Upload
khairoelanwarazzaroelii
View
40
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
qqa
Citation preview
TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP JAMINAN DALAM AKAD MUDĀRABAH DI BMT
LHOKSEUMAWE
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Oleh:
Mulya SariNIM: 131307398
Semester/Unit: V/II
JURUSAN SYARIAH
Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (HES)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
MALIKUSSALEH LHOKSEUMAWE
TAHUN 2015
A. Latar Belakang Masalah
BMT merupakan sebuah lembaga keuangan Islam mikro yang
mempunyai produk penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat. Dalam
prakteknya, sebagian besar BMT masih membatasi diri dengan penerapan
beberapa produk saja yang dianggap aman dan profitable. Salah satu produk
penghimpun dan penyaluran dana di BMT adalah mudharabah.
Hasbi ash-Shidieqy menjelaskan, mud}ārabah adalah kerjasama/ kontrak
dua orang melakukan kesepakatan dengan ketentuan modal dari satu pihak dan
usaha yang menghasilkan keuntungan di pihak lainnya, dan keuntungan dibagi
berdua.1
Pada prinsipnya dalam mudharabah orang yang menerimanya
tidak berkewajiban untuk menjamin kerugian atau kehilangan dari harta modal,
bila tidak ada unsur kesengajaan dan keteledoran karena ia menjadi orang yang
dipercaya (mu’taman), lain halnya apabila akad tersebut adalah akad hutang-
piutang, barang yang diterimanya sebagai hutang menjadi menanggungnya dan
berkewajiban mengembalikannya. Namun jaminan menjadi penting ketika
modal sahib al-māl khawatir akan munculnya penyelewengan dari mudārib.2
Sebenarnya teori yang diterapkan oleh ulama fiqih klasik sudah tepat kalau
seandainya diterapkan pada zaman Rasulullah dan sahabat, namun kalau
teori tersebut diterapkan untuk masyarakat sekarang maka agaknya sudah
1 Hasbi ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqih Muamalah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hlm. 102.
2 Muhamad, Konstruksi mud}ārabah dalam Bisnis Syari’ah (mudārabah dalam wacana fiqih dan praktek ekonomi modern), cet. ke-1, (Yogyakarta: BPFE, 2005), hlm. 64.
tidak sesuai lagi, peninjauan ulang akan penting artinya, bila dalam hukum Islam
(fiqih klasik) istilah wakil dan amin diredevinisikan lagi sebagaimana
mud}ārabah sekarang.
Mudharabah pada penbankan Syari’ah yang digali oleh para perbankan
Islam berbeda dengan makna dalam teori ulama fiqih klasik. Dalam perbankan
syari’ah mudharabah mengacu pada dimensi teknis fungsionalnya yang sesuai
dengan undang-undang perbankan dan institusi perbankan syariah, mud}ārabah
mempunyai penekanan makna sebagai sebuah sistem dan produk.
Berbicara tentang masl{ ahah maka metode tersebut tidak akan luput dari
konsep keadilan, keadilan merupakan prinsip yang pertama dan yang terutama
dalam pembahasan transaksi. Al-Qur’an menyuruh kita mengikuti prinsip ini
dalam seluruh kehidupan kita, walaupun prinsip keadilan ini menyentuh setiap
individu, namun yang paling diutamakan adalah akibat yang ditimbulkanya
terhadap kehidupan sosial, jika kita mengadakan hubungan sosial dengan
individu lain.
Penerapan jaminan pada perbankan Syari’ah mutlak tidak dapat
dihindari, berdirinya bank Syari’ah sebagai lembaga usaha mengakibatkan
tingkat kekhawatiran dari pada berdiri sebagai lembaga sosial, di Indonesia
misalnya, besarnya nilai nominal jaminan adalah 125% dari pinjaman,
besarnya nilai nominal jaminan mengakibatkan permasalahan tersendiri terutama
bagi pengusaha kecil, walaupun jaminan tidak harus berupa uang tunai
tetapi barang yang harganya sebesar itu, namun jaminan tersebut tetap saja
dirasa berat oleh masyarakat kecil.
Kerjasama tersebut merupakan salah satu bentuk kerja sama dibidang
ekonomi, yaitu bentuk pemberian harta dari seseorang kepada orang lain sebagai
modal usaha, keuntungan yang diperoleh akan dibagi antara mereka berdua.3
Salah satu bentuk kerjasama seperti itulah yang ditawarkan oleh BMT
Lhokseumawe, yang telah berdiri lama yaitu 10 tahun, sebagai lembaga
yang bergerak di bidang simpan pinjam ini menawarkan kerja sama dengan
melakukan pembiayaan kepada masyarakat sekitar dengan bentuk Modal
Usaha bagi para pedagang, peternak untuk melakukan usahanya maupun untuk
produksi pertanian.
Di BMT Lhokseumawe pembiayaan mudharabah sistem operasionalnya
menggunakan jaminan, adapun jaminan menyesuaikan besarnya pembiayaan
yang akan dilakukan, mengingat perkembangan sosial dan melihat kenyataan
yang ada, ternyata tidak adanya jaminan menjadikan beberapa anggota
pembiayaan wanprestasi terhadap kontrak yang telah disepakati bersama, atas
dasar hal tersebut maka BMT Lhokseumawe menjadikan jaminan sebagai salah
satu permohonan pembiayaan mudharabah.
Pertanyaan yang penting adalah apakah dalam operasionalisasi BMT
Lhokseumawe telah sesuai dengan pedoman umum yang berkaitan
dengan mekanisme pembiayaan mud}ārabah, yaitu untuk pembiayaan yang
berskala besar ditetapkan adanya jaminan yang besarnya 125% dari besarnya
jumlah pembiayaan yang akan dipinjam.
Berangkat dari diskripsi tersebut, maka terdorong hasrat penulis untuk
3 Helmi Karim, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Grafindo Persada, 1993), hlm. 12.
mengetahui lebih jelas lagi persoalan yang muncul berkaitan dengan jaminan
dalam akad mud}ārabah di BMT Lhokseumawe dalam teori dan praktek, yang
lebih menitikberatkan pada nilai jaminannya, kemudian ditinjau dengan
hukum Islam menggunakan kaidah-kaidah usūl fiqh.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah tersebut, maka penyusun dapat
merumuskan beberapa pokok masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan jaminan dalam akad mudharabah di BMT
Lhokseumawe?
2. Apakah pelaksanaan jaminan dalam akad mudharabah di BMT
Lhokseumawe sesuai dengan hukum ekonomi syariah?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Menjelaskan dan menganalisis terhadap praktek penggunaan jaminan
dalam pembiayaan mudharabah dalam tinjauan hukum Islam.
b. Menjelaskan dan menganalisis nilai jaminan dalam akad
mudharabah di BMT Lhokseumawe dan mencari kejelasan hukum
ekonomi syariah dalam memandang dan menyikapi masalah tersebut.
2. Kegunaan dari penelitian ini adalah:
a. Memberikan pemahaman tentang jaminan dalam suatu akad
mudharabah kepada para pihak yang terlibat di BMT Lhokaeumawe
maupun bagi pihak di luar lembaga perekonomian.
b. Sebagai salah satu kontribusi pemikiran dalam rangka memperkaya
khazanah pemikiran hukum ekonomi syariah khususnya dalam
bidang mu’amalah.
D. Landasan Teoritis
1. Konsep Al-Kafalah (Jaminan)
Al-Kafalah secara etimologi berarti الضمان (jaminan), الحمالة (beban),
danالزعامة (tanggungan). Secara terminologi, sebagaimana yang dinyatakan
para ulama fikih selain Hanafi, bahwa kafalah adalah, "Menggabungkan dua
tanggungan dalam permintaan dan hutang”. Definisi lain adalah, "Jaminan yang
diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga yaitu pihak yang
memberikan hutang/kreditor(makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak
kedua yaitu pihak yang berhutang/debitoratau yang ditanggung (makful ‘anhu,
ashil)”.4
Dr Muhammad Tahir Mansuri menyebutkan defenisi kafalah dalam buku
‘Islamic Law of Contracts and business Transaction’, “as merging of one liability
with another in respcct of and for performance of an obligation”.
Pada asalnya, kafalah adalah padanan dari dhamman, yang berarti
penjaminan sebagaimana tersebut di atas.Namun dalam
perkembangannya, Kafalah identik dengankafalah al-wajhi (personal guarantee,
jaminan diri), sedangkan dhamman identik dengan jaminan yang berbentuk
barang/harta benda.
Dalam buku “Ekonomi Syariah Versi Salaf “ Kafalah (Jaminan) memilki
definisi secara lebih terssusun dan jelas sebagai kesanggupan untuk memenuhi
hak yang telah menjadi kewajiban orang lain , kesanggupan untuk mendatangkan
barang yang ditanggung atau untuk menghadirkan orang yang mempunyai
kewajiban terhadap orang lain . dalam dalam buku Ekonomi Syariah Versi
Salaf itu juga kembali disimpulkan menjadi tiga bagian, yaitu:5
4 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, Cet. 1, 2002) Hal: 55 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Juz III, Kutubul Arabiyah, Dar al-Kutub, t.ch., hlm. 283
a. Kafalah adalah akad yang mengandung kesanggupan seseorang untuk
menngganti atau menanggung kewajiban hutang orang lain apabila orang tersebut
tidak dapat memenuhi kewajibannnya.
b. kafalah sebagai akad yang tertuang di dalamnya tentang kesanggupan seseorang
untuk menanggung hukuman yang seharuasnya diberikan kepada sang terhukum
dengan menghadirkan dirinya atau disebut juga sebagai kafalah An Nafs
c. kafalah yang tertuang di dalamnya tentang kesanggupan seseorang dalam
mengembalikan ‘ain madhmunah peda orang yang berhak.
Dalam kaitanya dengan jaminan atau garansi ini, Bank Syari’ah
mengambil beberapa langkah untuk meyakinkan bahwa modal dan keuntungan
yang akan diperoleh harus kembali secara tepat waktu sebagaimana yang telah
ditentukan dalam kontrak, secara umum hal ini dapat dicapai dengan media
garansi (jaminan) atau dari pihak ketiga, meskipun hukum Islam tidak
membolehkan memungut jaminan dari mudharabah, Bank Syariah secara umum
melakukannya dengan alasan bahwa jaminan tidak diciptakan untuk menjamin
pulangnya modal tetapi untuk meyakinkan keseriusan atau kesungguhan mudharib
dalam usahanya sesuai dengan term-term kontrak dan tidak main- main.6
Di Indonesia, jaminan menjadi keharusan bagi semua institusi perbankan
baik yang konvensional maupun Syari’ah. Kaitanya dengan jaminan ini semua
lembaga perbankan mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia,
dalam aturan itu disebutkan bahwa untuk pembiayaan yang berskala besar
ditetapkan adanya jaminan yang besarnya 125% dari modal yang dipinjamkan.
6 Muh, Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah: dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm.105.
Jika mudarib gagal melunasi angsuran modal dan tidak mendapatkan laba,
maka BMT berhak mengambil proyek pengaturan usaha yang sangat besar dan
berhak mengambil uang jaminan yang telah dikuasai.
Dalam mekanisme system perbankan prinsip-prinsip kafalah dapat
diaplikasikan dalam bentuk pemberian jaminan bank dengan terlebih dahulu
diawali dengan pembukaan fasilitas yang ditentukan oleh bank atas dasar hasil
analisa dan evaluasi dari nasabah yang akan diberikan fasilitas tersebut. Fasilitas
kafalah yang diberikan akan terlihat pada perkiraan administratif baik berupa
komitmen maupun kontinjen.
Fasilitas yang dapat diberikan sehubungan dengan penerapan prinsip
kafalah tersebut adalah fasilitas bank garansi dan fasilitas letter of credit. Fungsi
kafalah adalah pemberian jaminan oleh bank bagi pihak-pihakyang terkait untuk
menjalankan bisnis mereka secara lebih amandan terjamin, sehingga adanya
kepastian dalam berusaha/bertransaksi, karena dengan jaminan ini bank berarti
akan mengambil alih risiko/kewajiban nasabah, apabila nasabah wanprestasi/lalai
dalam memenuhi kewajibannya.
Pihak bank sebagai lembaga yang memberikan jaminan ini, juga akan
memperoleh manfaat berupa peningkatan pendapatan atas upah yang mereka
terima sebagai imbalan atas jasa yang diberikan, sehingga akan memberikan
kontribusi terhadap perolehan pendapatan mereka.
D. Telaah Pustaka
Pemikiran tentang akad Mudharabah telah cukup banyak dihasilkan
oleh para pemikir Islam sebagai bentuk alternatif pemecahan masalah,
diantaranya terdapat sejumlah penelitian berupa skripsi yang dilakukan oleh
Siti Halimah dengan “Tinjauan Fiqih Muamalah terhadap mudharabah pada
BMT Surya Arta Kencana Kecamatan Sentolo Kulon Progo Yogyakarta”.7 yang
lebih menyoroti mengenai akad mud}ārabah saja, ditinjau dari hukum Islam,
sedangkan Sutardi dengan skripsi “Tinjauan Hukum Islam terhadap Mud}ārabah
di BMT Bina Ihsanul Fikri Cabang Gedonkuning” lebih memfokuskan pada
praktek pembiayaan mud}ārabah yang berkaitan dengan bagi hasil,8 yang
menyatakan bahwa praktek mud}ārabah telah dilakukan telah sesuai dengan
kerangka Syar’i dan norma-norma hukum Mu’āmalah, karena telah memberikan
kebebasan sepenuhnya dan tanpa ada paksaan dari pihak BMT oleh para anggota
pembiyaannya untuk mengelola usahanya, sedangkan dalam hal bagi hasil
keuntungan disesuaikan dengan kesepakatan awal perjanjian antara BMT dengan
nasabah. Dalam hal perjanjian yang diterapkan oleh BMT dengan nasabah
dilakukan dengan cara menulis pada surat perjanjian atau akad pembiayaan
mud}ārabah, dan kesepakatan itu ditandai dengan ijab dan kabul antara mereka.
E. Metode Penelitian
7 Siti Halimah, “Tinjauan Fiqih Muamalah terhadap Mud}ārabah pada BMT Surya Parama Arta Kecamatan Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta”, Skripsi Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (2005), hlm. 20.
8 Sutardi, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Mud}ārabah di BMT Bina Ihsanul Fikri cabang Gedong Kuning”, Skripsi Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga yogyakarta, 2005. hlm. 73
1. Jenis Penelitian
Dilihat dari objeknya, penelitian ini adalah penelitian lapangan (field
research). Penelitian lapangan dimaksudkan untuk memperoleh data yang
berhubungan dengan objek penelitian itu sendiri. Penelitian ini dilaksanakan di
BMT (Baitul Mal At- Tanwil) cabang Lhokseumawe.
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat dreskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mengevaluasi dan memberikan penilaian secara detail pada objek penelitian yang
penulis teliti. Yaitu memberikan penilaian tentang pelaksanaan penerapan prinsip
ijârah pada praktik tarif jasa simpan di BMT (Baitul Mal At- Tanwil)
cabang Lhokseumawe.
3. Pendekatan Masalah
Pendekatan yang digunakan adalah normatif, yaitu mengkaji data
berdasarkan pada tinjauan hukum islam terhadap jaminan mudharabah
berdasarkan pada norma-norma dan aturan-aturan hukum Islam.
4. Tekhnik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan menggunakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala atau fenomena
yang ada pada obyek penelitian. Observasi yang dilakukan adalah non
partisipan yaitu pengamatan yang dilakukan seorang peneliti terhadap objek
penelitian, tanpa berperilaku seperti orang atau objek yang diteliti.19 Dalam
melakukan observasi selama penelitian ini dilaksanakan, penulis langsung
melakukan pengamatan sebanyak 6 kali yang terjadi di BMT (Baitul Mal At-
Tanwil) cabang Lhokseumawe..
b. Interview atau Wawancara
Interview atau wawancara dilakukan sebagai pelengkap untuk memperoleh
data dengan memakai pokok-pokok wawancara sebagai pedoman agar
wawancara lebih terarah.
Dalam mengadakan wawancara penulis menggunakan suatu pedoman
wawancara semi struktur yang mula-mula pewawancara menanyakan serentetan
pertanyaan yang telah disiapkan kemudian satu persatu diperdalam untuk
memperoleh keterangan lebih lanjut.
Pada penelitian ini wawancara dilakukan dengan manajer Pegadaian BMT
(Baitul Mal At- Tanwil) cabang Lhokseumawe.terkait dengan operasionalisasi
yang berlaku di BMT (Baitul Mal At- Tanwil) cabang Lhokseumawe.. Penulis
melakukan wawancara sebanyak 5 kali dengan Bapak Kepala BMT (Baitul Mal
At- Tanwil) cabang Lhokseumawe.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi
dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif.20 Di BMT (Baitul Mal At- Tanwil)
cabang Lhokseumawe penulis mendapatkan brosur-brosur dan majalah yang
telah disediakan, yang berisi tentang BMT (Baitul Mal At- Tanwil) cabang
Lhokseumawe dan produk- produknya.
5. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini
menggunakan cara berfikir deduktif, yaitu suatu analisis yang berangkat dari
pengetahuan umum atau fakta yang bersifat umum untuk menemukan
kesimpulan yang bersifat khusus. Dalam hal ini berpijak pada hukum Islam
kemudian diterapkan untuk menganalisis pelaksanaan tinjauan hukum
terhadap jaminan mudharabah di BMT (Baitul Mal At- Tanwil) cabang
Lhokseumawe.
DAFTAR PUSTAKA
Syafi’I, Antonio, Muhammad, Bank Syari’ah: Dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani, 2001.
Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep Produk dan Implementasi Operasional Bank Syari’ah, Jakarta: Djambatan, 2003.
Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syari’ah, Yogyakarta: UII Press, 2005.
Muslehuddin, Sistem Perbankan Islam, alih bahasa Aswin Simamora, Jakarta: Rineka Cipta, 1994.
Saeed, Abdullah, Bank Islam dan Bunga studi kritis dan interpretasi kontemporer tentang riba dan bunga, alih bahasa Muh Ufuqul Mubin, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Nejjatullah, Shiddiqi M, Bank Islam alih bahasa Asep Hilmat Suhendi, Bandung: Penerbit Pustaka, 1984.
Sumitro, Warkum, Azas-azas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.
Zuhri, Muhamad, Riba dalam Al Qur’an dan Masalah Perbankan, Jakarta: RajaGrafinda Persada, 1997.
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005.
Saeed, Abdullah, Menyoal BANK Syari’ah/kritik atas Interpretasi Bunga BANK Kaum Neorevivalis terjemahan Arif Maftuhin, Jakarta: Paramadina, 2004.
Mannan, Abdul, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Jakarta: PT Dana BhaktiPrima Yasa, 1997.
Muhamad, Konstruksi Mud}ārabah dalam Bisnis Syari’ah (mud}ārabah dalam wacana fiqih dan praktek ekonomi modern), Yogyakarta: BPFE, 2005.
PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil), Pedoman Cara Pembentukan BMT, Jakarta: tnp., tt.