66
 SKRIPSI Oleh FITRIA NINGSIH I 111 11 043 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015 TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU PASTEURISASI SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L) DENGAN PENAMBAHAN KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L) PADA PENYIMPANAN YANG BERBEDA.

TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

i  

SKRIPSI

Oleh

FITRIA NINGSIH I 111 11 043

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2015

TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU PASTEURISASI SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L)

DENGAN PENAMBAHAN KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L) PADA PENYIMPANAN YANG BERBEDA.

Page 2: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

ii  

SKRIPSI

Oleh

FITRIA NINGSIH I 111 11 043

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2015

TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU PASTEURISASI SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L)

DENGAN PENAMBAHAN KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L) PADA PENYIMPANAN YANG BERBEDA 

Page 3: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

iii  

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Fitria Ningsih

NIM : I 111 11 043

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli.

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi ini, terutama

dalam Bab Hasil dan Pembahasan, tidak asli atau plagiasi maka

bersedia dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan

seperlunya.

Makassar, Desember 2015

Fitria Ningsih

Page 4: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

iv  

Page 5: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

v  

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘AlaikumWarahmatullahiWabarakatuh,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, oleh karena atas

berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Salam

dan salawat kepada Rasulullah Muhammad Saw. Sang revolusioner sejati yang

menjadi teladan dalam menghantarkan kita selalu menuntut ilmu untuk bekal

akhirat dan duniawi.

Terima kasih terucap bagi segenap pihak yang telah meluangkan waktu,

pemikiran dan tenaganya sehingga penulisan skripsi ini rampung. Oleh sebab itu,

sepantasnyalah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu drh. Hj. Farida Nur Yuliati, M.Si. Selaku pembimbing utama yang

meluangkan banyak waktunya dan idenya dalam penyusunan skripsi dan

Ibu Endah Murpi Ningrum, S.Pt., MP. Selaku pembimbing anggota yang

banyak meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan motivasi kepada

penulis selama perkuliahan.

2. Kedua orang tua yang saya sangat sayangi dan banggakan sampai akhir

hayatnya Ayahanda Alm. Sumardin dan Ibunda Rosdawati yang terus-

menerus mendoakan, memotivasi serta mengarahkan penulis.

3. Saudara-saudara kandung saya Fitra Apriyanto, S.Kom. dan Saputra

Irianto yang selalu membantu baik material maupun non material,

mendorong dan mengarahkan penulis selama masa perkuliahan.

Page 6: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

vi  

4. Sahabat seperjuanganku Sitti Sarah dan Handayani yang selalu ada

dalam setiap kondisi apapun

5. Saudaraku Ayu Soraya, Kartina, Sitti Masita, S.Pt., Karmila Gaffar,

S.Pi., Muthmainnah Sarira, S.Pi., Fitriani, S.Pt., Syahriana Sabil,

S.Pt., Irmayana Ayu Anita, S.Pt., Andi Nurul Ainun, S.Pt., Sarianti,

S.Pt., Nur Aryati, Andi Pancawati, S.Pt., Aprisal Nur, Hendra Wanto,

Alifran Esarianto, S.Pt., Andi Faisal, S.Pt. dan Indri Ratna sari S.Pt.

yang tetap memberikan semangat yang begitu luar biasa kepada penulis.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Latief Tolleng, M.Sc selaku penasehat akademik,

atas segala waktu dan bimbingannya selama masa studi ini.

7. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Ambo Ako, M.Sc,  Ibu Prof. Dr. drh. Hj.

Ratmawati Malaka, M.Sc., Dan Ibu Dr. Fatmah Maruddin, S.Pt., MP.

Selaku Penguji atas waktu dan segala masukan yang bermanfaat dalam

penyusunan skripsi ini.

8. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc, selaku Dekan Fakultas

Peternakan Universitas Hasanuddin.

9. Ibu Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc. selaku ketua program

studi peternakan.

10. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.

11. Bapak/ibu staf tata usaha Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.

12. Teman – teman seperjuanganku SOLANDEVEN ber-HIMATEHATE

dan kakanda Lukman Hakim, S.Pt., Syamsuddin S.Pt., Arham Janwar,

S.Pt., Selvintala, S.Pt, Syahroni S.Pt, Haikal kamil S. Pt., Muhammad

Page 7: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

vii  

Irfan, S.Pt., M.Si., Andri teguh prabowo S.Pt., turut membantu dalam

memberikan motivasi.

13. Rekan-rekan Solandeven 2011 yang tidak sempat saya sebut satu persatu

terima kasih telah banyak menjadi inspirasi penulis untuk selalu belajar di

tengah tingginya perbedaan di antara kita.

Dengan segala kerendahan hati penulis perhadapkan kepada sang

pembaca, semoga memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya serta

kepada pribadi penulis pada khususnya serta mohon disempurnakan atas segala

kekurangan.

Makassar, November 2015

Fitria Ningsih

Page 8: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

viii  

ABSTRAK

FITRIA NINGSIH (I 111 11 043). Tingkat Kontaminasi Mikroba pada Susu Pasteurisasi Sari Buah Sirsak (Annona muricata L) dengan Penambahan Kayu Secang (Caesalpinia sappan L). Dibawah bimbingan FARIDA NUR YULIATI sebagai pembimbing utama dan ENDAH MURPI NINGRUM sebagai pembimbing anggota. Penambahan sari buah sirsak (Annona muricata L.) dan kayu secang pada susu pasteurisasi selain untuk peanekaragaman atau diversivikasi produk susu juga diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif bahan pengawet alami, karena sirsak dan kayu secang tersebut mengandung senyawa antibakteri (flavonoid) yang dapat membuat susu lebih awet. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kontaminasi bakteri Escherichia coli dan Total Plate Count (TPC) dengan menggunakan Buffered Peptone Water (BPW) sebagai pengencer, Nutrien Agar (NA) untuk mengetahui jumlah total bakteri (TPC/ Total Plate Count) dan Eosin Methylent Blue (EMBA) untuk mengetahui jumlah bakteri Escherichia coli. Hasil penelitian dianalisis secara deskriptif.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jumlah Total Bakteri (TPC) pada susu pasteurisasi sari buah sirsak dengan penambahan kayu secang lebih tinggi pada penyimpanan 5 hari dan lebih rendah pada penyimpanan 15 hari. Jumlah bakteri Escherichia coli lebih tinggi pada penyimpanan 15 hari pada susu pasteurisasi sari buah sirsak dengan penambahan kayu secang 0%, 1% dan 2%. Kata kunci : susu sapi segar, sari buah sirsak, konsentrasi kayu secang, Total Plate Count

(TPC) dan Escherichia coli.

Page 9: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

ix  

ABSTRACT

FITRIANINGSIH (I111 11 043). Microbial Contamination levels in Pasteurized Milk Fruit Soursop (Annona muricata L) with the addition of Secang Wood (Caesalpinia sappan L). Under the guidance of FARIDA NUR YULIATI as main supervisor and ENDAH MURPI NINGRUM as a guide member.

The addition of fruit juice soursop (Annona muricata L.) and the wooden cup in addition to peanekaragaman pasteurized milk or dairy product diversification are also expected to be used as an alternative to natural preservatives, as soursop and the wooden cup containing antibacterial compounds (flavonoids) that can make milk more durable. The purpose of this study was to determine the level of contamination of the bacteria Escherichia coli and Total Plate Count (TPC) using Buffered Peptone Water (BPW) as diluent, Nutrient Agar (NA) to determine the total number of bacteria (TPC / Total Plate Count) and eosin Methylent Blue (EMBA) to determine the amount of the bacteria Escherichia coli. Results of the study were analyzed descriptively. The results showed that the amount of total bacteria (TPC) on soursop juice pasteurized milk with the addition of wooden cup higher on day 5 of storage and lower at 15 days of storage. The number of bacteria Escherichia coli was higher in 15-day storage at soursop juice pasteurized milk with the addition of wooden cup 0%, 1% and 2%.

Keywords: Fresh milk, fruit juice soursop, the concentration of the wooden cup, Total Plate Count (TPC) and Escherichia coli.

Page 10: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

x  

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix

PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Susu ......................................................................... 3 Tinjauan Umum Susu Pasteurisasi ..................................................... 5 Morfologi Tanaman Sirsak ............................................................... 8 Kandungan Kimia Tanaman Sirsak .................................................... 10 Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) ............................................... 15 Tinjauan Umum Escherichia coli ...................................................... 18 Klasifikasi Escherichia coli ............................................................... 19

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat ............................................................................. 22 Materi Penelitian ................................................................................ 22 Rancangan Penelitian ........................................................................ 22 Prosedur Penelitian ............................................................................ 23 Parameter yang Diamati .................................................................... 24 Analisis Data ..................................................................................... 26 Diagram Alir ..................................................................................... 29

HASIL DAN PEMBAHASAN

Total Plate Count ................................................................................. 30 Jumlah Escherichia coli ....................................................................... 35

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ........................................................................................... 41 Saran ..................................................................................................... 41

Page 11: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

xi  

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 42 LAMPIRAN .................................................................................................... 48 RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... 52

Page 12: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

xii  

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Syarat mutu susu pasteurisasi ............................................................... 6

2. Standar kontaminasi bakteri pada susu ............................................... 8

3. Jumlah bakteri Escherichia coli (Log10 cfu/ml) pada susu pasteurisasi sari buah sirsak dengan penambahan kayu secang .................................... 36

Page 13: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

xiii  

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman 1. Escherichia coli .................................................................................... 19

2. Diagram alir pembuatan perebusan kayu secang ................................. 27

3. Diagram alir pembuatan sari buah sirsak ............................................. 28

4. Diagram alir pembuatan susu pasteurisasi sari buah sirsak dengan penambahan kayu secang dan sukrosa pada level berbeda ................. 29

5. Jumlah total bakteri (TPC) .................................................................. 31

Page 14: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

xiv  

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Jumlah total bakteri (TPC) ................................................................. 49

2. Jumlah total bakteri Escherichia coli ................................................. 49

3. Gambar bakteri Escherichia coli ....................................................... 49

4. Prosedur kerja penelitian ................................................................... 50

 

 

 

Page 15: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

1  

PENDAHULUAN

Susu merupakan minuman bergizi tinggi yang dihasilkan ternak perah

menyusui, seperti sapi perah, kambing perah, atau bahkan kerbau perah. Susu

sangat mudah rusak dan tidak tahan lama disimpan kecuali telah mengalami

perlakuan khusus.

Faktor mikrobiologis menjadi penyebab utama terjadinya kerusakan

susu. Hal ini diakibatkan karena susu sangat mudah tercemar oleh mikroba.

Salah satu bakteri yang dapat mencemari susu adalah bakteri Escherichia coli.

Escherichia coli dapat menyebabkan diare. Bakteri ini biasanya mencemari susu

pada waktu proses pemerahan dan pengolahan, sehingga menjadikan masa

simpan susu relatif singkat, yaitu hanya sekitar 5 (lima) jam apabila

disimpan dalam suhu ruang. Kelemahan susu dalam hal masa simpan yang

relatif' singkat membutuhkan teknologi yaitu pasteurisasi. Pasteurisasi efektif'

membunuh bakteri patogen di dalam susu. Selain itu pasteurisasi bermanfaat

untuk mempertahankan nilai gizi dan fisik susu.

Penambahan sari buah sirsak (Annona muricata L.) dan kayu secang pada

susu pasteurisasi selain untuk peanekaragaman atau diversivikasi produk susu

juga diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif bahan pengawet alami, karena

kayu secang tersebut mengandung senyawa antibakteri (flavonoid) yang dapat

membuat susu lebih awet. Flavonoid yang terkandung dalam kayu secang

dimanfaatkan sebagai pengobatan alternatif untuk pengobatan kanker. Selain kayu

secang, buah sirsak juga digunakan untuk pengobatan kanker, tanaman sirsak

juga dimanfaatkan untuk pengobatan demam, diare dan lain-lain (Mardiana,

Page 16: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

2  

2011). Selain itu daun sirsak juga bermanfaat sebagai antioksidan, anti kanker,

anti bakteri dan lain-lain. Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya

penelitian tentang Tingkat Kontaminasi Mikroba pada Susu Pasteurisasi dengan

Penambahan Daun Sirsak (Annona muricata L) dan Kayu secang (Caesalpinia

sappan L) pada Penyimpanan yang Berbeda .

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat kontaminasi bakteri

Escherichia coli dan total plate count (TPC) pada susu pasteurisasi sari buah

sirsak (Annona muricata L) dengan penambahan kayu secang (Caesalpinia

sappan L) pada penyimpanan yang berbeda. Kegunaan dari penelitian adalah

sebagai sumber informasi kepada masyarakat tentang tingkat kontaminasi

mikroba pada susu pasteurisasi sari buah sirsak (Annona muricata L) dengan

penambahan kayu secang (Caesalpinia sappan L) selama penyimpanan pada suhu

dingin.

Page 17: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

3  

TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN UMUM SUSU

Susu merupakan minuman bergizi tinggi yang dihasilkan ternak perah

menyusui, seperti sapi perah, kambing perah, atau bahkan kerbau perah. Susu

sangat mudah rusak dan tidak tahan lama disimpan kecuali telah mengalami

perlakuan khusus. Susu segar yang dibiarkan di kandang selama beberapa waktu,

maka lemak susu akan menggumpal di permukaan berupa krim susu, kemudian

bakteri perusak susu yang bertebaran di udara kandang, yang berasal dari sapi

masuk ke dalam susu dan berkembang biak dengan cepat. Oleh bakteri, gula susu

diubah menjadi asam yang mengakibatkan susu berubah rasa menjadi asam. Lama

kelamaan susu yang demikian itu sudah rusak. Kontaminasi oleh bakteri pada

susu dapat berasal dari sapi, udara, lingkungan, manusia yang bertugas, atau

peralatan yang digunakan (Sumoprastowo, 2000).

Secara kimia susu adalah emulsi lemak dalam air yang mengandung gula,

garam-garam mineral dan protein dalam bentuk suspensi koloidal. Air susu

mengandung unsur-unsur gizi yang sangat baik bagi pertumbuhan dan kesehatan.

Komposisi unsur-unsur gizi tersebut sangat beragam tergantung pada beberapa

faktor, seperti faktor keturunan, jenis hewan, makanan yang meliputi jumlah dan

komposisi pakan yang diberikan, iklim, waktu, lokasi, prosedur pemerahan, serta

umur sapi. Komposisi utama susu adalah air, lemak, protein (kasein dan albumin),

laktosa (gula susu), dan abu (Muharastri, 2008).

Komposisi susu sangat beragam tergantung pada beberapa faktor, akan

tetapi angka rata-rata untuk semua jenis kondisi dan jenis sapi perah adalah

Page 18: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

4  

sebagai berikut: lemak 3,9%, protein 3,4%, laktosa 4,8%, abu 0,72%, dan air

87,10%. Selain zat tersebut, susu yang mengandung bahan lain dalam jumlah

sedikit seperti sitrat, enzim-enzim, vitamin A, vitamin B dan vitamin C

(Sumoprastowo, 2000). Manfaat dari susu adalah mengandung semua zat yang

diperlakukan oleh tubuh dan mudah dicerna, dapat menggantikan air susu ibu

(ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan

mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000).

Keburukan dari susu adalah a) kerusakan yang terjadi akibat pengaruh

bakteri, dimana bakteri-bakteri yang terkadang terdapat dalam susu yaitu bakteri-

bakteri asam susu yang mengubah gula susu menjadi asam susu, bakteri-bakteri

pembusuk dan bakteri yang berasal dari kotoran, b) dapat mengandung bibit

penyakit yang berasal dari binatang penghasil susu sendiri (TBC, penyakit mulut

dan kuku), orang yang memerah susu dan alat yang tidak bersih atau yang dicuci

dengan air kotor dan c) dapat dicampur dengan bahan lain seperti air, santan, air

beras atau diambil kepala susunya. Hal-hal yang harus diperhatikan dengan susu

sapi yang baru dibeli adalah susu itu harus bersih, segera dimasak sesudah

diterima, sesudah dimasak segera dibiarkan menjadi dingin dan jangan

mencampur susu lama dengan susu baru (Amalia, 2012).

Susu juga bisa terkontaminasi oleh mikroorganisme penyebab penyakit

menular pada manusia seperti tuberculosis, difteri, dan tifus. Oleh karena itu, susu

harus ditangani secara baik dan memenuhi syarat-syarat kualitas dari pemerintah.

Dalam melindungi konsumen susu, pemerintah dalam hal ini Dinas Peternakan,

selalu mengadakan pengawasan peredaran susu, kesehatan sapi perah dan ternak

Page 19: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

5  

perah, petugas yang terlibat pada penanganan susu, dan bahan makanan ternak

(Sumoprastowo, 2000).

SUSU PASTEURISASI

Pasteurisasi pada susu pertama kali dilakukan oleh Franz Von Soxhlet

pada tahun 1886. Susu pasteurisasi atau dikenal dengan istilah pasteurized milk

adalah produk susu yang diperoleh dari hasil pemanasan susu pada suhu minimum

161°F selama minimum 15 detik, segera dikemas pada kondisi yang bersih dan

terjaga sanitasinya. Ada beberapa bakteri yang bertahan pada suhu pasteurisasi,

dalam jumlah sedikit, namun dipertimbangkan tidak berbahaya dan tidak akan

merusak susu selama kondisi pendinginan yang normal (Shearer, et al., 1992).

Pasteurisasi pada susu dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu LTLT dan

HTST. Cara pasteurisasi yang dilakukan juga berpengaruh terhadap kandungan

gizi dan roma produk pangan. Pada susu HTST dinilai lebih efektif, karena lebih

sedikit menimbulkan kerusakan pada kandungan gizi dan karakteristik

organoleptik pada susu, dibandingkan dengan LTLT. Proses pasteurisasi HTST

(minimum 72 °C selama 15 detik) disarankan untuk continuous flow

pasteurization dan LTLT (minimum 63°C selama 30 menit) untuk batch

pasteurization (Codex, CAC/RCP 57-2004).

Bahan baku susu untuk memproduksi susu pasteurisasi di Indonesia,

produsen (industri pengolahan susu) diperbolehkan menggunakan susu

rekombinasi atau susu rekonstitusi, karena pasokan susu segar dalam negeri masih

belum mencukupi kebutuhan susu dan produk susu dalam negeri. Bray (2008)

menjelaskan bahwa standar kualitas bahan baku susu berdasarkan Total Plate

Page 20: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

6  

Count (TPC) dan Somatic Cell Count (SCC) harus dijadikan landasan

kepentingan perlindungan kesehatan publik, bukan hanya semata untuk

memaksimasi kepentingan produsen produk susu dengan memperpanjang daya

simpannya.

Produk hasil pasteurisasi bila disimpan pada suhu kamar hanya bertahan

1-2 hari, sedangkan jika disimpan pada suhu rendah dapat bertahan selama

1 minggu (Sarinengsih, 2009). Persyaratan mutu susu pasteurisasi berdasarkan

BSN (1995) tentang Susu Pasteurisasi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Syarat mutu susu pasteurisasi menurut BSN (1995) tentang Susu Pasteurisasi

Syarat Karakteristik A B Bau khas khas Rasa khas khas Warna khas khas Kadar lemak minimum 2.80 1.50 Kadar bahan kering tanpa lemak minimum 7.7 7.5 Uji reduktase dengan methylen blue 0 0 Kadar protein minimum 2.5 2.5 Uji fosfatase 0 0 Total plate count maksimum 3 × 104 3 × 104 Koliform maksimum 10 10

Sumber: Badan Standardisasi Nasional (1995) Keterangan: A = susu pasteurisasi tanpa penyedap cita rasa B = susu pasteurisasi yang diberi penyedap cita rasa

Produk susu pasteurisasi dihasilkan dengan cara pemanasan bahan baku

susu dengan suhu dan selama waktu tertentu, kemudian segera didinginkan untuk

menghambat pertumbuhan bakteri. Ada beberapa kelompok bakteri yang disebut

thermoduric, yakni bakteri yang bertahan hidup pada suhu pasteurisasi, demikian

juga ada bakteri yang disebut psychrotrophic merupakan kontaminan utama pada

produk susu, tetap hidup pada susu pendinginan, namun tidak bertahan hidup

Page 21: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

7  

selama proses pasteurisasi, dan menghasilkan flavor yang tidak sedap. Bacillus

cereus, bakteri pembentuk spora yang mampu bertahan hidup selama proses

pasteurisasi, juga bertahan pada suhu pendinginan, dan penghasil enterotoxin,

yang menjadi penyebab keracunan pangan, dapat berkembang biak pada susu

pasteurisasi selama masa penyimpanan (Valik et al., 2003).

Penelitian Valik et al (2013) menyimpulkan bahwa susu pasteurisasi pada

suhu penyimpanan 9°C dan diatasnya, daya simpan hanya sekitar 5 hari.

Penyimpanan di bawah 9°C akan tetap aman, namun bakteri lainnya yang bersifat

psychrotrophic akan menjadi penyebab kerusakan dan keracunan pada susu.

Penelitian tersebut, diperlukan tanggungjawab produsen susu pasteurisasi untuk

menjamin bahwa daya simpan yang dicantumkan pada produknya dapat diteliti

secara seksama, berdasarkan TPC, disesuaikan dengan suhu penyimpanan yang

disarankan pada konsumennya.

Pemeriksaan dan penyortiran bahan baku susu berdasarkan TPC menjadi

faktor penting untuk menghasilkan susu pasteurisasi yang berkualitas baik dan

memiliki daya simpan yang cukup lama. Pengendalian TPC yang terkandung pada

susu segar dalam negeri masih menjadi persoalan, batas jumlah mikroba 3 juta per

ml saja masih sulit dicapai, lebih berat lagi bila dihadapkan pada standar yang

berlaku secara internasional (1 juta per ml) (Bray, 2008).

Total plate count (TPC) adalah pemeriksaan kualitas susu dengan cara

menghitung jumlah koloni pada beberapa pengenceran, kemudian ditumbuhkan

pada media plate count agar dan diinkubasi 37oC selama 2 x 24 jam sehingga

diketahui jumlah koloni per ml sampel. Standar kualitas bahan baku susu

Page 22: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

8  

berdasarkan TPC dijadikan landasan kepentingan perlindungan kesehatan publik,

bukan hanya semata untuk memaksimasi kepentingan produsen produk susu

dengan memperpanjang daya simpannya (Bray, 2008). SNI 01-6366-2000

mensyaratkan pemeriksaan TPC perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas susu.

Jumlah TPC >106 cfu/ml menyebabkan mikroba cepat berkembang dan toksin

sudah terbentuk. Batas maksimun cemaran mikroba susu pasteurisasi yang

ditetapkan SNI No. 01-6366 Tahun 2000 yaitu 3x104 (cfu/ml) atau 4,47 (log cfu/ml).

Syarat kontaminasi mikroba pada susu di Indonesia telah dibakukan dalam

Standar Nasional Indonesia (SNI, 2000) disajikan pada Tabel 1.

Tabel 2. Standar kontaminasi bakteri pada susu Jenis Kontaminasi Mikroba

Batas Maksimum Kontaminasi Mikroba (CFU/ml)

Susu Segar Susu Pasteurisasi

Susu Bubuk Susu Steril/ UHT

Jumlah Total 1X106 <3X104 5X104 <10/0,1 Coliform 2X101 <0,1X101 0 0 Escherichia coli (Patogen) 0 0 0 0 Enterococci 1X102 1X102 1X101 0 Staphylococcus aureus 1X102 1X101 1X101 0 Clostridium sp. 0 0 0 0 Salmonella sp. Negatif Negatif Negatif Negatif Camphylobacter sp. 0 0 0 0 Listeria sp. 0 0 0 0 Sumber : Badan Standardisasi Nasional Indonesia (SNI, 2000).

MORFOLOGI TANAMAN SIRSAK

a. Daun

Tanaman sirsak termasuk tanaman tahunan yang dapat tumbuh dan

berbuah sepanjang tahun, apabila air tanah mencukupi selama pertumbuhannya.

Di Indonesia tanaman sirsak menyebar dan tumbuh baik mulai dari dataran rendah

Page 23: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

9  

beriklim kering sampai daerah basah dengan ketinggian 1.000 meter dari

permukaan laut (Septiatin, 2009).

Daun sirsak berwarna hijau muda sampai hijau tua memiliki panjang 6-18

cm, lebar 3-7 cm, bertekstur kasar, berbentuk bulat telur, ujungnya lancip pendek,

daun bagian atas mengkilap hijau dan gundul pucat kusam di bagian bawah daun,

berbentuk lateral saraf. Daun sirsak memiliki bau tajam menyengat dengan

tangkai daun pendek sekitar 3-10 mm (Radi 1998).

Daun yang berkualitas adalah daun sirsak dengan kandungan antioksidan

yang tinggi terdapat pada daun yang tumbuh pada urutan ke-3 sampai urutan ke-5

dari pangkal batang daun dan dipetik pukul 5-6 pagi (Zuhud, 2011).

b. Bunga

Bunga tunggal (flos simplex) dalam satu bunga terdapat banyak putik

sehingga dinamakan bunga berpistil majemuk. bagian bunga tersusun secara

hemicylis, yaitu sebagian terdapat dalam lingkaran yang lain spiral atau terpencar.

mahkota bunga berjumlah 6 sepalum yang terdiri atas 2 lingkaran, bentuknya

hampir segi tiga, tebal dan kaku, berwarna kuning keputih-putihan, dan setelah tua

mekar, kemudian lepas dari dasar bunganya, putik dan benang sari lebar dengan

banyak karpel (bakal buah). Bunga keluar dari ketiak daun, cabang, ranting, atau

pohon. bunga umumnya sempurna, tetapi terkadang hanya bunga jantan dan

bunga betina saja dalam satu pohon. bunga melakukan penyerbukan silang, karena

umumnya tepung sari matang lebih dahulu sebelum putiknya (Radi, 1998).

c. Buah

Buah sirsak mengandung vitamin dan serat. Selain mengandung vitamin

A, B, dan C, sirsak juga mengandung gula sekitar 12 %. Setiap buah sirsak terdiri

Page 24: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

10  

dari 68% daging buah yang dapat dimakan, sisanya berupa kulit sebanyak 20%,

biji 8,5%, dan empulur 4% (bagian tengah pada buah sirsak sebagai tempat

melekatnya daging buah sirsak) kandungan air pada buah sirsak cukup tinggi,

yakni sekitar 82% (Haryoto, 1998).

d. Biji

Biji buah sirsak berwarna coklat agak kehitaman dan keras, berujung

tumpul, permukaan halus mengkilat dengan ukuran panjang kira-kira 16,8 mm

dan lebar 9,6 mm. Jumlah biji dalam satu buah bervariasi, berkisar antara 20-70

butir biji normal, sedangkan yang tidak normal berwarna putih kecoklatan dan

tidak berisi (Radi, 1998).

e. Pohon

Pohon sirsak memiliki model Troll, ketinggian mencapai 8-10 meter, dan

diameter batang 10-30 cm (Radi, 1998). Tanaman sirsak (Annona muricata Linn.)

termasuk tanaman tahunan dengan sistematik sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Ordo : Dicotyldonae Classis : Ranunculales Familia : Annonaceae Genus : Annona Species : Annona muricata Linn (Depkes RI, 2001).

KANDUNGAN KIMIA TANAMAN SIRSAK

a. Alkaloida

Alkaloida merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar.

Alkaloida mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih

atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik.

Page 25: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

11  

Alkaloida mempunyai aktivitas fisiologi yang menonjol sehingga digunakan

secara luas dalam bidang pengobatan (Harborne, 1987).

b. Senyawa Fenolik

Senyawa fenolik merupakan senyawa dengan suatu gugus OH yang

terikat pada cincin aromatik (Fessenden dan Fessenden, 1982). Fenolik

merupakan metabolit sekunder yang tersebar dalam tumbuhan. Senyawa fenolik

dalam tumbuhan dapat berupa fenol sederhana, antraquinon, asam fenolat,

kumarin, flavonoid, lignin dan tanin (Harborne, 1987). Senyawa fenolik telah

diketahui memiliki berbagai efek biologis seperti aktivitas antioksidan melalui

mekanisme sebagai pereduksi, penangkap radikal bebas, pengkhelat logam,

peredam terbentuknya oksigen singlet serta pendonor elektron (Karadeniz et al.,

2005).

Salah satu antioksidan alami yaitu asam galat (3, 4, 5-trihydroxy benzoic

acid). Asam galat termasuk dalam senyawa fenolik dan memiliki aktivitas

antioksidan yang kuat. Penentuan kandungan fenolik total dapat dilakukan dengan

menggunakan pereaksi Folin-Ciocalteu (Lee et al.,2003).

Adanya inti aromatis pada senyawa fenol (gugus hidroksi fenolik) dapat

mereduksi fosfomolibdat fosfotungstat menjadi molibdenum yang berwarna biru

(Sudjadi dan Rohman, 2004). Kandungan fenolik total dalam tumbuhan

dinyatakan dalam GAE (gallic acid equivalent) yaitu jumlah kesetaraan miligram

asam galat dalam 1 gram sampel (Lee et al., 2003).

Page 26: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

12  

c. Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu dari kelompok senyawa fenolik yang

dapat ditemukan pada buah dan sayur. Flavonoid memiliki berbagai aktivitas

biologis yang berperan sebagai antikanker, antiviral, antiinflamasi, mengurangi

resiko penyakit kardiovaskuler dan penangkapan radikal bebas. Kekuatan aktivitas

antioksidan dari flavonoid bergantung pada jumlah dan posisi dari gugus OH yang

terdapat pada molekul (Farkas et al., 2004). Semakin banyak substitusi gugus

hidroksi pada flavonoid, maka aktivitas antiradikalnya semakin besar (Amic et al.,

2003).

Adanya gugus orto-katekol (3‘4‘-OH) pada cincin B flavonoid merupakan

faktor penentu kapasitas antioksidan yang tinggi (Amic et al.,2003). Pada

tumbuhan aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam

berbagai bentuk struktur. Semua flavonoid mengandung 15 atom karbon pada inti

dasar, yang tersusun dalam konfigurasi C6 - C3 - C6 yaitu dua cincin aromatik

yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat

membentuk cincin ketiga (Markham, 1988).

Kandungan flavonoid total dapat ditentukan secara kolorimetri dengan

reagen AlCl3 dan dinyatakan dalam RE (rutin equivalent) (Zhishen et al., 1999).

Prinsip penetapan berdasarkan gugus orto dihidroksi dan gugus hidroksi keton

yang membentuk kompleks reagen AlCl3 sehingga memberikan efek batokromik

(Harborne, 1987). Aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat

dalam berbagai bentuk struktur (Markham, 1988). Kemampuan dalam meredam

radikal bebas yang berperan penting dalam aktivitas flavonoid sebagai

Page 27: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

13  

antioksidan. Beberapa senyawa flavonoid terbukti dapat meredam radikal bebas

DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) (Windono, et al., 2004 ).

d. Saponin

Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang

menyerupai sabun (bahasa latin sapo berarti sabun). Saponin tersebar luas diantara

tanaman tinggi. Saponin merupakan senyawa berasa pahit, menusuk,

menyebabkan bersin dan mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin

adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok.

Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan, dan

tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan selama

beratus-ratus tahun (Robinson, 1995).

e. Tanin

Tanin merupakan salah satu senyawa yang termasuk ke dalam golongan

polifenol yang terdapat dalam tumbuhan, yang mempunyai rasa sepat dan

memiliki kemampuan menyamak kulit. Tanin terdapat luas dalam tumbuhan

berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu

Umumnya tumbuhan yang mengandung tanin dihindari oleh pemakan tumbuhan

karena rasanya yang sepat. Salah satu fungsi tanin dalam tumbuhan adalah

sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan (herbivora) (Harborne, 1987).

f. Glikosida

Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan gula dan bukan gula.

Bagian gula biasa disebut glikon sementara bagian bukan gula disebut aglikon

atau genin (Gunawan, et al., 2002). Klasifikasi (penggolongan) glikosida sangat

Page 28: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

14  

sukar. Bila ditinjau dari gulanya, akan dijumpai gula yang strukturnya belum

jelas. Sedangkan bila ditinjau dari aglikonnya akan dijumpai hampir semua

golongan konstituen tumbuha n, misalnya tanin, sterol, terpenoid, dan flavonoid.

Hampir semua glikosida dapat dihidrolisis dengan pendidihan dengan asam

mineral. Hidrolisis dalam tumbuhan juga terjadi karena enzim yang terdapat

dalam tumbuhan tersebut. Nama enzimnya secara umum adalah beta glukosidase,

sedangkan untuk ramnosa nama enzimnya adalah ramnase (Anonim, 2010).

g. Steroid/Triterpenoid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik,

yaitu skualen. Triterpenoid adalah senyawa tanpa warna, berbentuk kristal, sering

kali bertitik leleh tinggi dan aktif optik. Uji yang banyak digunakan ialah reaksi

Liebermann – Burchard (asam asetat anhidrida – H2SO4 pekat) yang kebanyakan

triterpena dan sterol memberikan warna hijau biru. Steroida adalah triterpena yang

kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana perhidrofenantren (Harborne,

1987).

Dahulu steroida dianggap sebagai senyawa satwa tetapi sekarang ini makin

banyak senyawa steroida yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan (fitosterol).

Fitosterol merupakan senyawa steroida yang berasal dari tumbuhan. Senyawa

fitosterol yang biasa terdapat pada tumbuhan tinggi yaitu sitosterol, stigmasterol,

dan kampesterol (Harborne, 1987).

Page 29: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

15  

KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L).

Kayu secang (Caesalpinia sappan L) merupakan perdu yang umumnya

tumbuh di tempat terbuka sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut

seperti di daerah pegunungan yang berbatu tetapi tidak terlalu dingin. Tingginya

5-10 m. Batangnya berkayu, bulat dan berwarna hijau kecoklatan. Batang dan

percabangannya terdapat duri-duri tempel yang bentuknya bengkok dan letaknya

tersebar. Daun secang merupakan daun majemuk menyirip ganda dengan panjang

25-40 cm, jumlah anak daunnya 10-20 pasang yang letaknya berhadapan. Bunga

sepang adalah bunga majemuk berbentuk malai, bunganya keluar dari ujung 21

tangkai dengan panjang 10-40 cm, mahkota bunga berbentuk tabung berwarna

kuning. Buah sepang adalah buah polong, panjang 8-10 cm, lebar 3-4 cm, ujung

seperti paruh berisi 3-4 biji, jika masak berwarna hitam. Bijinya bulat memanjang

dengan panjang 15-18 mm dan lebar 8-11 mm, tebalnya 5-7 mm, warnanya

kuning kecoklatan. Akar sepang adalah akar tunggang berwarna coklat kotor

(Hariana, 2006).

Klasifikasi botani tanaman sepang adalah sebagai berikut (Tjitrosoepomo, 1994):

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicolyledonae Bangsa : Resales Suku : Cesalpiniaceae Marga : Caesalpinia Jenis : Caesalpinia sappan L Nama Umum : Secang

Page 30: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

16  

Kandungan kimia kayu secang (Caesalpinia sappan L.) adalah sebagai

berikut (Hariana, 2006):

1. Bazilin adalah golongan senyawa yang memberi warna merah pada sepang

dengan struktur C6H14O5 dalam bentuk kristal. Brazilin merupakan senyawa

antioksidan yang mempunyai katekol dalam struktur mempunyai efek melindungi

tubuh dari keracunan akibat radikal kimia. Brazilin diduga mempunyai efek anti-

inflasi dan anti bakteri (Staphylococcus aureus dan Escherichia coli).

2. Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik yang

banyak merupakan pigmen tumbuhan. Fungsi kebanyakan flavonoid dalam tubuh

manusia adalah sebagai antioksidan. Antioksidan melindungi jaringan dari

kerusakan oksidatif akibat radikal bebas yang berasal dari proses-proses dalam

tubuh atau dari luar. Pada beberapa penelitian disebutkan bahwa kelompok

polifenol memiliki peran sebagai antioksidan dan juga antibakteri (Widowati,

2011).

3. Tanin adalah komponen zat organik yang sangat komplek dan terdiri dari

senyawa fenolik yang mempunyai berat molekul 500-3000, dapat bereaksi dengan

protein membentuk senyawa komplek larut. Tanin bersifat sebagai antibakteri dan

astringent atau menciutkan dinding usus yang rusak karena asam atau bakteri.

Kadar tanin tertinggi diperoleh dengan cara pemasakan selama 20 menit dan kadar

terendah pada perlakuan penyeduhan selama 10 menit, kadar tanin yang diperoleh

pada perebusan 20 menit adalah 0,137% (Winarti dan Sembiring, 1998)

Komponen kimia yang terkandung pada kayu secang, seperti brazilin

menjadi pewarna alami makanan. Pewarna makanan merupakan benda berwarna

Page 31: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

17  

yang memiliki afinitas kimia terhadap makanan yang diwarnainya. Tujuan

pemberian warna dimaksudkan agar makanan terlihat lebih berwarna sehingga

menarik perhatian konsumen. Bahan pewarna umumnya berwujud cair dan bubuk

yang larut di air. Pewarna makanan dapat berupa pewarna jenis direct, mordant

dan vat, dan penggunaannya secara ketat dikontrol hukum (Anonim, 2012).

Pewarna alami diperoleh dari tanaman ataupun hewan yang berupa pigmen.

Pigmen alami yang banyak terdapat di sekitar kita antara lain: klorofil (terdapat

pada daun-daun berwarna hijau), karotenoid terdapat pada kayu secang, wortel

dan sayuran lain berwarna oranye-merah) (Suhanda, 2006).

Kayu secang memiliki kandungan brazilin yang merupakan senyawa

antioksidan yang mempunyai katekol dalam struktur kimianya namun yang paling

berperan sebagai antioksidan yaitu kadar fenol kayu secang. Penelitian

Miksusanti, et al (2011) berkesimpulan bahwa (Caesalpinia sappan L.) dapat

menghambat aktivitas bakteri Bacillus cereus dengan kadar fenol 590,428 mg/g.

Penelitian Kumala, et al (2009) dan Kumala, et al (2013) berkesimpulan bahwa

rebusan kayu secang menghambat aktivitas bakteri Salmonella thypii dan

Escherichia coli secara in vivo diduga yang berperan adalah tanin dan asam galat.

Jumlah total bakteri susu pasteurisasi dengan penambahan rebusan kayu

secang selama penyimpanan terjadi penurunan jumlah bakteri yang terkandung di

dalam susu pasteurisasi dari penyimpanan 0 hari sampai pada penyimpanan 9 hari.

Hal ini disebabkan karena susu pasteurisasi mendapat perlakuan penambahan

rebusan kayu secang dan disimpan pada suhu 4oC sehingga pertumbuhan bakteri

dihambat. Jumlah total bakteri tertinggi pada penyimpanan 3 hari sebesar 2,99

Page 32: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

18  

(log cfu/ml) dan terendah pada penyimpanan 9 hari sebesar 1,67 (log cfu/ml)

(Fadliah, 2014).

TINJAUAN UMUM Escherichia coli

Escherichia coli, yaitu bakteri anaerob fakultatif Gram negatif berbentuk

batang yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Bakteri ini merupakan

penghuni normal usus, selain berkembang biak di lingkungan sekitar manusia.

Pertama dijumpai pada tahun 1885 (Arisman, 2009).

Bakteri Escherichia coli merupakan jasad indikator dalam substrat air dan

bahan makanan. Bakteri ini mampu memfermentasikan laktosa pada temperatur

37°C dengan membentuk asam dan gas. Bakteri ini berpotensi patogen karena

pada keadaan tertentu dapat menyebabkan diare (Suriawiria, 1996).

Bakteri Coliform dibedakan menjadi 2, yaitu fekal dan non-fekal. Yang

termasuk kelompok bakteri Coliform fekal adalah Escherichia coli, sedangkan

kelompok bakteri Coliform non-fekal adalah E. aerogenes. Untuk membedakan

Escherichia coli dari E. aerogenes dapat dilakukan uji IMViC (indol, merah metil,

voges-proskauer, sitrat), yaitu uji yang menunjukkan pembentukan indol dari

triptofan, uji merah metil yang menunjukkan fermentasi glukosa menghasilkan

asam sampai pH 4,5 sehingga medium akan berwarna merah dengan adanya

merah metil, uji voges-proskauer yang menunjukkan pembentukan asetil metil

karbinol dari glukosa, dan uji penggunaan sitrat sebagai sumber karbon. E. coli

mempunyai sifat yang berbeda dengan E. aerogenes karena pada umumnya dapat

memproduksi indol dari triptofan, membentuk asam sehingga menurunkan pH

sampai 4,5, tidak memproduksi asetil metil karbinol, dan tidak dapat

Page 33: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

19  

menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon. Sifat-sifat E. coli lainnya

yang penting adalah bakteri ini dapat memfermentasi laktosa dengan

memproduksi asam dan gas, mereduksi nitrat menjadi nitrit, bersifat katalase

positif, dan oksidase negatif (Fardiaz, 1992).

KLASIFIKASI Escherichia coli

Genus Escherichia dinamai demikian sebagai bentuk penghormatan bagi

Theordor Escherich, seorang dokter anak yang pertama kali mengisolasi spesies

Escherichia coli. Terdapat lima spesies pada genus Escherichia namun

Escherichia coli yang paling patogen (ditunjukkan pada Gambar 1). Menurut

Todar (2008), klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut:

Kingdom : Bacteria Filum : Proteobacteria Kelas : Gamma Proteobacteria Ordo : Enterobacteriales Famili : Enterobacteriaceae Genus : Escherichia Species : Escherichia coli

Gambar 1. Escherichia coli

E. coli ini diklasifikasikan oleh ciri khas sifat-sifat virulensinya yaitu (Todar,

2008):

1. Enterophatogenic E. coli (EPEC), adalah penyebab penting diare pada bayi.

Page 34: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

20  

2. Enterotoxigenic E. coli (ETEC) adalah penyebab diare yang sering pada

wisatawan dan adalah penyebab penting diare pada bayi.

3. Enteroinvasive E. coli (EIEC) adalah penyebab diare seperti disentri yang

disebabkan oleh shigella.

4. Enterohemoragic E. coli (EHEC) adalah penyebab berbagai jenis penyakit,

berkisar dari diare ringan sampai nyeri abdomen berat dengan colitis

hemoragik.

5. Enteroagregative E. coli (EAEC) menyebabkan diare yang akut dan kronis.

Eschericia coli (E. coli) adalah bakteri batang Gram negatif fermentatif

dengan panjang 0,4–0,7 μm, lebar 1–3 μm, dan dapat berupa satu individu

maupun berpasangan (Gyles et al. 2010). Bakteri ini dapat tumbuh dengan baik

pada media bakteri sederhana, seperti agar Mac Conkey, dan membentuk koloni

besar berwarna merah. Selain itu, dapat pula diidentifikasi dengan reaksi positif

pada uji indol, reaksi negatif pada uji produksi urease, dan hidrogen sulfida (Gyles

et.al. 2010). E. coli dapat dengan mudah ditumbuhkan dari spesimen klinis ke

media umum atau selektif pada suhu 37°C, dalam kondisi anaerob (Nataro dan

Kaper 1998).

Menurut Songer dan Post (2005), habitat E. coli pada sebagian besar

vertebrata adalah ileum bawah dan usus besar. Berkolonisasi pada saluran

pencernaan neonatal dalam waktu satu jam pasca lahir. E.coli merupakan flora

fakultatif utama di dalam usus. Pada umumnya, E. coli menetap secara normal di

lumen usus inang tetapi apabila inang dalam keadaan lemah (immunosupresi) atau

Page 35: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

21  

saat sistem pelindung gastrointestinal terganggu maka bakteri normal, non

patogeni tersebut dapat menyebabkan infeksi (Nataro dan Kaper 1998).

Berbeda strain (tipe) akan berbeda pula bentuk penyakitnya. Oleh karena

itu sangat penting membedakan antara strain yang patogenik dan nonpatogenik.

Secara serologis, penggolongan E. coli dibedakan berdasarkan antigen permukaan

yaitu antigen O pada lipopolisakarida dan antigen H pada flagella. Antigen O

digunakan untuk menentukan serogrup sedangkan antigen H untuk menentukan

serotipe. Terdapat setidaknya 170 macam antigen O yang saat ini diakui (Nataro

dan Kaper 1998). Selain itu antigen kapsular (K) juga dapat digunakan dalam

penggolongan (Songer dan Post 2005). Keberadaan antigen K ditentukan dengan

uji aglutinasi bakteri bahwa suatu strain E. coli tidak dapat teraglutinasi dengan

antiserum O tetapi teraglutinasi apabila kultur tersebut dipanaskan (Nataro dan

Kaper 1998).

Page 36: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

22  

METODE PENELITIAN

WAKTU DAN TEMPAT

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015, bertempat di

Laboratorium mikrobiologi, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin,

Makassar, Sulawesi Selatan.

MATERI PENELITIAN

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah erlenmeyer, termometer,

cawan petri, mikropipet, alat penghitung koloni (colony counter), tabung reaksi,

vortex, rak tabung reaksi, tissue, bunsen, waterbath, cawan petri, sendok,

penyaring, gelas ukur, timbangan, autoklaf, dan kulkas.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sari buah sirsak

(Annona muricata L), susu segar, Nutrien Agar (NA), BPW (Buffered Peptone

Water), media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA), alkohol 70%, akuades, gula

dan spiritus.

RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

(RAL) pola faktorial 3X4 dengan 3 kali ulangan, yaitu:

Faktor pertama : level kayu secang :

A1 : 0%

A2 : 1%

A3 : 2%

Page 37: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

23  

Faktor Kedua : Lama penyimpanan (40C)

B0 : 0 hari

B1 : 5 hari

B2 : 10 hari

B3 : 15 hari

PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan 4 tahapan yaitu:

1. Pembuatan Sari Buah Sirsak

Tahap pertama pembuatan sari buah sirsak yaitu, buah sirsak yang matang

dan segar dipotong dan dipisahkan kulitnya, kemudian daging buah dipisahkan

dari biji. Daging buah sirsak dicampur air dengan perbandingan 1 : 1, kemudian

diblender, dan dilakukan penyaringan agar terpisah antara sari buah dengan

ampas.

2. Pembuatan sediaan rebusan kayu Secang (Caesalpinia sappan L.)

Pembuatan rebusan kayu secang 1% dan 2%, yaitu dengan cara perebusan

selama 20 menit (Winarti dan Sembiring, 1998). Kayu secang dicampur air

dengan perbandingan 1:100 (b/v) kemudian direbus selama 20 menit pada

kondisi ini kadar tanin yang diperoleh sangat tinggi. Perebusan dilakukan dengan

suhu 95-1000C dipertahankan selama 20 menit (Kusumawati 2008).

3. Proses Pembuatan Susu Pasteurisasi dengan Penambahan Sari Buah Sirsak dan

Kayu Secang.

Susu pasteurisasi dibuat dari susu segar dengan penambahan sari buah

sirsak 12%, dan kayu secang 0%, 1% dan 2% pada 1 liter susu sapi segar.

Page 38: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

24  

Selanjutnya campuran larutan tersebut ditambahkan 3% gula kemudian

dipasteurisasi dengan metode HTST (75 0C selama 15 detik).

4. Penyimpanan

Penyimpanan dilakukan pada suhu 4oC dengan lama penyimpanan masing

masing 0 hari (kontrol), 5 hari, 10 hari dan 15 hari untuk melihat daya simpan

susu pateurisasi dengan penambahan sari buah sirsak dan rebusan kayu secang

terhadap jumlah total bakteri.

PARAMETER YANG DIAMATI

Pengamatan kualitas susu akan dilakukan setiap 3 minggu menggunakan 1

liter susu segar dengan 200 ml per ulangan, pengamatan ini dilakukan sebanyak 2

periode pengamatan dengan total susu yang digunakan 1 liter dan selanjutnya

dilakukan pengamatan sebagai berikut :

Perhitungan Jumlah Total Mikroba

Pembuatan media Nutrien Agar (NA): pembuatan media dilaksanakan di

Laboratorium Mikrobiologi. Sebanyak 28 gram NA dilarutkan dalam 1 liter

akuades, kemudiaan dipanaskan hingga larut sempurna lalu di sterilkan dalam

autoklaf pada suhu 1210C selam 15 menit.

Perhitungan jumlah total mikroba : susu kemudian disimpan pada gelas ukur,

selanjutnya sampel diambil 1 ml kemudian dicampurkan 9 ml dengan larutan

Buffered Peptone Water (BPW) 0,1% (menjadi Pengenceran 1:10 atau 10-1)

pada tabung reaksi dan dihomogenkan dengan vortex. Pengenceran dilakukan

1:100 (10-2) dengan cara memindahkan 1 ml dari pengenceran 10-1 ke dalam 9

Page 39: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

25  

ml larutan BPW 0,1%. Pengenceran dilakukan dengan cara yang sama pada

tabung reaksi 10-2, sampai 10-7.

Sampel sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam cawan petri. Media NA sebanyak

15 ml pada Suhu 40-500C dituangkan ke masing – masing cawan petri tersebut,

lalu dihomogenkan perlahan (cawan petri digeser-geser di atas meja membuat

angka 8 mendatar) lalu biarkan agar memadat. Inkubasi dilakukan pada suhu

35-370C, 24-48 jam.

Perhitungan Jumlah Mikroba :

Jumlah mikroba dihitung dengan alat colony counter yaitu jumlah mikroba per ml

=    

          

 

Perhitungan Jumlah Bakteri Escherichia coli :

Pembuatan media EMBA : pembuatan media dilaksanakan di Laboratorium

Mikrobiologi. Sebanyak 37,5 gram EMBA dilarutkan dalam 1 liter akuades,

kemudian dipanaskan hingga larut sempurna lalu disterilkan dalam autoklaf

pada suhu 1210C selama 15 menit.

Perhitungan jumlah bakteri Escherichia coli : sampel susu yg sudah

dipasteurisasi diambil 1 ml kemudian di campurkan 9 ml dengan larutan

Buffered Peptone Water (BPW) 0,1% (menjadi pengenceran 1:10 atau 10-1)

pada tabung reaksi dan dihomogenkan dengan tube shaker. Pengenceran

dilakukan 1:100 (10-2) dengan cara memindahkan 1 ml dari pengenceran 10-1

ke dalam 9 ml larutan BPW. Lakukan pengenceran dengan cara yang sama

pada tabung reaksi 10-2, 10-3, 10-4, 10-5, 10-6 dan 10-7.

  X1

faktor pengencer

Page 40: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

26  

Sampel sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam cawan petri. 15 ml EMBA pada

suhu 40-500C dituangkan ke masing-masing cawan petri kemudian digeser-

geser di atas meja membuat angka 8 mendatar lalu biarkan agar memadat.

Inkubasi dilakukan pada suhu 35 - 370C, 24 - 48 jam.

Perhitungan Jumlah Bakteri Escherichia coli :

Menghitung jumlah bakteri yang tumbuh yang mencirikan Escherichia coli

menggunakan colony counter yaitu koloni yang membentuk titik warna hitam

dari masing-masing pengenceran.

ANALISIS DATA

Analisis data dilakukan dengan analisis statistik deskriptif, yaitu penyajian

data dalam bentuk diagram dan tabel (jumlah bakteri). Total jumlah bakteri pada

susu segar dan susu pasteurisasi dihitung persentasenya dari selisih sebelum dan

setelah pasteurisasi.

Page 41: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

27  

DIAGRAM ALIR

Diagram alir pembuatan susu pasteurisasi dengan penambahan sari buah

sirsak:  

a. Tahap Perebusan Kayu Secang

 

 

 

 

                                                 

Gambar 2. Diagram Alir Perebusan Kayu Secang

Kayu secang

Kerukan kayu secang dicampur air dengan perbandingan 1:100

Direbus selama 20 menit pada suhu 95 sampai 1000C

Disaring

Rebusan kayu secang

Page 42: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

28  

b. Tahap Pembuatan Sari Buah Sirsak

Gambar 3. Diagram Alir Pembuatan Sari Buah Sirsak

Buah Sirsak yang matang dan segar

Dipotong dan dipisahkan kulitnya 

Daging buah dipisahkan dari biji 

Daging buah sirsak dicampur air dengan perbandingan 1:1 

Diblender 

Disaring (dipisahkan antara ampas dan sari buah) 

Sari buah sirsak 

Page 43: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

29  

c. Tahap pembuatan susu pasteurisasi dengan pembuatan sari buah sirsak dan kayu secang

Gambar 4. Diagram alir pembuatan susu pasteurisasi sari buah sirsak dengan penambahan kayu secang

Gula 3 % Susu segar

Dihomogenkan

Dipasteurisasi dengan metode HTST dengan Suhu 75 oc selama 15 detik

Susu pasteurisasi

Penyimpanan suhu 4oC

Sari buah sirsak 12% + Kayu secang

0%, 1%, 2%

15 Hari 10 Hari 5 Hari 0 Hari

Escherichia coli Total Plate Count (TPC)

Di hitung

Page 44: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

30  

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas mikrobiologis merupakan salah satu kualitas yang dapat

mempengaruhi produk pangan asal hewani selain kualitas fisik dan kimia. Salah

satu contoh kualitas mikrobiologis yang dapat mengurangi mutu produk pangan

adalah bakteri. Bakteri merupakan salah satu faktor biologis yang dapat

mencemari produk pangan asal hewani terutama pada produk susu. Ada beberapa

kelompok bakteri yang yang dapat mencemari produk susu yaitu thermoduric,

yakni bakteri yang bertahan hidup pada suhu pasteurisasi, demikian juga ada

bakteri yang disebut psychrotrophic merupakan kontaminan utama pada produk

susu, tetap hidup pada suhu dingin, namun tidak bertahan hidup selama proses

pasteurisasi, dan menghasilkan flavor yang tidak sedap. Bacillus cereus, bakteri

pembentuk spora yang mampu bertahan hidup selama proses pasteurisasi, juga

bertahan pada suhu pendinginan, dan penghasil enterotoxin, yang menjadi

penyebab keracunan pangan, dapat berkembang biak pada susu pasteurisasi

selama masa penyimpanan (Valik et al., 2003).

Total plate count (TPC) adalah pemeriksaan kualitas susu dengan cara

menghitung jumlah koloni pada beberapa pengenceran, kemudian ditumbuhkan

pada media plate count agar dan diinkubasi 37oC selama 2 x 24 jam sehingga

diketahui jumlah koloni per ml sampel. Standar kualitas bahan baku susu

berdasarkan TPC dijadikan landasan kepentingan perlindungan kesehatan publik,

bukan hanya semata untuk memaksimasi kepentingan produsen produk susu

dengan memperpanjang daya simpannya (Bray, 2008). SNI 01-6366-2000

mensyaratkan pemeriksaan TPC perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas susu.

Page 45: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

31  

Jumlah Total Bakteri (TPC) susu pasteurisasi sari buah sirsak dengan

pernambahan kayu secang disajikan pada Gambar 5.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah bakteri pada susu pateurisasi

sari buah sirsak dengan penambahan rebusan kayu secang lebih rendah

dibandingkan dengan susu pasteurisasi sari buah sirsak tanpa kayu secang. Pada

penyimpanan 0 hari masih banyak terdapat bakteri setelah dipasteurisasi, bakteri

tersebut terdiri dari bakteri Gram positif dan Gram negative. Hal tersebut

disebabkan karena terjadi kontaminasi pada proses pemerahan, pengolahan dan

lama pemyimpanan sebelum pasteurisasi. Frazier dan Westhoff (1979) yang

menyatakan bahwa Hidupnya mikroorganisme pada susu yang dipasteurisasi

bergantung pada suhu penyimpanan, jumlah, dan tipe mikroorganime yang tahan

pasteurisasi.

Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa secara umum jumlah total

bakteri tertinggi terdapat pada penyimpanan 5 hari dan terendah pada

penyimpanan 15 hari artinya pada hari ke-5 bakteri beradaptasi dengan media

0

1

2

3

4

5

6

7

0 Hari 5 Hari 10 Hari 15 Hari

0%

1%

2%

6.0

5.14.9

6.3 6.1 5.9

4.23.8 3.7

3.9 3.73.5

Jum

lah

Tot

al B

akte

ri c

fu/m

l (L

og 1

0)

Level Kayu Secang :

Lama Penyimpanan

Gambar 5. Jumlah Total Bakteri

Page 46: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

32  

pertumbuhannya sehingga mengalami fase pertumbuhan cukup baik sedangkan

pada hari ke 10 dan15 bakteri mengalami fase menuju kematian sehingga

jumlahnya menurun. Hal ini disebabkan karena pada hari ke 10 dan 15

kemungkinan pertumbuhan bakteri dihambat oleh kandungan kimia pada sari

buah sirsak dan kayu secang. Hal ini sesuai dengan pendapat Volk dan Wheeler

(1993), yang menyatakan bahwa bakteri memiliki 4 fase pertumbuhan yaitu

pertumbuhan bakteri dapat dibagi menjadi 4 fase, yaitu fase lag, fase logaritma

(eksponensial), fase stasioner dan fase kematian. Fase lag merupakan fase

penyesuaian bakteri dengan lingkungan yang baru. Lama fase lag pada bakteri

sangat bervariasi, tergantung pada komposisi media, pH, suhu, aerasi, jumlah sel

pada inokulum awal dan sifat fisiologis mikroorganisme pada media sebelumnya.

Ketika sel telah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru maka sel mulai

membelah hingga mencapai populasi yang maksimum. Fase stasioner terjadi pada

saat laju pertumbuhan bakteri sama dengan laju kematiannya, sehingga jumlah

bakteri keseluruhan bakteri akan tetap. Fase menuju kematian yang ditandai

dengan peningkatan laju kematian yang melampaui laju pertumbuhan, sehingga

secara keseluruhan terjadi penurunan populasi bakteri.

Menurut Fitriani (2015), susu pasteurisasi sari buah sirsak 12% sangat

disukai oleh panelis karena mempunyai rasa yang enak, selain itu sari buah sirsak

mengandung antibakteri. Antibakteri yang terkandung pada sirsak adalah fenol.

Fenol terdapat dalam tannin yang berfungsi sebagai anti bakteri yang dapat

merusak membran sel yang menyebabkan kebocoran metabolit penting dan

menginaktifkan bakteri. Padmaningrum, et. al (2012) menyatakan bahwa tannin

Page 47: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

33  

yang mengandung senyawa fenolik bersifat sebagai antibakteri dan astringent atau

menciutkan dinding usus yang rusak karena asam atau bakteri. Senyawa fenol

paling banyak digunakan karena senyawa tersebut tidak hanya terdapat pada

antibiotik sintetik, namun pada senyawa alam yang dikenal sebagai polifenol.

Polifenol dapat merusak membran sitoplasma secara total dengan mengendapkan

protein sel. Fenol merusak membran sel disaat konsentrasi rendah yang

menyebabkan kebocoran metabolit penting dan menginaktifkan bakteri.

Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu metabolisme mikroba yang

merugikan. Mikroorganisme dapat menyebabkan bahaya karena kemampuan

menginfeksi dan menimbulkan penyakit serta merusak bahan pangan.

Kayu secang mengandung senyawa kimia terpenoid, fenil propana, steroid,

saponin, flavonoid, alkaloid, tanin, fitosterol, dan zat warna brazilin (Sudarsono et

al., 2002). Hasil uji bioautografi ekstrak etanol kayu secang menunjukkan bahwa

komponen golongan senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap

Staphylococcus aureus adalah senyawa flavonoid, terpenoid, saponin dan yang

memiliki aktivitas terhadap Shigella dysentriae adalah senyawa flavonoid,

terpenoid, saponin, dan brazilin (Dianasari, 2009).

Flavonoid dapat membentuk kompleks dengan cairan ekstraseluler dan

melarutkan protein serta membentuk kompleks dengan dinding sel bakteri

(Cowan, 1999). Saponin dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan

mekanisme penghambatan terhadap sintesis protein karena terakumulasi dan

menyebabkan perubahan komponen penyusun sel bakteri tersebut (Rosyidah et

al., 2010). Komponen fenolik utama pada kayu secang dibagi menjadi empat sub

Page 48: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

34  

tipe struktural, yaitu brazilin, chalcon, protosappanin dan homisoflavonoid

(Sentilkumar et al., 2011). Mekanisme toksisitas fenolik terhadap mikroorganisme

meliputi penghambatan enzim oleh komponen yang teroksidasi, mungkin melalui

reaksi dengan sulfidril atau interaksi nonspesifik dengan protein. Kemampuan

antimikroba tanin mungkin berkaitan dengan kemampuan untuk menginaktivasi

adhesin mikroba, enzim, dan transport protein pembungkus sel. Tanin juga

membentuk kompleks dengan polisakarida (Cowan, 1999).

Menurut Fadliah (2014), jumlah total bakteri (TPC) pada penyimpanan 9

hari susu pateurisasi dengan penambahan rebusan kayu secang 2% yaitu 1,6

(log10 cfu/ml) lebih rendah dibandingkan dengan susu pasteurisasi tanpa

penambahan kayu secang yaitu 7,0 (log10 cfu/ml). Penelitian tersebut

menunjukkan bahwa susu pasteurisaasi dengan penambahan rebusan kayu secang

2% masih layak dikonsumsi selama 9 hari karena berada di bawah standar SNI

tahun 2000 yaitu 4,47 (log10 cfu/ml) atau 3 X 104. Hal ini disebabkan karena kayu

secang memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri yang terkandung

di dalam susu selama penyimpanan

Suhu mempengaruhi tingkat kontaminasi mikroba dan dapat

memperpanjang daya simpan suatu produk. Penelitian Valik et al (2013)

menyatakan bahwa susu pasteurisasi pada suhu penyimpanan 9°C dan diatasnya

mempunyai daya simpan hanya sekitar 5 hari. Penyimpanan di bawah 9°C akan

tetap aman, namun bakteri lainnya yang bersifat psychrotrophic akan menjadi

penyebab kerusakan dan keracunan pada susu. Penelitian tersebut, diperlukan

tanggungjawab produsen susu pasteurisasi untuk menjamin bahwa daya simpan

Page 49: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

35  

yang dicantumkan pada produknya dapat diteliti secara seksama, berdasarkan

TPC, disesuaikan dengan suhu penyimpanan yang disarankan pada konsumennya.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jumlah total bakteri (TPC)

yang terdapat dalam susu pasteurisasi sari buah sirsak dengan pernambahan kayu

secang 0%, 1% dan 2% masih layak dikonsumsi pada penyimpanan 10 dan 15

hari berturut-turut yaitu 3,9; 3,7 dan 3,5 (log10 cfu/ml) karena masih memenuhi

standar SNI dan tidak melewati batas maksimum cemaran mikroba susu

pasteurisasi yang ditetapkan SNI No. 01-6366 Tahun 2000 yaitu 4,47 (log10

cfu/ml) atau 3x104 (cfu/ml) dan pada penyimpanan 5 hari tidak layak dikonsumsi

karena melewati batas maksimum cemaran mikroba.

JUMLAH BAKTERI Esherichia coli

Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri indikator dalam substrat air

dan bahan makanan. Bakteri ini mampu memfermentasikan laktosa pada suhu

37°C dengan membentuk asam dan gas. Bakteri ini berpotensi patogen karena

pada keadaan tertentu dapat menyebabkan diare (Suriawiria, 1996).

Menurut Badan Standardisasi Nasional Indonesia dalam SNI (2000)

menyatakan standar kontaminasi bakteri Escherichia coli (patogen) pada susu

segar dan susu pasteurisasi adalah 0. Pasteurisasi merupakan proses pemanasan di

bawah titik didih. Pasteurisasi pada susu dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu Low

Temperature Long Time (LTLT) dan Hight Temperature Short Time (HTST).

Pasteurisasi yang digunakaan pada penelitian ini yaitu pasteurisasi dengan cara

HTST pada suhu 75oC selama 15 detik. Cara pasteurisasi yang dilakukan juga

berpengaruh terhadap kandungan gizi dan roma produk pangan. Pada susu HTST

Page 50: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

36  

dinilai lebih efektif, karena lebih sedikit menimbulkan kerusakan pada kandungan

gizi dan karakteristik organoleptik pada susu, dibandingkan dengan LTLT. Proses

pasteurisasi HTST (minimum suhu 72 °C selama 15 detik) disarankan untuk

continuous flow pasteurization dan LTLT (minimum suhu 63°C selama 30 menit)

untuk batch pasteurization (Codex, CAC/RCP 57-2004).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasteurisasi HTST pada suhu 75oC

selama 15 detik tidak menjamin matinya bakteri Escherichia coli yang dapat

dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah bakteri Escherichia coli (Log10 cfu/ml) pada susu pasteurisasi sari buah sirsak dengan penambahan kayu secang.

Level Kayu Secang      Penyimpanan      

0 Hari 5 Hari 10 Hari 15 Hari

0% 1,8 2 2,7 3,0

1% 0 0 2,4 2,6

2% 0 0 2.1 2,4

Rata-rata 0,6 0,7 2,4 2,7

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah bakteri Escherichia coli pada susu

pasteurisasi sari buah sirsak tanpa rebusan kayu secang (kontrol) lebih tinggi

dibandingkan dengan susu pasteurisasi sari buah sirsak dengan penambahan

rebusan kayu secang. Hal ini disebabkan karena kayu secang mengandung

senyawa kimia yang dapat bersifat antibakteri. Hal ini sesuai dengan penelitian

Fadliah (2014) menyatakan bahwa kayu secang memiliki kandungan brazilin

yang merupakan senyawa antioksidan yang mempunyai katekol dalam struktur

kimianya namun yang paling berperan sebagai antioksidan yaitu kadar fenol kayu

secang. Penelitian Miksusanti, et al (2011) berkesimpulan bahwa (Caesalpinia

Page 51: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

37  

sappan L.) dapat menghambat aktivitas bakteri Bacillus cereus dengan kadar fenol

590,428 mg/g. Penelitian Kumala, et al (2009) dan Kumala, et al (2013)

berkesimpulan bahwa rebusan kayu secang menghambat aktivitas bakteri

Salmonella thypii dan Escherichia coli secara in vivo diduga yang berperan adalah

tanin dan asam galat.

Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pada penyimpanan hari ke 10 dan 15

terjadi peningkatan jumlah bakteri Escherichia coli pada susu pasteurisasi sari

buah sirsak dengan penambahan 1% dan 2% rebusan kayu secang yaitu 2,4 - 2,6

(log10 cfu/ml) dan 2,1 – 2,4 (log10 cfu/ml), selain itu pada susu pasteurisasi sari

buah sirsak tanpa kayu secang juga mengalami peningkatan jumlah bakteri E.coli

dari penyimpanan 0 sampai 15 hari yaitu 1,8 – 3,0 (log10 cfu/ml). Hal ini

menandakan bahwa susu pasteurisasi sari buah sirsak dengan penambahan 0%,

1% dan 2% kayu secang tidak layak dikonsumsi pada penyimpanan ke 10 dan ke

15 hari karena sudah tidak memenuhi standar SNI. Hal ini sesuai dengan Badan

Standardisasi Nasional Indonesia dalam SNI (2011) menyatakan bahwa standar

kontaminasi bakteri koliform pada susu pasteurisasi adalah < 1X 102 cfu/ml atau

2,0 (log10 cfu/ml) dan SNI (2000) menyatakan standar kontaminasi bakteri

Escherichia coli (patogen) pada susu segar dan susu pasteurisasi adalah 0.

Berdasarkan TPC susu pasteurisasi sari buah sirsak dengan penambahan

kayu secang masih layak dikonsumsi sampai hari ke 15. Hal ini berbanding

terbalik dengan uji E. coli yang menyatakan bahwa susu pasteurisasi sari buah

sirsak dengan penambahan kayu secang pada hari ke 10 dan ke 15 sudah tidak

layak di konsumsi. Hal ini disebabkan karena daya kerja atau aktifitas fenol yang

Page 52: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

38  

terkandung dalam kayu secang efektif pada penyimpanan ke 0 dan 5 hari sehingga

tidak terdapat bakteri E. coli dan kurang efektif pada penyimpanan ke 10 dan ke

15 hari. Selain itu bakteri E.coli termasuk bakteri Gram negatif sehingga bakteri

tersebut sulit dibunuh. Menurut Radji (2010), E. coli dan S.sonnei ATCC 9290

merupakan bakteri Gram negatif, tetapi aktivitasnya terhadap ekstrak etanol kayu

secang berbeda. Perbedaan aktivitas ini dapat disebabkan dari struktur antigen

masing-masing bakteri. Escherichia coli mempunyai antigen O (lipopolisakrida),

H (flagel), dan K (kapsul) sedangkan Shigella spp mempunyai antigen O (Radji,

2010). Lipopolisakarida melindungi bakteri Gram negatif dari lisis yang

diperantarai oleh komplemen dan merupakan stimulator pelepasan sitokin yang

poten. Flagel merupakan organ pergerakan bakteri, membuat organisme mampu

untuk menemukan sumber nutrisi dan menembus mukus pejamu (Gillespie,

2009).

Kapsul pada bakteri dapat mencegah fagositosis, sebagai cadangan nutrisi

dan untuk bertahan terhadap kekeringan (Radji, 2010). Oleh karena itu bakteri

Escherichia coli lebih sulit dibunuh daripada Shigella spp.

Perbedaan sensitivitas bakteri terhadap antibakteri juga dipengaruhi oleh

struktur dinding sel bakteri. Bakteri Gram positif cenderung lebih sensitif terhadap

antibakteri karena struktur dinding sel bakteri Gram positif lebih sederhana

dibandingkan struktur dinding sel bakteri Gram negatif sehingga memudahkan

senyawa antibakteri untuk masuk ke dalam sel bakteri Gram positif (Dewi, 2010).

Pasteurisasi diharapkan mampu mematikan bakteri patogen yang ada pada

susu segar. Murdiati et al (2004) menyatakan bahwa tujuan pasteurisasi adalah

Page 53: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

39  

menghilangkan mikroba patogen yang membahayakan kesehatan manusia tanpa

merubah rasa, konsistensi dan kandungan nutrisi susu. Menurut Hobss dan

Roberts (1997) tujuan dari pasteurisasi adalah untuk membunuh bakteri patogen

dan bakteri non patogen (pembusuk atau perusak), sekaligus untuk meningkatkan

mutu susu.

Lama penyimpanan juga dapat mempengaruhi tingkat kontaminasi

mikroba pada susu. Semakin lama susu disimpan semakin banyak bakteri

Escherichia coli yang tumbuh. Produk hasil pasteurisasi bila disimpan pada suhu

kamar hanya bertahan 1-2 hari, sedangkan jika disimpan pada suhu rendah dapat

bertahan selama 1 minggu (Sarinengsih, 2009). Menurut Sanjaya et al (2009)

sebaiknya penyimpanan susu di dalam refrigerator tidak lebih dari 7 hari. Selain

lama penyimpanan, kontaminasi silang juga dapat mempengaruhi tingkat

kontaminasi mikroba. Chotiah (2006) menyatakan bahwa faktor utama yang

menentukan mutu susu yang telah mendapat perlakuan tertentu (pasteurisasi)

adalah bahan baku, proses pengolahan dan pengemasan.

Susu pasteurisasi merupakan susu segar yang dipanaskan pada suhu

tertentu dan dapat memperpanjang daya simpan. Rennie (1989), menyatakan

bahwa jaminan kualitas dan keamanan pada susu pasteurisasi diharapkan akan

dapat meningkatkan konsumsi susu secara umum, dan secara tak langsung akan

mendorong upaya peningkatan produksi susu

Bakteri Escherichia coli dapat menyebabkan diare, meningitis (infeksi

otak), kolangitis (infeksi saluran empedu), pneumonia (infeksi paru-paru),

uretritis (infeksi saluran kemih), pyelonefritis (infeksi pada ginjal), sistitis

Page 54: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

40  

(kantung kemih) dan lain-lain. Yolanda (2014) menyatakan bahwa sebagian besar

jenis E.coli tidak berbahaya dan merupakan bagian yang penting dari saluran

cerna manusia yang sehat karena berfungsi menghasilkan vitamin K dan menjaga

keseimbangan bakteri di usus. Namun, beberapa jenis E.coli disebut E.coli

patogenik dapat menimbulkan penyakit infeksi, seperti infeksi pada kantung

empedu, saluran kemih, selaput otak, paru, dan saluran cerna. Infeksi – infeksi

tersebut tidak hanya dapat disebabkan oleh E.coli, namun dapat juga disebabkan

bakteri jenis lain.

Salah satu cara penanganan dalam usaha mengawetkan susu adalah dengan

perlakuan pemanasan sedang atau pasteurisasi. Sofos (1993) , menyatakan bahwa

upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah menghindari mengkonsumi

pangan mentah, melakukan pasteurisasi HTST terlebih dahulu sesuai dengan

Good Manufactirung Procedur (GMP) dan menerpkan sanitasi higieni serta

aseptis dalam setiap menangani makanan.

Susu yang dipasterisasi pada suhu 75 oC selama 15 detik kurang efektif

menurunkan TPC dan E.coli. Hal ini disebabkan oleh sanitasi yang kurang baik

dan penyimpanan yang lama pada suhu kamar. Robinson dan Tamime (1981),

menyatakan bahwa kandungan mikroorganisme patogenik maksimum yang boleh

ada pada bahan pangan yang siap dikonsumsi tidak boleh lebih dari 105 koloni.

Menurut Pederson (1988), jumlah bakteri yang tinggi pada susu pasteurisasi

dapat disebabkan oleh proses pasteurisasi yang tidak benar, sanitasi yang kurang

baik, atau penyimpanan pada suhu yang terlalu tinggi setelah pasteurisasi.

Page 55: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

41  

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Jumlah total bakteri pada susu pasteurisasi sari buah sirsak dengan

penambahan kayu secang 1% dan 2% lebih rendah dibandingkan susu

pasteurisasi sari buah sirsak tanpa kayu secang.

2. Semakin lama susu pasteurisasi sari buah sirsak dengan penambahan kayu

secang 0%, 1% dan 2% disimpan semakin tinggi jumlah bakteri Escherichia

coli dan semakin rendah jumlah total bakteri (TPC) mulai dari penyimpanan 5

hari sampai penyimpanan 15 hari.

Saran

Sebaiknya suhu pasteurisasi dinaikkan karena pada suhu 75oC selama 15

detik kurang efisien untuk menurunkan TPC dan E. Coli serta tidak menyimpan

susu di refrigerator lebih dari 1 minggu.

Page 56: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

42  

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, G. (2012). Penetapan Kadar Lemak Pada Susu Kental Manis Metode. Sokletasi. Tugas Akhir. Universitas Sumatra Utara. Medan.

Amic, D., D., Amic, D., Beslo and Trinaj. 2003. Structure Radical Scavenging

Activity Relationship of Flavonoids, Croatia Chemica Acta, 76 (1), 55-6. Anonim, 2010. Tanaman Sirsak. (Blog kesehatan.net). Diakses tanggal 25

Februari 2015. Anonim. 2012. Pewarna Makanan. http: //id. Wikipedia .org /wiki/ Pewarna

makanan. Diakses tanggal 25 Februari 2015. Arisman. 2009. Keracunan Makanan. EGC. Jakarta. Badan Standardisasi Nasional. 1995. Susu Pasteurisasi. SNI 01-3951-1995.

Jakarta. Badan Standardisasi Nasional Indonesia. 2000. Batas maksimum kontaminasi

mikroba dan batas maksimum residu dalam bahan makanan asal hewan. SNI No. 01-6366-2000.

Bray, D. R. 2008. Milk Quality is More than Somatic Cell Count and Standard

Plate Count, it’s Now Shelf-life. Department of Animal Sciences-University of Florida, USA.

Chotiah, S. 2006. Daftar Koleksi Biakan Mikroba Balitvet Culture Collection.

Edisi tahun 2006. Balai Besar Penelitian Veteriner. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor. Hlm. 24-25.

Codex. 2004. CAC/RCP 57-2004: Coce of hygienic practice for milk and milk

products. FAO and WHO, Rome. Cowan, M. M. 1999. Plant Products as Antimocrobial Agents, Clinical

Microbioligy Reviews, 565, 568, 570. Departement of Microbiology, Miami University, Oxford, Ohio.

Dewi, dan Fajar K. 2010. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Mengkudu

(Morinda citrifolia, Linn.) Terhadap Bakteri Pembusuk Daging Segar, Skripsi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2001. Kumpulan Modul Kursus Penyehatan Makanan

Bagi Pengusaha Makanan dan Minuman. Yayasan Pesan. Jakarta.

Page 57: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

43  

Dianasari, N. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap Staphylococcus aureus dan Shigella dysentriae Beserta Bioautografinya, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Fadliah, M. 2014. Kualitas Organoleptik Dan Pertumbuhan Bakteri Pada Susu

Pasteurisasi Dengan Penambahan Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Selama Penyimpanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Fardiaz S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia Pusaka Utama. Jakarta.

Farkas, H., A. Duvnjak, N. Kosaric, Z. Sahm, S. Bringer-Meyer, O. Goebel D. Mayer, and S. Sahm. 2004. Ethanol" dalam Ullmann's Encyclopedia of Industrial Chemistry,edisi ke-5, Vol. A9., Verlag-Chemie, Weinheim, Jerman, hal. 587-653.

. Fessenden, R.J., and Fessenden, J.S. 1982. Kimia Organik jilid 2. Erlangga,

Jakarta. Fox, B. A. And A. G. Cameron. 1989. Food Science, Nutrition and Health. 5th ed.

Edward Arnold. London. Frazier, W.C. And D.C. Westhoff. 1979. Food Microbiology. 4th ed. McGraw-

Hill Book Co. Singapore. Gillespie, H. Stephen, Bamford and B. Kathleen. 2009. At Glance Mikrobiologi

Medis dan Infeksi, 18-19, Erlangga, Jakarta. Gunawan, D., Mulyani, S. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Penebar

Swadaya, Jakarta. Gyles CL, JF Prescott, G. Songer, dan C.O. Thoen. 2010. Pathogenesis of

Bacterial Infectious in Animals 4th edition. USA: Wiley-Blackwell. Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Modern Menganalisa

Tumbuhan. Diterjemahkan oleh Padmawinata, K. ITB : Bandung. Hariana, A. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Niaga Swadaya. Depok. Haryoto. 1998. Sirup Sirsak. Kanisius. Yogyakarta.

Hobbs, B. C. and D. Roberts. 1997. Food Poisoning and Food Hygiene. 5th edition. Edward Arnold. London.

Karadeniz, f., H.S. Burdurlu, N. Koca, and Y. Soyer. 2005, Antioxidant Activity of Selected Fruits and Vegetables Grown in Turkey, Turk. J. Agric. For., 29, 297-303.

Page 58: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

44  

Kumala, S., D. Devana. dan Tulus. 2013. Aktivitas antibakteri rebusan secang (Caesalpinia sappan l.) terhadap Salmonella thypii secara in vivo. Jurnal. AGRITECH. 33: 54-71.

Kumala, S., D.Yuliani, dan Tulus. 2009. Pengaruh pemberian rebusan kayu

secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap mencit yang diinfeksi bakteri Escherichia coli. Jurnal Farmasi Indonesia 4 (4): 188 -198.

Kusumawati, M. 2008. ”Studi Kandungan Nitrat Tersedia Pada Media Tanam

Lumpur Lapindo-Bokashi Pasca Penanaman Crotalaria Striata”. Skripsi Program studi Biologi ITS: Surabaya.

Lee, K.W., Y.J. Kim., H.J. Lee, and C.Y. Lee. 2003. Cocoa Has more Phenolik

Phytochemical and A higher Antioxidant Capacity than Teas and Red Wine, J.Agric. Food Chem., 51 (52), 729-7295.

Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Diterjemahkan oleh

Padmawinata. ITB: Bandung. Miksusanti, N. Fitrya, dan Marfinda. 2011. Aktivitas campuran ekstrak kulit

manggis (Garcinia mangostana L.) secang (Caesalpina sappan L.) terhadap Bacilluscereus. Jurnal Penelitian dan Kayu Sains. 14 (3): 141-152.

Muharastri, Y. 2008. Analisis Kepuasan Konsumen Susu UHT Merek Real Good

Di Kota Bogor. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 12.

Murdiati, T.B., A. Priadi., S. Rachmawati dan Yuningsih. 2004. Susu pasteurisasi

dan penerapan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point). JITV 9(3): 172-180.

Nataro J.P. dan J.B. Kaper. 1998. Diarheagenic Escherichia coli. Clinical

Microbiol Rev 11(1): 142-201. Padmaningrum, R.T., S. Marwati, dan A. Wiyarsi. 2012. Karakteristik ekstrak zat

warna pada kayu secang (Caesalpinia sappan L.) sebai indikator tirasi asam basa. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Pederson, C.S. 1988. Microbiology of Food Fermentation. The Avi Publishing

Co. Inc. Wesport, Connecticut. pp. 81-82. Radi, J. 1998. Sirsak Budidaya dan Pemanfaatannya. Kanisius. Bandung.

Page 59: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

45  

Radji M.. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi : Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran, 298-299.EGC. Jakarta.

Rennie, D. M. 1989. Food control in environmental health. Butterworths. pp. 3-20.

Rosyidah, K., S. A. Nurmuhaimina, N. Komari dan M. D. Astuti. 2010. Aktivitas Antibakteri Fraksi Saponin Dari Kulit Batang Tumbuhan Kasturi (Mangifera casturi), Bioscientiae, 7(2), 29, Program Studi Kimia FMIPA Universitas Lambung Mangkurat. Banjar baru.

Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi (Penerjemah Kosasih Padmawinata), penerbit ITB. Bandung.

Robinson, R.K. And A.Y. Tamime. 1981. Microbiology of Fermented Milks.

Applied Sci. Publish, London. Sabil, S. 2015. Pasteurisasi Hight Temperature Short Time (HTST) Susu terhadap

Listeria monocytogenes pada Penyimpanan Refrigerator. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Sanjaya A, W., M. Sudarwanto and K. Robert. 2009. Detection of Listeria

Monocytogenes in Pasteurized Mil Sold In Bogor and Its Relationship With Human Health. Faculty of Veterinary Medicine; Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sarinengsih, M. 2009. Pengaruh penambahan asam Dokosaheksaenoat (DHA)

terhadap ketahanan susu pasteurisasi rasa cokelat. Skripsi. Bandung (ID): FMIPA. UPI. Bandung.

Sentilkumar, N., S. Murugesan, N. Bhanu, S. Supriya dan C. Rajeshkannan, 2011,

Biochemical Estimation and Antimicrobial Activities of the Extracts of Caesalpinia sappan Linn., Bangladesh Journal of Scientific and Industrial Research, 46(4), 429, Division of Bioprospecting, Institute of Forest Genetics and Breeding. Coimbatore.

Septiatin, A. 2009. Apotik Hidup dari Rempah-Rempah dan Tanaman Liar,

CV.Yrama Widya. Bandung. Shearer, J. K., K. C. Bachman, and J. Boosinger. 1992. The production of quality

milk this document is ds61, one of a series of the animal sciencedepartment. Florida cooperative extension service. Institute of Food and Agricultural Sciences. University of Florida. USA.

Sofos, J. N. 1993. Current microbiological consideration in food preservation. Int. J.

Food Microbiol. 19: 87-108.

Page 60: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

46  

Songer, J.G. and K.W. Post. 2005. Veterinary Microbiology: Bacterial and Fungal.

Sudarsono, P. N., D. Gunawan, S. Wahyuono, I. A. Donatus, dan Purnomo, 2002,

Tumbuhan Obat II Hasil Penelitian, Sifat-sifat, dan Penggunaan, 33, UGM, Yogyakarta.

Sudjadi dan Rohman, A. 2004. Analisa Obat dan Makanan. Pustaka Pelajar.

Yogyakarta. Suhanda, I. 2006. Makan Sehat Hidup Sehat. Buku Kompas. Jakarta. Sumoprastowo. 2000. Memilih dan Menyimpan Bahan Makanan. Bumi Aksara.

Yogyakarta. Suriawiria. 1996. Mikrobiologi Air dan Dasar-dasar pengolahan Buangan secara

Biologis. Penerbit Alumni: Bandung.

Tjitrosoepomo, Gembong. 1994. Taksonomi Tumbuhan (Schizophytha, Thalophytha, Bryophytha). UGM Press. Yogyakarta.

Todar. 2008. Classification of Escherichia coli.http:// www. microbilogimedia. com. Diakses pada tanggal 25 Februari 2015.

Valik L., F. Gorner, and D. Laukova. 2003. Growth dynamics of Bacillus cereus and shelf-life of pasteurised milk. Czech J. Food SCI. (21): 195–202.

Volk, W.A. dan Wheeler, M.F., 1993, Mikrobiologi Dasar, Jilid I, Ed ke-5,

Erlangga. Jakarta. Widowati, W. 2011.Uji fitokimia dan potensi antioksidan ekstrak etanol kayu

secang (Caesalpinia sappan L.). Jurnal. JKM. 11 (1): 23-31. Winarti, C. dan Sembiring B.S. 1998. Pengaruh cara dan lama ekstraksi terhadap

kadar tanin ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L). Balitro Bogor. Warta Tumbuhan Obat Indonesia 1998. 4: 17-18.

Windono,T., R. Budiono, Ivone, V. Sherly dan Y. Saputro. 2004. Studi Hubungan

Struktur-Aktivitas Kapasitas Peredaman Radikal Bebas Senyawa Flavonoid terhadap 1,1 difenil 2 pikrilhidrazil ( DPPH ). Artocarpus 4 (1) :42-52.

Yolanda, N. 2014. Escherichia coli. http://www.kerjanya.net. Diakses pada

tanggal 20 September 2015.

Page 61: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

47  

Zhishen, J., T. Mengcheng and W. Jiungming. 1999. Research on antioxidant activity of flavonoids from natural materials, Journal of Food Chemistry, vol. 64, pp. 555-9.

Zuhud, E., 2011. Bukti Kedahsyatan Sirsak Menumpas Kanker. Yunita Indah.

Cet-1. Agromedia Pustaka. Jakarta.

 

 

 

 

 

Page 62: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

48  

LAMPIRAN

Page 63: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

49  

Lampiran 1. Jumlah Total Bakteri (TPC)

Level Kayu Secang      Penyimpanan      

0 Hari 5 Hari 10 Hari 15 Hari

0% 6,0 6,3 4,2 3,9

1% 5,1 6,1 3,8 3,7

2% 4,9 5,9 3,7 3,5

Rata-rata 0,6 0,7 2,4 2,7

Lampiran 2. Jumlah total bakteri Escherichia coli

Level Kayu Secang      Penyimpanan      

0 Hari 5 Hari 10 Hari 15 Hari

0% 1,8 2 2,7 3,0

1% 0 0 2,4 2,6

2% 0 0 2.1 2,4

Rata-rata 0,6 0,7 2,4 2,7

Lampiran 3.

Bakteri Escherichia coli

Page 64: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

50  

Lampiran 4. Prosedur kerja penelitian 1. Persiapan alat

Oven Kompor Listrik

Autoclave

Page 65: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

51  

2. Pasteurisasi susu

Tabung Reaksi Penangas Air

3. Penyimpanan diinkubator dan menghitung bakteri

Inkubator Coloni Counter

Page 66: TINGKAT KONTAMINASI MIKROBA PADA SUSU … · (ASI), dapat diolah menjadi mentega, keju, gula susu dan lain-lainnya dan mempunyai rasa yang enak (Sumoprastowo, 2000). Keburukan dari

52  

RIWAYAT HIDUP

FITRIA NINGSIH akrab disapa Fitri, lahir di Kandoa pada

tanggal 07 Agustus 1993 dari seorang Ayah yang bernama

Sumardin dan seorang Ibu yang bernama Rosdawati. Fitri

adalah anak kedua dari tiga bersaudara.

Penulis memulai pendidikan di sekolah dasar SDN 364 Labokke pada tahun

1999-2005. Setelah itu, melanjutkan lagi di tingkat pendidikan menengah pertama

di SMP Negeri 1 Bua pada tahun 2005 – 2008. Kemudian melanjutkan ketingkat

Pendidikan Menengah Atas di SMAN 1 Bua pada tahun 2008 – 2011. Selanjutnya

pada tahun 2011 masuk kejenjang perkuliahan di tingkat perguruan tinggi negeri

melalui jalur JPPB di Universitas Hasanuddin Makassar tepatnya di Fakultas

Peternakan hingga sekarang tahun 2015.