97
TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI BPRS AL-BAROKAH DEPOK SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy) Oleh: ZURRAHMAH ARIF NIM: 107046100367 KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH P R O G R A M S T U D I M U A M A L A T FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011/1432 H

TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

  • Upload
    ngokiet

  • View
    239

  • Download
    6

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN

PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN

DI BPRS AL-BAROKAH DEPOK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat MemperolehGelar Sarjana Ekonomi Syari’ah (S.E.Sy)

Oleh:

ZURRAHMAH ARIFNIM: 107046100367

KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AHP R O G R A M S T U D I M U A M A L A T

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUMUIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA2011/1432 H

Page 2: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian
Page 3: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian
Page 4: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, termasuk pencabutan gelar akademik.

Jakarta, 07 Agustus 2011

Zurrahmah Arif

Page 5: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Yang maha Pengasih dan Penyayang yang

telah memberikan rahmat hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam

selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW serta keluarga, sahabat serta para

penerus perjuangan Dinul Islam. Atas nikmat dan Karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul:

TINJAUAN FIQIH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN

PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI BPRS

AL-BAROKAH DEPOK.

Skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah menolong

penulis dalam menyelesaikannya. Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada

pihak-pihak berikut:

1. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, Dekan Fakultas Syari’ah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah.

2. Ibu Dr. Euis Amalis, M.Ag, ketua prodi Muamalat Fakultas Syari’ah dan Hukum,

dan Bapak Mu’min Rouf M.Ag, Sekretaris prodi Muamalat Fakultas Syari’ah dan

Hukum.

3. Dr.H.Abd.Wahab Abd. Muhaimin, Lc.,MA dan M. Nur Rianto Al Arif, SE, M.Si,

Dosen Pembimbing.

4. Para dosen yang telah mendidik penulis dengan baik sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi di Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah.

Page 6: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

5. Pihak BPRS Al-Barokah Depok khususnya untuk bapak Nur Rohim, terimakasih

untuk waktu dan kesediaannya dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi

ini.

6. Kedua orang tua penulis yaitu Buya Muhammad Arif dan Umi Syamsiah, terima

kasih atas kasih sayang, doa dan dorongan semangat nya agar penulis bisa meraih

cita-cita yang diinginkan. Tak lupa pula untuk Mak Adang dan Mintuo, yang

telah menyokong penulis untuk bisa melanjutkan pendidikan. Insyaallah penulis

akan menjadi anak yang dibanggakan keluarga. Amin.

7. Untuk kakak, adik dan family lain yang terus mengingatkan penulis untuk cepat-

cepat menyelesaikan studi strata 1 ini.

8. My best friends Salmi hayati, Hindayanti, Anisa, Tini, dan Anne thanks for

everythink. Duniaku tak akan berwarna tanpa kalian.

9. Untuk seseorang yang tak perlu penulis sebutkan namanya, terimakasih atas

support nya, hubugan ini terlalu complicated untuk dilanjutkan.

Akhirnya penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari

berbagai pihak untuk perbaikan skripsi ini. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi

semua pihak. Amin.

Jakarta: 07 Agustus 2011M

Penulis

Page 7: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………. .i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………… .ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN………………………………. .iii

LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………………..iv

KATA PENGANTAR…………………………………………………………....v

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..vii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………………4

C. Tujuan dan Manfaat penulisan…………………………………..5

D. Review Studi Terdahulu………………………………………...5

E. Metode Penelitian……………………………………………….7

F. Sistematika Penulisan Skripsi…………………………………..11

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pembiayaan…………………………………………14

B. Pengertian Akad Mudharabah………………………………….16

C. Landasan Hukum Pembiayaan Mudharabah…………………...19

D. Aplikasi Pembiayaan Mudharabah di Perbankan Syari’ah…….27

BAB III : GAMBARAN UMUM BPRS AL-BAROKAH

Page 8: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

A. Sejarah Berdirinya BPRS ………………………………………40

B. Struktur Organisasi BPRS……………………………………...43

C. Visi dan Misi BPRS ……………………………………………44

D. Produk-produk BPRS ………………………………………….45

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Mekanisme Pengajuan Pembiayaan Mudharabah di BPRS Al-

Barokah ………………………………………………………….48

B. Aplikasi Pembiayaan Mudharabah untuk sektor Pertanian di

BPRS Al-Barokah……………………….………………………52

C. Analisis………………………..…………………………………55

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………….…..78

B. Saran-saran……………………………..….……………….…....81

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..83

LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………………...85

Page 9: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia dikenal dengan sebutan sebagai negara agraris. Yang berarti

sebagian besar masyarakatnya hidup dengan cara bertani. Dengan potensi pertanian

yang begitu besar mestinya perbankan Indonesia bisa melihat ini sebagai peluang.

Namun pada kenyataannya masih sedikit bank yang mempunyai jenis pembiayaan

yang dikhususkan untuk membiayai usaha para petani.

Sehingga persoalan terbesar masyarakat pertanian sekarang ini adalah

kesulitan mengakses permodalan. Secara makro alokasi pendanaan bank pada sektor

pertanian ini memang masih minim dibanding alokasi pendanaan pada sektor usaha

besar. Umumnya alokasi kredit lebih diarahkan untuk kepentingan konsumtif

daripada investasi dan modal kerja. Bank umumnya masih melihat risiko pertanian

secara berlebihan sehingga mensyaratkan jaminan yang besar dan prosedur yang

berat dengan standar bank. Ukurannya adalah bankable (dapat dibayar) dan bukannya

feasible (kemungkinan) dari aspek bisnis.1

Begitu juga dengan petani, menurut mereka permodalan melalui bank

umumnya sangat identik dengan pembiayaan yang sangat sulit ditanggulangi,

khususnya dalam mengembangkan usaha tani di pedesaan. Akses petani terhadap

sumber-sumber permodalan resmi masih sangat terbatas, tetapi sebaliknya petani

1 Ahmad Riawan. A, Menata Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta, UIN Press, 2009)hal 127.

Page 10: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

lebih mudah mendapatkan modal dari para pelepas uang (tengkulak) dengan bunga

tinggi.

Bank dalam mengabulkan pembiayaan nasabah tentunya tidak mau

mengambil risiko, bank pasti akan meminta agunan untuk back up jika pembiayaan

tersebut bermasalah. Jika lahan usaha tani yang dijadikan agunan untuk mendapatkan

kredit modal perbankan, maka hampir dapat dipastikan bahwa sebagian besar petani

tidak layak mendapat modal yang bersumber dari lembaga keuangan resmi. Oleh

karena itu modal menjadi faktor penghambat dalam mengelola usaha tani.2

Oleh karena alasan itulah masyarakat pertanian sering menggunakan jasa

rentenir untuk meminjam uang dikarenakan prosedur yang digunakan oleh rentenir

dalam meminjamkan uang kepada masyarakat tidak berbelit-belit dan tidak

membingungkan masyarakat petani yang mana sebagian besar dari petani di

Indonesia merupakan masyarakat awam yang tidak mau dipusingkan dengan prosedur

peminjaman uang. Walaupun sebenarnya konsekuensi dari meminjam uang pada

rentenir besar, dikarenakan bunga yang diambil oleh rentenir dalam peminjaman uang

tersebut tidaklah kecil. Menurut masyarakat petani lebih baik meminjam ke rentenir

daripada mengajukan pinjaman ke Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang

menggunakan beberapa prosedur dalam meloloskan kreditnya kepada nasabah.

Sebagai bahan informasi, secara nasional sampai dengan akhir tahun 2010,

penyaluran kredit kepada sektor pertanian mencapai Rp 91 trilliun atau 5,15 % dari

2 Bambang Sayaka dkk. Peningkatan 20% Akses Petani Terhadap Berbagai SumberPembiayaan Usaha Tani, hal 2.

Page 11: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

total kredit perbankan, di antara kredit tersebut sebesar Rp 1,76 trilliun merupakan

pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah. Peran perbankan syariah dalam

pembiayaan sektor pertanian khususnya agribisnis masih relatif kecil.3

Dari sedikitnya bank yang mempunyai jenis pembiayaan yang

dikhususkan pada petani, penulis akhirnya menemukan satu BPRS yang bernama

BPRS Al-Barokah yang berlokasi di daerah Sukmajaya, Depok. Menurut penulis

BPRS ini unik karena memberikan pembiayaan kepada semua nasabah disemua

sektor usaha asalkan jenis usaha tersebut halal.

Selama tahun 2009/2010 BPRS Al-Barokah mencoba melakukan

pendanaan pada sektor pertanian dan agro industri, dalam tahun itu ada 7 nasabah

yang mengajukan pembiayaan dengan nilai plafond per-nasabah (non-group) Rp 120

juta sehingga total pendanaan mencapai Rp 840 juta.

Namun pada perkembangan selanjutnya, nasabah mulai mengalami

kendala dalam bidang pemasaran seperti hasil panen tidak memenuhi standar, adanya

persaingan antar petani dan masalah teknis lainnya. hingga orientasi BPRS Al-

Barokah pun berubah, dan pada tahun selanjutnya BPRS Al-barokah tidak lagi

3Seminar yang diselenggarakan oleh surat kabar Harian Investor Daily Indonesia padahari Rabu(2/3/2011) di Jakarta, dengan tema ” Peluang Pembiayaan Perbankan Syariah untuk SektorPertanian “.

Page 12: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

melakukan pendanaan di sektor pertanian karena dalam tahun tersebut perkembangan

sektor pertanian dirasa kurang menguntungkan bagi BPRS Al-Barokah.4

Dengan melihat pada permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk

membahas hal tersebut lebih lanjut melalui skripsi dengan judul TINJAUAN FIQIH

MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN PEMBIAYAAN

MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI BPRS AL-BAROKAH

DEPOK.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Melihat dari latar belakang permasalahan diatas, penulis akan membahas

mengenai Bagaimana pandangan fiqh muamalat terhadap pelaksanaan pembiayaan

mudharabah untuk sektor pertanian di BPRS Al-Barokah?

2. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah diatas maka penulis merumuskan masalahnya

menjadi sebagai berikut:

a. Bagaimana pandangan fiqh muamalat mengenai akad mudharabah?

b. Seperti apa aplikasi akad mudharabah untuk sektor pertanian di BPRS Al-

Barokah?

c. Apakah sesuai antara mekanisme pengajuan pinjaman mudharabah untuk

sektor pertanian dengan aplikasi menurut analisis penulis?

4 Wawancara pribadi dengan Nur Rohim salah seorang staf accounting BPRS Al-barokahpada tanggal 8 April 2011.

Page 13: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk menganalisis kesesuaian antara praktek pembiayaan mudharabah

untuk sektor pertanian di BPRS Al-Barokah dengan yang ada di literatur

fiqh muamalat.

b. Untuk mengetahui langkah-langkah pengajuan proses pembiayaan di

BPRS Al-Barokah.

2.Manfaat Penelitian skripsi ini diharapkan sebagai berikut:

a. Bagi Penulis: mendapat wawasan dan pengetahuan yang lebih luas

mengenai pandangan fiqh muamalat mengenai akad mudharabah untuk

sektor pertanian dan aplikasi pembiayaan tersebut di BPRS Al-Barokah.

b. Bagi BPRS Al-Barokah: bisa menjadi bahan acuan untuk agar lebih

mempermudah prosedur peminjaman kepada masyarakat petani.

c. Bagi masyarakat luas: untuk lebih mengetahui seperti apa dan bagaimana

cara mengajukan pembiayaan ke BPRS Al-Barokah, dan menambah

pemahaman masyarakat tentang BPRS Al-Barokah.

D. Review Studi Terdahulu

1. Kendala dan tantangan penerapan sistem muzara’ah di bank syariah skripsi

Ahmad Rifa’i (2008).

Dalam menulis skripsi ini Ahmad Rifa’i menggunakan metode penelitian

kualitatif yang bertempat di Bank Muamalat Indonesia dan PKES. Sedangkan dalam

menganalisis data skripsi Ahmad Rifa’i menetapkan langkah sebagai berikut:

Page 14: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

a. Melakukan analisis terhadap tanggapan penerapan system bagi hasil pertanian di

BMI dan PKES.

b. Menganalisis risiko penerapan bagi hasil pertanian di BMI dan PKES.

Kesimpulan dari penulisan skripsi ini adalah: tentang penerapan sistem

muzara’ah di bank syariah yang masih banyak kendala terutama di sumber daya

finansial. Dan hambatannya pada masyarakat petani yang kurang memiliki

kemampuan dalam baca tulis.

Perbedaan antara skripsi ini dengan skripsi diatas adalah: penulis

mengangkat tema tentang pandangan fiqh muamalat terhadap pembiaayaan

mudharabah untuk sektor pertanian dan prakteknya di BPRS Al-Barokah sedangkan

skripsi di atas membahas mengenai tantangan penerapan akad muzara’ah di bank

syari’ah, yang mana tantangannya ada pada sumber daya finansial dan masyarakat

petani yang kurang memiliki kemampuan baca tulis.

2. Tinjauan ekonomi Islam terhadap pinjaman modal pertanian dengan

pengembalian berdasarkan nilai tukar harga gabah skripsi Rodhiah Damayanti

(2008).

Pendekatan penelitian yang digunakan di skripsi ini adalah pendekatan

sosiologi ekonomi yaitu meneliti kegiatan ekonomi yang terjadi dalam sebuah

masyarakat bagaimana sebuah sistem ekonomi tersebut diterapkan dan apa

pengaruhnya bagi masyarakat itu sendiri.

Kesimpulan dari skripsi ini adalah: Sistem pinjaman modal pertanian

dengan pengembalian berdasarkan berdasarkan nilai tukar harga gabah menurut

Page 15: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

skripsi ini dapat dikatakan belum sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam,

karena belum memberikan keadilan untuk semua pihak karena dalam hal ini yang

diuntungkan adalah pemilik modal yang sudah dipastikan mendapatkan hasil dari

investasinya dan tidak mungkin rugi. Sedangkan petani belum tentu mendapatkan

untung dari hasil usahanya.

Perbedaan antara skripsi ini dengan skripsi diatas adalah skripsi diatas

mengangkat tema tentang tinjauan ekonomi Islam terhadap pinjaman modal pertanian

dengan pengembalian berdasarkan nilai tukar harga gabah. Jadi skripsi diatas

menganalisis pendapat ekonomi Islam terhadap praktek pinjaman modal pertanian

yang dilakukan di desa Belendung, Karawang, Jawa Barat. Sedangkan skripsi ini

menganalisis antara kesesuaian praktek pembiayaan mudharabah di BPRS Al-

Barokah dengan yag ada di literatur fiqh muamalat.

E. Metode Penelitian

Sugiono5 menyatakan bahwa definisi metode penelitian adalah: cara

ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,

dibuktikan dan dikembangkan sebagai suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya

dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.

1. Lokasi Penelitian

Dalam skripsi ini lokasi penelitiannya adalah BPRS Al-Barokah yang

terletak di Sukmajaya, Depok.

2. Jenis Penelitian

5 Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: CV Alva Beta), hal: 15.

Page 16: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

Jenis pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif,

menurut Burhan Bungin6 pendekatan kualitatif berpusat pada prinsip umum yang

mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial yang ada didalam

masyarakat. Sasaran kajian pendekatan kualitatif adalah pola-pola yang berlaku

sebagai prinsisp umum yang hidup dalam masyarakat.

Lexy Moleong7 dalam bukunya “Metodologi Penelitian Kualitatif”

menyebutkan beberapa fungsi dan pemanfaatan penelitian kualitatif ialah untuk

meneliti latar belakang fenomena yang tidak dapat diteliti melalui penelitian

kuantitatif, digunakan oleh peneliti yang bermaksud meneliti sesuatu secara

mendalam, dimanfaatkan oleh peneliti yang berminat untuk menelaah suatu latar

belakang misalnya tentang motivasi, peranan, nilai sikap dan persepsi. Dan

dimanfaatkan oleh peneliti yang yang ingin meneliti sesuatu dari segi prosesnya.

Dengan demikian penulis memutuskan untuk menggunakan metode penelitian

kualitatif dalam penyusunan skripsi ini karena data-data yang penulis perlukan untuk

penelitian tidak diperoleh melalui proses statistika atau bentuk hitungan lainnya.

3. Sumber Data

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan 2 jenis sumber data

yaitu:

a. Data Primer

6Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rajawali Press), hal: 78.7Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya), hal: 194.

Page 17: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

Data primer merupakan data yang digunakan dan tertuang dalam item-

item pertanyaan wawancara yang terangkum. Di skripsi ini penulis akan

mewawancarai pihak dari BPRS Al-Barokah itu sendiri.

b. Data sekunder

Dalam penelitian ini penulis juga melakukan studi kepustakaan yaitu

dengan mempelajari buku pustaka, literatur, bulletin, majalah serta materi kuliah yang

berkaitan erat dengan pembahasan masalah ini.

c. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data yang dibutuhkan

dengan menggunakan beberapa teknik yaitu:

1. Study Lapangan (Field Study):

a. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau

pewawancara dengan si penjawab dengan menggunakan panduan

wawancara.8Dalam hal ini penulis akan mewanwancarai pihak dari BPRS Al-

Barokah.

b. Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara mengumpulkan

dokumen yang berkaitan dengan masalah akad pembiayaan mudharabah.

2. Penelitian Pustaka (Library research): Yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk

mempelajari serta mengumpulkan teori-teori yang relevan dengan pembahsan ini,

8 M. Nazir, Metodolgi Penelitian, Cet- ke-6, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005) hal 193-194.

Page 18: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

guna dijadikan dasar dalam melakukan penelitian dan perbandingan dengan praktek

yang ada, penelitian ini dilakukan dengan mengadakan penelaahan terhadap buku-

buku literatur, teks book, dan catatan kuliah.

3. Metode Analisis Data

Menurut Uma Sekaran tujuan analisis data ada 3 yaitu: untuk

mendapatkan perasaan terhadap data (feel for the data), untuk menguji kualitas data

(goodness of data) dan untuk menguji hipotesis penelitian.9

Adapun metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis isi (content analysis). Analisis ini digunakan karena data yang tersedia

sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang terdokumentasi.

Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini antara lain :

1. Data Reduction (Mereduksi data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema polanya. Aplikasi reduksi data

yang telah diaplikasikan oleh penulis adalah memilih data yang pokok yang ada

hubungannya dengan masalah yang akan diteliti yaitu tentang usaha apa saja yang

telah dilakukan oleh BPRS dalam menarik nasabah untuk mengajukan pembiayaan di

BPRS. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang

lebih jelas dan memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data yang diperlukan.10

9 Uma Sekaran, Metodologi penelitian Untuk Bisnis, (Jakarta: Penerbit Salemba 4, 2006)hal 178.

10 Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: CV Alvabeta, 2009), hal 92.

Page 19: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

2. Data Display (Penyajian data)

Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Adapun

tujuan penyajian data adalah memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut. Dalam

aplikasi penyajian data ini penulis melakukannya dalam bentuk uraian singkat.

3. Conclusion Drawing dan Verifikation

Langkah ketiga dalam analisis data menurut Miles dan Huberman adalah

conclusion drawing dan verifikation (penarikan kesimpulan dan verifikasi). Sejak

semula peneliti berusaha mencari makna data atau kesimpulan dari data yang telah

dikumpulkan. Untuk itu perlu dicari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang

sering timbul, dan sebagainya. Hal ini dapat dilakukan dengan verifikasi selama

penelitian berlangsung.

4. Teknik Penulisan

Adapun sistem penulisan skripsi ini mengacu kepada “Pedoman Penulisan

Skripsi, Tesis dan Disertasi yang diterbitkan oleh FSH UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 2007”.

F. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan ini, penulis akan memberikan gambaran

berupa keseluruhan isi skripsi. Agar mempermudah dalam pembahasan tersebut,

Page 20: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

penulis menyajikan kerangka skripsi yang terdiri dari 5 bab, dimana keseluruhan bab

tersebut saling berkesinambungan. Yang masing-masing tersusun sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Bab ini memuat tentang latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode

penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Kajian Pustaka

Dalam bab ini yang akan dibahas antara lain tentang pengertian

pembiayaan mudharabah, landasan hukum pembiayaan mudharabah, dan aplikasi

pembiayaan mudharabah di perbankan syari’ah.

BAB III : Gambaran Umum BPRS

Dalam bab ini penulis akan menguraikan sejarah berdirinya BPRS Al-

Barokah, Struktur Organisasi BPRS Al-Barokah, Visi dan Misi BPRS Al-Barokah,

dan Produk-produk yang dikeluarkan oleh BPRS Al-Barokah.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam bab ini penulis membahas mengenai mekanisme dan aplikasi

penyaluran pembiayaan mudharabah untuk sektor pertanian di BPRS Al-Barokah

serta analisis dari perspektif fiqh muamalat dan analisis dari perspektif penulis

terhadap pelaksanaan akad mudharabah tersebut.

BAB V : Penutup

Page 21: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

Bab ini merupakan penutup dari pembahasan masalah yang diuraikan pada

skripsi ini yang berisikan tentang kesimpulan apa yang penulis sajikan, serta mencoba

untuk mengemukakan saran-saran yang bermanfaat bagi lembaga tersebut.

Page 22: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang

atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil11.

Fungsi Pembiayaan:

a. Meningkatkan daya guna uang, artinya : para penabung menyimpan uangnya

dibank dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam persentase

tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh bank guna suatu usaha peningkatan

produktifitas.

b. Meningkatkan peredaran uang, artinya : pembiayaan yang disalurkan melalui

rekening-rekening Koran pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang

giral dan sejenisnya seperti cek, bilyet, giro, wesel, promes dan sebagainya.

c. Stabilitas ekonomi, artinya : dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah

stabilisasi pada arus inflasi diarahkan pada usaha-usaha untuk pengendali inflasi,

peningkatan ekspor, rentabilitas prasarana dan pemenuhan kebutuhan pokok

rakyat12.

11 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2002) hal 92.

12 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,2005) hal 17.

Page 23: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

Prinsip Analisis Pembiayaan

Prinsip adalah sesuatu yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan suatu

tindakan. Pegawai pembiayaan bank syari’ah pada saat melakukan analisis

pembayaran. Secara umum, prinsip analisis pembiayaan didasarkan pada rumus 5 C

yaitu:

a. Character artinya sifat atau karakter nasabah pembiayaan.

b. Capacity artinya kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha dan

mengembalikan pembiayaan.

c. Capital artinya besarnya modal yang diperlukan.

d. Collateral artinya jaminan yang telah dimiliki nasabah yang diberikan nasabah

kepada bank.

e. Condition artinya keadaan usaha naabah atau prospek usaha nasabah13.

Selain 5 C, bank juga menerapkan 7 P:

a. Personality (kepribadian) yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau

tingkah lakunya sehari-hari dan masa lalunya.

b. Party (para pihak) yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu

berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.

c. Purpose (tujuan) yaitu mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil pembiayaan,

termasuk jenis pembiayaan yang diinginkannya.

13 Ibid, hal 19-20.

Page 24: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

d. Payment (pembayaran) merupakan ukuran bagaimana cara nasabah

mengembalikan pembiayaan dan sumber dana dari mana saja untuk pengembalian

pembiayaan.

e. Protection (perlindungan) tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan

jaminan mendapatkan perlindungan.

f. Prospect (ramalan kedepan) yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan

datang mempunyai prospek atau sebaliknya14.

Disamping menggunakan prinsip pemberian pembiayaan diatas, bank

syari’ah dalam memberikan pembiayaan juga menggunakan prinsip 3 R yaitu:

a. Returns (hasil yang diperoleh) apakah penilaian atas hasil yang akan dicapai oleh

perusahaan calon peminjam setelah mendapatkan kredit apakah hasil tersebut

cukup untuk menutupi hasil pinjaman serta sekaligus memungkinkan pula

usahanya untuk berkembang.

b. Repayment (pembayaran kembali) apakah pembayaran kembali tersebut cocok

dengan jadwal pembayaran kembali dari pembiayaan yang akan diberikan itu.

c. Risk bearing ability (kemampuan menanggung risiko). Hal yang perlu

diperhatikan adalah sejauh mana kemampuan debitur untuk menanggung risiko15.

B. Pengertian Akad Mudharabah

Ketika bank syari’ah pertama kali berkembang, baik ditanah air maupun di

mancanegara, seringkali dikatakan bahwa bank syari’ah adalah bank bagi hasil. Hal

14 Kashmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2002) hal 106.

15 Rahmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, hal 249.

Page 25: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

ini dilakukan untuk membedakan bank syari’ah dengan bank konvensional yang

beroperasi dengan sistem bunga. Hal ini betul, tapi tidak sepenuhnya benar, karena

sesungguhnya bagi hasil itu hanya merupakan bagian saja dari system operasi bank

syari’ah.

Penjelasan diatas perlu ditegaskan untuk meluruskan pemahaman dan

persepsi masyarakat, bahwa bank syari’ah hanya terbatas pada sistem bagi hasil.

Sebenarnya tidaklah demikian. Bank syari’ah mempunyai ruang gerak yang lebih luas

dari system bagi hasil. Bank syari’ah juga dapat menerapkan sistem jual beli dan

sewa menyewa, disamping tentunya system bagi hasil16.

Mudharabah berasal dari kata dharb yang berarti memukul atau berjalan.

Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang

memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha.

Secara teknis, mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak

dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak

lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut

kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh

pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya

kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si

pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut17.

16 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: UIN Press,2009) hal 204.

17 M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik, ( Jakarta: UIN Press, 2009)hal: 95.

Page 26: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

Serupa dengan pendapat AH. Azharudin Lathif18 yang mengatakan bahwa

mudharabah pada dasarnya adalah berbagi keuntungan (profit sharing). Apabila

terjadi kerugian dari segi permodalan ditanggung sepenuhnya oleh shahibul maal

sedangkan pengusaha (mudharib) menanggung kerugian berupa hilangnya

kesempatan mendapatkan profit. Akad mudharabah dibolehkan dalam Islam, karena

bertujuan untuk saling membantu antara pemilik modal dengan seseorang yang ahli

dalam mengelola dana. Banyak diantara pemilik modal yag tidak ahli dalam

mengelola dan memproduktifkan uangnya, sementara banyak yang ahli dibidang

perdagangan tapi tidak memiliki modal.

Mudharabah19 adalah akad yang telah digunakan oleh umat muslim sejak

zaman nabi, bahkan telah dipraktekkan oleh bangsa Arab sebelum turunnya Islam.

Ketika nabi Muhammad Saw berprofesi sebagai pedagang, ia melakukan akad

mudharabah dengan Khadijah. Dengan demikian ditinjau dari segi hukum Islam,

maka akad mudharabah dibolehkan, baik menurut Alqur’an, Sunnah, maupun Ijma’.

Dalam praktek mudharabah antara Khadijah dan nabi, saat itu Khadijah

mempercayakan barang dagangannya untuk dijual oleh nabi Muhammad Saw keluar

negeri. Dalam kasus ini Khadijah berperan sebagai pemilik modal (shahibul maal)

sedangkan nabi Muhammad Saw berperan sebagai pelaksana usaha (mudharib).

Bentuk kontrak antara dua pihak dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal

18Azharudin Lathif, Fiqh Muamalat, (Jakarta Selatan: UIN Jakarta Press, 2005) hal: 134.19Mudharabah disebut juga qiradh atau muqaradah. Makna keduanya sama.

Mudharabah adalah istilah yang digunakan di Irak, sedangkan istilah qiradh digunakan olehmasyarakat Hijaz.

Page 27: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

dan mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua yakni

pelaksana usaha dengan tujuan untuk mendapatkan untung disebut akad mudharabah.

Singkatnya akad mudharabah adalah persetujuan kongsi antara harta dari salah satu

pihak dengan kerja dari pihak lain.

C. Landasan Hukum Pembiayaan Mudharabah

Secara umum, landasan dasar syari’ah akad mudharabah lebih

mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat dan hadits

berikut ini:

a.Al-Qur’an

Page 28: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri

(sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau

sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang

bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah

mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas

waktu-waktu itu, Maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu

bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa

akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang

berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang

yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka bacalah apa yang mudah

(bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan

berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa

saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh

(balasan)nya di sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling

besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(al-Muzammil:20)

b.Al-Hadits

Dari Shalih bin Shuhaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, “tiga

hal yang di dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh,

muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung

(gandum kualitas rendah) untuk keperluan rumah bukan untuk dijual.” (HR

Ibnu Majah no. 228-, kitab at-Tijarah).

Page 29: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

c.Ijma’

Di antara dalil kuat yang menunjukkan akan disyariatkannya mudharabah

ialah kesepakatan ulama Islam sejak zaman dahulu hingga sekarang akan hal tersebut.

Imam Zailai telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsentrasi

terhadap legitimasi pengolahan harta yatim secara mudharabah. Kesepakatan para

sahabat ini sejalan dengan spirit hadits yang dikutip Abu Ubaid.

Ibnu Munzir asy-Syafi'i berkata, "Kita tidak mendapatkan dalil tentang al-

Qiradh (mudharabah) dalam Kitab Allah 'Azza wa Jalla, tidak juga dalam sunnah

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Akan tetapi, kita dapatkan bahwa para

ulama telah menyepakati akan kehalalan al-Qiraadh dengan modal berupa uang dinar

dan dirham." (Al-Isyaraf oleh Ibnul Munzir asy-Syafi'i, 2/38).

Ibnu Hazm berkata, "Al-Qiraadh (al-Mudharabah) telah dikenal sejak

zaman Jahiliyyah, dan dahulu kaum Quraish adalah para pedagang. Mereka tidak

memiliki mata pencaharian selain darinya, padahal di tengah-tengah mereka terdapat

orang tua yang tidak lagi kuasa untuk bepergian, wanita, anak kecil, anak yatim. Oleh

karena itu, orang-orang yang sedang sibuk atau sakit menyerahkan modalnya kepada

orang lain yang mengelolanya dengan imbalan mendapatkan bagian dari hasil

keuntungannya. Dan tatkala Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah diutus,

beliaupun membenarkan akad tersebut, dan kaum muslimin kala itu juga

menjalankannya. Kalaupun sekarang ada yang menyelisihi tentang hal ini, maka

pendapatnya itu tidak perlu diperhatikan, sebab ia telah terlebih dahulu menyelisihi

Page 30: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

praktik nyata seluruh umat dari zaman kita hingga zaman Rasulullah shallallahu

'alaihi wa sallam." (Al-Muhalla oleh Ibnu Hazm, 8/247).

Di antara bukti nyata bahwa kesepakatan akan disyariatkannya

mudharabah ialah praktik dari para al-Khulafa' ar-Rasyidiin, tanpa ada seorangpun

dari sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang mengingkarinya (Riwayat-

riwayat dari para al-khulafa' ar-Rasyidin dapat dibaca di kitab Irwaa'ul Ghalil oleh

al-Albany, 5/290-294)20.

Hukum yang berkaitan dengan usaha dalam akad mudharabah dalam

mazhab Syafi’I membatasi mudharabah hanya untuk kegiatan perdagangan. Tetapi

ulama yang lain mengizinkan semua jenis aktivitas yang berorientasi keuntungan

seperti perdagangan, industri, pertanian ataupun jasa.21

Sedangkan hukum yang menyangkut keuntungan dalam akad mudharabah

adalah:

a. Pengakuan keuntungan

Harus ditentukan suatu waktu untuk menilai keuntungan yang dicapai

dalam suatu mudharabah. Menurut akademi fiqh Islam OKI, keuntungan dapat

dibayarkan (due) ketika diakui dan dimiliki dengan pernyataan atau revaluasi dan

hanya bisa dibayarkan pada waktu dibagikan.

b. Hak terhadap keuntungan

20 Blog Muhammad Arifin Badri, Mengenal Akad Mudharabah, diakses tanggal 4 Maret2011

21 M. Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Wacana Ulama dan Cendekiawan, (Jakarta: BI &Tazkia Institute, 1999) hal 177.

Page 31: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

Mazhab Hanafi dan sebagian mazhab Syafi’i mengatakan bahwa

keuntungan harus diakui seandainya keuntungan usaha sudah diperoleh (walaupun

belum dibagikan), sedangkan mazhab Maliki dan sebagian mazhab hambali

menyebut bahwa keuntungan hanya dapat diakui ketika dibagikan secara tunai pada

kedua pihak.

c. Distribusi keuntungan

Distribusi atau pembagian keuntungan umumnya dilakukan dengan

mengembalikan lebih dahulu modal yang ditanamkan shahibul maal. Meskipun

demikian, kebanyakan ulama menyetujui bila kedua pihak sepakat membagi

keuntungan tanpa mengembalikan modal. Tentu saja hal tersebut berlaku sepanjang

kerjasama mudharabah masih berlangsung. Para ulama berbeda pendapat tentang

keabsahan menahan untung. Bila keuntungan telah dibagikan setelah itu usaha

mengalami kerugian sebagian ulama berpendapat bahwa pengelola akan diminta

untuk menutupi kerugian tersebut dari keuntungan yang telah dibagikan.22

Hukum yang berkaitan dengan kerugian para ulama sepakat bahwa

kerugian ditanggung hanya oleh penyedia dana. Pengelola tidak menanggung bagian

apapun kecuali jika kerugian itu karena kesalahan yang disengaja atau kelalaian.

Hukum mengenai pelanggaran mudharib yaitu jika mudharib melanggar

syarat atau tujuan kontrak, maka ia dianggap melakukan kesalahan yang disengaja.

Demikian juga bila ia melanggar batasan-batasan yang diberikan padanya oleh

shahibul maal. Dengan adanya kesalahan seperti itu, statusnya sebagai pemegang

22 Ibid, hal 178.

Page 32: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

dana berubah dari dana mudharabah menjadi sebuah hutang yang wajib dibayar oleh

pengelola. Jika ditengah pelanggaran tersebut pengelola berhasil memperoleh

keuntungan, sebagian ulama mengatakan bahwa keuntungan itu harus dibagi diantara

keduanya.23

Hukum yang berkaitan dengan pembatalan mudharabah, apabila sebuah

kontrak mudharabah dibatalkan karena tidak memenuhi salah satu syarat, dana tersisa

tetap merupakan amanah bagi pengelola. Tindakannya terhadap dana yang batal itu

bisa sah dan efektif jika upaya nya membuahkan keuntungan, sebagian ulama

berpendapat bahwa semua keuntungan harus menjadi milik penyedia dana.

Sedangkan pengelola berhak atas upah pekerjaannya itu. Sebagian ulama lain

berpendapat, pengelola berhak menerima salah satu dari dua kemungkinan, upah

kerja atau bagian keuntungan yang dinyatakan dalam kontrak itu. Hal itu tergantung

mana yang lebih rendah. Tetapi ada ulama lain yang mengatakan bahwa pengelola

menerima persentase keuntungan yang sama dengan yang telah disepakati dalam

kontrak.

Hukum yang berkaitan dengan penghentian mudharabah adalah apabila

suatu kontrak mudharabah berakhir jika ada kesepakatan yang berkenaan dengan

berakhirnya kontrak tersebut sebagai berikut:

a. Mudharib harus mengembalikan modal pada shahibul maal

23 Ibid, hal 180.

Page 33: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

Bila mudharib tidak mengembalikannya ia dianggap cedera janji (default)

dan dana itu menjadi jaminannya. Dengan demikian dana mudharabah akan berubah

dari dana mudharabah menjadi hutang yang wajib dibayar pengelola.

b. Bila mudharabah dihentikan sedangkan sebagian atau semua modal dalam bentuk

barang belum terjual, maka kedua belah pihak bersepakat untuk menjual segera

asset-aset itu lalu membagi hasil penjualan tersebut diantara mereka.

Dibolehkan pula bila salah satu dari keduanya mengambil asset tersebut

untuknya dan memberikan pada pihak lainnya bagian yang adil dari nilai barang itu

dalam bentuk tunai. Tapi bila kedua pihak berbeda pendapat mengenai perlunya

menjual segera barang tersebut, atau menunggu sampai saat tertentu maka harus

dinilai adakah harapan keuntungan pada masa depan. Jika ada harapan keuntungan

maka pandangan mudharib diambil dan sebaliknya.24

Faktor-faktor yang harus ada dalam akad mudharabah adalah:

a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)

b. Objek mudharabah ( modal dan kerja)

c. Persetujuan antara kedua belah pihak (ijab kabul)

d. Nisbah keuntungan.

24 Ibid, hal 181.

Page 34: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

Skema Mudharabah:

Perjanjian bagi Hasil

Modal 100%

Keahlian

Nisbah X% Nisbah Y%

Pengambilan Modal Pokok

Bank (shahibul maal) Nasabah (mudharib)

Proyek/usaha

keuntungan

Bagi hasil sesuai porsikeuntungan modal (nisbah)

modal

Page 35: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

Keterangan:

a. Bank bertindak sebagai pemilik dana (shahibul Maal) dan nasabah bertindak

sebagai pengelola dana (mudharib);

b. Nasabah dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan

dengan prinsip syari’ah dan mengembangkannya termasuk didalamnya

melakukan akad mudharabah dengan pihak lain;

c. Modal harus dalam bentuk tunai dan bukan dalam bentuk piutang ataupun

kredit serta dinyatakan dalam jumlah nominalnya;

d. Nasabah wajib untuk memelihara saldo giro tersebut minimum yang telah

ditetapkan oleh bank dan tidak dapat ditarik kembali oleh nasabahnya kecuali

dalam rangka untuk menutup rekeningnya;

e. Pembagian keuntungan harus dinyatakan kedalam bentuk nisbah dan

dituangkan dalam akad pembukaan rekening;

f. Pemberian keuntungan untuk para nasabah didasarkan pada saldo terendah

setiap akhir bulan laporan;

g. Bank menutup biaya operasional giro dengan meggunakan nisbah sesuai

dengan keuntungan yang akan menjadi haknya;

h. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan dari nasabah

tanpa ada persetujuan dari pihak yang bersangkutan.

D. Aplikasi Pembiayaan Mudharabah di Perbankan Syari’ah

Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan

pendanaan. Sedangkan pada sisi penghimpunan dana mudharabah diterapkan pada:

Page 36: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan

khusus, seperti tabungan kurban dan sebagainya.

b. Deposito biasa.

c. Deposito spesial dimana dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis

tertentu misalnya murabahah saja atau ijarah saja.

Sedangkan pada sisi pembiayaan mudharabah diterapkan untuk:

a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa.

b. Investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah, dimana sumber

dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang

telah ditetapkan oleh shahibul maal.

Disamping itu pendanaan dengan prinsip mudharabah menurut Ascarya

terbagi menjadi:

a. Tabungan Mudharabah

Bank syari’ah menerima simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening

tabungan (saving account) untuk keamanan dan kemudahan pemakaian seperti,

rekening giro, tetapi tidak sefleksibel rekening giro karena nasabah tidak dapat

menarik dananya dengan cek. Prinsip yang digunakan dapat berupa: wadi’ah, qardh,

dan mudharabah.

Bank juga dapat mengintegrasikan rekening tabungan dengan rekening

investasi dengan prinsip mudharabah dengan bagi hasil yang disepakati bersama.

Mudharabah merupakan prinsip bagi hasil dan bagi kerugian ketika nasabah sebagai

pemilik modal menyerahkan uangnya kepada bank sebagai pengusaha untuk

Page 37: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

diusahakan. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan dan kerugian ditanggung oleh

pemilik dana atau nasabah.25

b. Deposito/ Investasi Umum

Bank syari’ah menerima simpanan deposito berjangka (pada umumnya

untuk satu bulan keatas) kedalam rekening investasi umum (general investment

account) dengan prinsip mudharabah al-muthlaqah. Investasi umum ini sering

disebut juga sebagai investasi tidak terikat. Nasabah rekening investasi lebih

bertujuan untuk mencari keuntungan daripada untuk mengamankan uangnya. Dalam

mudharabah al-muthlaqah bank sebagai mudharib mempunyai kebebasan mutlak

dalam pengelolaan investasinya. Jangka waktu investasi dan bagi hasil disepakati

bersama. Apabila bank menghasilkan keuntungan akan dibagi sesuai kesepakatan

awal. Apabila bank mengalami kerugian, bukan karena kelalaian bank, kerugian

ditanggung oleh nasabah deposan sebagai shahibul maal. Deposan dapat menarik

dananya dengan pemberitahuan terlebih dahulu.26

c. Deposito/ Investasi Khusus

Selain rekening investasi umum, bank syari’ah juga menawarkan rekening

investasi khusus (special investment account) kepada nasabah yang ingin

menginvestasikan dananya langsung dalam proyek yang disukainya yang

dilaksanakan oleh bank dengan prinsip mudharabah al-muqayyadah. Investasi

khusus ini sering disebut juga sebagai investasi terikat. Rekening investasi khusus ini

25 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syari’ah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007),hal 117.

26 Ibid, hal 118.

Page 38: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

biasanya ditujukan kepada para investor besar dan institusi. Dalam mudharabah al-

muqayyadah bank menginvestasikan dana nasabah kedalam proyek tertentu yang

diinginkan nasabah. Jangka waktu investasi dan bagi hasil disepakati bersama dan

hasilnya langsung berkaitan dengan keberhasilan proyek investasi yang dipilih.27

Ulama kontemporer melakukan inovasi baru atas skema mudharabah

yang melibatkan tiga pihak. Tambahan satu pihak ini diperankan oleh bank syari’ah

sebagai lembaga perantara yang mempertemukan shahibul maal dengan mudharib.

Sehingga terjadi evolusi dari konsep direct financing menjadi indirect financing.

Dalam indirect financing, bank menerima dana dari shahibul maal dalam

bentuk dana pihak ketiga sebagai sumber dananya. Dana-dana ini dapat berbentuk

tabungan atau simpanan deposito mudharabah dengan jangka waktu bervariasi.

Selanjutnya dana yang telah terkumpul ini disalurkan kembali oleh bank kedalam

bentuk pembiayaan-pembiayaan yang menghasilkan (earning assets). Keuntungan

dari penyaluran pembiayaan inilah yang akan dibagi hasilkan antara bank dengan

pemilik DPK (dana pihak ketiga).

Proses inilah yang dipotret dalam neraca bank syari’ah, sehingga neraca

suatu bank syari’ah pada dasarnya akan tampak sebagai berikut:

27 Ibid, hal 119.

Page 39: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

AktivaPenyaluran Dana (Financing &Investment)

PassivaSumber Dana (Funding)

Non-Earning Asset: Kas Giro pada BI

Cuurent Liabilities

Earning Assets: Surat Berharga Pembiayaan:

1. Murabahah2. Ijarah3. IMBT4. Mudharabah5. Musyarakah

Dana Pihak Ketiga: Giro Wadi’ah Tabungan Mudharabah Deposito Mudharabah

Fixed Asset Stockholder’s Equity

Pada prinsipnya, mudharabah sifatnya mutlak dimana shahibul maal tidak

menetapkan restriksi atau syarat-syarat tertentu kepada si mudharib. Bentuk

mudharabah ini disebut mudharabah muthlaqah atau dalam bahasa inggrisnya

dikenal sebagai unrestricted investment account. Namun demikian, apabila dipandang

perlu shahibul maal boleh menetapkan batasan-batasan tertentu guna menyelamatkan

modalnya dari risiko kerugian. Syarat-syarat ini harus dipenuhi oleh si mudharib.

Apabila mudharib melanggar batasan ini ia harus bertanggung jawab atas kerugian

yang timbul. Jenis mudharabah seperti ini disebut mudharabah muqayyadah

(mudharabah terbatas). Jadi pada dasarnya, terdapat dua bentuk mudharabah yakni

muthlaqah dan muqayyadah.

Dalam praktik perbankan syari’ah modern, kini dikenal dua bentuk

mudharabah mudharabah muqayyadah, yakni on balance sheet dan off balance

sheet. Dalam mudharabah muqayyadah on balance sheet, aliran dana terjadi dari satu

Page 40: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

nasabah investor ke sekelompok pelaksana usaha dalam beberapa sektor terbatas,

misalnya pertanian, manufaktur, dan jasa. Nasabah investor lainnya mungkin

mensyaratkan dananya hanya boleh dipakai untuk pembiayaan disektor

pertambangan, property dan pertanian. Selain berdasarkan sektor, nasabah investor

dapat saja mensyaratkan berdasarkan jenis akad yang digunakan, misalnya hanya

boleh digunakan berdasarkan akad penjualan cicilan saja, atau penyewaan cicilan

saja, atau kerja sama usaha saja. Skema ini disebut on balance sheet karena dicatat

dalam neraca bank.

Dalam mudharabah off balance sheet, aliran dana berasal dari satu

nasabah investor kepada satu nasabah pembiayaan (yang dalan bank konvensional

disebut debitur). Disini bank syari’ah bertindak sebagai arranger saja. Pencatatan

transaksinya di bank syari’ah dilakukan secara off balance sheet. Sedangkan bagi

hasilnya hanya melibatkan nasabah investor dan pelaksana usaha saja. Besar bagi

hasil tergantung kesepakatan antara nasabah investor dan nasabah pembiayaan. Bank

hanya memperoleh arrange fee. Skema ini disebut off balance sheet karena transaksi

ini tidak dicatat dalam neraca bank, tetapi hanya dicatat dalam rekening administratif

saja.

Dari sudut pandang nasabah investor, terdapat tiga skema aliran dana dari

nasabah investor yakni:

1. Mudharabah muqayyadah off balance sheet

Dalam skema ini, aliran dana berasal dari satu nasabah investor kepada

satu nasabah pembiayaan (yang dalam bank konvensional disebut debitur). Disini

Page 41: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

bank syari’ah bertindak sebagai arranger saja. Pencatatan transaksinya dibank

syari’ah secara off balance sheet. Bagi hasilnya hanya melibatkan nasabah investor

dan pelaksana usaha saja. Besar bagi hasil tergantung kesepakatan antara nasabah

investor dan nasabah pembiayaan. Bank hanya memperoleh arrange fee. Disebut

mudharabah karena skemanya bagi hasil, muqayyadah karena ada pembatasan yaitu

hanya untuk pelaksana usaha tertentu dan off balance sheet karena tidak dicatat dalam

neraca bank.

Contoh:

Pak Akbar menanamkan dananya di Bank A dalam bentuk deposito

mudharabah sebesar Rp 500.000.000 dengan akad mudharabah muqayyadah untuk

disalurkan dalam pembiayaan pertanian. Dari pembiayaan tersebut pendapatan yang

dihasilkan adalah sebesar Rp 2.500.000. maka berapakah pendapatan pak Akbar dari

dana yang ditanamkan di bank tersebut? Nisbah bagi hasil untuk nasabah adalah

35:65 dan bobot adalah 0,85.

Jawab:

Dana nasabah : Rp 500.000.000Dana yang dapat disalurkan : Rp 0,85 x 500.000.000

= Rp 425.000.000Dana bank = 0Pendapatan dari pembiayaan = Rp 2.500.000

Maka:Pendapatan tiap 1000 nasabah:Rasio Dana Terpakai x Keuntungan x 1 x 1000

Dana Nasabah

475.000.000 x 2.500.000 x 1 x 1000 =4,5500.000.000 500.000.000

Page 42: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

Pendapatan yang akan diterima oleh nasabah:=4,5 x 35% x 500.000.000

1000=787.500Jadi pendapatan yang akan diterima oleh Pak Akbar adalah Rp 787.500

2. Mudharabah muqayyadah on balance sheet

Dalam skema ini aliran dana dapat terjadi dari satu nasabah investor ke

sekelompok pelaksana usaha dalam beberapa sector terbatas, misalnya pertanian,

manufaktur dan jasa. Nasabah investor lainnya mungkin mensyaratkan dananya

hanya boleh dipakai untuk pembiayaan di sektor pertambangan, properti dan

pertanian. Selain berdasarkan sektor, nasabah investor dapat saja mensyaratkan

berdasarkan jenis akad yang digunakan, misalnya hanya boleh digunakan berdasarkan

akad penjualan cicilan saja, atau penyewaan cicilan saja, atau kerja sama usaha saja.

Skema ini membuat bank terlibat dalam mudharabah muqayyadah on balance sheet.

Disebut on balance sheet karena dicatat dalam neraca bank.

Contoh:

Pak Zubair menabung dalam bentuk giro di Bank B sejumlah Rp

80.000.000, dengan akad mudharabah muqayyadah on balance sheet. Bank

menyalurkan dana pinjaman kepada nasabah senilai Rp 100.000.000 dan pendapatan

yang dialokasikan untuk giro sebesar 1.500.000. jika nisbah bagi hasil antara nasabah

dan bank adalah 60:40 maka berapakah nilai bagi hasil yang akan diterima oleh Pak

Zubair?

Page 43: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

Jawab:

Dana nasabah investor = 80.000.000Dana yang dapat disalurkan = 76.000.000 (0,95 x 80.000.000)Dana yang disalurkan dalam bentuk pinjaman=100.000.000Dana bank =100.000.000 – 76.000.000

= 24.000.000Pendapatan pembiayaan = Rp 1.500.000Maka,Pendapatan per 1000 nasabah =76.000.000 x 1.500.000 x 1 x 1000 = 14,25

100.000.000 80.000.000Bagi hasil yang akan diterima Pak Zubair adalah:80.000.000 x 14,25 x 40% = 456.000

1.000Jadi bagi hasil yang akan diterima Pak Zubair adalah Rp 456.000

3. Mudharabah muthlaqah on balance sheet

Dalam skema ini seluruh nasabah investor kepada bank digunakan tanpa

ada pembatasan tertentu kepada pelaksana usaha yang dibiayai maupun akad yang

digunakan. Nasabah investor memberikan kebebasan secara mutlak kepada bank

syari’ah utnuk mengatur seluruh aliran dana, termasuk memutuskan jenis akad dan

pelaksanaan usaha diseluruh sektor.

Contoh:

Di Bank C jumlah dana tabungan dengan akad mudharabah muthlaqah

adalah sebesar Rp 250.000.000 dan bank menyalurkan pembiayaan sebesar Rp

325.000.000. pendapatan yang dihasilkan dari pembiayaan dan merupakan proporsi

untuk tabungan adalah sebesar Rp 5.000.000. Dengan nisbah bagi hasil sebesar 60:30

bagi bank maka berapakah pendapatan yang akan diperoleh oleh Pak Umar jika ia

memiliki tabungan sebesar 70.000.000. Bobot = 0,95

Page 44: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

Jawab:

Diketahui dana nasabah investor : Rp250.000.000Dana yang dapat disalurkan = 250.000 x 0,95 = 237.500.000Pembiayaan yang disalurkan = 325.000.000Dana bank = 87.500.000Pendapatan yang dihasilkan = 5.000.000Maka:Pendapatan investasi dari setiap 1000 dana nasabah =237.500.000 x 5.000.000 x 1 x 1000 = 14,62325.000.000 250.000.000Pendapatan investasi dari setiap 1000 dana nasabah adalah 14,62Sehingga bagian pendapatan Pak Umar adalah:70.000.000 x 14,62 x 60% = 598.000

1000

Berbeda dengan perhitungan bagi hasil dilihat dari sudut pandang nasabah

yang lebih terfokus pada penghitungan berapa bagi hasil yang akan didapatkan oleh

nasabah. Pada sudut pandang pihak bank perhitungan bagi hasil ditujukan juga untuk

menentukan berapa besar nisbah bagi hasil dan alokasi bagi hasil yang akan

dibagikan kepada nasabah.

Penentuan Tingkat Bobot

Yang dimaksud dengan bobot adalah tingkat persentase produk pendanaan

yang dapat dimanfaatkan untuk dana pembiayaan. Dengan demikian tidak semua

dana nasabah dapat dimanfaatkan untuk pembiayaan. Hal ini dipengaruhi oleh adanya

tuntutan terlaksananya sistem prudential banking dan terpenuhinya kebutuhan

likuiditas. Beberapa faktor yang menentukan tingkat bobot adalah:

1. Tingkat Giro Wajib Minimum yang ditetapkan oleh bank sentral. Untuk Indonesia

BI menetapkan GWM bagi rupiah adalah 5% dan GWM bagi dollar adalah 3%.

Page 45: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

2. Besarnya cadangan dana yang dibutuhkan oleh bank untuk menjamin

terlaksananya operasional perbankan sehingga bank akan menyimpan cadangan

dananya diatas kewajiban yang 5%.

3.Tingkat besarnya dana-dana yang ditarik sector oleh nasabah atau investor

(floating).

Dalam bentuk equation, teknis penghitungan tingkat bobot dapat

dituliskan sebagai berikut:

Tingkat bobot = 1 – (GWM+Excess Reserve + floating rate)a. Perhitungan Dengan Saldo Akhir Bulan

Bagi bank, keseluruhan dana yang dikelolanya akan dipilah-pilah sesuai

jenisnya. Katakanlah bank mengelompokkannya menjadi giro, tabungan, deposito 1

bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan.

Kolom 1 adalah saldo akhir bulan masing-masing jenis dana. Namun tidak

seluruh dana ini dapat disalurkan oleh bank, karena bank harus menyimpan minimum

5% dari dana ini di Bank Indonesia (GWM), dan biasanya bank juga

memperhitungkan kelebihan cadangan yang disimpannya di atas kewajibannya yang

5% tersebut, juga memperhitungkan adanya dana-dana yang ditarik setor oleh

nasabah investor (floating). Ketiga komponen ini menjadi faktor pengurang dalam

perhitungan bobot dikolom 2. Kolom 3 adalah saldo yang benar-benar dapat

diinvestasikan oleh bank. Kolom 4 adalah pendistribusian pendapatan yang diperoleh

oleh bank kedalam masing-masing jenis dana. Kolom 5 adalah nisbah nasabah

investor. Dengan mengalika kolom 4 dan kolom 5, maka didapat bagian pendapatan

Page 46: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

nasabah untuk masing-masing jenis dana. Untuk memudahkan bank menghitung bagi

hasil kepada tiap-tiap investor, maka bank menghitung pendapatan nasabah pada

kolom 6 tersebut dalam bentuk presentase yaitu pada kolom 7.

Jenis Saldoakhirbulan

bobot Saldotertimbang

Distribusipendapatanperjenis

Nisbahnasabah

Bagianpendapatannasabah

Rata (%)pendapatannasabah

1 2 3=1x2 4 5 6x4=5 7=6/1x12x100%

GiroTabunganDep. 1Dep. 3Dep. 6Dep. 12

Total 1 2 3 4 5 6 7b. Perhitungan Dengan Saldo Rata-rata Harian

Bank dapat pula menghitung berdasarkan saldo rata-rata harian sebagai

berikut:

Kolom 1 adalah saldo akhir bulan masing-masing jenis dana. Namun tidak

seluruh dana ini dapat disalurkan oleh bank, karena bank harus menyimpan minimum

5% dari dana ini di Bank Indonesia (GWM). Karena perhitungannya adalah

menggunakan saldo rata-rata harian, nilai ini telah merefleksikan saldo yang

mengendap di bank yang dapat digunakan oleh bank untuk melakukan investasi. Jadi

hanya komponen GWM saja yang menjadi faktor pengurang dalam perhitungan

bobot di kolom 2. Kolom 3 adalah saldo yang benar-benar dapat diinvestasikan oleh

bank. Kolom 4 adalah pendistribusian pendapatan yang diperoleh oleh bank kedalam

masing-masing jenis dana. Kolom 5 adalah nisbah nasabah investor. Dengan

Page 47: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

mengalikan kolom 4 dan kolom 5, maka didapat bagian pendapatan nasabah untuk

masing-masing jenis dana. Untuk memudahkan bank menghitung bagi hasil kepada

tiap-tiap investor, maka bank menghitung pendapatan nasabah pada kolom 6 tersebut

dalam bentuk presentase yaitu pada kolom 7.

Jenis Saldoakhirbulan

bobot Saldotertimbang

Distribusipendapatanperjenis

Nisbahnasabah

Bagianpendapatannasabah

Rata (%)pendapatannasabah

1 2 3=1x2 4 5 6x4=5 7=6/1x12x100%

GiroTabunganDep. 1Dep. 3Dep. 6Dep. 12

Total

1 2 3 4 5 6 7

Page 48: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

BAB III

GAMBARAN UMUM BPRS AL-BAROKAH

A. Sejarah Berdirinya BPRS Al-Barokah

Sejarah berdirinya BPRS di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sejarah-

sejarah BPR pada umumnya. Bank Perkreditan Rakyat yang status hukumnya

disahkan dalam Paket Kebijaksanaan Keuangan Moneter dan Perbankan melalui

PAKTO tanggal 27 Oktober 1998, pada hakikatnya merupakan penjelmaan model

baru dari lumbung desa dan Bank Desa dengan beraneka ragam namanya yang ada

khususnya di pulau jawa sejak akhir 1890-an hingga tahun 1967 sejak dikeluarkannya

UU Pokok Perbankan, status hukumnya diperjelas dengan izin dari menteri keuangan.

Dengan adanya keharusan izin tersebut, diikuti dengan upaya-upaya pembenahan

terhadap badan-badan kredit desa yang berproses menjadi lembaga keuangan bank.28

Keinginan masyarakat terhadap adanya BPR tanpa bunga tersebut

mendapatkan angin segar dengan adanya deregulasi disektor perbankan sejak 1 juni

1983 yang memberikan kebebasan kepada bank-bank termasuk BPR untuk

menetapkan sendiri tingkat bunganya. Bahkan bank-bank tidak dilarang untuk

menerapkan bunga 0%.

28 Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait,(Jakarta: PT Raja Garafindo Persada, 2004) hal 125.

Page 49: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

Peluang beroperasinya BPR tanpa bunga tersebut semakin terbuka setelah

PAKTO 1988 tanggal 27 Oktober 1988 yang memberikan peluang berdirinya bank-

bank baru, termasuk diantaranya bank tanpa bunga.29

Berdirinya Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah di Indonesia selain didasari

oleh tuntutan berusaha (muamalah) sesuai hukum (syari’ah) Islam yang merupakan

keinginan kuat dari sebagian besar umat Islam di Indonesia, juga sebagai langkah

aktif dalam rangka restrukturisasi perekonomian di Indonesia yang dituangkan

kedalam berbagai kebijakan keuangan dan moneter perbankan secara umum. Secara

khusus adalah mengisi peluang terhadap kebijakan yang membebaskan bank dalam

penetapan tingkat suku bunga, yang kemudian dikenal dengan bank tanpa bunga.

PT. BPRS Al-Barokah yang berkedudukan di Jalan Proklamasi Blok A

No. 9 Depok, didirikan dengan Akta Nomor 56 Notaris Harun Kamil SH tanggal 12

Juni 1995 di Jakarta. Akta pendirian disetujui oleh Menteri Keuangan Republik

Indonesia dengan SK: No. KEP-046/KM.17/1996, tertanggal 6 Februari 1996 dan

mulai melaksanakan kegiatan dan beroperasi pada tanggal 11 Maret 1996.

Ide konkrit pendirian PT. BPRS Al-BArokah berawal dari sebuah kegiatan

pengajian yang diikuti oleh para pensiunan karyawan PT. Stanvac Indonesia, yang

masih aktif bekerja di PT. Exspan Sumatera, PT. Exspan Nusantara, dan PT. Exspan

Petrogas Intranusa yang merupakan bagian dari PT. Medco Energi, yakni perusahaan

yang mengelola minyak dan gas bumi.

29 Ibid, hal 127.

Page 50: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

Para pensiunan karyawan PT Stanvac Indonesia akhirnya menghasilkan

ide dan kesepakatan untuk mendirikan sebuah Bank Pembiayaan Rakyat yang

mempunyai sistem operasional berdasarkan syari’ah Islam yatu dengan menggunakan

sistem bagi hasil (mudharabah), usaha berserikat (musyarakah), dan jual beli

(murabahah).

Pada saat penandatanganan Akta Pendirian PT. BPRS Al-barokah terdapat

25 orang sebagai pemegang saham yang mendukung penuh pendirian bank tersebut.

Dengan modal dasar sebesar Rp 200.000.000,- yang disetor tunai kepada Bank

Indonesia sebesar Rp 50.000.000,- sebagai deposito. Kemudian setelah memenuhi

syarat yang ditentukan Undang-undang, maka Bank Indonesia mengizinkan PT.

BPRS Al-Barokah beroperasi dan pada tanggal 11 Maret 1996 secara resmi PT.

BPRS Al-Barokah melaksanakan kegiatannya.

Dengan perkembangan yang terus maju maka PT. BPRS Al-Barokah sejak

tahun 2005 telah merubah modal dasar menjadi Rp 2.000.000.000,- dengan modal

disetor sebesar Rp 1.000.000.000,-.30

30 Jawaban via email tanggal 18 April 2011.

Page 51: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

B. Struktur Organisasi BPRS Al-Barokah

Fatwa-fatwa

DSN-MUI

DPS

R.U.P.S

Dewan Komisaris

DirekturUtama

Direktur

Personalia Akuntansi Keuangan

Kasir

Litbang &

Pemasaran

Promosi Penagihan

Page 52: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

BPRS Al-Barokah saat ini mempunyai 2 orang Dewan Pengawas

Syari’ah yakni:

a. Drs. H. Murtadho Ghozali sebagai ketua dan

b. Drs. H. Saifuddin L Yasin sebagai Anggota

Dan BPRS Al-Barokah juga mempunyai 2 orang Dewan Komisaris yaitu:

a. Ir. H. Solichin sebagai Komisaris Utama dan

b. H. Muh. Rafiq, SE., MM sebagai Komisaris

Sedangkan Direksinya adalah:

a. Drs. Lukman Hakim sebagai Direktur Utama dan

b. Mieke Widya Rachmawati, SE sebagai Direktur31

C. Visi dan Misi BPRS Al-Barokah

1. Visi dari PT. BPRS Al-Barokah yaitu menjadi salah satu BPRS terbaik di

Indonesia.

2. Misi dari PT. BPRS Al-Barokah adalah:

a. Memberdayakan potensi ekonomi ummat sesuai dengan prinsip syari’ah

Islam.

b. Menggalang dan menyalurkan dana guna meningkatkan kemakmuran

dan rasa keadilan.32

Tujuan operasionalisi BPRS Al-Barokah:

31 Ibid.32 Wawancara pribadi dengan Nur Rochim salah seorang accounting Staf BPRS Al-

Barokah pada tanggal 8 April 2011.

Page 53: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

a.Meningkatkan kesejahteraan ekonomi ummat Islam terutama kelompok masyarakat

ekonomi lemah yang pada umumnya berada didaerah pedesaan.

b.Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan, sehingga dapat

mengurangi arus urbanisasi.

c.Membina ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka peningkatan

pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang memadai.

Untuk mencapai tujuan operasionalisasi BPRS Al-Barokah tersebut

diperlukan beberapa strategi operasional sebagai berikut:

a. BPRS tidak bersifat menunggu (pasif) terhadap datangnya permintaan fasilitas,

melainkan bersifat aktif dengan melakukan solisitasi/penelitian kepada usaha-

usaha yang berskala kecil yang perlu dibantu tambahan modal, sehingga memiliki

prospek bisnis yang baik.

b. BPRS memiliki jenis usaha yang waktu perputaran uangnya jangka pendek

dengan mengutamakan usaha skala kecil dan menengah.

c. BPRS mengkaji pangsa pasar, tingkat kejenuhan serta tingakt kompetitifnya

produk yang akan diberi pembiayaan.

D. Produk-produk BPRS Al-Barokah

1. Produk Penghimpunan Dana

BPRS Al-Barokah menghimpun dan mengelola dana nasabah dari sumber

yang halal dengan konsep Al-Wadiah Yad Adh Dhamanah dengan keuntungan yang

akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang ditetapkan dari mufakat antara Bank

dan Nasabah berupa:

Page 54: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

a. Deposito Berjangka Mudharabah dan

b. Tabungan Mudharabah

c. Tabungan Wadi’ah

2. Penyaluran Dana

BPRS Al-Barokah menyalurkan dana untuk pemenuhan kebutuhan

permodalan dan investasi melalui pola jual-beli, bagi hasil, dan jasa guna

meningkatkan usaha produktif berskala mikro (kecil menengah)

Untuk kebutuhan permodalan (equity financing) dilakukan dengan konsep

kontrak bagi hasil (profit sharing contract) menggunakan akad Al-Mudharabah yaitu

perjanjian akad kerjasama antara bank yang menyediakan dana (shahibul maal)

dengan mitra usaha yang memiliki keahlian dan keterampilan mengelola usaha

produktif dan halal. Keuntungan dari usaha dibagi berdasar nisbah yang disepakati.

Untuk kebutuhan pembiayaan dilakukan dengan konsep kontrak jual beli

(sale contract) menggunakan akad Ba’i Al-Murabahah yaitu perjanjian jual beli

barang pada harga asal setelah ditambah margin (keuntungan yang disepakati),

barang diserahkan dengan segera, sedangkan pembayaran harga atas barang

dilakukan kemudian hari.

3. Pinjaman Kebajikan (Benevolence Loan)

Produk ini merupakan pinjaman lunak kepada kaum Dhuafa yang

memiliki karakter baik dan usaha yang berpeluang untuk dikembangkan yaitu dengan

menggunakan akad Al-Qard ini adalah perjanjian pinjaman dana dimana dana

Page 55: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

dikembalikan sebesar pokok pinjaman saja. Sumber dana berasal dari zakat, infaq,

dan shadaqah. 33

33 Jawaban via email pada tanggal 18 April 2011.

Page 56: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Mekanisme Pengajuan Pembiayaan Mudharabah di BPRS Al-Barokah

Jenis mudharabah yang diterapkan di BPRS Al-Barokah adalah

mudharabah muthlaqah artinya modal 100% mutlak berasal dari shahibul maal

(penyedia dana) dan mitra diberi kebebasan penuh untuk mengelola dana tersebut

sesuai keahliannya.

Untuk mengajukan pembiayaan mudharabah, nasabah BPRS Al-Barokah

diharapkan memenuhi beberapa kriteria yaitu:

1. Penyedia dana (sahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus cakap hukum.

2. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan

kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-

hal berikut:

a.Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak

(akad).

b.Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.

c.Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan

menggunakan cara-cara komunikasi modern.

3. Modal adalah sejumlah uang dan/atau aset yang diberikan oleh penyedia dana

kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut:

a.Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.

Page 57: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

b.Modal dapat berbentuk uang atau barang yang bernilai. Jika modal diberikan

dalam bentuk aset, maka aset tersebut harus dinilai pada waktu akad.

c.Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada mudharib,

baik secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad.

4. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari

modal. Syarat keuntungan berikut ini harus dipenuhi:

a.Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya untuk

satu pihak.

b.Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan

dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk prosentasi

(nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus

berdasarkan kesepakatan.

c.Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah, dan

pengelola tidak boleh menanggung kerugian apa pun kecuali diakibatkan dari

kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.

5. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai perimbangan (muqabil) modal

yang disediakan oleh penyedia dana, harus memperhatikan hal-hal berikut:

a.Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur tangan penyedia

dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.

b.Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa

yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.

Page 58: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

c.Pengelola tidak boleh menyalahi hukum Syariah Islam dalam tindakannya yang

berhubungan dengan mudharabah, dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku

dalam aktivitas itu.34

Dan berikut ini adalah prosedur pengajuan pembiayaan mudharabah di

BPRS Al-Barokah:

a. Rencana Pengembangan Usaha

Nasabah yang mengajukan pembiayaan terlebih dahulu harus mengajukan

draft rencana pengembangan usaha. Usaha seperti apa yang akan dikembangkan,

berapa dana yang dibutuhkan untuk pengembangan usaha tersebut, dan prospek

kedepan dari usaha tersebut. Jika draft pengembangan usaha telah dirancang maka

lanjut ke tahap berikutnya.

b. Mengisi Formulir Permohonan

Formulir permohonan pembiayaan ini harus diisi nasabah untuk

melengkapi data-data nasabah. Dalam mengisi formulir ini juga harus dilengkapi

dengan Pas Photo, Photo Copy KTP, Photo Copy Kartu Keluarga, Photo Copy BPKB

dan Faktur Kendaraan (jika jaminan kendaraan bermotor), dan dokumen lain yang

bisa mendukung permohonan pembiayaan ini.

c. Melengkapi Persyaratan

34 Jawaban via email pada tanggal 18 April 2011.

Page 59: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

Persyaratan disini seperti melengkapi data historis perusahaan. Data

proyeksi usaha/perusahaan, dan data jaminan/agunan.

Jika semua persyaratan diatas sudah lengkap maka tahap selanjutnya

adalah penyerahan dokumen-dokumen diatas ke pihak bank. Tahap selanjutnya

adalah tugas bank untuk memeriksa dokumen apakah sudah lengkap atau masih ada

kekurangan. Jika sudah lengkap, maka bank akan melakukan analisa kelayakan 5C

yaitu:

a.Character artinya sifat atau karakter nasabah pembiayaan.

b.Capacity artinya kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha dan

mengembalikan pembiayaan.

c.Capital artinya besarnya modal yang diperlukan.

d.Collateral artinya jaminan yang telah dimiliki nasabah yang diberikan nasabah

kepada bank.

e.Condition artinya keadaan usaha nasabah atau prospek usaha nasabah35.

Dan apabila analisa kelayakan 5C sudah lengkap maka bank akan

melakukan analisa tahap selanjutnya yaitu terhadap kondisi keuangan nasabah.

Apakah dalam keadaan stabil atau sebaliknya.

Apabila semua proses analisa sudah selesai, maka bank memutuskan calon

nasabah layak mendapatkan pembiayaan dari bank atau tidak. Jika calon nasabah

tidak layak mendapatkan pembiayaan dari bank maka calon nasabah akan

35Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,2005) hal 19-20.

Page 60: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

dikonfirmasi untuk melengkapi dokumen-dokumen yang kurang. Dan apabila calon

nasabah layak mendapat pembiayaan dari bank maka akan diadakan persetujuan

pembiayaan dan terbentuklah akad mudharabah.36

B. Aplikasi Pembiayaan Mudharabah Untuk Sektor Pertanian di BPRS Al-

Barokah

Dari semua mekanisme pengajuan pembiayaan mudharabah di BPRS Al-

Barokah yang penulis rincikan diatas, ternyata tidak sama dengan praktek yang

terdapat dilapangan. Berikut adalah adalah syarat pengajuan pembiayaan

mudharabah yang tidak diaplikasikan:

a.Melengkapi persyaratan seperti data historis usaha/perusahaan, data proyeksi

usaha/perusahaan dan data jaminan/agunan.

Alasan yang dikemukakan oleh pihak BPRS terhadap perbedaan antara

mekanisme dengan aplikasi pembiayaan diatas adalah: jika calon nasabah

mengajukan pembiayaan dalam jumlah yang tidak banyak maka BPRS tidak

mengharuskan untuk melengkapi data historis usaha/perusahaan, data proyeksi usaha

dan data jaminan/agunan.

Dan alasan lain yang diutarakan oleh pihak BPRS Al-Barokah adalah jika

nasabah yang hendak mengajukan pembiayaan bukanlah nasabah baru maka tidak

perlu juga untuk melengkapi data-data yang sudah penulis kemukakan diatas tadi.37

36 Wawancara pribadi dengan Nur Rohim salah seorang Accounting Staff BPRS Al-Barokah pada tanggal 27 July 2011.

Page 61: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

b.Konfirmasi data/dokumen

Maksud konfirmasi data/dokumen adalah jika semua data yang diserahkan

oleh calon nasabah pembiayaan itu sudah lengkap/belum lengkap maka terkadang

BPRS AL-Barokah tidak melakukan konfirmasi kepada calon nasabah dikarenakan

BPRS Al-Barokah langsung ketahap selanjutnya dari proses pembiayaan yakni

ketahap analisis 5C.

Atau jika calon nasabah yang mengajukan pembiayaan tersebut data yang

diberikannya ke BPRS Al-Barokah belum lengkap maka BPRS tidak akan melakukan

konfirmasi ke calon nasabah tersebut dengan alasan calon nasabah tidak layak

mendapatkan pembiayaan dari BPRS Al-Barokah.

c.Analisa kelayakan 5 C

Dengan alasan sudah mengenal secara personal ataupun secara perusahaan

terhadap nasabah maka pihak BPRS Al-Barokah tidak melakukan analisis kelayakan

5 C. BPRS Al-Barokah juga melakukan hal yang sama kepada nasabah yang memang

sudah lama menjalin kerjasama dengan BPRS Al-Barokah. Disini BPRS Al-Barokah

lebih menitikberatkan kepada analisis keuangan yang dimiliki oleh calon nasabah dan

tidak menganalisis secara keseluruhan dari proses 5 C.

Untuk pembiayaan mudharabah pada sektor pertanian di BPRS Al-

Barokah pernah dilaksanakan pada tahun 2009/2010. Dalam tahun itu ada 7 nasabah

37 Ibid.

Page 62: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

yang mengajukan pembiayaan dengan nilai plafond per-nasabah (non-group) Rp 120

juta sehingga total pendanaan mencapai Rp 840 juta.

Diantara 7 nasabah tersebut ada satu nasabah yang melakukan usaha

pertanian yang disebut agro grow box (bertani dengan menggunakan media kotak).

Peran BPRS disini adalah menyediakan dana untuk membeli peralatan pertanian

seperti pasir, sekam, pupuk, mesin air untuk penyiraman tanaman, dan plastik kaca

untuk menutupi tanaman.

Petani tersebut mencoba menanam beberapa jenis sayuran, padi dan tebu.

Sedangkan untuk memasarkan hasil panen sipetani memilih supermarket yang

terdapat di Bogor, perlu untuk diketahui disini BPRS tidak ikut serta dalam hal

pemasaran, BPRS hanya membantu nasabah dalam hal pemberian pinjaman dana.38

BPRS Al-barokah biasanya melakukan pengawasan secara berkala setiap

bulannya. Tahap yang harus dilalui nasabah hingga pinjamannya di bank usai adalah:

tahap, pembayaran angsuran pinjaman, setelah tahap tersebut usai maka nasabah

diboehkan untuk mengambil jaminan (agunan) yang ditahan oleh pihak bank, dan

tahap terakhir adalah bank mengeluarkan surat keterangan lunas sebagai bukti bahwa

antara nasabah dan bank sudah mengakhir akad pembiayaan mudharabah mereka.

38 Ibid.

Page 63: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

C. Analisis

1. Analisis dari perspektif fiqh muamalat

Berikut ini adalah rukun dan syarat mudharabah:

a. Rukun mudharabah adalah: a. pemilik lahan; b. penggarap; c. lahan yang digarap;

dan d. akad.

b. Pemilik lahan harus menyerahkan lahan yang akan digarap kepada pihak yang akan

menggarap.

c. Penggarap wajib memiliki keterampilan bertani dan bersedia menggarap lahan

yang diterimanya.

d. Penggarap wajib memberikan keuntungan kepada pemilik lahan bila pengelolaan

yang dilakukannya menghasilkan keuntungan.

e. Akad mudharabah dapat dilakukan secara mutlak dan atau terbatas.

f. Jenis benih yang akan ditanam dalam mudharabah terbatas harus dinyatakan

secara pasti dalam akad, dan diketahui oleh penggarap.

g. Penggarap bebas memilih jenis benih tanaman untuk ditanam dalam akad

mudharabah yang mutlak.

h. Penggarap wajib memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi lahan, keadaan

cuaca, serta cara yang memungkinkan untuk mengatasinya menjelang musim

tanam.

Page 64: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

i. Penggarap wajib menjelaskan perkiraan hasil panen kepada pemilik lahan dalam

akad mudharabah mutlak.

j. Penggarap dan pemilik lahan dapat melakukan kesepakatan mengenai pembagian

hasil pertanian yang akan diterima oleh masing-masing pihak.

k. Penyimpangan yang dilakukan penggarap dalam akad mudharabah, dapat

mengakibatkan batalnya akad itu.

l. Seluruh hasil panen yang dilakukan oleh penggarap yang melakukan pelanggaran,

menjadi milik pemilik lahan.

m.Dalam hal terjadi keadaan tersebut, pemilik lahan dianjurkan untuk memberi

imbalan atas kerja yang telah dilakukan penggarap.

n. Penggarap berhak melanjutkan akad mudharabah jika tanamannya belum layak

dipanen, meskipun pemilik lahan telah meninggal dunia.

o. Ahli waris pemilik lahan wajib melanjutkan kerja sama mudharabah yang

dilakukan oleh pihak yang meninggal, sebelum tanaman pihak penggarap bias

dipanen.

p. Hak menggarap lahan dapat dipindahkan dengan cara diwariskan bila penggarap

meninggal dunia, sampai tanamannya bisa dipanen.

q. Ahli waris penggarap berhak untuk meneruskan atau membatalkan akad

mudharabah yang dilakukan oleh pihak yang meninggal.

Page 65: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

r. Akad mudharabah berakhir jika waktu yang disepakati telah berakhir.39

Dalam hal rukun akad mudharabah terdapat beberapa perbedaan pendapat

antara Ulama Hanafiyah dengan Jumhur Ulama. Ulama Hanafiyah berpendapat

bahwa yang menjadi rukun akad mudharabah adalah Ijab dan Qabul. Sedangkan

Jumhur Ulama menyatakan bahwa rukun akad mudharabah adalah terdiri atas orang

yang berakad, modal, keuntungan, kerja dan kad; tidak hanya terbatas pada rukun

sebagaimana yang dikemukakan Ulama Hanafiyah, akan tetapi, Ulama Hanafiyah

memasukkan rukun-rukun yang disebutkan Jumhur Ulama itu, selain Ijab dan Qabul

sebagai syarat akad mudharabah.

Adapun syarat-syarat mudharabah, sesuai dengan rukun yang

dikemukakan Jumhur Ulama di atas adalah :

1. Orang yang berakal harus cakap bertindak hukum dan cakap diangkat sebagai

wakil.

2. Mengenai modal disyaratkan : a) berbentuk uang, b) jelas jumlahnya, c) tunai, dan

d) diserahkan sepenuhya kepada mudharib (pengelola). Oleh karenanya jika modal itu

berbentuk barang, menurut Ulama Fiqh tidak dibolehkan, karena sulit untuk

menentukan keuntungannya.

39 http://esharianomics.com/esharianomics/akad-transaksi/mudharabah/rukum-dan-syarat-mudharabah, diakses tanggal 8 Oktober 2011.

Page 66: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

3. Yang terkait dengan keuntungan disyaratkan bahwa pembagian keuntungan harus

jelas dan bagian masing-masing diambil dari keuntungan dagang itu.

Keterangan :

a. Modal

Seperti dijelaskan di atas, bahwa modal harus berbentuk uang. Untuk

menghindari bentuk perselisihan, kontrak mudharabah harus jelas jumlah modalnya.

Modal mudharabah tidak boleh berupa suatu hutang yang dipinjam mudharib pada

saat dilanjutkan kontrak mudharabah. Karena dalam kontrak semacam ini si investor

dapat dengan mudah menggunakan mudharabah sebagai alat untuk memperoleh

kembali hutangnya sekalian mengambil untung darinya. Mengambil untung dari

suatu hutang sebagai riba yang diharamkan dalam hukum Islam. Dari sekian empat

Madzhab Fiqh tak satupun yang mengizinkan suatu kontrak dimana kreditur meminta

debitur untuk menjalankan mudharabah berdasarkan pengertian bahwa modal kongsi

adalah hutang calon mudharib kepada investor.

Rab al-mal (investor) harus menyerahkan modal mudharabah kepada

mudharib agar kontrak ini menjadi sah. Mudharib bebas menginvestasikan dan

menggunakan modal tersebut dalam batasbatas klausul kontrak mudharabah yang

secara umum menetapkan jenis usaha yang dipilih, jangka waktu kongsi, dan lokasi-

lokasi tempat mudharib boleh menjalankan usahanya.

Page 67: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

b. Manajemen

Sebagai mudharib yang menjalankan mudharabah untuk kongsi,

hendaknya harus memiliki kebebasan yang diperlukan dalam pengelolaan kongsi dan

dalam pembuatan semua keputusan terkait. Ia bebas menentukan sendiri bentuk

barang-barang untuk dikelola, memberikan modal kepada pihak ketiga, melibatkan

diri dalam suatu kerjasama (musyarakah) dengan pihak-pihak lain tanpa ditentukan

oleh investor. Sehingga mempeoleh hasil dan keuntungan yang maksimal. Dilihat

dari segi transaksi yang dilakukan antara investor dengan mudharib, Ulama Fiqh

membagi mudharabah kepada dua jenis : Mudharabah muthlaqah (tak terbatas untuk

menyerahkan modal secara mutlak, tanpa syarat dan pembatasan) dan Mudharabah

muqayyadah (terbatas untuk menyerahkan modal dengan syarat dan batasan tertetu).

c. Jangka Waktu

Menurut madzhab Maliki dan Syafi’i bahwa, kontrak mudharabah tidak

boleh menentukan syarat adanya jangka waktu tertentu bagi kongsi. Menurutnya hal

demikian dapat membuat kontrak menjadi batal. Namun kalangan madzhab Hanafi

dan Hambali membolehkan klausul demikian.

d. Jaminan

Mengingat hubungan antara investor dengan mudharib adalah hubungan

yang bersifat ‘gadai’ dan mudharib adalah orang yang dipercaya, maka tidak ada

Page 68: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

jaminan oleh mudharib kepada investor. Investor tidak dapat menuntut jaminan

apapun dari mudharib untuk mengembalikan modal dengan keuntungan. Jika investor

mempersyaratkan pemberian jaminan dari mudharib dan menyatakan hal ini dalam

syarat kontrak, maka kontrak mudharabah mereka tidak sah, demikian menurut Malik

dan Syafi’i.

e. Pembagian Laba dan Rugi

Mudharabah pada dasarnya adalah suatu serikat laba, dan komponen

dasarnya adalah penggabungan kerja dan modal. Laba bagi masing-masing pihak

dibenarkan berdasarkan kedua komponen tersebut. Risiko yang terkandung juga

menjadi pembenar laba dalam mudharabah. Dalam kasus yang kongsinya tidak

menghasilkan laba sama sekali, risiko investor adalah kehilangan sebagian atau

seluruh modal, sementara risiko mudharib adalah tidak mendapatkan atas kerja dan

usahanya.40

Pengertian Muzara’ah.

Menurut Hanafiyah Muzara’ah adalah kerjasama antara pemilik lahan dan

pekerja di dalam merawat tanaman dengan hasil yang di bagi dua.

40http://mujahidinimeis.wordpress.com/2011/01/24/sistem-pembiayaan-mudharabah-bagi-hasil-antara-perbankan-syari%E2%80%99ah-dengan-literatur-fiqh-muamalah/, diakses tanggal08 Oktober 2011.

Page 69: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

Menurut Ulama’ Malikiyah Muzara’ah adalah “Perkongsian di dalam

bercocok tanam”.

Menurut Ulama Syafi’iyah Muzara’ah adalah mengelola tanah di atas

sesuatu yang dihasilkan dan benihnya berasal dari pengelola. Adapun muzara’ah,

sama seperti mukhabarah, hanya saja benihnya berasal dari pemilik tanah.

Menurut Ulama’ Hanabilah Muzara’ah adalah Menyerahkan tanah kepada

orang yang akan bercocok tanam atau mengelolanya, sedangkan tanaman hasilnya

tersebut dibagi antara keduanya.

Hukum akad Muzara’ah

Menurut Hanafiyyah hukum akad Muzaraah ini tidak di perbolehkan

karena ada hadis nabi Muhammad SAW

ما أخرجت ھذه ولم تخرج عن رافع بن خدیج قال كنااكثراالنصار حقال فكنا نكرىاالرض على ان لنا ھذه فرب

ھذه فنھاناعن ذلك

Menurut Malikiah hukum akad muzaraah di perbolehkan karena

berlandaskan pada hadis nabi Muhammad

ثمر اوزرععن ابن عمران النبي صلى اهللا علیھ وسلم عامل أھل خیبر بشرط مایخرج منھا من

Menurut Syafi’iyyah akad muzarah ini hukumnya boleh karena ada

sebuah hadi yang memperbolehkannya yaitu:

ثمر اوزرععن ابن عمران النبي صلى اهللا علیھ وسلم عامل أھل خیبر بشرط مایخرج منھا من

Menurut Hanabilah juga mengatakan boleh dengan berargumen pada

hadis nabi yaitu:

مر اوزرعن ابن عمران النبي صلى اهللا علیھ وسلم عامل أھل خیبر بشرط مایخرج منھا من ثع

Page 70: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

Rukun Muzara’ah

1. Menurut Hanafiah: a. Pemilik tanah, b. Petani/Penggarap, c. Obyek al- muzara’ah

(mahalul ‘aqdi), Ijab dan Qabul. Qabul ini tidak harus berupa lisan, namun dapat juga

berupa tindakan langsung dari si penggarap.

2. Menurut Malikiah: a. Pemilik tanah, b. Petani/Penggarap, c. Obyek al- muzara’ah

(mahalul ‘aqdi), Ijab dan Qabul (berupa ucapan).

3. Menurut Syafi’iyyah: a. Pemilik tanah, b. Petani/Penggarap, c. Obyek al-

muzara’ah (mahalul ‘aqdi), d. Ijab dan Qabul (berupa ucapan)

4. Menurut Hanabilah: a. Pemilik tanah, b. Petani/Penggarap, c. Obyek al- muzara’ah

(mahalul ‘aqdi), d. Ijab dan Qabul (berupa ucapan).

Syarat-syarat Muzara’ah

1. Menurut Hanafiah: a. Berakal, b.Baligh, c. Bukan orang kafir atau murtad.

2. Menurut Malikiah: a. Berakal, b. Baligh.

3. Menurut Syafi’iyyah: a. Berakal, b. Baligh.

4. Menurut Hanabilah: a. Berakal, b. Baligh.41

Pensyariatan Muzara’ah

Dari Nafi’ dari Abdullah bin Umar ra, bahwa ia pernah mengabarkan

kepada Nafi’ ra pernah memperkejakan penduduk Khaibar dengan syarat bagi dua

41 Drs. H.S Sholahuddin, Fiqhul Islam, Biro (Penerbit Jurusan Syariah STAIN Cirebon,2000) hal: 126.

Page 71: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

hasil kurmanya atau tanaman lainnya. (Muttafaqun ‘alaih: Fathul Bari VI: 13 no:

2329, Muslim XCIII: 1186 no: 1551, ‘Aunul Ma’bud IX: 272 no: 3391, Ibnu Majah

II: 824 no: 2467, Tirmidzi II: 421 no: 1401).

Imam Bukhari menulis, Qais bin Muslim meriwayatkan dari Abu Ja’far, ia

berkata, “Seluruh Ahli Bait yang hijrah ke Madinah adalah petani dengan cara bagi

hasil sepertiga dan seperempat. Di antaranya lagi yang telah melaksanakan

muzara’ah adalah Ali, Sa’ad bin Malik, Abdullah bin Mas’ud, Umar bin Abdul Aziz,

al-Qasim, Urwah, Keluarga Abu Bakar, Keluarga Umar, Keluarga Ali dan Ibnu

Sirin.” (Fathul Bari V: 10).

Penanggung Modal

Tidak mengapa modal mengelola tanah ditanggung oleh si pemilik tanah,

atau oleh petani yang mengelolanya, atau ditanggung kedua belah pihak.

Dalam Fathul Bari V: 10, Imam Bukhari menuturkan, “Umar pernah

mempekerjakan orang-orang untuk menggarap tanah dengan ketentuan; jika Umar

yang memiliki benih, maka ia mendapat separuh dari hasilnya dan jika mereka yang

menanggung benihnya maka mereka mendapatkan begitu juga.” Lebih lanjut Imam

Bukhari mengatakan, “al-Hasan menegaskan, tidak mengapa jika tanah yang digarap

adalah milik salah seorang di antara mereka, lalu mereka berdua menanggung

Page 72: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

bersama modal yang diperlukan, kemudian hasilnya dibagi dua. Ini juga menjadi

pendapat az-Zuhri.”

Yang Tidak Boleh Di Lakukan Dalam Muzara’ah

Dalam muzara’ah, tidak boleh mensyaratkan sebidang tanah tertentu ini

untuk si pemilik tanah dan sebidang tanah lainnya untuk sang petani. Sebagaimana

sang pemilik tanah tidak boleh mengatakan, “Bagianku sekian wasaq.”

Dari Hanzhalah bin Qais dari Rafi’ bin Khadij, ia bercerita, “Telah

mengabarkan kepadaku dua orang pamanku, bahwa mereka pernah menyewakan

tanah pada masa Nabi saw dengan (sewa) hasil yang tumbuh di parit-parit, dengan

sesuatu (sebidang tanah) yang dikecualikan oleh si pemilik tanah. Maka Nabi saw

melarang hal itu.” Kemudian saya (Hanzhalah bin Qais) bertanya kepada Rafi’,

“Bagaimana sewa dengan Dinar dan Dirham?” Maka jawab Rafi’, “Tidak mengapa

sewa dengan Dinar dan Dirham.” Al-Laits berkata, “Yang dilarang dari hal tersebut

adalah kalau orang-orang yang mempunyai pengetahuan perihal halal dan haram

memperhatikan hal termaksud, niscaya mereka tidak membolehkannya karena di

dalamnya terkandung bahaya.” (Shahih: irwa-ul Ghalil V: 299, Fathul Bari V: 25 no:

2347 dan 46, Nasa’i VII: 43 tanpa perkataan al-Laits).

Dari Hanzhalah juga, ia berkata, “Saya pernah bertanya kepada Rafi’ bin

Khadij perihal menyewakan tanah dengan emas dan perak. Jawab Rafi’, ‘Tidak

Page 73: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

mengapa. Sesungguhnya pada periode Rasulullah orang-orang hanya menyewakan

tanah dengan (sewa) hasil yang tumbuh di pematang-pematang (gailengan), tepi-tepi

parit, dan beberapa tanaman lain. Lalu yang itu musnah dan yang ini selamat, dan

yang itu selamat sedang yang ini musnah. Dan tidak ada bagi orang-orang (ketika itu)

sewaan melainkan ini, oleh sebab itu yang demikian itu dilarang. Adapun (sewa)

dengan sesuatu yang pasti dan dapat dijamin, maka tidak dilarang.” (Shahih: Irwa-ul

Ghalil V: 302, Muslim III: 1183 no: 116 dan 1547, ‘Aunul Ma’bud IX: 250 no: 3376

dan Nasa’i VII : 43).

Sumber: Diadaptasi dari 'Abdul 'Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz

Fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil 'Aziz, atau Al-Wajiz Ensiklopedi Fikih Islam dalam Al-

Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah, terj. Ma'ruf Abdul Jalil (Pustaka As-Sunnah),

hlm. 677 - 679.42

2.Analisis dari perspektif penulis

Berdasarkan uraian yang penulis sebutkan diatas maka dari segi akad dan

syarat sebenarnya tidak jauh berbeda antara akad mudharabah dan muzara’ah, jadi

praktek akad mudharabah untuk sektor pertanian di BPRS Al-Barokah tidak ada yang

salah.

42 images.tiekha05.multiply.multiplycontent.com/.../..., diakses tanggal 08 oktober 2011.

Page 74: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

Sedangkan untuk sistem bagi hasil untuk pertanian itu sendiri adalah

menggunakan proses sebagai berikut:

Istilah yang tepat untuk bagi hasil seperti pertanian ada beberapa cara dan

disebut Muzara'ah. Muzara’ah, yaitu pemilik tanah menyerahkan alat, benih dan

hewan kepada yang hendak menanaminya dengan suatu ketentuan dia akan mendapat

hasil yang telah ditentukan, misalnya: 1/2, 1/3 atau kurang atau lebih menurut

persetujuan bersama.

Muzara’ah adalah salah satu bentuk ta’awun antar petani dan pemilik

sawah. Serigkali kali ada orang yang ahli dalam masalah pertanian tetapi dia tidak

punya lahan, dan sebaliknya banyak orang yang punya lahan tetapi tidak mampu

menanaminya. Maka Islam mensyari’atkan muzara’ah sebagai jalan tengah bagi

keduanya. Itulah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dan mentradisi di tengah

para sahabat dan kaum muslimin setelahnya.

Ibnu ‘abbas mencerikana bahwa Rasululah saw bekerja sama dengan

penduduk Khaibar untuk berbagi hasil atas panenan, makanan dan buah-buahan.

Bahkan Muhammad Albakir bin Ali bin Al-Husain mengatakan bahwa tidak ada

seorang muhajirin yang berpindah ke Madinah kecuali mereka bersepakat untuk

membagi hasil pertanian sepertiga atau seperempat. Para sahabat yang tercatat

melakukan muzara’ah antara lain adalah Ali bin Abi Thalib, Sa’ad bin Malik,

Page 75: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

Abdullah bin Mas’ud dan yang lainnya. Bahkan Umar bin Abdul Aziz pun yang

hidup di masa berikutnya memiliki pemasukan dari bagi hasil.

Muzara’ah dibenarkan apabila disepakati pembagian hasil antara pemilik

lahan dengan tenaga petani. Misalnya, petani mendapat 60% dari nilai total hasil

panen, sedangkan pemilik lahan mendapat 40% sisanya. Bentuk seperti ini dihalalkan

dan telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para shahabat hingga

generasi berikutnya. Adapun bentuk muzara’ah yang diharamkan adalah bila bentuk

kesepakatannya tidak adil. Misalnya, dari luas 1.000 m persegi yang disepakati,

pemilik lahan menetapkan bahwa dia berhak atas tanaman yang tumbuh di area 400

m tertentu. Sedangkan tenaga buruh tani berhak atas hasil yang akan didapat pada

600 m tertentu.

Perbedaannya dengan bentuk muzara’ah yang halal di atas adalah pada

cara pembagian hasil. Bentuk yang boleh adalah semua hasil panen dikumpulkan

terlebih dahulu, baru dibagi hasil sesuai prosentase. Sedangkan bentuk yang kedua

dan terlarang itu, sejak awal lahan sudah dibagi dua bagian menjadi 400 m dan 600

m. Buruh tani berkewajiban untuk menanami kedua lahan, tetapi haknya terbatas

pada hasil di 600 m itu saja. Sedangkan apapun yang akan dihasilkan di lahan satunya

lagi yang 400 m, menjadi hak pemilik lahan.

Cara seperti ini adalah cara muzaraah yang diharamkan. Inti larangannya

ada pada masalah gharar. Sebab boleh jadi salah satu pihak akan dirugikan.

Page 76: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

Misalnya, bila panen dari lahan yang 400 m itu gagal, maka pemilik lahan akan

dirugikan. Sebaliknya, bila panen di lahan yang 600 m itu gagal, maka buruh tani

akan dirugikan. Maka yang benar adalah bahwa hasil panen keduanya harus

disatukan terlebih dahulu, setelah itu baru dibagi hasil sesuai dengan perjanjian

prosentase.

Bentuk muzara’ah yang terlarang ini adalah seseorang memberikan

persyaratan kepada orang yang mengerjakan tanahnya; yaitu dengan ditentukan tanah

dan sewanya dari hasil tanah baik berupa takaran ataupun timbangan. Sedang sisa

daripada hasil itu untuk yang mengerjakannya atau masih dibagi dua lagi misalnya.

Oleh karena itu seharusnya masing-masing pihak mengambil bagiannya itu dari hasil

tanah dengan suatu perbandingan yang disetujui bersama. Jika hasilnya itu banyak,

maka kedua belah pihak akan ikut merasakannya, dan jika hasilnya sedikit, kedua-

duanya pun akan mendapat sedikit pula. Dan kalau samasekali tidak menghasilkan

apa-apa, maka kedua-duanya akan menderita kerugian. Cara ini lebih menyenangkan

jiwa kedua belah pihak.43

Hadits yang berkaitan dengan mudharabah adalah hadits yag diriwayatkan

oleh Ibnu Majah dari Shuhaib bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya:

43 http://www.facebook.com/topic.php?uid=255621610421&topic=13576, diakses

tanggal 08 Oktober 2011.

Page 77: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

“tiga perkara yang mengandung berkah adalah jual-beli yang

ditangguhkan, melakukan qiradh (memberi modal kepada orag lain), dan yang

mencampurkan gandum dengan jelas untuk keluarga, bukan untuk dijual-

belikan”.(HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).

Berdasarkan hadits diatas maka terlihatlah betapa mudharabah sangat

dianjurkan untuk ummat muslim, dengan ber-mudharabah individu yang mempunyai

modal tapi tidak mempunyai skill untuk mengembangkan modalnya bisa bekerjasama

dengan individu yang mempunyai skill tapi tidak mempunyai modal.

Menurut penulis, harusnya akad mudharabah untuk sektor pertanian yang

dilaksanakan di BPRS Al-Barokah adalah akad mudharabah muqayyadah agar

memudahkan bank melakukan monitoring terhadap usaha nasabah.

Secara khusus implementasi akad mudharabah muqayyadah sebenarnya

telah diatur dalam ketentuan PBI No. 7/46/PBI/2005. Dalam kegiatan penyaluran

dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan mudharabah muqayyadah (restricted

investment) berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut:44

a. Bank bertindak sebagai agen penyalur dan investor (channeling agent) kepada

nasabah yang bertindak sebagai pengelola dana untuk kegiatan usaha dengan

persyaratan dan jenis kegiatan usaha yag ditentukan oleh investor;

44Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syari’ah di Indonesia, (Yogyakarta: Gajah MadaUniversity Press), hal: 131.

Page 78: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

b. Jangka waktu pembiayaan, pengembalian dana, dan pembagian keuntungan

ditentukan berdasarkan kesepakatan antara investor, nasabah dan bank;

c. Bank tidak ikut serta dalam pengelolaan usaha nasabah tetapi memiliki hak

dalam pengawasan dan pembinaan usaha nasabah;

d. Pembiayaan diberikan dalam tunai dan/atau barang;

e. Dalam hal pembiayaan diberikan dalam bentuk barang, maka barang yang

diserahkan harus dinilai dengan harga perolehan atau harga pasar;

f. Bank sebagai agen penyaluran dana dapat menerima fee (imbalan) yang

perhitungannya diserahkan kepada kesepakatan para pihak;

g. Pembagian keuntungan dari pengelolaan dana investasi dinyatakan dalam

bentuk nisbah yang disepakati antara investor dan nasabah.

Bank sebagai agen penyaluran dana milik investor tidak menanggung

risiko kerugian usaha yang dibiayai, sementara investor sebagai pemilik dana

mudharabah muqayyadah menanggung seluruh risiko kerugian kegiatan usaha jika

nasabah melakukan kecurangan, lalai, atau menyalahi perjanjian mengakibatkan

kerugian usaha.

Sebagai sebuah kerjasama antara dua pihak yang berbeda untuk suatu

tujuan diperlukan beberapa kesepakatan berupa ketentuan-ketentuan yang meliputi

aturan dan wewenang yang dirumuskan oleh kedua belah pihak yang akan menjadi

patokan hukum selama perjanjian atau kontrak mudharabah berlangsung. Ada

beberapa hal yang perlu disepakati:

Page 79: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

1. Manajemen

Dalam hal manajemen ini sangat tergantung pada jenis kontrak

mudharabah yang dipakai oleh para pihak. Jika para pihak sepakat membuat kontrak

mudharabah muthlaqah (absolut, tidak terikat) maka pihak pengelola dan (mudharib)

mendapatkan kebebasan dalam melakukan manajemen terhadap modal yang

diberikan oleh pemilik modal (shahibul maal), bisa membawa pergi modalnya,

memberikan modalnya kepada pihak ketiga atau bahkan untuk modal musyarakah

dengan orang lain, dan yang lebih penting dalam jenis mudharabah muthlaqah

intervensi dari pihak shahibul maal tidak diperkenankan.45

Sedangkan apabila kontrak yang dipilih oleh para pihak adalah kontrak

mudharabah muqayyadah maka semua keputusan yang menyangkut praktik

mudharabah ditentukan oleh shahibul maal. Mudharib tidak bebas mewujudkan

keinginannya tetapi dia dibatasi aturan-aturan yang ditetapkan shahibul maal dalam

kontrak yang dibuat.

2. Tenggang waktu (duration)

Tenggang waktu ini merupakan salah satu hal yang harus mendapatkan

kesepakatan diantara kedua belah pihak. Hal ini penting karena tidak semua modal

yang diberikan kepada mudharib itu dana mati yang tidak dibutuhkan oleh

pemiliknya. Dan yang lebih penting lagi dengan penentuan jangka waktu ini dapat

45 Ibid, hal: 134.

Page 80: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

memacu mudharib untuk lebih efektif dan efesien dalam memproduktifkan modal

yang dikelolanya.

3. Jaminan (collateral)

Pada dasarnya dalam sebuah kontrak bagi hasil (mudharabah) eksistensi

dari jaminan (collateral) tidak dibutuhkan, mengingat didalamnya sudah mengatur

mengenai risiko bagi para pihak ketika terjadi kerugian. Tingkat urgenitas dari

jaminan ini adalah berkaitan dengan kekhawatiran shahibul maal mengenai

kemungkinan terjadinya penyelewengan (side streaming) yang dilakukan oleh

mudharib. Dengan kata lain moral hazard menjadi faktor mengapa jaminan menjadi

penting. Adanya jaminan juga diharapkan dapat mengcover kemungkinan terjadinya

total loss. Akan tetapi mengenai jaminan ini masih menjadi perdebatan dari para

ulama.

Ketika kontrak mudharabah telah disepakati, maka kontrak tersebut

menjadi sebuah hukum yang tidak boleh dilanggar oleh kedua belah pihak. Jika ada

pelanggaran yang dilakukan oleh salah satu pihak, maka akan menimbulkan

konsekuensi yuridis berupa gugurnya kontrak tersebut. Adanya kesepakatan para

pihak untuk membuat kontrak mudharabah, menjadikannya mengikat seperti undang-

undang (pasal 1338, 1320 KUHPerdata) sehingga menimbulkan beberapa implikasi

sebagai berikut:

a. Mudharib sebagai amin (orang yag dipercaya)

Page 81: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

Penempatan modal kepada pihak pengelola dana (mudharib) lebih

didasarkan pada trust and believing, sehingga mudharib harus mampu bersikap amah

menjaga dan mengelola modal yang ada padanya dengan sebaik-baiknya. Namun

pengertian amanah ini harus tetap berpijak pada suatu ketentuan dimana jika modal

tersebut rusak ditangannya tanpa ada unsur penyelewengan, maka tidak ada

tanggungan baginya. Posisi mudharib sebagai amin mengindikasikan bahwa

penyerahan modal dan pengelolaannya sepenuhnya tergantung pada mudharib. Sebab

dalam pengelolaannya modal tersebut akan bercampur dengan modal dan barang-

barang lain milik mudharib. Dengan memposisikan mudharib sebagai amin akan

dapat memunculkan kesadaran dan sikap kehati-hatian pengelola dalam mengolah

usaha utamanya memisahkan antara modal pribadi dan orang lain dalam

penghitungan keuntungannya.

b. Mudharib sebagai wakil

Mudharib adalah wakil shahibul maal dalam semua transaksi yang ia

sepakati atau dengan kata lain mudharib merupakan tangan kanan dari shahibul maal

dalam kegiatan bisnis. Implikasinya sebagai seorang wakil tentu dia tidak

menanggung apapun dari modal ketika terjadi kerugian, kecuali kerugian yang

disebabkan oleh kesalahan yang dibuatnya baik berupa kesengajaan atau kelalaian.

c. Mudharib sebagai mitra dalam laba

Page 82: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

Keuntungan atau kerugian akan dibagi oleh para pihak yang besarnya

telah diperjanjikan sejak awal berupa nisbah atau persentase terhadap pendapatan

(revenue sharing) atau keuntungan (profit sharing) yang didapatkan dari suatu

kegiatan usaha. Dengan menjadikan mudharib sebagai mitra dalam laba maka besar

atau kecilnya laba akan sangat tergantung keterampilan mudharib dalam menjalankan

usahanya.46

Dan tambahan menurut penulis lagi, ada yang salah dalam hal aplikasi

akad mudharabah itu sendiri yaitu, BPRS Al-Barokah terlihat tidak begitu berhati-

hati dalam memberikan pembiayaan kepada calon nasabah. Itu terbukti dengan tidak

semua mekanisme pengajuan pembiayaan untuk akad mudharabah sama dengan

aplikasi akadnya itu sendiri.

Padahal jika dilihat poin-poin yang ditinggalkan dalam aplikasi akad itu

sendiri adalah poin-poin penting dan krusial seperti:

a. Melengkapi persyaratan; data historis usaha/perusahaan, data proyeksi

usaha/perusahaan dan data jaminan/agunan.

Menurut penulis, untuk mengetahui seperti apa latar belakang dari calon

nasabah yang paling penting dilihat adalah data-data diatas, karena berdasarkan data

diatas akan terlihat apakah calon nasabah layak mendapat pembiayaan atau tidak.

Walaupun sebenarnya alasan BPRS tidak mempraktekkan hal diatas karena sudah

46 Ibid, hal 136.

Page 83: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

mengenal calon nasabah secara personal ataupun perusahaan dan jumlah pembiayaan

yang diajukan oleh calon nasabah tidak dalam jumlah besar. Tetapi tetap saja itu

adalah sebagai salah satu bentuk ketidak hati-hatian BPRS Al-Barokah dalam

memberikan pembiayaan.

b. Melakukan konfirmasi data/dokumen

Ketika semua data sebagai syarat pengajuan pembiayaan yang diminta

oleh BPRS Al-Barokah sudah dilengkapi oleh calon nasabah, maka langkah

berikutnya adalah tugas bank untuk menganalisis data si calon nasabah tersebut.

Disini BPRS Al-Barokah tidak selalu melakukan konfirmasi atas data/dokumen

tersebut kepada calon nasabah. Menurut penulis, ini seolah membuat calon nasabah

menunggu dalam ketidakpastian, apakah pengajuan pembiayaannya akan diterima

atau ditolak.

c. Analisis kelayakan 5 C

Analisis kelayakan 5 C menurut penulis tidak kalah pentingnya dengan

yang ada di poin (a) diatas, poin (a) adalah tugas calon nasabah untuk melengkapi

datanya sedangkan analisis kelayakan 5 C adalah tugas bank untuk memastikan

apakah calon nasabah layak diberi pembiayaan atau tidak.

Untuk sekedar mengingatkan kembali 5 C adalah:

1. Character atau sifat calon nasabah

Page 84: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

Untuk mengetahui seperti apa watak calon nasabah bisa dikenali dengan

mempelajari sifat calon nasabah. Jika analisis karakter tidak dilakukan menurut

penulis ini cukup riskan, bisa saja si calon nasabah mempunyai watak seorang

penipu, lari dari tanggung jawab dan sebagainya.

2. Capacity atau kemampuan calon nasabah menjalankan usaha

Seharusnya yang dipertimbangkan disini adalah kemampuan nasabah

mengkombinasikan faktor-faktor sumber daya, memproduksi barang atau jasa yang

dibutuhkan masyarakatdan menghasilkan pendapatan. Dalam hal ini adalah cakupan

kemampuan calon nasabah untuk menghitung penghasilan sebagai gambaran

kemampuannya dalam melunasi kredit. Kesimpulannya jika poin ini ditinggalkan

oleh bank maka bisa saja dikemudian hari akan terjadi kredit macet.

3. Capital atau besarnya modal yang diperlukan

Ini berupa analisis modal untuk dapat menggambarkan struktur modal

calon nasabah. Dengan demikian bank dapat melihat besar atau kecil rasa tanggung

jawab calon nasabah atas pinjamannya atau apakah calon nasabah bisa

memperhitungkan risikonya. Sama dengan pendapat penulis yang diatas jika poin ini

ditinggalkan maka dampaknya akan fatal bagi bank itu sendiri.

4. Collateral atau jaminan yang dimiliki calon nasabah

Page 85: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

Dalam hal ini menurut penulis bank harusnya melakukan analisis terhadap

jaminan kredit untuk meyakinkan bank atas kesanggupan calon nasabah dalam

melunasi pinjamannya. Ini dilakukan untuk berjaga-jaga apabila kemungkinan

terburuk terjadi seperti misalnya nasabah kabur dari tanggung jawab pinjamannya

kepada bank. Maka dengan adanya jaminan bank bisa meminimalkan risiko kerugian

yang dialami.

5. Condition atau prospek usaha calon nasabah

Langkah akhir dari analisis 5 C adalah melihat prospek usaha calon

nasabah. Apakah usaha yang akan dijalani oleh nasabah ini nantinya akan

menghasilkan untung atau malah sebaliknya. Jika tahap analisis ini ditinggalkan juga

maka akan semakin memperburuk kualitas dari BPRS itu sendiri.

Page 86: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah penulis lakukan baik dari perspektif fiqh

muamalat maupun dari perspektif penulis sendiri terhadap proses pengajuan

pembiayaan mudharabah untuk sektor pertanian di BPRS Al-Barokah, maka dapat

disimpulkan suatu jawaban dari permasalahan yang ada:

1.Menurut pandangan fiqh muamalat akad mudharabah yang dipraktekkan di BPRS

Al-Barokah adalah mudharabah shahih.

Jadi dari segi praktek mudharabah yang dilakukan antara petani dan

BPRS Al-Barokah sebenarnya tidak ada kesalahan menurut fiqh muamalat. Karena

semuanya sudah sesuai dengan yang penulis temukan di literatur.

2.Untuk aplikasi akad mudharabah untuk sektor pertanian di BPRS Al-Barokah

seperti tertulis berikut ini:

Untuk pembiayaan mudharabah pada sektor pertanian di BPRS Al-

Barokah pernah dilaksanakan pada tahun 2009/2010. Dalam tahun itu ada 7 nasabah

yang mengajukan pembiayaan dengan nilai plafond per-nasabah (non-group) Rp 120

juta sehingga total pendanaan mencapai Rp 840 juta.

Diantara 7 nasabah tersebut ada satu nasabah yang melakukan usaha

pertanian yang disebut agro grow box (bertani dengan menggunakan media kotak).

Peran BPRS disini adalah menyediakan dana untuk membeli peralatan pertanian

Page 87: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

seperti pasir, sekam, pupuk, mesin air untuk penyiraman tanaman, dan plastik kaca

untuk menutupi tanaman.

Petani tersebut mencoba menanam beberapa jenis sayuran, padi dan tebu.

Sedangkan untuk memasarkan hasil panennya sipetani memilih supermarket yang

terdapat di Bogor, perlu diketahui disini BPRS tidak ikut serta dalam hal pemasaran,

BPRS hanya membantu nasabah dalam hal pemberian pinjaman dana.

3.Pendapat penulis mengenai mekanisme dan aplikasi pembiayaan mudharabah

untuk sektor pertanian di BPRS Al-Barokah:

Menurut penulis ada yang salah dalam hal aplikasi akad mudharabah itu

sendiri yaitu, BPRS Al-Barokah terlihat tidak begitu hati-hati dalam memberikan

pembiayaan kepada calon nasabah. Itu terbukti dengan tidak semua mekanisme

pengajuan pembiayaan untuk akad mudharabah sama dengan aplikasi akadnya itu

sendiri.

Padahal jika dilihat poin-poin yang ditinggalkan dalam aplikasi akad itu

sendiri adalah poin-poin penting dan krusial seperti:

a.Melengkapi persyaratan; data historis usaha/perusahaan, data proyeksi

usaha/perusahaan dan data jaminan/agunan.

Menurut penulis, untuk mengetahui seperti apa latar belakang dari calon

nasabah yang paling penting dilihat adalah data-data diatas, karena berdasarkan data

diatas akan terlihat apakah calon nasabah layak mendapat pembiayaan atau tidak.

Page 88: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

Walaupun sebenarnya alasan BPRS tidak mempraktekkan hal diatas karena sudah

mengenal calon nasabah secara personal ataupun perusahaan dan jumlah pembiayaan

yang diajukan oleh calon nasabah tidak dalam jumlah besar. Tetapi tetap saja itu

adalah sebagai salah satu bentuk ketidak hati-hatian BPRS Al-Barokah dalam

memberikan pembiayaan.

b.Melakukan konfirmasi data/dokumen

Ketika semua data sebagai syarat pengajuan pembiayaan yang diminta

oleh BPRS Al-Barokah sudah dilengkapi oleh calon nasabah, maka langkah

berikutnya adalah tugas bank untuk menganalisis data si calon nasabah tersebut.

Disini BPRS Al-Barokah tidak selalu melakukan konfirmasi atas data/dokumen

tersebut kepada calon nasabah. Menurut penulis, ini seolah membuat calon nasabah

menunggu dalam ketidakpastian, apakah pengajuan pembiayaannya akan diterima

atau ditolak.

c.Analisis kelayakan 5 C

Analisis kelayakan 5 C menurut penulis tidak kalah pentingnya dengan

yang ada di poin (a) diatas, poin (a) adalah tugas calon nasabah untuk melengkapi

datanya sedangkan analisis kelayakan 5 C adalah tugas bank untuk memastikan

apakah calon nasabah layak diberi pembiayaan atau tidak.

Untuk sekedar mengingatkan kembali 5 C adalah:

Page 89: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

1. Character atau sifat calon nasabah

2. Capacity atau kemampuan calon nasabah menjalankan usaha

3. Capital atau besarnya modal yang diperlukan

4. Collateral atau jaminan yang dimiliki calon nasabah

5. Condition atau prospek usaha calon nasabah

B. Saran-saran

Berikut adalah beberapa saran penulis terhadap BPRS Al-Barokah:

Dari segi mekanisme pengajuan pembiayaan mudharabah yang dituturkan

oleh staff keuangan BPRS Al-Barokah, menurut penulis semuanya sudah bagus dan

sesuai dengan kelayakan bank dalam memberikan pinjaman. Tetapi ketika ditelusuri

lebih lanjut ternyata terdapat ketidaksesuaian antara mekanisme dengan aplikasi

ketika akad mudharabah akan tercipta.

Untuk BPRS Al-Barokah penulis memberi masukan agar bank hendaknya

terus berhati-hati dalam memberikan pinjaman kepada calon nasabah, dengan alasan

apapun meninggalkan poin-poin penting dalam meloloskan permohonan pembiayaan

nasabah menurut penulis itu bukanlah hal yang baik. Jangan salahkan nasabah jika

dikemudian hari terjadi kredit macet, karena itu merupakan salah satu bentuk

kelalaian bank juga.

Dan agar BPRS Al-Barokah lebih aktif dalam mensosialisasikan akad

mudharabah untuk sektor pertanian kepada masyarakat. Jangan hanya menyerah pada

Page 90: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

tahun pertama dipraktekkan akad mudharabah untuk pertanian saja. Karena

bagaimanapun juga negara Indonesia masih menjadi negara agraris yang sebagian

besar masyarakatnya menggantungkan nasib pada lahan pertanian yang mereka

garap.

Page 91: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Karim.

Amin, Ahmad Riawan, Menata Perbankan Syari’ah di Indonesia, Jakarta: UIN Press,

2009.

Anshori, Abdul Ghofur, Perbankan Syari’ah di Indonesia, Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 2007.

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syari’ah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Dzajuli, A, Yadi Janwri, Lembaga-Lembaga Perekonomian Ummat, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2002.

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT Raja Gafindo Persada,

2002.

Kountur, Rony, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, Jakarta:

Penerbit PPM, 2007.

Lathif, Azharudin, Fiqh Muamalat, Cetekan 1, Jakarta Selatan: UIN Jakarta Press,

2005.

Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet ke-22, Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya, 2006.

Muhammad, Bank Syari’ah Problem dan Prospek Perbankan di Indonesia,

Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005.

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah, Yogyakarta: UPP AMP

YKPN, 2005.

Nazir, Muhammad, Metodologi Penelitian, Cet- ke-6, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.

Page 92: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian

Ridwan, Muhammad, Sistem dan Prosedur Pendirian Baitul Mal wat-Tamwil,

Yogyakarta: Citra Media, 2006.

Rodoni, Ahmad, Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Zikrul Hakim,

2008.

Sekaran, Uma, Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Jakarta: Penerbit Salemba 4,

2006.

Sholahuddin, Muhammad, Lukman Hakim, Lembaga Ekonomi dan Keuangan

Syariah Kontemporer, Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2008.

Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalat, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.

Suma, Muhammad Amin, Menggali Akar Mengurai Serat, Ekonomi dan Keuangan

Islam, Jakarta: Bilik Kholam Publishing, 2008.

Syafe’i, Rahmat, Fiqh Muamalat Untuk IAIN, STAIN, PTAIS, dan Umum, Cetakan II,

Bandung: CV Pustaka Setia, 2004.

Syafi’i Antonio, Muhammad, Bank Syari’ah Wacana Ulama dan Cendekiawan,

Jakarta: BI & Tazkia Institute, 1999.

Syafi’i Antonio, M, dkk, Bank Syariah Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan

Ancaman, Yogyakarta, 2006.

Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: CV Alfabeta, 2009.

Sumitro, Warkum, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait,

Jakarta: PT Raja Garafindo Persada, 2004.

Usman, Rahmadi, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia,

Wirdiyaningsih dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005.

Page 93: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian
Page 94: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian
Page 95: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian
Page 96: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian
Page 97: TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · TINJAUAN FIQH MUAMALAT TERHADAP PELAKSANAAN ... DAFTAR PUSTAKA ... pembiayaan sektor pertanian