29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Mongol merupakan bangsa pengembara. Entitas leluhur mereka mendiami sudut Timur-Laut padang rumput Eurasia. 1 Mereka mendirikan kemah-kemah dan hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Pola hidup mereka masih sederhana sekali yakni, berburu dan menggembala ternak. Untuk mendapatkan barang-barang mereka melakukan transaksi dengan bangsa tetangganya, Turki dan Cina. Kehidupan pengembara yang keras telah membuat watak mereka menjadi kasar dan bengis, sehingga perampokan, pembunuhan maupun peperangan adalah suatu hal yang biasa mereka lakukan. Kehidupan yang berpindah- pindah juga membuat Bangsa Mongol sulit untuk membangun sebuah peradaban. Kehidupan mereka mulai mengalami kemajuan pada saat mereka dipimpin oleh Yesugi Bahadur Khan yang berhasil menyatukan suku-suku Mongol. 2 Salah satu tokoh penting dalam perjalanan sejarah Islam abad pertengahan (1250-1500 M) adalah pada zaman kekuasaan bangsa Mongolia. Hal ini setidaknya karena dinasti Ilkhan dari bangsa Mongolia tampil ke peta 1 Arnold Toynbee. 2004. Sejarah Umat Manusia: Uraian Analisis, Kronologis, Naratif dan Komperatif. Terj. Agung Prihartoro dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal: 608. 2 Badri Yatim. 2014. Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Rajawali Pers. Hal: 111-122. 1

Timur Lenk (Makalah)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangBangsa Mongol merupakan bangsa pengembara. Entitas leluhur mereka mendiami sudut Timur-Laut padang rumput Eurasia.[footnoteRef:2] Mereka mendirikan kemah-kemah dan hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Pola hidup mereka masih sederhana sekali yakni, berburu dan menggembala ternak. Untuk mendapatkan barang-barang mereka melakukan transaksi dengan bangsa tetangganya, Turki dan Cina. Kehidupan pengembara yang keras telah membuat watak mereka menjadi kasar dan bengis, sehingga perampokan, pembunuhan maupun peperangan adalah suatu hal yang biasa mereka lakukan. Kehidupan yang berpindah-pindah juga membuat Bangsa Mongol sulit untuk membangun sebuah peradaban. Kehidupan mereka mulai mengalami kemajuan pada saat mereka dipimpin oleh Yesugi Bahadur Khan yang berhasil menyatukan suku-suku Mongol.[footnoteRef:3] [2: Arnold Toynbee. 2004. Sejarah Umat Manusia: Uraian Analisis, Kronologis, Naratif dan Komperatif. Terj. Agung Prihartoro dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal: 608.] [3: Badri Yatim. 2014. Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Rajawali Pers. Hal: 111-122.]

Salah satu tokoh penting dalam perjalanan sejarah Islam abad pertengahan (1250-1500 M) adalah pada zaman kekuasaan bangsa Mongolia. Hal ini setidaknya karena dinasti Ilkhan dari bangsa Mongolia tampil ke peta wilayah Islam secara kontroversial.[footnoteRef:4] Di satu sisi, dihujat secara tajam karena kebengisan dan kebiadabannya terhadap segala jenis penghuni wilayah yang diukuasainya beserta seisi peradabannya, yang oleh karenanya kekuasaan Baghdad runtuh, bahkan lenyap dibumihanguskan. Di sisi yang lain, permulaan yang kejam di bawah tangan besi Hulagu Khan akhirnya juga membawa angin baru bagi perluasan wilayah Islam itu sendiri. Hal ini terutama ketika anak cucu keturunan Hulagu Khan secara perlahan memeluk Islam,[footnoteRef:5] yakni raja ketiga dari dinasti Mongolia, Ahmad Teguder (1282-1284 M), yang kemudian diikuti oleh raja ketujuh, Mahmud Ghazan (1295-1304 M) dan raja-raja selanjutnya adalah pemeluk agama Islam.[footnoteRef:6] [4: Karen Amstrong. 2002. Islam Sejarah Singkat (Islam: A Short History). Terj. Fungky Kusnaedy Timur. Yogyakarta: Penerbit Jendela. Hal: 134.] [5: Ahmad Syalabi. 1979. Mansuah al-Tarikh al-Islami wa al-Hadlarah al-Islamiyah. Juz VII. Kairo: Maktabah al-Nadhlah al-Misriyyah. Hal: 745.] [6: Hasan Ibrahim Hasan. 1989. Tarikh al-Islam al-Syiyasi wa al-Dini wa al-Tsaqafi wa al-Ijtimai. Beirut: Dal al-Jeil. Hal: 307.]

Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia, yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan, Manchuria Barat, dan Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan, yang mempunyai dua putra kembar: Tartar dan Mongol. Dari kedua putra ini lahir dua suku bangsa besar Tartar dan Mongol. Mongol mempunyai anak bernama Ilkhan, yang melahirkan keturunan bangsa Mongol, termasuk sang penakluk Hulagu Khan.[footnoteRef:7] [7: Ibid.]

Menurut Lapidus, Sejarah masyarakat Islam di Asia Tengah ini, sejak periode Mongol sampai periode kontemporer, pada garis besarnya dapat dibagi menjadi tiga wilayah: yakni wilayah padang rumput bagian Barat dan Utara, yakni wilayah Golden Horde dan penggantinya, Kazakh; Turkestan (nama modern bagi Transoxania dan beberapa wilayah di sekitarnya) yang merupakan pusat dinasti Timuriyah dan pemerintahan Uzbek pada masa sesudahnya; dan wilayah sebelah Barat Turkestan, yakni daerah perkotaan kabilah di sekitar oases, yang menjadi propinsi Cina Singkiang pada akhir abad Sembilan belas,[footnoteRef:8] [8: Ira M Lapidus. 1999. Sejarah Sosial Umat Islam (A History of Islamic Societies). Terj. Ghufron A. Masadi. Bagian Kedua. Jakarta: PT. Grafindo Persada. Hal: 639-642.]

Dari sekian banyak pemimpin-pemimpin besar bangsa Mongolia, ada empat yang dipandang paling terkemuka diantaranya: a) Jenghis Khan (1206-1227 M); b) Hulagu Khan (1256-1265 M); c) Timur Lenk (1370-1404 M, dan d) Zhahiruddin Babur (1526-1558).Makalah ini tidak mendeskripsikan ketokohan keempat pemimpin Mongolia tersebut, melainkan hanya berupaya memotret sosok kontroversial penerus dinasti Chaghatai, yakni Timur Lenk, yang sepak terjangnya banyak dihujat dan sekaligus dipuja oleh banyak kalangan, yang justru mirip dengan pendahulunya para pendiri dinasti bangsa Mongolia, Jenghiz Khan dan Hulagu Khan. Terutama pada strategi politiknya, yang meskipun telah memeluk Islam, namun kebiadaban dan kebengisannya tetap mewarisi trah nenek moyangnya.Timur Lenk adalah seorang penakluk, perancang pembunuhan, perusak, dan pembangun kebudayaan. Ia juga adalah salah satu penegak kekuasaan Mongol dalam sejarah Islam. Sebagaimana Jenghis Khan, ia mengulang kembali penjarahan bansanya terhadap dunia Islam. Penyerbuan-penyerbuan yang bergelombang dan terarah mampu menguasai wilayah yang sangat luas, yaitu meliputi daerah-daerah Transoxiana, India, Persia, Irak, Anatolia, dan lain-lain. Serangan itu menelan banyak korban manusia dan peradabannya.[footnoteRef:9] [9: Duany Saari. 1984. Timur Lenk dan Serangan-serangannya ke Timur. Makalah. Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah. Hal: 1.]

Yang ajaib sekali apabila dipelajari jiwa Timur Lenk ini ialah bahwa dalam kekejaman dan kebengisannya itu, dia adalah sangat saleh. Dia penganut mazhab Syiah dan setia mempertahankannya. Lagi pula dia menyukai Tasawuf Tariqat naksyabandiyah.[footnoteRef:10] [10: Hamka. 2005. Sejarah Umat Islam. Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD. Hal: 434.]

Timur Lenk meninggal karena sakit tahun 1404 M, dalam usia 71 tahun di perjalanan menuju Cina untuk melancarkan Invasi. Jenazahnya dibawa ke Samarkand untuk dimakamkan dengan upacara kebesaran.[footnoteRef:11] [11: Ibid. Badri Yatim.]

B. Rumusan MasalahDari latar belakang di atas bisa kita dapat beberapa poin rumusan masalah untuk memandu makalah ini, diantaranya:1. Bagaimana riwayat hidup Timur Lenk?2. Bagaimana penyerangan-penyerangan yang dilakukan oleh Timur Lenk?3. Bagaimana pasifikasi Timur Lenk di belahan dunia Islam?4. Bagaimana kondisi pemerintaha Dinasti Timuriyah pasca Timur Lenk?

BAB IIPEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup Timur LenkMenurut Lewis tokoh berdarah campuran Mongol Turki yang ini lahir di kota Kech (sekarang Khakhrisyabz, "kota hijau", Uzbekistan), daerah Selatan Samarkand wilayah Qashka Darya Transoxiana, pada tanggal 8 April 1336M/25 Sya'ban 736 H,[footnoteRef:12] di sumber lain Sulaiman mengatakan Timur Lenk lahir pada tahun 728 H, dan meninggal di Otrar pada tahun 1404 M, Timur Lenk berasal dari keluarga dinasti Mongol dari keturunan Chaghatai ibn Jenghis Khan.[footnoteRef:13] [12: Bernard Lewis. 1993. Islam in History: Ideas, People, and Event in The Minddle East. New Edition, Ervised, and Expanxed. Chihago: Open Court. Hal: 197.] [13: Ahmad ibn Abd al-Karim Sulaeman. 1985. Timur Link wa Dawlat al-Mamalik al-Graksah. Beirut: Dar al-Nahdlah al-Arabiyyah. Hal: 11.]

Timur Lenk juga dikenal dengan nama Tamerlane (Bahasa Turki Chagatai: Tmr yang berarti "besi"), juga dikenal sebagai Temur, Timur Lenk, Taimur, atau Timur i Leng, yang artinya Timur si Pincang, karena kaki kirinya yang pincang sejak lahir adalah seorang penakluk dan penguasa keturunan Turki Mongol dari wilayah Asia Tengah, yang terkenal pada abad ke-14, terutama di Rusia Selatan dan Persia.[footnoteRef:14] [14: M. Hadi Masruri. Tt. Politik Islam Mongolia: Mencermati Strategi Ekspansi Timur Lenk. Makalah. Malang: Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang. Hal: 3.]

Ayahnya bernama Taragai, kepala suku Barlas, keturunan Karachar Noyan yang menjadi menteri dan kerabat Chaghatai, putera Jenghis Khan, yang sekaligus komandan pasukan tempurnya. Karachar terkenal di antara kaumnya sebagai yang pertama memeluk agama Islam. Teragai mungkin saja mewarisi pangkat yang tinggi diketentaraan, tetapi seperti ayahnya Burkul, ia menggemari kehidupan beragama dan belajar. Di bawah bimbingan yang baik, Timur ketika berusia dua puluh tahun bukan saja mahir dalam kegiatan-kegiatan luar ruangan, tetapi juga mempunyai reputasi sebagai pembaca al-Quran yang tekun. Pada masa itu, ia disebutkan telah menunjukkan sifat-sifat yang ramah dan mudah bersimpati.[footnoteRef:15] [15: Ibid.]

Suku Barlas mengikuti Chaghatai mengembara ke arah barat dan menetap di Samarkand. Taragai menjadi gebernur Kech. Keluarganya mengaku keturunan Jenghis Khan, adalah hal yang justru tidak diakui sendiri oleh Timur Lenk, sehingga ia lebih suka menggunakan julukan pangeran katimbang nama Khan. Meskipun akhirnya ia menjadi menantunya keluarga Khan, dan mendapat julukan Gurkan atau Kurkan yang berarti menantu raja atau menantu Khan.[footnoteRef:16] [16: Ibid.]

Melalui catatannya, Timur bercerita, Ayahku berkata kepadaku bahawa kami adalah keturunan dari Abu al-Atrak (Bapaknya bangsa Turki). Dari silsilah itulah terungkap bahawa Timur Lenk masih merupakan keturunan Monggol. Ayahnya bernama Teragai, ketua kaum Barlas. dia adalah cicit dari Karachar Nevian yaitu anak Jenghis Khan. Karachar merupakan pemeluk agama Islam yang pertama di antara kaumnya.[footnoteRef:17] [17: Ibid. Hal: 4.]

Memang, berbagai riwayat berselisih pendapat tentang ketersambungan nasab Timur Lenk dengan Jenghis Khan ini. Al-Qarmani mengatakan masih bersambung ke Jenghis Khan dari Ibu,[footnoteRef:18] namun kedua sumber pertama bersepakat bahwa realitas sejarah mengatakan bahwa imperium Timur Lenk merupakan perpanjangan dari Mongol dan peradabannya yang merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah dinasti Mongol.[footnoteRef:19] [18: Ahmad Yusuf Al-Qarmany. Tt. Akhbar al-Duwal wa Atsar al-Uwal fi al-Tarikh. Alam al-Kutub. Hal: 161.] [19: Bertold Spuler. 1972. History of the Mongols (Based on Eastern and Western Accounts of the Thirteenth and Fourteenth Centuries). Terjemahan dari The German by Helga and Stuart Drummond. The Islamic World Edited by G.E. von Grunebaum. London: Routledge & Kegan Paul.]

Timur Lenk di masa mudanya dikenal sebagai penunggang kuda dan pemanah yang handal. Sangat berambisi menjadi tokoh di daerahnya. Selain itu juga bergabung dengan militer dalam berbagai peperangan dan penjarahan, Pernah pundak dan pahanya terluka, sehingga kakinya pincang dan salah satu lengannya lumpuh.Dalam bahasa Mongol, Timur berarti besi. Sedangkan nama belakang Lenk atau Lame adalah julukan yang berarti pincang. Ada beberapa versi yang menyatakan penyebab cacatnya salah satu kaki Timur. Salah satu versi menyebutkan kakinya cacat sejak lahir. Ada pula yang berkisah, kakinya cacat ketika berperang. Versi lain mengatakan, kaki Timur cacat saat mengembala kambing.[footnoteRef:20] [20: Ibid. M. Hadi Masruri.]

Dunia ketenteraan merupakan pilihan hidupnya, lalu dia pun bergabung sebagai tentara dengan penguasa tempatan, Amir Husein. Pada 1360 M, Timur telah menjadi seorang pemimpin tentera yang mashyur. Timur dikenali sebagai panglima yang gigih dalam mempertahankan wilayahnya dari ancaman Tughluq Timur Khan, penguasa Dinasti Chagatai. Ketangkasan dan kehebatannya membuatkan penguasa Dinasti Chagatai bergidik. Tuglaq lalu menawarkan sebuah jabatan kepada Timur yaitu menjadi pembantu utama (wazir) Gubernur Samarkand, Ilyas. Timur pun menerima tawaran itu. Bersama Amir Husein, Timur lalu melakukan pemberontakan dan mengalahkan pasukan Tuglaq Timur Khan hingga membuat Dinasti Chagatai hancur binasa.[footnoteRef:21] [21: Ibid.]

Karier Timur Lenk dalam dunia militer berkembang terus. Sebagai seorang pemuda yang berbakat dan kecacatannya tidak menyurutkan ambisinya terhadap kekuasaan. Kesempatan emaspun datang dikala wilayah di seberang sungai (Oxus) dilanda kurusuhan dan goncangan pasca terbunuhnya pangeran Qazaghan tahun 1358 M dengan kelicikannya, Timur berhasil menaklukkan Tughluq Timur dan Ilyas Khoja, dan kemudian dia juga melawan Amir Hussain (iparnya sendiri). Timur Lenk kemudian berhasil mengambil alih kekuaasan dinasti Chaghatai. Dan kemudian berhasil mendirikan imperium atas namanya sendiri Dinasti Timuriyah setelah dinasti Chaghatai dikalahkan pasukannya dibawah pimpinannya sendiri, Timur Lenk. Dan dia memproklamirkan dirinya sebagai penguasa tunggal di Transoxiana, penerus Dinasti Chagatai dari keturunan Jenghis Khan.[footnoteRef:22] [22: Ibid.]

Setelah Jata dan Khawarizm dapat ditaklukan, kekuasaannya mulai kokoh. Ketika itulah, Timur Lenk mulai menyusun rencana untuk mewujudkan ambisinya menjadi penguasa besar dan berusaha menaklukkan daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh Jengis Khan. Ia berkata, Sebagaimana hanya ada satu Tuhan di ala mini, maka di bumi seharusnya hanya ada seorang raja.[footnoteRef:23] [23: M. Farid Wajdi. Tt. Dairat al-Maarif li al-Qarn al-Isyrin. Jilid 2. Beirut: al-Maktabah al-Ilmiyyah al-Jadidah. Hal: 730.]

Timur Lenk mulai mengatur strategi untuk membangun sebuah imperium Mongol (Raya) yang besar pasca runtuhnya imperium Jenghis Khan. Kekuatan militernya bergerak dari sungai Ghulja Rusia sampai Damaskus Syam dari Ezmir Asia Kecil sampai sungai Gangga di India. Setelah Khuwarezm masuk kekuasannya tahun 781H./1380 M Timur Lenk menyerang Persia tahun 1381M hingga berhasil menundukannya tahun 1386M Dinasti Timuriyah membentang kekuasannya dari kawasan Asia Tengah sampai Timur Tengah, yang dikenal sebagai negeri di seberang sungai, yakni sungai Oxus (ma wara al-nahr). Bahkan Samarkand kemudian menjadi pusat perdagangan yang berarti, antara Cina, Turkistan.[footnoteRef:24] [24: Muhammad Hudlari. 1970. Muhadlarat Tarikh al-Umam al-Islamiyyah. Kairo: al-Maktabah al-Kubra. Hal: 480.]

Secara cemerlang, wilayah kekuasaannya terus meluas dan berturut-turut, pada tahun 1386 M Persia digempur. Pasukannya merangkak dari Azarbaijan menuju Georgia dan Arminia. Dan pada tahun 1400M/803 H. Timur Lenk dan pasukannya memasuki Baghdad, hingga menguasai Aleppo pada tahun yang sama. Di penghujung tahun 1400 M pasukan Timur Lenk memasuki Damaskus, dan sempat mendudukinya selama dua tahun, kemudian meninggalkannya pada tahun 1402 M.[footnoteRef:25] [25: Ibid. M. Hadi Masruri. Hal: 5.]

Timur Lenk dan pasukannya mampu menundukkan semua kerajaan di wilayah seberang sungai dan Asia Barat yang sempat berdiri dari reruntuhan dinasti Mogoli Persia, adalah hal yang menghantarkan Timur Lenk mampu membangun imperium Mongol Raya mengikuti cara-cara dan strategi politik imperium Mongol yang dibangun pendahulunya Jenghis Khan, yakni politik geneolis yang dibangun di atas prinsip ekspansi, perluasan dan pendudukan kerajaan-kerajaan lain, dengan menteror penduduk, bahkan berupaya menguasai seluruh dunia.[footnoteRef:26] [26: Ibid.]

Gambaran yang sama juga diberikan oleh al-Qarmani dalam karyanya Akhbar al-Duwal wa Atsar al-Uwal fi al-Tarikh. Al-Qarmani memaparkan kisah Timur Lenk dalam sub judul: Fi dzikr Timur wa ma faalahu min mafasid al-umur. Al Qarmani menggambarkan bagaimana kebengisan Timur Lenk dan pasukannya ketika memasuki sebuah wilayah dan mendudukinya.[footnoteRef:27] Sementara Partuld dalam karyanya Tarikh al-Turk fi Asia al-Wustha, berupaya memaparkan secara detail imperium Timur Lenk, beserta kerusakan-kerusakan yang ditimbulkannya di masing-masing wilayah yang didudukinya, dari Khawarezm, Samarkand, Turkmania, Bukhara, Khazakistan, Uzbekistan, dan Turkistan.[footnoteRef:28] [27: Ibid. Ahmad Yusuf Al-Qarmany. Hal: 165.] [28: W. Partuld. 1996. Tarikh al-Turk fi Asia al-Wustha. Kairo: Al-Haah al-Mishriyyah al-Ammah li al-Kitab. Hal: 246-247.]

B. Penyerangan-Penyerangan Timur LenkSetelah lebih dari satu abad umat Islam menderita dan berusaha bangkit dari kehancuran akibat serangan bangsa Mongol di bawah Hulagu Khan, malapetaka yang tidak kurang dahsyatnya datang kembali, yaitu serangan yang juga dari keturunan bangsa Mongol. Berbeda dari Hulagu Khan dan keturunannya pada dinasti Ilkhan, penyerang kali ini sudah masuk Islam, tetapi sisa-sisa kebiadaban dan kekejaman masih melekat kuat. Serangan itu dipimpin oleh Timur Lenk sendiri, yang berarti Timur si Pincang.Sejak usia masih sangat muda, keberanian dan keperkasaannya yang luar biasa sudah terlihat. Ia sering diberi tugas untuk menjinakkan kuda-kuda binal yang sulit ditunggangi dan memburu binatang-binatang liar. Sewaktu berumur 12 tahun, ia sudah terlibat dalam banyak peperangan dan menunjukkan kehebatan dan keberanian yang mengangkat dan mengharumkan namanya di kalangan bangsanya. Akan tetapi, baru setelah ayahnya meninggal, sejarah keperkasaannya bermula setelah Jagatai wafat, masing-masing Amir melepaskan diri dari pemerintahan pusat. Timur Lenk mengabdikan diri pada Gubernur Transoxiana, Amir Qazaghan Ketika Qazaghan meninggal dunia, datang serbuan dari Tughluq Temur Khan, pemimpin Moghulistan, yang menjarah dan menduduki Transoxiana. Timur Lenk bangkit memimpin perlawanan untuk membela nasib kaumnya yang tertindas. Tughluq Temur setelah melihat keberanian dan kehebatan Timur, menawarkan kepadanya jabatan gubernur di negeri kelahirannya. Tawaran itu diterima. Akan tetapi, setahun setelah Timur Lenk diangkat menjadi gubernur, tahun 1361M, Tughluq Temur mengangkat puteranya, Ilyas Khoja menjadi gubernur Samarkand dan Timur Lenk menjadi wazirya. Tentu saja Timur Lenk menjadi berang. Ia segera bergabung dengan cucu Qazaghan, Amir Husain, mengangkat senjata memberontak terhadap Tughluq Temur.[footnoteRef:29] [29: Ibid. M. Farid Wajdi. Hal: 729.]

Timur Lenk berhasil mengalahkan Tughluq Temur dan Ilyas Khoja. Keduanya dibinasakan dalam pertempuran. Ambisi Timur Lenk untuk menjadi raja besar segera muncul. Karena ambisi itulah ia kemudian berbalik memaklumkan perang melawan Amir Husain, walaupun iparnya sendiri. Dalam pertempuran antara keduanya, ia berhasil mengalahkan dan membunuh Amir Husain di Balkh. Setelah itu, ia memproklamirkan dirinya sebagai penguasa tunggal di Transoxiana, pelanjut Dinasti Chagatai dan keturunan Jenghis Khan, pada 10 April 1370 M Sepuluh tahun pertama pemerintahannya, ia berhasil menaklukkan Jata dan Khawarizm dengan sembilan ekspedisi.[footnoteRef:30] [30: Ibid. M. Hadi Masruri. Hal: 6.]

Setelah kekuasaannya kokoh di Transoxiana, Timur Lenk mulai menyusun rencana untuk mewujudkan ambisinya menjadi penguasa besar. Ia mulai berencana untuk menaklukan daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh Jenghis Khan.[footnoteRef:31] Sasaran pertama yang menjadi target penaklukannya adalah daerah Iran. Seperti diketahui, daerah Iran pada awal abad ke-14 berada di bawah kekuasaan dinasti Ilkhan. Untuk merealisasikan ambisinya, pada tahun 1381 M, ia mulai menyerang dan menaklukkan Khurasan. Setelah itu, serbuan ditujukan kea rah Herat.[footnoteRef:32] Di wilayah ini, ia berhasil keluar sebagai pemenang. Ia pun tidak puas sampai di situ, tetapi terus melakukan penyerbuan ke negeri-negeri lain dan berhasil menduduki negeri-negeri Afganistan, Persia, Fars, dan Kurdistan.[footnoteRef:33] [31: Ibid. Badri Yatim. Hal: 119.] [32: Ibid. Ahmad Syalabi. Hal: 1972.] [33: Ading Kusdiana. 2013. Sejarah dan Kebudayaan Islam: Periode Pertengahan. Bandung: Pustaka Setia. Hal: 61.]

Penyerbuan dahsyat yang dilakukan Timur Lenk dapat dikatakan sebagai tragedy terbesar sepanjang sejarah umat Islam dan mungkin juga dapet dikatakan sebagai peristiwa umat manusia paling mengerikan. Seperti halnya yang pernah dilakukan oleh para pendahulunya, di setiap negeri yang ditaklukannya, ia banyak melakukan pembantaian terhadap penduduk yang melakukan perlawanan. Sebagai catatan, di Sabzawar, Afghanistan, ia membangun menara yang disusun dari 2000 mayat manusia yang dipadukan dengan batu dan tanah liat.[footnoteRef:34] [34: Ibid.]

Pada tahun 1383, ia bergerak ke daerah Sijistan dan dapat menundukkan pusatnya. Pada periode antara tahun 1385-1387, Timur Lenk menyerang Isfahan, Hamdhan, dan Thibris.[footnoteRef:35] Di Isfahan, pembunuhan tragis terjadi. Hanya karena penduduk setempat melakukan perlawanan, ia membantai lebih kurang 70.000 penduduk. Kepala mayat-mayat tersebut dipisahkan dari tubuhnya dan disusun menjadi menara.[footnoteRef:36] Dari sana, ia melanjutkan ekspansinya ke Irak, Syiria dan Anatolia (Turki). Wilayah Irak ketika penyerangan ini berlangsung sedang dalam penguasaan dinasti Jalair. Serangan Timur Lenk ke Irank terjadi pada masa pemerintahan Ahmad Jalair (1382-1410 M). pada tahun 1393, ia menghancurkan dinasti Muzzhafari di Fars dan membantai amir-amirnya yang masih hidup. Pada tahun itu pula, Baghdad dijarah dan setahun kemudian, ia berhasil menduduki Mesopotamia. Penguasa Baghdad itu, Sultan Ahmad Jalair, melarikan diri ke Syria. Ia kemudian menjadi Vassal dari Sultan Mesir, Al Malik al Zahir Barquq.[footnoteRef:37] Penguasa dinasti Mamalik yang berpusat di Mesir ini adalah satu-satunya raja yang tidak mau dan tidak berhasil ditundukkannya. Utusan-utusan Timur Lenk yang dikirim ke Mesir untuk perjanjian damai, sebagian dibunuh dan sebagian lagi diperhinakan, kemudian disuruh pulang ke Timur Lenk. Mesir, sebagaimana pada masa serangan-serangan Hulagu Khan, kembali selamat dari serang bangsa Mongol. Karena Sultan Barquq tidak mau mengekstradisi Ahmad Jalair yang berada dalam perlindungannya, Timur Lenk kemudian melancarkan invasi ke Asia Kecil menjarah kota-kota, Takrit, Mardin dan Amid. Di Takrit, kota kelahiran Salahuddin al Ayyubi, ia membangun sebuah piramida dari tengkorak kepala korban-korbannya.[footnoteRef:38] [35: M. G. S. Hodsgon. 1974. The Venture of Islam. Voll. III. Chichago.] [36: John Andrew Boyle. 1976. Timur. Dalam Encyclopaedia Americana. Vol. 26. New York. Hal: 763.] [37: Ibid. Ahmad Syalabi. Hal: 764.] [38: Philip K. Hitti. 1974. History of The Arab. London: Macmillan Studen Editions. Hal: 699-670.]

Pada tahun 1395 M, Timur Lenk dan pasukannya menyerbu Qipchak, kemudian menakulkkan Moskow dan mendudukinya selama lebih dari setahun. Pada tanggal 18 Desember 1398, ia menaklukkan India. Di India, ia membantai lebih dari 80.000 orang.[footnoteRef:39] Pembantaian itu berawal dari permintaan Timur Lenk agar rakyat menyerahkan upeti, tetapi ketika pasukannya sedang mengumpulkan uang, terjadi perkelahian antara tentara Timur Lenk dan penduduk setempat, sehingga beberapa tentaranya tewas. Hal ini menyulut kemarahan Timur Lenk, sehingga ia memerintahkan pembunuhan terhadap seluruh penduduk Delhi. Selama beberapa hari darah mengalir dan mayat-mayat berserakan di jalan-jalan.[footnoteRef:40] [39: Harun Nasution. 1985. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal: 81. ] [40: Ibid. Duani Saari. Hal: 7.]

Dua minggu setelah penaklukan India, pada tanggal 1 Januari 1399, Timur Lenk kembali ke Samarkand. Penaklukan Timur Lenk terhadap Delhi telah memberikan modal kekayaan yang cukup besar, baik yang diperoleh melalui rampasan maupun upeti. Oleh karena itu, ketika ia membangun masjid, ia tidak banyak mengalami kesulitan. Untuk keperluan mengangkut batu-batu besar dari Delhi ke Samarkand, menurut informasi sejarah, ia mengerahkan 90 ekor gajar. Selain itu, para tawanan yang di dalamnya terdapat banyak ahli pertukangan diboyong pulang ke Samarkand. Mereka telah memberikan kontribusi yang besar dalam mendesain arsitektur masjid.[footnoteRef:41] [41: Ibid. Badri Yatim. Hal: 121.]

Pada tahun 1399 M, Timur Lenk bergerak kea rah Barat untuk memerangi Kerajaan Turki Usmani dan Kerajaan Mamalik di Mesir yang telah membantu Sultan Ahmad Jalair, seorang penguasa dari Baghdad yang lari ketia ia menduduki kota itu sebelumnya. Dengan menjadikan Tebris sebagai pangkalan operasinya, dalam perjalanannya, ia menaklukkan Georgia. Di Sivas, Anatolia sekitar 4.000 tentara Kristen Armenia dikubut hidup-hidup untuk memenuhi sumpahnya bahwa darah tidak akan tertumpah apabila mereka menyerah.[footnoteRef:42] [42: Ibid. M. S. G. Hodsgon. Hal: 433.]

Pada tahun 1401 M ia memasuki daerah Syria bagian utara. Tiga hari lamanya Aleppo dihancurleburkan. Kepala dari 20.000 penduduk dibuat piramida setinggi 10 hasta dan kelilingnya 20 hasta dengan wajah mayat menghadap keluar. Banyak bangunan seperti sekolah dan masjid yang berasal dari zaman Nuruddin Zanki dan Ayyubi dihancurkan. Hamah, Horns dan Ba'labak berturut-turut jatuh ketangannya. Pasukan Sultan Faraj dari Kerajaan Mamalik dapat dikalahkannya dalam suatu pertempuran dahsyat sehingga Damaskus jatuh ke tangan pasukan Timur lenk pada tahun 1401 M Akibat peperangan itu masjid Umayyah yang bersejarah rusak berat tinggal dinding-dindingnya saja yang masih tegak.[footnoteRef:43] [43: Ibid. Phililp K. Hitti. Hal: 121.]

Dari Damaskus para seniman ulung dan pekerja atau tukang yang ahli dibawanya ke Samarkand. Ia memerintahkan ulama yang menyertainya untuk mengeluarkan fatwa membenarkan tindakan-tindakannya itu. Setelah itu serangan dilanjutkan ke Baghdad. Ketika Baghdad berhasil ditaklukkan, ia melakukan pembantaian besar-besaran terhadap 20.000 penduduk sebagai pembalasan atas pembunuhan terhadap banyak tentaranya sewaktu mengepung kota itu. Di sini, seperti kebiasaannya, ia kemudian mendirikan 120 buah piramida dari kepala mayat-mayat sebagai tanda kemenangan. Puluhan ribu penduduk disembelih; masjid-masjid, sekolah-sekolah, dan rumah-rumah dihancurkan.[footnoteRef:44] [44: Ibid. Ahmad Syalabi. Hal: 764.]

Kerajaan Usmani, oleh Timur Lenk dipandang sebagai tantangan terbesar, karena kerajaan ini menguasai banyak daerah bekas imperium Jenghis Khan dan Hulagu Khan. Bahkan, Sultan Bayazid, penguasa tertinggi kerajaan ini sebelumnya berhasil meluaskan daerah kekuasaannya ke daerah-daerah yang sudah ditaklukkan oleh Timur Lenk. Karena itu Timur Lenk sangat berambisi mengalahkan kerajaan ini. Ia mengerahkan bala tentaranya untuk memerangi tentara Bayazid I. Di Sivas terjadi peperangan hebat antara kedua pasukan itu. Timur Lenk keluar sebagai pemenang dan putera Bayazid I, Erthugrul, terbunuh dalam pertempuran tersebut.[footnoteRef:45] [45: Ibid. M. Hadi Masruri. Hal 8.]

Pada tahun 1402 M terjadi peperangan yang menentukan di Ankara. Tentara Usmani kembali menderita kekalahan, sementara Sultan Bayazid sendiri tertawan ketika hendak melarikan diri. Bayazid akhirnya meninggal dalam tawanan.[footnoteRef:46] Timur Lenk melanjutkan serangannya ke Broessa, ibu kota lama Turki, dan Syria. Setelah itu ia kembali ke Samarkand untuk merencanakan invasi ke Cina. Namun, di tengah perjalanan, tepatnya di Otrar, ia menderita sakit yang membawa kepada kematiannya. Ia meninggal tahun 1401 M, dalam usia 70 tahun.[footnoteRef:47] Lalu jenazahnya dibawa ke Samarkand untuk dimakamkan dengan upacara kebesaran.[footnoteRef:48] [46: Ibid. Philip K. Hitti. Hal:236.] [47: Ibid. Ading Kusdiana. Hal: 64.] [48: Ibid. M. Hadi Masruri. Hal: 8.]

Dari paparan di atas terlihat bahwa kemenangan yang telah dicapai oleh Jenghis Khan, Hulagu Khan, dan Timur Lenk di wilayah-wilayah Islam dari abad ke-13 sampai dengan abad ke-15 telah mengubah peta dunia yang membentang dari Nablus di sebelah Barat sampai India di Sebelah Timur. Sebuah prestasi monumental yang dibngun bangsa Mongol pada periode tersebut.[footnoteRef:49] [49: Ibid. Ading Kusdiana.]

C. Pasifikasi Timur Lenk di Belahan Dunia Islam TimurSekalipun ia terkenal sebagai penguasa yang sangat ganas dan kejam terhadap para penentangnya, sebagai seorang muslim Timur Lenk tetap memperhatikan pengembangan Islam. Bahkan dikatakan, ia seorang yang saleh. Konon, ia adalah penganut Syiah yang taat dan menyukai tasawuf tarekat Naqsyabandiyyah. Dalam perjalanan-perjalanannya ia selalu membawa serta ulama-ulama, sastrawan dan seniman. Ulama dan ilmuwan dihormatinya. Ketika berusaha menaklukkan Syria bagian utara, ia menerima dengan hormat sejarawan terkenal, Ibnu Khaldun yang diutus Sultan Faraj untuk membicarakan perdamaian.[footnoteRef:50] [50: Ibid. Ahmad Syalabi. Hal: 648.]

Kota Samarkand diperkayanya dengan bangunan-bangunan dan masjid yang megah dan indah. Di masa hidupnya kota Samarkand menjadi pasar internasional, mengambil alih kedudukan Baghdad dan Tabriz. Ia datangkan tukang-tukang yang ahli, seniman-seniman ulung, pekerja-pekerja yang pandai dan perancang-perancang bangunan dari negeri-negeri taklukannya; Delhi, Damaskus dan lain-lain. Ia meningkatkan perdagangan dan industri di negerinya dengan membuka rute-rute perdagangan yang baru antara India dan Persia Timur. Ia berusaha mengatur administrasi pemerintahan dan angkatan bersenjata dengan cara-cara rasional dan berjuang menyebarkan Islam.[footnoteRef:51] [51: Ibid. M. Hadi Masruri. Hal: 122.]

D. Pemerintahan Dinasti Timuriyah Pasca Timur LenkKetika Timur Lenk merasa ajalnya telah tiba, diwasiatkannya bahwa yang akan menggantikan posisi sebagai raja ialah anaknya yang bernama Pir Muhammad Jahangir yang ketika itu menjadi Gubernur Kandahar. Tapi sebelum Pir Muhammad sampai ke Samarkand yang akan menjawat ayahnya tersebut, saudaranya Khalil Mirza telah dapat merebut kekuasaan dengan cara meracun anak Timur Lenk yang berhak menggantikannya sehingga Pir Muhammadpun meninggal dunia.[footnoteRef:52] [52: Ibid. Hamka. Hal: 434.]

Tetapi Khalil Mirza tidak dapat mengendalikan pemerintahan dengan baik karena tidak mempunyai kewibawaan yang penuh. Umurnya telah ia habiskan dengan bersenang-senang dan berpoya-poya dalam menghabiskan dan memusnahkan harta benda peninggalan ayahnya yang besar itu, pamikat hati seorang puteri kekasihnya. Melihat perangainya yang demikian, datanglah saudaranya yang lain bernama Syah Rukh. Ia pun mengambil alih kekuasaan yang dipegang oleh kakaknya Khalil Mirza, dan menawannya. Setelah dikurung di penjara beberapa lama, akhirnya iapun dilepaskan dan diberi jabatan Gubernur di Kota Khurasan. Tetapi tidak lama menjabat, iapun meninggal.[footnoteRef:53] [53: Ibid. Hal: 434-435.]

Setelah Syah Rukh memerintah (1404-1447 M), ia menyusun dan mengatur negara besar yang diwariskan oleh ayahnya itu, dan tidak akan lagi menjajah dan menjarah seperti yang dilakukan ayahnya. Ia hanya memerintahkan para gubernur-gubernurnya agar tunduk kepada Syah Rukh. Maka, gubernur-gubernur itupun patuh menurut kehendak sang raja dan ada yang melawan, yaitu Barsebai Raja Mamalik di Mesir.[footnoteRef:54] [54: Ibid. Hal: 435.]

Syah Rukh menyatakan niat-nazarnya akan memberi kain Kiswah untuk Kabah. Tetapi Raja Barsebai tidak setuju dengan hal tersebut, sebab member kain Kiswah untuk Kabah adalah hak kerajaan Mesir (sampai sekarang pun hak itu masih dipegang oleh Mesir).[footnoteRef:55] [55: Ibid.]

Setelah niat Syah Rukh itu diberitahukan kepada raja Mesir, raja mesir pun menjawab agar kain Kiswah itu dibuat lalu dijual dan uangnya untuk fakir miskin di Mekkah. Lalu Syah Rukh mengirim utusan yang lain ke Mesir, utusan tersebut membawa kain kebesaran Kerajaan Timur. Menerima utusan dengan membawa pakaian tersebut, marahlah Raja Mesir itu, lalu ia robek pakaian tersebut di tempat umum di depan para utusan Raja Syah Rukh. Para utusan pun dipukuli hingga berdarah, ditelanjangi, dan diikat kakinya lalu dijulurkan kepalanya kedalam sumur, padahal kala itu adalah musim dingin.[footnoteRef:56] [56: Ibid.]

Tantangan dari Raja Mesir tidaklah dapat dibalas lagi oleh Raja Syah Rukh, ini dikarenakan kekuatan kerajaan Timur Lenk sudah mulai retak. Syah Rukh meninggal pada usia 72 tahun (1447 M) setelah memerintah selama 38 tahun. Selama memerintah ia bersikap adil dan bersifat lembut. Setelah ia wafat, naiklah anaknya Uluq Bey (1447-1452 M) menjadi Raja. Ketika Uluq Bey menjadi raja, ia terkenal bukan karena kekejamannya layaknya kakeknya Timur Lenk, tapi ia terkenal sebagai seorang sarjana ilmu pasti. Namun, nasib raja sarjana itu sangat buruk, karena belum lama ia memerintah, ia dibunuh oleh puteranya sendiri yaitu Abdul Latif sehingga Abdul Latif pun naik ke singgahsana kerajaan. Hanya beberapa hari kebesaran dan kegembiraan hatinya muncul. Setelah duduk di singgahsana yang dikiranya empuk itu, ia menjadi muram. Ini dikarenakan di setiap malam dia bermimpi kedangan ayahnya dan menyesali apa yang dilakukan Abdul Latif.[footnoteRef:57] [57: Ibid. Hal: 435-436.]

Dia merasa seakan-akan dikejar-kejar oleh roh ayahnya sampai ia meninggal dunia. Dengan kematian Abdul Latif, tidak ada lagi raja yang besar yang dapat menjaga warisan yang luas itu, sampai naiklah cucu Timur Lenk yang lain yaitu Abu Said (1452-1469 M).[footnoteRef:58] [58: Ibid. Hal: 436.]

Kerajaan Abu Said diperebutkan oleh dua kelompok Turki yang baru muncul, yaitu kelompok Kara-Kiyunli (Domba Hitam) dan Aga-Kiyunli (Domba Putih). Di dalam satu pertempuran di antara Ouzoun Hasan pemimpin dari kelompok Turki yang baru muncul itu, tewaslah Abu Said. Maka, satu demi satu gugurlah kebesaran warisan Timur Lenk itu, dan naiklah pula keindahan kota Haurat tempat kekuasaan Syaibani Khan pemimpin kelompok Turki Uzbek di sebelah Timur.[footnoteRef:59] [59: Ibid.]

Di tahun 1500 M, keturunan dari Timur Lenk yang tersisa hanyalah Baber putera Abu Said. Ia pun diusir dari singgahsananya di Samarkand, dan terpaksa pindah ke Hindustan, dan disanalah dia mendirikan Kerajaan Mongol yang gilang gemilang. Adapun di sebelah Barat naik pulalah kerajaan Safawi yang akan mempersatukan Iran kembali ke Mazhab Syiah.[footnoteRef:60] [60: Ibid.]

BAB IIIPENUTUP

A. SimpulanDari uraian di atas, nampak jelas bahwa Timur Lenk, meskipun berbeda agama dengan para pendahulunya yang tetap menjujung tinggi agama Syamanisme, terutama Jenghiz Khan dan Hulagu Khan, tetap mewarisi tradisi Mongolisme, yang senantiasa membawa kerusakan dan kehancuran di setiap wilayah yang ditaklukkannya. Sebuah kekuatan dahsyat yang dilatarbelakangi ambisi untuk menguasai dunia. Setiap melewati sebuah kota, diluluhlantakkan kota itu, untuk kemudian dikuasainya.Militerisasi negara, di mana semua aktifitas pemerintahan di bawah komando militer merupakan hal yang unik, bahkan seorang raja yang berperan sekaligus sebagai seorang pemimpin perang menjadi karakter yang melekat pada tradisi Mongolisme, termasuk di dalamnya Timur Lenk.Dan faktanya, Timur Lenk dan pasukannya mampu menundukkan semua kerajaan di wilayah seberang sungai dan Asia Barat yang sempat berdiri dari reruntuhan dinasti Mogoli Persia, adalah hal yang menghantarkan Timur Lenk mampu membangun imperium Mongol Raya mengikuti cara-cara dan strategi politik imperium Mongol yang dibangun pendahulunya Jenghis Khan, yakni politik geneolis yang dibangun di atas prinsip ekspansi, perluasan dan pendudukan kerajaan-kerajaan lain, dengan menteror penduduk, bahkan berupaya menguasai seluruh dunia.Sekalipun ia terkenal sebagai penguasa yang sangat ganas dan kejam terhadap para penentangnya, sebagai seorang muslim Timur Lenk tetap memperhatikan pengembangan Islam. Kota Samarkand diperkayanya dengan bangunan-bangunan dan masjid yang megah dan indah. Di masa hidupnya kota Samarkand menjadi pasar internasional, mengambil alih kedudukan Baghdad dan Tabriz. Ia datangkan tukang-tukang yang ahli, seniman-seniman ulung, pekerja-pekerja yang pandai dan perancang-perancang bangunan dari negeri-negeri taklukannya; Delhi, Damaskus dan lain-lain. Ia meningkatkan perdagangan dan industri di negerinya dengan membuka rute-rute perdagangan yang baru antara India dan Persia Timur. Ia berusaha mengatur administrasi pemerintahan dan angkatan bersenjata dengan cara-cara rasional dan berjuang menyebarkan Islam.Dari sinilah, Timur Lenk muncul di atas peta sejarah Islam sebagai sosok yang hujat sekaligus dipuja. Dalam pengertian bahwa setelah mereka mencapai kemenangan di atas puing-puing kehancuaran, pemimpin Mongol itu segera membangun kembali kota-kota yang telah mereka hancurkan dengan sekala yang luar biasa besar. wa Allah alam bi al-shawab.

DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, Karen. 2002. Islam Sejarah Singkat (Islam: A Short History). Terj. Fungky Kusnaedy Timur. Yogyakarta: Penerbit Jendela.Andrew Boyle, John 1976. Timur. Dalam Encyclopaedia Americana. Vol. 26. New York.Hamka. 2005. Sejarah Umat Islam. Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD.Hodsgon, M. G. S. 1974. The Venture of Islam. Voll. III. Chichago.Hudlari, Muhammad. 1970. Muhadlarat Tarikh al-Umam al-Islamiyyah. Kairo: al-Maktabah al-Kubra.Ibn Abd al-Karim Sulaeman, Ahmad. 1985. Timur Link wa Dawlat al-Mamalik al-Graksah. Beirut: Dar al-Nahdlah al-Arabiyyah.Ibrahim Hasan, Hasan. 1989. Tarikh al-Islam al-Syiyasi wa al-Dini wa al-Tsaqafi wa al-Ijtimai. Beirut: Dal al-Jeil.K. Hitti, Philip. 1974. History of The Arab. London: Macmillan Studen Editions.Kusdiana, Ading. 2013. Sejarah dan Kebudayaan Islam: Periode Pertengahan. Bandung: Pustaka Setia.Lapidus, Ira M. 1999. Sejarah Sosial Umat Islam (A History of Islamic Societies). Terj. Ghufron A. Masadi. Bagian Kedua. Jakarta: PT. Grafindo Persada.Lewis, Bernard. 1993. Islam in History: Ideas, People, and Event in The Minddle East. New Edition, Ervised, and Expanxed. Chihago: Open Court.Masruri, M. Hadi. Tt. Politik Islam Mongolia: Mencermati Strategi Ekspansi Timur Lenk. Makalah. Malang: Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang.Nasution, Harun. 1985. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Partuld, W. 1996. Tarikh al-Turk fi Asia al-Wustha. Kairo: Al-Haah al-Mishriyyah al-Ammah li al-Kitab.Saari, Duany. 1984. Timur Lenk dan Serangan-serangannya ke Timur. Makalah. Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah.Spuler, Bertold. 1972. History of the Mongols (Based on Eastern and Western Accounts of the Thirteenth and Fourteenth Centuries). Terjemahan dari The German by Helga and Stuart Drummond. The Islamic World Edited by G.E. von Grunebaum. London: Routledge & Kegan Paul.Syalabi, Ahmad. 1979. Mansuah al-Tarikh al-Islami wa al-Hadlarah al-Islamiyah. Juz VII. Kairo: Maktabah al-Nadhlah al-Misriyyah.Toynbee, Arnold. 2004. Sejarah Umat Manusia: Uraian Analisis, Kronologis, Naratif dan Komperatif. Terj. Agung Prihartoro dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Wajdi, M. Farid. Tt. Dairat al-Maarif li al-Qarn al-Isyrin. Jilid 2. Beirut: al-Maktabah al-Ilmiyyah al-Jadidah.Yatim, Badri. 2014. Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Rajawali Pers.Yusuf Al-Qarmany, Ahmad. Tt. Akhbar al-Duwal wa Atsar al-Uwal fi al-Tarikh. Alam al-Kutub.

1