Upload
rizka-novitasari
View
141
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS SEMINAR
“ Inventarisasi dan Pemanfaatan Tumbuhan di Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Bahan Praktikum pada Subpokok Bahasan Tumbuhan
Biji Kelas VII di SMP Negeri 1 Ambunten Sumenep”
MAKALAH
Disusun Oleh:
ANNISA FIRDAUSI
053204234
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2012
1
TUGAS SEMINAR
“ Inventarisasi dan Pemanfaatan Tumbuhan di Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Bahan Praktikum pada Subpokok Bahasan Tumbuhan
Biji Kelas VII di SMP Negeri 1 Ambunten Sumenep”
MAKALAH
Bambang Subekti
093204219
Pend. Biologi 2009 B
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2012
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan khusus kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah
meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumber daya yang
tersedia (Mulyasa, 2006). Sumber daya tersebut adalah komponen yang ada di dalam
suatu sekolah, baik sumber belajar atau sumber informasi mauppun enerima informasi
yaitu siswa. Sumber belajar adalah ruukan, obyek, dan bahan yang digunakan utnuk
kegiatan pembelajaran. Sumber belajar memilik kedudukan lebih luas, yang di
dalamnya termasuk media dan alat bantu pembelajaran. Suatu sumber belajar
dikatakan meia jika hal itu merupakan bagian integral dri seluruh kegiatan belajar
sedangkan suatu sumber belajar dikatakan alat pembelajaran jika fungsinya hanya
sebagai alat bantu yang dapat menunjang keefektifan dan efisiensi pembelajaran.
(Rustaman, 2003). Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, nara
sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Sumber belajar yang perlu dikembangkan dalam KTSP di sekolah antara lain
bahan ajar, perlengakapan dan alat peraga, pendekatan atau metode yang digunakan
dalam pembelajaran, serta tenaga pendidik yang professional (Mulyasa, 2006).
Sumber belajar tersebut perlu didayagunakan seoptimal mungkin, dipelihara , dan
sdisimpan dengan sebaik-baiknya. Kreatifitas guru dan peserta didik perlu senantiasa
ditingkatkan untuk membuat dan mengembangkan contoh sumber belajar yang
berguna bagi peningkatan kualitas pembelajaran. Pengembangan sumber belajar, di
samping guru harus mampu membuat sendiri media pembelajaran juga harus
berinisiatif mendayagunakan lingkungan sekitar sekolah maupun di luar lingkungan
sekitar sekolah sebagai sumber belajar yang lebih konkrit. Lingkungan ini
menyediakan berbagai jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai sumber belajar
dalam kegiatan pembelajaran biologi.
Pembelajaran biologi melalui pendekatan lingkungan dan keterampilan proses
dapat membawa siswa untuk mendapatkan pengalaman secara langsung. Salah satu
bentuk pendekatan keterampilan proses adalah kegiatan praktikum. Kegiatan ini dapat
3
memberikan kesempatan kepada siswa menggunakan sebagian atau seluruh inderanya
secara tepat seingga mudah menangkap dan memahami pengetahuan yang dipelajari
seobyektif mungkin (Tjokrodiharjo, 1993).
Kegiatan praktikum sangat menunjang pemahaman siswa terhadap konsep
yang diajarkan, khususnya pada materi tumbuhan biji. Tumbuhan biji yang ada di
bumi ini meliputi 170.000 jenis tumbuhan, lebih dari sepatuh jumlah kekayaan flora
di dunia yang ditaksir seluruhnya meliputi 800.000 jenis tumbuhan (Tjitrosoepomo,
1989). Oleh karena itu, perlu dikenalkan jenis-jenis tumbuhan biji, tempat hidup, dan
morfologi tumbuhan biji.
Kenyataan yang ada, kegiatan praktikum masih kurang optimal atau bisa
dikatakan hamper tidak pernah dilakukan terutama di sekolah yang berada di daerah
pedesaan, seperti di SMP Negeri 1 Ambunten Sumenep. Menurut pendapat beberapa
guru biologi di sekolah tersebut, kegiatan praktikum ini hamper tidak pernah
dilaksanakan, sehingga sisa hanya mendapat teori saja tanpa mengenal tummbuh-
tumbuhan secara langsung. Siswa hanya mengetahui konsep tanapa mendapatkan
pengalaman secara langsung. Bedasarkan hasil survey pendahuluan di SMP Negeri 1
Ambunten pelaksanaan kegiatan praktikum kurang optimal karena kurangnya
pengetahuan tentang jenis-jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan
praktikum serta tidak adanya buku petunjuk praktkium.
Salah satu pemecahan dari permasalahan tersebut adalah dengan menyediakan
bahan-bahan praktikum yang mudah diperoleh dan membuat buku petunjuk
praktikum atau lembar keja siswa (LKS). Bahan praktikum diperoleh dengan cara
menginventarisasi tumbuhan di sekitar sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
Inventarisasi tumbuhan adalah menyusun daftar tumbuhan bedasarkan identifikasi dan
deskripsi sehingga dihasilkan pemetaan tumbuhan untuk dijadikan bahan praktikum
pada subpokok bahasan tumbuhan biji. Penginventarisasian tubuhan di sekitar sekolah
sebagai alternatif bahan praktikum yang dapat dengan mudah diperoleh dari
lingkungan. Jenis-jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan praktikum
adalah dapat diambil atau dimanfaatkan akar, daun, bunga, atau bijinya yang
mendukung untuk dijadikan bahan praktikum tumbuhan biji.
Hasil inventarisasi tumbuhan di sekitar sekolah nantinya akan dijadikan
alternatif pemilihan bahan praktikum untuk subpokok bahasan tumbuhan biji. Hal ini
akan memberikan kemudahan bagi guru dalam membimbing sisiwa untuk melakukan
4
skegiatan praktikum. Selain itu, guru dapat membantu siswa dalam mendekatkan diri
dengan lingkunganya.
B. Rumusan Masalah
Berpijak dari uraian diatas, penelitian ini mengambil judul “ Inventarisasi dan
Pemanfaatan Tumbuhan di Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Bahan Praktikum
Pada Subpokok Bahasan Tumbuhan Biji (Spermatophyta) Kelas VII di SMP Negeri 1
Ambunten Sumenep”
Berdasarkan judul penelitian tersebut, rumusan permasalahannya adalah
1. Jenis-jenis tumbuhan apa saja yang ada di lingkungan sekitar sekolah yang dapat
digunakan sebagi bahan praktikum tumbuhan biji?
2. Bagaimanakah efektifitas pemanfaatan tumbuhan biji di lingkungan sekitar SMP
Negeri 1 Ambunten sebagai bahan praktikum?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
1. Menggali sumber media pembelajaran berupa tanaman sekitar sekolah sebagai
bahan prakktikum tumbhan biji untuk memanfaatkan lingkungan sebagi sumber
belajar.
2. Menyusun daftar tumbuhan yang dapat digunakan sebagi bahan praktikum sesuai
dengan SK, KD, dan indikator yang ingin dicapai apda subpokok bahasan
tumbuhan biji.
3. Mengetahui efektifitas pemanfaatan tumbhsn biji di lingkungan sekitar SMP
Negeri 1 Ambunten sebagai bahan praktikum.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Lingkungan sebagai Sumber Belajar Biologi
Sumber belajar (Learning Resources) adalah segala sesuatu baik berupa data,
orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik
secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik
dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu (Ibrahim, 2010).
Adanya sumber belajar dapat membantu seseorang, terutama siswa untuk memperoleh
berbagai macam informasi yang dibutuhkan. Sumber belajar memiliki fungsi antara
lain:
1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju
belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik; dan (b)
mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak
membina dan mengembangkan gairah.
2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan
cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b) memberikan
kesempatan bagi siswa untu berkembang sesuai dengan kemampuannya.
3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a)
perancangan progam pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) pengembangan
bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.
4. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan
sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih konkrit.
5. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu (a) menguuragi kesenjangan antara
pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya
konkrit; (b) memberkan oengetahuan yang sifatnya langsung.
6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan
informasi yang mampu menembus batas geografis.
Sumber belajar pada dasarnya sangat banyak daan beragam. Keberagaman
tersebut akan memberikan dampak positif maupun negatif. Dampak positif misalnya
proses pembelajaran akan berlangsung lebih baik, menyenangkan, dan sesuai
kebutuhan. Dmpak negatef misalnya guru memiliki tugas yang tidak mudah dalam
menentukan sumber belajar maupun media belajar yang sesuai dengan pembelajaran
6
yang akan diberikan. Terlebih jika ada kendala misalnya guru tidak tahu tentang peta
sumber belajar yang dapat dioptimalkan. Oleh karena itu, pengorganisasian summber
belajar menjadi kebutuhan cukup besar dalam posisinya sebagai support system
dalam pembelajaran.
Guru sebagai pengajar sekaligus pendidik, harus bisa mengoptimalkan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan terhadap siswanya. Guru sangat berperan
penting dalam proses belajar mengajar terkait dengan tingkat pemahaman siswa,
keaktifan siswa saat pembelajaran berlangsung, motivasi belajar siswa, dan lain-lain.
Selain itu, guru juga memiliki dua peranan penting lainnya, yaitu:
1. Guru sebagai motivator
Guru sebagai motivator siswa harus bisa menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenagkan dan inovatif sehingga siswa akan terdorong untuk aktif dan krestif
dalam kegiatan pembelajarannya.
2. Guru sebagai fasilitator
Guru sebagi fasilitator harus mampu memfasilitasi keperluan siswa dalam
kegiatan pembelajaran. Guru mencari inovasi lain agar siswa lebih paham
terhadap materi yang disampaikan, misalnya dengan memanfaatkan media
berbahan tumbuhan di lingkungan sekitar sekolah. Lingkungan juga dapat
berfungsi sebagai sumber belajar siswa selain media.
Guru dalam memilih sumber belajar yang akan digunakan harus
memperhatikan krietria berikut, yaitu:
1. Ekonomis: tidak harus terpatok pada harga mahal,
2. Praktis: tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit, dan langka,
3. Mudah: dekat dan tersediadi lingkungan kita,
4. Fleksibel: dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional,
5. Sesuai dengan tujuan: mendukung proses dan tujuan belajar, dapat
membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa.
Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang sangat penting dan
memiliki nilai-nilai yang sangat bergharga dalam rangka proses pembelajaran siswa,
karena dngan cara ini siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang
sebenarnya secara alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, dan kebenarannya lebih
dapat dipertanggungjawabkan (Sudjana, 1991).
7
Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar. Lingkungan yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri dari dua macam:
1. Lingkungan Sosial dan Budaya
Lingkungan sosial dan budaya dapat digunakan untuk memperdalam ilmu- ilmu
sosial dan kemanusiaan serta kebudayaan (Firdausi, 2010). Manusia dapat
belajar dari lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial yang dimaksud adalah
hubungan interaksi antara manusia dengan manusia lain yang terjalin harmonis
(Rusdi, 2008).
2. Lingkungan Alam
Lingkungan alam yang digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam
dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partisipasi
dlaam memelihara dan melestarikan alam. Lingkungan ini berkenaan dengan
segala sesuatu yang sifatnya alamiah seperti keadaan geografi, iklim, suhu, udara,
musim, curah hujan, flora (tumbuhan), fauna (hewan), sumber daya alam (air,
hujan, tanah, batuan) (Firdausi, 2010).
Pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan kegiatan
dengan membawa peserta didik ke lingkungan, seperti survei, karya wisata,
berkemah, praktek lapangan, dan sebagainya. Pemanfaatan lingkungan juga dapat
dilakukan dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas, seperti menghadirkan
tumbuhan atau hewan sebagai sumber pembelajaran.
Lingkungan tidak dapat dipisahkan dari pelajaran biologi, sebab biologi adalah
ilmu yang berupaya mengungkap gejala alam yang menyangkut makhluk hidup.
Setiap daerah memiliki lingkungan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pemilihan
bahan praktikum harus disesuaikan dengan lingkungan yang ada di sekitar sekolah
(Rufiah, 2003).
Pendapat Sudjana dan Rivai (2002), memberikan rambu-rambu dalam
pemilihan media benda nyata dalam pembelajaran, yaitu sebagi berikut
1. Tepat dengan tujuan pembelajaran, artinya media yang dipilih atas dasar tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Mendukung isi materi pelajaran, artinya bahan pelajaran yang digunakan sifatnya
fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi.
3. Mudah dalam memperoleh media.
8
4. Terampil dalam menggunakannya, artinya guru harus dapat menggunakan media
dalam proses belajar mengajar.
5. Tersedia waktu untuk menggunakannya, artina penggunaan media tersebut cukup
dengan waktu yang ditentukan.
6. Sesuai dengan taraf berpikir siswa, artinya media yang digunakan benar-benar
mendukung proses berpikir siswa.
Lingkungan sekitar menyediakan berbagai macam benda, hewan, dan
tumbuhan yang dapat digunakan dalam proses pembelajaaran. Penggunaan benda-
benda nyata terutama makhluk hidup akan memberikan gambaran yang sebenarnya
tentang suatu peristiwa atau keadaan sebenarnya yang alami, sehingga lebih
memberikan makna dalam belajar (Sudjana, 1991).
Penggunaan lingkungan sekitar sekolah mempunyai beberapa keuntungan
(Widyani, 2003) antara lain
1. Bahan praktikum mudah diperoleh
2. Bahan praktikum dapat diperoleh dengan biaya lebih murah
3. Para siswa memperoleh kesempatan lebih banyak untuk mengamati dan meneliti,
berarti memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk
mempertahankan dan mengembangkan pengetahuan.
4. Para siswa dapat memanfaatkan makhluk hidup yang ada di lingkungan mereka.
5. Bahan-bahan yang dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga kebenaranna
lebih akurat
6. Siswa lebih mengenal kehidupan di lingkungan sekitarnya karena dapat belajar
secara langsung dari lingkunngan.
Pembelajaran biologi di sekolah-sekolah, di luar kota, atau daerah terpencil
tidaklah menghendaki suatu alat-alat yang mahal. Pelajaran biologi yang paling baik
diberikan bila guru dan siswa sadar bahwa mereka hidup dalam dunia dan dikelilingi
oleh fenomena-fenomena alam dan bahan-bahan pelajaran yang akan digunakan ada
di sekitarnya (Widyani, 2003).
Memanfaatkan sumber belajar dari lingkungan memungkinkan siswa lebih
mengetahui dan memahami segala sesuatu yang ada di lingkungan untuk digunakan
sebagai sumber belajar yang dapat dibawa ke dalam kelas maupun di luar kelas.
9
B. Praktikum sebagai salah satu pembelajaran biologi
1. Pentingnya kegiatan praktikum
Praktikum merupakan salah satu kegiatan laboratorium yang sanagt berperan
dalam menunjang proses belajar mengajar biologi (Sugiana, 2005).
Kegiatan praktikum merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar
biologi. Rustaman (2003) mengemukakan empat alasan mengenai entingnya
kegiatan praktikum biologi, yaitu
a. Praktikum membangkitkan motivasi belajar siswa. Kegiatan praktikum
mendorong rasa ingin tahu siswa sehingga siswa dapat menemukan
pengetahuan melalui eksplorasinya terhadap alam.
b. Praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen. Untuk
melaksanakan eksperimen ini diperlukan beberapa keterampilan dasar seperti
mengamati, mengestimasi, mengukur, dan memanipulasi peralatan biologi.
c. Praktiku menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Banyak para pakar
pendidikan IPA meyakini bahwa cara yang terbaik untuk belajar pendekatan
ilmiah adalah dengan menjadikan siswa sebagai saintis.
d. Praktikum menunjang materi pelajaran. Kegiatan praktikum memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan membuktikan teori. Selain
itu, praktikum dalam pelajaran biologi dapat membentuk ilustrasi bagi konsep
dan prinsip biologi.
Kegiatan praktikum atau kegiatan laboratorium merupakan serangkaian
kegiatan yang memungkinkan siswa menemukan sendiri pengetahuan mereka
(Rusliah, 2004).
Kegiatan praktikum memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
proses secara mandiri sehingga mereka terlibat dalam menemukan fakta,
membuktikan, mengumpulkan data, mengendalikan variabel, merancang
percobaab menrik simpulan tetang suatu obyek dan memecahkan masalah yang
dihadapi secara nyata (Djamarah, 1996).
Menurut Sudjana dan Rivai (1991), yang dimaksud dengan praktikum adalah
pekerjaa-pekerjaan dengan alat-alat untuk keperluan tertentu, nisalnya latihan
menggunakan mikroskop untuk melihat sel-sel atau benda-benda mikroskopis.
Menurut Rustaman (2003), praktikum adalah bagian dari pengajaran yang
10
bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan melaksanakan
dalam keadaan nyata apa yang diperoleh dari teori. Pada sekolah-sekolah atau di
daerah terpencil tentunya masih jarang kegiatan praktikum secara optimal
sehingga siswa hanaya mendapatkan teori tanpa mendapatkan pegalan langsung.
2. Macam-macam bentuk praktikum
Rustaman (2003), mengemukakan bahwa bahan praktikum bisa berupa
latihan, investigasi (penyelidikan), atau bersifat pengalaman.
a. Bentuk latihan praktikum digunakan untuk mendukung aspek tujuan
mengembangkan keterampilan dasar melalui latihan-latihan menggunakan
alat, mengobservasi, mengukur, dan kegiatan lainnya.
b. Bentuk praktikum investigasi (penyelidikan) digunakan untuk aspek tujuan
kemampuan memecahkan masalah.
c. Bentuk praktikum bersifat member pengalaman digunkan untuk aspek tujuan
pemahaman materi pelajaran.
C. Inventarisasi Tumbuhan sebagai Bahan Praktikum
Kegiatan praktikum memerlukan alat dan bahan. Guru sebagai fasilitator dapat
menyediakan bahan praktikum yang mudah didapatkan, praktis, dan murah. Bahan
praktikum ini bisa didapatkan dari lingkungan. Salah satunya dengan cara
menginventarisasi tumbuhan lingkungan sekitar sekolah.
Inventarsisasi mengandung pengertian pencatatan yang dilakukan dengan
mendata dan mengelompokkan bahan-bahan yang tersedia dan dapat dimanfaatkan
sehingga memberikan kemudahan dalam pencarian (Poerwodarminto, 2003).
Pencatatan untuk mendapatkan bahan praktikum dapat dilakukan dengan cara
melakaukan observasi secara langsung dengan metode jelajah kemudian
mengelompokkan tumbuhan di lingkungan sekitar sekolaj sesuai dengan jenis-jenis,
habitat, dan cirri morfologinya.
Sekolah-sekolah di daerah terpencil masih sangat jarang dilakukan praktikum,
disebabkan guru masih kesulitan menyediakan bahan praktikum karena kurangnya
pengetahuan guru tentang tumbuhan yang dapat dipraktikumkan serta tidak adanya
buku petunjuk praktikum.
11
Melalui inventarisasi tumbuhan di sekolah, dihaapkan dapat membantu guru
dalam mencari bahan praktikum yang mudah didapatkan dan praktis karena tersedia
di esekitar sekolah.
D. Spesimen Segar sebagai Bahan Praktikum
Media dari makhluk hidup dapat berupa media yang masih segar maupun
dalam bentuk awetan, seperti herbarium, taksidermi, dan awetan dalam botol (Rivai,
2002).
Specimen segar merupakan media nyata yang dapat digunakan dalam
pembelajaran. Penggunaan benda nyata dapat menunjukkan hasil yang terbaik karena
mampu menunjukkan ukuran, suara, gerak-gerik, permukaan, bobot, tubuh, bau, serta
manfaatnya.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam menggunakan benda-
benda nyata untuk tujuan pengajjaran adalah sebagai berikut
1. Jenis benda atau makhluk hidup yang bisa dimanfaatkan dalam kelas secara
efisien.
2. Cara agar semua benda itu bersesuaian terhadap pola belajar siswa.
3. Tempat untuk memeroleh benda tersebut
Kelebihan penggunaan spesimen dalam kegiatan praktikum adalah mdah
didapatkan dari lingkungan sekitar. Selain itu, dapat memberikan motivasi belajar
pada siswa karena mereka dapat memeroleh pengetahuan dari lingkungannya serta
media segar ini tersedia dalam jumlah banyak dan lebih faktual sehingga
kebenaranya lebih akurat.
E. Peta Konsep Tumbuhan Biji
1. Tumbuhan Biji Terbuka (Gymnospermae)
Ciri-ciri:
a. Tidak mempunyai bunga yang sesungguhnya karena tidak memiliki kelopak
dan mahkota bunga.
b. Bunga yang dimilikinya adalah sporofil yang berbentuk strobilus atau runjung.
c. Habitusnya berupa perdu atau pohon
d. Bakal biji tidak dilindungi oleh daun buah (karpel)
12
1) Cycadhophyta
Ciri-ciri:
a) Berbentuk palem, batang tidak bercabang
b) Akar serabut
c) Daun roset di batang, helaian daun berbentuk pita
d) Sporofil tersusun dalam strobilus yang berumah dua karena strobilus
jantan dan betina terdapat pada pohon yang berbeda.
Contoh: Pakis haji (Cycas rumphii)
2) Gnetophyta
Ciri-ciri:
a) Pohon bercabang banyak
b) Daun sedikit lebar dan pertulangan daun menyirip
c) Biji diselubungi oleh integumen luar
Contoh: Melinjo (Gnetum gnemon)
3) Coniferophyta
Ciri-ciri:
a) Tumbuhan berkayu, daun berbentuk jarum
b) Strobilus terdapat apda satu pohon
c) Biji mempunyai sayap yang sempit
Contoh: Pinus merkusii
4) Ginkgophyta
Ciri-ciri:
a) Berupa pohon, tinggi 15-20 meter
b) Daun bertangkai panjang, berbentuk pasak atau kipas
c) Biji mempunyai kulit luar yang berdaging dan kulit dalam yang keras
Contoh: Ginkgo biloba
2. Tumbuhan Biji Tertutup (Angiospermae)
Ciri-ciri:
a. Memiliki perhiasan bunga yang menarik
b. Habitusnya berupa herba, pohon, dan perdu
13
c. Bakal biji dilindungi oleh daun buah (karpel)
1) Tumbuhan Berkeping Dua (Dikotil)
Ciri-ciri:
a) Akar tunggang yang bercabang-cabang
b) Batang bercabang dan berkambium
c) Bentuk daun beragam, ada yang lonjong, bulat, segitiga, dan lain-lain
d) Pertulangan daun menjari dan menyirip
e) Bagian bunga kelipatan empat, lima, atau kelipatannya
f) Keeping biji (kotiledon) keeping dua
Contoh: pohon jambu biji
2) Tumbuhan Berkeping Satu (Monokotil)
Ciri-ciri:
a) Akar serabut
b) Batang beruas-ruas dan tidak bercabang, tidak berkambium
c) Bentuk daun pada umumnya berbentuk pita
d) Pertulangan daun sejajar atau melengkung
e) Bagian bunga kelipatan tiga atau kelipatannya
f) Keeping biji (kotiledon) keeping satu
Contoh: Pohon kelapa
14
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif karena dalam penelitian ini
dilakuakan identifikasi atau deskripsi ciri-ciri tumbuhan biji di lingkungan sekitar
SMPN 1 Ambunten yang dapat dijadikan bahan praktikum yaitu dimafaatkan akar,
daun, bunga, atau bijinya sesuai dengan Standar Komperensi (SK), Kompetensi Dasar
(KD), dan indikator yang ingin dicapai pada sub pokok bahasan tumbuhan biji.
B. Sasaran Penelitian
Penelitian ini memiliki tiga sasaran, yaitu:
1. Tumbuhan di sekitar sekolah yang dimaksud adalah tumbuhan biji yang bisa
diambil atau dimanfaatkan akar, daun, bunga, atau bijinya yang mendukung untuk
dijadikan bahan media awetan basah sesuai dengan Standar Komperensi (SK),
Kompetensi Dasar (KD), dan indikator yang ingin dicapai pada mata pelajaran
biologi subpokok bahasan tumbuhan biji kelas VII.
2. Siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ambunten mengingat bahwa penelitian ini adalah
uji coba terbatas dengan sasaran sebanyak
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakuan di dua tempat, yaitu:
1. Pengambilan sampel tumbuhan untuk inventarisasi tumbuhan yang dapat
digunakan sebagai bahan praktikum dilakukan di lingkungan sekitar SMP Negeri
1 Ambunten yang meliputi kebun sekolah, taman sekolah, lahan persawahan di
sekitar sekolah, dan perumahan warga di sekitar sekolah.
2. Laboratorium taksonomi tumbuhan jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya untuk mengidentifikasi dan
mengkaji ciri- ciri tumbuhan yang diperoleh dari lingkungan sekitar sekolah yang
dapat digunakan sebagai bahan praktikum tumbuhan biji.
Inventarisasi tumbuhan dilaksanakan pada bulan Maret 2009 untuk mendata
tumbuhan biji lingkungan sekitar sekolah yang dapat dijadikan bahan praktikum pada
15
subpokok bahasan tumbuhan biji baik berupa akar, batang, daun, maupun bunganya.
Uji coba penerapankegiatan praktikum tumbuhan biji dilakukan setelah proposal
pnelitian diseminarkan dan disetujui untuk pengambilan data di lapangan.
D. Definisi Istilah
1. Inventarisasi Tumbuhan
Menyusun dan memilih tumbuhan berdasarkan identifikasi dan deskripsi sehingga
dihasilkan beberapa macam tumbuhan untuk dijadikan bahan praktikum tumbuhan
biji.
2. Tumbuhan yang Memenuhi Kriteria
Didefinisikan sebagai tumbuhan biji yang bisa diambil atau dimanfaatkan akar,
daun, bunga, atau bijinya yang mendukung untuk dijdikan bahan praktikum
tumbuhan biji sesuai dengan kompetensi dasar pada materi tumbuhan biji yaitu
mengklasifikasikan makhluk hidup bedasarkan ciri-ciri yang dimiliki dan
indikator pada mata pelajaran biologi subpokok bahasan tumbuhan biji kelas VII
serta mudah dihadirkan dalam kelas dan tersedia dalam jumlah banyak.
3. Keterampilan Siswa Mengamati Media Awetan Basah
Didefinisikan sebagai keterampilan yang dimiliki oleh siswa dalam mengamati
bahan praktikum tumbuhan biji dengan menggunakan indera penglihatan dan alat
bantu berupa lup.
4. Respon Siswa dan Guru
Didefinisikan sebagai tanggapan siswa maupun guru terhadap pemanfaatan
tumbuhan sekitar sekolah untuk abahan praktikum pada subpokok bahasan
tumbhan biji diukur dengan instrumen respn siswa dan guru.
E. Instrumen Penelitian
1. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar kerja siswa disusun dengan memanfaatkan tumbuhan biji di lingkungan
sekitar sekolah. Pada penelitian ini ada dua LKS yaitu “Mengenal Gymnospermae
dan Angiospermae” dan “Ciri-ciri tumbuhan dikotil dan monokotil”.
2. Lembar Pengamatan Keterampilan Siswa
Lembar pengamatan yang dilakukan oleh guru atau pengamat tentang
keterampilan siswa dalam mengamati bahan praktikum tumbuhan biji dengan
menggunakan indera penglihatan dan alat abntu berupa lup. Jumlah pertanyaan
16
ada lemabr keterampplan siswa sebanyak enam pertanyaan dengan disertai rubrik
untuk setiap pertanyaan.
3. Angket Respon Siswa dan Guru
Angket yang diberikan kepada siswa dan guru untuk mengetahui tanggapan siswa
dan guru terhadap pemanfaatan tumbuhan lingkungan sekitar sekolah yang dapat
dijadikan bahan praktikum tumbuhan biji. Angket respon siswa dapat dilihat pada
lampiran 7 hal. 102-103 dan angket respon guru dapt dilihat pada lampiran 8 hal.
104. Bentuk pertanyaan pada angket respon siswa berupa pertanyaan tertutup
sejmlah 10 soal dan bentuk pertanyaan pada nagket guru berupa pertanyaan
terbuka sebanyak 5 soal.
F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
Studi pendahuluan merupakan tahap awal atau persiapan awal untuk penelitian
ini. Tahap ini terdiri dari dua langkah, antara lain:
a. Studi kepustakaan
Kajian untuk mencari dan mempelajari konsep-konsep atau teori yang
berkenaan dengan materi.
b. Survei awal
Langkah- langkah dalam survei awal antara lain:
1) Pemahaman dari penelitian yang akan dilakukan
2) Pengetahuan tentang obyek yang akan diobservasi yaitu dengan
menentukan kriteria dasar tumbuhan yang akan dijadikan sebagai bahan
praktikum yaitu tumbuhan biji yang berupa herba, perdu, maupun pohon
yang memiliki ciri-ciri tumbuhan biji yaitu memiliki oragn tumbuhan
berupa akar, batang, dan bunga yang bagian-bagian tumbuhannya dapat
dijadikan bahan praktikum.
2. Inventarisasi
1) Melaksanakan observasi tumbuhan di lingkungan sekitar SMP Negeri 1
Ambunten yaitu dengan mengambil sampel tumbuhan dengan menggunakan
alat bantu kamera digital dan mencatat tumbuhan yang diperoleh.
17
2) Melaksanakan pengamatan dan deskripsi morfologi tentang jenis-jenis dan
tempat hidup tumbuhan yang diperoleh melalui kegiatan berikut:
a) Persiapan alat dan bahan
Bahan dan peralatan yang digunakan lup, alat tulis, kamera digital, silet,
buku catatan, buku panduan Flora of Java oleh Backer (1965) dan
tumbuhan sampel.
b) Langkah kerja pengamatan tumbhan biji
Mengamati morfologi dan tempat hidupnya. Pengamatan terhadap
morfologi tumbuhan biji meliputi bentuk dan system perakaran, bentuk
dan permukaan batang, bentuk dan pertulangan daun, jumlah mahkota dan
bagian-bagian bunga dan letak bakal buahnya di luar atau dilindungi oeleh
karpel.
3) Menentukan jenis tumbuhan biji bedasarkan hasil pengamatan terhadap
morfologi tumbuhan biji.
4) Mengkaji ciri-ciri tumbuhan biji yang dapat digunakan sebagi bahan
praktikum.
3. Penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Menyusun Lembar Kerja Siswa dilakukan dengan jenis tumbuhan yang diperolh.
Berikut langkah-langkah penyusunan LKS:
a. Analisis Kurikulum
Analisis ini berkenaan dengan materi pokok, pengalaman belajar siswa, dan
kompetensi yang harus dicapai. Materi pokok yaitu tumbuhan biji,
pengalaman belajar siswa masih sanagt kurang sebatas pemahaman teori tanpa
kegiatan praktium untuk mengenal tumbuhannya secara langsung, dan
kompetensi yang harus dicapai adalah 6.2 mengklasifikasikan makhluk hidup
bedasarkan ciri-ciri yang dimiliki.
b. Analisis sumber belajar
Analisis ini dilakukan terhadap ketersediaan, kesesuaian, dan kemudahan
dalam memanfaatkan sumber belajar. Sumber belajar diperoleh dengan cara
menginventariasi dan memanfaatkan ketersediaan sumber belajar sesuai
kebutuhan. Sumber belajar tersebut bisa diperoleh dari lingkungan, misalnya
dengan mengumpulkan tumbuha sektar sekolah sebagi bahan praktikum.
18
c. Menyusun peta kebutuhan LKS
Peta kebutuhan LKS disusun bedasarkan berapa banyak bahan ajar yang harus
disiapkan sesuai dengan jumlah kebutuhan LKS dan urutan LKS. Jumlah LKS
sebanyak dua LKS untuk kegiatan praktikum “Mengenal Gymnospermae dan
Angiospermae” serta “Ciri-ciri tumbuhan dikotil dan monokotil”. Sebelum
diterapkan, LKS akan dikoreksi dan disempurnakan sesuai saran dari dosen
pembimbing.
4. Efektifitas pemanfaatan tumbuhan biji sekitar sekolah sebagai bahan praktikum
dengan tahapan sebagai berikut:
a. Tahap persiapan yang meliputi:
1. Menentukan tujuan pembelajaran
2. Membuat perangkat pembelajaran yang meliputi:
a) Matriks silabus (lampiran 1 hal. 59-60)
b) Lembar kerja siswa (LKS)
3. Membuat lembar observasi untuk mengamati keterampilan siswa dalam
mengamati bahan praktikum tumbuan biji untuk mengetahui efektifitas
pemanfaatan tumbuhan biji lingkungan sekitar sekolah (lampiran 6).
Penelitian ini menggunakan 2 pengamat atau observer sebanyak dua orang
guru biologi. Jumlah siswa yang diamatai sebanyak 20 orang yang dibagi
menjadi empat kelompok. Setiap pengamat bertugas mengamati masing-
masing 2 kelompok.
4. Membuat angket respon siswa dan guru terhadap pemanfaatan tumbuhan
biji sekitar sekolah sebagai bahan praktikum. Jumlah siswa yang diminta
responnya sebanyak 20 orang sedangkan jumlah guru yang diminta
pendapatnya sebanyak 1 orang. (Lampiran 7)
5. Menyiapkan alat dan bahan praktikum.
b. Tahap pelaksanaan, yaitu membimbing siswa dalam melakukan kegiatan
praktikum dengan memanfaatkan tumbuhan biji di lingkungan sekitar sekolah
guna mengetahui efektifitas tumbuhan biji di lingkungan sekitar sekolah
sebagi bahan praktium.
19
∑ Skor yang diperoleh
Skor maksimal
G. Metode Pengambilan Data dan Analisis Data
1. Metode pengambilan data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti menggunakan metode antara
lain:
a. Observasi
Metode observasi yang dilakukan untuk mengamati antara lain:
1. Data tentang tumbuhan sekitar sekolah yang dapat digunakan sebagai
bahan praktikum tumbuhan biji yang memenuhi kriteria.
2. Keterampilan siswa dalam mengamati bahan praktikum tumbuhan biji.
b. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa dan guru tentang
pemanfaatan tumbuhan lingkungan sekitar sekolah sebagai bahan praktikum
tumbuhan biji. Angket diberikan kepada semua siswa (20 orang) dan 1 orang
guru setelah kegiatan praktikum selesai.
2. Analisis data
Data dianalisis dengan cara deskriptif yaitu meliputi:
a. Analisis bahan praktikum
Analisis mengenai bahan praktikum meliputi;
1. Menganalisis data tentang tumbuhan biji yang ada di lingkungan sekitar
sekolah dengan mengamati morfologinya.
2. Mengelompokkan tumbuhan yang dapat digunakan sebagi bahan
praktikum tumbuhan biji sesuai dengan kriteria standar kompetensi (SK),
kompetensi dasar (KD), indikator yang ingin dicapai.
3. Mendeskripsikan alasan pemanfaatan tumbuh-tumbuhan tersebut sebagi
bahan praktikum.
b. Analisis keterampilan siswa
Dilakukan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam mengamati bahan
praktikumtumbuhan biji berdasarkan lembar pengamatan keterampilan siswa
yang diamati oleh guru atau pengamat. Dianalisis dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Nilai : x 100%
20
Jumlah siswa yang merespon secara positif Jumlah seluruh siswa
Jumlah siswa yang merespon secara positif Jumlah seluruh siswa
Dengan standar penilaian sebagai berikut:
25 - 43,75 = Tidak baik
43,76 - 62,50 = Kurang baik
62,6 - 81,25 = Cukup baik
81,26 - 100 = Sangat baik
c. Analisis respon siswa dan guru
Dilakukan untuk mengetahui respon siswa dan guru terhadap pemanfaatan
media tumbuhan sekitar sekolah yang dapat dijadikan bahan praktikum pada
subpokok bahasan tumbuhan biji yang dianalisis dengan menentukan
prosentase tiap pilihan jawaban pada angket respon siswa, yaitu:
x 100%
x 100%
Respon siswa dikatakan positif jika lebih dari 70% siswa berpendapat bahwa
pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan praktikum dapat memotivasi dan
menigkatkan pemahaman siswa pada materi tumbuhan biji. Hal ini
disesuaikan dengan jenis pertanyaan yang ada pada lembar angket respon
siswa. Respon guru dianalisis dengan menyimpulkan jawaban dan saran yang
diberikan.
21
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Data hasil inventarisasi tumbuhan biji di lingkungan sekitar SMPN 1
Ambunten
Data yang diperoleh dari hasi inventarisasi tumbuhan sekitar sekolah
berupa daftar nama tumbuhan yang diperoleh dari lingkungan sekitar sekolah,
terdapat 17 jenis tumbuhan yang diperoleh yaitu pakis haji, pepaya, melinjo, waru,
euphorbia, kembang sepatu, cabai, bakung, jagung, kamboja, melati, bambu,
kelapa, rumput alang-alang, kacang tanah, kayu apu, dan turi (Lihat lampiran 2
hal. 61).
Bedasarkan hasil inventarisasi tumbuhan tersebut terdpat 14 jenis
tumbuhan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan bahan praktikum pada
subpokok bahasan tumbuhan biji sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin
dicapai yaitu mengklasifiasikan makhluk hidup bedasarkan ciri-ciri yang dimiliki
(Lihat lampiran 3 hal. 74). Kriteria tersebut antara lain bagian organnya yaitu
akar, daun, buah, bunga, atau bijinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan
praktikum, mudah diperoleh dan tersedia dalam jumlah banyak, serta organ-organ
tubuhannya mudah dihadirkan dalam kelas sehingga siswa lebih mudah dalam
memahami konsep tumbuhan biji karena mengenali tumbuhannya secara
langsung. Selain itu, organ tumbuhannya menunjuk ada ciri-ciri tumbuhan biji.
Tumbuhan yang menunjuk pada ciri-ciri Gymnospermae memiliki biji
terbuka yang tidak dilundungi daun buah serta tidak memiliki perhiasan bunga
contohnya pada melinjo dan pakis haji. Selain itu, pada tanaman pakis haji,
runjung betina dapat disimpan dalam waktu yang lama sehingga dapat digunakan
untuk kegiatan praktikum lagi. Tumbuhan yang menunjuk pada ciri-ciri
Angiospermae memiliki ciri biji dilindungi oleh daun buah, memiliki perhiasan
bunga seperti mahkota dan kelopak, perakarannya serabut dan tunggang. Pada
tanaman dikotil, dilihat dari yang paling mudah diamati adalah jumlah perhiasan
bunga kelipatan empat, lima, atau kelipatannya, dan pertulangan daun menyirip
dan menjari. Bentuk perakaran pada tanaman dikotil tunggang dapat dilihat hanya
22
pada tanaman yang mudah dicabut akarnya misalnya pada kacang tanah, dan cabai
sehingga mudah dibawa ke dalam kelas. Pada tanaman monokotil, tanaman yang
paling mudah diamati adalah jumlah perhiasan bunga kelipatan tiga atau
kelipatannya, dan pertulangan daun sejajar atau melengkung. Bentuk perakaran
pada tanaman monokotil serabut dapat dilihat hanya pada tanaman yang mudah
dicabut akarnya misalnya pada jagung dan rumput alang-alang. Selain itu, pada
kayu apu akarnya juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan praktikum karena
tumbuhan tersebut tumbuh mengapung di air sungai.
Tabel 4.1
Daftar Nama Tumbuhan Biji Lingkungan Sekitar Sekolah Bedasarkan Hasil
Inventarisasi
No. Spesies Tumbuhan Nama Daerah
Digunakan sebagai Bahan Praktikum
Bagian yang DigunakanDapat
digunakan
Tidak dapat
digunakan1. Cycas rumpii Pakis haji √ Runjung betina
2. Carica papaya Pepaya √Bunga jantan dan
betina, daun 3. Gnetum gnemon Melinjo √ Runjung betina 4. Hibiscus similis Waru √ Bunga dan daun5. Capsicum frutescens Cabai √ Bunga, akar, dan daun6. Crinum asiaticum Bakung √ Bunga dan daun7. Zea mays Jagung √ Daun dan akar8. Plumeria acuminate Kamboja √ Bunga dan daun9. Bambusa vulgaris Bambu √ Daun 10. Cocos nucifera Kelapa √ Daun
11. Imperata cylindricalRumput alang-
alang√ Daun
12. Arachis hypogeal Kacang tanah √ Akar 13. Pistia stratiotes Kayu apu √ Akar
14.Jasminum multiflorum
Melati √ Bunga dan daun
15.Hibiscus rosasinensis
Bunga sepatu √ -
16. Euphorbia dentate Eporbia √ -
17.Sesbania grandiflora
Turi √ -
Keempat belas tanaman yang memenuhi kriteria untuk dijadikan bahan
praktikum tumbuhan biji sangat mendukung untuk pemahaman konsep tumbuhan
biji sesuai dengan kompetensi dasar pada materi tumbuhan biji. Keempat belas
tumbuhan ini disusun dalam bentuk pemetaan untuk mempermudah pencarian
23
alternatif tumbuhan sebagai bahan praktikum. Tiga tumbuhan yang tidak dapat
digunakan sebagai bahan praktikum adalah bunga sepatu, eporbia, dan turi karena
ada bunga sepatu, benang sari dan putiknya menyatu sehingga susah membedakan
antara benang sari dan putiknya, pada bunga tuir susah menentukan jumlah
mahkota bunganya karena berlekatan dan berupa bendera, pertulangan daunnya
tidak jelas terlihat karena daun majemuk. Selain itu, pohon turi ini hanya berbunga
pada musim tertentu saja. Pada eporbia, bagian bunganya tidak lengkap,
batangnya berduri, dan berdaun tebal sehingga terlihat tidak jelas bentuk
pertulangan daunnya.
2. Data hasil efektifitas pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan praktikum
tumbuhan biji di SMPN 1 Ambunten yaitu berupa hasil pengamatan
ketermpilan siswa dalam kegiatan praktikum mengamati tumbuhan biji
Pengamatan keterampilan siswa untuk mengetahui seberapa besar
keterampilan siswa dalam melakukan kegiatan praktikum. Pengamatan ini
menggunakan lembar pengamatan keterampilan siswa. Hasil pengamatan
keterampilan siswa dapat diketahui pada tabel berikut
Tabel 4.2
Hasil Pengamatan Keterampilan Siswa dalam Mengamati Bahan Praktikum
Tumbuhan Biji
No. Keterampilan yang Dinilai
Pengamat
I II
Kelompok yang Diamati
I II III IV
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan 4 4 4 3
2. a. Mengamati bentuk dan bagian tubuh tumbuhan 3 4 4 4
b. Menggambar dan memberikan nama bagian tubuh tumbuhan 2 3 2 3
3. Menjawab soal pertanyaan 3 4 4 4
4. Penyajian hasil pengamatan an menjawab pertanyaan 4 4 3 4
5. Bekerja sama dengan kelompok dalam melakukan kegiatan
praktikum dan menjawab pertanyaan3 4 3 3
Skor Total
Skor Maksimal
Nilai
19 23 20 21
24 24 24 24
79,16 95,83 83,30 87,5
24
Keterangan:
Skor minimal= 6, skor maksimal= 24, dengan kriteria berikut:
Pemberian skor 1-4 lihat rubric penilaian pengamatan keterapilan siswa (Lampiran 6
hal. 99-101). Sedangkan penilaian keterampilan siswa dianalisis dengan mengunakan
rumus sebagi berikut:
Nilai =
dengan standar penilaian sebagai berikut
25- 43,75 = tidak baik
43,76- 62,50 = kurang baik
62,60- 81,25 = cukup baik
81,26- 100 = sangat baik
Bedasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa rata-rata nilai keterampilan siswa
yang diperoleh oleh kelompok 1 adalah 79,16 yang dikategorikan cukup baik. Rata-
rata nilai yang diperoleh oleh kelompok 2 adalah 95,83 dikategorikan sangat baik dan
rata-rata nilai yang diperoleh kelompok 3 adalah 83,30 dikategorikan sangat baik
sedangkan rata-rata nilai yang diperoleh oleh kelompok 4 adalah 87,50 dikategorikan
sangat baik. Keterampilan menggambar dan memberikan nama bagian tubuh
tumbuhan pada kelompok 1 dan 3 dikategorikan kurang baik karena pada kedua
kelompok tersebut dapat menggambar bagian tubuh tumbuhan tetapi memberikan
bagian nama tubuh tumbuhan kurang lengkap dan tepat.
3. Hasil respon siswa dan guru terhadap pemanfaatan tumbuhan biji sebagai
bahan praktikum
a. Hasil respon siswa
Akhir kegiatan praktikum, siswa diberi angket respon siswa terhadap
pemanfaatan tumbuhan biji di lingkungan sekitar sekolah sebagai bahan
praktikum subpokok bahasan tumbuhan biji. Data respon siswa terhadap
emanfaatan tumbuhan biji sebagai bahan praktikum dapat dilihat pada tabel di
bawah ini
25
Skor yang peroleh x 100%
Skor maksimal
Tabel 4.3
Hasil Respon Siswa terhadap Pemanfaatan Tumbuhan Biji sebagai Bahan
Praktikum
No. Uraian Kriteria
ya Tidak1. Apakah kalian pernah mengenali tumbuhan
yang dijadikan bahan praktikum di sekitar sekolah?
100% -
2. Apakah kalian menemui kesulitan dalam mengamati tumbuhan yang dijadikan bahan praktikum?
15% 85%
3. Apakah cara kerja atau petunjuk praktikum dapat kalian iuti dengan baik?
95% 5%
4. Apakah alokasi waktu yang diberikan untuk melakukan praktikum cukup baik?
90% 10%
5. Apakah kalian menemui kesulitan dalam melakukan praktikum yang memanfaatkan tumbuhan dilingkungan sekitar sekolah?
15% 85%
6. Apakah pemanfaatan sebagai bahan praktikum dapat membantu dalam pemahaman kalian dalam materi tumbuhan biji?
100% -
7. Apakah pelaksanaan praktikum menggunakan media tumbuhan sekitar lingkungan sekolah sudah berjalan dengan baik?
95% 5%
8. Apakah prosedur praktikum sesuai dengan tujuan praktikum?
100% -
9. Apakah sebelumnya kalian pernah melakukan kegiatan praktikum yang memanfaatkan tumbuhan di sekitar sekolah?
- 100%
10. Apakah kalian termotivasi selama mengikuti kegiatan praktikum yang memanfaatkan tumbuhan di sekitar sekolah?
95% 5%
Bedasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa sebgaian besar siswa merespo
positif terhadap kegiatan praktikum dengan memanfaatkan tumbuhan biji di
lingkungan sekitar sekolah. Hal ini terbukti sebesar 95% dari respon siswa
mengaku termotivasi selama mengikuti kegiatan praktikum dengan
memanfaatkan tumbuhan biji di lingkungan sekitar sekolah dan sebesar 100%
dari siswa berpendapat bahwa denan memanfaatkan tumbuhan biji di lingkungan
sekitar sekolah dapat membantu mereka dalam memahami materi tumbuhan biji.
Sebesar 100% siswa pernah megenali tumbuhan yang dijadikan sebagi bahan
praktikum ini karena tumbuhan tersebut mudah dijumpai di sekitar sekolah.
26
Sebesar 100% siswa berpendapat bahwa sebelumnya mereka belum pernah
melakukan kegiatan praktikum yang memanfaatkan tumbuhan di lingkungan
sekitar sekolah.
Sebesar 85% siswa tidak menemui kesulitan dalam mengamati tumbuhan
yang dijadikan bahan praktikum, sedangkan 15% siswa menemui kesulitan dalam
mengamti tumbuhan yang dijadikan bahan praktikum. Cara kerja atau petunjuk
praktikum dapat diikuti oleh sebesar 95% siswa dan sedangkan sebesar 5% siswa
tidak dapat mengikuti cara kerja atau petunjuk praktikum dengan baik. Menurut
sebesar 90% siswa, alokasi waktu yang diberikan untuk melakukan praktikum
cukup baik, tetapi 10% siswa alokasi waktu yang diberikan tidak cukup. Dalam
melakukan praktikum ini, sebesar 85% siswa tidak menemui kesulitan,
sedangkan 15% nya menemui kesulitan dalam melakukan praktikum tumbuhan
biji. Sebesar 95% siswa berpendapat bahwa pelaksanaan praktikum
menggunakan media tumbuhan sekitar sekolah sudah berjalan dengan baik. Akan
tatapi, sebesar 5% siswa mengaku tidak dapat mengikuti kegiatan praktikum
dengan baik.
Kegiatan praktikum ini sudah berjalan baik. Akan tetapi, sebesar 5% siswa
mengaku tidak dapat mengikuti kegaiatan praktikum dengan baik. Sebesar 10%
siswa berpendapat bahwa alokasi waktu yang diberikan untuk melakukan
praktikum masih kurang sedangkan sebesar 15% siswa menemui kesulitan dalam
mengamati tumbuhan yang dijadikan bahan praktikum.
b. Hasil respon guru
Setelah kegiatan praktikum berakhir, guru memberikan responnya
terhadap kegiatan praktikum yang telah berlangsung. Data respon guru terhadap
pelaksanaan kegiatan praktikum yang memanfaatkan tumbuhan lingkungan
sekolah diperoleh dari angket respon guru terhadap pemanfaatan tumbuhan biji
lingkungan sekitar sekolah sebagai bahan praktiku berupa pendapat guru biologi
kelas VII terhadap kelayakan tumbuhan tersebut untuk dijadikan bahan praktikum,
kekurangan serta kelebihan dalam kegiatan praktikum yang memanfaatkan
tumbuhan lingkungan sekitar sekolah.
27
Tabel 4.4
Hasil Respon Guru terhadap Pemanfaatan Tumbuhan Biji sebagi Bahan Praktikum
No. Pertanyaan Jawaban pertanyaan Alasan
1. Pernah atau tidak guru melakukan
praktikum dengan memanfaatkan
tumbuhan di lingkungan sekitar sekolah
Belum pernah Kurangnya
pengetahuan tetang
tumbuh-tumbuhan yang
dapat dijadikan bahan
praktikum
2. Layak atau tidak hasil inventarisasi
tumbuhan lingkungan sekitar sekolah
digunakan sebagai bahan praktikum
tumbuhan biji
Ya Karena tumbuh-tumhan
tersebut mudah
diperoleh dari
lingkungan sekitar
sekolah
3. Keuntungan yang diperoleh dari
kegiatan praktikum dengan
memanfaatkan tumbuhan di lingkungan
sekitar sekolahsebagai bahan praktikum
Mempermudah siswa
memahami materi
tumbuhan biji
Karena siswa dapat
mengenali tumbuh-
tumbuhan tersebut
secara langsung
4. Hambatan yang dijumpai selama
kegiatan praktikum
Siswa ramai Karena siswa sudah
jenuh dengan pelajaran
yang raktikumnya
dilakukan di siang hari
5. Saran dan kritik mengenai kegiatan
praktikum
Inventarisasi tumbuh-
tumbuhannya lebih
banyak sehingga
memperkaya bahan
praktikum, sebaiknya
prakikumnya dilakukan
pada pagi hari agar
siswa tidak merasa jenuh
Bedasarkan hasil respon guru (Lihat tabel 4), terhadap kegiatan praktikum
menunjukkan bahwa guru berpendapat sebelumnya sangat jarang dilakukan
praktikum dengan memanfaatkan tumbuhan di lingkungan sekitar sekolah.
28
Kemudahan alat dan bahan yang banyak tersedia di lingkungan sekitar sekolah
memotivasi siswa untuk lebih mengenal lingkungannya secara langsung.
B. Pembahasan
1. Inventarisasi tumbuhan biji di lingkungan sekitar SMP Negeri 1 Ambunten
Bedasarkan data hasil inventarisasi tumbuhan biji di lingkungan sekitar
SMP Negeri 1 Ambunten dapat dikemukakan bahwa terdapat 17 jenis tumbuhan
yang diperoleh. Akan tetapi, hanya 14 jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan praktikum pada materi tumbuhan biji. Tumbuhan tersebut antara
lain pakis haji, pepaya, melinjo, waru, cabai, bakung, jagung, kamboja, melati,
bambu, kelapa, rumput alang-alang, kacang tanah, dan kayu apu. Keempat belas
tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan praktikum pada materi tumbuhan
biji karena sesuai dengan tujuan dari praktikum ini adalah mendeskripsikan
perbedaan ciri Gymnospermae dan Angiospermae serta mengelompokkan dan
mendeskripsikan ciri tumbuhan dikotil dan monokotil sesuai dengan SK, KD< dan
indikator yang ingin dicapai. Tiga tumbuhan yang tidak dapat digunakan sebagai
bahan praktikum adalah bunga sepatu, eporbia, dan turi karena pada bunga sepatu,
benang sari dan putiknya menyatu sehingga susah membedakan antara benang sari
dan putiknya, pada bunga tuir susah menentukan jumlah mahkota bunganya
karena berlekatan dan berupa bendera, pertulangan daunnya tidak jelas terlihat
karena daun majemuk. Selain itu, pohon turi ini hanya berbunga pada musim
tertentu saja. Pada eporbia, bagian bunganya tidak lengkap, batangnya berduri,
dan berdaun tebal sehingga terlihat tidak jelas bentuk pertulangan daunnya.
Inventarisasi tumbuhan biji ini banyak diperoleh dari lahan persawahan di
sekitar sekolah yang berjarak sekitar 100 meter dari sekolah. Perawakan
tumbuhan yang diperoleh berupa pohon dan herba. Tumbhan ini terdiri dari
Gymnospermae dan Angiospermae. Angiospermae ini terdiri atas tumbuhan
dikotil dan monokotil. Gymospermae yang diperoleh antara lain pakis haji dan
melinjo. Tumbuhan dikotil yang diperoleh sebanyak enam jenis antara lain cabai,
waru, kamboja, melati, pepaya, dan kacang tanah. Keenam tanaman ini
menunjukkan ciri-ciri dikotil. Tumbuhan dikotil ini banyak dijumpai di kebun
sekolah, lahan persawahan, dan pekuburan dekat sekolah. Tubuhan monokotil
yang diperoleh ebanyak enam jenis antara lain bakung, jagung, kelapa, bamboo,
rumput alang-alang, dan kayu apu. Tumbuhan monokotil ini banyak dijumpai di
29
lahan persawahan, kebun sekolah, dan sungai dekat sekolah. Keempat belas
tumbuhan ini dapat dimanfaatkan akar, daun, bunga, atau bijinya yang
mendukung untuk dijadikan bahan praktikum.
Keempat belas tumbuhan yang yang memenuhi kriteria untuk dijadikan
bahan praktikum antara lain
a. Tumbuhan Gymnospermae
Tumbuhan Gymnospermae yang diperoleh dari hasil inventarisasi yaitu
melinjo dan pakis haji. Pada tanaman melinjo letak biji terbuka, tidak
dilindungi daun buah, berupa strobilus dan tanaman ini banyak ditanam di
pekarangan rumah penduduk. Pada tanaman pakis haji berukuran besar dan
terbuka (tidak dilindungi daun buah) dan tanaman ini tumbuh di taman
sekolah. Runjung pakis haji ini bisa disimpan dlam waktu yang lama sehingga
dapat digunakan lagi sebagi bahan praktikum.
b. Tumbuhan Angiospermae
1) Tumbuhan dikotil
Tumbuhan dikotil yang diperoleh dari hasil inventarisasi sebanyak enam
jenis tumbuhan antara lain cabai, waru, kamboja, melati, pepaya, dan
kacang tanah. Tanaman cabai, waru, dan kamboja yang dapat dijadikan
sebagai bahan praktikum adalah bunga dan daunnya. Bentuk pertulangan
daun cabai, waru, dan kamboja adalah menyirip dan jumlah kelipatan
mahkota bunga cabai, waru, dan kamboja berjumlah lima. Tanaman melati
yang dapat dijadikan sebagai bahan praktikum adalah bunga dan daunnya.
Bentuk pertulangan daun melati adalah menyirip menjala dan jumlah
kelipatan mahkota bunga melati berjumlah empat. Tanaman pepaya yang
dapat dijadikan sebagai bahan praktikum adalah bunga dan daunnya.
Bentuk pertulangan daun papaya adalah menjari dan jumlah kelipatan
mahkota bunga pepaya berjumlah lima. Tanaman kacang tanah yang dapat
dijadikan sebagai bahan praktikum adalah akarnya. Bentuk perakaran pada
kacang tanah adalah tunggang yang menunjuk pada ciri tanaman dikotil.
30
2) Tumbuhan monokotil
Tumbuhan monokotil yang diperoleh sebanyak enam jenis tumbuhan
antara lain bakung, jagung, kelapa, bambu, rumput alang-alang, dan kayu
apu. Tanaman bakung yang dapat dijadikan sebagai bahan praktikum
adalah bunga dan daunnya. Bentuk pertulangan daun bakung adalah sejajar
dan jumlah kelipatan mahkota bunga bakung berjumlah enam. Tanaman
jagung, kelaapa, dan bambu yang dapat dijadikan sebagai bahan praktikum
adalah daunnya. Bentuk pertulangan daun jagung, kelapa, dan bambu
adalah sejajar. Tanaman rumput alang-alang yang dapat dijadikan sebagai
bahan praktikum adalah akar dan daunnya. Bentuk pertulangan rumput
alang-alang adalah serabut yang menunjuk pada ciri dikotil. Tanaman kayu
apu yang dapat dijadikan sebagai bahan praktikum adalah akarnya. Bentuk
perakaran pada kayu apu adalah serabut.
Melalui inventarisasi tumbuhan ini diharapkan dapat membantu guru
dalam mencaari bahan praktikum yang mudah didapatkan dan praktis karena
tersedia di sekitar sekolah sesuai dengan pendapat Sudjana (1991) dalam memilih
sumber belajar harus memperhatikan kriteria antara lain ekonomis, praktis,
mudah, fleksibel, dan sesuai dengan tujuan. Melalui kegiatan praktikum ini siswa
dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan sebenarnya secara alami, sehingga
lebih nyata, lebih faktual, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Ketiga belas tanaman tersebut merupakan tanaman hias dan tumbuhan liar
yang mudah dijumpai di lingkungan sekitar SMPN 1 Ambunten. Tanaman ini juga
banyak dijumpai di sekolah-sekolah lain terutama sekolah yang terletak di
pedesaan yang memiliki lingkungan sekitar yang ditumbuhi banyak tanaman.
Dengan demikian, hasil penelitian ini tidak hanya digunakan di SMPN 1
Ambunten melainkan juga dapat digunakan di sekolah-sekolah lain.
2. Efektifitas pemanfaatan tumbuhan seagai bahan praktikum tumbuhan biji
Efektifitas pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan praktikum dapat
diketahui melaui pengamatan keterampilan siswa, respon siswa, dan guru.
31
a. Keterampilan siswa
Bedasarkan tabel keterampilan siswa dari keempat kelompok dalam
kegiatan praktikum mengamati tumbuhan biji dapat diketahui bahwa rata-rata
nilai keterampilan siswa yang diperoleh oleh kelompok 1 adalah 79,16 yang
dikategrikan cukup baik. Rata-rata nilai yang diperoleh kelompok 2 adalah
95,83 dikategorikan sangat baik dan rata-rata nilai yang diperoleh kelompok 3
adalah 83,3 dikategorikan sangat baik sedangkan rata-rata nilai yang diperoleh
kelompok 4 adalah 87,5 dikategorikan sangat baik.
Keterampilan bekerja sama siswa dalam kelompok dalam melakukan
kegiatan praktikum cukup baik dan pada kelompok 2 sangat baik. Hal ini
dikarenakan siswa merasa antusias untuk mendiskusikan bersama anggota
kelompoknya karena tumbuhan yang diamati dapat dilihat dengan jelas dan
dapat ditemukan di lingkungan mereka. Keterampilan siswa dalam menjawab
pertanyaan dan menyajikan hasil pengamatan dan jawaban pertanyaan cukup
baik pada kelompok 1 dan sangat baik pada kelompok 2, 3, dan 4. Hal ini
dikarenakan sebelumnya siswa sudah mendapat konsep tumbuhan biji secara
teori dari guru biologinya sehingga siswa dapat menghubungkan antara
konsep yang diperoleh sebelumnya dengan kegiatan praktikum yang
memanfaatkan tumbuhan sekitar sekolah. Pada keterampilan siswa dalam
mengamati bentuk dan bagian tubuh tumbuhan cukup baik dan sangat baik.
Akan tetapi keterampilan menggambar dan memberikan nama bagian tubuh
tumbuhan pada kelompok 1 dan 3 dikategorikan kurang baik karena pada
kedua kelompok tersebut dapat menggambar bagian tubuh. Akan tetapi
memberikan nama bagian tubuh tumbuhan kurang lengkap dan kurang tepat.
Hal ini dikarenakan siswa masi jarang melakukan praktikum dan konsep yang
diberikan oleh guru biologi masih sangat kurang terutama tentang pengenalan
bagian-bagian tumbuhan.
Melalui kegiatan praktikum yang memanfaatkan tumbuhan biji di
lingkungan sekitar sekolah ini diharapkan dapat membantu membangun
konsep siswa tentang tumbuhan biji. Hal ini sesuai dengan pendapat Rustaman
(2003) yang menyatakan bahwa praktikum dapat membangkitkan motivasi
belajar siswa sehingga mendorong rasa ingin tahu siswa dan siswa dpaat
menemukan pengetahuan melalui eksplorasinya terhadap alam.
32
b. Respon siswa
Bedasarkan hasil angket respon siswa terhadap kegatan praktikum
yang memanfaatkan tumbuhan biji lingkungan sekitar sekolah diketahui
bahwa adanya respon positif siswa terhadap kegiatan praktikum yang
memanfaatkan tumbuhan biji lingkungan sekitar sekolah. Secara keseluruhan
siswa senang melakukan kegiatan praktikum yang memanfaatkan tumbuhan
biji lingkungan sekitar sekolah. Hal ini dikarenakan siswa merasa lebih
mudah memahami materi tumbuhan biji dengan mengenal tumbuhannya
secara langsung.
Kegiatan praktikum ini sudah berjalan dengan baik. Akan tetapi ada
beberapa kesulitan dalam melakukan kegiata praktikum yang memanfaatkan
tumbuhan sekitar sekolah, anatara lian sebesar 5% siswa tidak dapat mengikuti
kegiatan praktikum dengan baik. Hal ini dikarenakan mereka tidak antusias
melakukan kegiatan praktikum dan tidak mengikuti petunjuk praktikum
dengan baik. Sebesar 10%siswa berpendapat bahwa alokasi waktu yang
diberikan untuk melakukan praktikum masih kurang. Hal ini disebabkan
mereka ramai sendiri sehingga banyak waktu yang terbuang. Sebesar 15%
siswa menemui kesulitan dalam mengamati tumbuhan yang dijadikan bahan
praktikum. Hal ini disebabkan mereka tidak dapat mengamati bentuk dan
bagian tubuh tumbuhan dengan baik. Misalnya tidak dapat mengiris bagian
tumbuhan sesuai petunjuk praktikum.
Melalui kegiatan praktikum dengan memanfaatkan
tumbuhanlingkungan sekitar sekolah ini siswa akan terlibat secara langsung
dalam menemukan konsep tumbuhan biji sehingga konsep yang tertanam
dalam benak siswa bisa bertahan lebih lama serta memahami bahwa segala
sesuatu di lingkungan untuk digunakan sebagai sumber belajar dapat dibawa
ke dalam kelas. Hal ini didukung oleh pendapat Sudjana (1991) yang
mengatakan bahwa dengan memanfaatkan tumbuhan sekitar sekolah, siswa
diharapkan dengan keadaan sebenarnya secara alami, sehingga lebih nyata dan
faktual.
c. Respon guru
Bedasarkan hasil respon guru (Lihat tabel 4), terhadap kegiatan
praktikum menunjukkan bahwa guru berpendapat sebelumnya sangat jarang
33
dilakukan praktikum dengan memanfaatkan tumbuhan di lingkungan sekitar
sekolah. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan guru mengenai tumbuh-
tumbuhan yang dapat dijadikan bahan praktikum. Adanya inventarisasi
tumbuhan di lingkungan sekitar sekolah mempermudah guru untuk mencari
alternatif bahan praktikum yang bisa didapatkan dengan mudah dan bahan
yang dipelajari lebih faktual. Menurut hasil respon guru, tumbuh-tumbuhan
tersebut layak digunakan sebagai bahan praktikum karena banyak tersedia di
lingkungan sekitar sekolah dan sangat mendukung materi tumbuhan biji.
Keuntungan yang diperoleh dari inventarisasi tumbuhan di lingkungan
sekitar sekolah adalah mempermudah guru untuk mencari alternatif bahan
praktikum yang bisa didapatkan dengan mudah dan bahan yang dipelajari
lebih faktual. Sesuai dengan pendapat Sudjana (1997) yang menatakan bahwa
penggunaan benda nyata terutama makhluk hidup yanga ada di lingkungan
sekitar siswa akan memberi gambaran yang sebenarnya tentang suatu
peristiwa atau keadaan sebenarnya yang alami, sehingga lebih memberikan
makna dalam belajar.
Akan tetapi, pada kegiatan praktikum ini juga menemui hambatan
yaitu siswa ramai karena praktikum dilakukan pada siang hari ketian siswa
sudah mulai jenuh dengan pelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya praktikum ini
dilakukan pada pagi hari ketika siswa masih dalam kondisi siap menerima
pelajaran. Sarandari respon guru yaitu sebaiknya inventarisasi tumbuhan ini
tidak hanya pada materi tumbuhan biji saja tetapi untuk materi tumbuhan
lainnya seperti tumbuhan paku dan lumut.
BAB V
34
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan dari penelitian ini adalah
1. Hasil inventarisasi diperoleh empat belas jenis tumbuhan yang dapat dijadikan
bahan praktikum pada subpokok bahasan tumbuhan biji sesuai dengan
kompetensi dasar yang ingin dicapai.
2. Efektifitas pemanfaatan tumbuhan lingkungan sekitar sekolah sangat efektif. Hal
ini dapat dilihat dari rata-rata nilai keterampilan siswa yang diperoleh oleh
kelompok 1 adalah 79,16 yang dikategrikan cukup baik. Rata-rata nilai yang
diperoleh kelompok 2 adalah 95,83 dikategorikan sangat baik dan rata-rata nilai
yang diperoleh kelompok 3 adalah 83,3 dikategorikan sangat baik sedangkan rata-
rata nilai yang diperoleh kelompok 4 adalah 87,5 dikategorikan sangat baik.
Selain it, respon siswa positif karena dapat meningkatkan motivasi siswa dalam
pembelajaran dan membangun konsep siswa pada materi tumbuhan biji serta
mempermudah guru untuk mencari alternatif bahan praktikum dengan
memanfaatkan lingkungan sebagai suber belajar.
3. Kegiatan praktikum ini dapat melatih keterampilan siswa dalam mengamati
tumbuhan sebagai bahan praktikum guna membangun konsep siswa dengan
menghubungkan teori yang telah diperoleh sebelumnya dan kegiatan praktikum
yang dilakukan.
B. Saran
Saran untuk penelitian ini adalah
1. Perlu dilakukan inventarisasi tumbuhan lebih banyak untuk memperkaya bahan
praktikum serta pada pokok bahasan plantae yang lain.
2. Untuk para pembaca dan peneliti yang hendak memanfaatkan lingkungan sekitar
untuk bahan praktikum hendaknya pemilihan bahan praktikum harus disesuaikan
dengan lingkungan yang ada di sekitar sekolah.
3. Sebelum dilakukan praktikum, sebaiknya siswa diberi teori yang cukup tentang
materi atau pokok bahasan yang akan dipraktikumkan sehingga pada saat
melakukan praktikum, siswa dapat menghubungkan konsep yang dimiliki dengan
kegiatan praktikum yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
35
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, S. B. (1996). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Efi. (2007). Perbedaan Hasil Belajar Biologi antara Siswa yang Diajar melalui Pendekatan COOperative Learning Teknik Jigsaw dengan Teknik STAD. Skripsi Dipublikasikan. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Press.
Firdausi, A. (2010). Inventarisasi dan Pemanfaatan Tumbuhan di Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Bahan Praktikum pada Sub Pokok Bahasan Tumbuhan Biji (Spermatophyta) Kelas VII di SMP Negeri Ambunten Sumenep. Skripsi Tidak Dipublikasikan . Surabaya: UNESA Press.
Ibrahim, M. (2010). Dasar- Dasar Proses Belajar Mengajar. Surabaya: Unesa University Press.
Mudhoffir. (1990). Teknologi Instruksional sebagai Landasan Perencanaan dan Penyusunan Progam Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Poerwodarminto. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Rivai, N. S. (2002). Media Pengajaran. Bandung: CV. Sinar Baru.
Rufiah. (2003). Studi Pertumbuhan Buluh Serbuk Sari Spesies Anggota Apocynacea sebagai Bahan Praktikum pada Subpokok Bahasan Reproduksi Tumbuhan di SMU Bhayangkari Surabaya (Skripsi tidak dipublikasikan) . Surabaya: Unesa Press.
Rusliah. (2004). Studi Flora di Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Bahan Praktikum pada Subpokok Bahasan Pemencaran Tumbuhan di SMA Negeri 1 Plaosan Magetan . Surabaya: Unesa Press.
Rustaman, N. S. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: UPI.
Soekartawi, d. (1995). Menigkatkan Rancangan Instruksional (Instructional Design) untuk Memperbaiki Kualitas Belajar Mengajar . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sudjana, N. d. (1991). Media Pengajaran. Bandung: CV. Sinar Baru.
Sugiana, I. (2005). Studi Menutupnya Daun Putri Malu terhadap Bahan Kimia sebagai Bhan Praktikum pada Subpokok Bahasan Gerak Nasti pada Tumbuhan (Skripsi tidak dipubliasikan). Surabaya: Unesa Press.
Sumantri, M. (1988). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Tjitrosoepomo, G. (1989). Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Yogyakarta: UGM Press.
Tjokrodiharjo, S. (1993). Organisasi dan Menejemen Laboratorium Pendidikan . Surabaya: Unipress IKIP Surabaya.
36
Widyani, R. (2003). Efektifitas Pembelajaran Biologi dengan Pendekatan Lingkungan Sekolah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 1 SLTP Pogalan pada Pokok Bhasan Tumbuhan Biji . Surabaya: Unesa Press.
37