Upload
nguyentuyen
View
227
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN
PENDAMPING ASI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN
DI DESA REMBUN NOGOSARI BOYOLALI
TAHUN 2012
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh :
DEWI LESTARI
NIM. B09072
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN
PENDAMPING ASI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN
DI DESA REMBUN NOGOSARI BOYOLALI
TAHUN 2012
Diajukan Oleh :
DEWI LESTARI
B09072
Telah diperiksa dan disetujui
Pada tanggal…………………
Pembimbing
(ANIS NURHIDAYATI, S.ST.,M.Kes)
NIK.200685025
iii
HALAMAN PENGESAHAN
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN
PENDAMPING ASI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN
DI DESA REMBUN NOGOSARI BOYOLALI
TAHUN 2012
Karya Tulis Ilmiah
Disusun Oleh:
DEWI LESTARI
B09072
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Ujian Akhir Program D III Kebidanan
Pada Tanggal……………………
PENGUJI I PENGUJI II
(ERNAWATI, S.ST) (ANIS NURHIDAYATI, S.ST., M.Kes)
NIK. 200886033 NIK. 200685025
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui,
Ka. Prodi DIII Kebidanan
(DHENY ROHMATIKA, S.SiT)
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul “Tingkat Pengetahuan ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Pada
Anak Usia 6-24 bulan Di Desa Rembun, Nogosari, Boyolali”. Karya Tulis Ilmiah ini
disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat
kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulisan menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi D III Kebidanan STIkes Kusuma
Husada Surakarta.
3. Ibu Anis Nurhidayati, S.ST., M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4. Bapak Suwarno selaku kepada Desa Rembun Nogosari Boyolali.
5. Semua responden yang telah membantu dan meluangkan waktu untuk mengisi
kuesioner.
6. Semua Dosen dan staff Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
atas segala bantuan yang telah diberikan.
v
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
vi
Program Diploma III Kebidanan STIkes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, 05 Juli 2012
Dewi Lestari
09.072
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN
PENDAMPING ASI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN
DI DESA REMBUN, NOGOSARI, BOYOLALI.
xiv + 50 halaman + 9 tabel + 2 gambar + 18 lampiran
ABSTRAK
Latar Belakang : Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang
umum dijumpai di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia.
Salah satu sebab yang menonjol diantaranya adalah karena keadaan gizi yang kurang
baik. Masalah gizi yang harus dihadapi Indonesia pada saat ini adalah masalah gizi
kurang dan masalah gizi lebih. Anak harus mendapatkan makanan pendamping ASI
dengan tepat dan benar, jika anak tidak mendapatkan makanan pendamping ASI
dengan tepat dan benar, maka akan berkonsekuensi terhadap status gizi anak.
Berdasarkan studi pendahuluan 85,71% ibu kurang mengetahui tentang makanan
pendamping ASI.
Tujuan : Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI
pada anak usia 6-24 bulan di desa Rembun, Nogosari, Boyolali pada kategori baik,
cukup dan kurang.
Metode Penelitian : penelitian ini menggunakan Deskriptif Kuantitatif. Lokasi
penelitian ini di Desa Rembun dilaksanakan pada tanggal 12-20 Mei 2012. Sampel
dalam penelitian ini adalah 45 responden dengan menggunakan teknik sampling
jenuh. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal dan menggunakan
analisis Univariat.
Hasil Penelitian : tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada
anak usia 6-24 bulan dalam kategori cukup yaitu 29 responden (64,44%),
pengetahuan baik 8 responden (17,78%), pengetahuan kurang 8 responden (17,78%).
Kesimpulan : tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada anak
usia 6-24 bulan di Desa Rembun paling banyakpada kategori cukup yaitu 64,44%.
Kata Kunci : Pengetahuan, Makanan Pendamping ASI, anak usia 6-24 bulan.
Kepustakaan : 19 literatur (tahun 2003 – 2012)
vii
MOTTO
v Keberhasilan dalam berkarya merupakan suatu kepuasan yang tidak
ternilai harganya (penulis).
v Sesuatu yang yang dianggap tidak bisa dilakukan seringkali hanyalah
sesuatu yang belum dicoba (penulis).
v Ada suatu alasan untuk setiap langkah yang telah kita tempuh, alasan
yang kuat dan tepat akan mewujudkan apa yang kita impikan
(penulis).
PERSEMBAHAN
v Kepada Allah SWT yang telah menuntunku,
Menjagaku, Serta mengingatkanku disetiap
langkahku.
v Bapak dan Ibu tercinta terima kasih atas doa,
dukungan dan kasih sayangnya selama ini.
v Teman-teman yang berpartisipasi dalam pembuatan
karya tulis ilmiah ini.
v Alamameter tercinta.
viii
CURICULUM VITAE
Nama : Dewi Lestari
Tempat / Tanggal Lahir : Boyolali, 07 Oktober 1991
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Banyurejo RT 03 RW 05 Rembun, Nogosari
Riwayat Pendidikan
1. MI Lemahbang LULUS TAHUN 2003
2. MTsN Tinawas nogosari LULUS TAHUN 2006
3. SMA N 1 Nogosari LULUS TAHUN 2009
4. Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Angkatan 2009
FOTO
3X4
BERWARN
A
ix
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………... iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………... iv
ABSTRAK…………………………………………………………………………. vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………………………. vii
CURICULUM VITAE…………………………………………………………….. viii
DARTAR ISI………………………………………………………………………. ix
DAFTAR TABEL………………………………………………………………….. x
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………. ix
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………… 1
B. Perumusan Masalah …………………………………………… 4
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 4
D. Manfaat Penelitian …………………………………………….. 4
E. Keaslian Penelitian……………………………………………... 5
F. Sistematika Penelitian………………………………………….. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………….. 8
x
1. Pengetahuan ………………………………………………. 8
2. Zat gizi …………………………………………………….. 13
3. Makanan Pendamping ASI………………………………… 19
B. KERANGKA TEORI …………………………………………. 28
C. KERANGKA KONSEP ………………………………………. 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian …………………………………………………30
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………….. 30
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel …………... 31
D. Instrument Penelitian ………………………………………….. 31
E. Teknik Pengumpulan Data ……………………………...……... 35
F. Variabel Penelitian……………………………………………... 36
G. Definisi Operasional…………………………………………… 37
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data………………………… 37
I. Etika Penelitian………………………………………………… 39
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum……………………………… …….…….......41
B. Hasil Penelitian………………………………………………… 41
C. Pembahasan……………………………………………………. 45
D. Keterbatasan…………………………………………………… 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………….. 49
xi
B. Saran…………………………………………………………… 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Jadwal Pemberian Makanan Tambahan pendamping ASI Menurut Umur, jenis
Makanan, dan Frekuensi Pemberian…………………………………...……... 24
2.2 Cara Menilai Berat Badan secara sederhana……………………………...……. 26
3.1 Tabel Kisi-kisi Soal……………………………………………………………..33
3.2 Definisi Operasional Variabel …………………………………………………. 37
4.1 tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Umur…………………………….. 41
4.2 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan……………………… 42
4.3 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan……………………….. 43
4.4 Tabel Pengolahan Data………………………………………………………… 44
4.5 Hasil Penelitian……………………………………………………………..,,,,,, 45
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Kerangka Teori………………………………………………………………… 28
2.2 Kerangka Konsep………………………………………………………………. 29
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Ijin Studi Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Soal Wawancara
Lampiran 5. Ijin Uji Validitas
Lampiran 6. Surat Balasan Uji Validitas
Lampiran 7. Surat Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 8. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 9. Surat Permohonan Responden
Lampiran 10. Lembar Informed Consent
Lampiran 11. Kuesioner
Lampiran 12. Jawaban Kuesioner
Lampiran 13. Tabulasi Uji Coba Instrumen
Lampiran 14. Nilai r product moment
Lampiran 15. Hasil Uji Validitas
Lampiran 16. Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 17. Tabulasi Hasil Penelitian
Lampiran 18. Lembar Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber
daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi
pembangunan nasional melalui pembangunan kesehatan yang akan dicapai
untuk mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi keluarga yang optimal
(Nency, 2005).
Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum
dijumpai di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia.
Salah satu sebab yang menonjol diantaranya adalah karena keadaan gizi yang
kurang baik. Keadaan gizi yang kurang baik merupakan akibat dari berbagai
faktor yang sering terkait terutama faktor ekonomi, sosial, budaya dan politik.
Status gizi yang buruk pada ibu dan anak dapat menimbulkan pengaruh yang
sangat menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berfikir
yang pada akhirnya akan menurunkan produktifitas kerja. Keadaan ini
memberikan petunjuk bahwa pada hakikatnya gizi buruk atau kurang akan
berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia (Suharjo, 2003).
Masalah gizi yang harus dihadapi Indonesia pada saat ini adalah
masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang disebabkan
oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, sanitasi lingkungan yang
2
kurang baik, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi dan kesehatan,
sedang masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada
masyarakat disertai dengan kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan
(Almasteir, 2002 dalam Waryana 2010).
Gizi yang baik sangat diperlukan untuk proses tumbuh kembang bagi
anak-anak. Di tinjau dari segi umur, anak balita yaitu anak yang berumur
dibawah lima tahun. Anak balita merupakan anak yang sedang dalam masa
tumbuh kembang dan golongan yang paling rawan terhadap kekurangan kalori
protein (Back, 2000 dalam Waryana 2010).
Gizi merupakan unsur yang sangat penting bagi pembentukan tubuh
manusia yang berkualitas, maka perlu dipelajari tentang cara pemberian
makanan pada bayi dan anak di mana golongan ini merupakan generasi yang
akan mengisi masa depan (Suharjo, 2003).
Makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu (ASI). Sesudah
usia 6 bulan anak harus mendapat makanan pendamping ASI dengan tepat dan
benar, baik jumlah maupun kualitasnya. Jika anak tidak mendapat makanan
pendamping ASI dengan tepat dan benar, maka akan berkonsekuensi terhadap
status gizi. Makanan pendamping ASI yang baik tidak hanya mengandung
7energi dan protein, tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam folat,
vitamin B serta mineral lainnya. Makanan pendamping ASI yang tepat dan
baik dapat disiapkan sendiri dirumah. Pada keluarga dengan tingkat
pendidikan dan pengetahuan yang rendah seringkali anaknya harus puas
3
dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi balita karena
ketidaktahuan (Nency, 2005).
Makanan tambahan harus diberikan pada umur yang tepat sesuai
kebutuhan dan daya cerna bayi. Adanya kebiasaan masyarakat untuk
memberikan nasi, pisang pada umur beberapa hari ada bahayanya, karena
saluran pencernaan pada bayi belum sempurna. Makanan tambahan sebaiknya
diberikan setelah umur 6 bulan karena sistem pencernaannya sudah relatif
sempurna (Soraya, 2005).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Rembun
Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali, terdapat 7 (tujuh) posyandu balita.
Jumlah balita yang ikut posyandu sebanyak 209 balita. Jumlah anak usia 0-6
bulan sebanyak 47 anak, usia 6-24 bulan sebanyak 37 anak dan usia >24 bulan
sebanyak 125 anak. Berdasarkan hasil wawancara dari 7 orang ibu yang
mempunyai anak usia 6-24 bulan, pengetahuan ibu tentang makanan
pendamping ASI masih rendah, hanya 1 orang ibu (14,29%) pengetahuannya
baik dan 6 orang ibu (85,71%) pengetahuannya kurang. Berdasarkan
informasi dari kader, pada saat posyandu bidan/kader sudah memberikan
penyuluhan tentang makanan tambahan pendamping ASI.
Berdasarkan uraian diatas, pengetahuan tentang makanan pendamping
ASI penting di miliki oleh ibu, karena kurangnya pengetahuan dapat
menyebabkan masalah gizi pada anak balita, sehingga peneliti tertarik untuk
meneliti “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI pada
4
anak usia 6-24 bulan di Desa Rembun Kecamatan Nogosari Kabupaten
Boyolali”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “ Bagaimana Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping
ASI pada anak usia 6-24 bulan di Desa Rembun Kecamatan Nogosari
Kabupaten Boyolali?”
C. Tujuan Penelitian
1. Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI
pada anak usia 6-24 bulan.
2. Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI
pada anak usia 6-24 bulan pada kategori baik.
b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI
pada anak usia 6-24 bulan pada kategori cukup.
c. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI
pada anak usia 6-24 bulan pada kategori kurang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi ilmu pengetahuan
Menambah pengetahuan tentang makanan pendamping ASI yang tepat
pada anak usia 6-24 bulan.
5
2. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman serta menerapkan teori yang telah
diperoleh selama pendidikan, tentang makanan pendamping ASI pada anak
usia 6-24 bulan.
3. Bagi institusi
a. Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam
memperkaya bahan pustaka yang berguna bagi pembaca dan penelitian
selanjutnya.
b. Desa Rembun
Memberi informasi dan pengetahuan yang lebih luas tentang makanan
pendamping ASI serta sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan
dalam mengelola program di bidang kesehatan khususnya program KIA
dan gizi.
E. Keaslian Penelitian
1. Andrika Nosta Astagiri (2009), dengan judul “Pengetahuan Ibu Tentang
Menu Makanan Pada Balita Di Desa Kenongrejo Kecamatan Bringin
Kabupaten Ngawi”. Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif
Kuantitatif, teknik pengambilan sampel dengan metode porpusive
sampling, dengan teknik analisis univariat. Hasil penelitian ini adalah
pengetahuan ibu tentang menu makanan pada balita adalah cukup baik
6
sebanyak 38 responden (52,1%), kurang baik sebanyak 29 responden
(39,7%), baik dan tidak baik masing-masing sebanyak 3 responden (4,1%)
2. Wahyu Ridho Yuliyanti (2007), dengan judul “Pengetahuan Ibu Tentang
Pemberian Makanan Tambahan Pada Bayi Umur 6-12 Bulan Di Desa
Wringinpitu Kecamatan Tegaldlimo Banyuwangi”. Penelitian ini
menggunakan metode Deskriptif Kuantitatif, teknik pengambilan sampel
dengan metode total sampling dengan analisis data univariat. Hasil
penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu tentang makanan tambahan
pada bayi umur 6-12 bulan adalah cukup sebanyak 34 orang (61,8%),
kurang 11 orang (20%), baik 10 orang (18,2%).
Perbedaan dengan penelitian diatas adalah penelitian ini dilaksanakan
Di Desa Rembun Nogosari Boyolali pada tanggal 12-20 Mei 2012 dengan
jumlah sampel 45 orang
F. Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan Karya Tulis Imiah ini meliputi;
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian dan
sistematika penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi teori tentang pengetahuan meliputi, definisi,
tingkatan pengetahuan, faktor-faktor yang mempengaruhi
7
pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan, teori zat gizi,
teori tentang makanan pendamping ASI yang terdiri dari
definisi, tahap, syarat, cara menilai respon bayi terhadap
makanan, resiko pemberian ASI terlalu dini. kerangka teori dan
kerangka konsep.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang jenis dan rancangan penelitian, lokasi
penelitian dan waktu penelitian, populasi, sampel dan teknik
pengambilan sampel, instrument penelitian, teknik
pengumpulan data, variabel penelitian, definisi operasional,
metode pengolahan dan analisis data dan etika penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan gambaran umum penelitian, hasil penelitian,
pembahasan dan keterbatasan
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar
menjawab “What”, sedang ilmu (science) bukan sekedar menjawab
“What”, melainkan akan menjawab pertanyaan Why dan How”
(Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni: indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).
b. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), ada 6 tingkat pengetahuan yang di
capai dalam domain kognitif yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
9
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,
tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain: menyebutkan, menguraikan dan sebagainya.
2) Memahami (Comprehention)
Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, Menyimpulkan dan sebagainya terhadap obyek
yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil. Aplikasi dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumusan metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysys)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan atau
menjabarkan materi atau obyek secara benar kedalam komponen-
komponen tetapi masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat
menggambarkan, membedakan, memisahkan dan sebagainya.
10
5) Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas,
menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-
rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau obyek. Penelilaian itu didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-
kriteria yang telah ada.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut
Notoatmodjo (2003) antara lain :
1) Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberi pengetahuan
sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.
2) Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih
banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.
11
3) Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok menusia dalam
memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.
4) Pengalaman
Suatu yang pernah dialami seseorang akan menambah
pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informasi.
5) Sosial ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk mematuhi
kebutuhan hidup yang semakin tinggi tingkat sosial ekonomi
akan menambah tingkat pengetahuan.
6) usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin bertambah pula
daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuannya yang
diperolehnya semakin membaik (Erfandi, 2011).
d. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), cara memperoleh pengetahuan,
dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Cara Tradisional
Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain :
a) Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa
kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila
12
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang
lain.
b) Secara kebetulan ini dilakukan karena tidak disengaja oleh orang
yang bersangkutan.
c) Cara kekuasaan (otoritas) dimana pengetahuan diperoleh
berdasarkan pada kekuasaan, baik otoritas tradisi, otoritas
pemerintah, otoritas pemimpin, maupun otoritas ahli ilmu
pengetahuan.
d) Berdasarkan pengalaman hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
e) Melalui jalan pikiran manusia telah mampu menggunakan
penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.
f) Kebenaran melalui wahyu adalah suatu kebenaran yang
diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi.
g) Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali
melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses
penalaran atau berfikir.
h) Melalui jalan fikiran, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan
manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui
induksi maupun deduksi.
13
i) Induksi merupakan proses penarikan kesimpilan yang dimulai
dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat
umum.
j) Deduksi merupakan proses penarikan kesimpulan yang dimulai
dari pernyataan umum ke khusus.
2) Cara Modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah, cara ini disebut dengan
metode penelitian alamiah atau lebih popular lagi metode penelitian.
2. Zat gizi
a. pengertian
Gizi merupakan unsur yang penting dalam nutrisi mengingat
zat gizi tersebut dapat memberikan fungsi tersendiri pada nutrisi,
kebutuhan nutrisi tidak akan befungsi secara optimal kalau tidak
mengandung beberapa zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh,
demikian juga zat gizi yang cukup pada kebutuhan nutrisi akan
memberikan nilai yang optimal (Hidayat, 2005).
b. Macam-macam zat gizi
Ada beberapa komponen zat gizi yang dibutuhkan bayi. Nutrisi
bayi dan anak yang jumlahnya sangat berbeda untuk setiap umur,
secara umum zat gizi dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan
makro dan golongan mikro, untuk zat gizi makro terdiri dari kalori dan
14
H2O (air), untuk kalori berasal dari karbohidrat, protein, dan lemak,
H2O (air) sedangkan kelompok zat gizi miikro terdiri dari vitamin dan
mineral (Hidayat, 2005).
1) Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi yang tersedia dengan
mudah disetiap makanan, karbohidrat harus tersedia dalam jumlah
yang cukup sebab kekurangan karbohidrat sekitar 15% dari kalori
yang ada maka dapat menyebabkan terjadi kelaparan dan berat
badan menurun, demikian sebaliknya apabila jumlah kalori yang
tersedia atau berasal dari karbohidrat dengan jumlah yang tinggi
dapat menyebabkan terjadinya peningkatan berat badan (obesitas).
Karbohidrat dapat diperoleh dari susu, padi-padian, buah-buahan,
sukrosa, sirup, tepung dan sayur-sayuran (Hidayat, 2005).
2) Lemak
Lemak merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkutan
vitamin A, D, E, K yang larut dalam lemak. Lemak ini merupakan
sumber kaya akan energi, sebagai pelindung organ tubuh seperti
pembuluh darah, saraf, organ dan lain-lain terhadap suhu tubuh,
dapat membantu rasa kenyang (penundaan waktu pengosongan
lambung), komponen lemak dalam tubuh harus tersedia dalam
jumlah yang cukup sebab kekurangan akan menyebabkan terjadinya
perubahan kulit khususnya asam linoleat yang rendah, berat badan
15
kurang, akan tetapi apabila jumlah lemak yang banyak akan
menyebabkan terjadi hiperlipidema, hiperkolesterol, atau dapat
menyebabkan penyumbatan pembuluh darah dan lain-lain. Lemak
dapat diperoleh dari susu, mentega, kuning telur, daging, ikan, keju,
kacang-kacangan, dan minyak sayur (Hidayat, 2005).
3) Protein
Protein merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam
pembentukan protoplasma sel, selain itu tersedianya protein dalam
jumlah yang cukup penting untuk pertumbuhan dan perbaikan sel
jaringan dan sebagai larutan untuk keseimbangan osmotik. Jumlah
protein dalam tubuh tersebut harus tersedia dalam jumlah yang
cukup apabila jumlahnya berlebih dapat memperburuk insufisiensi
ginjal demikian juga apabila jumlahnya kurang maka dapat
menyebabkan kelemahan, oedema, dapat khawshiokor apabila
kekurangan protein saja tetapi jika kekurangan protein dan kalori
menyebabkan marasmus. Zat gizi protein dapat diperoleh dari susu,
telur, daging, ikan, unggas, keju, kedele, kacang buncis, dan padi-
padian (Hidayat, 2005).
4) Air
Air merupakan kebutuhan nutrisi yang sangat penting,
mengingat kebutuhan air pada bayi relative tinggi 75-80% dari berat
badan dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 55-60%. Air
16
bagi tubuh dapat berfungsi sebagai pelarut untuk pertukaran seluler,
sebagai medium untuk ion, transport nutrient dan produk buangan
dan pengaturan suhu tubuh. Sumber zat air dapat diperoleh dari air
dan semua makanan (Hidayat, 2005).
5) Vitamin
Menurut Hidayat (2005), vitamin merupakan senyawa organik
yang digunakan untuk mengkatalisator metabolisme sel yang dapat
berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan serta dapat
mempertahankan organisme, vitamin yang dibutuhkan antara lain :
a) Vitamin A (retinol) yang harus tersedia dalam jumlah yang
cukup yang mempunyai pengaruh dalam kemampuan fungsi
mata serta pertumbuhan tulang dan gigi dan dalam pembentukan
maturasi epitel, vitamin ini dapat diperoleh dari hati, minyak
ikan, susu, kuning telur, margarine, tumbuh-tumbuhan, sayur-
sayuran dan buah-buahan.
b) Vitamin B kompleks (thiamin) yang merupakan vitamin yang
larut dalam air akan tetapi tidak larut dalam lemak, yang dapat
menyebabkan penyakit beri-beri, kelelahan, anoreksia,
konstipasi, nyeri kepala, insomnia, takikardia, oedema, asam
piruvat dalam darah akan meningkat apabila tersedia dalam
jumlah yang kurang, kebutuhan vitamin ini dapat diperoleh dari
dalam hati, daging, susu, padi, biji-bijian, kacang dan lain-lain.
17
c) Vitamin B2 (riboflavin), merupakan vitamin yang sedikit larut
dalam air, vitamin ini tersedia dalam jumlah cukup, apabila
kekurangan dapat menyebabkan fotofobia, penglihatan kabur,
gagal dalam pertumbuhan. Vitamin ini dapat diperoleh didalam
susu, keju, hati daging, telur, ikan, sayur-sayuran hijau, dan padi.
d) Vitamin B 12 (sianokobalamin), merupakan vitamin yang sedikit
larut dalam air. Pada vitamin ini sangat baik untuk maturasi sel
darah merah dalam sum-sum tulang, pengaruh kekurangan
vitamin ini dapat menyebabkan anemia, dan vitamin ini dapat
diperoleh dari daging organ, ikan, telur, susu dan keju.
e) Vitamin C (asam ascorbat), merupakan vitamin yang larut dalam
air yang mudah dioksidasi dan dipercepat oleh panas atau
cahaya, kekurangan vitamin ini dapat menyebebkan lamanya
proses penyembuhan luka, vitamin ini dapat tersedia dalam
tomat, buah semangka, kubis, sayur-sayuran hijau.
f) Vitamin D merupakan vitamin yang dapat larut dalam lemak dan
akan stabil dalam suasana panas, vitamin ini berguna dalam
mengatur penyerapan dan pengendapan kalsium dan fosfor
dengan mempengaruhi permeabilitas membran usus, mengatur
kadar alkali fosfatase serum, kekurangan vitamin ini akan
menyebabkan pertumbuhan jelek dan osteomalaisa. Vitamin ini
18
dapat diperoleh dari dalam usus, margarine, minyak ikan,
pemaparan cahaya matahari atau sumber ultraviolet lain.
g) Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak dan tidak
stabil terhadap sinar ultraviolet yang dapat berfungsi dalam
meminimalkan oksidasi karoten, vitamin A dan asam linoleat
serta menstabilkan membran apabila terjadi kekurangan dapat
menyebabkan hemolisis sel darah merah pada bayi premature
dan akan menyebabkan kehilangan keutuhan syaraf. Vitamin E
ini dapat diperoleh dari minyak, biji-bijian dan kacang-kacangan.
h) Vitamin K merupakan vitamin yang larut dalam lemak yang
dapat berfungsi sebagai pembentukan protombin, faktor
koagulasi II, VII, IX, X, yang harus tersedia dalam tubuh yang
cukup apabila terjadi kekurangan dapat menyebabkan
perdarahan dan metabolisme tulang yang tidak stabil, vitamin ini
tersedia dalam sayuran berdaun hijau, daging, dan hati.
6) Mineral
Mineral merupakan komponen zat gizi yang temasuk dalam
kelompok mikro, yang terdiri dari kalsium, klorida, khromium,
kobalt, tembaga, fluorin, yodium, besi, magnesium, mangan, fosfor,
kalium, natrium, sulfur dan seng. Semua zat gizi tersebut harus
tersedia dalam jumlah yang cukup (Hidayat, 2005).
19
3. Makanan pendamping ASI
a. Definisi Makanan Pendamping ASI
Makanan pendamping ASI adalah makanan tambahan yang
diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan sampai bayi berusia
24 bulan. Jadi selain makanan pendamping ASI, ASI harus tetap
diberikan kepada bayi paling tidak sampai berusia 24 bulan. Peranan
makanan pendamping ASI sama sekali bukan untuk menggantikan ASI
melainkan hanya melengkapi ASI (Waryana, 2010).
Makanan pendamping ASI merupakan makanan tambahan bagi
bayi. Makanan ini harus jadi pelengkap dan dapat memenuhi kebutuhan
bayi. Hal ini menunjukkkan bahwa, makanan pendamping ASI berguna
untuk menutupi kekurangan zat-zat gizi yang terkandung dalam ASI.
Dengan demikian cukup jelas bahwa peranan makanan tambahan bukan
sebagai pengganti ASI, tetapi untuk melengkapi ASI (Waryana, 2010).
Pemberian makanan pendamping ASI adalah untuk menambah
energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat
memenuhi kebutuhan bayi terus menerus. Pengetahuan masyarakat yang
rendah tentang makanan bayi dapat mengakibatkan terjadinya
kekurangan gizi bagi bayi (Waryana, 2010).
20
b. Tahapan dalam pemberian Makanan Pendamping ASI
1) Pada usia 6-9 bulan
Pada usia 6-9 bulan tekstur makanan sebaiknya makanan cair,
lembut, saring seperti buah, bubur susu, atau bubur sayuran saring
atau di haluskan (Waryana, 2010).
Kebutuhan nutrisi pada anak usia ini adalah tetap ASI kemudian
ditambah dengan bubur susu, bubur tim saring dan buah.
Penambahan bentuk kebutuhan nutrisi disesuaikan dengan ukuran
kebutuhan nutrisi pada usia anak, makanan lebih padat dari usia
sebelumnya mengingat perkembangan gigi sudah mulai dan pada
usia ini bayi mulai mengunyah apa saja dan memasukkan semua
makanan kedalam mulut, untuk itu perlu pengawasan dalam setiap
aktivitas anak (Hidayat, 2005).
2) Pada usia 10-12 bulan
Pada usia 10-12 bulan bayi mulai beralih ke makanan yang lebih
kental dan padat namun tetap bertektur lunak, seperti aneka nasi tim
(Waryana, 2010).
Pada usia ini masih tetap diberikan ASI dengan penambahan
pada bubur susu, bubur tim kasar dan buah, bentuk makanan yang
disediakan dapat lebih padat dan bertambah jumlahnya mengingat
pertumbuhan gigi dan kemampuan fungsi pencernaan sudah mulai
bertambah. Pada usia ini anak sering senang makan sendiri dengan
21
sendok atau suka mencoba makan sendiri dan makan dengan tangan.
Pada anak usia 10-12 bulan ini adalah merupakan usaha yang baik
dalam menuntun ketangkasan dan merasakan bentuk makanan
(Hidayat, 2005).
3) Pada 12-24 bulan
Pada usia 12-24 bulan bayi sudah mulai dikenalkan makanan
keluarga atau makanan padat namun tetap memperhatikan rasa
(Waryana, 2010).
Makanan pendamping ASI yang baik adalah makanan yang tidak
mengganggu organ pencernaan, seperti makanan makanan terlalu
berbumbu tajam, pedas, terlalu asam atau berlemak. Pada masa ini
dikenalkan finger snack atau makanan yang bisa dipegang seperti
cookies, nugget, atau potongan sayuran rebus atau buah. Hal ini
penting untuk melatih keterampilan di dalam memegang makanan
dan merangsang pertumbuhan gigi. Organ pencernaan bayi belum
sesempurna orang dewasa, makanan tertentu bisa menyebabkan
gangguan pencernaan, seperti sembelit, muntah, atau perut kembung.
Makanan yang dihindari seperti, makanan yang mengandung gas,
seperti :durian, nangka, cempedak, tape, kol dan kembang kol
(Waryana, 2010).
22
c. Hal yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan pendamping
ASI.
Menurut Waryana (2010), hal-hal yang penting dan harus di
perhatikan dalam pemberian Makanan Pendamping ASI adalah sebagai
berikut :
1) Makanan bayi (termasuk ASI) harus mengandung semua zat gizi
yang diberikan oleh bayi.
2) Makanan tambahan harus diberikan pada bayi yang telah berumur 6
bulan.
3) Anak kecil memerlukan lebih dari 1x makanan dalam sehari sebagai
komplemen terhadap ASI. Karena kapasitas perut masih kecil,
volume makanan yang diberikan jangan terlalu besar, sehingga anak
kecil harus diberikan makanan lebih sering dalam sehari
dibandingkan dengan orang dewasa.
4) Bila sulit untuk menambah minyak, lemak atau gula kedalam
makanan, maka bayi hanya akan memperoleh cukup zat gizi bila
makan 4-6 kali perhari. Bayi dapat diberi makan 3 kali sehari dan
diberi makan bergizi tinggi diantaranya (selingan) sebagai makanan
kecil.
5) Sebelum berumur 2 tahun, bayi belum dapat mengkonsumsi
makanan orang dewasa.
23
6) Makanan campuran ganda (multi mix) yang terdiri dari makanan
pokok, lauk pauk dan sumber vitamin lebih cocok bagi bayi baik
ditinjau dari nilai gizinya maunpun sifat fisik makanan tersebut.
7) Berikan makanan tambahan setelah bayi menyusui.
8) Pada permulaan, makanan tambahan harus diberikan dalam keadaan
halus.
9) Gunakan sendok atau cangkir untuk memberi makanan.
10) Pada waktu berumur 2 tahun, bayi dapat mengkonsumsi makanan
setengah porsi makanan orang dewasa.
11) Selama masa penyapihan, bayi sering kali menderita infeksi seperti
batuk, campak (cacar air) atau diare, apabila makanannya
mencukupi, gejalanya tidak akan sehebat bayi yang kurang gizi.
d. Syarat Makanan Pendamping ASI
Menurut Waryana (2010), dalam pemberian Makanan Pendamping
ASI, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan, diantaranya adalah
sebagai berikut :
1) Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi.
2) Memiliki nilai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin dan
mineral yang cukup.
3) Dapat diterima oleh pencernaan bayi dengan baik.
4) Harga relatif murah.
24
5) Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara
lokal.
6) Bersifat padat gizi.
7) Kandungan serat kasar atau bahan lain yang suka dicerna dalam
jumlah yang sedikit.
Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Makanan Tambahan Pendamping ASI
Menurut Umur, Jenis Makanan dan Frekuensi Pemberian.
Umur Bayi Jenis Makanan Frekuensi
kira-kira 6
bulan
a) ASI
b) Buah lunak/sari buah
c) Bubur : bubur tepung beras
merah, bubur kacang hijau.
10-12 kali sehari
kapan diminta
1-2 kali sehari
Kira-kira 7
bulan
a) ASI
b) Buah-buahan
c) Hati ayam atau kacang-
kacangan
d) Beras merah atau ubi
e) Sayuran
f) Minyak/santan/avokad
g) Air tajin
Kapan diminta
4-6 kali
Kira-kira 9
bulan
a) ASI
b) Buah-buahan
c) Bubur atau roti
d) Daging/kacang-
kacangan/ayam/ikan
e) Kacang tanah
f) Minyak/santan/avokad
Kapan diminta
4-6 kali
Kira-kira 12
bulan atau
lebih
a) ASI
b) Makanan pada umumnya,
termasuk telur dengan kuning
telurnya dan jeruk.
Kapan diminta
4-6 kali
Sumber : Waryana (2010).
25
e. Cara Menilai Respon Bayi Terhadap Makanan
menurut Waryana (2010), cara merespon bayi terhadap makanan
dapat di lihat dari 2 respon, yaitu :
1) Respon jangka pendek
a) Disukai atau tidak
Respon anak tampak puas dan senang.
b) Toleransi
Cocok untuk saluran cerna bila tidak menimbulkan gangguan
saluran cerna, muntah, kembung dan diare.
c) Efek samping
Makanan tidak cocok apabila menimbulkan gejala alergi, asma,
aksim, urtikaria.
2) Respon jangka panjang
a) Secara keadaan fisik anak aktif, lincah, riang, cerdas, tidak pucat,
tidak lemah.
b) Secara antropometri anak bertambah usia bertambah ukuran berat
badan, tinggi badan dan lingkar kepala.
26
Table 2.2 cara menilai kanaikan berat badan secara sederhana
Sumber : Waryana (2010).
f. Resiko pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini
Menurut Nika (2012), resiko atau akibat yang timbul bila terlalu
cepat memberikan Makanan Pendamping ASI adalah:
1) Dapat Menyebabkan Diare atau susah BAB.
Bayi yang usianya masih dibawah 6 bulan organ pencernaannya
belum siap untuk mengolah makanan, bayi hanya bisa untuk
mencerna ASI.
2) Obesitas.
Obesitas merupakan dampak jangka panjang dari pemberian
Makanan Pendamping ASI terlalu dini, karena pola makan yang
tidak sesuai dengan tubuh bayi dan bayi akan terbiasa dengan makan
banyak atau berlebihan.
3) Kram Usus.
Usus yang belum siap untuk mencerna makanan dipaksa untuk
mengolah Makanan Pendamping ASI.
Usia Kenaikan Berat Badan
3 bulan pertama 1 Kg/bulan
4-6 bulan ½ Kg/bulan
7-12 bulan BBL + (usia/bulan) x 500 gr
12 bulan 3 x BBL
2 tahun 4 x BBL
27
4) Alergi Makanan.
Resiko terjadinya alergi lebih besar karena sistem kekebalan usus
bayi yang belum matang.
28
B. KERANGKA TEORI
Tingkatan Pengetahuan
1. Tahu (know)
2. Memahami
(Comprehention)
3. Aplikasi (Application)
4. Analisis (Analysys)
5. Sistesis (Systensis)
6. Evaluasi (Evaluation)
Faktor yang
mempengaruhi
1.Tingkat
Pendidikan
2.Informasi
3.Budaya
4. Pengalaman
5. Sosial Ekonomi
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi Notoatmodjo (2010)
Pengetahuan Zat Gizi Makanan Pendamping
ASI
Zat gizi meliputi:
a. Definisi
b. Macam-
macam zat
gizi
Makanan Pendamping ASI
meliputi:
a. Definisi MPASI
b. Tahap Pemberian MP ASI
c. Hal-hal yang diperhatikan
dalam pemberian MP ASI
d. Syarat MP ASI
e. Respon bayi terhadap
makanan
f. Resiko pemberian MP ASI
terlalu dini
29
C. KERANGKA KONSEP
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Keterangan :
: diteliti
---------------- : tidak diteliti
Baik
Cukup
Kurang
Faktor yang mempengaruhi
Pengetahuan
1. Tingkat Pendidikan
2. Informasi
3. Budaya
4. Pengalaman
5. Sosial Ekonomi
Pengetahuan Ibu
Tentang Makanan
Pendamping ASI
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif. Menurut Notoatmodjo (2010), penelitian deskriptif adalah
penelitian yang diarahkan untuk mendiskripsikan atau menguraikan suatu
keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat. Kuantitatif adalah data
yang berhubungan dengan angka-angka, baik yang diperoleh dari hasil
pengukuran, maupun dari nilai suatu data yang diperoleh. Penelitian ini
menggambarkan tentang pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI
pada anak usia 6-24 bulan di Desa Rembun Kecamatan Nogosari Kabupaten
Boyolali.
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2010), lokasi merupakan tempat atau lokasi
pengambilan penelitian yang berguna untuk membatasi ruang lingkup
penelitian. Waktu adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk
memperoleh data studi kasus yang dilaksanakan (Budiarto, 2004).
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Rembun Kecamatan Nogosari
Kabupaten Boyolali pada tanggal 12-20 Mei 2012.
31
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2010).
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah semua ibu yang
mempunyai anak usia 6-24 bulan di Desa Rembun sebanyak 45 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau yang mewakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2010). Jika populasi sampel kurang dari 100 lebih baik diambil
semua, tetapi jika populasi lebih dari 100 dapat diambil 10%-15% atau
20%-25% atau lebih (Arikunto, 2006).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu yang
mempunyai anak usia 6-24 bulan di Desa Rembun sebanyak 45 orang.
3. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
teknik sampling jenuh. Teknik pengambilan sampel jenuh yaitu teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel
(Sugiyono, 2007).
D. Instrument Penelitian
1. Instrument Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
tertutup yang diisi oleh responden. Kuesioner tertutup adalah sejumlah
pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
32
dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui dan
sudah disediakan jawaban sehingga responden tinggal memilih
jawabannya (Arikunto, 2010). Kuesioner dalam penelitian ini dibagi
menjadi dua yaitu soal positif (favoreble) dan negatif (unfavorable).
Untuk pernyataan positif (favorable), bila jawaban benar diberi nilai 1,
jika jawaban salah diberi nilai 0, sedangkan untuk pernyataan negatif
(unfavorable), bila jawaban salah diberi nilai 1 dan jika jawaban benar
diberi nilai 0. Pada penyusunan kuesioner, salah satu kriteria kuesioner
yang baik adalah validitas dan reliabilitas kuesioner. Tujuan pengujian
validitas dan reliabilitas kuesioner adalah untuk meyakinkan bahwa
kuesioner yang kita susun akan benar-benar dalam mengukur gejala dan
menghasilkan data yang valid. Uji coba ini akan dilakukan di Desa
Glonggong dengan jumlah responden 30 orang ibu yang mempunyai anak
usia 6-24 bulan. Menurut Riwidikdo (2009), untuk melakukan uji coba
validitas uji coba minimal dilakukan terhadap 30 orang.
33
3.1 tabel kisi-kisi soal
N
o
Variabel
Penelitian
Indikator Nomor
pertanyaan
favorable
Nomor
pertanyaan
unfovorable
Total
soal
1. Pengetahuan
tentang
makanan
pendamping
ASI
a. Zat Gizi
b. Makanan
pendamping
ASI
1) Definisi
2)Tahapan
3) Hal-hal yang
harus
diperhatikan
4) Syarat
5) Respon bayi
terhadap
makanan
6) Resiko
pemberian
makanan
pendamping
ASI terlalu dini
3
2, 11, 15,
18*, 20,
31
4, 9*, 14,
24, 29,
30*
16, 21*,
23, 32
12*, 17,
19*, 34,
35
26
27
5*, 10
1, 22
8, 13
6, 7*, 33
25
28
3
8
8
4
8
2
2
Jumlah 35
Keterangan:
* : soal tang tidak valid
2. Uji Validitas
Menurut Riwidikdo (2009), validitas didefinisikan sebagai ukuran
seberapa cermat suatu test mekalukan fungsi ukurnya. Test hanya dapat
melakukan fungsinya dengan cermat kalau ada “sesuatu” yang diukurnya.
34
Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus product
moment, yaitu:
N.∑X.Y-∑X.∑Y
r =
Keterangan:
N : Jumlah responden.
r : Koefisien korelasi product moment.
X : Skor pertanyaan.
Y : Skor total.
XY : Skor pertanyaan dikalikan skor total
Dinyatakan valid, jika nilai t hitung > t tabel (Hidayat, 2007).
Berdasarkan hasil uji validitas terdapat 27 butir soal yang valid dan 8 butir
soal yang tidak valid yaitu 5,7, 9, 12, 18,19, 21, 30. Butir soal yang tidak
valid tidak digunakan dalam penelitian karena soal-soal yang valid sudah
mewakili setiap item yang sudah ditentukan.
3. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah pengukuran yang memiliki kepercayaan,
keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi. Yang terkandung dalam
konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya
(Saifudin, 2003).
35
Penelitian ini menggunakan uji reliabilitas dengan rumus alpha
chronbach , yaitu:
r1 {1 }
Keterangan:
ri : Reliabilitas instrument.
K : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal.
St² : Varian total.
Instrument dikatakan reliabel jika nilai alpha chronbach minimal 0,7
(Riwidikdo, 2009). Berdasarkan hasil uji coba reliabilitas didapatkan hasil
nilai alpha chronbach 0,889 > 0,7, jadi kuesioner dikatakan reliabel.
E. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan pencatatan peristiwa atau hal dengan
sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan mendukung penelitian
(Arikunto, 2010). Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan
lembar pernyataan persetujuan dan membagikan lembar kuesioner pada ibu
yang memiliki anak usia 6-24 bulan, kemudian menjelaskan tentang cara
pengisiannya. Responden diminta untuk mengisi kuesioner sampai selesai dan
kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri
dari :
36
1. Data primer
Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari obyek /
subyek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi
(Riwidikdo, 2009). Data primer pada penelitian ini berasal dari
responden, dengan cara peneliti membagikan lembar kuesioner tentang
pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24
bulan kepada responden.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari
obyek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang
dikumpulkan oleh pihak lain (Riwidikdo, 2009). Data sekunder pada
penelitian ini bersumber dari data rekam medis kader posyandu di Desa
Rembun Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali berupa jumlah balita
yang ikut posyandu.
F. Variabel Penelitian
Variabel merupakan ukuran atau ciri yang dimiliki oleh angota-anggota
suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain
(Notoatmodjo, 2010). Variabel pada penelitian ini adalah variabel tunggal
yaitu pengetahuan ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada anak usia 6-24
bulan.
37
G. Definisi Operasional
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi
Operasional
Skala Skala Ukur
Pengetahuan
IbuTentang
Makanan
Pendamping
ASI
Pemahaman
seseorang atau ibu
dalam menjawab
kuesioner tertutup
dengan pilihan
jawaban benar
dan salah, tentang
makanan
pendamping ASI.
Ordinal 1. Baik, bila nilai
responden yang
diperoleh (x) > mean
+ 1 SD
2. Cukup, bila nilai
responden yang
diperoleh mean – 1
SD ≤ x ≤ mean + 1
SD
3. Kurang, bila nilai
responden yang
diperoleh (x) < mean
– 1 SD
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan data
Langkah yang dilakukan setelah data terkumpul yaitu pengolahan data.
Menurut Notoatmodjo (2010) proses pengolahan data ini terdiri dari :
a. Editing
Editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan
perbaikan isian dari kuesioner. Hasil wawancara, angket, atau
pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (Editing)
terlebih dahulu.
38
b. Coding
Apabila setelah semua kuesioner diedit, selanjutnya dilakukan peng
“kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data angka atau bilangan.
c. Memasukkan Data (Data Entry) atau processing
Data yaitu jawaban-jawaban dari masing-masing responden dalam
bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program
“software” komputer. Salah satu program yang paling sering
digunakan untuk “entri data” penelitian adalah program SPSS for
window.
d. Pembersihan Data (cleaning)
Apabila semua data dari setiap responden selesai dimasukkan, perlu
dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-
kesalahan kode, tidak lengkap dan sebagainya, kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data (data
cleaning).
2. Analisis Data
Data yang telah diolah baik pengolahan secara manual maupun
menggunakan bantuan computer, tidak akan ada maknanya tanpa
dianalisis. Analisis yang digunakan oleh peneliti adalah analisis univariat.
Menurut Notoatmodjo (2010), analisis univariat bertujuan untuk
menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.
39
Menurut Riwidikdo (2009), tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3
tingkatan, yaitu :
a. Baik, bila nilai responden (x) > mean + 1 SD
b. Cukup, bila nilai responden yang diperoleh mean – 1 SD ≤ x ≤ mean +
1 SD
c. Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD
Maen dan Standar Deviasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Keterangan : ∑xi : jumlah nilai responden.
n : banyaknya responden.
S
Keterangan : xi∑x² : jumlah nilai responden dikuadratkan.
∑x : jumlah nilai responden.
n : banyaknya responden.
I. Etika Penelitian
Etika penelitian menurut Hidayat (2007), meliputi :
1. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
40
Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
2. Anonymity (Tanpa Nama)
Penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian
yang akan disajikan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Confidentiality memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik
informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok tertentu
yang akan dilaporkan pada hasil riset.
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa Rembun
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Rembun Kecamatan Nogosari
Kabupaten Boyolali pada tanggal 12-20 Mei 2012. Desa Rembun
Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali merupakan Desa yang
mempunyai luas wilayah ± 396.000 Ha, disebelah utara berbatasan dengan
Keden, sebelah selatan berbatasan dengan desa Pulutan, sebelah timur
berbatasan dengan desa Ketitang, dan sebelah barat berbatasan dengan
Desa Glonggong. Desa Rembun mempunyai jumlah penduduk ± 4339
penduduk, Mayoritas dari penduduk bekerja sebagai petani. Di Desa
Rembun terdapat 1 bidan Desa yang membawai 7 posyandu dengan
jumlah kader 35 orang.
B. Hasil Penelitian
1. Karekteristik responden
a. Karekteristik responden berdasarkan umur
Tabel 4.1
Tabel Kerakteristik Responden Berdasarkan Umur
No Umur Frekuensi Presentase (%)
1 <20 tahun 1 2,2
2 20-35 tahun 38 84,5
3 >35 tahun 6 13,3
Total 45 100
Sumber: Data Primer
42
Berdasarkan tabel 4.1 diatas hasil penelitian didapatkan bahwa
responden yang mempunyai umur <20 tahun sebanyak 1 responden
(2,2%), umur 20-35 tahun sebanyak 38 responden (84,5%), umur >35
tahun sebanyak 6 responden (13,3%). Jadi mayoritas responden
berumur 20-35 tahun sebanyak 38 responden (84,5%).
b. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
Tabel 4.2
Table Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Frekuensi Prosentase (%)
1 SD 6 13,3
2 SMP 16 35,6
3 SMA/Sederajat 20 44,4
4 Perguruan tinggi 3 6,7
Total 45 100
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.2 diatas hasil penelitian didapatkan bahwa
responden yang berpendidikan SD sebanyak 6 responden (13,3%),
SMP sebanyak 16 responden (35,6%), SMA/Sederajat sebanyak 20
responden (44,4%), perguruan tinggi sebanyak 3 responden (6,7%).
Jadi mayoritas responden berpendidikan SMA/sederajat sebanyak 20
responden (44,4%).
43
c. Karekteristik responden berdasarkan pekerjaan
Tabel 4.3
Tabel Kerakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)
1 IRT 41 91,1
2 Swasta 4 8,9
Total 45 100
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.3 diatas hasil penelitian didapatkan bahwa
pekerjaan responden ada 2 yaitu IRT dan Swasta, responden yang
bekerja sebagai IRT yaitu sebanyak 41 responden (91,1%) dan swasta
sebanyak 4 responden (8,9%). Jadi mayoritas responden bekerja
sebagai IRT sebanyak 41 responden (91,1%).
2. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI di Desa Rembun
Nogosari Boyolali yaitu baik, cukup dan kurang. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan Di Desa Rembun Nogosari Boyolali
terdapat 45 ibu yang mempunyai anak usia 6-24 bulan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh nilai mean dan
standar deviasi, yang ditunjukkan pada tabel 4.4 dibawah ini:
44
Tabel 4.4
Hasil Pengolahan Data
Variabel Mean Standar Deviasi
Tingkat pengetahuan ibu
tentang makanan
pendamping ASI
15,68 3,703
Sumber : Data yang diolah
Berdasarkan hasil nilai mean dan standar deviasi, pengetahuan tentang
makanan pendamping ASI dapat dikategorikan menjadi 3 tingkat, yaitu:
a. Baik : (x) > mean + 1 SD
(x) > 15,68 + 1.3,703
(x) > 15,68 + 3,703
(x) > 19,383 → (x) > 19
Jadi tingkat pengetahuan baik jika nilai responden > 19
b. Cukup: mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD
15,68 – 1.3,703 ≤ (x) ≤ 15,68 + 1.3,703
15,68 – 3,703 ≤ (x) ≤ 15,68 + 3,703
11,977 ≤ (x) ≤ 19,383 → 12 ≤ (x) ≤ 19
Jadi tingkat pengetahuan cukup jika nilai responden 12 ≤ (x) ≤ 19.
c. Kurang: (x) < mean – 1 SD
(x) < 15,68 - 1.3,703
(x) < 15,68 - 3,703
(x) < 11,977 → (x) < 12
Jadi tingkat pengetahuan kurang jika nilai responden < 12
45
Tabel 4.5
Hasil Penelitian
No Pengetahuan Frekuensi Prosentase
1 Baik 8 17,78%
2 Cukup 29 64,44%
3 Kurang 8 17,78%
Total 45 100%
Sumber : Data Primer
Berdasarkan hasil penelitian di Desa Rembun dapat disimpulkan
bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik 8 orang (17,78%), cukup 29
orang (64,44%), dan kurang 8 orang (17,78%). Jadi mayoritas pengetahuan
ibu tentang makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan pada
kategori cukup dengan 29 responden (64,44%).
C. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu tentang
makanan pendamping ASI pada kategori baik 8 orang (17,78%), cukup 29
orang (64,44%) dan kurang 8 orang (17,78%). Jadi mayoritas pengetahuan ibu
tentang makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan di Desa
Rembun pada tingkat katogeri cukup dengan jumlah responden 29 responden
dengan prosentase 64,44%.
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab
“What”, sedang ilmu (science) bukan sekedar menjawab “What”, melainkan
akan menjawab pertanyaan Why dan How” (Notoatmodjo, 2010).
46
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya ada
tingkat pendidikan, informasi, budaya, pengalaman, sosial ekonomi
(Notoatmodjo, 2003).
. Sesuai dengan karakteristik ibu didapatkan hasil bahwa mayoritas
ibu-ibu di Desa Rembun berumur 20-35 tahun sebanyak 38 responden
(84,5%), berpendidikan SMA/Sederajat sebanyak 20 responden (44,4%) dan
sebagian besar ibu sebagai IRT (Ibu Rumah Tangga) sebanyak 41 responden
(91,1%).
Menurut Erfandi (2011), Semakin bertambah usia akan semakin
bertambah pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuannya
yang diperolehnya semakin membaik. Menurut Notoatmodjo (2003), Tingkat
kemampuan seseorang untuk mematuhi kebutuhan hidup yang semakin tinggi
tingkat sosial ekonomi akan menambah tingkat pengetahuan. Pendidikan
adalah upaya untuk memberi pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku
positif yang meningkat.
Pengetahuan tentang makanan pendamping ASI penting diketahui oleh
ibu, karena jika anak tidak mendapat makanan pendamping ASI dengan tepat
dan benar, maka akan berkonsekuensi terhadap status gizi. Makanan alamiah
terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu (ASI). Sesudah usia 6 bulan anak harus
mendapat makanan pendamping ASI dengan tepat dan benar, baik jumlah
maupun kualitasnya. (Nency, 2005).
47
Masalah gizi yang harus dihadapi Indonesia pada saat ini adalah
masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang disebabkan
oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, sanitasi lingkungan yang
kurang baik, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi dan kesehatan,
sedang masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada
masyarakat disertai dengan kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan
(Almasteir, 2002 dalam Waryana 2010).
Gizi merupakan unsur yang sangat penting bagi pembentukan tubuh
manusia yang berkualitas, maka perlu dipelajari tentang cara pemberian
makanan pada bayi dan anak di mana golongan ini merupakan generasi yang
akan mengisi masa depan (Suharjo, 2003).
Makanan pendamping ASI adalah makanan tambahan yang diberikan
kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi
selain makanan pendamping ASI, ASI harus tetap diberikan kepada bayi
paling tidak sampai berusia 24 bulan. Peranan makanan pendamping ASI
sama sekali bukan untuk menggantikan ASI melainkan hanya melengkapi
ASI (Waryana, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
ibu tentang makanan pendamping ASI di Desa Rembun paling banyak pada
kategori cukup. Hal tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh faktor pendidikan
responden mayoritas SMA/sederajat, usia/umur mayoritas 20-35 tahun, dan
pekerjaan mayoritas sebagai ibu rumah tangga.
48
Selain faktor-faktor tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh faktor
pengalaman, informasi, sosial budaya dan informasi.
D. Keterbatasan
1. Kendala penelitian
a. Responden tidak hadir saat posyandu sehingga peneliti harus datang
kerumah responden untuk membagika kuesioner.
b. Pada saat posyandu anak rewel, sehingga ibu tidak berkonsentrasi
dalam mengerjakan kuesioner.
2. Keterbatasan selama proses penelitian
a. Variabel penelitian
Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal sehingga hasil
penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan saja.
b. Kuesioner
Kuesioner yang digunakan peneliti adalah kuesioner tertutup sehingga
responden hanya bisa menjawab ya atau tidak dan jawaban responden
belum bisa mengukur secara mendalam.
49
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24
bulan pada kategori baik dengan prosentase 17,78%.
2. Pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24
bulan pada kategori cukup dengan prosentase 64,44%.
3. Pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24
bulan pada kategori kurang dengan prosentase 17,78%.
4. Pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24
bulan mayoritas pada kategori cukup dengan prosentase 64,44%.
B. SARAN
1. Bagi responden
Diharapkan ibu-ibu yang mempunyai anak usia 6-24 bulan di Desa
Rembun Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali lebih memahami
tentang Makanan Pendamping ASI dan tahap-tahap maupun hal-hal yang
harus diperhatikan dalam pemberian makanan pendamping ASI dengan
cara mengikuti dan memperhatikan penyuluhan-penyuluhan yang
diadakan oleh bidan/kader.
50
2. Bagi posyandu
Diharapkan bidan dan kader lebih bisa menyebarkan informasi tentang
makanan pendamping ASI dan tahapan dalam pemberian makanan
pendamping ASI melalui penyuluhan, konseling ataupun pelatihan.
3. Bagi peneliti lain
Diharapkan mengadakan penelitian tentang makanan pendamping ASI
dengan mengembangkan variabel penelitian sehingga didapatkan hasil
yang lebih baik.