Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Naditira Widya Vol. 6 No. 2/2012- Balai Arkeologi Banjarmasin94
Tinggalan Arkeologi Islam sebagai Bagian PerkembanganSejarah Budaya di Kalimantan 94-105
TINGGALAN ARKEOLOGI ISLAM SEBAGAI BAGIAN PERKEMBANGANSEJARAH BUDAYA DI KALIMANTAN
Bambang Sakti Wiku Atmojo*
Artikel masuk pada 20 Maret 2012 Artikel selesai disunting pada 23 September 2012
Abstrak. Tulisan ini mendeskripsikan beragam penelitian arkeologi dari masa pengaruh kebudayaan Islam yang
telah dilakukan oleh Balai Arkeologi Banjarmasin di empat provinsi di Pulau Kalimantan sejak 1993. Penelitian-
penelitian tersebut dilakukan dengan teknik survei berdasarkan tema kajian seperti arsitektur kuna, tata kota kuna,
dan sejarah kebudayaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peninggalan arkeologi masa Islam bervariasi, yaitu
peninggalan bendawi dan non-bendawi. Peninggalan arkeologi bendawi terdiri atas peninggalan bersifat bangunan,
struktur, situs, kawasan, dan artefaktual. Rentang periodisasi peninggalan arkeologi tersebut berasal dari abad ke-
15 sampai dengan ke-19 Masehi; peninggalan tertua berupa makam-makam abad ke-15 yang berada di Kabupaten
Ketapang. Berdasarkan lokasi geografisnya, peninggalan-peninggalan monumental ataupun situs ditemukan pada
kawasan pantai, daerah aliran sungai, dan perbukitan.
Kata kunci: tema penelitian, arsitektur, tata kota, sejarah kebudayaan, peninggalan arkeologi, bangunan, struktur,
situs, kawasan, artefak
Abstract. ISLAMIC ARCHAEOLOGICAL REMAINS AS THE PART OF CULTURAL HISTORIC
DEVELOPMENT IN KALIMANTAN. This paper describes various archaeological studies dated from the influence
of Islamic culture that have been conducted by the Centre for Archaeology, Banjarmasin, in the four provinces of
Kalimantan since 1993. These studies were carried out by survey based on research themes such as ancient
architecture, ancient city planning, and cultural history. The results showed that Islamic archaeological heritage
varies between tangible and intangible culture. The tangible archaeological heritage consist of buildings, structures,
sites, regions and artefacts. The time range of the Islamic archaeological heritage is between the 15th until the
19th century; the oldest heritage is the 15th century graves located in Ketapang District. Based on the geographical
location, monumental heritages or sites were found in coastal, basins and hilly regions.
Keywords: research theme, architecture, urban planning, cultural history, archaeological remains, buildings,
structures, sites, regions, artifacts
* Penulis adalah Peneliti Madya pada Balai Arkeologi Banjarmasin, email: [email protected]
Balai Arkeologi Banjarmasin, Jalan Gotong Royong II, RT 03/06, Banjarbaru 70711, Kalimantan Selatan;Telepon (0511) 4781716; Facsimile (0511) 4781716
Naditira Widya Vol. 6 No. 2/2012- Balai Arkeologi Banjarmasin 95
Tinggalan Arkeologi Islam sebagai Bagian PerkembanganSejarah Budaya di Kalimantan 94-105
A. PendahuluanPeninggalan arkeologi di Kalimantan
yang berasal dari masa perkembangan
agama Islam antara abad ke-15 – 19 Masehitersebar di berbagai wilayah. Jenispeninggalan juga bervariasi, antara lainberupa artefak, struktur, bangunan, kompleksbangunan, dan kompleks kota lama.
Peninggalan yang berupa artefak banyak yangberada di tangan masyarakat, museumprovinsi atau kabupaten dan bekas istana.Rata-rata peninggalan artefak ini berupa alat
kehidupan sehari-hari, senjata tajamtradisional, senjata api, dan kitab atau buku.Struktur dapat berupa sruktur bangunan
tempat tinggal, struktur saluran air atau paritkota, fondasi bangunan baik bata atau batu,
maupun struktur bangunan kayu. Bangunanutuh yang ada biasanya berupa masjid, istana,rumah pembesar kerajaan, dan cungkup
makam. Kompleks bangunan biasanyamerupakan bagian dari kompleks kota lama,
yang terdiri atas kompleks pusatpemerintahan, pemukiman penduduk, danunsur-unsur perkotaan yang lain.
Pada umumnya peninggalan tersebutmerupakan bagian dari kerajaan-kerajaan
Islam yang pernah ada di Kalimantan padawaktu itu. Dari empat provinsi yang ada di
Kalimantan, sejauh ini hanya KalimantanTengah yang memiliki peninggalan arkeologiIslam paling sedikit. Peninggalan-peninggalan tersebut sebagian besar tersebarmulai dari daerah pantai timur Kalimantan
Timur sampai dengan pantai baratKalimantan Barat. Hal itu tidak terlepas dariposisi geografis kota-kota kerajaan-kerajaantersebut yang rata-rata berada di tepi pantai,di muara sungai, atau di antara pertemuan
Hasil penelitian yang dilaksanakan BalaiArkeologi Banjarmasin menunjukkan bahwa
peninggalan tertua yang berasal dari masaperkembangan agama Islam di Kalimantanadalah makam-makam di KabupatenKetapang, Kalimantan Barat, yang
menunjukkan berasal dari pertengahan abadke-15 Masehi. Keberadaan makam-makam
tersebut menunjukkan bahwa pada masa itusudah terdapat pemukiman masyarakatmuslim meskipun mungkin belum ada
kerajaan yang bercorak Islam. Kerajaan tertuatampaknya adalah Kerajaan Banjar yang
berdiri pada awal abad ke-16 Masehi,sedangkan yang termuda adalah Kerajaan
Pontianak yang baru muncul pada abad ke-18 Masehi. Kerajaan-kerajaaan yang lain
berada di antara kurun waktu tersebut.Tulisan ini mencoba untuk memaparkan
hasil penelitian Balai Arkeologi Banjarmasinyang terkait dengan peninggalan arkeologiIslam di Kalimantan. Hampir semua penelitian
menggunakan metode survei eskplorasi,kecuali ekskavasi yang dilakukan tahun 2006
di Martapura, Kalimantan Selatan. Penelitianyang dilaksanakan di empat provinsi wilayahkerja ini menghasilkan bermacam-macamdata, baik yang bersifat tangible maupunintangible.
dua buah sungai. Namun demikian, tidaksedikit peninggalan yang berada di daerah
perbukitan atau daerah yang jauh dari pantai.Meskipun banyak peninggalan bangunanyang masih utuh, namun tidak sedikit pulayang sudah tidak utuh lagi. Sebagian diantaranya bahkan sampai dengan saat ini
masih dimanfaatkan untuk berbagaikeperluan, misalnya tempat tinggal.
Naditira Widya Vol. 6 No. 2/2012- Balai Arkeologi Banjarmasin96
Tinggalan Arkeologi Islam sebagai Bagian PerkembanganSejarah Budaya di Kalimantan 94-105
B. Kepurbakalaan Islam di Kalimantan1. Istana
Hasil penelitian menunjukkan bahwa disetiap kabupaten di Kalimantan Barat terdapatsatu atau lebih kerajaan, yang peninggalannya
sampai saat ini masih dapat disaksikan.Nama-nama kerajaan yang masih dapatditelusuri adalah Sambas di KabupatenSambas, Mempawah di KabupatenPontianak, Landak di Kabupaten Landak,
Sanggau dan Tayan di Kabupaten Sanggau,Sintang di Kabupaten Sintang, Tanjung Puradan Matan di Kabupaten Ketapang, Kubu diKabupaten Kubu Raya, dan Pontianak di Kota
Pontianak. Jenis peninggalan yang ada antaralain meliputi istana, makam, masjid, benteng,bangunan tempat tinggal pembesar kerajaan,
toponim kawasan pemukiman, dan paritkeliling kota lama. Peninggalan yang sifatnya
artefaktual antara lain alat kehidupan sehari-hari, meriam, perlengkapan perang yang lain,
dan peralatan rumah tangga.Semua kerajaan yang disebutkan di atas
sampai dengan saat ini masih memiliki istana,kecuali Tanjung Pura. Istana-istana tersebut
rata-rata masih dalam kondisi utuh, meskipunsebagian di antaranya dalam kondisimemprihatinkan atau tidak terawat. Hampir
semua bahan yang digunakan untukmembuat istana adalah kayu ulin sehingga
mampu bertahan sampai ratusan tahun. Diantara istana-istana tersebut sebagian diantaranya masih digunakan sebagai tempat
tinggal raja atau keluarganya, misalnya diSambas, Landak, Pontianak, dan Sintang.
Istana terbesar adalah Istana Kodriyah di KotaPontianak yang dibangun sekitar tahun 1771dan memiliki dua lantai. Pada saat ini
sebagian dari istana-istana tersebutdifungsikan menjadi museum karena sudah
tidak berfungsi sebagai pusat pemerintahan.Bangunan istana paling muda adalah Istana
Landak dan Mempawah yang diresmikanpada tahun 1922 sebagai pengganti istanalama yang musnah terbakar. Kesamaanumum yang dimiliki oleh istana-istana tersebutadalah semuanya berada di tepian sungai
besar yang merupakan urat nadi lalu lintasyang menghubungkan daerah pedalamanatau hulu sungai dengan kawasan hilir danmuara.
Di Istana Kodriyah Pontianak, Istana alWatzikubillah Sambas, dan IstanaAmantubillah Mempawah terdapat pagar bata
keliling. Pada pagar keliling istana Kodriyahbahkan dilengkapi dengan meriam yang
berukuran cukup besar.Di Kalimantan Timur peninggalan istana
masih dapat dilihat di Berau, Tenggarong, dan
Paser Balengkong. Istana di Berau ada dua,masing-masing merupakan peninggalan
Kerajaan Gunung Tabur (Foto 1) danSambaliung. Istana Tenggarong merupakanpeninggalan kerajaan Kutai Kertanegara,namun merupakan bangunan yang didirikan
Belanda sekitar tahun 1930an. Berbedadengan istana-istana yang lain di Kalimantanyang menggunakan bahan bangunan kayu,
Istana Tenggarong dibuat dari bahan beton.Sementara itu, istana raja di Bulungan sudahhilang namun dari sisa yang ada menunjukkan
bahwa terdapat juga pagar keliling yangberupa tembok, dan terdapat meriam sebagaipelengkap.
Masjid yang merupakan pusat lokasiperibadatan rata-rata berada di dekat istanayang merupakan pusat pemerintahan.Keduanya berada di tempat yang sama-sama
tidak jauh dari aliran sungai besar. Di Sambasdan Landak, masjid kerajaan bahkan berada
Naditira Widya Vol. 6 No. 2/2012- Balai Arkeologi Banjarmasin 97
Tinggalan Arkeologi Islam sebagai Bagian PerkembanganSejarah Budaya di Kalimantan 94-105
Di kawasan sekitar istana dan masjidbiasanya dikelil ingi parit kuna yangmerupakan batas kota raja, sekaligusmerupakan benteng alam dari gangguan
musuh. Parit keliling ini rata-rata lebar 3 – 4
meter, dan berfungsi juga sebagai prasaranalalulintas perahu-perahu kecil. Sumber airbiasanya diambilkan dari sungai yang
mengalir di dekat tempat itu, dan dimuarakankembali di sebelah hilir sungai tersebut.
Sebagian di antara kanal-kanal tersebut saatini sudah tertutup kawasan pemukiman,seperti yang terjadi di sekitar istana Sintang
dan Sanggau. Di Landak, kanal keliling selainsudah tertutup oleh pemukiman, dan sebagian
di antaranya juga tertutup oleh persawahan.
Peninggalan arkeologi Islam yang palingutama di Kalimantan Tengah terdapat di
Kabupaten Kotawaringin Barat, terutama diKecamatan Kotawaringin Lama dan ArutSelatan. Bangunan-bangunan yang masih
ada di Kotawaringin Lama meliputi Astana al-Nursari, Masjid Kyai Gede, dan makam raja-raja di Kute Tanah. Bangunan-bangunan di
Arut Selatan meliputi Istana Kuning, IstanaMangkubumi, kediaman Pangeran, sertamakam raja-raja di Kute Batu, Pangkalan Bun(Hartatik, dalam Rangkuti 2009, 93-99).
pada satu kompleks dengan halaman istana.Sebagian besar masjid kerajaan memiliki
bentuk atap tumpang tiga, ditopang dengantiang-tiang kayu yang besar, sedangkanistananya, menggunakan konstruksi rumahpanggung. Pada kasus di KabupatenKetapang masjid kerajaan sudah tidak dapat
dilacak lagi keberadaannya.
2. Makam
Ada empat unsur yang menjadi aspekpengamatan dalam penelitian makam, yaitubahan, bentuk atau tipologi, ragam hias, dantata letak. Makam-makam yang dijadikan
lokasi penelitian merupakan makam raja-rajaatau anggota keluarga kerajaan, ulama, dansedikit masyarakat kebanyakan. Lokasimakam berada di wilayah kerajaan yangberada di pantai timur Kalimantan, meliputi
bekas Kerajaan Bulungan, Berau, KutaiKartanegara, Paser, Batulicin, serta Pagatan,
dan Koesan.
Makam-makam yang masih dapatditelusuri kebanyakan berasal dari abad ke-18 – 20 Masehi, yang merupakan masa jaya
berbagai kerajaan di Kalimantan Barat,Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan.
Sebagai pengecualian adalah makam-makam di Kabupaten Ketapang KalimantanBarat, yang berasal dari abad ke-14 Masehi.
Bahan yang digunakan untuk pembuatannisan dan jirat makam ada empat jenis, yaitu
1) kayu, yang terdiri atas kayu ulin dan kayubiasa; 2) batu, baik marmer, granit maupunbatu alam yang tidak diolah; 3) bata; dan 4)
logam. Kayu merupakan barang asli dariKalimantan, karena kayu ulin banyak tumbuh
di hutan-hutan Kalimantan. Sampai saat iniulin masih tumbuh di hutan pedalamanKalimantan. Batuan marmer dan granitmerupakan barang impor karena tidak ada
tambang untuk kedua jenis batu tersebut diKalimantan. Marmer merupakan barangdagangan yang masih diperdagangkansecara internasional sampai dengan saat ini.
Naditira Widya Vol. 6 No. 2/2012- Balai Arkeologi Banjarmasin98
Tinggalan Arkeologi Islam sebagai Bagian PerkembanganSejarah Budaya di Kalimantan 94-105
Dilihat dari segi bentuk, terdapat empatlanggam nisan, yaitu langgam Aceh, Demak-
Troloyo, Bugis-Makassar, dan tipe lokal. Tipelokal kebanyakan digunakan oleh masyarakatumum. Pada makam tokoh perempuan hanyaada satu langgam saja, yaitu pipihmemanjang. Bentuk-bentuk jirat meliputi satu
undak terbuka, kotak biasa bagian atastertutup, undak dua, berundak lebih dari tiga,perahu sederhana, serta kotak bertingkatbagian atas terbuka. Adanya berbagai bentuktersebut menunjukkan bahwa sejak ratusan
tahun yang lalu telah terdapat pertemuan
berbagai budaya Indonesia di Kalimantan.Meskipun demikian, tidak menutupkemungkinan bahwa nisan-nisan tersebut
merupakan barang dagangan ataupun jugabarang hadiah.
Ragam hias yang terdapat pada makamterdiri atas bentuk garis lurus, lingkaran,segitiga, dan jajaran genjang. Ragam hias
flora meliputi bunga, daun, tangkai, danstiliran bentuk kepala binatang. Ragam hias
terawangan berupa ragam hias yangdipahatkan pada nisan atau jirat pada satusisi sampai menembus sisi yang lain,
biasanya berupa gambar daun-daunan ataugaris lurus. Kaligrafi dapat berupa kaligrafihuruf Arab berbahasa Arab, huruf Arab
berbahasa Melayu, huruf Bugis berbahasaMelayu, maupun huruf Bugis berbahasaBugis.
Dil ihat dari segi keletakan terdapatmakam yang berada di dataran, di perbukitan,
di perkotaan, di pedesaan, di daerahpemukiman, dan di luar daerah pemukiman.Kadang-kadang dalam satu kompleks makamdipisahkan antara makam tokoh raja denganmakam masyarakat. Pemisahan dilakukan
Makam-makam pada umumnya beradadi dekat kawasan istana, atau di pinggiran kotakerajaan. Namun demikian ada juga
kompleks makam yang berada jauh di luarkota, misalnya seperti kasus yang ada di BukitRama untuk Kerajaan Mempawah,Mengkiyang untuk Kerajaan Sanggau, danMungguk untuk Kerajaan Landak. Tempat-
tempat tersebut merupakan sebuah bukit yangdipercaya merupakan tempat sakral ataudipercaya sebagai asal-usul nenek moyangpara pendiri kerajaan. Namun demikian ada
sejumlah kesamaan dari kompleks-kompleksmakam tersebut, yaitu tidak berada di tengah
pemukiman. Bahan yang digunakan rata-ratakayu ulin, meskipun sebagian di antaranyamenggunakan batu granit atau marmer.
Ragam hias yang dipahatkan pada umumnyahiasan sulur-suluran dan kaligrafi Arab.
dengan cara dicungkup, ditinggikan, dipagari,dan ditempatkan pada makam khusus.
Di Kabupaten Ketapang terdapat dua
kompleks makam yang oleh masyarakat
dinamakan Keramat Tujuh dan KeramatSembilan. Penamaan tersebut didasarkan
pada jumlah makam kuna yang terdapat ditempat tersebut, yaitu tujuh dan sembilan.Siapa sebenarnya tokoh-tokoh yangdimakamkan di tempat tersebut tidak ada yang
tahu secara pasti. Namun demikian, salah satucerita lisan yang menyatakan bahwa tokoh-tokoh yang dimakamkan di tempat tersebutmerupakan ulama penyebar agama Islam dariMajapahit. Menilik pada bentuk nisan yang
mirip dengan bentuk nisan Troloyo (Foto 2)serta angka tahun Saka yang terpahat yaitu1350, 1359 dan 1345, mungkin saja ceritalisan tersebut ada benarnya. Sampai sejauhini angka-angka yang tertera di makam
Naditira Widya Vol. 6 No. 2/2012- Balai Arkeologi Banjarmasin 99
Tinggalan Arkeologi Islam sebagai Bagian PerkembanganSejarah Budaya di Kalimantan 94-105
Foto 1. Istana Gunung Tabur di Berau,Kalimantan Timur (dok. Balai Arkeologi
Banjarmasin)
Foto 2. Salah satu makam di Kompleks MakamKeramat Sembilan, Kabupaten Ketapang (dok.
Balai Arkeologi Banjarmasin)
Foto 3. Masjid Assuada Waringin, KalimantanSelatang (dok. Balai Arkeologi Banjarmasin)
3. Tata Kota
Terdapat dua kota lama bekas ibukota
kerajaan di Kalimantan Timur yang masihdapat ditelusuri bentuk-bentuk aslinya, yaituTenggarong dan Paser Balengkong.Tenggarong merupakan bekas ibukotaKerajaan Kutai, sekarang menjadi ibukota
Kabupaten Kutai Kartanegara. PaserBalengkong merupakan bekas ibukotaKerajaan Paser, sekarang menjadi ibukota
tersebut merupakan angka paling tua padapeninggalan arkeologi Islam di Kalimantan
Barat.
Kecamatan Paser Balengkong. Tenggarongterletak di pertemuan Sungai Tenggarong dan
Sungai Mahakam, sedangkan PaserBalengkong terletak di tepian Sungai Kendilo.Sungai-sungai tersebut pada masa lalu
merupakan sungai yang ramai dilayari,namun pada saat ini hanya Sungai Mahakamyang masih tetap ramai dilayari dari hulu ke
hilir maupun sebaliknya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwakota lama Tenggarong berukuran sekitar 1000m X 750 m, dikelilingi parit dan memilikisejumlah bangunan kuna. Bangunan-
bangunan utama yang ada di Tenggarongadalah istana yang merupakan pusatpemerintahan, masjid Jami’, bangunanpenampungan, pasar, gedung bioskop,pelabuhan, penjara, parit kota, dan makam.
Toponim yang masih ada antara lainKampung Melayu, Kampung Panji, dan BukitPedidi. Kampung Melayu pada masa lalu
Naditira Widya Vol. 6 No. 2/2012- Balai Arkeologi Banjarmasin100
Tinggalan Arkeologi Islam sebagai Bagian PerkembanganSejarah Budaya di Kalimantan 94-105
Agak berbeda dengan Tenggarong, Paser
Balengkong hanya berada pada satu garislurus di tepian sungai. Ukuran kotanya jugalebih kecil, yaitu sekitar 900 m X 650 m, yang
juga dibatasi oleh parit keliling. Bangunan-bangunan yang masih ada di PaserBalengkong di antaranya istana, masjid jami’,
kediaman raja muda, pasar, pelabuhan, paritkeliling kota, dan makam.
4. Arsitektur Masjid di KalimantanSelatan
Hasil penelitian di Kabupaten Tabalong,Hulu Sungai Utara, dan Balangan.menunjukkan bahwa perkembangan
arsitektur masjid yang masih dapat dilacakterbagi menjadi tiga periode. Adapunperkembangan bentuk-bentuk arsitekturalnya
yaitu:
a. Periode sebelum 1800 – 1900Masehi. Masjid pada periode ini
memiliki ciri atap meruncing tigatingkat dan kemuncak berbentuk
pataka dengan hiasan rumbai-rumbai berbentuk daun. Atapdiperkirakan menggunakan daun
rumbia. Lantai pasir, tiang kayu,memiliki tangga naik ke atap untukadzan. Bentuk mihrab segi lima ataulebih dan memiliki kemuncak bentukkubah. Contoh masjid dari periode
ini adalah Masjid Pusaka BanuaLawas, Kecamatan Kelua, Masjid
Assuada Waringin (Foto 3), MasjidPandulangan, dan MasjidPakacangan Lama.
Bentuk mihrab di Kalimantan Selatanagak berbeda dengan daerah-daerah lain.Apabila dilihat di bagian dalam, atap mihrabberbentuk segi delapan, namun di bagian luarberbentuk segi lima. Selain itu seringkali jugamihrab masjid memiliki atap berbentuk kubahyang terpisah dengan kubah ruang utama.
dihuni oleh masyarakat Banjar, Kampung Panjimerupakan kawasan pemukiman
bangsawan, sedangkan Bukit Pedidi sebagianbesar penghuninya masyarakat Bugis. Kotatersebut terbelah oleh Sungai Tenggarongmenjadi dua bagian. Sampai saat iniTenggarong tetap bertahan sebagai sebuah
kota yang terus berkembang, terutama karenamenjadi pusat pemerintahan kabupaten.
b. Periode 1900 – 1945. Masjid dariperiode ini memiliki ciri bentuk atap
tumpang tiga landai, kemuncakkubah gaya India (Kubah Bawang),mihrab segi lima memiliki kubah,kadang memiliki jembatan antara
kubah ruang utama dengan kubahteras depan. Terdapat hiasan
pesawat atau pataka di atas kubah.Contoh masjid dari periode ini yaituMasjid Jami’ di Desa Pamatang dan
Masjid Kamayahan
c. Periode 1945-1955 yang merupakanperpaduan antara gaya modern
dengan gaya lama, misalnya ataptumpang tiga atau lebih dengankemuncak kubah. Contoh masjid
pada periode ini adalah pada MasjidJami’ Gelagah Hulu.
C. Perkembangan Peradaban Islam diKalimantan BerdasarkanPeninggalan Arkeologis
Mengacu pada berbagai peningalan
yang ada, diperkirakan agama dan budayaIslam masuk ke Kalimantan pada abad ke-15Masehi, yang dibuktikan dengan angka-angka
Naditira Widya Vol. 6 No. 2/2012- Balai Arkeologi Banjarmasin 101
Tinggalan Arkeologi Islam sebagai Bagian PerkembanganSejarah Budaya di Kalimantan 94-105
tahun yang tertera pada makam KeramatTujuh dan Keramat Sembilan di Kabupaten
Ketapang. Mungkin saja pada masa itu belumada kerajaan yang bercorak Islam, dan baruada pemukiman masyarakat Islam saja.Meskipun belum diketahui siapa tokoh-tokohyang merupakan orang-orang Islam tersebut,
namun menilik pada bentuk nisan yang miripdengan makam Troloyo dan penulisan angkatahun diperkirakan mereka berasal dari JawaTimur.
Perkembangan agama dan budaya Islamdi wilayah Kalimantan yang lain terjadi setelahabad ke-15 Masehi. Pada buku-buku kronik
lokal, misalnya Hikayat Banjar dan SalasilahKutai tidak ada penyebutan angka tahun kapan
masuknya agama dan budaya Islam diBanjarmasin maupun ke Kutai. Namundemikian, secara tersirat apabila
dihubungkan dengan daerah lain tampaknyaagama Islam masuk ke wilayah Kalimantan
Selatan pada awal abad ke-16 Masehi, yaituketika Pangeran Samudera meminta bantuan
Kerajaan Demak untuk membantumemerangi Pangeran Temenggung dalam
mempertahankan hegemoni kekuasaan diwilayah Banjar. Pangeran Samudera setelah
masuk Islam kemudian bergelar Sultan
Suriansyah (Ideham dkk. 2005, 20;Sjamsuddin 2000, 20).
Di wilayah Kalimantan Timur tampaknyaagama Islam disiarkan pada awalnya olehulama dari Sulawesi Selatan, yaitu Datuk
Tunggang Parangan dan Datuk ri Bandang(Adham 1981, 224-236). Makam merekaberdua ada di daerah Kutai Lama, yang
sekarang merupakan wilayah administratifKabupaten Kutai Kertanegara. Di wilayahKalimantan Tengah, agama dan budaya Islamberdasarkan tradisi dibawa oleh keluarga
Kerajaan Banjar yang mendirikan kerajaanvassal di Kotawaringin. Namun demikian,
tidak menutup kemungkinan bahwa agamaIslam di Kalimantan Tengah juga disiarkanoleh ulama dari luar Kalimantan. Ada jugaulama-ulama dari luar Indonesia yangmenyebarkan agama Islam di wilayah
Kalimantan, yang dibuktikan dengankeberadaan makam ulama dari kawasanTimur Tengah.
Kerajaan-kerajaan Islam baru munculsetelah memasuki abad ke-16 Masehi, yaitudengan berdirinya Kerajaan Banjar pada tahun
1526, yang kemudian diikuti denganmunculnya kerajaan-kerajaan Islam lainnya
di Kalimantan. Kerajaan yang berdiri palingakhir adalah Pontianak, yang berlokasi dipertemuan Sungai Landak dengan Kapuas,
yaitu tahun 1771 (Hasanuddin, dalam Jauhari2000, 41) Pada awalnya, kota-kota tersebut
tentunya merupakan sebuah pemukimanbiasa yang kemudian berkembang menjadisebuah desa dan memunculkan sebuah kota.
Pada akhirnya kota tersebut menjadikompleks, lengkap dengan berbagai sarana
dan prasarana serta sebuah sistempemerintahan. Meskipun demikian tidaksemua tempat di tepi sungai dapat dijadikan
kawasan pemukiman, hanya tempat-tempattertentu saja yang memungkinkan.
Di antara kerajaan-kerajaan Islam yangada di Kalimantan, dapat dikatakan bahwaKerajaan Banjar yang memiliki wilayahpengaruh paling luas, yaitu di KalimantanSelatan, Kalimantan Tengah, bahkan sampai
Kalimantan Timur bagian selatan. Meskipundemikian pengaruh ini bukan berarti padapenguasaan wilayah atau pengakuan sebagaiyang dipertuan, namun lebih banyak kepadapengaruh budaya. Salah satu pengaruh ini
Naditira Widya Vol. 6 No. 2/2012- Balai Arkeologi Banjarmasin102
Tinggalan Arkeologi Islam sebagai Bagian PerkembanganSejarah Budaya di Kalimantan 94-105
yang tersisa sampai sekarang adalahpenggunaan bahasa Banjar yang digunakan
sebagai bahasa pergaulan di wilayah tersebut.Nama-nama yang digunakan masyarakat dikawasan tersebut sebagian di antaranya jugamasih terpengaruh nama-nama masyarakatBanjar. Salah satu contoh adalah penggunaan
awalan Noor... dan akhiran ..syah pada namaseorang laki-laki.
Perkembangan tata kota kerajaan-
kerajaan tersebut tetap dapat dilihat sampaidengan saat ini, meskipun kota-kota lamasudah berada di luar kota baru. Posisi kota-kota kerajaan di Kalimantan hampir seragam,
yaitu berada di tepian sungai besar atau dipertemuan dua sungai. Di depan istana
terdapat halaman luas, dan kadang-kadangterdapat juga sejumlah bangunan yangdigunakan untuk tempat tinggal raja dan
keluarganya. Di Pontianak dan Landak,bahkan rumah para pembesar terdapat di
kawasan istana yang dikelilingi pagar. Masjidsebagai pusat kegiatan keagamaan bisanyaberada di kawasan istana juga, kecuali diTenggarong dan Sanggau yang berada agak
jauh dari istana.
Secara umum, terdapat berbagaipertimbangan mengenai keberadaan atau
keletakan sebuah kota. Di antara berbagaipertimbangan tersebut adalah adanyapertahanan alam maupun buatan yang dapatmelindungi dari serangan musuh, adanya
kemudahan untuk mencapai kota, layak huni,serta konsep kosmologi dan simbolisasi(Paeni 2009, 276). Pada kota-kota kerajaandi Kalimantan, konsep pertahanan alamsekaligus kemudahan untuk mencapai kota
diwujudkan dalam bentuk diletakkannya kota-kota tersebut di persimpangan dua sungaiatau lebih, sehingga terkesan sebuah kota
diapit dua sungai pada kedua sisi kota. Adanyatembok keliling kompleks istana yang kadang
dilengkapi dengan meriam, juga merupakansuatu upaya untuk melindungi diri dariserangan musuh. Kelayakan hunidilaksanakan dengan didirikannya sebuahkota di sebuah kawasan yang dapat digunakan
untuk mendirikan bangunan secarapermanen, serta jauh dari kawasan bencana.
Jaringan jalan yang rapi juga terdapat di
kawasan kota, yang berfungsi untukmenghubungkan dengan daerah sekitar kotadan membagi kawasan kota menjadiperkampungan. Sebagai contoh, di Pontianak
dan Mempawah terdapat empatperkampungan yang dibatasi oleh jalan yang
saling menyilang, sehingga memiliki sebuahperempatan besar di tengah kota. Selain jalandarat, di tengah kota dan pinggirannya juga
terdapat jalan air atau kanal, yang memilikiberbagai fungsi. Di antara berbagai fungsi
tersebut yang paling terlihat adalah untukprasarana transportasi, sedangkan fungsiyang lain adalah untuk batas kota, batas antarakampung di dalam kota, sarana pertahanan,
dan untuk pengairan.
Keberadaan kanal dalam struktur kotakerajaan Islam apabila ditelusuri ke belakang,
memiliki kaitan dengan kota-kota pada zamankerajaan Hindu-Buddha. Dalam mitos doktrinHindu-Buddha, parit yang mengelilingi kota
dianggap sebagai representasi samuderayang mengelilingi Jambudwipa. Mitos tersebutsangat kuat sehingga sungai seringkali jugadikeramatkan. Selain dibangun di dalam kota,kanal-kanal tersebut juga dibangun
mengelilingi kota kerajaan. Selain di Indone-sia, kanal juga dibangun di kota-kota kunadaratan Asia Tenggara. Fungsi kanal yang lainadalah sebagai pelengkap keindahan suatu
Naditira Widya Vol. 6 No. 2/2012- Balai Arkeologi Banjarmasin 103
Tinggalan Arkeologi Islam sebagai Bagian PerkembanganSejarah Budaya di Kalimantan 94-105
kota karena biasanya dipakai sebagai sumberair untuk taman kota (Dwiyanto 2002, 17; Reid
1999, 103). Salah satu kota yang dikenalkarena kanal-kanalnya pada masa lalu adalahBanjarmasin, yang sampai dengan saat inisebagian kanal-kanal tersebut masih ada.Sebagian kanal memang sudah tertutup oleh
pemukiman, namun bekas-bekasnya masihdapat ditelusuri kembali.
Sungai-sungai tersebut pada masa lalumerupakan jalan raya yang ramai dilayarisebagai prasarana perhubungan. Kapal-kapalramai melayari sungai-sungai,
menghubungkan daerah pedalaman dengandaerah hilir. Rata-rata kapal tersebut
membawa hasil daerah pedalaman untukdijual di daerah hilir, dan kembali denganmembawa berbagai barang keperluan
sehari-hari yang tidak dapat dibuat di daerahpedalaman. Demikian pula sebaliknya,
sebuah kapal datang dari hilir membawaberbagai keperluan untuk masyarakat hulu,dan kembali ke hilir membawa berbagai hasil
daerah pedalaman.Posisi kota kerajaan yang berada di tepian
sungai besar atau di pertemuan dua buahsungai, merupakan posisi favorit karena dapatmengawasi kapal-kapal yang berlayar. Di
depan kota terdapat pelabuhan tempat kapalberlabuh, yang tentunya harus membayarberbagai pajak kepada syahbandar. Pajak-pajak tersebut disetor ke kas kerajaan untuk
digunakan membiayai berbagai kegiatan yangdilaksanakan kerajaan.
Kota-kota kerajaan kadang-kadangmengalami perpindahan karena beberapa
sebab, misalnya adanya wabah penyakit,bencana alam, ataupun gangguankeamanan. Kota lama yang ditinggalkankemudian berubah menjadi desa atau bahkan
hilang dari percaturan karena ditinggalkanpenduduknya sama sekali. Kota Landak
misalnya, pernah mengalami tiga kaliperpindahan karena adanya bencana alamdan wabah penyakit (Yuliza, dalamNurcahyani 2005, 1-5). Pada tahun 1768penguasa kerajaan memindahkan pusat
pemerintahan ke tempat yang berada di hilirsungai, yang bertahan sampai saat ini. Kotakerajaan lain yang juga sempat mengalamiperpindahan adalah ibukota Kerajaan Banjardan ibukota Kerajaan Kutai. Keduanya karena
alasan yang hampir sama yaitu faktor
keamanan yang mulai terganggu. IbukotaKerajaan Banjar dipindah karena adanya
perang dengan Belanda, sedangkan ibukotaKerajaan Kutai dipindah karena adanyaserangan perompak. Pertikaian Banjarmasin
dengan Belanda bahkan berlarut-larut sampaidengan meletusnya Perang Banjar tahun 1859
(Ideham, dkk. 2005, 20-22; Sjamsuddin danHelius 2001, 99; Adham 1981).
D. Penutup
Mengacu kepada hasil penelitian makadapat dikatakan bahwa konsentrasi
pemukiman di Kalimantan mencakup tigalokasi utama, yaitu pantai, daerah aliransungai, dan perbukitan. Pada kawasan pantaiterdapat peninggalan yang berupa makam-
makam, kawasan daerah aliran sungaiterdapat perkotaan beserta isinya, dankawasan perbukitan terdapat peninggalanberupa makam serta bekas-bekas sejumlahkota lama sebelum kota tersebut dipindah ke
tempat lain. Berdasarkan hasil penelitian yangdilaksanakan Balai Arkeologi Banjarmasin,berbagai peninggalan fisik yang merupakanbukti eksistensi sejumlah kerajaan Islam padamasa lalu tersebar secara merata di empat
Naditira Widya Vol. 6 No. 2/2012- Balai Arkeologi Banjarmasin104
Tinggalan Arkeologi Islam sebagai Bagian PerkembanganSejarah Budaya di Kalimantan 94-105
provinsi di Pulau Kalimantan. Khusus untukistana kerajaan, hanya Kalimantan Selatan
yang tidak memiliki, sedangkan masjid danmakam tersebar di keempat provinsi.Peninggalan yang berupa pasar yangmerupakan pusat kegiatan ekonomi masa lalusudah tidak ada lagi, namun bekas tempatnya
masih ada. Kadang-kadang tempat bekaspasar lama tersebut masih digunakan jugasebagai pasar tradisional masa kini.
Sejumlah bangunan fisik dari masa
kerajaan Islam masih terpengaruh budayabangunan pra-Islam, atau bahkan
menggunakan tempat atau bahan dari tempatkeramat masa pra-Islam. Sebagai contoh,
misalnya batur yang menyerupai kaki candipada kompleks makam Sultan Suriansyah diBanjarmasin, nisan makam di beberapa
tempat di Kalimantan Timur yangmenggunakan bentuk lingga semu, serta jirat
sejumlah tokoh Islam di Kabupaten Ketapangdan Kayong Utara yang berbentuk batur candi.Atap masjid yang berbentuk tumpang
merupakan peninggalan masa Islam yangtetap bertahan sampai saat ini.
Perkembangan atap yang menggunakankubah oleh masyarakat lebih dipandangsebagai suatu upaya praktis saja. Atap kubah
lebih mudah dibuat daripada atap berbentuksusun atau tumpang. Meskipun demikian tidakdapat dipungkiri bahwa kubah merupakan
budaya yang berasal dari luar Indonesia.
Secara non fisik, peninggalan dari masapra-Islam ada dalam bentuk berbagai macam
adat yang dibalut dengan ajaran Islam,misalnya tradisi haul (peringatan kematianseseorang yang dibarengi denganpembacaan wirid dan sejumlah Surat dalamAl Qur’an), berdoa menggunakan ayat-ayat Al
Qur’an sambil membakar dupa, serta acarabaayun maulud pada bulan kelahiran NabiMuhammad. Sejumlah kalangan masyarakatDayak bahkan juga terpengaruh ajaran Islammeskipun mereka tidak beragama Islam,
misalnya dalam membaca mamang
(mantera) diawali dengan membacabismillah. Di Masjid Pusaka Banua Lawas,
Kalimantan Selatan bahkan juga dijadikantempat ziarah masyarakat Dayak yangmenganggap tempat tersebut pada masa lalu
merupakan tempat berdirinya bangunan sucimereka.
Dapat dikatakan bahwa perkembanganbudaya Islam di Kalimantan pada saat ini tetap
terdapat pengaruh dari berbagai anasirbudaya. Hal tersebut dapat dipahamimengingat ketika agama Islam sampai di
Kalimantan, berjalan melewati berbagaiwilayah baik di Asia maupun Indonesia,
bahkan pada perkembangannya yangkemudian juga terdapat pengaruh budaya
Eropa. Kondisi tersebut memperkayaperbendaharaan kebudayan Islam yang adadi Kalimantan, yang tetap dapat bertahansampai dengan saat ini.
Naditira Widya Vol. 6 No. 2/2012- Balai Arkeologi Banjarmasin 105
Tinggalan Arkeologi Islam sebagai Bagian PerkembanganSejarah Budaya di Kalimantan 94-105
Referensi
Adham, D. 1981. Salasilah Kutai. Jakarta:Proyek Penerbitan Buku SastraIndonesia dan DaerahDepartemen pendidikan danKebudayaan.
Dwiyanto, Djoko. 2002. Selokan Mataram:tinjauan historis dan arkeologis.Majalah Artefak edisi Oktober2002. Yogyakarta: FakultasSastra Universitas GadjahMada.
Hasanuddin. 2000. Kampung Dalam Bugis:dalam lintasan sejarahperkembangan KerajaanPontianak dan Kota Pontinak.Laporan Penelitian Balai KajianJarahnitra Pontianak. Jakarta:Direktorat Sejarah dan NilaiTradisional Depdiknas.
Hartatik. 2009. Kontinuitas budaya diKabupaten Kotawaringin Barat,Kalimantan Tengah. DalamRangkuti (ed.) Berita PenelitianArkeologi 3 (1).
Ideham, M. Suriansyah. 2005. Urang Banjardan kebudayaannya.Banjarmasin: PemerintahProvinsi Kalimantan Selatan.
Paeni, Mukhlis. 2009. Sejarah kebudayaanIndonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Perkasa.
Reid, Anthony. 1999. Dari ekspansi hinggakrisis II, jaringan perdaganganglobal Asia Tenggara 1450 –1680. Jakarta: Yayasan OborIndonesia.
Sjamsuddin, Halius. 2001. Pegustian dantemenggung: akar sosial, politik,enis, dan dinasti. Jakarta: BalaiPustaka.
Yulizas. 2005. Gelar bangsawan di KerajaanLandak dan penggunaannya.Lisyawati Nurcahyani (editor)Jurnal Sejarah dan BudayaKalimantan. Pontianak: BalaiKajian Sejarah dan NilaiTradisional Pontianak.