73
Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Implikasinya dalam Pembelajaran Kemampuan Berbicara di SMP (Tesis) Oleh SEPTIA USWATUN HASANAH MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

  • Upload
    buidien

  • View
    238

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP padaPembelajaran Bahasa Indonesia dan Implikasinya dalam

Pembelajaran Kemampuan Berbicara di SMP

(Tesis)

Oleh

SEPTIA USWATUN HASANAH

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG

2017

Page 2: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

ABSTRAK

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARANBAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN

KEMAMPUAN BERBICARA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Oleh

Septia Uswatun Hasanah

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah tindak tuturguru dan siswa pada pembelajaran khususnya tindak ilokusi asertif, direktif,ekspresif, komisif, dan deklaratif pada pembelajaran bahasa Indonesia danimplikasinya dengan pembelajaran kemampuan berbicara di sekolah menengahpertama (SMP). Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk-bentuk tindaktutur asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif pada pembelajaran bahasaindonesia dan implikasinya dengan pembelajaran kemampuan berbicara di sekolahmenengah pertama (SMP).

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data pada penelitianini adalah tindak tutur yang digunakan guru dan siswa pada pembelajaran bahasaIndonesia. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknikobservasi, dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknikanalisis heuristik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua fungsi tindak ilokusi asertif, direktif,komisif, ekspresif, dan deklaratif ditemukan pada saat pembelajaran di kelas. Tindakilokusi yang mendominasi pada tuturan guru dan siswa adalah direktif memintasedangkan tindak ilokusi yang paling sedikit digunakan adalah komisif. Bentuktuturan secara verbal yang mendominasi adalah tuturan langsung. Penelitian ini dapatdiimplikasikan dalam pembelajaran kemampuan berbicara di sekolah menengahpertama (SMP).

Kata kunci : tindak tutur, pembelajaran bahasa Indonesia, dan implikasi.

Page 3: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

ABSTRACT

SPEECH ACTS VIII GRADE TEACHER AND STUDENTS IN LEARNINGINDONESIAN AND ITS IMPLICATIONS IN LEARNING SPEAKING

SKILL IN JUNIOR HIGH SCHOOL (SMP)

BySeptia Uswatun Hasanah

Issues discussed in this study is how the speech act of teachers and students inlearning, especially illocutionary acts assertive, directive, commissive, expressive,and declarative learning Indonesian and its implications in learning speaking skillsjunior high school (SMP). Purpose of this study is to describe the forms of speechacts assertive, directive, commissive, expressive, and declarative learningIndonesian and its implications in learning speaking skills in junior high school(SMP).

This study used descriptive qualitative method. The source of the data in this studyare speech acts used by teachers and students in learning Indonesian. Datacollection techniques in this study using observation and data analysis techniquesused in this study is heuristic analysis techniques.

The results showed that all the functions of illocutionary acts assertive, directive,commissive, expressive, and declarative found at the time in the classroom.Illocutionary acts of which dominated the speech of teachers and students areasking directive illocutionary acts while the least used is commissive. Forms ofverbal utterances which dominate the direct speech. This research may beimplicated in learning speaking skills in junior high school (SMP).

Keyword: illocution, pragmatics, speech acts

Page 4: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP padaPembelajaran Bahasa Indonesia dan Implikasinya dalam

Pembelajaran Kemampuan Berbicara di SMP

Oleh

SEPTIA USWATUN HASANAH

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarMAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG

2017

Page 5: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Page 6: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Page 7: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Page 8: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

RIWAYAT HIDUP DAN PENDIDIKAN

Penulis dilahirkan di Menggala, Lampung pada 4 September 1991. Penulis

merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, putri pasangan Hi. Ali Hasan Hadi

dan Hj. Tortila Murni

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri 1 Menggala ,

Kabupaten Tulang Bawang 2004, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1

Menggala diselesaikan tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2

Menggala diselesaikan pada tahun 2010.

Tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, STKIP-PGRI

Bandar Lampung dan mendapatkan gelar S-1 pada Juni tahun 2014. Kemudian

pada tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang S-2 di Program

Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Lampung.

Page 9: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi Robbil Alaamiin, puji syukur ke hadirat Allah SWT dan dengan

penuh rasa cinta penulis persembahkan tesis ini kepada orang tua tercinta Hi. Ali

Hasan Hadi dan Hj. Tortila Murni yang selalu mendidik, memberikan cinta dan kasih

sayang, serta doa yang tulus. Semoga Allah SWT membalas semuanya dengan amal

ibadah dan kebahagiaan di surga. Tidak lupa tesis ini juga dipersembahkan untuk

almamater tercinta.

Page 10: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

SANWACANA

Assalamu’alaikum wr. wb.

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa taala, atas rahmat dan

karunia-Nya penulis masih diberi kesehatan sehingga tesis yang berjudul ”Tindak

Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII pada Pembelajaran Bahasa Indonesia dan

Implikasinya dalam Pembelajaran Kemampuan Berbicara Di SMP” ini dapat

diselesaikan dengan segenap kemampuan dan keterbatasan yang ada. Tesis ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Pendidikan

pada Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lampung.

Shalawat teriring salam semoga tetap tercurah kepada junjungan, dan penujuk

jalan yang lurus yaitu Muhammad Shalallahu Alaihi wa salam, semoga keluarga

dan sahabat dan para pengikutnya mendapatkan syafaatnya kelak di yaumul akhir.

Terselesaikannya tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Melalui kesempatan ini,

penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

penulis. Dalam hal ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah banyak

memberikan banyak masukan, membantu, membimbing, mengarahkan, dan

Page 11: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

memberikan saran kepada penulis dengan penuh kesabaran dalam penulisan

tesis ini,

2. Dr. Siti Samhati, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah banyak membantu,

membimbing dengan cermat, penuh kesabaran, mengarahkan, dan

memberikan nasihat pada penulis,

3. Dr. Nurlaksana Eko R.,M.Pd., selaku penguji I yang yang telah bersedia

memberikan saran dan masukan agar tesis ini menjadi lebih bermakna,

4. Dr. Edi Suyanto., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, sekaligus Dosen Pembahas Tamu yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk memberikan masukan dalam penyelesaian

tesis ini,

5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

yang telah memberi berbagai ilmu yang bermanfaat sebagai bekal hidup

kaepada penulis,

6. Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan,

7. Ayahanda (Hi.Ali Hasan Hadi) dan Ibunda (Hj.Tortila Murni) yang penulis

cintai, yang selalu dengan sabar memberi nasihat, selalu mendoakan, dan

mendengarkan keluh kesah penulis selama proses pengerjaan tesis ini,

8. Kedua kakakku (Alian Hartini, Amd dan Dewi Agustina, S.Ip) yang selalu

dengan sabar memberikan perhatian, motivasi, doa, dan kasih sayang kepada

penulis,

9. Kedua adikku (David Susanto dan Tiara Oktavia) yang selalu memberikan

motivasi, perhatian, doa, dan kasih sayang kepada penulis,

Page 12: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

10. Teman-teman Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

(MPBSI) angkatan 2014 terima kasih atas persahabatan, doa, serta

kebersamaan yang luar biasa indah yang telah teman-teman berikan,

11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Akhir kata, penulis hanya dapat mengucapkan doa semoga Allah Subhanahu wa

taala selalu memberikan balasan yang lebih besar untuk Bapak, Ibu dan rekan-

rekan semua. Hanya ucapan terimakasih dan doa yang bisa penulis berikan. Kritik

dan saran selalu terbuka untuk menjadi kesempurnaan di masa yang akan datang.

Semoga tesis yang sederhana ini bermanfaat bagi kita semua, amin.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Bandarlampung, Januari 2017

Penulis

Septia Uswatun Hasanah

Page 13: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

iv

DAFTAR ISI

HalamanHALAMAN JUDUL ................................................................................. i

ABSTRAK ................................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iii

RIWAYAT HIDUP ................................................................................... iv

MOTO ........................................................................................................ v

PERSEMBAHAN...................................................................................... vi

SANWACANA .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ............................................................................................. viii

I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 8

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 8

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian..................................................................... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pragmatik ............................................................................................. 112.2 Peristiwa tutur ....................................................................................... 13

2.3 Tindak Tutur.......................................................................................... 13

2.4 Hakikat Tindak Tutur............................................................................ 15

2.5 Jenis-jenis Tindak Tutur........................................................................ 16

2.5.1 Tindak Lokusi (Locutionary act) ................................................ 16

2.5.2 Tindak Ilokusi (Illocutionary act)............................................... 18

a. Asertif (Assertives) ................................................................. 19

b. Direktif (Direktives) ............................................................... 23

c. Ekspresif (expresives) ............................................................. 26

d. Komisif (Commissives)........................................................... 32

e. Deklarasi (Declarasi).............................................................. 34

2.5.3 Tindak Perlokusi (Perlocutionary act) ....................................... 35

2.6 Kelangsungan dan Ketidaklangsungan Tuturan.................................... 37

Page 14: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

iv

2.7 Konteks ................................................................................................. 49

2.7.1 Pengertian Konteks ..................................................................... 49

2.7.2 Jenis-jenis Konteks ..................................................................... 40

2.7.3 Unsur-unsur Konteks .................................................................. 41

2.8 Peranan Konteks dalam Komunikasi .................................................... 43

2.9 Pembelajaran Keterampilan Berbicara.................................................. 45

2.9.1 Pengertian Keterampilan Berbicara ............................................ 45

2.9.2 Tujuan Berbicara......................................................................... 46

2.9.3 Jenis-jenis Berbicara ................................................................... 47

III. METODE PENELITIAN3.1 Desain Penelitian................................................................................... 49

3.2 Sumber Data.......................................................................................... 50

3.3 Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 50

3.4 Teknik Analisis Data............................................................................. 51

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil Penelitian ..................................................................................... 55

4.2 Pembahasan........................................................................................... 58

4.2.1 Tindak Ilokusi Langsung pada Pembelajaran di Kelas.................... 58

4.2.1.1 Kegiatan Pendahuluan.............................................................. 58

4.2.1.2 Kegiatan Inti............................................................................. 64

4.2.1.3 Kegiatan Penutup ..................................................................... 104

4.3 Implikasi Hasil Penilitian pada Pembelajaran Kemampuan

Berbicara di SMP................................................................................. 106

4.3.1 Kristalisasi Hasil Penelitian ............................................................. 1064.3.2 Pemanfaatan Hasil Penelitian pada Pembelajaran

Kemampuan Berbicara .................................................................... 109

V. PENUTUP5.1 Simpulan ............................................................................................... 113

5.2 Saran...................................................................................................... 114

DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

Page 15: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa sebagai alat komunikasi yaitu sarana penyampaian informasi kepada orang

lain secara lisan maupun tulisan mengenai apapun yang ingin kita sampaikan agar

orang dapat mengerti maksud dan tujuan yang kita inginkan tanpa menghindari tata

bahasa yang sudah ada. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem,

yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa digunakan dalam

proses komunikasi sosial di masyarakat, baik oleh individu dengan individu, individu

dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok. Selain itu, bahasa juga

dipakai untuk mengungkapkan emosi manusia, baik itu emosi positif yang berupa

ungkapan rasa bahagia, dan juga emosi negatif yang berupa ungkapan sedih, marah,

dan murung.

Menurut Chaer dan Agustina (2004: 11) fungsi utama bahasa adalah sebagai alat

komunikasi atau alat interaksi. Melalui kegiatan berkomunikasi setiap penutur hendak

menyampaikan tujuan atau maksud tertentu kepada mitra tutur. Komunikasi yang

terjadi harus berlangsung secara efektif dan efisien, sehingga pesan yang disampaikan

dapat dipahami dengan jelas oleh mitra tutur yang terlibat dalam proses komunikasi.

Proses komunikasi yang efektif dan efesien tidak akan terjadi dengan baik, apabila

Page 16: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

2

bahasa yang digunakan oleh penutur tidak mampu dipahami oleh mitra tutur. Dengan

demikian, untuk mempermudah proses komunikasi, bahasa yang digunakan oleh

penutur harus bahasa yang mudah dipahami oleh mitra tutur.

Dalam interaksi belajar mengajar bahasa Indonesia, peran guru tidak terlepas dari

usaha membimbing siswa agar mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan

benar untuk berkomunikasi sesuai konteksnya. Selain itu, guru harus mampu

membimbing dan menarik minat siswanya agar mengikuti kegiatan belajar mengajar

dengan baik dan tekun. Dengan demikian, penggunaan tindak tutur yang baik dan

sesuai dengan konteks dalam interaksi belajar mengajar akan menciptakan susasana

belajar mengajar yang mengesankan bagi guru dan siswa.

Pendidikan tidak bisa terlepas dari peran sentral bahasa karena dengan bahasa

maksud dan tujuan dari pembelajaran dapat tersampaikan dengan sempurna. Begitu

pentingnya peran bahasa dalam kehidupan manusia mengakibatkan ada beberapa

cabang ilmu yang secara khusus mempelajari bahasa lebih mendalam dan salah

satunya adalah cabang ilmu pragmatik.

Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang membahas tentang apa yang

termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar.

Salah satu batasan pragmatik adalah kajian hubungan antara bahasa dan konteks yang

mendasari penjelasan pengertian bahasa. Dalam batasan ini berarti untuk memahami

pemakaian bahasa kita dituntut memahami pula konteks yang mewadahi pemakaian

bahasa tersebut. Selain itu, pragmatik mempelajari tentang makna yang terdapat

Page 17: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

3

dalam komunikasi antara penutur dan mitra tutur. Tuturan dalam kegiatan

pembelajaran merupakan realitas komunikasi yang berlangsung dalam interaksi kelas.

Dalam interaksi kelas, guru selalu menggunakan bahasa untuk memperlancar proses

interaksi. Guru sebagai orang yang memiliki peranan penting dalam kegiatan

pembelajaran, lebih banyak menggunakan tuturan lisan sebagai media untuk

menyampaikan ide kepada siswa. Oleh sebab itu, bahasa memiliki peranan sentral

dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan kunci

menuju keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi, sehingga guru

hendaknya menggunakan bahasa lisan yang baik dan benar.

Dilihat dari sudut penutur, maka bahasa itu berfungsi personal atau pribadi (fungsi

emotif). Maksudnya, si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya.

Si penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga

memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan tuturannya. Dalam hal ini, pihak si

pendengar juga dapat menduga apakah si penutur sedih, marah atau gembira (Chaer,

2004: 15). Dilihat dari segi pendengar atau lawan bicara, maka bahasa itu berfungsi

direktif, yaitu mengatur tingkah laku pendengar. Dalam hal ini, bahasa itu tidak hanya

membuat pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan sesuai dengan

yang diinginkan oleh si pembicara. Hal ini dapat dilakukan si penutur dengan

menggunakan kalimat-kalimat yang menyatakan perintah, himbauan, permintaan,

maupun rayuan (Chaer, 2004: 15-16).

Page 18: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

4

Tindak tutur merupakan hal penting di dalam kajian pragmatik. Mengujarkan sebuah

tuturan tertentu dapat dipandang sebagai melakukan tindakan (mempengarui,

menyuruh). Dengan kata lain, tindak tutur adalah berlangsungnya interaksi linguistik

dalam suatu bentuk ujaran yang mencakup ekspresi situasi psikologis dan tindak

sosial seperti mempengaruhi perilaku orang lain atau membuat suatu kesepakatan

yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan mitra tutur. Jadi tindak tutur lebih

dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Salah satu contoh tindak tutur

dapat dilihat dalam interaksi antara guru dengan murid dalam kegiatan pembelajaran

yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.

Tindak tutur dalam kondisi yang resmi dan tidak resmi memiliki perbedaan. Tindak

tutur dalam situasi resmi memungkinkan munculnya pemakaian bahasa-bahasa resmi

yang bersifat deklaratif dan representatif. Berbeda dengan hal tersebut, suatu kondisi

tuturan yang santai atau tidak resmi memungkinkan munculnya pemakaian bahasa

yang tidak baku dan terdapat banyak variasi tindak tutur yang menggambarkan

ekspresi serta pendapat subjektif.

Dalam konteks interaksi pembelajaran, sebagai sarana komunikasi dan memelihara

kerja sama, fungsi bahasa dapat diwujudkan dengan cara membangun interaksi guru-

siswa yang senyaman mungkin. Dengan hubungan yang harmonis dimungkinkan

akan terjadi pemahaman yang komprehensif tentang ilmu yang sedang diajarkan.

Bahasa guru dapat dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu tuturan guru yang bersifat

intruksional dan tuturan guru yang bersifat non-intruksional. Tuturan guru bersifat

intruksional adalah tuturan yang digunakan untuk menyampaikan materi

Page 19: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

5

pembelajaran. Sedangkan tuturan guru yang bersifat non-intruksional adalah tuturan

yang digunakan untuk kepentingan di luar penyampaian materi pembelajaran.

Misalnya guru menyuruh siswa untuk membersihkan papan tulis, mengambil spidol,

memindahkan tempat duduk, dan lain sebagainya.

Dalam kajian pragmatik yang dipelopori Austin (1969) disebutkan bahwa ketika

seseorang berbicara, ia tidak hanya mengucapkan sebuah ujaran saja, tetapi ia juga

melakukan tindakan dengan ujarannya tersebut. Pandangan ini disebut dengan Speech

Act (tindak tutur) yang terdiri atas lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Ketika seseorang

berujar atau mengeluarkan ujaran (speech), ia memiliki maksud-maksud tertentu yang

berdampak pada lawan tuturnya. Selanjutnya Searle mengklasifikasikan tindak tutur

di atas menjadi lima jenis tindak tutur asertif, direktif, eksprisif, komisif, dan

deklarasi.

Kaitannya penggunaan bahasa dengan pendidikan, peneliti sangat tertarik dengan

penggunaan tindak tutur guru dan siswa kelas VIII pada pembelajaran bahasa

Indonesia dan implikasinya dalam pembelajaran kemampuan berbicara di SMP.

Penelitian tindak tutur guru dan siswa ini difokuskan pada tindak tutur menurut

Searle berupa tindak ilokusi, yakni asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif.

Peneliti tertarik memilih ke lima fungsi tindak tutur menurut Searle untuk diteliti,

untuk melengkapi hasil penelitian terlebih dahulu dengan implikasi yang berbeda.

Penelitian ini mengimplikasikan pada pembelajaran diskusi sesuai dengan KD 3.9

mengidentifikasi informasi teks diskusi berupa pendapat pro dan kontra dari

Page 20: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

6

permasalahan aktual yang dibaca dan didengar, dan 4.9 menyimpulkan isi gagasan,

pendapat, argumen yang mendukung dan yang kontra serta solusi atas permasalahan

aktual dalam teks diskusi yang didengar dan dibaca. Implikasi tersebut dilakukan

pada kelas IX SMP kurikulum 2013.

Selanjutnya alasan dipilihnya SMP Negeri 19 Bandar Lampung sebagai tempat

penelitian karena sekolah tersebut merupakan tempat peneliti mengabdikan diri atau

tempat mengajar, peneliti mengenal baik seluruh guru-guru yang mengajar di SMP

Negeri 19 Bandar Lampung sehingga memudahkan peneliti untuk mengambil data

penelitian sampai peneliti memperoleh data yang diinginkan.

Penelitian tindak tutur pada kali ini memiliki sedikit perbedaan sebab, peneliti

mengimplikasikan dengan pembelajaran kemampuan berbicara di SMP kurikulum

2013 sedangkan peneliti mengambil data di SMP yang masih menggunakan KTSP.

Peneliti berharap pada penelitian ini guru maupun siswa kelak dapat menerapkan

Kurikulum 2013 dengan baik. Kemudian peneliti juga berharap hasil penelitian ini

dapat menjadi acuan para guru untuk melaksakan Kurikulum 2013.

Penelitian mengenai tindak tutur juga dilakukan oleh Wiwik Widyawati (2006) yang

berjudul Tindak Tutur Direktif dalam Wacana Humor Bajaj Bajuri. Hasil penelitian

itu menunjukkan bahwa fungsi dan modus tuturan direktif dalam wacana Bajaj Bajuri

dapat ditemukan sekaligus dalam satu tuturan. Fungsi tuturan direktif yang ditemukan

adalah fungsi direktif meminta, menyarankan, memaksa, menyeluruh, memohon,

Page 21: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

7

mengajak, menantang, dan menagih. Modus tuturan yang ditemukan ada tiga yaitu

modus imperatif, interogatif, dan dekleratif.

Sementara Maria (2008) melakukan penelitian dengan judul Tindak Tutur

Memerintah pada Anak Usia Prasekolah dan Implikasinya dalam Pembelajaran

dalam Bahasa Indonesia di TK. Objek penelitian adalah anak berusia 5,7 tahun

bernama Anisa Frecilia Adenina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tuturan

memerintah yang dilakukan sang anak dilakukan dengan dua cara yakni, tuturan

langsung dan tuturan tidak langsung. Tuturan perintah langsung yang ditemukan

terdiri atas perintah biasa, perintah ajakan, perintah larangan, perintah permintaan.

Sedangkan perintah tidak langsung terdiri atas perintah tidak langsung dengan modus

bertanya, menolak, fakta, memuji, dan modus melibatkan orang ketiga.

Berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan Wiwik Widyawati dan Maria,

peneliti ini melakukan kajian terhadap lima jenis tindak tutur menurut Searle yaitu

tindak tutur asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif untuk dianalisis pada

penelitian ini. Perbedaannya, hasil dari penelitian ini akan dikembangkan menjadi

bahan ajar untuk melatih kemampuan keterampilan berbicara pada siswa-siswi.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti merasa perlu melakukan penelitian mengenai

“Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada Pembelajaran Bahasa Indonesia

dan Implikasinya dalam Pembelajaran Kemampuan Berbicara di SMP”.

Page 22: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

8

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. bagaimanakah bentuk-bentuk tindak tutur pada pembelajaran bahasa

Indonesia di SMP ?

2. bagaimanakah implikasinya dengan pembelajaran kemampuan berbicara di

SMP ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. mendeskripsikan bentuk-bentuk tindak tutur pada pembelajaran bahasa

Indonesia di SMP;

2. mengimplikasikan hasil penelitian ke dalam pembelajaran kemampuan

berbicara di SMP.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi keilmuan dan bagi

pembelajaran bahasa, baik secara teoritis maupun secara praktis.

a. Manfaat Teoretis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan teoritis untuk

pembelajaran tindak tutur guru dalam situasi resmi atau tidak resmi. Penelitian ini

juga diharapkan dapat memberikan sumbangsih positif terhadap pembangunan

Page 23: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

9

keilmuan khususnya dalam bidang kajian pragmatik dan dapat menjadi tambahan

referensi dalam mempelajari teori tindak tutur.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Guru SMP di Bandar Lampung

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi guru SMP di Bandar

Lampung untuk saling menjaga kesantunan dalam bertindak tutur guna menjaga

hubungan baik dan terkesan lebih sopan dalam pergaulan.

2) Bagi Siswa SMP di Bandar Lampung

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam mempelajari

kerampilan berbicara.

3) Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti lain di dalam usahanya untuk

memperkaya wawasan dan mengetahui hal-hal yang terungkap dalam tindak tutur

guru di SMP Bandar Lampung.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat diuraikan ruang lingkup penelitian

sebagai berikut:

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung dengan subjek kelas

VIII tahun pelajaran 2015/2016. Hal-hal yang diteliti dalam penelitian ini adalah

tindak tutur guru dan siswa kelas VIII SMP pada pembelajaran bahasa Indonesia dan

Page 24: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

10

implikasinya dalam pembelajaran kemampuan berbicara di SMP. Peneliti

memfokuskan penelitian ini pada tindak ilokusi, yakni asertif, direktif, ekspresif,

komisif, dan deklaratif.

1. Lokasi penelitian : SMP Negeri 19 Bandar Lampung

2. Subjek penelitian : Guru dan Siswa Kelas VIII

3. Waktu Penelitian : Semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016.

Page 25: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pragmatik

Istilah pragmatik sebenarnya sejak masa hidupnya seorang filsuf terkenal bernama

Charles Morris. Dalam memunculkan istilah pragmatik, Morris mendasarkan

pemikirannya pada gagasan filsuf-filsuf pendahulunya, seperti Charles Sanders Pierce

dan John Lock yang banyak menggeluti ilmu tanda dan ilmu lambang semasa

hidupnya. Dengan menggagaskan filsuf tersebut, Morris membagi ilmu tanda dan

ilmu lambang ke dalam tiga cabang ilmu, yakni dintaktika, semantik, dan pragmatik.

Berawal dari gagasan inilah kemudian muncul sosok pragmatik dapat dikatakan

terlahir dan mulai bertengger di atas bumi linguistik. Linguistik sebagai ilmu yang

mengkaji seluk beluk bahasa keseharian manusia dalam perkembangannya memiliki

beberapa cabang dan pragmatik adalah cabang terakhir sekaligus terbaru. Berkenaan

dengan usianya yang masih muda itulah ilmu pragmatig sering dikatakan sebagai

young science (Rahardi, 2002: 47). Pragmatik mengalami perkembangan yang pesat

dengan cakupan kajian yang luas dalam usianya yang relatif masih muda (Nadar,

2009: 2-3).

Page 26: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

12

Pragmatik adalah ancangan wacana yang menguraikan tiga konsep (makna, konteks,

dan komunikasi) yang sangat luas dan rumit. Pragmatik juga merupakan cabang

linguistik yang mempelajari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dalam

situasi tertentu. Sementara itu, pragmatik mempunyai kaitan erat dengan semantik.

Dalam pragmatik makna diberi definisi dalam hubungannya dengan penutur atau

pemakai bahasa, sedangkan dalam semantik, makna didefinisikan semata-mata

sebagai ciri-ciri ungkapan dalam suatu bahasa tertentu, terpisah dari situasi, penutur,

dan lawan tuturnya (Leech, 1993: 8).

Selanjutnya, pragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang

merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa, dengan kata

lain telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta penyerasian

kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat (Levinson dalam Tarigan, 2009:

31).

Pragmatik menelaah ucapan-ucapan khusus dalam situasi khusus dan memusatkan

perhatian pada aneka ragam cara yang merupakan wadah aneka konteks sosial

(Tarigan, 2009: 30). Performansi bahasa dapat mempengaruhi tafsiran atau

interpretasi. Beberapa definisi mengenai pragmatik hampir semuanya bermuara pada

pendapat bahwa pragmatik mengkaji bahasa sebagaimana digunakan dalam konteks

tertentu, segala latar belakang pengetahuan yang memiliki bersama oleh penutur dan

mitra tutur serta yang menyertai dan mewadahi sebuah pertuturan.

Page 27: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

13

2.2 Peristiwa Tutur

Peristiwa tutur adalah suatu kegiatan di mana para peserta berinteraksi dengan bahasa

dalam cara-cara konvensional untuk mencapai suatu hasil (Yule, 1996: 99).

Sementara, menurut (Chaer, 2004: 47) peristiwa tutur (speech event) adalah

terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam suatu bentuk ujaran atau

lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur dengan satu pokok

tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Interaksi yang berlangsung

antara seorang pedagang dan pembeli di pasar pada waktu tertentu dengan

menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah sebuah peristiwa tutur.

Peristiwa serupa juga dapat terjadi dalam acara diskusi di ruang kuliah, rapat dinas di

kantor, sidang di pengadilan, dan sebagainya.

2.3 Tindak Tutur

Bahasa dalam keadaannya yang abstrak (karena berada di dalam benak) tidak

langsung dicapai oleh pengamat tanpa melalui medium buatan seperti kamus dan

buku tata bahasa. Menurut pengalaman nyata, bahasa itu selalu muncul dalam bentuk

tindakan atau tingkah tutur individual karena itu tiap telaah struktur bahasa harus

dimulai dari pengkajian tindak tutur. Wujudnya adalah bahasa lisan.

Peristiwa tutur merupakan peristiwa sosial karena menyangkut pihak-pihak yang

bertutur dalam satu situasi dan tempat tertentu. Peristiwa tutur ini pada dasarnya

merupakan rangkaian dari sejumlah tindak tutur yang terorganisasikan untuk

mencapai suatu tujuan. Kalau peristiwa tutur merupakan gejala sosial seperti disebut

Page 28: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

14

di atas, maka tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan

keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam

menghadapi situasi tertentu. Kalau dalam peristiwa tutur lebih dilihat pada tujuan

peristiwanya, tetapi dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan

dalam tuturannya. Tindak tutur dan peristiwa tutur merupakan dua gejala yang

terdapat pada satu proses, yakni proses komunikasi.

Kegiatan komunikasi secara lisan, penutur secara langsung menyampaikan informasi,

baik gagasan atau idenya kepada lawan tutur. Melalui proses komunikasi ini terjadi

peristiwa tutur. Jadi, peristiwa tutur dikatakan sebagai proses terjadinya interaksi

linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu

penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat dan

situasi tertentu.

Chaer (2010: 27) menyatakan bahwa tindak tutur adalah tuturan dari seorang yang

bersifat psikologis dan yang dilihat adalah makna tindakan di dalam tuturannya itu.

Maksudnya, tindak tutur merupakan ujaran yang berupa pikiran atau gagasan dari

seseorang yang dapat dilihat dari makna tindakan atas tuturannya tersebut.

Selanjutnya, Searle (dalam Rusminto, 2010: 22) mengemukakanan bahwa tindak

tutur merupakan teori yang mencoba mengkaji makna bahasa yang didasarkan pada

hubungan tuturan dengan tindakan yang dilakukan oleh penuturnya. Kajian tersebut

didasarkan pada pandangan bahwa (1) tuturan merupakan sarana utama komunikasi

Page 29: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

15

dan (2) tuturan baru memiliki makna jika direalisasikan dalam tindak komunikasi

yang nyata, misalnya membuat pernyataan, pertanyaan, perintah, dan permintaan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur merupakan suatu

cara yang menegaskan bahwa suatu bahasa dapat dipahami dengan baik jika

diungkapkan sejalan dengan situasi dan konteks terjadinya bahasa tersebut, baik

berupa psikologis maupun sosial. Selain itu, tindak tutur merupakan suatu aspek yang

membentuk peristiwa tutur pada proses komunikasi.

2.4 Hakikat Tindak Tutur

Leech (1993: 5-6) menyatakan bahwa pragmatik mempelajari maksud ujaran, yaitu

untuk apa ujaran dilakukan; menanyakan apa maksud ujaran; dan mengaitkan makna

dengan siapa pembicara, di mana, bilamana, bagaimana. Chaer (2004: 50)

menyebutkan teori tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh Austin dalam bukunya

yang berjudul How Things With Word tahun 1992. Austin mengemukakan bahwa

aktivitas bertutur tidak hanya berbatas pada penuturan sesuatu, tetapi juga melakukan

sesuatu atas dasar itu. Pendapat Austin didukung oleh pendapat Searle yang

mengemukakan bahwa tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam

kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa. Pendapat

tersebut didasarkan pada pendapat bahwa (i) tuturan merupakan sarana utama

komunikasi dan (ii) tuturan baru memiliki makna jika direalisasikan dalam tindak

komunikasi yang nyata.

Page 30: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

16

2.5 Jenis-Jenis Tindak Tutur

Setiap tuturan mengandung tindakan, tindak tutur dibagi menjadi tiga macam

tindakan yang berbeda, yaitu tindak lukusioner ‘utterance act’ atau ‘locutionary act’,

tindak ilokusiner ‘illocutinar act, dan tindak perlokusiner ‘perlocutionary act’.

Tindakan-tindakan tersebut diatur oleh aturan norma penggunaan bahasa dalam

percakapan antara dua pihak (Searle dalam Nadar, 2009: 14).

Pendapat tersebut sejalan dengan Austin dalam Chaer (2004: 53) membagi tindak

tutur atas tiga klasifikasi, yaitu (i) tindak lokusi (locutionary act), (ii) tindak ilokasi

(illocutionary act), (iii) tindak perlokusi (perlocutionary). Mengenai tindak lokusi,

ilokusi, dan perlokusi pada hakikatnya ketiga tindakan tersebut dapat dijelaskan

sebagai tindakan untuk menyatakan sesuatu (an act of saying something), tindak

untuk melakukan sesuatu (an act of doing something), dan tindak untuk

mempengaruhi (an act of affecting). Berikut adalah uraiannya.

2.5.1 Tindak Lokusi (locutionary act)

Tindak lokusi (locutionary act) adalah tindak proposisi yang berada pada kategori

mengatakan sesuatu (an act of saying something) karena tindak tutur ini hanya

berkaitan dengan makna. Di dalam tindakan lokusi yang diutamakan adalah isi dari

tuturan yang diungkapkan oleh penutur dengan kata lain, lokusi adalah tindak tutur

yang menyatakan sesuatu dalam arti berkata atau tindak tutur dalam bentuk kalimat

yang bermakna dan dapat dipahami (Chaer, 2004: 53).

Page 31: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

17

Pada tindak tutur jenis ini seorang penutur mengatakan sesuatu secara pasti, gaya

bahasa si penutur langsung dihubungkan dengan sesuatu yang diutamakan dalam isi

ujaran. Dengan demikian, tuturan yang diutamakan dalam tindak lokusi adalah isi

ujaran yang diungkapkan oleh penutur. Contohnya sebagai berikut.

(1) Bajumu kotor sekali

(2) Tanganku gatal

Kalimat (1) Bajumu kotor sekali apabila ditinjau dari segi lokusi memiliki makna

sebenarnya, seperti yang dimiliki komponen-komponen kalimatnya. Dengan

demikian, dari segi lokusi kalimat di atas mengatakan atau menginformasikan sebuah

pernyataan bahwa baju itu kotor sekali (makna dasar). Tuturan (2) semata-mata

hanya dimaksudkan untuk memberitahu si mitra tutur pada saat dimunculkannya

tuturan itu tangan penutur sedang dalam keadaan gatal.

Dari analisis contoh (1) dan (2) , maka dapat ditarik simpulan bahwa tindak lokusi

hanya berupa tindakan menyatakan sesuatu dalam arti yang sebenarnya tanpa disertai

unsur nilai dan efek terhadap mitra tuturnya. Lokusi semata-mata hanya

mengucapkan sesuatu dengan kata-kata yang maknanya sesuai dengan makna kata di

dalam kamus dan tindak tutur ini adalah tindak tutur yang relatif paling mudah untuk

diidentifikasi karena hanya berupa ujaran saja.

Page 32: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

18

2.5.2 Tindak Ilokusi (illocutionary act)

Sebuah tuturan, selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu

dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu yang disebut dengan tindak tutur

ilokusi. Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan

kalimat performatif yang eksplisit, tindak tutur ini biasanya berkenaan dengan

pemberian izin, mengucapkan terimakasih, menyuruh, menawarkan, dan menjanjikan

(Chaer, 2004: 53). Mengidentifikasi tindak ilokusi lebih sulit jika dibandingkan

dengan lokusi, sebab pengidentifikasian tindak ilokusi harus mempertimbangkan

penutur dan mitra tuturnya, kapan dan dimana tuturannya terjadi, serta saluran apa

yang digunakan. Oleh karena itu, tindak ilokusi merupakan bagian terpenting dalam

memahami tindak tutur. Pernyataan ini lebih jelas terungkap pada contoh berikut.

(3) Ayo Bu, Pak ! Tiga kilo sepuluh ribu saja, manis lo Pak mangganya.

Ayo-ayo beli di sini saja !

(4) Kakak sedang belajar

(5) Tanganku gagal

Pada kalimat (3) di atas dituturkan oleh seorang pedagang yang menawarkan

dagangannya. Dalam tuturan itu mengandung maksud agar orang-orang mau membeli

dagangannya. Dengan demikian, tindak ilokusi tersebut menekankam pentingnya

pelaksanaan isi ujaran bagi penuturnya.

Page 33: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

19

Tuturan (4) jika kalimat ini dituturkan kepada mitra tutur yang sedang menyalakan

televisi dengan volume yang sangat tinggi, berarti tuturan ini tidak hanya

dimaksudkan untuk memberikan informasi, tetapi juga menyuruh agar mengecilkan

volume atau bahkan mematikan televisi karena ada pihak ketiga yang sedang belajar.

Tuturan (5) yang diucapkan penutur bukan semata-mata dimaksudkan untuk

memberitahu si mitra tutur bahwa pada saat dituturkannya tuturan itu rasa gatal

sedang bersarang pada tangan penutur, namun lebih dari itu bahwa penutur

menginginkan mitra tutur melakukan tindakan tertentu berkaitan dengan rasa gatal

pada tangannya itu.

Pada fokus penelitian ini, peneliti memilih mengklasifikasikan secara khusus yang

mendeskripsikan tindak ilokusi ke dalam lima jenis tindak tutur diantaranya (a) asertif

(assertive), (b) direktif (directives), (c) komisif (commissives), (d) ekspresif

(expressive), dan (e) kalimat deklaratif (declarations) yang masing-masing memiliki

fungsi komunikasif (Searle dalam Leech, 1993: 163-166). Berikut ini adalah

uraiannya.

(a) Asertif (assertives)

Asertif adalah ilokusi dimana penutur terikat pada kebenaran proposisi yang

diungkapkan (Searle dalam Rusminto, 2006: 73). Tindak tutur jenis ini meliputi

tindak tutur menyatakan atau memberitahu, menyarankan, membanggakan,mengeluh,

menuntut, dan melaporkan (Searle dalam Tarigan, 1990: 47-48). Tindak tutur asertif

berfungsi untuk menetapkan atau menjelaskan sesuatu seperti apa adanya. Dari segi

Page 34: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

20

pembicaraan apa yang dikatakan mengandung kebenaran proposisi sesuai ujaran.

Dari segi sopan santun ilokusi ini cenderung netral, yakni mereka termasuk kategori

bekerja sama. Dari segi semantik ilokusi asertif bersifat proposisional.

Berikut ini adalah contoh tuturan yang termasuk ke dalam tindak tutur asertif.

a. Kalimat pernyataan adalah kalimat yang dibentuk untuk menyiarkan informasi.

Contoh kalimat:

(6) “ Presiden melakukan kunjungan ke Kabupaten Tanggamus hari ini”.

(7) “ Saya suka bermain futsal”

(8) “Hari Jumat ini ujian semester genap”.

(9) “ Zulkifli Hasan adalah orang lampung”

Tuturan (6) termasuk tindak tutur asertif sebab berisi informasi yang penuturnya

terikat oleh kebenaran isi tuturan tersebut. Penutur bertanggung jawab bahwa tuturan

yang diucapkan itu memang fakta dan dapat dibuktikan di lapangan bahwa memang

presiden melakukan kunjungan ke Kabupaten Tanggamus. Tuturan (7) merupakan

tindak tutur representatif karena penutur mengakui bahwa dirinya suka bermain

futsal, hal tersebut mengikat penuturnya akan kebenaran isi tuturan tersebut.

Demikian pula dengan tuturan (8) dan (9), tuturan (8) merupakan tuturan pernyataan

bahwa pada hari Jumat ujian semester genap, sedangkan tuturan (9) merupakan

tuturan yang menyebutkan bahwa Zulkifli Hasan adalah orang lampung.

Page 35: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

21

b. Kalimat yang berupa saran adalah kalimat yang dikemukakan untuk

mempertimbangkan. Contoh kalimat.

(10) “Lebih baik membeli melon”

(11) “Sebaiknya anak-anak tetap duduk di bangku masing-masing”

Tuturan (10) terjadi pada sore hari menjelang buka puasa di ruang tamu saat penutur

(ibu) sedang berbincang-bincang dengan mitra tutur (anaknya). Tuturan itu bukan

hanya sebuah saran kepada anaknya agar membeli melon, melainkan juga penutur

memiliki maksud lain agar mitra tutur dapat membantu membuat minuman es buah.

Penutur mengingikan agar mitra tutur dapat mencari tambahan buah.

Tuturan (11) terjadi pada pagi hari diruang kelas yang sangat gaduh. Tuturan itu

dituturkan seorang guru kepada murid-muridnya. Tuturan ini tidak hanya sebagai

sebuah saran agar anak-anak tetap duduk di bangku masing-masing, tetapi maksud

lain yang diinginkan penutur agar murid-murid dapat memperhatikan pelajaran yang

sedang diterangkan. Murid-murid tidak ribut sehingga tidak mengganggu belajar.

c. Kalimat membanggakan dikemukakan untuk menimbulkan perasaan bangga.

Contoh tuturan.

(12) Ibu bangga, mahasiswa di kelas ini pandai-pandai

Tuturan (12) terjadi pada siang hari di ruang kuliah. Penutur (dosen) tidak hanya

bermaksud membanggakan mahasiswa yang pandai, tetapi juga penutur

menginginkan agar mahasiswanya lebih semangat dalam presentasi dan diskusi.

Page 36: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

22

d. Kalimat mengeluh adalah kalimat yang dikemukakan untuk menyatakan sesuatu

yang susah. Contoh tuturan.

(13) Saya pusing mengerjakan soal statistik ini.

(14) Alangkah susahnya PR fisika ini.

Tuturan (13) terjadi pada pagi hari di ruang kuliah saat ujian semester. Tuturan ini

dituturkan penutur (mahasiswa) kepada mitra tutur bukan hanya keluhan bahwa ia

tidak bisa mengerjakan soal statistik ujian semester melainkan juga menginginkan

temannya untuk memberikan jawaban kepadanya.

Tuturan (14) di atas dituturkan oleh penutur (seorang adik) kepada mitra tutur

(seorang kakak). Tuturan ini bukan hanya sebagai keluhan bahwa ia kesusahan dalam

mengerjakan PR fisika melainkan juga bahwa penutur memiliki maksud kepada mitra

tutur agar membantu mengerjakan PR fisika.

e. Kalimat menuntut adalah kalimat yang dikemukakan untuk meinta sesuatu agar

dipenuhi. Contoh tuturan.

(15) Pokoknya bulan depan Ibu harus ke Jakarta.

Tuturan (15) terjadi pada malam hari di teras rumah. Tuturan ini tidak hanya berupa

tuturan agar bulan depan Ibu harus ke Jakarta tetapi penutur (anak) menginginkan

Ibunya untuk membelikan tablet baru untuk bulan depan.

Page 37: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

23

f. Kalimat melapor dikemukakan untuk melaporkan sesuatu. Contoh tuturan.

(16) Tugas individu saya sudah selesai Bu.

Tuturan (16) ini terjadi pada siang hari di ruang kelas. Tuturan yang dituturkan

penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru). Tuturan ini bukan hanya sebuah laporan

bahwa ia telah selesai mengerjakan tugas individu yang diperintahkan melainkan juga

menginginkan gurunya mengizinkan ia keluar kelas karena tugasnya sudah selsai

dikerjakan dengan baik.

(b) Direktif (directives)

Tindak tutur yang dimaksudkan untuk menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang

dilakukan oleh penutur. Tindak tutur direktif disebut juga dengan tindak tutur

impositif. Indikator dari tindak tutur jenis ini adalah adanya suatu tindakan yang

dilakukan oleh mitra tutur setelah mendengar tuturan tersebut. Tindak tutur ini

mendorong lawan tuturnya untuk mau melakukan sesuatu. Pada dasarnya tindak

tutur ini dapat memerintah lawan tutur melakukan suatu tindakan baik verbal maupun

non verbal. Tindak tutur jenis ini antara lain tuturan memesan, meminta, memerintah,

menasihati. Contoh tindak tutur direktif terdapat pada tuturan berikut.

a. Kalimat memesan dikemukakan untuk memberikan pesan kepada orang lain.

Contoh tuturan.

(17) Di, sayang pesan buku kalau ke Bandung.

(18) Pesan kakak, kau harus rajin belajar

Page 38: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

24

Tuturan (17) Di, sayang pesan buku kalau ke Bandung terjadi pada siang hari di

rumah penutur. Tuturan ini dituturkan penutur kepada mitra tutur (temannya).

Kalimat ini tidak hanya berfungsi sebagai sebuah pesan agar ia dibelikan buku saat

temannya ke Bandung, tapi menginginkan agar ia dibelikan buku ynag telah

dihilangkan serupa.

Tuturan (18) pesan kakak, kau harus rajin belajar terjadi pada malam hari. Tuturan ini

dituturkan seorang kakak yang akan pergi ke luar kota dalam jangka waktu yang lama

kepada adik-adiknya. Tuturan ini bukan hanya sebuah pesan agar adik-adiknya harus

rajin belajar saat itu saja, tetapi sang kakak menginginkan adik-adiknya selalu belajar

setiap hari.

b. Kalimat memerintah dikemukakan agar mitra tutur melaksanakan atau

mengerjakan apa yang diinginkan penutur/pembicara. Contoh tuturan:

(19)“Andi, bantu Bapak memindahkan buku-buku ini ke kantor”

(20)“Lemparkan bola itu”

(21)“Silakan diminum”

(22)“Tolong ambilkan tas di lemari itu”

Tuturan (19) dimaksudkan penuturnya agar melakukan tindakan yang sesuai

disebutkan dalam tuturan yaitu membantu memindahkan buku. Tuturan (20)

termasuk tuturan direktif karena tuturan tersebut dimaksudkan penuturnya agar mitra

tutur melakukan tindakan melemparkan bola yang dipegang oleh mitra tuturnya.

Page 39: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

25

Demikian juga tuturan (21) dan (22) masing-masing dimaksudkan untuk memerintah

mitra tuturnya melakukan apa yang disebutkan oleh penutur.

c. Kalimat meminta dikemukakan agar mitra tutur memberikan sesuatu yang

diminta. Contoh tuturan:

(23) Pak, minta uang buat bayar SPP.

(24) Bu, belikan aku Samsung Galaxy ya.

Tuturan (23) terjadi pada pagi hari saat akan berangkat kuliah. Tuturan ini dituturkan

penutur (seorang anak) kepada mitra tutur (ayah). Tuturan ini termasuk tuturan

meminta sesuatu (uang) kepada mitra tuturnya untuk memberikan uang kepada

penutur untuk membayar SPP.

Tuturan (24) terjadi pada malam hari saat sedang santai di teras rumah. Tuturan ini

dituturkan penutur (seorang anak) kepada mitra tutur (ibu). Tuturan ini termasuk

tuturan meminta sesuatu kepada mitra tuturnya agar segera membelikan Samsung

Galaxy.

d. Kalimat menasihati dikemukakan untuk memberikan anjuran atau petunjuk

kepada orang lain. Contoh tuturan:

(25) Agar skripsimu cepat selesai, kamu harus rajin mengunjungi

perpustakaan.

Tuturan (25) terjadi siang hari di kampus. Tuturan ini dituturkan seorang dosen

kepada mahasiswanya pada saat bertemu di kampus. Tuturan ini berisi nasihat kepada

Page 40: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

26

mahasiswa kalau ingin skripsinya cepat selesai harus rajin ke perpustakaan. Dosen

menginginkan mahasiswanya rajin membaca dan mengisi waktu luan dengan

berkunjung ke perpustakaan.

(c) Ekspresif (expressives)

Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar

tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan itu.

Tindak tutur ini disebut juga dengan tindak tutur evaluatif (Fraser dalam Nadar, 2009:

14). Tindak tutur jenis ini merupakan tindak tutur yang menyangkut perasaan dan

sikap. Tindak tutur ini berfungsi untuk mengekspresikan dan mengungkapkan sikap

psikologis penutur terhadap lawan tutur. Tindak tutur jenis ini meliputi tuturan

mengucapkan terimakasih, mengucapkan selamat, meminta maaf, mengecam,

memuji, mengucapkan belasungkawa, menyanjung, menyalahkan, menuduh, dan

mengkritik. Sebagaimana juga dengan ilokusi komisif, ilokusi ekpresif juga

cenderung menyenangkan karena itu secara intrinsik ilokusi ini sopan, kecuali

tentunya ilokusi-ilokusi ekspresi seperti ‘mengecam’ dan ‘menuduh’. Contoh tindak

tutur ekspresif terdapat pada tuturan berikut.

a. Mengucapkan Terima Kasih

Tuturan penutur kepada lawan tuturnya yang mengungkapkan atau mengekpresikan

bahwa penutur telah menerima kebaikan langsung maupun tidak langsung dan oleh

karena itu mengucapkan terima kasih kepada lawan tuturnya (Nadar, 2009: 225).

Lebih jelasnya tindak ilokusi ini dapat dilihat pada tuturan berikut.

Page 41: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

27

(26) Saya mengucapkan terima kasih atas kehadiran rekan-rekan pada

seminar proposal tesis ini.

Kalimat (26) merupakan tindak tutur ekspresif mengucapkan terima kasih, yakni rasa

bahagia atas partisipasi kehadiran rekan-rekan dalam acara seminar proposal tesis

yang dinantikan.

b. Mengucapkan Selamat

Selamat berarti ‘terpelihara dari bencana (terhindar dari bahaya; aman sentosa;

sejahtera; tak kurang apapun; sehat, tidak mendapat gangguan, kerusakan, dan

sebagainya; beruntung; tercapai maksudnya; tidak gagal.’ Mengucapkan selamat

berarti ‘menyatakan perasaan turut bergembira atas keberhasilan yang dicapai oleh

seseorang ‘(Poerwadarminta dalam Tarigan, 2009: 145). Bukti daripada ucapan

selamat ini, misalnya tersedianya kartu-kartu yang telah dicetak yang tersedia di toko-

toko, antara lain kartu ucapan selamat ulang tahun, selamat hari raya, selamat tahun

baru, dan sebagainya. Contoh tuturan mengucapkan selamat adalah sebagai berikut.

(27) “Selamat ya atas jabatan barunya”

Tuturan (27) merupakan tindak tutur ekspresif berupa ucapan selamat atas

keberhasilan mitra tutur mendapatkan kenaikan jabatan. Hal ini menunjukkan kita

dapat merasakan kegembiraan orang tersebut.

c. Meminta Maaf

Maaf berarti ungkapan permintaan ampun atau penyesalan. Tuturan maaf yang

diucapkan atau diekspresikan oleh penutur ketika sedang bertutur akan menimbulkan

Page 42: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

28

respon (timbal balik) dari mitra tutur yaitu ucapan pemberian maaf. Seperti pada

contoh berikut.

(28) A : Sis, maaf ya, kemarin aku tidak bisa hadir di seminar

proposal tesismu.

B : Ya tidak apa-apa.

Tuturan (28) merupakan tuturan seseorang yang meminta maaf karena tidak bisa

hadir pada suatu acara seminar. Tuturan tersebut mengekspresikan penutur yang

mengucapkan maaf dan mendapat respon (tinbal balik) tuturan memaafkan dari mitra

tuturnya.

d. Mengecam

Mengecam merupakan celaan yang diekspresikan dengan menunjukkan mana yang

baik dan mana yang buruk. Mengecam adalah tuturan yang disampaikan seorang

ketika ia menemukan hal-hal tidak sesuai (wajar) yang dilakukan oleh orang lain.

Contoh tuturan mengecam adalah sebagai berikut.

(29) Kelakuanmu sangat memuakkan !

Tuturan (29) diungkapkan oleh penutur untuk mencela perilaku yang dilakuan oleh

mitra tuturnya dengan maksud meminta mitra tutur untuk memperbaiki dan

menyesuaikan tingkah lakunya ke arah lebih baik.

e. Memuji

Page 43: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

29

Memuji atau memberi pujian berarti menyatakan atau melahirkan keheranan dan

penghargaan pada sesuatu yang dianggap baik, indah, gagah berani, dan sebagainya

Poerwadarminta (dalam Tarigan, 2009: 144-145). Banyak hal atau perbuatan terpuji

dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus berani memuji hal-hal yang baik dan harus

berani mencela hal-hal yang tidak baik. Salah satu contoh pengekspresian memuji

kepada seseorang adalah sebagai berikut.

(30) Rina, kamu memang benar-benar bintang di sekolah kita.

Mengagumkan sekali prestasimu kami semua senang dan bangga !

Hidup Rina, bintang pujaan sekolah kita !

f. Mengucapkan belasungkawa

Belasungkawa mengandung arti pernyataan ikut berduka cita. Belasungkawa

merupakan bagian dari rasa simpati. Simpati berarti rasa kasih, rasa setuju (kepada),

kesudian, kecenderungan hati (kepada). Rasa belasungkawa dapat diekspresikan

ketika ada seorang yang kita kenal mengalami kemalangan atau musibah. Tuturan

belasungkawa dapat dilihat pada contoh berikut.

(31) A : Pak, anak Pak Jono meninggal dunia.

B : Innalillahi wa innailahi rojiun ! Kasihan keluarga itu.

Tuturan (31) merupakan tuturan dari belasungkawa. Mengekspresikan rasa duka

terhadap kerabat atau teman yang sedang mendapatkan kemalangan. Sudah

sepantasnya mengirimkan pernyataan serta menghayati sikap emosi ikut berduka cita.

Page 44: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

30

g. Mengeluh

Mengeluh merupakan ungkapan yang keluar karena perasaan susah (karena menderita

sesuatu yang berat, kesakitan, kekecewaan, dan sebagainya. Tindak tutur ekspresi

mengeluh terdapat pada contoh berikut.

(32) Sudah tiga kali mencoba, hasil tetap kosong juga !

Kalimat tersebut merupakan tindak tutur ekspresif karena tuturan itu dapat diartikan

sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkannya, yaitu usaha membuat makanan yang

nikat tetapi tidak mengubah hasil, tetap gosong. Isi tuturan itu berupa keluhan karena

tindakan yang memproduksinya termasuk tindak ekspresif mengeluh.

h. Menyalahkan

Menyalahkan berarti mengatakan (memandang, menganggap salah; menampakkan

kesalahan keburukan, dan sebagainya) kepada; menyesali (Poerwadarminta dalam

Tarigan, 2009: 152). Seperti pada contoh tindak ekspresif berikut.

(33) Ini semua karena kecuranganmu, kelompok kita didiskualifikasi

dari lomba.

Tuturan (33) merupakan tindak tutur ekspresif menyalahkan. Termasuk tuturan

ekspresif karena tuturan tersebut ditunjukkan kepada seseorang yang telah melakukan

tindakan yang tidak baik sehingga mengakibatkan kerugian bagi kelompoknya.

Page 45: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

31

i. Menuduh

Menuduh berarti menunjukkan dan mengatakan bahwa (seseorang) berbuat yang

kurang baik; mendakwa; menyangka bahwa (seseorang) melakukan perbuatan yang

melanggar hukum. Perbuatan menuduh tidak dapat dilakukan seenaknya saja tanpa

bukti-bukti nyata, sebab jika salah menuduh orang dapat berartu fitnah

(Poerwadarminta dalam Tarigan, 2009: 152). Tuturan ekspresif menuduh tampak

pada contoh berikut.

(34) Licik ! keluarkan jam tangan itu dari saku celanamu. Pulangkan

pada Ani. Kami bukan sembarangan menuduh ! Tudahan kami

beralasan, tadi kami bersama-sama mengintip ulahmu yang jelek

itu. Sama dengan namamu, Licik !

j. Mengkritik

Mengkritik berarti mempertimbangkan baik buruknya suatu hasil kesenian; memberi

pertimbangan (dengan menunjukkan mana-mana yang baik dan mana yang salah, dan

sebagainya) terhadap suatu karya, perbuatan atau hal (Poerwadarminta dalam Tarigan

2009: 149). Berikut ini adalah contoh ekspresi mengkritik.

(35) A : Kalian telah membaca cerpen “Gadis Desa” itu ? siapa

yang ingin memberi tanggapan pertama ?

B : Temanya menarik, alurnya menegangkan, bahasanya

Page 46: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

32

lancar ! Sayangnya terlalu banyak kata-kata daerahnya

dalam cerpen itu. Alangkah baiknya kalau kata-kata daerah

itu dikurangi, dipakai seperlunya saja !

(d) Komisif (commissives)

Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk

melaksanakan segala hal yang disebutkan dalam ujarannya. Tindak tutur ini berfungsi

mendorong penutur untuk melakukan sesuatu. Tindak tutur ini berfungsi

menyenangkan dan kurang bersifat kompetitif karena tidak mengacu kepada

kepentingan mitra tuturnya. Tindak tutur ini meliputi tindak tutur komisif

menjanjikan, bersumpah, menyatakan kesanggupan, menawarkan, dan bernazar.

Contoh tindak tutur komisif terdapat pada tuturan berikut.

a. Tindak Tutur Komisif Berjanji

Suatu tindakan bertutur yang dilakukan oleh penutur dengan menyatakan janji akan

melakukan suatu pekerjaan yang diminta orang lain. Janji itu dilakukan dalam kondisi

tulus (sungguh-sungguh). Orang yang akan melakukan tindakan itu ialah orang yang

mempunyai kesanggupan atau pekerjaannya atau tindakan. Tindakan tersebut belum

dilakukan, dan akan dilakukan pada masa mendatang. Contoh tuturan sebagai berikut.

(36) Pasti ! Jangan khawatir, surat-surat lamaran pekerjaan itu pasti

tidak tercecer ! Kirimkan ke kantor SMA, walaupun sudah di luar

jam kerja pasti tetap akan saya terima.

Page 47: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

33

Tuturan tersebut termasuk tindak tutur komisif berfungsi berjanji. Maksud tuturan

tersebut adalah berjanji akan tetap menerima surat-surat yang dikirimkan dari mitra

tutur walaupun sudah di luar jam kerja. Fungsi berjanji ditandai dengan kata ‘pasti’.

b. Tindak Tutur Komisif Bersumpah

Tindak tutur untuk meyakinkan tentang apa yang dilakukan atau dituturkan oleh

penutur bahwa yang dikatakannya itu benar. Tuturan bersumpah ini menggunakan

penanda tuturan yang dapat meyakinkan lawan tutur, sering kali dengan menyebut

saksi yang derajatnya lebih tinggi. Contoh tuturannya sebagai berikut.

(37) Sumpah, Pak ! Akan saya datangkab Pak Wali di peresmian

Tugu Kedoya.

Tuturan tersebut termasuk tindak tutur komisif berfungsi bersumpah. Maksud tuturan

tersebut bersumpah bahwa sebenarnya dia akan mendatangkan walikota dalam

peresmian Tugu Kedoya. Fungsi berjanji ditandai dengan kata ‘sumpah’.

c. Tindak Tutur Komisif Bernazar

Tindak tutur yang kemunculannya dilatarbelakangi keinginan khusus, tetapi belum

terlaksana. Apabila hal yang dikehendaki itu telah terlaksana atau terwujud, penutur

akan melaksanakan apa yang dinazarkannya. Contoh tuturannya sebagai berikut.

(38) Jika Mba sedang banyak rezeki, kamu akan Mba belikan jam

tangan G-Shock ya dek.

Page 48: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

34

Tuturan tersebut termasuk tindak tutur komisif berfungsi nazar. Maksud tuturan

tersebut adalah bernazar akan membelikan jam tangan kepada mitra tutur jika penutur

mendapatkan rezeki yang banyak.

(e) Deklaratif (declarations)

Deklaratif (declarations) adalah ilokusi yang digunakan untuk memastikan

kesesuaian antara isi proposisi dengan kenyataan, misalnya mengesahkan,

memutuskan, membatalkan, melarang, mengabulkan, mengangkat, menggolongkan,

menghukum, memaafkan, dan mengampuni. Tindak tutur deklarasi dapat dilihat dari

contoh berikut ini.

(39) Proposal untuk pengesahan dana telah ditandatangani oleh

Walikota

(40) Keluarga Mimin telah menyepakati untuk berangkat ke puncak

pada hari Minggu.

(41) Besok saya tidak jadi ke Bandung.

(42) Kamu jangan keluar rumah ya, Nak !

(43) Anda boleh mengajukan pertanyaan.

(44) Ibu harap, lain kali kamu tidak boleh mengulangi mencuri uang

temanmu.

Tuturan (39) merupakan ilokusi deklaratif mengesahkan, yakni ilokusi yang

digunakan untuk memastikan kesesuaian antara isi proposisi dengan kenyataan.

Tindak tutur tersebut menyatakan bahwa pengesahan terhadap proposal yang telah

diajukan. Tuturan (40) merupakan ilokusi deklaratif memutuskan, tindak tutur ini

Page 49: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

35

bermakna bahwa penutur telah memutuskan hari keberangkatan untuk ke puncak.

Tuturan (41) merupakan ilokusi deklatif membatalkan, tindak tutur ini merupakan

maksud untuk membatalkan janji dengan mitra tutur. Tuturan (42) merupakan ilokusi

deklaratif melarang, tindak tutur ini merupakan tindak tutur deklaratif yang melarang

agar mitra tutur tidak keluar rumah.

Tuturan (43) merupakan ilokusi deklaratif mengizinkan, tindak tutur ini memiliki

maksud mengizinkan mitra tutur untuk mengajukan pertanyaan. Tuturan (44)

merupakan ilokusi deklaratif memaafkan, tindak tutur ini memiliki maksud memberi

maaf dan menasihati agar tidak mengulangi perbuatan yang tercela.

Berdasarkan pembagian tindak ilokusi yang telah dijelaskan, peneliti sepakat dengan

pendapat Searle dan lebih memahami pembagian tindak tutur ilokusi yang

dimaksudkannya. Tindak ilokusi menurut Searle terbagi menjadi lima bagian, yaitu

asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif.

2.5.3 Tindak Perlokusi (perlocutionary act)

Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang

lain sehubungan dengan sikap dan perilaku nonlinguistik dari orang lain. Makna

perlokusi adalah penutur sebenarnya mempunyai harapan bagaimana mitra tuturnya

akan menangkap makna sebagaimana yang dimaksudkannya (Chaer dan Leoni, 2010:

54-55).

Page 50: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

36

Tindak perlokusi (perlocutinary act) adalah efek atau dampak yang ditimbulkan oleh

tuturan terhadap mitra tutur sehingga mitra tutur melakukan tindakan berdasarkan isi

tuturan (the act of offecting someone). Tindak perlokusi lebih mementingkan hasil,

sebab tindak ini dikatakan berhasil jika mitra tutur melakukan sesuatu yang

diinginkan oleh penutur (Levinson dalam Rusminto, 2006: 71) contoh tindak

perlokusi adalah sebagai berikut.

(45) Tanganku gatal

(46) A : Bang tiga kali empat berapa ?

B : Dua belas.

Tuturan (45) dapat digunakan untuk menumbuhkan pengaruh (efek) rasa takut kepada

mitra tutur. Rasa takut itu muncul misalnya, karena yang menuturkan tuturan itu

berprofesi sebagai seorang tukang pukul yang pada kesehariannya sangat erat dengan

kegiatan memukul dan melukai orang lain.

Makna secara lokusi tuturan (46) adalah keingintahuan dari si penutur tentang berapa

tiga kali empat. Namun makna perlokusi, makna yang diinginkan si penutur adalah

bahwa si penutur ingin tahu berapa biaya cetak foto ukuran tiga kali empat

sentimeter. Jika mitra tutur, yaitu tukang foto itu memiliki makna ilokusi yang sama

dengan makna perlokusi dari penutur. Tentu dia akan menjawab tiga ribu. Tetapi jika

makna ilokusinya sama dengan makna lokusi dari ujaran tiga kali empat berapa, dia

pasti menjawab dua belas (Chaer, 2009: 78). Tindak yang seperti itulah yang disebut

tindak perlokusi. Tindakkan atau reaksi yang terjadi pada tindak perlokusi selalu

sesuai dengan yang dikehendaki penuturnya.

Page 51: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

37

2.6 Kelangsungan dan Ketidaklangsungan Tuturan

Secara formal, berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita

(deklaratif), kalimat tanya (introgatif), dan kalimat perintah (imperatif). Secara

konvensional kalimat berita digunakan untuk memberitakan sesuatu (informasi), kalimat

tanya untuk menanyakan sesuatu, dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah,

ajakan, permintaan, atau permohonan. Apabila kalimat berita difungsikan secara

konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat

perintah untuk menyuruh, mengajak, dan memohon maka tindak tutur yang terbentuk

adalah tindak tutur langsung. Di samping itu untuk berbicara secara sopan, perintah dapat

diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintah tidak

merasa dirinya diperintah. Apabila hal ini terjadi, maka tindak tutr yang terbentuk adalah

tindak tutur tidak langsung. Tindak tutur tidak langsung seperti pada contoh berikut.

(46) Panas sekali udaranya.

(47) Di mana sepatuku?

Kalimat (46), bila diucapkan kepada seorang teman yang dekat dengan kipas angin maka

maksud penutur untuk meminta tolong lawan tuturnya menghidupkan kipas angin, bukan

hanya menginformasikan bahwa penutur sedang kepanasan. Demikian pula tuturan (47)

bila diutarakan oleh seorang kakak kepada seorang adik, tidak semata-mata berfungsi

untuk menanyakan di mana sepatu kakak, tetapi juga secara tidak langsung memerintah

sang adik untuk mengambil sepatu milik kakak. Untuk itu perhatikan contoh berikut ini.

(48) Iska : Panas sekali udaranya.

Page 52: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

38

Pare : Aku hidupkan kipas angin ya?

Iska : Terima kasih Pare, memang tu maksudku.

(49) Kakak : Di mana sepatuku, ya?

Adik : Ya, sebentar, sabar kak akan saya ambilkan.

Keserta-mertaan tindakan dalam (48) dan (49) karena ia mengetahui bahwa tuturan yang

diutarakan oleh lawan tuturnya bukanlah sekadar menginformasikan sesuatu, tetapi

menyuruh orang yang diajak berbicara.

Tuturan yang diutarakan secara tidak langsung biasanya tidak dapat dijawab secara

langsung, tetapi harus segera dilaksanakan maksud yang terimplikasi di dalamnya.

Perhatikan contoh berikut.

(50) Saya kemarin tidak dapat hadir.

(51) Jam berapa sekarang?

(52) + Saya kemarin tidak dapat hadir.

- Sudah tahu. Kemarin kamu tidak kelihatan.

(53) + Jam berapa sekarang?

- Jam 12 malam, Bu.

(54) - Saya kemarin tidak dapat hadir.

+ Ya, tidak apa-apa.

Page 53: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

39

(55) - Jam berapa sekarang?

+ Ya Bu, sekarang saya pamit.

Tuturan (50) dan (51) yang secara tidak langsung digunakan untuk memohon maaf dan

menyuruh seorang tamu meninggalkan tempat pondokan mahasiswa putri, tidak dapat

dijawab secara langsung, tetapi harus dengan pemberian maklum atau maaf dan tindakan

untuk segera meninggalkan pondokan putri tersebut. Oleh karena itu, (52) dan (53) terasa

janggal, sedangkan (54) dan (55) terasa lazim untuk mereaksi.

2.7 Konteks

2.7.1 Pengertian Konteks

Bahasa dan konteks merupakan dua hal yang saling berkaitan satu sama lain. Bahasa

membutuhkan konteks tertentu dalam pemakaiannya, demikian juga sebaliknya

konteks baru memiliki makna jika terdapat tindak berbahasa di dalamnya

(Durati,1997 dalam Rusminto dan Sumarti, 2006: 51).

Konteks adalah latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh penutur

dan mitra tutur yang kemungkinan mitra tutur untuk memperhitungkan tuturan dan

memaknai arti tuturan dari si penutur (Grice, 1975 dalam Rusminto dan Sumarti,

2006: 54). Menurut Presto (dalam Supardo, 1988: 46) konteks adalah segenap

informasi yang berada di sekitar pemakaian bahasa, bahkan juga termasuk pemakaian

bahasa yang ada di sekitarnya misalnya situasi, jarak, waktu, dan tempat.

Page 54: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

40

Sementara itu, Schiffrin (dalam Rusminto dan Sumarti 2006: 51) mendefinisikan

konteks sebagai sebuah dunia yang diisi orang-orang yang memproduksi tuturan-

tuturan atau situasi tentang susunan keadaan sosial sebuah tuturan sebagai bagian

konteks pengetahuan di tempat tuturan tersebut diproduksi dan diinterpretasi.

Konteks tidak saja berkenaan dengan pengetahuan, tetapi merupakan suatu rangkaian

lingkungan tempat tuturan dimunculkan dan diinterpretasikan sebagai realisasi yang

didasarkan pada aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat pemakai bahasa.

Konteks adalah bagian dari suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau

menambah kejelasan makna, lingkungan nonlinguistik ujaran yang merupakan alat

untuk memperinci ciri-ciri situasi yang diperlukan untuk memahami makna ujaran

(TBBI, 1995: 522).

2.7.2 Jenis Konteks

Presto (dalam Supardo, 1988: 48-50) menyatakan, berdasarkan fungsi dan cara

kerjanya, konteks dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni (i) konteks bahasa

(konteks linguistik atau konteks kode), (ii) konteks nonbahasa (konteks nonlinguistik)

berikut uraiannya.

(i) Konteks bahasa (konteks linguistik atau konteks kode) konteks ini berupa

unsur yang secara langsung membentuk struktur lahir, yakni kata, kalimat,

dan bangun ujaran atau teks.

Page 55: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

41

(ii) Konteks nonbahasa (konteks nonlinguistik) yakni.

a. Konteks dialektal yang meliputi usia, jenis kelamin, daerah (regional), dan

spesialisasi. Spesialisasi adalah identitas seseorang atau sekelompok orang

dan menunjuk profesi orang yang bersangkutan.

b. Konteks diatipik mencakup setting, yakni konteks yang berupa tempat,

jarak interaksi, topik pembicaraan, dan fungsi. Setting meliputi waktu,

tempat, panjang, dan besarnya interaksi.

c. Konteks realisasi merupakan cara dan saluran yang digunakan orang untuk

menyampaikan pesannya.

2.7.3 Unsur-unsur konteks

Dell Hymes dalam Chaer (2004: 48) menyatakan, bahwa unsur-unsur konteks

mencakup komponen yang bila disingkat menjadi akronim SPEAKING.

(i) Setting and scene. Setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur

berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu,

atau situasi psikologis pembicara. Waktu, tempat, dan situasi tuturan yang

berbeda dapat menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda.

Berbicara di lapangan sepak bola pada waktu ada pertandingan sepak bola

dalam situasi yang ramai tentu berbeda dengan pembicaraan di ruang

perpustakaan pada waktu banyak orang membaca dan dalam keadaan

sunyi. Di lapangan sepak bola seseorang bisa berbicara keras-keras, tetapi

di ruang perpustakaan harus seperlahan mungkin.

Page 56: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

42

(ii) Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam peristiwa tutur, bisa

pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan

penerima (pesan). Dua orang yang bercakap-cakap dapat berganti peran

sebagai pembicara dan jemaah sebagai pendengar tidak dapat bertukar

peran. Status sosial partisipan sangat menentukan ragam bahasa yang

digunakan. Misalnya, seorang anak akan menggunakan ragam atau gaya

bahasa yang berbeda bila berbicara dengan orang tuanya atau gurunya bila

dibandingkan berbicara dengan teman-teman sebayanya.

(iii) Ends merujuk pada maksud dan tujuan yang diharapkan dari sebuah

tuturan. Misalnya peristiwa tutur yang terjadi di ruang pengadilan

bermaksud untuk menyelesaikan suatu kasus perkara.

(iv) Act sequence mengacu pada bentuk dan isi ujaran. Bentuk ujaran ini

berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya,

dan hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan.

Bentuk ujaran dalam kuliah umum, dalam percakapan biasa, dan dalam

pesta berbeda, begitu juga dengan isi yang dibicarakan.

(v) Key mengacu pada nada, cara dan semangat di mana suatu pesan

disampaikan: dengan senang hati, dengan serius, dan dengan singkat,

dengan sombong, dengan mengejek, dan sebagainya. Hal ini dapat juga

ditunjukkan dengan gerak tubuh dan isyarat.

(vi) Instrumetelities mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur

lisan, tulisan, melalui telegraf atau telepon. Instumetelities ini juga

Page 57: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

43

mengacu pada kode ujaran yang digunakan seperti bahasa, dialek, fragram,

atau registrasi.

(vii) Norm of interaction and interpretation mengacu pada norma atau aturan

yang dipakai dalam sebuah peristiwa tutur, juga mengacu pada norma

penafsiran terhadap ujaran dari lawan bicara.

(viii) Genre mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi,

pepatah, doa, dan sebagainya.

Sementara itu, Alwi dkk (2000: 421-422) mengemukakan bahwa konteks terdiri atas

berbagai unsur seperti situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan, topik,

peristiwa, bentuk amanat, kode, dan sarana. Bentuk amanat dapat berupa surat esai,

iklan, pemberitahuan, pengumuman dan sebagainya. Kode ialah ragam bahasa yang

dipakai, misalnya bahasa Indonesia logat daerah atau bahasa daerah. Sarana ialah

wahana komunikasi yang dapat berwujud pembicaraan bersemuka atau lewat telepon,

surat, dan televisi.

2.8 Peranan Konteks dalam Komunikasi

Schiffirin (dalam Rusminto dan Sumarti, 2006: 57-58) menyatakan bahwa konteks

memainkan dua peran penting dalam teori tindak tutur, yakni (1) sebagai pengetahuan

abstrak yang mendasari bentuk tindak tutur, dan (2) suatu bentuk lingkungan sosial

tempat tuturan dapat dihasilkan dan diinterpretasikan sebagai relasi aturan-aturan

yang mengikat.

Page 58: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

44

Sementara itu, Hymes (dalam Rusminto dan Sumarti, 2006: 59) menyatakan bahwa

peranan konteks dalam penafsiran tampak pada kontribusinya dalam membatasi jarak

perbedaan tafsiran terhadap tuturan dan menunjang keberhasilan pemberian tafsiran

terhadap tuturan tersebut. Konteks dapat menyingkirkan makna-makna yang tidak

relevan dari makna-makna yang sebenarnya sesuai dengan pertimbangan-

pertimbangan yang layak dikemukakan berdasarkan konteks situasi tertentu.

Sejalan dengan pandangan tersebut, Kartomihardjo (dalam Rusminto dan Sumarti,

2006: 59) mengemukakan bahwa konteks situasi sangat menentukan bentuk bahasa

yang digunakan dalam berinterkasi. Bentuk bahasa yang telah dipilih oleh seorang

penutur dapat berubah bila situasi yang melatarinya berubah. Besarnya peranan

konteks bagi pemahaman sebuah tuturan dapat dibuktikan dengan contoh berikut.

(47) Buk, lihat tasku !

Tuturan pada contoh di atas dapat mengandung maksud meminta dibelikan tas baru,

jika disampaikan dalam konteks tas anak sudah dalam kondisi rusak. Sebaliknya,

tuturan tersebut dapat mengandung maksud memamerkan tasnya kepada sang ibu,

jika disampaikan dalam konteks anak baru membeli tas bersama sang ayah, tas

tersebut cukup bagus untuk dipamerkan kepada sang ibu, dan anak merasa lebih

cantik dengan tas baru tersebut.

Page 59: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

45

2.9 Pembelajaran Kemampuan Berbicara

2.9.1 Pengertian Kemampuan Berbicara

Guntur Tarigan (1980: 15) mengemukakan bahwa kemampuan berbicara adalah

kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk

mengekspresikan, mengatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan

persendian. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka ditambah lagi dengan

gerak tangan dan air muka (mimik) pembicara.

Sejalan dengan pendapat di atas, Djago Tarigan (1990: 149) menyatakan bahwa

berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Kaitan

antara pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat berat. Pesan yang

diterima oleh pendengar tidaklah dalam wujud asli, tetapi dalam bentuk lain yakni

bunyi bahasa. Pendengar kemudian mencoba mengalihkan pesan dalam bentuk bunyi

bahasa itu menjadi bentuk semula.

Arsjad dan Mukti U.S. (1993: 23) mengemukakan pula bahwa kemampuan berbicara

adalah kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan,

menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Beberapa pendapat di

atas dapat disimpulkan bahwa berbicara itu lebih daripada sekadar mengucapkan

bunyi-bunyi atau kata-kata saja, melainkan suatu alat untuk mengkomunikasikan

gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-

kebutuhan pendengar atau penyimak.

Page 60: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

46

2.9.2 Tujuan Berbicara

Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan

pikiran secara efektif, maka seyogyanyalah pembicara memahami makna segala

sesuatu yang ingin disampaikan, pembicara harus mengevaluasi efek komunikasinya

terhadap para pendengarnya.

Tujuan umum berbicara menurut Djago Tarigan (1990:149) terdapat lima golongan

berikut ini.

a) Menghibur

Berbicara untuk menghibur berarti pembicara menarik perhatian pendengar dengan

berbagai cara, seperti humor, spontanitas, menggairahkan, kisah-kisah jenaka,

petualangan, dan sebagainya untuk menimbulkan suasana gembira pada

pendengarnya.

b) Menginformasikan

Berbicara untuk tujuan menginformasikan, untuk melaporkan, dilaksanakan bila

seseorang ingin: (a) menjelaskan suatu proses, (b) menguraikan, menafsirkan, atau

menginterpretasikan sesuatu hal, (c) memberi, menyebarkan, atau menanamkan

pengetahuan, (d) menjelaskan kaitan.

c) Menstimulasi

Berbicara untuk menstimulasi pendengar jauh lebih kompleks dari tujuan berbicara

lainnya, sebab berbicara itu harus pintar merayu, mempengaruhi, atau meyakinkan

pendengarnya. Ini dapat tercapai jika pembicara benar-benar mengetahui kemauan,

minat, inspirasi, kebutuhan, dan cita-cita pendengarnya.

Page 61: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

47

d) Menggerakkan

Dalam berbicara untuk menggerakkan diperlukan pembicara yang berwibawa,

panutan atau tokoh idola masyarakat. Melalui kepintarannya dalam berbicara,

kecakapan memanfaatkan situasi, ditambah penguasaannya terhadap ilmu jiwa massa,

pembicara dapat menggerakkan pendengarnya.

2.9.3 Jenis-jenis Berbicara

Secara garis besar jenis-jenis berbicara dibagi dalam dua jenis, yaitu berbicara di

muka umum dan berbicara pada konferensi. Guntur Tarigan (1980: 22-23)

memasukkan beberapa kegiatan berbicara ke dalam kategori tersebut.

1) Berbicara di Muka Umum

Jenis pembicaraan meliputi hal-hal berikut.

a. Berbicara dalam situasi yang bersifat memberitahukan atau melaporkan, bersifat

informatif (informative speaking).

b. Berbicara dalam situasi yang bersifat membujuk, mengajak, atau meyakinkan

(persuasive speaking).

c. Berbicara dalam situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang dan hati-hati

(deliberate speaking).

2) Diskusi Kelompok

Berbicara dalam kelompok mencakup kegiatan berikut ini.

a. Kelompok resmi (formal)

b. Kelompok tidak resmi (informal)

Page 62: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

48

3) Prosedur Parlementer

4) Debat

Berdasarkan bentuk, maksud, dan metodenya maka debat dapat diklasifikasikan atas

tipe-tipe berikut ini:

a. Debat parlementer atau majelis

b. Debat pemeriksaan ulangan

c. Debat formal, konvensional atau debat pendidikan

Pembagian di atas sudah jelas bahwa berbicara mempunyai ruang lingkup pendengar

yang berbeda-beda. Berbicara pada masyarakat luas, berarti ruang lingkupnya juga

lebih luas.

Page 63: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

49

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif bersifat

deskriptif. Data-data hasil penelitian ini berbentuk penjelasan atau deskripsi data-data

hasil penelitian secara aktual tanpa menggunakan teknik statistik atau angka-angka,

selanjutnya data dianalisis dengan teknik kualitatif. Metode deskriptif tersebut

digunakan mengingat tujuan penelitian ini ingin menjelaskan tentang tindak tutur

asertif, direktif, ekspresif, komisif, deklaratif guru dan siswa kelas VIII pada

pembelajaran bahasa Indonesia dan implikasinya dalam pembelajaran kemampuan

berbicara di SMP.

Hal ini sejalan dengan pendapat Moleong (2007:6) yang menjelaskan bahwa

“penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dengan cara deskriptif

dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks, khususnya yang alamiah

dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah”.

Page 64: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

50

3.2 Sumber Data

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang terletak di Jalan

Turi Raya, Labuhan Dalam, Tj Seneng. Penelitian tindak tutur guru pada

pembelajaran bahasa indonesia dan implikasinya dengan pembelajaran kemampuan

berbicara di SMP ini meneliti 1 guru dan 1 kelas siswa yang berada di kelas VIII

SMPN 19 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik observasi. Menurut Hadi (dalam Sugiono, 2011:

196) observasi merupakan proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari

berbagai proses biologis dan psikologis, dua data yang terpenting adalah proses-

proses pengamatan dan ingatan dari segi pelaksanaan pengumpulan data. Peneliti

dalam kegiatan observasi berperan sebagai partisipan, dimana peneliti tidak terlibat

dan hanya sebagai pengamat independen.

Teknik observasi menggunaan metode simak yang dibagi ke dalam dua teknik yaitu

teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar dalam penelitian ini yaitu teknik sadap.

Peneliti menyadap seseorang atau beberapa orang untuk mendapatkan data bahasa.

Peneliti menyadap tuturan guru di SMP Negeri 19 Bandar Lampung. Teknik lanjutan

dijabarkan menjadi beberapa teknik yaitu : (1) teknik simak bebas libat cakap (SBLC)

yaitu dalam kegiatan menyadap peneliti tidak ikut terlibat dalam percakapan antara

guru dan siswa, (2) teknik rekam, teknik rekam ini dilakukan seiring dengan teknik

Page 65: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

51

SBLC, menyadap dilakukan dengan alat perekam handycam, (3) teknik catat, yaitu

mencatat data pada kartu data yang kemudian dilanjutkan dengan teknik analisis data.

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

heuristik. Teknik analisis heuristik merupakan proses berpikir seorang untuk

memaknai sebuah tuturan tidak langsung. Di dalam tuturan heuristik sebuah tuturan

langsung diinterpretasikan berdasarkan sebagai kemungkinan/dugaan sementara,

kemudian dugaan sementara itu disesuaikan dengan fakta-fakta pendukung yang di

lapangan. Analisis heuristik berusaha mengindentifikasi daya pragmatik sebuah

tuturan dengan merumuskan hipotesis-hipotesis dan kemudian mengujinya

berdasarkan data-data yang tersedia.

Analisis heuristik berusaha mengidentifikasi daya pragmatik sebuah tuturan dengan

merumuskan hipotesis-hipotesis dan kemudian mengujinya berdasarkan data-data

yang tersedia. Bila hipotesis tidak teruji, akan dibuat hipotesis yang baru. Hipotesis

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah praanggapan/dugaan sementara.

Page 66: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

52

Gambar 3.1 Bagan Analisis Heuristik

Menurut Leech (1983: 61) di dalam analisis heuristik analisis berawal dari problema

yang dilengkapi proposisi, informasi latar belakang konteks, kemudian dirumuskan

hipotesis tujuan. Berdasarkan data yang ada, hipotesis diuji kebenarannya. Bila

hipotesis sesuai dengan bukti-bukti kontektual yang tersedia, berarti pengujian

berhasil. Hipotesis diterima kebenarannya dan menghasilkan interpretasi baku yang

menunjukkan bahwa tuturan mengandung satuan pragmatik. Jika pengujian gagal

karena hipotesis tidak sesuai dengan bukti yang tersedia, maka proses pengujian ini

dapat berulang-ulang sampai diperoleh hipotesis yang dapat diterima. Berikut contoh

analisis konteks.

1. Masalah

2. Hipotesis

3. Pemeriksaan

4a. Pengujian

berhasil

5. InterpretasiDefault

4b. Pengujian

gagal

Page 67: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

53

3.2 Bagan Contoh Diuji Menggunakan Analisis Heuristik

Tuturan tersebut merupakan kalimat yang berupa pernyataan namun setelah diperiksa

dengan menggunakan analisis heuristik dengan memasukkan data-data perintah tidak

langsung berupa perintah permintaan. Maksud dari Umi Aprita adalah meminta OB

agar menyediakan spidol di ruang 3 karena akan dimulai kegiatan belajar mengajar.

1. Masalah(interpretasi tuturan)

“Om, spidol di ruang 3 koq gak ada ya?”

2. Hipotesis

1. Umi Aprita hanya memberi tahu bahwa spidol di ruang 3 tidakada.

2. Umi Aprita meminta OB untuk mengambilkan spidol untukruang 3.

3. Pemeriksaan

1. Ekspresi Umi Aprita sedikit santai.2. Saat itu sedang persiapan belajar mengajar.3. Spidol harus selalu tersedia dan diletakkan di meja guru.4. Spidol tidak tersedia di ruang 3.

5. Interpretasi Default

4a. Pengujian 2 Berhasil 4b. Pengujian 1 Gagal

Page 68: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

54

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut.

1. Menyimak dan mencatat semua data alamiah/ujaran spontan siswa yang muncul

termasuk mencatat konteks pada suatu proses percakapan antara guru dan siswa

di SMPN 19 Bandar Lampung.

2. Data yang didapat langsung dianalisis dengan menggunakan catatan deskriptif

dan reflektif juga menggunakan analisis heuristik, teknik analisis heuristik

merupakan proses berpikir seseorang untuk memaknai sebuah tuturan. Di dalam

analisis heuristik sebuah tuturan diinterpretasikan berdasarkan berbagai

kemungkinan/dugaan sementara oleh mitra tutur, kemudian dugaan sementara itu

disesuaikan dengan fakta-fakta pendukung yang ada di lapangan.

3. Mengklasifikasikan data berdasarkan tuturan langsung dan tidak langsung, literal

dan tidak literal berdasarkan konteks.

4. Berdasarkan hasil identifikasi dan klasifikasi data, dilakukan kegiatan penarikan

simpulan sementara.

5. Memeriksa/mengecek kembali data yang ada.

6. Penarikan simpulan akhir.

Page 69: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

113

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis bab IV, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran di SMP

mengandung semua tindak ilokusi asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan

deklaratif yang dituturkan secara langsung maupun tidak langsung dengan rincian

sebagai berikut.

1. Tindak ilokusi pada pembelajaran di SMP menggunakan tindak tutur

langsung dan tidak langsung. Tindak tutur langsung dilakukan dengan dua

cara, yakni secara langsung pada sasaran dan langsung dengan

argumentasi/alasan. Tindak ilokusi yang ditemukan pada kegiatan

pendahuluan saat pembelajaran, yaitu tindak tutur lansung asertif

menyatakan atau memberitahu, dan tindak tutur direktif memerintah

langsung pada sasaran dan memerintah langsung dengan

argumentasi/alasan. Kemudian pada tindak tutur tidak langsung hanya

ditemukan satu pada kegiatan pendahuluan, yakni direktif meminta dengan

modus memberitahu.

2. Tindak ilokusi pada kegiatan inti ditemukan tindak tutur langsung dan

tidak langsung. Tindak tutur langsung yang ditemukan pada kegiatan inti

semua dari tindak ilokusi yakni, asertif, direktif,ekspresif, komisif, dan

deklaratif. Sementara tindak tutur tidak langsung yang ditemukan pada

kagiatan inti pembelajaran hanya jenis direktif, yakni direktif meminta

Page 70: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

114

modus bertanya, direktif memerintah modus memberitahu. Tuturan yang

paling mendominasi pada kegiatan inti adalah tindak tutur direktif dan

yang paling sedikit ditemukan adalah tindak tutur komisif.

3. Tuturan pada kegiatan penutup ditemukan hanya dua tuturan langsung

yang dituturkan oleh guru yakni, tindak tutur asertif menyatakan atau

memberitahu secara langsung pada sasaran dan direktif memessan

langsung pada sasaran. Tuturan pada kegiatan inti paling sedikit

ditemukan dibandingkan pada kegiatan pendahuluan dan kegiatan inti.

4. Hasil penelitian ini diimplikasikan ke dalam pembelajaran kemampuan

berbicara yaitu teks diskusi pada siswa SMP kelas IX (sembilan) sesuai

dengan KD 3.9 Mengidentifikasi informasi teks diskusi berupa pendapat

pro dan kontra dari permasalahan aktual yang dibaca dan didengar, dan 4.9

menyimpulkan isi gagasan, pendapat, argumen yang mendukung dan yang

kontra serta solusi atas permasalahan aktual dalam teks diskusi yang

didengar dan dibaca.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan pada bagian

sebelumnya, berikut ini dikemukakan saran-saran yang ditujukan kepada guru-

guru dan siswa-siswa di SMPN 19 Bandar Lampung.

1. Bagi Guru

Peneliti menyarankan kepada guru SMP untuk dapat memanfaatkan kajian ini

sebagai alternatif bahan pembelajaran, khususnya dalam diskusi. Guru dapat

memanfaatkan semua tindak ilokusi asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan

Page 71: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

115

deklaratif serta modus yang digunakan, yakni langsung dan tidak langsung

untuk kemudian melaksanakan pembelajaran diskusi.

2. Bagi Siswa

Peneliti menyarankan kepada siswa SMP untuk dapat lebih aktif pada kegiatan

pembelajaran dan kegiatan berdiskusi untuk mengembangkan keterampilan

berbicara.

3. Bagi peneliti lain

Bagi peneliti lain yang tertarik untuk meneliti bidang kajian yang sama, dapat

melakukan kajian data dan sumber data lain agar hasil penelitian lebih

bervariasi dan dapat memberikan sumbangan lebih banyak pada pembelajaran

bahasa Indonesia dengan menggunakan Kurikulum 2013.

Page 72: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul dan Leoni Agustin. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta:

Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2004. Psikolinguistik : Kajian Teoritik.Jakarta: Rineka Cipta

Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Bahasa Indonesia. Jakarta. Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa.Jakarta: Rineka Cipta.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip pragmatik. Terjemahan oleh Oka, M.D.DUniversitas Indonesia: Jakarta.

Moleong, J.L. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. RemajaRosdakarya.

Nadar, FX. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Rahadi, Kunjana. 2002. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta:Erlangga.

Rusminto, Nurlaksana Eko. 2010. Memahami Bahasa Anak : Sebuah Kajian AnalisisWacana Panduan bagi Guru, Orang Tua, dan Mahasiswa Jurusan Bahasa.Bandar Lampung : Universitas Lampung.

Rusminto, Nurlaksana Eko. 2016. Analisis Wacana Bahasa Indonesia (Buku Ajar).Bandarlampung: Universitas Lampung.

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:alfabeta.

Sugiono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Page 73: Tindak Tutur Guru dan Siswa Kelas VIII SMP pada ...digilib.unila.ac.id/25804/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Tarigan, Djago. 1990. Materi Pokok Pendidikan bahasa Indonesia 1. Buku 1 : Modul1-6. Jakarta: Depdikbud.

Tarigan, Henry Guntur. 1980. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2009. Analisis Wacana Pragmatik:Kajian Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.

Yule, George. 1996. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.