Upload
lehanh
View
240
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
i
TINGKAT KETERAMPILAN BERBICARA DITINJAU
DARI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK
USIA 5-6 TAHUN
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
oleh
Nur Azizah
1601409035
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya menyatakan bahwa isi skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak
terdapat karya yang diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dirujuk dalam skripsi
ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Semarang, Agustus 2013
Nur Azizah
NIM. 1601409035
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Yuli Kurniawati S.P., S.Psi, M.A Drs. Khamidun, M.Pd
NIP.19810704 200501 2 003 NIP. 19671216 199903 1 002
Mengetahui,
Ketua Jurusan PG PAUD FIP Unnes
Edi Waluyo, M.Pd
NIP. 19790425 200501 1
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “Tingkat Keterampilan Berbicara ditinjau dari Metode Bermain
Peran pada Anak Usia 5- 6 Tahun” telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Semarang.
Hari :
Tanggal :
Panitia Ujian Skripsi,
Ketua, Sekretaris,
Drs. Hardjono, M.Pd. Yuli Kurniawati S.P., S.Psi, M.A
NIP. 19510801 197903 1 007 NIP.19810704 200501 2 003 Yuli Kurniawati S.P., S.Psi, M.A
Penguji I,
Henny Puji Astuti, S.Psi., M.Si.
NIP. 19771105 201012 2 002
Penguji II/ Pembimbing I,
Yuli Kurniawati S.P., S.Psi, M.A
NIP.19810704 200501 2 003
Penguji III/ Pembimbing II,
Drs. Khamidun, M.Pd
NIP. 19671216 199903 1 002
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Jalan yang benar akan menuntun kita pada kesuksesan.
2. Jika kita masih mampu untuk melakukan sesuatu, maka lakukanlah. Sesuatu yang ditunda
hanya akan menimbulkan penyesalan.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
1. Ibuku (Tiamah) dan Bapakku (Damanhuri) tersayang, terima kasih
atas segala pengorbanan yang telah bapak ibu lakukan untukku.
2. Saudaraku (Ana Sufyana, Abdul Muiz, Aisyatuz Zahwa, dan
Renaldi Eka Saputra) yang tak pernah lupa memberikan doa dan
dukungan.
3. Keluarga besar semua, terima kasih turut memberi doa dan
dukungan kepadaku.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah dan rahmat-Nya,
sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Tingkat Keterampilan Berbicara ditinjau dari
Metode Bermain Peran pada Anak Usia 5- 6 Tahun” dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam menempuh studi jenjang
Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini di
Universitas Negeri Semarang. Penulis sadar bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini penulis
selalu mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan rasa
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah
memberi berbagai fasilitas dan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi di
Universitas Negeri Semarang.
2. Drs. Hardjono, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang
telah memberikan izin dalam penyusunan skripsi ini.
3. Edi Waluyo, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini UNNES
yang telah memberi motivasi.
4. Yuli Kurniawati S.P, S.Psi, M.A sebagai pembimbing I dan Drs. Khamidun, M.Pd sebagai
pembimbing II yang telah membimbing dengan penuh kesabaran dan mengarahkan penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Ali Formen, M.Ed sebagai dosen wali yang telah memberikan nasihat dan membimbing
penulis selama studi.
vii
6. Segenap dosen Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini yang telah
menyampaikan ilmunya kepada penulis.
7. Abdul Choliq, S.Pd, selaku Kepala Sekolah dan segenap guru TK Negeri Pembina
Kecamatan Pekalongan Barat dan Edy Priyadi, S.Pd, selaku Kepala Sekolah dan segenap
guru TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Utara yang telah memberikan izin
penelitian.
8. Bapak ibuku yang telah melakukan pengorbanan dengan penuh keikhlasan untukku, serta
saudaraku yang selalu mengingatku dalam setiap doa.
9. Marcilia Dwi Astuti yang selalu setia menemaniku dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini, serta Clowor (Cell, Mb Nha, K-woel, Naa) yang selalu memberikan semangat.
10. Teman-teman Jurusan PG PAUD UNNES 2009 seperjuangan.
11. Teman-teman Sakura Kos yang selalu mendukungku dengan berbagi canda tawa.
12. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penelitian dan penyusunan skripsi
ini.
13. Almamaterku tercinta, UNNES.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat kepada semua pembaca.
Semarang, Agustus 2013
Penulis
viii
ABSTRAK
Azizah, Nur. 2013. Tingkat Keterampilan Berbicara ditinjau dari Metode Bermain Peran pada
Anak Usia 5- 6 Tahun. Skripsi, Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, Pembimbing 1. Yuli Kurniawati S.P, S.Psi, M.A,
Pembimbing 2. Drs. Khamidun, M.Pd.
Kata kunci: Metode Bermain Peran Makro dan Mikro, Keterampilan Berbicara, Anak
Usia 5-6 Tahun.
Keterampilan berbicara selalu dibutuhkan sebagai sarana untuk berkomunikasi.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, kemampuan berkomunikasi pada anak usia 5-6 tahun
masih dalam taraf rendah, sehingga masih banyak kosakata yang harus dikuasai untuk dapat
berkomunikasi dengan baik. Peningkatan kemampuan komunikasi pada anak tersebut dapat
dilakukan melalui metode bermain peran yang terdiri dari dua jenis yaitu metode bermain peran
makro dan mikro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keterampilan berbicara
ditinjau dari metode bermain peran pada anak usia 5-6 tahun.
Pendekatan dalam penelitian ini adalah eksperimen The Reversed-Treatment
Nonequivalent Control Group Design with Pretest and Postest. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa TK Negeri Pembina Pekalongan. Pengambilan sampel menggunakan
teknik purposive sampling, terambil dua sampel yaitu Kelas B1 TK Negeri Pembina Kecamatan
Pekalongan Barat dengan 30 peserta didik sebagai kelompok eksperimen, dan kelas B1 TK
Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Utara dengan 30 peserta didik sebagai kelompok
kontrol.
Analisis perhitungan t test posttest menghasilkan nilai nilai thitung sebesar 4,243 > ttabel
sebesar 2,002. Nilai sig (2-tailed) < 0,05 yaitu 0,00 < 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima. Rata-rata atau mean keterampilan berbicara pada kelompok kontrol
mengalami peningkatan sebesar 26,03. Sedangkan pada kelompok eksperimen mengalami
peningkatan sebesar 40,9. Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan peningkatan keterampilan berbicara antara kelompok anak yang diberi perlakuan
dengan metode bermain peran makro dan mikro. Peningkatan keterampilan berbicara pada anak
yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro lebih tinggi daripada peningkatan
keterampilan berbicara pada anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 8
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
x
1.4.1 Manfaat Teoritis ........................................................................... 8
1.4.1.1 Bagi Penulis ........................................................................ 8
1.4.1.2 Bagi Pembaca ..................................................................... 8
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................................ 9
1.4.2.1 Bagi Siswa......................................................................... 9
1.4.2.2 Bagi Guru .......................................................................... 9
1.4.2.3 Bagi Lembaga Taman Kanak-kanak .................................. 9
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1 Keterampilan Berbicara ....................................................................... 10
2.1.1 Pengertian Keterampilan Berbicara ............................................ 10
2.1.2 Aspek-aspek Keterampilan Berbicara ......................................... 11
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara ....... 15
2.2 Bermain .............................................................................................. 17
2.2.1 Pengertian Bermain .................................................................... 17
2.2.2 Teori Bermain ............................................................................ 18
2.2.3 Fungsi Bermain .......................................................................... 20
2.3 Metode Bermain Peran ........................................................................ 23
2.3.1 Tujuan Metode Bermain Peran .................................................... 24
2.3.2 Jenis Metode Bermain Peran ........................................................ 26
2.3.3 Perbedaan Metode Bermain Peran Makro dan Mikro ................... 27
2.3.4 Fungsi Metode Bermain Peran ..................................................... 31
2.3.5 Kelebihan dan Kekurangan Metode Bermain Peran ..................... 33
2.3.6 Fungsi Metode Bermain Peran dalam Pengembangan
xi
Keterampilan Berbicara ............................................................... 35
2.4 Anak Taman Kanak-kanak .................................................................. 35
2.4.1 Karakteristik Anak Taman Kanak-kanak ...................................... 37
2.4.2 Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak .................................... 37
2.4.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak ........ 38
2.4.4 Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak ............ 39
2.4.5 Aspek-aspek Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak ............... 42
2.4.5.1 Tugas-tugas Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak ........ 44
2.5 Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................. 47
2.6 Kerangka Berpikir ............................................................................... 50
2.7 Hipotesis Penelitian ............................................................................. 51
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Identifikasi Variabel Penelitian ............................................................. 51
3.1.1 Variabel Bebas ............................................................................ 51
3.1.2 Variabel Terikat ........................................................................... 51
3.2 Definisi Operasional Penelitian ............................................................ 51
3.2.1 Keterampilan Berbicara Anak ...................................................... 52
3.2.2 Metode Bermain Peran ................................................................ 53
3.3 Subjek Penelitian .................................................................................. 53
3.3.1 Populasi ....................................................................................... 53
3.3.2 Sampel......................................................................................... 54
xii
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 55
3.5 Pelaksaan Penelitian ............................................................................. 58
3.5.1 Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian .................................. 58
3.5.1.1 Persiapan Instrumen Penelitian............................................ 58
3.5.1.1.1 Teknik Pengukuran Validitas .................................... 59
3.5.1.1.2 Teknik Pengukuran reliabilitas .................................. 61
3.5.2.1 Penyusunan Metode Bermain Peran sebagai Perlakuan
dalam Eksperimen ............................................................. 62
3.5.2 Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 64
3.6 Metode Analisis Data ........................................................................... 65
3.6.1 Uji Asumsi .................................................................................... 65
3.6.1.1 Uji Normalitas ......................................................................... 65
3.6.1.2 Uji Homogenitas ..................................................................... 65
3.6.2 Analisis Data Deskriptif ................................................................ 66
3.6.3 Uji Hipotesis ................................................................................. 67
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Subjek Penelitian .................................................................. 68
4.2 Deskripsi Data Penelitian ..................................................................... 70
4.3 Analisis Data ........................................................................................ 73
4.3.1 Uji Asumsi................................................................................ 74
4.3.1.1 Uji Normalitas Data ...................................................... 74
4.3.1.2 Uji Homogenitas Data ................................................... 75
4.3.2 Analisis Data Deskriptif ............................................................ 76
xiii
4.3.3 Uji Hipotesis ............................................................................. 81
4.3.3.1 Perbedaan Dua Rata-rata Data Pretest ................................. 81
4.3.3.2 Perbedaan Dua Rata-rata Data Posttest ................................ 82
4.4 Pembahasan......................................................................................... 84
4.5 Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 94
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan .............................................................................................. 96
5.2 Saran ................................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 98
LAMPIRAN .............................................................................................. 102
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian untuk Mengukur Keterampilan
Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun……………………………………….. 67
3.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Keterampilan Berbicara.......................... 71
3.3 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Keterampilan Berbicara ...................... 74
4.1 Data Hasil Pretest................................................................................. 83
4.2 Data Hasil Posttest ............................................................................... 84
4.3 Uji Homogenitas Data .......................................................................... 87
4.4 Uji Normalitas Data.............................................................................. 88
4.5 T-test Data Pretest ................................................................................ 96
4.6 T-test Data Posttest .............................................................................. 97
4.7 Hasil Persentase Pretest Keterampilan Berbicara ................................. 89
4.8 Hasil Persentase Postest Keterampilan Berbicara ................................. 91
4.9 Hasil Pretest Keterampilan Berbicara ................................................... 92
4.10 Hasil Posttest Keterampilan Berbicara ............................................... 94
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berfikir ................................................................................. 59
4.1 Grafik Hasil Pretest Keterampilan Berbicara ........................................ 90
4.2 Grafik Hasil Posttest Keterampilan Berbicara ....................................... 91
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1. Instrumen Penelitian Uji Coba ................................................ 102
Lampiran 2. Daftar Nama Responden Uji Coba Instrumen
Keterampilan Berbicara .............................................................. 104
Lampiran 3. Tabulasi Data Validitas dan Realibilitas Instrumen
Keterampilan Berbicara ............................................................ 105
Lampiran 4. Hasil uji Validitas dan reliabilitas Data ................................... 108
Lampiran 5. Instrumen Penelitian ............................................................... 112
Lampiran 6. Daftar Nama Responden Penelitian ........................................ 116
Lampiran 7. Jadwal Penelitian .................................................................... 129
Lampiran 8. Rencana kegiatan Harian ........................................................ 130
Lampiran 9. Tabulasi Data Hasil Penelitian ................................................ 132
Lampiran 10. Uji Normalitas Data .............................................................. 150
Lampiran 11. Uji Homogenitas Data .......................................................... 151
Lampiran 12. Uji Hipotesis ........................................................................ 153
xvii
Lampiran 13. Profil Lembaga ..................................................................... 155
Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian ........................................................ 157
Lampiran 15. Surat-surat ............................................................................ 166
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan merupakan proses perubahan yang terjadi pada anak secara
fungsional. Perkembangan anak meliputi beberapa aspek perkembangan. Salah satu aspek
yang penting dalam perkembangan anak adalah perkembangan bahasa dimana
perkembangan bahasa ini berkaitan dengan perkembangan lainnya (Halida, 2011:27).
Perkembangan bahasa memerlukan beberapa kemampuan, yaitu berbicara, menyimak,
membaca, menulis, dan menggunakan bahasa isyarat. Keterampilan berbicara merupakan
hal yang paling kodrati dilakukan oleh semua orang, termasuk anak-anak. Keterampilan
berbicara selalu dibutuhkan setiap hari mulai kita bangun tidur hingga akan tidur kembali
sebagai sarana untuk berkomunikasi.
Bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang
digunakan untuk menyampaikan maksud. Menurut Hurlock (1978:185) belajar berbicara
mencakup tiga proses terpisah, tetapi saling berhubungan satu sama lain, yaitu
mengucapkan kata, membangun kosakata, dan membentuk kalimat. Kegagalan menguasai
salah satunya akan membahayakan keseluruhan pola bicara. Oleh karena itu, Peraturan
Menteri No. 58 (2009:10) menyebutkan bahwa tingkat pencapaian perkembangan anak usia
5-≤6 tahun dengan lingkup perkembangan mengungkapkan bahasa meliputi menjawab
pertanyaan yang lebih kompleks; menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi
yang sama; berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal
simbol-simbol untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung; menyusun kalimat
2
sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-predikat-keterangan); memiliki lebih
banyak kata-kata untuk mengekpresikan ide pada orang lain; serta melanjutkan sebagian
cerita/dongeng yang telah diperdengarkan.
Kemampuan berkomunikasi pada awal masa kanak-kanak masih dalam taraf rendah,
sehingga masih banyak kosakata yang harus dikuasai untuk dapat berkomunikasi dengan
baik (Hurlock, 1990:109). Hal ini dapat dilihat berdasarkan pengamatan di lapangan, masih
terdapat anak yang belum mampu mengekspresikan ide pada orang lain. Sebagai contoh,
pada saat guru meminta anak maju untuk menceritakan pengalaman anak, anak belum
mampu menceritakan secara rinci. Permasalahan ini perlu diatasi melalui peningkatan
kemampuan komunikasi pada anak yang dapat dilakukan melalui metode bermain.
Bermain dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012) diartikan sebagai berbuat
sesuatu untuk menyenangkan hati (dengan menggunakan alat-alat tertentu atau tidak).
Bermain memiliki fungsi memberikan efek positif terhadap perkembangan anak. Hal ini
sejalan dengan pendapat Montessori, sebagaimana dikutip oleh Sudono dalam buku
“Manajemen PAUD” (Suyadi, 2011) bahwa ketika anak sedang bermain, anak akan
menyerap segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, anak
yang bermain adalah anak yang menyerap berbagai hal baru di sekitarnya seperti kosakata.
Pemilihan jenis permainan yang cocok sesuai dengan perkembangan anak menjadi penting
agar pesan edukatif dari permainan dapat ditangkap anak dengan mudah dan
menyenangkan. Jenis permainan yang dapat dipilih untuk mengembangkan keterampilan
berbicara anak adalah bermain peran. Hal ini disebabkan pada saat anak memilih peran dan
memainkan perannya, kosakata baru yang dimiliki anak bertambah (Arriyani & Wismiarti,
2010).
3
Metode bermain peran merupakan pembelajaran yang menyenangkan. Menurut buku
Metodik di Taman Kanak-kanak (Depdiknas, 2003:41) dalam Magfiroh (2011) salah satu
tujuan dari bermain peran adalah melatih anak berbicara dengan lancar. Berdasarkan
pengamatan di lapangan pelaksanaan bermain peran belum maksimal. Hal ini dapat dilihat
dari intensitas bermain peran yang masih rendah. Guru memberikan bermain peran hanya
pada tema-tema tertentu. Salah satu tema yang biasa digunakan untuk bermain peran adalah
tema profesi.
Dilihat dari jenisnya bermain peran terdiri dari bermain peran makro dan bermain
peran mikro. Bermain peran makro adalah bermain yang sifatnya kerja sama lebih dari 2
orang bahkan lebih khususnya untuk anak usia taman kanak-kanak, sedangkan bermain
mikro adalah awal bermain kerja sama dilakukan hanya 2 orang saja bahkan sendiri.
Perbedaan konsep antara bermain peran makro dan bermain peran mikro akan memberikan
perbedaan tingkat keterampilan berbicara pada anak.
Bermain peran makro dapat melatih kerja sama pada anak dalam kelompok. Dengan
adanya kerja sama tersebut akan terjadi interaksi antara anak dengan teman mainnya
sehingga dapat menambah kosakata yang dimiliki anak. Sedangkan pada bermain peran
mikro dimana bermain peran ini merupakan awal bermain kerja sama, sehingga peluang
anak untuk bekerjasama lebih sedikit. Hal ini disebabkan lawan main anak pada bermain
peran mikro lebih sedikit dibandingkan pada bermain peran makro yang dilakukan secara
berkelompok. Berdasarkan pertimbangan tersebut, tidak menutup kemungkinan
penambahan kosakata melalui bermain peran mikro lebih sedikit.
Anak bertindak sebagai dalang dalam bermain peran mikro, sehingga anak merupakan
otak penggerak yang menghidupkan alat main untuk memainkan suatu adegan, serta peran-
4
peran dalam skenario main peran (Arriyani & Wismiarti, 2010). Hal ini menunjukkan
bahwa pada bermain peran mikro anak dapat memainkan lebih dari satu peran. Sedangkan
pada bermain peran makro anak hanya memainkan satu peran.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan jika dilihat dari kerjasama yang terjadi,
bermain peran makro memiliki peran yang lebih besar dalam meningkatkan keterampilan
berbicara. Sedangkan dilihat dari segi peran yang dimainkan, bermain peran mikro yang
memiliki peran yang lebih besar dalam meningkatkan keterampilan berbicara. Oleh karena
itu, peneliti ingin mengetahui tingkat keterampilan berbicara ditinjau dari metode bermain
peran pada anak usia 5-6 tahun.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Smilansky (1968) dalam Arriyani & Wismiarti
(2010) mengungkapkan bahwa anak yang memiliki sedikit pengalaman main peran terlihat
mendapatkan kesulitan dalam merangkai kegiatan dan percakapan mereka. Sejalan dengan
Smilansky (1968), Levy, et.all (1992) dalam Shim (2007) mengungkapkan adanya
hubungan positif antara bermain pura-pura dengan peningkatan kemampuan bahasa pada
anak usia taman kanak-kanak.
Metode bermain peran makro memiliki pengaruh yang baik terhadap kualitas bermain
peran. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shim (2007) bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kuantitas bermain peran adalah rendahnya
keterlibatan teman sebaya, kemampuan bahasa anak, serta media yang digunakan. Sejalan
dengan Shim, hasil penelitian yang dilakukan Fitriani (2010: 89) di TK Lab.School UPI
bahwa “Terdapat perbedaan secara signifikan antara kosakata bahasa Indonesia pada anak
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah diterapkannya metode bermain peran
(role play) makro.”
5
Metode bermain peran makro untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada anak
ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Halida (2011) bahwa bermain
peran makro merupakan metode yang tepat dalam menjembatani anak untuk lebih leluasa
dalam berbicara. Hal ini disebabkan dalam melakonkan tokoh dari sebuah cerita, anak
dituntut untuk melakukan percakapan dengan lawan mainnya. Hal yang sama diungkapkan
oleh Yulia Siska (2011) yang membuktikan bahwa penerapan metode bermain peran makro
cukup berhasil dilaksanakan karena bagi guru dan anak metode ini belum pernah digunakan
dan sangat menarik. Dalam bermain peran makro ini, anak dapat terlibat aktif untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak melalui tokoh yang
dipilih untuk diperankan.
Hasil penelitian lain diungkapkan oleh Andresen (2005) bahwa bermain peran makro
sebagai bentuk tindakan pada ZPD, termasuk perkembangan bahasa dimana bahasa
memegang peranan penting sebagai sarana pembentukan daya khayal anak. Dengan adanya
komunikasi yang terjadi secara verbal dalam bermain, anak dapat bertukar ide mengenai
maksud dari permainan.
Sejalan dengan pendapat Andresen (2005), hasil penelitian yang dilakukan oleh
Bergen (2002) menunjukkan hubungan yang jelas antara keterampilan sosial dan
kompetensi bahasa dengan tingginya kualitas daya khayal anak. Sehingga bermain peran
makro dimana anak bermain dengan teman sebaya dapat membantu perkembangan bahasa
anak. Hal yang sama diungkapkan oleh Anderson (2010) bahwa bermain peran makro dapat
memperluas daya imajinasi anak dimana anak menggunakan kosakata baru untuk
mengekspresikan cerita yang dimainkan. Anak dapat meningkatkan keterampilan berbicara
dengan meniru anak yang lain maupun orang dewasa sebagai modelnya.
6
Berbeda dengan hasil penelitian mengenai bermain peran makro, hasil penelitian
tentang pengaruh bermain peran mikro pada perkembangan bahasa sangat terbatas. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Li (2012) menunjukkan bahwa perkembangan bahasa anak
dapat dikembangkan melalui pendekatan bermain peran di rumah dimana daya khayal anak
secara individual dapat terlihat melalui bermain peran mikro. Hasil penelitian lain
dikemukakan oleh Maryatun (2010) yang membuktikan bahwa pemanfaatan wayang damen
dapat meningkatkan moral behavior pada anak melalui metode bermain peran mikro. Selain
hasil penelitian dari Maryatun, penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2012)
membuktikan bahwa secara umum keterampilan sosial anak meningkat dengan baik melalui
metode bermain peran mikro.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Lilis (2012) memperoleh hasil bahwa penerapan
metode bermain peran dapat meningkatkan kompetensi dasar komunikasi menggunakan
telepon. Penelitian tersebut dilakukan pada siswa kelas XI AP 2 SMK N Semarang. Hal ini
menunjukkan bahwa bermain peran tidak hanya dapat diterapkan pada anak usia dini,
namun dapat diterapkan juga pada anak usia sekolah menengah atas. Dengan demikian
bermain peran merupakan metode pembelajaran yang tepat untuk mendukung
perkembangan bahasa.
Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Kota Pekalongan
yang merupakan TK inti sebagai TK percontohan di kota Pekalongan. Dengan demikian
berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada tanggal 22 Desember 2012 ketersediaan
media pembelajaran sudah mencukupi, sedangkan pada TK non Pembina ketersediaan
media kurang mencukupi terutama pada area drama.
7
Model pembelajaran di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Kota Pekalongan masih
menggunakan model area. Model area merupakan model pembelajaran dimana dalam satu
hari membuka tiga area, sehingga intensitas bermain drama lebih rendah dibandingkan
dengan intensitas bermain drama dengan menggunakan model pembelajaran sentra. Hal ini
tidak seimbang dengan ketersediaan media pembelajaran pada area drama yang sudah
mencukupi. Dengan demikian penerapan metode bermain drama dalam kegiatan
pembelajaran belum maksimal.
Jika ditinjau dari segi keterampilan berbicara, anak TK Negeri Pembina memiliki
keterampilan berbicara yang masih kurang. Hal ini dapat dilihat pada laporan perkembangan
anak yang menunjukkan bahwa masih terdapat indikator-indikator pada aspek bahasa
terutama pada lingkup perkembangan mengungkapkan bahasa yang belum tercapai dengan
baik, diantaranya indikator menyebutkan nama orang tua, alamat rumah dengan lengkap;
berkomunikasi dengan bahasanya sendiri (sesuai anak); serta bercerita tentang gambar yang
disediakan dengan bahasa yang jelas. Oleh karena itu diperlukannya metode pembelajaran
yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak. Hal ini dapat dilakukan karena TK
Negeri Pembina terbuka dengan saran dari pihak luar sekolah dalam rangka perbaikan
pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti melakukan penelitian di
Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Kota Pekalongan.
Berdasarkan beberapa pertimbangan yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Keterampilan Berbicara ditinjau dari
Metode Bermain Peran pada Anak Usia 5-6 Tahun”. Dalam hal ini apakah ada
perbedaan tingkat keterampilan berbicara ditinjau dari metode bermain peran pada anak usia
5-6 tahun.
8
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan, maka dapat dirumuskan
permasalahan adakah perbedaan tingkat keterampilan berbicara ditinjau dari metode
bermain peran pada anak usia 5-6 tahun?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat keterampilan
berbicara ditinjau dari metode bermain peran pada anak usia 5-6 tahun.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang berarti bagi perorangan/
institusi sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
1.4.1.1 Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
dan memberikan pengalaman serta pengetahuan yang lebih mendalam terutama
pada tingkat keterampilan berbicara ditinjau dari metode bermain peran pada anak
usia 5-6 tahun.
1.4.1.2 Bagi pembaca
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca untuk menambah
wawasan ilmu pengetahuan mengenai penelitian yang berkaitan dengan tingkat
9
keterampilan berbicara ditinjau dari metode bermain peran pada anak usia 5-6
tahun.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berbicara
pada anak usia 5-6 tahun.
1.4.2.2 Bagi guru
dari hasil penelitian ini guru dapat:
1.4.2.2.1 Mengetahui pentingnya metode bermain peran untuk
meningkatkan keterampilan berbicara pada anak.
1.4.2.2.2 Menciptakan proses belajar mengajar yang dapat meningkatkan
keterampilan berbicara melalui metode yang tepat bagi anak.
1.4.2.2.3 Meningkatkan intensitas pelaksanaan bermain peran dalam
kegiatan pembelajaran.
1.4.2.3 Bagi Lembaga Taman Kanak-kanak (TK)
Hasil penelitian ini dapat lebih meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar melalui metode yang tepat untuk anak usia 5-6 tahun.
10
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Keterampilan Berbicara
2.1.1 Pengertian Keterampilan Berbicara
Perkembangan bahasa merupakan aspek perkembangan yang penting untuk
dikuasai. Bahasa terdiri dari bahasa lisan dan bahasa tertulis. Bahasa lisan merupakan
unsur penting dalam interaksi atau sosialisasi (Dardjowidjojo, 2003:17). Menurut
Djiwandono (2008) dalam Halida (2011) berbicara adalah mengungkapkan pikiran
secara lisan. Sejalan dengan pendapat Djiwandono, Tarigan dalam Suhartono
(2005:20) mengatakan bahwa berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-
bunyi artikulasi untuk mengekspresikan serta menyampaikan pikiran dan perasaan.
Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan mereproduksi
arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan
keinginan pada orang lain. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk
berbicara, sehingga dapat menghilangkan rasa malu, berat lidah, dan rendah diri
(Iskandarwassid, 2008).
Tujuan berbicara adalah untuk memberitahukan, melaporkan, menghibur,
membujuk, dan meyakinkan seseorang yang terdiri dari saspek kebahasaan dan
nonkebahasaan (Dhieni, 2007:3.6) dalam Halida (2011). Menurut teori belajar
(Rachmat 1986: 282) dalam Siska (2011), anak-anak memperoleh pengetahuan bahasa
melalui tiga proses: asosiasi, imitasi dan peneguhan. Asosiasi berarti melazimkan
11
suatu bunyi dengan obyek tertentu. Imitasi berarti menirukan pengucapan dan struktur
kalimat yang didengarnya. Peneguhan dimaksudkan sebagai ungkapan kegembiraan
yang dinyatakan ketika anak mengucapkan kata-kata dengan benar.
Berdasarkan uraian mengenai keterampilan berbicara, dapat disimpulkan bahwa
keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan dalam aspek bahasa yang
sangat penting sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan lawan bicara.
Keterampilan berbicara ini perlu distimulus melalui kegiatan-kegiatan yang dapat
meningkatkan kosakata yang dimiliki anak.
2.1.2 Aspek-aspek Keterampilan Berbicara
Kemampuan berbicara merupakan pengungkapan diri secara lisan. Unsur-unsur
kebahasaan yang dapat menunjang keterampilan berbicara diungkapkan oleh
Djiwandono (1996) dalam Halida (2011) yaitu unsur kebahasaan, unsur
nonkebahasaan, dan unsur isi.
Unsur kebahasaan meliputi: (1) Pengucapan lafal yang jelas, (2) Penerapan
intonasi yang wajar, (3) Pilihan kata, (4) Penerapan struktur/susunan kalimat yang
jelas. Sedangkan unsur nonkebahasaan meliputi:
1) Keberanian
Keberanian yaitu keberanian dalam mengemukakan pendapat, seperti anak
mampu menceritakan pengalaman yang dialami. Selain itu, keberanian untuk
berpihak terhadap gagasan yang diyakini kebenarannya.
12
2) Kelancaran
Lancar dalam berbicara sangat ditunjang oleh penguasaan materi/bahan
yang baik. Penguasaan kosakata akan membantu dalam penguasaan materi
pembicaraan.
3) Ekspresi/Gerak-gerik Tubuh
Ekspresi tubuh sangat diperlukan dalam menunjang keefektifan berbicara.
Arti pembicaraan tersebut dapat dipahami melalui ekspresi tubuh yang
ditunjukkan pembicara.
Unsur isi dalam pembicaraan merupakan bagian yang lebih penting. Tanpa isi
yang diidentifikasi secara jelas, pesan yang ingin disampaikan melalui kegiatan
berbicara tidak akan tersampaikan secara jelas pula, dalam aspek isi dari berbicara
terdiri dari kerincian dan kejelasan dalam menyampaikan isi dari pembicaraan.
Senada dengan pendapat Djiwandono (1996), Dhieni (2007) dalam Halida (2011)
mengungkapkan bahwa aspek keterampilan berbicara terdiri dari aspek kebahasaan
dan aspek nonkebahasaan. Aspek kebahasaan meliputi keterampilan ucapan,
penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai; pilihan kata; dan ketepatan
sasaran pembicaraan. Sedangkan aspek nonkebahasaan meliputi sikap tubuh;
kesediaan menghargai pembicaraan maupun gagasan orang lain; kenyaringan suara
dan kelancaran dalam berbicara; relevansi, penalaran, dan penguasaan terhadap topik
tertentu.
13
Hal serupa diungkapkan oleh Hurlock (1978:185-189) bahwa keterampilan
berbicara meliputi beberapa aspek, yaitu:
1) Pengucapan
Setiap anak berbeda-beda dalam ketepatan pengucapan dan logatnya.
Perbedaan ketepatan pengucapan bergantung pada tingkat perkembangan
mekanisme suara, serta bimbingan yang diterima dalam mengaitkan suara ke
dalam kata yang berarti. Perbedaan logat disebabkan karena meniru model yang
pengucapannya berbeda dengan yang biasa digunakan anak.
2) Pengembangan Kosakata
Anak harus belajar mengaitkan arti dengan bunyi dalam mengembangkan
kosakata yang dimiliki. Peningkatan jumlah kosa kata tidak hanya karena
mempelajari kata-kata baru, tetapi juga karena mempelajari arti baru bagi kata-
kata lama.
3) Pembentukan Kalimat
Pada mulanya anak menggunakan kalimat satu kata yakni kata benda atau
kata kerja. Kemudian kata tersebut digabungkan dengan isyarat untuk
mengungkapkan suatu pikiran utuh yang dapat dipahami orang lain.
Pendapat yang berbeda diungkapkan oleh Ari (2012) bahwa keterampilan
berbicara terdiri dari empat aspek, yaitu:
1) Keterampilan Sosial (Social Skill)
Keterampilan Sosial adalah kemampuan untuk berpartisipasi secara efektif
dalam hubungan-hubungan masyarakat. Keterampilan sosial menuntut agar kita
14
mengetahui: apa yang harus dikatakan, bagaimana cara mengatakannya, dimana
mengatakannya, kapan tidak mengatakannya.
2) Keterampilan Semantik (Semantic Skill)
Keterampilan Semantik adalah kemampuan untuk mempergunakan kata-
kata dengan tepat dan penuh pengertian. Untuk memperoleh keterampilan
semantik maka kita harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai makna-
makna yang terkandung dalam kata-kata serta ketepatan dan kepraktisan dalam
penggunaan kata-kata.
3) Keterampilan Fonetik (Phonetic Skill)
Keterampilan Fonetik adalah kemampuan membentuk unsur-unsur
fonenik bahasa kita secara tepat. Keterampilan ini perlu karena turut mengemban
serta menentukan persetujuan atau penolakan sosial.
4) Keterampilan Vokal (Vocall Skill)
Keterampilan Vokal adalah kemampuan untuk menciptakan efek
emosional yang diinginkan dengan suara kita.
Berdasarkan berbagai pendapat mengenai aspek-aspek keterampilan berbicara,
dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara terdiri dari aspek kebahasaan, aspek
nonkebahasaan, serta aspek isi yang dapat dilihat ketika anak berbicara.
15
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor dari
dalam diri maupun dari luar. Menurut Hurlock (1978:185) keterampilan berbicara
dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:
1) Persiapan Fisik untuk Berbicara
Kemampuan berbicara tergantung pada kematangan mekanisme bicara.
Sebelum semua organ bicara mencapai bentuk yang lebih matang, saraf dan otot
mekanisme suara tidak dapat menghasilkan bunyi yang diperlukan bagi kata-
kata.
2) Kesiapan Mental untuk Berbicara
Kesiapan mental untuk berbicara tergantung pada kematangan otak,
khususnya bagian-bagian asosiasi otak. Biasanya kesiapan tersebut berkembang
di antara umur 12 dan 18 bulan dan dalam perkembangan bicara dipandang
sebagai “saat dapat diajar”.
3) Model yang Baik untuk ditiru
Model yang baik untuk ditiru diperlukan agar anak tahu mengucapkan
kata dengan benar. Model tersebut mungkin orang di lingkungan sekitar
mereka. Jika mereka kekurangan model yang baik, maka mereka akan sulit
belajar berbicara dan hasil yang dicapai berada di bawah kemampuan mereka.
4) Kesempatan untuk Berpraktik
Jika anak tidak diberikan kesempatan untuk berpraktek maka mereka akan
putus asa dan motivasi anak menjadi rendah. Fledman dalam Halida (2011)
mengungkapkan bahwa di dalam area drama, anak-anak memiliki kesempatan
16
untuk bermain peran dalam situasi kehidupan yang sebenarnya serta
mempraktikkan kemampuan berbahasa sehingga dapat membantu meningkatkan
keterampilan berbicara pada anak.
5) Motivasi
Jika anak mengetahui bahwa mereka dapat memperoleh apa saja yang
mereka inginkan tanpa memintanya, dan jika anak tahu bahwa pengganti bicara
seperti tangis dan isyarat dapat mencapai tujuan tersebut, maka motivasi anak
untuk belajar berbicara akan melemah.
6) Bimbingan
Cara yang paling baik untuk membimbing belajar berbicara adalah
menyediakan model yang baik, mengadakan kata-kata dengan jelas, serta
memberikan bantuan mengikuti model.
Ungkapan lain mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan
berbicara dikemukakan oleh (Rahayu, 2007:216) yang terdiri dari beberapa hal, yaitu:
1) Gaya Berbicara, secara umum gaya bicara ditandai dengan tiga ciri, yaitu:
a. Gaya Ekspresif, gaya bicara ekspresif ditandai dengan spontanitas, lugas,
gaya ini digunakan saat mengungkapkan perasaan, bergurau, mengeluh, atau
bersosialisasi.
b. Gaya Perintah, gaya ini menunjukkan kewenangan dan bernada memberikan
keputusan.
c. Gaya Pemecahan Masalah, gaya ini bernada rasional, tanpa prasangka, dan
lemah lembut.
2) Metode Penyampaian
17
Metode penyampaian ini terdiri dari: (1) penyampaian mendadak; (2)
penyampaian tanpa persiapan; (3) penyampaian dari naskah; dan (3)
penyampaian dari ingatan (Rahayu, 2007:217).
Berdasarkan uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan
berbicara, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara dapat dipengaruhi oleh
model yang baik untuk ditiru serta adanya kesempatan yang diberikan pada anak untuk
berbicara. Hal tersebut dapat dilakukan melalui bermain peran.
2.2 Bermain
2.2.1 Pengertian Bermain
Beberapa ahli peneliti memberi batasan arti bermain dengan memisahkan aspek-
aspek tingkah laku yang berbeda dalam bermain. Dikemukakan lima kriteria dalam
bermain (Moeslichatoen, 1996:26) yaitu:
1) Motivasi Intrinsik: tingkah laku bermain dimotivasi dari dalam diri anak, karena
itu dilakukan demi kegiatan itu sendiri dan bukan karena adanya tuntutan
masyarakat atau fungsi-fungsi tubuh.
2) Pengaruh Positif: tingkah laku itu menyenangkan atau menggembirakan untuk
dilakukan.
3) Bukan dikerjakan sambil lalu: tingkah laku itu bukan dilakukan sambil lalu,
karena itu tidak mengikuti pola atau aturan yang sebenarnya, melainkan lebih
bersifat pura-pura.
4) Cara/Tujuan: cara bermain lebih diutamakan dari pada tujuannya. Anak lebih
tertarik pada tingkah laku itu sendiri dari pada keluaran yang dihasikan.
18
5) Kelenturan: bermain itu perilaku yag lentur. Kelenturan ditunjukkan baik dalam
bentuk maupun dalam hubungan serta berlaku dalam setiap situasi.
Apapun batasan yang diberikan tentang pengertian bermain, bermain membawa
harapan dan antisipasi tentang dunia yang memberikan kegembiraan, dan
memungkinkan anak berkhayal seperti sesuatu atau seseorang, suatu dunia yang
dipersiapkan untuk berpetualang dan mengadakan telaah; suatu dunia anak-anak
(Moeslichatoen, 1996:26).
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan anak dengan atau tanpa
mempergunakan alat atau yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi,
memberi kesenangan serta mengembangkan imajinasi anak (Anggani, 1995:1) dalam
Handayani (2012) . Menurut Tedjasaputra (1995:4) tokoh-tokoh seperti Plato,
Aristoteles, Frobel lebih memandang bermain sebagai kegiatan yang mempunyai nilai
praktis untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak termasuk
keterampilan berbicara.
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai bermain, dapat disimpulkan bahwa
bermain merupakan dunia anak sebagai wadah untuk mengekspresikan rasa
kegembiraan melalui aktivitas bermainnya untuk meningkatkan keterampilan tertentu.
2.2.2 Teori Bermain
Bermain diartikan oleh banyak ahli dalam teori bermain. Joan dalam Yus
(2011:134-135) mengutip pendapat beberapa ahli tentang teori bermain, yaitu:
1) Anak mempunyai energi berlebih karena terbebas dari segala macam tekanan,
baik tekanan ekonomis maupun sosial sehingga mengungkapkan energinya
dalam bermain (Schiller & Spencer).
19
2) Melalui kegiatan bermain, seorang anak menyiapkan diri untuk kehidupan
dewasa kelak. Misalnya, tanpa disadari dengan bermain peran anak
menyiapkan diri untuk peran pekerjaan pada masa depan (Karl Groos).
3) Melalui bermain anak melewati tahap-tahap perkembangan yang sama dari
perkembangan sejarah umat manusia (teori rekapitulasi). Kegiatan-kegiatan
seperti lari, melempar, memanjat, dan melompat merupakan bagian dari
kehidupan sehari-hari dari generasi ke generasi (Stanley Hall).
4) Anak bermain untuk membangun kembali energi yang telah hilang. Bermain
merupakan medium untuk menyegarkan badan kembali setelah bekerja berjam-
jam (Lazarus).
5) Melalui kegiatan bermain, anak memuaskan keinginan-keinginannya yang
terpendam atau tertekan. Dengan bermain anak seperti mencari kompensasi
untuk apa yang tidak diperoleh dalam kehidupan nyata, untuk keinginan-
keinginan yang tidak mendapatkan kepuasan (Mazhab psikoanalisis).
6) Kepribadian terus berkembang dan untuk pertumbuhan yang normal, perlu ada
rangsangan (stimulus), dan bermain memberikan stimulus untuk pertumbuhan
(Appleton).
Hal serupa diungkapkan oleh Depdikbud (Cahyaningsih, 2009:36) dalam Kurnia
(2011) yang menyimpulkan berbagai macam teori bermain, yaitu:
1) Teori Surplus Energy dari Spenser, mengatakan bahwa bermain bermanfaat
untuk mengisi kembali energi anak yang telah melemah.
20
2) Teori Practice for Adulthood dari K. Gross, mengatakan bahwa bermain
merupakan peluang bagi pengembangan keterampilan dan pengetahuan anak
yang sangat penting bagi mereka pada saat dewasa kelak.
3) Teori Psychoanalytic dari Freud, mengatakan bahwa bermain dapat mengurangi
kecemasan anak dengan mencoba mengekspresikan berbagai dorongan
infulsipnya dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan.
4) Teori Cognitif Development dari Piaget, mengemukakan bahwa bermain sangat
penting bagi perkembangan kognitif seorang anak dengan melatih kemampuan
adaptasi dengan lingkungannya dalam suasana yang menyenangkan.
5) Teori Neuropsychological dari Weininger dan Fitzgerald, mengemukakan
peranan penting bermain untuk mengintegrasikan fungsi belahan kanan dan kiri
otak anak secara seimbang.
Dari berbagai pandangan mengenai teori bermain, metode bermain peran sesuai
dengan teori bermain Practice for Adulthood dan Psychoanalytic, bahwa bermain
memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak sebagai
stimulus. Bermain merupakan cara yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar TK
karena bermain dapat menghilangkan kecemasan pada anak..
2.2.3 Fungsi Bermain
Bermain merupakan suatu aktivitas yang sangat bermanfaat bagi anak. Vygotsky
dalam Musthafa (Agustin, 2005) dalam Magfiroh (2011) mengemukakan bahwa fungsi
bermain yaitu:
1) Bermain menumbuhkan motivasi diri pada anak (play effects the child’s
motivation). Dalam bermain peran anak mengembangkan sistem yang kompleks
21
dalam menentukan tujuan baik jangka pendek, menengah ataupun jangka
panjang.
2) Bermain memfasilitasi anak untuk mengembangkan berpikir (kognitif) secara
desentralisasi (tidak terpusat) (play facilitates cognitive decentering). Dengan
bermain tidak secara langsung memetakan permasalahan dengan berupaya
menemukan solusi atas permasalahan tersebut.
3) Bermain meningkatkan kemampuan mental (play advances the development of
mental refresentation). Perkembangan kemampuan mental dalam bermain anak
pada dasarnya terbangun melalui interaksi yang harmonis dengan lingkungan
tempat anak tinggal.
4) Bermain merupakan gambaran pengembangan perilaku yang disengaja
(bertujuan), kegiatan fisik dan mental yang dilakukan secara sukarela (play
fosters the development of deliberate behaviors-physical admental voluntary
action). Dengan mengembangkan perilaku melalui bermain, akan
mempengaruhi terhadap pengembangan proses mentalnya.
Selain fungsi bermain yang dikemukakan oleh Vygotsky (Agustin, 2005) dalam
Magfiroh (2011) di atas, bermain memiliki fungsi pada semua aspek perkembangan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Moeslichatoen (1996:27) yang menyatakan bahwa
bermain memiliki fungsi sebagai berikut:
1) Aspek Psikomotor, melalui kegiatan bermain anak dapat melakukan koordinasi
otot kasar. Bermacam cara dan teknik dapat dipergunakan dalam kegiatan ini
seperti merayap, merangkak, berjalan, berlari, meloncat, melompat, menendang,
melempar, dan lain sebagainya.
22
2) Aspek Kognitif, melalui kegiatan bermain anak dapat berlatih menggunakan
kemampuan kognitifnya untuk memecahkan berbagai masalah seperti kegiatan
mengukur isi, mengukur berat, membandingkan, mencari jawaban yang berbeda
dan sebagainya.
3) Aspek Bahasa, melalui kegiatan bermain anak juga dapat melatih kemampuan
bahasanya dengan cara: mendengarkan beraneka bunyi, mengucapkan suku kata
atau kata, memperluas kosa kata, berbicara sesuai dengan tata bahasa Indonesia,
dan sebagainya.
4) Aspek Sosial Emosional, melalui bermain anak dapat mengembangkan
kemampuan sosialnya, seperti membina hubungan dengan anak lain, bertingkah
laku sesuai dengan tuntutan masyarakat, menyesuaikan diri dengan teman
sebaya, dapat memahami tingkah lakunya sendiri, dan paham bahwa setiap
perbuatan ada konsekuensinya. Melalui bermain anak dapat meningkatkan
kepekaan emosinya dengan cara mengenalkan bermacam perasaan,
mengenalkan perubahan perasaan, membuat pertimbangan, menumbuhkan
kepercayaan diri.
Fungsi bermain sebagaimana yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa
kegiatan bermain merupakan kegiatan yang bermanfaat pada anak. Bermain
memberikan pengaruh positif pada kemampuan mental serta perilaku anak. Kegiatan
bermain sangat penting untuk mendukung perkembangan anak pada semua aspek
perkembangan, yang meliputi aspek psikomotor, kognitif, bahasa, serta sosial
emosional.
23
2.3 Metode Bermain Peran
Pengertian metode bermain peran diungkapkan oleh beberapa tokoh, diantaranya
Shim (2007) mengemukakan:
“Pretend play is generally defined in the research literature as an activity that
involves role play, object substitution, and imaginary situations.” Dengan
maksud, bermain pura-pura adalah aktivitas yang bersangkutan dengan bermain
peran, objek pengganti, dan situasi imajiner yang biasanya didefinisikan dalam
kajian pustaka riset.
Bermain peran dikenal juga dengan sebutan bermain pura-pura, khayalan, fantasi,
make believe, atau simbolik. Menurut Piaget, awal main peran dapat menjadi bukti perilaku
anak. Ia menyatakan bahwa bermain peran ditandai oleh penerapan cerita pada objek dan
mengulang perilaku menyenangkan yang diingatnya. Piaget menyatakan bahwa
keterlibatan anak dalam bermain peran dan upaya anak mencapai tahap yang lebih tinggi
dibandingkan dengan anak lainnya disebut sebagai collective symbolism. Ia juga
menerangkan percakapan lisan yang anak lakukan dengan diri sendiri sebagai idiosyncratic
soliloquies. Selanjutnya sependapat dengan Shim, Tarigan (1996:243) dalam Halida (2011)
mengatakan dalam bermain peran, anak bertindak, berlaku, dan berbahasa seperti orang
yang diperankannya. Dari segi bahasa, berarti anak harus mengenal dan dapat
menggunakan ragam-ragam bahasa.
Definisi metode bermain peran yang lebih luas dikemukakan oleh Supriyati dalam
Winda Gunarti, dkk, (2008:10.10) bahwa metode bermain peran adalah permainan yang
memerankan tokoh-tokoh atau benda sekitar anak sehingga dapat mengembangkan daya
khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan kegiatan yang dilaksanakan.
Tedjasaputra (1995:43) memiliki pendapat yang sejalan dengan Supriyati bahwa bermain
peran merupakan salah satu jenis bermain aktif, diartikan sebagai pemberian atribut
tertentu terhadap benda, situasi, dan anak memerankan tokoh yang ia pilih. Apa yang
24
dilakukan anak melibatkan penggunaan bahasa yang dapat diamati dalam tingkah laku
yang nyata.
Ungkapan serupa dikemukakan Suparman (1997:91), bermain peran berarti
memainkan satu peran tertentu sehingga yang bermain tersebut mampu berbuat (bertindak
dan berbicara) seperti peran yang dimainkannya. Jadi, melalui bermain peran anak dapat
berbicara secara spontan dan dapat meniru bahasa seperti tokoh yang diperankannya. Pada
umumnya anak-anak menyukai bermain peran (dramatik) (Garvey, 1997 dalam Berger,
1983 dan dalam Tedjasaputra, 1995:25). Hal ini dikarenakan melalui bermain dramatik
membantu anak mencobakan berbagai peran sosial yang diamati, melepaskan ketakutan,
mewujudkan khayalan, serta belajar bekerja sama (Garvey, 1990; Singer dan Singer, 1990
dalam Berk, 1994) dalam Tedjasaputra: 1995:25).
Berdasarkan beberapa uraian mengenai metode bermain peran, dapat ditarik
kesimpulan bahwa bermain peran merupakan permainan dimana anak memainkan peran
dari tokoh yang dimainkannya untuk mengembangkan daya imajinasi anak serta
keterampilan berbicara pada anak.
2.3.1 Tujuan Metode Bermain Peran
Metode bermain peran memiliki tujuan bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Tujuan bermain peran di Taman Kanak-kanak (TK) menurut
Djahri (1980:2) yang utama adalah:
1) Mendorong Motivasi dan Minat Anak terhadap Sesuatu.
Motivasi dan minat anak untuk belajar dapat meningkat melalui peran
yang dimainkannya. Hal ini dikarenakan melalui bermain peran anak belajar
dengan cara yang menyenangkan.
25
2) Melatih Sejumlah Keterampilan.
Bermain peran dapat melatih keterampilan terutama keterampilan
berbicara. Ketika anak bermain peran, anak membutuhkan kosakata untuk
berkomunikasi dengan teman mainnya.
3) Memberikan Kesempatan untuk Menerapkan Pengetahuan Anak.
Pengetahuan yang didapat anak melalui berbagai informasi dapat
diaplikasikan ketika anak bermain peran melalui peran yang dimainkannya.
4) Melatih Mempertajam Seluruh Komponen Afektif.
Komponen afektif meliputi perasaan-emosi-cinta-kemauan-sikap-nilai-
keinginan. Komponen-komponen tersebut dapat dilatih melalui bermain peran.
5) Menciptakan Suasana Belajar secara Aktif.
Anak terlibat secara langsung ketika bermain peran sehingga pembelajaran
yang berlangsung adalah pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif akan
menyenangkan bagi anak karena pembelajaran yang berlangsung tidak
membosankan.
Sejalan dengan pendapat Djahri, dalam buku Didaktik Metodik di Taman
Kanak-kanak (Depdiknas, 2003:41) disebutkan bahwa tujuan bermain peran yaitu:
(1) melatih daya tangkap; (2) melatih anak berbicara lancar; (3) melatih daya
konsentrasi; (4) melatih membuat kesimpulan; (5) membantu perkembangan
intelegensi; (6) Membantu perkembangan fantasi; dan (7) menciptakan suasana
yang menyenangkan.
Dari pendapat dua orang tokoh mengenai tujuan bermain peran, dapat
disimpulkan bahwa bermain peran memiliki tujuan melatih keterampilan terutama
26
keterampilan berbicara. Selain itu, dengan bermian peran pembelajaran berlangsung
secara aktif sehingga anak dapat belajar dengan suasana yang menyenangkan.
2.3.2 Jenis Metode Bermain Peran
Metode Bermain peran dilihat dari jenisnya terdiri dari dua jenis yang
berbeda. Hal ini sejalan dengan pendapat oleh Erikson (1963) dalam Magfiroh
(2011) bahwa metode bermain peran terdiri dari:
1) Metode Bermain Peran Mikro
Anak memainkan peran melalui tokoh yang diwakili oleh benda-benda
berukuran kecil, contoh kandang dengan binatang-binatangan dan orang-orangan
kecil.
2) Metode Bermain Peran Makro
Anak bermain menjadi tokoh menggunakan alat berukuran besar yang
digunakan anak untuk menciptakan dan memainkan peran-peran, contoh memakai
baju dan menggunakan kotak kardus yang dibuat menjadi mobil-mobilan.
PAUD YARSI dalam http://paud.metodologi.com mengemukakan bahwa
metode bermain peran terdiri dari dua jenis, yaitu sebagai berikut :
1) Metode bermain peran makro adalah bermain yang sifatnya kerja sama lebih dari
2 orang bahkan lebih khususnya untuk anak usia taman kanak-kanak.
2) Metode bermain mikro adalah awal bermain kerja sama dilakukan hanya 2 orang
saja bahkan sendiri.
27
Hal serupa dikemukakan oleh Khoiruddin (2010) bahwa terdapat dua jenis
metode bermain peran, yaitu:
1) Metode Bermain Peran Makro
Metode bermain peran makro yaitu bermain peran yang sesungguhnya
dengan alat-alat main berukuran sesungguhnya. Anak dapat menggunakannya
untuk menciptakan dan memainkan peran-peran, misalnya bermain peran profesi
dokter, maka alat yang digunakan stetoskop, replika jarum suntik, buku resep dan
bolpoin.
2) Metode Bermain Peran Mikro
Metode bermain peran mikro yaitu kegiatan bermain peran dengan
menggunakan bahan-bahan main berukuran kecil seperti rumah boneka lengkap
dengan perabotannya dan orang-orangannya sehingga anak daapt memainkannya.
Berdasarkan pendapat mengenai jenis metode bermain peran, dapat
disimpulkan bahwa metode bermain peran terdiri dari dua jenis yang berbeda dalam
pelaksanaannya. Kedua jenis tersebut adalah metode bermain peran makro dan
mikro. Metode bermain peran makro adalah bermain yang sifatnya kerjasama lebih
dari dua orang dengan menggunakan alat-alat main berukuran sesungguhnya.
Sedangkan dalam bermain peran mikro, anak menggunakan alat-alat main yang
berukuran kecil yang dilakukan oleh dua orang bahkan sendiri.
2.3.3 Perbedaan Metode Bermain Peran Makro dan Mikro
Metode bermain peran makro dan mikro memiliki definisi yang berbeda
sehingga terdapat perbedaan antara metode bermain peran makro dan mikro.
Perbedaan tersebut terletak pada objek pemain dan peran anak. Dalam metode
28
bermain peran mikro, anak menjadi sutradara/dalang dan benda-benda menjadi
pemainnya, seperti boneka tangan, boneka jari, wayang, tanpa skenario. Sedangkan
dalam metode bermain peran makro, anak menjadi pemain yang memerankan
karakter/tokoh yang diperankan, dan guru sebagai sutradaranya.
Metode bermain peran makro dan mikro sama-sama menempatkan anak
sebagai pemain, namun apabila tema atau jalan cerita pada metode bermain peran
mikro dapat bersifat umum, atau imajinatif, sedangkan pada metode bermain peran
makro jalan cerita mengandung konflik sosial yang terselesaikan di akhir cerita.
Menurut Feindan Smilansky dalam Gunarti, dkk (2010:10.21-10.22),
dalam metode bermain peran mikro anak menggunakan simbol, seperti kata-kata,
gerakan, dan mainan untuk mewakili dunia yang sesungguhnya. Dalam metode
bermain peran makro, anak mengembangkan permainan simbolik itu agar bisa
bekerja sama dengan anak/pemeran lainnya.
Menurut Gunarti, dkk (2010:10.18-10.19) perbedaan antara metode
bermain peran makro dan mikro dapat ditinjau dari beberapa sudut, yaitu sebagai
berikut:
1) Dari keluasan tema
Dalam metode bermain peran makro tema berkaitan dengan kehidupan
nyata, kehidupan sosial dan masalah yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan, tema pada metode bermain peran mikro bersifat luas, imajinatif,
berkaitan dengan kehidupan nyata maupun fiktif.
29
2) Dari sudut kesinambungan jalan cerita
Metode bermain peran makro mengembangkan adanya jalinan cerita dan
kesinambungan peran antara semua tokoh yang terlibat. Selain itu, dalam
metode bermain peran makro ini terdapat masalah sosial yang harus dipecahkan
sehingga menuntut adanya kerja sama yang sinergis untuk menemukan solusi.
Sedangkan metode bermain peran mikro, anak menekankan pada
penampilan yang menunjukkan peran yang dibawakan dalam perilaku dan
pembicaraan, namun tidak menekankan pada ada atau tidaknya jalan cerita.
3) Dari sudut permasalahan yang ditampilkan
Dalam metode bermain peran makro terdapat masalah sosial yang harus
dipecahkan bersama. Sedangkan pada metode bermain peran mikro tidak ada
masalah sosial yang harus dipecahkan.
4) Dari sudut waktu
Dalam metode bermain peran makro, jalan cerita berlangsung cukup lama
sampai pada segmen selesainya suatu masalah. Sedangkan dalam metode
bermain peran mikro, jalan cerita berlangsung singkat, namun anak suka
berganti-ganti peran sehingga dari segi waktu, kegiatan anak dalam bermain
peran dapat berlangsung lama. Akan tetapi jalan cerita berlangsung singkat
dalam setiap segmen.
5) Dari sudut tingkat kesulitan
Metode bermain peran makro memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
Hal ini dikarenakan dalam metode bermain peran makro mempersyaratkan
adanya kerja sama yang sinergis.
30
Metode bermain peran mikro lebih bersifat spontan, imajinatif, dan
singkat sehingga memiliki tingkat kesulitan yang rendah.
6) Dari sudut inisiatif
Metode bermain peran makro lebih mengutamakan inisiatif guru dalam
membuat cerita, merencanakan kegiatan langkah demi langkah, mengarahkan
peran, serta dialog para pemainnya.
Sedangkan metode bermain peran mikro lebih membuka ruang kepada
anak untuk membentuk jalan cerita sendiri sesuai dengan imajinasi dan
kreativitasnya.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan metode
bermain peran makro dan mikro dapat terlihat pada alur cerita. Alur cerita pada
metode bermain peran makro telah ditentukan oleh guru dimana jalan cerita
mengandung konflik yang terselesaikan di akhir cerita. Sedangkan alur cerita
pada metode bermain peran mikro diciptakan oleh anak sendiri. Hal ini
menunjukkan dalam metode bermain peran mikro anak berperan sebagai
sutradara. Peran anak dalam metode bermain peran makro berbeda dengan
peran anak dalam metode bermain peran mikro. Dalam metode bermain peran
makro anak berperan sebagai tokoh dari cerita.
Dari perbedaan-perbedaan jenis metode bermain peran, dapat
disimpulkan, metode bermain peran makro dan mikro akan memberikan
pengaruh yang berbeda dalam meningkatkan keterampilan berbicara pada anak
usia 5-6 tahun.
31
2.3.4 Fungsi Metode Bermain Peran
Bermain peran bukan kegiatan yang tidak bermanfaat. Bermain peran
memiliki banyak fungsi, sebagaimana disebutkan oleh Fledman dalam Gunarti, dkk
(2010:10.10) mengungkapkan:
“ In the dramatic play area children have an opportunity to role play real life
situations, release emotions, practice language, develop social skills, express
themselves creatively.”
Fledman berpendapat bahwa di dalam area drama anak memiliki
kesempatan untuk bermain peran dalam situasi kehidupan yang sebenarnya,
melepaskan emosi, mempraktikkan kemampuan berbahasa, membangun
keterampilan sosial dan mengekspresikan diri dengan kreatif.
Sejalan dengan pendapat Fledman, Gunarti, dkk (2010:10.11-10.12)
secara eksplisit bila ditinjau dari tujuan pendidikan, melalui metode bermain peran
diharapkan anak dapat: (1) mengeksplorasi perasaan-perasaan; (2) memperoleh
wawasan; (3) mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah
yang dihadapi; (4) mengembangkan kreativitas dengan membuat jalan cerita atas
inisiatif anak; (5) melatih daya tangkap; (6) melatih daya konsentrasi; (7) melatih
membuat kesimpulan; (8) membantu perkembangan kognitif; (9) membantu
perkembangan fantasi; (10) menciptakan suasana yang menyenangkan; (11)
mencapai kemampuan komunikasi secara spontan/berbicara lancar; (12)
membangun pemikiran yang analitis dan kritis; (13) membangun sikap positif
dalam diri anak; (14) menumbuhkan aspek afektif melalui penghayatan isi cerita;
(15) untuk membawa situasi yang sebenarnya ke dalam bentuk simulasi miniatur
32
kehidupan; (16) untuk membuat variasi yang menarik dalam kegiatan
pengembangan.
Pendapat-pendapat mengenai fungsi metode bermain peran, dapat
disimpulkan bahwa bermain peran bukan kegiatan bermain yang sia-sia karena
bermain peran memiliki fungsi untuk membantu anak mempraktekkan peran dalam
kehidupan yang sebenarnya, melatih anak berbicara lancar, serta membantu
perkembangan kognitif anak melalui pengalaman bermain.
2.3.5 Kelebihan dan Kekurangan Metode Bermain Peran
Fungsi metode bermain peran yang berpengaruh positif terhadap
perkembangan anak menjadi nilai lebih dari metode bermain peran. Namun,
disamping kelebihannya, metode bermain peran juga memiliki kekurangan.
Sudjana (1989:79) dalam Kurnia (2011) mengemukakan keunggulan
metode bermain peran, yaitu:
1) Peran yang ditampilkan dengan menarik akan mendapatkan perhatian dari
anak, sehingga perhatian anak dapat terfokus pada pembelajaran.
2) Bermain peran ini dapat ditampilkan dalam kelompok besar maupun kelompok
kecil. Hal ini sesuai dengan jenis metode bermain peran yang terdiri dari
metode bermain peran makro dan mikro.
3) Dapat membantu anak dalam memahami pengalaman orang lain yang
melakukan peran. Melalui bermain peran, anak dapat memahami mengenai
tokoh yang dimainkan.
4) Dapat membantu untuk menganalisis. Kemampuan anak dalam menganalisis
permasalahan dapat dilatih melalui metode bermain peran.
33
5) Menumbuhkan kemampuan dan rasa kepercayaan diri anak dalam menghadapi
masalah.
Kelebihan dari metode bermain peran juga dikemukakan oleh Suparman
(2006:93) dalam Halida (2011), yaitu:
1) Bermain peran merupakan bentuk kreativitas setiap anak melalui daya
imajinasi dan fantasi, memungkinkan anak mengeksplorasi dunianya sendiri
sehingga akan terbangun kreativitas untuk mempergunakan pikiran dan logika.
2) Dengan bermain peran, anak melakukan eksperimen dan menemukan bahwa
merancang sesuatu yang baru akan menimbulkan kepuasan sehingga mereka
dapat mengalihkan minat kreatifnya ke situasi di luar dunia bermain.
Sedangkan kekurangan dalam metode bermain peran yang dikemukakan
Suparman (2006:93) Halida (2011) yaitu kecenderungan tidak bersungguh-
sungguh, serta memerlukan waktu yang cukup banyak.
Berdasarkan pendapat mengenai kelebihan metode bermain peran, dapat
dilihat bahwa metode bermain peran memiliki banyak kelebihan, sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa bermain peran dapat menjadi metode pembelajaran di
taman kanak-kanak yang dapat mendukung perkembangan anak.
2.3.6 Fungsi Metode Bermain peran dalam pengembangan keterampilan
berbicara
Anak berlatih menggunakan bahasa ekspresif (berbicara) dan reseptif
(mendengarkan) melalui bermain peran. Menurut Gunarti dkk, (2008:10.11)
bermain peran bertujuan untuk memecahkan masalah melalui serangkaian tindakan
pemeranan. Sebagaimana yang telah disebutkan pada faktor-faktor yang
34
mempengaruhi keterampilan berbicara bahwa di dalam area drama, anak-anak
memiliki kesempatan untuk bermain peran dalam situasi kehidupan yang
sebenarnya serta mempraktikkan kemampuan berbahasa.
Pelaksanaan metode bermain peran dalam pengembangan bahasa pada
anak usia dini menurut Dhieni (2007:7.33) dalam Halida (2011) bertujuan:
1) Melatih Daya Tangkap
Metode bermain peran dapat melatih anak untuk menangkap banyak hal
melalui interaksi yang terjadi dengan lawan main ketika permainan
berlangsung.
2) Melatih Anak Berbicara Lancar
Keterampilan berbicara anak dapat meningkat dengan metode bermain
peran. Hal ini disebabkan ketika anak bermain peran terjadi interaksi baik
interaksi dengan permainannya maupun interaksi yang terjadi dengan lawan
mainnya.
3) Melatih Daya Konsentrasi.
Jenis permainan drama merupakan jenis permainan yang membutuhkan
konsentrasi sehingga bermain drama dapat melatih daya konsentrasi anak.
4) Melatih Membuat Kesimpulan.
Cerita dari peran yang dimainkan anak dapat melatih anak menyimpulkan
banyak hal mengenai tokoh yang dimainkannya.
5) Membantu Perkembangan Intelegensi
Aspek kognitif dapat dikembangkan melalui bermain drama karena dalam
bermain drama dibutuhkan ide-ide yang kreatif.
35
6) Membantu Perkembangan Fantasi
Daya khayal anak sangat dibutuhkan ketika bermain peran. Hal ini dapat
membantu perkembangan fantasi anak.
Uraian mengenai fungsi metode bermain peran dalam pengembangan
keterampilan berbicara menekankan bahwa metode bermain drama dapat
mengembangkan keterampilan berbicara. Metode bermain drama dapat menjadi
media untuk memberikan kesempatan pada anak mengekspresikan imajinasinya.
2.4 Anak Taman Kanak-kanak
2.4.1 Karakteristik Anak Taman Kanak-kanak
Anak Taman Kanak-kanak merupakan anak yang berusia 4 sampai 6 tahun
yang berada dalam proses perkembangan, baik perkembangan fisik, intelektual,
sosial, emosional, maupun bahasa. Perkembangan anak bersifat progresif,
sistematis, dan berkesinambungan. Setiap aspek perkembangan saling berkaitan
satu sama lain, terhambatnya satu aspek perkembangan tertentu akan
mempengaruhi aspek perkembangan yang lainnya.
Montessori dalam Syaodih (2005:8) berpendapat bahwa usia 3-6 tahun
merupakan periode sensitif atau masa peka pada anak, yaitu suatu periode dimana
suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat
perkembangannya. Misalnya masa peka untuk berbicara pada periode ini tidak
terpenuhi maka anak akan mengalami kesukaran dalam berbahasa untuk periode
selanjutnya.
36
Setiap anak memiliki karakteristik tersendiri dan perkembangan setiap
anak berbeda-beda baik dalam kualitas maupun tempo perkembangannya. Kartono
(1986:113) dalam Syaodih (2005:13-16) mengungkapkan ciri khas anak masa
kanak-kanak sebagai berikut:
a) Bersifat Egosentris Naif
Seorang anak yang egosentris naif memandang dunia luar dari
pandangannya sendiri, sesuai dengan pengetahuan dan pemahamannya
sendiri, dibatasi oleh perasaan dan pikirannya yang masih sempit.
b) Relasi Sosial yang Primitif
Relasi sosial yang primitif merupakan akibat dari sifat egosentris yang
naif. Ciri ini ditandai oleh kehidupan anak yang belum dapat memisahkan
antara keadaan dirinya dengan keadaan lingkungan sosial sekitarnya.
c) Kesatuan Jasmani dan Rohani yang Hampir tidak Terpisahkan
Dunia lahiriah dan batiniah anak belum dapat dipisahkan, anak belum
dapat membedakan keduanya. Isi lahiriah dan batiniah masih merupakan satu
kesatuan yang utuh. Penghayatan anak terhadap sesuatu dikeluarkan atau
diekspresikan secara bebas, spontan, dan jujur baik dalam mimik, tingkah
laku, maupun bahasanya.
d) Sikap Hidup yang Fisiognomis
Anak bersikap fisiognomis terhadap dunianya, artinya secara langsung
anak memberikan atribut/sifat lahiriah atau sifat konkrit, nyata terhadap apa
yang dihayatinya. Anak belum dapat membedakan benda hidup dan benda
37
mati. Segala sesuatu dianggap memiliki jiwa sehingga anak pada usia ini
sering bercakap-cakap dengan binatang, boneka, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian mengenai karakteristik anak taman kanak-kanak, dapat
disimpulkan bahwa setiap anak memiliki karakteristik dan pola perkembangan yang
berbeda-beda. Ciri khas pada anak usia kanak-kanak diantaranya anak bersifat
egosentris, kemampuan sosial yang masih rendah, serta belum dapat membedakan
benda hidup dan benda mati.
2.4.2 Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak
2.4.2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak
Istilah pertumbuhan dan perkembangan mempunyai pengertian yang
berbeda. Menurut Syaodih (2005:20) pertumbuhan dapat diartikan sebagai
perubahan yang bersifat kuantitatif, sebagai akibat dari adanya pengaruh luar atau
lingkungan. Pertumbuhan mengandung arti adanya perubahan dalam ukuran dan
struktur tubuh sehingga lebih banyak menyangkut perubahan fisik.
Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan adalah suatu perubahan
fungsional yang bersifat kualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik maupun mental
sebagai hasil keterkaitannya dengan pengaruh lingkungan.
Kedua paragraf mengenai definisi pertumbuhan dan perkembangan
menunjukkan perbedaan definisi pertumbuhan dan perkembangan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pertumbuhan merupakan perubahan yang bersifat kuantitatif,
sedangkan perkembangan merupakan perubahan yang bersifat kualitatif.
38
2.4.2.2 Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak
Dalam perkembangan individu dikenal prinsip-prinsip perkembangan.
Menurut Syaodih (2005:22-24) prinsip-prinsip perkembangan adalah sebagai
berikut:
a) Perkembangan berlangsung seumur hidup dan meliputi semua aspek.
Perkembangan bukan hanya berkenan dengan aspek-aspek tertentu tetapi
menyangkut semua aspek perkembangan.
b) Setiap individu memiliki irama dan kualitas perkembangan yang berbeda.
Seorang individu mungkin mempunyai kemampuan berpikir dan membina
hubungan sosial yang sangat tinggi, sedang dalam aspek perkembangan
lainnya cenderung kurang.
c) Perkembangan secara relatif beraturan, mengikuti pola-pola tertentu.
Perkembangan suatu segi didahului atau mendahului segi lainnya.
d) Perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit.
e) Perkembangan berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum menuju pada
yang lebih khusus, mengikuti proses diferensiasi dan integrasi.
f) Secara normal, perkembangan individu mengikuti seluruh fase, tetapi karena
faktor-faktor khusus, fase tertentu dapat dilewati secara cepat, sehingga
nampak seperti tidak melewati fase tersebut.
g) Sampai batas-batas tertentu, perkembangan sesuatu aspek dapat dipercepat atau
diperlambat.
39
h) Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan
aspek lainnya. Perkembangan kemampuan sosial sejajar dengan kemampuan
berbahasa.
Dari uraian mengenai prinsip-prinsip perkembangan anak taman kanak-
kanak, dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip perkembangan diantaranya
perkembangan berlangsung seumur hidup dan meliputi semua aspek, perkembangan
berlangsung secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit, dan setiap individu
memiliki irama dan kualitas perkembangan yang berbeda.
2.4.2.3 Aspek-aspek Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak
Perkembangan berkenaan dengan keseluruhan kepribadian anak, karena
kepribadian membentuk satu kesatuan yang terintegrasi. Secara umum, dapat
dibedakan beberapa aspek utama kepribadian anak, yaitu aspek intelektual, fisik-
motorik, sosial, emosional, bahasa, moral dan keagamaan.
Menurut Syaodih (2005:24-26) aspek-aspek perkembangan adalah sebagai
berikut:
a) Perkembangan Aspek Fisik dan Motorik
Pada awal kehidupan anak, yaitu pada saat dalam kandungan dan tahun-
tahun pertama kehidupan, perkembangan aspek fisik motorik sangat menonjol.
Setelah dua tahun pertama, anak dapat duduk, merangkak, berdiri, bahkan
berjalan dan berlari.
b) Perkembangan Aspek Intelektual
Perkembangan aspek intelektual diawali dengan perkembangan
kemampuan mengamati, melihat hubungan dan memecahkan masalah
40
sederhana. Kemudian berkembang ke arah pemahaman dan pemecahan
masalah yang lebih rumit.
c) Perkembangan Aspek Sosial
Perkembangan aspek sosial diawali pada masa kanak-kanak. Anak senang
bermain dengan teman sebayanya.
d) Perkembangan Aspek Bahasa
Aspek bahasa berkembang dimulai dengan peniruan bunyi dan suara,
berlanjut dengan meraban. Bahasa merupakan salah satu elemen yang
terpenting dalam perkembangan berpikir sebagai sarana yang utama untuk
mengekspresikan pikiran.
Anak adalah makhluk peniru (imitator) dengan mencontoh orang lain di
sepanjang kehidupannya. Hal ini disebabkan anak memiliki dorongan yang kuat
untuk meniru orang lain. Kemampuan imitasi anak menjadi modal penting dalam
perkembangan bahasanya.
Menurut Syaodih (2005:49) perkembangan berbicara anak usia 5-6 tahun
adalah anak sudah dapat mengucapkan kata dengan jelas dan lancar, dapat
menyusun kalimat yang terdiri dari enam sampai delapan kata, dapat menjelaskan
arti kata-kata yang sederhana, dapat menggunakan kata hubung, kata depan dan
kata sandang. Pada masa akhir usia taman kanak-kanak umumnya anak sudah
mampu berkata-kata sederhana serta dapat berbicara dengan lancar.
Pendapat yang lain dikemukakan oleh Jamaris dalam Susanto (2011:78-79)
bahwa karakteristik kemampuan bahasa anak usia 5-6 tahun adalah sebagai
berikut:
41
1. Sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosakata.
2. Lingkup kosakata yang dapat diucapkan anak menyangkut warna, ukuran,
bentuk, rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan,
jarak, dan permukaan (kasar-halus).
3. Anak usia 5-6 tahun sudah dapat melakukan peran sebagai pendengar
yang baik.
4. Dapat berpartisipasi dalam percakapan. Anak dapat mendengarkan orang
lain berbicara dan menanggapi pembicaraan.
5. Percakapan yang dilakukan anak 5-6 tahun menyangkut berbagai
komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang
lain, serta apa yang dilihatnya.
e) Perkembangan Aspek Emosional
Perkembangan emosi atau perasaan berjalan konstan, kecuali pada masa
remaja awal (13-14 tahun) dan remaja tengah (15-16 tahun).
f) Perkembangan Aspek Moral dan Keagamaan
Aspek moral dan keagamaan berkembang sejak anak masih kecil. Peranan
lingkungan terutama lingkungan keluarga sangat dominan bagi perkembangan
aspek ini. Pada mulanya anak melakukan perbuatan bermoral, atau keagamaan
karena meniru, kemudian menjadi perbuatan atas prakarsa sendiri.
Berdasarkan uraian mengenai aspek-aspek perkembangan anak taman
kanak-kanak, dapat disimpulkan bahwa aspek perkembangan yang utama meliputi
aspek intelektual, fisik-motorik, sosial, emosional, bahasa, moral dan keagamaan
yang dapat membentuk satu kesatuan yang disebut kepribadian. Dalam aspek
42
perkembangan bahasa, anak usia 5-6 tahun memiliki kemampuan berpartisipasi
dalam percakapan dimana isi percakapan tersebut berupa komentarnya terhadap
apa yang dilihatnya.
2.4.2.4 Tugas-tugas Perkembangan Masa Kanak-kanak
Tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul dalam suatu
periode tertentu dalam kehidupan individu. Tugas tersebut harus dikuasai dan
diselesaikan oleh individu, karena tugas ini akan mempengaruhi pencapaian
perkembangan berikutnya.
Tugas perkembangan masa kanak-kanak menurut Triyon dan Lilienthal
(Hildebrand, 1986:45) dalam Syaodih (2005:27-28) adalah sebagai berikut:
a) Berkembang menjadi pribadi yang mandiri.
Anak belajar untuk berkembang menjadi pribadi yang bertanggung jawab
dan memenuhi kebutuhannya sendiri.
b) Belajar memberi, berbagi, dan memperoleh kasih sayang.
Anak belajar untuk dapat saling memberi dan berbagi. Anak juga belajar
memperoleh kasih sayang dari sesama dalam lingkungannya.
c) Belajar bergaul dengan anak lain.
Anak belajar mengembangkan kemampuannya untuk dapat bergaul, dan
berinteraksi dengan anak lain dalam lingkungan di luar lingkungan keluarga.
d) Mengembangkan pengendalian diri.
Pada masa ini anak belajar untuk bertingkah laku sesuai dengan tuntutan
lingkungannya.
e) Belajar bermacam-macam peran orang dalam masyarakat.
43
Anak belajar bahwa dalam kehidupan bermasyarakat ada berbagai jenis
pekerjaan yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan.
f) Belajar untuk mengenal tubuh masing-masing.
Pada masa ini anak perlu mengetahui berbagai anggota tubuhnya, apa
fungsinya, dan bagaimana penggunaannya.
g) Belajar menguasai keterampilan motorik halus dan kasar.
Anak belajar mengkoordinasikan otot-otot yang ada pada tubuhnya baik
otot kasar maupun otot halus.
h) Belajar mengenal lingkungan fisik dan mengendalikan.
Pada masa ini diharapkan anak dapat mengenal benda-benda yang ada di
lingkungan.
i) Belajar menguasai kata-kata baru untuk memahami orang lain.
Anak belajar menguasai kata-kata baru baik yang berkaitan dengan benda-
benda di sekitarnya, maupun yang berinteraksi dengan lingkungannya.
j) Mengembangkan perasaan positif dalam berhubungan dengan lingkungan.
Pada masa ini anak belajar mengembangkan perasaan kasih sayang
terhadap segala sesuatu yang ada dalam lingkungannya.
Sejalan dengan pendapat Triyon dan Lilienthal (Hildebrand, 1986),
Havighurst (Monks, 2001) dalam Soetjiningsih (2012, 182) mengungkapkan
bahwa tugas-tugas perkembangan pada masa kanak-kanak awal yaitu: (a)
mencapai stabilitas fisiologis; (b) belajar berbicara/berbahasa; (c) belajar
mengatur dan mengurangi gerak-gerik tubuh yang tidak perlu; (d) belajar
mengenal perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin; (e) membentuk konsep-
44
konsep sederhana mengenai realitas sosial dan realitas fisik; dan (f) belajar
tentang benar-salah.
Berdasarkan kedua pendapat mengenai tugas-tugas perkembangan, maka
dapat disimpulkan bahwa anak usia kanak-kanak memiliki tugas perkembangan
diantaranya belajar berbicara/berbahasa dengan menguasai kata-kata baru untuk
memahami orang lain, belajar bersosialisasi, serta belajar mengendalikan diri.
2.5 Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian terdahulu menyebutkan bahwa:
a. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Halida dalam Jurnal Cakrawala
Kependidikan . Vol. 9 , No. 1 (2011) mengenai metode bermain peran dalam
mengoptimalkan kemampuan berbicara anak usia dini menyebutkan bahwa
bermain peran makro merupakan metode yang tepat dalam menjembatani anak
untuk lebih leluasa dalam berbicara. Hal ini disebabkan dalam melakonkan tokoh
dari sebuah cerita, anak dituntut untuk melakukan percakapan dengan lawan
mainnya.
b. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siska dalam Jurnal ISSN 1412-565X . No. 2
(2011) mengenai penerapan metode bermain peran (Role Playing) dalam
meningkatkan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak usia dini
membuktikan bahwa penerapan metode bermain peran makro cukup berhasil
dilaksanakan karena bagi guru dan anak metode ini belum pernah digunakan dan
sangat menarik. Dalam bermain peran makro ini, anak dapat terlibat aktif untuk
45
mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak melalui
tokoh yang dipilih untuk diperankan.
c. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andresen dalam Journal Culture
Psychology. Vol. 11, No. 4 384-414 (2005) mengenai role play and language
development in the preschool years mengungkapkan bahwa bermain peran makro
sebagai bentuk tindakan pada ZPD, termasuk perkembangan bahasa dimana
bahasa memegang peranan penting sebagai sarana pembentukan daya khayal
anak.
d. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bergen dalam Journal of Early Childhood
Research and Practice. Vol. 4, No. 1 (2002) mengenai the role of pretend play in
childrens cognitive development menunjukkan hubungan yang jelas antara
keterampilan sosial dan kompetensi bahasa dengan tingginya kualitas daya khayal
anak. Sehingga bermain peran makro dimana anak bermain dengan teman sebaya
dapat membantu perkembangan bahasa anak.
e. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anderson, dkk dalam Journal of Family and
Human Development. Vol. 4, No. 10 (2010) mengenai The Importance of Play in
Early Childhood Development bahwa bermain peran makro dapat memperluas
daya imajinasi anak dimana anak menggunakan kosakata baru untuk
mengekspresikan cerita yang dimainkan. Anak dapat meningkatkan keterampilan
berbicara dengan meniru anak yang lain maupun orang dewasa sebagai modelnya.
f. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Li dalam Australasian Journal of Early
Childhood. Vol. 37, No. 1 (2012) mengenai how do immigrant parents support
preschooler’s bilingual heritage language development in a role-play context
46
menunjukkan bahwa perkembangan bahasa anak dapat dikembangkan melalui
pendekatan bermain peran di rumah dimana daya khayal anak secara individual
dapat terlihat melalui bermain peran mikro.
g. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hanapiah dan Suwadi dalam Jurnal TEQIP.
No. 1 (2010) mengenai peningkatan keterampilan berbicara dengan teknik
bermain peran bagi siswa kelas V SDN 2 Ngali menunjukkan bahwa penggunaan
teknik bermain peran makro dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada
siswa kelas V SDN 2 Ngali, Kecamatan Belo, Kabupaten Bima.
h. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hewes dalam Journal Of Early Childhood
Learning Knowledge Centre mengenai Let The Children Play: Nature’s Answer
to Early Learning mengungkapkan bahwa bermain peran makro dapat
meningkatkan kemampuan bahasa anak yaitu kemampuan anak dalam
berkomunikasi dengan temannya.
i. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Somantri dalam Tesis PENDAS (2010)
mengenai pengaruh pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran
(Role Playing) makro terhadap keterampilan sosial dan berbicara anak usia dini
mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan signifikan dalam peningkatan
keterampilan berbicara anak pada kelas kontrol dan kelas ekeperimen. Hal ini
dikarenakan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran sesuai
dengan dunia anak yang menekankan pada eksplorasi permainan dan eksplorasi
gerak tubuh serta bahasa anak.
j. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shim dalam Disertasi (2007) mengenai Low-
Income Children’s Pretend Play: The Contributory Influences of Individual and
47
Contextual Factors mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
rendahnya kuantitas bermain peran adalah rendahnya keterlibatan teman sebaya,
kemampuan bahasa anak, serta media yang digunakan.
k. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pane dalam UNIMED-Master-130074
(2013) mengenai pengaruh metode bermain peran dan konsep diri terhadap
keterampilan berbicara anak usia dini di kelompok bermain kota Medan
menunjukkan bahwa kemampuan berbicara anak yang mengikuti pembelajaran
bermain peran makro lebih tinggi daripada anak yang mengikuti pembelajaran
bermain peran mikro.
2.6 Kerangka Berpikir
Metode bermain peran merupakan jenis permainan yang dapat meningkatkan
aspek bahasa terutama keterampilan berbicara. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan pada tanggal 15 Desember 2012, pelaksanaan bermain peran di TK Negeri
Pembina Pekalongan belum maksimal. Hal ini terlihat dengan sudah tersedianya media
pembelajaran yang mendukung bermain peran seperti tempat tidur, meja, serta kursi,
namun intensitas pelaksanaan bermain peran masih rendah.
Bermain peran terdiri dari dua jenis yaitu bermain peran makro dan bermain peran
mikro. Kedua jenis bermain peran tersebut akan memiliki pengaruh yang berbeda
terhadap keterampilan berbicara anak usia taman kanak-kanak. Banyak ditemukan hasil
penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa metode bermain peran makro dapat
meningkatkan keterampilan berbicara, namun masih sedikit ditemukan hasil penelitian
48
yang menunjukkan bahwa metode bermain peran mikro dapat meningkatkan
keterampilan berbicara.
Keterampilan berbicara anak dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan
indikator pada teori Hurlock (1978) mengenai tugas utama dalam belajar berbicara,
tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5-≤6 tahun yang terdapat dalam Permen 58
tahun 2009 dan kurikulum berbasis kompetensi pendidikan anak usia dini (2002) serta
perkembangan bahasa anak yang diungkapkan oleh para ahli seperti Yus (2011), dan
Djiwandono (1996) dalam Halida (2011). Pada bermain peran makro terjadi interaksi
antara anak dengan lawan mainnya sehingga dapat mengembangkan semua indikator
keterampilan berbicara yang terdapat pada teori yang telah disebutkan di atas.
Bermain peran mikro hanya terjadi interaksi antara anak dengan mainannya yang
merupakan benda mati sehingga tidak terjadi komunikasi dua arah. Berdasarkan
pertimbangan tersebut bermain peran mikro hanya dapat mengembangkan indikator
berkomunikasi secara lisan, Panjang kalimat yang diucapkan anak terdiri dari 6-8 kata
perkalimat, isi pembicaraan berpusat pada diri sendiri (Egosentrik), serta melanjutkan
sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat
keterampilan berbicara ditinjau dari metode bermain peran pada anak usia 5-6 tahun.
Dari berbagai uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Kerangka berpikir “Tingkat Keterampilan Berbicara ditinjau dari Metode
Bermain Peran pada Anak Usia 5-6 tahun”.
49
Keterampilan
Berbicara Anak
Usia 5-≤6
tahun.
Berkomunikasi secara lisan,
dan memiliki perbendaharaan
kata.
Berpusat pada orang lain
(Sosialisasi).
Mengajukan pertanyaan sesuai
dengan topik.
Berbicara lancar dengan
kalimat sederhana.
Melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah
diperdengarkan
Metode
Bermain Peran
(Role Play)
Bermain Peran
Makro
Bermain Peran
Mikro
Berpusat pada diri sendiri
(Egosentrik).
Berkomunikasi secara lisan,
dan memiliki perbendaharaan
kata.
Melanjutkan sebagian
cerita/dongeng yang telah
diperdengarkan
Keterampilan
Berbicara Anak
Usia 5-≤6
tahun.
Menyusun kalimat sederhana
dalam struktur lengkap (pokok kalimat-predikat-keterangan).
Mengekspresikan diri melalui
dramatisasi.
Panjang kalimat terdiri dari 6-8 kata perkalimat.
Panjang kalimat terdiri dari 6-8
kata perkalimat.
50
2.7 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan (Sugiyono,
2009:96). Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2010:110) hipotesis merupakan jawaban
yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul.
Berdasarkan landasan teori di atas, maka dapat dibuat rumusan hipotesis komparatif,
yaitu:
1) Ho: Tidak ada perbedaan tingkat keterampilan berbicara antara kelompok anak yang
diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro dan kelompok anak yang diberi
perlakuan dengan metode bermain peran mikro.
2) Ha: Terdapat perbedaan tingkat keterampilan berbicara antara kelompok anak yang diberi
perlakuan dengan metode bermain peran makro dan kelompok anak yang diberi
perlakuan dengan metode bermain peran mikro.
51
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian
(Arikunto, 2010:161). Obyek penelitian yang dimaksud di sini adalah TK Negeri Pembina
Kecamatan Pekalongan Barat, dan TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Utara.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah:
3.1.1 Variabel Bebas (X)
Variabel bebas atau independent variabel adalah variabel yang menjadi sebab
timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat) atau variabel yang
mempengaruhi (Sugiyono, 2010:61). Adapun yang menjadi variabel bebas dalam
penelitian ini adalah metode bermain peran makro (X1) dan metode bermain peran
mikro (X2).
3.1.2 Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat atau dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono 2010:61). Yang menjadi variabel terikat
dalam penelitian ini adalah keterampilan berbicara anak (Y).
3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional variabel penelitian adalah batasan atau spesifikasi dari variabel-
variabel penelitian yang secara konkret berhubungan dengan realitas yang akan diukur dan
52
merupakan manifestasi dari hal-hal yang akan diamati peneliti berdasarkan sifat yang
didefinisikan dan diamati sehingga terbuka untuk diuji kembali oleh orang atau peneliti lain.
Adapun batasan atau definisi operasional variabel yang diteliti adalah:
3.2.1 Keterampilan Berbicara Anak
Makna secara harafiah keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan
tugas. Berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi untuk
mengekspresikan serta menyampaikan pikiran dan perasaan (Tarigan dalam Suhartono,
2005:20). Keterampilan berbicara adalah kemampuan individu untuk mampu mengatasi
segala permasalahan dalam mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi untuk
mengekspresikan serta menyampaikan pikiran dan perasaan.
Unsur-unsur kebahasaan yang dapat menunjang keterampilan berbicara
diungkapkan oleh Djiwandono (1996) dalam Halida (2011) yaitu unsur kebahasaan,
unsur nonkebahasaan, dan unsur isi. Unsur kebahasaan meliputi: (1) Pengucapan lafal
yang jelas; (2) Penerapan intonasi yang wajar; (3) Pilihan kata; dan (4) Penerapan
struktur/susunan kalimat yang jelas.
Unsur nonkebahasaan meliputi: (1) Keberanian; (2) Kelancaran; dan (3)
Ekspresi/Gerak-gerik Tubuh. Unsur isi dalam pembicaraan merupakan bagian yang
lebih penting. Tanpa isi yang diidentifikasi secara jelas, pesan yang ingin disampaikan
melalui kegiatan berbicara tidak akan tersampaikan secara jelas pula, dalam aspek isi
dari berbicara terdiri dari kerincian dan kejelasan dalam menyampaikan isi dari
pembicaraan.
53
3.2.2 Metode Bermain Peran
Metode bermain peran adalah permainan yang memerankan tokoh-tokoh atau
benda sekitar anak sehingga dapat mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan
penghayatan terhadap bahan kegiatan yang dilaksanakan (Depdikbud, 1998 dalam
Winda Gunarti, dkk, 2008:10.10).
Metode Bermain peran dilihat dari jenisnya terdiri dari dua jenis yang berbeda.
Hal ini sejalan dengan pendapat oleh Erikson (1963) dalam Magfiroh (2011) bahwa
metode bermain peran terdiri dari:
3) Metode Bermain Peran Mikro
Anak memainkan peran melalui tokoh yang diwakili oleh benda-benda berukuran
kecil, contoh kandang dengan binatang-binatangan dan orang-orangan kecil.
4) Metode Bermain Peran Makro
Anak bermain menjadi tokoh menggunakan alat berukuran besar yang digunakan
anak untuk menciptakan dan memainkan peran-peran, contoh memakai baju dan
menggunakan kotak kardus yang dibuat menjadi mobil-mobilan.
Perbedaan konsep antara bermain peran makro dan mikro akan mengakibatkan
tingkat keterampilan berbicara yang berbeda pada anak.
3.3 Subjek Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2010:173), sedangkan
menurut Sugiyono (2010:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
54
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa TK Negeri Pembina Kota Pekalongan. TK
Negeri Pembina merupakan TK inti yang menjadi TK percontohan di kota Pekalongan.
Dengan demikian ketersediaan media pembelajaran sudah mencukupi. Selain hal di
atas, TK Negeri Pembina terbuka dengan saran dari pihak luar sekolah dalam rangka
perbaikan pembelajaran.
TK Negeri Pembina Pekalongan terdiri dari TK Negeri Pembina Kecamatan
Pekalongan Barat yang berada di jalan Merapi No.2, Bendan, Pekalongan Serta TK
Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Utara yang berada di jalan Apollo 75 A,
Kandang Panjang, Pekalongan. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 240 siswa.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010:174).
Sedangkan menurut Sugiyono (2010:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari
populasi harus betul-betul representatif.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas B1 TK Negeri Pembina
Kota Pekalongan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010:124).
Penentuan sampel dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan usia dan
ketersediaan media. Dilihat dari segi usia, sampel dalam penelitian ini adalah anak yang
berusia 5-6 tahun, sedangkan dari segi ketersediaan media sampel dalam penelitian ini
adalah kelas yang memiliki media bermain drama yang mencukupi. Berdasarkan
55
pertimbangan tersebut, maka diperoleh Kelas B1 TK Negeri Pembina Kecamatan
Pekalongan Barat dengan 30 peserta didik sebagai kelompok eksperimen yang diberi
perlakuan dengan penerapan metode bermain peran makro, dan kelas B1 TK Negeri
Pembina Kecamatan Pekalongan Utara dengan 30 peserta didik sebagai kelompok
kontrol yang diberi perlakuan dengan penerapan metode bermain peran mikro. Jumlah
responden sampel dalam penelitian ini adalah 60 anak.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2010: 308). Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi.
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan apabila penelitian berkenaan
dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan apabila responden tidak terlalu
besar. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi terstruktur atau observasi
yang telah dirancang secara sistematis. Observasi ini dengan jalan mengadakan pengamatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung serta dilakukan dengan menggunakan pedoman
observasi disusun dalam bentuk skala yang dibuat dalam panduan instrumen penelitian yang
telah teruji validitas dan reliabilitasnya (Sugiyono, 2010: 205).
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut
apabila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Skala yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan Skala Likert dimana jawaban setiap item
instrumen memiliki gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Instrumen penelitian
56
dibuat dalam bentuk cheklist. Jawaban dibuat skor tertinggi 4 untuk kategori “Selalu muncul”,
skor 3 “Sering muncul”, skor 2 “Jarang muncul”, dan skor terendah 1 untuk kategori “Tidak
Pernah muncul ”.
Instrumen penelitan untuk mengukur keterampilan berbicara anak disusun berdasarkan
indikator pada teori Hurlock (1978) mengenai tugas utama dalam belajar berbicara, tingkat
pencapaian perkembangan anak usia 5-≤6 tahun yang terdapat dalam Permen 58 tahun 2009
dan kurikulum berbasis kompetensi pendidikan anak usia dini (2002) serta perkembangan
bahasa anak yang diungkapkan oleh para ahli seperti Yus (2011), dan Djiwandono (1996)
dalam Halida (2011). Adapun kisi-kisi instrumen penelitian untuk mengukur keterampilan
berbicara anak usia 5-6 tahun dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian untuk Mengukur Keterampilan Berbicara
Anak Usia 5-6 Tahun
No.
Variabel Aspek
Perkembangan yang
dinilai
Indikator Fav Unfav
1.
Keterampilan
berbicara
anak usia 5-6
tahun.
Aspek kebahasaan:
a) Pengucapan
b) Pengembangan
Kosakata
a) Menyebutkan nama, jenis
kelamin.
b) Mengucapkan suku kata.
c) Berkomunikasi secara
lisan, dan memiliki
perbendaharaan kata.
a) Menggunakan kata ganti.
b) Menggunakan kata sifat.
c) Menggunakan kata benda.
d) Menggunakan konsep
waktu.
e) Penggunaan kata
penghubung.
f) Penggunaan kata kerja
dasar yang tidak
membutuhkan objek.
1, 2
4
5, 6
8
10, 11,
12
15
17
19
22
3
7
9
13, 14
16, 18
20
21
57
c) Pembentukan
Kalimat
d) Isi Bicara
Aspek Non-
kebahasaan:
a) Keberanian
b) Kelancaran
c) Ekspresi atau
gerak-gerik
tubuh
a) Panjang kalimat terdiri dari
6-8 kata perkalimat.
b) Menyusun kalimat
sederhana dalam struktur
lengkap (pokok kalimat-
predikat-keterangan).
c) Menyusun kalimat Tanya.
d) Melanjutkan sebagian
cerita/dongeng yang telah
diperdengarkan.
a) Berpusat pada diri sendiri
(Egosentrik).
b) Berpusat pada orang lain
(Sosialisasi).
a) Mengajukan pertanyaan
sesuai dengan topik.
b) Anak berani
mengungkapkan
keinginannya,
penolakannnya, maupun
pendapatnya
c) Keberanian untuk berpihak
terhadap gagasan yang
diyakini kebenarannya.
a) Berbicara lancar dengan
kalimat sederhana.
b) Memberikan informasi
tentang suatu hal.
a) Mengekspresikan diri
melalui dramatisasi.
b) Bercerita menggunakan
kalimat yang terdiri dari 3-
6 kata dengan ekspresi.
23
25
27, 28
30
31, 32
33
35
38
39
41, 42
44, 45
47
49
24
26
29
34
36
37
40
43
46
48
58
3.5 Pelaksanaan Penelitian
3.5.1 Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian
Peneliti melakukan studi pendahuluan berupa studi teoritis, empiris dan observasi
lapangan sebelum penelitian. Studi teoritis dan empiris berupa proposal penelitian yang
merupakan dasar dari dilakukannya penelitian ini. Observasi lapangan dilakukan untuk
memperoleh gambaran situasi dan kondisi lokasi penelitian. Studi pendahuluan
bertujuan agar proses penelitian terlaksana dengan lancar dan sesuai dengan kaidah
ilmiah.
3.5.1.1 Persiapan Instrumen Penelitian
Pengembangan instrumen dilakukan dengan cara menentukan variabel
penelitian terlebih dahulu untuk kemudian dikembangkan menjadi aspek yang ingin
diketahui keadaannya. Instrumen keterampilan berbicara ini berasal dari teori
Hurlock (1978:) mengenai tugas utama dalam belajar berbicara, tingkat pencapaian
perkembangan anak usia 5-≤6 tahun yang terdapat dalam Permen 58 tahun 2009
dan kurikulum berbasis kompetensi pendidikan anak usia dini (2002) serta
perkembangan bahasa anak yang diungkapkan oleh para ahli seperti Yus (2011),
dan Djiwandono (1996).
Berdasarkan pedoman tersebut di atas, sudah terdapat indikator-indikator
yang kemudian harus disusun menjadi butir item dalam sebuah skala keterampilan
berbicara pada anak usia 5-6 tahun. Butir item tersebut berupa cerita bergambar
yang digunakan pada saat pretest dan posttest.
Setelah penyusunan instrumen keterampilan berbicara selesai, peneliti
59
melakukan uji coba instrumen di TK Batik Buaran, Pekalongan dan TK Negeri
Cempaka, Pekalongan yang dilaksanakan pada bulan April 2013. Arikunto
(2006:168) mengungkapkan bahwa instrumen yang baik harus memenuhi dua
persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.
3.5.1.1.1 Teknik Pengukuran Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang
diteliti secara tepat (Arikunto, 2010: 211).
Pengujian validitas instrument keterampilan berbicara ini dilakukan
dengan menggunakan bantuan program SPSS 18 teknik Corrected Item Total
Correlation, yaitu mengorelasikan antara skor item dengan total item, kemudian
melakukan koreksi terhadap nilai koefisien korelasi (Priyatno, 2009:167).
Adapun hasil uji validitas instrumen penelitian dengan menggunakan
teknik Corrected Item Total Correlation sebagai berikut:
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Keterampilan Berbicara
Variabel
Penelitian
Aspek Indikator
Nomor
Item
Item
Gugur
Item
Valid
Keterampilan
berbicara anak
usia 5-6 tahun.
Aspek Kebahasaan:
a) Pengucapan
a. Menyebutkan nama,
jenis kelamin.
1, 2, 3,
4
1, 2
3, 4
b. Mengucapkan suku kata. 5, 6 5 6
c. Berkomunikasi secara
lisan, dan memiliki
perbendaharaan kata.
7, 8, 9 7, 8,
9
b) Pengembangan
Kosakata.
a. Menggunakan kata
ganti.
10, 11, 10, 11
60
12, 13 12, 13
b. Menggunakan kata sifat. 14, 15,
16
14, 16 15
c. Menggunakan kata
benda.
17, 18 17 18
d. Menggunakan konsep
waktu.
19, 20 19 20
e. Penggunaan kata
penghubung.
21, 22,
23
22 21,
23
f. Penggunaan kata kerja
dasar yang tidak
membutuhkan objek.
24, 25,
26
24, 26 25
c) Pembentukan
Kalimat.
a. Panjang kalimat terdiri
dari 6-8 kata
perkalimat.
27 27
b. Menyusun kalimat
sederhana dalam
struktur lengkap (pokok
kalimat-predikat-
keterangan).
28, 29 29 28
c. Menyusun kalimat
tanya.
30, 31,
32
32 30,
31
d. Melanjutkan sebagian
cerita/dongeng yang
telah diperdengarkan.
33, 34 33,
34
d) Isi Bicara a. Berpusat pada diri
sendiri (Egosentrik).
35, 36 35,
36
b. Berpusat pada orang lain
(Sosialisasi).
37, 38,
39
37 38,
39
Aspek Non-
kebahasaan:
a) Keberanian
a. Mengajukan pertanyaan
sesuai dengan topik.
40, 41
41
40
b. Anak berani
mengungkapkan
keinginannya,
penolakannnya, maupun
pendapatnya.
42, 43 43 42
c. Keberanian untuk
berpihak terhadap
gagasan yang diyakini
kebenarannya.
44, 45 45 44
61
Jumlah item yang tidak valid = 21
Jumlah item yang valid = 33
Berdasarkan uji validitas yang dilakukan, maka diketahui ada dua puluh
satu item yang tidak valid, yaitu item nomor 1, 2, 5, 10, 12, 13, 14, 16, 17, 19,
22, 24, 26, 29, 32, 37, 41, 43, 45, 49, dan 51. Menurut Arikunto (2010: 221)
mengatakan bahwa peneliti bisa mengganti atau merevisi butir-butir yang tidak
valid. Berdasarkan hal tersebut peneliti menganalisis kembali item-item yang
tidak valid, untuk item nomor 5, 12, 14, 16, 17, 19, 26, 29, 41, 43, 45, 49, dan
51 diperbaiki sedangkan nomor 1, 2, 10, 13, 22, 24, 32, dan 34 dibuang.
Kemudian peneliti menambah 3 item pengamatan sehingga total item
pengamatan menjadi 49 item pengamatan.
3.5.1.1.2 Teknik Pengukuran Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik.
Reliabel artinya dapat dipercaya jadi dapat diandalkan (Arikunto, 2010:221).
Untuk uji reliabilitas instrumen menggunakan bantuan program SPSS 18
teknik Reliability analysis yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui
b) Kelancaran a. Berbicara lancar dengan
kalimat sederhana.
46, 47,
48
46,
47,
48
b. Memberikan informasi
tentang suatu hal.
49, 50 49 50
c) Ekspresi atau
gerak-gerik
tubuh
a. Mengekspresikan diri
melalui dramatisasi.
51, 52 51 52
b. Bercerita menggunakan
kalimat yang terdiri dari
3-6 kata dengan
ekspresi.
53, 54 53,
54
62
konsistensi alat ukur yang menggunakan skala, kuesioner, atau angket
(Priyatno, 2009:167).
Adapun hasil uji reliabilitas instrumen penelitian dengan menggunakan
teknik Reliability analysis sebagai berikut:
Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Keterampilan Berbicara
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.929 54
Pada a = 5% dengan n = 30 diperoleh rtabel = 0.361, tabel di atas
menunjukkan bahwa Cronbach Alpha lebih dari rtabel, maka dapat disimpulkan
bahwa instrumen tersebut reliabel.
3.5.1.2 Penyusunan Metode Bermain Peran sebagai Perlakuan dalam
Eksperimen
Penelitian ini menggunakan metode bermain peran makro sebagai perlakuan
yang diberikan kepada kelompok eksperimen, dan metode bermain peran mikro
sebagai perlakuan yang diberikan kepada kelompok kontrol.
Validitas adalah suatu ukuran yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2010:173). Pengujian validitas
instrumen metode bermain peran ini menggunakan pengujian validitas konstrak.
Untuk menguji validitas konstrak, dalam penelitian ini digunakan pendapat ahli
63
(Professional judgment). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-
aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya
dikonsultasikan dengan ahli (Sugiyono, 2010: 177).
Dalam penelitian ini, terdapat professional judgment untuk menyatakan bahwa
bermain peran yang digunakan adalah sesuai untuk meningkatkan keterampilan
berbicara pada anak usia 5-6 tahun. Professional judgment dalam penelitian ini
adalah Wulan Adiarti, M.Pd selaku dosen Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia
Dini di Universitas Negeri Semarang yang menguasai mengenai model pembelajaran
sentra, serta guru dari sekolah eksperimen.
Menurut professional judgment, bermain peran yang bisa digunakan dalam
meningkatkan keterampilan berbicara untuk anak usia 5-6 tahun adalah bermain
peran dengan judul permainan: Rumahku Banjir, Restoran, Pergi ke dokter,
Pemadam Kebakaran, Bawang merah Bawang putih, “Si Unyil” (Bekerja sama
yuk!), Pesta Ulang Tahun, dan Bermain Bersama untuk bermain makro. Sedangkan
untuk bermain peran mikro, permainan yang bisa digunakan dalam meningkatkan
keterampilan berbicara untuk anak usia 5-6 tahun adalah bermain peran dengan judul
permainan: Mengasuh Bayi, Fun Cooking, Kedai Es Krim, Aktivitasku, Barbie,
Pesawatku, Bermain perang-perangan, serta Robot.
Adanya media yang lengkap yang terdapat di area drama pada kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol, sehingga bisa dikatakan bahwa bermain
peran ini bisa diterapkan di sekolah tersebut.
64
3.5.2 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan dalam waktu satu bulan. TK Negeri Pembina Kecamatan
Pekalongan Utara melakukan pretest pada tanggal 13 Mei 2013 dan 14 Mei 2013, dan
posttest dilakukan pada tanggal 23 Mei 2013 dan 24 Mei 2013. Sedangkan TK Negeri
Pembina Kecamatan Pekalongan Barat melakukan pretest pada tanggal 27 Mei 2013,
dan posttest pada tanggal 11 Juni 2013.
Penelitian dilaksanakan dengan langkah-langkah penelitian sebagai berikut:
a. Peneliti melakukan pendataan nama anak kelas B1 di TK Negeri
Pembina Kecamatan Pekalongan Barat dan nama anak kelas B1 di TK Negeri
Pembina Kecamatan Pekalongan Utara.
b. Peneliti melakukan pre-test keterampilan berbicara anak kelas B1 di TK Negeri
Pembina Kecamatan Pekalongan Utara.
c. Peneliti melakukan proses kegiatan eksperimen dengan metode bermain peran mikro
pada anak kelas B1 di TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Utara.
d. Peneliti melakukan post-test pada anak kelas B1 di TK Negeri Pembina Kecamatan
Pekalongan Utara dan mencatat keterampilan berbicara anak dengan melakukan
skoring.
e. Peneliti melakukan pre-test keterampilan berbicara anak kelas B1 di TK Negeri
Pembina Kecamatan Pekalongan Barat.
f. Peneliti melakukan proses kegiatan eksperimen dengan metode bermain peran makro
pada anak kelas B1 di TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Barat.
g. Peneliti melakukan post-test pada anak kelas B1 di TK Negeri Pembina Kecamatan
Pekalongan Barat dan mencatat keterampilan berbicara anak dengan melakukan
65
skoring.
h. Menghitung perbedaan antara hasil pretest dan posttest untuk masing-masing
kelompok, dan perbedaan hasil posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
i. Membandingkan perbedaan-perbedaan tersebut, untuk menentukan apakah penerapan
perlakuan X+ itu berkaitan dengan perubahan yang lebih besar pada kelompok
eksperimen.
j. Melakukan analisis hipotesis dengan menggunakan Uji-t untuk menentukan apakah
perbedaan dalam hasil tes itu signifikan.
3.6 Metode Analisis Data
Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk mengolah hasil
penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Dalam penelitian ini metode analisis data
yang digunakan adalah sebagai berikut :
3.6.1 Uji Asumsi
3.6.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menentukan apakah kedua kelompok berdistribusi
normal atau tidak. Teknik yang digunakan untuk menguji kenormalan adalah analisis
One Sample Kolmogrov-Smirnov Test dengan menggunakan bantuan SPSS 18.
3.6.1.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian
berawal dari kondisi yang sama atau homogen, yang selanjutnya untuk menentukan
statistik t yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan
66
dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak.
Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut:
Ho = varian kedua kelompok sama (homogen)
Ha = varian kedua kelompok tidak sama (tidak homogen)
Pengujian kesamaan dua varians digunakan rumus sebagai berikut:
k
bhitung
V
VF
Keterangan:
Vb = varians yang terbesar.
Vk = varians yang terkecil.
(Sudjana, 2005:250)
Untuk menguji apakah kedua varians tersebut sama atau tidak maka Fhitung
dikonsultasikan dengan Ftabel dengan α= 5% dengan dk pembilang = banyaknya data
terbesar dikurangi satu dan dk penyebut = banyaknya data yang terkecil dikurangi satu.
Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima. Yang berarti kedua kelompok tersebut mempunyai
varians yang sama atau dikatakan homogen.
3.6.2 Analisis Data Deskriptif
Data yang diteliti dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
membandingkan keterampilan berbicara anak sebelum diberikan perlakuan dengan
keterampilan berbicara sesudah diberikan perlakuan. Analisis deskriptif adalah statistik
yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
67
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2010:207-
208). Analisis data deskriptif dalam penelitian ini menggunakan analisis Descriptive
Statistics dengan bantuan program SPSS 18.
3.6.3 Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini yaitu
menggunakan t-test atau uji t dengan bantuan program SPSS 18. Hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho : µ1 = µ2 artinya tidak ada perbedaan tingkat keterampilan berbicara antara
kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro dan
kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro.
Ha : µ1 ≠ µ2 artinya ada perbedaan tingkat keterampilan berbicara antara kelompok
anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro dan kelompok anak
yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro. Dalam hal ini, tingkat
keterampilan berbicara kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain
peran makro lebih tinggi dibandingkan kelompok anak yang diberi perlakuan dengan
metode bermain peran mikro.
68
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-kanak yang homogen yaitu TK Negeri
Pembina Kecamatan Pekalongan Barat dan TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan
Utara Kota Pekalongan. Eksperimen dilakukan di kelas B1 dengan usia anak 5-6 tahun dan
masing-masing sekolah berjumlah 30 anak.
Perlakuan yang diberikan pada kedua kelompok tersebut berbeda. Kelompok B1 TK
Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Barat diberikan perlakuan berupa penerapan
metode bermain peran makro, sedangkan Kelompok B1 TK Negeri Pembina Kecamatan
Pekalongan Utara diberikan perlakuan berupa penerapan metode bermain peran mikro.
TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Barat berada di Jalan Merapi No.2,
Bendan, Kecamatan Pekalongan Barat, Kota Pekalongan. TK Negeri Pembina Kecamatan
Pekalongan Barat memiliki visi membentuk peserta didik menjadi anak yang beriman
kepada Tuhan Yang Maha Esa; berkepribadian mulia, mandiri, kreatif, serta sehat jasmani
dan rohani; serta memiliki misi sebagai berikut: (1) menanamkan nilai-nilai agama dan
moral Pancasila dalam kehidupan sehari-hari melalui keteladanan dan pembiasaan agar
terbentuk pribadi yang beriman, bertaqwa, dan berkepribadian mulia; (2) memberikan tugas-
tugas yang mengarah pada terbentuknya pribadi yang mandiri; (3) memberi dasar
pengetahuan agar anak bisa merespon terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi; (4) mempersiapkan anak agar dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan
teman-teman sebaya dan lingkungan; dan (5) menumbuh kembangkan kreatifitas anak
69
dalam seni, budaya, dan olahraga melalui pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan
optimal.
TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Utara berada di Jalan Apolo, Kandang
Panjang, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan. TK Negeri Pembina Kecamatan
Pekalongan Utara memiliki visi terciptanya peserta didik yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT, cerdas, kreatif, mandiri, serta sehat jasmani dan rohani; serta memiliki
misi sebagai berikut: (1) menanamkan nilai-nilai agama dan moral Pancasila sehingga
tercapainya pribadi peserta didik yang beriman dan bertaqwa; (2) memberikan pendidikan
keterampilan agar peserta didik memiliki prestasi dalam bidang seni maupun olahraga; (3)
memberikan tugas-tugas yang mengarah terciptanya pribadi peserta didik yang mandiri; dan
(4) memberikan dasar-dasar pengetahuan agar peserta didik bertambah kembang sesuai
dengan tahapan perkembangan.
TK negeri Pembina Kota Pekalongan merupakan TK inti sebagai TK percontohan di
kota Pekalongan, dengan demikian ketersediaan media pembelajaran sudah mencukupi
terutama pada area bermain drama, namun penerapan metode bermain drama kurang
maksimal. Hal ini disebabkan TK Negeri Pembina Kota Pekalongan menggunakan model
pembelajaran area.
Ditinjau dari segi keterampilan berbicara, anak TK Negeri Pembina memiliki
keterampilan berbicara yang masih kurang. Hal ini dapat dilihat pada laporan perkembangan
anak yang menunjukkan bahwa masih terdapat indikator-indikator pada aspek bahasa
terutama pada lingkup perkembangan mengungkapkan bahasa yang belum tercapai dengan
baik.
70
4.2 Deskripsi Data Penelitian
Penelitian mengenai tingkat keterampilan berbicara ditinjau dari metode bermain peran
memiliki data sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Hasil Pretest
Subyek Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Nilai % Kategori Nilai % Kategori
1 103 70% Sedang 111 76% Sedang
2 105 71% Sedang 96 65% Sedang
3 100 68% Sedang 98 67% Sedang
4 98 67% Sedang 93 63% Sedang
5 96 65% Sedang 80 54% Rendah
6 116 79% Tinggi 108 73% Sedang
7 124 84% Tinggi 94 64% Sedang
8 124 84% Tinggi 106 72% Sedang
9 97 66% Sedang 116 79% Tinggi
10 98 67% Sedang 92 63% Sedang
11 106 72% Sedang 118 80% Tinggi
12 94 64% Sedang 130 88% Tinggi
13 109 74% Sedang 121 82% Tinggi
14 104 71% Sedang 128 87% Tinggi
15 110 75% Sedang 135 92% Tinggi
16 98 67% Sedang 135 92% Tinggi
17 105 71% Sedang 130 88% Tinggi
18 137 93% Tinggi 134 91% Tinggi
19 120 82% Tinggi 102 69% Sedang
20 109 74% Sedang 105 71% Sedang
21 110 75% Sedang 133 90% Tinggi
22 114 78% Tinggi 104 71% Sedang
23 98 67% Sedang 126 86% Tinggi
71
24 111 76% Sedang 60 41% Rendah
25 108 73% Sedang 127 86% Tinggi
26 112 76% Sedang 109 74% Sedang
27 123 84% Tinggi 111 76% Sedang
28 91 62% Sedang 116 79% Tinggi
29 120 82% Tinggi 121 82% Tinggi
30 120 82% Tinggi 111 76% Sedang
Rata-rata 108,67 74%
Sedang 111,57 76%
Sedang
Berdasarkan tabel data hasil Pretest dapat diketahui bahwa anak pada kelompok yang
diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro memiliki rata-rata tingkat
keterampilan berbicara kategori sedang dengan jumlah 74%, dengan rincian tidak terdapat
anak yang memiliki tingkat keterampilan berbicara rendah, memiliki tingkat keterampilan
berbicara sedang berjumlah 21 anak, dan memiliki tingkat keterampilan berbicara tinggi
berjumlah 9 anak.
Berbeda dengan hasil Pretest pada kelompok yang diberi perlakuan dengan metode
bermain peran makro, hasil Pretest pada kelompok yang diberi perlakuan dengan metode
bermain peran mikro memiliki rata-rata tingkat keterampilan berbicara kategori sedang
dengan jumlah 76% dengan rincian anak yang memiliki tingkat keterampilan berbicara
rendah berjumlah 2 anak, memiliki tingkat keterampilan berbicara sedang berjumlah 14 anak,
dan memiliki tingkat keterampilan berbicara tinggi berjumlah 14 anak.
72
Tabel 4.2 Data Hasil Posttest
Subyek Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Nilai % Kategori Nilai % Kategori
1 153 100% Tinggi 141 96% Tinggi
2 161 100% Tinggi 140 95% Tinggi
3 151 100% Tinggi 147 100% Tinggi
4 144 98% Tinggi 126 86% Tinggi
5 146 99% Tinggi 112 76% Sedang
6 160 100% Tinggi 153 100% Tinggi
7 136 93% Tinggi 127 86% Tinggi
8 133 90% Tinggi 144 98% Tinggi
9 143 97% Tinggi 127 86% Tinggi
10 133 90% Tinggi 158 100% Tinggi
11 146 99% Tinggi 134 91% Tinggi
12 142 97% Tinggi 131 89% Tinggi
13 143 97% Tinggi 129 88% Tinggi
14 141 96% Tinggi 135 92% Tinggi
15 153 100% Tinggi 139 95% Tinggi
16 151 100% Tinggi 138 94% Tinggi
17 147 100% Tinggi 137 93% Tinggi
18 149 100% Tinggi 135 92% Tinggi
19 142 97% Tinggi 156 100% Tinggi
20 153 100% Tinggi 138 94% Tinggi
21 152 100% Tinggi 149 100% Tinggi
22 162 100% Tinggi 145 99% Tinggi
23 150 100% Tinggi 138 94% Tinggi
24 167 100% Tinggi 95 65% Sedang
25 161 100% Tinggi 140 95% Tinggi
26 151 100% Tinggi 130 88% Tinggi
27 152 100% Tinggi 141 96% Tinggi
73
28 155 100% Tinggi 146 99% Tinggi
29 157 100% Tinggi 149 100% Tinggi
30 153 100% Tinggi 151 100% Tinggi
Rata-rata 149,57 100% Tinggi 137,70 94% Tinggi
Berdasarkan tabel data hasil Posttest dapat diketahui bahwa anak pada kelompok yang
diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro memiliki rata-rata tingkat
keterampilan berbicara kategori tinggi dengan jumlah 100%, dengan rincian 30 anak
memiliki tingkat keterampilan berbicara tinggi.
Berbeda dengan hasil Posttest pada kelompok yang diberi perlakuan dengan metode
bermain peran makro, hasil Posttest pada kelompok yang diberi perlakuan dengan metode
bermain peran mikro memiliki rata-rata tingkat keterampilan berbicara kategori tinggi
dengan jumlah 94% dengan rincian tidak terdapat anak yang memiliki tingkat keterampilan
berbicara rendah, memiliki tingkat keterampilan berbicara sedang berjumlah 2 anak, dan
memiliki tingkat keterampilan berbicara tinggi berjumlah 28 anak.
Berdasarkan uraian mengenai hasil Posttest dapat diketahui bahwa anak pada kelompok
yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro memiliki rata-rata tingkat
keterampilan berbicara lebih tinggi daripada anak pada kelompok yang diberi perlakuan
dengan metode bermain peran mikro.
4.3 Analisis Data
Berdasarkan penelitian yang dilakukan kemudian hasilnya dihitung atau diolah dengan
cara memasukkan data ke dalam rumus yang terdapat dalam analisis data. Selain itu, olah data
yang dilakukan menggunakan bantuan program SPSS 18.
74
4.3.1 Uji Asumsi
Untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol,
maka pada masing-masing kelas diberikan pretest.
4.3.1.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah kedua kelompok
berdistribusi normal atau tidak. Peneliti menggunakan uji normalitas dengan
bantuan program SPSS 18 dengan analisis One Sample Kolmogrov-Smirnov Test.
Hasil penghitungan uji normalitas data keterampilan berbicara ditunjukkan
pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Uji Normalitas Data
Pada Tabel 4.3 tersebut terlihat bahwa nilai Sig.(2-tailed) menunjukkan
0,901 pada kelas eksperimen dan 0,955 pada kelas kontrol. Nilai tersebut lebih
besar dari taraf signifikansi 0,05. Dengan taraf signifikansi 0,05 berarti nilai
probabilitas signifikansi kedua kelas tersebut lebih besar dari 0,05. Dengan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
kelompok eksperimen
kelompok kontrol
N 30 30
Normal Parametersa Mean 108.67 111.67
Std. Deviation 10.842 17.691
Most Extreme Differences
Absolute .104 .094
Positive .104 .094
Negative -.085 -.091
Kolmogorov-Smirnov Z .570 .513
Asymp. Sig. (2-tailed) .901 .955
75
demikian dapat dikatakan bahwa data keterampilan berbicara anak berdistribusi
normal.
4.3.1.2 Uji Homogenitas Data
Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas
mempunyai varians yang sama atau tidak. Untuk menganalisis Homogenitas
dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut:
k
bhitung
V
VF
Ho = varian kedua kelompok sama (Homogen)
Ha = varian kedua kelompok tidak sama (tidak Homogen)
Tabel 4.4 Uji Homogenitas Data
Fhitung Ftabel Keputusan
2,6628 1,86 Fh ˃ Ftab
(2,6628 ˃ 1,86 )
Jadi Ha ditolak
Berdasarkan data hasil pretest pada kelompok kontrol dan eksperimen,
setelah data dimasukkan ke dalam rumus maka diperoleh nilai Fhitung = 2,6628
dengan taraf signifikansi = 0,05. Sedangkan nilai Ftabel sebesar 1,86. Karena Fhitung
lebih besar dari Ftabel artinya Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kedua kelompok tidak Homogen atau mempunyai varians yang berbeda.
76
4.3.2 Analisis Data Deskriptif
Data yang diteliti dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
membandingkan keterampilan berbicara anak sebelum diberikan perlakuan dengan
keterampilan berbicara sesudah diberikan perlakuan. Analisis deskriptif adalah
statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono,
2010:207-208).
Tabel 4.5 Hasil Persentase Pretest Keterampilan Berbicara
Kategori Kelompok
Kontrol
Kelompok
Eksperimen
Selalu Muncul 0% 0%
Sering Muncul 30% 13%
Jarang Muncul 63% 87%
Tidak Pernah Muncul 7% 0%
77
Hasil pretest keterampilan berbicara pada tabel 4.5 dapat digambarkan dalam
grafik berikut ini:
Grafik 4.1. Hasil Pretest Keterampilan Berbicara
Berdasarkan grafik 4.1 di atas dapat diketahui bahwa hasil pretest keterampilan
berbicara kategori “Selalu Muncul” sebesar 0% pada kelompok kontrol dan 0% pada
kelompok eksperimen, “Sering Muncul” sebesar 30% pada kelompok kontrol dan 13%
pada kelompok eksperimen, “Jarang Muncul” sebesar 63% pada kelompok kontrol dan
87% pada kelompok eksperimen, “Tidak Pernah Muncul” sebesar 7% pada kelompok
kontrol dan 0% pada kelompok eksperimen.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil pretest keterampilan berbicara
pada kelompok kontrol lebih tinggi daripada kelompok eksperimen pada kategori “Sering
Muncul”. Sedangkan pada kategori “Jarang Muncul” dan “Tidak Pernah Muncul”, hasil
pretest kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Selalu Muncul
Sering Muncul
Jarang Muncul
Tidak Pernah Muncul
0%
30%
63%
7% 0%
13%
87%
0%
Kontrol
Eksperimen
78
Tabel 4.6 Hasil Persentase Posttest Keterampilan Berbicara
Hasil postest keterampilan berbicara pada tabel 4.6 dapat digambarkan dalam
grafik berikut ini:
Grafik 4.2. Hasil Posttest Keterampilan Berbicara
Berdasarkan grafik 4.2 di atas dapat diketahui bahwa hasil posttest keterampilan
berbicara kategori “Selalu Muncul” sebesar 0% pada kelompok kontrol dan 17% pada
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Selalu Muncul
Sering Muncul
Jarang Muncul
Tidak Pernah Muncul
0%
93%
7% 0%
17%
83%
0% 0%
Kontrol
Eksperimen
Kategori Kelompok
Kontrol
Kelompok
Eksperimen
Selalu Muncul 0% 17%
Sering Muncul 93% 83%
Jarang Muncul 7% 0%
Tidak Pernah Muncul 0% 0%
79
kelompok eksperimen, “Sering Muncul” sebesar 93% pada kelompok kontrol dan 83%
pada kelompok eksperimen, “Jarang Muncul” sebesar 7% pada kelompok kontrol dan 0%
pada kelompok eksperimen, “Tidak Pernah Muncul” sebesar 0% pada kelompok kontrol
dan 0% pada kelompok eksperimen.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil posttest keterampilan berbicara
pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini
dikarenakan pada kategori “Selalu Muncul” kelompok eksperimen memiliki jumlah
prosentase yang lebih tinggi yaitu sebesar 17%.
Untuk membandingkan hasil pretest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen,
serta hasil posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat dari skor
terendah, skor tertinggi, nilai mean, serta standar deviasi pada masing-masing kelompok
yang dibandingkan dengan skor hipotesis. Untuk menguji nilai skor terendah, skor
tertinggi, nilai mean, serta standar deviasi, peneliti menggunakan bantuan program SPSS
18 dengan analisis deskriptif.
Tabel 4.7 Hasil Pretest Keterampilan Berbicara
Skor Empirik
Kelompok Eksperimen
Skor Empirik
Kelompok Kontrol
Skor
Hipotesis
N
Minimum
Maksimum
Mean
Std. Deviation
30
91
137
108.67
10.842
30
60
135
111.67
17.691
30
49
196
196.00
.000
Berdasarkan tabel 4.7, dapat diketahui bahwa dapat diketahui bahwa hasil pretest
keterampilan berbicara kelompok eksperimen memiliki skor minimum 91; skor
80
maksimum 137; nilai rata-rata 108,67; dan standar deviasi 10,842 sebagai skor empirik.
Hasil pretest keterampilan berbicara kelompok kontrol memiliki skor minimum 60; skor
maksimum 135; nilai rata-rata 111,67; dan standar deviasi 17,691 sebagai skor empirik,
sedangkan pada skor hipotesis memiliki skor minimum 49; skor maksimum 196; nilai
rata-rata 196; serta standar deviasi 0,0.
Berdasarkan uraian mengenai hasil pretest keterampilan berbicara, dapat
diketahui terdapat perbedaan hasil pretest keterampilan berbicara antara kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen dimana kelompok eksperimen memiliki skor minimum
dan skor maksimum yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Namun nilai rata-rata
dan standar deviasi pada kelompok kontrol lebih tinggi daripada kelompok eksperimen.
Tabel 4.8 Hasil Posttest Keterampilan Berbicara
Berdasarkan tabel 4.8, dapat diketahui bahwa hasil posttest keterampilan
berbicara kelompok eksperimen memiliki skor minimum 133; skor maksimum 167; nilai
rata-rata 149,57; dan standar deviasi 8,406 sebagai skor empirik. Hasil posttest
keterampilan berbicara kelompok kontrol memiliki skor minimum 95; skor maksimum
158; nilai rata-rata 137,7; dan standar deviasi 12,804 sebagai skor empirik, sedangkan
Skor Empirik
Kelompok Eksperimen
Skor Empirik
Kelompok Kontrol
Skor
Hipotesis
N
Minimum
Maksimum
Mean
Std. Deviation
30
133
167
149.57
8.406
30
95
158
137.70
12.804
30
49
196
196.00
.000
81
pada skor hipotesis memiliki skor minimum 49; skor maksimum 196; nilai rata-rata 196;
serta standar deviasi 0,0.
Berdasarkan uraian mengenai hasil posttest keterampilan berbicara, dapat
diketahui terdapat perbedaan hasil posttest keterampilan berbicara antara kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen dimana kelompok eksperimen memiliki skor
minimum, skor maksimum, serta nilai rata-rata yang lebih tinggi daripada kelompok
kontrol. Namun standar deviasi pada kelompok kontrol lebih tinggi daripada kelompok
eksperimen.
4.3.3 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode t-test untuk
melihat perbedaan pada masing-masing test dan untuk melihat seberapa besar tingkat
keterampilan berbicara anak ditinjau dari metode bermain peran pada anak usia 5-6
tahun.
Data dikatakan mengalami perbedaan yang signifikan jika sig < 0,05. Jika sig >
0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak dan sebaliknya jika sig < 0,05 maka Ho ditolak,
Ha diterima. Nilai t pada tabel juga dapat melihat hasil perbedaan, jika –ttabel ≤ thitung ≤
t tabel, maka Ho diterima, jika –thitung >-ttabel atau thitung > ttabel maka Ho ditolak. Nilai
ttabel yang digunakan pada penelitian ini 2,002.
4.3.3.1. Perbedaan Dua Rata-rata Data Pretest
Untuk menguji nilai rata-rata data pretest dan mengetahui nilai signifikansi
kedua kelompok, peneliti menggunakan bantuan program SPSS 18 dengan
analisis Independent Samples T Test. Independent samples T Test digunakan
untuk menguji dua rata-rata pada dua kelompok data yang independen.
82
Tabel 4.9 T test Data Pretest
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std.
Error Differenc
e
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Nilai tes
Equal variances assumed
5.102 .028 -.792 58 .432 -3.000 3.788 -10.583 4.583
Equal variances not assumed
-.792 48.089 .432 -3.000 3.788 -10.616 4.616
Ho : Tidak ada perbedaan rataan tingkat keterampilan berbicara antara kelompok anak
yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro dan kelompok anak yang
diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro.
Ha : Ada perbedaan rataan tingkat keterampilan berbicara antara kelompok anak yang
diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro dan kelompok anak yang
diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro.
Berdasarkan tabel 4.9, nilai thitung sebesar -0,792 dan nilai ttabel sebesar 2.00. Oleh
karena itu nilai thitung lebih kecil daripada nilai ttabel maka Ho diterima. Dengan kata
lain keterampilan berbicara anak pada kelompok eksperimen tidak lebih baik daripada
kelompok kontrol.
4.3.3.2. Perbedaan Dua Rata-rata Data Pretest
Berdasarkan hasil analisis data awal yang dilakukan pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol berangkat dari kondisi awal yang sama yaitu berdistribusi normal, dan
mempunyai rata-rata sampel yang sama.
83
Pemberian perlakuan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen untuk
mengukur keterampilan berbicara dilakukan dengan cara yang berbeda. Kelompok
kontrol diberikan perlakuan berupa metode bermain peran mikro. Sedangkan dalam
kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa metode bermain peran makro.
Tabel 4.10 T test Data Posttest
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t Df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Sko
r
Equal
variances
assumed
1.541 .219 4.243 58 .000 11.86667 2.79648 6.26890 17.46443
Equal
variances
not assumed
4.243 50.084 .000 11.86667 2.79648 6.25000 17.48333
Ho : Tidak ada perbedaan rataan tingkat keterampilan berbicara antara kelompok anak
yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro dan kelompok anak yang
diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro.
Ha : Ada perbedaan rataan tingkat keterampilan berbicara antara kelompok anak yang
diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro dan kelompok anak yang
diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro.
Terlihat bahwa rata-rata hasil keterampilan berbicara anak pada kedua kelompok
tersebut berbeda. Nilai thitung sebesar 4.243 > ttabel sebesar 2,002. Nilai sig (2-tailed) <
84
0,05 yaitu 0,00 < 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa Ho ditolak. Hal ini berarti
Ada perbedaan rataan tingkat keterampilan berbicara antara kelompok anak yang
diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro dan kelompok anak yang diberi
perlakuan dengan metode bermain peran mikro.
4.4 Pembahasan
Penelitian mengenai tingkat keterampilan berbicara ditinjau dari metode bermain
peran menunjukkan rata-rata hasil keterampilan berbicara anak pada kedua kelompok
tersebut berbeda. Nilai thitung sebesar 4.243 > ttabel sebesar 2,002. Nilai sig (2-tailed) < 0,05
yaitu 0,00 < 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa Ho ditolak. Hal ini berarti Ada
perbedaan rataan tingkat keterampilan berbicara antara kelompok anak yang diberi perlakuan
dengan metode bermain peran makro dan kelompok anak yang diberi perlakuan dengan
metode bermain peran mikro.
Tingkat keterampilan berbicara kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode
bermain peran makro lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok anak yang diberi
perlakuan dengan metode bermain peran mikro. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil
posttest keterampilan berbicara kelompok eksperimen memiliki skor minimum 133; skor
maksimum 167; nilai rata-rata 149,57; dan standar deviasi 8,406; sedangkan hasil posttest
keterampilan berbicara kelompok kontrol memiliki skor minimum 95; skor maksimum 158;
nilai rata-rata 137,7; dan standar deviasi 12,804.
Eksperimen mengenai tingkat keterampilan berbcara ditinjau dari metode bermain
peran ini dilakukan pada anak yang berusia lima sampai enam tahun di Taman Kanak-kanak
Negeri Pembina Kota Pekalongan. Hal ini disesuaikan dengan perkembangan bahasa anak
85
dimana menurut Syaodih (2005:48) anak adalah makhluk peniru (imitator) dengan
mencontoh orang lain di sepanjang kehidupannya. Hal ini disebabkan anak memiliki
dorongan yang kuat untuk meniru orang lain, sehingga kemampuan imitasi anak ini menjadi
modal penting dalam perkembangan bahasanya.
Pemberian perlakuan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara yang berbeda. Kelas
B1 TK Negeri Pembina Kecamatan Pekalongan Utara diberikan perlakuan berupa penerapan
metode bermain peran mikro, sedangkan kelas B1 TK Negeri Pembina Kecamatan
Pekalongan Barat diberikan perlakuan berupa penerapan metode bermain peran makro.
Metode bermain peran makro dan mikro merupakan dua jenis metode bermain peran
yang berbeda dalam pelaksanaannya. Metode bermain peran makro adalah bermain yang
sifatnya kerjasama lebih dari dua orang sehingga komunikasi yang terjadi merupakan
komunikasi dua arah dengan menggunakan alat-alat main berukuran sesungguhnya,
sedangkan dalam bermain peran mikro, anak menggunakan alat-alat main yang berukuran
kecil yang dilakukan oleh dua orang bahkan sendiri sehingga komunikasi yang terjadi adalah
komunikasi satu arah.
Menurut Gunarti, dkk (2010:10.18-10.19) perbedaan antara bermain peran makro dan
mikro dapat ditinjau dari beberapa sudut, diantaranya sudut alur cerita dimana bermain peran
makro memiliki alur cerita yang mengandung konflik yang harus dipecahkan sehingga
menuntut adanya kerja sama yang sinergis untuk menemukan solusi. Hal ini menyebabkan
bermain peran makro memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi daripada bermain peran
mikro.
Ditinjau dari sudut peran anak dalam bermain, anak berperan sebagai tokoh dari
cerita dengan alur cerita yang telah ditentukan oleh guru, sedangkan pada bermain peran
86
mikro alur cerita diciptakan oleh anak sendiri sehingga dalam bermain peran mikro anak
berperan sebagai sutradara.
Dari perbedaan-perbedaan antara metode bermain peran makro dan mikro, dapat
disimpulkan tingkat keterampilan berbicara anak akan berbeda ditinjau dari metode bermain
peran yang dilakukan. Perbedaan tingkat keterampilan berbicara anak tersebut akan
diuraikan berdasarkan penjelasan mengenai bermain peran yang diberikan sebagai perlakuan.
Adapun bermain peran yang diberikan dalam penelitian ini yaitu bermain peran dengan judul
permainan: Rumahku Banjir, Restoran, Pergi ke dokter, Pemadam Kebakaran, Bawang
merah Bawang putih, “Si Unyil” (Bekerja sama yuk!), Pesta Ulang Tahun, dan Bermain
Bersama untuk bermain peran makro. Sedangkan untuk bermain peran mikro, permainan
yang bisa digunakan dalam meningkatkan keterampilan berbicara untuk anak usia 5-6 tahun
adalah bermain peran dengan judul permainan: Mengasuh Bayi, Fun Cooking, Kedai Es
Krim, Aktivitasku, Barbie, Pesawatku, Bermain perang-perangan, serta Robot.
Pada bermain peran makro dengan judul “Rumahku Banjir” keterampilan berbicara
anak dapat terlatih melalui komunikasi dengan teman mainnya dengan menggunakan bahasa
yang sesuai dengan peran yang dimainkan. Peran yang berbeda-beda dapat melatih daya
khayal anak. Dalam permainan ini terdapat permasalahan yaitu rumah yang banjir yang
membutuhkan adanya kerjasama dalam memecahkan masalah tersebut. Dengan adanya
kerjasama yang terjadi akan meningkatkan keterampilan berbicara pada anak serta
keterampilan sosial anak.
Bermain peran “Restoran” dapat menstimulus keterampilan berbicara anak karena
dalam permainan ini dibutuhkan adanya percakapan antar pemain. Misalnya: seorang
pelayan harus bertanya pada pembeli mengenai makanan yang akan dipesan. Begitu pula
87
dengan pembeli membutuhkan adanya percakapan ketika akan membayar makanan yang
telah dipesannya.
Dalam bermain peran “Pergi ke dokter” membutuhkan banyak percakapan terutama
anak yang berperan sebagai dokter dimana anak harus memiliki kosakata yang cukup
mengenai kesehatan. Untuk bermain peran “Pemadam Kebakaran” sangat membutuhkan
adanya kerjasama yang akan menstimulus keterampilan berbicara anak serta kemampuan
pemecahan masalah pada anak. Hal ini dikarenakan, dalam permainan ini, anak dihadapkan
pada situasi yang berbahaya. Dalam keadaan tersebut, percakapan anak dengan ekspresi akan
terlihat.
Hal yang sama dengan bermain peran “Pemadam kebakaran”, ketika anak bermain
peran “Bawang merah dan Bawang putih”, anak dihadapkan pada permasalahan yang harus
dipecahkan. Melalui permainan tersebut, anak dapat membedakan perbuatan yang baik dan
yang tidak baik. Hal tersebut akan menstimulus anak dalam menggunakan kosakata yang
baik untuk diucapkan. Intonasi percakapan yang berbeda akan terlihat pada kedua peran yang
dimainkan.
Berbeda dengan bermain peran “Bawang merah dan Bawang putih”, bermain peran
“Si Unyil” (Bekerja sama yuk!) anak mengembangkan keterampilan berbicara melalui
kerjasama dalam membersihkan lingkungan. Dalam kerjasama tersebut, komunikasi dua arah
akan terjadi. Hal yang sama terjadi saat anak bermain peran “Pesta Ulang Tahun” dimana
anak bekerjasama dalam mempersiapkan pesta. Melalui permainan ini dapat melatih anak
untuk mengucapkan kata “terimakasih”. Sedangkan ketika anak bermain peran “Bermain
Bersama” dapat melatih anak untuk mengucapkan kata “maaf” dan kata yang menunjukkan
ekspresi memaafkan.
88
Uraian mengenai bermain peran makro yang diberikan sebagai perlakuan
menjelaskan bagaimana bermain peran makro yang diberikan dalam penelitian ini dapat
meningkatkan keterampilan berbicara pada anak, yaitu meningkatkan kemampuan
komunikasi pada anak, meningkatkan kemampuan kerjasama pada anak dalam memecahkan
masalah, serta menambah kosakata yang dimiliki anak.
Hal yang berbeda akan dijelaskan bagaimana tingkat keterampilan berbicara anak
melalui metode bermain peran mikro. Dalam bermain peran “Mengasuh Bayi” percakapan
yang terjadi hanya antara anak dengan boneka bayi yang dimainkan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa komunikasi yang terjadi adalah komunikasi searah.
Hal yang sama terjadi ketika anak bermain peran “Barbie” dimana percakapan yang
terjadi hanya antara anak dengan boneka barbie yang dimainkan. Ketika bermain peran “Fun
Cooking”, anak cenderung hanya mengucapkan kosakata mengenai masakan dan proses
memasak sehingga permainan ini kurang dapat memperluas kosakata yang dimiliki anak.
Bermain peran“Fun Cooking” ini sama dengan bermain peran “Bermain perang-perangan”
yang kurang dapat memperluas kosakata yang dimiliki anak.
Dalam bermain peran “Kedai Es Krim”, percakapan yang terjadi hanya antara penjual
dan pembeli. Kemudian pada bermain peran “Aktivitasku”, anak lebih cenderung bermain
dengan mainannya. Hal ini dikarenakan setiap anak memiliki aktivitas yang berbeda-beda
sehingga anak bermain sesuai dengan alur cerita yang dibuat sendiri dan berbeda antara anak
satu dengan anak yang lainnya. Karena anak bermain sendiri, tidak terjadi pertukaran
kosakata sehingga anak hanya menggunakan kosakata yang dimilikinya.
Bermain peran mikro yang lainnya adalah bermain peran “Pesawatku”, melalui
permainan ini daya khayal anak dapat meningkat, namun peningkatan kosakata yang dimiliki
89
anak kurang. Hal ini disebabkan anak lebih cenderung bermain dengan mainannya. Hal ini
juga terjadi ketika anak bermain peran “Robot”.
Berdasarkan uraian mengenai bermian peran mikro yang diberikan sebagai perlakuan
dapat disimpulkan bahwa dalam bermain mikro komunikasi yang terjadi yaitu komunikasi
satu arah. Hal ini dikarenakan dalam bermain peran mikro anak cenderung bermain dengan
mainannya sehingga tidak terjadi pertukaran kosakata. Tidak adanya pertukaran kosakata
tersebut kurang memperluas kosakata pada anak.
Dilihat dari perbedaan antara bermain peran makro dan bermain peran mikro yang
telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa bermain peran mikro dapat meningkatkan
keterampilan berbicara pada anak, namun tingkat keterampilan berbicara anak dengan
bermain peran makro lebih tinggi, terutama dalam hal luasnya kosakata yang dimiliki anak.
Hal ini diperkuat dengan hasil pretest dan posttest yang akan diuraikan dalam paragraf
selanjutnya.
Hasil pretest menunjukkan bahwa terdapat anak yang memiliki keterampilan
berbicara yang kurang. Misalnya, pada gambar seorang koki, sebagian besar anak belum
mengetahui bahwa itu gambar “Koki”. Selain itu ketika peneliti bertanya dimana tempat
bekerja koki?, anak belum mengetahuinya. Kemudian item pengamatan “anak dapat
menyebutkan nama orangtua” belum terlihat pada saat pretest. Dilihat dari segi pengucapan
anak masih kurang jelas terutama pada kata “Es krim”. Ekspresi anak pun belum begitu
terlihat, seperti saat anak melihat gambar rumah yang terbakar pada cerita, ekspresi kaget
pada anak belum terlihat.
Bermain peran di sekolah merupakan kegiatan yang sangat menarik bagi anak.
Namun, pelaksanaan bermain peran dalam penelitian ini mengalami hambatan terutama pada
90
bermain peran mikro. Menurut Gunarti, dkk (2010:10.18) dalam bermain peran mikro, anak
menjadi sutradara/dalang dan benda-benda menjadi pemainnya, seperti boneka tangan,
boneka jari, wayang, tanpa skenario. Hal ini menunjukkan bahwa dalam bermain peran
mikro anak merancang skenario sendiri. Namun, yang terlihat di lapangan sebagian anak
merasa kesulitan dalam merancang skenario sendiri sehingga jalan cerita pada bermain peran
mikro berlangsung cukup singkat.
Selain hambatan dalam bermain peran mikro, dalam bermain peran makro, hambatan
yang terjadi yaitu anak berebut peran. Hal ini dikarenakan menurut Syaodih (2005:13) bahwa
pada masa kanak-kanak, anak bersifat egosentris sehingga dalam bermain makro ini setiap
anak menginginkan peran yang mereka sukai. Seperti ketika bermain peran “Pergi ke
dokter”, sebagian besar anak menginginkan peran seorang dokter dan perawat.
Hasil posttest pada kelompok eksperimen menunjukkan bahwa sebagian besar
keterampilan berbicara anak meningkat. Seperti anak yang pada saat pretest belum
mengetahui bahwa itu adalah gambar koki, melalui bermain peran ”Restoran”, anak
mengetahui bahwa itu merupakan gambar koki, serta melalui bermain peran tersebut, anak
mengetahui bahwa tempat bekerja koki adalah di restoran. Selain itu, ketika anak bermain
peran ”Rumahku Banjir”, dan ”Pemadam kebakaran”, anak dapat menunjukkan ekspresi
panik maupun kaget. Hal tersebut menunjukkan bahwa melalui bermain peran makro yang
dilakukan, anak dapat mengekspresikan apa yang ia rasakan.
Penggunaan kata ganti yang jarang digunakan anak dalam kehidupan sehari-hari,
dapat terlihat ketika anak bermain peran makro. Misalnya, ketika anak bermain peran ”Pergi
ke dokter”, anak mengucapkan kata ganti ”Anda” dalam konteks kalimat ”Anak anda sakit
apa?”. Penggunaan kata tanya juga sering muncul ketika anak bermain peran makro.
91
Hasil posttest kelompok anak yang diberikan perlakuan berupa penerapan metode
bermain peran mikro, anak yang semula belum mampu melanjutkan cerita yang telah
diperdengarkan, setelah bermain peran mikro, anak mampu melanjutkan cerita tersebut.
Selain anak mampu melanjutkan cerita, kemampuan berkomunikasi secara lisan pada anak
meningkat terutama komunikasi dengan guru sebagai peneliti.
Rasa ketertarikan anak pada bermain peran membuat anak sangat senang ketika
bermain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tedjasaputra (2001: 43) yang menyatakan bahwa
pengenalan konsep pada anak usia prasekolah dilakukan sambil bermain, maka anak akan
merasa senang dan tanpa dia sadari ternyata dia sudah banyak belajar. Dalam hal ini, pada
saat bermain peran, tanpa disadari keterampilan berbicara pada anak meningkat terutama
melalui bermain peran makro.
Peningkatan keterampilan berbicara melalui metode bermain peran makro tersebut
dapat terlihat dengan tercapainya indikator berkomunikasi secara lisan dan memiliki
perbendaharaan kata, panjang kalimat yang diucapkan anak terdiri dari 6-8 kata perkalimat,
menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-predikat-keterangan),
melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan, isi pembicaraan berpusat
pada orang lain (Sosialisasi), mengajukan pertanyaan sesuai dengan topik, berbicara lancar
dengan kalimat sederhana, serta mengekspresikan diri melalui dramatisasi.
Sedangkan melalui metode bermain mikro, peningkatan keterampilan berbicara yang
terlihat yaitu tercapainya indikator berkomunikasi secara lisan, panjang kalimat yang
diucapkan anak terdiri dari 6-8 kata perkalimat, isi pembicaraan berpusat pada diri sendiri
(Egosentrik), serta melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan.
Perbedaan tingkat keterampilan anak ditinjau dari metode bermain peran pada anak
92
usia 5-6 tahun di atas, diperkuat dengan perbedaan peningkatan skor antara kelompok anak
yang diberikan perlakuan dengan metode bermain peran makro dan kelompok anak yang
diberikan perlakuan dengan metode bermain peran mikro sebelum dan sesudah diberikannya
perlakuan. Peningkatan skor yang lebih tinggi terlihat pada hasil sebelum dan sesudah
diberikannya perlakuan pada kelompok anak yang diberikan perlakuan dengan metode
bermain peran makro.
Penelitian mengenai tingkat keterampilan anak ditinjau dari metode bermain peran
pada anak usia 5-6 tahun ini terbatas. namun ada beberapa penelitian yang sesuai dengan
hasil penelitian ini. Levy, et.all (1992) dalam Shim (2007) mengungkapkan adanya hubungan
positif antara bermain pura-pura dengan peningkatan kemampuan bahasa pada anak usia
taman kanak-kanak. Kemudian hasil penelitian yang dilakukan Fitriani (2010: 89) di TK
Lab.ScHool UPI bahwa “Terdapat perbedaan secara signifikan antara kosakata bahasa
Indonesia pada anak kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah diterapkannya
metode bermain peran (role play) makro.”
Hasil penelitian yang dilakukan Fitriani, sejalan dengan hasil penelitian Halida (2011)
bahwa bermain peran makro merupakan metode yang tepat dalam menjembatani anak untuk
lebih leluasa dalam berbicara. Hal ini disebabkan dalam melakonkan tokoh dari sebuah
cerita, anak dituntut untuk melakukan percakapan dengan lawan mainnya. Hal yang sama
diungkapkan oleh Yulia Siska (2011) yang membuktikan bahwa penerapan metode bermain
peran makro cukup berhasil dilaksanakan karena bagi guru dan anak metode ini belum
pernah digunakan dan sangat menarik. Dalam bermain peran makro ini, anak dapat terlibat
aktif untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak melalui
tokoh yang dipilih untuk diperankan.
93
Hasil penelitian lain diungkapkan oleh Andresen (2005) bahwa bermain peran makro
sebagai bentuk tindakan pada ZPD, termasuk perkembangan bahasa dimana bahasa
memegang peranan penting sebagai sarana pembentukan daya khayal anak. Dengan adanya
komunikasi yang terjadi secara verbal dalam bermain, anak dapat bertukar ide mengenai
maksud dari permainan.
Sejalan dengan pendapat Andresen (2005), hasil penelitian yang dilakukan oleh
Bergen (2002) menunjukkan hubungan yang jelas antara keterampilan sosial dan kompetensi
bahasa dengan tingginya kualitas daya khayal anak, sehingga bermain peran makro dimana
anak bermain dengan teman sebaya dapat membantu perkembangan bahasa anak. Hal yang
sama diungkapkan oleh Anderson, dkk (2010) bahwa bermain peran makro dapat
memperluas daya imajinasi anak dimana anak menggunakan kosakata baru untuk
mengekspresikan cerita yang dimainkan. Anak dapat meningkatkan keterampilan berbicara
dengan meniru anak yang lain maupun orang dewasa sebagai modelnya.
Berbeda dengan hasil penelitian mengenai bermain peran makro, hasil penelitian
tentang metode bermain peran mikro dalam meningkatkan perkembangan bahasa sangat
terbatas. Hasil penelitian yang relevan hanya hasil penelitian dari Li (2012) yang
menunjukkan bahwa perkembangan bahasa anak dapat dikembangkan melalui pendekatan
bermain peran di rumah dimana daya khayal anak secara individual dapat terlihat melalui
bermain peran mikro.
Perbedaan tingkat keterampilan berbicara ditinjau dari metode bermain peran pada
anak usia 5-6 tahun dikemukakan oleh Pane dalam UNIMED-Master-130074 (2013)
mengenai pengaruh metode bermain peran dan konsep diri terhadap keterampilan berbicara
anak usia dini di kelompok bermain kota Medan menunjukkan bahwa kemampuan berbicara
94
anak yang mengikuti pembelajaran bermain peran makro lebih tinggi daripada anak yang
mengikuti pembelajaran bermain peran mikro.
Berdasarkan uraian mengenai hasil penelitian yang relevan, dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan tingkat keterampilan berbicara ditinjau dari metode bermain peran pada
anak usia 5-6 tahun dimana tingkat keterampilan berbicara dengan metode bermain peran
makro memiliki lebih tinggi daripada tingkat keterampilan berbicara dengan metode bermain
peran mikro.
Peningkatan keterampilan berbicara pada anak usia 5-6 tahun melalui metode
bermain peran makro yang terjadi diantaranya dalam hal peningkatan kosakata, penggunaan
kata ganti, serta ekspresi anak. Sedangkan metode bermain peran mikro kurang dapat
memperluas kosakata anak. Metode bermain peran mikro ini lebih dapat meningkatkan
kemampuan daya khayal anak.
4.5 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki banyak keterbatasan, ada beberapa hal yang membuat
peneliti tidak bisa menghasilkan penelitian yang sempurna. Berikut beberapa
keterbatasan dalam penelitian:
1. Dalam pelaksanaan metode bermain peran makro dalam penelitian ini,
anak sangat tertarik terhadap peran yang mereka inginkan. Hal tersebut menyebabkan
anak merebutkan peran yang mereka inginkan. Hal ini menyebabkan peneliti
mengalami kebingungan dalam membagi peran karena dalam bermain peran, anak
tidak dapat dipaksakan pada peran tertentu. Pemilihan peran harus berdasarkan
keinginan anak sehingga dalam bermain anak dapat menghayati peran yang
95
dimainkan.
2. Kelompok kontrol memiliki ruang kelas yang terbatas. Hal ini menyebabkan
pembelajaran pada kelompok kontrol dilakukan pada ruang aula yang digunakan
bersama dengan kelas B2 yang hanya dibatasi dengan pembatas ruang yang terbuat
dari triplek. Kondisi tersebut menyebabkan pelaksanaan metode bermain peran mikro
terganggu dengan adanya anak pada kelas B2 yang ikut bermain.
3. Kurangnya waktu pelaksanaan eksperimen pada sekolah TK Negeri Pembina
Kecamatan Pekalongan Utara. Hal ini disebabkan pada akhir semester, TK Negeri
Pembina Kecamatan Pekalongan Utara memiliki banyak acara sehingga hanya
mengijinkan peneliti memberikan perlakuan selama 6 hari. Berbeda dengan TK Negeri
Pembina Kecamatan Pekalongan Barat yang mendapatkan perlakuan selama 10 hari.
Perbedaan dalam prosedur penelitian tersebut mengakibatkan tingkat keterampilan
berbicara yang berbeda.
96
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rataan tingkat
keterampilan berbicara antara kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain
peran makro dan kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro.
Dilihat dari selisih nilai rata-rata keterampilan berbicara hasil Pretest dan Posttest,
kelompok anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran makro memiliki selisih nilai
rata-rata yang lebih tinggi daripada selisih nilai rata-rata keterampilan berbicara pada kelompok
anak yang diberi perlakuan dengan metode bermain peran mikro.
Berdasarkan uraian mengenai selisih nilai rata-rata keterampilan berbicara hasil Pretest
dan Posttest, dapat disimpulkan bahwa tingkat keterampilan berbicara anak dengan metode
bermain peran makro lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat keterampilan berbicara anak
dengan metode bermain peran mikro pada anak usia 5-6 tahun.
97
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian penulis memberikan beberapa saran, yaitu sebagai
berikut:
5.2.1 Bagi pihak sekolah
Salah satu metode pembelajaran yang menarik bagi anak usia 5-6 tahun adalah metode
bermain peran, baik metode bermain peran makro dan mikro. Oleh karena itu, metode
pembelajaran tersebut dapat diterapkan di sekolah dalam meningkatkan keterampilan
berbicara pada anak usia 5-6 tahun.
5.2.2 Bagi Guru
Guru di Taman Kanak-kanak perlu meningkatkan pelaksanakan kegiatan bermain peran
dalam pembelajaran, terutama bermain peran makro. Hal ini bertujuan agar anak terlibat
secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Melalui metode bermain peran ini, keterampilan
berbicara, daya khayal, serta kemampuan sosialisasi anak dapat meningkat. Selain
meningkatkan intensitas kegiatan bermain peran makro, guru juga perlu memberikan
kesempatan pada anak dalam melaksanakan kegiatan bermain peran mikro yang dapat
dilaksanakan pada waktu istirahat.
5.2.3 Bagi siswa/ orangtua
Metode bermain peran ini dapat juga dilaksanakan di rumah, sehingga diharapkan agar
orangtua tidak membatasi anak dalam bermain peran dengan menyediakan media yang
mencukupi. Media yang berupa alat permainan tersebut, dapat menstimulus daya khayal
anak dalam melaksanakan bermain peran, baik bermain peran makro maupun mikro.
98
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Jona K, et.all. 2010. The Importance of Play in Early Childhood Development.
Journal of Family and Human Development: 4 (10). (www.msuextension.org/store.
Diakses 01 Mei 2013).
Andresen, Helga. 2005. Role Play and Language Development in the Preschool Years. Journal
Culture Psychology: 11 (4) 384-414. (http://cap.sagepub.com/content/11/4/415.abstract.
Diakses 01 Mei 2013).
Anonim. 2009. Metodologi dan Strategi Pembelajaran (Metodologi Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD)) [online]. (http://paud.metodologi.com/. Diakses 04 April 2013).
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arriyani, Neni & Wismiarti. 2010. Panduan Pendidikan Sentra untuk PAUD Sentra Main
Peran. Jakarta Timur: Pustaka Al-falah.
Azwar, saifuddin. 2011. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bergen, Doris. 2002. The Role of Pretend Play in Childrens Cognitive Development. Journal of
Early Childhood Research and Practice: 4 (1). (http://ecrp.uiuc.edu/v4n1/bergen.html.
Diakses 01 Mei 2013).
Cook, Thomas D; Donald T. Campbell. 1979. Quasi-Experimenation Design & Analysis
Issues for Field Settings. U.S.A: Houghton Miffilin Company.
Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini 4-6 th. Jakarta
Pusat: Pusat Kurikulum, Bolitbang Depdiknas.
_________. 2003. Metodik di Taman Kanak-kanak. Jakarta Pusat: Depdiknas.
_________. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia.
Ermawan, Mikhael Ari. 2012. Keterampilan Berbahasa: Aspek Berbicara[online].
(http://ariermawan.blogspot.com/2012/09/keterampilan- berbicara.html. Diakses 22
Januari 2013).
Gunarti, Winda, dkk. 2010. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia
Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
Halida. 2011. Metode Bermain Peran dalam Mengotimalkan Kemampuan Berbicara Anak Usia
Dini (4-5 tahun). Jurnal [online]. Pontianak:
99
PAUD FKIP Universitas Tanjungpura.
(http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jckrw/article/view/270/275. Diakses tanggal 20-05-
2012).
Hanapiah, Jenep dan Suwadi. 2010. Peningkatan Keterampilan Bertanya dengan Teknik Bermain
Peran Bagi Siswa Kelas V SDN 2 Ngali Kecamatan Belo Kabupaten Bima Tahun 2010-
2011. Jurnal TEQIP: 1. (Online). (http://www.google.co.id/url?q=http://. Diakses 9 Juli
2013).
Handayani, Sri. 2012. Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode
Bermain Peran. Skripsi. Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas
Pendidikan Indonesia. Bandung. (Online).
(http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi=13535. Diunduh tanggal 08-01-
2013).
Hewes, Par Jane. 2005. Let the Children Play: Nature’s Answer to Early Learning. Journal of
Early Childhood Learning Knowledge Centre. (www.ccl-cca.ca/earlychildhoodlearning.
diakses 9 Juli 2013).
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
_________________. 1990. Alih Bahasa. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Iskandarwassid, Sunendar dadang. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Khoiruddin. Akhmad. 2010. Belajar sambil Bermain dan Bermain sambil Belajar. Tersedia:
Cairudin, blogspot. Com/…/belajar-sambil-bermain-atau-bermain.html-(19 Desember
2012)
Kurnia, Ely. 2011. Efektivitas Penggunaan Metode Bermain Peran Makro terhadap Peningkatan
Penguasaan Kosakata Bahasa Sunda Anak Usia Taman Kanak-kanak. Skripsi. Pendidikan
Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. (Online).
(http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi=6228. Diunduh tanggal 08-01-
2013).
Li, Liang. 2012. How do Immigrant Parents Support Preschooler’s Bilingual Heritage Language
Development in a Role-Play Context?. Australasian Journal of Early Childhood: 37 (1).
(http://www.earlychildhoodaustralia.org.au/. Diakses 01 Mei 2013).
Magfiroh, Vera Siti. 2011. Pengaruh Metode Bermain Peran Terhadap Kemampuan Matematika
Awal Anak TK. Skripsi. Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas
Pendidikan Indonesia. Bandung. (Online).
(http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi=11030. Diunduh tanggal 28-01-
2013).
100
Maryatun, Ika Budi. 2010. Pemanfaatan Wayang ”Damen” untuk Mengembangkan Moral
Behavior Anak Usia Dini. Karya Tulis. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta. (Online). (http://scholar.google.co.id/scholar?q=skripsi.
Diunduh tanggal 27-01-2013 ).
McMillan, J. & Schumacher, S. 2001. Research in Education. New York: Longman.
Moeslichatoen. 1996. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdikbud Dirjen
Dikti.
Mujib, Rahmawati Nailur. 2012. Permainan Edukatif Pendukung Pembelajaran Bahasa Arab
(2). Yogyakarta: Diva Press.
Pane, Eli Tohonan Tua . 2013. Pengaruh Metode Bermain Peran dan Konsep Diri terhadap
Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini di Kelompok Bermain Kota Medan. Tesis.
Teknologi Pendidikan. UNIMED. Medan. (Online). (http://digilib.unimed.ac.id/. Diakses
9 Juli 2013).
Priyatno, Duwi. 2009. 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Yogyakarta: ANDI.
Rachmawati, Erlina Nur. 2010. Penerapan Metode Bermain Peran Dalam Upaya Meningkatkan
Kecerdasan Natural Pada Siawa Kelompok B Di RA Persis Kecamatan Bangil Kabupaten
Pasuruan. Jurnal [online]. (http://karya ilmiah.um.id.ac, diakses 30 April 2012 ).
Rahayu, Minto, 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Grasindo.
Shim, Jonghee. 2007. Low-Income Children’s Pretend Play: The Contributory Influences of
Individual and Contextual Factors. Disertasi. Universitas Carolina Greensboro.
Greensboro. (Online). (http://www.google.com/url?sa. Diunduh tanggal 20-02-2013).
Siska, Yulia. 2011. Penerapan Metode Bermain Peran (Role Play) dalam Meningkatkan
Keterampilan Sosial dan Keterampilan Berbicara anak Usia Dini. J. Penelitian Tindakan
Kelas PAUD Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011. Bandung: PDS UPI. [online].
(http://jurnal.upi.edu/file/4- Yulia_Siska-edit.pdf, diakses 27-02-2012).
Sriyandi. 2008. Metode Role Play [online]. http://www.wordpress.com [30 April 2012].
Soetjiningsih, Christiana Hari. 2012. Perkembangan Anak Sejak Pertumbuhan Sampai dengan
Kanak-kanak Akhir. Jakarta: Prenada.
Somantri, Elin B. 2010. Pengaruh Pembelajaran Dengan Menggunakan Metode Bermain Peran
(Role Playing) Terhadap Keterampilan Sosial Dan Berbicara Anak Usia Dini (Studi
Eksperimen Kuasi Pada Anak Taman Kanak-Kanak Laboratorium Universitas
101
Muhammadiyah Pontianak). Tesis. Pendidikan dasar. Universitas Pendidikan Indonesia.
Bandung. (Online). (http://repository.upi.edu/tesisview.php?no_tesis=6. Diakses 9 Juli
2013).
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudono, Anggani. 1995. Alat Permainan dan Sumber Belajar TK. Jakarta: Depdikbud Dikjen
Dikti.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
________. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suhartono. (2005). Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.
Sujiono, Nurani Yuliani dan Bambang Sujiono. (2010). Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan
Jamak. Jakarta: PT Indeks.
Sukestiyarno & Wardono. (2009). Statistika. Semarang: UNNES Press.
Suyadi. (2011). Manajemen PAUD. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suyanto, Slamet. (2003). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta.
Syakir, Azhim Abdul. (2002). Membimbing Anak Terampil Berbahasa. Jakarta: Gema Insani.
Syaodih, Ernawulan. (2005). Perilaku Sosial Anak. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Tedjasaputra, Mayke.S. (1995). Bermain, Mainan, dan Permainan. Jakarta: Depdikbud Dirjen
Dikti.
Wulansari, Lilis. (2012). Implementasi Metode Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing)
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Standar Kompetensi Komunikasi Menggunakan
Telepon Siswa Kelas Xi Ap Smk Negeri 2 Semarang. Skripsi. Unnes.
Yus, Anita. (2011). Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta:
Kencana.
102
Lampiran 1
Instrumen Penelitian Uji Coba Keterampilan Berbicara
No. Item Pengamatan S SR J TP
1 Anak dapat menyebutkan namanya sendiri.
2 Anak dapat menyebutkan jenis kelaminnya.
3 Anak dapat menyebutkan nama orangtua.
4 Anak dapat menyebutkan nama teman.
5 Anak dapat mengucapkan kata berdasarkan suku kata dengan
benar.
6 Anak mengalami kesulitan menyebutkan kata yang memiliki
awalan suku kata yang sama, seperti: Ka-ki dengan Ka-yu.
7 Anak berkomunikasi dengan teman.
8 Anak berkomunikasi dengan guru.
9 Kurangnya kosakata yang dimiliki anak dalam kehidupan sehari-
hari, ditemui dalam kehidupan sehari-hari, seperti: Krayon,
Spidol, Rautan.
10 Menggunakan kata ganti “Saya”.
11 Menggunakan kata ganti “Kamu”.
12 Menggunakan kata ganti “Kalian”.
13 Menggunakan kata ganti “Kita”
14 Menggunakan kata “Baik”, “Bagus”.
15 Menggunakan kata “Buruk”, “Jelek”, “Nakal”.
16 Menggunakan kata “Jujur”, “Bohong”.
17 Menggunakan kata “Rumah”, “Sekolah”, “Kamar”.
18 Menggunakan kata “Alat tulis" untuk menunjuk kata Buku”,
“Pensil”, “Meja”, “Kursi”, “Almari”.
19 Menggunakan kata “Pagi”, “Siang”.
20 Menggunakan kata "Gelap" untuk mengganti waktu “Malam”.
21 Menggunakan kata “dan”, “dengan”.
22 Menggunakan kata “lalu”, “kemudian”.
23 Menggunakan kata "Tetapi" pada kalimat pertentangan.
24 Menggunakan kata “Tidur”
25 Menggunakan kata “Duduk” untuk mengganti kata "Jongkok".
26 Menggunakan kata “Berjalan”, “Berlari”.
103
27 Anak dapat mengucapkan kalimat dengan panjang kalimat terdiri
lebih dari 6 kata perkalimat.
28 Anak dapat menyusun kalimat sederhana dengan struktur
kalimat (subjek-predikat-objek-keterangan), Seperti: Aku makan
roti di kelas.
29 Anak dapat menyusun kalimat dengan struktur kalimat yang
tidak membutuhkan objek kalimat. Seperti: Aku tidur, Aku
duduk, aku berlari.
30 Anak menggunakan kata tanya “Apa”.
31 Anak menggunakan kata tanya “Siapa”.
32 Anak menggunakan kata tanya “Kapan”.
33 Anak dapat melanjutkan cerita dengan meniru kalimat guru.
34 Anak dapat melanjutkan cerita sesuai dengan tema.
35 Anak berbicara mengenai diri sendiri.
36 Anak memandang sesuatu hanya dari sudut pandang sendiri.
37 Anak memandang situasi dari sudut pandang orang lain.
38 Mampu berkomunikasi.
39 Anak diam ketika diminta untuk bertukar ide.
40 Anak berani mengajukan pertanyaan pada teman.
41 Anak berani mengajukan pertanyaan pada guru.
42 Anak lebih memilih diam ketika menginginkan
sesuatu.mengungkapkan keinginannya.
43 Anak lebih memilih diam ketika menginginkan sesuatu.
44 Anak berani memilih salah satu pihak.
45 Anak dapat mempertahankan pendapatnya.
46 Anak lancar dalam berbicara.
47 Anak dapat mengucapkan kalimat sederhana.
48 Anak lancar dalam berkomunikasi dua arah.
49 Anak dapat memberikan informasi mengenai pengalaman
mainnya.
50 Anak dapat memberikan informasi mengenai pengalaman sehari-
hari.
51 Anak dapat menunjukkan ekspresi senang.
52 Ekspresi anak datar ketika terjadi sesuatu yang mengagetkan.
53 Anak bercerita mengenai pengalamannya tanpa ekspresi.
54 Anak bercerita dengan menggunakan kalimat yang terdiri dari 3-6
kata.
Keterangan:
S : Selalu Muncul J : Jarang Muncul
SR : Sering Muncul TP : Tidak Pernah Muncul
104
Lampiran 2
DAFTAR NAMA ANAK KELAS B1
TK NEGERI CEMPAKA
DAFTAR NAMA ANAK KELAS
B1 TK BATIK BUARAN
NO. NAMA
1 Akfi Maulana
2 Ah. Dinar Al Madani
3 Addo Prawira Ramadika
4 Ady Maulana Azhar A.H
5 Arina Sabilannajah
6 Alifa Naura Ahmad
7 Bayyinatun Nabila
8 Farah Fatia nabila
9 Fitria Tahta Alfina S.
10 Hana Hilda Yati
11 Irfan Hakim
12 Khasinatul Maula
13 Laili Arofah
14 M. Imam Ali
15 M. Valiant Fahmi Al. H
16 M. Rasya Izza Ahlana
17 M. Abdullah Fawwas
18 M. Alfan Az zaka
19 M. Chafa Zadittaqi
20 M. Najiyullah
21 M. Kevin
22 Mahatir Muhammad
23 Monica Sabrina
24 Riskhatul Husna
25 Silviani ayyu Octavia
26 Shakira Amadhita R.
27 Vanya Aurellia Putri
28 Zahra Maulida
29 Zainal Arifin
30 Zahwa Maulida
NO. NAMA
1 Aditya Eka Putra Wahyono
2 Andika Haydar Zakny
3 Andika Pradana Ristanto
4 Aprilia Sahqty Hananto
5 Ardelia Nadya Tama
6 Auryn Nadhif talitha
7 Dinda Sahara Yasmin
8 Dwi Kurniawan
9 Eduardo Rizqi Al Firdaus
10 Fajar ajie Rasyid
11 Farhan Nadhif
12 Fatikhah
13 Fifi Nasilati Izzi
14 Ilham Maulana Abdillah
15 Kanta Sheila Dwi Saputri
16
Kesya Putri Andiani Dewi
Ningrum
17 Kholfu Shidqi
18 M. Dimas Naufal Maulana
19 M. Fadhil Pratama
20 M. Hanif Ramadhan
21 M. Ibad Nasyrul Ghiffar
22 M. Mirza Danish
23 Malika Sabina
24 Melly Febriana
25 Najwa Albab
26 Nasywa Shofaa Utomo
27 Naura Nova Aurelia
28 Rafina Aufa
29 Safina Rizqi Apriliani
30 Selvi Nor anggraini
105
Data Hasil Uji Coba Instrumen Keterampilan
Berbicara
Subyek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 1 2 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 2 4
2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4
3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 2 3 4 3 3 4 4 4 2 3 3 3 4 4 4 4
4 4 4 3 3 4 2 3 3 4 4 3 1 2 3 3 3 4 4 4 3 3 2 3 4 3 3 3
5 4 4 4 2 4 1 3 3 3 3 3 2 2 4 3 2 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3
6 4 4 3 2 4 2 3 2 3 4 3 1 2 2 3 3 4 3 4 2 2 3 2 4 3 3 2
7 4 4 3 3 4 3 2 2 3 4 3 1 2 2 2 2 4 3 4 2 2 2 2 4 3 3 2
8 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 2 4 4 2 4 4 4 3 3 3 2 4 4 4 4
9 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 2 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4
10 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 2 1 1 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4
11 4 4 3 3 4 2 3 3 4 4 4 2 2 3 2 3 4 4 4 2 2 2 2 4 3 3 3
12 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 1 2 3 3 2 4 4 4 4 4 3 2 4 3 3 4
13 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 2 2 3 4 2 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4
14 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4
15 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 2 3 3 4 3 4 2 2 3 3 4 4 4 3
16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 3 3 2 4 4 4 4 4 3 2 4 3 3 4
17 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4
18 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 2 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4
19 4 4 3 3 4 2 3 2 4 4 4 2 3 2 2 3 4 4 4 2 3 2 3 4 4 4 3
20 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 2 4 3 2 4 4 4 4 3 2 3 4 4 4 4
21 4 4 4 2 4 2 4 3 3 3 4 2 2 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4
22 4 4 3 4 4 2 4 3 4 4 4 1 2 3 3 3 4 4 4 3 3 2 3 4 4 3 4
23 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 3 2 2 3 4 2 4 4 4 3 3 2 2 4 4 4 4
24 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4
25 4 4 4 3 4 2 3 3 3 3 3 1 3 2 3 2 2 4 4 4 3 2 1 2 3 3 3
26 4 4 4 3 4 3 4 2 3 3 2 2 3 4 3 2 3 3 4 3 3 3 1 2 3 3 3
27 4 3 3 3 3 2 4 4 3 3 4 1 4 3 2 3 4 3 4 3 3 3 2 3 3 3 4
28 4 3 3 3 4 2 4 3 3 3 4 2 4 3 2 2 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3
106
29 4 4 3 4 3 2 4 4 3 3 4 1 4 3 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3
30 4 3 3 3 4 2 4 3 3 3 4 3 4 3 2 2 4 4 4 2 2 3 2 3 3 3 4
107
28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
4 4 4 4 4 4 4 3 4 1 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4
4 3 4 4 4 3 4 4 4 1 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 2 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 2 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4
4 3 4 4 4 3 4 3 3 1 4 2 2 4 4 3 2 3 4 4 3 4 2 2 2 4 3
4 4 4 3 4 3 3 3 4 1 3 2 3 3 3 2 3 2 4 4 3 4 3 3 2 3 4
3 4 3 3 4 2 4 2 2 1 3 2 2 3 3 2 2 2 4 3 3 4 2 4 2 2 3
3 4 3 3 4 4 4 2 2 1 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 4 3 4 3 2 3
3 3 4 4 4 3 3 3 3 1 4 3 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 3 4 3 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 3 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 3 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4
4 3 4 3 4 2 4 3 3 1 4 2 2 4 4 2 2 3 4 4 2 4 2 4 1 4 2
4 3 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 3 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4
4 4 4 4 4 4 4 3 4 1 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 3 4 1 4 4 4 4 4 3 2 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4
4 3 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 3 4 1 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4
3 4 3 3 4 4 4 2 3 1 4 4 4 3 3 2 2 1 4 3 2 4 2 4 4 3 2
4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 2 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 3 2 4 4
4 3 4 4 4 4 4 3 3 1 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 3 4 4 4 3 4 3 4 1 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4
4 3 4 4 4 4 4 3 4 1 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 3 2 4 4 3 4 3 2 4 4 4 4 2 3 2 3 3
4 4 4 4 3 3 3 3 3 1 2 3 2 4 3 3 2 3 2 4 4 4 3 3 3 2 4
4 3 4 3 4 4 3 3 4 1 3 2 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4
3 3 4 4 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 2 3 2 4 4 3 4 3 2 3 4 4
4 3 4 3 4 4 3 3 4 1 3 2 4 3 3 3 3 2 4 4 3 3 3 3 2 4 4
4 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 4 3 2 2 4 4
108
Lampiran 4
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Keterampilan Berbicara
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.929 54
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
VAR00001 4.00 .000 30
VAR00002 3.90 .305 30
VAR00003 3.63 .490 30
VAR00004 3.47 .681 30
VAR00005 3.93 .254 30
VAR00006 2.53 .730 30
VAR00007 3.70 .535 30
VAR00008 3.40 .770 30
VAR00009 3.53 .507 30
VAR00010 3.60 .498 30
VAR00011 3.67 .547 30
109
VAR00012 1.80 .610 30
VAR00013 2.60 .770 30
VAR00014 3.10 .803 30
VAR00015 3.00 .695 30
VAR00016 2.63 .556 30
VAR00017 3.83 .461 30
VAR00018 3.73 .450 30
VAR00019 4.00 .000 30
VAR00020 2.97 .718 30
VAR00021 3.03 .615 30
VAR00022 2.77 .504 30
VAR00023 2.60 .724 30
VAR00024 3.63 .615 30
VAR00025 3.47 .507 30
VAR00026 3.30 .535 30
VAR00027 3.57 .626 30
VAR00028 3.83 .379 30
VAR00029 3.53 .507 30
VAR00030 3.87 .346 30
VAR00031 3.73 .450 30
VAR00032 3.93 .254 30
VAR00033 3.67 .606 30
VAR00034 3.77 .430 30
VAR00035 3.27 .640 30
VAR00036 3.63 .615 30
VAR00037 1.20 .484 30
VAR00038 3.53 .629 30
VAR00039 3.00 .830 30
VAR00040 3.57 .774 30
VAR00041 3.57 .568 30
VAR00042 3.67 .479 30
VAR00043 2.83 .747 30
VAR00044 3.13 .776 30
VAR00045 2.60 .621 30
110
VAR00046 3.87 .507 30
VAR00047 3.90 .305 30
VAR00048 3.53 .681 30
VAR00049 3.90 .305 30
VAR00050 3.23 .728 30
VAR00051 3.53 .730 30
VAR00052 3.03 .928 30
VAR00053 3.67 .661 30
VAR00054 3.73 .583 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 178.13 210.947 .000 .929
VAR00002 178.23 208.737 .240 .929
VAR00003 178.50 202.052 .621 .926
VAR00004 178.67 196.782 .717 .925
VAR00005 178.20 209.545 .182 .929
VAR00006 179.60 202.041 .403 .928
VAR00007 178.43 200.875 .645 .926
VAR00008 178.73 195.030 .712 .925
VAR00009 178.60 204.179 .449 .927
VAR00010 178.53 208.602 .146 .929
VAR00011 178.47 203.775 .440 .928
VAR00012 180.33 205.678 .280 .929
VAR00013 179.53 214.257 -.173 .933
VAR00014 179.03 203.068 .316 .929
VAR00015 179.13 199.706 .548 .927
VAR00016 179.50 208.121 .157 .929
VAR00017 178.30 207.803 .220 .929
VAR00018 178.40 204.731 .467 .927
VAR00019 178.13 210.947 .000 .929
VAR00020 179.17 200.833 .471 .927
111
VAR00021 179.10 201.403 .525 .927
VAR00022 179.37 206.309 .303 .928
VAR00023 179.53 201.154 .451 .927
VAR00024 178.50 205.776 .272 .929
VAR00025 178.67 203.402 .503 .927
VAR00026 178.83 205.316 .349 .928
VAR00027 178.57 195.702 .848 .924
VAR00028 178.30 205.597 .479 .928
VAR00029 178.60 211.766 -.073 .931
VAR00030 178.27 204.961 .593 .927
VAR00031 178.40 201.352 .736 .926
VAR00032 178.20 208.993 .258 .929
VAR00033 178.47 203.361 .417 .928
VAR00034 178.37 206.240 .366 .928
VAR00035 178.87 199.085 .634 .926
VAR00036 178.50 198.672 .686 .926
VAR00037 180.93 209.375 .095 .930
VAR00038 178.60 202.800 .433 .928
VAR00039 179.13 196.947 .571 .926
VAR00040 178.57 193.771 .769 .924
VAR00041 178.57 206.806 .234 .929
VAR00042 178.47 199.706 .813 .925
VAR00043 179.30 204.838 .260 .929
VAR00044 179.00 195.448 .686 .925
VAR00045 179.53 203.568 .394 .928
VAR00046 178.27 204.547 .423 .928
VAR00047 178.23 205.840 .573 .927
VAR00048 178.60 199.834 .553 .927
VAR00049 178.23 210.599 .029 .929
VAR00050 178.90 195.886 .713 .925
VAR00051 178.60 204.041 .305 .929
VAR00052 179.10 198.024 .462 .928
VAR00053 178.47 198.189 .662 .926
VAR00054 178.40 200.869 .589 .926
112
Keterangan:
S : Selalu Muncul
SR : Sering Muncul
J : Jarang Muncul
TP : Tidak Pernah Muncul
Instrumen Penelitian Keterampilan Berbicara
113
No. Item Pengamatan S SR J TP
1 Anak dapat menyebutkan nama orangtua.
2 Anak dapat menyebutkan nama teman.
3 Anak mengalami kesulitan menyebutkan kata yang memiliki
awalan suku kata yang sama, seperti: Ka-ki dengan Ka-yu.
4 Anak dapat mengucapkan suku kata yang terdiri dari
gabungan huruf mati yang sulit. Seperti: “St” pada kata
“Stiker”, “Kr” pada kata “Es Krim”, “Kring”, dan “Kreatif”.
5 Anak berkomunikasi dengan teman.
6 Anak berkomunikasi dengan guru.
7 Kurangnya kosakata yang dimiliki anak dalam kehidupan
sehari-hari, seperti: Krayon, Spidol, Rautan.
8 Menggunakan kata ganti “Kamu”.
9 Anak menyebutkan nama orang ketiga sebagai kata ganti orang
ketiga.
10 Menggunakan kata “Buruk”, “Jelek”, “Nakal”.
11 Menggunakan kata ”Pintar”, “rajin”.
12 Menggunakan kata “Rapi”, “Indah”.
13 Menggunakan kata “Alat tulis" untuk menunjuk kata "Buku”,
“Pensil”, “Meja”, “Kursi”, “Almari”.
14 Menggunakan kata "Mainan" untuk menunjuk kata “Boneka”,
“Mobil-mobilan”, “Stetoskop”.
15 Menggunakan kata “Makanan”, “Minuman”, “Kado”.
16 Menggunakan kata gelap untuk menyebut waktu “Malam”.
17 Menggunakan kata “Kemarin”, “Hari ini”, “Sekarang”.
18 Menggunakan kata “Besok” untuk menyebut waktu “Lusa”.
19 Menggunakan kata “dan”, “dengan”.
20 Anak hanya menggunakan kata “Tetapi" pada kalimat
pertentangan.
21 Kesalahan penggunaan kata "Duduk" untuk mengganti kata
kerja "Jongkok".
22 Menggunakan kata “Mandi”, “Berdoa”.
114
23 Anak dapat mengucapkan kalimat dengan panjang kalimat
terdiri lebih dari 6 kata perkalimat.
24 Anak dapat menggunakan kalimat yang menunjukkan tingkat
perbandingan yang terdiri kurang dari 6 kata perkalimat.
Contoh anak menggunakan kata “daripada” pada kalimat:
“Sepatuku lebih bagus daripada sepatumu.”
25 Anak dapat menyusun kalimat sederhana dengan struktur
kalimat (subjek-predikat-objek-keterangan), seperti: Aku
makan roti di kelas.
26 Anak acuh terhadap kalimat rumpang yang diucapkan guru.
27 Anak menggunakan kata tanya “Apa”.
28 Anak menggunakan kata tanya “Siapa”.
29 Anak dapat melanjutkan cerita dengan meniru kalimat guru.
30 Anak dapat melanjutkan cerita sesuai dengan tema.
31 Anak berbicara mengenai diri sendiri.
32 Anak memandang sesuatu hanya dari sudut pandang sendiri.
33 Mampu berkomunikasi.
34 Anak diam ketika diminta untuk bertukar ide.
35 Anak berani mengajukan pertanyaan pada teman.
36 Anak memiliki rasa ingin tahu yang kurang terhadap kegiatan
pembelajaran.
37 Anak lebih memilih diam ketika menginginkan sesuatu.
38 Anak berani mengungkapkan pendapatnya. Seperti anak
mengungkapkan pendapatnya mengenai mainan kesukaannya.
39 Anak berani memilih salah satu pihak.
40 Anak membiarkan temannya yang salah.
41 Anak lancar dalam berbicara.
42 Anak dapat mengucapkan kalimat sederhana.
43 Komunikasi yang terjadi pada anak merupakan komunikasi
satu arah.
44 Anak dapat memberikan informasi mengenai pengalaman
sehari-hari.
115
45 Anak dapat memberikan informasi mengenai anggota
keluarganya.
46 Ekspresi anak datar ketika terjadi sesuatu yang mengagetkan.
47 Anak dapat menunjukkan ekspresi marah.
48 Anak bercerita mengenai pengalamannya tanpa ekspresi.
49 Anak bercerita dengan menggunakan kalimat yang terdiri dari
3-6 kata.
116
Instrumen Bermain Peran Makro
No.
Variabel Tema
Permainan
Judul Permainan Tujuan Alat-alat yang digunakan Uraian Kegiatan
1.
2.
3.
Bermain
Peran
Makro
Keluarga
Penjual dan
Pembeli
Profesi
Playing House
Restoran
Pergi ke dokter
a) Bicara lancar dengan kalimat
sederhana.
b) Anak dapat menyebutkan
namanya sendiri, nama
orangtua dan anggota
keluarga yang lain.
c) Mengembangkan
keterampilan sosial anak.
d) Memberikan pengalaman
nyata pada anak tentang
kehidupan sehari-hari.
a) Membantu memahami peran
sebagai penjual dan pembeli.
b) Anak berani
mengungkapkan
keinginannya.
c) Melatih keterampilan sosial
anak.
a) Membantu anak untuk
mengungkapkan apa yang
dirasakannya.
Meja, Kursi, Tempat
tidur, peralatan
memasak, boneka, botol
minum bayi, almari
pakaian, pakaian,
gantungan baju, koran.
Alat-alat makan, meja,
kursi, Buku menu,
celemek, Topi koki,
Uang Koin, Kalkulator,
Pensil, kertas, makanan
ringan.
Jarum suntik mainan,
Seragam dokter,
seragam perawat,
Stetoskop mainan,
Anak memainkan
peran sebagai ayah,
ibu, kakak, adik,
nenek, dan kakek.
Kegiatan yang
dilakukan:
a) Pergi ke kantor,
b) Pergi
berbelanja,
c) Memasak,
d) Mencuci
pakaian,
e) Menyiram
tanaman,
f) Membaca
Koran.
Anak memainkan
peran sebagai:
a) Koki,
b) Pelayan,
c) Pelanggan,
d) Penerima tamu.
117
4.
5.
6.
Profesi
Bermain
peran tokoh
legendaris.
Bermain
peran tokoh
legendaris.
Pemadam
Kebakaran
“Bawang merah
Bawang putih”
“Si Unyil”
(Bekerja sama
yuk!)
b) Membantu anak memahami
peran profesi dokter dan
perawat.
c) Membantu anak dalam
menggunakan kata kerja
dasar.
d) Membantu anak dalam
menyusun kalimat Tanya.
e) Melatih keterampilan sosial
anak.
a) Melatih kerja sama anak
dalam menyelesaikan
masalah.
b) Melatih keterampilan sosial
anak.
c) Melatih kecakapan anak.
d) Melatih kemampuan
komunikasi anak.
a) Mengembangkan daya
khayal anak.
b) Melatih anak menyusun
kalimat sederhana dalam
struktur lengkap.
c) Melatih anak berbicara
lancar.
d) Mengembangkan
keterampilan sosial anak.
Kertas, Pensil.
Seragam pemadam
kebakaran,
perlengkapan pemadam
kebakaran (helm), alat
pemadam kebakaran
(selang air).
Selendang merah dan
selendang putih.
Piring, mangkuk, sapu,
Anak memainkan
peran sebagai:
a) Dokter,
b) Pasien,
c) Perawat,
d) Teman pasien,
e) Ibu pasien.
Anak memainkan
peran sebagai
pemadam kebakaran.
Anak memainkan
peran sebagai
Bawang merah dan
Bawang putih.
118
7.
8. 6
Pesta
Kebersamaa
n
Pesta Ulang
Tahun
Bermain
Bersama
a) Mengembangkan daya khayal
anak.
b) Melatih anak menyusun
kalimat sederhana dan
struktur lengkap.
c) Melatih anak berbicara
lancar.
d) Mengembangkan
keterampilan sosial anak.
a) Melatih anak berbicara
lancar.
b) Mengembangkan
keterampilan sosial anak.
c) Membantu anak
menyelesaikan masalah.
d) Menumbuhkan rasa saying
pada teman.
a) Mengembangkan
keterampilan sosial anak.
b) Melatih hidup rukun dengan
teman.
c) Membantu anak
menyelesaikan masalah.
d) Melatih anak menyusun
kalimat sederhana.
e) Melatih anak mengucapkan
kata “Maaf”.
kemoceng, pakaian,
ember, gayung.
Balon, Kue Tart
Mainan, Topi Ulang
tahun.
Mainan, balok.
Anak memainkan
peran sebagai:
a) Si Unyil
b) Pak Ogah
c) Teman-teman
Si Unyil
Anak memainkan
peran merayakan
ulang tahun teman.
Anak bermain
bersama kemudian
berebut mainan.
119
Instrumen Bermain Peran Mikro
No.
Variabel Tema
Permainan
Judul Permainan Tujuan Alat-alat yang digunakan Uraian Kegiatan
1
1. 1
2.
3.
4. .
5. 4
6.
Bermain
Peran
Mikro
Keluarga
Rumah-
rumahan
Penjual dan
Pembeli
Keluarga
Mengasuh Bayi
Fun Cooking
Kedai Es Krim
Aktivitasku
e) Bicara lancar dengan
kalimat sederhana.
f) Anak dapat menyebutkan
namanya sendiri, nama
orangtua dan anggota
keluarga yang lain.
g) Membantu anak
memahami peran sebagai
ibu.
d) Membantu anak dalam
mengungkapkan ide.
e) Anak dapat menceritakan
pengalaman main.
f) Memabantu
perkembangan motorik
pada anak.
f) Membantu anak
memahami peran sebagai
penjual dan pembeli.
g) Anak berani
mengungkapkan
keinginan maupun
idenya.
Boneka bayi, pakaian
boneka bayi, botol susu.
Alat-alat memasak mainan,
bahan memasak mainan
(replika sayur-sayuran,
buah-buahan), celemek,
wayang koki.
Gambar es krim, media
wayang.
Mainan orang-orangan,
mainan perabot rumah.
Anak memainkan
peran sebagai ibu
yang mengasuh
anaknya.
Anak bermain masak-
masakan melalui
boneka.
Anak memainkan
peran sebagai penjual
dan pembeli melalui
media wayang.
120
7.
8.
Bermain
peran tokoh
animasi
Transportasi
Profesi
“Tentara”
Bermain
peran tokoh
animasi
“Barbie”
“Pesawatku”
“Bermain perang-
perangan”
“Robot”
a) Membantu anak
menceritakan
pengalamannya.
b) Membantu anak dalam
menggunakan kata kerja
dasar.
e) Mengembangkan daya
khayal anak.
f) Melatih anak menyusun
kalimat sederhana dalam
struktur lengkap.
g) Melatih anak berbicara
lancar.
a) Mengembangkan daya
khayal anak.
b) Melatih anak menyusun
kalimat sederhana dalam
struktur lengkap.
c) Melatih anak berbicara
lancar.
a) Melatih keberanian anak.
b) Menumbuhkan jiwa
nasionalisme pada anak.
h) Mengembangkan daya
khayal anak.
a) Mengembangkan daya
khayal anak.
Boneka Barbie,
perlengkapan boneka
Barbie.
Pesawat mainan.
Pistol mainan, media
wayang.
Mainan robot-robotan.
Anak melakukan
aktivitas sehari-
harinya melalui media
orang-orangan.
Anak memainkan
peran melalui
boneka Barbie.
Anak memainkan
pesawat.
Anak bermain
perang-perangan
melalui media
wayang.
121
b) Mengembangkan jiwa
pahlawan pada anak.
d) Melatih anak berbicara
lancar.
Anak memainkan
peran melalui mainan
robot.
122
Naskah Bermain Peran Makro
1. Playing House “Rumahku Banjir”
Bermain peran dengan judul permainan “Rumahku
Banjir” ini membutuhkan 6 anak, dengan jalan cerita sebagai
berikut:
Jam telah menunjukkan pukul 5 pagi. Andi bangun, tak lama
kemudian Nita juga bangun. Ayah, ibu, nenek, kakek, Andi, dan Nita
sholat subuh berjama’ah. Secara bergantian, mereka mandi. Ibu
membuatkan makanan untuk sarapan. Setelah makanan siap
dihidangkan, mereka sarapan bersama.
Setelah selesai sarapan, Andi dan Nita berpamitan dengan
ayah dan ibu. Ayah berangkat kantor bersama Andi dan Nita. Tak
lama kemudian, Ibu pergi berbelanja di pasar. Nenek menyiram
tanaman di halaman rumah. Sedangkan kakek minum kopi sambil
membaca Koran di teras rumah.
Sepulang dari pasar, ibu mencuci pakaian, kemudian
memasak untuk menu makan siang nanti. Hari telah siang, Andi dan
Nita pulang dari sekolah sambil membawa jajan. Mereka membuang
bungkus jajan di selokan di depan rumah. Setelah mereka masuk
rumah, mereka makan siang, setelah itu mereka tidur siang. Tiba-tiba
hujan turun dengan deras. Hujan tak berhenti hingga malam hari.
Ayah melihat ternyata di luar rumah banjir. Tak lama
kemudian, air memasuki rumah. Mereka bekerja sama untuk
membuang air dari dalam rumah. Setelah air surut, mereka bersama-
sama membrsihkan rumah.
2. Restoran
Bermain peran dengan judul permainan “Restoran” ini
membutuhkan 10 anak, dengan jalan cerita sebagai berikut:
123
Di sekolah anak membuka restoran yang mereka beri nama
“Restoran kelas B1”. 2 anak berperan sebagai koki, 2 anak berperan
sebagai pelayan, 1 anak berperan sebagai penerima tamu, 1 anak
berperan sebagai petugas kasir, serta 4 anak berperan sebagai
pelanggan. Yayuk, Ardi, Reza, dan Via berencana untuk makan
bersama di restoran tsb. Saat jam istirahat, mereka keluar kelas
menuju restoran. Kedatangan mereka disambut oleh penerima tamu
yang berada di pintu restoran. Setelah mereka duduk, seorang
pelayan datang mengantarkan buku menu yang ada di restoran
tersebut. Mereka memesan menu makanan yang berbeda satu sama
lain. Sambil menunggu koki memasak makanan yang mereka pesan,
mereka membaca buku cerita.
Tak lama kemudian seorang pelayan mengantarkan makanan
mereka. Dengan lahap mereka menyantap makanan lezat buatan koki
restoran. Setelah selesai makan, mereka menuju kasir. Saat Via akan
membayar, dia lupa membawa uang. Petugas kasir akan melaporkan
Via ke polisi jika dia tidak membayarnya. Ardi pun menolong Via
dengan membayarkan makanan Via. Via senang sekali karena ada
teman yang mau membantunya. Via pun mengucapkan terima kasih
atas pertolongan Ardi.
3. Pergi ke dokter
Bermain peran dengan judul permainan “Pergi ke dokter” ini
membutuhkan 7 anak, dengan jalan cerita sebagai berikut:
Saat pulang sekolah, Marta kehujanan. Sesampainya di
rumah, dia diminta ibunya untuk mandi agar tidak pusing. Namun
marta tidak mau menuruti nasehat ibu. Malam harinya, Marta
merasa pusing dan badannya panas. Pada saat itu juga, ibu
menyarankan agar Marta pergi ke dokter untuk periksa. Namun,
Marta tidak menuruti apa yang dikatakan ibunya. Karena Marta
merasakan suhu badannya semakin panas, keesokan harinya, baru
124
Marta mau dibawa ke dokter. Setelah memeriksa Marta, Dokter
menyarankan agar dia dirawat di rumah sakit.
Di rumah Tutik, seorang ibu mondar-mandir menunggu anak
perempuannya pulang dari sekolah.
- Seorang anak perempuan datang dari sekolah (Tutik).
- Tutik : “Selamat siang Bu!”
- Ibu Tutik : “Selamat siang Tutik!”
- Tutik : Bu, Marta sudah lama tidak masuk sekolah. Marta
dirawat di rumah sakit.
- Ibu Tutik : “Kasihan, Marta sakit apa?”
- Tutik : “Sakit panas!” “Bu, nanti Tutik akan menjenguk
Marta bersama teman-teman”.
- Ibu Tutik : “Boleh, nanti akan ibu bawakan buah-buahan”.
(Ibu Tutik meningggalkan tempat kemudian disusul Tutik).
- Tutik sedang merapikan taplak meja.
- Dari luar terdengar ketukan pintu.
- “Selamat sore!”, kata Rita (Suara dari luar)
- “Selamat sore!”, kata Tutik (sambil menuju ke arah pintu).
- Rita : “Mari kita berangkat ke rumah sakit!”
- Tutik : “Ayo! Saya membawa buah-buahan untuk Marta”.
(Tutik dan Rita meningggalkan ruangan).
Suasana di rumah sakit:
- Dokter dan perawat sedang memeriksa Marta.
- Ibu Marta sedang menunggu Marta.
- Dokter : “Bagaimana Marta apa badan kamu masih panas?”
- Marta : “Sudah lumayan turun panasnya Dok”.
- Dokter : “Baik, saya periksa dahulu. Tolong jarum
suntiknya!”, kata Dokter pada Perawat.
- Perawat : “Baik Dok”.
125
- Tidak lama kemudian datanglah Rita dan Tutik.
- Tutik dan Rita : “Selamat sore, Marta!”
- Marta : “Selamat sore!”
- Tutik : “Saya membawa oleh-oleh untukmu, mudah-mudahan
kamu cepat sembuh”.
- Ibu Marta : “Terima kasih anak-anak”.
Doakan Marta cepat sembuh, dan bersekolah lagi.
4. Pemadam Kebakaran
Bermain peran dengan judul permainan “Pemadam
Kebakaran” ini membutuhkan 10 anak, dengan jalan cerita sebagai
berikut:
Pada suatu malam Tono dan Tini ditinggal orangtuanya
membeli makan di warung yang terletak cukup jauh dari rumah.
Tono dan Tini sedang belajar di ruang keluarga. Tiba-tiba lampu
mati. Kemudian Tini mencari lilin dan korek api. Lalu Tono mencoba
menyalakan lilin. Tono berhasil menyalakan lilin. Mereka
melanjutkan belajarnya hingga mereka tertidur.
Tak lama kemudian, Tini merasakan panas. Saat membuka
mata, Tini melihat kobaran api di dekatnya yang disebabkan karena
lilin jatuh mengenai buku mereka. Tini segera membangunkan
kakaknya. Dari luar terdengar suara jeritan ibu memanggil mereka
berdua. Tono menelfon petugas pemadam kebakaran, lalu mereka
segera lari ke luar rumah. Dengan cepat petugas pemadam kebakaran
menuju rumah Tono dan Tini. Sesampainya di rumah mereka,
petugas pemadam kebakaran berjuang memadamkan api. Hingga
akhirnya si jago merah dapat ditaklukkan oleh petugas pemadam
kebakaran.
5. Bawang Merah Bawang Putih
Bermain peran dengan judul permainan “Bawang
Merah Bawang Putih” memiliki jalan cerita sebagai berikut:
126
Seorang ibu memiliki dua anak perempuan yang ia beri nama
Bawang merah dan Bawang putih. Bawang merah adalah anak yang
memiliki sifat tidak baik yaitu tidak pernah mau menuruti nasehat
ibunya. Sedangkan Bawang putih adalah anak yang baik hati. Karena
Bawang putih adalah anak yang baik, ibunya sangat menyanyangi
dia. Ibu mereka lebih menyayangi Bawang mputih daripada Bawang
merah. Oleh karena itu, Bawang merah iri terhadap Bawang putih
karena dia lebih disayang ibunya. Karena kebenciannya, Bawang
merah selalu bersikap tidak baik terhadap Bawang putih. Namun,
suatu waktu, Bawang merah jatuh sakit. Dan dengan penuh kasih
saying. Bawang putih merawat Bawang merah. Sejak saat itu,
Bawang merah menyayangi Bawang putih dan menjadi anak yang
baik.
6. Si Unyil
Bermain peran dengan judul permainan “Si Unyil” ini
memiliki jalan cerita sebagai berikut:
Pak Ogah saat mengunjungi rumah Si Unyil, terkejut karena
melihat rumah Si Unyil kotor dan berantakan.
Pak Ogah : “Assalamualaikum…..Unyil….dimana kamu? Kenapa
rumah ini kotor sekali?
Si Unyil : “Waalaikum salam pak….ya pak, karena Unyil belum
sempat membereskan rumah. Untuk membereskan rumah sebesar ini
sendirian, aku tidak sanggup pak.
Pak Ogah : “Kita harus bekerjasama untuk membersihkan rumah
ini,” ajak Pak Ogah. Panggil teman-temanmu untuk membantu
membersihkan rumah ini.
Si Unyil : “Baik pak”
Setelah teman-teman Si Unyil berkumpul, mereka bersama-
sama membersihkan rumah. Hingga rumah Si Unyil kembali bersih.
7. Pesta Ulang Tahun
127
Pada suatu pagi yang cerah, ibu membangunkan Cempaka.
Setelah membuka mata, Cempaka membaca doa bangun tidur.
Ternyata hari ini adalah hari ulang tahun Cempaka. Dia bersyukur
pada Allah karena Allah memberikan umur yang panjang hingga
pada hari ini dia genap berusia 5 tahun.
Pada hari itu, tak da satupun teman Cempaka yang ingat
bahwa hari itu adalah hari ulang tahun dia. Dia duduk di sungai
dengan wajah yang sedih. Datanglah seorang nenek dan bertanya
kenapa dia terlihat sedih. Kemudian Cemapak diajak ke rumah
nenek itu. Tak lama kemudian nenek mengucapkan selamat ulang
tahun pada Cempaka. Dengan senang hati, Cempaka pulang ke
rumah. Sesampainya di rumah, ternyata teman-teman Cempaka
memberikan kejutan pada Cempaka. Cemapak sangat senang. Dan
Mereka merayakan ulang tahun Cempaka bersama-sama.
8. Bermain Bersama
Di depan sebuah rumah, terlihat Shinta dan santi sedang asyik
bermain bersama. Santi menyusun balok menjadi istana yang megah.
Saat Santi akan meletakkan balok yang terakhir, tiba-tiba Shinta
merebutnya.
Mereka berdua berebut mainannya hingga tanpa disengaja
Shinta merobohkan susunan balok yang sudah disusun oleh Santi.
Santi pun marah pada Shinta. Kemudian karena terdengar keributan
di luar, kakak Santi ke luar rumah dan berkata:
Kakak: Ada apa ini kok kalian ribut?
Santi: Ini kak, Shinta merebut mainanku dan merusak istanaku.
Shinta: Tapi kan aku tidak sengaja kak.
Kakak: Sudah sudah kalian jangan bertengakar. Kita harus
menyayangi teman kita. Shinta ayo minta maaf sama Santi!
128
Shinta: Baik kak. Maafin aku ya Santi.
Kakak: Kamu juga Santi, kamu harus memaafkan Shinta.
Santi: Ya kak. Ya, aku mau memaafkan kamu Shinta.
Setelah mereka berdua saling memaafkan, Mereka kembali
bermain bersama.
129
Lampiran 6
Daftar Nama Anak Kelas B1 TK N
Pembina Kec. Pekalongan Barat
No. Nama
1 Abimanyu Yoga Ataullah
2 Andi Salma Karima
3 Aura Najwa Aprilia
4 Axcel Raska Atryaaranda
5 Balqis Adelia Putri
6 Brian Rajendra Rafid S.
7 Devan Syauqi Fathi
8 Farrel akmal Rabani
9
Gusti Ayu Bulan
adhistanaya
10 M. Sultan Andrew
11 M. Khairul Fadli
12 M. Budi Utomo
13 M. Dhaniyal Alattas
14 Nabila Mutiara Putri M.
15 Nimas Hanestining Putri
16
Nisa Fadilah Adi
Caesaria
17
Rashel Andra
Rahmadhanti
18 Salwa Mitha Az-zahwa
19 Sekar Arum Maharani
20
Talitha Anindya
Rahmanda
21 Narindra Ardhana PS
22
Ashvanadya Fasya
Shabrina
23 Dibni Fathlun Jaya Muda
24 M. Rifqi Sultan
25 Olivia Putri
26 Zayan Arrafi Mahdhi S.
27
Shinji (Hideaki Hayyi
Shinji)
28 Muhammad Ibad
29 Diva Calista
30 Nirmala Betari
Daftar Nama Anak Kelas B1 TK N
Pembina Kec. Pekalongan Utara
No. Nama
1 Achmad Zhifan Risqi Pratama
2 Adila Putri Yuliani
3 Agmel Ayu Sintiyas
4 Agustian Tri Setyawan
5 Arif Fakhriyanto
6 Arista Aurellia
7 As'ad Zainil Wafa
8 Aviva Rosyaima Angelniyaf
9 Dani Kurniawan
10 Datto Farhan Bennani
11 Dini Sabrina
12 Dwi Priyo Utomo
13 Fadhilatul Zakya
14 Farrisa Hakim
15 Febriand Dwi Pramudya
16 Fitry Larasati
17 Gading Satria Jati
18 Hilmi Satria Wibowo
19 Maulana Raffael Virgiawan
20 Mochammad Rizky Rahman
21 Nadia Puji Lestari
22 Naufal Nabih
23 Nikeisha Shifa Farras
24 Nilla Saroya
25 Nova Dina Fitriyani
26 Nurul Khoirina
27 Riang Imelda Zulfa
28 Rizky Perdana
29 Rizqy Sanjaya Putra
30 Surya Ardhi Alfianto
130
Lampiran 7
Jadwal Penelitian
Tanggal Hari Perlakuan
ke-
Perlakuan yang dilakukan Tempat
13 Mei 2013 Senin Pretest kelompok
kontrol.
Kelas
14 Mei 2013 Selasa Pretest kelompok
kontrol.
Kelas
15 Mei 2013 Rabu 1
2
Bermain peran “Robot”.
Bermain peran “Barbie”.
Kelas
16 Mei 2013 Kamis 3
4
Bermain peran
“Mengasuh bayi”.
Bermain peran
“Aktivitasku”.
Kelas
17 Mei 2013 Jumat 5
6
Bermain peran “Fun
Cooking”.
Bermain peran
“Tentara”.
Kelas
18 Mei 2013 Sabtu 7
8
Bermain peran “Kedai
Es Krim”.
Bermain peran
“Pesawatku”.
Kelas
20 Mei 2013 Senin 9
10
Bermain peran “Robot”.
Bermain peran “Barbie”.
Kelas
21 Mei 2013 Selasa 11
12
Bermain peran
“Mengasuh bayi”.
Bermain peran
“Aktivitasku”.
Kelas
23 Mei 2013 Kamis Posttest kelompok Kelas
131
J
a
d
w
a
l
P
e
n
e
l
i
t
i
a
n
kontrol.
24 Mei 2013 Jumat Posttest kelompok
kontrol.
Kelas
27 Mei 2013 Senin Pretest kelompok
eksperimen.
Kelas
28 Mei 2013 Selasa 1 Bermain peran
“Restoran”.
Kelas
29 Mei 2013 Rabu 2 Bermain peran “Pergi ke
Dokter”.
Kelas
30 Mei 2013 Kamis 3 Bermain peran
“Restoran”.
Kelas
31 Mei 2013 Jumat 4 Bermain peran
“Pemadam Kebakaran”.
Luar
Kelas
01 Juni 2013 Sabtu 5 Bermain peran “Pergi ke
Dokter”.
Kelas
03 Juni 2013 Senin 6 Bermain peran “Bawang
merah dan bawang
putih”.
Kelas
04 Juni 2013 Selasa 7 Bermain peran
“Bermain bersama”.
Kelas
07 Juni 2013 Jumat 8
9
Bermain peran
“Rumahku Banjir”.
Bermain peran “Si
Unyil”.
Kelas
08 Juni 2013 Sabtu 10 Bermain peran “Pesta
Ulang Tahun”.
Kelas
10 Juni 2013 Senin 11
12
Bermain peran
“Rumahku Banjir”.
Bermain peran “Si
Unyil”.
Kelas
11 Juni 2013 Selasa Posttest kelompok
eksperimen.
Kelas
132
Lampiran 8
Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen
Subyek Item
1 Item
2 Item 3 Item
4 Item 5 Item 6 Item 7 Item 8 Item
9 Item 10
Item 11
Item 12 Item 13 Item 14
Item 15 Item 16 Item 17 Item 18
1 2 3 2 2 3 3 3 3 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2
2 1 3 2 2 3 4 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4
3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
4 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2
5 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2
6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2
7 2 3 3 4 3 3 3 3 2 4 2 2 3 4 3 2 2 2
8 2 2 1 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2
9 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
10 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
11 2 3 2 2 3 3 3 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2
12 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 3 2 2 2
13 2 3 2 3 3 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2
14 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 1 2 1 2 2
15 2 2 4 2 3 2 2 3 2 1 1 2 3 2 3 3 2 2
16 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 3 2 1
17 2 3 2 3 2 2 3 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2
18 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3
19 1 2 2 3 3 3 3 2 2 4 2 1 2 3 3 2 2 2
20 2 3 1 2 3 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 3 2 3
21 2 3 2 3 2 3 2 1 3 2 2 2 2 3 1 2 2 3
22 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
24 1 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2
25 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 3 2 3 3
133
26 2 3 2 3 2 3 4 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2
27 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 2
28 2 2 3 2 2 2 1 2 1 2 2 3 1 2 1 2 2 1
29 2 3 2 3 2 3 2 2 3 1 2 2 2 2 2 3 3 2
30 2 3 2 3 1 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2
134
Item 19 Item 20 Item 21
Item 22 Item 23 Item 24 Item 25 Item 26 Item 27 Item 28 Item 29 Item 30 Item 31 Item 32 Item 33
Item 34
3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 1 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1
2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2
2 1 1 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2
3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2
3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2
2 4 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 4 3 3 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1
2 1 2 2 3 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2
3 2 2 2 3 2 3 2 1 2 3 2 3 2 3 2
1 3 1 3 4 2 2 2 2 2 1 2 3 3 3 2
2 2 3 2 3 2 1 3 2 3 1 3 2 2 3 1
2 3 2 1 2 2 1 2 2 3 2 1 2 3 1 2
2 2 2 2 2 2 4 1 1 4 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2
2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2
2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3
3 4 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2
2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2
3 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2
3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3
2 1 2 3 1 2 2 2 1 2 2 2 3 1 2 1
135
3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2
3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2
136
Item 35 Item 36 Item 37 Item 38 Item 39 Item 40 Item 41 Item 42 Item 43
Item 44
Item 45 Item 46
Item 47
Item 48 Item 49 Total
2 2 3 2 1 1 3 2 3 2 2 1 1 2 2 103
2 2 3 1 1 1 2 2 3 2 2 2 1 2 3 105
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 100
2 1 3 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 98
2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 96
2 2 2 2 2 4 3 3 3 3 3 2 2 2 2 116
2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 1 2 3 124
2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 4 3 3 124
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 97
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 98
2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 106
2 2 2 1 2 2 3 2 3 1 2 1 1 2 2 94
2 2 3 3 2 4 3 2 2 2 2 1 1 2 2 109
2 1 1 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 3 1 104
3 2 2 2 3 3 1 2 2 2 2 3 2 2 3 110
2 3 1 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 98
3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 1 1 2 2 105
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 137
3 2 3 3 2 1 2 3 3 3 3 2 2 3 2 120
2 3 2 2 3 2 1 2 3 2 2 4 2 2 3 109
3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 110
2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 114
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 98
2 3 3 2 1 2 2 2 3 2 2 1 1 2 3 111
2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 108
2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 112
2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 123
2 2 3 1 2 3 1 2 1 2 1 2 2 3 2 91
137
3 3 2 3 3 1 3 2 2 3 2 3 2 3 3 120
3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 1 120
138
Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen
Subyek Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5 Item 6 Item 7 Item 8 Item 9
Item
10
Item
11 Item 12
Item
13
Item
14 Item 15
Item
16
Item
17
Item
18
1 2 3 2 4 3 2 4 2 4 4 3 2 4 3 4 4 3 3
2 4 3 4 3 4 3 4 4 2 3 4 3 3 2 4 3 2 3
3 4 4 3 3 2 4 2 3 2 4 3 2 3 4 2 3 3 4
4 4 3 2 3 3 4 3 3 2 3 4 3 2 3 4 2 3 3
5 2 4 2 3 4 3 2 3 4 3 4 3 4 3 3 4 2 4
6 4 3 2 3 4 3 2 4 3 2 3 4 3 3 3 4 3 4
7 2 3 4 3 4 3 4 2 3 4 3 2 3 4 4 3 4 2
8 2 3 2 4 2 3 2 4 3 2 2 4 3 2 2 4 3 4
9 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 2 3 2
10 2 3 2 2 2 4 2 3 3 4 2 2 3 3 3 4 2 3
11 3 4 2 2 3 4 3 3 2 3 4 3 4 2 4 2 4 3
12 2 3 2 4 3 3 2 4 2 4 3 3 2 2 4 4 3 3
13 2 3 3 2 4 2 4 2 3 2 3 4 4 3 4 2 4 3
14 2 3 2 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 2 4 3 3
15 3 3 2 3 2 3 4 2 4 3 3 4 3 2 4 4 4 2
16 2 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 2 2 4 4
17 2 3 3 4 2 4 2 3 3 4 2 4 2 3 3 2 4 3
18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
19 3 2 3 4 3 4 2 2 3 3 2 3 2 4 2 3 2 3
20 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 2 3 2 3 4
21 2 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 4 2 3 3 3 3 4
22 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3
23 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3
24 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 4 3
25 3 4 3 4 4 3 4 3 2 2 4 3 2 4 3 3 3 4
26 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4
27 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4
28 2 3 2 3 2 3 2 3 2 4 3 2 3 3 4 4 4 3
29 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 2 4
30 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3
139
Item 19
Item 20
Item 21
Item 22
Item 23
Item 24
Item 25
Item 26
Item 27
Item 28
Item 29
Item 30
Item 31
Item 32
Item 33
Item 34
Item 35
Item 36
4 3 4 4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 4 3 2 3 3
4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3
3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3
4 3 3 4 3 2 3 4 3 2 4 2 3 2 4 2 4 2
3 4 4 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 2 3 3 2 3
2 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 2 2 4 3 4 2 3
4 4 3 4 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3
2 3 4 3 4 3 4 2 2 4 2 3 2 2 3 3 2 2
3 3 2 3 3 2 3 3 4 2 3 2 3 2 3 3 4 2
2 3 2 4 2 3 2 4 3 4 3 4 3 3 2 3 2 3
3 4 3 4 4 2 3 3 2 3 3 4 3 4 4 2 3 4
2 2 4 3 2 3 4 2 4 4 2 4 3 2 3 2 2 3
2 2 2 3 3 3 2 4 4 2 3 4 2 4 4 2 4 2
4 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 4 2 2 3 4 2 2
3 4 3 4 4 2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3
2 2 4 2 4 2 4 2 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3
4 3 2 4 3 2 3 4 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3
3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 2 4 3 3 3 2 3 4
3 3 3 3 3 4 2 3 2 3 2 3 4 3 2 4 3 2
2 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3
3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 2 4 3
4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 2 3 3 2 4 4 4
3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3
4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3
3 3 3 4 3 4 4 4 2 4 4 2 3 3 3 3 4 3
3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3
3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 4 2 3 3 3 3 4 4
3 3 3 3 2 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3
3 3 2 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 2 3 3 4 3
3 4 3 4 3 2 4 4 3 3 2 2 3 3 2 4 3 3
140
Data Hasil Pretest Kelompok Kontrol
Item 37
Item 38
Item 39
Item 40
Item 41
Item 42
Item 43
Item 44
Item 45
Item 46
Item 47
Item 48
Item 49 Total
4 3 3 2 3 3 3 4 2 4 4 2 3 153
3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 161
2 3 4 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 151
3 4 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 144
3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 146
4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 2 4 4 160
2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 136
3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 133
2 4 3 4 2 4 2 4 3 4 3 4 3 143
2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 133
2 3 2 3 2 3 3 2 4 2 2 2 3 146
3 2 4 2 2 4 2 4 4 2 2 4 3 142
2 2 4 2 4 2 4 2 4 3 2 4 2 143
4 2 2 3 2 3 3 2 3 2 4 2 3 141
3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 153
3 2 2 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 151
2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 2 4 2 147
3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 149
3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 142
4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 153
3 3 3 4 3 2 4 3 4 4 3 4 3 152
3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 162
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 150
3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 167
3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 161
3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 151
3 2 3 4 2 4 4 3 4 2 3 3 3 152
3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 155
4 2 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 157
4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 153
Subyek Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item
5 Item 6 Item 7 Item 8 Item
9 Item 10 Item 11 Item 12 Item 13
Item 14 Item 15
Item 16
Item 17
Item 18
1 2 2 3 2 3 3 3 3 3 1 2 1 3 3 3 2 2 1
2 2 1 2 2 3 2 3 3 2 3 1 1 2 2 2 1 1 1
141
3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1
4 1 2 1 2 2 4 3 4 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1
3 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 1
6 1 2 1 3 3 4 2 2 1 2 1 1 2 4 2 1 2 1
7 1 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2
8 1 3 2 2 3 2 3 3 3 2 1 1 2 2 3 2 2 2
9 1 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 1 3 3 3 3 2 1
10 1 2 2 2 3 3 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1
11 1 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2
12 1 2 3 2 4 4 3 4 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3
13 1 2 1 2 3 3 3 3 3 2 1 2 3 2 4 3 2 3
14 1 2 2 4 4 4 3 4 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3
15 1 3 2 3 4 3 3 4 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2
16 1 3 2 3 4 4 4 4 3 3 2 1 3 3 3 2 2 2
17 1 3 1 2 3 3 2 3 2 4 3 2 3 3 2 3 3 2
18 1 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 1 3 2 3 2 2 2
19 1 2 1 2 2 3 2 3 2 2 1 1 2 2 3 1 1 1
20 1 2 1 2 2 3 2 2 3 2 1 1 2 2 3 2 1 2
21 1 3 2 3 4 4 3 3 2 2 2 1 2 3 2 3 2 3
22 2 1 2 3 2 2 2 3 2 2 1 1 3 2 1 1 1 2
23 1 3 2 1 2 3 3 2 3 2 2 1 3 3 3 2 2 2
24 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1
25 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2
26 1 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 1 2 3 2 2 2 2
27 1 2 2 3 3 3 4 2 2 3 2 1 3 2 3 1 1 1
28 1 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2
29 1 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2 2 1 2
30 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2
142
Item 19 Item 20 Item 21 Item 22 Item 23 Item 24 Item 25 Item 26 Item 27 Item 28 Item 29 Item 30
Item 31 Item 32 Item 33
Item 34 Item 35
Item 36
2 1 2 3 3 1 2 3 1 2 3 3 3 2 3 1 2 2
2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2
2 1 3 2 3 2 3 2 2 1 2 1 2 2 2 1 3 2
2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 4 2 3
2 1 2 4 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1
2 1 2 3 4 2 1 4 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1
2 1 2 3 3 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1
2 1 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2
2 1 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2
2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 3 3 2 1 2 1
2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2
3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2
2 1 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2
3 1 2 4 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2
3 3 3 4 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3
3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 4 2 3 3
3 3 4 4 3 2 3 3 2 3 3 3 4 3 4 3 3 3
4 2 3 3 3 2 2 4 3 3 3 22 2 2 2 1 3 2
2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3
2 1 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 4 3 4 3 2 3
3 4 4 3 4 2 2 4 2 3 2 2 3 2 4 4 2 3
2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 3 3 3 2 2 1 2
2 2 3 3 2 2 3 4 3 3 3 2 4 4 4 3 2 3
2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3
2 2 3 3 3 1 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2
2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 1 3 2
2 1 2 3 4 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 1
2 1 2 3 3 2 3 3 3 3 4 2 3 3 3 2 2 2
2 1 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2
143
Item 37 Item 38 Item 39 Item 40 Item 41 Item 42 Item 43 Item 44 Item 45 Item 46 Item 47 Item 48 Item 49 Total
3 3 2 1 3 2 2 2 1 2 1 3 4 111
2 1 1 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 96
3 3 2 3 2 2 2 2 4 1 2 1 2 98
3 2 1 2 1 2 2 4 4 1 1 1 2 93
2 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 3 80
4 2 2 1 2 3 3 4 4 1 2 2 4 108
3 2 2 1 3 2 2 2 1 2 1 2 4 94
3 3 2 1 2 2 3 2 2 1 1 2 2 106
3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 4 3 116
2 1 2 2 3 2 2 3 2 1 2 3 3 92
2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 4 118
3 2 1 3 2 3 3 3 2 3 1 4 2 130
2 3 3 2 2 3 3 3 4 1 2 4 3 121
4 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 4 3 128
4 3 2 2 2 3 3 4 3 2 1 4 2 135
4 3 3 2 3 3 4 3 2 2 1 4 3 135
2 3 1 2 3 2 3 2 3 2 1 3 2 130
2 3 2 1 3 2 3 2 2 2 1 2 3 134
2 2 1 1 2 2 3 2 2 2 1 2 3 102
2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 3 105
3 2 2 2 4 2 3 3 3 2 2 3 4 133
2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 104
3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 4 126
1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 60
3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 127
3 3 1 1 2 3 2 3 2 1 1 2 3 109
3 2 1 2 3 3 3 3 3 2 1 2 3 111
144
4 3 2 2 2 3 2 3 1 2 2 2 3 116
3 3 2 1 2 3 3 4 2 3 2 3 3 121
3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 111
145
Data Hasil Posttest Keterampilan Berbicara
Subyek Item
1 Item
2 Item
3 Item
4 Item
5 Item
6 Item
7 Item
8 Item
9 Item 10
Item 11
Item 12
Item 13
Item 14
Item 15
Item 16
Item 17
Item 18
Item 19
Item 20
1 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2
2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2
3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2
4 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2
5 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2
6 3 4 2 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 4 4 2 2 3 4 2
7 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2
8 3 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 3 3 4 3 2
9 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3
10 3 4 2 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 2
11 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3
12 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2
13 2 3 4 3 3 3 3 4 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2
14 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2
15 2 4 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2
16 3 4 2 3 4 3 4 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2
17 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 4 3
18 1 2 3 2 3 3 4 4 3 2 2 3 3 3 3 4 3 2 3 2
19 3 4 2 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 4 4 3 2 3 3 2
20 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 4 3 3 3 3 3
21 2 4 2 4 3 3 4 3 2 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 2
22 3 4 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2
23 2 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2
24 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1
25 3 3 2 4 4 4 4 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2
26 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3
27 2 3 4 3 2 3 2 3 2 3 3 2 4 4 3 4 2 2 3 2
28 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 4 3 2
29 2 3 3 3 3 4 3 3 2 3 2 3 4 3 4 3 2 3 3 4
30 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 4
146
Item 21
Item 22
Item 23
Item 24
Item 25
Item 26 Item 27
Item 28
Item 29
Item 30
Item 31
Item 32
Item 33
Item 34
Item 35
Item 36
Item 37
Item 38
Item 39
Item 40
3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 2
3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 2 2
3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 2
3 3 4 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 1
3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 1 1 3 2 2 1
3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 2 3 2 3 4 3 3
3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3
3 3 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 4 3 3 2 3 3 2 2
3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 1
3 4 4 3 2 3 4 3 4 3 4 3 3 2 3 2 4 3 3 4
3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 2 3 2 3 2 3
3 3 4 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3 2 3 2 3 3 3 2
3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2
3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3
3 4 4 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3
3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 4 3 4 2 3 2 3 2 2 2
2 3 2 3 3 2 3 4 3 3 3 4 2 3 2 3 2 3 2 2
3 3 4 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 4 2 3
3 4 4 3 2 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 2 4 3 2 3
3 4 3 4 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3
3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 2 3 3 2 2
3 3 4 3 4 4 4 3 2 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 2
3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 2 3 3 3
2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2
3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2
3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3
3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 2 3 4 2 2
3 3 4 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4
4 4 4 3 4 3 2 3 3 4 3 2 3 4 3 1 2 3 3 2
147
Item 41
Item 42
Item 43
Item 44
Item 45
Item 46
Item 47
Item 48
Item 49
3 3 4 4 3 2 2 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 4
3 3 3 3 4 3 3 3 3
3 3 3 3 3 2 1 2 3
3 2 3 2 2 2 1 2 3
4 3 4 4 3 2 2 3 4
3 2 3 3 2 3 1 2 3
3 3 4 4 2 2 2 4 4
3 3 3 3 3 3 2 3 3
4 3 4 4 4 3 2 3 4
3 3 3 3 3 3 2 3 3
3 2 3 2 3 2 3 3 4
3 3 3 3 3 2 2 3 3
3 3 3 3 3 2 1 3 4
3 4 3 3 3 2 3 3 4
3 3 3 3 3 2 2 3 4
3 3 3 4 4 2 2 4 3
3 3 3 3 3 2 2 3 3
4 3 4 4 3 3 3 3 4
3 3 3 3 3 2 2 2 3
3 3 3 4 3 2 2 3 3
3 3 4 2 3 2 2 3 3
2 3 3 3 3 2 2 3 3
2 2 2 2 2 3 2 2 2
3 3 3 3 3 3 2 3 3
2 3 3 3 3 2 1 3 3
3 3 2 3 3 3 4 3 2
3 3 4 3 3 2 2 3 4
3 3 3 4 3 2 1 2 3
4 3 4 3 4 2 2 3 4
148
Data Keterampilan Berbicara (Pretest) antara Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Eksperimen Kontrol
No Kode Nilai No Kode Nilai
1 E-01 103 1 K-01 111
2 E-02 105 2 K-02 96
3 E-03 100 3 K-03 98
4 E-04 98 4 K-04 93
5 E-05 96 5 K-05 80
6 E-06 116 6 K-06 108
7 E-07 124 7 K-07 94
8 E-08 124 8 K-08 106
9 E-09 97 9 K-09 116
10 E-10 98 10 K-10 92
11 E-11 106 11 K-11 118
12 E-12 94 12 K-12 130
13 E-13 109 13 K-13 121
14 E-14 104 14 K-14 128
15 E-15 110 15 K-15 135
16 E-16 98 16 K-16 135
17 E-17 105 17 K-17 130
18 E-18 137 18 K-18 134
19 E-19 120 19 K-19 102
20 E-20 109 20 K-20 105
21 E-21 110 21 K-21 133
22 E-22 114 22 K-22 104
23 E-23 98 23 K-23 126
24 E-24 111 24 K-24 60
25 E-25 108 25 K-25 127
26 E-26 112 26 K-26 109
27 E-27 123 27 K-27 111
28 E-28 91 28 K-28 116
29 E-29 120 29 K-29 121
30 E-30 120 30 K-30 111
∑ = 3260 ∑ = 3350
n1 = 30 n2 = 30
x1 = 108.67
x2 = 111.67
s12 = 117.5402 s2
2 = 312.9885
s1 = 10.842 s2 = 17.691
149
Data Keterampilan Berbicara (Postest) antara Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Eksperimen Kontrol
No Kode Nilai No Kode Nilai
1 E-01 153 1 K-01 141
2 E-02 161 2 K-02 140
3 E-03 151 3 K-03 147
4 E-04 144 4 K-04 126
5 E-05 146 5 K-05 112
6 E-06 160 6 K-06 153
7 E-07 136 7 K-07 127
8 E-08 133 8 K-08 144
9 E-09 143 9 K-09 127
10 E-10 133 10 K-10 158
11 E-11 146 11 K-11 134
12 E-12 142 12 K-12 131
13 E-13 143 13 K-13 129
14 E-14 141 14 K-14 135
15 E-15 153 15 K-15 139
16 E-16 151 16 K-16 138
17 E-17 147 17 K-17 137
18 E-18 149 18 K-18 135
19 E-19 142 19 K-19 156
20 E-20 153 20 K-20 138
21 E-21 152 21 K-21 149
22 E-22 162 22 K-22 145
23 E-23 150 23 K-23 138
24 E-24 167 24 K-24 95
25 E-25 161 25 K-25 140
26 E-26 151 26 K-26 130
27 E-27 152 27 K-27 141
28 E-28 155 28 K-28 146
29 E-29 157 29 K-29 149
30 E-30 153 30 K-30 151
∑ = 4487.00 ∑ = 4131.00
n1 = 30 n2 = 30
x1 = 149.57
x2 = 137.70
s12 = 70.6678 s2
2 = 163.9414
s1 = 8.406 s2 = 12.804
150
Lampiran 9
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Pretest
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
kelompok
eksperimen
kelompok
kontrol
N 30 30
Normal Parametersa Mean 108.67 111.67
Std. Deviation 10.842 17.691
Most Extreme
Differences
Absolute .104 .094
Positive .104 .094
Negative -.085 -.091
Kolmogorov-Smirnov Z .570 .513
Asymp. Sig. (2-tailed) .901 .955
a. Test distribution is Normal.
151
Lampiran 10
UJI KESAMAAN DUA VARIANS DATA KETERAMPILAN BERBICARA (PRE TEST) ANTARA KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KONTROL
Hipotesis
Ho : 12 = 2
2
Ha : 12
=
22
Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
Ho diterima apabila F < F 1/2 (nb-1):(nk-1)
F 1/2 (nb-1):(nk-1)
Dari data diperoleh:
Sumber variasi Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Jumlah 3260 3350
n
30 30 x 108.67 111.67 Varians (s
2) 117.5402 312.9885
Standart deviasi (s) 10.84 17.69
Berdasarkan rumus di atas diperoleh:
F =
312.99 = 2.6628
117.54
Pada = 5% dengan:
terkecilVarians
terbesarVarians F
152
dk pembilang = nb - 1 = 30 - 1 = 29 dk penyebut = nk -1 = 30 - 1 = 29 F (0.025)(29:29) = 1.86
1.86
2.663
Karena F berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok mempunyai varians yang berbeda.
153
Lampiran 11
Hasil Perhitungan Uji T-test Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
T-Test
Group Statistics
keterampilan
berbicara N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Nilai tes 1 30 108.67 10.842 1.979
2 30 111.67 17.691 3.230
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std.
Error
Differenc
e
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Nilai
tes
Equal variances
assumed 5.102 .028 -.792 58 .432 -3.000 3.788 -10.583 4.583
Equal variances
not assumed
-.792 48.089 .432 -3.000 3.788 -10.616 4.616
154
Hasil Perhitungan Uji T-test Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
T-Test
Group Statistics
Jenis N Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean
Skor 1 30 1.4957E2 8.40642 1.53479
2 30 1.3770E2 12.80396 2.33767
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t Df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Sko
r
Equal
variances
assumed
1.541 .219 4.243 58 .000 11.86667 2.79648 6.26890 17.46443
Equal
variances not
assumed
4.243 50.084 .000 11.86667 2.79648 6.25000 17.48333
155
Lampiran 12
Profil Lembaga
1. Nama TK : TK Negeri Pembina Pekalongan Barat
Telepon/ Hp : (0285) 7928360
Alamat Jalan : Merapi No.2
Kelurahan : Bendan
Kecamatan : Pekalongan Barat
Kota : Pekalongan
Visi : Membentuk peserta didik menjadi anak yang beriman kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian mulia, mandiri, kreatif,
serta sehat jasmani dan rohani.
Misi :
1) Menanamkan nilai-nilai agama dan moral Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari melalui keteladanan dan pembiasaan agar terbentuk pribadi yang beriman,
bertaqwa, dan berkepribadian mulia.
2) Memberikan tugas-tugas yang mengarah pada terbentuknya pribadi yang
mandiri.
3) Memberi dasar pengetahuan agar anak bisa merespon terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
4) Mempersiapkan anak agar dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan
teman-teman sebaya dan lingkungan.
5) Menumbuh kembangkan kreatifitas anak dalam seni, budaya, dan olahraga
melalui pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan optimal.
156
2. Nama TK : TK Negeri Pembina Pekalongan Utara
Telepon/ Hp : (0285) 430046
Alamat Jalan : Apolo
Kelurahan : Kandang Panjang
Kecamatan : Pekalongan Utara
Kota : Pekalongan
Visi : Terciptanya peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT, cerdas, kreatif, mandiri, serta sehat jasmani dan
rohani.
Misi :
1) Menanamkan nilai-nilai agama dan moral Pancasila sehingga tercapainya pribadi
peserta didik yang beriman dan bertaqwa.
2) Memberikan pendidikan ketrampilan agar peserta didik memiliki prestasi dalam
bidang seni maupun olahraga.
3) Memberikan tugas-tugas yang mengarah terciptanya pribadi peserta didik yang
mandiri.
4) Memberikan dasar-dasar pengetahuan agar peserta didik bertambah kembang sesuai
dengan tahapan perkembangan.
157
Lampiran 13
Gb. Pretest Kelompok Eksperimen
Peneliti sedang melakukan pretest pada responden dari
kelompok eksperimen.
Gb. Bermain Peran “Bawang Merah Bawang Putih”
Hanes berperan sebagai bawang merah dengan mengenakan selendang berwarna merah,
sedangkan Rashel berperan sebagai bawang putih dengan mengenakan selendang
berwarna putih.
158
Gb. Bermain peran “Pesta Ulang Tahun”
Bulan (tengah) sedang meniup kue ulang tahun. Salma (kanan) berperan
sebagai ibunya Bulan. Fadli (kiri) berperan sebagai ayahnya Bulan.
Gb. Bermain Peran “Bermain Bersama”
Abi, Devan, Dibni, Brian sedang bermain balok bersama. Devan berperan sebagai kakak
dari Abi yang melerai saat Abi, Dibni, dan Brian saling berebut balok.
159
Gb. Bermain Peran “Si Unyil”
Bulan, Salma, Dhana, Oliv, dan abim sedang bermain peran bekerjasama
membersihkan halaman sekolah.
Gb. Bermain Peran “Pemadam Kebakaran”
Shinji, Dhana, Budi, Devan, Sekar, Hanes bersama-sama memainkan peran seorang
pemadam kebakaran yang sedang memadamkan api.
160
Gb. Bermain Peran “Pergi ke Dokter”
Dhaniyal yang berperan sebagai dokter sedang memeriksa Salma sebagai pasien.
Najwa yang berperan sebagai perawat membantu dokter membawakan jarum suntik
dan kapas.
Gb. Bermain Peran “Playing House”
Abim, Mitha, dan Yayang sedang membersihkan rumah akibat banjir dengan membuang
air banjir yang masuk ke dalam rumah.
161
Gb. Bermain Peran “Restoran”
Dhana berperan sebagai pelayan sedang mengantarkan makanan pada pembeli (Brian,
Nadia, dan Hanes).
Gb. Posttest Kelompok Eksperimen
Peneliti melakukan posttest pada responden dari kelompok eksperimen.
162
Gb. Pretest Kelompok Kontrol
Peneliti melakukan pretest pada responden dari kelompok
kontrol.
Gb. Bermain Peran “Fun Cooking”
Rina sedang memainkan wayang koki yang sedang memasak beras dengan
menggunakan magic com.
163
Gb. Bermain Peran Mengsuh Bayi
Surya sedang memberi minum pada bayi yang sedang
berbaring di atas tempat tidur.
Gb. Bermain Peran Perang-perangan
Ano sedang memainkan wayang tentara yang sedang
membawa senjata saat perang.
164
Gb. Bermain Peran “Barbie”
Keisha sedang memakaikan sepatu pada boneka Barbie.
Gb. Bermain Peran Pesawat
Naufal sedang bermain menerbangkan pesawat.
165
Gb. Bermain Peran Kedai Es Krim
Rina sedang memainkan wayang tukang es krim yang sedang
melakukan transaksi jual beli.
Gb. Posttest Kelompok Kontrol
Peneliti melakukan posttest pada responden dari kelompok kontrol
166
Lampiran 14
167
168
169
170