Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011

  • Upload
    fantau

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011

    1/20

    Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

    Edisi 01 Januari 2011

    PROYEK SI PEREK ONOMIAN 2011 :

    Sinerg i Kegia t an Pem bangunan

    Membuat Perda Yang Berkualitas & Mensejahterakan

    Perkembangan Inflasi

    Indeks Pembangunan Manusia 2010

    Tingkat Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi dan PengangguranDaerah

  • 8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011

    2/20

    Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

    Edis i 01 J anuar i 2011

    Editorial 1

    Perkembangan Ekonomi Makro

    Perkembangan Ekspor Impor 2

    Perkembangan Wisatawan Mancanegara 4

    Indeks Pembangunan Manusia 2010 4

    Analisa Nilai Tukar Petani 5

    Perkembangan Inflasi 6 Perkembangan Harga Komoditas 8

    Perkembangan Ekonomi Internasional

    Perkembangan Harga Komoditas Dunia 9

    Perkembangan APBN

    Analisa Asumsi Ekonomi Makro 2011 10

    Perkembangan Kebijakan dan RegulasiEkonomi

    Membuat Perda Yang Berkualitas dan

    Mensejahterakan 12

    Perkembangan Penyaluran KUR Realisasi penyaluran KUR 2010 14

    Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Tingkat Kemiskinan Daerah 15

    Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran Daerah 16

    Daftar Istilah

  • 8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011

    3/20

    EDITORIAL

    Pelaksanaan rapat kerja Presiden dengan para menteri

    dan pimpinan pemerintah daerah pada awal tahun 2011

    menandai tradisi baru dalam penyelenggaraan

    pemerintahan. Berbeda dengan Musrenbangnas yang

    mempersiapkan dokumen Rencana Kerja Pemerintahtahun mendatang, fokus pada rapat kerja adalah pada

    mensukseskan program tahun berjalan. Rapat kerja ini

    nampaknya menjadi semacam apel-pagi bagi

    penyelenggara pemerintah untuk bersiap kembali

    memasuki hari-hari kerja di tahun 2011. Misi yang ingin

    diwujudkan pada tahun ini, sebagaimana telah

    ditetapkan pada Rencana Kerja Pembangunan 2011

    adalah Melaksanakan Percepatan Pertumbuhan

    Ekonomi Yang Berkeadilan, Didukung Oleh

    Pemantapan Tata-Kelola, Dan Sinergi Pusat Daerah.

    Dalam raker tersebut Presiden menyampaikan secararinci berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam

    mewujudkan misi 2011. Ada 10 capaian 2010 yang

    menjadi modal penting untuk ditingkatkan pada tahun

    2011. Salah satunya adalah fundamental ekonomi yang

    semakin kuat seperti tercermin dari capaian baru pada

    beberapa indikator seperti cadangan devisa yang

    mendekati USD 100 milyar dan PDB perkapita sekitar

    USD 3000 pada akhir tahun 2010. Selain itu ada

    sepuluh tantangan yang perlu diantisipasi, sebagian

    besar di bidang ekonomi seperti harga pangan dan

    energi dunia cenderung tinggi yang pada giliranselanjutnya akan mendorong inflasi dan

    membengkaknya subsidi, perlunya akselerasi

    pembangunan infrastruktur, serta perbaikan pelayanan

    pemerintah daerah di beberapa bidang seperti perijinan

    investasi, perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, serta

    penanganan korban bencana alam.

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 1

    Dalam menghadapi tantangan tersebut, Presiden

    menetapkan sepuluh direktif dengan memperhatikan

    beberapa peluang dari kondisi ekonomi global

    mendatang. Salah satu direktif yaitu pengurangan

    kemiskinan diminta menjadi fokus prioritas dariprogram kementerian dan pemerintah daerah. Tingkat

    kemiskinan ditargetkan turun pada tahun 2011 hingga

    kisaran 11,5% - 12,5% dari 13,3% pada tahun 2010.

    Selain itu ditekankan pentingnya membangun

    kemandirian dalam rangka mencapai ketahanan

    pangan di tahun 2014. Untuk menuju sasaran tersebut,

    mulai tahun 2011 diharapkan langkah-langkah yang

    terpadu dan berani dari kementerian teknis terkait

    dalam merumuskan programnya. Langkah tersebut

    harus didukung oleh semua komponen masyarakat.

    Sebagai tindak-lanjut arahan tersebut, MenkoPerekonomian menyampaikan peran yang perlu

    dilakukan Pemerintah Daerah selama tahun 2011.

    Dalam program ketahanan pangan Pemda diharapkan

    mengamankan produksi pangan dan mengendalikan

    harga barang-barang kebutuhan pokok. Sementara itu

    dalam program ketahanan energi Pemda diminta

    antara lain mengenakan PPN BBM tetap 5%,

    memperlancar ijin pelaksanaan proyek geothermal dan

    eksplorasi migas, serta memastikan subsidi BBM tepat

    sasaran. Pemda juga diharapkan menyelesaikan

    Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) danmenghilangkan hambatan pembebasan lahan dalam

    rangka akselerasi pembangunan infrastruktur. Dalam

    rangka perbaikan iklim investasi, upaya

    penyempurnaan proses perijinan usaha terus

    dilanjutkan agar selesai dalam 17 hari. Untuk

    peningkatan kewirausahaan UMKM, Pemda diminta

    meningkatkan akses UMKM memperoleh KUR.

    Indikator

    Desember

    2010

    November

    2010 Indikator

    Desember

    2010

    November

    2010

    Inflasi (% yoy) 6,96% 6,33% Cadangan Devisa$96,21miliar

    $92,76miliar

    Indeks Harga SahamGabungan

    3704 3531 Ekspor NA$15.338

    jutaHarga Minyak ICP perbarel

    $ 91.37 $ 85.07 Impor NA$13.071

    juta

    Utang Pemerintah$186,42

    miliar$183,33

    miliarNilai Tukar Petani 102,75 102,89

    Nilai Tukar (Rp/USD) 8991 9013Indeks HargaPerdagangan Besar

    177,87 176,66

    Realisasi Belanja

    APBNNA Rp 767,9 T Wisatawan Mancanegara

    578152

    orang

    594654

    orang

    Transfer Daerah NA Rp 272,3 TSuku Bunga Kredit ModalKerja Bank Umum

    NA 12,96%

    Indikator Ekonomi

  • 8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011

    4/20

    Perkemban an Ekonomi Makro

    PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR

    Nilai ekspor Indonesia menunjukkan kecenderungan naik

    dalam periode triwulan IV-2010. Ekspor selama November

    2010 mencapai US$15,34 miliar atau meningkat sebesar

    6,52% dibanding ekspor Oktober 2010, dan 42,35%

    dibanding November 2009. Secara kumulatif nilai ekspor

    Indonesia periode Januari-November 2010 mencapaiUS$140,65 miliar atau meningkat 36,34% dibandingkan

    periode yang sama tahun 2009. Peningkatan ekspor

    didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas November

    2010 sebesar 8,90% dibanding Oktober 2010 atau 49,16%

    dibanding November 2009. Secara nominal, ekspor

    nonmigas terbesar Indonesia pada November 2010 adalah

    untuk golongan barang bahan bakar mineral yang

    mencapai US$2,07 miliar atau tumbuh 75,41%

    dibandingkan Oktober 2010.

    Ekspor golongan barang bijih, kerak, dan abu logam juga

    tumbuh signifikan pada November 2010 ini denganpertumbuhan 52,02% dibandingkan dengan Oktober 2010.

    Porsi ekspor nonmigas terbesar Januari-November 2010

    adalah komoditas sektor industri (62,38%), sektor

    pertambangan (16,82%) dan sektor pertanian (3,22%).

    Secara pertumbuhan kumulatif sektor pertambangan

    masih lebih besar dibandingkan sektor industri. Sedangkan

    sektor pertanian yang memberikan kontribusi paling kecil

    pada ekspor belum menunjukkan adanya peningkatan

    yang berarti, tumbuh 15,55%. Kinerja ekspor sector

    pertanian yang relative rendah kiranya perlu menjadi

    perhatian karena potensi penciptaan lapangan kerja yangbesar di sector ini.

    Sementara itu, ekspor migas mengalami penurunan

    sebesar 3,17% dibandingkan dengan Oktober 2010 namun

    meningkat sebesar 17,73% dibandingkan November 2009.

    Secara kumulatif pertumbuhan ekspor migas Januari-

    November 2010 sebesar 49,65% lebih besar daripada

    pertumbuhan kumulatif ekspor nonmigas yang tumbuh

    sebesar 33,81% dibandingkan Januari-November 2009.

    Pertumbuhan ekspor yang lebih tinggi sepanjang tahun

    2010 didorong oleh kenaikan harga rata-rata komoditas

    international yang lebih tinggi dibandingkan harga rata-ratatahun 2009.

    Perkembangan Ekspor Dan Impor Indonesia Januari-November 2010(Juta US$)

    15.338

    13.071

    2.267

    -2.000

    0

    2.000

    4.000

    6.000

    8.000

    10.000

    12.000

    14.000

    16.000

    18.000

    Januari

    Fe

    bruari

    Mar

    et

    Ap

    ril

    M

    ei

    Ju

    ni

    Ju

    li

    Agustus

    Sep

    tem

    b

    er

    Oc

    tob

    er

    Novem

    b

    er

    2010

    Sumber: BPS

    Ekspor Impor Neraca Perdagangan

    1

    Impor juga menunjukkan kecenderungan naik dalam

    triwulan IV-2010. Nilai impor Indonesia pada bulan

    November 2010 mencapai US$13,07 miliar atau naik

    sebesar 7,8% dibandingkan dengan Oktober 2010 atau

    48,29% dibandingkan dengan November 2009.

    Sedangkan secara kumulatif, hingga November 2010 nilai

    impor mencapai US$122,58 miliar atau meningkat 41,66%

    dibandingkan Januari-November 2009. Impor November2010 didorong oleh kenaikan impor migas dan impor

    nonmigas. Impor migas naik sebesar 23,60%

    dibandingkan Oktober 2010 atau 60,96% dibandingkan

    November 2009. Impor gas mencatat pertumbuhan

    tertinggi dibandingkan dengan Oktober 2010 yaitu sebesar

    244,3% diikuti dengan pertumbuhan minyak mentah

    sebesar 140,57%. Sedangkan impor hasil minyak yang

    memberikan kontribusi terbesar pada impor migas

    nasional justru tumbuh negatif sebesar minus 14,01%

    dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

    Sumber: BPS

    -100

    -50

    0

    50

    100

    150

    200(%) Pertumbuhan Ekspor (yoy)

    Ekspor Total Ekspor Migas Ekspor Nonmigas

    -100,00

    -50,00

    0,00

    50,00

    100,00

    150,00

    200,00

    (%) Pertumbuhan Impor (yoy)

    Impor Total Impor Migas Impor Nonmigas

    2

    3

    Impor nonmigas pada November 2010 juga meningkat

    sebesar 3,99% dibandingkan dengan Oktober 2010, dan

    44,96% dibandingkan dengan November 2009. Nilai impor

    nonmigas terbesar pada golongan barang mesin/peralatan

    mekanik sebesar US$1,88 miliar yang turun 1,97%

    dibanding bulan sebelumnya. Impor golongan barang

    kendaraan bermotor dan bagiannya pada November 2010

    mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar

    23,03% dibandingkan dengan bulan sebelumnya seiring

    meningkatnya penjualan kendaraan bermotor. Gaikindo

    mencatat penjualan kendaraan roda empat dan roda dua

    sampai dengan November 2010 mencapai 694.574 unit

    lebih tinggi daripada penjualan dalam periode yang sama

    tahun 2009 yang mencapai 438.113 unit. Nilai impormenurut golongan penggunaan barang selama Januari-

    November 2010 dibanding periode yang sama tahun

    sebelumnya mengalami peningkatan untuk semua golongan.

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 2

  • 8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011

    5/20

    Perkembangan Ekonomi Makro

    Impor barang konsumsi naik sebesar 47,11% yang

    menunjukkan tingginya konsumsi domestik. Impor bahan

    baku/penolong dan barang modal masing-masing naik

    sebesar 43% dan 35,2% yang menunjukkan cukup

    tingginya kegiatan produksi di sektor produksi riil.

    Surplus neraca perdagangan Indonesia pada November

    2010 turun menjadi US$ 2,27 miliar dari US$ 2,28 miliar jika dibandingkan dengan Oktober 2010. Surplus neraca

    perdagangan diatas US$ 2 miliar ini sudah tercatat selama

    3 bulan terakhir sejak September 2010. Dibandingkan

    dengan November 2009, surplus neraca perdagangan

    meningkat sebesar US$ 306,5 juta atau tumbuh 15,6%.

    Neraca perdagangan Indonesia dengan Singapura,

    Jepang dan Amerika Serikat berada pada posisi surplus di

    bulan November 2010. Sedangkan defisit masih terus

    tercatat pada neraca perdagangan Indonesia dengan Cina

    namun dengan besaran yang lebih kecil yaitu minus US$

    22 juta. Namun demikian, ekspor nonmigas Indonesia keCina terus meningkat hingga mencapai US$1.76 miliar

    atau tumbuh 101,82% dibandingkan dengan November

    2009. Dengan demikian, Cina menggantikan posisi Jepang

    sebagai negara tujuan ekspor nonmigas terbesar bagi

    Indonesia pada November 2010. Kontribusi terbesar

    ekspor nonmigas ke Cina dari komoditas sumber daya

    alam seperti batubara, kelapa sawit dan karet. Amerika

    Serikat merupakan tujuan ekspor nonmigas terbesar

    berikutnya setelah Cina. Secara kumulatif Januari hingga

    November 2010 kontribusi Amerika Serikat adalah 10,4%

    lebih kecil daripada kontribusi Cina yaitu 10,7%.

    Sedangkan Jepang masih memberikan kontribusi terbesar

    pada ekspor nonmigas Indonesia yaitu 12,7%.

    Sumber: BPS

    0

    500

    1.000

    1.500

    2.000

    Des-07

    Fe

    b-08

    Apr-

    08

    Jun-08

    Agus

    t-08

    Okt-08

    Des-08

    Fe

    b-09

    Apr-

    09

    Jun-09

    Agus

    t-09

    Okt-09

    Des-09

    Fe

    b-10

    Apr-

    10

    Jun-10

    Agus

    t-10

    Okt-10

    Perkembangan Ekspor Nonmigas BerdasarkanNegara Tujuan

    Singapura Cina Jepang Amerika

    Tinjauan nilai ekspor nonmigas terhadap 33 provinsi

    memperlihatkan bahwa Jawa Barat, Kalimantan Timur dan

    Jawa Timur merupakan provinsi-provinsi yang memberikan

    kontribusi nilai terbesar dengan persentase masing-masing

    diatas 10% sepanjang Januari hingga Oktober 2010.

    Namun bila dilihat dari pertumbuhannya, ketiga provinsitersebut mengalami pertumbuhan yang relatif kecil

    dibandingkan dengan ekspor nonmigas Gorontalo yang

    tumbuh signifikan sebesar 495% (yoy).

    Pertumbuhan ekspor nonmigas yang tinggi juga terjadi di

    Papua 403% (yoy), Maluku Utara 119% (yoy) dan Jambi

    114% (yoy). Perkembangan ini mengindikasikan adanya

    potensi ekspor nonmigas yang besar diluar provinsi yang

    selama ini dominan memberi kontribusi pada ekspor

    nonmigas nasional.

    Dari sisi impor, DKI Jakarta merupakan provinsi yang

    memberikan kontribusi terbesar pada impor nonmigas

    nasional sepanjang Januari hingga Oktober 2010 yaitu

    sebesar 41,9%. Provinsi Banten dan Jawa Timur

    merupakan dua provinsi lain yang memberikan kontribusi

    diatas 10% pada impor nonmigas nasional. Bila dilihat dari

    pertumbuhan impor, Maluku menjadi provinsi yang

    memiliki pertumbuhan impor nonmigas paling tinggi yaitu

    473% (yoy). Diikuti provinsi Sumatera Barat dan Sulawesi

    Utara yang tumbuh masing-masing 157% (yoy) dan 125%

    (yoy).

    Sumber: BITinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 3

    4

    6

    5

    7

    8

  • 8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011

    6/20

    Perkemban an Ekonomi Makro

    PERKEMBANGAN WISATAWAN

    MANCANEGARAJumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman)

    terus meningkat dalam 5 tahun terakhir, dari 4,9 juta

    orang pada 2006 diperkirakan menjadi sekitar 7 juta

    orang pada tahun 2010. Devisa yang dihasilkan pun

    meningkat dari US$ 4 milyar menjadi US$ 7 milyar.Kunjungan wisman pada November 2010 mencapai 578,2

    ribu orang atau naik 8,74% (yoy). Sedangkan jika

    dibandingkan dengan Oktober 2010, jumlah wisman

    November 2010 turun 2,78%. Pada November 2010,

    sebagian besar wisman masuk ke Indonesia melalui

    Bandara Ngurah Rai (196.856 orang) yang naik sebesar

    6,63% dibanding November 2009. Jika dibandingkan

    dengan Oktober 2010, jumlah wisman yang masuk melalui

    bandara tersebut turun 14,28%. Dua pintu masuk lain yang

    menerima jumlah kedatangan wisman terbesar ke

    Indonesia adalah Bandara Soekarno-Hatta (147.579orang), Batam (85.307 orang), dan pintu masuk utama

    lainnya (148.410 orang). Kenaikan terbesar jumlah wisman

    November 2010 dibanding November 2009 terjadi di

    Tanjung Priok (100,73%), Sepinggan (42,71%) dan Sultan

    Syarif Kasim (35,03%). Sementara itu, pintu masuk yang

    mengalami penurunan jumlah kunjungan wisman tertinggi

    terjadi di pintu masuk bandara Adi Sucipto sebesar minus

    66,23% dikarenakan bencana alam meletusnya gunung

    Merapi pada akhir Oktober 2010. Hal tersebut

    mengakibatkan ditutupnya bandara Adi Sucipto selama

    beberapa hari.

    Secara kumulatif, Januari-November 2010, jumlah wisman

    mencapai 6,36 juta orang atau naik 11,59% dibanding

    jumlah wisman pada periode yang sama tahun 2009

    sebanyak 5,70 juta orang. Sebagian besar wisman masuk

    ke Indonesia melalui Bandara Ngurah Rai (2.323.526

    orang), Bandara Soekarno-Hatta (1.684.394 orang) dan

    Batam (897.298 orang). Kenaikan jumlah wisman terjadi di

    sebagian besar pintu masuk utama, dengan persentase

    kenaikan tertinggi terjadi di pintu masuk bandara Adi

    Sumarmo (38,83%), diikuti bandara Soekarno-Hatta(33,74%). Sementara itu enam pintu masuk mengalami

    penurunan dengan penurunan tertinggi di Minangkabau

    49 03% .

    0

    500.000

    1.000.000

    1.500.000

    2.000.000

    2.500.000

    2008 2009 2010

    (orang)

    Sumber: BPS

    Jumlah Kedatangan Wisman ke Indonesia MenurutPintu Masuk (Januari-November)

    Soekarno-Hatta Ngurah Rai Batam

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 4

    9

    INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2010

    Peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia

    pada tahun 2010 meningkat dibandingkan 2009,

    berdasarkan penilaian The United Nations Development

    Programme (UNDP). Indonesia menduduki peringkat 108

    pada tahun 2010 dari sebelumnya peringkat 111 padatahun 2009. Bahkan Indonesia termasuk dalam 10 negara

    yang selama 40 tahun terakhir (1970-2010) mengalami

    peningkatan secara berkesinambungan baik dari sisi

    pendapatan maupun indikator indeks pembangunan

    manusia seperti kesehatan dan pendidikan. Meskipun

    demikian, Indonesia masih berada dibawah peringkat

    Malaysia, Thailand dan Filipina masing-masing

    berperingkat 57, 92 dan 97. Metode perhitungan IPM

    tahun 2010 menggunakan metode perhitungan baru yakni

    melihat baik dari aspek kuantitas maupun kualitas. Adatiga dimensi yang dilihat dalam laporan IndeksPembangunan Manusia UNDP antara lain indikator

    kesehatan (ekspektasi tingkat hidup saat kelahiran),

    indikator pendidikan (ekpektasi lamanya anak-anak

    bersekolah dan rata-rata lamanya sekolah untuk dewasa)

    dan GNP per kapita. Indikator kesehatan yang mendorong

    perbaikan peringkat Indonesia.

    Berdasarkan data BPS, pantauan atas 33 provinsi pada

    tahun 2009 masih terdapat provinsi yang memiliki indeks

    pembangunan manusia jauh dibawah rata-rata nasional

    (71.6) antara lain NTB (64.7), NTT (66.6) dan Papua

    (64.5). Sepuluh provinsi yang memiliki indeks

    pembangunan manusia tertinggi diatas rata-rata nasional

    (71.76) antara lain Sumatera Utara (73.8), Sumatera Barat

    (73.4), Riau (75.6), Kepulauan Riau (74.5), DKI Jakarta

    (77.4), Jawa Tengah (72.1), DI Yogyakarta (75.2),

    Kalimantan Tengah (74.4), Kalimantan Timur (75.1) dan

    Sulawesi Utara (75.7).

    2737

    57

    9297

    108

    113122 124

    132

    Sumber: UNDP

    Peringkat Indeks Pembangun an Manusia (IPM), 2010

    10

  • 8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011

    7/20

    Perkemban an Ekonomi Makro

    Umumnya provinsi yang memiliki indeks pembangunan

    manusia cukup tinggi berada pada bagian barat kawasan

    Indonesia sementara bagian timur masih tertinggal. Padasalah satu indikator kesehatan antara lain ekspektasi

    angka harapan hidup terlihat beberapa provinsi di wilayah

    timur masih berada di bawah rata-rata nasional. Untuk itu,

    pembangunan kesehatan dan pendidikan perlu upaya

    serius di wilayah timur disamping pembangunan

    infrastruktur sehingga antara satu pulau dengan pulau

    lainnya terdapat konektivitas.

    71,373,8

    73,475,6

    72,572,672,6

    70,972,6

    74,577,4

    71,672,1

    75,271,1

    70,171,5

    64,766,6

    68,874,4

    69,375,175,7

    70,770,969,5

    69,869,2

    71,068,668,6

    64,571,8

    55,0 60,0 65,0 70,0 75,0 80,0

    AcehSumut

    SumbarRiau

    JambiSumsel

    BengkuluLampung

    Bangka Belitung

    Kep. RiauDKI Jakarta

    JabarJateng

    DI YogyakartaJatim

    BantenBali

    NTBNTT

    KalbarKaltengKalselKaltimSulut

    SultengSulselSultra

    GorontaloSulbar

    MalukuMalut

    Papua BaratPapua

    Indonesia

    Sumber: BPS

    Indeks Pembangunan Manusia Provinsi, 2009

    11

    62

    64

    66

    68

    70

    72

    74

    76

    78

    Ace

    h

    Sumu

    t

    Sum

    bar

    Riau

    Kep.

    Riau

    Jam

    bi

    Sumse

    l

    Bang

    ka

    Be

    litung

    Beng

    ku

    lu

    Lampung

    D

    KIJa

    karta

    Ja

    bar

    Ban

    ten

    Ja

    teng

    DIY

    ogya

    karta

    Ja

    tim

    Ba

    li

    NTB

    NTT

    Ka

    lbar

    Ka

    lteng

    Ka

    lse

    l

    Ka

    ltim

    Su

    lut

    Goron

    talo

    Su

    lteng

    Su

    lse

    l

    Su

    lbar

    Su

    ltra

    Ma

    luku

    Ma

    lut

    Papua

    Papua

    Bara

    t

    Sumber: BPS

    Ekspektasi Angka Harapan Hidup(live expectancy at birth), 2010

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 5

    ANALISA NILAI TUKAR PETANI

    Nilai Tukar Petani (NTP) pada Desember 2010 mencapai

    102.75 atau turun 0,13% dibanding bulan sebelumnya.

    Penurunan NTP terjadi pada subsektor tanaman

    perkebunan rakyat, subsektor peternakan, dan subsektor

    perikanan masing-masing sebesar 0.08%, 1.40% dan

    0.24%. Pada Desember 2010, terjadi inflasi di daerah

    pedesaan sebesar 1.17% terutama dipicu oleh naiknya

    indeks subkelompok bahan makanan.

    Tabel 1.Nilai Tukar Petani Per Sub Sektor (2007=100)

    Nov10 Des10 %

    Tanaman Pangan 99.51 99.63 0.12

    Hortikultura 108.83 108.98 0.14

    Tanaman 104.33 104.25 -0.08

    Peternakan 104.26 102.80 -1.40

    Perikanan 105.95 105.69 -0.24

    NTP Nasional 102.89 102.75 -0.13

    Sumber: BPS

    Dari tinjauan perkembangan NTP di 32 provinsi, terdapat

    12 provinsi mengalami kenaikan, 19 provinsi mengalami

    penurunan dan satu provinsi relatif stabil pada Desember

    2010. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di provinsi Maluku

    Utara yaitu sebesar 0.67% yang didorong oleh kenaikanpada subsektor tanaman perkebunan rakyat khususnya

    harga komoditi kelapa yang naik 2.66%. Sebaliknya

    penurunan NTP terbesar terjadi di provinsi Maluku sebesar

    1.01% yang didorong oleh penurunan pada subsektor

    tanaman pangan khususnya harga komoditi jagung pipilan

    yang turun sebesar 7.30%. Sementara provinsi Sumatera

    Selatan relatif stabil. Pemerintah Propinsi yang mengalami

    penurunan NTP, perlu mengidentifikasi faktor

    penyebabnya. Curah hujan yang tinggi selama beberapa

    bulan terakhir diperkirakan berdampak pada kegagalan

    panen, yang berarti penurunan pendapatan petani.

    70.9

    12

  • 8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011

    8/20

    PERKEMBANGAN INFLASI

    Inflasi pada bulan Desember 2010 mencapai sebesar

    0.92%. Jauh lebih tinggi daripada ekspektasi pasar

    sebesar 0.71%. Selama tahun 2010 terjadi inflasi sebesar

    6.96%, yang melebihi target inflasi Pemerintah dan Bank

    Indonesia yaitu sebesar 51%.

    Inflasi selama bulan Desember didorong oleh tekanan

    dari komponen barang bergejolak (volatile food) dengan

    sumbangan sebesar 0.65%. Selama tahun 2010,

    komponen barang bergejolak merupakan komponen

    utama pendorong inflasi, yang tercermin dari tingkat

    kenaikan harganya mencapai 17,74%. Hal ini

    menunjukkan inflasi di Indonesia mayoritas dipengaruhi

    dari sisi penawaran. Tingginya tekanan inflasi komponen

    volatile fooddisebabkan curah hujan yang tinggi sehingga

    mengganggu distribusi dan produksi.Sementara itu inflasi komponen inti (core inflation) dan

    komponen yang harganya diatur pemerintah

    (administered prices) masing-masing tercatat sebesar

    4.28% dan 5.40% selama tahun 2010. Pada tahun 2010

    core inflation terkendali meski telah berada dalam tren

    yang meningkat ditopang terutama oleh nilai tukar yang

    menguat dan ekspektasi inflasi yang terjaga. Sedangkan

    inflasi komponen administered prices relatif moderat

    diakibatkan oleh kenaikan tarif dasar listrik dan biaya

    penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).

    -10,00%

    -5,00%

    0,00%

    5,00%

    10,00%

    15,00%

    20,00

    A

    ug

    S

    ep

    Okt

    N

    ov

    D

    es

    Jan

    Feb

    Mar

    Apr

    Mei

    Jun

    Jul

    A

    ug

    S

    ept

    Okt

    N

    ov

    D

    es

    2009 2010

    Sumber : BPS

    Perkembangan InflasiUmum (% yoy)

    Inti (% yoy)

    Harga Diatur Pemerintah (% yoy)

    Barang Bergejolak (% yoy)

    15

    Selama tahun 2010, kelompok bahan makanan

    merupakan penyumbang inflasi terbesar yaitu 15.64%.

    Beberapa komoditas yang dominan menyumbang inflasi

    selama tahun 2010 adalah beras, tarif listrik, cabai merah,

    emas perhiasan dan bawang merah. Kenaikan harga

    emas perhiasan dipengaruhi oleh perkembangan harga

    emas di pasaran dunia.

    Perkembangan Ekonomi Makro

    Sejak awal tahun 2009, nilai tukar petani mengalamipeningkatan dan relatif stabil sejak awal tahun 2010. Hal

    tersebut disebabkan oleh kenaikan indeks harga hasil

    produksi pertanian dan di lain pihak indeks harga barang

    dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun

    untuk keperluan produksi pertanian mengalami penurunan.

    Marjin antara indeks harga yang diterima petani dan

    indeks harga yang dibayar petani semakin melebar sejak

    pertengahan 2010. Hal tersebut menunjukkan terdapat

    perbaikan kesejahteraan petani yang juga dapat

    ditunjukkan dengan meningkatnya nilai tukar petani.

    Untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan kinerja

    sektor pertanian, pemerintah telah melaksanakan program

    Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) dan Kredit

    Usaha Rakyat (KUR) yang membantu petani dalam

    pembiayaan. Selain itu juga telah disiapkan

    institusi/kelembagaan pendukung akses pembiayaan

    seperti KKMB (Konsultan Keuangan Mitra Bank), BDS

    (Business Development Service) dan Resi Gudang.

    -1,01

    -0,67

    -0,61

    -0,60

    -0,58

    -0,44

    -0,43

    -0,30

    -0,30

    -0,25

    -0,13

    -1,20 -1,00 -0,80 -0,60 -0,40 -0,20 0,00

    Maluku

    Sultra

    Sulut

    Aceh

    DI Yogyakarta

    Jawa Timur

    Sulbar

    NTT

    Papua

    Sulteng

    Nasional

    10 Provinsi % Penurunan NTP Terendah,Desember 2010

    96,00

    97,00

    98,00

    99,00

    100,00

    101,00

    102,00

    103,00

    104,00

    110,00

    115,00

    120,00

    125,00

    130,00

    135,00

    140,00

    Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov

    2009 2010

    Sumber : BPS

    Perkembangan Nilai Tukar Petani

    Indeks harga yang diterimapetani (LHS)

    Indeks harga yang dibayarpetani (LHS)

    Nilai tukar petani (RHS)

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 6

    13

    14

  • 8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011

    9/20

    Perkembangan Ekonomi Makro

    Pada awal Januari 2011, pemerintah telah memberi

    perhatian khusus untuk mengatasi masalah harga cabai

    antara lain metode penaman cabai dengan bibit unggul,

    pemberian benih gratis untuk mendorong masyarakat

    menanam cabai, imbauan kepada masyarakat untuk

    menggunakan sambal botol dan bubuk untuk sementara

    dan sistem distribusi yang efektif untuk melancarkanpasokan cabai ke pasar.

    0 5 10 15 20

    U m u m

    Bahan Makanan

    Makanan Jadi,

    Perumahan, Air,

    Sandang

    Kesehatan

    Pendidikan, Rekreasi

    Transpor dan

    6,96

    15,64

    6,96

    4,08

    6,51

    2,19

    3,29

    2,69

    6,96

    3,5

    1,23

    1,01

    0,45

    0,09

    0,23

    0,45

    Sumber: BPS

    Inflasi Menurut Kelompok Barang & JasaJanuari - Desember 2010

    SumbanganInflasiInflasi

    16

    Pantauan atas 66 kota, hanya kota Sorong yang mengalami

    penurunan harga atau deflasi pada Desember 2010. Inflasi

    terjadi di kota-kota Pulau Sumatera dikarenakan adanya

    gangguan jalur distribusi dan pasokan beberapa komoditas.

    Inflasi tertinggi terjadi di Lhokseumawe 2.97% dan terendah

    terjadi di Singkawang 0,11%. Selama tahun 2010, kota

    Sibolga mengalami inflasi tertinggi tercatat sebesar 11.83%

    kemudian kota Mataram yang tercatat sebesar 11.07%.Kota - kota di pulau Sumatera banyak mengalami inflasi

    tinggi antara lain Sibolga, Pematang Siantar, Jambi,

    Bengkulu, Bandar Lampung dan Pangkal Pinang yang

    masuk dalam 10 kota inflasi tertinggi pada tahun 2010.

    Jika dilihat berdasarkan ibukota propinsi, selama tahun

    2010 tingkat inflasi beberapa daerah jauh diatas inflasi

    nasional (6.96%) antara lain Jambi, Mataram, Bandar

    Lampung, Kupang, Palangkaraya, Bengkulu, Ambon dan

    Banjarmasin (ditunjukkan dengan balok warna merah pada

    grafik berikut).

    Tingkat Inflasi 2010 Pada Ibukota Provinsi

    Sumber: BPS

    17

    Dalam asumsi APBN 2011 besarnya inflasi ditetapkan

    sebesar 5.3% dan sasaran inflasi 2011 yang telah

    ditetapkan dalam PMK No. 143 tahun 2010 sebesar 51%.

    Pencapaian sasaran inflasi ke depan menghadapi

    berbagai resiko terutama pada komponen volatile food

    maupun komponen administered prices. Resiko pada

    volatile food terkait gangguan pasokan/distribusi yangdipicu oleh anomali iklim yang berkelanjutan dan resiko

    eksternal terkait kenaikan harga global ditengah

    ketergantungan impor beberapa komoditas. Ancaman

    anomali cuaca ekstrim di luar dan dalam negeri patut

    dicermati secara hati-hati pada tahun 2011. Dampak

    kenaikan harga bahan makanan saat ini, yang umumnya

    karena faktor musiman nampaknya bisa berkepanjangan.

    Sedangkan untuk administered prices terkait resiko

    penyesuaian harga akibat masih besarnya kesenjangan

    antara harga jual dan harga keekonomian.

    Untuk menekan harga pangan dan menjaga ketersediaanstok, pemerintah akan menghapuskan tarif bea masuk

    untuk empat produk pangan yaitu beras, terigu, kedelai,

    dan pakan ternak. Selain itu, beberapa tindakan lain akan

    dilakukan pula diantaranya:

    1. Mencukupi stok beras (stok beras Bulog setiap saat

    harus 1,5 juta ton)

    2. Melakukan OP beras (Operasi pasar) secara intensif

    dengan volume besar. Saat ini masih 2.000 ton/hari dan

    akan dilipatgandakan menjadi 4.000 ribu ton/hari. OP

    beras tersebut diikuti dengan kegiatan OP pada minyak

    goreng dan komoditi yang harganya meningkat

    3. Melakukan kebijakan fiskal untuk semua produk

    makanan utama yang memberikan dampak kenaikan

    harga tinggi

    Sedangkan untuk produksi, ada beberapa kegiatan yang

    akan dilaksanakan, diantaranya:

    1. Mempersiapkan lahan baru seluas 2 juta Ha

    (menggunakan lahan terlantar dan lahan yang bisa

    dikonversi untuk dijadikan lahan pertanian) dengan

    pembagian 500 ribu Ha untuk lahan tebu, 500 ribu Ha

    untuk lahan kedelai, dan 1 juta Ha khususnya untuk

    padi2. Melaksanakan program-program sosial (misal BOS,

    raskin) secara tepat waktu

    3. Memberikan bantuan 1000 alat pengering di sentra-

    sentra produksi gabah agar pada musim hujan kualitas

    gabah tetap bisa dipertahankan

    4. Mengefektifkan dana cadangan sebesar Rp 3 triliun

    (dengan kriteria-kriteria tertentu, yaitu yang terfokus

    pada pangan)

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 7

  • 8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011

    10/20

    Perkemban an Ekonomi Makro

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 8

    Fluktuasi harga komoditas bahan pangan selama tahun

    2010 tampaknya masih berlanjut di awal tahun 2011.

    Hingga minggu kedua Januari 2011, harga komoditas

    pokok domestik cenderung bergerak naik mengikuti tren

    peningkatan harga di bulan Desember 2010. BPSmelaporkan rata-rata harga beras nasional bulan

    Desember 2010 naik 30,9% dibandingkan Desember

    2009. Hingga minggu kedua Januari 2011 harga rata-rata

    beras umum mencapai Rp. 9.191 per Kg atau naik 1,31%

    dibandingkan dengan periode yang sama bulan Desember

    2010. Naiknya harga beras masih disebabkan oleh kondisi

    cuaca ekstrim yang mengganggu kegiatan produksi

    sehingga pasokan berkurang. Sejumlah langkah

    dipersiapkan oleh pemerintah untuk menstabilkan harga

    beras, diantaranya pemberian raskin kepada rumah

    tangga sasaran dan operasi pasar di bulan Januari-Maret2011 sebelum musim panen .

    Harga minyak goreng curah dan kemasan hingga minggu

    kedua Januari 2011 terus naik didorong oleh harga CPO di

    pasar internasional. Kondisi ini mendorong para produsen

    lokal untuk mengekspor hasil CPO ke luar negeri daripada

    memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sejumlah langkah

    dipersiapkan oleh pemerintah diantaranya berkoordinasi

    dengan dinas-dinas setempat untuk mengadakan pasar

    murah. Selain itu, pemerintah juga sedang mempersiapkan

    peraturan mengenai bea keluar CPO.

    Sumber: BPS

    4.000

    5.000

    6.000

    7.000

    8.000

    9.000

    10.000(Rp/Kg)

    Perkembangan Harga Beras Hingga Minggu IIJanuari 2011

    Beras (Kg) Umum Beras (Kg) TermurahBeras (Kg) Thai 5% Beras (Kg) Thai 15%

    8.500

    9.500

    10.500

    11.500

    12.500

    13.500

    14.500

    15.500

    (Rp/Liter)Perkembangan Harga Minyak Goreng Hin gga Minggu II

    Januari 2011

    Minyak Goreng (Liter) Curah Minyak Goreng (Liter) Kemasan

    Minyak Goreng (Liter) (CBOT,cnf,jkt)

    PERKEMBANGAN HARGA KOMODITAS Harga gula pasir domestik di tingkat konsumen cenderungbergerak stabil hingga minggu kedua Januari 2010.

    Sedangkan harga gula pasir di pasar internasional sempat

    naik pada akhir Desember 2010 yang disebabkan oleh

    buruknya cuaca di negara produsen terutama Australia

    dan India yang mengganggu proses produksi. Sedangkan

    harga cabai rawit dan cabai merah naik signifikan terutamadi akhir Desember 2010 hingga pertengahan Januari 2011.

    Sepanjang tahun 2010 hujan terjadi hampir terus-menerus

    sebagai akibat anomali iklim (cuaca ekstrim) sehingga luas

    panen cabai menurun karena kerusakan tanaman oleh

    hujan dan akibat erupsi Gunung Merapi dan Gunung

    Bromo. Cuaca ekstrim juga membuat serangan organisme

    pengganggu tanaman meningkat sehingga lokasi

    produktivitas turun 30-44% selama dua bulan terakhir di

    tahun 2010. Kerusakan cabai pada saat pascapanen yang

    disebabkan kelembaban tinggi membuat cabai jadi mudah

    rusak. Petani juga menghindari penanaman untukmenghindari risiko gagal yang cukup tinggi (biaya investasi

    cabai Rp. 60 juta/Ha).

    Sumber: Kemenko Perekonomian

    9.5009.7009.900

    10.10010.30010.50010.70010.90011.10011.300(Rp/Kg)

    Perkembangan Harga Gula Pasir Hingga Minggu IIJanuari 2011

    Gula Pasir (Kg) Konsumen Gula Pasir (Kg) Internasional

    5.000

    15.000

    25.000

    35.000

    45.000

    55.000

    65.000

    (Rp/Kg)

    Perkembangan Harga Cabai Rawit, Cabai MerahHingga Minggu II Januari 2011

    Cabai Rawit (Kg) Cabai Merah (Kg)

    18

    19

    21

    20

  • 8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011

    11/20

    Perkembangan Ekonomi Internasional

    Perkembangan Harga Komoditas Dunia

    Naiknya harga sejumlah komoditas domestik selain

    disebabkan oleh kondisi pasokan di dalam negeri, juga

    dipengaruhi oleh naiknya sejumlah harga komoditas dunia.

    Harga komoditas dunia menunjukkan kecenderungan

    meningkat selama tahun 2010. Berdasarkan laporan Bank

    Dunia, indeks harga rata-rata komoditas non energi

    mengalami peningkatan hingga tahun 2010 jika

    dibandingkan dengan indeks harga rata-rata komoditas non

    energi tahun 2009. Indeks harga rata-rata semua

    komoditas non energi sepanjang tahun 2010 mencapai

    269,8. Pada Desember 2010, harga komoditas non energi

    kembali mengalami peningkatan sebesar 4,6% setelah

    pada bulan sebelumnya meningkat sebesar 3,4%. Harga

    komoditas pertanian naik 5,4% dibandingkan dengan

    bulan sebelumnya. Harga gandum meningkat 11,83%

    dengan adanya kekhawatiran bahwa hujan lebat di

    Australia akan mengurangi hasil produksi dan turunnyaekspor dari negara produsen. Harga sejumlah komoditas

    lemak dan minyak hewan/nabati dan bahan baku (kapas

    dan karet) juga meningkat. Minyak kelapa sawit

    meningkat akibat kondisi cuaca yang mempengaruhi

    kegiatan produksi di Indonesia. Kondisi yang sama juga

    terjadi pada produksi minyak kedelai di Argentina. Harga

    gula naik 6,2% karena buruknya cuaca di negara produsen

    yaitu Australia dan Brasil. Harga beras juga naik 3,4%

    karena tingginya permintaan impor dari Cina dan

    persediaan yang lebih sedikit karena banjir di Thailand,

    Vietnam, dan Pakistan. Harga karet naik 10,2% karenacuaca basah di Asia Tenggara yang mempengaruhi

    produksi dan tingginya permintaan dari Cina.

    Tabel 2. Perkembangan Harga Komoditas Dunia

    Harga logam dasar juga meningkat 6,0% pada Desember

    2010 dibandingkan bulan sebelumnya. Harga tembaga

    meningkat 8% (meningkat diatas US$9.600/ton pada awal

    Januari) disebabkan oleh kurangnya persediaan dan

    lambatnya pasokan hasil tambang. Harga timah naik 2,5%

    karena tingginya permintaan di Cina, sedangkan produksi

    di Cina sendiri dan di Indonesia mengalami penurunan.Sama halnya dengan komoditas non energi, terjadi

    peningkatan indeks harga rata-rata tahunan untuk

    komoditas energi. Indeks harga rata-rata energi tahun 2010

    mencapai 271,1 yang meningkat jika dibandingkan dengan

    indeks harga rata-rata tahun 2009. Terjadi peningkatan

    semua harga komoditas energi pada Desember 2010 jika

    dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu batubara

    11,9%; minyak mentah 6,5%; dan gas alam 13,7%.

    Naiknya harga batubara disebabkan oleh permintaan yang

    tinggi terutama dari Cina dan India sebagai derivasi dari

    tingginya permintaan produksi di kedua negara tersebutdan sejumlah negara Asia lainnya. Sedangkan banjir di

    Australia menghambat kegiatan tambang dan pengiriman.

    Kondisi cuaca juga mengganggu produksi di Kolombia dan

    Indonesia. Harga rata-rata minyak mentah pada

    Desember 2010 mencapai US$90,01/barel dimana pada

    bulan sebelumnya US$84,5/barel. Peningkatan ini didorong

    oleh tingginya permintaan global akan bahan bakar

    pemanas akibat musim dingin yang terjadi di Eropa dan

    Amerika. Naiknya harga minyak terus berlanjut hingga

    minggu kedua januari 2011 dimana harga minyak mentah

    brent north sea sempat mencapai US$98,85/barel yang

    dipicu oleh kebocoran jaringan pipa utama Alaska pada

    akhir minggu pertama Januari 2011. Data dari Departemen

    Energi Amerika menunjukkan turunnya cadangan minyak

    mentah Amerika sebesar 2,2 juta barel pada minggu

    pertama Januari 2011. Harga gas alam juga mengalami

    peningkatan. Harga gas alam di Amerika dan Eropa juga

    meningkat seiring tingginya permintaan pemanas akibat

    musim dingin.

    98,69 79,04

    156,3

    4,390

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    Coal, Australia ($/mt) Crude oil, avg, spot($/bbl)

    Natural gas Index(2000=100)

    Natural gas, US($/mmbtu)

    Perkembangan Harga Komod itas Energi

    2008 2009 Jan-Des 2010

    0

    200

    400

    600

    Pertanian Bahan BakuBahan Baku Lainnya Pupuk Logam dan MineralLogam Dasar

    Perkembangan Indeks Harga Komodi tas Non Energi Dunia

    Q2-2009 Q3-2009 Q4-2009 Q1-2010 Q2-2010 Q3-2010 Q4-2010

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 9

    22

    23

    24

  • 8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011

    12/20

    Perkemban an APBN

    Analisa Asumsi Ekonomi Makro2011

    Pada setiap penyusunan ABPN selalu digunakan asumsi

    Ekonomi yang sekaligus menjadi sasaran pencapaian.

    Fungsi paling penting dari penetapan asumsi dasar

    Ekonomi atau sering disebut dengan indikator Ekonomi

    Makro ini adalah menjadi acuan perhitungan beberapakomponen belanja dan penerimaan pemerintah. Artinya,

    bila ada perubahan nilai asumsi dasar akan merubah

    pula perhitungan ABPN. Enam asumsi dasar utama

    yang ditetapkan untuk penyusunan APBN meliputi: (1)

    Pertumbuhan ekonomi, yaitu pertumbuhan produk

    domestik bruto (PDB) yang menggambarkan besarnya

    outcomeperekonomian Indonesia, (2) nilai tukar Rupiah

    terhadap Dollar Amerika Serikat, (3) Suku bunga

    Sertifikat Bank Indonesia (SBI), (4) Inflasi, (5) Harga

    minyak dalam Dollar Amerika Serikat per barel dan (6)

    produksi atau lifting minyak mentah Indonesia dalamsatuan juta barel per hari. Sebenarnya tidak hanya enam

    asumsi tersebut yang digunakan untuk menggambarkan

    perekonomian secara keseluruhan yang akan dirujuk

    oleh APBN. BPK misalnya dalam hasil audit Laporan

    Keuangan Pemerintah Pusat memaparkan 21 indikator

    ekonomi. Dapat dibayangkan betapa rumit penyusunanAPBN apabila sekian banyak indikator ekonomi dijadikan

    asumsi dasar untuk penyusunan anggaran pemerintah.

    Kita kupas satu per satu enam asumsi pokok Ekonomi

    yang ditargetkan pada UU No. 10 tahun 2010 tentang

    APBN 2011. Asumsi dasar pertama, pertumbuhan

    ekonomi yang dihitung dari perkembangan PDB dalampersentase dibandingkan periode sebelumnya. Pada

    APBN 2011, pertumbuhan ekonomi ditaksir sebesar

    6,4%, artinya, outcome yang dihasilkan dari kegiatan

    perekonomian Indonesia selama tahun 2011 ini akan

    berkembang lebih besar 6,4% dibandingkan dengan

    outcome tahun lalu. Pada Siaran Pers Kementerian

    Keuangan tanggal 3 Januari 2011 PDB harga berlaku

    2010 diproyeksi akan terealisasi sebesar Rp 6.351,9

    trilyun, jadi dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 2011

    akan sebesar 6,4% dan ditambah asumsi inflasi 5,3%,maka PDB harga berlaku 2011 kira-kira akan sebesar

    Rp 7.095 trilyun. Asumsi inflasi ini ditambahkan dengan

    pertumbuhan ekonomi (6,4% + 5,3% = 11,7%) untuk

    menghitung nilai proyeksi PDB dalam harga berlaku

    tahun 2011. Bila digunakan PDB harga konstan, asumsi

    inflasi tidak lagi ditambahkan untuk menghitungperkiraan PDB tahun 2011.

    Asumsi dasar kedua adalah nilai tukar Rupiah terhadap

    Dollar Amerika Serikat penting digunakan untuk

    mengkonversikan beberapa komponen APBN seperti

    penerimaan hibah dan bea masuk, penerimaan pajakmigas, belanja dalam valuta asing dan pembiayaan

    defisit negara. Pada tahun 2011, nilai tukar rata-rataditargetkan sebesar Rp 9.250 per Dollar AS. Kita

    bayangkan jika nilai tukar Rupiah sangat berfluktuasisementara komponen APBN yang harus

    dikonversikan dengan nilai tukar cukup banyak,

    konsekuensinya APBN akan rentan pada perubahan-

    perubahan. Untuk itu Bank Indonesia sebagai mitrapemerintah berupaya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah

    khususnya terhadap Dollar AS agar tidak menyebabkankerentanan (vulnerability) APBN terhadap perubahan.

    Seiring dengan begitu deras aliran modal asing masuk keIndonesia, Bank Indonesia melalui kebijakan dan instrumenmoneter menjaga likuiditas Rupiah dengan menggiring

    Dollar AS di sistem perbankan masuk pada Cadangan

    Devisa, sehingga Rupiah tetap stabil pada kisaran nilai

    tukar yang ditargetkan. Derasnya aliran modal asing masukatau capital inflow ini dapat menyebabkan Rupiah

    mengalami peningkatan nilai (apresiasi) yang berdampakpada harga barang ekspor Indonesia menjadi relatif lebih

    mahal, sedangkan barang impor menjadi relatif lebih

    murah. Tanpa stabilisasi, arus impor akan menjadi lebih

    besar dari ekspor mengakibatkan perdagangan Indonesia

    menjadi defisit (lebih besar impor daripada ekspor).

    Asumsi dasar ketiga, suku bunga SBI yang umumnya

    digunakan tenor 3 bulan. SBI sendiri merupakan instrumen

    kebijakan moneter Bank Indonesia untuk menjaga likuiditas

    Rupiah dan menjadi salah satu acuan tingkat suku bungakredit perbankan (lending rate) bersama dengan inflasi.

    Suku bunga kredit berubah seiring dengan perubahan SBI

    dan inflasi, artinya jika inflasi menurun dan SBI turun, besar

    kemungkinan suku bunga kredit akan turun, demikian pula

    sebaliknya. Perubahan asumsi ini salah satunya akan

    mempengaruhi perhitungan kewajiban pemerintah pada

    bank sentral dan sebaliknya. Beberapa pengeluaranpemerintah yang realisasinya melibatkan perhitungan

    jangka waktu ditaksir dengan asumsi ini. APBN tahun 2011

    mentarget-kan suku bunga SBI sebesar 6,5% atau sama

    dengan tahun sebelumnya.

    Hasil rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia awal tahun

    2011 menyatakan bahwa suku bunga SBI belum akan

    berubah dari tingkat 6,5% karena perkembangan kondisi

    ekonomi yang masih stabil. Bayang-bayang kenaikan inflasi

    mungkin saja mendorong kenaikan suku bunga tetapi

    belum akan terjadi. Bilamana inflasi bergerak naik cukup

    signifikan, bisa saja suku bunga SBI akan disesuaikan

    sebagai upaya mengerem kenaikan inflasi tetapi hal ini jugaakan membawa dampak pada kenaikan biaya modal dan

    pembiayaan kredit.

    Asumsi dasar keempat adalah inflasi atau kecenderungan

    kenaikan harga-harga komoditas tertentu. Inflasi atau price

    index di Indonesia menggunakan indeks harga konsumen

    (IHK) yang memperhitungkan perkembangan harga

    barang-barang tertentu di tingkat konsumen dan

    dibandingkan dengan periode sebelumnya. Saat ini adatiga kelompok inflasi, yaitu kelompok inflasi makanan

    bergejolak (volatile food inflation) seperti beras, gula dan

    sebagainya, kelompok harga yang diatur penetapannya(administered price), misalnya bahan bakar minyak, tarif

    dasar listrik, dan lain-lain, serta kelompok inflasi inti (core

    inflation),

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 10

  • 8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011

    13/20

    Perkembangan APBN

    yaitu kelompok barang yang harganya tidak mempunyai

    tren gejolak seperti kedua kelompok sebelumnya.

    Pada tahun 2010 lalu, terjadi deviasi inflasi dari yang

    ditargetkan karena adanya gejolak harga pangan.

    Semestinya inflasi terkendali pada kisaran 5% 1% tetapi

    sayangnya realisasi inflasi sebesar 6.96%. Inflasi untuk

    APBN 2011 diharapkan dapat terealisasi pada kisaran

    5,3%. Ini menjadi tantangan yang tidak mudah karena

    gejolak beberapa komoditas yang mempengaruhi besaran

    inflasi masih terjadi di awal tahun. Sedangkan beberapa

    kebijakan yang akan dilaksanakan pada tahun 2011

    berpotensi menyumbang inflasi seperti pengalihan

    konsumsi premium ke BBM non subsidi untuk kendaraan

    pribadi. Tren inflasi juga terlihat bergerak mengikuti

    kenaikan harga minyak dunia yang saat ini masih berada

    diatas US$ 90 per barel seperti gambar berikut.

    Laporan dari FAO dan kajian dari Foreign Policy yang

    sering menjadi rujukan analis ekonomi politik menyatakan

    bahwa krisis pangan dunia membayangi tahun 2011

    akibat cuaca yang tidak menentu dapat mengakibatkan

    lonjakan harga pangan dan ini akan berpengaruh pada

    inflasi. Perubahan inflasi akan berpengaruh pada realisasi

    belanja barang pada APBN, dengan kata lain harga

    barang yang dibeli tidak lagi mencukupi dengan anggaran

    yang ada. Oleh karena itu sangat penting mengendalikan

    inflasi agar harga barang secara riil tidak menjadi lebihmahal.

    Harga minyak menjadi asumsi dasar kelima. Perlu

    menjadi pemahaman bahwa APBN kita sangat

    dipengaruhi oleh harga minyak karena dua komponen,

    yaitu penerimaan migas yang ada dalam bagian

    penerimaan perpajakan dari migas dan bagian

    penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Sedangkan dari

    sisi belanja, subsidi BBM dan PLN juga terpengaruh pada

    harga BBM. Peningkatan harga minyak seperti saat ini

    membawa berkah sekaligus beban. Realisasi penerimaan

    negara tahun lalu memenuhi target karena sumbanganpenerimaan pajak migas yang jauh melampaui target.

    Jadi, kenaikan harga minyak jelas akan mendorong

    kenaikan penerimaan negara dari pajak dan PNBP.

    020406080100120140160

    0,00

    2,004,00

    6,008,00

    10,0012,00

    14,00

    M1-2

    007

    M4-2

    007

    M7-2

    007

    M10-2

    007

    M1-2

    008

    M4-2

    008

    M7-2

    008

    M10-2

    008

    M1-2

    009

    M4-2

    009

    M7-2

    009

    M10-2

    009

    M1-2

    010

    M4-2

    010

    M7-2

    010

    M10-2

    010

    (US$/barel)(%)

    Sumber: BPS & CEIC

    Perkembangan Inflasi Nasional dan Harga MinyakMentah Dunia

    Inflasi Harga Minyak (RHS)

    Tetapi di lain sisi juga menambah beban pada pengeluaran

    subsidi apalagi konsumsi BBM yang terus lebih tinggi dari

    pada produksi minyak domestik.

    Potensi pembiayaan APBN untuk sektor produktif dapat

    menyusut jika beban subsidi BBM terus bertambah karena

    impor BBM yang harus dilakukan dengan harga yangmelonjak. APBN tahun 2011 sudah mempertimbangkan

    resiko kenaikan harga minyak pada tingkat yang

    ditoleransi. Dikaitkan dengan produksi minyak domestik

    yang dapat didorong naik serta alih konsumsi pada sumber

    energi lain dapat mengurangi beban subsidi BBM,

    sehingga APBN kita menjadi lebih sehat. Pada APBN

    tahun 2011, pemerintah menetapkan target harga minyak

    sebesar US$ 80 per barel. Kenaikan harga minyak dunia

    yang sudah mencapai lebih dari US$ 90 per barel saat ini

    diharapkan segera turun begitu musim dingin berakhir

    karena kebutuhan untuk mesin pemanas sudah mulai

    berkurang. Asumsi harga minyak tidak bisa dikendalikan

    sehingga termasuk sebagai gejolak eksternal (external

    shock) yang perlu diwaspadai. Harga minyak sepenuhnya

    terbentuk karena mekanisme pasar minyak dunia. Dengan

    semakin pulih perekonomian dunia yang ditandai dengan

    berkembangnya industri di setiap negara akan menaikkan

    permintaan energi khususnya dari minyak, sementara jika

    produksi minyak tersendat, harga minyak akan

    melambung.

    Produksi minyak mentah adalah asumsi dasar keenam

    dalam APBN. Kontribusi migas masih cukup berarti bagipenerimaan negara sekalipun sudah tergantikan dengan

    penerimaan perpajakan sejak 10-15 tahun terakhir. Pada

    era 1970-1980, Indonesia masih berlimpah minyak bumi

    yang produksinya mencapai lebih dari 1,5 juta barel per

    hari. Sayangnya, produksi minyak bumi kita terus menurun

    yang menurut para ahli ekonomi energi akibat kegiatan

    eksplorasi yang menurun. Cadangan minyak Indonesia

    diyakini masih 80 milyar barel dan butuh eksplorasi yang

    lebih intensif untuk memompa minyak dari perut bumi. Di

    samping itu, letak Indonesia yang berada di sabuk api

    menyimpan gas alam luar biasa dapat menjadi energi

    alternatif.

    Produksi minyak mentah tahun 2011 ditargetkan sebesar

    970.000 barel per hari. Tahun lalu target produksi minyak

    mentah belum dapat dicapai. Asumsi ini akan berpengaruh

    untuk menambahkan potensi penerimaan negara dari

    pajak migas dan PNBP, sehingga defisit anggaran dapat

    ditekan dan ketergantungan pada pinjaman luar negeri

    dapat dikurangi. Produksi minyak mentah masih menjadi

    andalan untuk menyediakan sumber pembiayaan bagi

    APBN termasuk transfer ke daerah. Hasil penerimaan

    minyak mentah ini harus digunakan untuk pembiayaan

    produktif agar selaras dengan semakin berkurangnya

    potensi sumber daya alam yang kelak beralih ke

    infrastruktur yang memberikan sumber penerimaan baru

    lebih besar.

    25

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 11

  • 8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011

    14/20

    Perkembangan Kebijakan & Regulasi Ekonomi

    Membuat Perda yang Berkualitas

    dan Mensejahterakan

    Perda pada hakekatnya diterbitkan untuk mewujudkan

    kesejahteraan masyarakat. Namun pada kenyataan banyak

    Perda yang tidak memiliki dasar atau tidak diperlukan,

    sehingga menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan

    mengurangi daya saing. Perda yang diterbitkan juga

    banyak yang tidak mempertimbangkan beban yang

    ditanggung masyarakat/pengusaha. Selain itu, Perda yang

    dibuat dominan tidak secara partisipatif melibatkan

    stakeholders yang terkait regulasi tersebut. Hal ini tercermin

    dari hasil evaluasi perda yang dilakukan oleh Kemenkeu

    seperti tercantum pada tabel berikut

    No Provins i Proses Setuju Batal Total

    1 Nanggroe Aceh Darussalam 98 132 33 263

    2 Sumatera Utara 142 304 208 6543 Sumatera Barat 176 265 108 549

    4 Riau 71 124 66 261

    5 Riau Kepulauan 21 20 17 58

    6 Jambi 146 163 55 364

    7 Sumatera Selatan 228 141 41 410

    8 Bangka Belitung 57 64 39 160

    9 Bengkulu 94 48 28 170

    10 Lampung 84 152 35 271

    11 DKI Jakarta 0 11 1 12

    12 Jawa Barat 155 428 158 74113 Banten 67 80 49 196

    14 Jawa Tengah 211 881 148 1240

    15 D.I. Yogyakarta 41 90 51 182

    16 Jawa Timur 146 680 233 1059

    17 Kalimantan Barat 42 142 77 261

    18 Kalimantan Tengah 158 246 112 516

    19 Kalimantan Selatan 113 176 74 363

    20 Kalimantan Timur 204 198 65 467

    21 Sulawesi Utara 136 64 35 235

    22 Gorontalo 114 40 35 18923 Sulawesi Tengah 151 62 52 265

    24 Sulawesi Selatan 416 212 112 740

    25 Sulawesi Barat 39 24 17 80

    26 Sulawe i Tenggara 141 63 51 255

    27 Bali 71 145 53 269

    28 Nusa Tenggara Barat 122 157 104 383

    29 Nusa Tenggara Timur 102 241 49 392

    30 Maluku 11 41 28 80

    31 Maluku Utara 80 24 12 116

    32 Papua 32 120 83 235

    33 Irian Jaya Barat 25 53 56 134

    Total 3694 5591 2285 11570

    Tabel 3. Reka itulasi Perda Per Provinsi. Sumber: DJPK, Kemenkeu

    Dari tabel diatas, menunjukkan masih banyaknya perda

    yang dibatalkan karena bertentangan dengan peraturan

    lain dan menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Beberapa

    provinsi seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa

    Timur menunjukkan persentase perda yang disetujui

    cukup tinggi. Sementara provinsi lain seperti Gorontalo,Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat cukup banyak

    perda yang dibatalkan.

    Untuk menghasilkan regulasi yang lebih baik, pemerintah

    daerah dapat menggunakan metode Regulatory Impact

    Assessment (RIA). Prinsip-prinsip dasar RIA untuk

    membuat Perda yang baik (good regulation), yaitu :

    Minimum effective regulation. Prinsip ini menekankan

    bahwa pemerintah sebaiknya hanya mengeluarkan

    regulasi untuk hal-hal yang memang tidak dapat

    dicapai dengan cara lain (selain malalui penerbitan

    regulasi). Competitive neutrality. Prinsip ini mencerminkan

    pandangan umum bahwa mekanisme pasar kompetitif

    telah terbukti dapat menjadi sarana terbaik dalam

    menyediakan barang dan jasa kepada publik dengan

    harga yang paling rendah.

    Transparency(participation). Prinsip ini mencerminkan

    budaya demokratis yang menekankan bahwa setiap

    proses perumusan hukum dan kebijakan publik harus

    secara penuh memperhatikan aspirasi masyarakat.

    Regulasi yang dirumuskan melalui proses yang

    transparan, dan melibatkan partisipasi masyarakat,akan efektif dan memperoleh dukungan dari

    masyarakat dan para stakeholders.

    Sumber: Berbagai sumber (diolah)

    0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%

    Akses pada Informasi, PenyelasianMasalah Jaringan

    Prasarana (Daya Listrik, Komunikasi)

    Akses pada Pendanaan

    Transportasi

    Akses pada Bahan Baku dan

    Pemasaran

    Kebijakan dan Aspek Huku

    Masalah yang dihadapi dunia Usaha

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 12

    26

  • 8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011

    15/20

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 13

    Perkembangan Kebijakan & Regulasi Ekonomi

    Perda yang tidak efesien menyebabkan kinerja ekonomi

    yang buruk. Hal ini terkait dengan adanya biaya untuk

    mematuhi regulasi (compliance costs), kompetisi, dan

    daya saing. Terjadi kegagalan pasar versus kegagalan

    pemerintah. Alasan utama pemerintah Daerah

    mengeluarkan Perda pada umumnya adalah karena terjadi

    kegagalan pasar, antara lain terkait dengan ekternalitasdan produksi public good. Namun demikian, pengaturan

    oleh Pemerintah Daerah juga tidak selamanya baik,

    mengingat adanya kemungkinan kegagalan pemerintah,

    terutama terkait dengan informasi yang asimetris. Jika

    pemerintah tidak memiliki informasi yang cukup

    dibandingkan para pelaku usaha di lapangan, maka

    pengaturan oleh pemerintah dapat menjadi lebih jelek

    (inferior) dibandingkan keputusan oleh ribuan pelaku

    usaha di lapangan.

    Desentralisasi telah menumbuhkan optimisme bagi

    perbaikan demokratisasi di Indonesia, sekaligus

    memberikan peluang besar kepada daerah

    mengembangkan perekonomian . Namun demikian, dalam

    menentukan regulasi bagi daerahnya, banyak daerah yang

    menetapkan regulasi (Perda )tanpa memperhatikan

    dampaknya terhadap kehidupan masyarakat dan iklim

    investasi.

    Setiap tahapan dalam RIA juga menuntut transparasi,

    partisipasi stakeholders yang terkait regulasi tersebut, dan

    akuntabilitas dari pihak pembuat regulasi . Metode RIA

    telah banyak dilaksanakan terutama diberbagai negara

    maju, dan telah dianggap efektif sebagai salah satu

    metode untuk mengurangi hambatan-hambatan regulasi

    dan mendorong terciptanya iklim usaha kondusif.

    RIA adalah metode untuk menganalisis dampak dari suatu

    regulasi RIA membantu pembuat kebijakan untuk

    menentukan alternatif mana yang paling baik dengan

    memperkirakan biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat

    yang akan diperoleh bila suatu regulasi dilaksanakan.

    Analisis RIA melibatkan konsultasi dengan para pemangku

    kepentingan (stakeholders) yang mendapat pengaruh dari

    regulasi yang sedang dibahas. Hasil analisis RIA ditulis

    dalam sebuah laporan yang disebut RIA Statement (RIAS)

    yang dilampirkan pada rancangan regulasi yang diajukan.

    RIA adalah alat evaluasi kebijakan, sebuah metode yang

    bertujuan menilai secara sistematis pengaruh negatif dan

    positif regulasi yang sedang diusulkan ataupun yang

    sedang berjalan. RIA juga berfungsi sebagai alat

    pengambilan keputusan, suatu metode yang secara

    sistematis dan konsisten mengkaji pengaruh yang

    ditimbulkan oleh tindakan pemerintah, dan

    mengkomunikasikan informasi kepada para pengambil

    keputusan.

    PERDA DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

    Penyelenggaraan pemerintahan diarahkan untuk

    mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

    melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan

    partisipasi masyarakat, serta peningkatan daya saing.

    Pemerintah dituntut untuk berperan terutama dalam

    menyediakan kerangka bagaimana mengatur masyarakatterkait dengan :

    Pengorganisasian masyarakat, siapa melakukan apa :

    sektor swasta-sektor publik masyarakat sipil, dan

    bagaimana pihak-pihak tersebut bekerjasama.

    Peran untuk pembangunan ekonomi; regulasi untuk

    bisnis swasta; regulasi untuk pasar; dan sebagainya.

    Peran untuk pembangunan sosial dan budaya;

    pendidikan, agama, keamanan sosial, dan sebagainya.

    Semua tindakan pemerintah, baik berupa pengumpulan

    PAD, pelayanan masyarakat, maupun pembuatan Perda,

    hendaknya tidak bertentangan dengan tujuan akhir

    pemerintah untuk menciptakan kemakmuran dan

    kesejahteraan masyarakat. Pembuatan Perda oleh

    pemerintah tidak boleh hanya dilihat sebagai pelaksanaan

    wewenang pemerintah. Melainkan, fungsi pembuatan

    Perda hendaknya menjadi penting yang mendukung

    terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

    Dalam penerbitan Perda, pemerintah harus

    menyeimbangkan antara perlindungan terhadap

    kepentingan masyarakat dan beban yang harus ditanggung

    oleh mereka yang terkena regulasi. Pada satu sisi, regulasi

    harus melindungi kepentingan masyarakat, sepertikelestarian lingkungan, kesehatan masyarakat, keamanan

    dan ketertiban, serta kecukupan dana (PAD) untuk

    melakukan pelayanan publik. Pada sisi lain, Perda tidak

    boleh membebani masyarakat terlalu berlebihan sehingga

    menghalangi masyarakat dan dunia usaha dalam

    membantu pemerintah meningkatkan kesejahteraan dan

    kemakmuran. Tantangan dalam perumusan regulasi adalah

    bagaimana agar regulasi yang dibuat membuat daerah

    tetap mempunyai daya saing yang tinggi dibanding daerah

    lain. Dalam konteks nasional, bagaimana regulasi tetap

    membuat Indonesia mempunyai daya saing di tingkat

    internasional. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut,

    pemerintah dapat menerapkan prakarsa RIA.

    Regulasi merupakan instrument penting yang digunakan

    oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan publik pada

    berbagai bidang. Namun demikan, regulasi dapat

    menyebabkan timbulnya resiko, yakni dapat menghambat

    inovasi dan menimbulkan hambatan yang tidak perlu bagi

    dunia usaha- terutama UMKM-, Perdagangan, investasi

    dan peluang pasar global. Regulasi yang tidak efesien dan

    tidak diimplementasikan dengan baik, akan mengurangi

    kinerja dunia usaha. Studi yang dilakukan Bank Dunia di 69

    Negara tahun 2000, misalnya, menyimpulkan bahwaregulasi merupakan kendala terbesar dalam menjalankan

    usaha di Negara-negara anggota (OECD).

  • 8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011

    16/20

    Perkembangan Penyaluran KUR

    REALISASI PENYALURAN

    KREDIT USAHA RAKYAT 2010

    Perkembangan penyaluran KUR pada Januari - Desember

    2010, menunjukkan BPD yang telah menyalurkan KUR

    bertambah menjadi 13 bank seperti BPD Jatim, BPD

    Jabar-Banten, BPD Jateng, BPD Nagari, BPD DKI, BPDDIY, BPD NTB, BPD Kalbar, BPD Kalteng, BPD Kalsel,

    BPD Maluku, BPD Papua serta BPD Sulut. KUR yang telah

    disalurkan oleh 6 bank pelaksana yaitu BRI, BNI, BTN,

    Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, Bank Bukopin dan 13

    BPD pada tahun 2010 mencapai Rp 17.23 triliun kepada

    1.437.650 debitur yang tersebar di 33 provinsi di seluruh

    Indonesia dengan rata-rata kredit sebesar Rp 11.98 juta

    per debitur dengan Non Performing Loan (NPL) untuk 6

    bank pelaksana rata-rata 2.52%.

    Sektor ekonomi yang paling banyak dibiayai denganpenyaluran KUR selama tahun 2010 yaitu perdagangan,

    restoran dan hotel sebesar Rp 9.82 trilliun (57%) dengan

    1,057,525 debitur. Kemudian diikuti oleh pertanian

    sebesar Rp. 3.25 triliun (18,8%) dengan 246.407 debitur.

    Perkembangan penyaluran KUR kepada sektor lain dapat

    dilihat pada grafik 26 berikut.

    Penyaluran KUR selama tahun 2010 terbesar pada

    propinsi-propinsi di Pulau Jawa. Sedangkan terendah pada

    pulau Irian Jaya seperti terlihat pada grafik 27. Tercatat

    lima propinsi yang berhasil menyalurkan kur terbanyakselama tahun 2010 yaitu Jawa Tengah (14.8%), Jawa

    Timur (14.2%), Jawa Barat (14.4%), Sulawesi Selatan

    (5.2%) dan Sumatera Utara (4.4%). Peningkatan

    penyaluran KUR pada propinsi-propinsi lain diharapkan

    dapat tercapai melalui kontribusi bank pembangunan

    daerah yang semakin besar. Untuk itu diperlukan

    dorongan dari pemerintah propinsi di luar Jawa.

    KUR juga diperluas untuk Tenaga Kerja Indonesia. Pada

    tanggal 15 Desember 2010, Presiden Susilo Bambang

    Yudhoyono telah meluncurkan program Kredit Usaha

    Rakyat Bagi Tenaga Kerja Indonesia (KUR TKI) di

    Surabaya. Arahan penyusunan program KUR TKI

    tercantum didalam Instruksi Presiden No.1 Tahun 2010

    tentang Percepatan Pembangunan Tahun 2010.

    Penyusunan skema kredit tersebut dikoordinir oleh

    Kementerian Koordinator Perekonomian dengan instansi

    terkait Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi,

    Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI

    (BNP2TKI) dan bank pelaksana KUR. Tujuan penyaluran

    KUR TKI adalah membantu TKI dalam pembiayaan proses

    penempatan bekerja di luar negeri. Dengan memanfaatkan

    kredit ini TKI akan terhindar dari jerat utang rentenir. Selainitu fasilitas kredit ini diharapkan mengurangi permasalahan

    sosial yang timbul akibat potongan gaji yang sangat besar

    ada tahun ertama TKI beker a.

    Sumber: Kemenko Perekonomian

    Jika kondisi kondusif tersebut tercipta maka akan

    meningkatkan motivasi TKI bekerja produktif dan

    mematuhi ikatan kontrak yang selanjutnya akan semakinbanyak TKI mengirimkan remitansi melalui lembaga

    keuangan.

    Pada akhir tahun 2010, ada tiga bank yang siap

    menyalurkan KUR TKI yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI),

    Bank Mandiri dan Bank Negara Indonesia (BNI). Tiga bank

    tersebut pada acara peluncuran KUR TKI telah melakukan

    akad kredit yang disaksikan oleh Presiden. Jumlah kredit

    yang disalurkan berkisar antara Rp. 5 juta Rp. 10 juta

    untuk TKI yang bekerja di sektor konstruksi di Malaysia.

    Sebagai pilot projectakan disalurkan KUR TKI oleh ketiga

    bank tersebut kepada 200 orang.

    Sumber: Kemenko Perekonomian

    Penyaluran KUR Januari-Desember 2010 Menurut Pulau

    Pertanian18,8%

    Pertambangan0,1%

    IndustriPengolahan

    2,4%

    Listrik,Gas & Air

    0,0%

    Konstruksi2,5%

    Perdagangan,Restoran &

    Hotel57,0%

    Pengangkutan,Pergudangan &

    Komunikasi1,1%Jasa-jasa

    Dunia Usaha6,6%

    Jasa-jasaSosial/

    Masyarakat3,2%

    Lain-lain8,2%

    Penyaluran KUR Menurut Sektor EkonomiJanuari - Desember 2010

    27

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 14

    28

  • 8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011

    17/20

    Perkembangan Ekonomi & Keuangan Daerah

    TINGKAT KEMISKINAN DAERAH

    49,5 48,0

    38,7 37,9 38,4 37,3 36,1 35,139,3

    37,235,0

    32,5 31,0

    24,223,4

    19,118,4 18,2

    17,416,7 16,0

    17,816,6

    15,4 14,213,3

    10

    12

    14

    16

    18

    20

    22

    24

    26

    10

    1520

    25

    30

    35

    40

    45

    50

    55

    1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

    PersentasePenduduk Miskin

    (%)

    Jumlah PendudukMiskin (juta orang)

    Sumber: BPS Jumlah penduduk miskin Persentase Penduduk Miskin

    Penurunan jumlah penduduk miskin merupakan prioritas

    nasional yang penting. Jumlah penduduk miskin

    diupayakan menurun dari 13,3% tahun 2010 menjadi 8-

    10% pada tahun 2014. Penurunan jumlah penduduk

    miskin diupayakan diikuti dengan perbaikan pemerataanpendapatan sebagaimana terjadi pada periode 2007-2010.

    Ukuran kemerataan pendapatan suatu daerah atau negara

    dapat ditunjukkan dengan koefisien gini. Angka koefisien

    gini terletak antara 0 dan 1 dengan 0 mencerminkan

    kemerataan sempurna sedangkan 1 mencerminkan

    ketidakmerataan sempurna. Sesuai dengan data Susenas

    BPS, nilai koefisien gini Indonesia tahun 2010 menurun

    menjadi 0.33 (sebelumnya 0.36 pada tahun 2009). Nilai

    koefisien gini Indonesia semakin menurun sejak tahun

    2008. Hal tersebut menunjukkan sejak tahun 2008, tingkat

    kemerataan pendapatan Indonesia semakin merata. Pada

    tahun 2010, tingkat kemerataan pendapatan di perkotaan

    semakin merata sedangkan tingkat kemerataan

    pendapatan di pedesaan semakin tidak merata. Padahal

    persentase penduduk miskin paling banyak di daerah

    pedesaan.

    0,340,36

    0,38 0,370,36

    0,33

    0,22

    0,27

    0,32

    0,37

    2005 2006 2007 2008 2009 2010Sumber: BPS

    Koefisien Gini

    Kota Desa Kota+Desa

    Persentase penduduk miskin di pedesaan pada 2010

    tercatat sebesar 16.56% (19, 9 juta orang) sedangkan di

    perkotaan sebesar 9.87% (1,1 juta orang). Secara total,

    tingkat kemiskinan Indonesia pada Maret 2010 sebesar

    13.33% (31 juta orang). Sejak tahun 2006, tingkat

    kemiskinan Indonesia menurun. Namun persoalan

    kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan

    persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu

    diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari

    kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah

    penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus

    harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan

    dari kemiskinan. Pada periode Maret 2009Maret 2010,

    Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

    Keparahan Kemiskinan (P2) menurun. Indeks Kedalaman

    Kemiskinan turun dari 2,50 pada 2009 menjadi 2,21 pada

    2010. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turundari 0,68 menjadi 0,58 pada periode yang sama. Penurunan

    nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata

    pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin

    mendekati garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran

    penduduk miskin juga semakin menyempit.

    Pantauan atas 33 provinsi, pada tahun 2010 masih banyak

    provinsi yang memiliki tingkat kemiskinan jauh diatas tingkat

    kemiskinan nasional antara lain provinsi Papua, Papua

    Barat, Maluku, Sulawesi Tenggara dan NTT. Provinsi yang

    memiliki tingkat kemiskinan terbesar pada provinsi Papua

    (36.8%), Papua Barat (34.88%) dan Maluku (27.74%).Sedangkan tingkat kemiskinan terendah pada provinsi DKI

    Jakarta (3.48%), Bali (4.88%) dan Kalimantan Selatan

    (4.21%). Untuk itu, kedepannya upaya-upaya untuk

    mengurangi tingkat kemiskinan harus secara lebih merata.

    29

    30

    Untuk mengatasi kemiskinan khususnya daerah tertinggal,

    pemerintah telah meluncurkan program bedah desa

    melalui pola kemitraan sebagai instrumen untukpembangunan kawasan pedesaaan terpadu didaerah

    tertinggal. Strategi dasar program Bedah Desa mencakup

    upaya meningkatkan keterpaduan dan sinergi

    perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan

    pengendalian pembangunan daerah tertinggal yang

    dilakukan oleh lintas pelaku pada berbagai tataran

    pemerintahan; menerapkan keterpaduan dan sinergi

    pendekatan pembangunan sektoral, pembangunan

    kewilayahan, dan pembangunan partisipatif. Disamping itu,

    penanggulangan kemiskinan juga dilakukan melalui

    penajaman program bantuan dan perlindungan sosial

    terpadu; peningkatan efektifitas dan keberlanjutan PNPM

    Mandiri; peningkatan akses ke usaha mikro dan kecil; dan

    peningkatan koordinasi pusat dan daerah.

    31

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 15

  • 8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011

    18/20

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Januari 2011 16

    Perkembangan Ekonomi & Keuangan Daerah

    PERTUMBUHAN EKONOMI DAN

    PENGANGGURAN DAERAH

    Kondisi perekonomian semakin baik. Pertumbuhan

    ekonomi terus mengalami perbaikan dari triwulan ke

    triwulan. Pada tahun 2010 diperkirakan akan mencapai

    6%, di atas target semula sebesar 5,8%, dan jauh di ataspertumbuhan di 2009 (4,5%). Pertumbuhan ekonomi

    Indonesia pada triwulan III-2010 tercatat sebesar

    5.8%(yoy) lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II-

    2010 yang tercatat sebesar 6.2%(yoy). Secara sektoral,

    penurunan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2010

    dikarenakan adanya perlambatan pertumbuhan pada

    sektor pertanian, pertambangan dan penggalian karena

    anomali iklim (curah hujan yang tinggi). Sedangkan secara

    pengeluaran, penurunan pertumbuhan ekonomi

    dikarenakan rendahnya realisasi belanja pemerintah.

    Sementara pertumbuhan ekonomi selama tahun 2010

    (triwulan I sd III-2010) tercatat sebesar 5.9% yoy

    meningkat dibandingkan triwulan I sd III-2009 (4.2%). Hal

    tersebut menunjukkan adanya pemulihan pertumbuhan

    ekonomi akibat krisis global.

    Pertumbuhan Ekonomi (% yoy).Sumber: BPS

    Pemulihan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 tidak

    hanya ditingkat nasional tetapi juga tingkat daerah.

    Pemulihan terjadi pada pertumbuhan ekonomi provinsi-provinsi yang terus membaik. Sebagian provinsi

    mengalami pertumbuhan yang ekonomi yang cukup

    signifikan selama tahun 2010 (triwulan I sd III-2010).

    Beberapa provinsi mengalami pertumbuhan ekonomi jauh

    diatas pertumbuhan ekonomi nasional selama triwulan I-III

    2010 antara lain Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Barat,

    Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara dan

    Sulawesi Selatan.

    Namun kualitas pertumbuhan daerah dalam menyerap

    tenaga kerja masih belum maksimal meskipun terdapat

    perbaikan. Idealnya saat pertumbuhan ekonomimeningkat, tingkat penciptaan lapangan kerja juga

    meningkat sehingga dapat mengurangi pengangguran.

    *Pertumbuhan ekonomi papua tanpa Freeport sedangkan pertumbuhan

    ekonomi papua dengan memasukkan Freeport sebesar -10.4%

    Tingkat Pengangguran Propinsi.Sumber: BPS

    32

    33

    34

    Kenyatannya beberapa provinsi yang mengalami

    pertumbuhan diatas rata-rata nasional pada tahun 2010,

    tingkat penganggurannya masih juga berada diatas rata-

    rata nasional antara lain Sumatera Utara, Riau, DKI

    Jakarta, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan Sulawesi

    Selatan. Hal tersebut menunjukkan daya serap

    perekonomian dalam menyerap tenaga kerja di daerah

    tersebut belum maksimal sehingga perlu ditingkatkan.Namun demikian, terdapat perbaikan dalam penyerapan

    tenaga kerja pada tahun 2010 apabila dibandingkan 2009.

    Secara umum pada tahun 2010 tingkat pengangguran di

    provinsi menurun dibanding tahun sebelumnya kecuali

    provinsi Riau dan Papua Barat.

    Beberapa provinsi yang memiliki tingkat pengangguran

    jauh diatas rata-rata nasional antara lain Banten, Jawa

    Barat, DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan

    Maluku. Secara sektoral, sektor pertanian, perdagangan,

    jasa kemasyarakatan & sektor industri secara berurutan

    menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja

    pada bulan Agustus 2010. Pekerja masih mendominasi di

    sektor informal yakni sekitar 66.94.

  • 8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011

    19/20

    DAFTAR ISTILAH

    Ekspor adalah pembelian langsung atas barang dan jasa (barang, jasa pengangkutan, jasa asuransi,

    komunikasi, pariwisata, dan jasa lainnya) di wilayah domestik oleh penduduk negara lain.

    Impor adalah pembelian langsung atas barang dan jasa (barang, jasa pengangkutan, jasa asuransi,

    komunikasi, pariwisata, dan jasa lainnya) di wilayah domestik oleh penduduk negara lain

    Inflasi merupakan indikator perkembangan harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Barang dan

    jasa tersebut jumlahnya sangat banyak, namun keranjang barang dan jasa yang digunakan untuk

    menghitung konsumsi rumah tangga seluruhnya berjumlah 774 komoditas. Jumlah komoditas tersebut

    bervariasi antarkota, yang terkecil terdapat di Kota Tarakan sebanyak 284 komoditas, sedangkan yang

    terbanyak terdapat di Jakarta (441 komoditas), secara rata-rata sebanyak 335 komoditas (dari 66 kota).

    Angka tersebut merupakan hasil Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 2007 yang merupakan patokan untuk

    menyusun inflasi.

    Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli

    petani dipedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang

    dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat

    pula tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterimapetani terhadap indeks harga yang dibayar petani. Indeks harga yang diterima petani adalah indeks hargayang menunjukan perkembangan harga produsen dari hasil produksi petani. Indeks harga yang dibayar

    petani adalah indeks harga yang menunjukan perkembangan harga kebutuhan rumah tangga petani, baik itu

    kebutuhan untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk keperluan menghasilkan produksi pertanian.

    Regulatory Impact Assessment(RIA) adalah metode sistematis yang digunakan untuk menganalisis regulasi

    baru yang akan diterbitkan maupun untuk mereview regulasi yang sudah ada. Proses RIA dimulai dengan

    identifikasi masalah yang menyebabkan perlunya sebuah regulasi. Selain itu, dalam metode RIA juga

    dirumuskan berbagai alternatif solusi yang disertai analisis manfaat dan biayanya, agar dapat diperoleh

    alternatif paling tepat untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.

    Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis

    Kemiskinan

    Garis Kemiskinan (GK) terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis

    Kemiskinan Nonmakanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah

    perkotaan dan perdesaan

    Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1) adalah ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran

    masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-

    rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.

    Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index-P2) adalah ukuran yang memberikan gambaran

    mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi

    ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.

    -------------- --------------

  • 8/7/2019 Tinjauan Ekonomi Keuangan Edisi Januari 2011

    20/20

    Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

    Gedung Sjafruddin Prawiranegara (d.h. Ged. PAIK II) Lantai 4Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta, 10710

    Telepon. 021-3521843, Fax. 021-3521836www.ekon.go.id