67
TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) DI DESA TRIBUDISYUKUR TERHADAP HASIL HUTAN BUKAN KAYU (Skripsi) Oleh AZIZAH ZEAVANI ISKANDAR FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2020

TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA

HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) DI DESA TRIBUDISYUKUR

TERHADAP HASIL HUTAN BUKAN KAYU

(Skripsi)

Oleh

AZIZAH ZEAVANI ISKANDAR

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2020

Page 2: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

ABSTRAK

TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA

HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) DI DESA TRIBUDISYUKUR

TERHADAP HASIL HUTAN BUKAN KAYU

Oleh

AZIZAH ZEAVANI ISKANDAR

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat ketergantungan masyarakat

terhadap HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu). Penelitian ini juga menjelaskan

faktor-faktor yang memengaruhi tingkat ketergantungan petani HKm (Hutan

Kemasyarakatan) terhadap HHBK. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober

2019 di Desa Tribudisyukur. Data dikumpulkan dari 41 responden yang

dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

kuesioner yang kemudian dianalisis menggunakan skala Likert dan analisis regresi

linear berganda menggunakan software yang sesuai. Adapun faktor pendapatan

yang dianalisis adalah luas lahan, jumlah jenis tanaman yang menghasilkan,

jumlah tanggungan keluarga, jarak dari rumah ke lahan garapan, pendidikan dan

lama menjadi petani di HKm. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

pendapatan petani HKm di tempat penelitian cukup tergantung pada HHBK.

Diketahui bahwa HHBK dari lahan HKm menyumbang 56,11% dari total

Page 3: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

iii

pendapatan rumah tangga petani peserta HKm dan sisanya didapat dari luar HKm

seperti berdagang, budi daya ikan dan ternak kambing. Diketahui pula pada

penelitian ini bahwa faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan petani di lahan

HKm yaitu luas lahan garapan dan jumlah jenis tanaman yang ditanam.

Kata kunci: hasil hutan bukan kayu, hutan kemasyarakatan, pendapatan.

Page 4: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

ABSTRACT

DEPENDENCE LEVEL OF

COMMUNITY FOREST (CF) MEMBERS

IN TRIBUDISYUKUR VILLAGE TO NON-TIMBER FOREST PRODUCT

By

AZIZAH ZEAVANI ISKANDAR

This study aims to identify the level of community dependence on NTFPs (Non-

Timber Forest Products). This study also describes the factors that affect the

dependence level of HKm (Community Forest) farmers on NTFPs. This research

was conducted in October 2019 in Tribudisyukur Village. Data was collected

from 41 respondents was conducted by SRS (Simple Random Sampling) using a

questionnaire which was then analyzed using a Likert scale and multiple linear

regression analysis using the appropriate software. There is income factors

analyzed are the area of land, the number of types of plants that produce, the

number of family dependents, the distance from the house to arable land,

education and length of time to become a farmer in HKm. The results of this

study indicate that HKm farmers' income in the study area is quite dependent on

NTFPs. It is known that NTFPs from HKm land contribute for 56.11% of the

total household income of participating HKm farmers and the rest was obtained

Page 5: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

v

from outside HKm such as trade, fish livestock and goats. It is also known in this

study that the factors that influence farmers' income on HKm land are the area of

arable land and the number of planted species.

Keywords: community forestry, income, non-timber forest products.

Page 6: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA

HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) DI DESA TRIBUDISYUKUR

TERHADAP HASIL HUTAN BUKAN KAYU

Oleh

AZIZAH ZEAVANI ISKANDAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA KEHUTANAN

Pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2020

Page 7: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

Judul Skripsi : TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI

PESERTA HUTAN KEMASYARAKATAN

(HKm) DI DESA TRIBUDISYUKUR

TERHADAP HASIL HUTAN BUKAN KAYU

Nama Mahasiswa : Azizah Zeavani Iskandar

Nomor Pokok Mahasiswa : 1514151044

Jurusan : Kehutanan

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Slamet Budi Yuwono, M.S. Dr. Ir. Christine Wulandari, M.P.

NIP 1964223 199403 1 003 NIP 19641226 199303 2 001

2. Ketua Jurusan Kehutanan

Dr. Indra Gumay F., S.Hut., M.Si.

NIP 19740222 2003121 001

Page 8: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Slamet Budi Yuwono, M.S.

Sekretaris : Dr. Ir. Christine Wulandari, M.P.

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Samsul Bakri, M.Si.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.

NIP 19611020 198603 1 002

Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 06 Februari 2020

Page 9: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

RIWAYAT HIDUP

Penulis Azizah Zeavani Iskandar dilahirkan di Metro pada 05 April

1997, sebagai putri pertama dari dua bersaudara dari pasangan

Bapak Ir. Iskandar Akbar (Alm) dan Ibu Ir. Laili Wati, M. M.

Penulis menempuh pendidikan di Taman Kanak-kanak Aisyiah Metro pada tahun

2001-2003, Sekolah Dasar di SD Muhammadiyah Metro pada tahun 2003–2009,

Sekolah Menengah Pertama di SMPN 4 Metro pada tahun 2009-2012 dan Sekolah

Menengah Atas di SMAN 1 Metro pada tahun 2012–2015.

Tahun 2015, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas

Pertanian (FP) Unila melalui jalur SNMPTN. Selama menjadi mahasiswa penulis

aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Kehutanan (HIMASYLVA) sebagai

Anggota Utama. Pada tahun 2018 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata

(KKN) di Desa Bandung Baru, Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu.

Penulis juga telah melaksanakan Praktek Umum (PU) di Kesatuan Pemangkuan

Hutan (KPH) Banyumas Barat Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah

pada bulan Juli-Agustus 2018 selama 40 hari. Pada tahun 2019 penulis juga

pernah menjadi pemakalah pada Seminar Nasional Ilmu Lingkungan (SNaIL)

dengan judul ‘Pendapatan Anggota HKm Bina Wana dari Hasil Hutan Bukan

Kayu: Studi Kasus di Desa Tribudisyukur, Kecamatan Kebun Tebu, Kabupaten

Lampung Barat.

Page 10: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

Untuk Ayah dan Ibuku Tersayang

Page 11: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Tingkat

Ketergantungan Petani Peserta Hutan Kemasyarakatan (HKm) di Desa

Tribudisyukur terhadap Hasil Hutan Bukan Kayu” adalah salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Kehutanan di Universitas Lampung. Terselesaikannya

penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dorongan dari

berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan banyak terima kasih yang tulus kepada beberapa pihak sebagai

berikut.

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung atas semua saran dan arahan kepada penulis.

2. Bapak Dr. Ir. Slamet Budi Yuwono, M.S. selaku pembimbing pertama atas

semua bimbingan, saran, nasihat, solusi dan perhatian kepada penulis selama

penyelesaian skripsi.

3. Ibu Dr. Ir. Christine Wulandari, M.P. selaku pembimbing kedua atas semua

bimbingan, saran, dan nasihat kepada penulis selama penyelesaian skripsi.

4. Bapak Dr. Ir. Samsul Bakri, M.Si. selaku pembahas atau penguji atas semua

masukan, arahan, dan nasihat kepada penulis selama penyelesaian skripsi.

Page 12: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

xii

5. Bapak Dr. Indra Gumay Febryano, S.Hut., M.Si. selaku Ketua Jurusan

Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan selaku Pembimbing

Akademik atas semua bimbingan, saran, dan nasihat kepada penulis.

6. Segenap Dosen Jurusan Kehutanan yang telah memberikan ilmu pengetahuan

bidang kehutanan dan menempa diri bagi penulis selama menuntut ilmu di

Universitas Lampung.

7. Bapak dan Ibu tenaga kependidikan Jurusan Kehutanan maupun Fakultas

Pertanian Unila yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan proses

administrasi.

8. Bapak dan Ibu penulis yaitu Bapak Ir. Iskandar Akbar (Alm) dan Ibu Ir. Laili

Wati, M. M. terima kasih atas segala kasih sayang, do’a, arahan, dan

kesabaran dalam kehidupan bersama penulis serta dukungan moril maupun

materil yang selama ini diberikan kepada penulis.

9. Adik penulis Azharil Rizkullah Akbar, terima kasih atas kasih sayang,

kebersamaan, do’a, dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis.

Cepatlah dewasa dan membanggakan.

10. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2015 (TW15TER), terutama Endah

Susilowati, S.Hut., Ani Fitriyani, S.Hut., Dewi Purnamasari, Prila Idayanti,

S.Hut., dan Deya Puspa, S.Hut. terimakasih atas segala bantuan dan

dukungan kalian.

11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah banyak

membantu penulis dalam proses perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini

selesai.

Page 13: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

xiii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi

penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para

pembaca.

Bandar Lampung, 26 Februari 2020

Azizah Zeavani Iskandar

Page 14: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL...................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvii

I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Tujuan Penelitian .......................................................................... 4

1.3 Kerangka Pemikiran...................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 7

2.1 Gambaran Umum Desa Tribudisyukur ......................................... 7

2.2 Hutan Lindung .............................................................................. 9

2.3 Hutan Kemasyarakatan ................................................................. 11

2.4 Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) ............................................... 15

2.5 Pemanfaatan HHBK ...................................................................... 18

2.6 Ketergantungan Masyarakat terhadap HHBK .............................. 20

2.7 Sosial Ekonomi Masyarakat ......................................................... 21

2.7.1 Pendapatan ........................................................................... 24

2.7.2 Pendidikan ........................................................................... 25

2.7.3 Pekerjaan Sampingan .......................................................... 27

2.7.4 Jumlah Tanggungan Keluarga ............................................. 27

2.7.5 Lama Menggarap ................................................................. 28

2.7.6 Luas Lahan .......................................................................... 29

2.7.7 Jumlah Jenis Tanaman ......................................................... 29

III. METODE PENELITIAN .................................................................. 31

3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................ 31

3.2 Alat dan Objek .............................................................................. 31

3.3 Cara Pengumpulan Data ............................................................... 32

3.3.1 Jenis Data ............................................................................. 32

3.3.2 Metode Pengambilan Sampel .............................................. 33

3.3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................. 33

3.4 Metode Analisis Data .................................................................... 34

3.4.1 Analisis Pendapatan Petani .................................................. 34

3.4.2 Analisis Ketergantungan Masyarakat terhadap HHBK ....... 35

3.4.3 Analisis Faktor-faktor Ketergantungan Petani terhadap

HHBK .................................................................................. 36

Page 15: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

xv

Halaman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 39

4.1 Pendapatan .................................................................................... 39

4.2 Tingkat Ketergantungan ................................................................ 43

4.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pendapatan .............................. 45

V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 58

5.1 Simpulan ....................................................................................... 58

5.2 Saran ............................................................................................. 59

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 61

LAMPIRAN ............................................................................................... 70

Dokumentasi Kegiatan Penelitian ............................................................... 71

Data Penelitian ............................................................................................ 73

Page 16: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Variabel dan definisi operasional…………………………………...... 36

2. Rata-rata pendapatan petani peserta HKm di Desa Tribudisyukur...... 39

3. Pendapatan rata-rata petani peserta HKm berdasarkan jenis HHBK.... 42

4. Tingkat ketergantungan petani peserta HKm terhadap keberadaan

HHBK dalam meningkatkan pendapatan …………………….…….... 44

5. Hasil Uji F pengaruh variabel X terhadap pendapatan petani HKm

terhadap HHBK …….……………………………………………...… 45

6. Hasil Uji t-student pengaruh variable-variabel sosial pendapatan

terhadap pendapatan petani peserta HKm dari HHBK…………........ 47

Page 17: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan alir kerangka pikir……………………………………………... 6

2. Lokasi penelitian………………………………………………………. 32

3. Rata-rata luas lahan garapan petani peserta HKm……………………. 40

4. Diagram jenis pekerjaan sampingan petani peserta HKm…….....…… 55

Page 18: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan merupakan suatu areal yang cukup luas didalamnya terdapat tumbuhan

berkayu, beserta segala isinya baik berupa nabati maupun hewani yang

keseluruhan mempunyai kemampuan untuk memberikan manfaat-manfaat lainnya

secara lestari (Ayudanti, 2017). Selain menghasilkan kayu, hutan juga

menghasilkan HHBK dan jasa lingkungan (Yusran dan Abdullah, 2007). Menurut

Salaka dkk. (2012), hasil hutan bukan kayu memiliki peran yang tidak hanya

dilihat dari segi ekologi, tetapi juga pada aspek ekonomi dan sosial budaya. Peran

hasil hutan bukan kayu dari aspek ekonomi yaitu sebagai salah satu sumber

penghasilan bagi masyarakat maupun pemerintah dan menjadi nilai tambah secara

finansial. Aspek sosial budaya dari hasil hutan bukan kayu yaitu masyarakat ikut

dilibatkan dalam pemanfaatan dan pengolahan hasil hutan bukan.

Pohan dkk. (2014), menyatakan bahwa nilai ekonomi yang dihasilkan dari

pemanfaatan HHBK jauh lebih besar dari kayu dan tidak menyebabkan kerusakan

hutan, sehingga tidak akan mengakibatkan hilangnya fungsi-fungsi dan nilai jasa

dari hutan. Sesungguhnya HHBK memberikan manfaat multiguna bagi

masyarakat, khususnya masyarakat lokal di sekitar hutan. Masyarakat

menggunakan hasil hutan untuk mencukupi kebutuhan primer dengan cara

Page 19: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

2

menjualnya (Karyon dkk., 2016). Pendapatan dari HHBK memiliki peranan yang

penting dalam ekonomi rumah tangga masyarakat sekitar hutan (Moe dkk., 2016;

Melaku dkk., 2014; Bwalya, 2013; dan Tarigan dkk., 2010). Hal ini yang

dimaksud dengan sifat ketergantungan terhadap HHBK.

Ketergantungan terhadap HHBK ini mendorong masyarakat untuk memelihara

hutan berdasarkan pada berbagai kearifan lokal yang diyakini secara turun

temurun, hal ini menjadi keuntungan bagi negara. Disisi lain, jumlah penduduk

yang terus bertambah menyebabkan adanya tekanan terhadap lahan hutan akibat

desakan kebutuhan yang semakin meningkat (Sukardi dkk., 2008). Solusi dengan

pengusiran paksa para petani penggarap atau perambah di dalam kawasan tidak

menjadikan hutan lebih baik, justru menimbulkan konflik dan terjadi peningkatan

perambahan (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2016).

Menurut Neil dkk. (2016), interaksi masyarakat dengan kawasan dilindungi dapat

diarahkan pada tingkat integrasi dimana kebutuhan masyarakat terhadap sumber

daya alam dapat terpenuhi tanpa mengganggu potensi kawasan, dengan demikian

perlu dilakukan upaya pengelolaan hutan untuk meningkatkan pemanfaatan

HHBK. Salah satu bentuk pengelolaan hutan yang melibatkan masyarakat adalah

program HKm yang mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan hutan,

sehingga dapat menekan kerusakan pada kawasan hutan. Melalui program

tersebut diharapkan masyarakat dapat menjadi pelaku utama dalam pengelolaan

hutan mulai dari segi pengambilan keputusan sampai dengan menikmati hasil

pembangunan di sektor kehutanan khususnya pada HKm (Yudischa dkk., 2014).

Pola pemanfaatan lahan agroforestri merupakan alternatif bagi masyarakat lokal di

Page 20: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

3

sekitar hutan untuk memanfaatkan HHBK dengan pemanfaatan ladang sebagai

lingkungan pendukung proses pertumbuhan pepohonan.

Provinsi Lampung memiliki luas kawasan hutan sebesar ± 1.004.735 ha, namun

kondisi hutannya sebesar ± 53,34% saat ini berada dalam kondisi kritis (Dinas

Kehutanan Provinsi Lampung, 2016). Kawasan hutan di Kabupaten Lampung

Barat merupakan salah satu hutan yang diketahui sebagian besarnya telah

dirambah dan secara perlahan-lahan (Sinudin dkk., 2016). Kabupaten Lampung

Barat memiliki kawasan hutan sebesar 126.956 ha dari total luas wilayahnya

495.040 ha, sedangkan sisanya adalah kawasan yang dapat diusahakan menjadi

kawasan budi daya, pertanian, perikanan, perkebunan, dan juga pemukiman

penduduk, sarana umum, perkotaan, dan sebagainya (Yasir, 2011).

Desa Tribudisyukur merupakan salah satu desa di Kabupaten Lampung Barat

yang berbatasan dengan Hutan Lindung Register 45B dan memiliki satu

kelompok HKm yang sudah mendapatkan Izin Usaha Pemanfaatan Hutan

Kemasyarakatan (IUPHKm) yaitu kelompok HKm Bina Wana. Kelompok HKm

ini adalah salah satu HKm di Lampung Barat yang telah berkembang dan menjadi

percontohan dalam skala nasional. Sebagian besar dari jumlah penduduk desa

memiliki mata pencarian sebagai petani penggarap kopi di HKm. Hal ini

menyebabkan adanya alih fungsi kawasan hutan menjadi perkebunan kopi

sehingga terjadinya penurunan tutupan hutan di Lampung Barat mencapai 50%

(Verbist dkk., 2005). Berdasarkan hal tersebut maka, kajian mengenai tingkat

ketergantungan petani terhadap HHBK di lahan HKm perlu dilakukan untuk

mengetahui seberapa besar jumlah pendapatan masyarakat, seberapa besar tingkat

Page 21: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

4

ketergantungan pendapatan masyarakat terhadap HHBK di lahan HKm dan

faktor-faktor apa yang memengaruhi. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai acuan dalam mewujudkan pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan

mengutamakan kesejahteraan masyarakat serta dapat dijadikan referensi untuk

penelitian selanjutnya.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini sebagai berikut.

1. Menganalisis pendapatan petani untuk mengetahui besaran pendapatan petani

dari HKm dan non HKm di Hutan Lindung Register 45B.

2. Menganalisis persepsi petani HKm untuk mengetahui tingkat ketergantungan

petani peserta HKm terhadap HHBK di Hutan Lindung Register 45B.

3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi ketergantungan petani

peserta HKm terhadap HHBK di HL Register 45B.

1.3 Kerangka Pemikiran

Hutan suatu areal yang cukup luas didalamnya terdapat tumbuhan berkayu,

beserta segala isinya baik berupa nabati maupun hewani yang keseluruhan

mempunyai kemampuan untuk memberikan manfaat-manfaat lainnya secara

lestari (Ayudanti, 2017). Selain menghasilkan kayu, hutan juga menghasilkan

HHBK yang memiliki peran salah satunya sebagai sumber pendapatan bagi

masyarakat maupun pemerintah (Salaka dkk., 2012). Berdasarkan hal tersebut

HHBK memiliki peran yang tidak hanya dilihat dari segi ekologi, tetapi juga pada

aspek ekonomi dan sosial budaya. Dilihat dari aspek ekonomi pendapatan HHBK

Page 22: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

5

memiliki peranan yang penting dalam ekonomi rumah tangga bagi masyarakat

sekitar hutan. Masyarakat mengumpulkan dan menjual HHBK untuk mencukupi

kebutuhan primer (Karyon dkk., 2016). Hal ini yang di sebut dengan

ketergantungan terhadap HHBK. Masyarakat bergantung pada HHBK untuk

memenuhi kebutuhan hidup. Analisis menggunakan skala Likert dilakukan untuk

mengetahui seberapa besar tingkat ketergantungan petani HKm terhadap HHBK.

Setelah itu dilakukan analisis menggunakan analisis linier berganda untuk

mengetahui faktor-faktor apa yang memengaruhi, dengan menggunakan variabel

jumlah jenis tanaman, pendidikan, umur, tanggungan keluarga, pekerjaan

sampingan, jarak rumah ke lahan garapan, lama menjadi anggota HKm, dan luas

lahan yang diduga dapat memengaruhi ketergantungan pendapatan petani HKm

terhadap HHBK. Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 23: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

6

Gambar 1. Bagan alir kerangka pikir.

Kawasan Hutan Lindung

Register 45B

Manfaat Hutan Lindung bagi

Kehidupan Petani HKm

Aspek Ekologi Aspek Ekonomi Aspek Sosial

Pemanfaatan HHBK di HL Register 45B

oleh Petani Peserta HKm di Desa

Tribudisyukur

Pendapatan Petani Peserta

HKm dari HHBK

Tingkat Ketergantungan

Petani HKm terhadap

HHBK

Variabel

- Jumlah jenis tanaman

- Pendidikan

- Umur

- Jumlah tanggungan keluarga

- Pekerjaan sampingan

- Jarak tempat tinggal

- Lama menjadi anggota HKm

- Luas lahan

Skala Likert dan

Analisis Regresi

Linier Berganda

Page 24: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Desa Tribudisyukur

Desa Tribudisyukur memiliki luas wilayah 915,39 Ha dengan jumlah penduduk

1.811 jiwa yang tersebar ke dalam 5 dusun, yaitu Setiawaras, Setiamukti,

Setiabudi, Purwajaya, dan Budikarya dengan 11 RT. Desa Tribudisyukur terletak

183Km dari ibukota Provinsi Lampung (Bandar Lampung), 80 Km dari ibukota

Kabupaten Lampung Barat (Liwa) dan 2 Km dari ibukota Kecamatan Kebun Tebu

dengan batas-batas : Sebelah Utara berbatasan dengan Bukit Rigis (hutan),

sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tribudimakmur, sebelah timur berbatasan

dengan Desa Purajaya dan Desa Purawiwitan, sedangkan sebelah barat berbatasan

dengan Desa Tugusari. Penggunaan lahan terbesar di Desa Tribudisyukur

dibandingkan dengan penggunaan lahan lainnya adalah untuk kawasan HKm

(Lestari, 2015).

Penggunaan lahan terbesar di Desa Tribudisyukur adalah untuk kawasan HKm

(637,90 ha), untuk kawasan HKm terdiri dari 75% tanaman agroforestri dan 25%

kawasan hutan lindung, sedangkan Kebun (146,2 ha) dan sawah (64,8 ha) adalah

lahan perkebunan dan persawahan yang diusahakan di luar kawasan Hkm.

Pekarangan atau perumahan (26,8 ha) merupakan lahan yang digunakan untuk

dibangun rumah dan termasuk halaman rumah atau pekarangan rumah.

Page 25: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

8

Perumahan masyarakat Desa Tribudisyukur tidak tergolong padat, sebab masih

banyak yang mempunyai pekarangan-pekarangan rumah yang dapat dimanfaatkan

untuk menanam sayur-sayuran atau lainnya. Sebagian besar rumah penduduk

memiliki kolam ikan pada halaman rumah, dimana dalam jumlah total luas kolam

di Desa Tribudisyukur adalah 13,4 ha. Penggunaan lahan untuk prasarana

pendidikan adalah sebesar 4,7 ha dimana yang termasuk pendidikan adalah SD,

SMK dan pondok pesantren. Selanjutnya penggunaan lahan lain-lain digunakan

untuk Tempat Pembuangan Umum (TPU) sebesar 3ha, Peternakan sebesar1,9 ha,

Lapangan sebagai prasarana olahraga sebesar 0,8 ha dan penggunaan lain-lain

sebesar 11,9 ha, dan yang dimaksud dengan penggunaan lain-lain misalnya jalan,

bangunan pasar dan yang lainnya (Lestari, 2015).

Morfologi wilayah desa berada pada 800 m dari permukaan laut dengan

permukaan tanah landai dan sebagian datar yang terdapat banyak rawa-wara dan

sungai-sungai kecil yang berfungsi sebagai pengairan sawah. Berdasarkan hasil

analisa survei yang dilakukan oleh Dit. Pembangunan Desa Provinsi Lampung,

struktur tanah Desa Tribudisyukur termasuk ke dalam jenis tanah Podsolik Merah

Kuning dengan bahan induk Tuft Vulkan Asam dan Dasar Fisiografi Vulkan,

dengan demikian dapat digolongkan bahwa keadaan tanah di desa ini cukup subur

terutama untuk penggunaan dalam pertanian dan perkebunan.

Iklim di Desa Tribudisyukur adalah sejuk sepanjang hari dengan suhu antara 17º–

23º C, curah hujan hampir sepanjang tahun, yaitu ± 2500–3000 mm/tahun. Curah

hujan yang sangat tinggi ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk budi daya

tanaman pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan. Wilayah

Page 26: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

9

Desa Tribudisyukur memiliki sumber air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

rumah tangga dimana air minum dan pengairan lahan dapat diperoleh dari mata

air Kali Urang dan Ciganawesi (Lestari, 2015).

Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No :

SK.617/MenlhSetjen/2015 tentang Penetapan Lokasi Fasilitasi pada 4 (empat)

Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Provinsi Lampung Tanggal

14 Desember 2015, Luas KPHL Unit II Liwa Liwa Kabupaten Lampung Barat ±

42.074 ha yang tersebar di 6 Register yaitu : Register 4B Palakiah (1.800,17 ha),

Register 45B Bukit Rigis (8.285,00 ha), Register 44B Tenong Kenali (13.040,00

ha), 43B Krui Utara (14.020,00 ha), Register 17B Bukit Sararukuh (1.596,20 ha)

dan Register 9B Gunung Seminung (420,00 ha) (KPHL Unit II Liwa, 2016).

2.2 Hutan Lindung

Menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang

kehutanan, hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi

sumber daya alam hayati, didominasi pepohonan yang dalam persekutuan alam

dan lingkungannya tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Ada 4 unsur yang

terkandung dari definisi hutan diatas yaitu; (1) unsur area lahan yang cukup luas

yang disebut tanah hutan, (2) unsur pohon (kayu, bambu, palem), flora dan fauna,

(3) unsur lingkungan, dan (4) unsur penetapan pemerintah.

Unsur pertama, kedua dan ketiga membentuk persekutuan hidup yang tidak dapat

dipisahkan satu dengan yang lainnya. Pengertian hutan yang dimaksud, menganut

konsep hukum secara vertikal, karena antara lahan (tanah), pohon, flora dan fauna,

Page 27: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

10

beserta lingkungannya merupakan satu kesatuan yang utuh. Adanya penetapan

pemerintah mengenai hutan mempunyai arti yang sangat penting, karena dengan

adanya penetapan pemerintah tersebut, kedudukan hutan menjadi sangat kuat.

Ada dua arti penting penetapan pemerintah tersebut, yaitu:

1. Agar setiap orang tidak sewenang-wenang untuk membabat, menduduki dan

atau mengerjakan kawasan hutan.

2. Mewajibkan kepada pemerintah melalui Menteri Kehutanan untuk mengatur

perencanaan, peruntukan, penyediaan, dan penggunaan hutan sesuai dengan

fungsinya, serta menjaga dan melindungi hutan.

Hutan mempunyai berbagai fungsi dan berperan sangat penting dalam pelestarian

tanah dan air, memelihara atmosfir, dan memelihara keanekaragaman hayati

tumbuh-tumbuhan dan hewan yang ada. Kelangsungan dan keberadaan hutan

tergantung sejauh mana kita mengakui dan melindungi nilai-nilai ekologi dan nilai

sosial serta ekonominya. Manfaat-manfaat ini perlu di masukkan kedalam sistem

neraca ekonomi nasional yang dipakai untuk menimbang pilihan-pilihan

pembangunan (Yusuf dkk., 2011).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang

kehutanan, Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang memiliki fungsi pokok

sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,

mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara

kesuburan tanah. Pengelolaan meliputi kegiatan: tata hutan dan penyusunan

rencana pengelolaan hutan lindung, pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan

lindung, rehabilitasi dan reklamasi hutan lindung, perlindungan hutan, dan

Page 28: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

11

konservasi alam di hutan lindung. Pengelolaan kawasan lindung penting karena

upaya pengelolaan ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan, satwa serta

nilai sejarah, dan budaya bangsa.

2. Mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe ekosistem, dan

keunikan alam.

2.3 Hutan Kemasyarakatan

Menurut Kagungan (2012), HKm merupakan hutan negara dengan sistem

pengelolaan yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dalam artian

program HKm ini dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

sekitar kawasan hutan dengan memanfaatkan sumber daya HKm secara optimal,

adil dan berkelanjutan. Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan

Kehutanan (PermenLHK) No. P.83/Menlhk/setjen/kum.1/10/2016 tentang

Perhutanan Sosial, penyelenggaraan program HKm bertujuan untuk meningkatkan

kelestarian hutan serta menjamin lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar

HKm.

Berdasarkan PermenLHK Nomor P.83 Tahun 2016 pasal 16, kawasan hutan yang

dapat ditetapkan sebagai areal kerja HKm adalah kawasan hutan lindung dan

hutan produksi yang belum dibebani izin, hutan lindung yang dikelola oleh Perum

Perhutani dan wilayah tertentu dalam KPH. Ketentuan kawasan tersebut dapat

ditetapkan sebagai areal kerja HKm yaitu belum dibebani hak atau izin dalam

pemanfaatan hasil hutan dan menjadi sumber mata pencaharian masyarakat.

Page 29: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

12

Berdasarkan hal itu maka, adanya program HKm dimaksudkan untuk

memecahkan persoalan ekonomi dan sosial yang terjadi di masyarakat dengan

memberikan akses dan mengembangan kapasitas masyarakat setempat dalam

mengelola hutan secara lestari guna menjamin ketersediaan lapangan kerja bagi

masyarakat setempat. Kaskoyo dkk. (2017) menjelaskan bahwa melalui program

HKm masyarakat diberikan akses pemanfaatan sumber daya hutan secara optimal,

adil dan berkelanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian fungsi hutannya.

Hutan Lindung Register 45B Bukit Rigis terdapat beberapa kelompok tani yang

mengelola salah satunya Kelompok Tani Bina Wana, Desa Tribdisyukur. Desa

Tribudisyukur merupakan salah satu desa yang berada di sekitar Bukit Rigis.

Desa ini terletak 80 km dari ibukota Kabupaten Lampung Barat (Liwa), dan 2 km

dari ibukota Kecamatan Kebun Tebu yang berbatasan dengan Bukit Rigis (hutan)

pada sebelah utara desa. Desa Tribudisyukur memiliki luas wilayah 915,39 ha

dengan jumlah penduduk 1.811 jiwa yang tersebar ke dalam 5 dusun, yaitu

Setiawaras, Setiamukti, Setiabudi, Purwajaya dan Budikarya dengan 11 RT

(Puspasari dkk., 2017).

Masyarakat mendapatkan kompensasi mengolah lahan kritis pada lereng Bukit

Rigis melalui program HKm. Masyarakat mengubah lahan kritis menjadi kebun

campuran (agroforestri) dengan pohon kopi robusta sebagai tanaman utama.

Masyarakat menanam lada, pisang, cempaka, kayu manis, kemiri, pinang, durian,

dan lain-lain pada sela-sela tanaman kopi (Teras Lampung, 2014). Masyarakat

desa juga memanfaatkan HHBK lainnya seperti aren dan madu alam sebagai

Page 30: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

13

pendapatan tambahan dengan menjualnya dalam bentuk bahan mentah ataupun

dalam sebuah produk (Lestari dkk., 2016).

Menurut Budiono (2011), sosialisasi dan fasilitasi merupakan kewajiban dari

pemerintah, oleh karena masyarakat petani tepi hutan berhak mendapatkan

layanan fasilitasi dari pemerintah. Fasilitasi bagi petani HKm dapat berupa

penyuluhan, pelatihan atau pendampingan. Berdasarkan Permenhut no. P.88/

Menhut-II/2014 tentang HKm Bagian Ketiga Pasal 11 ayat 1 dituliskan bahwa

fasilitasi bertujuan untuk; (a) meningkatkan kemampuan masyarakat setempat

dalam mengelola organisasi kelompok; (b) membimbing masyarakat mengajukan

permohonan izin sesuai ketentuan yang berlaku; (c) meningkatkan kemampuan

masyarakat setempat dalam menyusun rencana kerja pemanfaatan HKm;

(d) meningkatkan kemampuan masyarakat setempat dalam melaksanakan budi

daya hutan melalui pengembangan teknologi yang tepat guna dan peningkatan

nilai tambah hasil hutan; (e) meningkatkan kualitas sumber daya manusia

masyarakat setempat melalui pengembangan pengetahuan, kemampuan dan

keterampilan masyarakat dalam pengajuan permohonan izin sesuai ketentuan

yang berlaku; (f) memberikan informasi pasar dan modal dalam meningkatkan

daya saing dan akses masyarakat setempat terhadap pasar dan modal; dan

(g) meningkatkan kemampuan masyarakat setempat dalam mengembangkan

usaha pemanfaatan hutan dan hasil hutan.

Peraturan Pemerintah KLH No. P.50 tahun 2016 tentang Tata Hutan dan

Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan menjelaskan

bahwa kawasan hutan lindung dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam

Page 31: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

14

kegiatan yaitu berupa pemanfaatan kawasan, pemanfaatan HHBK, dan

pemanfaatan terhadap jasa lingkungan yang ada. Pemanfaatan kawasan dapat

berupa usaha budi daya tanaman obat, budi daya tanaman hias, budi daya jamur,

budi daya lebah madu, budi daya penangkaran satwa liar, dan budi daya sarang

burung wallet (Senoaji, 2011). Melalui program HKm masyarakat mendapatkan

akses pemanfaatan di kawasan hutan lindung. Masyarakat ditekankan untuk

menanam berbagai jenis tanaman dengan strata tajuk lengkap seperti pada

agroforestri dan tidak diperkenankan menanam dengan sistem monokultur

(Wulandari dkk., 2009).

Menurut Sanjaya (2016), ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh bagi

masyarakat, pemerintah dan terhadap fungsi hutan yaitu:

1. Bagi masyarakat, HKm dapat: (a) memberikan kepastian akses untuk turut

mengelola kawasan hutan, (b) menjadi sumber mata pencarian, (c) ketersediaan

air yang dapat dimanfaatkan untuk rumah tangga dan pertanian terjaga, dan

(d) hubungan yang baik antara pemerintah dan pihak terkait lainnya.

2. Bagi pemerintah, HKm: (a) dalam kegiatan HKm dapat berdampak kepada

pengamatan hutan, serta menjadi (b) sumbangan secara tidak langsung dari

masyarakat melalui rehabilitasi yang dilakukan secara swadana dan swadaya.

3. Bagi fungsi hutan dan restorasi habitat yaitu: (a) dalam terbentuknya

keanekaragaman tanaman, (b) dalam teknis konservasi lahan yang diterapkan

dan terjaganya fungsi ekologis dan hidro orologis, melalui pola tanam

campuran dan teknis konservasi lahan yang diterapkan dan (c) menjaga

kekayaan alam flora dan fauna yang telah ada sebelumnya.

Page 32: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

15

2.4 Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

Menurut Ayudanti (2017), HHBK merupakan hasil hutan baik hayati, nabati

maupun hewani beserta produk turunan dan budi daya kecuali kayu yang berasal

dari hutan. Menurut Yusran dan Abdullah (2007), tanaman penghasil HHBK

memiliki peran tidak saja pada aspek ekologis dan ekonomis, tetapi juga sosial

budaya. Secara umum peranan HHBK dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Peranan HHBK terhadap aspek ekologis

Secara ekologis HHBK tidak memiliki perbedaan fungsi dengan hasil hutan kayu,

karena sebagian besar HHBK merupakan bagian dari pohon dan HHBK

merupakan bagian dari ekosistem hutan. Beberapa hasil HHBK diperoleh dari

hasil pohon, misalnya getah-getahan, tanin resin dan minyak atsiri, selebihnya dari

palm, hasil satwa ataupun anggrek. Pohon seperti gaharu (Aquilaria

malaccensis), dalam ekosistem memiliki peranan sebagai pohon dominan dengan

ketinggian mencapai 30–40 m. Palm berupa sagu, nipah, dan lain-lain merupakan

bagian dari ekosistem yang berfungsi menjaga abrasi oleh sungai atau laut.

2. Peranan HHBK terhadap ekonomi rumah tangga

Seperti yang disebutkan diatas bahwa HHBK dapat menjaga adanya kestabilan

pendapatan dan resiliensi (kekenyalan) terhadap perubahan yang terjadi di luar

sistem hutan rakyat. Resiliensi adalah suatu tingkat kelenturan dari sumber

pendapatan terhadap adanya perubahan pasar, contohnya adanya perubahan nilai

tukar mata uang. Pada saat terjadi krisis moneter, HHBK memiliki peran yang

besar terhadap pendapatan rumah tangga dan devisa negara, karena HHBK tidak

menggunakan komponen import dalam memproduksi hasil. Efisiensi penggunaan

Page 33: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

16

lahan yang tinggi dan diversifikasi produksi maka kontribusi terhadap pendapatan

juga semakin besar (Yusran dan Abdullah, 2007).

Menurut UU Kehutanan Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan, disebutkan

bahwa HHBK adalah hasil hutan hayati maupun non hayati atau menurut FAO

(2000) adalah barang (goods) yang dihasilkan benda hayati selain kayu yang

berasal dari hutan atau lahan sejenis. Menurut Indrasari (2016), HHBK dapat

dibedakan menjadi beberapa bagian sebagai; (a) getah-getahan : getah jelutung,

getah merah, getah balam, getah karet alam dan lain-lain, (b) tanin : pinang,

gambir, Rhizophora, Bruguiera, dan lain-lain, (c) resin : gaharu, kemedangan,

jernang, damar mata kucing, damar batu, damar rasak, kemenyan dan lain-lain,

(d) minyak atsiri : minyak gaharu, minyak kayu putih, minyak keruing, minyak

lawang, minyak kayu manis, (e) madu : Apis dorsata, Apis mellifera, (f) rotan dan

bambu : segala jenis rotan, bambu dan nibung, (g) penghasil karbohidrat : sagu,

aren, nipah, sukun dan lain-lain, (h) hasil hewan : sutra alam, lilin lebah, aneka

hewan yang tidak dilindungi, dan (i) tumbuhan obat dan tanaman hias : aneka

tumbuhan obat dari hutan, anggrek hutan, palma, pakis dan lain-lain.

3. Peranan HHBK terhadap pembangunan wilayah

Kontribusi terbesar dalam menggerakkan pembangunan adalah dari sektor

pertanian dan kehutanan. Beberapa dari pola pengelolaan hutan rakyat yang ada

maka hasil dari hutan rakyat memberikan kontribusi yang besar terhadap

pendapatan desa dan pembangunan wilayah. Pengaturan terhadap HHBK baik

dari proses produksi, pengolahan dan pemasaran, semua dapat dilakukan oleh

Page 34: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

17

masyarakat, sehingga income (pendapatan) dari kegiatan tersebut masuk dalam

wilayah produsen (Yusran dan Abdullah, 2007).

Produk HHBK merupakan sumber utama uang tunai dan subsistensi penghasilan

bagi jutaan masyarakat pedesaan dan pribumi yang hidup di daerah tropis negara

di seluruh dunia (Howell dkk., 2010). Masyarakat menganggap HHBK sebagai

sumber daya hayati yang paling bernilai dari hutan. Selain nilai ekonominya yang

jauh lebih besar dari kayu, pemungutan HHBK tidak menyebabkan kerusakan

hutan, sehingga tidak akan mengakibatkan hilangnya fungsi-fungsi dan nilai jasa

dari hutan (Oka dan Amran, 2005). Menurut Diniyati dan Budiman (2015),

HHBK adalah semua barang/bahan yang di ambil atau di panen selain kayu dari

ekosistem alam, hutan tanaman, dan berguna untuk keperluan rumah tangga atau

pemasaran. Selain itu HHBK juga merupakan bagian dari ekosistem hutan yang

memiliki peranan yang beragam, baik terhadap lingkungan alam maupun terhadap

kehidupan manusia (Suhesti dan Hadinoto, 2015). Berdasarkan hal tersebut

HHBK menjadi pilihan yang paling logis, karena di kawasan hutan lindung tidak

memperbolehkan pemanfaatan hasil hutan kayu (Setiawan dan Krisnawati, 2014).

Berdasarkan PerMenLHK No P.77/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2019

disebutkan nilai ekonomi HHBK di Indonesia diperkirakan mencapai 90% dari

total nilai ekonomi yang dapat dihasilkan dari ekosistem hutan. Selain itu,

komoditi HHBK juga merupakan salah satu sumber daya kawasan yang paling

menyentuh kehidupan masyarakat sekitar hutan. Produk HHBK telah menjadi

pemasukan sekaligus pendapatan langsung bagi pemenuhan kebutuhan banyak

rumah tangga dan masyarakat di seluruh dunia (Wibowo, 2013).

Page 35: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

18

2.5 Pemanfaatan HHBK

Menurut Peraturan Mentri Lingkuhan Hidup dan Kehutanan No.P.50/Menlhk/

Setjen/Kum.1/6/2016, peran masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan

konservasi (daerah penyangga) sebagai pemohon, dalam pemanfaatan HHBK dari

kawasan konservasi sebagai berikut :

1. Membentuk lembaga/kelompok masyarakat lokal di dalam dan di sekitar

kawasan konservasi (daerah penyangga).

2. Mengajukan permohonan izin pemanfaatan HHBK dari kawasan konservasi

kepada UPT Ditjen PHKA terkait.

3. Membuat rencana (target, volume) pengambilan jenis, untuk periode tertentu.

4. Mengembangkan HHBK secara lestari di daerah penyangga dengan

memperhatikan aspek ‘Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya’.

5. Melaporkan kegiatan pemanfaatan HHBK dari kawasan konservasi secara

periodik kepada UPT Ditjen PHKA terkait.

Menurut Peraturan Mentri Lingkuhan Hidup dan Kehutanan No.P.50/Menlhk/

Setjen/Kum.1/6/2016, pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar berupa HHBK

bertujuan agar jenis tumbuhan dan satwa liar dapat didayagunakan secara lestari

untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Tujuan pemanfaatan HHBK dalam

pemberdayaan masyarakat di daerah penyangga kawasan konservasi :

a) meningkatkan sosial ekonomi masyarakat daerah penyangga, b) rehabilitasi

lahan di daerah penyangga, c) mencegah erosi dan meningkatkan kualitas

Page 36: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

19

lingkungan dan pengaturan tata air, d) mencegah/menekan laju perambahan hutan

dan illegal logging, dan e) menjaga kawasan konservasi sesuai fungsinya.

Alternatif lain untuk pembangunan sektor kehutanan adalah pengembangan jenis

tanaman HHBK, karena memiliki potensi yang cukup tinggi. Potensi

produktivitas berbagai jenis HHBK cukup tinggi dalam mendukung diversifikasi

pendapatan masyarakat. Salah satu kelemahan masyarakat adalah belum

dikuasainya teknologi pemanenan dan pengelolaan pasca panen, sehingga

menyebabkan banyak HHBK yang tidak termanfaatkan. Karena itu pada masa

yang akan datang sangat diperlukan penguatan kelembagaan dan peningkatan

kapasitas masyarakat dalam pengelolaan, pemanenan, dan perlakuan pasca panen,

sehingga masyarakat memperoleh hasil dalam jumlah dan kualitas yang

memuaskan (Njurumana dan Butarbutar, 2008).

Pengembangan model agroforestri berbasis HHBK merupakan sebuah terobosan

alternatif dalam pemanfaatan satuan unit lahan secara intensif dalam rangka

meningkatkan produktivitas dan kualitas produksi sehingga dapat meningkatkan

diversifikasi pendapatan masyarakat pedesaan di Timor Barat. Pertimbangan

pemilihan jenis tanaman dapat dilakukan berdasarkan pewilayahan komoditas

dengan memperhatikan kelayakan sosial, kelayakan ekonomi, dan kelayakan

ekologi.

Pengembangan HHBK melalui agroforestri perlu didukung dengan pemberdayaan

dan peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan agroforestri, meliputi

unsur teknik budi daya, teknik pemanenan yang ramah lingkungan, teknik

pengolahan hasil yang sesuai dengan kebutuhan pasar, penyimpanan hasil, dan

Page 37: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

20

sistem pemasaran serta penguatan kelompok atau kelembagaan sehingga bisa

mengelola satuan unit lahan secara profesional. Kerangka dalam pengembangan

agroforestri, jenis-jenis tanaman HHBK harus dapat dipadukan dengan jenis-jenis

tanaman pangan sebagai upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan

masyarakat. Pengembangan jenis pangan alternatif merupakan salah satu upaya

untuk mendorong masyarakat meningkatkan ketahanan pangan melalui

diversifikasi jenis tanaman dalam pengembangan agroforestri (Njurumana dan

Butarbutar, 2008).

Pengumpulan HHBK masyarakat adalah aktifitas ekonomi tradisional yang

diduga bahwa faktor yang memengaruhi intensitas pengambilan HHBK

dipengaruhi oleh kebiasaan turun temurun, ketersediaan HHBK dan juga

dorongan ekonomi, dimana semakin tinggi dorongan ekonomi di lingkungan

sekitar, maka akan semakin besar kemungkinan untuk pemungutan HHBK

sebagai alternatif pemenuhan ekonomi. Peluang-peluang ekonomi yang ada juga

memengaruhi pemungutan HHBK, karena semakin tinggi permintaan akan hasil

HHBK, maka akan semakin tinggi juga eksploitasi terhadap HHBK itu sendiri

(Nugroho dkk., 2015).

2.6 Ketergantungan Masyarakat terhadap HHBK

Manusia dan hutan memiliki hubungan yang unik, dimana manusia merupakan

bagian dari ekosistem hutan itu sendiri. Hubungan timbal balik antara manusia

dan hutan merupakan interaksi yang saling memengaruhi. Jika hutan rusak maka

kehidupan manusia terancam, sebaliknya jika manusia terpenuhi kesejahteraannya

Page 38: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

21

maka kelestarian hutan terjaga pula. Cara hidup tradisional disertai mahalnya

bahan bakar minyak menyebabkan penggunaan kayu sebagai bahan bakar masih

sangat populer dikalangan masyarakat. Kayu bakar belum umum

diperjualbelikan, kebutuhannya dipenuhi dari mengambil ranting, cabang dan

batang pohon kering dari dalam hutan maupun dari kebun-kebun masyarakat.

Ketergantungan masyarakat akan HHBK seperti rotan (Dracontomelon spp), sagu

(Metroxylon sagoo), pala (Myristica lepidota), dan lainnya sangat tinggi (Nurrani

dan Tabba, 2013).

Tantangan yang dihadapi adalah bahwa data menunjukkan sebanyak 81,82%

masyarakat di Timor Barat adalah petani yang menggantungkan hidupnya pada

sektor pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Alternatif

lapangan pekerjaan pada sektor industri dan jasa sangat terbatas, sehingga

masyarakat akan selalu tergantung terhadap sumber daya lahan untuk

mengembangkan usaha pertanian lahan kering (Indrasari, 2016).

2.7 Sosial Ekonomi Masyarakat

Baharuddin (2006) mengemukakan bahwa pemanfaatan HHBK umumnya untuk

kebutuhan atau kepentingan individu dan pemberdayaan desa serta untuk bahan

kerajinan masyarakat. Masyarakat memandang hutan sebagai lahan usaha dan

penyediaan berbagai keperluan sehari-hari, namun pemanfaatannya tetap diatur

menurut adat terutama untuk hal-hal yang menyangkut tanah perladangan.

Sedangkan ketergantungan manusia pada hutan adalah fenomena multifaset

(beraneka segi). Tingkat ketergantungan pada hutan bervariasi secara geografis.

Page 39: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

22

Dinamika ini mendukung pentingnya memahami faktor penentu ketergantungan

rumah tangga terhadap hutan untuk pengelolaan dan konservasi hutan

berkelanjutan jangka panjang (Garekae dkk., 2017).

Secara global, sekitar 1,6 miliar penduduk pedesaan bergantung sepenuhnya atau

sebagian pada produk yang berasal dari hutan setempat (Chao, 2012; dan Bwalya,

2013). Masyarakat ini hidup di dalam atau berdekatan dengan hutan dan

bergantung pada sumber daya alam dan liar ini untuk memenuhi kebutuhan dasar

mereka untuk bertahan hidup dan mata pencaharian dari generasi ke generasi

(Chao, 2012). Pemahaman tentang ketergantungan masyarakat pada hasil hutan

dapat menjembatani kesenjangan ini dan dapat mendukung kegiatan konservasi

dan intervensi kebijakan pembangunan sebagai pengelolaan hutan lestari

(McShane dkk., 2004).

Sejak dahulu kala, hutan dan produk-produk terkaitnya tetap penting dalam

mempertahankan mata pencaharian (Bwalya, 2013; dan Mukul dkk., 2016),

khususnya untuk masyarakat yang bergantung pada hutan, yang hidup dalam

kemiskinan. Hutan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan dasar, tabungan

tunai dan jaring pengaman. Ketergantungan terhadap hutan didefinisikan dan

diukur berdasarkan kategori yang tumpang tindih seperti ekstraksi dan produksi

hasil hutan dan ekonomi penggunaan sumber daya alam “nonkonsumtif” untuk

pariwisata atau fasilitas (FAO, 2015).

Ketergantungan terhadap hutan dianggap sebagai ketergantungan ekonomi

masyarakat pada hutan (Teshome dkk., 2015; dan Kar dkk., 2012), khususnya

pendapatan bersih hutan dan varietas hasil hutan yang dikumpulkan yang biasanya

Page 40: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

23

digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka seperti

subsistensi. Garekae dkk. (2017) menunjukkan bahwa tempat tinggal, usia dan

tingkat pendidikan rumah tangga secara statistik dan signifikan memengaruhi

ketergantungan pada hutan. Temuan ini konsisten dengan penelitian dari tempat

lain yang menetapkan bahwa kedekatan dengan hutan meningkatkan

kemungkinan rumah tangga untuk menunjukkan ketergantungan yang lebih besar

pada produk hutan dibandingkan dengan yang terjauh (Baiyegunhi dkk., 2016;

Fikir dkk., 2016; dan Mukul dkk., 2016).

Semakin besar ketergantungan pada hasil hutan masyarakat mengarah pada

kontribusi yang lebih besar pula terhadap aksi kolektif untuk pengelolaan hutan

masyarakat (Gatiso, 2017). Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan sumber

daya untuk mata pencaharian secara signifikan memengaruhi keberhasilan

pengelolaan komunitas sumber daya secara umum, yang sejalan dengan beberapa

studi dalam literatur. Stedman dkk. (2011) juga menjelaskan bahwa

ketergantungan masyarakat terhadap hasil hutan juga memengaruhi tingkat

kesejahteraan dan pengangguran pada masyarakat sekitar hutan.

Basrowi dan Juariyah (2010) menyatakan bahwa sosial ekonomi adalah suatu

kedudukan yang secara rasional dan menetapkan seseorang pada posisi tertentu

dalam masyarakat, pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak dan

kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status. Ciri-ciri keadaan sosial

ekonomi yaitu sebagai berikut; a) lebih berpendidikan, b) mempunyai status sosial

yang ditandai dengan tingkat kehidupan, kesehatan, pekerjaan, dan pengenalan

diri terhadap lingkungan, c) mempunyai tingkat mobilitas ke atas lebih besar,

Page 41: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

24

d) mempunyai ladang luas, e) lebih berorientasi pada ekonomi komersial produk,

f) mempunyai sikap yang lebih berkenaan dengan kredit, dan g) pekerjaan lebih

spesifik.

Kondisi sosial ekonomi masyarakat menjadi objek utama dalam peningkatan

kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Pada kenyataanya penduduk yang tinggal

di sekitar hutan merupakan masyarakat yang tergolong miskin karena lebih dari

60% penduduk berprofesi sebagai petani dan menggantungkan hidup pada hasil

pertanian, bahkan tidak semua masyarakat memiliki lahan (Sutejo, 2014).

Kondisi sosial ekonomi masyarakat diantaranya dapat dilihat berdasarkan jumlah

tanggungan keluarga, usia, mata pencaharian, pendidikan, pendapatan dan

sebagainya. Kondisi sosial tersebut dapat memengaruhi keadaan lingkungan

tempat tinggal masyarakat maupun lahan yang dikelola (Yudilastiantoro, 2011).

2.7.1 Pendapatan

Pendapatan rumah tangga adalah kumpulan pendapatan dari setiap anggota rumah

tangga (Sutejo, 2014). Pendapatan masyarakat dapat dihitung dengan

menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima dari kegiatan usahatani dan

pendapatan dari kegiatan non usahatani. Pendapatan dapat digunakan untuk

menggambarkan tingkat kemampuan petani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

karena pendapatan petani dapat digunakan untuk mencerminkan keadaan ekonomi

rumah tangga. Tingkat keberhasilan petani dalam mengelola lahan dilihat dari

besarnya pendapatan yang diperoleh dibandingkan dengan biaya yang telah

dikeluarkan selama masa pengelolaan. Faktor lain yang memengaruhi besar

Page 42: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

25

kecilnya pendapatan petani dari hutan adalah produktivitas lahan rakyat tersebut

(Syofiandi dkk., 2016).

Kegiatan pengelolaan hutan yang melibatkan masyarakat memberikan kesempatan

kepada masyarakat untuk memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Tingkat pendapatan masyarakat di sekitar hutan yang rendah dan luas

garapan yang sempit, menimbulkan banyak tekanan terhadap keberadaan hutan

(Sutejo, 2014). Biasanya pendapatan rumah tangga lebih banyak digunakan untuk

memenuhi kebutuhan pangan dibandingkan untuk kebutuhan memenuhi fasilitas

dalam suatu rumah (Andrianto, 2016).

Keberadaan hutan yang berbatasan dengan desa memberikan manfaat secara

ekonomi bagi petani, hal ini dikarenakan penjualan hasil hutan, baik berupa kayu

maupun non kayu dapat memberikan tambahan pendapatan. Pendapatan tersebut

diperoleh dari pengurangan antara penerimaan dengan biaya yang telah

dikeluarkan selama melakukan pengelolaan (Aminah dkk., 2013). Tingkat

pendapatan petani penggarap lahan hutan dapat ditentukan dengan jenis tanaman

dan luas lahan yang diusahakan. Umumnya pendapatan petani diperoleh dari

tanaman semusim dan tanaman tahunan (Mamuko dkk., 2016). Keragaman jenis

tanaman yang diusahakan dapat memengaruhi tingkat pendapatan masyarakat

(Ayu dkk., 2015).

2.7.2 Pendidikan

Pendidikan merupakan hal penting untuk meningkatkan kualitas manusia dalam

segala hal. Tingkat pendidikan seseorang dapat memengaruhi cara berpikir,

Page 43: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

26

perilaku dan respon terhadap informasi. Umumnya masyarakat dengan

kemampuan ekonomi yang rendah sulit mendapatkan pendidikan yang tinggi.

Tingkat pendidikan dan keterampilan masyarakat sekitar hutan umumnya berada

pada level rendah. Tingkat pendidikan petani dapat memengaruhi usaha yang

dijalankan yaitu berhasil tidaknya suatu usaha dapat dipengaruhi pendidikan

(Sutejo, 2014).

Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi biaya yang diperlukan

(Basrowi dan Juariah, 2010). Pendidikan yang semakin baik dapat menyebabkan

semakin responsifnya seseorang terhadap perubahan (Kadir dkk., 2012). Semakin

tinggi tingkat pendidikan akan semakin tinggi kemampuan individu dalam

memperbanyak pilihan terhadap mata pencaharian lain (Hastanti dan Trianto,

2015). Tingkat pendidikan yang semakin tinggi dapat memengaruhi kemampuan

masyarakat dalam mengelola hutan. Umumnya pendidikan yang tinggi juga akan

memberi keterbukaan yang semakin tinggi terhadap informasi-informasi yang

berhubungan dengan usaha yang dijalankan (Achmad dkk., 2015; Budhiati, 2011).

Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah menyebabkan tingkat kesejahteraan

masyarakat juga rendah karena tingkat pendidikan berhubungan dengan tingkat

pendapatan masyarakat (Hamid dkk., 2011). Rendahnya tingkat pendidikan

masyarakat diakibatkan adanya keterbatasan biaya (Adalina, 2015). Rendahnya

tingkat pendidikan menyebabkan kurangnya pemahaman tentang makna

konservasi sumber daya alam di masa mendatang. Tidak semua petani dengan

pendidikan rendah mengalami kegagalan dalam usaha tani, tetapi cukup banyak

yang tidak berhasil, dan mengalami kerugian (Hastanti dan Trianto, 2012).

Page 44: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

27

2.7.3 Pekerjaan Sampingan

Pekerjaan sampingan adalah suatu pekerjaan yang mampu memberikan tambahan

pendapatan keluarga melalui usaha sampingan (Hikmah dkk., 2013). Pendapatan

rumah tangga dapat ditingkatkan dengan melakukan pekerjaan sampingan seperti

pedagang, pengrajin, dan jasa yang biasa dilakukan. Sebagian besar pekerjaan

sampingan yang dilakukan oleh petani adalah sebagai buruh serabutan, dengan

begitu jika ada panggilan biasanya kepala keluarga petani akan meninggalkan

sementara aktifitas pemanfaatan di dalam kawasan hutan (Syofiandi dkk., 2016).

Pekerjaan sampingan yang dapat dilakukan masyarakat sekitar hutan diantaranya

membuat kerajinan disela-sela waktu kerja. Sebenarnya banyak kerajinan yang

dapat dibuat dari hasil hutan non-kayu, misalnya kursi dari rotan, tirai dari rotan

dan lainya. Kurangnya keterampilan dan pengetahuan masyarakat sekitar hutan

menyebabkan masyarakat hanya dapat mengandalkan pekerjaan sampingan

sebagai buruh tani (Yusran dan Abdullah, 2007).

2.7.4 Jumlah Tanggungan Keluarga

Anggota keluarga adalah anggota dalam rumah tangga yang termasuk satuan unit

anggaran satu dapur, termasuk anak sekolah yang tinggal serumah dan menjadi

tanggungan keluarga, tetapi tidak termasuk orang lain yang tinggal serumah yang

tidak ikut makan dalam rumah tersebut (Subarna, 2011). Jumlah tanggungan

keluarga adalah anggota rumah tangga yang belum bekerja, status bersekolah dan

orang tua lanjut. Pada umumnya, beban tanggungan keluarga terdiri dari 3-4

orang, yang meliputi istri dan anak (Wasak, 2012; Neil dkk., 2016), semakin

Page 45: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

28

tinggi jumlah tanggungan keluarga semakin tinggi juga pengeluaran (Mamuko

dkk., 2016).

Jumlah tanggungan keluarga dapat mempengaruhi semangat dan kreativitas

kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Bertambahnya

jumlah tanggungan keluarga maka semakin banyak kebutuhan yang harus

dipenuhi (Subarna, 2011). Kondisi ini mengharuskan setiap kepala keluarga harus

bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehingga dapat

memengaruhi terjadinya pembukaan lahan baru dalam kawasan hutan.

Jumlah tanggungan keluarga dapat dijadikan sebagai sumber tenaga kerja dalam

pengelolaan lahan hutan. Penggarapan lahan hutan umumnya dijalankan oleh

ayah dan ibu, sedangkan anak cukup jarang terlibat kecuali anak yang tidak

sekolah. Umumnya anak-anak petani sekolah sampai keluar dari desa, sehingga

waktu untuk bekerja di lahan semakin sedikit. Sedikitnya jumlah keluarga

ditambah dengan rendahnya modal, maka rata-rata petani tidak dapat mengelola

hutan dengan baik (Achmad dkk., 2015).

2.7.5 Lama Menggarap

Lama menggarap adalah lamanya masyarakat dalam melakukan kegiatan

pengelolaan lahan usahatani. Lahan usaha tani merupakan tempat berlangsungnya

kegiatan pertanian mulai bercocok tanam dan lain sebagainya. Semakin lama

seseorang menggarap lahan maka semakin luas lahan garapan yang dimiliki dan

semakin besar pula modal yang harus disediakan dalam mengusahakan tanaman

(Pasha, 2009).

Page 46: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

29

Masyarakat yang telah lama menggarap lahan hutan memperoleh pengalaman cara

mengelola lahan hutan dengan baik. Pengalaman petani dapat memberikan

peluang yang besar terhadap pengembangan usaha masyarakat di lahan hutan.

Umumnya masyarakat yang telah lama menggarap lahan hutan akan lebih

mengembangkan jenis tanaman yang intensif (Pasha, 2009).

2.7.6 Luas Lahan

Lahan adalah faktor produksi yang paling penting pada sistem pertanian (Karto,

2014). Luas lahan merupakan gambaran potensi aset dari sebuah rumah tangga

petani dan dapat digunakan sebagai indikator sosial ekonomi masyarakat pedesaan

(Mamuko dkk., 2016).

Semakin sempit lahan yang diusahakan petani, maka semakin terfokus masyarakat

dalam mengelola lahan. Lahan yang sempit juga dapat mengurangi resiko

kegagalan dan mengurangi modal usaha tani (Antara, 2005). Modal yang rendah

dapat mendukung keberlanjutan suatu usaha. Luas lahan memengaruhi jenis

jumlah jenis tanaman yang diusahakan dalam pemanfaatan lahan (Satriawan dan

Faudy, 2013).

2.7.7 Jumlah Jenis Tanaman

Pemilihan jumlah jenis tanaman dipertimbangkan untuk memperoleh pendapatan

secara berkesinambungan baik untuk keperluan sehari-hari maupun sebagai

tabungan jangka panjang (Kadir dkk., 2012). Petani memilih jenis tanaman yang

cepat tumbuh atau minimal mampu memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.

Page 47: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

30

Menurut Nadeak dkk. (2013), petani akan memilih jenis tanaman yang masa

produksinya lebih cepat dibandingkan jenis tanaman lain.

Jenis tanaman kayu-kayuan tidak dijadikan sebagai tanaman utama karena

membutuhkan waktu yang lama untuk dipanen. Kombinasi tanaman yang umum

diterapkan petani adalah tanaman penghasil kayu dengan tanaman pangan,

tanaman perkebunan dengan tanaman pangan dan penghasil kayu (tanaman

pinggir) dan tanaman perkebunan dengan hortikultura. Selain itu, sebagian kecil

petani menerapkan kombinasi tanaman perkebunan dengan tanaman pakan dan

tanaman perkebunan dengan ternak (Satriawan dan Faudy, 2013).

Kombinasi jenis tanaman dapat terdiri dari tanaman pengisi, tanaman subsisten

dan komersil. Tanaman pengisi adalah jenis tanaman yang memiliki manfaat

secara ekonomi. Tanaman subsisten adalah jenis tanaman yang tidak

menghasilkan uang (tidak dijual) sementara tanaman komersil adalah jenis

tanaman yang dijual dengan kata lain menghasilkan uang (Nadeak dkk., 2013).

Page 48: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

31

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2019 di Desa Tribudisyukur,

Kecamatan Kebun Tebu, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung. Desa

Tribudisyukur secara administratif terdiri dari 5 dusun yang sebagian besar

masyarakatnya merupakan petani HKm dan hidup dari pemanfaatan HHBK. Peta

lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

3.2 Alat dan Objek

Objek pada penelitian ini adalah petani peserta HKm di Desa Tribudisyukur yang

berbatasan langsung dan memanfaatkan HHBK di hutan lindung. Alat yang

digunakan atau dibutuhkan dalam penelitian ini adalah kuesioner, kamera, peta,

software yang sesuai dan Microsoft Office.

Page 49: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

32

Gambar 2. Lokasi Penelitian.

3.3 Cara Pengumpulan Data

3.3.1 Jenis Data

Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder:

a. Data primer adalah data yang diambil secara langsung di lapangan (Sugiyono,

2011). Data yang diambil dalam penelitian ini adalah identitas masyarakat

seperti nama, umur, jenis kelamin, lama menjadi petani HKm serta data faktor-

faktor sosial yang memengaruhi pendapatan petani terhadap hasil HHBK di

HKm yaitu pendapatan dari luar HKm, pendidikan, jumlah tanggungan

keluarga, pekerjaan sampingan, lama menjadi petani HKm, jarak rumah ke

Page 50: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

33

lahan garapan, dan luas lahan. Data jumlah pendapatan dari HHBK di HKm

sebagai variabel yang memengaruhi ketergantungan petani terhadap HHBK.

b. Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini adalah kondisi secara umum

lokasi penelitian, data monografi untuk mengetahui jumlah petani HKm pada

lokasi penelitian yang berbatasan dengan kawasan Hutan Lindung Register

45B, peta desa, sejarah desa dan batas dusun.

3.3.2 Metode Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Simple

Random Sampling (SRS). SRS merupakan metode yang digunakan dalam

memilih sampel dengan setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama

untuk dijadikan sebagai sampel (Jeelani dkk., 2014). Jumlah sampel diambil

menggunakan rumus slovin dengan ketetapan batas error 15% karena populasinya

lebih dari 100 (Arikunto, 2011).

𝑛 =N

N(e2) + 1

Keterangan:

n = jumlah responden

N = jumlah total petani peserta HKm di Desa Tribudisyukur

e = batas error 15%

1 = bilangan konstan

3.3.3 Metode Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi pada penelitian ini dilakukan guna mengumpulkan data tentang

aktivitas yang dilakukan petani peserta HKm dalam pemanfaatan hasil hutan

lindung di Desa Tribudisyukur, Kecamatan Kebun Tebu, Kabupaten Lampung

Page 51: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

34

Barat, Provinsi Lampung dengan mengamati secara langsung ke lokasi

penelitian.

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu metode tanya jawab yang dilakukan secara

langsung guna memperoleh data primer dari responden dengan bantuan

kuesioner. Kuesioner yang digunakan dibuat secara sistematis menggunakaan

skala Likert.

3. Dokumentasi

Metode ini dilakukan dengan cara mengambil gambar dokumentasi terkait

kegiatan penelitian. Hal ini dilakukan guna memperoleh informasi serta bukti

berupa foto-foto kegiatan penelitian dan pemanfaatan hasil hutan lindung.

4. Studi Literatur

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder. Data sekunder

yang dibutuhkan meliputi gambaran umum kawasan, karakteristik kawasan,

dan kegiatan yang berlangsung.

3.4 Metode Analisis Data

3.4.1 Analisis Pendapatan Petani

Data pendapatan petani pengelola HKm diperoleh dari pendapatan dikurangi

dengan biaya atau modal. Data yang diperoleh diolah dan disajikan dalam bentuk

tabel serta dijelaskan secara deskriptif. Persamaan yang digunakan dalam

Page 52: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

35

pengolahan data yang diperoleh berdasarkan Puspasari dkk. (2017), sebagai

berikut:

1. Pendapatan petani dari kegiatan di areal kerja HKm

IHKm = Σ RHKm - ΣCHKm

Keterangan:

IHKm = pendapatan dari kegiatan di HKm (Rp/Tahun)

RHKm = penerimaan dari produk kegiatan di HKm (Rp/Tahun)

CHKm = pengeluaran untuk pengelolaan dari kegiatan di HKm (Rp/Tahun)

1. Pendapatan dari kegiatan non HKm

InHKm = Σ RnHKm - ΣCnHKm

Keterangan:

InHKm = pendapatan total dari kegiatan non HKm (Rp/Tahun)

RnHKm = penerimaan masing-masing dari kegiatan non HKm (Rp/Tahun)

CnHKm = pengeluaran untuk kegiatan non HKm (Rp/Tahun)

3.4.2 Analisis Ketergantungan Masyarakat terhadap HHBK

Data yang terkumpul dari kuesioner dan wawancara diubah dalam bentuk tabulasi

kemudian diberikan kerangka penafsiran. Tabulasi yaitu pengelompokan hasil

data guna mempermudah proses analisis. Hasil tabulasi data kemudian diberi

skor dengan menggunakan metode skala Likert. Menurut Sugiyono (2014), skala

Likert, merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Kriteria

dalam pemberian skor untuk alternatif jawaban setiap itemnya yaitu, skor 5 untuk

respon sangat tergantung (ST), skor 4 untuk respon tergantung (T), skor 3 untuk

respon cukup tergantung (CT), skor 2 untuk respon tidak tergantung (TT), dan

skor 1 untuk respon sangat tidak tergantung (STT). Menurut Sugiyono (2007),

one score indicator, yakni satuan nilai untuk satu pertanyaan dapat dihitung

dengan rumus berikut.

Page 53: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

36

T x Pn

Keterangan :

T = Total jumlah responden yang memilih

Pn = Pilihan angka skor Likert

Panjang kelas interval =Nilai Tertinggi−Nilai Terendah

Banyak Interval Kelas

Penyelesaian akhir =Total skor

Jumlah Skor (𝐿𝑖𝑘𝑒𝑟𝑡)

3.4.3 Analisis Faktor-faktor Ketergantungan Petani terhadap HHBK

Data yang terkumpul dari kuesioner di analisis menggunakan persamaan regresi

linier berganda untuk menganalisis faktor-faktor yang diduga memengaruhi

pendapatan petani. Variabel yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Variabel dan definisi operasional

No Variabel Simbol Skala pengkuran

1 Ketergantungan terhadap HHBK [Y] Pendapatan

HHBK

2 Jumlah jenis tanaman [JMLH_JT] Jumlah jenis

3 Pendidikan

D1_SD

D1_SMP

D1_SMA

D1_PT

Dummy

1= Lulus SD

Lulus SMP

Lulus SMA

Sarjana/D3/D1

0= Lainnya

4 Pekerjaan sampingan [D2_PS] 1= Ada

0= Jika tidak ada

5 Jumlah tanggungan keluarga [TGK] Rasio

6 Jarak lahan garapan [JRK_LG] Rasio

7 Lama menjadi petani HKM [LM_HKM] Rasio

8 Luas lahan garapan [LS_LHN] Rasio

9 Umur [UMR] Rasio

10 Kelamin [KLM] 1=Laki-laki

0=Perempuan (Simarmata, 2018)

Page 54: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

37

Model yang digunakan pada penelitian ini yaitu:

[Y]i = α0 +α1[JMLH_JT]i + α2[D1_SD]i +α3[D1_SMP]i + α4[D1_SMA]i

+α5[D1_PT]i + α6[D2_PS]i + α7[TGK]i +α8[JRK_LG]i + α9[LM_HKM]i

+α10 [LS_LHN]i + α11[UMR]i + α12[KLM]i + e

Hipotesis:

H0 : α1= α2= α3= α4= α5= α6= α7= α8= α9= α10= α11= α12= 0

H1 : α1≠ α2≠ α3≠ α4≠α5≠ α6≠ α7≠ α8≠ α9≠ α10≠ α11≠ α12≠ 0

Keterangan:

α0 = Konstanta

α1,α2,αi = Koefisien regresi

e = Error

[Y]i = Pendapatan rumah tangga (Juta Rupiah/bulan)

[JMLH_JT]i = Jumlah tanaman (Jenis)

[D1_SD]i = Lulus SD

[D1_SMP]i = Lulus SMP

[D1_SMA]i = Lulus SMA

[D1_PT]i = Lulus Perguruan tinggi

[D2_PS]i = Pekerjaan sampingan petani HKm

[JMLH_TGK]i = Jumlah tanggungan keluarga (orang)

[JRK_TT]i = Jarak tempat tinggal (m)

[LM_HKM]i = Lama menjadi petani hkm (tahun)

[LS_LHN]i = Luas lahan (ha)

[UMR] i = Umur (tahun)

[KLM]i = Kelamin (L/P)

Analisis regresi merupakan hubungan antara variabel bebas X dengan variabel

terikat Y. Pada penelitian ini analisis regresi dilakukan guna mengetahui

pengaruh variabel bebas X (faktor-faktor yang memengaruhi ketergantungan

pendapatan petani) terhadap variabel terikat Y (jumlah pendapatan dari HHBK)

(Mona dkk., 2015). Analisis dilakukan dengan pendekatan regresi linear

berganda, dimana variabel independen (bebas) lebih dari satu. Pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen dapat dilihat melalui regresi linear

berganda (Basrowi, 2010).

Page 55: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

38

Model pengujian yang digunakan pada penelitian ini yaitu:

a. Pengujian model secara keseluruhan (Uji F)

Uji F ini dilakukan guna mengetahui apakah secara keseluruhan semua

variable independen berpengaruh terhadap variabel terikat secara signifikan.

Uji F dapat dilihat dari nilai probabilitas signifikansinya yang kurang dari

0,05, berarti variabel-variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat

secara signifikan.

b. Pengujian model secara parsial (Uji t)

Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Uji t dapat dilihat

dari nilai probabilitas signifikansinya yang kurang dari 0,05, berarti variabel-

variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat secara signifikan.

c. Uji determinasi (R2)

Koefisien determinasi R2 yaitu ukuran berupa persentase dari total variasi

dalam Y yang dijelaskan pada model regresi/variabel bebas. Koefisien

determinasi dinyatakan dalam persen (%), sedangkan nilai R2 adalah 0 sampai

1 dimana jika 1 berarti regresi tersebut menjelaskan 100% variasi dalam

variabel terikat. Jika 0 berarti regresi tidak menjelaskan sedikitpun variasi

dalam variabel terikat (Musanto, 2004).

Selanjutnya hasil analisis data kemudian dianalisis secara deskriptif, sehingga

dapat diketahui dan ditarik kesimpulan faktor apa saja yang secara nyata

memengaruhi tingkat ketergantungan pendapatan petani peserta terhadap HHBK

di Desa Tribudisyukur.

Page 56: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

58

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa.

1. Total rata-rata pendapatan on farm petani dari HHBK di lahan HKm yaitu

Rp.1.880.562/KK/bulan, sedangkan pendapatan on farm petani dari HHBK di

luar HKm yaitu Rp.527.483/KK/bulan dan dari kegiatan non farm yaitu

Rp.942.878/KK/bulan.

2. Tingkat ketergantungan petani terhadap HHBK di lahan HKm yang dinilai dari

keberadaanya memiliki skor 310, angka ini pada interval masuk dalam kategori

cukup tergantung. Artinya pendapatan rumah tangga petani peserta HKm

cukup tergantung pada HHBK. Diketahui bahwa HHBK di lahan HKm

menyumbang 56,11% dari total pendapatan rumah tangga petani peserta HKm.

3. Faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan petani peserta HKm yaitu luas

lahan garapan dan banyaknya jenis tanaman. Semakin luas lahan garapan

semakin banyak jenis tanaman yang yang bernilai ekonomis ditanam, maka

semakin tinggi peluang untuk mendapatkan hasil yang lebih besar.

Page 57: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

59

5.2 Saran

Perlu adanya penelitian lanjutan tentang HHBK di tempat penelitian dan utuk

kegiatan reforestasi direkomendasikan jenis MPTs seperti durian, sehingga

diharapkan dapat memperbaiki tutupan tajuk, namun tetap mementingkan

kesejahteraan masyarakat sekitar.

Page 58: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

60

DAFTAR PUSTAKA

Page 59: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

61

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, B., Purwanto, R.H., Sabarnurdin, S., Sumardi. 2015. Tingkat

pendapatan dan curahan tenaga kerja pada hutan rakyat di Kabupaten

Ciamis. Jurnal Ilmu Kehutanan. 9(2): 105-116.

Adalina, Y. 2015. Kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar Taman Nasional

Gunung Halimun Salak. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam.

12(2): 105-118.

Ali, J., Delis, A., Hodijah, S. 2015. Analisis produksi dan pendapatan petani

karet di Kabupaten Bungo. Jurnal Perspektif Pembiayaan dan

Pembangunan Daerah. 2(4): 201-208.

Aminah, L. N., Qurniati, R., Hidayat, W. 2013. Kontribusi hutan rakyat terhadap

pendapatan petani di Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten

Lampung Timur. Jurnal Sylva Lestari. 1(1): 47-54.

Andini, N.K., Nilakusmawati, D.P.E., Susilawati, M. 2013. Faktor-faktor yang

memengaruhi penduduk lanjut usia masih bekerja. Jurnal Kependudukan

dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. 9(1): 44-49.

Andrianto, A., Qurniati, R., Setiawan, A. 2016. Pengaruh karakteristik rumah

tangga terhadap tingkat kemiskinan masyarakat sekitar mangrove. Jurnal

Sylva Lestari. 4(3): 107-113.

Antara, M. 2005. Faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi petani di Kawasan

Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) untuk mencari rotan (Studi kasus di

Desa Doda Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso). Jurnal Agrisains.

6(2): 65-72.

Ardhiarisca, O., Muspita, M., Kustiari, T. 2015. Analisis faktor internal dan

eksternal yang memengaruhi pengembangan agribisnis tembakau di

Kabupaten Jember. Jurnal Ilmiah Inovasi. 5(3): 62-65.

Arikunto, S. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka cipta.

Jakarta. 96 hlm.

Page 60: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

62

Ayu, H. Y., Qurniaty, R., Hilmanto, R. 2015. Analisis finansial dan komposisi

tanaman dalam rangka persiapan pengajuan izin HKM (Studi kasus Desa

Margosari Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu). Jurnal

Sylva Lestari. 3(1): 31-40.

Ayudanti, K. 2017. Analisis Efektifitas Hutan Kemasyarakatan dalam

Meningkatkan Pendapatan dan Tingkat Konsumsi Masyarakat Menurut

Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus pada Hutan Kemasyarakatan di

Kabupaten Lampung Barat). Skripsi. IAIN Raden Intan Lampung.

Bandar Lampung. 144 hlm.

Baharuddin, A. 2006. Kajian Interaksi Masyarakat Desa sekitar Taman

Nasional Gunung Rinjani Provinsi Nusa Tenggara Barat. Tesis. Fakultas

Kehutanan IPB. Bogor. 183 hlm.

Baiyegunhi, L. J. S., Oppong, B. B., Senyolo, M.G. 2016. Socio-economic

factors influencing mopane worm (Imbrasia belina) harvesting in

Limpopo Province, South Africa. Journal Forestry Research. 27(2): 443–

452.

Basrowi, Juariyah, S. 2010. Analisis kondisi sosial ekonomi dan tingkat

pendidikan masyarakat Desa Srigading, Kecamatan Labuhan Maringgai,

Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. 7(1 ): 58-

81.

Basrowi. 2010. Analisis Data Penelitian dengan SPSS. Buku. Jenggala Pustaka

Utama. Kediri. 338 hlm.

Budhiati. 2012. Hubungan antara kondisi sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan

pengetahuan tentang pengelolaan lingkungan dengan perilaku hidup sehat

masyarakat di Kota Surakarta. Jurnal Ekosains. 3(2): 52-59.

Budiono, P. 2011. Kebijakan HKm sebagai Model Pengakuan dan Kekuatan

untuk Melestarikan dan Memberdayakan Masyarakat Sekitar Hutan.

dalam Buku “Pengelolaan Hutan dan Aliran Sungai Berbasis Masyarakat:

Pembelajaran dari Way Besai Lampung. AURA). Bandar Lampung. 296

hlm.

Bwalya, S. M. 2013. Household Dependence on Forest Income in Rural Zambia.

Zambia Social Journal. 2(1): 67–86.

Chao, S. 2012. Forest Peoples: Numbers Across the World. Peoples Program.

Ethiopia. 56 hlm.

Choizes. 2019. Pengertian Skala Likert dan Contoh Cara Hitung Kuesionernya.

https://www.diedit.com/skala-likert/ diunduh pada tanggal 28 April 2019

pukul 11.00 WIB.

Page 61: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

63

Departemen Kehutanan. 2007. Pedoman Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu

dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat di dalam dan di Sekitar

Kawasan Konservasi. Buku. Depaertemen Kehutanan. Jakarta. 41 hlm.

Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. 2016. Buku Informasi Perhutanan Sosial di

Provinsi Lampung. Buku. Dinas Kehutanan Provinsi Lampung.

Lampung. 21 hlm.

Diniyati, D., Achmad, B. 2015. Kontribusi pendapatan hasil hutan bukan kayu

pada usaha hutan rakyat pola agroforestri di Kabupaten Tasikmalaya.

Jurnal Ilmu Kehutanan. 9(1): 23-31.

FAO. 2000. The Status of world Fisherie and Aquaculture. FAO Fisheries

Department. Rome. 222 hlm.

Fikir, D., Tadesse, W., Gure, A. 2016. Economic contribution to local

livelihoods and households dependency on dry land forest products in

Hammer District, Southeastern Ethiopia. International Journal of

Forestry Research. 11–11. DOI 10.1155/2016/5474680

Food and Agricultural Organization of the United Nations (FAO). 2015. Global

Forest Resources Assessment. FAO. 124 hlm.

Garekae, H., Thakadu, O.T., Lepetu, J. 2017. Socio-economic factors influencing

household forest dependency in Chobe enclave, Botswana. Ecological

Processes Journal. 1-10. DOI 10.1186/s13717-017-0107-3.

Gatiso, T. T. 2017. Households’ dependence on community forest and their

contribution to participatory forest management: Evidence from rural

Ethiopia. Environ Dev Sustain. 1-17. DOI 10.1007/s10668-017-0029-3.

Hamid, R., Zulkarnaini, Saam, Z. 2011. Analisis sosial ekonomi masyarakat desa

hutan pasca kegiatan HPH PT Siak Raya Timber di Kabupaten Pelalawan,

Provinsi Riau. Jurnal Ilmu Lingkungan. 5(2): 130-142.

Hastanti, B., Trianto, R. 2012. Kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat

sekitar kawasan konservasi: studi kasus di Pulau Gag, Raja Ampat, Papua

Barat. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea. 1(2): 149-164.

Hermanto. 2007. Rancangan Kelembagaan Tani. Buku. Balai Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Bogor. 33 hlm.

Hikmah, N.A., Sofyan, Tarigan, N. 2013. Kontribusi pendapatan perempuan

buruh tani pisang terhadap pendapatan keluarga di Kecamatan Padang Tiji

Kabupaten Pidie. Agrisep. 14(1): 60-69.

Page 62: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

64

Howell, C.J., Schwabe, K.A., Samah, A.H.A. 2010. Non-timber forest product

dependence among the Jah Hut Subgroup of Peninsular Malaysia’s orang

asli. Environ Dev Sustain. 1(2): 1–18.

Indrasari, D. 2016. Pengembangan Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu oleh

Kelompok Sadar Hutan Lestari Wana Agung di Register 22 Way Waya

Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar

Lampung. 60 hlm.

Jeelani, M.I., Nazir, N., Mir, S.A., Jeelani, F., Dar, N.A., Haq, S., Maqpool, S.,

Wani, S. 2014. Application of simple random sampling in agriculture

using r-software. Journal of Science and Technology. 7(5): 706-709.

Kadir, A., Awang, S., Purwanto, R., Poedjirahajoe, E. 2012. Analisis kondisi

sosial ekonomi masyarakat sekitar Taman Nasional Batimurung

Bulusaraung, Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Manusia dan Lingkungan.

19(1): 1-11.

Kagungan, D. 2012. Kebijakan hutan kemasyaraktan di Kabupaten Tanggamus

Provinsi Lampung. Publica. 2(1): 22-33.

Kar, S. P., Jacobson, M. G. 2012. NTFP income contribution to household

economy and related socio-economic factors: lessons from Bangladesh.

Journal Forest Policy and Economics. 14(1):136–142.

Karto. 2014. Analisis perbedaan luas lahan dan produktivitas padi sawah (studi

kasus pada petani padi sawah di Desa Ujungaris Kecamatan Widasari

Kabupaten Indramayu musim tanam 2013). Jurnal Agro Wiralodra. 6(2):

36-44.

Karyon, E.Y., Emi, R., Joko, N.R. 2016. Pendapatan masyarakat dari hasil Hutan

bukan kayu disekitar Kawasan Cagar Alam Raya Pasi, Kelurahan

Nyarumkop, Kecamatan Singkawang Timur. Jurnal Hutan Lestari. 4(3):

314-321.

Kaskoyo, H., Mohammed, A., Inoue, M. 2017. Impact of community forest

program in protection forest on livelihood outcomes: a case study of

Lampung Province, Indonesia. Journal of Sustainable Forestry. 3(6):

250-263.

KPHL Unit II Liwa. 2016. Draft Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang

(RPHJP). Lampung Barat Provinsi Lampung. 88 hlm.

Kusumastuti, N.A. 2012. Pengaruh faktor pendapatan, umur, jumlah tanggungan

keluarga, pendapatan suami dan jarak tempuh ke tempat kerja terhadap

curahan jam kerja pedagang sayur wanita (studi kasus di Pasar Umum

Purwodadi). Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan. 1(5): 54-72.

Page 63: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

65

Lestari, S., Abidin, Z., Sadar, S. 2016. Analisis kinerja rantai pasok dan nilai

tambah produk olahan kelompok wanita tani melati di Desa Tribudisyukur,

Kecamatan Kebun Tebu, Lampung Barat. JIIA. 4(1): 24-29.

Lestari, S. K. 2015. Desa Tribudisyukur secara Administratif Berdiri pada

Tanggal 1 Agustus 1954 yang pada Awalnya Berasal dari Pemukiman

Penduduk Transmigrasi Biro Nasional (BRN) dari Tasikmalaya, Jawa

Barat. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 78 hlm.

Mailusiana, S.F. 2012. Analisis Faktor-Faktor Sosial Ekonomi terhadap

Pendapatan Usaha Tani Padi Lahan Sawah Tadah Hujan di Kabupaten

Sukoharjo. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 63 hlm.

Mamuko, F., Walangitan, H., Tilaar, W. 2016. Persepsi dan partisipasi

masyarakat dalam upaya rehabilitasi hutan dan lahan di Kabupaten

Bolaang Mongondow Timur. Eugenia. 22(2): 80-92.

McShane, T. O., Wells, M. P.. 2004. Getting biodiversity projects to work.

Columbia University Press. New York Chichester. WestSussex. 111

hlm.

Melaku, E., Ewnetu, Z., Teketay, D. 2014. Non-timber forest products and

household incomes in Bonga Forest area, Southwestern Ethiopia. Journal

of Forestry Research. 25(1): 215−223. DOI 10.1007/s11676-014-0447-0.

Moe, K.T., Junchang Liu. 2016. Economic contribution of Non-timber Forest

Products (NTFPs) to rural livelihoods in the Tharawady District of

Myanmar. International Journal of Science. 5(01):12-21.

Mona, M.G., Kekenusa, J., Prang, J. 2015. Penggunaan regresi linear berganda

untuk menganalisis pendapatan petani kelapa: studi kasus petani kelapa

Desa Beo, Kecamatan Beo Kabupaten Talaud. D’cartesian. 4(2): 196-

203.

Mukul, S.A., Rashid A.Z.M.M., Uddind, M.B., Khane, N.A. 2016. Role of non-

timber forest products in sustaining forest-based livelihoods and rural

households’ resilience capacity in and around protected area: a Bangladesh

study. Journal of Environmental Planning and Management. 59(4): 628–

642.

Musanto, T. 2004. Faktor-faktor kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan

studi kasus pada CV Sarana Media Advertising Surabaya. Jurnal

Manajemen dan Kewirausahaan. 6(2): 123-136.

Nadeak, N., Qurniati, R., Hidayat, W. 2013. Analisis finansial pola tanam

agroforestri di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin

Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Jurnal Sylva Lestari. 1(1): 65-

74.

Page 64: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

66

Nafisah, J. 2017. Pengaruh Faktor Demografi terhadap Pendapatan Tenaga

Kerja Sektor Primer di Indonesia. Skripsi. Universitas Negeri

Yogyakarta. Yogyakarta. 94 hlm.

Neil, A., Golar, Hamzari. 2016. Analisis ketergantungan masyarakat terhadap

hasil hutan bukan kayu pada Taman Nasional Lore Lindu (studi kasus

Desa Sidondo I Kecamatan Biromaru dan Desa Pakuli Kecamatan

Gumbasa). E-Jurnal Mitra Sains. 4(1): 29-39.

Njurumana, G. N. D., T. Butarbutar. 2008. Prospek pengembangan hasil hutan

bukan kayu berbasis agroforestri untuk peningkatan dan diversifikasi

pendapatan masyarakat di Timor Barat. Info Hutan. 5(1): 53-62.

Nugroho, A. C., Frans, T. M., Kainde, R. P., Walangitan, H. D. 2015. Kontribusi

hasil hutan bukan kayu bagi masyarakat di sekitar kawasan hutan. Cocos.

6(5): 1-12.

Nurrani, L., Tabba, S. 2013. Persepsi dan tingkat ketergantungan masyarakat

terhadap sumberdaya alam Taman Nasional Aketajawe Lolobata di

Provinsi Maluku Utara. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan.

10(1): 61-73.

Oka, N. P., Achmad, A. 2005. Kontribusi Hasil Hutan Bukan Kayu terhadap

Penghidupan Masyarakat Hutan: Studi Kasus di Dusun Pampli Kabupaten

Luwu Utara. Tesis. Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas

Hasanuddin Kampus Unhas Tamalanrea. Makassar.

Olivi, R. 2014. Kontribusi Agroforestri terhadap Pendapatan Petani di Desa

Sukoharjo I Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. Skripsi.

Universitas Lampung. Lampung. 64 hlm.

Pasha, R. 2009. Hubungan kondisi sosial ekonomi masyarakat perambah hutan

dengan pola penggunaan lahan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Jurnal Organisasi dan Manajemen. 5(2): 82-94.

Patty, Z. 2010. Kontribusi komoditi kopra terhadap pendapatan rumah tangga

tani dikabupaten halmahera utara. Jurnal Agroforestri. 3(3): 51-57.

Pohan, RM, Purwoko, A, Martial, T. 2014. Kontribusi hasil hutan bukan kayu

dari hutan produksi terbatas bagi pendapatan rumah tangga masyarakat.

Peronema Forestry Science Journal. 3(2): 1-16.

Puspasari, E., Wulandari, C., Darmawan, A., Banuwa, I.S. 2017. Aspek sosial

ekonomi pada sistem agroforestri di areal kerja Hutan Kemasyarakatan

(HKm) Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung. Jurnal Sylva

Lestari. 5(3): 95-103.

Page 65: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

67

Putri, A. D., Setiawina, N.D. 2013. Pengaruh umur, pendidikan,pekerjaan

terhadap pendapatan rumah tangga miskin di Desa Bebandem. E-Jurnal

Ekonomi Pembangunan. 2(4): 1-9.

Salaka, F.J., Nugroho, B., Nurrochmat, D.R. 2012. Strategi kebijakan pemasaran

hasil hutan bukan kayu di Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi

Maluku. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan. 9(1): 50-65.

Sanjaya, R. 2016. Evaluasi Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (Hkm) pada

Gabungan Kelompok Tani Rukun Lestari Sejahtera di Desa Sindang

Pagar Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat. Skripsi.

Universitas Lampung. Bandar Lampung. 48 hlm.

Satriawan, H., Faudy, Z. 2013. Karakteristik dan prospek ekonomi sistem

agroforestri di Kabupaten Bireuen Aceh. Jurnal Ilmiah Sains dan

Teknologi. 13(2): 43-47.

Senoaji Gunggung. 2011. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Hutan

Lindung Bukit Daun di Bengkulu. Sosiohumaniora. 13(1): 1–17.

Setiawan, O., Krisnawati. 2014. Pemilihan jenis hasil hutan bukan kayu

potensial dalam rangka rehabilitasi hutan lindung (Studi Kasus Kawasan

Hutan Lindung KPHL Rinjani Barat, Nusa Tenggara Barat). Jurnal Ilmu

Kehutanan. 8(2): 89-99.

Shackleton, C.M., Shackleton S.E., Buiten, E., Bird, N. 2007. The importance of

dry woodlands and forests in rural livelihoods and poverty alleviation in

South Africa. Forest Policy and Economics. 9(5): 558–577.

Simarmata, G.B., Qurniati, R., Kaskoyo, H. 2018. Faktor-faktor yang

memengaruhi pemanfaatan lahan Taman Hutan Raya Wan Abdul

Rachman: studi di Desa Sidodadi Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten

Pesawaran Provinsi Lampung. Jurnal Sylva Lestari. 6(2): 60-67.

Sinudin, San A. A., Ronggo, S., Ris, R.H. 2016. Perkembangan hutan

kemasyarakatan di Provinsi Lampung (progress of community forest in

Lampung Province). Jurnal Manusia dan Lingkungan. 23(2): 276-283.

Stedman, Richard C., Patriquin, M.N., Parkins, J.R. 2011. Forest dependence

and community well-being in rural Canada: a longitudinal analysis.

International Journal of Forestry Research. 84(4): 375-384.

Subarna, T. 2011. Faktor yang memengaruhi masyarakat menggarap lahan di

hutan lindung: studi kasus di Kabupaten Garut Jawa Barat. Jurnal

Penelitian Sosial dan Ekonomi. 8(4): 265-275.

Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Buku. Alfabeta. Bandung. 390

hlm.

Page 66: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

68

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Buku.

Alfabeta. Bandung. 80 hlm.

Sugiyono. 2014. Metode Skala Likert. Buku. Bumi Aksara. Jakarta. 355 hlm.

Suhardan, D., Riduwan, Enas. 2012. Ekonomi dan Pembiayaan Pembangunan.

Buku. Alfabeta. Bandung. 51 hlm.

Suhesti, E., Hadinoto. 2015. Hasil hutan bukan kayu madu sialang di Kabupaten

Kampar (studi kasus:Kecamatan Kampar Kiri Tengah). Wahana

Forestra:Jurnal Kehutanan. 10(2): 16-26.

Sukardi, L., Darusman, D. Sundawati, L., Hardjanto. 2008. Karakteristik dan

faktor penentu interaksi masyarakat lokal dengan Taman Nasional Gunung

Rinjani Pulau Lombok. Agroteksos. 18(1-3): 54-62.

Suprapti, E. 2018. Pengaruh modal, umur, jam kerja, dan pendidikan terhadap

pendapatan pedagang perempuan pasar barongan bantul. Jurnal

Pendidikan dan Ekonomi. 7(1): 1-11.

Sutejo, P. 2014. Hubungan program pengelolaan hutan bersama masyarakat

terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Jurnal Ilmiah Pendidikan

Geografi. 2(1): 39-48.

Syahyuti. 2007. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai Kelembagaan

Ekonomi Kebijakan Pengembangan di Perdesaan. Buku. Alfabeta.

Bandung. 47 hlm.

Syofiandi, R.R., Hilmanto, R., Herwanti, S. 2016. Analisis pendapatan dan

kesejahteraan petani agroforestri di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan

Kemiling Kota Bandar Lampung. Jurnal Sylva Lestari. 4(2): 7-26.

Tarigan, J., Roshetko, J.M., Martini, E. dan Ekadinata, A. 2010. Non-timber

forest products as a source of livelihood diversification for local

communities in the Batang Toru Orangutan Conservation Progra.

Indonesia: World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Program.

Bogor. 118 hlm.

Teras Lampung. 2014. HKM, Petani Tribudisyukur Sejahtera karena Panen

Sepanjang Tahun. https://www.teraslampung.com/hkm-petani-

tribudisyukur-sejahtera-karena-panen-sepanjang-tahun/ diakses pada

tanggal 28 Maret 2019 pukul 18.57 WIB.

Teshome, B., Kassa, H., Mohammed, Z., Padoch, C. 2015. Contribution of dry

forest products to household income and determinants of forest income

levels in the Northwestern and Southern Lowlands of Ethiopia. Journal

Natural Resources. 06(05): 331–338.

Page 67: TINGKAT KETERGANTUNGAN PETANI PESERTA HUTAN …digilib.unila.ac.id/61656/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASA… · dilakukan secara SRS ( Simple Random Sampling) dengan menggunakan

69

Verbist, B., Ekadinata, A., Budidarsono, S. 2005. Factors driving land use

change: effects on wathersed functions in a coffee agroforestry system in

Lampung, Sumatera. Agricultural Systems. 85(3): 254-270.

Wasak, M. 2012. Keadaan masyarakat sosial-ekonomi masyarakat nelayan di

Desa Kanabuhutan Kecamatan Likupang Barat. Kabupaten Minahasa

Utara. Sulawesi Utara. Pacific Journal. 1(7): 1339-1342.

Wibowo, G.D.H. 2013. Analisis kebijakan pengelolaan hasil hutan bukan kayu

di NTB dan NTT. Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun Ke-43. 43(2):

197-225.

Widyasworo, R. 2014. Analisis pengaruh pendidikan, kesehatan, dan angkatan

kerja wanita terhadap kemiskinan di Kabupaten Gresik (studi kasus 2008-

2012). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB. 5(1): 161-170.

Winarni, S., Wiyono, S. B., Hernawanti, S. 2016. Struktur pendapatan tingkat

kesejahteraan dan faktor produksi agroforestri kopi pada kesatuan

pemangkuan hutan lindung Batu Tegi. Jurnal Sylva Lestari. 4(1): 1-10.

Wulandari, C., Saroso, O., Pahlawanti, R. 2009. Hutan Kemasyarakatan:

Melestarikan Hutan untuk Kesejahteraan Rakyat: Catatan 10 Tahun

Program HKm di Provinsi Lampung. Buku. Watala. Bandar Lampung.

122 hlm.

Yasir, A. 2011. Pengelolaan sumber daya hutan di Kabupaten Lampung Barat.

Jurnal Ilmu Hukum. 5(3): 1-14.

Yudilastiantoro, C. 2011. Faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi

terhadap luas lahan garapan di KHDTK Rarung, Lombok, Nusa Tenggara

Barat. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 8(1): 19-33.

Yudischa, R., Wulandari, C., Hilmanto, R. 2014. Dampak partisipasi wanita dan

faktor demografi dalam pengelolaan hutan kemasyarakatan (hkm) terhadap

pendapatan keluarga di kabupaten lampung barat. Jurnal Sylva Lestari.

2(3): 59-72.

Yusran, Abdullah, N. 2007. Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap

kawasan hutan di Desa Borisallo Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa

Sulawesi Selatan. Jurnal Hutan dan Masyarakat. 2(1): 127-135.

Yusuf, M. A., Makarawo, T. M. 2011. Hukum Kehutanan di Indonesia. Buku.

Rineka Cipta. Jakarta. 19 hlm.

Zega, S.B. 2013. Analisis pengelolaan agroforestri dan kontribusinya terhadap

perekonomian masyarakat. Peronema Forestry Science Journal. 2(2):

152-162.