Upload
lythuy
View
212
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A
DI KLINIK BERSALIN UTAMI NUGROHO
PURO KARANGMALANG SRAGEN
TAHUN 2013
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disususun Oleh:
DIAH AYU WULANDARI
B 10.071
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul : “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Vitamin A Di Klinik
Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen tahun 2013”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir
sebagai salah satu syarat kelulusan prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi DIII Kebidanan STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Eni Rumiyati,S.ST selaku Dosen Pembimbing Akademik serta
Pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4. Ibu Utami Nugroho, selaku Bidan pemilik Klinik Bersalin Utami Nugroho,
yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam penggunaan lahan
untuk penelitian.
v
5. Seluruh dosen dan staff STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala
bantuan yang telah diberikan.
6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya tulis ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi kemajuan
penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Surakarta, Mei 2013
Penulis
vi
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Mei 2013
Diah Ayu Wulandari
B10.071
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG VITAMIN A
DI KLINIK BERSALIN UTAMI NUGROHO
PURO KARANGMALANG SRAGEN
TAHUN 2013
Xii + 50 halaman + 14 lampiran + 6 tabel + 2 gambar
ABSTRAK
Latar Belakang: Angka Kematian Ibu menurut Survai Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007 adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan
Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 yaitu 116.02 per
100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan survai DepKes RI tahun 2004 kejadian
kematian ibu paling banyak terjadi pada masa nifas. Pada masa nifas perlu
diberikan vitamin A untuk mempercepat penyembuhan luka ibu serta untuk
pertumbuhan sel pada bayi. Berdasarkan survai pendahuluan di Klinik Bersalin
Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen setelah penulis melakukan
wawancara terhadap 7 ibu nifas tentang vitamin A untuk ibu nifas, didapatkan 2
ibu nifas (28.57%) mempunyai pengetahuan baik, 2 ibu nifas (28,57%)
mempunyai pengetahuan cukup, 3 ibu nifas (42,86%) berpengetahuan kurang.
Tujuan: Mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di Klinik
Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen dalam tingkat baik, cukup,
kurang.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan jenis penelitian diskriptif
kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro
Karangmalang Sragen pada tanggal 20 Januari 2012 sampai 20 Februari 2013.
Populasi dalam penelitian ini 34 responden dengan menggunakan tehnik total
sampling. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Penelitian hanya
menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu nifas tentang
vitamin A.
Hasil Penelitian: Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di Klinik
Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen dapat dikategorikan
pengetahuan baik sebanyak 7 responden (20,6%), pengetahuan cukup 21
responden (61,8%), pengetahuan kurang sebannyak 6 responden (17,6%).
Kesimpulan: Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di Klinik Bersalin
Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen dapat dikategorikan berpengetahuan
cukup yaitu sebanyak 21 responden (61,8%) yang dipengaruhi oleh usia,
pendidikan, pekerjaan dan jumlah anak.
Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, ibu nifas, vitamin A
Kepustakaan : 20 Literatur (tahun 2004 – 2012)
vii
MOTTO
v Alaskan kepalamu di bantal kejujuran, rebahkan dirimu di kasur
keikhlasan, selimuti dirimu dengan kain kesetiaan dan tidurlah
dalam keimanan
v Jangan takut untuk masa depan dan jangan menangis untuk masa
lalu
v Pelajari apapun yang kamu bisa, kapanpun, dan dari siapapun. Di
sanalah nanti akan tiba waktunya anda mendapat sesuatu yang
menyenangkan
v Jadikanlah ilmu sebagai lentera dalam menempuh hidupmu, karena
dengan ilmu itu manusia itu dapat menghargai dan dihargai orang
lain, dan dengan ilmu itu pula manusia laksana seorang raja
v Beri satu kunci untuk mengenal hidup, jadikan setiap langkah kita
sebagai ibadah insya allah kita akan tahu tujuan hidup yang
sesungguhnya.
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan kepada:
1. Bapak dan Ibu, terima kasih atas doa, cinta, kasih sayang,
perhatian, pengertian serta motivasinya tanpamu diriku
bukanlah apa-apa.
2. Adikku “ Windi Adi S” terimakasih atas dorongan
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah.
3. Sinta Bayu A terima kasih atas semangat, dukungan serta
motivasi sehingga penulis bisa menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah.
4. Sahabatku “Rista, mb tia, anik, puji, diah, dewi” Kalian
akan selalu ada di dalam jiwa, di relung hati dan di setiap
kehidupanku, semoga ini akan abadi, semoga perjalanan
ini menjadikan kita semakin dewasa.
5. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2010/2011 Kelas B,
“Tetap Semangat” karena kita baru melewati anak tangga
yang pertama untuk menuju cita-cita.
6. Almamater tercinta.
viii
CURICULUM VITAE
Nama : Diah Ayu Wulandari
Tempat / tanggal lahir : Sragen, 15 April 1993
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kepoh Rt 24 Jetis Sambirejo Sragen
Riwayat Pendidikan
1. SD N Jetis 2 Sambirejo Sragen Lulus tahun 2004
2. SMP N 1 Sambirejo Sragen Lulus tahun 2007
3. SMA N 3 Sragen Lulus tahun 2010
4. Prodi D III kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Angkatan 2010/2011
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii
CURICULUM VITAE ................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………. xiii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………… 1
B. Perumusan Masalah………………………………………… 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 5
E. Keaslian Penelitian ................................................................. 5
F. Sistematika Penelitian ............................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 8
A. Tinjauan Teori ........................................................................ 8
1. Pengetahuan ..................................................................... 8
x
2. Nifas ................................................................................. 18
3. Vitamin A............................... .......................................... 25
B. Kerangka Teori....................................................................... 30
C. Kerangka Konsep ................................................................... 31
BAB III METODELOGI PENELITIAN ................................................... 32
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................. 32
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 32
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .............. 33
D. Instrumen Penelitian............................................................... 34
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 38
F. Variabel Penelitian ................................................................. 38
G. Definisi Operasional Variabel ................................................ 39
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................. 39
I. Etika Penelitian ...................................................................... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum…………………………………………… 43
B. Hasil Penelitian……………………………………………… 43
C. Pembahasan………………………………………………….. 45
D. Keterbatasan Penelitian……………………………………… 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………….. 49
B. Saran…………………………………………………………. 49
xi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori……………………………………………………30
Gambar 2.2 Kerangka Konsep………………………………………………….31
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perubahan Uterus Pada Masa Nifas…………………………………..19
Tabel 2.2 Angka kecukupan Vitamin A…………………………………………29
Tabel 3.1 Kisi – Kisi Kuesioner…………………………………………………35
Tabel 3.2 Definisi Operasional…………………………………………………..39
Tabel 4.1 Hasil Pengolahan Data………………………………………………...44
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A………...45
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Surat Permohonan ijin Data Awal
Lampiran 3. Surat Balasan Dari Lahan
Lampiran 4 Permohonan ijin Validitas
Lampiran 5 Surat Balasan Dari Lahan Uji Validitas
Lampiran6 Surat ijin Penelitian
Lampiran 7 Surat Balasan Penelitian
Lampiran 8. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 9. Surat Persetujuan Responden
Lampiran 10. Kuesioner Penelitian
Lampiran11. Kunci Jawaban Kuesioner
Lampiran 12. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 13. Data Hasil Penelitian
Lampiran 14. Hasil mean dan standar Deviasi
Lampiran 15. Hasil Prosentase
Lampiran 16. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Derajat kesehatan suatu negara ditentukan oleh berapa indikator, salah satu
indikator tersebut adalah Angka kematian ibu (AKI). Angka kematian ibu menurut
Survai Demografi Kesahatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 adalah 228 per
100.000 kelahiran hidup, sedangkan target MDGs pada tahun 2015, AKI dapat
diturunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes, 2011). Penyebab
langsung kematian ibu adalah perdarahan 60 – 70%, infeksi nifas 20 - 30% dan
kematian akibat abortus dan partus lama 10 – 20% (Manuaba, 2007). Infeksi pada
masa nifas merupakan penyebab terjadinya Angka Kematian Ibu (AKI).
Angka kematian ibu (AKI) di provinsi jawa tengah tahun 2011 yaitu 116,02
per 100.000 kelahiran hidup (DinKes Provinsi Jawa Tengah, 2011). Banyak ibu
bersalin meninggal dunia karena perdarahan, partus lama, eklamsi, abortus,
infeksi, dan lain – lain. Berdasarkan survai kejadian kematian ibu paling banyak
terjadi pada masa nifas, oleh karena itu masa nifas memerlukan pemantauan yang
ketat, sehingga dapat mengurangi angka kematian (DepKes RI, 2004).
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama nifas ini 6-8
minggu. Batasan waktu nifas yang paling singkat tidak ada batasan waktunya,
2
bahkan bisa jadi dalam waktu yang relatif pendek darah sudah keluar, sedangkan
batasan maksimumnya adalah 40 hari (Ambarwati & Wulandari, 2010).
Pada masa nifas perlu diberikan vitamin A untuk menaikkan jumlah
kandungan vitamin A dalam ASI. Selain bagi ibu vitamin A juga bermanfaat pada
bayi, karena pada masa nifas ibu menyusui bayinya sehingga secara tidak langsung
bayi pun juga memperolehnya. Manfaat vitamin A selain untuk meningkatkan
daya tahan tubuh dapat juga meningkatkan kelangsungan hidup anak serta
membantu pemulihan kesehatan ibu nifas yang erat kaitanya dengan anemia dan
mengurangi resiko buta senja pada ibu menyusui (Saleha, 2009). Vitamin A juga
dapat mempercepat penyembuhan luka ibu setelah melahirkan (Almatsir, 2009).
Studi dari Nepal menunjukkan bahwa pemberian suplemen vitamin A dosis rendah
setiap minggunya, sebelum kehamilan, pada masa kehamilan, serta setelah
melahirkan telah menurunkan mortalitas yang berhubungan dengan kehamilan
hingga 40% (Keller, 2004).
Kekurangan Vitamin A dapat meningkatkan resiko anak terhadap penyakit
infeksi seperti penyakit saluran pernafasan dan diare, meningkatkan angka
kematian karena campak, serta menyebabkan keterlambatan pertumbuhan
(Almatsier, 2009). Kekurangan vitamin A pada ibu nifas dapat menyebabkan
anemia serta menurunkan kelangsungan hidup ibu hingga dua tahun setelah
melahirkan (Keller, 2004).
Vitamin A digunakan untuk pertumbuhan sel, jaringan, gigi dan tulang,
perkembangan syaraf penglihatan, meningkatkan daya tahan tubuh sebelum
3
infeksi. Vitamin A banyak terdapat pada kuning telur, hati, mentega, sayuran
berwarna hijau seperti daun singkong, daun katuk, sawi serta buah berwarna
kuning seperti wertel, tomat dan nangka (Ambarwati & Wulandari, 2010).
Di Indonesia, terutama di daerah pedesaan, mayoritas ibu masih melahirkan di
rumah. Sering terjadi bahwa bidan ataupun mereka yang membantu kelahiran
tidak selalu memiliki akses akan kapsul vitamin A. Banyak ibu maupun petugas
kesehatan yang tidak tahu mengenai adanya program pemerintah mengenai
pemberian kapsul vitamin A untuk ibu nifas. Hal-hal tersebut di atas merupakan
suatu kendala yang menyebabkan rendahnya cakupan vitamin A pada ibu nifas di
Indonesia. Pengetahuan tentang pedoman baru suplementasi vitamin A untuk ibu
nifas sebanyak 2 x 200.000 UI serta pengetahuan mengapa kapsul vitamin A
tersebut harus di berikan masih sangat kurang (Keller, 2004). Ketersediaan kapsul
vitamin A tidak mendukung terlaksananya pemberian kapsul vitamin A untuk ibu
nifas karena peranan penolong persalinan dalam pemberian kapsul vitamin A
untuk ibu nifas belum dilaksanakan secara optimal (Naibaho, 2011).
Berdasarkan survai studi pendahuluan di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro
Karangmalang Sragen pada bulan Januari sampai September tahun 2012 terdapat
sebanyak 300 ibu nifas normal. Rata-rata ada 33 ibu nifas normal per bulan.
Setelah penulis melakukan wawancara terhadap 7 ibu nifas tentang vitamin A
untuk ibu nifas, didapat 2 ibu nifas (28,57%) mempunyai pengetahuan baik, 2 ibu
nifas (28,57%) mempunyai pengetahuan cukup, 3 ibu nifas (42,86%) mempunyai
pengetahuan kurang. Berdasarkan data di atas maka penulis mengambil penelitian
4
dengan judul ’’Tingkat Pengetahuan ibu nifas tentang Vitamin A di Klinik
Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen Tahun 2013’’.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah : “Bagaimana tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin
A di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen Tahun 2013?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang Vitamin A di Klinik
Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang Vitamin A di Klinik
Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen dalam tingkat baik.
b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang Vitamin A di Klinik
Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen dalam tingkat cukup.
c. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang Vitamin A di Klinik
Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen dalam tingkat kurang.
5
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi
1. Ilmu pengetahuan
Menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama dalam ruang lingkup
kesehatan ibu nifas tentang vitamin A.
2. Diri sendiri
Memperoleh pengalaman nyata dan menambah wawasan dalam penelitian
mengenai tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A di Klinik Bersalin
Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen.
3. Institusi
a. Klinik Bersalin
Meningkatkan mutu pelayanan dan sebagai bahan masukan bagi petugas
kesehatan dalam memberikan konseling khususnya masa nifas dan
kebutuhan Vitamin A pada masa nifas.
b. Bagi Pendidik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi sebagai
dokumentasi, bahan pustaka, dan sebagai bahan referensi di perpustakaan.
E. Keaslian Penelitian
1. Naibaho (2011), dengan judul “Gambaran Pemberian Kapsul Vitamin A Untuk
Ibu Nifas Oleh Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Poriaha
Kecamatan Tapian Nauli Kabupaten Tapanuli Tengah” Penelitian ini
6
menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif serta dengan
desain cross sectional, pengambilan subjek dilakukan dengan metode
Purposive sampling.
Penelitian menunjukkan, di antara ke-9 penolong persalinan ada 4 penolong
persalinan (44,4 %) yang mengetahui pemberian dan manfaat kapsul vitamin A
untuk ibu nifas yang diberikan dua kali. Hanya 1 dari 9 ibu nifas (11,1 %) yang
mengetahui tentang pemberian dan manfaat pemberian kapsul vitamin A untuk
ibu nifas, ketersedian kapsul vitamin A pada penolong persalinan 987 kapsul
200.000 UI. Dari 9 penolong persalinan hanya ada 1 penolong persalinan
(11,1 %)yang memberikan kapsul vitamin A dua kali. Pengetahuan penolong
persalinan, pengetahuan ibu nifas, dan ketersediaan kapsul vitamin A tidak
mendukung terlaksananya pemberian kapsul vitamin A untuk ibu nifas. Peranan
penolong persalinan dalam pemberian kapsul vitamin A untuk ibu nifas belum
dilaksanakan secara optimal.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah pada waktu,
lokasi, jenis penelitian, sampel, teknik pengambilan sampel sedangkan
persamaannya pada variabel penelitian dan analisis data serta vitamin A.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 5 Bab, terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,
7
manfaat penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi teori medis tentang pengetahuan mencakup pengertian
pengetahuan, tingkat pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan, faktor-
faktor yang mempengaruhi pengetahuan, pengukuran pengetahuan,
definisi masa nifas, vitamin A untuk ibu nifas, kerangka teori, kerangka
konsep.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang jenis dan rancangan penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, instrumen
penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, definisi
operasional, metode pengolahan dan analisis data, etika penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, serta
keterbatasan penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari penelitian dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teori
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar
menjawab pertanyaan “what” (Notoatmodjo, 2010). Pada dasarnya
pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia terhadap sesuatu, atau
segala perbuatan manusia untuk memahami suatu obyek tertentu.
Pengetahuan dapat berwujud barang-barang baik lewat indra maupun lewat
akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal atau
yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan (Notoatmodjo, 2010).
b. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), ada 6 tingkat pengetahuan yang dicapai
dalam domain kognitif yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkatan ini
adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu “tahu” adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling
9
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang itu tahu tentang apa
yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan,
menyatakan sebagainya.
2) Memahami (comprehetion)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek
suatu materi harus dapat menjelaskan, menyimpulkan dan meramalkan
terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasian diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysys)
Adalah suata kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen - komponen tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat
menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan seperti sebagainya.
Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan
dan sebagainya.
10
5) Sintesa (Syntesis)
Adalah suatu kemampuan untuk melakukan atau menggabungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata
lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari
informasi-informasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat
menggunakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan suatu teori atau
rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilian terhadap suatu mateti atau objek, penilian ini berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang
telah ada.
c. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yakni cara tradisional atau
non ilmiah yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara modern atau cara
ilmiah yakni melalui proses penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1) Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari :
a) Cara coba-salah (Trial and Error)
Dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak
11
berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat
di pecahkan.
b) Secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak
disengaja oleh orang yang bersangkutan.
c) Cara kekuatan atau otoritas
Kehidupan sehari-hari ditemukan banyak sekali kebiasaan dan
tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang
dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan seperti ini bukan hanya
terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada
masyarakat modern. Kebiasaan ini seolah diterima dari sumbernya
sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan tersebut dapat
berupa pimpinan-pimpinan masyarakat baik formal maupun informal.
Para pemuka agama, pemegang pemerintahan dan lain sebagainya.
Dengan kata lain, pengetahuan tersebut di peroleh berdasarkan pada
pemegang otoritas, yakni orang mempunyai wibawa atau kekuasaan,
baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun
ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan.
d) Berdasarkan pengalaman sendiri
Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah. Pepatah
ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber
pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
12
memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman
pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman
yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada
masa yang lalu.
e) Cara akal sehat (common sense)
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan
teori atau kebenaran. Misalnya pemberian hadiah dan hukuman
merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk
mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.
f) Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang
diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus
diterima dan diyakini oleh pengikut agama yang bersangkutan, terlepas
dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran
ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena
hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia.
g) Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali
melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran
atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar
13
dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara yang rasional
dan yang sistematis.
h) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia cara
manusia berpikir ikut berkembang. Dari sini manusia mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Induksi
dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran
secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang
dikemukakan. Apabila proses pembuatan kesimpulan ini melalui
pernyataan-pernyataan yang khusus kepada yang umum dinamakan
induksi. Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari
pernyataan-pernyataan umum kepada yang khusus.
i) Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari
pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal
ini berarati dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut
berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris yang ditangkap oleh
indra kemudian disimpulkan ke dalam suatu konsep yang
memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala.
j) Deduktif
Deduktif adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan umum ke khusus. Di dalam proses berfikir deduktif berlaku
14
bahwa sesuatau yang dianggap benar secara umum pada kelas tetentu,
berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada
setiap yang terjadi pada kelas itu.
2) Cara ilmiah atau modern
Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah,
atau metodelogi penelitian (research metodologi). Cara ini dikembangkan
oleh frencis Baron yang mengembangkan metode berpikir induktif
kemudian dikembangkan oleh Deobold van Dallen yang menyatakan
bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan
observasi langsung dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua
fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya. Pencatatan ini
mencakup tiga hal pokok :
a) Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul pada
saat dilakukan pengamatan.
b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul
pada saat dilakukan pengamatan.
c) Gejala-Gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala yang
berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.
15
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Menurut Erfandi (2009), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang, yaitu :
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur
hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan
pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan
informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin
banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang
didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan
pendidikan di mana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinngi,
maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun
perlu ditekankan bahwa seorang dengan pendidikan rendah tidak berarti
mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak
mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh
pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek
juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek
inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek
tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan
menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut.
16
2) Masa media / informasi
Informasi yang di peroleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media masa yang
dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain – lain mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan pribadi. Dalam
penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa
pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal yang
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan
terhadap hal tersebut.
3) Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Situasi ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi lingkungan seseorang.
17
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal
balik ataupun tidak, yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
individu.
5) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan
memberikan pengetahuan dan ketrampilan profesional serta pengalaman
belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan
mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan
menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam
bidang kerjanya.
6) Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap
dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin
membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam
18
masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukun persiapan
demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu
orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk
membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah dan kemampuan
verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
e. Pengukuran pengetahuan
Menurut Riwidikdo (2010), pengukuran pengetahuan dapat
dikategorikan menjadi :
1) Pengetahuan baik, bila (x) > mean + 1 SD
2) Pengetahuan cukup, bila mean – 1 SD £ x £ mean + 1 SD
3) Pengetahuan kurang, bila (x) < mean - 1 SD
2. Nifas
a. Pengertian masa nifas
Masa nifas (puerperium) di mulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Batasan waktu nifas yang
paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam
waktu yang relatif pendek darah sudah keluar, sedangkan batasan
maksimumnya adalah 40 hari (Ambarwati & Wulandari, 2010).
19
b. Proses dalam masa nifas
Menurut Saleha (2010), ada tiga proses penting dalam masa nifas yaitu :
1) Pengecilan rahim atau involusi
Rahim adalah organ tubuh yang spesifik dan unik karena dapat
mengecil serta membesar dengan menambah atau mengurangi jumlah
selnya. Pada wanita yang tidak hamil, berat rahim sekitar 30 gram dengan
ukuran kurang lebih seperti telur ayam. Selama kehamilan, rahim makin
lama akan membesar. Setelah bayi lahir, umumnya berat rahim menjadi
sekitar 1000 gram dan dapat diraba kira-kira setinggi 2 jari dibawah
umbilicus. Setelah 1 minggu kemudian beratnya berkurang menjadi
sekitar 500 gram. Setelah 2 minggu beratnya sekitar 300 gram dan tidak
dapat diraba lagi.
Jadi secara alamiah rahim akan mengecil perlahan-lahan kebentuk
semula. Setelah 6 minggu beratnya sudah sekitar 40-60 gram. Pada saat
ini dianggap bahwa masa nifas sudah selesai.
Tabel 2.1 Perubahan uterus masa nifas.
Involusi Uteri Tinggi Fundus uteri Berat
Uterus
Diameter
Uterus
Plasenta Lahir Setinggi Pusat 1000
Gram
12,5 Cm
7 Hari (1 Minggu) Pertengahan Pusat Dan
Simpisis
500 Gram 7,5 Cm
14 Hari (2 Minggu) Tidak Teraba 350 Gram 5 Cm
6 Minggu Normal 60 Gram 2,5 Cm
Sumber: Marmi (2012)
20
2) Kekentalan darah (Hemokosentrasi) kembali normal.
Selama hamil, darah ibu relatif lebih encer, karena cairan darah ibu
banyak, sementara sel darahnya berkurang. Oleh karena itu, selama hamil
ibu perlu diberi obat-obatan penambah darah, sehingga sel-sel darahnya
bertambah dan konsentrasi darah atau hemoglobinnya normal atau tidak
terlalu rendah. Setelah melahirkan, sistem sirkulasi darah ibu akan
kembali seperti semula. Darah kembali mengental, di mana kadar
perbandingan sel darah dan cairan darah kembali normal. Umumnya hal
ini terjadi pada hari ke 3 sampai ke 15 pasca persalinan.
3) Proses laktasi atau menyusui
Proses ini timbul setelah plasenta atau ari-ari lepas. Plasenta
mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang
menghambat pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas, hormon plasenta
itu tidak dihasilkan lagi, sehingga terjadi produksi ASI.
c. Tahapan masa nifas
Menurut Marmi (2012), masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu :
1) Puerperium dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan
berjalan-jalan.
2) Puerperium intermedial
Suatu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi selama
kurang lebih enam sampai delapan minggu.
21
3) Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan
sempurna terutama ibu apabila ibu selama hamil atau waktu persalinan
mengalami komplikasi.
d. Kebutuhan masa nifas
Menurut Marmi (2012), ada 7 kebutuhan dasar masa nifas :
1) Ambulasi pada masa Nifas
Persalinan adalah proses yang melelahkan, itulah mengapa ibu
disarankan tidak langsung turun ranjang setelah melahirkan karena dapat
menyebabkan jatuh pinsan akibat sirkulasi darah yang belum berjalan
baik. Ibu harus cukup beristirahat, dimana ibu harus tidur terlentang
selama 8 jam post partum untuk mencegah perdarahan post partum.
Setelah itu mobilisasi perlu dilakukan agar tidak terjadi pembengkakan
akibat tersumbatnya pembuluh darah ibu. Mobilisasi hendaknya
dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan gerakan miring kekanan dan
kekiri. Pada hari kedua ibu telah dapat duduk, lalu pada hari ketiga ibu
telah dapat menggerakkan kaki yakni dengan jalan-jalan. Mobilisasi ini
tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya komplikasi persalinan,
nifas dan sembuhnya luka.
2) Kebersihan diri atau perinium
Empat puluh minggu masa kehamilan telah terlewati dengan mulus.
Namun masih tetap menjalani proses yang tak kalah merepotkan, yakni
22
proses “pembersihan diri” alias masa nifas. Biasanya berlangsung 40 hari.
Tahap-tahap pada masa nifas ini vagina akan terus menerus
mengeluarkan darah. Biasanya darah tersebut mengandung trombosit, sel-
sel tua, sel-sel mati (nekrosis), serta sel-sel dinding rahim (endometrium),
yang disebut lochea. Ibu masa melahirkan akan mengalami empat tahapan
perubahan lochea pada masa nifas :
a) Merah segar (lochea rubra)
Tahapan ini akan berlangsung selama tiga hari pertama setelah
melahirkan. Darah pada tahapan pertama ini berpotensi mengandung
banyak kuman penyakit.
b) Merah dan berlendir (Lochea sanguinolenta)
Untuk tahapan kedua ini biasanya berlangsung selama satu hingga dua
minggu.
c) Kuning kecoklatan lalu merah muda (lochea serosa)
Cairan yang berwarna seperti ini biasanya mulai keluar dua minggu
hingga satu bulan setelah melahirkan.
d) Kekuningan lalu bening (lochea alba)
Cairan ini keluar selama sekitar dua minggu, yakni dari minggu
keempat sampai minggu keenam. Bila lochea sudah berwarna bening
tandanya masa nifas anda berlangsung normal.
23
3) Istirahat
Masa nifas berkaitan dengan gangguan pola tidur, terutama segera
setelah melahirkan. Bagi orang dewasa butuh rata-rata 7-8 jam untuk
tidur dan semakin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk tidur untuk orang
semakin tua. Orang yang sudah tua biasanya membutuhkan rata-rata 5-6
jam untuk tidur.
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal antara
lain mengurangi jumlah ASI, memperlambat proses involusio uteri dan
meningkatkan perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan
untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
4) Seksual
Ibu yang melahirkan boleh melakukan hubungan seksual kembali
setelah 6 minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu didasarkan atas
pemikiran pada masa itu semua luka akibat persalinan, terutama luka
bekas episiotomi dan section cesarean (SC) biasanya telah sembuh
dengan baik. Bila suatu persalinan di pastikan tidak ada luka atau
perobekan jaringan, hubungan seks boleh dilakukan 3-4 minggu setelah
proses melahirkan.
5) Eliminasi
Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya. Normalnya
bila dapat BAK spontan setiap 3-4 jam. Kesulitan BAK dapat disebabkan
karena springter uretra tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi
24
muskulo spingter ani selama persalinan, atau dikarenakan odema kandung
kemih selama persalinan. Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post
partum. Apabila mengalami kesulitan BAB lakukan diet teratur, cukup
cairan, konsumsi makanan berserat, oleh raga, berikan obat rangsang per
oral atau per rektal.
6) Senam nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah
persalinan, setelah keadaan ibu normal (pulih kembali). Senam nifas
sebaiknya dilakukan dalam 24 jam setelah persalinan secara teratur setiap
hari tetapi tidak semua ibu setelah persalinan dapat melakukan senam
nifas. Untuk ibu-ibu yang mengalami komplikasi selama persalinan
seperti jantung, ginjal, diabetes tentu tidak boleh melakukan senam nifas.
Senam nifas bermanfaat untuk mengembalikan keadaan ibu agar kondisi
ibu seperti sediakala sebelum hamil.
7) Nutrisi dan cairan
Nutrisi yang dikonsumsi ibu nifas harus bermutu tinggi, cukup kalori
dan bergizi. Ibu nifas memerlukan tambahan 500 kalori tiap hari,
makanan diet berimbang untuk mendapat protein, mineral dan vitamin
yang cukup. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari, serta pil zat besi harus
diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca
persalinan dan minum vitamin A (200.000 UI).
25
3. Vitamin A
a. Pengertian vitamin A
Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak terdapat dalam
minyak ikan, keju, kuning telur, sayuran berwarna hijau dan kemerah-
merahan seperti wertel dan tomat. Vitamin A merupakan zat gizi penting
yang larut dalam lemak dan disimpan di dalam hati, tidak dapat dibuat oleh
tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar (essensial), berfungsi untuk
penglihatan, pertumbuhan, dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit (DepKes RI, 2005).
b. Manfaat vitamin A
1. Bagi ibu
Pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas sangat berpengaruh untuk
meningkatkan kualitas vitamin A dan jumlah kandungan vitamin A dalam
ASI. Vitamin A juga berperan penting untuk memelihara kesehatan ibu
selama masa nifas, menaikkan konsentrasi serum retinol ibu, menurunkan
penyakit rabun senja serta menurunkan mortalitas yang berhubungan
dengan kehamilan hingga 40% (Keller, 2004). Vitamin A juga dapat
mempercepat penyembuhan luka ibu setelah melahirkan (Almatsir, 2009).
2. Bagi bayi
Vitamin A telah diketahui dapat mencegah timbulnya komplikasi
berat pada penyakit yang biasa terjadi pada anak-anak seperti campak dan
diare serta berfungsi melindungi mata dari xeropthalmia dan buta senja.
26
Beberapa studi menunjukkan bahwa suplementasi vitamin A pada ibu
nifas dapat meningkatkan status vitamin A pada bayi selama 2 sampai 6
bulan. Suplementasi Vitamin A merupakan salah satu intervensi program
yang sudah di kenal dapat meningkatkan kesehatan serta kelangsungan
hidup anak usia pra sekolah (Keller, 2004).
Vitamin A digunakan untuk pertumbuhan sel, jaringan, gigi dan
tulang, perkembangan saraf penglihatan, meningkatkan daya tahan tubuh
sebelum infeksi (Ambarwati & Wulandari, 2008).
c. Kekurangan Vitamin A
1. Pada ibu nifas
Pada ibu nifas kekurangan vitamin A dapat menyebabkan buta senja,
anemia, kekurangan berat badan, kurang gizi, meningkatnya resiko
infeksi dan penyakit reproduksi serta menurunkan kelangsungan hidup
ibu hingga dua tahun setelah melahirkan (Keller, 2004). Selain itu
kekurangan vitamin A menyebabkan kulit menjadi kering dan kasar serta
luka sukar sembuh (Almatsier, 2009).
2. Pada bayi
Pada bayi apabila terjadi kekurangan vitamin A dapat menyebabkan
bayi buta senja, perubahan pada kulit menjadi kering dan kasar,
perubahan pada mata menjadi xerosis konjungtiva, bercak bitot dan
keratomalasia, gangguan pertumbuhan, infeksi, keratinisasi sel rasa pada
lidah (Departemen Gizi dan kesehatan masyarakat, 2011). Disamping itu
27
kekurangan vitamin A dapat meningkatkan resiko anak terhadap penyakit
infeksi seperti penyakit saluran pernafasan dan diare, meningkatkan
angka kematian karena campak serta menyebabkan keterlambatan
pertumbuhan (Almatsier, 2009).
d. Tanda kekurangan vitamin A
Salah satu tanda khas apabila ibu kekurangan vitamin A adalah
keratinisasi konjungtiva mata atau ada selaput yang melapisi kelopak dan
bola mata (Almatsier, 2009).
e. Waktu pemberian dan dosis Vitamin A untuk ibu nifas
Kapsul vitamin A merah (200.000 UI) diberikan pada masa nifas
sebanyak 2 kali yaitu, satu kapsul diberi segera setelah persalinan, dan satu
kapsul yang kedua diminum 24 jam sesudah pemberian kapsul yang
pertama. Jika sampai 24 jam setelah melahirkan ibu tidak mendapatkan
vitamin A, maka dapat diberikan pada kunjungan ibu nifas atau pada KN1
(6- 48 jam) atau saat imunisasi hepatitis B (HB0) atau pada KN2 (bayi
berumur 3-7 hari) atau KN3 (bayi berumur 8- 28 hari) (Depkes RI, 2009).
f. Faktor- faktor yang menyebabkan kekurangan vitamin A
Kekurangan vitamin A dapat disebabkan beberapa faktor antara lain
konsumsi vitamin A yang rendah, gangguan dalam proses penyerapan dalam
usus halus, gangguan dalam proses penyimpanan di hati (Muchtadi, 2009).
Selain itu banyak ibu maupun petugas kesehatan yang tidak tahu mengenai
program pemerintah tentang pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas, dan
28
pengetahuan mengapa kapsul vitamin A harus diberikan, masih sangat
kurang (Keller, 2004). Ketersediaan kapsul vitamin A tidak mendukung
terlaksananya pemberian kapsul vitamin A untuk ibu nifas karena
pengetahuan penolong tentang pemberian kapsul vitamin A masih sangat
kurang (Naibaho,2011).
g. Cara menanggulangi kekurangan Vitamin A pada ibu nifas
Kekurangan vitamin A (KVA) dapat ditanggulangi dengan berbagai
cara, seperti fortifikasi berbagai produk makanan, peningkatan ketersediaan
dan konsumsi makanan yang mengandung vitamin A melalui pemanfaatan
pekarangan, pemberikan vitamin A serta menggalangkan promosi sumber
makanan-makanan yang mengandung vitamin A (Keller, 2004).
h. Sumber vitamin A
Sumber vitamin A dapat diperoleh dari hati, kuning telur, ayam, ikan
sarden, minyak ikan, minyak kelapa sawit, minyak hati ikan hiu, susu,
mentega, keju serta sayuran berwarna hijau tua seperti daun singkong, daun
kacang, kangkung, daun pepaya, daun talas, daun melinjo, daun katuk, sawi,
ubi jalar merah, bayam, kacang panjang, buncis serta buah-buahan yang
berwarna kuning jingga seperti wortel, tomat, semangka, pepaya, mangga,
nangka dan jeruk (Almatsier, 2009).
i. Angka kecukupan vitamin A
Angka kecukupan vitamin A yang di anjurkan untuk berbagai golongan
umur dan jenis kelamin untuk Indonesia.
29
Tabel 2.2 Angka kecukupan vitamin A
Golongan
Umur
AKA *
(UI)
Golongan
Umur
AKA*
(UI)
0 – 6 bl
7 – 11 bl
1 – 3 th
4 – 6 th
7 – 9 th
Pria:
10 – 12 th
13 – 15 th
16 – 18 th
19 – 29 th
30 – 49
50 – 64
≥ 65 th
375
400
400
450
500
600
600
600
600
600
600
600
Wanita:
10 – 12 th
13 – 15 th
16 – 18 th
19 – 29 th
30 – 49
50 – 64
≥ 65 th
Hamil:
Menyusui:
0 – 6 bl
7 – 12 bl
600
600
600
500
500
500
500
+ 300
+ 350
+ 350
Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004.
30
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka teori
Sumber, modifikasi Notoadmojo (2010)
Pengetahuan Ibu
Nifas Vitamin A
1. Pengertian Vitamin A
2. Manfaat Vitamin A
3. Kekurangan Vitamin A
4. Waktu pemberian dan dosis
Vitamin A untuk Ibu nifas
5. Faktor – faktor yang
meyebabkan kekurangan
vitamin A
6. Cara menanggulangi
kekurangan vitamin A untuk
ibu nifas
7. Sumber vitamin A
8. Angka kecukupan vitamin A
Faktor yang memengaruhi
pengetahuan :
1. Pendidikan
2. Mass media / Informasi
3. Sosial Budaya dan Ekonomi
4. Lingkungan
5. Pengalaman
6. Usia
31
C. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Keterangan
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Pengetahuan Ibu Nifas
Tentang vitamin A
Baik
Cukup
Kurang
Faktor yang mempengaruhi
Pengetahuan
1. Pendidikan
2. Mass media
3. Social Budaya dan Ekonomi
4. Lingkungan
5. Pengalaman
6. Usia
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Deskriptif
adalah penelitian yang diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu
keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat (Notoatmodjo, 2010).
Penelitian deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang bertujuan menggambarkan
suatu fenomena dengan berbentuk angka-angka (Hidayat, 2007).
B. Lokasi dan waktu Penelitian
1. Lokasi
Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data selama kasus
berlangsung (Notoatmodjo, 2007). Penelitian ini di laksanakan di Klinik
Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk
memperoleh data penelitian yang dilakukan (Notoatmodjo, 2007). Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 20 Januari 2013 sampai 20 Februari 2013.
33
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Notoatmodjo, 2010).
Populasi yang diteliti adalah seluruh ibu nifas yang ada di Klinik Bersalin
Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen. Sejumlah 34 ibu nifas.
2. Sampel dan teknik pengambilan sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
ini (Notoatmodjo, 2010). Sampel pada penelitian ini adalah sesuai dengan
Arikunto (2010), apabila jumlah populasi yang kurang dari 100 diambil
semuanya, tetapi jika lebih dari 100 dapat diambil 20-30 % atau lebih. Jadi
sempel yang diambil 34 ibu nifas.
Teknik pengambilan sampling adalah suatu proses seleksi sampel yang
digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel
akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2007). Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan total
sampling. Menurut Hidayat (2007), teknik total sampling yaitu cara
pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota populasi menjadi
sampel.
34
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk mendapatkan data yang relevan dengan
masalah yang diteliti yaitu menggunakan instrumen pengumpulan data berupa
kuisioner. Kuisioner adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang
diketahui dan sudah disediakan jawabannya (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini
menggunakan pernyataan positif dan negatif. Di mana pernyataan dengan kriteria
positif skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah dan kriteria
negatif dengan skor 1 untuk jawaban salah dan skor 0 untuk jawaban benar.
Pengisian kuisioner tersebut menggunakan tanda centang (√) pada jawaban yang
dianggap benar (Notoatmodjo, 2007). Kuisioner yang digunakan dalam bentuk
pernyataan tertutup (closed ended) yang mempunyai keuntungan mudah
mengarahkan jawaban responden dan juga mudah di olah atau ditabulasi
(Notoatmodjo, 2007).
35
Tabel 3.1
Kisi – kisi Kuesioner Vitamin A
Variabel Sub variable Favorable Unfavorable Jumlah
soal
Pengetahua
n ibu nifas
tentang
vitamin A
1. Pengertian vitamin A 1, 3
2 3
2. Manfaat vitamin A 5, 7,
4, 6 4
3. Kekurangan vitamin A 8, 9, 11,
12
10 5
4. Tanda kekurangan vitamin
A
13, 15 14 3
5. Waktu pemberian vitamin
A dan dosis vitamin A
17, 18, 19, 16, 20 5
6. Faktor faktor yang
mempengaruhi
kekurangan vitamin A
21, 23 22 3
7. Cara menanggulangi
kekurangan vitamin A
24, 25 26 3
8. Sumber vitamin A 27, 29 28 3
9. Angka kecukupan vitamin
A
31 30 2
Jumlah 31
Sebelum kuesioner di berikan kepada responden, kuesioner di uji validitas
dan reliabilitasnya terlebih dahulu. dengan karakteristik yang sejenis di luar
lokasi penelitian. Uji coba instrumen penelitian dilakukan di klinik Bersalin
Syifa Kusuma Kadipiro Sambirejo Sragen dengan jumlah responden 30 orang.
Menurut Mahfoed (2007), alasan jumlah responden 30 adalah karena kaidah
umum penelitian agar diperoleh distribusi nilai hasil penelitian mendekati kurva
normal.
36
1. Uji Validitas
Uji validitas untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut valid, valid
artinya ketepatan mengukur atau alat ukur tersebut tepat untuk mengukur
sebuah variabel yang akan di ukur (Riwidikdo, 2010). Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak
diukur. Instrumen dikatakan valid, jika nilai rhitung> rtabel dengan taraf
signifikan 0,361. Rumus product moment, adalah :
rxy=
Keterangan :
N = Jumlah responden
r = Koefisioner korelasi product moment
x = Skor pertannyaan
y = Skor total
xy = Skor pertannyaan dikalikan skor total
Dari uji validitas yang dilaksanakan di Klinik Bersalin Syifa Kusuma
Kadipiro Sambirejo Sragen pada bulan 15 Desember 2012 - 15 Januari 2013
sebanyak 30 orang dengan jumlah 36 pernyataan. Taraf signifikan 5% dan n =
30 diperoleh rtabel = 0,361 untuk menguji validitas dari 36 item pernyataan.
Hasilnya terdapat 5 item yang tidak valid yaitu nomer 8, 12, 21, 33, 34.
Dengan rhasil < rtabel (0,361), sedangkan pernyataan yang valid terdapat 31 item
37
dengan rhasil > r tabel (0,361). Pernyataan yang tidak valid tidak digunakan
sebagai instrumen penelitian.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah keajegan alat ukur, artinya konsistensi alat ukur, alat
ukur digunakan saat ini pada waktu dan tempat tertentu akan sama bila
digunakan pada waktu dan tempat yang berbeda (Riwidikdo, 2010).
Untuk menguji reliabilitas instrumen digunakan rumus Alpha chronbach
dengan bantuan program SPSS for window. Instrumen dikatakan reliabel bila
nilai alpha cronbach’s > 0,7 (Riwidikdo, 2010). Rumus Alpha chronbach
adalah sebagai berikut:
r11 =
Keterangan:
r11 = Reliabilitas Instrument
k = Banyaknya butir pertannyaan atau banyaknya soal
ƉSi² = Jumlah varian butir
Si² = Varians total
Uji reliabilitas dari 36 pernyataan didapat nilai alpha cronbac’s yaitu
sebanyak 0,802 > (0,7), sehingga kuesioner dinyatakan reliabel.
38
E. Teknik Pengumpulan data
Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembaran
pertanyaan persetujuan dan membagikan kuesioner pada ibu nifas di Klinik
Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen, kemudian menjelaskan
tentang cara pengisiannya. Responden disuruh mengisi kuesioner sampai selesai
dan kuesioner diambil saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri dari:
1. Data Primer
Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek
penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2010). Dalam
penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner pengetahuan ibu
nifas tentang vitamin A di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang
Sragen.
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek
penelitian (Riwidikdo, 2010). Data sekunder didapat dari di Klinik Bersalin
Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen yang berupa data jumlah ibu nifas.
F. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota
suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain
(Notoadmojo, 2010). Dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu
Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A.
39
G. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup atau
pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti (Notoatmodjo, 2007).
Tabel 3.2
Definisi Operasional
Variabel
Definisi Operasional Indikator Alat ukur Skala
Pengetahuan
ibu nifas
tentang
vitamin A
Kemampuan ibu nifas untuk
menjawab kuesioner tentang
vitamin A untuk ibu nifas
1. (x) > mean
+ 1 SD : Baik
2. mean – SD
≤ x ≤ mean +
1 SD : Cukup
3. (x) < mean
– 1 SD :
Kurang
(Riwidikdo,
2010)
Kuesioner Ordinal
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah
pengolahan data. Proses pengolahan data menurut Notoatmodjo (2010), adalah :
a. Editing
Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isi formulir
atau kuesioner.
40
b. Coding
Mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
bilangan.
c. Memasukkan data atau processing
Jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk “ kode”
(angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau “software”
d. Pembersihan data (cleaning)
Semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan,
perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya, kemudian
dilakukan pembetulan atau korelasi.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan analisa univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari
hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari
tiap variabel (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Riwidikdo (2010), untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas
tentang vitamin A, maka digunakan perhitungan sebagai berikut:
a. Baik, bila nilai responden (x)> mean + 1 SD
b. Cukup, bila nilai mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD
c. Kurang, bila nilai responden (x) < mean - 1 SD
41
Adapun rumus mean menurut Riwidikdo (2010), adalah:
X = n
xin
i
å1:
Keterangan :
xi : Nilai dari data
n : Jumlah data
X: Nilai rata-rata
Adapun rumus untuk memperoleh Standar Deviasi menurut
Riwidikdo (2010), adalah :
SD =
Keterangan:
Sd = Simpangan Deviasi
n = Jumlah Data
Xi = Nilai dari data
Adapun rumus untuk memperoleh skore prosentase menurut Riwidikdo
(2010), adalah :
Skor prosentase =
Rumus prosentase untuk jumlah ibu nifas menurut tingkat pengetahuan
menurut Riwidikdo (2010), yaitu :
Skor prosentase =
42
I. Etika Penelitian
Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian dengan
memperhatikan masalah etika menurut Hidayat (2007), meliputi:
1. Informed Consent (lembar persetujuan menjadi responden)
Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subyek penelitian. Peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta manfaat
yang dilakukan penelitian. Setelah dilakukan penjelasan, lembar persetujuan
diberikan kepada subyek penelitian. Jika subyek penelitian bersedia diteliti
maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan, namun jika subyek
penelitian menolak untuk diteliti peneliti tidak akan memaksa dan tetap
menghormati haknya.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan subyek penelitian, peneliti tidak mencantumkan
namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan inisial dan memberi
nomer pada masing-masing lembar tersebut.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh dari subyek penelitian
dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan
atau dilaporkan pada hasil penelitian.
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Klinik Bersalin Utami Nugroho beralamat di Puro RT. 03 RW 01
Karangmalang Sragen. Secara umum jenis pelayanan yang diberikan di Klinik
Bersalin Utami Nugroho antara lain pelayanan kesehatan yang meliputi ANC
(Ante Natal Care), persalinan normal, KB, Imunisasi, pijat bayi dan penyakit
umum. Tenaga kesehatan yang tersedia di Klinik Bersalin Utami Nugroho
yaitu terdiri dari 4 bidan, 3 perawat, 1 fisioterapi, 1 dokter umum. Sarana dan
prasarana cukup memadai antara lain 1 ruang IGD dengan 2 tempat tidur, 1
ruang periksa, 1 ruang bersalin, 6 ruang nifas, 8 kamar rawat inap. Jam buka
pelayanan pagi dimulai pada pukul 07.00 WIB – 11.00 WIB dan sore pada
pukul 16.00 WIB – 20.00 WIB, sedangkan pelayanan bersalin melayani 24
jam. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20 Januari 2013 – 20 Februari 2013.
B. Hasil Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang ada di Klinik
Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen. Untuk memperoleh data
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memberi kuesioner kepada
responden dan kemudian kuesioner dikembalikan oleh peneliti untuk diolah,
dengan menggunakan bantuan SPSS.
44
Berdasarkan perhitungan diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Pengolahan data
N Minimum Maximum Mean Standar
Deviation
Pengetahuan
ibu nifas
tentang
vitamin A
34 15 26 21,47 3,04
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel diatas pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A dapat
dikategorikan menjadi 3 yaitu :
a. Baik : bila nilai responden (x)> mean + 1 SD
(x)> 21,47 + 3,04
(x)> 24,51
b. Cukup : bila nilai responden mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1SD
21,47 – 3,04 ≤ x ≤ 21,47+ 3,04
18.43≤ x ≤ 24.51
c. Kurang : bila nilai responden (x) < mean – 1SD
(x) < 21,47 – 3,04
(x) < 18.43
Dari data yang diperoleh kemudian disajikan dalam tabel pengetahuan
responden berdasarkan 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang yang
disajikan dalam tabel sebagai berikut :
45
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu nifas tentang vitamin A
No Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
7
21
6
34
20.6
61.8
17.6
100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel diatas tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin
A di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen dapat
dikategorikan pengetahuan baik sebanyak 7 responden (20,6%),
pengetahuan cukup sebanyak 21 responden (61,8%) dan pengetahuan
kurang sebanyak 6 responden (17,6%). Jadi tingkat pengetahuan ibu nifas
tentang vitamin A di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang
Sragen dapat dikategorikan pengetahuan cukup yaitu sebanyak 21
responden (61,8%).
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan ibu nifas tentang
vitamin A di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen dapat
dikategorikan pengetahuan baik sebanyak 7 responden (20,6%), pengetahuan
cukup sebanyak 21 responden (61,8%) dan pengetahuan kurang sebanyak 6
responden (17,6%).
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan merupakan hasil “tahu”
pengindraan manusia terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi
melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan
46
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over
behavior). Dari hasil penelitian pengetahuan dipengaruhi oleh umur,
pendidikan, pekerjaan dan pengalaman.
Menurut Erfandi (2009) faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang adalah Pendidikan dimana pendidikan itu merupakan suatu usaha
untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar
sekolah dan berlangsung seumur hidup. Dengan pendidikan tinggi maka
seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi. Semakin banyak
informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat.
Status sosial ekonomi akan mempengaruhi lingkungan seseorang.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan
fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses
masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan
tersebut. Selain itu Pengalaman dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan
dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Usia mempengaruhi terhadap
daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehinnga pengetahuan yang
diperoleh semakin membaik.
Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak terdapat dalam
minyak ikan, keju, kuning telur, sayuran berwarna hijau dan kemerah-merahan
seperti wertel dan tomat. Vitamin A merupakan zat gizi penting yang larut
dalam lemak dan disimpan di dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh,
47
sehingga harus dipenuhi dari luar (essensial), berfungsi untuk penglihatan,
pertumbuhan, dan meningkatkan daya tahan tubuh bayi terhadap penyakit.
Selain itu vitamin A juga bermanfaat untuk ibu nifas dalam proses
mempercepat penyembuhan luka ibu setelah melahirkan, mencegah anemia,
meningkatkan kualitas vitamin A dan jumlah kandungan vitamin A dalam ASI
serta menurunkan penyakit rabun senja.
Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu nifas tentang vitamin
A di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen di
katagorikan berpengetahuan cukup sebanyak 21 responden (61,8%) mayoritas
responden kurang mengetahui tentang tanda kekurangan, cara menanggulangi
kekurangan dan faktor yang mempengaruhi kekurangan vitamin A untuk ibu
nifas. Hal tersebut di pengaruhi oleh umur, pekerjaan, pendidikan dan jumlah
anak. Menurut Almatsier (2009), salah satu tanda khas kekurangan vitamin A
adalah keratinisasi konjungtiva mata atau ada selaput yang melapisi kelopak
dan bola mata. Menurut Keller (2004), kekurangan vitamin A (KVA) dapat
ditanggulangi dengan berbagai cara, seperti fortifikasi berbagai produk
makanan, peningkatan ketersediaan dan konsumsi makanan yang mengandung
vitamin A melalui pemanfaatan pekarangan, pemberikan vitamin A serta
menggalangkan promosi sumber makanan-makanan yang mengandung vitamin
A. Menurut Muchtadi (2009), kekurangan vitamin A dapat disebabkan
beberapa faktor antara lain konsumsi vitamin A yang rendah, gangguan dalam
proses penyerapan dalam usus halus, gangguan dalam proses penyimpanan di
hati.
48
D. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini mempunyai banyak kekurangan,
antara lain :
1. Kendala penelitian
Penulis membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperoleh
responden karena jumlah pasien di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro
Karangmalang Sragen tidak terlalu banyak.
2. Kelemahan / keterbatasan
a. Variabel penelitian
Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal sehingga hasil
penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan saja.
b. Kuesioner
Kuesioner yang digunakan kuesioner tertutup sehingga responden hanya
bisa menjawab benar atau salah sehingga tidak dapat menguraikan
jawaban selain jawaban yang tersedia dan jawaban mereka belum bisa
mengukur pengetahuan secara mendalam.
c. Lokasi penelitian
Penelitian ini hanya dilakukan di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro
Karangmalang Sragen sehingga hasil penelitian ini tidak dapat
digeneralisasikan di tempat lain.
49
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diambil dengan judul “ Tingkat Pengetahuan
Ibu Nifas tentang Vitamin A di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro
Karangmalang Sragen Tahun 2013”, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang Vitamin A di Klinik Bersalin Utami
Nugroho Puro Karangmalang Sragen termasuk dalam kategori pengetahuan
baik sebanyak 7 responden (20,6%).
2. Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang Vitamin A di Klinik Bersalin Utami
Nugroho Puro Karangmalang Sragen termasuk dalam kategori pengetahuan
cukup sebanyak 21 responden (61,8%).
3. Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang Vitamin A di Klinik Bersalin Utami
Nugroho Puro Karangmalang Sragen termasuk dalam kategori kurang
sebanyak 6 responden (17,6%).
B. SARAN
1. Bagi ibu nifas
Diharapkan tetap mengkonsumsi vitamin A selain itu mengkonsumsi
makanan yang mengandung vitamin A karena sangat berguna bagi ibu nifas dan
bayi.
50
2. Bagi Klinik Bersalin
Meningkatkan mutu pelayanan dan sebagai bahan masukan bagi petugas
kesehatan dalam pemberian konseling khususnya masa nifas tentang kebutuhan
vitamin A pada ibu nifas dan pemberian vitamin A untuk ibu nifas.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah atau melengkapi sumber bacaan khususnya
tentang vitamin A untuk ibu nifas.
4. Bagi penelitian selanjutnya
Diharapkan pada penelitian selanjutnya menambah variabel penelitian
tidak hanya satu variabel yang berhubungan dengan vitamin A untuk ibu nifas,
agar memperoleh hasil penelitian yang bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ambarwati, E.R, Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Edisi 5 : Yogjakarta.
Nuha Medika.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V.
Jakarta : Rineka Cipta.
Depertemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2011. Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : Rajawali Pers.
Depkes RI. 2005. Vitamin A. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Pusat Penelitian Kesehatan.
Depkes RI. 2009. Panduan Menejemen Suplementasi Vitamin A. Jakarta :
Depertemen Kesehatan RI.
Depkes, 2011. Target MDGs Bidang Kesehatan. http://www//1456-depkes-target-
mdgs-bidang-kesehatan.html.
Dinkes jateng. 2011. profil kesehatan provinsi jawa tengah tahun 2011. Jawa tengah:
bidang kesehatan.
.
Efendi. 2009. Pengetahuan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, diakses
http://forbetterhealth.wordpress.com. 23 Feberuari 2012.
Hidayat, A. A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan : Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Keller, H. 2004. Buletin Kesehatan & Gizi. Helen kaller international. Indonesia.
Manuaba, I.A.C, 2007. Ilmu Kebidanan penyakit Kandungan dan KB untuk
pendidikan Bidan.
Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “peurperium care“ : Yogyakarta.
Pustaka Pelajar.
Mahfoed, I. 2007. Metodologi Penelitian bidang kesehatan keperawatan dan
kebidanan. Yogyakarta : fitramaya
Muchtadi, D. 2009. Pengantar Ilmu Gizi. Bandung : Alfabeta.
Naibaho. 2011. Gambaran Pemberian Kapsul Vitamin A Untuk Ibu Nifas Oleh
Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesman Porian Kecamatan Tapian
Nauli Kabupaten TapanuliTtengah : www. Garudadikti.com
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.
____________. 2010. Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Riwidikdo, H. 2010. Statistik kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press.
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan pada masa nifas. Jakarta: Salemba Medika