26
BAB I LAPORAN KASUS A. Identitas Pasien Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny. Y / Perempuan / 22 tahun Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : RT 04 Simpang IV Sipin B. Latar Belakang Sosial, Ekonomi, Demografi Lingkungan, dan Keluarga a. Status Perkawinan : Sudah menikah b. Jumlah anak/saudara : 1 (satu) orang c. Status ekonomi : Menengah ke bawah d. Biaya Kesehatan : BPJS e. Lingkungan : Os tinggal bersama suami dan 1 (satu) orang anaknya di rumah (bedeng) sewaan dengan 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 ruang tamu, dan 1 ruang dapur. Os tinggal di lingkungan yang cukup ramai penduduk dan sedikit terlihat kurang terjaga kebersihan lingkungannya. C. Keluhan Utama: Batuk kering yang semakin sering sejak ± 4 hari yang lalu. 1

Text

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lapsus

Citation preview

Page 1: Text

BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny. Y / Perempuan / 22 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : RT 04 Simpang IV Sipin

B. Latar Belakang Sosial, Ekonomi, Demografi Lingkungan, dan Keluarga

a. Status Perkawinan : Sudah menikah

b. Jumlah anak/saudara : 1 (satu) orang

c. Status ekonomi : Menengah ke bawah

d. Biaya Kesehatan : BPJS

e. Lingkungan :

Os tinggal bersama suami dan 1 (satu) orang anaknya di rumah (bedeng)

sewaan dengan 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 ruang tamu, dan 1 ruang

dapur. Os tinggal di lingkungan yang cukup ramai penduduk dan sedikit

terlihat kurang terjaga kebersihan lingkungannya.

C. Keluhan Utama:

Batuk kering yang semakin sering sejak ± 4 hari yang lalu.

D. Keluhan Tambahan:

Demam, suara serak, sakit menelan, dan nyeri tenggorokan sejak ± 4 hari

yang lalu.

E. Riwayat Perjalanan Penyakit:

Os datang dengan keluhan batuk yang dirasakan semakin parah sejak 4 hari

yang lalu. Batuk yang dialami adalah batuk kering, dahak (-), darah (-),

pilek (-). Selain itu Os juga mengeluh demam yang muncul beriringan juga

dengan suara serak, sakit menelan, dan nyeri tenggorokan. Suami Os adalah

seorang perokok, dan sering Os merasa terganggu dengan asap rokok

1

Page 2: Text

suaminya. Os mengaku tidak ada penurunan berat badan selama ini. Os juga

pernah mengalami keluhan yang sama, namun sudah lama sekali. Dan

pengobatan terhadap gejala yang sama sebelumnya berhasil setelah minum

obat sekitar 5-7 hari.

F. Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat keluhan yang sama (+)

- Riwayat Asma disangkal

- Riwayat TB dan sedang menjalani pengobatan 6 bulan disangkal

- Riwayat Alergi disangkal

- Riwayat Hipertensi disangkal

G. Riwayat Penyakit keluarga:

Tidak ada anggota keluarga menderita sakit yang sama seperti pasien.

H. Pemeriksaan Fisik:

Keadaan Umum

1. Keadaan umum : Tampak sakit ringan

2. Kesadaran : compos mentis

3. Tekanan Darah : 120/70 mmHg

4. Suhu : 37, 9°C

5. Nadi : 85 x/menit

6. Pernafasan : 21 x/menit

7. Berat Badan : 59 kg

8. Tinggi Badan : 166 cm

Pemeriksaan Fisik Head to Toe

1. Kepala Bentuk : normocephal

Simetri : simetris

2. Mata Conjungtiva : anemis (-/-)

Sklera : ikterik (-/-)

Reflex cahaya : +/+

3. Hidung : tidak ada kelainan

2

Page 3: Text

4. Telinga : tidak ada kelainan

5. Mulut Bibir : lembab

Gusi : warna merah muda, perdarahan (-)

Lidah : merah, ulkus (-)

Tonsil : T1/T1, hiperemis

Mukosa faring : hiperemis (+), granul (+)

6. Leher : tak ada pembesaran KGB

JVP 5 – 2 cmH2O

7. Thorax : simetris, pergerakan dinding dada tertinggal (-)

Pulmo

Pemeriksaan Kanan Kiri

Inspeksi Statis : simetris

Dinamis: simetris

Statis simetri

Dinamis : simetris

Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal

Perkusi Sonor

Batas paru-hepar: ICS

VI kanan

Sonor

Auskultasi Vesikuler (+) Normal,

Wheezing (-), rhonki (-)

Vesikuler (+) normal.

Wheezing (-), rhonki (-)

Jantung

3

Page 4: Text

Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan

Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula

kiri, tidak kuat angkat

Perkusi Batas-batas jantung :

Atas : ICS II kiri

Kanan : linea sternalis kanan

Kiri : ICS IV linea midclavicula kiri

Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

8. Abdomen

Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan

Inspeksi Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-),

bercak merah (+) di kuadran kanan bawah dan

kiri bawah, pinggang, dan bokong.

Palpasi Hepar dan Lien tidak teraba, skuama (+) dan

papul (+)di kuadran kanan bawah dan kiri

bawah, pinggang, dan bokong.

Perkusi Timpani

Auskultasi Bising usus (+) normal

9. Ekstremitas

Edema (-), akral hangat

I. Diagnosa Banding

- Bronkitis akut

- Tonsilitis

J. Diagnosis

Faringitis akut

K. Manajemen

a. Promotif dan Preventif

4

Page 5: Text

- Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.

- Menjaga higienitas makanan yang dimakan dan banyak minum air

putih.

- Kurangi makan makanan yang berminyak dan minuman yang dingin.

b. Kuratif :

Non Medikamentosa

- Istirahat yang cukup

- Minum obat secara teratur

Medikamentosa

Amoxicilin tab 3 x 500 mg

Paracetamol tablet 3 x 500 mg

B complex 2 x 1 tablet

Resep

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

5

DINAS KESEHATAN KOTA JAMBIPUSKESMAS SIMPANG IV SIPIN

Kel. Simp. IV Sipin Jambi, Kec. Telanai Pura

Jambi, 23 April 2015

R/ Amoxicillin 500 mg tab No. XVS3dd tab I (habiskan)

R/ Paracetamol 500 mg tablet No. XVS3dd tab I (p.r.)n

R/ Vitamin B complex tab No. XS2dd tab I

Pro : Ny. YUmur : 22 tahun

Page 6: Text

A. Pengertian1,2

Faringitis adalah sebuah penyakit yang menyerang tenggorokan atau

faring atau sering juga disebut sebagai radang tenggorokan. Radang ini bisa

disebabkan oleh virus atau bakteri, disebabkan daya tahan yang lemah.

Pengobatan dengan antibiotika hanya efektif apabila karena terkena bakteri.

Biasanya disebabkan oleh bakteri Streptokokus grup A. Namun bakteri lain

seperti N. gonorrhoeae, C.diphtheria, H. influenza juga dapat menyebabkan

terjadinya faringitis. Apabila disebabkan oleh infeksi virus biasanya oleh

Rhinovirus, Adenovirus, Parainfluenza virus dan Coxackie virus. Dapat pula

disebabkan oleh berbagai faktor pendukung seperti adanya rangsangan oleh asap,

uap dan zat kimia.

Faringitis akut merupakan penyakit menular yang dapat ditularkan melalui

percikan saliva. Faktor predisposisi yang membantu timbulnya penyakit flu, yaitu

turunnya daya tahan tubuh karena infeksi virus (seperti virus influenza), flu,

makanan kurang bergizi, konsumsi, alkohol yang berlebihan, gejala dari penyakit

scarlet fever, pneumonia, pertusis dan sebagainya. Faringitis akut dapat

mengakibatkan rasa sakit pada tenggorokan, perasaan tidak nyaman, nyeri atau

rasa gatal pada tenggorokan.

B. Klasifikasi1,3

Berdasarkan waktu/ lama berlangsungnya, faringitis dibagi menjadi 3

(tiga), yaitu sebagai berikut:

1. Faringitis akut, adalah radang tenggorok yang disebabkan oleh  virus dan

bakteri yaitu streptokokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil

yang masih berwarna merah, malaise, nyeri tenggorok dan kadang disertai

demam dan batuk. Faringitis ini terjadinya masih baru, belum berlangsung

lama.

2. Faringitis kronis adalah radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam

waktu yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada

sesuatu yang mengganjal di tenggorok. Faringitis kronis umumnya terjadi

6

Page 7: Text

pada individu dewasa yang bekerja atau tinggal dalam lingkungan berdebu,

menggunakan suara berlebihan, menderita batu kronik, dan kebiasan

menkonsumsi alcohol dan tembakau. Faringitis kronik dibagi menjadi 3,

yaitu:

a) Faringitis hipertrofi, ditandai dengan penebalan umum dan kongesti

membran mukosa.

b) Faringitis atrofi  merupakan tahap lanjut dari faringitis hipertrofi

(membran tipis, keputihan,licin dan pada waktunya berkerut).

c) Faringitis granular kronik terjadi pembengkakan folikel limfe pada

dinding faring.

C. Etiologi1,3

Faringitis akut memberikan konstribusi 40 juta kunjungan penderita berobat

ke tenaga kesehatan tiap tahunnya. Sebagian besar anak-anak dan orang dewasa

mengalami 3-5 infeksi saluran nafas atas (termasuk didalamnya faringitis akut)

tiap tahunnya. Faringitis dapat menular melalui udara yaitu melalui percikan

saliva/ludah dari orang yang menderita faringitis akut. Infeksi ini biasanya

disebabkan oleh virus dan bakteri, dipermudah oleh adanya rangsangan seperti

asap, uap dan zat kimia.

Ada tiga penyebab radang tenggorokan yang gejalanya dapat berupa rasa

sakit di bagian tersebut, susah menelan, susah bernapas, batuk, dan demam. Ada

kalanya terjadi pembengkakan di leher. Penyebabnya adalah infeksi, iritasi atau

alergi. Sekitar 90% dari kasus radang tenggorokan yang disertai hidung berair,

demam, dan nyeri telinga disebabkan oleh virus. Bakteri menjadi penyebab dari

10% kasus sisanya.

Biasanya penyakit ini didahului oleh virus. Virus yang menyebabkan

faringitis akut sama seperti virus yang menyebabkan tonsilitis akut, yaitu:

adenovirus, ECHO virus influenza dan herpes.

Bakteri penyebab faringitis akut 25% disebabkan oleh bakteri

Streptokokus β-haemolitikus group A. Selain itu dapat juga disebabkan oleh

Streptokokus non haemolitikus, pneumokokus, basil influenza, Stafilococcus dan

diphteroid.

7

Page 8: Text

Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya

tahan tubuh yang disebabkan infeksi virus influenza, konsumsi makanan yang

kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan, gejala predormal dari penyakit

scarlet fever dan seseorang yang tinggal di lingkungan kita yang menderita sakit

tenggorokan atau demam.

Gejala infeksi bakteri Streptokokus adalah tenggorokan yang berwarna

merah daging dan tonsil yang mengeluarkan cairan. Untuk mendiagnosis bakteri

ini sebagai penyebab secara pasti adalah dengan melakukan usap tenggorok untuk

kemudian dikultur serta dilakukan pemeriksaan darah.

1. Infeksi

Infeksi yang menyebabkan radang tenggorokan bisa bersumber dari 3

hal, yakni kesehatan mulut dan gigi, amandel sebagai sumber infeksi, dan

sinusitis.

Kurang menjaga kebersihan bagian mulut, khususnya gigi, dapat

menyebabkan radang tenggorokan. Gigi yang busuk atau berlubang menjadi

tempat berkumpulnya bakteri. Bakteri inilah yang kemudian masuk ke dalam

tenggorokan dan menyebabkan infeksi.

Infeksi pada amandel juga dapat menyebabkan terjadinya radang

tenggorokan. Amandel sebenarnya sangat berfungsi pada anak usia 4 - 10

tahun karena ia merupakan bagian dari pertahanan tubuh. Terutama

pernapasan bagian atas. Amandel yang sudah tidak berfungsi lagi akan

menjadi tempat berkumpulnya bakteri sehingga menyebabkan infeksi pada

tenggorokan.

Sumber ketiga penyebab infeksi tenggorokan adalah sinusitis. Setiap

orang punya beberapa pasang organ yang disebut sinus paranasal, ada di pipi,

di dekat mata, di dahi, dan di dekat otak. Jika organ ini meradang, itu yang

disebut sinusitis. Pada orang dengan sinusitis kronis, lendir akan terus-

menerus mengalir di belakang tenggorokan dan hidung. Hal ini menimbulkan

iritasi ke tenggorokan dan menyebabkan radang.

2. Iritasi

Iritasi juga bisa menjadi biang keladi radang tenggorokan. Hal ini

disebabkan makanan yang masuk, yaitu makanan yang terlalu pedas, terlalu

8

Page 9: Text

asam, terlalu panas atau dingin, dan makanan-makanan yang terlalu bergetah.

Makanan bergetah, contohnya buah-buahan. Jadi, tidak semua buah-buahan

aman, khususnya pada mereka yang punya alergi, karena justru dapat

membuat iritasi pada tenggorokan. Iritasi juga sering terjadi pada mereka

yang bekerja di lingkungan pabrik. Instalasi zat kimia yang dihirup bisa

menyebabkan iritasi dan radang pada tenggorokan. Oleh sebab itu, penting

sekali memakai masker.

3. Alergi

Sementara alergi merupakan reaksi hipersensitif bagi orang yang

memilikinya. Alergi dapat disebabkan bermacam hal, seperti makanan dan

minuman, obat-obatan tertentu, cuaca, dan debu. Zat yang menyebabkan

alergi disebut alergen. Jika alergen masuk ke dalam tubuh penderita alergi,

tubuh pun akan mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan alergi. Akibatnya,

timbul reaksi-reaksi tertentu, seperti gatal-gatal atau batuk-batuk.

Alergi terhadap suatu makanan dapat menyebabkan reaksi sakit pada

tenggorokan. Selain itu, radang tenggorokan sering dialami mereka yang

alergi terhadap jenis buah-buahan tertentu dan olahannya.

D. Epidemiologi1,3

Untuk faringitis vesikuler dan stomatitis vesikuler tersebar diseluruh dunia

keduanya muncul sporadis dan dalam bentuk wabah, insidens tertinggi terjadi

pada musim panas dan awal musim gugur terutama menyerang anak-anak

dibawah 10 tahun, tetapi kasus dewasa (terutama pada dewasa muda) tidak jarang

terjadi. KLB terbatas dari faringitis limfonoduler akut pada anak-anak bisa terjadi

pada musim panas dan awal musim gugur. Penyakit-penyakit ini sering muncul

sebagai KLB pada anak-anak (misalnya di tempat penitipan anak, tempat bermain

anak-anak usia pra-sekolah (3-5 tahun).

Faringitis terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin,

tetapi frekuensi yang paling tinggi terjadi pada anak-anak. Faringitis akut jarang

ditemukan pada usia dibawah 1 tahun. Insidensi meningkat dan mencapai

puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap berlanjut sepanjang akhir masa nak-

9

Page 10: Text

anak dan kehidupan dewasa. Kematian akibat faringitis jarang terjadi, tetapi dapat

terjadi sebagai hasil dari komplikasi penyakit ini.

Pengaruh daya tahan tubuh sangat penting terutama untuk mencegah infeksi

oleh karena virus dan bakteri.  Dari hasil penelitian diketahui bahwa Streptokokus

merupakan jenis bakteri yang paling sering menyebabkan terjadinya faringitis.

Faringitis oleh karena Streptokokus memerlukan perhatian yang serius. Beberapa

komplikasi sering muncul saat terjadi infeksi oleh Streptokokus, khususnya

Streptokokus Beta-hemolitikum grup A, diantaranya :

1. Demam rematik

2. Demam jantung rematik

3. Glomerulonefritis (kelainan pada ginjal)

4. Abses peritonsilar

5. Toxic shock syndrome

Komplikasi ini terjadi oleh karena kesalahan sistem imunitas tubuh dalam

mengenali antigen (kode pengenal) GAS, yang dikenal dengan sebutan komplek

antigen-antibodi. Insidens faringitis cukup sering pada orang dewasa dan lebih

sering lagi pada anak-anak. Setiap tahunnya, orang dewasa terinfeksi rhinovirus

(penyebab common cold), sebanyak 2-4 kali/tahun. Sedangkan anak-anak antara

6-8 kali/tahun, dan sekitar 10-15% mengalaminya sampai 12 kali/tahun.

Faringitis akut merupakan hal yang umum terjadi di seluruh dunia. Di iklim

dingin, paling umum terjadi pada akhir musim gugur, selama musim dingin dan

awal musim semi. Di Indonesia umumnya terjadi pada saat pancaroba danselama

musim hujan. Faringitis akut adalah keluhan utama pasien pada kunjungan ke

dokter. Diperkirakan, tiap tahunya di Amerika Serikat lebih dari 15 juta pasien

mengunjungi dokter dengan keluhan sakit tenggorokan.

Faringitis akut paling banyak terjadi pada usia anak-anak yakni antara umur

1 – 10 tahun sebanyak 50 penderita (60,98%), dan berjenis kelamin laki-laki 51

orang (62,20%). Antibiotika yang paling banyak digunakan adalah antibiotika

amoksisilin dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari sebanyak 67 kasus

(81,70%), yang lama pemberian diberikan selama 7 hari sebanyak 42 kasus

(51,22%) dan semuanya diberikan secara oral. Data tersebut terletak di atas hasil

10

Page 11: Text

dari penelitian WHO yang berkisar antara 22,70% kasus dan di Indonesia 43%

kasus yang diberikan antibiotika amoksisilin pada faringitis akut.

E. Patogenesis dan Patofisiologi3,4

Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel

kemudian epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi

pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium

awal terdapat hiperemi, kemudian oedem dan sekresi yang meningkat. Eksudat

mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan cenderung menjadi kering dan dapat

melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring

menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih, atau abu-abu

terdapat pada folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan

bercak-bercak pada dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi

meradang dan membengkak sehingaa timbul radang pada tenggorok atau

faringitis.

F. Gejala Dan Tanda Faringitis1,2

Pada awal penyakit, penderita mengeluh rasa kering atau gatal pada

tenggorokan. Sakit kepala adalah keluhan yang biasa. Suhu badan sedikit

meningkat, eksudat pada faring menebal. Eksudat ini sulit untuk dikeluarkan,

dengan suara parau,usaha dari mengeluarkan dahak dari kerongkongan dan batuk.

Dan keparauan ini sering terjadi jika proses peradangan mengenai laring. Ia

diikuti oleh demam panas, sakit kepala, bengkak dan kelenjar di leher membesar.

Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak yang berumur di antara 4 - 11 tahun.

Dinding faring kemerahan dan menjadi kering, gambaran seperti kaca dan

dilapisi oleh sekresi mucus. Jaringan limfoidpun tampak biasanya tampak merah

dan membengkak.

Faringitis mempunyai karakteristik yaitu demam yang tiba-tiba, nyeri

tenggorokan, nyeri telan, adenopati servikal, malaise dan mual. Faring, palatum,

tonsil berwarna kemerahan dan tampak adanya pembengkakan. Eksudat yang

purulen mungkin menyertai peradangan. Gambaran leukositosis dengan dominasi

neutrofil akan dijumpai. Khusus untuk faringitis oleh streptococcus gejala yang

11

Page 12: Text

menyertai biasanya berupa demam tiba-tiba yang disertai nyeri tenggorokan,

tonsillitis eksudatif, adenopati servikal anterior, sakit kepala, nyeri abdomen,

muntah, malaise, anoreksia, dan rash atau urtikaria.

G. Diagnosis1,2

Untuk mendiagnosa pasien dilakukan pemeriksaan suhu tubuh,

mengevaluasitenggorokan, sinus, telinga, hidung, paru-paru dan leher. Infeksi

faring akutumumnya adalah virus, peran diagnostik pada laboratorium dan

radiologi terbatas.

Tujuan utama dari pemeriksaan faringitis yaitu untuk membedakan etiologi

dari penyakit ini. Langkah pemeriksaan utama yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan pemeriksaan penunjang.

Demam akibat infeksi streptokokus biasanya lebih dari 38,30C. Faringitis

dengan penyebab bakteri dan virus biasanya bertahan dalam waktu 1 minggu,

namun faringitis dengan penyebab noninfeksi biasanya lebih lama. Penting untuk

menggali informasi mengenai riwayat penyakit pasien, seperti alergi, demam

reumatik, dan penyakit imunokompromis.

Pemeriksaan fisik yang terutama pada faringitis yaitu pemeriksaan tanda

vital dan pemeriksaan THT. Pada pemeriksaan tenggorokan, dapat ditemukan

adanya :

1. Eksudat dan kemerahan pada tonsil

2. Bercak kemerahan pada palatum molle, tampakan lidah seperti stroberi

dengan papila yang merah dan lidah yang keputihan

3. Limfadenopati servikal

4. Pada pemeriksaan paru, dapat ditemukan beberapa tanda klinis pada pasien

dengan riwayat demam reumatik, yaitu pembengkakan sendi, nyeri, nodul

subkutan, eritema marginatum, atau murmur jantung.

Pemeriksaan penunjang dapat berupa:

1. Kultur swab tenggorokan; merupakan tes gold standard. Jenis pemeriksaan ini

sering dilakukan. Namun, pemeriksaan ini tidak bisa membedakan fase

12

Page 13: Text

infektif dan kolonisasi, dan membutuhkan waktu selama 24 – 48 jam untuk

mendapatkan hasilnya.

2. Tes infeksi jamur, menggunakan slide dengan pewarnaan KOH.

3. Tes Monospot, merupakan tes antibodi heterofil. Tes ini digunakan untuk

mengetahui adanya mononukleosis dan dapat mendeteksi penyakit dalam

waktu 5 hari hingga 3 minggu setelah infeksi.

4. Tes deteksi antigen cepat; tes ini memiliki spesifisitas yang tinggi namun

sensitivitasnya rendah.

5. Heterophile agglutination assay.

H. Penatalaksanaan dan Pencegahan1,2,5

Faringitis bakteri yang tidak diobati dapat sembuh dengan sendirinya dalam

3-7 hari. Bila faringitis bakteri diberi antibiotik pada 1-2 hari pertama, masa

penyembuhan dan masa penularan akan menjadi lebih pendek. Faringitis virus

akan sembuh dalam 1 minggu, lamanya tergantung sistem kekebalan tubuh.

- Obat antibiotik, seperti Penicillin, atau dapat digantikan dengan

erythromycin, tetrasiklin, cephalosporin selama 10 hari walaupun sign and

symptoms telah berkurang 5-7 hari.

- Obat antipiretik and analgesik, seperti aspirin atau acetaminophen dan codein

sulfate.

- Higienitas mulut dan intake cairan +2500 mL/day untuk memberikan rasa

segar, mencegah kekeringan dan pecah-pecah pada bibir klien.

- Bila ada peradangan, intake cairan tambahan via infus dalam 24-72 jam.

- Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup, asupan cairan seimbang

(terutama bila demam), diet lunak atau cair bila terjadi sulit menelan.

Karena hampir seluruh kasus disebabkan oleh virus, maka antibiotik

biasanya tidak diperlukan. Infeksi oleh virus (misalnya: batuk-pilek, radang

tenggorokan) sama sekali tidak bisa disembuhkan dengan antibiotik. Infeksi virus

akan sembuh dengan sendirinya, tubuh akan melawan dengan sistem kekebalan

tubuh. Penggunaan antibiotik yang berlebihan justru akan merugikan karena akan

membuat menjadi resisten dan antibiotik menjadi tidak mempan untuk melawan

13

Page 14: Text

infeksi saat dibutuhkan, terutama pada anak-anak. Hanya untuk kasus yang

disebabkan bakteri saja antibiotik diperlukan.

Radang tenggorokan karena infeksi harus ditangani dengan menyembuhkan

sumbernya. Kalau infeksinya karena gigi, giginya yang ditangani. Demikian juga

amandel dan sinusitis. Jika radang tenggorokannya diobati, namun gigi, amandel,

atau sinusitis sebagai sumber infeksi tidak ditangani, radang tenggorokannya akan

kembali lagi, berulang terus.

Selain kuman, radang tenggorokan juga dapat terjadi karena virus, yaitu saat

pilek dan flu. Namun, radang tenggorokan akibat pilek dan flu akan hilang dengan

sendirinya, seiring sembuhnya penyakit tersebut. Flu ringan dapat berlomba

dengan daya tahan tubuh. Artinya, kalau daya tahan tubuh bagus, dia akan

membuat pagar sendiri sehingga tidak selalu perlu antibiotik. Tapi, kalau lebih

dari seminggu radang tenggorokan yang menyertai flu tidak hilang, apalagi jika

ditambah suara serak, bisa dikategorikan serius. Radang bisa turun ke pita suara,

Radang tenggorokan karena kuman dapat menular melalui ludah, sedangkan

yang disebabkan virus lewat udara. Jadi, hati-hati dan perhatikan sekitar kita

apakah ada yang sedang mengalami radang tenggorokan.

Alergi tidak dapat diobati karena sudah merupakan bawaan dari lahir. Cara

yang paling baik untuk menghindari reaksi alergi adalah dengan menghindari

penyebabnya dan meningkatkan atau menjaga daya tahan tubuh. Semakin bagus

daya tahan tubuh, semakin rendah kadar kepekaan yang menyebabkan reaksi

alergi.

BAB III

ANALISA KASUS

14

Page 15: Text

A. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar

Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa keadaan rumah dan lingkungan

sekitar pasien kurang terjaga, sehingga dapat disimpulkan bahwa mungkin ada

hubungan antara diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar.

B. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga

Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa keadaan suami pasien adalah

seorang perokok yang dapat memungkinkan sebagai faktor memperberat

timbulnya faringitis, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

antara diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga.

C. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan

lingkungan sekitar

Pasien didiagnosis dengan faringitis akut. Hal tersebut mungkin juga

dipengaruhi oleh lingkungan sekitar rumah yang kurang terjaga sehingga

higienitas lingkungan sekitar rumah yang buruk terutama saat cuaca sedang

hujan. Selain itu, faktor asap rokok yang juga merupakan faktor yang dapat

diperhitungkan dalam peranannya memperberat penyakit.

D. Analisis kemungkinan berbagai faktor atau etiologi penyakit pada pasien ini

perilaku kesehatan

Berdasarkan anamnesis diatas kemungkinan faktor yang menyebabkan pasien

menderita faringitis akut adalah higienitas lingkungan yang buruk dan

diperberat oleh asap rokok.

E. Analisis untuk mengurangi paparan/memutus rantai penularan dengan faktor

resiko atau etiologi pada pasien ini

Minum air putih yang cukup, menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan,

menghindari asap rokok.

DAFTAR PUSTAKA

15

Page 16: Text

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti R. 2010. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi Keenam. Jakarta: Badan

Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

2. Aru W. Sudoyo dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

3. Price Sylvia A, Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi, Edisi 6. Jakarta:

EGC.

4. Silbernagl, Stefan dan Florian lang. 2007. Teks dan Atlas Berwarna

Patofisiologi. Jakarta: EGC.

5. Amir Syarif dkk. 2009. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI.

Lampiran

16

Page 17: Text

17