76
KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR’AN (TINJAUAN QS. LUQMAN AYAT 12- 19) Oleh : M O H .IR C HAM A R I FU D IN NIM : A.11.1.0587 PROPOSAL TESIS Diajukan kepada Program Pascasarjana UNWAHAS Semarang Untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Magister Pendidikan Islam

tesisi karakter

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ttf

Citation preview

Page 1: tesisi karakter

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER

DALAM AL-QUR’AN

(TINJAUAN QS. LUQMAN AYAT 12-19)

Oleh :

M O H .IR C HAM A R I FU D IN NIM : A.11.1.0587

PROPOSAL TESIS

Diajukan kepadaProgram Pascasarjana UNWAHAS Semarang

Untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Magister Pendidikan Islam

2011

Page 2: tesisi karakter

2

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR’AN

(TINJAUAN QS. LUQMAN AYAT 12-19)

A. LATAR BELAKANG

Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu

yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan.Untuk

memenuhi sumber daya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang

sangat penting.Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional, pasal 3 UU tersebut menyebutkan bahwa pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa.1

Saat ini marak dibicarakan mengenai pendidikan karakter. Wacana ini

muncul dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menanggapai maraknya

korupsi beserta perilaku negatif lain, yang menunjukkan pelakunya tidak

berkarakter baik. Karakter yang dibangun pada siswa tidak semata-mata tugas

guru atau sekolah.Mengingat siswa beraktivitas tidak hanya di sekolah, namun

siswa juga menghabiskan waktu di rumah dan sekaligus menjadi anggota

masyarakat yang merupakan bagian dari warga negara Indonesia maupun

warga dunia. Disatu sisi guru dituntut untuk mendidik siswa menjadi generasi

muda yang berkarakter baik, namun disisi lain setiap hari siswa melihat

contoh orang tua di rumah yang mungkin sering tidak taat pada peraturan.

1UU. No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Page 3: tesisi karakter

3

Pendidikan karakter kini memang menjadi isu utama pendidikan.

Selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa,

pendidikan karakter ini pun diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam

meningkatkan derajat dan martabat bangsa Indonesia. Di lingkungan

Kemdiknas sendiri, pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan di seluruh

jenjang pendidikan yang dibinannya.Pembentukan karakter itu dimulai dari

fitrah yang diberikan Tuhan, yang kemudian membentuk jati diri dan

prilaku.Dalam prosesnya sendiri fitrah yang alamiah ini sangat dipengaruhi

oleh keadaan lingkungan, sehingga lingkungan memilki peranan yang cukup

besar dalam membentuk jati diri dan prilaku. Sekolah dan masyarakat sebagai

bagian dari lingkungan memiliki peranan yang sangat penting, oleh karena itu

setiap sekolah dan masyarakat harus memiliki pendisiplinan dan kebiasaan

mengenai karakter yang akan dibentuk. Para pemimpin dan tokoh masyarakat

juga harus mampu memberikan suri teladan mengenai karakter yang akan

dibentuk tersebut.

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional sudah

mencanangkan penerapan pendidikan karakter untuk semua tingkat

pendidikan dari SD hingga Perguruan Tinggi.2 Munculnya gagasan program

pendidikan karakter dalam dunia pendidikan di Indonesia dapat dimaklumi,

sebab selama ini dirasakan proses pendidikan ternyata belum berhasil

membangun manusia Indonesia yang berkarakter. Banyak yang menyebut

bahwa pendidikan telah gagal membangun karakter.Banyak lulusan sekolah

2Kemendiknas,Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah

Pertama, (Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional,2010), Hal. IX

Page 4: tesisi karakter

4

dan sarjana yang pandai dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi

mentalnya lemah, penakut, dan perilakunya tidak terpuji.

Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa karakter seseorang

dapat mempengaruhi kesuksesan seseorang.Di antaranya berdasarkan

penelitian di Harvard University Amerika Serikat ternyata kesuksesan

seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan

teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang

lain (soft skill).Penelitian ini mengungkapkan bahwa kesuksesan hanya

ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft

skill.Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih

banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill.Hal ini

mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting

untuk ditingkatkan. Sementara itu Ratna Megawangi dalam bukunya “Semua

Berakar Pada Karakter” mencontohkan bagaimana kesuksesan Cina dalam

menerapkan pendidikan karakter sejak awal tahun 1980-an. Menurutnya

pendidikan karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui proses knowing the

good, loving the good, and acting the good (suatu proses pendidikan yang

melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik, sehingga berakhlak mulia).3

Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang

melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan

(action).Dalam konteks di Indonesia, pendidikan karakter telah dirumuskan

oleh Kementerian Pendidikan Nasional melalui Badan Penelitian dan

3Dr. Ir. Ratna Megawangi, M.Sc, Ph.D.,SemuaBerakar Pada Karakter, (Jakarta: FE- UI,2007),Hal.3

Page 5: tesisi karakter

5

Pengembangan Pusat Kurikulum melalui program “Pendidikan Budaya dan

Karakter Bangsa” atau disingkat dengan PBKB, sejak tahun 2010 lalu.

Dalam proses PBKB, secara aktif peserta didik mengembangkan

potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai

menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan

kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan

bangsa yang bermartabat. Dan dalam program tersebut, terdapat 18 nilai yang

dikembangkan, yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,

mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,

menghargai prestasi, bersahabat/komuniktif, cinta damai, gemar membaca,

peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung-jawab.

Program ini patut direspon oleh masyarakat, terutama praktisi

pendidikan dan stakeholder yang terkait. Namun, konsep PBKB masih bersifat

umum sehingga masih membutuhkan ide-ide kreatif dalam pengembangannya.

Di era otonomi ini, pemerintah daerah, termasuk sekolah, sesungguhnya

memperoleh peluang yang besar untuk mengembangkan berbagai program

yang sesuai dengan kebutuhannya, termasuk mengembangkan konsep

pelaksanaan pendidikan karakter tersebut.

Selaku umat Islam yang meyakini Al-Qur’an sebagai pedoman

hidupnya, sejatinya memanfaatkan peluang ini. Lembaga pendidikan Islam

seperti pesantren, madrasah termasuk sekolah umum yang terdapat di

dalamnya -apalagi mayoritas- siswa beragam Islam, seyogyanya merumuskan

konsep pendidikan karakter berbasis Al-Qur’an. Sebab secara teologis,

Page 6: tesisi karakter

6

mustahil seorang muslim yang mengabaikan Al-Qur’an memiliki karakter atau

akhlakul karimah sebagaimana yang diinginkan dalam ajaran Islam itu sendiri.

Ironis, jika lembaga pendidikan tidak memberikan kesempatan bagi

peserta didik muslim untuk memahami Al-Qur’an sekaligus menjadi acuan

dalam membentuk karakternya. Akibatnya, mereka akan menjadi manusia

yang mengakui Islam sebagai agamanya, tetapi karakternya tidak sesuai

tuntunan Al-Qur’an. Keberadaan mereka justru merusak nama baik Islam itu

sendiri. Untuk itu, sikap kebergamaan kita harus tersentuh menyikapi

persoalan ini.

Hakikat pendidikan karakter itu sendiri adalah penanaman nilai,

membutuhkan keteladanan dan harus dibiasaan, bukan diajarkan.Jika dalam

konsep PBKB yang disusun oleh Puskur terdapat 18 nilai, maka dalam

perspektif Al-Qur’anjauh melebihi angka tersebut.Namun untuk memudahkan

penanaman nilai tersebut, perlu dirumuskan secara sederhana sesuai dengan

tingkat pendidikan itu sendiri.

Paling tidak nilai-nilai itu bisa dikelompokkan dalam empat

hal.Pertama, nilai yang terkait dengan hablun minallah (hubungan seorang

hamba kepada Allah), seperti ketaatan, keikhlasan, syukur, sabar, tawakal,

mahabbah, dan sebagainya.Kedua, nilai hablun minannas, yaitu nilai-nilai

yang harus dikembangkan seseorang dalam hubungannya dengan sesama

manusia, seperti tolong-menolong, empaty, kasih-sayang, kerjasama, saling

mendoakan dan memaafkan, hormat-menghormati, dan sebagainya.Ketiga,

nilai yang berhubungan dengan hablun minannafsi (diri sendiri), seperti:

Page 7: tesisi karakter

7

kejujuran, disiplin, amanah, mandiri, istiqamah, keteladanan, kewibawaan,

optimis, tawadhu’, dan sebagainya. Dan keempat, nilai hablun minal-„alam

(hubungan dengan alam sekitar), seperti: keseimbangan, kepekaan,

kepeduliaan, kelestarian, kebersihan, keindahan, dan sebagainya.

Nilai-nilai tersebut mesti dikembangkan lebih lanjut dengan merujuk

pada ayat-ayat Al-Qur’an.Nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an itu

sesungguhnya memiliki makna yang lebih luas, kompleks dan aplikatif jika

dibandingkan dengan nilai-nilai yang muncul dari hasil pikiran

manusia.Misalnya, nilai istiqamah jauh lebih luas dari nilai komitmen dan

konsisten.Begitu pula makna ikhlash jauh lebih mendalam dibandingkan

dengan makna rela berkorban.Bahkan istilah akhlak pun jauh lebih kompleks

dibanding dengan istilah moral dan etika.Dan masih banyak contoh lainnya.

Adapun bentuk pelaksanaannya, bisa menyesuaikan dengan konsep

pengembangan pendidikan karakter sebagaimana yang disusun oleh

Puskur.Beberapa nilai yang telah dirumuskan dapat dikembangkan melalui

kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler atau pengembangan diri dan budaya

sekolah.

Pada kegiatan intrakurikuler, nilai-nilai tersebut dirumuskan dalam

bentuk “Indikator Penanaman Nilai” oleh guru dalam rencana

pembelajarannya untuk diintegrasikan dengan materi tiap mata

pelajaran.Dengan begitu tak satu pun materi yang bebas dari nilai.Selain itu,

proses pembelajarannya pun sebaiknya diintegrasikan dengan ayat-ayat Al-

Qur’an. Dalam hal ini, ayat-ayat Al-Qur’anakan menjadi basis terhadap suatu

Page 8: tesisi karakter

8

ilmu sehingga siswa tidak saja memperoleh pengetahuan, tetapi diharapkan

memperoleh keberkahan dari ilmu itu sendiri.

Pada kegiatan ekstrakurikuler, mesti dikembangkan kegaitan-kegiatan

yang relevan dengan nilai-nilai Al-Qur’an.Kegiatan-kegiatan yang

bertentangan, seperti kegiatan yang memperlihatkan aurat, pelaksanaan

kegiatan yang mengabaikan waktu shalat, dan sebagainya mestilah

ditinggalkan.Sebaliknya, kegiatan-kegaitan yang langsung bersentuhan dengan

Al-Qur’an mesti menjadi prioritas. Misalnya, Tahsin Qur’an, Tilawah Al-

Qur’an, Tahfizh Al-Qur’an, Seni Kaligrafi, Muhadharah, dan lainnya.

Sedangkan penanaman nilai pada budaya sekolah harus dirumuskan

dalam bentuk beberapa aturan sehingga terjadi proses pembiasaan dan

pembudayaan. Seperti tadarus di awal pembelajaran, setiap guru membuka

pelajaran dengan membaca surat-surat pendek, membudayakan ucapan salam,

mengedepankan keteladanan, malu melanggar peraturan, menjalin interaksi

dengan kasih sayang, menjaga kebersihan dan sebagainya. Dalam hal ini,

pemberian reward (penghargaan) lebih dikedepankan dari pada punishment

(hukuman) kepada peserta didik.

Proses pembelajaran Al-Qur’an pun harus dilakukan secara kontiniu

dan sistematis. Peserta didik harus dibimbing untuk membaca, memahami dan

berupaya untuk mengamalkan ayat-ayat Al-Qur’an.Peserta didik juga dituntut

untuk menghafal ayat-ayat Al-Qur’an. Bukankah Rasulullah SAW bersabda:

Sesungguhnya orang yang di dalam dadanya (hatinya) tidak ada bacaan Al-

Page 9: tesisi karakter

9

Qur`an (yakni tidak memiliki hafalannya) ibarat sebuah rumah yang hendak

roboh. (HR. At-Tirmidzi, dan lainya).

Tidak saja upaya dari sekolah, orang tua di lingkungan rumah tangga,

menjadi pelopor utama dalam pembentukan karakter berbasis Al-

Qur’an.Orang tua juga dituntut untuk menanamkan kecintaan terhadap Al-

Qur’an kepada anak-anaknya sedini mungkin.Itu sebabnya seorang ibu yang

sedang hamil dianjurkan untuk banyak membaca Al-Qur’an.Kelak si anak

telah pandai membaca Al-Qur’an, orang tua pun diminta untuk tadarus

bersama anak-anaknya.

Sungguh tepat kebijakan Kementerian Agama RI tentang program

“Gemmar (Gerakan Maghrib) Mengaji”.Dan program ini sejatinya didukung

oleh para orang tua.Demikian halnya masyarakat, diharapkan berperan aktif

mengkaji Al-Qur’an dan berupaya untuk menjadikannya sebagai karakter diri

dan masyarakat sekitarnya.

Jika sekolah/madrasah mau dan bertekad menjadikan Al-Qur’an

sebagai basis dari pelaksanaan pendidikan karakter, maka niscaya ketenangan

dan keberkahan akan dilimpahkan Allah kepada mereka. Kini, dibutuhkan

niat, dukungan, dan komitmen dari berbagai pihak yang masih mengakui Al-

Qur’an sebagai pedoman hidupnya; baik dari kalangan pemerintah, kaum

intelektual, praktisi pendidikan, orang tua dan masyarakat untuk merumuskan

pendidikan karakter berbasis Al-Qur’an.Jika tidak, maka Al-Qur’an hanya

sebagai hiasan lemari dan tercerabut dari hati sanubari.

Page 10: tesisi karakter

10

Pada dasarnya pendidikan karakter telah lama menjadi bagian inti

sejarah pendidikan itu sendiri, hal ini dapat ditemukan dalam paedagogi Islam,

yang didalam Al-qur'an dipaparkan secara integral dan berkesinambungan

juga runtun, sebagai contoh beberapa konsep pendidikan karakter dalam QS.

Luqman ayat 12–19 :

1. Konsep pendidikan tentangakidah keimanan/keyakinan kepada sang

pencipta (Khaliq) yaitu Allah SWT.

2. Konsep pendidikan tentangAkhlaq dan etika.

3. Konsep pendidikan tentang Ibadah.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis mengangkat sebuah

judul : KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR’AN

(TINJAUAN SURAT LUQMAN AYAT 12-19)untuk dijadikan tesis. Adapun

alasan penulis membahas permasalahan tersebut adalah disamping menarik

judul tersebut juga penting, untuk mengetahui konsep pendidikan karakter

(character building) dalam perspektif Al-Qur’an, sehingga diharapkan akan

membuka wacana pengembangan dan penyebarluasan pengetahuan tentang

pendidikan karakter (character building).

B. RUMUSAN MASALAH

Permasalahan dan rumusan masalah adalah dua istilah yang

nampaknya sama tetapi sebenarnya sangat berbeda. Masalah adalah

ketidaksesuaian antara harapan dan realitas, sedangkan rumusan masalah

adalah sebuah atau beberapa pertanyaan yang dirumuskan untuk dicarikan

jawabannya melalui riset atau pengumpulan data.Namun demikian,rumusan

Page 11: tesisi karakter

11

masalah lahir karena adanya masalah-masalah yang muncul di lapangan

penelitian.Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam proposal tesis ini

adalah bagaimana konsep pendidikan karakter dalam Al-Qur’an (tinjauan QS.

Luqman ayat 12-19) ?

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

Secara umum tujuan penelitian adalah untuk menemukan,

mengembangkan dan membuktikan pengetahuan.Penelitian dalam tesis ini

bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan konsep pendidikan karakter

dalam Al-Qur’an (Tinjauan QS.Luqman ayat 12-19).

Dilihat kegunaannya, penelitian kualitatif lebih cenderung pada

manfaat teoritis, yakni untuk menemukan dan pengembangan ilmu

pengetahuan.Namun demikian, tidak menolak adanya manfaat praktis, yaitu

untuk memecahkan masalah.adapun nilai kegunaan dari penelitian ini

adalahsebagai pengembangan dan penyebarluasan pengetahuan tentang

implementasi pendidikan karakter (character building).

D. KAJIAN PUSTAKA

Ada hasil penelitian yang relevan dengan judul penelitian tesis ini,

yaituskripsi yang berjudul “Aspek Pendidikan Agama Dalam Surat Luqman

Ayat 12 -19 Dan Aplikasi Metode Mauizhah” oleh Lilis Mukhlishoh pada

tahun 2007.4

4Lilis Mukhlishoh, Skripsi : “Aspek Pendidikan Agama Dalam Surat Luqman Ayat 12 -19 DanAplikasi Metode Mauizhah”, Fak. Tarbiyah, (Jakarta : UIN Syarif hidayatullah, 2007).

Page 12: tesisi karakter

12

Dalam skripsi ini dideskripsikan bahwasannya aspek pendidikan

agama dalam surat Luqman ayat 12-19 secara sistematis terdiridari : Dasar,

Tujuan, Proses dan Hasil.Surat Luqman ayat 12-19 ternyata memiliki

kelengkapan untuk dijadikan sebagaidasar pendidikan agama sebagaimana

rumusan tersebut di atas. Adapun aspekpendidikan agama yang terdapat dalam

surat Luqman ayat 12-19 adalah sebagaiberikut :

1. Tujuan pendidikan agama adalah terbentuknya kepribadian muslim

yangutama, yang salah satu bentuknya adalah manusia yang bertauhid

kepada Allahdan jauh dari kemusyrikan (tidak menyekutukannya),

sebagaimana yangdiajarkan Luqman kepada anaknya pada ayat 13

2. Proses pendidikan agama pada surat ini meliputi pendidikan

aqidah/keimanan(tauhid), pendidikan ibadah (shalat) dan pendidikan

akhlak. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam QS. Luqmanayat 13-19.

3. Hasil yang diharapkan melalui pendidikan agama ialah mencapai

kebahagiaandunia dan akhirat. Sebagaimana dijelaskan dalam QS.

Luqman ayat 12-19.

4. Metode mauizhah jika dikaitkan dengan QS. Luqman ayat 12-19 sangat

relevan untuk diaplikasikan. Namun dalam pelaksanaan teknisnya

harusmempertimbangkan hal-hal tertentu supaya metode tersebut efektif

jikadigunakan.

Hasil penelitian yang akan disajikan dalam ini memiliki perbedaan

penekanan dan ruang lingkup dengan hasil penelitian tersebut di atas,

meskipun ada beberapa persamaan. Tesis ini akan mempelajari, memahami

Page 13: tesisi karakter

13

dan mendeskripsikan tentang konsep pendidikan karakter dalam Al-Qur’an.

Sebagaimana diketahui bahwa isu utama dalam dunia pendidikan sekarang ini

adalah tentang pendidikan karakter. Selain menjadi bagian dari proses

pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan karakter ini pun diharapkan

mampu menjadi pondasi utama dalam meningkatkan derajat dan martabat

bangsa Indonesia., maka tesis ini difokuskan untuk mengetahui dan

mendeskripsikan bagaimana konsep pendidikan karakter dalam Al-

Qur’an.Dengan demikian, penelitian ini dinyatakan asli serta dapat

dipertangungjawabkan secara ilmiah.

E. KERANGKA TEORI

1. Pendidikan Karakter

a. Teori pendidikan

1) Pengertian Pendidikan

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Pendidikan berasal

dari kata “didik”, Lalu kata ini mendapat awalan kata “me”

sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi

latihan.Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya

ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan

pikiran.5

Sedangkan menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem

Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

5Depdikbud, 1988, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : PT. Balai Pustaka).Hal. 235

Page 14: tesisi karakter

14

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

2) Hakikat Pendidikan

Pendidikan adalah pertolongan kepada manusia agar ia

menjadi manusia. Dari segi lain dinyatakan bahwa pendidikan ialah

segala yang mempengaruhi seseorang. Dengan demikian

pendidikan harus berlangsung seumur hidup, karena selama ia

masih hidup selalu mendapat pengaruh dari berbagai pihak.

Pendidikan juga berarti menolong orang lain agar ia mampu

menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Jadi, selama manusia

menghadapi masalah yang harus diselesaikan, selama itu pula ia

menjalani pendidikan. Jadi manusia selama hidupnya selalu

menghadapi masalah, maka selama itu pula ia memerlukan

pendidikan.

3) Teori-teori pendidikan

a) Behaviorisme

Behaviorisme adalah mengatakan bahwa untuk

menjadi ilmu pengetahuan, psikologi harus memfokuskan

perhatiannya pada sesuatuyang bisa diteliti lingkungan dan

prilaku dari pada focus pada apa yang tersedia dalam individu

persepsi-persepsi, pikiran-pikiran, berbgai citra perasaan-

Page 15: tesisi karakter

15

perasaan, dan sebagainya. Perasaan itu sifatnya subjektif dan

kebal bagi pengukuran, sehinggah tidak akan pernah bisa

menjadi ilmu pengetahuan yang objektif.

Kerangkah kerja Teori pendidikan Behaviorisme

adalah Empirisme.Asumsi filosofis dari Behaviorisme adalah

nature of human being (Manusia tumbuh secara alami).Latar

belakang Empirisme adalah How we know what we know

(Bagaimanah kita tahu apa yang kita tahu).Menurut paham ini

pengetahuan diperoleh dari pengalaman (empiris).

Aliran Behaviorisme didasarkan pada perubahan

tingkah laku yang dapat diamati.6 Oleh karena itu aliran ini

berusaha mencoba menerangkan dalam pembelajaran

bagaimanah lingkungan berpengaruh terhadap perubahan

tingkah laku. Dalam aliran ini tingkah laku dalam belajar akan

berubah kalau ada stimulus dan respon. Stimulus dapat berupa

prilaku yang diberikan pada siswa, sedangkan respons berupa

perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa.7

Jadi Berdasarkan Teori Behaviorisme Pendidikan

dipengaruhi oleh lingkungan.Tokoh aliran ini antara lain :

Pavlov, Watson, Skinner, Hull, Guthrie, dan Thorndike.

6Bell Gredler, E. Margaret,Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta: CV. Rajawali, 1991), Hal. 657M.Sukardjo dan UkimKomarudin, Landasan Pendidikan,(Jakarta : Rajawali pers, 2009), Hal. 33

Page 16: tesisi karakter

16

b) Kognitivisme.

Kerangka kerja atau dasar pemikiran dari teori

pendidikan kognitivisme adalah dasarnya rasional.Teori ini

memiliki asumsi filosofis yaitu the way in which we learn

(Pengetahuan seseorang diperoleh berdasarkan pemikiran)

inilah yang disebut dengan filosofi Rationalisme. Menurut

aliran ini, kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita dalam

menafsirkan peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam

lingkungan. Teori Kognitivisme berusaha menjelaskan dalam

belajar bagaimanah orang-orang berpikir. Oleh karena itu

dalam aliran kognitivisme lebih mementingkan proses belajar

dari pada hasil belajar itu sendiri.karena menurut teori ini

bahwa belajar melibatkan proses berpikir yang kompleks.8

Jadi menurut teori kognitivisme pendidikan dihasilkan

dari proses berpikir.Tokoh aliran Kognitivisme antara lain :

Piaget, Bruner, dan Ausebel.

c) Konstruktivisme.

Menurut teori konstruktivisme yang menjadi dasar

bahwa siswa memperoleh pengetahuan adalah karena

keaktifan siswa itu sendiri .

Konsep pembelajaran menurut teori konstruktivisme

adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa

8M.Sukardjo dan UkimKomarudin, Landasan Pendidikan, Op.Cit. Hal. 50

Page 17: tesisi karakter

17

untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru, dan

pengetahuan baru berdasarkan data. Oleh karena itu proses

pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa

sehinggah mampu mendorong siswa mengorganisasi

pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna .

Jadi dalam pandangan konstruktivisme sangat penting

peranan siswa. Agar siswa memiliki kebiasaan berpikir maka

dibutuhkan kebebasan dan sikap belajar.9

Menurut teori ini juga perlu disadari bahwa siswa

adalah subjek utama dalam penemuan pengetahuan. Mereka

menyusun dan membangun pengetahuan melalui berbagai

pengalaman yang memungkinkan terbentuknya

pengetahuan.Mereka harus menjalani sendiri berbagai

pengalaman yang pada akhirnya memberikan pemikiran

tentang pengetahuan-pengetahuan tertentu. Hal terpenting

dalam pembelajaran adalah siswa perlu menguasai bagaimana

caranya belajar. Dengan itu ia bisa menjadi pembelajar

mandiri dan menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan

yang ia butuhkan dalam kehidupan.10

Tokoh aliran ini antara

lain : Von Glasersfeld, dan Vico.

9Ibid.. Hal. 5610Arif Rohman, Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta : LaksBangMediatama, 2009), Hal. 36

Page 18: tesisi karakter

18

d) Humanistik

Teori ini pada dasarnya memiliki tujuan untuk

memanusiakan manusia. Oleh karena itu proses belajar dapat

dianggap berhasil apabila sipembelajar telah memahami

lingkungan nya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain

sipembelajar dalam proses belajarnya harus berusaha agar

lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan

sebaik-baiknya.Tujuan utama para pendidik adalah membantu

siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing-

masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai

manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-

potensi yang ada dalam diri mereka.

Menurut aliran Humanistik para pendidik sebaiknya

melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan

pendidikan dan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan ini .Beberapah psikolog humanistik melihat bahwa

manusia mempunyai keinginan alami untuk berkembang untuk

menjadi lebih baik dan belajar.

Secara singkat pendekatan humanistikdalam

pendidikan menekankan pada perkembangan positif.

Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk

mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan

mengembangkan kemampuan tersebut.Hal ini mencakup

Page 19: tesisi karakter

19

kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk

mengembangkan diri yang ditujukan untuk memperkaya

diri,menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat.

Keterampilan atau kemampuan membangun diri secara positif

ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena

keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.

Dalam teori humanistik belajar dianggap berhasil

apabila pembelajar memahami lingkungannya dan dirinya

sendiri. Teori belajar ini berusaha memahami prilaku belajar

dari sudut pandang pelakunya bukan dari sudut pandang

pengamatnya.11Tokoh –tokoh humanistik ini antara lain

:Arthur W.Combs,Abraham maslow,dan Carl Roger

4) Pendekatan-pendekatan dalam pendidikan

Pendidikan dapat dilihat dalam dua sisi yaitu: (1)

Pendidikan sebagai praktik dan (2) Pendidikan sebagai teori.

Pendidikan sebagai praktik yakni seperangkat kegiatan atau

aktivitas yang dapat diamati dan disadari dengan tujuan untuk

membantu pihak lain (baca: peserta didik) agar memperoleh

perubahan perilaku. Sementara pendidikan sebagai teori yaitu

seperangkat pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis

yang berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan

dan mengontrol berbagai gejala dan peristiwa pendidikan, baik

11M.Sukardjo dan UkimKomarudin, Landasan Pendidikan, Op.Cit. Hal. 57

Page 20: tesisi karakter

20

yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikan (empiris)

maupun hasil perenungan-perenungan yang mendalam untuk

melihat makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas.

Diantara keduanya memiliki keterkaitan dan tidak bisa dipisahkan.

Praktik pendidikan seyogyanya berlandaskan pada teori

pendidikan. Demikian pula, teori-teori pendidikan seyogyanya

bercermin dari praktik pendidikan. Perubahan yang terjadi dalam

praktik pendidikan dapat mengimbas pada teori pendidikan.

Sebaliknya, perubahan dalam teori pendidikan pun dapat

mengimbas pada praktik pendidikan.Terkait dengan upaya

mempelajari pendidikan sebagai teori dapat dilakukan melalui

beberapa pendekatan, diantaranya: (1) pendekatan sains; (2)

pendekatan filosofi; dan (3) pendekatan religi.

a) Pendekatan Sains

Pendekatan sains yaitu suatu pengkajian pendidikan

untuk menelaah dan dan memecahkan masalah-masalah

pendidikan dengan menggunakan disiplin ilmu tertentu sebagai

dasarnya.Cara kerja pendekatan sains dalam pendidikan yaitu

dengan menggunakan prinsip-prinsip dan metode kerja ilmiah

yang ketat, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif

sehingga ilmu pendidikan dapat diiris-iris menjadi bagian-

bagian yang lebih detail dan mendalam.

Page 21: tesisi karakter

21

Melalui pendekatan sains ini kemudian dihasilkan sains

pendidikan atau ilmu pendidikan, dengan berbagai cabangnya,

seperti: (1) sosiologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan

sebagai aplikasi dari sosiologi dalam pendidikan untuk

mengkaji faktor-faktor sosial dalam pendidikan; (2) psikologi

pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari

psikologi untuk mengkaji perilaku dan perkembangan individu

dalam belajar; (3) administrasi atau manajemen pendidikan;

suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari ilmu

manajemen untuk mengkaji tentang upaya memanfaatkan

berbagai sumber daya agar tujuan-tujuan pendidikan dapat

tercapai secara efektif dan efisien; (4) teknologi pendidikan;

suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sains dan

teknologi untuk mengkaji aspek metodologi dan teknik belajar

yang efektif dan efisien; (5) evaluasi pendidikan; suatu cabang

ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi pendidikan dan

statistika untuk menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa;

(6) bimbingan dan konseling, suatu cabang ilmu pendidikan

sebagai aplikasi dari beberapa disiplin ilmu, seperti: sosiologi,

teknologi dan terutama psikologi.

Tentunya masih banyak cabang-cabang ilmu

pendidikan lainnya yang terus semakin berkembang yang

dihasilkan melalui berbagai kajian ilmiah.

Page 22: tesisi karakter

22

b) Pendekatan Filosofi

Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk

menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan

dengan menggunakan metode filsafat.Pendidikan

membutuhkan filsafat karena masalah pendidikan tidak hanya

menyangkut pelaksanaan pendidikan semata, yang hanya

terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan muncul

masalah-masalah yang lebih luas, kompleks dan lebih

mendalam, yang tidak terbatas oleh pengalaman inderawi

maupun fakta-fakta faktual, yang tidak mungkin dapat

dijangkau oleh sains. Masalah-masalah tersebut diantaranya

adalah tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup

manusia dan nilai sebagai pandangan hidup.Nilai dan tujuan

hidup memang merupakan fakta, namun pembahasannya tidak

bisa dengan menggunakan cara-cara yang dilakukan oleh sains,

melainkan diperlukan suatu perenungan yang lebih mendalam.

Cara kerja pendekatan filsafat dalam pendidikan

dilakukan melalui metode berfikir yang radikal, sistematis dan

menyeluruh tentang pendidikan, yang dapat dikelompokkan ke

dalam tiga model: (1) model filsafat spekulatif; (2) model

filsafat preskriptif; (3) model filsafat analitik. Filsafat

spekulatif adalah cara berfikir sistematis tentang segala yang

ada, merenungkan secara rasional-spekulatif seluruh persoalan

Page 23: tesisi karakter

23

manusia dengan segala yang ada di jagat raya ini dengan

asumsi manusia memliki kekuatan intelektual yang sangat

tinggi dan berusaha mencari dan menemukan hubungan dalam

keseluruhan alam berfikir dan keseluruhan pengalaman.

Filsafat preskriptif berusaha untuk menghasilkan suatu ukuran

(standar) penilaian tentang nilai-nilai, penilaian tentang

perbuatan manusia, penilaian tentang seni, menguji apa yang

disebut baik dan jahat, benar dan salah, bagus dan jelek. Nilai

suatu benda pada dasarnya inherent dalam dirinya, atau hanya

merupakan gambaran dari fikiran kita.Dalam konteks

pendidikan, filsafat preskriptif memberi resep tentang

perbuatan atau perilaku manusia yang bermanfaat.Filsafat

analitik memusatkan pemikirannya pada kata-kata, istilah-

istilah, dan pengertian-pengertian dalam bahasa, menguji suatu

ide atau gagasan untuk menjernihkan dan menjelaskan istilah-

istilah yang dipergunakan secara hati dan cenderung untuk

tidak membangun suatu mazhab dalam sistem berfikir.

c) Pendekatan Religi

Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk

menyusun teori-teori pendidikan dengan bersumber dan

berlandaskan pada ajaran agama.Di dalamnya berisikan

keyakinan dan nilai-nilai tentang kehidupan yang dapat

Page 24: tesisi karakter

24

dijadikan sebagai sumber untuk menentukan tujuan, metode

bahkan sampai dengan jenis-jenis pendidikan.

Cara kerja pendekatan religi berbeda dengan

pendekatan sains maupun filsafat dimana cara kerjanya

bertumpukan sepenuhnya kepada akal atau ratio, dalam

pendekatan religi, titik tolaknya adalah keyakinan (keimanan).

Pendekatan religi menuntut orang meyakini dulu terhadap

segala sesuatu yang diajarkan dalam agama, baru kemudian

mengerti, bukan sebaliknya.

b. Karakter dalam perspektif pendidikan

1) Pendidikan Karakter

Secara harfiah karakter artinya “kualitas mental atau

moral, kekuatan moral, nama atau reputasi”.Dalam kamus

Psikologi dinyatakan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau

dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang yang

biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relative tetap.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan

nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang

Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan

kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,

perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama,

hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Page 25: tesisi karakter

25

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-

nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen

pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha

Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan

sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan

karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus

dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri,

yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas

hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,

pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas, pemberdayaan sarana

prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan

lingkungan sekolah.

Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam

pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran

yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata

pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan

konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pembelajaran

nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi

menyentuh pada internalisasi dan pengamalan nyata dalam

kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.

Page 26: tesisi karakter

26

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu

penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah

pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta

didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar

kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan

peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan

menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi

serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia

sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.Melalui program ini

diharapkan setiap lulusan memiliki keimanan dan ketaqwaan

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia,

kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki

kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya

Indonesia.Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter

nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah.

Pendidikan karakter di sekolah sangat terkait dengan

manajemen atau pengelolaan sekolah.Pengelolaan yang dimaksud

adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan,

dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah

secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi, nilai-

nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran,

penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, dan komponen terkait

lainnya.

Page 27: tesisi karakter

27

Dengan demikian manajemen sekolah merupakan salah

satu media yang efektif dalam pendidikan karakter di sekolah.Pada

tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah

terbentuknya budaya sekolah.Budaya sekolah yang dimaksud yaitu

perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang

dipraktikkan oleh semua warga sekolah dan masyarakat sekitar

sekolah.12

2) Dua Paradigma Pendidikan Karakter

Ada dua paradigma dasar pendidikan karakter :

Pertama,paradigma yang memandang pendidikan karakter

dalam cakupan pemahaman moral yang sifatnya lebih sempit

(narrow scope to moral education) Pada paradigma ini disepakati

telah adanya karakter tertentu yang tinggal diberikan kepada

peserta didik.

Kedua, melihat pendidikan dari sudut pandang pemahaman

isu-isu moral yang lebih luas.Paradigma ini memandang

pendidikan karakter sebagai sebuah paedagogi, menempatkan

individu yang terlibatdalam dunia pandidikan sebagai pelaku

utama dalam pengembanagan karakte.Paradigma kedua

memandang peserta didik sebagai agen tafsir, penghayat, sekaligus

pelaksana nilai melalui kebebasan yang dimilikinya.Pendidikan

karakter yang berbasis Al-Qur’an dan Assunnah gabungan antara

12M. Furqon Hidayatullah,Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat & Cerdas. (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), Hal. 65

Page 28: tesisi karakter

28

keduanya yaitu menanamkan karakter tertentu sekaligus memberi

benih agar peserta didik mampu menumbuhkan karakter khasnya

pada saat menjalani kehidupannya. Hanya menjalani sejumlah

gagasan atau model karakter saja tidak akan membuat peserta

didikmenjadi manusia kreatif yang tahu bagaimana menghadapi

perubahan zaman, sebaliknya membiarkan sedari awal agar peserta

didik mengembangkan nilai pada dirinya tidak akan berhasil

mengingat peserta didik tidak sedari awal menyadari kebaikan

dirinya.Melalui gabungan dua paradigma ini, pendidikan karakter

akan bisa terlihat dan berhasil bila kemudian seorang peserta didik

tidak akan hanya memahami pendidikan nilai sebagai sebuah

bentuk pengetahuan, namun juga menjadikannya sebagai bagian

dari hidup dan secara sadar hidup berdasar pada nilai tersebut.

3) Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter

Ada beberapa prinsip dasar pendidikan karakter:

Pertama, manusia adalah makhluk yang dipengaruhi dua

aspek pada dirinya memiliki sumber kebenaran dan dari luar

dirinya ada juga dorongan atau kondisi yang memengaruhi

kesadaran.Kedua, karena menganggap bahwa perilaku yang

dibimbing oleh nilai-nilai utama sebagai bukti dari karakter,

pendidikan karakter tidak meyakini adanya pemisahan antara roh,

jiwa, dan badan.Ketiga, pendidikan karakter mengutamakan

munculnya kesadaran pribadi peserta didik untuk secara ikhlas

Page 29: tesisi karakter

29

mengutamakan karakter positif. Setiap manusia memiliki modal

dasar (potensi dan kapasitasnya yang khas) yang membedakan

dirinya dengan orang lain. Aktualisasinya dari kesadaran ini dalam

dunia pendidikan adalah pemupukan keandalan khusus seseorang

yang memungkinkannnya memiliki daya tahan dan daya saing

dalam pejuanagn hidup.Keempat, pendidikan karakter

mengarahkan peserta didik untuk menjadi manusia ulul albab yang

tidak hanya memiliki kesadaran diri, tetapi juga kesadaran untuk

terus mengembangkan diri, memperhatikan masalah

lingkungannya, dan memperbaiki kehidupan sesuai dengan

pengetahuan dan karakter yang dimilkikinya.Manusia ulul albab

adalah manusia yang dapat diandalkan dari segala aspek, baik

aspek intelektual, afektif, maupun spiritual.Manusia semacam ini

adalah manusia yang mempunyai competence, compassion,

dan consense. Manusia yang competence adalah manusia yang

unggul dan menghargai proses. Disini ada kesadaran bahwa segaka

sesuatu tidak diperoleh dalam sekejap namun dalam waktu yang

panjang dan lama.Manusia yang memiliki compassion adalah

manusia yang peduli dengan sesamanya. Lewat daya-daya

manusiawinya, ia peka terhadap apa yang ada disekelilingnya. Ia

memiliki kepedulian dan mampu menggunakan kepentingan orang

banyak. Sedangkan manusia yang consense adalah manusia yang

sadar akan tujuan hidup manusia adalah memuji, memuliakan, dan

mengabdi kepada

Page 30: tesisi karakter

30

Allah, sementara yang lain adalah sarana dan bukan tujuan hidup

manusia. Kelima, karakter seseorang ditentukan oleh apa yang

dilakukan berdasarkan pilihan. Setiap keputusan yang diambil

menentukan akan kualitas seseorang di mata orang lain. Seorang

individu dengan karakter yang baik bisa mengubah dunia secara

perlahan-lahan.13

2. Konsep pendidikan karakter QS. Luqman ayat 12– 19

Konsep pendidikan karakter yang pertama yang harus dikenalkan

kepada anak didik adalah akidah/keyakinan kepada sang pencipta (Khaliq)

yaitu Allah, dengan harapan melandasi sikap dan tingkah laku serta

kepribadian anak didik bahwa segala sesuatu ada penciptanya, dan

Allahlah yang maha Pencipta, oleh karenanya yang patut disembahpun

hanyalah Allah. Konsep pendidikan keimanan (Tauhid) kepada Allah

sebagaimana dijelaskan dalam QS. Luqman ayat 13 :

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Luqman: 13)14

Selanjutnya adalah konsep pendidikan mengenai Akhlaq al-

karimah.Usaha membentuk keimanan atau keyakinan perlu dibarengi

dengan pembentukan akhlak yang baik, akhlak mulia merupakan modal

13Dr. Ir. Ratna Megawangi, M.Sc, Ph.D.,SemuaBerakar Pada Karakter, Op.Cit. Hal. 4714Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Jakarta : Yayasan PenyelenggaraPenterjemah al-Qur’an, 1983)

Page 31: tesisi karakter

31

utama bagi setiap orang dalam menjalani hidup dan kehidupan dan bekal

menghadapi pergaulan serta pekerjaan juga jabatan.Akhlak mempunyai

peranan penting dalam kehidupan manusia, tingkatannya berada sesudah

keimanan kepada Allah SWT. Akhlak merupakan hal yang terkait erat

dengan hubungan mu'amalah manusia dengan manusia yang lainnya

(hubungan horizontal), baik secara individu maupun secara kelompok, dan

perlu diketahui bahwa akhlak tidak terbatas pada hubungan horizontal

belaka, namun mengatur juga hubungan dengan semua makhluk Allah,

bahkan akhlak juga mengatur hubungan makhluk dengan khaliq

(hubungan vertikal).15

Konsep pendidikan akhlaq sebagaimana dijelaskan

dalam QS. Luqman ayat 14, 18 dan 19 :

Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.16bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulahkembalimu.” (QS. Luqman: 14)

15Abdullah,Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 4. Terj M. Abdul Ghoffar dan Abu Hasan Al-Atsari,(Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2007). hal. 25816Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun.

Page 32: tesisi karakter

32

Artinya: 18). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang sombong lagi membanggakan diri.19). Dan sederhanalah kamu dalam berjalan17dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.(QS. Luqman: 18-19)

Dalam kaitannya dengan pendidikan akhlak, Rasulullah SAW juga

bersabda :

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (dalam riwayat lain: yang shalih).” Hadits Shahih yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari di dalam kitab al-Adab al-Mufrad, Imam al-Hakim dan lain-lain.18

Konsep Pendidikan karakter yang ketiga dari Surat Luqman adalah

pendidikan tentang Ibadah. Ibadah yang secara awam diartikan sembahan,

pengabdian, sebenarnya mempunyai arti yang sangat luas yang mencakup

tindak tanduk manusia dalam seluruh aspek kehidupan, dari sudut pandang

spiritual mempunyai arti mematuhi segala apa yang menjadi kehendak

Tuhan, dengan demikian setiap tingkah atau perbuatan manusia harus

sesuai dengan kehendak Tuhan.

Islam memandang bahwa kehidupan manusia membutuhkan

tatanan baik secara material maupun spriritual. Secara material Islam

mengatur mu'amalah dan secara spiritual Islam mengtur tata cara ibadah

yang merupakan manifestasi rasa syukur mahluk kepada khaliq, praktek

17Maksudnya: ketika kamu berjalan, janganlah terlampau cepat dan jangan pula terlalu lambat.18 Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dll, lihat Al-Adab al-Mufrad karya Imam al- Bukhari, bi takhrijat wa ta‟liqat: cet. II, Syaikh al-Albani, (Jubail :KSADaar ash-Shiddiq, 1421H/2000 M), hal. 100-101, no. 273. Lihat pula Silsilah Shahihah, no. 45.

Page 33: tesisi karakter

33

ibadah keagamaan tersebut merupakan bentuk syukur yang integral yang

meliputi gerak jiwa dan raga. Dalam kaitannya dengan ibadah, Al-Qur’an

telah menjelaskan sebagai berikut:

Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”(QS. Luqman: 17)

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”(QS: Adz-Dzaariat: 56).

F. METODOLOGI

Menurut Agus Salim bahwasannya metodologi adalah proses, prinsip

dan prosedur yang digunakan untuk mendekati suatu masalah dan mencari

jawaban.19Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dimana peneliti

menggunakan studi kepustakaan20(library research) dengan mempelajari

dan memahami kitab-kitab tafsir, kitab-kitab hadis, buku-buku yang

19 Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial,Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006. hal. 11.20 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Cet. V, (Yogyakarta : Gajahmada UnversityPress, 1991), hal. 24.

Page 34: tesisi karakter

34

relevan dengan pembahasan, majalah-majalah, paper dan pendapat para

pakar yang ada kaitannya dengan permasalahan yang penulis bahas.

2. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang tepat dan sesuai dengan

permasalahan penelitian, peneliti menggunakan teknik reduksi data

sebagai alat atau cara dalam pengumpulan data. Dengan teknik

pengumpulan data melalui prosedur yang sesuai dengan ketentuan, maka

akan diperoleh data yang benar.Metode pengumpulan data tersebut di atas

dipilih karena merupakan metode yang tepat.

Dalam penyusunannya secara teknis, penulis berpedoman pada

buku "Pedoman Penulisan Tesis Program Pascasarjana" yang di terbitkan

oleh Universitas Wahid Hasyim Semarang tahun 2009.21

Selanjutnya penulis mempersiapkan bahan-bahan yang akan

dibahas dari buku-buku dan kitab-kitab yang relevan dengan masalah yang

akan dibahas, baik yang sifatnya Primer maupun yang sifatnya sekunder.

Sumber-sumber yang sifatnya primer ialah Kitab-kitab Tafsir dan buku-

buku tentang pendidikan karakter, baik pendidikan karakter secara umum

maupun pendidikan karakter Islami. Adapun sumber-sumber yang sifatnya

sekunder ialah buku-buku atau kitab-kitab yang tidak secara khusus

membahas tentang pendidikan namun ada kaitannya dengan pembahasan.

21 UNWAHAS,"Pedoman Penulisan Tesis Program Pascasarjana",(Semarang : UniversitasWahid Hasyim, 2009), Hal. 6-12

Page 35: tesisi karakter

35

3. Teknik Analisis data

Penelitian ini bersifat deskriptif untuk menggambarkan,

menjelaskan, atau menegaskan hasil penelitian yang diharapkan, yang

sesuai dengan tujuan penelitian.Sedangakan untuk analisis data, peneliti

menggunakan metode :

a. Deduktif, yaituberangkat dari teori atau pengetahuan yang bersifat

umum, yang kemudian menilai sesuai yang bersifat khusus.22

b. Induktif, yaitu penulis berusaha mengamati persoalan-persoalan yang

bersifat khusus untuk kemudian dikembangkan menjadi kesimpulan

yang bersifat umum.23

c. Komparatif. Dalam hal ini penulis berusaha mengkorelasikan pendapat

beberapa pendapat para pakar dalam kaitannya dengan permasalahan

yang ada. Metode ini dimaksudkan untuk pengambilan suatu

kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan, terutama dari segi

keilmiahannya.

G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Untuk memperoleh gambaran awal tentang isi, pembahasan tesis ini

disusun berdasaarkan sisitematika sebagai berikut:

BAB I :PENDAHULUAN; dalam bab ini dijelaskan tentang latar

belakang permasalahan yang diteliti, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan

22Dra. Suharsimi A, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek,(Jakarta : BinaAksara, 1996). hlm. 15.

23 Prof. Drs. Sutrisno Hadi, M.A, Metodologi Research, (Yogyakarta : Yayasan FakultasPsikologi UGM, 1983). hlm. 9.

Page 36: tesisi karakter

36

penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metodologi, sistematika

pembahasan yang dipakai dalam penyusunan tesis ini.

BAB II :HASIL PEMBAHASAN; dalam bab ini terdapat dua sub-bab.

Sub-bab pertama menguraikan tentang tinjauan pustaka dan dasar teori teori-

teori yang relevan dengan materi penelitian, dan sub-bab kedua menganalisis

datadengan menggunakan metodologi yang telah dijelaskan.

BAB III :PENUTUP; pada bab ini dideskripsikankesimpulan penyusun

dari hasil analisis data dan saran/rekomendasi yang dipandang perlu.

H. KERANGKA PEMBAHASAN

Tesis ini disusun atas tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian utama dan

bagian akhir.

1. Bagian Awal, terdiri atas :

a. Halaman Sampul Depan

b. Halaman Judul

c. Halaman penyertaan keaslian

d. Berita Acara kelulusan dari (Tim) Penguji

e. Halaman nota pembimbing

f. Halaman pengesahan Direktur Pascasarjana

g. Abstrak

h. Transliterasi

i. Kata pengantar

j. Daftar Istilah

k. Daftar isi

Page 37: tesisi karakter

37

l. Daftar lampiran

2. Bagian Utama, terdiri atas :

BAB I :PENDAHULUAN

a. Latar belakang

b. Rumusan masalah

c. Tujuan dan kegunaan penelitian

d. Kajian pustaka

e. Kerangka teori

f. Metodologi

g. Sistematika pembahasan

BAB II : HASIL PEMBAHASAN

a. Tinjauan pustaka dan dasar teori teori-teori

b. Analisis data

BAB III : PENUTUP

a. Kesimpulan

b. Saran

3. Bagian Akhir, terdiri atas :

a. Daftar pustaka

b. Lampiran-lampiran

c. Daftar riwayat hidup (curriculum vitae)

Page 38: tesisi karakter

38

I. DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 4. Terj M. Abdul Ghoffar dan Abu HasanAl-Atsari, Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2007.

Al-Bukhari, Imam, bi takhrijat wa ta‟liqat, cet. II, Jubail :Daar ash- Shiddiq,1421 H/2000 M.

Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Jakarta : Yayasan PenyelenggaraPenterjemah al-Qur’an, 1983.

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : PT. Balai Pustaka,1988.

Gredler, Bell., Margaret, Belajar dan Membelajarkan, Jakarta : CV. Rajawali,1991.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta : Yayasan FakultasPsikologi UGM, 1983.

Hidayatullah, Furqon,Guru Sejati : Membangun Insan Berkarakter Kuat & Cerdas. Surakarta : Yuma Pustaka, 2010.

Kemendiknas, Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah MenengahPertama, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2010.

Megawangi,Ratna, SemuaBerakar Pada Karakter, Jakarta : FE-UI, 2007.

Mukhlishoh, Lilis,Skripsi : “Aspek Pendidikan Agama Dalam Surat Luqman Ayat 12 -19 Dan Aplikasi Metode Mauizhah”, Fak. Tarbiyah, Jakarta : UIN Syarif hidayatullah, 2007.

Nawawi,Hadari,Metode Penelitian Bidang Sosial, Cet. V, Yogyakarta : Gajahmada Unversity Press, 1991.

Rohman, Arif,Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan, Yogyakarta : LaksBang Mediatama, 2009.

Salim, Agus, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial ,Yogyakarta: TiaraWacana, 2006.

Suharsimi A, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : BinaAksara, 1996.

Sukardjo, M. dan Komarudin, Ukim, Landasan Pendidikan, Jakarta : Rajawali pers, 2009.

UNWAHAS,"Pedoman Penulisan Tesis Program Pascasarjana", Semarang : Universitas Wahid Hasyim, 2009.

UU. No 20 Tahun 2003 Tentang “Sistem Pendidikan Nasional”