Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
105
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
Tev-Tev Komin (Tumbuk-Tumbuk Serbuk Embal) Permainan Tradisional
Masyarakat Kei Dan Kehidupan Sosial Di Ohoi Ohoiel Kabupaten Maluku Tenggara
Johan Pattiasina Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pattimura
Email: [email protected]
ABSTRAK
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki Bersama oleh
sebuah kelompok orang yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Budaya
terbentuk dari unsur yang rumit, termasuk system agama dan politik, adat istiadat, Bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni. Bahasa sebagaimana juga budaya merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang yang menganggapnya
diwariskan secara genetis. Hal ini juga dapat diperlihatkan oleh anak-anak Kei dimana
dalam permainan tradisional yang dimainkan setiap hari di lingkungan mereka masing-
masing menunjukan rasa persatuan dan kesatuan seperti dalam permainan tradisional tev-
tev komin. Untuk mengetahu permainan tev-tev komin dalam masyarakat Kei sebagai
permainan tradisional. Tipe dalam penelitian ini adalah tipe kualitatif deskriptif dengan
pendekatan antropologi, karena yang dikaji dan diamati adalah perilaku manusia baik itu
tulisan maupun lisan yang dihasilkan oleh sebuah kebudayaan (Leksi Maleong 2003:3)
Tev-tev komin merupakan sebuah permainan tradisional yang dimainkan oleh anak
laki-laki maupun perempuan untuk mengisi waktu luang, sekaligus untuk melestarikan
tradisi masyarakat Kei itu sendiri. Permainan tradisional tev-tev komin adalah wadah untuk
menunjukan sebuah kebersamaan tanpa membedakan stratifikasi yang berlaku pada
masyarakat adat Kei itu sendiri. Manusia tidak akan hidup tanpa manusia yang lain, dan
tidak ada satupun manusia yang hebat di dunia ini, semua manusia memiliki kelebihan dan
kekuranganya masing-masing, inilah pesan yang disampaikan dalam permainan ini.
Kata-kata kunci : Tev-tev komin, permainan tradisional, dan kehidupan sosial.
PENDAHULUAN
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki Bersama oleh
sebuah kelompok orang yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Budaya
terbentuk dari unsur yang rumit, termasuk system agama dan politik, adat istiadat, Bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni. Bahasa sebagaimana juga budaya merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang yang menganggapnya
106
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang
berbeda budaya dan menyesuaikan dengan perbedaan-perbedaanya, membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari, budaya dalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek-aspek budaya turut menetukan perilaku
komunikatif. Unsur-unsur sosial budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia.
Budaya selalu menawarkan ketegangan-ketegangan tertentu. Dalamkehidpan
masyarakat tanpa adanya ketegangan ini semua manusia tidak akan mengalami kemajuan,
bahkan budaya yang telah dimilikinya akan mundur. Kebudayaan pada dasarnya
berhuungan secara dialektis. Kebudayaan adalah produk kebudayaanya. Kebudayaan
dipakai untuk menunjuk seorang pribadi yang terpelajar, individu yang berbudaya dan
beradab yang berbudi Bahasa halus serta akrab dengan hal-hal indah dalam kehidupan
manusia yang beradab. Dasar persekuan di dalam masyarakt Kei adalah kekeluargan,
kepercayaan dan ekonomi. Karena pengaruh dari aspek-aspek tersebut maka rasa bersatu
atau solidaritas antara anggota masyarakat sangat besar. Setiap individu sangat terikat pada
adat kebiasaan. Solidaritas masyarakat Kei selalu dipupuk dengan suatu semboyan yang
berbunyi : “It besa wu-ut ain meheni ngifun, manut ain meheni tilu”, yang artinya “ kami
adalah telur-telur ikan yang berasal dari seekor induk ikan, atau telur-telur ayam yang
berasal dari seekor induk ayam” adapun makna dari ungkapan tersebut ialah bahwa seluruh
penduduk kepulauan Kei adalah keluarga besar yang adalah anak dan cucu dari pada ayah
dan ibu semboyan ini menjiwai setiap anggota masyarakat Kei untuk selalu bersatu tolong-
menolong dan gotong-royong dalam menghadapi kesulitan dan tantangan, baik dari dalam
maupun dari luar malah Bersama-sama untuk menghindarkan adanya perpecahan ataupun
keretakan yang timbul diantara mereka.
Hal ini juga dapat diperlihatkan oleh anak-anak Kei dimana dalam permainan
tradisional yang setiap hari dimainkan dalam lingkungan mereka masing-masing
menunjukan rasa kesatuan dan persatuan seperti dalam permainan Tev-tev komin. Penulisan
ini merupakan hasil penelitian dengan menggunakan metode penelitian kualaitatif Tipe
dalam penelitian ini adalah tipe kualitatif deskriptif dengan pendekatan antropologi, karena
107
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
yang dikaji dan diamati adalah perilaku manusia baik itu tulisan maupun lisan yang
dihasilkan oleh sebuah kebudayaan (Leksi Maleong 2003:3)
PEMBAHASAN
Sejarah Singkat Kepulauan Kei
Kepulaun Kei terletak antara 6 derajat lintang selatan dan 133 derajat bujur timur,
letaknya membujur dari utara ke selatan. Batas-batasnya adalah :
Di sebelah Utara dengan Irian Jaya bagian selatan
Di sebelah Selatan dengan Kepulaun Tanimbar
Di sebelah Timur dengan Kepulauan Aru
Di sebelah Barat dengan Laut Banda
Kepulauan Kei terdiri dari pulau-pulau kecil, sedang dan besar.dua buah pulau
besar yaitu pulau kei kecil (Nuhu Roa) dan pulau kei besar ( Nuhu Yuut). Pulau Kei Besar
tanahnya bergunung-gungung, lebih panjang dari pulau Kei Kecil dan hanya mempunyai
beberapa pulau kecil. Sedangkan pulai Kei Kecil meliputi pulau induk (Nuhu Ten) dan
pulau-pulau kecil (Nuhu Yanat) sebanyak lebih kurang dari tiga puluh buah. Mengenai
sebutan atau pengertian nama Nuhu Road dan Nuhu Yut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Nuhu Yuut artinya pulau yang dekat dengan pulau-pulau yang merupakan
daratan
Nuhu Roa artinya pulau yang jauh atau pulau di laut
Ada hubungan antara masyarakat Kei dengan orang-orang Irian dan Aru, hal ini
dapat dilihat dari pemakaian-pemakaian istilah atau ungkapan di bawah ini :
Huba ba jar nesjaw artinya merantau ke Aru dan Irian
Iri ri nesjaw artinya budak yang berasal dari Papua
Yut tet jar artinya Kei Besar adalah serambi dari Aru
Disini terlihat bahwa Aru dianggap sebagai rumah besar dan Kei Besar dianggap
sebagai serambinya. Jadi jelas sudah ada pelayaran dan perdagangan antara pulau-pulau
tersebut pada masa lalu. Ada sebuah kutipan nyanyian tradisional yang menguatkan
pendapat tersebut yang berbunyi sabagai berikut:
108
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
Ain malin linan ooo – teduh tenang tak bergelora
Tahaut lin linan ooo – lautan tenang tak bergelora
Sun tut yarmau ooo – dari kei hingga ke aru dan negeri yang jauh
Dengan demikian Nuhu Yuut letaknya dekat dengan kepulauan Aru dan Irian,
sedangkan Nuhu Roa letaknya jauh dari kedua pulau tersebut. Pulau Dullah dimana
terdapat ibu kota tual digolongkan dalam Nuhu Ten oleh karena lebih dekat letaknya
dengan pulau terbesar dari gugusan pulau-pulaun Keu Kecil yang lazimnya disebut pulau
Kei Kecil. Bebrapa buah pulau dari gugusan Nuhu Janat yang didiami penduduk adalah :
pulau Dullah laut,pulai Ut, pulai Feir, Pulau Tayando, Tanimbar, Tanimbar Kei, Pulau Kur,
Pulau Kei, pulai Ur dan pulau Warbal. Penggunaan nama pulau kei kecil dan kei besar
semata-mata berdasarkan kenyataan bahwa Nuhu Yuut lebih besar dari Nuhu Roa.
Kepulauan ini disebut pula dengan nam “Nuhu Evav”. Ini bisa dijelaskan sebagai berikut :
Nuhu artinya “pulau”.”E ” artinya “tanah” dan “Vav” artinya “bawah” artinya “tanah
bawah” atau “tanah di selatan”. Ada pendapat yang mengatakan bahwa berasal dari kata
“Ivaiv” I artinya “dia” dan viav artinya “sana”. “ivav” artinya di sana lama kelamaan nama
ivaiv berubah menjadi Evav dengan nama kai atau kei. Kata kei bersal dari kata “betkai”
yang artinya “tidak tahu” konon ceritanya rakyat. Pada waktu tiba orang portugis di
kepulauan Evav mereka menanyakan kepada penduduk tentang nama pulau ini. Kerana
kurang pengertian tentang pertanyaan orang portugis itu maka mereka menjawab “ betkai”
yang artinya tidak tahu. Dari kata tersebut orang-orang portugis itu lalu menamakanya atau
memanggil nama kai atau kei.
Geurtjen berpendapat bahwa kata Kai kemungkinan besar berasal dari “kayu” (
Bahasa melayu) atau juga dari kata “kayos” yaitu nama yang diberikan oleh orang portugis.
Kata Kayos dalam Bahasa portugis artinya “batu” (geurtjen J.H, 1921.1). kata Kai
kemudian mengalami perubahan fenom (a) menjadi (e) sehingga kata Kai berubah menjadi
kata Kei (O. Labetubun BA,hal 3). Manuel I Gomes Sy dalam suratnya kepada ordo Yesuit
di india tahun1564 katakan bahwa ada dua orang pemimpin dari Quel bermohon agar imam
Khatolik didatangkan ke Quey (Jacobus Hurbarth, 1980 : 45 No.2). sebutan Quey ini
kemungkinan berubah menjadi Kai atau Kei. Demikianlah bebrapa pendapat dan tafsiran
tentang asal-usul dan pengertian tentang nama kepulaun Kei. Kepulauan Kei termasuk
109
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
daerah yang beriklim laut. Pengaruh iklim ini sehingga menyebabkan terjadinya dua musim
yaitu musim Barat dan musim Timur.
a. Musim barat, berlangsung dari bulan oktober hingga bulan April. Pada musim
ini berhembus angina barat yang melintas laut banda yang mengandung banyak
uap air yang kemudian jagung, bejenis-jenis ubi jalar, yang kadangkala
merupakan makanan persiapan musim timur.
b. Musim timur, berlangsung dari bulan April hingga oktober. Pada musim ini
berhembus angina timur yang melitasi laut Arafyra yang mengandung banyak
uap air, namun sabagian beasar telah dijatukan di kepulauan Aru dan kepulauan
selatan daya sehingga yang tiba di kepulauan Kei sedikit sekali, dari bulan
agustus hingga oktober matahari sangat terik. Itulah sebabnya musim timur
adalah musim kemarau dan hujan turun sangat sedikt. Dalam musing inikadang-
kadang tanaman tidak behasil sehingga penduduk mempertahankan hidup
dengan menangkap ikan serta mengumpulkan hasil-hasil laut seperti lola,
teripang dan lainya untuk dijual atau ditukar dengan kebutuhan lainya. Suatu hal
yang menarik selama musim kemarau adalah keadaan meti atau pasang surut
yang biasnya dikelan sebagau “meti kei”. Dalam musim kemrau jadilah pasang
surut yang sangat besar dimana air laut menjadi dangkal sekali dan sebgaian
besar air masing kering.
Struktur masyarakat dan kepimpinan
Struktur pemerintahan ini ternyata bahwa kekuasaan pemerintahan yang
tinggi adalah ditangan seorang “raja”. Dibawahnya terdapat pati, kemudian
dibawahnya “orang kaya”, sesudah itu : kepala soa”, dan saniri dari tiap - tiap
rahanyam, gelaran raja atau rat dan orang kaya bukanlah suatu gelar yang asli di
kepulauan kei, akan tetapi mungkin pengaruh dari luar yaitu, pulau jawa atau orang
melayu yang datang kemudian. Mengenai persekutuan terbesar yaitu masyarakat lor
atau ur di kepulauan kei dijumpai adanya dua kelompok yaitu :
a. Lorlim atau urlim
b. Lorsiuw atau ursiuw
110
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
Lorlim adalah persekutuan lima dan lorsiuw ata ursiuw adalah persekutuan
Sembilan. Lor atau ur artinya persektuan atau kelompo, lim artinya lima, dan siuw
artinya Sembilan. Jadi lorlim adalah persekutuan yang terdiri dari lima negeri ( ohoi
) dan ursiuw adalah persekutuan Sembilan negeri ( ohoi = kampung aau desa ).
Persekutuan masyarakan semacam ini dijumpai pula di maluku tengah yang
dikenal ulilma dan ulisiwa. Di kepulauan Ambon dan Lease disebut pula patalima
dan patasiwa. Selanjutnya mengenai persekutuan atau perserikatan ursiuw dan
lorlim. Dimana semua negeri ( ohoi ) atau kampung di kepulauan kei merupakan
anggota salah satu perserikatan ini, masih menimbulkan problema pertama
mengenai asal usul pembetukannya. Sesuai cerita rakyat tradisional, pembentukan
lorlim dimulai dari raja tabtut dari negeri ohoiwur, sedangkan ursiuw dari raja ar
nuhu dari negeri damar. Kedua raja ini dengan negerinya terdapat dipulau kei kecil.
Pembentukan perserikatan ini berasal dari mereka. Mengenai bagaimanakah dan
bilamana terjadi persekutuan lorlim atau ursiuw dikepulauan kei belum ada
kesatuan pendapat dari masyarakat kei. Beberapa pendapat tentang hal ini dapat
dikemukakan sebagai berikut :
a. Menururt tua adat A. Renyut, ursiuw berasal dari perkataan karbasiuw.
Kono ar nuhu raja danar ( kei kecil ) membunuh seekor kerbau lalu
dibagi – bagikannya kepasa sembila negeri. Megeri pelopor dalam
melebar – luaskan daerh kekuasaan ursiuw, dan ar nuhu sendiri seagai
tokoh pelopor pembentukan ursiuw di kepulauan kei. Mengenai lorim,
bagi beliau sendiri belum jelas. Namun dikatakan bahwa raja tabtut
seorang tokoh pembaharu di negeri ohoiwur ( kei kecil ) terkenal
sebagai raja lorlim. Selanjutnya dijelaskan lagi bahwa peristiwa
pembagian kerbau terjadi setelah ar nuhu menjadi raja. Hal mana berarti
adanya ursiu sesudah keluara tabtut tiba dikepulauan kei.
b. Menurut F. Renyaan, lorlim atau ursiuw telah ada sebelum pembaharuan
dilakukan leh raja tabtut. Dijelaskan bahwa ratu diksatmas yaitu
permaisuri raja ar nuhu beberapa saat sebelum meninggal dunia. Berjani
bahwa jenazahnya akan dimakamkan pada perbatasan lorlim ursiuw di
111
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
kei kecil yaitu di pedalaman negeri ( desa ) wain. Kuburnya ditandai
oleh sebuah pohon beringin yang masih ada hingga sekarang.
c. Menurut J. Kadmaerubun, raja amar dipulau gorom (seram) adalah
wakil sultan Tidore, megambil inisiatif dalam pembentukan lorlim –
ursiuw di kepulauan kei dan aru. Dalam hubungan itu kei, aru dan
gorom merupakan suatu kesatuan yang koordinir, oleh raja amar pulau
amar, ( dobo) disebut menurut raja nama amar.
d. Menurut F.E. Hanoatubun, lor dan ur adalah dua istilah yang berbeda
fanatiknya, tetapi mempunyai pengertian yang sama. Baik lor maupun ur
adalah sejumlah individu yang mendiami suatu emat yang tertentu.
Sejumlah individu yang dimaksud meliputi penduduk suatu negeri/desa
umpanya lortel yaitu gabungan beberapa negeri dibawah kekuasaan tiga raja dengan
masing -masing batas kekuasaan yang sudah ditentukan lor maurohoiwut yaitu
gabungan sepuluh negeri dibawah seoran penguasa, lorohoiratut yaitu penduduk
suatu desa dan lain – lain. Jadi lorlim – ursiuw merupakan gabungan beberapa Desa
yang sudah ada dijelaskan bahwa adaya lorlim – ursiuw tak dapat dijelaskan
hubungannya dengan kepercayaan penduduk. Dikatakan demikian sebab lorlim
memuja duad ler-wuan artinya Tuhan Matahari, Bulan, sedangkan Ursiuw memuja
Duad Larwul artinya Tuhan, Darah Merah berdasarkan kenyataan inilah dapat
dikatakan bahwa lorlim – ursiuw adalah asli kepulauan kei ( F.E.Hanoatubun,
1998;17-18 ). Selanjutnya tentang adanya hubungan dan persekutuan masyarakat
Kei dengan masyarakat kepulauan Aru dan Gorom dikepulauan seram ( seram laut
) dapat diungkapan dengan sebuah unkapan atau syair yang diucapkan masyarakat
sebagai berikut : Amar Dai lil kei yar o
Kei yar o hukum ka o
Kir-kir o ka o
Yang artinya : ( raja Amar dan raja Dai bersekutu dengan Kei dan Aru,
siapa diantara ketiganya yang menimbulkan perselisihan hukum akan berlaku
atasnya hingga turun temurun ). Syair ini tidak lain adalah suatu sumpah atau ikrar
Bersama yang patut ditaati oleh ketiga generasi penerus masyarakat Kei, Aru dan
Gorom sepanjang masa. Tentang pembagian daerah lorlim dan ursiuw di kepulauan
kei . Demikian sekilas gambaran tentang Kei, merupakan sebuah daerah yang
sampai sekarang masih mempertahankan adat istiadat dan kebudayaan sebuah
kebanggaan bagi masyarakatnya Kei itu sendiri, dan yang paling dikenal dan
112
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
dipertahankan sebagai sebuah norma hukum adat yaitu adat Larful-Ngabal. Dan
yang lebih menarik adalah masyarakat Kei adalah masyarakat yang plural yang
sudah dijelaskan diatas.
permainan tev -tev komin ( tumbuk – tumbuk serbuk embal )
Secara etimologis tev -tev komin berasal dari kata tev – tev yang artinya tumbuk dan
komin yang artinya serbuk embal yang masih melekat pada embal atang yang sudah selesai
di jemur. Untuk diketahui makanan pokok orang Kei adalah embal, embal makanan yang
sudah siap dimakan dari ubi kayu yang diparut dan dikeringkan kemudian dibakar dari
suatu wadah dari tanah liat ( Bau ) bila sudah matang dimakan dengan laut pauk yaitu ikan
dan sayur sehingga merupakan makanan yang bergizi. Permaianan tev-tev komin sebagai
salah satu permainan di daerah Kei Besar dan Kei Kecil ini ada mempunyai hubungan
sekaligus memberikan penghayatan kembali tentang proses pembuatan makanan pokok
tersebut.
Hubungan permainan dengan peristiwa lain
Permainan ini dimainkan pada anak – anak laki – laki dan perempuan pada
umumnya pada siang dan sore hari, tidak ada hubungannya dengan peristiwa – peristiwa
tertentu, dan juga tidak mempunyai hubungan dengan masalah magic maupun agama.
a. Latar belakang sosial budaya permainan
Tev – tev komin merupakan salah satu permainan anak Kei yang
penyelenggaraannya meliputi semua lapisan masyarakat dan bukan hanya pada
golongan tertentu saja. Permainan ini tidak memiliki hubungan dengan peristiwa
tradisional tidak membutuhkan persyaratan – persyaratan tertentu bagi pelaksanaan.
Permainan ini sudah dikenal sejak nenek moyang dan sampai sekarang masih
merupakan warisan budaya antara generasi yang masih senang memainkannya.
Kapan mulainya permainan ini tidak dapat ditentukan secara pasti karna tidak ada
tulisan – tulisan yang menyebutkan tentang hal ini tetapi yang pasti adalah
permaianan ini adalah masih warisan budaya dan digemari semua lapisan
masyarakat dan semua kelas dalam masyarakat Kei. Permainan ini hampir merata
disemua lapisan masyarakat di Kei Kecil dan Kei Besar.
113
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
b. Peserta pelaku
Jumlah pemain anara dua orang sampai enam orang, usia pemain berkisar
sekitar enam tahun sampai sepuluh tahun jenis kelamin tidak ditentukan karena
permainan dimainkan oleh anak laki – laki dan perempuan, tetapi umumnya
diminkan oleh anak perempuan.
c. Kelompok sosial
Anak – anak dari semua lapisan masyarakat boleh memainkan permainan
ini, tidak diutamakan pada kelompok tertentu walaupun di Kei mengenai adanya
tratifikasi sosial tetapi dalam permainan tev-tev komin tidak ada perbedaan antara
anak dari strata yang satu dengan strata yang lain, hal ini memiliki makna yang
sangat besar bagi anak-anak Kei dan memiliki makna filosofi yang tinggi bahwa
semua orang dimata Tuhan sama adanya sehingga anak-anak dalam kalangan
manapun bisa memainkan permainan ini sekaligus mereka berbaur dalam sebuah
kohesi sosial yang sangat baik. Tidak ada alat – alat atau perlengkapan yang
dibutuhkan dalam permainan ini. Permainan ini diiringi oleh lagu – lagu untuk
membantu jalannya permainan agar permainan ini berjalan serasi dan teratur maka
menggunakan syair - syair seperti pada tahap permainan. Persiapan permainan
dimulai dengan beberapa orang anak yang ingin mengumpulkan rekan – rekannya
hingga cukup maka dimulailah permaianan.
d. Tahap – tahap permainan
Pertama : semua pmain duduk dalam bentuk lingkaran dengan kepalkan
tangan dan disusun diatas tangan teman yang lain ( semua tangan pemain disusun
menjadi satu). Pemain yang tangannya tersusun paling atas hanya menaruh tangan
kirinya saja. Sedangkan tangan kanan digunakan sebagai penumpuk kepalan tangan
yang ada. Waktu menumbuk ia mengucapkan syair sebagai berikut :
“ Tev – tev komin, komna malese soi wala - wala masa kie Kaitomean
bula sasam ru bubur masa vadilo, butem – butem velar”
114
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
kedua : sesuai semua tangan terbentuk maka maka tangan tidak boleh
diangkat sehingga terbentuk dalam bentuk susunan tangan. Orang yang tadi
menumbuk, kemudian dengang telunjuk jari tangan kanan kemudian mengebor
susunan tangan tersebut. Pengeboran ini dilakukan antara jari telunjuk tangan kanan
mengebor susunan tangan tersebut. Mengebor ini dilakukan antara jari telunjuk dan
jari tengah. Pengeboran ini dilakukan tiga kali dan setiap pengeboran diucapkan
syair yang berbeda -beda. Pengebor pertama syair sebagai berikut :
“sung – sung kerbuit, sumba veive”
Artinya : tusuk dengan jari sampai kedalam – dalamnya. Waktu menyebutkan sung
– sung kerbuit,sumba veive ujung telunjuk yang dipakai untuk mengebor
diciumkan kepala semua pemain. Para pemain setelah mencium bau lalu menyebut
kata “ maat tahan khoib” artinya : belum masak. Setelah pemain mengucapkan
kata “maat tahan khoib” maka pengeboran kedua dilakukan dengan mengucapkan
syair yang tadi dan waktu kata “ sumba veive” telunjuk yang mengebor
diciumkan kembali pada para pemain. Para pemain mencium bau lalu menyebutkan
kata “nabre” yang artina separuh masak. Dan waktu kata “ sumba veive” telunjuk
yang mengebor diciumkan kepala kepada para pemain.para pemain setelah
mencium bawah lalu menyebutkan kata “ matahan rak” yang artinya sudah
masak.
Ketiga : setelah elesai proses pengeboran ketiga kali tangan peserta masih tetap
dalam keadaan tersusun, kemudian oleh teman yang tengahnya dipakai mengobor
satu demi satu diangkat dan diletakan sebelah menyebelah pundak temannya
sambil menngucapkan syair: “ sakliman o rat entub ngaban ya” yang artinya
tangan diangkat pada pundak temannya. Setelah semua tangan terangat dan berada
dibahu maka berbentuk suatu lingkaran dimana semua tangan yang berbentuk
lingkaran berada dikedua pundak teman. Bilah semua tangan telah berda dalam
keadaan demikian maka para pemain beramai – ramai mengucapka syair “ tesian
nirahan dertra enlokoooo” syair ini merupakan pamandu yang sekaligus
mangandung arti sebagai berikut: “ rumah ibu miskin yang terbuat dari kayu
suda rubuh” ucapan ini seolah – olah mengandung makna bahwa masing – masing
115
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
peserta pasti tidak akan kalah karena memiliki tenaga yang kuat waktu
mengucapkan syair “tesian nirahan dertra enlokoooo”. Para pemain berdiri
dansaling dorong dan berusaha membuktikan bahwa syair tersebut memang benar
sesuai kenyataannya dima ia tidak Mmpu ditolak oleh temannya. Oleh karna setiap
pemain berusaha memenangkan lawannya maka pada akhirnya semua pemain jatuh
bertindis dan dengan demikian berakhirlah permainan itu.
e. Konsekwensi kalah menang
Konsekwensi kalah menang dalam permainan ini tidak ada karena sifatnya
hanya sebagai rekreasi dan pengisi waktu senggang. Perannya pada masa kini
permainan ini sampai sekarang masih dimainkan oleh anak – anak kei besar
maupun kei kecil. Nilai – nilai budaya yang dikandung juga mempunyai peranan
masa kini yaitu menumpuk persahabatan antara anak – anak, melatih kekuatan
jasmani sekaligus memberkan kesegaran rohani. Desa – Desa Kei Besar dan Kei
Kecil tidak terhitung sebagai Desa – Desa terpencil karena komunikasi yang lancar
berupa radio, TV, dan handphone sudah tersebar dimana – mana bahkan
internetpun sudah menjangkau daerah Kei Besar dan Kei Kecil, namun masyarakat
terutama anak – anak Kei tidak begitu saja tenggelam dalam arus globalisasi tetapi
mereka masih mempertahankan permainan tradisional yang diwariskan nenek
moyang ini merupakan salah satu pelestarian budaya oleh anak – anak yang ada di
kepulauan Kei.
Permain tev – tev komin sebagai salah satu permainan di daerah Kei Besar dan Kei
Kecil ini ada mempunyai hubungan sekaligus memberikan penghayatan kembali tentang
proses pembuatan makanan pokok tersebut. Embal adalah salah satu makanan pokok yang
sudah terkenal di dunia internasinal maupun nasional, hal ini dapat dilihat ke kei kalua
pulau tanpa membawah oleh – oleh embal rasanya kurang lengkap, mengapa demikian
karena embal sudah dapat diolah menjadi berbagai rasa dan bentuk yang langsung bisa
dicemil begitu saja, bisa juga yang dimakan menggunakan lauk pauk maupun langsung
disantap dengan teh atau kopi. Dari sisi ekonomi embalnya sudah dapat menambah
pendabatan daerah dan yang satu lebih penting lagi yaitu embal dapat meningkatkan
ekonomi masyarakat setempat, embal juga kalua dikonsumsi berlebihan tidak akan
116
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
menimbulkan penyakit seperti kalu kita menyantap nasi yang berlebihan maka akan
mangakibatkan diabetes, yang lebih luar biasa adalah racun yang terdapat dalam air
perasan pada ubi kayu embal ini dapat juga membunuh hibi – hibit kanker yang ada pada
tubuh manusia, hal ini yang membuat sehingga embal selalu dilestarikan dan dipertahankan
sebagai makanan pokok yang tidak tergantingan dengan makanan lainnya.
Tev – tev komin merupakan salah satu permainan anak kei yang
penyelenggaraannya meliputi semua lapisan masyarakat dan bukan hanya dengan golongan
tertentu saja. Permainan ini tidak memiliki hubungan dengan peristiwa tradisional tidak
membutuhkan persyaratan – persyaratan tertentu lagi pelaksanaan. Ini terlihat bahwa
masyarakat Kei adalah masyarakat yang selalu melestarikan peninggalan nenek moyang,
tapi disini juga terlihat dengan jelas bahwa permainan tev – tev omin tidak membedakan
kasta yang ada pada masyarakat Kei, seperti yang kita ketahui bahwa Kei adalah salah satu
daerah di Indonesia yang masih mempertahankan adanya stratifikasi sosial atau kelas –
kelas sosial yang ada pada masyarakatnya, kalau di Bali dan India mengenal empat kelas
sosial yaitu : Brahmanan, Ksatria, Waisya, dan Sudra tetapi di Kei hanya mengenai tiga
kelas sosial yaitu : Mel – mel, Ren – ren, dan Iri – iri.
Yang menarik dalam permaianan tradisional ini tidak membedakan kelas -kelas
tersebut yang ada di Kei anak dari kelas manapun berhak bermain dan dengan memiliki
peran yang sama ini membuktikan bahwa masyarakat Kei masih menjunjung tinggi hak –
hak anak yang tidak perlu disibukan dengan peran – peran sosial yang ada dalam adat Kei
itu sendiri. Permainan ini diiringi dengan lagu – lagu, untuk membantu jalannya permainan
agar permainan ini berjalan serasi dan teratur maka digunakan syair – syair seperti pada
taha permainan. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat Maluku secara umum ketika akan
menyampaikan sesuatu pesan selalu melalui syair atau lagu ini juga menunjukan
bagaimana penuturan sejarah di Maluku selalu secara lisan atau oral, walaupun ini
merupakan suatu kelemahan dari orang Maluku karena tidak banyak memiliki sejarah yang
tertulis tetapi ini yang membuat menarik disitu, demikian juga masyarakat Kei ketika akan
menyampaikan sebuah pesan atau nasehat, menuturkan sejarah selalu melalui syair, hal ini
juga terlihat dalam permaianan tradisional tersebut. Ini juga membuktikan bahwa generasi
mudah Kei tetap mempertahankan Bahasa Kei sebagai alat komunikasi sehari – hari,
117
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
karena kalau dilihat Maluku secara umum apalagi bagi daerah pesisir Ambon dan pulau –
pulau Lease Bahasa tanah atau Bahasa daerah itu sudah semakin punah, bahkan sapaan –
sapaan dalam bahasa daerah sudah mulai hilang begitu saja.
Setelah semua tangan terangkat dan berada di bahu maka berbentuk suatu lingkaran
dimana semua tangan yang berbentuk lingkaran berada di kedua pundak teman. Bila semua
tangan telah berada dalam keadaan demikian maka para pemain beramai – ramai
mengucapkan syair “Tesian nirahan dertra enlokooo” syair ini merupakan pemandu
sekaligus mengandung arti sebagai berikut “rumah ibu miskin yang terbuat dari kayu
sudah rubuh” ucapan ini seolah – olah mangandung makna bahwa masing – masing
peserta pasti tidak akan kalah karena memiliki tenaga yang kuat waktu mengucapkan syair
“Tesian neraha dertra enlokooo” Para pemain berdiri dan saling berdorong dan berusaha
membuktikan bahwa syair tersebut memang benar sesuai dengan kenyataannya dimana ia
tidak mampu ditolak oleh temannya. Oleh karna setiap pemain berusaha memenangkan
lawannya maka pada akhirnya semua pemain jatuh bertindis dan demikianlah berakhirlah
permainan itu.
Pada tahap terakhir pada permainan ini menunjukan bahwa permainan tev – tev
komin memperlihatkan kepada kita dalam kehidupan ini tidak ada manusia yang satu lebih
hebat dari yang lainnya semua manusia memiliki hak – hak yang sama dan kekuatan yang
sama pula, dan disini juga tergambar bahwa kebersamaan itu perlu diutamakan lebih dari
apapun karena dalam setiap hal apapun manusia sebagai makhluk sosial selalu
membutuhkan manusia yang lainnya, hal ini seperti yang dikemukakan oleh
Koenjaraningrat ( 1980 : 160 ) bahwa Masyarakat adalah wadah hidup Bersama dari
individu – individu dan terkait dalam hubungan interaksi serta interaksi sosial. masyarakat
adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut system adat istiadat tertentu
yang bersifat kontinyu dan yang terkait oleh suatu rasa identitas Bersama. J.L.Gillin dan
J.P. Gillin menanamkan masyarakat sebagai kelompok manusia yang terbesar dan
mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. Menurut Aguste
comte masyarakat adalah kelompk – kelompok makhluk hidup dengang realitas – realitas
baru yang berkembang menurut hukum – hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola
perkembangan yang tersendiri.masyarakat dapat menimbulka kepribadian yang khas bagi
118
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
manusia, sehingga tanpa adanya kelompok, manusia tidak dapat mampu untuk dapat
berbuat banyak dalam kehidupannya.ralph linton mengemukakan bahwa masyarakat adalah
setiap kelompok yang cukup lama hidup dan bekerja sama hingga mereka dapat
mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan
batas – batas tertentu. Masyarakat bukan sekedar kumpulan manusia tanpa ikatan akan
tetapi terdapat hubungan fungsional antara satu sama yang lainnya. Edward shils
mngatakan bahwa masyarakat adalah fenomena antara waktu, masyarakat terjelma bukan
karena keberadaannya di satu saat dalam perjalanan waktu, masyarakat ada setia saat pada
masa lalu ke masa mendatang kehadirannya justru melalui fase antar apa yang telah terjadi
dan apa Yang akan terjadi. Selanjutnya ( Mac Iver Harsodjo 1972 : 24 ) mengatakan bahwa
didalam masyarakat terdapat suatu cara kerja dan saling bantu membantu yang meliputi
kelompok – kelompok dan pembagian – pembagian sosial. Hidup bermasyarakat adalah
sangat penting bagi manusia, ia idak sempurna dan tidak dapat hidup sendirian secara
berkelanjutan tanpa mengadakan hubungan dengan sesamanya dalam masyarakat. ( Adam
nasution 1983 :120 ) menjelaskan bahwa hidup bermasyarakat adalah mutlak bagi manusia
supaya ia dapat menjadi manusia dalam arti sesungguhnya yakni human being ( orang atau
oknum ). Masyarakat merupakan kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai
kebiasaan, sikap dan perasaan yang sama dan yang menghasilkan kebudayaan. Dengan
demikian tidak ada budaya tanpa masyarakat sebagai wadah pembentukan. Dari penjelasan
– penjelasan paah ahli sosiologi maka akan ditari sebuah kesimpulan sederhana bahwa
tidak ada satu manusiapun yang bisa hidup sendiri, dan masyaraat adalah wadah tubuh
kembangnya sebuah kebudayaan. Demikian juga masyarakat kei yang dulu,sekarang dan
yang akan datang tetap hidup saling mmbutuhkan satu sama lainnya
Kesimpulan
Tev – tev komin merupakan sebuah permainan tradisional yang dimainkan oleh
anak laki – laki maupun perempuan untuk mengisi waktu luang, sekaligus untuk
melestarikan tradisi masyarakat kei itu sendiri. Permainan tradisional tev – tev komin
adalah wadah untuk menunjukan kebersamaan tanpa membedakan stratifikasi yang berlaku
119
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 03 Number 01 2019 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
pada masyarakat adat Kei itu sendiri. Manusia tidak akan hidup tanpa manusia yang lain,
dan tidak ada satupun manusia yang hebat di dunia ini, semua manusia memiliki
kekurangan dan kelebihan masing – masing, inilah pesan yang disampaikan dalam
permainan ini.
DAFTAR PUSAKA
Sumadi.1983.Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja grasindo persada.
Mayor polka. 1982, Sosiologi Suatu Pengantar : P.T. ihtiar baru,Van Hoye, Jakarta
Ohoitimur.J.1983, Beberapa Sikap Hidup Orang Kei, Ketahanan Diri Dan Proses
Perubahan; seminari tinggi pinelang
Pattikayhatu.J.A, 1993, Sejarah Daerah Maluku, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Maluku di Ambon
Koentjaraningrat 1983, Antropologi Sebuah Pengantar, penerbit rosdakarya Jakarta
Franklin.H. Giddings, 1990, Pengantar Sosiologi, penerbit;alfabetta,Jakarta
Gieben A. ulasan, Sejarah Singkat Mengenai Nama, Penduduk, Raja – Raja Dipulau Evao,
Makalah;Rumpius,Ambon.