Upload
ngotruc
View
248
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
1
TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN SYARIAH:
STUDI KOMPARATIF INDONESIA DAN MALAYSIA
DENGAN PENDEKATAN METODE CAMELS
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
(S.E.)
Oleh:
WENI NOVERA
NIM: 1113082000052
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H/ 2017 M
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN SYARIAH: STUDI
KOMPARATIF INDONESIA DAN MALAYSIA DENGAN
PENDEKATAN METODE CAMELS
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
Oleh:
Weni Novera
NIM: 1113082000052
Di bawah Bimbingan:
Pembimbing I,
Reskino, SE., M.Si, Ak., CA
NIP. 19740928 200801 2 004
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H/2017 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis, 13 April 2017 telah dilaksanakan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Weni Novera
2. NIM : 1113082000052
3. Jurusan : Akuntansi/Keuangan
4. Judul Skripsi : Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah: Studi Komparatif
Indonesia dan Malaysia dengan Pendekatan Metode
CAMELS.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar
Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 13 April 2017
1.
Dr. Rini, Ak., CA__________
NIP. 19760315 200501 2 002
(_______________________)
Penguji I
2.
Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA
NIP. 19760924 200604 2 002
(_______________________)
Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari Kamis, 27 Juli 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Weni Novera
2. NIM : 1113082000052
3. Jurusan : Akuntansi/Keuangan
4. Judul Skripsi : Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah: Studi Komparatif
Indonesia dan Malaysia dengan Pendekatan Metode
CAMELS.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Juli 2017
1.
Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA
NIP. 19720516 200901 1 006
(_______________________)
Ketua
2.
Reskino, SE., M.Si., Ak., CA
NIP. 19740928 200801 2 004
(_______________________)
Sekertaris
3.
Dr. Rini, Ak., CA
NIP. 19760315 200501 2 002
(_______________________)
Penguji Ahli
v
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Weni Novera
NIM : 1113082000052
Program Studi : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Juli 2017
Weni Novera
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Weni Novera
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Mei 1995
3. Alamat : Perum. Bukit Sawangan Indah Blok B 10 No. 21 RT
09/RW 05 Duren Mekar, Bojongsari, Depok
4. Telepon : 082310451605
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SDN Parung 01 Tahun 2001-2007
2. SMP Islam Parung Tahun 2007-2010
3. SMAN 1 Parung Tahun 2010-2013
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013-2017
III. PRESTASI
1. Kompetisi Akuntansi GEBYAR HIMAKA 5 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pancasila sebagai Juara Ke-3 tahun 2016.
2. National Competition ATV 2015 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Indonesia sebagai Semi-finalis tahun 2015.
3. Penerima Beasiswa Bank Indonesia pada tahun 2015-2016.
vii
4. Pekan Olahraga Kabupaten Bogor (PORKAB Bogor) dalam Kontingen
Olahraga Catur sebagai Peserta tahun 2009.
IV. SEMINAR, KUNJUNGAN, DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
1. Kuliah Kerja Nyata (KKN) in Campus di Pusat Perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta selama 3 bulan tahun 2016.
2. Company Visit Kementerian Keuangan Sukuk Negara Ritel: Investasi
Berbasis Syariah untuk Pembangunan Bangsa tahun 2015.
3. Seminar Sosialisasi Perkembangan Terkini Profesi di Bidang Akuntansi dan
Ujian Sertifikasi Akuntan (CA) dan Akuntan Publik (CPA) yang
diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia tahun 2015.
4. Perserta Simulasi Pasar Modal Knowing More Doing More To Be Smart
Investor yang diselenggarakan oleh Kresna Securities tahun 2013.
V. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Organisasi Alumni ILUSI 41 SMP Islam Parung.
2. Anggota Rohis Al-Jihad SMAN 1 Parung.
VI. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Syafri
2. Ibu : Linawati
viii
THE FINANCIAL SOUNDNESS OF ISLAMIC BANKING:
COMPARATIVE STUDY OF INDONESIA AND MALAYSIA
WITH CAMELS METHOD APPROACH
ABSTRACT
The purpose of this research was to determine whether there are differences
between the financial soundness and performance of Islamic banking that operate
in Indonesia and Malaysia during the period of 2011-2015. Therefore, this research
has used one of the most popular methods for the analysis of the financial
soundness, namely the CAMELS framework. Indicator variables in this research
consists of six financial ratios, such as CAR, NPF, BOPO, ROA, ROE, and LDR.
This research was using data from financial report which were provided by
each Islamic bank sample. The sample are 16 Islamic banks which is consists of 7
Islamic banks in Indonesia and 9 Islamic banks in Malaysia. Kolmogorov-Smirnov
Test were used to test the normality of data and the hypothesis testing was using
Independent t-test and Mann-Whitney U-test.
The result of this research showed that all of the indicators in this research
are not statistically significant difference between Indonesia and Malaysia.
However, based on the average CAR and ROA ratios of both countries, Indonesia
is considered slightly better than Malaysia. Therefore, it can be said that Islamic
banking in Indonesia and Malaysia has a performance that is not much different.
Keywords: CAMELS, the financial soundness of Islamic banking, the performance
of Islamic banking, comparative analysis, Indonesia, Malaysia.
ix
TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN SYARIAH: STUDI
KOMPARATIF INDONESIA DAN MALAYSIA DENGAN
PENDEKATAN METODE CAMELS
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perbandingan tingkat kesehatan
serta kinerja perbankan syariah yang beroperasi di negara Indonesia dan Malaysia
selama periode tahun 2011-2015. Untuk itu, penelitian ini menggunakan salah satu
metode yang paling sering digunakan untuk menganalisis tingkat kesehatan
perbankan, yakni pendekatan CAMELS. Variabel-variabel indikator dalam
penelitian ini terdiri dari enam rasio keuangan, yaitu CAR, NPF, BOPO, ROA,
ROE, dan LDR.
Penelitian ini menggunakan data dari laporan keuangan yang dipublikasikan
pada situs resmi masing-masing perbankan syariah. Sampel penelitian ini
berjumlah 16 bank syariah, yang mana terdiri dari 7 perbankan syariah Indonesia
dan 9 perbankan syariah Malaysia. Pengujian Kolmogorov-Smirnov digunakan
untuk pengujian normalitas data dan pengujian hipotesis menggunakan
Independent t-test dan Mann-Whitney U-test.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa seluruh indikator dalam penelitian
ini menunjukkan hasil statistik bahwa kedua negara tidak terdapat perbedaan secara
signifikan antara Indonesia dan Malaysia. Meskipun begitu, berdasarkan rata-rata
CAR dan ROA dari kedua negara, Indonesia dinilai sedikit lebih baik dibandingkan
Malaysia. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Indonesia dan Malaysia memiliki
kinerja yang tidak jauh berbeda.
Kata kunci: CAMELS, tingkat kesehatan perbankan syariah, kinerja perbankan
syariah, analisis komparatif, Indonesia, Malaysia.
x
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dengan segala pengetahuan dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tingkat Kesehatan
Perbankan Syariah: Studi Komparatif Indonesia dan Malaysia dengan
Pendekatan Metode CAMELS.” Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk
memenuhi sebagian syarat-syarat guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan terimakasih atas bantuan,
saran, bimbingan, dukungan, semangat dan do’a, baik langsung maupun tidak
langsung dalam penyelesaian laporan ini kepada:
1. Kedua orangtuaku, Bapak Syafri dan Ibu Linawati tercinta serta kakakku
Allan Bastian yang selalu mendoakan dan memotivasi penulis dalam
menyelesaikan laporan ini.
2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si, Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM, Ak., CA selaku Sekertaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Reskino, SE., M.Si, Ak., CA selaku dosen Pembimbing Skripsi yang
telah bersedia memberikan waktunya untuk penulis selama proses penulisan
skripsi ini.
6. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam mengurus segala
kebutuhan dan administrasi dan lain-lain.
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Terimakasih
telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
xi
Penulis sepenuhnya menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari
semua pihak.
Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca umumnya.
Jakarta, Juli 2017
Weni Novera
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL .......................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi
ABTRACT ....................................................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 8
1. Tujuan Penelitian ............................................................... 8
xiii
2. Manfaat Penelitian ............................................................. 8
BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 10
A. Tinjauan Literatur .................................................................... 10
1. Signalling Theory .............................................................. 10
2. Model CAMELS ............................................................... 11
B. Penelitian Terdahulu ............................................................... 15
C. Kerangka Pemikiran ................................................................ 23
D. Hipotesis .................................................................................. 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 30
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 30
B. Metode Penentuan Sampel ...................................................... 30
C. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 32
D. Metode Analisis Data .............................................................. 32
1. Rasio Keuangan dengan Pendekatan CAMELS ............... 33
2. Statistik Deskriptif ............................................................. 33
3. Uji Normalitas Data .......................................................... 34
4. Uji Hipotesis ...................................................................... 34
a. Independent t-test ....................................................... 35
b. Mann-Whitney test ...................................................... 36
E. Operasional Variabel Penelitian .............................................. 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 43
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................ 43
xiv
1. Deskripsi Objek Penelitian ................................................ 43
2. Deskripsi Sampel Penelitian.............................................. 45
B. Hasil Pengujian ....................................................................... 46
C. Pembahasan ............................................................................. 60
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ............................................ 76
A. Kesimpulan.............................................................................. 76
B. Implikasi .................................................................................. 77
C. Saran ........................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Islamic Financial Country Index 2106 ............................................ 2
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu .............................................................. 18
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................................... 42
Tabel 4.1 Kriteria Sampel Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia ......... 43
Tabel 4.2 Daftar Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia ......................... 45
Tabel 4.3 Rata-rata Capital Adequacy Ratio 2011-2015................................. 46
Tabel 4.4 Rata-rata Non-Performing Financing 2011-2015 ........................... 48
Tabel 4.5 Rata-rata Rasio BOPO 2011-2015 .................................................. 49
Tabel 4.6 Rata-rata ROA dan ROE 2011-2015 ............................................... 51
Tabel 4.7 Rata-rata Loan to Deposit Ratio 2011-2015 ................................... 53
Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif .......................................................... 54
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Data ............................................................... 57
Tabel 4.10 Hasil Uji Independent t-test ........................................................... 59
Tabel 4.12 Hasil Uji Mann-Whitney U-test ..................................................... 60
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................... 23
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dan
menyalurkan kembali dana masyarakat memiliki peranan yang sangat besar
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di suatu negara baik secara mikro
maupun makro (Setyaningsih, 2014; Novitasari, 2015; Adzhani, 2016).
Terlebih setelah diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada
awal tahun 2015 lalu, telah membawa kawasan Asia Tenggara ini ke dalam
integrasi perekonomian yang berbentuk pasar tunggal, maka industri perbankan
syariah juga memerlukan langkah-langkah strategis untuk pengembangan ke
depannya (Azwar, 2015; Yulita & Rizal, 2016).
Pertumbuhan yang signifikan pada industri perbankan syariah pada
dekade ini pun mengalami perkembangan yang pesat di kawasan ASEAN
seiring dengan perkembangan perekonomian global dan juga dipengaruhi oleh
politik, budaya, geografis, pertahanan dan keamanan (Wibowo, 2015).
Perkembangan ini pun juga tidak lepas dari bukti nyata ketahanan bank syariah
saat menghadapi krisis keuangan yang pernah terjadi dua kali pada tahun 1998
dan 2009 (Bank Indonesia, 2009: Yuksel et. al., 2015; Bank Muamalat, 2016).
2
Berdasarkan data World Islamic Banking Competitiveness Report 2016
yang dikeluarkan oleh Ernst&Young, pertumbuhan aset perbankan secara
internasional hingga tahun 2014 menunjukkan rata-rata pertumbuhan yang
cukup besar hingga 16%. Sedangkan, untuk pertumbuhan di kawasan ASEAN
sendiri, Indonesia menunjukkan pertumbuhan aset sebesar 9% di mana lebih
tinggi daripada Malaysia sebesar 7% (Ernst&Young, 2016).
Meskipun dinilai berkembang pesat, nyatanya pertumbuhan dan
perkembangan perbankan syariah di wilayah Asia Tenggara ini juga memiliki
variasi tingkatan yang berbeda-beda dengan Indonesia dan Malaysia sebagai
pusat dinamis pengembangan industri di kawasan tersebut serta sebagai sentral
perkembangan dari ekonomi syariah secara global di masa depan (Wiyadi dkk.,
2016).
Dalam laporan Islamic Finance Country Index 2016, Indonesia
menempati peringkat yang fluktuatif selama rentang enam tahun belakangan ini
di mana pada tahun 2016 Indonesia menempati peringkat keenam.
Tabel 1.1 Islamic Financial Country Index 2106
Rank 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Iran Iran Iran Iran Iran Malaysia
2 Malaysia Malasysia Malaysia Malaysia Malaysia Iran
3 Saudi
Arabia
Saudi
Arabia
Saudi
Arabia
Saudi
Arabia
Saudi
Arabia
Saudi
Arabia
4 Indonesia Kuwait UAE Bahrain UAE UAE
5 Kuwait UAE Indonesia Kuwait Kuwait Kuwait
6 Pakistan Bahrain Bahrain UAE Bahrain Indonesia
7 UAE Indonesia Kuwait Indonesia Indonesia Qatar
8 Bahrain Pakistan Pakistan Sudan Qatar Bahrain
9 Bangladesh Qatar Sudan Pakistan Sudan Pakistan
10 Sudan Sudan Bangladesh Qatar Pakistan Bangladeh
Sumber: Global Islamic Financial Report 2016
3
Meskipun berdasarkan peringkat tersebut Indonesia menempati urutan
keenam. Akan tetapi, dari sisi pengembangan keuangan syariah, Indonesia
dinilai masih lebih unggul dibandingkan dengan negara lain seperti Iran,
Malaysia, dan Arab Saudi. Hal ini dikarenakan perbankan syariah di Indonesia
lebih banyak berbasis pada sektor rill dibandingkan dengan negara lain yang
lebih memfokuskan pada sektor keuangan (Alamsyah, 2012). Dalam World
Islamic Banking Competitiveness Report 2016, Indonesia mencatatkan median
pertumbuhan aset perbankan syariah sebesar 9% selama rentang tahun 2010
hingga 2014. Oleh karena itu, perbankan syariah di Indonesia kini dituntut agar
mampu bersaing dengan perbankan syariah negara lainnya.
Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, sudah selayaknya
Indonesia menjadi pelopor dan kiblat perkembangan keuangan syariah dunia.
Hal ini bukan ‘impian yang mustahil’ karena potensi Indonesia untuk menjadi
global player keuangan syariah sangat besar, di antaranya: (i) jumlah penduduk
muslim yang besar menjadi potensi nasabah industri keuangan syariah; (ii)
prospek ekonomi yang cerah, tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang relatif
tinggi (kisaran 6,0%-6,5%) yang ditopang oleh fundamental ekonomi yang
solid; (iii) peningkatan sovereign credit rating Indonesia menjadi investment
grade yang akan meningkatkan minat investor untuk berinvestasi di sektor
keuangan domestik, termasuk industri keuangan syariah; dan (iv) memiliki
sumber daya alam yang melimpah yang dapat dijadikan sebagai underlying
transaksi industri keuangan syariah (Alamsyah, 2012).
4
Dalam harian online Bisnis Indonesia, Moody—perusahaan pemberi
peringkat kredit asal Amerika Serikat—mencatat bahwa pertumbuhan
pembiayaan bank syariah di Indonesia mengalami perlambatan yang jauh lebih
parah dari pada Malaysia, meskipun sama-sama membukukan pertumbuhan
yang cukup lambat, yakni melaju di bawah 10% secara year to year pada tahun
2014 dan 2015, padahal pada tahun 2011 sektor ini membukukan pertumbuhan
hingga lebih dari 50%. Dalam laporan tersebut juga dinyatakan bahwa market
share perbankan syariah Malaysia mencapai 27%. Sementara itu, Indonesia
masih pada posisi 5% dalam periode yang sama (Andri, 2016).
Bagaimanapun juga, terdapat banyak faktor yang dapat mengakibatkan
perlambatan tersebut. Salah satu faktor tersebut adalah daya saing antar
perbankan syariah yang harus berkompetisi secara langsung dengan perbankan
konvensional, seperti di negara-negara yang menganut sistem perbankan ganda
yang saat ini, misalnya Indonesia dan Malaysia (Ascarya & Yumanita, 2008).
Dengan demikian, sektor usaha perbankan pun juga harus mengetahui di mana
letak kekuatan dan kelemahan perusahaan mereka agar dapat bersaing dengan
perusahaan perbankan lainnya dalam menggapai pasar. Hal ini dikarenakan
kekuatan dan kelemahan tersebut akan berdampak pada tingkat kesehatan bank
itu sendiri sehingga perlu dipelihara dan ditingkatkan untuk menjaga tingkat
kepercayaan masyarakat.
Oleh karena itu, penilaian tingkat kesehatan perbankan perlu dilakukan
sebagai sarana dalam melakukan evaluasi terhadap kondisi dan permasalahan
yang dihadapi bank serta menentukan tindak lanjut untuk mengatasi kelemahan
5
atau permasalahan bank, baik berupa corrective action oleh bank maupun
supervisory action oleh bank sentral (Ginting dkk., 2012). Analisis laporan
keuangan perbankan syariah pun dilakukan sebagai salah satu alat analisis bagi
manajemen keuangan perusahaan maupun para stakeholder untuk menilai
secara menyeluruh dan untuk mendiagnosis tingkat kesehatan perusahaan,
khususnya dalam hal ini perbankan syariah untuk dijadikan bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan (Harmono, 2014).
Dalam pengukurannya sendiri, terdapat satu metode yang paling sering
digunakan untuk menganalisis tingkat kesehatan suatu perbankan, yaitu dengan
menggunakan kerangka pendekatan model CAMELS (Roman & Şargu, 2013).
Pendekatan ini pertama kali dibuat pada tahun 1979 di Amerika Serikat oleh
otoritas pengawasan perbankan sebagai alat analisis suatu laporan keuangan
perbankan atau institusi keuangan lainnya untuk menilai kinerja serta tingkat
kesehatannya secara periodik dan dapat digunakan secara luas di negara-negara
lainnya (Roman & Şargu, 2013; Yuksel et. al., 2015). Akronim dari CAMLES
yang membentuk istilah itu adalah Capital Aadequacy, Assets Quality,
Management Quality, Earnings, Liquidity dan Sensitivity to Market Risk.
Penelitian sebelumnya yang mengangkat isu tentang tingkat kesehatan
perbankan sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti baik di Indonesia
maupun di luar negeri dan menjadi referensi dalam penelitian ini. Penelitian
tentang tingkat kesehatan perbankan yang dinilai dengan pendekatan metode
CAMELS di antaranya dilakukan oleh Roman & Şargu (2013), Hasan et. al.
(2014), Erol et. al. (2014), dan Kaur (2015).
6
Penelitian lainnya yang dilakukan dengan melakukan studi komparasi
mengenai kinerja perbankan melalui pendekatan CAMELS di antaranya
dilakukan oleh Sumarta & Yogiyanto (2000) yang mengambil 38 sampel
perbankan umum di negara Indonesia dan Thailand selama rentang waktu 3
tahun sebelum terjadinya krisis keuangan pada tahun 1997. Dari penelitian
tersebut ditemukan bahwa kinerja perbankan Indonesia dinilai lebih baik
dibandingkan negara Thailand. Kemudian, penelitian lain yang dilakukan oleh
Hayati dkk. (2009) dan Wibowo (2015) yang juga sama-sama mengambil
negara Indonesia dan Malaysia sebagai objek penelitian nyatanya memiliki
hasil temuan yang berbeda. Dalam penelitian Hayati dkk. (2009) mendapatkan
hasil bahwa kinerja keuangan Indonesia dan Malaysia tidak memiliki perbedaan
yang signifikan, tapi tidak dengan penelitian Wibowo (2015).
Sedangkan dalam penelitian Wahyuni & Sukirno (2016) yang dilakukan
dengan menggunakan pendekatan RGEC untuk meninjau kinerja keuangan
perbankan di ketiga negara ASEAN, yaitu Indonesia, Thailand, dan Filipina.
Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa rata-rata rasio perbankan di
Indonesia masih dinilai lebih baik dari kedua negara lainnya, kecuali untuk rasio
LDR yang merupakan aspek risk profile.
Selain itu dalam penelitian komparasi lain yang dilakukan oleh Brown
(2003), Ascarya & Yumanita (2008) dan Yulita & Rizal (2016) dengan
pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) untuk menilai kinerja
perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia. Dari penelitian keduanya
7
diperoleh hasil bahwa perbankan syariah Indonesia dinilai lebih efisien
dibandingkan perbankan syariah Malaysia, tapi bersifat fluktuatif.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah: Studi
Komparatif Indonesia dan Malaysia dengan Pendekatan Metode
CAMELS.” Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan signifikansi atas
komponen-komponen CAMELS atas tingkat kesehatan serta perbankan syariah
di Indonesia dan Malaysia selama ini. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan rasio-rasio CAMELS dari penelitian-penelitian sebelumnya
untuk mewakili keenam komponen dalam pendekatan tersebut.
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
sebagai berikut.
1. Penelitian ini mengambil seluruh data perbankan syariah Indonesia dan
Malaysia sebagai populasinya untuk dilakukan studi komparasi mengenai
kondisi tingkat kesehatan perbankan syariah di kedua negara tersebut.
2. Data laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian ini mengambil
data pada rentang tahun 2011 hingga 2015.
3. Metodologi penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah
dengan uji Independent t-test dan Mann-Whitney U-test untuk mengetahui
ada atau tidaknya perbedaan signifikan atas kondisi tingkat kesehatan
perbankan syariah berdasarkan pendekatan CAMELS di kedua negara
tersebut.
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merumuskan permasalahan
sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan yang signifikan mengenai tingkat
kesehatan perbankan syariah melalui pendekatan metode CAMEL antara
perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Menguji secara empiris perbandingan tingkat kesehatan perbankan
syariah di Indonesia dan Malaysia.
b. Menguji perbedaan signifikan atas komponen-komponen CAMEL yang
dinilai sebagai kelebihan dan kelemahan antara perbankan syariah di
Indonesia dan Malaysia.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Pemerintah
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh
pemerintah dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan sektor
perbankan syariah agar nantinya keputusan tersebut dapat mendukung
posisi perbankan syariah dalam mendukung pertumbuhan perekonomian
Indonesia.
9
b. Bagi Investor
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh
investor dan stakeholder lainnya untuk menanamkan modalnya di bank
syariah.
c. Bagi Manajemen
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh pihak
manajemen bank syariah di Indonesia agar keputusan dibuat dapat
membawa bank syariah di Indonesia semakin kompetitif dengan bank
syariah dari negara lainnya.
d. Bagi Akademisi
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai penambah pengetahuan dan
wawasan mengenai kondisi perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia
serta agar nantinya penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan untuk
penelitian selanjutnya.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Signalling Theory
Signalling theory (teori sinyal) yang diperkenalkan oleh Holthausen
ini merupakan teori yang menekankan pada perspektif informasi untuk
memberikan “sinyal-sinyal” kepada investor melalui laporan keuangan
yang dikeluarkan oleh pihak manajer perusahaan untuk membantu mereka
dalam membuat suatu keputusan (Godfrey dkk., 1997). Dari informasi
akuntansi inilah, investor dapat mengetahui bagaimana perubahan kinerja
suatu perusahaan yang terjadi setiap periodenya sehingga dapat
menimbulkan dampak terhadap nilai perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu,
terdapat konsekuensi atas informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
perusahaan, di mana akan berkorelasi positif terhadap nilai saham dan
jumlah investor yang menanamkan dananya apabila terdapat “berita baik”
disajikan dan akan berlaku sebaliknya, apabila yang disajikan dianggap
memiliki “berita buruk”.
Dalam sektor perbankan syariah pun, laporan keuangan turut
memegang peranan penting dalam hal menyampaikan informasi mengenai
keadaan perbankan tersebut. Salah satu caranya adalah dengan melakukan
penilaian terhadap tingkat kesehatan perbankan yang dianggap penting bagi
11
kehidupan perekonomian secara keseluruhan (Yuksel et. al., 2015).
Terlebih lagi, pertumbuhan dan stabilitas keuangan suatu negara juga
bergantung pada tingkat kesehatan dari sektor perbankan, maka penilaian
tersebut perlu dilakukan (Prasad & Ravinder, 2012). Oleh karena adanya
penjelasan yang terdapat dalam signaling theory yang menyatakan bahwa
adanya keterkaitan antara informasi keuangan dan keputusan investor serta
stakeholders lainnya saat menempatkan investasinya, maka teori ini
dianggap mendukung penelitian yang dilakukan.
2. Model CAMEL
CAMELS yang merupakan akronim dari Capital Adequacy, Assets
Quality, Manajemen Quality, Earnings, Liquidity, dan Sensitivity to Market
Risk ini merupakan model yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1979
oleh pengawas keuangan Amerika sebagai alat analisis kinerja perbankan
dan institusi keuangan lainnya (Roman & Şargu, 2013). Akan tetapi, model
CAMELS yang diperkenalkan pada masa itu ditujukan pada institusi
keuangan yang beroperasional secara konvensional sehingga tidak dapat
digunakan perbankan yang beroperasi dengan hukum Islam dikarenakan
tidak memuat komponen syariah di dalamnya (Sarker, 2005). Oleh karena
itu, berbagai penyesuaian pun dilakukan agar alat analisa ini dapat
digunakan oleh perbankan yang beroperasi dengan hukum Islam. Dengan
demikian, metode ini dapat memungkinkan setiap perbankan syariah untuk
menentukan permasalahan mereka sejak awal (Dincer dkk., 2011). Berikut
12
ini merupakan penjelasan dari setiap komponen CAMELS yang diketahui
secara umum.
a. Capital Adequacy
Menurut pasal 3 PP 9/1/PBI/2007 dalam Kodifikasi Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
menyatakan bahwa penilaian permodalan merupakan penilaian terhadap
kecukupan modal Bank dan UUS untuk meng-cover eksposur risiko saat
ini dan mengantisipasi eksposur risiko masa mendatang (Ginting dkk.,
2012). Oleh karena itu, pengukuran capital adequacy juga memainkan
peranan penting untuk mengukur tingkat kesehatan bank, terlebih saat
terjadi penarikan besar-besaran dana nasabah bank saat terjadinya krisis
(Roman & Şargu, 2013; Yuksel et. al., 2015). Sehingga ke depannya hal
ini akan berdampak pada stabilitas perekonomian di suatu negara di
mana bank menjadi salah satu penopangnya.
Selain itu, penilaian capital adequacy yang dilakukan oleh pihak
perbankan memiliki fungsi sebagai berikut.
1. Ukuran kemampuan bank untuk menyerap kerugian-kerugian
yang tidak dapat dihindarkan.
2. Alat pengukur besar kecilnya kekayaan bank atau kekayaan
yang dimiliki oleh para pemegang saham.
13
3. Untuk memungkinkan manajemen bank bekerja dengan
efisien sesuai dengan yang dikehendaki pemilik modal
(Harmono, 2014).
Untuk perhitungan Capital Adequacy sendiri telah mengalami
berbagai perubahan hingga akhirnya disepakati dalam menghitung
komponen ini menggunakan prinsip Basel IIII.
b. Assets Quality
Dilakukannya penilaian kualitas aset oleh perbankan memiliki
tujuan untuk menilai kondisi aset suatu BUS maupun UUS dan
kecukupan manajemen risiko pembiayaan (Ginting dkk., 2012). Pada
laporan keuangan yang memuat jumlah aset perbankan akan menyajikan
gambaran seberapa besar nilai pendanaan yang diperoleh dari berbagai
sumber untuk dipergunakan dalam kegiatan operasional sehingga perlu
dilakukan evaluasi dikarenakan dana tersebut akan disalurkan oleh bank
kepada pihak-pihak lain dalam bentuk pinjaman (Yuksel et. al., 2015;
Roman & Şargu, 2013). Oleh karena itu, penilaian kualitas aset
perbankan didasarkan pada kualitias aktivanya (Ismanto, 2013).
c. Management Quality
Penilaian manajemen dilakukan untuk menilai kemampuan
manajerial pengurus bank dalam menjalankan usahanya sesuai dengan
prinsip manajemen umum, kecukupan manajemen risiko dan kepatuhan
bank terhadap ketentuan yang terkait dengan prinsip kehati-hatian
14
maupun kepatuhan terhadap prinsip syariah dan komitmen bank kepada
Bank Indonesia (Ginting dkk., 2012). Oleh karena itu, management
quality (kualitas manajemen) akan berhubungan dengan kesuksesan
sebuah bank dalam mengendalikan risiko yang melekat dalam industri
tersebut agar nantinya dapat menetapkan keputusan yang perlu diambil
saat mitigasi risiko diperlukan (Yuksel et. al., 2015). Dalam beberapa
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, penilaian management
quality menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) di mana biasa
dihubungkan dengan kemampuan efisiensi perbankan dalam mengatur
biaya-biaya yang terjadi selama proses operasional (Roman & Şargu,
2013; Yulita & Rizal, 2016).
d. Earnings
Penilaian ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai suatu
perbankan terhadap kemampuannya memperoleh keuntungan dalam
rangka mendukung kegiatan operasionalinya (Ginting dkk., 2012).
e. Liquidity
Penilaian ini dilakukan untuk menilai perbankan dalam
memelihara tingkat likuidasi yang memadai untuk mendukung kegiatan
operasionalnya (Ginting dkk., 2012).
15
f. Sensitivity to Risk
Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai kemampuan
modal Bank dan UUS untuk meng-cover risiko yang dapat ditimbulkan
oleh perubahan nilai tukar serta suku bunga (atau dalam hal ini jumlah
bagi hasil yang diberikan oleh perbankan syariah) karena hal ini akan
berpengaruh terhadap jumlah laba dan modal perbankan (Roman &
Şargu, 2013; Yuksel et. al., 2015; Ginting dkk., 2012). Seperti, jumlah
pembiayaan yang diberikan oleh perbankan syariah dari tahun ke tahun.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Pada penelitian sebelumnya, beberapa peneliti menggunakan pendekatan
CAMELS sebagai proksi dalam perhitungannya. Prasad & Ravinder (2012) dan
Kaur (2015) melakukan penelitian pada kinerja perbankan syariah di negara
India. Dalam penelitian Prasad & Ravinder (2012) yang mengevaluasi kinerja
20 perbankan di India selama rentang waktu 5 tahun mendapatkan hasil bahwa
Adhara Bank menempati urutan pertama dan Central Bank of India di posisi
terakhir. Sedangkan pada penelitian Kaur (2015) memperoleh hasil bahwa
profit per employee, total advances-to-total deposits ratio, debt-equality ratio,
capital adequacy, dan total investment-to-total assets ratio merupakan faktor
yang paling mempengaruhi kinerja suatu bank. Namun, profit per employee
memiliki pengaruh yang lebih besar.
16
Penelitian lainnya yang dilakukan dengan cara mengkomparasikan
kinerja perbankan antar negara pernah dilakukan oleh Sumarta & Yogiyanto
(2000), Brown (2003), Ascarya & Yumanita (2008), Hayati dkk. (2009),
Wibowo (2015), Wahyuni & Sukirno (2016), Yulita & Rizal (2016) dan
Rizkiyah & Suhadak (2017). Pada penelitian Sumarta & Yogiyanto (2000) yang
membandingkan kinerja perbankan konvensional di Indonesia dan Thailand
menemukan bahwa secara rata-rata perbankan Indonesia lebih baik
dibandingkan Thailand dengan hasil statistik yang menunjukkan adanya
perbedaan signifikan pada nilai rasio CAR, RORA, ROA, CML, dan KDN.
Namun, tidak dengan nilai rasio NPM dan BOPO yang menunjukkan tidak
adanya perbedaan yang signifikan. Selain itu, dalam penelitian Hayati dkk.
(2009) menggunakan pendekatan CAMELS untuk membandingkan kinerja
keuangan perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia dan menemukan bahwa
seluruh variabel penelitian yang diteliti yang terdiri dari CAR, RORA, ROA,
BOPO, dan LDR menunjukkan hasil tidak terdapat perbedaan signifikan di
antara kedua negara tersebut dalam hal kinerjanya.
Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Wahyuni & Sukirno (2016)
yang mengambil 3 sampel bank umum di masing-masing tiga negara ASEAN,
yaitu Indonesia, Thailand, dan Filipina selama periode 4 tahun (2011-2014)
menemukan bahwa kinerja keuangan perbankan Indonesia lebih baik dari
negara Thailand dan Filipina, kecuali dalam rasio CAR. Deri penelitian tersebut
diketahui bahwa rasio NPL, LDR, ROA, dan NIM menunjukkan adanya
perbedaan signifikan antara perbankan Indonesia dan kedua negara lainnya.
17
Namun, tidak dengan rasio CAR ketiga negara yang menunjukkan hasil tidak
adanya perbedaan secara signifikan atau dengan kata lain menunjukkan
kesamaan.
Pada penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Brown (2003), Ascarya
& Yumanita (2008) dan Yulita & Rizal (2016) dengan menggunakan Data
Envelopment Analysis (DEA) untuk menilai kinerja perbankan syariah di
Indonesia dan Malaysia. Dari penelitian keduanya diperoleh hasil bahwa
perbankan syariah Indonesia dinilai lebih efisien dibandingkan perbankan
syariah Malaysia.
18
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No. Judul Penelitian
(Tahun) Variabel Penelitian Analisis
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Evaluasi Kinerja
Perusahaan
Perbankan yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dan
Thailand
Sumarta &
Yogoyanto (2000)
Variabel Penelitian:
CAR, RORA, NPM,
ROA, BOPO, CML,
KDN, SKOR
Independent t-test
dan Mann-
Whitney U-test
Menggunakan
variabel CAR,
BOPO, ROA,
dan LDR.
Analisis
Independent t-
test dan Mann-
Whitney U-test.
Sampel
penelitian bank
syariah
Indonesia dan
Malaysia.
Kinerja perbankan
Indonesia lebih
baik daripada
Thailand.
2. Islamic Banking
Comparative
Analysis.
Brown (2003)
Variabel Dependen:
Total Deposits,
Loans, dan Other
Earning Assets.
Variabel Independen:
Personel Expenses
dan Non-Intereset
Expenses.
Data
Envelopment
Analysis (DEA).
Mengambil sampel
negara Indonesia
dan Malaysia.
Menggunakan
analisis
pendekatan
CAMELS.
Analisis data
dengan uji
Independent t-
test dan Mann-
Whitney U-test.
Iran, Brunei, dan
Yaman memiliki
tingkat pasar yang
konsisten,
sedangkan
Indonesia dan
Sudan memiliki
biaya yang efisien.
Sumber: Penelitian-penelitian sebelumnya (bersambung di halaman selanjutnya)
19
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Hasil Penelitian Terdahulu
No. Judul Penelitian
(Tahun) Variabel Penelitian Analisis
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3. Comparing the
Efficiency of Islamic
Banks in Malaysia
and Indonesia.
Ascara & Yumanita
(2008).
Variabel Dependen:
Loans dan Income.
Variabel Independen:
Total Deposits,
Labor, dan Fixed
Assets.
Data
Envelopment
Analysis (DEA).
Membandingkan
perbankan syariah
Indonesia dan
Malaysia.
Menggunakan
analisis
pendekatan
CAMELS.
Analisis data
dengan uji
Independent t-
test dan Mann-
Whitney U-test.
Perbankan syariah
di Indonesia lebih
efisien daripada
Malaysia.
Ketidakefisienan
di Malaysia
tersebut lebih
menyoroti pada
masalah
pembiayaan.
Namun, meski
dikatakan
Indonesia lebih
efisien,
ketidakefisienan
tetap terjadi pada
aspek sumber daya
manusianya.
Sumber: Penelitian-penelitian sebelumnya (bersambung di halaman selanjutnya)
20
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Hasil Penelitian Terdahulu
No. Judul Penelitian
(Tahun) Variabel Penelitian Analisis
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
4. Comparison
Analysis of
Financial
Performance on
Shariah Banking
(Case Study in
Indonesia and
Malaysia).
Hayati dkk. (2009)
Variabel Penelitian:
CAR, RORA, ROA,
BOPO, dan LDR.
F-test dan T-test Membandingkan
kinerja bank
syariah
Indonesia dan
Malaysia.
Analisis T-test
Menambahkan
variabel NPF
dan ROE.
Analisis Mann-
Whitney U-test.
Seluruh varibel
tidak memiliki
perbedaan yang
signifikan.
5. Analysing the
Financial Soundness
of the Commercial
Banks in Romania:
An Aproach Based
on the Camels
Framework.
Roman & Şargu
(2013).
13 rasio keuangan
untuk memproksikan
nilai Camels tiap-tiap
perbankan.
Merating bank
berdasarkan nilai
rata-rata rasio
Camels
(Deskriptif).
Menggunakan
analisis
pendekatan
CAMELS.
Melakukan
pemeringkatan
bank
berdasarkan
rasio CAMELS.
Mengambil
sampel negara
Indonesia dan
Malaysia.
Analisis data
dengan uji
Independent t-
test dan Mann-
Whitney U-test.
Terjadinya
distribusi secara
heterogen
mengenai tingkat
kesehatan
perbankan dari
sampel-sampel
yang diuji.
Sumber: Penelitian-penelitian sebelumnya (bersambung di halaman selanjutnya)
21
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Hasil Penelitian Terdahulu
No. Judul Penelitian
(Tahun) Variabel Penelitian Analisis
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
6. Analisis
Perbandingan
Kinerja Keuangan
Perbankan Syariah
dengan Metode
CAMEL di ASEAN
(Studi Komparatif:
Indonesia, Malaysia,
dan Thailand)
Wibowo (2015)
Indikator:
CCA
CAR
NPL
EEA
LDR
ROA
ROE
AGR
Uji ANOVA Membandingkan
kinerja
keuangan
perbankan
syariah
Indonesia dan
Malaysia
Variabel CAR,
NPL, ROA,
ROE, dan LDR.
Variabel
BOPO sebagai
proksi
management
quality.
Menggunakan
seluruh
perbankan
syariah di
kedua negara
Analisis data
dengan uji
Independent t-
test dan Mann-
Whitney U-test.
Hasil uji
menunjukkan
bahwa Indonesia
memililiki
perbedaan secara
signifikan dengan
negara lainnya.
Perbedaan
signifikan
ditemukan pada
NPL, EEA, LDR,
dan ROE.
Sedangkan pada
CCA, CAR, ROA,
dan AGR tidak
terdapat perbedaan
signifikan.
Sumber: Penelitian-penelitian sebelumnya (bersambung di halaman selanjutnya)
22
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Hasil Penelitian Terdahulu
No. Judul Penelitian
(Tahun) Variabel Penelitian Analisis
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
7. Islamic Banking
Efficiency:
Comparative Studies
Between Malaysia
and Indonesia.
Yulita & Rizal
(2016)
Variabel Dependen:
Total Financing dan
Total Operating
Income.
Variabel Independen:
Third Party Funds
(DPK), Fixed Assets,
dan Operational
Costs.
Data
Envelopment
Analysis (DEA),
Kolmogorov
Smirnov, dan
Mann Whitney
U-Test.
Membandingkan
perbankan
syariah
Indonesia dan
Malaysia.
Pengujian data
menggunakan
Mann-Whitney
U-test.
Menggunakan
pendekatan
CAMELS.
Analisis data
dengan uji
Independent t-
test
Tingkat efisiensi
perbankan syariah
di Malaysia dan
Indonesia bersifat
fluktuatif.
Sumber: Penelitian-penelitian sebelumnya
23
C. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Perbankan syariah setelah diberlakukannya Masyarakat Ekonomi
ASEAN pada awal tahun 2015
Landasan teori dan penelitian sebelumnya
CAMELS Ratio
CAR, NPF, BOPO, ROE, ROE,
dan LDR
Metode Analisis Independent t-test dan Mann-Whietney
Analisis dan Pembahasan
Kesimpulan
Perbankan
Syariah
Malaysia
Perbankan
Syariah
Indonesia
24
D. Hipotesis
1. Komponen Capital Adequacy dan Tingkat Kesehatan Perbankan
Syariah
Berdasarkan telaah teori dan penelitian sebelumnya, kecukupan
permodalan dalam industri perbankan syariah merupakan satu hal sangat krusial
mengingat usaha tersebut bergerak dalam pengelolaan dana masyarakat. Selain
itu, kecukupan modal juga berkaitan kemampuan perbankan syariah dalam
menanggulangi eksposur risiko yang terjadi saat ini maupun saat di masa
mendatang (Ginting dkk., 2012).
Sebagai dua negara yang menjadi sentral pengembangan perbankan
syariah, tentunya juga terdapat perbedaan karakteristik keputusan yang
ditetapkan oleh pengawas keuangan terkait di antara Indonesia dan Malaysia.
Terlebih, dengan adanya perbedaan Dewan Pengawas di kedua negara tersebut,
di mana Indonesia terpisah dengan Bank Sentral-nya, tapi tidak dengan negara
Malaysia.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hayati dkk. (2009),
Wibowo (2014), Wibowo (2015), serta Wahyuni & Sukirno (2016)
mendapatkan temuan bahwa komponen permodalan nilai CAR perbankan
Indonesia, baik yang berbentuk konvensional maupun syariah, tidak terdapat
perbedaan signifikan dengan negara lainnya.
Akan tetapi, hasil berbeda ditemukan dalam penelitian yang dilakukan
oleh Sumarta & Yogiyanto (2000) yang menyatakan bahwa nilai CAR pada
25
perbankan konvensional Indonesia dan Thailand memiliki perbedaan yang
signifikan.
Dapat dilihat pada penelitian sebelumnya ternyata masih ditemukan
dalam penelitian komparasi tersebut, maka berdasarkan hal tersebut peneliti
mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H1: Terdapat perbedaan nilai CAR pada tingkat kesehatan perbankan
syariah di Indonesia dan Malaysia.
2. Komponen Assets Quality dan Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah
Tujuan penilaian Assets Quality dilakukan untuk mengetahui kondisi aset
suatu perbankan syariah serta kecukupan manajemen risiko atas pembiayaan
yang dilakukan sehingga dapat dilakukan evaluasi atas penyaluran dana
tersebut. Dengan adanya perbedaan antara fokus pembiayaan antara perbankan
syariah Indonesia yang lebih berfokus pada sektor riil dibandingkan dengan
Malaysia yang lebih banyak berfokus pada sektor keuangan.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hayati dkk. (2009)
menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan antara nilai NPF negara Indonesia
dan Malaysia. Selain itu, dalam penelitian Wibowo (2014) menemukan bahwa
nilai rasio NPF bank syariah Indonesia dan Brunei Darusalam tidak memiliki
perbedaan yang signifkan, tapi memiliki perbedaan dengan Filipina
Namun, hasil lain yang juga mendapatkan hasil berbeda, di antaranya
dalam penelitian Wahyuni & Sukirno (2016) dan Wibowo (2015) yang
26
menemukan bahwa adanya perbedaan signifikan rasio NPF antara perbankan
Indonesia dengan negara lain.
Dapat dilihat pada penelitian sebelumnya ternyata masih ditemukan
dalam penelitian komparasi tersebut, maka berdasarkan hal tersebut peneliti
mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H2: Terdapat perbedaan nilai NPF pada tingkat kesehatan perbankan
syariah di Indonesia dan Malaysia.
3. Komponen Management Quality dan Tingkat Kesehatan Perbankan
Syariah
Tujuan dilakukannya penilaian Management Quality adalah untuk
mengetahui kemampuan managerial perbankan syariah di Indonesia dan
Malaysia dalam melaksanakan usahanya sesuai dengan aturan yang
diberlakukan sehingga dapat menyukseskan sebuah bank dalam mengendalikan
risiko yang melekat dalam industri tersebut. Penilaian ini pun terkait erat dengan
kemampuan pihak manajemen dalam mengontrol seluruh beban-beban yang
dikeluarkan untuk mendukung kegiatan operasional perbankan syaraih secara
efektif dan efisien.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wibowo (2014)
menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan atas nilai BOPO antara
negara Indonesia dengan Filipina dan Brunei Darusalam. Serta dalam penelitian
Wibowo (2015) yang menggunakan rasio EEA sebagai proksi komponen
27
management quality juga mendapatkan hasil yang sama bahwa nilai rasio
Indonesia dengan Malaysia dan Thailand terdapat perbedaan.
Namun, hal yang berbeda ditemukan dalam penelitian Sumarta &
Yogiyanto (2000) dan Hayati dkk. (2009) yang menyatakan bahwa nilai BOPO
yang merupakan proksi atas komponen management quality antara negara
Indonesia dan Malaysia ternyata tidak memiliki perbedaan yang signfikan.
Dapat dilihat pada penelitian sebelumnya ternyata masih ditemukan
dalam penelitian komparasi tersebut, maka berdasarkan hal tersebut peneliti
mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H3: Terdapat perbedaan nilai BOPO pada tingkat kesehatan perbankan
syariah di Indonesia dan Malaysia.
4. Komponen Earnings dan Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah
Tujuan dilakukannya penilaian komponen Earnings dalam penilaian
tingkat kesehatan perbankan syariah adalah untuk mengetahui kemampuan
perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia dalam menghasilkan keuntungan
guna mendukung kegiatan operasionalnya. Dengan adanya perbedaan fokus
sektor pembiayaan antara perbankan syariah Indonesia dan Malaysia, maka
juga akan berpengaruh pada total keuntungan yang diperoleh.
Dalam penelitian Sumarta & Yogiyanto (2000), Wahyuni & Sukirno
(2016) diperoleh hasil bahwa nilai rasio ROA bank umum Indonesia memiliki
perbedaan dengan Thailand.
28
Namun, dalam penelitian Hayati dkk. (2009) dan Wibowo (2015)
menemukan bahwa nilai rasio ROA Indonesia dan Malaysia tidak terdapat
perbedaan yang signifikan.
Dapat dilihat pada penelitian sebelumnya ternyata masih ditemukan
dalam penelitian komparasi tersebut, maka berdasarkan hal tersebut peneliti
mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H4a: Terdapat perbedaan nilai ROA pada tingkat kesehatan perbankan
syariah di Indonesia dan Malaysia.
Selain itu, pada penelitian Wibowo (2014) dan Wibowo (2015) diperoleh
hasil bahwa nilai rasio ROE bank Indonesia dengan negara lain, Thailand,
Malaysia, dan Filipina, memiliki perbedaan yang signifikan.
Namun, hasil yang berbeda ditemukan pada komparasi dengan Brunei
Darusalam yang menunjukkan hasil bahwa Indonesia dan Brunei Darusalam
tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
Dapat dilihat pada penelitian sebelumnya ternyata masih ditemukan
dalam penelitian komparasi tersebut, maka berdasarkan hal tersebut peneliti
mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H4b: Terdapat perbedaan nilai ROE pada tingkat kesehatan perbankan
syariah di Indonesia dan Malaysia.
29
5. Komponen Liquidity dan Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah
Tujuan dilakukannya penilaian atas komponen Liquidity pada perbankan
syariah di Indonesia dan Malaysia adalah untuk mengetahui kemampuan
perbankan syariah dalam memelihara tingkat likuidasi untuk mendukung
kegiatan aktivitas operasionalnya. Hal ini berkaitan dengan kemampuan
perbankan syariah dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sumarta & Yogiyanto
(2000), Wibowo (2015), Wahyuni & Sukirno (2016) mendapatkan hasil bahwa
terdapat perbedaan nilai LDR antara negara Indonesia dengan negara Malaysia
dan Thailand.
Sedangkan, hasil yang berbeda didapatkan dalam penelitian Hayati dkk.
(2009) yang tidak menemukan adanya perbedaan signifikan antara negara
Indonesia dan Malaysia.
Dapat dilihat pada penelitian sebelumnya ternyata masih ditemukan
dalam penelitian komparasi tersebut, maka berdasarkan hal tersebut peneliti
mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H5: Terdapat perbedaan nilai LDR pada tingkat kesehatan perbankan
syariah di Indonesia dan Malaysia.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini adalah studi komparasi, yaitu membandingkan satu objek
dengan objek lainnya yang berada pada fase pertumbuhan yang sama
berdasarkan data kejadian di masa lalu atau ex post facto (Prastowo, 2016).
Pada penelitian ini, objek penelitian yang akan diteliti mengambil industri
perbakan syariah di negara Indonesia dan Malaysia pada rentang tahun 2011
hingga 2015.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan Laporan Tahunan (Annual Report)
dan Laporan Keuangan Tahunan (Financial Report) yang diterbitkan dan
dipublikasikan oleh perbankan syariah yang terdaftar pada Bank Sentral negara
Indonesia dan Malaysia. Indikator yang digunakan dalam menilai tingkat
kesehatan perbankan syariah di kedua negara tersebut menggunakan
pendekatan CAMELS yang diperoleh dari penelitian-penelitian sebelumnya
sebagai proksi atas setiap komponen CAMELS tersebut.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini meliputi perbankan yang menjalankan
kegiatan operasionalnya berdasarkan prisnsip syariah dan terdaftar pada Bank
31
Sentral di negara Indoensia dan Malaysia. Akan tetapi, dari keseluruhan data
populasi perbankan syariah tersebut, peneliti menggunakan teknik purposive
sampling dengan convenience sampling untuk menentukan banyaknya jumlah
sampel penelitian untuk dilakukan pengujian pada studi komparasi antara
negara Indonesia dan Malaysia.
Teknik penarikan sampel dengan purposive sampling dengan
convenience sampling merupakan suatu teknik penarikan sampel yang
dilakukan dengan pertimbangan tertentu berdasarkan keinginan peneliti sesuai
dengan tujuan penelitian (Suharyadi & Purwanto, 2009). Oleh karena itu,
penarikan sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut.
1. Laporan keuangan perbankan syariah dapat diakses melalui laman
resmi perusahaan.
2. Tidak mencampurkan kegiatan konvensional dalam kegiatan
operasionalnya.
3. Perusahaan perbankan syariah telah mempublikasikan laporan
keuangannya dalam kurun waktu 2011-2015.
4. Tahun buku berakhir pada 31 Desember, untuk menghindari adanya
waktu parsial dalam penghitungan dalam rasio keuangan.
5. Laporan keuangan perusahaan perbankan syariah memiliki data-data
penelitian yang dibutuhkan.
32
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu
data yang diperoleh atau dikumpulkan dan disatukan oleh studi-studi
sebelumnya atau yang diterbitkan dari berbagai institusi lain, sehingga metode
pengumpulan data menggunakan cara non participant observation (Adzhani,
2016).
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa Laporan
Tahunan (Annual Report) dan Laporan Keuangan Tahunan (Financial Report)
yang diterbitkan dan dipublikasikan di laman resmi masing-masing perbankan
syariah Indonesia dan Malaysia.
Selain itu, peneliti juga melakukan penelitian kepustakaan dengan
mengumpulkan data yang bersumber dari jurnal, buku-buku, dan hasil
penelitian yang diperoleh dari berbagai sumber.
D. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis uji Independent t-
test dan Mann-Whitney U-test dengan menggunakan aplikasi SPSS Versi 21.
Setelah data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terkumpul, selanjutnya
dilakukan analisis data yang terdiri dari menghitung rasio keuangan dengan
pendekatan CAMELS, statistik deskriptif, uji normalitas, serta uji Independent
t-test dan uji Mann-Whitney u-test untuk menguji hiptesis penelitian.
33
1. Rasio Keuangan dengan Pendekatan CAMELS
Dalam penelitian ini, tingkat kesehatan perbankan syariah Indonesia
dan Malaysia dihitung dengan menggunakan pendekatan metode CAMELS
yang terdiri dari rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Non-Performing
Financing (NPF), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operational
(BOPO), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), dan Loan to
Deposit Ratio (LDR) sebagai proksi atas setiap komponen dalam
pendekatan tersebut.
Perhitungan rasio-rasio tersebut dilakukan pada masing-masing
laporan keuangan industri perbankan syariah yang ada di negara Indonesia
dan Malaysia selama rentang tahun 2011-2015. Meskipun terdapat
perbedaan mata uang antar Laporan Keuangan pada perbankan syariah di
kedua negara, peneliti tidak melakukan konversi satuan mata uang ke
dalam salah satu mata uang Indonesia atau pun Malaysia. Hal ini
dikarenakan satuan mata uang dalam Laporan Keuangan tersebut tidak
berpengaruh dalam penghitungan rasio CAMELS. Kemudian, setiap rasio
CAMELS dari perbankan syariah tersebut dihitung kembali nilai rata-
ratanya selama lima tahun untuk dijadikan variabel dalam pengujian
komparasi tingkat kesehatan perbankan dalam penelitian ini.
2. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian ini diperlukan untuk memberikan
gambaran mengenai data penelitian yang digunakan dalam penelitian
34
komparasi antara Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia dan Malaysia.
Oleh karena itu, deskripsi data tersebut akan dilihat dari nilai mean, standar
deviasi, varian, maksimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (Ghozali,
2011).
3. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah kedua kelompok data
telah terdistribusi secara normal. Dalam penelitian ini, pengujian
normalitas data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.
Pada uji Kolmogorov-Smirnov, data kelompok dianggap terdistribusi
secara normal apabila nilai signifikansi hitung lebih besar dari 0,05.
Sedangkan, apabila data kelompok memiliki nilai signifikansi hitung lebih
kecil daro 0,05, maka data tersebut dianggap tidak terdistribusi secara
normal.
4. Uji Hipotesis
Untuk pengujian hipotesis atas hipotesis komparatif antara perbankan
syariah Indonesia dan Malaysia ini, akan dilakukan dengan dua alat uji,
yaitu Independent t-test dan Mann-Whitney test (atau U-Test). Pengujian
dengan Independent t-test dilakukan apabila pada uji normalitas data
ditemukan bahwa data terdistribusi dengan normal. Namun, apabila pada
uji normalitas data ditemukan bahwa data tidak terdistribusi dengan
normal, maka pengujian atas hipotesis komparatif dilakukan dengan
menggunakan alat uji Mann-Whitney test (Santoso, 2014). Pengujian
35
dengan alat uji ini dilakukan oleh Sumarta & Yogiyanto (2000) dan
Azzahroh dkk. (2016).
a. Independent t-test
Uji beda t-test dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan
apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang
berbeda (Ghozali, 2011). Sebelumnya, metode pengujian dengan
Independent t-test digunakan dalam penelitan komparasi kinerja
perbankan, baik itu berupa perbankan konvensional maupun syariah
Indonesia dan Thailand yang dilakukan oleh Sumarta & Yogiyanto (2000).
Penelitian lain yang juga menggunakan metode ini adalah Hayati dkk.
(2009) yang melakukan uji perbandingan kinerja perbankan syariah
Indonesia dan Malaysia. Pengujian ini dilakukan dengan cara
membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standar eror
dari perbedaan rata-rata dua sampel seperti pada rumus di bawah ini.
𝑡 =𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎
𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑒𝑟𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑒𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Jadi, tujuan uji beda t-test adalah untuk membandingkan rata-rata dua
grup yang tidak saling berhubungan satu dengan yang lain. Apabila kedua
grup tersebut mempunyai nilai rata-rata yang sama atau tidak sama secara
signifikan.
Dalam menganalisis hasil uji, terdapat dua tahapan analisis yang
dilakukan, yaitu:
36
a. Menguji asumsi variance populasi kedua sampel tersebut sama
(equal variances assumed) atau berbeda (equal variances not
assumed) berdasarkan nilai Levene test.
b. Melihat nilai t-test untuk menentukan apakah terdapat perbedaan
nilai rata-rata secara signifikan.
Oleh karena itu, pengambilan keputusan atas hipotesis penelitian
didasarkan pada nilai probabilitasnya, dengan ketentuan:
Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak atau terdapat perbedaan
rata-rata pada kedua sampel penelitian.
Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima atau tidak terdapat
perbedaan rata-rata pada kedua sampel penelitian (Ghozali,
2011).
b. Mann-Whitney test
Mann-Whitney test adalah uji dua sampel bebas apabila datanya yang
berbentuk rasio dan interval tidak berdistribusi dengan normal. Alat
pengujian ini memiliki tujuan yang sama dengan uji Independet t-test pada
statistik parametrik, yakni ingin mengetahui apakah dua sampel bebas
berasal dari populasi yang sama (Santoso, 2014). Sebelumnya, metode
pengujian dengan Independent t-test digunakan dalam penelitan komparasi
kinerja perbankan, baik itu berupa perbankan konvensional maupun syariah
Indonesia dan Thailand yang dilakukan oleh Sumarta & Yogiyanto (2000).
Penelitian lain yang juga menggunakan metode ini adalah Wibowo (2014)
37
yang melakukan uji perbandingan kinerja perbankan syariah di 3 negara,
yaitu Indonesia, Filipina, dan Brunei Darusalam.
Pada pengujian ini, pengambilan keputusan atas hipotesis penelitian
ini didasarkan pada nilai probabilitasnya, dengan ketentuan sebagai
berikut:
Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak atau terdapat perbedaan
rata-rata pada kedua sampel penelitian.
Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima atau tidak terdapat
perbedaan rata-rata pada kedua sampel penelitian.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan bank
dalam menutup kerugian selama kegiatan operasional di lakukan yang
meliputi kredit, penyertaan, surat berharga, dan tagihan dari bank lain, di
mana dalam pendanaannya berasal dari modal bank itu sendiri ataupun
memperoleh dana dari sumber yang ada di luar bank (Wibowo, 2015; Prasad
& Ravinder, 2012; Almilia & Herdiningtyas, 2005). Apabila rasio
menunjukkan nilai yang tinggi, maka perbankan tersebut dinilai baik dari
segi permodalannya. Rasio dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus
yang pernah digunakan oleh peneliti sebelumnya, yaitu Wibowo (2015) dan
Wibowo (2014) di mana dalam penelitiannya melakukan uji komparasi
38
kinerja keuangan perbankan syariah di ASEAN. Rumus CAR yang
digunakan dalam penelitian ini adalah seperti berikut:
CAR = Equity Capital
Total Loan + Securities
2. Non Performing Financing (NPF)
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar kualitas aktiva
produktif sehubungan dengan kredit bermasalah karena pinjaman
mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan atau
faktor lain di luar kendali debitur (Wibowo, 2015; Setyaningsih, 2014).
Suatu perbankan akan dianggap memiliki kualitas aset yang baik apabila
nilai rasio menghasilkan nilai yang rendah. Rasio dalam penelitian ini
dihitung berdasarkan rumus yang pernah digunakan oleh peneliti
sebelumnya, yaitu Novitasari (2015) dan Setyaningsih (2014) yang meneliti
pengaruh tingkat kesehatan perbankan terhadap pertumbuhan laba; Roman
& Şargu (2013) menganalisis tingkat kesehatan perbankan di Romania; dan
Wibowo (2015) melakukan uji komparasi kinerja keuangan perbankan
syariah di ASEAN. Rumus NPF yang digunakan dalam penelitian ini adalah
seperti berikut:
NPF = Non Performing Financing
Total Financing
39
3. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio ini digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan efisiensi usaha yang
dilakukan dengan cara membandingkan antara biaya operasional terhadap
pendapatan operasionalnya (Almilia & Herdiningtyas, 2005). Menurut
Riyadhi (dalam Setyaningsih, 2014), apabila rasio BOPO menunjukkan
nilai yang semakin rendah, maka kinerja manajemen bank dianggap
semakin baik dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan.
Rasio dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus yang pernah
digunakan oleh peneliti sebelumnya, yaitu Wibowo (2015) melakukan uji
komparasi kinerja keuangan perbankan syariah di ASEAN; serta
Setyaningsih (2014) dan Ismanto (2013) yang meneliti pengaruh tingkat
kesehatan perbankan terhadap pertumbuhan laba. Rumus BOPO yang
digunakan dalam penelitian ini adalah seperti berikut:
BOPO = Operational Expeses
Operational Revenue
4. Return on Assets (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam memperoleh keuntungan berupa laba sebelum pajak secara
keseluruhan (Almilia & Herdiningtyas, 2005; Dendawijaya, 2009).
Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin
kecil. Rasio dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus yang pernah
40
digunakan oleh peneliti sebelumnya, yaitu Yuksel et. al. (2015) yang
menganalisis peringkat kredit di Turki; Novitasari (2015) yang meneliti
pengaruh tingkat kesehatan perbankan terhadap pertumbuhan laba; Erol
dkk. (2014) yang mengkomparasikan kinerja perbankan syariah dan
perbankan konvensional di Turki; Roman & Şargu (2013) menganalisis
tingkat kesehatan perbankan di Romania; serta Dincer dkk. (2011) yang
mengevaluasi kinerja perbankan Turki setelah krisis global. Rumus ROA
yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti berikut:
ROA = Income Before Tax
Total Assets
5. Return on Equity (ROE)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank dalam
mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak
(Wicaksana & Sudarno, 2011). Semakin besar ROE, semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank
dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Almilia & Herdiningtyas, 2005).
Rasio dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus yang pernah
digunakan oleh peneliti sebelumnya, yaitu Yuksel et. al. (2015) yang
menganalisis peringkat kredit di Turki, Erol dkk. (2014) yang
mengkomparasikan kinerja perbankan syariah dan perbankan konvensional
di Turki, Roman & Şargu (2013) menganalisis tingkat kesehatan perbankan
di Romania, Dincer dkk. (2011) yang mengevaluasi kinerja perbankan Turki
setelah krisis global, dan Wibowo (2015) melakukan uji komparasi kinerja
41
keuangan perbankan syariah di ASEAN. Rumus ROE yang digunakan
dalam penelitian ini adalah seperti berikut:
ROE = Net Income
Total Equity
6. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang
menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan
menggunakan total aset yang dimiliki bank (Dendawijaya, 2009). Semakin
tinggi rasio LDR, maka akan menunjukkan tingkat likuiditas yang baik.
Rasio dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus yang pernah
digunakan oleh peneliti sebelumnya, yaitu Setyaningsih (2014) dan
Novitasari (2015) yang meneliti pengaruh tingkat kesehatan perbankan
terhadap pertumbuhan laba serta Wibowo (2015) melakukan uji komparasi
kinerja keuangan perbankan syariah di ASEAN. Rumus LDR yang
digunakan dalam penelitian ini adalah seperti berikut:
LDR = Total Loan
Total Deposit
42
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
No. Komponen Operasional Variabel Skala Penelitian Sebelumnya dengan Rasio Tersebut
1. Capital Adequacy CAR = Equity Capital
Total Loan + Securities Rasio (Wibowo, 2015), (Wibowo, 2014)
2. Assets Quality NPF = Non Performing Financing
Total Financing Rasio
(Novitasari, 2015), (Setyaningsih, 2014), (Roman &
Şargu, 2013), (Wibowo, 2015), (Islamic Financial
Services Board, 2016)
3. Management
Quality BOPO =
Operational Expenses
Operational Revenue Rasio
(Setyaningsih, 2014), (Ismanto, 2013), (Wibowo,
2015)
4. Earnings
ROA = Income before Tax
Total Assets Rasio
(Yuksel & et. al., 2015), (Novitasari, 2015), (Erol &
dkk., 2014), (Roman & Şargu, 2013), (Dincer &
dkk., 2011)
ROE = Net Income
Total Equity Rasio
(Yuksel & et. al., 2015), (Erol & dkk., 2014),
(Roman & Şargu, 2013), (Dincer & dkk., 2011),
(Wibowo, 2015)
5. Liquidity LDR = Total Loan
Total Deposit Rasio
(Setyaningsih, 2014), (Novitasari, 2015), (Wibowo,
2015),
Sumber: Penelitian-penelitian sebelumnya
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan perbankan syariah yang
terdaftar pada Bank Sentral di negara Indonesia dan Malaysia pada rentang
tahun 2011-2015. Perusahaan perbankan syariah tersebut merupakan Bank
Umum Syariah yang beroperasi di kedua negara tersebut. Dalam penelitian
ini, laporan keuangan perusahaan tersebut digunakan sebagai bahan untuk
diteliti oleh peneliti.
Pengumpulan data laporan keuangan dari perbankan syariah di kedua
negara tersebut dilakukan dengan cara mengunduhnya melalui laman resmi
perusahaan perbankan syariah terkait. Pada Tabel 4.1 berikut ini menyajikan
data kriteria perusahaan perbankan syariah di negara Indonesia dan
Malaysia.
Tabel 4.1
Kriteria Sampel Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia
Keterangan Indonesia Malaysia
Jumlah perbankan syariah terdaftar di
Bank Sentral di tiap negara 12 16
Kriteria:
Sumber: Data sekunder yang diolah (bersambung di halaman
selanjutnya)
44
Tabel 4.1 (Lanjutan)
Kriteria Sampel Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia
Keterangan Indonesia Malaysia
1. Laporan keuangan perusahaan
dapat diakses dari situs resmi
perusahaan.
12 12
1. Tidak mencampurkan kegiatan
operasional konvensional. 9 12
2. Mempublikasikan laporan
keuangan pada rentang tahun
2011-2015.
8 12
3. Tahun buku berakhir pada 31
Desember. 8 9
4. Data yang diperlukan tersedia. 7 9
Jumlah akhir perbankan syariah 7 9
Sumber: Data sekunder yang diolah
Peneliti mengambil sampel sebanyak 16 perbankan syariah yang
terdiri dari 7 perbankan syariah Indonesia dan 9 perbankan syariah Malaysia
dari total perbankan syariah yang terdaftar di kedua negara tersebut. Dari
total tersebut, 3 perbankan syariah di Indonesia masih mencampurkan
kegiatan operasionalnya dengan sistem konvensional. Selanjutnya, peneliti
kembali menyeleksi jumlah tersebut dengan kriteria perbankan syariah
mempublikasikan laporan keuangannya melalui melalui laman resmi
perusahaan dan didapatkan 5 perusahaan perbankan syariah. Namun, dari
jumlah tersebut ditemukan 3 perusahaan asal Malaysia yang memiliki
laporan keuangan tidak berakhir pada 31 Desember. Dari jumlah tersebut, 1
perusahaan asal Indonesia tidak memiliki kelengkapan data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini. Dengan demikian, sampel 16 perbankan
syariah itulah yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini.
45
2. Deskripsi Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini sampel dipilih metode purposive sampling
dengan convenience sampling. Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, maka dalam
penelitian ini peneliti menggunakan sampel bank syariah Indonesia dan
bank syariah Malaysia untuk dilakukan perbandingan tingkat kesehatan
perbankan syariah di kedua negara tersebut dalam rentang waktu lima tahun
terakhir, yaitu pada tahun 2011 hingga 2015. Berikut adalah data perbankan
syariah Indonesia dan Malaysia yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 4.2
Daftar Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia
No. Negara Nama Bank Syariah Kode
1.
Indonesia
Bank BJB Syariah BJBS
2. Bank BNI Syariah BNIS
3. Bank BRI Syariah BRIS
4. Bank Mega Syariah BMGS
5. Bank Muamalat BMUA
6. Bank Panin Syariah BPNS
7. Bank Syariah Mandiri BSMN
8.
Malaysia
Affin Islamic Bank Berhad AIBB
9. Al Rajhi Bank Malaysia ARBM
10. Bank Islam Malaysia Berhad BIMB
11. CIMB Islamic Bank Berhad CIBB
12. HSBC Amanah Malaysia Berhad HAMB
13. Kuwait Finance House (Malaysia) KFHM
14. OCBC Al-Amin Bank Berhad OABB
15. RHB Islamic Bank RHBI
16. Standard Chartered Saadiq Berhad SCSB
Sumber: Data sekunder diolah
46
Data di atas terdiri dari 7 bank syariah Indonesia dan 9 bank syariah
Malaysia sebagai data perbandingan kedua negara agar penelitian ini dapat
dilakukan. Peneliti akan menguji sampel tersebut untuk melihat apakah kedua
negara memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal kinerja mereka selama
lima tahun terakhir.
B. Hasil Pengujian
1. Rasio Keuangan dengan Pendekatan CAMELS
a. Komponen Capital Adequacy
Tabel 4.3
Rata-rata Capital Adequacy Ratio 2011-2015
Negara Kode Bank Rata-rata
CAR Rank
Indonesia
BJBS 0,2050 2
BNIS 0,1312 4
BRIS 0,1087 7
BMGS 0,1223 6
BMUA 0,0783 13
BPNS 0,3000 1
BSMN 0,0911 11
Malaysia
AIBB 0,0883 12
ARBM 0,1300 5
BIMB 0,0917 10
CIBB 0,0658 16
HAMB 0,1010 9
KFHM 0,2002 3
OABM 0,0676 15
RHBI 0,0781 14
SCSB 0,1082 8
Sumber: Data sekunder diolah
47
Aspek permodalan dalam penelitian ini digambarkan melalui nilai
Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan membandingkan jumlah total
ekuitas perbankan syariah terhadap total pembiayaan dan surat berharga
yang dimilikinya. Nilai CAR dapat dikatakan baik apabila hasil
penghitungannya menunjukkan nilai yang tinggi. Hal ini berkaitan
dengan kemampuan bank syariah dalam menutup kerugian selama
berlangsungnya kegiatan operasional perbankan yang meliputi kredit,
penyertaan, surat berharga, dan tagihan dari bank lain. Berdasarkan
tabel di atas, bank syariah Indonesia, yaitu Bank Panin Syariah (BPNS)
memiliki rasio sebesar 0,3000 atau 30%, yang menunjukkan bahwa
bank tersebut memiliki kemampuan yang baik dalam hal menutup
kerugian yang terjadi selama kegiatan operasional. Sebaliknya pada
bank syariah Malaysia, yaitu CIMB Islamic Bank Berhad (CIBB)
memiliki rasio sebesar 0,0658 atau 6,58%, yang menunjukkan bahwa
jumlah pembiayaan dan surat berharga yang dimiliki oleh perbankan
tersebut lebih besar daripada jumlah ekuitasnya. Hal ini menunjukkan
kurang baiknya bank syariah apabila terjadi kerugian selama kegiatan
operasional berlangsung.
48
b. Komponen Assets Quality
Tabel 4.4
Rata-rata Non-Performing Financing 2011-2015
Negara Kode Bank Rata-rata
NPF Rank
Indonesia
BJBS 0,0397 14
BNIS 0,0241 10
BRIS 0,0384 13
BMGS 0,0361 11
BMUA 0,0378 12
BPNS 0,0042 1
BSMN 0,0888 15
Malaysia
AIBB 0,0236 9
ARBM 0,0207 7
BIMB 0,0151 4
CIBB 0,0106 3
HAMB 0,0167 5
KFHM 0,1286 16
OABB 0,0184 6
RHBI 0,0229 8
SCSB 0,0066 2
Sumber: Data sekunder diolah
Aspek kualitas aset dalam penelitian ini digambarkan melalui nilai
Non-Performing Loan (NPF) dengan membandingkan jumlah
pembiayaan bermasalah terhadap total keseluruhan pembiayaan yang
dikeluarkan oleh masing-masing perbankan syariah. Nilai NPF ini dapat
dikatakan baik apabila hasil hitung rasio menunjukkan nilai yang
rendah. Hal ini berkaitan dengan kemampuan aktiva produktif yang
terbentur permasalahan akibat dari kesulitan pelunasan karena adanya
faktor kesenjangan atau faktor lain di luar kendali debitur.
49
Berdasarkan tabel di atas, bank syariah Indonesia, yaitu Bank
Panin Syariah memiliki rasio NPF sebesar 0,0042 atau 0,42%, yang
menunjukkan bahwa perbankan syariah tersebut memiliki kemampuan
yang baik dalam hal menangani pembiayaan yang sudah dikeluarkan
selama kegitan operasional berlangsung. Sebaliknya pada bank syariah
Malaysia, yaitu Kuwait Finance House Malaysia (KFMH) memiliki
rasio sebesar 0,1286 atau 12,86%, yang menunjukkan bahwa perbankan
syariah mengalami kendala dalam menagih pembiayaan yang telah
disalurkan kepada nasabahnya. Ini menunjukkan bahwa bank syariah
kurang baik dalam mengumpulkan kembali pembiayaan dari para
nasabahnya.
c. Komponen Management Quality
Tabel 4.5
Rata-rata Rasio BOPO 2011-2015
Negara Kode Bank Rata-rata
BOPO Rank
Indonesia
BJBS 0,5294 11
BNIS 0,5935 13
BRIS 0,5434 12
BMGS 0,7209 14
BMUA 0,4064 6
BPNS 0,3471 4
BSMN 1,6411 16
Sumber: Data sekunder diolah (bersambung di
halaman selanjutnya)
50
Tabel 4.5 (Lanjutan)
Rata-rata Rasio BOPO 2011-2015
Negara Kode Bank Rata-rata
BOPO Rank
Malaysia
AIBB 0,2275 2
ARBM 0,4768 10
BIMB 0,3804 5
CIBB 0,2446 3
HAMB 0,4301 9
KFHM 0,8062 15
OABB 0,4267 8
RHBI 0,2084 1
SCSB 0,4202 7
Sumber: Data sekunder diolah
Aspek management quality dalam penelitian ini digambarkan
melalui rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO). Nilai BOPO ini dapat dikatakan baik apabila hasil
penghitungan rasio menunjukkan nilai yang rendah karena manajemen
dianggap mampu menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan
secara efektif dan efisien.
Berdasarkan tabel di atas, bank syariah Malaysia, yaitu RHB
Islamic Bank Berhad (RHBI) memiliki rasio sebesar 0,2084 atau
20,84% yang menunjukkan bahwa bank syariah tersebut memiliki
kemampuan yang baik dalam hal menggunakan sumber daya
perusahaan untuk memperoleh pendapatan operasionalnya. Sebaliknya
bank syariah Indonesia, yaitu Bank Syariah Mandiri (BSMN) memiliki
rasio sebesar 1,6411 atau 164,11% yang menunjukkan bahwa
51
perusahaan mengeluarkan biaya yang besar untuk memperoleh
pendapatannya sehingga dapat dikatakan perusahaan belum secara
maksimal memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara efektif dan
efisien.
d. Aspek Equity
Tabel 4.6
Rata-rata ROA dan ROE 2011-2015
Negara Kode
Bank
Rata-
rata
ROA
Rank
Rata-
rata
ROE
Rank Rata-
rata Rank
Indonesia
BJBS 0,0061 13 0,0191 14 13,5 13
BNIS 0,0121 4 0,0849 10 7 7
BRIS 0,0059 14 0,0480 13 13,5 13
BMGS 0,0143 2 0,1304 3 2,5 2
BMUA 0,0077 9 0,0874 9 9 9
BPNS 0,0135 3 0,0492 12 7,5 8
BSMN 0,0114 5 0,1144 4 4,5 4
Malaysia
AIBB 0,0074 11 0,0950 7 9 9
ARBM 0,0012 15 0,0175 15 15 15
BIMB 0,0148 1 0,1349 2 1,5 1
CIBB 0,0102 7 0,1432 1 4 3
HAMB 0,0110 6 0,1066 6 6 5
KFHM (0,0080) 16 (0,0543) 16 16 16
OABB 0,0089 8 0,1140 5 6,5 6
RHBI 0,0076 10 0,0899 8 9 9
SCSB 0,0062 12 0,0681 11 11,5 12
Sumber: Data sekunder diolah
Aspek equity dalam penelitian ini digambarkan melalui dua rasio,
yaitu Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE). Rasio ROA
yang dihitung dengan membandingkan jumlah laba sebelum pajak
52
terhadap total aset masing-masing bank syariah bertujuan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank syariah dalam menghasilkan
laba sebelum pajak secara keseluruhan. Nilai ROA akan dikatakan baik
apabila hasil perhitungannya menunjukkan nilai yang tinggi karena
bank syariah dinilai memiliki kemungkinan yang kecil untuk
digolongkan menjadi bank yang bermasalah. Sedangkan, rasio ROE
yang dihitung dengan membandingkan jumlah laba bersih (net income)
terhadap total ekuitasnya. Nilai ROE akan dikatakan baik apabila hasil
perhitungannya menunjukkan nilai yang tinggi. Hal ini berkaitan
dengan anggapan bahwa bank syariah tersebut dapat menghasilkan
keuntungan yang baik dan kecil kemungkinannya untuk tergolong
dalam bank yang bermasalah.
Berdasarkan tabel di atas, bank syariah Malaysia, yaitu Bank
Islam Malaysia Berhad (BIMB) memiliki rasio ROA dan ROE masing-
masing sebesar 0,0148 atau 1,48% dan 0,1349 atau 13,49% yang
menunjukkan bahwa bank syariah dapat menghasilkan keuntungan yag
baik. Sebaliknya pada Bank Kuwait Finance Housen Malaysia (KFHM)
memiliki nilai minus pada rasio ROA dan ROE masing-masing sebesar
-0,0080 atau -0,80% dan -0,0543 atau -5,43% yang menunjukkan bahwa
bank syariah tersebut kurang baik dalam menghasilkan pendapatan
sebelum pajaknya. Hal ini semakin diperkuat pada Laporan Laba-Rugi
(Income Statements) selama tahun 2011 dan 2015 yang membukukan
53
rugi bersih masing-masing sebesar RM 596.208.000 dan RM
37.180.000.
e. Aspek Liquidity
Tabel 4.7
Rata-rata Loan to Deposit Ratio 2011-2015
Negara Kode Bank Rata-rata
LDR Rank
Indonesia
BJBS 0,8864 13
BNIS 0,9978 5
BRIS 0,9505 8
BMGS 0,9010 12
BMUA 0,9313 10
BPNS 1,1362 3
BSMN 0,8653 14
Malaysia
AIBB 0,6986 15
ARBM 0,9966 6
BIMB 0,6631 16
CIBB 0,9289 11
HAMB 1,1061 4
KFHM 1,4967 2
OABB 0,9341 9
RHBI 0,9510 7
SCSB 1,6147 1
Sumber: Data sekunder diolah
Aspek liquidity dalam penelitian digambarkan melalui rasio Loan
to Deposit Ratio (LDR) dengan membandingkan jumlah pembiayaan
terhadap jumlah Dana Pihak Ketiga. Nilai LDR dapat dikatakan baik
apabila hasil perhitungan menunjukkan nilai yang tinggi karena
dianggap bank syariah tersebut mampu memenuhi permintaan kredit
dengan menggunakan total asetnya.
54
Berdasarkan tabel di atas, bank syariah Malaysia, yaitu Standard
Chartered Saadiq Berhad (SCSB) memiliki rasio sebesar 1,6147 atau
161,47% yang menunjukkan bahwa bank syariah memiliki kemampuan
yang baik untuk memenuhi permintaan kredit selama kegiatan
operasional dilakukan. Sebaliknya pada bank syariah Malaysia, yaitu
Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) menunjukkan rasio sebesar
0,6631 atau 66,31% yang menunjukkan bahwa bank syariah dinilai
kurang baik dalam memenuhi permintaan kredit.
2. Statistik Deskriptif
Tabel 4.8
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Min. Max. Mean
Std.
Deviation Skewness Kurtosis
Stat. Stat. Stat. Stat. Stat. Stat.
Std.
Error Stat.
Std.
Error
CAR 16 ,0658 ,3000 ,125656 ,0614684 1,815 ,564 3,473 1,091
NPF 16 ,0042 ,1286 ,033269 ,0322561 2,189 ,564 4,931 1,091
BOPO 16 ,2084 1,6411 ,525169 ,3400141 2,570 ,564 8,103 1,091
ROA 16 -,0080 ,0148 ,008144 ,0056153 -1,618 ,564 3,804 1,091
ROE 16 -,0543 ,1432 ,078019 ,0520897 -1,113 ,564 1,349 1,091
LDR 16 ,6631 1,6147 ,992775 ,2536404 1,386 ,564 1,988 1,091
Valid N
(listwise) 16
Sumber: Data diolah SPSS
Setelah memperoleh data rata-rata rasio keuangan dari 16 bank
syariah selama lima tahun terakhir bank syariah di kedua negara, kemudian
peneliti melakukan uji statistik deskriptif untuk memberikan gambaran
55
mengenai nilai terkecil (minimum), nilai terbesar (maximum), rata-rata, dan
standar deviasi atas data penelitian.
Berdasarkan Tabel 4.9, pada aspek permodalan yang digambarkan
melalui rasio CAR, variabel tersebut memiliki nilai minimum sebesar
0,0658 dan nilai maksimum sebesar 0,3000 dengan rata-rata CAR sebesar
0,1257 dan standar deviasi sebesar 0,0615.
Selanjutnya, pada aspek kualitas aset yang digambarkan melalui rasio
NPF, variabel tersebut memiliki nilai minimum sebesar 0,0042 dan nilai
maksimum sebesar 0,1286 dengan rata-rata NPF sebesar 0,0333 dan standar
deviasi sebesar 0,0323.
Kemudian pada aspek management quality yang digambarkan melalui
rasio BOPO menunjukkan bahwa variabel tersebut memiliki nilai minimum
sebesar 0,2084 dan nilai maksimum sebesar 1,6411 dengan nilai rata-rata
sebesar 0,5252 dan standar deviasi sebesar 0,3400.
Pada aspek equity yang digambarkan melalui rasio ROA dan ROE
menampilkan nilai minimum yang masing-masing bernilai (0,0080) dan
(0,0543) serta nilai maksimum sebesar 0,0148 dan 0,1432. Dari kedua
variabel tersebut, diketahui bahwa nilai rata-rata atas masing-masingnya
bernilai sebesar 0,0082 dan 0,0780 dengan standar deviasi sebesar 0,0056
dan 0,0521.
Selanjutnya pada aspek liquidity yang digambarkan melalui rasio
LDR menunjukkan nilai minimum sebesar 0,6631 dan nilai maksimum
56
sebesar 1,6147 dengan nilai rata-rata sebesar 0,9928 dan standar deviasi
sebesar 0,2536.
Selain itu, dari Tabel 4.9 tersebut terlihat bahwa nilai Skewness dan
Kurtosis pada semua variabel bernilai tidak mendekati nol sehingga dapat
disimpulkan bahwa data tersebut tidak terdistribusi secara normal. Akan
tetapi, untuk dapat memastikan hal tersebut, peneliti kembali melakukan
pengujian normalitas data kembali.
3. Uji Normalitas Data
Berdasarkan hasil pengujian dengan SPSS Ver. 22 didapatkan hasil
bahwa dari ketujuh variabel yang digunakan dalam penelitian ini, hampir
secara keseluruhan variabel tidak terdistribusi secara normal. Hal ini terlihat
dari nilai probabilitas signifikansi yang hampir seluruhnya bernilai jauh di
bawah 0,05 dari batas kritisnya. Kecuali pada variabel ROE yang
terdistribusi normal dengan nilai probabilitas signnifikansi di atas 0,05,
yaitu sebesar 0,190. Oleh karena itu, pengujian hipotesis penelitian akan
menggunakan kedua alat uji, yaitu Independent t-test dan Mann-Whitney U-
test.
57
Tabel 4.9
Hasil Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
CAR NPF BOPO ROA ROE LDR
N 16 16 16 16 16 16
Normal Parametersa,b Mean ,125656 ,033269 ,525169 ,008144 ,078019 ,992775
Std. Deviation ,0614684 ,0322561 ,3400141 ,0056153 ,0520897 ,2536404
Most Extreme Differences Absolute ,277 ,296 ,233 ,220 ,178 ,242
Positive ,277 ,296 ,233 ,118 ,105 ,242
Negative -,165 -,184 -,176 -,220 -,178 -,120
Test Statistic ,277 ,296 ,233 ,220 ,178 ,242
Asymp. Sig. (2-tailed) ,002c ,001c ,020c ,038c ,190c ,013c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: Data diolah SPSS
58
4. Uji Hipotesis
Sesuai dengan hasil pengujian normalitas data sebelumnya yang
menunjukkan bahwa terdapat data yang terdistribusi normal dan tidak
normal, maka pengujian hipotesis penelitian akan dilakukan dengan teknik
analisis yang berbeda. Untuk variabel yang terdistribusi normal, yaitu ROE,
pengujian hipotesis akan dilakukan dengan teknik Independent t-test.
Sedangkan, untuk variabel yang tidak terdistribusi normal, seperti CAR,
NPF, BOPO, ROA, LDR, dan FGROW, pengujian hipotesis akan dilakukan
dengan alat uji Mann-Whitney.
a. Independent t-test
Dari hasil pengujian statistik didapatkan output bahwa F hitung
Levene’s Test sebesar 0,741 dengan probabilitas 0,404 dan telah
melebihi batas kritis sebesar 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0
tidak dapat ditolak. Dengan demikian, analisis uji beda t-test harus
menggunakan asumsi equal variance assumed. Dari Tabel 4.11 terlihat
bahwa nilai t pada equal variance assumed adalah -0,119 dengan
probabilitas signifikansi 0,907 (two tailed) melebihi batas kritis sebesar
0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa nilai ROE antara negara Indonesia
dan Malaysia tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
59
Tabel 4.10
Hasil Uji Independent t-test
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
ROE Equal variances assumed ,741 ,404 -,119 14 ,907 -,0032333 ,0271584 -,0614822 ,0550156
Equal variances not
assumed -,126 13,562 ,902 -,0032333 ,0256474 -,0584088 ,0519421
Sumber: Data diolah SPSS
60
b. Mann-Whitney U-test
Tabel 4.12
Hasil Uji Mann-Whitney U-test
Test Statisticsa
CAR NPF BOPO ROA LDR
Mann-Whitney U 20,000 15,000 15,000 22,000 31,000
Wilcoxon W 65,000 60,000 60,000 67,000 59,000
Z -1,217 -1,747 -1,747 -1,006 -,053
Asymp. Sig. (2-tailed) ,223 ,081 ,081 ,315 ,958
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,252b ,091b ,091b ,351b 1,000b
a. Grouping Variable: Indonesia, Malaysia
b. Not corrected for ties.
Sumber: Data diolah SPSS
Dari Tabel 4.12 hasil pengujian Mann-Whitney di atas, kelima
variabel memiliki nilai probabilitas signifikansi di atas 0,05 dengan nilai
masing-masing variabelnya sebesar CAR (0,223), NPF (0,081), BOPO
(0,081), ROA (0,315), dan LDR (0,958). Jadi, dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perbankan syariah
Indonesia dan Malaysia.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis komparasi perbankan syariah antara negara
Indonesia dan Malaysia menunjukkan tidak adanya perbedaan tingkat
kesehatan perbankan syariah dari keenam rasio keuangan yang digunakan.
Akan tetapi, dari peringkat rata-rata kedua negara menunjukkan bahwa nilai
61
rasio CAR dan ROA Indonesia relatif lebih baik daripada Malaysia. Sedangkan,
rasio lainnya yaitu NPF, BOPO, ROE, dan LDR menunjukkan bahwa
perbankan syariah Malaysia memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan
perbankan syariah Indonesia.
1. Komponen Capital Adequacy
Pada hasil uji hipotesis dengan analisis Mann-Whitney menunjukkan
variabel Capital Adequacy yang diproksikan dengan Capital Adequacy
Ratio atau CAR memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,223. Sedangkan,
dalam tabel mean rank dari kedua negara menunjukkan bahwa nilai rasio
CAR perbankan syariah Indonesia sebesar 10,14 dan Malaysia sebesar 7,22.
Hal ini menunjukkan Indonesia relatif lebih baik walaupun nyatanya
perbedaan ini tidak memiliki kecenderungan perbedaan yang signifikan
secara statistik. Oleh karena itu, variabel capital adequacy ratio (CAR)
dalam penelitian ini disimpulkan tidak memiliki perbedaan yang signifikan
dan hipotesis 0 atau H0 diterima.
Temuan ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Hayati dkk.
(2009), Wibowo (2014), Wibowo (2015), dan Wahyuni & Sukirno (2016),
di mana ia menemukan variabel capital adequacy yang diproksikan dengan
CAR tidak memiliki perbedaan signifikan antara bank umum Indonesia
dengan Thailand dan Filipina.
Akan tetapi, hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sumarta & Yogiyanto (2000) yang menemukan bahwa
62
capital adequacy yang diproksikan dengan CAR bank umum Indonesia
memiliki perbedaan signifikan dengan negara lainnya, yaitu Thailand.
Rasio permodalan yang diproksikan dengan capital adequacy ratio
merupakan alat analisis yang biasa digunakan untuk melihat apakah suatu
perbankan syariah mampu menutup kerugian yang diperoleh, di mana
pendanaannya berasal dari Dana Pihak Ketiga (DPK). Oleh karena itu,
kemampuan permodalan perbankan turut mempengaruhi tingkat kesehatan
perbankan syariah setiap tahunnya serta mencerminkan kinerja yang baik
dari industri perbankan syariah tersebut apakah sudah memiliki kondisi
yang bagus dan stabil. Karena, hal ini akan mempengaruhi tingkat
kepercayaan masyarakat dan tingkat keuntungan yang mampu diperoleh
oleh perbankan syariah tersebut (Sumarta & Yogiyanto, 2000; Ismanto,
2013; Roman & Şargu, 2013; Setyaningsih, 2014).
Temuan yang menyatakan tidak adanya perbedaan CAR antara
perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia ini dapat dipengaruhi oleh
faktor lainnya, di antaranya adalah pertumbuhan jaringan perbankan syariah
selama beberapa tahun terakhir di kedua negara turut meningkatkan
kemampuan perbankan syariah untuk memperoleh Dana Pihak Ketiga
(DPK) yang merupakan modal utama dalam kelangsungan hidup suatu
perbankan (Ismanto, 2013; Bank Negara Malaysia, 2014; Otoritas Jasa
Keuangan, 2015). Dengan kata lain, perbankan syariah di kedua negara,
yaitu Indonesia dan Malaysia, memiliki kemampuan permodalan yang
sama.
63
Selain itu, faktor lainnya yang mempengaruhi adanya kesamaan rasio
CAR dalam penelitian ini salah satunya adalah adanya dukungan dari badan
regulator perbankan di kedua negara mulai berperan aktif dalam
mengeluarkan regulasi-regulasi tambahan yang dinilai menjadi sebagai
sebuah cara lain bagi industri perbankan syariah di kedua negara agar lebih
kompetitif (Bank Negara Malaysia, 2014; Otoritas Jasa Keuangan, 2015;
Basri, 2016). Contohnya, Islamic Financial Servises Act 2013 yang
dikeluarkan oleh Bank Negara Malaysia pada tahun 2013 lalu yang
bertujuan untuk mengakselerasi pertumbuhan perbankan syariah di
Malaysia. Tindakan tersebut dilakukan untuk memberikan peraturan yang
lebih luas pada produk-produk yang dikeluarkan oleh setiap perbankan
syariah di Malaysia (Basri, 2016). Sedangkan di Indonesia sendiri, Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) selaku badan regulator perbankan juga mengeluarkan
produk Peraturan dan Surat Edaran untuk meningkatkan kualitas pengaturan
perbankan syariah sehingga dapat menyesuaikan dengan perkembangan
terkini, baik di dunia internasional maupun di dalam negeri sendiri (Otoritas
Jasa Keuangan, 2014).
2. Komponen Assets Quality
Pada hasil uji hipotesis dengan analisis Mann-Whitney menunjukkan
variabel Assets Quality yang diproksikan dengan Non-Performing
Financing atau NPF memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,081.
Sedangkan, dalam tabel mean rank dari kedua negara menunjukkan bahwa
nilai rasio CAR perbankan syariah Indonesia sebesar 10,86 dan Malaysia
64
sebesar 6,67. Hal ini menunjukkan Malaysia relatif lebih baik walaupun
nyatanya perbedaan ini tidak memiliki kecenderungan perbedaan yang
signifikan secara statistik. Oleh karena itu, variabel Non-Performing
Financing (NPF) dalam penelitian ini disimpulkan tidak memiliki
perbedaan yang signifikan dan hipotesis 0 atau H0 diterima.
Temuan ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Hayati dkk.
(2009) dan Wibowo (2014), di mana ia menemukan variabel assets quality
yang diproksikan dengan NPF tidak memiliki perbedaan signifikan antara
bank syariah Indonesia dengan negara lainnya, yaitu Malaysia dan Brunei
Darusalam.
Akan tetapi, hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sumarta & Yogiyanto (2000) dan Wibowo (2015) yang
menemukan bahwa capital adequacy yang diproksikan dengan CAR bank
umum Indonesia memiliki perbedaan signifikan dengan negara lainnya,
yaitu Malaysia dan Thailand.
Rasio kualitas aktiva produktif yang diproksikan dengan Non-
Performing Financing merupakan alat analisis yang biasa digunakan
sehubungan dengan jumlah kredit yang mengalami masalah dalam
pelunasannya. Oleh karena itu, kualitas aktiva produktif dari suatu
perbankan turut mempengaruhi tingkat kesehatan perbankan syariah setiap
tahunnya serta mencerminkan kinerja yang baik dari industri perbankan
syariah tersebut apakah sudah memiliki kondisi yang bagus dan stabil.
65
Karena, hal ini akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat dalam
hal kemampuan perbankan syariah dalam mengelola dana mereka sehingga
akan berdampak pada tingkat keuntungan yang mampu diperoleh oleh
perbankan syariah tersebut (Sumarta & Yogiyanto, 2000; Ismanto, 2013;
Roman & Şargu, 2013; Setyaningsih, 2014).
Temuan yang menyatakan tidak adanya perbedaan CAR antara
perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia ini dapat dipengaruhi oleh
faktor lainnya, di antaranya adalah pertumbuhan jaringan perbankan syariah
selama beberapa tahun terakhir di kedua negara turut meningkatkan
kemampuan perbankan syariah untuk memperoleh Dana Pihak Ketiga
(DPK) yang merupakan modal utama dalam kelangsungan hidup suatu
perbankan (Ismanto, 2013; Bank Negara Malaysia, 2014; Otoritas Jasa
Keuangan, 2015). Dengan kata lain, perbankan syariah di kedua negara,
yaitu Indonesia dan Malaysia, memiliki kemampuan pengelolaan dana yang
bermasalah yang sama.
Selain itu, faktor lainnya yang mempengaruhi adanya kesamaan rasio
NPF dalam penelitian ini salah satunya adalah adanya dukungan dari badan
regulator perbankan di kedua negara mulai berperan aktif dalam
mengeluarkan regulasi-regulasi tambahan yang dinilai menjadi sebagai
sebuah cara lain bagi industri perbankan syariah di kedua negara agar lebih
kompetitif (Bank Negara Malaysia, 2014; Otoritas Jasa Keuangan, 2015;
Basri, 2016). Contohnya, Islamic Financial Servises Act 2013 yang
dikeluarkan oleh Bank Negara Malaysia pada tahun 2013 lalu yang
66
bertujuan untuk mengakselerasi pertumbuhan perbankan syariah di
Malaysia. Tindakan tersebut dilakukan untuk memberikan peraturan yang
lebih luas pada produk-produk yang dikeluarkan oleh setiap perbankan
syariah di Malaysia (Basri, 2016). Sedangkan di Indonesia sendiri, Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) selaku badan regulator perbankan juga mengeluarkan
produk Peraturan dan Surat Edaran untuk meningkatkan kualitas pengaturan
perbankan syariah sehingga dapat menyesuaikan dengan perkembangan
terkini, baik di dunia internasional maupun di dalam negeri sendiri (Otoritas
Jasa Keuangan, 2014).
3. Komponen Management Quality
Pada hasil uji hipotesis dengan analisis Mann-Whitney menunjukkan
variabel Management Quality yang diproksikan dengan Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional atau BOPO memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,081. Sedangkan, dalam tabel mean rank dari kedua negara
menunjukkan bahwa nilai rasio BOPO perbankan syariah Indonesia sebesar
10,86 dan Malaysia sebesar 6,67. Hal ini menunjukkan Malaysia relatif
lebih baik walaupun nyatanya perbedaan ini tidak memiliki kecenderungan
perbedaan yang signifikan secara statistik. Oleh karena itu, variabel BOPO
dalam penelitian ini disimpulkan tidak memiliki perbedaan yang signifikan
dan hipotesis 0 atau H0 diterima.
Temuan ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sumarta &
Yogiyanto (2000) dan Hayati dkk. (2009), di mana ia menemukan variabel
67
management quality yang diproksikan dengan BOPO tidak memiliki
perbedaan signifikan antara bank umum Indonesia dengan Malaysia.
Akan tetapi, hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wibowo (2014) dan Wibowo (2015) yang menemukan
bahwa management quality yang diproksikan dengan EEA bank umum
Indonesia memiliki perbedaan signifikan dengan negara lainnya, yaitu
Thailand.
Rasio kualitas aktiva produktif yang diproksikan dengan Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional merupakan alat analisis yang
biasa digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai kemampuan
manajemen perbankan syariah dalam mengendalikan efisiensi biaya
maupun beban yang harus dikeluarkan perusahaan. Oleh karena itu, kualitas
manajemen dari suatu perbankan turut mempengaruhi tingkat kesehatan
perbankan syariah setiap tahunnya serta mencerminkan kinerja yang baik
dari industri perbankan syariah tersebut apakah sudah memiliki kondisi
yang baik. Karena, hal ini dapat dijadikan sebagai salah satu penilaian dasar
untuk menilai tingkat efektif dan efiseinsi suatu perbankan syariah sehingga
dapat berkompetisi dalam lingkup global untuk mempromosikan produknya
serta meningkatkan kelemahan dan memberdayakan kekuatan yang ada agar
nantinya dapat memberikan dampak yang baik pada tingkat keuntungan
yang mampu diperoleh oleh perbankan syariah tersebut (Sumarta &
Yogiyanto, 2000; Ascarya & Yumanita, 2008; Mokhtar dkk., 2008;
Ismanto, 2013; Setyaningsih, 2014).
68
Selain itu, faktor lainnya yang mempengaruhi adanya kesamaan rasio
BOPO dalam penelitian ini salah satunya adalah adanya dukungan dari
badan regulator perbankan di kedua negara mulai berperan aktif dalam
mengeluarkan regulasi-regulasi tambahan yang dinilai menjadi sebagai
sebuah cara lain bagi industri perbankan syariah di kedua negara agar lebih
kompetitif (Bank Negara Malaysia, 2014; Otoritas Jasa Keuangan, 2015;
Basri, 2016). Contohnya, Islamic Financial Servises Act 2013 yang
dikeluarkan oleh Bank Negara Malaysia pada tahun 2013 lalu yang
bertujuan untuk mengakselerasi pertumbuhan perbankan syariah di
Malaysia. Tindakan tersebut dilakukan untuk memberikan peraturan yang
lebih luas pada produk-produk yang dikeluarkan oleh setiap perbankan
syariah di Malaysia (Basri, 2016). Sedangkan di Indonesia sendiri, Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) selaku badan regulator perbankan juga mengeluarkan
produk Peraturan dan Surat Edaran untuk meningkatkan kualitas pengaturan
perbankan syariah sehingga dapat menyesuaikan dengan perkembangan
terkini, baik di dunia internasional maupun di dalam negeri sendiri (Otoritas
Jasa Keuangan, 2014).
4. Komponen Earnings
Dalam analisis yang dilakukan pada komponen earnings dengan
menggunakan dua proksi, yaitu Return on Assets (ROA) dan Return on
Equity (ROE) juga menggunakan alat pengujian yang berbeda karena
normalitas kedua data yang menghasilkan hasil yang berbeda.
69
Pertama, pada hasil uji hipotesis dengan analisis Mann-Whitney
menunjukkan variabel Earnings yang diproksikan dengan Return on Assets
atau ROA memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,315. Sedangkan, dalam
tabel mean rank dari kedua negara menunjukkan bahwa nilai rasio ROA
perbankan syariah Indonesia sebesar 9,86 dan Malaysia sebesar 7,44. Hal
ini menunjukkan Indonesia relatif lebih baik walaupun nyatanya perbedaan
ini tidak memiliki kecenderungan perbedaan yang signifikan secara
statistik. Oleh karena itu, variabel Return on Assets (ROA) dalam penelitian
ini disimpulkan tidak memiliki perbedaan yang signifikan dan hipotesis 0
atau H0 diterima.
Temuan ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Hayati dkk.
(2009) dan Wibowo (2015), di mana ia menemukan variabel earnings yang
diproksikan dengan ROA tidak memiliki perbedaan signifikan antara bank
umum Indonesia dan Malaysia .
Akan tetapi, hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sumarta & Yogiyanto (2000) dan Wahyuni & Sukirno
(2016) yang menemukan bahwa earnings yang diproksikan dengan ROA
bank umum Indonesia memiliki perbedaan signifikan dengan negara
lainnya, yaitu Thailand.
Rasio kualitas aktiva produktif yang diproksikan dengan Return on
Assets merupakan alat analisis yang biasa digunakan untuk mengukur
kemampuan suatu bank dalam memperoleh keuntungan berupa laba
70
sebelum pajak secara keseluruhan. Oleh karena itu, earnings dari suatu
perbankan turut mempengaruhi tingkat kesehatan perbankan syariah setiap
tahunnya serta mencerminkan kinerja yang baik dari industri perbankan
syariah tersebut apakah sudah memiliki kondisi yang baik. Karena, hal ini
dapat dijadikan sebagai salah satu penilaian dasar untuk kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang mampu diperoleh oleh
perbankan syariah tersebut dari produk-produk keuangan yang dikeluarkan
(Sumarta & Yogiyanto, 2000; Roman & Şargu, 2013; Ismanto, 2013;
Srihastuti, 2013; Setyaningsih, 2014).
Kedua, pada hasil uji hipotesis dengan analisis Independent t-test
menunjukkan variabel Earnings yang diproksikan dengan Return on Equity
atau ROE memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,907. Sedangkan, dalam
tabel mean dari kedua negara menunjukkan bahwa nilai rasio ROE
perbankan syariah Indonesia sebesar 0,762 dan Malaysia sebesar 0,79433.
Hal ini menunjukkan bahwa kedua negara tidak memiliki perbedaan yang
signifikan secara statistik. Oleh karena itu, variabel Return on Equity (ROE)
dalam penelitian ini disimpulkan tidak memiliki perbedaan yang signifikan
dan hipotesis 0 atau H0 diterima.
Temuan ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Wibowo
(2014) di mana ia menemukan variabel earnings yang diproksikan dengan
ROE tidak memiliki perbedaan signifikan antara bank umum Indonesia
dengan Brunei Darusalam.
71
Akan tetapi, hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wibowo (2014) dan Wibowo (2015) yang menemukan
bahwa earnings yang diproksikan dengan ROE bank umum Indonesia
memiliki perbedaan signifikan dengan negara lainnya, yaitu Malaysia,
Filipina, dan Thailand.
Rasio kualitas aktiva produktif yang diproksikan dengan Return on
Equity merupakan alat analisis yang biasa digunakan untuk mengukur
kemampuan suatu bank dalam memperoleh keuntungan berupa laba setelah
pajak secara keseluruhan. Oleh karena itu, earnings dari suatu perbankan
turut mempengaruhi tingkat kesehatan perbankan syariah setiap tahunnya
serta mencerminkan kinerja yang baik dari industri perbankan syariah
tersebut apakah sudah memiliki kondisi yang baik. Karena, hal ini dapat
dijadikan sebagai salah satu penilaian dasar untuk kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan yang mampu diperoleh oleh perbankan
syariah tersebut dari produk-produk keuangan yang dikeluarkan (Sumarta
& Yogiyanto, 2000; Roman & Şargu, 2013; Ismanto, 2013; Srihastuti, 2013;
Setyaningsih, 2014).
Selain itu, faktor lainnya yang mempengaruhi adanya kesamaan rasio
ROA dan ROE dalam penelitian ini salah satunya adalah adanya dukungan
dari badan regulator perbankan di kedua negara mulai berperan aktif dalam
mengeluarkan regulasi-regulasi tambahan yang dinilai menjadi sebagai
sebuah cara lain bagi industri perbankan syariah di kedua negara agar lebih
kompetitif (Bank Negara Malaysia, 2014; Otoritas Jasa Keuangan, 2015;
72
Basri, 2016). Contohnya, Islamic Financial Servises Act 2013 yang
dikeluarkan oleh Bank Negara Malaysia pada tahun 2013 lalu yang
bertujuan untuk mengakselerasi pertumbuhan perbankan syariah di
Malaysia. Tindakan tersebut dilakukan untuk memberikan peraturan yang
lebih luas pada produk-produk yang dikeluarkan oleh setiap perbankan
syariah di Malaysia (Basri, 2016). Sedangkan, di Indonesia sendiri, Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) selaku badan regulator perbankan juga mengeluarkan
produk Peraturan dan Surat Edaran untuk meningkatkan kualitas pengaturan
perbankan syariah sehingga dapat menyesuaikan dengan perkembangan
terkini, baik di dunia internasional maupun di dalam negeri sendiri (Otoritas
Jasa Keuangan, 2014).
5. Komponen Liquidity
Pada hasil uji hipotesis dengan analisis Mann-Whitney menunjukkan
variabel Management Quality yang diproksikan dengan Loan-to-Deposits
Ratio atau LDR memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,958 secara statistik.
Sedangkan, dalam tabel mean rank dari kedua negara juga menunjukkan
bahwa nilai rasio LDR perbankan syariah tidak memiliki perbedaan yang
signifikan, yaitu Indonesia sebesar 8,43 dan Malaysia sebesar 8,56. Oleh
karena itu, variabel Loan-to-Deposits Ratio (LDR) dalam penelitian ini
disimpulkan tidak memiliki perbedaan yang signifikan dan hipotesis 0 atau
H0 diterima.
73
Temuan ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Hayati dkk.
(2009), di mana ia menemukan variabel liquidity yang diproksikan dengan
LDR tidak memiliki perbedaan signifikan antara bank umum Indonesia
dengan Malaysia.
Akan tetapi, hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sumarta & Yogiyanto (2000), Wibowo (2015), dan Wahyuni
& Sukirno (2016) yang menemukan bahwa liquidity yang diproksikan
dengan LDR bank umum Indonesia memiliki perbedaan signifikan dengan
negara lainnya, yaitu Malaysia dan Thailand.
Rasio likuiditas yang diproksikan dengan Loan-to-Deposits Ratio
merupakan alat analisis yang biasa digunakan untuk mengukur kemampuan
suatu bank dalam memenuhi permintaan kredit dengan total aset yang
dimiliki. Oleh karena itu, kemampuan likuiditas dari suatu perbankan turut
mempengaruhi tingkat kesehatan perbankan syariah setiap tahunnya serta
mencerminkan kinerja yang baik dari industri perbankan syariah tersebut
apakah sudah memiliki kondisi yang baik dan stabil. Karena, hal ini dapat
dijadikan sebagai salah satu penilaian dasar untuk kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan yang mampu diperoleh oleh perbankan
syariah tersebut dari produk-produk keuangan yang dikeluarkan (Sumarta
& Yogiyanto, 2000; Roman & Şargu, 2013; Ismanto, 2013; Srihastuti, 2013;
Setyaningsih, 2014).
74
Selain itu, faktor lainnya yang mempengaruhi adanya kesamaan rasio
NPF dalam penelitian ini salah satunya adalah adanya dukungan dari badan
regulator perbankan di kedua negara mulai berperan aktif dalam
mengeluarkan regulasi-regulasi tambahan yang dinilai menjadi sebagai
sebuah cara lain bagi industri perbankan syariah di kedua negara agar lebih
kompetitif (Bank Negara Malaysia, 2014; Otoritas Jasa Keuangan, 2015;
Basri, 2016). Contohnya, Islamic Financial Servises Act 2013 yang
dikeluarkan oleh Bank Negara Malaysia pada tahun 2013 lalu yang
bertujuan untuk mengakselerasi pertumbuhan perbankan syariah di
Malaysia. Tindakan tersebut dilakukan untuk memberikan peraturan yang
lebih luas pada produk-produk yang dikeluarkan oleh setiap perbankan
syariah di Malaysia (Basri, 2016). Sedangkan di Indonesia sendiri, Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) selaku badan regulator perbankan juga mengeluarkan
produk Peraturan dan Surat Edaran untuk meningkatkan kualitas pengaturan
perbankan syariah sehingga dapat menyesuaikan dengan perkembangan
terkini, baik di dunia internasional maupun di dalam negeri sendiri (Otoritas
Jasa Keuangan, 2014).
Akan tetapi, berdasarkan hasil penelitian ini pula terdapat factual gap
antara fenomena di lapangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti, seperti adanya perbedaan peningkatan pertumbuhan aset dan ukuran
market share perbankan syariah di kedua negara yang menunjukkan persentase
yang berbeda. Namun, kondisi tersebut tidak terlalu memberikan efek yang
signifikan pada tingkat kesehatan perbankan serta kinerja perbankan syariah di
75
kedua negara berdasarkan pengujian statistik yang dilakukan dalam penelitian
ini.
Hal lainnya yakni dalam laporan Global Islamic Financial Report tahun
2016 yang menunjukkan adanya perbedaan peringkat antara Indonesia dan
Malaysia dengan jarak yang cukup jauh, di mana negara Malaysia menempati
posisi pertama sedangkan Indonesia berada di posisi keenam. Perbedaan pada
hasil penelitian ini pun juga dipengaruhi oleh keterbatasan variabel penelitian
yang digunakan oleh peneliti yang terbatas pada penggunaan data penelitian
dari sisi internal perusahaan berupa laporan keuangan tahunan, tapi
menggunakan variabel lain yang ada di luar perusahaan, seperti inflasi dan
tingkat pendidikan para praktisi perbankan syariah.
76
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Penelitian ini meneliti tentang perbandingan tingkat kesehatan perbankan
syariah antara negara Indonesia dan Malaysia selama periode 2011 sampai
dengan tahun 2015. Sampel bank syariah yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 16 bank syariah yang terdiri dari 7 bank syariah Indonesia dan 9 bank
syariah Malaysia. Analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode
CAMELS, analisis deskriptif, serta Independent t-test dan Mann-Whitney U-test
untuk pengujian hipotesisnya dengan program IBM SPSS 21 Version.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah disusun dan
dibahas pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil uji hipotesis CAR adalah menolak hipotesis satu (H1) atau
menerima H0, yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan
dari tingkat kesehatan perbankan syariah secara keseluruhan antara
perbankan syariah Indonesia dan Malaysia.
2. Hasil uji hipotesis NPF adalah menolak hipotesis satu (H2) atau
menerima H0, yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan
dari tingkat kesehatan perbankan syariah secara keseluruhan antara
perbankan syariah Indonesia dan Malaysia.
77
3. Hasil uji hipotesis BOPO adalah menolak hipotesis satu (H3) atau
menerima H0, yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan
dari tingkat kesehatan perbankan syariah secara keseluruhan antara
perbankan syariah Indonesia dan Malaysia.
4. Hasil uji hipotesis ROA adalah menolak hipotesis satu (H4) atau
menerima H0, yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan
dari tingkat kesehatan perbankan syariah secara keseluruhan antara
perbankan syariah Indonesia dan Malaysia.
5. Hasil uji hipotesis ROE adalah menolak hipotesis satu (H5) atau
menerima H0, yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan
dari tingkat kesehatan perbankan syariah secara keseluruhan antara
perbankan syariah Indonesia dan Malaysia.
6. Hasil uji hipotesis LDR adalah menolak hipotesis satu (H6) atau
menerima H0, yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan
dari tingkat kesehatan perbankan syariah secara keseluruhan antara
perbankan syariah Indonesia dan Malaysia.
B. Implikasi
1. Bank Syariah
Perbankan syariah masih berpeluang besar untuk dapat berkembang
di masa yang akan datang dan merupakan tantangan besar bagi manajemen
perbankan syariah Indonesia untuk mengembangkannya. Maka dari itu
penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada perbankan syariah
78
Indonesia bahwa mereka memiliki peluang dalam mengembangkan
perusahaannya. Terlebih dengan adanya kerjasama Masyarakat Ekonomi
ASEAN saat ini, dapat dijadikan peluang besar untuk mengembangkannya
di masa depan.
2. Pembuat Kebijakan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber
referensi dan informasi oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam memberlakukan
kebijakan-kebijakan bagi perbankan syariah di Indonesia.
3. Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan
dan ilmu pengetahuan mengenai kondisi tingkat kesehatan perbankan
syariah di negara Indonesia dan Malaysia.
4. Saran
Setelah melakukan proses pengolahan data dan mendapatkan
kesimpulan dari penelitian ini, maka saran-saran yang dapat disampaikan oleh
peneliti adalah sebagai berikut:
1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah
negara yang akan dijadikan sebagai sampel penelitian dan tahun
pengamatan penelitian yang lebih lama.
79
2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan proksi yang
dapat mewakili komponen sensitivity to risk karena belum banyak
penelitian yang menggunakan proksi tersebut.
3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel lain
yang berasal dari luar perusahaan, seperti tingkat inflasi dan
lainnya.
80
DAFTAR PUSTAKA
Adzhani, R. (2016). Analisis Komparatif Kinerja Perbankan Syariah di Asia.
Jakarta: Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Alamsyah, H. (2012). Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah Indonesia:
Tantangan dalam Menyongsong MEA 2015. Ceramah Ilmiah Ikatan Ahli
Ekonomi Islam, (pp. 1-8). Retrieved from http://www.bi.go.id
Almilia, L. S., & Herdiningtyas, W. (2005). Analisis Rasio CAMEL Terhadap
Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan , 7(2).
Andri, Y. (2016, Mei 10). Market: Bisnis Indonesia. (B. C. Nursyifani, Editor)
Retrieved Oktober 25, 2016, from Bisnis Indonesia: http://koran.bisnis.com
Ascarya, & Yumanita, D. (2008). Comaparing the Efficiency of Islamic Banks in
Malaysia and Indonesia. Jurnal Bank Indonesia, 95-196. Retrieved Februari
6, 2016, from http://www.bi.go.id
Azwar. (2015). Publikasi Artikel. Retrieved from Badan Pendidikan dan Pelatihan
Keuangan Kementerian Keuangan: http://www.bppk.kemenkeu.go.id
Azzahroh, M., & dkk. (2016). Analisis Komparatif Kinerja Keuangan Bank Umum
di Indonesia dan Malaysia (Studi pada 3 Bank Umum Terbesar di Indonesia
dan Malaysia tahun 2010-2014). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 35(2),
65-71. Retrieved Mei 9, 2017, from http://administrasibisnis.
studentjournal.ub.ac.id/index.php/jab/article/view/1396/1782
Bank Indonesia. (2009, Agustus 19). Stabilitas Sistem Keuangan: Bank Indonesia.
Retrieved from Bank Indonesia: http://www.bi.go.id
Bank Muamalat. (2016). Tentang Muamalat: Profil Bank Muamalat. Retrieved
Desember 20, 2016, from Bank Muamalat: http://www.bankmuamalat.
co.id/profil-bank-muamalat
Bank Negara Malaysia. (2014). The Fianancial Stability and Payment Systems
Report 2014. Malaysia: Bank Negara Malaysia. Retrieved Juni 14, 2017,
from http://www.bnm.gov.my/files/publication/fsps/en/2014/fs2014_book
Basri, M. F. (2016). The Performance of Malaysian Islamic Banking Industry and
The Impact of Foreign Islamic Banks. Durham e-Theses. Retrieved Juni 14,
2017, from http://etheses.dur.ac.uk/11580/
81
Brown, K. (2003). Islamic Banking Comparative Analysis. The Arab Bank Review,
5(2), 43-50. Retrieved from http://www.nzibo.com/IB2/CAnalysis.pdf
Dendawijaya, L. (2009). Manajemen Perbankan (2 ed.). Bogor: Ghalia Indonesia.
Dincer, H., & dkk. (2011). A Performance Evaluation of the Turkish Banking
Sector After the Global Crisis Via CAMELS Ratios. 7th International
Strategic Management Conference (pp. 1530-1545). Procedia Social and
Behavioral Sciences. Retrieved Februari 22, 2017
Ernst&Young. (2016). World Islamic Banking Competitiveness Report 2016.
Erol, C., & dkk. (2014). Performance Comparison of Islamic (Participation) Banks
and Commercial Banks in Turkish Banking Sector. EuroMed Journal of
Business, 9(2), 114-128. Retrieved 2016
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ginting, R., & dkk. (2012). Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Retrieved from
Bank Indonesia: http://www.bi.go.id
Ginting, R., & dkk. (2012). Perbankan: Bank Indonesia. Retrieved from Bank
Indonesia Web site: http://www.bi.go.id/
Godfrey, J., & dkk. (1997). Accounting Theory (7th ed.). Queensland: John Wiley
& Sons.
Harmono. (2014). Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard (1 Cet. 3
ed.). Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hasan, C. E., & et. al. (2014). Performance Comparison of Islamic (Participation)
Banks and Commercial Banks in Turkish Banking Sector. EuroMed Journal
of Business, 9(2), 114-128. doi:10.1108/EMJB-05-2013-0024
Hayati, N. R., & dkk. (2009). Comparison Analysis of Financial Performance on
Sharia Banking (Case Study in Indonesia and Malaysia). Retrieved April
20, 2017, from http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/handle/123456789/
1322.
Islamic Financial Services Board. (2016). Prudential and Structural Islamic
Financial Indicators (PSIFIs) for Islamic Banks. Malaysia: Islamic
Financial Services Board (IFSB). Retrieved Mei 2, 2017, from
http://psifi.ifsb.org
Ismanto, E. (2013). Pengaruh Kesehatan Perbankan Bank Terhadap Pertumbuhan
Laba pada Industri Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. 1-6.
Retrieved from http://journal.wima.ac.id
82
Kaur, P. (2015). A Financial Performance Analysis of the Indian Banking Sector
Using CAMEL Model. The IUP Journal of Bank Management, 14(4), 19-
34. Retrieved Mei 31, 2016, from http://search.proquest.com/openview/
f23f493cf7daad6da70c3a87daf1cc7b/1?pq-origsite=gscholar&cbl=54443
Mokhtar, H. S., & dkk. (2008). Efficiency and Competition of Islamic Banking in
Malaysia. Humanomics, 24(1), 28-48. doi:10.1108/08288660810851450
Novitasari, D. R. (2015). Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode
CAMELS terhadap Pertumbuhan Laba pada Bank Umum Syariah Periode
2011-2014.
Otoritas Jasa Keuangan. (2014). Tentang Syariah: Sejarah Perbankan Syariah.
Retrieved Februari 14, 2017, from Otoritas Jasa Keuangan: http://
www.ojk.go.id
Otoritas Jasa Keuangan. (2015). Laporan Perkembangan Keuangan Syariah 2015.
Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan. Retrieved Juni 14, 2017, from
http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/berita-dan-kegiatan/publikasi/
Documents/Pages/Laporan-Perkembangan-Perbankan-dan-Keuangan-
Syariah-2015/LPKS%202015%20(Indonesia).pdf
Prasad, K., & Ravinder, G. (2012). A Camel Model Analysis of Nationalized in
India. International Journal of Trade and Commerce-IIARTC, 1(1), 23-33.
Retrieved 2016, from http://www.sgsrjournals.com
Prastowo, A. (2016). Memahami Metode-Metode Penelitian: Suatu Tinjauan
Teoritis dan Praktis. Jogjakarta: Ar-Ruzz Mudia.
Rizkiyah, K., & Suhadak. (2017). Analisis Perbandingan Tingkat Kesehatan Bank
Berdasarkan Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, dan
Capital (RGEC) pada Bank Syariah (Studi pada Bank Syariah Indonesia,
Malaysia, United Arab Emirates, dan Kuwait periode 2011-2015). Jurnal
Administrasi dan Bisnis , 43(1), 163-171. Retrieved April 20, 2017, from
http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jab/article/view/
1710
Roman, A., & Şargu, A. C. (2013). Analysing the Financial Soundness of the
Commercial Banks in Romania: An Approach Based on the Camels
Framework. Procedia Economics and Finance, 703-712.
Santoso, S. (2014). Statistik Multivariat Edisi Revisi. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Sarker, A. A. (2005). CAMELS Rating System in the Context of Islamic Banking:
A Proposed 'S' for Syariah Framework. Journal of Islamic Economics and
Finance, 1-26. Retrieved from http://www.ibtra.com
83
Setyaningsih, N. R. (2014). Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Perubahan
Laba (Studi pada Bank Syariah di Indonesia Tahun 2010-2012).
Shariff, M. I. (2008). The Development of Islamic Banking Law in Malaysia. In S.
A. Sultan, M. I. Shariff, R. Haniffa, M. Hudaib, M. Mirza, dkk, M. D. Bakar,
& E. R. Ali (Eds.), Essential Readings in Islamic Finance (pp. 295-313).
Kuala Lumpur, Malaysia: CERT Publications Sdn. Bhd.
Srihastuti, E. (2013). Pengaruh Rasio CAMEL terhadap Kinerja Keuangan Bank
Syariah (Studi Kasus di Bank Syariah Mandiri). 19-29.
Suharyadi, & Purwanto. (2009). Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern
(2 ed.). Jakarta: Salemba Empat.
Sultan, S. A. (2008). Islamic Banking: Trend, Development and Challanges. In S.
A. Sultan, M. I. Shariff, R. Haniffa, M. Hudaib, M. Mirza, dkk, M. D. Bakar,
& E. R. Ali (Eds.), Essential Readings in Islamic Finance (pp. 89-110).
Kuala Lumpur, Malaysia: CERT Publications Sdn. Bhd.
Sumarta, N. H., & Yogiyanto. (2000). Evaluasi Kinerja Perusahaan Perbankan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Thailand. Jurnal Bank Indonesia,
3(2), 183-203. Retrieved Mei 9, 2017, from http://www.journalbank
indonesia.org/index.php/BEMP/article/view/293/270
Wahyuni, A., & Sukirno. (2016). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan
Perbankan ASEAN (Studi pada Bank Umum Indonesia, Thailand dan
Filipina). Jurnal Nominal: Barometer Riset Akuntansi dan Manajemen
Indonesia, 5(2), 1-15. Retrieved April 20, 2017, from http://journal.
uny.ac.id/index.php/nominal/article/view/11720
Wibowo, S. (2014). Perbandingan Indikator Kinerja Keuangan Perbankan Syariah
di ASEAN. 3rd Economics & Business Research Festival (pp. 285-302).
Salatiga: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
Wibowo, S. (2015, Januari-Juni). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan
Perbankan Syariah dengan Metode CAMEL di ASEAN (Studi Komparatif:
Indonesia, Malaysia, Thailand). Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen,
15`(1), 136-153. doi:http://dx.doi.org/10.17970/jrem.15.1501010.ID
Wicaksana, R. L., & Sudarno. (2011). Analisis Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap
Kondisi Bermasalah pada Sektor Perbankan di Indonesia. Skripsi Fakultas
Ekonomi . Retrieved Mei 2, 2017, from http://eprints.undip.ac.id/
28664/1/artikel_skripsi.pdf
84
Wiyadi, & dkk. (2016). The Sharia Banking Performance Based on Islamic Indices
in the ASEAN Countries. Publikasi Ilmiah Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Retrieved from Publikasi Ilmiah :
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/8126
Wiyono, S., & Maulamin, T. (2013). Memahami Akuntansi Syariah di Indonesia
(Edisi Revisi). Jakarta: Mitra Wacana Media.
Yuksel, S., & et. al. (2015). CAMELS-based Determinants for the Credit Rating of
Turkish Banks. International Journal of Finance & Banking Studies, 4(4),
1-17. Retrieved 2016, from www.ssbfnet.com/ojs
Yulita, I., & Rizal, S. (2016). Islamic Banking Efficiency: Comparative Studies
Between Malaysia and Indonesia. Signifikan: Jurnal Ilmu Ekonomi, 5(1),
31-50. doi:10.15408/sjie.v5i1.3129
86
Lampiran 1: Rata-Rata Penghitungan Rasio CAMELS Perbankan Syariah Indonesia dan Malaysia tahun 2011-2015
Negara Nama Bank Syariah Kode
Bank
Rata-rata
CAR NPF BOPO ROA ROE LDR
Indonesia
Bank BJB Syariah BJBS 0,2050 0,0397 0,5294 0,0061 0,0191 0,8864
Bank BNI Syariah BNIS 0,1312 0,0241 0,5935 0,0121 0,0849 0,9978
Bank BRI Syariah BRIS 0,1087 0,0384 0,5434 0,0059 0,0480 0,9505
Bank Mega Syariah BMGS 0,1223 0,0361 0,7209 0,0143 0,1304 0,9010
Bank Muamalat BMUA 0,0783 0,0378 0,4064 0,0077 0,0874 0,9313
Bank Panin Syariah BPNS 0,3000 0,0042 0,3471 0,0135 0,0492 1,1362
Bank Syariah Mandiri BSMN 0,0911 0,0888 1,6411 0,0114 0,1144 0,8653
Malaysia
Affin Islamic Bank Berhad AIBB 0,0883 0,0236 0,2275 0,0074 0,0950 0,6986
Al Rajhi Bank Malaysia ARBM 0,1300 0,0207 0,4768 0,0012 0,0175 0,9966
Bank Islam Malaysia Berhad BIMB 0,0917 0,0151 0,3804 0,0148 0,1349 0,6631
CIMB Islamic Bank Berhad CIBB 0,0658 0,0106 0,2446 0,0102 0,1432 0,9289
HSBC Amanah Malaysia Berhad HAMB 0,1010 0,0167 0,4301 0,0110 0,1066 1,1061
Kuwait Finance House (Malaysia) KFHM 0,2002 0,1286 0,8062 -0,0080 -0,0543 1,4967
OCBC Al-Amin Bank Malaysia OABM 0,0676 0,0184 0,4267 0,0089 0,1140 0,9341
RHB Islamic Bank RHBI 0,1267 0,0229 0,2084 0,0076 0,0899 0,7771
Standard Chartered Saadiq Berhad SCSB 0,1026 0,0066 0,4202 0,0062 0,0681 1,6147
87
Lampiran 2: Hasil Pengujian Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
CAR 16 ,0658 ,3000 ,125656 ,0614684 1,815 ,564 3,473 1,091
NPF 16 ,0042 ,1286 ,033269 ,0322561 2,189 ,564 4,931 1,091
BOPO 16 ,2084 1,6411 ,525169 ,3400141 2,570 ,564 8,103 1,091
ROA 16 -,0080 ,0148 ,008144 ,0056153 -1,618 ,564 3,804 1,091
ROE 16 -,0543 ,1432 ,078019 ,0520897 -1,113 ,564 1,349 1,091
LDR 16 ,6631 1,6147 ,992775 ,2536404 1,386 ,564 1,988 1,091
Valid N (listwise) 16
88
Lampiran 3: Hasil Pengujian Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
CAR NPF BOPO ROA ROE LDR
N 16 16 16 16 16 16
Normal
Parametersa,b
Mean ,125656 ,033269 ,525169 ,008144 ,078019 ,992775
Std. Deviation ,0614684 ,0322561 ,3400141 ,0056153 ,0520897 ,2536404
Most Extreme
Differences
Absolute ,277 ,296 ,233 ,220 ,178 ,242
Positive ,277 ,296 ,233 ,118 ,105 ,242
Negative -,165 -,184 -,176 -,220 -,178 -,120
Test Statistic ,277 ,296 ,233 ,220 ,178 ,242
Asymp. Sig. (2-tailed) ,002c ,001c ,020c ,038c ,190c ,013c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
89
Lampiran 4: Hasil Pengujian Independent t-test
Group Statistics
Indonesia, Malaysia N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
ROE Indonesia 7 ,076200 ,0395446 ,0149465
Malaysia 9 ,079433 ,0625263 ,0208421
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
ROE Equal variances assumed ,741 ,404 -,119 14 ,907 -,0032333 ,0271584 -,0614822 ,0550156
Equal variances not assumed -,126 13,562 ,902 -,0032333 ,0256474 -,0584088 ,0519421
90
Lampiran 5: Hasil Pengujian Mann-Whitney U-test
Ranks
Indonesia, Malaysia N Mean Rank Sum of Ranks
CAR Indonesia 7 10,14 71,00
Malaysia 9 7,22 65,00
Total 16
NPF Indonesia 7 10,86 76,00
Malaysia 9 6,67 60,00
Total 16
BOPO Indonesia 7 10,86 76,00
Malaysia 9 6,67 60,00
Total 16
ROA Indonesia 7 9,86 69,00
Malaysia 9 7,44 67,00
Total 16
LDR Indonesia 7 8,43 59,00
Malaysia 9 8,56 77,00
Total 16
Test Statisticsa
CAR NPF BOPO ROA LDR
Mann-Whitney U 20,000 15,000 15,000 22,000 31,000
Wilcoxon W 65,000 60,000 60,000 67,000 59,000
Z -1,217 -1,747 -1,747 -1,006 -,053
Asymp. Sig. (2-tailed) ,223 ,081 ,081 ,315 ,958
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,252b ,091b ,091b ,351b 1,000b
a. Grouping Variable: Indonesia, Malaysia
b. Not corrected for ties.