32
Gerwani sebagai Institusi Pendidikan bagi Kaum Perempuan Theodora J. Erlijna Awal Desember 1965. Sekelompok massa sipil berteriak-teriak mencari Jermini, anggota DPD (Dewan Pimpinan Daerah) Gerwani Bali. Ibu terus dicari-cari di belakang pintu, didapat itu, terus ditombok sama besi lancip … “Keluar, tokoh Gerwani 1 !” dia bilang gitu. Ya, daripada anak-anak dibunuh, lebih baik dah, ibu menyerah … (Jermini, Denpasar, 17/8/00). Jermini keluar sambil menggendong bayinya yang baru berusia beberapa bulan. Massa memukuli sambil menggelandangnya menuju banjar di mana tawanan-tawanan lain sudah dikumpulkan dalam keadaan duduk. Jermini menyaksikan seorang anggota BTI sudah tewas. Tentara itu kemudian bersila di hadapan seorang mahasiswa tawanan dan menembaknya di bagian mulut hingga tewas. Di tengah proses penembakan, seorang laki-laki tiba-tiba menghela Jermini, menyuruhnya pergi dari tempat itu. Pagi itu sekitar 10 tawanan ditembak mati. Yang masih hidup diangkut dengan truk power (milit er?) menuju bekas kantor CDB (Central Daerah Besar) 2 PKI di Sanglah yang telah disita penguasa militer dan diubah menjadi tahanan. Hari itu Jermini selamat. Baru beberapa hari kemudian ia ditangkap dan ditahan di kantor kodim. Penangkapan terhadap Jermini dan rekan-rekannya pada Desember 1965 berujung pada bubarnya Gerwani daerah Bali. Berbagai kegiatan yang telah mereka lakukan selama lebih dari satu dekade, termasuk mendirikan kursus pemberantasan buta huruf (PBH) bagi perempuan dewasa dan taman kanak-kanak (TK) Melati, hancur. Peristiwa serupa yang dialami Jermini telah lebih dahulu dialami para aktivis Gerwani di Jakarta dan wilayah-wilayah lain di Pulau Jawa serta Medan. Betapapun Soeharto baru secara resmi melarang dan membubarkan Gerwani pada 12 Maret 1966, namun propaganda hitam 3 yang diciptakan Angkatan Darat di bawah pimpinannya sejak pertengahan Oktober 1965, berlanjut dengan perburuan terhadap aktivis-aktivisnya dan aksi vandalisme terhadap kantor dan tempat-tempat kegiatan Gerwani, telah secara efektif meluluhlantakkan organisasi ini. 1 Gerakan Wanita Indonesia, sebelum 1954 bernama Gerwis (Gerakan Wanita Sedar). Dalam esai ini saya akan memakai kedua nama secara bergantian tergantung pada periode mana yang diacu. Nama Gerwis mengacu pada peri ode pertengahan 1950 hingga 1954, sedang Gerwani m engacu pada sej arah organisasi perempuan ini sejak 1954 dan seterusnya. 2 Kepengurusan PKI di tingkat provinsi 3 w Uraian mengenai bagaimana Angkatan Darat menyebarkan propaganda hitam terhadap Gerwani bisa dibaca dalam Saskia E. Wieringa, Penghancuran Gerakan Perempuan di Indonesia, Cet. 1 (Jakarta: Garba Budaya, 1999a); Stanley, ”Penggambaran Gerwani sebagai Kumpulan Pembunuh dan Setan, Fitnah dan Fakta Penghancuran Organisasi Perempuan Terkemuka”, paper untuk Seminar Sehari ”Tragedi Nasional 1965” yang diselenggarakan oleh Masyarakat Sejarawan Indonesia (Serpong, 8 September 1999), di akses dari? Pada?

Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

Gerwani sebagai Institusi Pendidikan bagi Kaum Perempuan Theodora J. Erlijna

Awal Desember 1965. Sekelompok massa sipil berteriak-teriak mencari Jermini, anggotaDPD (Dewan Pimpinan Daerah) Gerwani Bali.

Ibu terus dicari-cari di belakang pintu, didapat itu, terus ditombok sama besi lancip …“Keluar, tokoh Gerwani1!” dia bilang gitu. Ya, daripada anak-anak dibunuh, lebihbaik dah, ibu menyerah … (Jermini, Denpasar, 17/8/00).

Jermini keluar sambil menggendong bayinya yang baru berusia beberapa bulan. Massamemukuli sambil menggelandangnya menuju banjar di mana tawanan-tawanan lainsudah dikumpulkan dalam keadaan duduk. Jermini menyaksikan seorang anggota BTIsudah tewas. Tentara itu kemudian bersila di hadapan seorang mahasiswa tawanan danmenembaknya di bagian mulut hingga tewas. Di tengah proses penembakan, seoranglaki-laki tiba-tiba menghela Jermini, menyuruhnya pergi dari tempat itu. Pagi itu sekitar10 tawanan ditembak mati. Yang masih hidup diangkut dengan truk power (milit er?)menuju bekas kantor CDB (Central Daerah Besar)2 PKI di Sanglah yang telah disitapenguasa militer dan diubah menjadi tahanan. Hari itu Jermini selamat. Baru beberapahari kemudian ia ditangkap dan ditahan di kantor kodim.

Penangkapan terhadap Jermini dan rekan-rekannya pada Desember 1965 berujung padabubarnya Gerwani daerah Bali. Berbagai kegiatan yang telah mereka lakukan selamalebih dari satu dekade, termasuk mendirikan kursus pemberantasan buta huruf (PBH)bagi perempuan dewasa dan taman kanak-kanak (TK) Melati, hancur. Peristiwa serupayang dialami Jermini telah lebih dahulu dialami para aktivis Gerwani di Jakarta danwilayah-wilayah lain di Pulau Jawa serta Medan. Betapapun Soeharto baru secara resmimelarang dan membubarkan Gerwani pada 12 Maret 1966, namun propaganda hitam3

yang diciptakan Angkatan Darat di bawah pimpinannya sejak pertengahan Oktober 1965,berlanjut dengan perburuan terhadap aktivis-aktivisnya dan aksi vandalisme terhadapkantor dan tempat-tempat kegiatan Gerwani, telah secara efektif meluluhlantakkanorganisasi ini.

1 Gerakan Wanita Indonesia, sebelum 1954 bernama Gerwis (Gerakan Wanita Sedar). Dalam esai ini sayaakan memakai kedua nama secara bergantian tergantung pada periode mana yang diacu. Nama Gerwismengacu pada periode pertengahan 1950 hingga 1954, sedang Gerwani mengacu pada sej arah organisasiperempuan ini sejak 1954 dan seterusnya.2 Kepengurusan PKI di tingkat provinsi3w Uraian mengenai bagaimana Angkatan Darat menyebarkan propaganda hitam terhadap Gerwani bisadibaca dalam Saskia E. Wieringa, Penghancuran Gerakan Perempuan di Indonesia, Cet. 1 (Jakarta: GarbaBudaya, 1999a); Stanley, ”Penggambaran Gerwani sebagai Kumpulan Pembunuh dan Set an, Fitnah danFakta Penghancuran Organisasi Perempuan Terkemuka”, paper untuk Seminar Sehari ”Tragedi Nasional1965” yang diselenggarakan oleh Masyarakat Sejarawan Indonesia (Serpong, 8 September 1999), di aksesdari? Pada?

Page 2: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

Apa dan siapa sesungguhnya Gerwani? Mengapa Angkatan Darat menjadikannya sebagaisasaran pertama dan sentral untuk dihancurkan? Dan mengapa upaya mendiskreditGerwani terus direprodusir selama periode kekuasaan Orde Baru bahkan hingga saat ini?

Seluruh kegiatan Gerwani pertama-tama ditujukan untuk membangun kemampuanperempuan untuk turut serta dalam menegaskan kedaulatan bangsa yang berbasiskerakyatan. Dalam perspektif Gerwani, sebagai bagian dari rakyat, kaum perempuanharus ikut mendefinisikan Indonesia. Untuk bisa melaksanakan tugas itu, perempuanharus sadar politik, mau bekerja keras, terdidik dan berani memimpin. Kenyataannyabanyak perempuan masih belum memenuhi prasyarat itu. Dan kalangan perempuan yangbelum ‘sedar’ itu membentuk bagian terbesar dari Gerwani. Oleh karena itu, Gerwanimenyatakan dirinya sebagai institusi pendidikan bagi kaum perempuan. Merekamemobilis ir perempuan-perempuan kelas menengah untuk bekerja di kalanganperempuan miskin perkotaan dan perempuan-perempuan tani di desa-desa pelosok untukmenyebarkan kesadaran baru itu. Pada dasarnya Gerwani berusaha menciptakan ruang dimana kaum perempuan kelas menengah-bawah dapat mempersiapkan diri untuk bergerakdan bersuara, menentukan kehidupan berpolitik bangsa. Inilah mengapa dari perspektifAngkatan Darat, Gerwani dianggap terlalu berbahaya untuk dibiarkan terus hidup.

Peristiwa 1965 dengan demikian menghentikan upaya Gerwani untuk mempersiapkanketerlibatan kaum perempuan dalam kehidupan negara-bangsa. Gerwis memang didirikanuntuk menampung perempuan-perempuan ‘sedar’ politik. Namun setelah Gerwis berubahmenjadi Gerwani dalam Kongres I (1951), kata ‘sedar’ ikut berubah menjadi cita-cit a danbukan lagi penanda bagi organisasi ini. Gerwis menerima siapapun kaum perempuanyang ingin menjadi anggotanya. Untuk itu setiap kegiatan yang mereka selenggarakanberfungsi sebagai ruang belajar bagi anggota-anggotanya. Saraswati, anggota DPDGerwani Jawa Timur, menuturkan:

Jadi memang masalah pendidikan adalah masalah yang sangat vital untukkepentingan suatu bangsa ini. …Lha ini, yang bisa dicapai oleh Gerwani bagus ...karena programnya ya, karena pendidikan. …[Namun] Saya kira yang jelas sajamisalnya, waktu itu soal politik [nasional] itu ya belum mengerti, gitu. …[Karena]Gerwani itu terdiri dari massa yang, semua itu baru ke arah gimana meningkatkantaraf budaya, taraf pendidikan git u (Saraswati, Jakarta, 5/2/05).

Penelit ian saya hendak menjawab: Bagaimana Gerwani mempersiapkan danmenggerakkan kaum perempuan yang secara umum masih kesulitan dalam mengaksespendidikan formal dan belum sadar politik untuk ikut serta dalam mengurus masyarakatdan menentukan kebijakan negara? Dengan kata lain, bagaimana Gerwani berfungs isebagai institusi pendidikan bagi kaum perempuan? Di dalamnya muncul pertanyaan apavisi Gerwani tentang perempuan dan apa gagasannya tentang pendidikan bagi kaumperempuan? Sejauhmana capaiannya? Untuk itu saya mewawancarai sejarah hidup enamanggot a dan 13 pengurus Gerwani. Untuk menyusun esai ini, saya membandingkantuturan satu dengan yang lain untuk mencari kesesuaian cerita, mengambil kisah-kisahyang saling melengkapi dan berusaha memahami kontras-kontras ingatan.

Page 3: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

GERWIS DAN GERWANI

Gerwis berdiri pada 4 Juni 1950, beberapa bulan setelah Indonesia berdaulat penuh,untuk mewadahi perjuangan politik perempuan. Menurut Sulami yang terlibat dalamGerwis sejak awal berdirinya dan kemudian menjadi Sekjen Gerwani:

Sebuah gerakan yang ... membela hak-hak wanita tidak akan dapat menyelesaikansoalnya, bila tidak dibarengi dengan melawan sebab-sebabnya yang berakar.Yaitu sistim feodal yang masih tersisa di seluruh tanah air dan sistim ekonomipolitik kolonialis dan kapitalistis4.

Gerwis merupakan hasil fusi dari enam organisasi perempuan5. Agak sulit menemukanreferensi-referensi yang bisa menjelaskan kegiatan keenam organisas i tersebut sebelumberfusi menjadi Gerwis. Satu yang paling sering disebut hanyalah Istri Sedar.

Gerwis memandang kemerdekaan sebagai modal awal untuk memperjuangkan perbaikankehidupan perempuan. Sedikit sekali bahan, baik dalam bentuk tulisan maupun tuturan,tentang periode 1950-1953 yang merupakan periode kritis dalam sejarah Gerwis.Sesungguhnya menarik untuk mengetahui apa yang mendorong keenam organisasiperempuan di atas berfusi, bagaimana proses perdebatan awal untuk menentukan arahgerak mereka, bagaimana mereka mendefinisikan perempuan yang ‘sedar’ dan mengapamereka memutuskan untuk menanggalkan kata itu dari namanya. Sejak Kongres Gerwis Idi Surabaya, Desember 1951, konsep ‘perempuan sedar’ sudah menjadi bahanperdebatan sengit. Perdebatan itu pada akhirnya berkait dengan apakah Gerwis tetap akanmempertahankan bentuk organisasi kader atau beralih menjadi organisasi massa yang,menurut Wieringa (1999a), lebih banyak untuk memenuhi target PKI untuk Pemilu 1955.

Lepas dari soal itu, perempuan-perempuan yang terlibat dalam Kongres 1951 memilikikesadaran politik yang beragam. Ada jarak antara perempuan-perempuan ‘pinter’ dijajaran pemimpin yang sudah malang melintang dalam dunia politik sejak masa kolonialBelanda dengan peserta-peserta muda kongres. Salah satu di antara peserta muda ituadalah Saraswati, utusan Bojonegoro:

... waktu itu saya nggak merasa [cukup paham] ... agendanya apa gitu ya, lalumisalnya masalah apa, lalu dibentuk komisi, semacam itu, saya nggak merasa.Mungkin waktu itu ditangani oleh orang yang pinter-pinter itu. ... Bu [SK] Trimurti,Bu Suwarti, Bu Sri Panggian dari Solo itu. ... Termasuk Bu [Siti Su]Ndari. Apa, itu

4 Sulami, “Beberapa Pendapat Berdasarkan Pengalaman akan Gerakan Wanita Revolusioner”, 1992,diakses dari situs Rumah Kiri pada ...5 Enam organisasi yang berfus i itu adalah Rupindo (Rukun Putri Indonesia; Semarang); Persatuan WanitaSedar (Surabaya), Istri Sedar (Bandung), Gerwindo (Gerakan Wanita Indonesia; Kediri), Wanita Madura(Madura), dan PPRI (Perjuangan Putri Republik Indonesia; Pasuruan) . Wieringa, 1999a:139?. Perhatikan,tak satu pun organisasi-organisasi itu yang berasal dari pusat-pusat pemerintahan saat itu, Jakarta maupunYogyakarta. Namun tiga organisasi di antaranya berasal dari kantung-kantung pergerakan nasional paruhpert ama awal abad 20: Semarang, Bandung dan Surabaya. Yang paling menarik, dua organisasi perempuanberasal dari dua daerah, Madura dan Pasuruan, yang, sejauh pengetahuan saya, hampir tidak pernahterbi carakan dalam sejarah pergerakan nasional maupun sejarah pergerakan perempuan.

Page 4: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

kan termasuk orang-orang pinter. ... waktu itu saya masih muda ... (Saraswati,Jakarta, 21/12/04)

Pada saat itu usia Saraswati sekitar 20 tahun. Pengalaman berorganisasi yang dimilikinyahanyalah menjadi juru tulis bagi istri lurah yang, betapapun buta huruf dan tidak mengertiseluk-beluk organisasi, mau tidak mau harus memimpin Fujinkai di desanya hanyakarena posisi suaminya. Baru sesudah kongres Saraswati mulai mempelajari gagasanGerwis tentang keperempuanan.

Dalam Kongres Gerwis II, 1954, kata ’sedar’ akhirnya dihapus. Nama Gerwis berubahmenjadi Gerwani dan garis massa menggantikan garis kader. Diperlukan penelitian lebihlanjut, terutama menyangkut periode pendek antara pertengahan 1950 sampai Desember1951 untuk mengetahui perbedaan antara Gerwis dengan Gerwani. SK Trimurti sendirimengatakan tidak ada perubahan yang signifikan. Sejak awal banyak anggota Gerwisadalah perempuan desa berpendidikan rendah dan belum sadar politik sehingga programutama Gerwis adalah menuntut UU Perkawinan yang melindungi hak-hak perempuan,mengkampanyekan hak-hak perempuan dan memperjuangkan hak-hak buruh tani6.Namun tentu saja pembukaan pintu keanggotaan yang selebar-lebarnya7 membawakonsekuensi bagi Gerwani. Jarak antara kesadaran dan strategi politik pimpinan pusatnyadengan persoalan-persoalan yang digeluti anggot a sehari-hari sangat lebar. Ini tampakdari laporan-laporan tentang kegiatan-kegiatan Gerwani di dalam kongres yang selalucampur aduk tanpa kaitan yang jelas antara kegiat an untuk merespon politik nasional(Gerakan 17 Oktober, pemberontakan-pemberontakan di daerah, kampanye Irian Baratdan Ganyang Malaysia dan perdamaian dunia) dengan kegiatan-kegiatan untukmerespons persoalan perempuan di desa-desa dan perkampungan-perkampungan miskinperkotaan (poligami, kawin paksa, dan perkawinan anak; tani tanpa tanah, bagi hasil yangtak adil, upah buruh yang rendah, eksploitasi dan kekerasan terhadap buruh perempuan;bencana alam; akses kaum miskin terhadap pendidikan; akses perempuan terhadapjabatan-jabatan di pemerintahan).

Wieringa berusaha memahami keseluruhan yang campur aduk itu dalam konsep ’tigamedan’8 perjuangan Gerwani, yaitu medan politik, medan feminisme dan medan daerah.Namun menurut saya yang terjadi sesungguhnya adalah Gerwani belum selesaimerumuskan politik perempuan berdasarkan pergulatan kerjanya di lapangan. Dalamperjalanan hidupnya yang singkat, 15 tahun, Gerwani sedang dalam proses uji coba untukmerumuskan politik perempuan. Sebelum Peristiwa 1965 terjadi, ruang uji-coba itutersedia bagi Gerwani. Dalam kerangka mendefinisikan politik perempuan itu Gerwanitampil sebagai institusi pendidikan, baik untuk pimpinan maupun anggota-anggotanya.Gerwani menjadi jembatan untuk menuju kondisi perempuan ideal yang dicita-citakan,yaitu perempuan yang sadar politik dan bergerak.

6 Wieringa 1999a: 142?7 Gerwani hanya menetapkan batasan umur 16 tahun atau sudah menikah untuk menjadi anggotanya.8 Wieringa, 1999a: 142-143

Page 5: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

ANGGOTA GERWANI

Siapa anggota-anggota Gerwani? Bagaimana dan mengapa mereka bergabung denganGerwani? Bagaimana dan sejauhmana Gerwani mempengaruhi kehidupan mereka?

Para pimpinan Gerwani yang kisah hidupnya saya pelajari umumnya adalah lulusansekolah guru, sedang para anggota rata-rata hanya pernah mengecap bangku SD, baiklulus maupun tidak. Para perempuan pimpinan umumnya berasal dari kelas menengahyang tinggal di wilayah perkotaan. Ini menjelaskan kenapa akses mereka terhadappendidikan lebih baik. Beberapa di antara mereka juga memiliki ayah atau kerabat laki-laki yang terlibat dalam pergerakan nasional. Sementara itu, para anggota rata-ratatinggal di desa. Dua di antara mereka yang lulus pendidikan setingkat SMP, berayahkanpriyayi desa.

Sebagian besar perempuan, baik yang kemudian menjadi pimpinan Gerwani maupunanggot a, menempatkan pengalamannya berkenalan dan terlibat dengan pergerakannasionalis di posisi sentral. Sebagian besar juga sebelumnya sudah sudah punyapengalaman berorganisasi, baik dalam organisasi kepemudaan/kelaskaran, organisasiperempuan maupun partai politik. Ada di antara mereka bahkan pernah membentukorganisasi perempuan baru. Semua itu akan menjadi modal awal bagi gerak Gerwani.

Keinginan Bersekolah yang Kuat dan Pandangan KolotKetika para perempuan ini diminta untuk mengenang masa kecil mereka, yang berstatuspimpinan rata-rata mengingat diri mereka sebagai anak-anak perempuan dengankeinginan kuat untuk belajar dan bersekolah. Saraswati, staf Dewan Pimpinan DaerahGerwani Jawa Timur, bahkan memutuskan untuk melarikan diri dari rumahnya di Ngawi,Jawa Timur, dan mencari pekerjaan sebagai pengasuh anak di Bojonegoro setelah ibutirinya keberatan jika ia melanjutkan sekolah lagi. Di Bojonegoro ia mendapatkesempatan untuk belajar berorganisasi.

Seorang pimpinan cabang Gerwani Blitar, Jawa Timur, Andhika, menuturkan ia justrumenolak untuk melanjutkan sekolah setelah sempat terhenti semasa pemenjaraan ayahnyaoleh Jepang. Ia memilih untuk belajar dari Umi Sardjono, rekan ayahnya di KomiteNasional Indonesia.

... [ketika] bapak bebas. Saya [di]suruh masuk sekolah ndak mau, saya ingin ikuttemannya bapak yang pinter. Lalau saya diikutkan di Bu Umi Sarjono. Karena BuUmi Sarjono tahanan di Blitar waktu Jepang. Dia bebas di Blitar, lalu sayadiikutkan di Ibu Sardjono. Jadi, saya hanya mengikuti belajar politik itu apa,taktik-strategi itu apa dari Bu Umi Sardjono. Jadi bahasa politik itu tau, saya dariBu Umi Sardjono (Andhika, Blitar, 8/12/00).

Umi Sardjono adalah tokoh gerakan bawah tanah pada masa pendudukan Jepang yangkemudian terpilih menjadi pimpinan pusat Gerwis/Gerwani. Kebanyakan anak

Page 6: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

perempuan desa tidak punya kesempatan memilih seperti Andhika. Pandangan kolot,kemiskinan, dan sedikitnya jumlah sekolah adalah tiga faktor penyebab utama. Karenaitu, anak perempuan desa rata-rata menjalani masa kanak-kanak yang singkat.

Perkenalan dengan Gagasan Nasionalisme dan Keterlibatan dalam PergerakanRata-rata perempuan yang wawancaranya saya pelajari, terutama kalangan pimpinan,sudah mulai bersentuhan dengan gagasan nasionalisme sejak di bangku sekolah dan turutdalam pergerakan. Mereka menempatkan pengalaman berkenalan dengan gagasannasionalisme dan keterlibatan mereka dalam revolusi kemerdekaan di posisi sentral.Saraswati mulai mengenal gagasan nasionalisme dari abang sulungnya yang lulusanTaman Siswa dan turut dalam pergerakan. Ia memperkenalkan Saraswati, kakakperempuannya dan gadis-gadis di lingkungan sekitar tempat tinggal mereka pada Kartini.

Sunarti, ketua ranting Gerwani di sebuah kampung di Solo, yang masih berusia SMPpada saat terjadinya Clash II (1948-49) memutuskan untuk ikut bergerilya dengankesatuan Tentara Pelajar yang bergerak di wilayah Yogya-Solo. Pertempuran mendorongSunarti dan banyak perempuan-perempuan muda lain yang berasal dari kota bergerakmasuk desa. Wilayah pedesaan menjadi basis kaum gerilyawan dan kantungpengungsian. Periode revolusi kemerdekaan yang singkat adalah masa di mana jarakantara orang kota dan desa, antara kelas menengah dan miskin, antara perempuan terdidikdari perkotaan dengan perempuan-perempuan desa, diperpendek. Mereka salingmengurus satu sama lain.

Perkenalan dengan Persoalan Perempuan dan OrganisasiSejak sebelum terlibat dalam Gerwani, para perempuan pimpinan sudah mulaimemikirkan persoalan perempuan atau menghadapi persoalan karena keperempuananmereka. Ketika diajak untuk mengikuti Kongres 1951, Saraswati mengaku tidak bisamemahami proses diskusi. Topik diskusi merupakan hal baru baginya. Namun sejakbeberapa waktu sebelumnya ia sudah mulai memperhatikan persoalan kemiskinanperempuan. Di samping itu, Saraswati sendiri juga merasakan akibat praktek poligamiayahnya. Persoalan pendidikan juga sudah menjadi perhatian rata-rata perempuananggot a Gerwani sejak sebelum terlibat dalam Gerwani, seperti telah dipaparkan melaluipengalaman Saraswati dan Atmi.

Perempuan-perempuan anggota Gerwani banyak yang sebelumnya sudah pernah terlibatdalam, bahkan mendirikan, organisas i perempuan. Beberapa perempuan yangwawancaranya saya pelajari pernah bergabung dalam PPI (Pemuda Putri Indonesia),organisasi perempuan muda yang terlibat dalam perjuangan kemerdekaan dan bergabungdalam Kowani pada Kongres 1946. Pada 60an, Atmi yang saat masih tergabung diPemuda Rakyat ditugaskan oleh pimpinan Jawa Tengah untuk membuat eksperimenmembentuk beberapa ranting khusus putri. Dengan demikian diharapkan perempuananggot a Pemuda Rakyat memiliki ruang untuk membicarakan persoalan yang spesifikperempuan. Menurut Atmi eksperimen itu berhasil. Mereka bisa mendirikan setidaknyadua ranting perempuan. Srigati pernah berinisiatif mendirikan organisasi perempuan di

Page 7: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

daerah tempatnya bekerja bersama istri pejabat-pejabat lokal: Senang saya berorganisasi,bermasyarakat itu saya senang (Srigati, Solo, 20/4/05).

Sebagian besar aktivis Gerwani telah punya pengalaman berorganisasi semasapendudukan Jepang maupun semasa perjuangan fisik. Saraswati pertama kali berkenalandengan kegiatan berorganisasi saat harus mendampingi istri lurah dalam rapat-rapatFujinkai. Pada periode yang sama, Sita, pimpinan cabang Gerwani Cilacap, yang mas ihbersekolah di Taman Siswa bergabung dalam gerakan anti-fasis: … waktu itu kan ya, apamendidik, kesadaran politik … (Jakarta, 23/7/04). Ia sempat ditangkap dan ditahan olehtentara Jepang selama beberapa hari, dan baru bebas setelah proklamasi kemerdekaan.Pada akhir 40an, Sita bergabung dengan PKI dan mengikuti kursus marxisme diMarxhouse, Padokan. Kemudian ia bergabung dalam SOBSI (Sentral Organisasi BuruhSeluruh Indonesia) bagian Wanita. Sita juga sempat menjadi anggota Perwari sebelumakhirnya masuk Gerwis.

Beberapa anggota Gerwani lain sebelumnya pernah bergabung dalam organisasi-organisasi pemuda yang bermunculan sekitar proklamasi kemerdekaan, yaitu PPI,Pesindo (Pemuda Sosialis Indones ia, BPRI, IPI (Ikatan Pemuda Indonesia), PemudaRakyat, dan kepanduan.

Mengapa dan bagaimana perempuan-perempuan ini bergabung dengan Gerwis /Gerwani?

BERGABUNG DENGAN GERWANI

Menjelang 1950 Saraswati lari dari rumah orang tuanya dan bekerja sebagai pengasuhanak pada sebuah keluarga di Bojonegoro. Rumah keluarga di mana ia bekerja menjadikantor PKI. Di situ ia berkenalan lebih lanjut dengan kehidupan berorganisasi.

… Jadi saya dulu memang dibesarkan, dibesarkan di, di salah satu rumah yangsekalian juga kantor partai, partai komunis di Bojonegoro itu. Nah di situ sayalalu bisa lebih banyak, jadi waktu itu saya masih taraf ini ... kalau ada pertemuanbegitu saya hanya ini mengantarkan kopi. Ya hanya melayani gitu saja. Tapimengapa saya kok seneng gitu lo. Seneng. Jadi kalau saya nggak anu, saya mestiikut nungguin walaupun tidak di ini, tetapi tetep nungguin di luar sambilmendengarkan [???]. Waktu itu ada salah seorang aktivis guru ... yang namanyaBu Warni pinter ... pidato. Ya sekarang ini kira-kira dalam pertemuan itumenyampaikan pendapat [???]. Saya kagum sekali, wow pinter banget gitu toh.Itu jadi memberikan pengalaman apa-apa begitu ya …(Saraswati, Jakarta,21/12/04).

Ketika Gerwis hendak menyelenggarakan Kongres 1951, seorang guru mengajakSaraswati untuk ikut menjadi peserta. Keluarga tempatnya bekerja agaknya memberinyakebebasan yang cukup luas untuk mengembangkan diri: saya ... ikut salah satu keluargayang kebetulan memang, revolusioner, keluarga revolusioner9. Set idaknya hingga 1954,

9 Hingga saat ini Saraswati masih berhubungan dengan anak-anak yang sempat menjadi asuhannya.

Page 8: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

ketika aktivitas Saraswati di Gerwis/Gerwani semakin meningkat, ia masih tetap tinggaldan bekerja pada keluarga itu.

Seumur hidupnya, baru pertama kali Saraswati mengikuti kongres. Sebagai ‘anak baru’,ia begitu canggung sehingga tidak banyak bergaul dengan peserta-peserta lain. Saraswatijuga tidak terlalu memahami jalan diskusi dalam kongres: ...tapi memang ya ini, kira-kira karena saya kok ternyata saya tertarik mengikuti itu. Seperti telah disebut di atas,salah satu yang mendorongnya bergabung dengan Gerwis adalah perlawanannya terhadappraktek poligami. Menurut Saraswati, tema anti-poligami itu juga yang paling menarikminat dan paling mampu menarik banyak anggota di daerah Bojonegoro. Betapapunberdasarkan sensus 1930 hanya 2,5 % dari seluruh populasi laki-laki berpoligami, namunrasa tidak aman kaum perempuan dalam relasi perkawinan rupanya sangat besar sehinggahampir semua organisasi perempuan pada masa itu menuntut penghapusan poligami10.Putu asal Denpasar, Bali, misalnya, bergabung dengan Gerwani karena: Katanya dulu,kalo masuk Gerwani tidak dimadu gitu. Kan wanita, takut dimadu. Tidak dimadu, gitu.Akhirnya saya mau masuk Gerwani (Putu, Denpasar, 21/12/00).

Raja, anggota Gerwani dari daerah Tenggarong, Kalimantan Timur, bergabung denganGerwani karena alasan lain.

Itu, saya waktu didatengin ibu-ibu [Gerwani] itu, saya apa disuruh ngajar ibu-ibuitu. “Saya sanggup ndak?” “Sanggup,” saya bilang. Saya ndak ada kerjaan kan ....Ibu-ibu di sana itu kebanyakan kalau abis masak, pada kumpul itu, terus mainkartu kecil itu ... kartu apa itu ndak tahu. Jadi kalau saya bilang, hati saya mausupaya orang-orang itu mau dibelajarin sedikit-sedikit gitu kan itu (Raja,Kalimantan Timur, 2/7/05).

Riani yang menjadi ketua anak cabang Gerwani di Kecamatan Mojolaban, Sukaharjo,menuturkan para perempuan sesungguhnya jenuh dengan rutinitas keseharian mereka:

... pada waktu itu orang-orang, ya orang perempuan kan dulu anaknya banyak-banyak. Mung ngadang-ngliweeet wae karo manak thok (Cuma masak-menanaaak nasi sama beranak saja). … ibu-ibu sebetulnya itu kalo di rumahsendiri jenuh. … Tapi kalo berkumpul temannya bisa tertawa, ngguyu … (Solo,15/4/05).

Oleh karena itu, menurut Atmi yang bekerja di tengah kaum perempuan tani di Weru,Sukaharjo:

Senenge ra jamak (senangnya tak terkira) pada waktu itu kalo ikut Gerwanisudah seneng. … Lha, karena ya itu tambah kepandaiannya itu tidak hanyamelulu, buruh, kalo habis ke sawah yo terus momong (mengasuh) anak kan itu yaterus bisa kumpul-kumpul sama, kawan-kawan itu, terus bisa ya tambahpengetahuan (Atmi, Solo, 16/4/05).

10 Kecuali organisasi-organisasi perempuan yang berbasis Islam.

Page 9: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

Bagi beberapa perempuan, keterlibatannya di Gerwani merupakan pengalaman pertamaberorganisasi. Organisasi memberi mereka ruang lain untuk mengekspresikan diri selainsebagai istri dan ibu. Murniati, istri seorang petani asal Pati. Saat menjadi anggot aGerwani pada pertengahan 1965, usianya sekitar 15 tahun, sudah dua kali menikah dandalam keadaan hamil: ... saya ikut anggota Gerwani itu saya kan ingin ada tari-tariannya, kelihatannya itu bagus, gitu, saya terus ikut itu (Pati, 6/9/00).

Seperti telah dipaparkan di atas, sebelum bergabung dengan Gerwis/Gerwani, sejumlahperempuan yang wawancaranya saya pelajari punya kaitan langsung atau tidak langsungdengan gerakan kiri. Ayah Murniati adalah anggota PKI dan suami keduanya anggotaBTI. Sebelum terlibat dalam Gerwani, Sunarti sudah lebih dulu aktif di Pemuda Rakyat.Ia memilih Gerwani karena menilai partisipasi organisasi tersebut giat dalammenggerakkan masyarakat: di lingkungan kampung saya, satu-satunya organisasi wanitayang apa itu, yang kemasyarakatannya itu luas gitu ya. Jadi baik dalam hal bantu-membantu, saling tolong menolong, gotong royong itu memang Gerwani, gitu dulu(Sunarti, Solo, 19/7/00). Beberapa perempuan lain terdorong bergabung dengan Gerwanikarena suaminya anggota salah satu organisasi kiri, seperti dikatakan Citra: Ha, bojonePKI, ya istrinya mau tak mau ya mau masuk ke mana? (Sukaharjo, 9/8/04).

Dengan tingkat pendidikan, latar belakang sosial ekonomi, dan pengalaman berorganisasianggot anya yang sedemikian beragam, maka Gerwani menjadi kesadaran politik tidaklagi sebagai kriteria keanggot aan, akan tetapi sebagai cita-cita.

Mendefinisikan Perempuan Sadar PolitikGerwani mencita-citakan perempuan yang sadar politik. Dengan demikian perempuanbisa memperjuangkan hak-haknya, anak-anaknya dan rakyatnya. Gerwanimemperjuangkan hak perempuan untuk mengembangkan diri; untuk bebas dari poligami,pernikahan paksa dan pernikahan dini; hak untuk bebas dari eksploitasi di dalamperkawinan maupun di dalam hubungan kerja; dan hak untuk berpartisipasi di ruangpolitik. Namun menurut Srigati, yang paling utama yang harus dilakukan Gerwaniadalah: ... bagaimana kita membangkitkan semangat, kesadaran ... [agar] mereka itumempunyai kemauan yang besar ... untuk, maju, itu (Solo, 20/4/05). Maju artinyaperempuan sadar bahwa ia punya hak dan bahwa ia perlu organisasi. Denganberorganisasi, perempuan dapat meningkatkan kepercayaan diri, pengetahuan danketerampilan yang diperlukan dalam perjuangan mereka.

Perempuan yang maju adalah perempuan yang mandiri, berani memimpin danmemperjuangkan hak-haknya.

Programnya [Gerwani] wanita sadar itu supaya sadar wanita itu tahukedudukannya sebagai wanita tidak tergantung laki-laki. Saya meneruskan apiKartini! …Kartini ya wanita itu harus berdikari, harus berperan serta, emansipasiwanita, jangan tergantung suami, jangan tergantung orang laki-laki, harus dapatmemimpin, harus jadi pemimpin juga, tidak harus dipimpin thok. ... Emans ipasiwanita artinya wanita itu ikut berperan serta di dalam berjuang itu harus ada

Page 10: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

keseimbangan dengan laki-laki, karena wanita itu kalo yang mengutarakanperjuangan bukan wanita, laki-laki ndak ngerti kebutuhan wanita (Solo, 15/4/05).

Menurut Andhika, seharusnya: ... wanita itu terkenal atau dikenal, atau dibutuhkankarena dia punya kemampuan (Blitar, 8/12/00).

Saraswati mengingat seorang teman perempuannya enggan bergabung dengan organisasiperempuan karena menurutnya perempuan terlalu ‘cerewet’ dan senang bergunjing.Diakuinya bahwa perempuan memang masih banyak tertinggal, terutama dalam soalpendidikan, namun: ... perempuan ini merupakan kekuatan juga ... [untuk itu] perlu adapenggarapan yang baik (Saraswati, Solo, 5/2/05).

Gerwani menilai ada dua akar penyebab persoalan perempuan. Yang pertama adalahpenjajahan. Penjajahan membuat akses perempuan terhadap pendidikan terhalang.

Waktu itu kan memang Gerwani bisa lahir karena di tengah-tengah semangatrevolusi ini masih menggelora ... Jadi bicara revolusi, kita nggak bisa lepas bicaratentang kekuasaan, yang waktu itu Indonesia dikuasai oleh Belanda yangmembawa akibat, rakyat Indonesia menjadi bodoh khususnya kaum perempuan(Saraswati, 5/2/05).

Karena bodoh, maka perempuan menjadi miskin. Di masa kemerdekaan, perempuanmasih menghadapi ancaman neokolonialisme dan imperialisme, terutama dalam bentukpenanaman modal asing. Yang kedua adalah feodalisme.

... sistem feodal ... [menyebabkan perempuan] tidak bisa mencapai suatu tujuanyang, mulia gitu. Cuma dianggep kanca wingking (pendamping). ... [bukannya]kita akan mengalahkan kaum pria, tidak, tapi kita mempunyai hak. Di dalampendidikan, di dalam bermasyarakat itu, haknya itu saya ingin sama. Tidak kok,mesti saya harus mengalahkan pria, tidak, tapi demokrasinya itu ada [tertawa](Atmi, 12/4/05).

Betapapun Gerwani mempersoalkan sejumlah praktek ketidaksetaraan relasi perempuandan laki-laki dalam konteks rumah tangga, namun mereka masih meyakini pandangankonservatif bahwa, sesuai kodratnya, laki-laki yang mengepalai keluarga sedangperempuan yang merawatnya. Namun menurut Saraswati, dalam prakteknya, perempuandan laki-laki berbagi tanggung jawab memimpin rumah tangga.

Emansipasi dalam pengertian Gerwani bukan hanya berarti kesetaraan antara perempuandan laki-laki, tapi juga kesetaraan dalam relasi antar-kelas di masyarakat. Demikiandituturkan Atmi:

... saya dulu masuk sekolah SD kalau sekarang, dulu Sekolah Rakyat sekolah saya itudi Pamardi Putri, jadi kalau di sana itu sekolahan itu hanya untuk kaum, feodal.Sistemnya kalau ya sistem feodal itu mas ih ada kelas, kelas namanya ya anaknya ratuitu namanya gusti, gusti nanti punya putra lagi namanya ada denmas, kalau kakung

Page 11: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

(pria), kalau putri ya ada den ajeng, jadi kalau di sana itu [sekolah] saya panggil[teman sekolah] yang ada den ajeng kalau ada den putri , kalau kakung ya ada denmas ... kalau pergaulan di sekolah ya begitu, kalau itu anak gusti ya ndak boso(berbahasa halus) sama orang-orang ini, [orang-orang] ini yang boso, kromo ...[walau] kenal ya boso, itu putra ratu ... ya sudah kebiasaannya begitu, kan kita yananti disangka nggak ngerti unggah-ungguh (sopan-santun) ... sebenarnya kalaumasyarakat itu dikelas -kelaskan itu kan ndak enak, kalau menurut tataran apa itu,feodal itukan ndak enak, lha orang itu sama saja cuman ya, sama saja, kalau di mataTuhan itu kan tidak ada gusti tidak ada, sama saja (Atmi, Solo, 12/4/05).

MENDIDIK PEREMPUAN

Seluruh kegiat an Gerwani bertujuan untuk mendidik anggotanya menjadi perempuanyang sadar politik. Perempuan-perempuan ini kemudian didorong untuk merawatdan mendidik rakyat. Pendidikan berlangsung melalui kegiatan yang programat ikmaupun kegiatan-kegiat an informal yang berlangsung dalam pergaulankeseharian antar-anggot a atau dalam pergaulan anggota Gerwani denganmasyarakat. Kegiatan-kegiatan Gerwani yang akan saya kaji dalam esai ini adalahyang berbentuk anjangsana dan turba; ceramah dan pertemuan-pertemuan rutin,seperti rapat, kursus-kursus keterampilan; kursus pemberantasan buta huruf danpendirian TK Melati; dan kursus kader yang lebih banyak ditujukan pada parapimpinan cabang ke atas. Gerwani menuntut anggot anya untuk memberi contohkehidupan keluarga sosialis yang sederhana, solider dan berdisiplin di tengahmasyarakat. Karena itu saya juga akan meninjau secara khusus keseharian rumahtangga para anggotanya.

Menciptakan Ruang Pemahaman antar-Perempuan: Anjangsana dan TurbaAnjangsana dan turba (turun ke bawah) merupakan media bagi para pengurus Gerwaniuntuk mempelajari situasi anggot anya dan masyarakat di mana anggotanya tinggal.Kedua metode ini agaknya menjadi medium kaderisasi yang lebih efektif dibandingkursus kader, yang lebih jarang diselenggarakan. Srigati menilai ia justru bisa lebih dalammenyelami persoalan perempuan karena sering mendapat tugas berkunjung ke cabang-cabang:

... di Semarang [DPD Jawa Tengah]. Lebih lagi luas lagi pengetahuan saya,mengenai organisasi, dan program emansipasi wanita, masalah pendidikan,masalah sosial, kedudukan wanita di lha, di masyarakat maupun di dalam rumahtangga itu semakin saya, mengerti, betapa, pincangnya kehidupan, kedudukanwanita pada saat itu. Karena juga pendidikan yang belum begit u memadai dengankebutuhan masyarakat bagi wanita, sehingga, setelah saya di Semarang – saya kanbukan hanya di, kota aja – justru di Semarang saya lebih luas lagi dalam wawasansaya terhadap kewanitaan karena saya meliputi [berkeliling] Jawa Tengah ...(Srigat i, 20/4/05).

Page 12: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

Anjangsana juga kerap dimanfaatkan untuk berbincang-bincang secara informal antarapengurus dengan anggot a. Pertemuan-pertemuan informal seperti ini seringkali lebihefektif dibanding ceramah karena perempuan-perempuan yang dikunjungi lebih punyakesempatan untuk bicara.

Gerwani itu ... memang... mau ke bawah ini lho. Jadi ... [organisasi perempuanlain] kan ya sudah [mengadakan ceramah] di kelurahan gitu kan itu saja. Mandegtu sudah. Kalau Gerwani ... terus langsung tatap muka dengan mereka itu. Bisangomong. Kadang-kadang kalau sudah begitu ya sampai malam, cerita-cerita. ...Sehingga kadang-kadang kita terus ya kelakar, ya bisa mengambil apanya yamisalnya uneg-uneg gimana kalau perempuan itu ... (Saraswati, 21/12/04)

Dalam bincang-bincang santai itu, pimpinan-pimpinan Gerwani bisa bertukar pikirandengan perempuan-perempuan yang dikunjungi tentang persoalan-persoalan keseharianmereka, sekaligus memperkenalkan gagasan-gagasan Gerwani. Riani mencontohkanbagaimana melalui perbincangan informal saat anjangsana ia mendorong anggota untukmenyekolahkan anak perempuan mereka. Riani menegaskan:

... kalo berorganisasi apapun yang penting itu home-visit (anjangsana). Jadiorang itu kalo ditinjau didekat, didekati dekat rumah senang. Merasadiperhatikan (Riani, Solo, 15/4/05).

Istilah turba seringkali dipakai bergantian dengan anjangsana. Namun turba memilikipengertian lain, yaitu sebagai ruang untuk mempertemukan pimpinan yang secara umummewakili kelas menengah dengan anggota yang umumnya berasal dari kaum tani miskin.Para pimpinan yang mengikuti program turba biasanya dari tingkat cabang ke atas.Mereka harus tinggal selama beberapa hari di desa-desa yang telah ditentukan dan turutdalam kegiatan setempat. Melalui turba, Gerwani bukan hanya hendak menciptakanruang bagi kader untuk memahami kehidupan rakyat, namun juga untuk ‘menyatu’,demikian istilah Saraswati, dengan rakyat. Demikian Saraswati:

Jadi kalau dulu kan pernah ...[ada] namanya turba, turun ke bawah, nah itu ...makan bersama, tidur bersama, kerja bersama. Waktu itu entah tahun berapa, itusemua pimpinan Gerwani turun ke bawah. … jadi misalnya saya yang ditugaskenya ... untuk turun ke bawah itu ya. Saya diberi desa di mana itu ya. Lha itu. Teruskita lihat, di desa itu kan sudah ada Gerwani. Lha di situ kan sudah ada plan(rencana), sampai berapa hari di situ. Misalnya plan sampai sepuluh hari di situ.Lha itu apa? Sebelum kita terjun itu mesti kita omong-omong, sama Gerwaniseluruh tempat ini. “Di sini ada problem apa?” nah begitu. Ada problem apa yangdalam arti bisa dibantu untuk memecahken [???]. ... pimpinan ini harus satudengan rakyat. Harus tahu kehidupan sehari-hari rakyat itu. …Suatu contohmereka yang laki-laki itu, pagi-pagi sudah mesti pergi ke sawah. Terus yangperempuannya apa? Nah ini, di situ harus bersama-sama kita ikut bekerja di sini.Kalau siang, nah gimana makanan sehari-hari yang mereka makan itu, dari manaini. Jadi meneliti sampai ke situ, lalu keadaan anaknya bisa sekolah (Saraswati,5/2/05).

Page 13: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

Saraswati dan para pimpinan Gerwani lain diharuskan untuk ikut memotong padi danmeneliti bagaimana bagi hasil dilakukan antara tuan tanah dengan buruhnya.Menurutnya, hasil dari program turba itu adalah Gerwani terlibat dalam memperjuangkanbagi hasil pertanian yang lebih adil bekerja sama dengan BTI (Barisan Tani Indonesia).

Nah karena itu lalu timbul perjuangan. Karena perempuannya ini menjadi anggotaGerwani, taninya sara (sengsara), tani lho, ini ke BTI. Jadi mesti bagaimanauntuk menuntut upah, upah ini, potong padi ini bersama-sama.

Masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut bagaimana dan sejauh mana aksi menuntut bagihasil dan juga kepemilikan tanah dilakukan dan apa hasilnya. Agaknya program turbauntuk memahami kehidupan kaum tani juga dilakukan secara serentak hingga di Bali.Turba juga bertujuan untuk memperkenalkan wakil-wakil Gerwani di parlemen kepadamassa anggota sekaligus mensosialisasikan hak politik perempuan.

Jadi mesti tunjukkan ... kita punya wakil sekarang ini. Jadi misalnya dari pusatsampai kabupaten, kita punya wakil. Lha ini lalu sedikit kita bicara. Bicaratentang demokrasi. Jadi rakyat berhak berbicara. Rakyat berhak berpendapat. Nahini, waktu itu salurannya lewat DPR lewat wakil rakyat. Ini. Jadi ya apa dalam artimengungkap apakah yang dimaksudkan dengan demokrasi ... misalnya di sini,ada Bu ini, Bu [Umi] Sarjono, Bu Kartinah [Kurdi], ada siapa lagi, Bu, Mbak [Sit iSu]Ndari kalau nggak salah ya. Lha itu wakil-wakil kita11 yang dalam DPR. Jadiuntuk meningkatkan kesadaran pengertian politik ya ... misalnya, khususnyatentang demokrasi itu ya begitu itu caranya (Saraswati, Jakarta, 5/2/05).

Kehadiran para pimpinan untuk melakukan turba juga dimanfaatkan untukmenyelenggarakan ceramah tentang hak-hak perempuan, persoalan dan tuntutannya.

Lha pada suatu ketika, wakil DPR ini turun ke bawah. Jadi waktu itu saya pernahngawal Bu Salawati Daud12 sampai daerah sana, jadi Jember, Banyuwangi. Itu. Disini, itu saya kira. Bentuknya memang semacam apa, ya kalau dulu istilahnya itu,apa ceramah, apa-apa gitu ya. Jadi ya ceramah misalnya bicara tentang undang-undang perkawinan. Karena dia ini wakil. Konkretnya wakil dari kaumperempuan. Nah ini sekalian. Untuk itu mengapa kita juga bicara tentang undang-undang perkawinan. Lha melalui wakil ini. Jadi misalnya, “Cocok nggak, maunggak, kalau kaum perempuan ini dimadu?” Terus jawabnya mesti tidak mau.”Nah kalau tidak mau, cocok nggak kalau di PB [pengurus besar] Gerwani punyaprogram, menuntut tentang undang-undang perkawinan yang landasannya ituadalah monogami?” Jadi [kalau] nggak mau, kita nentang poligami, nah misalnyaitu. Jadi caranya memang macem-macem. Jadi tinggal apa, program yang kitabawa ke, bawah menyesuaiken dengan ini misalnya ini, misalnya kan, misalnyakita sebelum ceramah itu kan sudah ngomong-ngomong dulu di kota ini apa, yang

11 Artinya anggota-anggota Gerwani yang terpilih sebagai anggota DPR, baik melalui F-PKI, diantaranyaSalawati Daud, Mudigdo, Suharti Suwarto, Suwardiningsih; melalui Golkar, diantaranya Kartinah Kurdi;melalui Franksi Pembangunan non-Partai, Umi Sardjono.12 Salah satu pendiri Gerwis, mantan walikota Makassar pada 1950an, anggota parlemen dari F-PKI.

Page 14: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

menjadi, ada persoalan apa misalnya begitu. Itu kita bawa dalam pertemuan-pertemuan tersebut (Saraswati, Jakarta, 5/2/05).

Gerwani membangun budaya politik di mana wakil-wakil mereka di parlemen harus tetapmengurus organisasi asal dan massanya. Andhika mengatakan: ... untuk merombaksegala sesuatu itu harus satu dengan rakyat, he-eeng (Blitar, 8/12/00) . Andhika jugatetap melakukan pekerjaannya membela buruh-buruh rokok perempuan terhadap tindakpelecehan para mandor dan menjadi anggot a delegasi buruh dalam menuntut perbaikankesejahteraan hidup di samping melaksanakan tugasnya sebagai anggota parlemen untukKabupaten Blitar. Kustini yang menjadi anggota DPRD-GR Tk. II Purwodadi juga ikutsebagai anggota delegasi untuk menuntut dicabutnya aturan yang tidak memperbolehkanperempuan menduduki jabatan lurah. Di samping itu, ia juga tetap menjalankan fungs isebagai guru. Menurut Kustini, ia justru berhasil memperjuangkan pembangunan SD disebuah desa di Purwodadi melalui keanggot aannya di parlemen. Menurut Sita yangmenjadi ketua DPRD Tk. II Cilacap, betapapun menjadi anggota parlemen, ia masih tetappunya waktu untuk mengurus organisasi: Ketua DPR kan nggak tiap hari sidang[tertawa]. ... Ke kantor, DPRD juga nggak tiap hari. Kalo ada keperluan aja (Jakarta,23/7/04).

Memaknai Kebiasaan Berkumpul Kaum PerempuanRiani menuturkan bahwa perempuan punya kebiasaan berkumpul di sela pekerjaannyamengurus rumah tangga dan mencari nafkah. Namun kegiat an berkumpul itu biasanyahanya diisi dengan pembicaraan tak berujung yang seringkali berakhir denganpergunjingan. Yang dilakukan Gerwani adalah mengadopsi kebiasaan yang sudah ada dikalangan perempuan dan memberinya makna dan tujuan baru.

Dadi wanita ki men, nger ti kebutuhanne. Engko ditingkatne kawruhe, lan lia-liane ra mung ngumpul-ngumpul, ra mung dang-nak neng omah wae.” (Jadiwanita itu biar, mengerti kebutuhannya. Nanti ditingkatkan pengetahuannya, danlain-lainnya tidak hanya kumpul-kumpul, tidak hanya dang-nak di rumah saja.”

Setahap demi setahap, Gerwani memperkenalkan perempuan pada dunia organisasi,diawali dengan menyelenggarakan pertemuan rutin untuk mendiskusikan pengalamandan kursus-kursus untuk meningkatkan keterampilan.

Ya membentuk anu, ranting. Terus lalu kegiatan-ne opo neng kono. Di situ adakegiatan apa. Leh mbuat kerupuk atau mbuat apa, mbuat apa, ibu disuruhberperan serta jangan, wonten dalem miasto (di rumah saja). ... mesti dipanggil[rapat anggot a] ... kalo di desa ... Mbiyen kuwi (dulu itu) Seloso Kliwon! SelosoKliwon lagi itu. Ingat-ingatnya mudah gitu. … Sok tiga bulan sekali tho kalokecamatan. tingkat kecamatan. … kalo, kabupaten ya enam bulan pleno-pleno itulalu ada masalah apa laporan-laporan itu. …di samping itu kan diada, itu,pengertian tadi home industry (industri rumahan) dan sebagainya, tukarpengalaman ... [tentang] persoalan kehidupan mereka ndak usah muluk-muluk.Yang muluk-muluk hanya kadernya mestinya. Wong sudah, sampe tingkat annya

Page 15: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

sampe tingkat, kecamatan mulai ya harus diisi, harus ini, ini. Isinya ini, ini itu yaharus meni, ya untuk meningkatkan kesejahteraan anggot a, ndak untuk macem-macem (Riani, Solo, 15/4/05).

Selain rapat anggota dan kursus-kursus untuk meningkatkan keterampilan ekonomi,media pengorganisasian lain adalah bentuk kursus pemberantasan buta huruf, arisan,ceramah dan lain-lain. Selain itu, Gerwani juga kerap menyelenggarakan ceramah tentangpersoalan-persoalan spesifik perempuan maupun persoalan-persoalan yang lebih bersifatumum. Di Jawa Tengah, pertemuan-pertemuan tersebut, apapun bentuknya, disebutsebagai ‘kumpulan’.

Kumpulan menjadi ajang untuk memecahkan persoalan-persoalan keseharian perempuan.Salah satu persoalan yang didiskusikan dalam arisan Gerwani di daerah pedesaan adalahsoal pertanian.

Pengertian-pengertian kan membutuhkan bekal. Membutuhkan bekal diskusi ituada. Diskusi mendiskusikan apa permasalahan kan ada permasalahan. Masalahapa umpamanya pertanian kalo wong (orang) tani. Wayah nandur, “Nandur kok,ora, woh e ra akeh i sebab e opo?” (Musim tanam, “Menanam kok, nggak,buahnya nggak banyak itu sebabnya apa?”)“Lahane kurang apik .” (“Lahannya kurang baik.”)Nanti kita ngajak, pengurus pertanian itu. Kalo sekarang modelnya ada, dulumantri tani kalo sekarang PPL [Penyuluh Pertanian Lapangan] itu. … “Nandur jagung ngene-ngene____uripe semene___Kudu iki, kudu dioncor i,kudu iki.” (“Tanam jagung begini-begini ____hidupnya segini _____Harus ini,harus diberi obor, harus ini.”) Nah, terus itu dicobo (dicoba) (Riani, Solo,15/4/05).

Menurut Sita, pengurus Gerwani Cabang Cilacap, yang lebih penting untuk dibahas diadalah tentang aturan-aturan hukum yang berkait dengan kepentingan kaum tani, yaituUndang-undang Bagi Hasil13. Untuk itu, di Cilacap Gerwani membentuk kelompok-kelompok tanam padi sebagai media pendidikan bagi perempuan tani.

... karena di sana di desa-desa itu kebanyakan orang tani, kemudian kita bentukkelompok ini ya, kalo kerja di sawah itu, tandur itu, nanam padi itu kan kitabentuk kelompok-kelompok ... [untuk membahas] Soal anu ya, undang-undangnya, kalo menanamnya kan mereka pinter. Kita kan nggak bisa. Ya,undang-undangnya, bagaimana, dia mereka punya kepala kelompok, terus tentangbagi [hasil], ongkosnya berapa, kalo, menuai tu bagi berapa …Ya, kan waktu ituada yang dibagi 12, yang dapetnya hanya seperdua, ada juga yang anu, seperduabelas. Kita mulai itu. … (Sita, Jakarta, 23/7/04).

Di samping UU Bagi Hasil sebenarnya juga ada UU Pokok Agraria14 yang mengaturtentang kepemilikan tanah. Topik ini menarik untuk diteliti lebih dalam: bagaimana dan

13 195914 1960

Page 16: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

sejauhmana Gerwani terlibat dalam aksi-aksi menuntut tanah bagi kaum tani dan bagihasil yang lebih adil? Apa dampaknya?

Kumpulan juga menjadi media untuk mensosialisasikan hak-hak perempuan dan anak.Tema ceramah yang menurut Saraswati paling menarik perhatian kaum perempuan diBojonegoro adalah tentang tuntutan pada pemerintah untuk membuat undang-undangperkawinan yang melindungi hak-hak perempuan.

... kalau kita misalnya kita mengadaken, kalau dulu itu istilahnya bukan seminarya, ceramah begitulah ya ceramah. ... tentang undang-undang perkawinan ... tidaksemata-semata hanya undang-undang perkawinan tapi di sini kami mengupastentang sistem feodalisme itu. Jadi ini ... yang artinya bisa menggugah [kaumperempuan] (Saraswati, Jakarta, 21/12/04).

Gerwani bersama-sama Perwari, Bhayangkari, Wanita Katolik Republik Indonesia dansejumlah organisasi perempuan lain gigih menuntut penghapusan poligami dan undang-undang perkawinan yang melindungi hak-hak perempuan. Namun sikap Gerwani menduaketika Soekarno sendiri berpoligami pada 1954. Karena sejumlah pertimbangan politik,di antaranya yang terpenting adalah menjaga kepentingan politik PKI15 yang saat itusudah sangat bergantung pada Soekarno16, mereka memilih untuk diam dan tidak terlibatdalam aksi-aksi protes yang dimotori Perwari. Hal ini sempat menimbulkan ketegangan,terutama antara Gerwani dengan Perwari. Namun ketegangan hanya dirasakan dikalangan pimpinan pusat. Di daerah, seperti di Bojonegoro, Saraswati mengatakan bahwaanggot a-anggot a Gerwani dan Perwari dapat bekerjasama dengan baik.

Atmi mengatakan bahwa dibanding kasus poligami dan perceraian, praktek mengawinkananak perempuan di bawah umur secara paksa lebih mudah ditemui di daerah kerjanya,Weru, Sukaharjo. Namun Gerwani kesulitan menangani kasus-kasus seperti ini karenadipandang sebagai urusan internal keluarga. Yang mereka lakukan adalah terus-menerusmengkampanyekan dampak negatif praktek tersebut melalui ceramah atau rapat anggota.Soal UU hak waris yang tidak memperlakukan anak perempuan dan laki-laki secara adiljuga menjadi masalah penting di wilayah pedesaan karena berakibat rendahnyakepemilikan tanah di kalangan perempuan tani. Topik ini juga mewarnai rapat anggot aatau ceramah di daerah Atmi. Namun di luar berkampanye, Gerwani masih kesulitanmengatasi kasus-kasus bagi waris yang tidak adil ini.

Di luar ceramah tentang hak-hak perempuan, kumpulan juga diisi dengan ceramahtentang urusan kerumahtanggaan, seperti cara merawat anak, atau kursus-kursusketerampilan. Kursus keterampilan diselenggarakan atas instruksi DPP, namunpelaksanaannya bergantung pada keputusan rapat anggota dan pengurus tingkat rantingmaupun pada potensi di kalangan pengurus sendiri. Di Weru, Sukaharjo, misalnya,karena Atmi sebagai ketua anak cabang punya kemampuan merias pengantin dan gemarberkesenian, maka dua kegiatan itu yang diselenggarakan. Kursus keterampilan padaintinya bertujuan mendorong kemandirian ekonomi perempuan.

15 Gerwani berhasil memaksa PKI untuk menerima prinsip monogami untuk kader-kadernya.16 Untuk keterangan lebih lanjut tentang hal ini lihat Wieringa (1999a: 115-118); Martyn (2005: 134-137)

Page 17: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

Gerwani mengadopsi gagasan Istri Sedar bahwa perempuan harus bekerja. Di sisi lain,Gerwani tidak mempersoalkan pandangan yang menganggap perempuan-lah penanggungjawab utama rumah tangga betapapun mereka mengecam beban ganda yang membuatperempuan tak punya waktu untuk berorganisasi. Solusi yang ditawarkan Gerwani dalamkonteks hubungan suami-istri adalah suami harus membantu istri mengurus rumahtangga. Dalam konteks perburuhan, Gerwani menuntut pendirian tempat-tempat penitipananak yang layak dan peningkatan upah. Sejalan dengan penerimaan terhadap kodratperempuan dalam rumah tangga, Gerwani selalu mengupayakan agar perempuan bisatetap aktif berorganisasi tanpa meninggalkan kewajiban rumah tangga,

Menciptakan Ruang Parti sipasi Publik bagi PerempuanPada 1950, Indonesia baru keluar dari situasi perang. Pemerintah menetapkanpeningkat an dan perluasan pendidikan sebagai prioritas pembangunan bangsa17.Pendidikan dianggap sebagai prasyarat mendasar untuk mencapai kemakmuran dankeadilan sosial di Indonesia18. Gerakan perempuan yang sudah berpengalamanmelakukan gerakan pemberantasan buta huruf sejak paruh pertama abad 20 segeramelibatkan diri dalam proyek nasional ini dengan membangun ratusan, mungkin ribuan,taman kanak-kanak (TK) dan kursus-kursus pemberantasan buta huruf (PBH)19. Gerakanperempuan menambahkan kepentingan mereka, yaitu memajukan kesejahteraanperempuan dan anak-anak, di dalam tujuan gerakan pendidikan nasional.

Gerwani, sebagai bagian dari gerakan perempuan, terlibat dalam gerakan pendidikannasional itu. Seperti telah dikat akan oleh Andhika di atas: Pemberantasan buta huruf itumemang pekerjaannya [Gerwani]. Sampai di gunung-gunung itu ada (Blitar, 8/12/00).Gerwani mengklaim telah mendirikan 1.478 TK Melati20 di berbagai wilayah diIndonesia. Namun lebih dari sekedar memajukan kesejahteraan perempuan dan anak-anak, Gerwani memaknai keterlibatan mereka sebagai perwujudan dari hak yang samabagi perempuan dan laki-laki untuk berpartisipasi dalam mengurus bermasyarakat danmenentukan arah kehidupan berbangsa. Arah yang ingin dituju Gerwani adalahmenuntaskan akar dari kebodohan dan kemiskinan kaum perempuan sendiri, yaitufeodalisme dan sisa-sisa kolonialisme. Oleh karena itu, mereka tidak hanya berhenti padamenyelenggarakan TK dan kursus PBH, tapi juga melakukan aksi-aksi pembelaanterhadap kaum tani dan buruh, dan bersama-sama dengan organisasi-organisas i17

Pemerintah mengalokasikan 16% anggarannya untuk pendidikan (Woodsmall 1960: 198 dalam Martyn,2005: 230, catatan kaki no. 1). Angka ini dua kali lipat dari anggaran pendidikan pemerintah 1998/99. Pada1999/2000, anggaran pemerintah bidang pendidikan turun menjadi 6,7% (Darmaningtyas, Pendidikan padadan setelah Krisis, Evaluasi Pendidikan di Masa Krisis, Cet. 1, Jakarta: LPIST bekerjasama denganPustaka Pelajar, September 1999).18 M. Hutasoit, Compulsory Education in Indonesia, Netherlands: Unesco, 1954: 107.19 Pada 1940, 90% rakyat Indonesia buta huruf. Proporsi perempuan dalam populasi melek huruf hanyasebesar 25% (Harahap, 1959, dalam Martyn, 2005: 82). Pada 1961, proporsi peremppuan dalam populasimelek huruf meningkat menjadi 34,1%. Sekitar 30% perempuan yang melek huruf tidak pernah bersekolahformal. Kemungkinan besar mereka mengikuti kursus pemberantasan buta huruf yang diselenggarakan ol ehorganisasi-organisasi perempuan (Nitisastro 1970, dalam Martyn, 2005: 86.

20 Harian Rakyat, 11/6/64, dalam Wieringa, 1999a: 415.

Page 18: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

perempuan lainnya menuntut undang-undang perkawinan yang lebih demokratis sertapencabutan Inlandsche Gemeente Ordonnantie No. 212 yang melarang perempuanmenjadi kepala desa.

TK Melati dan Kursus PBH Betapapun pendirian TK Melati dan kursus PBH merupakan instruksi dari DPP Gerwani,namun pelaksanaannya diserahkan pada pengurus ranting setempat. Pengurus rantingmelibatkan seringkali melibatkan pihak kelurahan dan anggota-anggota masyarakat lainuntuk menyediakan tempat dan peralatan TK. Demikian cerita Riani tentang pendirianTK Melati di kampungnya:

Ceritanya gini. Saya, guru SD negeri Purwodiningratan. ... karena melihat situasikampung ini anak-anak banyak terlantar tidak ada yang mengasuh, pada waktu itukebanyakan anak bakul-bakul ikan, bakul daging, prembé, orang buruh, ha anak-anak itu keliaran. Terus ada kesempatan, dan, bersama, sama lalu mendirikantaman kanak-kanak. ... Ya taman kanak-kanak ini sederhana sekali. Memangkumpulan dari, orang-orang itu. Alatnya juga sederhana sekali. Mungkin dulumejanya ya meja sederhana, dan gurunya aja, saya sore, pagi mengajar di SDnegeri. Itu guru perjuangan hanya, kita peduli lingkungan jadi ndak ada yangmembayar ndak apa. ... terus anak-anak itu ditampung di itu dekat kelurahan itu diPokoso itu, ada rumah kosong, terus untuk taman kanak-kanak. ... Satu klaas(kelas). Tapi kan karena anak-anak banyak sekali ya, itu anak-anak ya, pokoknya,sepertinya ya kalo, seperti sekarang itu sudah semua teratur itu belum teraturseperti playgroup seperti bermain bersama daripada ndak dipiara. ... [BangunanTK di rumah kosong] Pemilik kelurahan… Ya bangunannya, engkrek-engkrek itu.… Mej, mejanya meja sak adanya, kursinya, dingklik. …Itu ya orang, orang yangpartisipasi. Dadi, dari orang tua murid itu ada, dari kelurahan ada, ya siapa yangtergerak hatinya yang memberi (Riani, Solo, 19/4/05).

Gerwani di desa tempat tinggal Mimi, anggota Gerwani Solo, mengadakan penggalangandana dengan menyewa rombongan wayang dan menjualnya tiket pertunjukannya untukmendirikan TK Melati. Uang hasil penggalangan dana kemudian dipergunakan untukmembeli berbagai peralatan TK. Sementara untuk tempat mereka menggunakan rumahsalah satu warga di kampung itu.

Untuk pendirian kursus PBH, prosesnya tidak serumit pendirian TK. Demikian Jermini:

... jadi [awalnya] hanya bikin aris-arisan gitu, biar ya, artinya kita kumpul ...[anggot a arisan] yang buta huruf, ibu bikin kartu sekolah itu ya, ibu langsungyang ngajar, ah gitu ya biar mulai, maklum, ya, walaupun dia bukan Gerwani, ibu,semua silakan untuk belajar ya. Ibu ... Pinjam tempat di ... salah satu rumah, tapidia luas tempatnya, di sana ibu. Minjem, pertama ibu minjam bangku, bangkusekolah dengan Pak Nasin namanya, anggota Front Nasional, kebetulan dia jugapunya sekolah, terus pinjam sepuluh untuk orang-orang belajar, buta huruf itu(Jermini, Denpasar, 17/8/00).

Page 19: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

Selain rumah-rumah orang yang berhalaman luas dan bangunan milik kelurahan,Gerwani juga seringkali menyelenggarakan TK Melati atau kursus PBH di bangunansekolah. Menurut Sita: waktu itu juga, banyak ya, guru-guru yang jadi anggota Gerwanijadi apa, memberikan bantuan gitu. Minjamkan ruangan [k elas], juga (Jakarta, 23/7/04).

Murid-murid TK, seperti telah disebutkan oleh Riani dan Mimi, adalah anak-anak desasetempat, terutama yang berasal dari keluarga miskin. Aturan tentang biaya sekolahberbeda-beda antara satu TK Melati dengan TK Melati yang lain, mulai dari hanya gratishingga membayar dalam jumlah kecil. Seperti juga peraturan tentang biaya sekolah,aturan tentang honor guru juga berbeda-beda. Sebagian TK Melati tidak memberikanhonor sama sekali pada guru. Sebagian lain memberi honor seadanya. Namun secaraumum ada keyakinan di kalangan guru TK Melati bahwa mereka sedang berjuangsehingga honor dipandang bukan faktor penting. Atmi yang mengajar di salah satu TKMelati di mengatakan:

Wong (orang) berjuang ya ndak pake anu (honor). Terserah yang memberi ya[tertawa]. Menurut pemasukan itu nanti terus di, ambil untuk kebutuhanpendidikan itu ya, wis (sudah), terserah pengurus Gerwani yang memberi (Atmi,Solo, 12/4/05).

Gerwani merekrut tenaga-tenaga guru untuk kursus PBH dan TK Melati terutama darikalangan anggotanya sendiri. Mereka juga mengambil tenaga lulusan-lulusan barusekolah guru yang sebagian di antaranya adalah anggota Pemuda Rakyat. Syarat untukmenjadi tenaga pengajar dalam kursus PBH dan TK Melati yang diselenggarakanGerwani tidak berat. Perempuan yang sudah pernah duduk di bangku SMP, betapapuntidak lulus, bisa menjadi guru kursus PBH dan TK Melati. Raja, anggota GerwaniTenggarong yang menjadi guru PBH misalnya, berhenti di tahun kedua SMP. MenurutSit a, Gerwani tidak mampu membayar tenaga guru profesional. Oleh karena itu merekamengandalkan anggota-anggotanya yang pernah sekolah guru atau yang punya waktuluang. Untuk itu, Gerwani menyelenggarakan kursus guru TK bagi calon-calon yangbukan lulusan sekolah guru. Karena para guru secara umum berstatus relawan, maka TKMelati rata-rata hanya bisa mempertahankan guru yang sama selama satu tahun. Namunsampai saat ini saya belum menemukan TK Melati yang terpaksa ditutup karena tidak adatenaga pengajar. Umumnya sebelum berhenti mengajar, mereka sudah lebih dulu mencaripengganti.

Bagi sebagian perempuan, aktivitas mengajar memberi mereka ruang untukmengekspresikan diri di luar kehidupan rumah tangga dan membuat mereka merasadirinya berarti, terlebih lagi guru pada masa itu dianggap sebagai jabatan terhormat.Sumirna, anggota Gerwani asal Klaten, tidak bisa melanjutkan SMP setelah lulus karenaharus membantu pekerjaan ibunya yang sakit-sakitan. Pada awal 50an ia menikah denganpria yang dipilih oleh orang tuanya dan aktif di Gerwani. Ia dan sejumlah rekannyamenjadi guru kursus PBH di beberapa desa dan juga guru TK:

Page 20: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

... kan saya dulu di tempat saya itu ngajar TK, lajeng (kemudian) buta huruf. Laludi sini sementara ya TK, lalu buta huruf-buta huruf itu. Lalu di sana sudah banyakyang [bisa] membaca-nulis. ... kalau saya ke tempat bapak [orang tua] itu yasemua muji-muji. Wong dulu secara istilahnya ditinggali kepinteran, dipuji-pujisaya (Sumirna, Klaten, 22/7/00).

Tidak semua guru TK Melati adalah anggota Gerwani. Pada 1959 Supariah baru lulusdari sebuah SGB di Lampung. Gerwani Lampung merekrutnya untuk menjadi guru di TKMelati yang mereka dirikan. Keterlibatannya sebagai guru TK Melati itu mendorongnyauntuk memasuki lebih jauh kehidupan berorganisasi.

... saya selesai SGB itu tahun 59. Tahun ajaran 59 ke 60 saya diperbantukan,sudah diterima mengajar di SD [maksudnya TK] Melati, usaha punya ibu-ibuGerwani. Karena saya sangat butuh pekerjaan dan saya kepengen bekerja, ya dimana saja saya terima. Di situlah saya mulai mengenal orang-orang yangprogresif-progresif, orang yang mengenal organisasi-organisasi. Di situlah mulaiterbuka. Jadi, bagaimana kesengsaraan yang saya sudah lalui itu diakibatkan olehsiapa. Dan saya itu rasanya bangkit semangat untuk mengikuti kemajuan-kemajuan atau ingin mengikuti progresif seperti ibu-ibu. Maka itulah kamimengenal, masuklah kami ke organisasi, pertama saya masuk ke Pemuda Rakyat(Supariah, Lampung, 26/2/01).

Selain aktif dalam kegiatan Pemuda Rakyat, ia kemudian juga terlibat dalam kegiatan-kegiatan pendidikan yang diorganisir oleh LPN (Lembaga Pendidikan Nasional)21.Supariah tergolong paling lama menjadi guru TK Melati, yaitu sejak 1959/60 hingga1965.

Rupiarti punya cerita lain lagi. Ia berhenti sekolah di tahun pertama SMP. Karena punyapengalaman mengajar dalam kursus pemberantasan buta huruf yang diselenggarakanpemerintah Lampung, Gerwani merekrutnya untuk menjadi guru TK Melati. Sebelum itu,Rupiarti harus mengikuti kursus guru TK selama setengah bulan di Jakarta.

... saya sekolah SD selesai tahun 60 … terus saya ikut aktif – istilahnya padatahun-tahun itu pemberantasan buta hurup yang diadakan oleh pemerintah sayaikut aktif, istilahnya mempelajari atau memberikan pelajaran kepada orang-orangtua yang ingin bebas buta huruf. … Terus sampai tahun – istilahnya saya memangsaya masuk sekolah, istilahnya lanjutan pertama hanya enggak sampai selesai –saya hanya sampai satu tahun di situ, terus akhirnya saya keluar, karena jauhnyasekolah dari kampung yang tempat saya tinggal. Dari situ tahun 62 saya pernahdiikutsertakan ...[dalam] training center. ... ke Jakarta, hanya setengah bulan. ...untuk [menjadi] guru TK. ... Dari situ saya ikut-ikut mengajar di TK Melati(Rupiarti, Lampung, 26/2/01).

21 organ di bawah PKI yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan masyarakat, seperti Panti PengetahuanRakyat (setingkat SD), Balai Pengetahuan Rakyat (setingkat SMP) dan Mimbar Pengetahuan Rakyat(setingkat SMA) yang setara dengan sistem Kejar Paket A, B dan C saat ini. LPN juga mendirikansejumlah akademi, diantaranya Aliarcham, Bahtaruddin (sosi al-politik), Egom (bidang pertanian), Harjono(bidang perburuhan).

Page 21: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

Set elah setahun mengajar di TK Melati, Rupiarti dianggap sudah punya cukuppengalaman dan diminta menjadi guru bantu di sebuah SD negeri.

TK Melati, dalam istilah Saraswati, berlangsung ‘ala kadarnya’. Gerwani lebih memilihuntuk menyelenggarakan institusi pendidikan yang murah, dan dengan demikian bisameluas, namun bisa diakses oleh masyarakat miskin, dibanding sekolah dengan peralatanlengkap namun hanya bisa dijangkau oleh kelompok masyarakat yang mampu membayarmahal. Riani menekankan bahwa yang penting adalah bagaimana mendorong untukmemahami bahwa belajar adalah proses yang menggembirakan, dan membangkitkan rasakebangsaan dan solidaritas di antara sesama rakyat dalam diri anak melalui pelajaran budipekerti.

Memastikan Perlindungan Hak Perempuan dalam PerkawinanSejak berdirinya, Gerwani memperjuangkan dikeluarkannya undang-undang perkawinanyang berbasis monogami. Ruang untuk melakukan perjuangan menuntut undang-undangperkawinan ini adalah di dalam parlemen melalui wakil-wakil Gerwani di dalam FraksiPKI dan Golongan Karya dan melalui aks i-aksi ekstra-parlementer bersama denganorganisasi-organisasi perempuan lain. Di luar perjuangan menuntut perlindungan hukumdalam perkawinan, Gerwani juga melakukan pembelaan kasus, baik sendiri maupunbersama-sama organisasi-organisasi perempuan sekawan. Pada pertengahan 1950an,Gerwani bersama-sama organisasi-organisasi perempuan lain berhasil menempatkanwakil-wakil mereka dalam biro konsultasi perkawinan semi-pemerintah di bawahDepartemen Agama. Tugas mereka adalah memastikan bahwa hak-hak perempuan tetapterlindungi, baik dalam perkawinan maupun perceraian. Saraswati menuturkan langkah-langkah yang biasa dilakukan Gerwani di Bojonegoro untuk menangani kasus-kasusperceraian.

Jadi kita menemui sang suami dulu kita garap, sebenarnya apa.... [yang menjadialasan] perceraian. ... Yang sering justru soal perceraian, kalau soal perceraian,sebelum mau sampai ke KUA itu kita konsultasi dulu, kita tarik ulur, ya kadang-kadang sudah terjadi cerai karena suaminya ada main mata misalnya gitu, jadikalau memang fakta itu betul kita juga garap ini sang suami, kadang-kadang kitajuga minta tolong kawan pria. ... kadang-kadang malah anu yang [wakil Gerwani]duduk di situ itu Mbak Mason -- Mbak Mason itu juga hilang suami-istri inihilang -- itu setelah saya ditarik ke Surabaya Mbak Son ini sebagai ketuanya yangduduk di situ misalnya, si A ada persoalan ini, nah Mbak Son ini tidak saja puasdalam kantor itu tidak, tapi kadang-kadang sampai ke rumahnya, jadi menjelaskanke keluarga, jadi apa untungnya kalau cerai, jadi dalam arti pendidikan(Saraswati, Jakarta, 4/2/05).

Namun Saraswati mengakui bahwa Gerwani kesulitan dalam menangani kasus poligamidan perkawinan anak.

Page 22: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

Kalau tentang poligami anu, itu pun tidak semulus apa yang kita harapkan, sebabkadang-kadang itu anu, karena budaya yang waktu itu boleh dikata, belum semuaanak perempuan boleh sekolah, lalu kebutuhan orang tua membutuhkan untukkehidupan dan itu juga rela anaknya dikawin jadi istri kedua apa-apa gitu, kalausudah terjadi seperti itu kita tidak ikut campur, karena itu menyangkut internrumah tangga kita tidak mencampur kecuali kalau ada problem baru kita maumasuk (Saraswati, Jakarta, 4/2/05).

Di luar biro konsultasi perkawinan, Gerwani juga harus menangani persoalan-persoalandalam rumah tangga anggotanya. Jika suami dari anggota Gerwani yang bermasalahaktivis dalam salah satu organisas i kiri, mereka biasanya meminta bantuan pada rekanlaki-laki sang suami atau perempuan yang dianggap punya wibawa di daerah itu. Namunjika yang bermasalah bukan anggota organisasi kiri, Gerwani harus menemui atasan sangsuami.

Gerwani menilai bahwa kesewenang-wenangan yang seringkali dialami perempuandalam relasi perkawinan bersumber dari paham feodal yang selalu menempatkanperempuan pada posisi dirugikan. Oleh karena itu, yang terutama mereka sasar adalahmemerangi pandangan feodal. Mereka meyakini jawabannya terletak pada pendidikanbagi kaum perempuan dan juga bagi seluruh masyarakat, pengorganisasian kaumperempuan dan perlindungan hukum dalam bentuk undang-undang perkawinan yangdemokratis.

Membela Tani dan BuruhBentuk lain keterlibat an Gerwani dalam menyelesaikan persoalan rakyat adalah melaluiaksi-aksi untuk membela kaum tani dan buruh. Aksi-aksi membela hak-hak buruh tanimenurut Saraswati muncul setelah diselenggarakannya turba. Aksi yang dilakukanberagam, mulai dari menuntut bagi has il yang lebih adil, perlawanan terhadappenggusuran tanah sampai pada aksi perebutan tanah milik tuan tanah besar. Aksi-aksi ituselalu dilakukan bersama-sama dengan BTI.

Di Bojonegoro, Gerwani terlibat dalam upaya menyelesaikan soal bagi hasil yang tidakadil. Demikian menurut Saraswati:

Jadi mesti bagaimana untuk menuntut upah, upah ini, potong padi ini bersama-sama. Untuk ini, misalnya bicara dengan tuan tanah, gitu sehingga ya mesti taruhdelapan, ya sini empat, situ empat. Itu pun juga sulit, nggak semua bisa. Jadipaling tidak misalnya delapan ya ... ya, nah delapan itu apakah kita dapat tiga? Itusudah untung. Satu itu. Karena itu nanti, terus, artinya terus ditingkatken,ditingkatken gitu lho ... Jadi misalnya kita pertama harus mutlak, harus ini nggak.Jadi kita lihat dulu. O hasilnya untuk kali ini, baru misalnya lima kita dapat satu(Saraswati, Jakarta, 5/2/05)

Atmi yang tinggal di Weru, Sukaharjo, bercerita bahwa buruh tani yang memotong padidi daerahnya mendapat pembagian yang tidak adil: ... kalau saya dulu derep. Derep itu

Page 23: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

kalau 20 ayar, 20 unting (ikat) [padi], itu yang itu dapatnya satu, satu unting (Solo,16/4/05). Setelah berdiskusi dengan kakak iparnya yang menjadi ketua BTI setempat,Atmi kemudian menerapkan aturan bagi hasil yang berbeda di sawah miliknya sendiri.

Terus saya kan punya sawah tho , terus saya beri perubahannya terlalu, kasianterlalu cuma sa-unting , sa-ayar itu. Terus moro 12 [12 banding 1]. Jadi, kalodapat 12 unting , itu yang derep satu unting. Jadi saya anu, apa itu, memberikan,anu, contoh begit u jadi jangan terlalu, anu, 20 ok terus cuma satu unting kankasian saya gitu (Atmi, Solo, 16/4/05).

Aksinya bukannya ditiru oleh sanak saudaranya yang juga pemilik tanah, tapi justrudikritik.

Sulami dalam tulisannya menyebutkan perlawanan rakyat terhadap upaya penggusurantanah garapan dan tempat tinggal mereka oleh milit er di Tanjong Morawa, SumateraUtara, di mana aktivis Gerwani terlibat di dalamnya. Peristiwa ini terjadi saat kabinetdipimpin oleh Wilopo. Antara PNI dan Masyumi terjadi perdebatan tentang sumber-sumber minyak dan sejumlah tanah di Sumatera Utara yang sebelumnya pernah dikuasaimodal asing. Masyumi berpendapat bahwa aset-aset tersebut harus dikembalikan padamodal asing, sedang PNI bersikeras harus dinasionalisasi. Menteri dalam negeri saat ituyang dijabat oleh anggota Masyumi menentukan agar sejumlah tanah yang telah digaraprakyat di Tanjong Morawa dikembalikan pada pemilik asing. Dalam upaya penggusurantersebut, pemerintah melibatkan militer. Masyarakat, termasuk aktivis Gerwani,melakukan aksi untuk menghalangi upaya pentraktoran tanah garapan mereka. DemikianSulami menuliskan:

Wanita tani dipimpin Ny. Maesi, ketua cabang Gerwani ikut berbaris di depanuntuk menghalangi traktor yang akan meratakan tanaman kaum tani. Aksi inidipimpin oleh Barisan Tani Indonesia (BTI) tahun 195522. Baik dari tentara, yangmain tembak, maupun dari kaum tani sama-sama jatuh korban. Pentraktoranberhenti menunggu panen dan semua masalah dirundingkan dengan pihakPemerintah dan Pihak Perkebunan23.

Sulami juga menyebutkan beberapa peristiwa di mana buruh tani berhadapan dengan tuantanah lokal, seperti di Jengkol (Kediri, Jawa Timur) dan Indramayu. Namun menurutAndhika, persoalan pembelaan hak kepemilikan tanah yang menghadapkan kaum buruhtani dengan tuan tanah besar adalah persoalan yang rumit. Seringkali tuan tanah yangdihadapi oleh buruh tani adalah keluarganya sendiri.

... Aksi-aksi itu perebutan tanah itu belum pernah terjadi. Hanya rencana konsepitu ada aksi sepihak. Tapi, karena orang taninya sendiri belum berani, ya kitanggak memaksakan, tapi kita memberi pengertian, he-eng memberi pengertian. ...sulit sekali kok soal tani itu. Menghadapi kaum tani itu juga sulit, he-eeng. Tapi,kalau program Gerwani atau kaum tani itu bisa nyambung, tapi kalau soal tani

22 Sebenarnya 195323 Sulami, 1992

Page 24: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

sendiri saya kurang. ... Pemecahannya sulit, he-eeng. Musuhnya itu kan musuhtuan tanah, he-eeng yang dari gimana ya? Kadang-kadang itu saudaranya sendiriyang tuan tanah itu (Andhika, 8/12/00).

Peran Gerwani dalam membela hak-hak buruh juga mas ih memerlukan penelitian lebihlanjut. Andhika menuturkan bahwa sebagai anggota Gerwani sekaligus sebagai anggot aSBR (Serikat Buruh Rokok) dan anggota DPRD Tk. II Blitar dari F-PKI24, ia selaluterlibat dalam delegas i-delegasi untuk menuntut pemenuhan hak-hak buruh pabrik rokok,khususnya hak-hak buruh perempuan. Salah satu yang ia lakukan adalah mengunjungitempat-tempat penitipan anak di pabrik-pabrik rokok dan perkebunan untuk mengawasikualitas pelayanan yang diberikan. Perusahaan seringkali menghindar dari kewajibanmereka menyediakan tempat-tempat penitipan anak yang memenuhi standar kelayakankarena itu berarti biaya tambahan bagi mereka. Andhika juga menuturkan bahwa iaseringkali harus membela kasus buruh perempuan yang mengalami pelecehan saatmeminta cuti haid.

Salah satu persoalan buruh rokok adalah rendahnya upah. Menurut Andhika, pemerintahbelum cukup mensosialisasikan pada buruh tentang hak-hak mereka. Oleh karena itu,mereka harus mengambil alih tugas tersebut.

Jadi kita memang kalau dia nggak diberi tau ya ndak tau. Kita jelaskan, kitabekerja dari jam sekian atau sekian, kan nggak layak, nggak nucuk gitu ya. Kitasebagaimana manusia supaya manusiawi kita ini dimanusiawikan seharusnya kitadapat upah sekian, beritau kita, ceramah-ceramah .

Selain soal kenaikan upah, yang juga dituntut oleh buruh rokok adalah pembagiankeuntungan pada buruh secara periodik dan tunjangan hari raya.

Ha dulu juga buruh itu dituntut kan klarifikasi, jadi keuntungan pabrik itu tiaptahun berapa, itu berapa prosen harus diserahkan bagikan kepada buruh itu. Jadiselain, umpama THR [Tunjangan Hari Raya] ya, THR itu tuntutan tiap tahun kanmesti nuntut THR, karena kalo nggak ini nggak. Kadang-kadang nggak diberi.Jadi mesti ada tuntutan, kita mengadakan rapat-rapat, kalau mau lebaran ini sudahterus tiap hari ada rapat buruh. Cuma kita nggak pernah berlibur, jadwal itu adaterus (Andhika, Blitar, 8/12/00).

Sebagai anggota delegasi, ia harus berhadapan dengan Gapero, serikat pemilik pabrikrokok, untuk mengajukan tuntutan-tuntutan buruh.

Keterlibatan Gerwani dalam aksi-aksi kaum tani dan buruh meyakinkan mereka bahwakesejahteraan perempuan dan kedaulat an bangsa masih harus berhadapan denganancaman dari pihak asing dalam bentuk penanaman modal. Oleh karena itu, merekaberprinsip anti-modal asing.

24 Ia menjadi anggota DPRD Tk. II Blitar sejak 1956-1965

Page 25: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

PENDIDIKAN KADER

Pada 1956 Gerwani menugaskan Kartinah, Suwarti, dan Darmini untuk menyusunkurikulum kursus kader25. Prakteknya kursus kader hanya diberikan kepada parapengurus Gerwani tingkat anak cabang ke atas. Materi kursus dirasa terlalu sulit untukdicerna anggota, bahkan oleh tingkatan pengurus ranting sekalipun.

Srigat i, terakhir ketua cabang Rembang, pernah mengikuti dua kali kursus kader dankemudian menjadi pengajar. Menurutnya, inti dari kursus kader adalah: ... untuk bisamengerti arti berorganisasi itu apa (Solo, 20/4/05). Materi kursus melingkupi:

Organisasi, terus, apa itu, program kewanitaan. Program kewanitaan. Yang jelassih itu. Bagaimana berorganisasi, apakah arti organisas i, itu diberikan. Laluanggaran dasar-rumah tangga organisasi itu dijelaskan. Itu begitu. Mengapa kitaharus berorganisasi. …Saya kira memang dalam bidang, sosial dan pendidikanseperti halnya organisasi lain yang sama. Tapi kita mempunyai ciri sendiri, yamengenai, apa itu, pendidikan politik. Itu yang, lain. Meskipun dia juga adapendidikan politik kan politiknya mereka. Itu lain dengan kita. … La, artinyadalam pendidikan politik Gerwani ya bagaimana kita bisa meningkatkan taraf, apaitu, wanita, terutama, dalam pendidikan, di dalam rumah tangga, tidak hanya kalodulu mengatakan: swargo nunut, neroko katut. …Tidak. Tapi wanita harus punya,pendirian atau punya anu, apa itu, pikiran. Tidak hanya ikut-ikutan aja. Jadi, di,ikut menentukan…sejarah-sejarah daripada pejuang-pejuang wanita itu, termasukmenjadi mata pelajaran untuk diberikan. Untuk memberikan contoh, pemimpin-pemimpin perjuangan wanita (Srigat i, Solo, 20/4/05).

Kursus kader Gerwani yang diikuti Srigati dilaksanakan selama beberapa hari dalamperiode satu bulan.

Atmi yang menjabat ketua anak cabang Gerwani sejak 1962 mengatakan bahwa ia tidakpernah mengikut i kursus kader. Ia lebih banyak mengandalkan pengalaman berorganisasidi Pemuda Rakyat, pendidikan formalnya yang mencapai tingkat SGB, dankegemarannya membaca buku, seperti Sarinah karya Soekarno dan Layar Terkembangkarya St. Takdir Alisjahbana. Saraswati juga mengatakan bahwa pengetahuanberorganisasi ia dapatkan justru dari pendampingan hari per hari oleh seorang guru yangsudah lebih berpengalaman dalam berorganisasi. Saraswati juga merasa banyak belajardari Berita Gerwani, sebuah terbitan Gerwani yang berisi perkembangan organisasi diberbagai daerah. Satu faktor yang juga penting dalam pembentukan kader-kader Gerwani adalah hubunganaktivis-aktivis organisas i ini dengan aktivis-aktivis dari organisasi-organisasi kiri lainnya,terutama dalam bentuk hubungan antar-pribadi atau keanggotaan dalam organisasi kirilain. Atmi misalnya, mengenal persoalan buruh tani dari hasil diskusi dengan kakakiparnya. Saraswati juga secara pribadi berdiskusi dengan suaminya yang menjadi anggota

25 Kurikulum itu terdiri atas: soal-soal organisasi, gerakan perempuan, hak-hak perempuan dan pendidikan,sejarah nasional, hak-hak anak, pengetahuan umum, dan tentang ormas-ormas lainnya (Saskia E. Wieringa,Penghancuran Gerakan Perempuan di Indonesia, cet.1 (Jakarta: Garba Budaya, 1999), hal 306).

Page 26: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

CDB PKI Jawa Timur untuk meningkatkan kemampuan menelaah situasi masyarakat.Sit a, selain sebagai anggota Gerwani juga menjadi anggota PKI. Pada akhir 1940an iamengikuti pendidikan di Marx House, sekolah, atau lebih tepatnya kursus, kader PKI, dimana ia mendapatkan dasar-dasar marxisme.

KELUARGA SOSIALIS, KAMPUNG SOSIALIS

Gerwani menuntut anggot anya untuk menjadi contoh dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat. Tuntutan makin ditingkatkan saat seorang perempuan menjadi pimpinan.

Kita ini adalah ya pimpinan. Jadi segala sesuatunya kalau bisa menjadi teladan.Nah itu. Nah apakah termasuk rumah tangganya. Apakah termasuk penampilandan lain sebagainya. ... Jadi memang penanaman hidup sederhana, karena ini,orang-orang yang dipercaya. ... Ini, ini apa ya, pengalaman hidup saya, yangberusaha semampu mungkin, jangan sampai ada ... hal-hal yang dipandang kurangpas lah kalau sebagai pimpinan (Saraswati, Jakarta, 5/2/05).

Perempuan-perempuan aktivis Gerwani yang tuturannya saya pelajari umumnya menikahdengan sesama aktivis dari organisasi-organisasi kiri. Mengawini aktivis ‘satu aliran’dianggap lebih menjamin terbangunnya rasa saling pengert ian dan saling mengis i.Kadangkala yang terjadi adalah seorang suami dari organisasi kiri yang mendorongistrinya untuk aktif dalam Gerwani. Dengan demikian ia berharap istrinya maumendukung, atau setidaknya tidak menghalangi, kegiatannya. Srigati menuturkan bahwadi dalam ceramah-ceramah Gerwani sering disampaikan agar: ... anggota sebagai iburumah tangga, itu bagaimana bisa mendorong, suaminya dalam kegiatan atau aktivitas diorganisasi atau partai itu (Jakarta, 20/4/05). Di sisi lain, Gerwani juga meminta parasuami untuk mendukung aktivitas berorganisas i istri-istri mereka agar dapatmengembangkan diri sehingga bisa mengimbangi suami.

Saraswati menuturkan keadaan rumahtangganya dengan seorang staf CDB PKI JawaTimur. Cerita tentang rumah tangganya seperti gambaran ideal keluarga sosialis,sederhana, saling pengertian dan bahagia seperti yang bisa ditemukan dalam artikel-artikel di kolom Ruangan Wanita Harian Rakyat tentang kehidupan keluarga di UniSovyet:

… [kehidupan] kita jalani bersama-sama. Ya sebagai aktivis gitu lho ... Lha di sinimemang bagi saya, betul-betul mendapatkan suatu kebahagian dalam arti,merasaken kehidupan itu tentram gitu lho. Tentram karena bisa menjalankantugas organisasi, saling mendukung. Itu yang saya rasakan hal yang mungkinorang lain sulit gitu. [???] [batuk] misalnya saya merasa memang aktivis. Jadinggak ada ... misalnya tuntutan minta ini, minta itu. ... Jadi memang, semuanyamemang yang kita lihat itu rakyat masih menderita. ... kita itu harus ada malu.Kehidupan aktivis bisa ini, bisa itu, sedang yang kita perjuangken mas ih. Nah iniyang selalu menjadi apa, apa namanya, patokan gitu. Jadi kehidupan sederhanaitulah yang kita pegang dan sampai tua begini. ... Jadi itu keadaan yang saya

Page 27: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

alami, pada saat, ya bersama-sama ini ya ... mengarungi bahtera sebagai aktivistapi juga berjuang untuk kehidupan rumah tangga (Saraswati, 5/2/05).

Menurut Saraswati, dengan mengandalkan pendapatan dari pekerjaannya di Gerwani danpekerjaan suaminya di PKI, keluarga mereka harus hidup sederhana. Pelaksanaan dariprinsip hidup sederhana menurut Saraswati juga berarti harus menahan keinginan-keinginan agar tidak terdorong untuk berhutang.

Sit a yang juga menikah dengan staf tetap PKI kabupaten punya pengalaman yangberbeda dengan Saraswati. Dalam hal pembagian tanggungjawab dalam rumah tangga,terutama merawat 11 anak mereka, suaminya tidak ikut ambil bagian. Sita mengandalkanibunya dan pembantu agar ia sendiri tetap bisa berkegiat an.

Andhika juga menikah dengan aktivis PKI. Sebagai ketua anak cabang Gerwani, ia seringmemberikan ceramah tentang pentingnya kesetaraan relasi perempuan-laki dalam rumahtangga. Namun dalam rumah tangganya sendiri ia harus menenggang aktivitas suamiyang pada akhirnya menempatkannya pada posisi menanggung beban ganda. CeritaAndhika di bawah ini mengungkap bahwa distribusi tanggung jawab dalam rumah tanggaadalah persoalan yang belum selesai dibahas dalam Gerwani, dan agaknya tidak pernahterbahas dalam PKI.

Anggota partai itu berat. Karena menomorsatukan kepentingan rakyat,menomorduakan kepentingan pribadi. Padahal saya masih mengutamakankepentingan pribadi. Karena saya takut anak saya lapar, jadi ke mestinya sayaharus mengunjungi rapat-rapat, saya tidak bisa saya harus mengurus anak, itu kansaya mengutamakan anak saya. Tapi, kalau bapaknya anak-anak kan bisa saja,nggak ngurusi anak, nggak membersihkan rumah, bisa saja. Tapi saya nggak bisa.Jadi kalau belum bisa mengutamakan kepentingan partai, itu belum bisamenerima jadi anggota PKI26. ... memang [suami] pokoknya harus jadi contohdalam keluarga. Jadi paling tidak itu menjadi pemimpin di rumah tangga, he-eeng.Tapi dibidang ekonomi memang tidak ngurusi, karena memang pikiran tenagauntuk partai. Jadi isteri harus bisa menerima keadaan itu, hanya kita solidaritas,ada pengertian. Dia berjuang untuk rakyat. Jadi sering kita marah ya, karena anaksakit nggak punya uang, selamanya hidup kita ini kurang, karena ndak dapatnafkah sepenuh dari suami27 (Andhika, Blitar, 8/12/05).

Salah satu hal yang umum dilakukan oleh anggota-anggota Gerwani adalah membukarumahnya untuk kegiatan-kegiatan masyarakat. Demikian menurut Jermini:

Tiap-tiap ada ke, apa, upacara, atau kegiatan apa itu di rumah ibu ... sebab, yah,rumah ibu luas, git u kan, tempat anak-anak mengetik, apa itu, ada tempatnya gitu.... Yah, lapar, makan ya semua ke belakang, ndak pa-pa biar ibu masak banyakndak apa, yang penting tu mereka makan, gitu. Makanya ya temen-temen itusemua ada, “Oh, ini baik nih,”

26 Beberapa perempuan menegaskan perbedaan antara simpatisan dengan anggota PKI. 27 Suaminya adalah ketua DPRD Kotamadya Blitar dan anggota Front Nasional Blitar.

Page 28: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

“Ah, saya lapar, pulang aja ke rumah, penjahit ____ itu makan deh.” Ibu ndak tau, biar Ibu sedang rapat ke DPR kek, ke Front Nasional, mereka

makan, makan di rumah. Bapak ndak ada, kebetulan pergi ya, ke Surabaya gitu,ibu ndak pernah tutup, kunci gitu, ndak pernah, siapa mau curi orang kita baik ya?Siapa mau mencuri? Orang sudah banyak deh teman-teman makan, apa, diasenang tidur ya tidur, bikin kopi ya dia bikin kopi ... (Jermini, Denpasar, 17/8/00).

Umumnya yang memanfaatkan tawasan Jermini adalah anggota-anggota sesamaorganisasi kiri.

Hampir semua perempuan yang wawancaranya saya pelajari menceritakan tentangsolidaritas dan kerjasama yang baik antar-anggot a-anggot a organisasi kiri dalammengurus kampung. Citra menuturkan:

Barisan tani [Indonesia] ya kalau nggarap sawah itu, pemudanya itu loh, dibantupemuda sehari jadi. Sana ada gerakan menanam, apa, diserang (dikerjakanbersama-sama) jadi. Rukun ... (Ibu Citra, Sukaharjo, 9/8/04).

Peran Gerwani dalam hal itu biasanya mengurus logistik bagi orang-orang yang bekerja.

Biasa kalau ada orang-orang pemuda rakyat itu, biasa kalau ada saya berani ya,kalau ada nasi, “Silakan makan!” kalau ada apa, “Silakan makan!” (Ibu Citra,Sukaharjo, 9/8/04).

Cerita Saraswati tentang kehidupan keluarganya juga banyak mengungkap solidaritas diantara sesama aktivis organisasi kiri. Wakil Front Nasional Jawa Timur yang jugamenjadi ketua DPD Gerwani Jawa Timur misalnya, kadangkala memberi bantuan uangdari sisa uang saku untuk perjalanan dinas. Rekan aktivis serikat buruh memberinyabantuan gula. Dan untuk pakaian anak-anaknya, ia mendapat sisa-sisa kain dari rekanyang bekerja sebagai penjahit. Ia juga sering berkonsultasi dengan sesama rekan aktivisyang berprofesi guru tentang pendidikan anak-anaknya.

Merefleksikan Perubahan dan Penghancuran

Peristiwa 1965 menghancurkan proyek pendidikan politik yang sedang dibangunGerwani di kalangan perempuan. Anggota-anggota Gerwani diburu, sementara kantor-kantornya dirusak atau dibakar. Rumah Jermini di Denpasar yang sekaligus berfungsisebagai tempat kegiatan organisasi-organisasi kiri dibakar. Rumah Andhika di Blitaryang sekaligus berfungsi sebagai kantor cabang Gerwani dirusak pada pertengahanOktober 1965.

Saya dicegat Pemuda Rakyat, “Bu, jangan pulang rumah ibu sudah dijaga dandirusak sama tentara.” ... karena ada nama board-nya ... kantor Gerwani. ... Ya.Gerwani Kota. Kantornya di rumah saya. ... Rumah saya itu dihancurkan, papannama itu okrek-okrek, ramai. ... meja-meja itu dirusak, dihancurkan. ... Meja tulis

Page 29: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

yang tebal itu juga pokoknya dihancurkan, perkakas-perkakas dihancurkan(Andhika, 8/12/00).

Andhika, dengan membawa anak-anaknya, hidup berpindah-pindah di rumah ke rumah,dari kota ke kota, dan bahkan bersembunyi di wilayah-wilayah pegunungan untukmenyelamatkan diri. Untuk bertahan hidup, ia berjualan apa saja. Ia ditahan dua kali.Yang pertama selama tiga bulan. Sedang yang terakhir selama 10 tahun, mulai 11 Juli1968 hingga 1978. Peristiwa 1965 menghentikan aktivitasnya, baik sebagai anggotaGerwani dan SBR, anggota DPRD Tk. II Blitar maupun sebagai sekretaris GabungOrganisasi Wanita tingkat kabupaten.

Penghancuran TK Melati berjalan bersamaan dengan penghancuran Gerwani. Demikianpula, militer dan kelompok-kelompok massa sipil yang diorganisirnya memburu guru-guru TK Melati yang sebenarnya tidak seluruhnya anggota Gerwani. Pada 15 Oktober1965, Kodam II Bukit Barisan melaporkan perusakan TK Melati di Medan Baru olehmassa28. Riani menutup TK Melati di kampungnya di Solo dan menyerahkan seluruhperalatan dan perlengkapan TK kepada pihak kelurahan: Ya, harus diserahkan lha kalotidak, [dianggap] tidak menyerah nanti (Solo, 19/4/05) . Rumah Sugianti di Kebumenyang menjadi tempat KGTK (Kursus Guru TK) Melati dan pondokan bagi calon-calonguru dibakar oleh militer bersama-sama massa. Anggota-anggota milit er melakukanpelecehan seksual terhadap para calon guru TK Melati yang ditampung di rumah itu.Menurut Suprapti, di wilayahnya di Lampung, banyak guru perempuan anggot a Gerwanidan organisas i-organisasi lain maupun pengajar di TK Melati menjadi korban perkosaankomandan Buterpra yang menangkapi mereka, termasuk dirinya sendiri: ... pokoknyaasal anak gadis maupun ibu-ibu yang guru SD Titipasan, SD-SD biasa, SD Negeri yangPGRI Non Vaksentral kayak gitu, kena perkosa dan guru-guru TK Melati mengalamiperkosaan (Lampung, 26/2/01).

Peristiwa 1965 memaksa sebagian mantan aktivis Gerwani untuk mengingkari sejarahnyasendiri Set elah Gerwani hancur, sebagian dari anggotanya merasa trauma dan berusahamenyelamatkan diri dan keluarganya dengan menutup jejak keterlibatan mereka dalamorganisasi itu. Wiroatmo yang terakhir menjadi ketua ranting saat diwawancaraimengatakan ia tidak paham sama sekali kegiat annya di Gerwani:

...saya orang bodoh ya nggak jadi apa-apa, gitu. Cuma menyetujui lah gitu. ...saya itu karena tidak bisa menulis, membaca, ya dulu itu belum lancar lah. Jadiada yang bicara sendiri, ada yang merencanakan itu, saya cuma setuju aja(Yogyakarta, 13/7/00).

Padahal di awal wawancara ia sempat mengatakan: Nah, terus saya mengikuti sekolahbuta huruf [yang diselenggarakan Fujinkai] itu. Terus, lama-lama bisa baca bisa nulis,gitu. Sampai sekarang ya bisa baca bisa nulis. Tapi, dulu-dulunya tidak pernah sekolahsama sekali. Bahkan Wiroatmo berusaha untuk menjauhkan diri dari ingat an tentangkursus masak yang diselenggarakan Gerwani ia mengatakan: ... pernah diajarkan masak

28 Puspen AD, Fakta-fakta Persoalan Sekitar Gerakan 30 September, ?: 181-182

Page 30: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

tapi bukan di sini, di situ di cabang. Cuma ikut-ikut saja, kalau masak ini, ini…, ini…,gitu (Yogyakarta, 13/7/00). Beberapa perempuan lain berusaha memutus hubungandengan rekan-rekannya sesama anggot a Gerwani dan menarik diri dalam kesibukanmengurus keluarga.

Akan tetapi, apa yang berhas il dicapai oleh Gerwani selama 15 tahun masa hidupnya?Apa yang hilang setelah Peristiwa 1965?

Saraswati yang posisinya terakhir di Gerwani adalah sebagai anggota DPD Gerwani JawaTimur, saat merefleksikan pengalamannya mengatakan bahwa Gerwani saat itu sedangberupaya mendidik kaum perempuan untuk memahami akar persoalan yang dirasakanrakyat. Betapapun mencita-citakan perempuan yang sadar politik, tapi Gerwani belumsampai pada tahap merumuskan apa itu politik perempuan.

... saya kira kalau sudah ditelusuri betul-betul itu, memang yang ada itu memangsemangat dan kesetiaan. Saya kira yang jelas saja misalnya, waktu itu soal politikitu ya belum mengerti, gitu. ... tentang kolonialisme, tentang imperialisme ... bisakita bawa .. .dalam pertemuan-pertemuan misalnya ada konferensi anakcabang .... yang dateng kan ranting-ranting, nah itu kita sampaikan ke situ. Kitameningkatkan kesadaran baru tahap begitu saja. Jadi apa ya ... belum sampaidetail, politik lalu bisa dibahas ... ini mesti harus punya politik yang bagaimana,untuk membawa bangsa dan negara ini bagaimana, gitu. Jadi waktu itu ya masih,ya kenyataannya masih begitu ... Kalau saya renungkan, sekarang ini memang ...apa ya sebenarnya bukan pekerjaan yang ringan untuk mengangkat ataumengungkap hal-hal yang dirasakan oleh rakyat khususnya kaum perempuan. Nahini untuk mengungkap kan nggak bisa ... kalau hanya, apa itu, suatu kelompokgitu. ... kalau ada kendaraannya yang konkret gitu, kayak dengan kendaraan ini,kita akan bisa menjelaskan sesuatu secara luas (Saraswati, Jakarta, 5/2/05).

Saraswati ditahan pada 1968 dan dibebaskan pada 1979 tanpa pernah diadili. Suaminyadivonis hukuman mat i dan meninggal karena sakit jantung di LP Pamekasan. Setelahperistiwa empat anaknya hidup terpisah. Seorang anak perempuannya hilang.

Melihat kenyataan sekarang Saraswati menilai persoalan rakyat belum selesai.

... saya menganggap bahwa perjuangan untuk melenyapkan penindasan, artinyamengangkat rakyat supaya memiliki derajat yang layak sebagai warga negaraIndonesia, ini masih belum tercapai. Karena itu, ya, apapun yang terjadi ... sayamemang tetep setia kepada ini, organisasi yang sekarang saya bernaung ...(Saraswati, 21/12/04).

Citra menjadi anggota Gerwani salah satu ranting di Sukaharjo. Ia selalu bercerita dalamkonteks seluruh organisasi kiri. Yang saat itu sedang diperjuangkan oleh organisasi-organisasi kiri menurutnya adalah membela hak orang miskin untuk hidup layak. Artinyacukup makan, bisa mengakses layanan kesehatan dan sekolah, bisa bertempat tinggaldengan tenang dan hidup bermasyarakat.

Page 31: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

Jenenge membela nasib wong cilik, mongko wong iku hake__(namanya membelahak orang kecil, apalagi orang itu haknya)___ hidup layak, haknya hidup layakkan. Hidup layak itu ya bisa menyekolahkan anaknya, bisa, kalau sakit ya bisaberobat, bisa gotong-royong dengan tonggo teparo. Ya, pokoknya kebutuhanhiduplah. Bekerja ada pekerjaan untuk hidup bisa. Tuntutan rakyat kan hanyaitu, apa mau beli kereta api? Ndak ada [tertawa]. Ya kalau itu sudah merata, ahrakyat tidak akan memberontak. Tidak. Tapi kalau rakyat hidupnya sudah, alahsudah tidak anu, layak, hidup layak saja, tidak usah hidup yang… yang layak sajandak bisa. Apalagi penderitaan gusur-gusuran wah kalau saya mendengar, habisini belum selesai masalahnya nanti ganti kok terus menerus. ... Opo meneh (apalagi), saya mendengar sekolahan digusur. Waduh, rasa-rasanya ya, Tuhan, sayaminta [tertawa] panjang hidup biar tahu sejarah … (Ibu Citra, Sukaharjo,9/8/04).

Baginya, Peristiwa 1965 berarti hilangnya pembela kaum tani:

... [kaum tani] sekarang sengsara. Anune, hargane njukuk (mengambil) luarnegeri, kene ciloko (sini celaka), apa itu yang menyebabkan, rabuke (pupuknya)ya dipalsu, kan sudah waduh … sengsara pokoknya. Dulu dituntut sungguh.Sekarang ndak ada yang membela. Siapa yang membela? ... [Dulu] Ada tukangmbela itu. Ya sukarelawan gini, tapi setiap detik itu bawaannya itu buku hukumitu. Jadi ndak takut. Bukan lulusan hukum tapi orang-orang yang itu, yang hukumya terus hukum terus, berani menghadapi___ Ini kalau ada masalah soal tani apagitu, ada di hukum sana___ tapi orangnya itu banyak___ di sana misalnya adaGestok, ada yang melenceng git u, rakyatnya sudah, “Hemmmmm…,” gitu itusudah suaranya sudah… (Ibu Citra, Sukaharjo, 9/8/04).

Citra sudah memiliki sembilan anak ketika Peristiwa 1965 terjadi. AkhirDesember 1965 suaminya yang bekerja sebagai pembuat badge dan anggot aDPRD Tk. II dari F-PKI ditahan dan baru dibebaskan dua tahun kemudian. Iaberuntung karena hanya sempat diinterogasi tanpa ditahan. Namun selama duatahun itu ia harus mengambil alih pekerjaan suaminya agar bisa bertahan hidup.

Ia meyakini bahwa dengan banyaknya persoalan yang dihadapi, masyarakat tidak akantinggal diam:

Tapi ora isa (tidak bisa) hilang. Idiologi ora iso ilang, ya ijek maneh (tidak bisahilang, ya masih lagi), masih lama maneh. Selama kamu tidak adil, dunia sini,mesti, iya tho? Itu bukan benihnya tukul (tumbuh) sendiri. Orang itu kalaumenderita tukul sendiri, iya tho? Apa diajani (diajari) orang nggak? MisalnyaBuruh, “Ini kok ora mudun, piye-piye (kok tidak turun, gimana-gimana), iya sayamaju.” Itu kan tukul sendiri kan itu haknya. Bukan PKI-nya, bukan. PKI itu sudahmati, sudah ndak ada. Tapi memang tukul sendiri. Wong tani kuwi nek digawerugi (Orang tani itu kalau dibuat merugi), itu bingung mesti (Ibu Citra, Sukoharjo,9/8/04).

Page 32: Th Erlijn Gerwani Sebagai Institusi Pendidikan

Bagi perempuan-perempuan yang sudah terbiasa berorganisasi, larangan untukberaktivitas dirasa sebagai bentuk penyiksaan. Srigati mengatakan bahwa selama iniotaknya beku karena aktivitasnya dibatasi, baik oleh pemerintah maupun oleh keluarga.Atmi memutuskan untuk ikut PKK (Program Kesejahteraan Keluarga), organisasibentukan Rezim Orde Baru untuk mewadahi perempuan-perempuan desa:

“Jadi [tertawa] saya itu ya wanita seperti kamu-kamu [ibu-ibu PKK] itu,” sayagituin. Jadi saya itu ya harus andil di masyarakat itu apa kegiatan masyarakat sayaikut. Saya tidak mau nek (kalo) dijadi, dijadikan wanita minoritas, ndak mau. Jadisaya juga harus ikut ambil bagian di kampung, di masyarakat, itu saya gitu. ...Kalo saya tidak masuk ke PKK kan saya tidak tahu perkembangan, wanita-wanitasekarang itu di luar, ibu-ibu korban itu kan saya ndak tahu. ... Ya saya korban tapisaya juga masih punya ide kok, saya masih punya gagasan, saya masih ikutmembantu. Kaum saya perempuan itu supaya bisa maju (Atmi, Solo, 12/4/05).

Kesimpulan

Selama 15 tahun Gerwani memilih untuk bekerja di kalangan perempuan kelas menengahdan miskin. Melalui berbagai media mereka berupaya mendidik perempuan untuk sadarpolitik dan mampu membela hak-haknya. Dalam perspektif Gerwani, hanya dengankesadaran politik perjuangan mereka akan sampai pada akar penyebab persoalanperempuan dan rakyat umum, yaitu sisa-sisa kolonialisme dan feodalisme, sertakapitalisme yang terus mengancam. Kesadaran politik Gerwani membedakannya dariorganisasi-organisasi perempuan lain. Akan tetapi sampai saat mereka dihancurkan,Gerwani belum selesai merumuskan hasil pergulatan mereka di lapangan menjadi politikperempuan.

Angkatan Darat menurut saya justru dapat melihat ancaman atas kepentingan mereka jikaupaya Gerwani tidak segera dihentikan. Gerwani dikhawatirkan cepat atau lambat akanmempengaruhi kesadaran gerakan perempuan secara umum, apalagi dengan semangatnasionalisme kerakyatan dan otonomi yang dimiliki gerakan perempuan saat itu.Penghancuran terhadap Gerwani sendiri pada akhirnya tidak hanya berakibat lenyapnyagagasan membangun gerakan perempuan yang sadar politik, tapi juga gagasan tentanggerakan perempuan yang otonom, yang punya hak untuk mendefinisikan Indonesia.