Upload
trankiet
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI KOMUI\TIKASI PAGT]TUBAN BOGOR DALAMMENJALAIYIGN PROGRAM PENDIDIKAN, SOSIAL
EKONOI\{I DAIY BUDAYA PAI}A MASYARAI(ATKOTA BOGOR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu KomunikasiUntuk Mernenuhi persyaratan MemperolehGelar Sarjana Komunikasi Islam (S.kom.f)
Oleh:
Maulana Fitvan AunilahNIM: 1110051000129
Di ba'*,ah bimbingan :
WqAde Rina Farida. M.Si
itilP: 19770513 200701 2 OtB
JI'RUSAN KOI\{TTNIKASI DAN PENYIARAN ISLAMFAKT'LT.,\S IL}{U DAK\\'AH DAN ILMU KOMUNIKASI
LINIVERSITAS ISLANI NEGERIS\ ARIF HIDAYATULLAH
JAI(ARTAl.136Hi2015NI
PENGESAHAN PANITTA UJIAN
Skripsi ),ang berjudul ('strategi Komunikasi Paguyuban Bogor DalamMenjalankan Program Pendidikan, Sosial - Ekonomi Dan Budaya padaMasyarakat Kota Bogor". Telah diujikan daliim sidang munaqosyah FakultasIlmu Dakwah dan Ilmu komunikasi Unuversitas Islam Negeri Or$ SyarifHidayatullah Jakarta pada Septernber 20i5. Skripsi ini telah diterima sebagaisyarat untuk meraih gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Iakarta, 9 September 2015
Sidang N{unaqosyah,
Sekertaris Merangkap Anggo ta,
NIP: 19670906 199403 I 002
Anggota,
Pengu.fi il
Noor Bekti Negoro. iVI.Si
l{IP:19650301 199903 1 001
Pembimbing
WAde Rina Farida M.Si
Penguji
1,,fut'
1021 200801 1 009
NI'P: 19770513 200701 2 018
2.
aJ.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Sikripsi ini adalah hasil karya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salahsatu persyaratan meraih gelar Strata Satu di Unuversitas Islam Negeri SyarifHidayatullah JakartaSemua sumber ysng saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkansesuai dengan ketnentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah JakartaJika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya ataumerupakan hasil duplikasi dari karya orang lain, maka saya bersediamenerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta
Jakarta, 28 Agustus 2015
Maulana Fityan Aunilah.
i
ABSTRAK
Maulana Fityan Aunilah, NIM. 1110051000129, Strategi Komunikasi
Paguyuban Bogor Dalam Menjalankan Program Pendidikan, Sosial - Ekonomi
Dan Budaya Pada Masyarakat Kota Bogor, di bawah bimbingan Ade Rina
Farida, M. Si
Kota Bogor dihadapkan pada sekian banyak permasalahan dalam berbagai
bidang, baik dari sisi pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya, moral, kemiskinan,
ketidakarifan budaya lokal dan sikap apatis terhadap usaha pembangunan Kota
Bogor baik sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Dalam hal ini
pemuda tentunya ikut bertanggung jawab untuk menanggulangi hal-hal tersebut
sesuai dengan kapasitasnya sebagai generasi, penggerak atau inisiator. Untuk
itulah paguyuban Kota Bogor didirikan.
Paguyuban Bogor sebagai wadah kemasyarakatan Kota Bogor turut andil
membangun potensi, karakter, kreativitas, integritas, kearifan budaya lokal,
ekonomi kreatif dan kesadaran masyarakat Kota Bogor dengan merangkul
pemuda, pelajar ataupun mahasiswa melalui program-program yang telah dikemas
sebaik dan semenarik mungkin. Untuk mencapai keberhasilan programnya
Paguyuban Bogor memiliki Strategi Komunikasi yang baik. Terbukti dengan
partisipasi aktif dan massif masyarakat Kota Bogor dalam mengikuti program
Paguyuban Bogor. Oleh karena itu penulisan Skripsi ini untuk mengetahui strategi
komunikasi Paguyuban Bogor dalam menjalankan program pendidikan sosial-
ekonomi dan budaya pada masyarakat Kota Bogor.
Adapun perumusan masalah meliputi strategi komunikasi apa yang
dilakukan Paguyuban Bogor? Program apa saja yang telah dicapai Paguyuban
Bogor dalam pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya? Apa faktor pendukung dan
penghambat Paguyuban Bogor dalam menjalankan program pendidikan, sosial-
ekonomi dan budaya? Apakah upaya yang dilakukan Paguyuban Bogor berhasil
atau tidak?
Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis,
di mana peneliti mendeskripsikan atau mengkonstruksi dari bahan-bahan atau
buku-buku yang mendukung sesuai subjek penelitian, terutama hasil wawancara
dengan Mantan Ketua Paguyuban Bogor, Ketua Paguyuban Bogor yang baru dan
anggota Paguyuban Bogor. Dengan demikian penelitian ini menggunakan model
kualitatif.
Dalam menjalankan program pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya,
Paguyuban Bogor menggunakan strategi komunikasi yang komprehensif,
meliputi rumusan strategi yang menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman. Setelah itu melakukan implementasi dan diakhiri dengan evaluasi.
Dalam upayanya tersebut, Paguyuban Bogor telah berhasil menjalankan banyak
program-program yang mampu menarik perhatian banyak khalayak. Sebagai
contoh program B-next, penataan kota, pelatihan usaha kreatif dan penampilan-
penampilan seni budaya, dimana program tersebut disosialisaikan melaui media
massa cetak maupun elektronik dan media online. Keyword : Strategi Komunikasi, Paguyuban Bogor, Program pendidikan, sosial-ekonomi
dan budaya
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil ‘aalamiin, Puji dan syukur peneliti ucapkan
kehadirat Allah subhanahuwata’ala, atas nikmat, rahmat dan karunia-Nya
sehingga peneliti selalu diberikan kekuatan, kesehatan dan semangat hingga dapat
menyelesaikan penulisan Skripsi ini yang berjudul ”Strategi Komunikasi
Paguyuban Bogor Dalam Menjalankan Program Pendidikan, Sosial - Ekonomi
dan Budaya Pada Masyarakat Kota Bogor” dengan baik. Shalawat serta salam
semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad shalallahu
‘alaihiwasallam, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya
sampai akhir zaman, aamiin.
Dalam penyelesaian Skripsi ini peneliti banyak mengalami kesulitan, akan
tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya peneliti dapat menyelesaikan
Skipsi ini tepat pada waktunya. Untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Dr. H. Arief Subhan selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Wakil
Dekan Bidang Akademik, Suparto M.Ed, Ph.D, Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum, Dr. Hj. Roudhonah, MA, Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan, Dr. Suhaimi, M.Si
2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Drs. Masran, MA dan
Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Ibu Fita Fathurokhmah,
M.Si, yang telah memberikan sarana dan prasarana yang baik selama peneliti
berada di fakultas ini.
iii
3. Ade Rina Farida, M.Si selaku pembimbing yang senantiasa sabar
memberikan arahan, petunjuk dalam bimbingan, dan asyik dalam berdiskusi,
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Prof. Dr. Murodi, MA selaku Penasehat Akademik yang selalu memberikan
nasehat selama saya berada di kampus ini.
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan pengalaman serta ilmu kepada peneliti.
6. Keluarga, terutama kedua orang tua tercinta, mamah Itoh dan bapak Sugandi
yang dengan penuh kesabaran, ketulusan dan keikhlasan selalu memberikan
semangat dan dukungan serta do’a selama peneliti menjalani pendidikan
sarjana ini. Juga kepada adik-adik tercinta, Siti Fahridhatul Adawiyah,
Muhammad Ramdhani dan Siti Rahma Aliah yang selalu nanya kapan
peneliti wisuda.
7. Pimpinan Paguyuban Bogor Dr. Bima Arya dan Kang Iwan Setiawan, juga
segenap keluarga besar Paguyuban Bogor khususnya Kang Riadul Muslim,
S.Sos,i yang telah memberikan informasi dan data yang diperlukan dalam
penulisan skripsi ini.
8. Kekasih, Lidia JN, S.Tr.Keb yang senantiasa mejadi sandaran, memberikan
semangat, dukungan dan selalu setia menemani peneliti dalam suka dan duka
sampai skripsi ini selesai.
9. Sahabat-sahabat terbaik, Ahmad Azis Hidayat, Isnandi Hakim, Muis Alya
Ardhi, SE, Asep Ramdhani (Epot), Muhammad Ikbal (Oge), Sonson Laksana
Putra, Putri Ellyana Sari, yang selalu memberikan kesan dan pesan yang luar
biasa di saat peneliti pusing dengan proses skripsi ini. Tidak lupa buat
sahabat-sahabat peneliti yang begitu banyak dan tidak bisa disebutkan satu
per satu yang pernah bersimpati pada peneliti.
iv
10. Teman-teman kelas KPI D 2010, khususnya Fahmi Hayatuddin S.Kom,i,
Abdurrahman Elfarizy, S.Kom,i, Zainun Najmi, Helmi Afandi, S.Kom,i,
Agung Sulistiono. Juga sahabat diskusi yang militant dan progres, Achdan
Mubarak, Aditia Purnomo, Fadhil Arrosyad, Arifin Ilham (Kak Ipin), Boim
Gerakan Mahasiswa Indonesia, Bang Tope dan Bang Cuplay.
11. Keluarga besar KM. UIN Jakarta, Himpunan Mahasiswa Bogor, Lembaga
Pers Mahasiswa UIN Jakarta, Dewan Perwakilan Mahasiswa UIN Jakarta,
kawan-kawan seperjuangan dan sepertarungan yang pernah memberikan
banyak ilmu dan pengalaman di luar kelas kuliah.
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi isi maupun susunan bahasanya. Untuk itu peneliti
mengharapkan saran dan bimbingan dari pembaca yang dapat membangun
kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi peneliti
khususnya. Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih.
Jakarta, 28 Agustus 2015
Maulana Fityan Aunilah
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...……………………………………………………………...............
KATA PENGANTAR …...……………………………………………………….
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………...
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………...
i
ii
v
viii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..... 1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………..…………
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .…………………………...
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………….....
D. Metodologi Penelitian ……………………………………….......
E. Tinjauan Pustaka ...........................................................................
F. Sistematika Penulisan....................................................................
1
7
8
9
12
13
BAB II LANDASAN TEORI …….....……………………………................ 15
A. Strategi Komunikasi..............................………………………...
1. Pengertian Strategi....................................................................
2. Pengertian Strategi Komunikasi...............................................
3. Tahapan-tahapan Strategi........................................................
B. Komunikasi ..................................................................................
1. Pengertian Komunikasi............................................................
2. Komponen Komunikasi............................................................
3. Media Komunikasi...................................................................
C. Pengertian Paguyuban……..........................................................
D. Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya....................................
1. Pengertian dan Peran Pendidikan.............................................
2. Jalur Pendidikan.......................................................................
3. Pendidikan Nonformal..............................................................
15
15
18
20
22
22
24
26
29
33
33
37
38
vi
4. Fungsi Pendidikan Nonformal.................................................
5. Tujuan Pendidikan Nonformal.................................................
6. Pengertian Sosial-Ekonomi......................................................
7. Pengertian Budaya....................................................................
8. Unsur-unsur Budaya.................................................................
9. Wujud Budaya..........................................................................
39
43
44
47
49
51
BAB III GAMBARAN UMUM PAGUYUBAN BOGOR...……………….. 55
A. Sejarah Paguyuban Bogor………………....................................
B. Prinsip Dasar Paguyuban Bogor...................................................
C. Program Kerja Paguyuban Bogor.................................................
1. Pendidikan................................................................................
2. Sosial-Ekonomi........................................................................
3. Budaya......................................................................................
D. Struktur Organisasi paguyuban bogor ……………………….....
E. Visi dan misi Paguyuban Bogor...................................................
55
56
56
57
60
60
61
62
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS .............................................................. 63
A. Strategi Komunikasi Paguyuban Bogor.......................................
B. Strategi Komunikasi Paguyuban Bogor dalam Praktek
Menjalankan Program..................................................................
1. Perumusan Strategi...................................................................
2. Implementasi Strategi...............................................................
3. Evaluasi Strategi.......................................................................
C. Analisis Optimalisasi Komunikasi Paguyuban Bogor.................
63
65
65
70
76
77
vii
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 81
A. Kesimpulan................................................................................... 81
B. Saran............................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 Form Wawancara
Lampiran 3 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 4 Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi ini nilai sosial dan budaya yang sudah
tertanam dalam diri masyarakat mulai bergeser dengan perkembangan
kebudayaan yang berakibat adanya penyerapan budaya asing. Hal ini
membuat nilai, norma atau aturan bersama dalam lingkungan suatu daerah
semakin hilang dan semakin tidak dikenal oleh masyarakat itu sendiri
berikut generasi-generasi selanjutnya.
Sosial dan budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling
dekat dengan kehidupan sehari-hari. Setiap kegiatan manusia hampir tidak
pernah lepas dari unsur sosial dan budaya. Sebab sebagian besar dari
kegiatan manusia dilakukan secara berkelompok, berinteraksi dan
menganut nilai-nilai sosial budaya yang ada pada lingkungannya.
Semakin berkembangnya permasalahan yang harus dihadapi
manusia, seperti banyaknya populasi manusia, makin berkurangnya
sumber daya alam, berkembangnya teknologi modern dan semakin
menguatnya persaingan membuat manusia lebih individualistik untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri ketimbang hidup berkelompok untuk
memenuhi kebutuhan bersama.
Di Kota Bogor misalnya, banyak generasi muda di kalangan siswa,
mahasiswa maupun pekerja, tidak sedikit yang acuh terhadap nilai-nilai
sosial, kearifan budaya lokal serta kepedulian terhadap lingkungannya.
Generasi muda di Kota Bogor lebih banyak mengadopsi budaya barat yang
2
terkesan hedonis, individualis dan westernis. Padahal, Kota Bogor
memiliki banyak peninggalan budaya dari nenek moyang yang sejatinya
harus dijaga sebagai cipta, rasa, karsa dan karya yang khas. Jika tidak di
jaga, maka generasi muda di Kota Bogor akan kehilangan jati dirinya
sebagai Orang Sunda.
Manusia memiliki unsur-unsur budaya yaitu pikiran (cipta), rasa
dan kehendak (karsa), dan karya. Hasil keempat potensi budaya itulah
yang disebut kebudayaan. Dengan kata lain kebudayaan adalah hasil cipta,
rasa, karsa, dan karya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dengan cipta manusia mengembangkan kemampuan alam yang
menimbulkan ilmu pengetahuan. Dengan rasa manusia menggunakan
panca inderanya yang menimbulkan karya-karya seni atau kesenian.
Dengan karsa manusia mengkhendaki kesempurnaan hidup, kemuliaan
dan kebahagiaan sehingga berkembang kehidupan beragama. Dengan
karya manusia menghasilkan berbagai sarana untuk membantu kemudahan
dalam hidupnya.1
Menurut Ki Hajar Dewantara, “Kebudayaan adalah buah budi
manusia dalam hidup bermasyarakat” sedangkan menurut
Koentjaraningrat, “Kebudayaan adalah keseluruhan sistem, gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia”.
Oleh karena itu manusia sering disebut makhluk sosial budaya,
artinya makhluk yang harus hidup bersama dengan manusia lain dalam
1 Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h.22
3
satu kesatuan yang disebut dengan masyarakat atau lingkungan sosial. Di
samping itu, manusia adalah makhluk yang menciptakan kebudayaan dan
menggunakannya sebagai acuan dalam bermasyarakat. Dengan budaya
itulah manusia berusaha mencukupi kebutuhan hidupnya akan nilai-nilai
sebagai acuan. Manusia tidak dapat dilepas dari kebudayaan, sehingga di
mana ada manusia, disitulah ada pula kebudayaan.2
Setiap lingkungan sosial budaya itu senantiasa memberlakukan
adanya nilai-nilai sosial budaya yang diacu oleh warga masyarakat
penghuninya. Melalui suatu proses belajar atau dalam pendidikan secara
berkesinambungan setiap manusia akan menganut suatu nilai yang
diperoleh dari lingkungannya. Nilai-nilai itu diadopsi dan kemudian
diimplementasikan dalam suatu bentuk “kebiasaan” ialah pola sikap dari
perilaku sehari-hari. Dengan demikian pola perilaku seseorang dalam
berinteraksi dengan orang lain, akan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
diperoleh dari lingkungan sosial budayanya.3
Untuk membangun potensi, kreatifitas, kemampuan, kearifan
budaya lokal, nilai, norma, maupun ekonomi masyarakat dalam suatu
daerah, diperlukan wadah yang mampu memberikan ruang secara
langsung pada masyarakat. Wadah yang mampu berinteraksi secara
langsung dengan masyarakat adalah organisasi. Dimana organisasi
merupakan sekelompok orang yang memiliki tujuan yang sama.
Paguyuban Bogor sebagai sebuah organisasi kemasyarakatan, terus
berupaya meningkatkan peran sentralnya di tengah-tengah masyarakat
2 Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h.22
3 Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h.27
4
Bogor. Berangkat dari kecintaan dan kepedulian pada kampung halaman,
Paguyuban Bogor terlahir, tumbuh, dan lambat laun mengukir namanya di
hati masyarakat Bogor tak kurang selama tiga tahun terakhir. Paguyuban
Bogor bertransformasi menjadi bagian tak terpisahkan dalam denyut nadi
aktivitas masyarakat di Kota Hujan pada khususnya. Bergerak di bidang
pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya, Paguyuban Bogor terus berupaya
melakukan sinergi yang positif dengan instansi terkait.4
Hadirnya Paguyuban Bogor tentu sangat diperlukan dan menjadi
harapan baru bagi masyarakat Kota Bogor sebagai suatu wadah yang
dapat menghimpun atau mempermudah masyarakat Kota Bogor dalam
bersosialisasi dan bekerjasama. Dengan berkumpulnya warga Bogor dalam
satu wadah, akan semakin mudah menyamakan persepsi dan merapatkan
barisan demi terwujudnya Bogor yang lebih baik. Organisasi merupakan
suatu sarana yang beranggotakan orang-orang yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama. Menurut Robbins, organisasi merupakan
“..Consclously coordinated social entity with a relatively identifiable
boundary, that functions on a relatively continuous basis to acnieve a
common goals or a set of goals”, Robbins mengemukakan bahwa
organisasi merupakan entitas sosial. Unit-unit dari organisasi terdiri atas
orang atau sekelompok orang yang saling berinteraksi. Iteraksi tersebut
terkoordinasi secara sadar artinya dikelola dalam upaya mencapai
tujuannya.
4 Muhammad Khozaini, Paguyuban Bogor; Regenerasi dan Konstribusi, (Hei Bogor,
Edisi 14 Desember 2014), http://www.heibogor.com/detail/7057/Paguyuban-Bogor-Regenerasi-
dan-Kontribusi, diakses pada 21 Januari 2015
5
Namun dalam sebuah organisasi memerlukan komunikasi yang
baik dan terus menerus, karena salah satu alat ukur efektivitas dan efisiensi
suatu lembaga atau organisasi adalah seberapa baiknya komunikasi
dilakukan. Komunikasi ini dapat memberikan informasi dengan baik dan
diterima oleh personal maupun kelompok menghasilkan suatu perubahan
sikap dan tindakan dalam melakukan pekerjaan.
Pentingnya komunikasi bagi kehidupan sosial, budaya, pendidikan
dan politik sudah didasari oleh para cendekiawan sejak Aristoteles yang
hidup ratusan tahun sebelum masehi, fungsi komunikasi tidak hanya
sebegai pertukaran informasi dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu
dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide. Maka dunia
pendidikan komunikasi berfungsi sebagai pengalihan ilmu pengetahuan
sehinga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak atau
akhlak, keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang
kehidupan.5
A, B. Susanto, dalam bukunya Manajemen Aktual, komunikasi
merupakan sarana untuk memberikan informasi yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu permasalahan untuk pengambilan keputusan.
Komunikasi juga berfungsi untuk menyatakan ekspresi emosional.6
Komunikasi sebagai salah satu aspek penting bagi anggota
Paguyuban Bogor memerlukan perhatian dan perencanaan yang tepat dari
manajemen puncak. Oleh sebab itu, perlu adanya pengelolaan informasi
5 H. A. W. Widjaya, Komunikasi dan Hubungan Kemasyarakatan, (Jakarta Bumi Aksara
1997), h.11 6 A. B. Susanto, Manajemen Aktual Topik-topik actual Manajemen dalam Riak
Perubahan, (Jakarta: PT. Grasindo, 1997), h. 73
6
yang baik dengan strategi komunikasi yang tepat sebagai langkah
mencapai tujuan Paguyuban Bogor menjalankan program Pendidikan,
Sosial-Ekonomi dan Budaya.
Pentingnya strategi untuk Paguyuban Bogor khususnya pada aspek
komunikasi membentuk eksistensi Paguyuban Bogor di mata anggota dan
masyarakat Bogor, karena semua rencana atau program dilakukan dengan
baik mengacu pada langkah-langkah yang ditetapkan pimpinan untuk
kemajuan organisasi. Kebutuhan untuk mencapai tujuan yang baik
biasanya dimiliki organisasi yang ingin terus berkembang. Oleh karena itu,
perlu adanya perencanaan yang matang dan siap mengendalikan tantangan
yang dihadapi Paguyuban Bogor.
Dalam hal ini, strategi komunikasi Paguyuban Bogor dalam
menjalankan program Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya di Kota
Bogor menjadi menarik untuk disorot. Setidaknya, sejak berdirinya
Paguyuban Bogor, terdapat beberapa program yang mampu menarik
banyak perhatian masyarakat Kota Bogor dan selalu dirindukan oleh
masyarakat dan pelajar dilihat dari pemberitaan berbagai media lokal di
Kota Bogor. Sehingga penulis mempertanyakan bagaimana strategi yang
digunakan Paguyuban Bogor dalam menjalankan Program Pendidikan,
Sosial-Ekonomi dan Budaya?
Strategi komunikasi Paguyuban Bogor sangatlah diperlukan dalam
proses menjalankan program-programnya, karena berhasil atau tidaknya
kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi
komunikasi. Terutama jika Komunikasi dilakukan oleh media massa yang
7
memiliki kelayakan lebih luas dan beragam, maka Paguyuban Bogor
seharusnya menyiapkan perencanaan yang matang dalam menyampaikan
pesan yang ingin disosialisasikan.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penulisan skripsi ini tidak melebar dari tema yang
dibahas, maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pada
“Strategi komunikasi Paguyuban Bogor dalam menjalankan program-
program kerja pada periode 2011-2015, yakni tahun sejak didirikannya
Paguyuban Bogor. Adapun pembatasan lokasi penelitian di fokuskan
di wilayah Kota Bogor.
2. Perumusan Masalah
Penulisan skripsi ini dirumuskan dalam pertanyaan berikut :
1. Bagaimana strategi komunikasi Paguyuban Bogor dalam
menjalankan program-program Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan
Budaya kepada masyarakat Kota Bogor?
2. Program apa saja yang telah dicapai Paguyuban Bogor dalam
Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat Paguyuban Bogor dalam
menjalankan program Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya?
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penulisan Skripsi ini selain bertujuan sebagai tugas akhir
kuliah, juga bertujuan untuk:
a) Memahami strategi komunikasi Paguyuban Bogor dalam
menjalankan program Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya
kepada masyarakat Kota Bogor
b) Mengetahui program-program apa saja yang telah dicapai oleh
Paguyuban Bogor
c) Mengetahui dukungan dan hambatan-hambatan yang dihadapi
Paguyuban Bogor dalam menjalankan program tersebut
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
a) Manfaat Akademis
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan bagi
pengembangan wacana keilmuan komunikasi khususnya dalam
ilmu komunikasi organisasi.
b) Manfaat Praktis
Penelitian ini di harapkan dapat mengetahui kekurangan dan
kelebihan Paguyuban Bogor sebagai Organisasi Masyarakat
yang ikut berkonstribusi membangun Kota Bogor melalui
Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya. Juga dapat berguna
bagi Paguyuban Bogor dalam mengembangkan komunikasi
yang efektif dalam menjalankan program tersebut.
9
D. Metodologi Penelitian
Skripsi ini ditulis dengan menggunakan pendekatan deskriptif
analitis, dimana penulis berupaya memberikan penjelasan secara
komperhensif mengenai strategi Paguyuban Bogor dalam menjalankan
program Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya kepada masyarakat
Kota Bogor. Dengan demikian penelitian ini menggunakan pendekatan
model kualitatif, sehingga yang menjadi objek penelitian adalah
Paguyuban Bogor.
Penelitian ini melakukan penelusuran terhadap berbagai literatur.
Sedangkan tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif,7 di mana
peneliti mendeskripsikan atau mengkonstruksi dari bahan-bahan atau
buku-buku yang mendukung sesuai dengan subjek penelitian dan hasil
wawancara terhadap subjek penelitian. Selanjutnya peneliti bertindak
sebagai aktivis yang ikut memberi makna secara kritis pada realitas yang
dikonstruksi subjek penelitian.
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan secara bertahap sampai peneliti mendapatkan
data yang diperlukan. Lokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian
adalah Kantor Paguyuban Bogor, tepatnya di Jl. Pandu Raya, Bogor Utara,
Kota Bogor.
7 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2001), h.3
10
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga,
yakni dimulai dari observasi, wawancara dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi dalam hal ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu teks
berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sasaran
utama dalam analisis, sedangkan data sekunder diperlukan guna
mempertajam analisis data primer, sekaligus dapat dijadikan bahan
pelengkap ataupun pembanding. Dalam hal ini peneliti menggunakan
data primer dan sekunder dalam mengumpulkan data-data.
1) Data Primer (Primary-Sources), yaitu hasil wawancara yang
mendalam dengan Ketua Umum Paguyuban Bogor.
2) Data sekunder (Secondary-Sources), yaitu berupa buku-buku dan
tulisan berkaitan dengan masalah yang menjadi objek studi ini.
a) Field Work Research, yaitu mengumpulkan data dari penelitian
yang dilakukan secara langsung di lapangan. Untuk
mempermudah penelitian di lapangan perlu ditentukan teknik
pengumpulan data agar yang dihimpun dapat efektif dan
efisien.
b) Library Research, yaitu suatu penelitian dengan cara
mempelajari dan mengumpulkan berbagai bacaan atau literatur,
dokumen, serta media massa yang ada hubungannya dengan
penulisan penelitan.
11
b. Wawancara
Wawancara terstruktur, wawancara yang telah dipersiapkan oleh
peneliti sebagai pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Penulis
mewawancarai dua narasumber dari Paguyuban Bogor, yakni Bima
Arya (Walikota Bogor) selaku pendiri serta mantan Ketua Umum dan
Iwan Setiawan, selaku Ketua Umum Paguyuban Bogor yang baru.
c. Dokumentasi
Dokumentasi biasa berupa dokumen publik ataupun privat. Dokumen
public contohnya adalah media cetak maupun media online. Adapun
dokumen privat adalah dokumen yang merupakan arsip instansi
ataupun perorangan.8
3. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam pendekatan kualitatif-konstruktif didahului
oleh upaya mengungkap trustworthiness dari para subjek penelitian. Yaitu
menguji kebenaran dan kejujuran subjek penelitian dalam mengungkap
realitas. Trustworthiness ini diuji melalui pengujian: credibility subjek,
dengan menguji jawaban-jawaban pertanyaan berkaitan dengan
pengalaman dan pengetahuan mereka yang khas. Berikutnya adalah
menguji authenticity, yaitu penulis memberi kesempatan dan memfasilitasi
pengungkapan konstruksi personal yang lebih detail.
Setelah melakukan dialog dan menguji keabsahan sumber, maka
penulis melakukan analisis SWOT (Streengt, Weakness, Opportunity,
8 Kriyantoro, Rachmat, Teknis Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta : Kencana Prenada
Media Group, 2006), h.388
12
Treathment), menganalisa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
untuk mensosialisasikan program pendidikan, sosial dan budaya. Kekuatan
apa saja yang dimiliki Paguyuban Bogor, baik itu media, ataupun jaringan
pemerintah, kelemahan apa saja yang menghambat sosialisasi, peluang apa
saja yang dimiliki Paguyuban Bogor, dan ancaman apa saja yang
menghambat sosialisasi program.
Adapun dalam teknik penulisan, peneliti berpedoman pada buku
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah; Skripsi, Tesis, dan Disertasi”, ceQda
(Center For Quality Development and Assurance) UIN Jakarta pada
Tahun 2007.
E. Tinjauan Pustaka
Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai strategi
komunikasi terutama pada mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi diantaranya:
1. Strategi Komunikasi Majelis Ulama Indonesia Dalam
Mensosialisasikan Fatwa Haram Korupsi Kepada Umat Islam
Indonesia (Skripsi Indra Gunawan, UIN Jakarta 2010). Skripsi ini
menjelaskan strategi MUI dalam mensosialisasikan fatwa haram
korupsi kepada umat islam di Indonesia. Objek penelitian ini berbeda
dengan penulis. Objek penelitian dalam judul ini yaitu strategi
komunikasi MUI dalam mensosialisasikan fatwa bukan strategi
komunikasi dalam menjalankan program.
13
2. Strategi Komunikasi Marketing Radio Dakta 107 FM Dalam
Meningkatkan Eksistensi Di Kalangan Pendengar (Skripsi Arini
Rosdiana, UIN Jakarta 2011). Objek dalam skripsi ini menjelaskan
strategi marketing radio.
3. Strategi dakwah Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Dalam Pembinaan
Pemuda Diwilayah Rawa Belong Jakarta Barat (Skripsi Ahmad Rifqi,
UIN Jakarta 2011) skripsi ini membahas tentang budaya namun lebih
kepada pendekatan Strategi Dakwah.
4. Strategi Komunikasi KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani dalam
pembinaan Akhlak Pada Masyarakat Lingkungan Pondok Pesantren
Al-Hidayah Jakarta Barat (Skripsi Ahmad Mursyidi, UIN Jakarta
2011). Skripsi ini membahas tentang Strategi komunikasi terhadap
pembinaan akhlak pada Ponpes Al-Hidayah Jakarta Barat. Subjek
dalam penelitian ini berbeda dengan penulis. Subjek penelitian ini
adalah KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani bukan organisasi
kemasyarakatan.
Skripsi yang di garap penulis berisi tentang strategi komunikasi
paguyuban yang merupakan organisasi kemasyarakatan dalam
menjalankan Program Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan membahas latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
14
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan
sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teoritis membahas strategi, komunikasi,
setrategi komunikasi, pengertian paguyuban, pendidikan,
sosial-ekonomi dan budaya
BAB III Gambaran Umum Paguyuban Bogor Menjelaskan
sejarah berdirinya Paguyuban Bogor, visi dan misinya, apa
saja yang melatar belakangi berdirinya Paguyuban Bogor,
struktur Paguyuban Bogor, serta respon warga Kota Bogor
dalam menanggapi program-program yang di jalankannya.
BAB IV Analisis Penelitian Bab ini merupakan inti dari penelitian.
Dimana penulis menjelaskan strategi komunikasi
Paguyuban Bogor berdasarkan penjelasan pengurus
Paguyuban Bogor, serta dijelaskan kekuatan dan kelemahan
strategi Paguyuban Bogor.
BAB V Penutup membahas kesimpulan dan saran-saran.
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Strategi Komunikasi
1. Pengertian Strategi
Strategi secara etimilogi berasal dari kata majemuk bahasa.
Yunani, yakni Stratos yang berarti pasukan dan kata agein yang berarti
memimpin. Jadi strategi berarti perihal memimpin pasukan. Ilmu
strategi adalah ilmu tentang memimpin pasukan.1 Konteks awalnya,
strategi diartikan sebagai generalship atau suatu yang dilakukan oleh
para jendral dengan membuat rencana untuk menaklukan musuh dan
menaklukan peperangan.2 Sehingga konsep strategi kerap melekat pada
lingkungan militer dan usaha untuk memenangkan perang.
Pengertian strategi mengalami perluasan. Perang sebagai gejala
kenegaraan, perang sebagai gejala kemasyarakatan, perang sebagai
gejala sejarah dan kemanusiaan, merupakan kenyataan yang sangat
kompleks yang paling berkaitan satu sama lain di mana terdapat
interelasi antara berbagai faktor, baik yang berkenaan dengan tujuan
yang akan dicapai, sasaran-sasaran, batas waktu dan konsekuensi
lainnya.
Kompleksitas ini membawa perang menjadi semakin bersifat total,
dan bahkan batas antara perang dan damai pun menjadi sukar untuk
1 Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan, (Jakarta : Centre for Strategic and Internasional
Studies-CSIS, 1978). H.7 2 Setiawan Hari Purnomo dan Zulkifirmansyah, Manajemen Strategi; Sebuah Konsep
Pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999). H. 8
16
ditegaskan. Kompleksitas ini membuat manusia meluaskan paham dan
pengertiannya mengenai apa yang dinamakan strategi. Orang mulai
dengan membedakan antara strategi dan direk indirek. Orang mulai
berbicara tentang strategi militer, strategi politik, strategi ekonomi,
strategi sosial, strategi budaya, strategi komunikasi dan lain sebagainya.
Semuanya membahas strategi dalam arti luas dan sempit. Strategi pada
hakikatnya menjadi berarti. Hal-hal yang berkaitan dengan cara pakai
dan usaha menguasai dan mendayagunakan segala sumber daya suatu
masyarakat, suatu bangsa untuk mencapai tujuannya. Sudah jelas bahwa
di Indonesia mengikuti paham strategi yang luas.3
Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan adalah ilmu dan seni
menggunakan sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan
kebijakan tertentu dalam keadaan perang dan damai. Atau rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran ksusus.4
Sedangkan dalam manajemen suatu organisasi, strategi diartikan
sebagai kiat, cara, dan taktik utama yang dirancang sebagai sistematik
dalam melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan
strategi organisasi.5
Kemudian menurut Stainer dan Minner, strategi adalah
penempatan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi dalam
meningkatkan kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan
3 Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan, (Jakarta : Centre for Strategic and Internasional
Studies-CSIS, 1978), h. 8 4 Pustaka Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 1092 5Hadari Nawawi, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan,
(Yogyakarta, Gadjah Mada Press, 2000), h. 147
17
dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan implementasinya
secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran organisasi akan tercapai.6
Dengan demikian strategi merupakan suatu rumusan rencana
terhadap suatu hal untuk mencapai tujuan tertentu yang diharapkan
dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan segala sumberdaya yang
ada. Strategi pada umumnya dilakukan oleh suatu organisasi dalam
menjalankan kegiatannya, namun strategi juga dapat dilakukan oleh
individu-individu dalam mencapai maksud yang diinginkan.
Menurut Ali Mustopo, Strategi mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Memusatkan perhatian pada kekuatan. Dalam pendekatan strategis,
kekuatan bagaikan fokus pokok.
b. Memusatkan perhatian kepada analisa dinamik, analisa gerak dan
analisa aksi.
c. Strategi memusatkan perhatian kepada tujuan yang ingin dicapai
serta gerak untuk mencapai tujuan tersebut.
d. Strategi memperhitungkan faktor-faktor waktu (masa lalu, masa
kini dan terutama masa depan) serta faktor lingkungan.
e. Strategi berusaha menemukan masalah - masalah yang terjadi dari
peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan, kemudian
mengadakan analisis mengenai kemungkinan-kemungkinan serta
6Gerorge Steiner dan John Minner, Manajemen Strategi: (Jakarta: Erlangga, 1999), h. 20
18
memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang dapat
diambil dalam rangka gerak menuju kepada tujuan itu.7
Adapun pengambilan keputusan strategi (strategic decision)
meliputi tiga aspek, yakni:
a) Penentuan Tujuan
b) Macam-macam perumusan kebijaksanaan
c) Pelaksanaan (operasional)8
Berdasarkan pengertian di atas, strategi merupakan hal yang sangat
penting di gunakan untuk mencapai tujuan, sasaran-sasaran, batas
waktu dan konsekuensi yang akan dihadapi. Dari situlah orang-orang
meluaskan paham mengenai strategi, baik tentang strategi militer,
strategi pilitik, strategi ekonomi, strategi sosial, strategi budaya, strategi
komunikasi dan lain sebagainya. Kemudian, dalam organisasi strategi
diartikan sebagai kiat, cara dan tektik utama yang dirancang sebagai
sistematik dalam melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada
tujuan organisasi.
2. Pengertian Strategi Komunikasi
Strategi komuniaksi adalah paduan antara perencanaan komunikasi
(communication planning) dengan manajemen komunikasi
(communication management) untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi komunikasi harus mampu
7 Ali Mustopo, Strategi Kebudayaan, (Jakarta: Centre For Strategic and International
Studies-CSIS, 1978), h. 8 8 Bintoro Tjokroamidjojo, Teori dan Strategi Pembangunan Nasional, (Jakarta: Haji
Masagung, 1988), h.15
19
menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan.
Dalam arti pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung situasi
dan kondisi.
Dengan demikian strategi komunikasi adalah keseluruhan
perencanaan taktik, cara yang akan dipergunakan guna melancarkan
komunikasi dengan memperlihatkan keseluruhan aspek yang ada pada
proses komunikasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.9 Berbeda
dengan pengertian strategi secara umum, strategi komunikasi terletak
pada perancangan dari komunikator untuk menyampaikan pesan atau
tujuan agar dapat diterima dengan baik oleh komunikan.
Barbara O‟Keefe mengajukan dua pendekatan mengenai teori
produksi pesan yang disebutyna sebagai model pilihan strategi (strategy
choice) dan disain pesan (message disain). Model pilihan strategi
melihat bagaimana komunikator memilih diantara berbagai strategi
pesan untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan model disain pesan
memberikan perhatiannya pada bagaimana komunikator membangun
pesan untuk mencapai tujuan.
Upaya agar orang lain mematuhi apa yang kita inginkan merupakan
tujuan komunikasi yang paling umum dan paling sering digunakan.
Mendapatkan kepatuhan (gaining compliance) adalah upaya yang kita
lakukan agar orang lain melakukan apa yang kita ingin mereka lakukan
atau agar mereka menghentikan pekerjaan yang tidak kita sukai. Pesan-
pesan yang dibuat agar orang memiliki kepatuhan (compliance gaining
9 Dr. Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet.6, h.
65-66
20
messages) merupakan salah satu topic yang paling banyak diteliti dalam
ilmu komunikasi. Banyak riset mengenai strategi memperoleh
kepatuhan ini terutama didorong oleh terbitnya hasil penelitian dari
Gerald Marwell dan David Schmitt.
Marwell dan Schmitt menggunakan pendekatan teori pertukaran.
Menurut mereka, kepatuhan adalah suatu pertukaran dengan sesuatu hal
lain yang diberikan oleh pencari kepatuhan. Jika anda mengerjakan apa
yang saya inginkan, maka saya memberikan anda sesuatu sebagai
imbalannya seperti penghormatan, persetujuan, uang, pembebasan
kewajiaban, perasaan yang menyenangkan dan sebagainya. Pendekatan
berdasarkan pertukaran, yang sering digunakan dalam teori sosial,
disusun berdasarkan asumsi bahwa orang bertindak untuk mendapatkan
sesuatu dari orang lain sebagai pertukaran bagi hal lainnya. Model ini
memiliki orientasi pada kekuasaan. Dengan kata lain, anda akan
memperoleh kepatuhan mereka jika anda memiliki sumber daya yang
cukup untuk memberikan atau tidak memberikan sesuatu yang mereka
inginkan.10
3. Tahapan-tahapan Strategi
Menurut Fred. R. David, proses strategi tidak hanya sebatas
merumuskan konsep hingga implementasi , melainkan juga harus
disertai evaluasi untuk mengukur sejauh mana strategi itu tercapai.
10
Morissan, Andi Corry Wardhany, Teori Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009),
h. 106
21
Secara garis besar teori manajemen strategi Fred R. David melalui tiga
tahapan, yaitu:11
a. Perumusan Strategi
Dalam perumusan strategi, konseptor harus
mempertimbangkan mengenai peluang dan ancaman eksternal,
menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan strategi alternative
dan memilih strategi untuk dilaksanakan.
Perumusan strategi berusaha menemukan masalah-masalah
yang terjadi dari peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks
kekuatan, kemudian mengadakan analisis mengenai kemungkinan-
kemungkinan serta memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-
langkah yang dapat diambil dalam rangka gerak menuju kepada
tujuan itu.12
b. Implementasi Strategi
Langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang
ditetapkan tersebut. Dalam tahapan pelaksanaan, strategi yang
dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerjasama dalam
pelaksanaan strategi, maka proses formulasi dan analisis strategi
hanya akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan.
Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan
pengorganisasian sumber daya yang ditampakkan melalui
11
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 3 12
Ali Mustopo, Strategi Kebudayaan, (Jakarta : Centre for Strategic and International
Studies-CSIS, 1978), h. 8
22
penetapan struktur organisasi dan mekanisme kepemimpinan yang
dijalankan bersama budaya perusahaan dan organisasi.13
c. Evaluasi Strategi
Tahap terakhir dari strategi adalah mengevaluasi implementasi.
Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai
dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya.
Evaluasi menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan
kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk
memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai.
Setidaknya ada tiga macam langkah dasar untuk mengevaluasi
strategi, yaitu :
a) Meninjau factor-faktor eksternal dan internal
b) Mengukur prestasi dengan membandingkan hasil yang
diharapkan dengan kenyataan
c) Mengembalikan tindakan korektif untuk memastikan bahwa
prestasi sesuai dengan rencana.
B. Komunikasi
1. Pengertian
Komunikasi secara etimologi berasal dari bahasa latin
“communication.” Istilah ini bersumber dari perkataan communis yang
artinya „sama‟, sama disini maksudnya serupa makna dan artinya. Jadi
13
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 3
23
komunikasi terjadi jika terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan
yang disampaikan oleh komunikator yang diterima oleh komunikan.14
Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antara manusia yang
dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaa seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.
Dalam bahasa komunikasi, pernyataan dinamakan pesan (message),
orang yang menyatakan pesan disebut komunikator (communicator),
sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan
(communicant).
Pendapat tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan Astrid S
Susanto, yaitu perkataan komunikasi berasal dari kata communicare
yang dalam bahasa latin memiliki arti „berpartisipasi‟ atau
„memberitahukan‟. Kata communis berarti „milik bersama‟ atau
„berlaku dimana-mana.‟15
Para ahli komunikasi juga mempunyai
pendapat yang berbeda satu sama lain dalam menafsirkan makna
komunikasi sebagai penyampaian informasi, ide, gagasan, emosi,
keterampilan dan seterusnya melalui penggunaan simbol kata, gambar,
angka, grafis, dan lain-lain. Kemudian Shammon dan Weaver
mengartikan komunikasi sebagai mencakup prosedur melalui makna
pikiran seseorang dapat mempengaruhi orang lain.16
Menurut Onong Uchjana Effendy, ada beberapa sebab mengapa
manusia melakukan komunikasi, yaitu untuk:
14
Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1992), h. 3 15
Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina Cipta, 1998),
h. 10 16
Aubery Fisher, Teori Komunikasi, (Bandung : Remaja Karya, 1986), h. 10
24
a. Mengubah sikap (to change the attitude)
b. Mengubah opini, pendapat, pandangan (to change opinion).
c. Mengubah perilaku (to change behaviour)
d. Mengubah masyarakat (to change the society)
2. Komponen Komunikasi
Dalam bahasa komunikasi komponen atau unsur adalah sebagai
berikut:
a. Sumber (Source)
Sumber adalah dasar yang digunakan di dalam penyampaian
pesan yang digunukan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri.
Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku dan sejenisnya.17
b. Penyampai Pesan (Commnicator)
Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara,
menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti: surat
kabar, radio, televise, film dan sebagainya. Komunikator dalam
penyampaian pesannya bisa juga sebagai komunikan, begitu juga
sebaliknya. Syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang
komunikator di antaranya adalah:
1) Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya
2) Keterampilan berkomunikasi
3) Mempunyai pengetahuan yang luas
4) Sikap
5) Memiliki daya tarik
17
Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 11
25
c. Pesan (Message)
Pesan keseluruhan dari apa yang disampaikan si komunikator.
Pesan dapat berupa informative, memberi keterangan-keterangan
yang kemudian komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri.
Persuasif bujukan, yakni membangkitkan kesadaran seseorang
bahwa apa yang kita sampaikan akan berupa pendapat atau sikap,
sehingga ada perubahan. Coersif memaksa dengan menggunakan
sanksi-sanksi, coersif dapat berbentuk perintah, instruksi.
d. Saluran (Channel)
Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat
diterima melalui panca indera atau menggunakan media. Pada
dasarnya komunikasi yang sering dilakukan dapat berlangsung
menurut dua saluran, yaitu:
1) Saluran formal atau bersifat resmi
2) Saluran informal atau bersifat tidak resmi
e. Penerima Pesan (Communicant)
Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan menjadi
tiga jenis, yaitu: personal, kelompok, dan massa.
f. Hasil (Effect)
Efek adalah hasil akhir proses komunikasi, yakni sikap dan
tingkah laku orang, baik sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita
inginkan.18
18Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 12
26
2. Media Komunikasi
Media massa saat ini telah merasuk (pervasive) ke dalam
kehidupan modern. Melalui media, orang mampu membentuk opini dari
informasi dan interpretasi atas informasi yang mereka terima. Ini berarti
bahwa bahkan liputan berita setajam sekalipun, mengandung unsur
persuasi. Akan tetapi upaya media untuk melakukan persuasi biasanya
dilakukan melalui editoral (tajuk rencana) dan alasan atau komentar
yang jelas-jelas bertujuan persuasi. Hampir semua media memisahkan
antara materi yang didesain untuk membujuk dengan materi berita.
Koran mengemas artikel opininya dalam bagian editoral. Ulasan di
televise biasanya berupa opini.
Pesan media yang paling jelas dimaksudkan untuk keperluan
persuasi adalah advertisement (iklan). Iklan mengajak audiens atau
pembaca untuk menuruti apa yang dikehendaki iklan, contohnya
membeli pasta gigi, makanan ataupun lainnya. Public relations adalah
persuasi yang lebih halus, berusaha membujuk tetapi biasanya tidak
mengajak untuk melakukan tindakan langsung. Public relations
berusaha membentuk sikap, biasanya dengan mengajak audiens media
massa untuk melihat suatu institusi atau aktivitas tertentu dari sudut
pandang tertentu. John Vivian menyebutkan ada tujuh media
komunikasi, yakni buku, majalah, Koran, radio, advertising, internet,
dan televisi.19
19
John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 22
27
Adapun jenis-jenis media massa yang bersifat “komunikasi massa”
telah berkembang pesat dari segi kuantitas maupun kualitas, antara lain
adalah:
a) Buku
Produksi buku secara massal pertama kali dilakukan pada
pertengahan 1400-an, telah mengubah sejarah manusia dengan
mempercepat pertukaran ide dan informasi antar manusia. Buku
merupakan gudang penyimpan kebudayaan. Nuku adalah wahana
utama dalam mengajarkan nilai-nilai sosial kepada generasi baru
dan sarana utama bagi generasi baru untuk memahami pelajaran
dari generasi lama.
b) Koran
Koran adalah medium massa utama bagi orang untuk
memperoleh berita. Di sebagian besar kota, tidak ada sumber berita
uang bisa menyamai keluasan dan kedalaman liputan berita koran.
Ini memperkuat popularitas dan pengaruh koran. Banyaknya para
pembaca membuat koran menjadi media efektif dalam
menyampaikan pesan.
c) Majalah
Saat ini majalah-majalah besar merupakan medium massa
yang mempengaruhi kultur Negara-negara maju, termasuk
Amerika. Literature besar dan ide-ide besar lainnya masuk dalam
28
format majalah yang berbeda dengan buku, dapat dijangkau oleh
hamper semua orang.
Periklanan memanfaatkan majalah diantaranya membangun
pasar nasional untuk produk-produk mereka. Karena orang
mempunyai selera yang sangat luar biasa pada majalah. Singkatnya
majalah adalah medium pervasive. Keluasan audiens majalah
membuat majalah menjadi medium yang amat kompetitif.20
d) Advertising
Advertising adalah ekonomi konsumen yang penting. Tanpa
iklan, orang sulit mengetahui bermacam-macam produk dan jasa
yang tersedia. Advertising juga merupakan basis finansial dari
media massa yang kontemporer. Walaupun demikian, advertising
bukan medium massa, tetapi mengandalkan pada media untuk
menyampaikan pesannya.
e) Radio
Radio telah menjadi medium massa yang sangat luas, ada di
berbagai tempat dan di sepanjang waktu. Tetapi sebagai sebuah
industry, ada tanda-tanda yang menggelisahkan. Acara utama
radio, yakni music, telah tersedia dalam bentuk perangkat lain dan
banyak yang tanpa iklan. Audiens utama radio, yakni kelompok
usia 18 sampai 24 tahun telah banyak berkurang.
20
John Vivian, Teori Komunikasi Massa, , (Jakarta: Kencana, 2008), h. 107
29
f) Televisi
Banyaknya audiens televisi menjadikannya sebagai medium
dengan efek yang besar terhadap orang dan kultur dan juga terhdap
media lain. Sekarang televisi adalah medium massa dominan untuk
hiburan dan berita. Tidak bisa dipungkiri, di Indonesia hampir
setiap rumah tangga memiliki satu televisi. Jelas bahwa televise
mampu mempengaruhi gaya hidup masyarakat.
g) Internet
Internet muncul sebagai medium massa besar yang melalui
media tradisional dalam banyak hal. Setiap perusahaan media
massa besar menempatkan produknya di internet. Tekhnologi ini
sangat langsung dan akses murah, sehingga jutaan individu bisa
membuat situs milik sendiri.21
C. Pengertian Paguyuban
Dalam bahasa Sunda, Paguyuban memiliki arti serikat atau
perkumpulan. Sedangkan dari kata dasarnya “guyub” mempunyai arti
sehati atau setujuan. Dalam bahasa Inggris Paguyuban disebut community
dan dalam bahasa Jerman disebut Gemeinschaft.
Konsep paguyuban (Gemeinschaft) di kemukakan oleh Ferdinand
Tonnies. Pengertian paguyuban adalah suatu bentuk kehidupan bersama, di
mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan
bersifat alamiah, serta kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta
21
John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Kencana, 2008), h.262
30
dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Kehidupan
tersebut dinamakan juga bersifat nyata dan organis,22
sebagaimana dapat
diumpamakan dengan organ tubuh manusia atau hewan. Bentuk
paguyuban terutama akan dijumpai di dalam keluarga, kelompok
kekerabatan, rukun tetangga, dan sebagainya.
Oleh Tonnies dikatakan bahwa suatu paguyuban (gemeinschaft)
mempunyai beberapa ciri pokok, yaitu sebagai berikut:23
1. Intimate, artinya hubungan menyeluruh yang mesra.
2. Private, artinya hubungan yang bersifat pribadi, yaitu khusus
untuk beberapa orang saja.
3. Exclusive, yaitu hubungan tersebut hanyalah untuk “kita” saja dan
tidak untuk orang-orang lain di luar “kita”.
Di dalam kehidupan setiap masyarakat akan selalu dapat kita
jumpai paguyuban. Tipe paguyuban antara lain:24
a. Paguyuban karena ikatan darah (Gemeinschaft by blood), yaitu
paguyuban yang merupakan ikatan yang didasarkan pada ikatan
darah atau keturunan. Paguyuban ini dapat disebut sebagai
kelompok genelogis yaitu kelompok yang terbentuk berdasarkan
hubungan sedarah. Kelompok genelogis memiliki tingkat
solidaritas yang tinggi karena adanya keyakinan tentang kesamaan
nenek moyang, contoh: keluarga, kelompok kekerabatan.
22
Ferdinand Tonnies and Charles P. Loomis: “Gemeinschaft and Gesellschaft” dalam
Reading in Sociology, editor Alfred Mc Clung Lee, cetakan ke-5, Barnes & Noble College Outline
Series, 1960, hlm. 82 dan seterusnya. 23
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar/Soerjono Soekanto, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2012), h. 118 24
Ferdinand Tonnies, Gemeinschaft and Gesellschaft yang dikutip dalam Setangkai
Bunga Sosiologi, h. 461 dan seterusnya
31
b. Paguyuban karena tempat (Gemeinschaft of place), yaitu suatu
paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat
itnggal sehingga dapat saling tolong menolong. Contoh: Rukun
Tetangga, Rukun Warga.
c. Paguyuban Karena jiwa-pikiran (Gemeinschaft of Mind), yaitu
merupakan suatu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang
walaupun tak mempunyai hubungan darah ataupun tempat
tinggalnya tidak berdekatan, tetapi mereka mempunyai jiwa dan
pikiran sama, ideology yang sama. Paguyuban semacam ini
biasanya ikatannya tidaklah sekuat paguyuban karena darah atau
keturunan.
Paguyuban diartikan sebagai persekutuan atau kebersamaan
aneka ragam orang dalam batas teritori dan kategori tertentu,
dengan nilai-nilai umum sebagai berikut:
a) Disemangati kebersamaan, keterlibatan, komunikasi, relasi
yang terjadi terus-menerus, sehati dan sejiwa dalam suka dan
duka, untuk menghidupi dan menghayati tugas, karya, dan
panggilan hidup dalam mewujudkan visi-misi paguyuban
tersebut.
b) Kebersamaan setiap anggotanya yang se-detak jantung, yang
hidup dalam kebersamaan, memiliki kepekaan dan bertindak
saling mengasihi sehingga terbentuk suatu komunitas yang
sehati-sejiwa.
32
c) Bentuk kehidupan bersama yang menghayati solidaritas,
toleransi dan prisnsip subsidiaritas dalam memanfaatkan segala
perbedaan untuk mencapai tujuan bersama.
d) Kebutuhan utnuk hidup berkelompok yang berlandaskan pada
kepercayaan yang satu.25
Dapat dikatakan bahwa semua paguyuban adalah sebuah
organisasi, akan tetapi tidak semua organisasi merupakan
puguyuban. Alasannya bahwa dasar dari sebuah organisasi belum
tentu cinta kasih atau persaudaraan, bisa jadi hanya berdasarkan
pada kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu atau hanya atas
dasar kepentingan saja. Tetapi dasar paguyuban adalah rasa
persaudaraan, toleransi dan prinsip saling membantu dengan
memanfaatkan segala perbedaan untuk mencapai tujuan bersama
dimana para anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni,
alamiah, serta sehati-sejiwa.
Paguyuban adalah pola masyarakat yang ditandai dengan
hubungan anggota-anggotanya bersifat pribadi, sehingga
menimbulkan ikatan yang sangat mendalam dan batiniah. Misalnya
pola kehidupan masyarakat pertanian, umumnya bersifat komunal
yang ditandai dengan ciri-ciri masyarakat yang homogeny,
hubungan sosialnya bersifat personal, saling mengenal, serta
memperhitungkan untung rugi.
25
Blogspot Paguyuban Sekar Saluyu 12 April 2009, Pokok-pokok penting
Paguyuban Mekar Saluyu. Diakses pada 7 Mei 2015 dari:
Mekarsaluyu.blogspot.com/2009/12/pokok-pokok-penting-paguyuban-mekar.html?m=1,
33
D. Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya
1. Pengertian dan Peran Pendidikan
Dunia pendidikan merupakan bangunan atas dari suatu sistem
ekonomi. Ia merupakan cermin dari sistem ekonomi. Sebagai bangunan
atas, pendidikan menjadi suatu keyakinan dapat meningkatkan
kesejahteraan hidup. Oleh sebab itu pendidikan menjadi salah satu
tujuan yang harus di capai, namun untuk mencapainya membutuhkan
cara dan alat. Cara dan alat itu di realisasikan dalam bentuk ukuran
satuan uang dari pendapatan masyarakat.
Dalam sistem sosial kapitalisme, masyarakat yang memiliki
pendapatan rendah, sulit untuk mengikuti pendidikan; pendidikan hanya
bisa dinikmati oleh mereka yang memiliki cukup pendapatan.
Pendidikan dalam sistem sosial yang demikian menjadi barang
dagangan, siapa yang punya daya beli dapat menikmati pendidikan.
Peran negara dalam pendidikan kurang optimal, karena negara
cenderung melayani kepentingan para pemilik modal.26
Dalam falsafah pendidikan islam menurut Ibnu Taimiyah adalah
ilmu yang bermanfaat merupakan asas bagi kehidupan yang cerdas dan
unggul. Sementara mempergunakan ilmu itu dapat menjamin
kelestarian dan kelangsungan masyarakat, tanpa itu masyarakat akan
terjerumus ke dalam kehidupan yang sesat. Ilmu yang bermanfaat
artinya adalah mengajak pada kehidupan yang benar yang diarahkan
26
Darsono Prawironegoro, Budaya Organisasi, (Jakarta: Nusantara Consulting, 2010), h.
411
34
pada hubungan dengan Tuhan serta dihubungkan dengan kenyataan-
kenyataan makhluk serta memperteguh rasa kemanusiaan.27
Tujuan pendidikan islam yang harus dicapai menurut Ibnu
Taimiyah, yakni:
a. Tujuan Individual
Tujuan pendidikan harus diarahkan pada terbentuknya pribadi yang
baik, yaitu seorang yang berfikir, merasa dan bekerja pada berbagai
lapangan kehidupan pada setiap waktu sejalan dengan apa yang ada
pada Al Qur‟an dan As Sunnah. Pribadi yang baik menurutnya
adalah pribadi yang sempurna kepribadiannya yaitu mereka yang
lurus jalan pikiran serta jiwanya, bersih keyakinannya, kuat
jiwanya serta sanggup menjalankan perintah Allah Swt
b. Tujuan Sosial
Bahwa Pendidikan Islam harus diarahkan pada terciptanya
masyarakat yang baik dan sejalan dengan ketentuan Al Qur‟an dan
As Sunnah dimana manusia bisa hidup bersama dengan orang lain,
saling membantu, saling menasehati serta membantu mengatasi
masalah orang lain dan lain sebagainya.
c. Tujuan Dakwah Islamiyah
Tujuan pendidikan harus bisa mengarahkan ummat agar siap dan
mampu memikul tugas dakwah islamiyah keseluruh dunia. Hal ini
didasarkan bahwa Allah mengutus para Rasulnya untuk memberi
27
Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2005). H. 85
35
kabar gembira dan memberi peringatan, sehingga segenap manusia
mau menerima dan mengikuti ajaran-Nya.28
Sedangkan jika kita membicarakan dunia pendidikan menurut John
Comenius (Jan Komensky, 1592-1670), seorang uskup Moravian
Brethren, yang menulis buku cetakan berilustrasi untuk yang pertama
kali yang digunakan selama 250 tahun. Dalam karyanya yang berjudul
Didactica Magna (Seni Pengajaran yang Agung), Comenius
menjabarkan berbagai prinsip pendidikan saat ini.
Prinsip paling penting dari seni pengajaran yang agung tersebut
adalah “pendidikan untuk semua” (education for everyone). Comenius
berprinsip bahwa tidak hanya anak orang kaya atau yang punya
kekuasaan saja yang bisa menikmati pendidikan. Tapi, semua anak laki-
laki dan perempuan, anak orang terhormat atau tidak terhormat, anak
orang kaya atau miskin, maupun yang berasal dari kota atau desa,
semua harus bisa menikmati pendidikan.
Selain itu, Comenius juga berprinsip bahwa pendidikan itu harus
berlangsung sepanjang masa (long life education), yang berarti bahwa
setiap orang berhak untuk mendapatkan pendidikan di sepanjang
kehidupannya, tanpa ada batasan, kungkungan, dan berbagai tetek-
bengek birokratisme pendidikan. Itu berarti, setiap anak bangsa harus
mendapatkan pendidikan, baik itu secara formal, non formal maupun
informal; dan tidak boleh ada sekat bahwa karena seorang anak itu
miskin, maka tidak boleh sekolah; dan bahwa karena anak itu cacat,
28
Nana Ronawan Rambe Blogspot, Pendidikan Islam Menurut Beberapa Tokoh, 29
Agustus 2013. Diakses pada 22 September 2015 dari:
nanarambe.blogspot.com/2013/08/pendidikan-islam-menurut-beberapa-tokoh-.html?m=1
36
maka tidak boleh memperoleh pendidikan. Mereka semua berhak
mendapatkan pendidikan sepanjang kehidupannya.29
Pengertian pendidikan menurut Ki. Hajar Dewantara, pendidikan
umumnya berarti “Daya upaya untuk memajukan budi pekerti (karakter,
kekuatan batin), pikiran (intellect), dan jasmani anak-anak selaras
dengan alam dan masyarakatnya.”30
Sedangkan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
Nomor 20 Tahun 2003, pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 1 menjelaskan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.31
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan berlaku untuk semua manusia secara merata yang hidup
dalam masyarakat tanpa memandang kedudukan atau harta kekayaan.
Pendidikan juga merupakan suatu usaha yang terencana untuk
meningkatkan kemampuan berpikir, keterampilan, kepribadian
sehingga bisa menjadi manusia yang berkualitas dan mampu
mewujudkan tujuan-tujuan dalam hidupnya serta mampu menjalankan
tugasnya dalam masyarakat.
Pendidikan tidak hanya dilakukan tanpa peranan yang jelas.
Tentunya pendidikan dilaksanakan karena adanya peranan yang begitu
29
Nurani Soyomukti, Metode Pendidikan Marxis Sosialis: Antara Teori dan Praktik
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), h. 5-9 30
Dedy Mulyasana, op.cit., h. 3 31
Sabri Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 7
37
penting dari pendidikan itu sendiri untuk masyarakat. Menurut Andi
Makkulau peranan pendidikan adalah “Untuk mengembangkan
sumberdaya insaniyah agar manusia menyadari dan mampu
melaksanakan fungsi kekhalifahannya, maka sasaran pengembangan
adalah meningkatkan daya pikir, daya fisik, dan daya pertimbangan
nilai. Ketiga daya tersebut perlu dikembangkan secara optimal, serasi
dan sedini mungkin.”32
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat dijelaskan bahwa pendidikan
itu memiliki peranan untuk meningkatkan daya pikir, daya fisik dan
daya pertimbangan manusia, agar manusia itu mampu melaksanakan
tugasnya sebagai khilafah di muka bumi, yang tentunya pengembangan
itu harus dilaksanakan secara serasi dan sedini mungkin maka daya
pikir, daya fisik dan daya pertimbangan manusia tidak bisa berjalan
secara optimal.
2. Jalur Pendidikan
Berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang
dikutip oleh Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama
bahwa “Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan
informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.”33
Menurut Combs dan Ahmad pendidikan formal, nonformal dan
informal adalah:
32
Andi Makkalau, Strategi Pengembangan Potensi Sumber Daya Insaniyah: Konsep
Ideal, Alumni Jurnal Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni, Vol. 1 No , 1991., h. 22 33
Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Undang-Undang dan
Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, 2006., h. 13
38
a. Pendidikan Formal adalah sistem pendidikan yang terstruktur,
hierarkis, dilaksanakan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi,
studi akademik, beragam program spesialis dan beragam isntitusi,
full time, berupa latihan teknis maupun profesional.
b. Pendidikan Informal adalah proses pendidikan sepanjang hayat,
dimana setiap individu memperoleh sikap, nilai keterampilan dan
pengetahuan, dari pengalaman sehari-hari, dan dari pengaruh
pendidikan dan sumber-sumber lingkungannya seperti dari
keluarga, tetangga, pekerjaan dan ketika bermain, dari pasar dan
jalan raya, dari perpustakaan dan media massa.
c. Pendidikan Nonformal adalah setiap kegiatan pendidikan yang
terorganisasi di luar sistem sekolah formal, apakah dilaksanakan
tersendiri ataukah merupakan bagian dari kegiatan yang lebih
besar, yang dimaksudkan untuk melayani sasaran didik tertentu dan
tujuan belajar.34
3. Pendidikan Nonformal
Menurut M. Sudomo, pendidikan non formal adalah “Setiap
kegiatan pendidikan yang diorganisir di luar sistem pendidikan formil,
baik dilakukan sebagai kegiatan yang lebih luas untuk memenuhi
kebutuhan pelajar (clientele) dan mencapai tujuan-tujuan belajar.”35
34
Saleh Marzuki, Pendidikan Nonformal: Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional,
Pelatihan, dan Andragogi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 145 35
Sismanto, Penddikan Luar Sekolah Dalam Upaya Mencerdaskan Bangsa, (Jakarta: CV
Era Swasta, 1984), h. 7
39
Menurut Soelaiman Joesoef pendidikan non formal adalah
“pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu
mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat.”36
Menurut Combs dalam buku Penelitian Tindakan Dalam
Pendidikan Nonformal menyatakan bahwa “Pendidikan nonformal
(nonformal education) adalah setiap kegiatan pendidikan yang
diorganisasikan diluar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan
secara sengaja untuk melayani peserta didik tertentu guna mencapai
tujuan belajarnya.37
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Pendidikan
nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang”.38
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan nonformal adalah suatu proses pendidikan yang
dilaksanakan secara terbuka, terstruktur dan berjenjang yang tidak
memiliki aturan-aturan yang baku serta dilaksanakan dalam rangka
memenuhi kebutuhan pendidikan bagi masyarakat tertentu.
4. Fungsi Pendidikan Nonformal
Fungsi pendidikan nonformal adalah membelajarkan individu atau
kelompok agar mampu memberdayakan dan mengembangkan dirinya
sehingga mampu beradaptasi terhadap perubahan/perkembangan
36
Soelaiman Joesoef, op.clt, h. 79 37
Ishak Abdulhak dan Ugi Suprayogi, Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan
Nonformal, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 19 38
Moh. Alifuddin, Kebijakan Pendidikan Nonformal: Teori, Aplikasi dan Implikasi,
(Jakarta: Magna Script Publishing, 2011), h. 19
40
zaman, berdasarkan fungsi tersebut pendidikan nonformal menurut
Soegimin Gitoasmoro dapat melayani kebutuhan sebagai berikut:
a. Pendidikan suplemen: kesempatan untuk menambah/meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan tertentu di luar pendidikan
sekolah/formal.
b. Pendidikan komplemen: kesempatan untuk menambah/melengkapi
pendidikan sekolah/formal.
c. Pendidikan kompensasi/pengganti: kesempatan untuk memperoleh
pendidikan bagi yang tidak pernah mengalami pendidikan di
sekolah.
d. Pendidikan substitusi: kesempatan untuk belajar pada jenjang
pendidkan tertentu berhubung belum adanya pendidikan disekitar
tempat tinggal.
e. Pendidikan alternatif: kesempatan untuk memilih jalur pendidikan
nonformal sehubungan dengan peluang atau waktu yang dimiliki.
f. Pendidikan pengayaan/penguatan: kesempatan untuk
memperkaya/memperluas/ meningkatkan kemampuan yang
diperoleh dari pendidikan sekolah/formal.
g. Pendidikan pemutakhiran/updating: kesempatan untuk
memutakhirkan atau meremajakan pengetahuan dan keterampilan
yang telah dimiliki.
h. Pendidikan pembentukan keterampilan: kesempatan untuk
memperoleh keterampilan baru di samping keterampilan yang telah
dimiliki.
41
i. Pendidikan penyesuaian: kesempatan untuk memperoleh
pendidikan penyesuaian diri sehubungan adanya mobilitas
territorial, pekerjaan, dan perubahan sosial.
j. Pendidikan pembibitan: kesempatan untuk memperoleh pendidikan
atau latihan keterampilan tertentu melalui proses belajar bersama
sambil mengadakan usaha bersama dalam kelompok belajar usaha
bersama.
Selain itu Pendidikan nonformal berfungsi mengatasi berbagai
kesenjangan yang ada di masyarakat. Menurut Hunter ada beberapa
kesenjangan yang dapat diatasi melalui pendidikan nonformal,
yaitu:
a) Kesenjangan pekerjaan (the job gap), yaitu adanya ketidak
sesuaian antara pendidikan dengan kebutuhan tenaga kerja atau
keterampilan kerja yang dinutuhkan.
b) Kesenjangan efisiensi (the efficiency gap), yaitu kurangnya
pemanfaatan secara tepat sumber daya manusia dan sumber
finansial.
c) Kesenjangan permintaan dan penyediaan (the demand and
supply gap), yaitu meningkatnya permintaan pendidikan dan
konsekuensi rendahnya mutu pendidikan.
d) Kesenjangan populasi (population gap), yaitu gagalnya
sekolah untuk mengatasi pertumbuhan penduduk usia sekolah.
42
e) Kesenjangan bayaran sebagai pendapatan (the wage gap), yaitu
tingginya bayaran di sector perkotaan mengakibatkan migrasi
dari desa ke kota.
f) Kesenjangan persamaan hak (the equity gap), yaitu
ketidakmampuan sekolah memberikan kesempatan kepada
semua orang; hanya bagi orang-orang yang punya kemampuan
untuk membiayai karena semakin tinggi tingkatan
pendidikannya semakin tinggi pula ongkosnya.
g) Kesenjangan beradaptasi (the adaptability gap), yaitu
kekakuan atau ketidakluwesan sekolah yang menyebabkan
sulitnya mereka merespons kebutuhan sosial dan ekonomi.
h) Kesenjangan evaluasi (evaluation gap), kesenjangan ini timbul
karena sulitnya menilai kinerja individu dalam pekerjaan
karena keterampilan pekerja lebih cepat daripada
supervisornya.
i) Kesenjangan harapan (expectation gap) yang terlihat dari
adanya migrasi dari desa ke kota dan mengejar pendidikan
guna mencari kerja yang sering kali tidak tersedia.39
Dari beberapa pernyataan yang telah dikemukakan di atas
dapat kita simpulkan bahwa fungsi dari pendidikan nonformal
adalah memberikan kebutuhan akan pendidikan bagi masyarakat
luas baik itu sebagai pelengkap atau pengganti, sesuai dengan yang
masyarakat butuhkan serta pendidikan nonformal berfungsi untuk
39
Saleh Marzuki, Dimensi-dimensi Pendidikan Nonformal, (Malang: Rosindo, 2009), h.
147
43
menyelesaikan masalah-masalah kesenjangan di masyarakat baik
itu kesenjangan pendidikan, sumber daya manusia atau
kesenjangan lainnya.
5. Tujuan Pendidikan Nonformal
Pada dasarnya, pendidikan nonformal memiliki tujuan yang sama
dengan pendidikan formal pada umumnya. Seperti yang dimyatakan
oleh Soedijarto bahwa:
Pendidikan nonformal mempunyai tujuan nasional yang sama
dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003, BAB II
Pasal 3 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.40
Berdasarkan hal tersebut, bisa kita lihat bahwa tujuan dari
pendidikan nonformal sama dengan tujuan pendidikan nasional yang
pada intinya memberikan kecakapan dan pengetahuan bagi masyarakat
agar menjadi warga negara yang bertanggungjawab.
Sedangkan secara operasional, pendidikan nonformal mempunyai
tujuan institusional yang memungkinkan warga masyarakat memiliki:
a. Kesempatan mengembangkan kepribadian dan mengaktualisasikan
diri;
b. Kemampuan menghadapi tantangan hidup baik dalam lingkungan
keluarga maupun dalam lingkungan masyarakat,
c. Kemampuan membina keluarga sejahtera untuk memajukan
kesejahteraan;
40
Soedijarto, Landasan Dan Arah Pendidikan Nasional Kita, (Jakarta: Gramedia, 2008),
h. 59
44
d. Kemampuan wawasan yang luas tentang hak dan kewajiban
sebagai warga negara;
e. Kemampuan kesadaran berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat
dalam rangka pembangunan manusia dan masyarakat;
f. Kemampuan menciptakan atau membantu menciptakan lapangan
kerja sesuai dengan keahlian yang dimiliki.41
6. Pengertian Sosial-Ekonomi
Sejarah sosial ekonomi berhubungan dengan keadaan-keadaan
dimana manusia-manusia itu hidup, kemungkinan-kemungkinan
perkembangan materi dan batas-batasnya yang tidak bisa diikuti
manusia. Penduduk dan kepadatan penduduk, konsumsi dan produksi
pangan, perumahan, sandang, kesehatan dan penyakit, sumber-sumber
kekuatan dan pada tingkat dasarnya faktor-faktor ini berkembang tidak
menentu dan sangat drastis mempengaruhi kondisi-kondisi dimana
manusia itu harus hidup (Ahmad, 1992).
Salah satu faktor yang penting untuk membangun masyarakat yang
sejahtera adalah sebuah teori sosial ekonomi yang baik. Sepanjang
sejarah, manusia terus mencari jawaban bagaimana sumber daya bumi
ini dapat dipergunakan dan dibagikan dengan baik. Kata sosial berasal
dari kata “socious” yang artinya kawan, teman. Dalam hal ini arti
kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman kerja, teman
sekampung dan sebagainya. Dalam hal ini kawan adalah mereka
(orang-orang) yang ada disekitar kita, yakni yang tinggal dalam satu
lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi
satu sama lain (Mahadi, 1993).
41
Soegimin Gitoasmoro, loc.cit, h. 41
45
Kata sosial adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan
masyarakat (Suharso,2005). Sedangkan dalam konsep sosiologis,
manusia sering disebut makhluk sosial yang artinya bahwa manusia itu
tidak dapat hidup dengan wajar tanpa orang lain disekitarnya.
Istilah Ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa yunani yaitu
“Oikos” yang artinya rumah tangga dan “Nomos” artinya mengatur.
Jadi secara harafiah, ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Ini
adalah pengertian yang paling sederhana. Namun seiring dengan
perkembangan dan perubahan masyarakat, maka pengertian ekonomi
juga sudah lebih luas. Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.42
Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang
diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu
dalam struktur sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai dengan
seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa
status (Koentjaraningrat, 1990).
Menurut Melly G. Tan bahwa bahwa kedudukan sosial ekonomi
meliputi tiga faktor yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan.
Pendapat diatas didukung oleh Mahbud UI Hag dari Bank Dunia
bersama dengan James Grant dari Overseas Development Council
mengatakan bahwa kedudukan sosial ekonomi dititikberatkan pada
pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan air yang sehat yang
42
Wikipedia 2015, Ekonomi. Diakses pada 6 Juli 2015 dari: ,
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ekonomi
46
didukung oleh pekerjaan yang layak. (Tan dalam Koentjaraningrat,
1981)
Pengertian Sosiologi Ekonomi dapat dilihat dari dua segi, yaitu :43
1. Pengertian Sosiologi Ekonomi adalah suatu kajian yang
mempelajari hubungan antara masyarakat, yang di dalamnya terjadi
suatu interaksi sosial dengan ekonomi. Dalam hubungan itu dapat
kita lihat bagaimana masyarakat mempengaruhi ekonomi dan
bagaimana ekonomi mempengaruhi masyarakat.
2. Pengertian Sosiologi Ekonomi adalah suatu pendekatan sosiologis
yang diterapkan pada fenomena ekonomi.
Dalam sosiologi ekonomi, konsep masyarakat mempengaruhi
ekonomi dapat kita lihat contohnya dalam kegiatan ekonomi.
Masyarakat sebagai realitas eksternal-objektif akan menuntun
individu dalam melakukan kegiatan ekonomi seperti apa yang
boleh diproduksi, bagaimana memproduksinya dan dimana
memproduksinya. Dari kegiatan yang dilakukan masyarakat ini
menunjukkan bahwa masyarakatlah yang mempengaruhi ekonomi.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat di
simpulkan bahwa pada dasarnya kelas sosial ekonomi adalah status
atau kedudukan seseorang di masyarakat, di mana berdasarkan
pada pembedaan masyarakat ke dalam kelas- kelas secara vertikal,
yang diwujudkan dengan adanya tingkatan masyarakat dari yang
43
Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2009), h. 57
47
tinggi ke yang rendah dengan mengacu pada pengelompokan
menurut kekayaan.
7. Pengertian Budaya
Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti
cinta, karsa, dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa
Sanskerta budhayah yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi
atau akal. Dalam bahasa Inggris, kata budaya berasal dari kata culture,
dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata cultuur, dalam bahasa
Latin, berasal dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan,
menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani).44
Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu
sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan
mengubah alam. Berikut pengertian budaya atau kebudayaan dari
beberapa ahli:45
a. Menurut E. B. Taylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks
yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
keilmuan, hokum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta
kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
b. Menurut R. Linton, kebudayaan dapat dipandang sebagai
konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku
yang dipelajari, di mana unsur pembentuknya didukung dan
diterusan oleh anggota masyarakat lainnya.
44
Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta: Kencana, 2008), h. 27 45
Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta: Kencana, 2008), h. 27-28
48
c. Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar.
d. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa
kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
e. Sedangkan menurut Herkovits, kebudayaan adalah bagian dari
lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.
Prestasi manusia sepanjang sejarahnya merupakan kebudayaan.
Untuk memahami manusia, seyogyanya ia ditempatkan pada konteks
kebudayaannya. Dalam kebudayaan tercermin segala kenyataan yang
bernilai dan berharga dari prestasi manusia. Dalam kebudayaannya kita
bertemu dengan segala gejala kehidupan yang telah diolah serta diatur
menurut tata cara tertentu. Manusia bukan hidup liar, tetapi hidup dalam
lingkungan yang serba budaya. Disinilah manusia “dibentuk dan
dibesarkan.” Ini merupakan ciri khas manusia.
Kebudayaan merupakan kancah, dimana setiap orang seharusnya
dapat berjuang dan mempergunakan segala kemampuannya untuk
meningkatkan kualitas hidupnya. Keadaan yang demikian berubah dan
berkembang secara evolutif. Weston La Barre yang dikutip Parsudi
Suparlan (1984:4) menjelaskan bahwa evolusi yang dialami oleh
manusia bukanlah evolusi tubuh semata-mata, tetapi juga keseluruhan
pemikiran-pemikiran dan hasil-hasil teknologinya.46
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menjumpai berbagai
macam kebudayaan, yang berujud benda, perilaku, pengetahuan, dan
46
Darsono Prawironegoro, Budaya Organisasi (Jakarta: Nusantara Konsulting, 2010), h.
9
49
tata nilai. Manusia bekerja untuk mencari nafkah; belajar untuk
menuntut ilmu; menari untuk mengungkapkan kegembiraan. Bekerja,
belajar, menari adalah tingkah laku manusia yang mempunyai nilai
kultiral yaitu gabungan nilai sosial, estetis, dan nilai etis. Ketiga bentuk
itu merupakan unsur hakiki dalam kebudayaan, di mana satu dengan
yang lainnya saling berhubungan.47
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian
mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat
pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam
pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu
bersifat abstrak.
edangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku, dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan
lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
8. Unsur-unsur Budaya
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai
komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur
pokok, yaitu:48
47
Darsono Prawironegoro, Budaya Organisasi (Jakarta: Nusantara Konsulting, 2010), h.
9 48
Wikipedia 2015, Budaya, https//id.m.wikipedia.org/wiki/Budaya, (diakses pada 30 Juni
2015)
50
a. alat-alat teknologi
b. sistem ekonomi
c. keluarga
d. kekuasaan politik
Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang
meliputi:49
a) Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para
anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam
sekelilingnya
b) Organisasi ekonomi
c) Alat-alat, dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk
pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
d) Organisasi kekuatan (politik)
Kluckhohn mengemukakan ada 7 unsur kebudayaan secara
universal (universal categories of culture) yaitu:
1 Bahasa
2 Sistem pengetahuan
3 Sistem tekhnologi, dan peralatan
4 Sistem kesenian
5 Sistem mata pencarian hidup
6 Sistem religi
7 Sistem kekerabatan, dan organisasi kemasyarakatan
49
Wikipedia 2015, Budaya, https//id.m.wikipedia.org/wiki/Budaya, (diakses pada 30 Juni
2015)
51
9. Wujud Budaya
Menurut J.J Hoenigman (dalam Koentjarningrat, 1986), wujud
kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
a. Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang
berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba
atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala
atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut
menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi
dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan, dan buku-buku
hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
b. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula
disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-
aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak,
serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu
yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi
dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati, dan
didokumentasikan.
c. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil
dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam
52
masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba,
dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara
ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan
bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa
dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh:
wujud kebudayaan ideal mengatur, dan memberi arah kepada
tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Berdasarkan wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa
elemen atau komponen, menurut ahli antropologi Cateora, yaitu :
a) Kebudayaan Material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat
yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini
adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian
arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan
seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-
barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga,
pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
b) Kebudayaan Nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang
diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa
dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
c) Lembaga Sosial
Lembaga social, dan pendidikan memberikan peran yang
banyak dalam kontek berhubungan, dan berkomunikasi di alam
53
masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam suatu Negara
akan menjadi dasar, dan konsep yang berlaku pada tatanan
social masyarakat. Contoh Di Indonesia pada kota, dan desa
dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi
apalagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan. Tetapi di
kota – kota besar hal tersebut terbalik, wajar seorang wanita
memilik karier
d) Sistem Kepercayaan
Bagaimana masyarakat mengembangkan, dan membangun
system kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini
akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam
masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam
kebiasaan, bagaimana memandang hidup, dan kehidupan, cara
mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana
berkomunikasi.
e) Estetika
Berhubungan dengan seni, dan kesenian, music, cerita,
dongeng, hikayat, drama, dan tari –tarian, yang berlaku, dan
berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap
masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini
perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita
sampaikan dapat mencapai tujuan, dan efektif. Misalkan di
beberapa wilayah, dan bersifat kedaerah, setiap akan
membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan janur
54
kuning, dan buah – buahan, sebagai symbol yang arti disetiap
derah berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang
mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara
tersebut.
f) Bahasa
Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa
untuk setiap walayah, bagian, dan Negara memiliki perbedaan
yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa
merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa
memiliki sidat unik, dan komplek, yang hanya dapat
dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi keunikan, dan
kekomplekan bahasa ini harus dipelajari, dan dipahami agar
komunikasi lebih baik, dan efektif dengan memperoleh nilai
empati, dan simpati dari orang lain.
55
BAB III
GAMBARAN UMUM PAGUYUBAN BOGOR
A. Sejarah Paguyuban Bogor
Paguyuban Bogor merupakan sebuah organisasi atau kelompok sosial
yang berdiri di tengah-tengah masyarakat modern. Di galang oleh para
pemuda Kota Bogor yang memiliki kesadaran lebih terhadap bidang
pendidikan, sosial dan budaya. Dipelopori oleh tokoh muda Kota Bogor yaitu
Bima Arya, dan beberapa pemuda Kota Bogor. Bima adalah putra dari Toni
Sugiarto, seorang perwira polisi. Toni Sugiarto dikenal sebagai tokoh Bogor,
pemimpin yang sangat merakyat dan luas pergaulannya di Kota Bogor.
Toni adalah salah satu tokoh Bogor yang banyak berkiprah di bidang
organisasi kemasyarakatan di Bogor, salah satunya melalui Paguyuban
Bogoriensis yang ia dirikan beserta tokoh-tokoh Bogor lainnya. Toni Sugiarto
adalah Ketua Umum Paguyuban Bogoriensis tahun 1993-1997. Wali Kota
Bogor Periode 2009-2014, Diani Budiarto yang ketika itu masih menjabat
sebagai Kepala Dinas Pariwisata sempat pula terlibat dalam aktivitas
Paguyuban Bogoriensis.1
Semangat dari Paguyuban Bogoriensis inilah yang 14 tahun kemudian
dilanjutkan oleh Bima Arya menjadi Paguyuban Bogor. Walikota Bogor Diani
Budiarto meresmikan berdirinya Paguyuban Bogor pada tanggal 17 Desember
1 Pemerintah Kota Bogor 2015, Biografi Wali Kota Bogor. Diakses pada 25 Juni
2015 dari: kotabogor.go.id/index.php/pagedetail/25/biografi-walikota#.VaBFm_k-bqB,
56
2011. Didukung oleh sejumlah tokoh senior di Bogor seperti Dewi Pandji, H
Karna Sapoetra, H Atep Zainal Arifin, H Koerman Sabur dan dimotori para
aktivis muda Bogor. Berdiri di jalan panduraya nomor 43 kecamatan Bogor
Utara tepatnya sekretariat Paguyuban Bogor dihadiri oleh para tokoh bogor,
Paguyuban Bogor diketuai oleh Bima Arya,dan Iwan Kurniawan sebagai
ketua bidang operasional.
B. Prinsip Dasar Paguyuban Bogor
Paguyuban Bogor merupakan suatu wadah bagi warga Bogor untuk
bersama-sama mengembangkan minat dan kemampuan masing-masing dan
berkonstribusi dalam bidang sosial-ekonomi, pendidikan dan budaya untuk
terus menjadikan Bogor sebagai kota kebanggaan warga Bogor.
C. Program Kerja Paguyuban Bogor
Sebagai organisasi kemasyarakatan Paguyuban Bogor memiliki
program-program untuk masyarakat Kota Bogor. Program-program yang
dirancang tidak hanya sekedar dilaksanakan dengan spontan, melainkan
melalui rancangan dan persiapan yang sangat matang. Paguyuban Bogor
bertugas untuk mewadahi masyarakat, pemuda maupun pelajar Kota Bogor
untuk menyalurkan ide mengenai pemecahan masalah-masalah yang ada di
masyarakat dan Kota Bogor. Hal ini disebabkan karena kemajuan dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tidak saja membawa berbagai
kemudahan dalam kehidupan bermasyarakat, melainkan juga menimbulkan
57
sejumlah prilaku dan persoalan-persoalan baru. Cukup banyak persoalan yang
tidak terselesaikan, bahkan tidak pernah terbayangkan. Di sisi lain, kesadaran
pemuda, pelajar dan masyarakat semakin tumbuh subur di Kota Bogor ini.
Oleh karena itu, sudah merupakan kewajaran dan keniscayaan jika setiap
timbul persoalan maupun aktifitas baru sebagai produk dari kemajuan.
Pemuda dan pelajar senantiasa bertanya-tanya, bagaimana masalah-masalah
yang ada di masyarakat Kota Bogor dalam pandangan Paguyuban Bogor yang
merupakan sebuah organisasi kemasyarakatan. Apa saja yang harus dilakukan
dan dikerjakan, berikut program-program Paguyuban Bogor, antara lain;
1. Pendidikan
a. B’Next (Bogor Next Generation)
B-Next merupakan ajang Leadership Competition dengan misi untuk
menjaring putra-putri terbaik Kota Bogor sebagai pemimpin masa
depan yang berkarakter dan amanah. B-Next mengarah pada aspek
pembangunan karakter dimana peserta akan terjun langsung ke tengah
masyarakat dan mengaplikasikan kemampuannya secara nyata melalui
uji kecerdasan dan pemecahan masalah. yang berbentuk patilasan.
Dalam program B-Next ini Paguyuban Bogor menyusun beberapa
tahapan, yakni:
a) Seleksi Tahap Pertama
Tahapan ini merupakan tahapan seleksi dimana Paguyuban Bogor
mengumpulkan data peserta dari setiap team yang mewakili
58
sekolahnya masing-masing. Paguyuban Bogor juga membuka
pintu sekretariat bagi peserta untuk mengadakan diskusi.
b) Seleksi Tahap ke dua (Fun Surprise)
Acara ini dimulai dengan pawai dari Balai Kota Bogor menuju
Lapangan Sempur Kota Bogor yang diikuti oleh ratusan peserta
kompetisi dari puluhan team dari berbagai sekolah di Kota Bogor.
Tahapan ini juga merupakan pembukaan dari acara B-Next dimana
Bima Arya memberikan arahan mengenai program B-Next fun
Surprise yang akan dilaksanakan dalam tahapan ini, B-Next fun
Surprise adalah acara dimana para peserta memjabarkan program
yang akan dilaksanakan di masyarakat maupun lingkungan Kota
Bogor. Dalam acara ini dimeriahkan juga oleh acara bazar kuliner
dan busana yang diikuti oleh para pelaku UKM dan pedagang
kecil.
c) Tahap ke tiga (Bedah Kota, Orasi Ilmiah dan Pidato)
Dalam tahapan ini merupakan acara orasi ilmiah, pidato mengenai
permasalahan Kota Bogor bagi peserta B-Next yang lolos ke
tahapan ini. Kemudian dilanjutkan dengan acara bedah Kota.
d) Tahap ke empat (Leaders Camp dan melanjutkan Bedah Kota)
Program ini merupakan pilot project turun kampung peserta B-
Next, dimana dalam tahapan ini menyisakan 10 finalis yang lolos
kemudian melanjutkan program–program membangun Kota dan
langsung diimplementasikan kepada masyarakat ataupun
59
lingkungan sekitarnya. Project yang di laksanakan Paguyuban
Bogor dan peserta B-Next ini mampu menghasilkan program,
antara lain:
1.a. Penghijauan atau penataan Taman Kota
2.a. Membersikan Kali Ciliwung
3.a. Melestarikan dan membersihkan Situ Gede Bogor
4.a. Menyuling Air Keruh
5.a. Peduli Lingkungan
b. Resolusi Pemuda Nasionalis dan Peka (AKSI REPLIKA)
Merupakan event anak-anak muda atau pelajar Kota Bogor yang di
rancang oleh finalis B-Next bersama Paguyuban Bogor. Dalam
program ini menampilkan beberapa acara, yakni: Karnaval Komunitas
Bogor, festival musik, booth wirausahawan muda dan kampanye anti
tawuran.
c. Seminar Mahasiswa dan Kepemudaan
Seminar Mahasiswa dan Kepemudaan Paguyuban Bogor biasanya
dilakukan dalam rangka memperingati hari sumpah pemuda. Salah
satu seminar terbesar yang pernah dijalankan Paguyuban Bogor yakni
dengan tema “Artikulasi Politik Kaum Muda Saat Ini dan Ke Depan”
yang di laksanakan bersama Himpunan Mahasiswa Bogor dan
sejumlah pemuda di Kota Bogor.
60
2. Sosial-Ekonomi
a. Safari Ramadhan
Merupakan program ramadhan dimana Bima Arya dan Paguyuban
Bogor mengunjungi usahawan-usahawan kecil di Kota Bogor untuk
meninjau dan menanyakan bagaimana cara pembuatan usaha yang di
garap usahawan. Selain itu, Bima Arya dan Paguyuban Bogor
memberikan dukungan dan arahan kepada usahawan.
b. Pelatihan Wirausaha Bagi Masyarakat
Program ini di lakukan bersama anggota B-Next, dimana para anggota
B-Next membuat acara pelatihan usaha kepada masyarakat. Selain itu
juga anggota B-Next dan Paguyuban Bogor bekerjasama dengan
deskranasda Kota Bogor yang merupakan pusat pengrajin di Kota
Bogor.
3. Budaya
a. Reog Ontrog Kota
Program ini merupakan upaya pelestarian budaya sunda, Paguyuban
Bogor membangkitkan kembali kesenian reog sunda Bogor melalui
komunitas kesenian sunda milik Paguyuban Bogor bernama D’Guyub.
b. Seminar Budaya
Seminar budaya merupakan bagian dari program pelestarian budaya
yang dimiliki Paguyuban Bogor. Program ini untuk memberikan
kearifan budaya lokal pada masyarakat maupun pelajar yang ada di
61
Kota Bogor dimana masayarakat dan pelajar di ingatkan kembali
mengenai seni-seni budaya sunda bogor.
c. Pagelaran Tari Sunda
Pagelaran tari sunda biasanya dilaksanakan setiap pada Hari Jadi
Bogor (HJB). Dalam program ini Paguyuban Bogor menghimpun
kelompok-kelompok tari sunda pelajar yang ada di Kota Bogor untuk
ikut berpartisipasi dalam perayaan pesta rakyat, festival budaya atau
kampanye budaya saat HJB berlangsung.
d. Pelestarian Permainan Tradisional
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi modern, permainan
tradisional mulai terkubur eksistensinya. Untuk membangkitkan
kembali permainan tradisional di kehidupan anak-anak Kota Bogor,
Paguyuban Bogor bersama Himpunan Mahasiswa Bogor menggarap
acara perlombaan permainan tradisional.
D. Struktur Organisasi Paguyuban Bogor
Pembina : Dr. Bima Arya
Ketua Umum : Iwan Kurniawan
Sekertaris : Irene
Bendahara : Arman
Sekjend : Boy Kusnan
Divisi Kepemudaan : M.Riadul
Divisi Sosial-Ekonomi : Sofian
62
Divisi Pendidikan : Arfan
Divisi Kebudayaan : Boyke Ali
Anggota : Anggota Paguyuban Bogor adalah seluruh
pelajar, pemuda, masyarakat Kota Bogor
yang terlibat dalam menjalankan program
Paguyuban Bogor.
E. Visi dan Misi Paguyuban Bogor
1 Visi
Menjadikan Bogor sebagai Kota yang arif akan kebudayaan, wawasan serta
membangun kreatifitas masyarakat Kota Bogor
2 Misi
a. Berupaya sebagai mitra pemerintah Kota Bogor dalam mewadahi
sumbangan gagasan dan karya dari masyarakat untuk diterjemahkan
ke dalam program nyata yang memberikan manfaat bagi pembangunan
dan penataan Kota Bogor.
b. Menjadikan Bogor Kota yang berwawasan lingkungan, kebudayaan,
dan pengetahuan.
c. Menjadikan Bogor Kota yang cerdas dan berwawasan teknologi
informasi dan komunikasi.
63
BAB IV
ANALISIS DAN HASIL TEMUAN
STRATEGI KOMUNIKASI PAGUYUBAN BOGOR
A. Strategi Komunikasi Paguyuban Bogor
Organisasi atau lembaga apapun, termasuk Paguyuban Bogor jika
mempunyai Visi, Misi, atau program tertentu, maka membutuhkan strategi
agar tujuan tersebut dapat dicapai dengan maksimal. Dalam hal ini
Paguyuban Bogor merupakan organisasi kemasyarakatan yang bertujuan
mewujudkan masyarkat Kota Bogor yang berkualitas, kreatif,
berwawasan, mandiri dalam ekonomi, melestarikan budaya lokal, serta
bersinergi ikut membangun dan menata Kota Bogor.
Sebagai bagian dari mitra Pemerintah Kota Bogor yang berjibaku
dalam hal Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya, sebenarnya
Paguyuban Bogor pada masa kepemimpinan Bima Arya telah melakukan
pengkajian yang mendalam mengenai program-program yang dijalankan
untuk mewadahi masyarakat Kota Bogor. Tidak tanggung-tanggung, untuk
membahas program tersebut Paguyuban Bogor mengadakan Rapat hingga
dua sampai tiga kali dalam seminggu, yakni pada saat program itu belum
berjalan dan ketika sedang berjalan.
Dalam rapat tersebut Paguyuban Bogor mengemukakan inovasi-
inovasi program yang matang mengenai pendidikan non formal, pelatihan
dan pengembangan wirausaha, serta seni-seni budaya bogor agar dapat
menarik minat masyarakat atau target setempat. Dimana masyarakat dapat
64
ikut serta membangun dan menata Kota Bogor, bisa mengembangkan
potensi, menciptakan generasi yang kaya akan pengetahuan, bisa
mendapatkan pelatihan agar dapat berwirausaha secara mandiri dan dapat
menjaga atau mengenal seni-seni budaya lokal dari nenek moyang. Karena
akibat dari ketidakpedulian terhadap pendidikan, ekonomi maupun budaya
bukan saja merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat lain
dan Kota Bogor, apalagi mengingat bahwa pendidikan itu penting,
kreativitas dalam usaha mandiri harus berkembang dan budaya merupakan
identitas suatu Negara atau daerah.
Untuk mencegah keapatisan tersebut menurut Paguyuban Bogor
harus dilakukan:
1. Pendidikan nonformal kepada regenerasi, siswa-siswi berprestasi
atau anak yang tidak bisa sekolah agar mereka mendapatkan
pengetahuan yang lebih dan mampu mengaplikasikan pengetahuan
yang didapatkan untuk pembangunan dan kemajuan.
2. Melakukan pelatihan-pelatihan wirausaha kepada masyarakat yang
tidak bekerja atau penghasilannya sedikit agar bisa mandiri dalam
membangun ekonomi untuk menambah penghasilan dan
mencukupi kebutuhan.
3. Melestarikan budaya lokal melalui seminar, workshop cagar
budaya, pagelaran seni, festival budaya, kampanye budaya serta
mengadakan lomba permainan tradisional untuk siswa-siswi.
65
B. Strategi Komunikasi Paguyuban Bogor dalam Praktek Menjalankan
Program
Agar proses strategi berjalan dengan baik, dan agar terarah dalam
tujuan, maka dalam straregi harus melewati tahapan – tahapan strategi,
tahapan – tahapan strategi itu adalah perumusan strategi, implementasi
strategi dan evaluasi strategi. Hal ini disadari benar oleh Paguyuban
Bogor, sehingga dalam pelaksanaan strategi, Paguyuban Bogor melewati
tiga tahapan tersebut. Berikut penjelasan dari masing - masing tahapan
tersebut:
1. Perumusan strategi
Sebelum strategi itu dilakukan, tentu ada proses awal yaitu strategi
harus dirumuskan terlebih dahulu. Dalam perumusan strategi ini, hal –
hal yang hurus diperhatikan adalah tentang bagaimana suatu
organisasi itu mengembangkan tujuan, mengenali tentang peluang dan
ancaman yang sifatnya eksternal,menetapkan kelemahan dan kekuatan
yang sifatnya eksternal, kemudian menetapkan suatu objektifitas dan
menghasilkan strategi alternatif serta memiliki strategi untuk
dilaksanakan. Penentuan perumusan strategi ini diharapkan agar
implementasi berjalan dengan baik. Berikut kegiatan yang dilakukan
Paguyuban Bogor.
a. Mengembangkan tujuan
Tujuan merupakan hasil akhir yang ingin dicapai oleh sebuah
organisasi, sehingga kinerja organisasi jadi terarah dalam satu
tujuan. Tujuan program pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya
66
Paguyuban Bogor adalah untuk mewadahi masyarakat Kota
Bogor dalam hal tersebut serta ikut berpartisipasi membangun
Kota Bogor dengan pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya.
Kemudian dikembangkan dalam sasaran - sasaran yang ingin
dicapai, yaitu :
a.1. Terwujudnya generasi muda yang memiliki karakter
kedaerahan sehingga generasi muda Bogor kedepan
memiliki integritas Kota Bogor sesungguhnya.
a.2. Terwujudnya masyarakat Kota Bogor yang mandiri dan
menciptakan Bogor sebagai Kota yang kreatif dalam bidang
ekonomi.
a.3. Meningkatkan sumber daya manusia Kota Bogor yang
produktif dan tidak tergantung pada kota-kota lain.
a.4. Terciptanya Bogor Smart City
b. Mengenali Peluang dan Ancaman Eksternal
Mengenali peluang dan ancaman yang sifatnya eksternal ini
diharapkan strategi yang akan dilakukan dapat terbantu dengan
adanya peluang kemudian mengantisipasi ancaman yang mungkin
dapat mengganggu pelaksana staregi. Berikut peluang ancaman
yang dirumuskan Paguyuban Bogor.
1. Peluang (opportunity)
Peluang adalah situasi yang menguntungkan dalam langkah
organisasi sehingga organisasi dapat memanfaatkan potensi yang
67
dimiliki untuk menarik kesempatan terbuka bagi Paguyuban Bogor
dalam melaksanakan pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya.
1.a. Dukungan dari masyarakat, pada dasarnya masyarakat
khususnya para orang tua tidak suka dengan tingkah laku
para pelajar atau pemuda melakukan tindakan yang anarkis,
hedonis, pergaulan bebas dan hal-hal yang menyimpang.
Maka Paguyuban Bogor melakukan aksi dalam
mengantisipasi hal-hal tersebut dengan strategi yang
dilakukan oleh Paguyuban Bogor.
1.b. Dukungan pemerintah Kota Bogor dalam bentuk kebijakan-
kebijakan tertentu yang mendukung aksi sosial dan
kebudayaan.
1.c. Dukungan pemerintah, dari Wali Kota Bogor terhadap misi
Paguyuban Bogor. Dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Dinas
Budaya dan Pariwisata menjadi peluang Paguyuban Bogor
untuk bekerja sama melaksanakan program pendidikan,
sosial-ekonomi dan budaya.
1.d. Adanya konsolidasi antar organisasi se-Kota Bogor yang
memiliki tujuan yang sama.
2. Ancaman (Threath)
Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam
lingkungan organisasi yang dapat mengganggu keberadaan dan
keberlanjutan organisasi. Berikut adalah ancaman seharusnya
dijadikan sebagai tantangan bagi Paguyuban Bogor, yaitu :
68
2.a. Lemahnya kontrol terhadap tindakan-tindakan pelajar yang
anarkis dan pergaulan bebas.
2.b. Banyaknya penggunaan pelajar terhadap teknologi modern
yang dapat meracuni pelajar dengan mengakses hal-hal
negatif
2.c. Adanya arus globalisasi yang menimbulkan persaingan yang
luar biasa dan masuknya budaya barat ke dalam lingkungan
lokal. Budaya barat disini mengenai pola pikir pelajar yang
cenderung liberal, gaya berpakaian, pergaulan, dan lain
sebagainya. Sehingga pelajar menganggap bahwa budaya
lokal merupakan suatu hal yang kuno dan gengsi melakukan
kegiatan budaya lokal.
2.d. Belum tegasnya aparat penegak hukum dalam menindak kasus-
kasus perusakan di Kota Bogor.
c. Menetapkan kekuatan dan kelemahan internal
Menetapkan kekuatan dan kelemahan yang sifatnya internal
diharapkan sebuah organisasi mengetahui secara intern apa saja
yang dapat diandalkan dan apa saja yang dilengkapi dengan
proses strategi. Berikut kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
oleh intern Paguyuban Bogor, yaitu:
1. Kekuatan (Strenght)
Kekuatan adalah suatu yang dimiliki oleh organisasi sebagai
modal bagi keberlangsungan dan perkembangan organisasi.
69
Kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh Paguyuban Bogor
antara lain:
1.a. Kekuatan yang sangat memungkinkan adalah adanya
kaderisasi di internal Paguyuban Bogor sehingga
terciptanya basis-basis intelektual Paguyuban Bogor
disetiap kecamatan dan kelurahan.
1.b. Adanya sekretariat pusat Paguyuban Bogor untuk
menjadikan pusat informasi kinerja kader Paguyuban
Bogor
1.c. Paguyuban Bogor memiliki basis ekonomi di dalam
program ekonomi kreatif yang dilaksanakan dalam
program Paguyuban Bogor itu sendiri.
2. Kelemahan (weakness)
Kelemahan adalah sesuatu yang terdapat dalam sebuah
organisasi yang menyebabkan organisasi mengalami stagnasi
dan kemunduran.kelemahan secara intern yang dimiliki oleh
Paguyuban Bogor dalam program ini adalah:
2.a. Struktural yang tidak berjalan sehingga menyebabkan
terjadinya miskomunikasi
2.b. Tidak memiliki media cetak sendiri
2.c. Para anggota dan kader disibukkan oleh pekerjaan
70
d. Menetapkan strategi alternatif untuk dilaksanakan
Setelah menetapkan tujuan, sasaran (objektifitas), serta
selanjutnya adalah menetapkan strategi alternatif dan strategi
yang akan dilaksanakan oleh Paguyuban Bogor:
1. Melakukan usaha untuk terwujudnya masyarakat yang
mandiri, kreatif, produktif serta pemahaman generasi muda
terhadap pembangunan yang harus di lakukan untuk Kota
Bogor.
2. Melakukan penelitian dan pengembangan terhadap usaha
mengenai permasalahan di Kota Bogor.
3. Melakukan sosialisasi dalam meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman masyarakat terhadap budaya lokal bagi
masyarakat melalui berbagai informasi.
4. Melakukan kompetisi pendidikan untuk pembangunan
karakter pelajar untuk membangun masyarakat dan Kota
Bogor.
5. Meningkatkan dan mengembangkan kemitraan dan jaringan
kerja baik antara instansi pemerintahan Kota Bogor,
organisasi swadaya masyarakat, pemuda, pelajar dan
masyarakat, lembaga pendidikan dan publik lain yang terkait.
2. Implementasi Strategi
Setelah strategi dirumuskan maka langkah selanjutnya dalam
tahapan strategi adalah pelaksanaan perumusan strategi tersebut.yang
termasuk dalam implementasi strategi adalah Pengembangan Budaya
71
dalam mendukung strategi, menciptakan struktur anggota yang efektif,
menyapkan anggaran dan memanfaatkan sistem informasi yang
masuk.
Sosialisasi yang pertama kali dilakukan oleh Paguyuban Bogor
adalah melalui Paguyuban Bogor di tingkat kecamatan ataupun
kelurahan. Ini sangat memungkinkan karena masing – masing wilayah
melakukan kegiatan yang serentak dengan Paguyuban Bogor. Selain
itu beberapa implementasi yang dilakukan oleh Paguyuban Bogor:
a. Sosialisasi melalui media
1. Paguyuban Bogor dalam setiap program acara yang sedang
berlangsung tidak lepas dari pemberitaan media cetak maupun
media online yang berada di Bogor. Hal ini dikarenakan
Paguyuban Bogor komunikasi dengan baik kepada sejumlah
media.
2. Paguyuban Bogor memanfaatkan Media Sosial Internet sebagai
media sosialisasi karena menggunakan budget yang terjangkau
dengan jangkauan komunikasi yang sangat luas, media sosial
seperti Facebook, Twitter dan Instagram. Dari setiap program
yang berjalan, Paguyuban Bogor selalu memposting di media
sosial tersebut.
3. Selain itu, Paguyuban Bogor juga memiliki web resmi agar
masyarakat mengetahui informasi secara mendalam mengenai
Paguyuban Bogor.
72
b. Pelaksanaan program-program Paguyuban Bogor
(pelaksanaan strategi)
1. Tanggal 31 Maret 2012. Paguyuban Bogor mengadakan
program B-Next, program ini merupakan ajang kompetisi
kepemimpinan dengan misi untuk menjaring putra-putri terbaik
Kota Bogor sebagai pemimpin masa depan yang berkarakter dan
amanah. Acara ini diikuti oleh hampir seluruh SMA dan
Sederajat se-Kota Bogor dengan sekitar 1500 peserta dan
suporter.
2. 14 April – 3 Mei 2012. B-Next Bedah Kota, merupakan
kelanjutan acara B-Next yang diadakan oleh Paguyuban Bogor.
3. B-Next tahap 4: Leaders Camp. Hari rabu, tanggal 2 Juli 2012,
B-Next menyisakan 10 finalis untuk melaju ke tahap selanjutnya
yaitu melanjutkan program-program untuk membangun Kota
Bogor, seperti pelatihan wirausaha, penghijauan, membersihkan
sungai, dan lain-lain.
4. Paguyuban Bogor memiliki kerjasama yang baik dengan
Himpunan Mahasiswa Bogor (HIMABO) yang bergerak di
dunia seni dan budaya Bogor, pada tanggal 22 Juni 2012
Paguyuban Bogor dan HIMABO mengadakan “Seminar
Kaulinan Barudak Sunda”. Acara ini juga di bantu oleh Dinas
Pendidikan Kota Bogor dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Bogor dengan di hadiri oleh Budayawan Bogor,
mahasiswa, dosen, masyarakat, pelajar dan pemuda.
73
5. Tanggal 23-24 Juni 2012 Paguyuban Bogor dan HIMABO
mengadakan lomba atau kompetisi permainan tradisional yang
di ikuti oleh pelajar se-Kota Bogor. Acara ini guna melestarikan
permainan tradisional berikut kesenian dan budaya sunda.
6. Tanggal 10 Juli 2012, Paguyuban Bogor mengadakan kompetisi
sepak bola “Bima Arya Cup 2012” untuk pemuda se-Kota
Bogor. Program ini dilaksanakan untuk mempererat kesatuan
dan kebersamaan pemuda Kota Bogor.
7. Pada bulan Ramadhan tahun 2012, tanggal 25 Juli 2012
Paguyuban Bogor mengadakan kunjungan ke sejumlah tempat
usahawan dan pengrajin di Kota Bogor.
8. Paguyuban Bogor pada tanggal 3 Agustus 2012 mengelilingi
Kota Bogor menggunakan Angkutan Umum (Angkot) untuk
membagikan takjil kepada masyarakat.
9. Pada tanggal 9 Agustus 2012, Paguyuban Bogor menyantuni
Korban Kebakaran di daerah Kota Bogor.
10. Tanggal 27 Agustus, Paguyuban Bogor mengadakan acara
lomba memasak untuk ibu-ibu. Kemudian hasil masakannya
untuk di bagikan kepada masyarakat.
11. Aksi Replika (Resolusi Pemuda Nasionalis dan Peka),
merupakan program Paguyuban Bogor untuk memperingati hari
sumpah pemuda tanggal 28 Oktober 2012. Acara ini meliputi
Karnaval Komunitas Bogor, Festival Musik, Booth
Wirausahawan Muda, Kampanye Anti Tawuran. Acara tersebut
74
juga di bantu oleh patilasan pendidikan yang di bangun oleh
Paguyuban Bogor yaitu B-Next Organized.
12. Masih memperingati hari Sumpah Pemuda, pada malam harinya
Paguyuban Bogor bersama organisasi Himpunan Mahasiswa
Bogor beserta pemuda, masyarakat dan organisasi pemuda
lainnya mengadakan Seminar Kepemudaan dengan tema
“Artikulasi Politik Kaum Muda Saat ini dan Ke Depan”. Acara
ini menghadirkan Ketua Umum Paguyuban Bogor, Bima Arya,
Rieke Diah Pitaloka dari anggota DPR-RI dan Zainul Muttaqien
dari ketua GP Anshor Bogor.
13. Pada tanggal 9 Februari 2013. Paguyuban Bogor mengadakan
Reog Ontrog Kota bersama D’Guyub yang merupakan team
Kesenian dan Kebudayaan Paguyuban Bogor. Acara ini
berlangsung beberapa bulan dengan mengelilingi daerah-daerah
di Kota Bogor untuk menghibur warga.
14. Tanggal 26 Agustus 2013, Bima Arya Ketua Umum Paguyuban
Bogor mengadakan acara mengajar ke beberapa sekolah dan
organisasi kemasyarakatan di Kota Bogor selama 17 jam
nonstop. Acara ini membuat Ketua Umum Paguyuban Bogor
meraih penghargaan Pencetakan Rekor MURI mengajar terlama.
15. September 2013 Paguyuban Bogor membuat Gerakan “Bogor
Bisa!” acara ini untuk membangun Kreativitas anak Muda
Bogor dalam menyalurkan idenya.
75
16. Tanggal 9 September 2013, Paguyuban Bogor membuat video
yang di unggah ke Youtube dengan judul “Bogor Not For
Sale!”. Dalam video tersebut Paguyuban Bogor memberikan
Informasi mengenai Masalah Kota Bogor.
17. Tanggal 10 November 2013, Paguyuban Bogor mengadakan
acara “Fantastic Run” (kompetisi marathon mini). Acara ini
menekankan pada visualisasi para peserta terhadap keindahan
alam Kota Bogor dengan mengambil rute jalan utama Kota yang
melewati taman-taman Kota termasuk Kebun Raya Bogor.
18. Di sepanjang Tahun 2014, Paguyuban Bogor lebih fokus
menampilkan acara kampanye seni dan budaya di tengah-tengah
kota bersama organisasi kebudayaan lainnya di Kota Bogor.
19. Pada tanggal 30 Mei 2015. Paguyuban Bogor mengikuti Festival
Kebudayaan Bogor sebagai ajang memperingati Hari Jadi Bogor
pada tanggal 3 Juni. Paguyuban Bogor menampilkan kampanye
Payung yang diikuti oleh pemuda, pelajar dan masyarakat di
dalamnya. Setiap tanggal 3 Juni Paguyuban Bogor sering
mengikuti acara atau kegiatan Hari Jadi Bogor yang
dilaksanakan oleh pemerintah Kota Bogor.
20. Paguyuban Bogor pada tanggal 26 Juli 2015 mengikuti acara
bebersih pasar anyar yang diadakan oleh pemerintah Kota Bogor
yang di ikuti pula oleh masyarakat, pedagang dan aparat TNI
serta Kepolisian.
76
3. Evaluasi Strategi
Langkah terakhir dalam strategi adalah evaluasi sebagai kegiatan
untuk mengukur keberhasilan atau malah sebaliknya kegagalan dalam
menjalankan strategi. Kegiatan evaluasi ini antara lain mencakup
meninjau faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi.
Mengukur prestasi (membandingkan hasil dan diharapkan dengan
kenyataan). Dan yang terpenting adalah mengambil tindakan yang
korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana.
Dalam hal ini Paguyuban Bogor sangat intens melakukan evaluasi,
yakni setiap acara atau program dilaksanakan. Berikut adalah
beberapa catatan evaluasi yang sekaligus sebagai rekomendasi :
a. Keberhasilan
a.1. Adanya respon positif dari masyarakat, pemuda, pelajar,
instansi pemerintahan Kota Bogor.
a.2. Terciptanya masyarakat yang mandiri dan kreatif
a.3. Meningkatnya kepedulian pelajar terhadap alam dan
lingkungan masyarakat Kota Bogor
a.4. Mampu menghimpun dan menciptakan pelajar dan pemuda
menjadi inovatif, kreatif, arif terhadap budaya lokal dan
berprestasi guna menjadi pemimpin masa depan.
a.5. Bisa ikut membangun Kota Bogor menjadi lebih bersih,
mandiri, hijau dan berkembang.
a.6. Tertariknya masyarakat terhadap hiburan melalui acara
kampanye seni dan budaya lokal
77
a.7. B-Next, yang telah berhasil melahirkan program-program
bedah kota yang telah dirasa manfaatnya oleh masyarakat
Kota Bogor mulai dari penghijauan, kebersihan, maupun
penyediaan sarana MCK dan pelatihan bagi masyarakat.
b. Kekurangan
b.1. Pada Tahun 2014 eksistensi Paguyuban Mulai surut karena
adanya aktivitas Pemilihan Umum Wali Kota Bogor
b.2. Pada awal tahun 2015 sampai sekarang ketika Ketua Umum
Paguyuban Bogor beralih dari Bima Arya ke Iwan Setiawan,
Program Paguyuban Bogor menjdi menurun eksistensinya
walaupun masih ada sedikit program-program yang berjalan.
Berbeda jauh ketika Paguyuban Bogor masih di bawah
kepemimpinan Bima Arya.
b.3. Dari awal kepemimpinan Iwan Setiawan bidang-bidang
kordinasi dalam Paguyuban Bogor belum sepenuhnya
terlaksana
C. Analisis Optimalisasi Komunikasi Paguyuban Bogor
Dari banyaknya kegiatan dan respon baik berbagai pihak, ternyata
hasil dari strategi komunikasi Paguyuban Bogor sudah maksimal. Seperti
informasi yang disampaikan oleh media-media lokal dan tanggapan
pelajar, masyarakat dan pemuda bahkan dari Mantan Wakil Gubernur
Jawa Barat, Dede Yusuf yang mengungkapkan bahwa adanya Paguyuban
Bogor dan kegiatan-kegiatannya merupakan sinergi yang sangat penting
78
untuk masyarakat, pemuda dan pelajar Kota Bogor. Kesuksesan
Paguyuban Bogor juga terbukti dengan adanya kerjasama yang baik
dengan pelajar, pemuda, masyarakat, Organisasi Kemasyarakatan serta
instansi pemerintahan Kota Bogor.
Beberapa bukti keberhasilan Paguyuban bogor dalam menjalankan
Program Pendidikan, Sosial-Ekonomi dan Budaya antara lain:
1. Dari sepanjang berdirinya Paguyuban Bogor dalam menjalankan
program-programnya mampu menarik perhatian masyarakat,
pemuda dan pelajar Kota Bogor. Sehingga Paguyuban Bogor
mampu bersinergi bersama mereka untuk membangun individu dan
Kota Bogor.
Dalam hal ini, seperti yang diberitakan oleh media Pikiran Rakyat.
Mantan Wakil Gubernur Dede Yusuf kagum atas kesuksesan
Paguyuban Bogor dalam membangkitkan kembali budaya Sunda
dan keberhasilan mereka dalam melakukan program-program
sosial dan pendidikan di Kota Bogor. Paguyuban Bogor membuat
terkesan dengan sambutan yang diberikan oleh Dede Yusuf. "Saya
penasaran dengan kesuksesan Paguyuban Bogor dalam
membangkitkan kembali budaya Sunda serta geliatnya membangun
pelajar dan masyarakat melalui program Pendidikan dan Sosial-
Ekonomi."1
1 Media Online PRLM 13 Desember 2012, Wagub Jabar Kagum Pada Paguyuban Bogor.
Berita diakses pada 21 Januari 2015 dari:
http://www.pikiran-rakyat.com/node/203321
79
Seperti yang di beritakan pula oleh media online Hei Bogor,
Paguyuban Bogor (PB) sebagai sebuah organisasi kemasyarakatan,
terus berupaya meningkatkan peran sentralnya di tengah-tengah
masyarakat Kota Bogor. Berangkat dari kecintaan dan kepedulian
pada kampung halaman, PB telahir, tumbuh, dan lambat laun
mengukir namanya di hati masyarakat Bogor tak kurang selama
tiga tahun terakhir.
Di bawah kepemimpinan Bima Arya (Ketua Umum), PB
bertransformasi menjadi bagian tak terpisahkan dalam denyut nadi
aktivitas masyarakat di Kota Hujan pada khususnya. Bergerak di
bidang sosial-ekonomi, pendidikan, dan budaya, PB terus berupaya
melakukan sinergi yang positif dengan instansi terkait.2
2. Sosialisasi Paguyuban Bogor melalui media sangat cepat. Seperti
yang banyak diberitakan oleh media lokal seperti Hei Bogor,
Pikiran Rakyat Online, Metropolitan, Bogor Plus, Radar Bogor,
Radio Megaswara Bogor dan MGS TV Bogor. Setiap kegiatan
program Paguyuban Bogor berlangsung hampir semua media lokal
langsung memberitakan acara tersebut. Terlebih Paguyuban Bogor
juga sangat giat memposting agenda-agendanya setiap akan
melaksanakan acara baik setelah acara selesai melalui akun
Facebook, Twitter dan Web Resmi Paguyuban Bogor.
2 Hei Bogor online 14 Desember 2014, Paguyuban Bogor; Regenerasi dan Konstribusi.
Berita diakses pada 21 Januari 2015 dari:
http://www.heibogor.com/detail/7057/Paguyuban-Bogor-Regenerasi-dan-Kontribusi
80
Jika dilihat dari strategi yang dibuat oleh Paguyuban Bogor, dari
mulai merumuskan masalah, hingga implementasi, maka kelebihan dari
Paguyuban Bogor adalah menentukan limitasi (batasan) yang jelas kapan
akan dilakukan evaluasi. Yakni setiap kegiatan selesai selalu dilakukan
evaluasi. Adanya batasan tersebut kekurangan dan kelebihan kinerja
Paguyuban Bogor menjadi lebih terpantau dan terkoreksi. Jika evaluasi
dilakukan dengan intensif, tentu saja strategi yang dilakukan Paguyuban
Bogor sangat berhasil.
Selama tiga tahun (akhir 2011-akhir 2014), sosialisasi Paguyuban
Bogor juga dapat dikatakan berhasil dengan diadakannya beberapa
sosialisasi melalui dialog bersama para pemuda, mahasiswa, pelajar,
mantan Gubernur dan mantan Wakil Gubernur Jawa Barat, Mantan
Walikota Bogor, tokoh Budayawan Bogor, pemerintahan Kota Bogor
mengenai pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya pada setiap hari ulang
tahun Paguyuban Bogor yang di meriahkan oleh ketua umum Bima Arya,
14 Desember di secretariat Paguyuban Bogor dan di rumah Bima Arya.
Namun pada saat pergantian ketua umum Paguyuban Bogor, dari
awal 14 Desember 2014, kordinasi serta eksistensi Paguyuban Bogor
kurang terlihat karena program-program Paguyuban Bogor tidak berjalan
dengan intens. Hal ini dipicu oleh anggota-anggota Paguyuban Bogor yang
sibuk bekerja pada dunianya masing-masing dan Paguyuban Bogor masih
merancang agenda-agenda selanjutnya untuk masyarakat.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai strategi
komunikasi Paguyuban Bogor dalam menjalankan program pendidikan,
sosial-ekonomi dan budaya, penulis menyimpulkan bahwa;
1. Menurut Paguyuban Bogor, pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya di
Kota Bogor merupakan suatu yang sangat penting bagi kehidupan
masyarakat demi kelangsungan kehidupan dari upaya mewujudkan
karakter, integritas, generasi pintar, kemakmuran, kemandirian, kearifan
budaya lokal serta kreatifitas dalam membangun ekonomi, bahkan
memenuhi hak-hak dasar kelompok masyarakat rentan. Menurunnya
tingkat kesejahteraan, prestasi belajar, kerusakan sumber daya alam,
mahalnya biaya pendidikan, hilangnya modal manusia yang kreatif,
rusaknya moral pelajar dan terkikisnya kearifan budaya lokal menjadikan
Kota Bogor tidak berkembang merupakan cerminan dari dampak apatisnya
kelompok sosial terhadap hal-hal tersebut. Serta tidak adanya wadah yang
bersinergi membangun hal-hal tersebut secara seksama atas dasar kecintaan
terhadap Kota Bogor.
2. Untuk mencapai keberhasilan, ada tiga fase yang dilalui oleh Paguyuban
Bogor sebagai organisasi kemasyarakatan. Tiga fase tersebut yakni
perumusan strategi, implementasi strategi dan diakhiri dengan evaluasi.
82
Dengan demikian untuk menilai sukses atau gagalnya strategi komunikasi
yang dilaksanakan oleh Paguyuban Bogor sebagai upaya menjadi wadah
pelajar dan masyarakat Kota Bogor dalam membidangi pendidikan, sosial-
ekonomi dan budaya, penulis mencoba menilainya dengan konsep strategi
yang dirumuskan Stainer dan Minner tersebut.
3. Dari segi perumusan strategi, Paguyuban Bogor sudah membaca peluang
dan ancaman eksternal, dan memilih strategi yang dilaksanakan. Dalam
fase ini Paguyuban Bogor berusaha menemukan masalah-masalah yang
terjadi dari peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan serta
memperhitungkan kendala-kendalanya.
4. Dalam implementasinya, Paguyuban Bogor sudah melakukan upaya-upaya
maksimal, diantaranya melakukan sosialisasi melalui media massa,
website, sosial media seperti facebook dan twitter serta seminar dan dialog
dengan instansi pemerintahan, tokoh budaya, organisasi kebudayaan,
pemuda, mahasiswa, masyarakat, pelajar serta lembaga yang terkait dengan
pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya. Kemudian Paguyuban Bogor juga
telah berhasil menjalankan program-programnya dengan baik, yakni;
a. Dari program pendidikan, Paguyuban Bogor mampu menghimpun
banyak pelajar dalam menata Kota Bogor dan berhasil
mengembangkan potensi pelajar yang berprestasi dan pintar dalam
kepemimpinan, kreativitas, inovasi, produktivitas, pengetahuan yang
dapat dimplementasikan langsung dalam kehidupan bermasyarakat.
Selain itu, Paguyuban Bogor bisa mengurangi kasus tawuran pelajar di
83
Kota Bogor dengan mengadakan kampanye rutin anti tawuran bersama
pelajar-pelajar di Kota Bogor.
b. Dalam program sosial-ekonomi, Paguyuban Bogor juga turut andil
mengunjungi usaha-usaha kreatif mandiri masyarakat yang ada di Kota
Bogor untuk memberikan dukungan serta mengadakan pelatihan usaha
kratif bagi masyarakat.
c. Dari sisi budaya, Paguyuban Bogor berhasil melestarikan seni budaya
sunda melalui program seminar, reog ontrog kota, festival budaya dan
perlombaan permainan tradisional sunda kepada pelajar yang digelar
setiap tahun.
5. Dalam evaluasi Paguyuban Bogor sudah menentukan batasan yang jelas
kapan akan dilakukan evaluasi. Yakni setiap kegiatan selesai selalu
dilakukan evaluasi. Adanya batasan tersebut kekurangan dan kelebihan
kinerja Paguyuban Bogor menjadi lebih terpantau dan terkoreksi. Jika
evaluasi dilakukan dengan intensif, tentu saja strategi yang dilakukan
Paguyuban Bogor akan sangat berhasil.
6. Dalam menjalankan Program-programnya, Paguyuban Bogor memiliki
beberapa faktor pendukung. Seperti halnya para orang tua yang tidak suka
dengan tingkah laku para pelajar atau pemuda yang melakukan tindakan
tawuran, pergaulan bebas, geng motor, vandalisme dan pengrusakan
fasilitas umum. Kemudian dukungan Pemerintah Kota Bogor dalam bentuk
kebijakan-kebijakan tertentu yang mendukung aksi sosial dan kebudayaan.
Adanya dukungan dari organisasi kemasyarakatan lainnya yang memiliki
84
tujuan yang sama dengan Paguyuban Bogor dan adanya sekretariat
permanen yang menjadi tempat para anggota. Serta banyaknya media yang
dapat dimanfaatkan oleh Paguyuban Bogor. Di sisi lain, Paguyuban Bogor
juga memiliki hambatan seperti masih kurangnya kontrol terhadap
pergaulan bebas pelajar dan tindakan-tindakan pelajar yang merusak.
Munculnya teknologi yang dengan control yang kurang baik, sehingga
teknologi tersebut dapat meracuni pelajar dengan mengakses hal-hal
negatif. Kemudian belum adanya kerjasama dengan pihak penegak hukum
dalam menindak kasus-kasus perusakan di Kota Bogor.
B. Saran
Adapun saran dari penulis mengenai strategi komunikasi Paguyuban
Bogor dalam menjalankan program pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya
sebaiknya tetap dijalankan dan diindahkan dengan intens walaupun
kepemimpinan Paguyuban Bogor sudah berganti. Setidaknya ketua umum
Paguyuban Bogor yang baru bisa belajar dan mencontoh dari masa
kepemimpinan Bima Arya. Dengan demikian justru seharusnya Paguyuban
Bogor bisa semakin lebih baik dan semakin semangat bersinergi dengan
instansi terkait bukan malah meredup semangat dan intensitasnya. Terlebih
saat ini yang terjadi adalah posisi Paguyuban Bogor di Kota Bogor menempati
tempat yang sangat strategis dengan terpilihnya Bima Arya menjadi Wali
Kota Bogor, hal tersebut sejatinya dimanfaatkan agar kerjasama Paguyuban
85
Bogor dengan Pemerintah Kota Bogor semakin baik dan kokoh dalam
melaksanakan program-program yang baru.
Dan untuk mencapai terwujudnya harapan yang baru secara lebih
maksimal, kepemimpinan serta struktur anggota Paguyuban Bogor yang baru
harus lebih loyal terhadap organisasi dengan strategi yang yang lebih maju.
Bima Arya yang saat ini menjadi Pembina Paguyuban Bogor juga seharusnya
tetap memperhatikan kinerja Paguyuban Bogor dan memberi semangat
kepada pengurus yang baru agar Paguyuban Bogor yang dirindukan
masyarakat tetap tampil efektif di tengah-tengah masyarakat Kota Bogor.
Saran untuk masyarakat, pelajar, pemuda maupun mahasiswa Kota
Bogor tentu saja hendaknya tidak hanya menunggu Paguyuban Bogor dalam
membangun karakter diri dan membangun Kota Bogor, melainkan harus
kreatif untuk mencari tahu mengenai permasalahan Kota Bogor dan apa yang
harus dilakukan untuk membangun dan menjaganya. Lebih baik lagi
masyarakat, pelajar, pemuda maupun mahasiswa datang ke Paguyuban Bogor
dengan membawa ide untuk bekerjasama dengan Paguyuban Bogor. Hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi komunikasi satu sisi (hanya dari Paguyuban
Bogor kepada masyarakat).
Untuk seluruh mahasiswa, khususnya saya yang berdomisili di Kota
Bogor hendaknya terus menelusuri kinerja Paguyuban Bogor dan
Pemerintahan Kota Bogor dalam menjalankan program-programnya. Lebih
baik lagi mahasiswa bisa ikut berbaur bersama Paguyuban Bogor guna
membangkitkan semangat atas kecintaan dan kepedulian terhadap Kota
86
Bogor. Ini tidak dimaksudkan untuk mencari celah kebobrokan Paguyuban
Bogor dan Pemerintahan Kota Bogor, melainkan untuk menerapkan daya
kritis di kalangan Paguyuban Bogor dan Pemerintahan Kota Bogor, sehingga
pada akhirnya dapat memberikan saran serta ide yang lebih baik agar
program-program yang positif bisa berjalan dengan optimal untuk masyarakat
dan Kota Bogor tercinta yang sejuk, pintar dan bersih.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Abdulhak, Ishaq dan Ugi Suprayogi, Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan
Nonformal, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012).
Alifuddin, Muhammad, Kebijakan Pendidikan Nonformal: Teori, Aplikasi dan
Implikasi, (Jakarta: Magna Script Publishing, 2011).
Alisuf, Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005).
Arni, Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet. 6.
Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Undang-undang dan
Peraturan Pemerintahan RI tentang Pendidikan, 2006).
Efendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1992).
Fisher, Aubery, Teori Komunikasi, (Bandung: Remaja Karya, 1986).
Hari Purnomo, Setiawan dan Zulkifirmansyah, Manajemen Strategi; Sebuah Konsep
Pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999).
Kriyantoro, Rachmat, Teknis Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006).
Makkalau, Andi, Strategi Pengembangan Potensi Sumber Daya Insaniyah: Konsep
Ideal, Alumni Jurnal Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni, Vol.
1. No.1, 1991).
Marzuki, Saleh, Dimensi-dimensi Pendidikan Nonformal, (Malang: Rosindo, 2009).
, Pendidikan Nonformal: Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional,
Pelatihan, dan Andragogi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012).
Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2001).
Morissan, Andi Corry Wardhany, Teori Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2009).
Murtopo, Ali, Strategi Kebudayaan, (Jakarta: Center for Strategic and International
Studies-CSIS, 1978).
Nawawi, Hadari, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan,
(Yogyakarta: Gadjah Mada Press, 2000).
Prawironegoro, Darsono, Budaya Organisasi, (Jakarta: Nusantara Consulting, 2010)
Pustaka Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005).
R. David, Fred, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002).
Sismanto, Pendidikan Luar Sekolah Dalam Upaya Mencerdaskan Bangsa, (Jakarta:
CV Era Swasta, 1984).
Soedijarto, Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, (Jakarta: Gramedia, 2008).
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar/Soerjono Soekanto, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012).
Soyomukti, Nurani, Metode Pendidikan Marxis Sosialis: Antara Teori dan Praktik,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008).
Steiner, George dan John Minner, Manajemen Strategi: (Jakarta: Erlangga, 1999).
Suranto AW, Komunikasi Sosial Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010).
Susanto, A. B, Manajemen Aktual Topik-topik Aktual Manajemen Dalam Riak
Perubahan, (Jakarta: PT. Grasindo, 1997).
Susanto, Astrid S, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina Cipta,
1998).
Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2005).
Tjokroamidjojo, Bintoro, Teori dan Strategi Pembangunan Nasional, (Jakarta: Haji
Masagung, 1988).
Tonnies, Ferdinand and Charles P. Loomis: Gemainschaft and Gesellschaft dalam
Reading in Sociology, editor Alfred Mc Clung Lee, cet.5, Barners & Noble
College Outline Series, 1960.
Tonnies, Ferdinand, Gemeinschaft and Gesellschaft yang dikutip dalam Setangkai
Bunga Sosiologi.
Vivian, John, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Kencana, 2008).
Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002).
Widjaya, H. A. W, Komunikasi dan Hubungan Kemasyarakatan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1997).
B. Internet
Blogspot Paguyuban Sekar Saluyu 12 April 2009, Pokok-pokok penting Paguyuban
Mekar Saluyu. Diakses pada 7 Mei 2015 dari:
Mekarsaluyu.blogspot.com/2009/12/pokok-pokok-penting-paguyuban-
mekar.html?m=1,
Damsar, Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009).
Pemerintah Kota Bogor 2015, Biografi Wali Kota Bogor. Diakses pada 25 Juni 2015
dari: kotabogor.go.id/index.php/pagedetail/25/biografi-walikota#.VaBFm_k-
bqB,
Setiadi, Elly M, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2008).
Wikipedia 2015, Budaya. Diakses Pada 30 Juni 2015 dari:
https//id.m.wikipedia.org/wiki/Budaya
Wikipedia 2015, Ekonomi. Diakses pada 6 Juli 2015 dari: ,
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ekonomi
dffir%,^.ffi e}rils*b j
KEMEN'tElLI;\N AGAMAUNTVERSTTAS rSLAM NtrGErU (UtN)SYAIIIF HIDAYATULLAH JA KAITT'A
FAKULTAS ILMU DAI(WAH DAN ILMU KOMIJNIKASIW-emg & i
.1 I lr. I l. .lrtrntlrr No. 95 C'iprrtrtt i5.1 II Iniloncsiir\\'cb5rc \\\\.\ llJkrrur|rlarlr iI! rdir,llrril rl. l.rr:rlr1, iill, LrrL,1;rlrl.r rr r.l
ral<ar.rir. l0 *r;t 20 t -5Nornor : tjn.O I /1..5/pp.00 jlffi not sLaunp : I(satu)btindelFIal : llinrbingan Skripsi
fenrlrrrsern:I . l)ekan2, KetLra .lrrrLrsarr l(ornrrni)irisi ciirrt Per-rviuliui lslunt (l(PI)
Kepacla Yth.Acle li.ina liarirlu, M.Si.Dosen Faliultas IlntLt l")irku,'ah clan IlntLr l(ornuniliasiUIN S-v"arifl Iiclar atrrllah .lal<arta
,.1.s.s, t I ct t t t tr' tr I a i kt r rn Ll/ r l'y'b.
Bet'siilttlt ini karrti slLnrpaikan oLttline dar-r nasl:ah proposirl skripsi rirng clia.iui\iur olehtllaltalsisr.r,a Fal.tr ltas IlrnLr l)itlirrtrh <lan Ilnru liolnrrnikasi Li iN St,alif llicluvirtLrllait .la]iiLrti,rsebagai bcr iliLrt.
Nanra : Maulana Fityan ANonrolPcil<ok . I1100.51000129.l rrlLrsrrrr/Konsenlr.asi : KortrLtnikasi cliin ['enyiirran l sliintScnrr.'stcr' : X (Sc.pLrlrrh)'lclp. : 08.j780190031.ltrdr-rl Shlipsi : Strategi Konrunrkasi Paguvuban Bogor clalartr \lcn.jitlirnliln
Prograrl Pcnclicliltan. Sosial dau IlLicla'a pacla Masvanrkut l(otuBogot'
Katlli Ittohort I<csecl ialtnrrr a Lrrluli nrenrbinrbinu nralrlsisu ii lclscbr-rl clrtlarn
l)cllvLlstlttitit tilttt pe nr clcsitiatt :;l'r'ipsirrr li sclan.lr 6 (crurnt) [rLrlan i]lri Irrr,,llI tt,) .,\pril J01 rs.tl . (Jtr ( )l, 11rlr.'1 lu l-;
I)e rliliian. atas perlriitiart rlan hescriiuannvir lianri slnryrail<an lcrinrii liirsiir.
il'tt.v.srrf trttr Lr'trlui ktrnt ll' r lt'b
an. l)ekan.\\'aliiI I)L'l.ln I]irirrrrL, \lirrrlenrili
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASITeleponi Fax : (021) 7432128 / 74701580
.ll. Ir. H..luandaNo.95Ciputat 15412 Indonesia Website: w\r\r.tilkuirlaka(a.ac.id,E-nrait :q!4!_syatr.'c,klk mr.t
NomorLampiranHal
Dekan Fakr.rltas
Jakarta menerangkan
NamaNomor PokokTempat/Tanggal I-ahirSernester.l tr rursan/Konsen tras i
.Alantat
Telp.
Tembusan :
1. Wakil Dekan Bidang Akademik2. Ketua .lurusan/Prodi. Komunikasi dan Penviaran Islan.r
: Un.0r/F5/PP.O0 o$fi)zors
, ,r,n Penelitirn (Skripsi)
Kepada Yth.Pimpinan Paguyuban Bogordi
Tempat
Assula mu' uiuikum LVr. Wb.
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullahbahwa:
Maulana Fityan A11r00s1000129Bogor,28 Agurstus 1991
X (Sembilan)Komunikasi dan Penyiaran IslanrJl. Rai,'a
-fa.jLrr Sindangsari RT 02/01 WirngLrr-r Atas
Bogor Timr,rr08s78039003 I
adalah benar mahasiswa aktif pada Fakultas Ilmr"r Dakwah dan Ilntr-rKomunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan ntelaksanakanpenelitian/nrencari data dalarn rangka penulisan skripsiber.iuclul Strategi Koruttnikt:iPtrguvubun Bogor c{alam l,lenjolunkun Progrunt Pencliclikun,SLt.siul tlun Btttlu.y'upatlo l,lo.sl,orakut Koto Bogor.
Sehr"rbnngan dengan itr-r. dimohon kiranya Bapah/lbui Sdr. clapatt-netterinta/rnengizinkan mahasisrva karri tersebut dalant pelalisanaan kegiatandimal<sLrd.
Derrtikian. atas ker"jasan-ta clan bantuannr a kanri nre ngucaplian terinra kasih.
l'f ussu Iu m u 'o I u ikr nt LL1r I,l/ lt
Dekan.
ef Subhan, MA1 r0 199303
Form Wawancara
Kepada : Kang Iwan Setiawan, Ketua Umum Paguyuban Bogor
Tempat : Sekretariat Paguyuban Bogor, Jl. Pandu Raya, Kota Bogor
1. Bagaimana sejarah Paguyuban Bogor?
Paguyuban Bogor sebenarnya masih memiliki sejarah yang sangat
singkat, karena Paguyuban Bogor baru saja berdiri sejak tahun 2011.
Sebelumnya, hadir Bogoriensis pada tahun 1993 yang didirikan oleh ayah
Bima Arya, Toni Sugiarto. Kemudian selanjutnya Bogoriensis ini
bereinkarnasi menjadi Paguyuban Bogor, didirikan oleh Bima Arya bersama
tokoh-tokoh budaya di Bogor dan pemuda.
2. Siapa saja yang memiliki peran penting dalam berdirinya PB?
Dalam berdirinya Paguyuban Bogor, sebenarnya semua pihak seperti
masyarakat Kota Bogor khususnya memiliki peran penting. Tapi Paguyuban
Bogor yang di pimpin Bima Arya kala itu lebih merangkul pemuda dan tokoh-
tokoh budaya.
3. Apa prinsip dasar PB sebagai sebuah organisasi/kelompok sosial?
Paguyuban Bogor merupakan suatu wadah bagi warga Bogor untuk
bersama-sama mengembangkan minat dan kemampuan masing-masing dan
berkonstribusi dalam bidang sosial-ekonomi, pendidikan dan budaya untuk
terus menjadikan Bogor sebagai kota kebanggaan warga Bogor.
4. Apa visi dan misi Paguyuban Bogor?
Visi kita adalah menjadikan Bogor sebagai Kota yang arif akan
kebudayaan, wawasan serta membangun kreatifitas masyarakat Kota
Bogor.
Misinya, pertama, berupaya sebagai mitra pemerintah Kota Bogor
dalam mewadahi sumbangan gagasan dan karya dari masyarakat untuk
diterjemahkan ke dalam program nyata yang memberikan manfaat bagi
pembangunan dan penataan Kota Bogor. Menjadikan Bogor Kota yang
berwawasan lingkungan, kebudayaan, dan pengetahuan. Menjadikan Bogor
Kota yang cerdas dan berwawasan teknologi informasi dan komunikasi.
5. Bagaimana perkembangan Paguyuban Bogor saat ini?
Setelah lengsernya Bima Arya dan digantikan oleh Iwan Setiawan
sebagai ketua umum yang baru, Paguyuban Bogor dari awal tahun 2015 masih
harus merumuskan program-program yang baru dalam ranah pendidikan,
sosial-ekonomi dan budaya. Namun sementara ini Paguyuban Bogor masih
intens menjalankan program-program kebudayaan dan sosial. Seperti di Hari
Jadi Bogor nanti tanggal 3 Juni 2015, Paguyuban Bogor akan
mempersembahkan seni-seni budaya dalam acara festival Budaya dan
kampanye payung. Di program sosial Paguyuban Bogor akan menjalin
kerjasama dengan instansi pemerintahan Kota Bogor dan pemuda. Dalam
dunia pendidikan, Paguyuban Bogor masih harus merumuskan program-
program baru yang matang dan akan mengembangkan program pendidikan
yang lama dengan kemasan yang baru.
6. Program-program apa yang belum tercapai dan akan direalisasikan
baru-baru ini?
Sejauh ini program-program paguyuban Bogor sudah berjalan dan
hasilnya cukup baik. Bisa di lihat di situs web atau media sosial yang dimiliki
Paguyuban Bogor.
7. Kapan dan bagaimana Paguyuban Bogor merumuskan program-
programnya?
Paguyuban Bogor pada masa kepemimpinan Bima Arya telah
melakukan pengkajian yang mendalam bersama pemuda mengenai program-
program yang dijalankan untuk mewadahi masyarakat Kota Bogor. Itu
dilakukan jauh sebelum Paguyuban Bogor deklarasi dan diresmikan oleh
pemerintah Kota Bogor saat itu.
Selain itu Paguyuban Bogor juga sering melakukan rapat. Dalam rapat
tersebut Paguyuban Bogor mengajak tokoh-tokoh budaya, masyarakat dan
pemuda untuk mengemukakan inovasi-inovasi program yang matang
mengenai pendidikan non formal, pelatihan dan pengembangan wirausaha,
serta seni-seni budaya bogor agar dapat menarik minat masyarakat.
8. Berapa kali Paguyuban Bogor merumuskan program-programnya?
Paguyuban Bogor kadang bisa mengadakan Rapat hingga dua sampai
tiga kali dalam seminggu untuk merumuskan program, yakni pada saat
program itu belum berjalan dan ketika sedang berjalan.
9. Siapa saja yang terlibat pada saat perumusan program?
Paguyuban Bogor kan wadah kemasyarakatan. Selain struktur atau
anggota Paguyuban Bogor, siapa saja yang ingin menyumbangkan idenya
boleh bergabung tanpa terkecuali. Tapi, dalam proses perumusan program
Paguyuban Bogor kebanyakan melibatkan pelajar dan pemuda.
10. Apa landasan dan tujuan perumusan program?
Kota Bogor itu punya potensi besar untuk berkembang atau maju. Kita
punya sumber daya alam dan sumber daya manusia. Tapi itu harus
dikembangkan bersama melalui wadah. Pemuda saat ini tidak sedikit yang
apatis terhadap permasalahan dilingkungan sekitarnya, banyak yang gak peka.
Kita juga punya peninggalan budaya yang luhur, kita punya seni. Apa sedikit
pemuda ataupun pelajar yang gak tahu? Sekarang di Kota Bogor banyak
tawuran pelajar, yang merusak fasilitas umum, vandalisme, dan lain-lain.
Selain itu, kita juga harus maju dalam ekonomi. Jangan terlalu bergantung
pada daerah atau kota-kota lain. Kita harus membangun ekonomi kreatif
masyarakat, supaya masyarakat Kota Bogor bisa mandiri.
Nah! Oleh karena itu Paguyuban Bogor fokus menjalankan program
pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya dengan tujuan terwujudnya generasi
muda yang punya karakter kedaerahan sehingga generasi muda Bogor
kedepan punya integritas Kota Bogor sesungguhnya. Terwujudnya
masyarakat Kota Bogor yang mandiri dan menciptakan Bogor sebagai Kota
yang kreatif dalam bidang ekonomi. Meningkatkan sumber daya manusia
Kota Bogor yang produktif dan tidak tergantung pada kota-kota lain.
Kemudian tujuan yang terpenting adalah terciptanya Bogor Smart City.
”Orang Bogor kudu palinter lah pokon mah.”
11. Program apa yang paling ideal yang di unggulkan oleh Paguyuban
Bogor?
Kita punya banyak program yang sudah berjalan, dari sekian program
yang sudah ada kita rangkum dalam program pendidikan. Salah satunya
dalam program pendidikan itu adalah B-Next. B-Next itu seperti patilasan
pendidikan atau kompetisi para pelajar Kota Bogor, kita menjaring pelajar
dimana pelajar-pelajar yang tergabung dalam B-Next mampu menciptakan
program-program lain menyangkut sosial-ekonomi dan budaya yang di
implementasikan pada masyarakat secara langsung.
12. Apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan bagi Paguyuban Bogor?
Kekuatan kami yang sangat memungkinkan adalah adanya kaderisasi
di internal Paguyuban Bogor sehingga terciptanya basis-basis intelektual
Paguyuban Bogor disetiap kecamatan dan kelurahan. Adanya sekretariat pusat
Paguyuban Bogor untuk menjadikan pusat informasi kinerja kader Paguyuban
Bogor. Paguyuban Bogor memiliki basis ekonomi di dalam program ekonomi
kreatif yang dilaksanakan dalam program Paguyuban Bogor itu sendiri. Selain
itu juga Bima Arya memiliki pengaruh yang cukup besar di Bogor khususnya
di Kota Bogor sebagai putra Bogor yang muda dan cerdas. Disamping itu
kami juga memanfaatkan media-media lokal sebagai kekuatan.
Kelemahan? Hmmm, ya kita punya kelemahan. Seperti, beberapa
struktural yang kadang tidak berjalan sehingga menyebabkan terjadinya
miskomunikasi, kita tidak punya media cetak. Dan yang paling mendasar para
anggota dan kader kita disibukkan oleh pekerjaan di luar Paguyuban Bogor.
13. Apa yang menjadi peluang dan ancaman Paguyuban Bogor?
Peluang buat kami, pertama, pada dasarnya kan orang tua tidak suka
dengan tingkah laku para pelajar atau pemuda yang anarkis, hedonis,
pergaulan bebas dan hal-hal yang menyimpang. Nah! Itu peluang buat kami,
maka kami melakukan aksi untuk mengantisipasi hal-hal itu melalui program-
program kami. Kemudian adanya dukungan pemerintah Kota Bogor yang
berbentuk kebijakan-kebijakan tertentu yang mendukung aksi sosial dan
kebudayaan.
Dukungan pemerintah, dari Wali Kota Bogor terhadap misi Paguyuban
Bogor. Dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Dinas Budaya dan Pariwisata
menjadi peluang Paguyuban Bogor untuk bekerja sama melaksanakan
program pendidikan, sosial-ekonomi dan budaya. Terus. Peluang yang gak
kalah penting adanya konsolidasi antar pemuda dan organisasi se-Kota Bogor
yang memiliki tujuan yang sama.
Ancaman bagi kami adalah masih lemahnya kontrol terhadap tindakan-
tindakan pelajar yang anarkis dan pergaulan bebas. Munculnya teknologi
modern yang dapat meracuni pelajar dengan mengakses hal-hal negatif.
Adanya arus globalisasi yang menimbulkan persaingan yang luar biasa dan
masuknya budaya barat ke dalam lingkungan lokal. Belum tegasnya aparat
penegak hukum dalam menindak kasus-kasus perusakan di Kota Bogor.
14. Bagaimana sosialisasi Paguyuban Bogor dalam menjalankan program?
Sederhana aja sih kalo sosialisasi mah, walaupun kita gak punya
media cetak, kita punya web, kita punya sosmed (sosial media), kita
memanfaatkan itu. Kadang juga kita mengunjungi tempat atau daerah-daerah
tertentu untuk bersilaturahmi dan kadang mengadakan pagelaran seni di
kampung-kampung.
15. Apakah Paguyuban Bogor melakukan evaluasi?
Ya, pasti dong! Itu wajib.
16. Kapan dan berapa kali Paguyuban Bogor melakukan evaluasi?
Setiap program selesai dilaksanakan, kami rutin melakukan evaluasi.
17. Apa Follow up Paguyuban Bogor setelah melakukan evaluasi?
Dari evaluasi itu kita merumuskan keberhasilan dan kekurangan.
Sebenernya banyak keberhasilan yang udah kita capai. Tapi, yang paling
pentinf dari keberhasilan kita adalah adanya respon positif dari masyarakat,
pemuda, pelajar, instansi pemerintahan Kota Bogor. Kita bisa menerciptakan
masyarakat yang mandiri dan kreatif. Dengan merangkulnya pelajar jadi
meningkat kepedulian pelajar terhadap alam dan lingkungan masyarakat Kota
Bogor, kita mampu menghimpun dan menciptakan pelajar dan pemuda
menjadi inovatif, kreatif, arif terhadap budaya lokal dan berprestasi guna
menjadi pemimpin masa depan, kita sebagai wadah kemasyarakatan yang
cinta terhadap Kota Bogor bisa ikut membangun Kota Bogor menjadi lebih
bersih, mandiri, hijau dan berkembang, antusiasnya masyarakat terhadap
program hiburan kami melalui acara kampanye seni dan budaya lokal.
Kemudian, B-Next, telah berhasil melahirkan program-program bedah kota
yang bisa dirasa manfaatnya oleh masyarakat Kota Bogor mulai dari
penghijauan, kebersihan, maupun penyediaan sarana MCK dan pelatihan bagi
masyarakat dan lain-lain.
Jika kekurangan, paling pada Tahun 2014 eksistensi Paguyuban Mulai
surut karena adanya aktivitas Pemilihan Umum Wali Kota Bogor. Tidak
sedikit juga yang ikut berpartisipasi dalam dunia politik sehingga membuat
eksistensi kita menurun. Pada awal tahun 2015 sampai sekarang ketika
pergantian Ketua Umum, program Paguyuban Bogor menjdi menurun
walaupun masih ada sedikit program-program yang berjalan. Berbeda jauh
ketika Paguyuban Bogor masih di bawah kepemimpinan Bima Arya. Dari
awal kepemimpinan Iwan Setiawan bidang-bidang kordinasi dalam
Paguyuban Bogor belum sepenuhnya terlaksana. Tapi hal-hal tersebut masih
dalam proses pengembangan lagi agar menjadi lebih baik lagi kedepannya.
Dokumentasi Foto
Sekretariat Paguyuban Bogor
Bersama Dr. Bima Arya (Pembina Paguyuban Bogor sekaligus Wali Kota Bogor
periode 2014-2019) dan Istri
Iwan Setiawan, Ketua Paguyuban Bogor 2015
Ruang Meeting Paguyuban Bogor
Ruang Tamu Paguyuban Bogor
Salah satu dokumentasi Program Unggulan Paguyuban Bogor