Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
TINDAK TUTUR ILOKUSI DEKLARATIF PARA GURU
DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR
PADA SISWA KELAS X SMK YOS SUDARSO REMBANG
(KAJIAN PRAGMATIK)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh
Elisabet Riski Titasari
NIM: 131224020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTO
***Tuhan tak selalu memberi apa yang kita mau, tetapi Dia selalu memberi apa
yang kita butuhkan. Sekalipun berawal dengan kegagalan, ada keberhasilan luar
biasa yang sudah Dia rencanakan.***
(Elisabet Riski Titasari)
***Segala perkara dapat ku tanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku.***
(Filipi 4:13)
***Belajarlah dari air, dari celah dan retakan gunung. Menderu deras dari kawah
uap. Namun mengalir dengan tenang di sungai. Sesuatu yang kosong berbunyi
nyaring. Sesuatu yang penuh tidak berbunyi, yang bodoh seperti tempayan yang
berisi separuh, yang bijaksana seperti kolam dalam yang tenang.***
(Sutta Nipata:720-721)
***Tuhan tak akan mengubah nasibmu, jika kamu sendiri tak mau
mengubahnya.***
(Bhagavadgita Sloka ke-3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur serta ucapan terima kasih, skripsi ini saya
persembahkan kepada Bapa di Surga, yang selalu melindungi dengan curahan roh
kudus. Untuk keluarga tercinta, Alm. Bapak Ephraim Maria Dwi Tristanto yang
menjadi motivasi dalam penulisan skripsi, Ibu Paulina Rita Punto Dewi yang
selalu memberi semangat dan motivasi serta dengan setia tanpa lelah menjadi
tempat mencurahkan segala kegelisahan, kakak dan adik Yosep Yogi Prasetyo
Jati, Thomas Bagas Kukuh Santoso, dan Brigita Ratih Purwandari yang telah setia
mengingatkan penulis akan kewajiban dalam menyelesaikan skripsi, serta selalu
mengingatkan penulis ketika mulai malas dalam mengerjakan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Titasari, Elisabet Riski.2017. Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Para Guru dalam
Interaksi Belajar Mengajar pada Siswa Kelas X SMK Yos Sudarso
Rembang. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia,
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur ilokusi
deklaratif para guru ketika interaksi belajar mengajar, mendeskripsikan makna
pragmatis, dan mendeskripsikan ciri-ciri tindak tutur ilokusi deklaratif. Sasaran
utama dalam penelitian ini adalah para guru yang sedang melakukan kegiatan
interaksi belajar mengajar di kelas X SMK Yos Sudarso Rembang. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan tujuan untuk
mendapatkan deskripsi objektif tentang tuturan guru dalam interaksi belajar
mengajar di kelas X SMK Yos Sudarso Rembang. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap, teknik
observasi, dan teknik wawancara. Teknik pengumpulan data tersebut digunakan
peneliti untuk memperoleh data yang lengkap mengenai tindak tutur ilokusi
deklaratif. Peneliti melakukan analisis data meliputi empat tahap: identifikasi,
klasifikasi, interpretasi, dan pelaporan.
Hasil dari penelitian ini ditemukan 96 tuturan yang memiliki tujuh jenis
tindak tutur ilokusi deklaratif: 32 tindak tutur deklaratif jenis ‘memutuskan’, 34
tindak tutur deklaratif jenis ‘mengesahkan’, 15 tindak tutur deklaratif jenis
‘penamaan’, 3 tindak tutur deklaratif jenis ‘menghukum’, 6 tindak tutur deklaratif
jenis ‘melarang, 4 tindak tutur deklaratif jenis ‘berpasrah, dan 2 tindak tutur
deklaratif jenis ‘mengangkat’. Adapaun makna pragmatik yang ditemukan dengan
rincian 35 makna ‘mengarahkan’, 15 makna ‘menguatkan’, 4 makna ‘suruhan’, 25
makna ‘meyakinkan’, 1 makna ‘persilaan’, 12 makna ‘mengingatkan’, 1 makna
‘ajakan’, dan 3 makna ‘larangan’. Setiap tindak tutur tentunya memiliki ciri atau
kekhasan yang menjadi pembeda. Setelah melakukan analisis, ditemukan
beberapa ciri atau kekhasan dari tindak tutur ilokusi deklaratif, yakni: (a) tuturan
deklaratif memiliki sifat performatif, (b) setiap tuturan deklaratif disertai tindakan
fisik, dan (c) setiap ujaran deklaratif selalu memiliki makna penting sesuai dengan
konteks yang mendasari.
Hasil penelitian membuktikan bahwa untuk memahami makna maupun
maksud dari suatu tuturan, penutur dan mitra tutur harus memahami konteks
situasi yang mendasari tuturan tersebut. Pemahaman konteks situasi sangat
berpengaruh ketika terjadi peristiwa tutur. Pentingnya pemahaman konteks situasi
tuturan dari pihak penutur maupun mitra tutur dapat mengurangi adanya salah
tafsir dari maksud tuturan.
Kata kunci: tindak tutur ilokusi deklaratif, jenis ilokusi deklaratif, makna
pragmatik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Titasari, Elisabet Riski.2017. Teacher’s Declarative Illocutionary Speech Act in
The Teaching and Learning Process toward The Student of Class X
SMK Yos Sudarso Rembang. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language
Literary Education Study Program, Department of Language Education
and Arts, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma
University.
This research attempts to describe kinds of teacher’s declarative
illocutionary speech act in teaching and learning process, to describe pragmatic
meaning, and describe the characteristic of declarative illocutionary speech act.
The main objective of this research are teachers doing teaching and learning
process in class X SMK Yos Sudarso Rembang. The kind of this reseacrh is
qualitative descriptive research and to find description of teracher’s speech in
teaching and learning process objectivly in class X SMK Yos Sudarso Rembang.
The method of collecting the data used in this research is uninvolved conversation
observation technique, observation, and interview. Those method used to find the
complete data of declarative illocutionary speech act. The data analysis consist of
four phases: identification, classification, interpretation, and report.
The result of this research finds 96 speech consist thing seven kind
declarative illocutionary speech act: 32 declarative illocutionary speech act
‘decision’, 34 declarative illocutionary speech act ‘validity’, 15 declarative
illocutionary speech act ‘naming’, 3 declarative illocutionary speech act ‘ sentencing’, 6 declarative illocutionary speech act ‘prohibitive’, 4 declarative
illocutionary ‘resigning’, and 2 declarative illocutionary speech act ‘appointing’. More over the pragmatic meaning a found in this research are 35 directional
meaning, 15 strenghten meaning, 4 order meaning, 25 convinsing meaning, 1
permission meaning, 12 reminded meaning, 1 invitation meaning, and 3
prohibition meaning. The analysis also find the spesific characteristic of
declarative illocutionary speech act: (a) performative declarative speech, (b)
physical a declarative speech, and (c) each declarative speech has the signifikan
meaning based on the context.
The result of the research show the necessity of understanding the context
underlying the situation of the speech before understanding the speech meaning.
The meaning of the speech can be found if the speaker and hearer understand the
context based on the situation happened. The important of understanding the
context of situation from the speaker or the hearer can reduce mis interpretation.
Key word: declarative illocutionary speech act, type of declarative illocutinary,
pragmatic meaning
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Yang Mahakuasa atas
berkat dan rahmat-Nya yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Para Guru dalam Interaksi
Belajar Mengajar pada Siswa Kelas X SMK Yos Sudarso Rembang. Penelitian ini
disusun demi menelaah dan mengkaji jenis-jenis tindak tutur ilokusi deklaratif,
makna atas tuturan para guru ketika sedang mengajar di kelas X SMK Yos
Sudarso Rembang, serta ciri-ciri tindak tutur ilokusi deklaratif. Maka dari itu,
penulis memecahkan atau menjawab permasalahan tersebut dengan melakukan
penelitian menggunakan ilmu pragmatik sebagai dasar untuk menganalisis
tuturan-tuturan para guru yang dicurigai mengandung tindak tutur ilokusi
deklaratif. Skripsi ini dapat terselesaikan berkat kerja sama dan bantuan dari
berbagai pihak. Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
3. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen pembimbing tunggal, atas
kesabaran dalam membimbing serta bersedia meluangkan waktu untuk
membimbing, memberi solusi dan masukan kepada penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku dosen triangulaor yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk mengoreksi dan memberi masukan terhadap
data-data penelitian penulis.
5. Para dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang
telah memberi banyak ilmu mengenai bahasa dan sastra Indonesia,
hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………......................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…..............................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii
MOTO .........................................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN…........................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS..................................................vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ..........................................................vii
ABSTRAK...........................................................................................................viii
ABSTRACT............................................................................................................ix
KATA PENGANTAR...........................................................................................x
DAFTAR ISI.........................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................5
1.4 Definisi Istilah ............................................................................................5
1.5 Manfaat Penelitian......................................................................................7
1.6 Sistematika Penyajian ................................................................................7
BAB II KAJIAN PUSTAKA..............................................................................9
2.1 Penelitian Terdahulu...................................................................................9
2.2 Landasan Teori..........................................................................................13
2.2.1 Pragmatik.......................................................................................13
2.2.2 Konteks..........................................................................................15
2.2.3 Tindak Tutur..................................................................................17
2.2.4 Tindak Tutur Ilokusi......................................................................19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.2.5 Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif.....................................................21
2.3 Kerangka Berpikir......................................................................................23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................26
3.1 Jenis Penelitian..........................................................................................26
3.2 Sumber Data dan Data..............................................................................27
3.3 Teknik Pengumpulan Data........................................................................28
3.3.1 Teknik Simak Bebas Libat Cakap.................................................28
3.3.2 Teknik Observasi...........................................................................29
3.3.3 Teknik Wawancara........................................................................29
3.4 Instrumen Penelitian..................................................................................30
3.5 Teknik Analisis Data.................................................................................31
3.6 Triangulasi.................................................................................................32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................33
4.1 Deskripsi Data...........................................................................................33
4.2 Hasil Analisis Data....................................................................................34
4.2.1 Jenis Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Para Guru dalam Interaksi
Belajar Mengajar pada Siswa Kelas X SMK Yos Sudarso Rembang.......37
4.2.1.1 Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif ‘Penamaan’.....................38
4.2.1.2 Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif ‘Menghukum’.................42
4.2.1.3 Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif ‘Melarang’......................45
4.2.1.4 Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif ‘Mengangkat’.................48
4.2.1.5 Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif ‘Memutuskan’................50
4.2.1.6 Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif ‘Mengesahkan’...............53
4.2.2 Makna Pragmatik Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Para Guru dalam
Interaksi Belajar Mengajar pada Siswa Kelas X SMK Yos Sudarso
Rembang…................................................................................................56
4.2.2.1 Makna Pragmatik ‘Mengarahkan’.....................................56
4.2.2.2 Makna Pragmatik ‘Menguatkan’.......................................59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
4.2.2.3 Makna Pragmatik ‘Suruhan’..............................................60
4.2.2.4 Makna Pragmatik ‘Meyakinkan’........................................62
4.2.2.5 Makna Pragmatik ‘Persilaan’.............................................63
4.2.2.6 Makna Pragmatik ‘Mengingatkan’....................................65
4.2.2.7 Makna Pragmatik ‘Ajakan’................................................67
4.2.2.8 Makna Pragmatik ‘Larangan’............................................69
4.2.3 Ciri-ciri Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif......................................71
4.2.3.1 Tuturan deklaratif memiliki sifat performatif....................71
4.2.3.2 Setiap tuturan deklaratif disertai tindakan fisik.................73
4.2.3.3 Setiap ujaran deklaratif selalu memiliki makna penting
sesuai dengan konteks yang mendasari..........................................74
4.3 Pembahasan................................................................................................75
4.3.1 Jenis Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Para Guru dalam Interaksi
Belajar Mengajar pada Siswa Kelas X SMK Yos Sudarso
Rembang....................................................................................................76
4.3.2 Makna Pragmatis Tindak Tutur Ilokusi Dekalratif Para Guru dalam
Interkasi Belajar Mengajar pada Siswa Kelas X SMK Yos Sudarso
Rembang....................................................................................................78
4.3.3 Ciri-ciri Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif......................................80
BAB V PENUTUP..............................................................................................83
5.1 Simpulan....................................................................................................83
5.2 Saran...........................................................................................................85
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................86
BIODATA PENULIS……………………………………………………............................……..89
LAMPIRAN.........................................................................................................90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan manusia.
Dengan berkomunikasi, seseorang bisa mendapatkan informasi, menyampaikan
pendapat, maupun menyampaikan informasi. Manusia melakukan komunikasi
sebagai salah satu bentuk interaksi terhadap sesama. Manusia saling
berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan salah satu alat
komunikasi yang digunakan manusia untuk bertutur kata. Bahasa yang digunakan
dalam berkomunikasi juga bermacam-macam, menggunakan bahasa Indonesia,
bahasa asing, maupun bahasa daerah. Melalui bahasa, manusia dapat saling
berkomunikasi untuk saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan
meningkatkan kemampuan intelektual. Di dalam komunikasi, dapat diasumsi
bahwa seorang penutur mengartikulasi tuturan dengan maksud untuk
menginformasikan sesuatu kepada mitra tuturannya, dan mengharap mitra
tuturnya (pendengar) dapat memahami apa yang hendak disampaikan. Dalam
menjalani kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah lepas dari berbagai hal
yang berhubungan dengan tuturan. Suatu tuturan yang mengandung tindakan
disebut tindak tutur. Tindak tutur adalah kegiatan yang menggunakan media
bahasa sebagai sarana dasar untuk mengungkapkan ide, saran atau pendapat dan
perasaan yang diungkapkan secara lisan. Tindak tutur dapat didefinisikan sebagai
unit terkecil dari aktivitas percakapan yang dapat dikatakan memiliki fungsi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
seperti melaporkan, menyatakan, memperingatkan, mengarahkan, menyarankan,
menyajikan, mengkritik, dan meminta. Searle (melalui Rahardi, 2008: 35-36)
menyatakan bahwa dalam praktiknya terdapat tiga macam tindak tutur antara lain
tindak lokusioner, tindak ilokusioner, dan tindak perlokusi. Searle pun membagi
tindak tutur ilokusi ke dalam lima macam bentuk tuturan, yakni asertif, ekspresif,
direktif, komisif, dan deklarasi. Kelima macam tuturan ini memiliki fungsi tuturan
yang berbeda-beda. Tuturan yang terjadi dalam sebuah interaksi berbahasa
memiliki bermacam-macam makna maupun maksud yang ingin disampaikan.
Berkenaan dengan bermacam-macam maksud tersebut, Leech (1993:19-20)
menyatakan bahwa ada empat aspek dalam tindak tutur, yakni: (a) penutur dan
mitra tutur, (b) konteks tuturan, (c) tujuan tuturan, (d) tindak tutur sebagai
bentuk tindak atau aktivitas , dan (e) tuturan sebagai produk tindak verbal.
Dalam interaksi belajar mengajar tentunya banyak terjadi tindak tutur dari
siswa maupun guru. Ketika proses interaksi belajar mengajar, siswa dan guru
saling berkomunikasi. Tuturan yang terjadi di dalam kelas khususnya ketika
interaksi belajar mengajar berlangsung ada berbagai macam seperti tuturan
melarang, memerintah, bertanya dan tuturan yang bersifat pernyataan. Tindak
tutur yang menjadi daya tarik peneliti tindak tutur ilokusi deklaratif. Tindak tutur
ilokusi deklaratif adalah tuturan yang isi tuturannya berhubungan dengan hal
nyata yang sedang terjadi. Tindak tutur ilokusi deklaratif yang terjadi di setiap
sekolah tentunya berbeda-beda, hal itu terjadi karena konteks yang mendasari
sebuah tuturan. Tindak tutur dalam percakapan guru dan siswa menggunakan
aneka strategi tuturan yang berbeda-beda. Berkaitan dengan aneka strategi tutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
yang digunakan dalam percakapan tersebut, Purwo (1984:14) menjelaskan bahwa
penciptaan strategi-strategi dalam memproduksi tuturan tersebut ada kalanya
penutur harus mengucapkan sesuatu yang berbeda dengan yang dimaksudkannya
dengan tujuan tertentu, ujaran yang disampaikan bermakna implisit. Dengan
demikian setiap tuturan seseorang memiliki fungsi tuturan yang berbeda-beda.
SMK Yos Sudarso Rembang memiliki sejumlah siswa dan guru dengan
bekal komunikasi yang berbeda-beda. Hal itu terjadi karena latar belakang dari
pihak guru maupun latar belakang dari pihak siswa. Siswa dengan latar belakang
pedesaan tentu saja cara berkomunikasinya berbeda dengan siswa yang memiliki
latar belakang perkotaan. Latar belakang yang berbeda itulah yang menyebabkan
respons terhadap tuturan guru berbeda pula. Selain latar belakang tempat tinggal,
latar belakang usia juga mempengaruhi siswa ketika merespons tuturan guru,
terutama pada kelas X yang masih terbawa sikap anak-anak karena baru saja
meninggalkan bangku SMP. Munculnya tindak tutur ilokusi deklaratif dalam
tuturan guru ketika interaksi belajar mengajar dipengaruhi dari kondisi atau situasi
kelas yang mendukung tuturan deklaratif itu terjadi. Selain karena kondisi kelas,
materi yang sedang diajarkan guru juga berpengaruh dalam munculnya tuturan
yang bersifat deklaratif. Pada dasarnya, dalam interaksi belajar mengajar peran
guru tidak terlepas dari usaha membimbing siswa supaya mampu memiliki
kepribadian yang baik di dalam kegiatan belajar mengajar maupun di luar
kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian
lebih lanjut terhadap tindak tutur deklaratif. Peneliti akan mengkaji tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
khususnya tindak tutur ilokusi deklaratif para guru dalam interaksi belajar
mengajar pada siswa kelas X SMK Yos Sudarso Rembang. Peneliti ingin
mengetahui seberapa banyak jenis tindak tutur ilokusi deklaratif yang terdapat
dalam tuturan para guru ketika berinteraksi dengan siswa.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan, penelitian ini akan membahas
bagaimana tindak tutur ilokusi deklaratif para guru dalam interaksi belajar
mengajar pada siswa kelas X SMK Yos Sudarso Rembang? Ditinjau dari rumusan
masalah tersebut, ada beberapa sub masalah yang akan diteliti, yakni:
a. Jenis-jenis tindak tutur ilokusi deklaratif seperti apakah yang sering
muncul dalam tuturan guru ketika interaksi belajar mengajar di kelas X
SMK Yos Sudarso Rembang?
b. Bagaimana makna pragmatis tindak tutur ilokusi deklaratif dalam
tuturan guru pada saat interaksi belajar mengajar di kelas X SMK Yos
Sudarso Rembang?
c. Bagaimana ciri-ciri tindak tutur ilokusi deklaratif yang terdapat dalam
tuturan guru ketika interaksi belajar mengajar di kelas X SMK Yos
Sudarso Rembang berlangsung?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, tujuan dari penelitian ini
adalah mendeskripsikan tindak tutur ilokusi deklaratif para guru dalam interaksi
belajar mengajar pada siswa kelas X SMK Yos Sudarso Rembang. Adapun tujuan
penelitian dari sub masalah adalah sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan jenis-jenis tuturan guru yang dicurigai mengandung
tindak tutur ilokusi deklaratif pada saat interaksi belajar mengajar di
kelas X SMK Yos Sudarso Rembang.
b. Mendeskripsikan makna pragmatis tindak tutur ilokusi deklaratif yang
terdapat dalam tuturan guru pada saat interaksi belajar mengajar di
kelas X SMK Yos Sudarso Rembang.
c. Mendeskripsikan ciri-ciri tindak tutur ilokusi deklaratif sesuai dengan
jenis tindak tutur deklaratif yang terdapat dalam tuturan guru ketika
interaksi belajar mengajar di kelas X SMK Yos Sudarso Rembang
berlangsung.
1.4 Definisi Istilah
a. Pragmatik
Yule (2006:3) menegaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang
makna yang disampaikan oleh penutur atau penulis dan ditafsirkan
oleh pendengar atau pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
b. Konteks
Kridalaksana (2011:134) mengartikan konteks adalah (1) aspek-aspek
lingkungan fisik atau sosial yang kait mengait dengan ujaran tertentu,
(2) pengetahuan yang sama-sama dimiliki pembicara dan pendengar
sehingga pendengar paham apa yang dimaksud pembicara.
c. Tindak Tutur
Cummings (2007:362) mengatakan tindak tutur merupakan fenomena
pragmatik penyelidikan linguistik klinis yang sangat menonjol.
d. Tindak Tutur Ilokusi
Leech (1993:21) menjelaskan bahwa tindak tutur ilokusi dalam
komunikasi yang berorientasi pada tujuan atau meneliti makna sebuah
tuturan merupakan usaha untuk merenkonstruksi tindakan apa yang
menjadi tujuan penutur ketika ia memproduksi tuturannya.
e. Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif
Yule (2006:92) mengatakan bahwa deklaratif merupakan jenis tindak
tutur yang mengubah dunia melalui tuturan. Yule memberikan contoh
tuturan deklarasi dalam konteks menghukum yaitu : Jury Foreman,
“We find the defendant guity (kami nyatakan terdakwa bersalah).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Manfaat Teoritis:
Secara teoritis, penelitian ini dapat digunakan untuk memahami bidang
kajian pragmatik, khususnya tindak tutur ilokusi deklaratif. Penelitian
ini juga dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian yang lain.
b. Manfaat Praktis :
Secara praktis, penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca
mengenai jenis, makna pragmatis, dan ciri-ciri tindak tutur ilokusi
deklaratif. Selain itu dalam pembelajaran bahasa, penelitian ini dapat
digunakan untuk menambah wawasan mengenai pemahaman sebuah
tuturan, sehingga mitra tutur atau pendengar dapat memahami maksud
sebuah tuturan yang mengandung tindak tutur deklaratif.
1.6 Sistematika Penyajian
Sistematika penulisan penelitian ini terdiri atas lima bab. Hal ini bertujuan
untuk mempermudah pembaca di dalam memahami penelitian ini. Bab satu
adalah bab pendahuluan. Bab ini mengulas tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, identifikasi masalah, manfaat penelitian, batasan,
dan sistematika penyajian. Bab dua adalah kajian pustaka. Bab ini berisi
penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian peneliti saat ini. Dan
kerangka teoretis yaitu teori-teori yang berkaitan langsung dengan penulisan
penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Bab tiga adalah metodologi penelitian. Bab ini membahas seputar
pendekatan penelitian, data dan sumber data, metode dan teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan trianggulansi
data. Bab empat adalah deskripsi data, hasil penelitian, dan pembahasan. Peneliti
akan menyajikan deskripsi data, hasil penelitian, dan pembahasan. Deskripsi data
dan analisis data akan diuraikan peneliti secara mendalam supaya memudahkan
pembaca. Bab lima terdapat kesimpulan dan saran. Bab ini akan berisi tentang
kesimpulan dari penelitian yang dibahas oleh peneliti serta terdapat saran atau
masukan untuk masalah penelitian yang dapat membantu penelitian selanjutnya.
Setelah kelima bab tersebut selesai, peneliti memberikan halaman untuk daftar
pustaka. Selain itu peneliti juga mencantumkan lampiran berupa kumpulan data
yang ditemukan peneliti selama berada di lapangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini secara khusus akan menguraikan penelitian terdahulu yang
relevan, landasan teori, dan kerangka berpikir. Khusus untuk bagian kedua yaitu
landasan teori, akan diuraikan mengenai (a) kajian pragmatik, (b) konteks, (c)
tindak tutur, (d) tindak tutur ilokusi, dan (e) tindak tutur ilokusi deklaratif.
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai tindak tutur deklaratif memang sudah pernah ada
yang melakukan sebelumnya. Namun kajian secara khusus mengenai penelitian
tindak tutur deklaratif dalam interaksi belajar mengajar belum ada yang
melakukan. Peneleliti mencantumkan dua penelitian terdahulu yang relevan dalam
penelitian ini.
Pertama, penelitian Eli Hidayat (2014) dari Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam skripsinya
yang berjudul Tindak Tutur Deklaratif Dalam Wacana Khotbah Jumat Bahasa
Sunda Di Masjid Baiturrahman Desa Bener Kecamatan Majenang Kabupaten
Cilacap. Peneliti berusaha menganalisis dan menguraikan tindak tutur deklaratif
yang terdapat dalam wacana khotbah Jumat bahasa Sunda yang terjadi di masjid
Baiturrahman. Objek yang menjadi fokus penelitian tersebut adalah: (1) bentuk
tindak tutur deklaratif dalam wacana khotbah Jumat bahasa Sunda, (2) fungsi
tindak tutur deklaratif dalam wacana khotbah Jumat bahasa Sunda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah metode simak.
Peneliti menyimak secara langsung penggunaan bahasa yang digunakan dalam
khotbah Jumat bahasa Sunda di masjid Baiturrahman. Adapun teknik lain yang
digunakan peneliti untuk memperoleh data yang berkualitas, yakni teknik catat
dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan peneliti adalah metode
padan intralingual dan metode padan ekstralingual. Adapun langkah – langkah
yang digunakan peneliti dalam melakukan analisis data, yakni: (a) transkripsi
data yaitu pada tahap transkripsi data, penulis mentranskripsi data yang
berasal dari tuturan khatib ke dalam Bahasa Indonesia. Selanjutnya
diklasifikasikan ke dalam bagan atau tabel data. Setiap tabel data tersebut sudah
mempunyai klasifikasi atau macam-macam tuturan deklaratif. (b) Pemaparan
hasil analisis data, dalam memaparan hasil analisis menggunakan analisis secara
formal yaitu pemaparan dengan menggunakan perumusan kata-kata biasa.
Hasil dari penelitian mengenai tindak tutur deklaratif dalam wacana
khotbah jumat bahasa Sunda yaitu peneliti berhasil menemukan bentuk tindak
tutur deklaratif yang menurut Searle dibedakan menjadi lima, yakni: memutuskan,
membatalkan, melarang, mengijinkan, dan memberikan maaf atau mengampuni.
Serta mampu mengungkapkan fungsi tindak tutur deklaratif khususnya dalam
wacana khotbah Jumat bahasa Sunda. Penelitian tersebut mengacu pada teori
Leech, maka fungsi dari tindak tutur yang ia ungkapkan dalam penelitian tindak
tutur pada wacan khotbah Jumat bahasa Sunda terbagi menjadi empat fungsi,
yakni: (1) fungsi kompetitif, (2) fungsi menyenangkan, (3) fungsi bekerja sama,
dan (4) bertentangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Kedua, penelitian dari Juang Rizki Faznur, Hasnah Faizah, dan Charlina
(2016) dari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas
Riau dalam jurnal penelitian yang berjudul Perbandingan tuturan Deklaratif
Bermakna Imperatif Dalam Novel Tebusan Darah dengan Hempasan Gelombang.
Peneliti berusaha menganalisis perbandingan tuturan deklaratif bermakna
imperatif dalam novel. Objek yang menjadi fokus penelitian adalah mengkaji
tuturan deklaratif bermakna imperatif yang terdapat dari dua novel yang memiliki
latar belakang sama namun memiliki waktu atau generasi yang berbeda. Para
peneliti ingin menganalisis apakah tuturan deklarartif bermakna imperatif pada
angkatan pertama berbeda dengan angkatan sekarang, atau tidak terjadi
pergeseran bahasa dalam hal tuturan deklarartif bermakna imperatif.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, yakni
peneliti mengamati secara langsung isi cerita novel dan mengamati setiap kalimat
dan dialog yang terdapat pada novel tersebut. Dalam penelitian ini, data-data
diambil dari dalam novel yang mengandung wujud tuturan deklaratif bermakna
imperatif. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif analisis.
Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta
yang kemudian disusul dengan analisis atau menguraikan data yang diperoleh
(kata-kata, gambar, perilaku) tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka
statistik, melainkan tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya
dari sekadar angka atau frekuensi. Dengan menggunakan metode tersebut, peneliti
menjabarkan hasil temuannya mengenai perbandingan tuturan deklaratif
bermakna imperatif dalam novel Tebusan Darah dengan Hempasan Gelombang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Hasil dari penelitian mengenai perbandingan tuturan deklaratif bermakna
imperatif dalam novel Tebusan Darah dengan Hempasan Gelombang, peneliti
berhasil mengetahui perbandingan tuturan deklaratif bermakna imperatif.
Penggunaan perbandingan tuturan deklaratif bermakna imperatif dalam novel
Tebusan Darah karya Soeman dengan novel Hempasan Gelombang karya Taufik
Ikram Jamil. Terbagi menjadi enam, yaitu suruhan, ajakan, permohonan,
persilaan, larangan, dan permintaan.
Dua penelitian terdahulu yang ditemukan peneliti memiliki fokus
penelitian yang berbeda. Penelitian terdahulu yang pertama fokus penelitiannya
adalah penggunaan tindak tutur deklaratif dalam wacana, sedangkan fokus
penelitian terdahulu yang kedua adalah perbandingan tuturan deklaratif bermakna
imperatif yang terdapat di antara novel Tebusan Darah dengan Hempasan
Gelombang. Keduanya memang memiliki dasar yang sama yakni tindak tutur
ilokusi deklaratif, hanya saja terdapat perbedaan dalam fokus penelitian.
Keterkaitan dengan penelitian yang sekarang adalah sama-sama mengenai tindak
tutur ilokusi deklaratif. Berdasarkan tinjauan penelitian terdahulu, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian serupa, yakni mengenai tindak tutur ilokusi deklaratif.
Namun, fokus penelitian yang digunakan adalah tuturan para guru ketika
berinteraksi dalam kegiatan belajar mengajar.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian-penelitian
sebelumnya mengenai tindak tutur ilokusi deklaratif dengan menggunakan teknik
penelitian yang berbeda. Sumber data dari penelitian ini adalah para guru yang
sedang melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas X SMK Yos Sudarso
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Rembang. Sementara itu, data dari penelitian ini adalah tuturan para guru yang
sedang melakukan kegiatan belajar mengajar di SMK Yos Sudarso Rembang.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menemukan jenis-jenis tindak tutur ilokusi
deklaratif, makna pragmatis, serta ciri-ciri tindak tutur ilokusi deklaratif yang
terdapat pada tuturan para guru. Dengan demikian penelitian ini berbeda dengan
penelitian sebelumnya, terutama pada teknik dan fokus permasalahan.
2.2 Landasan Teori
Landasan teori merupakan pisau analisis yang harus diketahui peneliti
sebelum melakukan penelitian. Dalam landasan teori akan dijabarkan atau
dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan atau berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan peneliti dan menjadi acuan dalam penelitian Tindak
Tutur Ilokusi Deklaratif Para Guru Dalam Interaksi Belajar Mengajar Pada
Siswa Kelas X SMK Yos Sudarso Rembang. Penulisan penelitian ini didukung
oleh teori-teori yang menurut peneliti sesuai dengan penelitian yang akan
dilakukan sehingga dapat menjadi acuan penelitian.
2.2.1 Pragmatik
Pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-
situasi ujar (speech situations). Levinson (1983:24) menegaskan bahwa Pragmatik
adalah kajian tentang kemampuan pengguna bahasa untuk mengaitkan kalimat-
kalimat dengan konteks yang sesuai (pragmatics is the study of the ability of
language users to pair sentences with the contexs in which they would be
appropriate). Levinson (melalui Nadar, 2009:5) juga menegaskan bahwa
pragmatik merupakan suatu istilah yang mengesankan bahwa sesuatu yang sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
khusus dan teknis sedang menjadi objek pembicaraan, padahal istilah tersebut
tidak mempunyai arti yang jelas. Pada dasarnya pragmatik merupakan kajian yang
menghubungkan antara bahasa dan konteks yang terkodifikasi dalam struktur
bahasa. Dalam pragmatik makna diberi definisi dalam hubungannya dengan
penutur atau pemakai bahasa (Leech 1993:8). Leech juga menekankan bahwa
pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi
ujar (speech situations).
Yule (2006:3) menegaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna
yang disampaikan oleh penutur atau penulis dan ditafsirkan oleh pendengar atau
pembaca. Oleh karena itu, studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis -
analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya (penutur)
daripada tentang makna setiap kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu
sendiri. Pada dasarnya pragmatik memang bidang studi yang mengkaji makna
dalam situasi ujar. Leech (1993:53) memberi penegasan mengenai makna dalam
pragmatik, makna yang digunakan dalam pragmatik merupakan suatu maksud
refleksif, yaitu suatu maksud yang hanya dapat dicapai bila maksud tersebut
diketahui oleh penutur. Pragmatik merupakan telaah penggunaan bahasa untuk
menuangkan maksud dalam tindak komunkasi sesuai dengan konteks dan keadaan
pembicaraan. Pragmatik menelaah bentuk bahasa dengan mempertimbangkan
satuan-satuan yang ‘menyertai’ sebuah ujaran: konteks lingual (co-text) maupun
konteks ekstralingual: tujuan, situasi, partisipan, dan lain sebagainya (Bagus
2014:14). Pragmatik dapat dimanfaatkan setiap penutur untuk memahami maksud
lawan tutur. Penutur dan lawan tutur dapat memanfaatkan pengetahuan atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
pengalaman bersama untuk memperoleh kemudahan dalam berinteraksi.
Pragmatik mengkaji makna dalam situasi ujar, oleh karena itu penutur tidak dapat
membuat pernyataan-pernyataan pragmatis mengenai apa yang terjadi dalam
pikiran seseorang.
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa pragmatik tidak dapat
dilepaskan dari bahasa dan konteks. Fokus dalam pragmatik adalah hubungan
antara bahasa dan konteks. Dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah cabang
ilmu bahasa yang mengkaji penutur untuk mengetahui kesesuaian antara ujaran
dengan konteks ujaran, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar serta
tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran. Perlu diketahui bahwa kemampuan
berbahasa yang baik tidak hanya terletak pada kesesuaian aturan gramatikalnya
saja, tetapi juga pada aturan pragmatik. Pragmatik menganalisis fungsi kalimat
dalam komunikasi, dan kalimat itu harus kita anggap sebagai ‘ujaran’. Pragmatik
juga mempelajari hubungan konsep (pengertian atau maksud) dengan tanda.
2.2.2 Konteks
Konteks tidak bisa dipisahkan dari kajian pragmatik, karena konteks
merupakan aspek penting dalam kajian pragmatik. Setiap pembicaraan mengenai
pragmatik pasti akan disertai pula pembahasan mengenai konteks. Peran konteks
situasi tuturan juga diungkapkan oleh Malinowski (melalui Verschueren 1998:75)
yang mengatakan bahwa persis seperti dalam kenyataan bahasa lisan atau tulisan,
sebuah kata tanpa konteks linguistik hanyalah isapan jempol belaka dan tidak
berarti apa-apa, jadi dengan kenyataan lidah yang lisan, ujaran itu tidak berarti
tanpa konteks situasi (exactly as in the reality of spoken or written languages, a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
word without linguistic context is a mere figment and stands for nothing by itself,
so in the reality of a spoken living tongue, the utterance has no meaning except in
the context of situation). Malinowski menganggap bahwa sebuah bahasa tanpa
konteks diibaratkan sebagai isapan jempol belaka, yang artinya tidak memiliki
arti.
Malinowski (melalui Pateda, 1988:104) menambahkan bahwa untuk
memahami ujaran harus memahami konteks situasi, dengan memperhatikan
konteks situasi, sehingga aspek-aspek bermakna linguistik maupun nonlinguistik
dapat dikorelasikan. Kridalaksana (2011:134) mengungkapkan pengertian konteks
adalah (a) aspek-aspek lingkungan fisik atau sosial yang kait mengait dengan
ujaran tertentu, (b) pengetahuan yang sama-sama memiliki pembicara dan
pendengar sehingga pendengar paham apa yang dimaksud pembicara.
Kridalaksana (melalui Bagus, 2014:94) menyatakan bahwa konteks adalah latar
belakang pemahaman yang dimiliki oleh penutur maupun lawan tutur
sehingga lawan tutur dapat membuat interpretasi mengenai apa yang dimaksud
oleh penutur pada waktu membuat tuturan tertentu. Cummings (2007:5)
juga menjelaskan bahwa kita tidak dapat mendapatkan definisi yang lengkap bila
konteksnya tidak disebutkan. Dalam bukunya, Cummings mengatakan bahwa
gagasan tentang konteks berada di luar pengejawantahannya yang jelas seperti
latar fisik tempat dihasilkannya suatu ujaran yang mencakup faktor-faktor
linguistik, sosial, dan epistemis. Pierce dan Beekam (melalui Cummings,
2007:363) mengkaji pengaruh konteks linguistik dan ekstra-linguistik terhadap
pemahaman konstruktif aktif yang dapat dibalik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Konteks merupakan seperangkat pemikiran dan pengetahuan yang sudah
dimiliki oleh penutur dan mitra tutur dalam membangun suatu komunikasi.
Kesinambungan suatu percakapan atau pembicaraan tergantung oleh latar
belakang pengetahuan yang dimiliki oleh penutur maupun mitra tutur. Peran
penting konteks dalam pragmatik ditekankan oleh Wijaya (melalui Nadar, 2009:4)
yang menyebutkan bahwa pragmatik mengkaji makna yang terikat konteks.
Dalam suatu tindak tutur, penutur dan mitra tutur harus paham mengenai konteks
selama tuturan. Hal ini perlu diketahui agar tidak terjadi salah tafsir antara tuturan
penutur dan penangkapan maksud dari mitra tutur.
Berdasarkan pendapat mengenai konteks di atas, dapat disimpulkan bahwa
konteks merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari tuturan, baik lisan
maupun tulisan. Untuk memahami makna dan maksud dari sebuah tuturan,
penutur maupun mitra tutur harus memahami konteks yang mendasari terjadinya
suatu tuturan. Apabila penutur dan mitra tutur tidak memahami konteks suatu
tuturan, maka maksud dari tuturan tersebut tidak akan dipahami. Oleh karena itu,
penutur dan mitra tutur harus sama-sama saling mengetahui konteks tuturan,
sehingga apa yang disampaikan penutur dapat diterima dengan baik oleh mitra
tutur.
2.2.3 Tindak Tutur
Tindakan – tindakan yang ditampilkan lewat tuturan biasanya disebut
tindak tutur (Yule, 2006:82). Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat
psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si
penutur dalam mengahadapi situasi tertentu (Chaer & Agustina, 2004: 50). Austin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
(melalui Rusminto, 2010:22) mengemukakan bahwa aktivitas bertutur tidak hanya
terbatas pada penuturan sesuatu, tetapi juga melakukan sesuatu atas dasar tuturan
itu. Tindak tutur merupakan tuturan yang didalamnya terdapat tindakan.
Dengan mengucapkan sesuatu, penutur juga melakukan sesuatu. Austin
(1962:12) menegaskan mengenai tindak tutur bahwa di dalam mengatakan
sesuatu, kita juga melakukan sesuatu “(in which to say something is to do
something or in which by saying or in saying something we are doing something).
Menurut Austin, dalam menyampaikan sesuatu, penutur juga melakukan tindakan
melalui ujaran yang disampaikannya. Pendapat Austin ini didukung oleh Searle
(melalui Rusminto, 2010:22) dengan mengatakan bahwa unit terkecil
komunikasi bukanlah kalimat, melainkan tindakan tertentu, seperti membuat
pernyataan, pertanyaan, perintah, dan permintaan. Jika dalam peristiwa tutur lebih
dilihat pada tujuan peristiwanya, tetapi dalam tindak tutur lebih dilihat pada
makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Cummings (2007:362) mengatakan
tindak tutur sebagai fenomena pragmatik penyelidikan linguistik klinis yang
sangat menonjol.
Searle (melalui Rahardi, 2008: 35-36) juga menyatakan bahwa dalam
praktiknya terdapat tiga macam tindak tutur antara lain tindak lokusioner, tindak
ilokusioner, dan tindak perlokusi. Tindak lokusioner adalah tindak bertutur
dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata,
frasa, dan kalimat itu. Dalam lokusioner tidak dipermasalahkan maksud dan
fungsi tuturan yang disampaikan oleh si penutur. Tindak ilokusioner adalah tindak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu pula. Tindakan perlokusi
adalah tindak menumbuhkan pengaruh (effect) kepada mitra tutur.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tindak
tutur adalah suatu tuturan yang memiliki maksud tertentu yang diungkapkan
dengan suatu tindakan. Tindak tutur yang memiliki maksud tertentu tersebut tidak
dapat dipisahkan dari konsep situasi tutur. Konsep tersebut memperjelas
pengertian tindak tutur sebagai suatu tindakan yang menghasilkan tuturan sebagai
produk tindak tutur. Tindak tutur didasarkan pada hubungan tuturan dengan
tindakan yang dilakukan oleh penutur kepada mitra tuturnya dalam
berkomunikasi. Artinya, tuturan baru bermakna jika direalisasikan dalam tindakan
komunikasi nyata.
2.2.4 Tindak Tutur Ilokusi
Lyons (1997:730) mengatakan bahwa tindak ilokusi adalah suatu tindakan
yang dilakukan dalam mengatakan sesuatu seperti membuat janji, membuat
pernyataan, mengeluarkan perintah atau permintaan, memberikan nama, dan lain
sebagainya. Austin (1962:142) menegaskan bahwa tindak ilouksi adalah tindakan
dalam mengatakan sesuatu. Maksud dari tindak dalam mengatakan sesuatu adalah
sesuatu yang mengandung tanggung jawab penutur untuk melaksanakan sesuatu
sehubungan dengan isi ujarannya. Rohmadi (2004:31) mengungkapkan bahwa
tindak ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau
menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu, disebut
juga the act of doing something. Searle (melalui Rahardi, 2008:36) menjelaskan
tindak ilokusioner adalah tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
tertentu pula. Tuturan perutku ‘perutku lapar’ diucapkan penutur bukan semata-
mata dimaksudkan untuk memberitahukan mitra tutur bahwa pada saat
dituturkannya tuturan tersebut, penutur sedang merasa lapar. Namun lebih dari itu,
penutur menginginkan mitra tutur melakukan tindakan tertentu, misalnya mitra
tutur mengambilkan makanan.
Leech (1993:21) menjelaskan bahwa tindak tutur ilokusi dalam
komunikasi yang berorientasi pada tujuan atau meneliti makna sebuah tuturan
merupakan usaha untuk merekonstruksi tindakan apa yang menjadi tujuan penutur
ketika ia memproduksi tuturannya. Leech menegaskan bahwa tuturan ilokusi
memiliki maksud dan tujuan penutur. Mitra tutur diajak untuk membayangkan apa
yang dimaksudkan penutur melalui ekspresi bahasanya. Selanjutnya, Searle
(melalui Rahardi, 2008:36) menggolongkan tindak tutur ilokusi itu ke dalam lima
macam bentuk tuturan yang masing-masing memiliki fungsi komunikatif. Kelima
macam bentuk tuturan yang menunjukkan fungsi itu dapat dirangkum sebagai
berikut: Asertif (assertives), yakni bentuk tuturan yang mengikat penutur pada
kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan (stating),
menyarankan (suggesting), menbual (boasting), mengeluh (complaining), dan
mengklaim (claiming). Direktif (directives), yakni bentuk tuturan yang
dimaksudkan penuturannya untuk membuat pengaruh agar si mitra tutur
melakukan tindakan, misalnya, memesan (orderin), memerintah (commanding),
memohon (requesting), menasehati (advising), dan merekomendasi
(recommending). Ekspresif (expressives), adalah bentuk tuturan yang berfungsi
untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
keadaan, misalnya berterima kasih (thanking), memberi selamat (congratulating),
meminta maaf (pardoning), menyalahkan (blambing), memuji (praising),
berbelasungkawa (condoling). Komisif (commissives), yakni bentuk tuturan yang
berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya berjanji (promising),
bersumpah (vowing), dan menawarkan sesuatu (offering). Deklarasi
(declarations), yaitu bentuk tuturan yang menghubungkan isi tuturan dengan
kenyataan, misalnya berpasrah (resigning), memecat (dismissing), membaptis
(chistening), memberi nama (naming), mengangkat (appointing), mengucilkan
(excommicating), dan menghukum (sentencing).
Pendapat para ahli mengenai tindak tutur ilokusi di atas dapat disimpulkan
bahwa tindak tutur ilokusi merupakan suatu tuturan yang memiliki sifat
pernyataan, tawaran, penjelasan, maupun fungsi komunikatif bahasa lainnya.
Tindak tutur ilokusi melakukan suatu tindakan dengan mengatakan sesuatu. Pada
tindak tutur ilokusi, penutur menyatakan sesuatu dengan menggunakan suatu daya
yang khas, yang membuat si penutur bertindak sesuai dengan apa yang
dituturkanya. Tindakan ini mengandung makna yang berhubungan dengan fungsi
sosial. Maksudnya adalah penutur tidak hanya menyampaikan informasi kepada
mitra tutur, melainkan dalam tuturannya penutur mampu mempengaruhi mitra
tutur untuk melakukan suatu tindakan yang dimaksudkan oleh penutur.
2.2.5 Tindak Tutur Ilokusi Jenis Deklaratif
Tindak tutur deklaratif merupakan bentuk tuturan yang berisi tentang
pernyataan ringkas dan padat. Searle (melalui Leech, 2993:165) mengatakan
bahwa tindakan-tindakan deklaratif merupakan kategori tindak ujar yang sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
khusus, karena tindakan-tindakan ini biasanya dilakukan oleh seseorang yang
dalam sebuah kerangka acuan kelembagaan diberi wewenang untuk
melakukannya. Dengan kata lain, penutur yang mengucapkan tuturan deklarasi
menggunakan bahasa hanya sebatas sebagai tanda lahiriah bahwa suatu tindakan
(sosial, keagamaan, hukum) telah dilaksanakan. Bentuk tutur deklaratif atau
deklarasi merupakan bentuk tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan
kenyataannya, misalnya berpasrah (resigning), memecat (dismissing), membaptis
(christening), memberi nama (naming), mengangkat (appointing), mengucilkan
(excommunicating), dan menghukum (sentencing) (Rahardi, 2003:73). Dalam
bahasa Indonesia, kalimat deklaratif memiliki maksud ingin menyampaikan
sesuatu kepada mitra tutur. Suatu yang diberitakan kepada mitra tutur itu
merupakan ungkapan suatu kejadian. Rahardi (2008:75) mengatakan bahwa
kalimat deklaratif dalam bahasa Indonesia dapat merupakan tuturan langsung dan
dapat pula merupakan tuturan tidak langsung. Yule (2006:92) mengatakan bahwa
deklaratif merupakan jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan.
Yule memberikan contoh tuturan deklarasi dalam konteks menghukum yaitu :
Jury Foreman, “We find the defendant guity (kami nyatakan terdakwa bersalah).”
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa deklaratif memiliki
definisi pernyataan yang bersifat ringkas dan jelas. Tindak tutur deklaratif
memiliki pengertian segala tindak tutur yang berisi sebuah pernyataan. Tindak
tutur deklaratif merupakan bentuk tuturan yang menghubungkan isi tuturan
dengan kenyataannya. Tindak tutur deklaratif merupakan bagian dari tindak
ilokusioner dan merupakan bagian dalam kajian pragmatik. Tuturan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
mengandung deklaratif hanya meminta pendengar atau yang mendengar kalimat
itu untuk menaruh perhatian saja, tidak usah melakukan apa-apa sebab maksud si
pengujar hanya untuk memberitahukan saja, karena pada dasarnya deklaratif
adalah pernyataan.
2.3 Kerangka Berpikir
Penelitian mengenai tindak tutur deklaratif para guru dalam interaksi
belajar mengajar pada siswa kelas X SMK Yos Sudarso Rembang memiliki
kerangka berpikir. Kerangka berpikir digunakan sebagai fondasi dalam suatu
pemikiran dari seluruh proses penelitian yang akan dilakukan. Tujuan dari
kerangka berpikir adalah memudahkan peneliti dalam menjelaskan alur penelitian
tindak tutur deklaratif para guru dalam interaksi belajar mengajar siswa kelas X
SMK Yos Sudarso Rembang. Dalam kerangka berpikir ini, peneliti akan berusaha
membahas permasalahan yang diangkat, yakni jenis beserta ciri tindak tutur
deklaratif dan makna pragmatis yang terkandung dalam tuturan guru yang
dicurigai mengandung tindak tutur deklaratif. Pembahasan masalah tersebut akan
dijelaskan dengan konsep, teori, dan metode yang berhubungan dengan masalah
penelitian.
Peneliti menggunkaan teori pragmatik sebagai pisau analisis dalam
penelitian. Permsalahan dalam penelitian ini adalah tindak tutur deklaratif para
guru yang merupakan bentuk ujaran, maka peneliti berpkir bahwa teori pragmatik
sangat tepat digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian. Komponen
penting dalam teori pragmatik yang menjadi fokus peneliti adalah tindak tutur
ilokusi deklaratif. Penelitian ini menggunakan menggunakan metode penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan metode yang menghasilkan data
deskriptif dalam bentuk lisan maupun tertulis. Peneliti memberi gambaran
menyeluruh mengenai data penelitian berdasarkan proses pengumpulan data dan
analisis data. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi dan
mengumpulkan data-data untuk menjawab permasalahan penelitian yang
diangkat. Data yang telah terkumpul dari sumber data akan diproses melalui
analisis data. Analisis data merupakan penelusuran melalui catatan-catatan
maupun temuan-temuan yang diperoleh peneliti. Proses analisis data dimulai
dengan menelaah seluruh data yang telah didapatkan dari berbagai sumber.
Analisis data merupakan cara peneliti mengolah data terkumpul guna menjawab
permasalahan dalam penelitian.
Dari kegiatan pengumpulan data dan analisis data, peneliti berupaya untuk
menuliskan hasil penelitian tersebut. Hasil penelitian merupakan sasaran yang
ingin dicapai peneliti dalam penelitiannya. Dalam hasil penelitian, peneliti
menguraikan secara runtut proses penelitian yang kemudian mendeskripsikan
secara singkat dalam butir-butir yang spesifik. Secara ringkas, alur penelitian ini
adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Skema 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
TINDAK TUTUR
TUTURAN PARA GURU DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR
PADA SISWA KELAS X SMK YOS SUDARSO REMBANG
JENIS-JENIS
TINDAK TUTUR
DEKLARATIF
MAKNA PRAGMATIS
TINDAK TUTUR
DEKLARATUIF
CIRI-CIRI TINDAK
TUTUR
DEKLARATIF
TINDAK TUTUR ILOKUSI
DEKLARATIF
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis deskriptif dengan
tujuan untuk mendapatkan deskripsi objektif tentang tuturan guru dalam interaksi
belajar mengajar di kelas X SMK Yos Sudarso Rembang. Menurut Nazir
(2013:43) metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu kelompok
manusia, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa
pada masa yang akan datang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
fenomena-fenomena yang ada. Selanjutnya, metode penelitian ini bertujuan untuk
memberikan gambaran secara sistematis,faktual, dan akurat mengenai data, sifat-
sifat serta hubungan fenomena-fenomena yang sedang diteliti sesuai dengan
sifat alamiah data itu sendiri (Sukmadinata, 2009:72). Penelitian dengan
pendekatan kualitatif menekankan analisis proses dari proses berpikir secara
induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antarfenomena yang diamati,
dan senantiasa menggunakan logika ilmiah. Moleong (2007: 6) mengungkapkan
penelitian kualitatif sebagai suatu jenis penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian secara
holistic, dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu
konteks yang alamiah, serta memanfaatkan berbagai metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
ilmiah. Penelitian kualitatif menggunakan data-data alamiah untuk menerangkan
gejala atau fenomena secara menyeluruh. Penelitian kualitatif dilakukan
pada objek yang alamiah, yaitu objek yang berkembang adanya dan tidak
dimanipulasi peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi
kehadiran pada objek tersebut. Gunawan (2013:80) menegaskan bahwa penelitian
kualitatif bertujuan mengembangkan konsep sensitivitas pada masalah yang
dihadapi, menerangkan realitas yang berkaitan dengan penelusuran teori dari
bawah (grounded theory) dan mengembangkan pemahaman akan satu atau lebih
dari fenomena yang dihadapi.
3.2 Sumber Data dan Data
Sumber data adalah letak atau tempat ditemukannya data yang hendak
diteliti. Dalam penelitian, sumber data harus jelas supaya dapat memperoleh data
yang valid dan akurat. Penelitian ini sumber data yang digunakan adalah tuturan
para guru SMK Yos Sudarso Rembang yang sedang melakukan kegiatan belajar
mengajar di kelas X.
Data merupakan hasil capaian yang nantinya akan diolah untuk menjawab
pertanyaan penelitian yang diangkat oleh peneliti. Moleong (2007:157)
mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif memiliki data utama berupa kata-
kata atau bahasa, sedangkan data pendukungnya berupa dokumen. Data yang
digunakan peneliti adalah tuturan guru yang dicurigai mengandung ilokusi
deklaratif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam sebuah penelitian, data merupakan fakta atau keterangan mengenai
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyusun informasi. Setiap data atau fakta
yang dikumpulkan harus bisa memberikan gambaran maupun keterangan yang
jelas. Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti berupaya untuk memilih teknik
pengumpulan data yang tepat supaya bisa memperoleh data yang tepat. Teknik
pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh data
yang akan dikupas, guna menjawab permasalahan dalam penelitian.
3.3.1 Teknik Simak Bebas Libat Cakap
Teknik ini merupakan teknik penjaringan data yang dilakukan dengan
menyimak penggunaan bahasa tanpa ikut berpartisipasi dalam proses
pembicaraan. Dengan menggunakan teknik ini, peneliti tidak melibatkan diri
secara langsung untuk pembentukan calon data. Namun dalam teknik ini peneliti
hanya sebagai pengamat calon data yang terbentuk dan muncul dari peristiwa
kebahasaan.
Dalam teknik simak bebas libat cakap ini, peneliti menggunakan alat
perekam untuk merekam pembicaraan atau merekam informasi yang ada di
lapangan. Rekaman merupakan cara pengumpulan data yang dapat menghasilkan
data-data lengkap. Dengan merekam kejadian di lapangan, maka peneliti tidak
akan kehilangan data sedikitpun. Selain itu, dengan merekam peneliti akan
memperoleh data yang lengkap dan bukan sekadar perkiraan. Rekaman yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
diambil adalah rekaman suara ketika guru bertutur di dalam kelas pada saat
interaksi belajar mengajar berlangsung.
3.3.2 Teknik Observasi
Penelitian ini berlangsung melalui proses pengamatan atau observasi yang
dilakukan secara langsung oleh peneliti untuk mendapatkan informasi tentang
tindak tutur deklaratif para guru dengan cara mengamati, melihat, mencatat
selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Teknik penelitian obeservasi berarti
peneliti melihat dan mendengarkan apa yang dilakukan dan dikatakan atau
diperbincangkan para responden dalam aktivitasnya. Untuk melengkapi cara
memperoleh data yang lengkap penulis mempergunakan metode observasi, yaitu
mengamati, mencari data dari beberapa fakta mengenai hal yang ada hubungannya
dengan permasalahan. Observasi adalah satu pengamatan yang sistematis terhadap
suatu kegiatan, dimana alat indera sebagai alat yang utama. Peneliti menggunakan
jenis observasi pastisipasi pasif. Dalam hal ini, peneliti datang di lokasi penelitian.
Observasi merupakan teknik yang langsung dapat digunakan untuk memperoleh
data dari berbagai aspek tingkah laku. Teknik ini peneliti terapkan untuk
mendapatkan kejelasan dan memberikan keyakinan tentang data yang perlu untuk
dilaporkan. Dengan menggunakan teknik observasi, data yang diraih lebih dapat
dipercaya, selain itu data yang dikumpulkan lebih efektif dan efisien.
3.3.3 Teknik Wawancara
Esterberg (melalui Sugiyono, 2012:231) mengatakan wawancara adalah
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam stautu topik tertentu. Peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data wawancara untuk menggali informasi
dari lapangan secara mendalam. Dengan melakukan wawancara, peneliti akan
mengetahui lebih dalam mengenai situasi maupun fenomena yang terjadi. Proses
wawancara akan dilakukan peneliti bersamaan ketika peneliti melakukan
observasi. Jenis wawancara yang dipilih peneliti dalam penelitian ini adalah
wawancara terstruktur (Structured Interview). Wawancara terstruktur digunakan
peneliti untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan. Dalam wawancara jenis
ini, peneliti telah menyiapkan instrumen pertanyaan yang nantinya akan
membantu peneliti dalam mendapatkan data yang akurat.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat ukur yang digunakan peneliti dalam
memperoleh data atau fakta. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
instrumen penelitian berupa Human Instrument. Human Instrument merupakan
instrumen penelitian atau alat penelitian yang melibatkan manusia atau peneliti itu
sendiri. Dalam hal ini peneliti sebagai instrumen dalam penelitian kualitatif
berbekal teori pragmatik dan teori tindak tutur. Dengan menggunakan manusia
sebagai instrumen, kenyataan yang terjadi di lapangan dapat dipahami dan
disadari serta dapat secara langsung mengetahui faktor yang merugikan maupun
menguntungkan di lapangan serta mampu mengatasinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan penelusuran melalui catatan-catatan maupun
temuan-temuan yang diperoleh peneliti. Proses analisis data dimulai dengan
menelaah seluruh data yang telah didapatkan dari berbagai sumber. Analisis
kualitatif berbeda dengan kuantitatif yang cara analisis dilakukan setelah data
terkumpul semua, tetapi analisis kualitatif dilakukan sepanjang penelitian dari
awal hingga akhir. Hal ini dilakukan karena penelitian kualitatif mendapat data
yang membutuhkan analisis sejak awal penelitian. Bahkan hasil analisis awal akan
menentukan proses penelitian selanjutnya.
Proses analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada 4 tahap yang
meliputi identifikasi, klasifikasi, interpretasi, dan pelaporan. Pertama, tahap
identifikasi, pada tahap ini peneliti akan mengidentifikasi semua tuturan ketika
interaksi belajar mengajar berlangsung yang dicurigai mengandung tindak tutur
deklaratif. Selain itu, pada proses identifikasi ini, peneliti akan mengidentifikasi
tuturan tersebut berdasarkan jenis-jenis tindak tutur deklaratif. Kedua, tahap
klasifikasi, pada tahap ini peneliti akan mengklasifikasikan atau mengelompokkan
tuturan yang diperoleh berdasarkan jenis-jenis tindak tutur deklaratif. Ketiga,
tahap interpretasi, pada tahap interpretasi atau tahap penafsiran, peneliti akan
menafsirkan data atau fakta yang diperoleh. Dari data atau fakta yang telah
diperoleh itu, peneliti akan menetapkan makna-makna yang terdapat pada data
atau fakta yang telah peneliti temukan dalam lapangan. Keempat, tahap pelaporan
setelah menyelesaikan tahap identifikasi, klasifikasi, dan interpretasi, peneliti akan
melaporkan hasil temuan atau penelitiannya dalam bentuk deskriptif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
3.6 Triangulasi
Untuk menguji keabsahaan data yang telah dikumpulkan, peneliti akan
melakukan teknik triangulasi data. Data yang sudah terkumpul merupakan modal
awal yang sangat berharga dalam penelitian, dari data terkumpul akan dilakukan
analisis yang digunakan sebagai bahan masukan untuk penarikan kesimpulan,
melihat begitu besarnya posisi data maka keabsahan data yang terkumpul menjadi
sangat vital. Data yang salah akan menghasilkan kesimpulan yang salah pula,
demikian sebaliknya, data yang sah (valid/kredibel) akan menghasilkan
kesimpulan hasil penelitian yang benar. Untuk menetapkan keabsahan data
diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan data didasarkan
atas sejumlah kriteria tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan berisi tentang deskripsi data, hasil analisis data, serta
pembahasan. Deskripsi data yang diperoleh merupakan deskripsi berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan dengan membuat klasifikasi data
berdasarkan kategori dan jenis tindak tutur ilokusi deklaratif para guru. Pada
bagian analisis data akan dipaparkan secara singkat beberapa bentuk analisis data
yang telah dicantumkan dalam lampiran. Sedangkan pada bagian pembahasan
berisi tentang uraian jawaban atas pertanyaan yang terdapat dalam rumusan
masalah.
4.1 Deskripsi Data
Pelaksanaan penelitian dilakukan di SMK Yos Sudarso Rembang yang
beralamat di Jalan P. Diponegoro No.95 Rembang, Jawa Tengah. Sumber data
dari penelitian ini adalah tuturan para guru SMK Yos Sudarso Rembang saat
proses interaksi belajar mengajar di kelas X, sedangkan datanya adalah yang
dicurigai mengandung tindak tutur ilokusi deklaratif. Penelitian dilakukan di
masing-masing jurusan kelas X SMK Yos Sudarso Rembang, yang terdiri dari
jurusan Multimedia (2 perempuan, 17 laki-laki), Akuntansi (9 perempuan, 1 laki-
laki), Administrasi Perkantoran (13 perempuan, 4 laki-laki), dan Farmasi (10
perempuan, 2 laki-laki). Fokus penelitian ini berupa tuturan ilokusi deklaratif
para guru ketika kegiatan belajar mengajar di kelas X SMK Yos Sudarso
Rembang berlangsung. Data yang berhasil dikumpulkan ada 96 data. Data yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi, menyimak ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
guru dan siswa sedang melakukan kegiatan belajar mengajar, serta wawancara
dengan beberapa guru.
Pengambilan data melalui teknik observasi, wawancara, dan simak bebas
libat cakap mulai dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2017. Hasil dari penelitian
tersebut ditemukan tujuh jenis tindak tutur ilokusi deklaratif. Ketujuh jenis
tersebut adalah 32 tindak tutur ilokusi deklaratif ‘memutuskan’, 34 tindak tutur
ilokusi deklaratif ‘mengesahkan’, 15 tindak tutur ilokusi deklaratif ‘penamaan’, 3
tindak tutur ilokusi deklaratif ‘menghukum’, 6 tindak tutur ilokusi deklaratif
‘melarang’, 4 tindak tutur ilokusi deklaratif ‘berpasrah’, dan 2 tindak tutur ilokusi
deklaratif ‘mengangkat’. Selain itu, ditemukan pula delapan jenis makna
pragmatik tindak tutur ilokusi deklaratif. Delapan makna pragmatik tersebut
adalah 35 mengarahkan, 15 menguatkan, 4 suruhan, 25 meyakinkan, 1 persilaan,
12 mengingatkan, 1 ajakan, dan 3 larangan.
Data dari penelitian ini telah melalui tahap triangulasi. Triangulasi data
dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 9 Juni 2017. Triangulasi data dilakukan
oleh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta yaitu Dr. B. Widharyanto,M.Pd. Berdasarkan hasil
triangulasi, terdapat 6 dari 96 data yang tidak disetujui oleh dosen triangulator
(dapat dilihat pada lampiran).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
4.2 Hasil Analisis Data
Analisis data yang peneliti gunakan sejalan dengan pandangan Bloomfield
(melalui Pateda, 1998:37) dalam analisis bahasa yang bersifat behavioristic
antimentalist. Berdasarkan pandangan behaviorisme, harus memperhatikan
tingkah laku manusia yang dapat ditangkap oleh alat indera. Kaitannya dengan
penelitian ini adalah tindak tutur ilokusi deklaratif para guru ketika interkasi
belajar mengajar dengan para siswa. Peneliti memperhatikan tuturan-tuturan guru
dan mencermati bahasa-bahasa simbol atau bahasa tubuh penutur yang
mengisyaratkan suatu maksud tuturan untuk mitra tutur.
Tindak tutur ilokusi deklaratif merupakan bentuk tindak tutur yang
menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya. Artinya, apa yang dituturkan
oleh penutur merupakan gambaran dari keadaan yang sebenarnya. Tanggapan
yang diharapkan timbul dari mitra tutur dapat berupa verbal maupun nonverbal
yang mengisyaratkan sebuah tindakan atau respons dari tuturan penutur. Tindakan
dari mitra tutur akan terjadi apabila mitra tutur memahami maksud dari tuturan
penutur. Sehubungan dengan maksud tuturan penutur, perlu dilakukan identifikasi
berdasarkan konteks tuturan. Konteks menjadi peran penting dalam menafsirkan
maksud penutur, karena konteks merupakan latar belakang pengetahuan yang
sama-sama dimiliki penutur maupun mitra tutur.
Setiap tuturan tentunya memiliki makna maupun maksud yang ingin
disampaikan kepada mitra tutur. Makna tuturan dapat dikethaui berdasarkan
konteks situasi tuturan yang sedang terjadi. Penutur dan mitra tutur harus saling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
memahami konteks tuturan, hal ini bertujuan supaya tidak terjadi salah tafsir
antara maksud tuturan penutur dengan respon mitra tutur.
Pemahaman konteks menurut Kridalaksana (2011:134) adalah (a) aspek-
aspek lingkungan fisik atau sosial yang kait mengait dengan ujaran tertentu, (b)
pengetahuan yang sama-sama dimiliki pembicara dan pendengar sehingga
pendengar paham apa yang dimaksud pembicara. Setiap tuturan yang diucapkan
guru ketika interaksi belajar mengajar berlangsung tentunya memiliki makna dan
maksud yang baik untuk para siswa. Informasi yang disampaikan dalam sebuah
tuturan guru, mengandung pesan yang harus dilaksanakan oleh siswa. Pesan yang
disampaikan tersebut sesuai dengan situasi dan latar belakang pengetahuan yang
telah dimiliki oleh penutur maupun mitra tutur, sehingga tuturan tersebut dapat
dipahami oleh mitra tutur. Misalnya tuturan guru mata pelajaran
Kewaeganegaraan yang sedang mengajar di kelas X Administrasi Perkantoran
SMK Yos Sudarso Rembang, berikut ini :
“TKI itu adalah orang Indonesia yang bekerja di luar negeri. Siapapun
yang bekerja di luar negeri sebagai apapun itu, selalu disebut sebagai
TKI.”
Tuturan tersebut memiliki dua konteks, yakni konteks fisik dan konteks
asumsi atau latar belakang pengetahuan yang sama. Pertama, konteks fisik dalam
tuturan tersebut adalah seorang guru yang sedang mengajar mata pelajaran
kewarganegaraan di kelas X Administrasi Perkantoran yang memiliki 17 siswa
(13 perempuan, 4 laki-laki). Pada saat tuturan ini terjadi, guru sedang
menerangkan materi kepada para siswa tentang warga Negara. Kedua, konteks
asumsi atau latar belakang pengetahuan bersama dalam tuturan tersebut adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
penutur dan mitra tutur memiliki asumsi dan latar belakang pengetahuan yang
sama bahwa tenaga kerja dari Indonesia yang dikirim ke luar negeri untuk bekerja
itu disebut TKI.
Jika ditinjau dari segi konteksnya, tuturan di atas memiliki makna
‘meyakinkan’. Penutur yakni seorang guru kewarganegaraan ingin membuat
mitra tutur yakni para siswa kelas X Administrasi Perkantoran untuk lebih paham
mengenai materi yang diajarkan guru. Penanda makna pragmatis ‘meyakinkan’
dalam tuturan tersebut terbentuk dari konteksnya yakni pengetahuan dari penutur
dan mitra tutur terhadap penggalan tuturan: “Siapapun yang bekerja di luar negeri
sebagai apapun itu, selalu disebut sebagai TKI”. Melalui tuturannya itu, penutur
berusaha untuk menyakinkan mitra tutur terhadap materi yang sedang ia ajarkan.
Berdasarkan asumsi dan latar belakang pengetahuan bersama mengenai tenaga
kerja Indonesia adalah orang Indonesia yang bekerja di luar negeri, diharapkan
mampu menambah wawasan dan pemikiran mitra tutur terhadap ketenagakerjaan.
4.2.1 Jenis Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Para Guru Dalam Interaksi
Belajar Mengajar Pada Siswa Kelas X SMK Yos Sudarso Rembang
Setelah melakukan penelitian secara mendalam, ditemukan enam jenis
tindak tutur ilokusi deklaratif dalam tuturan para guru ketika proses interaksi
belajar mengajar pada siswa kelas X SMK Yos Sudarso Rembang. Keenam jenis
tindak tutur ilokusi deklaratif tersebut adalah tindak tutur ilokusi deklaratif
‘memutuskan’, tindak tutur ilokusi deklaratif ‘mengesahkan’, tindak tutur ilokusi
deklaratif ‘penamaan’, tindak tutur ilokusi deklaratif ‘menghukum’, dan tindak
tutur ilokusi deklaratif ‘melarang’, dan tindak tutur ilokusi deklaratif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
‘mengangkat’. Berikut akan dijelaskan satu persatu mengenai jenis tindak tutur
ilokusi deklaratif yang berhasil ditemukan.
4.2.1.1 Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif ‘Penamaan’
Berdasarkan hasil penelitian dan jumlah data yang terkumpul, terdapat 15
tindak tutur ilokusi deklaratif jenis ‘penamaan’. Kridalaksana (1982:160)
mengatakan bahwa penamaan merupakan proses pencarian lambang bahasa untuk
menggambarkan objek, konsep, proses, dan sebagainya. Tindak tutur ilokusi
deklaratif ‘penamaan’ adalah tuturan yang memiliki sifat memberi nama atau
mengangkat sebuah nama dari suatu peristiwa maupun benda. Untuk
mempermudah pemahaman pembaca, di bawah ini akan dijelaskan tindak tutur
ilokusi deklaratif ‘penamaan’:
Tuturan (1):
Opini itu adalah pendapat. Pendapatmu mengenai suatu hal.
Sebagai pelajar yang aktif, kalian harus berani beropini.
Tujuannya untuk apa? Tujuannya ya untuk melatih keterampilan
kalian dalam berbicara, keterampilan supaya bisa lebih kritis
dalam menanggapi suatu hal maupun keadaan. (Data 68)
Tututran deklaratif: Opini itu adalah pendapat.
Ko-teks: Pendapatmu mengenai suatu hal. Sebagai pelajar yang aktif,
kalian harus berani beropini. Tujuannya untuk apa? Tujuannya ya untuk
melatih keterampilan kalian dalam berbicara, keterampilan supaya bisa
lebih kritis dalam menanggapi suatu hal maupun keadaan.
Konteks non-linguistik: Tuturan ini disampaikan oleh guru mata
pelajaran Kewarganegaraan ketika menjelaskan materi kepada siswa-
siswanya di kelas X Administrasi Perkantoran. Guru meminta para siswa
untuk bertanya mengenai materi yang kurang paham. Namun, siswa tetap
pasif dan tidak mau mengeluarkan pendapatnya terhadap materi yang
diajarkan. Mengetahui hal tersebut, guru menyampaikan suatu tuturan
mengenai opini.
Tuturan (2):
Berdoa itukan berbicara dengan Tuhan, masa kalian buat
bercanda. Ngomong sama orangtua aja tidak boleh sembarangan,
harus yang sopan, masa kamu berbicara sama Tuhan malah
seenaknya sendiri. Mengerti? (Data 76)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Tuturan deklaratif: Berdoa itukan berbicara dengan Tuhan, masa kalian
buat bercanda.
Ko-teks: Ngomong sama orangtua aja tidak boleh sembarangan, harus
yang sopan, masa kamu berbicara sama Tuhan malah seenaknya sendiri.
Mengerti?
Konteks non-linguistik: Disampaikan guru mata pelajaran
Kewirausahaan di kelas X Multimedia yang memiliki 19 siswa (2
perempuan, 17 laki-laki) ketika ia melihat ada siswa yang bercanda ketika
berdoa. Guru ingin siswa-siswinya tidak menganggap berdoa itu sebagai
lelucon, dan menginginkan supaya siswa-siswinya serius dalam berdoa.
Berdasarkan proses analisis data, tuturan (1) yang menjadi data sebagai
tuturan deklaratif adalah ‘opini itu adalah pendapat’, sedangkan tuturan yang
mendampingi data tersebut adalah ko-teks. Ko-teks pada tuturan (1) adalah
‘pendapatmu mengenai suatu hal. Sebagai pelajar yang aktif, kalian harus
berani beropini. Tujuannya untuk apa? Tujuannya ya untuk melatih
keterampilan kalian dalam berbicara, keterampilan supaya bisa lebih kritis
dalam menanggapi suatu hal maupun keadaan.’ Dapat dikatakan sebagai ko-
teks karena tuturan tersebut memperjelas maksud dari data. Keberadaan ko-teks
dalam suatu wacana menunjukkan bahwa struktur suatu teks memiliki hubungan
dengan teks lainnya. Hal itulah yang membuat suatu wacana menjadi utuh dan
lengkap. Tuturan tersebut memiliki sifat pernyataan yang memberitahukan, seperti
sifat dasar tuturan deklaratif, yakni tuturan yang memiliki maksud untuk
memberitahu. Tuturan tersebut termasuk dalam tuturan deklaratif jenis penamaan,
karena dalam tuturan tersebut penutur telah memberikan nama. Tuturan tersebut
diucapkan oleh guru mata pelajaran Kewarganegaraan di kelas X Administrasi
Perkantoran (13 perempua, 4 laki-laki) ketika menjelaskan suatu materi kepada
para siswa. Sesuai dengan pendapat dari Kridalaksana di atas bahwa penamaan
merupakan proses pencarian lambang bahasa untuk menggambarkan objek,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
konsep, proses, dan sebagainya. Tuturan deklaratif jenis ‘penamaan’ berupa
sebuah pernyataan yang bertujuan untuk mengangkat sebuah nama atau memberi
nama dari peristiwa, maupun benda. Pada tuturan tersebut dapat terlihat dengan
jelas bahwa penutur telah mengangkat sebuah nama atau memberikan nama
bahwa opini adalah pendapat. Kaitannnya dengan pendapat Kridalaksana adalah
pencarian lambang bahasa, bahwa yang disebut sebagai opini adalah pendapat.
Pemberian nama atau istilah pada tuturan tersebut adalah mengangkat suatu istilah
bahwa yang dimaksud opini adalah penadapat, begitu pula sebaliknya. Ditinjau
dari segi tindak tutur ilokusi deklaratif, tuturan (1) mengandung tindak tutur
ilokusi. Tindak tutur ilokusi berfungsi untuk menyatakan atau menginformasikan
sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu tindakan. Guru
menyampaikan suatu tuturan mengenai beropini, ia menghimbau para siswa
supaya berani untuk berpendapat dan kritis. Tindakan yang dihasilkan dari tuturan
tersebut adalah beberapa siswa bertanya kepada guru mengenai materi yang
kurang dipahami.
Tuturan (2) juga termasuk dalam tindak tutur ilokusi deklaratif. Data pada
tuturan tersebut yang menjadi pokok analisis serta dicurigai mengandung tindak
tutur ilokusi deklaratif adalah ‘berdoa itukan berbicara dengan Tuhan, masa
kalian buat bercanda’, sedangkan tuturan yang mendampingi data tersebut
adalah ko-teks. Ko-teks pada tuturan (2) adalah ‘ngomong sama orangtua aja
tidak boleh sembarangan, harus yang sopan, masa kamu berbicara sama
Tuhan malah seenaknya sendiri. Mengerti?’ Dapat dikatakan sebagai ko-teks
karena tuturan tersebut memperjelas maksud dari data. Keberadaan ko-teks dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
suatu wacana menunjukkan bahwa struktur suatu teks memiliki hubungan dengan
teks lainnya. Hal itulah yang membuat suatu wacana menjadi utuh dan lengkap.
Tuturan tersebut memiliki sifat pernyataan yang memberitahukan, seperti sifat
dasar tuturan deklaratif, yakni tuturan yang memiliki maksud untuk memberitahu.
Tuturan tersebut termasuk dalam tuturan deklaratif jenis penamaan, karena dalam
tuturan tersebut penutur telah memberikan nama. Tuturan tersebut disampaikan
guru mata pelajaran Kewirausahaan di kelas X Multimedia yang memiliki 19
siswa (2 perempuan, 17 laki-laki) ketika ia melihat ada siswa yang bercanda
ketika berdoa. Guru ingin siswa-siswinya tidak menganggap berdoa itu sebagai
lelucon, dan menginginkan supaya siswa-siswinya serius dalam berdoa. Sesuai
dengan pendapat dari Kridalaksana di atas bahwa penamaan merupakan proses
pencarian lambang bahasa untuk menggambarkan objek, konsep, proses, dan
sebagainya. Tuturan deklaratif jenis ‘penamaan’ berupa sebuah pernyataan yang
bertujuan untuk mengangkat sebuah nama atau memberi nama dari peristiwa,
maupun benda. Pada tuturan tersebut dapat terlihat dengan jelas bahwa penutur
telah mengangkat sebuah nama atau memberikan nama bahwa berdoa adalah
berbicara dengan Tuhan. Kaitannnya dengan pendapat Kridalaksana adalah
pencarian lambang bahasa, bahwa yang disebut sebagai berdoa adalah berbicara
dengan Tuhan. Pemberian nama atau istilah pada tuturan tersebut adalah
mengangkat suatu istilah bahwa yang dimaksud berdoa adalah berbicara dengan
Tuhan, begitu pula sebaliknya. Ditinjau dari segi tindak tutur ilokusi deklaratif,
tuturan (2) mengandung tindak tutur ilokusi. Tindak tutur ilokusi berfungsi untuk
menyatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
sesuatu tindakan. Guru menyampaikan suatu tuturan bahwa berdoa adalah
berbicara dengan Tuhan, ia menghimbau para siswa supaya tidak bercanda ketika
sedang berdoa. Tindakan yang dihasilkan dari tuturan tersebut adalah para siswa
memahami maksud penutur atau guru, dan mengulangi berdoa dengan serius.
4.2.1.2 Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif ‘Menghukum’
Menghukum adalah menjatuhkan hukuman kepada seseorang yang
melakukan suatu kesalahan atau hal yang menyimpang dari peraturan. Menurut
Suwarno (2002:115) menghukum adalah memberikan atau mengadakan nestapa
atau penderitaan dengan sengaja kepada anak didik yang menjadi anak asuh kita
dengan maksud supaya penderitaan itu betul-betul di rasakan untuk menuju
kebaikan. Hukuman sebagai alat pendidikan yang tidak menyenangkan bagi
siswa. Namun, hukuman diberlakukan untuk meninggalkan perbuatan atau hal-hal
yang kurang menguntungkan bagi dirinya dan mengarahkan agar senantiasa selalu
bertingkah laku yang baik dan bermanfaat bagi hasil belajarnya,
perkembangannya, serta kemajuannya. Berikut akan dijelaskan mengenai tindak
tutur ilokusi deklaratif ‘menghukum’:
Tuturan (3):
Kelompok yang kalah harus mau menerima konsenkuensinya, tadi
sudah disepakati to yang kalah harus menyanyi di depan kelas.
Bagi yang merasa kelompoknya kalah, nyanyi di depan kelas.
(Data 82)
Tuturan deklaratif: Bagi yang merasa kelompoknya kalah, nyanyi di
depan kelas.
Ko-teks: Kelompok yang kalah harus mau menerima konsekuensinya.
Tadi sudah disepakati to yang kalah harus menyanyi di depan kelas.
Konteks non-linguistik: Tuturan ini disampaikan oleh guru bahasa
Indonesia di kelas X Administrasi Perkantoran ketika ada kelompok yang
kalah dalam bermain kuis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Tuturan (4):
Boni, handphone kamu saya sita karena kamu sudah membuka
handphone di pelajaran saya. Kalau pelajaran saya handphone
disimpan. (Data 84)
Tuturan deklaratif: Boni, handphone kamu saya sita
Ko-teks: karena kamu sudah membuka handphone di pelajaran saya.
Kalau pelajaran saya handphone disimpan.
Konteks non-linguistik: Tuturan ini muncul ketika ada salah satu siswa
yang ketahuan bermain handphone ketika jam pelajaran berlangsung.
Pelajaran yang berlangsung adalah pelajaran Kewirausahaan di kelas X
Multimedia yang memiliki 19 siswa (2 perempuan, 17 laki-laki). Dalam
hal ini siswa dan guru sudah mengetahui bahwa peraturan sekolah adalah
tidak boleh menggunakan handphone ketika jam pelajaran berlangsung
tanpa perintah dari guru.
Sesuai dengan pendapat Surwarno di atas, tuturan (3) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif ‘menghukum’ melalui tuturan tersebut penutur telah
menjatuhkan sebuah hukuman kepada mitra tutur. Tuturan tersebut disampaikan
oleh guru bahasa Indonesia di kelas X Administrasi Perkantoran (13 perempuan, 4
laki-laki) ketika ada kelompok yang kalah dalam bermain kuis. Bukti yang
mengatakan bahasa penutur telah menjatuhkan hukuman kepada mitra tutur
adalah penggalan tuturan berikut: ‘Bagi yang merasa kelompoknya kalah,
nyanyi di depan kelas.’ Kaitannya pendapat Suwarno dengan tuturan di atas
adalah hukuman yang diberikan guru berguna untuk mengarahkan siswa untuk
berperilaku baik dan bermanfaat bagi kehidupannya. Melalui tuturan tersebut guru
menghukum dengan mengajarkan siswa untuk selalu berani menghadapi berbagai
konsekuensi atas keputusan maupun kesepakatan yang telah disetujui bersama.
Ditinjau dari segi tindak tutur ilokusi deklaratif, tuturan (3) mengandung tindak
tutur ilokusi. Tindak tutur ilokusi berfungsi untuk menyatakan atau
menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu tindakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Guru menyampaikan suatu tuturan bahwa kelompok yang kalah harus menyanyi
di depan kelas sesuai dengan kesepakatan bersama. Tindakan yang dihasilkan
dari tuturan tersebut adalah para siswa yang berada pada kelompok kalah maju di
depan kelas dan bernyanyi. Para siswa yang termasuk dalam kelompok kalah
melaksanakan hukuman sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui bersama.
Berbeda dengan Suwarno, menurut Purwanto (2005:186) maksud dari
pemberian hukuman ialah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan
sengaja oleh seseorang (orang tua, guru, dan sejajarnya) sesudah terjadi suatu
pelanggaran, kejahatan, atau kesalahan. Hukuman yang diberikan guru kepada
siswa tersebut terjadi karena siswa telah melakukan suatu kesalahan, yakni
berbicara ketika guru sedang memberi penjelasan. Tuturan (4) juga termasuk
dalam tindak tutur ilokusi deklaratif ‘menghukum’ melalui tuturan tersebut
penutur telah menjatuhkan sebuah hukuman kepada mitra tutur. Tuturan tersebut
muncul ketika ada salah satu siswa yang ketahuan bermain handphone ketika jam
pelajaran berlangsung. Pelajaran yang berlangsung adalah pelajaran
Kewirausahaan di kelas X Multimedia (2 perempuan, 17 laki-laki). Dalam hal ini
siswa dan guru sudah mengetahui bahwa peraturan sekolah adalah tidak boleh
menggunakan handphone ketika jam pelajaran berlangsung tanpa perintah dari
guru. Bukti yang mengatakan bahsa penutur telah menjatuhkan hukuman kepada
mitra tutur adalah penggalan tuturan berikut: ‘Boni, handphone kamu saya sita
karena kamu sudah membuka handphone di pelajaran saya.’ Penutur
memberi hukuman kepada mitra tutur karena mitra tutur telah melanggar
peraturan, dalam konteks tuturan tersebut adalah peraturan sekolah. Sejalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
dengan pendapat Purwanto di atas bahwa hukuman terjadi karena kesalahan dari
pihak yang diberikan hukuman. Siswa telah melakukan suatu pelanggaran, yakni
bermain handphone ketika jam pelajaran berlangsung. Ditinjau dari segi tindak
tutur ilokusi deklaratif, tuturan (4) mengandung tindak tutur ilokusi. Tindak tutur
ilokusi berfungsi untuk menyatakan atau menginformasikan sesuatu dan
dipergunakan untuk melakukan sesuatu tindakan. Guru menyampaikan suatu
tuturan bahwa ia akan menyita handphone salah satu siswanya yang bernama
Boni, karena telah bermain handphone ketika pelajaran berlangsung. Tindakan
yang dilakukan guru adalah mengambil handphone siswa tersebut, sedangkan
siswa yang handphonenya disita meminta maaf kepada guru atas kesalahan yang
telah diperbuat. Namun guru tetap menyita handphone Boni sebagai hukuman dan
mengingatkan para siswa lainnya supaya tidak mengulang kesalahan serupa.
4.2.1.3 Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif ‘Melarang’
Dalam penelitian ini, peneliti juga menemukan tindak tutur ilokusi
deklaratif jenis ‘melarang’. Sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa
melarang adalah tidak memeperbolehkan melakukan sesuatu, dalam tuturan ini
kaitannya adalah tidak diperbolehkan melakukan hal yang menyimpang yakni
membolos sekolah. Jenis tindak tutur ini memang kerap kali dijumpai dalam
interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa. Berikut penjelasannya dapat
dilihat di bawah:
Tuturan (5):
Ibu sudah ngomong keras tapi kamu malah sibuk main handphone,
maunya apa? Sekali lagi kamu ketahuan main handphone, saya
sita dan tidak akan saya kembalikan. Mengerti? (Data 89)
Tuturan deklaratif: Sekali lagi kamu ketahuan main handphone, saya sita
dan tidak akan saya kembalikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Ko-teks: Ibu sudah ngomong keras tapi kamu malah sibuk main
handphone, maunya apa?
Konteks non-linguistik: Tuturan ini disampaikan oleh guru
Kewirausahaan di kelas X Multimedia, guru menemukan salah satu
siswanya bermain handphone ketika jam pelajaran sedang berlangsung.
Guru dan siswa sudah sama-sama mengetahui bahwa ketika pelajaran
berlangsung dilarang untuk bermain handphone.
Tuturan (6):
Dari tadi mondar mandir aja ke toilet, kamu itu kenapa to? Nanti
lagi ke toiletnya pas istirahat, baru masuk kok udah mau keluar
lagi. (Data 90)
Tuturan deklaratif: Nanti lagi ke toiletnya pas istirahat, baru masuk kok
udah mau keluar lagi.
Ko-teks: Dari tadi mondar mandir aja ke toilet, kamu itu kenapa to?
Konteks non-linguistik: Tuturan ini disampaikan oleh guru mata
pelajaran Akuntansi di kelas X Akuntansi ketika ada salah satu siswa yang
sering izin ke toilet. Guru menegur siswa tersebut karena selalu ke toilet
ketika guru menerangkan materiIbu sudah ngomong keras tapi kamu
malah sibuk main handphone, maunya apa?
Tuturan (5) juga termasuk dalam tindak tutur ilokusi deklaratif ‘melarang’
melalui tuturan tersebut penutur telah memberi larangan kepada sikap mitra tutur
yang menyimpang. Tuturan tersebut disampaikan oleh guru Kewirausahaan di
kelas X Multimedia (2 perempuan, 17 laki-laki) ketika guru menemukan salah
satu siswanya bermain handphone ketika jam pelajaran sedang berlangsung. Guru
dan siswa sudah sama-sama mengetahui bahwa ketika pelajaran berlangsung
dilarang untuk bermain handphone. Bukti yang mengatakan bahwa penutur telah
memberikan larangan kepada mitra tutur adalah penggalan tuturan berikut: ‘Sekali
lagi kamu ketahuan main handphone, saya sita dan tidak akan saya
kembalikan. Mengerti?’. Melalui tuturan tersebut guru melarang atau tidak
memperbolehkan para siswa untuk bermain handphone. Ditinjau dari segi tindak
tutur ilokusi deklaratif, tuturan (5) mengandung tindak tutur ilokusi. Tindak tutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
ilokusi berfungsi untuk menyatakan atau menginformasikan sesuatu dan
dipergunakan untuk melakukan sesuatu tindakan. Guru menyampaikan suatu
tuturan bahwa ia akan menyita handphone jika melihat siswa bermain handphone
ketika pelajaran sedang berlangsung. Tindakan yang terjadi dalam tuturan tersebut
adalah siswa yang bermain handphone menyimpan handphone di dalam tas dan
mendengarkan guru.
Tuturan (6) juga termasuk dalam tindak tutur ilokusi deklaratif ‘melarang’
melalui tuturan tersebut penutur telah memberi larangan kepada mitra tutur.
Tuturan tersebut disampaikan oleh guru mata pelajaran Akuntansi di kelas X
Akuntansi (9 perempuan, 1 laki-laki) ketika ada salah satu siswa yang sering izin
ke toilet. Guru menegur siswa tersebut karena selalu ke toilet ketika guru
menerangkan materi. Bukti yang mengatakan bahsa penutur telah memberikan
larangan kepada mitra tutur adalah penggalan tuturan berikut: ‘Nanti lagi ke
toiletnya pas istirahat, baru masuk kok udah mau keluar lagi’. Melalui
penggalan tuturan tersebut penutur melarang atau tidak memperbolehkan mitra
tuturnya untuk ke toilet. Ditinjau dari segi tindak tutur ilokusi deklaratif, tuturan
(6) mengandung tindak tutur ilokusi. Tindak tutur ilokusi berfungsi untuk
menyatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan
sesuatu tindakan. Guru menyampaikan suatu tuturan yang bersifat menegur
terhadap seorang siswa yang terlalu sering ke toilet. Tindakan guru dalam tuturan
tersebut adalah menutup pintu supaya siswa tidak keluar kelas. Efek tindakan
yang muncul akibat dari tuturan guru tersebut adalah siswa dan tidak pergi ke
toilet.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
4.2.1.4 Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif ‘Mengangkat’
Hasil dari penelitian ini, ditemukan 2 tuturan yang memiliki jenis
‘mengangkat’. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengangkat adalah
melakukan (menyatakan), menaikkan (pangkat dan sebagainya), menetapkan
menjadi (pegawai dan sebagainya), mengambil, menjadikan, mengakui sebagai
(anak, saudara, dan sebagainya). Mengangkat adalah menetapkan sebagai sesuatu
yang telah diputuskan atau yang dikehendaki penutur. Di bawah ini akan
diberikan penjelasan mengenai hasil penelitian tindak tutur ilokusi deklaratif
‘mengangkat’ untuk mempermudah pemahaman pembaca:
Tuturan (7):
Oke permainan sudah selesai, selamat kelompok B kalian menjadi
pemenangnya. Untuk kelompok-kelompok lain, lebih banyak
belajar ya, jadi besok kalau ada pelajaran saya terus ada games
lagi kalian bisa menang. Pelajaran kalau diselingi games ginikan
jadi enak to? Jadi bersemangat to? (Data 95)
Tuturan deklaratif: Oke permainan sudah selesai, selamat kelompok B
kalian menjadi pemenangnya.
Ko-teks: Untuk kelompok-kelompok lain, lebih banyak belajar ya, jadi
besok kalau ada pelajaran saya terus ada games lagi kalian bisa menang.
Pelajaran kalau diselingi games ginikan jadi enak to? Jadi bersemangat to?
Konteks non-linguistik: Tuturan ini disampaikan oleh guru mata
pelajaran bahasa Indonesia ketika mengajarkan materi di kelas X
Administrasi Perkantoran.
Tuturan (8):
Tadi nama-nama yang sudah saya sebutkan itu menjadi
koordinator kelompok, yakni supaya setiap kelompok ada
penanggungjawabnya. (Data 96)
Tuturan deklaratif: Tadi nama-nama yang sudah saya sebutkan itu
menjadi koordinator kelompok
Ko-teks: supaya setiap kelompok ada penanggungjawabnya.
Konteks non-linguistik: Tuturan ini disampaikan oleh guru mata
pelajaran Agama Katholik ketika memberikan tugas di kelas X Farmasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Guru membagi siswa ke dalam kelompok untuk mengerjakan tugas yang
diberikan.
Sejalan dengan pengertian mengangkat dari KBBI, tuturan (7) termasuk
dalam tindak tutur ilokusi deklaratif ‘mengangkat’ melalui tuturan tersebut penutur
menetapkan sebagai sesuatu yang telah dikehendaki penutur. Tuturan tersebut
disampaikan oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia ketika mengajarkan
materi di kelas X Administrasi Perkantoran (13 perempuan, 4 laki-laki). Bukti
yang mengatakan tuturan tersebut mengandung unsur mengangkat adalah: ‘Oke
permainan sudah selesai, selamat kelompok B kalian menjadi pemenangnya.’
Melalui tuturan tersebut penutur telah menetapkan kelompok B sebagai
pemenang, artinya penutur telah mengangkat kelompok B sebagai pemenang.
Ditinjau dari segi tindak tutur ilokusi deklaratif, tuturan (7) mengandung tindak
tutur ilokusi. Tindak tutur ilokusi berfungsi untuk menyatakan atau
menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu tindakan.
Guru menyampaikan suatu tuturan mengangkat pemenang dari permainan yang
telah berlangsung. Tindakan yang terjadi dalam tuturan tersebut adalah kelompok
siswa yang menang dalam permainan maju di depan dan guru memberikan hadiah
tanda kemenangan.
Tuturan (8) juga termasuk dalam tindak tutur ilokusi deklaratif
‘mengangkat’ melalui tuturan tersebut penutur menetapkan sebagai sesuatu yang
telah diputuskan atau yang dikehendaki penutur. Tuturan tersebut disampaikan
oleh guru mata pelajaran Agama Katholik ketika memberikan tugas di kelas X
Farmasi 10 perempuan, 2 laki-laki). Guru membagi siswa ke dalam kelompok
untuk mengerjakan tugas yang diberikan. Bukti yang mengatakan tuturan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
mengandung unsur mengangkat adalah: ‘Tadi nama-nama yang sudah saya
sebutkan itu menjadi koordinator kelompok’, melalui tuturan tersebut penutur
telah menetapkan beberapa nama yang telah ia sebutkan untuk menjadi
koordinator kelompok, artinya penutur telah mengangkat mitra tutur sebagai
koordinator kelompok. Ditinjau dari segi tindak tutur ilokusi deklaratif, tuturan (8)
mengandung tindak tutur ilokusi. Tindak tutur ilokusi berfungsi untuk
menyatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan
sesuatu tindakan. Guru menyampaikan suatu tuturan yang isinya mengangkat
beberapa siswa menjadi koordinator kelompok. Tindak tutur ilokusi yang terdapat
dalam tuturan tersebut adalah para siswa yang telah dipilih untuk menjadi
koordinator kelompok mencatat nama-nama teman yang bergabung dalam satu
kelompok dan guru memberikan beberapa lembar kerta tugas yang akan
dikerjakan bersama dengan kelompok.
4.2.1.5 Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif ‘Memutuskan’
Memutuskan adalah menegaskan suatu hal menjadi keadaan yang pasti
dan mampu meyakinkan maupun mempengaruhi orang lain. Dari data yang telah
terkumpul, peneliti memperoleh 32 tuturan deklaratif ‘memutuskan’. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, memutuskan adalah menjadikan (menyebabkan)
putus (tidak bersambung atau berhubungan lagi), menetapkan, menghentikan ,
membatalkan, mengurungkan, meniadakan (tentang janji, hubungan
kasih,menyudahi, mengakhiri (tentang yang sebenarnya belum berakhir). Tindak
tutur ‘memutuskan’ merupakan tuturan yang disampaikan oleh penutur untuk
memberi penegasan yang mampu mengarahkan orang lain atau mitra tutur. Jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
tindak tutur ‘memutuskan’ ditentukan oleh konteks yang mendasarinya, tindak
tutur ilokusi deklaratif ‘memutuskan’ dapat dilihat pada contoh tuturan di bawah
ini:
Tuturan (9):
Dalam mengerjakan akuntansi harus diberi keterangan yang jelas.
Misalnya laba atau rugi. (Data 06)
Tuturan deklaratif: Dalam mengerjakan akuntansi harus diberi
keterangan yang jelas.
Ko-teks: Misalnya laba atau rugi.
Konteks non-linguistik: Tuturan ini dituturkan oleh guru mata pelajaran
Akuntansi ketika mengajar di kelas X Akuntansi. Guru memberi soal
kepada siswa mengenai jurnal Akuntansi. Ketika siswa mengerjakan soal,
banyak siswa yang tidak menulis keterangan di jawaban mereka. Karena
itu guru memberi tahu bahwa dalam mengerjakan Akuntansi harus diberi
keterangan yang jelas.
Tuturan (10):
Kalau belum paham ya tanya, jangan diam saja. Sayang dong
belum paham tidak tanya, nanti kapan pahamnya? (Data 27)
Tuturan deklaratif: Kalau belum paham ya tanya, jangan diam saja.
Ko-teks: Sayang dong belum paham tidak tanya, nanti kapan pahamnya?
Konteks non-linguistik: Disampaikan guru mata pelajaran
Kewarganegaraan sedang menerangkan materi mengenai warga negara di
kelas X Administrasi Perkantoran yang memiliki 17 siswa (13
perempuan, 4 laki-laki) dan meminta siswa-siswinya untuk bertanya
mengenai materi yang kurang dipahami. Namun, respons siswa hanya
diam saja tidak ada yang mau bertanya. Setelah tuturan guru tersebut,
ada beberapa siswa yang bertanya berkaitan dengan materi.
Memutuskan adalah menetapkan suatu tuturan yang mampu meyakinkan
maupun mempengaruhi mitra tutur. Tuturan (9) termasuk dalam tindak tutur
ilokusi deklaratif ‘memutuskan’ karena dalam tuturan itu penutur mengungkapkan
suatu pernyataan yang bersifat memutuskan, yakni ‘dalam mengerjakan
akuntansi harus diberi keterangan yang jelas’. Tuturan tersebut dituturkan oleh
guru mata pelajaran Akuntansi ketika mengajar di kelas X Akuntansi (9
perempuan, 1 laki-laki). Guru memberi soal kepada siswa mengenai jurnal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Akuntansi. Ketika siswa mengerjakan soal, banyak siswa yang tidak menulis
keterangan di jawaban mereka. Karena itu guru memberi tahu bahwa dalam
mengerjakan Akuntansi harus diberi keterangan yang jelas. Melalui tuturan
tersebut guru telah menetapkan bahwa dalam mengerjakan soal akuntansi harus
diberi keterangan yang jelas. Analisis tindak tutur dalam tuturan tersebut adalah
tindakan oleh mitra tutur dalam menanggapi pernyataan dari penutur. Tindakan
mitra tutur yakni para siswa kelas X akuntansi dalam menanggapi pernyataan
penutur adalah mitra tutur langsung melakukan tindakan berkaitan dengan
pernyataan penutur, yakni menuliskan keterangan ketika mengerjakan soal
akuntansi. Hal ini membuktikan bahwa tuturan tersebut tidak sekadar tuturan,
melainkan suatu bentuk tindak tutur. Ditinjau dari segi tindak tutur ilokusi
deklaratif, tuturan (9) mengandung tindak tutur ilokusi. Tindak tutur ilokusi
berfungsi untuk menyatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan
untuk melakukan sesuatu tindakan. Guru menyampaikan suatu tuturan bahwa
ketika mengerjakan soal akuntansi harus menuliskan keterangan yang jelas.
Tindakan yang terjadi pada tuturan tersebut adalah guru memberi contoh terhadap
salah satu pekerjaan siswa mengenai cara mengerjakan soal akuntansi yang benar
yakni dengan menuliskan keterangan pada jawaban. Ilokusi yang terjadi adalah
para siswa menuliskan keterangan di setiap jawaban soal yang semula tidak diberi
keterangan.
Tuturan (10) termasuk dalam tindak tutur ilokusi deklaratif ‘memutuskan’
karena dalam tuturan itu penutur mengungkapkan suatu pernyataan yang bersifat
memutuskan, yakni ‘kalau belum paham ya tanya, jangan diam saja’. Tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
tersebut disampaikan guru mata pelajaran Kewarganegaraan sedang menerangkan
materi mengenai warga negara di kelas X Administrasi Perkantoran yang
memiliki 17 siswa (13 perempuan, 4 laki-laki) dan meminta siswa-siswinya untuk
bertanya mengenai materi yang kurang dipahami. Namun, respons siswa hanya
diam saja tidak ada yang mau bertanya. Setelah tuturan guru tersebut, ada
beberapa siswa yang bertanya berkaitan dengan materi. Ditinjau dari segi tindak
tutur ilokusi deklaratif, tuturan (10) mengandung tindak tutur ilokusi. Tindak tutur
ilokusi berfungsi untuk menyatakan atau menginformasikan sesuatu dan
dipergunakan untuk melakukan sesuatu tindakan. Guru menyampaikan suatu
tuturan yang isinya menasehati siswa supaya berani bertanya. Tindak tutur ilokusi
yang terdapat dalam tuturan tersebut adalah beberapa siswa berani bertanya
setelah mendengarkan nasehat guru.
4.2.1.6 Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif ‘Mengesahkan’
Tuturan ‘mengesahkan’ juga merupakan salah satu dari jenis tindak tutur
ilokusi deklaratif. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), mengesahkan
adalah menjadikan, menyetujui, menguatkan, membenarkan, menetapkan suatu
hal maupun peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan. Di dalam penelitian ini,
peneliti menemukan 34 tuturan yang menggambarkan tindak tutur ilokusi
deklaratif, penjelasan dapat dilihat di bawah ini:
Tuturan (11):
Harus mengingat waktu ketika kalian mengerjakan akuntansi,
meskipun soalnya sedikit jawabannya sangat banyak. (Data 37)
Tuturan deklaratif: Harus mengingat waktu ketika kalian mengerjakan
akuntansi
Ko-teks: meskipun soalnya sedikit jawabannya sangat banyak.
Konteks non-linguistik: Disampaikan oleh guru Akuntansi di kelas X
Akuntansi yang memiliki 10 siswa (9 perempuan, 1 laki-laki). Suasana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
siswa di dalam kelas sangat ramai ketika mengerjakan soal dari guru.
Guru dan siswa tahu bahwa jawaban soal Akuntansi tidak sedikit.
Dalam mengerjakan Akuntansi harus mengingat waktu yang ada.
Tuturan (12):
Kalau nggak bisa berbicara dengan bahasa Jawa yang halus ya
pakai bahasa Indonesia. Berbicara sama gurunya kok pakai
ngoko, nggak sopan itu. Bukan hanya dengan guru, dengan
oranglain pun yang usianya lebih tua dari kalian, kalian harusnya
juga berbicara menggunakan bahasa yang sopan. (Data 49)
Tuturan deklaratif: Kalau nggak bisa berbicara dengan bahasa Jawa
yang halus ya pakai bahasa Indonesia.
Ko-teks: Berbicara sama gurunya kok pakai ngoko, nggak sopan itu.
Bukan hanya dengan guru, dengan oranglain pun yang usianya lebih tua
dari kalian, kalian harusnya juga berbicara menggunakan bahasa yang
sopan.
Konteks non-linguistik: Disampaikan oleh guru mata pelajaran
Akuntansi di kelas X Akuntansi yang memiliki 10 siswa (9 perempuan, 1
laki-laki) ketika mendengar siswanya berbicara dengan menggunakan
bahasa Jawa kasar kepadanya. Padahal etika Jawa sudah jelas bahwa
harus berbicara yang sopan terhadap orang yang lebih tua.
Tuturan (11) termasuk dalam tindak tutur ilokusi deklaratif ‘mengesahkan’,
karena dalam tuturan itu penutur telah menyatakan hal pengesahan mengenai
proses mengerjakan akuntansi harus selalu mengingat waktu. Data yang
membuktikan bahwa tuturan tersebut mengandung deklaratif adalah: ‘Harus
mengingat waktu ketika kalian mengerjakan akuntansi’. Tuturan ini
disampaikan oleh guru Akuntansi di kelas X Akuntansi (9 perempuan, 1 laki-
laki). Suasana siswa di dalam kelas sangat ramai ketika mengerjakan soal dari
guru. Penutur telah menetapkan bahwa ketika mengerjakan soal harus mengingat
waktu. Menetapkan sesuatu termasuk dalam tindak tutur ilokusi deklaratif jenis
‘mengesahkan’. Ditinjau dari segi tindak tutur ilokusi deklaratif, tuturan (11)
mengandung tindak tutur ilokusi. Tindak tutur ilokusi berfungsi untuk
menyatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
sesuatu tindakan. Guru mengingatkan para siswa untuk selalu mengingat waktu
ketika mengerjakan soal. Tindakan yang dilakukan guru dalam tuturan tersebut
adalah mengetuk papan tulis dengan penghapus untuk menghentikan siswa yang
ramai. Tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam tuturan tersebut adalah siswa
yang semula ramai ketika mengerjakan soal menjadi diam dan serius dalam
mengerjakan soal dari guru. .
Tuturan (12) juga termasuk dalam tindak tutur ilokusi deklaratif
‘mengesahkan’, karena dalam tuturan itu penutur telah menyatakan hal
pengesahan mengenai proses mengerjakan akuntansi harus selalu mengingat
waktu. Data yang membuktikan bahwa tuturan tersebut mengandung deklaratif
adalah: ‘Kalau nggak bisa berbicara dengan bahasa Jawa yang halus ya pakai
bahasa Indonesia’. Tuturan ini disampaikan oleh guru mata pelajaran Akuntansi
di kelas X Akuntansi yang memiliki 10 siswa (9 perempuan, 1 laki-laki) ketika
mendengar siswanya berbicara dengan menggunakan bahasa Jawa kasar
kepadanya. Padahal etika Jawa sudah jelas bahwa harus berbicara yang sopan
terhadap orang yang lebih tua. Penutur telah menetapkan bahwa ketika berbicara
dengan orang yang lebih tua harus dengan sopan santun. Menetapkan sesuatu
termasuk dalam tindak tutur ilokusi deklaratif jenis ‘mengesahkan’. Ditinjau dari
segi tindak tutur ilokusi deklaratif, tuturan (12) mengandung tindak tutur ilokusi.
Tindak tutur ilokusi berfungsi untuk menyatakan atau menginformasikan sesuatu
dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu tindakan. Tindakan yang dilakukan
guru dalam tuturan tersebut adalah memotong perkataan siswa dengan menepuk
pundak siswa tersebut, lalu memberikan nasehat bahwa berbicara dengan orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
yang lebih tua harus sopan. Ilokusi yang terjadi adalah mitra tutur atau siswa yang
mendapat teguran minta maaf dan memperbaiki bahasa tuturannya dengan baik.
4.2.2 Makna Pragmatik Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Para Guru Dalam
Interaksi Belajar Mengajar Pada Siswa Kelas X SMK Yos Sudarso
Rembang
Setiap ujaran baik secara lisan maupun tertulis, tentu memiliki makna
maupun maksud yang ingin disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur.
Bloomfied (melalui Abdul Wahab 1995:40) menjelaskan bahwa makna adalah
suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batasan unsur-unsur penting
situasi (konteks) di mana penutur mengujarnya. Hasil penelitian dan analisis
terhadap tuturan ilokusi deklaratif para guru dalam interaksi belajar mengajar
pada siswa kelas X SMK Yos Sudarso Rembang mengandung makna atau
maksud pragmatik tertentu. Adapun makna atau maksud pragmatik yang dapat
diidentifikasi dari tuturan ilokusi deklaratif para guru 35 mengarahkan, 15
menguatkan, 4 suruhan, 25 meyakinkan, 1 persilaan, 12 mengingatkan, 1 ajakan,
dan 3 larangan. Untuk lebih jelas dan dapat mendalami lebih jauh mengenai
makna pragmatik yang terkandung dalam tindak tutur ilokusi deklaratif para
guru dalam interaksi belajar mengajar pada siswa kelas X SMK Yos Sudarso
Rembang, dapat dilihat di bawah ini.
4.2.2.1 Makna Pragmatik ‘Mengarahkan’
Hasil dari analisis penelitian ini, ditemukan 35 makna pragmatik
mengarahkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengarahkan dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
diartikan sebagai menujukan, membimbing, menghadap, maupun memaksudkan.
Makna mengarahkan dapat dilihat penjelasannya di bawah ini:
Tuturan (13):
Handphone itu digunakan ketika kalian pulang belum ada yang
menjemput atau pulang telat, barulah untuk memberitahu orang
tua. Bukan ketika pelajaran ada guru berbicara kalian malah
membuat status, membuka internet tanpa perintah dari guru. (Data
07)
Tuturan deklaratif: Handphone itu digunakan ketika kalian pulang
belum ada yang menjemput atau pulang telat, barulah untuk memberitahu
orang tua.
Ko-teks: Bukan ketika pelajaran ada guru berbicara kalian malah
membuat status, membuka internet tanpa perintah dari guru.
Konteks non-linguistik: Disampaikan oleh guru mata pelajaran
Kewirausahaan di kelas X Multimedia yang memiliki 19 siswa (2
perempuan, 17 laki-laki). Tuturan ini terjadi ketika guru melihat salah
satu siswanya bermain handphone ketika jam pelajaran sedang
berlangsung. Guru dan siswa sama-sama tahu bahwa tidak boleh
menggunakan handphone ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung
tanpa ada izin dari guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Tuturan (14):
Kalau pelajaran Akuntansi itu ya harusnya kalkulator selalu
dibawa, itukan sudah menjadi perangkat penting untuk kalian. Itu
di laboratorium akuntansi ada kalkulator. (Data 61)
Tuturan deklaratif: Kalau pelajaran Akuntansi itu ya harusnya kalkulator
selalu dibawa
Ko-teks: itukan sudah menjadi perangkat penting untuk kalian. Itu di
laboratorium akuntansi ada kalkulator.
Konteks non-linguistik: Disampaikan guru mata pelajaran Akuntansi di
kelas X Akuntansi yang memiliki 10 siswa (9 perempuan, 1 laki-laki)
ketika mengetahui bahwa siswa-siswanya banyak yang tidak membawa
kalkulator, padahal sedang diberi tugas yang membutuhkan kalkulator.
Tuturan (13) mengandung makna ‘mengarahkan’. Melalui tuturan tersebut
penutur ingin memberi pengarahan kepada mitra tutur. Terbukti melalui
penggalan tuturan: ‘Handphone itu digunakan ketika kalian pulang belum ada
yang menjemput atau pulang telat, barulah untuk memberitahu orang tua.’
Penutur melalui tuturannya ingin mengarahkan mitra tutur supaya dapat
menggunakan handphone pada situasi yang penting dan tidak menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
handphone ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Tindak ilokusi yang
terjadi dalam tuturan tersebut adalah para siswa yang merasa bermain handphone
ketika jam pelajaran langsung menyimpan handphone mereka di dalam tas. Mitra
tutur memahami maksud dari tuturan penutur, yakni supaya tidak bermain
handphone ketika jam pelajaran berlangsung.
Tuturan (14) mengandung makna ‘mengarahkan’. Melalui tuturan tersebut
penutur ingin memberi pengarahan kepada mitra tutur. Penutur memiliki tujuan
untuk membimbing mitra tutur, melalui tuturannya ia ingin mengarahkan para
siswa supaya selalu membawa kalkulator ketika pelajaran Akuntansi, karena
kalkulator merupakan perangkat penting bagi jurusan Akuntansi. Terbukti melalui
penggalan tuturan: ‘Kalau pelajaran Akuntansi itu ya harusnya kalkulator
selalu dibawa, itukan sudah menjadi perangkat penting untuk kalian’.
Penutur ingin mengarahkan mitra tuturnya supaya selalu membawa kalkulator
setiap pelajaran akuntansi. Tindak ilokusi yang terjadi dalam tuturan tersebut
adalah beberapa siswa mengambil kalkulator di laboratorium akuntansi setelah
guru mengatakan tuturan yang mengandung maksud menyuruh siswa untuk
mengambil kalkulator, terbukti dalam tuturan ‘itu di laboratorium akuntansi
ada kalkulator’. Ilokusi merupakan tuturan untuk melakukan sesuatu. Tuturan
guru yang disampaikan kepada para siswa memiliki maksud untuk meminta siswa
melakukan sesuatu, yakni mengambil kalkulator di laboratorium akuntansi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
4.2.2.2 Makna Pragmatik ‘Menguatkan’
Hasil dari penelitian ini, ditemukan 15 makna pragmatik menguatkan.
Berikut 1 dari 15 makna menguatkan yang mengandung tindak ilokusi dapat
dilihat di bawah ini:
Tuturan (15):
Oke permainan sudah selesai, selamat kelompok B kalian menjadi
pemenangnya. Untuk kelompok-kelompok lain, lebih banyak
belajar ya, jadi besok kalau ada pelajaran saya terus ada games
lagi kalian bisa menang. Pelajaran kalau diselingi games ginikan
jadi enak to? Jadi bersemangat to? (Data 95)
Tuturan deklaratif: Oke permainan sudah selesai, selamat kelompok B
kalian menjadi pemenangnya.
Ko-teks: Untuk kelompok-kelompok lain, lebih banyak belajar ya, jadi
besok kalau ada pelajaran saya terus ada games lagi kalian bisa menang.
Pelajaran kalau diselingi games ginikan jadi enak to? Jadi bersemangat to?
Konteks non-linguistik: Disampaikan oleh guru mata pelajaran bahasa
Indonesia ketika mengajarkan materi di kelas X Administrasi Perkantoran
yang memiliki 17 siswa (13 perempuan, 4 laki-laki).
Tuturan (16):
Pelajaran meskipun sudah berlalu beberapa tahun yang lalu ya
harusnya tetap diingat. Itukan berguna buat masa depan kalian
yang akan datang. Coba catatannya dibaca lagi. (Data 30)
Tuturan deklaratif: Pelajaran meskipun sudah berlalu beberapa tahun
yang lalu ya harusnya tetap diingat.
Ko-teks: Itukan berguna buat masa depan kalian yang akan datang. Coba
catatannya dibaca lagi.
Konteks non-linguistik: Disampaikan guru mata pelajaran
Kewarganegaraan di kelas X Administrasi Perkantoran yang memiliki 17
siswa (13 perempuan, 4 laki-laki) ketika sedang mengingatkan siswa untuk
selalu mengingat materi yang sudah lama diajarkan.
Tuturan (15) mengandung makna ‘menguatkan’. Menguatkan adalah
meneguhkan dugaan, pendapat, alasan, maupun keputusan. Melalui tuturan
tersebut penutur meneguhkan pendapatnya kepada mitra tutur. Makna yang
terdapat dalam tuturan tersebut adalah menguatkan. Makna menguatkan terdapat
dalam tuturan penutur bagian: ‘Pelajaran kalau diselingi games ginikan jadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
enak to? Jadi bersemangat to?’ Melalui tuturan tersebut penutur memberi
penguatan bahwa pelajaran akan lebih menyenangkan jika diselingi dengan
permainan. Tindak ilokusi yang terjadi dalam tuturan tersebut adalah kelompok
yang diangkat sebagai pemenang maju ke depan kelas setelah guru
mengumumkan pemenang dari permainan.
Tuturan (16) mengandung makna ‘menguatkan’. Menguatkan adalah
meneguhkan dugaan, pendapat, alasan, maupun keputusan. Guru memberi
penguatan kepada para siswanya supaya tidak melupakan pelajaran yang sudah
lama dipelajari. Terbukti melalui penggalan tuturan: ‘Pelajaran meskipun sudah
berlalu beberapa tahun yang lalu ya harusnya tetap diingat. Itukan berguna
buat masa depan kalian yang akan datang.’ Melalui tuturan tersebut penutur
memberi penguatan bahwa setiap pelajaran harus selalu diingat untuk masa depan.
Tindak ilokusi yang terjadi dalam tuturan tersebut adalah para siswa membaca
kembali buku pelajaran mengenai materi pelajaran yang sudah diajarkan guru
sebelumnya. Ilokusi merupakan tuturan untuk melakukan sesuatu. Melalui tuturan
tersebut penutur berharap mitra tutur melakukan yang ia maksudkan. Hasil dari
tuturan tersebut adalah mitra tutur melakukan maksud yang ingin disampaikan
penutur. Hal ini membuktikan bahwa tuturan tersebut mengandung tindak tutur
ilokusi.
4.2.2.3 Makna Pragmatik ‘Suruhan’
Dalam penelitian ini juga ditemukan makna suruhan. Ada 4 makna
pragmatik dalam tuturan ilokusi deklaratif yang ditemukan. Berikut akan
dijelaskan makna suruhan yang mengandung tindak ilokusi :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Tuturan (17):
Dalam mengerjakan akuntansi harus diberi keterangan yang jelas,
misalnya laba atau rugi. (Data 06)
Tuturan deklaratif: Dalam mengerjakan akuntansi harus diberi
keterangan yang jelas.
Ko-teks: Misalnya laba atau rugi.
Konteks non-linguistik: Disampaikan oleh guru mata pelajaran
Akuntansi ketika mengajar di kelas X Akuntansi yang memiliki 10 siswa
(9 perempuan, 1 laki-laki). Guru memberi soal kepada siswa untuk
mengerjakan jurnal aluntansi. Ketika siswa mengerjakan soal, banyak
siswa yang tidak menulis keterangan di jawaban mereka. Menuliskan
keterangan ketika mengerjakan soal yang memiliki banyak kode seperti
Akuntansi sangatlah perlu. Tujuannya adalah untuk memperjelas jawaban
dari soal tersebut.
Tuturan (18):
Kalau membaca harus yang keras, lantang, ada iramanya yang
jelas. Apalagi kita ini kan lagi membacakan puisi ya. (Data 63)
Tuturan deklaratif: Kalau membaca harus yang keras, lantang, ada
iramanya yang jelas.
Ko-teks: Apalagi kita inikan lagi membacakan puisi ya.
Konteks non-linguistik: Disampaikan guru mata pelajaran
Kewirausahaan ketika hendak memulai pelajaran dan mengawali dengan
puisi. Guru tersebut menyuruh salah satu siswanya untuk membacakan
puisi. Namun siswa tersebut suaranya kurang keras dan kurang jelas.
Tuturan (17) mengandung makna ‘suruhan’. Menurut KBBI suruhan dapat
diartikan sebagai bentuk perintah, sesuatu yang disuruhkan, perbuatan menyuruh,
dan orang yang disuruh atau pesuruh. Melalui tuturan tersebut penutur memiliki
tujuan ingin memberikan perintah kepada mitra tutur supaya menuliskan
keterangan ketika mengerjakan soal akuntansi. Terbukti melalui penggalan
tuturan: ‘Dalam mengerjakan akuntansi harus diberi keterangan yang jelas,
misalnya laba atau rugi.’ Melalui tuturan tersebut penutur memberi perintah
kepada mitra tutur untuk menulis keterangan pada jawaban soal akuntansi. Tindak
ilokusi yang terjadi dalam tuturan tersebut adalah para siswa memahami maksud
dari penutur atau guru, yakni menuliskan keterangan yang jelas ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
mengerjakan soal akuntansi. Ilokusi merupakan tuturan yang disampaikan untuk
melakukan sesuatu. Penutur atau guru menyampaikan tuturan tersebut dengan
harapan mitra tutur atau para siswa melakukan sesuatu, yakni menanggapi maksud
dari penutur.
Tuturan (18) juga mengandung makna ‘suruhan’. Menurut KBBI suruhan
dapat diartikan sebagai bentuk perintah, sesuatu yang disuruhkan, perbuatan
menyuruh, dan orang yang disuruh atau pesuruh. Melalui tuturan tersebut penutur
memiliki tujuan ingin menyuruh mitra tutur supaya membaca dengan baik dan
benar. Terbukti melalui penggalan tuturan: ‘Kalau membaca harus yang keras,
lantang, ada iramanya yang jelas.’ Melalui tuturan tersebut penutur ingin
menyuruh mitra tuturnya supaya ketika membaca dapat dengan keras, lantang,
dan jelas. Tindak ilokusi yang terjadi dalam tuturan tersebut adalah siswa yang
semula membaca dengan tidak jelas dan kurang lantang menjadi lebih baik.
Ilokusi merupakan tuturan untuk melakukan sesuatu. Melalui tuturan tersebut
penutur berharap mitra tutur melakukan yang ia maksudkan. Hasil dari tuturan
tersebut adalah mitra tutur melakukan maksud yang ingin disampaikan penutur.
Hal ini membuktikan bahwa tuturan tersebut mengandung tindak tutur ilokusi.
4.2.2.4 Makna Pragmatik ‘Meyakinkan’
Dalam penelitian ini juga ditemukan makna meyakinkan. Ada 25 makna
pragmatik dalam tindak tutur ilokusi deklaratif yang ditemukan. Berikut
penjelasaanya dapat dilihat di bawah ini:
Tuturan (19):
Ada kalanya orang itu sabar, diam saja dengan omongan orang
lain, diapa-apain tetap diam saja. Tapi jangan salah, sesabar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
sabarnya orang sabar pasti juga bisa merasakan marah atau
kesal. (Data 47)
Tuturan deklaratif: Tapi jangan salah, sesabar sabarnya orang sabar
pasti juga bisa merasakan marah atau kesal.
Ko-teks: Ada kalanya orang itu sabar, diam saja dengan omongan orang
lain, diapa-apain tetap diam saja.
Konteks non-linguistik: Disampaikan guru mata pelajaran Matematika di
kelas X Multimedia yang memiliki 19 siswa (2 perempuan, 17 laki-laki)
pada saat ia selesai memberi nasehat kepada siswa-siswinya dengan
nada marah. Kemudian guru tersebut memberi penjelasan kepada siswa-
siswinya supaya mereka paham.
Tuturan (19) juga mengandung makna ‘meyakinkan’. Menurut KBBI
meyakinkan dapat diartikan sebagai memberikan kepastian untuk mendapat
kepercayaan. Melalui tuturan tersebut penutur memiliki tujuan ingin meyakinkan
mitra tutur. Terbukti melalui penggalan tuturan: ‘Tapi jangan salah, sesabar-
sabarnya orang sabar pasti juga bisa merasakan marah atau kesal.’ Melalui
tuturan tersebut, penutur sesungguhnya ingin meyakinkan mitra tutur, penutur
memberikan kepastian kepada mitra tutur supaya mitra tutur percaya akan
pernyataan yang disampaikan. Tindak ilokusi yang terjadi dalam tuturan tersebut
adalah siswa diam dan tidak ramai di dalam kelas. Ilokusi merupakan tuturan
untuk melakukan sesuatu. Melalui tuturan tersebut penutur berharap mitra tutur
melakukan yang ia maksudkan. Hasil dari tuturan tersebut adalah mitra tutur
melakukan maksud yang ingin disampaikan penutur. Hal ini membuktikan bahwa
tuturan tersebut mengandung tindak tutur ilokusi.
4.2.2.5 Makna Pragmatik ‘Persilaan’
Dalam penelitian ini juga ditemukan makna persilaan. Ada 1 makna
pragmatik dalam tindak tutur ilokusi deklaratif yang ditemukan. Berikut
penjelasaanya dapat dilihat di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Tuturan (20):
Spidolnya sudah habis itu isinya, di perpustakaan ada isi spidol itu
lho. Petugas piket itu tugasnya tidak hanya bersih-bersih kelas,
tetapi juga mengecek spidol masih bisa digunakan atau tidak.
Supaya tidak mengganggu guru ketika mengajar dan ingin
menulis. (Data 09)
Tuturan deklaratif: Petugas piket itu tugasnya tidak hanya bersih-bersih
kelas, tetapi juga mengecek spidol masih bisa digunakan atau tidak.
Ko-teks: Supaya tidak mengganggu guru ketika mengajar dan ingin
menulis.
Konteks non-linguistik: Disampaikan oleh guru mata pelajaran
Kewarganegaraan di kelas X Administrasi Pekrantoran yang memiliki 17
siswa (13 perempuan, 4 laki-laki). Ketika hendak menggunakan spidol,
ternyata isi spidol tersebut habis. Petugas piket tidak memeriksa spidol
tersebut. Petugas piket tidak hanya bertugas untuk membersihkan kelas,
tetapi juga memeriksa segala sesuatu di dalam kelas seperti spidol. Petugas
piket hendaknya selalu memeriksa tinta dalam spidol.
Tuturan (20) mengandung makna ‘persilaan’. Persilaan dapat diartikan
sebagai kalimat perintah yang paling halus. Melalui tuturan tersebut penutur
memiliki tujuan ingin menyuruh mitra tuturnya untuk mengisi spidol. Terbukti
melalui penggalan tuturan: ‘Spidolnya sudah habis itu isinya, di perpustakaan
ada isi spidol itu lho.’ Melalui tuturan tersebut, penutur sesungguhnya ingin
menyuruh mitra tutur untuk mengisi spidol yang isinya sudah habis. Tindak
ilokusi yang terjadi dalam tuturan tersebut adalah para siswa memahami maksud
dari penutur atau guru, yakni mengisi spidol di perpustakaan. Ilokusi merupakan
tuturan yang disampaikan untuk melakukan sesuatu. Penutur atau guru
menyampaikan tuturan tersebut dengan harapan mitra tutur atau para siswa
melakukan sesuatu, yakni menanggapi maksud dari penutur. Terbukti bahwa
tuturan tersebut mengandung ilokusi, karena mitra tutur melakukan maksud dari
penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
4.2.2.6 Makna Pragmatik ‘Mengingatkan’
Dalam penelitian ini juga ditemukan makna mengingatkan. Ada 12 makna
pragmatik mengingatkan dalam tindak tutur ilokusi deklaratif yang ditemukan.
Berikut penjelasaanya dapat dilihat di bawah ini:
Tuturan (21):
Sudah berapa kali ya ibu menemukan beberapa siswa main
handphone di kelas. Guru sedang menjelaskan kalian sibuk main
handphone. Apa kalian itu tidak bisa merasakan jadi orang yang
sedang berbicara menerangkan tapi malah dicuekin, tidak
dihargai. Kelak orang-orang yang tidak menghargai gurunya pasti
juga akan mengalami hal yang sama. Cobalah kalian itu
menghargai guru sedikit saja, dengan mendengarkan dan
memperhatikan saja guru itu sudah senang lo. (Data 17)
Tuturan deklaratif: Cobalah kalian itu menghargai guru sedikit saja,
dengan mendengarkan dan memperhatikan saja guru itu sudah senang lo.
Ko-teks: Sudah berapa kali ya ibu menemukan beberapa siswa main
handphone di kelas. Guru sedang menjelaskan kalian sibuk main
handphone. Apa kalian itu tidak bisa merasakan jadi orang yang sedang
berbicara menerangkan tapi malah dicuekin, tidak dihargai. Kelak orang-
orang yang tidak menghargai gurunya pasti juga akan mengalami hal yang
sama.
Konteks non-linguistik: Disampaikan oleh guru mata pelajaran
Kewirausahaan di kelas X Multimedia yang memiliki 19 siswa (2
perempuan, 17 laki-laki). Tuturan ini terjadi ketika guru melihat salah satu
siswanya bermain handphone ketika jam pelajaran sedang berlangsung.
Guru memberi nasehat siswa supaya bisa mengharagi orang yang sedang
berbicara menjelaskan. Ketika sedang menerangkan materi guru akan
senang apabila para siswa mau memperhatikan dan tidak sibuk dengan
kegiatan lain selama proses belajar mengajar berlangsung.
Tuturan (22):
Internet itu disediakan supaya ketika guru menyuruh kalian
mencari materi secara online kalian bisa dengan mudah mencari.
Bukannya digunakan untuk membuka facebook, membuka youtube,
update status-status galau pas pelajaran. Itu kan kurang pas ya.
(Data 21)
Tuturan deklaratif: Internet itu disediakan supaya ketika guru menyuruh
kalian mencari materi secara online kalian bisa dengan mudah mencari.
Ko-teks: Bukannya digunakan untuk membuka facebook, membuka
youtube, update status-status galau pas pelajaran. Itu kan kurang pas ya.
Konteks non-linguistik: Disampaikan oleh guru mata pelajaran Teknik
Informasi dan Komputer di kelas X Multimedia (2 perempuan, 17 laki-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
laki) ketika ia menemukan siswa yang membuka internet tanpa ada
perintah dari guru. Internet yang disediakan di sekolah digunakan
untuk kepentingan sekolah salah satunya adalah untuk mencari informasi
penting ketika pelajaran berlangsung.
Tuturan (21) mengandung makna ‘mengingatkan’. Menurut KBBI,
mengingatkan dapat diartikan sebagai memberi nasihat (teguran dan sebagainya)
supaya ingat akan kewajibannya. Melalui tuturan tersebut penutur memiliki tujuan
ingin memberi teguran kepada mitra tutur supaya mitra tutur ingat dengan
kewajibannya, khususnya pada konteks ini adalah kewajiban mitra tutur sebagai
siswa. Terbukti melalui penggalan tuturan: ‘Sudah berapa kali ya ibu
menemukan beberapa siswa main handphone di kelas.’ Melalui tuturan
tersebut, penutur sesungguhnya ingin memberi nasehat atau teguran kepada mitra
tutur supaya selalu ingat bahwa kewajiban sebagai siswa di dalam kelas adalah
mendengarkan guru yang sedang menerangkan materi. Tindak ilokusi yang terjadi
dalam tuturan tersebut adalah para siswa memahami maksud dari penutur atau
guru, yakni tidak bermain handphone ketika jam pelajaran sedang berlangsung.
Ilokusi merupakan tuturan yang disampaikan untuk melakukan sesuatu. Penutur
atau guru menyampaikan tuturan tersebut dengan harapan mitra tutur atau para
siswa melakukan sesuatu, yakni menanggapi maksud dari penutur. Terbukti
bahwa tuturan tersebut mengandung ilokusi, karena mitra tutur melakukan
maksud dari penutur.
Tuturan (22) mengandung makna ‘mengingatkan’. Menurut KBBI,
mengingatkan dapat diartikan sebagai memberi nasihat (teguran dan sebagainya)
supaya ingat akan kewajibannya. Melalui tuturan tersebut penutur memiliki tujuan
ingin memberi teguran kepada mitra tutur supaya mitra tutur ingat dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
kewajibannya. Selain itu, penutur juga ingin mengingatkan kepada mitra tutur
kegunaan dari internet, khususnya pada konteks ini adalah internet digunakan
ketika ada perintah dari guru untuk mencari materi pelajaran atau bahan belajar.
Terbukti melalui penggalan tuturan: ‘Internet itu disediakan supaya ketika
guru menyuruh kalian mencari materi secara online kalian bisa dengan
mudah mencari.’ Melalui tuturan tersebut, penutur sesungguhnya ingin memberi
nasehat atau teguran kepada mitra tutur supaya selalu ingat akan kegunaan
internet di sekolah supaya tidak disalahgunakan. Tindak ilokusi yang terjadi
dalam tuturan tersebut adalah para siswa memahami maksud dari penutur atau
guru, yakni tidak menyalahgunakan internet. Ilokusi merupakan tuturan yang
disampaikan untuk melakukan sesuatu. Penutur atau guru menyampaikan tuturan
tersebut dengan harapan mitra tutur atau para siswa melakukan sesuatu, yakni
menanggapi maksud dari penutur. Terbukti bahwa tuturan tersebut mengandung
ilokusi, karena mitra tutur melakukan maksud dari penutur dengan mematikan
internet dan tidak menyalahgunakan internet.
4.2.2.7 Makna Pragmatik ‘Ajakan’
Dalam penelitian ini juga ditemukan makna ajakan. Ada 1 makna
pragmatik dalam tindak tutur ilokusi deklaratif yang ditemukan. Berikut
penjelasaanya dapat dilihat di bawah ini:
Tuturan (23):
Lain kali jangan dicoret-coret ya, pakai penggaris supaya rapi.
(Data 64)
Tuturan deklaratif: Lain kali jangan dicoret-coret ya
Ko-teks: Pakai penggaris supaya rapi
Konteks non-linguistik: Disampaikan oleh guru mata pelajaran
Akuntansi ketika mengajar di kelas X Akuntansi (9 perempuan, 1 laki-
laki). Guru melihat siswa ketika membuat jurnal akuntansi tidak rapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
karena membuat garis tidak menggunakan penggaris. Guru dan siswa
sama-sama tahu bahwa tanpa menggunakan penggaris pekerjaan tidak
akan rapi.
Tuturan (23) mengandung makna ‘ajakan’. Makna ajakan merupakan salah
satu makna yang berfungsi untuk menyampaikan keinginan pembicara pada
seseorang, agar mengikuti ajakannya atau perintahnya. Namun, kalimat ini
berbeda dengan kalimat perintah. Kalimat ajakan hanya bersifat mengajak, tidak
mengharuskan orang yang diajak untuk mengikuti ajakannya. Berbeda dengan
kalimat perintah yang secara langsung mengharuskan yang diperintahnya untuk
melakukan apa yang diperintahkan. Melalui tuturan tersebut penutur memiliki
tujuan ingin mengajak mitra tuturnya untuk menggunakan penggaris dalam
mengerjakan soal akuntansi. Terbukti melalui penggalan tuturan: ‘Pakai
penggaris supaya rapi.’ Tuturan tersebut secara tidak langsung dapat dimaknai
sebagai bentuk ajakan penutur kepada mitra tutur. Melalui tuturan tersebut
penutur sesungguhnya ingin mitra tutur melakukan hal yang ia inginkan, yakni
menggunakan penggaris ketika hendak membuat garis supaya pekerjaan rapi.
Tindak ilokusi yang terjadi dalam tuturan tersebut adalah para siswa memahami
maksud dari penutur atau guru, yakni menggunakan penggaris dalam membuat
garis, supaya rapi. Ilokusi merupakan tuturan yang disampaikan untuk melakukan
sesuatu. Penutur atau guru menyampaikan tuturan tersebut dengan harapan mitra
tutur atau para siswa melakukan sesuatu, yakni menanggapi maksud dari penutur.
Terbukti bahwa tuturan tersebut mengandung ilokusi, karena mitra tutur
melakukan maksud dari penutur. Setelah penutur menyampaikan tuturannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
tersebut, mitra tutur menanggapi tuturan dengan melakukan suatu tindakan, yakni
menggunakan penggaris dalam mengerjakan soal.
4.2.2.8 Makna Pragmatik ‘Larangan’
Dalam penelitian ini juga ditemukan makna larangan. Ada 3 makna
pragmatik dalam tindak tutur ilokusi deklaratif yang ditemukan. Berikut 2 dari 3
penjelasaanya dapat dilihat di bawah ini:
Tuturan (24):
Boni, handphone kamu saya sita karena kamu sudah membuka
handphone di pelajaran saya. Kalau pelajaran saya handphone
disimpan. (Data 84)
Tuturan deklaratif: Boni, handphone kamu saya sita karena kamu sudah
membuka handphone di pelajaran saya.
Ko-teks: Kalau pelajaran saya handphone disimpan.
Konteks non-linguistik: Tuturan ini muncul ketika ada salah satu siswa
yang ketahuan bermain handphone ketika jam pelajaran berlangsung.
Pelajaran yang berlangsung adalah pelajaran Kewirausahaan di kelas X
Multimedia (2 perempuan, 17 laki-laki). Dalam hal ini siswa dan guru
sudah mengetahui bahwa peraturan sekolah adalah tidak boleh
menggunakan handphone ketika jam pelajaran berlangsung tanpa
perintah dari guru.
Tuturan (25):
Jangan bermain handphone ketika pelajaran saya, karena pasti
akan saya sita. (Data 85)
Tuturan deklaratif: Jangan bermain handphone ketika pelajaran saya.
Ko-teks: Pasti akan saya sita
Konteks non-linguistik: Disampaikan guru Kewirausahaan memberi
nasehat kepada siswa kelas X Multimedia (2 perempuan, 17 laki-laki)
supaya tidak menggunakan handphone ketika jam pelajaran berlangsung
tanpa perintah dari guru.
Tuturan (24) mengandung makna ‘larangan’. Larangan merupakan suatu
perintah dari seseorang maupun kelompok untuk mencegah melakukan sesuatu.
Melalui tuturan tersebut penutur memiliki tujuan ingin memberi larangan atau
mencegah mitra tutur untuk tidak melakukan sesuatu, berkaitan dengan tuturan di
atas adalah penutur melarang mitra tutur untuk tidak bermain handphone ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
jam pelajaran berlangsung. Terbukti melalui penggalan tuturan: ‘Kalau pelajaran
saya handphone disimpan.’ Tuturan tersebut secara tidak langsung dapat
dimaknai sebagai bentuk larangan penutur kepada mitra tutur. Melalui tuturan
tersebut penutur sesungguhnya ingin melarang mitra tutur supaya tidak
menggunakan handphone saat pelajaran berlangsung. Tindak ilokusi yang terjadi
dalam tuturan tersebut adalah para siswa memahami maksud dari penutur atau
guru, yakni tidak membuka handphone ketika pelajaran berlangsung. Ilokusi
merupakan tuturan yang disampaikan untuk melakukan sesuatu. Penutur atau guru
menyampaikan tuturan tersebut dengan harapan mitra tutur atau para siswa
melakukan sesuatu, yakni menanggapi maksud dari penutur. Terbukti bahwa
tuturan tersebut mengandung ilokusi, karena mitra tutur melakukan maksud dari
penutur. Setelah penutur menyampaikan tuturannya tersebut, mitra tutur
menanggapi tuturan dengan mematikan handphone dan menyimpan di dalam tas.
Tuturan (25) mengandung makna ‘larangan’. Larangan merupakan suatu
perintah dari seseorang maupun kelompok untuk mencegah melakukan sesuatu.
Melalui tuturan tersebut penutur memiliki tujuan ingin memberi larangan atau
mencegah mitra tutur untuk tidak melakukan sesuatu, berkaitan dengan tuturan di
atas adalah penutur melarang mitra tutur untuk tidak bermain handphone ketika
jam pelajaran berlangsung. Terbukti melalui penggalan tuturan: ‘Jangan bermain
handphone ketika pelajaran saya, karena pasti akan saya sita’ Tuturan
tersebut secara jelas melarang para siswa untuk tidak menggunakan handphone
ketika jam pelajaran sedang berlangsung. Tindak ilokusi yang terjadi dalam
tuturan tersebut adalah para siswa memahami maksud dari penutur atau guru,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
yakni tidak membuka handphone ketika pelajaran berlangsung. Ilokusi merupakan
tuturan yang disampaikan untuk melakukan sesuatu. Penutur atau guru
menyampaikan tuturan tersebut dengan harapan mitra tutur atau para siswa
melakukan sesuatu, yakni menanggapi maksud dari penutur. Terbukti bahwa
tuturan tersebut mengandung ilokusi, karena mitra tutur melakukan maksud dari
penutur. Setelah penutur menyampaikan tuturannya tersebut, mitra tutur
menanggapi tuturan dengan mematikan handphone dan menyimpan di dalam tas.
4.2.3 Ciri-Ciri Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif
Setiap tindak tutur pasti memiliki ciri-ciri atau kekhasan yang menandai
keberadaan tuturan. Dalam penelitian tindak tutur yang dilakukan peneliti,
ditemukan tujuh jenis tindak tutur deklaratif. Setiap tuturan tentu memiliki ciri
atau kekhasan yang membuat setiap tuturan memiliki perbedaan satu dengan yang
lain. Secara keseluruhan, Leech (1993:285) telah mengemukakan pendapatnya
mengenai ciri atau kekhasan yang terdapat pada tuturan deklaratif, diantaranya
adalah (a) tuturan deklaratif memiliki sifat performatif, (b) setiap tuturan
deklaratif disertai tindakan fisik, dan (c) setiap ujaran deklaratif selalu memiliki
makna penting sesuai dengan konteks yang mendasari. Setelah melakukan proses
analisis data, peneliti menemukan beberapa ciri-ciri tindak tutur ilokusi deklaratif
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Leech di atas.
4.2.3.1 Tuturan deklaratif memiliki sifat performatif
Performatif merupakan adalah tuturan untuk melakukan sesuatu. Leech
(1993: 280) mengatakan bahwa tuturan performatif tidak dievaluasi sebagai benar
atau salah, tetapi sebagai tepat atau tidak tepat, misalnya: I promise that I shall be
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
there (Saya berjanji bahwa saya akan hadir di sana) dan performatif primer atau
tuturan primer I shall be there (Saya akan hadir di sana). Tuturan performatif
berbeda dengan tuturan yang dapat diperiksa benar atau salahnya, oleh karena itu
pula dapat ditentukan kandungan makna dari ucapan tersebut maka ucapan
performatif tidak dapat diperlakukan seperti itu. Ucapan performatif tidak dapat
dikatakan benar atau salah melainkan pantas atau tidak pantas untuk diucapkan
seseorang. Berikut contoh dari tindak tutur ilokusi deklaratif yang memiliki ciri
bersifat performatif.
(26) Jangan bermain handphone ketika pelajaran saya, karena pasti akan
saya sita. (Konteks: Disampaikan guru Kewirausahaan memberi
nasehat kepada siswa kelas X Multimedia (2 perempuan, 17 laki-laki)
supaya tidak menggunakan handphone ketika jam pelajaran
berlangsung tanpa perintah dari guru.)
Tuturan (26) dapat dilihat bahwa tuturan deklaratif bersifat performatif.
Tuturan tersebut diucapkan untuk melakukan sesuatu, yakni penutur menuturkan
bahwa ia akan menyita handphone. Ucapan performatif tidak dapat dikatakan
salah atau benar melainkan pantas atau tidak pantas. Tuturan di atas disampaikan
oleh guru mata pelajaran Kewirausahaan di kelas X Multimedia yang memiliki19
siswa (2 perempuan, 17 laki-laki) ketika memperingatkan para siswa supaya tidak
menggunakan handphone tanpa perintah guru. Hal ini tidak dapat dikatakan
bahwa tuturan tersebut salah atau benar, melainkan pantas atau tidak pantas.
Tuturan tersebut pantas disampaikan oleh guru untuk memperingatkan kepada
para siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
4.2.3.2 Setiap tuturan deklaratif disertai tindakan fisik
Tuturan deklarasi disertai dengan tindakan fisik maksudnya adalah penutur
tidak hanya berujar, tetapi menggunakan bahasa tubuhnya sebagai pendukung dari
kalimat yang ia ujarkan. Misalnya wasit mengangkat kartu merah, seorang polisi
meniupkan peluit, guru menyurh siswanya diam dengan mengangkatkan salah
satu tangan. Selain itu, tindakan fisik tidak hanya yang dapat dilihat maupun
didengar, melainkan dapat pula dirasakan seperti seorang guru memberi semangat
kepada murid dengan menepuk bahu. Berikut akan diberikan contoh dari tindak
tutur ilokusi deklaratif yang memiliki ciri disertai tindakan fisik.
(27) Boni, handphone kamu saya sita karena kamu sudah membuka
handphone di pelajaran saya. Kalau pelajaran saya handphone
disimpan. (Konteks: Tuturan ini muncul ketika ada salah satu
siswa yang ketahuan bermain handphone ketika jam pelajaran
berlangsung. Pelajaran yang berlangsung adalah pelajaran
Kewirausahaan di kelas X Multimedia (2 perempuan, 17 laki-
laki). Guru menyita handphone milik siswa yang melanggar
aturan. Dalam hal ini siswa dan guru sudah mengetahui bahwa
peraturan sekolah adalah tidak boleh menggunakan
handphone ketika jam pelajaran berlangsung tanpa perintah
dari guru.)
Tuturan deklarasi memang selalu diiringi dengan tindakan fisik, salah satu
contohnya adalah tuturan (27). Tuturan tersebut dapat dilihat bahwa tuturan
deklarasi selalu diringi dengan tindakan fisik. Pada tuturan di atas, penutur berkata
kepada mitra tutur ‘...handphone kamu saya sita!’ dan diiringi dengan mengambil
handphone dari mitra tutur tersebut. Selain bertutur kata, penutur juga
menggunakan bahasa tubuhnya yakni mengambil handphone mitra tutur sebagai
pendukung kalimat yang penutur ujarkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
4.2.3.3 Setiap ujaran deklaratif selalu memiliki makna penting sesuai dengan
konteks yang mendasari
Setiap ujaran tentunya memiliki makna maupun maksud yang disampaikan
penutur kepada mitra tutur, begitu pula dengan tindak tutur deklaratif. Makna
yang terdapat pada tindak tutur deklaratif didasarkan pada konteks terjadinya
tuturan tersebut. Peran konteks situasi tuturan juga diuangkapkan oleh
Malinowski (melalui Verschueren 1998:75) yang mengatakan bahwa persis
seperti dalam kenyataan bahasa lisan atau tulisan, sebuah kata tanpa konteks
linguistik hanyalah isapan jempol belaka dan tidak berarti apa-apa, jadi dengan
kenyataan lidah yang lisan, ujaran itu tidak berarti tanpa konteks situasi. Berikut
akan diberikan contoh dari tindak tutur ilokusi deklaratif yang memiliki ciri
bahwa setiap ujaran deklaratif selalu memiliki makna penting sesuai dengan
konteks yang mendasari.
(28) Guru itukan orangtua kedua kalian di sekolah, kalau kalian
salah ya pasti dapat teguran. Kalau kalian nggak bisa ditegur ya
sudah, terserah kalian mau jadi apa, yang penting guru sudah
berusaha yang terbaik untuk kalian. (Konteks: Disampaikan
guru mata pelajaran Akuntansi di kelas X Akuntansi (9
perempuan, 1 laki-laki) ketika ada salah satu siswanya
melakukan kesalahan yakni tidak mengerjakan pekerjaan
rumah. Siswa tersebut sudah sering tidak mengerjakan
pekerjaan rumah.)
Ujaran deklarasi selalu memiliki makna penting sesuai dengan konteks
yang mendasarinya. Tuturan (28) merupakan salah satu contoh yang
membuktikan ciri-ciri bahwa tuturan deklarasi selalu memiliki makna penting
sesuai dengan konteksnya. Makna dari tuturan tersebut adalah ‘mengarahkan’.
Makna mengarahkan dapat ditemukan setelah melihat konteks dari tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
tersebut. Tuturan tersebut memiliki dua konteks. Pertama, konteks fisik dalam
tuturan tersebut adalah seorang guru mata pelajaran Akuntansi yang mengajar di
kelas X Akuntansi dengan 10 siswa (9 perempuan, 1 laki-laki). Kedua, konteks
asumsi atau latar belakang pengetahuan bersama dalam tututan tersebut adalah
tuturan ini terjadi ketika guru mengetahui salah satu siswanya melakukan
kesalahan yakni tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Siswa tersebut sudah sering
tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Berdasarkan analisis konteks, dapat
dipastikan bahwa makna dari tuturan tersebut adalah mengarahkan. Penutur ingin
mengarahkan mitra tutur supaya dapat menjadi siswa yang baik.
4.3 Pembahasan
Penelitian berjudul Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Para Guru dalam
Interaksi Belajar Mengajar pada Siswa Kelas X SMK Yos Sudarso Rembang ini
bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur ilokusi deklaratif,
makna pragamtik, dan ciri-ciri tindak tutur ilokusi deklaratif. Dalam melakukan
penelitian ini, peneliti menggunakan teori acuan pragmatik, konteks, tindak tutur,
tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur ilokusi deklaratif. Sasaran dalam penelitian
ini adalah tuturan guru saat berinteraksi dengan siswa ketika interaksi belajar
mengajar sedang berlangsung.
Peneliti mengangkat tindak tutur ilokusi deklaratif sebagai topik penelitian
karena penelitian tersebut masih jarang dilakukan. Selain itu, peneliti melakukan
penelitian tindak tutur ilokusi deklaratif di SMK Yos Sudarso Rembang dengan
mengambil sasaran para guru yang mengajar di kelas X karena peneliti telah
melihat kenyataan di lapangan, yakni kemampuan berbahasa serta pengetahuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
siswa dan guru yang berbeda-beda. Proses interaksi belajar mengajar guru pun
menjadi pertimbangan peneliti sebelum melakukan penelitian tindak tutur ilokusi
deklaratif para guru lebih lanjut. Bentuk ujaran guru ketika menyampaikan materi
maupun menegur siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Hal itu tak lain
juga dipengaruhi oleh latar belakang para guru sehingga dapat membentuk suatu
ujaran deklaratif. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa
observasi, simak bebas libat cakap, dan wawancara. Berdasarkan tiga teknik
tersebut diharapkan mampu menghasilkan data yang berkualitas dan akurat.
4.3.1 Jenis Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif
Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi dan
teknik simak bebas libat cakap sebagai tahap pertama dalam pengumpulan data.
Teknik penelitian obeservasi berarti peneliti melihat dan mendengarkan apa yang
dilakukan dan dikatakan atau diperbincangkan para responden dalam aktivitasnya.
Selain teknik observasi, peneliti juga menggunakan teknik simak bebas libat
cakap untuk memperkuat pemerolehan data. Dalam teknik simak bebas libat
cakap ini, peneliti menggunakan alat perekam untuk merekam pembicaraan atau
merekam informasi yang ada di lapangan. Rekaman merupakan cara
pengumpulan data yang dapat menghasilkan data-data lengkap.
Penelitian ini mengkaji tentang tindak tutur ilokusi, khususnya tindak tutur
ilokusi deklaratif. Rohmadi (2004:31) mengungkapkan bahwa tindak ilokusi
adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan
sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu, disebut juga the act of doing
something. Leech (1993:21) juga menjelaskan bahwa tindak tutur ilokusi dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
komunikasi yang berorientasi pada tujuan atau meneliti makna sebuah tuturan
merupakan usaha untuk merekonstruksi tindakan apa yang menjadi tujuan penutur
ketika ia memproduksi tuturannya. Searle (melalui Leech 1993:165) mengatakan
bahwa tindakan-tindakan deklaratif merupakan kategori tindak ujar yang sangat
khusus, karena tindakan-tindakan ini biasanya dilakukan oleh seseorang yang
dalam sebuah kerangka acuan kelembagaan diberi wewenang untuk
melakukannya. Dalam bahasa Indonesia, kalimat deklaratif memiliki maksud
ingin menyampaikan sesuatu kepada mitra tutur. Suatu tuturan yang diberitakan
kepada mitra tutur merupakan ungkapan dari suau kejadian.
Tuturan-tuturan para guru ketika interaksi belajar mengajar pada siswa
kelas X SMK Yos Sudarso Rembang dianalisis menggunakan teori tindak tutur
ilokusi deklaratif untuk mengetahui jenis-jenis yang terdapat pada setiap tuturan
tersebut. Rahardi (2003:73) mengungkapkan beberapa jenis dari tindak tutur
ilokusi deklaratif, di antaranya berpasrah (resigning), memecat (dismissing),
membaptis (christening), memberi nama (naming), mengangkat (appointing),
mengucilkan (excommunicating), dan menghukum (sentencing). Berdasarkan
hasil analisis data dalam penelitian ini, berhasil ditemukan tujuh jenis tindak tutur
ilokusi deklaratif, yakni penamaan, menghukum, melarang, berpasrah,
mengangkat, memutuskan, dan mengesahkan. Jenis-jenis dari tindak tutur ilokusi
deklaratif yang dapat ditemukan, tidak lepas dari hasil pengamatan berdasarkan
konteks situasi ujaran. Tanpa memahami konteks situasi ujaran, maka tidak dapat
mengidentifikasi jenis tuturan guru yang diucapkan kepada para siswa. Konteks
tuturan menjadi hal penting bagi pendengar untuk memahami maksud dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
penutur. Pada tindak tutur ilokusi deklaratif, tuturan yang diucapkan tidak hanya
sekadar memberi informasi, melainkan menuntut tindakan yang akan terjadi
akibat dari tuturan yang disampaikan oleh penutur.
Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa suatu tindak tutur selalu
diiringi dengan tuturan dan tindakan. Dalam menuturkan sesuatu penutur juga
melakukan tindakan. Terbukti pada tuturan guru pada siswa kelas X SMK Yos
Sudarso Rembang. Identifikasi mengenai jenis tindak tutur ilokusi deklaratif pun
dapat dipahami ketika mengamati tindakan yang terjadi pada suatu ujaran. Seperti
yang diungkapkan oleh Austin (1962:12) mengenai tindak tutur bahwa di dalam
mengatakan sesuatu, kita juga melakukan sesuatu “(in which to say something
is to do something or in which by saying or in saying something we are doing
something). Menurut Austin, dalam menyampaikan sesuatu, penutur juga
melakukan tindakan melalui ujaran yang disampaikannya. Pendapat Austin ini
didukung oleh Searle (melalui Rusminto, 2010:22) dengan mengatakan bahwa
unit terkecil komunikasi bukanlah kalimat, melainkan tindakan tertentu, seperti
membuat pernyataan, pertanyaan, perintah, dan permintaan.
4.3.2 Makna Pragmatis Tindak Tutur Ilokusi Dekalratif
Pemahaman mengenai makna maupun maksud dari setiap ujaran, tidak
pernah lepas dari konteks. Dalam penelitian ini, berhasil ditemukan beberapa
makna dari tindak tutur ilokusi deklratif. Makna pragmatik dari ujaran tersebut
dapat diketahui setelah memahami konteks situasi terjadinya suatu tuturan. Leech
(1993: 20) mendefinisikan konteks sebagai aspek-aspek yang gayut dengan
lingkungan fisik dan sosial dalam sebuah tuturan. Konteks merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
unsur yang membangun makna dari suatu tuturan. Kehadiran konteks dalam
sebuah tuturan menjadi suatu keharusan. Malinowski (melalui Pateda, 1988:104)
menambahkan bahwa untuk memahami ujaran, harus memahami konteks situasi,
dengan memperhatikan konteks situasi, aspek-aspek bermakna linguistik maupun
nonlinguistik dapat dikorelasikan. Malinowski (melalui Verschueren 1998:75)
mengatakan bahwa persis seperti dalam kenyataan bahasa lisan atau tulisan,
sebuah kata tanpa konteks linguistik hanyalah isapan jempol belaka dan tidak
berarti apa-apa, jadi dengan kenyataan lidah yang lisan, ujaran itu tidak berarti
tanpa konteks situasi (exactly as in the reality of spoken or written languages, a
word without linguistic context is a mere figment and stands for nothing by itself,
so in the reality of a spoken living tongue, the utterance has no meaning except in
the context of situation). Pemahaman mengenai konteks akan sangat membantu
penutur maupun mitra tutur dalam memahami maksud maupun makna yang
terdapat dalam suatu ujaran. Jika antara penutur dan mitra tutur tidak dapat
menangkap makna atau maksud ketika berkomunikasi, maka suatu tuturan
dianggap gagal. Karena sesuatu yang menjadi tujuan penutur tidak sama dengan
yang ditangkap oleh pemikiran mitra tutur. Akhirnya, hal yang ingin disampaikan
penutur kepada mitra tutur tidak tersampaikan dengan baik. Kridalaksana (melalui
Ida Bagus 2014:94) menyatakan bahwa konteks adalah sebagai latar belakang
pemahaman yang dimiliki oleh penutur maupun lawan tutur sehingga lawan
tutur dapat membuat interpretasi mengenai apa yang dimaksud oleh penutur
pada waktu membuat tuturan tertentu. Interpretasi makna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Dalam penelitian ini, ditemukan delapan makna pragmatik, di antaranya
mengarahkan, menguatkan, suruhan, meyakinkan, persilaan, mengingatkan,
ajakan, dan larangan. Makna yang terkandung dalam data yang peneliti temukan
tak luput dari proses analisis data berulang-ulang dan secara mendalam. Setelah
melakukan analisis data dan mengklasifikasikan berdasarkan jenis tindak tutur
deklaratif, maka dapat diketahui makna dari tuturan tersebut. Setiap ujaran atau
tuturan yang disampaikan penutur tentu saja memiliki makna yang berbeda.
Makna tersebut disesuaikan dengan konteks terjadinya tuturan. Harapan penutur
terhadap tuturannya adalah dapat dipahami dan mendapat respons dari mitra tutur,
baik verbal maupun non-verbal. Tuturan akan dikatakan berhasil sampai ke mitra
tutur jika tuturan tersebut mendapat respons atau tanggapan dari mitra tutur atau
lawan bicara.
4.3.3 Ciri-Ciri Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif
Setiap tindak tutur pasti memiliki ciri-ciri atau kekhasan yang menandai
keberadaan tuturan. Dalam penelitian tindak tutur yang dilakukan peneliti,
ditemukan lima jenis tindak tutur deklaratif. Masing-masing jenis tindak tutur itu
memiliki ciri atau kekhasan yang menandai keberadaan tuturan tersebut. Setiap
tuturan tentu memiliki ciri atau kekhasan yang membuat setiap tuturan memiliki
perbedaan satu dengan yang lain. Secara keseluruhan, Leech (1993:285) telah
mengemukakan pendapatnya mengenai ciri atau kekhasan yang terdapat pada
tuturan deklaratif, di antaranya adalah: (a) tuturan deklaratif memiliki sifat
performatif, (b) setiap tuturan deklaratif disertai tindakan fisik, dan (c) setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
ujaran deklaratif selalu memiliki makna penting sesuai dengan konteks yang
mendasari.
Pertama, Performatif merupakan tuturan untuk melakukan sesuatu. Leech
(1993: 280) mengatakan bahwa tuturan performatif tidak dievaluasi sebagai benar
atau salah, tetapi sebagai tepat atau tidak tepat, misalnya: I promise that I shall be
there (Saya berjanji bahwa saya akan hadir di sana) dan performatif primer atau
tuturan primer I shall be there (Saya akan hadir di sana). Tuturan performatif
berbeda dengan tuturan yang dapat diperiksa benar atau salahnya, oleh karena itu
pula dapat ditentukan kandungan makna dari ucapan tersebut maka ucapan
performatif tidak dapat diperlakukan seperti itu. Ucapan performatif tidak dapat
dikatakan benar atau salah melainkan pantas atau tidak pantas untuk diucapkan
seseorang.
Kedua, setiap tuturan deklaratif disertai tindakan fisik. Tuturan deklarasi
disertai dengan tindakan fisik maksudnya adalah penutur tidak hanya berujar,
tetapi menggunakan bahasa tubuhnya sebagai pendukung dari kalimat yang ia
ujarkan. Misalnya wasit mengangkat kartu merah, seorang polisi meniupkan
peluit, guru menyurh siswanya diam dengan mengangkatkan salah satu tangan.
Selain itu, tindakan fisik tidak hanya yang dapat dilihat maupun didengar,
melainkan dapat pula dirasakan seperti seorang guru memberi semangat kepada
murid dengan menepuk bahu.
Ketiga, setiap ujaran deklaratif selalu memiliki makna penting sesuai
dengan konteks yang mendasari. Peran konteks situasi tuturan juga diuangkapkan
oleh Malinowski (melalui Verschueren 1998:75) yang mengatakan bahwa persis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
seperti dalam kenyataan bahasa lisan atau tulisan, sebuah kata tanpa konteks
linguistik hanyalah isapan jempol belaka dan tidak berarti apa-apa, jadi dengan
kenyataan lidah yang lisan, ujaran itu tidak berarti tanpa konteks situasi. Ujaran
deklarasi selalu memiliki makna penting sesuai dengan konteks yang
mendasarinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data mengenai tindak tutur ilokusi deklaratif
para guru, peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan. Pertama, mengenai
jenis-jenis tindak tutur ilokusi deklaratif. Kedua, makna pragmatik dalam tindak
tutur ilokusi deklaratif. Ketiga, ciri-ciri tindak tutur ilokusi deklaratif. Interaksi
para guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas X SMK Yos Sudarso
Rembang merupakan salah satu bentuk dari tindak tutur. Tuturan para guru ketika
kegiatan belajar mengajar tidak hanya dipahami sebagai rentetan kalimat. Namun,
tuturan guru dalam interaksi belajar mengajar memiliki makna maupun maksud
yang ingin disampaikan kepada para siswa. Pernyataan penutur berdasarkan
kenyataan yang bersifat mengubah mitra tutur disebut tindak tutur deklaratif.
Tindak tutur deklaratif merupakan tuturan yang isi tuturannya berkaitan dengan
kenyataan, serta dari tuturan tersebut dapat mengubah mitra tutur. Berdasarkan
hasil penelitian dan analisis data, dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Jenis-Jenis Tindak Tutur Ilokusi Deklratif
Tindak tutur ilokusi deklratif merupakan tindak tutur yang
menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya. Hasil dari penelitian ini
ditemukan enam jenis tindak tutur ilokusi deklaratif. Keenam jenis tersebut adalah
tindak tutur ilokusi deklaratif ‘memutuskan’, tindak tutur ilokusi deklaratif
‘mengesahkan’, tindak tutur ilokusi deklaratif ‘penamaan’, tindak tutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
ilokusi deklaratif ‘menghukum’, tindak tutur ilokusi deklaratif ‘melarang’, dan
tindak tutur ilokusi deklaratif ‘mengangkat’. Jenis-jenis tindak tutur ilokusi
deklaratif dapat ditemukan setelah melakukan pengamatan mengenai situasi
terjadinya tuturan dan proses analisis data secara mendalam.
b. Makna Prgamatik Tindak Tutur Ilokusi Dekalaratif
Selain menganalisis jenis-jenis tindak tutur ilokusi deklaratif, penelitian ini
juga memiliki tujuan untuk menganalisis makna pada tuturan deklaratif.
Penemuan makna ini didasari dengan pemahaman konteks situasi tuturan. Peneliti
mencoba untuk memahami konteks situasi tuturan dengan baik untuk mengetahui
makna yang terdapat pada tuturan. Hasil dari penelitian ini, ditemukan delapan
jenis makna pragmatik tindak tutur ilokusi deklaratif. Delapan makna pragmatik
tersebut adalah 35 mengarahkan, 15 menguatkan, 4 suruhan, 25 meyakinkan, 1
persilaan, 12 mengingatkan, 1 ajakan, dan 3 larangan.
c. Ciri-Ciri Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif
Setiap tuturan tentunya memiliki pembeda dari tuturan satu dan yang
lainnya, begitu pula dengan tuturan deklaratif. Ciri-ciri tersebut berguna untuk
membantu pemahaman pembaca mengenai perbedaan dari setiap tuturan. Pada
tindak tutur ilokusi deklaratif, terdapat tiga ciri atau karakteristik yang dapat
diidentifikasi oleh peneliti, yakni: (a) tuturan deklaratif memiliki sifat performatif,
(b) setiap tuturan deklaratif disertai tindakan fisik, dan (c) setiap ujaran deklaratif
selalu memiliki makna penting sesuai dengan konteks yang mendasari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
5.2 Saran
Dalam penelitian ini, peneliti hanya membahas tiga hal di antaranya jenis
tindak tutur deklaratif para guru dalam interaksi belajar mengajar pada siswa kelas
X SMK Yos Sudarso Rembang, makna pragmatis tindak tutur deklaratif para
guru, dan ciri-ciri tindak tutur deklaratif. Bagi pihak-pihak yang hendak
melakukan penelitian bahasa, disarankan untuk melakukan penelitian sejenis
dengan bahasan yang berbeda, misalnya tindak tutur direktif, tindak tutur
ekspresif, atau yang sejenis lainnya. Apabila pembaca ingin melakukan penelitian
yang sejenis dengan penelitian ini, pembaca dapat menggunakan penelitian ini
sebagai bahan perbandingan terhadap penelitian sejenis yang hendak dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Wahab. 1995. Teori Semantik. Surabaya: Airlangga University Press.
Austin,J.L. 1962. How to Do Things with Words. New York: Clardon Press.
Bagus, Ida. 2014. Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bloomfield, L. 1995. Language: Bahasa (terjemahan). Jakarta: Gramedia.
Chaer, Abdul & Agustina. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT
Asdi Mahasatya.
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka
Cipta.
Cummings, Louise. 2007. Pragmatik: Sebuah Perspektif Multidisipliner.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ghony, Djunaidi & Almanshur. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
AR-RUZZ MEDIA.
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik. Jakarta:
Bumi Aksara.
Horn & Word. 2006. The Handbook of Pragmatics. Australia: Blackwell
Publishing.
Kridalaksana, Harimurti. 1982. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka.
____________________. 2011. Kamus Linguistik (ed. 4). Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Langendoen. 1968. The London School of Linguistics: A Study of The Linguistics
Theories of B. Malinowski and J.R. Firth. Cambridge: The Massachusetts
Institute of Technology.
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
Levinson, Stephen. 1983. Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press.
Lubis. 2015. Analisis Wacana Pragmatik (edisi revisi). Bandung: Penerbit
Angkasa.
Lyons, John. 1977. Semantics (Vol.2). Cambridge: Cambridge University Press.
__________. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Jakarta: Greamedia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
__________. 1995. Linguistic Semantic: An Introduction. Cambridge: Cambridge
University Press.
Mahsun. 2006. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, Metode, dan
Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Miles & Huberman. 1992. Qualitative Data Analysis. Sage Publications, Inc.
Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Muhammad. 2014. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Nadar. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Pateda, Mansoer. 1988. Linguistik Sebuah Pengantar. Bandung: Penerbit
Angkasa.
Pranowo. 2009. Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Purwanto. 2007. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan: Pengembangan dan
Pemanfaatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Purwo. 1984. Deiksis dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Putra, Nusa. 2011. Penelitian Kualitatif: Proses & Aplikasi. Jakarta: PT INDEKS.
Rahardi, Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang:
Percetakan DIOMA.
_______________. 2008. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
_______________. 2009. Sosiopragmatik. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Richards, Jack dkk. 1989. Longman Dictionary of Applied Linguistics. Longman:
Longman Group UK Limited.
Rohmadi, Muhammad. 2004. Pragmatik: Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar
Media.
Rose, Kenneth & Kasper. 2001. Pragmatics in Language Teaching. Cambridge:
Cambridge University Press.
Rusminto, N.E. 2009. Analisis Wacana Bahasa Indonesia. (Buku Ajar).
Bandarlampung: FKIP Universitas Lampung.
_____________. 2010. Memahami Bahasa Anak-anak. Bandar Lampung:
Universitas Lampung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Straus, Anselm & Corbin. 2007. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfa Beta.
________. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfa Beta.
Sukmadinata,N.S. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Suwarno. 1985. Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru.
Tarigan, Diago. 1990. Proses Belajar Mengajar Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Verschueheren, Jef. 1998. Understanding Pragmatics. New York: Arnold
Publisher.
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
BIODATA PENULIS
Elisabet Riski Titasari panggilan Riski lahir di Rembang
pada tanggal 25 November 1995 dari pasangan suami istri
Bapak Ephraim Maria Dwi Tristanto dan Ibu Paulina Rita
Punto Dewi. Penulis adalah anak ketiga dari empat
bersaudara. Penulis sekarang bertempat tinggal di Mangunan,
Harjobinangun, Pakem.
Pendidikan yang telah ditempuh penulis yaitu SD K Santa Maria Rembang lulus
tahun 2007, SMP K OV Slamet Riyadi Rembang lulus tahun 2010, SMA K Santa
Maria Rembang lulus tahun 2013, dan mulai tahun 2013 mengikuti Program S1
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
TRIANGULASI DATA TUTURAN PARA GURU DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR PADA SISWA
KELAS X SMK YOS SUDARSO REMBANG
PENELITIAN KAJIAN PRAGMATIK
Keterangan :
TG : Tuturan Guru
KT : Konteks Tuturan
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
Tuturan Analisis Jenis Tindak Tutur Ilokusi
Deklaratif Makna Pragmatik
Triangulator
S TS
(Data 01.) TG: “Jaman
sekarang
orang
harus baik
secara
moral dulu,
sekolah
tinggi-
tinggi
kalau tidak
bermoral
juga
percuma.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Kewirausahaan
kepada siswa kelas X
Multimedia yang memiliki 19
siswa (2 perempuan, 17 laki-
laki). Tuturan ini terjadi
setelah guru melihat nilai
ulangan harian dan jawaban
yang sama setiap masing-
masing siswa. Guru
mencurigai hasil tersebut
diperoleh dari mencontek.
Guru dan siswa sama-sama
mengetahui bahwa mencontek
bukanlah hal yang baik dan
dilarang di sekolah. Guru
menganggap bahwa mencontek
merupakan salah satu
penyimpanan terhadap moral.
Bukti yang menyatakan bahwa
tuturan tersebut termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘memutuskan’ terdapat pada
“harus baik secara moral dulu”
kemudian didukung dengan
kalimat “sekolah tinggi-tinggi
kalau tidak bermoral juga
percuma”. Penutur melalui
tuturannya mengungkapkan
pernyataan yang memutuskan
bahwa setiap orang harus baik
secara moral. Penekanan
‘memutuskan’ terjadi pada kata
‘harus’. Tuturan di atas memiliki
makna ‘mengarahkan’. Penutur
yakni seorang guru
kewirausahaan seolah-olah
mengarahkan mitra tutur yakni
para siswa untuk memiliki moral
yang baik. Penanda makna
pragmatis ‘mengarahkan’ dalam
tuturan tersebut terbentuk dari
konteksnya yakni pengetahuan
dari penutur dan mitra tutur
terhadap tuturan yakni “jaman
sekarang orang harus baik secara
moral dulu, pintar kalau tidak
bermoral juga percuma”.
Berdasarkan asumsi dan latar
belakang pengetahuan bersama
mengenai tindakan mencontek
bukanlah hal baik, diharapkan
dapat menggerakkan mitra tutur
supaya meninggalkan kebiasaan
mencontek.
Memutuskan
Mengarahkan √
(Data 02.) TG: “Keputusan
yang
diambil
pemimpin
berguna
untuk
memperbai
ki
perusahaan
.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Kewirausahaan
di kelas X Multimedia yang
memiliki 19 siswa (2
perempuan, 17 laki-laki).
Tuturan ini terjadi ketika guru
mengajarkan materi kepada
siswa mengenai kepemimpinan
yang baik. Pemimpin yang
baik adalah pemimpin yang
berani mengambil keputusan
dengan berbagai resiko.
Tuturan (02) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘memutuskan’. Memutuskan adalah menetapkan
suatu tuturan yang mampu
meyakinkan maupun
mempengaruhi mitra tutur, hal ini
ditunjukkan oleh tuturan di atas
yang isi tuturannya meyakinkan
mitra tutur mengenai keputusan
yang diambil pemimpin berguna
untuk memperbaiki perusahaan.
Tutursn di atas memiliki makna
‘mengarahkan’. Penutur yakni
seorang guru Kewirausahaan
seolah-olah mengarahkan mitra
tutur yakni para siswa untuk
berani mengambil keputusan
dalam segala hal. Penanda makna
pragmatis ‘mengarahkan’ dalam
tuturan tersebut terbentuk dari
konteksnya yakni pengetahuan
dari penutur dan mitra tutur
terhadap tuturan yakni:
“keputusan yang diambil
Memutuskan Mengarahkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
pemimpin berguna untuk
memperbaiki perusahaan”.
Berdasarkan asumsi dan latar
belakang pengetahuan bersama
mengenai sikap pemimpin yang
baik harus mampu dan berani
mengambil keputusan, penutur
memiliki maksud supaya mitra
tutur dapat memahami sikap
kepemimpinan yang baik.
(Data 03.) TG: “Hidup
bersosialisa
si dengan
orang lain
sangat
bermanfaat
ketika kita
hidup
bertetangga
. Hidup di
dunia pasti
saling
membutuh
kan to?
Kalau
nggak bisa
bersosialisa
si kalian
gimana
mau
hidup?”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran
Kewarganegaraan di kelas X
Administrasi Perkantoran
yang memiliki 17 siswa (13
perempuan, 4 laki-laki).
Tuturan ini terjadi ketika guru
mengajarkan materi warga
Negara. Guru menyinggung
masalah hidup bersosialisasi
sebagai warga Negara yang
baik. Bersosialisai merupakan
hal yang sangat penting bagi
semua manusia di dalam
masyarakat. Karena manusia
merupakan makhluk sosial
yang saling membutuhkan satu
dengan yang lain.
Termasuk dalam tindak tutur
ilokusi deklaratif jenis
‘memutuskan’ karena dalam
tuturan tersebut penutur telah
mengungkapkan sebuah
pernyataan yang bersifat
memutuskan, yakni terdapat
dalam “hidup bersosialisasi
dengan orang lain sangat
bermanfaat ketika kita hidup
bertetangga”. Penutur telah
memutuskan bahwa hidup
bersosialisasi sangatlah
bermanfaat dalam hidup
bertetangga. Keputusan penutur
tersebut didukung dengan kalimat
“Hidup di dunia pasti saling
membutuhkan to? Kalau nggak
bisa bersosialisasi kalian
gimana mau hidup?”. Oleh
karena itu tuturan ini dapat
dikatakan sebagai tuturan
‘memutuskan’, karena melalui
tuturannya penutur telah
memutuskan bahwa hidup
bersosialisasi dengan orang lain
sangat bermanfaat. Tuturan
tersebut memiliki makna
‘mengarahkan’. Penutur yakni
guru mata pelajaran
kewarganegaraan, ingin siswanya
tahu bahwa dalam bermasyarakat
harus mampu bersosialisasi. Guru
sebagai penutur mengarahkan
para siswa supaya dapat
bersosialisasi dengan baik, hal itu
ditegaskan dalam penggalan
tuturan: “Hidup di dunia pasti
saling membutuhkan yo? Kalau
nggak bisa bersosialisasi kalian
gimana mau hidup?” Oleh
karena itu berkaitan dengan mata
pelajaran yang sedang ia ajarkan,
guru memutuskan bahwa hidup
bersosialisasi dengan orang lain
sangat bermanfaat ketika kita
hidup bertetangga. Penutur
melalui tuturannya itu ingin
menyampaikan pesan supaya
mitra tutur dapat bersosialisasi
dalam masyarakat.
Memutuskan Mengarahkan √
(Data 04.) TG: “Pemimpin
harus bisa
memimpin
dengan
baik,
memberi
contoh
yang baik
untuk
anggotanya
.”
KT: Disampaikan oleh guru
Kewirausahaan di kelas X
Multimedia yang memiliki 19
siswa (2 perempuan, 17 laki-
laki). Tuturan ini terjadi ketika
guru mengetahui bahwa ketua
kelas sering tidak masuk tanpa
Termasuk dalam tindak tutur
ilokusi deklaratif jenis
‘memutuskan’ karena dalam
tuturan tersebut penutur telah
menyatakan suatu keputusan,
yakni: “pemimpin harus bisa
memimpin dengan baik.
Penekanan terdapat pada kata
‘harus’, membuktikan bahwa
tuturan penutur memiliki sifat
memutuskan, yakni memutuskan
bahwa pemimpin yang baik harus
bisa memimpin dengan baik.
Makna yang terdapat pada
tuturan di atas adalah
‘mengarahkan’. Melalui
tuturannya. guru bermaksud
mengarahkan siswanya untuk
bisa bertanggungjawab. Maksud
Memutuskan Mengarahkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
keterangan. Ketua kelas
merupakan contoh pemimpin
di dalam kelas. Ketua kelas
hendaknya memberi contoh
yang baik untuk teman-
temannya supaya kelas
menjadi lebih baik.
yang ingin disampaikan oleh guru
atau penutur adalah
menginginkan siswanya untuk
bisa menjadi contoh yang baik
bagi teman-teman maupun
oranglain.
(Data 05.) TG: “Dulu
jamannya
ibu masih
muda, listrik
itu hanya
nyala pas
malam, ya
mulai jam 7
itu baru
nyala.
Itupun kalau
nggak ada
angin
kencang, di
desa ibu kan
sering tuh
ada angin
kencang,
jadi kalau
anginnya
lagi kencang
ya listrik itu
dimatiin
total,cuma
pakai teplok
atau lilin.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Kewirausahaan
mengajar di kelas X
Multimedia yang memiliki 19
siswa (2 perempuan, 17 laki-
laki).. Guru menceritakan
pengalaman ketika kecil dan
mengaitkan dengan cara
belajar anak-anak zaman
sekarang. Pada zaman dahulu
orang-orang susah untuk
mendapatkan listrik. Namun
semangat belajar mereka
sangat tinggi. Berbeda dengan
anak jaman sekarang yang
kebanyakan belajar ketika ada
ulangan atau ujian.
Tuturan (05) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘memutuskan’. Dalam
tuturan itu penutur menyetujui
bahwa pada zaman dahulu listrik
hanya menyala mulai pukul 7
malam. Salah satu ciri dari tindak
tutur jenis memutuskan adalah
penutur menyetujui suatu hal,
yang terdapat pada tuturan
tersebut adalah penutur
menyetujui bahwa pada zaman
dahulu masih sulit listrik. Makna
yang terdapat pada tuturan
tersebut adalah ‘menguatkan’. Pernyataan penutur tersebut
memiliki makna menguatkan
karena penutur memberi tuturan
penguatan terhadap hal yang
telah ia ketahui yakni mengenai
listrik pada zaman dahulu.
Memutuskan Menguatkan √
(Data 06.) TG: “Dalam
mengerjakan
akuntansi
harus diberi
keterangan
yang jelas,
misalnya
laba atau
rugi.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Akuntansi
ketika mengajar di kelas X
Akuntansi yang memiliki 10
siswa (9 perempuan, 1 laki-
laki). Guru memberi soal
kepada siswa untuk
mengerjakan jurnal aluntansi.
Ketika siswa mengerjakan
soal, banyak siswa yang tidak
menulis keterangan di jawaban
mereka. Menuliskan
keterangan ketika mengerjakan
soal yang memiliki banyak
kode seperti Akuntansi
sangatlah perlu. Tujuannya
adalah untuk memperjelas
jawaban dari soal tersebut.
Termasuk dalam tindak tutur
ilokusi deklaratif jenis
‘memutuskan’ karena dalam
tuturan tersebut penutur telah
menyatakan suatu keputusan,
yakni: “ Dalam mengerjakan
akuntansi harus diberi
keterangan yang jelas”.
Penekanan terdapat pada kata
‘harus’, membuktikan bahwa
tuturan penutur memiliki sifat
memutuskan, yakni memutuskan
bahwa dalam mengerjakan
akuntansi harus disertai
keterangan yang jelas. Makna
yang terdapat pada tuturan di atas
adalah ‘suruhan’. Melalui tuturan
tersebut penutur menyuruh mitra
tutur untuk melakukan yang ia
katakan. Dalam hal ini penutur
yakni guru akuntansi ingin
menyuruh siswanya untuk
menulis keterangan setiap
mengerjakan soal akuntansi.
Memutuskan Suruhan √
(Data 07.) TG: “Handphone Tuturan (07) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
Memutuskan Mengarahkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
itu
digunakan
ketika kalian
pulang
belum ada
yang
menjemput
atau pulang
telat,
barulah
untuk
memberitahu
orang tua.
Bukan ketika
pelajaran
ada guru
berbicara
kalian malah
membuat
status,
membuka
internet
tanpa
perintah dari
guru.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Kewirausahaan
di kelas X Multimedia yang
memiliki 19 siswa (2
perempuan, 17 laki-laki).
Tuturan ini terjadi ketika guru
melihat salah satu siswanya
bermain handphone ketika jam
pelajaran sedang berlangsung.
Guru dan siswa sama-sama
tahu bahwa tidak boleh
menggunakan handphone
ketika kegiatan belajar
mengajar berlangsung tanpa
ada izin dari guru mata
pelajaran yang bersangkutan.
jenis ‘memutuskan’. Dapat
dikatakan sebagai jenis
memutuskan karena dalam
tuturan tersebut penutur telah
menyatakan suatu keputusan
bahwa handphone hanya
digunakan untuk memberitahu
orangtua dalam hal-hal yang
penting “ Handphone itu
digunakan ketika kalian pulang
belum ada yang menjemput atau
pulang telat, barulah untuk
memberitahu orang tua”. Makna
yang terdapat dalam tuturan
tersebut adalah ‘mengarahkan’. Penutur melalui tuturannya ingin
mengarahkan mitra tutur supaya
dapat menggunakan handphone
pada situasi yang penting dan
tidak menggunakan handphone
ketika kegiatan belajar mengajar
berlangsung.
(Data 08.) TG: “Apotek
merupakan salah satu ilmu
perdagangan.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Matematika
mengajar di kelas X Farmasi
yang memiliki 12 siswa (10
perempuan, 2 laki-laki).
Tuturan ini terjadi ketika guru
sedang menerangkan materi
pertidaksamaan. Guru dan
siswa sama-sama mengetahui
bahwa apotek merupakan
tempat untuk membeli obat.
Kegiatan jual-beli merupakan
ilmu perdagangan.
Termasuk dalam tindak tutur
ilokusi deklaratif jenis
‘memutuskan’, karena dalam
tuturan tersebut penutur
memutuskan bahwa apotek
merupakan salah satu ilmu
perdagangan. Makna yang
terdapat pada tuturan tersebut
adalah ‘meyakinkan’. Penutur
melalui tuturannya ingin
meyakinkan mitra tutur supaya
percaya dan yakin bahwa apotek
merupakan salah satu ilmu
perdagangan.
Memutuskan Meyakinkan √
(Data 09.) TG: “Spidolnya
sudah
habis itu
isinya, di
perpustaka
an ada isi
spidol itu
lho.
Petugas
piket itu
tugasnya
tidak hanya
bersih-
bersih
kelas, tetapi
juga
mengecek
spidol
masih bisa
digunakan
atau tidak.
Supaya
Termasuk dalam tindak tutur
ilokusi deklaratif jenis
‘memutuskan’, karena dalam
tuturan tersebut penutur
memutuskan bahwa tugas
petugas piket tidak hanya
membersihkan kelas tetapi juga
memeriksa kelengkapan kelas
seperti spidol, terbukti dalam
cuplikan tuturan: “petugas piket
itu tugasnya tidak hanya bersih-
bersih kelas, tetapi juga
mengecek spidol masih bisa
digunakan atau tidak”. Makna
yang terdapat dalam tuturan
tersebut adalah ‘persilaan’. Penutur mempersilakan mitra
tutur untuk mengisi spidol di luar
kelas.
Memutuskan Persilaan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
tidak
menggangg
u guru
ketika
mengajar
dan ingin
menulis.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran
Kewarganegaraan di kelas X
Administrasi Pekrantoran
yang memiliki 17 siswa (13
perempuan, 4 laki-laki).
Ketika hendak menggunakan
spidol, ternyata isi spidol
tersebut habis. Petugas piket
tidak memeriksa spidol
tersebut. Petugas piket tidak
hanya bertugas untuk
membersihkan kelas, tetapi
juga memeriksa segala sesuatu
di dalam kelas seperti spidol.
Petugas piket hendaknya selalu
memeriksa tinta dalam spidol.
(Data 10.) TG: “Keinginan
atau mimpi
harus
diimbangi
dengan
tindakan.
Bagaimana
supaya
keinginan
kalian itu
bisa
tercapai?”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Kewirausahaan
di kelas X Farmasi yang
memiliki 12 siswa (10
perempuan, 2 laki-laki).
Tuturan ini terjadi ketika guru
bertanya mengenai cita-cita
para siswa. Guru dan siswa
tahu bahwa setiap cita-cita jika
ingin tecapai harus diimbangi
dengan usaha dan tekun dalam
segala hal.
Termasuk dalam tindak tutur
ilokusi deklaratif ‘memutuskan’, karena dalam tuturan tersebut
penutur memutuskan bahwa:
“Keinginan atau mimpi harus
diimbangi dengan tindakan.”.
penekanan terdapat pada kata
‘harus’. Penutur memutuskan
bahwa setiap keinginan harus
diimbangi tindakan supaya bisa
tercapai. Makna yang terdapat
dalam tuturan tersebut adalah
‘mengarahkan’. Penutur
mengarahkan mitra tutur supaya
selalu berjuang dalam mengejar
segala keinginannya dan selalu
berusaha demi tercapainya suatu
keninginan atau mimpi.
Memutuskan Mengarahkan √
(Data 11.) TG: “SMK itu
mendidik,
melatih,
dan
membekali
keterampila
n supaya
kalian siap
untuk
langsung
bekerja.”
KT: Disampaikan oleh guru
BK yang dating di sela-sela
pelajaran Kewirausahaan di
kelas X Multimedia yang
memiliki 19 siswa (2
perempuan, 17 laki-laki). Guru
memberi nasehat kepada siswa
untuk menekuni program yang
mereka pilih. SMK merupakan
Sekolah Menengah Kejuruan
yang mempersiapkan siswa
untuk bisa langsung bekerja
setelah lulus. Di dalam SMK
siswa juga dibekali dengan
segala keterampilan sesuai
dengan jurusan yang mereka
pilih.
Tuturan (11) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘memutuskan’. Dapat
dikatakan sebagai jenis
memutuskan karena dalam
tuturan tersebut penutur telah
menyatakan suatu keputusan
bahwa SMK mendidik untuk siap
bekerja. Makna yang terdapat
pada tuturan tersebut adalah
‘meyakinkan’. Penutur ingin
meyakinkan mitra tutur dalam
bersekolah di SMK supaya
semakin tekun dalam jurusan
yang telah mereka pilih. Melalui
tuturan tersebut, penutur
meyakinkan mitra tutur bahwa di
SMK mereka dilatih dan dibekali
berbagai keterampilan supaya
siap untuk bekerja.
Memutuskan Meyakinkan √
(Data 12.) TG: Tuturan (12) termasuk dalam Memutuskan Meyakinkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
“Keberuntungan hanya akan
didapat oleh orang yang mau
bertindak.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Akuntansi di
kelas X Akuntansi yang
memiliki 10 siswa (9
perempuan, 1 laki-laki).
Tuturan ini terjadi ketika
memberi nasehat kepada siswa
supaya tidak malas. Guru dan
siswa sama-sama tahu bahwa
malas tidak akan membuat
orang berhasil. Tanpa
melakukan tindakan, setiap
orang tidak akan mendapatkan
apa yang mereka inginkan.
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘memutuskan’. Dapat
dikatakan sebagai jenis
memutuskan karena dalam
tuturan tersebut penutur telah
menyatakan suatu keputusan
bahwa keberuntungan hanya akan
didapat oleh orang yang mau
bertindak. Melalui tuturannya,
penutur telah memutuskan bahwa
keberuntungan akan didapat oleh
orang yang mau berusaha. Makan
yang terdapat dalam tuturan
tersebut adalah ‘meyakinkan’. Penutur berusaha meyakinkan
mitra tutur bahwa keberuntungan
hanya didapat orang yang
berusaha.
(Data 13.) TG: “Kalau kamu
buka counter
tapi nggak
punya relasi
atau nggak
punya teman
sedangkan
sainganmu
ada banyak,
ya sulit
kemungkina
n untuk bisa
ramai
countermu
itu.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Kewirausahaan
ketika mengajar di kelas X
Akuntansi yang memiliki 10
siswa (9 perempuan, 1 laki-
laki). Guru memberikan
nasehat akan pentingnya
membangun relasi dengan
banyak orang. Dalam
menjalani hidup, setiap orang
perlu membangun relasi yang
baik denan sesama, supaya
dapat saling tolon menolong
satu sama lain.
Tuturan (13) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘memutuskan’. Dapat
dikatakan sebagai jenis
memutuskan karena dalam
tuturan tersebut penutur telah
menyatakan suatu keputusan
bahwa dalam membuka usaha
harus diimbangi dengan
hubungan atau relasi dengan
oranglain. Makna yang terdapat
pada tuturan tersebut adalah
‘menguatkan’. Tuturan tersebut
apat dikatakan memiliki makna
menguatkan karena melalui
tuturannya penutur ingin
membuat mitra tutur percaya
bahwa dalam berusaha
dibutuhkan relasi yang baik
dengan oranglain.
Memutuskan Menguatkan √
(Data 14.) TG: “Relasi atau
menjalin
hubungan
dengan
orang lain
itu perlu.
Misal kita
punya
usaha,
kalau kita
punya
relasi kan
jadi enak
menyalurk
an usaha
kita to.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Kewirausahaan
ketika mengajar di kelas X
Akuntansi yang memiliki 10
siswa (9 perempuan, 1 laki-
laki). Guru memberikan
nasehat akan pentingnya
membangun relasi dengan
banyak orang. Dalam
menjalani hidup, setiap orang
perlu membanun relasi yang
baik denan sesama, supaya
dapat saling tolon menolong
satu sama lain.
Tuturan (14) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘memutuskan’. Dapat
dikatakan sebagai jenis
memutuskan karena dalam
tuturan tersebut penutur telah
menyatakan suatu keputusan
bahwa menjalin hubungan
dengan oranglain itu perlu.
Makna yang terdapat pada
tuturan tersebut adalah
‘meyakinkan’. Melalui
tuturannya penutur ingin
membuat mitra tutur yakin bahwa
hidup bersosialisasi itu sangat
penting.
Memutuskan Meyakinkan √
(Data 15.) TG: “Kalian kalau Tuturan (15) termasuk dalam Memutuskan Mengarahkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
mendapat
nilai pas
KKM,
padahal
KKMnya
sudah tinggi,
lalu dilihat
orangtuamu
yang tidak
tahu kalau
nilaimu itu
pas KKM
hasil
bantuan dari
guru supaya
kamu bias
lulus KKM,
sama saja
kamu
membohongi
orangtuamu.
coba aja
kalau
orangtuamu
tahu nilai
aslimu yang
cuma 35,40,
gitu-gitu aja,
gimana
coba?”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Kewirausahaan
di kelas X Administrasi
Perkantoran yang memiliki 17
siswa (13 perempuan, 4 laki-
laki). Tuturan ini terjadi ketika
guru mengetahui nilai ulangan
beberapa siswa selalu di bawah
KKM. Guru dan siswa sama-
sama tahu bahwa nilai KKM
pada mata pelajaran tersebut
tinggi, dan untuk bisa
melanjutkan materi selanjutnya
uru harus bisa meluluskan nilai
siswa yakni denan melakukan
remedial bagi siswa yang
mendapat nilai kurang. Nilai
remedial tidak bisa di atas
KKM, maksimal hanya batas
KKM. Guru dituntut untuk
meluluskan siswa supaya dapat
melanjutkan materi
selanjutnya.
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘memutuskan’. Dapat
dikatakan sebagai jenis
memutuskan karena dalam
tuturan tersebut penutur telah
menyatakan suatu keputusan
bahwa penutur telah menyetujui
bahwa nilai KKM merupakan
nilai bantuan dari guru. Makna
yang terdapat pada tuturan
tersebut adalah ‘mengarahkan’. Penutur ingin mengarahkan mitra
tuturnya supaya dapat rajin
bersekolah dan rajin belajar.
(Data 16.) TG: “Orang
korupsi para
koruptor itu
kebanyakan
orang pintar
kan? Tapi
mereka salah
dalam
menggunaka
n
kepintaranny
a, mereka
menggunaka
n
kepintaranny
a untuk
membodohi
oranglain,
yaitu dengan
berkorupsi.”
KT: Disampaikan oleh guru
Pendidikan Agama Katolik di
kelas X Akuntansi yang
memiliki 10 siswa (9
perempuan, 1 laki-laki).
Tuturan ini terjadi ketika guru
Tuturan (16) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘memutuskan’. Dapat
dikatakan sebagai jenis
memutuskan karena dalam
tuturan tersebut penutur telah
menyatakan suatu keputusan
bahwa koruptor merupakan
bagian dari orang yang pintar.
Makna yang terdapat pada
tuturan tersebut adalah
‘menguatkan’. Tuturan tersebut
dapat dikatakan memiliki makna
menguatkan karena melalui
tuturan tersebut penutur memberi
penguatan terhadap
pernyataannya bahwa koruptor
merupakan orang yang salah
dalam menggunakan
kepintanrannya.
Memutuskan Menguatkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
memberi nasehat kepada
siswanya untuk menggunakan
akal pintarnya dengan baik dan
benar, bukan untuk
mencurangi oranglain.
Koruptor merupakan orang
yang melakukan korupsi,
kebanyakan di antara mereka
merupakan orang yang
memiliki akal cerdas sehingga
menggunakan kecerdasannya
itu untuk kegiatan-kegiatan
yang salah.
(Data 17.) TG: “Sudah
berapa kali
ya ibu
menemukan
beberapa
siswa main
handphone
di kelas.
Guru sedang
menjelaskan
kalian sibuk
main
handphone.
Apa kalian
itu tidak bisa
merasakan
jadi orang
yang sedang
berbicara
menerangka
n tapi malah
dicuekin,
tidak
dihargai.
Kelak orang-
orang yang
tidak
menghargai
gurunya
pasti juga
akan
mengalami
hal yang
sama.
Cobalah
kalian itu
menghargai
guru sedikit
saja, dengan
mendengark
an dan
memperhatik
an saja guru
itu sudah
senang lo.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Kewirausahaan
di kelas X Multimedia yang
memiliki 19 siswa (2
perempuan, 17 laki-laki).
Tuturan ini terjadi ketika guru
melihat salah satu siswanya
bermain handphone ketika jam
pelajaran sedang berlangsung.
Guru memberi nasehat siswa
supaya bisa mengharagi orang
yang sedang berbicara
menjelaskan. Ketika sedang
menerangkan materi guru akan
senang apabila para siswa mau
memperhatikan dan tidak sibuk
dengan kegiatan lain selama
proses belajar mengajar
berlangsung.
Tuturan (17) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘memutuskan’. Dapat
dikatakan sebagai jenis
memutuskan karena dalam
tuturan tersebut penutur telah
menyatakan suatu keputusan
yang terbukti pada penggalan
tuturan: “ dengan mendengarkan
dan memperhatikan saja guru itu
sudah senang lo” melalui
penggalan tuturan tersebut
penutur telah menyetujui bahwa
dengan mendengarkan dan
memperhatikan guru sudah
merasa senang. Makna yang
terdapat pada tuturan tersebut
adalah ‘mengingatkan’. Melalui
tuturan tersebut penutur ingin
mengingatkan mitra tutur untuk
dapat menghargai siapapun yang
sedang berbicara di depan kelas.
Memutuskan Mengingatkan √
(Data 18.) TG: “Nanti
sebentar
lagi kakak-
Tuturan (18) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘memutuskan’. Dapat
Memutuskan Mengingatkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
kakak
kalian
ujian
nasional
kalian
akan libur
lagi. Ibu
minta
setelah
libur kalian
bisa masuk
semua.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran bahasa
Indonesia di kelas X Farmasi
yang memiliki 12 siswa (10
perempuan, 2 laki-laki).
Tuturan ini terjadi ketika jam
pelajaran berlangsung banyak
siswa yang tidak masuk setelah
libur panjang. Setelah libur
panjang siswa cenderung
malas untuk masuk sekolah,
apalagi hari masuk sekolah itu
adalah hari jumat. Siswa lebih
memilih untuk mulai masuk
sekolah kembali pada hari
senin.
dikatakan sebagai jenis
memutuskan karena dalam
tuturan tersebut penutur telah
menyatakan suatu keputusan
bahwa tidak lama lagi akan ada
ujian nasional. Makna yang
terdapat pada tuturan tersebut
adalah ‘mengingatkan’. Melalui
tuturan tersebut penutur ingin
mengingatkan mitra tutur bahwa
sebentar lagi akan ada ujian
nasional dan ada libur panjang,
penutur berharap setelah libur
mitra tutur dapat masuk sekolah
dan mengikuti kegiatan belajar
mengajar.
(Data 19.) TG: “Kreatif dan
inovatif itu
diperlukan
saat kalian
hendak
membuka
bisnis atau
usaha.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Kewirausahaan
di kelas X Multimedia yang
memiliki 19 siswa (2
perempuan, 17 laki-laki).
Tuturan ini terjadi ketika guru
sedang mengajarkan materi ke
siswa-siswinya dan
mengajarkan cara
berwirausaha yang baik.
Kreatif dan inovatif sangat
berguna bagi setiap orang yang
ingin membuka usaha. Dengan
mengeluarkan kreasi yang
inovatif serta mencipatakan
usaha yang berbeda denan
yang lain, konsumen pasti akan
tertarik dengan usaha yang
dibuat.
Tuturan (19) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘memutuskan’. Dapat
dikatakan sebagai jenis
memutuskan karena dalam
tuturan tersebut penutur telah
menyatakan suatu persetujuan
bahwa kreatif dan inovatif
diperlukan saat berbisnis. Makna
yang terdapat pada tuturan
tersebut adalah ‘mengarahkan’. Guru ingin mengarahkan para
siswanya supaya dapat kreatif
dan inovatif ketika hendak
memulai bisnis.
Memutuskan Mengarahkan √
(Data 20.) TG: “Niat untuk
sekolah itu
sangat
penting ya,
meskipun
tidak punya
sepatu
bagus atau
sepatunya
sudah
sobek-
sobek,
seragam
juga nggak
sebaik
siswa pada
umumnya.
Kalian
harus bisa
belajar dari
siswa di
daerah
pedalaman
atau
Tuturan (20) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘memutuskan’. Dapat
dikatakan sebagai jenis
memutuskan karena dalam
tuturan tersebut penutur telah
menyatakan suatu keputusan
bahwa dalam bersekolah harus
memiliki niat supaya dapat
berhasil. Makna yang terdapat
pada tuturan tersebut adalah
‘mengarahkan’. Penutur ingin
mengarahkan mitra tutur supaya
dapat bersekolah dengan rajin
dan penuh semangat.
Memutuskan Mengarahkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
daerah
yang masih
kurang
baik
pendidikan
nya.
Mereka
saja sangat
bersemang
at dalam
belajar,
masa
kalian yang
punya
seragam
bagus,
sepatu
bagus,
bahkan
difasilitasi
kendaraan,
alat
komunikasi
, kalian
harusnya
bisa lebih
bersemang
at. Buat
orangtua
atau orang
sekitarmu
bangga.”
KT: Disampaikan oleh guru
Akuntansi di kelas X
Akuntansi yang memiliki 10
siswa (9 perempuan, 1 laki-
laki). Tuturan ini terjadi ketika
guru memberi semangat
kepada siswa-siswinya untuk
bersekolah. Banyak orang-
orang yang tidak mampu ingin
bersekolah dan semanatnya
melebihi orang-orang yang
mampu bersekolah. Guru dan
siswa tahu bahwa sekolah itu
bukan hal untuk disepelekan.
(Data 21.) TG: “Internet itu
disediakan
supaya
ketika guru
menyuruh
kalian
mencari
materi
secara online
kalian bisa
dengan
mudah
mencari.
Bukannya
digunakan
untuk
membuka
facebook,
membuka
youtube,
update
status-status
galau pas
pelajaran.
Itu kan
kurang pas
ya.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Teknik
Informasi dan Komputer di
kelas X Multimedia yang
memiliki 19 siswa (2
perempuan, 17 laki-laki) ketika
Tuturan (21) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘memutuskan’. Dalam
tuturan tersebut guru telah
menyetujui bahwa internet hanya
digunakan pada hal-hal yang
penting. Makna yang terdapat
pada tuturan tersebut adalah
‘mengingatkan’. Melalui
tuturannya tersebut guru ingin
mengingatkan para siswa bahwa
internet hanya digunakan ketika
ada tugas dari guru bukan untuk
bermain ketika kegiatan belajar
mengajar berlangsung.
Memutuskan Mengingatkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
ia menemukan siswa yang
membuka internet tanpa ada
perintah dari guru. Internet
yang disediakan di sekolah
digunakan untuk kepentingan
sekolah salah satunya adalah
untuk mencari informasi
penting ketika pelajaran
berlangsung.
(Data 22.) TG: “Saya itu
heran
dengan
kelas ini, kok
kalau nggak
masuk bisa
ganti-
gantian ya.
Kemarin si a
sekarang si b
gitu-gitu
terus.
Kesannya itu
seperti sudah
kalian
rencanakan
gitu lo nggak
masuknya
itu.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Kewirausahaan
di kelas X Multimedia yang
memiliki 19 siswa (2
perempuan, 17 laki-laki) ketika
ia selesai melakukan presensi
terhadap siswa yang hadir dan
melihat presensi siswa. Guru
menyadari kejanggalan pada
kelas tersebut yakni siswa yang
tidak masuk bergantian.
Membolos sekolah bukanlah
hal yang baik. Namun siswa
sering melakukan dengan
alasan malas bersekolah.
Tuturan (22) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘memutuskan’. Guru telah
menyetujui bahwa kelas tersebut
sering bergantian dalam hal
membolos sekolah. Makna yang
terdapat pada tuturan tersebut
adalah ‘meyakinkan’. Melalui
tuturannya guru meyakinkan para
siswanya bahwa kelas tersebut
sering bergantian tidak masuk
sekolah.
Memutuskan Meyakinkan √
(Data 23.) TG: “Besok
semisal
kalian ada
yang kuliah,
belum punya
kendaraan
pribadi.
Nggak usah
gaya-gayaan
pakai taksi
ke mana-
mana.
Carilah
kendaraan
umum yang
murah. Jadi
anak kos
nggak bisa
ngirit ya
nggak bisa
hidup kalian.
Memang
kalian di
perantauan
punya
banyak
teman, tapi
apa kalian
mau minta
terus sama
teman?
Nggak to?”
KT: Disampaikan oleh guru
Kewarganegaraan di kelas X
Administrasi Perkantoran
yang memiliki 17 siswa (13
Tuturan (23) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘memutuskan’. Pada
tuturan tersebut guru telah
menyetujui melalui tuturannya: “
Jadi anak kos nggak bisa ngirit
ya nggak bisa hidup kalian”.
Penutur telah memutuskan bahwa
menjadi anak kos harus bisa
hidup hemat, makna yang
terdapat pada tuturan tersebut
adalah ‘mengarahkan’. Tuturan
tersebut dapat dikatakan memiliki
makna mengarahkan karena guru
ingin para siswanya bisa
berhemat ketika mereka hidup
jaruh dari orangtua dan keluarga.
Memutuskan Mengarahkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
perempuan, 4 laki-laki) ketika
memberi nasehat kepada
mereka untuk bisa mengelola
keuangan ketika jauh dari
orangtua. Hidup jauh dari
orangtua tidaklah mudah jika
tidak bida mengelola keuangan
dengan baik.
(Data 24.) TG: “Makan di
luar itu
memang
enak, tapi
jahat. Kita
tidak tahu
masaknya
bagaimana,
bahannya
bagimana,
kebersihan
nya
bagaimana
ya kan?”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Kewirausahaan
di kelas X Multimedia yang
memiliki 19 siswa (2
perempuan, 17 laki-laki) ketika
memberi nasehat kepada
siswa-siswinya untuk lebih
berhati-hati ketika membeli
makanan. Makanan yang di
dapat di luar rumah cenderung
kebersihannya tidak terjamin
dan rawan bakteri.
Tuturan (24) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘memutuskan’. Melalui
tuturannya penutur telah setuju
bahwa makanan di luar rumah
tidak terjamin kebersihannya.
Makna yang terdapat pada
tuturan tersebut adalah
‘meyakinkan’. Penutur berupaya
untuk meyakinkan mitra tutur
supaya bisa lebih berhati-hati
ketika memilih makanan.
Memutuskan Meyakinkan √
(Data 25.) TG: “Jadi orang
itu yang
apa adanya
sajalah.
Nggak
usah
pengen
seperti
orang lain.
Belum
mampu beli
mobil, lihat
temennya
punya
mobil terus
ikut-ikutan
dengan
cara sewa
mobil,
gaya-
gayaan
padahal
bukan
milik
sendiri.
Apa
adanya
saja deh,
punyanya
ini ya
sudah
terima saja.
Tidak usah
memaksaka
n apa yang
ada di luar
kemampua
n kita.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Akuntansi di
kelas X Akuntansi yang
memiliki 10 siswa (9
perempuan, 1 laki-laki) setelah
menyorot perilaku muda-mudi
jaman sekarang yang selalu
Tuturan (25) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘memutuskan’. Bukti yang
mengatakan bahwa tuturan
tersebut termasuk dalam tuturan
memutuskan adalah: “ Jadi orang
itu yang apa adanya sajalah”.
Penutur menyetujui bahwa hidup
lebih baik jika apa adanya.
Makna yang terdapat pada
tuturan tersebut adalah
‘mengarahkan’. Melalui
tuturannya penutur ingin
mengarahkan mitra tutur supaya
bisa menjadi diri sendiri dan
tampil apa adanya sesuai dengan
kemampuan.
Memutuskan Mengarahkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
menginginkan hidup mewah
tanpa berpikir keuangan
orangtua. Guru dan siswa tahu
bahwa hidup apa adanya itu
lebih baik.
(Data 26.) TG: “Menyanyikan
lagu
nasional
sebelum
pelajaran
berlangsun
g itu
tujuannya
supaya
kalian bisa
terus hafal
dengan
lagu-lagu
nasional.
Selain itu
juga untuk
mengenang
jasa para
pahlawan
kita.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran
Kewarganegaraan di kelas X
Administrasi Perkantoran yang
memiliki 17 siswa (13
perempuan, 4 laki-laki) ketika
sedang mengawali pelajaran
sebelum masuk ke dalam
materi. Penutur dan mitra tutur
bahwa salah satu cara
mewujudkan sikap cinta tanah
air adalah dengan
menyanyikan lagu wajib.
Tuturan (26) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
njenis ‘memutuskan’. Tuturan
tersebut dapat dikatakan sebagai
tuturan memutuskan karena pada
tuturan itu penutur setuju bahwa
untuk mengenang jasa pahlawan
salah satunya adalah dengan
menyanyikan lagu wajib. Makna
yang terdapat pada tuturan
tersebut adalah ‘mengingatkan’. Melalui tuturannya penutur ingin
mengingatkan mitra tutur supaya
selalu mengenang jasa pahlawan
dan hafal lagu-lagu wajib.
Memutuskan Mengingatkan √
(Data 27.) TG: “Kalau belum
paham ya
tanya,
jangan diam
saja. Sayang
dong belum
paham tidak
tanya, nanti
kapan
pahamnya?”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Kewarganegaraan
sedang menerangkan materi
mengenai warga negara di
kelas X Administrasi
Perkantoran yang memiliki 17
siswa (13 perempuan, 4 laki-
laki) dan meminta siswa-
siswinya untuk bertanya
mengenai materi yang kurang
dipahami. Namun, respons
siswa hanya diam saja tidak
ada yang mau bertanya.
Tuturan (27) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘memutuskan’. Bukti yang
mengatakan bahwa tuturan
tersebut termasuk dalam jenis
memutuskan adalah: “ Sayang
dong belum paham tidak tanya,
nanti kapan pahamnya?” melalui
tuturan tersebut penutur
menyetujui bahwa belum
memahami materi yang diajarkan
guru hendaknya bertanya supaya
paham. Makna yang terdapat
dalam tuturan tersebut adalah
‘mengarahkan’. Penutur ingin
mengarahkan mitra tutur supaya
bertanya ketika belum paham dan
mengarahakan supaya tidak malu
dalam bertanya.
Memutuskan Mengarahkan √
(Data 28.) TG: “Orang asing
yang
ditetapkan
menjadi
warga
Indonesia,
prosesnya
disebut
dengan
naturalisasi
.”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Kewarganegaraan
sedang menerangkan materi
mengenai warga negara di
kelas X Administrasi
Tuturan (28) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘memutuskan’. Melalui
tuturannya guru telah
memutuskan bahwa proses
penetapajn orang asing menjadi
warga Indonesia adalah proses
naturalisasi. Makna yang terdapat
dalam tuturan tersebut adalah
‘meyakinkan’. Guru dalam
mengajarkan materi meyakinkan
kepada para siswanya mengenai
proses orang asing menjadi warga
negara Indonesia.
Memutuskan Meyakinkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Perkantoran yang memiliki 17
siswa (13 perempuan, 4 laki-
laki).
(Data 29.) TG: “Ada teman
yang
bertanya
malah
ditertawaka
n, kalian
saja tidak
mau
bertanya
kok. Itu
sama saja
dengan
membully.”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Kewarganegaraan di
kelas X Administrasi
Perkantoran yang memiliki 17
siswa (13 perempuan, 4 laki-
laki) ketika ada siswa yang
salah dalam bertanya
ditertawakan oleh teman
sekelasnya.
Tuturan (29) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘memutuskan’. Guru telah
setuju bahwa menertawakan
teman yang bertanya sama saja
dengan membully. Makna yang
terdapat pada tuturan tersebut
adalah ‘mengarahkan’. Melalui
tuturannya guru mengarahkan
para ssiwanya supaya bisa saling
menghargai pendapat oranglain.
Memutuskan Mengarahkan √
(Data 30.) TG: “Pelajaran
meskipun
sudah
berlalu
beberapa
tahun yang
lalu ya
harusnya
tetap
diingat.
Itukan
berguna
buat masa
depan
kalian yang
akan
datang.
Coba
catatannya
dibaca lagi.
”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Kewarganegaraan di
kelas X Administrasi
Perkantoran yang memiliki 17
siswa (13 perempuan, 4 laki-
laki) ketika sedang
mengingatkan siswa untuk
selalu mengingat materi yang
sudah lama diajarkan.
Tuturan (30) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘memutuskan’. Tuturan
tersebut dapat dikatakan sebagai
tuturan memutuskan karena guru
telah menyetujui bahwa setiap
pelajaran harus selalu diingat
karena sangat berguna bagi masa
depan. Makan yang terdapat pada
tuturan tersebut adalah
‘menguatkan’. Guru memberi
penguatan kepada para siswanya
supaya tidak melupakan pelajaran
yang sudah lama dipelajari.
Memutuskan Menguatkan √
(Data 31.) TG: “Indonesia
menjadi tempat asal TKI
untuk menggunakan asas
singuinis.”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Kewarganegaraan
sedang menerangkan materi
mengenai warga negara di
kelas X Administrasi
Perkantoran yang memiliki 17
siswa (13 perempuan,4 laki-
laki).
Tuturan (31) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘memutuskan’. Melalui
tuturan tersebut penutur telah
setuju bahwa Indonesia menjadi
tempat asal TKI menggunakan
asas ius sanguinis. Makna yang
terdapat dalam tuutran tersebut
adalah ‘meyakinkan’. Penutur
berupaya meyakinkan mitra tutur
bahwa Indonesia merupakan
tempat asal TKI menggunakan
asas ius sangunis.
Memutuskan Meyakinkan √
(Data 32.) TG: “Hati-hati ya
kalian
kalau
pulang,
apalagi
yang naik
angkutan
umum.
Sekarang
lagi rawan
Tuturan (32) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘memutuskan’. Melalui
tuturan tersebut penutur telah
menyetujui bahwa saat ini sedang
marak kasus perampokan. Makna
yang terdapat dalam tuturan
tersebut adalah ‘mengarahkan’. Penutur ingin mengarahkan mitra
tuturnya supaya selalu berhati-
Memutuskan Mengarahkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
perampoka
n dengan
model
membius.
Bawa
barang
yang
seperlunya
saja kalau
ke sekolah.
Jadi tidak
menjadi
incaran
perampok.
Kemarin
itu habis
ada korban
to di alun-
alun.
Untung
hanya
barangnya
saja yang
hilang, lha
kalau
nyawa
gimana?”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Akuntansi di kelas X
Akuntansi yang memiliki 10
siswa (9 perempuan, 1 laki-
laki) yang mengetahui jika
keadaan sedang rawan
perampokan. Guru mengetahui
bahwa siswa-siswinya banyak
yang mempunyai tempat
tinggal jauh. Ia berupaya untuk
memberi nasehat kepada
siswanya supaya bisa selalu
berhati-hati.
hati dan menjaga diri ketika
berada di tempat umum.
(Data 33.) TG: “Judul dari
materi minggu lalu adalah
warga negara.”
KT: Disampaikan guru
Kewarganegaraan di kelas X
Multimedia yang memiliki 19
siswa (2 perempuan, 17 laki-
laki) ketika mengingatkan
siswa mengenai materi minggu
lalu. Siswa dan guru sama-
sama mengetahui materi yang
telah dibahas minggu lalu
Tuturan (33) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Guru
melalui tuturannya telah
mengesahkan bahwa materi
minggu lalu adalah warga negara.
Makna yang terdapat dalam
tuturan tersebut adalah
‘mengingatkan’. Melalui tuturan
tersebut guru ingin mengingatkan
materi yang telah diajarkan
sebelumnya.
Mengesahkan Mengingatkan √
(Data 34.) TG: “Kalau
menulis jurnal harus urut
sesuai urutan paling atas.”
KT: Disampaikan oleh guru
Akuntansi ketika mengajar di
kelas X Akuntansi yang
memiliki 10 siswa (9
perempuan, 1 laki-laki).
Banyak siswa yang masih
salah dalam menuliskan
laporan jurnal keuangan.
Tuturan (34) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Guru telah
mengesahkan perihal menulis
jurnal yang benar. Makna yang
terdapat pada tuturan tersbeut
adalah ‘mengarahkan’. Guru
ingin para siswanya pham dan
mengerti cara menulis jurnal
yang baik dan benar.
Mengesahkan Mengarahkan √
(Data 35.) TG: “Meskipun
ramai, tetap harus
mengerjakan soal yang
diberikan guru.”
KT: Disampaikan oleh guru
Akuntansi di kelas X
Akuntansi yang memiliki 10
siswa (9 perempuan, 1 laki-
laki). Suasana siswa di dalam
kelas sangat ramai ketika
mengerjakan soal dari guru.
Tuturan (35) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Guru telah
menyatakan pernyataan yang
mengesahkan bahwa meskipun
ramai harus tetap mengerjakan
soal dari guru. Makna yang
terdapat pada tuturan tersebut
adalah ‘suruhan’. Melalui
tuturannya guru menyuruh para
siswa untuk tetap mengerjakan
soal yang telah diberikan.
Mengesahkan Suruhan √
(Data 36.) TG: “Kalau tidak
masuk, ada
Tuturan (36) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
Mengesahkan Mengarahkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
tugas atau
ulangan.
Kalian
harus bisa
mengikuti,
yaitu
dengan
cara
mengikuti
susulan,
supaya
kalian
tidak rugi.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Akuntansi di
kelas X Akuntansi yang
memiliki 10 siswa (9
perempuan, 1 laki-laki) karena
ada seorang siswa yang salah
satu nilainya masih kosong,
tetapi tidak menemui guru
yang bersangkutan untuk
meminta tugas atau ulangan
susulan.
jenis ‘mengesahkan’. Guru telah
mengesahkan bahwa meskipun
tidak masuk sekolah harus tetap
memiliki nilai yang lengkap.
Makna yang terdapat dalam
tuturan tersebut adalah
‘mengarahkan’. Guru ingin
mengarahkan para siswanya
supaya selalu ingat tugas sebagai
siswa.
(Data 37.) TG: “Harus
mengingat
waktu
ketika
kalian
mengerjaka
n
akuntansi,
meskipun
soalnya
sedikit
jawabanny
a sangat
banyak.”
KT: Disampaikan oleh guru
Akuntansi di kelas X
Akuntansi yang memiliki 10
siswa (9 perempuan, 1 laki-
laki). Suasana siswa di dalam
kelas sangat ramai ketika
mengerjakan soal dari guru.
Guru dan siswa tahu bahwa
jawaban soal Akuntansi tidak
sedikit. Dalam mengerjakan
Ajuntansi harus mengingat
waktu yang ada.
Tuturan (37) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jensi ‘mengesahkan’. Guru telah
menyatakan pernyataan yang
mengesahkan bahwa dalam
akuntansi meskipun memiliki
soal sedikit, jawaban dari soal
tersebut banyak. Makna yang
terdapat dalam tuturan tersebut
adalah ‘mengarahkan’. Melalui
tuturan tersebut guru ingin
mengarahkan para siswanya
untuk tetap fokus dan mengingat
waktu ketika mengerjakan soal
akuntansi.
Mengesahkan Mengarahkan √
(Data 38.) TG: “Kalau kita
cuma
pengen tok
tanpa
melakukan
suatu
tindakan ya
keinginan
kita tidak
akan
tercapai.
Misal
pengen jadi
dokter tapi
sekolah
malas-
malasan,
bolos terus,
tugas tidak
pernah
dikerjakan,
ya harapan
itu akan
sulit untuk
diraih.”
KT: Disampaikan guru
Kewirausahaan ketika ia
bertanya kepada siswa-
Tuturan (38) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Guru telah
mengesahkan bahwa tanpa ada
tindakan, keinginan tidak akan
tercapai. Makna yang terdapat
dalam tuturan tersebut adalah
‘meyakinkan’. Guru meyakinkan
para siswanya bahwa setiap
keinginan jika ingin tercapai
harus diimbangi dengan niat-niat
serta tindakan demi tercapainya
impian itu.
Mengesahkan Meyakinkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
siswinya di kelas X
Multimedia yang memiliki 19
siswa (2 perempuan, 17 laki-
laki) tentang cita-cita untuk
masa depan. Ia ingin siswa-
siswinya untuk tekun dan
berusaha dalam meraih cita-
cita mereka. Setiap keinginan
jika tidak diimbangi dengan
suatu tindakan pasti tidak akan
terwujud.
(Data 39.) TG: “Setiap usaha
apalagi
berjualan,
pasti
banyak
saingannya
. Misalnya
membuka
counter
pulsa
kanan,kiri,
semua juga
buka
counter
pulsa. Itu
pasti akan
menyebabk
an
persaingan.
Nah, kita
harus bisa
menyikapin
ya dengan
baik,
bersaing
secara
baik.”
KT: Disampaikan guru
Kewirausahaan di kelas X
Akuntansi yang memiliki 10
siswa (9 perempuan, 1 laki-
laki), ketika ia bertanya
menjelaskan tentang
persaingan dalam berbisnis.
Dalam dunia bisnis masalah
persaingan sering terjadi,
secara baik maupun secara
tidak baik.
Tuturan (39) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Melalui
tuturannya guru telah
mengesahkan bahwa setiap
berjualan pasti ada banyak
saingan. Makna yang terdapat
pada tuturan tersebut adalah
‘menguatkan’. Guru ingin
siswanya paham bahwa dalam hal
berjualan pasti akan ada
persaingan, dalam hal ini guru
memberi contoh dengan usaha
pulsa atau membuka counter.
Mengesahkan Menguatkan √
(Data 40.) TG: “Mengerjakan
tugas itu
harus
mempertim
bangkan
waktu,
nggak
kalau
sudah
diberitahu
waktu
kurang
lima menit
baru buru-
buru dan
mengeluh,
dan
akhirnya
hanya
mengerjaka
n seadanya
tidak
maksimal.”
KT: Disampaikan guru
Kewirausahaan ketika
memberi nasehat kepada
siswa-siswinya kelas X
Administrasi Perkantoran
yang memiliki 17 siswa (13
perempuan, 4 laki-laki) ketika
Tuturan (40) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Melalui
tuturan tersebut guru telah
mengesahkan bahwa setiap
mengerjakan soal harus
mempertimbangkan waktu.
Makna yang terdapat dalam
tuturan tersebut adalah
‘mengarahkan’. Guru ingin
mengarahkan para siswanya
supaya dapat memperhitungkan
waktu ketika sedang mengerjakan
soal.
Mengesahkan Mengarahkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
mengerjakan soal supaya bisa
mengerjakan dengan
maksimal.
(Data 41.) TG: “Kalian itu
belajar di
SMK tujuan
utamanya
memang
supaya
kalian bisa
langsung
bekerja.”
KT: Disampaikan guru BK
yang datang disela-sela
pelajaran Kewirausahaan di
kelas X Multimedia yang
memiliki 19 siswa (2
perempuan, 17 laki-laki). Ia
memberi nasehat kepada
siswanya untuk menekuni
program yang mereka pilih,
supaya dapat berguna bagi
masa depan.
Tuturan (41) termasuk dalam
tinjdak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Penutur
telah mengesahkan bahwa belajar
di SMK memiliki tujuan supaya
dapat langsung bekerja. Makna
yang terdapat dalam tuturan
tersebut adalah ‘meyakinkan’. Penutur ingin meyakinkan mitra
tuturnya supaya semakin mantap
dalam bersekolah di SMK.
Mengesahkan Meyakinkan √
(Data 42.) TG: “Semua
agama ada
di sini di
sekolah kita
ini, jadi
harus saling
menghargai
satu sama
lain. Supaya
tidak terjadi
perpecahan.
Semua
agama kan
mengajarkan
untuk saling
menghormat
i.”
KT: Disampaikan guru Agama
Katholik di kelas X Farmasi
yang memiliki 12 siswa (10
perempuan, 2 laki-laki) ketika
gsedang membahas masalah
yang sedang marak dibahas. Ia
ingin siswa-siswinya bisa
menghargai setiap agama yang
ada dan menjaga persatuan.
Penutur dan mitra tutur
mengetahui bahwa
permasalahan yang sedang
menjadi perbincangan hangat
di Indonesia adalah mengenai
isu SARA.
Tuturan (42) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Penutur
dalam tuturan tersebut telah
mengesahkan bahwa harus saling
menghargai berbagai agama yang
ada di sekolah. Makna yang
tedapat pada tuturan tersebut
adalah ‘mengarahkan’. Melalui
tuturan tersebut penutur ingin
mengarahkan mitra tutur supaya
dapat saling menghargai berbagai
perbedaan yang ada terutama
dalam hal suku dan agama.
Mengesahkan Mengarahkan √
(Data 43.) TG: “Kalau mau
ulangan atau
tes itu ya
belajar dulu,
supaya
hasilnya
maksimal.
Kalian
mumpung
masih kelas
satu, jangan
malas-malas
ya.”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran bahasa Indonesia di
kelas X Farmasi yang
memiliki 12 siswa (10
perempuan, 2 laki-laki) ketika
ia mengetahui hasil ulangan
salah satu siswa ada yang
jatuh. Siswa tersebut sudah
berkali-kali mendapat nilai
jatuh dengan alasan lupa
Tuturan (43) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Melalui
tuturan tersebut penutur telah
mengesahkan bahwa setiap
hendak menghadapi ulangan
maupun tes harusnya belajar
terlebih dahulu. Makna yang
terdapat pada tuturan tersebut
adalah ‘mengarahkan’. Melalui
tuturannya penutur ingin
mengarahkan mitra tutur supaya
tidak malas belajar.
Mengesahkan Mengarahkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
belajar. Guru memberi nasehat
supaya siswa mau belajar
sebelum ulangan.
(Data 44.) TG: “Mengambil
keputusan itu tidak boleh
sembrono, tidak boleh
sembarangan.”
KT: Disampaikan guru
Kewirausahaan di kelas X
Administrasi Perkantoran
yang memiliki 12 siswa (10
perempuan, 2 laki-laki) ketika
sedang mengajarkan untuk
mengambil keputusan yang
baik ketika menjadi pemimpin.
Guru meyakinkan siswa bahwa
dalam mengambil keputusan
tidak boleh untuk sekadar
main-main, terutama
keputusan yang menyangkut
banyak orang.
Tuturan (44) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Penutur
melalui tuturannya telah
menyatakan pernyataan yang
mengesahkan bahwa dalam
mengambil keputusan tidak boleh
sembarangan. Makan yang
terdapat dalam tuturan tersebut
adalah ‘meyakinkan’. Dapat
dikatakan memiliki makna
meyakinkan karena dalam tuturan
tersebut penutur mencoba
meyakinkan mitra tutur bahwa
ketika mengambil keputusan
harus berhati-hati dan tidak boleh
sembarangan.
Mengesahkan Meyakinkan √
(Data 45.) TG: “Sebuah
perusahaan
mengirimk
an
barangnya
dengan
menggunak
an
kendaraan
umum,
karena
belum
mempunyai
kendaraan
pribadi. itu
pasti biaya
operasional
nya akan
lebih
membengk
ak
daripada
kita
memiliki
kendaraan
sendiri.
Walaupun
kendaraan
pribadi itu
memang
harganya
tidak
murah.
Tetapi
dengan
memiliki
kendaraan
pribadi kan
kita tidak
perlu
mengeluar
kan uang
untuk sewa
kendaraan
terus
menerus
to.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Kewirausahaan
di kelas X Multimedia yang
memiliki 19 siswa (2
perempuan, 17 laki-laki) ketika
menyampaikan materi
mengenai pengelolaan
perusahaan.
Tuturan (45) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Dalam
tuturan tersebut dapat dilihat
bahwa penutur telah
mengesahkan bahwa memiliki
kendaraan pribadi lebih efektif
disbanding harus menyewa
kendaraan setiap mengirimkan
barang. Makna yang terdapat
pada tuturan tersebut adalah
‘menguatkan’. Melalui
tuturannya penutur memberi
penguatan terhadap mitra tutur
dengan pernyataan-pernyataan
yang mendukung pendapatnya.
Mengesahkan Menguatkan √
(Data 46.) TG: “Kadang
orang itu
Tuturan (46) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
Mengesahkan Menguatkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
sukanya
mencibir,
memaki,
menjelek-
jelekkan
oranglain
entah itu
sengaja
maupun
tidak
sengaja.
Biarkan
saja,
mereka
tidak tahu
kehidupan
kita yang
sebenarnya
, jadi
kalian
tidak perlu
mendengar
kannya.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Kewirausahaan
di kelas X Akuntansi yang
memiliki 10 siswa (9
perempuan, 1 laki-laki) untuk
memberi semangat kepada
siswa-siswinya yang kurang
percaya diri, supaya tidak
minder dan tetap mau berbaur
dengan yang lain. Kehidupan
masing-masing orang yang
tahu pastinya hanyalah orang
yang menjalani hidup sendiri.
jenis ‘mengesahkan’. Pada
tuturan tersebut penutur telah
mengesahkan bahwa kehidupan
setiap orang hanya orang yang
menjalaninya yang tahu. Makna
yang terdapat pada tuturan
tersebut adalah ‘menguatkan’. Dapat diakatakan menguatkan
karena pada tuturan tersebut
penutur memberi penguatan
terhadap pernyataannya yakni
dengan tidak mendengarkan
pembicaraan oranglain yang tidak
benar mengenai diri sendiri.
(Data 47.) TG: “Ada kalanya
orang itu
sabar, diam
saja dengan
omongan
orang lain,
diapa-apain
tetap diam
saja. Tapi
jangan
salah,
sesabar-
sabarnya
orang sabar
pasti juga
bisa
merasakan
marah atau
kesal.”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Matematika di kelas
X Multimedia yang memiliki
19 siswa (2 perempuan, 17
laki-laki) pada saat ia selesai
memberi nasehat kepada
siswa-siswinya dengan nada
marah. Kemudian guru
tersebut memberi penjelasan
kepada siswa-siswinya supaya
mereka paham.
Tuturan (47) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Dalam
tuturan tersebut penutur telah
mengesahkan bahwa setiap orang
pasti memiliki batas kesabaran.
Makna yang terdapat pada
tuturan tersebut adalah
‘meyakinkan’. Melalui
tuturannya penutur ingin
meyakinkan mitra tutur bahwa
setiap orang pasti memiliki batas
kesabaran yang berbeda-beda.
Mengesahkan Meyakinkan √
(Data 48.) TG: “Ya begitulah,
kenapa
orang
jaman dulu
itu lebih
banyak
relasi, lebih
kelihatan
persaudara
an, ya
karena itu
tadi, nggak
ada
Tuturan (48) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Penutur
melalui tuturannya telah
mengesahkan bahwa media sosial
yang ada pada zaman sekarang
telah membuat banyak orang
kurang berelasi tatp muka secara
langsung. Makna yang terdapat
pada tuturan tersebut adalah
‘menguatkan’. Tuturan tersebut
dikatakan mengandung makna
menguatkan karena penutur telah
Mengesahkan Menguatkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
pembatasa
n, ada
perlu
sesuatu ya
ketemu
langsung
sama yang
bersangkut
an. Kalau
sekarang
dikit-dikit
medsos.
Komunikas
i bisa
dijalin
lewat
media
sosial, jadi
jarang
ketemu.
Sekarang
itu
kebanyaka
n orang
sibuk
dengan
media
sosialnya
sibuk
dengan
gadget
masing-
masing jadi
jarang
bersosialisa
si dengan
orang
lain.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Kewirausahaan
di kelas X Multimedia yang
memiliki 19 siswa (2
perempuan, 17 laki-laki) ketika
sedang membandingkan zaman
dahulu dan zaman sekarang
yang sangat berbeda. Zaman
dahulu teknologi tidak
secanggih saat ini, jadi untuk
saling berkomunikasi masih
sering bertatap muka.
mengaitkan kenyataan yang
terjadi pada zaman sekarang
mengenai cara bersosialisasi
manusia.
(Data 49.) TG: “Kalau nggak
bisa
berbicara
dengan
bahasa
Jawa yang
halus ya
pakai
bahasa
Indonesia.
Berbicara
sama
gurunya
kok pakai
ngoko,
nggak
sopan itu.
Bukan
hanya
dengan
guru,
dengan
oranglain
pun yang
usianya
lebih tua
dari kalian,
kalian
harusnya
juga
Tuturan (49) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Melalui
tuturan tersebut penutur telah
mengesahkan bahwa berbicara
dengan orang yang lebih tua
harus menggunakan bahasa yang
sopan. Makna yang terdapat pada
tuturan tersebut adalah
‘mengarahkan’. Dapat dikatakan
mengandung makna
mengarahkan karena dalam
tuturan tersebut penutur ingin
mitra tuturnya dapat
menghormati orang yang lebih
tua terutama dalam hal berbicara.
Mengesahkan Mengarahkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
berbicara
menggunak
an bahasa
yang
sopan.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Akuntansi di
kelas X Akuntansi yang
memiliki 10 siswa (9
perempuan, 1 laki-laki) ketika
mendengar siswanya berbicara
dengan menggunakan bahasa
Jawa kasar kepadanya. Padahal
etika Jawa sudah jelas bahwa
harus berbicara yang sopan
terhadap orang yang lebih tua.
(Data 50.) TG: “Merantau
jauh dari
keluarga
itu harus
pinter-
pinter
mengelola
uang,
membagi
uang untuk
keperluan
yang
memang
diperlukan.
”
KT: Disampaikan oleh guru
Akuntansi di kelas X
Akuntansi yang memiliki 10
siswa (9 perempuan, 1 laki-
laki) ketika memberi nasehat
kepada mereka untuk bisa
mengelola keuangan ketika
jauh dari orangtua.
Tuturan (50) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Penutur
telah mengesahkan bahwa hidup
merantau harus pandai mengelola
uang. Makna yang terdapat pada
tuturan tersebut adalah
‘mengarahkan’. Melalui tuturan
tersebut penutur ingin
mengarahkan mitra tutur supaya
dapat mengelola uang dengan
baik ketika merantau jauh dari
orangtua maupun keluarga.
Mengesahkan Mengarahkan √
(Data 51.) TG: “Ibu ingatkan
ke kalian,
jangan
sering-sering
memakan
makanan
cepat saji,
itukan
banyak
pengawetnya
to. Kalau
hanya sekali-
kali saja
boleh, tapi
jangan
berklai-kali.
Terlalu
banyak
pengawet
juga tidak
baik untuk
tubuh to.”
KT: Disampaikan oleh guru
Kewirausahaan di kelas X
Multimedia yang memiliki 19
siswa (2 perempuan, 17 laki-
laki) ketika memberi nasehat
kepada siswa-siswinya untuk
lebih berhati-hati ketika
mengkonsumsi makanan.
Tuturan (51) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Dalam
tuturannya, penutur telah
mengesahkan bahwa makanan
cepat saji mengandung banyak
pengawet. Makna yang terdapat
pada tuturan tersebut adalah
‘menguatkan’. Tuturan tersebut
mengandung makna menguatkan
karena dalam tuturan tersebut
penutur mencoba untuk
menguatkan pernyataannya
mengenai makanan cepat saji
yang mengandung banyak
pengawet tidak baik untuk
kesehatan apabila dikonsumsi
terlalu sering.
Mengesahkan Menguatkan √
(Data 52.) TG: “Teman
kalian kalau
ada yang
sakit, nggak
masuk
sekolah
sampai tiga
hari ya
Tuturan (52) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Penutur
melalui tuturan tersebut telah
mengesahkan bahwa orang yang
sakit akan senang bila ada yang
menjenguk. Makna yang terdapat
pada tuturan tersebut adalah
Mengesahkan Mengarahkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
kalian
tengok.
Orang sakit
kalau
ditengok kan
senang, biar
dia juga
merasa
diperhatikan
oleh teman-
temannya.”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Akuntansi di kelas X
Akuntansi yang memiliki 10
siswa (9 perempuan, 1 laki-
laki) ketika ada salah satu
siswanya yang sudah lama
tidak masuk sekolah karena
sakit.
‘mengarahkan’. Melalui tuturan
tersebut, penutur ingin
mengarahkan mitra tutur supaya
memiliki sikap peduli terhadap
sesama, contoh sederhananya
yakni dengan menengok teman
satu kelas yang tidak masuk
karena sakit.
(Data 53.) TG:
“Pertidaksa
maan
dalam
matematika
itu
tujuannya
adalah
untuk
menghitun
g nilai
maksimum
dan nilai
minimum.
Jelas ya
anak-
anak.”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Matematika ketika
menerangkan materi
pertidaksamaan di kelas X
Farmasi yang memiliki 12
siswa (10 perempuan, 2 laki-
laki).
Tuturan (53) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Penutur
melalui tuturan tersebut telah
menyatakan pernyataan yang
bersifat mengesahkan bahwa
pertidaksamaan itu untuk
menghitung nilai maksimum dan
nilai minimum. Makna yang
terdapat pada tuturan tersebut
adalah ‘meyakinkan’. Pada
tuturan tersebut penutur ingin
meyakinkan mitra tutur mengenai
materi pembelajaran
pertidaksamaan.
Mengesahkan Meyakinkan √
(Data 54.) TG: “Sebagai
anak-anak
penerus
bangsa
Indonesia,
kalian harus
mempunyai
sikap cinta
tanah air.
Ayo untuk
itu, mari kita
menyanyika
n lagu
Rayuan
Pulau
Kelapa.
Hafal
tidak?”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Kewarganegaraan di
kelas X administrasi
Perkantoran yang memiliki 17
siswa (13 perempuan, 4 laki-
laki) ketika sedang mengawali
pelajaran sebelum masuk ke
dalam materi.
Tuturan (54) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Melalui
tuturan tersebut penutur telah
mengesahkan bahwa untuk
mewujudkan sikap cinta tanah air
salah satunya adalah dengan
menyanyikan lagu wajib. Makan
yang terdapat pada tuturan
tersebut adalah ‘mengarahkan’. Penutur melalui tuturannya ingin
mengarahkan mitra tutur supaya
selalu memiliki sikap cinta tanah
air, salah satunya dengan
menyanyikan lagu wajib setiap
hari sebelum pelajaran
berlangsung.
Mengesahkan Mengarahkan √
(Data 55.) TG: “Terkait
dengan warga negara, ada
banyak aturan tentang warga
negara.”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Kewarganegaraan
sedang menerangkan materi
Tuturan (55) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Tuturan
tersebut dikatakan sebagai tindak
tutur jenis mengesahkan karena
penutur menyatakan suatu
pernyataan yang mengesahkan
bahwa ada banyak aturan tentang
Mengesahkan Meyakinkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
mengenai warga negara di
kelas X Administrasi
Perkantoran yang memiliki 17
siswa (13 perempuan, 4 laki-
laki).
warga Negara. Makna yang
terdapat pada tuturan tersebut
adalah ‘meyakinkan’. Melalui
tuturan tersebut terkait dengan
materi pelajaran yang diajarkan
oleh penutur, penutur ingin
meyakinkan mitra tutur bahwa di
dalam warga Negara ada banyak
peraturan.
(Data 56.) TG: “Dalam Pasal
26 UUD 1945 memiliki 2
ayat.”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Kewarganegaraan
sedang menerangkan materi
mengenai warga negara di
kelas X Administrasi
Perkantoran yang memiliki 17
siswa (13 perempuan, 4 laki-
laki).
Tuturan (56) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Guru
melalui tuturannya mengesahkan
bahwa dalam pasal 26 UUD 1945
memiliki 2 ayat. Dengan
mengesahkan pernyataan tersebut
berarti penutur setuju dengan hal
itu. Makna yang terdapat pada
tuturan tersebut adalah
‘meyakinkan’. Penutur dalam
tuturannya ketika menyampaikan
materi kepada mitra tutur ingin
meyakinkan kepada mitra tutur
bahwa pasal 26 UUD 1945
memiliki 2 ayat.
Mengesahkan Meyakinkan √
(Data 57.) TG: “Orang asing
bisa menjadi
warga
Indonesia
jika orang
asing
tersebut
sudah
disahkan
menjadi
warga
Indonesia.”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Kewarganegaraan
sedang menerangkan materi
mengenai warga negara di
kelas X Administrasi
Perkantoran yang memiliki 17
siswa (13 perempuan, 4 laki-
laki).
Tuturan (57) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Melalui
tuturannya, penutur telah
menyatakan pernyataan yang
bersifat mengesahkan yang
terbukti pada tuturan: “ Orang
asing bisa menjadi warga
Indonesia jika orang asing
tersebut sudah disahkan menjadi
warga Indonesia”. Makna tuturan
tersebut adalah ‘mengarahkan’. Dapat diaktakan memiliki makna
mengarahkan karena pada tuturan
tersebut, penutur memberitahu
mitra tutur bahwa orang asing
yang disebut sebagai warga
Indonesia adalah orang asing
yang sudah disahkan menjadi
warga Indonesia.
Mengesahkan Mengarahkan √
(Data 58.) TG: “Marga itu
nama
warisan dari
nenek
moyangmu.
Setiap
manusia
yang berbeda
keturunan
pasti juga
beda
marga.”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Kewarganegaraan
sedang menerangkan materi
mengenai warga negara di
kelas X Administrasi
Perkantoran yang memiliki 17
siswa (13 perempuan, 4 laki-
laki).
Tuturan (58) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Melalui
tuturan tersebut guru atau penutur
telah mengesahkan bahwa setiap
manusia yang berbeda keturunan
pasti juga berbeda marga. Kata
‘pasti’ menjadi penekan dalam
tindak tutur jenis mengesahkan
ini. Makna yang terdapat pada
tuturan tesebut adalah
‘menguatkan’. Tuturan tersebut
dikatakan memiliki makna
menguatkan karena dalam tuturan
tersebut guru memberi penguatan
dari pernyataan: “ Marga itu
nama warisan dari nenek
moyangmu” yang kemudian
diberi penguatan dengan
pernyataan: “ Setiap manusia
yang berbeda keturunan pasti
juga beda marga.”
Mengesahkan Menguatkan √
(Data 59.) TG: “Setiap
negara menggunakan asas
yang berbeda.”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Kewarganegaraan
sedang menerangkan materi
mengenai warga negara di
kelas X Administrasi
Perkantoran yang memiliki 17
siswa (13 perempuan, 4 laki-
laki).
Tuturan (59) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Pada
tuturan tersebut guru telah
menyatakan pernyataan yang
bersifat mengesahkan bahwa
setiap warga Negara
menggunakan asas yang berbeda.
Makna yang terdapat pada
tuturan tersebut adalah
‘menguatkan’. Guru melalui
tuturan tersebut berupaya untuk
Mengesahkan Menguatkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
memberi penguatan terhadap
materi yang diajarkan yakni
mengenai warga Negara.
(Data 60.) TG: “Memakai
baju itu ya
yang rapi
pakai ikat
pinggang,
biar dilihat
itu juga enak
gitu.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Akuntansi di
kelas X Akuntansi yang
memiliki 10 siswa (9
perempuan, 1 laki-laki) ketika
melihat salah satu siswanya
tidak rapi ketika memakai
seragam.
Tuturan (60) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Guru
melalui tuturannya telah
mengesahkan bahwa berpakaian
rapi dengan menggunakan ikat
pinggang dapat mempengaruhi
penampilan. Makna yang terdapat
pada tuturan tersebut adalah
‘mengarahkan’. Dapat dikatakan
memiliki makna mengarahkan
karena, melalui tuturan tersebut
guru ingin para siswanya
berpakaian dengan rapid an
menggunakan ikat pinggang.
Mengesahkan Mengarahkan √
(Data 61.) TG: “Kalau
pelajaran
Akuntansi
itu ya
harusnya
kalkulator
selalu
dibawa,
itukan sudah
menjadi
perangkat
penting
untuk
kalian. Itu di
laboratorium
akuntansi
ada
kalkulator.”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Akuntansi di kelas X
Akuntansi yang memiliki 10
siswa (9 perempuan, 1 laki-
laki) ketika mengetahui bahwa
siswa-siswanya banyak yang
tidak membawa kalkulator,
padahal sedang diberi tugas
yang membutuhkan kalkulator.
Tuturan (61) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Dalam
tuturan tersebut guru telah
mengesahkan bahwa kalkulator
merupakan perangkat penting
bagi jurusan Akuntansi. Makna
yang terdapat pada tuturan
tersebut adalah ‘mengarahkan’. Guru melalui tuturannya ingin
mengarahkan para siswa supaya
selalu membawa kalkulator
ketika pelajaran Akuntansi,
karena kalkulator merupakan
perangkat penting bagi jurusan
Akuntansi.
Mengesahkan Mengarahkan √
(Data 62.) TG: “Jadilah
seorang
pemimpin
yang pada
saat
mengamb
il
keputusa
n
mendeng
arkan
pendapat
orang
lain.”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Kewirausahaan di
kelas X Multimedia yang
memiliki 19 siswa (2
perempuan, 17 laki-laki).
Tuturan ini terjadi pada saat
guru membahas salah satu
materi pelajaran kepada siswa.
Tuturan (62) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Melalui
tuturan tersebut penutur telah
menyatakan suatu pernyataan
yang bersifat mengesahkan, yakni
mengesahkan bahwa pemimpin
harus mendengarkan pendapat
oranglain ketika mengambil
keputusan. Makna yang terdapat
pada tuturan tersebut adalah
‘menguatkan’. Guru melalui
tuturannya memberi penguatan
kepada para siswanya supaya bias
menajdi pemimpin yang bias
mendengarkan kritik maupun
saran dari anggotanya.
Mengesahkan Menguatkan √
(Data 63.) TG: “Kalau
membaca
harus yang
keras,
lantang,
ada
iramanya
yang jelas.
Apalagi
Tuturan (63) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Guru
melalui tuturannya telah
menyatakan tuturan yang bersifat
mengesahkan, dibuktikan pada
tuturannya yang mengatakan
bahwa membaca harus keras,
lantang, ada irama yang jelas.
Mengesahkan Suruhan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
kita inikan
lagi
membacak
an puisi
ya.”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Kewirausahaan di
kelas X Mutimedia yang
memiliki 19 siswa (2
perempuan, 17 laki-laki) ketika
hendak memulai pelajaran dan
mengawali dengan puisi. Guru
tersebut menyuruh salah satu
siswanya untuk membacakan
puisi. Namun siswa tersebut
suaranya kurang keras dan
kurang jelas.
Kemudian didukung oleh kalimat
penjelas yang semakin
memperkuat bahwa tuturan
tersebut merupakan jenis dari
mengesahkan. Tuturan tersebut
mengandung makna ‘menyuruh’. Guru melalui tuturannya
menyuruh para siswa untuk dapat
membaca dengan keras, lantang,
dan berirama terutama ketika
membaca puisi.
(Data 64.) TG: “Lain kali
jangan dicoret-coret ya, pakai
penggaris supaya rapi.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Akuntansi
ketika mengajar di kelas X
Akuntansi yang memiliki 10
siswa (9 perempuan, 1 laki-
laki). Guru melihat siswa
ketika membuat jurnal
akuntansi tidak rapi karena
membuat garis tidak
menggunakan penggaris. Guru
dan siswa sama-sama tahu
bahwa tanpa menggunakan
penggaris pekerjaan tidak akan
rapi
Tuturan (64) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Dapat
dikatakan sebagai tindak tutur
ilokusi deklaratif mengesahkan
karena dalam tuturannya, guru
mengatakan pernyataan
mengesahkan melalui penggalan
tuturan: “ pakai penggaris supaya
rapi.” Guru mengesahkan bahwa
menggunakan penggaris dapat
menghasilkan kerapian. Makna
yang terdapat pada tuturan
tersebut adalah ‘ajakan’. Guru
mengajak para siswanya supaya
dapat menjaga kerapian dalam
mengerjakan sesuatu.
Mengesahkan Ajakan √
(Data 65.) TG: “Banyak
kredit berarti laba.”
KT: Disampaikan guru
Akuntansi ketika menjelaskan
salah satu materi kepada siswa
kelas X Akuntansi yang
memiliki 10 siswa (9
perempuan, 1 laki-laki).
Tuturan (65) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Melalui
tuturan tersebut guru telah
menyatakan suatu hal yang
mengesahkan, yakni
mengesahkan bahwa banyak
kredit berarti laba. Makna yang
terdapat pada tuturan tersebut
adalah ‘mengarahkan’. Melalui
tuturannya guru ingin
mengarahkan para siswanya
untuk tahu bahwa banyak kredit
itu berarti laba atau untung.
Mengesahkan Mengarahkan √
(Data 66.) TG: “Semua guru
pasti pengen
murid-
muridnya itu
pada sukses,
berhasil, bisa
punya masa
depan yang
baik, bisa
hidup enak.
Oleh karena
itu, kalau
muridnya
salah guru
pasti
menegur.
Jangan
dianggap
guru
menegur
atau marah
itu karena
benci dengan
kalian.”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Kewirausahaan di
kelas X Multimedia yang
memiliki 19 siswa (2
perempuan, 17 laki-laki) ketika
Tuturan (66) termasuk dalam
tindak ttuur ilokusi deklaratif
jenis ‘mengesahkan’. Tuturan
tersebut dapat dikatakan sebagai
jenis tindak tutur mengesahkan
karena dalam pernyataannya guru
telah mengatakan kalimat
pernyataan yang bersifat
mengesahkan, yakni pada bagian:
“Jangan dianggap guru menegur
atau marah itu karena benci
dengan kalian.” Dalam
tuturannya, guru mengesahkan
bahwa ketika guru menegur itu
bukan berarti marah. Makna yang
terdapat pada tuturan tersebut
adalah ‘mengingatkan’. Guru
mengingatkan para siswanya
bahwa setiap teguran guru itu
bukan berarti marah. Guru
menegur para siswanya untuk
kebaikan mereka.
Mengesahkan Mengingatkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
menasehati murid-muridnya
karena kelas tersebut sering
mendapat teguran dari guru
lain karena terkenal susah
diatur.
(Data 67.) TG: “Cita-cita atau
angan-
angan itu
adalah suatu
impian,
mimpi atau
keinginan.
Kalau kita
cuma pengen
tok tanpa
melakukan
suatu
tindakan ya
keinginan
kita tidak
akan
tercapai.”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Kewirausahaan di
kelas X Multimedia yang
memiliki 19 siswa (2
perempuan, 17 laki-laki) ketika
ia bertanya kepada siswa-
siswinya tentang cita-cita
untuk masa depan. Ia ingin
siswa-siswinya untuk tekun
dan berusaha dalam meraih
cita-cita mereka.
Tuturan (67) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘penamaan’. Guru melalui
tuturannya telah mengangkat
sebuah nama, yakni: “ Cita-cita
atau angan-angan itu adalah
suatu impian, mimpi atau
keinginan.” Tuturan tersebut
dapat dilihat dengan jelas bahwa
guru telah memberi nama suatu
hal yakni memberi nama suatu
impian sebagai cita-cita. Makna
yang terdapat pada tuturan
tesebut adalah ‘menguatkan’. Dapat dikatakan memiliki makna
penguatan karena pada tuturan
tersebut guru telah memberi
penguatan terhadap
pernyataannya mengenai cita-
cita, yang terbukti pada
penggalan tuturan berikut: “
Kalau kita cuma pengen tok
tanpa melakukan suatu tindakan
ya keinginan kita tidak akan
tercapai.”
Penamaan Menguatkan √
(Data 68.) TG: “Opini itu
adalah
pendapat.
Pendapatm
u mengenai
suatu hal.
Sebagai
pelajar
yang aktif,
kalian
harus
berani
beropini.
Tujuannya
untuk apa?
Tujuannya
ya untuk
melatih
keterampila
n kalian
dalam
berbicara,
keterampila
n supaya
bisa lebih
kritis
dalam
menanggap
i suatu hal
maupun
keadaan.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran
Kewarganegaraan ketika
menjelaskan kepada siswa-
siswanya di kelas X
Administrasi Perkantoran
yang memiliki 17 siswa (13
perempuan, 4 laki-laki)
mengenai opini untuk
menanggapi materi yang guru
ajarkan. Namun, siswa tetap
pasif dan tidak mau
mengeluarkan pendapatnya
terhadap materi yang
diajarkan.
Tuturan (68) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘penamaan’. Guru melalui
tuturannya telah mengangkat
sebuah nama, yakni: “Opini itu
adalah pendapat. Pendapatmu
mengenai suatu hal. Sebagai
pelajar yang aktif, kalian harus
berani beropini. Tujuannya untuk
apa? Tujuannya ya untuk melatih
keterampilan kalian dalam
berbicara, keterampilan supaya
bisa lebih kritis dalam
menanggapi suatu hal maupun
keadaan.” Pada tuturan tersebut
secara jelas guru telah
mengangkat sebuah nama bahwa
opini itu adalah pendapat.
Tuturan tersebut memiliki makna
‘mengarahkan’. Melalui tuturan
tersebut guru ingin mengarahkan
para siswanya supaya mau dan
berani untuk mengeluarkan
pendapat.
Penamaan Mengarahkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
(Data 69.) TG: “Model
matematika
adalah
proses di
mana kita
bisa
mengubah
masalah
sehari-hari
ke dalam
bentuk
matematika
, di sini
spesifikasin
ya adalah
dalam
bentuk
pertidaksa
maan.”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Matematika ketika
menerangkan materi
pertidaksamaan di kelas X
Farmasi yang memiliki 12
siswa (10 perempuan, 2 laki-
laki).
Tuturan (69) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘penamaan’. Guru melalui
tuturannya mengangkat sebuah
nama bahwa model matematika
adalah proses di mana kita bisa
mengubah masalah sehari-hari ke
dalam bentuk matematika. Makna
yang terdapat pada tuturan
tersebut adalah ‘meyakinkan’. Melalui tuturannya guru ingin
meyakinkan siswanya mengenai
materi yang diajarkan.
Penamaan Meyakinkan √
(Data 70.) TG: “Nilai
maksimum adalah nilai yang
paling di atas dari nilai
minimum.”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Matematika ketika
menerangkan materi
pertidaksamaan di kelas X
Farmasi yang memiliki 12
siswa (10 perempuan, 2 laki-
laki).
Tuturan (70) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘penamaan’. Melalui tuturan
tersebut guru telah mengangkat
sebuah nama yakni mengangkat
nama nilai yang paling di atas
dari nilai minimum adalah nilai
maksimum. Makna yang terdapat
pada tuturan tersebut adalah
‘menguatkan’. Pada tuturan
tersebut guru memberi penguatan
akan materi yang ia ajarkan
supaya para siswa memahami
materi yang diajarkan.
Penamaan Menguatkan √
(Data 71.) TG: “Pasal yang
mengatur tentang warga
negara adalah Pasal 26 UUD
1945.”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Kewarganegaraan
sedang menerangkan materi
mengenai warga negara di
kelas X Administrasi
Perkantoran yang memiliki 12
siswa (10 perempuan, 2 laki-
laki).
Tuturan (71) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘penamaan’. Guru melalui
tuturannya telah mengangkat
sebuah nama, yakni: “ Pasal yang
mengatur tentang warga negara
adalah Pasal 26 UUD 1945.”
Guru mengatakan bahwa pasal
yang mengatur tentang warga
negara adalah pasal 26 UUD
1945. Makna yang terdapat pada
tuturan tersebut adalah
‘mengingatkan’. Guru ingin
mengingatkan kepada para
siswanya mengenai pasal yang
mengatur tentang warga negara.
Penamaan Mengingatkan √
(Data 72.) TG: “Orang yang
tidak
mempunyai
kewargane
garaaan
sama sekali
disebut
apatide.”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Kewarganegaraan
sedang menerangkan materi
mengenai warga negara di
kelas X Administrasi
Perkantoran yang memiliki 12
siswa (10 perempuan, 2 laki-
laki).
Tuturan (72) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘penamaan’. Melalui tuturan
tersebut guru mengangkat sebuah
nama, yakni: “ Orang yang tidak
mempunyai kewarganegaraaan
sama seklai disebut apatide.”
Guru mengangkat sebuah nama
bahwa orang yang memiliki dua
kewarganegaraan atau lebih
disebut apatide. Makna yang
terdapat pada tuturan tersebut
adalah meyakinkan. Guru ingin
meyakinkan para siswanya
bahwa apatide adalah orang yang
tidak memiliki kewarganegaraan
sama sekali.
Penamaan Meyakinkan √
(Data 73.) TG: “Orang yang
memiliki dua
kewarganegaraan atau lebih
disebut bepatide.”
KT: Disampaikan guru mata
Tuturan (73) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘penamaan’. Melalui tuturan
tersebut guru mengangkat sebuah
nama, yakni: “ Orang yang
memiliki dua kewarganegaraan
Penamaan Meyakinkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
pelajaran Kewarganegaraan
sedang menerangkan materi
mengenai warga negara di
kelas X Administrasi
Perkantoran yang memiliki 12
siswa (10 perempuan, 2 laki-
laki).
atau lebih disebut bepatide”.
Guru mengangkat sebuah nama
bahwa orang yang memiliki dua
kewarganegaraan atau lebih
disebut bepatide. Makna yang
terdapat pada tuturan tersebut
adalah meyakinkan. Guru ingin
meyakinkan para siswanya
bahwa bepatide adalah orang
yang memiliki dua
kewarganegaraan atau lebih.
(Data 74.) TG: “Warga
negara adalah penghuni
suatu negara. Seperti kalian
ini kan disebut warga Negara
to? Warga Negara Indonesia
karena lahir dan menetap di
Inodnesia, mengapa disebut
warga Negara, karena kalian
yang menghuni Negara ini.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran
Kewarganegaraan di kelas X
Administrasi Perkantoran
yang memiliki 12 siswa (10
perempuan, 2 laki-laki) ketika
mengajarkan materi warga
Negara.
Tuturan (74) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘penamaan’. Melalui tuturan
tersebut guru mengangkat sebuah
nama, yakni: “ Warga negara
adalah penghuni suatu negara”.
Guru mengangkat sebuah nama
bahwa penghuni suatu negara
disebut warga negara. Makna
yang terdapat pada tuturan
tersebut adalah ‘meyakinkan’. Guru dalam tuturan tersebut
mencoba meyakinkan para siswa
bahwa yang disebut sebgai warga
negara adalah penghuni suatu
negara.
Penamaan Meyakinkan √
(Data 75.) TG: “Neraca itu
nilai yang dimulai dari angka
1,2,3.”
KT: Disampaikan oleh guru
Akuntansi di kelas X
Akuntansi yang memiliki 10
siswa (9 perempuan, 1 laki-
laki) ketika ada siswa yang
kurang memahami materi
mengenai penulisan neraca.
Tuturan (75) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘penamaan’. Melalui tuturan
tersebut guru mengangkat sebuah
nama, yakni: “ Neraca itu nilai
yang dimulai dari angka 1,2,3”.
Guru mengatakan bahwa yang
dimulai dari angka 1,2,3 itu
adalah neraca. Makna yang
terdapat dalam tuturan tersebut
adalah ‘meyakinkan’. Dapat
dikatakan memiliki makna
meyakinkan karena dalam tuturan
itu guru berusaha untuk
meyakinkan para siswanya untuk
percaya bahwa yang dimulai dari
angka 1,2,3 adalah neraca.
Penamaan Meyakinkan √
(Data 76.) TG: “Berdoa
itukan berbicara dengan
Tuhan, masa kalian buat
bercanda. Ngomong sama
orangtua aja tidak boleh
sembarangan, harus yang
sopan, masa kamu berbicara
sama Tuhan malah
seenaknya sendiri.
Mengerti?”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Kewirausahaan di
kelas X Multimedia yang
memiliki 19 siswa (2
perempuan, 17 laki-laki) ketika
ia melihat ada siswa yang
bercanda ketika berdoa. Guru
ingin siswa-siswinya tidak
menganggap berdoa itu
sebagai lelucon, dan
menginginkan supaya siswa-
siswinya serius dalam berdoa.
Tuturan (76) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘penamaan’. Dapat dikatakan
sebagai tindak tutur deklaratif
penamaab karena penutur telah
mengangkat sebuah nama, yakni:
“ Berdoa itukan berbicara
dengan Tuhan, masa kalian buat
bercanda”. Makna yang terdapat
pada tuturan tersebut adalah
‘mengingatkan’. Guru
mengingatkan para siswa bahwa
berdoa adalah berbicara dengan
Tuhan, oleh karena itu tidak
diperkenankan untuk bercanda
ketika berdoa.
Penamaan Mengingatkan √
(Data 77.) TG: “Asas ius
sanguinis itu asas yang
berdasarkan keturunan.”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Kewarganegaraan
sedang menerangkan materi
mengenai warga Negara di
kelas X Administrasi
Perkantoran yang memiliki 17
siswa (13 perempuan, 4 laki-
Tuturan (77) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘penamaan’. Dalam tuturan
tersebut guru telah mengakat
sebuah nama, terbukti dalam
tuturan: “ Asas ius sanguinis itu
asas yang berdasarkan
keturunan.” Tuturan tersebut
mengandung makna
‘meyakinkan’. Penutur
meyakinkan kepada mitra
Penamaan Meyakinkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
laki). tuturnya menganai asas ius
sanguinis.
(Data 78.) TG: “Asas ius soli
itu asas yang berdasarkan
tempat lahir.”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Kewarganegaraan
sedang menerangkan materi
mengenai warga Negara di
kelas X Administrasi
Perkantoran yang memiliki 17
siswa (13 perempuan, 4 laki-
laki).
Tuturan (78) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘penamaan’. Dalam tuturan
tersebut guru telah mengakat
sebuah nama, terbukti dalam
tuturan: “Asas ius soli itu asas
yang berdasarkan tempat lahir”.
Tuturan tersebut mengandung
makna ‘meyakinkan’. Penutur
meyakinkan kepada mitra
tuturnya menganai asas ius soli.
Penamaan Meyakinkan √
(Data 79.) TG: “TKI itu
adalah orang Indonesia yang
bekerja di luar negeri.
Siapapun yang bekerja di luar
negeri sebagai apapun itu,
selalu disebut sebagai TKI.”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Kewarganegaraan
sedang menerangkan materi
mengenai warga Negara di
kelas X Administrasi
Perkantoran yang memiliki 17
siswa (13 perempuan,4 laki-
laki).
Tuturan (79) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘penamaan’. Dalam tuturan
tersebut guru telah mengakat
sebuah nama, terbukti dalam
tuturan: “ TKI itu adalah orang
Indonesia yang bekerja di luar
negeri”. Makna yang terdapat
dalam tuturan tersebut adalah
‘meyakinkan’. Pada tuturannya
guru berupaya untuk meyakinkan
para siswa mengenai TKI.
Penamaan Meyakinkan √
(Data 80.) TG: “Cerita rakyat
itu ya cerita
yang tumbuh
dan
berkembang
di
masyarakat
yang di
dalamnya
mengandung
unsur
budaya dan
sejarah.
Dalam cerita
rakyat itu
isinya atau
kisahnya itu
boleh kalian
percaya
bahwa itu
benar-benar
terjadi,
karena
memang
setiap cerita
rakyat selalu
terdapat
bukti, ya to?
Misalnya
apa?
Misalnya
cerita
tentang
gunung
tangkuban
perahu.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran bahasa
Indonesia di kelas X Akuntansi
yang memiliki 10 siswa (9
perempuan, 1 laki-laki) ketika
menjelaskan materi kepada
siswa.
Tuturan (80) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘penamaan’. Dalam tuturan
tersebut guru telah mengakat
sebuah nama, terbukti dalam
tuturan: “ Cerita rakyat itu ya
cerita yang tumbuh dan
berkembang di masyarakat yang
di dalamnya mengandung unsur
budaya dan sejarah”. Makna
yang terdapat pada tuturan
tersebut adalah ‘meyakinkan’. Guru melalui tuturannya telah
meyakinkan para siswanya
mengenai cerita rakyat.
Penamaan Meyakinkan √
(Data 81.) TG: “Visioner itu
adalah sifat
seseorang
yang
memikirka
n rencana
jangka
Tuturan (81) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘penamaan’. Dalam tuturan
tersebut guru telah mengakat
sebuah nama, terbukti dalam
tuturan: “ Visioner itu adalah
sifat seseorang yang memikirkan
Penamaan Meyakinkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
panjang,
tidak hanya
memikirka
n sekarang
ini tok.
Tidak
hanya
berbuat
tanpa
melihat
resiko ke
depan, tapi
apa yang ia
lakukan itu
ia sudah
tahu apa
resikonya.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Kewirausahaan
ketika menjelaskan materi di
kelas X Multimedia yang
memiliki 19 siswa (2
perempuan, 17 laki-laki).
rencana jangka panjang”. Makna
yang terdapat dalam tuturan
tersebut adalah ‘meyakinkan’. Melalui tuturannya, guru
mencoba meyakinkan para
siswanya mengenai visioner yang
dikaitkan dengan kenyataan
kehiduapan kebanyakan orang.
(Data 82.) TG: “Kelompok
yang kalah
harus mau
menerima
konsenkue
nsinya, tadi
sudah
disepakati
to yang
kalah
harus
menyanyi
di depan
kelas. Bagi
yang
merasa
kelompokn
ya kalah,
nyanyi di
depan
kelas.”
KT: Disampaikan oleh guru
bahasa Indonesia di kelas X
Administrasi Perkantoran yang
memiliki 17 siswa (13
perempuan, 4 laki-laki) ketika
ada kelompok yang kalah
dalam bermain kuis.
Tuturan (82) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘menghukum’. melalui
tuturannya guru telah
menjatuhkan hukuman bagi
kelompok yang kalah dalam
permainan. Tuturan tersebut
mengandung makna
‘mengingatkan’. Guru berupaya
untuk mengingatkan para
siswanya tentang menepati
kesepakatan yang telah sama-
sama dibuat dan disetujui
sebelum permainan dimulai.
Menghukum Mengingatkan √
(Data 83.) TG: “Seperti
kesepakatan
di awal,
barangsiapa
yang ngobrol
sendiri
ketika saya
menerengka
n, silakan
menggantika
n saya di
depan. Ayo
kamu maju
ke depan,
ulangi
penjelasan
saya tadi.
Lagi
diterangkan
kok ngobrol
saja.”
KT: Disampaikan oleh guru
Matematika di kelas X Farmasi
yang memiliki 12 siswa (10
perempuan, 2 laki-laki) ketika
ia sedang mengajar siswa
ramai di dalam kelas. Guru
Tuturan (83) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘menghukum’. Dalam tuturannya
guru telah menjatuhkan sebuah
hukuman bagi siswa yang ramai
ketika guru menerangkan materi.
Makna yang terdapat pada
tuturan tersebut adalah
‘larangan’. Guru secara tidak
langsung telah melarang para
siswa untuk ramai ketika guru
sedang menerangkan materi di
kelas.
Menghukum Mengingatkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
menunjuk siswa yang ramai
ketika pelajaran untuk
mengulang materi di depan
kelas.
(Data 84.) TG: “Boni,
handphone
kamu saya
sita karena
kamu sudah
membuka
handphone
di pelajaran
saya. Kalau
pelajaran
saya
handphone
disimpan.”
KT: Tuturan ini muncul ketika
ada salah satu siswa yang
ketahuan bermain handphone
ketika jam pelajaran
berlangsung. Pelajaran yang
berlangsung adalah pelajaran
Kewirausahaan di kelas X
Multimedia yang memiliki 19
siswa (2 perempuan, 17 laki-
laki). Dalam hal ini siswa dan
guru sudah mengetahui bahwa
peraturan sekolah adalah tidak
boleh menggunakan
handphone ketika jam
pelajaran berlangsung tanpa
perintah dari guru.
Tuturan (84) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘menghukum’. Dalam
tuturannya, guru telah menjatuhi
sebuah hukuman kepada
siswanya yang bernama Boni
dengan menyita handphone milik
Boni karena ketahuan membuka
handphone ketika pelajaran
berlangsung. Makna yang
terdapat dalam tuturan tersbut
adalah ‘larangan’. Guru
melarang siswanya untuk
menggunakan handphone ketika
pelajaran sedang berlangsung
tanpa izin dari guru yang
bersangkutan.
Menghukum Larangan √
(Data 85.) TG: “Jangan
bermain
handphone
ketika
pelajaran
saya,
karena
pasti akan
saya sita.”
KT: Disampaikan guru
Kewirausahaan memberi
nasehat kepada siswa kelas X
Multimedia yang memiliki 19
siswa (2 perempuan, 17 laki-
laki) supaya tidak
menggunakan handphone
ketika jam pelajaran
berlangsung tanpa perintah
dari guru
Tuturan (85) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘melarang’. Melalui tuturannya
dapat dilihat dengan jelas bahwa
guru telah melarang siswanya
yakni melarang untuk tidak
bermain handphone ketika
pelajaran berlangsung. Makna
yang terdapat dalam tuturan
tersebut adalah ‘larangan’. Makna larangan dapat terlihat
dengan jelas yakni guru telah
menyatakan larangannya
terhadap siswa untuk tidak
menggunakan handphone ketika
pelajaran berlangsung, dan
ditekankan dengan kalimat yang
menyatakan bahwa guru akan
menyita handphone jika guru
menemukan siswa bermain
handphone ketika pelajaran
berlangsung.
Melarang Larangan √
(Data 86.) TG: “Kalian itu
mbok jangan
bolosan,
masuk yang
rajin. Gini
ya, guru itu
nggak butuh
murid pinter-
pinter
banget, asal
rajin masuk
sekolah,
rajin
mengerjakan
tugas, guru
itu sudah
senang.
Kalian kalau
bolos itu apa
nggak
merasa rugi?
Bayar
mahal-
mahal tapi
Tuturan (86) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘melarang’. Tuturan tersebut
dapat dikatakan sebagai tindak
tutur ilokusi deklaratif melarang
karena melalui tuturan tersebut
guru telah melarang siswanya
untuk tidak membolos sekolah.
Makna yang terdapat dalam
tuturan tersebut adalah
‘mengarahkan’. Dapat dikatakan
memiliki makna mengarahkan
adalah karena dalam tuturan
tersebut guru mengarahkan
siswanya untuk rajin bersekolah
dan tidak membolos, ditekankan
dalam penggalan: “ Kalian kalau
bolos itu apa nggak merasa rugi?
Bayar mahal-mahal tapi malah
bolos.”
Melarang Mengarahkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
malah
bolos.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Kewirausahaan
di kelas X Multimedia yang
memiliki 19 siswa (2
perempuan, 17 laki-laki) ketika
menasehati beberapa siswa
yang sering membolos.
(Data 87.) TG: “Kalau doa
ibu minta ya
jangan
dengan
bercanda,
walaupun
yang
memimpin
doa hanya
teman kalian
sendiri.
Berdoa itu
bicara sama
Tuhan to?
Berdoa itu
nggak bisa
dijadikan
guyonan”
KT: Disampaikan guru
Kewirausahaan di kelas X
Multimedia yang memiliki 19
siswa (2 perempuan, 17 laki-
laki) ketika ia melihat ada
siswa yang bercanda ketika
berdoa. Guru ingin siswa-
siswinya tidak menganggap
berdoa itu sebagai lelucon, dan
menginginkan supaya siswa-
siswinya serius dalam berdoa.
Tuturan (87) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘melarang’. Melalui tuturannya
guru melarang siswanya untuk
tidak mengamggap berdoa
sebagai hal candaan. Makna yang
terkandung dalam tuturan
tersebut adalah ‘mengarahkan’. Guru mengarahkan siswanya
supaya bisa berdoa dengan sikap
yang sewajarnya. Selain itu, guru
juga mengarahkan siswanya
untuk bisa berdoa dengan baik
dan tidak menganggap berdoa
sebagai lelucon.
Melarang Mengarahkan √
(Data 88.) TG: “Kok kalian
ini nggak
peka ya, apa
nggak risi itu
ada sampah
di laci? Di
luar sudah
disediakan
tempat
sampah,
kalau buang
sampah itu
ya di tempat
sampah
bukan di
laci, nanti
bisa menjadi
banyak
nyamuk.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran bahasa
Indonesia di kelas X
Administrasi Perkantoran
yang memiliki 17 siswa (13
perempuan, 4 laki-laki) ketika
ia menemukan banyak sampah
di laci meja beberapa siswa.
Tuturan (88) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘melarang’. Melalui tuturannya
penutur telah melarang mitra
tuturnya untuk tidak membuang
sampah di laci. Makna yang
terdapat pada tuturan tersebut
adalah ‘mengarahkan’. Penutur
mengarahkan mitra tuturnya
supaya bisa menjaga kebersihan
lingkungan terutama kebersihan
lingkungan kelas.
Melarang Mengarahkan √
(Data 89.) TG: “Ibu sudah
ngomong
keras tapi
kamu malah
sibuk main
handphone,
maunya
apa? Sekali
lagi kamu
ketahuan
main
handphone,
Tuturan (89) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘melarang’. Melalui tuturannya,
penutur melarang mitra tutur
untuk tidak menggunakan
handphone ketika pelajaran
berlangsung, terbukti dalam
kalimat: “ Sekali lagi kamu
ketahuan main handphone, saya
sita dan tidak akan saya
kembalikan. Mengerti?” Makna
yang terdapat dalam tuturan
Melarang Mengingatkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
saya sita dan
tidak akan
saya
kembalikan.
Mengerti?”
KT: Disampaikan oleh guru
Kewirausahaan di kelas X
Multimedia yang memiliki 19
siswa (2 perempuan, 17 laki-
laki), guru menemukan salah
satu siswanya bermain
handphone ketika jam
pelajaran sedang berlangsung.
Guru dan siswa sudah sama-
sama mengetahui bahwa ketika
pelajaran berlangsung dilarang
untuk bermain handphone.
tersebut adalah ‘mengingatkan’. Penutur telah mengingatkan mitra
tutur dengan memberi peringatan
bahwa tidak boleh menggunakan
handphone ketika kegiatan
belajar mengajar berlangsung.
(Data 90.) TG: “Dari tadi
mondar mandir aja ke toilet,
kamu itu kenapa to? Nanti
lagi ke toiletnya pas istirahat,
baru masuk kok udah mau
keluar lagi.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Akuntansi di
kelas X Akuntansi yang
memiliki 10 siswa (9
perempuan, 1 laki-laki) ketika
ada salah satu siswa yang
sering izin ke toilet. Guru
menegur siswa tersebut karena
selalu ke toilet ketika guru
menerangkan materi.
Tuturan (90) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘melarang’. Penutur melarang
mitra tutur untuk keluar masuk
kelas, terbukti dalam penggalan
tuturan: “ Nanti lagi ke toiletnya
pas istirahat, baru masuk kok
udah mau keluar lagi.”. Makna
yang terdapat pada tuturan
tersebut adalah ‘mengingatkan’. Penutur mengingatkan mitra tutur
untuki tidak keluar masuk kelas
pada saat pelajaran berlangsung.
Melarang Mengingatkan √
(Data 91.) TG: “Saya sudah
memberi
tahu teman
kalian itu,
sudah
memperingat
kan juga.
Dia kok
sering nggak
masuk itu
sebenarnya
ada apa?
Kalian tahu
nggak?
Kalau sama
saya itu diam
saja e. Ya
sudah ya,
sekolah
sudah
memperingat
kan juga,
keputusanka
n ada di dia
to. Kalian
nggak usah
tiru-tiru,
kasihan
orangtua
kalian susah
payah
membiayai.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Kewirausahaan
ketika menyampaikan berita
mengenai salah satu siswa di
kelas X Multimedia yang
memiliki 19 siswa (2
perempuan, 17 laki-laki) yang
sering tidak masuk tanpa
keterangan.
Tuturan (91) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘berpasrah’. Dapat dikatakan
sebagai tindak tutur ilokusi
deklaratif jenis berpasrah karena
dalam tuturan tersebut terdapat
sebuah ungkapan berpasrah dari
penutur, yakni: “ Ya sudah ya,
sekolah sudah memperingatkan
juga, keputusankan ada di dia to.
Kalian nggak usah tiru-tiru,
kasihan orangtua kalian susah
payah membiayai.” Makna yang
terdapat dalam tuturan tersebut
adalah ‘mengarahkan’. Penutur
yakni seorang guru telah
mengarahkan mitra tuturnya
yakni para siswa untuk selalu
rajin masuk sekolah dan tidak
membolos.
Berpasrah Mengarahkan √
(Data 92.) TG: “Kalian nggak
usah ikut-
ikut dengan
Tuturan (92) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘berpasrah’. Dapat dikatakan
Berpasrah Mengarahkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
masalah
yang sedang
terjadi di
Negara kita
ini, nggak
usah ikut
jadi kompor.
Entah
masalah itu
akan selesai
dengan cara
bagaimana
juga tidak
ada yang
tahu.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Kewirausahaan
di kelas X Multimedia yang
memiliki 19 siswa (2
perempuan, 17 laki-laki) ketika
mengajak siswa-siswanya
menyoroti permasalahan isu
SARA yang sedang terjadi di
Indonesia.
sebagai tindak tutur ilokusi
deklaratif jenis berpasrah karena
dalam tuturan tersebut terdapat
sebuah ungkapan berpasrah dari
penutur, yakni: “ Entah masalah
itu akan selesai dengan cara
bagaimana juga tidak ada yang
tahu.”. makna yang terdapat
dalam tuturan tersebut adalah
‘mengarahkan’. Penutur melalui
tuturannya ingin mengarahkan
mitra tutur untuk tidak mengikuti
hal-hal yang salah dan tidak
berguna untuk diikuti.
(Data 93.) TG: “Guru itukan
orangtua
kedua kalian
di sekolah,
kalau kalian
salah ya
pasti dapat
teguran.
Kalau kalian
nggak bisa
ditegur ya
sudah,
terserah
kalian mau
jadi apa,
yang penting
guru sudah
berusaha
yang terbaik
untuk
kalian.”
KT: Disampaikan guru mata
pelajaran Akuntansi di kelas X
Akuntansi yang memiliki 10
siswa (9 perempuan, 1 laki-
laki) ketika ada salah satu
siswanya melakukan kesalahan
yakni tidak mengerjakan
pekerjaan rumah. Siswa
tersebut sudah sering tidak
mengerjakan pekerjaan rumah.
Tuturan (93) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘berpasrah’. Dapat dikatakan
sebagai tindak tutur ilokusi
deklaratif jenis berpasrah karena
dalam tuturan tersebut terdapat
sebuah ungkapan berpasrah dari
penutur, yakni: “ Kalau kalian
nggak bisa ditegur ya sudah,
terserah kalian mau jadi apa,
yang penting guru sudah
berusaha yang terbaik untuk
kalian.”. Penutur telah
mengungkapkan kepasrahannya
terhadap sikap yang tidak bisa
diperbaiki. Makna yang terdapat
dalam tuturan tersebut adalah
‘mengarahkan’.melalui
tuturasnnya tersebut penutur
ingin mengarahkan mitra tutur
supaya bisa menjadi pribadi yang
baik.
Berpasrah Mengarahkan √
(Data 94.) TG: “Sekarang itu
lagi banyak
begal ya,
kalian harus
hati-hati.
Kemarin itu
ada korban
lagi to di
desa mana
itu yang
dekat pulo.
Korbannya
sampai kritis
di rumah
sakit. Kalian
harus selalu
waspada
setiap kali
pulang
malam,
karena apa
yang terjadi
kan kita
tidak pernah
Tuturan (94) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘berpasrah’. Dapat dikatakan
sebagai tindak tutur ilokusi
deklaratif jenis berpasrah karena
dalam tuturan tersebut terdapat
sebuah ungkapan berpasrah dari
penutur, yakni: “ Kalian harus
selalu waspada setiap kali pulang
malam, karena apa yang terjadi
kan kita tidak pernah tahu.”.
Penutur telah berpasrah terhadap
keadaan yang kemungkinan
terjadi terhadap diri sendiri.
Makna yang terdapat dalam
tuturan tersebut adalah
‘mengingatkan’. Penutur
berupaya untuk mengingatkan
mitra tutur untuk lebih berhati-
hati dan selalu waspada di
manapun mereka pergi terutama
pada saat malam hari.
Berpasrah Mengingatkan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
tahu.”
KT: Disampaikan oleh guru
mata pelajaran Akuntansi di
kelas X Akuntansi yang
memiliki 10 siswa (9
perempuan, 1 laki-laki) ketika
menceritakan kejadian begal di
daerah desa Pulo Rembang
Jawa Tengah. Guru
menghimbau siswa untuk
selalu berhati-hati ketika
berada di jalan.
(Data 95.) TG: “Oke
permaina
n sudah
selesai,
selamat
kelompok
B kalian
menjadi
pemenang
nya.
Untuk
kelompok
-
kelompok
lain, lebih
banyak
belajar
ya, jadi
besok
kalau ada
pelajaran
saya terus
ada
games
lagi
kalian
bisa
menang.
Pelajaran
kalau
diselingi
games
ginikan
jadi enak
to? Jadi
berseman
gat to?”
KT: Disampaikan oleh
guru mata pelajaran bahasa
Indonesia ketika mengajarkan materi di
kelas X Administrasi
Perkantoran yang memiliki 17 siswa (13 perempuan, 4
laki-laki).
Tuturan (95) termasuk dalam
tindak tutur ilokusi deklaratif
‘mengangkat’. Bukti yang
mengatakan bahwa tuturan di atas bersifat mengangkat
adalah: “ selamat kelompok B
kalian menjadi
pemenangnya”. Penutur
dalam tuturannya telah
mengangkat kelompok B
sebagai juara dalam permainan. Makna yang
terdapat dalam tuturan
tersebut adalah
‘menguatkan’. Makna
menguatkan terdapat dalam
tuturan penutur bagian: “
Pelajaran kalau diselingi games ginikan jadi enak to?
Jadi bersemangat to?” melalui tuturan tersebut
penutur memberi penguatan
bahwa pelajaran akan lebih menyenagkan jika diselingi
dengan permainan.
Mengangkat Menguatkan √
(Data 96.) TG: “Tadi
nama-
nama
yang
sudah
saya
sebutkan
itu
menjadi
koordinat
or
kelompok,
yakni
Tuturan (96) termasuk dalam tindak tutur ilokusi deklaratif
‘mengangkat’. Penutur
melalui tuturannya telah mengangkat mitra tutur
sebagai koordinator kelompok, terbukti melalui
tuturan: “ Tadi nama-nama
yang sudah saya sebutkan itu menjadi koordinator
kelompok”. Penutur yakni
seorang guru telah
mengangkat beberapa siswa
Mengangkat Suruhan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
supaya
setiap
kelompok
ada
penanggu
ngjawabn
ya.”
KT: Disampaikan oleh guru mata pelajaran
Agama Katholik ketika
memberikan tugas di kelas X Farmasi yang memiliki
12 siswa (10 perempuan, 2 laki-laki). Guru membagi
siswa ke dalam kelompok
untuk mengerjakan tugas
yang diberikan.
sebagai koordinator kelompok. Makna yang
terdapat dalam tuturan
tersebut adalah ‘suruhan’, yakni penutur menyuruh para
siswa yang telah ia pilih untuk menjadi
penanggungjawab dalam
kelompok yang telah dibentuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI