Upload
fantau
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011
1/20
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Edisi 01 Januari 2011
PROYEK SI PEREK ONOMIAN 2011 :
Sinerg i Kegia t an Pem bangunan
Membuat Perda Yang Berkualitas & Mensejahterakan
Perkembangan Inflasi
Indeks Pembangunan Manusia 2010
Tingkat Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi dan PengangguranDaerah
8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011
2/20
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Edis i 01 J anuar i 2011
Editorial 1
Perkembangan Ekonomi Makro
Perkembangan Ekspor Impor 2
Perkembangan Wisatawan Mancanegara 4
Indeks Pembangunan Manusia 2010 4
Analisa Nilai Tukar Petani 5
Perkembangan Inflasi 6 Perkembangan Harga Komoditas 8
Perkembangan Ekonomi Internasional
Perkembangan Harga Komoditas Dunia 9
Perkembangan APBN
Analisa Asumsi Ekonomi Makro 2011 10
Perkembangan Kebijakan dan RegulasiEkonomi
Membuat Perda Yang Berkualitas dan
Mensejahterakan 12
Perkembangan Penyaluran KUR Realisasi penyaluran KUR 2010 14
Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Tingkat Kemiskinan Daerah 15
Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran Daerah 16
Daftar Istilah
8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011
3/20
EDITORIAL
Pelaksanaan rapat kerja Presiden dengan para menteri
dan pimpinan pemerintah daerah pada awal tahun 2011
menandai tradisi baru dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Berbeda dengan Musrenbangnas yang
mempersiapkan dokumen Rencana Kerja Pemerintahtahun mendatang, fokus pada rapat kerja adalah pada
mensukseskan program tahun berjalan. Rapat kerja ini
nampaknya menjadi semacam apel-pagi bagi
penyelenggara pemerintah untuk bersiap kembali
memasuki hari-hari kerja di tahun 2011. Misi yang ingin
diwujudkan pada tahun ini, sebagaimana telah
ditetapkan pada Rencana Kerja Pembangunan 2011
adalah Melaksanakan Percepatan Pertumbuhan
Ekonomi Yang Berkeadilan, Didukung Oleh
Pemantapan Tata-Kelola, Dan Sinergi Pusat Daerah.
Dalam raker tersebut Presiden menyampaikan secararinci berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam
mewujudkan misi 2011. Ada 10 capaian 2010 yang
menjadi modal penting untuk ditingkatkan pada tahun
2011. Salah satunya adalah fundamental ekonomi yang
semakin kuat seperti tercermin dari capaian baru pada
beberapa indikator seperti cadangan devisa yang
mendekati USD 100 milyar dan PDB perkapita sekitar
USD 3000 pada akhir tahun 2010. Selain itu ada
sepuluh tantangan yang perlu diantisipasi, sebagian
besar di bidang ekonomi seperti harga pangan dan
energi dunia cenderung tinggi yang pada giliranselanjutnya akan mendorong inflasi dan
membengkaknya subsidi, perlunya akselerasi
pembangunan infrastruktur, serta perbaikan pelayanan
pemerintah daerah di beberapa bidang seperti perijinan
investasi, perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, serta
penanganan korban bencana alam.
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 1
Dalam menghadapi tantangan tersebut, Presiden
menetapkan sepuluh direktif dengan memperhatikan
beberapa peluang dari kondisi ekonomi global
mendatang. Salah satu direktif yaitu pengurangan
kemiskinan diminta menjadi fokus prioritas dariprogram kementerian dan pemerintah daerah. Tingkat
kemiskinan ditargetkan turun pada tahun 2011 hingga
kisaran 11,5% - 12,5% dari 13,3% pada tahun 2010.
Selain itu ditekankan pentingnya membangun
kemandirian dalam rangka mencapai ketahanan
pangan di tahun 2014. Untuk menuju sasaran tersebut,
mulai tahun 2011 diharapkan langkah-langkah yang
terpadu dan berani dari kementerian teknis terkait
dalam merumuskan programnya. Langkah tersebut
harus didukung oleh semua komponen masyarakat.
Sebagai tindak-lanjut arahan tersebut, MenkoPerekonomian menyampaikan peran yang perlu
dilakukan Pemerintah Daerah selama tahun 2011.
Dalam program ketahanan pangan Pemda diharapkan
mengamankan produksi pangan dan mengendalikan
harga barang-barang kebutuhan pokok. Sementara itu
dalam program ketahanan energi Pemda diminta
antara lain mengenakan PPN BBM tetap 5%,
memperlancar ijin pelaksanaan proyek geothermal dan
eksplorasi migas, serta memastikan subsidi BBM tepat
sasaran. Pemda juga diharapkan menyelesaikan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) danmenghilangkan hambatan pembebasan lahan dalam
rangka akselerasi pembangunan infrastruktur. Dalam
rangka perbaikan iklim investasi, upaya
penyempurnaan proses perijinan usaha terus
dilanjutkan agar selesai dalam 17 hari. Untuk
peningkatan kewirausahaan UMKM, Pemda diminta
meningkatkan akses UMKM memperoleh KUR.
Indikator
Desember
2010
November
2010 Indikator
Desember
2010
November
2010
Inflasi (% yoy) 6,96% 6,33% Cadangan Devisa$96,21miliar
$92,76miliar
Indeks Harga SahamGabungan
3704 3531 Ekspor NA$15.338
jutaHarga Minyak ICP perbarel
$ 91.37 $ 85.07 Impor NA$13.071
juta
Utang Pemerintah$186,42
miliar$183,33
miliarNilai Tukar Petani 102,75 102,89
Nilai Tukar (Rp/USD) 8991 9013Indeks HargaPerdagangan Besar
177,87 176,66
Realisasi Belanja
APBNNA Rp 767,9 T Wisatawan Mancanegara
578152
orang
594654
orang
Transfer Daerah NA Rp 272,3 TSuku Bunga Kredit ModalKerja Bank Umum
NA 12,96%
Indikator Ekonomi
8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011
4/20
Perkemban an Ekonomi Makro
PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR
Nilai ekspor Indonesia menunjukkan kecenderungan naik
dalam periode triwulan IV-2010. Ekspor selama November
2010 mencapai US$15,34 miliar atau meningkat sebesar
6,52% dibanding ekspor Oktober 2010, dan 42,35%
dibanding November 2009. Secara kumulatif nilai ekspor
Indonesia periode Januari-November 2010 mencapaiUS$140,65 miliar atau meningkat 36,34% dibandingkan
periode yang sama tahun 2009. Peningkatan ekspor
didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas November
2010 sebesar 8,90% dibanding Oktober 2010 atau 49,16%
dibanding November 2009. Secara nominal, ekspor
nonmigas terbesar Indonesia pada November 2010 adalah
untuk golongan barang bahan bakar mineral yang
mencapai US$2,07 miliar atau tumbuh 75,41%
dibandingkan Oktober 2010.
Ekspor golongan barang bijih, kerak, dan abu logam juga
tumbuh signifikan pada November 2010 ini denganpertumbuhan 52,02% dibandingkan dengan Oktober 2010.
Porsi ekspor nonmigas terbesar Januari-November 2010
adalah komoditas sektor industri (62,38%), sektor
pertambangan (16,82%) dan sektor pertanian (3,22%).
Secara pertumbuhan kumulatif sektor pertambangan
masih lebih besar dibandingkan sektor industri. Sedangkan
sektor pertanian yang memberikan kontribusi paling kecil
pada ekspor belum menunjukkan adanya peningkatan
yang berarti, tumbuh 15,55%. Kinerja ekspor sector
pertanian yang relative rendah kiranya perlu menjadi
perhatian karena potensi penciptaan lapangan kerja yangbesar di sector ini.
Sementara itu, ekspor migas mengalami penurunan
sebesar 3,17% dibandingkan dengan Oktober 2010 namun
meningkat sebesar 17,73% dibandingkan November 2009.
Secara kumulatif pertumbuhan ekspor migas Januari-
November 2010 sebesar 49,65% lebih besar daripada
pertumbuhan kumulatif ekspor nonmigas yang tumbuh
sebesar 33,81% dibandingkan Januari-November 2009.
Pertumbuhan ekspor yang lebih tinggi sepanjang tahun
2010 didorong oleh kenaikan harga rata-rata komoditas
international yang lebih tinggi dibandingkan harga rata-ratatahun 2009.
Perkembangan Ekspor Dan Impor Indonesia Januari-November 2010(Juta US$)
15.338
13.071
2.267
-2.000
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
Januari
Fe
bruari
Mar
et
Ap
ril
M
ei
Ju
ni
Ju
li
Agustus
Sep
tem
b
er
Oc
tob
er
Novem
b
er
2010
Sumber: BPS
Ekspor Impor Neraca Perdagangan
1
Impor juga menunjukkan kecenderungan naik dalam
triwulan IV-2010. Nilai impor Indonesia pada bulan
November 2010 mencapai US$13,07 miliar atau naik
sebesar 7,8% dibandingkan dengan Oktober 2010 atau
48,29% dibandingkan dengan November 2009.
Sedangkan secara kumulatif, hingga November 2010 nilai
impor mencapai US$122,58 miliar atau meningkat 41,66%
dibandingkan Januari-November 2009. Impor November2010 didorong oleh kenaikan impor migas dan impor
nonmigas. Impor migas naik sebesar 23,60%
dibandingkan Oktober 2010 atau 60,96% dibandingkan
November 2009. Impor gas mencatat pertumbuhan
tertinggi dibandingkan dengan Oktober 2010 yaitu sebesar
244,3% diikuti dengan pertumbuhan minyak mentah
sebesar 140,57%. Sedangkan impor hasil minyak yang
memberikan kontribusi terbesar pada impor migas
nasional justru tumbuh negatif sebesar minus 14,01%
dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Sumber: BPS
-100
-50
0
50
100
150
200(%) Pertumbuhan Ekspor (yoy)
Ekspor Total Ekspor Migas Ekspor Nonmigas
-100,00
-50,00
0,00
50,00
100,00
150,00
200,00
(%) Pertumbuhan Impor (yoy)
Impor Total Impor Migas Impor Nonmigas
2
3
Impor nonmigas pada November 2010 juga meningkat
sebesar 3,99% dibandingkan dengan Oktober 2010, dan
44,96% dibandingkan dengan November 2009. Nilai impor
nonmigas terbesar pada golongan barang mesin/peralatan
mekanik sebesar US$1,88 miliar yang turun 1,97%
dibanding bulan sebelumnya. Impor golongan barang
kendaraan bermotor dan bagiannya pada November 2010
mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar
23,03% dibandingkan dengan bulan sebelumnya seiring
meningkatnya penjualan kendaraan bermotor. Gaikindo
mencatat penjualan kendaraan roda empat dan roda dua
sampai dengan November 2010 mencapai 694.574 unit
lebih tinggi daripada penjualan dalam periode yang sama
tahun 2009 yang mencapai 438.113 unit. Nilai impormenurut golongan penggunaan barang selama Januari-
November 2010 dibanding periode yang sama tahun
sebelumnya mengalami peningkatan untuk semua golongan.
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 2
8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011
5/20
Perkembangan Ekonomi Makro
Impor barang konsumsi naik sebesar 47,11% yang
menunjukkan tingginya konsumsi domestik. Impor bahan
baku/penolong dan barang modal masing-masing naik
sebesar 43% dan 35,2% yang menunjukkan cukup
tingginya kegiatan produksi di sektor produksi riil.
Surplus neraca perdagangan Indonesia pada November
2010 turun menjadi US$ 2,27 miliar dari US$ 2,28 miliar jika dibandingkan dengan Oktober 2010. Surplus neraca
perdagangan diatas US$ 2 miliar ini sudah tercatat selama
3 bulan terakhir sejak September 2010. Dibandingkan
dengan November 2009, surplus neraca perdagangan
meningkat sebesar US$ 306,5 juta atau tumbuh 15,6%.
Neraca perdagangan Indonesia dengan Singapura,
Jepang dan Amerika Serikat berada pada posisi surplus di
bulan November 2010. Sedangkan defisit masih terus
tercatat pada neraca perdagangan Indonesia dengan Cina
namun dengan besaran yang lebih kecil yaitu minus US$
22 juta. Namun demikian, ekspor nonmigas Indonesia keCina terus meningkat hingga mencapai US$1.76 miliar
atau tumbuh 101,82% dibandingkan dengan November
2009. Dengan demikian, Cina menggantikan posisi Jepang
sebagai negara tujuan ekspor nonmigas terbesar bagi
Indonesia pada November 2010. Kontribusi terbesar
ekspor nonmigas ke Cina dari komoditas sumber daya
alam seperti batubara, kelapa sawit dan karet. Amerika
Serikat merupakan tujuan ekspor nonmigas terbesar
berikutnya setelah Cina. Secara kumulatif Januari hingga
November 2010 kontribusi Amerika Serikat adalah 10,4%
lebih kecil daripada kontribusi Cina yaitu 10,7%.
Sedangkan Jepang masih memberikan kontribusi terbesar
pada ekspor nonmigas Indonesia yaitu 12,7%.
Sumber: BPS
0
500
1.000
1.500
2.000
Des-07
Fe
b-08
Apr-
08
Jun-08
Agus
t-08
Okt-08
Des-08
Fe
b-09
Apr-
09
Jun-09
Agus
t-09
Okt-09
Des-09
Fe
b-10
Apr-
10
Jun-10
Agus
t-10
Okt-10
Perkembangan Ekspor Nonmigas BerdasarkanNegara Tujuan
Singapura Cina Jepang Amerika
Tinjauan nilai ekspor nonmigas terhadap 33 provinsi
memperlihatkan bahwa Jawa Barat, Kalimantan Timur dan
Jawa Timur merupakan provinsi-provinsi yang memberikan
kontribusi nilai terbesar dengan persentase masing-masing
diatas 10% sepanjang Januari hingga Oktober 2010.
Namun bila dilihat dari pertumbuhannya, ketiga provinsitersebut mengalami pertumbuhan yang relatif kecil
dibandingkan dengan ekspor nonmigas Gorontalo yang
tumbuh signifikan sebesar 495% (yoy).
Pertumbuhan ekspor nonmigas yang tinggi juga terjadi di
Papua 403% (yoy), Maluku Utara 119% (yoy) dan Jambi
114% (yoy). Perkembangan ini mengindikasikan adanya
potensi ekspor nonmigas yang besar diluar provinsi yang
selama ini dominan memberi kontribusi pada ekspor
nonmigas nasional.
Dari sisi impor, DKI Jakarta merupakan provinsi yang
memberikan kontribusi terbesar pada impor nonmigas
nasional sepanjang Januari hingga Oktober 2010 yaitu
sebesar 41,9%. Provinsi Banten dan Jawa Timur
merupakan dua provinsi lain yang memberikan kontribusi
diatas 10% pada impor nonmigas nasional. Bila dilihat dari
pertumbuhan impor, Maluku menjadi provinsi yang
memiliki pertumbuhan impor nonmigas paling tinggi yaitu
473% (yoy). Diikuti provinsi Sumatera Barat dan Sulawesi
Utara yang tumbuh masing-masing 157% (yoy) dan 125%
(yoy).
Sumber: BITinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 3
4
6
5
7
8
8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011
6/20
Perkemban an Ekonomi Makro
PERKEMBANGAN WISATAWAN
MANCANEGARAJumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman)
terus meningkat dalam 5 tahun terakhir, dari 4,9 juta
orang pada 2006 diperkirakan menjadi sekitar 7 juta
orang pada tahun 2010. Devisa yang dihasilkan pun
meningkat dari US$ 4 milyar menjadi US$ 7 milyar.Kunjungan wisman pada November 2010 mencapai 578,2
ribu orang atau naik 8,74% (yoy). Sedangkan jika
dibandingkan dengan Oktober 2010, jumlah wisman
November 2010 turun 2,78%. Pada November 2010,
sebagian besar wisman masuk ke Indonesia melalui
Bandara Ngurah Rai (196.856 orang) yang naik sebesar
6,63% dibanding November 2009. Jika dibandingkan
dengan Oktober 2010, jumlah wisman yang masuk melalui
bandara tersebut turun 14,28%. Dua pintu masuk lain yang
menerima jumlah kedatangan wisman terbesar ke
Indonesia adalah Bandara Soekarno-Hatta (147.579orang), Batam (85.307 orang), dan pintu masuk utama
lainnya (148.410 orang). Kenaikan terbesar jumlah wisman
November 2010 dibanding November 2009 terjadi di
Tanjung Priok (100,73%), Sepinggan (42,71%) dan Sultan
Syarif Kasim (35,03%). Sementara itu, pintu masuk yang
mengalami penurunan jumlah kunjungan wisman tertinggi
terjadi di pintu masuk bandara Adi Sucipto sebesar minus
66,23% dikarenakan bencana alam meletusnya gunung
Merapi pada akhir Oktober 2010. Hal tersebut
mengakibatkan ditutupnya bandara Adi Sucipto selama
beberapa hari.
Secara kumulatif, Januari-November 2010, jumlah wisman
mencapai 6,36 juta orang atau naik 11,59% dibanding
jumlah wisman pada periode yang sama tahun 2009
sebanyak 5,70 juta orang. Sebagian besar wisman masuk
ke Indonesia melalui Bandara Ngurah Rai (2.323.526
orang), Bandara Soekarno-Hatta (1.684.394 orang) dan
Batam (897.298 orang). Kenaikan jumlah wisman terjadi di
sebagian besar pintu masuk utama, dengan persentase
kenaikan tertinggi terjadi di pintu masuk bandara Adi
Sumarmo (38,83%), diikuti bandara Soekarno-Hatta(33,74%). Sementara itu enam pintu masuk mengalami
penurunan dengan penurunan tertinggi di Minangkabau
49 03% .
0
500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
2.500.000
2008 2009 2010
(orang)
Sumber: BPS
Jumlah Kedatangan Wisman ke Indonesia MenurutPintu Masuk (Januari-November)
Soekarno-Hatta Ngurah Rai Batam
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 4
9
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2010
Peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia
pada tahun 2010 meningkat dibandingkan 2009,
berdasarkan penilaian The United Nations Development
Programme (UNDP). Indonesia menduduki peringkat 108
pada tahun 2010 dari sebelumnya peringkat 111 padatahun 2009. Bahkan Indonesia termasuk dalam 10 negara
yang selama 40 tahun terakhir (1970-2010) mengalami
peningkatan secara berkesinambungan baik dari sisi
pendapatan maupun indikator indeks pembangunan
manusia seperti kesehatan dan pendidikan. Meskipun
demikian, Indonesia masih berada dibawah peringkat
Malaysia, Thailand dan Filipina masing-masing
berperingkat 57, 92 dan 97. Metode perhitungan IPM
tahun 2010 menggunakan metode perhitungan baru yakni
melihat baik dari aspek kuantitas maupun kualitas. Adatiga dimensi yang dilihat dalam laporan IndeksPembangunan Manusia UNDP antara lain indikator
kesehatan (ekspektasi tingkat hidup saat kelahiran),
indikator pendidikan (ekpektasi lamanya anak-anak
bersekolah dan rata-rata lamanya sekolah untuk dewasa)
dan GNP per kapita. Indikator kesehatan yang mendorong
perbaikan peringkat Indonesia.
Berdasarkan data BPS, pantauan atas 33 provinsi pada
tahun 2009 masih terdapat provinsi yang memiliki indeks
pembangunan manusia jauh dibawah rata-rata nasional
(71.6) antara lain NTB (64.7), NTT (66.6) dan Papua
(64.5). Sepuluh provinsi yang memiliki indeks
pembangunan manusia tertinggi diatas rata-rata nasional
(71.76) antara lain Sumatera Utara (73.8), Sumatera Barat
(73.4), Riau (75.6), Kepulauan Riau (74.5), DKI Jakarta
(77.4), Jawa Tengah (72.1), DI Yogyakarta (75.2),
Kalimantan Tengah (74.4), Kalimantan Timur (75.1) dan
Sulawesi Utara (75.7).
2737
57
9297
108
113122 124
132
Sumber: UNDP
Peringkat Indeks Pembangun an Manusia (IPM), 2010
10
8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011
7/20
Perkemban an Ekonomi Makro
Umumnya provinsi yang memiliki indeks pembangunan
manusia cukup tinggi berada pada bagian barat kawasan
Indonesia sementara bagian timur masih tertinggal. Padasalah satu indikator kesehatan antara lain ekspektasi
angka harapan hidup terlihat beberapa provinsi di wilayah
timur masih berada di bawah rata-rata nasional. Untuk itu,
pembangunan kesehatan dan pendidikan perlu upaya
serius di wilayah timur disamping pembangunan
infrastruktur sehingga antara satu pulau dengan pulau
lainnya terdapat konektivitas.
71,373,8
73,475,6
72,572,672,6
70,972,6
74,577,4
71,672,1
75,271,1
70,171,5
64,766,6
68,874,4
69,375,175,7
70,770,969,5
69,869,2
71,068,668,6
64,571,8
55,0 60,0 65,0 70,0 75,0 80,0
AcehSumut
SumbarRiau
JambiSumsel
BengkuluLampung
Bangka Belitung
Kep. RiauDKI Jakarta
JabarJateng
DI YogyakartaJatim
BantenBali
NTBNTT
KalbarKaltengKalselKaltimSulut
SultengSulselSultra
GorontaloSulbar
MalukuMalut
Papua BaratPapua
Indonesia
Sumber: BPS
Indeks Pembangunan Manusia Provinsi, 2009
11
62
64
66
68
70
72
74
76
78
Ace
h
Sumu
t
Sum
bar
Riau
Kep.
Riau
Jam
bi
Sumse
l
Bang
ka
Be
litung
Beng
ku
lu
Lampung
D
KIJa
karta
Ja
bar
Ban
ten
Ja
teng
DIY
ogya
karta
Ja
tim
Ba
li
NTB
NTT
Ka
lbar
Ka
lteng
Ka
lse
l
Ka
ltim
Su
lut
Goron
talo
Su
lteng
Su
lse
l
Su
lbar
Su
ltra
Ma
luku
Ma
lut
Papua
Papua
Bara
t
Sumber: BPS
Ekspektasi Angka Harapan Hidup(live expectancy at birth), 2010
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 5
ANALISA NILAI TUKAR PETANI
Nilai Tukar Petani (NTP) pada Desember 2010 mencapai
102.75 atau turun 0,13% dibanding bulan sebelumnya.
Penurunan NTP terjadi pada subsektor tanaman
perkebunan rakyat, subsektor peternakan, dan subsektor
perikanan masing-masing sebesar 0.08%, 1.40% dan
0.24%. Pada Desember 2010, terjadi inflasi di daerah
pedesaan sebesar 1.17% terutama dipicu oleh naiknya
indeks subkelompok bahan makanan.
Tabel 1.Nilai Tukar Petani Per Sub Sektor (2007=100)
Nov10 Des10 %
Tanaman Pangan 99.51 99.63 0.12
Hortikultura 108.83 108.98 0.14
Tanaman 104.33 104.25 -0.08
Peternakan 104.26 102.80 -1.40
Perikanan 105.95 105.69 -0.24
NTP Nasional 102.89 102.75 -0.13
Sumber: BPS
Dari tinjauan perkembangan NTP di 32 provinsi, terdapat
12 provinsi mengalami kenaikan, 19 provinsi mengalami
penurunan dan satu provinsi relatif stabil pada Desember
2010. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di provinsi Maluku
Utara yaitu sebesar 0.67% yang didorong oleh kenaikanpada subsektor tanaman perkebunan rakyat khususnya
harga komoditi kelapa yang naik 2.66%. Sebaliknya
penurunan NTP terbesar terjadi di provinsi Maluku sebesar
1.01% yang didorong oleh penurunan pada subsektor
tanaman pangan khususnya harga komoditi jagung pipilan
yang turun sebesar 7.30%. Sementara provinsi Sumatera
Selatan relatif stabil. Pemerintah Propinsi yang mengalami
penurunan NTP, perlu mengidentifikasi faktor
penyebabnya. Curah hujan yang tinggi selama beberapa
bulan terakhir diperkirakan berdampak pada kegagalan
panen, yang berarti penurunan pendapatan petani.
70.9
12
8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011
8/20
PERKEMBANGAN INFLASI
Inflasi pada bulan Desember 2010 mencapai sebesar
0.92%. Jauh lebih tinggi daripada ekspektasi pasar
sebesar 0.71%. Selama tahun 2010 terjadi inflasi sebesar
6.96%, yang melebihi target inflasi Pemerintah dan Bank
Indonesia yaitu sebesar 51%.
Inflasi selama bulan Desember didorong oleh tekanan
dari komponen barang bergejolak (volatile food) dengan
sumbangan sebesar 0.65%. Selama tahun 2010,
komponen barang bergejolak merupakan komponen
utama pendorong inflasi, yang tercermin dari tingkat
kenaikan harganya mencapai 17,74%. Hal ini
menunjukkan inflasi di Indonesia mayoritas dipengaruhi
dari sisi penawaran. Tingginya tekanan inflasi komponen
volatile fooddisebabkan curah hujan yang tinggi sehingga
mengganggu distribusi dan produksi.Sementara itu inflasi komponen inti (core inflation) dan
komponen yang harganya diatur pemerintah
(administered prices) masing-masing tercatat sebesar
4.28% dan 5.40% selama tahun 2010. Pada tahun 2010
core inflation terkendali meski telah berada dalam tren
yang meningkat ditopang terutama oleh nilai tukar yang
menguat dan ekspektasi inflasi yang terjaga. Sedangkan
inflasi komponen administered prices relatif moderat
diakibatkan oleh kenaikan tarif dasar listrik dan biaya
penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).
-10,00%
-5,00%
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00
A
ug
S
ep
Okt
N
ov
D
es
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
A
ug
S
ept
Okt
N
ov
D
es
2009 2010
Sumber : BPS
Perkembangan InflasiUmum (% yoy)
Inti (% yoy)
Harga Diatur Pemerintah (% yoy)
Barang Bergejolak (% yoy)
15
Selama tahun 2010, kelompok bahan makanan
merupakan penyumbang inflasi terbesar yaitu 15.64%.
Beberapa komoditas yang dominan menyumbang inflasi
selama tahun 2010 adalah beras, tarif listrik, cabai merah,
emas perhiasan dan bawang merah. Kenaikan harga
emas perhiasan dipengaruhi oleh perkembangan harga
emas di pasaran dunia.
Perkembangan Ekonomi Makro
Sejak awal tahun 2009, nilai tukar petani mengalamipeningkatan dan relatif stabil sejak awal tahun 2010. Hal
tersebut disebabkan oleh kenaikan indeks harga hasil
produksi pertanian dan di lain pihak indeks harga barang
dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun
untuk keperluan produksi pertanian mengalami penurunan.
Marjin antara indeks harga yang diterima petani dan
indeks harga yang dibayar petani semakin melebar sejak
pertengahan 2010. Hal tersebut menunjukkan terdapat
perbaikan kesejahteraan petani yang juga dapat
ditunjukkan dengan meningkatnya nilai tukar petani.
Untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan kinerja
sektor pertanian, pemerintah telah melaksanakan program
Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) dan Kredit
Usaha Rakyat (KUR) yang membantu petani dalam
pembiayaan. Selain itu juga telah disiapkan
institusi/kelembagaan pendukung akses pembiayaan
seperti KKMB (Konsultan Keuangan Mitra Bank), BDS
(Business Development Service) dan Resi Gudang.
-1,01
-0,67
-0,61
-0,60
-0,58
-0,44
-0,43
-0,30
-0,30
-0,25
-0,13
-1,20 -1,00 -0,80 -0,60 -0,40 -0,20 0,00
Maluku
Sultra
Sulut
Aceh
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Sulbar
NTT
Papua
Sulteng
Nasional
10 Provinsi % Penurunan NTP Terendah,Desember 2010
96,00
97,00
98,00
99,00
100,00
101,00
102,00
103,00
104,00
110,00
115,00
120,00
125,00
130,00
135,00
140,00
Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov
2009 2010
Sumber : BPS
Perkembangan Nilai Tukar Petani
Indeks harga yang diterimapetani (LHS)
Indeks harga yang dibayarpetani (LHS)
Nilai tukar petani (RHS)
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 6
13
14
8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011
9/20
Perkembangan Ekonomi Makro
Pada awal Januari 2011, pemerintah telah memberi
perhatian khusus untuk mengatasi masalah harga cabai
antara lain metode penaman cabai dengan bibit unggul,
pemberian benih gratis untuk mendorong masyarakat
menanam cabai, imbauan kepada masyarakat untuk
menggunakan sambal botol dan bubuk untuk sementara
dan sistem distribusi yang efektif untuk melancarkanpasokan cabai ke pasar.
0 5 10 15 20
U m u m
Bahan Makanan
Makanan Jadi,
Perumahan, Air,
Sandang
Kesehatan
Pendidikan, Rekreasi
Transpor dan
6,96
15,64
6,96
4,08
6,51
2,19
3,29
2,69
6,96
3,5
1,23
1,01
0,45
0,09
0,23
0,45
Sumber: BPS
Inflasi Menurut Kelompok Barang & JasaJanuari - Desember 2010
SumbanganInflasiInflasi
16
Pantauan atas 66 kota, hanya kota Sorong yang mengalami
penurunan harga atau deflasi pada Desember 2010. Inflasi
terjadi di kota-kota Pulau Sumatera dikarenakan adanya
gangguan jalur distribusi dan pasokan beberapa komoditas.
Inflasi tertinggi terjadi di Lhokseumawe 2.97% dan terendah
terjadi di Singkawang 0,11%. Selama tahun 2010, kota
Sibolga mengalami inflasi tertinggi tercatat sebesar 11.83%
kemudian kota Mataram yang tercatat sebesar 11.07%.Kota - kota di pulau Sumatera banyak mengalami inflasi
tinggi antara lain Sibolga, Pematang Siantar, Jambi,
Bengkulu, Bandar Lampung dan Pangkal Pinang yang
masuk dalam 10 kota inflasi tertinggi pada tahun 2010.
Jika dilihat berdasarkan ibukota propinsi, selama tahun
2010 tingkat inflasi beberapa daerah jauh diatas inflasi
nasional (6.96%) antara lain Jambi, Mataram, Bandar
Lampung, Kupang, Palangkaraya, Bengkulu, Ambon dan
Banjarmasin (ditunjukkan dengan balok warna merah pada
grafik berikut).
Tingkat Inflasi 2010 Pada Ibukota Provinsi
Sumber: BPS
17
Dalam asumsi APBN 2011 besarnya inflasi ditetapkan
sebesar 5.3% dan sasaran inflasi 2011 yang telah
ditetapkan dalam PMK No. 143 tahun 2010 sebesar 51%.
Pencapaian sasaran inflasi ke depan menghadapi
berbagai resiko terutama pada komponen volatile food
maupun komponen administered prices. Resiko pada
volatile food terkait gangguan pasokan/distribusi yangdipicu oleh anomali iklim yang berkelanjutan dan resiko
eksternal terkait kenaikan harga global ditengah
ketergantungan impor beberapa komoditas. Ancaman
anomali cuaca ekstrim di luar dan dalam negeri patut
dicermati secara hati-hati pada tahun 2011. Dampak
kenaikan harga bahan makanan saat ini, yang umumnya
karena faktor musiman nampaknya bisa berkepanjangan.
Sedangkan untuk administered prices terkait resiko
penyesuaian harga akibat masih besarnya kesenjangan
antara harga jual dan harga keekonomian.
Untuk menekan harga pangan dan menjaga ketersediaanstok, pemerintah akan menghapuskan tarif bea masuk
untuk empat produk pangan yaitu beras, terigu, kedelai,
dan pakan ternak. Selain itu, beberapa tindakan lain akan
dilakukan pula diantaranya:
1. Mencukupi stok beras (stok beras Bulog setiap saat
harus 1,5 juta ton)
2. Melakukan OP beras (Operasi pasar) secara intensif
dengan volume besar. Saat ini masih 2.000 ton/hari dan
akan dilipatgandakan menjadi 4.000 ribu ton/hari. OP
beras tersebut diikuti dengan kegiatan OP pada minyak
goreng dan komoditi yang harganya meningkat
3. Melakukan kebijakan fiskal untuk semua produk
makanan utama yang memberikan dampak kenaikan
harga tinggi
Sedangkan untuk produksi, ada beberapa kegiatan yang
akan dilaksanakan, diantaranya:
1. Mempersiapkan lahan baru seluas 2 juta Ha
(menggunakan lahan terlantar dan lahan yang bisa
dikonversi untuk dijadikan lahan pertanian) dengan
pembagian 500 ribu Ha untuk lahan tebu, 500 ribu Ha
untuk lahan kedelai, dan 1 juta Ha khususnya untuk
padi2. Melaksanakan program-program sosial (misal BOS,
raskin) secara tepat waktu
3. Memberikan bantuan 1000 alat pengering di sentra-
sentra produksi gabah agar pada musim hujan kualitas
gabah tetap bisa dipertahankan
4. Mengefektifkan dana cadangan sebesar Rp 3 triliun
(dengan kriteria-kriteria tertentu, yaitu yang terfokus
pada pangan)
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 7
8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011
10/20
Perkemban an Ekonomi Makro
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 8
Fluktuasi harga komoditas bahan pangan selama tahun
2010 tampaknya masih berlanjut di awal tahun 2011.
Hingga minggu kedua Januari 2011, harga komoditas
pokok domestik cenderung bergerak naik mengikuti tren
peningkatan harga di bulan Desember 2010. BPSmelaporkan rata-rata harga beras nasional bulan
Desember 2010 naik 30,9% dibandingkan Desember
2009. Hingga minggu kedua Januari 2011 harga rata-rata
beras umum mencapai Rp. 9.191 per Kg atau naik 1,31%
dibandingkan dengan periode yang sama bulan Desember
2010. Naiknya harga beras masih disebabkan oleh kondisi
cuaca ekstrim yang mengganggu kegiatan produksi
sehingga pasokan berkurang. Sejumlah langkah
dipersiapkan oleh pemerintah untuk menstabilkan harga
beras, diantaranya pemberian raskin kepada rumah
tangga sasaran dan operasi pasar di bulan Januari-Maret2011 sebelum musim panen .
Harga minyak goreng curah dan kemasan hingga minggu
kedua Januari 2011 terus naik didorong oleh harga CPO di
pasar internasional. Kondisi ini mendorong para produsen
lokal untuk mengekspor hasil CPO ke luar negeri daripada
memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sejumlah langkah
dipersiapkan oleh pemerintah diantaranya berkoordinasi
dengan dinas-dinas setempat untuk mengadakan pasar
murah. Selain itu, pemerintah juga sedang mempersiapkan
peraturan mengenai bea keluar CPO.
Sumber: BPS
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
9.000
10.000(Rp/Kg)
Perkembangan Harga Beras Hingga Minggu IIJanuari 2011
Beras (Kg) Umum Beras (Kg) TermurahBeras (Kg) Thai 5% Beras (Kg) Thai 15%
8.500
9.500
10.500
11.500
12.500
13.500
14.500
15.500
(Rp/Liter)Perkembangan Harga Minyak Goreng Hin gga Minggu II
Januari 2011
Minyak Goreng (Liter) Curah Minyak Goreng (Liter) Kemasan
Minyak Goreng (Liter) (CBOT,cnf,jkt)
PERKEMBANGAN HARGA KOMODITAS Harga gula pasir domestik di tingkat konsumen cenderungbergerak stabil hingga minggu kedua Januari 2010.
Sedangkan harga gula pasir di pasar internasional sempat
naik pada akhir Desember 2010 yang disebabkan oleh
buruknya cuaca di negara produsen terutama Australia
dan India yang mengganggu proses produksi. Sedangkan
harga cabai rawit dan cabai merah naik signifikan terutamadi akhir Desember 2010 hingga pertengahan Januari 2011.
Sepanjang tahun 2010 hujan terjadi hampir terus-menerus
sebagai akibat anomali iklim (cuaca ekstrim) sehingga luas
panen cabai menurun karena kerusakan tanaman oleh
hujan dan akibat erupsi Gunung Merapi dan Gunung
Bromo. Cuaca ekstrim juga membuat serangan organisme
pengganggu tanaman meningkat sehingga lokasi
produktivitas turun 30-44% selama dua bulan terakhir di
tahun 2010. Kerusakan cabai pada saat pascapanen yang
disebabkan kelembaban tinggi membuat cabai jadi mudah
rusak. Petani juga menghindari penanaman untukmenghindari risiko gagal yang cukup tinggi (biaya investasi
cabai Rp. 60 juta/Ha).
Sumber: Kemenko Perekonomian
9.5009.7009.900
10.10010.30010.50010.70010.90011.10011.300(Rp/Kg)
Perkembangan Harga Gula Pasir Hingga Minggu IIJanuari 2011
Gula Pasir (Kg) Konsumen Gula Pasir (Kg) Internasional
5.000
15.000
25.000
35.000
45.000
55.000
65.000
(Rp/Kg)
Perkembangan Harga Cabai Rawit, Cabai MerahHingga Minggu II Januari 2011
Cabai Rawit (Kg) Cabai Merah (Kg)
18
19
21
20
8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011
11/20
Perkembangan Ekonomi Internasional
Perkembangan Harga Komoditas Dunia
Naiknya harga sejumlah komoditas domestik selain
disebabkan oleh kondisi pasokan di dalam negeri, juga
dipengaruhi oleh naiknya sejumlah harga komoditas dunia.
Harga komoditas dunia menunjukkan kecenderungan
meningkat selama tahun 2010. Berdasarkan laporan Bank
Dunia, indeks harga rata-rata komoditas non energi
mengalami peningkatan hingga tahun 2010 jika
dibandingkan dengan indeks harga rata-rata komoditas non
energi tahun 2009. Indeks harga rata-rata semua
komoditas non energi sepanjang tahun 2010 mencapai
269,8. Pada Desember 2010, harga komoditas non energi
kembali mengalami peningkatan sebesar 4,6% setelah
pada bulan sebelumnya meningkat sebesar 3,4%. Harga
komoditas pertanian naik 5,4% dibandingkan dengan
bulan sebelumnya. Harga gandum meningkat 11,83%
dengan adanya kekhawatiran bahwa hujan lebat di
Australia akan mengurangi hasil produksi dan turunnyaekspor dari negara produsen. Harga sejumlah komoditas
lemak dan minyak hewan/nabati dan bahan baku (kapas
dan karet) juga meningkat. Minyak kelapa sawit
meningkat akibat kondisi cuaca yang mempengaruhi
kegiatan produksi di Indonesia. Kondisi yang sama juga
terjadi pada produksi minyak kedelai di Argentina. Harga
gula naik 6,2% karena buruknya cuaca di negara produsen
yaitu Australia dan Brasil. Harga beras juga naik 3,4%
karena tingginya permintaan impor dari Cina dan
persediaan yang lebih sedikit karena banjir di Thailand,
Vietnam, dan Pakistan. Harga karet naik 10,2% karenacuaca basah di Asia Tenggara yang mempengaruhi
produksi dan tingginya permintaan dari Cina.
Tabel 2. Perkembangan Harga Komoditas Dunia
Harga logam dasar juga meningkat 6,0% pada Desember
2010 dibandingkan bulan sebelumnya. Harga tembaga
meningkat 8% (meningkat diatas US$9.600/ton pada awal
Januari) disebabkan oleh kurangnya persediaan dan
lambatnya pasokan hasil tambang. Harga timah naik 2,5%
karena tingginya permintaan di Cina, sedangkan produksi
di Cina sendiri dan di Indonesia mengalami penurunan.Sama halnya dengan komoditas non energi, terjadi
peningkatan indeks harga rata-rata tahunan untuk
komoditas energi. Indeks harga rata-rata energi tahun 2010
mencapai 271,1 yang meningkat jika dibandingkan dengan
indeks harga rata-rata tahun 2009. Terjadi peningkatan
semua harga komoditas energi pada Desember 2010 jika
dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu batubara
11,9%; minyak mentah 6,5%; dan gas alam 13,7%.
Naiknya harga batubara disebabkan oleh permintaan yang
tinggi terutama dari Cina dan India sebagai derivasi dari
tingginya permintaan produksi di kedua negara tersebutdan sejumlah negara Asia lainnya. Sedangkan banjir di
Australia menghambat kegiatan tambang dan pengiriman.
Kondisi cuaca juga mengganggu produksi di Kolombia dan
Indonesia. Harga rata-rata minyak mentah pada
Desember 2010 mencapai US$90,01/barel dimana pada
bulan sebelumnya US$84,5/barel. Peningkatan ini didorong
oleh tingginya permintaan global akan bahan bakar
pemanas akibat musim dingin yang terjadi di Eropa dan
Amerika. Naiknya harga minyak terus berlanjut hingga
minggu kedua januari 2011 dimana harga minyak mentah
brent north sea sempat mencapai US$98,85/barel yang
dipicu oleh kebocoran jaringan pipa utama Alaska pada
akhir minggu pertama Januari 2011. Data dari Departemen
Energi Amerika menunjukkan turunnya cadangan minyak
mentah Amerika sebesar 2,2 juta barel pada minggu
pertama Januari 2011. Harga gas alam juga mengalami
peningkatan. Harga gas alam di Amerika dan Eropa juga
meningkat seiring tingginya permintaan pemanas akibat
musim dingin.
98,69 79,04
156,3
4,390
50
100
150
200
250
300
Coal, Australia ($/mt) Crude oil, avg, spot($/bbl)
Natural gas Index(2000=100)
Natural gas, US($/mmbtu)
Perkembangan Harga Komod itas Energi
2008 2009 Jan-Des 2010
0
200
400
600
Pertanian Bahan BakuBahan Baku Lainnya Pupuk Logam dan MineralLogam Dasar
Perkembangan Indeks Harga Komodi tas Non Energi Dunia
Q2-2009 Q3-2009 Q4-2009 Q1-2010 Q2-2010 Q3-2010 Q4-2010
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 9
22
23
24
8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011
12/20
Perkemban an APBN
Analisa Asumsi Ekonomi Makro2011
Pada setiap penyusunan ABPN selalu digunakan asumsi
Ekonomi yang sekaligus menjadi sasaran pencapaian.
Fungsi paling penting dari penetapan asumsi dasar
Ekonomi atau sering disebut dengan indikator Ekonomi
Makro ini adalah menjadi acuan perhitungan beberapakomponen belanja dan penerimaan pemerintah. Artinya,
bila ada perubahan nilai asumsi dasar akan merubah
pula perhitungan ABPN. Enam asumsi dasar utama
yang ditetapkan untuk penyusunan APBN meliputi: (1)
Pertumbuhan ekonomi, yaitu pertumbuhan produk
domestik bruto (PDB) yang menggambarkan besarnya
outcomeperekonomian Indonesia, (2) nilai tukar Rupiah
terhadap Dollar Amerika Serikat, (3) Suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), (4) Inflasi, (5) Harga
minyak dalam Dollar Amerika Serikat per barel dan (6)
produksi atau lifting minyak mentah Indonesia dalamsatuan juta barel per hari. Sebenarnya tidak hanya enam
asumsi tersebut yang digunakan untuk menggambarkan
perekonomian secara keseluruhan yang akan dirujuk
oleh APBN. BPK misalnya dalam hasil audit Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat memaparkan 21 indikator
ekonomi. Dapat dibayangkan betapa rumit penyusunanAPBN apabila sekian banyak indikator ekonomi dijadikan
asumsi dasar untuk penyusunan anggaran pemerintah.
Kita kupas satu per satu enam asumsi pokok Ekonomi
yang ditargetkan pada UU No. 10 tahun 2010 tentang
APBN 2011. Asumsi dasar pertama, pertumbuhan
ekonomi yang dihitung dari perkembangan PDB dalampersentase dibandingkan periode sebelumnya. Pada
APBN 2011, pertumbuhan ekonomi ditaksir sebesar
6,4%, artinya, outcome yang dihasilkan dari kegiatan
perekonomian Indonesia selama tahun 2011 ini akan
berkembang lebih besar 6,4% dibandingkan dengan
outcome tahun lalu. Pada Siaran Pers Kementerian
Keuangan tanggal 3 Januari 2011 PDB harga berlaku
2010 diproyeksi akan terealisasi sebesar Rp 6.351,9
trilyun, jadi dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 2011
akan sebesar 6,4% dan ditambah asumsi inflasi 5,3%,maka PDB harga berlaku 2011 kira-kira akan sebesar
Rp 7.095 trilyun. Asumsi inflasi ini ditambahkan dengan
pertumbuhan ekonomi (6,4% + 5,3% = 11,7%) untuk
menghitung nilai proyeksi PDB dalam harga berlaku
tahun 2011. Bila digunakan PDB harga konstan, asumsi
inflasi tidak lagi ditambahkan untuk menghitungperkiraan PDB tahun 2011.
Asumsi dasar kedua adalah nilai tukar Rupiah terhadap
Dollar Amerika Serikat penting digunakan untuk
mengkonversikan beberapa komponen APBN seperti
penerimaan hibah dan bea masuk, penerimaan pajakmigas, belanja dalam valuta asing dan pembiayaan
defisit negara. Pada tahun 2011, nilai tukar rata-rataditargetkan sebesar Rp 9.250 per Dollar AS. Kita
bayangkan jika nilai tukar Rupiah sangat berfluktuasisementara komponen APBN yang harus
dikonversikan dengan nilai tukar cukup banyak,
konsekuensinya APBN akan rentan pada perubahan-
perubahan. Untuk itu Bank Indonesia sebagai mitrapemerintah berupaya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah
khususnya terhadap Dollar AS agar tidak menyebabkankerentanan (vulnerability) APBN terhadap perubahan.
Seiring dengan begitu deras aliran modal asing masuk keIndonesia, Bank Indonesia melalui kebijakan dan instrumenmoneter menjaga likuiditas Rupiah dengan menggiring
Dollar AS di sistem perbankan masuk pada Cadangan
Devisa, sehingga Rupiah tetap stabil pada kisaran nilai
tukar yang ditargetkan. Derasnya aliran modal asing masukatau capital inflow ini dapat menyebabkan Rupiah
mengalami peningkatan nilai (apresiasi) yang berdampakpada harga barang ekspor Indonesia menjadi relatif lebih
mahal, sedangkan barang impor menjadi relatif lebih
murah. Tanpa stabilisasi, arus impor akan menjadi lebih
besar dari ekspor mengakibatkan perdagangan Indonesia
menjadi defisit (lebih besar impor daripada ekspor).
Asumsi dasar ketiga, suku bunga SBI yang umumnya
digunakan tenor 3 bulan. SBI sendiri merupakan instrumen
kebijakan moneter Bank Indonesia untuk menjaga likuiditas
Rupiah dan menjadi salah satu acuan tingkat suku bungakredit perbankan (lending rate) bersama dengan inflasi.
Suku bunga kredit berubah seiring dengan perubahan SBI
dan inflasi, artinya jika inflasi menurun dan SBI turun, besar
kemungkinan suku bunga kredit akan turun, demikian pula
sebaliknya. Perubahan asumsi ini salah satunya akan
mempengaruhi perhitungan kewajiban pemerintah pada
bank sentral dan sebaliknya. Beberapa pengeluaranpemerintah yang realisasinya melibatkan perhitungan
jangka waktu ditaksir dengan asumsi ini. APBN tahun 2011
mentarget-kan suku bunga SBI sebesar 6,5% atau sama
dengan tahun sebelumnya.
Hasil rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia awal tahun
2011 menyatakan bahwa suku bunga SBI belum akan
berubah dari tingkat 6,5% karena perkembangan kondisi
ekonomi yang masih stabil. Bayang-bayang kenaikan inflasi
mungkin saja mendorong kenaikan suku bunga tetapi
belum akan terjadi. Bilamana inflasi bergerak naik cukup
signifikan, bisa saja suku bunga SBI akan disesuaikan
sebagai upaya mengerem kenaikan inflasi tetapi hal ini jugaakan membawa dampak pada kenaikan biaya modal dan
pembiayaan kredit.
Asumsi dasar keempat adalah inflasi atau kecenderungan
kenaikan harga-harga komoditas tertentu. Inflasi atau price
index di Indonesia menggunakan indeks harga konsumen
(IHK) yang memperhitungkan perkembangan harga
barang-barang tertentu di tingkat konsumen dan
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Saat ini adatiga kelompok inflasi, yaitu kelompok inflasi makanan
bergejolak (volatile food inflation) seperti beras, gula dan
sebagainya, kelompok harga yang diatur penetapannya(administered price), misalnya bahan bakar minyak, tarif
dasar listrik, dan lain-lain, serta kelompok inflasi inti (core
inflation),
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 10
8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011
13/20
Perkembangan APBN
yaitu kelompok barang yang harganya tidak mempunyai
tren gejolak seperti kedua kelompok sebelumnya.
Pada tahun 2010 lalu, terjadi deviasi inflasi dari yang
ditargetkan karena adanya gejolak harga pangan.
Semestinya inflasi terkendali pada kisaran 5% 1% tetapi
sayangnya realisasi inflasi sebesar 6.96%. Inflasi untuk
APBN 2011 diharapkan dapat terealisasi pada kisaran
5,3%. Ini menjadi tantangan yang tidak mudah karena
gejolak beberapa komoditas yang mempengaruhi besaran
inflasi masih terjadi di awal tahun. Sedangkan beberapa
kebijakan yang akan dilaksanakan pada tahun 2011
berpotensi menyumbang inflasi seperti pengalihan
konsumsi premium ke BBM non subsidi untuk kendaraan
pribadi. Tren inflasi juga terlihat bergerak mengikuti
kenaikan harga minyak dunia yang saat ini masih berada
diatas US$ 90 per barel seperti gambar berikut.
Laporan dari FAO dan kajian dari Foreign Policy yang
sering menjadi rujukan analis ekonomi politik menyatakan
bahwa krisis pangan dunia membayangi tahun 2011
akibat cuaca yang tidak menentu dapat mengakibatkan
lonjakan harga pangan dan ini akan berpengaruh pada
inflasi. Perubahan inflasi akan berpengaruh pada realisasi
belanja barang pada APBN, dengan kata lain harga
barang yang dibeli tidak lagi mencukupi dengan anggaran
yang ada. Oleh karena itu sangat penting mengendalikan
inflasi agar harga barang secara riil tidak menjadi lebihmahal.
Harga minyak menjadi asumsi dasar kelima. Perlu
menjadi pemahaman bahwa APBN kita sangat
dipengaruhi oleh harga minyak karena dua komponen,
yaitu penerimaan migas yang ada dalam bagian
penerimaan perpajakan dari migas dan bagian
penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Sedangkan dari
sisi belanja, subsidi BBM dan PLN juga terpengaruh pada
harga BBM. Peningkatan harga minyak seperti saat ini
membawa berkah sekaligus beban. Realisasi penerimaan
negara tahun lalu memenuhi target karena sumbanganpenerimaan pajak migas yang jauh melampaui target.
Jadi, kenaikan harga minyak jelas akan mendorong
kenaikan penerimaan negara dari pajak dan PNBP.
020406080100120140160
0,00
2,004,00
6,008,00
10,0012,00
14,00
M1-2
007
M4-2
007
M7-2
007
M10-2
007
M1-2
008
M4-2
008
M7-2
008
M10-2
008
M1-2
009
M4-2
009
M7-2
009
M10-2
009
M1-2
010
M4-2
010
M7-2
010
M10-2
010
(US$/barel)(%)
Sumber: BPS & CEIC
Perkembangan Inflasi Nasional dan Harga MinyakMentah Dunia
Inflasi Harga Minyak (RHS)
Tetapi di lain sisi juga menambah beban pada pengeluaran
subsidi apalagi konsumsi BBM yang terus lebih tinggi dari
pada produksi minyak domestik.
Potensi pembiayaan APBN untuk sektor produktif dapat
menyusut jika beban subsidi BBM terus bertambah karena
impor BBM yang harus dilakukan dengan harga yangmelonjak. APBN tahun 2011 sudah mempertimbangkan
resiko kenaikan harga minyak pada tingkat yang
ditoleransi. Dikaitkan dengan produksi minyak domestik
yang dapat didorong naik serta alih konsumsi pada sumber
energi lain dapat mengurangi beban subsidi BBM,
sehingga APBN kita menjadi lebih sehat. Pada APBN
tahun 2011, pemerintah menetapkan target harga minyak
sebesar US$ 80 per barel. Kenaikan harga minyak dunia
yang sudah mencapai lebih dari US$ 90 per barel saat ini
diharapkan segera turun begitu musim dingin berakhir
karena kebutuhan untuk mesin pemanas sudah mulai
berkurang. Asumsi harga minyak tidak bisa dikendalikan
sehingga termasuk sebagai gejolak eksternal (external
shock) yang perlu diwaspadai. Harga minyak sepenuhnya
terbentuk karena mekanisme pasar minyak dunia. Dengan
semakin pulih perekonomian dunia yang ditandai dengan
berkembangnya industri di setiap negara akan menaikkan
permintaan energi khususnya dari minyak, sementara jika
produksi minyak tersendat, harga minyak akan
melambung.
Produksi minyak mentah adalah asumsi dasar keenam
dalam APBN. Kontribusi migas masih cukup berarti bagipenerimaan negara sekalipun sudah tergantikan dengan
penerimaan perpajakan sejak 10-15 tahun terakhir. Pada
era 1970-1980, Indonesia masih berlimpah minyak bumi
yang produksinya mencapai lebih dari 1,5 juta barel per
hari. Sayangnya, produksi minyak bumi kita terus menurun
yang menurut para ahli ekonomi energi akibat kegiatan
eksplorasi yang menurun. Cadangan minyak Indonesia
diyakini masih 80 milyar barel dan butuh eksplorasi yang
lebih intensif untuk memompa minyak dari perut bumi. Di
samping itu, letak Indonesia yang berada di sabuk api
menyimpan gas alam luar biasa dapat menjadi energi
alternatif.
Produksi minyak mentah tahun 2011 ditargetkan sebesar
970.000 barel per hari. Tahun lalu target produksi minyak
mentah belum dapat dicapai. Asumsi ini akan berpengaruh
untuk menambahkan potensi penerimaan negara dari
pajak migas dan PNBP, sehingga defisit anggaran dapat
ditekan dan ketergantungan pada pinjaman luar negeri
dapat dikurangi. Produksi minyak mentah masih menjadi
andalan untuk menyediakan sumber pembiayaan bagi
APBN termasuk transfer ke daerah. Hasil penerimaan
minyak mentah ini harus digunakan untuk pembiayaan
produktif agar selaras dengan semakin berkurangnya
potensi sumber daya alam yang kelak beralih ke
infrastruktur yang memberikan sumber penerimaan baru
lebih besar.
25
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 11
8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011
14/20
Perkembangan Kebijakan & Regulasi Ekonomi
Membuat Perda yang Berkualitas
dan Mensejahterakan
Perda pada hakekatnya diterbitkan untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Namun pada kenyataan banyak
Perda yang tidak memiliki dasar atau tidak diperlukan,
sehingga menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan
mengurangi daya saing. Perda yang diterbitkan juga
banyak yang tidak mempertimbangkan beban yang
ditanggung masyarakat/pengusaha. Selain itu, Perda yang
dibuat dominan tidak secara partisipatif melibatkan
stakeholders yang terkait regulasi tersebut. Hal ini tercermin
dari hasil evaluasi perda yang dilakukan oleh Kemenkeu
seperti tercantum pada tabel berikut
No Provins i Proses Setuju Batal Total
1 Nanggroe Aceh Darussalam 98 132 33 263
2 Sumatera Utara 142 304 208 6543 Sumatera Barat 176 265 108 549
4 Riau 71 124 66 261
5 Riau Kepulauan 21 20 17 58
6 Jambi 146 163 55 364
7 Sumatera Selatan 228 141 41 410
8 Bangka Belitung 57 64 39 160
9 Bengkulu 94 48 28 170
10 Lampung 84 152 35 271
11 DKI Jakarta 0 11 1 12
12 Jawa Barat 155 428 158 74113 Banten 67 80 49 196
14 Jawa Tengah 211 881 148 1240
15 D.I. Yogyakarta 41 90 51 182
16 Jawa Timur 146 680 233 1059
17 Kalimantan Barat 42 142 77 261
18 Kalimantan Tengah 158 246 112 516
19 Kalimantan Selatan 113 176 74 363
20 Kalimantan Timur 204 198 65 467
21 Sulawesi Utara 136 64 35 235
22 Gorontalo 114 40 35 18923 Sulawesi Tengah 151 62 52 265
24 Sulawesi Selatan 416 212 112 740
25 Sulawesi Barat 39 24 17 80
26 Sulawe i Tenggara 141 63 51 255
27 Bali 71 145 53 269
28 Nusa Tenggara Barat 122 157 104 383
29 Nusa Tenggara Timur 102 241 49 392
30 Maluku 11 41 28 80
31 Maluku Utara 80 24 12 116
32 Papua 32 120 83 235
33 Irian Jaya Barat 25 53 56 134
Total 3694 5591 2285 11570
Tabel 3. Reka itulasi Perda Per Provinsi. Sumber: DJPK, Kemenkeu
Dari tabel diatas, menunjukkan masih banyaknya perda
yang dibatalkan karena bertentangan dengan peraturan
lain dan menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Beberapa
provinsi seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa
Timur menunjukkan persentase perda yang disetujui
cukup tinggi. Sementara provinsi lain seperti Gorontalo,Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat cukup banyak
perda yang dibatalkan.
Untuk menghasilkan regulasi yang lebih baik, pemerintah
daerah dapat menggunakan metode Regulatory Impact
Assessment (RIA). Prinsip-prinsip dasar RIA untuk
membuat Perda yang baik (good regulation), yaitu :
Minimum effective regulation. Prinsip ini menekankan
bahwa pemerintah sebaiknya hanya mengeluarkan
regulasi untuk hal-hal yang memang tidak dapat
dicapai dengan cara lain (selain malalui penerbitan
regulasi). Competitive neutrality. Prinsip ini mencerminkan
pandangan umum bahwa mekanisme pasar kompetitif
telah terbukti dapat menjadi sarana terbaik dalam
menyediakan barang dan jasa kepada publik dengan
harga yang paling rendah.
Transparency(participation). Prinsip ini mencerminkan
budaya demokratis yang menekankan bahwa setiap
proses perumusan hukum dan kebijakan publik harus
secara penuh memperhatikan aspirasi masyarakat.
Regulasi yang dirumuskan melalui proses yang
transparan, dan melibatkan partisipasi masyarakat,akan efektif dan memperoleh dukungan dari
masyarakat dan para stakeholders.
Sumber: Berbagai sumber (diolah)
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
Akses pada Informasi, PenyelasianMasalah Jaringan
Prasarana (Daya Listrik, Komunikasi)
Akses pada Pendanaan
Transportasi
Akses pada Bahan Baku dan
Pemasaran
Kebijakan dan Aspek Huku
Masalah yang dihadapi dunia Usaha
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 12
26
8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011
15/20
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 13
Perkembangan Kebijakan & Regulasi Ekonomi
Perda yang tidak efesien menyebabkan kinerja ekonomi
yang buruk. Hal ini terkait dengan adanya biaya untuk
mematuhi regulasi (compliance costs), kompetisi, dan
daya saing. Terjadi kegagalan pasar versus kegagalan
pemerintah. Alasan utama pemerintah Daerah
mengeluarkan Perda pada umumnya adalah karena terjadi
kegagalan pasar, antara lain terkait dengan ekternalitasdan produksi public good. Namun demikian, pengaturan
oleh Pemerintah Daerah juga tidak selamanya baik,
mengingat adanya kemungkinan kegagalan pemerintah,
terutama terkait dengan informasi yang asimetris. Jika
pemerintah tidak memiliki informasi yang cukup
dibandingkan para pelaku usaha di lapangan, maka
pengaturan oleh pemerintah dapat menjadi lebih jelek
(inferior) dibandingkan keputusan oleh ribuan pelaku
usaha di lapangan.
Desentralisasi telah menumbuhkan optimisme bagi
perbaikan demokratisasi di Indonesia, sekaligus
memberikan peluang besar kepada daerah
mengembangkan perekonomian . Namun demikian, dalam
menentukan regulasi bagi daerahnya, banyak daerah yang
menetapkan regulasi (Perda )tanpa memperhatikan
dampaknya terhadap kehidupan masyarakat dan iklim
investasi.
Setiap tahapan dalam RIA juga menuntut transparasi,
partisipasi stakeholders yang terkait regulasi tersebut, dan
akuntabilitas dari pihak pembuat regulasi . Metode RIA
telah banyak dilaksanakan terutama diberbagai negara
maju, dan telah dianggap efektif sebagai salah satu
metode untuk mengurangi hambatan-hambatan regulasi
dan mendorong terciptanya iklim usaha kondusif.
RIA adalah metode untuk menganalisis dampak dari suatu
regulasi RIA membantu pembuat kebijakan untuk
menentukan alternatif mana yang paling baik dengan
memperkirakan biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat
yang akan diperoleh bila suatu regulasi dilaksanakan.
Analisis RIA melibatkan konsultasi dengan para pemangku
kepentingan (stakeholders) yang mendapat pengaruh dari
regulasi yang sedang dibahas. Hasil analisis RIA ditulis
dalam sebuah laporan yang disebut RIA Statement (RIAS)
yang dilampirkan pada rancangan regulasi yang diajukan.
RIA adalah alat evaluasi kebijakan, sebuah metode yang
bertujuan menilai secara sistematis pengaruh negatif dan
positif regulasi yang sedang diusulkan ataupun yang
sedang berjalan. RIA juga berfungsi sebagai alat
pengambilan keputusan, suatu metode yang secara
sistematis dan konsisten mengkaji pengaruh yang
ditimbulkan oleh tindakan pemerintah, dan
mengkomunikasikan informasi kepada para pengambil
keputusan.
PERDA DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Penyelenggaraan pemerintahan diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan
partisipasi masyarakat, serta peningkatan daya saing.
Pemerintah dituntut untuk berperan terutama dalam
menyediakan kerangka bagaimana mengatur masyarakatterkait dengan :
Pengorganisasian masyarakat, siapa melakukan apa :
sektor swasta-sektor publik masyarakat sipil, dan
bagaimana pihak-pihak tersebut bekerjasama.
Peran untuk pembangunan ekonomi; regulasi untuk
bisnis swasta; regulasi untuk pasar; dan sebagainya.
Peran untuk pembangunan sosial dan budaya;
pendidikan, agama, keamanan sosial, dan sebagainya.
Semua tindakan pemerintah, baik berupa pengumpulan
PAD, pelayanan masyarakat, maupun pembuatan Perda,
hendaknya tidak bertentangan dengan tujuan akhir
pemerintah untuk menciptakan kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat. Pembuatan Perda oleh
pemerintah tidak boleh hanya dilihat sebagai pelaksanaan
wewenang pemerintah. Melainkan, fungsi pembuatan
Perda hendaknya menjadi penting yang mendukung
terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
Dalam penerbitan Perda, pemerintah harus
menyeimbangkan antara perlindungan terhadap
kepentingan masyarakat dan beban yang harus ditanggung
oleh mereka yang terkena regulasi. Pada satu sisi, regulasi
harus melindungi kepentingan masyarakat, sepertikelestarian lingkungan, kesehatan masyarakat, keamanan
dan ketertiban, serta kecukupan dana (PAD) untuk
melakukan pelayanan publik. Pada sisi lain, Perda tidak
boleh membebani masyarakat terlalu berlebihan sehingga
menghalangi masyarakat dan dunia usaha dalam
membantu pemerintah meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran. Tantangan dalam perumusan regulasi adalah
bagaimana agar regulasi yang dibuat membuat daerah
tetap mempunyai daya saing yang tinggi dibanding daerah
lain. Dalam konteks nasional, bagaimana regulasi tetap
membuat Indonesia mempunyai daya saing di tingkat
internasional. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
pemerintah dapat menerapkan prakarsa RIA.
Regulasi merupakan instrument penting yang digunakan
oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan publik pada
berbagai bidang. Namun demikan, regulasi dapat
menyebabkan timbulnya resiko, yakni dapat menghambat
inovasi dan menimbulkan hambatan yang tidak perlu bagi
dunia usaha- terutama UMKM-, Perdagangan, investasi
dan peluang pasar global. Regulasi yang tidak efesien dan
tidak diimplementasikan dengan baik, akan mengurangi
kinerja dunia usaha. Studi yang dilakukan Bank Dunia di 69
Negara tahun 2000, misalnya, menyimpulkan bahwaregulasi merupakan kendala terbesar dalam menjalankan
usaha di Negara-negara anggota (OECD).
8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011
16/20
Perkembangan Penyaluran KUR
REALISASI PENYALURAN
KREDIT USAHA RAKYAT 2010
Perkembangan penyaluran KUR pada Januari - Desember
2010, menunjukkan BPD yang telah menyalurkan KUR
bertambah menjadi 13 bank seperti BPD Jatim, BPD
Jabar-Banten, BPD Jateng, BPD Nagari, BPD DKI, BPDDIY, BPD NTB, BPD Kalbar, BPD Kalteng, BPD Kalsel,
BPD Maluku, BPD Papua serta BPD Sulut. KUR yang telah
disalurkan oleh 6 bank pelaksana yaitu BRI, BNI, BTN,
Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, Bank Bukopin dan 13
BPD pada tahun 2010 mencapai Rp 17.23 triliun kepada
1.437.650 debitur yang tersebar di 33 provinsi di seluruh
Indonesia dengan rata-rata kredit sebesar Rp 11.98 juta
per debitur dengan Non Performing Loan (NPL) untuk 6
bank pelaksana rata-rata 2.52%.
Sektor ekonomi yang paling banyak dibiayai denganpenyaluran KUR selama tahun 2010 yaitu perdagangan,
restoran dan hotel sebesar Rp 9.82 trilliun (57%) dengan
1,057,525 debitur. Kemudian diikuti oleh pertanian
sebesar Rp. 3.25 triliun (18,8%) dengan 246.407 debitur.
Perkembangan penyaluran KUR kepada sektor lain dapat
dilihat pada grafik 26 berikut.
Penyaluran KUR selama tahun 2010 terbesar pada
propinsi-propinsi di Pulau Jawa. Sedangkan terendah pada
pulau Irian Jaya seperti terlihat pada grafik 27. Tercatat
lima propinsi yang berhasil menyalurkan kur terbanyakselama tahun 2010 yaitu Jawa Tengah (14.8%), Jawa
Timur (14.2%), Jawa Barat (14.4%), Sulawesi Selatan
(5.2%) dan Sumatera Utara (4.4%). Peningkatan
penyaluran KUR pada propinsi-propinsi lain diharapkan
dapat tercapai melalui kontribusi bank pembangunan
daerah yang semakin besar. Untuk itu diperlukan
dorongan dari pemerintah propinsi di luar Jawa.
KUR juga diperluas untuk Tenaga Kerja Indonesia. Pada
tanggal 15 Desember 2010, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono telah meluncurkan program Kredit Usaha
Rakyat Bagi Tenaga Kerja Indonesia (KUR TKI) di
Surabaya. Arahan penyusunan program KUR TKI
tercantum didalam Instruksi Presiden No.1 Tahun 2010
tentang Percepatan Pembangunan Tahun 2010.
Penyusunan skema kredit tersebut dikoordinir oleh
Kementerian Koordinator Perekonomian dengan instansi
terkait Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI
(BNP2TKI) dan bank pelaksana KUR. Tujuan penyaluran
KUR TKI adalah membantu TKI dalam pembiayaan proses
penempatan bekerja di luar negeri. Dengan memanfaatkan
kredit ini TKI akan terhindar dari jerat utang rentenir. Selainitu fasilitas kredit ini diharapkan mengurangi permasalahan
sosial yang timbul akibat potongan gaji yang sangat besar
ada tahun ertama TKI beker a.
Sumber: Kemenko Perekonomian
Jika kondisi kondusif tersebut tercipta maka akan
meningkatkan motivasi TKI bekerja produktif dan
mematuhi ikatan kontrak yang selanjutnya akan semakinbanyak TKI mengirimkan remitansi melalui lembaga
keuangan.
Pada akhir tahun 2010, ada tiga bank yang siap
menyalurkan KUR TKI yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI),
Bank Mandiri dan Bank Negara Indonesia (BNI). Tiga bank
tersebut pada acara peluncuran KUR TKI telah melakukan
akad kredit yang disaksikan oleh Presiden. Jumlah kredit
yang disalurkan berkisar antara Rp. 5 juta Rp. 10 juta
untuk TKI yang bekerja di sektor konstruksi di Malaysia.
Sebagai pilot projectakan disalurkan KUR TKI oleh ketiga
bank tersebut kepada 200 orang.
Sumber: Kemenko Perekonomian
Penyaluran KUR Januari-Desember 2010 Menurut Pulau
Pertanian18,8%
Pertambangan0,1%
IndustriPengolahan
2,4%
Listrik,Gas & Air
0,0%
Konstruksi2,5%
Perdagangan,Restoran &
Hotel57,0%
Pengangkutan,Pergudangan &
Komunikasi1,1%Jasa-jasa
Dunia Usaha6,6%
Jasa-jasaSosial/
Masyarakat3,2%
Lain-lain8,2%
Penyaluran KUR Menurut Sektor EkonomiJanuari - Desember 2010
27
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 14
28
8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011
17/20
Perkembangan Ekonomi & Keuangan Daerah
TINGKAT KEMISKINAN DAERAH
49,5 48,0
38,7 37,9 38,4 37,3 36,1 35,139,3
37,235,0
32,5 31,0
24,223,4
19,118,4 18,2
17,416,7 16,0
17,816,6
15,4 14,213,3
10
12
14
16
18
20
22
24
26
10
1520
25
30
35
40
45
50
55
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
PersentasePenduduk Miskin
(%)
Jumlah PendudukMiskin (juta orang)
Sumber: BPS Jumlah penduduk miskin Persentase Penduduk Miskin
Penurunan jumlah penduduk miskin merupakan prioritas
nasional yang penting. Jumlah penduduk miskin
diupayakan menurun dari 13,3% tahun 2010 menjadi 8-
10% pada tahun 2014. Penurunan jumlah penduduk
miskin diupayakan diikuti dengan perbaikan pemerataanpendapatan sebagaimana terjadi pada periode 2007-2010.
Ukuran kemerataan pendapatan suatu daerah atau negara
dapat ditunjukkan dengan koefisien gini. Angka koefisien
gini terletak antara 0 dan 1 dengan 0 mencerminkan
kemerataan sempurna sedangkan 1 mencerminkan
ketidakmerataan sempurna. Sesuai dengan data Susenas
BPS, nilai koefisien gini Indonesia tahun 2010 menurun
menjadi 0.33 (sebelumnya 0.36 pada tahun 2009). Nilai
koefisien gini Indonesia semakin menurun sejak tahun
2008. Hal tersebut menunjukkan sejak tahun 2008, tingkat
kemerataan pendapatan Indonesia semakin merata. Pada
tahun 2010, tingkat kemerataan pendapatan di perkotaan
semakin merata sedangkan tingkat kemerataan
pendapatan di pedesaan semakin tidak merata. Padahal
persentase penduduk miskin paling banyak di daerah
pedesaan.
0,340,36
0,38 0,370,36
0,33
0,22
0,27
0,32
0,37
2005 2006 2007 2008 2009 2010Sumber: BPS
Koefisien Gini
Kota Desa Kota+Desa
Persentase penduduk miskin di pedesaan pada 2010
tercatat sebesar 16.56% (19, 9 juta orang) sedangkan di
perkotaan sebesar 9.87% (1,1 juta orang). Secara total,
tingkat kemiskinan Indonesia pada Maret 2010 sebesar
13.33% (31 juta orang). Sejak tahun 2006, tingkat
kemiskinan Indonesia menurun. Namun persoalan
kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan
persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu
diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari
kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah
penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus
harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan
dari kemiskinan. Pada periode Maret 2009Maret 2010,
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) menurun. Indeks Kedalaman
Kemiskinan turun dari 2,50 pada 2009 menjadi 2,21 pada
2010. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turundari 0,68 menjadi 0,58 pada periode yang sama. Penurunan
nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata
pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin
mendekati garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran
penduduk miskin juga semakin menyempit.
Pantauan atas 33 provinsi, pada tahun 2010 masih banyak
provinsi yang memiliki tingkat kemiskinan jauh diatas tingkat
kemiskinan nasional antara lain provinsi Papua, Papua
Barat, Maluku, Sulawesi Tenggara dan NTT. Provinsi yang
memiliki tingkat kemiskinan terbesar pada provinsi Papua
(36.8%), Papua Barat (34.88%) dan Maluku (27.74%).Sedangkan tingkat kemiskinan terendah pada provinsi DKI
Jakarta (3.48%), Bali (4.88%) dan Kalimantan Selatan
(4.21%). Untuk itu, kedepannya upaya-upaya untuk
mengurangi tingkat kemiskinan harus secara lebih merata.
29
30
Untuk mengatasi kemiskinan khususnya daerah tertinggal,
pemerintah telah meluncurkan program bedah desa
melalui pola kemitraan sebagai instrumen untukpembangunan kawasan pedesaaan terpadu didaerah
tertinggal. Strategi dasar program Bedah Desa mencakup
upaya meningkatkan keterpaduan dan sinergi
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan
pengendalian pembangunan daerah tertinggal yang
dilakukan oleh lintas pelaku pada berbagai tataran
pemerintahan; menerapkan keterpaduan dan sinergi
pendekatan pembangunan sektoral, pembangunan
kewilayahan, dan pembangunan partisipatif. Disamping itu,
penanggulangan kemiskinan juga dilakukan melalui
penajaman program bantuan dan perlindungan sosial
terpadu; peningkatan efektifitas dan keberlanjutan PNPM
Mandiri; peningkatan akses ke usaha mikro dan kecil; dan
peningkatan koordinasi pusat dan daerah.
31
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 15
8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011
18/20
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 16
Perkembangan Ekonomi & Keuangan Daerah
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN
PENGANGGURAN DAERAH
Kondisi perekonomian semakin baik. Pertumbuhan
ekonomi terus mengalami perbaikan dari triwulan ke
triwulan. Pada tahun 2010 diperkirakan akan mencapai
6%, di atas target semula sebesar 5,8%, dan jauh di ataspertumbuhan di 2009 (4,5%). Pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada triwulan III-2010 tercatat sebesar
5.8%(yoy) lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II-
2010 yang tercatat sebesar 6.2%(yoy). Secara sektoral,
penurunan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2010
dikarenakan adanya perlambatan pertumbuhan pada
sektor pertanian, pertambangan dan penggalian karena
anomali iklim (curah hujan yang tinggi). Sedangkan secara
pengeluaran, penurunan pertumbuhan ekonomi
dikarenakan rendahnya realisasi belanja pemerintah.
Sementara pertumbuhan ekonomi selama tahun 2010
(triwulan I sd III-2010) tercatat sebesar 5.9% yoy
meningkat dibandingkan triwulan I sd III-2009 (4.2%). Hal
tersebut menunjukkan adanya pemulihan pertumbuhan
ekonomi akibat krisis global.
Pertumbuhan Ekonomi (% yoy).Sumber: BPS
Pemulihan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 tidak
hanya ditingkat nasional tetapi juga tingkat daerah.
Pemulihan terjadi pada pertumbuhan ekonomi provinsi-provinsi yang terus membaik. Sebagian provinsi
mengalami pertumbuhan yang ekonomi yang cukup
signifikan selama tahun 2010 (triwulan I sd III-2010).
Beberapa provinsi mengalami pertumbuhan ekonomi jauh
diatas pertumbuhan ekonomi nasional selama triwulan I-III
2010 antara lain Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Barat,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara dan
Sulawesi Selatan.
Namun kualitas pertumbuhan daerah dalam menyerap
tenaga kerja masih belum maksimal meskipun terdapat
perbaikan. Idealnya saat pertumbuhan ekonomimeningkat, tingkat penciptaan lapangan kerja juga
meningkat sehingga dapat mengurangi pengangguran.
*Pertumbuhan ekonomi papua tanpa Freeport sedangkan pertumbuhan
ekonomi papua dengan memasukkan Freeport sebesar -10.4%
Tingkat Pengangguran Propinsi.Sumber: BPS
32
33
34
Kenyatannya beberapa provinsi yang mengalami
pertumbuhan diatas rata-rata nasional pada tahun 2010,
tingkat penganggurannya masih juga berada diatas rata-
rata nasional antara lain Sumatera Utara, Riau, DKI
Jakarta, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan Sulawesi
Selatan. Hal tersebut menunjukkan daya serap
perekonomian dalam menyerap tenaga kerja di daerah
tersebut belum maksimal sehingga perlu ditingkatkan.Namun demikian, terdapat perbaikan dalam penyerapan
tenaga kerja pada tahun 2010 apabila dibandingkan 2009.
Secara umum pada tahun 2010 tingkat pengangguran di
provinsi menurun dibanding tahun sebelumnya kecuali
provinsi Riau dan Papua Barat.
Beberapa provinsi yang memiliki tingkat pengangguran
jauh diatas rata-rata nasional antara lain Banten, Jawa
Barat, DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan
Maluku. Secara sektoral, sektor pertanian, perdagangan,
jasa kemasyarakatan & sektor industri secara berurutan
menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja
pada bulan Agustus 2010. Pekerja masih mendominasi di
sektor informal yakni sekitar 66.94.
8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011
19/20
DAFTAR ISTILAH
Ekspor adalah pembelian langsung atas barang dan jasa (barang, jasa pengangkutan, jasa asuransi,
komunikasi, pariwisata, dan jasa lainnya) di wilayah domestik oleh penduduk negara lain.
Impor adalah pembelian langsung atas barang dan jasa (barang, jasa pengangkutan, jasa asuransi,
komunikasi, pariwisata, dan jasa lainnya) di wilayah domestik oleh penduduk negara lain
Inflasi merupakan indikator perkembangan harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Barang dan
jasa tersebut jumlahnya sangat banyak, namun keranjang barang dan jasa yang digunakan untuk
menghitung konsumsi rumah tangga seluruhnya berjumlah 774 komoditas. Jumlah komoditas tersebut
bervariasi antarkota, yang terkecil terdapat di Kota Tarakan sebanyak 284 komoditas, sedangkan yang
terbanyak terdapat di Jakarta (441 komoditas), secara rata-rata sebanyak 335 komoditas (dari 66 kota).
Angka tersebut merupakan hasil Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 2007 yang merupakan patokan untuk
menyusun inflasi.
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli
petani dipedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang
dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat
pula tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterimapetani terhadap indeks harga yang dibayar petani. Indeks harga yang diterima petani adalah indeks hargayang menunjukan perkembangan harga produsen dari hasil produksi petani. Indeks harga yang dibayar
petani adalah indeks harga yang menunjukan perkembangan harga kebutuhan rumah tangga petani, baik itu
kebutuhan untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk keperluan menghasilkan produksi pertanian.
Regulatory Impact Assessment(RIA) adalah metode sistematis yang digunakan untuk menganalisis regulasi
baru yang akan diterbitkan maupun untuk mereview regulasi yang sudah ada. Proses RIA dimulai dengan
identifikasi masalah yang menyebabkan perlunya sebuah regulasi. Selain itu, dalam metode RIA juga
dirumuskan berbagai alternatif solusi yang disertai analisis manfaat dan biayanya, agar dapat diperoleh
alternatif paling tepat untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis
Kemiskinan
Garis Kemiskinan (GK) terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis
Kemiskinan Nonmakanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah
perkotaan dan perdesaan
Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1) adalah ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran
masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-
rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.
Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index-P2) adalah ukuran yang memberikan gambaran
mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi
ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.
-------------- --------------
8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011
20/20
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Gedung Sjafruddin Prawiranegara (d.h. Ged. PAIK II) Lantai 4Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta, 10710
Telepon. 021-3521843, Fax. 021-3521836www.ekon.go.id