Upload
aufal-riuscira
View
45
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
PEMANFAATAN MESIN PENGUSANGAN CEPAT (MPC) IPB 77-1 MM UNTUK PENAPISAN VIGOR DAYA SIMPAN
BENIH KEDELAI (Glycine max L.)
RERENSTRADIKA TIZAR TERRYANA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pemanfaatan Mesin
Pengusangan Cepat (MPC) untuk Penapisan Vigor Daya Simpan Benih Kedelai
(Glycine max L.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Januari 2013
Rerenstradika Tizar Terryana NRP A251100011
ABSTRACT
RERENSTRADIKA TIZAR TERRYANA. The Use of Accelerated Aging Machine IPB 77-1 MM for varieties screening of soybean (Glycine max L.) based on seed vigor related to storability. Supervised by M. RAHMAD SUHARTANTO and ENY WIDAJATI.
Accelerated Aging Machine IPB 77-1 MM could be used for varieties
screening of soybean (Glycine max L.) based on seed vigor related to storability
with physical or chemical accelerated aging test. The aim of the research were to
find out a simple, fast and accurate accelerated aging method by accelerated aging
machine IPB 77-1 MM which is suitable for varieties screening of soybean based
on seed vigor related to storability. Two methods of accelerated aging test
(physical and chemical treatment) by accelerated aging machine IPB 77-1 MM,
were applied to Anjasmoro soybean seeds varieties. The best accelerated aging
method then was used to 23 soybean seeds varieties screening based on seed vigor
related to storability. The seed vigor related to storability of 23 soybean seeds
varieties which is detected by accelerated aging machine MPC IPB 77-1 MM
were compared with seed vigor related to storability of 23 soybean seeds varieties
which is stored 10 weeks in natural storage system.Result of the experiment
showed that chemical and physical treatment of accelerated aging method in
accelerated aging machine IPB 77-1 MM could decreased seed vigor, but the
chemical treatment could decreased seed vigor more fast and chemical treatment
was more practical and simple. Accelerated aging machine IPB 77-1 MM could
be used for varieties screening of soybean based on seed vigor related to
storability by using electrical conductivity test.
Keywords : seed vigor related to storability detecting method, devigoration,
electrical conductivity
RINGKASAN RERENSTRADIKA TIZAR TERRYANA. Pemanfaatan Mesin Pengusangan Cepat (MPC) IPB 77-1 MM untuk Penapisan Vigor Daya Simpan Benih Kedelai (Glycine max L.) Dibimbing oleh M. RAHMAD SUHARTANTO dan ENY WIDAJATI.
Penelitian mengenai pemanfaatan mesin pengusangan cepat (MPC) IPB
77-1 MM untuk penapisan varietas benih kedelai telah dilakukan pada bulan
Desember 2011 sampai Agustus 2012, bertempat di Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian
Bogor. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan metode pendugaan vigor daya
simpan benih kedelai secara cepat, mudah dan akurat dengan mesin pengusangan
cepat (MPC) IPB 77-1 MM serta memanfaatkan alat tersebut untuk penapisan
vigor daya simpan beberapa varietas benih kedelai.
Mesin pengusangan cepat (MPC) IPB 77-1 MM merupakan perangkat
keras yang dapat digunakan untuk penerapan metode pengusangan cepat benih.
MPC IPB 77-1 MM yang digunakan merupakan hasil modifikasi Suhartanto
(2011) dengan menyederhanakan bentuk dan ukuran alat (60% dari prototype
sebelumnya), serta menyempurnakan sistem pergerakan benih dalam ruang deraan.
MPC IPB 77-1 MM diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi
vigor daya simpan benih kedelai secara cepat, mudah dan akurat dalam proses
penentuan kelayakan benih kedelai sebelum penanaman di lapang, karena hingga
saat ini belum terdapat alat yang dapat dimanfaatkan untuk menduga vigor daya
simpan benih kedelai secara cepat, mudah dan akurat
Penelitian dibagi dalam tiga tahap percobaan. Tahap pertama ialah
penentuan metode pengusangan cepat benih kedelai dengan MPC IPB 77-1 MM.
Tahap kedua ialah penapisan beberapa varietas benih kedelai berdasarkan vigor
daya simpannya melalui metode pengusangan cepat benih dengan MPC IPB 77-1
MM. Tahap ketiga adalah pengaruh periode simpan benih terhadap viabilitas dan
vigor benih kedelai.Data hasil percobaan pada tahap kedua dan ketiga selanjutnya
dianalisis dengan membandingkan hasil penapisan berdasarkan vigor daya simpan
secara buatan (VDS-buatan) dengan vigor daya simpan benih secara alami (VDS-alami).
Hasil percobaan menunjukkan bahwa pengusangan cepat benih kedelai
baik secara fisik maupun kimia dapat menurunkan daya berkecambah, indeks
vigor, kecepatan tumbuh dan bobot kering kecambah normal seiring dengan
semakin bertambahnya waktu pengusangan, serta menyebabkan peningkatan daya
hantar listrik secara nyata. Data percobaan menunjukkan variabel daya hantar
listrik lebih peka dalam membedakan setiap hasil perlakuan pengusangan cepat
fisik maupun kimia secara signifikan.
Metode pengusangan cepat benih terbaik dipilih berdasarkan analisis
persamaan regresi linier serta kemudahan dan kecepatan dalam pelaksanaannya.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa metode pengusangan cepat benih secara
fisik sama baiknya dengan metode pengusangan cepat benih secara kimia, akan
tetapi metode pengusangan cepat benih secara kimia memerlukan waktu relatif
lebih singkat dalam menurunkan perkecambahan benih hingga 50%. Selain itu
dari segi teknis, metode pengusangan cepat benih kedelai secara kimia relatif
lebih mudah dan cepat dibandingkan dengan metode pengusangan cepat benih
secara fisik.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa daya hantar listrik merupakan
variabel yang paling sesuai untuk digunakan dalam penapisan vigor daya simpan
beberapa varietas kedelai dengan menggunakan MPC IPB 77-1 MM, hal ini
dikarenakan variabel daya hantar listrik memiliki nilai persentase kesesuaian
penapisan berdasarkan VDS-buatan dan VDS-alami tertinggi yaitu 78.2% dibandingkan
pada variabel daya berkecambah, indeks vigor dan kecepatan tumbuh. Hal
tersebut didukung oleh hasil percobaan sebelumnya yang menunjukkan bahwa
variabel daya hantar listrik merupakan variabel yang lebih peka dalam
membedakan setiap hasil titik waktu pengusangan cepat benih.
Hasil penapisan secara alami dan buatan menunjukkan bahwa kedelai
varietas Kaba memiliki nilai vigor daya simpan yang konsisten tinggi berdasarkan
variabel daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh dan daya hantar
listrik. Kedelai varietas Panderman, Lokon dan Grobogan memiliki nilai vigor
daya simpan yang konsisten rendah berdasarkan variabel daya berkecambah,
indeks vigor dan daya hantar listrik, sedangkan varietas Tanggamus memiliki nilai
vigor daya simpan yang konsisten rendah berdasarkan variabel daya berkecambah,
kecepatan tumbuh dan daya hantar listrik. Kedelai varietas Wilis memiliki nilai
vigor daya simpan yang konsisten rendah berdasarkan variabel indeks vigor,
kecepatan tumbuh dan daya hantar listrik.
Kata kunci: daya hantar listrik, devigorasi, metode pendugaan vigor daya simpan
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih
PEMANFAATAN MESIN PENGUSANGAN CEPAT (MPC) IPB 77-1 MM UNTUK PENAPISAN VIGOR DAYA SIMPAN
BENIH KEDELAI (Glycine max L.)
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2013
RERENSTRADIKA TIZAR TERRYANA
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Abdul Qadir, M.Si
Judul Tesis : Pemanfaatan Mesin Pengusangan Cepat (MPC) IPB 77-1 MM
untuk Penapisan Vigor Daya Simpan Benih Kedelai (Glycine max L.)
Nama : Rerenstradika Tizar Terryana NRP : A251100011
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing Dr Ir M. Rahmad Suhartanto, MSi
Ketua Dr Ir Eny Widajati, MSi
Anggota
Diketahui oleh Ketua Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih
Prof Dr Ir Satriyas Ilyas, MS
Dekan Sekolah Pascasarjana Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 11 Januari 2013 Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia
Nya sehingga tesis yang berjudul Pemanfaatan Mesin Pengusangan Cepat
(MPC) IPB 77-1 MM untuk Penapisan Vigor Daya Simpan Benih Kedelai
(Glycine max L.) telah berhasil diselesaikan. Penghargaan dan terima kasih yang
tulus penulis sampaikan kepada Dr. Ir. M. Rahmad Suhartanto, M.Si dan Dr. Ir.
Eny Widajati, MS selaku komisi pembimbing yang senantiasa tanpa lelah
memberikan sumbangan pemikiran, kritikan, saran dan nasehat selama
pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.
Penghargaan dan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Abdul
Qadir, M.Si selaku penguji luar komisi pada ujian tesis dan Prof. Dr. Ir. Satriyas
Ilyas, MS selaku ketua Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih, yang telah
memberikan banyak masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.
Penghargaan dan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada
kedua orang tua yaitu ayahanda Drs. Zainuri, SH. M.Pd dan ibunda Dra. Harti
Kartini, M.Pd, kepada kedua adik tercinta Pupimadita Tizar Afdora, S.Si dan
Damangrea Tizar Balamrayoga, ST, serta kepada Amri Nuryadin dan seluruh
keluarga atas segala pengorbanan, dukungan dan limpahan kasih sayang yang tak
terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih kepada
penanggung jawab Laboratorium Terpadu Departemen Agronomi dan
Hortikultura (Bu Elly, Pak Rahmad dan Nova). Ucapan terima kasih setulusnya
penulis sampaikan kepada seluruh anggota dan pengurus FORSCA. Terima kasih
penulis ucapkan atas dukungan teman-teman Sekolah Pascasarjana IPB
Departemen Agronomi dan Hortikultura (AGH, ITB, PBT). Terima kasih khusus
penulis ucapkan kepada teman-teman Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih
angkatan 2010: Candra Budiman, Agus Hasbianto, Anis Andrini, Cici Tresniawati,
Evi Dwi Sulistya, Noflindawati, Patta Sija, Ratri Tri Hapsari, Rini Rosliany,
Yulianus R. Matana, Pepi Nur Susilawati dan Ikrarwati atas perhatian dan
motivasinya selama ini.
Penghargaan dan terima kasih setulusnya juga penulis sampaikan kepada
Dian Fahrianty, Yulia Delsi, Ida Widiyawati, Mutiara Dewi, Ahmad Rifqi Fauzi,
Engelbert Manaroinsong, Nope Gromikora, Apriana Vinasyiam, Nadia Mega
Aryani dan Siti Gusti Ningrum yang senantiasa memberi dukungan dan bantuan
dalam pelaksanaan penelitian maupun dalam penulisan tesis ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-
besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu demi kelancaran penelitian
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga karya ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Januari 2013
Rerenstradika Tizar Terryana
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pamekasan, Jawa Timur pada tanggal 26 Januari
1986 sebagai anak sulung dari pasangan bapak Zainuri dan ibu Harti Kartini.
Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Pada tahun 2004 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 8
Malang. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan pada Program
Studi Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.
Selama pendidikan penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Budidaya
Tanaman Pangan (2007), Budidaya Tanaman Perkebunan (2008), Dasar
Hortikultura (2007-2008) dan Ekologi Tanaman (2008). Penulis memperoleh
gelar Sarjana Pertanian pada tahun 2008.
Pada tahun 2010 penulis melanjutkan program Magister pada Program
Studi Ilmu dan Teknologi Benih, Sekolah Pascasarjana IPB.
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
Latar Belakang ..................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ................................................................................. 3 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 5
Sifat Fisik dan Kimia Benih Kedelai ................................................... 5 Vigor dan Kemunduran Benih ............................................................. 6 Vigor Daya Simpan .............................................................................. 8 Pengusangan Cepat Benih .................................................................... 9 Penyimpanan Benih Kedelai ................................................................ 10 Mesin Pengusangan Cepat (MPC) IPB 77-1 MM ............................... 12 METODE ........................................................................................................ 13
Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 13 Bahan dan Alat Penelitian .................................................................... 13 Spesifikasi Mesin Pengusangan Cepat (MPC) IPB 77-1 MM ............. 13 Metode Penelitian ................................................................................ 16 Pengamatan .......................................................................................... 25 HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 28
Penentuan Metode Pengusangan Cepat Benih Kedelai dengan MPC IPB 77-1 MM ................................................................................. 28
Penapisan 23 Varietas Benih Kedelai berdasarkan Vigor Daya Simpannya melalui Metode Pengusangan Cepat Benih secara Kimia menggunakan MPC IPB 77-1 MM ..................................... 36
Pengaruh Periode Simpan Benih terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Kedelai ................................................................................. 43
Vigor Daya Simpan Benih 23 Varietas Kedelai pada Sistem Penyimpanan Alami ....................................................................... 47
Analisis Perbandingan Hasil Penapisan 23 Varietas Kedelai berdasarkan Vigor Daya Simpan secara Buatan dengan Vigor Daya Simpan secara Alami (VDS-buatan VS VDS-alami) ...................... 53
KESIMPULAN ............................................................................................... 61 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 62 LAMPIRAN .................................................................................................... 66
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Pengaruh waktu pengusangan cepat benih kedelai secara fisik terhadap variabel daya berkecambah (DB), indeks vigor (IV), kecepatan tumbuh (KCT), bobot kering kecambah normal (BKKN) dan daya hantar listrik (DHL) ....................................................................................................... 28
2. Pengaruh waktu pengusangan cepat benih kedelai secara kimia
terhadap variabel daya berkecambah (DB), indeks vigor (IV), kecepatan tumbuh (KCT), bobot kering kecambah normal (BKKN) dan daya hantar listrik (DHL).......................................................................... 31
3. Rekapitulasi persamaan regresi linier, koefisien korelasi (r) dan
koefisien determinasi (R2) antara variabel pengujian viabilitas dan vigor benih kedelai dengan waktu pengusangan cepat benih secara fisik dan kimia ......................................................................................................... 33
4. Vigor awal (%) benih 23 varietas kedelai ................................................ 37
5. Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan
(VDS) 23 varietas benih kedelai pada variabel daya berkecambah (DB) benih setelah pengusangan cepat benih secara kimia ............................... 38
6. Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan
(VDS) 23 varietas benih kedelai pada variabel indeks vigor (IV) benih setelah pengusangan cepat benih secara kimia ......................................... 40
7. Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan
(VDS) 23 varietas benih kedelai pada variabel kecepatan tumbuh (KCT) benih setelah pengusangan cepat benih secara kimia ............................... 41
8. Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan
(VDS) 23 varietas benih kedelai pada variabel daya hantar listrik (DHL) benih setelah pengusangan cepat benih secara kimia ............................... 42
9. Pengaruh periode simpan benih kedelai terhadap variabel daya
berkecambah (%) ...................................................................................... 44
10. Pengaruh periode simpan benih kedelai terhadap variabel daya hantar listrik (µS cm-1 g-1) ................................................................................... 45
11. Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan
(VDS) 23 varietas benih kedelai selama penyimpanan pada variabel daya berkecambah (DB) ........................................................................... 48
Halaman
12. Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan (VDS) 23 varietas benih kedelai selama penyimpanan pada variabel indeks vigor (IV) ....................................................................................... 50
13. Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan
(VDS) 23 varietas benih kedelai selama penyimpanan pada variabel kecepatan tumbuh (KCT) ........................................................................... 51
14. Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan
(VDS) 23 varietas benih kedelai selama penyimpanan pada variabel daya hantar listrik (DHL) .......................................................................... 52
15. Perbandingan hasil penapisan 23 varietas benih kedelai berdasarkan
vigor daya simpan secara buatan (VDS-buatan) dengan vigor daya simpan secara alami (VDS-alami) pada variabel daya berkecambah ......................... 54
16. Perbandingan hasil penapisan 23 varietas benih kedelai berdasarkan
vigor daya simpan secara buatan (VDS-buatan) dengan vigor daya simpan secara alami (VDS-alami) pada variabel indeks vigor ................................... 55
17. Perbandingan hasil penapisan 23 varietas benih kedelai berdasarkan
vigor daya simpan secara buatan (VDS-buatan) dengan vigor daya simpan secara alami (VDS-alami) pada variabel kecepatan tumbuh ......................... 56
18. Perbandingan hasil penapisan 23 varietas benih kedelai berdasarkan
vigor daya simpan secara buatan (VDS-buatan) dengan vigor daya simpan secara alami (VDS-alami) pada variabel daya hantar listrik .......................... 58
19. Rekapitulasi pengelompokan hasil penapisan 23 varietas benih kedelai
berdasarkan vigor daya simpan secara buatan (VDS-buatan) dengan vigor daya simpan secara alami (VDS-alami) pada variabel daya berkecambah (DB), indeks vigor (IV), kecepatan tumbuh (KCT) dan daya hantar listrik (DHL) ............................................................................................. 59
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Struktur benih kedelai ............................................................................... 5
2. Tampak bagian depan MPC IPB 77-1 MM .............................................. 14
3. Tampak bagian dalam MPC IPB 77-1 MM .............................................. 14
4. Tampak bagian samping MPC IPB 77-1 MM .......................................... 15
5. Perangkat pengusangan fisik pada MPC IPB 77-1 MM ........................... 16
6. Perangkat pengusangan kimia pada MPC IPB 77-1 MM ......................... 16
7. Skema tahapan penelitian ......................................................................... 17
8. Kurva hubungan waktu pengusangan cepat benih kedelai secara fisik dengan daya berkecambah benih kedelai ................................................. 34
9. Kurva hubungan waktu pengusangan cepat benih kedelai secara kimia
dengan daya berkecambah benih kedelai ................................................. 35
10. Kurva laju penurunan vigor dua varietas benih kedelai (Krakatau dan Argopuro) hasil pengusangan cepat benih secara kimia pada variabel daya berkecambah .................................................................................... 39
11. Kurva laju penurunan vigor dua varietas benih kedelai (Seulawah dan
Tanggamus) selama periode penyimpanan benih pada variabel daya berkecambah ............................................................................................. 49
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Deskripsi kedelai varietas Burangrang ..................................................... 66
2. Deskripsi kedelai varietas Sinabung ......................................................... 67
3. Deskripsi kedelai varietas Wilis ............................................................... 68
4. Deskripsi kedelai varietas Kaba................................................................ 69
5. Deskripsi kedelai varietas Anjasmoro ...................................................... 70
6. Deskripsi kedelai varietas Malabar ........................................................... 71
7. Deskripsi kedelai varietas Dempo ............................................................ 72
8. Deskripsi kedelai varietas Lawit ............................................................... 73
9. Deskripsi kedelai varietas Tanggamus ..................................................... 74
10. Deskripsi kedelai varietas Argopuro ........................................................ 75
11. Deskripsi kedelai varietas Ijen .................................................................. 76
12. Deskripsi kedelai varietas Lokon.............................................................. 77
13. Deskripsi kedelai varietas Panderman ...................................................... 78
14. Deskripsi kedelai varietas Ratai................................................................ 79
15. Deskripsi kedelai varietas Rajabasa.......................................................... 80
16. Deskripsi kedelai varietas Tidar ............................................................... 81
17. Deskripsi kedelai varietas Grobogan ........................................................ 82
18. Deskripsi kedelai varietas Dieng .............................................................. 83
19. Deskripsi kedelai varietas Kawi ............................................................... 84
20. Deskripsi kedelai varietas Krakatau ......................................................... 85
21. Deskripsi kedelai varietas Pangrango ....................................................... 86
22. Deskripsi kedelai varietas Sindoro ........................................................... 87
Halaman
23. Deskripsi kedelai varietas Seulawah ......................................................... 88
24. Persamaan regresi linier, koefisien determinasi (R2) dan koefisien korelasi (r) pengaruh pengusangan cepat benih secara kimia terhadap variabel daya berkecambah ....................................................................... 89
25. Persamaan regresi linier, koefisien determinasi (R2) dan koefisien
korelasi (r) pengaruh pengusangan cepat benih secara kimia terhadap variabel indeks vigor ................................................................................. 90
26. Persamaan regresi linier, koefisien determinasi (R2) dan koefisien
korelasi (r) pengaruh pengusangan cepat benih secara kimia terhadap variabel kecepatan tumbuh ........................................................................ 91
27. Persamaan regresi linier, koefisien determinasi (R2) dan koefisien
korelasi (r) pengaruh pengusangan cepat benih secara kimia terhadap variabel daya hantar listrik ........................................................................ 92
28. Persamaan regresi linier, koefisien determinasi (R2) dan koefisien
korelasi (r) pengaruh periode simpan benih terhadap variabel daya berkecambah ............................................................................................. 93
29. Persamaan regresi linier, koefisien determinasi (R2) dan koefisien
korelasi (r) pengaruh periode simpan benih terhadap variabel indeks vigor .......................................................................................................... 94
30. Persamaan regresi linier, koefisien determinasi (R2) dan koefisien
korelasi (r) pengaruh periode simpan benih terhadap variabel kecepatan tumbuh ...................................................................................................... 95
31. Persamaan regresi linier, koefisien determinasi (R2) dan koefisien
korelasi (r) pengaruh periode simpan benih terhadap variabel daya hantar listrik .............................................................................................. 96
32. Pengaruh waktu pengusangan cepat benih secara kimia terhadap
variabel daya berkecambah (%) ................................................................ 97
33. Pengaruh waktu pengusangan cepat benihsecara kimia terhadap variabel daya hantar listrik(µS cm-1 g-1) ................................................... 98
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai (Glycine max L.) merupakan bahan pangan penting dan sumber
protein nabati dengan kadar protein mencapai 36.8-45.6% (Ginting & Tasra 2007).
Kedelai merupakan bahan baku utama bagi industri tempe, tahu dan kecap yang
merupakan pangan yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan. Hingga saat ini
upaya peningkatan produksi kedelai di Indonesia belum mampu memenuhi
kebutuhan industri pangan tersebut. Produksi kedelai pada tahun 2010 mengalami
penurunan sebesar 6.93% dibandingkan pada tahun 2009 yaitu dari 974.512 t
menjadi 907.031 t. Penurunan produksi kedelai semakin meningkat sebesar 6.97%
pada tahun 2011 (Badan Pusat Statistik 2011).
Kendala utama dalam peningkatan produksi kedelai yaitu usahatani
kedelai tidak dilakukan sepanjang tahun karena masih bertumpu pada lahan
pertanian di pulau Jawa yang dibudidayakan setelah tanaman padi serta mutu
benih kedelai cepat mengalami kemunduran selama masa penyimpanan, sehingga
keberadaan benih bermutu sulit didapatkan petani. Benih kedelai cepat mengalami
kemunduran selama masa penyimpanan karena sifatnya yang sangat peka
terhadap suhu dan kelembaban udara (Sadjad 1980). Vigor daya simpan
merupakan parameter vigor benih yang ditunjukkan dengan kemampuan benih
selama penyimpanan dalam keadaan sub optimum (Sadjad et al. 1999). Lot benih
yang menunjukkan daya berkecambah yang sama belum tentu mempunyai vigor
daya simpan yang sama, oleh karena itu vigor daya simpan benih merupakan
informasi penting yang dibutuhkan produsen, konsumen, ilmuwan, dan analis
benih.
Vigor daya simpan benih dapat dideteksi melalui berbagai simulasi
metode baik kualitatif maupun kuantitatif, diantaranya dengan Sistem Multiplikasi
Devigorasi (SMD) dengan pengusangan cepat fisik atau kimia (Sadjad 1994).
SMD merupakan suatu metode devigorasi benih secara cepat untuk menduga
vigor daya simpan benih. Terdapat dua metode devigorasi pada SMD, yaitu secara
fisik dan kimia. SMD secara fisik dapat dilakukan dengan metode pengusangan
cepat benih dengan menggunakan uap air panas. Devigorasi secara fisik dengan
2
menggunakan uap air panas dapat menciptakan kondisi lembab dan panas pada
benih, sehingga dapat mengakibatkan penurunan viabilitas benih secara gradual
(Suhartanto 1994).
Metode SMD kimia dapat dilakukan dengan metode pengusangan cepat
benih dengan menggunakan uap etanol. Hasil penelitian Saenong (1986),
menunjukkan bahwa dalam benih kedelai terjadi peningkatan kadar etanol
sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan viabilitas benih selama masa
penyimpanan. Penderaan benih dengan uap etanol dengan intensitas yang semakin
tinggi dapat menurunkan viabilitas benih secara gradual (Pian 1981; Saenong
1986; Setyawati 1989; Pramono 2000). Pian (1981) menjelaskan bahwa etanol
menyebabkan kerusakan membran sel yang dapat mengakibatkan kebocoran
glukosa, nitrogen dan fosfor pada benih; serta menurunkan aktifitas enzim amilase,
dehidrogenase, peroksidase dan dekarboksilase asam glutamat, mengakibatkan
kerusakan membran sel dan menurunnya aktivitas enzim sehingga aktivitas sel
berkurang bahkan terhenti.
Perangkat keras yang dapat digunakan dalam SMD ialah Mesin
Pengusangan Cepat (MPC). Pada tahun 1977, Sadjad merancang MPC IPB 77-1
untuk menduga daya simpan benih melalui metode pengusangan cepat secara
kimia. MPC IPB 77-1 masih memiliki kelemahan pada periode waktu penderaan
yang relatif lama. Selanjutnya MPC IPB 77-1 tersebut dimodifikasi menjadi MPC
IPB 77-1 M. Berdasarkan hasil penelitian Sadjad (1992), terjadi peningkatan
efisiensi lama waktu penderaan benih dengan MPC IPB 77-1 M dari 60 menit
menjadi 30 menit untuk benih jagung, dan dari 30 menit menjadi 20 menit untuk
benih kedelai. Mesin tersebut masih memiliki kelemahan dimana benih
mengalami gesekan antar butiran serta kelembaban nisbi yang tinggi dan suhu
tidak optimum. Pada tahun 1994, dirakit MPC IPB 77-1 MM yang merupakan
hasil modifikasi MPC IPB 77-1 dan MPC 77-1 M untuk menyempurnakan sistem
pergerakan benih dalam ruang deraan dibandingkan dengan prototype yang ada
sebelumnya.
Penelitian uji SMD secara fisik dan kimia pada kasus kemunduran
viabilitas benih kedelai akibat goncangan telah dilakukan Suhartanto (1994)
dengan MPC IPB 77-1 MM. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa MPC
3
IPB 77-1 MM dapat mengindikasikan kemunduran viabilitas benih kedelai akibat
goncangan berdasarkan SMD fisik. Pada tahun 2011, MPC IPB 77-1 MM
dimodifikasi lebih lanjut untuk menyempurnakan bentuk alat dan sistem
pergerakan benih dalam ruang deraan. MPC IPB 77-1 MM juga dirancang untuk
memungkinkan terjadinya devigorasi benih secara bertahap agar proses devigorasi
hanya terfokus pada benih yang akan didera. Devigorasi dilakukan dengan
menempatkan benih dalam keadaan non-stasioner dan dilakukan dengan
menggunakan uap panas (fisik) atau uap etanol (kimia) dalam waktu yang
bertahap.
Penelitian ini akan menguji efektivitas MPC IPB 77-1 MM dalam
pendugaan vigor daya simpan beberapa varietas benih kedelai, karena hingga saat
ini belum terdapat alat yang dapat digunakan untuk menduga vigor daya simpan
benih kedelai secara cepat, mudah dan akurat. Oleh karena itu, MPC IPB 77-1
MM diharapkan dapat dimanfaatkan secara efektif untuk mendapatkan informasi
vigor daya simpan benih kedelai secara cepat, mudah dan akurat dalam proses
penentuan kelayakan benih kedelai sebelum tahap penanaman di lapang.
Informasi hasil pengujian mutu benih kedelai yang akurat, mudah dan cepat akan
sangat dibutuhkan dan bermanfaat bagi para produsen, konsumen, ilmuwan
maupun analis benih.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ialah:
1. Mendapatkan metode pendugaan vigor daya simpan benih kedelai secara
cepat, mudah dan akurat dengan MPC IPB 77-1 MM.
2. Memanfaatkan MPC IPB 77-1 MM untuk penapisan vigor daya simpan
beberapa varietas benih kedelai.
Ruang Lingkup Penelitian
Berbagai penelitian yang saling terkait diperlukan untuk menjawab tujuan
dan menguji kebenaran hipotesis yang telah diajukan. Oleh karena itu, penelitian
ini dibagi menjadi 3 bagian penelitian yang saling terkait, yaitu (1) penentuan
4
metode pengusangan cepat benih kedelai dengan MPC IPB 77-1 MM; (2)
penapisan varietas benih kedelai berdasarkan vigor daya simpannya melalui
metode pengusangan cepat benih menggunakan MPC IPB 77-1 MM; (3) pengaruh
periode simpan benih terhadap viabilitas dan vigor benih kedelai; (4)analisis
perbandingan hasil penapisan beberapa varietas benih kedelai berdasarkan vigor
daya simpan secara buatan (VDS-buatan) dengan vigor daya simpan benih secara
alami (VDS-alami).
5
TINJAUAN PUSTAKA
Sifat Fisik dan Kimia Benih Kedelai
Benih kedelai (Glycine max L.) merupakan benih famili Leguminosae
yang terdiri dari embrio dan kulit benih. Bagian embrio terdiri dari plumula, poros
hipokotil akar (axis) serta dua kotiledon. Plumula embrio terdiri dari dua calon
daun dan titik tumbuh, sedangkan poros hipokotil akar merupakan bagian embrio
yang terletak di bawah kotiledon (Afifah 1991). Kotiledon mengandung bahan
makanan yang terdiri dari lemak dan protein yang jumlahnya berbeda-beda setiap
varietas, yaitu kandungan lemak kurang lebih 21% dan kandungan protein 40%
(Afifah 1991). Struktur benih kedelai dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Struktur benih kedelai
Menurut Justice dan Bass (2002), daya simpan benih dipengaruhi oleh
faktor genetik antara lain struktur kulit benih dan komposisi kimia dalam benih.
Kulit benih kedelai tipis sehingga mudah terinfeksi cendawan, bakteri dan virus,
serta rentan terhadap kerusakan fisik dan mekanik. Berdasarkan komposisi
kimianya, benih kedelai termasuk kedalam kelompok benih berlemak dan
berprotein tinggi sebesar 18-50%. Komposisi kimia benih berhubungan dengan
daya simpan benih. Hasil penguraian lemak tak jenuh dalam benih akan
menghasilkan asam lemak bebas yang kemudian akan terurai menjadi radikal
bebas yang akan merusak fungsi enzim dalam proses metabolisme benih, yang
pada akhirnya akan mengakibatkan benih cepat mengalami kemunduran
(Wirawan dan Wahyuni 2002).
6
Mutu fisiologis benih kedelai tergolong cepat mengalami kemunduran
yang ditandai oleh penurunan viabilitas dan vigor benih akibat laju respirasi yang
meningkat pada kondisi suhu dan kelembaban yang relatif tinggi (Wirawan dan
Wahyuni 2002; Rahayu et al. 2009). Hasil penelitian Tatipata et al. (2004)
menunjukkan benih kedelai yang mengalami kemunduran, mengalami penurunan
kadar fosfolipid, protein membran, fosfor anorganik mitokondria, aktivitas
spesifik suksinat dehidrogenase dan sitokrom oksidase serta laju respirasi.
Penelitian sebelumnya mengenai benih kedelai menemukan bahwa
varietas kedelai berbiji sedang atau kecil umumnya memiliki kulit berwarna gelap,
tingkat permeabilitas rendah dan memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap
kondisi penyimpanan yang kurang optimal dan tahan terhadap deraan cuaca
lapang dibanding varietas yang berbiji besar dan berkulit terang (Mugnisyah
1991). Sukarman dan Raharjo (2000) melaporkan bahwa varietas kedelai berbiji
kecil dan berkulit gelap lebih toleran terhadap deraan fisik (suhu 42oC dan
kelembaban 100%) dibanding kedelai varietas berbiji besar dan berkulit terang.
Varietas Cikuray (berbiji sedang, kulit berwarna hitam) dan varietas Tidar (berbiji
kecil, kulit berwarna kuning) memiliki daya simpan yang lebih baik dibandingkan
dengan varietas Wilis (berbiji sedang, berkulit kuning). Daya tumbuh benih
varietas Wilis menurun hingga 60% setelah lima bulan penyimpanan, sedangkan
daya berkecambah benih varietas Cikuray dan varietas Tidar masih lebih dari 80%
setelah lima bulan penyimpanan.
Vigor dan Kemunduran Benih
Vigor benih merupakan kemampuan benih untuk tumbuh normal pada
kondisi sub optimum. Sadjad et al. (1999) mengkategorikan vigor benih menjadi
dua yaitu vigor kekuatan tumbuh dan vigor daya simpan, dimana keduanya
merupakan parameter yang dapat mencerminkan kondisi vigor benih. Menurut
Copeland dan McDonald (1985), faktor-faktor yang mempengaruhi vigor benih
adalah kondisi lingkungan selama perkembangan benih, kondisi genetik benih dan
lingkungan penyimpanan. Faktor genetik meliputi tingkat kekerasan benih, vigor
tanaman induk, daya tahan terhadap kerusakan mekanik dan komposisi kimia
benih. Faktor lingkungan perkembangan benih meliputi kelembaban, kesuburan
7
tanah dan pemanenan benih, sedangkan faktor penyimpanan benih meliputi waktu
penyimpanan dan lingkungan penyimpanan (suhu, kelembaban dan persediaan
oksigen).
Benih memiliki vigor jika benih mampu menumbuhkan tanaman normal
meski kondisi alam tidak optimum atau sub optimum. Benih yang vigor akan
menghasilkan produk diatas normal jika ditumbuhkan pada kondisi optimum.
Vigor benih mencapai tingkat maksimum pada saat benih masak fisiologis, dan
harus dipertahankan selama proses pemanenan dan proses pengolahan. Benih
yang memiliki vigor tinggi pada saat masak fisiologis akan memiliki daya simpan
panjang (Sadjad et al. 1999).
Pengujian vigor benih sangat dperlukan untuk mengetahui dengan jelas
mutu benih yang akan digunakan. Menurut Venter (2000), secara umum metode
uji vigor benih dapat dibagi kedalam beberapa kelompok yaitu uji pada kondisi
cekaman, uji biokimia, uji pertumbuhan dan evaluasi kecambah. Metode
pengusangan cepat (accelerated aging test), pengusangan cepat terkontrol
(control deterioration test) dan metode suhu dingin merupakan uji vigor benih
terhadap cekaman. Metode pengujian vigor benih dapat diterapkan setelah
memenuhi syarat diantaranya metode tersebut bersifat murah, mudah dilakukan,
tepat guna, objektif, dapat dikembangkan dan berkorelasi dengan pertumbuhan
benih di lapang (Copeland dan Mc Donald 1985).
Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara
berangsur-angsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat
perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor dalam. Kemunduran benih
beragam, baik antar jenis, antar varietas, antar lot, bahkan antar individu dalam
suatu lot benih. Kemunduran benih dapat menimbulkan perubahan secara
menyeluruh di dalam benih dan berakibat pada penurunan viabilitas benih. Proses
penuaan atau mundurnya vigor secara fisiologis ditandai dengan penurunan daya
berkecambah, peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan pemunculan
kecambah di lapangan (field emergence), terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang
ekstrim yang akhirnya dapat menurunkan produksi tanaman (Copeland dan
McDonald 1985).
8
Kemunduran benih dapat menimbulkan perubahan menyeluruh di dalam
benih, baik fisik, fisiologi maupun kimiawi yang mengakibatkan menurunnya
viabilitas benih (Sadjad 1994). Benih yang mengalami proses deteriorasi akan
menyebabkan turunnya kualitas dan sifat benih jika dibandingkan pada saat benih
tersebut mencapai masa fisiologinya. Vigor benih tertinggi dicapai pada saat
masak fisiologi, setelah itu benih akan mengalami kemunduran secara perlahan-
lahan sampai akhirnya mati. Salah satu sebab pemicu laju kemunduran benih ialah
kandungan air dalam benih. Kadar air dalam benih dipengaruhi oleh kemampuan
benih dalam menyerap dan menahan uap air. Kemampuan menahan dan menahan
uap air setiap benih berbeda, tergantung ketebalan dan struktur kulit benih serta
komposisi kimia dalam benih (Justice dan Bass 2002).
Vigor Daya Simpan
Vigor daya simpan (VDS) ialah suatu parameter vigor benih yang
ditunjukkan dengan kemampuan benih untuk disimpan dalam keadaan
suboptimum (Sadjad et al. 1999). Benih yang memiliki VDS tinggi mampu
disimpan untuk periode simpan yang normal dalam keadaan sub optimum dan
akan lebih panjang daya simpannya jika dalam keadaan ruang simpan optimum.
Benih yang memiliki daya simpan lama berarti benih tersebut mampu melampaui
periode simpan yang panjang. Jika benih telah melampaui masa penyimpanan dan
masih memiliki vigor kekuatan tumbuh yang tinggi, maka dapat dikatakan benih
tersebut memiliki VDS yang tinggi.
Analisis VDS dapat dikembangkan berkat ditemukannya metode
pengusangan cepat benih yang menjabarkan kemunduran benih secara buatan.
Deteriorasi merupakan kemunduran benih secara alami, sedangkan devigorasi
merupakan kemunduran benih secara buatan dengan proses pengusangan cepat
benih (Sadjad 1993).
Analisis VDS dikembangkan untuk mengukur sejauh mana benih dapat
disimpan, disimulasi dengan metode pengusangan cepat benih. Benih
diperlakukan dalam kondisi cekaman buatan berupa suhu dan kelembaban udara
tinggi ataupun berupa memberikan bahan kimia ke dalam benih. Apabila vigor
benih mengalami penurunan secara cepat dalam waktu pendek setelah diberi
9
perlakuan cekaman dan menunjukkan laju penurunan tidak berbeda dengan benih
yang disimpan pada kondisi alami untuk suatu periode simpan tertentu, maka
perlakuan cekaman tersebut dapat digunakan untuk menduga vigor daya simpan
benih secara langsung. Pendugaan VDS secara tidak langsung juga dapat dilakukan
dengan membuat model simulasi yang menggambarkan hubungan VDS dengan
daya simpan benih secara alami (Sadjad et al. 1999).
Pengusangan Cepat Benih
Kemunduran benih secara alami lazimnya disebut dengan istilah
deteriorasi, sedangkan penurunan viabilitas benih yang diakibatkan oleh
perlakuan non alami seperti yang dilakukan melalui proses pengusangan cepat,
disebut dengan istilah devigorasi. Devigorasi ialah suatu metode untuk menduga
daya simpan benih. Terdapat dua metode devigorasi yaitu pengusangan cepat
benih secara fisik dan kimia. Secara fisik, benih disimpan pada suhu dan
kelembaban relatif tinggi selama beberapa hari tergantung dari spesies. Metode ini
merupakan metode uji vigor yang mana benih diberi kondisi sub optimum
sebelum benih dikecambahkan. Metode uji vigor secara kimia yaitu dengan
merendam atau menguapkan benih dengan menggunakan cairan kimia (alkohol).
Menurut Mugnisjah et al. (1994), uji pengusangan dipercepat tergolong dalam uji
vigor benih pada lingkungan sub optimum, tetapi lingkungan tersebut diberikan
sebelum benih dikecambahkan. Uji ini bermanfaat untuk menduga berapa lama
benih dapat disimpan sehingga nantinya informasi yang dihasilkan akan sangat
berguna bagi produsen, konsumen, ilmuwan dan analis benih.
Metode pengusangan cepat secara kimia dapat dilakukan dengan
menggunakan larutan etanol, uap etanol jenuh maupun larutan metanol. Addai dan
Kantanka (2006) melakukan perendaman benih kedelai dalam 20% cairan etanol
dan 20% cairan metanol selama 2 jam, kemudian menyimpulkan bahwa
perendaman dalam cairan etanol memberikan indikasi yang lebih baik pada vigor
daya simpan beberapa varietas kedelai dibandingkan dalam cairan metanol.
Addai dan Kantanka (2006) mengemukakan bahwa etanol umumnya
merupakan metode seleksi yang lebih efektif dibandingkan dengan metode
lainnya. Cairan etanol dinyatakan efektif karena telah menyebabkan perubahan
10
pada sekuens yang sama dalam proses deteriorasi yang telah mengkarakterisasi
penderaan benih selama penyimpanan. Proses degradasi membran dan hilangnya
permeabilitas kontrol terjadi saat benih mengalami penderaan khususnya selama
penyimpanan. Proses produksi energi dan biosintesis dirusak dengan
menghasilkan penurunan rata-rata respirasi dan pemindahan bahan kering dari
jaringan pendukung ke aksis embrionik, sehingga benih memperlihatkan tingkat
kehilangan resistensi yang besar pada cekaman lingkungan.
Etanol adalah senyawa organik yang bersifat polar yang dapat
mendenaturasi protein pada konsentrasi tertentu (Saenong dan Sadjad 1984).
Etanol juga bersifat dehidrasi, karena dapat menyerap air yang meliputi koloid
protein dan selanjutnya terjadi denaturasi. Etanol juga dapat menghilangkan
integritas membran, meningkatkan permeabilitas dan meningkatkan kebocoran
hasil metabolisme (Ilyas 1986).
Penelitian sebelumnya pada kedelai menunjukkan bahwa kadar etanol
benih kedelai dalam penyimpanan semakin tinggi, dan viabilitasnya makin rendah
(Saenong 1986). Benih kedelai yang sudah mendapat perlakuan deraan dengan
uap etanol dengan intensitas makin tinggi juga mengandung etanol dengan kadar
yang makin tinggi, dan viabilitasnya makin rendah (Pian 1981; Saenong 1986).
Penderaan benih dengan uap etanol dengan intensitas yang semakin tinggi dapat
menurunkan viabilitas benih secara gradual (Pian 1981; Saenong 1986; Artuti
1988; Setyawati 1989; Pramono 1991). Penderaan dengan larutan etanol dengan
intensitas makin tinggi (konsentrasi makin tinggi) juga dapat menurunkan
viabilitas benih kedelai secara gradual (Pramono 2000; Chazimah 2000).
Penyimpanan Benih Kedelai
Menurut Kartono (2004), penyimpanan benih kedelai mempunyai peranan
yang sangat penting dalam mempertahankan mutu dan daya berkecambah benih.
berdasarkan hasil penelitiannya, kedelai varietas Wilis dengan kadar air >12%
yang disimpan secara konvensional pada suhu lebih dari 25oC dengan daya
berkecambah tinggi dalam waktu 3 bulan akan mengalami penurunan hingga 60%.
Benih kedelai dengan kadar air 12% yang disimpan dalam kemasan kedap udara
pada suhu ruang penyimpanan 20oC daya kecambahnya tetap 93% dalam waktu 1
11
tahun dan pada suhu ruangan 15oC daya berkecambahnya dapat dipertahankan
hingga 85% selama 2 tahun. Benih kedelai yang disimpan dalam kemasan kedap
udara pada suhu ruang 10oC dengan kadar air 10% daya kecambahnya dapat
dipertahankan lebih dari 85% setelah 3 tahun penyimpanan dan benih kedelai
dengan kadar air 8% yang disimpan dalam kemasan kedap udara pada suhu 5oC
mampu mempertahankan daya berkecambah benih sekitar 98% hingga 5 tahun.
Menurut Mugnisyah (1991), sifat genetik benih antara lain tampak pada
permeabilitas dan warna kulit benih yang berpengaruh terhadap daya simpan
benih kedelai. Penelitian terdahulu menemukan bahwa varietas kedelai berbiji
sedang atau kecil umumnya memiliki kulit berwarna gelap, tingkat permeabilitas
rendah dan memiliki ketahanan lebih baik terhadap kondisi penyimpanan yang
kurang optimal serta memiliki ketahanan terhadap cuaca lapang dibanding
varietas yang berbiji besar dan berkulit biji terang. Sukarman dan Rahardjo (2000)
melaporkan bahwa varietas kedelai berbiji kecil dan berkulit gelap lebih toleran
terhadap deraan fisik (suhu 42oC dan RH 100%) dibanding varietas kedelai berbiji
besar dan berkulit terang.
Marwanto (2004) mengemukakan pula bahwa benih kedelai yang resisten
terhadap deraan cuaca umumnya memiliki permeabilitas yang rendah. Secara
genetik, permeabilitas kulit benih kedelai hitam lebih rendah dibandingkan
dengan kedelai kuning karena kandungan lignin pada kedelai hitam lebih tinggi
dibandingkan kedelai kuning. Marwanto (2007) menyatakan bahwa kapasitas dan
penyerapan air maupun banyaknya rembesan isi sel melalui kulit benih
merupakan cerminan besar kecilnya permeabilitas kulit benih yang dikendalikan
oleh senyawa lignin yang ada di dalam kulit benih. Lignin merupakan polimer
alami yang dapat ditemukan di setiap sel kulit benih yang berfungsi sebagai
penyusun dinding sel. Menurut Priestley (1986), permeabilitas kulit benih yang
tinggi akan mengaktifkan enzim-enzim yang berperan dalam metabolisme benih,
salah satunya ialah enzim respirasi yang menggunakan substrat dari cadangan
makanan dalam benih sehingga persediaan untuk pertumbuhan embrio akan
berkurang.
12
Mesin Pengusangan Cepat (MPC) IPB 77-1 MM
Mesin pengusangan cepat tipe IPB 77-1 direkayasa oleh Sadjad pada tahun
1977 untuk menduga daya simpan benih jagung dengan menggunakan uap etanol
95%. MPC IPB 77-1 selanjutnya dimodifikasi menjadi MPC IPB 77-1 M (Sadjad
1992). Modifikasi yang dilakukan ialah dengan memberikan mekanisme tiupan
blower sehingga benih dapat bergerak dan memberikan sumber panas dalam
ruang deraan di bagian bawah tabung benih. Mesin pengusangan cepat tipe IPB
77-1 M ini dibuat tiga ulangan, dimana masing-masing mesin dihubungkan
dengan saluran angin dan uap etanol yang dikeluarkan keluar ruangan dengan
sebuah exhaust fan. Mesin peniup angin dan aerator peniup uap etanol dibuat
terpisah, sehingga modifikasi ini dapat mewujudkan peubah-peubah peniup uap
etanol saja, peniup angin saja dan peniup angin dengan peniupan uap etanol
(Suhartanto 1994).
MPC IPB 77-1 M kemudian dimodifikasi lebih lanjut menjadi MPC IPB
77-1 MM. Modifikasi dilakukan dengan menambah mekanisme fisik (uap panas)
dan sistem pergerakan benih yang non-stationer (Sadjad et al. 1999). Suhartanto
(1994) selanjutnya melakukan penelitian pada MPC IPB 77-1 MM untuk
menyempurnakan sistem pergerakan benih dalam ruang deraan yang lebih efisien
dalam rangka uji Sistem Multiplikasi Devigorasi (SMD). Pada tahun 2011, MPC
IPB 77-1 MM dimodifikasi kembali oleh Suhartanto dengan model tampilan
ukuran alat yang lebih kecil (60% dari prototype MPC yang sebelumnya).
13
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih,
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor pada bulan
Desember 2011 sampai Agustus 2012.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi 23 varietas benih kedelai
yaitu, Krakatau, Kaba, Anjasmoro, Pangrango, Seulawah, Lawit, Dempo, Wilis,
Malabar, Sinabung, Dieng, Panderman, Sindoro, Burangrang, Grobogan, Lokon,
Tidar, Tanggamus, Rajabasa, Ijen, Ratai, Kawi, Argopuro (Deskripsi varietas
tertera pada Lampiran 1-23), etanol 96%, garam KCl, air bebas ion, kertas merang,
plastik dan label.
Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain Mesin Pengusangan
Cepat (MPC) IPB 77-1 MM, timbangan analitik, thermohigrometer, oven, cawan
kadar air, toples, gelas ukur, desicator, glassjar, conductivity meter dan alat
pengecambah benih IPB 72-1.
Spesifikasi Mesin Pengusangan Cepat (MPC) IPB 77-1 MM
Mesin Pengusangan Cepat (MPC) IPB 77-1 MM yang digunakan dalam
penelitian merupakan hasil modifikasi prototype MPC IPB 77-1 MM yang telah
ada sebelumnya, yang dilakukan oleh Suhartanto pada tahun 2011. Modifikasi
dilakukan dengan menyederhanakan model ukuran alat menjadi lebih kecil (60%
dari prototype MPC IPB 77-1 MM sebelumnya), serta melengkapi alat dengan
perangkat pengusangan fisik (uap panas) dan kimia (uap etanol). MPC IPB 77-1
MM memungkinkan terjadinya devigorasi (kemunduran benih secara buatan)
secara bertahap, yang dilakukan dengan cara menempatkan benih dalam keadaan
non-stationer dan penderaannya dapat dilakukan dengan uap panas maupun uap
etanol dalam periode waktu yang bertahap. Prinsip kerja MPC IPB 77-1 MM ialah
memundurkan benih secara buatan dengan mengalirkan uap panas atau uap etanol
14
menggunakan kompresor, sehingga udara yang mengandung uap panas atau uap
etanol dialirkan ke dalam wadah yang telah diisi benih yang akan diusangkan
dengan bantuan motor penggerak untuk menempatkan benih pada kondisi non-
stationer.
Gambar 2 Tampak bagian depan MPC IPB 77-1 MM
MPC IPB 77-1 MM berbentuk tabung besar dengan sebuah motor
penggerak yang menempel pada bagian tutup ruang deraan (Gambar 2). Motor
tersebut dihubungkan dengan sebuah kerekan (pulley) yang berfungsi untuk
menggerakkan sebuah poros dalam ruang deraan, dimana pada permukaan poros
tersebut terpasang 12 tabung wadah benih (Gambar 3). Perputaran tabung wadah
benih tersebut akan menempatkan benih pada kondisi non-stationer, sehingga
akan memudahkan uap penderaan mengenai seluruh permukaan benih yang
terdapat dalam tabung saat proses pengusangan cepat benih berlangsung. Selain
itu, dalam ruang deraan juga terdapat saluran uap untuk mengeluarkan uap
penderaan ke dalam ruang deraan (Gambar 3).
Gambar 3 Tampak bagian dalam MPC IPB 77-1 MM
15
Pada bagian samping MPC IPB 77-1 MM terdapat dua buah tombol hijau
untuk mengatur waktu masuknya uap dan waktu penderaan, serta sebuah tombol
merah sebagai timer (Gambar 4). Tombol pengatur waktu masuknya uap
berfungsi untuk berapa lama uap deraan masuk kedalam ruang deraan, sedangkan
tombol pengatur waktu penderaan berfungsi untuk mengatur berapa lama motor
yang menggerakkan tabung-tabung benih berputar dalam ruang deraan. Tombol
timer akan menyala berwarna merah dan berbunyi apabila waktu yang diatur telah
habis. Tombol-tombol tersebut dapat diatur sesuai dengan waktu yang diinginkan
sebelum proses pengusangan cepat benih dimulai.
Gambar 4 Tampak bagian samping MPC IPB 77-1 MM
MPC IPB 77-1 MM dirancang untuk penggunaan metode pengusangan
cepat fisik dengan dilengkapi sebuah botol kaca yang berfungsi untuk wadah
penampung air yang akan dipanaskan yang selanjutnya akan dialirkan secara
langsung melalui selang menuju tabung pemanas air (heater) untuk menghasilkan
uap panas. Uap panas yang dihasilkan dalam heater kemudian dialirkan menuju
tabung penampung uap panas dan kemudian uap panas akan mengalir masuk
kedalam ruang deraan. Tabung penampung uap panas dilengkapi oleh sebuah kran
yang berfungsi untuk mengatur uap panas yang keluar dari tabung penampung
uap panas. Perangkat untuk pengusangan fisik pada MPC IPB 77-1 MM secara
umum dapat dilihat pada Gambar 5.
16
Gambar 5 Perangkat pengusangan fisik pada MPC IPB 77-1 MM
MPC IPB 77-1 MM juga dirancang untuk penggunaan metode
pengusangan cepat benih secara kimia yang dilengkapi dengan tiga buah tabung
yang terdiri dari sebuah tabung pemanas etanol yang diapit oleh dua buah tabung
penampung uap etanol yang digunakan untuk proses pengusangan cepat benih
secara kimia. Etanol yang dimasukkan ke dalam tabung pemanas etanol kemudian
dipanaskan hingga menghasilkan uap yang selanjutnya akan mengalir melalui
selang ke dalam tabung penampung uap dan kemudian masuk ke dalam ruang
deraan. Perangkat untuk pengusangan cepat benih secara kimia pada MPC IPB
77-1 MM secara umum dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Perangkat pengusangan kimia pada MPC IPB 77-1 MM
Metode Penelitian
Penelitian dibagi dalam tiga tahap percobaan. Tahap pertama ialah
penentuan metode pengusangan cepat benih kedelai dengan MPC IPB 77-1 MM.
Tahap kedua ialah penapisan beberapa varietas benih kedelai berdasarkan vigor
daya simpannya melalui metode pengusangan cepat benih dengan MPC IPB 77-1
17
MM. Tahap ketiga adalah pengaruh periode simpan benih terhadap viabilitas dan
vigor benih kedelai, dan selanjutnya dilakukan analisis perbandingan hasil
penapisan beberapa varietas benih kedelai berdasarkan vigor daya simpan secara
buatan (VDS-buatan) dengan vigor daya simpan benih secara alami (VDS-alami).
Skema tahapan penelitian tertera pada Gambar 7.
Gambar 7. Skema Tahapan Penelitian
Variabel Pengamatan 1. Kadar Air 5. Kecepatan Tumbuh 2. Daya Berkecambah 6. Bobot Kering Kecambah Normal 3. Indeks Vigor 7. Daya Hantar Listrik 4. P50
Analisis VDS-buatanvs VDS-alami
Penapisan vigor dayasimpanvarietasbenihkedelaisecaraalami
Benihkedelai
Pengusangancepatbenihsecarakimia (uapetanol)
Pengusangancepatbenihsecarafisik (uappanas)
Penapisan vigor dayasimpanvarietasbenihkedelaisecarabuatan
Metodepengusangancepatterpilih
18
Pelaksanaan Penelitian
Percobaan 1 : Penentuan Metode Pengusangan Cepat Benih Kedelai dengan MPC IPB 77-1 MM
Pengusangan Cepat Benih Kedelai secara Fisik dengan MPC IPB 77-1 MM
Penelitian disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan satu faktor perlakuan, yaitu waktu pengusangan cepat benih dan empat
kali ulangan. Benih diusangkan cepat secara fisik menggunakan MPC IPB 77-1
MM selama 0 (kontrol), 1x10, 2x10, 3x10, 4x10, 5x10, 6x10 dan 7x10 menit.
Benih kedelai yang digunakan ialah benih kedelai varietas Anjasmoro dengan
jumlah benih setiap perlakuan pada setiap ulangan sebanyak 100 butir untuk
masing-masing variabel pengamatan. Benih terlebih dahulu diukur kadar airnya
sebelum diusangkan. Benih selanjutnya dikecambahkan dengan metode Uji
Kertas Digulung dalam Plastik (UKDdP) pada alat pengecambah tipe IPB 72-1.
Pengusangan Cepat Benih Kedelai secara Kimia dengan MPC IPB 77-1 MM
Penelitian disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan satu faktor perlakuan, yaitu lama waktu pengusangan cepat benih dan
empat kali ulangan.Benih diusangkan cepat secara kimia selama 0 (kontrol), 1x10,
2x10, 3x10, 4x10, 5x10, 6x10 dan 7x10 menit.Benih kedelai yang digunakan ialah
benih kedelai varietas Anjasmoro dengan jumlah benih setiap perlakuan pada
setiap ulangan sebanyak 100 butir untuk masing-masing variabel pengamatan.
Sebelum benih diusangkan, benih terlebih dahulu diukur kadar airnya. Setelah
diusangkan, benih dikecambahkan dengan metode Uji Kertas Digulung dalam
Plastik (UKDdP) pada alat pengecambah tipe IPB 72-1.
Model linier rancangan yang digunakan dalam penelitian ialah sebagai
berikut,
Y ij = μ + τ i + ε ij (i = 1, 2, 3, 4,…, 8; j = 1, 2, 3, 4)
Keterangan :
Yij : Nilai pengamatan pada perlakuan pengusangan cepat benih ke-i dan
ulangan ke-j
μ : Nilai tengah umum
19
τi : Pengaruh perlakuan pengusangan cepat benih ke-i
εij : Galat percobaan
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji F
pada taraf 5%. Apabila didapatkan hasil yang berpengaruh nyata, maka dilakukan
analisis lanjut dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.
Penentuan Metode Terpilih
Penentuan metode terpilih dilakukan melalui pendekatan dengan analisis
regresi linier sederhana dan analisis korelasi. Pendekatan dengan analisis regresi
linier sederhana bertujuan mengetahui dan menduga hubungan antara lama waktu
pengusangan cepat benih dengan berbagai peubah viabilitas dan vigor benih.
Persamaan regresi linier yang diperoleh dari analisis tersebut yaitu:
y = a + bx
Dimana,
y : Peubah viabilitas dan vigor benih (peubah tak bebas)
a : Titik potong garis dengan sumbu y
b : Kemiringan garis
x : Waktu pengusangan cepat benih (peubah bebas)
Pendekatan dengan analisis regresi linier selain itu juga bertujuan untuk
melihat pula nilai koefisien determinasi (R-Sq atau R2). Metode pengusangan
cepat benih yang dipilih ialah metode pengusangan cepat benih dengan nilai R2
tertinggi pada persamaan regresi linier, dimana menurut Mattjik dan Sumertajaya
(2006) semakin besar nilai R2 maka model persamaan semakin mampu
menerangkan variabel y.
Pendekatan dengan analisis korelasi dilakukan antara berbagai peubah
viabilitas dan vigor benih dengan waktu pengusangan cepat benih, dimana sumbu
x ialah waktu pengusangan cepat benih dan sumbu y ialah peubah viabilitas dan
vigor benih. Nilai koefisien korelasi (r) digunakan untuk melihat keeratan
hubungan kedua peubah (Walpole 1997). Nilai koefisien korelasi yang mendekati
1 (r ≈ 1) menggambarkan adanya keeratan hubungan antara berbagai peubah
viabilitas dan vigor benih dengan waktu pengusangan cepat benih.
20
Prosedur Pelaksanaan
Perlakuan Benih Lot benih kedelai varietas Anjasmoro terlebih dahulu diukur kadar airnya,
kemudian direaktivasi sebelum diusangkan dengan cara dilembabkan selama 11
jam. Setelah benih direaktifasi selama 11 jam, benih diuji dengan dua metode
pengusangan cepat benih yaitu,
1. Pengusangan cepat benih kedelai secara fisik dengan MPC IPB 77-1 MM
Pengusangan cepat benih kedelai secara fisik menggunakan MPC
IPB 77-1 ini dilakukan dengan menggunakan uap panas. Uap panas
tersebut dihasilkan melalui proses pemanasan 900 ml air yang kemudian
uap panas yang dihasilkan akan ditampung dan dialirkan ke dalam ruang
deraan benih. Suhu dan kelembaban udara dalam ruang deraan akan
mencapai konstan pada 51-52 oC dan 87-89% selama 90-120 menit.
Selama proses pemanasan sampai uap panas masuk ke dalam ruang deraan,
kran keluaran uap panas perlu dibuka untuk mengatur suhu dalam ruang
deraan dengan cara membuang sebagian uap panas keluar. Setelah suhu
dan kelembaban di dalam ruang deraan konstan, benih kedelai didera
dengan uap panas selama 0, 1x10, 2x10, 3x10, 4x10, 5x10, 6x10 dan 7x10
menit.
2. Pengusangan cepat benih kedelai secara kimia dengan MPC IPB 77-1 MM
Pengusangan cepat benih kedelai secara kimia menggunakan MPC
IPB 77-1 ini dilakukan dengan menggunakan uap etanol 96%. Uap etanol
dalam ruang deraan berasal dari proses pemanasan ±50 ml etanol 96%
yang kemudian dialirkan ke dalam ruang deraan benih. Pengusangan cepat
benih secara kimia menggunakan MPC IPB 77-1 MM ini tidak
memerlukan waktu lama dalam proses pemanasan terlebih dahulu seperti
pada proses pengusangan cepat benih secara fisik, sehingga benih kedelai
dapat langsung didera dengan uap etanol selama 0, 1x10, 2x10, 3x10,
4x10, 5x10, 6x10 dan 7x10 menit. Suhu dan kelembaban udara dalam
ruang deraan selama proses pengusangan berlangsung yaitu 30-32 oC dan
80-82%.
21
Jumlah benih setiap perlakuan pada setiap ulangan yaitu 100 benih untuk
masing-masing analisis viabilitas dan vigor benih yang meliputi daya
berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, bobot kering kecambah normal
dan daya hantar listrik.
Percobaan 2 : Penapisan Varietas Benih Kedelai Berdasarkan Vigor Daya Simpannya melalui Metode Pengusangan Cepat Benih menggunakan MPC IPB 77-1 MM
Pada percobaan ini, 23 varietas benih kedelai diusangkan dengan
menggunakan metode pengusangan cepat benih terpilih hasil percobaan pertama.
Varietas benih kedelai yang digunakan dalam percobaan ialah Krakatau, Kaba,
Anjasmoro, Pangrango, Seulawah, Lawit, Dempo, Wilis, Malabar, Sinabung,
Dieng, Panderman, Sindoro, Burangrang, Grobogan, Lokon, Tidar, Tanggamus,
Rajabasa, Ijen, Ratai, Kawi dan Argopuro dengan jumlah benih setiap perlakuan
pada setiap ulangan sebanyak 50 butir untuk masing-masing variabel pengamatan.
Data pada percobaan ini dianalisis menggunakan pendekatan analisis
regresi linier sederhana. Pendekatan analisis regresi linier bertujuan untuk
mengetahui dan membandingkan hubungan antara berbagai peubah viabilitas dan
vigor benih dengan peubah waktu pengusangan cepat benih. Persamaan regresi
linier yang diperoleh yaitu,
y = a + bx
Dimana,
y : Peubah viabilitas dan vigor benih (peubah tak bebas)
a : Titik potong garis dengan sumbu y
b : Kemiringan garis
x : Waktu pengusangan cepat benih (peubah bebas)
Pendekatan dengan analisis korelasi juga dilakukan antara berbagai
peubah viabilitas dan vigor benih dengan waktu pengusangan cepat benih, dimana
sumbu x ialah waktu pengusangan cepat benih dan sumbu y ialah peubah
viabilitas dan vigor benih. Nilai koefisien korelasi (r) digunakan untuk melihat
keeratan hubungan kedua peubah (Walpole 1997). Nilai koefisien korelasi yang
22
mendekati 1 (r ≈ 1) menggambarkan adanya keeratan hubungan antara berbagai
peubah viabilitas dan vigor benih dengan waktu pengusangan cepat benih.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier yang menggambarkan hubungan
antara waktu pengusangan (sumbu x) dan variabel viabilitas dan vigor benih
(sumbu y), akan diperoleh sudut kemiringan garis regresi (α). Data selanjutnya
dianalisis berdasarkan nilai vigor daya simpan (VDS) yang merupakan fungsi nilai
dari vigor awal (VA) benih dibagi dengan sudut kemiringan garis regresi (α).
Vigor daya simpan VDS Vigor awal VA
Sudut kemiringan garis regresi linier
Nilai vigor daya simpan (VDS) 23 varietas kedelai tersebut selanjutnya
akan dikelompokkan menjadi dua kelompok benih yang memiliki nilai vigor daya
simpan (VDS) tinggi (diatas rata-rata) dan kelompok benih dengan nilai vigor daya
simpan (VDS) rendah (dibawah rata-rata) pada masing-masing variabel
pengamatan.
Prosedur Pelaksanaan
Lot benih 23 varietas kedelai (Krakatau, Kaba, Anjasmoro, Pangrango,
Seulawah, Lawit, Dempo, Wilis, Malabar, Sinabung, Dieng, Panderman, Sindoro,
Burangrang, Grobogan, Lokon, Tidar, Tanggamus, Rajabasa, Ijen, Ratai, Kawi,
Argopuro) terlebih dahulu diukur kadar airnya, kemudian direaktifasi sebelum
diusangkan dengan cara dilembabkan selama 11 jam. Setelah benih direaktifasi
selama 11 jam, benih diusangkan dalam MPC IPB 77-1 MM menggunakan
metode pengusangan cepat benih terpilih hasil percobaan pertama, kemudian
benih dikecambahkan dengan metode Uji Kertas Digulung dalam Plastik
(UKDdP) pada alat pengecambah benih tipe IPB 72-1.
Jumlah benih setiap perlakuan pada setiap ulangan yaitu 50 butir untuk
masing-masing variabel pengamatan yang meliputi kadar air awal benih, daya
berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, bobot kering kecambah normal
dan daya hantar listrik.
23
Percobaan 3 : Pengaruh Periode Simpan Benih terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Kedelai
Pada percobaan ini, benih 23 varietas kedelai (Krakatau, Kaba, Anjasmoro,
Pangrango, Seulawah, Lawit, Dempo, Wilis, Malabar, Sinabung, Dieng,
Panderman, Sindoro, Burangrang, Grobogan, Lokon, Tidar, Tanggamus, Rajabasa,
Ijen, Ratai, Kawi dan Argopuro) disimpan selama 0, 2 4, 6, 8 dan 10 minggu pada
ruang simpan tertutup dengan pengaturan suhu dan kelembaban udara
menggunakan larutan garam jenuh. Larutan garam jenuh yang digunakan ialah
KCl pada kesetimbangan kelembaban udara 83-85% dengan suhu ruang simpan
28-32 oC.
Data pada percobaan ini dianalisis menggunakan pendekatan analisis
regresi linier sederhana. Pendekatan analisis regresi linier bertujuan untuk
mengetahui dan membandingkan hubungan antara berbagai peubah viabilitas dan
vigor benih dengan peubah waktu penyimpanan benih. Persamaan regresi linier
yang diperoleh yaitu,
y = a + bx
Dimana,
y : Peubah viabilitas dan vigor benih (peubah tak bebas)
a : Titik potong garis dengan sumbu y
b : Kemiringan garis
x : Waktu penyimpanan benih (peubah bebas)
Pendekatan dengan analisis korelasi juga dilakukan antara berbagai
peubah viabilitas dan vigor benih dengan waktu penyimpanan benih, dimana
sumbu x ialah waktu penyimpanan benih dan sumbu y ialah peubah viabilitas dan
vigor benih. Nilai koefisien korelasi (r) digunakan untuk melihat keeratan
hubungan kedua peubah (Walpole 1997). Nilai koefisien korelasi yang mendekati
1 (r ≈ 1) menggambarkan adanya keeratan hubungan antara berbagai peubah
viabilitas dan vigor benih dengan waktu penyimpanan benih.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier yang menggambarkan hubungan
antara waktu penyimpanan (sumbu x) dengan variabel viabilitas dan vigor benih
(sumbu y), akan diperoleh sudut kemiringan garis regresi (α). Selanjutnya
24
dilakukan analisis nilai vigor daya simpan (VDS) yang merupakan fungsi nilai dari
vigor awal (VA) benih dibagi dengan sudut kemiringan garis regresi (α).
Vigor daya simpan VDS Vigor awal VA
Sudut kemiringan garis regresi linier
Nilai vigor daya simpan (VDS) 23 varietas kedelai tersebut selanjutnya akan
dikelompokkan menjadi dua kelompok benih yang memiliki nilai vigor daya
simpan (VDS) tinggi (diatas rata-rata) dan kelompok benih dengan nilai vigor daya
simpan (VDS) rendah (dibawah rata-rata) pada masing-masing variabel
pengamatan.
Prosedur Pelaksanaan
Lot benih 23 varietas kedelai (Krakatau, Kaba, Anjasmoro, Pangrango,
Seulawah, Lawit, Dempo, Wilis, Malabar, Sinabung, Dieng, Panderman, Sindoro,
Burangrang, Grobogan, Lokon, Tidar, Tanggamus, Rajabasa, Ijen, Ratai, Kawi,
Argopuro) terlebih dahulu diukur kadar airnya, kemudian disortir untuk
selanjutnya dimasukkan ke dalam kemasan kantung plastik PP. Benih 23 varietas
kedelai dalam kemasan tersebut kemudian disimpan selama 0 (kontrol), 2, 4, 6, 8
dan 10 minggu pada ruang simpan tertutup dengan pengaturan suhu dan
kelembaban udara menggunakan larutan garam jenuh KCl pada kesetimbangan
kelembaban udara 83-85% dengan suhu ruang simpan 28-32 oC (Hall 1957).
Setelah benih disimpan, benih kemudian dikecambahkan dengan metode
Uji Kertas Digulung dalam Plastik (UKDdP) pada alat pengecambah benih tipe
IPB 72-1. Jumlah benih setiap perlakuan pada setiap ulangan yaitu 50 butir untuk
masing-masing variabel pengamatan viabilitas dan vigor benih yang meliputi
kadar air awal benih, daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, bobot
kering kecambah normal dan daya hantar listrik.
Analisis Perbandingan Hasil Penapisan Beberapa Varietas Benih Kedelai berdasarkan Vigor Daya Simpan secara Buatan (VDS-buatan) dengan Vigor
Daya Simpan Benih secara Alami (VDS-alami)
Berdasarkan data hasil penapisan 23 varietas benih kedelai berdasarkan
vigor daya simpannya melalui metode pengusangan cepat benih menggunakan
MPC IPB 77-1 MM (VDS-buatan) dengan hasil penapisan 23 varietas benih kedelai
25
x 100%
berdasarkan vigor daya simpan alami benih (VDS-alami), selanjutnya dilakukan
analisis tingkat kesesuaian. Analisis tingkat kesesuaian penapisan berdasarkan
VDS-buatan dengan VDS-alami dilakukan dengan cara menghitung persentase
kesesuaian hasil penapisan 23 varietas benih kedelai pada masing-masing variabel
pengamatan sesuai dengan rumus sebagai berikut,
∑ varietas dalam kelompok VDS-alami dan buatan yang sama %KS variabel x = x100%
∑ varietas yang dibandingkan
Keterangan,
%KS variabel x: Persentase kesesuaian penapisan varietas berdasarkan nilai vigor
daya simpan pada variabel x
Pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk menganalisis viabilitas dan vigor benih.
Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian meliputi beberapa variabel
pengamatan sebagai berikut :
1. Kadar Air (%)
Pengukuran kadar air benih dilakukan dengan menggunakan
metode oven suhu rendah konstan (103±2 oC) selama (17±1) jam. Kadar
air benih dihitung dengan rumus:
(M2 – M1)
(M2 – M3)
Keterangan :
M1 : Berat cawan + tutup
M2 : Berat benih + M1 sebelum dioven
M3 : Berat benih + M1 setelah dioven
2. Daya Berkecambah (%)
Uji daya berkecambah dilakukan dengan metode UKDdp (Uji
Kertas Didirikan dalam Plastik). Daya berkecambah (DB) benih dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Kadar Air =
26
Daya Berkecambah %KN I KN II
Jumlah benih yang dikecambahkan x 100%
Keterangan :
KN I : Jumlah kecambah normal pada hari hitung pertama (hari ke-3)
KN II : Jumlah kecambah normal pada hari hitung kedua (hari ke-5)
3. Indeks Vigor (%)
Persentase kecambah normal pada hitungan pertama pengujian
daya berkecambah menunjukkan persentase benih yang mampu
berkecambah dalam kondisi optimum dan sub optimum, serta
menunjukkan nilai indeks vigor benih tersebut. Nilai indeks vigor benih
kedelai diperoleh pada hari ketiga pengamatan daya berkecambah.
Indeks Vigor %KN I
Jumlah benih yang dikecambahkan x 100%
Keterangan :
KN I : Jumlah kecambah normal pada hitungan pertama (hari ke-3)
4. Kecepatan tumbuh (% kecambah normal/etmal)
Pengujian kecepatan tumbuh dilakukan dengan mengambil dan
menghitung jumlah kecambah normal setiap etmal (24 jam) dimulai sejak
hari pertama pengecambahan hingga hari ke-5. Nilai kecepatan tumbuh
menunjukkan persentase rerata kecambah yang tumbuh setiap hari. Nilai
kecepatan tumbuh benih dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
KCT= dt
0
Keterangan :
KCT : Kecepatan tumbuh (% kecambah normal/etmal)
t : Kurun waktu perkecambahan
d : Persentase kumulatif kecambah normal per etmal
5. Bobot Kering Kecambah Normal (g)
Seluruh bagian kecambah normal dibungkus dengan menggunakan
kertas, kemudian dioven pada suhu 60 oC selama 3x24 jam. Kecambah
27
yang telah dioven kemudian dimasukkan ke dalam desikator selama ±30
menit dan kemudian ditimbang.
6. P50 (menit)
P50 merupakan pengukuran waktu pada saat perkecambahan
menurun hingga 50% dari total perkecambahan benih. Satuan yang
digunakan adalah menit.
7. Daya Hantar Listrik (µS cm-1 g-1)
Pengujian daya hantar listrik (conductivity test) merupakan metode
pengujian untuk mengetahui tingkat kebocoran zat metabolik dalam benih
yang berasal dari adanya kerusakan membran kulit benih akibat deraan.
Lot benih kedelai diambil sebanyak 50 butir secara acak, kemudian
dimasukkan ke dalam glassjar, kemudian di tambahkan 250 ml air bebas
ion. Glassjar ditutup dengan alumunium foil kemudian diletakkan pada
kondisi suhu 20±2 oC selama 24 jam. Kemudian benih disaring dan air
hasil perendaman benih diukur daya hantar listriknya menggunakan
conductivity meter. Perhitungan konduktivitas benih menggunakan rumus
sebagai berikut:
konduktivitas sampel blanko μs. cm 1
berat benih g
28
28
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan Metode Pengusangan Cepat Benih Kedelai dengan MPC IPB 77-1 MM
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan metode
pengusangan cepat benih kedelai menggunakan MPC IPB 77-1 MM yang sesuai
untuk menduga vigor daya simpan benih kedelai. Metode pengusangan cepat
benih yang dilakukan ialah metode pengusangan cepat benih secara fisik
menggunakan uap panas serta metode pengusangan cepat benih secara kimia
menggunakan uap etanol, selanjutnya dari kedua metode pengusangan cepat
tersebut dipilih satu metode yang dianggap sesuai untuk diaplikasikan dalam
pendugaan vigor daya simpan benih kedelai menggunakan MPC IPB 77-1 MM.
Pengusangan Cepat Benih Kedelai secara Fisik dengan MPC IPB 77-1 MM
Secara umum hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa
pengusangan cepat benih kedelai secara fisik dengan menggunakan MPC IPB 77-
1 MM memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel daya berkecambah
(DB), indeks vigor (IV), kecepatan tumbuh (KCT), bobot kering kecambah normal
(BKKN), dan daya hantar listrik (DHL) (Tabel 1).
Tabel 1 Pengaruh waktu pengusangan cepat benih kedelai secara fisik terhadap variabel daya berkecambah (DB), indeks vigor (IV), kecepatan tumbuh (KCT), bobot kering kecambah normal (BKKN), dan daya hantar listrik (DHL)
Pengusangan Cepat Fisik
(menit)
DB (%)
IV (%)
KCT (%KN / etmal)
BKKN (g)
DHL (µS cm-1 g-1)
0x10 (kontrol) 100 a 088 a 46.16 a0 0.06 a0 09.88 h 1x10 092 ab 078 b 41.78 ab 0.06 a0 10.97 g 2x10 089 ab 070 b 39.29 bc 0.05 ab 11.86 f 3x10 083 bc 059 c 35.59 cd 0.05 c0 13.64 e 4x10 077 bc 040 d 30.16 de 0.05 bc 15.92 d 5x10 070 cd 028 e 25.91 ef 0.04 d0 16.13 c 6x10 056 de 024 ef 21.14 fg 0.04 d0 18.53 b 7x10 043 e 019 f 16.31 g0 0.04 d0 20.77 a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
29
Metode pengusangan cepat benih secara fisik dapat menyebabkan
terjadinya penurunan pada variabel daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan
tumbuh dan bobot kering kecambah normal seiring dengan semakin
bertambahnya lama waktu pengusangan cepat benih secara fisik, sebaliknya
terjadi kenaikan pada variabel daya hantar listrik seiring dengan semakin
bertambahnya waktu pengusangan cepat benih secara fisik.
Pengusangan cepat benih secara fisik dilakukan dengan cara
mengkondisikan benih pada suhu dan kelembaban tinggi, dimana suhu dan
kelembaban yang tinggi akan saling berinteraksi dalam menyebabkan penurunan
atau kemunduran benih yang ditandai dengan penurunan viabilitas dan vigor
benih. Benih ketika diusangkan dengan pengusangan cepat benih secara fisik
menggunakan uap panas akan menyerap air dari lingkungannya sehingga kadar air
dalam benih akan mengalami peningkatan. Harrington (1972) menyatakan bahwa
setiap kenaikan 1% kadar air dalam benih dan kenaikan 5 oC suhu akan
mengurangi setengah daya hidup benih. Kandungan air yang tinggi dalam benih
akan meningkatkan aktivitas enzim sehingga mempercepat terjadinya proses
respirasi, selain itu juga terjadi perombakan cadangan makanan yang berlangsung
cepat dalam benih sehingga akan menyebabkan benih kehabisan energi pada
jaringan penting (meristem) sehingga benih cepat mengalami kemunduran.
Metode pengusangan cepat benih secara fisik dengan menggunakan MPC
IPB 77-1 MM sebaliknya mengakibatkan terjadinya peningkatan pada variabel
daya hantar listrik, hal ini dikarenakan kondisi suhu dan kelembaban yang tinggi
selama proses pengusangan cepat benih secara fisik telah menyebabkan terjadinya
kebocoran membran sel pada benih kedelai. Kebocoran membran sel dapat
menyebabkan penurunan viabilitas dan vigor benih. Viera et al. (2001)
mengungkapkan bahwa pada benih kedelai akan mengalami peningkatan daya
hantar listrik jika benih diletakkan pada kondisi suhu tinggi. Saenong (1986) juga
mengungkapkan bahwa semakin menuanya benih akan mengakibatkan semakin
tinggi pula tingkat kebocoran metabolit dalam benih, hal tersebut sejalan dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Purwanti (2004) yang mana proses penuaan
pada benih kedelai kuning yang disimpan pada kondisi suhu tinggi dapat
mengakibatkan kebocoran membran sel menjadi semakin tinggi, serta
30
permeabilitas sel akan semakin menurun. Kerusakan membran sel juga akan
mempengaruhi kondisi embrio dan kotiledon yang sebagian besar terdiri atas
karbohidrat, protein serta lemak yang berguna untuk perkecambahan benih.
Berdasarkan hasil penelitian pengusangan cepat benih secara fisik yang
ditampilkan pada Tabel 1, dapat diketahui bahwa variabel daya berkecambah dan
bobot kering kecambah normal tidak dapat membedakan hasil perlakuan
pengusangan cepat fisik antara 0 (kontrol), 1x10 dan 2x10 menit, sedangkan
variabel indeks vigor dapat membedakan hasil perlakuan kontrol dengan
perlakuan pengusangan selama 1x10 menit, tetapi variabel indeks vigor tidak
dapat membedakan perlakuan pengusangan selama 1x10 menit dengan
pengusangan selama 2x10 menit. Variabel kecepatan tumbuh dapat membedakan
hasil perlakuan kontrol dengan perlakuan pengusangan selama 2x10 menit, tetapi
variabel tersebut tidak dapat membedakan antara hasil perlakuan pengusangan
selama 1x10 menit dengan 2x10 menit. Variabel daya hantar listrik sebaliknya
dapat membedakan setiap hasil perlakuan pengusangan cepat fisik secara
signifikan.
MPC IPB 77-1 MM masih memiliki kelemahan bila ditinjau dari segi
pengoperasian untuk pengusangan cepat benih secara fisik. Pengusangan cepat
benih secara fisik membutuhkan waktu 90-120 menit untuk mencapai suhu
konstan 51-52 oC, selain itu perlu adanya pengawasan terhadap kran uap panas
saat proses pemanasan air sehingga kran harus selalu dibuka tutup untuk menjaga
tekanan dalam heater agar tidak terlalu tinggi. Metode pengusangan cepat benih
secara fisik menggunakan MPC IPB 77-1 MM membutuhkan waktu relatif lama
untuk mencapai suhu 51-52 oC, namun pengusangan cepat benih secara fisik
dengan MPC IPB 77-1 MM dapat memberikan indikasi yang baik. Hal tersebut
menunjukkan bahwa MPC IPB 77-1 MM mampu membuat kemunduran benih
secara gradual dengan baik.
Pengusangan Cepat Benih Kedelai secara Kimia dengan MPC IPB 77-1 MM
Prosedur metode pengusangan cepat benih secara kimia cenderung lebih
mudah dijalankan dibandingkan metode pengusangan cepat benih secara fisik, hal
31
ini dikarenakan lot benih kedelai dapat langsung diusangkan tanpa menunggu
terlebih dahulu suhu dan kelembaban ruang deraan konstan.
Secara umum, hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa
pengusangan cepat benih kedelai secara kimia dengan MPC IPB 77-1 MM
memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel daya berkecambah (DB),
indeks vigor (IV), kecepatan tumbuh (KCT), bobot kering kecambah normal
(BKKN), dan daya hantar listrik (DHL). Pengusangan cepat benih secara kimia
dengan MPC IPB 77-1 MM menyebabkan terjadinya penurunan pada variabel
daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, bobot kering kecambah
normal serta peningkatan pada variabel daya hantar listrik seiring dengan semakin
bertambahnya waktu pengusangan cepat benih (Tabel 2).
Tabel 2 Pengaruh waktu pengusangan cepat benih kedelai secara kimia terhadap daya berkecambah (DB), indeks vigor (IV), kecepatan tumbuh (KCT), bobot kering kecambah normal (BKKN) dan daya hantar listrik (DHL)
Pengusangan Cepat Kimia
(menit)
DB (%)
IV (%)
KCT (%KN / etmal)
BKKN (g)
DHL (µS cm-1 g-1)
0x10 (kontrol) 100 a 88 a 46.16 a 0.05 a0 09.88 h 1x10 0 90 ab 64 b 38.58 b 0.05 b0 11.79 g 2x10 085 b 35 c 31.37 c 0.05 b0 17.32 f 3x10 069 c 0 d 20.66 d 0.04 c0 19.04 e 4x10 054 d 0 d 16.47 e 0.04 cd 24.62 d 5x10 041 e 0 d 11.97 f 0.04 d0 28.03 c 6x10 030 e 0 d 8.95 f 0.03 e0 29.40 b 7x10 012 f 0 d 3.68 g 0.03 e0 29.82 a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengusangan cepat benih
secara kimia dengan menggunakan uap etanol mampu menurunkan mutu benih.
Hasil penelitian Pian (1981) dan Saenong (1986) pada benih kedelai menunjukkan
bahwa benih yang sudah mendapat perlakuan deraan dengan uap etanol dengan
intensitas makin tinggi juga mengandung etanol dengan kadar makin tinggi dalam
benih, yang mengakibatkan terjadinya perubahan sifat molekul makro yang
berpengaruh terhadap penurunan aktivitas enzim, kerusakan membran sel,
mitokondria dan organel lainnya yang berperan dalam perkecambahan benih.
Kerusakan membran sel dan penurunan aktivitas enzim mengakibatkan aktivitas
32
sel dalam benih akan berkurang atau terhenti sehingga mengakibatkan penurunan
viabilitas benih secara gradual (Artuti 1988; Setyawati 1989; Pramono 1991).
Berdasarkan hasil penelitian pengusangan cepat benih secara kimia yang
ditampilkan pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa variabel daya berkecambah
tidak dapat membedakan hasil perlakuan kontrol dengan perlakuan pengusangan
selama 1x10 menit. Variabel indeks vigor dapat membedakan hasil perlakuan
kontrol dengan perlakuan pengusangan selama 1x10, 2x10 dan 3x10 menit, akan
tetapi indeks vigor tidak dapat membedakan hasil perlakuan pengusangan selama
3x10 hingga 7x10 menit karena belum terdapat perkecambahan benih. Variabel
kecepatan tumbuh dapat membedakan hasil setiap perlakuan pengusangan kecuali
antara titik pengusangan selama 5x10 dengan 6x10 menit. Variabel bobot kering
kecambah normal dapat membedakan hasil perlakuan kontrol dengan perlakuan
pengusangan selama 1x10 menit, tetapi variabel tersebut tidak dapat membedakan
hasil pengusangan selama 1x10 dengan pengusangan selama 2x10 menit. Variabel
daya hantar listrik sebaliknya dapat membedakan setiap hasil perlakuan
pengusangan cepat kimia secara signifikan.
Metode pengusangan cepat benih secara kimia dengan menggunakan uap
etanol sangat bermanfaat untuk mendekati kemunduran benih yang sebenarnya.
Pelaksanaan metode pengusangan cepat benih secara kimia dengan menggunakan
MPC IPB 77-1 MM lebih praktis jika dilihat dari cara pengoperasian dan waktu
pengusangan benih yang cukup singkat.
Penentuan Metode Terpilih
Metode pengusangan cepat benih ditentukan berdasarkan persamaan hasil
analisis regresi linier yang dibentuk berdasarkan data variabel viabilitas dan vigor
benih. Pengusangan cepat benih kedelai baik secara fisik maupun kimia dengan
menggunakan MPC IPB 77-1 MM memberikan pengaruh terhadap kemunduran
viabilitas dan vigor benih kedelai. Pengaruh tersebut terlihat berdasarkan pada
persamaan garis regresi linier yang berkorelasi negatif kecuali pada variabel daya
hantar listrik (Tabel 3). Korelasi negatif tersebut menunjukkan hubungan yang
berbanding terbalik antara kedua peubah (waktu pengusangan cepat benih sebagai
peubah x serta viabilitas dan vigor benih sebagai peubah y) yang menunjukkan
33
bahwa semakin lama waktu pengusangan cepat benih, maka viabilitas dan vigor
benih akan semakin menurun. Korelasi positif menunjukkan hubungan yang
berbanding lurus antara peubah waktu pengusangan cepat benih dan daya hantar
listrik, yang menunjukkan bahwa semakin lama waktu pengusangan cepat benih
maka benih akan mengalami peningkatan pada variabel daya hantar listrik.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier dan korelasi yang menggambarkan
hubungan antara waktu pengusangan cepat benih kedelai (x) dengan variabel
viabilitas dan vigor benih kedelai (y) pada Tabel 3, nilai koefisien korelasi (r)
yang dicapai oleh seluruh variabel daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan
tumbuh, bobot kering kecambah normal serta daya hantar listrik hampir
mendekati satu (r ≈ 1). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat keeratan
hubungan secara nyata antara waktu pengusangan cepat benih baik secara fisik
maupun kimia dengan variabel viabilitas dan vigor benih, dimana semakin lama
waktu pengusangan cepat benih baik secara fisik maupun kimia maka viabilitas
dan vigor benih akan semakin menurun.
Tabel 3 Rekapitulasi persamaan regresi linier, koefisien korelasi (r) dan koefisien determinasi (R2) antara variabel pengujian viabilitas dan vigor benih kedelai dengan waktu pengusangan cepat benih secara fisik dan kimia
Pengusangan Fisik Pengusangan Kimia Persamaan Regresi R2 r Persamaan Regresi R2 r
Daya Berkecambah (%) y = 103 - 0.764 x 0.89 -0.94** y = 104.4 - 1.265 x 0.97 -0.98**
Indeks Vigor (%) y = 88.17 - 1.069 x 0.97 -0.98** y = 72.46 - 1.525 x 0.81 -0.90**
Kecepatan Tumbuh (% kecambah normal /etmal) y = 46.95 - 0.426 x 0.98 -0.98** y = 43.66 - 0.609 x 0.98 -0.98**
Bobot Kering Kecambah Normal (g) y = 0.056 - 0.00029 x 0.94 -0.97** y = 0.055 - 0.00036 x 0.95 -0.98**
Daya Hantar Listrik (µs cm-1 g-1) y = 9.339 – 1.537 x 0.96 0.98** y = 10.19 – 3.159 x 0.97 0.98**
Keterangan : y: Peubah viabilitas dan vigor benih; x: Peubah waktu pengusangan (menit). Angka yang diikuti oleh tanda (*) adalah nyata pada taraf 5%, (**) adalah sangat nyata pada taraf 1%, dan (tn) adalah tidak nyata pada taraf 5%.
Analisis regresi linier terhadap metode pengusangan cepat benih baik
secara fisik maupun kimia pada variabel viabilitas dan vigor benih dilakukan
untuk melihat pula nilai koefisien determinasi (R-Sq atau R2). Metode
34
pengusangan cepat benih yang baik ialah metode pengusangan cepat benih dengan
nilai R2 tertinggi pada persamaan regresi. Metode pengusangan cepat benih baik
secara fisik dan kimia memiliki nilai koefisien determinasi yang tinggi. Nilai R2
yang besar menunjukkan semakin besar keragaman pada variabel viabilitas dan
vigor benih yang digambarkan oleh variabel waktu pengusangan cepat benih.
Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat diketahui bahwa setiap
penambahan waktu pengusangan dapat menyebabkan semakin menurunnya
variabel viabilitas dan vigor benih. Nilai koefisien kemiringan garis regresi linier
(b) pada seluruh variabel pengamatan pengusangan cepat benih secara kimia yaitu
daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, bobot kering kecambah
normal dan daya hantar listrik, lebih tinggi dibandingkan dengan pengusangan
cepat benih secara fisik. Hal tersebut menunjukkan bahwa laju penurunan variabel
viabilitas dan vigor benih akibat pengusangan cepat benih secara kimia lebih
cepat dibandingkan dengan pengusangan cepat benih secara fisik.
Metode pengusangan cepat benih juga dipilih berdasarkan kurva regresi
linier yang dibentuk oleh data rata-rata variabel daya berkecambah. Metode
pengusangan cepat benih yang dipilih juga didasarkan pada tingkat kemudahan
pelaksanaan metode pengusangan cepat benih dan kecepatan waktu pelaksanaan
metode pengusangan cepat benih. Waktu pengusangan cepat benih yang akan
digunakan pada penelitian selanjutnya ialah waktu pengusangan cepat benih yang
dibutuhkan hingga perkecambahan benih kedelai menurun sebesar 50% dari
keseluruhan jumlah total benih yang dikecambahkan.
706050403020100
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Wak tu Pe ng us ang an (me nit)
Day
a B
erke
cam
bah
(%)
Gambar 8 Kurva hubungan waktu pengusangan cepat benih kedelai secara fisik
dengan daya berkecambah benih kedelai
35
Persamaan regresi linier yang dihasilkan pada metode pengusangan cepat
benih secara fisik ialah y = 103 - 0.764 x, dimana y merupakan variabel daya
berkecambah dan x ialah waktu pengusangan cepat benih secara fisik. Nilai R2
pada pengusangan cepat benih secara fisik ialah 89%. Daya berkecambah pada
metode pengusangan cepat benih secara fisik mengalami penurunan hingga
mencapai 50% dari keseluruhan total benih yang dikecambahkan pada
pengusangan cepat fisik selama 6x10 hingga 7x10 menit (Gambar 8).
706050403020100
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Waktu Pengusangan (menit)
Day
a B
erke
cam
bah
(%)
Gambar 9 Kurva hubungan waktu pengusangan cepat benih kedelai secara kimia
dengan daya berkecambah benih kedelai
Persamaan regresi linier yang dihasilkan pada pengusangan cepat benih
secara kimia ialah y = 104.4 - 1.265 x, dimana y merupakan variabel daya
berkecambah dan x ialah waktu pengusangan cepat benih secara kimia. Nilai R2
pada pengusangan cepat benih secara kimia ialah sebesar 97%. Daya
berkecambah pada metode pengusangan cepat benih secara kimia mengalami
penurunan hingga mencapai 50% dari keseluruhan total benih yang
dikecambahkan pada pengusangan cepat fisik selama 4x10 hingga 5x10 menit
(Gambar 9).
Rekapitulasi seluruh hasil pengamatan terhadap metode pengusangan
cepat benih baik fisik maupun kimia menggunakan MPC IPB 77-1 MM yang
telah dilakukan menunjukkan bahwa metode pengusangan cepat benih secara fisik
sama baiknya dengan metode pengusangan cepat benih secara kimia. Namun
36
kurva yang dibentuk oleh rata-rata daya berkecambah benih yang diusangkan
secara kimia menunjukkan laju penurunan yang lebih cepat dari daya
berkecambah tinggi ke daya berkecambah rendah. Selain itu rata-rata daya
berkecambah benih yang diusangkan secara kimia menunjukkan perbedaan yang
nyata antara titik pengusangan satu dengan titik pengusangan yang lainnya. Hal
tersebut berarti setiap titik pengusangan cepat benih secara kimia mampu
memundurkan benih dengan daya berkecambah yang berbeda-beda secara nyata.
Metode pengusangan cepat benih secara kimia memerlukan waktu yang
relatif lebih singkat hingga perkecambahan benih kedelai menurun sebesar 50%
dari jumlah total benih yang dikecambahkan dibandingkan dengan metode
pengusangan cepat benih secara fisik. Berdasarkan segi teknis, metode
pengusangan cepat benih kedelai secara kimia relatif lebih mudah dilakukan dan
cepat dalam proses pengujiannya dibandingkan dengan metode pengusangan
cepat benih secara fisik. Kelebihan yang dimiliki oleh metode pengusangan cepat
benih secara kimia tersebut diatas dapat dijadikan sebagai dasar dalam memilih
metode yang sesuai untuk menduga vigor daya simpan benih kedelai. Waktu
pengusangan cepat benih secara kimia yang digunakan untuk menduga vigor daya
simpan benih kedelai ialah 10-50 menit.
Penapisan 23 Varietas Benih Kedelai berdasarkan Vigor Daya Simpannya melalui Metode Pengusangan Cepat Benih secara Kimia menggunakan
MPC IPB 77-1 MM
Benih dikatakan memiliki vigor daya simpan (VDS) tinggi jika benih
mampu disimpan dalam kondisi sub optimum (Sadjad et al. 1999). Semakin tinggi
nilai vigor awal benih, diduga vigor daya simpan benih akan semakin tinggi.
Secara umum tingkat vigor benih pada 23 varietas kedelai yang digunakan
memiliki viabilitas awal yang tinggi (>95%) dan tidak terdapat perbedaan
viabilitas awal antar varietas (Tabel 4). Berdasarkan data pada Tabel 4 tersebut,
sebenarnya tidak perlu menggunakan metode pengusangan cepat benih secara
kimia untuk mendeteksi perbedaan vigor daya simpan 23 varietas benih kedelai,
hal ini dikarenakan salah satu standar kelulusan varietas kedelai ialah benih
kedelai dengan daya berkecambah minimal 80% (Badan Standardisasi Nasional
2003), sehingga biji tidak dapat dikatakan benih jika memiliki daya berkecambah
37
kurang dari 80%. Metode pengusangan cepat benih secara kimia sangat perlu
dilakukan untuk melihat perbedaan vigor daya simpan 23 varietas benih kedelai
secara lebih cepat dan mudah.
Tabel 4 Vigor awal (%) benih 23 varietas kedelai
Varietas VA Varietas VA Varietas VA Seulawah 99 Sinabung 97 Dieng 97 Kaba 99 Wilis 96 Rajabasa 97 Argopuro 98 Anjasmoro 99 Malabar 97 Tidar 97 Dempo 98 Grobogan 97 Ijen 96 Sindoro 99 Lawit 97 Burangrang 99 Ratai 98 Tanggamus 97 Kawi 98 Panderman 99 Krakatau 98 Pangrango 97 Lokon 96
Berdasarkan percobaan pertama yang telah dilakukan, maka selanjutnya
dilakukan percobaan mengenai penapisan 23 varietas benih kedelai berdasarkan
vigor daya simpannya dengan menggunakan metode pengusangan cepat benih
secara kimia menggunakan MPC IPB 77-1 MM hasil dari percobaan pertama.
Metode pengusangan cepat benih secara kimia menggunakan MPC IPB 77-1 MM
dilakukan selama 1x10, 2x10 hingga 5x10 menit. Data viabilitas dan vigor benih
23 varietas kedelai yang telah diusangkan secara kimia menggunakan MPC IPB
77-1 MM, selanjutnya dianalisis regresi linier.
Berdasarkan garis regresi linier yang menggambarkan hubungan antara
waktu pengusangan (sumbu x) dengan variabel viabilitas dan vigor benih (sumbu
y), maka didapatkan sudut kemiringan (α) garis regresi yang menunjukkan
besarnya laju penurunan vigor benih kedelai setelah mengalami pengusangan
cepat benih secara kimia. Sudut kemiringan garis regresi yang lebih besar
menggambarkan laju penurunan vigor yang lebih cepat akibat pengusangan cepat
benih secara kimia. Sebaliknya sudut kemiringan garis regresi yang lebih kecil
menggambarkan laju penurunan vigor yang lebih lambat karena benih dapat
mempertahankan viabilitas dan vigornya untuk tetap tinggi selama proses
pengusangan cepat benih secara kimia.
Sudut kemiringan garis regresi hasil pengusangan cepat benih secara kimia
dengan MPC IPB 77-1 MM dapat digunakan untuk membandingkan perbedaan
vigor daya simpan benih 23 varietas kedelai karena berdasarkan hasil uji viabilitas
38
dan vigor awal 23 varietas lot benih kedelai tidak berbeda nyata. Garis regresi
linier yang menggambarkan laju penurunan vigor hasil pengusangan cepat benih
secara kimia dengan MPC IPB 77-1 MM dinilai lebih peka dalam mendeteksi
pengaruh pengusangan cepat benih secara kimia untuk mengetahui vigor daya
simpan benih 23 varietas kedelai daripada hanya menganalisis vigor awal lot
benihnya saja.
Nilai vigor daya simpan benih merupakan fungsi nilai dari vigor awal (VA)
benih dibagi dengan sudut kemiringan (α) garis regresi. Nilai vigor daya simpan
tersebut diindikasikan dapat menggambarkan vigor daya simpan benih kedelai
yang sebenarnya. Nilai vigor daya simpan benih berbanding lurus dengan vigor
awal benih dan berbanding terbalik dengan sudut kemiringan garis regresi.
Semakin besar nilai vigor awal benih dan semakin kecil sudut kemiringan garis
regresi maka nilai vigor daya simpan akan semakin tinggi. Nilai vigor daya
simpan yang diperoleh diharapkan dapat digunakan untuk menganalisis vigor
daya simpan benih 23 varietas kedelai secara akurat.
Tabel 5 Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan (VDS) 23 varietas benih kedelai pada variabel daya berkecambah (DB) benih setelah pengusangan cepat benih secara kimia
Varietas α VDS Varietas α VDS Krakatau 25.730 3.809 Sindoro 32.130 3.081 Kaba 26.860 3.686 Burangrang 32.250 3.070 Anjasmoro 27.230 3.636 Grobogan 31.740 3.056 Pangrango 27.490 3.529 Lokon 31.621 3.036 Seulawah 28.500 3.474 Tidar 32.050 3.027 Lawit 28.120 3.450 Tanggamus 32.150 3.017 Dempo 29.420 3.331 Rajabasa 32.720 2.965 Wilis 29.330 3.273 Ijen 32.470 2.957 Malabar 30.200 3.212 Ratai 33.150 2.956 Sinabung 30.235 3.209 Kawi 34.000 2.882 Dieng 30.900 3.139 Argopuro 34.500 2.841 Panderman 31.800 3.113 Rata-rata α : 30.635 Rata-rata VDS : 3.206
Tabel 5 menunjukkan bahwa 23 varietas benih kedelai memiliki nilai
sudut kemiringan (α) garis regresi serta nilai vigor daya simpan (VDS) yang
39
berbeda-beda pada variabel daya berkecambah. Sudut kemiringan garis regresi
yang dibentuk oleh 23 varietas kedelai berkisar antara 25.730 hingga 34.500,
dengan rata-rata sudut kemiringan garis regresi 30.635. Benih kedelai varietas
Krakatau, Kaba, Anjasmoro, Pangrango, Lawit, Seulawah, Wilis, Dempo, Malabar
dan Sinabung memiliki sudut kemiringan garis regresi linier di bawah rata-rata
atau memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil pada variabel daya berkecambah.
Sudut kemiringan garis regresi yang lebih kecil pada variabel daya berkecambah
menggambarkan laju penurunan daya berkecambah benih yang lebih lambat karena
benih dapat mempertahankan viabilitas dan vigornya untuk tetap tinggi selama
proses pengusangan cepat benih secara kimia.
Nilai vigor daya simpan 23 varietas kedelai berkisar antara 2.841 hingga
3.809, dengan rata-rata nilai vigor daya simpan 3.206. Benih kedelai varietas
Krakatau, Kaba, Anjasmoro, Pangrango, Seulawah, Lawit, Dempo, Wilis,
Malabar dan Sinabung memiliki nilai vigor daya simpan di atas rata-rata atau
memiliki nilai vigor daya simpan yang lebih tinggi pada variabel daya
berkecambah.
W ak tu p e n g u s an g an c e p at b e n ih k e d e la i s e c ara k im ia
Day
a be
rkec
amba
h (%
)
5 04 03 02 01 00
1 0 0
8 0
6 0
4 0
2 0
0
V ar iab leK r ak a tauA r g o p u r o
Gambar 10 Kurva laju penurunan vigor dua varietas benih kedelai (Krakatau dan
Argopuro) hasil pengusangan cepat benih secara kimia pada variabel daya berkecambah
Varietas benih kedelai yang memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil
akan menghasilkan nilai vigor daya simpan yang lebih tinggi pada variabel daya
berkecambah, hal ini dikarenakan semakin kecil sudut kemiringan garis regresi
menggambarkan semakin lambatnya laju penurunan daya berkecambah benih
40
tersebut selama proses pengusangan cepat dan semakin tingginya vigor daya
simpan benih.
Laju penurunan vigor daya simpan benih selama proses pengusangan
cepat benih secara kimia pada variabel daya berkecambah diilustrasikan pada
Gambar 10. Gambar 10 menunjukkan bahwa benih kedelai varietas Krakatau
memiliki penurunan yang lebih landai dibandingkan benih kedelai varietas
Argopuro, hal tersebut ditunjukkan dengan benih kedelai varietas Krakatau
memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil dibandingkan dengan benih kedelai
varietas Argopuro (Tabel 5), artinya benih kedelai varietas Kaba memiliki vigor
daya simpan yang lebih tinggi karena kemampuannya mempertahankan vigor agar
tetap tinggi selama proses pengusangan cepat benih. Benih kedelai varietas
Krakatau juga memiliki tingkat ketahanan terhadap deraan etanol yang lebih
tinggi dibandingkan dengan benih kedelai varietas Argopuro pada variabel daya
berkecambah benih.
Tabel 6 Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan (VDS) 23 varietas benih kedelai pada variabel indeks vigor (IV) setelah pengusangan cepat benih secara kimia
Varietas α VDS Varietas α VDS Sindoro 28.740 3.960 Kawi 30.950 3.111 Burangrang 28.420 3.475 Argopuro 30.610 3.066 Krakatau 30.000 3.445 Lawit 29.120 3.058 Pangrango 29.770 3.425 Dieng 28.640 3.050 Seulawah 27.130 3.390 Lokon 31.470 3.000 Rajabasa 28.800 3.253 Ratai 29.810 2.988 Tidar 29.740 3.233 Wilis 30.500 2.986 Tanggamus 29.520 3.233 Grobogan 29.530 2.935 Kaba 28.800 3.221 Ijen 28.520 2.909 Anjasmoro 29.100 3.173 Sinabung 27.200 2.900 Malabar 29.240 3.165 Dempo 29.140 2.898 Panderman 30.220 3.121 Rata-rata α : 29.347 Rata-rata VDS : 3.174
Tabel 6 menunjukkan bahwa 23 varietas benih kedelai memiliki nilai
sudut kemiringan (α) garis regresi serta nilai vigor daya simpan (VDS) yang
berbeda-beda pada variabel indeks vigor benih. Sudut kemiringan garis regresi
41
yang dibentuk oleh 23 varietas kedelai berkisar antara 27.130 hingga 31.470,
dengan rata-rata sudut kemiringan garis regresi 29.347. Benih kedelai varietas
Seulawah, Sinabung, Burangrang, Ijen, Dieng, Sindoro, Kaba, Rajabasa,
Anjasmoro, Lawit, Dempo dan Malabar memiliki sudut kemiringan garis regresi
linier di bawah rata-rata atau memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil pada
variabel indeks vigor. Sudut kemiringan garis regresi yang lebih kecil pada
variabel indeks vigor menggambarkan laju penurunan vigor benih yang lebih
lambat karena benih dapat mempertahankan vigornya untuk tetap tinggi selama
proses pengusangan cepat benih secara kimia.
Nilai vigor daya simpan 23 varietas kedelai berkisar antara 2.898 hingga
3.960, dengan rata-rata nilai vigor daya simpan 3.174. Benih kedelai varietas
Sindoro, Burangrang, Krakatau, Pangrango, Seulawah, Rajabasa, Tidar,
Tanggamus dan Kaba memiliki nilai vigor daya simpan diatas rata-rata atau
memiliki nilai vigor daya simpan yang lebih tinggi pada variabel daya
berkecambah.
Tabel 7 Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan (VDS) 23 varietas benih kedelai pada variabel kecepatan tumbuh (KCT) benih setelah pengusangan cepat benih secara kimia
Varietas α VDS Varietas α VDS Pangrango 24.000 4.042 Kawi 29.990 3.268 Dieng 27.240 3.561 Ratai 30.000 3.267 Kaba 28.000 3.536 Sinabung 29.840 3.251 Panderman 29.040 3.409 Dempo 30.841 3.178 Sindoro 29.070 3.406 Lawit 30.530 3.177 Burangrang 29.092 3.403 Grobogan 30.580 3.172 Anjasmoro 29.400 3.367 Rajabasa 30.830 3.146 Krakatau 29.210 3.355 Argopuro 31.320 3.129 Tidar 29.000 3.345 Wilis 31.000 3.097 Lokon 28.950 3.316 Malabar 32.000 3.031 Ijen 29.000 3.310 Tanggamus 33.160 2.925 Seulawah 30.060 3.293 Rata-rata α : 29.659 Rata-rata VDS : 3.304
Tabel 7 menunjukkan bahwa 23 varietas benih kedelai memiliki nilai
sudut kemiringan (α) garis regresi serta nilai vigor daya simpan (VDS) yang
42
berbeda-beda pada variabel kecepatan tumbuh benih. Sudut kemiringan garis
regresi yang dibentuk oleh 23 varietas kedelai berkisar antara 24 hingga 33.160,
dengan rata-rata sudut kemiringan garis regresi 29.659. Benih kedelai varietas
Pangrango, Dieng, Kaba, Lokon, Tidar, Ijen, Panderman, Sindoro, Burangrang,
Krakatau dan Anjasmoro memiliki sudut kemiringan garis regresi linier di bawah
rata-rata atau memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil pada variabel kecepatan
tumbuh. Sudut kemiringan garis regresi yang lebih kecil pada variabel kecepatan
tumbuh menggambarkan laju penurunan vigor benih yang lebih lambat karena
benih dapat mempertahankan vigornya untuk tetap tinggi selama proses
pengusangan cepat benih secara kimia.
Nilai vigor daya simpan 23 varietas kedelai berkisar antara 2.925 hingga
4.042 dengan rata-rata nilai vigor daya simpan 3.304. Benih kedelai varietas
Pangrango, Dieng, Kaba, Panderman, Sindoro, Burangrang, Anjasmoro, Krakatau,
Tidar, Lokon dan Ijen memiliki nilai vigor daya simpan diatas rata-rata atau
memiliki nilai vigor daya simpan yang lebih tinggi pada variabel kecepatan
tumbuh.
Tabel 8 Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan (VDS) 23 varietas benih kedelai pada variabel daya hantar listrik (DHL) benih setelah pengusangan cepat benih secara kimia
Varietas α VDS Varietas α VDS Kaba 29.050 3.408 Grobogan 32.450 2.989 Lawit 28.840 3.363 Argopuro 32.870 2.981 Krakatau 29.260 3.349 Rajabasa 33.070 2.933 Burangrang 29.580 3.347 Tidar 33.260 2.916 Pangrango 29.000 3.345 Wilis 32.950 2.914 Dieng 30.080 3.225 Panderman 34.000 2.912 Kawi 31.710 3.091 Tanggamus 33.420 2.902 Ratai 32.060 3.057 Lokon 34.180 2.809 Malabar 32.090 3.023 Ijen 34.330 2.796 Anjasmoro 33.000 3.000 Dempo 35.060 2.795 Sinabung 32.350 2.998 Seulawah 37.940 2.609 Sindoro 33.094 2.992 Rata-rata α : 32.332 Rata-rata VDS : 3.033
Tabel 8 menunjukkan bahwa 23 varietas benih kedelai memiliki nilai
sudut kemiringan (α) garis regresi serta nilai vigor daya simpan (VDS) yang
43
berbeda-beda pada variabel daya hantar listrik. Sudut kemiringan garis regresi
yang dibentuk oleh 23 varietas kedelai berkisar antara 28.840 hingga 37.940,
dengan rata-rata sudut kemiringan garis regresi 32.332. Benih kedelai varietas
Lawit, Pangrango, Kaba, Krakatau, Burangrang, Dieng, Kawi, Ratai dan Malabar
memiliki sudut kemiringan garis regresi linier di bawah rata-rata atau memiliki
sudut kemiringan yang lebih kecil pada variabel daya hantar listrik. Sudut
kemiringan garis regresi yang lebih kecil pada variabel daya hantar listrik
menggambarkan laju peningkatan kebocoran membran sel pada benih yang lebih
lambat karena benih dapat mempertahankan vigornya untuk tetap tinggi selama
proses pengusangan cepat benih secara kimia.
Nilai vigor daya simpan 23 varietas kedelai berkisar antara 2.609 hingga
3.408 dengan rata-rata nilai vigor daya simpan 3.033. Benih kedelai varietas Kaba,
Lawit, Krakatau, Burangrang, Pangrango, Dieng, Kawi dan Ratai memiliki nilai
vigor daya simpan diatas rata-rata atau memiliki nilai vigor daya simpan yang
lebih tinggi pada variabel daya hantar listrik.
Secara umum, varietas benih kedelai yang memiliki sudut kemiringan
garis regresi yang lebih kecil akan menghasilkan nilai vigor daya simpan yang
lebih tinggi pada seluruh variabel vigor benih diamati, hal ini dikarenakan
semakin kecil sudut kemiringan garis regresi linier menggambarkan semakin
lambatnya laju penurunan vigor tersebut selama proses pengusangan cepat dan
semakin tingginya vigor daya simpan benih.
Perbedaan nilai vigor daya simpan benih kedelai pada masing-masing
varietas diduga sangat dipengaruhi oleh faktor fisik maupun genetik dari masing-
masing varietas kedelai tersebut, seperti yang telah diungkapkan oleh Justice dan
Bass (2002) bahwa variasi antar spesies mempengaruhi umur simpan dan vigor
daya simpan benih kedelai.
Pengaruh Periode Simpan Benih terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Kedelai
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh lama
periode simpan benih terhadap penurunan viabilitas dan vigor benih kedelai.
Tabel 9 menunjukkan bahwa penyimpanan benih kedelai selama 10 minggu
dalam kondisi suhu 28-32oC dan RH 83-85%, memberikan pengaruh yang nyata
44
terhadap variabel daya berkecambah (DB). Daya berkecambah pada seluruh
varietas benih kedelai mengalami penurunan seiring dengan pertambahan periode
simpan, hal tersebut terjadi karena faktor suhu penyimpanan. Purwanti (2004)
mengemukakan bahwa suhu ruang simpan benih diatas 20 oC umumnya kurang
baik untuk benih kedelai.
Tabel 9 Pengaruh periode simpan benih kedelai terhadap variabel daya berkecambah (%)
Varietas Periode simpan (minggu)
0 2 4 6 8 10 Anjasmoro 99 84.23 b 72.32 b 65.32 a 53.24 d 47.65 d Malabar 97 81.54 e 7036 d 65.44 a 50.02 g 45.66 e Dempo 98 82.72 d 70.41 d 64.21 b 51.00 f 35.13 l Wilis 96 79.08 g 68.23 f 60.11 f 52.31 e 32.24 mLawit 97 81.32 e 69.06 e 61.07 e 49.11 h 43.71 g Tanggamus 97 80.45 f 71.08 c 60.52 f 47.85 i 31.08 n Argopuro 98 81.16 e 71.12 c 60.43 f 44.09 k 23.42 q Ijen 96 78.83 h 67.11 g 57.54 i 50.43 g 36.47 k Lokon 96 79.34 g 70.42 d 59.86 g 49.36 h 35.32 l Panderman 99 85.91 a 74.53 a 62.04 d 46.21 j 30.00 o Ratai 98 80.29 f 70.32 d 60.32 f 51.26 f 44.10 f Rajabasa 97 80.27 f 68.06 f 60.86 f 42.53 l 27.42 p Tidar 97 82.32 d 71.32 c 63.91 c 54.64 c 50.05 c Grobogan 97 78.56 h 65.55 h 55.33 j 46.37 j 32.00 mDieng 97 79.15 g 68.05 f 58.46 h 49.75 h 37.63 j Kaba 99 80.27 f 70.00 d 59.32 g 55.95 b 53.31 b Kawi 98 83.13 c 69.21 e 60.54 f 50.08 g 40.21 i Krakatau 98 84.47 b 71.24 c 60.75 f 53.12 d 42.46 h Pangrango 97 81.24 e 71.22 c 58.92 h 52.37 e 40.50 i Sindoro 99 79.07 g 67.11 g 57.63 i 49.25 h 36.11 k Burangrang 99 77.13 i 70.01 d 62.21 d 41.55 m 20.00 r Seulawah 99 78.42 h 70.34 d 63.32 c 60.00 a 57.05 a Sinabung 97 80.71 f 72.06 b 61.00 e 50.25 g 37.00 j
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Penyimpanan 23 varietas benih kedelai selama 10 minggu dapat
menyebabkan terjadinya penurunan daya berkecambah benih seiring dengan
semakin bertambahnya lama waktu penyimpanan. Tabel 9 menunjukkan bahwa
benih kedelai varietas Seulawah, Kaba dan Tidar lebih dapat mempertahankan
45
viabilitas yang ditunjukkan dengan variabel daya berkecambah hingga akhir
periode simpan selama 10 minggu dengan daya berkecambah masih lebih dari
50% hingga akhir periode simpan dibandingkan dengan kedelai varietas lainnya,
sedangkan daya berkecambah benih kedelai varietas Argopuro, Rajabasa dan
Burangrang lebih rendah dibandingkan kedelai varietas lainnya pada akhir periode
simpan yaitu di bawah 30%. Setiap varietas benih kedelai memiliki laju
penurunan daya berkecambah yang berbeda beda antar varietas, perbedaan
penurunan tersebut diduga sangat dipengaruhi oleh faktor fisik maupun genetik
dari masing-masing varietas.
Tabel 10 Pengaruh periode simpan benih kedelai terhadap variabel daya hantar listrik (µS cm-1 g-1)
Varietas Periode simpan (minggu)
0 2 4 6 8 10 Anjasmoro 9.88 f 11.18 f 13.78 h 19.04 n 20.25 m 23.96 n Malabar 10.01 c 11.31 e 13.91 g 23.40 g 24.60 g 19.87 s Dempo 9.94 d 10.85 i 13.45 kl 22.18 i 23.68 i 25.44 j Wilis 10.05 b 10.96 gh 13.59 ij 20.10 l 21.20 k 27.39 ab Lawit 10.00 c 10.92 hi 13.52 j 13.70 u 14.83 t 25.62 i Tanggamus 10.00 c 10.91 hi 13.51 jk 26.02 a 26.90 a 26.66 d Argopuro 9.93 d 11.23 ef 13.83 h 24.63 d 25.83 d 26.07 f Ijen 10.02 c 11.42 d 14.02 f 22.89 j 23.64 i 27.34 b Lokon 10.03 bc 11.50 c 14.10 e 24.36 e 25.56 e 26.02 f Panderman 9.83 g 12.23 a 14.83 a 23.38 h 24.34 h 27.24 c Ratai 9.89 ef 12.29 a 14.69 b 15.08 r 16.51 p 25.00 l Rajabasa 10.14 a 11.44 cd 14.04 f 25.36 b 26.04 b 22.58 q Tidar 9.93 d 11.23 ef 13.83 h 16.04 o 17.05 n 20.08 r Grobogan 9.92 de 10.56 k 13.16 n 23.50 f 24.74 f 27.43 a Dieng 10.01 c 11.31 e 13.91 g 20.40 k 21.61 j 24.80 m Kaba 9.72 h 12.03 b 14.63 c 14.06 s 15.27 r 23.30 o Kawi 9.84 g 10.69 j 13.29 m 15.73 p 16.73 o 24.00 n Krakatau 9.91 def 10.76 j 12.66 p 15.64 q 14.82 t 25.90 g Pangrango 10.02 bc 10.84 i 13.22 n 13.75 t 15.07 s 25.14 k Sindoro 9.64 i 10.42 k 13.09 o 13.00 t 15.10 s 25.68 h Burangrang 9.72 h 11.02 g 13.62 i 24.67 c 25.97 c 26.54 e Seulawah 9.71 h 11.01 g 13.44 l 13.62 u 16.34 q 25.40 j Sinabung 10.00 c 11.30 e 14.27 d 19.12 m 21.03 l 23.06 p Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada uji DMRT taraf 5%
46
Kebocoran membran sel akibat deteriorasi telah menyebabkan penurunan
vigor menjadi lebih cepat. Tabel 10 menunjukkan adanya pertambahan nilai daya
hantar listrik pada seluruh varietas benih kedelai seiring dengan bertambahnya
lama periode simpan. Semakin lama benih disimpan maka nilai daya hantar listrik
semakin tinggi, namun variabel lain yatu viabilitas benih yang ditunjukkan
dengan variabel daya berkecambah mengalami penurunan selama periode simpan.
Tabel 10 menunjukkan bahwa terdapat keragaman dan fluktuasi nilai daya
hantar listrik antar varietas benih kedelai seiring dengan semakin bertambahnya
periode simpan benih. Keragaman nilai daya hantar listrik yang terjadi antar
varietas diduga disebabkan oleh perbedaan ketebalan kulit biji yang dimiliki oleh
masing-masing varietas. Soepriaman (1989) mengemukakan bahwa kulit biji
kedelai memiliki ketebalan yang bervariasi sehingga daya serap airnya juga
berbeda.
Nilai awal daya hantar listrik yang diuji berkisar antara 9.64 hingga 10.14
µS cm-1 g-1 dan pada akhir periode simpan terjadi kenaikan dengan kisaran 19.87
hingga 27.43 µS cm-1 g-1. Peningkatan nilai daya hantar listrik berkaitan dengan
adanya kebocoran membran sel akibat deteriorasi.
Berdasarkan perbandingan pengaruh periode simpan benih kedelai
terhadap daya hantar listrik yang tertera pada Tabel 10 dengan data pengaruh
waktu pengusangan cepat benih secara kimia terhadap daya hantar listrik yang
tertera pada Lampiran 33, terlihat bahwa kedelai varietas Anjasmoro, Argopuro,
Burangrang, Kaba, Krakatau dan Sindoro memiliki nilai daya hantar listrik yang
identik pada periode simpan benih 6 minggu dengan pengusangan cepat secara
kimia selama 30 menit, berturut-turut yaitu 19.04, 24.63, 24.67, 14.06, 15.64 dan
13.09 µS cm-1 g-1. Kedelai varietas Kawi, Lokon, Rajabasa dan Tidar memiliki
nilai daya hantar listrik yang identik pada periode simpan benih 8 minggu dengan
pengusangan cepat secara kimia selama 40 menit, berturut-turut yaitu 16.73, 26.02,
26.04 dan 17.05 µS cm-1 g-1.
47
Vigor Daya Simpan Benih 23 Varietas Kedelai pada Sistem Penyimpanan Alami
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui vigor daya simpan 23 varietas
benih kedelai selama periode penyimpanan benih secara alami (deteriorasi) pada
kondisi ruang simpan terkontrol. Berdasarkan garis regresi linier yang
menggambarkan hubungan antara waktu penyimpanan benih (sumbu x) dan
variabel vigor benih (sumbu y), maka didapatkan sudut kemiringan (α) garis
regresi yang menunjukkan besarnya laju penurunan vigor benih kedelai setelah
disimpan. Sudut kemiringan garis regresi yang lebih besar menggambarkan laju
penurunan vigor yang lebih cepat seiring dengan lamanya periode penyimpanan.
Sebaliknya sudut kemiringan garis regresi yang lebih kecil menggambarkan laju
penurunan vigor yang lebih lambat karena benih dapat mempertahankan vigornya
untuk tetap tinggi selama periode penyimpanan.
Sudut kemiringan garis regresi linier yang dibentuk oleh data vigor benih
kedelai yang telah disimpan secara alami pada kondisi terkontrol dapat digunakan
untuk membandingkan 23 varietas kedelai berdasarkan vigor daya simpannya,
karena vigor awal 23 varietas lot benih kedelai yang digunakan tidak berbeda
nyata. Garis regresi linier yang menggambarkan laju penurunan vigor benih
selama periode penyimpanan dinilai lebih peka dalam mendeteksi vigor daya
simpan benih 23 varietas kedelai daripada hanya menganalisis vigor awal lot
benihnya saja.
Nilai vigor daya simpan benih merupakan fungsi nilai dari vigor awal (VA)
benih dibagi dengan sudut kemiringan (α) garis regresi. Nilai vigor daya simpan
tersebut diindikasikan dapat menggambarkan vigor daya simpan benih kedelai
yang sebenarnya. Nilai vigor daya simpan benih berbanding lurus dengan vigor
awal benih dan berbanding terbalik dengan sudut kemiringan garis regresi.
Semakin besar nilai vigor awal benih dan semakin kecil sudut kemiringan garis
regresi maka nilai vigor daya simpan akan semakin tinggi. Nilai vigor daya
simpan yang diperoleh diharapkan dapat digunakan untuk menganalisis vigor
daya simpan benih 23 varietas kedelai secara akurat.
48
Tabel 11 menunjukkan bahwa 23 varietas benih kedelai memiliki nilai
sudut kemiringan (α) garis regresi serta nilai vigor daya simpan (VDS) yang
berbeda-beda pada variabel daya berkecambah.
Tabel 11 Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan (VDS) 23 varietas benih kedelai selama penyimpanan pada variabel daya berkecambah (DB)
Varietas α VDS Varietas α VDS Seulawah 29.000 3.414 Sindoro 32.260 3.069 Kaba 29.800 3.322 Ratai 31.950 3.067 Argopuro 30.060 3.260 Panderman 32.370 3.058 Tidar 30.240 3.208 Lokon 31.420 3.055 Ijen 30.040 3.196 Dieng 31.840 3.046 Burangrang 31.120 3.181 Rajabasa 31.880 3.043 Kawi 31.000 3.161 Malabar 31.930 3.038 Pangrango 30.830 3.146 Grobogan 32.150 3.017 Sinabung 30.840 3.145 Lawit 32.220 3.011 Wilis 30.740 3.123 Tanggamus 33.000 2.939 Anjasmoro 32.080 3.086 Krakatau 33.470 2.928 Dempo 31.800 3.082 Rata-rata α : 31.393 Rata-rata VDS : 3.113
Sudut kemiringan garis regresi yang dibentuk oleh 23 varietas kedelai
berkisar antara 29 hingga 33.470, dengan rata-rata sudut kemiringan garis regresi
31.393. Benih kedelai varietas Seulawah, Kaba, Ijen, Argopuro, Tidar, Wilis,
Pangrango, Sinabung, Kawi dan Burangrang memiliki sudut kemiringan garis
regresi linier di bawah rata-rata atau memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil
pada variabel daya berkecambah. Sudut kemiringan garis regresi yang lebih kecil
pada variabel daya berkecambah menggambarkan laju penurunan daya
berkecambah benih yang lebih lambat karena benih dapat mempertahankan
vigornya untuk tetap tinggi selama periode penyimpanan.
Nilai vigor daya simpan 23 varietas kedelai berkisar antara 2.928 hingga
3.414, dengan rata-rata nilai vigor daya simpan 3.113. Benih kedelai varietas
Seulawah, Kaba, Argopuro, Tidar, Ijen, Burangrang, Kawi, Pangrango, Sinabung
dan Wilis memiliki nilai vigor daya simpan di atas rata-rata atau memiliki nilai
vigor daya simpan yang lebih tinggi pada variabel daya berkecambah.
49
Varietas benih kedelai yang memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil
akan menghasilkan nilai vigor daya simpan yang lebih tinggi pada variabel daya
berkecambah, hal ini dikarenakan semakin kecil sudut kemiringan garis regresi
menggambarkan semakin lambatnya laju penurunan daya berkecambah benih
tersebut selama proses pengusangan cepat dan semakin tingginya vigor daya
simpan benih.
W ak tu pe nyim panan be nih
Day
a be
rkec
amba
h (%
)
1086420
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
V ar iab leS eu law ahT an g g am u s
Gambar 11 Kurva laju penurunan vigor dua varietas benih kedelai (Seulawah dan
Tanggamus) selama periode penyimpanan benih pada variabel daya berkecambah
Laju penurunan vigor daya simpan benih selama periode penyimpanan
benih pada variabel daya berkecambah diilustrasikan pada Gambar 11. Gambar 11
menunjukkan bahwa benih kedelai varietas Seulawah memiliki penurunan yang
lebih landai dibandingkan benih kedelai varietas Tanggamus, hal tersebut
ditunjukkan dengan benih kedelai varietas Seulawah memiliki sudut kemiringan
yang lebih kecil dibandingkan dengan benih kedelai varietas Tanggamus (Tabel
11), artinya benih kedelai varietas Seulawah memiliki vigor daya simpan yang
lebih tinggi karena kemampuannya mempertahankan vigor agar tetap tinggi
selama proses pengusangan cepat benih. Benih kedelai varietas Seulawah juga
memiliki tingkat ketahanan terhadap deraan etanol yang lebih tinggi dibandingkan
dengan benih kedelai varietas Tanggamus pada variabel daya berkecambah benih.
Tabel 12 menunjukkan bahwa 23 varietas benih kedelai memiliki nilai
sudut kemiringan (α) garis regresi serta nilai vigor daya simpan (VDS) yang
berbeda-beda pada variabel indeks vigor. Sudut kemiringan garis regresi yang
50
dibentuk oleh 23 varietas kedelai berkisar antara 25 hingga 33.820, dengan rata-
rata sudut kemiringan garis regresi 30.906.
Tabel 12 Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan (VDS) 23 varietas benih kedelai selama penyimpanan pada variabel indeks vigor (IV)
Varietas α VDS Varietas α VDS Seulawah 29.200 3.649 Ratai 32.800 3.287 Sinabung 33.450 3.566 Tanggamus 30.000 3.286 Burangrang 28.490 3.483 Grobogan 33.050 3.285 Sindoro 25.000 3.445 Panderman 31.720 3.276 Kaba 30.740 3.438 Krakatau 28.450 3.267 Anjasmoro 31.200 3.402 Tidar 30.000 3.262 Dieng 31.800 3.387 Pangrango 28.320 3.258 Rajabasa 29.820 3.368 Argopuro 31.960 3.202 Ijen 33.000 3.366 Kawi 31.500 3.166 Dempo 33.820 3.363 Wilis 32.150 3.148 Lawit 31.720 3.331 Lokon 32.000 3.051 Malabar 30.650 3.317 Rata-rata α : 30.906 Rata-rata VDS : 3.331
Benih kedelai varietas Sindoro, Pangrango, Krakatau, Burangrang,
Seulawah, Rajabasa, Tidar, Tanggamus, Malabar dan Kaba memiliki sudut
kemiringan garis regresi linier di bawah rata-rata atau memiliki sudut kemiringan
yang lebih kecil pada variabel indeks vigor benih. Sudut kemiringan garis regresi
yang lebih kecil pada variabel indeks vigor menggambarkan laju penurunan vigor
benih yang lebih lambat karena benih dapat mempertahankan vigornya untuk
tetap tinggi selama periode penyimpanan.
Nilai vigor daya simpan 23 varietas kedelai berkisar antara 3.051 hingga
3.649, dengan rata-rata nilai vigor daya simpan 3.331. Benih kedelai varietas
Seulawah, Sinabung, Burangrang, Sindoro, Kaba, Anjasmoro, Dieng, Rajabasa,
Ijen, Dempo dan Lawit memiliki nilai vigor daya simpan di atas rata-rata atau
memiliki nilai vigor daya simpan yang lebih tinggi berdasarkan pada variabel
indeks vigor.
Tabel 13 menunjukkan bahwa 23 varietas benih kedelai memiliki nilai
sudut kemiringan (α) garis regresi serta nilai vigor daya simpan (VDS) yang
berbeda-beda pada variabel kecepatan tumbuh. Sudut kemiringan garis regresi
51
yang dibentuk oleh 23 varietas kedelai berkisar antara 24.8 hingga 32.650, dengan
rata-rata sudut kemiringan garis regresi 28.232.
Tabel 13 Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan (VDS) 23 varietas benih kedelai selama penyimpanan pada variabel kecepatan tumbuh (KCT)
Varietas α VDS Varietas α VDS Anjasmoro 24.800 3.992 Lokon 27.540 3.486 Lawit 25.320 3.831 Pangrango 28.060 3.457 Seulawah 26.070 3.797 Ijen 28.000 3.429 Tidar 25.980 3.734 Kawi 29.050 3.373 Sindoro 27.450 3.607 Krakatau 29.770 3.292 Ratai 27.200 3.603 Dieng 29.640 3.273 Dempo 27.240 3.598 Panderman 30.410 3.256 Malabar 27.060 3.585 Tanggamus 29.880 3.246 Grobogan 27.070 3.583 Sinabung 31.020 3.127 Burangrang 27.930 3.545 Wilis 31.480 3.050 Kaba 28.000 3.536 Rajabasa 32.650 2.971 Argopuro 27.720 3.535 Rata-rata α : 28.232 Rata-rata VDS : 3.474
Benih kedelai varietas Anjasmoro, Lawit, Tidar, Seulawah, Malabar,
Grobogan, Ratai, Dempo, Sindoro, Lokon, Argopuro, Burangrang, Kaba, Ijen dan
Pangrango memiliki sudut kemiringan garis regresi linier di bawah rata-rata atau
memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil pada variabel kecepatan tumbuh.
Sudut kemiringan garis regresi yang lebih kecil pada variabel kecepatan tumbuh
menggambarkan laju penurunan vigor benih yang lebih lambat karena benih dapat
mempertahankan vigornya untuk tetap tinggi selama periode penyimpanan.
Nilai vigor daya simpan 23 varietas kedelai berkisar antara 2.971 hingga
3.992, dengan rata-rata nilai vigor daya simpan 3.474. Benih kedelai varietas
Anjasmoro, Lawit, Seulawah, Tidar, Sindoro, Ratai, Dempo, Malabar, Grobogan,
Burangrang, Kaba, Argopuro dan Lokon memiliki nilai vigor daya simpan di atas
rata-rata atau memiliki nilai vigor daya simpan yang lebih tinggi pada variabel
kecepatan tumbuh.
Tabel 14 menunjukkan bahwa 23 varietas benih kedelai memiliki nilai
sudut kemiringan (α) garis regresi serta nilai vigor daya simpan (VDS) yang
berbeda-beda pada variabel daya hantar listrik. Sudut kemiringan garis regresi
52
yang dibentuk oleh 23 varietas kedelai berkisar antara 26.810 hingga 32.260,
dengan rata-rata sudut kemiringan garis regresi 32.146.
Tabel 14 Sudut kemiringan (α) garis regresi linier dan nilai vigor daya simpan (VDS) 23 varietas benih kedelai selama penyimpanan pada variabel daya hantar listrik (DHL)
Varietas α VDS Varietas α VDS Pangrango 26.810 3.618 Argopuro 34.000 2.882 Kaba 27.740 3.569 Rajabasa 33.660 2.882 Lawit 27.420 3.538 Grobogan 33.830 2.867 Sindoro 28.000 3.536 Dieng 34.260 2.831 Krakatau 29.000 3.379 Anjasmoro 35.050 2.825 Seulawah 30.080 3.291 Panderman 35.070 2.823 Ratai 30.060 3.260 Dempo 34.910 2.807 Kawi 30.420 3.222 Lokon 34.550 2.779 Sinabung 30.120 3.220 Tidar 34.950 2.775 Malabar 32.640 2.972 Ijen 34.680 2.768 Wilis 32.570 2.947 Tanggamus 35.260 2.751 Burangrang 34.270 2.889 Rata-rata αo : 32.146 Rata-rata VDS : 3.062
Benih kedelai varietas Pangrango, Lawit, Kaba, Sindoro, Krakatau, Ratai,
Seulawah, Sinabung dan Kawi memiliki sudut kemiringan garis regresi linier di
bawah rata-rata atau memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil pada variabel
daya hantar listrik. Sudut kemiringan garis regresi yang lebih kecil pada variabel
daya hantar listrik menggambarkan laju peningkatan kebocoran membran sel pada
benih yang lebih lambat karena benih dapat mempertahankan vigornya untuk
tetap tinggi selama periode penyimpanan.
Nilai vigor daya simpan 23 varietas kedelai berkisar antara 2.751 hingga
3.618 dengan rata-rata nilai vigor daya simpan 3.062. Benih kedelai varietas
Pangrango, Kaba, Lawit, Sindoro, Krakatau, Seulawah, Ratai, Kawi dan Sinabung
memiliki nilai vigor daya simpan diatas rata-rata atau memiliki nilai vigor daya
simpan yang lebih tinggi berdasarkan pada variabel daya hantar listrik.
Secara umum, varietas benih kedelai yang memiliki sudut kemiringan
garis regresi yang lebih kecil akan menghasilkan nilai vigor daya simpan yang
lebih tinggi pada seluruh variabel vigor benih diamati, hal ini dikarenakan
semakin kecil sudut kemiringan garis regresi linier menggambarkan semakin
53
lambatnya laju penurunan vigor benih tersebut selama periode penyimpanan dan
semakin tingginya vigor daya simpan benih.
Copeland dan McDonald (1995) mengemukakan bahwa faktor internal
berpengaruh terhadap viabilitas benih selama penyimpanan benih. faktor internal
tersebut antara lain sifat genetik, data tumbuh, vigor, kondisi kulit dan kadar air
awal benih. Perbedaan nilai vigor daya simpan benih kedelai pada masing-masing
varietas diduga sangat dipengaruhi oleh faktor fisik dan genetik dari masing-
masing varietas tersebut, seperti yang telah diungkapkan oleh Justice dan Bass
(2002) bahwa variasi antar spesies mempengaruhi umur simpan dan vigor daya
simpan benih kedelai.
Analisis Perbandingan Hasil Penapisan 23 Varietas Kedelai berdasarkan Vigor Daya Simpan secara Buatan dengan Vigor Daya Simpan
secara Alami (VDS-buatan VS VDS-alami)
Kesesuaian metode pengusangan cepat benih kedelai menggunakan MPC
IPB 77-1 MM dalam penapisan 23 varietas benih kedelai berdasarkan vigor daya
simpannya dapat diketahui dengan melakukan analisis seberapa besar tingkat
kesesuaian antara hasil penapisan 23 varietas kedelai berdasarkan vigor daya
simpannya secara buatan menggunakan MPC IPB 77-1 MM (VDS-buatan) dengan
vigor daya simpan 23 varietas kedelai yang disimpan secara alami (VDS-alami).
Perbandingan hasil penapisan 23 varietas kedelai berdasarkan vigor daya
simpannya secara buatan menggunakan metode pengusangan cepat benih dalam
MPC IPB 77-1 MM (VDS-buatan) dengan vigor daya simpan 23 varietas kedelai
yang disimpan secara alami (VDS-alami) pada variabel daya berkecambah disajikan
pada Tabel 15.
Tabel 15 menunjukkan terdapat kesesuaian antara hasil penapisan 23
varietas benih kedelai berdasarkan vigor daya simpan secara buatan dengan vigor
daya simpan alami sebesar 56.521% pada variabel daya berkecambah.
54
Tabel 15 Perbandingan hasil penapisan 23 varietas benih kedelai berdasarkan vigor daya simpan secara buatan (VDS-buatan) dengan vigor daya simpan secara alami (VDS-alami) pada variabel daya berkecambah
Varietas VDS-alami Varietas VDS-buatan Seulawah 3.414 Krakatau 3.809 Kaba 3.322 Kaba 3.686 Argopuro 3.260 Anjasmoro 3.636 Tidar 3.208 Pangrango 3.529 Ijen 3.196 Seulawah 3.474 Burangrang 3.181 Lawit 3.450 Kawi 3.161 Dempo 3.331 Pangrango 3.146 Wilis 3.273 Sinabung 3.145 Malabar 3.212 Wilis 3.123 Sinabung 3.209 Anjasmoro 3.086 Dieng 3.139 Dempo 3.082 Panderman 3.113 Sindoro 3.069 Sindoro 3.081 Ratai 3.067 Burangrang 3.070 Panderman 3.058 Grobogan 3.056 Lokon 3.055 Lokon 3.036 Dieng 3.046 Tidar 3.027 Rajabasa 3.043 Tanggamus 3.017 Malabar 3.038 Rajabasa 2.965 Grobogan 3.017 Ijen 2.957 Lawit 3.011 Ratai 2.956 Tanggamus 2.939 Kawi 2.882 Krakatau 2.928 Argopuro 2.841
Rata-rata 3.113 3.206 Persentase kesesuaian : 56.521% Keterangan : - - - : batas rata-rata
VDS-buatan dan VDS-alami pada benih kedelai varietas Seulawah, Kaba,
Pangrango, Sinabung dan Wilis menunjukkan nilai di atas rata-rata, hal ini berarti
varietas benih kedelai tersebut dikelompokkan ke dalam varietas kedelai dengan
nilai vigor daya simpan (VDS) yang tinggi berdasarkan variabel daya berkecambah.
Sebaliknya VDS-buatan dan VDS-alami pada benih kedelai varietas Sindoro, Ratai,
Panderman, Lokon, Dieng, Rajabasa, Grobogan dan Tanggamus menunjukkan
nilai VDS di bawah rata-rata, hal ini berarti varietas benih kedelai tersebut
dikelompokkan ke dalam varietas kedelai dengan nilai vigor daya simpan (VDS)
rendah berdasarkan variabel daya berkecambah.
55
Tabel 16 Perbandingan hasil penapisan 23 varietas benih kedelai berdasarkan vigor daya simpan secara buatan (VDS-buatan) dengan vigor daya simpan secara alami (VDS-alami) pada variabel indeks vigor
Varietas VDS-alami Varietas VDS-buatan Seulawah 3.649 Sindoro 3.960 Sinabung 3.566 Burangrang 3.475 Burangrang 3.483 Krakatau 3.445 Sindoro 3.445 Pangrango 3.425 Kaba 3.438 Seulawah 3.390 Anjasmoro 3.402 Rajabasa 3.253 Dieng 3.387 Tidar 3.233 Rajabasa 3.368 Tanggamus 3.233 Ijen 3.366 Kaba 3.221 Dempo 3.363 Anjasmoro 3.173 Lawit 3.331 Malabar 3.165 Malabar 3.317 Panderman 3.121 Ratai 3.287 Kawi 3.111 Tanggamus 3.286 Argopuro 3.066 Grobogan 3.285 Lawit 3.058 Panderman 3.276 Dieng 3.050 Krakatau 3.267 Lokon 3.000 Tidar 3.262 Ratai 2.988 Pangrango 3.258 Wilis 2.986 Argopuro 3.202 Grobogan 2.935 Kawi 3.166 Ijen 2.909 Wilis 3.148 Sinabung 2.900 Lokon 3.051 Dempo 2.898
Rata-rata 3.331 3.174 Persentase kesesuaian : 56.521% Keterangan : - - - : batas rata-rata
Perbandingan hasil penapisan 23 varietas kedelai berdasarkan vigor daya
simpannya secara buatan (VDS-buatan) dengan vigor daya simpan alami (VDS-alami)
pada variabel indeks vigor disajikan pada Tabel 16. Berdasarkan data pada Tabel
16 tersebut, diketahui bahwa terdapat kesesuaian antara hasil penapisan 23
varietas benih kedelai berdasarkan vigor daya simpan buatan dengan vigor daya
simpan alami sebesar 56.521% pada variabel indeks vigor.
VDS-buatan dan VDS-alami pada benih kedelai varietas Sindoro, Burangrang,
Seulawah, Rajabasa dan Kaba menunjukkan nilai vigor daya simpan di atas rata-
rata, hal ini berarti varietas benih kedelai tersebut dikelompokkan ke dalam
56
varietas kedelai dengan nilai vigor daya simpan (VDS) yang tinggi berdasarkan
variabel indeks vigor. Sebaliknya VDS-buatan dan VDS-alami pada benih kedelai
varietas Malabar, Panderman, Kawi, Argopuro, Lokon, Ratai, Wilis dan
Grobogan menunjukkan nilai VDS di bawah rata-rata, hal ini berarti varietas benih
kedelai tersebut dikelompokkan ke dalam varietas kedelai dengan nilai vigor daya
simpan (VDS) rendah berdasarkan variabel indeks vigor.
Tabel 17 menunjukkan terdapat kesesuaian antara hasil penapisan 23
varietas benih kedelai berdasarkan vigor daya simpan buatan dengan vigor daya
simpan alami sebesar 47.826% pada variabel kecepatan tumbuh.
Tabel 17 Perbandingan hasil penapisan 23 varietas benih kedelai berdasarkan vigor daya simpan secara buatan (VDS-buatan) dengan vigor daya simpan secara alami (VDS-alami) pada variabel kecepatan tumbuh
Varietas VDS-alami Varietas VDS-buatan Anjasmoro 3.992 Pangrango 4.042 Lawit 3.831 Dieng 3.561 Seulawah 3.797 Kaba 3.536 Tidar 3.734 Panderman 3.409 Sindoro 3.607 Sindoro 3.406 Ratai 3.603 Burangrang 3.403 Dempo 3.598 Anjasmoro 3.367 Malabar 3.585 Krakatau 3.355 Grobogan 3.583 Tidar 3.345 Burangrang 3.545 Lokon 3.316 Kaba 3.536 Ijen 3.310 Argopuro 3.535 Seulawah 3.293 Lokon 3.486 Kawi 3.268 Pangrango 3.457 Ratai 3.267 Ijen 3.429 Sinabung 3.251 Kawi 3.373 Dempo 3.178 Krakatau 3.292 Lawit 3.177 Dieng 3.273 Grobogan 3.172 Panderman 3.256 Rajabasa 3.146 Tanggamus 3.246 Argopuro 3.129 Sinabung 3.127 Wilis 3.097 Wilis 3.050 Malabar 3.031 Rajabasa 2.971 Tanggamus 2.925
Rata-rata 3.474 3.304 Persentase kesesuaian : 47.826% Keterangan : - - - : batas rata-rata
57
Berdasarkan Tabel 17, VDS-buatan dan VDS-alami pada benih kedelai varietas
Kaba, Sindoro, Burangrang, Anjasmoro, Tidar dan Lokon menunjukkan nilai di
atas rata-rata, hal ini berarti varietas kedelai tersebut dikelompokkan ke dalam
varietas kedelai dengan nilai vigor daya simpan (VDS) yang tinggi berdasarkan
variabel kecepatan tumbuh benih. Sebaliknya VDS-buatan dan VDS-alami pada benih
kedelai varietas Kawi, Sinabung, Rajabasa, Wilis dan Tanggamus menunjukkan
nilai VDS di bawah rata-rata, hal ini berarti varietas benih kedelai tersebut
dikelompokkan ke dalam varietas kedelai dengan nilai vigor daya simpan (VDS)
rendah berdasarkan variabel kecepatan tumbuh.
Perbandingan hasil penapisan 23 varietas kedelai berdasarkan vigor daya
simpannya secara buatan (VDS-buatan) dengan vigor daya simpan alami (VDS-alami)
pada variabel daya hantar listrik disajikan pada Tabel 18. Berdasarkan data pada
Tabel 18, diketahui bahwa terdapat kesesuaian antara hasil penapisan 23 varietas
benih kedelai sebesar 78.260% pada variabel daya hantar listrik. VDS-buatan dan
VDS-alami pada benih kedelai varietas Kaba, Lawit, Krakatau, Pangrango, Kawi dan
Ratai menunjukkan nilai vigor daya simpan di atas rata-rata, hal ini berarti
varietas benih kedelai tersebut dikelompokkan ke dalam varietas kedelai dengan
nilai vigor daya simpan (VDS) yang tinggi berdasarkan variabel daya hantar listrik.
Sebaliknya VDS-buatan dan VDS-alami pada benih kedelai varietas Malabar,
Anjasmoro, Grobogan, Argopuro, Rajabasa, Tidar, Wilis, Panderman, Tanggamus,
Lokon, Ijen dan Dempo menunjukkan nilai VDS di bawah rata-rata, hal ini berarti
varietas benih kedelai tersebut dikelompokkan ke dalam varietas kedelai dengan
nilai vigor daya simpan (VDS) rendah berdasarkan variabel daya hantar listrik.
Rekapitulasi seluruh hasil percobaan menunjukkan bahwa daya hantar
listrik merupakan variabel yang paling sesuai untuk digunakan dalam penapisan
varietas kedelai berdasarkan vigor daya simpannya menggunakan MPC IPB 77-1
MM, hal ini dikarenakan variabel daya hantar listrik memiliki nilai persentase
kesesuaian penapisan berdasarkan VDS-buatan dan VDS-alami tertinggi yaitu 78.2%
dibandingkan pada variabel lainnya. Hal tersebut didukung oleh hasil percobaan
sebelumnya yang menunjukkan bahwa variabel daya hantar listrik merupakan
variabel yang lebih peka dalam membedakan setiap hasil titik waktu pengusangan
cepat benih.
58
Tabel 18 Perbandingan hasil penapisan 23 varietas benih kedelai berdasarkan vigor daya simpan secara buatan (VDS-buatan) dengan vigor daya simpan secara alami (VDS-alami) pada variabel daya hantar listrik
Varietas VDS-alami Varietas VDS-buatan Pangrango 3.618 Kaba 3.408 Kaba 3.569 Lawit 3.363 Lawit 3.538 Krakatau 3.349 Sindoro 3.536 Burangrang 3.347 Krakatau 3.379 Pangrango 3.345 Seulawah 3.291 Dieng 3.225 Ratai 3.260 Kawi 3.091 Kawi 3.222 Ratai 3.057 Sinabung 3.220 Malabar 3.023 Malabar 2.972 Anjasmoro 3.000 Wilis 2.947 Sinabung 2.998 Burangrang 2.889 Sindoro 2.992 Argopuro 2.882 Grobogan 2.989 Rajabasa 2.882 Argopuro 2.981 Grobogan 2.867 Rajabasa 2.933 Dieng 2.831 Tidar 2.916 Anjasmoro 2.825 Wilis 2.914 Panderman 2.823 Panderman 2.912 Dempo 2.807 Tanggamus 2.902 Lokon 2.779 Lokon 2.809 Tidar 2.775 Ijen 2.796 Ijen 2.768 Dempo 2.795 Tanggamus 2.751 Seulawah 2.609
Rata-rata 3.062 3.033 Persentase kesesuaian : 78.260% Keterangan : - - - : batas rata-rata
Daya hantar listrik merupakan salah satu variabel pengujian benih secara
fisik untuk melihat tingkat kebocoran dan degradasi membran sel. Menurut
Saenong (1986), variabel daya hantar listrik dapat lebih dini dalam menunjukkan
kemunduran benih kedelai, hal ini dikarenakan gejala utama kemunduran benih
ialah degradasi membran sel yang pada akhirnya akan diikuti oleh penurunan
energi yang dibutuhkan untuk biosintesis. Roberts (1972) mengemukakan bahwa
eksudat yang keluar karena kebocoran membran dapat mendorong
berkembangnya mikroorganisme sehingga memperlambat proses perkecambahan,
meningkatkan kepekaan kecambah terhadap stress lingkungan, meningkatkan
59
pertumbuhan kecambah abnormal dan pada akhirnya benih akan kehilangan
kemampuan berkecambah.
Hasil penapisan varietas kedelai berdasarkan vigor daya simpan secara
alami dan buatan yang tertera pada Tabel 19, menunjukkan bahwa hanya kedelai
varietas Kaba yang konsisten berada pada kelompok varietas kedelai yang
memiliki nilai vigor daya simpan tinggi pada seluruh variabel pengamatan (daya
berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh dan daya hantar listrik). Kedelai
varietas Panderman, Lokon dan Grobogan memiliki nilai vigor daya simpan yang
konsisten rendah berdasarkan variabel daya berkecambah, indeks vigor dan daya
hantar listrik, sedangkan varietas Tanggamus memiliki nilai vigor daya simpan
yang konsisten rendah berdasarkan variabel daya berkecambah, kecepatan tumbuh
dan daya hantar listrik, serta kedelai varietas Wilis memiliki nilai vigor daya
simpan yang konsisten rendah berdasarkan variabel indeks vigor, kecepatan
tumbuh dan daya hantar listrik.
Tabel 19 Rekapitulasi pengelompokan hasil penapisan 23 varietas benih kedelai berdasarkan vigor daya simpan secara buatan (VDS-buatan) dengan vigor daya simpan secara alami (VDS-alami) pada variabel daya berkecambah (DB), indeks vigor (IV), kecepatan tumbuh (KCT) dan daya hantar listrik (DHL)
Kelompok DB IV KCT DHL
VDS tinggi
Seulawah Seulawah Anjasmoro Pangrango Kaba Burangrang Tidar Kaba
Pangrango Sindoro Sindoro Lawit Sinabung Kaba Burangrang Krakatau
Wilis Rajabasa Kaba Ratai Lokon Kawi
VDS rendah
Sindoro Malabar Kawi Malabar Ratai Ratai Tanggamus Wilis
Panderman Grobogan Sinabung Argopuro Lokon Panderman Wilis Rajabasa Dieng Argopuro Rajabasa Grobogan
Rajabasa Kawi Anjasmoro Grobogan Wilis Panderman
Tanggamus Lokon Dempo Lokon Tidar Ijen
Tanggamus
60
Data hasil penapisan varietas kedelai berdasarkan vigor daya simpan
secara alami dan buatan yang tertera pada Tabel 19 tersebut sesuai dengan data
penurunan viabilitas dan peningkatan daya hantar listrik benih kedelai selama 10
minggu periode simpan alami yang tertera pada Tabel 9 dan 10, yang mana benih
kedelai varietas Kaba termasuk dalam kelompok varietas yang lebih dapat
mempertahankan viabilitasnya serta memiliki nilai daya hantar listrik yang lebih
rendah pada akhir periode simpan, sedangkan kedelai varietas Panderman, Lokon,
Grobogan, Wilis dan Tanggamus termasuk kelompok varietas yang kurang dapat
mempertahankan viabilitasnya serta memiliki nilai daya hantar listrik yang lebih
tinggi pada akhir periode simpan dibandingkan dengan varietas kedelai lainnya.
60
SIMPULAN
Simpulan
1. MPC IPB 77-1 MM dapat dimanfaatkan sebagai alat penduga vigor daya
simpan benih kedelai melalui metode pengusangan cepat benih secara fisik
maupun kimia
2. Pendugaan vigor daya simpan benih kedelai dengan menggunakan MPC
IPB 77-1 MM melalui metode pengusangan cepat benih secara kimia lebih
cepat dan mudah dibandingkan dengan pengusangan cepat benih secara
fisik.
3. MPC IPB 77-1 dapat dimanfaatkan untuk penapisan vigor daya simpan
benih kedelai dengan menggunakan metode pengusangan cepat benih
secara kimia dan variabel daya hantar listrik dengan tingkat kesesuaian
penapisan 78%.
4. Hasil penapisan secara alami dan buatan menunjukkan bahwa kedelai
varietas Kaba memiliki nilai vigor daya simpan yang konsisten tinggi
berdasarkan variabel daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh
dan daya hantar listrik. Kedelai varietas Panderman, Lokon dan Grobogan
memiliki nilai vigor daya simpan yang konsisten rendah berdasarkan
variabel daya berkecambah, indeks vigor dan daya hantar listrik,
sedangkan varietas Tanggamus memiliki nilai vigor daya simpan yang
konsisten rendah berdasarkan variabel daya berkecambah, kecepatan
tumbuh dan daya hantar listrik. Kedelai varietas Wilis memiliki nilai vigor
daya simpan yang konsisten rendah berdasarkan variabel indeks vigor,
kecepatan tumbuh dan daya hantar listrik.
61
62
DAFTAR PUSTAKA
Addai LK, Kantanka OS. 2006. Evaluation of screening methods for improved storability of soybean seed. International Journal of Botany 2(2):152-155.
Afifah S. 1991. Pengaruh kondisi kulit benih terhadap viabilitas benih pada berbagai varietas kedelai [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
[AOSA] Association of Official Seed Analyst. 1983. Seed Vigor Testing Handbook. The seed vigor test committee of the association of official seed analyst. Contribution No. 32.
Artuti AM. 1988. Penelitian pembandingan devigorasi benih kedelai (Glycine max L. Merr) oleh deraan etanol dengan deraan radiasi dan cendawan Aspergillus flavus Link [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2011. Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan. http://www.bps.go.id [10 juli 2012].
Badan Standardisasi Nasional. 2003. Benih Kedelai Kelas Benih Penjenis (BS). Jakarta: Badan Standardidasi Nasional. 17 hal.
Chazimah N. 2000. Pengaruh penderaan dengan larutan etanol terhadap kemunduran benih kedelai (Glycine max L.) [Skripsi]. Lampung: Program Sarjana. Universitas Lampung.
Copeland OL, McDonald MB. 1985. Principles of Seed Science and Technology. New york: Kluwer Academic Publishers.
Ginting E, Tasra IK. 2007. Standar Mutu Biji Kedelai. Malang: Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.
Harrington JF. 1972. Seed Storage and Longevity. Academic Press 3.
Ilyas S. 1986. Pengaruh faktor induce dan enforce terhadap vigor benih kedelai (Glycine max L.) dan hubungannya dengan produksi per hektar [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Justice OL, Bass LN. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Jakarta: PT Grafindo Persada. 283 hal.
63
Kartono. 2004. Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar air dan suhu penyimpanan yang berbeda. Buletin Teknik Pertanian 9:79-82.
Marwanto. 2004. Osmoconditioning dan deteriorasi benih kedelai selama penyimpanan. Jurnal Akta Agrosia 7(1):1-5.
Marwanto. 2007. Relationship between seed coat lignin content and seed coat characteristics in mung bean. JIPI 9(1):6-11.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan MINITAB. Bogor: IPB Press.
Mugnisyah WQ. 1991. Strategi teknologi produksi benih kedelai untuk mengatasi deraan cuaca lapang. Bandung: Makalah Penunjang Seminar Nasional Teknologi Benih III, Universitas Padjajaran. 10 hal.
Mugnisyah WQ, Setiawan A, Suwarto, Santiwa C. 1994. Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 283 hal.
Pian ZA. 1981. Penggunaan uap etil alkohol terhadap viabilitas benih jagung dan pemanfaatannya untuk menduga daya simpan [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Pramono E. 1991. Penggunaan nilai delta dan nilai rasio viabilitas untuk menduga daya konservasi pratanam benih kedelai (Glycine max L.) [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Pramono E. 2000. Efektivitas desikan arang kayu dalam mempertahankan vigor daya simpan benih kedelai (Glycine max L.). Pros. Sem. Hasil-hasil Penelitian Universitas Lampung.
Pramono E. 2009. Daya Simpan Dugaan 90% (DSD-90) dari Intensitas Pengusangan Cepat Kimiawi dengan Uap Etanol (IPCKU) pada Benih Kacang Tanah. http://blog.unila.ac.id [11 Desember 2011].
Priestley DA. 1986. Seed Aging. Comstock Publishing Associetes. A Division of Cornell University Press Itacha and London.
Rahayu M, Sudarto K, Puspadi I, Mardian I. 2009. Paket Teknologi Produksi Benih Kedelai. Nusa Tenggara Barat: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat. 48 hal.
64
Sadjad S. 1980. Panduan pembinaan mutu benih tanaman kehutanan di Indonesia. Bogor: Proyek Pusat Pembinaan Kehutanan Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi. Dirjen Kehutanan-Institut Pertanian Bogor.
Sadjad S. 1989. Konsepsi Steinbauer-Sadjad sebagai landasan matematika benih di Indonesia. Bogor: Orasi Ilmiah, Institut Pertanian Bogor. 42 hal.
Sadjad S. 1992. Studi Pemanfaatan mesin pengusang cepat IPB 77-1 yang dimodifikasi untuk simulasi kemunduran benih kedelai oleh goncangan transportasi. Bogor: Makalah Hasil-hasil Penelitian Institut Pertanian Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Sadjad S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Jakarta: Grasindo. 144 hal.
Sadjad S. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Jakarta: PT Widiasarana Indonesia.
Sadjad S, Muniarti E, Ilyas S. 1999. Parameter Pengujian Benih dari Komparatif ke Simulatif. Jakarta: PT Widiasarana Indonesia.
Saenong S, Sadjad S. 1984. Alat IPB 77-1 untuk Pendeteksian Vigor Benih Jagung (Zea mays L.) oleh Keragaman Faktor Induce. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Setyawati AS. 1989. Pengaruh devigorasi etanol, radiasi Co-60 dan etil metasulfonat (EMS) terhadap kemunduran benih bayam [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Soepriaman J. 1989. Pengaruh tempat dan kemasan terhadap kualitas dan daya simpan benih kedelai dan jagung. Bogor: Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Balittan.
Suhartanto MR. 1994. Studi sistem multiplikasi devigorasi secara fisik dan kimia pada kasus kemunduran viabilitas benih kedelai (Glycine max L.) akibat goncangan [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Sukarman, Rahardjo M. 2000. Karakter fisik, kimia dan fisiologis benih beberapa varietas kedelai. Buletin Plasma Nutfah 6(2):31-36.
Tatipata A, Yudono P, Purwantoro A, Mangoendidjojo. 2004. Kajian aspek fisiologi dan biokimia deteriorasi benih kedelai selama penyimpanan. Jurnal Ilmu Pertanian 11(2):76-87.
Venter A. 2000. Seed vigor testing. Journal of New Seeds 2(40):51-58.
65
Wahyuni S, Nugraha US. 1995. Viabilitas dan vigor benih padi dari berbagai berat jenis selama penyimpanan. Jurnal Penelitian Pertanian 14:174-185.
66
Lampiran 1. Deskripsi kedelai varietas Burangrang
Nomor galur : C1-I-2-/KPR-3
Asal : Segregat silang alam, diambil dari tanaman
petani di jember
Warna hipokotil : Ungu
Warna bunga : Ungu
Warna biji : Kuning
Warna daun : Hijau tua
Warna bulu : Coklat kekuningan
Tipe tumbuh : Determinate
Tinggi tanaman : 60-70 cm
Bentuk daun : Oblong, ujung runcing
Percabangan : 1-2 cabang
Umur berbunga : 35 hari
Umur masak : 80-82 hari
Bentuk biji : Agak bulat
Kerebahan : Tahan rebah
Bobot 100 biji : 17 g
Kadar protein : 39%
Kadar lemak : 20%
Ukuran biji : Besar
Potensi hasil : 1,6 – 2,5 t/ha
Ketahanan terhadap hama penyakit : Toleran karat daun
Pemulia : R. P. P. Rodiah, Ono Sutrisno, Gatot
Kustiyono, Sumarno dan Sugito
Tahun dilepas : 1999 (SK Mentan No. 766/Kpts/TP.
240/6/1999)
67
Lampiran 2. Deskripsi kedelai varietas Sinabung
Nomor galur : MSC 9526-IV-C-4
Asal : Silang ganda 16 ketua
Warna hipokotil : Ungu
Warna bunga : Ungu
Warna biji : Kuning
Warna daun : Hijau tua
Warna bulu : Coklat
Tipe tumbuh : Determinate
Tinggi tanaman : 66 cm
Umur berbunga : 35 hari
Umur masak : 88 hari
Bentuk biji : Lonjong
Bobot 100 biji : 10,68 g
Kadar protein : 46%
Kadar lemak : 13%
Ukuran biji : Sedang
Potensi hasil : 2,16 t/ha
Ketahanan terhadap hama penyakit : Tahan rebah
Pemulia : M. Muchlish Adie Soegito, Darman
M. Arsyad, Arifin
Tahun dilepas : 2003 (SK Mentan No. 533/Kpts/
TP.240/10/2001)
68
Lampiran 3. Deskripsi kedelai varietas Wilis
Nomor galur : B 3034
Asal : Seleksi keturunan Orba x No. 1682
Warna hipokotil : Ungu
Warna bunga : Ungu
Warna biji : Kuning
Warna daun : Hijau – hijau tua
Warna bulu : Coklat tua
Tipe tumbuh : Determinate
Tinggi tanaman : 40-50 cm
Umur berbunga : ± 39 hari
Umur masak : ± 88 hari
Bentuk biji : Oval, agak pipih
Bobot 100 biji : ± 10 g
Kadar protein : 37%
Kadar lemak : 18%
Ukuran biji : Sedang
Potensi hasil : Tertinggi 2,7 t; hasil rata-rata 1,6 t
Ketahanan terhadap hama penyakit : Tahan penyakit karat dan virus, tahan rebah
Pemulia : Sumarno, Darman M. Arsyad, A. Dimyati
Rodiah dan Ono Sitrisno
Tahun dilepas : 1983 (SK Mentan No. TP.240/519/Kpts/7/
1983)
69
Lampiran 4. Deskripsi kedelai varietas Kaba
Nomor galur : MSC 9526-IV-C-4
Asal : Silang ganda 16 tetua
Warna hipokotil : Ungu
Warna bunga : Hijau
Warna biji : Kuning
Warna daun : Ungu
Warna bulu : Hijau tua
Tipe tumbuh : Determinate
Tinggi tanaman : 64 cm
Umur berbunga : ± 35 hari
Umur masak : ± 85 hari
Bentuk biji : Lonjong
Bobot 100 biji : ± 10.37 g
Kadar protein : 44%
Kadar lemak : 14%
Ukuran biji : Sedang
Potensi hasil : 2,13 t/ha
Ketahanan terhadap hama penyakit : Agak tahan penyakit karat daun
Pemulia : M. Muchlish Adie Soegito, Darman M.
Arsyad, Arifin
Tahun dilepas : 2003 (SK Mentan No. 532/Kpts/TP.240/10
/2001)
70
Lampiran 5. Deskripsi kedelai varietas Anjasmoro
Nomor galur : MANSURIA 395-49-4
Asal : Seleksi massa populasi galur murni
MANSURIA
Warna hipokotil : Ungu
Warna bunga : Ungu
Warna biji : Kuning
Warna daun : Hijau
Warna bulu : Putih
Tipe tumbuh : Determinate
Tinggi tanaman : 64-68 cm
Umur berbunga : 36-40 hari
Umur masak : 82-92 hari
Bentuk biji : Oval
Bobot 100 biji : 14,8-15,3 g
Kadar protein : 41,78-42,05%
Kadar lemak : 17,12-18,60%
Ukuran biji : Besar
Potensi hasil : 2,25 t/ha
Ketahanan terhadap hama penyakit : Tahan rebah
Pemulia : Takashi Sanbuichi, Nagaaki Sekiya,
Jamaluddin M., Susanto, Darman M.
Arsyad, Muchlish Adie
Tahun dilepas : 2001 (SK Mentan No. 537/Kpts/TP.240/10
/2001)
71
Lampiran 6. Deskripsi kedelai varietas Malabar
Nomor galur : B 8217-II-12-13
Asal : Persilangan varietas No. 1592 x Wilis
Warna hipokotil : Ungu
Warna bunga : Ungu
Warna biji : Kuning mengkilat
Warna daun : Hijau
Warna bulu : Coklat
Tipe tumbuh : Determinate
Tinggi tanaman : 57 cm
Umur berbunga : 31 hari
Umur masak : 70 hari
Bobot 100 biji : 12 g
Kadar protein : 37%
Kadar lemak : 20%
Ukuran biji : Sedang
Potensi hasil : 1.27 t/ha
Ketahanan terhadap hama penyakit : Agak tahan karat daun
Pemulia : Darman MA., Sumarno, Asadi, Rodiah,
Ono Sutrisno, dan Cheppy Syukur
Tahun dilepas : 1992 (SK Mentan No. 618/Kpts
/TP.240/11/92)
72
Lampiran 7. Deskripsi kedelai varietas Dempo
Nomor galur : 1400 B
Asal : Hasil seleksi galur murni dari varietas
Amerikana, introduksi dari Kolumbia
Warna hipokotil : Ungu
Warna bunga : Ungu
Warna biji : Kuning
Warna daun : Hijau tua
Warna bulu : Coklat tua
Tipe tumbuh : Determinate
Tinggi tanaman : 45-60 cm
Umur berbunga : 40 hari
Umur masak : 90-95 hari
Bobot 100 biji : 12-13 g
Kadar protein : 41%
Kadar lemak : 18%
Ukuran biji : Sedang
Potensi hasil : 1.5 t/ha
Kerebahan : Tahan rebah
Pemulia : Sumarno, Rodiah dan Ono Sutrisno
Tahun dilepas : 1984
73
Lampiran 8. Deskripsi kedelai varietas Lawit
Nomor galur : 3034/Lamp-3-II-1
Asal : Persilangan galur B 3034 dengan local
Lampung
Warna hipokotil : Ungu
Warna bunga : Ungu
Warna biji : Kuning
Bentuk biji : Lonjong
Warna daun : Hijau
Warna bulu : Coklat
Tipe tumbuh : Semi determinate
Tinggi tanaman : 58 cm
Umur berbunga : 40 hari
Umur masak : 84 hari
Warna polong masak : Coklat
Bobot 100 biji : 10.5 g
Ukuran biji : Sedang
Potensi hasil : 2.07 t/ha
Ketahanan terhadap hama penyakit : -
Pemulia : M. Sabran, M. Muchlish Adie, E. William,
Koesrini dan M. Saleh
Tahun dilepas : 2001 (SK Mentan No. 642/Kpts/TP.240
/12/2001)
74
Lampiran 9. Deskripsi kedelai varietas Tanggamus
Nomor galur : K3911-66
Warna hipokotil : Hibrida (persilangan tunggal)
Kerinci x No. 3911
Warna bunga : Ungu
Warna hipokotil : Ungu
Warna epikotil : Hijau
Warna kotiledon : Kuning
Warna bulu : Coklat
Warna bunga : Ungu
Warna kulit biji : Kuning
Warna polong masak : Coklat
Bentuk biji : Oval
Tipe tumbuh : Determinate
Umur berbunga : 35 hari
Umur panen : 88 hari
Tinggi tanaman : 67 cm
Bobot 100 biji : 11 g
Ukuran biji : Sedang
Kandungan protein : 44,5%
Kandungan lemak : 12,9%
Kerebahan : Tahan rebah
Ketahanan thd penyakit : Moderat karat daun
Pemulia : Darman MA., M. Muchlish Adie,
Heru Kuswantoro dan Purwantoro
Tahun dilepas : 2001 (SK Mentan No. 536/Kpts
/TP.240/10/2001
75
Lampiran 10. Deskripsi kedelai varietas Argopuro
Nomor galur : K-27
Asal : Introduksi Taiwan (GC 89029-19-1)
Warna hipokotil : Hijau
Warna bunga : Putih
Warna biji : Kuning
Warna daun : Hijau
Warna bulu : Putih
Tipe tumbuh : Determinate
Tinggi tanaman : 61 cm
Umur berbunga : 32 hari
Umur masak : 84 hari
Bobot 100 biji : 17.80 g
Kadar protein : 28.1%
Kadar lemak : 25.1%
Ukuran biji : Besar
Potensi hasil : 3.05 t/ha
Ketahanan terhadap hama : Agak tahan lalat kacang, pengisap polong
dan ulat grayak
Ketahanan thd penyakit : Peka virus daun (CMMV)
Pemulia : M. Muchlis Adie, Nasir Saleh dan Gatut
Wahyu AS
Tahun dilepas : 2005 (SK Mentan No. 204/Kpts.
/SR.120/4/2005)
76
Lampiran 11. Deskripsi kedelai varietas Ijen
Nomor galur : B4F3WH-177-382-109
Asal : Silang balik varietas Wilis dengan
Himeshirazu
Warna hipokotil : Ungu
Warna bunga : Ungu
Warna biji : Kuning agak mengkilap
Warna daun : Hijau
Warna bulu : Coklat
Tipe tumbuh : Determinate
Tinggi tanaman : 51 cm
Umur berbunga : 32 hari
Umur masak : 83 hari
Bobot 100 biji : 11.23 g
Kadar protein : 36.4%
Kadar lemak : 13.2%
Ukuran biji : Sedang
Potensi hasil : 2.15-2.49 t/ha
Ketahanan terhadap hama penyakit : Agak tahan ulat grayak
Pemulia : M. Muchlis Adie, K. Igita, G.W.A.
Susanto, Darman M. Arsyad, Suharsono,
Trijaka, dan Arifin
Tahun dilepas : 2003 (SK Mentan No. 384/Kpts
/SR.120/8/2003)
77
Lampiran 12. Deskripsi kedelai varietas Lokon
Nomor galur : GM 1293
Asal : Seleksi keturunan persilangan Gm 26
(TK 5)/Gm 14 (Genjah Slawi)
Warna hipokotil : Hijau
Warna bunga : Putih
Warna biji : Kuning jerami
Warna daun : Hijau
Warna bulu : Coklat
Tipe tumbuh : Determinate
Tinggi tanaman : 74 cm
Umur berbunga : 31 hari
Umur masak : 75 hari
Bobot 100 biji : 10.76 g
Kadar protein : 34.3%
Kadar lemak : 15.8%
Ukuran biji : Sedang
Potensi hasil : 1.75 t/ha
Ketahanan terhadap hama penyakit : Agak peka terhadap karat dan virus
Pemulia : Balittan Sukamandi
Tahun dilepas : 1982 (SK Mentan No. 37/Kpts/Um/1982)
78
Lampiran 13. Deskripsi kedelai varietas Panderman
Nomor galur : GC 87032-10-1
Asal : Introduksi dari Taiwan
Warna hipokotil : Hijau tua
Warna bunga : Putih
Warna biji : Kuning muda
Warna daun : Hijau
Warna bulu : Coklat
Tipe tumbuh : Determinate
Tinggi tanaman : 44 cm
Umur berbunga : 33 hari
Umur masak : 85 hari
Bobot 100 biji : 18-19 g
Kadar protein : 36.9%
Kadar lemak : 17.7%
Ukuran biji : Besar
Bentuk biji : Agak bulat
Potensi hasil : 2.37 t/ha
Ketahanan terhadap hama penyakit : Agak tahan ulat grayak
Ketahanan rebah : Tahan rebah
Pemulia : M. Muchlis Adie, Muhammad Maksum,
Lena Wahyu Marwati, M. Aris, Lin Yen
Yen, Chen Keng Feng, Chend Il Tsung
Tahun dilepas : 2003 (SK Mentan No. 395/Kpts/SR.120
/8/2003)
79
Lampiran 14. Deskripsi kedelai varietas Ratai
Nomor galur : W3465-27-2
Asal : Wilis x No. 3465
Warna hipokotil : Ungu
Warna bunga : Ungu
Warna biji : Kuning agak kehijauan
Warna daun : Hijau tua
Warna bulu : Coklat
Tipe tumbuh : Determinate
Tinggi tanaman : 90 cm
Umur berbunga : 37 hari
Umur masak : 90 hari
Bobot 100 biji : 10.5 g
Kadar protein : 42.2%
Kadar lemak : 11.7%
Ukuran biji : Sedang
Potensi hasil : 1.6-2.7 t/ha
Ketahanan terhadap hama penyakit : Agak tahan penyakit karat daun
(Phakospora pachyrizi Syd)
Pemulia : DM. Arsyad, Heru Kuswantoro, M.
Muchlis Adie, Purwantoro, Amin Nur,
Sri Hardaningsih, dan E. Yusnawan
Tahun dilepas : 2004 (SK Mentan No. 168/Kpts/
LB.240/3/2004)
80
Lampiran 15. Deskripsi kedelai varietas Rajabasa
Nomor galur : GH-7 / BATAN
Asal : Galur Mutan No. 214 x 23-D yang berasal
dari irradiasi sinar Y varietas Guntur dosis
150 Gy
Warna hipokotil : Ungu
Warna bunga : Ungu
Warna biji : Kuning mengkilap
Warna daun : Hijau
Warna bulu : Coklat
Tipe tumbuh : Determinate
Tinggi tanaman : 54 cm
Umur berbunga : 35 hari
Umur masak : 82-85 hari
Bobot 100 biji : 15 g
Kadar protein : 39.62%
Kadar lemak : 19.93%
Ukuran biji : Besar
Potensi hasil : 3.90 t/ha
Ketahanan thd penyakit : Tahan penyakit karat daun (Phakospora
pachyrizi Syd)
Ketahanan thd cekaman : Agak toleran
Pemulia : Masrizal, Harry Is Mulyana, Siswoyo,
Kumala Dewi, Yuliasti, Arwin dan Ina
Idayani Rahma
Tahun dilepas : 2004 (SK Mentan No. 171/Kpts/LB.240/
3/2004)
81
Lampiran 16. Deskripsi kedelai varietas Tidar
Nomor galur : B 3379
Asal : hasil seleksi dari mutan B 1682, introduksi
dari AVRDC Taiwan
Warna hipokotil : Ungu
Warna bunga : Ungu
Warna biji : Kuning kehijauan
Warna daun : Hijau tua
Warna bulu : Coklat
Tipe tumbuh : Determinate
Tinggi tanaman : 40-50 cm
Umur berbunga : 35 hari
Umur masak : 75 hari
Bobot 100 biji : 7 g
Kadar protein : 37%
Kadar lemak : 20%
Ukuran biji : Kecil
Potensi hasil : 1.4 t/ha
Ketahanan terhadap hama penyakit : Agak tahan lalat bibit dan karat daun
Pemulia : Sumarno, Rodiah, Ono Sutrisno, C.
Syukur, Soegito, Hadi Purnomo, Sutrisno
Tahun dilepas : 1987
82
Lampiran 17. Deskripsi kedelai varietas Grobogan
Asal : Pemurnian populasi Lokal Malabar
Grobogan
Warna hipokotil : Ungu
Warna bunga : Ungu
Warna biji : Kuning muda
Warna daun : Hijau agak tua
Warna bulu : Coklat
Tipe tumbuh : Determinate
Tinggi tanaman : 50-60 cm
Umur berbunga : 30-32 hari
Umur masak : 76 hari
Bobot 100 biji : 18 g
Kadar protein : 43.9%
Kadar lemak : 18.4%
Ukuran biji : Besar
Potensi hasil : 3.40 t/ha
Sifat lain : - polong masak tidak mudah pecah
- pada saat panen daun luruh 95–100%
saat panen >95% daunnya telah luruh
Pemulia : Suhartina, M. Muclish Adie
Tahun dilepas : 2008 (SK Mentan No. 238/Kpts/SR.120/
3/2008)
83
Lampiran 18. Deskripsi kedelai varietas Dieng
Nomor galur : MSC 8401-2-3
Asal : Persilangan Manalagi x Orba
Warna hipokotil : Ungu
Warna bunga : Ungu
Warna biji : Kuning kehijauan
Warna daun : Hijau tua
Warna bulu : Coklat
Tipe tumbuh : Determinate
Tinggi tanaman : 47-57 cm
Umur berbunga : 35-38 hari
Umur masak : 74-78 hari
Bobot 100 biji : 7.5 g
Kadar protein : 37%
Kadar lemak : 17%
Ukuran biji : Kecil
Potensi hasil : 2.3 t/ha
Ketahanan terhadap hama penyakit : Agak tahan karat daun
Pemulia : Soegito, M. Muchlis Adie, Rodiah dan
Hadi Purnomo
Tahun dilepas : 1991 (SK Mentan No. 105/Kpts/TP.240
/3/91)
84
Lampiran 19. Deskripsi kedelai varietas Kawi
Nomor galur : MSC 9050-C-7-2
Asal : Galur MSC 9050-C-7-2, galur murni hasil
seleksi keturunan galur introduksi AVRDC
Taiwan G10050 x MSC 8306-1-M
Warna hipokotil : Ungu
Warna bunga : Ungu
Warna biji : Kuning
Warna daun : Hijau
Warna bulu : Coklat
Tipe tumbuh : Determinate
Tinggi tanaman : 60-70 cm
Umur berbunga : 34 hari
Umur masak : 88 hari
Bobot 100 biji : 10.5 g
Kadar protein : 38.5%
Kadar lemak : 17.5%
Ukuran biji : Sedang
Potensi hasil : 1.55-2.80 t/ha
Ketahanan terhadap hama penyakit : Agak tahan karat daun
Pemulia : Soegito, M. Muchlis Adie, dan Arifin
Tahun dilepas : 1998 (SK Mentan No. 878/Kpts/TP.240
/11/98)
85
Lampiran 20. Deskripsi kedelai varietas Krakatau
Nomor galur : AGS-66
Asal : Introduksi dari Taiwan tahun 1985
Warna hipokotil : Ungu
Warna biji : Kuning
Warna daun : Hijau
Warna bulu : Coklat
Tipe tumbuh : Determinate
Tinggi tanaman : 55-60 cm
Umur berbunga : 35 hari
Umur masak : 82-85 hari
Bobot 100 biji : 8 g
Kadar protein : 36%
Kadar lemak : 16%
Ukuran biji : Kecil
Potensi hasil : 1.9 t/ha
Ketahanan terhadap hama penyakit : Toleran karat daun dan virus CMMV
Pemulia : Sumarno, Soegito, Rodiah, Darman M.A.,
Ono Sutrisno dan Cheppy Syukur
Tahun dilepas : 1992 (SK Mentan No. 614/Kpts/TP.240/
11/92)
86
Lampiran 21. Deskripsi kedelai varietas Pangrango
Nomor galur : B 8306-4-4
Asal : Hasil persilangan varietas lokal
Lampung x Davros pada tahun 1983
Warna hipokotil : Ungu
Warna bunga : Ungu
Warna biji : Kuning
Warna daun : Hijau
Warna bulu : Coklat
Tipe tumbuh : Determinate
Tinggi tanaman : 65 cm
Umur berbunga : 40 hari
Umur masak : 88 hari
Bobot 100 biji : 10 g
Kadar protein : 39%
Kadar lemak : 18%
Ukuran biji : Sedang
Bentuk biji : Bulat hingga agak bulat
Potensi hasil : 2 t/ha
Ketahanan terhadap hama penyakit : Tahan karat daun
Pemulia : Asadi, Darman MA., Sumarno, Hafni
Zahara dan Nurwita Dewi
Tahun dilepas : 1995
87
Lampiran 22. Deskripsi kedelai varietas Sindoro
Nomor galur : T4 (UNSOED 2)
Asal : Hasil persilangan Dempo x Wilis
Warna hipokotil : Ungu
Warna biji : Kuning
Warna daun : Hijau
Warna bulu : Coklat
Tipe tumbuh : Determinate
Tinggi tanaman : 59 cm
Umur berbunga : 36 hari
Umur masak : 86 hari
Bobot 100 biji : 12 g
Kadar protein : 33%
Kadar lemak : 16%
Ukuran biji : Sedang
Potensi hasil : 2.03 t/ha
Ketahanan terhadap hama penyakit : Tahan karat daun
Pemulia : Sunarto, Noor Farid, dan Suwarto
Tahun dilepas : 1995
88
Lampiran 23. Deskripsi kedelai varietas Seulawah
Nomor galur : W3898-14-3
Asal : Persilangan Wilis x No. 3898
Warna hipokotil : Ungu
Warna bunga : Ungu
Warna biji : Kuning agak kehijauan
Warna daun : Hijau tua
Warna bulu : Coklat
Tipe tumbuh : Determinate
Tinggi tanaman : 100 cm
Umur berbunga : 39 hari
Umur masak : 93 hari
Bobot 100 biji : 9.5 g
Kadar protein : 45.9%
Kadar lemak : 12.1%
Ukuran biji : Kecil
Bentuk biji : Agak bulat
Potensi hasil : 1.6-2.5 t/ha
Ketahanan terhadap hama penyakit : Tahan penyakit karat daun
Pemulia : Darman M. Arsyad, Heru Kuswantoro, M.
Muchlis Adie, Purwantoro, Amin Nur, Sri
Hardaningsih dan E. Yusnawan
Tahun dilepas : 2004 (SK Mentan No. 169/Kpts/LB.240
/3/2004)
89
Lampiran 24. Persamaan regresi linier, koefisien determinasi (R2) dan koefisien korelasi (r) pengaruh pengusangan cepat benih secara kimia terhadap variabel daya berkecambah
Varietas Persamaan regresi linier R2 r P-value
Argopuro y = 98.81 - 2.066x 0.977 -0.988 0.000**
Burangrang y = 89.14 - 1.926x 0.961 -0.980 0.001**
Dempo y = 105.4 - 1.777x 0.970 -0.985 0.000**
Rajabasa y = 92.48 - 1.766x 0.989 -0.995 0.000**
Panderman y = 93.95 - 1.711x 0.986 -0.993 0.000**
Tanggamus y = 96.48 - 1.666x 0.989 -0.994 0.000**
Grobogan y = 97.95 - 1.651x 0.987 -0.994 0.000**
Malabar y = 97.24 - 1.583x 0.987 -0.993 0.000**
Lokon y = 95.7 1- 1.469x 0.990 -0.995 0.000**
Dieng y = 95.52 - 1.454x 0.991 -0.995 0.000**
Ijen y = 96.71 - 1.389x 0.993 -0.996 0.000**
Sinabung y = 92.86 - 1.294x 0.972 -0.986 0.000**
Lawit y = 107.9 - 1.263x 0.790 -0.889 0.018**
Krakatau y = 102.3 - 1.131x 0.898 -0.948 0.004**
Anjasmoro y = 101.4 - 1.11x 0.980 -0.990 0.000**
Kawi y = 99.14 - 1.086x 0.943 -0.971 0.001**
Ratai y = 96.38 - 1.049x 0.959 -0.979 0.001**
Wilis y = 95.24 - 0.923x 0.984 -0.992 0.000**
Pangrango y = 103.7 - 0.880x 0.865 -0.930 0.007**
Tidar y = 98.48 - 0.846x 0.974 -0.987 0.000**
Sindoro y = 101.6 - 0.631x 0.955 -0.977 0.001**
Kaba y = 98.86 - 0.554x 0.947 -0.973 0.001**
Seulawah y = 100.7 - 0.520x 0.971 -0.985 0.000** Keterangan : Angka yang diikuti oleh tanda * berpengaruh nyata pada taraf 5% dan angka yang diikuti oleh tanda ** berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%
90
Lampiran 25. Persamaan regresi linier, koefisien determinasi (R2) dan koefisien korelasi (r) pengaruh pengusangan cepat benih secara kimia terhadap variabel indeks vigor
Varietas Persamaan regresi linier R2 r P-value
Argopuro y = 86.62 - 2.071 x 0.887 -0.942 0.005**
Sinabung y = 87.38 - 2.029 x 0.892 -0.944 0.005**
Dempo y = 91.14 - 1.966 x 0.962 -0.981 0.001**
Anjasmoro y = 83.90 - 1.963 x 0.894 -0.946 0.004**
Grobogan y = 85.67 - 1.920 x 0.930 -0.965 0.002**
Ijen y = 85.90 - 1.823 x 0.947 -0.973 0.001**
Panderman y = 78.67 - 1.800 x 0.935 -0.967 0.002**
Ratai y = 87.71 - 1.789 x 0.932 -0.965 0.002**
Lokon y = 80.81 - 1.746 x 0.981 -0.991 0.000**
Malabar y = 77.10 - 1.737 x 0.952 -0.976 0.001**
Rajabasa y = 69.86 - 1.694 x 0.818 -0.904 0.013**
Burangrang y = 66.86 - 1.674 x 0.781 -0.884 0.019**
Wilis y = 85.29 - 1.671 x 0.817 -0.904 0.013**
Kawi y = 90.00 - 1.660 x 0.947 -0.973 0.001**
Lawit y = 84.43 - 1.597 x 0.844 -0.919 0.010**
Dieng y = 79.19 - 1.554 x 0.986 -0.993 0.000**
Tidar y = 86.29 - 1.511 x 0.952 -0.975 0.001**
Tanggamus y = 70.57 - 1.503 x 0.969 -0.984 0.000**
Krakatau y = 83.81 - 1.466 x 0.892 -0.944 0.005**
Kaba y = 93.90 - 1.423 x 0.959 -0.979 0.001**
Seulawah y = 94.52 - 1.134 x 0.779 -0.883 0.020**
Pangrango y = 86.57 - 1.123 x 0.839 -0.916 0.010**
Sindoro y = 86.10 - 0.857 x 0.866 -0.930 0.007** Keterangan : Angka yang diikuti oleh tanda * berpengaruh nyata pada taraf 5% dan angka yang
diikuti oleh tanda ** berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%
91
Lampiran 26. Persamaan regresi linier, koefisien determinasi (R2) dan koefisien korelasi (r) pengaruh pengusangan cepat benih secara kimia terhadap variabel kecepatan tumbuh
Varietas Persamaan regresi linier R2 r P-value
Argopuro y = 51.29 - 1.138 x 0.944 -0.972 0.001**
Burangrang y = 44.22 - 1.021 x 0.885 -0.941 0.005**
Dempo y = 53.78 - 1.012 x 0.986 -0.993 0.000**
Grobogan y = 50.98 - 0.9856 x 0.971 -0.985 0.000**
Panderman y = 48.20 - 0.9702 x 0.970 -0.985 0.000**
Rajabasa y = 44.66 - 0.9458 x 0.933 -0.966 0.002**
Sinabung y = 50.09 - 0.9196 x 0.959 -0.979 0.001**
Malabar y = 48.16 - 0.9155 x 0.983 -0.992 0.000**
Ijen y = 51.63 - 0.9088 x 0.978 -0.989 0.000**
Lokon y = 50.02 - 0.9032 x 0.994 -0.997 0.000**
Tanggamus y = 45.87 - 0.8639 x 0.985 -0.992 0.000**
Dieng y = 48.75 - 0.8486 x 0.990 -0.995 0.000**
Lawit y = 53.63 - 0.8091 x 0.992 -0.996 0.000**
Anjasmoro y = 50.02 - 0.8052 x 0.974 -0.987 0.000**
Ratai y = 51.46 - 0.7880 x 0.953 -0.976 0.001**
Kawi y = 52.99 - 0.7843 x 0.976 -0.988 0.000**
Krakatau y = 52.40 - 0.7520 x 0.974 -0.987 0.000**
Wilis y = 50.57 - 0.7427 x 0.934 -0.966 0.002**
Tidar y = 51.96 - 0.6831 x 0.969 -0.985 0.000**
Kaba y = 54.02 - 0.5844 x 0.967 -0.983 0.000**
Seulawah y = 54.57 - 0.4940 x 0.892 -0.945 0.005**
Pangrango y = 48.85 - 0.4869 x 0.794 -0.891 0.017**
Sindoro y = 52.87 - 0.4600 x 0.966 -0.983 0.000** Keterangan : Angka yang diikuti oleh tanda * berpengaruh nyata pada taraf 5% dan angka yang
diikuti oleh tanda ** berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%
92
Lampiran 27. Persamaan regresi linier, koefisien determinasi (R2) dan koefisien korelasi (r) pengaruh pengusangan cepat benih secara kimia terhadap variabel daya hantar listrik
Varietas Persamaan regresi linier R2 r P-value
Anjasmoro y = 91.24 + 3.735 x 0.983 0.992 0.000**
Malabar y = 123.0 + 3.561 x 0.946 0.973 0.001**
Dempo y = 87.33 + 4.225 x 0.983 0.992 0.000**
Wilis y = 99.81 + 3.183 x 0.986 0.993 0.000**
Lawit y = 72.41 + 3.329 x 0.843 0.918 0.010**
Tanggamus y = 112.1 + 3.969 x 0.943 0.971 0.001**
Argopuro y = 82.98 + 4.729 x 0.951 0.975 0.001**
Ijen y = 106.6 + 3.847 x 0.984 0.992 0.000**
Lokon y = 102.6 + 3.913 x 0.973 0.986 0.000**
Panderman y = 108.1 + 3.806 x 0.986 0.993 0.000**
Ratai y = 108.5 + 1.731 x 0.941 0.970 0.001**
Rajabasa y = 116.4 + 3.811 x 0.963 0.982 0.001**
Tidar y = 102.8 + 1.740 x 0.978 0.989 0.000**
Grobogan y = 117.9 + 3.567 x 0.966 0.983 0.000**
Dieng y = 118.5 + 3.123 x 0.950 0.975 0.001**
Kaba y = 99.72 + 1.708 x 0.831 0.911 0.011**
Kawi y = 106.5 + 1.738 x 0.937 0.968 0.001**
Krakatau y = 84.72 + 3.343 x 0.857 0.926 0.008**
Pangrango y = 70.38 + 3.485 x 0.809 0.899 0.015**
Sindoro y = 95.13 + 1.559 x 0.983 0.992 0.000**
Burangrang y = 130.6 + 3.852 x 0.909 0.953 0.003**
Seulawah y = 93.60 + 1.273 x 0.825 0.908 0.012**
Sinabung y = 116.2 + 3.075 x 0.955 0.977 0.001** Keterangan : Angka yang diikuti oleh tanda * berpengaruh nyata pada taraf 5% dan angka yang
diikuti oleh tanda ** berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%
93
Lampiran 28. Persamaan regresi linier, koefisien determinasi (R2) dan koefisien korelasi (r) pengaruh periode simpan benih terhadap variabel daya berkecambah
Varietas Persamaan regresi linier R2 r P-value
Anjasmoro y = 95.71 - 5.143 x 0.983 -0.991 0.000**
Malabar y = 96.05 - 6.043 x 0.978 -0.989 0.000**
Dempo y = 96.24 - 5.914 x 0.986 -0.993 0.000**
Wilis y = 91.24 - 4.914 x 0.970 -0.985 0.000**
Lawit y = 93.38 - 5.343 x 0.982 -0.991 0.000**
Tanggamus y = 95.76 - 6.286 x 0.992 -0.996 0.000**
Argopuro y = 98.33 - 7.100 x 0.985 -0.992 0.000**
Ijen y = 92.14 - 5.629 x 0.982 -0.991 0.000**
Lokon y = 93.29 - 5.657 x 0.992 -0.996 0.000**
Panderman y = 99.86 - 6.771 x 0.995 -0.997 0.000**
Ratai y = 93.38 - 5.243 x 0.975 -0.988 0.000**
Rajabasa y = 96.05 - 6.743 x 0.990 -0.995 0.000**
Tidar y = 92.86 - 4.671 x 0.968 -0.984 0.000**
Grobogan y = 92.95 - 6.157 x 0.985 -0.992 0.000**
Dieng y = 93.62 - 5.857 x 0.988 -0.994 0.000**
Kaba y = 91.90 - 4.514 x 0.907 -0.952 0.003**
Kawi y = 95.10 - 5.686 x 0.989 -0.995 0.000**
Krakatau y = 95.43 - 5.486 x 0.989 -0.994 0.000**
Pangrango y = 94.00 - 5.500 x 0.987 -0.993 0.000**
Sindoro y = 94.14 - 5.929 x 0.978 -0.989 0.000**
Burangrang y = 98.00 - 7.300 x 0.966 -0.983 0.000**
Seulawah y = 90.52 - 3.871 x 0.864 -0.929 0.007**
Sinabung y = 94.81 - 5.729 x 0.992 -0.996 0.000** Keterangan : Angka yang diikuti oleh tanda * berpengaruh nyata pada taraf 5% dan angka yang
diikuti oleh tanda ** berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%
94
Lampiran 29. Persamaan regresi linier, koefisien determinasi (R2) dan koefisien korelasi (r) pengaruh periode simpan benih terhadap variabel indeks vigor
Varietas Persamaan regresi linier R2 r P-value
Burangrang y = 89.00 - 7.300 x 0.966 -0.983 0.000**
Argopuro y = 93.33 - 7.100 x 0.985 -0.992 0.000**
Panderman y = 87.86 - 6.771 x 0.995 -0.997 0.000**
Rajabasa y = 81.05 - 6.743 x 0.990 -0.995 0.000**
Tanggamus y = 73.76 - 6.286 x 0.992 -0.996 0.000**
Grobogan y = 81.95 - 6.157 x 0.985 -0.992 0.000**
Malabar y = 82.05 - 6.043 x 0.978 -0.989 0.000**
Sindoro y = 80.14 - 5.929 x 0.978 -0.989 0.000**
Dempo y = 86.24 - 5.914 x 0.986 -0.993 0.000**
Dieng y = 79.62 - 5.857 x 0.988 -0.994 0.000**
Sinabung y = 86.81 - 5.729 x 0.992 -0.996 0.000**
Kawi y = 93.10 - 5.686 x 0.989 -0.995 0.000**
Lokon y = 82.29 - 5.657 x 0.992 -0.996 0.000**
Ijen y = 84.14 - 5.629 x 0.982 -0.991 0.000**
Pangrango y = 77.00 - 5.500 x 0.987 -0.993 0.000**
Krakatau y = 93.43 - 5.486 x 0.989 -0.994 0.000**
Lawit y = 86.38 - 5.343 x 0.982 -0.991 0.000**
Ratai y = 86.38 - 5.243 x 0.975 -0.988 0.000**
Anjasmoro y = 88.71 - 5.143 x 0.983 -0.991 0.000**
Wilis y = 80.24 - 4.914 x 0.970 -0.985 0.000**
Tidar y = 87.86 - 4.671 x 0.968 -0.984 0.000**
Kaba y = 90.90 - 4.514 x 0.907 -0.952 0.003**
Seulawah y = 77.52 - 3.871 x 0.864 -0.929 0.007** Keterangan : Angka yang diikuti oleh tanda * berpengaruh nyata pada taraf 5% dan angka yang
diikuti oleh tanda ** berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%
95
Lampiran 30. Persamaan regresi linier, koefisien determinasi (R2) dan koefisien korelasi (r) pengaruh periode simpan benih terhadap variabel kecepatan tumbuh
Varietas Persamaan regresi linier R2 r P-value
Panderman y = 53.31 - 4.334 x 0.993 -0.997 0.000**
Burangrang y = 49.75 - 4.315 x 0.947 -0.973 0.001**
Rajabasa y = 48.11 - 4.127 x 0.990 -0.995 0.000**
Krakatau y = 52.66 - 3.933 x 0.983 -0.991 0.000**
Argopuro y = 46.63 - 3.905 x 0.927 -0.963 0.002**
Ijen y = 48.47 - 3.822 x 0.937 -0.968 0.002**
Lokon y = 47.37 - 3.809 x 0.966 -0.983 0.000**
Kawi y = 50.25 - 3.791 x 0.919 -0.959 0.003**
Grobogan y = 46.08 - 3.757 x 0.909 -0.954 0.003**
Kaba y = 49.15 - 3.695 x 0.896 -0.947 0.004**
Sinabung y = 49.49 - 3.680 x 0.960 -0.980 0.001**
Sindoro y = 47.49 - 3.647 x 0.947 -0.973 0.001**
Dieng y = 46.16 - 3.616 x 0.922 -0.960 0.002**
Wilis y = 47.22 - 3.551 x 0.933 -0.966 0.002**
Ratai y = 47.50 - 3.531 x 0.914 -0.956 0.003**
Tidar y = 47.96 - 3.325 x 0.898 -0.948 0.004**
Seulawah y = 46.20 - 3.217 x 0.892 -0.945 0.005**
Lawit y = 44.96 - 3.213 x 0.844 -0.919 0.010**
Tanggamus y = 42.61 - 3.193 x 0.943 -0.971 0.001**
Dempo y = 43.78 - 3.187 x 0.816 -0.903 0.014**
Anjasmoro y = 47.10 - 3.178 x 0.926 -0.962 0.002**
Pangrango y = 43.89 - 3.080 x 0.954 -0.977 0.001**
Malabar y = 42.59 - 3.025 x 0.812 -0.901 0.014** Keterangan : Angka yang diikuti oleh tanda * berpengaruh nyata pada taraf 5% dan angka yang
diikuti oleh tanda ** berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%
96
Lampiran 31. Persamaan regresi linier, koefisien determinasi (R2) dan koefisien korelasi (r) pengaruh periode simpan benih terhadap variabel daya hantar listrik
Varietas Persamaan regresi linier R2 r P-value
Anjasmoro y = 90.09 + 14.69 x 0.972 0.986 0.000**
Malabar y = 89.57 + 18.53 x 0.914 0.956 0.003**
Dempo y = 85.03 + 18.65 x 0.929 0.964 0.002**
Wilis y = 87.23 + 16.30 x 0.957 0.978 0.001**
Lawit y = 84.90 + 12.25 x 0.746 0.864 0.027**
Tanggamus y = 85.62 + 21.04 x 0.873 0.935 0.006**
Argopuro y = 86.90 + 20.23 x 0.904 0.951 0.004**
Ijen y = 90.70 + 17.58 x 0.932 0.965 0.002**
Lokon y = 95.31 + 17.47 x 0.841 0.917 0.010**
Panderman y = 94.51 + 17.85 x 0.937 0.968 0.002**
Ratai y = 96.01 + 11.47 x 0.885 0.941 0.005**
Rajabasa y = 92.21 + 19.31 x 0.863 0.929 0.007**
Tidar y = 97.10 + 10.16 x 0.991 0.995 0.000**
Grobogan y = 82.35 + 19.92 x 0.911 0.954 0.003**
Dieng y = 89.91 + 16.15 x 0.961 0.981 0.001**
Kaba y = 94.73 + 10.49 x 0.813 0.902 0.014**
Kawi y = 83.22 + 13.86 x 0.883 0.940 0.005**
Krakatau y = 81.82 + 13.88 x 0.845 0.919 0.010**
Pangrango y = 87.44 + 11.21 x 0.808 0.899 0.015**
Sindoro y = 78.76 + 13.55 x 0.768 0.876 0.022**
Burangrang y = 85.73 + 20.08 x 0.890 0.944 0.005**
Seulawah y = 92.47 + 9.073 x 0.883 0.940 0.005**
Sinabung y = 86.16 + 17.38 x 0.959 0.979 0.001** Keterangan : Angka yang diikuti oleh tanda * berpengaruh nyata pada taraf 5% dan angka yang
diikuti oleh tanda ** berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%
97
Lampiran 32. Pengaruh waktu pengusangan cepat benih secara kimia terhadap variabel daya berkecambah (%)
Varietas Waktu Pengusangan Cepat (menit)
0 10 20 30 40 50 Anjasmoro 99 89 bcdf 83 defg 70 cd 59 cde 42 cde
Malabar 97 78 ghi 71 efg 51 fgh 30 fghi 19 hij
Dempo 98 91 bcde 74 efg 56 de 38 f 9 j
Wilis 96 87 defgh 70 fghi 73 cd 57 de 50 bcd
Lawit 97 93b 92 bc 89 a 55 e 32 fg
Tanggamus 97 76 hi 69 hij 44 ghi 30 ghij 13 ij
Argopuro 98 83 ghi 60 jkl 26 hi 15 kl 1 k
Ijen 96 85 fghi 69 hijk 54 f 38 f 30 fg
Lokon 96 77 ghi 70 ghi 53 fg 38 e 20 ghi
Panderman 99 74 hi 58 jkl 39 hi 24 ijk 13 ij
Ratai 98 88 cdefg 75 efg 58 d 53 e 49 bcd
Rajabasa 97 73 hi 53 kl 39 hi 20 jkl 8 k
Tidar 97 91 bcdef 85 cdef 69 cd 66 cde 58 abc
Grobogan 97 78 ghi 71 fgh 50 fgh 29 hij 15 ij
Dieng 97 78 ghi 67 ijkl 55 ef 34 fgh 24 fgh
Kaba 99 90 bcdef 92 bcd 82 bc 77 ab 70 ab
Kawi 98 86 efgh 79 efg 75 cd 49 e 45 cde
Krakatau 98 88 bcdef 84 defg 75 bcd 64 cde 35 def
Pangrango 97 93 bcd 94 ab 85 b 69 bcd 52 bcd
Sindoro 99 96 a 92 bcde 85 b 73 abc 70 a
Burangrang 99 65 i 46 l 23 i 13 l 0 k
Seulawah 99 93 bc 95 a 86 a 80 a 73 a
Sinabung 97 78 ghi 62 jkl 57 d 37 fg 32 ef Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada uji DMRT taraf 5%
98
Lampiran 33. Pengaruh waktu pengusangan cepat benihsecara kimia terhadap variabel daya hantar listrik(µS cm-1 g-1)
Varietas Waktu Pengusangan Cepat (menit)
0 10 20 30 40 50 Anjasmoro 9.88 f 11.83 o 17.35 j 19.04 m 24.62 g 28.02 l
Argopuro 9.93 d 10.42 t 16.54 l 24.63 c 28.76 b 30.42 b
Burangrang 9.72 h 20.34 a 21.48 a 24.67 c 29.03 a 30.80 a
Dempo 9.94 d 11.74 p 16.05 m 22.50 h 25.67 f 29.87 c
Dieng 10.01 c 16.54 d 19.62 f 10.40 j 24.33 g 27.04 m
Grobogan 9.92 de 16.64 c 19,74 d 23.54 e 25.60 f 28.76 j
Ijen 10.02 c 13.94 i 10.07 c 22.43 i 25.58 f 29.34 f
Kaba 9.72 h 12.83 n 13.62 q 14.06 r 14.76 o 20.43 p
Kawi 9.84 g 13.73 k 14.07 o 15.76 o 16.73 m 19.87 q
Krakatau 9.91 def 13.01 m 13.79 p 15.64 p 19.65 i 28.96 i
Lawit 10.00 c 10.83 r 11.04 t 13.62 t 21.43 h 26.43 o
Lokon 10.03 bc 13.65 l 17.56 i 24.36 d 26.00 e 28.65 k
Malabar 10.01 c 18.42 b 19.69 e 23.42 f 26.07 e 29.67 e
Panderman 9.83 g 15.62 g 18.02 h 23.13 g 26.30 d 29.04 h
Pangrango 10.02 bc 10.62 s 11.94 s 13.87 s 19.07 j 28.97 hi
Rajabasa 10.14 a 16.12 f 19.63 f 25.34 b 26.04 de 29.77 d
Ratai 9.89 ef 13.82 j 14.78 n 15.33 q 17.54 k 19.67 r
Seulawah 9.71 h 10.38 t 12.00 r 13.62 t 12.47 p 17.06 u
Sinabung 10.00 c 16.39 e 18.74 g 19.83 l 24.36 g 26.50 n
Sindoro 9.64 i 11.45 q 12.00 r 13.09 s 16.02 n 17.43 t
Tanggamus 10.00 c 14.02 h 21.08 b 25.70 a 26.74 c 29.23 g
Tidar 9.93 d 11.83 o 14.07 o 16.34 n 17.05 l 18.52 s
Wilis 10.05 b 12.84 n 16.76 k 20.00 k 21.40 h 26.53 n Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada uji DMRT taraf 5%
99