Upload
hahanh
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BATAS-BATAS PERLAKUAN SUAMI TERHADAP ISTERI SAAT NUSYUNUSYUNUSYUNUSYU<<<<ZZZZ
DALAM PANDANGAN IMAIMAIMAIMA<<<<M SYAFI’IM SYAFI’IM SYAFI’IM SYAFI’I<< <<
SKRIPSI
DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU
DALAM ILMU HUKUM ISLAM
Oleh:
MUHAMMAD LUTFI AINUN NAJIB NIM: 09350026
Pembimbing: Drs. ABD. MADJID AS., M.SI.
JURUSAN AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2013
vi
MOTTO
������ ��� � � ������ �� ��� �� ����� � � ���
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki)
atas sebahagian yang lain (wanita).
(Q.S. An-Nisa’ (4): 34)
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan Kepada:
Kedua Orang Tua serta Adikku
Yang selalu memotivasi dan memberi restu dengan doa dan semangat
viii
PPEEDDOOMMAANN TTRRAANNSSLLIITTEERRAASSII
Transliterasi huruf Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini
berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan
0534b/U/1987.
A. Konsonan Tunggal
HHuurruuff AArraabb
NNaammaa HHuurruuff LLaattiinn KKeetteerraannggaann
Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan ا
Bâ’ b be ب
Tâ’ t te ت
Sâ ŝ es (dengan titik di atas) ث
Jim j je ج
Hâ’ ḥ ha (dengan titik di bawah) ح
Khâ’ kh ka dan ha خ
Dâl d de د
Zâl ẓ zet (dengan titik di atas) ذ
Râ’ ȓ er ر
Zai z zet ز
Sin s es س
Syin sy es dan ye ش
Sâd ṣ es (dengan titik di bawah) ص
ix
Dâd ḍ de ( dengan titik di bawah) ض
tâ’ ṭ te ( dengan titik di bawah) ط
za’ ẓ zet ( dengan titik di bawah) ظ
ain ‘ koma terbalik di atas‘ ع
Gain g ge غ
fâ’ f ef ف
Qâf q qi ق
Kâf k ka ك
Lâm l ‘el ل
Mîm m ‘em م
Nûn n ‘en ن
Wâwû w w و
� hâ’ h ha
hamzah ‘ apostrof ء
yâ’ y ya ي
B. Konsonan rangkap karena Syaddah ditulis rangkap
ditulis Muta’addidah #"! دة
ditulis ‘iddah $ ة
C. Ta’ Marbūtah di akhir kata
1. Bila dimatikan tulis h
%&'( ditulis Hikmah
x
%)*+ ditulis jizyah
(ketentuan ini tidak diperlukan pada kata-kata arab yang sudah terserap ke
dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, salah, dan sebagainya, kecuali bila
dikehendaki lafal aslinya)
2. Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bcaan kedua itu terpisah, maka
ditulis dengan h.
ء2آ0ا#% ا.و-, ditulis Karāmah al-auliyā
3. Bila ta’ marbūtah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah, dan dammah
ditulis t atau h
ditulis Zakāh al-fiṭri زآ2ة ا-034
D. Vokal pendek
ditulis a
ditulis i
ditulis u
E. Vokal panjang
1. Fathah + alif
+2ه8,%
ditulis
ditulis
ā
jāhiliyah
2. Fathah + ya’ mati
:;<=
ditulis
ditulis
ā
tansā
3. Fathah + yā’ mati
آ0(<
ditulis
ditulis
ī
karīm
4. Dammah + wāwu mati
?0وض
ditulis
ditulis
ū
furūd
xi
F. Vokal rangkap
1. Fathah + yā’ mati >'<,@
ditulis ditulis
ai bainakum
2. Fathah + wāwu mati ABل
ditulis ditulis
au qaul
G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan
apostrof
>"Cأأ ditulis A’antum
ditulis U’iddat أ$ ت
>=0'E FG- ditulis La’in syakartum
H. Kata sandang alif + lam
1. Bila diikuti huruf Qamariyah
ditulis Al-Qur’an ا-0Hأن
ditulis Al-Qiyas ا-H,2س
2. Bila diikuti huruf Syamsiyah ditulis dengan menggunakan hurus
Syamsiyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el) nya
’ditulis As - Sama ا-;&2ء
EااI& ditulis asy- Syams
I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat
Ditulis menurut penulisannya
ي ا-04وضذو ditulis Zawi al-furūd
;>%-اهJ ا ditulis Ahl as-Sunnah
xii
KATA PENGANTAR
������ ���� � ���
����� ���� �� ��� , ������ ����� , � ���� � �� ��� � �� �����
���� ! �"#� �$ �� %��� ,��&!'� ��(# ��)* ����! �� ����� , � + ,
� - ���.,�� ��� + #� �� # ,�/� �$�.
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala karunia, petunjuk dan
ma’u>nah-Nya yang akhirnya mengantarkan terselesainya upaya penyusunan karya
skripsi ini setelah sekian lama terbengkalai oleh aral-lintangan yang berasal dari
dalam diri penyusun sendiri maupun yang berasal dari luar. Tak lupa shalawat
beserta salam semoga tercurah keharibaan Nabi Muhammad SAW sang
revolusioner kemanusiaan sejati.
Dengan dideklarasikannya Islam sebagai agama untuk seluruh umat
manusia yang berlandaskan nilai ideal universal (sha>lih likulli zama>n wa maka>n),
era peradaban baru dunia telah dimulai, dimana nilai persamaan, keadilan dan
kebebasan individu dihargai sebagai hadiah Tuhan yang merupakan bagian dari
fitrah setiap manusia, tidak terkecuali bagi perempuan. Mereka yang dalam
sejarah panjang kelamnya kerap kali dilupakan karena eksistensinya dimaknai
hanya sebatas fungsional sebagai pendamping, pelayan dan pemuas belaka.
Bahkan pernah terjadi dalam era Arab jahili, sebagai potret masyarakat kapitalis
pasar, perempuan dianggap komoditi dan tidak lebih mahal dari segenggam pasir.
Selesainya penyusunan skripsi yang bertema “Batas-batas Perlakuan
Suami terhadap Istri Saat Nusyu>z dalam Pandangan Ima>m Syafi’i>” tentu saja
xiii
bukan merupakan hasil usaha penyusun secara mandiri, sebab keterlibatan
berbagai pihak sangat memberikan arti penting dalam rangka terselesaikannya
usaha penyusunan ini. Baik itu yang berupa motivasi, bantuan pikiran, materiil
dan moril serta spiritual. Untuk itu ucapan terima kasih sedalam-dalamnya
penyusun sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. H. Musa Asy’ari selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
2. Dr. Noorhaidi Hasan, M.Phil., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Syari>ah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Syamsul Hadi, S.Ag., M.Ag. selaku Ketua Jurusan Al-Ahwal Asy-
Syakhsiyyah Fakultas Syari>ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
4. Drs. Abd. Madjid AS., M.SI. selaku Dosen Pembimbing, yang setia
membimbing dan memberikan arahan-arahan kepada penyusun di tengah-
tengah kesibukannya sebagai dosen di Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
5. Seluruh dosen, staf, dan civitas akademika Jurusan Al-Ahwal Asy-
Syakhsiyyah Fakultas Syari>ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Semoga ilmu yang telah diberikan kepada penyusun
dapat bermanfaat dan senantiasa penyusun kembangkan lebih baik lagi.
6. Seluruh teman-teman seperjuangan Jurusan Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah
angkatan 2009 baik A atau B yang “runtang-runtung bareng”.
xiv
Tak lupa, terima kasih kepada semua pihak-pihak yang telah membantu
baik secara langsung maupun tidak dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak
mungkin penyusun sebutkan satu persatu. Penyusun menyadari, bahwa dalam
proses penelitian untuk skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan
kelemahan, oleh karena itu, penyusun sangat berterima kasih bila ada yang
berkenan memberikan kritik dan saran untuk perbaikan penelitian ini. Semoga
hasil penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun, pembaca dan
dapat memberikan kontribusi terhadap upaya pembaharuan hukum Islam ke
depan. Semoga ridla Allah SWT senantiasa menyertai kita, Amien.
Yogyakarta, 11 Mei 2013 M 1 Rajab 1434 H
Penyusun
Muhammad Lutfi Ainun Najib NIM: 09350026
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii
PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. xii
DAFTAR ISI ................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Pokok Masalah ........................................................................ 7
C. Tujuan dan Kegunaan .............................................................. 7
D. Telaah Pustaka ........................................................................ 8
E. Kerangka Teoritik ................................................................... 13
F. Metode Penelitian .................................................................... 20
G. Sistematika Pembahasan .......................................................... 22
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NUSYU<Z ................................. 25
A. Pengertian Nusyu>z ................................................................... 25
B. Dasar Hukum Perbuatan Nusyu>z ............................................. 27
C. Bentuk-bentuk Perbuatan Nusyu>z ............................................ 29
xvi
D. Akibat Hukum Nusyu>z ............................................................ 34
BAB III IMA>M ASY-SYA>FI’I DAN PANDANGANNYA TENTANG
NUSYU><Z ...................................................................................... 39
A. Biografi Ima>m Asy-Sya>fi’i ...................................................... 39
B. Pandangan Ima>m Asy-Sya>fi’itentang Nusyu>z .......................... 51
C. Parameter Batasan-batasanHak Suami Dalam Memperlakukan
Isteri Nusyu>z ........................................................................... 58
D. Metode dan Landasan Istinbat} Hukum Ima>m Asy-Sya>fi’i ....... 85
BAB IV ANALISISHUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN
IMA<M ASY-SYA<FI’I< TENTANG NUSYU<Z ............................... 96
A. Analisa Terhadap Pandangan Ima>m Asy-Sya>fi’i> Tentang
Batas-batas Hak-hak Suami Dalam Memperlakukan Isteri Saat
Nusyu>z .................................................................................... 96
B. Analisa Terhadap Istinbat} Hukum Ima>m Asy-Sya>fi’i> Tentang
Batas-batas Perlakuan Hak Suami Saat Isteri Nusyu>z ............... 99
BAB V PENUTUP .................................................................................... 104
A. Kesimpulan ............................................................................. 104
B. Saran ....................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 106
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. DAFTAR TERJEMAHAN ................................................................ I
2. BIOGRAFI ULAMA ATAU TOKOH............................................... VI
3. CURRICULUM VITAE .................................................................... VIII
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan adalah salah satu tahap paling penting dalam kehidupan
setiapmuslim, karena hanya melalui perkawinan seseorang bisa dinilai sah
untukmemasuki kehidupan rumah tangga. Di samping itu perkawinan juga
merupakanlangkah awal dalam membangun stabilitas sosial dalam
masyarakat.Ketika suatu pasangan mengikrarkan dirinya untuk sanggup
menempuhkehidupan rumah tangga maka keduanya telah memasuki tahap
kehidupan yang baru.Membangun mahligai rumah tangga berarti menyatukan
dua watak yang berbeda,bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan jasmani
dan rohani masing-masing,bersama-sama mentaati perintah agama, dan
bermasyarakat serta bernegara denganbaik.1
Untuk mencapai tahap perkawinan tidak hanya dibutuhkan
kematangan fisiksaja, namun yang tidak kalah penting adalah kesiapan mental
terutama komitmendalam mengemban tanggung jawab serta kewajiban
sebagai suami atau isteri nantinya.Dengan demikian tampak bahwa
konsekuensi yang akan ditanggung oleh seseorangterlihat begitu besar jika
melakukan keteledoran dalam rumah tangganya.
Sebaliknya, jika hubungan perkawinan berjalan dengan harmonis,
maka effective sideeffect seperti tolong menolong akan didapat.Islam
1 Fauzil Adhim, Kupinang Engkau Dengan Hamdalah (Yogyakarta: Mitra Pustaka,
1999), 129.
2
memberikan perhatian yang sangat besar dalam persoalan rumahtangga,
terutama berkenaan dengan rasa keadilan dan penghormatan terhadap hakserta
kewajiban suami-isteri yang terbina dalam struktur keluarga. Islam
menyatakanbahwa baik laki-laki maupun perempuan setara derajatnya
dihadapan Allah SWT.
Hanya satu yang menjadi pembeda di antara keduanya, yaitu kadar
ketakwaankepada Allah SWT.Namun demikian kenyataan seringkali
menunjukkan bahwa hubungan suami isteri tidak selalu harmonis. Kadang-
kadang suatu pasangan gagal dalammenyelamatkan biduk rumah tangganya
karena menghadapi masalah yang dianggapberada di luar kemampuannya. Hal
seperti ini seringkali muncul karenaketidaksanggupan dari salah satu pihak,
bisa suami atau isteri, untuk melaksanakankewajiban masing-masing. Apabila
ketidaksanggupan itu datang dari salah satupihak saja, yakni dari pihak suami
atau isteri, maka hal tersebut termanifestasi dalamsebuah perilaku yang
disebut dengan nusyu>z.2
Dalam hal ini Allah ta’ala berfirman tentang “ nusyu>z” seorang isteri
dalam surat an-Nisa>’ (4): 34:
������ ���� ���� �������������� ������ � ��������...3
2 Shaleh bin Ghanim as-Sadlan, “Nusyuz” diterjemahkan oleh Abu Hudaifah Yahya,
Nusyuz PetakaRumah Tangga (Jakarta: Nurul Qalb, 2008), hlm. 30 3An-Nisa>’ (4): 34.
3
Dalam hal ini terkait dengan hak-hak bagi suami dan isteri yang sudah
sah menjadi suami isteri yang sah. Antara lain hak-haknya adalah sebagai
berikut:4
1. Hak-hak suami:
a. Mendapatkan pelayanan yang baik dari isteri baik d}ohir dan batin
b. Ditaati dalam perkara yang baik
c. Dimintai izin isteri kalau mau keluar rumah
d. Melarang isteri puasa sunnah
e. Melarang isteri memasukkan laki-laki didalam rumah.
2. Hak-hak Isteri
a. Mendapatkan perlindungan dari suami
b. Mendapatkan nafkah d}ahir dan batin yang baik dari suami
c. Mendapatkan pelayanan yang baik oleh suami
d. Mendapatkan mahar dari suami
e. Mendapatkan perlakuan yang adil bila isteri lebih dari satu
f. Mendapatkan bimbingan yang baik dari suami
Dalam hal ini nusyu>z juga disebutkan dalam Kompilasi Hukum
Islam (KHI) yakni dalam Pasal 80 ayat (7), “kewajiban suami
sebagaimana dimaksud ayat (2) gugur apabila isteri nusyu>z.5maksudnya
kewajiban suami di sini adalah kewajiban untuk memberi nafkah, kiswah
dan tempat kediaman bagi isteri. Seperti dijelaskan dalam ayat (4) “Sesuai
4Muhammad Nawawi bin Umar bin Arabi, Syarh Uqu>d al-Lujjayn fi< Baya>n al-Huqu>q az-Zawjayn, (Surabaya: Mutiara Ilmu, t.t.), hlm.5.
5 Depag RI, Inpres Nomer 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, (Direktorat
Jendral Pengembangan Kelembagaan Agama Islam), Pasal 80 Ayat (7).
4
dengan penghasilannya suami menanggung: (1) Nafkah, kiswah dan
tempat kediaman bagi isteri, (2) Biaya pengobatan bagi isteri dan anak (3)
Biaya pendidikan bagi anak” dalam pasal yang sama . Tindakan-tindakan
yang bisa dilakukan suami tersebut sepertinya sudah menjadi hak
mutlaknya dengan adanya justifikasi hukum yang mengatakannya. Dan hal
itu dapat ia lakukan setiap kali ada dugaan isterinya melakukan nusyu>z.
Dalam kutipan sebuah kitab dinyatakan nusyu>z ialah wanita-wanita yang
diduga meninggalkan kewajibannya sebagai isteri karena kebenciannya
terhadap suami, seperti meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan suami
dan menentang suami dengan sombong.6
Apabila dipahami dalam pernyataan dalam kitab tersebut baru
dalam sebuah dugaan saja untuk seorang suami mengklaim isterinya
melakukan nusyu>z, jelas posisi isteri sangat rentan sekali sebagai orang
yang dipersalahkan. Dan isteri tidak diberi kesempatan untuk melakukan
pembelaan diri, apabila mengevaluasi tindakan suaminya. Sebaliknya,
suami memiliki kedudukan yang sangat leluasa untuk menghukum apabila
isterinya sudah bisa dikatakan sebagai nusyu>z atau belum.
Orang sering mengkaitkan konsep nusyu>z sebagai pemicu
terjadinya KDRT atau kekerasan di dalam rumah tangga. Hal ini ada
benarnya juga, karena jika isteri nusyu>z, suami diberikan hak dalam
memperlakukan isterinya. Mulai dari hak untuk memukulnya,
menjauhinya dan tidak memberikan nafkah kepadanya baik itu nafkah
6 Muhammad Nawawi bin Umar bin Arabi, Syarh Uqu>d al-Lujjayn, hlm.7.
5
lahir dan nafkah batin. Oleh karena itu ketika penyusun berbicara isteri
yang nusyu>z dan hak-hak yang menjadi kewenangan suami, perlu juga
diajukan batasan-batasan suami tersebut secara jelas. Sehingga nantinya
tidak ada pihak-pihak yang dirugikan baik itu suami atau isteri. Di pihak
lain juga diupayakan agar terciptanya sebuah ruang bagi isteri untuk bisa
melakukan pembelaan kemungkinan segala tindakan kekerasan terhadap
dirinya. Dan hal itu dapat dilakukan dengan menyediakan seperangkat
aturan hukum pidana yang dapat melindungi segala tindakan kekerasan
terhadap mereka. Hal itu ditempuh dengan persoalan nusyu>z berangkat
dari aturan hukum yang telah diterima oleh masyarakat sehingga dalam
upaya menyikapinya harus menggunakan hukum pula. Dan itu dapat
diupayakan jika batas-batas hak suami dalam melakukan nusyu>z telah
jelas aturanya, sehingga jika sewaktu-waktu suami melampaui dari batas-
batas yang menjadi haknya seorang isteri dapat melakukan tuntutan pidana
terhadap suami.
Disinilah menjadi penting dalam penelitian skripsi ini, bahwasanya
sampai dimana batas-batas nusyu>z menurut pandangan Ima>m Asy-Sya>fi’i>.
Ima>m Asy-Sya>fi’i>adalah satu dari sekian banyak fuqaha’ yang juga
membahas masalah nusyu>z. Dalam karya monumentalnya, al-Umm, asy-
Syafi’i juga menguraikan persoalan mengenai nusyu>z ini dengan merujuk
pada beberapa ayat al-Qur’an dan sebuah hadits Nabi. Salah satu
pembahasan dalam bagian itu adalah berkenaan dengan prosedur
penanganan seorang pasangan yang melakukan nusyu>z. Tahapan-tahapan
6
Ima>m Asy-Sya>fi’i dalam menyelesaikan permasalahan nusyu>z ini diawali
dengan si suami memberi nasihat terlebih dahulu kepada isteri agar
memperbaiki perilakunya yang sudah menyimpang dari tuntunan ajaran
Islam, apabila dengan langkah tersebut isteri masih tetap nusyu>z, baru
suami melakukan tindakan selanjutnya yang lebih tegas yaitu pemisahan
tempat tidur, jika langkah kedua belum berhasil juga maka dilakukan
langkah-langkah selanjutnya yang tentunya diperhitungkan juga dari sisi
baik buruknya dalam hal ini maqa>s}id asy-syari>’ahnya.
Dewasa ini ketika masyarakat muslim di dunia berkembang
semakin pesat seiring dengan perkembangan masyarakat global, baik
dalam hal pembangunan fisik maupun mental, pendapat Ima>m Asy-
Sya>fi’i>tersebut tidak luput dari sejumlah kritik. Dalam hal ini pula Ima>m
Asy-Sya>fi’i>memahami nusyu>z adalah sesuatu yang tercela yang dilakukan
seseorang dan hal yang dilarang oleh Allah SWT. Oleh karena itu, banyak
sekali perbedaan paham mengenai batas-batas hak suami saat isterinya
sedang nusyu>z menurut pandangan Ima>m Asy-Sya>fi’i>. Sehingga sangat
menarik sekali untuk didalami dan dikaji sehingga polemik yang ada itu
menjadi jelas dan dicari solusinya agar semuanya menjadi jelas. Sehingga
pada nantinya akan diketahui sampai seberapa jauh hak-hak perlakuan
isteri saat nusyu>z.
7
B. Pokok Masalah
Bermula dari latar belakang yang ada, maka pokok permasalahan yang
diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Sampai dimana batas-batas hak-hak suami dalam memperlakukan isteri
saat nusyu>z menurut pandangan Ima>m Asy-Sya>fi’i>.
2. Bagaimana istimbat hukum Ima>mAsy-Sya>fi’i> tentang batas-batas
perlakuan hak suami saat nusyu>z.
3. Bagaimanakah tinjauan hukum Islam terhadap pandangan dan istimbat
hukum Ima>mAsy-Sya>fi’i> tentang batas-batas hak-hak suami dalam
memperlakukan isteri pada saat nusyu>z?
C. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan
a. Menjelaskan sampai dimana batas-batas seorang suami
memperlakukan isterinya saat nusyu>z.
b. Menjelaskan istimbat hukum Ima>mAsy-Sya>fi’i dalam mengetahui
perlakuan hak suami saat isteri nusyu>z.
c. Menjelaskan tinjauan hukum Islam terhadap pandangan dan istimbat
hukum Ima>mAsy-Sya>fi’i> tentang batas-batas hak-hak suami dalam
memperlakukan istimbat pada saat nusyu>z?
2. Kegunaan
a. Untuk memperkaya khazanah intelektual muslim dalam ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang keluarga Islam.
8
b. Memberikan nuansa berfikir yang lebih realistis dalam persoalan
nusyu>z agar lebih mempunyai nilai keadilan.
c. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pembuat hukum dalam
merumuskan ketetapan-ketetapan hukum, khususnya yang berkaitan
dengan upaya hukum bagi perempuan atas kekerasan dalam rumah
tangga.
D. Telaah Pustaka
Dalam proses telaah yang telah dilakukan dari banyaknya karya-karya
baik itu yang berbentuk tulisan yang berupa skripsi, jurnal, buku-buku dan
yang lain, banyak didapatkan sumber-sumber yang membahas atau
menjelaskan mengenai nusyu>z. Hal ini dikarenakan persoalan yang mengenai
nusyu>z merupakan suatu persoalan klasik, yang dimana sangat menarik untuk
dikaji lebih dalam. Namun di sisi lain, sejauh telaah ataupun referensi yang
membicarakan khusus mengenai batas-batas hak suami dalam memperlakukan
isterinya saat nusyu>z pandangan Ima>mAsy-Sya>fi’i penyusun belum
menemukan referensinya secara khusus. Hal ini mungkin adanya persoalan
yang berbeda mengenai hukumnya. Yang mana persoalan hukum ini
menyangkut mengenai wilayah hukum yang bersifat privat.
Diantara telaah yang sudah dilakukan penyusun pada karya-karya yang
terbatas itu ada beberapa referensi yang didapatkan penyusun diantaranya:
Dalam tesisnya Johari mengemukakan tentang nusyu>z ditinjau dari
pisikologik pedagogik, ia mengungkapkan bahwa konflik yang ditimbulkan
9
baik dari isteri ataupun suami atau bersamaan antara keduanya, mempunyai
mau’izah (nasehat yang baik) dilihat dari cara penyelesaian dilihat di mana
jika konflik itu timbul dari pihak isteri yang mempunyai tahapan-tahapan
solusi untuk memberi is}lah yang dianalogikan dengan metode al-Qur’an
dalam membahas khamer dan riba, adapun yang ditawarkan al-Qur’an dalam
menghadapi suami yang nusyu>z adalah is}lah yang dianalogikan dengan
metode dialog dan apabila konflik itu muncul bersamaan di antara keduannya,
maka solusi al-Qur’an adalah tahkim (arbitrase). Ia mengambil prinsip
musyawarah yang dianalogikan dengan metode diskusi yang perlu adanya
bimbingan konseling Islam.7 Perbedaan dengan skripsi penyusun, bahwa tesis
Johari lebih menekankan kepada solusi menyelesaikan nusyu>z beserta
tahapan-tahapannya baik itu dilakukan oleh suami maupun isteri, sedangkan
skripsi penyusun penekanannya lebih kepada batasan-batasan memperlakukan
isteri yang sedang nusyu>z.
Wajah Baru Relasi Suami-Isteri; Telaah Kitab ‘Uqu>d al-Lujjayn, yang
dikeluarkan oleh Forum Kajian Kitab Kuning (FK3). Telaah ini merupakan
telaah secara kritis dalam kitab ‘Uqu>d al-Lujjayn, karangan syaikh an-Nawawi
yang sangat populer di kalangan pesantren. Dalam membicarakan hak-hak
suami memperlakukan isterinya saat nusyu>z pembahasan diawali dengan
menjelaskan makna surat an-Nisa>’ (4): 34. “Dan pisahlah dari tempat tidur
mereka”, maksudnya para suami dianjurkan untuk meninggalkan para isteri di
tempat tidur mereka, bukan menghindari berbicara dan memukul. Sebab,
7 Johari, Ayat-ayat Nusyu>z: Tinjauan Pisikologik-Pedagogik, Tesis Pasca Sarjana Tidak
diterbitkan, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1995), hlm.50-58.
10
memisahkan diri dari tempat tidur memberi dampak yang jelas dalam
mendidik wanita. Sedangkan kalimat “dan pukullah mereka”, maksudnya
adalah wanita-wanita yang nusyu>z itu boleh dipukul dengan pukulan yang
tidak membahayakan tubuh, hal ini dilakukan kalau memang membawa
faedah. Jika tidak, maka tidak perlu melakukan pemukulan. Bahkan lebih
bijak dan alangkah baiknya suami memaafkan.8 Penelitian FK3 ini terdapat
sedikit persamaan dengan skripsi penyusun yaitu sama-sama membicarakan
hak-hak suami dalam memperlakukan isterinya yang sedang nusyu>z,
perbedaannya terletak pada pandangan dari ulama madzhab.
Sebuah skripsi hasil penelitian lapangan dengan judul, “ Nusyu>z
Sebagai Alasan Penolakan Memberi Nafkah (Studi Analisis Terhadap Putusan
PA. Sleman)” yang disusun oleh Isa Anshari. Setelah dilakukan penelitian
ternyata dalam memutuskan persoalan nusyu>z kriteria yang dipakai oleh PA.
Sleman adalah sebagaimana yang ada dalam Hukum Islam serta penafsiran
hakim terhadap prinsip-prinsip yang ada. Yaitu perbuatan isteri meminta cerai
terhadap suami tanpa adanya ud}ur (alasan yang dibenarkan syar’i) dan isteri
yang meninggalkan kediaman bersama tanpa izin dari suami serta tidak mau
diajak tinggal bersama di rumah kediaman bersama. Dan dalam membuktikan
terjadinya nusyu>z tersebut PA. Sleman mendasarkan pada alat bukti saksi-
saksi, pengakuan dan alat bukti persangkaan, hal ini sebagaimana disebutkan
dalam surat keputusannya No.23 pdtg.G / 94 / PA. Slm. NO. 185 / pdt. G / 94/
8 Forum Kajian Kitab Kuning (FK3), Wajah Baru Relasi Suami-Isteri; Telaah Kitab ‘
Uqud al-Lujjayn, cet.I, (Yogyakarta: LkiS, 2001), hlm.52.
11
PA. Slm dan No.197 / pdt. G 94 / PA. Slm.9 Perbedaannya adalah skripsi Isa
Anshari analisisnya menggunakan studi lapangan tepatnya di Pengadilan
Agama Sleman, sedangkan penelitian yang dilakukan penyusun menggunakan
data-data literatur yang ada di perpustakaan.
Skripsi tentang “Korelasi nusyu>z dengan Kekerasan terhadap Isteri,
Studi Kasus di Rifka Annisa’ Women’s Crisis Center Yogyakarta” yang
disusun oleh Wahid Hasyim. Sebagai hasil kesimpulan dari penelitiannya ia
menyatakan bahwa nusyu>z bukan merupakan sebab tunggal dan mandiri dari
kekerasan rumah tangga, tetapi merupakan rangkaian yang rumit dalam
lingkaran kekerasan terhadap isteri. Di satu sisi nusyu>z menjadi sebab pemicu
kekerasan tetapi di sisi yang lain nusyu>z adalah respon isteri terhadap tindak
kekerasan suami. Dengan kata lain, kekerasan dan nusyu>z telah menjadi cara
dan pola komunikasi suami isteri.10 Jadi, di sini lebih ditekankan kepada sebab
akibat yang saling berhubungan antara nusyu>z isteri dengan kekerasan
terhadap isteri.
Skripsi studi tokoh, “Nusyu>z Dalam Pandangan Amina Wadud dan
Realisasinya dengan Upaya Penghapusan Kekerasan terhadap Isteri” yang
disusun oleh Nailis Sa’adah. Pada bagian akhir dalam pembahasannya
penyusun mengemukakan tentang pandangan Amina Wadud tentang nusyu>z
yang lahir dari penafsiran terhadap ayat 34 surat an-Nisa’. Amina Wadud
9Isa Anshari, “Nusyu>z sebagai Alasan Penolakan Memberi Nafkah (Studi Analisis
terhadap Putusan PA. Sleman,“ Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, (1997), hlm.111.
10Wahid Hasyim, “Korelasi Nusyu>z dengan Kekerasan terhadap Isteri; Studi Kasus di
Rifka Annisa’ Women’s Crisis Center Yogyakarta,” Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, (2002), hlm.76.
12
mendefinisikan nusyu>z tidak lain hanya sebatas pengertian gangguan
keharmonisan rumah tangga, dan bukan kedurhakaan isteri terhadap suami
sebagaimana pendapat para mufassir pada umumnya. Karena menurutnya
nusyu>z tidak hanya disebabkan oleh pihak isteri saja, tetapi juga pihak suami.
Oleh karena itu menurut Amina Wadud usaha penyelesaian pun harus
ditempuh secara harmonis pula, tidak boleh dengan kekerasan.11 Dengan
demikian studi ini berkisar tentang pandangan seorang tokoh dalam hal ini
Amina Wadud yang memandang bahwa nusyu>z bukanlah bentuk kedurhakaan
isteri terhadap suami.
Skripsi studi tokoh dengan judul “Studi terhadap Ibn Hazm tentang
Nafkah isteri Nusyu>z,” yang disusun oleh Darnela. Sebagai sebuah
kesimpulan terhadap Ibn Hazm penyusun memberikan kesimpulan bahwa
menurut Ibn Hazm suami berkewajiban memberi nafkah kepada isterinya
meskipun isterinya itu dalam keadaan nusyu>z. Karena menurut Ibn Hazm
ukuran kewajiban suami dalam memberikan nafkah kepada isterinya itu
adalah karena telah terjadinya akad nikah semata, jadi selama ikatan
perkawinan itu masih ada, suami masih tetap wajib memberikan nafkah
kepada isterinya itu dalam keadaan apapun.12 Dalam studi ini lebih
menjelaskan kepada kewajiban suami untuk menafkahi isterinya yang sedang
nusyu>z, yang ditinjau berdasarkan pendapat Ibn Hazm.
11Nailis Sa’adah, “Nusyu>z dalam Pandangan Amina Wadud dan Realisasinya dengan
Upaya Penghapusan Kekerasan terhadap Isteri,“ Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, (2002), hlm, 63.
12Lindra Darnela, “Studi terhadap Pendapat Ibn Hazm tentang Nafkah isteri Nusyu>z,”
Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, (2002), hlm,108.
13
E. Kerangka Teoritik
Nusyuz Secara etimologis, nusyu>z berarti “menentang” (al-is{ya>n).
Istilah nusyu>z sendiri diambil dari kata al-nasya>z, artinya bangunan bumi yang
tertinggi (ma>irtafa’a minal ard}i). Makna ini masih sesuai dengan pengertian
yang ada dalam surat al-Muja>dalah (58):11, “waiza qila unsuzy”. Secara
terminologis nusyu>z berarti tidak tunduk kepada Allah SWT, untuk taat
kepada suami.13 Sedangkan menurut Imam Ragib sebagaimana dikutip oleh
Asghar Ali Engineer dalam bukunya menyatakan bahwa nusyu>z merupakan
perlawanan terhadap suami dan melindungi laki-laki lain atau mengadakan
perselingkuhan.14
Dalam rumusan konsep nusyu>z yang lebih menyudutkan pihak
perempuan tersebut, menimbulkan implikasi tidak hanya dalam memahami
ayat al-Quran yang membicarakanya, seperti pada surat an-Nisa>’ (4): 34 dan
128 tetapi juga berimplikasi memahami kedudukan dan hak-hak perempuan
dalam Islam. Ayat surat tersebut banyak dikutip oleh para ahli hukum Islam
untuk menunjukkan bahwa perempuan benar-benar berada di bawah laki-laki
dan bahwa laki-laki memiliki hak-hak tertentu dalam memperlakukannya,
terutama saat perempuan itu (isteri) melakukan pembangkangan atau nusyu>z.
Hak-hak yang dimiliki laki-laki (suami) dalam memperlakukan
isterinya yang sedang nusyu>z mengacu pada surat an- Nisa>’ (4): 34 ada 3
13Syafiq Hasyim, Hal-Hal yang Tak Terpikirkan, (Bandung: Mizan, 2001),hlm.183. 14 Asghar Ali Engineer, Matinya Perempuan: Menyingkap Mesgapkandal Doktrin dan
laki-laki, Alih Bahasa Akhmad Affindi, cet. I, (Yogyakarta: IRCSod, 2003), hlm.92.
14
macam: (1) memberi arahan atau nasehat secara bijak terhadap isterinya yang
sedang nusyu>z. (2) memisahkan tempat tidurnya (ranjangnya). (3) boleh
memukulnya dalam artian dengan pukulan yang tidak menyakitinya. Dalam
hal ini tentu saja berkaitan tentang batas-batas pengertian nusyu>z yang belum
adanya kejelasan dan pemberian status hukum nusyu>z yang merupakan
menjadi hak seorang suami. Artinya, seorang suami berhak untuk menentukan
apakah isterinya nusyu>z atau tidak. Dijelaskan dalam kitab “'Uqu>d al-
Lujjay>n”tentang beberapa hal yang membolehkan seseorang memukul
isterinya antara lain; jika seorang isteri menolak untuk berhias, bersolek di
hadapan suami, menolak ajakan untuk tidur, keluar rumah tanpa izin,
memukul anak kecilnya yang sedang menangis, mencaci maki orang lain,
menyobek-nyobek pakaian suami, menarik jenggot suami (sebagai
penghinaan), mengucapkan kata-kata yang tidak pantas, seperti dungu dan
lainnya. Meskipun dalam hal ini suaminya mencaci lebih dulu, menampakkan
wajahnya kepada orang lain yang bukan muhrimnya, memberikan harta suami
diluar batas kewajaran, menolak menjalin hubungan kekeluargaan dengan
saudara-saudara suami.15
Hal itu tentu saja berkaitan dengan batas-batas pengertian nusyu>z yang
belum jelas dan juga pemberian status hukum nusyu>z yang merupakan hak
seorang suami. Artinya, suami berhak menentukan apakah isterinya
melakukan nusyu>z atau tidak. Seperti halnya yang dijelaskan dalam kitab
'Uqu>d al-Lujjay>n tentang beberapa hal yang membolehkan seorang memukul
15 Muhammad Nawawi, 'Uqu>d al-Lujjay>n, hlm.8.
15
isterinya antara lain; jika isteri menolak berhias dan bersolek di hadapan
suami, menolak ajakan untuk tidur, keluar rumah tanpa izin, memukul anak
kecilnya yang sedang menangis, mencaci maki orang lain, menyobek-nyobek
pakaian suami, menarik jenggot suami (sebagai penghinaan), mengucapkan
kata-kata yang tidak pantas, seperti bodoh, dungu. Meskipun suaminya
mencaci lebih dahulu, menampakkan wajahnya kepada orang lain yang bukan
muhrimnya, memberikan harta suami di luar batas kewajaran, menolak
menjalin hubungan kekeluargaan dengan saudara-saudara suami.16
Begitu pula ketika penyusun mencoba memahami hak suami dalam
memisahi ranjang isteri yang nusyu>z. Tidak ada ketentuan yang menjelaskan
secara terperinci sampai dimana batasan-batasannya. Walaupun ada sebagian
ulama' yang berpendapat bahwa hijr (memisahkan tempat tidur)yang
dilakukan suami itu boleh dilakukan asal tidak melebihi tiga hari. Sedangkan
yang lain berpendapat dengan menganalogikannya pada batas hak i>la’(sanksi)
empat bulan. Meskipun begitu perlakuan hijr suami itu sendiri dapat
dikategorikan sebagai bentuk kekerasan seksual terhadap isteri. Sebab jika
dikembalikan lagi pada tujuan asal perkawinan yang salah satunya adalah
untuk pemenuhan kebutuhan biologis, maka sikap tidak perduli terhadap
kebutuhan biologis pasangannya yang ditunjukkan dengan cara menjauhi
ranjangnya dan menghindari dalam berhubungan seks merupakan tindakan
yang salah. Karena kebutuhan itu tidak hanya merupakan hak suami saja
16 Muhammad Nawawi,'Uqu>d al-Lujjay>n, hlm. 8.
16
namun juga merupakan hak isteri.17 Seperti yang dijelaskan oleh beberapa
ayat dalam al-Qur'an yang menyinggung tentang arti pentingnya penyaluran
kebutuhan biologis secara sehat dan benar.
Di antaranya yaitu:
�� �� � !"#� !$� �� � �� !$%�& '� (���� )�*+�� ,-*� !$� ./#
!$01 �21� !$*-1 3�"� !$&2� ���" !"04 !$� 5� !-118
Dalam ayat yang lain:
���6� !$� 7�/ !$%�&!"89 :# !$;�/19
Tidak hanya sebatas hak untuk memisahi ranjang dan memukul, suami
pun masih memiliki hak yang lain dalam memperlakukan isterinya yang
sedang nusyu>z seperti pencegahan nafkah dan penjatuhan talak. Untuk
pencegahan nafkah hal ini seperti yang dijelaskan dalam Kompilasi Hukum
Islam (KHI), sesuai dengan penghasilan suami menanggung:
1. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi isteri
2. Biaya pengobatan bagi isteri dan anak
3. Biaya pendidikan bagi anak
Kewajiban-kewajiban di atas diperjelas lagi dengan ayat (5)
“kewajiban suami terhadap isterinya tersebut pada ayat (4) huruf a dan b di
atas berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari isterinya.” Begitu pula pada
17 Khoiruddin Nasution, Islamtentang Relasi Suami dan isteri (Hukum Perkawinan I), cet.
I, (Yogyakarta: ACAdeMIA dan TAZAFFA, 2004), hlm. 40. 18 Al-Baqarah (2): 187. 19 Al-Baqarah (2): 223.
17
ayat (7) dijelaskan lagi dengan menyatakan; kewajiban suami sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) gugur apabila isteri nusyu>z.” 20
Harus dicatat, pemberian nafkah itu berarti meliputi makanan, tempat
tinggal dan pakaian. Dan hal itu wajib bagi suami ketika isteri mulai tinggal
bersamanya dan mengizinkan hubungan badan setelah pernikahan, asalkan
tentu saja isteri mampu untuk itu.21 Oleh karena itu sudah semestinya jika
kewajiban itu tidak hilang hanya karena perkara-perkara sepele seperti hal-hal
yang diklaim suami terhadap isterinya saat nusyu>z. Menurut Ibnu Hazm
bahwa apa pun alasannya memberi nafkah merupakan kewajiban pihak suami
sejak terjalinnya akad nikah baik suami mengajak hidup serumah atau tidak,
baik isteri masih dibuaian, atau berbuat nusyu>z atau tidak, kaya atau fakir,
masih punya orang tua atau telah yatim, gadis atau janda, merdeka atau budak,
semua disesuaikan dengan keadaan dan kesanggupan suami.22 Tidak mudah
sebenarnya melacak sebab-sebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga,
karena tidak bisa dipungkiri kondisi sosial masyarakat masih beranggapan
bahwa persoalan dalam rumah tangga merupakan sesuatu yang tabu
diungkapkan, karena hal itu adalah urusan internal dan privasi sebuah
keluarga.
Setidaknya ada beberapa faktor yang berpeluang dalam menimbulkan
tindak kekerasan dalam rumah tangga khususnya terhadap isteri. Salah
20 KHI Pasal. 80 Ayat (4), (5) dan (7). 21 Asghar Ali Engineer, Hak-hak Perempuan dalam Islam, cet. II, (Yogyakarta: LSPPA,
2000), hlm. 179. 22 As-Sayyid Sa>biq, Figh as-Sunnah, (al-Qa>hirah: Fath al-I’la>m al-Arabi>, 1410 H/1990
M.), III: 279.
18
satunya adalah kekeliruan dalam memahami ajaran agama. Seperti kekeliruan
dalam memahami surat an-Nisa>' (4):34, yang berbunyi:
<�+��2=���>60>��?2#@A��� B-�=C�� C-�����AD@&0��B-��>��?������
�����B20�������0����20���0���E"B"���C-���2/�= *F--"�2G""0?��
�H�* &0C*-1��F ��2=$0�I6J20�������1�K 4�*-��$C-�.23
Serta yang sering dianggap sebagai pembolehan pemukulan suami
terhadap isteri. Atau juga terhadap ayat dalam surat al-Baqarah (2):223:
$#��=-1��C-����?���=$&2L��>MN�="8B6=$;�/���62=$-;�G=4O�&
P0>Q�������N�R24
Kedua ayat di atas banyak dipahami sebagai pemberian hak
terhadap suami dalam melakukan eksploitasi seksual terhadap isetri.25 Semua
itu tentu saja tidak terlepas dari asumsi dasar bahwa laki-laki adalah pemimpin
atas perempuan dan mereka merupakan pihak yang berkuasa. Paradigma
kekuasaan semacam itu tampaknya juga melahirkan implikasi dalam teori
perkawinan. Islam memandang bahwa perkawinan merupakan perjanjian yang
menghalalkan laki-laki dan perempuan untuk menikmati naluri seksualnya.
Melalui akad ini, isteri dianggap milik laki-laki atau suami dengan
kepemilikan intifa>'. Meskipun menurut sebagian ulama Sya>fi'i>yyah, akad
23 An-Nisa>’ (4): 34.
24Al-Baqarah (2): 223. 25 Fathul Jannah dkk., Kekerasan Terhadap Isteri, cet. I, (Yogyakarta: LKiS, 2003), hlm.
60.
19
nikah bukanlah akad tamlik (kepemilikan), melainkan akad ibahah (pilihan).26
Sementara itu, seperti yang diketahui walaupun istilah kekerasan
terhadap perempuan belum digunakan dalam, rumusan hukum. KUHP
menempatkan sebagian besar dalam bab kejahatan dengan kesusilaan. Khusus
tentang penganiayaan terhadap anggota keluarga termasuk terhadap isteri
dijelaskan dalam pasal 356 dalam bab penganiayaan “(1) bagi yang
melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya yang sah, isterinya atau
anaknya; (2) Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seorang pejabat ketika atau
karena menjalankan tugasnya yang sah; dan (3) Jika kejahatan itu dilakukan
dengan memberikan bahan yang berbahaya bagi nyawa atau kesehatan untuk
dimakan atau diminum.” Dalam pasal itu disebutkan bahwa pidana dalam
pasal 351 “(1) Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara selama-
lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500,-
; (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan luka berat, si tersalah dihukum penjara
selama-lamanya lima tahun; (3) Jika perbuatan itu menjadikan matinya orang,
dia dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun; (4) Dengan penganiayaan
disamakan merusak kesehatan orang dengan sengaja; (5) Percobaan
melakukan kejahatan ini tidak dihukum”, 353 “(1) Penganiayaan yang
dilakukan dengan direncanakan lebih dahulu dihukum penjara selama-
lamanya empat tahun; (2) Jika perbuatan itu menjadikan luka berat, si tersalah
dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun; (3) Jika perbuatan itu
menjadikan kematian terhadap orang lain, ia dihukum penjara selama-lamanya
26 Lihat Hussain Muhammad, "Refleksi Teologis tentang Keperempuan: Kekerasan terhadap Perempuan", dalam Syafiq Hasyim (ed.), Menakar, Eksplorasi Lanjut Atas Hak-hak Reproduksi Perempuan Dalam Islam, (Bandung: Mizan, 1999), hlm. 209.
20
sembilan tahun”, dan 355 “(1) Penganiyaan berat yang dilakukan dengan
direncanakan terlebih dahulu, dihukum penjara selama-lamanya dua belas
tahun; (2) Jika perbuatan itu menjadikan kematian orangnya si tersalah
dihukum penjara selama-lamanya sepuluh tahun.”dan dapat ditambah dengan
sepertiga bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya yang
sah, isterinya atau anaknya.27
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu penelitian pustaka (library
research), yaitu suatu penelitian yang seluruh datanya didapatkan dari
sumber-sumber pustaka, buku-buku atau karya tulis yang relevan dengan
permasalahan yang ada dan yang diteliti.28 Dan juga beberapa literatur
tentang hukum pidana baik dari ranah hukum Islam dan hukum positif.
Penelitian pustaka disebut juga penelitian hukum normatif, karena
penelitian ini dilakukan atau ditujukan hanya pada norma-norma yang
tertulis atau bahan hukum yang lain.29
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian ini bersifat deskriptif analitik, maksudnya
penelitian ini dilakukan dengan klarifikasi dengan ketentuan hukum yang
27 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) 28Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Ofset, 1990), hlm.9. 29Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2004), hlm. 3.
21
berlaku selama ini. Untuk kriteria identifikasi ini perlu menyeleksi
manakah norma-norma yang dapat disebut hukum positif dan sosial. Dan
juga mengorganisir norma-norma yang sudah diidentifikasi dan
dikumpulkan di dalam suatu sistem yang komprehensif. 30
3. Pendekatan Penelitian
Untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini, maka penyusun
menggunakan pendekatan penelitian ini adalah normatif, pendekatan
tersebut dipakai dalam hal untuk menemukan asas atau doktrin terhadap
hukum positif yang berlaku,31 berupa pendapat ahli hukum Islam maupun
hukum positif untuk selanjutnya dianalisis secara kritis.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pada dasarnya dalam hal pengumpulan data ini dilakukan dengan
teknik pengumpulan data penelitian dokumentatif. Bahwasanya datanya
secara langsung diambil dari buku-buku yang membahasnya mengenai
permasalahan yang diteliti dan juga dikutip sebagai pembanding. Sehingga
pada akhirnya data yang didapatkan merupakan data yang diperoleh lewat
berbagai sumber yang ada.
5. Analisis Data
Dalam hal metode analisa ini agar data yang didapatkan itu valid
maka digunakanlah analisa data kualitatif sehingga data yang didapatkan
akurat. Pengaplikasiannya dari metode tersebut bahwasanya penelitian ini
30 Bambang Sunggono, Metodologei Penelitian Hukum, cet. III, (Jakarta: PT. Grafindo
Persada, 2001), hlm.84-85.
31Ibid.
22
bertitik tolak upaya untuk menemukan asas-asas tentang Batas-batas hak
suami dalam memperlakukan saat isteri nusyu>z pandangan Ima>m Asy-
Sya>fi’i> yang telah ada untuk diklarifikasikan dan dikembangkan guna
menemukan sistem yang komperhensif dan sistematis. Dalam analisa
penelitian ini penggunaan sistem penalaran deduktif digunakan untuk
mengimplementasikan norma hukum yang in abstracto yang telah
ditemukan tersebut untuk digunakan sebagai titik tolak dalam melihat
masalah yang in concrecto.
G. Sistematika Pembahasan
Dalam menjabarkan dari kelima bab dalam skripsi ini penyusun
mencoba menguraikan dari bahasan masing-masing bab. Pada dasarnya dari
lima bab yang akan dibahas oleh penyusun dalam skripsi ini nantinya akan
diawali bab pertama yaitu pendahuluan dan bab yang kelima adalah penutup.
Bab pertama pendahuluan, yang menjadi penjelasan adanya skripsi ini
dan mengapa perlu dilakukan. Kemudian dilanjutkan dengan tujuan dan
kegunaan penelitian untuk menjelaskan mengenai urgensi penelitian ini.
Kemudian dilanjutkan dengan telaah pustaka untuk memberikan penjelasan
dimana posisi penulis dalam hal ini, dimana letak kebaharuan penelitian ini.
Selanjutnya kerangka teoritik adalah tinjauan mengenai beberapa pandangan
atau pendapat-pendapat tokoh tentang obyek bahasan yang diteliti. Adapun
metodologi penelitian dimaksudkan bagaimana cara yang akan dilakukan
penulis dalam penelitian ini, pendekatan yang dipakai dan bagaimana langkah-
23
langkah penelitian tersebut dilakukan. Dan yang terakhir adalah sistematika
yaitu untuk memberikan gambaran secara umum tentang, sistematis, logis dan
korelatif mengenai kerangka bahasan penelitian.
Bab kedua merupakan gambaran secara umum mengenai nusyu>z, yang
mencakup pengertian nusyu>z, bentuk-bentuk perbuatan nusyu>z, dasar hukum
dan akibat perbuatan hukumnya. Hal ini penting karena diistilahkan sebagai
pintu untuk dapat masuk ke dalam hal yang khusus atau spesifik dalam
bahasan di bab selanjutnya. Sehingga nanti diharapkan untuk mempermudah
pemahaman alur dalam skripsi ini.
Bab ketiga berbicara tentang hak-hak suami dan batasan-batasannya
dalam memperlakukan isteri saat nusyu>z pandangan Ima>m Asy-Sya>fi’i>, dalam
bab ini adalah pokok masalah yang diteliti. Dalam hal ini peneliti
mendeskripsikan berbagai pendapat atau ide dari berbagai pemikir hukum
Islam, dan sekaligus melakukan analisa secara kritis-analitis dari berbagai
pendapat ulama’ yang ada.
Bab empat dijelaskan mengenai analisa pembahasan mengenai
pandangan dari Ima>m Asy-Sya>fi’i> tentang batas-batas perlakuan suami saat
isteri sedang nusyu>z dan analisa mengenai istimbath hukum Ima>m Asy-Sya>fi’i>
tentang batas-batas perlakuan suami saat isteri sedang nusyu>z. Sehingga dalam
bab empat ini lebih ditekankan dalam pembahasan analisisnya dikaitkan
dengan hukum Islam. Sehingga nanti pembahasan mengenai nusyu>z dapat
tercapai dengan maksimal.
24
Bab kelima dalam bagian ini adalah merupakan bagian terakhir atau
penutup yang mencakup kesimpulan sekaligus saran-saran berkaitan dengan
hasil penelitian yang ditemukan oleh penyusun sekaligus diajukan sebagai
jawaban atas pokok masalah.
Pada bagian akhir dalam skripsi ini juga adanya hal-hal yang penting
dan relevan dengan penelitian yang tidak perlu dimuat pada bagian utama,
terdiri atas daftar pustaka, lampiran-lampiran dan curriculum vitae.
104
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah penyusun lakukan dengan judul
“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Batas-Batas Perlakuan Suami Terhadap
Isteri Saat Nusyu>z Dalam Pandangan Ima>m Syafi’i>”ini mencoba untuk
diberikannya solusi yang paling baik dengan beberapa macam upaya yang
sudah diuraikan panjang lebar di dalamnya pada bab-bab sebelumnya. Oleh
karena itu dalam bab akhir ini ditarik beberapa kesimpulan sekaligus saran
sebagai berikut:
1. Imam asy-Syafi’i mengemukakan bahwasanya dalam batas-batas
perlakuan hak seorang suami saat isteri nusyu>z itu yang pertama: upaya
pesuasif yang digambarkan imam Asy-Syafi’i ini mencakup pemberian
mau’id}ah (nasihat). Kedua: mengasingkan isteri (hijr). Ketiga:
kewenangan memukul. Keempat: Pencegahan hak nafkah. Kelima hak
penjatuhan talak yang dalam hal ini merupakan suatu jalan terakhir
manakala di dalam rumah tangga sudah tidak bisa ditempuh dengan jalan
Is}lah (perdamaian).
2. Mengenai konteks istinbat} hukum yang dilakukan oleh Imam Asy-Sya>fi’i
menggunakan rujukan-rujukan yang sah}ih} diantaranya : Al-Qur’an, As-
Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Di sinilah istinbat} hukum yang diberikan Imam
Asy-Sya>fi’i benar-benar melalui penyaringan. Karena Imam Asy-Sya>fi’i
105
adalah salah satu madzhab yang terkenal di dunia dan sudah tidak
diragukan lagi dari sisi pendapat hukum terutama di dalam pendapat
hukum fiqih.
3. Pandangan dan istinbat} hukum Ima>mAsy-Sya>fi’i> tentang batas-batas hak-
hak suami dalam memperlakukan isteri pada saat nusyu>z tidak keluar dari
hukum Islam karena rujukan pertama selalu menggunakan kitab suci al-
Qur’an, kemudian hadis-hadis atau sunnah Nabi, selanjutnya jika tidak
ditemukan secara eksplisit dalam al-Qur’an dan hadis baru beliau
melakukan ijma’ (kesepakatan Imam-imam Mujtahid dalam satu masa)
dan Qiyas (perbandingan antara yang satu dengan yang lain)
B. Saran-Saran
Perlu adanya tindak lanjut mengenai konsep nusyu>z dengan
menggunakan pendekatan yang mengacu pada keadilan.
1. Bagi suami: hendaknya dapat memperlakukan isteri dengan sebaik-
baiknya, dengan memposisikan isteri sebagai partner dalam rumah tangga
dan bukan sebagai pembantu seperti yang dipahami masyarakat masa lalu.
2. Bagi isteri: saling memahami antar tugas dan kedudukan dalam rumah
tangga.
3. Pemerintah: hendaknya ikut andil dan dapat memberikan pelayanan yang
sebaik-baiknya terhadap masyarakat, sehingga nantinya masyarakat dapat
bisa lebih memahami bagaimana menjadikan rumah tangga itu bahagia
dan sejahtera.
106
DAFTAR PUSTAKA
A. Kelompok Al-Qur'an dan Tafsir
Al-Jas}s}a>s, Abi< Bakr Ah}mad ibn ‘Ali< Ra>zi<, Ah}ka>m al-Qur'a>n, Beirut: Da>r al-Kutub al-Alamiyah, 1415 H/1993 M.
Al-Kausari, Muhammad Zahi>d>, Muqaddimah Ahka>m al-Qur'a>n li Ima>m Asy-Sya>fi’i, Beirut: Dar al-Kutb al-‘Ilmiyah, 1991.
Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Bandung: J-Art, 2005.
Johari, Ayat-ayat Nusyuz: Tinjauan Pisikologik-Pedagogik, Tesis Pasca Sarjan, Tidak diterbitkan, Yogyakarta: Sunan Kalijaga, 1995.
B. Kelompok Hadis
An-Nawawi<, S{ah}i<h} Muslim bi Syarh an-Nawawi<, Beirut: Da>r al-Fikr, 1981 M/1401 H.
Asy-Syajastani, Abi Daud Sulaiman ibn as-Yas, Sunan Abi Daud, Beirut: Da>r al-Fikr, 1994.
Muslim, S{ah}ih} Muslim, Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, t.t..
Al-Qurtu>bi, Ja>mi al-Ah}ka>m al-Qura>n, Mesir: Da>r Al-Kita>b Al-Ara>bi, 1967.
Al-Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir, Yogyakarta: Pustaka Progresif,
1997.
C. Kelompok Fiqh
Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, tt., IV: 1353.
Rasyadi, A. Rahmat, Islam; Problematika Seks Kehamilan dan Melahirkan, cet. X, Bandung: Angkasa, 1993.
107
al-Ju>naidi<, Abd. Al-Haki>m, Al-Ima>m asy-Sya>fi’i> Na>sir as-Sunnah wa Wadi’ al-Ushu>l, Mesir: Da>r al-Qalam, 1996.
Al-Jundi<, Abd. Ha>lim, Ima>m Asy-Sya>fi’i>: Nasi>ru as-Sunnah wa Wadi>u ‘Ilmu al-Us}u>l, ttp: Da>r al-Qalam, 1996.
Waha>b, As-Subki, Abd., Ha>syi>yah al-‘Alamah al-Banna>ul, ttp: Da>r al-Ihya>’ al-Kutb al-‘Ilmi>yah, tt.
Aal-Khallaf, Abd. Wahab, Ilmu Us}ul Fiqh, Alih bahasa Masdar Helmy, cet. 7, Bandung: Gema Insani Press, 1997.
al-Jazi<ri<, Abdurrahma>n, Kita>b al-Fiqh ‘Ala al-Maz\a>hib al-‘Arba’ah, Beirut: Da>r al-Fikr, t.t..
Abu> ‘I<sa> Muh}ammad bin ‘I<sa> bin Surah, Al-Ja>mi’ as-S{ah}ih} wa Huwa Sunan al-Tirmiz\i<, Beirut: Da>r al-Kutub al-Alamiyah, t.t.
al-Gazzali<, Abu> Ha>mid Muh}ammad bin Muh}ammad, Ih}ya ‘Ulu>m ad-Di<n, Beirut: Da>r al-Kita>b al-Isla>mi, t.t.
Abu Muhammad ‘Ali bin Ahmad bin Said bin Hazm, al-Muhalla, Kudus: Pustaka Azzam, t.t.
Ahmad asy-Syaiba>si>, Al-A’immah al-‘Arba’ah, Beirut: Da>r al-Ja>il, tt.
Ahmad Ima>m Asy-Sya>fi’i as-Sabba>si>, Al-Aimmah al-Arba’ah, Beirut: Da>r Al-Jail, tt.
Ahmad Nahra>wi Abd. As-Sala>m, Al-Ima>m fi> Mazha>baih, cet. I, Indonesia: tnp, 1998.
Ahmad Yu>suf, Ima>m Asy-Sya>fi’i> Wadi>’u ‘Ilmu al-Ushu>l, Kairo: Da>r As-Saqa>fah fi an-Nasyr wa Tauzi’, 1990.
Ali Baihaqi, Ma’rifatu as-Sunnah wa al-As\ar, Beirut: Dar al-Kutb al-‘Ilmiyah, t.tp.
Al-Mawardi, al-Halu>yal-Kabi>r, Beirut: Da>r al-Fikr, 1994 M/ 1414 H.
Al-Syi<razi<, al-Fiqh ‘ala> Maz}a>hib al-‘Arba’ah, Beirut: Da>r al-Fikr, t.t.
Amina Wadud, Qur’an dan Perempuan, Jakarta: Serambi, 2000.
An-Nahra>wi<, al-Majmu’ Syarh al-Muhazzab, Beirut: Dar al-Fikr, 1996 M/1417 H.
108
Asghar Ali Enggineer, Hak-hak Perempuan dalam Islam, alih bahasa Farid Wajidi dan Cici Farkha Assegaf, Yogyakarta: Bentang Budaya, 1994.
As-Sayyid Sa>biq, Figh as-Sunnah, (al-Qa>hirah: Fath al-I’la>m al-Arabi>, 1410 H/1990 M.
Faru>q Abd. Mu’ti>, Al-Ima>m Asy-Sya>fi’i>, Beirut: Da>r al-Kutv al-‘Ilmi>yah, 1992.
Forum Kajian Kitab Kuning (FK3), Wajah Baru Relasi Suami-Istri; Telaah kitab ‘Uqud al-Lujjayn, cet.I, Yogyakarta: LkiS, 2001.
Hasbi as-Shieddiqy, Pokok-pokok Pegangan Imam Madzhab, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1997.
Hazaimah Tahida, Pengantar Perbandingan Madzhab, Jakarta: Logos, 1997.
Humaidi Tatapangarsa, Hak dan Kewajiban Suami-Istri Menurut Hukum Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1993.
Ibn Hajar Asqalan, Mana>qib Ima>m Asy-Sya>fi’i>: Tawa>li at-Ta>sis, Beirut: Da>r al-Kutb al-‘Ilmi>yah, 1986/1406.
Ima>m Asy-Sya>fi’i, al-Umm, Beirut: Da>r al-Fikr, 1983 M/ 1403 H.
Ima>m Taqiy al-Di<n Abi< Bakr ibn Muh}ammad al-H{usaini ad-Damasqi< asy-Sya>fi’i<, Kifa>yat al-Akhya>r, Semarang: Toha Putra, t.t.
M. Djamil Latif, Aneka Hukum Perceraian di Indonesia, cet. II, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981.
Masdar Farid Mas’udi, Islam dan Hak-Hak Reproduksi Perempuan, cet.I, Bandung: Mizan, 1997.
Muh. Rasyid Rida, Jawaban Islam Terhadap Seputar Wanita, alih bahasa, Abd. Haris Rifa’i, Surabaya: Pustaka Progresif, 1993.
Muh}ammad Usma>n al-Khasi<t, Sulitnya Berumah Tangga: Upaya Mengatasinya Menurut al-Qur'an dan Hadis, Ilmu Pengetahuan, alih bahasa A. Aziz Salim Basyarahil, Jakarta: GIP, 1994.
Muhammad Abu> Zahrah, Tari>kh al-Madza>hib al-Isla>miyah, Kairo: Da>r al-Fikr al-‘Arabi>, tt.
Muhammad Ali Hasan, Perbandingan Madzhab, Jakarta: Rajawali Press, 1965.
109
Muhammad bin Abdurrahman, Rahmah al-Ummah fi< Ikhtila>f al-Aimmah, Surabaya: al-Hidayah, t.t.
Muhammad Ibn Idri>s, Ima>m asy-Sya>fi’i> Diwa>n al-Ima>m asy-Sya>fi’i>, Yu>suf Ima>m Muhammad al-Baqa>’i> (ed.), Makkah: Da>r al-Fikri, 1988.
Muhammad Nawawi bin Umar bin Arabi, Syarh Uqud al-Lujjayn fi Bayan al-Huquq az-Zawjayn, Surabaya: Mutiara Ilmu, t.t.
Muhammad Yusu>f Mu>sa>, Ah}ka>m al-Ah}wal asy-Syakhs}iyyah al-Isla>my.
Muhyidin Abd. as-Sala>m, Mauqif Ima>m Asy-Sya>fi’i> min Madra>sah al-Iraq al-Fiqhi>yah, Mesir: Majlis al-A’la> li Syu’u>n al-Isla>miyah, tt.
Mustafa> as-Siba>’i>, As-Sunnah wa Imka>natuhu fi at-Tasyri’ al-Isla>mi>, Cet.8 Damsik: Da>r al-Qaumi>yah, 1379/1960.
Saleh bin Gani<m as-Saldani<, Nusyu>z, alih bahasa A. Syauqi Qadri, cet. I, Jakarta: Gema Insani Press, 1998.
Sirajudin ‘Abbas, Sejarah dan Keagungan Ima>m Asy-Sya>fi’i >, Jakarta: Pustaka Tarbiyah, 1995.
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Jakarta: Wijaya, 1954.
Sunan ibn Majah, “Kitab an-Nika>h”, Bab al-Mar’ah ‘ala> az-Zawj”.
Toha Jabir al-Alwani, Ushul al-Fiqh al-Islami, Source Methodology in Islamic Jurisprodence: Methodology for Research and Knowledge, Herudu: The International of Islamic Thought, 1990.
Wahbah az-Zuhaili, al Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, cet ke-I, Beirut: Dar al-Fikr, 1997.
Wahbah az-Zuhaili<, al-Fiqh al-Isla>mi, Juz IX, hlm. 6599.
D. Kelompok Lain-lain
Adhim, Fauzil, Kupinang Engkau Dengan Hamdalah, Yogyakarta: Mitra
Pustaka, 1999.
Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, cet. III, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998.
110
al-Jamal, Muh. Yusuf Asy-Syahir. Tafsir Al-Bahr al-Muhit, cet. II, Beirut: Da>r
al-Kutub al-Alamiyah, 1413 H/1993 M.
al-Katib, Muhammad Sarbini, Mug}ni al-Muhtaj, Mesir: Mustafa al-Bab al-
Halabi, t.t.
al-Khallaf, Abd. Wahab, Ilmu Us}ul Fiqh, Alih bahasa Masdar Helmy, cet. 7,
(Bandung: Gema Insani Press, 1997.
Asfari Jaya Bakri. Konsep Maqosid Syari’ah, cet.1, Jakarta: PT Grafindo Persada, 1996.
Asghar Ali Engineer, Matinya Perempuan: Menyingkap Skandal Doktrin Dan Laki-Laki, Alih Bahasa Akhmad Affandi, cet. I, Yogyakarta: IRCSod, 2003.
as-Sadlan, Shaleh bin Ghanim, “Nusyuz” diterjemahkan oleh Abu Hudaifah
Yahya, Nusyuz Petaka Rumah Tangga. Jakarta: Nurul Qalb, 2008.
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, cet. III, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2001.
Basyir, Ahmad Azhar, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta: UII Pres, 1995.
Depag RI, Inpres nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, Derektorat Jendral Pengembangan Kelembagaan Agama Islam.
Elli Nurhayati, “Tantangan keluarga pada millennium ke-3” dalam Lusi Margiani dan Muh. Yasir Alimi (ed), Sosialisasi menjinakan “Taqdir” Mendidik anak secara Adil, cet. I, Yogyakarta: LSPPA, 1999.
Fathul Jannah dkk., Kekerasan Terhadap Isteri, cet. I, Yogyakarta: LKiS, 2003.
Fathul Jannah dkk., Kekerasan Terhadap Isteri, cet. I, Yogyakarta: LKiS,
2003.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Ofset, 1990.
111
Hasan, Muhammad Ali, Perbandingan Madzhab, Jakarta: Rajawali Press,
1965.
Hasyim, Syafiq, Hal-Hal yang Tak Terpikirkan, Bandung: Mizan, 2001.
Hussain Muhammad, "Refleksi Teologis Tentang Keperempuan: Kekerasan Terhadap Perempuan", dalam Syafiq Hasyim (ed.), Menakar, Eksplorasi Lanjut Atas Hak-hak Reproduksi Perempuan Dalam Islam, Bandung: Mizan, 1999.
Inpres Nomor 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, Pasal 83 ayat
(1) dan 84 ayat (1).
Isa Anshari, “Nusyuz sebagai Alasan Penolakan Memberi Nafkah (Studi Analisis Terhadap Putusan PA. Sleman,” Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1997.
Jailani, Abdul Qadir, Keluarga Sakinah, cet. 7, Bandung: Gema Insani Press,
1997.
Khoiruddin Nasution, Islam, Tentang Relasi Suami dan Isteri (Hukum Perkawinan I), cet. I, Yogyakarta: ACAdeMIA dan TAZAFFA, 2004.
Latif, M. Djamil, Aneka Hukum Perceraian di Indonesia, cet. II, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1981.
Lindra Darnela, “Studi Terhadap Pendapat Ibn Hazm Tentang Nafkah Isteri Nusyuz,” Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2002.
Manzur, Ibn, Lisan al-Arobi, Beirut: Da>r Lisan al-Arobi, ttp.
Muhammad, Hussain. "Refleksi Teologis tentang Keperempuan: Kekerasan
terhadap Perempuan", dalam Syafiq Hasyim (ed.), Menakar,
Eksplorasi Lanjut Atas Hak-hak Reproduksi Perempuan Dalam Islam,
Bandung: Mizan, 1999.
112
Nailis Sa’adah, “Nusyuz Dalam Pandangan Amina Wadud Dan Realisasinya Dengan Upaya Penghapusan Kekerasan Terhadap Isteri,” Skripsi Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2002.
Nasution, Khoiruddin, Islam tentang Relasi Suami dan isteri (Hukum
Perkawinan I), cet. I, Yogyakarta: ACAdeMIA dan TAZAFFA, 2004.
Nurjannah, Perempuan Dalam Pasungan; Bias Laki-laki dalam Penafsiran,
cet. I, Yogyakarta: LkiS, 2003.
Syakir, Syaikh Ahmad Muhammad, Ar-Risalah Imam Syafi’i, Jakarta: Pustaka
Azzam, 2008.
Tatapangarsa, Humaidi, Hak dan Kewajiban Suami-Istri Menurut Hukum
Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1993.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP)
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 31 Ayat (1).
Wahid Hasyim, “Korelasi “Nusyuz Dengan Kekerasan Terhadap Rumah Isteri; Studi Kasus Di Rifka Annisa’ Women’s Crisis Center Yogyakarta,” Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2002.
Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2004.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
I
DAFTAR TERJEMAHAN
No Hlm Fn. Terjemahan BAB I 1 2 3 …Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyu>znya, Maka
nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka…
2 16 18 Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu; mereka adalah Pakaian bagimu, dan kamupun adalah Pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu...
3 16 19 Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.
4 18 23 Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyu>znya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
5 18 24 Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah amal (yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemuiNya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.
BAB II 6 28 11 Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyu>znya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.
II
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. 7 29 12 Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyu>z atau sikap
tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan istrimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyu>z dan sikap tak acuh), maka Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
8 31 17 Jika seorang suami mengajak istrinya ke ranjang, lalu sang istri enggan memenuhinya, maka malaikat akan melaknatnya hingga waktu subuh.
9 31 18 Nusyu>z: ketika istri menolak diajak bersetubuh atau keluar dari rumah tanpa izin suami.
10 31 19 Nusyu>z adalah ketika seorang istri melanggar ketentuan yang ada di rumah suaminya dan ketika istri melakukan sesuatu yang tidak dikehendaki suaminya.
BAB III 11 44 13 Wahai amirul mu’minin, apa yang kamu ucapkan terhadap
dua orang laki-laki sehingga salah satu dari mereka mengira aku saudaranya dan laki-laki yang satunya lagi mengira aku miliknya. Mana yang lebih mencintaiku? Amirul mu’minin menjawab: laki-laki yang mengira kamu saudaranya … berkata: wahai amirul mu’minin, sesungguhnya kalian adalah orang tua abbas, dan mereka adalah anak ali dan kita itu keturunan bani mutholib, maka kalian semua adalah anaknya abas engkau menyangka kamu saudaramu, dan mereka menyangka kami budak mereka.
12 52 34 Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyu>znya, maka nasehatilah mereka
13 52 35 Dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka 14 52 36 Dan pukullah mereka 15 54 39 Janganlah kalian memukuli hamba-hamba perempuan Allah 16 54 40 Istri yang dimarahi suami-suami mereka maka diringankan
hatinya. 17 54 41 Janganlah kalian memukuli hamba-hamba perempuan Allah 18 54 56 Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyu>z atau sikap
tidak acuh dari suaminya, Maka tidak Mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka)
19 60 58 Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya
III
Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
20 63 65 Tidak halal bagi seorang muslim meninggalkan saudaranya melebihi 3 hari.
21 63 67 Kepada orang-orang yang meng-ilaa' istrinya diberi tangguh empat bulan (lamanya). Kemudian jika mereka kembali (kepada istrinya), maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
22 66 72 Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
23 66 73 Oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada,
24 69 78 Berwasiatlah kalian semua kepada istri-istri kalian dengan wasiat yang baik, sesungguhnya istri-istri kalian itu adalah penolong bagi kalian. Kalian tidak berhak memiliki apapun dari para istri kecuali itu. Kecuali jika para istri berbuat kejelekan yang jelas maka tinggalkanlah mereka di tempat tidur dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak membahayakan, namun jika mereka ta’at kepadamu janganlah kamu menghalangi pilihan mereka. Ingatlah, istri-istri kalian itu punya hak. Ingatlah, kamu wajib memberikan hak-hak mereka yaitu dengan berbuat baik dengan mereka serta memberikannya pakaian dan makanan.
25 69 79 Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya).
26 78 96 Seorang suami wajib memberi nafaqah kepada istri ketika ada akad nikah, baik suami mengajak istri di rumah sendiri atau tidak, baik sang istri kaya atau faqir, punya orang tua atau yatim piatu, perawan atau janda, orang merdeka atau budak.
27 78 97 Bertakwalah kalian dalam urusan para wanita, karena sesungguhnya kalian mengambil mereka dengan amanah dari Allah dan kalian menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah. Hak kalian atas mereka adalah mereka tidak boleh mengizinkan seorang pun yang tidak kalian sukai untuk menginjak permadani kalian dan jika istri melakukan kesalahan, pukullah mereka dengan pukulan yang tidak membahayakan. Dan wajib bagi suami memberikan rizki dan pakaian dengan kebaikan kepada istri.
IV
28 78 98 Saya bertanya: “Ya Rasulullah, apa hak seorang istri yang harus dipenuhi oleh suaminya?” Rasulullah menjawab: “Engkau memberinya makan apabila engkau makan, engkau memberinya pakaian apabila engkau berpakaian, janganlah engkau memukul wajahnya, dan janganlah engkau menjelek-jelekkannya, dan janganlah engkau tinggalkan dia melainkan di dalam rumah.
29 79 99 Saya bertanya kepada Ibnu ‘Utaibah tentang hukumnya seorang istri yang keluar dari rumah suaminya dalam keadaan marah, apakah seorang istri berhak mendapatkan nafaqah? Ibnu ‘Utaibah berkata: iya.
30 85 109 Perkara halal yang paling dibenci Allah adalah Thalaq. 31 88 117 Wahai orang-orang yang beriman taatlah kepada Allah dan
taatlah kepada Rasul 32 91 125 Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyu>znya, maka
nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka
33 94 129 Rasulullah Saw menjawab janganlah engkau memukul wajahnya, dan janganlah engkau menjelek-jelekkannya, dan janganlah engkau tinggalkan di dalam rumah.
34 94 130 Dan pisahkanlah ranjang mereka BAB IV
35 99 1 Dan bergaullah dengan mereka secara patut 36 97 2 Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyu>znya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.
37 99 6 Apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu.
38 100 8 Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyu>znya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka
39 101 8 Wahai orang-orang yang beriman selamatkanlah keluargamu dari api neraka
40 103 11 Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyu>znya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur
V
mereka, dan pukullah mereka 39 98 12 Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua
orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?
40 99 13 Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
41 103 16 Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyu>z atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan istrimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyu>z dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
42 105 20 Kebijakan imam/kepala Negara terhadap rakyat itu harus dihubungkan dengan kemaslahatan.
VI
BIOGRAFI ULAMA
IMAIMAIMAIMA<<<<M ASYM ASYM ASYM ASY----SYASYASYASYA<<<<FI’IFI’IFI’IFI’I<< <<
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Idri>s asy-Sya>fi’i> al-Quraisyi>. Lahir pada tahun 150 H/767 M., dan meninggal pada tahun 204 H/820 M., beliau adalah salah satu dari Maza>hib al-Arba’ah yang sangat ketat baik dalam penggunaan akal maupun sunnah. Pandangan-pandangan yang ia kemukakan di Iraq atau tepatnya di Bagdad sering di sebut sebagai qaul qadi>m. Sedangkan pendapat atau pandangan dia yang dikemukakan setelah beliau hijrah ke Mesir. ASGAR ALI ENGINEER
Asghar adalah seorang pemikir dan teolog Islam dari India dengan reputasi Internasional. Dia telah menulis banyak artikel dan buku tentang teologi, yurisprudensi, sejarah dan filsafat Islam serta memberikan kuliah di berbagai negara. Dia juga berpartisipasi dalam berbagai gerakan perempuan muslim dan pembaharuan di komunitas Bohra. Salah satu karyanya yang sangat terkenal dan menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang sangat konsern terhadap isu-isu hak-hak perempuan dalam Islam adalah The Right of Women in Islam, diterbitkan tahun 1992 di London. WAHBAH AZ-ZUHAILI
Nama lengkapnya adalah Wahbah Mustafa> az-Zuhaili>. Dilahirkan di kota Dayr ‘Atiyah, bagian dari Damaskus pada tahun 1932 M. Setelah menematkan Ibtidaiyyah dan belajar al-Kulli>yah as-Syar’i>yyah di Damaskus (1952), dia kemudian meneruskan pendidikannya di Fakultas asy-Syari’ah Universitas al-Azhar, Mesir (1956). Di samping ia mendapatkan ijazah khusus pendidikan (tahassus at-Tadri>s) dari fakultas Bahasa Arab, dan ijazah at-Tadri>s dari Universitas yang sama mendapatkan gelar Lc. Dalam Ilmu Hukum di Universitas ‘Ain Syam, gelar Diploma dari Ma’had as-Syari>’ah Universitas al-Qa>hirah, dan memperoleh gelar Doktor dalam bidang hukum pada tahun 1963, dimana semua pendidikannya lulus dengan predikat terbaik. Ia kemudian menjadi dosen di Universitas Damaskus, dan mengisi aktivitasnya sebagai pengajar, penulis dan pembimbing. Sebagai ahli di bidang fiqh dan usul fiqh, Wahbah telah banyak menulis buku, diantara karya monumentalnya adalah al-Fiqh al-Isla>mi> wa ‘Adillatuh. IMAIMAIMAIMA<<<<M ABUM ABUM ABUM ABU<<<< HANIHANIHANIHANI<< <<FAHFAHFAHFAH Nama lengkapnya adalah Abu> Hani>fah an-Nu’ma>n bin S|a>bit bin Zufi at-Tami>mi>. Lahir di Kufah pada tahun 150 H/ 699 M., pada masa pemerintahan al-Qa>lid bin Abdul Ma>lik. Dia salah satu mujtahid yang sangat banyak pengikutnya, yang mengklaim diri mereka dengan golongan mazhab Hanafi. Semua hidupnya, Abu> Hani>fah dikenal sebagai seorang yang dalam ilmunya, zuhud dan tawa>dhu’ serta teguh memegang ajaran agama. Beliau tidak tertarik dengan jabatan-jabatan kenegaraan, sehingga beliau pernah menolak sebagai hakim (qadhi>) yang ditawarkan oleh Al-Mansu>r. Konon, karena penolakannya itu dia dipenjarakan
VII
hingga akhir hayatnya. Dia meninggalkan beberapa karya diantaranya Al-Musuan (kitab hadis, dikumpulkan oleh muridnya), Al-Makha>rij (buku ini dinisbatkan pada Ima>m Abu> Hani>fah, diriwayatkan oleh Abu> Yus>uf), dan Fiqh Akba>r. Abu> Hani>fah meninggal pada tahun 150 H/ 767 M, pada usia 70 tahun dan dimakamkan di Kizra. IMAIMAIMAIMA<<<<M MAM MAM MAM MA<<<<LIKLIKLIKLIK BIN ANAS
Ima>m Ma>lik bin Anas, merupakan panutan bagi mereka yang menamakan dirinya sebagai aliran Maliki, mereka tersebar luas hampir merata di seluruh negara Islam. Ima>m Ma>liki sendiri dilahirkan di Madi>nah pada tahun 93 H/ 712 M. Dia adalah salah satu ulama yang sangat terkemuka, terutama dalam bidang ilmu hadis dan fiqh. Salah satu karyanya yang sangat terkenal hingga kini sebagai rujukan dalam ilmu hadis dan fiqh adalah kitabnya yang berjudul Al-Muwaththa’. Ima>m Ma>lik meninggal dunia pada usia 86 tahun pada tahun 179 H/ 795 M.
VIII
CURRICULUME VITAE
1. Nama : Muhammad Lutfi Ainun Najib
2. Tempat Tanggal Lahir : Gunung Kidul, 4 Januari 1992
3. Alamat Asal : Wiyaka Utara, Plembutan, Playen, Gunung Kidul
Wonosari, Yogyakarta
4. Alamat Sekarang : Baciro, GK V/11 Timoho, Yogyakarta
5. E-mail : [email protected]
6. Riwayat Orang Tua
a. Nama Ayah : Buchori Muslim
b. Pekerjaan : PNS
c. Nama Ibu : Sri Kusrini
d. Pekerjaan : PNS
7. Alamat : Wiyaka Utara, Plembutan, Playen, Gunung Kidul
Wonosari, Yogyakarta
Riwayat Pendidikan
1. MI YAPPI Wiyaka : Lulus Tahun 2003
2. MTs Al-Ma’ha>d An-Nur : Lulus Tahun 2006
3. MA Al-Ma’ha>d An-Nur : Lulus Tahun 2009
4. UIN Sunan Kalijaga : Lulus Tahun 2013