Upload
anggrian-iba
View
38
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PPT THT tinitus
Citation preview
Tinitus ec Karsinoma Nasofaring
Presentasi : Anggrian Iba, S.Ked (70 2010 050)
Pembimbing : Dr. H. Rizal Imran Ambiar, Sp.THT, MBA
Laporan Kasus
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT THT-KLRUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2015
BAB 1PENDAHULUAN
Karsinoma nasofaring tumor ganas yang paling banyak dijumpai di antara tumor ganas THT
di Indonesia.
termasuk dalam 5 besar tumor ganas dengan frekuensi tertinggi bersama dengan tumor ganas serviks, tumor payudara, tumor getah bening, dan tumor kulit.
60% keganasan di daerah Kepala dan Leher.
tahun 2000 diperkirakan terdapat 65.000 kasus baru dan 38.000 kematian yang diakibatkan oleh kanker nasofaring (WHO, 2005).
Sedangkan di Indonesia, frekusensi pasien hampir merata di setiap daerah.
Di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta saja ditemukan lebih dari 100 kasus setahun, RS Hasan Sadikin Bandung rata-rata 60 kasus, Ujung Pandang 25 kasus, Palembang 25 kasus, dan 11 kasus di Padang dan Bukit Tinggi (Adham, 2007).
Penanggulangan karsinoma nasofaring sampai saat ini masih merupakan suatu problem, hal ini karena etiologi yang masih belum pasti, gejala dini yang tidak khas serta letak nasofaring yang tersembunyi.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Faring
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar di bagian atas dan sempit bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak kemudian menyambung ke esophagus setinggi vertebra servikal 6.
Ke atas faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana,
Ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring, sedangkan dengan laring di bawah berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus aditus laring.
Ke bawah berhubungan dengan esophagus.
Anatomi Nasofaring
Nasofaring merupakan rongga dengan dinding kaku di atas, belakang, dan lateral.
Ruang nasofaring memiliki hubungan dengan beberapa organ penting (Adams dalam Adams et al, 1997):
dinding posterior terdapat jaringan adenoid yang meluas ke arah kubah.
dinding lateral dan pada resesus faringeus terdapat jaringan limfoid yang dikenal sebagai fossa Rosenmuller.
Torus tubarius merupakan refleksi mukosa faringeal di atas bagian kartilagi tuba eustachius
Koana posterior rongga hidung.
Foramen kranial yang terletak berdekatan dan dapat terkena akibat perluasan penyakit nasofaring, termasuk foramen jugularis
Struktur pembuluh darah yang penting dan terletak berdekatan adalah sinus petrosus inferior, vena jugularis interna, cabang-cabang meningeal dari oksipital dan arteri faringeal asenden.
Tulang temporalis bagian petrosa dan foramen laserum.
Ostium dari sinus-sinus sfenoid.
KARSINOMA NASOFARING
Etiologi
Karsinoma nasofaring terjadi akibat gabungan dari faktor predisposisi genetik, faktor lingkungan, dan infeksi virus Ebstein-Barr.
Manifestasi Klinis
Gejala karsinoma nasofaring dapat dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu gejala nasofaring sendiri, gejala telinga, gejala mata dan saraf, serta metastasis, atau gejala di leher.
Gejala nasofaring dapat berupa epistaksis rigan atau sumbatan hidung, untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat, kalau perlu dengan nasofaringoskop, karena sering gejala belum ada sedangkan tumor sudah tumbuh, atau tumor tidak tampak karena masih berada dibawah.
Stadium
Berdasarkan kesepakatan UICC tahun 1992, stadium karsinoma nasofaring dibagi menjadi :
• T : tumor, menggambarkan keadaan tumor primer, besar, dan perluasannya
• T0 : Tidak tampak tumor• T1 : Tumor terbatas pada
satu lokasi di nasofaring• T2 : Tumor meluas lebih
dari satu lokasi, tetapi masih dalam rongga nasofaring
• T3 : Tumor meluas ke kavum nasi dan atauorofaring
• T4 : Tumor meluas ke tengkorak dan atau sudah mengenai saraf otak
• N : nodul, menggambarkan kedaan kelenjar limfe regional
• N0 : tidak terdapat pembesaran kelenjar
• N1 : terdapat pembesaran kelenjar homolateral yang masih dapat digerakkan
• N2 : terdapat pembesaran kelenjar kontralateral atau bilateral yang masih dapat digerakkan
• N3 : terdapat pembesaran kelenjar homolateral, kontralateral, atau bilateral yang sudah melekat dengan jaringan sekitar
• M : metastasis, menggambarkan keberadaan metastasis jauh
• M0 : tidak terdapat metastasis jauh
• M1 : terdapat metastasis jauh
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis Karsinoma Nasofaring :
Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan nasofaring
Biopsi nasofaring
Pemeriksaan PA
Pemeriksaan Radiologi
CT SCAN
Foto Polos
Tatalaksana
Penatalaksanaan pertama untuk karsinoma nasofaring adalah radioterapi dengan atau tanpa kemoterapi.
Sampai saaat ini pengobatan pilihan terhadap tumor ganas nasofaring adalah radiasi, karena kebanyakan tumor ini tipe anaplastik yang bersifat radiosensitif.
Prognosis
Faktor terpenting untuk menentukan prognosis adalah stadium dari kanker.
Faktor penting lainnya adalah host. Dimana bila pasien yang terkena berumur lebih muda (<40 tahun) dan berjenis kelamin wanita, memiliki prognosis yang lebih baik.
Selain itu tatalaksana yang baik juga merupakan faktor yang dapat menentukan prognosis dari pasien
BAB IIILAPORAN KASUS
Identifikasi
Nama : Tn. I
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Jl. Raya No.7 RT.21 RW.07 Kel.16 Ulu, Palembang
Pekerjaan : Wirausaha
Suku/Bangsa : Indonesia
Tanggal Pemeriksaan : Kamis, 17 September 2015
Keluhan Utama : Telinga kiri berdenging sejak 2 tahun yang lalu
Keluhan Tambahan : -
Riwayat Penyakit Sekarang :
OS datang ke poli THT RSMP dengan keluhan telinga kiri berdenging kembali lebih sering dan mengganggu aktivitas sejak 3 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Kurang lebih 2 tahun yang lalu os mengeluh telinga kiri berdenging. Os juga mengaku muncul benjolan pada leher sebelah kiri. Benjolan kurang lebih seukuran telur ayam. Benjolan dirasakan nyeri jika dipegang. Os mengeluh sulit untuk membuka mulut dan lidah tidak dapat dikeluarkan, os juga sulit menelan, hidung rasa tersumbat (-), ingus keluar dari lubang hidung (-). Keluhan sering mimisan disangkal. Penurunan pendengaran disangkal. Riwayat pernah keluar air dan nyeri telinga sebelumnya juga disangkal.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit dalam Keluarga :
Tidak ada di keluaga yang mengalami keluhan yang sama seperti os
Riwayat Pengobatan :
Os pernah berobat pada tahun 2013 karena mengeluh telinga berdenging dan terdapat benjolan di leher sebelah kiri. Dan os juga pernah menjalankan kemoterapi sebanyak 35 kali.
Riwayat Allergi :
Os mengaku tidak memiliki riwayat alergi makanan, obat-obatan, tidak pernah bersin-bersin saat terkena debu atau dingin.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Lokalis
Telinga
Kanan Kiri
Auricula Normal Normal
Nyeri tekan
tragus
- -
Serumen - -
Otalgia - -
Otorrhe - -
Edema - -
Hiperemis - -
Sekret - -
Membran
timpani
Kanan Kiri
Refleks cahaya + +
Retraksi - -
Bulging - -
Perforasi - -
Hidung
Luar Kanan Kiri
Bentuk Normal Normal
Inflamasi - -
Nyeri tekan - -
Deformitas - -
Cavum nasi Kanan Kiri
Bentuk Normal Normal
Mukosa Normal Normal
Sekret - -
Konka nasi
inferior
Kanan Kiri
Edema - -
Mukosa
hiperemis
- -
Septum nasi Kanan Kiri
Deviasi - -
Benda asing - -
Perdarahan - -
Mata dan Tenggorokan
Bibir : Tidak ada kelainan
Mulut : Tidak ada kelainan
Gigi : Tidak ada kelainan
Lidah : Tidak ada kelainan
Uvula : Bentuk normal, Hiperemis (-), edema (-),
Palatum mole : Ulkus (-), Hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (-)
Tonsila
palatina
Kanan Kiri
besar T1 T1
warna Normal normal
Kripta melebar - -
detritus - -
Pemeriksaan Leher :
Tidak ditemukan massa di region colli dextra-et sinistra, nyeri tekan (-).
Diagnosis Kerja
Tinitus ec riwayat Karsinoma Nasofaring
Tatalaksana
- Analgetik seperti asam mefenamat 3x 500mg
- Vitamin seperti neurodex 3x1
1.9 Prognosis
Quo ad vitam: Dubia
Quo ad functionam: Dubia
BAB IVPEMBAHASAN
Berdasarkan laporan kasus yang telah dilaporkan seorang pasien laki-laki , usia 50 tahun mengeluh telinga kiri berdenging. Keluhan telinga berdenging dirasakan semakin sering dan mengganggu aktivitas os sejak 3 hari yang lalu. Keluhan ini bukan pertama kali dirasakan os. Pada 2 tahun yang lalu, os pertama kali merasakan telinga kiri berdenging. Os juga mengaku terdapat benjolan di leher bagian kiri sebesar telur ayam. Benjolan terasa nyeri. Os juga sulit menelan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik telinga kiri tidak didapatkan liang telinga hiperemis, serumen, dan membran timpani normal, serta masih terlihat refleks cahaya. Dan telinga kanan normal. Dari pemeriksaan hidung dan leher tak tampak kelainan.
Berdasarkan hasil anamnesis, riwayat penyakit dahulu dan riwayat pengobatan serta pemeriksaan fisik, maka pasien mengalami tinitus karena riwayat menderita karsinoma nasofaring.
Karsinoma nasofaring merupakan suatu keganasan yang paling banyak ditemukan di daerah kepala dan leher. Penyebabnya belum diketahui, namun factor resiko kemungkinan dari lingkungan. Gangguan pada telinga merupakan gangguan dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba eustasius (fossa rosenmuller). Gangguan dapat berupa tinitus, rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri di telinga (otalgia). Jadi karsinoma tersebut menyebabkan keluhan berdenging yang dialami os.
Terapi yang diberikan adalah terapi simtomatik berupa betahistin 3x1 untuk mengurangi keluhan telinga berdenging dan pemberian tambahan suplemen vitamin, neurodex 3x1 untuk menjaga kondisi pasien.
DAFTAR PUSTAKA Adams, George L. 1997. Embriologi, Anatomi dan Fisiologi Rongga Mulut, Faring, Esofagus, dan Leher, dalam
BIOES Buku Ajar Penyakit THT Edisi Keenam. Jakarta: EGC. Hal: 263-271
Adham, M. Dan Rozein, A. 2007. Karsinoma Nasofaring, dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi Keenam. Jakarta: FKUI. Hal:182-187
Ballenger, JJ. 1997. Tumor dan Kista di Muka, Faring, dan Nasofaring, dalam Ballenger: Penyakit Telinga Hidung Tenggorok, dan leher Jilid I. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Hal: 1020-1039
Brennan B. Review Nasopharyngeal Carcinoma. Orphanet Journal of Rare Disease; 2006, available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1559589/pdf/1750-1172-1-23.pdf
Harry a. Asroel. Penatalaksanaan radioterapi pada karsinoma nasofaring. Referat. Medan: FK USU,2002.h. 1-11.
Lu Jiade J, Cooper Jay S, M Lee Anne WM. The epidemiologi of Nasopharigeal Carcinoma In : Nasopharyngeal Cancer. Berlin : Springer,2010. p. 1-9.
Wolden, Suzanne L. 2001. Cancer of Nasopharynx, dalam buku Atlas of Clinical Oncology: Cancer of the Head and Neck. London: BC Decker inc. Page: 142-156
World Health Organization. 2005. World Health Organization Classification Head and Neck Tumours. Lyon: IARC Press. Available at: www.iarc.fr/IARCPress/pdfs/index1.php accessed: 17 September 2015.