20
TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP JAMINAN DALAM AKAD MUDĀRABAH DI BMT LHOKSEUMAWE PROPOSAL SKRIPSI Diajukan Oleh: Mulya Sari NIM: 131307398 Semester/Unit: V/II JURUSAN SYARIAH Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (HES) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) MALIKUSSALEH LHOKSEUMAWE

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jaminan Dalam Akad Mudārabah Di Bmt Lhokseumawe

Embed Size (px)

DESCRIPTION

qqa

Citation preview

Page 1: Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jaminan Dalam Akad Mudārabah Di Bmt Lhokseumawe

TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP JAMINAN DALAM AKAD MUDĀRABAH DI BMT

LHOKSEUMAWE

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Oleh:

Mulya SariNIM: 131307398

Semester/Unit: V/II

JURUSAN SYARIAH

Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (HES)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

MALIKUSSALEH LHOKSEUMAWE

TAHUN 2015

Page 2: Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jaminan Dalam Akad Mudārabah Di Bmt Lhokseumawe

A. Latar Belakang Masalah

BMT merupakan sebuah lembaga keuangan Islam mikro yang

mempunyai produk penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat. Dalam

prakteknya, sebagian besar BMT masih membatasi diri dengan penerapan

beberapa produk saja yang dianggap aman dan profitable. Salah satu produk

penghimpun dan penyaluran dana di BMT adalah mudharabah.

Hasbi ash-Shidieqy menjelaskan, mud}ārabah adalah kerjasama/ kontrak

dua orang melakukan kesepakatan dengan ketentuan modal dari satu pihak dan

usaha yang menghasilkan keuntungan di pihak lainnya, dan keuntungan dibagi

berdua.1

Pada prinsipnya dalam mudharabah orang yang menerimanya

tidak berkewajiban untuk menjamin kerugian atau kehilangan dari harta modal,

bila tidak ada unsur kesengajaan dan keteledoran karena ia menjadi orang yang

dipercaya (mu’taman), lain halnya apabila akad tersebut adalah akad hutang-

piutang, barang yang diterimanya sebagai hutang menjadi menanggungnya dan

berkewajiban mengembalikannya. Namun jaminan menjadi penting ketika

modal sahib al-māl khawatir akan munculnya penyelewengan dari mudārib.2

Sebenarnya teori yang diterapkan oleh ulama fiqih klasik sudah tepat kalau

seandainya diterapkan pada zaman Rasulullah dan sahabat, namun kalau

teori tersebut diterapkan untuk masyarakat sekarang maka agaknya sudah

1 Hasbi ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqih Muamalah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hlm. 102.

2 Muhamad, Konstruksi mud}ārabah dalam Bisnis Syari’ah (mudārabah dalam wacana fiqih dan praktek ekonomi modern), cet. ke-1, (Yogyakarta: BPFE, 2005), hlm. 64.

Page 3: Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jaminan Dalam Akad Mudārabah Di Bmt Lhokseumawe

tidak sesuai lagi, peninjauan ulang akan penting artinya, bila dalam hukum Islam

(fiqih klasik) istilah wakil dan amin diredevinisikan lagi sebagaimana

mud}ārabah sekarang.

Mudharabah pada penbankan Syari’ah yang digali oleh para perbankan

Islam berbeda dengan makna dalam teori ulama fiqih klasik. Dalam perbankan

syari’ah mudharabah mengacu pada dimensi teknis fungsionalnya yang sesuai

dengan undang-undang perbankan dan institusi perbankan syariah, mud}ārabah

mempunyai penekanan makna sebagai sebuah sistem dan produk.

Berbicara tentang masl{ ahah maka metode tersebut tidak akan luput dari

konsep keadilan, keadilan merupakan prinsip yang pertama dan yang terutama

dalam pembahasan transaksi. Al-Qur’an menyuruh kita mengikuti prinsip ini

dalam seluruh kehidupan kita, walaupun prinsip keadilan ini menyentuh setiap

individu, namun yang paling diutamakan adalah akibat yang ditimbulkanya

terhadap kehidupan sosial, jika kita mengadakan hubungan sosial dengan

individu lain.

Penerapan jaminan pada perbankan Syari’ah mutlak tidak dapat

dihindari, berdirinya bank Syari’ah sebagai lembaga usaha mengakibatkan

tingkat kekhawatiran dari pada berdiri sebagai lembaga sosial, di Indonesia

misalnya, besarnya nilai nominal jaminan adalah 125% dari pinjaman,

besarnya nilai nominal jaminan mengakibatkan permasalahan tersendiri terutama

bagi pengusaha kecil, walaupun jaminan tidak harus berupa uang tunai

tetapi barang yang harganya sebesar itu, namun jaminan tersebut tetap saja

dirasa berat oleh masyarakat kecil.

Page 4: Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jaminan Dalam Akad Mudārabah Di Bmt Lhokseumawe

Kerjasama tersebut merupakan salah satu bentuk kerja sama dibidang

ekonomi, yaitu bentuk pemberian harta dari seseorang kepada orang lain sebagai

modal usaha, keuntungan yang diperoleh akan dibagi antara mereka berdua.3

Salah satu bentuk kerjasama seperti itulah yang ditawarkan oleh BMT

Lhokseumawe, yang telah berdiri lama yaitu 10 tahun, sebagai lembaga

yang bergerak di bidang simpan pinjam ini menawarkan kerja sama dengan

melakukan pembiayaan kepada masyarakat sekitar dengan bentuk Modal

Usaha bagi para pedagang, peternak untuk melakukan usahanya maupun untuk

produksi pertanian.

Di BMT Lhokseumawe pembiayaan mudharabah sistem operasionalnya

menggunakan jaminan, adapun jaminan menyesuaikan besarnya pembiayaan

yang akan dilakukan, mengingat perkembangan sosial dan melihat kenyataan

yang ada, ternyata tidak adanya jaminan menjadikan beberapa anggota

pembiayaan wanprestasi terhadap kontrak yang telah disepakati bersama, atas

dasar hal tersebut maka BMT Lhokseumawe menjadikan jaminan sebagai salah

satu permohonan pembiayaan mudharabah.

Pertanyaan yang penting adalah apakah dalam operasionalisasi BMT

Lhokseumawe telah sesuai dengan pedoman umum yang berkaitan

dengan mekanisme pembiayaan mud}ārabah, yaitu untuk pembiayaan yang

berskala besar ditetapkan adanya jaminan yang besarnya 125% dari besarnya

jumlah pembiayaan yang akan dipinjam.

Berangkat dari diskripsi tersebut, maka terdorong hasrat penulis untuk

3 Helmi Karim, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Grafindo Persada, 1993), hlm. 12.

Page 5: Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jaminan Dalam Akad Mudārabah Di Bmt Lhokseumawe

mengetahui lebih jelas lagi persoalan yang muncul berkaitan dengan jaminan

dalam akad mud}ārabah di BMT Lhokseumawe dalam teori dan praktek, yang

lebih menitikberatkan pada nilai jaminannya, kemudian ditinjau dengan

hukum Islam menggunakan kaidah-kaidah usūl fiqh.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah tersebut, maka penyusun dapat

merumuskan beberapa pokok masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan jaminan dalam akad mudharabah di BMT

Lhokseumawe?

2. Apakah pelaksanaan jaminan dalam akad mudharabah di BMT

Lhokseumawe sesuai dengan hukum ekonomi syariah?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian

a. Menjelaskan dan menganalisis terhadap praktek penggunaan jaminan

dalam pembiayaan mudharabah dalam tinjauan hukum Islam.

b. Menjelaskan dan menganalisis nilai jaminan dalam akad

mudharabah di BMT Lhokseumawe dan mencari kejelasan hukum

ekonomi syariah dalam memandang dan menyikapi masalah tersebut.

2. Kegunaan dari penelitian ini adalah:

a. Memberikan pemahaman tentang jaminan dalam suatu akad

mudharabah kepada para pihak yang terlibat di BMT Lhokaeumawe

maupun bagi pihak di luar lembaga perekonomian.

Page 6: Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jaminan Dalam Akad Mudārabah Di Bmt Lhokseumawe

b. Sebagai salah satu kontribusi pemikiran dalam rangka memperkaya

khazanah pemikiran hukum ekonomi syariah khususnya dalam

bidang mu’amalah.

D. Landasan Teoritis

1. Konsep Al-Kafalah (Jaminan)

Al-Kafalah secara etimologi berarti الضمان  (jaminan), الحمالة (beban),

danالزعامة (tanggungan). Secara terminologi, sebagaimana yang dinyatakan

para ulama fikih selain Hanafi, bahwa kafalah adalah, "Menggabungkan dua

tanggungan dalam permintaan dan hutang”. Definisi lain adalah, "Jaminan yang

diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga yaitu pihak yang

memberikan hutang/kreditor(makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak

kedua yaitu pihak yang berhutang/debitoratau yang ditanggung (makful ‘anhu,

ashil)”.4

Dr Muhammad Tahir Mansuri menyebutkan defenisi kafalah dalam buku

‘Islamic Law of Contracts and business Transaction’, “as merging of one liability

with another in respcct of and for performance of an obligation”. 

Pada asalnya, kafalah adalah padanan dari dhamman, yang berarti

penjaminan sebagaimana tersebut di atas.Namun dalam

perkembangannya, Kafalah identik dengankafalah al-wajhi (personal guarantee,

jaminan diri), sedangkan dhamman identik dengan jaminan yang berbentuk

barang/harta benda.

Dalam buku “Ekonomi Syariah Versi Salaf “ Kafalah (Jaminan) memilki

definisi secara lebih terssusun dan jelas sebagai kesanggupan untuk memenuhi

hak yang telah menjadi kewajiban orang lain , kesanggupan untuk mendatangkan

barang yang ditanggung atau untuk menghadirkan orang yang mempunyai

kewajiban terhadap orang lain . dalam dalam buku Ekonomi Syariah Versi

Salaf itu juga kembali disimpulkan menjadi tiga bagian, yaitu:5

4 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, Cet. 1, 2002) Hal: 55 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Juz III, Kutubul Arabiyah, Dar al-Kutub, t.ch., hlm. 283

Page 7: Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jaminan Dalam Akad Mudārabah Di Bmt Lhokseumawe

a.       Kafalah adalah akad yang mengandung kesanggupan seseorang untuk

menngganti atau menanggung kewajiban hutang orang lain apabila orang tersebut

tidak dapat memenuhi kewajibannnya.

b.      kafalah sebagai akad yang tertuang di dalamnya tentang kesanggupan seseorang

untuk menanggung hukuman yang seharuasnya diberikan kepada sang terhukum

dengan menghadirkan dirinya atau disebut juga sebagai kafalah An Nafs

c.       kafalah yang tertuang di dalamnya tentang kesanggupan seseorang dalam

mengembalikan ‘ain madhmunah peda orang yang berhak.

Dalam kaitanya dengan jaminan atau garansi ini, Bank Syari’ah

mengambil beberapa langkah untuk meyakinkan bahwa modal dan keuntungan

yang akan diperoleh harus kembali secara tepat waktu sebagaimana yang telah

ditentukan dalam kontrak, secara umum hal ini dapat dicapai dengan media

garansi (jaminan) atau dari pihak ketiga, meskipun hukum Islam tidak

membolehkan memungut jaminan dari mudharabah, Bank Syariah secara umum

melakukannya dengan alasan bahwa jaminan tidak diciptakan untuk menjamin

pulangnya modal tetapi untuk meyakinkan keseriusan atau kesungguhan mudharib

dalam usahanya sesuai dengan term-term kontrak dan tidak main- main.6

Di Indonesia, jaminan menjadi keharusan bagi semua institusi perbankan

baik yang konvensional maupun Syari’ah. Kaitanya dengan jaminan ini semua

lembaga perbankan mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia,

dalam aturan itu disebutkan bahwa untuk pembiayaan yang berskala besar

ditetapkan adanya jaminan yang besarnya 125% dari modal yang dipinjamkan.

6 Muh, Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah: dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm.105.

Page 8: Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jaminan Dalam Akad Mudārabah Di Bmt Lhokseumawe

Jika mudarib gagal melunasi angsuran modal dan tidak mendapatkan laba,

maka BMT berhak mengambil proyek pengaturan usaha yang sangat besar dan

berhak mengambil uang jaminan yang telah dikuasai.

Dalam mekanisme system perbankan prinsip-prinsip kafalah dapat

diaplikasikan dalam bentuk pemberian jaminan bank dengan terlebih dahulu

diawali dengan pembukaan fasilitas yang ditentukan oleh bank atas dasar hasil

analisa dan evaluasi dari nasabah yang akan diberikan fasilitas tersebut. Fasilitas

kafalah yang diberikan akan terlihat pada perkiraan administratif baik berupa

komitmen maupun kontinjen.

Fasilitas yang dapat diberikan sehubungan dengan penerapan prinsip

kafalah tersebut adalah fasilitas bank garansi dan fasilitas letter of credit. Fungsi

kafalah adalah pemberian jaminan oleh bank bagi pihak-pihakyang terkait untuk

menjalankan bisnis mereka secara lebih amandan terjamin, sehingga adanya

kepastian dalam berusaha/bertransaksi, karena dengan jaminan ini bank berarti

akan mengambil alih risiko/kewajiban nasabah, apabila nasabah wanprestasi/lalai

dalam memenuhi kewajibannya.

Pihak bank sebagai lembaga yang memberikan jaminan ini, juga akan

memperoleh manfaat berupa peningkatan pendapatan atas upah yang mereka

terima sebagai imbalan atas jasa yang diberikan, sehingga akan memberikan

kontribusi terhadap perolehan pendapatan mereka.

Page 9: Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jaminan Dalam Akad Mudārabah Di Bmt Lhokseumawe

D. Telaah Pustaka

Pemikiran tentang akad Mudharabah telah cukup banyak dihasilkan

oleh para pemikir Islam sebagai bentuk alternatif pemecahan masalah,

diantaranya terdapat sejumlah penelitian berupa skripsi yang dilakukan oleh

Siti Halimah dengan “Tinjauan Fiqih Muamalah terhadap mudharabah pada

BMT Surya Arta Kencana Kecamatan Sentolo Kulon Progo Yogyakarta”.7 yang

lebih menyoroti mengenai akad mud}ārabah saja, ditinjau dari hukum Islam,

sedangkan Sutardi dengan skripsi “Tinjauan Hukum Islam terhadap Mud}ārabah

di BMT Bina Ihsanul Fikri Cabang Gedonkuning” lebih memfokuskan pada

praktek pembiayaan mud}ārabah yang berkaitan dengan bagi hasil,8 yang

menyatakan bahwa praktek mud}ārabah telah dilakukan telah sesuai dengan

kerangka Syar’i dan norma-norma hukum Mu’āmalah, karena telah memberikan

kebebasan sepenuhnya dan tanpa ada paksaan dari pihak BMT oleh para anggota

pembiyaannya untuk mengelola usahanya, sedangkan dalam hal bagi hasil

keuntungan disesuaikan dengan kesepakatan awal perjanjian antara BMT dengan

nasabah. Dalam hal perjanjian yang diterapkan oleh BMT dengan nasabah

dilakukan dengan cara menulis pada surat perjanjian atau akad pembiayaan

mud}ārabah, dan kesepakatan itu ditandai dengan ijab dan kabul antara mereka.

E. Metode Penelitian

7 Siti Halimah, “Tinjauan Fiqih Muamalah terhadap Mud}ārabah pada BMT Surya Parama Arta Kecamatan Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta”, Skripsi Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (2005), hlm. 20.

8 Sutardi, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Mud}ārabah di BMT Bina Ihsanul Fikri cabang Gedong Kuning”, Skripsi Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga yogyakarta, 2005. hlm. 73

Page 10: Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jaminan Dalam Akad Mudārabah Di Bmt Lhokseumawe

1. Jenis Penelitian

Dilihat dari objeknya, penelitian ini adalah penelitian lapangan (field

research). Penelitian lapangan dimaksudkan untuk memperoleh data yang

berhubungan dengan objek penelitian itu sendiri. Penelitian ini dilaksanakan di

BMT (Baitul Mal At- Tanwil) cabang Lhokseumawe.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat dreskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk

mengevaluasi dan memberikan penilaian secara detail pada objek penelitian yang

penulis teliti. Yaitu memberikan penilaian tentang pelaksanaan penerapan prinsip

ijârah pada praktik tarif jasa simpan di BMT (Baitul Mal At- Tanwil)

cabang Lhokseumawe.

3. Pendekatan Masalah

Pendekatan yang digunakan adalah normatif, yaitu mengkaji data

berdasarkan pada tinjauan hukum islam terhadap jaminan mudharabah

berdasarkan pada norma-norma dan aturan-aturan hukum Islam.

4. Tekhnik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan menggunakan

pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala atau fenomena

yang ada pada obyek penelitian. Observasi yang dilakukan adalah non

partisipan yaitu pengamatan yang dilakukan seorang peneliti terhadap objek

penelitian, tanpa berperilaku seperti orang atau objek yang diteliti.19 Dalam

melakukan observasi selama penelitian ini dilaksanakan, penulis langsung

Page 11: Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jaminan Dalam Akad Mudārabah Di Bmt Lhokseumawe

melakukan pengamatan sebanyak 6 kali yang terjadi di BMT (Baitul Mal At-

Tanwil) cabang Lhokseumawe..

b. Interview atau Wawancara

Interview atau wawancara dilakukan sebagai pelengkap untuk memperoleh

data dengan memakai pokok-pokok wawancara sebagai pedoman agar

wawancara lebih terarah.

Dalam mengadakan wawancara penulis menggunakan suatu pedoman

wawancara semi struktur yang mula-mula pewawancara menanyakan serentetan

pertanyaan yang telah disiapkan kemudian satu persatu diperdalam untuk

memperoleh keterangan lebih lanjut.

Pada penelitian ini wawancara dilakukan dengan manajer Pegadaian BMT

(Baitul Mal At- Tanwil) cabang Lhokseumawe.terkait dengan operasionalisasi

yang berlaku di BMT (Baitul Mal At- Tanwil) cabang Lhokseumawe.. Penulis

melakukan wawancara sebanyak 5 kali dengan Bapak Kepala BMT (Baitul Mal

At- Tanwil) cabang Lhokseumawe.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi

dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan

wawancara dalam penelitian kualitatif.20 Di BMT (Baitul Mal At- Tanwil)

cabang Lhokseumawe penulis mendapatkan brosur-brosur dan majalah yang

telah disediakan, yang berisi tentang BMT (Baitul Mal At- Tanwil) cabang

Lhokseumawe dan produk- produknya.

Page 12: Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jaminan Dalam Akad Mudārabah Di Bmt Lhokseumawe

5. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini

menggunakan cara berfikir deduktif, yaitu suatu analisis yang berangkat dari

pengetahuan umum atau fakta yang bersifat umum untuk menemukan

kesimpulan yang bersifat khusus. Dalam hal ini berpijak pada hukum Islam

kemudian diterapkan untuk menganalisis pelaksanaan tinjauan hukum

terhadap jaminan mudharabah di BMT (Baitul Mal At- Tanwil) cabang

Lhokseumawe.

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jaminan Dalam Akad Mudārabah Di Bmt Lhokseumawe

Syafi’I, Antonio, Muhammad, Bank Syari’ah: Dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani, 2001.

Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep Produk dan Implementasi Operasional Bank Syari’ah, Jakarta: Djambatan, 2003.

Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syari’ah, Yogyakarta: UII Press, 2005.

Muslehuddin, Sistem Perbankan Islam, alih bahasa Aswin Simamora, Jakarta: Rineka Cipta, 1994.

Saeed, Abdullah, Bank Islam dan Bunga studi kritis dan interpretasi kontemporer tentang riba dan bunga, alih bahasa Muh Ufuqul Mubin, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

Nejjatullah, Shiddiqi M, Bank Islam alih bahasa Asep Hilmat Suhendi, Bandung: Penerbit Pustaka, 1984.

Sumitro, Warkum, Azas-azas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.

Zuhri, Muhamad, Riba dalam Al Qur’an dan Masalah Perbankan, Jakarta: RajaGrafinda Persada, 1997.

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005.

Saeed, Abdullah, Menyoal BANK Syari’ah/kritik atas Interpretasi Bunga BANK Kaum Neorevivalis terjemahan Arif Maftuhin, Jakarta: Paramadina, 2004.

Mannan, Abdul, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Jakarta: PT Dana BhaktiPrima Yasa, 1997.

Muhamad, Konstruksi Mud}ārabah dalam Bisnis Syari’ah (mud}ārabah dalam wacana fiqih dan praktek ekonomi modern), Yogyakarta: BPFE, 2005.

PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil), Pedoman Cara Pembentukan BMT, Jakarta: tnp., tt.