16

The Ahok Way

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jalan Kebenaran itu sempit, terjal, gersang, berbatu dan penuh cadas yang tajam. Di sana pulalah ular-ular beludak dengan bisa yang mematikan bermukim. Siap mematuk dan menghancurkan tumit siapa pun, yang berjalan di atasnya. Siapa pun yang berani memilih jalan itu, ia harus rela kakinya terluka. Menderita kesakitan dengan risiko dipagut ular berbisa. Hanya mereka yang tak menyayangi nyawanya yang berani menempuh jalan itu. Tapi di ujung jalan itu ada oase yang menyegarkan jiwa dan membawa kesejukan. Jalan Kebenaran, jalan yang diinginkan semua orang tapi jarang dipilih karena terlalu berisiko. Tapi Ahok memilihnya demi meretas asa mengatasi persoalan bangsa ini yang semakin menahun. Sebab jalan itu adalah satu-satunya jalan yang bisa menyelamatkan dirinya dari ‘buaya’ politik yang ganas. Jalan itu harus ditempuhnya meskipun ia harus mati memperjuangkan kebenaran, baginya ‘Hidup adalah Kebenaran, Mati adalah Keuntungan.’

Citation preview

Page 1: The Ahok Way
Page 2: The Ahok Way

THE AHOK WAY - Hidup adalah Kebenaran, Mati adalah KeuntunganOleh Piter Randan BuaHak Cipta © 2014, Piter Randan Bua

Managing Editor : James YanuarDesain cover : Denny OctavianusLayout : Felly MeilindaPenyunting Naskah : James Yanuar & Jonathan ArifinProof Reader : Sangsulung John Sum

Diterbitkan oleh:PT. VISI ANUGERAH INDONESIAJalan Karasak Lama No.2 - Bandung 40235Telp : 022-522 5739 - Fax : 022-521 1854Email : [email protected]

ISBN 978-602-1315-07-1Cetakan pertama, Maret 2014Indonesian Edition © Visipress 2013

Hak cipta dilindungi oleh undang-undangDilarang memperbanyak sebagian atauseluruh isi buku ini tanpa seizin Penerbit.

Member of CBA IndonesiaNo : 05/PBL-BS/1108/CBA-Ina

Member of IKAPINo : 185/JBA/2010

Page 3: The Ahok Way

Dengan ketulusan hati saya menyampaikan terima

kasih kepada Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M.

(Wakil Gubernur DKI Jakarta), yang akrab disapa

Ahok, sebagai inspirasi utama hadirnya tulisan ini.

Tak lupa istriku, Ludya Lembang, dan putri kesa-

yanganku, Prinza Evangelica Randanan, yang setia

memberikan doa dan dukungan dalam menyele-

saikan buku ini.

UCAPANTERIMA KASIH

Page 4: The Ahok Way
Page 5: The Ahok Way

Pengantar Penulis 7

Jalan ahok dalam menegakkan kebenaran

Memilih Jalan Kebenaran 13Menegakkan Kebenaran dan Konstitusi 17

Memilih Jalan Lurus 21Melawan ‘Harimau’ Ganas 25Tidak Mau Mati Konyol 29

Jalan ahok TenTang Pilihan PoliTiknya

Menantang Arus Political Voice 35

Menolak Politik SARA 41Menolak Politik Uang 47

Menyuarakan Suara ‘Kenabian’ 51Memanggil Pemuda-pemudi BTP 57

Jalan ahok dalam mencegah koruPsi dan menaTa birokrasi

Menjadi Negarawan Sejati 63Mencegah ‘Maling’ Jadi Pejabat 67Transparan kepada ‘Tuan’nya 73

DAFTAR ISI

Page 6: The Ahok Way

Menghemat Uang Negara 77Fokus Menyelesaikan Tugasnya 81

Melawan Perilaku Korup 87

Jalan ahok dalam meraJuT ke-indonesia-an

Melawan Diskriminasi Primordial 95Menyelamatkan Generasi Bangsa 101

Tidak Membeda-bedakan 105Menegakkan Pilar Bangsa 111

Mencari Pejuang Revolusi Beradab 115

Jalan ahok TenTang kePemimPinan

Memimpin Sebagai Pelayan 121Memimpin dengan Keteladanan 127

Tak Mengejar Keuntungan 131Tak Mengharapkan Pujian 135

Nama Baik Di Atas Segalanya 139Menjadikan Istri Sebagai Partner dan Penolong 143

Jalan ahok unTuk bekerJa bagi kePenTingan rakyaT

Tak Melupakan Orang Miskin 149Rakyat Tak Perlu Diurus 155

Menegakkan Hak Asasi Manusia 159Menyelenggarakan Pendidikan Tanpa Dikriminasi 163

Menghargai Petani 167Berjuang Untuk Kesejahteraan Buruh 173

Meninggalkan Kenyamanan untuk Melawan Kesemena-menaan 177

Pustaka Sumber & Pustaka Foto 181

Jalan PiTer randan bua 183

Page 7: The Ahok Way

7

Di Sungai Sebulu, Kecamatan Gantung, Ahok di masa kecilnya sering

memancing ikan. Sungai yang tenang tapi dihuni buaya-buaya ganas

dan Ahok pernah hampir menjadi korbannya. Walaupun sungai itu

dihuni buaya-buaya berbahaya tapi masyarakat selalu tertarik dengan pesona

dan kekayaannya. Mereka tetap memancing dan mencari ikan di sana. Sudah

banyak yang menjadi korban keganasan buaya Sungai Sebulu itu, tapi ia tetap

dikunjungi. Masyarakat Belitung Timur tak sanggup menahan hasrat untuk me-

nikmati ‘mutiara’ yang terkandung dalam sungai itu walau harus menantang

maut. Kalau tak waspada akan kehilangan nyawa.

Seperti politik di negeri ini, menawarkan banyak sensasi kenikmatan

tapi juga maut dan penderitaan. Karena itulah ia tetap dikejar dan yang tak

waspada menanggung risikonya. Ahok ada dalam iringan para pengejar itu,

tapi keberuntungan masih memihaknya. Rahasianya ia tetap waspada dengan

melangkah dalam Jalan Kebenaran. Jalan Kebenaran itu sempit, terjal,

gersang, berbatu dan penuh cadas yang tajam. Di sana pulalah ular-ular beludak

dengan bisa yang mematikan bermukim.

Siap mematuk dan menghancurkan tu-

mit siapa pun, yang berjalan di atasnya.

Siapa pun yang berani memilih jalan itu,

ia harus rela kakinya terluka. Menderita

PENGANTARPENULIS

Page 8: The Ahok Way

8

kesakitan dengan risiko dipagut ular

berbisa. Hanya mereka yang tak me-

nyayangi nyawanya yang berani me-

nempuh jalan itu.

Ahok menatap jalan itu sembari

membenarkan posisi kacamatanya,

agar pandangannya jelas dan hatinya

mantap. Ia melangkah dengan perlahan

di atas jalan itu, sembari menahan sakit

yang tak tertahankan. Ia mengerang, meringis tapi terus berjalan. Akhirnya ia

terbiasa dengan kesakitan itu dan tak memedulikannya lagi.

Di ujung jalan itu ada oase yang menyegarkan jiwa dan membawa kesejuk-

an. Jalan Kebenaran, jalan yang diinginkan semua orang tapi jarang dipilih

karena terlalu berisiko. Tapi Ahok memilihnya demi meretas asa mengatasi per-

soalan bangsa ini yang semakin menahun. Sebab jalan itu adalah satu-satunya

jalan yang bisa menyelamatkan dirinya dari ‘buaya’ politik yang ganas. Jalan

itu harus ditempuhnya meskipun ia harus mati memperjuangkan kebenaran,

baginya ‘Hidup adalah Kebenaran, Mati adalah Keuntungan.’

Seperti benang kusut yang menggumpal, demikianlah sulitnya mengurai

persoalan yang diderita bangsa ini. Telinga kita telah bising dengan kritik dan

solusi yang ditawarkan, tapi tak banyak memberikan jalan keluar. Banyak yang

berteriak bahwa menegakkan kebenaran adalah solusi terbaik tapi para pe-

mimpin bangsa ini hanya sedikit yang mau berjalan ke sana. Akibatnya rakyat

semakin menderita dan kehilangan harapan. Hak-hak mereka dirampok dan

dijarah oleh segelintir orang. Rakyat menjadi asing di rumah sendiri, karena

bangsa ini tak berpihak kepada mereka. Pemimpin silih berganti, pulang dan

pergi, hilir mudik tapi nasib mereka tetap sama. Miskin dan menderita.

Satu-satunya harapan terakhir adalah penegakkan hukum yang berpihak

pada kebenaran. Tapi ia terkulai lemas juga. Hukum telah dikhianati oleh pe-

negak hukum itu sendiri. Kenyataanya adalah hukum seperti pedang yang telah

THE AHOK WAY

Page 9: The Ahok Way

9

PENGANTAR PENULIS

diasah, tajam, tapi dibiarkan berkarat tak terpakai. Mereka yang berhak meng-

ayunkannya tak bisa berbuat apa-apa. Mereka seolah terhipnotis dengan sebuah

mantra. Tak berani mengayunkannya, mungkin karena takut mengenai diri

sendiri.

Di tengah pesimisme rakyat yang semakin menebal karena pemimpin me-

reka tak dapat lagi bisa dipercaya, muncullah Ahok seolah membawa harapan

baru. Ia mencoba mengurai benang ku-

sut yang menggumpal itu. Memulainya

dari Negeri Laskar Pelangi hingga ke

Ibu Kota Negara. Kemunculan Ahok

menyentak banyak orang tapi tak se-

dikit juga yang memandangnya sinis.

Meremehkannya. Tapi Ahok tak pedu-

li. Ia mencoba menarik ‘pedang’ yang

berkarat itu. Mengayunkannya dengan penuh keberanian, hingga yang tak ber-

pihak pada kebenaran menjadi berang, tapi akhirnya lari terbirit-birit.

Ahok bersama Jokowi terus berusaha mengurai benang kusut itu di atas

jalan yang bercadas tajam yang dihuni ular berbisa. Merajutnya menjadi sebuah

kekuatan yang memihak pada kebenaran demi keadilan. Tak ayal, duet yang

menyebut dirinya pelayan rakyat ini sedikit demi sedikit mulai membangkitkan

harapan dan semangat rakyat yang telah lama meredup. Dampaknya, siapa pun

yang menghujat duet ini, rakyat bereaksi membela mereka. Siapa pun yang

mencemooh akan ‘kualat,’ terhempas oleh kekuatan rakyat sebagai pemegang

‘suara Tuhan.’

Kini harapan baru itu membesar menjadi sebuah gerakan yang tak dapat

dibendung. Rakyat banyak menginginkan Jokowi dan Ahok melangkah lebih

besar lagi membenahi Indonesia. Menjadikan Indonesia ‘rumah’ yang nyaman

dihuni. Mengayomi semua dalam harmoni keberagaman.

Semoga asa yang menggebu-gebu itu tak padam di tengah jalan, karena

Jokowi dan Ahok tak sanggup memenuhinya. Atau tersandung dan tersan-

Page 10: The Ahok Way

10

dera seperti pendahulu-pendahulu mereka. Tapi apapun alasannya kita per-

lu berbangga karena masih ada pemimpin yang muncul yang berpihak pada

kepentingan kebenaran dan keadilan. Setidaknya, melalui jejak yang mereka

toreh. Pemimpin yang memiliki pandangan humanis dan semata-mata untuk

mengembalikan kebenaran itu pada posisi yang seharusnya. Walaupun dengan

tertatih-tatih.

Sayang dalam buku ini, saya hanya bisa melukis secuil dari jejak-jejak kaki

Ahok, sebatas yang muncul di permukaan dan yang dapat saya jangkau. Semoga

menjadi inspirasi dan dapat diuji kemujarabannya mengurai benang kusut per-

masalahan bangsa ini. Buku ini tak bermaksud menjadikan Ahok menjadi su-

perior dari anak-anak bangsa lainnya. Melainkan akan menjadi kontrol baginya

sekaligus akan menamparnya jika berpaling dari Jalan Kebenaran yang telah

dipilihnya.

‘Siapa mengejar kebenaran dan kasih

akan memperoleh kehidupan, kebenaran dan kehormatan’

Salam Kebenaran,

PiterRandanBua

THE AHOK WAY

Page 11: The Ahok Way

1Jalan ahok

dalam menegakkankebenaran

Page 12: The Ahok Way
Page 13: The Ahok Way

13

Ahok berjalan di antara kerumunan rakyat yang mengelu-elukannya.

Di sisi kirinya ada Veronica Tan, istri yang dikasihinya. Ia mengulur-

kan tangan menyalami semua orang yang berjejer sepanjang jalan

yang dilaluinya. Beberapa anak kecil berjalan di belakangnya mengelu-elukan-

nya sambil memanggil-manggil namanya. Itulah yang terjadi saat ia melaku-

kan kampanye Pilgub 2007 Bangka Belitung, di Pangkal Pinang. Rakyat seperti

dibangkitkan semangatnya. Padahal sebelumnya tulang-tulang mereka lunglai,

lemas tanpa gairah dengan gereget membara di hati. Kecewa. Marah hingga

apatis melihat keseharian pejabat dan wakil mereka yang berkhianat. Mereka

yang di awalnya berjanji dan bersumpah atas nama Tuhan untuk melayani rakyat

sebaik-baiknya, berbalik menjadi pengkhianat dan merampok hak-hak rakyat,

hingga rakyat menjadi sengsara dan menderita kesusahan besar. Sebuah para-

doks di bangsa yang begitu sensitif dengan isu-isu agama dan memiliki rumah

ibadah bak jamur di musim hujan, begitu gamang kalap mata mencintai keja-

hatan.

Kenyataan ini semakin memalukan saat institusi agama juga terperosok ke

dalam lubang yang sama–korupsi dan kemunafikan. Bangsa ini dalam kaca mata

para teolog, memuliakan Allah dengan bibirnya, tapi hatinya menjauh dari-

Nya. Entah sampai kapan kenyataan ini akan berlanjut tapi kita tak boleh patah

semangat.

MEMILIHJALAN KEBENARAN

Page 14: The Ahok Way

14

THE AHOK WAY

Kehadiran Ahok seolah menjadi penguat bahwa setiap zaman akan selalu

muncul seorang pemimpin yang membawa sebuah pengharapan. Sejarah men-

catat bahwa bangsa-bangsa di dunia yang mengalami pergolakan moral se-

lalu memunculkan pribadi-pribadi yang membawa kepedulian dan bertekad

melakukan sebuah perubahan. Mereka kadang hadir di tengah kefrustrasian

dan keputusasaan untuk menyerukan kebenaran dan keadilan, menyejukkan

hati yang dahaga dan lapar dengan

kebenaran dan keadilan. Tak sedikit

di antara mereka menyandang nama

seorang politisi sekaligus nabi.

Musa misalnya, ia adalah pemimpin

agama sekaligus pemimpin politik

yang dikenal dalam tiga agama be-

sar: Yahudi, Kristen dan Islam. Ia

bertugas membebaskan kaumnya

dari perbudakan di Mesir. Ada pula Muhammad SAW, Nabi kaum muslimin

yang hadir memberikan pencerahan di tengah bejatnya manusia karena degra-

dasi moral di kejahatan padang pasir. Dan Isa Al Masih (Yesus Kristus) yang

datang membawa rekonsiliasi dengan prinsip kasih dalam kegamangan manusia

terhadap sesamanya. Tak sekedar mengajarkan kasih, tapi membebaskan manu-

sia dari belenggu dosa sebagaimana kesaksian kitab suci orang Nasrani.

Di deretan masyarakat biasa, ada juga yang melakukan fungsi sama walau-

pun tak menyandang nama sebagai nabi, tapi mereka melakukan fungsi ‘kena-

bian.’ Mereka adalah Mahatma Gandhi di India, yang berusaha mendamaikan

dua faksi yang saling bertikai, walaupun akhirnya ia harus membayar dengan

nyawanya. Bunda Teresa juga di India, yang mengabdikan dirinya untuk ma-

syarakat miskin dari yang termiskin. Nelson Mandela dan Marthen Luther

King di Afrika dan Amerika, yang berjuang menentang perbudakan dan dis-

kriminasi terhadap orang-orang kulit hitam dan pelecehan terhadap hak asasi

manusia.

Page 15: The Ahok Way

15

MEMILIH JALAN KEBENARAN

Masih banyak lagi deretan nama-nama yang bisa kita ingat, memiliki hati

yang mulia karena kecintaannya kepada nilai-nilai kemanusiaan. Mereka me-

nentang ketidakadilan walaupun harus membayarnya dengan nyawa. Ada yang

jasadnya masih bisa dikubur dengan terhormat, tapi ada juga yang dibuang

begitu saja hingga binatang buas melahapnya atau ditumpuk seperti binatang

dalam lubang yang sama tampak iringan doa dalam liang lahat yang tidak wajar.

Ada pula yang hilang dengan misterius tanpa jejak. Sebut saja Wiji Thukul, di

Indonesia dan beberapa aktivis 1998 yang sampai kini tak tahu di mana rimba-

nya. Ada lagi Baharuddin Lopa dan Munir yang kematiannya misterius dan tak

tahu siapa pelakunya. Sampai sekarang masih teka-teki tanpa jawaban. Mereka

mengerang nyawa demi memperjuangkan hak-hak hidup mereka yang diram-

pas oleh saudara kandungnya sendiri. Mereka dibunuh dan dihabisi di rumah

sendiri yang seharusnya menjadi pelindung mereka. Walaupun mereka pergi

dengan kesedihan dan keberuntung-

an tidak memihak mereka, karena

mereka memilih menjadi martir ke-

benaran.

Kini, entah apa yang mereka

akan pikirkan seandainya masih di

sini. Mungkin mereka masih me-

rintih kesakitan dalam kesunyian

karena perjuangan mereka tak kun-

jung tercapai. Kemanusiaan masih diinjak-injak dan dilecehkan. Di negeri yang

katanya beradab ini.

Waktu terus berjalan membawa duka tersendiri bagi para pejuang ke-

benaran dan keadilan. Kehadiran mereka dianggap sebagai ancaman. Padahal

sebenarnya tidak. Mereka hanya ingin kebenaran itu dikembalikan ke tempat

yang sesungguhnya untuk mengayomi semua untuk sebuah harmoni. Mereka

dipandang sinis dan dianggap aneh. Tapi tak sedikit juga yang disanjung walau

kadangkala sanjungan itu tak sempat lagi mereka nikmati. Tak sedikit penderi-

Page 16: The Ahok Way

16

THE AHOK WAY

taan dan pengorbanan yang mereka harus tanggung. Hanya keteguhan hati yang

sanggup membuat mereka bertahan.

Hal yang sama menimpa Ahok saat mencoba merajut dan membangun

tembok bangsa yang hampir runtuh ini, disobek oleh intoleransi dan dis-

kriminasi berbau primordial. Tak hanya itu, ia mendapatkan perlawanan se-

ngit dalam membenahi birokrasi ‘bobrok’ bangsa ini. Tapi tekadnya yang

tak tanggung-tanggung untuk merubah bangsa ini menjadi lebih baik mem-

buatnya suka dan berbangga walaupun menanggung banyak penderitaan. Li-

hat apa yang dikatakannya, “Saya rela mati demi konstitusi dan menegakkan

kebenaran.” Bagi Ahok tak ada yang lebih tinggi dari menegakkan kebenaran

walaupun ia harus membayarnya dengan harga yang mahal. Ia tahu duka yang

harus ditanggungnya tapi ia tetap memilih jalan itu. Baginya melangkah dalam

Jalan Kebenaran yang terjal masih jauh lebih baik dari pada jalan yang dianggap

lurus tapi ujungnya menuju kematian. Jalan kematian itu adalah korupsi, men-

jual kebenaran dan keadilan, ma-

nipulasi dan mengorbankan orang

lain, ingkar terhadap sumpah, dll.

Ahok tak mau menempuh jalan itu

karena itu ia mengatakan, “Saya me-

milih taat pada konstitusi dari pada

konstituen apapun risikonya.” Ia

melakoninya. Tak sekedar janji ma-

nis yang diucapkan saat berjalan ke-

liling di antara rakyat yang mengelu-elukannya. Ia tak sekedar berjanji karena

mencari dukungan tapi dibuktikannya dengan pengabdian sepenuh hati dalam

pilihan Jalan Kebenaran yang penuh risiko.