30
REFERAT Tumor Thyroid Pembimbing: dr. A. Munir, Sp. Rad Penyusun: Audrey Budiono 07120080088

Thyroid Tumor

Embed Size (px)

DESCRIPTION

radiologic examination of thyroid tumor

Citation preview

Page 1: Thyroid Tumor

REFERAT

Tumor Thyroid

Pembimbing:dr. A. Munir, Sp. Rad

Penyusun:Audrey Budiono

07120080088

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran RadiologiUniversitas Pelita Harapan

Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I Raden Said SukantoPeriode 10 September 2012 – 6 Oktober 2012

Page 2: Thyroid Tumor

Audrey Budiono 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan

karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan penulisan makalah ini adalah

untuk menambah pengetahuan kepada pembaca tentang prinsip “Tumor Thyroid” yang

merupakan salah satu syarat dalam melaksanakan kepaniteraan klinik Program Pendidikan

Profesi Dokter di Bagian Ilmu Radiologi di Rumah Sakit Raden Sukanto Jakarta.

Makalah ini berisi beberapa informasi tentang anatomi dan fisiologi kelenjar tiroid,

macam-macam metode pencitraan tiroid, serta penampakan tumor pada pencitraan tersebut.

Kami harapkan dengan adanya makalah ini, pembaca dapat mendapat pemahaman yang lebih

dalam informasi tentang topic ini serta dapat mengaplikasikan teori ini dalam melakukan

pendekatan terhadap pasien.

Dalam menyelesaikan tugas ini, penulis dibimbing oleh dosen pembimbing dan serta

dibantu oleh beberapa pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada

dr. A. Munir, Sp. Rad, selaku dosen pembimbing penulisan referat.

Rekan-rekan Co-Asisten, serta pihak yang telah membantu dalam penulisan

referat ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi

kesempuraan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan

serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa

senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

Jakarta, 17 September 2012

Page 3: Thyroid Tumor

Audrey Budiono 2012

PENDAHULUAN

Kelenjar tiroid merupakan sebuah organ yang terletak pada bagian bawah leher depan

di depan trachea memanjang dari tingkat servikal ke-5 hingga torakalis 1. Bentuk kelenjar

tersebut bervariasi dari menyerupai huruf H hingga U dan terbentuk oleh 2 lobus lateral

panjang yang dengan kutub superior serta inferior yang terhubung dengan bagian yang

disebut isthmus yang terletak menutupi cincin trachea ke-2 hingga ke-4. Fungsi kelenjar ini

adalah untuk membuat dan mensekresi hormone tiroid seperti tiroksin, atau T4, dan

triiodothyronine, atau T3 yang efeknya secara umum adalah untuk memacu pertumbuhan

pada bayi dan anak-anak, meregulasi nadi dan kekuatan kontraksi myocardium,

mempengaruhi motilitas sistem pencernaan dan pembuangan air dari ginjal, serta mengatur

penggunaan energi tubuh melalui pembentukan panas, berat badan, dan metabolisme lemak.

Page 4: Thyroid Tumor

Audrey Budiono 2012

TINJAUAN PUSTAKA

3. 1 Anatomi

Kelenjar thyroid mulai terbentuk pada embryo sebagai invaginasi mesoderm pada

dasar faring di foramen cecum darimana ia kemudian turun ke bagian anterior trachea dan

bercabang membentuk dua lobus lateralis yang masing-masing berukuran 4 cm x 2 cm x 1

cm pada orang dewasa. Jaringan ektopik yang menyisa dapat terlihat pada bagian manapun

dari thyroglossal duct ini dan dapat berkembang menjadi kista midline dengan dinding dari

epitel selapis gepeng yang apabila terinfeksi dapat menjadi tumor. Bagian caudal dari

thyroglossal duct membentuk lobus pyramidalis thyroid yang dapat teraba pada kondisi

dimana terjadi inflamasi thyroid yang bersifat difus atau stimulasi. Sementara pembesaran ke

arah atas pada kelenjar thyroid terhambat oleh adanya otot sternothyroid yang berikatan

dengan thyroid cartilage, pembesaran ke arah bawah tidak terhambat sehinggga pembesaran

thyroid atau disebut juga goiter umumnya terlihat membesar ke arah posterior dan inferior

(bahkan juga dapat melampaui bagian mediastinum superior, atau yang disebut juga dengan

goiter substernal).

Gambar 3.1 Anatomi kelenjar tiroid

3.2 Fisiologi thyroid

Seperti telah dibahas diatas, fungsi utama kelanjar thyroid ini adalah untuk

memproduksi serta mensekresi hormone T4 dan T3 yang berfungsi untuk mengendalikan laju

Page 5: Thyroid Tumor

Audrey Budiono 2012

metabolisme tubuh. Untuk menghasilkan hormon-hormon tersebut, kelenjar tiroid harus

dapat menyerap iodine dari darah dan menggabungkannya dengan tironin yang merupakan

gabungan dari dua senyawa asam amino tirosin. Dalam proses pembentukannya, terjadi

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Proses penjeratan ion iodide dengan mekanisme pompa iodida. Pompa ini dapat

memekatkan iodida kira-kira 30 kali konsentrasinya dalam darah;

b. Proses pembentukan tiroglobulin. Tiroglobulin adalah glikoprotein besar yang

nantinya akan mensekresikan hormone tiroid;

c. Proses pengoksidasian ion iodida menjadi iodium. Proses ini dibantu oleh enzim

peroksidase dan hydrogen peroksidase.

d. Proses iodinasi asam amino tirosin. Pada proses ini iodium (I) akan menggantikan

hydrogen (H) pada cincin benzena tirosin. Hal ini dapat terjadi karena afinitas iodium

terhadap oksigen (O) pada cincin benzena lebih besar daripada hydrogen. Proses ini

dibantu oleh enzim iodinase agar lebih cepat.

e. Proses organifikasi tiroid. Pada proses ini tirosin yang sudah teriodinasi (jika

teriodinasi oleh satu unsure I dinamakan monoiodotirosin dan jika dua unsure I

menjadi diiodotirosin).

f. Proses coupling (penggandengan tirosin yang sudah teriodinasi). Jika

monoiodotirosin bergabung dengan diiodotirosin maka akan menjadi triiodotironin.

Jika dua diiodotirosin bergabung akan menjadi tetraiodotitironin atau yang lebih

sering disebut tiroksin. Hormon tiroid tidak larut dalam air jadi untuk diedarkan

dalam darah harus dibungkus oleh senyawa lain, dalam hal ini tiroglobulin.

Tiroglobulin ini juga sering disebut protein pengikat plasma. Ikatan protein pengikat

plasma dengan hormone tiroid terutama iroksin sangat kuat jadi tiroksin lama keluar

dari protein ini. Sedangkan triiodotironin lebih mudah dilepas karena ikatannya lebih

lemah.

Efek hormone tiroid

Pada tingkat seluler, hormone tiroid berfungsi untuk meningkatkan sintesis protein dengan

cara: (1) meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria dan (2) meningkatkan kecepatan

pembentukan ATP.

Efek tiroid dalam transport aktif : meningkatkan aftifitas enzyme NaK-ATPase yang

akan menaikkan kecepatan transport aktif dan tiroid dapat mempermudah ion kalium

masuk membrane sel.

Page 6: Thyroid Tumor

Audrey Budiono 2012

Efek pada metabolisme karbohidrat : menaikkan aktifitas seluruh enzim.

Efek pada metabolisme lemak : mempercepat proses oksidaasi dari asam lemak. Pada

plasma dan lemak hati hormone tiroid menurunkan koleserol, fosfolipid, dan

trigliserid dan menaikkan asam lemak bebas.

Efek tiroid pada metabolisme vitamin : menaikkan kebutuhan tubuh akan vitamin

karena vitamin bekerja sebagai koenzime dari metabolisme. Oleh karena metabolisme

sebagian besar sel meningkat akibat efek dari tiroid, maka laju metabolisme basal

akan meningkat dan peningkatan laju basal setinggi 60-100 persen diatas normal.

Efek pada berat badan : bila hormon tiroid meningkat, maka hamper selalu

menurunkan berat bada, dan bila produksinya sangat berkurang, maka hampir selalu

menaikkan berat badan. Efek ini terjadi karena hormon tiroid meningkatkan nafsu

makan.

Efek terhadap sistem kardiovaskuler : aliran darah, curah jantung, frekuensi denyut

jantung, dan volume darah mengkiat karena meningkatnya metabolisme dalam

jaringan mempercepat pemaiakan oksigen dan memperbanyak produk akhir yang

dilepas dari jaringan. Efek ini menyebabkan vasodilatasi pada sebagian besar jaringan

tubuh, sehingga meningkatkan aliran darah.

Efek pada respirasi : meningkatnya kecepatan metabolisme akan meningkatkan

pemaiakan oksigen dan pembentukan karbondioksida.

Efek pada saluran cerna : meningkatkan nafsu makan dan asupan makanan. Tiroid

adpat meningkatkan kecepatan sekresi getah pencernaan dan pergerakan saluran

cerna.

Pengaturan sekresi hormon tiroid

Regulasi hormon tiroid diprakarsai oleh hormon TSH (Thyroid Stimulating Hormone)

yang disekresi oleh hipotalamus. TSH berfungsi untuk:

1. Meningkatkan proteolisis tiroglobulin

2. Meningkatkan aktifitas pompa iodium

3. Meningkatkan iodinasi tirodin dan meningkatkan kecepatan proses coupling

4. Meningkatkan ukuran dan meningkatkan aktifitas sekretorik sel tiroid.

5. Meingkatkan jumlah sel-sel tiroid, disertai perubahan sel kuboid jadi kolumner,.

Hormon TSH dirangsang oleh TRH (Thyrotropin Releasing Hormone). 

Sintesis, sekresi, dan transport hormon yang dihasilkan tiroid Uptake dan sekresi yodium

Page 7: Thyroid Tumor

Audrey Budiono 2012

Seperti dinyatakan diatas, kebutuhan yodium untuk pembentukan tiroksin. Untuk

membentuk jumlah normal tiroksin,setiap tahunnya dibutuhkan kira-kira 50 mg yodium yang

ditelan dalam bentuk iodida, atau kira-kira 1 mg perminggu. Iodida yang ditelan secara oral

akan diabsorbsi dari saluran cerna ke dalam darah dengan pola yang kira-kira mirip dengan

klorida. Biasanya, sebagian besar dari iodida tersebut dengan cepat dikeluarkan oleh ginjal,

tetapi hanya setelah kira-kira satu per limanya dipindahkan dari sirkulasi darah oleh sel-sel

kelenjar tiroid secara selektif dan dipergunakan untuk sintesis hormon tiroid. Kemudian, agar

dapat digunakan untuk pembentukan hormone tiroksin maka pertama-tama harus terjadi

pengangkutan iodida dari darah kedalam sel-sel dan folikel kelenjar tiroid. Membran basal

tiroidmempunyai kemampuan yang spesifik untuk memompakan iodide secara aktif ke

bagian dalam sel. Kemampuan ini disebut penjeratan iodide (iodide trapping).

3.4 Tumor tiroid

3.4.1 Definisi

Menurut Stanford Cancer Center, tumor tiroid adalah pembesaran yang dapat bersifat

jinak (benign) atau ganas (malignant) dan dapat disebabkan oleh bermacam-macam

penyebab, antara lain inflamasi, defisiensi yodium yang merupakan salah satu bahan baku

dalm pembuatan hormon, kista, kelainan kongenital, serta tumor atau neoplasma. Pada

makalah ini, kelainan tumor karena neoplasma akan dibahas lebih dalam.

3.4.2 Etiologi

Seperti pada banyak jenis tumor lainnya, penyebab spesifik timbulya tumor tiroid

masihmerupakan suatu misteri pada sebagian besar pasien. Diketahui ada beberapa faktor

yang mendukung, antara lain adanya riwayat terkena radiasi pada bagian kepala dan leher,

terutama saat masih anak-anak, adanya faktor genetik (terutama pada karsinoma jenis

medualris).

Belun diketahui suatu karsinogen yang berperan untuk karsinoma anaplastik dan

medularis. Diperkirakan jenia anaplastik berasal dari perubahan karsinoma tiroid

berdiferensiasi baik (papiler dan folikuler) dengan kemungkinan jenis folikuler dua kali lebih

besar. Ada dua hal yang sering dibicarakan yang berperan dalam timbulnya karsinoma tiroid

khususnya untuk well-differentiated carcinoma (papiler dan folikuler) yaitu radiasi dan

endemik goiter. Sedangkan limfoma pada tiroid diperkirakan karena perubahan-perubahan

degenerasi ganas dari tiroiditis Hashimoto.

Page 8: Thyroid Tumor

Audrey Budiono 2012

Radiasi sebagai penyebab karsinoma tiroid terbukti di Amerika Serikat bahwa pada

tahun 1925-1955 banyak sekali anak-anak diterapi dengan radiasi pada daerah leher dan

kepala. Dari penelitian diperoleh data adenoma dan karsinoma tiroid pada anak-anak yang

diberi radiasi demikian tinggi dan ini diobservasi dan terjadi antara 3-17 tahun kemudian.

Demikian pula penelitian di kepulauan Marshall tempat percobaan bom hidrogen

dekat ATol Bikini, ditemukan hal yang sama yaitu ornag-orang dan anak-anak yang terpapar

radiasi menderita kelainan tiroid dan karsinoma tiroid yang lebih tinggi dan keganasan ini

terlihat antara 11-15 tahun kemudian.

Hubungan antara endemik goiter dengan karsinoma tiroid dilakukan percobaan pada

binatang percobaan dengan membuat defisiensi yodium melalui pemberian makanan yang

burakng kandungan yodium atau dilakukan reseksi kelenjar tiroid, maka dalam observasi,

karsinoma terjadi pada hipoplasia yang tidak diobati, dan itu terjadi karena pengaruh

hiperstimulasi dari TSH. Pada manusia dengan keadaan yang terus menerus distimulasi oleh

TSH pada beberapa penderita ditemukan karsinoma tiroid folikuler yang bermetastasis.

3.4.3 Faktor resiko

Faktor resiko tumor tiroid antara lain:

Usia

Jenis kelamin. Kelainan tiroid lebih sering ditemukan pada wanita.

Ras

Faktor genetik

Riwayat penyakit serupa dalam keluarga

Diet.

Riwayat pernah menderita kelainan tiroid sebelumnya.

Pengaruh radiasi di daerah leher dan kepala pada masa lampau.

Kecepatan tumbuh tumor

Riwayat gangguan mekanik di daerah leher.

3.4.4 Klasifikasi tumor tiroid

Sebagian besar tumor tiroid berupa nodul tunggal yang biasanya adalah jinak. Namun pada

beberapa kasus, nodul tersebut dapat berkembang menjadi sebuah keganasan. Contoh

klasifikasi nodul tiroid seperti ditulis oleh Mazzaferi adalah sebagai berikut

Adenoma Carcinoma Colloid nodule

Page 9: Thyroid Tumor

Audrey Budiono 2012

Macrofollicular adenoma Papillary Dominant nodule in a

multinodular goiter

Microfollicular adenoma Follicular Other

Embryonal adenoma Medullary Inflammatory thyroid

Hurtle cell adenoma Anaplastic o Subacute thyroiditis

Atypical adenoma Other: thyroid lymphoma o Chronic lymphocytic

thyroiditis

Adenoma with papillae Cyst o Granulomatous

disease

Signet-ring adenoma Simple cyst Developmental

abnormalities

Cystic/solid tumors

(hemorrhagic/necrotic)

o Dermoid

Rare unilateral lobe

agenesis

3.4.5 Diagnosis

Seperti mendiagnosis penyakit lainnya, diperlukan anamnesa yang lengkap, pemeriksaan

fisik, dan pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan sebuah diagnosis.

3.4.5.1 Anamnesis

Langkah pertama dalam mendiagnosis tumor tiroid adalah menanyakan dengan detail dan

lengkap tentang masalah kesehatan. Kondisi kesehatan secara umum, riwayat kesehatan

keluarga, faktor resiko tumor tiroid, serta gejala yang dirasakan. Pasien biasanya datang

dengan keluhan sebagai berikut: sebuah benjolan atau pembesaran pada leher yang cepat

membesar atau tidak, dypsnea, dysphagia, batuk lama, fatigue dan rasa nyeri pada leher.

3.4.5.2 Pemeriksaan fisik

Selama pemeriksaan fisik, bisa didapatkan adanya benjolan pada leher yang soliter atau

multinoduler, tekstur benjolan itu sendiri apakah terasa padat atau kenyal, bentuk

benjolannya yang tidak beraturan atau rata, apakah terasa hangat pada palpasi, dapat

digerakan atau tidak, ada atau tidaknya rasa nyeri pada palpasi, serta pembesaran kelenjar

limfe.

Diagnosis diferensial meliputi setiap benjolan pada leher depan yang berhubungan dengan

tiroid dan keluhan-keluhan pada tiroid seperti

Tiroiditis DeQuervain

Page 10: Thyroid Tumor

Audrey Budiono 2012

Tiroiditis Hashimoto

Graves’ Diseas

Limfoma tiroid

Nodul tiroid

Goiter

3.4.5.3 Pemeriksaan penunjang

Untuk menyingkirkan diagnosa diferensial diperlukan pemeriksaan penunjang berupa

pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan fungsi tiroid, dan radiografi sementara untuk

diagnosis pasti perlu dilakukan pemeriksaan Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB).

Karena pemeriksaan klinis tidak sensitif untuk mengidentifikasi kelainan tiroid,

pemeriksaan laboratorium utnuk fungsi tiroid merupakan sebuah keharusan. Satu-satunya tes

biokimia yang diperlukan secara umum adalah pengukuran serum tirotropin. Apabila

hasilnya dibawah normal, maka tes untuk mengukur jumlah tiroksin bebas atau triiodotironin

harus dilakukan untuk membuktikan terjadinya hipertiroid. Sekitar 10 % pasien dengan nodul

soliter mengalami penurunan jumlah serum tirotropin yang mengusulkan adanya benign

hyperfunctioning nodule. Apabila jumlah serum tirotropinmeningkat maka, jumlah serum

antibodi antithyroperoxidase harus diperiksa untuk membuktikan adanya tiroiditis

Hashimoto. Tetapi, adanya kenaikan pada pemeriksaan di atas tidak serta-merta

menghilangkan perlunya akan biopsi karena seorang klinisi harus menyingkirkan kecurigaan

kanker termasuk limfoma yang ditemukan pada 5% kanker tiroid namun berkaitan dengan

tiroiditis Hashimoto.

Apabila seorang pasien mempunyai riwayat kanker meduler tiroid atau multiple

endocrine neoplasia (MEN) type 2 dalam keluarga, maka tingkat calcitonin dalam serum

basal harus diperiksa; kenaikan calcitonin dalams erum menandakan adannya kanker meduler

tiroid. Pemeriksaan tingkat calcitonin dalam serum tidak dilakukan secara rutin pada pasien

tanpa riwayat kanker meduler tiroid dalam keluarga karena karsinoma meduler hanya terjadi

pada 1 dari 250 pasien dengan nodul tiroid.

Page 11: Thyroid Tumor

Audrey Budiono 2012

Gambar 3.2 Interpretasi pemeriksaan laboratorium pada tumor tiroid.

Selain pemeriksaan laboratorium seperti dijabarkan diatas, pencitraaan yang

digunakan untuk mendiagnosis tumor tiroid adalah dengan radiografi yaitu Ultrasonografi

(USG). Teknik ultrasound yang menggunakan gelombang suara yang dipantulkan dari

transduser frekuensi tinggi yang linear untuk membandingkan echostrukur tiroid pada area

yang heterogen. USG juga dapat membedakan nodul padat dari lesi kistik dan

mengkarakterisasi kista kompleks dimana terdapat komponen padat dan kistik. Beberapa ciri

khas nodul lebih sering ditemukan pada lesi yang bersifat ganas seperti kapsul nodul yang

ireguler dan mikrokalsifikasi dan beberapa ciri khas lain merupakan kekhasan untuk lesi jinak

seperti penampilan yang spongiformis dan perubahan kistik walaupun penemuan-penemuan

tersebut bukanlah tolok ukur diagnosis. Menurut Bonavita et al, tidak adanya kalsifikasi dan

penampakan hipoechoic merupakan karakteristik yang cukup spesifik (>90%) untuk

mengidentifikasi adanya keganasan. Ultrasound juga dapat dipergunakan untuk memonitor

besarnya kelenjar tiroid dalam beberapa kurun waktu, untuk memandu aspirasi nodul dalam

proses biopsi, serta untuk menilai nodus limfa regional pada pasien dengan kanker tiroid

setelah operasi maupun dalam penindakan lanjutnya.

Gambaran USG pada tumor tiroid

1. Adenoma tiroid

Pada USG, adenoma tampak sebagai massa padat yang dapat hiperechoic,

isoechoic atau hypoechoic. Mereka sering mempunyai halo hiperechoic di pagian

perfier yang licin dan tebal karena terbuat dari kapsul fibrous dan pembuluh darah

yang dapat terlihat menggunakan Doppler. (Patel 2005)

Page 12: Thyroid Tumor

Audrey Budiono 2012

Gambar 3.3 Adenoma tiroid pada lobus kanan. Menunjukkan gambaran khas dengan

kapsul yang licin dan tebal dan pembuluh darah pada bagian perifer.

Gambar 3.4 Folikular adenoma tiroid pada lobus kiri.

Page 13: Thyroid Tumor

Audrey Budiono 2012

Gambar 3.5 Nodul soliter pada apex lobus kanan, hypoechoic dan tidak homogen karena

adanya bagian hiperechoic dan hypoechoic pada bagian inferior. Setelah pemeriksaan

histologi, adenoma ini ditetapkan sebagai mocrofollikuler adenoma.

2. Karsinoma papiler

Pada 90% kasus karsinoma papiler ditemukan massa hipoechoic yang dikarenakan

sel yang berdesakan dengan sedikitnya substansi koloid, mikrokalsifikasi yang

telihat sebagai titik kecil hiperechoic dengan atau tanpa bayangan akustik. Pada

pasien dengan karsinoma papiler, dpaat juga ditemui metastasis ke kelenjar limfe

servikal yang terlihat sebagai titik echogenic karena mikrokalsifikasi. (Patel 2005)

Gambar 3.6 Massa pada lobus kanan tiroid dengan mikrokalsifikasi

Page 14: Thyroid Tumor

Audrey Budiono 2012

Gambar 3.7 Gambar longitudinal dari massa thyroid pada lobus kiri yang

menggambarkan peningkatan aliran darah ke daerah tersebut serta margin yang tidak

terdefinisikan.

Gambar 3.8. Potongan tranversal dan longitudinal pada lobus kiri. Nodule kecil

paratrakeal pada pole atas berukuran 0.85 x 0.83 x 1.04 cm yang hipoechoic, tidak

homogen serta tida mempunyai halo. Pemeriksaan PA meneakkan diagnosis karsinoma

papilaris.

3. Karsinoma folikuler

Tidak ada karakteristik khas yang dapat membedakan antara karsinoma folikuler

dengan adenoma walaupun beberapa ciri khas dapat menjadi tolok ukur dalam

menegakkan diagnosis yaitu margin tumor yang ireguler, halo tebal dan ireguler,

pembuluh darah yang tersusun secara berliku pada Doppler. (Patel 2005)

Page 15: Thyroid Tumor

Audrey Budiono 2012

Gambar 3.9 Massa pada lobus kiri yang dicurigai sebagai karsinoma folikuler

4. Karsinoma medula

Penampakan lesi pada karsinoma medularis menyerupai penampakan pada lesi

karsinoma papilaris. Invasi lokal dan metastasis ke organ lain dan fokus kalsifikasi

lebih sering dijumpai pada karsinoma medularis. (Patel 2005)

Gambar 3.10 Massa hipoechoic pada lobus kanan dengan kalsifikasi besar dan

kasar yang merupakan karakteristik karsinoma medularis.

Page 16: Thyroid Tumor

Audrey Budiono 2012

Gambar 3.11 Ultrasonografi nodul soliter pada wanita berusia 39 tahun dengan

karsinoma medularis. USG memperlihatkan adanya makrokalsifikasi. (Bonavita et

al)

5. Karsinoma anaplastik (undifferentiated )

Pada USG, lesi karsinoma tipe ini terlihat hipechoic dan sering tampak

menyelubungi atau menginvasi pembuluh darah dan otot. Selain itu, sering terlihat

bagian-bagian yang mengalami nekrosis, pendarahan, dan kalsifikasi.(Patel 2005)

Gambar 3.12 Karsinoma anaplastik pada wanita berusia 44 tahun dengan nodule progresif

besar dan keras pada lobus kanan.

Page 17: Thyroid Tumor

Audrey Budiono 2012

Gambar 3.13. Karsinoma anaplastik pada wanita berusia 84 tahun. USG lobus kiri dengan

potongan transversal memperlihatkan adanya tumor stadium lanjut (anak panah)dengan

margin posterior yang infiltratif serta invasi otot prevertebralis. (Hoang et al)

Selain pemeriksaan radiografi, dapat dilakukan teknik scintigraphy (atau disebut juga

Radionuclide Imaging) menggunakan 123I dan 99mTc pertechnetate (99mTcO4) untuk menilai

aktifitas fungsional dan morfologi kelenjar. Yodium biasanya diberikan secara oral dan

pencitraan diambil 8-24 jam kemudian sedangkan technetium diberikan secra intravena dan

pencitraan diambil pada waktu lebih awal (30-60 menit sejak pemberian). Setelah itu, gambar

diambil menggunakan rectilinear scanner atau kamera gamma dimana rectilinear scanner

mendapatkan gambar berukuran lebih besar (life-size) sehingga bagian yang bermasalah

dapat ditandai sedangkan kamera gamma menghasilkan pencitraan dengan resolusi lebih baik

walaupun bagian yang akan dinilai harus ditandai dengan radioaktif untuk korelasi klinis.

Pencitraan dengan radionuclide memberikan informasi tentang ukuran dan bentuk

kelenjar tiroid serta distribusi aktifitas tracer dalam kelanjar yang berguna untuk

membedakan penyebab thyrotoxicosis; pembesaran kelenjar dengan konsentrasi tracer yang

tinggi dan homogen merupakan penemuan tipikal pada penyakit Graves. Sebaliknya, satu

atau lebih bagian dengan aktifitas tracer yang berbeda serta adanya nodul yang teraba

biasanya merupakan karakterikstik khas dari toxic nodular goiter. Pada pencitraan yang

bertujuan untuk membedakan lesi jinak dari ganas, scintigraph dapat memberikan keterangan

Page 18: Thyroid Tumor

Audrey Budiono 2012

yang terbatas karena data yang didapat hanya memggambarkan apakah nodul tersebut hot

(aktif dengan supresi jaringan extranoduler) atau cold.

Gambar 3.14 Scintiscan normal kelenjar tiroid seorang wanita berusia 31 tahun.

Gambar 3.15 Scintiscan cold nodul besar pada bagian dasar lobus kiri yang merupakan nodul

hiperplasi.

Page 19: Thyroid Tumor

Audrey Budiono 2012

Gambar 3.16 Scintiscan tiroid seorang wanita berusia 69 tahun dengan cold nodul soliter

berkonsistensi keras pada bagian basal lobus kiri. Hasil biopsi menunjukkan karsinoma papiler.

Gambar 3. 17 Scintiscan tiroid seorang wanita berusia 65 tahun. Dengan cold nodul pada pole bawah

lobus kiri. Hasil FNAB menunjukkan karsinoma meduler.

3.4.6 Penatalaksanaan

Pada dasarnya, terapi tumor tiroid dapat dibagi menjadi terapi operatif dan terapi non-

operatif. Apabila sudah terubkti melalui biopsi bahwa tumor bersifat ganas, maka terapi

operatif dapat dipertimbangkan. Sebaliknya, apabila tumor tidak bersifat ganas, maka terapi

lain seperti pemberian levotiroksin untuk mensupresi TSH dan terapi radioiodida dapat

dilakukan.

Page 20: Thyroid Tumor

Audrey Budiono 2012

Pada tahun 1996, kelompok kerja dokter spesialis endokrinologi di Amerika

menetapkan sebuah algoritma penatalaksanaaan untuk pasien dengan nodul tiroid. Algoritma

ini ditetapkan untuk mempermudah dan memperjelas diagnosis dan manajemen nodul tiroid

dan dijabarkan pada diagram berikut.

Gambar 3.18 Algoritma evaluasi dan penatalaksanaan nodul tiroid.

Page 21: Thyroid Tumor

Audrey Budiono 2012

PENUTUP

Tumor tiroid adalah pembesaran yang dapat bersifat jinak (benign) atau ganas

(malignant) dan dapat disebabkan oleh bermacam-macam penyebab, antara lain inflamasi,

defisiensi yodium yang merupakan salah satu bahan baku dalm pembuatan hormon, kista,

kelainan kongenital, serta tumor atau neoplasma.

Penyebab tumor ini masih belum diketahuis ecara pasti walaupun beberapa penelitian

telah menemukan beerapa faktor resiko yakni riwayat paparan radiasi pada bagian kepala dan

leher, riwayat defisiensi yodium (mis. pasien tinggal di daerah endemik goiter), riwayat

kanker tiroid dalam keluarga, jenis kelamin wanita, dan riwayat trauma mekanik

bekepanjangan.

Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang. Pasien bisasnya datang dengan berbagai keluhan sebegai berikut: Benjola pada

daerah leher, sulit menelan, sulit bernafas, rasa nyeri di leher, atau lelah. Pada pemeriksaan

fisik didapatkan tiroid membesar adanya benjolan pada leher yang soliter atau multinoduler,

tekstur benjolan itu sendiri apakah terasa padat atau kenyal, bentuk benjolannya yang tidak

beraturan atau rata, apakah terasa hangat pada palpasi, dapat digerakan atau tidak, ada atau

tidaknya rasa nyeri pada palpasi, serta pembesaran kelenjar limfe. Pemeriksaan penunjang

berupa pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologis seperti ultrasonografi dan

scintigrafi.

Terapi yang dilakukan tergantung stadium dan hasil biopsi. Dpaat dilakukan terapi

operatif untuk tumor ganas dan terapi non operatif untuk tumor yang jinak.

Page 22: Thyroid Tumor

Audrey Budiono 2012

DAFTAR PUSTAKA

1. Gardner DG, Shoback DM, Greenspan FS. Greenspan’s Basic and Clinical

Endocrinology.8th ed. The Thyroid Gland. NewYork: McGraw-Hill Medical. c2011.

2. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, et al. Robbins and Cotran Pathologic Basis of

Disease. 8th ed. Philadelphia: Sauders Elsevier. c2010

3. Stanford Medicine Cancer Institute. 2012. Information About Endocrine Cancers:

Thyroid Tumors. http://cancer.stanford.edu/endocrine/thyroid, diakses pada tanggal 22

September 2012.

4. Sillery JC, et al. Thyroid Follicular Carcinoma: Sonographic Features of 50 Cases.

AJR Am J Roentgenol 2010; 194(1): 44-54

5. Patel SB, Shah SR, Goswami KG, Patel HB. Pictorial essays: Ultrasound features of

thyroid and parathyroid lesions. Indian J Radiol Imaging [serial online] 2005 [cited

2012 Sep 24];15”211-6. Available from http://www.ijri.org/text.asp?

2005/15/2/211/28805

6. Lazlo H. Clinical Practice: The Thyroid Nodule. N Engl J Med 2004; 351:1764-1771.

7. Welker MJ, Orlov D. Thyroid Nodules. Am Fam Physician. 2003 Feb 1;67(3):559-

567.

8. Antony J, ed. Ultrasound Image Gallery. 2012. Ultrasound Images of Diseases of

Thyroid Gland. www.ultrasound-images.com/thyroid.htm, diakses pada tanggal 23

September 2012.

9. Imaging of the Thyroid Gland. 2003. www.thyroidimaging.com diakses tanggal 23

September 2012.

10. Bonavita JA, et al. Pattern Recognition of Benign Nodules at Ultrasound of the

Thyroid: Which Nodules Can Be Left Alone? AJR Am J Roentgenol 2009; 193(1):

207-213.

11. Hoang JK, et al. US Features of Thyroid Malignancy: Pearls and Pitfalls.

RadioGraphics 2007; 27,847-860.