Upload
others
View
28
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
TESIS
PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
MENENGAH ATAS PLUS MUNIRUL ARIFIN NW PRAYA LOMBOK
TENGAH
Oleh:
IRWAN SASMITA NIM: 15.4.14.1.028
Dosen Pembimbing:
Dr. H. Adi Fadli., M.Ag
Dr. H. Subki, M.Pd.I
Tesis Ini Diajukan Kepada Pascasarjana IAIN Mataram Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister
Pendidikan Agama Islam
PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM 2016
vii
Motto :
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut
(menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi)
sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya
(dituliskan) kalimat Allah (ilmu Allah). Sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Q.S al-lukman,27)
viii
Persembahan:
Aku persembahkan kepada Bapak dan ibunda tercinta,
Keluarga, saudara-saudaraku semuanya, untuk guru-
guruku yang telah mengajari dan mendidikku sekalipun
satu huruf, semoga Allah SWT membalasnya dengan
sebaik-baik balasan, baik ketika di Dunia maupun di
Akhirat kelak.
ix
ABSTRAK Irwan Sasmita, 2016 : Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas Plus Munirulul Arifin NW Praya
Dalam penelitian ini ada dua tujuan yang ingin dicapai yaitu
mendeskripsikan peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan agama islam di Sekolah Menengah Atas Plus Munirul Arifin Nahdlatul Wathan Praya dan Mendeskripsikan strategi Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan agama islam di Sekolah Menengah Atas Plus Munirul Arifin Nahdlatul Wathan Praya.
Dilihat dari fokus permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini maka penelitian ini temasuk penelitian kualitatif, dengan mempergunakan dua sumber data, yaitu data primer dan data sekunder. Adapun teknik pengumpulan data, yaitu: (1) Metode Observasi, (2) Metode Wawancara dan (3) Metode Dokumentasi.
Adapun hasil penelitian ini dapat disimpulkan (1) Peran Kepala Sekolah di Sekolah Menengah Atas Munirul Arifin Nahdlatul Wathan Praya mempunyai kewajiban untuk berusaha agar semua potensi yang ada di lembaganya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya demi tercapainya peningkatan pembelajaran pendidikan agama islam yang diharapkan. Berbagai peran yang dilakukan kepala sekolah dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran pendidikan agama islam di Sekolah Menengah Atas Plus Munirul Arifin Nahdlatul Wathan Praya diantaranya adalah (a). Kepala Sekolah sebagai Pendidik, (b). Kepala Sekolah sebagai Administrator, (c). Kepala Sekolah Sebagai Supervisor dan (d) Kepala Sekolah sebagai Manager. Semua peran kepala sekolah tersebut dapat berjalan dengan baik stakholder yang ada di Sekolah Menengah Atas Plus Munirul Arifin Nahdlatul Wathan Praya bekerjasama dalam meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan agama islam di Sekolah Menengah Atas Plus Munirul Arifin Nahdlatul Wathan Praya (2) Strategi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan agama islam di Sekolah Menengah Atas Plus Munirul Arifin Nahdlatul Wathan Praya meliputi (a). Peningkatan Kemampuan Mengajar Guru, (b). Optimalisasi Penggunaan Media dan Sarana Pendidikan, (c). Pelaksanaan Supervisi secara Rutin, (d). Menjalin Kerjasama dengan Masyarakat dan (e). Penerapan Disiplin yang Ketat. Semua Strategi kepala sekolah diatas dapat berjalan dengan baik karena stakholder yang ada di Sekolah Menengah Atas Plus Munirul Arifin Nahdlatul Wathan Praya bekerjasama dalam meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan agama islam di Sekolah Menengah Atas Plus Munirul Arifin Nahdlatul Wathan Praya
Kata kunci : Peran Kepala Sekolah, Strategi Pembelajaran, Mutu Pembelajaran
x
ABSTRACT
Irwan Sasmita, 2016: The Role of the Principal in Improving the Quality of Learning Islamic Education in Schools from high Plus Munirul Arifin Nahdlatul Wathan Praya
This study stems from the desire of researchers to see the development of Islamic education in which the principal is given the full authority of and responsibility to the learners for learners to become useful beings for Religion, Society, Nusa and the Nation. One important orientation in improving the quality of learning of Islamic Education in High School Plus Munirul Arifin Nahdlatul Wathan Praya is a service of the school, especially the learning process for students. Quality learning process is closely related to many factors such as principals, students, teachers, facilities, curriculum, and environment. In order to realize the quality of the learning quality of Islamic education, the role and mature strategy and performance of the teacher learning. This strategy is primarily concerned with the aspect of improving the quality of teaching Islamic education, better planning of competence, materials, tools and source / media, learning scenarios, as well as aspects of the evaluation and follow-up. Meanwhile, the role of Principal of the most important in learning is how far the ability of teachers to implement the learning process in accordance with planning in improving the quality of learning of Islamic Education. Learning with planning and strategy Principal mature and teacher performance are assured, will be realized a process of improving the quality of teaching Islamic education conducive, productive and enjoyable so that it can generate outputs and outcome quality and can compete in the global era. Keywords: Role of the Principal, Strategy Principal, Improving the Quality of Learning Islamic Education
xi
الملخص
دور مدیر المدرسة في تحسین جودة التعلیم التربیة الدني : ٢٠١٦إیروان ساسمیتا، ن برایااإلسالمي في المدارس زائد منیر العارفین نھضة الوط
في المدرسة مدیر دور تصف التي األھداف من نوعان ھناك الدراسة، ھذه في
عارفین منیر زائد الثانویة المدرسة في اإلسالمي الدیني التعلیم من التعلیم نوعیة تحسین اإلسالمي الدین والتعلم التعلیم نوعیة تحسین في االستراتیجیة مدیر ووصف برایا اثان نھضة
.برایا واثان نھضة عارفین منیر زائد الثانویة سةالمدر في
في بما البحث ھذا الدراسة، ھذه تناولتھا التي المشكلة على التركیز من انطالقا والبیانات األولیة البیانات البیانات، مصادر من اثنین باستخدام وذلك نوعیة، دراسة ذلك
.(ج)، و الطریقة مقابلة (ب) ،الرصد طرق (أ) :وھي البیانات، جمع تقنیات .الثانویة .التوثیق طریقة
الثانویة المدرسة في المدرسة مدیر دور (أ) تنتھي أن یمكن الدراسة ھذه نتائج
یكون أن یمكن وكالة في اإلمكانات كل لدینا محاولة في واجب عارفین منیر برایا اثان نھضة األدوار أداء .المتوقع اإلسالمي لدینيا التعلیم التعلم في زیادة تحقیق أجل من استخدام أفضل
في اإلسالمي الدیني التعلیم من التعلیم نوعیة تحسین أجل من المدارس مدیري المختلفة المربي، كما المدرسة مدیر .(أ) :یلي برایا اثان نھضة عارفین منیر زائد الثانویة المدرسة
كافة تشغیل یمكن .كمدیر مدیر (د) و الرئیسي المشرف كما .(ج) األساسي، مدیر .(ب) نھضة عارفین منیر زائد الثانویة المدرسة في المصلحة أصحاب من أي مع الرئیسیة األدوار
الثانویة المدرسة في اإلسالمي الدیني التعلیم من التعلیم نوعیة تحسین في التعاون برایا اثان تحسین في المدرسة مدیر بھا یقوم التي استراتیجیات (2) برایا اثان نھضة عارفین منیر زائد
اثان نھضة عارفین منیر زائد الثانویة المدرسة في اإلسالمي الدیني التعلیم من التعلیم جودة مرفق، والتعلیم اإلعالم وسائل استخدام تحسین .(ب) المعلمون، · ترقیات .(أ) :یلي برایا
االنضباط تطبیق .(ه) و الجماعة مع تعاون إقامة .(د) اإلشراف، الروتین تنفیذ .(ج) المدرسة في المصلحة أصحاب كذلك تعمل أن یمكن استراتیجیة فوق مدیري جمیع .الصارم التعلیم من التعلیم نوعیة تحسین في التعاون برایا اثان نھضة عارفین منیر زائد الثانویة برایا اثان نھضة عارفین منیر زائد الثانویة المدرسة في اإلسالمي الدیني
التعلیم جودة التعلم، استراتیجیة المدرسة، مدیر دور :ثالبح كلمات
xii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan taufik serta hidayah Nya peneliti dapat menyelesaiakan penyusunan
tesis ini. Sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada nabi besar
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya serta para pengikutnya sampai
akhir zaman.
Tesis dengan judul: Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas Plus Munirul
Arifin NW Praya Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat ini masih
terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu peneliti
mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca
untuk lebih sempurnanya dan bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat pada
umumnya.
Dengan selesainya penyusunan tesis ini, peneliti mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
memberikan bimbingan, saran-saran dan informasi yang sangat berharga kepada
peneliti yaitu:
1. Dr. H. Adi Fadli, M.Ag, selaku Pembimbing I
2. Dr. H. Subki, M.PdI., selaku Pembimbing II;
3. Dr. H. Nazar Na’amy, M. Si, selaku Direktur Program Pascasarjana IAIN
Mataram
4. Dr. H. Mutawalli, M.Ag., selaku Rektor IAIN Mataram;
5. TGH. Zainal Arifin Munir, Lc.,M.Ag Selaku Pimpinan Pondok Pesantren
Munirul Arifin NW Praya
6. Ahmad Yani, S.Sy, Selaku Kepala Sekolah dan guru-guru SMA Plus Munirul
Arifin NW Praya
7. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian tesis ini, yang
tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu.
xiii
Semoga jasa baik mereka mendapat balasan yang setimpal disisi Allah
SWT dan tercatat sebagai amal ibadah disisi Allah SWT. Amien.
Mataram, 17 Februari 2017
Peneliti
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................... . i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHA ....................................................... iii
NOTA DINAS PEMBIMBING 1............................................... iv
NOTA DINAS PEMBIMBING 2.............................................. v
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI................................. vi
MOTTO.......................................................................................vii
PERSEMBAHAN...................................................................... viii
ABSTRAK.................................................................................. ix
KATA PENGANTAR................................................................ xii
DAFTAR ISI ..............................................................................xiv
PEDOMANTRANSLITERASI................................................ xix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Permasalahan Penelitian ................................................................ 7
C. Perumusan Masalah ....................................................................... 8
D. Tujuan Penelitian............................................................................ 8
E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8
F. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 9
G. Sistematika Pembahasan........................................................... 13
xv
BAB II : KAJIAN TEORITIS
A. Landasan teori........................................................................... 15
1. Peran................................................................................... 15
2. Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan
Mutu Pembelajaran PAI..................................................... 16
a. Kepala Sekolah sebagai pendidik .............................. 17
b. Kepala Sekolah sebagai maneger................................ 18
c. Kepala Sekolah Sebagai Administrator...................... 18
d. Kepala Sekolah sebagai supervisor............................. 18
3. Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan
Mutu Pembelajaran PAI..................................................... 19
a. Peningkatan Kemampuan Mengajar Guru.................. 19
b. Optimalisasi Penggunaan Media dan Sarana
Pendidikan................................................................... 22
c. Pelaksanaan Supervisi secara Rutin............................ 23
d. Menjalin Kerjasama dengan Masyarakat ................... 24
e. Penerapan Disiplin yang Ketat.................................... 26
4. Mutu Pembelajaran............................................................ 27
5. Pendidikan Agama Islam .................................................. 29
6. SMA Plus Munirul Arifin NW Praya ............................... 39
BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian & Jenis Penelitian ............................... 41
B. Lokasi Penelitian ....................................................................... 43
C. Instrumen Penelitian ................................................................. 44
D. Tehnik Penelitian ..................................................................... 45
E. Data dan Sumber Data ............................................................. 50
1. Sumber Data Primer ............................................................ 49
2. Suber Data Sekunder ......................................................... 49
E. Prosedur Pengumpulan Data .................................................... 50
1. Observasi 50
xvi
2. Interview ........................................................................... 51
3. Dokumentasi ..................................................................... 51
F. Analisis Data ............................................................................ 52
1. Reduksi Data ..................................................................... 52
2. Penyajian Data .................................................................. 53
3. Verifikasi ( Menarik Kesimpulan ) ................................... 53
G. Pengecekan Keabsahan Data ................................................................. 54
1. Perpanjangan Keikutsertaan ............................................... 54
2. Ketekunan Pengamatan ....................................................... 55
3. Trianggulasi ......................................................................... 55
BAB IV : PAPARAN DAN HASIL PENELITIAN A. Diskripsi Obyek penelitian ....................................................... 57
1. Sejarah singkat berdirinya sekolah SMA
Plus Munirul Arifin NW Praya ......................................... 57
2. Profil SMA Plus Munirul Arifin NW Praya ..................... 58
3. Struktur Pengurus Yayasan Pondok Pesantren
Munirul Arifin Nahdlatul Wathan (YANMU NW) Praya 59
a. Dewan Pembina ......................................................... 59
b. Pengurus Harian ......................................................... 59
6. Stuktur Organisasi SMA Plus Munirul Arifin NW Praya 59
7. Visi .................................................................................... 59
8. Misi ................................................................................... 62
9. Tujuan ............................................................................... 63
10. Sasaran Program ............................................................... 64
B. Peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran
PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya ........................... 65
1. Kepala Sekolah Sebagai Pendidik ...................................... 65
2. Kepala Sekolah Sebagai Administerator ............................ 66
3. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor ................................... 69
4. Kepala Sekolah Sebagai Manager ..................................... 70
xvii
C. Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu
pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya ... 72
1. Peningkatan Kemampuan Mengajar Guru ......................... 72
2. Optimalisasi Penggunaan Media dan sarana pendidikan ... 74
3. Pelaksanaan supervisi secara rutin .................................... 75
4. Menajalin kerjasama dengan masyarakat ........................... 77
5. Penerapan disiplin yang ketat ............................................. 78
BAB V : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Peran kepala sekolah dalam Meningkatkan mutu pembelajaran
PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya ........................... 80
1. Kepala Sekolah sebagai Pendidik ........................................ 89
2. Kepala Sekolah sebagai Maneger ...................................... 90
3. Kepala Sekolah sebagai Administerator ............................ 91
4. Kepala Sekolah sebagai Supervisor ........................................
91
B. Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran Pai di SMA Plus Munirul Arifin Nw Praya .......... 94
1. Meningkatkan Kemampuan Mengajar Guru .......................... 97
2. Optimalisasi penggunaan media dan sarana pendidikan .....100
3. Pelaksanaan supervisi secara rutin .......................................101
4. Menjalin kerjasama dengan masyarakat ........................... 102
5. Penerapan disiplin yang ketat ..............................................103
BAB VI : PENUTUP A. SIMPULAN .............................................................................. 106
B. SARAN-SARAN .................................................................... 107
C. DAFTAR PUSTAKA
D. LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam suatu lembaga pendidikan, Kepala Sekolah memiliki peran yang
sangat menentukan maju mundurnya sebuah lembaga pendidikan karena
Kepala Sekolah mempunyai peran yang sangat besar dalam mengembangkan
sebuah lembaga pendidikan salah satu tujuannya adalah mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan serta
bertanggung jawab.
Dari situlah peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam
merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan
Agama Islam sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi
manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah
sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem
pembelajaran yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang
berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat,
beragama, berbangsa, dan bernegara.
Reformasi pembelajaran merupakan respon terhadap perkembangan
tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasi sistem pendidikan
yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi
tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi pembelajaran,
pendidikan Agama Islam harus berwawasan masa depan yang memberikan
jaminan bagi perwujudan hak-hak azasi manusia untuk mengembangkan
seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup di
masa depan1.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu usaha pengembangan
sumber daya manusia (SDM), walaupun usaha pengembangan SDM tidak
1Depdiknas, ManejemenPeningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Buku IV Perintisan Program Dirjen Dikdasmen, (Jakarta: Depdiknas 2000 ), 94.
2
hanya dilakukan melalui pembelajaran khususnya pendidikan formal
(sekolah). Tetapi sampai detik ini, pembelajaran masih dipandang sebagai
sarana dan wahana utama untuk pengembangan SDM yang dilakukan dengan
sistematis, programatis, dan berjenjang.
Kemajuan pembelajaran dapat dilihat dari kemampuan dan kemauan
dari masyarakat untuk menangkap proses informatisasi dan kemajuan
teknologi. Karena Proses informatisasi yang cepat dan kemajuan teknologi
semakin membuat horizon kehidupan didunia semakin meluas dan sekaligus
semakin mengerut. Hal ini berarti berbagai masalah kehidupan manusia
menjadi masalah global atau setidak-tidaknya tidak dapat dilepaskan dari
pengaruh kejadian dibelahan bumi yang lain, baik masalah politik, ekonomi ,
maupun sosial.
Sejalan dengan hal diatas, Tilaar menyatakan bahwa :
“Kesetiakawanan sosial umat manusia semakin kental, hal ini berarti kepedulian umat manusia terhadap sesamanya semakin merupakan tugas setiap manusia, pemerintah, dan sistem pendidikan nasional. Selanjutnya dikatakan pula bahwa pendidikan bertugas untuk mengembangkan kesadaran akan tanggung jawab setiap warga Negara terhadap kelanjutan hidupnya, bukan saja terhadap lingkungan masyarakat dan Negara, juga umat manusia.”2
Berdasarkan pernyataan di atas, bahwa manusia tidak dapat hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain, setiap manusia akan selalu membutuhkan
dan berinteraksi dengan orang lain dalam berbagai segi kehidupan.
Kesetiakawanan sosial yang merupakan bagian dari proses pendidikan dan
pembelajaran mempunyai peranan yang sangat kuat bagi individu untuk
berkomunikasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan hidupnya.
Dalam proses pelaksanaannya peningkatan mutu pembelajaran PAI di
lapangan, kesetiakawanan sosial diwujudkan melalui interaksi antar manusia,
baik individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok
dengan kelompok.
2H.A.R Tilar, Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Jakarta:.2004), 4.
3
Interaksi antar manusia dapat terjadi dalam berbagai segi kehidupan di
belahan bumi, baik dibidang pendidikan, ekonomi, sosial, politik, budaya,
dan Agama. Interaksi di bidang pendidikan dapat diwujudkan melalui
interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan masyarakat ,
guru dengan guru, guru dengan masyarakat disekitar lingkungannya3.
Apabila dicermati proses interaksi siswa dapat dibina dan merupakan bagian
dari proses pembelajaran, seperti dikatakan bahwa : “Pembelajaran adalah
suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-
kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu”
Selanjutnya Syaiful Sagala menyatakan bahwa
“Pembelajaran mempunyai dua karakteristik, yaitu: “Pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses berfikir. Kedua, dalam proses pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses Tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri“ 4 Dari sini Secara verbal dapat dikatakan bahwa semua Kepala Sekolah
mengharapkan terwujudnya kualitas yang baik di lembaga pendidikan yang
di kelolanya, tetapi secara aktual banyak di antara mereka yang
kebingungan, atau harapan terbentuknya kualitas itu hanya sekedar
memenuhi tingkat kepantasan semata.5
Indikasinya banyak Kepala Sekolah yang memiliki kecendrungan
mengadakan kegiatan-kegiatan seremonial; kerap mendatangkan para
pejabat, menambah bangunan fisik seperti pagar, gapura, dan gudang, ada
juga sikap maupun tindakakan yang kontra produktif terhadap
pembentukan kualitas pendidikan Islam seperti adanya, mengontrol nilai
mereka dalam raport sehingga naik kelas padahal mestinya tertinggal,
terlalu murah dalam memberi nilai pada mereka, memasukkan keluarga
3Syaiful Sagala, Manajemen Pendidikan Tarap Nasional, (Jakarta: 2003), 61. 4Ibid., 63 5Mujamil Qomar, Strategi Pendidikan Islam, (Jakarta:Baping Raya,2013), 123.
4
sendiri sebagai tenaga pengajar tanpa seleksi akademis yang ketat,sementara
mereka tidak memiliki kepedulian membangun kualitas sama sekali secara
serius konsisten, dan kosekuen.6 Padahal itu semua bertentangan dengan
tujuan Pendidikan Nasional.
Salah satu cara yang bisa ditempuh untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional yaitu melalui peningkatan mutu pendidikan Islam karena adanya
peningkatan mutu pendidikan akan dapat mengikuti perkembangan dunia
Ilmu pengetahuan bahkan dapat mewarnai dinamika masyarakat.
Karena itu yang tidak kalah pentingnya dari persoalan strategi
penguatan mutu tersebut adalah hal-hal yang menyangkut psikologis seperti
mindset Kepala Sekolah hingga guru, semangat membagun dan
mengembangkan komitmen yang tinggi dalam melakukan perbaikan, respon
yang positif terhadap program yang mengarah pada kemajuan, idealisme
terhadap proses dan hasil pendidikan lain kesiapan dan ketegaran
menghadapi tantangan dan hambatan, dan senantiasa tidak terpuaskan oleh
hasil pembelajaran yang di capai sambil mencari terobosan - terobosan
baru.7
Pentingnya starategi pembelajaran yang demikian itu juga sebagai
salah satu solusi untuk mengatasi masalah belum berdayanya pembelajaran
pendidikan Agama Islam dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk
masa depan. Para lulusan pendidikan saat ini misalnya belum mampu
berkomunikasi baik lisan maupun tulisan sungguhpun mereka sudah belajar
pendidikan Agama Islam mulai dari sekolah dasar hingga strata 3 (S3)
mereka belum juga memiliki kemauan untuk belajar mandiri untuk menuju
masyarakat belajar, sungguhpun mereka telah memiliki ilmu ilmu dasar
sebagai pendukungnya. Mereka belum juga memiliki keterampilan untuk
hidup (life skill) walaupun telah di ajarkan tentang berbagai konsep dan teori
tentang hidup yang sukses dan berakhlaq8.
6Ibid., 125. 7Ibid., 129. 8Abuddin Nata, Persefektip Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta:Kencana,
2009), 3.
5
Timbulnya berbagai keadaan yang kurang menguntungkan bagi lulusan
pendidikan ini salah satu penyebabnya adalah strategi pembelajaran yang di
terapkan para guru terhadap peserta didik belum mengarah kepada
memberdayakan peserta didik tersebut serta belum mendorong terciptanya
masyarakat belajar.9 Hal ini terjadi, karena tugas pendidikan yang demikian
berat itu banyak di serahkan belum kepada ahlinya.
Suatu hal yang perlu di catat, adalah bahwa pembelajaran
pendindidikan Agama Islam bukanlah pekerjaan amatiran, melainkan
pekerjaan profesional yang tidak dapat diserahkan kepada sembarang orang.
Mereka yang terlibat dalam kegiatan pendidikan, terutama pendidikan
Agama Islam bukanlah mereka yang semata mata menguasai ilmu yang
akan diajarkannya secara luas, mendalam dan komfrehensif, melainkan juga
harus memeiliki kemampuan untuk mentrasperkan ilmu yang secara efektip
dan efisien, serta memiliki keperibadian sebagai pendidik yang baik, seperti
bersikap dewasa dalam berpikir dan bertindak, memiliki semangat dan
komitmen pengabdian yang kuat, bersikap terbuka, jujur, mengayomi,
ikhlas pemaaf senantiasa meningkatkan dan mengembangkan ilmunya dan
lain sebagainya. Berbagai kemampuan tersebut bukan hanya dibuktikan
secara formal dalam berbagi dokumen tertulis, melainkan juga tampak
dalam pola pikir dan tindakannya yang nyata sehari-hari.
“Tujuan pembelajara pendidikan Agama Islam adalah; (1)
Meningkatkan mutu pembelajran PAI melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam mengelola dan membudayakan sumber daya yang tersedia,
(2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelengggaraan pendidikan melalui keputusan bersama. (3)
Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat,
pemerintah tentang mutu Pendidikan Agama Islam . Dan (4) Meningkatkan
kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan
9Yusup Miarso, The Learning Society, (Jakarta: 1988), 23.
6
dicapai”.10
Berdasarkan tujuan di atas diketahui bahwa penerapan demokrasi
pendidikan ini, menuntut masing-masing lembaga pendidikan untuk
dapat meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan Agama Islam,
meningkatkan kepedulian warga sekolah, meningkatkan tanggung jawab
sekolah kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah serta meningkatkan
kompetisi yang sehat antar sekolah. Disisi lain masing-masing lembaga
pendidikan ditantang dan dihadapkan dengan berbagai masalah dan
tuntutan seiring perkembangan di segala bidang.
Untuk itulah sekolah diberikan otonomi yang lebih besar dalam
kewenangan dan pengelolaan dengan menerapkan keputusan partisipatif
dalam meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan kebijakan
pendidikan nasional. Dengan demikian diharapkan demokrasi pendidikan
di sekolah mengarah pada pemberdayaan dan kemandirian sekolah.
Disamping itu diharapkan adanya pemberdayaan yang tinggi dari potensi
masyarakat dan orang tua, baik melalui perencanaan target mutu, pedoman
dan monitoring, masukan dan pertimbangan dalam mewujudkan mutu
pendidikan yang lebih baik.
Dalam usaha meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama
Islam khususnya, Kepala Sekolah mempunyai peran dan strategi untuk
memajukan dan mengembangkan lembaga yang dipimpinnya. Adanya
tenaga pengajar yang profesional dan yang tidak professional dalam usaha
meningkatkan mutu pendidikan akan mempengaruhi proses belajar
mengajar, karena mereka harus mampu mewujudkan tujuan pendidikan
dan juga menghasilkan peserta didik yang mampu menguasai Ilmu
pengetahuan dan teknologi serta beriman dan bertakwa kepada Allah
SWT. 11
Beberapa fenomena dari paparan di atas yang menjadi alasan
10Abdul Wahid, Manajemen Berbasis Madrasah, Ikhtiar Menuju Madrasah yang
Mandiri, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 266. 11Adhika Prasetya K, Strategi Pendidikan Islam, (Jakarta: Baping Raya, 2013), 126.
7
penulis untuk meneliti Peran Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu
pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya.
B. Permasalahan Penelitian
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang peneliti kaji di atas
yang menjadi kajian peneliti. Adapun permasalahan yang dibahas dalam
Tesis ini, dapat dirumuskan langkah” Peran Kepala Sekolah dalam
meningkatkan mutu pembelajaran PAI yang terkait manajerial
kepemimpinan dalam supervise dan administrasi di SMA Plus Munirul
Arifin NW Praya Lombok Tengah. Maka peneliti dapat mengidentIfikasi
masalah ynng terkait dengan Peran kepala sekolah di SMA Plus Munirul
Arifin NW Praya diantaranya :
a. Peran Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI di
SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
b. Strategi Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI di
SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
2. Pembatasan Masalah
Dari gambaran faktual dan realitas empirik sebagaimana yang
dipaparkan dibagian latar belakang dan identifikasi masalah diatas maka
peneliti perlu membatasi penelitian ini agar tidak meluas, yaitu focus
mengkaji Peran Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran
PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya Lombok Tengah.
Berdasarkan hal tersebut maka penelitian, mengambil focus Peran
Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI, Untuk itu
batasan masalah Bagaimanakah Peran Kepala Sekolah dalam meningkatkan
mutu pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, untuk itu
batasan masalahnya sebagai berikut :
8
a. Peran Kepala Sekolah dalm meningkatkan mutu pembelajaran PAI di
SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
b. Strategi Kepala Sekolah dalm meningkatkan mutu pembelajaran PAI di
SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
C. Perumusan Masalah
Agar tidak bias dan sesuai dengan kemampuan peniliti baik waktu,
finansial serta tenaga, maka penelitian akan mengambil judul “Peran Kepala
Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran PAI di SMA Plus
Munirul Arifin NW Praya” yang kemudian dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran
PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya ?
b. Bagaimana strategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu
pembelajaran PAI di SMAPlus Munirul Arifin NW Praya ?
D. Tujuan Penelitian
Berangkat dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian dalam
hal ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan Peran Kepala Sekolah dalam meningkatkan Mutu
pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
2. Mendeskripsikan strategi Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu
pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya.
E. Manfaat Penelitian
Berangkat dari rumusan masalah di atas, maka maanfaat daripenelitian ini
dibagi menjadi dua yaitu kegunaan secara teoritis dan secara praktis. Adapun
uraian kegunaan penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna untuk menambah
wawasan dan perbendaharan ilmu pengetahuan. Peran Kepala Sekolah
9
dalam meningkatkan Mutu pembelajaran PAI dikaji sebagai bahan
pengetahuan terutama bagi peneliti sehingga di massa yang akan datang
Peran Kepala Sekolah dalam meningkatkan Mutu pembelajaran PAI
dapat diterapkan dengan lebih baik.
2. Secara Praktis
a. Bermanfaat untuk pengembangan ilmu. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menambah refensi Ilmu manajemen pendidikan
khususnya dalam bidang Ilmu Agamadalam bentuk penajaman
konsep serta aspek-aspek lain yang berkaitan dengan pendidikan
Agama Islam.
b. Sebagai bahan informasi untuk memperkaya khasanah Ilmu
pengetahuan, khususnya bidang peningkatkan mutu pendidikan
Agama Islam sebagai suatu disiplin ilmu dalam rangka menerapkan,
meningkatkan dan mengembangan kualitas pelaksanaan peningkatan
mutu pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya.
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini mengenai peran Kepala Sekolah dalam meningkatakan
mutu pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya. Berdasarkan
eksplorasi penelitian terdapat penelitian terdahulu yang terkait dengan
penelitian ini, berikut saya jabarkan dengan persamaan dan perbedaannya
1. Hj. Muhaiminiah,12“Implementasi Manajemen Berbasis Madrasah
Komponen Sarana dan Prasarana Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
(Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan dan pengawasan) di
Madrasah Aliyah Darul Kamal NW Kembang Kerang Tahun Pelajaran
2014/2015” Tesis ini membahas tentang impelemtasi perencanaan,
Pengorganisasian, Pelaksanaan dan pengawasan Impelemtasi Stategi
12Hj. Muhaiminah, Implementasi Komponen Sarana dan Prasarana Dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan (Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan dan pengawasan) di Sekolah Aliyah Darul Kamal NW Kembang Kerang Tahun Pelajaran 2014/2015 (Mataram: PPs IAIN Mataram, 2014)
10
dalam menigkatkan mutu pembelajaran yang mencakup sarana dan
prasarana untuk meningkatkan mutu pendidikan Agama Islam Sedangkan
Tesis yang saya kaji adalah mengenai Bagaimana Peran Kepala Sekolah
Dalam Meningkat Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA
Plus Munirul Arifin NW Praya yang lebih menekankan bagaiman Peran
Kepala Sekolah dalam mengarahkan Peserta Didik Untuk Meningkatkan
Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
2. Sahabul Khairi13,”Strategi Program Pendidikan Khusus dan Kelas Umum
di Pondok Pesantren Nurul Hakim Kediri tahun 2014/2015”, tesis ini
membahas tentang pengelolan program pendidikan (Diniyah Salapiyah)
terutama pada manajemen kesiswaan dalam meningkatkan pembelajaran
peserta didik di pondok pesantren Nurul Hakim, Sedangkan Tesis yang
saya kaji adalah mengenai Bagaimana Peran Kepala Sekolah Dalam
Meningkat Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus
Munirul Arifin NW Praya yang lebih menekankan bagaiman Peran Kepala
Sekolah dalam mengarahkan Peserta Didik Untuk Meningkatkan Mutu
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
3. Makhrus14,”Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Agama Islam di SMAN 1 Labuan Bima” Tesis ini mengkaji tentang
bagaimana peran guru dalam pengembangan kurikulum PAI di lingkungan
sekolah tersebut. Hal ini karena menurut penyusun tesis selama ini
pengembangan kurikulum hanya sebatas pada pola mengajar berdasarkan
KTSP dengan cara menyampaikan materi dengan menggunakan metode
ceramah dan sedikit metode diskusi. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis tentang bagaimana peran guru dalam
pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMAN 1
Kecamatan Lambu Bima. Sedangkan Tesis yang saya kaji adalah
mengenai Bagaimana Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkat Mutu
13Sahabul Khairi, Manajemen Program pendidikan Khusus dan Kelas Umum di Pondok
Pesantren (Mataram:PPs IAIN Mataram,2015) 14 Makhrus, Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di
SMAN I Kecamatan Lambu Kabupaten Bima (Mataram: PPs IAIN Mataram, 2012)
11
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus Munirul Arifin NW
Praya yang lebih menekankan bagaiman Peran Kepala Sekolah dalam
mengarahkan Peserta Didik Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
N
O
Peneliti Judul
Penelitian
Perbedaan Persamaan
1 Hj.
Muhaimini
ah
Implementasi
Manajemen
Berbasis
Madrasah
Komponen
Sarana
Prasarana
Dalam
Meningkatkan
Mutu
Pendidikan di
Madrasah
Aliyah Darul
Kamal NW
Kembang
Kerang
-Implementasi
Manajemen Berbasis
Madrasah komponen
Sarana Prasarana
Dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan di
- Tempat penelitian di
MA Darul Kamal NW
Kembang Kerang
- Tahun Penelitian
2014/2015
- Fokus pada
pengorganisasian,
Pelaksanaan, dan
Pengawasan
Impelementasi
Strategi
meningkatkan mutu
pembelajaran
- Meningkat
kan Mutu
Pembelajar
an
- Metode
Penelitian
Kualitatif
2. Shabul
Khairi
Strategi
Program
Pendidikan
Khusus dan
Kelas umum
- Strategi
Pendidikan
program khusus
dan kelas
umum ponpes
- Strategi
dalam
meningkatk
an mutu
pembelajar
12
di pondok
pesantren
Nurul Hakim
nurul hakim
- Tempat
Penelitian di
Ponpes Nurul
Hakim Kediri
Lobar
- Terfaocus pada
program
pendidikan
khusus dan
umum
- Tahun
Penelitian
2014/2015
an
- Metode
Kualitatif
3. Makhrus Peran Guru
dalam
pengembanga
n Kurikulum
Pendidikan
Agama Islam
di SMA
Labuan Bima
- Peran guru
dalam
Pengembangan
kurikulum PAI
- Tempat Labuan
Bima
- Focus Pada
Pengembangan
Kurikulum PAI
- Tahun 2014
- Sama –
sama
membahas
tentang
Peran
- Metode
penelitian
kualitatif
4 Irwan
Sasmita
Peran Kepala
Sekolah
Dalam
Meningkatkan
- Peran Kepala
Sekolah
- Strategi Kepala
Sekolah
- Sama –
Sama
Meningkat
kan Mutu
13
Mutu
Pembelajaran
Pendidikan
Agama Islam
di SMA Plus
Munirul
Arifin NW
Praya
- Tempat
Penelitian di
SMA Plus
Munirul Arifin
NW Praya
- Tahun 2016
Pendidikan
- Metode
penelitian
kualitatif
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini dari enam bab sebagai
berikut :
1. Bagian awal.
Padaa bagian awal terdiri dari, halaman judul, surat
pernyataan keaslian, halaman pengesahan, nota dinas pembimbing,
halaman persetujuan, halaman moto, halaman persembahan,
abstrak, kata pengantar, daftar isi dan pedoman transliterasi.
2. Bagian isi.
Bab I: Pendahuluan; bab ini mencakup latar belakang,
permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan pustaka,
Bab II : Kajian Pustaka; yang meliputi secara umum, peran
kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI dan
Strategi Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran
PAI
Bab III : Metode penelitian ; bab ini mencakup pendekatan
dan jenis penelitian, Lokasi Penelitian, Instrumen Penelitian,
Data dan Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Analisa
Data, Pengecekan Keabsahan Data.
Bab IV : Paran Data yang menjelaskan tentang gambaran
14
umum obyek penelitian, dan temuan penelitian tentang Peran dan
strategi Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran
PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
Bab V : Pembahasan yang menjelaskan tentang Peran dan
strategi Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran
PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
Bab VI: Merupakan bab penutup yang terdiri dari
kesimpulan dan saran-saran yang diberikan oleh peneliti.
3. Bagian akhir
Bagian akhir ini berisikan daftar pustaka, lampiran
pedoman wawancara, lampiran pedoman observasi, lampiran
pedoman dokumentasi, dan lampiran kegiatan selama penelitian
15
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Landasan Teori
1. Peran
Teori peran atau (Role Theory) adalah teori yang merupakan
perpaduan berbagai teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. Selain dari
psikologi, teori peran berawal dari dan masih tetap digunakan dalam
sosiologi dan antropologi.15
Peran pertama kali diambil dari dunia teater. Dalam teater, seorang
aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya
sebagai tokoh itu ia diharapkan untuk berprilaku secara tertentu.
Peran adalah konsep sentral dari teori peran. Meskipun begitu,
defenisi peran adalah yang paling tidak jelas. Dalam literatur ditemukan
lebih dari 100 defini tentang peran. Menurut Bidle dan Thomas
kebanyakan defenisi itu menyatakan bahwa peran adalah serangkaian
rumusan yang membatasi prilaku-prilaku yang diharapkan dari pemegang
kedudukan tertentu.16 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran adalah
beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki oelh orang yang
berkedudukan dimasyrakat dan harus dilaksanakan.17
Peran tidak bisa dipisahkan dari status (kedudukan), walaupun
keduanya berbeda, akan tetapi saling berhubungan erat antara satu dengan
yang lainnya dan sebaliknya, maka peran diibaratkan seperti dua sisi mata
uang yang berbeda akan tetapi kelekatannya sangat terasa sekali, seorang
dikatakan memiliki peran karena orang tersebut mempunyai status dalam
masyrakat, walaupun kedudukan ini berbeda antara satu orang dengan
orang lain, akan tetapi masing – masing dirinnya berbeda sesuai dengan
statusnya.
15 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2005), 224.
16 Ibid.,225 17 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta:Balai Pustaka,1998),667.
16
2. Peran Kepala Sekolah
Lembaga pendidikan Islam sebagaimana lembaga pendidikan pada
umumnya adalah agen peradaban dan perubahan sosial yang di berikan
kewajiban penuh kepada Kepala Sekolah untuk berperan dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran di setiap Sekolah posisi dan peran
pimpinan selalu sangat sentral. Maju dan mundurnya Sekolah sangat
tergantung pada sejauh mana Kepala Sekolah mampu berimajinasi untuk
memajukan Sekolahnya. Demikian pula dalam konteks sekolah sebagai
organisasi, maka posisi Kepala Sekolah juga sangat penting dalam
memajukan lembaga yang dipimpinnya. Bila mutu pembelajarana
Pendidikan Agama Islam suatu sekolah rendah yang mau diperbaiki, maka
kuncinya ada pada kepemimpinan yang kuat.18
Setelah dipahami mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam, harus
di ketahui apa saja yang termansuk dalam dimensi mutu pendidikan Islam
sebab Kepala Sekolah sebagai individu yang bertanggung jawab di sekolah
mempunyai kewajiban untuk berusaha agar semua potensi yang ada di
lembaganya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya demi tercapainya tujuan
yang diharapkan. Oleh karenanya, kepemimpinan Kepala Sekolah menjadi
salah satu faktor penting yang dapat mendorong sumber daya sekolah
untuk mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah19. Untuk
kepentingan tersebut Kepala Sekolah harus mampu memobilisasi sumber
daya sekolah, dalam kaitannya dengan perencanaan dan evaluasi program
sekolah, pengembangan kurikulum, pembelajaran, pengelolaan
ketenagaan, sarana dan sumber belajar, keuangan, pelayanan siswa,
hubungan sekolah dengan masyarakat dan penciptaan iklim sekolah.
Adapun menurut Wijono,20 tugas seorang Kepala Sekolah secara
garis besar dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu administrasi material,
18Baharudin & Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Jakarta:Arruz Media
Depok, 2012), 254. 19Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada 2012), 56. 20Depdiknas, Manejemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Buku IV Perintisan
Program Dirjen Dikdasmen, (Jakarta: Depdiknas 2000 ), 34.
17
administrasi personel dan administrasi kurikulum. Administerasi material
adalah administerasi yang mencakup bidang-bidang material sekolah
seperti ketatausahaan sekolah, keuangan, perlengkapan, dan lain-lain.
Administerasi personel adalah administerasi yang mencakup administerasi
keguruan, murid, dan pegawai sekolah lainnya. Administerasi kurikulum
adalah administerasi yang mencakup penyusunan kurikulum, pembinaan
kurikulum dan pelaksanaan kurikulum. Kepemimpinan dan
administratif pendidikan yang berhasil bagi Kepala Sekolah adalah
diarahkan pada pengembangan aktifitas pengajaran dan belajar siswa.
Oleh sebab itu untuk memenuhi kebutuhan tersebut tak lepas dari
peran Kepala Sekolah sebagai pengelola dalam lembaga pendidikan.
Adapun yang dimaksud dengan peran Kepala Sekolah dalam
meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan Agama Islam di sini adalah
usaha-usaha yang dilakukan Kepala Sekolah untuk mencapai kemajuan
dan kesempurnaan pembelajaran yang dipercayakan kepadanya. Berikut
ini penulis akan uraikan tentang peran Kepala Sekolah dalam
meningkatkan mutu pembelajaran, yang meliputi perannnya sebagai
edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, dan
motivator, diantaranya adalah sebagai berikut
a. Kepala Sekolah sebagai pendidik (Edukator)
Sebagai Edukator Kepala Sekolah bertugas untuk membimbing
guru, tenaga kependidikan, peserta didik, mengikuti perkembangan
IPTEK, dan memberi teladan yang baik. Dalam melakukan fungsinya
sebagai edukator, Kepala Sekolah harus memiliki strategi yang tepat
untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan
disekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan
nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh
tenaga kependidikan, dan tak ubahnya melaksanakan fungsi-fungsi
dan tugas tugas kepemimpinan organisasi21.
21Baharudin & Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Jakarta: Arruz Media Depok,
2012), 178.
18
Upaya yang dapat dilakukan Kepala Sekolah dalam
meningkatkan kinerjanya sebagai edukator, khususnya dalam
peningkatan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta
didik adalah sebagai berikut:
1) Mengikutsertakan guru-guru dalam penataran atau pendidikan
lanjutan
2) Menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik
3) Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan cara
mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran
sesuai waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkannya secara
efektif dan efisien untuk kepentingan pembelajaran dan
sebagainya.
b. Kepala Sekolah sebagai manejer untuk melakukan peran dan fungsinya
sebagai manajer, Kepala Sekolah harus memiliki strategi yang tepat.
c. Kepala Sekolah Sebagai Administrator
Administrasi merupakan suatu proses yang menyeluruh dan terdiri
dari bermacam kegiatan atau aktivitas di dalam pelaksanaannya. Sebagai
administator, Kepala Sekolah bertanggung jawab atas kelancaran segala
pekerjaan dan kegiatan administratif di sekolahnya. Aktivitas
administratif adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan pencatatan,
penyusunan dan dokumentasi program dan kegiatan sekolah. Secara
spesifik, Kepala Sekolah juga dituntut untuk mengelola kurikulum,
mengelola administrasi saranadan prasarana, mengelola administrasi
kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan.
d. Kepala Sekolah sebagai supervisor
Supervisi juga dapat diartikan sebagai pembinaan yang diberikan
kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan
untuk mengembangkan situasi belajar mengajar dengan lebih baik sesuai
19
dengan tujuan pendidikan. Kepala Sekolah sebagai supervisior mempunyai
peran dan tanggung jawab untuk membina, memantau, dan memperbaiki
proses pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Supervisi
Kepala Sekolah dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.22 Di
antara tugas-tugas Kepala Sekolah sebagai supervisor adalah:
1) Membantu stafnya menyusun program
2) Membantu stafnya mempertinggi kecakapan dan keterampilan
mengajar
3) Mengadakan evaluasi secara kontinyu tentang kesanggupan stafnya
dan tentang kemajuan program pendidikan pada umumnya.
3. Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran PAI
Dalam meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan Agama Islam
Beberapa strategi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam meningkatkan
mutu pembelajaran meliputi:23
a. Peningkatan Kemampuan Mengajar Guru
Strategi pertama yang diterapkan oleh Kepala Sekolah dalam
meningkatkan mutu pembelajaran yaitu dengan cara peningkatan
kemampuan mengajar guru. Peningkatan kemampuan mengajar ini
dipandang sangat penting oleh Kepala Sekolah mengingat gurulah sebagai
peran kunci yang melaksanakan dan menentukan baik tidaknya mutu
pembelajaran tersebut. Selain itu pula sejumlah permasalahan dalam
meningkatkan mutu pembelajaran banyak bersumber dari guru, misalnya
kurang disiplin, kurang profesional, kinerjanya rendah atau permasalahan-
permasalahan pribadi lainnya.24
Untuk itu Peran Kepala Sekolah juga di pandang perlu untuk
memberikan penetapan terhadap guru untuk meningkatkan mutu
22Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi, (Jakarta:
Grapindo, 2003), 121. 23Kemendikbud, Petunjuk Peningkatan Mutu di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kemendikbud.
2014), 423. 24Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Karisma Putra
Utama Kencana, 2009), 210.
20
pembelajara. Komponen- komponen tersebut dapat di kemukakan sebagai
berikut:
1. Penetapan perubahan yang di harapkan
Kegiatan sebagai mana tersebut di atas di tandai oleh adanya usaha
secara terencan dan sistematika yang di tunjukan untuk mewujudkan
adanya perubahan pada diri peserta didik , baik pada aspek wawasan,
pemahaman , keterampilan, sikap, dan sebagainya. Dalam menyusun
strategi pembelajaran, berbagai perubahan tersebut harus di tetapkan
secara spesifik, terencana dan terarah. Hal ini penting agar kegiatan
belajar tersebut dapat terarah dan memiliki tujuan yang pasti.
Perubahan yang diharapkan ini selanjutnya, harus di tuangkan dalam
tujuan pengajaran yang jelas dan konkret, mengunakan bahasa yang
operasional, dan dapat di perkirakan alokasi waktu dan lainya yang di
butuhkan
2. Penetapan pendekatan
Pendekatan adalah sebuah kerangka analisis yang di gunakan
dalam memahami sesuatu masalah. Di dalam pendekatan tersebut
terkadang mengunaka tolok ukur sebuah disiplin ilmu pengetahuan,
tujuan yang ingin di capai, langkah langkah yang di gunakan atau
sasaran yang di tuju. Jika sebuah ilmu yang akan di gunakan sebagai
tolak ukur, pada pendekatan dapat menggunakan disiplin ilmu politik,
ekonomi, pendidikan, dakwah dan sebagainya.
3. Penetapan Metode atau Strategi
Pada uaraian terdahulu telah di kemukakan, bahwa metode
pengajaran sangat memegang peranan penting dalam mendukung
kegiatan belajar mengajar. Pengguna metode strategi tersebut selain
harus mempertimbangkan tujuan yang ingin di capai, dan harus
memerhatikan bahan pelajaran yang akan di berikan, kondisi anak
didik, lingkungan, dankemampuan dari guru itu sendiri. Suatu metode
mungkin hanya cocok dipakai untuk mencapai tujuan tertentu, dan
tidak cocok untuk mencapai tujuan yang lain.
21
Lebih jauh, Raka Joni sebagaimana dikutip oleh Suyanto dan
Djihad Hisyam (2000) mengemukakan tiga jenis kompetensi guru, yaitu
:
a) Kompetensi profesional; memiliki pengetahuan yang luas dari
bidang studi yang diajarkannya, memilih dan menggunakan
berbagai metode mengajar di dalam proses belajar mengajar
yang diselenggarakannya.
b) Kompetensi kemasyarakatan; mampu berkomunikasi, baik
dengan siswa, sesama guru, maupun masyarakat luas.
c) Kompetensi personal; yaitu memiliki kepribadian yang mantap
dan patut diteladani. Dengan demikian, seorang guru akan
mampu menjadi seorang pemimpin yang menjalankan peran :
Ing Ngarso Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri
Handayani.25
Sementara itu, dalam perspektif kebijakan pendidikan
nasional, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi
guru sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan
Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan yaitu :
1) Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam
pengelolaan peserta didik yang meliputi:
a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
b) Pemahaman terhadap peserta didik
c) Pengembangan kurikulum/silabus
d) Perancangan pembelajaran
e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
f) Evaluasi hasil belajar, dan
g) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
25Ibid., 220
22
2) Kompetensi kepribadian yaitu merupakan kemampuan
kepribadian yang:
a) Mantap
b) Stabil
c) Dewasa
d) Arif dan bijaksana
e) Berakhlak mulia
f) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat
g) Mengevaluasi kinerja sendiri dan
h) Mengembangkan diri secara berkelanjutan.
3) Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai
bagian dari masyarakat untuk :
a) Berkomunikasi lisan dan tulisan
b) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional
c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik;
dan
d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
4) Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi:
a) Konsep, struktur dan metode keilmuan/teknologi/seni
yang menaungi dengan materi ajar
b) Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah
c) Hubungan konsep antar mata pelajaran terkait
d) Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan
sehari-hari dan
e) Kompetisi secara profesional dalam konteks global
dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.
b. Optimalisasi Penggunaan Media dan Sarana Pendidikan
23
Strategi yang diterapkan Kepala Sekolah dalam meningkatkan
mutu pembelajaran yaitu dengan optimalisasi pemanfaatan dan
penggunaan media dan sarana pendidikan.Permasalahan yang muncul
dalam hal ini bahwa selama ini guru kurang mendayagunakan
penggunaan media dan sarana pendidikan yang ada, sehingga
keberadaannya jelas tidak bermanfaat untuk memperlancar
pembelajaran.26
Dalam uraian terdahulu telah di kemukakan metode dalam
mengoptimalisasi penggunaan media dan sarana ini dilakukan dengan
cara membuat kebijakan untuk mewajibkan setiap guru dalam melakukan
pembelajarannya dengan menggunakan media atau sarana pendidikan
yang tersedia, sehingga mampu mewujudkan hasil pengajaran yang
optimal27. Sementara itu pula sebagai pimpinan, Kepala Sekolah
berupaya untuk membina dan mengarahkan cara-cara penggunaan media
dan sarana pendidikan yang mendukung terhadap pembelajaran, sehingga
hasil pembinaan dan pengarahan ini setiap guru dapat menggunakan
media dan sarana pendidikan tersebut dengan baik dalam pembelajaran.
Keadaan ini dilakukan dalam upaya mengkondisikan media dan
sarana pendidikan yang ada mampu dilindungi dan mampu untuk
dimanfaatkan keberadannya. Lebih lanjut Kepala Sekolah
menganggarkan biaya untuk pemeliharaan dan pengadaan media dan
sarana pendidikan yang belum tersedia.
c. Pelaksanaan Supervisi secara Rutin
Strategi yang lain yang diterapkan Kepala Sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan yaitu dengan pelaksanaan supervisi
rutin. Keadaan ini dilakukan mengingat keberadaan guru yang relatif
memiliki pendidikan cukup sama yaitu S.Pd, sehingga pembinaan dan
pengarahan merupakan suatu kebutuhan yang diperlukan sekali dalam
26Faisal Jalal Cs, Reformasi Pendidikan Dalam Kontek Otonomi Daerah, (Yogyakarta: Adi Cita, 2001), 10.
27Ibid., 213.
24
meningkatkan mutu pembelajaran. Strategi inipun ditempuh Kepala
Sekolah untuk mengatasi permasalahan sehubungan dengan
kurangnya sikap profesionalisme yang dilakukan oleh guru dalam
melaksanakan tugas.Kegiatan supervisi yang dilakukan Kepala
Sekolah ini agar Kepala Sekolah mengetahui secara langsung
permasalahan yang dihadapi guru selama melaksanakan pembelajaran,
sehingga Kepala Sekolah dapat memberikan bantuan sesuai dengan
kemampuannya.28
Kegiatan supervisi ini dilakukan oleh Kepala Sekolah dengan
cara mengadakan kunjungan kelas, rapat-rapat dan pembinaan secara
individual terhadap guru. Kunjungan kelas yang dilakukan oleh
Kepala Sekolah di sini yaitu dengan mengadakan pengunjungan
terhadap setiap kelas tentang kelengkapan sarana pendidikan yang ada
dan mengecek kehadiran guru maupun siswa. Selanjutnya supervisi
yang dilakukan oleh Kepala Sekolah ini dilakukan dengan cara
mengadakan rapat-rapat yang dilakukan dalam mengadakan
pengevaluasi atau bahkan pembinaan terhadap para guru untuk
mengenalkan sesuatu yang baru dan perlu diketahui oleh guru
mengenai hal yang berkaitan dengan pembelajaran. Kemudian juga
Kepala Sekolah sering mengadakan supervisi terhadap para guru
secara perorangan dalam membina dan mengarahkan guru tersebut,
sehingga mampu menjalankan tugasnya dengan baik, biasanya
dilakukan jika ada permasalahan yang begitu besar dan terjadi pada
tugas guru tersebut.
d. Menjalin Kerjasama dengan Masyarakat
Masyarakat merupakan relasi yang cukup besar dalam
memberikan pengaruh dan bantuan terhadap kelancaran
penyelenggaraan pembelajaran. Apalagi jika dikaitakan dengan
28E Mulyasa, Manejemen Berbasis Sekolah; Konsep Strategi Dan Implementasi, (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2013), 145.
25
keadaan sekarang bahwa masyarakat memiliki peran sebagai
pengawas dan penyumbang kebutuhan sekolah dengan dibentuknya
“Komite Sekolah”.Namun demikian dalam kenyataannya bahwa
masyarakat masih kurang peka terhadap kebutuhan sekolah.
Oleh karena itulah sebagai langkah awal memperbaiki
hubungan dengan sekolah dengan masyarakat, maka Kepala Sekolah
mengadakan suatu strategi dalam bentuk kerjasama dengan
masyarakat.Dalam mengadakan hubungan kerjasama dengan
masyarakat ini, maka sekolah membentuk Komite Sekolah yang
memiliki fungsi dan peran sebagai wadah untuk memfasilitas
masyarakat berhubungan dengan sekolah atau sebaliknya.Selama ini
melalui “Komite Sekolah” itulah orang tua siswa, masyarakat umum
atau donatur mengadakan jalinan hubungan yang harmonis.Lebih
lanjut Kepala Sekolah mengadakan hubungan dan komunikasi
dengan para orang tua siswa dan “Komite Sekolah” yaitu dengan
mengadakan rapat-rapat29.
Rapat atau pertemuan dengan para orang tua siswa dilakukan
pada awal tahun pelajaran dan pada waktu pembagian “Buku
Laporan Pendidikan”. Pada pertemuan sekolah dengan orang tua
siswa pada awal tahun merupakan pertemuan yang membicarakan
tentang pengenalan program-program pendidikan yang akan
diselenggarakan dan uraian secara terbuka mengenai anggaran yang
digunakannya. Sementara pertemuan pada pembagian Buku Laporan
Pendidikan merupakan pertemuan yang berupaya untuk secara tetap
menjalin komunikasi yang harmonis dengan orang tua siswa. Rapat
“Komite Sekolah”30 merupakan upaya menjalin kerjasama dengan
masyarakat dalam membahas program-program pendidikan yang
akan diselenggarakan oleh pihak sekolah. Pada pertemuan ini
29Faisal Jalal, Reformasi Pendidikan Dalam Kontek Otonomi Daerah, (Yogyakarta: Adi
Cita, 2001), 139. 30Ibid., 134.
26
dibahas mengenai program-program yang akan dilaksanakan oleh
pihak sekolah.
e. Penerapan Disiplin yang Ketat
Penerapan disiplin yang ketat merupakan pula salah satu
strategi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam meningkatkan
mutu pembelajaran. Penerapan disiplin ini penting dilakukan
sehubungan dengan rendahnya tingkat kedisiplinan guru maupun
siswa, antara lain: datang terlambat, berpakaian kurang rapi dan
pulang belajar mengajar belum pada waktunya. Pendisiplinan ini
dilakukan untuk mengkondisikan semua warga memiliki kinerja
dalam menjalankan tugas dan peranannya secara optimal.Di mana
melalui pendisiplinan ini diharapkan para personil pendidikan
mampu memberikan kinerjanya yang optimal.Sementara
pendisiplinan yang terapkan pada siswa diharapkan mampu
menciptakan keteraturan dan ketertiban dalam menjalankan atau
mengikuti pembelajaran.
Pendisiplinan iklim sekolah ini dilakukan dengan cara
pembuatan tata tertib bagi siswa dan tata tertib bagi para guru yang
ada di sekolah. Pendisiplinan ini ditegakkan secara objektif,
sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan mutu
pembelajaran.Kepala Sekolah setiap hari mengontrol kedisiplinan
guru dan siswa dengan cara melihat kehadiran, kerapihan dari
pakaiannya dan menampilkan perilaku kepemimpinan yang patut
untuk dicontoh atau ditiru. Lebih konkritnya jika ada guru maupun
siswa yang tidak disiplin, maka Kepala Sekolah melakukan teguran
secara lisan, melakukan pemanggilan dan pemberian sanksi apabila
guru maupun siswa tetap nakal.Selain itu pula khusus untuk siswa
jika ada yang tidak disiplin, Kepala Sekolah memanggil orang tua
siswa ke sekolah untuk meminta bantuan dalam membina anaknya.
27
Secara lebih konkrit pendisiplinan yang dilakukan kepada
guru, Kepala Sekolah melakukan evaluasi terhadap ketepatan waktu
mengajar, kehadiran dan kerapian pakainnya.Kepala Sekolah
terbiasa memanggil guru yang terlambat dalam mengajar, tidak rapi
dalam berpakaian dan sering tidak hadir.Kondisi tersebut
ditindaklanjuti dengan pembinaan dan pengajaran, sehingga para
guru tetap mampu menegakkan kedisiplinannya.31
Kepala Sekolah menganggap bahwa melalui pendisiplinan
inilah nantinya akan mampu memberikan dampak terhadap hasil
belajar. Dengan demikian kedisiplinan ini perlu diciptakan dengan
baik, sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap mutu
pembelajaran dengan baik pula.
4. Mutu Pembelajaran
1. Pengertian Mutu Pembelajaran
Menurut Sudarwan Danim, mutu pembelajaran mengacu pada
masukan, proses, luaran dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat dari
beberapa sisi. Pertama, kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya
manusia, seperti kepala sekolah, guru, laboran, staf tata usaha dan peserta
didik. Kedua, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material berupa
alat peraga, buku-buku, kurikulum, prasarana, sarana sekolah dan lain-
lain. Ketiga, memenuhi atau tidaknya kriteria deskripsi kerja dan struktur
organisasi. Keempat, mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan,
seperti visi, motivasi, ketekunan dan cita-cita. 32
Mutu proses pembelajaran mengandung makna bahwa kemampuan
sumber daya sekolah mentransfomasikan beragam jenis masukan dan
situasi untuk mencapai derajat nilai tambah tertentu dari peserta didik.
Apabila dilihat dari hasil pendidikan, mutu pendidikan dipandang bermutu
31Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta:Karisma Putra
Utama Kencana, 2009), 217. 32 Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke Lembaga
Akademik , 53.
28
jika mampu melahirkan keunggulan akademik dan ekstrakulikuler pada
peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau
menyelesaikan program pembelajaran tertentu.33
Dari deskripsi tersebut, dapat disimpulkan bahwa mutu sekolah
adalah derajat keunggulan dalam pengelolaan sekolah secara efektif dan
efisien untuk melahirkan keunggulan akademik dan ekstrakulikuler pada
peserta didik yang dinyatakan lulus untuk suatu jenjang pendidikan atau
menyelesaikan program pembelajaran tertentu.
2. Ciri-ciri Mutu Pembelajaran
Transformasi menuju sekolah bermutu diawali dengan mengadopsi
dedikasi bersama terhadap mutu oleh dewan sekolah, administrator, staf,
peserta didik, guru dan komunitas. Proses diawali dengan
mengembangkan visi dan misi mutu untuk wilayah dan setiap sekolah
serta departemen dalam wilayah tersebut.34
Sekolah dikatakan bermutu apabila mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut: pertama, bisa menghasilkan output yang diharapkan sekolah.
Output sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses
pembelajaran dan manajemen di sekolah. Kedua, proses sekolah yang
bermutu pada umumnya memiliki sejumlah ciri proses sebagai berikut:
proses belajar-mengajar yang efektifitasnya tinggi; kepemimpinan kepala
sekolah yang kuat; lingkungan sekolah yang aman dan tertib; pengelolaan
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang efektif; sekolah yang
mempunyai teamwork yang kompak, cerdas, dan dinamis; sekolah yang
memiliki kewenangan dan kemandirian; partisipasi yang tinggi dari warga
sekolah dan masyarakat; sekolah yang memiliki keterbukaan (transparansi
manajemen); sekolah yang mempunyai kemampuan untuk berubah
(psikologis dan fisik); sekolah yang melakukan evaluasi dan perbaikan
33 Sulthon Masyhud Kusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren (Jakarta: Diva Pustaka,
2005), 82. 34 Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-Prinsip dan Tata Langkah
Penerapan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 10.
29
secara berkelanjutan; sekolah yang responsif dan antisipatif terhadap
kebutuhan; sekolah yang memiliki komunikasi yang baik, terutama antar
warga sekolah dan sekolah-masyarakat.
Ketiga, input pendidikan yang bermutu pada umumnya memiliki
ciri sebagai berikut: memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang
jelas; sumberdaya tersedia dan siap; staf yang kompeten dan berdedikasi
tinggi; memiliki harapan prestasi yang tinggi; fokus pada pelanggan
khususnya peserta didik. Adapun input manajemen yang dimaksud
meliputi: tugas yang jelas, rencana yang rinci dan sistematis, program
yang mendukung bagi pelaksana rencana, ketentuan-ketentuan (aturan
main) yang jelas sebagai panutan bagi warga sekolahnya untuk bertindak,
dan adanya sistem pengendalian mutu yang efektif dan efisien untuk
meyakinkan agar sasaran yang telah disepakati dapat dicapai.35
Jadi, untuk mendorong sekolah agar menjadi lembaga pendidikan
yang berkualitas dan memiliki daya saing yang tinggi maka perlu
dilakukan upaya-upaya pemberdayaan kepada peserta didik baik internal
maupun eksternal secara terpadu dan partisipatif.
5. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian pendidikan agama Islam
Pendidikan adalah proses internalisasi budaya kedalam diri
seseorang dan masyarakat menjadi beradab. Pendidikan bukan hanya sarana
transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana
pembudayaan dan penyaluran nilai (enkulturasi). Tugas guru memang
sangatlah kompleks, sehingga mereka harus menguasai sejumlah ilmu
pengetahuan serta keterampilan yang diperlukan. Guru harus memiliki
kemampuan profesional dalam tugasnya dengan merupakan konsep
teknologi pembelajaran dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan
dan pembelajaran.36
35 Umaidi, Manajemen..., 12-20.
36 Muhammad Rohmadi, Menjadi Guru...,12
30
Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan oleh
orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta
didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan.
Mendidik adalah membantu anak dengan sengaja (dengan jalan
membimbing, membantu dan memberi pertolongan) agar ia menjadi
manusia dewasa, susila, bertanggung jawab dan mandiri. Bab I Pasal 1 UU
RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dijelaskan bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”37
Menurut Ahmad Tafsir, pendidikan adalah usaha meningkatkan
diri dalam segala aspek yang melibatkan guru maupun tidak melibatkan
guru (pendidik) mencakup pendidikan formal, maupun non formal serta
informal.38
Agama Islam adalah agama yang membawa keselamatan dunia
akhirat. agama Islam adalah keyakinan berserah diri kepada Allah, seorang
yang tunduk kepada Tuhan, atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi
laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah
menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi
dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh
bahwa Muhammad adalah Nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia
oleh Allah.
Ketundukan kepada Allah diwujudkan dengan mengikuti segala
yang diperintahkan-Nya melalui rasul-Nya yang meliputi keyakinan
(aqidah) kepada keesan Allah, mentaati norma yang sudah ditetapkannya
37 Undang Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan (Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depag RI, 2006), 25. 38 Ahmad Tafsir, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1990), 6.
31
dalam syariah, dan berbuat atau berperilaku berdasarkan tuntunan-Nya
dalam akhlak.39
Agama Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia,
baik dalam hal aqidah, syariah, ibadah, muamalah dan lainnya. Allah Azza
wa Jalla menyuruh manusia untuk menghadap dan masuk ke agama fitrah.
Allah SWT berfirman dalam QS. Ar Ruum ayat 30 sebagai berikut:
Artinya : “Maka hadapkanlah dirimu kepada agama (Allah) yang benar itu;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."40
Rumusan tujuan hidup yang didasari oleh ajaran agama menempati
posisi sentral, yakni orang yang hormat dan tunduk kepada nilai-nilai agama
yang diyakininya, melalui figur ulama kharismatik, atau menurut kitab suci.
Menurut Islam, tujuan hidup manusia adalah untuk menggapai rida Allah,
Firman Allah SWT dalam QS. al Baqarah (2): 207 sebagai berikut:
بالعباد رءوف واللھ اللھ مرضاة ابتغاء نفسھ یشري من الناس ومنArtinya : “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya
karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”41
b. Hakikat dan tujuan pendidikan agama Islam
Hakekat pendidikan Islam adalah mengembangkan sikap pada diri
seseorang, sikap tersebut merupakan internalisasi dari nilai-nilai kebaikan
yang diajarkan al-Quran, bagi pendidikan Islam dikotomi antara
39 M. Natsir Abdullah dan Lalu Hamdian Affandi, Pendidikan Agama Islam (Lombok
Barat: Arga Puji Press, 2011), 13. 40 Oemar Bakry, Tafsir Rahmat, (Jakarta: PT. Mutiara, 1983), 791.
41 Ibid., 61.
32
pendidikan umum dan pendidikan agama harus dihilangkan. Kesamaan
dalam satu hal, yaitu potensi dasar beriman kepada Allah, ini adalah fitrah
semua manusia.42
Menurut Puskur Depdiknas, sebagaimana dikutip Abdul Majid
dalam bukunya mengatakan: tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik memalui
pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta
pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi muslim
yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan kepada Allah Swt,
serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.43
c. Visi dan misi pendidikan agama Islam
Visi Pendidikan Agama Islam di sekolah umum adalah terbentuknya
sosok anak didik yang memiliki karakter, watak dan kepribadian dengan
landasan iman dan ketakwaan serta nilai-nilai akhlak, budi pekerti yang
kukuh yang tercermin dalam keseluruhan sikap dan prilaku sehari hari,
untuk melanjutkan memberi corak bagi pembentukan watak bangsa.
Sedangkan misi Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut :
1) Melaksanakan pendidikan agama sebagai bagian integral dari
keseluruhan proses pendidikan di sekolah.
2) Menyelenggarakan pendidikan agama di sekolah dengan meng-
integrasikan aspek pengajaran, pengamalan serta aspek
pengamalan bahwa kegiatan belajar mengajar di depan kelas
diikuti dengan pembiasaan pengamalan ibadah bersama di
sekolah, kunjungan dan memperhatikan lingkungan sekitar serta
penerapan nilai dan norma akhlak dalam perilaku sehari-hari.
3) Melakukan upaya bersma antara guru agama dan kepala sekolah
serta seluruh unsur pendukung pendidikan di sekolah untuk
42 Fatmah, Pendidikan Islam dan Isu-isu Sosial (Yogyakarta: Kurnia Kalam
Semesta, 2011), 120. 43 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ( Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2012), 18.
33
mewujudkan budaya sekolah (shcool cultute) yang dijiwai oleh
suasana dan disiplin keagamaan yang tinggi yang tercermin dari
aktualisasi nilai dan norma keagamaan dalam keseluruhan
interaksi antar unsur pendidikan di sekolah dan di luar sekolah.
4) Melakukan penguatan posisi dan peran guru agama di sekolah
secara terus menerus, baik sebagai pendidik maupun sebagai
pembimbing dan penasihat, komunikator, serta penggerak bagi
terciptanya suasana dan disiplin keagamaan di sekolah.44
Dari uraian visi dan misi Pendidikan Agama Islam di
sekolah umum, maka para guru Pendidikan Agama Islam selalu
berkeinginan dan berusaha sekuat tenaga untuk selalu
menghasilkan kualitas hasil pendidikan pada hari ini senantiasa
lebih baik dari hari kemarin. Maka tidak ada satupun usaha
peningkatan mutu penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam yang
dirasakan sulit untuk diwujudkan, yang terpenting adalah adanya
usaha untuk mewujudkan strategi tersebut. Adapun mengenai hasil
dari usaha tersebut semuanya kita serahkan kepada Allah SWT.
Manusia hanya bisa berikhtiar, namun Allah yang menentukan
segalanya.
d. Materi pembelajaran pendidikan agama Islam
Sasaran dan tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam akan
tercapai, bilamana materi pendidikan tersebut diseleksi dengan baik dan
tepat. Materi dalam kontek ini intinya adalah substansi yang akan
disampaikan dalam proses interaksi edukatif kepada peserta didik dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan agama Islam sebagaimana telah
diuraiakan di atas.
Intisari pengajaran pada periodesasi Nabi Muhammad saw, dapat
dikelompokkan menjadi tiga devisi utama yang meliputi bidang akidah,
ibadah dan akhlak. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi yang menjelaskan
44Ibid., 19.
34
tentang materi pendidikan Islam yang diajarkan oleh malaikat Jibril
kepada Nabi Muhammad SAW:
لا أن تشھد أن اإلسلام.: م. ص اهللا رسول فقال الإسلام عن أخبرني محمد یا
تحج و رمضان الزكاةوتصوم وتؤتي لاةالص وتقیم محمدارسولاهللا وأن إلااهللا إلھ
:قال ویصدقھ، یسألھ لھ فعجبنا صدقت: قال سبیلا، إلیھ استطاع البیتان
األخر والیوم ورسلھ وكتبھ وملائكتھ باهللا تؤمن أن: قال الإیمان عن فأخبرني
أن: قال الإحسان عن فأخبرني: قال صدقت، قال ، خیرھوشره بالقدر وتؤمن
یا: قال ثم ملیا فلبثت انطلق ثم. یراك فإنھ تراه لمتكن فإن تراه كأنك اهللا تعبد
یعلمكم اتاكم جبریل فإنھ: قال اعلم ورسولھ قلتاهللا ؟ منالسائل أتدرى عمر
) رواه مسلم( دینكم
Artinya: “Wahai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam,
maka Rasul menjawab: Islam itu bersaksi bahwa tiada tuhan
selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah,
mendirikan shalat, membayar zakat, puasa bulan ramadhan dan
menunaikan haji jika mampu. Laki-laki itu berkata, kamu benar
Muhammad, maka kamipun heran kepadanya, ia yang
menanyakan dan ia pula yang membenarkannya. Laki-laki itu
berkata lagi: beritahukan kepadaku tentang iman, Rasul
menjawab: beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada qadha dan
qadar baik dan buruknya. Laki-laki itu membenarkannya,
kemudian berkata lagi, beritahukan kepadaku tentang ihsan.
Rasul menjawab: beribadah kepada Allah seakan-akan kamu
melihat-Nya dan bila kamu tidak dapat melihat-Nya
sesungguhnya Dia (Allah) melihat kamu. Kemudian laki-laki itu
pergi begitu saja kemudian Nabi bertanya kepada Umar ra., hai
Umar apakah kamu mengetahuai siapakah yang bertanya?
Umar menjawab: Allah dan Rasul-Nyalah yang mengetahui.
35
Nabi berkata sesungguhnya laki-laki tersebut adalah malaikat
Jibril yang mendatangi kalian untuk mengajarkan kalian
tentang agama kalian).45
Memperhatikan isi kandungan dari hadits di atas, bahwa inti dari
materi pendidikan Islam adalah iman (akidah), ibadah dan akhlakul
karimah. Ketiga aspek iman, ibadah dan akhlak merupakan tiga serangkai
yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Sebab ketiganya merupakan
satu kesatuan yang saling melengkapi.
Kehidupan dunia dan akhirat tidak mungkin tercapai kecuali
dengan keutamaan akhlak, keutamaan akhlak tidak mungkin tercapai
kecuali dengan mengetahui Tuhan (iman) dan memuja-Nya lewat ibadah
yang telah disyari’atkan agama. Jadi ketiga-tiganya merupakan kunci
pokok dari ajaran agama Islam. Secara mendasar ketiga materi
pembelajaran pendidikan agama Islam dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Pendidikan Iman (akidah)
Pendidikan akidah adalah inti dari dasar keiman seseorang
yang harus ditanamkan kepada anak sejak dini. Karena dengan
pendidikan inilah anak akan menegnali siapa Tuhannya, bagaimana
cara bersikap kepada Tuhannya, dan apa saja yang meski mereka
perbuat dalam hidup ini.
Materi pendidikan keimanan ini adalah untuk mengikat
anak dengan dasar-dasar iman, rukun Islam dan dasar-dasar
syari’ah, sejak anak mengerti dan mulai memahami sesuatu. Tujuan
yang mendasar dari pendidikan ini adalah agar anak hanya
mengenal Islam mengenai dirinya, Al-Qur’an sebagai imamnya dan
Rasulullah sebagai pemimpin teladannnya.46
b). Pendidikan Ibadah (Syari’ah)
45 Muslim. Shahih Muslim Juz I (Bandung: Syirkah Ma’arif Lithob’i
Wannasyr, tt.), 23. 46 Nasih Ulwan, A., Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam ( Semarang: CV. Asy-
Syifa’, 1981), 51.
36
Materi pendidikan ibadah secara menyeluruh oleh para ulama
telah dikemas dalam sebuah disiplin ilmu, yang dinamakan ilmu
fiqh. Karena seluruh tata peribadatan telah dijelaskan di dalamnya,
sehingga perlu diperkenalkan sejak dini kepada anak didik dan
sedikit demi sedikit dibiasakan dalam diri mereka, agar kelak mereka
tumbuh menjadi insan-insan yang betaqwa.47
Sementara Aly dan Munzier menyimpulkan bahwa pranata-
pranata (aturan) ibadah di dalam Islam, termasuk shalat,
merealisasikan tujuan umum pendidikan Islam, yaitu menanamkan
jiwa taqwa. Pendidikan ibadah disini khususnya pada pendidikan
shalat merupakan tiang dari segala amal ibadah. Shalat tidak hanya
terbatas pada konteks fi’liyah, melainkan menanamkan nilai-nilai di
balik ibadah shalat, sehingga mampu tampil sebagai pelopor amar
ma’rūf nahī munkar serta jiwanya teruji menjadi orang yang sabar.48
c). Pendidikan Akhlak
Pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-
dasar moral dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki
dan dijadikan kebiasaan oleh anak masa kecil sehingga menjadi
orang mukallaf, yaitu seseorang yang telah siap mengarungi
lautan kehidupan. Tujuan dari pendidikan akhlak ini adalah untuk
membentuk benteng relegius yang berakar pada hati sanubari
anak. Benteng tersebut akan memisahkan anak dari sifat-sifat
negatif, kebiasaan berbuat dosa dan tradisi jahiliyah.49
Sesungguhnya referensi yang paling penting dalam
pendidikan akhlak adalah Al-Qur’an. Pendidikan akhlak dalam
Al-Qur’an memiliki porsi yang besar. Tujuan pendidikan Islam
dapat dicapai melalui pendidikan akhlak dalam bentuk
47 M. Nipan Halim, Anak Shaleh Dambaan Keluarga (Yogyakarta: Mitra
Pustaka, 2000), 102. 48 Hery Noer Aly dan Munzier S., Watak Pendidikan Islam (Jakarta: Priska
Agung Insani, 2003), 74. 49 Nasih Ulwan, A., Pedoman..., 174.
37
pengembangan sikap kepasrahan, penghambaan dan ketakwaan
kepada Allah swt. Allah swt menjadikan sifat-sifatnya yang
terdapat di dalam al-asmā’ al-usnā sebagai nilai ideal akhlak
yang mulia dan menyerukan kepada manusia untuk
meneladaninya.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapatlah disimpulkan
bahwa tujuan akhir dari mata pelajaran pendidikan agama Islam
adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak mulia.
Karena tujuan inilah yang menjadi misi utama diutusnya Nabi
Muhamad SAW ke dunia yaitu menyempurnakan akhlak yang
mulia. Pendidikan akhlak adalah jiwa dari pendidikan agama
Islam dan akhlakkul karimah merupakan hakikat dari tujuan
pendidikan agama Islam.
e. Peran pembelajaran pendidikan agama Islam
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan
umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan
suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari
betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka
internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi
menajdi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan
baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun
masyarakat.
SMA Plus Munirul Arifin NW Praya menempatkan mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran pokok
dengan maksud untuk peningkatan potensi spiritual dan membetuk
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sebagaimana
yang tertera dalam visi dan misi sekolah. Akhlak mulia mencakup
etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan
agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengamalan,
38
pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta
pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun
kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada
akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang
dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Pendidikan agama Islam di SMA Plus Munirul Arifin NW
Praya diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan
kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang
bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan
untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis,
saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal
maupun sosial. Tuntutan visi ini mendorong dikembangkannya
standar kompetensi sesuai dengan jenjang persekolahan yang secara
nasional ditandai dengan ciri-ciri:
1) Lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secara utuh selain
penguasaaan materi.
2) Mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya
pendidikan yang tersedia.
3) Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di
lapangan untuk mengembangkan strategi dan program
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan ketersedian sumber
daya pendidikan.
Pendidikan agama Islam di SMAN se-Kota Mataram
diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya
menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun
peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam
memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu
diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan
perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam
lingkup lokal, nasional, regional maupun global.
39
Para pendidik diharapkan dapat mengembangkan metode
pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Pencapaian seluruh kompetensi dasar perilaku terpuji dapat
dilakukan tidak beraturan. Peran semua unsur sekolah, orang tua
siswa dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan
pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam.
6. SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
a. Sejarah Singkat Berdirinya Sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Kepala Sekolah
diperoleh penjelasan sebagaia berikut:
SMA Plus Munirul Arifin NW Praya adalah sebagai lembaga
pendidikan umum swasta di tingkat menengah, yang diselenggarakan oleh
Yayasan Pondok Pesantren Munirul Arifin NW Prayayang dimana Salah
Satu lembaga yang di buat Ialah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya.
Sekolah SMA Plus ini di didirikan berdasarkan desakan dari berbagai
elemen masyarakat untuk mendirikan sekolah umum yang dikelola oleh
yaayasan yang bernuansa Islami dan berguna bagi masyarakat Agama dan
negara. Karena kebudayaan yang mempunyai keunggulan dibidang
pemahaman agama Islam. Secara fisik citra yang ditampilkan adalah
bernafaskan Islam, sehingga terkesan berwibawa, sejuk, rapi dan indah.
Bayangan pokok yang ditampilkan oleh SMA Plus Munirul Arifin NW
Praya adalah Islami dan terkesan modern, serta dihuni oleh orang-orang
yang dekat dengan Allah SWT, Ramah terhadap sesama, santun, selalu
tersenyum, serta peduli terhadap lingkungannya.
Ditinjau dari kelembagaan SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
mempunyai tenaga akademik yang handal dalam pemikiran, memiliki
manajemen yang kokoh yang mampu menggerakkan seluruh potensi untuk
mengembangkan kreativitas civitas akademika SMA Plus Munirul Arifin
NW Praya serta memiliki kemampuan antisipatif masa depan dan proaktif.
Selain itu SMA Plus Munirul Arifin NW Praya memiliki pimpinan yang
40
mampu mengakomodasikan seluruh potensi yang dimiliki menjadi
kekuatan penggerak lembaga secara menyeluruh.50
50Wawancara, Dengan Ahmad Yani, S.Sy, pada tanggal 20 Mei 2016 Ruang Kepsek
SMA Plus Muniru Arifin NW Praya
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Berdasarkan, fokus penelitian, obyek penelitian, maupun sumber data
yang akan dikumpulkan, maka dapat diketahui bahwa penelitian ini
termasuk penelitian lapangan (field Research), field Research ini terutama
mendasarkan diri pada penelitian di tengah kancah atau lapangan,51 maka
metode yang digunakan penelitian adalah metode kualitatif dengan
pendekatan fenomenologis. Fenomenologis memandang prilaku manusia
yaitu apa yang dikatakan dan dilakukan orang sebagai produk dari orang
tersebut menafsirkan dunianya, maka fenomenologis berusaha memberi arti
peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi
tertentu.52
Obyek metode kualitatif adalah seluruh bidang/aspek kehidupan
manusia, yakni manusia dan segala sesuatu yang dipengaruhi manusia.
Obyek itu diungkapkan kondisinya sebagaimana adanya atau dalam keadaan
sewajarnya (natural setting), mungkin berkenaan dengan aspek/bidang
kehidupannya yang disebut ekonomi, kebudayaan, hukum, organisasi,
agama, dan sebagainya.53
Dengan demikian diketahui bahwa pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sebab dalam melakukan
tindakan kepada subyek adalah untuk mengungkapkan makna dari Peran
Kepala Sekolah dalam menigkatkan mutu pembelajaran pendidikan Agama
Islam di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya yang berada di Praya. Dalam
hal ini menurut Bugdan dan Bieklem (1998) dalam Wahid Murni dan Nur
Ali, bahwa ciri-ciri pendekatan kualitatif ada lima macam54 yaitu;
51Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung:Mandar Maju,1996), 47.. 52Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja Rosda
Karya,1991), 9. 53Ibid., 9
54Wahid Murni dan Nur Ali, Penelitian Tindakan kelas, Pendidikan Agama dan Umum, disertai Contoh Hasil Penelitian, UIN Malang,2008, 31.
42
1. Menggunakan latar alamiah, Sebagai sumber data langsung dan
peneliti merupakan instrumen kunci (the key instrumen).
2. Bersifat deskriptif, Data-data yang dikumpulkan, disajikan dalam
bentuk kata-kata dan gambar-gambar. Data ini mencakup transkrip
wawancara, catatan lapangan, foto, tape, dokumen dan data lainnya
3. Lebih mementingkan proses dari pada hasil, Sesuai dengan latar yang
bersifat alami peneliti kualitatif lebih memperhatikan aktivitas-
aktivitasnya sehari-hari, prosedur-prosedur dan interaksi yang terjadi.
4. Analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara
Induktif, Penelitian kualitatif tidak mencari bukti untuk menerima atau
menolak suatu hipotesis yang dirumuskan sebelum terjun ke lapangan.
5. Makna merupakan hal yang esensial dalam penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif mementingkan apa yang disebut perspektif
partisipan (participant perspective), sehingga penelitian dapat
menonjolkan situasi yang dinamik (innerdynamic ofsituation).
Berdasarkan paparan di atas dapat dikatakan bahwa Penelitian
kualitatif mempunyai karakteristik pokok mementingkan makna, konteks,
proses penelitiannya lebih bersifat siklus dari pada linier. Pengumpulan
dan analisa data berlangsung secara simultan. Lebih mementingkan
kedalaman ketimbang keluasan penelitian.
Penelitian dengan pendekatan kualitatif disebut juga dengan
penelitian naturalistik. Penelitian naturalistik pada hakikatnya mengamati
orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, serta
berusaha memahami tuturan dan penafsiran mereka tentang dunianya.
Untuk itu perlu diamati lingkungan yang melatar belakangi kehidupan
orang tersebut. Dengan pendekatan ini, dapat teramati keutuhan dan
kealamiannya.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tindakan kalaboratif
partisipatoris, yaitu peneliti bekerja sama dengan guru dan kepala
Sekolahserta serta warga sekolah yang terkait, termasuk di sini komite.
Dalam hal ini peneliti terjun langsung dalam merencanakan ,
43
mengindentifikasi masalah sampai ber-akhirnya penelitian ini.
Dengan demikian kehadiran peneliti dalam penelitian ini mutlak,
karena semua kegiatan yang peneliti lakukan, selalu bekerja sama dengan
semua warga Sekolah untuk menentukan lankah-langkah yang harus
dilakukan demi lancar dan berhasilnya penelitian ini, dan dapat
memberikan sumbangan demi kemajuan sekolah yang diteliti.
Oleh karena itu sesuai dengan fokus dalam penelitian ini, maka
penelitian ini berupaya untuk mengetahui dan menelaah tentang “Peran
Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan
Agama Islam” Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatakan kualitatif.
Dalam penelitian ini, peneliti mengamati individu atau unit secara
,mendalam dan mencari faktor-faktor yang dapat menjelaskan kondisi
subyek dan obyek yang diteliti. Penelitian kualitatif lebih menghendaki
arah bimbingan penyusunan teori subyektif yang berdasarkan data, baik
melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Jadi penelitian ini
bertujuan untuk menyajikan uraian deskriptif tentang bagaimana peran
kepala Sekolah dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
program dalam menigkatkan mutu pembelajaran pendidikan Agama
Islam di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya serta strategi kepala
sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan Agama
Islam.
B. Lokasi Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian hendaknya didasarkan pada pertimbangan-
pertimbangan kemenarikan, keunikman dan keseuaian dengan topik yang
dipilih.Lokasi hendaknya diuraikan secara jelas, misalnya, letak geografis jika
perlu disertakan peta lokasi, suasana sehari-hari lokasi penelitian dan
informasi lain yang dianggap perlu untuk dikemukakan,55
55Wahid Murni, Menulis Proposal dan Laporan Penelitian Lapangan Pendekatan
kualitatif dan kuantitatif; Skripsi Tesis dan Disertasi ( Program Pasca Sarjana UIN Malang, 2008),
44
Penelitian ini dilakukan di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, yang
berada di Praya Peneliti tertarik melakukan penelitian di SMA Plus Munirul
Arifin NW Praya karena beberapa alasan berikut;
Peran kepala sekolah dan komite Sekolah sangat penting dalam
Meningkan mutu pembelajaran pendidikan Agama Islam ini. Peran kepala
sekolah yang memiliki dan mampu memimpin sekolah dan pihak terkait
untuk memiliki motivasi dalam pengembangan sekolah menjadi lebih baik
lagi. Didukung oleh komite sekolah yang mampu memberikan dukungan
positif, dan berperan serta memberikan gagasan pemikiran dan sumbangsih
ide-ide terkait dengan sasaran utama dan program yang akan dijalankan oleh
sekolah.56
Untuk itu dalam penelitian ini mengambil judul peran kepala sekolah
dalam meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan Agama Islam dengan
tujuan untuk dapat mendeskripsikan peran kepala sekolah dalam mutu
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Plus Munirul Arifin NW
Praya, dengan satu alasan bahwa Sekolah memiliki tanggung jawab untuk
membangun Sekolah menjadi sebuah Sekolah yang unggul dalam segala hal.
Maka dibutuhkan peran kepala Sekolah dalam upaya dan motivasi yang kuat
agar sekolah mampu berdaya saing. Bukan untuk alasan bersaing dalam hal
gengsi dan merasa paling unggul, tapi tetap bersaing untuk membuat sebuah
pendidikan yang dapat bermanfaat bagi peserta didik, lingkungan masyarakat
dan diharapkan agar semua lapisan masyarakat memiliki kesadaran akan
pentingnya pendidikan.
Dalam penelitian ini tidak menggunakan sampel, sehingga subyek
penelitiannya adalah guru yang terlibat langsung mengajar pada SekolahSMA
Plus Munirul Arifin NW Praya
C. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai perencana, pelaksana, 32
56Irfan Rachmat 2009 ; http:///www.irfanrahmat-artikel-mbs/2009/12/10/ MBS Belum Ada Nilai, Diakses tanggal 10 Mei 2016
45
pengumpul data, dan sekaligus melaporkan hasil penelitian. Untuk itu
peneliti berusaha bersikap sebaik mungkin, hati-hati, jujur dan bersungguh-
sungguh dalam menjaring data sesuai dengan kenyataan di lapangan,
sehingga data yang terkumpul benar-benar relevan dan terjamin
keabsahannya.
Menurut Moleong,57 ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen
mencakup segi responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan,
mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses data secepatnya,
memanfaatkan kesempatan untuk mengklasifikasikan dan mengikhtisarkan,
serta memanfaatkan kesempatan mencari respon yang tidak lazim.
Karena peneliti berperan sebagai instrumen utama, maka penyesuaian
diri dengan situasi dan kondisi latar penelitian sangat menentukan
keefektifan, keefisienan bahkan keberhasilan penelitian. Untuk itu peneliti
berusaha menciptakan kondisi yang baik dengan para personalia madrasah
dengan cara bergaul secara aktif setiap hari, mengikuti peraturan atau norma
atau hukum yang dibuat oleh mereka dan sebagainya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam penelitian ini, peneliti
menjadi instrument kunci, namun dalam pelaksanaannya, peneliti juga
menggunakan instrument, berupa pedoman wawancara, pedoman observasi
dan pedoman dokumentasi.
1. Wawancara
Wawancara merupakan Tehnik pengumpulan data yang bersipat
lansung terhadap responden yang ikut berperan dalam proses
pengembangan. Menurut Dedi Mulyana Menjelaskan wawancara
adalah komonikasi antara dua orang, melibatkan seorang yang
imngin meperoleh informasi dari seorang lainnya dengan
57Lexi J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja Rosda
Karya,1991), 121.
46
mengajukan pertanyaan – pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu58
Jadi wawancara merupakan lembar acuan yang berisi pertanyaan-
pertanyaan yang dirancang oleh peneliti. Dalam wawancara ini
peneliti mewancarai Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah,
Bendahara, Guru dan Tata Usaha dan Steckholder sekolah.
Adapun data yang diperoleh dengan tehnik wawancara ini
adalah
1. Peran kepala Sekolah dalam meningkatkan Mutu Pembelajaran
PAI
2. Strategi kepala Sekolah dalam meningkatkan Mutu
Pembelajaran PAI
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan terhadap
informan yang diteliti dengan tujuan untuk mendapatkan data (
informasi ) yang jelas . Wawancara yang dilakukan dalam penelitian
ini terdiri dari : Kepala Sekolah dan Serta sebagian guru yang ada
SMA Plus Munirul Arifin NW Praya. Pedomam wawancara yang
digunakan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan
dalam.penelitian ini, dibedakan menjadi dua, yang pertama untuk
Kepala Sekolah dan kedua untuk guru, yang dalam penelitian ini
selain kepala Sekolah semuanya sama sebagai guru dan Komite
dimasukkan dalam kategori guru karena beliau termasuk guru yang
mengajar di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya sama seperti
halnya KTU dan Kepala Perpustakaan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat perekam, dan
pedoman wawancara, namun dalam pelaksanaannya ada sebagian
informan yang tidak suka di rekam tapi ada sebagaian yang terekan
hasil wawancaranya dengan menggunakan tape recorder.
Kelengkapan pedoman wawancara disertai dengan jawaban baik itu
yang lisan maupun yang terekam, terlampir.
58 Dedi Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Rosda Karya,2001), 180.
47
2. Observasi
Observasi merupakan alat untuk memudahkan peneliti dalam
mengambil data secara lengkap pada waktu berlangsungnya proses
penelitian. Pedoman observasi peneliti gunakan untuk mengetahui
obyek atau tempat berlangsungnya peristiwa, yang dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung, seperti melalui foto. Pengamatan
yang dilakukan secara langsung adalah terhadap fenomena dari
subyek atau obyek yang diteliti, seperti siswa, guru, kondisi sarana
prasarana, ruang kelas, laboratorium, perpustakaan serta suasana
aktifitas kegiatan.
Dengan metode observasi ini,peneliti memperoleh data
tentang :
a. Peran kepala Sekolah dalam meningkatkan Mutu
Pembelajaran PAI
b. Strategi kepala Sekolah dalam meningkatkan Mutu
Pembelajaran PAI
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu tehnik mengumpulkan data
yang bersumber dari non manusia. Menurut Dedi Mulyana Dokumen
dapat berupa catat pribadi, surat pribadi, buku haria, majalah, koran
notulen rapat, catat khusus, rekaman kaset, rekaman vidio, photo dan
lain sebagainya.59
Adapun data – data yang diperoleh melalui tehnik
dokumentasi ini antara lain
a. Sejarah singkat berdirinya SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
b. Profil SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
c. Program-program SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
d. Dokumen lain yang dianggap penting dan mendukung hasil
penelitian (struktur organisasi sekolah, Guru dan tenaga
administrasi dan hal-hal lain yang terkait dengan penelitian ini.
59 Ibid., 101
48
Pedoman dokumentasi ini secara rinci yang diperoleh dari obyek
penelitian meliputi; 1. Kondisi Obyek Penelitian, 2. Pengelolaan
pendidikan, 3. Visi-Misi, 4. Struktur Organisasi. 5. Kualifikasi
pendidikan guru, 6. Data jumlah murid dan data lain yang terkait
dengan penelitian ini. Seperti prestasi yang pernah diraih,
laporan hasil belajar siswa, kurikulum yang digunakan, jadwal
belajar siswa, pedoman dan pembagian tugas dan tatib siswa)
E. Data dan Sumber Data
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang
sesuai dengan fokus penelitian yaitu kepala Sekolah, guru-guru SMA Plus
Munirul Arifin NW Praya yang berada di Praya dan akan ditambah pula
dengan komite untuk lebih meyakinkan data yang diperoleh.
Data yang dikumpulkan tersebut dapat bersifat deskriptif dalam bentuk
kata-kata atau gambar. Data bisa didapat dari hasil interview, catatan
pengalaman lapangan, dokumen perorangan, dan dokumen resmi60 Data
adalah keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian
(analisis atau kesimpulan)61
Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh62, Jadi
sumber data itu menunjukkan asal informasi. Data itu harus diperoleh dari
sumber data yang tepat, jika sumber data tidak tepat maka mengakibatkan
data yang terkumpul tidak relevan dengan masalah yang diteliti.
Sumber data dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu
manusia/ orang dan bukan manusia. Sumber data manusia berfungsi sebagai
subyek atau informen. Sedangkan sumber data bukan manusia berupa
dokumen yang relevan dengan fokus penelitian, seperti gambar, foto, catatan
60Robert C Bugdan dan Sari R. Biklen, Qualitative Research for Education An
Introduction toTheory and Methods ( Boston Allyn and Bacon,1982), 2-3. 61Wahid Murni Menulis Proposal dan Laporan Penelitian Lapangan Pendekatan
kualitatif dan kuantitatif; Skripsi Tesis dan Disertasi, ( Program Pasca Sarjana UIN Malang, 2008), 31.
62Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,( PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002),98
49
rapat atau tulisan-tulisan yang ada kaitannya dengan fokus penelitian.
Sehubungan dengan wilayah sumber data yang djadikan sebagai subyek
penelitian ini ada dua yaitu;
1. Sumber Data Primer
Yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung dari lapangan.
Sumber primer juga merupakan sumber dasar yang merupakan bukti atau
saksi utama dari kejadian yang lalu, Contoh dari data atau sumber primer
adalah catatan resmi yang dibuat pada suatu acara atau upacara, suatu
keterangan saksi mata, keputusan-keputusan rapat dan sebagainya.63 Data
primer juga dapat dipeoleh dalam bentuk verbal atau kata-kata serta
ucapan lisan dan perilaku dari subyek (informan) dari Kepala Kepala
Sekolah Guru-guru, KTU ,semua wakail kepala sekolah, dll.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah catatan adanya peristiwa, atau pun
catatan catatan yang "jaraknya" telah jauh dari sumber orisionil. Misalnya
keputusan rapat suatu perkumpulan bukan didasarkan dari keputusan dari
rapat itu sendiri, tetapi dari sumber berita, surat kabar. Berita surat kabar
tentang rapat tersebut adalah sumber sekunder. Menggunakan citasi orang
lain tentang suatu kejadian, merupakan sumber sekunder dalam sejarah.
Sumber dan bukan dari penyaksi kejadian sendiri juga merupakan sumber
sekunder.64
Sumber sekunder dapat juga diartikan sumber dari bacaan.
Maksudnya , data yang digunakan untuk melengkapi data primer yang
tidak diperoleh secara langsung dari kegiatan lapangan. Data ini biasanya
dalam bentuk surat-surat pribadi, kitab harian, notulen rapat perkumpulan,
sampai dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah.
Mengenai data sekunder yang diperkirakan ada kaitannya dengan
fokus penelitian antara lain dokumen tentang kesiswaan, ketenagaan,
63Moh. Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, (Jakarta,2003), 50. 64Ibid., 50 .
50
sarana prasarana, prestasi sekolah dan lain sebagainya. Menurut
Moleong,65 Kata-kata dan tindakan seseorang yang diambil dan
diwawancarai merupakan inti sumber data utama. Sumber data dicatat
melalui catatan tertulis, perekaman audio dan pengambilan foto,
pencatatan itu merupakan hasil gabungan dari aktivitas meliputi:
mendengar dan bertanya, berkaitan dengan penelitian ini, informasi yang
dapat diambil data nya ialah:
a. Kepala Sekolah di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya yang berkaitan
peran dan strategi dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI.
b. Wakil Kepala Sekolah yang berkaitan dengan data penunjang peran dan
strategi dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI.
c. Para guru terlebih Guru PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
yang berkaitan dengan peningkatan mutu pembelajaran PAI
d. KTU SMA Plus Munirul Arifin NW Praya yang berkaitan dengan data
untuk meningkatkan mutu pembelajaran PAI.
F. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam melaksanakan penelitian ini, yaitu pengambilan data dilakukan
secara langsung di lapangan, maka penulis dalam mengungkapkan data
menggunakan teknik observasi, interview dan dokumenter yang diuraikan
sebagai berikut:
1. Observasi
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dimana penulis mengadakan
pengamatan terhadap gejala-gejala atau peristiwa yang terjadi pada
obyek.66. Adapun teknik pengamatan yang penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah pengamatan tersembunyi dan pengamatan terbuka,
hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan situasi yang alamiah dari data
yang diperoleh akuntabel dan realistis.67
65Ibid., 112. 66Sutrisno Hadi, Metodologi Riserch, Jilid II (Yogyakarta:Fak Psikologi UGM,1980),
136. 67S. Nasetion, Metode Penelitian Naturalistik Kuwalitatif, (Bandung:Tarcito,1998), 2.
51
Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati secara
langsung tentang keadaan sarana dan prasarana. kegiatan pendidikan,
Kegiatan keseharian siswa, keadaan, perpustakan peran kepala sekolah dan
data lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
2. Interview
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak
yang dilanjutkan secara sistematis dan berdasarkan pada tujuan
penelitian,68 Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan:
a. Interview terpimpin atau guided interview, yaitu wawancara yang
dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang akan
dipersiapkan oleh peneliti terlebih dahulu. Pedoman wawancara yang
telah dibuat dan dipakai dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagian
lampiran.
b. Interview tak terpimpin, yaitu wawancara yang dilakukan secara bebas
dilakukan pada awal-awal penelitian ini.
3. Dokumentasi
Data Dokumenter yaitu laporan tertulis dari suatu peristiwa yang
isinyaterdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa itu, serta
ditulis dengansengaja untuk menyiapkan atau meneruskan keterangan
mengenai peristiwatersebut.69 Sebagai aplikasi metode ini, peneliti juga
menggunakan buku-buku arsip-arsip yang dimiliki oleh lembaga tersebut,
bentuk dokumen tersebut antara lain berupa tulisan, gambar serta
statistik.Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan data
tentang Profil Sekolah, Visi-Misi, Struktur organisasi, Data tentang guru
dan pegawai, tujuan sekolah, sasaran sekolah, program sekolah serta data
lain yang terkait dengan penelitian.
68Marzuki, Metodologi Reaserch, Cet II (Yogyakarta:Fak. Ekonomi, UII,1983), 83.
69Winarno Surahmad, Dasar dan Teknik Research dengan Metodologi Ilmiah, (Bandung:Tarsito,1986), 125.
52
F. Analisa Data
Pada penejelasan sebelumnya peneliti mengemukakan bahwa penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan demikian analisa dalam
penelitian ini juga menggunakan jenis analisa data dengan pendekatan
kualitatif. Dalam hal ini Dr.Wahidmurni mengemukakan bahwa;
“Analisis data dalam penelitian kualitatif, hendaknya diuraikan proses pelacakan dan pengaturan secara sistimatis transkri-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar peneliti dapat menyajikan bahan temuannya. Analisis data ini melibatkan pengerjaan, pengorganisasian, pemecahan dan sintesis data serta pencarian pola, pengungkapan hal penting, dan penentuan apa yang dilporkan. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data”.70
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa analisis data merupakan
proses mencari dan mengatur secara sistimatis transkrip wawancara,
catatan lapangan dan bahan-bahan lain yang dipahami oleh peneliti.
Kegiatan analisis dilakukan dengan menelaah data, menata data, membagi
menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola, mensimtesis, mencari pola,
menemukan apa yang bermakna dan apa yang diteliti dan dilaporkan
secara sistimatis.
Data itu sendiri terdiri dari deskripsi yang rinci mengenai situasi,
peristiwa, orang, interaksi, dan perilaku. Dengan kata lain data merupakan
deskripsi dari pertanyaan-pertanyaan seseorang tentang perspektif,
pengalaman suatu hal, sikap, keyakinan dan pikirannya serta petikan-
petikan isi dokumen yang berkaitan dengan suatu program.
Analisis data kualitatif model Milis Mattew B dan Michel Huberman
terdapat 3 tahap yaitu 71
1. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabastrakkan, dan transformasi
data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan,
70Wahidmurni, Cara Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitin Lapangan, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif), 52.
71 Emzir, Analisis Data, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2011), 129.
53
dan reduksi data berlangsung secara terus menerus selama proyek
yang berorientasi kualitatif berlangsung72. Mula-mula data yang
diperoleh di lapangan ditulis dalam bentuk uraian atau laporan terinci,
selama pengumpulan data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi
selanjutnya (membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema,
membuat gugus-gugus, menulis memo). Reduksi data/proses-
transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan sampai
laporan akhir lengkap tersusun.
2. Penyajian Data
Menurut Miles dan Huberman dalam Mexy J. Meloeng, bahwa
penyajian data dimaksudkan untuk menemukan pola-pola yang
bermakna serta memberikan kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dalam
penelitian ini juga dimaksudkan untuk menemukan suatu makna dari
data-data yang telah diperoleh, kemudian disusun secara sistimatis
dari bentuk informasi yang kompleks menjadi sederhana namun
selektif.73
3. Verifikasi ( Menarik Kesimpulan )
Agar kesimpulan teori deskripsi yang rinci sifat/sifat dari data
yang dikumpulkan, sebelum berusaha menghasilkan pernyataan-
pernyataan teoritis secara umum. Di saat telah memadainya rekaman
cadangan diskripsi yang akurat tentang fenomena sosial yang relevan,
barulah peneliti dapat menghipotesiskan jalinan hubungan di antara
fenomena-fenomena yang ada, dan kemudian mengujinya dengan
menggunakan fersi data yang lain. Bertolak dihipotesiskan. Peneliti
mengembangkan atau menemukan grounded theory seperti yang
dinyatakan oleh Gloser dan Strauss dengan istilah “menemukan teori
dari data hasil mengujikan mengverifikasikan teori yang ada”.
72Wahidmurni, Cara Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitian Lapangan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif.., 54 73 Lexy. J. Meloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya,2005), 45
54
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa verifikasi data
dilakukan secara terus menerus sejak awal penelitian dan selama
proses penelitian. Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan dalam
memberi kesimpulan terhadap hasil penafsiran dan evaluasi dengan
tujuan memberi jawaban terhadap permasalahan dengan didukung
hasil temuan selama penelitian yang dilakukan,melalui tahapan-
tahapan yang telahditentukan. Data-data hasil temuan yang telah
direduksi, dibuat sebuah kesimpulan kemudian dilakukan
pembahasan.
H. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data sangat perlu dilakukan agar data yang
dihasilkan dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Pengecekan keabsahan data merupakan suatu langkah untuk
mengurangi kesalahan dalam proses perolehan data penelitian yang
tentunya akan berimbas terhadap hasil akhir dari suatu hasil penelitian.
Dalam proses pengecekan keabsahan data pada penelitian ini
dilakukan melalui beberapa teknik pengujian data sebagai berikut;
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Dalam penelitian kulitatif, peneliti langsung terjun ke
lapangan dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan subyek penelitian.
Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat,
tetapi memerlukan waktu yang lebih lama dari sekedar untuk melihat
dan mengetahui subyek penelitian. Dengan perpanjangan
keikutsertaan ini berarti peneliti tinggal dilapangan penelitian sampai
data yang dikumpulkan penuh74
Dengan demikian dapat diketahui bahwa perpanjangan
keikutsertaan yang dimaksud adalah perpanjangan masa penelitian.
Cara ini penulis lakukan agar dapat memperoleh cukup waktu untuk
melaksanakan observasi dan pengamatan secara terus menerus
74Ibid., 327.
55
terhadap subyek penelitian untuk mempertajam dan memperdalam
pemahaman peneliti tentang data yang diperoleh melalui berbagai
peristiwa yang terjadi. Cara sangat bermanfaat untuk memperoleh
bukti yang lebih lengkap, terinci dan mendalam serta untuk
memeriksa konsistensi dan tindakan atau motivasi para informen.
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan dimasudkan untuk menentukan data
dan informasi yang relevan dengan persoalan yang sedang dicari
oleh peneliti, kemudian peneliti memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci.
3. Trianggulasi
Tringulasi merupakan pengecekan keabsahan data dengan
berbagai sumber di luar data sebagai bahan pertimbangan.
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
trianggulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan
melalui sumber lainnya. Maleong 75 mengutip Denzim membedakan
empat macam trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang
memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.
Trianggulasi dengan sumber berarti membedakan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.76 Hal ini dapat
dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan
dengan data hasil wawancara;(2) membandingkan apa yang
dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya
secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang
tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang
75 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 2007), 178.
76 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi (Bandung: Alfabeta, 2002), 4.
56
waktu; (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang
dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,
orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada,
orang pemerintahan; dan (5) membandingkan hasil wawancara
dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Dalam hal ini jangan terlalu berharap banyak bahwa hasil
pembandingan tersebut merupakan kesamaan pandangan, pendapat
atau pemikiran. Yang penting di sini adalah bisa mengetahui
adanya alasan-alasan terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut.77
Pada trianggulasi dengan metode, menurut Patton78
terdapat dua strategi yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan
penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan
(2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan
metode yang sama.
Teknik trianggulasi jenis ketiga ialah dengan jalan
memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan
pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan
pengamat lainnya membantu mengurangi kemencengan dalam
pengumpulan data. Pada dasarnya penggunaan suatu tim penelitian
dapat direalisasikan dilihat dari segi teknik ini. Cara lain ialah
memnbandingkan hasil pekerjaan seseorang analis dengan analis
lainnya.
77 Ibid.,198. 78Ibid., 199.
57
BAB IV
PAPARAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Deskrifsi Obyek Penelitian
1. Sejarah Singkat Berdirinya Sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW
Praya
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Kepala Sekolah
diperoleh penjelasan sebagaia berikut:
SMA Plus Munirul Arifin NW Praya adalah sebagai lembaga
pendidikan umum swasta di tingkat menengah, yang diselenggarakan oleh
Yayasan Pondok Pesantren Munirul Arifin NW Prayayang dimana Salah
Satu lembaga yang di buat Ialah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya.
Sekolah SMA Plus ini di didirikan berdasarkan desakan dari berbagai
elemen masyarakat untuk mendirikan sekolah umum yang dikelola oleh
yaayasan yang bernuansa Islami dan berguna bagi masyarakat Agama dan
negara. Karena kebudayaan yang mempunyai keunggulan dibidang
pemahaman agama Islam. Secara fisik citra yang ditampilkan adalah
bernafaskan Islam, sehingga terkesan berwibawa, sejuk, rapi dan indah.
Bayangan pokok yang ditampilkan oleh SMA Plus Munirul Arifin NW
Praya adalah Islami dan terkesan modern, serta dihuni oleh orang-orang
yang dekat dengan Allah SWT, Ramah terhadap sesama, santun, selalu
tersenyum, serta peduli terhadap lingkungannya.
Ditinjau dari kelembagaan SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
mempunyai tenaga akademik yang handal dalam pemikiran, memiliki
manajemen yang kokoh yang mampu menggerakkan seluruh potensi untuk
mengembangkan kreativitas civitas akademika SMA Plus Munirul Arifin
NW Praya serta memiliki kemampuan antisipatif masa depan dan proaktif.
Selain itu SMA Plus Munirul Arifin NW Praya memiliki pimpinan yang
mampu mengakomodasikan seluruh potensi yang dimiliki menjadi
kekuatan penggerak lembaga secara menyeluruh.79
79Wawancara, Dengan Ahmad Yani, S.Sy, pada tanggal 20 Mei 2016 Ruang Kepsek
SMA Plus Muniru Arifin NW Praya
58
2. Profil SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
Paparan dari hasil penelitian penulis mendapatkan informasi tentang
profil SMA Plus Munirul Arifin NW Praya untuk itu penulis sajikan profil
tersebut.80
Tabel. 4.1
Profil SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
N S S : 202230201041
N I S : 30 0300
N P S N : 50205213
Nama Sekolah : SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
Status Sekolah : Swasta
Tahun Berdiri : 2005
SK Ijin Operasional : 119 TAHUN 2006
Yayasan/Badan Penyelenggara : Yayasan Ponpes Munirul Arifin
Nahdlatul Wathan (YANMU NW) Praya
Penandatangan SK Pend. Sek. : Kepala Dinas Dikpora
P B M : Pagi
Sertifikat ISO 9001:2000 : Belum
Alamat Sekolah
Jalan : Basuki Rahmat
Desa/Kelurahan : Praya
Kecamatan : Praya
Kabupaten : Lombok Tengah
Propinsi : Nusa Tenggara Barat
Kode Pos : 83511
No. Telp. : (0370) 653194
No. Fax :
Website : http://www.yanmunw.org
E-mail : [email protected]
80 Dokumen, SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, dikutip pada tanggal 20 Mei 2016
59
Kepala Sekolah
Nama : Ahmad Yani, S.Sy
N I P : -
No. Handphone : 087 864 958 737
3. Struktur Pengurus Yayasan Pondok Pesantren Munirul Arifin
Nahdlatul Wathan (YANMU NW) Praya
a. Dewan Pembina
TGH. Zainal Arifin Munir, Lc.M.Ag 81
b. Pengurus Harian
Ketua : TGH. Mashur Rajab, QH., S.Pd
Wakil Ketua : H. Ahmad Mustanir Arifin, S.HI
Sekretaris : Ala’ul Islam, QH
Wakil Sekretaris : Saroji Ilham, S.SosI., M.H
Bendahara : Hj. Sakinah Mustafa82
4. Struktur Organisasi SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
Kepala Sekolah : Ahmad Yani, S.Sy
Waksek Kurikulum & Sarana : Lalu Buchari, S.Pd
Waksek kesiswaan & Humas : Muh. Hamdani, QH, S.PdI
Komite Sekolah : Zirratil Izzi, QH83
5. VISI SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
Perkembangan dan tantangan masa depan seperti:
perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi, globalisasi yang
sangat cepat, era informasi, dan berubahnya kesadaran masyarakat dan
81 Dokumen, SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, dikutip pada tanggal 21 Mei 2016 82 Ibid., 83 Ibid.,
60
orang tua terhadap pendidikan memicu sekolah untuk merespon
tantangan sekaligus peluang itu. SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
memiliki citra moral yang menggambarkan profil sekolah yang
diinginkan di masa datang yang diwujudkan dalam Visi sekolah yaitu:
“Terwujudnya insan yang cerdas unggul, Kreatif dan Berdaya
Saing”
Visi tersebut di atas mencerminkan cita-cita sekolah yang
berorientasi ke depan dengan memperhatikan potensi kekinian, sesuai
dengan norma dan harapan masayarakat.84
Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan
menunjukkan bahwa kepala sekolah melakukan peninjauan kembali
visi yang telah dibuat dengan mengundang bapak/ibu guru sebagai
penggerak dan pelaksana visi tersebut.85 Hasil observasi tersebut
diperkuat dengan hasil dokumentasi dan wawancara peneliti dengan
kepala sekolah.
Begitu pula yang ditunjukkan oleh hasil wawancara peneliti
dengan nara sumber, yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah
(bidang kurikulum, kesiswaan, sarana parasarana, dan humas), dan
bapak ibu guru Sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya.
Kepala sekolah mengatakan bahwa:
“Ketika pertama kali memimpin Sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, maka langkah pertama yang saya lakukan adalah meninjau ulang visi dan misi Sekolah. Ini saya lakukan karena perumusan visi merupakan sesuatu yang sangat penting dan perlu ditinjau terlebih dahulu. Dalam melakukan peninjauan kembali visi tersebut, waktu itu saya melibatkan komite sekolah karena untuk penyusunan dokumen satu KTSP, di sana kan ada unsur visi dan misi, ini yang saya lakukan pertama.”86
84 Ibid., 85 Observasi, pada tanggal 21 Mei 2016.
86 Wawancara, dengan Ahmad Yani. S.Sy, Kepala Sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, pada tanggal, 22 Mei 2016.
61
Demikian pula yang dipaparkan oleh bapak wakil kepala sekolah
bidang kurikulum, ia memaparkan bahwa:
“Bapak kepala sekolah tidak sekedar melakukan peninjauan kembali visi yang telah dibuat. Akan tetapi, bapak kepala sekolah juga melakukan berbagai upaya dalam menjadikan sekolah ini masuk standar nasional, dan bahkan beliau selalu mengatakan bahwa sekolah kami telah sesuai dengan standar nasional. Adapun upaya yang dilakukan bapak kepala sekolah dalam menstandarkan sekolah menjadi standar nasional, yaitu dengan cara meningkatkan kualitas standar pendidik dan kependidikannya, standar sarananya, standar prosesnya, dan standar-standar yang lainnya. Bapak kepala sekolah mengajak seluruh komponen yang ada di sini untuk menerjemahkan harapaan-harapan itu lewat tupoksinya masing masing. Dengan begitu bisa dilihat apakah guru-guru di sekolah ini masih sama dengan guru-guru Sekolah SMA yang lain, atau kita punya nilai plus.”87
Menurut kepala sekolah, rumusan visi yang telah ditetapkan
menjadi landasan, tujuan, dan pemandu utama warga Sekolah. Karena
itulah, kepala sekolah berupaya untuk senantiasa fokus pada visi dan
misinya. Kepala sekolah menyatakan:
“Saya menganggap bahwa visi itu sebagai, apa itu ya, stir, jadi saya mau mengarahkan ke mana, kalau ini mobil mau ke mana, kalau ini kapal mau ke mana, itu menurut saya adalah tujuan saya memang harus ke sana. Saya harus fokus ke visi dan misi itu. Karenanya di awal-awal saya menjadi kepala sekolah, saya ke teman-teman, saya sampaikan visi itu beberapa kali, beberapa kali, (sehingga) andaikan teman-teman tidak hafal kata-katanya dan redaksinya, minimal jiwanya itu sudah ditangkap. Di samping itu, visi misi juga harus disampaikan kepada warga sekolah.” 88
Berdasarkan hasil observasi, dokumentasi, dan wawancara tersebut
dapat disimpulkan bahwa visi merupakan sesuatu yang sangat penting
dalam suatu lembaga pendidikan dan penyampaian visi pimpinan
87 Wawancara, dengan Lalu Buchari, S.Pd, Wakil Kepala kurikulum Sekolah SMA Plus
Munirul Arifin NW Praya, pada tanggal 22 Mei 2016. 88 Wawancara dengan Ahmad Yani, S.Sy, Kepala Sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya pada tanggal 22 Mei 2016.
62
kepada warganya agar diketahui dan ditangkap makna dari visi tersebut.
Sehingga visi tersebut tidak hanya menjadi jargon tertulis akan tetapi
mampu menjiwai segenap aktifitas dan kegiatan yang dilakukan warga
Sekolah untuk mewujudkannya secara bersama-sama.
6. MISI SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
Untuk mewujudkan visi, sekolah menentukan langkah-langkah
strategis yang dinyatakan dalam Misi berikut:
a. Mempersiapkan perangkat kurikulum satuan pendidikan yang
adaptif dan kompetetif
b. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga
peserta didik berkembang secara optimal sesuai dengan potensi
yang dimiliki
c. Melengkapi sarana prasarana dan media pembelajaran yang
mendukung proses pembelajaran
d. Meningkatan kopetensi dan profesionalisme tenaga pendidik
melalui diklat MGMP sehingga mampu menemukan metode dan
strategi pembelajran yang inofatif, efektif dan menyenangkan.89
Begitu pula yang ditunjukkan oleh hasil wawancara peneliti
dengan nara sumber, yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah
(bidang kurikulum, kesiswaan, sarana parasarana, dan humas), dan
bapak ibu guru SMA Plus Munrirul Arifin NW Praya
Kepala sekolah mengatakan bahwa:
“pada saat ini kami telah mempersiapkan ruabgan multimedia untuk sarana pembelajran agar ketika peserta didik belajar lebih nyaman aman dan teretib sehingga itu mendukung dalam meniningkatkan mutu pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW.”90
89 Dokumen, SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, dikutip pada tanggal 24 Mei 2016.
90 Wawancara, dengan Ahmad Yani, S.Sy, Kepala Sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, pada tanggal, 24 Mei 2016.
63
Begitu juga yang dikatakan oleh bapak wakil kepala sekolah
bidang sarana dan prasarana, ia mengatakan bahwa:
“Untuk menunjang misi pengadaanan sarana dan prasara untuk pembelajaran kepala sekolah telah menyedian ruangan yang kosng agar nantinya ruangan tersebut dipakai untuk ruangan multimedia, sehingga nantinya ketika peserta didik dalam belajar aman, nyaman sehingga mutu pembelajaran yang diharapkan dapat meningkat.” 91
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti
dilapangan, kepala sekolah menyiapkan satu ruangan untuk ruangan
multimedia dengan menyuruh wakasek sarana dan prasarana untuk
menyiapkan ruangan tersebut.92
Berdasarkan hasil observasi, dokumentasi dan wawancara
tersebut dapat disimpulkan bahwa di samping visi, misi juga merupakan
sesuatu yang sangat penting dalam suatu lembaga pendidikan dan salah
satu hal yang dilakukan sekolah dengan menyiapkan ruangan multimedia
untuk pembelajaran untuk meningkatan mutu pembelajaran PAI.
7. Tujuan SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
Tujuan sekolah sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional
adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut. Untuk mencapai standar mutu pendidikan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara nasional, kegiatan pembelajaran di
sekolah mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan yang telah
ditetapkan oleh BSNP sebagai berikut ini:
Kepala Sekolah dan Para Guru serta dengan persetujuan
Komite Sekolah menetapkan sasaran program, baik untuk jangka
91 Wawancara, dengan Muh. Hamdani, QH.,S.PdI, Wakasek Sarana dan Prasarana SMA Plus
Munirul Arifin NW Praya pada tanggal 24 Mei 2016. 92 Observasi, Pada Tanggal 24 Mei 2016
64
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Sasaran program
dimaksudkan untuk mewujudkan visi dan misi sekolah.
a Mengupayakan pencapaian nilai UN pada tahun yang akan datang
rata-rata 7,50
b Mengupayakan pemenuhan kebutuhan sarana prasarana
pendidikan.
c Meningkatkan kedisiplinan peserta didik dalam belajar maupun
dalam kegiatan ekstra kurikuler.
d Meningkatkan kualitas managemen pengelolaan sekolah
e Memiliki sarana dan prasarana peralatan penunjang proses
Belajar Mengajar sesuai kebutuhan dan skala prioritas dengan
standar pendidikan Nasional
f Memiliki peserta didik yang mempunyai kemampuan
keterampilan ilmiyah sesuai dengan tingkat perkembangan
pengetahuan siswa yang memiliki kemampuan ekstrakurikuler
dan siswa yang memiliki keterampilan cabang-cabang olah raga.
g Memiliki tenaga edukatif / guru yang mampu bersaing dengan
perkembangan dunia pendidikan. 93
8. Sasaran Program Sekolah SMA Plus MunirulmArifin NW Praya
Sasaran program tersebut selanjutnya ditindaklanjuti dengan
strategi pelaksanaan yang wajib dilaksanakan oleh seluruh warga
sekolah sebagai berikut:
a Mengadakan pembinaan terhadap peserta didik, guru dan
karyawan secara berkelanjutan.
b Mengadakan jam tambahan pada pelajaran tertentu
c Melakukan kerjasama dengan pihak kabupaten untuk membantu
pembiayaan bagi peserta didik yang mempunyai semangat dan
motivasi yang tinggi untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
93 Dokumen, SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, dikutip pada tanggal 24 Mei 2016
65
d Menjalin komunikasi yang baik dengan Dinas Dikpora kabupaten
Lombok Tengah
e Mengadakan laboratorium bahasa.
f Mengefektifkan kelompok gemar Bahasa Inggris.
g Membentuk kelompok belajar.
h Pengadaan buku penunjang.
i Pengadaan komputer.
j Mengintesifkan kelompok belajar di Asrama Pelajar Putra dan
Putri.
k Mengintensifkan komunikasi dan kerjasama dengan orangtua /
wali.
l Pelaporan secara berkala kepada orangtua / wali.94
B. Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pembelajara PAI di
SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
Peran kepala sekolah dalam meninhkatkan mutu pembelajaran PAI di
SMA Plus Munirul Arifin NW Praya sangatlah penting di karenakan Kepala
Sekolah memiliki Peran yang sangatlah stategis didalam meningkatkan mutu
pembelajara PAI, Diantara Peran itu adalah sebagai berikut :
1. Kepala Sekolah sebagai Pendidik
Di sebuah lembaga pendidikan kepala sekolah sangatlah berperan
penting, Kepala Sekolah Mengatakan :
“Saya Sebagai seorang kepala Sekolah memang memiliki peran yang sangat strategis untuk meningkatkan profesionalisme tenaga pendik dan tenaga kependidikan di lembaga yang saya pimpin seperti misalnya menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, dan tugas lain juga saya kerjakan.”95
94 Dokumen, SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, dikutip pada tanggal 28 Mei 2016. 95 Wawancara, dengan Ahmad Yani, S.Sy, Kepala Sekolah SMA Plus Munirul Arifin
NW Praya, Pada tanggal 30 Mei 2016.
66
Senada dengan itu wakasek kurikulum mengatakan :
“Memang betul kepala sekolah selalu berupaya untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar seperti misalnya, (a) Mengikut sertakan guru-guru dalam penataran dan seminar, (b) Membina petugas prasarana dalam menjalankan tugasnya dan (c) Mengarahkan guru agar menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah.”96
Diperkuat dengan observasi bahwa kepala sebagai pendidik
menugaskan KTU untuk selalu memeberikan informasi setiap 2 hari
sekali terutama informasi yang berkaitan untuk peningkatan mutu baik
untuk guru maupun untuk peserta didik.97
Dari uraian tersebut diketahui bahwa kepala sekolah meginginkan
semua warga sekolah dapat meningkatkan profesionalismenya baik
sebagai tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan.
2. Kepala Sekolah Sebagai Administrator di Sekolah SMA Plus Munirul
Arifin NW Praya
Di sebuah lembaga pendidikan administerasi merupakan urat nadi
gerak sebuah lembaga. Menurut Kepala Sekolah :
“Saya dan dibantu oleh KTU dan staf KTU dan TU yang ada bertanggung jawab atas kelancaran segala pekerjaan dan kegiatan administratif di sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, namun tanggung jawab saya tidak hanya sampai disitu, saya juga bertanggung jawab di bidang kurikulum, di bidang administrasi di bidang sarana dan prasarana, dibidang Keuangan dll”98
Hal serupa juga diungkapkan oleh wakasek kesiswaan, Beliau
mengatakan : ada beberapa hal yang juga yang dilakukan oleh kepala
sekolah diantaranya : 99
a. Dalam Bidang Kurikulum/ Proses Belajar Mengajar Saya melihat bahwa kepala sekolah berupaya melaksanakan
pembelajaran dengan sistem PAKEM. PAKEM itu seperti
96 Wawancara, dengan Lalu Buchari, S.Pd, Kepala Sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, Pada tanggal 30 Mei 2016
97 Observasi, pada tanggal 30 Mei 2016 98 Wawancara, dengan Ahmad Yani, S.Sy, Kepala Sekolah SMA Plus Munirul Arifin
NW Praya, Pada tanggal 31 Mei 2016. 99 Wawancara, dengan Lalu Buchari, S.Pd, Kepala Sekolah SMA Plus Munirul Arifin
NW Praya, Pada tanggal 31 Mei 2016.
67
pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan seperti juga hal dengan konsep pembelajaran PAI. Dan juga kepala sekolah selalu menyediakan baik berupa sarana, prasana maupun dana kalau perlu demi meningkatkan mutu pembelajaran.
b. Bidang Sarana dan Prasarana Saya melihat kepala sekolah meperhatikan sarana dan prasarana
seperti juga Harus tercapai kebutuhan sarana belajar dan pendukung pembelajaran. Ruang perpustakaan, koperasi, lab. IPA, Fisika, Kimia, Biologi, serta kesenian, olahraga, pramuka merupakan target yang akan dicapai, baik itu pengadaan baru maupun penyempurnaan untuk menuju ke arah standar yang ditarjetkan. Terciptanya sekolah yang rindang, hijau, asri dimasukkan juga dalam program untuk mewujudkan pembelajaran PAI.
c. Bidang administrasi Saya melihat kepala sekolah di bagian administrasi sangat antusias
demi tercapainya peningkatan mutu pembelajaran PAI dengan melengkapi semua sarana administrasi. Oleh sebap itu Peran kepala sekolah cukup tinggi dengan dibuktikan tercapainya predikat B dalam akreditasi sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya.
Berkaitan dengan bidang administrasi penulis mendengar paparan
langsung dari kepala sekolah dengan jelas, dia mengatakan :
“Seperti yang kita liat saat sekarang ini banyak sekali dorongan, dukungan, dan bisa dikatakan hal hal yang berkaitan dengan peningkatan mutu pembelajaran PAI lebih lebih di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya sangat lah Bergantung pada administrasi karna saran prasana bisa dikatakan bersumber dari administrasi.”100
d. Bidang Kelembagaan
Saya memandang dalam bidang kelembagaan diharuskan terciptanya status sekolah yang profesional, dengan melengkapi organisasi sekolah. Seperti Organisasi, staf, pengawas, penjaga, ini semua dibentuk dengan melibatkan unsur birokrasi di atasnya dan sekolah serta unsur masyarakat dengan bermusyawarah
e. Bidang Ketenagaan
Saya merasa dengan terciptanya staf yang profesional dengan menyediakan sarana, mendatangkan pakar pembelajaran dan pengiriman ke diklat dan penataran serta menyekolahkan guru kejenjang pendidikan S2.
100 Wawancara, dengan Ahmad Yani,S.Sy, Kepala Sekolah SMA Plus Munirul Arifin
NW Praya, Pada tanggal 31 Mei 2016.
68
Berkaitan dengan ketenagaan kepala sekolah memaparkan : “memang benar denag mendatangkan pakar pembelajaran dan menyekolahkan kejenjang pendidikan S2 bukan hanya guru yang dikatakan lembaga maupun peserta didik semangat dan mutu pembelajarannya sangat tinggi itulah alasan skolah SMA Plus Munirul Arifin Mendatangkan Pakar dan menyekolahkan guru ke pendidikan yang lebih tinggi”.101
f. Bidang Pembiayaan Semua pihak di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya berupaya mewujudkan manajemen transparan yang melibatkan semua unsur Sekolah dan komite Sekolah untuk membahas pendanaan secara jelas, terbuka, demokratis dan diketahui oleh semua pihak. Berkaitan denga keuangan Bendahara mengatakan :
“ya memang benar skolah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya dalam menyelesaikan keuangan selalu dengan transparan dan semua pihak di libatkan sehingga menimbulkan aroma kekeluargaan.”102
Berdasarkan observasi dilapangan menunjukan bahawa kepala
sekolah meminta kepada wakasek kurikulum untuk mengadakan rapat
dengan pihak – pihak terkait dalam penyusunan kurikulum KTSP begitu
juga yang yang dilakukan kepala sekolah dengan meminta kepada
bendahara dalam penyusunan RAB, baik itu RAB BOS dan laing
sebagainya agar lebih transparan dalam pengelolaannya.103
Dari uraian di atas jelaslah bahwa segala kegiatan yang berkaitan
dengan administerasi menjadi tanggung jawab penuh kepala sekolah
walaupun kepala sekolah tidak semua harus beliau sendiri yang kerjakan
akan tetapi minimal seorang kepala sekolah mengetahui semua yang
akan, sedang berlansung di lembaga yang dia pimpin.
101 Ibid.., 102 Wawancara, denganSeni Ratna Juwita, QH, A.Md, Bendahara Sekolah SMA Plus
Munirul Arifin NW Praya, Pada tanggal 31 Mei 2016. 103 Observasi, pada tanggal 31 Mei 2016.
69
3. Kepala Sekolah sebagai supervisor di Sekolah SMA Plus Munirul Arifin
NW Praya.
Saya menganggap Peran Kepala Sekolah sebagai supervisor
sangatlah penting itu di tandai dengan kepala sekolah memeberikan
arahan – arahan baik untuk meningkatkan kinerja, semangat, mutu
pembelajar dll.
Menurut Ahmad Yani, S.Sy Selaku Kepala Sekolah SMA Plus
Munirul Arifin NW Praya mengatakan:
“saya juga membina profesionalisme kerja seperti membantu staf menyusun program, membantu pendidik dan tenaga kependidikan mempertinggi kecakapan dan keterampilan mengajar, mengadakan evaluasi secara kontinyu tentang kesanggupan pendidik dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugasnya dan tentang kemajuan program pendidikan pada umumnya. Dan keberhasilan peran saya sebagai supervisor dapat dilihat dari Meningkatnya kesadaran dan keterampilan pendidik dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugasnya.104
Berdasarka penuturan guru biologi, Beliau mengatakan bahwa : “kepala sekolah sering melakukan supervisi kepada pendidik dua kali dalam satu semester, kepala sekolah biasanya melukan 2 metode dalam supervisi tersebut yaitu supervisi dengan ikut lansung kelas atau dengan lansung bertanya kepada guru yang bersangkutan”105 Demikian juga yang dikatan oleh peserta didik kelas XI IPS, bahawa : “Kepala sekolah sering kali melakukan supervisi dikelas, biasanya kepala sekolah duduk di kursi paling belakang lalu memperhatikan guru yang sedang mengajar, biasanya guru yang supervisi dengan cara seperti itu jadi gerogi, itu tampak dari caranya mengajar yang biasanya santai tapi ketika pak kepala sekolah ada guru tersebut menjadi tegang”106
104 Wawancara dengan Muh. Hamdani, QH.,S.PdI wakasek Sarana & Prasarana SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, Pada tanggal 31 Mei 2016.
105 Wawancara, dengan Drs. H. A. Juz’an, M.Pd, Guru Biologi SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, Pada tanggal 31 Mei 2016
106 Wawancara, dengan Aprilia Mustika Dewi, Peserta Didik Kelas XI IPS di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, Pada tanggal 31 Mei 2016.
70
Berdasarkan observasi dilapangan bahwa kepala sekolah sering
bergaul dengan warga sekolah dalam rangka supervisi atau sekesdar
menyapa warga sekolah.107
Dari uraian di atas jelaslah bahwa kepala sekolah dalam
melakukan supervisi melalui dua metode yaitu melihat lansung dikelas
pada saat pembelajaran berlansung dan bertanya lansung kepada guru
yang bersangkutan. Kepala sekolah melakukan semua itu dengan
tujuan agar pendidik dan tenaga kependidikan bisa bekerja lebih
profesional.
4. Kepala Sekolah Sebagai Manager
Setelah saya kaji ternnyata Kepala Sekolah SMA Plus Munirul Arifin
NW Praya sebagai manejer harus memiliki peran yang tepat dalam
memipin lembaganya, bila lembaga tersebut ingin maju maka kepala
sekolah harus melakukan tugas – tugasnya dengan baik.
Diantara tugas – tugas Kepala sekolah diantaranya sebagai berikut
a. Kepala sekolah sebagai saluran komunikasi di lingkungan sekolah yang
dipimpinnya. Segala informasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pendidikan di sekolah harus selalu terpantau oleh kepala sekolah.
b. Kepala sekolah bertindak dan bertanggung jawab atas segala tindakan
yang dilakukan oleh bawahan. Perbuatan yang dilakukan oleh para
guru, siswa, staf dan orang tua siswa tidak dapat dilepaskan dari
tanggung jawab kepala sekolah.
c. Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala sekolah harus
mampu menghadapi berbagai persoalan. Dengan segala keterbatasan,
seorang kepala sekolah harus dapat mengatur pendistribusian tugas
secara cepat serta dapat memprioritaskan bila terjadi konflik antara
kepentingan bawahan dengan kepentingan sekolah.
d. Kepala sekolah harus berfikir secara konsepsional. Kepala sekolah
harus dapat memecahkan persoalan melalui satu analisis, kemudian
menyelesaikan persoalan dengan satu solusi yang feleksible. Serta harus
107 Observasi, pada tangggal 31 Mei 2016.
71
dapat melihat setiap tugas sebagai satu keseluruhan yang saling
berkaitan.
e. Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru penengah. Dalam
lingkungan sekolah sebagai suatu organisasi di dalamnya terdiri dari
manusia yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda yang bisa
menimbulkan konflik. Untuk itu kepala sekolah harus jadi penengah
dalam konflik tersebut.
f. Kepala sekolah adalah seorang politisi. Kepala sekolah harus dapat
membangun hubungan kerja sama melalui pendekatan persuasi dan
kesepakatan (compromise). Peran politis kepala sekolah dapat
berkembang secara efektif, apabila: (1) dapat dikembangkan prinsip
jaringan saling pengertian terhadap kewajiban masing-masing, (2)
terbentuknya aliansi seperti organisasi profesi, OSIS, BP3, komite
sekolah dan sebagainya; (3) terciptanya kerjasama dengan berbagai
pihak, sehingga aneka macam aktivitas dapat dilaksanakan.
g. Kepala sekolah adalah seorang diplomat. Dalam berbagai forum
pertemuan kepala sekolah adalah wakil resmi dari sekolah yang
dipimpinnya.
h. Kepala sekolah harus mampu mengambil keputusan-keputusan sulit.
Tidak ada satu organisasi pun yang berjalan mulus tanpa masalah.
Demikian pula sekolah sebagai suatu organisasi tidak luput dari
persoalan dan kesulitan-kesulitan108
Menurut kepala Tatu Usaha, Beliau mengatakan :
“Kepala sekolah dalam bekerja selalu memberika batas waktu, misalnya pekerjaan pembuatan KBM peserta didik diberi tuga satu hari keesokan harinya pasti ditanya sudah selasai belum katanya kepala sekolah, sehingga pekerjaan yang diberikan tidak hanya kepada saya sebagai KTU tapi pekerjaan ke teman yang yang lain juga berjalan engan efektif dan efesien.”109
108 Dokumen, SMA Plus Munirul Arifin NW Praya. 109 Wawancara dengan Rizal Hartono, KTU SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, Pada
tanggal 31 Mei 2016.
72
Berdasarkan observasi dilapangan menunjukan bahwa kepala
sekolah adalah seorang diplomatis itu terlihat ketika beliau mengambil
kebijakan yang strategis yang dimana kebijakan tersebut bisa diterima
oleh sebagaian besar warga sekolah.110
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa kepala sekolah dalam
menjalankan tugasnya mempunyai peran yang sangat strategis dan
peran tersub dapat kepala sekolah jalankan dengan profesional.
C. Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pembelajara PAI di
SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
Saya melihat bahwa Kepala sekolah adalah barometer sebuah lembaga .
Maju mundurnya sebuah lembaga ditentukan oleh bagaimana strategi kepala
sekolah dalam mengatur lembaganyanya tak terkecuali untuk peningkatan
mutu pembelajaran.
Menurut Kepala Sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, ada
berbagai macam strategi yang saya lakukan untuk meningkatkan mutu
pembelajaran PAI diantaranya adalah :
1. Peningkatan Kemampuan Mengajar Guru
“strategi yang saya dilakukan di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI yaitu dengan cara peningkatan kemampuan mengajar guru. Peningkatan kemampuan mengajar guru ini dipandang sangat penting mengingat gurulah sebagai peran kunci yang melaksanakan dan menentukan baik tidaknya mutu pembelajaran tersebut. Guru pendidikan agama islam mengajarkan pengetahuan keagamaan kepada peserta didik, guru tersebut juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik, ia membantu pembentukan kepribadian dan pembinaan akhlak, juga menumbuhkan dan mengembangkan keimanan dan ketakwaan bagi peserta didik”111
Terkait dengan tugas guru, Muh. Hamdani, QH.,S.SpdI memamaparkan:
110 Observasi, pada tanggal 31 Mei 2016. 111 Wawancara, dengan Ahmad Yani, S.Sy, Kepsek SMA Plus Munirul Arifin NW
Praya, Pada tanggal 31 Mei 2016.
73
“Tugas guru PAI adalah sebagai tugas yang menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih peserta didik adalah tugas guru sebagai suatu profesional. Tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada peserta didik”112
Dari paparan Uman, S.Pd saya mendengar bahwa :
“sebagai seorang guru, guru itu sebagai pengajar dan sebagai pengabdi dalam bidang pendidikan semestinya harus mengerti tugas-tugasnya seperti misalnya: Tugas seorang guru sebagai profesi diantarannya mendidik, mengajar dan melatih, disekolah seorang guru adalah sebagai orang tua kedua setelah kedua orang tua mereka”113
Selanjutnya terkait dengan tanggung jawab guru PAI di SMA Plus
Munirul Arifin NW Praya dimana guru adalah orang yang bertanggung
jawab mencerdaskan kehidupan peserta didik.
Untuk itu strategi saya sebagai Kepala Sekolah juga perlu untuk
memberikan penetapan terhadap guru untuk meningkatkan mutu
pembelajara PAI. Komponen- komponen tersebut sebagai berikut:
1. Penetapan perubahan yang di harapkan Sebagai mana saya jelaskan di atas di tandai oleh adanya usaha
secara terencana dan sistematika yang di tunjukan untuk mewujudkan adanya perubahan pada diri peserta didik, baik pada aspek wawasan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan sebagainya. Dalam menyusun strategi dalam Meningkatkan mutu pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, berbagai perubahan tersebut harus saya berikan ketetapkan secara spesifik, terencana dan terarah. Hal ini penting agar kegiatan belajar tersebut dapat terarah dan memiliki tujuan yang pasti. Perubahan yang diharapkan ini selanjutnya, harus di tuangkan dalam tujuan pengajaran yang jelas dan konkret, mengunakan bahasa yang jelas, dan dapat di perkirakan alokasi waktu yang di butuhkan
2. Penetapan pendekatan
Saya melaksanakan strategi Pendekatan agar permasalahan bisa saya analisa agar permasalahan cepat terselesaikan dan semua pihak merasa diperhatikan lebih.
112 Wawancara, dengan Muh. Hamdani, QH.,S.PdI guru PAI SMA Plus Munirul Arifin
NW Praya, Pada tanggal 31 Mei 2016. 113 Wawancara, dengan Uman, S.Pd Guru Matematikan SMA Plus Munirul Arifin NW
Praya, Pada tanggal 31 Mei 2016 .
74
3. Penetapan Metode Saya telah uraikan, bahwa metode pengajaran sangat
memegang peranan penting dalam mendukung kegiatan belajar mengajar. Pengguna metode selain harus mempertimbangkan tujuan yang ingin di capai, dan harus memerhatikan bahan pelajaran yang akan di berikan, kondisi peserta didik, lingkungan, dan kemampuan dari guru itu sendiri. Suatu metode mungkin hanya cocok dipakai untuk mencapai tujuan in tertentu, dan tidak cocok untuk mencapai tujuan yang lain.114
Dari hasil observasi dilapangan menunjukan bahwa kepala
sekolah sering melakukan sebuah terobosan baru dalam rangka
peningkatan mutu tenaga pendidik seperti yangikut serta dalam
berbagai pelatihan yang menunjung profesionalisme sebagai seorang
tenaga pendidik.115
Berdasarkan Uraian di atas jelaslah bahwa kepala sekolah
melakukan berbagai macam pendekan kepada guru dalam rangka
peningkatan profesionalisme mereka sebagai tenaga pendidik.
b. Optimalisasi Penggunaan Media dan Sarana Pendidikan
Kepala sekolah memaparkan :
“Yang saya terapkan sebagai Kepala Sekolah di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI yaitu dengan optimalisasi pemanfaatan dan penggunaan media dan sarana pendidikan. Permasalahan yang muncul dalam hal ini bahwa selama ini guru kurang mendaya gunakan penggunaan media dan sarana pendidikan yang ada, sehingga keberadaannya jelas bermanfaat untuk memperlancar pembelajaran”116
Guru TIK memaparkan :
“Ketika seorang guru mengoptimalkan penggunaan media dan sarana dalam pembelajarannya maka hasil nya akan optimal,dilain pihak kepala sekolah juga melakukan pengarahan
114 Wawancara dengan Ahmad Yani, S.Sy, Kepsek SMA Plus Munirul Arifin NW Praya,
Pada tanggal 31 Mei 2016. 115 Observasi, pada tanggal 31 Mei 2016. 116 Wawancara dengan Ahmad Yani,S.Sy, Kepsek SMA Plus Munirul Arifin NW Praya,
Pada tanggal 31 Mei 2016.
75
cara penggunaan media dan sarana pendidikan yang mendukung untuk pembelajaran agar proses pembelajran berjalan dengan baik”117
Dari hasil observasi dilapangan menunjukan bahwa kepala
sekolah selalu mengarahkan kepada warga sekolah untuk selalu melek
terhadap IPTEK tak terkecuali dalam pengguna media dalam
pembelajaran.118
Uraian diatas menjelaskan bahwa kepala sekolah mengarahkan
kepada warga sekolah untuk melek terhadap IPTEK dan juga dalam
pelaksanaaan pembelajaran agar lebih aman dan nyaman sebaiknya
metode pembelajaran dikemas dalam hal yang baru terutama
pembelajaran dengan menggunal LCD.
c. Pelaksanaan Supervisi secara Rutin
Kepala sekolah mengatakan :
“Strategi yang lain yang saya terapkan selaku juga dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya yaitu dengan pelaksanaan supervisi rutin. Keadaan ini saya lakukan mengingat keberadaan guru yang relatif memiliki pendidikan cukup sama yaitu S.Pd, sehingga pembinaan dan pengarahan merupakan suatu kebutuhan yang diperlukan sekali dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Strategi ini pun saya ditempuh untuk mengatasi permasalahan sehubungan dengan kurangnya sikap profesionalisme yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugas. Kegiatan supervisi yang saya lakukan selaku Kepala Sekolah ini agar saya mengetahui secara langsung permasalahan yang dihadapi guru selama melaksanakan pembelajaran, sehingga saya dapat memberikan bantuan sesuai dengan kemampuannya”.119
Terkait superpisi wakasek kurikulum memaparkan :
117 Wawancara dengan Bq. Widiarti, A.Md guru TIK SMA Plus Munirul Arifin NW
Praya, Pada tanggal 31 Mei 2016. 118 Observasi, pada tanggal 31 Mei 2016. 119 Wawancara dengan Ahmad Yani, S.Sy Kepsek SMA Plus Munirul Arifin NW Praya,
Pada tanggal 2 Juni 2016.
76
“Memang benar Kegiatan supervisi secara rutin ini dilakukan oleh Kepala Sekolah dengan cara mengadakan kunjungan kelas, rapat-rapat dan pembinaan secara individual terhadap guru. Kunjungan kelas yang dilakukan oleh Kepala Sekolah di sini seperti mengadakan pengunjungan terhadap setiap kelas tentang kelengkapan sarana pendidikan yang ada dan mengecek kehadiran guru maupun siswa. Dan juga kepala sekolah melakukan supervisi dengan mengadakan rapat-rapat untuk mengevaluasi atau bahkan membina para guru untuk mengenalkan sesuatu yang baru dan yang perlu diketahui oleh seorang guru mengenai hal yang berkaitan dengan pembelajaran. Kepala Sekolah juga melakukan supervisi terhadap para guru secara perorangan dalam membina dan mengarahkan guru tersebut, sehingga mampu menjalankan tugasnya dengan baik”120
Berdasarkan observasi dilapangan bahwa kepala sekolah sering
bergaul dengan warga sekolah dalam rangka supervisi atau sekesdar
menyapa warga sekolah.121
Dari uraian di atas jelaslah bahwa kepala sekolah dalam
melakukan supervisi melalui dua metode yaitu melihat lansung dikelas
pada saat pembelajaran berlansung dan bertanya lansung kepada guru
yang bersangkutan. Kepala sekolah melakukan semua itu dengan
tujuan agar pendidik dan tenaga kependidikan bisa bekerja lebih
profesional.
d. Menjalin Kerjasama dengan Masyarakat
Saya melihat masyarakat merupakan relasi yang cukup besar
dalam memberikan bantuan terhadap kelancaran penyelenggaraan
dalam peningkatan mutu pembelajarauln PAI di SMA Plus Munirul
Arifin NW Praya. Apalagi jika dikaitakan dengan keadaan sekarang
bahwa masyarakat memiliki peran sebagai pengawas dan
120 Wawancara dengan wakasek kurikulum SMA Plus Munirul Arifin NW Praya, Pada
tanggal 2 Juni 2016. 121 Observasi, pada tangggal 31 Mei 2016.
77
penyumbang kebutuhan sekolah dengan dibentuknya “Komite
Sekolah”. Tapi di satu sisi masyarakat juga masih kurang peka
terhadap kebutuhan sekolah.
Terkait hal di atas Waksek Humas memaparkan :
“Saya memakai strategi dalam bentuk kerjasama dengan masyarakat. Dengan membentuk Komite Sekolah yang memiliki fungsi dan sebagai wadah untuk memfasilitas masyarakat berhubungan dengan sekolah atau sebaliknya. yaitu dengan mengadakan rapat-rapat. Rapat atau pertemuan dengan para orang tua peserta didik dilakukan pada awal tahun pelajaran”. 122
Hasil observasi dilapangan menunjukan bahwa kepala sekolah
sering menjalin komonikasi dengan masyrakat itu terbukti dari
pembentukan komite sekolah. Kepala sekolah juga sering
mengundang wali peserta didik untuk rapat mengenai program yang
akan diterpakn di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya.123
Dari uraian diatas jelas bahwa kepala sekolah menjalin kerjasama
dengan masyarakat untuk ser program dan hal – hal tehnis lainnya
untuk peningkatan mutu pembelajaran peserta didik.
e. Penerapan Disiplin yang Ketat
Saya lihat Penerapan disiplin yang ketat merupakan pula salah
satu strategi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam meningkatkan
mutu pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya.
Kepala sekolah memamaparkan :
122 Wawancara, dengan Lalu Buchari, S.Pd wakasek kurikulum SMA Plus Munirul
Arifin NW Praya, Pada tanggal 2 Juni 2016. 123 Observasi, pada tanggal 2 Juni 2016.
78
“Penerapan disiplin disebuah lembaga penting dilakukan sehubungan dengan rendahnya tingkat kedisiplinan guru maupun siswa, antara lain: datang terlambat, berpakaian kurang rapi dan pulang belajar mengajar belum pada waktunya. Pendisiplinan ini dilakukan untuk mengkondisikan semua warga memiliki kinerja dalam menjalankan tugas dan peranannya secara optimal. di mana melalui pendisiplinan ini diharapkan para personil pendidikan mampu memberikan kinerjanya yang optimal. Sementara pendisiplinan yang ketat pada peserta didik diharapkan mampu menciptakan ketertiban dalam menjalankan atau mengikuti pembelajaran”124.
Senada dengan hal tersebut wakasek kesiswaaan memaparkan juga :
“Pendisiplinan di sekolah kepala sekolah lakukan dengan cara pembuatan tata tertib bagi peserta didik dan tata tertib bagi para guru yang ada di sekolah. Pendisiplinan ini ditegakkan secara objektif, agar mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan mutu pembelajaran. Kepala Sekolah setiap hari mengontrol kedisiplinan guru dan peserta didik dengan cara melihat kehadiran, kerapihan dari pakaiannya dan menampilkan perilaku kepemimpinan yang patut untuk dicontohi. jika ada guru maupun siswa yang tidak disiplin, maka Kepala Sekolah melakukan teguran secara lisan, melakukan pemanggilan dan pemberian sanksi apabila guru maupun peserta tetap nakal. Selain itu pula khusus untuk peserta didik jika ada yang tidak disiplin, Kepala Sekolah memanggil orang tua siswa ke sekolah untuk meminta bantuan dalam membina anaknya”.125
Hasil observasi dilapangan menunjukan bahwa di SMA plus
Munirul Arifin NW Praya ini menerapkan disiplin yang super ketat
itu terbukti dari peraturannya diantaranya adalah peserta didik tidak
boleh terlambat masuk kelas yang terlambat masuk kelas setelah bel
berbunyi bearti peserta didik tersebut tidak boleh masuk kelas dan
haru sberdiri di luar kelas. Dengan aturan seperti itu maka peserta
didik jarnang yang terlambat sehingga itu semua mendukung untuk
124 Wawancara, dengan Ahmad Yani, S.Sy Kepala Sekolah SMA Plus Munirul Arifin
NW Praya, Pada tanggal 2 Juni 2016 125 Wawancara, dengan Muh. Hamdani, QH.,S.PdI, Wakasek kesiswaan SMA Plus
Munirul Arifin NW Praya, Pada tanggal 2 Juni 2016 .
79
displinan dan akibat dari displin tersebut mengantar peserta didik
menjadi peserta didik yang berperestasi.126
Urain diatas menjelaskan bahwa dengan diterapkannya
displin yang ketat mengakibatkan warga sekolah menjadi displin
yang berefek pada meningkatnya kinerja masing – masing pendidik
dan tenaga kependidikan. Disamping itu juga dengan disiplin yang
ketat menjadikan peserta didik menjadi berperestasi.
126 Observasi, pada tanggal 2 Juni 2016.
80
BAB V
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pembelajara PAI di
SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
Peran utama Kepala Sekolah adalah Penyusunan perencanaan program
dalam peningkatan mutu pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW
Praya disusun berdasarkan Azas musyawarah dari semua unsur yang
berkepentingan dengan sekolah, ikut terlibat dalam Penyusunan perencanaan
program dalam peningkatan mutu pembelajaran PAI tersebut, dengan
berdasarkan,keputusan partisipatif, dan semua stakeholder bekerjasama
dengan warga sekolah dalam menyusun perencanan dan saling bahu-
membahu dalam mengoptimalkan mutu pembelajaran PAI, membuat sekolah
lebih mandiri dalam mengelola urusannya dan lebih luwas dalam berinovasi
untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.
Temuan penelitian tersebut sesuai dengan konsep peningkatan Mutu
pembelajaran PAI yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan
mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkansecara
langsung semua warga sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran PAI
berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.127
Jadi penyusunan perencanaan peningkatan mutu pembelajaran PAI
harusmelibatkan berbagai komponen yang ada di sekolah dan berbagai
potensi di luarsekolah yang erat kaitannya dengan pendidikan di sekolah.
Merencanakan pengelolaan madrasah dengan memberikan kekuasaan kepada
kepala madrasah dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya
perbaikan kinerja sekolah yang mencakup guru, kepala sekolah, orang tua
siswa, dan masyarakat. Mutu pembelajaran PAI mengubah sistem
pengambilan keputusan dengan memindah kan otoritas dalam pengambilan
keputusan dan manajemen ke setiap kelompok yang berkepentingan di
127Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah-Buku 1(Depdiknas: Jakarta: 2001), 15
81
tingkat lokal (local stakeholders)128.
Bertolak dari hal tersebut, sekolah yang menjadi obyek dalam
penelitianini telah menggunakan keputusan partisipatif dalam penyusunan
perencanaan dalam peningkatangkatan Mutu pembelajaran PAI. Berdasarkan
data yang diperoleh, beberapa unsur yang dilibatkan dalam penyusunan
perencanaan dalam peningkatan mutu pembelajaran PAI yaitu :
1. Kepala Sekolah
2. Orang tua siswa
3. Siswa
4. Guru
5. Pengawas
6. Pegawai sekolah
7. Komite sekolah dan konsultan sekolah
Unsur masyarakat lainnya (kalau ada), termasuk didalamnya petani atau
nelayan, atau golongan etnis minoritas, atau pengusaha, dan lain-lain, sesuai
dengan keadaan setempat.( Dokumen SMA Plus Munirul Arifin NW Praya )
Keterangan: Data diambil dari dokumen sekolah dan daftar hadir penyusunan
perencanaan dalam peningkatan mutu pembelajara SMA Plus Munirul Arifin
NW Praya.
Dari data di atas, posisi kepala sekolah merupakan bagian dari tim,
yang berperan sebagai koordinator program. dengan demikian kepala sekolah
tidak seharusnya mengerjakan administrasi dan tugas sekolah sendirian, tetapi
kepala sekolah harus dapat membagi tugas pekerjaan kepada orang lain yang
masih dalam satu kesatuan organisasi artinya kinerja kepala sekolah harus
bersifat terbuka, transparan menjunjung tinggi akuntabilitas, serta melibatkan
banyak pihak sehingga tujuan akhir sekolah dapat tercapai dengan baik.
Karena tujuan utama pendidikan Agama Islam adalah untuk meningkatkan
kwalitassekolah terutama meningkatkan hasil belajarsiswa.
Kepala sekolah berperan sebagai mediator dalam mengkoordinir semua
128Nanang Fattah, Muhammad Ali, Pengembangan Mutu Pembelajaran PAI,
(Jakarta,2008), 83.
82
usul dan pendapat dari warga sekolah, staf tata usaha, penjaga sekolah
bahkan tukang kebunpun diikutsertakan serta unsur birokrasi terkait. Dari
data dokumentasi memperkuat asumsi bahwa peran kepala sekolah
begitu besar dalam mengkoordinasikan jalannya penyusunan rencana
peningkatan mutu pembelajaran PAI, dalam menyatukan semua unsur
yang terlibat dari banyaknya usul dan pendapat yang diajukan peserta,
menunjukkan adanya keaktifan peserta dan sangat antusias dalam
mengikuti musyawarah penyusunan rencana dalam peningkatan mutu
pembelajaran di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
Semua upaya yang dilakukan kepala sekolah tersebut adalah untuk
dapat meningkatkan mutu pendidikan PAI di sekolah. Hal inipun sejalan
dengan prinsip dalam meningkatkan mutu sebagai berikut; dalam
Peningkatan Mutu memiliki prinsip.129
a. Peningkatan mutu harus dilaksanakan di sekolah
b. Peningkatan mutu hanya dapat dilaksanakan dengan adanya
kepemimpinan yang baik
c. Peningkatan mutu harus didasarkan pada data dan fakta baik bersifat
kualitatif maupun kuantitatif
d. Peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkan semua
unsur yang ada di sekolah
Peningkatan mutu memiliki tujuan bahwa sekolah dapat
memberikan kepuasan kepada siswa, orang tua dan masyarakat Hasil
penelitian juga diketahui bahwa langkah-langkah penyusunan rencara
dalam peningkatan mutu pembelajaran PAI adalah sebagai berikut; (1)
Perumusan visi, misi, dan tujuan sekolah, (2) Identifikasi kebutuhan, (3)
Perumusan Profil sekolah, (4) Identifikasi faktor kekuatan, (5)
Identifikasi faktor peluang, (7)Identifikasi faktor hambatan, (8)
Identifikasi faktor tantangan, (9) Perumusan program PAI yaitu
melalui; Pembuatan draf beserta anggarannya yang dalam hal ini
129Moh. Iwan Apriyadi,. Panduan Manajemen Sekolah, Depdiknas, Dikmen,
(Bandung,2000), 200-201.
83
melibatkan semua warga madrasah Jadi Finishingnya suluruh guru,
yang dibentuk dalam bagian yaitu; Bagian Guru, Bagian Sarana
Prasarana, Bagian Humas, Bagian Kesiswaan, Bagian Litbang, Bagian
KTU-an dan Bagian Komite. Ini dalam rangka untuk
menyederhanakan, sehingga mereka akan tahu kita dapat uang berapa
digunakan untuk apa sesuai atau tidak dengan program yang
direncanakan. Ini masuk dalam RAPBS.
Paparan hasil temuan penelitian di atas sejalan langkah-langlah
perencanaan peningkatan mutu pembelajaran PAI sebagai berikut;
1) Mengidenfikasi sistem, budaya, dan sumberdaya, mana yang perlu
dipertahan kan dan diubah dengan memperkenalkan dahulu format
baru yang lebih baik.
2) Membuat komitmen secara rinci yang diketahui semua unsur yang
bertang gung jawab, jika terjadi perubahan yang mendasar.
3) Hadapilah penolakan terhadap perubahan dengan memberi
pengertian akan pentingya perubahan demi mencapai tujuan
bersama.
4) Bekerja dengan semua unsur sekolah dalam menjelaskan atau
memaparkan visi, misi, tujuan, sasaran, rencana dan program-
program penyelenggaraan pendidikan Agama Islam
5) Menggaris bawahi prioritas sistem, budaya dan sumberdaya yang
belum ada dan sangat diperlukan130
Dari paparan data temuan penelitian juga menunjukkan bahwa
dalam penyusunan rencana program, dibagi dalam bagian i yaitu bagian
kurikulum, bagian kesiswaan, bagian humas, bagian KTU-an, Bagian
pustaka dan bagian kebersihan. Bagian – bagian tersebut yang membuat
draf-draf perencanan program beserta anggarannya, kemudian
dikumpulkan pada koordinator masing-masing
Keputusan partisipatif dijadikan dasar penyusunan program
130Arief Furchan, Pelatihan Berbasis Kompetensi, Manajemen Berbasis Madrasah,
(Jakarta :2002), 72.
84
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan mempertimbangkan
semua masukan dan usulan dari peserta rapat. Proses musyawarah
berjalan santai, penuh kekeluargaan, aktif dan antusias dalam
memperoleh kesepakatan dan keputusan bersama. Materi PAI bersifat
menyeluruh menyangkut semua komponen dan ditangani oleh team work
dan Tim Sembilan, yang telah dibentuk. Kepala sekolah mempunyai
peran sangat penting yang ditunjukkan dalam keaktifannya memimpin
musyawarah dan memasukkan bidang-bidang peningkatan mutu
pembelajaran Agama Islam
Sejalan dengan pernyataan tersebut Prof Endang Komara mengatakan
“bahwa peran kepala sekolah yang fisioner dan optimal dengan sistem perencanaan yang efektif akan mendatangkan hasil yang optimal. Dengan prinsip PAI yang menekankan efektivitas terhadap perencanaan program PAI maupun sekolah diharapkan terpenuhi secara maksimal dan optimal. Hal ini dimungkinkan terjadi karena pemetaan permasalahan bersifat objektif, aktual, konstektual dan berbagai masalah teridentifikasi secara objektif.131
Peran Kepala sekolah dalam upaya peningkatan mutu
pembelajaran PAI dapat dilihat dari materi yang akan dibahas pada
penyusunan rencana, yang meliputi bidang-bidang di bawah ini;
Keterangan: Data diambil dari dokumen sekolah dan notulen rapat
penyusunan program
Dalam bidang kurikulum/ proses belajar mengajar, target yang
dicapai adalah terlaksananya pembelajaran sistem PAKEM yaitu
pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Hal ini sesuai
dengan konsep pembelajaran PAI. Upaya ini dicapai dengan jalan selalu
menyediakan sarana dan dana yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Di
samping dana dan sarana, peran kepala sekolah harus selalu memberikan
bimbingan dan pengarahan melalui program supervisi, baik individu
maupun kelompok.
131Komara Endang, Peran Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta Bumi Aksara: 2009),
95.
85
Bidang sarana fisik sekolah adalah tercapai kebutuhan sarana
belajar dan pendukung pembelajaran. Ruang perpustakaan, koperasi, lab.
IPA, serta kesenian, olahraga, pramuka merupakan target yang akan
dicapai, baik itu pengadaan baru maupun penyempurnaan untuk menuju
ke arah standar yang ditargetkan. Terciptanya sekolah yang rindang,
hijau, asri dimasukkan juga dalam program untuk mewujudkan
pembelajaran PAI.
Bidang administrasi sekolah adalah tercapainya peningkatan
mutu pembelajaran PAI dengan melengkapi semua sarana administrasi.
Peran kepala sekolah cukup tinggi dengan dibuktikan tercapainya
predikat B dalam akreditasi sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW
Praya.
Bidang kelembagaan adalah terciptanya status sekolah negeri
yang profesional, dengan melengkapi organisasi sekolah. Organisasi lini
dan staf dibentuk dengan melibatkan unsur birokrasi di atasnya dan
sekolah serta unsur masyarakat (Stakeholder).
Bidang ketenagaan adalah terciptanya staf yang profesional
dengan menyediakan sarana, mendatangkan pakar pembelajaran dan
pengiriman ke diklat dan penataran serta menyekolahkan guru kejenjang
pendidikan S2. Tercapainya kesejahteraan guru dengan memberikan
insentif secara rutin dan bentuk intensif yang bersifat insidental.
Bidang pembiayaan, berupaya mewujudkan manajemen
transparan yang melibatkan semua unsur sekolah dan komite sekolah
untuk membahas pendanaan secara jelas, terbuka, demokratis dan
diketahui oleh semua pihak.132
Bidang peserta didik adalah tercapainya target lulusan yang dapat
diandalkan untuk berkompetensi. Target prestasi nonakademis juga
ditargetkan dalam program tersebut, diantaranya bidang olahraga,
kesenian, pramuka, dan ekstra kurikuler lainnya. Partisipasi anak didik
dalam proses pendidikan dan pembelajaran bukan sebagai alat
132Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, ( Jakarta :2002), 73 .
86
pendidikan, melainkan sebagai intinya. Sebagai bagian dari jaring-jaring
kemasyarakatan, masyarakat pendidikan perlu mengemban tugas
pembebasan, berupa penciptaan norma, aturan, prosedur, dan kebijakan
baru. Orang tua, guru, dan dosen harus mampu membebaskan anak-anak
dari aneka belenggu, bukan malah menindasnya dengan cara menetapkan
norma tunggal atau menuntut kepatuhan secara membabi buta. Mereka
perlu membangun kesadaran bagi lahirnya proses dialogis yang
mengantarkan individu-individu secara bersama-sama untuk
memecahkan masalah eksistensial mereka. Tidak menguntungkan jika
anak dan anak didik diberi pilihan tunggal ketika mereka menghadapi
fenomena relatif dan normatif, termasuk fenomena moralitas133
Bidang lingkungan/kultur sekolah adalah terciptanya
lingkungan sekolah yang asri, rindang dan indah. Hal ini diprogramkan
dalam pembuatan taman, penanaman pohon pelindung dan
penyempurnaan asesoris sekolah. Penghijauan kelas juga menjadi
perhatian kepala sekolah dengan melibatkan siswa dan guru untuk
membawa bunga dalam pot serta bunga gantung lainnya.
Budaya kerja sama antar fungsi dalam sekolah, antar individu
dalam sekolah harus merupakan kebiasaan hidup sehari-hari bagi warga
sekolah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Robbins yang menyatakan
bahwa struktur organisasi yang sederhana memiliki kekuatan yang
terletak pada kecepatannya, fleksibel, efesien untuk dikelola dan
akubntabilitasnya jelas134. Kepala Sekolah merupakan motor penggerak
bagi sumber daya sekolah terutama guru dan karyawan sekolah. Begitu
besarnya peranan kepala sekolah dalam proses pencapaian tujuan
pendidikan, sehingga dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya suatu
sekolah sangat ditentukan oleh kwalitas Kepala Sekolah terutama dalam
kemampuannya memberdayakan guru dan karyawan ke arah suasana
133Supervisi Pengajaran Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru di akses
tanggal 31 Mei 2016 134P.S.Robbins, Organization Behaviore ( Terjemah Diana Angelica), ( Jakarta:Selemba
Empat,2007), 225.
87
kerja yang kondusif ( positif, menggairahkan, dan produktif). Guna
mendukung hal ini, Kepala Sekolah dituntut: jujur, idealis, cerdas,
pemberani, terbuka, aspiratif, komunikatif, kooperatif, kreatif,
cekatan/lincah, suka berfikir positif, penuh tanggung jawab135
Kepala Sekolah memiliki peranan yang sangat kuat dalam
mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber
daya pendidikan yang tersedia di sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah
merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat
mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-
program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Kepala
sekolah dituntut mempunyai kemampuan karna Kepala sekolah
merupakan salah satu komponen pembelajaran yang paling berperan
dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI. Oleh karena itu seorang
kepala sekolah haruslah orang yang profesional. Secara profesional
seorang kepala sekolah memiliki tugas-tugas sebagai berikut:
a. Kepala sekolah berperilaku sebagai saluran komunikasi di lingkungan
sekolah yang dipimpinnya. Segala informasi yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah harus selalu terpantau oleh
kepala sekolah.
b. Kepala sekolah bertindak dan bertanggungjawab atas segala tindakan
yang dilakukan oleh bawahan. Perbuatan yang dilakukan oleh para
guru, siswa, staf dan orang tua siswa tidak dapat dilepaskan dari
tanggung jawab kepala sekolah.
c. Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala sekolah harus
mampu menghadapi berbagai persoalan.Dengan segala keterbatasan,
seorang kepala sekolah harus dapat mengatur pendistribusian tugas
secara cepat serta dapat memprioritaskan bila terjadi konflik antara
kepentingan bawahan dengan kepentingan sekolah.
135Pidarta, Dalam, M.Mursyid http///ilmiahmanajemen, blogspot.com/2008/10/26 Kepala
Sekolah Dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah, di Akses 31 Mei 2016
88
d. Kepala sekolah harus berfikir secara analitik dan konsepsional.
Kepala sekolah harus dapat memecahkan persoalan melalui satu
analisis, kemudian menyelesaikan persoalan dengan satu solusi yang
feasible. Serta harus dapat melihatsetiap tugas sebagai satu
keseluruhan yang saling berkaitan.
e. Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru penengah. Dalam
lingkungan sekolah sebagai suatu organisasi di dalamnya terdiri dari
manusia yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda yang
bisa menimbulkan konflik.Untuk itu kepala sekolah harus jadi
penengah dalam konflik tersebut.
f. Kepala sekolah adalah seorang politisi. Kepala sekolah harus dapat
membangun hubungan kerja sama melalui pendekatan persuasi dan
kesepakatan (compromise). Peran politis kepala sekolah dapat
berkembang secara efektif, apabila: (1) dapat dikembangkan prinsip
jaringan saling pengertian terhadap kewajiban masing-masing, (2)
terbentuknya aliansi atau koalisiseperti organisasi profesi, OSIS,
BP3, komite sekolah dan sebagainya; (3) terciptanya kerjasama
(cooperation) dengan berbagai pihak, sehingga aneka macam
aktivitas dapat dilaksanakan.
g. Kepala sekolah adalah seorang diplomat. Dalam berbagai forum
pertemuan kepala sekolah adalah wakil resmi dari sekolah yang
dipimpinnya.
h. Kepala sekolah harus mampu mengambil keputusan-keputusan sulit.
Tidak ada satu organisasi pun yang berjalan mulus tanpa masalah.
Demikian pula sekolah sebagai suatu organisasi tidak luput dari
persoalan dan kesulitan-kesulitan. Dan apabila terjadi kesulitan-
kesulitan, kepala sekolah diharapkan berperan sebagai orang yang
dapat menyelesaikan persoalan yang sulit tersebut.136
136Wahjosumidjo, Peran Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan,
( Yogyakarta: 2002), 97.
89
Oleh sebab itu untuk memenuhi kebutuhan tersebut tak lepas
dari peran Kepala Sekolah sebagai pengelola dalam lembaga
pendidikan. Adapun yang dimaksud dengan peran Kepala
Sekolahdalam meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan Agama
Islam di sini adalah usaha-usaha yang dilakukan Kepala Sekolahuntuk
mencapai kemajuan dan kesempurnaan pembelajaran yang
dipercayakan kepadanya.Berikut ini penulis akan uraikan tentang peran
Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutupembelajaran, yang meliputi
perannnya sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor,leader,
inovator, dan motivator, diantaranya adalah sebagai berikut
1. Kepala Sekolah sebagai pendidik (Edukator)
Sebagai EdukatorKepala Sekolah bertugas untuk
membimbing guru, tenagakependidikan, peserta didik, mengikuti
perkembangan IPTEK, dan memberi teladan yang baik. Dalam
melakukan fungsinya sebagai edukator, Kepala Sekolah harus
memilikistrategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme
tenaga kependidikan disekolahnya.Menciptakan iklim sekolah yang
kondusif, memberikan nasehat kepadawarga sekolah, memberikan
dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, dan tak ubahnya
melaksanakan fungsi-fungsi dan tugas tugas kepemimpinan
organisasi137.
Upaya yang dapat dilakukan Kepala Sekolah dalam
meningkatkan kinerjanya sebagaiedukator, khususnya dalam
peningkatan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi
belajar peserta didik adalah sebagai berikut:
a. Mengikutsertakan guru-guru dalam penataranatau pendidikan
lanjutan
b. Menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik
137Baharudin & Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Jakarta:Arruz Media Depok,
2012), 178.
90
c. Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan
cara mendorong para guruuntuk memulai dan mengakhiri
pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan,
sertamemanfaatkannya secara efektif dan efisien untuk kepentingan
pembelajaran dansebagainya.
2. Kepala Sekolah sebagai manejer untuk melakukan peran dan
fungsinya sebagai manajer, Kepala Sekolah harus memiliki strategi
yang tepat yaitu mengikut sertakan peran guru PAI dalm literatur
kependidikan Islam, seorang guru/ pendidik bisa di sebut sebagai
ustaz , Mua’allim, murabby, mursid mudarris, dan mu’addib.
Kata ustaz bisa di gunakan untuk memanggil seseorang
profesor. Ini mengandung makna bahwa sesorang guru di tuntut
untuk komitmen terhadap propesonalisme dalam mengembankan
tugasnya. Seseorang di katakan propisional, bila mana pada dirinya
melekat sikap dedikatif yang tinggi terhadap tugasnya. Sikap
komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja sikap dan
continious inprovemen, yakni selalu berusah memperbaiki dan
memperbaharui model model atau cara kerjanya sesuai dengan
tuntunan zaman nya.138 Yang di landasi oleh kesadaran yang
tinggi bahwa tugas mendidik adalah menyiapkan generasi penerus
yang akan hidup pada zamanya di masa depan, sebagai mana
pernyataan sahabat ali bin abi tallib r.a. allimu auladakum
Painnahum Makhlukuna lizamanin gairi zamanikum (
didik/ajarilah anak anakmu karena mereka di ciptakan untuk
zamanya di mas depan bukan untuk zamanmu sekarang).
Kata mu’allim berasar dari kata dasarz ‘ilm yang berati
menangkap hakekat sesuatu. Dalm setiap ‘ilm terkadangdimensi
tioritis dan dimensi amaliyah (al- Asfahani, 1972). Ini mengandung
makna bahwa seorang guru di tuntut untuk mampu menjelaskan
hakekat Ilmu pengetahuan yang di ajarkan, Allah mengutus
138 Muhaimin, Abdul Mudjib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung ,1993), 45.
91
Rasulnya antara lain agar beliau agar mengajarkan (ta’lim)
kandungan Alkitab dan Al hikmah, yakni kebijakan dan kemahiran
melaksanakan hal yang mendatangkan manfaat dan menampilkan
mudarat(shihab 2000)139
Kata Murabbiy berasar dari kata dasar Rabb. Tuhan adalh
sebagai Rabb Al ‘alamin dan Rabb al-nas, yakni yang menciptakan
yang mengatur, dan mengatur alam seisinya termansuk manusia
manusia sebagai khalipah-nya di beri tugas untuk menumbuh
kembankankreatipitas agar mampu berkreasi, sekaligus mengatur
dan memelihara alam seisinya.140
3. Kepala Sekolah Sebagai Administrator
Administrasi merupakan suatu proses yang menyeluruh dan
terdiri dari bermacamkegiatan atau aktivitas di dalam
pelaksanaannya. Sebagai administator, Kepala
Sekolah bertanggung jawab atas kelancaran segala pekerjaan dan
kegiatan administratif disekolahnya.Aktivitas administratif adalah
semua kegiatan yang berkaitan dengan pencatatan, penyusunan dan
dokumentasi program dan kegiatan sekolah.Secara spesifik,Kepala
Sekolah juga dituntut untuk mengelola kurikulum, mengelola
administrasi saranadan prasarana, mengelola administrasi
kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan.
4. Kepala Sekolah sebagai supervisor
Supervisi juga dapat diartikan sebagai pembinaan yang
diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat
meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar
mengajar dengan lebih baik sesuai dengan tujuan
pendidikan.Kepala Sekolahsebagai supervisior mempunyai peran
dan tanggung jawab untuk membina, memantau,dan memperbaiki
proses pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan
139 Muhaimin , Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam, (Jakarta,2012), 45. 140 Ibid., 47.
92
menyenangkan.Supervisi Kepala Sekolah dapat dilakukan secara
individual maupun kelompok.141Di antara tugas-tugas Kepala
Sekolah sebagai supervisor adalah:
a. Membantu stafnya menyusun program
b. Membantu stafnya mempertinggi kecakapan dan keterampilan
mengajar
c. Mengadakan evaluasi secara kontinyu tentang kesanggupan
stafnya dantentang kemajuan program pendidikan pada
umumnya. Keberhasilan peran kepalasekolah sebagai
supervisor antara lain dapat ditunjukkan oleh:
d. Meningkatnya kesadaran guru dan staf untuk meningkatkan
kinerjanya;
e. Meningkatkan keterampilan guru dan staf dalam melaksanakan
tugasnya.142
Sedangkan yang berkaitan dengan mutu pembelajaran PAI
dipengaruhi oleh mutu proses belajar mengajar, sedangkan mutu
proses belajar mengajar ditentukan oleh berbagai komponen yang
saling terkait satu sama lain, yaitu input peserta didik, kurikulum,
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, dana,
manajemen, dan lingkungan. Kurikulum merupakan lah satu
komponen pendidikan yang sangat strategis karena merupakan
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tetentu. Kurikululum sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran memberikan makna bahwa
di dalam kurikulum terdapat panduan interaksi antara guru dan
141Nurkolis, Manajemen berbasis sekolah; Teori, Model dan Aplikasi,(Jakarta:
Grapindo, 2003), 121. 142Departemen pendidikan nasional direktorat jendral pendidikan dasar dan menengah
direktorat sekolah lanjutan tingkat pertama, Manejemen Peningkatan Mutu berbasis Sekolah buku,(Jakarta:Depdiknas, 2001), 27.
93
peserta didik.Dengan demikian kurikulum berfungsi sebagai "nafas
atau inti" dari proses pendidikan di sekolah untuk memberdayakan
potensi peserta didik.
Seiring dengan perubahan pengelolaan pemerintahan yang
memasuki era desentralisasi, diikuti dengan perubahan pengelolaan
pendidikan berupa desentralisasi pendidikan, otonomi pendidikan,
dan otonomi manajemen sekolah, maka kurikulum yang sifatnya
sentralistik seperti kurikulum 1994, dimana satu kurikulum
diberlakukan untuk semua peserta didik dari Sabang sampai
Merauke, berarti kemampuan seluruh peserta didik seolah-olah
dianggap sama. Pada hal kenyataannya kemampuan setiap peserta
didik berbeda satu sama lain, berbeda antara daerah yang satu
dengan daerah yang lain, berbeda antara sekolah yang satu dengan
yang lain. Dan yang paling memahami kemampuan setiap peserta
didik adalah guru-guru yang bersangkutan.Hal ini antara lain yang
mendasari penyempurnaan kurikulum.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah
disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada Standar Isi
(SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman
pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP).
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang
mengacu pada Standar Nasional Pendidikan dimaksudkan untuk
menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar Nasional
Pendidikan terdiri atas: Standar Isi, Standar Proses, Standar
Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar
94
Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan. Dua dari kedelapan
standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi
satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Untuk memenuhi amanat Undang-undang tersebut di atas dan
guna mencapai tujuan pendidikan nasional pada umumnya, serta
tujuan pendidikan sekolah pada khususnya, SMA Plus Munirul
Arifin NW Praya sebagai lembaga pendidikan tingkat menengah
memandang perlu untuk mengembangkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP).
Melalui KTSP ini sekolah dapat melaksanakan program
pendidikannya sesuai dengan karakteristik, potensi, dan kebutuhan
peserta didik. Untuk itu, dalam pengembangannya melibatkan
seluruh warga sekolah dengan berkoordinasi kepada pemangku
kepentingan di lingkungan sekitar sekolah.
B. Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran PAI
di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
Strategi kepala sekolah merupakan sebuah komponen yang sangat
berpengaruh dalam dunia pendidikan, terlebih pada proses pembelajaran
pendidikan agama Islam. StrategiPembelajaran pendidikan Agama Islam ini
merupakan salah satu upaya untuk menerapakan bagaimana nilai-nilai ajaran
Agama Islam yang ada pada tiap materimampu diserap, dihayati serta bisa
diamalkan oleh peserta didik
Dalam proses pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa
metode, yaitu metode observasi, interview dan dokumentasi. Sedangkanuntuk
analisis datanya, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif,
Untuk mendukung dari pemaparan data penulis juga menyertakan
berbagailampiran yang terkait dengan penelitian seperti foto, dokumen-
95
dokumen dari kegiatan peserta didik.143 Hasil penelitian yang dilakukan
penulis dapat disimpulkan sebagai berikut, bahwa strategi atau cara yang
diterapkan dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam di SMA Plus
Munirul Arifin NW Praya tersebut mengguanakan berbagai cara, diantaranya
pada kegiatan pembalajaran, yang menyangkut perbaikan sistem mengajar,
kurikulum, penambahan jam mata pelajaran PAI, mata pelajaran metode
membaca Al-Qur’an, adanya memodifikasi gaya mengajar guru, dan
pengadaan serta perbaikan sarana penunjang pendidikan.
Di lembaga Sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya ini mempunyai
komitmen bahwa adanya sedikit program, tetapi bisa terlaksana program
tersebut. Faktor pendukung
1. Semangat siswa,
2. Kegiatan sekolah yang sangat memperhatikan masalah agama,
3. Tata tertib yang mendukung
4. Program yang terarah Kepada tujuan pendidikan,
5. Guru-Guru yang berkualitas
6. Lingkungan sekolah yang kondunsif
7. Ekstrakulikuler yang mendukung,
8. Sarana dan prasarana sekolah yang mendukung,
9. Peran aktif orang tua
10. Lingkungan luar sekolah.
Sedangkan faktor penghambat dalam peningkatan mutu pembelajaran
PAI ialah
a) Latar belakang siswa,
b) Minat serta semangat siswa yang terkadang kurang,
c) Kemampuan penangkapan siswa yang heterogen,
d) Kesadaran siswa yang masih kurang
Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang
amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena
143Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. (Jakarta:Quantum
Teaching, 2005)
96
pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan
kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia dengan laju
pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan yang berat,
terutama berkaitan dengan kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan.
Mentalitas sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama pada
masyarakat agraris, dengan ketertinggalannya sebagai akibat penjajahan,
belum mendukung tercapainya cita-cita pembangunan nasional. Berbagai
kekurangan dan kelemahan mentalitas masyarakat Indonesia tersebut antara
lain : suka melakukan terobosan dengan mengabaikan mutu, kurang rasa
percaya diri, tidak berdisiplin murni, tidak berorientasi ke masa depan, dan
suka mengabaikan tanggung jawab tanpa rasa malu. Terdapat ciri-ciri
manusia Indonesia yang menghambat, yaitu hipokrit atau munafik, segan
dan enggan bertanggungjawab atas perbuatannya, putusannya, kekuatannya,
pikirannya, berjiwa feodal, percaya pada takhayul, boros, lebih suka tidak
bekerja keras kecuali kalau terpaksa, ingin cepat kaya, berpangkat, cepat
cemburu, dengki dan tukang meniru. di samping itu terdapat kelemahan lain
yang kurang menunjang pembangunan144.
Menghadapi kondisi masyarakat Indonesia sebagaimana diuraikan di
atas, pembangunan pendidikan merupakan suatu keharusan dan amat
penting untuk dilakukan perubahan ke arah yang lebih baik lagi guna
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Didalam
Undang-Undang Dasar 1945, Ketentuan dalam UUD 45 Pasal 31
mengamanatkan bahwa :
1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, setiap warga
negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
144Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Bogor: Prenada Media, 2003.), 12.
97
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
yang diatur dalam undang-undang.
3) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya
20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta APBD untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
4) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
Dalam meningkatkan mutu pembelajaran penidikan Agama Islam
Beberapa strategi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam
meningkatkan mutu pembelajaran meliputi:145
a. Peningkatan Kemampuan Mengajar Guru
Strategi pertama yang diterapkan oleh Kepala Sekolah dalam
meningkatkan mutu pembelajaran yaitu dengan cara peningkatan
kemampuan mengajar guru. Peningkatan kemampuan mengajar ini
dipandang sangat penting oleh Kepala Sekolah mengingat gurulah sebagai
peran kunci yang melaksanakan dan menentukan baik tidaknya mutu
pembelajaran tersebut.Selain itu pula sejumlah permasalahan dalam
meningkatkan mutu pembelajaran banyak bersumber dari guru, misalnya
kurang disiplin, kurang profesional, kinerjanya rendah atau permasalahan-
permasalahan pribadi lainnya.146
Untuk itu Peran Kepala Sekolah juga di pandang perlu untuk
memberikan penetapan terhadap guru untuk meningkatkan mutu
pembelajara. Komponen- komponen tersebut dapat di kemukakan sebagai
berikut:
1) Penetapan perubahan yang di harapkan
145Kemendikbud. Petunjuk Peningkatan Mutu di Sekolah Dasar, (Jakarta:Kemendikbud.
2014), 423. 146 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta:Kencana,
2009), 210.
98
Kegiatan sebagai mana tersebut di atas di tandai oleh adanya
usaha secara terencan dan sistematika yang di tunjukan untuk
mewujudkan adanya perubahan pada diri peserta didik , baik pada
aspek wawasan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan sebagainya.
Dalam menyusun strategi pembelajaran, berbagai perubahan tersebut
harus di tetapkan secara spesifik, terencana dan terarah. Hal ini
penting agar kegiatan belajar tersebut dapat terarah dan memiliki
tujuan yang pasti. Perubahan yang diharapkan ini selanjutnya, harus di
tuangkan dalam tujuan pengajaran yang jelas dan konkret,
mengunakan bahasa yang operasional, dan dapat di perkirakan alokasi
waktu dan lainya yang di butuhkan.
2) Penetapan pendekatan
Pendekatan adalah sebuah kerangka analisis yang di gunakan
dalam memahami sesuatu masalah. Di dalam pendekatan tersebut
terkadang mengunaka tolok ukur sebuah disiplin ilmu pengetahuan,
tujuan yang ingin di capai, langkah langkah yang di gunakan atau
sasaran yang di tuju. Jika sebuah ilmu yang akan di gunakan
sebagai tolak ukur, pada pendekatan dapat menggunakan disiplin
ilmu politik, ekonomi, pendidikan, dakwah dan sebagainya.
3) Penetapan Metode atau Strategi
Pada uaraian terdahulu telah di kemukakan, bahwa metode
pengajaran sangat memegang peranan penting dalam mendukung
kegiatan belajar mengajar. Pengguna metode strategi tersebut selain
harus mempertimbangkan tujuan yang ingin di capai, dan harus
memerhatikan bahan pelajaran yang akan di berikan, kondisi anak
didik, lingkungan, dan kemampuan dari guru itu sendiri. Suatu
metode mungkin hanya cocok dipakai untuk mencapai tujuan
tertentu, dan tidak cocok untuk mencapai tujuan yang lain.
Lebih jauh Raka Joni sebagaimana dikutip oleh Suyanto
dan Djihad Hisyam (2000) mengemukakan tiga jenis kompetensi
guru, yaitu :
99
2) Kompetensi profesional; memiliki pengetahuan yang luas dari
bidang studi yang diajarkannya, memilih dan menggunakan
berbagai metode mengajar di dalam proses belajar mengajar
yang diselenggarakannya.
3) Kompetensi kemasyarakatan; mampu berkomunikasi, baik
dengan siswa, sesama guru, maupun masyarakat luas.
4) Kompetensi personal; yaitu memiliki kepribadian yang mantap
dan patut diteladani. Dengan demikian, seorang guru akan
mampu menjadi seorang pemimpin yang menjalankan peran :
Ing Ngarso Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri
Handayani.147
Sementara itu, dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional,
pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru
sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu :
1) Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam
pengelolaan peserta didik yang meliputi:
a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
b) Pemahaman terhadap peserta didik
c) Pengembangan kurikulum/silabus
d) Perancangan pembelajaran
e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
f) Evaluasi hasil belajar dan
g) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
2) Kompetensi kepribadian yaitu merupakan kemampuan
kepribadian yang:
a) Mantap
b) Stabil
c) Dewasa
147Ibid., 220
100
d) Arif dan bijaksana
e) Berakhlak mulia
f) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat
g) Mengevaluasi kinerja sendiri dan
h) Mengembangkan diri secara berkelanjutan.
3) Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik
sebagai bagian dari masyarakat untuk :
a) Berkomunikasi lisan dan tulisan
b) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional
c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik
dan
d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
4) Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi:
a) Konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang
menaungi/koheren dengan materi ajar
b) Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah
c) Hubungan konsep antar mata pelajaran terkait
d) Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan
sehari-hari dan
e) Kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan
tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.
b. Optimalisasi Penggunaan Media dan Sarana Pendidikan
Strategi yang diterapkan Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu
pembelajaran yaitu dengan optimalisasi pemanfaatan dan penggunaan
media dan sarana pendidikan. Permasalahan yang muncul dalam hal ini
bahwa selama ini guru kurang mendayagunakan penggunaan media dan
101
sarana pendidikan yang ada, sehingga keberadaannya jelas tidak
bermanfaat untuk memperlancar pembelajaran.148
Dalam uraian terdahulu telah di kemukakan metode dalam
mengoptimalisasi penggunaan media dan sarana ini dilakukan dengan
cara membuat kebijakan untuk mewajibkan setiap guru dalam
melakukan pembelajarannya dengan menggunakan media atau sarana
pendidikan yang tersedia, sehingga mampu mewujudkan hasil
pengajaran yang optimal.149 Sementara itu pula sebagai pimpinan,
Kepala Sekolah berupaya untuk membina dan mengarahkan cara-cara
penggunaan media dan sarana pendidikan yang mendukung terhadap
pembelajaran, sehingga hasil pembinaan dan pengarahan ini setiap guru
dapat menggunakan media dan sarana pendidikan tersebut dengan baik
dalam pembelajaran.
Keadaan ini dilakukan dalam upaya mengkondisikan media dan
sarana pendidikan yang ada mampu dilindungi dan mampu untuk
dimanfaatkan keberadannya. Lebih lanjut Kepala Sekolah
menganggarkan biaya untuk pemeliharaan dan pengadaan media dan
sarana pendidikan yang belum tersedia.
c. Pelaksanaan Supervisi secara Rutin
Strategi yang lain yang diterapkan Kepala Sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan yaitu dengan pelaksanaan supervisi
rutin. Keadaan ini dilakukan mengingat keberadaan guru yang relatif
memiliki pendidikan cukup sama yaitu S.Pd, sehingga pembinaan dan
pengarahan merupakan suatu kebutuhan yang diperlukan sekali dalam
meningkatkan mutu pembelajaran. Strategi ini pun ditempuh Kepala
Sekolah untuk mengatasi permasalahan sehubungan dengan kurangnya
sikap profesionalisme yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan
tugas. Kegiatan supervisi yang dilakukan Kepala Sekolah ini agar
148Faisal Jalal Cs, Reformasi Pendidikan Dalam Kontek Otonomi Daerah, (Yogyakarta: Adi Cita, 2001), 10.
149Ibid., 213.
102
Kepala Sekolah mengetahui secara langsung permasalahan yang
dihadapi guru selama melaksanakan pembelajaran, sehingga Kepala
Sekolah dapat memberikan bantuan sesuai dengan kemampuannya.150
Kegiatan supervisi ini dilakukan oleh Kepala Sekolah dengan
cara mengadakan kunjungan kelas, rapat-rapat dan pembinaan secara
individual terhadap guru. Kunjungan kelas yang dilakukan oleh Kepala
Sekolah di sini yaitu dengan mengadakan pengunjungan terhadap setiap
kelas tentang kelengkapan sarana pendidikan yang ada dan mengecek
kehadiran guru maupun siswa. Selanjutnya supervisi yang dilakukan
oleh Kepala Sekolah ini dilakukan dengan cara mengadakan rapat-rapat
yang dilakukan dalam mengadakan evaluasi atau bahkan pembinaan
terhadap para guru untuk mengenalkan sesuatu yang baru dan perlu
diketahui oleh guru mengenai hal yang berkaitan dengan pembelajaran.
Kemudian juga Kepala Sekolah sering mengadakan supervisi terhadap
para guru secara perorangan dalam membina dan mengarahkan guru
tersebut, sehingga mampu menjalankan tugasnya dengan baik, biasanya
dilakukan jika ada permasalahan yang begitu besar dan terjadi pada
tugas guru tersebut.
d. Menjalin Kerjasama dengan Masyarakat
Masyarakat merupakan relasi yang cukup besar dalam memberikan
pengaruh dan bantuan terhadap kelancaran penyelenggaraan
pembelajaran. Apalagi jika dikaitakan dengan keadaan sekarang bahwa
masyarakat memiliki peran sebagai pengawas dan penyumbang
kebutuhan sekolah dengan dibentuknya “Komite Sekolah”. Namun
demikian dalam kenyataannya bahwa masyarakat masih kurang peka
terhadap kebutuhan sekolah.
Oleh karena itulah sebagai langkah awal memperbaiki hubungan
dengan sekolah dengan masyarakat, maka Kepala Sekolah mengadakan
150E Mulyasa, Manejemen Berbasis Sekolah, Konsep Strategi Dan Implementasi,
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2013), 145.
103
suatu strategi dalam bentuk kerjasama dengan masyarakat. Dalam
mengadakan hubungan kerjasama dengan masyarakat ini, maka sekolah
membentuk Komite Sekolah yang memiliki fungsi dan peran sebagai
wadah untuk memfasilitas masyarakat berhubungan dengan sekolah
atau sebaliknya. Selama ini melalui “Komite Sekolah” itulah orang tua
siswa, masyarakat umum atau donatur mengadakan jalinan hubungan
yang harmonis. Lebih lanjut Kepala Sekolah mengadakan hubungan
dan komunikasi dengan para orang tua siswa dan “Komite Sekolah”
yaitu dengan mengadakan rapat-rapat 151.
Rapat atau pertemuan dengan para orang tua siswa dilakukan
pada awal tahun pelajaran dan pada waktu pembagian “Buku Laporan
Pendidikan”. Pada pertemuan sekolah dengan orang tua siswa pada
awal tahun merupakan pertemuan yang membicarakan tentang
pengenalan program-program pendidikan yang akan diselenggarakan
dan uraian secara terbuka mengenai anggaran yang digunakannya.
Sementara pertemuan pada pembagian Buku Laporan Pendidikan
merupakan pertemuan yang berupaya untuk secara tetap menjalin
komunikasi yang harmonis dengan orang tua siswa. Rapat “Komite
Sekolah”152 merupakan upaya menjalin kerjasama dengan masyarakat
dalam membahas program-program pendidikan yang akan
diselenggarakan oleh pihak sekolah. Pada pertemuan ini dibahas
mengenai program-program yang akan dilaksanakan oleh pihak
sekolah.
e. Penerapan Disiplin yang Ketat
Penerapan disiplin yang ketat merupakan salah satu strategi yang
dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu
pembelajaran. Penerapan disiplin ini penting dilakukan sehubungan
dengan rendahnya tingkat kedisiplinan guru maupun siswa, antara lain:
151Faisal Jalal, Reformasi Pendidikan Dalam Kontek Otonomi Daerah,(Yogyakarta: Adi Cita, 2001), 139.
152Ibid., 134.
104
datang terlambat, berpakaian kurang rapi dan pulang belajar mengajar
belum pada waktunya. Pendisiplinan ini dilakukan untuk
mengkondisikan semua warga memiliki kinerja dalam menjalankan
tugas dan peranannya secara optimal.Di mana melalui pendisiplinan ini
diharapkan para personil pendidikan mampu memberikan kinerjanya
yang optimal.Sementara pendisiplinan yang terapkan pada siswa
diharapkan mampu menciptakan keteraturan dan ketertiban dalam
menjalankan atau mengikuti pembelajaran.
Pendisiplinan iklim sekolah ini dilakukan dengan cara pembuatan
tata tertib bagi siswa dan tata tertib bagi para guru yang ada di sekolah.
Pendisiplinan ini ditegakkan secara objektif, sehingga mampu
memberikan kontribusi terhadap peningkatan mutu pembelajaran.
Kepala Sekolah setiap hari mengontrol kedisiplinan guru dan siswa
dengan cara melihat kehadiran, kerapihan dari pakaiannya dan
menampilkan perilaku kepemimpinan yang patut untuk dicontoh atau
ditiru. Lebih konkritnya jika ada guru maupun siswa yang tidak
disiplin, maka Kepala Sekolah melakukan teguran secara lisan,
melakukan pemanggilan dan pemberian sanksi apabila guru maupun
siswa tetap nakal.Selain itu pula khusus untuk siswa jika ada yang tidak
disiplin, Kepala Sekolah memanggil orang tua siswa ke sekolah untuk
meminta bantuan dalam membina anaknya.
Secara lebih konkrit pendisiplinan yang dilakukan kepada guru,
Kepala Sekolah melakukan evaluasi terhadap ketepatan waktu
mengajar, kehadiran dan kerapian pakainnya. Kepala Sekolah terbiasa
memanggil guru yang terlambat dalam mengajar, tidak rapi dalam
berpakaian dan sering tidak hadir. Kondisi tersebut ditindak lanjuti
dengan pembinaan dan pengajaran, sehingga para guru tetap mampu
menegakkan kedisiplinannya.153
153Abuddin Nata. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta:Karisma
Putra utama kencana, 2009), 217.
105
Kepala Sekolah menganggap bahwa melalui pendisiplinan inilah
nantinya akan mampu memberikan dampak terhadap hasil belajar.
Dengan demikian kedisiplinan ini perlu diciptakan dengan baik,
sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap mutu pembelajaran
dengan baik pula.
106
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah melakukan kajian teoritis dan analisis data berdasarkan
penelitian dan penemuan di lapangan mengenai peran kepala sekolah dalam
meningkatkan mutu pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW
Praya, maka dapat disimpulkan:
Pertama Peran Kepala Sekolah di SMA Plus Munirul Arifin NW
Praya mempunyai kewajiban untuk berusaha agar semua potensi yang ada di
lembaganya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya demi tercapainya
peningkatan pembelajaran PAI yang diharapkan. Berbagai peran yang
dilakukan kepala sekolah dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran PAI
di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya diantaranya adalah (a). Kepala
Sekolah sebagai Pendidik, (b). Kepala Sekolah sebagai Administerator, (c).
Kepala Sekolah Sebagai Supervisor dan (d) Kepala Sekolah sebagai Manager.
Semua peran kepala sekolah tersebut dapat berjalan dengan baik karena
stakholder yang ada di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya bekerjasa sama
dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI.
Kedua Strategi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam
meningkatkan mutu pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW
Praya meliputi (a). Peningkatan Kemampuan Mengajar Guru, (b).
Optimalisasi Penggunaan Media dan Sarana Pendidikan, (c). Pelaksanaan
Supervisi secara Rutin, (d). Menjalin Kerjasama dengan Masyarakat dan (e).
Penerapan Disiplin yang Ketat. Semua Strategi kepala sekolah diatas dapat
berjalan dengan baik karena stakholder yang ada di SMA Plus Munirul Arifin
NW Praya bekerjasa sama dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI.
107
B. Saran-saran
Melalui tesis ini peneliti ingin menyampaikan beberapa saran
kaitannya dengan judul dan hasil penelitian yang dilakukan, dan semoga
bermanfaat bagi semua pihak. Adapun saran-saran tersebut sebagai berikut :
1. Kepala Sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
Kepada kepala sekolah SMA Plus Munirul Arifin NW Praya agar
terus berusaha dengan sungguh-sungguh dalam meningkatkan mutu
pembelajaran PAI dengan melaksanakan perannya denagan baik dan
memanfaatkan serta memfungsikan semua sumber daya yang ada sesuai
dengan fungsinya masing-masing secara maksimal seperti wakasek,
pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, media, sarana dan sumber
belajar lainnya.
2. Pendidik di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
Kepada pendidik di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya agar tetap
meningkatkan profesionalisme baik di dalam maupun di luar sekolah baik
dalam mendidik maupun dalam menjalin kerjasama dengan orang tua
peserta didik, sehingga terciptanya hubungan yang harmonis terutama
dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin
NW Praya.
3. Peserta Didik SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
Kepada peserta didik agar bersungguh-sungguh dan rajin dalam
belajar seperti mengikuti pelajaran dengan disiplin, mentaati tata tertib
sekolah dan memanfaatkan waktu belajar serta sumber belajar yang ada
secara maksimal.
108
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Madrasah Lanjutan Tingkat Pertama,, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah-Buku 1 Depdiknas: Jakarta, 2001.
Bahruddi & Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam, Jogyakarta: Ar-Ruzz Media,2012.
Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah, Buku IV PerintisanProgram Dirjen Dikdsmen, Depdiknas : Jakarta,2000.
E Mulyasa, Manajemen berbasis madrasah; Konsep Strategi dan Implementasi PT. Remaja RosdaKarya: Bandung,2003.
Faisal Jalal Cs, Reformasi Pendidikan Dalam Kontek Otonomi Daerah Yogyakarta: Adi Cita,2001
Glickman dalam Suhartin, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan
Jakarta: Rineka Cipta,2000. Hadari Nawawi, Penelitian Terapan Yogyakarta : Gajah Madah University Perss
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial Bandung : Mandar Maju, 1996
Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung : Remaja Rosda Karya, 1991
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, PT Bina Aksara: Jakarta,1988. Marzuki, Metodologi Reaserch, Cet II Yogyakarta; Fak. Ekonomi, UII, 1983
Mulyasa, Manajemen Berbasis Madrasah : Konsep, Strategi dan implementasi Bandung : PT.Raja Granfindo Persada,2002.
Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif Yogyakarta: Reke Sarasian,
1994.
Nurkolis, Manajemen ; Teori, Model dan Aplikasi Jakarta:Grasindo, 2003.
H Muhaimin, Pengembagan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Jakarta:PT. Raja Grafindon Persada, 2012.
Mujamil komar. Strategi Pendidikan Islam. Jakarta:Erlangga,2013.
109
Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Prenada Media Group, 2009.
Robert Bodman and Steven J. Taylor, Intraduction to Qualitative Research Method, (Toronto, John Wiley and Son Inc, 1975
S.Nasetion, Metode Penelitian Naturalistik Kwalitatif Bandung, Tarcito, tt
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :PT Rineka Cipta, 2002.
Sutrisno Hadi, Metodologi Riserch, Jilid II Yogyakarta:Fak Psikologi UGM, 1980.
Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional.
Wahid Abdul, Abdul, Manajemen berbasis madrasah; Ikhtiar Menuju Madrasah yang Mandiri, dalam Dinamika Pesantren dan Madrasah
Wahid Abdul, Manajemen berbasis madrasah; Ikhtiar Menuju Madrasah yang Mandiri, dalam Dinamika Pesantren dan Madrasah Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2002.
Wahid Murni dan Nur Ali,Penelitian Tindakan kelas, Pendidikan Agama dan Umum, disertai Contoh Hasil Penelitian, UIN Malang, 2008
Wahid Murni, Menulis Proposal dan Laporan Penelitian Lapangan Pendekatan kualitatif dankuantitatif; Skripsi Tesis dan Disertasi Program Pasca Sarjana UIN Malang, 2008.
Wahidmurni, Cara Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitin Lapangan, PendekatanKuantitatif dan Kualitatif (Skripsi Tesis dan Disertasi), Malang:UM Pres,2008.
Winarno Surahmad, Dasar dan Teknik Research dengan Metodologi Ilmiah Bandung:Tarsito, 1986
110
Lampiran: 1
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. 4.1 Profil SMA Plus Munirul Arifin NW Praya 58
2 4.2 Data Pembina & Pengasuh SMA Plus Munirul Arifin
NW Praya
59
111
Lampiran : 2
Curiculum Vitay
Nama : Irwan Sasmita
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Guru Honorer
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jln. Basuki Rahmat Kamp. Rabitah Praya, Praya, Lombok
Tengah NTB
Alamat Email : [email protected]
No. HP. : 081 917 110 999
Pendidikan:
1. SDN 1 Penendem 2000
2. MTs NW Selaparang Putra 2003
3. MA Plus Munirul Arifin NW Praya 2006
4. MDQH NW Anjani 2010
5. Fakultas Kegurua dan Ilmu Pendidikan (UNW) 2011
Pengalaman Pekerjaan:
1. Guru Honorer SMP Plus Munirul Arifin NW Praya 2010- Sekarang
2. Kepala Sekolah SMP Plus Munirul Arifin NW Praya 2015 - Sekarang
112
LAMPIRAN III
PEDOMAN WAWANCARA
PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
MENENGAH ATAS PLUS MUNIRUL ARIFIN NW PRAYA
Sumber Data : ..........................................
Peneliti : ..........................................
NIM : ..........................................
Hari /Tanggal : ..........................................
PETUNJUK :
1. Mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjawab pertanyaan di bawah ini dengan
baik dan benar sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
2. Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini boleh dijawab mana yang dianggap
paling mudah.
3. Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini hanya semata-mata untuk mendapatkan
data dan informasi kaitannya dengan apa yang diteliti dalam penelitian ini.
Serta guna untuk menyelesaikan studi akhir peneliti
Adapun data dan informasi yang ingin diperoleh dari pedoman khusus
wawancara ini yang paling pokok adalah:
1. Bagaimana implementasi visi misi di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya?
Mohon dijelaskan ?
113
2. Apa saja peran kepala sekolah dalam meningkatkaan mutu pembelajaran PAI?
Mohon Jelaskan?
3. Bagaimana peran kepala sekolah sebagai pendidik ? Mohon dijelaskan !
4. Bagaimana peran kepala sekolah sebagai manajer ? Mohon dijelaskan !
5. Bagaimana peran kepala sekolah sebagai administerator ? Mohon dijelaskan !
6. Bagaimana peran kepala sekolah sebagai supervisor ? Mohon dijelaskan !
7. Apa strategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI?
Mohon dijelaskan !
8. Bagimana strategi kepala sekolah dalam meningkatan Kemampuan Mengajar
Guru? Mohon dijelaskan !
9. Bagimana strategi kepala sekolah dalam mengoptimalkan Penggunaan Media
dan Sarana Pendidikan? Mohon dijelaskan !
10. Bagimana strategi kepala kepala sekolah dalam Pelaksanaan Supervisi secara
Rutin? Mohon dijelaskan !
11. Bagimana strategi kepala kepala sekolah dalam Menjalin Kerjasama dengan
Masyarakat? Mohon dijelaskan !
12. Apa saja hambatan yang dihadapi dalam meningkatkan mutu pendidikan di
SMA Plus Munirul Arifin NW Praya? Mohon dijelaskan !
13. Apakah hambatan yang dihadapi tersebut bersal dari dalam (internal) dan
bersal dari luar (eksternal) SMA Plus Munirul Arifin NW Praya? Mohon
dijelaskan !
14. Apa saja hambatan yang berasal dari dalam (internal) yang dihadapi dalam
meningkatkan mutu pendidikan di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya?
Mohon dijelaskan !
15. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam meningkatkan mutu
pembelajaran PAI di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya? Mohon
dijelaskan!
DATA DAN TEMUAN
114
LAMPIRAN IV
PEDOMAN OBSERVASI
PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
MENENGAH ATAS PLUS MUNIRUL ARIFIN NW PRAYA
Sumber Data : ..............................................
Peneliti : ............................................
Nim : ..........................................
Hari /Tanggal : ...........................................
Adapun data dan informasi yang ingin diperoleh dari pedoman khusus observasi
ini yang paling pokok adalah:
1. Inplemntasi visi misi di SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
2. Peran kepala sekolah bertindak sebagai pendidik
3. Peran kepala sekolah bertindak sebagai administerator
4. Peran Kepala Sekolah bertindak Sebagai supervisor
5. Peran Sekolah bertindak sebagai manager
6. Strategi kepala sekolah dalam mengatur peningkatan kemampuan mengajar
guru.
7. Strategi kepala sekolah dalam mengatur optimalisasi penggunaan media
8. Strategi kepala sekolah dalam mengatur dan sarana pendidikan
9. Strategi kepala sekolah dalam mengatur pelaksanaan supervisi secara rutin,
115
10. Strategi kepala sekolah dalam mengatur kerjasama dengan Masyarakat dan
penerapan disiplin yang ketat.
11. Faktor pendukung yang ada dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI di
SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
12. Faktor penhambat yang ada dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI di
SMA Plus Munirul Arifin NW Praya
DATA DAN TEMUAN
116
LAMPIRAN V
PEDOMAN DOKUMENTASI
PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
MENENGAH ATAS PLUS MUNIRUL ARIFIN NW PRAYA
Sumber Data : ..............................................
Peneliti : ............................................
Nim : ..........................................
Hari /Tanggal : ...........................................
Adapun data dan informasi yang ingin diperoleh dari pedoman khusus
dokumentasi ini yang paling pokok adalah:
1. Letak Geografis
a. Lokasi penelitian
b. Sejarah berdirinya
c. Luas sekolah
d. Batas-batas sekolah (sebelah utara, selatan, timur dan barat berbatasan
dengan apa).
2. Sarana dan Prasarana
a. Profil sekolah
b. Struktur organisasi sekolah
c. Media
3. Tenaga Pengajar dan Siswa
a. Jumlah pmbina, pengasuh dan guru mapel