24
#4 Juli/2011 “Kebijakan Pembangunan Wilayah Tertinggal di Indonesia” FOKUS Kesenjangan te p anners ePortfolio

The Planners #4 (Bahasa)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

An electronic portfolio consisted of assignments, paperworks, final project, etc, by the students of Urban and Regional Planning Bandung Institute of Technology, Indonesia

Citation preview

Page 1: The Planners #4 (Bahasa)

#4 Juli/2011

“Kebijakan PembangunanWilayah Tertinggal di Indonesia”

FOKUS

Kesenjangan

t ep annersePortfolio

Page 2: The Planners #4 (Bahasa)

Pelindung: Adhamaski Pangeran

Pemimpin Redaksi:Gema Satria

Penaggung JawabGilang PamungkasFitria Ayu VidayaniFanni Harliani

Layoutting:Dea YunitaDhio Nandiwardana

Editor:Priyadi NugrohoNusaiba Adzilla .

Dari Redaksi

front-cover courtesy

Powered by:Divisi KeprofesianHMP Pangripta Loka ITBLabtek IX-A Gedung Perencanaan Wilayah dan KotaJalan Ganesha No 10 BandungIndonesia

Email:

Website:

Open Recruitter:DinurrahmaGina Puspitasari .

Gilang PamungkasKepala Bidang

Pengembangan KeilmuanHMP PL ITB

Periode 2011-2012

t ep anners

Salam Perencana!

Alhamdulillahirabil'alamin,puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah.SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya dalam pembuatan majalah perencanaan "The Planners" versi online edisi pertama di kepengurusan BP HMP 2011/2012. Majalah ini merupakan salah satu bentuk dari majalah perencanaan”The Planners” HMP ITB yang terintegrasi, selain dari majalah perencanaan”The Planners” versi cetak.Di edisi ini redaksi mengangkat tema "Kesenjangan" baik berupa kesenjangan infrastruktur,ekonomi,kebijakan dan lainnya. Hal ini menjadi satu isu penting dimana menjadi tugas besar yang hingga kini masih belum terpecahkan bagi keprofesian kita sebagai pihak yang terkait dengan kebijakan pembangunan. Oleh karena itu kami tim redaksi mencoba untuk mengangkat dan mengumpulkan gagasan-gagasan yang muncul dari tugas perkuliahan mapun diskusi mengenai kesenjangan-kesenjangan yang ada.Kami sadar bahwa terbitnya majalah perencanaan "The

Planners" ini masih banyak kekurangan didalamnya. Kami

berharap mendapatkan bantuan masukan baik berupa

kritk,saran maupun bantuan lainnya.Sehingga mudah-

mudahan keberadaan majalah ini dapat memperkaya

wawasan, memberikan pandangan yang berbeda, maupun

menuntun pada tercetusnya solusi-solusi yang bermanfaat

bagi bangsa ini.

Salam,

http://www.flickr.com/photos/39437631@N05/

Hi, The Planners!

Senang sekali akhirnya di tengah berbagai kesibukan, The Planners edisi #4 akhirnya terbit juga.

Mulai pertengahan 2011, The Planners hadir dalam 2 versi yait ePortfolio sebagai versi elektronik dari kumpulan karya mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, serta The Planners Magazine sebagai versi cetak yang juga akan membahas isu-isu seputar keplanologian.

The Planners #4 kali ini bertema Kesenjangan yang membahas tidak hanya kesenjangan yang dekat dan nyata dengan kehidupan kita seperti miskin vs. kaya namun juga pada kebijakan yang “senjang” antara yang tertulis dengan kenyataan.

Semoga dengan terbitnya kembali The Planners ini dapat mewadahi karya-karya mahasiswa PWK serta memicu semangat mahasiswa yang lain untuk terus berpacu dalam prestasi.

Selamat Menikmati!

Salam!

Gema SatriaPemimpin Redaksi The Planners

Periode 2011-2012

Page 3: The Planners #4 (Bahasa)

Daftar Konten

Profil Wilayah dan KotaIdentifikasi Pengaruh KeberadaanKota Baru Parahyangan Pada Aspek Sosial Ekonomidalam Konteks Metropolitan Bandung

47

Kata KitaBraga Lain di Luar, Lain di Dalam

11FOKUS

Wilayah Tertinggaldi Indonesia

Kebijakan Pembangunan

14Analisis Ketimpangan WilayahAntar Kabupaten/Kota di Jawa BaratMenggunakanIndeks Williamsondan Indeks Entropi Theil

18Tugas AkhirKesenjangan Antara Kebijakan,

Produk Rencana dan Pelaksanaan

Program Pengembangan Pariwisata

di Perkampungan Budaya Betawi,

Setu Babakan

21What’s On Your Mind?

Potret

23Kesenjangan

Sosial

EkonomiKebijakan t ep anners3

Page 4: The Planners #4 (Bahasa)

ari tahun ke tahun Kota mempunyai karakteristik fasilitas terhadap aspek sosial, ekonomi, Bandung terus berkembang. layaknya kawasan permukiman sarana dan prasarana masyarakat DB e r k e m b a n g n y a K o t a suburban. Selain adanya permukiman sekitar Kota Baru Parahyangan. Tujuan

Bandung dengan pesat ini memicu dengan kegiatan pendidikan, Kota ini dari penelitian ini adalah untuk terjadinya pemusatan kegiatan. Untuk melakukan kegiatan ekonomi pula mengidentif ikasi dinamika dan menghindari konsentrasi kegiatan dalam bentuk bisnis, seperti office keterkaitan sosial-ekonomi antara yang terlalu tinggi di Kota Bandung, parks, open mall, hotel, ritel, dan kawasan Kota Baru Parahyangan dibutuhkan pengembangan kawasan sebagainya. Terdapat pula sarana dengan kawasan permukiman di metropolitan Bandung. Berdasarkan rekreasi, seperti arena rekreasi air, sekitarnya dengan Kota Bandung kebutuhan ini, didirikanlah daerah jogging track, 18 holes golf course, sebagai inti dalam konteks Wilayah pengembangan wilayah di sekitar Kota hotel resort , pasar seni , dan Metropolitan Bandung Raya serta Bandung yang diantaranya adalah sebagainya. kedudukan Kota Baru Parahyangan Kecamatan Padalarang, Kecamatan S a l a h s a t u p e n g a r u h terhadap Kota Bandung dalam konteks Ngamprah, Kecamatan Cipatat, dan keberadaan Kota Baru Parahyangan ini Wilayah Metropolitan Bandung Raya.Kecamatan Batujajar yang terletak di dapat dirasakan dalam aspek sosial-K a b u p a t e n B a n d u n g B a r a t . ekonomi di permukiman sekitarnya. Kecamatan-kecamatan tersebut, Dari aspek sosial, keberadaan Kota khususnya Kecamatan Padalarang, B a r u P a r a h y a n g a n d a p a t direncanakan sebagai kawasan mempengaruhi pola hidup masyarakat industri, perdagangan skala besar, dan sekitar. Selain itu penempatan wilayah par iwisata untuk menampung Kota Baru Parahyangan yang terletak di sebagian fungsi Kota Bandung. Kota sekitar permukiman menengah ke Baru Parahyangan merupakan bagian bawah dapat menimbulkan segregasi dari implementasi rencana untuk tersendiri. Sedangkan dari segi m e n g e m b a n g k a n w i l a y a h ekonomi, pembangunan Kota Baru Metropolitan Bandung agar tidak Parahyangan ini dapat mempengaruhi terpusat di Kota Bandung, tepatnya di kegiatan perdagangan serta lapangan wilayah Padalarang, Kabupaten pekerjaan masyarakat sekitar. Dari Bandung Barat. Kawasan permukiman penjabaran tersebut, ingin diketahui yang memposisikan diri sebagai kota beberapa persoalan, yaitu pengaruh b e r w a w a s a n p e n d i d i k a n i n i keberadaan Kota Baru Parahyangan

Identifikasi Pengaruh KeberadaanKota Baru Parahyangan

Pada Aspek Sosial Ekonomidalam Konteks Metropolitan Bandung

htt

p:/

/sd

n3

ban

gun

har

ja.b

logs

po

t.co

m

Profil Wilayah dan Kota

Diambil dari tugasPL 2290 Studio Proses Perencanaan

Kelas Ganjil semester genap 2010/2011

Kabupaten Bandung Barat

htt

p:/

/ban

du

ngb

arat

kab

.go

.id/

Page 5: The Planners #4 (Bahasa)

kecamatan wilayah delineasi, 61,1% memberikan qurban ke masyarakat

st rata sos ia l dar i segolongan dari sampel menyatakan bahwa tidak desa sekitar dan bantuan-bantuan

masyarakat dapat dilihat dari struktur ada hubungan atau interaksi sosial lainnya walau hanya pada waktu-

pendapatan masyarakat tersebut. Bila antara warga desa dengan masyarakat waktu tertentu saja. Segregasi sosial

segolongan masyarakat tertentu KBP. Berbagai alasan dikemukakan, antara masyarakat desa dan KBP

berpendapatan tergolong rendah, antara lain karena masyarakat KBP terjadi dan menyebabkan masyarakat

dapat dikatakan bahwa kesejahteraan cenderung individualis dan tertutup, desa enggan, segan, dan bahkan tidak

dari golongan masyarakat tersebut sehingga masyarakat desa lebih peduli dengan adanya masyarakat KBP

masih rendah. Sebaliknya, bila banyak berinteraksi dengan antar karena perbedaan strata ekonomi dan

segolongan masyarakat tertentu masyarakat desa. Masyarakat KBP juga merasa malu untuk berinteraksi.

berpendapatan tergolong tinggi, maka s e b a g i a n b e s a r m e r u p a k a n Begitupun dengan masyarakat KBP

dapat dikatakan bahwa kesejahteraan m a s y a r a k a t k e l a s a t a s d a n yang sebagian besar bers ikap

dari golongan masyarakat tersebut m e n i m b u l ka n ke s e ga n a n d a n individualis dan acuh tak acuh

tinggi. Apabila terjadi interaksi sosial keengganan dari masyarakat desa terhadap masyarakat desa.

antara masyarakat yang kurang untuk bersilaturahmi dan berinteraksi

sejahtera dan sejahtera, dapat dengan masyarakat KBP.Sebagian Grafik dibawah ini menunjukkan

m e n i m b u l ka n s e g r e ga s i a t a u masyarakat juga kurang peduli keadaan kondisi rumah – rumah yang

kesenjangan sos ia l yang b isa terhadap keberadaan KBP dan merasa dijadikan sampel di Kecamatan

menimbulkan berbagai dampak, baik tidak mendapat untung atau rugi Ngamprah, Cipatat, Batujajar dan

dampak negatif ataupun dampak dengan adanya KBP. Padalrang sebanyak 248 rumah,

positif. Berdasarkan hasil wawancara dengan jumlah sampel yang berbeda –

Berdasarkan hasil analisis juga, didapatkan fakta bahwa 38,8% beda untuk setiap kecamatan yaitu 52

mengenai kesenjangan berdasarkan dari responden menyatakan bahwa – 80 rumah. Sampel yang terbanyak

hubungan perekonomian masyarakat interaksi masyarakat desa mereka ada di kecamatan Cipatat dan sampel

KBP dan non KBP, warga KBP yang dengan masyarakat KBP baik dan tidak terkecil ada di kecamatan Ngamprah

berpendapatan tinggi (terkonsentrasi ada kesenjangan yang berarti.Alasan dan Batujajar.

p a d a R p 1 0 . 0 0 0 . 0 0 0 , 0 0 - dari mereka adalah karena banyak Dapat dilihat pada grafik

Rp19.999.000), cenderung memiliki masyarakat desa yang mendapat bahwa di Kecamatan Cipatat banyak

gaya hidup mewah dan mahal, pekerjaan sebagai pembantu rumah terdapat rumah dalam kondisi baik, hal

sedangkan masyarakat sekitar di 4 tangga, kuli bangunan, security, dan ini dikarenakan Cipatat merupakan

kecamatan yang berpendapatan peerjaan-pekerjaan yang t idak daerah industri dan pertambangan,

rendah (dibawah Rp1.250.000,00) membutuhkan pendidikan lebih PDRB di Kabupaten Bandung Barat

cenderung hidup yang sederhana, lainnya.Ibu-ibu yang berada di desa paling tinggi berada di sektor industri.

bahkan cenderung sulit untuk juga sering diundang ke pengajian ibu- Oleh karena keadaan ekonomi yang

memenuhi kebutuhan sehari-hari. ibu KBP di Masjid Al-Irsyad. Beberapa cukup baik di Kecamatan Cipatat, maka

D a m p a k d a r i s e g r e g a s i d a n warga juga sering menggunakan keadaan rumah yang dijadikan sampel

kesenjangan yang ada dapat dilihat fasilitas-fasilitas seperti fasilitas di kecamatan tersebut dalam kondisi

dari hubungan antara masyarakat olahraga rekreasi, bahkan sekedar yang baik.

sekitar dengan KBP. Dari hasil yang ada di KBP tanpa segan dan

wawancara dengan 36 Ketua RW di 4 nyaman. Masyarakat KBP juga sering

Tingkat kesejahteraan dan

iTugas ini merupakan ringkasan keluaran dari kelas PL 2290 Studio Proses yang mempelajari proses sampling dan pengumpulan data (survey) dalam penyusunan rencana. Hasil survey yang

telah didapat diolah dengan beberapa metode analisis secara sederhana. t ep anners5

Page 6: The Planners #4 (Bahasa)

Secara garis besar rumah – rumah Secara umum, Kota Baru Parahyangan keberadaan Kota Baru Parahyangan

yang dijadikan sampel di wilayah studi mampu menyediakan kebutuhan terhadap peningkatan perekonomian

ini memiliki kondisi yang baik dan sarana bagi penduduknya, baik sarana wilayah sekitar. Namun, keberadaan

cukup, hal ini menunjukkan bahwa perdagangan, peribadatan, olahraga, Ko ta B a r u Pa ra hya n ga n j u ga

tingkat ekonomi di wilayah studi sudah transportasi, kesehatan, maupun menimbulkan pengaruh negatif dalam

cukup baik. Jika dibandingkan dengan pendidikan. Dilihat dari kualitasnya, kehidupan sosial masyarakat di

ko n d i s i r u m a h d i Ko ta B a r u sebagian besar sarana yang tersedia di wilayah sekitar yaitu munculnya

Parahyangan, pasti akan sangat Kota Baru Parahyangan merupakan segregasi sosial antara masyarakat

berbeda. Kondisi rumah di Kota Baru sarana yang berkualitas, seperti rumah Kota Baru Parahyangan dan wilayah

Parahyangan sendiri terlihat sangat sakit besar, mesjid raya dan sekolah sekitar. Sementara itu, dalam konteks

baik dengan kualitas dan tampilan bertaraf internasional. Namun, secara Bandung Metropolitan Area, Kota Baru

rumahnya. Terdapat kesenjangan kuantitas, jumlah sarana yang tersedia Parahyangan dinilai belum dapat

antara di KBP dan non KBP dalam hal masih sedikit dan belum memenuhi mengukuhkan kedudukannya sebagai

ko n d i s i f i s i k r u m a h . H a l i n i SNI. Sarana yang tersedia di Kota Baru kota mandiri. Hingga saat ini, Kota Baru

dikarenakan pendapatan masyarakat Parahyangan sudah cukup digunakan Parahyangan hanya berperan sebagai

yang tinggal di KBP dan non KBP yang oleh penduduknya, namun tidak penyedia kebutuhan perumahan bagi

berbeda. Rentang pendapatan digunakan oleh masyarakat di luar Kota Bandung Metropolitan Area. Hal ini

masyarakat di KBP adalah sebesar Rp. B a r u Pa ra hya n ga n . B e b e ra p a terlihat dari pola aktivitas dan

10.000.000-19.999.000, sedangkan penduduk Kota Baru Parahyangan juga pergerakan masyarakat di Kota Baru

pendapatan masyarakat non KBP masih menggunakan sarana yang ada Parahyangan dan wilayah sekitar yang

adalh kurang dari Rp 1.250.000. di luar Kota Baru Parahyangan. masih bergantung terhadap Kota

Ke b e ra d a a n Ko t a B a r u Bandung sebagai kota inti

Parahyangan menimbulkan adanya Terdapat perbedaan mencolok dalam

ketersediaan prasarana Kota Baru segregasi sosial antara masyarakat Pa ra h y a n g a n d e n g a n d a e ra h Kota Baru Parahyangan dan sekitar sekitarnya. Ketersediaan prasarana di yang dilihat dari interaksi dan Kota Baru Parahyangan te lah kepedulian masyarakat antar wilayah. memenuhi standar ke layakan Segregasi ini juga terlihat dari kondisi penyediaan prasarana perumahan fisik rumah masyarakat Kota Baru serta dapat mencukupi segala Parahyangan dan wilayah sekitar kebutuhan masyarakat di Kota Baru k a r e n a p e r b e d a a n s t r u k t u r P a r a h y a n g a n . A k a n t e t a p i , pendapatan. Masyarakat di wilayah ketersediaan prasarana di wilayah sekitar memiliki kerukunan yang sekitar memiliki kekurangan dalam hal cukup tinggi dan tidak terpengaruh ketersediaan dan kualitas, yang o l e h ke b e r a d a a n K o t a B a r u disebabkan oleh beberapa kendala. Parahyangan. Konflik sosial yang Pada umumnya, prasarana di Kota terjadi pun tidak terkait dengan Baru Parahyangan hanya dapat keberadaan Kota Baru Parahyangan. digunakan oleh masyarakat Kota Baru Pembangunan KBP memiliki pengaruh Parahyangan, kecuali jaringan jalan, y a n g c u k u p t i n g g i t e r h a d a p karena penyediaannya yang tertutup perekonomian masyarakat sekitarnya. untuk masyarakat luar. Ketersediaan Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan prasarana di Kota Baru Parahyangan ini sektor-sektor perekonomian dan tidak memberikan dampak dalam hal p e r b a n d i n g a n p e n d a p a t a n k e l u a r a n k a r e n a d a l a m masyarakat di Kabupaten Bandung. pembangunannya telah direncanakan Pembangunan Kota Baru Parahyangan dengan baik. Oleh karena itu, memiliki pengaruh positif dalam keberadaan prasarana di Kota Baru

peningkatan UMR dan PDRB di setiap Parahyangan tidak memiliki pengaruh

sektor. Selain itu, pembangunan KBP positif maupun pengaruh negatif bagi

ini memberikan dampak negatif, yaitu wilayah sekitarnya.

munculnya kesenjangan sosial yang

dapat d i l ihat dar i perbedaan Dari uraian di atas, dapat diidentifikasi

pendapatan yang cukup besar antara bahwa terdapat keterkaitan sosial

masyarakat KBP dan sekitarnya. ekonomi antara kawasan Kota Baru

Pa ra hya n ga n d e n ga n w i l aya h

sek i tarnya . Adanya pengaruh t ep anners6

Page 7: The Planners #4 (Bahasa)

Image courtesy: http://c0021634.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/app586471253608723.jpg

LAINDI LUAR

LAINDI DALAMBRAG

A

Kata Kita

Page 8: The Planners #4 (Bahasa)

iArtikel ini merupakan tugas (dengan modifikasi) dari kelas PL 2203 Sistem Perumahan yang

mempelajari tentang salah satu kebutuhan dasar manusia yaitu Papan, konsep dasar human settlement, permintaan, penyediaan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal.

Tugas ini diberikan dalam rangka mengetahui keadaan permukiman bagi golongan masyarakat berpendapatan rendah (GMBR) yang umumnya jauh dari layak.

BRA

GA

angunan-bangunan megah agar ketika hujan barang-barang bisa

bersejarah di Braga ibarat diungsikan ke lantai atas.Rumah-Bd i n d i n g ra ks a s a ya n g rumah di daerah inipun tidak bisa

m e m i s a h k a n a n t a r a k a u m m e m e n u h i s t a n d a r r u m a h

m e t r o p o l i t a n d e n g a n k a u m s e d e r h a n a s e h a t m e n u r u t

terpinggirkan. Ketika masyarakat Keputusan Menteri Permukiman

Kota Bandung asyik melintasi Braga P r a s a r a n a W i l a y a h N o m o r

sambil memandangi bangunan 4 0 3 / K P T S / M / 2 0 0 2 . D a l a m

peninggalan penjajah, tepat dibalik keputusan tersebut ada tiga aspek

bangunan tersebut justru terdapat kebutuhan yang harus dipenuhi

perumahan kumuh dengan kondisi untuk mencapai standar rumah

yang memprihatinkan. Sungguh sederhana sehat, yaitu kebutuhan

kedua pemandangan ini sangatlah minimal masa dan ruang (kebutuhan

bertolak belakang. ruang perorang 9 m2 dan tinggi 2.8

Saat kita melintas di Braga mungkin m), kebutuhan kesehatan dan

yang terlihat hanyalah keramaian kenyamanan (pencahayaan, suhu,

khas kota serta suasana gedung dan kelembaban dalam ruangan),

tempo dulu. Kawasan yang menjadi serta kebutuhan minimal keamanan

icon Kota Bandung pada masa dan keselamatan (struktur yang kuat

penjajahan Belanda ini memang pada pondasi, dinding, atap, dan

masih memiliki daya tarik kuat meski lantai).

kurang terurus. Namun jika kita Dalam kebutuhan masa dan ruang,

memasuki gang kecil diantara banyak rumah yang tidak bisa

gedung-gedung tua disini, maka kita mencapai standar 9 m2 perorang.

akan diantarkan menuju rumah- Hal ini dikarenakan dalam satu

rumah padat dengan kondisi dan rumah dihuni oleh banyak kepala

j u m l a h p e n g h u n i y a n g keluarga. Bahkan ada rumah yang

m e n c e n g a n g k a n . S e m a k i n beranggotakan 20 jiwa dengan luas

mendekati Sungai Cikapundung, total dua lantai rumah hanya sekitar

semakin banyak pemandangan yang 150 m2. Hal ini berarti ruang

membuat kita mengelus dada perorang hanya 7,5 m2.

prihatin. T idak jauh berbeda dengan

Tepat di pinggir Sungai inilah banyak kebutuhan masa dan ruang,

warga Kampung Braga yang k e b u t u h a n k e s e h a t a n d a n

mendirikan rumah. Tentunya resiko kenyamanan juga sulit terpenuhi.

yang ditanggung sangat besar, mulai Dengan kondisi perumahan yang

dari mengungsi setiap hujan, dinding padat disertai jalan gang yang sempit

rumah yang rapuh akibat hempasan menyebabkan pencahayaan hanya

air, sampai gangguan kesehatan. mampu menjangkau beberapa

Menurut salah seorang warga, setiap ruangan. Hal ini membuat kondisi

hujan air sungai bisa meluap hingga rumah menjadi lembab dan pengap.

dua meter. Oleh karena itu, hampir Kondisi kemanan dan keselamatan

semua rumah dibuat berlantai dua juga sangat memprihatinkan.

t ep anners8

Page 9: The Planners #4 (Bahasa)

Sepert i yang te lah d i je laskan

sebelumnya, karena tempaan air

sungai yang kuat, dinding rumah

menjadi rapuh dan ada yang sudah

bolong. Selain itu, atap rumah juga

banyak yang bocor. Bisa kita bayangkan

betapa tidak nyamannya kondisi

tersebut.

Namun kurang baiknya kondisi

keuangan keluarga memaksa mereka

untuk memilih tinggal di tempat

tersebut. Bahkan ada salah satu

keluarga yang untuk makan saja hanya

mampu menyajikan nasi dan garam.

Untuk membiayai sekolah, anak-

anaknya harus bekerja di rumah

tetangga dengan membantu mencuci.

Jika tidak, maka ongkos untuk

berangkat ke sekolah tidak ada.

Oleh karena itu, bukan kebanggaan,

keamanan, maupun kenyamanan

rumah yang mereka utamakan,

m e l a i n k a n p e l u a n g u n t u k

melangsungkan kehidupan. Untuk

itulah mereka memilih tinggal di dekat

Braga yang merupakan salah satu

pusat keramaian agar peluang kerja

mereka besar. Mereka menjadi tidak

peduli dengan ancaman yang ada

seperti meluapnya air sungai dan

penyakit.

Kondisi ini tentu sangatlah memilukan.

Terlebih lagi, perumahan tersebut

berada di Bandung yang merupakan

Ibu Kota Jawa Barat. Jika di daerah yang

dekat dengan pusat pemerintahan saja

kesenjangan sosial begitu besar,

apalagi di daerah lainnya? Belum lagi

daerah ini juga terletak persis di balik

gedung-gedung besar Braga yang

sering dikunjungi orang-orang kaya.

Mungkin para pengunjung ini sama

sekali tidak mengetahui bahwa dibalik

cahaya terang Jalan Braga terdapat

puluhan penduduk yang harus

bertahan dengan gelapnya kondisi

ekonomi mereka. Memang begitulah

Braga, lain di luar, lain di dalam.

t ep anners9

YasintaAltaria1540909

InertiaIndi Hapsari1540912

ArgasadhaRetapradana1540929

MahdiKarim1540931

Page 10: The Planners #4 (Bahasa)

DIVISI KEPROFESIAN

HMP PANGRIPTA LOKA

di

URBAN TALKSHOW

Pukul 10.00 Setiap Hari Sabtu

Setiap Dua Minggu Sekali

Eneng Siti Saidah 0857 2208 1420Kerjasama antara

SMS 0811-224-JAZZ (pada saat siaran)5 2 9 9

Ad

Page 11: The Planners #4 (Bahasa)

ndonesia merupakan negara bahkan dari tahun 1970. Ketimpangan keuangan. Sektor-sektor tersebut

kepulauan yang memiliki wilayah tidak hanya diperlihatkan oleh memiliki nilai tambah yang tinggi dan Iyang luas dan beraneka ragam. kawasan barat dan timur Indonesia juga memiliki sifat yang komparatif dan

Dengan cakupan wilayah yang luas saja, namun juga diperlihatkan antara kompetitif yang tinggi antar sektor.

tersebut, maka Indonesia memiliki perkotaan dan perdesaan yang berada Namun, daerah perdesaan mengalami

masalah yang kompleks dalam di pulau-pulau besar Indonesia. perlambatan dalam memajukan

pengembangan seluruh wilayah yang Daerah perkotaan menga lami d a e r a h n y a k a r e n a m a s i h

ada. Dalam kenyataannya, disparitas kemajuan yang begitu pesat dan mengandalkan sektor pertanian

atau ketimpangan antar wilayah di didominasi oleh sektor industri sebagai penopang perekonomian.

Indonesia sudah terlihat sangat jelas pengolahan, komunikasi, jasa, dan Pada kenyataannya, sektor pertanian

KebijakanPembangunanWilayahTertinggal--di Indonesia

FOKUS

AdilaIsfandiari154 08 059

Dodon154 08 041

kontributor

Page 12: The Planners #4 (Bahasa)

ali ini, akan dibahas mengenai persoalan-persoalan mendasar Kyang menyebabkan terjadinya

disparitas wilayah di Indonesia. Selain itu, disparitas wilayah Indonesia juga a k a n d i u k u r m e n g g u n a k a n perhitungan Indeks Williamson. Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui nilai-nilai setiap provinsi yang ada di Indonesia dari tahun ke tahun.Berikut penjabaran perhitungan ketimpangan

ndeks Theil-T merupakan rumus perhitungan yang digunakan untuk Imengukur ketimpangan wilayah.

Semakin tinggi nilai indeks Theil-Tsebuah wilayah, maka ketimpangan antara wilayah tersebut semakin tinggi. Berikut hasil perhitungan di kelima pulau besar di Indonesia pada saat sebelum dan sesudah krisis

Analisis Ketimpangan Wilayah menggunakan Indeks Theil-T

Sedangkan wilayah lain di luar pulau Jawa Bali cenderung lambat sehingga penurunan ketimpangan pasca krisis moneter pun tidak terlalu signifikan. Se la in i tu , infrastruktur yang disediakan oleh pemerintah seperti jalan, irigasi dan listrik, tetap terfokus pada pulau Jawa, sementara wilayah yang lain seperti Sumatera, Sulawisi d a n I r i a n J a y a m e n g a l a m i pertumbuhan yang lambat pada infrastruktur yang disediakan oleh pemerintah terutama infrastruktur ja lan dan i r igas i . Penyediaan infrastruktur yang kurang ditambah lagi dengan kurangnya perbaikan pada infrastruktur yang ada menyebabkan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut menjadi lambat, karena jalan, irigasi dan listrik merupakan sarana vital dalam mempercepat aktivitas ekonomi disuatu wilayah yang pada g i l i r a n n y a m e n i n g k a t k a n

Wilayah Februari 1996 Februari 1999

Kota Desa K+D Kota Desa K+D

Jawa-Bali 0.2925 0.1628 0.2601 0.2250 0.1189 0.2182

Sumatera 0.1724 0.1301 0.1618 0.1391 0.1036 0.1332

Kalimantan 0.1640 0.1312 0.1558 0.1318 0.0958 0.1228

Sulawesi 0.1858 0.1621 0.1799 0.1642 0.1405 0.1642

Lainnya 0.1946 0.1204 0.1927 0.1493 0.1180 0.1415

Sumber : Said dan Widyawati, 2001 dalam artikel di http://ivanagusta.files.wordpress.com

Tabel diatas menunjukan hasil perhitungan Theil-T selama krisis monenter, yaitu tahun 1996 dan 1999. Secara keseluruhan ketimpangan menurun selama krisis moneter. Di Pulau Jawa dan Bali, ketimpangan menurun pada wilayah kota dan desa, akan tetapi di Pulau Sulawesi hanya turun di perkotaan saja. Krisis Moneter yang diikuti inflasi yang tinggi segera meningkatkan kemiskinan. Inflasi pada masa kr is is berlangsung pada komponen makanan dan non makanan, tapi tidak termasuk upah kerja.

emulihan ekonomi pasca krisis moneter yang cepat in i Pmenjadikan ket impangan

wilayah yang ada di pulau Jawa Bali menurun lebih tajam dibandingkan wilayah lain. Kebijakan ini menjadikan wilayah Pulau Jawa Bali berkembang untuk sektor industri dan konsumsi

p e r t u m b u h a n e k o n o m i d a n

m e n i n g k a t k a n ke s e j a h t e r a a n

masyarakat di wilayah tersebut..

ndeks Williamson merupakan

r u m u s p e r h i t u n g a n y a n g Idigunakan untuk mengukur

ketimpangan wilayah. Semakin tinggi

nilai vw sebuah wilayah, maka

ketimpangan antara wilayah tersebut

dengan wilayah nasional semakin

tinggi. Untuk melihat korelasi antara

tingginya angka Indeks Williamson dan

angka Kedalaman Kemiskinan (P1) dan

Angka Keparahan Kemiskinan (P2) di

d e s a p a d a p r o v i n s i -

p r o v i n s i d i I n d o n e s i a .

Analisis Ketimpangan Wilayah

menggunakan Indeks Williamson

Daerah perkotaan

mengalami kemajuan

yang begitu pesat ....

Namun,

daerah perdesaan

mengalami perlambatan

dalam memajukan

daerahnya....

http://c

erita

cheis

a.b

logspot.com

t ep anners12

Page 13: The Planners #4 (Bahasa)

ari tabel di atas, dapat dilihat

bahwa provinsi yang memiliki DIndeks Williamson (VW) yang

tinggi memiliki perbedaan angka

kedalaman kemiskinan dan angka

keparahan kemiskinan antara kota dan

desa yang besar pula. Perbedaan

angka kemiskinan yang paling besar

terdapat pada Provinsi Papua, di mana

indeks ketimpangan wilayah juga

menunjukkan angka yang paling besar

di Indonesia, yaitu 4,15. Hal ini

dikarenakan pembangunan di Papua

hanya terkonsentrasi pada wilayah

pertambangan saja, sedangkan

wilayah perdesaan lainnya yang masih

sangat luas dapat dikatakan masih

tertinggal. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa semakin tingginya

ketimpangan suatu provinsi, maka

semakin rendahnya kesejahteraan

penduduk di wilayah perdesaan

p r o v i n s i t e r s e b u t .

n t u k m e n g a t a s i

permasalahan ketimpangan Uwilayah di Indonesia, maka

usaha yang dilakukan pemerintah

adalah pembangunan daaerah

tertinggal. Pembangunan dearah

tertinggal di Indonesia mulai efektif

dilakukan sejak tahun 2004, di mana

pemerintah telah mengintroduksi

istilah “daerah tertinggal” dalam

Rencana Pembangunan Jangka

Menengah tahun 2004-2009. Dalam

RPJM tersebut juga terdapat Stratergi

Nasional Pembangunan Daerah

Tertinggal untuk jangaka waktu yang

sama. Dalam menetapkan derah

tertinggal, terdapat beberapa kriteria

tertentu, ya i tu perekonomian

masyarakat, SDM, infrastruktur,

ke m a m p u a n ke u a n g a n l o k a l ,

aksesibilitas, dan karakteristik daerah.

Pada awalnya, penetapan jumlah

daerah tertinggal di Indonesia

Namun, jumlah ini bertambah karena karena terdapat 34 daerah otonom baru yang berasal dari daerah induk yang berstatus daerah tertinggal. Daerah tertinggal tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan proporsi 123 Kabupaten atau sekitar 62 % berada di KTI, 58 Kabupaten atau 29 % di Sumatera, dan sisanya 18 Kabupaten yaitu 9 % berada di Jawa dan Bali. Untuk melakukan pembangunan daerah tertinggal di Indonesia, Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal menetapkan empat strategi utama, yaitu peningkatan kemandir ian masyarakat, pemanfaatan potensi wilayah, peningkatan penanganan daerah khusus, dan integrasi ekonomi.

alam strategi peningkatan kemandirian masyarakat dan Dd a e ra h , d a p at d i l a ku ka n

pengembangan ekonomi lokal yang berdimensi spasial sehingga keterkaitan antar sektor dapat terjalin dan menimbulkan trickling down effect. Pengembangan ekonomi lokal tentunya harus dibarengi dengan peningkatan kualitas SDM sehingga investor akan semakin tertarik untuk menanamkan modal di daerah tersebut. Sedangkan pada strategi yang kedua, yaitu pemanfaatan potensi wilayah, dapat di lakukan dengan menyediakan informasi yang lengkap mengenai sumber daya yang terdapat diw i l a y a h t e r s e b u t .

Strategi ini telah diterapkan di Purworejo yang memaksimalkan potensi sumber daya pertaniannya dan meingkatkan pembangunan sarana dan prasarana yang menghubungkan Purworejo dengan daerah lainnya.

trategi ketiga, yaitu integrasi ekonomi antara daerah dapat Sdilakukan melalui beberapa

pengembangan, yaitu pada jaringan ekonomi antar daerah, jaringan sarana dan prasarana antar wilayah, dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi y a n g t e r d a p a t d i d a e r a h . Pengembangan tersebut dilakukan d e n ga n t u j u a n m e m p e rc e p a t pertumbuhan ekonomi lokal di daerah-daerah perdesaan sebagai pengaruh dari pertumbuhan ekonomi di wilayah perkotaan yang lebih maju. Pelaksanaan strategi ini dapat ditemui pada Kerjasama Antar Daerah atau KSAD yang mulai dilakukan sejak era otonomi daerah diterapkan di Indonesia. Dengan adanya KSAD ini, beberapa dearah telah melakukan kerjasama dalam usaha pembangunan d a e r a h n y a .

trategi yang terakhir adalah p e n i n g kata n p e n a n ga n a n Sdaerah khusus di Indonesia.

Strategi ini dilaksanakan melalui pembukaan keterisolasian daerah, s e p e r t i d a e r a h p e r b a t a s a n , pedalaman, pesisir, dan pulau kecil terpencil dengan pembangunan infrastruktur transportasi yang memadai. Selain itu, dapat juga dilakukan teori big push bagi daerah tersebut dengan mengoptimalkan p e m b a n g u n a n m o d a l d a n infrastruktur. Namun, strategi ini sulit untuk direalisasikan karena kendala dana yang dimiliki oleh pemerintah s a n g a t t e r b a t a s .

engan adanya informasi t e r s e b u t , d i h a r a p k a n Dpemanfaatan sumber daya

dapat dilakukan secara optimal dengan memanfaatkan teknologi yang tepat serta pemasukan modal dari investasi yang berasal dari pihak luar. Pelaksanaan kedua strategi ini dapat didukung dengan penyediaan sarana dan prasarana yang layak di daerah perdesaan seh ing ga integras i pembagunan antara desa dan kota dapat tercapai dan menghasilkan urban-rural linkage dan network cities.

Provinsi VW P1

Kota P1

Desa P2

Kota P1

Desa Aceh 2,39 3,55 5,47 1,07 1,67

Jawa Timur 1,61 2,34 4,38 0,61 1,23 Kalimantan Timur 0,46 1,01 2,60 1,24 0,65 Sulawesi Selatan 0,48 1,20 3,03 0,35 0,82 Papua 4,15 1,73 13,60 0,54 5,04

Sumber : www.bps.go.id, 2008

i

Artikel ini merupakan tugas (dengan modifikasi) dari kelas PL 3202

Perencanaan Wilayah yang mempelajari konsep, prinsip, dan aspek apa saja yang

terlibat dalam perencanaan wilayah. Wilayah secara mudah dapat dipahami

sebagai entitas yang lebih besar daripada Kota. Skalanya dapat mencapai satu area

Metropolitan, Kabupaten, atau bahkan hingga satu Negara. Tugas ini ditujukan

agar melalui teori dan indikator yang ada kita dapat melihat adanya ketimpangan pembangunan antar wilayah dalam satu

negara.

t ep anners13

Page 14: The Planners #4 (Bahasa)

Berdasarkan hasil analisis menggunakan analisis tipologi Klassen, indeks Williamson, dan indeks Entropi Theil, dapat dilihat bahwa terdapat ketimpangan wilayah yang cukup tinggi yang terjadi antarkabupaten/kota di Proponsi Jawa Barat selama periode 1993-2006. Ketimpangan ini terutama dilihat dari tiga aspek, yaitu aliran investasi yang terkonsentrasi di daerah yang relatif kaya di Jawa Barat, perbedaaan potensi sumber daya yang terdapat di kabupaten/kota yang satu dengan yang lain, dan kualitas sumber daya manusia yang dilihat dari rata-rata lama sekolah atau rata-rata pendidikan terakhir penduduk.Tulisan ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang (1) kesenjangan antar daerah pendapatan di Barat Java (2) pengaruh pertumbuhan ekonomi, Investasi yang ditanamkan modal dalam negeri, dan tingkat pendidikan kabupaten / kota kesenjangan pendapatan di Jawa Barat. Model analisis digunakan untuk mengetahui disparitas wilayah di Jawa Barat adalah analisis tipologi Klassen, indeks Williamson, dan indeks Entropi Theil, dengan seri data dari tahun 1993-2006.

Analisis Ketimpangan Wilayah

Antar Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Menggunakan

Indeks Williamson

dan Indeks Entropi Theil

kontributor

Ali AkbarFadalah15408011

YunieNurhayati15408011

M SalmanMalik15408011

Page 15: The Planners #4 (Bahasa)

ahirnya UU No.23 Tahun 2000

tentang penetapan Provinsi LBanten merubah luas wilayah

Jawa Barat menjadi 34.816,96 km2

(Survei Sosial Ekonomi 2005) dengan

jumlah kota dan kelurahan yang ada

menjadi 17 Kabupaten dan 9

Kotamadya yaitu Kabupaten Bogor,

Sukabumi, Cianjur, Bandung, Bandung

Barat, Garut, Tasikmalaya, Ciamis,

Kuningan, Cirebon, Majalengka,

Sumedang, Indramayu, Subang,

Purwakarta, Karawang, Bekasi, serta

Kota Bogor, Sukabumi, Bandung,

Cirebon, Bekasi, Depok, Cimahi,

Tasikmalaya dan Banjar. Luas wilayah

kota/kab. terbesar pada provinsi ini

ialah Kabupaten Sukabumi 4.160,75

km2 disusul oleh Kabupaten Cianjur

dengan luas 3.594,65 km2 dan

Kabupaten Garut dengan luas 3.094,40

km2 (Jabar Dalam Angka 2010). Jawa

Barat merupakan salah satu Provinsi

dipulau jawa ,Indonesia, yang memiliki

alam dan pemandangan yang indah

serta memiliki berbagai potensi yang

dapat diberdayakan, antara lain

menyangkut sumber daya air, sumber

daya alam dan pemanfaatan lahan,

sumber daya hutan, sumber daya

pesisir dan laut serta sumber daya

p e r e k o n o m i a n .

Jumlah penduduk Provinsi yang

beribukota di kota Bandung ini hingga

a k h i r t a h u n 2 0 0 7 m e n c a p a i

41.483.729 jiwa dengan konsentrasi

penduduk terbesar berada pada

kabupaten Bandung dan Bogor yaitu

masing-masing sebesar 3.148 951 jiwa

dan 4.453 927 jiwa. Laju pertumbuhan

penduduk di provnisi ini rata – rata

pertahun sebesar 1,89% dengan

tingkat kepadatan penduduk rata-rata

1.157 jiwa/tahun. Jumlah penduduk ini

merupakan yang terbesar diantara

provinsi lainnya di Indonesia. Sebagian

b e s a r

penduduk Jawa Barat bekerja pada

lapangan pekerjaan utama di sektor

pertanian, perdagangan, industri dan

jasa-jasa. Dominasi sektor pertanian

merupakan implikasi dari potensi tanah

yang subur dan iklim yang optimum

untuk pembudidayaan pertanian.

Selain pertanian, pemerintah provinsi

juga mengembangkan sektor industri,

seperti kawasan industri JABABEKA di

Cikarang, salah satu kecamatan di

Kabupaten Bekasi, yang ditetapkan

sebagai ZEE Industri.

1. Perbedaan potensi sumber

daya yang berbeda antar satu wilayah

dengan yang lain karena pengaruh

kondis i l ingkungan (topograf i ,

geologi, hidrologi, klimatologi) dan

ketersediaan infrastruktur penunjang

k e s e j a h t e r a a n m a s y a r a k a t .

2. Tujuan investasi modal hanya

pada daerah tertentu yang memiliki

sumber daya alam ataupun manusia

serta infrastruktur yang memadai.

W i l a y a h t u j u a n i t u i a l a h

Tujuannya ialah meningkatkan daya s a i n g s e c a ra g l o b a l d a n j u ga m e n i n g k a t k a n k e s e j a h t e r a a n masyarakat akibat multiplier efffect yang besar dari kegiatan industri ini.Selain Cikarang, perkembangan industri skala menengah juga di subsidi oleh Bogor yang merupakan penyerap tenaga kerja yang besar diantara sektor indusrti yang ada di wilayah provinsi Jawa Barat.

KETIMPANGAN WILAYAH DI JAWA BARATIndikasi ketimpangan wilayah yang terjadi pada wilayah diprovinsi Jawa Barat ini dilihat dari beberapa hal sebagai berikut :

kabupaten cianjur, tasikmalaya, cirebon, majalengka, dengan investasi pada sektor pertanian, indramayu pada sektor pertambangan dan kabupaten bogor, purwakarta, bandung, serta kota bandung dan b e k a s i p a d a s e k t o r industri,perdaganan, dan jasa.

Berdasarkan data-data dari Jabar Dalam Angka 2010, terdapat wilayah yang memiliki sektor unggulan industri namun minim akan produksi hasil pertanian seperti kabupaten b o go r, b a n d u n g , p u r wa ka r ta , karawang, bekasi kota bogor, bekasi dan cimahi.

t ep anners15

Page 16: The Planners #4 (Bahasa)

Ada juga daerah yang sebaliknya yaitu ekonomi di Jawa Barat pada tahun unggul dalam produksi pertanian 1993-2006 dengan menggunakan namun minim akan industri yaitu analisis tipologi Klassen, dapat Kabupaten Cianjur, Bandung Barat, diketahui bahwa sebagian besar Indramayu, Ciamis dan Tasikmalaya. wilayah Jawa Barat termasuk klasifikasi Wilayah lainnya yang memiliki dua wilayah relatif tertinggal. Fenomena ini karakteristik sekaligus yaitu kaya akan disebabkan oleh terjadinya aliran industri dan produksi pertanian investasi dari daerah relatif miskin ke memilki kekurangan juga dalam hal daerah relatif kaya. Gejala ini investasi yang ditanamkan pada sektor disebabkan oleh mekanisme pasar, industrinya yaitu kabupaten Garut, dimana terjadi kombinasi dua faktor Majalengka dan Sumedang. berikut (Masli, 2006) :

1. Tabungan yang ada di daerah Faktor infrastruktur, potensi SDA dan miskin walaupun jumlahnya kecil, tidak SDM merupakan hal yang penting dapat digunakan dengan efektif karena dalam mempengaruhi pertumbuhan kurangnya permintaan investasi di wilayah. dengan adanya SDA dan

daerah tersebutadanya SDM yang mampu untuk

2. Tabungan akan diinvestasikan mengolah sumber daya memberikan

ke daerah yang relatif kaya, karena nilai tambah yang besar tersendiri lebuh terjamin dan memberikan p a d a p r o d u k h a s i l w i l a y a h . keuntungan lebih besar.Tambahannya adalah dibutuhkan H a l i n i m e nye b a b ka n p ro s e s infrastruktur yang memadai untuk bisa pembanguna didaerah miskin menjadi mendapatkan SDM yang berkualitas

dan menunjang dalam pengolahan terhambat dan ketimpangan semakin SDA nantinya. Infrastruktur yang tinggi. Untuk itu, harus dilakukan dimaksud adalah infrastruktur dasar p e r c e p a t a n d a l a m m e g e j a r yaitu pendidikan dan kesehatan. Bila ketertinggalan dengan dipenuhinya siklus ini sudah tercipta dengan baik infrastruktur dasar masyarakat, dalam suatu wilayah maka investasi

pemberian batuan modal serta akan menuju pada wilayah ini dengan

melakukan penguatan masyarakat di sendirinya. intinya, investasi ini akan

perdesaan.mencari daerah yang memiliki sumber daya yang berdaya guna.

Indeks ketimpangan Williamson (VW)

yang diperoleh terletak antara 0 (nol)

sampai 1 (satu). Jika VW mendekati 0

m a ka ke t i m p a n ga n d i s t r i b u s i

pendapatan antarkabupaten/kota di Analisis pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Barat adalah rendah atau tipologi klassen digunakan untuk pertumbahan antar daerah merata. mengetahui gambaran tentangpola J i k a V W m e n d e k a t i 1 m a k a pertumbuhan ekonomi daerah

ketimpangan distribusi pendapatan (Widodo, 2006 dari Masli, 2006).

antardaerah di provinsi Jawa Barat Analisis ini membagi wilayah menjadi

adalah tinggi atau atau pertumbuhan empat klasifikasi, yaitu wilayah maju ekonomi antar daerah tidak merata. dan tumbuh cepat (Rapid Growth Berdasarkan hasil analisis Indeks Region), wilayah Maju dan tertekan ketimpangan Williamson (VW) dan (Retarted Region), wilayah yang

sedang tumbuh (Growth Region), indeks Entropi Theil pada periode wilayah yang relatif tertinggal 1993-2006, dapat dilihat bahwa (Relatively Backward Region). Laju besaran indeks Williamson di Jawa pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat Barat pada periode tersebut cukup dari Tahun 1993 sampai Tahun 2006 tinggi, yaitu berkisar antara 0,31 adalah sebesar 3,34%. berdasarkan

sampai 0,96 dengan modus nilai 0,95. hasil analisis pola pertumbuhan

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI T I P O L O G I K L A S S E N , I N D E K S WILLIAMSON DAN INDEKS ENTROPI THEIL

..Tabungan yang adadi daerah miskin

walaupun jumlahnya kecil,tidak dapatdigunakan

dengan efektif..

“ “t ep anners16

Page 17: The Planners #4 (Bahasa)

Angka ini termasuk sangat tinggi dan perluasan dan pemeliharaan sarana

mencerminkan bahwa kesenjangan dan prasarana ekonomi dengan yang terjadi antarkabupaten/kota di

m e m p e r t i m b a n g k a n d a n Jawa Barat pada periode tersebut

memperhatikan daerah-daerah yang sangat tinggi. Begitu pula jika dilihat

dari indeks Entropi Theil nya yang relatif tertinggal dengan sasaran

besar dan menjauhi nol dengan m e y e r a s i k a n p e r t u m b u h a n kecenderungan meningkat pula. Hal ini

antardaerah

Diperlukan adanya program yang

m e m a d a i d a l a m m e n j a l a n ka n B e r d a s a r k a n h a s i l a n a l i s i s

k e b i j a k a n s e p e r t i p r i o r i t a s menggunakan analisis tipologi Klassen,

pembangunan daerah terutama dalam indeks Williamson, dan indeks Entropi sarana dan prasarana ekonomi utuk Theil, dapat dilihat bahwa terdapat kabupaten/kota yang tertinggala agar ketimpangan wilayah yang cukup

dapat mengurangi tingkat kepentingan t i n g g i y a n g t e r j a d i

karena baik indeks Ketimpangan antarkabupaten/kota di Proponsi Jawa

Williamson dan Indeks ketimpangan Barat selama periode 1993-2006.

Entropi Theil telah menunjukkan Ketimpangan ini terutama dilihat dari

tiga aspek, yaitu aliran investasi yang kecenderungan arah peningkatan.

terkonsentrasi di daerah yang relatif

kaya di Jawa Barat, perbedaaan

potensi sumber daya yang terdapat di

kabupaten/kota yang satu dengan

yang lain, dan kualitas sumber daya

manusia yang dilihat dari rata-rata

lama sekolah atau rata-rata pendidikan

terakhir penduduk.

Fenomena ketimpangan wilayah yang

terjadi di Jawa Barat berimplikasi

terhadap kebijakan ekonomi Jawa

Barat yang perlu diambil di masa yang

a k a n d a t a n g . M a s l i , 2 0 0 6 ,

merumuskan beberapa kebijakan

strategis yang seharusnya diambil oleh

pemerintah terkait dengan ekonomi di

Jawa Barat, yaitu sebagai berikut :

1. Perlu kebijakan pemda yang

b e r k a i t a n d e n g a n t e k n o l o g i ,

peningkatan sumber daya manusia,

penemuan material baru, dan

peningkatan pendapatan

2. Diperlukan kebijakan dalam

menangani daerah tertinggal, antara

lain dengan mengadakan peningkatan,

KESIMPULAN

..

.

Tabunganakan diinvestasikan ke

daerah yang relatif kaya,karena lebih terjamin

danmemberikan

keuntungan lebih besar.

“ “

i

Artikel ini merupakan tugas (dengan modifikasi) dari kelas PL 3202

Perencanaan Wilayah yang mempelajari konsep, prinsip, dan aspek apa saja yang

terlibat dalam perencanaan wilayah. Wilayah secara mudah dapat dipahami

sebagai entitas yang lebih besar daripada Kota.

Melalui tugas ini, kita dapat melihat bahwa ketimpangan pembangunan di

daerah pun terjadi bahkan dalam satu wilayah administrasi yang sama yaitu

Propinsi.

t ep anners17

Page 18: The Planners #4 (Bahasa)

Kesenjangan Antara Kebijakan,Produk Rencana dan PelaksanaanProgram Pengembangan Pariwisatadi Perkampungan Budaya Betawi,Setu Babakan

Tugas Akhir

Tugas Akhir karyaEurika Putri Andita (15405064)

Page 19: The Planners #4 (Bahasa)

akarta, sebagai pemilik budaya

Betawi, memiliki potensi yang Jcukup besar dalam industri Perkampungan Budaya Betawi

pariwisata budaya Betawi. Tidak hanya memiliki luas wilaya keseluruhan

budaya, Jakarta juga memiliki seluas 289 Ha. Luasan yang sangat

kedudukan yang strategis sebagai besar ini belum dapat termanfaatkan

Ibukota Negara Republik Indonesia sepenuhnya. Menurut pengelola

sehingga seharusnya Budaya Betawi Perkampungan Budaya Betawi,

dapat dikembangkan menjadi sebuah pemerintah baru menguasai 65 Ha

industri pariwisata yang baik. Melihat dari keseluruhan Perkampungan

adanya potensi pariwisata dengan Budaya Betawi.

basis budaya, industri pariwisata

d e n ga n b a s i s B u d aya B etaw i Walau wilayah yang dikembangkan

direalisasikan dengan Perkampungan m a s i h s e d i k i t , s e h a r u s n y a

Budaya Betawi di daerah Setu p e r k e m b a n g a n d i k a w a s a n

Babakan. Perkampungan Budaya Betawi

seharusnya dimaksimalkan di wilayah

Dalam pengembangan Perkampungan yang dapat dikembangkan. Tetapi

B u d a y a B e t a w i d i b u t u h k a n fakta berkata lain. Pengembangan

p e r e n c a n a a n y a n g m a t a n g . pada Perkampungan Budaya Betawi

Perkampunga Budaya Betawi sudah terasa stagnan bahkan menurun

direncanakan dari tingkat propinsi, tanpa adanya inovasi yang menonjol.

yaitu dalam RTRW DKI Jakarta hingga Bagaimana tidak, pengembangan

Master Plan Kawasan yang disusun Perkampungan ini telah berjalan dari

oleh Dinas Tata Kota DKI Jakarta. tahun 2000 sampai tahun 2003.

Tetapi, dalam melakukan kegiatan Setelah tahun 2003 pembangunan

perencaan biasanya terdapat berbagai yang ada hanya sebatas maintenance

macam masalah. Sebagai contoh tanpa adanya perkembangan yang

sebut saja situasi lapangan yang menonjol.tidak hanya pengunjung

berbeda dengan data di atas kertas. yang merasakan, menurut Dinas

Contoh lain misalnya visualisasi tata Pariwisata dan Kebudayaan Propinsi

ruang yang sering mengutamakan DKI Jakarta setelah penetapannya,

keindahan, kreativitas, dan daya tahun 2001, kegiatan pariwisata yang

imajinasi dari perencana yang ada di perkapungan stagnan, bahkan

berbeda. Selain dua yang telah menurun tanpa adanya inovasi dan

disebutkan sebelumnya, masih perkembangan yang menonjol.

banyak masalah-masalah lain dalam

melakukan kegiatan perencaan. Hal Walaupun tidak begitu berkembang,

i n i l a h y a n g t e r j a d i d e n g a n masih terdapat beberapa hal yang

pengembangan Perkampungan terdapat di rencana tetapi belum

Budaya Betawi . Walau sudah terealisasikan. Melihat keadaan ini

direncanakan dalam RTRW dan sudah dapat disimpulkan bahwa terdapat

ada Master Plan yang disusun oleh ke s e n j a n g a n a n t a ra r e n c a n a

Dinas Tata Kota DKI Jakarta, masih Perkampungan Budaya Betawi dengan

t e rd a p a t b e b e ra p a h a l ya n g Perkampungan Budaya Betawi (PBB)

direncanakan tetapi masih belum sendiri.

terealisasi di lapangan.

Realita Lapangan

t ep anners19

Page 20: The Planners #4 (Bahasa)

Kesenjangan dalam PBB mengunjungi Perkampungan Budaya

Betawi serta memenuhi kebutuhan

Kesenjangan dalam PBB dapat dilihat wisatawan tersebut selama berada di

pada wisata agro yang terdapat pada Perkampungan Budaya Betawi.

PBB. Wisata agro adalah suatu bentuk

k e g i a t a n p a r i w i s a t a y a n g Konsep pedestrian juga mengalami

m e m a n f a a t k a n u s a h a - u s a h a kesenjangan antara rencana dan

pertanian (agro) sebagai objek wisata. realita. Dalam Master Plan PBB,

Tujuannya adalah untuk rekreasi, pedestrian berguna menciptakan

keper luan i lmu pengetahuan, suatu sirkulasi pejalan kaki berupa

memperkaya pengalaman, dan jalan setapak dengan pohon-pohon

memberikan peluang usaha di bidang dan peneduh di kiri dan kanan yang

pertanian. Wisata agro pada kawasan nyaman. Memang pedestrian sudah

Perkampungan Budaya Betawi dapat terlihat dalam PBB, tetapi

direncanakan terletak pada rumah- sesungguhnya terdapat kesalahan

rumah penduduk dan juga lahan persepsi konsep pedestrian dalam

kosong yang dibebaskan tanahnya produk rencana. Konsep pedestrian

oleh pemerintah. Kenyataannya bukan hanya sekedar sirkulasi pejalan

wisata agro ini belum terdapat di kaki berupa jalan setapak dengan

kawasan Perkampungan Budaya pohon-pohon dan

Betawi. Belum terbentuknya zona

wisata agro juga menyuiltkan Dari semua pemaparan di atas, dapat

p e r k e m b a n g a n d a y a t a r i k kita simpulkan bahwa masih terdapat

Perkampungan Budaya Betawi sendiri. kesenjangan antara rencana PBB

dengan realisasinya. Dengan begitu

Kesenjangan lain juga terdapat pada seharusnya PBB membutuhkan

rencana wisata air. Arahan wisata air adanya penambahan program

dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan pengembangan wisata agro serta

adalah Setu Babakan sebagai sarana perancangan lokasi zona wisata agro

rekreasi air seperti bebek air, kano, yang sesuai dengan kondisi guna lahan

dan pemancingan. Saat ini bebek air di Perkampungan Budaya betawi saat

sudah terdapat di lapangan, tetapi ini. Tak hanya wisata agro, PBB jaga

rencana pembentukan kano belum butuh perumusan konsep wisata air

direalisasikan. yang dapat dimaksimalkan sesuai

arahan pada Situ Babakan. Konsep

Kesenjangan juga terjadi pada target pedestrian di Perkampungan Budaya

wisatawan yang ditetapkan dalam Betawi butuh ditinjau kembali sesuai

Keputusan Gubernur, yaitu datangnya teori dan juga menyelaraskan dengan

w i s a t a w a n d o m e s t i c d a n sarana dan prasarana yang lain. Target

mancanegara ke Perkampungan wisatawan PBB jaga perlu dirumuskan

Budaya Betawi. Saat ini pengunjung kembali dengan memperhatikan

yang datang hanyalah pengunjung kondisi daya tarik, aksesibilitas, serta

domestic dari Jakarta dan sekitarnya sarana dan prasarana yang ada di

yang menghabiskan waktu d i l a p a n ga n s e r ta ke m u n g k i n a n

Perkampungan Budaya Betawi selama pengembangan pariwisata di PBB.

satu sampai enam jam. Pemenuhan Begitu juga konsep pedestrian yang

target wisatawan mancanegara ada, konsep ini masih butuh dikaji

seperti yang disebutkan dalam u l a n g s e h i n g ga m e n c i p t a ka n

keputusan gubernur harus didukung pedestrian yang layak. Diharapkan

dengan program pengembangan ketika seluruh kesenjangan yang ada

pariwisata yang dapat menarik minat antara rencana dan realita ini

wisatawan untuk menghilang, Perkampungan Budaya

Betawi ini dapat lebih berkembang

menjadi lebih baik.

t ep anners20

Page 21: The Planners #4 (Bahasa)

t ep anners21

Kampus ITB bertetangga dengan

permukiman kumuh seperti di Siliwangi

dan sebagainya. Bagaimana pendapat

kamu tentang ini dan bagaimana sikap

mahasiswa ITB akan hal ini?

Page 22: The Planners #4 (Bahasa)

t ep anners

Land Use Planning9

DIVISI KEPROFESIAN

HMP PANGRIPTA LOKA

PELAYANAN SURVEI

KUESIONER MENGGUNUNG?

KAMI SIAP MEMBANTU

Fanni Harliani (PL 08)

08562154887

POWERED BY:

Page 23: The Planners #4 (Bahasa)

Ima

ge

Co

urt

esy

of

htt

p:/

/em

ilab

en

g.c

om

/08

-fe

bru

ari-2

011

-_-k

ese

nja

ng

an

_e

kon

om

i_se

ma

kin

_m

ele

ba

r.h

tml\

htt

p:/

/inst

hin

kbig

ma

n.b

log

spo

t.co

m/2

01

0/0

2/k

ese

nja

ng

an

-so

sia

l-b

uka

n-b

era

rti.h

tml

htt

p:/

/ga

lery

fro

mja

va.b

log

spo

t.co

m/2

01

0_

07

_0

1_

arc

hiv

e.h

tml

htt

p:/

/fo

to6

b.d

etik

.co

m/r

ea

dfo

to/2

00

9/0

5/2

7/1

91

61

7/1

13

82

67

/15

7/3

/h

ttp

://f

lickr

.co

m

Potret

Sementara itu..

t ep anners23

Page 24: The Planners #4 (Bahasa)

Nantikan edisi berikutnya!

edisi cetak

edisi elektronik

Himpunan Mahasiswa Teknik Planologi ITB

“Pangripta Loka”

t ep annersePortfolio

t ep annersMagazine