Upload
dessy-puji-lestari
View
234
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bIOGEOGRAFI
Citation preview
BAB 3 : HASIL PENGAMATAN
The life of Mammals
Anda mengira bahwa orang utan ini yang mencuci kaos kaki ini adalah
tipuan sirkus di mana ia dilatih secara khusus. Tapi tidak. Ia melakukannya
ini sepenuhnya atas inisiatif sendiri. Ia melihat orang lain melakukannya.
Dan ia sedang meniru. Dan kemampuan meniru juga memakai alat-alat ini
adalah hal yang dimulai pada kera namun dibawa oleh kera dengan tingkat
yang jauh lebih tinggi. dan kedua bakat itu membawa pada perubahan
dunia.
Food for yhought (renungan)
Perkemahan Leakey di Kalimantan adalah tempat tinggal sekelompok
orangutan yang diambil dari kandang dan dikembalikan ke hutan. Karena
mereka bagian dari dunia kita dan kita bagian mereka. Mereka dapat
mengungkap pemahaman pada kesamaan kita. Ibu tua ini sedang
melakukan sendiri. Juga anaknya, yang lahir di hutan. Bahkan bayinya juga
tertarik, memang amat mengesankan bila duduk dekat orangutan seperti ini
melihat betapa miripnya mereka dengan manusia. Tentu saja kita berdua
adalah kera-kera besar. Tapi lihat betapa manusianya tangannya itu.
Keahlian dimana ia mengambil benda. Cara ia memegang peralatan seperti
itu. Cara ia memakai otaknya meniru apa yang dilakukan orang lain. Tapi
yang terpenting kita berbagi dari otak kita yang besar. Itu menghasilkan
banyak bakat dan kemampuan yang sama kita miliki.
Semua kera menyukai satu jenis makanan : buah-buahan. Namun
mengambil buah di hutan Asia Tenggara bisa bermasalah. Ada pemangsa
kuat di tanah hingga orangutan jarang turun ke tanah. Mereka sejauh ini
hewan paling berat yang hidup di dahan-dahan. Tapi mereka mencipta cara
cerdik untuk memanfaatkan bobot mereka. Mereka melompat galah.
Meskipun behitu, bergelantungan dapat amat melelahkan. Karena pohon
buah tak banyak dan di berbagai tempat, orangutan perlu menempuhnya
secara lurus antara phon-pohon itu. Tapi mereka jarang tersesat, jadi
tampaknya mereka punya peta hutan dalam pikiran mereka. Butuh banyak
keahlian untuk bepergian seperti ini. Dan anak-anaknya butuh bertahun-
tahun untuk menyamai keahlian orang tuanya dalam mencari jalan dan
senam udara. Ibu mengawasi ketat anaknya. Siap bila dibutuhkan untuk
member bantuan tangan atau lengan, atau kaki. Butuh 13 tahun bagi anak
agar menyamai pengetahuan hutan ibunya. Ini mungkin sebabnya anak
orangutan lebih banyak bersama ibunya daripada kera lain, kecuali manusia.
Namun pada akhirnya, ikatan ini harus putus.
Orangutan yang dewasa, terkenal sebagai penyendiri. Didesak untuk
hidup berpisah karena kurangnya makanan. Tapi itu tak berarti mereka
antisocial. Tiap 4 atau 5 tahun sekali, hutan member makanan berlimpah
ketika banyak pohon buah masak secara bersamaan. Ini memungkinkan
orangutan bahwa bila ada kesempatan mereka benar-benar memiliki hati
hewan social. Di pohon ini, 20 orangutan reuni setelah berpisah bertahun-
tahun. Namun musim buah tidak lama, jadi waktu sangat berharga. Dengan
cara yang sama, kita dapat mengulang hubungan kita lagi terkadang setelah
berpisah bertahun-tahun. Jadi orangutan dapat mengingat lagi dengan cepat
ke dalam lingkungan social mereka. Itu membutuhkan otak yang mampu
mencatat berbagai individu dalam periode yang panjang dan jauh. Ada satu
tempat dimana interaksi antara orangutan lebih sering terjadi dibanding
tampat lain.
Hutan rawa di Sumatra Utara. Ini surge bagi orangutan. Banjir yang
teratur dan air membawa persediaan nutrisi yang kaya. Jadi ada banyak
makanan tersedia. Di sini, orangutan dapat bepergian makan bersama
dalam kelompok sepanjang tahun. Mereka memakan serangga juga buah.
Mengumpulkan rayap dari batang busuk tak perlu kecerdasan. Tapi
mengambil sesuatu dari lubang di pohon adalah soal lain, bahkan bagi
jantan kuat seperti ini. Tapi orangutan di sini telah memecahkan masalah itu
mereka memakai alat. Mula-mula mereka memilih ranting. Berikutnya
mereka mematahkannya. Lalu mengasahnya agar berbentuk. Lalu secara
hati-hati memasukkannya ke pohon mengambil apa yang mereka ininkan di
dalamnya. Jantan cerdik ii menyodok sarang lebah dengan alat berujung dua
yang memungkinkan dia menjilat madu di satu ujung sambil mengambil lagi
di ujung satunya. Anggita keelompok yang muda melihat dan belajar. Jadi
tradisi berkembang yang akan disampaikan pada generasi yang baru. Jika
ada banyak makanan orangutan dapat berkumpul dengan padat dan
membentuk komunitas. Dan dalam komunitas, jika satu individu punya ide
bagus lainnya akan menirunya dan lalu membentuk kebudayaan. Untuk
melihat kebudayaan kera yang lebih ruumit kita harus ke benua lain.
Ini Afrika, di sini, pulau yang penuh hutan bakau mulut Kongo adalah
tempat tinggal komunitas simpanse yang luar biasa. Simpanse-simpanse ini
yatim piatu. Orangtua mereka telah dibunuh untuk dijual dagingnya. Banyak
dari mereka dipelihara dalam kondisi yang memadai. Kini mereka bagian
dari eksperimen unik di mana mereka diajarkan keahlian yang mereka
butuhkan agar bisa mandiri di hutan. Beberapa yang muda punya sedikit
keahlian dengan melihat manusia. Sebagian tahu cara membuka kacang.
Tapi butuh beberapa tahun belajar menaruh kacang di lubang lalu
bagaimana memakai palu. Simpanse ini, Balinga, sudah ahli. Temannya, Flo,
melihat dengan penuh perhatian. Puck sedang berjuang. Ia baru belajar
membelah kacang waktu berusia 6 tahun. Itu 2 tahun terlambat bagi
simpanse untuk mempelajari keahlian baru. Anda tak dapat mengajarkan
kera tua hal-hal baru. Awas jarimu. Tntu saja ada macam-macam cara
membuka kacang. Dan sejalan dengan itu, ada banyak jenis kacang.
Begitupun kelompok simpanse mengembangkan cara berbeda yang berbeda
dalam mengatasi masalah. Itulah awal dari kebudayaan. Tentu saja
kebudayaan punya banyak hal di dalamnya, terlepas dari membelah kacang.
Hutan tropis ini terletak ribuan mil di timur Kongo, di Uganda. Di sini
ada juga simpanse. Tapi punya kebudayaan yang amat berbeda. Dan
mereka belum pernah difilmkan sebelumnya. Komunitas mereka paling
besar dan berisi jantan paling banyak. Seperti di tempat ini, tradisi
kebudayaan menyangkut rincian dari etiket social. Di sini mereka melakukan
gaya merawat yang dikenal sebagai jabat tangan. Umumnya para jantan
bergaul baik, tapi sekali-sekali ada perkelahian. Dan ini dapat menjadi
sangat serius. Jantan muda bernama Grapelli sedang dipukuli dengan brutal
oleh kumpulan jantan dewasa yang amat banyak. Seperti inilah jadinya
Grapelli. Ia terluka berat dan hampir dipastikan ia akan mati.
Apa yang terjadi di Ngogo yang menyebabkan serangan buas ini? Satu
teori ialah bahwa jantan muda sulit mendapat tempat di dalam kelompok
jantan-jantan dewasa yang besar, yang hidupnya diatur oleh hubungan
social yang kita belum pahami. Bahkan perilaku merawat seperti ini dapat
bermakna social besar. Tentu saja, merawat itu penting bagi kesehatan. Ini
adalah pelayanan yang sering dilakukan jantan pada keluarganya seperti
yang dilakukan kakak beradik ini. Ini juga cara mencipta dan menjaga
hubungan social yang baik antara sekutu dan jantan dalam satu kelompok.
Jantan muda ini Pork Pie, tampak lebih berhasil secara social daripada
Grapelli.
Tapi jantan-jantan ini punya hal lain di otaknya daripada merawat.
Perhatian mereka terarah ke puncak pohon. Saatnya berburu. Sekelompok
besar jantan yang berpikiran sama berkumpul. Salah satu menyuarakan
genderang. Ini tanda bagi yang ada di sekitar bahwa perburuan akan
dimulai. Simpanse di tempat lain berburu bila melihat kesempatan baik. Tapi
di Ngogo sini, berburu sering mulai tanpa perlu terlihat mangsa. Para jantan
merebah hutan. Mereka berjalan bisa hingga 4 jam mencari korban yang
mungkin ada. Pork Pie ikut. Ia belum diterima sebagai anggota kelompok
berburu. Inilah yang mereka cari, kawanan kera colobous merah.
Para pemburu mengambil posisi pada pohon-pohon di sekitarnya siap
menyerang kera yang mencoba kabur. Mereka mendekati pada sasaran
yang paling mudah, betina dan anaknya. Jantan Colobous berusaha
menyerang balik tapi simpanse lebih besar dan lebih kuat. Jantan Colobous
berusaha menyerang balik tapi simpanse lebih besar dan lebih kuat.
Beberapa anak terpisah dari ibunya. Mereka kini jadi mangsa empuk. Para
jantan yang pertama makan. Mereka campur daging dengan daun. Sama
seperti manusia memakan sayur dengan dagingnya. Tapi sebagian jantan
pemburu kini berbgai mangsanyadengan anggota laim dari kelompo,
termasuk para betina. Mengapa mereka melakukan itu? Telah memicu
banyak psekulasi. Kendati begitu di Ngogo lebih sering bebagi dengan
sekutunya dengan daging untuk memperkuat ikatan –ikatan ini, harapan
mendapatkan bagian daging mungkin merupakan alasan bagi yang lain
untuk ikut berburu sejak semula.
Simpase memiliki banyak kesamaan dengan manusia. Bagaimana pun
mereka dianggap keluarga terdekat kita yang hidup. Mereka pintar, sosial,
makhluk politis. Dan rupanya mereka juga bermimpi. Tapi jauh dimasa
prasejarah mimpi dan ambisi dari kera yang keturunnanya akhirnya
menguasai planet pasti telah mengambil arah yang berbeda. Penemuan
tentang makhluk itu lebih banyak dilakukan di Olduvai Gorge in Tanzania
daripada tempaaat lain di dunia. Barang kali kita dapat petunjuk mengapa
nenek moyang kita mengambil jalan berbeda. Tiga setengah juta tahun yang
lalu, gunung di belakangku memuntahkan debu yang meliputi seluruh
daratan. Dan di debu itulah penumuan paling di ingat dari semua.
Ini adalah sebuah fosil jejak dari badak purba dan kijang. Di laetoli,
Tanzania sini dan di daratan mereka ada jejak seekor kera. Kera yang amat
luar biasa. Para ilmuwan menegaskan bahwa mereka dapat menyimpulkan
dari bentuk tulang, poster dari hewan itu. Tapi selalau ada perdebatan. Tapi
disini terbukti positif bahwa tiga setengah juta tahun lalu nenek moyang
berjalan dengan dua kaki tegak. Disini lubang terbentuk oleh tumit sewaktu
menyentuh tanah. Telapak berlubang dan jari yang besar, bukan lurus ke
depan seperti yang dibutuhkan jika anda mau memanjat pohon menjulur
kedepan untuk member dorongan terakhir. Namun ynag menarik pada
Laetoli adalah ada banyak jejak kaki dan semua fosil perilaku dan
pengungkapan kehidupan keluarga ini. Dua oknum, satu lebih besar dari
lainnya, mungkin jantan dan betina tampak berjalan berdampingan,
mungkin bergandengan tangan. Jejak yang jantan oleh jejak-jejak yang lebih
kecil. Mungkin jejak yang berjalan diatas debu gunung segar dan mengikuti
langkah-langkah ayahnya. Tentunya pertanyaan besar adalah mengapa
mereka berdiri. Ada beberapa pendapat. Salah satu ialah mendapat
pandangan lebih luas ke sekitarnya untuk melihat bahaya atau mangsa.
Mungkin untuk membebaskan tangan memakai alat mengambil makanan
atau menggendong bayi. Dan ada pendapat ketiga yang agak lebih
kontroversial.
Sekitar 6 juta tahun yang lalu, iklim di bumi menjadi amat berubah-
ubah. Hutan Afrika yang besar mulai mati. Liputan pepohonan terpecah oleh
semak dan rerumputan. Ada buklti pula bahwa pergerakan kuilit bumi
yanga lamban menyebabkan Afrika Timur banjir. Ada hunia baru yang
muncul untuk kerrrrra-kera. Dengan memakai tangan-tanganya yang
panjang seperti simpanse, makhluk ini masih memanjat pohon untuk
mencari makan. Namun begitu hutan berkurang meraka harus berjalan jauh
dari satu pohon kepohon lain. Dan termasuk menyeberangi ruang terbuka
rerumputan atau perairan. Untuk mitu mereka berjala tegak di atas 2 kaki
seperti aku. Tiba-tiba bayangan masa lalu kita muncul dengan terang ke
masa nenek moyang kita, untuk mengikuti perubahan iklim, harus
mengarungi air dan menjaga kepala diatas untuk mencari makan. Itu masa
yang penting, ketika nenek moyabg kita melangkah dari kera menuju ke
manusia. Kera menyesuiakan diri terutama untuk kehidupan di pohon. Itu
sebabnya mengapa mereka bergoyang jika ingin berjalan tegak. Meraka
lelah berjalan dua kaki untuk waktu yang lama. Tapi bila mengarungi air, air
menyokong tubuh mereka dan mengambil sebagian beban otot sehingga
berjalan tegak lebih lama. Mungkin kehidupan di perairan mendukung
perubahan anatomi. Pada wktu ini, tulang panggul dari kera awal ini
berubah dan nenek moyang kita mengadopsi keberadaannya yang tegak.
Ada tempat-tempat di hutan Kongo yang dapat memberi hal apa saja yang
ditemukan manusia kera di rawa.
Ini adalah gorilla daratan rendah. Mereka memakan tanaman rawa.
Nenek moyang kita mungkin dating ketempat seperti ini untuk makan
dengan cara serupa. Kita tahu dari bukti-bukti bahwa akar dan umbi yang
bernutrisi memeang dimakan oleh manusia pertama. Ada juga makan lain
yang mungkin didapat nenek moyang kita disini. Gorilla masa kini adalah
vegetarian. Namun nenek moyang kita, dengan menilai gigi meraka juga
memakan daging, seperti juga simpanse. Meski gorilla tampak tak peduli
hewan lain yang mendatangi rawa, kehadiran makhluk hidup itu mungkin
diperhatikan oleh manusia kera awal. Namun menangkap mangsa cepat dan
waspada seperti ini yang mudah terbang dan lebih cepat dari pada kera
butuh keahlian untuk mengikuti jejak mereka. Menghubungkan tanda-tanda
ditanah dengan hewan yang telah lewat beberapa jam atau hari lalu, butuh
lompatan imajinasi besar. Dan setahu kita, hanya manusia yang dapat
melakukan itu.
Tapi begitu dilakukan, mengenal jejak yang paling sederhana tidaklah
sulit. Bahkan aku tahu bahwa ini adalaah jejak dari seekor rusa. Tapi ada
orang yang dapat menafsir tanda terhalus ditanah. Mereka berburu tanpa
suara. Sinyal tangan menunjukkan ada yang menemukan jejak kelompok
kuda. Inilah orang San dari Guru Kalahari suku terakhir dibumi yang
memakai tekhnik yang diyakini sebagai tekhnik paling kuno. Pemburuan
yang amat tekun. Mereka mengejar mangsanya. Mereka mulai mersakan
ritme pergerakan hewan dianra jejak-jejaknya. Kelompok mtodak bergerak
cepat. Hewan-hewan ini mulai takut. Mereka berkonsentrasi pada hewan
jantan. Ia membawa rangkaian tanduk yang berat. Dan karena itu akan
mulai lelah. Untuk itu harus memisahkan dia dari kawannya. Sehingga
jejaknya tidak dibingungkan dengan jejak kawanan lain.
Matahari bersinar diatas kepala. Para pria merasakan perubahan dari
langkah kuda. Ia melambat. Setelah lama mencari jejak mereka masuk
kedalam kondisi yang mirip kegilaan. Dan saat itu tak melihat tanda-tanda
jejak kuda. Dengan pemburu harus membayangkan jalan yang ia ambil.
Panasnya terasa terik bagi para pemburu. Tapi mereka cukup dekat pada
tahap pemburuan berikutnya. Pengejaran. Inilah tanda untuk mulai. Tapi
hanya satu oaring untuk memlakukannnya: Karohe, si pelari. Ia harus tak
kenal lelah. Kini ujian daya tahan. Siapa yang jatuh lebih dahulu. Manusia
atau hewan. Inilah bagaimana dullu manusia beeburu sebelum punya
senjata.
Ketika pemburu hanya punya daya tahan fisiknya sendiri. Untuk
mendapatkan hadiahnya. Berlari dengan 2 kaki lebih efisien untuk jarak jauh
daripada 4 kaki. Manusia berkeringat dari kelenjar di seluruh tubuhnya
hingga dingin. Kuda berkeringat sedikit dan harus berteduh jika ingin
menjadi dingin. Manusia mempunya tangan untuk membawa air. Jadi selama
mengejar ia dapat mengganti cairan yang keluar sebagai keringat. Beberapa
jam berlalu dan Karohe semakin dekat. Tapi kuda lari memasuki semak
lindung yang lebat. Jejaknya menghilang. Karohe mencoba menempatkan
diri dalam pikiran kuda dan dirinya mengulang kembali saat kuda
mendengar ia mendekat waktu ia mencoba berteduh. Ia menyimpulakan
kearah mana ia harus berlari. Sudah dekat. Pengejaran berlangsung 8 jam.
Pemburu dan yang diburu sudah pada akhir tenaganya. Keduanya tak dapat
lari lagi. Lalu kuda jatuh. Karena kelelahan luar biasa. Ia hampir mati.
Lemparan tombak Koreha tak lebih dari gerakan simbolis. Pemburu
menghormati kekiauatan dan keberania buruannya dengan gerakan upacara
yang menjamin bahwa rohnya kembali ke pasir gurun dari mana ia berasal.
Ketika ia hidup, ia hidup dan bernapas dengannya. Dan merasakan setiap
gerakan dari tubuhnya. Dan pada saat kematian ia ikut merasakan sakitnya.
Untuk membantu mencari jejak. Ciri anjing mereka mulai
berubah.ternak dipelihara dengan proses serupa. Dengan memilih anak
yang paling jinak dan membesarkannya sendiri. Orang Funali dar Mali
menyatakan klaimnya atas separuh hewan liar yang berkelana di savanna
dan menandai mereka. Namun hewan pencari rumput, liar atau jinak harus
bemigrasi sesuai musim untuk mendapat padang rumput. Lalu orang harus
mengikuti mereka. Orang di seluruh dunia mencoba memelihara hewan.
Tapi nyatanya hanya sedikit spesies yang cocok. Agar berhasil, hewan
pertama-tama harus relative jinak. Kedua, memakan makanan yang mudah
disediakan. Ketiga, dapat berkembang biak di dalam kandangnya. Keempat,
hidup dalam kelompok, dimana individunya mengenal hanya satu dominan
dimana yang lain takluk. Karena kemudian manusia dapat mengambil alih
hewan dominan itu. Dan mengontrol kawanannya. Tembakam mendorong
ternak maju. Kawanan harus dibimbing jika mereka ingin tetap hidup pada
bagian perjalanan panjang tahunannya yang paling menantang. Jadi setiap
tahun hewan perumput baik perliharaan atau liar harus membahayakan
hidupnya di perairan berbahaya ini untuk mendapat makanan di sisi lain.
Namun ternak yang jinak dan patuh dan dibimbing dan dilindungi oleh
manusia. Jika tidak dalam kawasan, mereka mungkin tersapu oleh arus air.
Mengembangkan ternak bukanlah pilihan mudah. Menjaga mereka tetap
hidup penuh dengan kesulitan. Kendati semua masalah tersebut, manusia
telah berhasil baik. Sehingga ternak peliharaan kini melebihi jumlah liar.
Dengan mengandalkan kawanan yang harus bermigrasi mencari rumput
membuatnya orang tak mungkin tinggal permanen di satu tempat. Tapi di
wilayah yang lebih subur, ternak bias dikurung. Mereka bukan saja
menyediakan daging dan susu, tapi juga tenaga.
Dan begitu orang menetap, mereka menanam tanaman. Mereka bias
menjadi petani. Seluruh dunia, hutan dan padang rumput mulai menghilang.
Diganti dengan lading-ladang dimana tanaman pangan ditanam. Orang
mulai menyeleksi tanaman yang memberi panen berguna maka tanaman
juga berubah, sama seperti hewan berubah. Di Afrika, Eropa, dan Asia orang
mulai menetap di desa-desa. Hingga kini populasi tiap spesies hewan di
bumi dibatasi oleh jumlah makanan yang tersedia bagi hewan. Tapi manusia
kini mengubahnya. Mereka belajar bagaimana menambah persediaan
makanan jauh melebihi yang muncul secara alami.
Itu masa penting dalam sejarah planet ini. Rumah kecil aneh ini bukan
dibangun untuk ditinggali manusia. Tapi ini tempat yang terpenting di desa
Dogon, Mali Afrika Barat. Ini sebuah lumbung. Berisi Millet. Millet adalah hal
terpenting dalam kehidupan Dogon. Setahun penuh menanam dan
memanennya. Lebih banyak rumah yang berisi ini di desa daripada rumah-
rumah tempat tinggal manusia. Music pertama bayi lahir di Dogon yang
mungkin terdengar adalah suara ibunya mengalun kan lagu millet.
Kini orang tak lagi terdesak untuk selalu berpindah tempat untuk
mencari makanannya. Mereka punya waktu lebih untuk hal lain. Ritual dan
kesenian tumbuh subur seperti belum pernah sebelumnya. Bagi Dogon
panen telah usai. Lumbung-lumbung sudah punah. Kini saatnya berpesta.
Begitu makanan tersedia lebih mudah, maka populasi manusia terus
meningkat. Desa tumbuh menjadi kota. Kota menjadi perkotaan. Sejumlah
besar orang hidup bersama-sama memungkinkan sebagian orang terhindar
dari tugas harian memproduksi makanan. Mereka bias menjadi pengrajin
dan menukar hasilnya dengan makanan. Jadi semakin mungkin teknologi
untuk berkembang. Untuk kesenian dan ilmu pengetahuan tumbuh subur.
Dan bagi orang membuat gedung-gedung besar.
Inilah tikal. Ibukota bangsa Maya. Yang membuat bangunan paling
tinggi di seluruh dunia baru. Hingga pencakar-pencakar langit kita bangun di
New York di awal abad ke-20. Di ketinggian kemegahan Tikal sekitar 1300
tahun lalu. Kota itu meliputi wilayah yang luas. Setidaknya dua kali lebih
besar Roma Purba. Pusat kota dipenuhi oleh ribuan kuildan rumah. Kini
hanya sebagian yang masih terlihat. Penduduknya mengungguli kegiatan
peradaban dalam segala bentuk. Bukan saja mereka membuat bangunan
mereka pengukir dan pelukis ulung. Mereka pakar astronomi. Dan mengukur
siklus matahari dengan amat tepat. Mereka membuat system kalender rumit
dimana amat terkait dengan keyakinan religious mereka. Dan mereka
membuat sisi penulisan. Pada masa itu, itulah yang paling maju di semua
Amerika. Pada masa itu, itulah yang paling maju di semua Amerika. Dengan
keahlian dan pengetahuan seperti itu kapan dan mengapa kota mereka
ditinggalkan?
Untungnya, kita punya petunjuk, tentu saja menurut saat ini. Maya
mencatat semua sejarahnya amat rinci di sebuat batu. Catatan terakhir
ditemukan di reruntuhan kota bertanggal pada tahun 869 M. setelah itu,
kota menjadi sunyi. Penghuninya menghilang. Dan peradaban klasik Maya
berakhir. Penjelasan mengapa Tikal dan semua kota Maya hancur menjadi
pokok perdebatan hangat. Hingga kini, bukti baru telah ditemukan. Untuk
melihatnya, anda perlu naik ke atas kota. Dari sana, anda dapat melihat
gambaran kedudukannya yang meluas melebihi reruntuhan yang ditutupi
hutan yang ada kini. Kamera di angkasa menyingkap struktur saluran air.
Kanal dan jaringan lading yang padat terkubur di bawah tanah. Bukti bahwa
pada waktu kuil dibangun hutan disekitarnya telah rata. Dan diganti dengan
lading-ladang pertanian yang amat luas. Begitu populasi meningkat mungkin
sekitar 60 ribu para petani berjuang untuk menghasilkan cukup makanan.
Akhirnya kesuburan lading telah habis. Segera orang-orang kelaparan.
Mereka keluar pergi dari kota. Dan pelan-pelan hutan kembali.
Tapi bagaiman nasib Tikal relevan dengan kita sekarang? Ketika Maya
membangun kotanya, hanya ada 50 juta orang di seluruh planet ini. Tapi
Maya tak mampu mendukung populasinya dengan teknologi yang telah
mereka kembangkan. Meskipun sudah canggih waktu itu. Lalu, beberapa
abad kemudian. Manusia di tempat lain dengan teknik yang baru
dikembangkan mulai membangun yang pencakar langit yang Tikal menjadi
kerdil.
Kini bukan hanya 50 juta. Tapi 6 milyar penduduk bumi. hamper lebih
dari separuhnya tinggal di kota-kota yang kini masih tumbuh pesat. Semua
orang tersebut butuh makanan. Kita amat ingin memanfaatkan tempat-
tempat paling subur di bumi. untuk menumbuhkan makanan kita. Kini kita
harus mencoba di tempat lain.
Di gurun seperti ini di Arizona mencoba panen tampak nya sia-sia.
Dengan hany curah hujan beberapa centi per tahun paying tak ada gunanya
disini dan kurang air bagi tanaman yang haus. Namun penampilan dapat
menipu. Dengan teknologi tepat, gurun pun dapat ditanami tanaman
bermanfaat. Ladang-ladang subur ini hanya bias ada karena kemampuan
manusia untuk berinovasi dan belajar. Otak kita yang besar memungkinkan
kita menemukan bagaimana menambah pupuk pada tanah tak subur.
Mengatasi hama dengan insektisida dan bahkan membawa hujan ke gurun.
Hujan ini dipompa melalui pipa sepanjang ratusan mil. Dari persediaan air
yang jauh. Setiap tahun manusia membelokkan sama dengan seluruh sungai
untuk mengairi ladangnya. Dalam beberapa ribu tahun. Revolusi pertanian
telah menyebar hingga ke semua masyarakat. Kini lebih dari sepertiga
daratan diperuntukkan untuk menghasilkan makanan bagi manusia. Dan itu
mengubah sebagian dataran secara amat dramatis.
Keanekaragaman ekosistem alam dunia yang kaya telah diganti
dengan keseragaman. Komunitas rumit telah menghilangkan dan berubah
menjadi monokultur. Sulaman-sulaman rumit dari alam telah diganti dengan
lanskap geometris garis-garis lurus. Semua ini dimungkinkan oleh revolusi
teknologi yang dimulai ketika tangan-tangan kita bebas. Dan kita dapat
mengubah sekeliling kita. Kepandaian kita kina memungkinkan kita
mengoptimalkan sudut-sudut bumi yang tak mungkin dan tak menjanjikan.
Kita bahkan mulai bertani di laut.
Perubahan-perubahan yang telah kita buat di permukaan planet kita
begitu banyak sehingga kini terlihat dari angkasa. Tapi begitu jumlah kita
meningkat, kian sedikit daratan bagi hewan dan tumbuhan lain. Tapi
manusia tak dapat memperluas jumlah secara tak terhingga. Apakah
peradaban kita akan hancur seperti pada Maya? Ini panggung lepas landas
bagi prestasi terbesar, rumit dan harapan tertinggi bagi manusia. Dari
pesawat ulang alik hingga stasiun angkasa. Dan dari sini pada tahun 2020
spesies kita mungkin menerbangkan proyek yang paling ambisiusnya untuk
menetap di planet lain. Dan mengirim misi ke Mars. Kera yang berdiri di atas
dua kaki belakang kini penuh melebihi planetnya. Kini ia mencari jalan ke
angkasa. Untuk mencari tempat lain. Bila Mars yang berpotensi telah habis
rencana manusia keluar dari horizon mereka, bias lebih jauh lagi. Dengan
impian mengkoloni dunia lain, yang lebih jauh. Era eksplorasi baru ini
dimulai. Ketika manusia mendarat di bulan. Apakah itu jangkauan terjauh
atau terjangkau dari spesies kita atau dorongan menjelajah kita yang tak
lekang, dan jumlah kita yang terus meningkat membawa kita menjejakkan
kaki ke dunia baru. “Elang telah mendarat…”
Tiga setengah juta tahun memisahkan orang-orang yang meninggalkan jejak
kaki ini di pasir Afrika dengan orang yang meninggalkan jejak di bulan.
Hanya sekejab mata suatu revolusi. Dengan memakai intelegensi yang
tumbuh pesat, mamalia sukses ini telah mengeksploitasi lingkungan untuk
memproduksi makanan bagi populasi yang terus meningkat. Kendati ada
bencana bila peradaban melampaui diri mereka prose situ berlangsung lebih
cepat, bahkan dewasa ini. Kini manusia mencari makanan, bukan di planet
ini, tapi di planet lain. Mungkin sudah tiba saatnya untuk menaruh prose situ
secara terbalik. Bukan dengan mengendalikan lingkungan demi naiknya
populasi mungkin saatnya kita mengontrol populasi demi kelangsungan
kehidupan.
BAB 4 : PEMBAHASAN
MAMALIA
Binatang menyusui atau mamalia adalah kelas hewan vertebrata yang
terutama dicirikan oleh adanya kelenjar susu, yang pada betina
menghasilkan susu sebagai sumber makanan anaknya; adanya rambut; dan
tubuh yang endoterm atau "berdarah panas
Ciri-ciri hewan mamalia :
Mempunyai saraf tunjang.
Bertulang belakang.
Mempunyai jantung dengan 4 ruang.
Badan dilitupi oleh bulu.
Mempunyai cuping telinga.
Mempunyai kelenjar peluh.
Mamalia betina melahirkan dan menyusukan anak, kecuali mamalia
yang sangat primitif seperti Platypus dan sesetengah Tenggiling.
Bernafas melalui peparu.
Berdarah panas (suhu badan tetap).
Contoh-contoh hewan mamalia :
Arnab
Gajah
Harimau
Orang Utan
Rusa Babi
Seladang
Tenuk
Ikan paus
Tikus
Klasifikasi hewan mamalia :
Monotremata,
contoh: Ornithorynchus amatinus (platiphus/cungur bebek).
Marsupia,
contoh: marcropus Sp (kanguru)
Rodentia,
contoh: lupus Sp (kelinci)
Chiroptera,
contoh: megachliroptera Sp (kelelawar)
Insectivora,
contoh: crocidura mutina (tikus cerurut)
Carnivora,
contoh: canis familiaris (anjing)
Cataceae,
contoh: balaenoptera musculus (ikan paus)
Drobosceida,
contoh: elephans indicus (gajah)
Sirenia,
contoh: duyon dugong (ikan duyung)
Parissodactyla,
contoh: tapirus indicus (tapir)
Autodacytia,
contoh: camerus dromedaricus (unta)
ORANG UTAN
Orang utan (atau orangutan, nama lainnya adalah mawas) adalah
sejenis kera besar dengan lengan panjang dan berbulu kemerahan atau
cokelat, yang hidup di hutan tropika Indonesia dan Malaysia, khususnya di
Pulau Kalimantan dan Sumatera. Istilah "orang utan" diambil dari bahasa
Melayu, yang berarti manusia (orang) hutan. Orang utan mencakup dua
spesies, yaitu orang utan sumatera (Pongo abelii) dan orang utan
kalimantan (borneo) (Pongo pygmaeus). Yang unik adalah orang utan
memiliki kekerabatan dekat dengan manusia pada tingkat kingdom
animalia, dimana orang utan memiliki tingkat kesamaan DNA sebesar
96.4%.
Mereka memiliki tubuh yang gemuk dan besar, berleher besar, lengan
yang panjang dan kuat, kaki yang pendek dan tertunduk, dan tidak
mempunyai ekor. Orangutan memiliki tinggi sekitar 1.25-1.5 meter. Tubuh
orangutan diselimuti rambut merah kecoklatan. Mereka mempunyai kepala
yang besar dengan posisi mulut yang tinggi. Saat mencapai tingkat
kematangan seksual, orangutan jantan memiliki pelipis yang gemuk pada
kedua sisi, ubun-ubun yang besar, rambut menjadi panjang dan tumbuh
janggut disekitar wajah. Mereka mempunyai indera yang sama seperti
manusia, yaitu pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecap, dan
peraba. Berat orangutan jantan sekitar 50-90 kg, sedangkan orangutan
betina beratnya sekitar 30-50 kg. Telapak tangan mereka mempunyai 4 jari-
jari panjang ditambah 1 ibu jari. Telapak kaki mereka juga memiliki susunan
jari-jemari yang sangat mirip dengan manusia. Orangutan masih termasuk
dalam spesies kera besar seperti gorila dan simpanse. Golongan kera besar
masuk dalam klasifikasi mammalia, memiliki ukuran otak yang besar, mata
yang mengarah kedepan, dan tangan yang dapat melakukan genggaman.
Orangutan termasuk hewan vertebrata, yang berarti bahwa mereka memiliki
tulang belakang. Orangutan juga termasuk hewan mamalia dan primata.
Ada 2 jenis spesies orangutan, yaitu orangutan Kalimantan/Borneo
(Pongo pygmaeus) dan Orangutan Sumatra (Pongo abelii). Keturunan
Orangutan Sumatra dan Kalimantan berbeda sejak 1.1 sampai 2.3 juta tahun
yang lalu. Pembelajaran genetik telah mengidentifikasi 3 subspesies
Orangutan Borneo : P.p.pygmaeus, P.p.wurmbii, P.p.morio. Masing-masing
subspesies berdiferensiasi sesuai dengan daerah sebaran geografisnya dan
meliputi ukuran tubuh. Orangutan Kalimantan Tengah (P.p.wurmbii)
mendiami daerah Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Mereka
merupakan subspesies Borneo yang terbesar. Orangutan Kalimantan daerah
Timur Laut (P.p.morio) mendiami daerah Sabah dan daerah Kalimantan
Timur. Mereka merupakan subspesies yang terkecil.
Orangutan ditemukan di wilayah hutan hujan tropis Asia Tenggara,
yaitu di pulau Borneo dan Sumatra di wilayah bagian negara Indonesia dan
Malaysia. Mereka biasa tinggal di pepohonan lebat dan membuat sarangnya
dari dedaunan. Orangutan dapat hidup pada berbagai tipe hutan, mulai dari
hutan dipterokarpus perbukitan dan dataran rendah, daerah aliran sungai,
hutan rawa air tawar, rawa gambut, tanah kering di atas rawa bakau dan
nipah, sampai ke hutan pegunungan. Di Borneo, orangutan dapat ditemukan
pada ketinggian 500 m di atas permukaan laut (dpl), sedangkan kerabatnya
di Sumatra dilaporkan dapat mencapai hutan pegunungan pada 1.000 m
dpl.
Orangutan Sumatra (Pongo abelii lesson) merupakan salah satu hewan
endemis yang hanya ada di Sumatra. Orangutan di Sumatra hanya
menempati bagian utara pulau itu, mulai dari Timang Gajah, Aceh Tengah
sampai Sitinjak di Tapanuli Selatan. Keberadaan hewan mamalia ini
dilindungi Undang-Undang 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya dan digolongkan sebagai Critically
Endangered oleh IUCN. Di Sumatra, salah satu populasi orangutan terdapat
di daerah aliran sungai (DAS) Batang Toru, Sumatra Utara. Populasi
orangutan liar di Sumatra diperkirakan sejumlah 7.300. Di DAS Batang Toru
380 ekor dengan kepadatan pupulasi sekitar 0,47 sampai 0,82 ekor per
kilometer persegi. Populasi orangutan Sumatra (Pongo abelii lesson) kini
diperkirakan 7.500 ekor. Padahal pada era 1990 an, diperkirakan 200.000
ekor. Populasi mereka terdapat di 13 daerah terpisah secara geografis.
Kondisi ini menyebabkan kelangsungan hidup mereka semakin terancam
punah. Saat ini hampir semua Orangutan Sumatra hanya ditemukan di
Provinsi Sumatra Utara dan Provinsi Aceh, dengan Danau Toba sebagai
batas paling selatan sebarannya. Hanya 2 populasi yang relatif kecil berada
di sebelah barat daya [danau], yaitu Sarulla Timur dan hutan-hutan di
Batang Toru Barat. Populasi orangutan terbesar di Sumatra dijumpai di
Leuser Barat (2.508 individu) dan Leuser Timur (1.052 individu), serta Rawa
Singkil (1.500 individu). Populasi lain yang diperkirakan potensial untuk
bertahan dalam jangka panjang (viable) terdapat di Batang Toru,Sumatra
Utara, dengan ukuran sekitar 400 individu.
Orangutan di Borneo yang dikategorikan sebagai endangered oleh
IUCN terbagi dalam tiga subspesies: Orangutan di Borneo dikelompokkan ke
dalam tiga anak jenis, yaitu Pongo pygmaeus pygmaeus yang berada di
bagian utara Sungai Kapuas sampai ke timur laut Sarawak; Pongo pygmaeus
wurmbii yang ditemukan mulai dari selatan Sungai Kapuas hingga bagian
barat Sungai Barito; dan Pongo pygmaeus morio. Di Borneo, orangutan
dapat ditemukan di Sabah, Sarawak, dan hampir seluruh hutan dataran
rendah Kalimantan, kecuali Kalimantan Selatan dan Brunei Darussalam.
Meskipun orangutan termasuk hewan omnivora, sebagian besar dari
mereka hanya memakan tumbuhan. 90% dari makanannya berupa buah-
buahan. Makanannya antara lain adalah kulit pohon, dedaunan, bunga,
beberapa jenis serangga, dan sekitar 300 jenis buah-buahan. Selain itu
mereka juga memakan nektar,madu dan jamur. Mereka juga gemar makan
durian, walaupun aromanya tajam, tetapi mereka menyukainya. Orangutan
bahkan tidak perlu meninggalkan pohon mereka jika ingin minum. Mereka
biasanya meminum air yang telah terkumpul di lubang-lubang di antara
cabang pohon. Biasanya induk orangutan mengajarkan bagaimana cara
mendapatkan makanan, bagaimana cara mendapatkan makanan, dan
berbagai jenis pohon pada musim yang berbeda-beda. Melalui ini, dapat
terlihat bahwa orangutan ternyata memiliki peta lokasi hutan yang kompleks
di otak mereka, sehingga mereka tidak menyia-nyiakan tenaga pada saat
mencari makanan. Dan anaknya juga dapat mengetahui beragam jenis
pohon dan tanaman, yang mana yang bisa dimakan dan bagaimana cara
memproses makanan yang terlindungi oleh cangkang dan duri yang tajam.
Predator terbesar orangutan dewasa ini adalah manusia. Selain
manusia, predator orangutan adalah macan tutul, babi, buaya, ular phyton,
dan elang hitam.
Orangutan termasuk makhluk pemalu. Mereka jarang memperlihatkan
dirinya kepada orang atau makhluk lain yang tak dikenalnya.
Orangutan betina biasanya melahirkan pada usia 7-10 tahun dengan
lama kandungan berkisar antara 8,5 hingga 9 bulan; hampir sama dengan
manusia. Jumlah bayi yang dilahirkan seorang betina biasanya hanya satu.
Bayi orangutan dapat hidup mandiri pada usia 6-7 tahun. Kebergantungan
orangutan pada induknya merupakan yang terlama dari semua hewan,
karena ada banyak hal yang harus dipelajari untuk bisa bertahan hidup,
mereka biasanya dipelihara hingga berusia 6 tahun. Orangutan
berkembangbiak lebih lama dibandingkan hewan primata lainnya, orangutan
betina hanya melahirkan seekor anak setiap 7-8 tahun sekali. Umur
orangutan di alam liar sekitar 45 tahun, dan sepanjang gidupnya orangutan
betina hanya memiliki 3 keturunan seumur hidupnya. Dimana itu berarti
reproduksi orangutan sangat lambat.
Orangutan dapat bergerak cepat dari pohon ke pohon dengan cara
berayun pada cabang-cabang pohon, atau yang biasa dipanggil brachiating.
Mereka juga dapat berjalan dengan kedua kakinya, namun jarang sekali
ditemukan. Orang utan tidak dapat berenang.
Tidak seperti gorila dan simpanse, orangutan tidak hidup dalam
sekawanan yang besar. Mereka merupakan hewan yang semi-soliter.
Orangutan jantan biasanya ditemukan sendirian dan orangutan betina
biasanya ditemani oleh beberapa anaknya. Walaupun oranutan sering
memanjat dan membangun tempat tidur dipohon, mereka pada intinya
merupakan hewan terrestrial(menghabiskan hidup ditanah).
Beberapa fakta menarik
Orangutan dapat menggunakan tongkat sebagai alat bantu untuk
mengambil makanan, dan menggunakan daun sebagai pelindung sinar
matahari.
Orangutan jantan terbesar memiliki rentangan lengan (panjang dari
satu ujung tangan ke ujung tangan yang lain apabila kedua tangan
direntangkan) mencapai 2.3 m.
Orangutan jantan dapat membuat panggilan jarak jauh yang dapat
didengar dalam radius 1 km. Digunakan untuk menandai/mengawasi
arealnya, memanggil sang betina, mencegah orang utan jantan
lainnya yang mengganggu. Mereka mempunyai kantung tenggorokan
yang besar yang membuat mereka mampu melakukannya.
Orangutan saat ini hanya terdapat di Sumatra dan Kalimantan, di
wilayah Asia Tenggara. Karena tempat tinggalnya merupakan hutan yang
lebat, maka sulit untuk memperkirakan jumlah populasi yang tepat. Di
Borneo, populasi orangutan diperkirakan sekitar 55.000 individu. Di
Sumatra, jumlahnya diperkirakan sekitar 7.500 individu.
Ancaman terbesar yang tengah dialami oleh orangutan adalah habitat
yang semakin sempit karena kawasan hutan hujan yang menjadi tempat
tinggalnya dijadikan sebagai lahan kelapa sawit, pertambangan dan
pepohonan ditebang untuk diambil kayunya. Orangutan telah kehilangan
80% wilayah habitatnya dalam waktu kurang dari 20 tahun. Tak jarang
mereka juga dilukai dan bahkan dibunuh oleh para petani dan pemilik lahan
karena dianggap sebagai hama. Jika seekor orangutan betina ditemukan
dengan anaknya, maka induknya akan dibunuh dan anaknya kemudian
dijual dalam perdagangan hewan ilegal. Pusat rehabilitasi didirikan untuk
merawat oranutan yang sakit, terluka dan yang telah kehilangan induknya.
Mereka dirawat dengan tujuan untuk dikembalikan ke habitat aslinya.
Di Sumatra, populasinya hanya berada di daerah Leuser, yang luasnya
2.6 juta hektare yang mencakup Aceh dan Sumatra Utara. Leuser telah
dinyatakan sebagai salah satu dari kawasan keanekaragaman hayati yang
terpenting dan ditunjuk sebagai UNESCO Warisan Hutan Hujan Tropis
Sumatera pada tahun 2004. Ekosistemnya menggabungkan Taman Nasional
Gunung Leuser, tetapi kebanyakan para Orangutan tinggal diluar batas area
yang dilindungi, dimana luas hutan berkurang sebesar 10-15% tiap
tahunnya untuk dijadikan sebagai area penebangan dan sebagai kawasan
pertanian.
Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami
berkurangnya jumlah hutan tropis terbesar didunia. Tidak ada tanda-tanda
yang menunjukkan berkurangnya laju deforestasi. Sekitar 15 tahun yang
lalu, tercatat sekitar 1.7 juta hektare luas hutan yang terus ditebang setiap
tahunnya di Indonesia, dan terus bertambah pada tahun 2000 sebanyak 2
juta hektare.
Penebangan legal dan ilegal telah membawa dampak penyusutan
jumlah hutan di Sumatra. Pembukaan hutan sebagai ladang sawit di
Sumatra dan Kalimantan juga telah mengakibatkan pembabatan hutan
sebanyak jutaan hektare, dan semua dataran hutan yang tidak terlindungi
akan mengalami hal yang sama nantinya.
Konflik mematikan yang sering terjadi di perkebunan adalah saat
dimana Orangutan yang habitatnya makin berkurang karena pembukaan
hutan harus mencari makanan yang cukup untuk bertahan hidup. Spesies
yang dilindungi dan terancam punah ini seringkali dipandang sebagai
ancaman bagi keuntungan perkebunan karena mereka dianggap sebagai
hama dan harus dibunuh.
Orangutan biasanya dibunuh saat mereka memasuki area
perkebunan dan merusak tanaman. Hal ini sering terjadi karena orangutan
tidak bisa menemukan makanan yang mereka butuhkan di hutan tempat
mereka tinggal.
Secara teori, orangutan telah dilindungi di Sumatra dengan peraturan
perundang-undangan sejak tahun 1931, yang melarang untuk memiliki,
membunuh atau menangkap orangutan. Tetapi pada prakteknya, para
pemburu masih sering memburu mereka, kebanyakan untuk perdagangan
hewan. Pada hukum internasional, orangutan masuk dalam Appendix I dari
daftar CITES(Convention on International Trade in Endangered Species) yang
melarang dilakukannya perdagangan karena mengingat status konservasi
dari spesies ini dialam bebas. Namun, tetap saja ada banyak permintaan
terhadap bayi orangutan, baik itu permintaan lokal, nasional dan
internasional untuk dijadikan sebagai hewan peliharaan. Anak orangutan
sangat bergantung pada induknya untuk bertahan hidup dan juga dalam
proses perkembangan, untuk mengambil anak dari orangutan maka
induknya harus dibunuh. Diperkirakan, untuk setiap bayi yang selamat dari
penangkapan dan pengangkutan merepresentasikan kematian dari
orangutan betina dewasa.
Menurut data dari website WWF, diperkirakan telah terjadi
pengimporan orangutan ke Taiwan sebanyak 1000 ekor yang terjadi antara
tahun 1985 dan 1990. Untuk setiap orangutan yang tiba di Taiwan, maka
ada 3 sampai 5 hewan lain yang mati dalam prosesnya. Perdagangan
orangutan dilaporakan juga terjadi di Kalimantan, dimana baik orangutan itu
hidaup atau mati juga masih tetap terjual.
Orangutan Sumatra telah masuk dalam klasifikasi Critically
Endangered dalam daftar IUCN. Populasinya menurun drastis dimana pada
tahun 1994 jumlahnya mencapai lebih dari 12.000, namun pada tahun 2003
menjadi sekitar 7.300 ekor. Data pada tahun 2008 melaporkan bahwa
diperkirakan jumlah Orangutan Sumatra di alam liar hanya tinggal sekitar
6.500 ekor.
Secara historis, orangutan ditemukan di kawasan hutan lintas
Sumatra, tetapi sekarang terbatas hanya didaerah Sumatra Utara dan
provinsi Aceh. Habitat yang sesuai untuk Orangutan saat ini hanya tersisa
sekitar kurang dari 900.000 hektare di pulau Sumatra.
Saat ini diperkirakan orangutan akan menjadi spesies kera besar
pertama yang punah di alam liar. Penyebab utamanya adalah berkurangnya
habitat dan perdagangan hewan.
Orangutan merupakan spesies dasar bagi konservasi. Orangutan
memegang peranan penting bagi regenerasi hutan melalui buah-buahan dan
biji-bijian yang mereka makan. Hilangnya orangutan mencerminkan
hilangnya ratusan spesies tanaman dan hewan pada ekosistem hutan hujan.
Hutan primer dunia yang tersisa merupakan dasar kesejahteraan
manusia, dan kunci dari planet yang sehat adalah keanekaragaman hayati,
menyelamatkan orangutan turut menolong mamalia, burung, reptil, amfibi,
serangga, tanaman, dan berbagain macam spesies lainnya yang hidup di
hutan hujan Indonesia.
LAPORAN FILM
THE LIFE OF MAMMALS
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Biogeografi
Dosen Pengasuh :
Drs. H. Sidharta Adyatma, M.Si
Ellyn Normelani, M.Pd
Disusun oleh :
Dessy Puji Lestari
NIM. A1A509208
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2011