13
JURNAL IDEGURU Vol.4, No.1 Edisi Khusus Pelatihan Guru di Luar Negeri - 22 - The T.R.E.E Principles Arif Pratiwindyo SMA Negeri 1 Bantul Email: [email protected] Abstrak: Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) merupakan salah satu mata pelajaran yang menjadi bagian dari integral total pendidikan untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mental sosial, serta emosional dalam kerangka mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya melalui wahana aktivitas jasmani sebagai bentuk proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan melalui aktivitas jasmani yang disusun secara sistematis. Dengan demikian PJOK memiliki peran sebagai: life long education utility, life long health utility, life long skill utility yang artinya PJOK sebagai sarana pendidikan sepanjang hayat, sarana kesehatan sepanjang hayat dan sarana pengolah ketrampilan sepanjang hayat. Untuk mengatasi berbagai kendala selama pembelajaran seperti keberagaman kondisi siswa, kondisi sarana dan prasarana dan juga kondisi lingkungan satu cara yang bisa digunakan adalah dengan dengan menerapkan The T.R.E.E. Principles yaitu prinsip pembelajaran yang terdiri atas Teaching Style, Rules and Regulations, Environments, Equipments. Kata kunci: gaya mengajar, aturan dan regulasi, peralatan, lingkungan The T.R.E.E Principles Abstract: Health and Physical Education (HPE) is one of the lesson which become part of the integral in total education in order to develop physical fitness, social mental,also emotional as well in order to create Indonesian people completely through physical activity’s vehicle as a shape from interaction’s process among learners with sphere through physical activitis that arranged systematically. So that HPE has it’s roles such as: life long education utility, life long health utility, life long skill utility. To solve various obstacles during learning HPE such as diversity in learner’s conditions, diversity of facilities and infrastructures, and also the condition of school’s environment we could apply The T.R.E.E. Principles that stand for Teaching Styles, Rules and Regulations, Environments, and Equipments. Keywords: Teaching Style, Rules and Regulation, Equipment, Environment PENDAHULUAN Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) merupakan salah satu mata pelajaran yang menjadi bagian dari integral total pendidikan untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mental sosial, serta emosional dalam kerangka mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya melalui wahana aktivitas jasmani sebagai bentuk proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan melalui aktivitas jasmani yang disusun secara sistematis (Sukintaka, 2004). Lebih jelasnya hal tersebut diuraikan dalam SK Mendikbud nomor 413/U/1987 yang menyebutkan bahwa pendidikan jasmani adalah bagian yang integral dari pendidikan melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual, dan emosional. Berdasarkan Kurikulum Pendidikan Dasar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Depdikbud (1996: 1) dijelaskan bahwa PJOK memiliki tujuan membantu siswa dalam meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan melalui pengenalan dan penanaman sikap positif, serta kemampuan gerak dasar dan berbagai aktivitas jasmani agar dapat : 1. Tercapainya pertumbuhan dan perkembangan jasmani khususnya tinggi dan berat badan secara harmonis. 2. Terbentuknya sikap dan perilaku seperti : disiplin, kejujuran, kerjasama, mengikuti peraturan dan ketentuan yang berlaku. 3. Menyenangi aktivitas jasmani yang dapat dipakai untuk pengisian waktu luang serta kebiasaan hidup sehat. 4. Mengerti manfaat pendidikan jasmani dan kesehatan dan tercapainya kemampuan dalam penampilan gerakan yang lebih baik secara seksama (precision). 5. Meningkatkan kesehatan, kesegaran jasmani, ketrampilan gerak dasar dan ketrampilan dasar cabang olahraga.

The T.R.E.E Principles - jogjaprov.go.id

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: The T.R.E.E Principles - jogjaprov.go.id

JURNAL IDEGURU Vol.4, No.1 Edisi Khusus Pelatihan Guru di Luar Negeri

- 22 -

The T.R.E.E Principles

Arif PratiwindyoSMA Negeri 1 Bantul

Email: [email protected]

Abstrak: Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) merupakan salah satu matapelajaran yang menjadi bagian dari integral total pendidikan untuk mengembangkan kebugaran jasmani,mental sosial, serta emosional dalam kerangka mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya melaluiwahana aktivitas jasmani sebagai bentuk proses interaksi antara peserta didik dengan lingkunganmelalui aktivitas jasmani yang disusun secara sistematis. Dengan demikian PJOK memiliki peransebagai: life long education utility, life long health utility, life long skill utility yang artinya PJOK sebagaisarana pendidikan sepanjang hayat, sarana kesehatan sepanjang hayat dan sarana pengolah ketrampilansepanjang hayat. Untuk mengatasi berbagai kendala selama pembelajaran seperti keberagaman kondisisiswa, kondisi sarana dan prasarana dan juga kondisi lingkungan satu cara yang bisa digunakan adalahdengan dengan menerapkan The T.R.E.E. Principles yaitu prinsip pembelajaran yang terdiri atasTeaching Style, Rules and Regulations, Environments, Equipments.Kata kunci: gaya mengajar, aturan dan regulasi, peralatan, lingkungan

The T.R.E.E Principles

Abstract: Health and Physical Education (HPE) is one of the lesson which become part of theintegral in total education in order to develop physical fitness, social mental,also emotional as wellin order to create Indonesian people completely through physical activity’s vehicle as a shape frominteraction’s process among learners with sphere through physical activitis that arrangedsystematically. So that HPE has it’s roles such as: life long education utility, life long health utility,life long skill utility. To solve various obstacles during learning HPE such as diversity in learner’sconditions, diversity of facilities and infrastructures, and also the condition of school’s environmentwe could apply The T.R.E.E. Principles that stand for Teaching Styles, Rules and Regulations,Environments, and Equipments.Keywords: Teaching Style, Rules and Regulation, Equipment, Environment

PENDAHULUANPendidikan Jasmani Olahraga dan

Kesehatan (PJOK) merupakan salah satu matapelajaran yang menjadi bagian dari integraltotal pendidikan untuk mengembangkankebugaran jasmani, mental sosial, sertaemosional dalam kerangka mewujudkanmanusia Indonesia seutuhnya melalui wahanaaktivitas jasmani sebagai bentuk prosesinteraksi antara peserta didik denganlingkungan melalui aktivitas jasmani yangdisusun secara sistematis (Sukintaka, 2004).Lebih jelasnya hal tersebut diuraikan dalamSK Mendikbud nomor 413/U/1987 yangmenyebutkan bahwa pendidikan jasmaniadalah bagian yang integral dari pendidikanmelalui aktivitas jasmani yang bertujuan untukmeningkatkan individu secara organik,neuromuscular, intelektual, dan emosional.

Berdasarkan Kurikulum PendidikanDasar Pendidikan Jasmani dan KesehatanDepdikbud (1996: 1) dijelaskan bahwa PJOK

memiliki tujuan membantu siswa dalammeningkatkan kesegaran jasmani dankesehatan melalui pengenalan dan penanamansikap positif, serta kemampuan gerak dasardan berbagai aktivitas jasmani agar dapat :1. Tercapainya pertumbuhan dan

perkembangan jasmani khususnya tinggidan berat badan secara harmonis.

2. Terbentuknya sikap dan perilaku seperti :disiplin, kejujuran, kerjasama, mengikutiperaturan dan ketentuan yang berlaku.

3. Menyenangi aktivitas jasmani yang dapatdipakai untuk pengisian waktu luangserta kebiasaan hidup sehat.

4. Mengerti manfaat pendidikan jasmani dankesehatan dan tercapainya kemampuandalam penampilan gerakan yang lebih baiksecara seksama (precision).

5. Meningkatkan kesehatan, kesegaranjasmani, ketrampilan gerak dasar danketrampilan dasar cabang olahraga.

Page 2: The T.R.E.E Principles - jogjaprov.go.id

JURNAL IDEGURU Vol.4, No.1 Edisi Khusus Pelatihan Guru di Luar Negeri

- 23 -

Tidak berlebihan apabila dikatakanbahwa PJOK memiliki peran sebagai : lifelong education utility, life long health utility,life long skill utility yang artinya PJOKsebagai sarana pendidikan sepanjang hayat,sarana kesehatan sepanjang hayat dan saranapengolah ketrampilan sepanjang hayat. Haltersebut digambarkan dalam gambar 1Struktur Materi Pendidikan Jasmani(Depdikbud, 2003: 3) dibawah ini :

Gambar 1. Struktur Ruang Lingkup MateriPendidikan Jasmani (West dan Lombardo, 1994: 65)

Sebagai salah satu lembaga pendidikanyang bersifat formal, non formal maupuninformal baik yang didirikan pemerintahmaupun swasta sekolah merupakan salah satuinstansi yang menyelenggarakan usahapendidikan (Suharsimi Arikunto, 2012: 15).Untuk mewujudkan tujuan pendidikan secaratotal maka PJOK menjadi salah satu matapelajaran wajib di kurikulum Indonesia.Sungguhpun demikian PJOK masih banyakyang memandang sebelah mata dan masihdianggap memiliki dampak “sekunder”meskipun sebenarnya tanpa disadari PJOKmemiliki dampak yang “primer” dalamkehidupan.

Tidak jauh berbeda dengan IndonesiaPJOK juga dilaksanakan di sekolah – sekolahyang ada di Australia. Supaya dalampembahasan jurnal ini melebar terlalu jauhmaka pembahasan penyelenggaraan PJOK diAustralia ini hanya terbatas di negara bagianQueensland saja.

Secara umum sekolah di Australia dibagimenjadi dua tingkatan yang berbeda yaituPrimary School (usia 5 tahun – 11 tahun) danSecondary School (usia 12 tahun – 17 tahun).Untuk jenjang selanjutnya disebut TertiaryEducation yang terdiri atas TEFA ataupunmahasiswa universitas (usia 17 tahun ke atas).

Secara umum seluruh mata pelajaran diAustralia termaktup pada gambar 2. Strukturmata pelajaran di Australia berdasarkanACARA:

Gambar 2. Struktur Mata Pelajaran di AustraliaBerdasarkan ACARA

Dari gambar di atas dijelaskan bahwamata pelajaran yang diajarkan di Australiaadalah English (Bahasa Inggris), Math(Matematika), Science (Ilmu Pengetahuan),History (Sejarah), Geography (Ilmu Bumi),Arts (Seni), Technologies (Teknologi),Economic (Ekonomi), Language (Bahasa),Civics (Kewarganegaraan),dan Health andPhysical Education (PJOK). Namun demikianpelajaran PJOK wajib diikuti semua siswasiswa sejak Preparation School sampaidengan Primary School kelas X. padadasarnya Kelas XI dan XII tidak wajibdilaksanakan akan tetapi sedikit berbedadengan Queensland dimana kelas XI dan XIIwajib mengikuti melaksanakan untuk matapelajaran PJOK. Bahkan banyak guru matapelajaran lain yang wajib menjadi pengajarPJOK baik secara ekstrakurikuler maupunintrakurikuler disamping mata pelajaranpokok ampuannya. Bahkan di Queenslanddidirikan sekolah dengan kelas kusus sepertiSport Excellent Class untuk siswa dengankemampuan dan prestasi khusus di bidangolahraga. Mengingat kompleksnya materiyang ada dalam pembelajaran PJOK makapelajaran tersebut harus diampu pengajardengan bentuk Team Teaching dengan salahsatu pengampu khusus untuk siswaberkebutuhan khusus. Untuk kegiatanpenilaian di kelas 11 dan XII nilai PJOKdigunakan untuk penilaian subyek generaluntuk pertimbangan masuk universitassedangkan penerapan keterampilan(kecabangan olahraga yang dimiliki) biasanyadigunakan untuk mendapatkan ijazah.

Page 3: The T.R.E.E Principles - jogjaprov.go.id

JURNAL IDEGURU Vol.4, No.1 Edisi Khusus Pelatihan Guru di Luar Negeri

- 24 -

Begitu pedulinya pemerintah Australiaterhadap PJOK terutama di negara bagianQueensland dikarenakan langkah pemerintahmenghadapi berbagai beberapa isu perihalkesehatan. Hal tersebut diperoleh melaluiberbagai hasil survei karena mereka melihatdan menyadari pentingnya penelitian. Theusual defense of educational research is that itdevelops new knowledge, which then appliedto the improvement of educational practice(Walter R. Borg, Meredith D. Gall, 1983 : 5),Seperti di jelaskan dalam tulisan tersebutperan penelitian di bidang pendidikan sangatpenting untuk mengembangkan pengetahuanyang kemudian akan diaplikasikan sebagaisarana untuk meningkatkan praktekpendidikan. Berdasarkan hal tersebut makaPemerintah Australia melakukan surveimelalui Australian Institue of Health andWelfare in 2012 (PHE: 167, Canberra:AIHW) di bawah ini:1. Masalah tubuh yang sehat adalah hal

yang sangat diutamakan oleh pemerintahAustrali karena hal tersebut berkaitan eratdengan masa depan dan tingkat kesehatangenerasi Australia.

2. Penanganan dan pencegahan penyakitJantung, stroke, kangker, rokok dan udarayang sehat.

3. Munculnya tingkat obesitas, diabetes,beban hidup yang tinggi, peningkatanKlamidia, penyakit ginjal, berbagaicedera terjadi, kurangnya senyum antarwarga, kehilangan kepekaan – tantanganmasalah kesehatan mental, danrendahnya tingkat donasi organ.

4. Perlu merubah budaya olahraga:membudayakan olahraga sebagai gayahidup dan personalisasi kesehatan dankesegaran jasmani.

Dari berbagai masukan tersebut makapemerintah Australia menyatakan bahwa PJOKmenjadi mata pelajaran pokok untuk seluruhwarga, menyediakan pengetahuan danketrampilan dasar untuk hidup sehat dan aktif,mengembangkan berbagai dimensi kognitif danpsikososial, melibatkan penilaian dalampembelajaran. Pemerintah Australia sudah mulaitidak begitu fokus dalam memecahkan berbagaimasalah untuk menemukan dan menyiapkanjuara dunia olahraga dan olimpiade, akan tetapimulai fokus memperbaiki masalah kesehatansedini mungkin dan melaksanakan fokus dalamlatihan fisik di laboratorium. Secara umum

masalah menemukan dan menyiapkan juaradunia olahraga maupun olimpiade akan tercapaidengan sendirinya pada saat pemerintahmelukan berbagai hal tersebut di atas.

Seperti dijelaskan sebelumnya olahragamenjadi salah satu sarana pembelajaran PJOK.Olahraga sendiri memiliki arti rangkaian gerakraga yang teratur dan terencana untukmemelihara gerak (mempertahankan hidup)dan meningkatkan kemampuan gerak (yangberarti meningkatkan kualitas hidup), mampumerangsang perkembangan fungsionaljasmani, rohani, sosial, struktur anatomis-antropometris, fisiologi, stabilitas emosional,kecerdasan intelektual, maupun kemampuanbersosialisasi dengan lingkungan (SantosaGiriwijoyo dan Dikdik Zafar Sidik, 2013 : 18).

Pemerintah Australia menyadari peranolahraga memiliki berbagai dampak positifterhadap kesehatan. Hal tersebut mendorongpemerintah Australia melakukan beberapaperubahan atas kurikulum yang digunakanuntuk mata pelajaran PJOK.

Perubahan tersebut antara lain perubahanfungsi pokok PJOK seperti pada gambar 3.perubahan kurikulum PJOK Australia :

Gambar 3. Perubahan Kurikulum PJOK Australia

Berdasarkan perubahan komposisi dalamkurikulum PJOK tersebut pemerintahmembentuk petugas penyusunan kurikulumPJOK di Queensland untuk merumuskan danmenetapkan secara fleksibel kurikulumnyasecara berjenjang pada 3 lembaga pentingseperti:1. Australian Curriculum yaitu suatu lembaga

independen yang bertugas dan bertanggungjawab untuk pengembangan kurikulum disemua negara bagian Australia.

2. ACARA atau kependekan dari AustralianCurriculum Assessment and ReportingAuthority yang menjadi lembaga yang

Page 4: The T.R.E.E Principles - jogjaprov.go.id

JURNAL IDEGURU Vol.4, No.1 Edisi Khusus Pelatihan Guru di Luar Negeri

- 25 -

bertanggung jawab untuk peningkatankualitas pembelajaran serta melaksanakanpengembangan dan juga seluruh bentukpenyempurnaan kurikulum.

3. NAP atau National Assessment Programmerupakan lembaga yang bertanggungjawab terhadap sistem penilaian siswa.

Dari ketiga lembaga tersebut pemerintahnegara bagian Queensland menugaskanQueensland Curriculum and AssessmentAuthority (QCAA) untuk mengambilkebijakan baik yang bersifat umum maupunkhusus terhadap pelaksanaan implementasiPJOK di setiap jenjang pendidikan.

Untuk lebih jelasnya gambaran kuikulumPJOK di Queensland Australia adalah sepertigambar 4. Struktur Kurikulum PJOKQueensland Australia di bawah ini:

Gambar 4. Struktur Kurikulum PJOK QueenslandAustralia

Berdasarkan kurikulum tersebut di atasfokus pembelajaran PJOK di QueenslandAustralia adalah:1. Alkohol dan obat-obatan berbahaya2. Makanan dan nutrisi3. Manfaat kesehatan dari aktifitas fisik4. Kesehatan mental dan kesejahteraan5. Hubungan seksualitas6. Keamanan7. Kegiatan tantangan dan petualangan8. Game dan olahraga9. Aktifitas fisik seumur hidup10. Aktifitas gerak berirama dan ekspresif.

Durasi pembelajaran PJOK dilaksanakan2 – 3 kali pertemuan dalam satu minggudengan waktu 70 menit dengan pembagian 4term (3 bulan pembelajaran) selama 1 tahun.

Dari uraian diatas maka tercetuspertanyaan “bagaimana melaksanakanpembelajaran PJOK dengan baik sementarakondisi komponen pendidikan sepertikomponen siswa (sebagai subyek belajarsesuai jenis dan sifat lembaganya), komponenguru sebagai subyek pemberi pelajaran,komponen kurikulum yang berisi materi atau

bahan pelajaran yang di ajarkan sebagaipenanda dan pencermin hasil lulusan, sertakomponen sarana prasarana yang berbeda?”

The T.R.E.E PrinciplesSesuai dengan teori yang dikemukakan

oleh Burner (1984) “knowledge cannot betransmitted, but must be constructed, learningis based on individual’s personal constructionand reconstruction of knowledge which takesplace in, and is influenced by, socio-culturalcontext yang secara umum menjelaskan bahwapembelajaran tidak bisa diditransmisikantetapi harus dibangun, pembelajarandidasarkan bangunan individu pribadi dankonstruksi pengetahuan yang terjadi dandipengaruhi oleh konteks socialbudayamasyarakat. Dengan demikian makapembelajaran PJOK yang menggunakan geraksebagai sarana dalam pelaksanaanpembelajarannya mengharuskan seluruh siswa“merasakan” dan “mengalami” gerak untukdapat memahami gerakan dan segala sesuatuyang berkaitan dengannya.

Tidak bisa dipungkiri bila belajar PJOKhanya dengan teori semata akan mampumerubah pemahaman siswa. Dengan demikiansiswa harus merasakan sendiri gerak danpembelajaran gerak dalam PJOK. Kenyataandi lapangan memang terjadi banyak kendalayang harus dihadapi guru PJOK selamamelaksanakan pembelajaran. Tidak jauhberbeda dari hasil survei yang dilakukan olehAustralian Institue of Health and Welfaremengenai kondisi pembelajaran PJOK padatahun 2012 seperti:1. Students do not get bored with physical

education (para pelajar tidak pernahbosan dengan Pendidikan Jasmani).

2. More motion experience (pengalamangerak lebih banyak).

3. Female students are not awkward orafraid to play together (para pelajar putritidak merasa canggung atau takutbermain bersama).

4. Students can also think critically aboutgame strategies (para pelajar juga biasberfikir kritis mengenai strategipermainan).

5. The important thing is the equipment usedis PE equipment not a standard sportsequipment (hal yang paling pentingadalah peralatan yang digunakan adalahperalatan yang tidak standar peralatanolahraga).

Page 5: The T.R.E.E Principles - jogjaprov.go.id

JURNAL IDEGURU Vol.4, No.1 Edisi Khusus Pelatihan Guru di Luar Negeri

- 26 -

Profesor Louise McCuaig dalampaparannya (2019) mengatakan “HPE is partof school curriculum for learning, cannotaddress &/or be accountable for all/ ever-changing health & performance priorities,value knowledge, understandings & skills thatlay a foundation for transfer across eg.movement contexts, health issues, buildingrelationships” dimana beliau mengatakanbahwa PJOK adalah bagian dari kurikulumsekolah untuk belajar, tidak dapat menunjukanatas semua perubahan kesehatan dan prestasiutama, nilai pengetahuan, pemahaman dankemampuan yang terletak di pondamen dasartransfer antara konteks gerak, masalahkesehatan, membangun hubungan. Dengandemikian maka penerapan The T.R.E.EPrinciples untuk pembelajaran PJOKsangatlah tepat.

The T.R.E.E Principles merupakanprinsip pembelajaran yang dikembangkanoleh pemerintah Australia menghadapiberbagai kondisi yang berbeda baik darikemampuan siswa, kemampuan guru, dankemampuan sekolah mengadakan saranaprasarana maupun kondisi lingkungan tempatdilaksanakan pembelajaran PJOK tersebut(Michalis Stylianou, 2019).

T.R.E.E sebenarnya merupakan singkatandari Teaching style (gaya mengajar), Rules andregulations (peraturan dan regulasi),Environment (kondisi lingkungan), danEquipment (peralatan). Jadi para pengampubisa menggunakan, memodifikasi, mengurangiatau menyesuaikan kondisi dengan materipembelajarannya. Berikut di jelaskan mengenaiThe T.R.E.E Principles tersebut.

Teaching StyleMeskipun guru berperan sebagai salah

satu motor penggerak dalam pendidikan,pembelajaran tidak harus berpusat pada guru.Sebagai guru professional seseorangdiharapkan mampu bertugas mendidik,mengajar, membimbing, mengarahkan,melatih, menilai, dan mengevaluasi pesertadidik (Novan Ardy, 2012: 13). “The greatestresource in Australian schools is our teachers.They account for the vast majority ofexpenditure in school education and have thegreatest impact on student learning, faroutweighing the impact of any other educationprogram or policy” Sumber (pemikiran)terbesar sekolah di Australia adalah para gurukami. Mereka menjadi penyebab belanja yang

sangat banyak secara mayoritas di dalampendidikan sekolah dan berdampak luas padapembelajaran para siswa lebih banyakdaripada program pendidikan atau kebijakanlainya.

Peran guru dalam pembelajaran mampumenggambarkan mutu pembelajaran yangdilaksanakan. Hal tersebut digambarkandalam gambar 5. Bagan lingkaran mutupendidikan (Edward Sallis, 2012: 192) dibawah ini:

Gambar 5. Bagan Lingkaran Mutu Pendidikan

Dari gambar diatas dapat dipahamibahwa pengalaman para pelajar dipengaruhibeberapa hal seperti: kepemimpinan, strategi,sistem, alat-alat mutu, evaluasi, motivasi staf,dan juga tim-tim kerja. Dengan kata lain dalamwilayah pembelajaran peran guru menentukankualitas pembelajaran yang disajikannya.

Senada dengan peran guru di Australiadimana dikatakan bahwa “The effectiveness ofactive learning strategies depends mostly onthe teacher and the way in which he/sheunderstands his/her role in the classroom hasto be planning and designing classroomsituations that would provide active learningthat’s make students aware of the teachinggoals, methods applied and expected learningoutcomes. Teaching contents should bepresented in an interesting way so that thestudents could see that they correspond tohuman needs and improve our understandingof the world” (Temple & Brophy, 2002)dinyatakan bahwa keefektifitasan kegiatanpembelajaran aktif kebanyakan tergantungkepada guru dan cara penyampaian dimanaguru memahami aturan mereka di kelas telahdirencanakan dan desain situasi kelas yangmenyediakan pembelajaran aktif sehinggamenjadikan para siswa memahami tujuanpembelajaran, metode yang diterapkan danhasil akhir yang diharapkan. Isi pembelajaranseharusnya menjadi dipresentasikan dalamcara yang menarik sehingga para siswa

Page 6: The T.R.E.E Principles - jogjaprov.go.id

JURNAL IDEGURU Vol.4, No.1 Edisi Khusus Pelatihan Guru di Luar Negeri

- 27 -

mampu melihat bahwa mereka sesuai dengankebutuhan manusia dan meningkatkanpemahaman tentang dunia.

Muska Mosston menyatakan beberapahal yang bisa menjadikan guru efektif yaitu:Knowledge Skills (ketrampilan penguasaanpengetahuan), Management Skills(ketrampilan penguasaan manajemen),Questioning Skills (ketrampilan bertanya),Treat Students as Individuals(memperlakukan para pelajar sebagaiindividu), dan Teaches for Learning: activeprocessors and self determination (mengajaruntuk belajar: pengolah aktif dan jati dirikebulatan tekad).

Dari uraian tersebut maka pembelajaranyang digambarkan oleh Mosston (2008)memiliki spektrum seperti pada gambar 6.spektrum gaya mengajar Moska Mosstonberikut ini :

Gambar 6. Spektrum Gaya Mengajar MoskaMosston

Dari gambar spectrum pembelajarantersebut maka dapat dijelaskan bahwa didalam anatomi pembelajaran terdapatbeberapa hal seperti:1. Pre Impact yaitu kegiatan sebelum

kegiatan pembelajaran sepertipenyusunan perencanaan yang berkaitandengan: siapa yang diajar, dimana tempatpelaksanaan pembelajaran, materi apayang akan diberikan, kualitaspembelajaran, jumlah pertemuan,komunikasi yang digunakan, gayainstruksi, iklim pembelajaran, alasanmengapa pembelajaran ini diberikan danevaluasi yang akan diberikan.

2. Impact yaitu kegiatan implementasiperencanaan, dan kegiatan pencocokanrencana dengan kegiatan sesungguhnya.

3. Post Impact yaitu kegiatan evaluasiseperti: evaluasi dari pelajar,keterpakaian sumber belajar, dan evaluasiinstruksi selama pembelajaran.

4. Desission Maker yaitu pengambilankeputusan penggunaan gaya yangdisesuaikan dengan kondisi di lapangan.

5. Spectrum yaitu gambaran sebaran yangdiharapkan dari berbagai gayapembelajaran Mosston yang ditulis olehMichalis (2019: 6-13) yaitu: gaya A(Command Style), gaya B (PracticeStyle), gaya C (Reciprocal Style), gaya D(Self – Check Style), gaya E (InclutionStyle), gaya F (Guided Discovery Style),gaya G (Convergent Discovery Style),gaya H (Divergent Discovery Style, gayaI (The Learner – Designed IndividualProgram Style.

6. Cognitive Cluster yaitu kumpulan teoriyang digunakan untuk pengembanganlangkah selanjutnya.

7. Developmental Effect yaitu kondisilanjutan yang terjadi akibat pelaksanaankegiatan.

Pada tahapan memutuskan untukpenggunaan salah satu gaya mengajar yangsesuai guru diharapkan mampu melihatdengan jeli beberapa hal seperti: objektivitaspelajaran, pilihan komunikasi yang hendakdigunakan dan perkembangan mental karakterpeserta didiknya. Meskipun demikian tidakboleh ada pertentangan gaya mana yangterbaik untuk digunakan karena semuadigunakan berdasarkan kondisi di lapangan.

Dengan demikian dalam satu sesipembelajaran bisa jadi guru dapatmenggunakan berbagai gaya mengajar dantidak hanya menggunakan satu saja. Perludigaris bawahi bahwa tidak ada satu gayamengajar yang paling baik akan tetapi semuadisesuaikan dengan kondisi pada saat prosespembelajaran berlangsung.

Rules and RegulationsModifikasi berbagai aturan dan berbagai

regulasi dari peraturan maupun regulasistandar bisa dijadikan salusi untukmemecahkan masalah yang mungkin munculberkaitan keadaan yang tidak semestinya.Seperti contoh kasus pada saat pembelajaranPJOK berlangsung dan guru diharuskan

Page 7: The T.R.E.E Principles - jogjaprov.go.id

JURNAL IDEGURU Vol.4, No.1 Edisi Khusus Pelatihan Guru di Luar Negeri

- 28 -

mengajarkan teknik dasar menendang bolakepada para siswa yang notabenenya memilikiberbagai ketrampilan yang berbeda.

Menyikapi hal tersebut maka guru tidakharus menjadi kaku pada aturan dasar tekniktersebut. Perlu juga diingat bahwa kondisisiswa tidak sama bisa jadi ada yang anggotaklub sepak bola, ada yang sama sekali belumpernah menyentuh bola atau kondisi siswayang ketakutan saat melakukan teknik dasarmenendang bola tersebut.

Dengan demikian guru harus jeli melihatpada kondisi dan meminta siswa melakukangerakan menendang bola sederhana kepadapara siswanya sesuai dengan kemampuannyamasing-masing. Kasus tersebut seperti contohkondisi yang digambarkan pada gambar 5.Menendang bola dengan menggunakan teknikdari siswa sendiri di bawah ini:

Gambar 7. Menendang Bola DenganMenggunakan Teknik dari Siswa Sendiri

Dari contoh di atas siswa akan melakukancara menyesuaikan tingkat kenyamanan,posisi tubuh dengan caranya sendiri. Tentunyahal tersebut dilakukan karena secara teoriteknik yang benar untuk seseorang belumtentu baik untuk lainya. Dengan bimbingandan arahan guru maka siswa akan mampumemaksimalkan seluruh potensi yangdimilikinya dengan menemukan tekniknyasendiri.

Dari kondisi tersebut maka perlu digarisbawahi bahwa pada dasarnya semua manusiamemiliki potensi yang sama walaupundiantara mereka ada siswa yang memilikibakat alam (gifted) maupun siswa denganbakat “logika/berlatih” (talented learners)seperti digambarkan oleh Bob Crudington(2019: 5) dalam gambar 8. Diagram ModelGagne dibawah ini:

Gambar 8. Diagram Model Gagne

Dari gambar di atas Bob Crudingtonmenjelaskan bahwa bakat sangat sulit untukdidefinisikan hanya sekedar kapasitas untukmenebak prestasi dan sukses menjadi hal yangsulit karena interaksi dengan faktorlingkungan atau dengan kata lain bakat akandapat dikembangkan melalui kemampuandasar alami yang dimiliki oleh seseorang yangkemudian diproses melalui pembelajaran akantetapi hasil yang diperoleh akan sangatdipengaruhi berbagai faktor lain sebagaikatalis dari dalam maupun dari luar.

EnvironmentSecara harfiah environment memiliki arti

lingkungan. Sementara dalam PJOKenvironment tersebut dapat diartikan ke dalambanyak hal seperti: pengelolaan kelas(berpasangan, kelompok kecil, kelompokbesar, individual atau dengan siswa yangsesuai dengan kemampuan), kondisi geografisseperti: luas lapangan, kondisi lapangan(tempat miring atau landai atau bahkan jalanraya atau gang sempit), modifikasi jumlahpemainan dan masih banyak lainnya.

Sekolah sebagai salah satu lembagapendidikan memiliki peran sebagaimanajemen sarana pendidikan sebagaipenunjang proses pembelajaran denganlingkup perencanaan, pengadaan, pengaturan,penggunaan, penyingkiran sarana dan dasarpengetahuan perpustakaan (SuharsimiArikunto, 2012: 187).

Berdasarkan uraian di atas maka timbulahpertanyaan “bagaimana bila sekolah tidakmemiliki lapangan dengan ukuran standar?’atau “apa yang harus guru PJOK lakukan bilahanya terdapat satu lapangan sementara kelas

Page 8: The T.R.E.E Principles - jogjaprov.go.id

JURNAL IDEGURU Vol.4, No.1 Edisi Khusus Pelatihan Guru di Luar Negeri

- 29 -

yang sedang belajar PJOK lebih dari satu?”Apakah pelajaran PJOK tidak harusdilakukan? jawabanya tentu harus dilakukan.Karena hal tersebut berkaitan erat dengan haksiswa dan masa depan generasi kita. Perlukembali diingatkan bahwa PJOK merupakansalah satu bagian integral dari pendidikankeseluruhan untuk mewujudkan tujuanpendidikan nasional.

Melihat hal tersebut maka tingkatkreatifitas guru diuji. Bagaimana caranyamengajarkan bola voli padahal lapangan yangdimiliki adalah lapangan bulu tangkis. Haltersebut tidak mendjadi masalah. Dengancatatan siswa harus merasakan melakukanteknik dasarnya.

Untuk menyelesaikan tantangan ataupuntugas dengan perbedaan karakteristik individu,lingkungan dan kondisi peralatan lain yangtidak jelas maka proses pembelajaran biasdilakukan di mana saja. Proses bagaimanamelakukan, merasakan (learning by doing)maka modifikasi tempat menjadi solusi yangbisa diandalkan.

Gambar 9. Merubah ukuran lapangan ataumemodifikasi aturan main

EquipmentEquipment di sini memiliki arti alat

pelajaran yaitu semua benda dan alat praktekyang dapat digunakan secara langsung olehguru maupun siswa (Suharsimi Arikunto,2012: 188). Dalam pembelajaran PJOKberbagai alat praktek sebagai saranapendidikan diperlukan untuk mencapai tujuanpendidikan sehingga pembelajaran dapatberjalan dengan lancar, teratur, efektif danefisien.

Bagaimanapun juga untuk pemenuhankebutuhan peralatan peran manajemen saranadi sekolah yang melaksanakan fungsi sebagaiperencana, pengadaan, pengaturan,penggunaan, penyingkiran sarana dan dasarpengetahuan perpustakaan (SuharsimiArikunto, 2012: 187) sangat besar. Namun

demikian timbul pertanyaan bagaimana bilasekolah tidak mampu menyediakan alat-alatsecara standar?

Kembali ditegaskan bahwa dalampembelajaran PJOK tetap harus berlangsungmeskipun bagaimana kondisi peralatan yangtersedia. Peran peralatan dalam PJOKsangatlah besar dimana guru mampumemberikan pedoman, arah untuk mencapaipembelajaran, menjelaskan struktur danurutan pengajaran dengan baik, kerangkasistematis mengajar, mempermudah kendalipengajaran terhadap materi, membantukecermatan dan ketelitian penyampaianmateri, menambah kepercayaan diri,meningkatkan kualitas pembelajaran,meningkatkan variasi belajar, menyajikaninformasi penting berkaitan pokok-pokokpembelajaran serta membantu menciptakankondisi belajar yang menyenangkan (Hujair,2013:6). Demikian juga menurut Hujair(2013:6) dengan manfaat adanya peralatanyang memadai dalam kegiatan belajar bagisiswa seperti: meningkatkan motivasi belajar,meningkatkan variasi belajar, lebih mudahmemahami materi belajar, merangsang siswaberfikir positif dengan analisa tinggi, belajardengan suasana yang lebih menyenangkan,mampu menerima dan memahami materisecara sistematis akan dapat tercapai.

Apabila di sekolah tidak memilikiperalatan yang memadai sebagai guruseyogyanya mampu mengambil berbagailangkah untuk “menyediakan” atau“memodifikasi” peralatan sehingga siswamasih tetap berada dalam lingkup pemahamanyang cukup.

Pertimbangan memilih ataumemodifikasi peralatan sebagai saranapendidikan dalam PJOK dapat disesuaikandengan beberapa pertimbangan seperti: 1)Tujuan pengajaran, 2) bahan pelajaran, 3)metode mengajar, kesesuaian denganperalatan yang sebenarnya, 4) pribadi gurusebagai pengajar, kondisi siswa (minat dankemampuan), dan 5) situasi pembelajaran(Hujair, 2013:7). Keterkaitan berbagai haltersebut menjadikan peralatan tersebut sebagaimedia sehingga diharapkan pembelajaranlebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuanpembelajaran.

Guru PJOK yang kreatif akan mampumenyediakan peralatan pembelajaran baiksecara modifikasi atau mencipta sendiri. Haltersebut akan dirasa sangat berguna mengingat

Page 9: The T.R.E.E Principles - jogjaprov.go.id

JURNAL IDEGURU Vol.4, No.1 Edisi Khusus Pelatihan Guru di Luar Negeri

- 30 -

ketersediaaan peralatan tersebut adalah mediapembelajaran yang memiliki fungsi atensi(menarik dan mengarahkan perhatioan dalambelajar), fungsi afektif (tingkat kenikmatanpembelajaran selama dilakukan siswa), fungsikognitif (pemahaman informasi dan pesandalam pembelajaran, dan fungsi kompensatori(membantu siswa yang terhalang kesulitanpemahaman menjadi lebih mudahmenterjemahkan informasi) (Hujair, 2013:7).

Kreatifitas yang tinggi untuk pengadaanperalatan pembelajaran baik yangdimodifikasi maupun diciptakan sendiri perludilatih dan di kembangkan sendiri. Hal inidikarenakan sebagai guru PJOK yang baikharus mampu berfikir belajar denganmengedepankan model pembelajaran dengansuasana yang lebih baik, menyenangkan,berdaya guna, mampu mengembangkanpotensi siswa dan tidak membosankan.

Gambar 10. Memodifikasi Bola Tenis UntukKegiatan olahraga cabang lain

Penerapan The T.R.E.E Principles DalamMata Pelajaran PJOK di Indonesia

Dengan berbagai keadaan seperti adanyakelas besar, heterogenitas kemampuan siswa,situasi lingkungan termasuk ketersediaanlapangan yang dimiliki, sarana prasarana yangbelum standar dan juga durasi waktu yangsingkat memungkinkan The T.R.E.EPrinciples mampu dijadikan salah satu senjatabagi guru PJOK. Penerapan the T.R.E.EPrinciples tersebut diharapkan mampumenjadi sumber pengalaman baru siswa“merasakan” permainan maupun teknik-teknik tertentu sesuai dengan karakteristikcabang olahraga dalam PJOK.

Berikut dipaparkan penerapan TheT.R.E.E Principles dalam PJOK sesuai denganmaterinya seperti:1. Penerapan The T.R.E.E Principles dalam

Permainan Bola Besar.Dalam hal ini sekolah hanya memiliki satulapangan basket sementara jumlah siswakelas X adalah 36 orang tanpa memiliki

bola standar. Padahal guru memutuskanuntuk memberikan materi sepak bola.Beberapa hal yang bias diambil adalah gurubias menggunakan bola plastik, bola buatansenidiri yang berasal dari kertas bekasdengan diberikan warna warni tertentu(tidak wajib dengan maksud aksen tersebutmenjadi daya tarik keindahan bola), conessebagai pembatas dan gawang kecil.Kegiatan pendahuluan dilaksanakan(presensi, berhitung, apersepsi dandilaksanakan pemanasan dalam bentukpermainan yang menuju ke teknik dasaryang akan diberikan pada kegiatan inti).Beberapa permainan yang bisa dilakukan:kejar teman dan menyentuhkan bola,permainan masukkan bola ke gawangdimana guru telah menyebar gawang kecil(dibuat dari cones) dengan aturan siapapunyang mendapatkan bola wajib memasukanke gawang dan yang tidak menmdapatkanbola wajib menjaga gawang jangan sampaidi masukan, permainan sepak bola dengan4 gawang atau lebih. Kondisi penerapanteaching style bias menggunakancommand, discovery atau yang lain yangdirasa cocok. Lapangan yang dipakai cukuplapangan bola basket tersebut sehinggaaturan yang diberlakukan adalahmodifikasi ukuran lapangan dan aturanpermainan sepak bola. Dalampembelajaran ini dibuat perkelompokdengan anggota 2, 3, 4, 5, 6 ataumenyesuaikan. Pada saat berpasangananggota kelompok lain tidaklah diam akantetapi mengamati dan memberikanmasukan kepada pemain sehingga pemainakan menemukan teknik khusus versidirinya sendiri. Pada saat memberikanmasukan dan berbagai feed back lain inilahpenerapan 4C (kecakapan abad 21) yangmeliputi berpikir kritis (critical thinking),pemecahan masalah (problem solving),kreativitas dan inovasi (creativity andinnovation), kemampuan berkomunikasi(communication skill), kemampuan bekerjasama (collaboration) dan kepercayaan diri(self confidence) dilaksanakan dalampembelajaran PJOK.

Page 10: The T.R.E.E Principles - jogjaprov.go.id

JURNAL IDEGURU Vol.4, No.1 Edisi Khusus Pelatihan Guru di Luar Negeri

- 31 -

Gambar 11. Penerapan The T.R.E.E.PrinciplesDalam Permainan Sepak Bola

2. Penerapan The T.R.E.E Principles dalamPermainan Bola KecilDalam hal ini permainan bola kecil yangakan diambil adalah tenis meja. Karenatidak memiliki meja untuk tenis meja makaguru mengambil inisiatif untukmenggunakan 2 meja belajar yangdijadikan satu. Permainan bolehmenggunakan tangan atau bolehmemodifikasi alat lain untuk bet. Dalamhal ini peran guru membawa siswamelaksanakan tenis meja akan diuji.Permainan yang diterapkan selamapembelajaran haruslah menarik. Dalammelakukan pembelajaran guru biasmenjadikan kelompok kecil dengananggota 2, 3 atau 4 orang yang kemudianbergantian. Ingat tugas pemain selain yangmemainkan permainan bukanlah diam danjuga bukan menjadi wasit akan tetapimenjadi pengamat dan memberikanmasukan kepada pemain yang sedangbermain. Pada saat memberikan masukandan berbagai feed back lain inilahpenerapan 4C (kecakapan abad 21) yangmeliputi berpikir kritis (critical thinking),pemecahan masalah (problem solving),kreativitas dan inovasi (creativity andinnovation), kemampuan untuk melakukankomunikasi (communication skill),kemampuan bekerja sama (collaboration)dan kepercayaan diri (self confidence)dilaksanakan dalam pembelajaran PJOK.

Gambar 12. Penerapan The T.R.E.E.PrinciplesDalam Permainan Bola Kecil

3. Penerapan The T.R.E.E Principles dalamatletikDalam pembelajaran PJOK dengan materiatletik akan sangat dibutuhkan berbagailintasan panjang, peralatan seperti startblock, bak lompat dan lain sebagainya.Untuk itulah peran guru memodifikasiperaturan, tempat pertandingan, maupunperalatan. Karena atletik merupakanolahraga individu maka guru dapatbmembagi ke dalam beberapa kelompokdengan setiap jumlah kelompok terdiri atas3 sampai 4 orang. Pada saat satu orangmelakukan rekan satu timnya tidak hanyamenjadi penonton. Akan tetapi merekaharus menjadi pengamat dan memberikanmasukan. Pada saat memberikan masukandan berbagai feed back lain inilahpenerapan 4C (kecakapan abad 21) yangmeliputi berpikir kritis (critical thinking),pemecahan masalah (problem solving),kreativitas dan inovasi (creativity andinnovation), kemampuan untuk melakukankomunikasi (communication skill),kemampuan bekerja sama (collaboration)dan kepercayaan diri (self confidence)dilaksanakan dalam pembelajaran PJOK.

Gambar 13. Penerapan The T.R.E.E.PrinciplesDalam Atletik

Page 11: The T.R.E.E Principles - jogjaprov.go.id

JURNAL IDEGURU Vol.4, No.1 Edisi Khusus Pelatihan Guru di Luar Negeri

- 32 -

4. Penerapan The T.R.E.E Principles dalampermainan bulu tangkis.Masih dengan kondisi yang sama sekolahhanya memiliki satu lapangan sementarasiswa dalam satu kelas berjumlah 36 orang.Hal tersebut akan menjadi sebuahtantangan kepada guru untuk memberikanmateri permainan bulu tangkis. Guru dapatmengambil gaya mengajar yang sesuaidengan keadaan. Bentuk siswa ke dalamkelompok terdiri atas 4 – 6 orang.Perkelompok di bagi ke setiap daerah dilapangan basket dengan tantangan yangharus diselesaikan adalah melakukanteknik dasar dalam permainan bulu tangkis.Pada saat berpasangan anggota kelompokmelakukan diskusi ujicoba dan prakteksementara anggota kelompok lain tidakdiam saja tetapi memberikan masukan danfeed back. Pada saat memberikan masukandan berbagai feed back lain inilahpenerapan 4C (kecakapan abad 21) yangmeliputi berpikir kritis (critical thinking),pemecahan masalah (problem solving),kreativitas dan inovasi (creativity andinnovation), kemampuan melakukankomunikasi (communication skill),kemampuan bekerja sama (collaboration)dan kepercayaan diri (self confidence)dilaksanakan dalam pembelajaran PJOK.

Gambar 14. Penerapan The T.R.E.E Principlesdalam permainan Bulu Tangkis

5. Penerapan The T.R.E.E Principles dalampermainan bola basketSementara sekolah memiliki bola basketakan tetapi bola yang dimiliki hanya dua,sementara jumlah siswa ada 36 orang. Gurumemilih gaya model mengajarnya danmemodifikasi permainan bola basketdengan aturan dan model pembelajaran.Salah satu contoh kegiatan yang bisadilakukan adalah kegiatan dengan

menggunakan model permainan bintangberalih ataupun permainan yang lain.Siswa harus aktif bergerak. Kegiatandiawali dengan permainan kejar tangkapbola basket karet (bukan bola basketsesungguhnya). Dengan metode mengejarlawan dengan menyentuhkan bola.Dilanjtkan dengan merebut bola dan keduapermainan ini dibuat dalam bentukkelompok dengan masing masingkelompok anggotanya 9 orang. Kemudiandilanjutkan dengan permainan beralihmenggunakan teknik dasar drible, passingmaupun shooting dengan sasarankeranjang lawan. Pada saat kelompokbermain kelompok lain tidak diam akantetapi berdiskusi dan memberikan masukanserta feed back atas gerakan yang dilakukankelompok lainya. Pada saat memberikanmasukan dan berbagai feed back lain inilahpenerapan 4C (kecakapan abad 21) yangmeliputi berpikir kritis (critical thinking),pemecahan masalah (problem solving),kreativitas dan inovasi (creativity andinnovation), kemampuan untuk melakukankomunikasi (communication skill),kemampuan bekerja sama (collaboration)dan kepercayaan diri (self confidence)dilaksanakan dalam pembelajaran PJOK

Gambar 15. Penerapan The T.R.E.EPrinciples cabang Permainan Bola Basket

6. Penerapan The T.R.E.E Principles dalampermainan tenis lapanganKembali kepada kondisi dimana sekolahhanya memiliki satu lapangan sementarasiswa yang ada adalah 36 orang siswa.Guru menggunakan gaya mengajar yangdirasa sesuai dan menggunakanwewenangnya untuk memodifikasi aturandan lapangan. Lapangan basket dibagimenjadi dua area dengan pembatas (bisanet) atau pembatas lainya yang dirasaaman. Siswa dibagi menjadi 4 kelompokdengan anggota masing-masing kelompok9 orang. Guru menyiapkan cones atau bisa

Page 12: The T.R.E.E Principles - jogjaprov.go.id

JURNAL IDEGURU Vol.4, No.1 Edisi Khusus Pelatihan Guru di Luar Negeri

- 33 -

digunakan hula hop. Tantangan yang bisadiberikan adalah cones atau hula hop yangdiatur sedemikian rupa sehingga ada jarakuntuk per kelompok. Aturan pertama setiapanggota kelompok harus memasukan ataumendapatkan nilai sebanyak banyaknya(pertandingan antar kelompok). Peraturankedua masih sama untuk jarak tertentucones dan hula hop menjadi penentu nilaidan harus bertanding antar kelompokdengan mengumpulkan nilai komulasianggota kelompok melawan nilai komulasianggota kelompok lain. Peraturan ketigapertandingan antar dua kelompok besar(kelompok gabungan dari dua kelompokberisi Sembilan orang). Masing masingkelompok saling memberikan masukan dankoreksi untuk kelompok lainya. Pada saatmemberikan masukan dan berbagai feedback lain inilah penerapan 4C (kecakapanabad 21) yang meliputi berpikir kritis(critical thinking), pemecahan masalah(problem solving), kreativitas dan inovasi(creativity and innovation), kemampuanmelakukan komunikasi (communicationskill), kemampuan bekerja sama(collaboration) dan kepercayaan diri (selfconfidence) dilaksanakan dalampembelajaran PJOK.

Gambar 16. Penerapan The T.R.E.E Principlescabang Permainan Tenis Lapangan

KESIMPULAN DAN SARANPenerapan kurikulum yang sangat

fleksibel di Australia terutama untuk masalahkesehatan adalah karena mereka selalumendengarkan isu terbaru, up to datemengenai perkembangan terbaru dan selalumenggunakan data penelitian pendidikanterbaru.

Berkaca dari hal tersebut seharusnya kitajuga mulai memperhatikan berbagai penelitiankhususnya di bidang akademik dan pendidikan

demi tercapainya tujuan pendidikan. Haltersebut mampu menjadi salah satu penopangterjadinya pematangan mental, peluasanwawasan, dan juga pembiasaan penerapan 4C(kecakapan abad 21) yang meliputi berpikirkritis (critical thinking), pemecahan masalah(problem solving), kreativitas dan inovasi(creativity and innovation), kemampuanberkomunikasi (communication skill),kemampuan bekerja sama (collaboration) dankepercayaan diri (self confidence).

Peran PJOK dalam membangun generasibangsa seharusnya mendapat dukungan dariberbagai pihak. Tingkat kreatifitas guru PJOKdapat diwujudkan dengan pelaksanaanpembelajaran dengan menggunakan TheT.R.E.E Principles.

Salah satu fungsi The T.R.E.E Principlesuntuk pembelajaran PJOK adalah sebagaisebagai salah satu sarana “memaksa” siswamerasakan secara nyata kegiatan aktivitas fisiksebagai bentuk penerapan pengetahuan yangberdampak kompleks dalam kehidupannyakelak melalui berbagai materi kecabangan.

The T.R.E.E Principles dapat puladijadikan salah satu solusi mengatasi kondisisekolah-sekolah yang memiliki keterbatasansarana prasarana.

Dengan demikian tidaklah melencengapabila The T.R.E.E Principles diterapkanmampu meningkatkan kinerja, kreatifitas danprestasi siswa juga gurunya, sebagai saranapemaksimalan jam belajar dan mampumenjadikan PJOK sebagai salah satu saranamencapai tujuan Nasional PendidikanNasional.

DAFTAR PUSTAKAAitsl, (2018). Australian Professional

Standard for Teacher. Carlton South:Education Council

Bruner, J. (1984). Wertsch Children'sLearning in The “Zone of ProximalDevelopment”. San Francisco: Jossey-Bass

Bob Crudington, (2019). Analysing SpotTalent. Brisbane: Unversity ofQueensland

Daniel Nugraha, (2015). Rahasia Membaca IsiHati, Pikiran dan Perasaan Orang LainMelalui Ekspresi Wajah, Bahasa Tubuh,Nada Bicara, Tatapan Mata dan TingkahLaku. Yogyakarta: Araska

Page 13: The T.R.E.E Principles - jogjaprov.go.id

JURNAL IDEGURU Vol.4, No.1 Edisi Khusus Pelatihan Guru di Luar Negeri

- 34 -

Edward Sallis, (2012). Total QualityManagement in Education. Yogyakarta:IRCiSoD.

Hikmat, (2009). Manajemen Pendidikan.Bandung: Pustaka Setia.

Hujair AH Sanaky, (2013). MediaPembelajaran - Inovatif. Yogyakarta:Kaukaba Dipantara.

Husain Usman, (2012). Manajemen Teori,Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara

Juran, J.M., (1989). Juran on Leadership forQuality. MacMillan: Free Press of JuranInstitute

Michalis Stylianou, (2019), Mosston’sSpectrum of Teaching Style. Brisbane:The University of Queensland

Mosston, M., & Ashworth, S. (2008).Teaching Physical Education (5thedition). Boston, MA: BenjaminCummings.

Mulyono, (2008). Manajemen Administrasi &Organisasi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Novan Ardy W, (2012), Teacherpreneurship.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Ricky Wirasasmita, (2013). Ilmu UraiOlahraga I Analisa Kinetik padaOlahraga. Bandung: Alfabeta

Rusli Lutan. (2002). Menuju SEhat Bugar.Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga

S. Nasution, (1991). Pengembang Kurikulum.Bandung: Citra Aditya

Santosa Giriwijoyo dan Dikdik Zafar Sidik,(2012). Ilmu Kesehatan OLahraga.Bandung: Remaja Rosdakarya

St. Kartono, (2009). Sekolah Bukan Pasar.Jakarta: Kompas Media

Suharsimi Arikunto & Lia Yuliana, (2012).Manajemen Pendidikan. Yogyakarta:Aditya Media

Temple, C., & Brophy, S. (2002). Criticalthinking in higher education, workshopmaterials for RWCT course Criticalthinking across curiculum, Prague

Walter R. Borg, Meredith D. Gall (1983).Fourth Edition Educational Research AnIntroduction. New York: Longman