TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/12/2019 TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN

    1/11

    KORBAN DALAM TINDAK PIDANA PERKOSAAN SEBAGAI PERTIMBANGAN HAKIMDALAM MENJATUHKAN BERAT RINGANYA PUTUSAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Negara Republik Indonesia adalah Negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-

    undang dasar Negara 1945 yang menjujung tingi hak dan kewajiban bagi warga Negaranya. Bagi

    warga Negara Indonesia haruslah taat dan sadar pada Hukum, dan kewajiban Negara untuk

    menegakan dan menjamin kepastian hukum bagi warga negaranya.

    Hukum harus selalu ditegakan guna mencapai cita-cita dan trujuan Negara Indonesia

    dimana tertuang dalam pembukaan alinea ke-empat yaitu membentuk suatu pemerintahan

    Negara Indonesia yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

    Indonesia dan untuk memajukankesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut

    melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan

    sosial.

    Salah satu bidang hukum yang harus di tegakan adalah bidang hukum pidana, karena

    eksistensinya sampai saat ini masih diakui sebagai salah satu sarana untuk menanggulangi atau

    mencegah terjadinya kejahatan.

    Berbicara masalah hukum pidana maka tidak akan terlepas dari empat nasalah utama yaitu

    masalah pelaku, masalah perbuatan, masalah punishment dan masalah korban. Dalam masalahpelaku sendiri hukum pidana lebih cenderung membahas mengenai sifat bersalahnya pelaku

    tidak pidana, apakah dia dapat dikenai pertanggung jawaban pidana atau tidak, dan mengenai ada

    tidak nya alasan pembenar maupun alasan pemaaf pada pelaku. Mengenai masalah perbuatan

    lebih menitik beratkan pada perbuatan tersebut melawan hukum atau tidak (criminal act). Pada

    masalah punishmen akan lebih menitikberatkan pada stelsel hukum pidana. Yang keempat

    adalah masalah korban, masalah korban seringkali dilupakan dalam masalah pidana, padahal

    korban merupakan pihak yang seharusnya diperhatikan.

    Kajian mengenai korban sendiri dipelajari dalam suatu disiplin ilmu tersendiri yang kita

    kenal dengan viktimologi, dalam viktimologi terdapat bebagai kajian mengenai korban

    diantaranya adalah mengenai peranan korban dalam suatu tindak pidana.

    Dalam kajian victimologi terjadinya viktimisasi peranan korban dapat menjadi

    faktornya Artinya korban dipandang dapat memainkan peran dan menjadi unsur yang penting

  • 8/12/2019 TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN

    2/11

    dalam suatu tindak pidana yang menimbulkan korban (viktimisasi). Begitu eratnya peranan

    korban dalam terjadinya viktimisasi yang disebabkan interaksi lebih dahulu antara korban dan

    pelaku, Heting menghipotesakan bahwa dalam beberapa hal, korban membentuk dan mencetak

    penjahat dan kejahatnya(Iswanto dan Angkasa 2010 :27).

    Korban mempunyai peranan yang fungsional dalam terjadinya suatu kejahatan, bahkan

    dalam beberapa kejahatan seringkali peran korban memegang peranan penting adalam terjadinya

    kejahatan tersebut.

    Dalam kasus pembunuhan misalnya sebagaimana yang dikemukakan oleh Wolfgang,

    berdasarkan analisis terhadap studi statistik ditemukan bahwa satu korban diantara empat kasus

    pembunuhan ikut mempercepat pembunuhan tersebut. Begitu pula dikemukakan olehAmir yang

    mengkaji kasus pemerkosaan, yang menunjukan bahwa korban berpartisipasi dan mempercepat

    satu diantara kasus perkosaan.Hasil studi tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Meirdan Meite

    pada tahun 1993, menunjukan bahwa dalam kasus perkosaan tingkat victim precipitation (VP)

    mencapai sekitar 4-19 % karna kelalaian korban.(Iswanto dan Angkasa 2010 :28).

    Dari data tersebut dapat diasumsikan bahwa selain faktor adanya niat pelaku dan adanya

    kesempatan, faktor peran korban juga memegang peran penting dalam terjadinya suatu tindak

    pidana, diantaranya tindak pidana perkosaan. Karna peran korban yang cenderung besar dalam

    terjadinya tidak pidana perkosaan, maka tidaklah berlebihan jika peranan korban dalam tindak

    pidana perkosaan dijadikan suatu pertimbangan oleh hakim dalam memutus berat ringanya suatu

    putusan.

    Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk

    mengadakan penelitian guna menyusun skripsi dengan judulPERAN KORBAN DALAM

    TINDAK PIDANA PERKOSAAN SEBAGAI PERTIMBANGAN HAKIM DALAM

    MENJATUHKAN BERAT RINGANNYA PUTUSAN

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan

    permasalah sebagai berikut:

    1. Bagaimanakah peranan korban terhadap terjadinya perkosaan di Purwokerto2. Apakah peranan korban dalam tindak Pidana perkosaan dijadikan sebagai pertimbangan

    Hakim dalam menjatuhkan berat ringannmya putusan.

  • 8/12/2019 TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN

    3/11

    C. Tujuan Penelitian

    Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan karya tulis ini adalah :

    1. Untuk mengetahui sejauh mana peran korban dalam terjadinya suatu tindak pidanaperkosaan di Purwokerto.

    2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh peranan korban dalam tindak pidanaperkosaan dijadikian pertimbangan terhadap berat ringanya putusan hakim.

    D. Kegunaan Penelitian

    1. Kegunaan Teoritisa. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada pengembangan ilmu

    pengetahuan di bidang ilmu Hukum Pidana pada umumnya dan Viktimologi pada

    kususnya.b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai masukan, sumber data

    dan referensi bagi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dalam penelitian ini.

    2. Kegunaan PraktisMenambah literatur kepustakaan hukum pidana terutama mengenai masalah peranan

    korban dalam tindak pidana perkosaan.

    E. Kerangka Teoritis

    1. Tinjauan Umum Tentang Viktimologia. Pengertian Viktimologi

    Viktimologi dapat dikatakan sebagai kajian yang relatif baru dibandingkan dengan

    cabang ilmu lain seperti sosiologi dan kriminologi karena viktimologi baru muncul dan

    poluler pada pertengahan abad ke 20. Sekalipun usianya relatif muda, namun peran

    viktimologi tidak lebih rendah dibandingkan dengan cabang-cabang ilmu lain

    Viktimologi secara etimlogis, berasal dari kata victima(Latin) yang berarti korban

    dan logos(Yunani) berarti pengetahuan atau ilmu pengetahuantentang korban. Pengertiantersebut yang menggunakan kata pengetahuan atau ilmu pengetahuan memang masih

    menampakan belum adanya suatu ketegasan apakah viktimologi itu merupakan pengetahuan

    atau sudah merupakan ilmu pengetahuan. Ini terjadi karena ada beberapa fihak yang masih

    berpandangan viktimologi hanya pengetahuan cabang kriminologi, namun ada pula yang

  • 8/12/2019 TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN

    4/11

    berpandangan bahwa viktimologi sudah merupakan ilmu pengetahuan yang sejajar dengan

    ilmu-ilmu lainya. (Iswanto dan Angkasa 2010 : 1 )

    Pengertian lain dari viktimologi dapat kita peroleh dari beberapa sumber diantaranya

    dari internat. dalam suatu situs memberikan devinisi viktimologi sebagai berikut

    Viktimologi adalah suatu studi atau pengetahuan ilmiah yang mempelajari masalah

    korban kriminal sebagai suatu masalah manusia yang merupakan suatu kenyataan sosial dan

    viktimologi merupakan bagian dari kriminologi yang mempunyai objek studi yang sama,

    yaitu kejahatan atau korban criminal (http://replaz.blogspot.com/2008/09/viktimologi.html).

    Dari pengertian di atas, tampak jelas bahwa yang menjadi objek pengkajian

    viktimologi adalah mengenai korban.

    b. Ruang Lingkup VictimologiViktimologi meneliti topik-topik tentang korban, seperti, peranan korban pada

    terjadinya tindak pidana, hubungan antara pelaku dan korban, rentanya posisi korban dan

    peranan korban dalam sistem peradilan pidana.

    Menurut J.E Sahetapyruang lingkup Viktimologi meliputi bagaimana seseorang

    dapat menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang tidak selalu berhubungan

    dengan masalah kejahatan (Mansur dan Gultom, 2007 :43 )

    Selain itu viktimologi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempunyai tujaun

    untuk :

    a. Menganalisis berbagai aspek masalah korban (to analize the manifold aspec of thrvictims problem).Dalam tujuan untuk menganalisa berbagai aspek masalah

    korban ini meliputi kerugian dan atau penderitaan korban.

    b. Menjelaskan sebab-sebab terjadinya pengorbanan (to explain the causes forvictimization). Hal ini meliputi suatu analisis serta penjelasan tentang faktor

    faktor yang menyebabkan timbulnya korban. Dalam kajian viktimologi akan

    tampak bahwa timbulnya korban tidak mutlak disebabkan oleh kesalahan pelaku

    kejahatan, namun dapat pula disebabkan oleh kesalahhan korban dari tingkat yang

    ringan hingga kesalahan penuh dipihak korban.

    c. Menciptakan system kebijakan dalam upaya mengurangi penderitaan manusia (todevelop a system of measures for reducing human suffering). Hal ini dapat berupa

    kebijakan perlindungan hukum bagi korban berupa pemberian hak dalam system

    http://replaz.blogspot.com/2008/09/viktimologi.htmlhttp://replaz.blogspot.com/2008/09/viktimologi.html
  • 8/12/2019 TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN

    5/11

    peradilan pidana maupun kebijakan lain berupa restitusi dan atau

    kompensasi.(Separovic dalam Iswanto dan Angkasa, 2010 : 15)

    2. Tinjauan Tentang korbana. Pengertian Korban

    Pentingnya pengertian korban diberikan dalam pembahasan ini adalah untuk

    membantu menentukan secara jelas batas-batas apa yang menjadi pengertian korban.

    Berbagai pengertian korban banyak dikemukakan baik oleh ahli maupu narasumber, sebagian

    diantaranya adalah sebagai berikut.

    1) Arif gosita.Menurutnya, korban adalah mereka yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai

    akibat tindakan orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri dan orang lainyang bertentangan dengan kepentingan hak asasi yang menderita. ( Gosita, 1985 : 41)

    2) Muladi.Berbeda dengan Arif Gositayang memberi pengertian korban sebatas pada mereka

    yang menderita jasmaniah dan rohaniah akibat tindakan orang lain yang mencari pemenuhan

    kepentingan, Muladimember prespektif berbeda mengenai korban. Menurut Muladiyang

    dimaksud dengan korban adalah :

    Orang yang baik secara individual maupun kolektif telah menderita kerugian

    termasuk kerugian fisik maupun mental, emosional, ekonomi, gangguan substansial terhadap

    hak-haknya yang fundamental, melalui perbuatan atau komisi yang melanggar hukum pidana

    di masing-masing Negara termasuk penyalahgunaan kekuasaan. (Mansur dan Gultom, 2007 :

    47 )

    3) CohenCohenmengungkapkan bahwa korban adalah whose pain and suffering have been

    neglectedby the state while it spands immense resources to hunt down and punish the

    offender who responsible for that pain and suffering. (Mansur dan Gultom, 2007:46)

    4) Barda Nawawi Arief menyatakan korban adalahOrang-orang, baik secara individual maupun kolektif, yang menderita kerugian akibat

    perbuatan (tidak berbuat) yang melanggar hukum pidana yang berlaku di suatu negara,

    termasuk peraturan-peraturan yang melarang penyalahgunaan kekuasaan. Selain itu korban

    termasuk juga orang-orang yang menjadi korban dari perbuatan-perbuatan (tidak berbuat)

  • 8/12/2019 TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN

    6/11

    yang walaupun belum merupakan pelanggaran terhadap hukum pidana nasional yang

    berlaku, tetapi sudah merupakan pelanggaran menurut norma-norma hak asasi manusia yang

    diakui secara

    internasional.(http://gendo.multiply.com/journal/item/7/URGENSI_VONIS_REHABILITASI_

    TERHADAP_KORBAN_NAPZA_DI_INDONESIA

    b. Tipologi korban kejahatan.Mendelsohn membuat suatu tipologi korban yang di klasifikasikan menjadi 6 tipe,

    tipologi yang dimaksud adalah sebagai berikut.

    a. The completely innocent victim.Korban yang samasekali tidak bersalah olehMendeson dianggap sebagai korban ideal yang cenderung terjadi pada anak-anak

    dan mereka juga tidak menyadari ketika ia menjadi korban.b. The victim whit minor guilty and victim due to his ignorance. Korban dengan

    kesalahan kecil dan korban yang disebabkan kelalaian dapat dicontohkan seorang

    wanita yang menggoda tetapi salah alamat, sebagai akibat malah dia menjadi korban.

    c. The victim as guilty as offender and voluntary victim.Korban sama salahnyadengan pelaku dan korban sukarela ini olehmendelsohn dibagi menjadi beberapa

    sub tipe sebagai berikut.

    1. bunuh diri dengan melemparkan uang logam;2. bunuh diri dengan adhesi;3. euthanasia;4. bunuh diri yang dilakukan suami isteri (misalnya pasangan suami isteri yang

    putus asa karena salah satu pasangan sakit).

    d. The victim more guilty than the offender.Dalam hal korban kesalahnaya lebihbesar daripada pelaku ini ada dua tipe yakni :

    1. korban yang memancing dan atau menggoda seeorang untuk berbuat jahat;2. korban lalai yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan kejahatan.

    e. The most guilty victim and the victim as is gultu alone.Korban yang sangatsalah dan korban yang salah sendirian misalnya terjadi pada korban yang sangat

    agresif terlebih dahulu melakukan kejahatan namun akirnya justeru ia sendiri yang

    menjadi korban (misalnya penyerang yang mati akibat pembelaan diri dari orang lain

    yang diserang).

    http://gendo.multiply.com/journal/item/7/URGENSI_VONIS_REHABILITASI_TERHADAP_KORBAN_NAPZA_DI_INDONESIAhttp://gendo.multiply.com/journal/item/7/URGENSI_VONIS_REHABILITASI_TERHADAP_KORBAN_NAPZA_DI_INDONESIAhttp://gendo.multiply.com/journal/item/7/URGENSI_VONIS_REHABILITASI_TERHADAP_KORBAN_NAPZA_DI_INDONESIAhttp://gendo.multiply.com/journal/item/7/URGENSI_VONIS_REHABILITASI_TERHADAP_KORBAN_NAPZA_DI_INDONESIAhttp://gendo.multiply.com/journal/item/7/URGENSI_VONIS_REHABILITASI_TERHADAP_KORBAN_NAPZA_DI_INDONESIA
  • 8/12/2019 TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN

    7/11

    f. The simulating victim and the imagine as victim. Korban pura-pura dan korbanimajinasi oleh Mandesohn dicontohkan pada mereka yang mengaku menjadi korban

    demi kepentingan tertentu atau orang yang menjadi paranoid, hysteria atau

    pikun. (Iswanto danAngkasa 2010:28).

    Sedikit berbeda denganMendelson yang membuat tipologi korban berdasarkan tingkat

    kesalahan, Schafermembagi tipe korban dalam kategori yang tergantung pada pertanggung

    jawaban korban dalam tindak pidana tersebut. Tipologi tersebut adalah :

    a. unrelated victimyakni kejahatan dilakukan oleh pembuat kejahatan tanpa adahubungan apapun dengan korban.

    b. profokatif victimdisini korban memancing pembuat kejahatan untuk melakukanuntuk melakukan kejahatan dengan perilaku tertentu mialnya korban mengingkarijanji.

    c. precipicatif victimsadalah pelaku melakukan kejahatan karena tingkah laku yangtidak hati-hati dari korban mendorong pelaku melakukan kejahatan.

    d. biological weak victims yakni saiapa saja yang secara fisik atau mental lemahmisalnya orang yang sangat muda atau sangat tua dan orang yang tidak sadar yang

    menjadi target kejahatan.

    e. social weak victimsmisalnya kaum imigran atau minoritas etnik yang memilikiposisi sosial yang lemah dalam masarakat dan sering dieksploitasi oleh elemen

    kejahatan.

    f. self-victimizing victimsdan political victim.Self-victimizing victim adalahkorban dari tindakanya sendiri sebab mereka berkorban sendiri. (Yazid efendi 2001:

    28)

    3. Tinjauan tentang Tindak Pidana.Berikut merupakan pendapat para ahli hukum mengenai pengertian tindak pidana, antara

    lain:

    1. Sudartomemberikan pendapat bahwa delik itu mengandung perbuatan yangmengandung perlawanan hak yang dilakukan dengan salah dosa yanag sempurna akal

    budinya dan kepada siapa perbuatan patut di pertanggungjawabkan. (Sudarto,

    1990:42).

  • 8/12/2019 TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN

    8/11

    2. Dalam website resmi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan definisi TindakPidana memiliki pengertian perbuatan setiap orang/subjek Hukum yang berupa

    kesalahan yang bersifat melanggar Hukum ataupun tidak sesuai dengan Undang-

    Undang yang berlaku. (http://www.jdih.bpk.go.id/informasihukum).

    Dari pengertian diatas maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa tindak pidana adalah

    suatu perbuatan yang dilakukan oleh seorang dimana orang tersebut mempunyai kemampuan

    untuk bertanggung jawab, dimana perbuatan yang dilakukan tersebut bersifat melawan hukum

    dan melanggar peraturan perundang-undangan sehingga perbuatan tersebut diancam dengan

    suatu pemidanaan yang bertujuan untuk memberikan efek jera bagi orang yang melakukan

    perbuatan tersebut.

    4. Tinjauan tentang PerkosaanPerkosaan sebagai salah satu bentuk kekerasan terhadap perempuan adalah contoh

    kerentanan posisi perempuan terhadap laki-laki terutama terhadap kepentingan seks laki-laki.

    Citra seks perempuan yang selalu ditempatkan sebagai objek seks laki-laki berimplikasi jauh

    terhadap kehidupan perempuan. Ia selalu menghadapi kekerasan pemaksaan dan penyiksaan

    fisik. Perkosaan pada intinya merupakan bentuk hubungan yang dilakukan secara paksadan

    merugikan pihak perempuan sebagai korban.

    Kejahatan perkosaan dalam hal persetubuhan dimuat dalam Pasal 285 KUHP yang

    rumusanya sebagai berikut.Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa

    seorang perempuan bersetubuh dengan dia diluar perkawinan, diancam karena melakukan

    perkosaan dengan pidana penjarapaling lama dua belas tahun

    Dalam Pasal 285 KUHP tersebut mensyaratkan keharusan adanya persetubuhan dengan

    wanita yang bukan istrinya disertai dengan ancaman kekerasan. Menurut pasal tersebut,

    perkosaan ditandai dengan penetrasi penis kedalam lubang vagina dalam hubungan seks yang

    disertai dengan kekerasan fisik terhadap korban oleh pelaku.

    5. Putusan Pengadilan.Pengertian Putusan Pengadilan terdapat dalam Pasal 1 butir 11 KUHAP yang

    menyatakan bahwa. Putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang

    pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan

    hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini".

    http://www.jdih.bpk.go.id/informasihukumhttp://www.jdih.bpk.go.id/informasihukum
  • 8/12/2019 TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN

    9/11

    Sebelum memberikan putusan hakim, tentusaja suatu perkara harus melalui pemeriksaan

    didalam sidang pengadilan dengan minimal harus didasari oleh dua alat bukti dan berdasar

    keyakinan hakim, keyakinan hakim diperoleh setelah pemeriksaan alat bukti dan berbagai

    pertimbangan hakim.

    Jadi dapat dikatakan bahwa putusan pengadilan merupakan akir dari proses persidangan

    pidana untuk tahap pemeriksaan di pengadilan negeri. Putusan pengadilan ini hanya sah dan

    mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum dan harus di

    tandatangani Hakim dan panitera seketika setelah putusan diucapkan.

    F. Metode Penelitian1. Metode Pendekatan

    Metode pendekatan yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini adalah metodepenekatanyuridis sosiologisatau sosio legal research yaitu metode pendekatan yang

    memandang hukum sebagai suatu fenomena sosial, yang didalam interaksinya tidak lepas dari

    faktor-faktor non Hukum (Suggono, 2003 : 101 )

    2. Spesifikasi PenelitianSpesifikasi dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis, yang bertujuan untuk

    menggambarkan serta menganalisis keadaan atau gejala objek dalam suatu penelitian tanpa

    bermaksud mengambil kesimpulan yang bersifat umum.

    3. Sumber dataa. Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari lapangan berupa

    wawancara dengan pihak terkait dalam hal ini Hakim, korban perkosaan, dan

    keluarga korban.

    b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, pereturan Perundang-undangan , msupun internet yang ada hubungannya dengan materi ini.

    4. Metode Pengumpulan Dataa. Data primer , pada data yang bersifat primer diambil dengan menggunakan metode

    wawancara secara langsung yaitu dengan Hakim, korban dan keluarga korban.

    b. Data sekunder , metode pengumpulan data pada data sekunder yaitu denganmelkukan studi dokumen berupa mempelajari buku-buku, peraturan Perundang-

    undangan, maupun internet yang ada kaitanya dengan materi ini.

  • 8/12/2019 TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN

    10/11

    5. Lokasi PenelitianLokasi penelitian dilakukan di Pusat Informasi Ilmiah (PII) Fakultas Hukum Universitas

    Jenderal Soedirman, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perpustakaan Pusat Universitas Jenderal

    Soedirman dengan menelaah pustaka yang berkaitan dengan kajian penelitian serta tanya jawab

    langsung dengan Hakim di Pengadilan Negeri Purwokerto.

    6. Metode Penyajian DataData yang berhasil dikumpulkam selama mengadakan penelitian akan disajikan dalam

    bentuk uraian secara sistematis.

    7. Metode Analisis DataData dianalisa secara kualitatif, yaitu penelitian yang memusatkan pada deskripti

  • 8/12/2019 TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN

    11/11

    DAFTAR PUSTAKA

    Literatur

    Angkasa dan iswanto, 2010, Viktimologi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

    Effendi, Yazid, 2001, Pengantar Viktimologi Rekonsiliasi Korban dan Pelaku Kejahatan,

    Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

    Gosita, Arif, 1985,Masalah Korban Kejahatan,PT Akademia Presindo, Jakarta.

    Mansyur, Dikdik M. Arief dan Gultom, Elisatris,2007, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan

    Antara Norma dan Realita, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

    Sudarto. 1990,Hukum Pidana I, Yayasan Sudarto, Semarang.

    Undang-Undang :

    Kitab Undang-Undang Hukum pidana