36

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Edisi Juli

  • Upload
    fantau

  • View
    285

  • Download
    5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Edisi Juli 2013

Citation preview

  • | Mengelola Faktor Produksi Untuk Pembangunan Ekonomi yang

    Inklusif

    |Kontribusi Tenaga Kerja Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi

    | Melihat Pergerakan Harga Minyak Dunia Akibat Gejolak Politik Mesir

    | Pembangunan Daerah Perbatasan Indonesia

    | Tantangan Pemerataan Pembangunan Indonesia

    | Koordinasi Mendorong Pembangunan Infrastruktur Melalui Proyek

    Prioritas MP3EI

  • Pembina : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Pengarah : Sekretaris Kementerian

    Koordinator Bidang Perekonomian, Deputi Fiskal & Moneter Koordinator : Bobby Hamzar Rafinus

    Editor : Edi Prio Pambudi, Puji Gunawan Analis : Alexcius Winang, Al isa Fatimah, Dara Ayu

    Prastiwi, Fitria Faradila, Insani Sukandar, Masyitha Mutiara Ramadhan, Oktya Setya Pratidina, Ratih

    Kania, Riski Raisa Putra, Windy Pradipta Distribusi : Chandra Mercury Kontributor : Vivi Alatas,

    Vitri Nurmalasari , Erns Saptenno, Alvin Adisasmita, Predi Mul iansyah, Alvian Syahfrizal , Adji

    Dharma, Tim Pemantauan dan Pengendal ian Inflasi , Komite Kebijakan KUR, Tim Koordinasi

    Kebijakan Stabil isasi Harga Pangan Pokok.

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan diterbitkan dalam rangka meningkatkan pemahaman pimpinan daerah terhadap perkembangan

    indikator ekonomi makro dan APBN, sebagai salah satu Direktif Presiden pada retreat di Bogor, Agustus 2010

    KUR & UKM 27

    Realisasi Penyaluran KUR Periode Juni 2013

    OPINI PAKAR 18

    Tantangan Pemerataan Pembangunan Indonesia

    KEUANGAN 20

    Penajaman Regulasi Kredit Pemilikan Rumah:

    Untuk Mengurangi Aktivitas Spekulasi

    BUMN 21

    Peranan BUMN Dalam Ketahanan Pangan

    FISKAL & REGULASI EKONOMI 22

    Mengelola Utang Untuk Menghindari Debt TrackMP3EI 27

    Mendorong Pembangunan Infrastruktur Melalui

    56 Proyek Prioritas MP3EI

    KETENAGAKERJAAN 26

    Mengkaji dan Menanggulangi Dampak

    Perdagangan Ketenagakerjaan

    LAPORAN KEGIATAN 28KEK Sei Mangkei Siap Menjadi Simpul Ekonomi

    Dunia |

    Indonesia Menuju Komunitas Ekonomi Asean

    2015 |

    Membangun Ekonomi Yang Inklusif - FGD

    UNAIR

    Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian - Republik Indonesia

    MERAIH KESEIMBANGAN PEMBANGUNAN

    EKONOMI YANG INKLUSIF 7

    Mengelola Faktor Produksi Untuk Pembangunan

    Ekonomi Yang Inklusif |

    Pertumbuhan Minus Kesejahteraan|

    Kontribusi Tenaga Kerja Dalam Mendorong

    Pertumbuhan Ekonomi |

    Kondisi Pengelolaan TKI dan Aktivitas Ekonomi TKI

    Purna |

    Mampukah Balai Latihan Kerja Meningkatkan

    Produktivitas Tenaga Kerja?|

    Optimalisasi Penyerapan Tenaga Kerja Untuk

    Pertumbuhan Ekonomi Yang Berkualitas|

    KOORDINASI KEBIJAKAN EKONOMI 2

    Kebijakan Stabilisasi Harga Pasca Kenaikan BBM

    dan Selama Bulan Ramadan

    EKONOMI INTERNASIONAL 3

    Melihat Pergerakan Harga Minyak Dunia Akibat

    Gejolak Politik Mesir

    EKONOMI DOMESTIK 4

    Tekanan Inflasi dan Depresiasi Nilai Tukar

    EKONOMI DAERAH 5

    Pembangunan Daerah Perbatasan Indonesia

    (Gambaran daerah perbatasan perlu mendapat

    perhatian pemerintah)

  • Editorial

    Bobby Hamzar Rafinus

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juni 2013

    1

    Indikator Ekonomi

    Kesiagaan Indonesia menghadapi turbulensi ekonomi

    global yang belum reda nampaknya perlu ditingkatkan.

    Publ ikasi Bank Dunia berjudul Adjusting to

    Pressuresyang diterbitkan awal Jul i 2013 mengingatkan

    hal tersebut. Perkembangan beberapa indikator makro

    yang diterbitkan awal Agustus 2013 menegaskan

    kondisi eksternal dan internal yang perlu diwaspadai.

    Pertumbuhan ekonomi triwulan II-2013 melambat

    menjadi 5,8 persen (yoy), inflasi Ju l i melonjak 8,6 persen

    (yoy), dan defisit neraca perdagangan naik capai USD

    0, 8 mil iar pada Juni 2013.

    Perkembangan ekonomi Indonesia tersebut seakan

    melanjutkan rambatan perlambatan pertumbuhan

    ekonomi Asia yang diawal i oleh India dan selanjutnya

    Cina pada awal tahun ini. Gejala tersebut ditengarai

    merupakan dampakdari pemul ihan ekonomi yang

    lambat di Amerika Serikat dan krisis utang pemerintah

    yang masih berlangsung di Eropa. Kondisi ini

    memberikan sinyal perlunya Asia mengurangi

    ketergantungan pada ekonomi Amerika Serikat dan

    Eropa.

    Untuk itu Haruhiko Kuroda, saat ini Gubernur Bank

    Sentral Jepang, sewaktu masih menjabat Presiden Asian

    Development Bank menyarankan negara-negara Asia

    melakukan percepatan peningkatan peran sektor jasa-

    jasa agar momentum pertumbuhan ekonominya tetap

    berlanjut. Saran tersebut dilandasi pemikiran bahwa

    tahapan perkembangan kelompok negara maju saat ini

    akan diikuti oleh kelompok negara berkembang Asia.

    Peran sektor jasa-jasa pada negara-negara OECD sudah

    mencapai 75 persen, sementara Asia sekitar 48 persen.

    Era pertumbuhan ekonomi Asia yang tinggi selama ini

    ditopang oleh sektor manufaktur yang pada tahun 2010

    kontribusinya telah melampaui OECD yaitu 41 persen

    dibanding 24 persen. Sektor jasa menurutnya memil iki

    potensi penciptaan lapangan kerja yang lebih besar dan

    inklusif karena banyak menyerap tenaga kerja wanita

    dibanding sektor manufaktur yang makin cenderung

    padat modal .

    Struktur produksi domestik Indonesia ditopang oleh

    sektor manufaktur sekitar 24 persen, pertanian dan

    pertambangan 26 persen, serta jasa-jasa 50 persen.

    Sementara jika dil ihat dari struktur lapangan kerja,

    sektor manufaktur menyerap 13 persen, pertanian 35

    persen, dan jasa-jasa 48 persen. Kedua struktur tersebut

    menunjukkan dominasi sektor jasa dalam

    perekonomian Indonesia. Peran domestik yang besar

    tersebut tidak dibarengi dengan peningkatan

    produktivitas dan efisiensi , sehingga daya saingnya

    rendah. Hal tersebut tercermin dari defisit neraca jasa-

    jasa dalam neraca pembayaran Indonesia yang

    cenderung membesar dengan semakin bebasnya arus

    pergerakan faktor-faktor produksi antar negara. Kondisi

    ini menegaskan bahwa penguatan sektor jasa menjadi

    semakin penting dengan akan dimulainya skema

    Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2015.

    Separuh nilai tambah sektor jasa Indonesia masih

    bertumpu pada kegiatan konstruksi, perdagangan,

    restoran, dan hotel . Kegiatan ini didominasi oleh tenaga

    kerja informal dengan tuntutan keahl ian yang relatif

    rendah. Untuk itu perlu terus didorong pengembangan

    ketrampilan di sektor ini dan peningkatan jumlah

    tenaga ahl i di sektor pengangkutan dan komunikasi ,

    serta keuangan - real estat dan jasa perusahaan.

    Kuroda menyarankan perlunya sinergi pengembangan

    sektor jasa-jasa dengan sektor manufaktur dengan

    didukung oleh kelangsungan penyediaan infrastruktur

    dan reformasi regulasi . J ika hal ini terjadi menurutnya

    momentum pertumbuhan ekonomi cepat di Asia akan

    berlanjut, inklusif, dan seimbang. Indonesia bisa.

  • Dalam rangka menjaga daya bel i

    masyarakat pasca kenaikan harga

    Bahan Bakar Minyak (BBM) dan

    untuk mengendal ikan inflasi

    khususnya di bulan Ramadhan,

    Pemerintah telah dan akan terus

    melakukan koordinasi dengan

    Gubernur Bank Indonesia. Melalui

    koordinasi ini , d iharapkan inflasi

    tahun 2013 tidak melebihi target

    inflasi sebesar 7,2% dan

    momentum pertumbuhan ekonomi

    dapat terjaga dengan sasaran

    pertumbuhan sebesar 6,2%. Selain

    itu, daya bel i masyarakat

    diharapkan dapat tetap terjaga

    mengingat konsumsi memil iki porsi

    yang cukup besar dalam

    pertumbuhan ekonomi. Harga

    komoditas memberikan pengaruh

    yang cukup besar terhadap

    konsumsi masyarakat sehari-hari .

    Oleh karena itu, salah satu dari

    sejumlah permasalahan ekonomi

    yang dibahas di dalam Rapat

    Koordinasi Terbatas Bidang

    Perekonomian adalah Kebijakan

    Stabil isasi Pangan. Rapat ini

    di laksanakan pada tanggal 17 Jul i

    2013 di Kantor Kementerian

    Koordinator Bidang Perekonomian.

    Dibandingkan dengan Minggu II

    Jul i 2013, harga pangan pokok

    pada Minggu III Jul i 2013 telah

    mulai menunjukan tren penurunan

    meskipun masih pada tingkat harga

    yang tinggi. Kenaikan harga terjadi

    pada sejumlah komoditas antara

    lain: bawang merah (18,77%), cabe

    rawit (11,55%), telur ayam (1,48%),

    daging ayam ras (0,24%), minyak

    goreng curah (0,70%) dan daging

    sapi (0,65%). Sedangkan beberapa

    komoditas pangan yang mengalami

    penurunan diantaranya adalah: ikan

    bandeng (0,34%), cabe merah

    (10,58%) dan ikan kembung

    (0,10%).

    Untuk komoditas daging sapi,

    penurunan harga yang terjadi pada

    minggu III Jul i 2013 dirasakan

    belum signifikan karena harapan

    pemerintah adalah harga daging

    sapi dapat menyentuh angka

    Rp75.000 s.d. Rp80.000 per kg.

    Untuk menekan harga ke level

    sasaran, pemerintah akan

    mereal isasikan rencana impor

    tambahan dalam bentuk sapi siap

    potong melalui Peraturan Menteri

    Perdagangan dan Peraturan

    Menteri Pertanian. Kedua peraturan

    menteri tersebut diharapkan dapat

    segera ditetapkan pada tanggal 18

    Jul i 2013, hal ini di lakukan agar ij in

    impor dapat segera diterbitkan.

    Impor daging yang dilakukan oleh

    Perum BULOG belum semuanya

    tereal isasi , baik yang dilaksanakan

    melalui Bandar Udara Soekarno

    Hatta maupun pelabuhan Tanjung

    Priok. Untuk itu, Perum BULOG

    akan melakukan percepatan

    pelaksanaan impor daging beku

    yang telah mulai tiba di Bandar

    Udara Soekarno Hatta sejak tanggal

    16 Jul i 2013 sampai dengan awal

    Agustus 2013.

    Kementerian Pertanian dan

    Kementerian Perdagangan akan

    mengkaji peraturan perundang-

    undangan sebagai aturan

    pelaksanaan dari UU Nomor 18

    Tahun 2009 tentang Peternakan

    dan Kesehatan Hewan yang

    memuat ketentuan mengenai

    pelaksanaan importasi daging sapi.

    Selain itu, pemerintah pun akan

    melakukan percepatan proses

    pemberian rekomendasi dan izin

    impor untuk impor daging jenis

    prime cut yang telah dibebaskan

    alokasi impornya untuk kebutuhan

    hotel , restoran dan katering serta

    memperlancar proses verifikasi oleh

    surveyor di pelabuhan muat.

    Selanjutnya, harga bawang merah

    dan cabe rawit di beberapa kota

    besar sudah mengalami penurunan

    walaupun belum signifikan. Dalam

    waktu dekat impor bawang merah

    dan cabe akan masuk ke pasar dan

    diharapkan dapat menstabilkan

    harga. Pemerintah akan melakukan

    akselerasi impor bawang merah

    dan cabe mengingat waktu panen

    yang mundur karena anomal i ikl im

    dan adanya keterbatasan pasokan

    di negara asal impor, Cina,

    sehingga diperlukan penyesuaian

    ij in impornya untuk supplier negara

    lain.

    Terkait harga daging ayam,

    Kementerian Perdagangan telah

    bekerja sama dengan GPPU, PD.

    Pasar Jaya, ASPARINDO untuk

    menstabilkan harga daging ayam di

    DKI Jakarta. Selain itu, APSI telah

    melaksanakan Operasi Pasar (OP)

    untuk daging ayam dengan harga

    Rp28.000 per kg. Operasi Pasar

    tersebut turut mel ibatkan PT. Japfa

    Comfeed Indonesia, PT Charoen

    Pokphand Indonesia dan PT. Sierad

    Produce. Pemerintah akan terus

    melakukan pemantauan pasokan

    dan harga daging ayam di pasar

    tradisional selama bulan Ramadhan

    dan lebaran guna pelaksanaan OP

    lanjutan apabila harga daging ayam

    diatas batas kewajaran.

    Khusus untuk komoditas beras,

    harga beras sampai dengan

    Minggu III Jul i 2013 menunjukan

    tren kenaikan. Pemerintah akan

    mengantisipasi kenaikan harga

    beras premium melalui mekanisme

    OP dengan tujuan untuk mencegah

    terjadinya inflasi .

    Koordinasi Kebijakan Ekonomi

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013

    2

    Erns Saptenno

    KEBIJAKAN STABILISASI HARGA

    PASCA KENAIKAN BBM DAN

    SELAMA BULAN RAMADHAN

  • Selama bulan Jul i 2013, harga

    komoditas dunia cenderung

    meningkat. Salah satu komoditas

    yang mengalami kenaikan harga

    pal ing tinggi adalah minyak

    mentah. Pada tanggal 5 Jul i 2013,

    harga WTI Crude Oil berada pada

    level 103,63 US$/ barrel . Angka ini

    tercatat sebagai level tertinggi sejak

    Mei 2012. Bahkan harga minyak

    cenderung terus meningkat hingga

    mencapai level 108,47 pada 19 Jul i

    2013.

    Gejolak pol itik di Mesir selama

    bulan Jul i 2013 ternyata memil iki

    pengaruh besar terhadap

    perekonomian dunia, khususnya

    terhadap pergerakan harga minyak.

    Aksi unjuk rasa di Mesir yang

    menuntut turunnya presiden

    Muhammad Mursi memicu

    pecahnya aksi kekerasan.

    Ketidakstabilan pol itik ini

    mendorong kekhawatiran para

    pedagang karena dapat

    mengganggu arus perdagangan

    minyak, khususnya yang melewati

    Terusan Suez.

    Mesir adalah negara non- OPEC

    yang menjadi produsen minyak

    terbesar di benua Afrika., Selain

    minyak, Mesir juga menjadi Negara

    penghasil gas alam terbesar kedua

    setelah Algeria. Selain itu, Mesir

    memainkan peran penting pada

    perdagangan energi di pasar

    internasional . Peran Terusan Suez

    sangat vital karena menjadi rute

    transit strategis yang

    menghubungkan Teluk Persian ke

    Eropa dan Amerika Utara. Selain

    Terusan Suez, Mesir juga memil iki

    Suez Canal and Suez Mediterranean

    (SUMED) Pipeline. Jalur ini menjadi

    rute alternatif yang

    menghubungkan laut Mediterania

    dan Laut Merah saat kapal tidak

    bisa melalui Terusan Suez. Dengan

    memil iki jalur perdagangan

    internasional , Mesir memperoleh

    banyak kontribusi penerimaan.

    Terusan Suez menjadi jalur

    perdagangan minyak yang relatif

    penting, yakni sekitar 25% output

    minyak dunia. Barclays memprediksi

    bahwa Terusan Suez menjadi jalur

    perdagangan 800.000 barel minyak

    mentah dan 1,4 juta barel minyak

    olahan setiap harinya. Jumlah ini

    setara dengan 2 persen kebutuhan

    minyak dunia. Selain itu, Suez

    menjadi jalur utama pipa

    penghubung ke negara Eropa.

    Berdasarkan ril is laporan dari US

    Energy Information , secara umum

    produksi minyak dan gas di Mesir

    tidak terpengaruh meskipun

    beberapa perusahaan luar negeri

    menarik stafnya sebagai antisipasi

    dari ketidakpastian di Mesir.

    Pengiriman minyak dan gas dari

    Terusan Suez juga tetap terjaga

    dengan adanya pengamanan di

    Terusan Suez.

    Ternyata, ketidakpastian ekonomi

    dan pol itik di Mesir bukan menjadi

    satu-satunya penyebab kenaikan

    harga minyak dunia. Menurut

    Departemen Energi Amerika Serikat

    produksi minyak mingguan

    mengalami penurunan hingga 10,3

    juta barel pada awal Jul i 2103. Hal

    ini merupakan penurunan tertinggi

    selama tiga belas tahun terakhir

    dan jumlah ini tiga kal i lebih besar

    dibandingkan prediksi. Selain itu,

    naiknya harga minyak didorong

    oleh adanya kenaikan permintaan

    seiring dengan mulai beroperasinya

    kilang minyak di Indiana.

    Volati l itas harga minyak

    diperkirakan masih terus berlanjut.

    Gejolak ekonomi dan pol itik di

    Mesir masih menjadi pendorong

    utama kekhawatiran para

    pedagang. Pemerintah perlu

    memperhatikan pergerakan harga

    minyak mengingat hal ini terkait

    dengan kesehatan fiskal . Harga

    minyak yang terus merangkak naik

    dapat menggerus anggaran.

    EKONOMI INTERNASIONAL

    3

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013

    Masyitha Mutiara R

    Pergerakan Harga Minyak Dunia Akibat Gejolak Politik Mesir

  • Tekanan Inflasi dan Depresiasi Nilai Tukar

    4

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013

    Ekonomi Domestik

    Kenaikan harga BBM bersubsidi

    mendorong tingginya tingkat inflasi

    pada bulan Juni 2013, khususnya

    komponen inflasi volatile food dan

    administered price. Inflasi volati le

    food tercatat 1,18% (mtm) dan

    11,46% (yoy). Kenaikan harga BBM

    bersubsidi meningkatkan biaya

    transportasi pada distribusi

    komoditas pangan, sehingga harga

    pangan di konsumen akhir

    cenderung meningkat. Adapun

    faktor lainnya berasal dari pasokan

    yang relatif terbatas.

    Kenaikan harga BBM juga memicu

    inflasi administered price. Ditambah

    lagi dengan adanya penyesuaian

    tarif dasar l istrik semakin menaikkan

    komponen inflasi ini . Dorongan dua

    hal di atas menyebabkan inflasi

    administered price naik 3,24% dari

    bulan sebelumnya (mtm) dan

    bahkan dari periode yang sama

    tahun lalu (yoy) naik 6,70%.

    Berbeda halnya dengan inflasi

    volatile food dan administered price

    yang cenderung tinggi, komponen

    inflasi inti relatif lebih stabil .

    Komponen inflasi ini tercatat 0,32%

    (mtm) dan 3,98% (yoy). Beberapa

    faktor utama yang mendorong

    stabilnya inflasi inti , antara lain

    permintaan domestik yang terjaga

    seiring dengan respon sisi

    penawaran yang memadai dan

    harga komoditas internasional yang

    menurun.

    Tingkat inflasi umum pada bulan

    Juni 2013 tercatat 1,03% (mtm) dan

    5,90% (yoy). Berdasarkan spasial , 65

    dari 66 kota IHK mengalami inflasi .

    Kota Sibolga, Sumatera Utara

    mengalami inflasi tertinggi

    dibandingkan kota lain, yaitu

    sebesar 1,96% (mtm). Hanya

    terdapat satu kota yang mengalami

    deflasi yaitu Ambon, Maluku

    sebesar 0,15% (mtm). Berdasarkan

    golongan barang, kenaikan harga

    bahan makanan yang mencapai

    10,70% (yoy) masih menjadi sumber

    kenaikan inflasi yang pal ing

    dominan pada bulan Juni.

    Bank Indonesia optimis menyatakan

    dampak kenaikan harga BBM

    bersubsidi hanya akan berlangsung

    selama tiga bulan mendatang dan

    puncak inflasi akan terjadi pada

    bulan Jul i 2013. Kendati demikian,

    ekspektasi inflasi diperkirakan

    meningkat sehingga proyeksi ke

    depan akan mendorong kenaikan

    komponen inflasi inti .

    Ekspektasi inflasi tidak hanya

    terpicu oleh kenaikan harga BBM

    bersubsidi , beberapa penyebab lain

    adalah kenaikan harga bahan baku,

    tarif dasar l istrik dan kenaikan Upah

    Minimum Provinsi (UMP). Secara

    bersama, Pemerintah dan Bank

    Indonesia terus menunjukkan

    koordinasi nyata mengendal ikan

    inflasi melalui penguatan langkah-

    langkah mitigasi dampak lanjutan

    kenaikan BBM. Upaya mitigasi

    tersebut diharapkan dapat menekan

    inflasi ke dalam sasaran sebesar

    4,5%1% pada tahun 2014.

    Sementara itu, Rupiah masih

    mengalami depresiasi terhadap

    Dol lar AS. Berdasarkan data kurs

    tengah Bank Indonesia, rata-rata

    nilai Rupiah bulan Juni mencapai Rp

    9.881 per Dol lar AS, terdepresiasi

    sebesar 1,24% dibanding rata-rata

    bulan Mei sebesar Rp 9.7961 per

    dol lar AS.

    Faktor eksternal maupun internal

    mempengaruhi pelemahan nilai

    tukar terhadap Dol lar AS. Faktor

    eksternal terutama berasal dari

    penguatan Dol lar AS karena indikasi

    perbaikan ekonomi AS dan

    pengurangan jumlah pembel ian

    obl igasi oleh The Fed. Penguatan

    Dol lar AS menyebabkan pelemahan

    sejumlah nilai mata uang Asia,

    termasuk Indonesia. Selain itu,

  • 5Fitria Faradila

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013

    perlambatan ekonomi China dan

    Eropa turut mendorong pelemahan

    pada Rupiah. Sentimen negatif dan

    ketidakpastian global mendorong

    peningkatan kekhawatiran atas

    perekonomian domestik dan

    menyebabkan koreksi kepemil ikan

    aset non-residen pada instrumen

    keuangan. Pelepasan kepemil ikan

    ini akan menyebabkan penurunan

    indeks saham sekal igus depresiasi

    Rupiah.

    Sementara itu, faktor internal juga

    berasal dari antisipasi kenaikan

    harga BBM bersubsidi dan

    kekhawatiran akan berlanjutnya

    defisit neraca perdagangan seiring

    dengan penurunan ekspor.

    Lemahnya permintaan global dan

    penurunan harga komoditas dunia

    diperkirakan akan mengurangi

    ekspor Indonesia.

    Bank Indonesia memperkirakan nilai

    Rupiah akan terdepresiasi pada

    bulan mendatang. Kekhawatiran

    berlanjutnya defisit neraca

    perdagangan lebih lanjut akan

    mendorong defisit neraca

    pembayaran, sehingga pemintaan

    Dol lar AS akan semakin meningkat

    dan nilai Rupiah akan kembal i

    terdepresiasi . Oleh karena itu,

    diharapkan Bank Indonesia lebih

    gencar melakukan stabil isasi ni lai

    tukar agar kondisi ni lai tukar Rupiah

    tetap terjaga.

  • Menurut UU No.43 Tahun 2008 tentang Wilayah

    Negara disebutkan bahwa kawasan perbatasan adalah

    bagian dari wilayah negara yang terletak pada sisi

    dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan

    negara lain dalam hal batas wilayah negara didarat,

    kawasan perbatasan berada di kecamatan.

    Dalam pengelolaan kawasan perbatasan pemerintah

    Kabupaten/Kota berwenang menjaga dan memelihara

    tanda batas, melakukan koordinasi dalam

    pembangunan di kawasan perbatasan diwilayahnya,

    serta melakukan pembangunan kawasan perbatasan

    antar pemerintah daerah.

    Ketimpangan yang terjadi diberbagai kawasan

    perbatasan Indonesia dengan negara tetangga terl ihat

    sangat jelas sekal i terutama daerah darat yang

    berbatasan dengan Malaysia. Sebal iknya terjadi dimana

    kehidupan di wilayah Indonesia lebih layak untuk

    daerah yang berbatasan dengan Papua Nugini dan

    Timor Leste.

    Faktanya, kebijakan pembangunan kurang

    memperhatikan kawasan perbatasan. Alokasi anggaran

    untuk pengelolaan daerah-daerah perbatasan masih

    minim serta kebijakan pembangunan lebih dipusatkan

    di ibukota kabupaten/Kota sehingga terjadi

    ketimpangan yang cukup besar antara perkotaan dan

    daerah perbatasan. Minimnya sarana dan prasarana

    seperti infrastruktur, jalan, transportasi , l istrik, serta

    fasi l itas pendidikan dan kesehatan merupakan

    gambaran nyata kehidupan kawasan perbatasan.

    Kondisi masyarakat umumnya miskin dan tinggal

    diwilayah yang terisol ir serta sul it dijangkau. Mata

    pencahariannya berupa pertanian lahan kering yang

    sangat tergantung pada ikl im.

    Permasalahan yang timbul terutama berkisar pada

    Sumber Daya Manusia, Infrastruktur, Kependudukan,

    serta kegiatan Perekonomian. Diwilayah yang

    berbatasan dengan Serawak, Malaysia seperti di daerah

    Kampung Mongkos, Kal imantan Barat, banyak

    keturunan orang Indonesia yang mempunyai KTP

    Malaysia, karena kehidupan di negara tetangga lebih

    makmur dan sangat menjanjikan. Namun sebal iknya di

    beberapa kecamatan yang berbatasan dengan negara

    Papua Nugini, banyak warga Papua Nugini yang tinggal

    di Indonesia, karena kehidupan di wilayah Indonesia

    dirasa lebih baik, begitu pula dengan daerah yang

    berbatasan dengan negara Timor Leste.

    Permasalahan infrastruktur yang merupakan akses

    utama penghubung dengan wilayah lainnya banyak

    yang mengalami masalah. Akses jalan setapak yang

    hanya tanah ataupun batu keriki l sangat menghambat

    kegiatan perekonomian, bahkan ada yang hanya bisa

    dilalui oleh sungai sebagai penghubung dengan

    kecamatan lainnya di wilayah Indonesia, sedangkan

    untuk mencapai negara tetangga bisa dengan

    mudahnya hanya dengan berjalan kaki saja, penduduk

    perbatasan dapat dengan mudah memasarkan hasil

    bumi dengan menjualnya kenegara tetangga. Tak

    dipungkiri , terjadi peredaran dua mata uang yang

    digunakan sebagai alat tukar dalam kegiatan ekonomi.

    Pemerintah Pusat, melalui Kementerian Perumahan

    Rakyat, melakukan upaya pembangunan perumahan

    untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di

    kawasan perbatasan dalam upaya peningkatan rumah

    swadaya. Pada tahun 2012 pemerintah membangun

    rumah untuk warga eks Timtim khususnya dan daerah

    perbatasan umumnya di Kabupaten Belu, Nusa

    Tenggara Timur.

    Kementerian Komunikasi dan Informatika, dibuatkan

    program Desa Informasi sebagai sarana dalam menjaga

    keutuhan negara kesatuan,, kalau infrastruktur belum

    tersambung, minimal dari sisi informasi dapat diakses

    di kawasan perbatasan. Salah satu unsur pendukung

    desa informasi yaitu desa pintar (desa punya internet),

    radio komunikasi serta peberdayaan kimtas(kelompok

    informasi masyarakat perbatasan). Desa Informasi pada

    daerah perbatasan diharapkan dapat menjaga

    kesenjangan masyarakat diperbatasan karena mayoritas

    informasi yang terserap dari negara tetangga.

    Pada kawasan perbatasan seperti di Nunukan, Mal inau

    serta Kutai Barat, pemerintah memperkuat kuota

    peredaran uang kartal sebagai alat transaksi

    masyarakat setempat, dikhawatirkan nantinya mata

    uang asing akan bercampur dengan rupiah.

    Permasalahan-permasalahan infrastruktur dasar,

    perekonomian, pendidikan, kependudukan, kesehatan,

    serta tenaga kerja yang terdapat dikawasan perbatasan

    secara bertahap dapat diselesaikan melalui koordinasi

    antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah

    dalam melaksanakan pembangunan di kawasan

    perbatasan Indonesia.

    Ekonomi Daerah

    Pembangunan Daerah Perbatasan Indonesia

    (Gambaran daerah perbatasan perlu mendapat perhatian pemerintah)

    Ratih Purbasari Kania

    6

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013

  • Mengelola Faktor Produksi Untuk Pembangunan yang Inklusif|

    Pertumbuhan Minus Kesejahteraan| Kontribusi Tenaga Kerja

    Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi|

    Kondisi Pengelolaan TKI dan Aktivitas Ekonomi TKI Purna|

    Mampukah Balai Latihan Kerja Meningkatkan Produktivitas

    Tenaga Kerja? | Optimalisasi Penyerapan Tenaga Kerja Untuk

    Pertumbuhan Ekonomi Yang Berkualitas|

  • 8Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013

    Laporan Utama

    Mengelola Faktor Produksi

    Untuk Pembangunan Ekonomi Yang Inklusif

    Orientasi keberhasilan pembangunan ekonomi saat ini

    mulai beral ih dari mengejar pertumbuhan PDB dan

    PDRB menjadi peningkatan kesejahteraan yang

    tercermin dalam indeks pembangunan manusia.

    Pertumbuhan pendapatan per kapita menjadi indikator

    penting, namun pertumbuhan penduduk yang terus

    meningkat dan masalah pemerataan pendapatan

    membuat indikator ini tidak cukup menjelaskan kondisi

    kesejahteraan. Hal ini tampak jelas ketika pendapatan

    perkapita Indonesia terus meningkat dalam lima tahun

    terakhir, namun dilain sisi indeks gini Indonesia juga

    meningkat. Untuk itu diperlukan pola pembangunan

    yang inklusif guna meningkatkan keseimbangan

    pembangunan dan tercapainya kesejahteraan rakyat.

    Bagaimana cara mengelola faktor produksi dalam

    pertumbuhan yang inklusif? Tenaga kerja memil iki

    peran yang sangat penting untuk mewujudkan

    kesejahteraan. Adanya kesempatan kerja yang lebih luas

    khususnya sektor formal , akan berdampak pada

    kepastian upah yang diterima para pekerja. Dengan

    demikian kemampuan rakyat untuk mengakses fasi l itas

    kesehatan dan pendidikan akan meningkat. Namun,

    tidak semua daerah di Indonesia dapat dengan mudah

    memperoleh tenaga kerja yang berkual itas baik guna

    mendorong perekonomian mereka. Kual itas sumber

    daya manusia di beberapa daerah masih relatif rendah

    dibandingkan dengan daerah lain akibat keterbatasan

    sarana pendidikan dan latihan. Meskipun sarana

    tersebut tersedia tetapi tidak sebanding dan paralel

    dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Kenyataan lain,

    daerah memil iki tenaga kerja terampil tetapi enggan

    bekerja di sektor unggulan karena hanya memberikan

    upah yang rendah, seperti perbandingan bekerja di

    sektor pertanian dengan menjadi pekerja perkebunan di

    luar negeri sebagai TKI.

    Pengamatan kondisi faktor produksi di Jawa Timur

    bagian selatan menunjukkan adanya tarik-menarik

    tenaga kerja yang cukup kuat antara sektor-sektor

    unggulan seperti perkebunan, pertanian dan menjadi

    TKI. Sektor perkebunan tembakau di Jember yang

    berkual itas ekspor ke Jerman memerlukan tenaga kerja

    sekitar 19 ribu, perkebunan teh di Wonosari Malang

    juga memerlukan tenaga kerja cukup banyak. Tetapi

    jumlah TKI di Jawa Timur juga terus bertambah,

    sehingga potensi tenaga kerja untuk sektor unggulan

    dapat terkikis. Kedua sektor tersebut hampir mengalami

    zero growth untuk tenaga kerja, khususnya untuk para

    pemetik di perkebunan. Perkebunan teh yang ada harus

    mengimpor tenaga kerja dari luar daerah guna

    membantu proses pemetikan yang membutuhkan

    tenaga kerja yang banyak. Generasi muda lebih memil ih

    bekerja pada sektor jasa di kota daripada bekerja

    sebagai buruh di perkebunan. Meskipun bekerja di

    perkotaan lebih besar upahnya secara nominal daripada

    di pedesaan, namun biaya hidup di kota lebih besar.

    Akibatnya, secara rii l upah kerja yang diterima relatif

    hampir sama. Untuk itu penetapan UMR perlu

    memperhatikan gejala tarik-menarik potensi tenaga

    kerja yang dapat menurunkan produksi sektor unggulan

    daerah berkual itas ekspor.

    Indonesia memil iki sumber daya alam yang berl impah,

    baik yang dapat diperbarui maupun yang tidak dapat

    diperbarui. Namun sayangnya pengelolaan sumber

    daya alam belum optimal terbukti dari semakin besar

    impor BBM, ketebatasan sumber energi untuk

    pembangkit l istrik dan nilai tambah ekspor mineral

    yang rendah. Teknologi pengelolaan SDA di daerah

    belum banyak mel ibatkan masyarakat lokal , sehingga

    tingkat kesejahteraan masyarakat di areal tambang

    masih memprihatinkan.

    Rendahnya tingkat penguasaan teknologi penduduk

    lokal daerah berdampak pada lebih banyaknya bahan

    mentah yang di ekspor dibandingkan dengan barang

    hasil produksi lokal . Produksi tembakau Jember dan

    produksi teh Wonosari adalah contoh dari produk lokal

    yang memil iki daya saing internasional . Cerutu yang

    dihasilkan dari tembakau Jember sangat laku dijual di

    pasar Eropa, akan tetapi cerutu tersebut di produksi

    oleh perusahaan dari Swiss yang membel i bahan baku

    dari PTPN X Jember. Kual itas teh hasil kebun di

    Wonosari tidak kalah bagusnya dengan teh produksi

    Kenya. Tetapi kedua bahan mentah tersebut tidak dijual

    dengan brand dari Indonesia, sehingga nilai jual yang

    berhasil didapatkan oleh perkebunan lokal pun tidak

    sebesar yang didapatkan pihak asing. Masih banyak lagi

    contoh hasil bumi Indonesia yang berkual itas

    internasional namun diolah dan dipasarkan oleh pihak

    asing,seperti hasi l bumi kawasan Indonesia timur.

    Keterbatasan modal menjadi kendala bagi

    pembangunan ekonomi untuk membangun di

    beberapa daerah. Keterkaitan antara ketersediaan

    modal dan infrastruktur sangatlah erat. Dalam

  • penyediaan infrastruktur di sebuah daerah tentu

    dibutuhkan modal , sebal iknya dengan ketersediaan

    infrastruktur maka modal atau investasi akan masuk ke

    daerah tersebut. Dengan adanya pembangunan

    infrastruktur dan al iran modal masuk,maka akan tercipta

    perluasan kesempatan kerja yang mendorong

    pertumbuhan ekonomi di daerah. Adanya ketimpangan

    pembangunan infrastruktur secara otomatis

    berpengaruh terhadap ketimpangan pertumbuhan

    ekonomi antardaerah. Perbedaan pertumbuhan

    tersebut berdampak pada perbedaan daya tarik

    ekonomi antar daerah, termasuk daya tarik desa-kota.

    Infrastruktur di kota yang lebih maju membuat

    masyarakat lebih memil ih bekerja di kota daripada di

    desa. Akan tetapi lapangan pekerjaan yang tersedia di

    kota tidak mampu menampung seluruh pencari kerja ,

    sehingga banyak pencari kerja bertahan hidup di kota

    sebagai pekerja informal .

    Fenomena ketimpangan akibat ketidakmerataan

    infrastruktur tidak hanya terjadi antara desa-kota saja,

    namun juga antarwilayah baik sisi barat-timur atau

    utara-selatan. Misalnya infrastruktur Pulau Jawa bagian

    utara lebih baik dibandingkan di bagian selatan.

    Berdasarkan hasil pengamatan di Jawa Timur, waktu

    tempuh sisi utara lebih cepat dibandingkan sisi selatan.

    Pembangunan jalanPantura sudah terjadi sejak jaman

    kolonial , sehingga pesisir utara Jawa lebih maju

    dibandingkan pesisir selatan Jawa. Misalnya saja waktu

    tempuh Malang-Banyuwangi melalui jalur utara hanya

    tujuh jam, sedangkan melalui jalur selatan bisa sembilan

    jam. Selain itu, jarak tempuh Pacitan-Malang yang lebih

    dekat dibandingkan Malang-Banyuwangi

    membutuhkan waktu tempuh yang lebih lama akibat

    kondisi jalan yang buruk.

    Berdasarkan anal isis FEB Universitas Brawijaya

    menunjukan bahwa empat dari sembilan kabupaten

    yang terletak di sisi selatan Jawa Timur menempati

    posisi 10 besar PDRB tertinggi dari 29 kabupaten yang

    ada, yaitu Kabupaten Malang, Kabupaten Jember,

    Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Tulungagung.

    Sedangkan l ima lainnya belum menunjukan

    pertumbuhan ekonomi yang optimal , khususnya

    Ponorogo, Trenggalek dan Pacitan, bahkan Pacitan

    menempati urutan terbawah. Data poverty gap juga

    menunjukan bahwa Pacitan dan Trenggalek masih

    masuk kedalam 10 besar kabupaten/kota dengan nilai

    poverty gap tertinggi di Jawa Timur.

    Adanya perbedaan pertumbuhan ekonomi di Jawa

    Timur tersebut berdampak pada masih rendahnya IPM

    Jawa Timur secara keseluruhan. Berdasarkan data

    perkembangan IPM Jawa Timur delapan tahun terakhir

    diketahui bahwa pertumbuhan IPM Jatim masih berada

    dibawah IPM Nasional . Selain IPM, nilai TPT Jawa Timur

    juga masih terbilang lebih buruk dibandingkan TPT

    Nasional . Cukup tingginya urbanisasi di Jawa Timur

    tidak diimbangi dengan tingginya kesempatan kerja di

    perkotaan, sehingga TPT wilayah kota di Jawa Timur

    lebih tinggi dibandingkan wilayah kabupatennya.

    Ketatnya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan di

    Jawa Timur membuat sebagian penduduk lokal memil ih

    untuk menjadi tenaga kerja migran (TKI). Dari 50

    kantong TKI yang ada di Indonesia, 12 diantaranya

    terdapat di Jawa Timur yang sebagian besar berada di

    Jawa Timur bagian selatan. Minat tenaga kerja lokal

    Jawa Timur untuk bekerja sebagai TKI terbilang besar,

    sehingga wajar saja j ika beberapa daerah disana

    mengalami kekurangan tenaga kerja. Cukup tingginya

    persyaratan keahl ian tertentu yang diberikan oleh para

    perusahaan disana membuat tenaga kerja lokal memil ih

    menjadi TKI karena dianggap membutuhkan kual ifikasi

    yang lebih rendah.

    Menanggapi permasalahan tersebut, kebutuhan akan

    pemberian bekal pendidikan dan keterampilan pada

    penduduk usia produktif di Jawa Timur sangat besar.

    Dengan demikian penduduk setempat akan memil iki

    daya saing yang lebih kompetitif dalam pasar dunia

    kerja, sehingga tidak perlu lagi bekerja sebaga tenaga

    kerja migran. Ketersediaan tenaga kerja lokal yang

    berkual itas juga akan menguntungkan bagi

    pembangunan ekonomi daerah. Dilain sisi , dengan

    tingginya kual itas yang dimil iki para tenaga kerja

    tersebut maka mereka akan lebih mudah mendapatkan

    pekerjaan dengan upah yang layak sehingga tingkat

    kesejahteraan mereka pun akan bertambah.

    Dara Ayu Prastiwi

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013

    9

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013

    9

  • 10

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013

    Pertumbuhan Minus Kesejahteraan

    Pada hakekatnya pembangunan ekonomi bertujuan

    untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat yang adil

    dan merata. Secara konseptual , konteks distribusi

    kesejahteraan (the distribution ofwealth) berbeda

    dengan konteks produksi kesejahteraan (the production

    ofwealth) . Distribusi kesejahteraan berdasarkan pada

    dua opsi prinsip, yaitu pemerataan (equality) dan

    perbedaan (diversity) yang mengakui adanya

    ketidaksamaan (ineqaulity) meskipun tetap

    memperhatikan prinsip keadilan. Distribusi

    kesejahteraan dipengaruhi oleh keinginan (willingness)

    dan tata nilai kehidupan yang berlaku dalam

    masyarakat. Sementara produksi kesejahteraan sangat

    ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu tenaga kerja,

    sumber daya alam dan modal .

    Kedua konsep tersebut semestinya berkaitan erat dan

    sal ing mendukung dalam mengarahkan target

    pembangunan ekonomi di mana struktur tata kelola

    pemerintahan yang kuat dalam menyusun dan

    melaksanakan perencanaan pembangunan modern

    yang menghasilkan peningkatan kual itas hidup

    masyarakat. Berbagai upaya perlu dilakukan oleh

    pemerintah untuk mewujudkan pemerataan

    pembangunan dengan investasi infrastruktur (kapital )

    dan sumber daya manusia (SDM). Perbaikan pada

    sistem dan tata kelola ketenagakerjaan menjadi faktor

    yang penting untuk mendorong pemerataan distribusi

    kesejahteraan.

    Secara statistik beberapa indikator ekonomi maupun

    indikator sosial Indonesia terus tumbuh dan memil iki

    tren positif. Namun, pencapaian ini masih belum cukup

    untuk membuat kita berpuas diri , bi la mel ihat kondisi

    faktual di lapangan rasanya masih banyak catatan dan

    pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Distribusi

    yang mereta dari pertumbuhan ekonomi pada setiap

    level masyarakat dan perluasan kesempatan kerja

    setidaknya dua hal pokok yang perlu menjadi prioritas.

    Indikator ekonomi

    Sebagai sampel , pada tahun 2012, perekonomian Jawa

    Timur mampu tumbuh sebesar 7,27%, lebih tinggi

    dibandingkan dengan pertumbuhan nasional yang

    tercatat pada angka 6,23%. Struktur ekonomi Jawa

    Timur memil iki kemiripan struktur ekonomi Nasional .

    Pertama, struktur perekonomian Jawa Timur dan

    Nasional sama-sama ditopang oleh sektor industri dan

    pertanian. Pada tahun 2012, sumbangan sektor industri

    dan pertanian untuk ekonomi Jatim masing-masing

    mencapai 27,11% dan 15,42%, hampir sama dengan

    porsi pada PDB nasional yang tercatat pada angka

    23,94% dan 14,44%.

    Kedua, pertumbuhan sektor non-tradable yang cukup

    tinggi sementara pertumbuhan sektor pertanian dan

    industri berada dibawah pertumbuhan rata-rata-rata.

    Hal ini akan menimbulkan masalah ketidak seimbangan

    sektoral . Dari sisi investasi , real isasi investasi di Jawa

    Timur pada tahun 2012 mencapai Rp 53,86 T dengan

    total proyek sebanyak 477 buah. Tiga daerah yang

    mendapatkan investasi tertinggi adalah Kab. Pasuruan

    (Rp 9,7 T), Kab. Probol inggo (Rp 7,61 T) dan Kab. Gresik

    (Rp 7,40 T).

    Setal i tiga uang dengan kondisi nasional , beberapa

    tahun terakhir sektor industri Jatim terus mengalami

    peningkatan bersamaan dengan itu sektor pertanian

    mengalami penyusutan produksi. Faktor pertumbuhan

    jumlah penduduk dan realokasi lahan pertanian

    menjadi pasar dan pusat produksi industri menjadi

    faktor pemicu menurunnya sumbangan pertanian

    dalam perekonomian Jawa Timur.

    Indikator sosialIndeks Pembangunan Manusia (IPM) dan rata-rata

    pendapatan Jatim masih di bawah rata-rata nasional .

    Indeks pembangunan manusia menunjukan kual itas

    hidup dan pendapatan rata-rata menunjukan daya bel i

    masyarakat.

    Kabupaten Kediri menjadi Kabupaten dengan rata-rata

    pendapatan tertinggi di Jawa Timur yakni 80-90 juta/

    tahun. Tingginya pendapatan di Kediri karena adanya

    perusahaan Gudang Garam. Selain Kediri , Surabaya

    sebagai pusat industri memil iki rata-rata pendapatan

    yang tinggi, yakni 65 juta/tahun. Dil ihat dari porsi PDB

    per koridor Jawa Timur, daerah tengah yang terdiri dari

    Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Malang, Mojokerto, Bl itar

    menyumbang 52,73% terhadap PDB Jatim. Sedangkan

    kontribusi ekonomi daerah timur sangat rendah.

    Proporsi tenaga kerja informal masih mendominasi

  • Riski Raisa Putra

    11

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013

    struktur tenaga kerja di Jawa Timur. Per tahun 2012 saja

    66,22% tenaga kerja di Jatim tergolong pekerja

    informal . Sementara itu, tingkat penganggurannya

    berada dibawah tingkat pengangguran nasional . Pada

    Agustus 2011, Tingkat Pengangguran Terbuka di Jatim

    sebesar 4,16%.

    Dalam kaitannya dengan tenaga kerja, Pemerintah

    daerah dalam hal ini Dinas Tenaga Kerja dan Balai

    Latihan Kerja harus mampu beradaptasi untuk

    menyiapkan tenaga kerja mengiringi pertumbuhan

    sektor industri . Kondisi ini merupakan tantangan bagi

    Provinsi Jatim mengingat berdasarkan temuan tim

    tinjauan lapangan mel ihat bahwa masih minimnya

    perhatian pemerintah lokal dalam upaya penyiapan

    tenaga kerja terampil . Sebagian besar kabupaten yang

    dijadikan sampel menunjukkan bahwa dinas tenaga

    kerja masih menggunakan pendekatan konvensional

    dalam pelaksanaan programnya bahkan beberapa dinas

    hanya berfungsi sebagai lembaga administrasi ,

    pencataan dan pendataan tenaga kerja. Lebih jauh

    mel ihat Balai Latihan Kerja yang semestinya menjadi

    pabrikan tenaga kerja terampil terkendala dengan

    minimnya peralatan dan kapasitas tenaga pengajar

    (instruktur).

    Hal lain yang patut menjadi perhatian adalah mengenai

    tingginya ketimpangan pertumbuhan ekonomi antar

    Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Sul it disangkal hal ini

    terjadi karena potensi lokal yang memang jauh

    berbeda. Tranformasi ekonomi Jatim dari Pertanian ke

    Industri hendaknya harus diiringi dengan kemampuan

    pemerintah untuk menjembatani agar terjadi

    pertumbuhan yang inklusif dan merata pada setiap

    kabupaten/kota. Pemerintah Provinsi hendaknya

    mampu menyiapkan program inisiatif untuk

    mendorong percepatan pembangunan daerah yang

    masih tertinggal .

    Selama ini pertumbuhan ekonomi Jatim sudah baik

    bahkan di atas rata-rata nasional namun hal ini belum

    tercermin dalam indeks pembangunan manusia. Karena

    salah satu bobot yang dihitung dalam penilaian indeks

    pembangunan manusia adalah pendapatan perkapita,

    angka melek huruf dan tingkat usia harapan hidup.

    Beberapa hal yang perlu dilakukan di Jatim untuk

    mendorong kesesuaian dua indikator ini di masa depan

    adalah: (1) Mengoptimalkan Komposisi usia penduduk

    ideal (lebih banyak usia produktif) dengan pembekalan

    melalui pendidikan dan keterampilan yang memadai.

    (2) Upaya mendorong pemerataan dengan penyebaran

    pembangunan ke berbagai wilayah, khususnya dengan

    penciptaan industri pengolahan komoditas primer.

    Komoditas primer tidak boleh keluar daerah sebelum

    diolah terlebih dulu. (3) Penciptaan titik-titik sentra baru

    industri , perdagangan, dan jasa/wisata; termasuk

    penataan pendidikan, keuangan, dan infrastruktur

    (jalan, irigasi , pelabuhan, l istrik) (4) Memberikan

    prioritas kepada pelaku ekonomi domestik/lokal

    ketimbang PMA dalam kegiatan investasi .

  • Kontribusi Tenaga Kerja dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013

    9

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013

    12

    Menurut konsep pertumbuhan ekonomi, tenaga kerja

    dan kapital merupakan faktor utama pendorong

    pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi akan berjalan

    optimal apabila jumlah kapital yang masuk diiringi oleh

    tenaga kerja yang menggerakkan kapital tersebut. Oleh

    karena itu, kontribusi tenaga kerja dirasakan sangat

    besar dalam mendorong pertumbuhan. Pulau Jawa

    memberikan kontribusi tertinggi yaitu 57,63% terhadap

    pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012. Selain itu,

    jumlah tenaga kerja di pulau Jawa pun merupakan yang

    terbesar yaitu 58,52% terhadap total tenaga kerja di

    Indonesia.

    Tenaga kerja Provinsi Jawa Timur mencapai 19,1 juta

    jiwa, terbanyak dibandingkan Provinsi lain di Pulau

    Jawa. Adapun pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa

    Timur sebesar 7,27%, lebih tinggi dibandingkan

    pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 6,23%.

    Selain itu, indikator ketenagakerjaan lainnya yaitu

    Tingkat pengangguran Terbuka (TPT) juga menunjukkan

    sinyal positif. Pada tahun 2012, TPT Jawa Timur tercatat

    4,12%, jauh dibawah target sebesar 5,60%-5,80%.

    Capaian ini didapatkan melalui program perluasan dan

    penempatan tenaga kerja oleh Dinas Tenaga Kerja,

    Transmigrasi dan kependudukan (Disnakertransduk).

    Adapun kebijakan-kebijakan yang dilakukan dalam

    mendukung program ini adalah: (i) mengoptimalkan

    program penempatan Antar Kerja Lokal (AKL), Antar

    Kerja Antar Daerah (AKAD) dan Antar Kerja Antar

    Negara (AKAN); (i i ) mengembangkan jejaring informasi

    pasar kerja; (i i i ) mengembangkan fungsi lembaga

    layanan bursa kerja; (iv) meningkatkan profesional isme

    tenaga fungsional pengantar kerja; dan (v)

    meningkatkan budaya kewirausahaan, pembinaan padat

    karya produktif dan pengenalan Teknologi Tepat Guna

    (TTG).

    Selain mengembangkan program perluasan dan

    penempatan tenaga kerja, Disnakertransduk Jawa Timur

    pun kerap mendorong program peningkatan kual itas

    dan produktivitas tenaga kerja. Kebijakan program ini

    mel iputi : (i) Optimal isasi pelatihan serta perbaikan

    kurikulum pelatihan, (i i ) pengembangan BLK bertaraf

    internasional , (i i i ) pengembangan standar kompetensi

    tenaga kerja dan sistem sertifikasi kompetensi tenaga

    kerja; (iv) peningkatan kual itas dan optimil isasi fungsi

    lembaga-lembaga pelatihan kerja; dan (v) peningkatan

    profesional isme tenaga pelatihan dan instruktur

    pelatihan kerja.

    Khusus untuk pengembangan potensi TKI,

    Disnakertransduk Jawa Timur telah menyediakan 57

    Balai Latihan Kerja Luar Negeri (BLK-LN) dimana salah

    satu pelatihannya adalah pelatihan bahasa, seperti

    bahasa Kantonis, Mandarin, Melayu dan Inggris.

    Adapun sekitar 73,37% dari total TKI Jawa Timur masih

    berada pada sektor jasa kemasyarakatan sosial dan

    perseorangan. Disnakertransduk mengupayakan agar

    TKI tidak ditempatkan dalam status Pembantu Rumah

    Tangga (PRT) dengan memberikan pelatihan yang jelas

    untuk status juru masak, housekeeping, baby sitter dan

    adult sitter. Berdasarkan Kabupaten/Kota asal , TKI Jawa

    Timur sebagian berasal dari Kabupaten Malang, Bl itar

    dan Ponorogo. Faktor kesenjangan upah antara bekerja

    di dalam dan luar negeri masih menjadi faktor utama

    yang melatarbelakangi TKI untuk bekerja di luar negeri.

    Walaupun potensi TKI di Jawa Timur cenderung besar,

    namun Disnakertransduk Jawa Timur hingga saat ini

    kerap melakukan sosial isasi kepada masyarakat untuk

    bekerja di dalam negeri dan memanfaatkan potensi

    yang ada. Bagian selatan Jawa Timur cenderung lebih

    tertinggal dibandingkan dengan bagian utara, padahal

    bagian selatan mempunyai potensi yang besar untuk

    dikembangkan dan dapat menyerap tenaga kerja yang

    tinggi. Bahkan produk hasil alam yang berasal dari Jawa

    Timur bagian selatan telah masuk ke pasar internasional

    dan mempunyai kual itas yang tinggi.

  • Fitria Faradila

    13

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013

    Sebal iknya, tiga kabupaten penyumbang TKI terbesar

    merupakan bagian selatan Jawa Timur. Oleh karena itu

    dapat disimpulkan bahwa banyaknya tenaga kerja yang

    terserap di luar negeri menyebabkan tidak

    termanfaatkannya potensi yang ada di bagian selatan

    Jawa Timur. Salah satu contoh Wonosari , kabupaten ini

    merupakan salah satu produsen teh terbesar di dunia

    dan mempunyai kual itas yang tinggi, namun PTPN XII

    selaku pemil ik perkebunan teh kerap menghadapi

    berbagai kendala, salah satunya adalah kelangkaan

    tenaga pemetik teh. Kendala ini pada akhirnya

    memaksa mereka untuk menarik tenaga kerja dari luar

    Wonosari bahkan luar Jawa Timur.

    Contoh lain Pacitan, kabupaten ini memil iki sektor

    perikanan yang unggul , bahkan hasil perikanan Pacitan

    telah di ekspor ke Asia Timur, seperti Taiwan, Jepang

    dan Korea. Salah satu produsen terbesar ikan tangkap

    di Pacitan, UD Putra Samudra, menyatakan bahwa 80%

    dari nelayan yang bekerja berasal dari luar Jawa Timur,

    yaitu Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah. Kelangkaan

    tenaga kerja dan rendahnya keterampilan tenaga kerja

    Pacitan di bidang perikanan menyebabkan penyerapan

    tenaga kerja di sektor ini cenderung rendah.

    Kedua contoh di atas memberikan kesimpulan bahwa

    pemanfaatan potensi bagian selatan Jawa Timur

    cenderung kurang maksimal karena kurangnya tenaga

    kerja dan keterampilan tenaga kerja di sektor unggulan.

    Oleh karena itu, pelatihan tenaga kerja di bagian

    selatan Jawa Timur harus disesuaikan dengan potensi

    daerah tersebut, sehingga tercapai penyerapan tenaga

    kerja yang optimal dan pada akhirnya akan mendorong

    pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang lebih tinggi.

    Secara umum, kebijakan pengembangan tenaga kerja

    harus sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh daerah.

    Hal ini di lakukan agar potensi daerah dapat

    termanfaatkan dengan baik, sehingga kedepannya akan

    dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih

    tinggi.

    Kondisi Pengelolaan TKI dan Aktivitas Ekonomi TKI Purna

    Permasalahan ketenagakerjaan

    yang terjadi di Indonesia masih

    tergolong tinggi seperti (i)

    terbatasnya kesempatan kerja, (i i )

    rendahnya kual itas tenaga kerja, (i i i )

    pengangguran yang turun

    melambat, (iv) perputaran arus

    barang dan jasa secara global .

    Rendahnya kual itas tenaga kerja

    dipengaruhi oleh masih rendahnya

    tingkat pendidikan SDM kita.

    Berdasarkan data Kementerian

    Tenaga Kerja dan Transmigrasi

    pada Agustus 2012 tercatat 68%

    pekerja memil iki kual ifikasi

    pendidikan rendah ( SD dan SMP).

    Pelaksanaan pendidikan dan

    pelatihan merupakan salah satu

    kebijakan yang cukup strategis

    untuk meningkatkan produktivitas

    kerja dan mengatasi

    pengangguran. Dengan adanya

    kegiatan tersebut diharapkan akan

    mampu melahirkan tenaga kerja

    terdidik yang berkual itas baik dari

    segi pengusaan ilmu pengetahuan,

    keterampilan dan sikap yang

    dibutuhkan oleh dunia kerja.

    Sebagian besar pekerja yang

    bekerja pada sektor strategis

    memil iki tingkat pendidikan yang

    rendah, yaitu jenjang SD ke bawah.

    Kondisi tersebut mempersempit

    kesempatan kerja mereka.

    Dibukanya hubungan kerja di luar

    negeri , memberikan peluang bagi

    para TKI untuk memil iki kehidupan

    yang lebih baik dan sejahtera.

    Jumlah penempatan TKI ke luar

    negeri terus mengalami

    peningkatan setiap tahunnya.

    Sentra TKI di Jawa Timur khususnya

    Kabupaten Malang, Kabupaten

    Bl itar dan Kabupaten Ponorogo

    merupakan daerah yang tergolong

  • Windy Pradipta

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Mei 2013

    9

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013

    14

    memil iki pengiriman TKI terbanyak

    ke luar negeri. Pada tahun 2012

    jumlah pengiriman dari masing-

    masing daerah tersebut adalah

    8.610 orang, 7.525 orang dan 7.282

    orang.

    Tingginya jumlah pengiriman TKI

    dari daerah tersebut ternyata juga

    diikuti oleh tingginya kasus

    pengiriman TKI. Berdasarkan data

    Dinas Tenaga Kerja dan

    Transmigrasi Jawa Timur diketahui

    bahwa per Mei 2013 jumlah kasus

    pada Kabupaten Malang sebanyak

    27 kasus, Kabupaten Bl itar sebanyak

    42 kasus dan Kabupaten Ponorogo

    sebanyak 23 kasus.

    Bekerja di luar negeri memil iki

    keuntungan, risiko dan juga

    tantangan. Faktor pendorong yang

    menjadi daya tarik untuk menjadi

    TKI di luar negeri selain pendapatan

    yang lebih besar adalah mereka

    dapat bekerja walaupun memil iki

    tingkat pendidikan yang rendah.

    Mel ihat minimnya pendidikan yang

    dimil iki oleh para TKI, Dinas Tenaga

    Kerja dan Transmigrasi Provinsi dan

    Kabupaten memil iki program untuk

    pengembangan potensi dan

    kemampuan para TKI sebelum

    keberangkatan ke negara

    penempatan. Program tersebut

    dijalankan oleh Balai Latihan Kerja

    (BLK) dimana para TKI akan dilatih

    sesuai dengan pasar kerja di negara

    penempatan. Pelatihan yang

    didapat para TKI antara lain

    pelatihan bahasa, tata kelola rumah

    tangga, perawatan. Selanjutnya,

    setelah menyelesaikan pelatihan

    tersebut, para calon TKI akan

    diberikan sertifikasi pelatihan yang

    akan menambah daya bel i ketika

    ditempatkan di negara

    penempatan.

    Untuk menjaga ketertiban selama

    pelatihan, BNP2TKI telah

    menyiapkan CCTV dan finger print

    agar peserta latih dapat dimonitor

    sesuai jam latih yang telah

    ditentukan oleh pusat.

    Keberangkatan para TKI keluar

    negeri dengan kontrak selama 2

    tahun, diharapkan dapat memil iki

    usaha mandiri dengan hasil kerja

    selama diluar negeri. J ika

    membutuhkan pembiayaan untuk

    usaha, perbankan akan memberikan

    modal tambahan untuk para TKI

    Purna. Walaupun minat para TKI

    Purna untuk memil iki usaha

    tergolong tinggi, namun

    kemampuan mereka untuk

    mengelola keuangan pribadi

    maupun usaha masih kurang.

    Bank Indonesia bekerja sama

    dengan ILO untuk membantu para

    TKI, keluarga TKI dan purna TKI

    dalam hal pengelolaan keuangan.

    Hasil pelatihan tersebut bisa

    dikatakan berhasil , karena sebagian

    besar dari TKI purna telah sukses.

    Bahkan tidak sedikit dari mereka

    yang mendirikan BLK/tempat

    pelatihan untuk para calon TKI

    lainnya.

    Pemerintah diharapkan terus

    memberikan insentif bagi para TKI

    dalam hal pelatihan untuk

    meningkatkan kompetensi serta

    kual itas para calon TKI. Mengingat

    tahun 2015 ditargetkan Indonesia

    tidak lagi mengirimkan TKI ke luar

    negeri, melainkan mereka bisa

    bekerja di negara mereka sendiri .

    Masih banyak lapangan pekerjaan

    dalam negeri yang membutuhkan

    tenaga kerja lokal . Dengan adanya

    komitmen yang kuat untuk

    meningkatkan kual itas para pencari

    kerja, maka target tersebut akan

    bisa tercapai.

  • Mampukah Balai Latihan Kerja Meningkatkan

    Produktivitas Tenaga Kerja?

    15

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013

    Masuknya investasi merupakan

    momentum bagi tersedianya

    lapangan kerja. Pentingnya kual itas

    sumber daya manusia menjadi

    sangat diperlukan agar tenaga kerja

    lokal mampu terserap oleh

    lapangan kerja yang tercipta.

    Tahun 2012 merupakan tahun

    cemerlang bagi peningkatan

    investasi di Indonesia. Badan

    Koordinasi Penanaman Modal

    (BKPM) mencatat real isasi investasi

    PMA dan PMDN selama tahun 2012

    (Januari-Desember) mencapai

    Rp313,2 tri l iun, tumbuh sebesar

    24,6 persen dibanding real isasi

    investasi tahun 2011 sebesar

    Rp251,3 tri l iun. Indonesia pun

    mampu mencapai pertumbuhan

    ekonomi tahun 2012 sebesar 6,23

    persen dengan tingkat

    pengangguran sebesar 6,14 persen.

    Berbagai program telah dilakukan

    untuk menurunkan tingkat

    pengangguran, salah satunya

    melalui peningkatan produktivitas

    tenaga kerja.

    Balai Latihan Kerja (BLK) merupakan

    salah satu tempat untuk

    meningkatkan kual itas dan

    produktivitas tenaga kerja. Tugas

    pokok BLK adalah melaksanakan

    sebagian tugas Dinas Tenaga Kerja

    dalam pelatihan keterampilan,

    pengetahuan dan ketatausahaan

    serta pelayanan masyarakat.

    Dalam rangka pelaksanaan tugas

    pokok dan fungsinya, pelaksanaan

    pelatihan BLK dilakukan

    berdasarkan Trilogi Pelatihan, yaitu:

    (1) Latihan kerja harus sesuai

    dengan kebutuhan pasar

    kerja/kesempatan kerja; (2) Latihan

    kerja harus senantiasa mengikuti

    perkembangan dan kemajuan iptek;

    (3) Latihan kerja merupakan

    kegiatan yang bersifat terpadu, baik

    dalam pengertian proses (kaitan

    antara latihan, pendidikan dan

    pengembangan) maupun

    implementasinya (keterpaduan

    antara Disnaker dan stakeholder

    terkait) .

    Mampukah BLK meningkatkan

    produktivitas tenaga kerja?

    Secara umum, BLK memil iki 7

    program kejuruan, yaitu (1)

    Kejuruan Teknologi Mekanik; (2)

    Kejuruan Otomotif; (3) Kejuruan

    Listrik; (4) Kejuruan Bangunan; (5)

    Kejuruan Tata Niaga, dengan

    subkejuruan : Perhotelan, Sekretaris,

    Komputer, Administrasi

    Perkantoran, Bahasa Inggris, Bahasa

    Korea, Tata Boga; (6) Aneka

    Kejuruan, dengan subkejuruan :

    Menjahit, Bordir/Menyulam,

    Anyaman, Ukir Kayu, Tata

    Rias/Salon Kecantikan; (7) Kejuruan

    Pertanian

    Sesuai dengan Trilogi Pelatihan,

    yaitu Latihan kerja harus sesuai

    dengan kebutuhan pasar

    kerja/kesempatan kerja, maka

    setiap BLK memil iki program

    kejuruan yang telah disesuaikan

    dengan kebutuhan pasar kerja

    didaerah masing-masing-masing.

    Seperti BLK yang berada di

    Singosari , Tulungagung, Pacitan

    dan Jember.

    BLK Singosari merupakan BLK tertua

    di Jawa Timur. BLK ini telah berdiri

    sejak tahun 1950-an. BLK Singosari

    memil iki enam program kejuruan

    yang ditawarkan, yaitu otomotif,

    teknologi mekanik, l istrik,

    bangunan, tata niaga dan aneka

    kejuruan lainnya seperti menjahit,

    border, rias kecantikan, dan lain-

    lain.

    BLK Tulungagung telah berdiri sejak

    tahun 1980. BLK Tulungagung

    memil iki 2 program pelatihan, yaitu

    program reguler dan program

    pengembangan. Program regular,

    terdiri dari 7 kejuruan, yaitu

    Otomotif, Tata Niaga, Listrik,

    Bangunan, Pertanian, Aneka

    Kejuruan, dan Teknologi Mekanik.

    Program pengembangan, terdiri

    dari CSR (Corporate Social

    Responsibil ity), PTC (Product

    Training Center), TUK (Tempat Uji

    Kompetensi) dan Entrepreuner

    (Wirausaha).

    Kejuruan yang pal ing diminati pada

    program regular, yaitu Tata Niaga.

    Kejuruan yang pal ing diminati pada

    program pengembangan, yaitu

    Wirausaha. Pelatihan diadakan di

    BLK Tulungagung. Untuk kejurusan

    pertanian, BLK menyediakan fasil itas

    Mobile Training Center yang masuk

    ke desa-desa.

    BLK Pelatihan Kerja Pacitan baru

    berdiri sejak tahun 2011. Saat ini

    telah mempunyai tujuh program

    kejuruan, antara lain otomotif,

    pemahat kayu (mebel) , tekno

    mekanik, teknologi tepat guna,

    teknologi pendingin, instalasi l istrik

    dan komputer. Dari 7 program

    kejuruan, hanya 3 program yang

    secara aktif dilakukan. Hal ini karena

    masih terkendalanya beberapa

    fasil itas, baik infrastruktur, tenaga

    pengajar dan kurikulum.

    BLK Jember memil iki 7 jenis

    kejuruan, yaitu Otomotif, Listrik,

    Bangunan, Teknologi Mekanik,

    Aneka Kejuruan, Tata Niaga dan

    Pertanian. BLK Jember telah

    melakukan kerjasama dengan

    perusahaan swasta untuk

    membantu penyerapan tenaga

    kerja. Berdasarkan data

  • Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013

    16

    penempatan hingga tahun 2013

    tercatat 643 orang (65% yang

    terpantau) yang telah ditempatkan.

    Secara umum, BLK yang berada di

    Singosari , Tulungagung, Pacitan

    dan Jember memil iki kendala yang

    sama. Pertama, BLK tersebut

    sebagian besar masih

    menggunakan mesin atau peralatan

    yang berumur lama. Pembaharuan

    mesin atau peralatan sesuai dengan

    kebutuhan masa kini perlu

    dilakukan, agar para peserta didik

    memil iki l ink and match ilmu

    pelatihan yang didapatkan dengan

    kebutuhan masa kini. Lulusan BLK

    yang dibekal i dengan keahl ian

    teknologi terkini dapat bersaing

    dengan tenaga kerja lainnya, baik

    dalam maupun luar negeri.

    Kedua, sebagian besar tenaga

    pengajar BLK di Singosari ,

    Tulungagung, Pacitan dan Jember

    akan memasuki masa pensiun.

    Tenaga pengajar muda diperlukan

    untuk regenerasi dan transfer

    teknologi.

    Tidak semua kota memil iki BLK.

    Contohnya, Banyuwangi dan Bl itar.

    Kedua kota tersebut memil iki

    beberapa persamaan kondisi .

    Pertama, Banyuwangi dan Bl itar

    belum memil iki BLK. Kedua,

    Banyuwangi dan Bl itar merupakan

    kantong TKI (Tenaga Kerja

    Indonesia), meskipun kedua kota

    tersebut memil iki potensi ekonomi

    yang cukup baik.

    Tingginya investasi dikedua kota

    tersebut, tidak dibarengi dengan

    penyerapan tenaga kerja.

    Kebutuhan tenaga kerja yang

    dibutuhkan oleh para investor di

    Banyuwangi dan Bl itar tidak mampu

    dipenuhi oleh penduduk lokal . Hal

    ini disebabkan kurangnya keahl ian

    penduduk lokal yang memenuhi

    syarat dari para investor tersebut.

    Sehingga penduduk lokal lebih

    memil ih bekerja sebagai TKI ke luar

    negeri. Alasan lain keberangkatan

    mereka sebagai TKI yaitu sel isih gaji

    yang cukup besar antara bekerja di

    Banyuwangi dan bekerja di luar

    negeri.

    Dalam rangka meningkatkan

    keahl ian penduduk lokal , Dinas

    Tenaga Kerja mengajukan

    pembangunan BLK berstandar

    internasional di Banyuwangi dan

    Bl itar. Ketiadaan BLK di Banyuwangi

    dan Bl itar selama ini merupakan

    salah satu alasan kurangnya

    keahl ian penduduk lokal .

    Dengan keberadaan BLK di

    Banyuwangi dan Bl itar, diharapkan

    mampu meningkatkan keahl ian

    penduduk lokal . Meningkatnya

    skil led penduduk lokal diharapkan

    dapat meningkatkan pendapatan

    dan tingkat kesejahteraan

    masyarakat setempat. Sehingga

    keseimbangan pembangunan

    ekonomi yang inklusif mampu

    tercapai.

    Oktya Setya Pratidina

  • Alisa Fatimah

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013

    17

    Optimalisasi Penyerapan Tenaga Kerja

    Untuk Pertumbuhan Ekonomi Yang Berkualitas

    Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi masalah

    utama yang menjadi fokus pemerintah. J ika dirunut ke

    akarnya, pengangguran dan kemiskinan sangat erat

    kaitannya dengan kompetensi tenaga kerja. Tenaga

    kerja yang berkompeten tentu akan lebih mudah

    diserap pasar, dan secara berkesinambungan dapat

    menurunkan angka kemiskinan.

    Berdasarkan data BPS tahun 2012, jumlah penduduk

    Indonesia mencapai 237,641 juta jiwa, dengan jumlah

    angkatan kerja sebesar 118,053 juta jiwa, penduduk

    yang bekerja 110,80 juta jiwa dan sebanyak 7,24 juta

    jiwa atau sekitar 6,50% menganggur. Besarnya jumlah

    penduduk yang menganggur tersebut antara lain

    disebabkan oleh terbatasnya jumlah lapangan kerja

    untuk menyerap angkatan kerja Indonesia, dan

    kompetensi tenaga kerja yang belum memenuhi

    standar permintaan pasar.

    Kondisi ketenagakerjaan nasional tersebut tidak jauh

    berbeda dengan kondisi regionalnya. Sebagai contoh,

    di provinsi Jawa Timur sebagai daerah representatif

    yang menggambarkan kondisi TKI (adanya kantong TKI

    terbesar), meskipun angka penganggurannya lebih

    rendah dari angka pengangguran nasional (sebesar

    4,14%) tetapi lebih banyak tenaga kerja yang bekerja di

    luar negeri sebagai buruh atau aisten rumah tangga.

    Fenomena tersebut menandakan tenaga kerja lokal

    tidak terserap dengan baik di daerahnya, sehingga

    kecenderungan untuk bekerja di luar daerah asalnya

    menjadi sangat tinggi. Meskipun dalam kenyataannya,

    tenaga kerja yang terserap di luar negeri pun mayoritas

    belum berada di posisi manajerial .

    Menurut pengamat ekonomi dari FEUI, Nina Sapti ,

    pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi

    semestinya tidak hanya berpatokan pada angka, tetapi

    harus memperhatikan kual itas, terutama dalam

    menyerap tenaga kerja. Elastisitas pertumbuhan

    ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja juga

    menunjukkan tren yang menurun dalam dua tahun

    belakangan ini.

    Pada tahun 2010, setiap 1 persen pertumbuhan

    ekonomi bisa menyerap 600 ribu tenaga kerja, namun

    setahun kemudian, 2011, elastisitas pertumbuhan

    ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja merosot

    menjadi 250 ribu tenaga kerja. Penyerapan hingga

    September 2012 lalu , baru menyerap sebesar 180 ribu

    tenaga kerja.

    Dua komponen utama yang sangat menentukan dalam

    penyerapan tenaga kerja ialah jumlah lapangan

    pekerjaan yang mencukupi dan tingkat kompetensi

    tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pasar/

    perusahaan. Kasus yang terjadi di Jawa Timur,

    khususnya Ponorogo mungkin salah satu contoh

    dimana jumlah lapangan pekerjaan tidak dapat

    menyerap seluruh jumlah tenaga kerja yang ada. Kasus

    yang berbeda dengan provinsi Jawa Timur bagian

    barat, yaitu Malang (Wonosari) , Banyuwangi dan

    Jember dimana kompetensi tenaga kerja menjadi salah

    satu kendala kurang optimalnya penyerapan tenaga

    kerja lokal di daerah tersebut.

    Selain menarik minat investor untuk membuka lahan

    usaha, upaya penciptaan lapangan kerja baru yang

    belakangan digalakkan adalah dengan

    mengembangkan potensi berwirausaha. Hal ini karena

    wirausaha dinilai lebih efektif dalam meningkatkan

    kesejahteraan, memperluas lapangan dan kesempatan

    kerja baru, serta dapat mendorong perekonomian

    daerah yang lebih jauh dapat menopang perekonomian

    negara . Kompetensi tenaga kerja yang sesuai dengan

    kebutuhan pasar dan meningkatnya jumlah wirausaha

    baru dapat menjadi faktor yang dapat menunjang

    keberhasilan upaya perluasan kesemptan kerja.

    Pada dasarnya penciptaan lapangan kerja menjadi

    tugas dunia usaha, namun pemerintah tetap perlu

    mendukung melalui penciptaan kepastian berusaha dan

    perbaikan ikl im berusaha serta melalui pemberian

    insentif fiskal . Selain itu, evaluasi permasalahan tenaga

    kerja secara komprehensif dan pengambilan kebijakan

    yang tepat untuk menanggulangi masalah

    ketenagakerjaan masih sangat dibutuhkan untuk

    mendorong terciptanya kesinambungan antara

    pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.

  • STANTANGAN PEMERATAAN PEMBANGUNAN INDONESIA

    Opini Pakar

    Sebagai negara kepulauan, Indonesia

    memil iki tingkat ketimpangan

    pembangunan ekonomi antar daerah.

    Vivi Alatas, PhD, Senior Ekonom dan

    Team Leader Kemiskinan, Bank Dunia

    Jakarta menjelaskan bahwa terdapat

    dua macam ketimpangan, yaitu

    ketimpangan antar daerah atau

    regional disparities dan ketimpangan

    secara keseluruhan, antara yang miskin

    dan yang kaya dan Indonesia memil iki

    kedua macam ketimpangan tersebut.

    Ketimpangan yang terjadi di Indonesia,

    menurut Vivi dikarenakan konektivitas

    belum dapat

    dioptimalkan,

    Konektivitas disini ,

    baik dalam artian

    transportasi , namun

    juga keterhubungan

    dengan ide, pasar,

    bukan berarti jaraknya

    itu sendiri tetapi

    apakah ada sesuatu

    yang menguhubungkan secara lain?

    jelas Vivi. Tidak hanya itu, ketimpangan

    pembangunan Indonesia juga di

    karenakan adanya perbedaan

    kebijakan-kebijakan, Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Daerah

    (APBD), kepegawaian, kemampuan,

    kapabil itas dan mobil itas penduduk

    antar daerah.

    Kendala yang menjadi faktor utama

    dalam pembangunan kawasan di

    Indonesia adalah tingkat opportunity

    yang tidak cukup banyak, baik dari sisi

    permintaan maupun penawaran.

    Kendala lain yang dihadapi adalah

    konektivitas, keterhubungan suatu

    daerah dengan tempat-tempat pemberi

    kerja dan/ atau yang dapat

    meningkatkan kenaikan pendapatan.

    Dan kendala terakhir adalah

    ketidakmampuan suatu daerah dalam

    menghadapi sebuah guncangan.

    Hambatan pemerataan pertumbuhan

    pada sebuah daerah yang sama

    diakibatkan karena memil iki tingkat

    guncangan yang lebih tinggi

    dibandingkan dengan daerah-daerah

    lain. Menurut Vivi , cara yang dapat

    dilakukan untuk mencegah adalah

    memil iki instrumen-intrumen

    manejemen resiko untuk masing-

    masing keluarga, pencegahan, dan

    penanggulangan dengan

    menggunakan instrumen yang

    berbentuk formal maupun informal .

    Indonesia, terutama daerah-daerah

    tertentu masih bergantung kepada

    instrumen-instrumen informal , seperti

    diantaranya melakukan atau

    memanfaatkan modal

    sosial melalui

    masyarakat, dan

    sebenarnya dengan cara

    ini tidak begitu

    memberikan dampak

    yang signifikan.

    Sedangkan untuk

    kurangnya penggunaan

    instrumuen-instrumen

    formal , melalui semacam asuransi,

    diakibatkan karena tidak besarnya akses

    masyarakat. Permasalahan tingkat akses

    instrumen di setiap daerah-daerah tidak

    bisa dijadikan sebuah permasalahan

    yang umum. Kedepannya, lebih

    bagaimana belajar antar daerah yang

    perlu ditingkatkan usul Vivi.

    Untuk ketenagakerjaan, khususnya

    pulau Jawa, memil iki tingkat arus

    mobil itas tenaga kerja yang signifikan,

    baik dalam maupun luar negeri.

    Perpindahalan pekerjaan ini diakibatkan

    karena adanya tingkat ekspektasi upah

    yang lebih tinggi dibandingkan dengan

    daerah asalnya.

    Namun, dalam sepengamatan Senior

    Ekonom Bank Dunia ini , ekspektasi

    tersebut bukan merupakan hasil dari

    ekspektasi rasional yang murni.

    Menurutnya, pencari lapangan kerja di

    Indonesia masih berbasis sistem mouth

    to mouth . Tentunya dimasa yang akan

    datang dibutuhkan sebuah sistem yang

    dapat menyimbangi dan melaraskan

    kebutuhan pihak pencari dan pemberi

    18

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013

    TANTANGAN PEMERATAAN PEMBANGUNAN INDONESIA

    Vivi Alatas

    Senior Ekonom

    dan Team Leader

    Kemiskinan

    World Bank

  • Insani Sukandar

    kerja yang berbasis transparansi

    informasi. Sistem ini dapat dibantu

    oleh pihak pemerintahan atau

    akademisi sebagai broker, agar

    masyarakat yang bermigrasi benar-

    benar mendapatkan dan

    melakukannya dengan alasan dan

    pengetahuan yang cukup.

    Guna mempercepat penurunan

    ketimpangan Indonesia, dibutuhkan

    kebijakan yang terkait dengan

    proteksi dan promosi, baik untuk

    keluarga miskin, mendekati miskin

    bahkan keluarga secara keseluruhan.

    Tentunya untuk tingkat keluarga

    miskin dan/ atau mendekati miskin

    peran pemerintah harus lebih

    dominan.

    Kebijakan proteksi adalah kebijakan

    yang dirancang untuk membantu,

    memastikan dan yang berhubungan

    dengan bagaimana masyarakat dapat

    menghadapi segala macam shock

    dengan menggunakan instrumen

    yang sesuai. Akan tetapi kedepannya,

    kebijakan yang terkait dengan

    promosi juga penting untuk

    memastikan bahwa setiap orang

    dapat menolong dirinya sendiri untuk

    meningkatkan pendapatannya atau

    terlepas dari kemiskan, melalui

    tenaganya atau kesempatan untuk

    dapat berinvestasi dalam human

    capital atau education .

    H ingga saat ini , Indonesia dan

    banyak negara di dunia lainnya masih

    menggunakan pendekatan PDRB per

    kapita dalam menghitung tingkat

    pertumbuhan ekonomi dan

    kesejahteraan sebuah negara.

    Namun, menurut Vivi , tidak bisa

    hanya dil ihat dari sisi pendapatan

    saja. Untuk mel ihat atau menghitung

    tingkat kesejahteraan dari masyarkat

    sebuah negara, diperlukan sebuah

    pendekatan dari berbagai macam

    indikator yang multi-dimensi. Untuk

    Indonesia, sangat dibutuhkan

    pendekatan dan/ atau anal isis dari

    sisi bagaimana tingkat human capital,

    pendidikan, partisipasi masyarakat

    dan konfl ik yang perlu menjadi

    prioritas untuk menilai bagaimana

    tingkat kesejahteraan dari

    masyarakatnya.

    19

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013

    "Kendala yang

    menjadi faktor

    utama dalam

    pembangunan

    kawasan di

    Indonesia adalah

    tingkat

    opportunity yang

    tidak cukup

    banyak, baik dari

    sisi permintaan

    maupun

    penawaran"

    VS

    Antrian Sembako

    Antrian Pembel ian Smarthphone

  • BKeuangan

    Bank Indonesia berencana mempertajam aturan uang

    muka Kredit Pemil ikan Rumah (KPR) di atas 70 meter

    persegi, Kredit Pemil ikan Apartemen (KPA) dan Ruko.

    Regulasi ini mengatur KPR di atas 70 meter persegi

    akan dikenakan uang muka minimal 30% untuk kredit

    pemil ikan yang pertama, minimal 40% untuk kredit

    pemil ikan yang kedua dan 50% untuk kredit pemil ikan

    yang ketiga dan seterusnya. Sebelumnya, berdasarkan

    Surat Edaran Bank Indonesia No.14/10/DPNP tanggal

    15 Maret 2012 tentang Penerapan Manajemen Risiko

    pada Bank yang Melakukan Pemberian Kredit Pemil ikan

    Rumah dan Kredit Kendaraan Bermotor, uang muka

    KPR di atas 70 meter persegi ditetapkan sebesar

    minimal 30%, tanpa membedakan baik untuk pemil ikan

    rumah pertama maupun berikutnya.

    Lebih lanjut Bank Indonesia juga akan mengatur KPR

    dan KPA kepemil ikan suami dan istri akan dihitung

    menjadi satu kepemil ikan, kecual i terdapat pemisahan

    harta antara suami istri tersebut melalui kesepakatan

    legal . Sementara bagi pemberi kredit, yakni perbankan,

    BI akan melarang pembiayaan uang muka oleh

    perbankan untuk KPA dan KPR, dan mengatur kredit

    properti beragunan properti.

    Deputi Gubernur Bank Indonesia, Hal im Alamsyah,

    seperti di lansir Tempo, mengemukakan pengaturan

    harus dilakukan karena aktivitas spekulasi membuat

    harga properti meningkat dan berimbas pada harga

    rumah di bawah 70 meter persegi. Harga rumah

    dengan tipe 70 meter persegi ke atas mengalami

    kenaikan harga yang tidak wajar. Kebijakan ini diambil

    menyusul tingginya pertumbuhan KPR di atas 70 meter

    persegi sebesar 25,9% dan pertumbuhan kredit

    apartemen sebesar 100,3%. Pertumbuhan kredit yang

    terlalu cepat dikhawatirkan akan meningkatkan resiko

    gagal bayar.

    Menurut Direktur Mortgage & Consumer Bank

    Tabungan Negara (BTN) Mansyur Nasution, kendala

    yang mungkin timbul adalah sul itnya verifikasi KPR

    yang diajukan, apabila pembel ian rumah sebelumnya

    dilakukan secara tunai. Selain itu verifikasi kepemil ikan

    rumah mil ik suami dan istri yang akan dihitung sebagai

    satu debitur belum memil iki metode yang tepat.

    Sementara CEO & Chairman Sanggar Indah Group, F

    Teguh Satria mengungkapkan kebijakan tersebut

    kurang tepat karena pembel ian rumah kedua dan

    selanjutnya sering dilakukan oleh orang tua untuk

    anaknya, karena pendapat anak belum mencukupi.

    Lebih lanjut ditambahkan bahwa pembel ian properti

    untuk tujuan investasi di lakukan secara tunai untuk

    mendapatkan potongan harga, sehingga mendapatkan

    margin yang besar ketika dijual kembal i .

    Melalui kebijakan pengaturan uang muka diharapkan

    kepemil ikan rumah untuk keperluan spekulasi akan

    berkurang, karena beberapa pembatasan untuk

    kepemil ikan rumah kedua diberlakukan seperti : i )

    semakin meningkatnya presentase uang muka untuk

    pemil ikan rumah kedua dan ketiga; i i ) penyatuan

    perhitungan kepemil ikan bagi suami dan istri ; i i i )

    pelarangan perbankan membiayai kredit uang muka,

    sehingga mengurangi kemungkinan pembayaran uang

    muka secara kredit; iv) pengaturan kredit properti

    beragunan properti , sehingga mengurangi pembel ian

    rumah kedua dan selanjutnya dengan agunan rumah

    sebelumnya. Regulasi ini sebenarnya ditujukan bagi

    pengurangan kegiatan spekulasi yang berimbas pada

    pertumbuhan kredit yang tidak wajar dan

    meningkatnya harga rumah tipe di bawah 70 meter

    persegi sehingga masyarakat tidak mampu membel i

    rumah. Tingginya pertumbuhan permintaan masyarakat

    akan tempat tinggal dan terbatasnya ketersediaan

    lahan menjadi salah satu faktor pendorong tingginya

    harga properti . Pemerintah selaku regulator harus

    menjaga agar kenaikan harga tersebut tidak

    ditumpangi oleh aksi spekulan yang berpotensi ikut

    meningkatkan harga properti .

    20

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013

    Alexcius Winang

    Penajaman Regulasi Kredit Pemilikan Rumah:

    Untuk Mengurangi Aktivitas Spekulasi

  • PPerusahaan BUMN memil iki fungsi strategis dalam

    mensukseskan program ketahanan pangan. Sebagai

    perusahaan mil ik negara yang bergerak diberbagai

    sector usaha, BUMN dapat melakukan trobosan-

    terobosan dalam mensukseskan program tersebut.

    Beberapa program BUMN dalam ketahanan pangan

    yang telah berhasil di laksanakan diantaranya adalah:

    Program Gerakan Peningkatan Produksi Pangan

    Berbasis Korporasi (GP3K), pembenahan pabrik gula

    dan garam, serta integrasi sawit sapi. Program tersebut

    tidak hanya dilaksanakan oleh BUMN yang bergerak di

    bidang pangan seperti PTPN, PT Berdikari , PT RNI,

    Perum Bulog, PT Pupuk Indonesia dan PT Sang Hyang

    seri , namun juga dilakukan sinergi dengan BUMN lain.

    Persoalan pangan khususnya dibidang pertanian yang

    sangat beragam diperlukan sinergitas antar BUMN. Hal

    ini bertujuan untuk dapat memenuhi swasembada

    pangan di tahun 2014 yang tidak mungkin dapat di

    penuhi oleh BUMN bidang pangan saja.

    Begitupula dengan PT Perkebunan Nusantara III yang

    turut aktif membantu dalam program ketahanan

    pangan nasional . Program yang dicanangkan oleh

    Kementerian BUMN melalui berbagai program di luar

    core business perusahaan, salah satu programnya

    adalah menanam kedelai di sela-sela (di gawangan)

    tanaman karet yang berukuran 20 kal i 20 sentimeter

    yang terletak di wilayah kebun PTPN III.

    Sedangkan Untuk membantu Program Swasembada

    Daging Sapi (PSDS) tahun 2014, BUMN melaksanakan

    Program Sapi-Sawit dengan memelihara sapi di semua

    perkebunan kelapa sawit dan juga perkebunan tebu

    mil ik BUMN. Sebab, pelepah daun tebu dan daun sawit

    bisa dijadikan pakanan ternak murah. PT Perkebunan

    Nusantara (PTPN) I hingga VII dan PT Rajawal i

    Nusantara Indonesia (RNI) sudah menjalankan program

    tersebut.

    Beberapa program BUMN dalam bidang pangan yang

    telah dimulai pada musim tanam akhir 2012, melalaui

    program Gerakan Peningkatan Produksi Pertanian

    Berbasis Korporas (GP3K) telah berhasil meningkatkan

    penanganan produksi padi menjadi 3,2 juta hektar.

    Program Yarnen al ias bayar setelah panen ini

    diperkirakan akan meningkatkan produksi beras

    sampai 1,5 juta ton pada 2013. Begitu juga dengan

    Perum Bulog pada tahun 2012 berhasil melakukan

    pengadaan beras sampai dengan 3.2 juta ton.

    Dalam pemenuhan swasembada gula, peran BUMN

    diantaranya dengan melakukan revital isasi dan

    peremajaan pabrik-pabrik gula di l ingkungan PTPN X

    (Persero). Namun hal tersebut tidak cukup baik karena

    kuantitas dan kual itas pasokan tebu tidak ikut

    bertambah, dengan demikian tantangan tersendiri bagi

    PTPN X (Persero) untuk menyinergikan kinerja pabrik

    gula dengan kinerja petani tebu

    Untuk meningkatkan keuntungan, pabrik gula harus

    dapat melakukan diversifikasi produk dari ampas gula,

    teres dan biotong yang dapat diolah menjadi barang

    yang memil iki jual tinggi, dihampir setiap negara

    bentuk diversifikasi dapat menghasilkan lebih dari 50

    macam produk diantaranya pulp dan kertas, particle

    board, microcryastalline cellulose, kanvas rem, asam

    amino, pelarut, alkohol , silase, biodegradable plastic,

    biobleching dan sebagainya

    Sedangkan dalam mensukseskan swasembada garam

    PT Garam selaku BUMN melakukan peningkatan salah

    satunya dalam bidang teknologi produksi dengan

    menggunakan membranisasi , yang nantinya akan

    digunakan untuk membantu petani untuk melakukan

    dengan cara serupa. Selain dari pada itu PT Garam juga

    melakukan perluasan lahan produksi.

    Dengan berbagai program tersebut diharapkan dapat

    tercapai Swasembada pangan di tahun 2014.

    Peranan BUMN dalam Ketahanan Pangan

    BUMN/ Korporasi

    21

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013

    Adji Dharma

  • PPembangunan ekonomi suatu Negara berkembang

    membutuhkan dana yang relatif besar. Untuk itu,

    kebutuhan dana tersebut dipenuhi dengan pengerahan

    modal yang bersumber dari dalam negeri (tabungan

    masyarakat dan pemerintah) dan luar negeri (pinjaman

    atau utang luar negeri) .

    Pada dasarnya, utang merupakan salah satu kebijakan

    fiskal (APBN) yang menjadi bagian dari kebijakan

    pengelolaan ekonomi secara

    keseluruhan. Pembiayaan APBN

    melalui utang merupakan bagian

    dari pengelolaan keuangan

    Negara yang lazim dilakukan

    oleh suatu Negara. Adanya utang

    merupakan konsekuensi dari

    postur APBN yang mengalami

    defisit, d imana Pendapatan

    Negara lebih kecil daripada

    Belanja Negara. Selain itu, juga

    digunakan untuk membayar

    kembal i utang yang jatuh tempo

    (refinancing) .

    Kebijakan utang dilakukan oleh Pemerintah untuk

    mencapai tujuan pengelolaan ekonomi dalam jangka

    pendek dan jangka panjang. Memastikan ketersediaan

    dana untuk menutup defisit dan pembiayaan kewajiban

    pokok utang secara tepat waktu dan efisien merupakan

    tujuan jangka pendek yang ingin dicapai. Selanjutnya,

    sebagai tujuan jangka panjang adalah mengamankan

    kebutuhan pembiayaan APBN dengan biaya minimal

    pada tingkat resiko terkendal i sehingga kesinambungan

    fiskal dapat terjaga, serta sebagai upaya untuk

    menciptakan pasar Surat Berharga Negara (SBN) yang

    dalam, aktif dan l ikuid.

    Terdapat dua jenis pinjaman/utang yang digunakan

    oleh pemerintah Indonesia, 1) Pinjaman Dalam Negeri

    dan 2) Pinjaman Luar Negeri. Di sisi lain, Pinjaman

    Dalam Negeri didasarkan pada Peraturan Pemerintah

    No 54 Tahun 2008 mengenai Tata Cara Pengadaan dan

    Penerusan Pinjaman Dalam Negeri oleh Pemerintah.

    Pinjaman ini digunakan untuk membiayai kegiatan

    dalam rangka pemberdayaan industri dalam negeri dan

    pembangunan infrastruktur untuk pelayanan umum,

    serta kegiatan-kegiatan investasi yang dapat

    menghasilkan penerimaan. Sumber utang dalam negeri

    dapat berasal dari Badan Usaha Mil ik Negara (BUMN),

    Pemerintah Daerah dan Perusahaan Daerah. Di sisi lain,

    Pinjaman Luar Negeri dapat berupa pinjaman program

    maupun pinjaman proyek. Pinjaman program digunakan

    untuk mendukung pembiayaan dan pencairannya

    dikaitkan dengan pemenuhan Policy Matrix di bidang-

    bidang kegiatan untuk mencapai MDGs (seperti

    pengentasan kemiskinan, pendidikan, pemberdayaan

    masyarakat, kebijakan terkait cl imate change dan

    sebagainya). Selanjutnya, pinjaman proyek digunakan

    untuk membiayai proyek infrastruktur di berbagai sektor

    (perhubungan, energi, dsb) maupun proyek-proyek

    dalam rangka pengentasan kemiskinan. Sumber

    utang luar negeri ini berasal dari Negara-negara

    dan badan-badan bantuan multi lateral seperti

    World Bank, IBRD, ADB, IDB, dan beberapa

    lainnya.

    Ditinjau dari sudut manfaatnya, utang luar negeri

    (bantuan luar negeri) mempunyai 2 (dua)

    peranan, yaitu: (a) untuk mengatasi masalah

    kekurangan mata uang asing, dan (b) untuk

    mengatasi masalah kekurangan tabungan.

    Kedua masalah tersebut biasa disebut dengan

    masalah kesenjangan ganda (the two gap

    problems) , yaitu kesenjangan tabungan (saving gap) dan

    kesenjangan mata uang asing (foreign exchange gap) .

    Banyak ahl i berpendapat bahwa apabila suatu Negara

    mempunyai profi l utang yang wajar atau yang

    diinginkan (a desirable debt profile) , maka Negara

    tersebut tidak perlu mengkhawatirkan eksistensi utang

    sebagai salah satu pendukung keberhasilan

    pembangunan nasional .

    Lebih lanjut, Wil l iamson (1999) berpendapat bahwa

    profil utang yang wajar oleh suatu Negara mempunyai

    ciri-ciri sebagai berikut: (1) jumlah utang tidak boleh

    melebihi 40 persen GNP, (2) jumlah utang tidak boleh

    melebihi 200 persen jumlah ekspor suatu negara, dan

    (3) DSR (debt service ratio) , yang menunjukkan ratio

    jumlah utang terhadap ekspor, tidak boleh lebih dari 25

    persen. J ika jumlah utang melebihi kondisi dalam profil

    utang yang wajar, maka eksistensi utang dapat

    dianggap sebagai ancaman yang dapat menyebabkan

    krisis ekonomi suatu Negara, dan dapat terjebak dalam

    kondisi Debt Trap.

    Kondisi Debt Trap dapat berlaku jika total keseluruhan

    pembayaran atas utang (pembayaran bunga utang luar

    negeri dan pembayaran cici lan pokok utang luar negeri)

    pada satu periode anggaran lebih besar daripada total

    penerimaan yang berasal dari utang. Pada kondisi di

    Indonesia, perkembangan nilai pinjaman luar negeri

    ditunjukkan pada Gambar 1 berikut ini :

    Fiskal dan Regulasi Ekonomi

    22

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Juli 2013

    Mengelola Utang Untuk Menghindari Debt Track

  • Dalam Gambar 1 diketahui bahwa pembayaran

    kewajiban utang yaitu cici lan pokok, bunga pinjaman

    dan biaya pinjaman masih di bawah nilai pinjaman

    utangnya. Artinya, pemerintah masih memil iki

    kemampuan untuk membayar semua kewajiban utang

    dan menggunakan dana utang tersebut untuk

    mendanai program-program pembangunan, seperti

    Metropolitan Sanitation Management and Health Project

    dengan ADB dan Urban Water Supply and Sanitation

    Project dengan IBRD.

    Selanjutnya ditinjau dari proporsinya, rasio pinjaman

    luar negeri terhadap GDP hanya berkisar 1% dan

    perlahan-lahan menurun setiap tahun. Selain itu, defisit

    APBN juga terjaga di bawah 2% terhadap GDP

    sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 2.

    Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat

    disimpulkan beberapa hal : 1) utang pemerintah

    diperlukan untuk membiayai defisit APBN, penyediaan

    arus kas jangka pendek dan refinancing utang lama, 2)

    Meskipun nominal utang luar negeri mengalami

    peningkatan, namun rasio terhadap GDP cenderung

    menurun dan masih berada pada batas wajar, dan 3)

    pengelolaan utang diarahkan untuk mendapat sumber

    pembiayaan dengan biaya dan resiko rendah, jangka

    panjang, dan terbebas dari ikatan pol itik, sehingga

    dapat membantu kelancaran pelaksanaan program-

    program pembangunan.

    Untuk ke depannya, pemanfaatan utang