97
TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA ANAK NO 11 TAHUN 2012 TERHADAP PUTUSAN NOMOR 025/PID-SUS-ANAK/2015/PNJkt.Pst) skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Budi Kurniawan NIM 11140430000085 PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/ 2019 M

TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN

PIDANA ANAK NO 11 TAHUN 2012 TERHADAP PUTUSAN

NOMOR 025/PID-SUS-ANAK/2015/PNJkt.Pst)

skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum (S.H.)

Budi Kurniawan

NIM 11140430000085

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/ 2019 M

Page 2: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

ii

Page 3: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

iii

Page 4: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

iv

Page 5: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

v

ABSTRAK

Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA ANAK NO 11 TAHUN 2012

MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM (Analisis Kasus Putusan

perkara Nomor 025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.Pst). Program Studi Perbandingan

Mazhab, Konsentrasi Perbandingan Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2019 M.

Skripsi ini bertujuan unutuk mengetahui bagaimana pandangan hukum

pidana Islam dan hukum positif terhadap kasus pemerasan dengan kekerasan yang

dilakukan oleh anak di bawah umur serta menganalisis menurut perspektif hukum

pidana Islam dan hukum positif mengenai putusan pengadilan terhadap kasus

tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data

dilakukan dengan metode kepustakaan, penulis melakukan pengidentifikasian

secara sistemis dari sumber yang berkaitan dengan objek kajian. Setelah data

diperoleh penulis menganalisis secara yuridis normatif data yang diperoleh

terhadap objek kajian Perkara Nomor 025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.Pst. Hasil

penelitian ini menujukkan bahwa dalam pandangan hukum positif hukuman

pidana 5 bulan yang diberikan kepada terdakwa dalam kasus tersebut dapat

dikatakan tidak tepat karena ada perundang-undangan yang tidak diperhatiakan

oleh hakim, dan ditinjau dari hukum pidana Islam ada tentang hukuman bagi

pelaku, pelaku dikenakan hukuman ta’zîr, yaitu kadar dan jenis hukumannya

diserahkan kepada keputusan ijtihad hakim.

Kata kunci : peradilan pidana anak, Putusan Hakim, Hukum Pidana, Hukum Islam

Di bawah bimbingan Pembimbing I Dr. Alfitra, SH, M.Hum dan Pembimbing II

Ahmad Bisyri Abdul Shomad, MA

Daftar Pustaka : 1971 s.d 2016

Page 6: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

vi

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرمحن الرحيم

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat, hidayah, serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad

SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliah kezaman ilmiah seperti

sekarang ini.

Selanjutnya, penulisakan menyampaikan rasa terima kasih tak terhingga

kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik

berupa moril maupun materil. Karena tanpa bantuan dan dukungannya, penulis

tidak akan menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis secara

khusus akan menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Phil. Asep Saepudin Jahar, M.A., Dekan FakultasSyari’ah dan

Hukum serta para Pembantu Dekan Fakultas Syari’ah danHukum Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si, Ketua Program Studi Perbandingan

Mazhab dan Ibu Hj. Siti Hana, S.Ag, Lc., M.A, Sekretaris Program Studi

Perbandingan Mazhab.

3. Bapak Dr. Fuad Thohari, M.Ag, dosen penasehat akademik penulis.

4. Bapak Dr. Alfitra, SH, M.Hum dan Pembimbing II Ahmad Bisyri Abdul

Shomad, MA dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu serta

memberikan arahan, saran dan ilmunya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

5. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah mendidik dan

memberikan ilmu yang tak ternilai harganya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kedua orang tua tercinta Ayahanda alm Muhammad Muliha dan Ibunda

Sumirah atas pengorbanan dalam mendidik, mengasuh dan berjuang sampai

ke titik ini dan tak pernah lupa untuk mendoakan, memberikan arahan serta

dukungan kepada penulis. Juga kepada Adik Lia kurniawati dan kakak Ernie

kurniasari yang telah menemani, memberikan doa serta dukungan sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

vii

7. Sahabat dan teman terbaik penulis yang telah banyak membantu dalam hal

apapun selama di ciputat, ananda Reno Tri Ramadhan, Fahri Muhammad,

Murtadhi Achmad, Abdullah Mahfud, Abdul Harist, Ahmad Zaelani, Ari Al

Maulana, M. Angga Yuda, Khalil Gibran, Fahmi Fajrianto, Deni Alamsyah,

Sahrul Fauzi, dan Ahmad Tio Handini S.H. Semoga Allah selalu memberikan

kesehatan dan keselamatan. Salam hormat penulis dan ucapan terimakasih

sebanyak-banyak nya yang telah banyak membantu penulis selama 4,5 tahun

berada di ciputat

Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan atas bantuan

yang telah diberikan kepada penulis. Semoga kebaikan kalian menjadi berkah dan

amal jariyah untuk kita semua. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis serta pembaca pada umumnya. Aamiin.

Jakarta, 20 Januari 2019

Penulis

Page 8: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

viii

1

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing

(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin. Pedoman ini diperlukan terutama bagi

mereka yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab

yang belum dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih

penggunaannya terbatas.

a. Padanan Aksara

Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin:

Huruf

Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j Je ج

h ha dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d de د

dz de dan zet ذ

r Er ر

z zet ز

s es س

Page 9: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

ix

sy es dan ye ش

s es dengan garis bawah ص

d de dengan garis bawah ض

t te dengan garis bawah ط

z zet dengan garis bawah ظ

koma terbalik di atas hadap kanan ع

gh ge dan ha غ

f ef ف

q Qo ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h ha ه

apostrop ء

y ya ي

Page 10: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

x

b. Vokal

Dalam bahasa Arab, vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia, memiliki

vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal

tunggal atau monoftong, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

a fathah ــــــــــ

i kasrah ــــــــــ

u dammah ــــــــــ

Sementara itu, untuk vokal rangkap atau diftong, ketentuan alih aksaranya

sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

ــــــــــي ai a dan i

ــــــــــو au a dan u

c. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

â a dengan topi di atas اـــــ

î i dengan topi atas ىـــــ

û u dengan topi di atas وـــــ

Page 11: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

xi

d. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan

lam )ال), dialih aksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf

syamsiyyahatau huruf qamariyyah. Misalnya: اإلجثهاد=al-ijtihâd

al-rukhsah, bukan ar-rukhsah =الرخصة

e. Tasydîd (Syaddah)

Dalam alih aksara, syaddah atau tasydîd dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah. Tetapi, hal ini tidak

berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata

sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya: الشفعة = al-syuî

‘ah, tidak ditulis asy-syuf ‘ah

f. Ta Marbûtah

Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau

diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2), maka huruf ta marbûtah tersebut

dialihaksarakan menjadi huruf “h” (ha). Jika huruf ta marbûtah tersebut

diikuti dengan kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi

huruf “t” (te)(lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

syarî ‘ah شريعة 1

al- syarî ‘ah al-islâmiyyah الشريعة اإلسالمية 2

Muqâranat al-madzâhib مقارنة المذاهب 3

g. Huruf Kapital

Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital, namun dalam

transliterasi, huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Perlu diperhatikan bahwa

jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka huruf yang ditulis dengan

huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata

sandangnya. Misalnya, البخاري= al-Bukhâri, tidak ditulis al-Bukhâri.

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara

ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama yang berasal dari dunia

Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama

tersebut berasal dari bahasa Arab. Misalnya: Nuruddin al-Raniri, tidak ditulis

Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

Page 12: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

xii

h. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism) atau huruf (harf), ditulis secara

terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan berpedoman pada

ketentuan-ketentuan di atas:

No Kata Arab Alih Aksara

al-darûrah tubîhu almahzûrât الضرورة تبيح المحظورات 1

اإلقتصاد اإلسالمي 2 al-iqtisâd al-islâmî

أصول الفقه 3 usûl al-fiqh

al-‘asl fi al-asyyâ’ alibâhah األشياء اإلباحةاألصل فى 4

المصلحة المرسلة 5 al-maslahah al-mursalah

Page 13: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ iii

ABSTRAK ..................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

BAB 1 : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………………. 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………….. 8

D. Review Kajian Terdahulu………………………………………... 9

E. Metode dan Teknik Penelian ……………………………………. 10

F. Sistematika Penulisan …………………………………………… 11

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PERADILAN ANAK

A. Pengertian Anak Menurut Undang-Undang Di Indonesia……….. 15

B. Anak Menurut Hukum Islam ….............................................………20

BAB III : TINJAUAN HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM TERHADAP PIDANA

ANAK

A. Pengertian Tindak Pidana Anak ......………………………………..27

B. Tujuan Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak No 11

Tahun 2012.........................................................................................41

Page 14: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

xiv

BAB IV : PUTUSAN HAKIM NOMOR 025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.pst DAN

ANALISIS PANDANGAN HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM TERHADAP

PUTUSAN NOMOR 025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.Pst

A. Duduk perkara…………………………………………………… 43

B. Amar putusan……………………………………………………. 47

C. Analisis Pandangan hukum positif terhadap putusan Nomor

025/Pid.SusAnak/2015/PN.Jkt.Pst………...........................…… 51

D. Analisis pandangan hukum Islam terhadap putusan Nomor 025/Pid.Sus-

Anak/2015/PN.Jkt……………………............................................ 57

BAB V : PENUTUPAN

A. Kesimpulan …………………………………………………………..62

B. Saran………………………………………………………………….64

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Masalah

Menurut pengetahuan umum, yang dimaksud dengan anak adalah

seseorang yang lahir dari hubungan pria dan wanita. Sedangkan anak-anak adalah

seorang yang masih di bawah usia tertentu dan belum dewasa serta belum kawin.

Pengertian yang dimaksud merupakan pengertian yang sering kali dijadikan

pedoman dalam mengkaji berbagai persoalan tentang anak1. Secara nasional,

pengertian anak berdasarkan dari batasan usia anak, di mana anak adalah

seseorang yang belum berumur 18 tahun. Sedangkan dalam Undang-undang

Peradilan Anak No 11 tahun 2012 atau disebut UU SPPA, anak yang telah

berumur 12 tetapi belum berumur 18 di sebut anak yang berkonflik dengan

hukum2

Maraknya prilaku melanggar hukum yang dilakukan oleh anak terjadi

karena beberapa sebab, dampak negatif dari perkembangan pembangunan yang

cepat, arus globalisasi di bidang komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu

pengetahuan dan perubahan gaya dan cara hidup sebagian orang tua, telah

membawa pengaruh terhadap nilai dan prilaku anak3

Meski demikian upaya untuk menghukum anak pelaku tindak pidana yang

diselesaikan di pengadilan bukanlah upaya yang baik untuk masa depan seorang

anak. Karena dengan hukuman pidana anak akan mendapatkan stigma negatif

dimasyarakat nantinya saat kembali. Pelaksanaan diversi sesuai UU SPPA

dilatarbelakangi keinginan menghindari efek negatif terhadap jiwa dan

perkembangan anak oleh keterlibatannya dengan sistem peradilan pidana. Upaya

1Nandang Sambas, Peradilan Pidana Anak di Indonesia dan InstrumenInternasional

Perlindungan Anak serta Penerapannya,( Yogyakarta. Graha Ilmu, 2013) h., 1. 2Undang-undang peradilan pidana anak no 11 tahun 2012 3Naskah akademik peraturan PerUndang-undangan Tentang Rancangan Undang Unadang

Peradilan Pidana anak.

1

Page 16: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

2

pengalihan atau ide diversi ini, merupakan penyelesaian yang terbaik yang dapat

dijadikan formula dalam penyelesaian beberapa kasus yang melibatkan anak

sebagai pelaku tindak pidana. Dengan langkah kebijakan tersebut, yang

penanganannya dialihkan di luar jalur sistem peradilan pidana anak, melalui cara-

cara pembinaan jangka pendek atau cara lain yang bersifat keperdataan atau

administratif4

Di dalam Hukum pidana Islam gugurnya suatu hukuman diantaranya

disebabkan adanya pengampunan dan perdamaian. Menurut mazhab Syafii dan

Hambali, perdamaian mempunyai makna ganda yaitu penganpunan dari tindak

pidana saja dan penganpunan dari tindak pidana dengan mengganti diyat. Kedua

pengertian tersebut merupakan pembebasan hukuman dari keluarga korban5

Pidana penjara bagi anak harus menjadi upaya terakhir dalam setiap

putusan pidana anak, karena akan menimbukan cap atau lebeling oleh masyrakat

kepada anak yang dijatuhi pidana penjara. Sekali cap penjahat itu diletakkan pada

seorang anak maka akan sangat sulit untuk melepaskan diri dari cap tersebut. dan

kemungkinan akan mengidentifikasi anak itu dengan cap yang telah diberikan

masyarakat terhadap anak tersebut6

Tidak diterapkannya undang peradilan pidana anak no 11 tahun 2012

dalamputusan hakim dengan nomor perkara 025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.Pst

menjadi sebuah permasalahan, pasal 108 UU SPPA menyebutkan Undang-undang

ini berlaku setelah 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal diundangkan.

Sebagaimana yang diketahui UU SPPA disahkan tanggal 30 juli 2012 oleh

Presiden Republik Indonesia, DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta.

4Kusno adi, Kebijakan kriminal dalam penanggulangan tindak pidana narkotika oleh anak,

(UMM Press Malang, 2009), h., 58-59. 5Ahmad Wardi muslich, Hukum Pidana Islam,(Jakarta:Sinar Grafika, 2005), h., 195. 6 Nandang Sambas, Peradilan Pidana Anak di Indonesia dan InstrumenInternasional

Perlindungan Anak serta Penerapannya,( Graha Ilmu, yogyakarta), 2013, h., 23.

Page 17: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

3

Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa UU SPPA berlaku

pada 30 juli tahun 2014 yaitu 2 (dua) tahun setelah disahkannya UU SPPA

tersebut, dan kejadian perkara dalam putusan Hakim Pengadilan Negeri Jakarta

Pusat dengan nomor perkara 025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.pst terjadi pada

tahun 2015. Hal ini sesuai fakta fakta hukum yang tertulis dalam putusan.

Terdakwa yang bernama Muh. Hoeron Damai Sina yang lahir tanggal 05

mei 1999 dan bertempat tinggal di Kecamatan Gambir Jakarta Pusat. Pada saat

menerima dakwaan di persidangan terdakwa masih berumur 16 tahun. Di tuntut

dengan pasal 368 ayat (2) tindak pidana Pemerasan disertai Pengancaman dengan

ancaman 9 (sembilan) tahun penjara dalam KUHP. Sesuai UU SPPA terdakwa

masuk kedalam kategori Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya

disebut Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum

berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.7

Di setiap tingkat pemeriksaan, terdakwa wajib diberikan bantuan hukum

dan didampingi oleh pembimbing kemasyarakatan atau pendamping lain sesuai

ketentuan Undang-undang. Dalam perkara ini terdakwa yang statusnya masih

anak di bawah umur melakukan tindak pidana bersama dengan orang dewasa

diajukan ke pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan dalam register perkara anak

wajib dibuat khusus oleh lembaga yang menangani perkara anak.

Dalam perkara ini terdakwa Muh. Hoeron Damai Sina melakukan tindak

pidana bersama sama dengan teman dewasa yang berkasnya perkaranya terpisah.

Kenakalan anak yang mengakibatkan anak berkonflik dengan hukum, menurut

Kartini Kartono ada upaya yang harus dilakukan secara terpadu, dengan tindakan

preventif, tindakan penghukuman dan tindakan kuratif.8

7Undang-undang peradilan pidana anak no 11 tahun 2012 8Kartini Kartono, Patologi Sosial 2, kenakalan Remaja, (Jakarta: raja Grafindo Persada,

2010), h., 94-97

Page 18: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

4

1. Tindakan Preventif atau tindakan yang dapat mencegah terjadinya

kenakalan anak, berupa:

a. Meningkatkan kesejahteraan keluarga;

b. Perbaikan lingkungan, yaitu daerah slum, kampung-kampung miskin;

c. Mendirikan klinik bimbingan psikologis dan edukatif untuk

memperbaiki tingkah laku dan membantu remaja dari kesulitan hidup;

d. Menyediakan tempat rekreasi yang sehat bagi remaja;

e. Membentuk kesejahteraan anak-anak;

f. Mengadakan panti asuhan;

g. Mengadakan lembaga reformatif untuk memberikan latihan korektif,

pengoreksian dan asistensi untuk hidup mandiri dan susila kepada anak-

anak dan para remaja yang membutuhkan;

h. Membuat badan supervise dan pengontrol terhadap kegiatan anak

delinkuen, disertai program yang korektif;

i. Mengadakan pengadilan anak;

j. Mendirikan sekolah bagi anak miskin;

k. Mengadakan rumah tahanan khusus bagi anak dan remaja;

l. Menyelenggarakan diskusi kelompok dan bimbingan kelompok;

m. Mendirikan tempat latihaan untuk menyalurkan kreatifitas para remaja

delinkuen dan nondelinkuen.

2. Tindakan Hukuman Tindakan hukuman bagi remaja delinkuen antara lain

berupa: menghukum mereka sesuai dengan perbuatannya, sehingga dianggap

adil dan bisamenggugah berfungsinya hati nurani sendiri hidup susila dan

mandiri.

3. Tindakan Kuratif adalah tindakan bagi usaha penyembuhan kenakalan

anak. Bentuk-bentuk tindakan kuratif, antara lain berupa:

a. Menghilangkan semua sebab-sebab timbulnya kejahatan;

Page 19: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

5

b. Melakukan perubahan lingkungan dengan jalan mencarikan orang tua

asuh dan memberikan fasilitas yang diperlukan bagi perkembangan

jasmani dan rohani yang sehat bagi anak-anak remaja;

c. Memindahkan anak-anak nakal ke sekolah yang lebih baik, atau ke

tengah lingkungan sosial yang baik;

d. Memberikan latihan bagi remaja secara teratur, tertib dan berdisiplin;

e. Memanfaatkkan waktu senggang di camp pelatihan, untuk

membiasakan diri bekerja, belajar dan melakukan rekreasi sehat

dengan disiplin tinggi;

f. Menggiatkan organisasi pemuda dengan program-program latihan

vokasional (kejurun) untuk mempersiapkan anak remaja delinkuen

bagi pasaran kerja dan hidup di tengah masyarakat;

g. Mendirikan klinik psikologi untuk meringankan dan memecahkan

konflik emosional dan gangguan kejiwaan lainnya

Proses penjatuhan hukuman pidana 5 bulan penjara kepada terdakwa

menjadi putusan yang dianggap tidak tepat, kerugian korban berupa materil

sebesar Rp.980.000 belum cukup untuk mempidanakan terdakwa yang masih

anak di bawah umur. Karena pada UU SPPA pasal 9 ayat (2) kesepakatan diversi

harus mendapatkan persetujuan korban dan/atau keluarga Anak Korban serta

kesediaan Anak dan keluarganya, kecuali untuk nilai kerugian korban tidak lebih

dari nilai upah minimum provinsi setempat. Dari uraian pasal 9 ayat (2) dapat di

ambil kesimpulan, upaya diversi harus dilakukan kepada terdakwa.9

Anak yang seyogyanya dipandang sebagai aset berharga suatu bangsa dan

negara di masa mendatang yang harus dijaga dan dilindungi hak-haknya. Hal ini

karenakan bagaimanapun juga ditangan anak-anaklah suatu bangsa tersebut akan

ditententukan. Semakin maju sebuah suatu bangda semakin besar pula

perhatiannya dalam menciptakan keadaan yang kondusif bagi menumbuh

9 Undang-undang peradilan pidana anak no 11 tahun 2012

Page 20: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

6

kembangkan anak-ank dalam rangka perlindungan. Perlindungan yang diberikan

negara terhadap anak-anak meliputi berbagai aspek kehidupan ekonomi, sosial,

budaya, maupun aspek hukum.

Perlindungan hukum bagi anak dapat diartikan upaya perlindungan hukum

terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak (fundamental right and freedom

of children) serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan kesejahteraan

anak.10

Penerapan diversi sebagaimana yang diatur di UU SPPA dilakukan

dengan konsep keadilan restoratif di mana penyelesaiannya melibatkan korban

dan pelaku serta pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaannya. Terkait dengan

kejahatan yang dilakukan anak di bawah umur, kita semua sepakat bahwa

pelakunya tetap harus diproses sesuai dengan hukum yang berlaku, sesuai dengan

asas equality before the law, namun jika melihat pada kerangka perlindungan

anak tentunya tidak bijaksana apabila perlakuan pada anak di bawah umur sama

dengan perlakuan terhadap orang dewasa karena secara fisik dan psikis, kondisi

anak-anak masih labil dibandingkan orang dewasa. Persoalannya adalah jika

anak-anak berada dalam penjara, hak-hak mereka yang dijamin oleh Undang-

undang Perlindungan anak besar kemungkinan tak akan dapat dipenuhi.

Karena seyogyanya peradilan pidana anak dengan keadilan restoratif

bertujuan untuk :11

1. Mengupayakan perdamaian antara korban dan anak

2. Mengutamakan penyelesaian di luar proses peradilan

3. Menjauhkan anak dari pengaruh negatif proses peradilan

4. Menanamkan rasa tanggung jawab anak

5. Mewujudkan kesejahteraan anak

6. Menghindarkan anak dari perampasan kemerdekaan

10 Barda Nawawi Arieff, Beberapa aspek Kebijakan Penegakandan Pengembangan Hukum

Pidana (Bandung: Citra Aditya Bakti, 199) h., 155 11 Naskah aklademik Undang-undang sistem peradilan pidana anak No 11 tahun 2012

Page 21: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

7

7. Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi

8. Meningkatkan keterampilan hidup anak

Proses peradilan pidana anak akan menimbulkan dampak negatif berupa

stigma jahat yang dapat memperbesar tingkah laku menyimpang dan dapat

membentuk karakter kriminal sehingga sulit bagi anak untuk kembali kedalam

masyarakaterkait upaya perlindungan hukum bagi anak khususnya yang

bermasalah dengan hukum, dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang

Sistem Peradilan Pidana Anak telah diatur khusus mengenai diversi dan keadilan

restoratif dalam penyelesaian perkara anak yang tentunya dengan tujuan agar hak-

hak anak dalam hal ini yang bermasalah dengan hukum lebih terlindungi dan

terjamin. Di mana dalam UU ini diatur bahwa Pada tingkat penyidikan,

penuntutan, dan pemeriksaan perkara Anak di pengadilan negeri wajib

diupayakan Diversi.12

Diversi yang merupakan Salah satu implementasi dari keadilan restoratif,

dapat dilakukan mulai tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan perkara

di pengadilan. Hal ini yang harus selalu ditekankan oleh pemerintah dan DPR

dalam proses pembuatan Undang-undang sistem peradilan pidan anak untuk

menyelesaikan perkara yang berhubungan dengan anak.

Jika upaya diversi tidak dapat terlaksana, Hakim terlebih dahulu

mempertimbangkan pasal 71 UU SPPA tentang pemberian Sanksi pidana yang

dapat dikenakan kepada pelaku tindak Pidana Pokok terdiri atas: Pidana

peringatan, Pidana dengan syarat, yang terdiri atas: pembinaan di luar lembaga

dan pelayanan masyarakat, Pelatihan kerja, Pembinaan dalam lembaga dan yang

terakhir Penjara.

UU SPPA Pasal 81 ayat (5) menyebutkan bahwa pidana penjara terhadap

anak hanya digunakan sebagai upaya terakhir, serta apabila keadaan dan

perbuatannya dapat membahayakan masyarakat. Bertujuan supaya hukum lebih

12Lihat Pasal 7 Ayat (1) Undang-undang peradilan pidana anak No 11 tahun 2012

Page 22: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

8

melindungi dan mengayomi anak agar dapat meraih masa depannya yang masih

panjang, sehingga nantinya dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk

lebih memperbaiki dirinya. Selain itu, setiap penjatuhan pidana penjara bagi anak,

tentu harus memperhatikan kepentingan yang terbaik bagi anak tersebut.

Proses Hakim dalam memberikan Putusan Perkara Nomor 025/Pid.Sus-

Anak/2015/PN.Jkt.Pst dengan tidak menerapkan UU SPPA dalam proses

pengadailan menjadi sebuah masalah dan penulis akan menjelaskannya lebih luas

di dalam skripsi nantinya.Berdasarkan uraian di atas banyaknya permasalahan

yang terjadi, penulis berfokus pada mengapa tidak diterapkannya UU SPPA

dalam putusan tersebut, dan menjadi dorongan penulis untuk melakukan

penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul:

“TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN

PIDANA ANAK NO 11 TAHUN 2012 MENURUT HUKUM POSITIF DAN

HUKUM ISLAM (Analisis Kasus Putusan Perkara Nomor 025/Pid.Sus-

Anak/2015/PN.Jkt.Pst)”

B. Indentifikasi, Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa

masalah dalam penelitian ini, di antaranya:

1. Ketentuan anak dalam undang-undang

2. Ketentuan anak dalam hukum Islam

3. Penjelasan tindak pidana

4. Penjelasan tindak pidana anak

5. Penjelasan tindak pidana menurut hukum Islam

6. Penjelasan asas asas hukum Islam dan hukum Islam

7. Tujuan Sistem Peradilan Pidana Anak No 12 tahun 2012

Page 23: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

9

8. Pandangan hukum positif dan hukum Islam dalam terhadap Putusan

perkara Nomor 025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.Pst

9. Penyebab tidak diterapkannya Undang-undang Sistem Peradilan Pidana

Anak No 11 tahun 2012

2. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini, peneliti membatasi

masalah yang akan di bahas sehingga pembahasannya lebih dan terarah sesuai

yang di harapkan peneliti.

Di sini peneliti hanya akan membahas apa pandangan hukum Positif

dan hukum Islam pada putusan Nomor 025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.Pst

dan apa yang menjadi faktor tidak diterapkannya Sistem Peradilan Pidana

Anak No 11 tahun 2012.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah dan

pembatasan masalah, maka peneliti merumuskan masalah yang akan menjadi

fokus permasalahan, dapet di uraian perumusan masalah sebagai berikut:

a. Apakah yang menjadi penyebab tidak diterapkannya Undang-Undang

Peradilan Pidana Anak No 11 tahun 2012 terhadap putusan perkara nomor

025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.Pst?

b. Bagaimana pandangan Hukum positif dan Hukum Islam terhadap putusan

perkara nomor 025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.Pst?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui penyebab tidak diterapkan Undang-Undang

Peradilan Pidana Anak No 11 tahun 2012 terhadap pelaku.

b. Untuk mengetahui pandangan Hukum positif dan hukum Islam

terhadap putuasan Nomor 25/pid.Sus-anak/2015/PN.Jkt.Pst

Page 24: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

10

2. Manfaat penelitian

Dalam penelitian ini penulios mengharapkan dapat memberikan manfaat

diantaranya:

a. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan

ilmu hukum yang menyangkut proses Sistem Peradilan Pidana

Anak di Pengadilan Negeri

b. Bagi masyarakat

Dapat memberikan wawasan dan pemahaman kepada masyarakat

luas tentang proses Sistem Peradilan Pidana Anak dalam

penyelesaian perkara pidana anak di Pengadilan Negeri

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan

dibahas oleh penulis lainnya, penulis me-review beberapa skripsi dan karya

tulis terdahulu yang pembahasannya hampir sama dengan pembahasan yang

penulis angkat. Dalam hal ini penulis menemukan beberapa skripsi dan karya

tulis terdahulu, yaitu :

1. Skripsi Mufidhatul Mujubah, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga yang berjudul “konsep Diversi dalam

sistem peradilan anak perfektif Hukum Isalm (studi atas UU RI No 11

tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak).Dalam skripsi ini

membahas tentang diversi dalam UU SPPA, diversi dalam hukum

Islam dan teori perdamaian (al-sulh), yang membedakan dari skripsi

yang penulis kaji adalah bagaimana Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

tidak menerapkan UU SPPA dalam kasus pidana anak yang terjadi

ditahun 2015, serta penulis juga menggunakan PERMA No. 4 Tahun

2014 tentang pedoman pelaksanaan UU SPPA dan juga penulis

Page 25: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

11

membahas UU perlindungan anak sebagai korban kekerasan dalam

Perkara tersebut.

2. Skripsi Muhammad Iqbal Farhan, Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Jakarta yang berjudul “ Penerapan Diversi

Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Anak Menurut Hukum Positif dan

Hukum Islam (analisi kasus Putusan Perkara NO 15/Pid.Sus-

Anak/2014/PN.TNG). dalam skripsi ini dijelelaskan penerapan Diversi

dalam kasus tersebut, yang membedakan dari tulisan penulis adalah

tidak diterapkannya UU SPPA dalam proses penyelesaian tindak

Pidana anak analisis kasus No. 025/Pid.Sus-anak/2015/Jkt.Pst.

Dari beberapa skripsi yang penulis temukan hanya membahas mengenai

Diversi dan penerapannya ruang lingkup Pengadilan Negeri saja tetapi belum

ada yang membahas tidak diterapkannya UU SPPA yang berlaku di tahun

2014 tetapi tidak di terapkan pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam sidang

peradilan Pidan anak di tahun 2015. Untuk itu penulis berkeinginan meneliti

masalah ini dalam bentuk skripsi dan sebagai pelengkap karya ilmiah untuk

siapa saja yang membutuhkan.

E. Metode Penulisan

Dalam menyusun penulisan skripsi ini, penulis akan menggunakan

beberapa metode, antara lain:

1. Jenis Peneltian

Jenis peneltian ini adalah peneltian kualitatif, yakni menggunakan

kebanaran sebuah data. Maka dalam penulisan skripsi ini, penulis

menggunakan penelitian pustaka (library research) dan deskriftif analisis.

2. Pendekatan masalah

Pendekatan masalah ini adalah pendekatan kualitatif yaitu dengan

menggunakan analisa isi, dengan cara menguraikan dan mendeskripsikan isi

Page 26: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

12

dari putusan yang penulis dapatkan, kemudian menghubungkan dengan

masalah yang di ajukan, sehingga dapat menemukan kesimpulan yang objektif

dan sistematis.

3. Jenis data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder, yaitu:

a. Data primer, yaitu data yang bersifat utama dan penting yang

memunginkan untuk mendapatkan sejumlah informasi berkaitan

dengan penelitian, yaitu:

a) Salinan putusan pengadilan negeri Jakarta Pusat putusan

nomor: 025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.Pst

b) Undang-Undang No 11 tahun 2012 Tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara

mengadakan studi kepustakaan atas dokumen-dokumen yang

berhubungan dengan masalah penelitian ini, isu- isu yang berkaitan

dengan masalah ini. Bahan-bahan tersebut digunakan untuk

mendukung, membantu, melengkapi dan membahas masalah-

masalah yang timbul dalam penelitian ini.

4. Teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

a. Studi pustaka yaitu mengumpulkan data dengan mencari

konsepsi-konsepsi, teori-teori, pendapat atas penemuan yang

berhubungan erat dengan pokok permasalahan. Kepustakaan

berupa undang-undang, karya ilmiah para sarjana,dan lapotan

lembaga yang berkaitan.

b. Studi Dokumentasi adalah berupa putusan Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat putusan nomor: 025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.Pst.

Page 27: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

13

5. Teknik analisa data

Setelah melalui beberapa proses pengumpulan data yang dilakukan

dengan macam-macam metode yang dipilih, maka data yang sudah ada akan

diolah dan dianalisa agar mendapatkan hasil yang bermanfaat dari penelitian

ini. Pengolahan data yang dilakukan dengan mengadakan studi dengan teori

kenyataan yang ada ditempat penelitian.

6. Teknik penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis merujuk pada buku pedoman

penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017

F. Sistematika Penulisan

Dalam memudahkan penyusunan skripsi ini dan untuk memberikan

gambaran secara rinci mengenai pokok pembahasan, penulis menyusun skripsi

ini dalam beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut.

Bab I :Merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang maslah,

identifikasi,batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, review studi terdahulu, metode dan teknik penulisan,

sistematika penulisan.

Bab II :Membahas tentang pengertian anak, pengertian tindak pidana pada

anak dan tujuan Undang-undang Sistem Peradilan Pidana Anak No 11

tahun 2012.

BabIII :Duduk perkara dan Amar putusan putusan Nomor 025/Pid.Sus-

Anak/2015/PN.Jkt.Pst.

Bab IV:Pembahasan Pandangan hukum positif terhadap putusan Nomor

025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.Pst dan pandangan hukum Islam

terhadap putusan Nomor 025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.Pst.

Page 28: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

14

Bab V: Merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan yang menjawab

rumusan masalah dan saran yang berguna untuk perbaikan yang

akan datang

Page 29: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

15

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERADILAN ANAK

A. Pengertian Anak

1. Anak menurut Undang-undang di Indonesia

Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya; dan anak adalah tunas,

potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran

strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksitensi

bangsa dan negara, itulah pengertian anak yang terdapat dalam konsideran UU No.

23 tahun 20021 Tentang perlindungan anak. Karena sangat pentingnya

keberlangsungan anak dalam proses meneruskan cita cita pejuang bangsa dan

beratnya tanggung jawab tersebut, anak harusmendapatkan kesempatan yang sangat

luas untuk tumbuh dan berkembang secara maksimal, baik secara fisik, mental

maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu dilakukan upaya perlindunagn yang

mewujudkan kesejahteraan dan jaminan mendapatkan hak haknya serta perlakuaan

tanpa diskriminisasi2

Demikian juga dijelaskan dalam Undang-undang dasar 1945 sebagai norma

hukum tertinggi meyatakan bahwa “ setiap anak berhak atas keberlangsungan hidup

tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindnuang dari kekerasan dan

diskriminisasi3 dengan dicantumkannya hak anak tersebut dalam tubuh batang

konstitusi, maka dapat diartikan bahwa kedudukan dan perlindnuang hak anak

merupakan hal penting yang harus dijalankan dalam kenyataan sehari hari4

1Undang-undang No 23 tahun 2002Tentang perlindungan anak (pada bagian menimbang) 2M Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum Catatan Undang-Undang Sistem Peradilan

Pidana Anak (Undang Undang -SPPA), (Jakarta: Sinar Grafika,2013),h., 8. 3 Pasal 28B ayat (2) Undang-undang Dasar 1945 4M Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum Catatan Undang-Undang Sistem Peradialan

Pidana Anak (Undang-undang -SPPA),h., 12

Page 30: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

16

Karena negara telah memberikan pernyataan bahwa anak butuh di jaga hak

hak nya agar terus berkembang sesuai keinginan dan tujuan negara, maka dalam

penanganan hukum seorang anak harus berbeda dengan dengan orang dewasa. Oleh

sebab itu perlindungan hukum terhadap anak harus melibatkan lembaga dan

perangkat hukum yang lebih memadai. Untuk itu sistem Undang-undang

perlindungan pidana anak No 11 tahun 2014 dibuat dengan tujuan sebagai perangkat

hukum yang lebih mantap dan memadai dalam melaksanajkan pembinaan dan

memberikanperlindungan terhadap anak.5

Karena adanya berbagai kepentingan yang hendak dilindungi oleh masing

masing lapangan hukum, membawa sebab terjadinya adanya perbedaan penafsiran

terhadap terhadap perumusan kriteria seorang anak. Perumusan seorang anak dalam

berbagai rumusan Undang-undang tidak memberikan pengertian akan konsepsi anak,

melainkan perumusan yang merupakan pembatasan untuk suatu perbuatan tertentu,

kepentingan tertentu dan tujuan tertentu.6

Dalam perumusan makna anak dapat diartikan dari berbagai sisi sudut

pandang pandang kehidupan. sosiologi, agama, dan hukum yuridis menjadikan

pengertian anak semakin rasional dan aktual dalam lingkungan sosial. Disertai

dengan ketentuan hukum atau persamaan kedudukan dalam hukum (equality before

the low) dapat memberikan legalitas formal terhadap anak sebagai seorang yang

tidak mampu untuk berbuat peristiwa hukum yang ditentukan oleh ketentuan

peraturan-peraturan hukum itu sendiri, atau meletakan ketentuan hukum yang

memuat perincian tentang klasifikasi kemampuan dan kewenangan berbuat peristiwa

hukum dari anak yang bersangkutan. Hak- hak privilege yang diberikan negara atau

pemerintah yang timbul dari UUD dan peraturan perundang-undangan.

Secara sosiologis masyarakat Indonesia yang berpegang teguh kepada adat,

walaupun diakui adanya perbedaan antara masa usia anak anak dan dewasa, akan

5Wagiati Soetodj , Hukum Pidana Anak (Bandung: Pt refika Aditama,2006)h., 3. 6Nandang Sambas, Peradilan pidana anak di indonesia dan instrumen internasional

perlindungan anak serta penerapannya (Yogyakarta: Graha Ilmu),h., 5.

Page 31: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

17

tetapi perbedaan pernbedaan yang ada bukan hanya karena batas usia semata mata

melaikan didasarkan pula pada kenyataan keyataan sosial dalam pergaulan hidup

masyarakat. Seseorang dapat dikatakan dewasa apabila secara fisik telah

memperlihatkan tanda tanda kedewasaan yang dapat mendukung penampilannya.

Pandangan hukum adat, begitu tubuh si anak tumbuh besar besar dan kuat,

mereka dianggap telah mampu melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan oleh

orang tuanya. Pada umumnya mereka dianggap telah mampu memberi hasil untuk

memenuhi kepentingan diri dan keluarganya disamping itu, mereka juga sudah dapat

diterima dalam lingkungannya. Oleh karena itu pendapatannya didengar dan

diperhatikan. Pada saat itu seseorang dapat dikatakan telah cukup dewasa.7

Pengertian Anak dari dalam Agama, sudut pandang yang di maknai oleh

agama khususnya dalam hal ini adalah agama Islam, anak merupakan makhluk yang

lemah dan mulia, yang keberadaannya adalah kewenangan dari kehendak Allah SWT

dengan melalui proses penciptaan. Oleh karena anak mempunyai kehidupan yang

mulia dalam pandangan agama Islam, maka anak harus diperlakukan secara

manusiawi seperti diberi nafkah baik lahir maupun batin, sehingga kelak anak

tersebut tumbuh menjadi anak yang berakhlak mulia seperti dapat bertanggung jawab

dalam mensosialisasikan dirinya untuk mencapai kebutuhan hidupnya dimasa

mendatang Dalam pengertian Islam, anak adalah titipan Allah SWT kepada kedua

orang tua, masyarakat, bangsa dan negara yang kelak akan memakmurkan dunia

sebagai rahmatan lil‘alamin dan sebagai pewaris ajaran Islam pengertian ini

mengandung arti bahwa setiap anak yang dilahirkan harus diakui, diyakini, dan

diamankan sebagai implementasi amalan yang diterima oleh orang tua, masyarakat,

bangsa dan negara.8

Anak dalam perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dalam penentuan

diatur dengan batasan usia seseorang. Dan penentuan batas usia anak ada

7Nandang Sambas, Peradilan pidana anak di indonesia dan instrumen internasional

perlindungan anak serta penerapannya, h., 2. 8Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Bandung: Kencana, 2014). h,44.

Page 32: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

18

ketidaksamaan antara peraturan perundang-undang yang satu dengan peratuan

undang unang yang yainnya sesuai dengan kriteria masing masing peraturan

perundang undanugan tersebut, misalnya:

1. UU No. 1 tahun 1997 tentang perkawinan, mensyaratkan usia perkawinan

16 tahun bagi perempuan dan 19 tahun bagi laki laki

2. UU No. 4 thun 1997 tentang kesejahteraan anak mendefinisikan anak

berusia 21 tahun dann belum menikah

3. UU No. 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak

mendefinisikan anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah

berusia 18 tahun dan belum menikah

4. UU No. 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia menyebutkan bahwa

anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun dan belum pernah

menikah

5. UU No. 13 2003 tentang ketenagakerjaan memperbolehkan usia bekerja

adalah 15 tahun.

6. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional memberlakukan

wajib belajar 9 tahun yang di konotasikan menjadi anak 7 sampai 15 tahun.

Berbagai macam definisi tersebut, menunjukan adanya disharmonisasi

perundang-undangan yang ada, maka pada prakteknya dilapangan akan ada banyak

kendala yang terjadi akibat dari perbedaan tersebut.

Berbagai negara juga berbeda-beda dalam menentukan usia minimum

pertanggungjawaban pidana pada anak, hal ini di sebabkan karena latar belakang

sejarah yang berbeda beda dan kebudayaan masing masing. Akan tetapi batas usia

pertanggungjawaban anak janganlah ditetapkan terlalu rendah dalam mengingat

faktor kematangan emosional, mental dan intelektual anak. Berikut adalah data

Page 33: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

19

tentang umur minimal pertanggiungjawaban pidana bagi anak dan umur

pertanggungjawaban pidana dewasa di berbagai negara9

No. Nama Negara

Umur Minimum

Pertanggungjawaban

pidana anak (Tahun)

Umur

Pertanggungjawaban

pidana anak dewas

(Tahun)

1 Australia 10 16,17

2 Austria 15 19

3 Belgia 14 18

4 Denmark 15 18

5 Inggris 10 18

6 Prancis 13 18

7 Hongaria 14 18

8 Italia 14 18

9 Jepang 14 20

10 Belanda 14 18

11 Selandia Baru 12 18

12 Rusia 14,16 18

13 Swiss 15 18

14 swedia 7 18

Sementara itu mengacu pada konvensi PBB tentang hak anak ( convention on

the right of the child) maka definisi anak berarti “setiap manusia di bawah umur 18

tahun, kecuali menurut Undang-undang yang berlaku pada anak, kedewasaan dicapai

di awal”. Untuk itu UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak memberikan

9Setya wahyudi, , Implementasi Ide Diversi dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana

Anak di Indonesia, (Yogyakarta, Genta Publishing 2011 )h., 50

Page 34: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

20

definisi anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang

berada dalam kandungan.10

Oleh sebab itu Hadi Supeno dalam bukunya berpendapat bahwa semestinya

setelah lahir UU perlindungan anak dalam kelas hukum dikategorikan sebagai lex

specialist, semua ketentuan lainya tentang definisi anak harus disesuaikan termasuk

kebijakan yang dilahirkan serta berkaitann dengan pemenuhan hak anak.11

Begitu pula M Nasir Djamil juga berpendapat karena memang sudah

seharusnya peraturan perundang-undangan yang ada memiliki satu (mono) definisi

sehingga tidak akan menimbulkan tumpang tindih peraturan peraturan yang pada

tataran praktis akan membuat repot penyelenggaraann pemerintahan. Untuk itu

Undang-undang perlindungan anak memang seyogyanya menjadi rujukan dalam

menentukan kebijakan yang berhubungan dalam pemenuhan hak anak.12

2. Anak Menurut Hukum Islam

Di dalam definisi bahas arab, istilah yang sering digunakan untuk anak adalah

ada pula terdapat kata kata yang menunjukkan makna anak dalam pengertian الولد

yang berbeda-beda seperti الصيب dan الطفل (anak bayi) الغالم (remaja) الصغري (anak

kecil). Banyaknya istilah ini muncul karena dalam pandangan Islam dibedakan antara

anak yang masih kecil dengan anak yang sudah baligh. Anak kecil juga ada yang

belum mumayyiz dan adapula yang sudah mumayyiz (kemampuan untuk

membedakan antara yang hak dan bathil).13

Anak menurut syari’at Islam didefinisikan sebagai seseorang yang belum

mencapai umur baligh. Pengertian baligh dalam Islam di artikan sebagai batasan

10M Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum Catatan Undang-undang Sistem Peradialan

Pidana Anak (Undang-undang-SPPA),h., 10 11Hadi supeno, kriminalisasi anak tawanan gagasan radikal peradilan anak tanpa

pemidanaan, (Jakarta pustaka utama,2010) h.,41 12M Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum Catatan Undang-undang Sistem Peradialan

Pidana Anak (Undang-undang-SPPA), h., 11 13Aziz Dahlan, dkk, Ensiklopedia Hukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,

1997)Jilid I, h., 112

Page 35: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

21

umur seseorang yang sudah dapat dipertanggungjawabkan perbuatannya secara

hukum. baligh dapat ditandai dengan proses pertumbuhan yang alami dari umur

seseorang. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda :

يب حت يتلم، وعن النائم حت يست يقظ، وعن المجنون حت يفيق رفع القلم عن ثالثة: عن الص

Artinya: “tidak dikenakan kewajiban syariatpada tiga orang, yaitu : orang yang tidur

hingga bangun, anak kecil hingga ihtilam, dan orang gila hingga

berakal”(Sunan Abu Dawud, no. 4403 dan Sunan At-Tirmidzi, no. 1423)

Dalam hadist tersebut, ciri-ciri tanda seseorang dapat dikatakan sudah baligh

atau belum baik untuk perempuan dan laki laki adalah (ihtilam), yaitu keluar sperma

untuk laki laki dan haid pertama untuk perempuan. Usia seseorang atas terjadinya

ihtilam baik pada laki laki dan perempuan rata rata usia antara umur 10 – 14 tahun

tergantung masing masing individu masing masing yang ditandai dengan

bermimpi.14

Anak sebenarnya dapat dikatakan sudah dewasa bukan berdasarkan hitungan

usia, melainkan sejak ada tanda tanda perubahan badaniyah (atau disebut dengan

baligh) bagi laki laki dan perempuan. Tanda tanda seorang sudah mencapai baligh itu

ada tiga, seperti dalam kitab Safinatun Najah yaitu :15

حتالم ف الذك ر و الن ثى )فصل( عالمة الب لوغ ثالث: تام خس عشرة سنة ف الذكر و الن ثى و ال

.لتسع سني و اليض ف الن ثى لت سع سني

Tanda-tanda baligh ada 3, yaitu:

1. Sempurna umur 15 tahun untuk laki-laki dan perempuan.

2. Keluar mani bagi laki-laki dan perempuan ketika berumur 9 tahun.

14Ibrahim Hosen, Fiqih perbandingan (jakarta : Balai penerbitan &perpustakaan Islam

Yayasan Ihya ulumuddin Indonesia, Jilid 1, 1971). h., 68. 15Syaikh Salim Bin Sumair Al Hadhramiy, Terjemahan Matan Safinatun Najah,

(Depok:muktabah Ar Razim, 2001), h., 4.

Page 36: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

22

3. Haidh bagi perempuan ketika berumur 9 tahun.

Para ahli fiqh berpendapat mengenai tiga masa yang dialami setiap orang sejak ia

lahir sampai dewasa, yaitu;

a. Fase pertama tidak adanya kemampuan berfikir (idrak) Masa ini dimulai

sejak seseorang dilahirkan dan berakhir pada usia tujuh tahun. Pada masa

tersebut seseorang anak dianggap tidak mempunyai kemapun berfikir, dan ia

disebut anak yang belum tamyiz. Sebenernya tamyiz atau masa seseorang

mulai bisa membedakan antara benar dan salah, tidak di batasi dengan usia

tertentu, karena tamyiz tersebut kadang-kadang bisa timbul sebelum usia

tujuh tahun dan kadang-kadang terlambat sesuai dengan perbedaan orang,

lingkungan, kondisi kesehatan akal, dan mentalnya. Akan tetapi, para fuqaha

berpedoman kepada usia dalam menentukan fase-fase tamyiz dan kemampuan

berfikir, agar ketentuan tersebut bisa berlaku untuk semua orang, dengan

berpegang kepada keadaan yang umum dan bisa terjadi pada anak.

Pembatasan tersebut diperlukan untuk menghindari kekacauan hukum. Di

samping itu pembatasan tamyiz dengan umur memungkinkan kepada se

seorang hakim untuk mengetahui dengan mudah apakah syarat tersebut

(kemampuan berfikir) sudah terdapat apa belum, sebab dengan usia anak

lebih lebih mudah mengetahuinya.16

b. Masa kemampuan berfikir yang lemah. Masa ini dimulai sejak seseorang

anak memasuki usia tujuh tahun dan berakhir pada usia dewasa (balig).

Kebanyakan fuqaha membatasi usia balig ini dengan lima belas tahun.

Apabila seseorang anak telah mencapai usia lima belas tahun maka ia sudah

dianggap dewasa menurut hukum, meskipun mungkin saja ia belum dewasa

dalam artian yang sebenarnya. Imam Abu Hanifah menetapkan usia dewasa

16Ahmad Wardi Muslim, Pengantar dan asas hukum pidana Islam fikih jinayah, (Jakarta:

Sinar Grafika,2004), h., 133

Page 37: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

23

dengan delapan belas tahun. Menurut satu riwayat sembilan belas tahun untuk

anak laki-laki dan tujuh belas tahun untuk perempuan.

Pada periode kedua ini, seorang anak tidak dikenakan pertanggungjawaban

pidana atas jarimah yang dilakukan baik jarimah hudud, qishash, maupun

ta’zir, akan tetapi, ia dapat dikenakan hukuman pengajaran (ta’dibiyah).

Pengajaran ini meskipun sebenarnya berupa hukuman juga, akan tetapi tetap

dianggap sebagai hukuman pengajaran dan bukan hukuman pidana. Oleh

karena itu, apabila anak tersebut berkali-kali melakukan jarimah dan berkali-

kali pula dijatuhkan pengajaran, namun ia tidak dianggapp sebagai recidivis

atau pengulangan kejahatan. Untuk pertanggungjawaban perdata ia tetap

dikenakan meskipun ia di bebaskan dari tanggung jawaban pidana.

c. Masa berfikir penuh atau sempurna Fase ini dimulai sejak si anak menginjak

usia kecerdasan (dewasa), yaitu ketika menginjak usia lima belas tahun,

menurut pendapat mayoritas fuqaha, atau berusia delapan belas tahun,

menurut pendapat Imam Abu Hanifah dan pendapat populer dalam mazhab

Maliki. Pada fase ini, seseorang dikenai tanggung jawab pidana atas tindak

pidana yang dilakukannya apa pun jenisnya. Dia dijatuhi hukuman hudud

apabila dia bezina atau mencuri dan di-qisas apabila di membunuh atau

melukai demikian pula dijatuhi hukuman ta’zir.17

Kecakapan untuk dikenai hukum atau yang disebut ahliyah al-wujub ( الوجوب ليةھأ

yaitu kepantasan seorang manusia untuk menerima hak-hak dan dikenai

kewajiban. Kecakapan dalam bentuk ini berlaku bagi setiap manusia ditinjau dari

segi ia adalah manusia, semenjak ia dilahirkan sampai menghembuskan nafas

terakhir dalam segala sifat, kondisi dan keadaannya. Para ahli Ushul membagi

ahliyah al-wujub itu kepada dua macam.18

17Ahmad Wardi Muslim, Pengantar dan asas hukum pidana Islam fikih jinayah, (Jakarta:

Sinar Grafika,2004), h., 133 18Amir Syaifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2011), h,. 426.

Page 38: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

24

Ahliyatul Wujub (ahli Wajib) Ialah kelayakan seseorang untuk ditetapkan

kepadanya hak dan kewajiban. Kelayakan inilah yang membedakan manusia dengan

binatang. Kekhususan yang ada pada manusia ini oleh para fuqoha disebut al-

zimmah, yaitu sifat naluri manusia untuk menerima hak orang lain dan menjalankan

kewajiban dirinya untuk orang lain. Ahliyatul wujub cakupannya bersifat

menyeluruh untuk semua jenis manusia tanpa memandang laki-laki atau perempuan,

anak-anak atau sudah balîg, punya akal atau gila, sehat atau sakit. Jadi, setiap

manusia yang mana saja tanpa terkecuali mempunyai kelayakan untuk menerima hak

dan kewajiban. Tidak ada manusia yang lepas dari kelayakan itu. Karena Ahliyatul

wujub itu dipandang sebagai sifat kemanusiaan. Dengan kata lain lebih tegas

Wahbab Zuhaili mengatakan bahwa ahliyatul wujub adalah sebuah ketetapan yang

diperuntukkan untuk manusia dari mulai penciptaannya sampai kepada kematian.

Abdul Wahab Khallaf membagi ahliyaut wujub menjadi dua macam:

a. Ahliyatu al-wujub al-naqisah, yaitu orang yang dianggap layak untuk

mendapatkan hak tetapi tidak layak untuk dibebankan kewajiban atau

sebaliknya. Contoh pertama adalah janin yang berada di dalam perut

ibunya, janin ini berhak mendapatkan warisan, wasiat dan wakaf akan

tetapi tidak dapat dibebani kewajiban pada dirinya terhadap orang lain

seperti memberi nafkah, memberi hibah. Adapun contoh yang kedua

adalah mayat yang meninggalkan hutang.

b. Ahliyatul wujub al-kamilah, yaitu orang yang layak untuk

mendapatkan hak dan layak untuk menjalankan kewajiban. Kelayakan

ini didapat oleh seseorang dimulai sejak lahir, pada masa kanak-

kanaknya, tamyiz, dan setelah balîg. Singkat kata ahliyatul wujub

kamilah selalu dikaitkan dengan kehidupan manusia secara

menyeluruh.

Kecakapan untuk menjalankan hukum yang disebut ahliyah al-ada’ yaitu

kepantasan seseorang manusia untuk diperhitungkan segala tindakannya menurut

Page 39: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

25

hukum. Ahliyah al-ada’ terdiri dari tiga tingkatan, setiap tingkatan ini dikaitkan

kepada batas umur seseorang manusia. Ketiga tingkat itu adalah:

1. Yang pertama yakni Adim al-ahliyah atau tidak cakap sama sekali, yaitu

manusia semenjak lahir sampai mencapai umur tamyiz sekitar umur 7 tahun.

Dalam batas ini seorang anak belum sempurna akalnya atau belum berakal.

2. Yang kedua Ahliyah al-ada naqishah atau cakap berbuat hukum secara lemah,

yaqitu manusia yang telah mencapai umur tamziy (kira-kira 7 tahun) sampai

batas dewasa. Penamaan naqishah (lemah) dalam bentuk ini oleh karena akalnya

masi lemah dan belum sempurna. Dalam hal ini tindakan manusia, ucapan atau

perbuatannya terbagi menjadi tiga tingkatan dan setiap tingkatan mempunyai

akbat hukum tersendiri yakni:

a. Tindakan yang semata-mata menguntungkan kepadanya. Umpamanya

menerima pamberian (hibah) dan wasiat.

c. Tindakan yang semata-mata nerugikannya atau mengurangi hak-hak yang

ada padanya, umpamanya pemberian yang dilakukannya baik dalam bentuk

hibah atau sedekah, pembebasan utang, jual beli dengan harga yang tidak

pantas.

b. Tindakan yang mengandung keuntungan dan kerugian. Umpamanya jual

beli, sewa menyewa, upah-mengupah, dan lainnya yang disatu pihak

mengurangi haknya dan dipihak lain menasmbah hak yang ada padanya.

3. Yang ketiga Ahliyah al-ada klimah atau cakap berbuat hukum secara sempurna,

yaitu manusia yang telah mencapai usia dewasa. Usia dewasa dalam kitab-kitab

fiqh ditentukan gengan tanda-tanda yang bersifat jasmani, yaitu bagi wanita telah

memulai haid atau mens dan para laki-laki dengan mimpi bersetubuh. Menurut

Abu Hanifah umur dewasa untuk laki-laki adalah 18 tahun, sedangkan bagi

perempuan adalah 17 tahun. tetapi banyak perbedaan tentang hal ini.

Arti pertanggungjawaban pidana sendiri dalam Syari’at Islam adalah

pembebanan seseorang dengan hasil (akibat) perbuatan yang dikerjakannya dengan

Page 40: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

26

kemauan sendiri, di mana ia mengetahui maksud-maksud dan akibat-akibat dari

perbuatannya itu. Pertanggungjawaban itu harus ditegakkan atas tiga hal, yaitu:19

1. Adanya perbuatan yang dilarang.

2. Dikerjakan dengan kemauan sendiri.

3. Pembuatnya mengetahui terhadap akibat perbuatan tersebut.

Ketiga hal tersebut di atas harus terpenuhi, sehingga bila salah satunya tidak

terpenuhi maka tidak ada pertanggungjawaban pidana. Dari ketiga syarat tersebut

dapat diketahui bahwa pertanggungjawaban pidana dibebankan seseorang selain

anak-anak sampai ia mencapai usia puber, bukan orang yang sakit syaraf (gila), dan

dalam keadaan tidur atau dipaksa.

19Makhrus Munajat, Fikih Jinazah “Hukum Pidana Islam”, (Yogyakarta : Pesantren Nawesa

Press, 2010), h.,, 73.

Page 41: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

27

BAB III

TINJAUAN HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM TERHADAP

PIDANA ANAK

A. Pengertian Tindak Pidana Anak

1. Tindak Pidana Anak Menurut Hukum Positif

Menurut Moeljatno, perbuatan Tindak Pidana ialah perbuatan yang dilarang

dan diancam dengan pidana, terhadap siapa saja yang melanggar larangan tersebut.

Perbuatan tersebut harus juga dirasakan oleh masyarakat sebagai suatu hambatan tata

pergaulan yang dicita-citakan oleh masyarakat.1

Dalam definisinya Moeljatno membedakan secara tegas antara perbuatan dan

pertanggungjawaban pidana. Dengan demikian terhadap seseorang yang disangka

melakukan tindak pidana, pertama-tama harus dibuktikan dahulu mengenai

perbuatan yang telah dilakukannya apakah telah memenuhi rumusan Undang-undang

atau tidak. Walaupun perbuatan tersebut telah memenuhi unsur-unsur sebagaimana

yang ditentukan dalam Undang-undang, namun tidak serta merta dan otomatis orang

tersebut harus dihukum, karena harus dilihat pula mengenai kemampuan tanggung

jawabnya. Dan apabila dianggap tidak mampu bertanggung jawab, maka orang

tersebut lepas dari segala tuntutan hukum. Konsep demikian merupakan konsep yang

dipakai dalam sistem angolo saxon yang memisahkan tindak pidana yaitu perbuatan

perbuatan yang dilarang (criminal art) dan pertanggungjawaban pidana yaitu tentang

kapan dan dalam hal apa seseorang telah dapat dijatuhi pidana (criminal

responsibility).2

Dalam istilah hukum pidana tidak kenal istilah “Tindak Pidana Anak” yang

dikenal dalam kepustakaan hukum pidana adalah “Tindak Pidana”. Istilah tersebut

menunjukan kepada perbuatan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh seseorang,

1 Nandang Sambas, Peradilan Pidana Anak di Indonesia dan Instrumen Internasional

Perlindungan Anak serta Penerapannya, h., 22. 2Nandang Sambas,Peradilan Pidana Anak di Indonesia dan Instrumen Internasional

Perlindungan Anak serta Penerapannya, h., 11

Page 42: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

28

mungkin seseorang yang telah dewasa atau seorang yang masih di bawah umur.

Dengan demikian istilah tindak pidana anak merupakan gabungan dari dua kata

tindak pidana dan anak yang masing masing mempunyai pengertian tersendiri. 3

Apabila dihubungkan dengan masalah Tindak pidana anak, maka terhadap

anak yang telah melakukan criminal act selain perlu dikaji dalam sifat dan

perbuatannya, patut diuji pula masalah kemampuan bertanggung jawab. Dengan

demikian diperlukan adanya kecermatan bagi hakim dalam menangani anak yang

disangka telah melakukan suatu tindak pidana, untuk menentukan masalah

pertanggungjawaban pidananya.

Tindak pidana anak tidak lepas dari Istilah kenakalan remaja atau dengan kata

lain dari kenakalan Anak yang terjemahan dari “juvenile delinquency”. Kata juvenile

berasal dari bahasa Latin “juvenilis” yang artinya anak-anak, anak muda, ciri

karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode Remaja. Sedangkan kata

delinquent juga berasal dari bahasa Latin “delinquere” yang artinya terabaikan,

mengabaikan; yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, kriminal, pelanggar

aturan, pembuat ribut, pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi, perbuatan

jahat (durjana) dan dursila. Pengertian juvenile delinquent secara terminologi,

banyak para tokoh-tokoh yang mendefinisikannya. Menurut Simanjutak pengertian

juvenile delinquency ialah suatu perbuatan yang disebut delinquent apabila

perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam

masyarakat di mana ia hidup.4

Menurut Arifin bahwa kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah tingkah

laku atau perbuatan yang berlawanan dengan hukum yang berlaku yang dilakukan

oleh anak-anak antara umur 10 tahun sampai umur 21 tahun. Pembahasan tentang

kenakalan remaja telah didekati secara antar disiplin ilmu baik dari segi rumusan

maupun dari segi pembinaan danpenanggulangan. Istilah kenakalan remaja

3Nandang Sambas, Peradilan Pidana Anak di Indonesia dan Instrumen Internasional

Perlindungan Anak serta Penerapannya,( yogyakarta. Graha Ilmu, 2013) h., 9 4Sudarsono, Etika Islam Tentang Remaja,(Jakarta; PT. Rineka Cipta, 1991), h., 9.

Page 43: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

29

merupakan penggunaan lain dari istilah kenakalan anak sebagai terjemahan dari

“juvenile delinquent”. Menurut Simanjuntak, suatu perbuatan disebut delinquent

apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma masyarakat

di mana ia hidup, suatu perbuatan yang anti sosial di mana di dalamnya terkandung

unsur-unsur anti normative.5

Sedangkan menurut Bimo Walgito merumuskan arti selengkapnya dari

“juvenile delinquent” yakni tiap perbuatan yang bila dilakukan oleh orang dewasa,

maka perbuatan itu merupakan kejahatan, jadi perbuatan melawan hukum yang

dilakukan oleh anak, khususnya anak remaja. Perbuatan atau perilaku remaja yang

menyimpang dari norma-norma masyarakat, maka perbuatan atau perilaku remaja

tersebut termasuk dalam kenakalan remaja, beliau mengatakan bahwa juvenile

delinquency (kenakalan remaja) bukan hanya perbuatan anak yang melawan hukum

semata, akan tetapi juga termasuk di dalamnya perbuatan yang melanggar norma

Masyarakat. Dewasa ini sering terjadi seorang anak digolongkan sebagai delinquent

jika pada anak tersebut tampak adanya kecenderungan-kecenderungan anti sosial

yang sangat memuncak sehingga perbuatan-perbuatan tersebut menimbulkan

gangguan-gangguan terhadap keamanan ketertiban masyarakat. Misalnya pencurian,

pembunuhan, penganiayaan, judi , minumam, pemerasan, penipuan, penggelapan dan

gelandangan serta perbutan-perbuatan lain yang dilakukan oleh anak remaja yang

meresahkan masyarakat6

Menurut Fuad Hasan, merumuskan definisi “juvenile delinquency” sebagai

berikut perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang bila mana

dilakukan oleh orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindakan kejahatan7

Walaupun banyak definisi yang dikemukakan oleh pakah hukum, istilah

juvenile delinquency belum terdapat keseragaman dalam bahasa Indonesia. Beberapa

istilah yang dikenal antara lain adalah kenakan anak, kenakan remaja, kenakalan

5Sudarsono, Etika Islam Tentang Remaja, h.,.15. 6Sudarsono, Kenakalan Remaja, Rehabilitas, dan Resosialisasi, (Jakarta: Rineka Cipta,

1995), h. 14 7Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta; Amzah, 2010), h., 11

Page 44: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

30

pemuda, (delikuensi) kenakalan anak, dan tuna sosial. Kesulitan untuk memberikan

istilah juvenile delinquency dihadapi juga diberbagai negara di asia. Dalam

penelitiannya perbandingan hukum tentang juvenile deliquency yang dibatasi di tujuh

negara di Asia yaitu Burma, Sri Langka, India, Jepang, Pakistan Philipina dan

Thailand dalam mengartikan juveline deliquency menitik beratkan kepada aspek

umur dan sifat dari perbuatan yang dilakukannya. Dengan demikian pengertian

juveline delinquency terbatas pada perbuata perbuatan yang dilakukan oleh mereka

yang tergolong kepada kelompok anak anak.8

Sebenarnya ada 2 (dua) kategori perilaku anak yang membuat ia harus

berhadapan dengan hukum, yaitu:

1. Status Offence adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan

oleh orang dewasa tidak dianggap sebagai kejahatan, seperti tidak

menurut, membolos sekolah atau kabur dari rumah ;

2. Juvenile Deliquency adalah perilaku kenakalan anak yang apabila

dilakukan oleh orang dewasa dianggap kejahatan atau pelanggaran

hukum9

Namun sebenarnya terlalu ekstrim apabila tindak pidana yang dilakukan oleh

anak-anak disebut dengan kejahatan, karena pada dasarnya anak-anak memiliki

kondisi kejiwaan yang labil, proses kemantapan psikis menghasilkan sikap kritis,

agresif dan menunjukkan tingkah laku yang cenderung bertindak mengganggu

ketertiban umum. Hal ini belum dapat dikatakan sebagai kejahatan, melainkan

kenakalan yang ditimbulkan akibat dari kondisi psikologis yang tidak seimbang dan

si pelaku belum sadar dan mengerti atas tindakan yang telah dilakukan anak.

Ada beberapa faktor penyebab yang paling mempengaruhi timbulnya kejahatan

anak, yaitu:

8Nandang Sambas, Peradilan Pidana Anak di Indonesia dan Instrumen Internasional

Perlindungan Anak serta Penerapannya,( Yogyakarta. Graha Ilmu, 2013) h., 15 9M Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum Catatan Undang-undang Sistem Peradialan

Pidana Anak (Undang-undang-SPPA), h., 33

Page 45: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

31

1) Faktor lingkungan

2) Faktor ekonomi / sosial

3) Faktor psikologis.10

Namun, dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) ditegaskan

bahwa seseorang dapat dipertanggungjawabkan perbuatannya karena adanya

kesadaran diri dari yang bersangkutan dan ia juga telah mengerti bahwa perbuatan itu

terlarang menurut hukum yang berlaku. Hal tersebut terlihat jelas dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) di Indonesia, bahwa suatu perbuatan

pidana (kejahatan) harus mengandung unsur-unsur:

1) adanya perbuatan manusia

2) perbuatan tersebut harus sesuai dengan ketentuan hukum

3) adanya kesalahan

4) orang yang berbuat harus dapat dipertanggungjawabkan.11

Tindakan kenakalan anak yang dilakukan oleh anak anak merupakan

perwujudan dari masa kepuberan remaja tanpa ada maksud merugikan orang lain

seperti yang disyaratkan dalam suatu perbuatan kejahatan yang tercantum dalam

kitab Undang-undang hukum pidana (KUHP) di mana pelaku harus menyadari akibat

dari perbuatannya itu erta pelaku mampu bertanggung jawab terhadap perbuatan

tersebut. Dengan demikian, kurang pas apabila kenakalan anang dianggap sebuah

kejahatan murni.12

Selain itu sitem peradilan pidana anak juga mempunyai asas asas yang terdapat

dalam Pasal 2 Undang-undang sistem perlindungan anak, antara lain :

1. Keadilan, Yang dimaksud dengan “keadilan” adalah bahwa setiap

penyelesaian perkara Anak harus mencerminkan rasa keadilan bagi Anak.

2. Nondiskriminasi, Yang dimaksud dengan ”nondiskriminasi” adalah tidak

adanya perlakuan yang berbeda didasarkan pada suku, agama, ras,

10A. Syamsudin meliala dan E sumaryono, kejahatan anak Suatu Tinjauan dari Psikologis

dan Hukum, (Yogyakarta: Liberty, 1985), h., 31 11Wagiati Soetodj, Hukum Pidana Anak (Bandung: PT refika Aditama,2006).h., 12. 12M Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum Catatan Undang-undang Sistem Peradialan

Pidana Anak (Undang-undang-SPPA),h., 34

Page 46: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

32

golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum Anak,

urutan kelahiran Anak, serta kondisi fisik dan/atau mental.

3. Kepentingan yang terbaik bagi anak, Yang dimaksud dengan ”kepentingan

terbaik bagi Anak” adalah segala pengambilan keputusan harus selalu

mempertimbangkan kelangsungan hidup dan tumbuh kembang Anak.

4. Penghargaan terhadap pendapat anak, Yang dimaksud dengan

”penghargaan terhadap pendapat Anak” adalah penghormatan atas hak

Anak untuk berpartisipasi dan menyatakan pendapatnya dalam

pengambilan keputusan, terutama jika menyangkut hal yang memengaruhi

kehidupan Anak.

5. Kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak, Yang dimaksud dengan

”kelangsungan hidup dan tumbuh kembang Anak” adalah hak asasi yang

paling mendasar bagi Anak yang dilindungi oleh negara, pemerintah,

masyarakat, keluarga, dan orang tua.

6. Pembinaan dan pembimbingan anak, Yang dimaksud dengan ”pembinaan”

adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas, ketakwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, pelatihan keterampilan,

profesional, serta kesehatan jasmani dan rohani Anak baik di dalam

maupun di luar proses peradilan pidana. Yang dimaksud dengan

”pembimbingan” adalah pemberian tuntunan untuk meningkatkan kualitas

ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku,

pelatihan keterampilan, profesional, serta kesehatan jasmani dan rohani

klien pemasyarakatan.

7. Proporsional, Yang dimaksud dengan ”proporsional” adalah segala

perlakuan terhadap Anak harus memperhatikan batas keperluan, umur, dan

kondisi Anak.

8. Perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya terakhir, dan

Yang dimaksud dengan “perampasan kemerdekaan merupakan upaya

terakhir” adalah pada dasarnya Anak tidak dapat dirampas

kemerdekaannya, kecuali terpaksa guna kepentingan penyelesaian perkara.

9. Penghindaran pembalasan, Yang dimaksud dengan “penghindaran

pembalasan” adalah prinsip menjauhkan upaya pembalasan dalam proses

peradilan pidana.

2. Tindak Pidana Menurut Hukum Islam (Jarimah)

Dalam Islam, hukum pidana disebut “jinayat” sedangkan dalam perbuatan-

perbuatan pidana disebut “jarimah”. Jinayat menurut bahasa Arab adalah bentuk

Page 47: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

33

kata jamak jinayah, yang artinya kesalahan, dosa, kriminal atau perbuatan dosa, dan

yang memperbuat disebut Jinayah.13

Fiqh jinayah terdiri dari dua kata, yaitu fiqh dan jinayah ( الفقه -الجنايةفقه

يفقه–فقه Pengertian fiqh secara bahasa berasal dari lafaz . (الجنائى , yang berarti

mengerti, atau paham secara mendalam. Sedangkan pengertian fiqh secara istilah

adalah ilmu tentang hukum-hukum syar’i praktis yang diambil dari dalil-dalil yang

terperinci. Dengan menganalisis definisi fiqh di atas, dapatdisimpulkan bahwa fiqh

adalah ilmu tentang hukum-hukum syariah yang bersifat praktis dan merupakan hasil

analisis seorang mujtahid terhadap dalil-dalil yang terperinci, baik yang terdapat

dalam Al-qur’an maupun hadist.14

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa materi Fiqh ada dua, yaitu

hukum-hukum syar’i yang berkaitan dengan perbuatan praktis dan dalil-dalil yang

menjadi landasannya. Namun meskipun dapat dibedakan, keduanya bukan

merupakan dua materi yang dapat dipisahkan. Dalil selalu dibutuhkan setiap muncul

hukum. Hukum yang berdiri tanpa dalil, dengan sendirinya akan runtuh. Artinya

hukum yang demikian tidak dapat diamalkan.15

Ada beberapa pandanganyang mengartikan Hukum Pidana Islam, diantaranya

yaitu Sayid Sabiq memberikan definisi jinayah sebagai berikut: Yang dimaksud

dengan jinayah dalam istilah syara’ adalah setiap perbuatan yang dilarang. Dan

perbuatan yang dilarang itu adalah setiap perbuatan yang oleh syara’ dilarang untuk

melakukannya, karena adanya bahaya terhadap agama, jiwa, akal, kehormatan atau

harta benda.

Abdul Qodir Audah berpendapat bahwa fiqih jinayah adalah perbuatan yang

dilarang oleh syara’ baik perbuatan itu mengenai jiwa, harta benda, atau lainnya.

Secara umum, pengertian Jinayat sama dengan hukum Pidana pada hukum positif,

13Mahmud Yunus,Kamus Arab Indonesia (Jakarta: Yayasan Pentafsiran Al Qur'an , 197).h.,

92. 14M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakarta, AMZAH: 2016)., h., 4. 15Abdul Aziz Dahlan, dkk, Ensiklopedia Hukum Islam, cet. 1, jilid 2, Ichtiar baru Van Hoeve,

h., 572

Page 48: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

34

yaitu hukum yang mengatur perbuatan yang yang berkaitan dengan jiwa atau anggota

badan, seperti membunuh, melukai dan lain sebagainya. A. Jazuli berpendapat, pada

umumnya pengertian dari istilah Jinayah mengacu kepada hasil dari perbuatan

seseorang. Biasanya pengertian tersebut terbatas pada perbuatan yang dilarang.

Dapat disimpulkan bahwa Tindak pidana dalam hukum Islam disebut dengan

jinayah yakni suatu tindakan yang dilarang oleh syara’ (Al Qur’an dan Hadis)

karena dapat menimbulkan bahaya bagi jiwa, harta, keturunan, dan akal. Pengertian

dari istilah jinayah mengacu pada hasil perbuatan seseorang dan dalam pengertian

tersebut terbatas pada perbuatan yang dilarang. para fuqaha menggunakan istilah

tersebut hanya untuk perbuatan-perbuatan yang mengancam keselamatan jiwa seperti

pemukulan, pembunuhan, dan sebagainya. Selain itu ada fuqaha yang membatasi

istilah jinayah kepada perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman hudud

dan Qishash, tidak termasuk perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman

ta’zir. istilah lain yang sepadan dengan istila jinayah adalah jarimah, yaitu larangan-

larangan Syara’ yang diancam Allah dengan hukuman had atau ta’zir16

Dalam penerapan hukum pidana Islam harus memenuhi unsur-unsurnya agar

dapat diterapkan meliputi :

a. Unsur formil adalah setiap perbuatan tidak dianggap melawan hukum dan

pelakunya tidak dapat dipidana kecuali ada undang-undang mengaturnya.

b. Unsur materiel adalah adanya tingkah laku seseorang yang membentuk

jarimah, baik dengan sikap perbuatan maupun sikap tidak berbuat.

c. Unsur moril adalah pelaku jarimah adalah orang yang dimintai

pertanggung jawaban pidana terhadap yang dilakukannya. Di mana orang

yang dapat dimintai pertanggungjawaban harus memenuhi syarat sebagai

mukallaf.17

16Djazuli, A, Fiqih Jinayah upaya menanggulangi Kejahatan Dalam Islam, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2000), h., 1 17Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam,(Jakarta:Sinar Grafika, 2005),h., 28.

Page 49: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

35

Dalam Islam seorang akan dikenakan pembebanan hukum apabila seseorang

itu mukallaf. Akal orang yang belum bisa memahami baik itu orang yang lupa, tidur,

gila dan anak-anak tidak bisa diberi beban hukum. Menurut kebanyakan fuqaha,

mereka membatasi usia seorang anak yang dapat dikenai pertanggungjawaban pidana

atas jarimah yang diperbuatnya yaitu setelah si anak mencapai usia 15 tahun.

Sedangkan menurut Ahmad Hanafi yang mengutip pendapat Imam Abu Hanifah,

membatasi kedewasaan pada usia 18 tahun dan menurut satu riwayat 19 tahun.18

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa dalam hukum Islam tindak pidana

anak adalah segala perbuatan anak yang melanggar hukum pada saat dia masih

digolongkan kategori usia anak, untuk menandakan seorang anak sudah dibebankan

hukum apabila telah balig. Di mana perkiraan balig-nya seorang anak dikategorikan

usia 15 atau 16 Tahun. Di atas usia tersebut dapat dibebankan hukum atas tindak

pidana yang dilanggarnya.

Arti pertanggungjawaban pidana sendiri dalam syariat Islam ialah pembebanan

seseorang dengan hasil (akibat) perbuatan yang dikerjakannya dengan kemauan

sendiri, di mana ia mengetahui maksud dan akibat dari perbuatannya itu.

Pertanggungjawaban itu harus ditegakkan atas tiga hal, yaitu :

1. Adanya perbuatan yang dilarang.

2. Dikerjakan dengan kemauan sendiri.

3. Pembuatnya mengetahui terhadap akibat perbuatan tersebut19

Dalam hukum pidana Islam terdapat asas-asasnya yang merupakan prinsip

untuk menguatkan suatu keterangan. Asas hukum pidana, misalnya, adalah tolak

ukur dalam pelaksanaan hukum pidana .20Asas-asas dalam hukum pidana Islam

meliputi :

18A. Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hlm. 37 19 Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 175. 20Mohammad Daud Ali, Asas-asas hukum Islam (hukum Islam I) : pengantar ilmu hukum

dan tata hukum Islam di Indonesia,(Jakarta : Rajawali,1990),hal. 113.

Page 50: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

36

1. Asas Legalitas adalah asas yang menyatakan bahwa tidak ada pelanggaran

dan tidak ada hukuman sebelum ada undang-undang yang mengaturnya.

Asas ini berdasarkan Al-Qur’an Surah Al-Israa’ (17) ayat 15:

ا ي هتدي لن فسه ها ول تزر وازرة وزر أخرى وما من اهتدى فإنم ا يضل علي ومن ضلم فإنم

عث رسول بني حتم ن ب كنما معذ

Artinya : “Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka

sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya

sendiri; dan barang siapa yang sesat maka sesungguhnya dia

tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang

berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak

akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul”. (Al-

Qur’an Surah Al-Israa’ayat 15)

Dalam kaidah fiqih ditegaskan pula bahwa: “tidak ada hukum bagi perbuatan

manusia sebelum adanya aturan” serta “hukum asal sesuatu itu adalah boleh

sampai datang petunjuk yang melarangnya”. Asas legalitas terbagi tiga dalam

proses penghukumannya. Pertama, adalah kejahatan kejahatan hudud yaitu

sanksi bagi kejahatan ini diberikan oleh kitab suci Al-Quran dan sunnah Nabi

Muhammad SAW (sebagai hak absolute dari Allah-haq Allah). Kedua,

kejahatan kejahatan Qisas (kejahatan terhadap jiwa dan badan) dan diberikan

sanksi oleh Al-Quran atau sunnah (sebagai suatu hak dari korban atau

keluarganya). Yang ketiga adalah kejahatan kejahatan ta’zir. Kejahatan ini

tidak dijelaskan atau diberikan sanksi oleh Alquran atau sunnah.21

2. Asas tidak berlaku surut dalam hukum pidana Islam

Asas tidak berlaku surut dalam hukum Islam pada kenyataannya

merupakan konsekuensi dari asas legalitas sebelumnya. Asas ini berarti

bahwa Undang-undang harus berlaku bagi perbuatan perbuatan yang

dilakukan setelah diundangkannya ketentuan itu. Asas ini dipergunakan untuk

21Topo santoso, menggagas hukum pidana Islam: penerapan syariat Islam dalam konteks

modernisasi, (asy syaamil pres & grafika 2001) h., 113

Page 51: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

37

melindungi seseorang dari penyalahgunaan kekuasaan dari pemegang

otoritas.22

Asas ini berdasarkan Al-Qur’an Surah Al-maidah ayat 93 :

وعملوا ملوا الصمالات جناح فيما طعموا إذا ما ات مقوا وآمنوا ليس على المذين آمنوا وع

يب المحسنني الصمالات ثم ات مقوا وآمنوا ثم ات مقوا وأحسنوا واللم

Artinya: Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan

amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah mereka

makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan

mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap

bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan

berbuat kebajikan. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat

kebajikan. (Al-Qur’an Surah Al-maidah ayat 93).

Para ahli fiqih mdern menyimpulkan bahwa larangan berlaku surut

adalah satu dari prinsip-prinsip dasar (kaidah ushuliah) dari syariah: “tidaka

ada hukum untuk perbuatan perbuatan sebelum adanya suatu nash” secara

singkat tiada kejahatan dan pidana kecuali ada hukumnya lebih dahulu.23

Ahli hukum mesir Abdul Qadir Audah, membagi ada dua

pengecualian asas tidak berlaku surut, yaitu :

a. Bagi kejahatan kejahatan berbahaya yang membahayakan

keamanan dan ketertiban umum.

b. Dalam keadan sangat diperlukan, untuk suatu kasus yang

penerapan berlaku surutnya adalah bagi kepentingan masyarakat.24

3. Asas Praduga Tak Bersalah

Asas praduga tak bersalah adalah asas yang mendasari bahwa

seseorang yang dituduh melakukan suatu kejahatan harus dianggap tidak

22Sanad Nagaty, The Theory of crime and criminal Responsibility in Islamic law sharia. )

chicago: office of internationl criminal Justice, 1991) h., 41 23Abdul Qadir Audah, Islamic System of Justice.(karachi:International Islamic

Publishers,1987). h., 314. 24Abdul Qadir Audah, Islamic System of Justiceh., 314

Page 52: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

38

bersalah sebelum hakimdengan bukti-bukti yang meyakinkan menyatakan

dengan tegas kesalahannya itu. Asas ini diambil dari ayat-ayat Al-Qur’an

yang menjadi sumber asas legalitas dan asas larangan memindahkan

kesalahan pada orang lain yang telah disebutkan.25

Asas ini juga mempunyai dasar hukum dalam Islam, dapat

disimpulkan dari firman Allah:

اجتنبوا كثريا من الظمن إنم ب عض الظمن إث ول تسمسوا ول ي غتب ب عضكم ي أي ها المذين آمنوا

تا فكرهتموه وات مقوا اللم إنم اللم ت وماب رحيم ب عضا أيب أحدكم أن يكل لم أخيه مي

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka

(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan

janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah

menggunjingkan satu sama lain. . .” (QS. al-Hujurat: 12)

Setiap orang dianggap tidak bersalah untuk suatu perbuatan jahat

kecuali dibuktikan kesalahannya pada sutu kejahatan tanpa ada keraguan, jika

suatu keraguan yang beralasan muncul, seorang tertuduh harus dibebaskan.26

4. Tidak sahnya hukuman karena keraguan

Berkaitan dengan asas praduga tidak bersalah adalah asas pembatalan

hukuman karena adanya keraguan sebagaimana hadist “hindarkan hudud

dalam keadaan ragu, lebih baik salah dalam membebaskan daripada salah

dalam keraguan”. Menurut ketentuan ini putusan untuk menjatuhkan

hukuman harus dilakukan dengan keyakinan tanpa adanya keraguan.27

Menurut Audah, keraguan disini berarti segala hal yang kelihatannya terbukti

25Ali, Zainuddin, Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 2007).h.,7. 26 Sanad Nagaty, The Theory of crime and criminal Responsibility in Islamic law sharia. )

chicago: office of internationl criminal Justice, 1991).h.,72 27Topo santoso, Menggagas Hukum Pidana Islam: Penerapan Syariat Islam dalam Konteks

Modernisasi, (Asy syaamil Press&Grafika 2001). h., 121.

Page 53: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

39

padahal pada kenyataan tidak terbukti atau segala hal yang sah menurut

ketentuan untuk itu dan yang tidak ada dalam kenyataannya sendiri.28

5. Prinsip kesamaan di hadapan hukum

Pada masa jahiliyah tidak ada kesamaan diantara manusia. Tidak ada

kesamaan antara tuan dan budak, antara pemimpin dan rakyat biasa, antar si

kaya dan si miskin. Akan tetapi dengan datangnya Islam hapuslah semua

perbedaan atas dasar ras, warna Bahasa dsb.29

Asas kesamaan dihadapan hukum (equality before the law). Dasar

hukumnya ialah ketika masa Rasulullah ada seorang wanita yang di dakwa

mencuri, kemudian keluarganya meminta Rasulullah membebaskan dari

hukuman. Rasulullah dengan tegas menolak perantara itu dengan

menyatakan:

ريف ت ركوه، وإذ م كانوا إذا سرق فيهم الش لكم أن ا أهلك الذين ق ب ا سرق فيهم أي ها الناس، إن

د سرقت لق أ الضعيف ، واي هللا لو أن فاطمة بنت مم دهاعت ي ط قاموا عليه الد

Artinya : “Wahai manusia, sesungguhnya yang membinasakan orang-orang

sebelum kalian adalah jika ada orang yang mulia (memiliki

kedudukan) di antara mereka yang mencuri, maka mereka biarkan

(tidak dihukum), namun jika yang mencuri adalah orang yang lemah

(rakyat biasa), maka mereka menegakkan hukum atas orang tersebut.

Demi Allah, sungguh jika Fatimah binti Muhammad mencuri, aku

sendiri yang akan memotong tanganya”30

Dalam hadist tersebut menandakan bahwa ikatan keluarga sekalipun tidak bisa

membuat berubahnya hukum padanya, bahkan menyelamatkannya dari hukum

walaupun dari orang terhormat.

6. Asas larangan memindahkan kesalahan kepada orang lain.

28AudahAbdul Qadir Audah, Islamic System of Justice.(karachi:International Islamic

Publishers,1987).h., 254 29Topo santoso, Menggagas Hukum Pidana Islam: penerapan syariat Islam dalam konteks

modernisasi, (Asy syaamil Press & Grafika 2001). h., 123. 30HR. Bukhari No. 6788 dan Muslim No. 1688

Page 54: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

40

Asas ini menyatakan setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia maka

perbuatan tersebut mendapatkan imbalan yang setimpal, yaitu perbuatan baik

akan mendapatkan imbalan yang baik dan perbuatan buruk juga akan

mendapatkan imbalan yang buruk. Adapun dasar hukum dari asas ini terdapat

dalam firman Allah dalam surat al-anam, yaitu:.

ها ول تزر وازرة وزر قل أغري اللم أبغي ر با وهو رب كل شيء ول تكسب كل ن فس إلم علي

تم ف يه تتلفون أخرى ثم إل رب كم مرجعكم ف ي ن ب ئكم با كن

Artinya: Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal

Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat

dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan

seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian

kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya

kepadamu apa yang kamu perselisihkan". (QS. al-Anam: 164).

Dalam hukum pidana Islam, asas ini berbicara tentang bahwa seseorang yang

berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, termasuk seorang bapak tidak

dapat menolong anaknya, dan sebaliknya seorang anak tidak dapat menolong

bapaknya, kecuali balasan terhadap seseorang hanyalah berdasarkan pada

sesuatu yang telah diusahakannya.31 Artinya dalam perbuatan pidana yang

dilakukan seseorang, maka tidak dapat dipindahkan atau dialihkan kepada orang

lain meskipun orang lain itu mempunyai hubungan kekeluargaan yang sangat

dekat dengan dirinya

Dalam tanggung jawab atas tindak pidana memang berlaku tanggung jawab

individu, akan tetapi dalam hubungan dengan tanggung jawab persoalan perdata

bisa dialihkan kepihak lain walaupun tanpa ikatan kekeluargaan32

31 Muhammad Alim, Asas-asas Negara Hukum Modern dalam Islam, (Yogyakarta: PT. Lkis

Printing Cemerlang, 2010). hlm. 347-348 32 Zainudin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 2007)., h., 1

Page 55: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

41

B. Tujuan Sistem Peradilan Pidana Anak

Gordon bazemore mengatakan bahwa tujuan sistem peradilan anak SPPA

berbeda beda tergantung pada paradigm asistem peradilan pidana yang dianut.33

Terdapat tiga paradigma peradilan anak yang terkenal yakni paradigma pembinaaan

individual, (individual treatment paradigm), paradigma retribututive (retributive

paradigm, dan paradigma restoratif (restorestatif paradigm).

1. Tujuan Sistem Peradilan Pidana Anak dengan paradigma pembinaan

individual

Yang dipentingkan adalah penekanan pada permasalahan yang dihadapi

pelaku, bukan pada peruatan kerugian yang diakibatkan. Tanggung jawab ini

terletak pada tanggung jawab sistemdalam memenuhi kebutuhan pelaku.

Penjatuhan sanksi dalam sistem peradialn pidana anak dengan paradigma

pembinaan individual adalah tidak relevan insidental dan secara umum tidak

layak. Pencapaian tujuan sanksi ditonjolkan pada indikator hal hal yang

berhubungan dengan apakah pelaku perlu diidentifikasi, apakah pelaku telah

dimintakan untuk dibina dalam program pembinaan khusus dan sejauh mana

program dapat di selesaikan. Putusan ditekannkan pada perintah pemberi

program untuk terapi dan pelayanan. Fokus utama untuk mengidentifikasi pelaku

dan pengembanagn pendekatan positif untuk mengoreksi masalah. Kondisi

delinkuenski ditetapkan dalam rangka pembinaan pelaku. Pelaku dianggap tak

berkompeten dan tak mampu berbuat rasional tanpa campur tangan terapik. Pada

umumnya pelaku dapat dibina, karena pelaku akan memperoleh keuntungan dan

campur tangan terapi.

Pencapaian tujuan diketahui dengan melihat apakah pelaku bisa menghindari

pengaruh buruk dari orang lain /lingkungan tertentu, apakah pelaku hadiir dan

berperan serta dalam pembinaan, apakah pelaku menunjukan kemajuan dalam

sikap dan self control, apakah ada kemajuan dalam interaksi dengan keluarga;

33Setya wahyudi, 2011, Implementasi Ide Diversi dalam Pembaruan Sistem Peradilan

Pidana Anak di Indonesia, (Yogyakarta, Genta Publishing) h., 38-40

Page 56: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

42

paket kerja probation telah disusun, dan aktivitas rekreasi yang telah

berlangsung. Menurut sistem peradilan pidana dengan paradigma pembinaan

individual, maka segi perlindungan masyarakat secara langsung, bukan baguan

fungsi peradilan anak.34

2. Tujuan Sistem Peradilan Pidana Anak dengan paradigma retributif

Ditentukan pada saat pelaku telah dijatuhi pidana. Tujuan penjatuhan sanksi

tercapai dilihat dengan kenyataan apakah pelaku telah dijatuhi pidana dengan

pemidanaan yang tepat, pasti setimpal serta adil. Bentuk pemidanaan berupa

penyekapan pengawasan elektronik, sanksi punitif, denda dan fee. Untuk

menciptakan perlindungan masyarakat dilakukan dengan pengawasan sebagai

strategi terbaik, seperti penahanan penyekapan dan pengawan elektronik.

Keberhasilan perlindungan masyarakat dengan dilihat pada keadaan apakah

pelaku telah ditahan, apakah pelaku residivis berkurang dengan pencegahan atau

penahanan.

3. Tujuan Sistem Peradilan Pidana Anak dengan paradigma Restoratif

Ada asumsi dalam sistem peradilan pidan anak dengan paradigma restoratif,

bahwa di dalam pencapaian tujuan penjatuhan sanksi, maka diikutsertakan

korban untuk berhak terlibat dalam proses peradilan. Indikator pencapaian tujuan

penjatuhan sanksi tercapai dengan dilihat apakah korban direstorasi, kepuasan

korban, besar ganti rugi, kesadaran pelaku atas perbuatannya, jumlah

kesepakatan perbaikan yang dibuat, kualitas pelayanan kerja dan keseluruhan

proses yang terjadi. Bentuk bentuk sanksi yaitu restutif, mediasi pelaku dan

korban, pelayanan korban, restorasi masyarakat pelayanan langsung pada korban

atau denda restoratif.

Pada penjatuan sanksi penggikut sertaan palaku, korban masyarakat, dan para

penegak hukum, secara aktif. Palaku berkerja aktif untuk merestore kerugian

korban, dan menghadapi korban/wakil korban. Korban aktif dalam semua

34 M Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum Catatan Undang-undang Sistem Peradialan

Pidana Anak (Undang-undang-SPPA), h., 45

Page 57: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

43

tahapan proses dan akan membantu dalam penentuan sanksi bagi si pelaku.

Masyrakat terlibat sebagi mediator, membantu korban dan mendukung

pemenuhan kewajiban pelaku. Penegak hukum memfasilitasi berlangsungnya

mediasi.

Fokus utama peradilan restoratif untuk kepentingan dan membangun secara

positif, maka anak dan keluarga merupakan sumber utama. Anak dianggap

berkompeten dan mempunyai kemampuan positif, bersifat preventif dan proaktif.

Untuk kepentinagn rehabilitasi pelaku dioperluakn perubahan sikap lembaga

kemasyarakatan dan prilaku orang dewasa rehabilitasi pelaku dilakukan dengan

pelaku yang bersifat learning by doing, konseling dan terapi untuk memotivasi

keterlibatan aktif para pihak.

Tujuan rehabilitasi tercapai dilihat pada keadaan apakah pelaku telah

memulai hal hal positif baru, apakah pelaku diberikan kesempatan untuk

memperaktekkan dan mendemostrasikan prilaku patuh norma, apakah stigma

dapat dicegah, apakah telah terjadi peningkatan keterikatan pada masyarakat?

Rehabilitasi pelaku dalm bentuk keghiatan praktik agar anak memperoleh

pengalaman kerja dan anak mampu mengembangkan proyek kultural sendiri.

Dalam aspek aspek rehabilitasi ini diperlukan secara bersama sama baik peran

pelaku korban dan masyarakat. Dan penegak hukum secara bersinergi.

Untuk meningkatkan perlindungan masyarakat maka pelaku dan korban

masyarakat dan propesonalitas peradilan anak sangat diharapkan perannya.

Pelaku harus terlibat secar konstruktif mengembangkan kompetensi dan kegiatan

restoratif dalm program secar seimbang, mengembangkan kontrol internal dan

berkomitmen dengan teman sebaya dan organisasi anak. Korban memberikan

masukan yang berguna untuk melanjutkan misi poerlindnunag masyarakat dari

ras takut dan kebutuan akan pengawasan pelaku deliunkuen, dan melindungi bagi

korbanj kejahatan lain. Masyarakat memberikan masukan bagi peradilan tentang

informasi latar belakang terjadinya kejahatan. Profesonalitas peradilan anak

menjamin pemenuhan kewajiaban pelaku dan pengawasan, membantu sekolah

Page 58: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

44

dan keluarga dalam upaya mereka mengawasi dan mempertahankan pelaku tetap

di dalam masyarakat.

4. Tujuan Sistem Peradilan Pidana Anak menurut Beijing Rules

“Sistem peradilan bagi anak akan mengutamakan kesejahteraan anak dan

memastikan bahwa reaksi apapun terhadap pelanggaran hukum anak akan selalu

sepadan dengan keadadan leadaan baik pada pelanggar hukumnya”. Rules 5.1

Beijing Rules

Dengan demikian tujuan penting dalam peradilan anak adalah memajukan

kesejahteraan anak (penghindarraan dari sanksi sanksi yang sekedar menghukum

semata) dan menekankan pada prinsip proporsionalitas (tidak hanya didasarkan

pada pertimbangan beratnya pelanggaran hukum tetapi juga pada keadaan pribadi

nya. Seperti status sosial, keadaan keluarga kerugian yang ditimbulkan atau

faktor yang berkaitan dengan keadaan pribadi yang akan mempengaruhi

kesepadanan reaksi reaksinya)35

5. Tujuan Sistem Peradilan Pidana Anak menurut konvensi hak anak

Dalam Konvensi Hak-Hak Anak (Convention of the Rights of the Child)

mengatur tentang prinsip perlindungan hukum terhadap anak yang mempunyai

kewajiban untuk memberikan perlindungan khusus terhadap anak yang

berhadapan dengan hukum. Prinsip perlindungan hukum terhadap anak harus

sesuai dengan Konvensi Hak-Hak Anak (Convention of the Rights of the Child)

sebagaimana telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia dengan

Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang pengesahan Convention of

the Rights of the Child (Konvensi tentang Hak-hak Anak. Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 1997 belum mengatur tentang Pengadilan Anak dan undang-

undang tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum masyarakat

35M Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum Catatan Undang-undang Sistem Peradialan

Pidana Anak (Undang-undang-SPPA), h.,50

Page 59: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

45

karena belum secara komprehensif memberikan perlindungan kepada anak yang

berhadapan dengan hukum sehingga perlu diganti dengan undang-undang baru.36

Dasar tujuan tujuan tersebut telah di tuangkan dalam Undang-undang Sistem

Peradilan Pidana Anak No 11 tahun 2014 yang menekankan hukuman pidana bagi

anak adalah kuhuman jalan terakhir dan mengedepankan diversi sebagai

penyelesaian perkara permasalahan hukum yang pelunya masih berstatus sebagi anak

di bawah umur.

Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak menggantikan Undang-Undang

Nomor 3 tahun 1997 tentangPengadilan Anak. Undang-Undang tentang Pengadilan

Anak tersebut digantikan karena belum memperhatikan dan menjamin kepentingan si

anak, baik anak pelaku, anak saksi, dan anak korban. Dalam Undang-Undang

Perlindungan Anak hanya melindungi anak sebagai korban, sedangkan anak sebagai

pelaku terkadang diposisikan sama dengan seperti pelaku orang dewasa.

Undang-undang SPPA ini menekankan kepada proses diversi di mana dalam

proses peradilan ini sangat memperhatikan kepentingan anak, dan kesejahteraan

anak. Pada setiap tahapan yaitu penyidikan di kepolisisan, penuntutan di kejaksaan,

dan pemeriksaan perkara di pengadilan wajib mengupayakan diversi berdasarkan

Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang SPPA.

Istilah sistem peradilan pidana anak merupakan terjemahan dari istilah The

Juvenile Justice System, yaitu suatu istilah yang digunakan sedefinisi dengan

sejumlah institusi yang tergabung dalam pengadilan, yang meliputi polisi, jaksa

penuntut umum dan penasehat hukum, lembaga pengawasan, pusat-pusat penahanan

anak, dan fasilitas-fasilitas pembinaan anak.37

Tujuan Sistem Peradilan Pidana Anak dengan paradigma pembinaan individual

yang dipentingkan adalah penekanan pada permasalahan yang dihadapi pelaku,

bukan pada perbuatan/kerugian yang diakibatkan. Penjatuhan sanksi dalam sistem

36 Mohammad Taufik, Weny Bukamo, dan Sayiful Azri,Hukum perlindungan anak dan

penghapusan kekerasan dalam rumah tangga (Jakarta Rineka Cipta, 2013) h., 62 37Setya Wahyudi, , Implementasi Ide Diversi dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana

Anak di Indonesia, (Yogyakarta, Genta Publishing 2011), h., 35

Page 60: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

46

peradilan pidana anak dengan paradigma pembinaan individual, adalah tidak relevan,

insidental dan secara umum tak layak. Tujuan diadakannya peradilan pidana anak

tidak hanya mengutamakan penjatuhan pidana saja, tetapi juga perlindungan bagi

masa depan anak dari aspek psikologi dengan memberikan pengayoman, bimbingan

dan pendidikan.38

Tujuan penting dalam peradilan anak adalah memajukan kesejahteraan anak

(penghindaran sanksi-sanksi yang sekadar menghukum semata) dan menekankan

pada prinsip proposionalitas (tidak hanya didasarkan pada pertimbangan beratnya

pelanggaran hukum tetapi juga pada pertimbangan keadaan-keaaan pribadinya,

seperti status sosial, keadaan keluarga, kerugian yang ditimbulkan atau faktor lain

yang berkaitan dengan keadaan pribadi yang akan mempengaruhi kesepadanan

reaksi-reaksinya).39

38Maidin Gultom, , Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana

Anak Di Indonesia,( Bandung, PT Refika Aditama 2014), h.,. 93 39Setya Wahyudi,, Implementasi Ide Diversi dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana

Anak di Indonesia, (Yogyakarta, Genta Publishing) , h., 41

Page 61: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

47

BAB IV

PUTUSAN HAKIM NOMOR 025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.pst DAN

ANALISIS MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

A. Putusan Hakim Nomor 025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.pst

A. Duduk Perkara

Pada bab ini penulis akan menjelaskan latar belakang kasus yang terjadi

diwilayah Peradilan Negeri Jakarta Pusat yaitu tentang pemerasan disertai

pengancaman. Berkas perkara yang dipelajari disini adalah perkara yang telah

diputus di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan Putusan Nomor 025/Pid.Sus-

Anak/2015/PN.Jkt.Pst. Berkas perkara tersebut diperoleh dengan cara pengambilan

data langsungh dari dokumen putusan perkara yang tercatat di Pengadilan Negeri

Jakarta pusat.

1. Fakta Persidangan

Fakta persidangan menceritakan tentang pemerasan disertai pengancaman yang

dilakukan oleh Muh. Hoeron Damai Sina bersama-sama dengan saksi Anton

Setiawan dan Sdr. Sahala (belum tertangkap) Kasus ini berawal pada hari Minggu

tanggal 04 Oktober 2015 sekitar jam 12.00 WIB bertempat di bawah Jalan Layang

Kereta Api samping Masjid Istiqlal Jl. Wijaya Kusuma Kelurahan Pasar Baru

Kecamatan Sawah Besar Jakarta Pusat terdakwa Muh. Hoeron Damai Sina bersama-

sama dengan saksi Anton Setiawan dan sdr. Sahala telah melakukan pemerasan

terhadap saksi yaitu Aditya Abdel Sofandi dan saksi Riski; Berawal pada hari

Minggu tanggal 04 Oktober 2015 sekitar pukul 07.00 wib, bertempat di Taman

Monas Jakarta Pusat terdakwa bertemu saksi Anton Setiawan dan Sahala (pada

belum tertangkap) lalu saksi Anton Setiawan berkata "yuk kita jalan cari duit nakut-

nakutin orang" lalu terdakwa dan Sdr. Sahala (Belum tertangkap) menjawab "yo"-

Selanjutnya dengan mengendarai 1 (satu) unit sepeda motor Hond Beat warna hitam

nomor Polisi B-6762-PZP miik terdakwa terdakwa Muh. Hoeron Damai Sina

bersama-sama dengan saksi Anton Setiawan dan Sdr. Sahala (belum tertangkap)

Page 62: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

48

dengan berboncengan menuju sekitar taman monas dan lapangan Banteng, kemudian

sekitar pukul 12.00 wib terdakwa melihat saksi Aditya Abdel Soffandi dan saksi

Risski Achmad Gaung S. serta saksi Andika sedang berjalan jalan, lalu saksi Anton

Setiawan dan sdr. Sahala (belum tertangkap) turun dari sepeda motor sedangkan

terdakwa tetap berada di atas sepeda motor sambil mengawasi situasi dalam keadaan

aman. Selanjutnya saksi Anton Setiawan menyuruh ketiga saksi untuk duduk di

trotoar jalan selanjutnya saksi Anton Setawan menghampiri para saksi dan berkata

"tadi adik-adik saya handphone nya diambil di Monas, kamu bukan yang ngambil,

coba keluarin handphone dan benda yang ada dikantong" kemudin sdr. Sahala

(belum tertangkap) berkata " sudah Handphone kasih aja", dan dikarenakan saksi

Aditya Abdel Soffandi dan saksi Risski Achmad Gaung S. serta saksi Andika diam

saja lalu saksi Anton Setiawan berkata" mana handphonenya, kalo tidak dikasih saya

pecahin kepala”.

Setelah ada perkataan tersebut lalu dikarenakan takut saksi Aditya Abdel

Sofandi mengeluarkan 1 (satu) buah Handphone merk Smartfren Andromek G.2

casing warna putih dan saksi Risski Achmad Gaung S menyerahkan 1 (satu) buah

topi warna merah merk Damitt untuk diserahkan kepada saksi Anton Setiawan.

Kemudiankemudian terdakwa Muh. Hoeron Damai Sina, sdr. Anton dan sdr. Sahala

(belum tertngkap) pergi meninggalkan saksi yang sebelumnya sdr. Anton

mengatakan kalau gak percaya handphonemu diambil temanmu saya ajak sebagai

jaminan kemudian saksi ikut diboncengin sepeda motor diajak pergi dan sekitar 500

meter saksi disuruh turun.

Setelah terdakwa Muh. Hoeron Damai Sina bersama-sama dengan saksi Anton

Setiawan (berkas perkara terpisah) dan Sdr. Sahala (belum tertangkap) mendapatkan

1 (satu) buah Handphone merk Smartfren Andromek G.2 casing warna putih dan 1

(satu) buah topi warna merah merk Damitt dengan mengendarai sepeda motor Hond

Beat warna hitam nomor Polisi B-6762-PZP kemudian pergi meninggalkan para

saksi lalu 1 (satu) buah Handphone merk Smartfren Andromek G.2 casing warna

putih yang dipegang oleh saksi Anton Setiawan (berkas perkara terpisah) diserahkan

Page 63: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

49

kepada terdakwa untuk dijual di Jl. Antara Pasar Baru Jakarta Pusat dengan harga

Rp. 540.000,- (lima ratus empat puluh ribu rupiah) dan uang tersebut oleh saksi

Anton Setiawan (berkas perkara terpisah) diberikan kepada terdakwa dan sdr. Sahala

(belum tertangkap) masing-masing sebesar Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu

rupiah).

Atas perbuatan terdakwa Muh. Hoeron Damai Sina bersamasama dengan saksi

Anton Setiawan (berkas perkara terpisah) dan Sdr. Sahala (belum tertangkap)

tersebut, kedua saksi yaitu Aditya Abdel Sofandi dan Risski Ahmad Gaung S.

menderita kerugian yang ditaksir seluruhnya sebesar Rp.980.000,-(sembilan ratus

delapan puluh ribu rupiah)

2. Dakwaan

Berdasarkan uraian di atas, bahwa terdakwa diajukan oleh Penuntut Umum dengan

dakwaan dakwaan yang berbentuk Tunggal, sehingga langsung dilakukan

pembuktian dakwaan yaitu dalam Pasal 368 ayat (2) Kitab Undang-undang Hukum

Pidana,

3. Tuntutan

1) Menyatakan terdakwa MUH. HOERON DAMAI SINA terbukti secara sah

dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana "Pemerasan disertai

Pengancaman" sebagaimana diatur dan diancam dengan pidana dalam Pasal

368 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

2) Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 10

(sepuluh) Bulan dikurangi selama berada dalam tahanan dengan perintah

agar tetap ditahan

3) Menyatakan barang bukti:

a. 1 (satu) unit sepeda motor merk Honda Beat warna hitam No. Pol. B-

6762-PZP;

b. 1 (satu) buah kardus warna putih untuk handphone merk Smartfren

Andromex G.2;

Page 64: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

50

4) Membebani terdakwa agar membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000,-

(dua ribu rupiah).

4. Pertimbangan Hukum Hakim

a. Barang Siapa.

Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara

melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman

kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian

adalah kepunyaan orang lain, yang dilakukan oleh dua orang atau lebih

dengan bersekutu.

Pembahasan unsur :

1. Unsur Barang Siapa bahwa unsur “Barang Siapa” orientasinya

selalu menunjuk kepada manusia sebagai subjek hukum, pendukung hak

dan kewajiban. Hal ini dapat disimpulkan dari sifat yang melekat pada

suatu tindak pidana yang terdiri dari tiga macam sifat yang bersifat

umum, yaitu melawan hukum, dapat dipersalahkan kepada si pelaku dan

bersifat dapat dipidana, sedangkan masalah penjatuhan pidana senantiasa

bersangkut paut dengan kemampuan bertanggung jawab dalam arti ada

kesalahan. Faktor kemampuan bertanggung jawab adalah menyangkut

masalah akal, oleh karena hanya manusia sebagai mahluk yang berakal,

maka kepada manusia saja dibebani pertanggungjawaban mengenai

kesalahannya, lebih tegas lagi para terdakwa tidak termasuk di dalam

pengertian Pasal 44 KUHAP tersebut. Bahwa terdakwa Hoerun Damai

Sina sebagai manusia pendukung hak dan kewajiban termasuk di dalam

pengertian "barang siapa". Dengan demikian unsur Barang Siapa telah

terpenuhi menurut hukum.

2. Bahwa berdasarkan fakta-fakta di persidangan berupa

keterangan saksi saksi dan terdakwa serta surat, unsur dengan maksud

untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan

hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan

Page 65: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

51

untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah

kepunyaan orang lain, yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan

bersekutu. Maka fakta persidangan telah masuk kedalam unsur tersebut.

B. Amar putusan

1. Menyatakan terdakwa MUH. HOERON DAMAI SINA tersebut di atas

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana "

Pemerasan disertai Pengancaman.

2. menjatuhkan pidama kepada Terdakwa MUH HOERON DAMAI SINA

selama 5 (LIMA) BULAN.

3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan

seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

4. Menetapkan terdakwa tetap ditahan.

5. Menyatakan barang bukti:

a. 1 (satu) unit sepeda motor merk Honda beat warna hitam No.Pol.B-

6761-PZp.

b. 1 (satu) buah kardus warna putih untuk hanphone merk Smartfren

Andmex G.2.

6. Membebankan kepada terdakwa membayar biaya perkara sebesar

Rp.2.000,- (dua riburupiah)

B. Analisisa Pandangan Hukum Positif Terhadap Putusan Nomor

025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.Pst.

Pada paragraf ini penulis akan menyajikan data yang diperoleh selama

melakukan penelitian. Data tersebut diperoleh melalui kepustakaan dan analisis

kasus yang telah menjadi berkas perkara. Yaitu berkas perkara yang telah diputus di

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Kasus dan data perkara tersebut diambil dengan

Page 66: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

52

cara labgsung dari dokumen putusan perkara yang tercatat di Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat.

Fungsi Hukum adalah seperangkat peraturan perundang-undangan yang sudah

disahkan oleh negara dan berlaku bagi setiap warga Negara. Hukum ini dilaksanakan

untuk memberikan perlindungan bagi setiap manusia agar terhindar dari segala

perbuatan kejahatan atau perlanggaran, melalui penegakan itulah keadilan menjadi

nyata.

Pemberian hukuman atau sanksi dalam proses hukum yang berlangsung dalam

kasus pelanggaran hukum oleh anak memang berbada dengan penyelesaian kasus

orang dewasa, karena dasar dasar pemikiran pemberian hukuman oleh negara bahwa

setiap warga negara adalah makhluk yang bertanggung jawab dan mampu

mempertanggung jawabkan perbuatannya. Sementara seorang anak dapat kitakan

belum mampu mempertanggungjawabkan segala kelakuan perbuatannya. Oleh

karena itulah proses penyelesaina hukum bagi anak harus dibedakan dengan

penyelesaian hukum untuk orang dewasa.

Dalam undang No. 11 Tahun 2012 acara pradilan pidanA anak diatur dalam

Bab III mulai dari pasal 16 sampai pasal 62, artinya ada 47 pasal yang mengatur

hukum acara pidana anak. Mengingat hukum acara pidana anak ini sebagai lex

specialis dari hukum acara pidana umum (KUHAP), maka ketentuan beracara dalam

hukum acara dalam hukum acara pidana (KUHAP) berlaku juga dalam acara

peradilan pidana anak, kecuali ditenjtukan dalam Undang-Undang sistem Peradilan

Pidana anak.

Dalam pasal 17 Undang-Undang sistem Peradilan Pidana anak, anak yang

berkaitan dengan hukum diberikan jaminan perlindungan hak-hak anak, maka,

peyidik, penuntut umum, dan hakim wajib memberikan perlindungan khusus bagi

anak yang diperiksa karena tindak pidana yang dilakukannya dalam situasi darurat

serta perlindungan khusus dan dilaksanakan melalui penjatuhan sanksi ytanpa

pemberatan.

Page 67: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

53

Dalam pasal 18 Undang-Undang sistem Peradilan Pidana anak menyebutkan

bahwa Dalam menangani perkara Anak, Anak Korban, dan/atau Anak Saksi,

Pembimbing Kemasyarakatan, Pekerja Sosial Profesional dan Tenaga Kesejahteraan

Sosial, Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, dan Advokat atau pemberi bantuan

hukum lainnya wajib memperhatikan kepentingan terbaik bagi Anak dan

mengusahakan suasana kekeluargaan tetap terpelihara.

Yang paling signifikan perbedaan antara penyelesaian antara sistem peradilan

pidana nak dan biasa adalah adanya penerapan diversi, yaitu melakukan penyelesaian

pelanggaran hukum diluar pengadilan yang dilukan oleh penegak hukum didasari

kewenangan aparat penegak hukum yang disebut discrection atau diversi.1 Hal ini

dilakukan supaya anak terhindar dari adanya efek negatif pemidanaan berupa

dehumanisasi (menurunnya nilai kemanusiaan), prisonisasi (pengaruh pembelajaran

kejahatan) dan stigmatisasi (cap jahat) juga turut menjadi pertimbangan dalam

mendorong lahirnya kebijakan diversi di Indonesia. Tujuandiversi terdapat dalam

pasal 6 UU sistem peradilan pidana anak:

a. mencapai perdamaian antara korban dan Anak;

b. menyelesaikan perkara Anak di luar proses peradilan;

c. menghindarkan Anak dari perampasan kemerdekaan;

d. mendorong masyarakat untuk berpartisipasi; dan

e. menanamkan rasa tanggung jawab kepada Anak.2

Dalam kasus perkara Nomor 025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.Pst. terjadi Tindak

pidana pemerasan dengan kekerasan, yaitu memaksa seseorang untuk menyerahkan

sesuatu benda yang diinginkan oleh para pelaku kejahatan dengan disertai dengan

kekerasan adalah sebuah kasus yang seharusnya perlu mendapatkan perhatian

khusus. Karena yang mana kasus pemerasan ini sangat meresahkan masyarakat.

masyarakat tidak lagi merasa nyaman, melainkan akan merasa takut dan was-was

1Marlina, pengantar konsep diversi dan restorative justice dalam hukum pidana (Medan:

USU Pres, 2010) h., 2 2 Lihat pasal 6 Undang-undang Sistem Peradilan Pidana Anak

Page 68: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

54

apabila berada di ruang publik. Karena tindak pidana pemerasan dapat terjadi kapan

saja. Dan dalam kasus tindak pidana pemerasan ini, menurut penulis kejahatan yang

dilakukan yaitu terdakwa dengan sengaja tanpa hak dan dengan kekerasan memaksa

orang lain untuk memberikan harta benda untuk menguntungkan dirinya sendiri dan

kelompoknya. Dan berdasarkan keterangan tersangka yang telah penulis uraikan

sebelumnya, maka berdasarkan fakta tersebut di atas dapat dianalisa bahwa memang

telah terjadi suatu tindak pidana.

Berdasarkan fakta persidangan dapat petunjuk bahwa telah terjadi tindak

pidana pemerasan, terhadap tersangka yang statusnya masih anak di bawah umur

dapat dikenakan pasal 368 KUHP. Dan dalam menangani perkara tindak pidana

pemerasan atau afpersing ini, Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menjerat

pelakunya berdasarkan ketentuan pasal 368 ayat (2) KUHP.

Putusan Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang memutuskan perkara

dengan berdasarkan pada pasal 368 ayat 2 KUHP adalah sudah tepat dari landasan

hukum tersebut,maka hakim menjerat pelaku dengan pasal 368 ayat 2 dikenakan

semua unsur yang harus terdapat di dalam tindak pidana pemerasan yang diatur

dalam pasal 368 ayat 2 pemerasan telah terpenuhi dalam kasus tindak pidana yang

dilakukan oleh terdakwa Muh. Hoeron Damai Sina.

Meski proses pengadilan menetapkan terdakwa anak berkaitan dengan hukum

dinyatakan bersalah, maka hakim tetap harus melakukan melakukan pertimbangan

pertimbangan hukum yang ada. Ketentuan ketentuan dalam Undang-undang sistem

perlindungan Anak Nomor 12 tahun 2014. Yaitu mengedepankan keadilan retorative

of justice yang diaplikasikan dalam proses diversi.

Penuntut umum wajib mengupayakan diversi paling lama 7 (tujuh) hari setelah

menerima berkas perkara dari penyidik dan diversi sebagai mana dimaksud,

dilaksanakan paling lama 30 (tiga puluh) hari. Dan apabila diversi gagal penuntut

umum wajib menyampaikan berita acara diversi dan melimpahkan perkara ke

pengadilan dengan melampirkan laporan hasil penelitian masyrakat.Hal tersebut

Page 69: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

55

yang tidak terjadi dalam perkara ini, penuntut umum tidak mengupayakan proses

penyelesaian perkara di luar persidangan.

Putusan hakim yang menjatuhkan hukuman pidana 5 bulan menurut Penulis

dirasa kurang tepat, karena dalam proses penyelesaian perkara ini hakim tidak

melakukan pertimbangan pertimbangan hukum yang ditentukan dalam Undang-

undang Sistem Perdilan PidanaAnak. Karena dalam hal ini berlaku adegium “Lex

specialis derogat legi generalis” atau hukum khusus mengesampingkan hukum

umum. Salah satu yang menjadi pertimbangan hakim adalah pasal 7 ayat (1) dan (2)

Undang-undang Sistem Peradilan Pidana Anak:3

1. Pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan perkara Anak di

pengadilan negeri wajib diupayakan Diversi.

2. Diversi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam hal tindak

pidana yang dilakukan:

a. diancam dengan pidana penjara di bawah 7 (tujuh) tahun; dan

b. bukan merupakan pengulangan tindak pidana

Jika dilihat dalam fakta persidangan terdakwa bukan merupakan pengulangan

tindak pidana dan ancaman dalam KUHpidana adalah 9 tahun apabila dilakukan

seorang anak maka ½ dari ancaman KUHP. Ketentuan ½ dari ancaman pidana

penjara diatur dalam pasal 81 (2) “Pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada

Anak paling lama 1/2 (satu perdua) dari maksimum ancaman pidana penjara bagi

orang dewasa”. Atas pertimbangan itulah seorang penegak hukum baik harus

melakukan diversi terhadap terdakwa yang berstatus Anak berkonflik hukum.

kemudian menurut penulis, penegak hukum juga tidak mempertimbangkan

ketentuan dalam pasal 9 ayat (2) yang berbunyi :

Kesepakatan Diversi harus mendapatkan persetujuan korban dan/atau keluarga

Anak Korban serta kesediaan Anak dan keluarganya, kecuali untuk:

3 Lihat pasal 7 Undang-undang Sistem peradilan Pidana anak

Page 70: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

56

1. tindak pidana yang berupa pelanggaran;

2. tindak pidana ringan;

3. tindak pidana tanpa korban; atau

4. nilai kerugian korban tidak lebih dari nilai upah minimum provinsi

setempat4

Dalam pasal 9 ayat (2) kesepakatan diversi harus mendapat persetujuan korban

dan/atau keluarga korban. Dalam poin D juga mengatur bahwa nilai kerugian korban

tidak lebih dari upah minimum provinsi. Jika dilihat fakta persidangan kejadian

perkara terjadi bulan oktober 2015 dan merugikan korban berupa materil sebesar

Rp.980.000 belum cukup untuk memidanakan terdakwa yang masih anak di bawah

umur. Karena pada UU SPPA pasal 9 ayat (2) kesepakatan diversi harus

mendapatkan persetujuan korban dan/atau keluarga Anak Korban serta kesediaan

Anak dan keluarganya, kecuali untuk: nilai kerugian korban tidak lebih dari nilai

upah minimum provinsi setempat.

Menurut Peraturan Gubenur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Nomor

176 tahun 2014 tentang upah minimum provinsi tahun 2015 memutuskan upah

minnimum provinsi DKI Jakarta sebesar Rp 2.700.000,00 (dua juta tujuh ratus

rupiah) perbulan.5 Jumlah tersebut jauh di atas dari kerugian materi yang diderita

korban sebesar Rp 980.00,00 (sembilan ratus delapan puluh ribu rupiah. Dari uraian

tersebut di ambil kesimpulan, upaya diversi harus dilakukan kepada terdakwa.

Yang menjadi tantangan berat untuk mengimplementasikan undang-undang

sistem peradilan anak bagi pemerintah dan aparat hukum dalam mewujudkan sistem

peradilan pidana yang ideal Undang-undang tersebut yang masih dalam masa transisi

yang infrastruktur yang masih dipersiapkan seperti dalam pasal 105 Undang-undang

sistem peradilan pidana anak:

a. setiap kantor kepolisian wajib memiliki Penyidik;

4 Lihat pasal 9 Undang-undang Sistem peradilan Pidana anak 5 Lihat Peraturan Gubenur DKI Nomor 176 tahun 2014

Page 71: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

57

b. setiap kejaksaan wajib memiliki Penuntut Umum;

c. setiap pengadilan wajib memiliki Hakim;

d. kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum

wajib membangun Bapas di kabupaten/kota;

e. kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum

wajib membangun LPKA dan LPAS di provinsi; dan

f. kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sosial

wajib membangun LPKS.

C. Analisisa Pandangan Hukum Islam Terhadap Putusan Nomor

025/Pid.Sus- Anak/2015/PN.Jkt.Pst.

Dalam hukum Islam pemerasan disamakan dengan hirabah atau qutta’u al-

tariq, hal ini sesuai pendapat Imam Al-Syafi’i dalam Al-Umm. Para pelaku

perampokan qutta’u al-tariq ialah mereka yang melakukannya penyerangan dengan

membawa sebuah senjata kepada sebuah komunitas orang, sehingga pelaku dapat

merampas harta kekayaan mereak di tempat tempat terbuka secara terng terangan.

Imam Syafii berpendapat apabila perbuatan ini dilakukan di dalam kota jelas dosa

mereka jauh lebih besar, walaupunjenis sanksi hukumannya tetap sama (dengan

apabila dilakukan di tempat terbuka), diantara pelaku tidak boleh dipotong tangannya

kecuali telah terbukti mengambil harta benda senilai seperempat dinar atau lebih. Hal

ini diqiyaskan dalam hadis tentang sanksi bagi pelaku pencurian masing masing

pelaku dalam hirabah ini diberikan sanksi hukum sesuai dengan perbuatannya.

Seseorang harus dihukum mati atau di salib , maka dibunuh terlebih dahulu, sebelum

disalib karena perbuatan pelaku tersebut harus dihukum sebagi tindakan yang di

benci.6 Dalam penjelasannya Imam Al-Syafii juga memberikan penjelasan mengenai

sanksi berdasarkan hisab dan kejahatannya.

6Nurul irfan, Fiqh Jinayah , (Jakarta, AMZAH: 2016),hal.,123

Page 72: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

58

Sementara Muhammad Abu Zahrah, dari kalangan hanafiyah, Mendefinisikan

hirabah adalah keluar untuk menyerang dan merampas harta benda yang dibawa oleh

ara pengguna jalan dengan cara paksa, sehingga mereka terhalang halangi dan tidak

bisa berjalan. Hal ini bisa dilakukan dengan berkelompok dan juga individu yang

jelas memiliki kemampuan untuk memutuskan jalan. Baik dilakukan dengan sengaja

pedang atau alat lain. Seperti tongkat kayu batu dan lain lain, yang tujuannya adalah

menakunakuti seseorang.7

Menurut Imam An-nawawi dalam al-majmu’ syarh al muhazdzab. Terhadap

orang yang menghumbusksn senjata dan meneror ornag dijalanan kota besar atau di

luar kota, maka seorang kepala negara harus menindaknya sebab kalau dibiarkan

pasti akan terus semakin kuat menegakan teror tersebut dan akan semakin besar

kerusakan yang terjadi, berupa pembunuhan atau perampasan harta benda. Kalau

para pelaku sudah berhasil ditangkap maka hukumanya adalah ta’zir, akan tetapi

kalau pelaku sudah mengambil dan merampas harta milik orang lain dan telah

mencapai nisobnya, seorang pemimpin wajib menghukum potong tangan kanan

pelaku dan tangan kiri pelaku.

Dari definisi ulama mengenai perampasan di atas, Abdul Qadir Audah

menjelaskan perbedaan perampasan dan pencurian. Perbedaannya adalah cara yang

dilakukan, pencurian dilakukan dengan sembunyi sembunyi sedangkan perampasan

dilakukan terang terangan dengan kekerasan dan teror.8

Menurut M. Athiyah dan Nur Uhbiyati mengemukakan tiga syarat apabila

seorang pendidik ingin menghukum anak dengan hukuman badan, yaitu:9

1. Sebelum usia 10 tahun anak-anak tidak boleh dipukul,

2. Pukulan tidak boleh lebih dari tiga kali (pukulan dengan lidi atau

tongkat kecil),

7Nurul irfan, Fiqh Jinayah ,hal.,123 8Nurul irfan, Korupsi dalam hukum pidana Islam, (Jakarta, AMZAH: 2016), h.,123. 9Aat Syafaat, dkk., Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan

Remaja (Juvenile Delinquency), (Jakarta: Rajawali Press, 2008), h., 47.

Page 73: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

59

3. Diberikan kesempatan kepada anak-anak untuk taubat untuk apa yang

ia lakukan dan memperbaiki kesalahannya tanpa perlu menggunakan

pukulan atau merusak nama baiknya.

Sedang menurut Abdul Karim Bakkar, adab-adab memberi hukuman adalah:10

1. Anak yang usianya belum 10 tahun tidak boleh dipukul,

2. Tidak memukul kepala atau muka,

3. Tidak memukulnya saat pendidik berada dalam puncak kemarahan,

4. Boleh memberi ancaman saat melihat kesalahan,

5. Setelah marahnya reda barulah memukul,

6. Tidak memukul anak di hadapan orang lain,

7. Pukulan tidak melukai atau membahayakan,

8. Tidak menyuruh kepada anak agar ia meminta maaf sebelum dipukul.

Seorang anak tidak akan dikenakan hukuman had karena kejahatan yang

dilakukannya, karena tidak ada beban tanggung jawab hukum atas seorang anak atas

usia berapapun sampai dia mencapai usia puber, qadhi hanya akan berhak untuk

menegur kesalahannya atau menetapkan beberapa pembatasan baginyayang akan

membantu memperbaikinya dan menghentikannya dari membuat kesalahan di masa

yang akan datang.

Fuqaha berselisih pendapat tentang siapakah yang harus membayar diyat

tindak pidana yang dilakukan oleh anak. Menurut Malik dan Abu Hanifah dan

segolongan fuqaha, seluruh diyatnya ditanggung oleh keluarga. Sedangkan menurut

Syafi’i, tindak pidana yang dilakukan oleh anak-anak secara sengaja, diyatnya

dikenakan terhadap harta anak itu sendiri.11

Silang pendapat diantara fuqaha berpangkal pada ketidak jelasan perbuatan

anak-anak antara yang sengaja dengan yang tersalah. Fuqaha yang memandang segi

kesengajaan lebih kuat mewajibkan diyatnya harus diambil dari hartanya sendiri.

10Aat Syafaat, dkk., Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan

Remaja (Juvenile Delinquency), (Jakarta: Rajawali Press, 2008), h., 49 11Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Jillid III, (terj: Imam Ghazali Said, dkk,.) (Jakarta:

Pustaka Amani, 2007), h.,549

Page 74: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

60

Sedangkan fuqaha yang memandang kemiripannya dengan tersalah yang lebih kuat

mewajibkan pembayaran diyat itu diambil dari harta keluarganya.12

Sedangkan dalam hukum Islam penyelesaian perkara pidana anak ini berbeda

dengan yang dijelaskan dalam peraturan hukum positif. Di mana dalam hukum

Islam. Penyelesaian perkara terhadap anak ini berbeda dengan hukuman orang

dewasa. Di dalam Islam dikenal dengan pendekatan metode, yaitu pengampunan (al-

‘afwu) dan perdamaian (sulh), sehingga gugurnya suatu hukuman dikarenakan

pengampunan dan perdamaian. Menurut mazhab Syafi’I dan Hambali, perdamaian

mempunyai makna ganda yaitu pengampunan dari tindak pidana saja atau diganti

dengan diyat. Kedua pengertian tersebut pembebasan hukuman dari pihak korban

tanpa menunggu persetujuan dari pihak pelaku.13

Berdasarkan penjelasan di atas dalam kasus perkara Nomor 025/Pid.Sus-

Anak/2015/PN.Jkt.Pst. tindak pidana pemerasan disamakan dengan hirabah dan

sanksinya sesuai dengan perbuatannya. Penulis membagi 2 aspek mengenai sanksi

yang dapat diberikan hakim kepada terdakwa menurut hukum Islam. Yaitu dari

pelakunya:

Berdasarkan pelakunya:

Berdasarkan berkas putusan perkara Nomor 025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.Pst

terdakwa adalah seorang anak yang masih di bawah umur berdasarkan Undang-

undang Sistem Peradilan Pidana anak. menurut ketentuan hukum Islam, anak di

bawah umur khususnya periode mumayyiz, apabila melakukan perbuatan jarimah

atau tindak pidana maka ia akan terbebas dari hukuman had. Namun karena Islam

tidak mengesampingkan kepentingan masyarakat dan suka akan ketentraman dan

kedamaian, maka pelaku jarimah yang belum dewasa tetap dijatuhi hukuman.

12. Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Jillid III, (terj: Imam Ghazali Said, dkk,.) (Jakarta:

Pustaka Amani, 2007), h., 549. 13Abdul Qadir Awdah, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam, Jilid II, (alih Bahasa: Tim

Tsalisah), (Bogor: Karisma Ilmu, 2007), h., 258

Page 75: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

61

Hukuman tersebut adalah hukuman pengajaran, yaitu hukuman yang di dalamnya

mengandung sifat pengajaran.14

Bentuk hukuman ta’zir bagi anak di bawah umur yang malakukan tindak

pidana pemerasan tidak ditentukan dalam hukum Islam tujuannya agar

memungkinkan bagi Hakim memilih hukuman mana yang sesuai dengan situasi dan

kondisi masyarakat, maka dibolehkan bagi Hakim menghukum dengan menyerahkan

ke negara atau memasukkan ke tempat rehabilitasi, sekolah, serta meletakkannya di

bawah pengawasan yang khusus atau yang lain, di mana mengandung pengajaran

dan pendidikan yang baik untuk pembelajaran.15

14Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah), (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000),

h., 141 15Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2003), h., 321

Page 76: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

62

BAB V

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka peneliti menyimpulkan dari uraia

tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Faktor yang menghambat hakim tidak menerapkan Undang-undang sistem peradilan

anak dalam perkara Nomor 025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.Pst. Berbagai macam

disharmonisasi perundang-undangan tentang perbedaan usia anak di Indonesia, maka

pada prakteknya di lapangan akan ada banyak kendala yang terjadi akibat dari

perbedaan tersebut.

Hal lain yang menjadi tantangan berat untuk mengimplementasikan undang-undang

sistem peradilan anak bagi pemerintah dan aparat hukum dalam mewujudkan sistem

peradilan pidana yang ideal Undang-haundang tersebut yang masih dalam masa

transisi yang infrastruktur yang masih dipersiapkan

b. Pandangan Hukum Positif terhadap putusan perkaran Nomor 025/Pid.Sus-

Anak/2015?PN.Jkt.pst Pemberian hukuman atau sanksi dalam proses hukum yang

berlangsung dalam kasus pelanggaran hukum oleh anak memang berbada dengan

penyelesaian kasus orang dewasa, karena dasar dasar pemikiran pemberian hukuman

oleh negara bahwa setiap warga negara adalah makhluk yang bertanggung jawab dan

mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya. Sementara seorang anak dapat

kitakan belum mampu mempertanggungjawabkan segala kelakuan perbuatannya.

Oleh karena itulah proses penyelesainnya hukum bagi anak harus dibedakan dengan

penyelesaian hukum untuk orang dewasa.

kemudian menurut penulis, penegak hukum juga tidak mempertimbangkan ketentuan

dalam pasal 9 ayat (2) yang berbunyi :Kesepakatan Diversi harus mendapatkan

persetujuan korban dan/atau keluarga Anak Korban serta kesediaan Anak dan

keluarganya, Dalam pasal 9 ayat (2) kesepakatan diversi harus mendapat persetujuan

Page 77: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

63

korban dan/atau keluarga korban. Dalam poin D juga mengatur bahwa nilai kerugian

korban tidak lebih dari upah minimum provinsi. Jika dilihat fakta persidangan

kejadian perkara terjadi bulan oktober 2015 dan merugikan korban berupa materil

sebesar Rp.980.000 belum cukup untuk memidanakan terdakwa yang masih anak di

bawah umur. Karena pada UU SPPA pasal 9 ayat (2) kesepakatan diversi harus

mendapatkan persetujuan korban dan/atau keluarga Anak Korban serta kesediaan

Anak dan keluarganya, kecuali untuk: nilai kerugian korban tidak lebih dari nilai

upah minimum provinsi setempat.

Menurut Peraturan Gubenur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Nomor 176

tahun 2014 tentang upah minimum provinsi tahun 2015 memutuskan upah

minnimum provinsi DKI Jakarta sebesar Rp 2.700.000,00 (dua juta tujuh ratus

rupiah) perbulan.1 Jumlah tersebut jauh di atas dari kerugian materi yang diderita

korban sebesar Rp 980.00,00 (sembilan ratus delapan puluh ribu rupiah. Dari uraian

tersebut di ambil kesimpulan, upaya diversi harus dilakukan kepada terdakwa.

Sedangkan dalam hukum Islam penyelesaian perkara pidana anak ini berbeda dengan

yang dijelaskan dalam peraturan hukum positif. Di mana dalam hukum Islam.

Penyelesaian perkara terhadap anak ini berbeda dengan hukuman orang dewasa. Di

dalam Islam dikenal dengan pendekatan metode, yaitu pengampunan (al-‘afwu) dan

perdamaian (sulh), sehingga gugurnya suatuhukuman dikarenakan pengampunan dan

perdamaian. Menurut mazhab Syafi’idan Hanbali, perdamaian mempunyai makna

ganda yaitu pengampunan dari tindak pidana saja atau diganti dengan diyat. Kedua

pengertian tersebut pembebasan hukuman dari pihak korban tanpa menunggu

persetujuan dari pihak pelaku.2

Berdasarkan kasus perkara Nomor 025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.Pst. tindak pidana

pemerasan disamakan dengan hirabah dan sanksinya sesuai dengan perbuatannya.

Penulis membagi 2 aspek mengenai sanksi yang dapat diberikan hakim kepada

1 Lihat Peraturan Gubenur DKI Nomor 176 tahun 2014 2Abdul Qadir Awdah, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam, Jilid II, (alih Bahasa: Tim

Tsalisah), (Bogor: Karisma Ilmu, 2007), h., 258

Page 78: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

64

terdakwa menurut hukum Islam. Yaitu dari pelakunya terdakwa adalah seorang anak

yang masih di bawah umur berdasarkan Undang-undang Sistem Peradilan Pidana

anak. menurut ketentuan hukum Islam, anak di bawah umur khususnya periode

mumayyiz, apabila melakukan perbuatan jarimah atau tindak pidana maka ia akan

terbebas dari hukuman had. Namun karena Islam tidak mengesampingkan

kepentingan masyarakat dan suka akan ketentraman dan kedamaian, maka pelaku

jarimah yang belum dewasa tetap dijatuhi hukuman. Hukuman tersebut adalah

hukuman pengajaran, yaitu hukuman yang di dalamnya mengandung sifat

pengajaran.3

Bentuk hukuman ta’zir bagi anak di bawah umur yang malakukan tindak pidana

pemerasan tidak ditentukan dalam hukum Islam tujuannya agar memungkinkan bagi

Hakim memilih hukuman mana yang sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat,

maka dibolehkan bagi Hakim menghukum dengan menyerahkan ke negara atau

memasukkan ke tempat rehabilitasi, sekolah, serta meletakkannya di bawah

pengawasan yang khusus atauyang lain, di mana mengandung pengajaran dan

pendidikan yang baik untuk pembelajaran.4

2. SARAN

a. Berdasarkan pemaparan diatas skripsi ini memberikan beberapa saran Akademis

bahwa Undang-undang sistem peradilan pidana anak yang bertujuan memberikan

jaminan perlindungan anak, khususnya anak yang berkonflik dengan hukum,

bahwasany melalui UU No. 11 Tahun 2012 tentang peradilan pidana anak ini,

mampu menghindari anak untuk dihukum pidana, melainkan untuk dibina dan

dibimbing agar mampu menjadi manusia yang utuh, cerdas dan bertanggung

jawabsebagai generasi penerus bangsa yang akan datang. Sehingga kedepan

bangsa ini semakin optimis dan semakin maju karena anak anak dibina dan

3Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah), (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000),

h., 141 4Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqih, h., 321

Page 79: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

65

dibimbing secara benar dengan tidak menghukumnya dengan hukum pidana

tetapi hukuman yang mendidik.

b. Saran berikutnya di tunjukan untuk praktisi hukum dan DPR selaku pengawas

Undang Undang, Diversi yang merupakan konsep penyelesaian perkara pidana

anak di luar proses peradilan pidana, harus selalu diupayakan mulai dari

penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di persidangan, maka seharusnya

penyidik penuntut umum dan hakim wajib menyupayakan diversi sebagai

perintah UU SPPA. Karena hukuman pidana dapat mengganggu perkembangan

dan mental seorang anak. Untuk selanjutnya seharusanya DPR selaku pengawas

Undang-undang harus terus menerus mengawasi agar undang-undang sistem

peradilan pidana anak dapat konsisten dan diterapkan kepada anak yang

berkonflik dengan hukum.

Page 80: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

66

DAFTAR PUSTAKA

A. Qirom syamsudin meliala dan E sumaryono, Kejahatan Anak Suatu Tinjauan dari

Psikologis dan Hukum, Liberty, Yogyakarta, 1985

Aat Syafaat, Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan

Remaja (Juvenile Delinquency), Jakarta: Rajawali Press, 2008.

Abdul Aziz Dahlan, dkk, Ensiklopedia Hukum Islam, cet. 1, jilid 2, Jakarta, Ichtiar

baru Van Hoeve, 1996.

Abdul Qadir Audah, Islamic System of Justice. Karachi:International Islamic

Publishers,1987.

.................., Ensiklopedia Hukum Pidana Islam, Jilid II, (alih Bahasa:

TimTsalisah), Bogor: Karisma Ilmu, 2007.

Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1976.

Ahmad Wardi muslich, Hukum Pidana Islam ,Jakarta:Sinar Grafika, 2005.

....................., Pengantar dan asas hukum pidana Islam fikih jinayah,

Jakarta:Sinar Grafika,2004.

Ali, Zainuddin, Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 2007.

Amir Syaifuddin, Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana, 2011.

........................., Garis-garis Besar Fiqih, Jakarta: Kencana, 2003

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Bandung : Kencana,

2014.

Aziz Dahlan, dkk, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,

1997

Djazuli, A, Fiqih Jinayah upaya menanggulangi Kejahatan Dalam Islam, Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2000.

Hadi supeno, kriminalisasi anak tawanan gagasan radikal peradilan anak tanpa

pemidanaan, Jakarta : pustaka utama,2010

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Jillid III, (terj:Imam Ghazali Said,

dkk,.)Jakarta,:Pustaka Amani, 2007.

Ibrahim Hosen, Fiqih perbandingan, Jakarta : Balai penerbitan &perpustakaan Islam

Yayasan Ihya ulumuddin Indonesia, Jilid 1, 1971.

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Page 81: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

67

Kusno adi, Kebijakan kriminal dalam penanggulangan tindak pidana narkotika oleh

anak, Malang : UMM press, 2009.

Mahmud Yunus, KAMUS ARAB INDONESIA, Jakarta: Yayasan Pentafsiran Al

Qur'an , 1997.

Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan

Pidana Anak Di Indonesia,Bandung: PT Refika Aditama, 2014.

Makhrus Munajat, Fikih Jinazah “Hukum Pidana Islam”, Yogyakarta : Pesantren

Nawesa Press, 2010.

Marlina, Pengantar konsep diversi dan restorative justice dalam hukum pidana ,

Medan:USU Pres, 2010.

Mohammad Daud Ali, Asas-asas hukum Islam (hukum Islam I) : pengantar ilmu

hukum dan tata hukum Islam di Indonesia,Jakarta : Rajawali,1990.

Mohammad Taufik, Weny Bukamo, dan Sayiful Azri, Hukum perlindungan anak

dan penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, Jakarta: Rineka Cipta, 2013.

Nandang Sambas, Peradilan Pidana Anak di Indonesia dan InstrumenInternasional

Perlindungan Anak serta Penerapannya, yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.

Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, Jakarta: AMZAH, 2016.

.......................,Fiqh Jinayah, Jakarta: AMZAH, 2015.

.........................,Korupsi dalam Hukum Pidana Islam, Jakarta: AMZAH: 2016.

Peraturan Gubenur DKI Nomor 176 tahun 2014.

Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah), Bandung: CV Pustaka Setia,

2000.

..........................,Hukum Pidana Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2000.

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta; Amzah, 2010.

Sanad Nagaty, The Theory of crime and criminal Responsibility in Islamic law

sharia. Chicago: Office of Internationl Criminal Justice, 1991.

Setya wahyudi, Implementasi Ide Diversi dalam Pembaruan Sistem Peradilan

Pidana Anak di Indonesia, Yogyakarta: Genta Publishing, 2011

Sudarsono, Etika Islam Tentang Remaja, Jakarta; PT. Rineka Cipta, 1991.

..........................,, Kenakalan Remaja, Rehabilitas, dan Resosialisasi, Jakarta: Rineka

Cipta, 1995.

Page 82: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

68

Syaikh Salim Bin Sumair Al Hadhramiy, Terjemahan Matan Safinatun Najah,

Depok: muktabah Ar Razim, 2001.

Terjemahan Al-Quran Departemen Agama RI, 2002 : 386

Topo santoso, Menggagas hukum pidana Islam: penerapan syariat Islam dalam

konteks modernisasi, Asy syaamil pres &Grafika 2001.

Undang-Undang Dasar 1945.

Undang-Undang No 23 tahun 2002 Tentang perlindungan anak

Undang-Undang Peradilan Pidana Anak No. 11 tahun 2012.

Undang-Undang Perlindungan Anak No35 tahun 2014

Undang-Undang No 23 tahun 2002 Tentang perlindungan anak

Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak, Bandung: PT Refika Aditam,2006.

Page 83: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

P U T U S A NNomor : 025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.Pst.

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang mengadili perkara pidana anak dengan acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara Terdakwa :

Nama Lengkap : Muh. Hoeron Damai Sina.

Tempat Lahir : Jakarta.Umur/Tgl.Lahir : 16 tahun / 05 Mei 1999.Jenis Kelamin : Laki-laki.Kebangsaan : INDONESIA.Tempat Tinggal : JL. Pintu Air II/37 Rt.

03/04 Kelurahan Kebon Kelapa Kecamatan Gambir Jakarta Pusat.

A g a m a : Islam.Pekerjaan : Pelajar.Pendidikan : SMP Paket B.

Terdakwa tersebut telah ditahan berdasarkan surat perintah penetapan/penahanan oleh:

1. Penyidik, sejak tanggal 30 September 2015 sampai dengan tanggal 06 Agustus 2015;

2. Perpanjangan Penuntut Umum, sejak tanggal 07 Oktober 2015 sampai dengan tanggal 14 Oktober 2015;

3. Diperpanjang oleh Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, sejak tanggal 26 September 2015 s/d tanggal 30 September 2015;

4. Penuntut Umum, sejak tanggal 12 Oktober 2015 sampai dengan tanggal 16 Oktober 2015;

5. Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, sejak tanggal 27 Oktober 2015 sampai dengan tanggal 05 Nopember 2015;

6. Wakil Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, sejak tanggal 06 Nopember 2015 sampai dengan tanggal 20 Nopember 2015;

Terdakwa didampingi oleh Penasihat Hukum Wahyudin, SH. POSBAKUM alamat Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berdasarkan Penetapan Hakim tertanggal 10 Nopember 2015;

Terdakwa didampingi oleh Pembimbing Kemasyarakatan (BAPAS) Jakarta Pusat Pengadilan Negeri tersebut;

Halaman 1 dari 15 Putusan Nomor 025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.Pst

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 84: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Setelah membaca:• Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor 025/

Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.Pst tanggal 29 Oktober 2015 tentang penunjukkan Hakim;

• Penetapan Hakim Nomor 025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.Pst. tanggal 3 Nopember 2015 tentang penetapan hari sidang pertama hari Kamis, tanggal 5 Nopember 2015;

• Hasil penelitian kemasyarakatan;• Berkas perkara dan surat-surat lain yang bersangkutan;

Setelah mendengar keterangan Saksi-saksi dan Terdakwa serta memperhatikan bukti surat dan barang bukti yang diajukan di persidangan;

Setelah mendengar pembacaan tuntutan pidana yang diajukan oleh Penuntut Umum yang pada pokoknya sebagai berikut:

MENUNTUT :

1. Menyatakan terdakwa MUH. HOERON DAMAI SINA terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana "Pemerasan disertai Pengancaman" sebagaimana diatur dan diancam dengan pidana dalam Pasal 368 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 10 (sepuluh) Bulan dikurangi selama berada dalam tahanan dengan perintah agar tetap ditahan

3. Menyatakan barang bukti:• 1 (satu) unit sepeda motor merk Honda Beat warna hitam No. Pol. B-6762-PZP;• 1 (satu) buah kardus warna putih untuk handphone merk Smartfren Andromex G.2;

Dipergunakan dalam perkara lain atas nama Anton Setiawan (berkas perkara terpisah)

4. Membebani terdakwa agar membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah).

Setelah mendengar permohonan Terdakwa yang pada pokoknya menyatakan mengakui kesalahannya, dan berjanji tidak ingin mengulanginya lagi dan mohon hukuman yang seringan-ringannya;

Setelah mendengar pembelaan Penasehat Hukum Terdakwa yang pada pokoknya memohon diberikan tindakan dikembalikan kepada orang tua

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 85: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

atau setidak-tidaknya dapat meneruskan Pendidikannya di Panti Dinas Sosial milik Pemerintah dengan harapan masih dapat memperbaiki perbuatannya serta dapat keterampilan dan pendidikan dengan harapan akan mendapatkan masa depan yang baik;

Setelah mendengar tanggapan Penuntut Umum terhadap permohonan Terdakwa dan Penasehat Hukum yang pada pokoknya sebagai berikut tetap pada tuntutannya;

Menimbang, bahwa Terdakwa diajukan ke persidangan oleh Penuntut Umum didakwa berdasarkan surat dakwaan sebagai berikut:

-----Bahwa terdakwa Muh. Hoeron Damai Sina bersama-sama dengan saksi Anton Setiawan (berkas perkara terpisah) dan Sdr. Sahala (belum tertangkap) pada hari Minggu tanggal 04 Oktober 2015 sekitar jam 12.00 WIB atau setidak-tidaknya pada suatu hari dalam bulan Oktober 2015 bertempat dibawah Jalan Layang Kereta Api samping Masjid Istiqlal Jl. Wijaya Kusuma Kelurahan Pasar Baru Kecamatan Sawah Besar Jakarta Pusat atau setidak-tidaknya di suatu tempat yang masih dalam daerah hukum Pengadilan Negri Jakarta Pusat, dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu berupa 1 (satu) buah Handphone merk Smartfren Andromek G.2 casing warna putih dan 1 (satu) buah topi warna merah merk Damitt yang seluruhnya atau sebagiannya kepunyaan orang lain yaitu milik saksi Aditya Abdel Soffandi dan saksi Risski Achmad Gaung S. atau supaya membuat hutang maupun menghapuskan piutang, yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;

perbuatan tersebut dilakukan terdakwa dengan cara-cara sebagai berikut :

• Berawal pada hari Minggu tanggal 04 Oktober 2015 sekitar pukul 07.00 wib, bertempat di Taman Monas Jakarta Pusat terdakwa bertemu saksi Anton Setiawan (berkas perkara terpisah) dan Sahala (belum tertangkap) lalu saksi Anton Setiawan (berkas pekara terpisah) berkata “yuk kita jalan cari duit nakut-nakutin orang” lalu terdakwa dan Sdr. Sahala (Belum tertangkap) menjawab “yo”. Selanjutnya dengan mengendarai 1 (satu) unit sepeda motor Hond Beat warna hitam nomor Polisi B-6762-PZP miik terdakwa Muh. Hoeron Damai Sina bersama-sama dengan saksi Anton Setiawan (berkas perkara terpisah) dan Sdr. Sahala (belum tertangkap) dengan berboncengan

Halaman 3 dari 15 Putusan Nomor 025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.Pst

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 86: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

menuju sekitar taman monas dan lapangan Banteng, kemudian sekitar pukul 12.00 wib terdakwa melihat saksi Aditya Abdel Soffandi dan saksi Risski Achmad Gaung S. serta saksi Andika sedang berjalan lalu saksi Anton Setiawan (berkas Perkara terpisah) dan sdr. Sahala (belum tertangkap) turun dari sepedda motor sedangkan terdakwa tetap berada diatas sepeda motor sambil mengawasi situasi dalam keadaan aman. Selanjutnya saksi Anton Setiawan (berkas Perkara terpisah) menyuruh ketiga saksi untuk duduk di trotoar jalan selanjutnya saksi Anton Setawan (berkas Perkara terpisah) menghampiri para saksi dan berkata “tadi adik-adik saya handphone nya diambil di Monas, kamu bukan yang ngambil, coba keluarin handphone dan benda yang ada dikantong” kemudin sdr. Sahala (belum tertangkap) berkata “ sudah Handphone kasih aja”, dan dikarenakan saksi Aditya Abdel Soffandi dan saksi Risski Achmad Gaung S. serta saksi Andika diam saja lalu saksi Anton Setiawan (berkas terpisah) berkata “ mana handphonenya, kalo tidak dikasih saya pecahin kepala’. Setelah ada perkataan tersebut lalu dikarenakan takut saksi Aditya Abdel Sofandi mengeluarkan 1 (satu) buah Handphone merk Smartfren Andromek G.2 casing warna putih dan saksi Risski Achmad Gaung S menyerahkan 1 (satu) buah topi warna merah merk Damitt untuk diserahkan kepada saksi Anton Setiawan (berkas perkara terpisah).

• Setelah terdakwa Muh. Hoeron Damai Sina bersama-sama dengan saksi Anton Setiawan (berkas perkara terpisah) dan Sdr. Sahala (belum tertangkap) mendapatkan 1 (satu) buah Handphone merk Smartfren Andromek G.2 casing warna putih dan 1 (satu) buah topi warna merah merk Damitt dengan mengendarai sepeda motor Hond Beat warna hitam nomor Polisi B-6762-PZP kemudian pergi meninggalkan para saksi lalu 1 (satu) buah Handphone merk Smartfren Andromek G.2 casing warna putih yang dipegang oleh saksi Anton Setiawan (berkas perkara terpisah) diserahkan kepada terdakwa untuk dijual di Jl. Antara Pasar Baru Jakarta Pusat dengan harga Rp. 540.000,- (lima ratus empat puluh ribu rupiah) dan uang tersebut oleh saksi Anton Setiawan (berkas perkara terpisah) diberikan kepada terdakwa dan sdr. Sahala (belum tertangkap) masing-masing sebesar Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah).

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 87: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa atas perbuatan terdakwa Muh. Hoeron Damai Sina bersama-sama dengan saksi Anton Setiawan (berkas perkara terpisah) dan Sdr. Sahala (belum tertangkap) tersebut, kedua saksi yaitu Aditya Abdel Sofandi dan Risski Ahmad Gaung S. menderita kerugian yang ditaksir seluruhnya sebesar Rp.980.000,-(sembilan ratus delapan

puluh ribu rupiah).

----Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal

368 ayat (2) K.U.H.Pidana.

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya Penuntut Umum telah mengajukan Saksi-saksi sebagai berikut:1. Saksi ADITYA ABDEL SOFFANDI, dibawah sumpah dimuka persidangan menerangkan sebagai berikut :

• Bahwa saksi daiam keadaan sehat jasmani dan rokhani dimuka persidangan;• Bahwa benar pada hari Minggu tanggal 04 Oktober 2015 sekitar jam 12.00 WIB bertempat dibawah Jalan Layang Kereta Api samping Masjid Istiqlal Jl. Wijaya Kusuma Kelurahan Pasar Baru Kecamatan Sawah Besar Jakarta Pusat terdakwa bersama-sama dengan sdr. Anton dan satuorang lagi yang tidak saksi kenal telah melakukan pemerasan terhadap saksi;• Bahwa benar adapun cara terdakwa melakukan peruatan tersebut dengan cara terdakwa bersama dua orang teman terdakwa datang dari arah belakang dengan mengendarai sepeda motor yamaha beat, lalu salah satu teman terdakwa menyuruh saksi dan teman saksi yang bernama Riski, dan saksi Andika untuk duduk ditrotoar jalan dan setelah saksi duduk sdr. Anton berdiri didepan saksi sedangkan terdakwa duduk diatas sepeda motor kemudian sdr. Anton mengatakan kepada kami "tadi adik-adik saya handphone nya diambil di Monas, kamu bukan yang ngambil, coba keluarin handphone dan benda yang ada dikantong" kemudin sdr. Sahala (belum tertangkap) berkata " sudah Handphone kasih aja", dan dikarenakan saksi Aditya Abdel Soffandi dan saksi Risski Achmad Gaung S. serta saksi Andika diam saja lalu sdr. Anton Setiawan berkata " mana handphonenya, kalo tidak dikasih saya pecahin kepala'. Setelah ada perkataan tersebut lalu dikarenakan takut saksi Aditya Abdel Sofandi mengeluarkan 1 (satu) buah Handphone merk Smartfren Andromek G.2 casing warna putih dan saksi

Halaman 5 dari 15 Putusan Nomor 025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.Pst

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 88: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Risski Achmad Gaung S menyerahkan 1 (satu) buah topi warna merah merk Damitt untuk diserahkan kepada sdr. Anton Setiawan;• Bahwa benar kemudian terdakwa, sdr. Anton dan sdr. Sahala (belum tertngkap) pergi meninggalkan saksi yang sebelumnya sdr. Anton mengatakan kalau gak percaya handphonemu diambil temanmu saya ajak sebagai jaminan kemudian saksi Andika ikut diboncengin sepeda motor diajak pergi;• Bahwa benar dikarenakan takut terjadi sesuatu dengan saksi Andika lalu saksi melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Sawah Besar pada hari Minggu tanggal 11 Oktober 2015 lalu tidak berapa lama kemudian ada anggota Polisi dari Polsek Sawah Besar memberitahu kepada saksi bahwa para terdakwa telah tertangkap;• Bahwa benar akibat perbuatan terdakwa bersama-sama dengan saksi Anton Setiawan (berkas perkara terpisah) dan Sdr. Sahala (belum tertangkap) tersebut, kedua saksi yaitu Aditya Abdel Sofandi dan Risski Ahmad Gaung S. menderita kerugian yang ditaksir seluruhnya sebesar Rp.980.000,-(sembilan ratus delapan puluh ribu rupiah).

2. Saksi RISKI ACHMAD GAUNG. S dan Saksi ANDIKA PRASEYA, dibawah sumpah dimuka persidangan menerangkan sebagai berikut;

• Bahwa saksi dalam keadaan sehat jasmani dan rokhani dimuka persidangan;• Bahwa benar pada hari Minggu tanggal 04 Oktober 2015 sekitar jam 12.00 WIB bertempat dibawah Jalan Layang Kereta Api samping Masjid Istiqlal Jl. Wijaya Kusuma Kelurahan Pasar Baru Kecamatan Sawah Besar Jakarta Pusat terdakwa bersama-sama dengan sdr. Anton dan satu orang lagi yang tidak saksi kenal telah melakukan pemerasan terhadap saksi;• Bahwa benar adapun cara terdakwa melakukan perbuatan tersebut dengan cara terdakwa bersama dua orang teman terdakwa datang dari arah belakang dengan mengendarai sepeda motor Honda beat, lalu salah satu teman terdakwa menyuruh saksi dan teman saksi yang bernama Aditya, dan saksi Andika untuk duduk ditrotoar jalan dan setelah saksi duduk sdr. Anton berdiri didepan saksi sedangkan terdakwa duduk diatas sepeda motor kemudian sdr. Anton mengatakan kepada kami "tadi adik-adik saya handphone nya diambil di Monas, kamu bukan yang ngambil, coba keluarin handphone dan benda yang ada dikantong" kemudin sdr. Sahala (belum

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 89: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

tertangkap) berkata " sudah Handphone kasih aja", dan dikarenakan saksi Aditya Abdel Soffandi dan saksi serta saksi Andika diam saja lalu sdr. Anton Setiawan berkata “ mana handphonenya, kalo tidak dikasih saya pecahin kepala. Setelah ada perkataan tersebut lalu dikarenakan takut saksi Aditya Abdel Sofandi mengeluarkan 1 (satu) buah Handphone merk Smartfren Andromek G.2 casing warna putih dan saksi menyerahkan 1 (satu) buah topi warna merah merk Damitt untuk diserahkan kepada sdr. Anton Setiawan;• Bahwa benar kemudian terdakwa, sdr. Anton dan sdr. Sahala (belum tertngkap) pergi meninggalkan saksi yang sebelumnya sdr. Anton mengatakan kalau gak percaya handphonemu diambil temanmu saya ajak sebagai jaminan kemudian saksi ikut diboncengin sepeda motor diajak pergi dan sekitar 500 meter saksi disuruh turun;• Bahwa benar akibat perbuatan terdakwa bersama-sama dengan saksi Anton Setiawan (berkas perkara terpisah) dan Sdr. Sahala (belum tertangkap) tersebut, kedua saksi yaitu Aditya Abdel Sofandi dan saksi menderita kerugian yang ditaksir seluruhnya sebesar Rp.980.000,-(sembilan ratus delapan puluh ribu rupiah).

• Bahwa benar pada hari Minggu tanggal 04 Oktober 2015 sekitar jam 12.00 WIB bertempat dibawah Jalan Layang Kereta Api samping Masjid Istiqlal Jl. Wijaya Kusuma Kelurahan Pasar Baru Kecamatan Sawah Besar Jakarta Pusat terdakwa bersama-sama dengan SAKSI dan sdr. Sahala telah melakukan pemerasan terhadap saksi yaitu Aditya Abdel Sofandi dan saksi Risski; • Berawal pada hari Minggu tanggal 04 Oktober 2015 sekitar pukul 07.00 wib, bertempat di Taman Monas Jakarta Pusat terdakwa bertemu saksi Anton Setiawan dan Sahala (belum tertangkap) lalu saksi Anton Setiawan berkata "yuk kita jalan cari duit nakut-nakutin orang" lalu terdakwa dan Sdr. Sahala (Belum tertangkap) menjawab "yo". Selanjutnya dengan mengendarai 1 (satu) unit sepeda motor Hond Beat warna hitam nomor Polisi B-6762-PZP miik terdakwa terdakwa Muh. Hoeron Damai Sina bersama-sama dengan saksi Anton Setiawan dan Sdr. Sahala (belum tertangkap) dengan berboncengan menuju sekitar taman monas dan lapangan Banteng, kemudian sekitar pukul 12.00 wib terdakwa melihat saksi Aditya Abdel Soffandi dan saksi Risski Achmad Gaung S. serta saksi Andika sedang berjalan lalu saksi Anton Setiawan dan sdr. Sahala (belum tertangkap) turun dari sepedda motor sedangkan terdakwa tetap berada diatas sepeda motor sambil mengawasi situasi dalam keadaan aman. Selanjutnya saksi Anton Setiawan menyuruh ketiga saksi untuk duduk di trotoar jalan selanjutnya saksi Anton Setawan menghampiri para saksi dan

Halaman 7 dari 15 Putusan Nomor 025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.Pst

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 90: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

berkata "tadi adik-adik saya handphone nya diambil di Monas, kamu bukan yang ngambil, coba keluarin handphone dan benda yang ada dikantong" kemudin sdr. Sahala (belum tertangkap) berkata " sudah Handphone kasih aja", dan dikarenakan saksi Aditya Abdel Soffandi dan saksi Risski Achmad Gaung S. serta saksi Andika diam saja lalu saksi Anton Setiawan berkata " mana handphonenya, kalo tidak dikasih saya pecahin kepala'. Setelah ada perkataan tersebut lalu dikarenakan takut saksi Aditya Abdel Sofandi mengeluarkan 1 (satu) buah Handphone merk Smartfren Andromek G.2 casing warna putih dan saksi Risski Achmad Gaung S menyerahkan 1 (satu) buah topi warna merah merk Damitt untuk diserahkan kepada saksi Anton Setiawan.

Terhadap keterangan saksi, Terdakwa memberikan pendapat keterangan saksi benar;

Menimbang, bahwa Terdakwa di persidangan telah memberikan keterangan yang pada pokoknya sebagai berikut:• Bahwa benar pada hari Minggu tanggal 04 Oktober 2015 sekitar jam

12.00 WIB bertempat dibawah Jalan Layang Kereta Api samping Masjid Istiqlal Jl. Wijaya Kusuma Kelurahan Pasar Baru Kecamatan Sawah Besar Jakarta Pusat terdakwa bersama-sama dengan SAKSI Anton Setiawan dan sdr. Sahala telah melakukan pemerasan terhadap saksi yaitu Aditya Abdel Sofandi dan saksi Risski;

• Berawal pada hari Minggu tanggal 04 Oktober 2015 sekitar pukul 07.00 wib, bertempat di Taman Monas Jakarta Pusat terdakwa bertemu saksi Anton Setiawan dan Sahala (belum tertangkap) lalu saksi Anton Setiawan berkata "yuk kita jalan cari duit nakut-nakutin orang" lalu terdakwa dan Sdr. Sahala (Belum tertangkap) menjawab "yo"- Selanjutnya dengan mengendarai 1 (satu) unit sepeda motor Hond Beat warna hitam nomor Polisi B-6762-PZP miik terdakwa terdakwa Muh. Hoeron Damai Sina bersama-sama dengan saksi Anton Setiawan dan Sdr. Sahala (belum tertangkap) dengan berboncengan menuju sekitar taman monas dan lapangan Banteng, kemudian sekitar pukul 12.00 wib terdakwa melihat saksi Aditya Abdel Soffandi dan saksi Risski Achmad Gaung S. serta saksi Andika sedang berjalan lalu saksi Anton Setiawan dan sdr. Sahala (belum tertangkap) turun dari sepedda motor sedangkan terdakwa tetap berada diatas sepeda motor sambil mengawasi situasi dalam keadaan aman. Selanjutnya saksi Anton Setiawan menyuruh ketiga saksi untuk duduk di trotoar jalan selanjutnya saksi Anton Setawan menghampiri para saksi dan berkata "tadi adik-adik saya handphone nya diambil di Monas, kamu

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 91: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

bukan yang ngambil, coba keluarin handphone dan benda yang ada dikantong" kemudin sdr. Sahala (belum tertangkap) berkata " sudah Handphone kasih aja", dan dikarenakan saksi Aditya Abdel Soffandi dan saksi Risski Achmad Gaung S. serta saksi Andika diam saja lalu saksi Anton Setiawan berkata" mana handphonenya, kalo tidak dikasih saya pecahin kepala'. Setelah ada perkataan tersebut lalu dikarenakan takut saksi Aditya Abdel Sofandi mengeluarkan 1 (satu) buah Handphone merk Smartfren Andromek G.2 casing warna putih dan saksi Risski Achmad Gaung S menyerahkan 1 (satu) buah topi warna merah merk Damitt untuk diserahkan kepada saksi Anton Setiawan.

• Bahwa benar 1 (satu) unit sepeda motor merk Honda Beat warna hitam No. Pol. B-6762-PZP milik orang tua terdakwa.

• Bahwa terdakwa belum pernah dihukum.

Menimbang, bahwa Terdakwa tidak mengajukan Saksi yang meringankan (a de charge);

Menimbang, bahwa Penuntut Umum mengajukan barang bukti sebagai berikut : • 1 (satu) unit sepeda motor merk Honda Beat warna hitam No. Pol.

B-6762-PZP;• 1 (satu) buah kardus warna putih untuk handphone merk Smartfren

Andromex G.2; Dipergunakan dalam perkara lain atas nama Anton Setiawan (berkas perkara terpisah)

Menimbang, bahwa berdasarkan alat bukti dan barang bukti yang diajukan diperoleh fakta-fakta hukum sebagai berikut:• Bahwa benar pada hari Minggu tanggal 04 Oktober 2015 sekitar jam

12.00 WIB bertempat dibawah Jalan Layang Kereta Api samping Masjid Istiqlal Jl. Wijaya Kusuma Kelurahan Pasar Baru Kecamatan Sawah Besar Jakarta Pusat terdakwa bersama-sama dengan SAKSI Anton Setiawan dan sdr. Sahala telah melakukan pemerasan terhadap saksi yaitu Aditya Abdel Sofandi dan saksi Risski;

• Berawal pada hari Minggu tanggal 04 Oktober 2015 sekitar pukul 07.00 wib, bertempat di Taman Monas Jakarta Pusat terdakwa bertemu saksi Anton Setiawan dan Sahala (belum tertangkap) lalu saksi Anton Setiawan berkata "yuk kita jalan cari duit nakut-nakutin orang" lalu terdakwa dan Sdr. Sahala (Belum tertangkap) menjawab "yo"- Selanjutnya dengan mengendarai 1 (satu) unit sepeda motor Hond Beat warna hitam nomor

Halaman 9 dari 15 Putusan Nomor 025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.Pst

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 92: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Polisi B-6762-PZP miik terdakwa terdakwa Muh. Hoeron Damai Sina bersama-sama dengan saksi Anton Setiawan dan Sdr. Sahala (belum tertangkap) dengan berboncengan menuju sekitar taman monas dan lapangan Banteng, kemudian sekitar pukul 12.00 wib terdakwa melihat saksi Aditya Abdel Soffandi dan saksi Risski Achmad Gaung S. serta saksi Andika sedang berjalan lalu saksi Anton Setiawan dan sdr. Sahala (belum tertangkap) turun dari sepedda motor sedangkan terdakwa tetap berada diatas sepeda motor sambil mengawasi situasi dalam keadaan aman. Selanjutnya saksi Anton Setiawan menyuruh ketiga saksi untuk duduk di trotoar jalan selanjutnya saksi Anton Setawan menghampiri para saksi dan berkata "tadi adik-adik saya handphone nya diambil di Monas, kamu bukan yang ngambil, coba keluarin handphone dan benda yang ada dikantong" kemudin sdr. Sahala (belum tertangkap) berkata " sudah Handphone kasih aja", dan dikarenakan saksi Aditya Abdel Soffandi dan saksi Risski Achmad Gaung S. serta saksi Andika diam saja lalu saksi Anton Setiawan berkata" mana handphonenya, kalo tidak dikasih saya pecahin kepala'. Setelah ada perkataan tersebut lalu dikarenakan takut saksi Aditya Abdel Sofandi mengeluarkan 1 (satu) buah Handphone merk Smartfren Andromek G.2 casing warna putih dan saksi Risski Achmad Gaung S menyerahkan 1 (satu) buah topi warna merah merk Damitt untuk diserahkan kepada saksi Anton Setiawan.

• Bahwa benar 1 (satu) unit sepeda motor merk Honda Beat warna hitam No. Pol. B-6762-PZP milik orang tua terdakwa.

Menimbang, bahwa selanjutnya Hakim akan mempertimbangkan apakah berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut diatas, Terdakwa dapat dinyatakan telah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya;

Menimbang, bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan yang berbentuk Tunggal, sehingga langsung dilakukan pembuktian dakwaan yaitu dalam Pasal 368 ayat (2) Kitab Undang-undang Hukum Pidana, yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut: 1. Barang Siapa;2. Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;Pembahasan unsur:Add.l. Unsur Barang Siapa:

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 93: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bahwa unsur “Barang Siapa” orientasinya selalu menunjuk kepada manusia sebagai subjek hukum, pendukung hak dan kewajiban. Hal ini dapat disimpulkan dari sifat yang melekat pada suatu tindak pidana yang terdiri dari tiga macam sifat yang bersifat umum, yaitu melawan hukum, dapat dipersalahkan kepada si pelaku dan bersifat dapat dipidana, sedangkan masalah penjatuhan pidana senantiasa bersangkut paut dengan kemampuan bertanggung jawab dalam arti ada kesalahan. Faktor kemampuan bertanggung jawab adalah menyangkut masalah akal, oleh karena hanya manusia sebagai mahluk yang berakal, maka kepada manusia saja dibebani pertanggung jawaban mengenai kesalahannya, lebih tegas lagi para terdakwa tidak termasuk di dalam pengertian Pasal 44 KUHAP tersebut. Bahwa terdakwa HOERON DAMAI SINA sebagai manusia pendukung hak dan kewajiban termasuk didalam pengertian "barang siapa".Dengan demikian unsur Barang Siapa telah terpenuhi menurut hukum.

Add.2. Unsur “Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu":Bahwa berdasarkan fakta-fakta di persidangan berupa keterangan saksi-saksi dan terdakwa serta surat maka diperoleh fakta bahwa :• Bahwa benar pada hari Minggu tanggal 04 Oktober 2015 sekitar jam

12.00 WIB bertempat dibawah Jalan Layang Kereta Api samping Masjid Istiqlal Jl. Wijaya Kusuma Kelurahan Pasar Baru Kecamatan Sawah Besar Jakarta Pusat terdakwa bersama-sama dengan SAKSI Anton Setiawan dan sdr. Sahala telah melakukan pemerasan terhadap saksi yaitu Aditya Abdel Sofandi dan saksi Risski;

• Berawal pada hari Minggu tanggal 04 Oktober 2015 sekitar pukul 07.00 wib, bertempat di Taman Monas Jakarta Pusat terdakwa bertemu saksi Anton Setiawan dan Sahala (belum tertangkap) lalu saksi Anton Setiawan berkata "yuk kita jalan cari duit nakut-nakutin orang" lalu terdakwa dan Sdr. Sahala (Belum tertangkap) menjawab "yo". Selanjutnya dengan mengendarai 1 (satu) unit sepeda motor Honda Beat warna hitam nomor Polisi B-6762-PZP miik terdakwa terdakwa Muh. Hoeron Damai Sina bersama-sama dengan saksi Anton Setiawan dan Sdr. Sahala (belum tertangkap) dengan berboncengan menuju sekitar taman monas dan lapangan Banteng, kemudian sekitar pukul 12.00 wib terdakwa melihat saksi Aditya Abdel Soffandi dan saksi Risski Achmad Gaung S. serta saksi

Halaman 11 dari 15 Putusan Nomor 025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.Pst

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 94: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Andika sedang berjalan lalu saksi Anton Setiawan dan sdr. Sahala (belum tertangkap) turun dari sepeda motor sedangkan terdakwa tetap berada diatas sepeda motor sambil mengawasi situasi dalam keadaan aman. Selanjutnya saksi Anton Setiawan menyuruh ketiga saksi untuk duduk di trotoar jalan selanjutnya saksi Anton serta saksi Andika diam saja lalu saksi Anton Setiawan berkata " mana handphonenya, kalo tidak dikasih saya pecahin kepala'. Setelah ada perkataan tersebut lalu dikarenakan takut saksi Aditya Abdel Sofandi mengeluarkan 1 (satu) buah Handphone merk Smartfren Andromek G.2 casing warna putih dan saksi Risski Achmad Gaung S menyerahkan 1 (satu) buah topi warna merah merk Damitt untuk diserahkan kepada saksi Anton Setiawan.

• Bahwa benar 1 (satu) unit sepeda motor merk Honda Beat warna hitam No. Pol. B-6762-PZP milik orang tua terdakwa.

Menimbang, bahwa terhadap unsur-unsur tersebut Hakim mempertimbangkan sebagai berikut:Ad.1. Setiap orang;

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan setiap orang adalah siapa saja subjek hukum penyandang hak dan kewajiban;

Menimbang, bahwa Terdakwa MUH.HOERON DAMAI SINA adalah subjek hukum berupa individu sebagai penyandang hak dan kewajiban. Terdakwa MUH.HOERON DAMAI SINA selaku Terdakwa dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh Penuntut Umum dan Hakim, termasuk menjawab pertanyaan Hakim bahwa dialah Terdakwa MUH.HOERON DAMAI SINA sebagaimana identitas Terdakwa tersebut termaktub dalam Surat Dakwaan Penuntut Umum, dengan sedemikian adalah benar dan tidak terdapat kekeliruan mengenai orangnya, bahwa Terdakwa yang dihadapkan dalam perkara ini adalah Terdakwa MUH.HOERON DAMAI SINA. Dengan demikian unsur ke–1 “setiap orang” telah terpenuhi;Ad.2. Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu":.

Menimbang, bahwa dari hasil persidangan diperoleh fakta hukum bahwa terdakwa bersama-sama dengan SAKSI Anton Setiawan dan sdr. Sahala telah melakukan pemerasan terhadap saksi yaitu Aditya Abdel Sofandi dan saksi Risski;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 95: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, Bahwa benar adapun cara terdakwa melakukan perbuatan tersebut dengan cara terdakwa bersama dua orang teman terdakwa datang dari arah belakang dengan mengendarai sepeda motor Honda beat, lalu salah satu teman terdakwa menyuruh saksi dan teman saksi yang bernama Aditya, dan saksi Andika untuk duduk ditrotoar jalan dan setelah saksi duduk sdr. Anton berdiri didepan saksi sedangkan terdakwa duduk diatas sepeda motor kemudian sdr. Anton mengatakan kepada kami "tadi adik-adik saya handphone nya diambil di Monas, kamu bukan yang ngambil, coba keluarin handphone dan benda yang ada dikantong" kemudin sdr. Sahala (belum tertangkap) berkata " sudah Handphone kasih aja", dan dikarenakan saksi Aditya Abdel Soffandi dan saksi serta saksi Andika diam saja lalu sdr. Anton Setiawan berkata “ mana handphonenya, kalo tidak dikasih saya pecahin kepala. Setelah ada perkataan tersebut lalu dikarenakan takut saksi Aditya Abdel Sofandi mengeluarkan 1 (satu) buah Handphone merk Smartfren Andromek G.2 casing warna putih dan saksi menyerahkan 1 (satu) buah topi warna merah merk Damitt untuk diserahkan kepada sdr. Anton Setiawan; Bahwa benar kemudian terdakwa, sdr. Anton dan sdr. Sahala (belum tertngkap) pergi meninggalkan saksi yang sebelumnya sdr. Anton mengatakan kalau gak percaya handphonemu diambil temanmu saya ajak sebagai jaminan kemudian saksi ikut diboncengin sepeda motor diajak pergi dan sekitar 500 meter saksi disuruh turun;

Menimbang, bahwa Bahwa benar akibat perbuatan terdakwa bersama-sama dengan saksi Anton Setiawan (berkas perkara terpisah) dan Sdr. Sahala (belum tertangkap) tersebut, kedua saksi yaitu Aditya Abdel Sofandi dan saksi menderita kerugian yang ditaksir seluruhnya sebesar Rp.980.000,-(sembilan ratus delapan puluh ribu rupiah).

Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari Pasal 368 ayat (2) Kitab Undang-undang Hukum Pidana, tentang Narkotika telah terpenuhi, maka Terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan;

Menimbang, bahwa dalam persidangan, Hakim tidak menemukan hal-hal yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan pembenar dan atau alasan pemaaf, maka Terdakwa harus mempertanggungjawabkan perbuatannya;

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa mampu bertanggung jawab, maka harus dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana;

Halaman 13 dari 15 Putusan Nomor 025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.Pst

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 96: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa dipersidangan melalui Kuasa Hukum dan orang tua Terdakwa, mohon terdakwa di jatuhi hukuman yang seringan-ringanya dan orang tua masih sanggup untuk untuk membina serta membimbingnya, untuk itu memohon agar Terdakwa menjalani pembinaan dan pelatihan kerja;

Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap Terdakwa telah dikenakan penangkapan dan penahanan yang sah, maka masa penangkapan dan penahanan tersebut harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap diri Terdakwa, maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan yang meringankan Terdakwa;Keadaan yang memberatkan:

• Perbuatan Terdakwa mengakibatkan saksi Aditya Sofandi dan Risski Ahmad Gaung S yang masih anak-anak (umur 12 tahun) mengalami trauma ketakutan (psikis).

• Perbuatan terdakwa mengakibatkan saksi yaitu Aditya Abdel Sofandi dan Risski Ahmad Gaung s, menderita kerugian yang ditaksir seluruhnya sebesar Rp.980.000,- (sembilan ratus delapan puluh ribu rupiah).

• Perbuatan Terdakwa sudah dilakukan berulang kali.Keadaan yang meringankan:

• Terdakwa masih anak-anak dan berumur 16 tahun

• Terdakwa masih mengikuti sekolah SMP paket B• Terdakwa mengakui dan menyesali perbuatannya

• Terdakwa belum pernah dihukum

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dijatuhi pidana, maka haruslah dibebani pula untuk membayar biaya perkara;

Memperhatikan Pasal 368 ayat (2) KUHPidana. Serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;

MENGADILI:1. Menyatakan terdakwa MUH. HOERON DAMAI SINA tersebut

diatas terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana " Pemerasan disertai Pengancaman ";

2. menjatuhkan pidama kepada Terdakwa MUH HOERON DAMAI

SINA selama 5 (LIMA) BULAN;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 97: TIDAK DITERAPKANNYA UNDANG-UNDANG PERADILAN PIDANA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45576/1/BUDI...v ABSTRAK Budi Kurniawan. Nim 11140430000085. TIDAK DITERAPKANNYA

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ;

4. Menetapkan terdakwa tetap ditahan ;

5. Menyatakan barang bukti:

• 1 (satu) unit sepeda motor merk Honda beat warna hitam No.Pol.B-6761-PZp;

• 1 (satu) buah kardus warna putih untuk hanphone merk Smartfren Andmex G.2;

Dipergunakan dalam perkara lain atas nama Anton Setiawan (berkas perkara terpisah);

6. Membebankan kepada terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.2.000,- (dua ribu rupiah);

Demikian diputuskan Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada hari SELASA,tanggal 10 Nopember 2015 oleh SUKO PRIYO WIDODO, SH. sebagai Hakim anak yang diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Hakim Tunggal tersebut, dibantu oleh ABAS BASARI,SH. Panitera Pengganti pada Pengadilan negeri Jakarta Pusat, serta dihadiri oleh DOMO PRANOTO,SH. Penuntut Umum Bapas, Terdakwa didampingi oleh orang tuanya ;

Panitera Pengganti, Hakim Anak,

ABAS BASARI,SH. SUKO PRIYO WIDODO, SH.

Halaman 15 dari 15 Putusan Nomor 025/Pid.Sus-Anak/2015/PN.Jkt.Pst

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15