Upload
yoshanda17
View
212
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
lapsus
Citation preview
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny. Y / Perempuan / 22 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : RT 04 Simpang IV Sipin
B. Latar Belakang Sosial, Ekonomi, Demografi Lingkungan, dan Keluarga
a. Status Perkawinan : Sudah menikah
b. Jumlah anak/saudara : 1 (satu) orang
c. Status ekonomi : Menengah ke bawah
d. Biaya Kesehatan : BPJS
e. Lingkungan :
Os tinggal bersama suami dan 1 (satu) orang anaknya di rumah (bedeng)
sewaan dengan 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 ruang tamu, dan 1 ruang
dapur. Os tinggal di lingkungan yang cukup ramai penduduk dan sedikit
terlihat kurang terjaga kebersihan lingkungannya.
C. Keluhan Utama:
Batuk kering yang semakin sering sejak ± 4 hari yang lalu.
D. Keluhan Tambahan:
Demam, suara serak, sakit menelan, dan nyeri tenggorokan sejak ± 4 hari
yang lalu.
E. Riwayat Perjalanan Penyakit:
Os datang dengan keluhan batuk yang dirasakan semakin parah sejak 4 hari
yang lalu. Batuk yang dialami adalah batuk kering, dahak (-), darah (-),
pilek (-). Selain itu Os juga mengeluh demam yang muncul beriringan juga
dengan suara serak, sakit menelan, dan nyeri tenggorokan. Suami Os adalah
seorang perokok, dan sering Os merasa terganggu dengan asap rokok
1
suaminya. Os mengaku tidak ada penurunan berat badan selama ini. Os juga
pernah mengalami keluhan yang sama, namun sudah lama sekali. Dan
pengobatan terhadap gejala yang sama sebelumnya berhasil setelah minum
obat sekitar 5-7 hari.
F. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat keluhan yang sama (+)
- Riwayat Asma disangkal
- Riwayat TB dan sedang menjalani pengobatan 6 bulan disangkal
- Riwayat Alergi disangkal
- Riwayat Hipertensi disangkal
G. Riwayat Penyakit keluarga:
Tidak ada anggota keluarga menderita sakit yang sama seperti pasien.
H. Pemeriksaan Fisik:
Keadaan Umum
1. Keadaan umum : Tampak sakit ringan
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tekanan Darah : 120/70 mmHg
4. Suhu : 37, 9°C
5. Nadi : 85 x/menit
6. Pernafasan : 21 x/menit
7. Berat Badan : 59 kg
8. Tinggi Badan : 166 cm
Pemeriksaan Fisik Head to Toe
1. Kepala Bentuk : normocephal
Simetri : simetris
2. Mata Conjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Reflex cahaya : +/+
3. Hidung : tidak ada kelainan
2
4. Telinga : tidak ada kelainan
5. Mulut Bibir : lembab
Gusi : warna merah muda, perdarahan (-)
Lidah : merah, ulkus (-)
Tonsil : T1/T1, hiperemis
Mukosa faring : hiperemis (+), granul (+)
6. Leher : tak ada pembesaran KGB
JVP 5 – 2 cmH2O
7. Thorax : simetris, pergerakan dinding dada tertinggal (-)
Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Statis : simetris
Dinamis: simetris
Statis simetri
Dinamis : simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor
Batas paru-hepar: ICS
VI kanan
Sonor
Auskultasi Vesikuler (+) Normal,
Wheezing (-), rhonki (-)
Vesikuler (+) normal.
Wheezing (-), rhonki (-)
Jantung
3
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula
kiri, tidak kuat angkat
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS IV linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
8. Abdomen
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Inspeksi Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-),
bercak merah (+) di kuadran kanan bawah dan
kiri bawah, pinggang, dan bokong.
Palpasi Hepar dan Lien tidak teraba, skuama (+) dan
papul (+)di kuadran kanan bawah dan kiri
bawah, pinggang, dan bokong.
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal
9. Ekstremitas
Edema (-), akral hangat
I. Diagnosa Banding
- Bronkitis akut
- Tonsilitis
J. Diagnosis
Faringitis akut
K. Manajemen
a. Promotif dan Preventif
4
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
- Menjaga higienitas makanan yang dimakan dan banyak minum air
putih.
- Kurangi makan makanan yang berminyak dan minuman yang dingin.
b. Kuratif :
Non Medikamentosa
- Istirahat yang cukup
- Minum obat secara teratur
Medikamentosa
Amoxicilin tab 3 x 500 mg
Paracetamol tablet 3 x 500 mg
B complex 2 x 1 tablet
Resep
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
DINAS KESEHATAN KOTA JAMBIPUSKESMAS SIMPANG IV SIPIN
Kel. Simp. IV Sipin Jambi, Kec. Telanai Pura
Jambi, 23 April 2015
R/ Amoxicillin 500 mg tab No. XVS3dd tab I (habiskan)
R/ Paracetamol 500 mg tablet No. XVS3dd tab I (p.r.)n
R/ Vitamin B complex tab No. XS2dd tab I
Pro : Ny. YUmur : 22 tahun
A. Pengertian1,2
Faringitis adalah sebuah penyakit yang menyerang tenggorokan atau
faring atau sering juga disebut sebagai radang tenggorokan. Radang ini bisa
disebabkan oleh virus atau bakteri, disebabkan daya tahan yang lemah.
Pengobatan dengan antibiotika hanya efektif apabila karena terkena bakteri.
Biasanya disebabkan oleh bakteri Streptokokus grup A. Namun bakteri lain
seperti N. gonorrhoeae, C.diphtheria, H. influenza juga dapat menyebabkan
terjadinya faringitis. Apabila disebabkan oleh infeksi virus biasanya oleh
Rhinovirus, Adenovirus, Parainfluenza virus dan Coxackie virus. Dapat pula
disebabkan oleh berbagai faktor pendukung seperti adanya rangsangan oleh asap,
uap dan zat kimia.
Faringitis akut merupakan penyakit menular yang dapat ditularkan melalui
percikan saliva. Faktor predisposisi yang membantu timbulnya penyakit flu, yaitu
turunnya daya tahan tubuh karena infeksi virus (seperti virus influenza), flu,
makanan kurang bergizi, konsumsi, alkohol yang berlebihan, gejala dari penyakit
scarlet fever, pneumonia, pertusis dan sebagainya. Faringitis akut dapat
mengakibatkan rasa sakit pada tenggorokan, perasaan tidak nyaman, nyeri atau
rasa gatal pada tenggorokan.
B. Klasifikasi1,3
Berdasarkan waktu/ lama berlangsungnya, faringitis dibagi menjadi 3
(tiga), yaitu sebagai berikut:
1. Faringitis akut, adalah radang tenggorok yang disebabkan oleh virus dan
bakteri yaitu streptokokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil
yang masih berwarna merah, malaise, nyeri tenggorok dan kadang disertai
demam dan batuk. Faringitis ini terjadinya masih baru, belum berlangsung
lama.
2. Faringitis kronis adalah radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam
waktu yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada
sesuatu yang mengganjal di tenggorok. Faringitis kronis umumnya terjadi
6
pada individu dewasa yang bekerja atau tinggal dalam lingkungan berdebu,
menggunakan suara berlebihan, menderita batu kronik, dan kebiasan
menkonsumsi alcohol dan tembakau. Faringitis kronik dibagi menjadi 3,
yaitu:
a) Faringitis hipertrofi, ditandai dengan penebalan umum dan kongesti
membran mukosa.
b) Faringitis atrofi merupakan tahap lanjut dari faringitis hipertrofi
(membran tipis, keputihan,licin dan pada waktunya berkerut).
c) Faringitis granular kronik terjadi pembengkakan folikel limfe pada
dinding faring.
C. Etiologi1,3
Faringitis akut memberikan konstribusi 40 juta kunjungan penderita berobat
ke tenaga kesehatan tiap tahunnya. Sebagian besar anak-anak dan orang dewasa
mengalami 3-5 infeksi saluran nafas atas (termasuk didalamnya faringitis akut)
tiap tahunnya. Faringitis dapat menular melalui udara yaitu melalui percikan
saliva/ludah dari orang yang menderita faringitis akut. Infeksi ini biasanya
disebabkan oleh virus dan bakteri, dipermudah oleh adanya rangsangan seperti
asap, uap dan zat kimia.
Ada tiga penyebab radang tenggorokan yang gejalanya dapat berupa rasa
sakit di bagian tersebut, susah menelan, susah bernapas, batuk, dan demam. Ada
kalanya terjadi pembengkakan di leher. Penyebabnya adalah infeksi, iritasi atau
alergi. Sekitar 90% dari kasus radang tenggorokan yang disertai hidung berair,
demam, dan nyeri telinga disebabkan oleh virus. Bakteri menjadi penyebab dari
10% kasus sisanya.
Biasanya penyakit ini didahului oleh virus. Virus yang menyebabkan
faringitis akut sama seperti virus yang menyebabkan tonsilitis akut, yaitu:
adenovirus, ECHO virus influenza dan herpes.
Bakteri penyebab faringitis akut 25% disebabkan oleh bakteri
Streptokokus β-haemolitikus group A. Selain itu dapat juga disebabkan oleh
Streptokokus non haemolitikus, pneumokokus, basil influenza, Stafilococcus dan
diphteroid.
7
Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya
tahan tubuh yang disebabkan infeksi virus influenza, konsumsi makanan yang
kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan, gejala predormal dari penyakit
scarlet fever dan seseorang yang tinggal di lingkungan kita yang menderita sakit
tenggorokan atau demam.
Gejala infeksi bakteri Streptokokus adalah tenggorokan yang berwarna
merah daging dan tonsil yang mengeluarkan cairan. Untuk mendiagnosis bakteri
ini sebagai penyebab secara pasti adalah dengan melakukan usap tenggorok untuk
kemudian dikultur serta dilakukan pemeriksaan darah.
1. Infeksi
Infeksi yang menyebabkan radang tenggorokan bisa bersumber dari 3
hal, yakni kesehatan mulut dan gigi, amandel sebagai sumber infeksi, dan
sinusitis.
Kurang menjaga kebersihan bagian mulut, khususnya gigi, dapat
menyebabkan radang tenggorokan. Gigi yang busuk atau berlubang menjadi
tempat berkumpulnya bakteri. Bakteri inilah yang kemudian masuk ke dalam
tenggorokan dan menyebabkan infeksi.
Infeksi pada amandel juga dapat menyebabkan terjadinya radang
tenggorokan. Amandel sebenarnya sangat berfungsi pada anak usia 4 - 10
tahun karena ia merupakan bagian dari pertahanan tubuh. Terutama
pernapasan bagian atas. Amandel yang sudah tidak berfungsi lagi akan
menjadi tempat berkumpulnya bakteri sehingga menyebabkan infeksi pada
tenggorokan.
Sumber ketiga penyebab infeksi tenggorokan adalah sinusitis. Setiap
orang punya beberapa pasang organ yang disebut sinus paranasal, ada di pipi,
di dekat mata, di dahi, dan di dekat otak. Jika organ ini meradang, itu yang
disebut sinusitis. Pada orang dengan sinusitis kronis, lendir akan terus-
menerus mengalir di belakang tenggorokan dan hidung. Hal ini menimbulkan
iritasi ke tenggorokan dan menyebabkan radang.
2. Iritasi
Iritasi juga bisa menjadi biang keladi radang tenggorokan. Hal ini
disebabkan makanan yang masuk, yaitu makanan yang terlalu pedas, terlalu
8
asam, terlalu panas atau dingin, dan makanan-makanan yang terlalu bergetah.
Makanan bergetah, contohnya buah-buahan. Jadi, tidak semua buah-buahan
aman, khususnya pada mereka yang punya alergi, karena justru dapat
membuat iritasi pada tenggorokan. Iritasi juga sering terjadi pada mereka
yang bekerja di lingkungan pabrik. Instalasi zat kimia yang dihirup bisa
menyebabkan iritasi dan radang pada tenggorokan. Oleh sebab itu, penting
sekali memakai masker.
3. Alergi
Sementara alergi merupakan reaksi hipersensitif bagi orang yang
memilikinya. Alergi dapat disebabkan bermacam hal, seperti makanan dan
minuman, obat-obatan tertentu, cuaca, dan debu. Zat yang menyebabkan
alergi disebut alergen. Jika alergen masuk ke dalam tubuh penderita alergi,
tubuh pun akan mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan alergi. Akibatnya,
timbul reaksi-reaksi tertentu, seperti gatal-gatal atau batuk-batuk.
Alergi terhadap suatu makanan dapat menyebabkan reaksi sakit pada
tenggorokan. Selain itu, radang tenggorokan sering dialami mereka yang
alergi terhadap jenis buah-buahan tertentu dan olahannya.
D. Epidemiologi1,3
Untuk faringitis vesikuler dan stomatitis vesikuler tersebar diseluruh dunia
keduanya muncul sporadis dan dalam bentuk wabah, insidens tertinggi terjadi
pada musim panas dan awal musim gugur terutama menyerang anak-anak
dibawah 10 tahun, tetapi kasus dewasa (terutama pada dewasa muda) tidak jarang
terjadi. KLB terbatas dari faringitis limfonoduler akut pada anak-anak bisa terjadi
pada musim panas dan awal musim gugur. Penyakit-penyakit ini sering muncul
sebagai KLB pada anak-anak (misalnya di tempat penitipan anak, tempat bermain
anak-anak usia pra-sekolah (3-5 tahun).
Faringitis terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin,
tetapi frekuensi yang paling tinggi terjadi pada anak-anak. Faringitis akut jarang
ditemukan pada usia dibawah 1 tahun. Insidensi meningkat dan mencapai
puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap berlanjut sepanjang akhir masa nak-
9
anak dan kehidupan dewasa. Kematian akibat faringitis jarang terjadi, tetapi dapat
terjadi sebagai hasil dari komplikasi penyakit ini.
Pengaruh daya tahan tubuh sangat penting terutama untuk mencegah infeksi
oleh karena virus dan bakteri. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Streptokokus
merupakan jenis bakteri yang paling sering menyebabkan terjadinya faringitis.
Faringitis oleh karena Streptokokus memerlukan perhatian yang serius. Beberapa
komplikasi sering muncul saat terjadi infeksi oleh Streptokokus, khususnya
Streptokokus Beta-hemolitikum grup A, diantaranya :
1. Demam rematik
2. Demam jantung rematik
3. Glomerulonefritis (kelainan pada ginjal)
4. Abses peritonsilar
5. Toxic shock syndrome
Komplikasi ini terjadi oleh karena kesalahan sistem imunitas tubuh dalam
mengenali antigen (kode pengenal) GAS, yang dikenal dengan sebutan komplek
antigen-antibodi. Insidens faringitis cukup sering pada orang dewasa dan lebih
sering lagi pada anak-anak. Setiap tahunnya, orang dewasa terinfeksi rhinovirus
(penyebab common cold), sebanyak 2-4 kali/tahun. Sedangkan anak-anak antara
6-8 kali/tahun, dan sekitar 10-15% mengalaminya sampai 12 kali/tahun.
Faringitis akut merupakan hal yang umum terjadi di seluruh dunia. Di iklim
dingin, paling umum terjadi pada akhir musim gugur, selama musim dingin dan
awal musim semi. Di Indonesia umumnya terjadi pada saat pancaroba danselama
musim hujan. Faringitis akut adalah keluhan utama pasien pada kunjungan ke
dokter. Diperkirakan, tiap tahunya di Amerika Serikat lebih dari 15 juta pasien
mengunjungi dokter dengan keluhan sakit tenggorokan.
Faringitis akut paling banyak terjadi pada usia anak-anak yakni antara umur
1 – 10 tahun sebanyak 50 penderita (60,98%), dan berjenis kelamin laki-laki 51
orang (62,20%). Antibiotika yang paling banyak digunakan adalah antibiotika
amoksisilin dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari sebanyak 67 kasus
(81,70%), yang lama pemberian diberikan selama 7 hari sebanyak 42 kasus
(51,22%) dan semuanya diberikan secara oral. Data tersebut terletak di atas hasil
10
dari penelitian WHO yang berkisar antara 22,70% kasus dan di Indonesia 43%
kasus yang diberikan antibiotika amoksisilin pada faringitis akut.
E. Patogenesis dan Patofisiologi3,4
Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel
kemudian epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium
awal terdapat hiperemi, kemudian oedem dan sekresi yang meningkat. Eksudat
mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan cenderung menjadi kering dan dapat
melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring
menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih, atau abu-abu
terdapat pada folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan
bercak-bercak pada dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi
meradang dan membengkak sehingaa timbul radang pada tenggorok atau
faringitis.
F. Gejala Dan Tanda Faringitis1,2
Pada awal penyakit, penderita mengeluh rasa kering atau gatal pada
tenggorokan. Sakit kepala adalah keluhan yang biasa. Suhu badan sedikit
meningkat, eksudat pada faring menebal. Eksudat ini sulit untuk dikeluarkan,
dengan suara parau,usaha dari mengeluarkan dahak dari kerongkongan dan batuk.
Dan keparauan ini sering terjadi jika proses peradangan mengenai laring. Ia
diikuti oleh demam panas, sakit kepala, bengkak dan kelenjar di leher membesar.
Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak yang berumur di antara 4 - 11 tahun.
Dinding faring kemerahan dan menjadi kering, gambaran seperti kaca dan
dilapisi oleh sekresi mucus. Jaringan limfoidpun tampak biasanya tampak merah
dan membengkak.
Faringitis mempunyai karakteristik yaitu demam yang tiba-tiba, nyeri
tenggorokan, nyeri telan, adenopati servikal, malaise dan mual. Faring, palatum,
tonsil berwarna kemerahan dan tampak adanya pembengkakan. Eksudat yang
purulen mungkin menyertai peradangan. Gambaran leukositosis dengan dominasi
neutrofil akan dijumpai. Khusus untuk faringitis oleh streptococcus gejala yang
11
menyertai biasanya berupa demam tiba-tiba yang disertai nyeri tenggorokan,
tonsillitis eksudatif, adenopati servikal anterior, sakit kepala, nyeri abdomen,
muntah, malaise, anoreksia, dan rash atau urtikaria.
G. Diagnosis1,2
Untuk mendiagnosa pasien dilakukan pemeriksaan suhu tubuh,
mengevaluasitenggorokan, sinus, telinga, hidung, paru-paru dan leher. Infeksi
faring akutumumnya adalah virus, peran diagnostik pada laboratorium dan
radiologi terbatas.
Tujuan utama dari pemeriksaan faringitis yaitu untuk membedakan etiologi
dari penyakit ini. Langkah pemeriksaan utama yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang.
Demam akibat infeksi streptokokus biasanya lebih dari 38,30C. Faringitis
dengan penyebab bakteri dan virus biasanya bertahan dalam waktu 1 minggu,
namun faringitis dengan penyebab noninfeksi biasanya lebih lama. Penting untuk
menggali informasi mengenai riwayat penyakit pasien, seperti alergi, demam
reumatik, dan penyakit imunokompromis.
Pemeriksaan fisik yang terutama pada faringitis yaitu pemeriksaan tanda
vital dan pemeriksaan THT. Pada pemeriksaan tenggorokan, dapat ditemukan
adanya :
1. Eksudat dan kemerahan pada tonsil
2. Bercak kemerahan pada palatum molle, tampakan lidah seperti stroberi
dengan papila yang merah dan lidah yang keputihan
3. Limfadenopati servikal
4. Pada pemeriksaan paru, dapat ditemukan beberapa tanda klinis pada pasien
dengan riwayat demam reumatik, yaitu pembengkakan sendi, nyeri, nodul
subkutan, eritema marginatum, atau murmur jantung.
Pemeriksaan penunjang dapat berupa:
1. Kultur swab tenggorokan; merupakan tes gold standard. Jenis pemeriksaan ini
sering dilakukan. Namun, pemeriksaan ini tidak bisa membedakan fase
12
infektif dan kolonisasi, dan membutuhkan waktu selama 24 – 48 jam untuk
mendapatkan hasilnya.
2. Tes infeksi jamur, menggunakan slide dengan pewarnaan KOH.
3. Tes Monospot, merupakan tes antibodi heterofil. Tes ini digunakan untuk
mengetahui adanya mononukleosis dan dapat mendeteksi penyakit dalam
waktu 5 hari hingga 3 minggu setelah infeksi.
4. Tes deteksi antigen cepat; tes ini memiliki spesifisitas yang tinggi namun
sensitivitasnya rendah.
5. Heterophile agglutination assay.
H. Penatalaksanaan dan Pencegahan1,2,5
Faringitis bakteri yang tidak diobati dapat sembuh dengan sendirinya dalam
3-7 hari. Bila faringitis bakteri diberi antibiotik pada 1-2 hari pertama, masa
penyembuhan dan masa penularan akan menjadi lebih pendek. Faringitis virus
akan sembuh dalam 1 minggu, lamanya tergantung sistem kekebalan tubuh.
- Obat antibiotik, seperti Penicillin, atau dapat digantikan dengan
erythromycin, tetrasiklin, cephalosporin selama 10 hari walaupun sign and
symptoms telah berkurang 5-7 hari.
- Obat antipiretik and analgesik, seperti aspirin atau acetaminophen dan codein
sulfate.
- Higienitas mulut dan intake cairan +2500 mL/day untuk memberikan rasa
segar, mencegah kekeringan dan pecah-pecah pada bibir klien.
- Bila ada peradangan, intake cairan tambahan via infus dalam 24-72 jam.
- Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup, asupan cairan seimbang
(terutama bila demam), diet lunak atau cair bila terjadi sulit menelan.
Karena hampir seluruh kasus disebabkan oleh virus, maka antibiotik
biasanya tidak diperlukan. Infeksi oleh virus (misalnya: batuk-pilek, radang
tenggorokan) sama sekali tidak bisa disembuhkan dengan antibiotik. Infeksi virus
akan sembuh dengan sendirinya, tubuh akan melawan dengan sistem kekebalan
tubuh. Penggunaan antibiotik yang berlebihan justru akan merugikan karena akan
membuat menjadi resisten dan antibiotik menjadi tidak mempan untuk melawan
13
infeksi saat dibutuhkan, terutama pada anak-anak. Hanya untuk kasus yang
disebabkan bakteri saja antibiotik diperlukan.
Radang tenggorokan karena infeksi harus ditangani dengan menyembuhkan
sumbernya. Kalau infeksinya karena gigi, giginya yang ditangani. Demikian juga
amandel dan sinusitis. Jika radang tenggorokannya diobati, namun gigi, amandel,
atau sinusitis sebagai sumber infeksi tidak ditangani, radang tenggorokannya akan
kembali lagi, berulang terus.
Selain kuman, radang tenggorokan juga dapat terjadi karena virus, yaitu saat
pilek dan flu. Namun, radang tenggorokan akibat pilek dan flu akan hilang dengan
sendirinya, seiring sembuhnya penyakit tersebut. Flu ringan dapat berlomba
dengan daya tahan tubuh. Artinya, kalau daya tahan tubuh bagus, dia akan
membuat pagar sendiri sehingga tidak selalu perlu antibiotik. Tapi, kalau lebih
dari seminggu radang tenggorokan yang menyertai flu tidak hilang, apalagi jika
ditambah suara serak, bisa dikategorikan serius. Radang bisa turun ke pita suara,
Radang tenggorokan karena kuman dapat menular melalui ludah, sedangkan
yang disebabkan virus lewat udara. Jadi, hati-hati dan perhatikan sekitar kita
apakah ada yang sedang mengalami radang tenggorokan.
Alergi tidak dapat diobati karena sudah merupakan bawaan dari lahir. Cara
yang paling baik untuk menghindari reaksi alergi adalah dengan menghindari
penyebabnya dan meningkatkan atau menjaga daya tahan tubuh. Semakin bagus
daya tahan tubuh, semakin rendah kadar kepekaan yang menyebabkan reaksi
alergi.
BAB III
ANALISA KASUS
14
A. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar
Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa keadaan rumah dan lingkungan
sekitar pasien kurang terjaga, sehingga dapat disimpulkan bahwa mungkin ada
hubungan antara diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar.
B. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa keadaan suami pasien adalah
seorang perokok yang dapat memungkinkan sebagai faktor memperberat
timbulnya faringitis, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
antara diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga.
C. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan
lingkungan sekitar
Pasien didiagnosis dengan faringitis akut. Hal tersebut mungkin juga
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar rumah yang kurang terjaga sehingga
higienitas lingkungan sekitar rumah yang buruk terutama saat cuaca sedang
hujan. Selain itu, faktor asap rokok yang juga merupakan faktor yang dapat
diperhitungkan dalam peranannya memperberat penyakit.
D. Analisis kemungkinan berbagai faktor atau etiologi penyakit pada pasien ini
perilaku kesehatan
Berdasarkan anamnesis diatas kemungkinan faktor yang menyebabkan pasien
menderita faringitis akut adalah higienitas lingkungan yang buruk dan
diperberat oleh asap rokok.
E. Analisis untuk mengurangi paparan/memutus rantai penularan dengan faktor
resiko atau etiologi pada pasien ini
Minum air putih yang cukup, menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan,
menghindari asap rokok.
DAFTAR PUSTAKA
15
1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti R. 2010. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi Keenam. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Aru W. Sudoyo dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
3. Price Sylvia A, Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi, Edisi 6. Jakarta:
EGC.
4. Silbernagl, Stefan dan Florian lang. 2007. Teks dan Atlas Berwarna
Patofisiologi. Jakarta: EGC.
5. Amir Syarif dkk. 2009. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Lampiran
16
17