menggunakan metode atau model pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik siswa atau karakteristik mata pelajaran yang kimia. Padahal
program-program ini sangat membantu para guru dalam meningkatkan
kompetensi pengelolaan pembelajaran.
3. Pengawasan MGMP Dalam Upaya Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru Kimia SMA Di Kota Tomohon
Pengawasan merupakan upaya sistematis untuk menetapkan standar
prestasi kerja dengan tujuan perencanaan, agar mendisain sistem umpan balik
informasi, untuk membandingkan prestasi sesungguhnya dengan standar yang
telah ditetapkan, menentukan apakah ada penyimpangan dan mengukur
signifikansi penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan perbaikan yang
diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya organisasi telah
58
digunakan dengan cara yang paling efektif dan efisien guna tercapainya tujuan
organisasi.
Sehubungan dengan pengertian pengawasan sebagaimana dikemukakan
di atas, Mockler dalam Stoner (1992:60) membagi proses pengawasan ke
dalam empat langkah sebagai berikut:
a. Menetapkan standar dan metode mengukur prestasi kerja
Karena perencanaan merupakan tolok ukur merancang pengawasan,
maka hal itu berarti bahwa langkah pertama dalam proses pengawasan ialah
menyusun rencana. Akan tetapi karena perencanaan berbeda dalam perincian
dan kerumitannya, dan karena manajer biasanya tidak dapat mengawasi
segala-galanya, maka harus ditetapkan standar khusus. Standar yang dimaksud
adalah kriteria yang sederhana untuk prestasi kerja, yakni titik-titik yang
terpilih di dalam seluruh program perencanaan untuk mengukur prestasi kerja
tersebut guna memberikan tanda kepada manajer tentang perkembangan yang
terjadi di dalam organisasi itu tanpa perlu mengawasi setiap langkah untuk
proses pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan.
b. Melakukan pengukuran prestasi kerja
Langkah kedua dalam pengawasan ialah mengukur, atau mengevaluasi
prestasi kerja terhadap standar yang telah ditentukan. Pengukuran prestasi
kerja terhadap standar secara ideal hendaknya dilakukan atas dasar pandangan
ke depan, sehingga penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi dari
59
standar dapat diketahui lebih dahulu. Jika tidak mempunyai kemampuan
seperti itu, penyimpangan-penyimpangan harus dapat diketahui sedini
mungkin.
c. Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
Setelah dua proses sebelumnya dilalui, maka yang perlu dilakukan
pada langkah ini adalah membandingkan hasil pengukuran dengan target atau
standar yang telah ditetapkan. Bila prestasi sesuai dengan standar, manajer
akan menilai bahwa segala sesuatunya berada dalam kendali.
d. Mengambil tindakan korektif
Proses pengawasan tidak lengkap jika tidak diambil tindakan untuk
membetulkan penyimpangan yang terjadi. Jika standar ditetapkan untuk
mencerminkan struktur organisasi dan prestasi kerja diukur dalam standar ini,
maka pembetulan terhadap penyimpangan yang negatif dapat dipercepat,
karena manajer sudah mengetahui dengan tepat bagian manakah dari
pelaksanaan tugas oleh individu atau kelompok kerja serta tindakan koreksi
harus dilakukan.
Pengawasan kegiatan MGMP dilakukan oleh pengawas sekolah untuk
mata pelajaran kimia serta pejabat di dinas pendidikan kota Tomohon yang
membidangi pendidikan menengah umum serta dari LPMP jika ada proyek
dari pusat untuk kegiatan MGMP. Tidak ada kegiatan pengawasan yang rutin
dilaksanakan.oleh instansi yang terkait. Terkait dengan teori tentang
60
pegawasan maka kegiatan pengawasan yang dilakukan terhadap MGMP di
kota Tomohon masih jauh dari apa yang diharapkan. Ini tentunya memerlukan
adanya kesadaran dari berbagai pihak yang terkait untuk secara kontinu
melaksanakan pengawasan terhadap berbagai kegiatan yang dilakukan MGMP
dalam rangka meningkatkan kinerja MGMP kota Tomohon.
4. Evaluasi MGMP Dalam Upaya Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru Kimia SMA Di Kota Tomohon
Evaluasi mempunyai peranan yang sangat urgen dalam pengelolaan
suatu organisasi. Evaluasi, sebagaimana telah diberi batasan pengertiannya
dalam berbagai literatur, merupakan suatu usaha untuk mengukur dan memberi
nilai secara objektif terhadap pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakan
sebelumnya. Menurut Sukmono (2003:28) Evaluasi adalah proses untuk
menentukan nilai atau sejumlah keberhasilan di dalam mencapai tujuan yang
telah direncanakan sebelumnya. Dengan demikian, evaluasi mempunyai
keterkaitan timbal balik yang sangat erat dengan fungsi perencanaan dan
pelaksanaan suatu kegiatan. Menurut Suchman (dalam Siagian 1997:28)
Evaluasi adalah proses untuk menentukan nilai atau sejumlah keberhasilan di
dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan
demikian, evaluasi mempunyai keterkaitan timbal balik yang sangat erat
dengan fungsi perencanaan dan pelaksanaan suatu kegiatan.
Sehubungan dangan hal tersebut, Siagian (1997:144), memberikan
gambaran bahwa evaluasi merupakan suatu proses akhir dari serangkaian
61
proses administrasi dan manajemen. Di katakannya juga bahwa evaluasi
adalah suatu proses manajemen untuk mengukur/mengetahui tingkat
keberhasilan atau capaian suatu organisasi yang terlibat dalam proses kegiatan.
Dengan kata lain, melalui evaluasi dapat diketahui apakah organisasi yang
terlibat dalam proses itu tetap berada pada arah yang tepat atau tidak, dan
apakah hasil-hasil yang dicapai dalam satu kurun waktu tertentu mampu
mendekatkan organisasi pada tujuan akhir atau tidak.
Berdasar pada beberapa pernyataan tentang evaluasi sebagaimana
telah diutarakan di atas, maka anggapan orang bahwa eksistensi evaluasi hanya
sebagai alat untuk mencari dan memeriksa kekurangan atau kesalahan subjek
tertentu, dengan demikian tidak relevan lagi dengan substansi evaluasi itu
sendiri. Karena evaluasi sebagai salah satu fungsi organik dalam manajemen,
senantiasa berupaya mempertanyakan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan dari
suatu rencana sekaligus mengukur seobjektif mungkin hasil-hasil pelaksnaan
itu dengan standar pengukuran yang dapat diterima oleh semua pihak.
Sehubungan dengan hal tersebut, Siagian (1997:199), menyatakan bahwa
efisiensi dari suatu proses pendidikan dapat terlihat dari ciri-ciri proses
manajemen yaitu: (1) terlaksananya seluruh program pendidikan dan latihan
sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditetapkan, (2) rapihnya
penyelenggaraan seluruh kegiatan pendidikan dan latihan berkat disiplin kerja,
dedikasi dan kemampuan para penyelenggara, (3) kehematan dalam
62
penggunaan sarana dan prasana yang tersedia, (4) terdapat tertibnya
administrasi dalam seluruh proses penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan
latihan, dan (5) tercapainya sasaran yang telah ditetapkan bagi program
pendidikan dan latihan.
Berdasarkan pada penjelasan di atas, maka secara eksplisit
dipahami bahwa penilaian adalah menjadi suatu kemutlakan dalam suatu
proses manajemen, karena didasarkan pada beberapa pemikiran sebagai
berikut:
a. Penilaian diorientasikan pada satu tahapan tertentu dalam suatu proses
setelah tahap itu secara keseluruhan selesai dilalui.
b. Penilaian harus mengadung usaha korektif terhadap proses pentahapan
sebelumnya.
c. Penilaian harus bersifat preskriptif. Maksudnya, penilaian harus mampu
mendiagnosis berbagai penyakit yang mungkin saja berjangkit dalam tubuh
suatu organisasi.
d. Aktifitas penilaian tidak hanya ditujukan kepada penyelenggaraan yang
bersifat operasional, melainkan juga dimaksudkan untuk menyempurnakan
seluruh proses manajemen yang harus dilalui oleh suatu organisasi dalam
rangka usaha mencapai tujuan dan berbagai sasaran.
Di dalam evaluasi, unsur pokok yang terungkap adalah : tujuan,
kriteria keberhasilan, derajad pencapaian, efektivitas, dan formulasi kebijakan
63
disamping langkah-langkah dalam penilaian. Dengan demikian karateristik
yang sangat menonjol dalam sebuah evaluasi adalah tujuan. Menurut Suchman
dalam Soenarto (2004:10), evaluasi adalah proses untuk menentukan nilai atau
sejumlah keberhasilan di dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Di
dalam mencapai tujuan terdapat lima langkah utama yaitu: (1) Penentuan
tujuan dan perumusan tujuan, (2) identifikasi kriteria yang tepat digunakan
untuk mengukur keberhasilan, (3) penentuan dan penjelasan derajad
keberhasilan, (4) langkah-langkah pada penelitian, dan (5) rekomendasi untuk
program selanjutnya.
Menurut Soenarto (2004:12), terdapat beberapa kunci pokok
dalam memahami konsep dasar evaluasi program yaitu: (1) Proses penentuan
nilai atau sejumlah keberhasilan yang ingin dicapai, (2) tujuan yang telah
ditetapkan (tujuan program), (3) kriteria keberhasilan (indikator keberhasilan),
dan (4) penentuan derajad keberhasilan.
Kegiatan evaluasi MGMP kota Tomohon, dilaksanakan setiap
selesainya satu kegiatan, setiap enam bulan dan setiap tahun.. Evaluasi
digunakan untuk mengukur sejauh mana kegiatan MGMP telah memberi
dampak yang signifikan terhadap proses pembelajaran kimia di sekolah
masing-masing serta mengevaluasi tentang berbagai permasalahan yang
menghambat pelaksanaan kegiatan MGMP untuk mengetahui bagaimana cara
64
pemecahan nya dan juga dapat dibuat program pada masa-masa yang akan
datang yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada.
Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang erat antara evaluasi
program dengan perencanaan dan pengembangan program. Evaluasi program
menyediakan informasi untuk merancang awal dan merancang ulang program
yang telah dilaksanakan. Dengan kata lain, evaluasi tidak sekedar menentukan
keberhasilan atau kegagalan suatu program, tetapi juga mengarah kepada
pemahaman dan perumusan kembali tujuan, rancangan serta tindakan dalam
program.
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasar pada uraian-uraian yang telah dikemukakan pada pembahasan
bab-bab sebelumnya, maka dikemukakan kesimpulan-kesimpulan sebagai
berikut:
1. Perencanaan MGMP dimulai dengan mengumpulkan data, melakukan
analisis tehadap hasil kegiatan MGMP pada kepengurusan sebelumnya,
selanjutnya membuat perencanaan program, menyusun rencana strategi
pelaksanaan, rencana pelaksanaan, rencana kegiatan evaluasi dan rencana
tindak lanjut hasil MGMP.
2. MGMP telah melaksanakan kegiatan-kegiatan pengembangan kompetensi
pedagogik guru kimia dengan mekanisme sebagai berikut: Kegiatan-
kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan rencana kegiatan dan dibuat
proposal kegiatan. Untuk kegiatan yang didanai oleh pemerintah proposal
dikirim ke Dinas Pendidikan kota dan selanjutnya dikirim ke LPMP untuk
diseleksi. Apabila proposal tersebut maka dana akan dikucurkan ke
rekening MGMP, dan selanjutnya kegiatan dilaksanakan sesuai dengan
petunjuka teknis pelaksanaan yang ditetapkan pemerintah. Pelaksanaan
kegiatan MGMP dilaksanakan tidak pada satu tempat tetapi dilaksanakan
berpindah-pindah sesuai dengan sarana dan prasarana yang ada di sekolah
66
serta kebutuhan sekolah tersebut. Pengurus dan anggota MGMP bahkan
pihak sekolah terlibat aktif dalam pelaksanaan kegiatan MGMP dan
pengnwas sekolah, pejabat dari Dinas Pendidikan kota Tomohon,
widyaiswara LPMP terlibat juga jika ada kegiatan yang didanai oleh
pemerintah.. Faktor yang menghambat pelaksanaan MGMP adalah
kurangnya perhatian dari pemerintah baik dari pemerintah pusat msupun
pemerintah daerah.
3. Pengawasan kegiatan MGMP hanya dilaksanakan oleh instansi yang
terkait jika ada proyek dari pusat untuk kegiatan MGMP dan tidak ada
kegiatan pengawasan yang rutin dilaksanakan oleh instansi yang terkait.
4. Kegiatan evaluasi MGMP dilaksanakan setiap selesainya satu kegiatan,
setiap enam bulan dan setiap tahun.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan maka disarankan agar:
1. MGMP Kimia tetap dipertahankan dan ditingkatkan dalam rangka
meningkatkan kompetensi pedagogik guru kimia SMA di kota Tomohon
2. Pemerintah baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat harus
memberikan perhatian yang serius dengan mengalokasikan dana yang
cukup untuk pelaksanaan kegiatan MGMP supaya berbagai kegiatan
MGMP dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan kompetensi
pedagogik dapat terlaksana secara optimal.
67
3. Intansi yang terkait harus meningkatkan kegiatan pengawasan terhadap
kegiatan MGMP dengan menjadwalkan kegiatan tersebut sehingga
MGMP merasa diperhatikan dan dapat memberi semangat pada MGMP
dalam meningkatkan kinerja MGMP untuk meningkatkan kompetensi guru
terutama kompetensi pedagogik guru kimia
4. MGMP Kimia tetap melaksanakan dan meningkatkan pelaksanaan
evaluasi kegiatan sesuai dengan langkah-langka evaluasi dalam rangka
meningkatkan kinerja MGMP demi meningkatkan kualitas program
MGMP untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru Kimia
68
DAFTAR PUSTAKA
Ace Suryadi dan Wiana Mulyana. 2003. Kerangka Konseptual Mutu Pendidikan dan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru. Cardimas Metropole. Jakarta
Ani Uslimah. 2004. Evaluasi Program Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Biologi SMA di Kabupaten Bantul. Tesis. UPI. Bandung
Arief. Achmad. 2006. Pemberdayaan MGMP. Sebuah Keniscayaan. Rineka Cipta. Jakarta.
Asep Sapa'at. 2006. Kemantapan Diri dan Kompetensi Mengajar. RinekaCipta. Jakarta.
Bogdan, Robert, C dan Sari Knopp Bicklen, 1982.Riset Kualitatif untuk Pendidikan: Pengantar ke Teori dan Metode, Terjemahan Munandir, 1990 PAU-PPAA Universitas Terbuka. Jakarta.
Burhanuddin. Analisis Administrasi, Manajemen dan KepemimpinanPendidikan. Cet.I. Bumi Aksara. Jakarta. 1994.
Carter, C.S. & Brickhouse, N.W. 1989. What Make Chemistry Difficult? Journal of Chemical Education. USA
Dedi Supriadi. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Adicita Karya Nusa. Yogyakarta
Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi guru TK,SD, SMP, SMA, SMK dan SLB. BP.Cipta Karya, Jakarta
Gay, L. R dan P, Airasian P. 2000. Educational Research, New Jersey Prentice Hall. USA.
Gusti. D. 2007. Kompetensi Pedagogik Guru., Adicita Karya Nusa. Yogyakarta
H. Usman. 2006. Manajemen, teori praktik dan riset pendidikan, Bumi Aksara. Jakarta
Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif, Universitas Muhamadiyah. Jakarta
69
Kirkwood, V. & D, Symington. 1996. Lecture Perceptions of Student Difficulties in First Year Chemistry Course. Journal of Chemical Education. USA
Lincoln, Ivone, S and E, Guba.. 1995. Naturalistic Inquairy, Sage Publication, California.
M, Hasibuan. 1996. Proses Belajar Mengajar. Remaja Karya. Bandung
M. Widodo. 2002. Manajemen Sekolah. Mandar Maju. Bandung.
Margono. S. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan, Rhineka Cipta. Jakarta.
Maya Nurhayati, 2004. Peranan MGMP PKn Dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru PKn di Sekolah (Studi deskriptif analitis terhadap guru peserta MGMP PKn wilayah Bandung selatan). Tesis. UPI Bandung
Miles, M, B and . Michael A, Huberman. (1992) . Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Terjemahan Tjetjep Roehdi Rohidi, Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Moleong, L .J. 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Mohamad Ali. 1982. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, Angkasa.Bandung
Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati. 2000, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya. Bandung
Muhibbin Syah. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Remaja Rosdakarya. Bandung
Nakhleh, M.B. 1992. Why Some Students Don’t Learn Chemistry. Journal of Chemical Education. USA
Nana Sudjana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru. Bandung
70
Oteng Sutisna. 1999. Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional.. Angkasa. Bandung
Pendley, B. D. Bretz, R. L. dan J, D Novak. 1994. Concept Maps As a Tool To Assess Learning in Chemistry. Journal of Chemical Education, USA
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007 tentang Guru
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru
PP No. 74 tahun 2008 tentang Guru.
R. Ibrahim. 2002. Kurikulum Pembelajaran. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIB UPI. Bandung:.
S, Nasution. 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsito, Bandung
Saaty, L. Thomas. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta
Sardiman. 1994. Kompetensi Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Bandung
Siagian, S.P. 1980. Filsafat Administrasi, Gunung Agung. Jakarta
Soenarto, 2004. Training Program Evaluation: Desain Dan Prosedur Evaluasi Program Pelatihan, CDIE, Yogyakarta,
Sri Yutmini. 2000. Strategi Belajar Mengajar. FKIP UNS. Surakarta
James A, F. Stoner. 1992. . Managemen. Jilid 1 (Terjemahan). Intermedia,.Jakarta.
Sudarminto. J. 2004. Citra Guru. Dalam Pendidikan Kegelisahan Sepanjang Jaman, Sindunata (editor). Kanisius. Yogyakarta.
Sudarwan Danim. 2002. Inovasi Pendidikan: Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Pustaka Setia. Bandung
Sudjarwo. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Mandar Maju. Bandung
71
Suleha. 2007. Peningkatan Wawasan Guru Melalui MGMP. Bumi Aksara. Jakarta
Suyanto dan Djihad Hisyam. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan Indonesia Memasuki Millenium III. Adi Cita. Yogyakarta
Syaodah, 2003. Kualitas Pendidikan Indonesia, Pustaka Jaya. Bandung
T. Raka Joni. 2000. Pedoman Umum Alat Penilaian Kemampuan Guru. Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud. Jakarta
Terry, George R. & Leslie W. Rue. 2001. Dasar-Dasar Manajemen, Diterjemahkan oleh G.A. Ticoalu. Bumi Aksara. Jakarta
Turang, Jan. 2002. Perencanaan Pendidikan. Yayasan Mapalus Matuari Minaesa. (YM3). Tomohon.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang: Sistem Pendidikan Nasional.
Wirawan. 2002. Profesi dan Standar Evaluasi. Yayasan Bangun Indonesia & UHAMKA. Jakarta
Wiseman, Frank. L. 1981. The Teaching of College Chemistry, Role of Student Development Level. Journal of Chemical Education. USA
72
73