Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PANJAR DALAM
SEWA MENYEWA RUMAH KOST
(Studi kasus di Perumahan Mendalo Asri Desa Mendalo Indah Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi).
SKRIPSI
Oleh:
MANIATUL MUSRIFAH
SHE. 151805
PEMBIMBING :
Dra. Masnidar, M.EI
Neni Triana SE,M.SI
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
1440H/2019M
MOTTO
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. An-Nisa (4):29
PERSEMBAHAN
Saya persembahkan skripsi ini untuk Keluarga besar saya yang mendukung saya
dalam menyusun skripsi ini terutama pada Ayahanda Slamet dan Ibunda Siti
Jumaiyah yang telah mendidik dan mengasuh saya dari kecil hingga dewasa dengan
penuh kasih sayang, serta do’a yang tidak pernah putus untuk saya agar kelak saya
menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua dan berguna bagi Agama,
Nusa dan Bangsa, dan dapat meraih impian. Adik saya Muhammad Syauqi
Illarohim yang telah mendukung dan memotivasi, serta menghibur saya agar saya
tidak mudah untuk putus asa.
Kedua pembimbing saya yaitu Ibu Dra. Masnidar, M.EI dan Ibu Neni Triana SE,M.Si
yang telah sabar dalam membimbing dan memberi ilmu kepada saya dari awal
pembuatan skripsi ini sampai skripsi ini selesai
Serta Dosen-dosen yang telah membagi ilmunya kepada saya, dan sahabat-sahabat
saya yang tidak pernah mengeluh dalam membantu saya yang telah memberikan
semangat. Serta teman-teman dari Jurusan Hukum Ekonomi Syariah dan semoga ini
menjadi kenangan yang terindah.
ABSTRAK
Maniatul Musrifah, SHE 151805, TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP
PRAKTIK PANJAR DALAM SEWA MENYEWA RUMAH KOST (Studi kasus di
Perumahan Mendalo Asri Desa Mendalo Indah Kecamatan Jambi Luar Kota
Kabupaten Muaro Jambi).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui praktik pembayaran uang
muka dalam sewa menyewa dan mengetahui tinjauan Hukum Islam terhadap
pembayaran uang muka dalam penyewaan kamar kost di Desa Mendalo Indah. Sewa
menyewa merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah yang sering dilakukan
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan mayoritas ulama
berpendapat penerapan uang muka itu dilarang dan hukumnya tidak sah. Penelitian
ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan yuridis normatif.
Dengan menggunakan Metode penelitian Kualitatif yaitu Jenis data yang digunakan
sumber data primer dan sumber data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa pembayaran uang muka dalam penyewaan kamar kost di Desa
Mendalo Indah di perumahan Mendalo Asri dengan sistem uang panjar sebagai
tanda jadi atau uang muka pembayaran kamar kost pertahun. Akad sewa menyewa
dilakukan sesuai dengan rukun dan syarat ijarah, sehingga hukumnya sah. Praktik
uang muka dalam sewa menyewa kamar kost yang dilakukan, yaitu pertama
penerapan sistem uang muka tidak kembali apabila penyewa batal menyewa kamar
kost, kedua penerapan sistem uang muka akan kembali dengan bersyarat (mencari
penyewa baru), ketiga penerapan sistem uang muka akan kembali dengan
akad/kesepakatan baru. Penerapan uang muka boleh dilakukan selama tidak ada
pihak yang merasa dirugikan. Uang muka dilakukan untuk menghindari adanya
wanprestasi atau cidera janji antara pihak pemilik kost dan penyewa.
Kata Kunci: Sewa Menyewa, uang panjar, Tinjauan Hukum Islam
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Yang mana dalam
peyelesaian skripsi ini penulis selalu di berikan kesehatan dan kekuatan, sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Disamping itu, tidak lupa pula teriring
sholawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Menjadi kewajiban bagi setiap mahasiswa pada semester akhir untuk
menyusun skripsi sebagai suatu syarat untuk memperoleh predikat Sarjana dalam
bidang ilmu yang dituntut maka penulis dapat persetujuan untuk menyusun skripsi
dengan judul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Panjar dalam Sewa Menyewa
Rumah Kost (Studi Kasus Perumahan Mendalo Asri Desa Mendalo Indah Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi).
Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui tidak sedikit hambatan
dan rintangan yang penulis temui baik dalam mengumpulkan data maupun dalam
penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh
Dosen pembimbing, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu,
hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih kepada semua pihak yang
turut membantu penyelesaian skripsi ini terutama sekali kepada yang terhormat:
1. Dr. H. Hadri Hasan, MA, selaku Rektor UIN STS Jambi.
2. Dr. A.A Miftah, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah UIN STS Jambi.
3. H. Hermanto Harun, Lc, M.HI, Ph.D, selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik,
Dr. Rahmi Hidayati, S.Ag, M.HI selaku Wakil Dekan II Bidang Umum,
Perencanaan dan Keuangan, dan Dr. Yuliatin, S.Ag., MHI, selaku Dekan III
Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama di lingkungan Fakultas Syari‟ah UIN
STS Jambi.
4. Dr. Maryani, S.Ag, M.HI dan Pidayan Sasnifa, SH.M.Sy, selaku Ketua dan
Sekertaris Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah UIN STS Jambi.
5. Ibu Dra. Masnidar, M.EI dan Ibu Neni Triana, SE,M.Si, selaku Pembimbing I
dan Pembimbing II skripsi ini.
6. Para Dosen, Asisten Dosen dan seluruh Karyawan/Karyawati Fakultas Syari‟ah
UIN STS Jambi.
7. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Skripsi ini, baik langsung maupun
tidak langsung.
Disamping itu, didasari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan kontribusi
pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT. Kita memohon
ampunannya, dan kepada manusia kita memohon kemaafannya. Semoga amal
kebaikan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................................................. iii
MOTTO ............................................................................................................. iv
PERSEMBAHAN .............................................................................................. v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...................................................... 4
D. Batasan Masalah................................................................................ 5
E. Kerangka Teori.................................................................................. 5
F. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 16
BAB II METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 19
B. Pendekatan Penelitian ....................................................................... 19
C. Sumber dan Jenis Data ...................................................................... 20
D. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 21
E. Analisis Data ..................................................................................... 23
F. Sistematika Penulisan........................................................................ 23
G. Jadwal Penelitian ............................................................................... 24
BAB III GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Desa Mendalo Indah ............................................................ 26
B. Visi dan Misi Desa Mendalo Indah ................................................... 27
C. Letak Geografis Desa Mendalo Indah............................................... 30
D. Letak Demografi Desa Mendalo Indah ............................................. 32
E. Keadaan Sosial .................................................................................. 36
F. Keadaan Ekonomi ............................................................................. 37
G. Struktur Perangkat Desa Mendalo Indah .......................................... 38
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Praktik Panjar Dalam Sewa Menyewa Rumah Kost di Mendalo
Asri Desa Mendalo Indah kecamatan Jambi Luar Kota
Kabupaten Muaro Jambi ................................................................... 39
1. Mengetahui Identitas ....................................................................... 39
2. Menentukan Harga Sewa ................................................................. 41
3. Pencantuman Sanksi ........................................................................ 45
4. Perjanjian dan Kuitansi .................................................................... 48
B. Pandangan Hukum Islam Terhadap Praktik Panjar Dalam Sewa
Menyewa Rumah Kost di Perumahan Mendalo Asri Desa
Mendalo Indah .................................................................................. 50
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 61
B. Saran-saran ........................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia tidak akan luput dari transaksi muamalah, yang mengarah
kepada perjanjian dua orang atau lebih yang sama-sama bertujuan menguntungkan
bagi kedua belah pihak. Banyak transaksi dilakukan dalam sehari-harinya seperti jual
beli yang dilakukan konsumen dengan pedagang, dalam jual beli adanya panjar
seperti membeli baju yang akan ditukarkan ketokonya jika barang tersebut tidak
sesuai, ini bisa juga terjadi dalam sewa menyewa dalam bentuk rumah, pertokoan,
kendaraan dan lain sebagainya.
Secara tidak langsung telah terjadinya perjanjian/kontrak yang terikat dengan
kesepakatan yang telah dilakukan baik tertulis ataupun dengan lisan, perjanjian
sebagai suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua
orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.1
Desa Mendalo Indah Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi ini
merupakan sebuah wilayah yang cukup luas, bisa dikatakan padat penduduknya dan
sangat strategis yang berada dipinggiran Kota Jambi. Di Desa tersebut terdapat
pembelajaan seperti Freshku, Greenmart, Freshwell dan lain-lain. Di karenakan
dalam Desa Mendalo Indah adanya Universitas Jambi dan berdekatan dengan UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, tidak sedikit masyarakat wirausaha dengan
1 Daeng Naja, Contract Drafting, Cet ke-2 (Samarinda, PT Citra Aditya Bakti, 2006), hlm.6.
memanfaatkan lahan kosong untuk membangun rumah kost dan perumahan bertujuan
investasi jangka panjang.
Para ulama berselisih pendapat tentang kebolehan dan keharaman jual beli atau
sewa-menyewa menggunakan uang muka („urbûn). Mayoritas ahli Fiqih berpendapat
jual beli dengan uang muka adalah jual beli yang dilarang dan tidak sah. Tetapi
menurut ulama Hanafiah jual beli uang panjar hukumnya hanya fasid karena cacat
terjadi pada harga. Sedangkan ulama Syafi‟iyah dan Malikiah mengatakan jual beli
ini adalah jual beli yang batal (tidak sah).2
Walaupun para ulama hadits menilai hadits ini dhâif/lemah (hadits yang
kehilangan salah satu syarat dari syarat-syarat Hadits Shahih atau Hadits Hasan),
namun kelemahannya terletak pada sanad bukan matannya. Kedua, bahwa transaksi
ini mengandung gharar/ketidakjelasan, spekulasi, dan termasuk memakan harta
orang lain jika penyewaan tersebut tidak jadi/batal. Ketiga, bahwa dalam transaksi
„urbûn, terdapat dua syarat yang batil yaitu syarat memberikan uang panjar dan syarat
mengembalikan barang transaski dengan perkiraan salah satu pihak tidak ridha.
Praktik ini dianggap sama dengan hak pilih terhadap hal yang tidak diketahui atau
khiyâr al-majhûl (hak pilih yang tidak ditentukan waktunya).3
2 Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsmaini, Fathu Dzil Jalali wal Ikrom bi Syarh Bulughil
Marom, Jilid 9, Cet. 1, (Madarul Wathan, 1433 H.), hlm. 181-183. 3 Abu Malik Kamal, Shahih Fiqh As-Sunnah, (Jakarta: Pustaka At-Tazkiya), Jilid 4, hlm.
411
ما عه عى ا ما عه ابه عمشسض احذ مى ع اشجلان فى سم لاي: اراحبا ع ي ا ص ا سس
مااخش ف مااخش، فان خش احذ خش احذ عا، ا وا واجم خفشلا اس مام خ عا ع ربا ع، خبا جب اب ه فمذ
ع مخفك ع ب جب ا ع فمذ ما اب احذ مى خشن م عا مان حفشلا بعذ ان حبا م . اف
Artinya: Dari Ibnu Umar R.A. bahwa Rasulullah S.A.W. bersabda” Apabila dua
orang melakukan jual-beli, maka masing-masing orang mempunyai hak
khiyar (memilih antara membatalkan atau meneruskan jual-beli) selama
mereka belum berpisah dan masih bersama; atau selama salah seorang di
antara keduanya tidak menentukan khiyar kepada yang lainnya. Jika salah
seorang menentukan khiyar pada yang lain, lalu mereka berjual-beli atas
dasar itu, maka jadilah jual-beli itu. Jika mereka berpisah setelah melakukan
jual-beli dan masing-masing orang tidak mengurungkan jual-beli, maka
jadilah jual-beli itu”. Muttafaq Alaih. Dan lafadnya menurut riwayat
Muslim.4
Sewa menyewa yang dilakukan harus membawa manfaat bagi kedua belah
pihak dan tidak merugikan. Aktivitas sewa menyewa juga harus dilandasi oleh rasa
suka sama suka. Penetapan uang muka bisa merugikan salah satu pihak dan
mengurangi tujuan menciptakan kemaslahatan bagi sesama umat. Padahal Islam
mengajarkan agar manusia saling tolong menolong dalam berbuat kebaikan dan
bukan pada perbuatan yang merugikan orang lain. Dalam Firman Allah sebagai
berikut:
ان عذ ا إثم وا ع ا ا حعا اخم بش وا ع ا حعا …..
Artinya: ….“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran.”5….
ن سحمج سبه م م م ال
ا حة اذو م ف ا شخ م مع ى مىا ب وحه للاق بعض دسجج م ف سفعىابعض
م بعضا سخشا خخز بعض ل
ن جمع شمما سحمج سبه خ
4 Ibnu Hajar Atsqalani, Bulughul Maram Min Adilatil Ahkaam, (Bandung: CV.Gema Risalah
Press, 2008), hlm. 334-335. 5 Al-Maidah (5) : 2.
Artinya: “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang
menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah
meninggalkan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat,
agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Dan
rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.6
Kebutuhan tempat tinggal yang bertambah membuat harga rumah meningkat
bahkan tidak semua orang bisa membeli. Cara terbaik untuk sementara waktu bagi
perantau yang hanya membutuhkan tempat tinggal karena jauh dari rumah seperti
mahasiswa dan karyawan adalah rumah kost atau perumahan. Penyewa harus tunduk
pada peraturan dari pemilik tempat tersebut.
Pencari rumah sewa yang semakin banyak membuat pengelola menciptakan
strategi untuk mencari untung dengan menerapkan sistem panjar terlebih dahulu jika
ingin menyewa rumah kost. Hal itu dimaksudkan agar pengelola tidak memberikan
rumah sewa jika ada orang lain yang mempunyai maksud sama. Walaupun sudah
memberikan uang muka, namun belum tentu orang tersebut benar-benar akan jadi
menyewa tempat yang dia inginkan sebelumnya. Jika terjadi pembatalan tentu
pengelola tempat sudah mendapatkan keuntungan karena uang muka tidak akan
dikembalikan kecuali mencari penganti calon penyewa. Terkadang Penyewa dalam
keadaan yang membingungkan sebab tuntutan kebutuhan tempat tinggal memaksa
harus menuruti perjanjian yang jika dipikir lebih lanjut bisa merugikannya.
Sebagian Pemilik tempat sering beralasan banyak orang juga telah berencana
ingin menyewa, maka diharuskan membayar sejumlah uang kepada pengelola sebagai
tanda jadi agar tidak diberikan kepada orang lain yang bermaksud sama. Penyewa
6 Az-Zukruf (43) : 32.
berada dalam keadaan yang membingungkan sebab tuntutan kebutuhan tempat
tinggal memaksa harus menuruti perjanjian yang jika dipikir lebih lanjut bisa
merugikan.
Keputusan memang berada di tangan penyewa untuk melanjutkan perjanjian
tersebut, karena dari awal sudah diperbincangkan tentang status uang muka yang
telah diterima si pemilik rumah kost, tentang akad akan dilanjutkan atau tidak.
Tergantung perjanjian awal antara kedua pihak apabila terjadi pembatalan uang
panjar tersebut akan dikembalikan, maka pihak yang batal menyewa tidak boleh
menuntut karena sudah menyetujui akad yang telah ditentukan semula.
Pengelola tidak bisa disalahkan jika uang muka tidak dikembalikan, sebab
perjanjian terdahulu telah disetujui bersama. Keputusan memang berada di tangan
penyewa, karena dari awal sudah tahu ada peraturan bahwa uang muka tidak akan
dikembalikan, walaupun jadi atau batal dalam menyewa. Tergantung perjanjian awal
antara kedua pihak apabila terjadi pembatalan uang panjar tersebut akan
dikembalikan, maka pihak yang batal menyewa tidak boleh menuntut karena sudah
menyetujui akad yang telah ditentukan semula. Pengeola tidak bisa disalahkan jika
uang muka tidak dikembalikan, sebab perjanjian terdahulu telah disetujui bersama.
Pembeda antara skripsi ini dengan skripsi terdahulu yaitu: ketidak jelasan
pelunasan dan pengembalian barang dari pihak penjual (petani), penerapan uang
panjar terhadap menyewa lapangan pemilik memberi minimal tetapi tidak memberi
maksimal untuk uang panjar, penggambaran dalam uang panjar dalam perjanjian
sewa menyewa rumah. Permasalahan skripsi ini yaitu mencari pengganti jika si
penyewa membatalkan perjanjian dan ingin uang panjar tersebut kembali sebagian
ada yang mengembalikan uang tersebut dengan catatan belum menempati sama sekali
rumah kost ketika masih dalam masa panjar berlangsung.
Berdasarkan kegelisahan terhadap permasalahan panjar tersebut, maka penulis
sangat tertarik untuk meneliti panjar ini yang berjudul: Tinjauan Hukum Islam
terhadap praktik panjar dalam sewa menyewa rumah kost (Studi kasus di
Perumahan Mendalo Asri Desa Mendalo Indah Kecamatan Jambi Luar Kota
Kabupaten Muaro Jambi).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diperoleh pokok masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana praktik panjar dalam sewa menyewa rumah kost di Mendalo Asri
Desa Mendalo Indah Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi ?
2. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap praktik panjar dalam sewa
menyewa rumah kost di Perumahan Mendalo Asri Desa Mendalo Indah ?
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui praktik sewa meyewa dengan sistem uang panjar dalam
perumahan Mendalo Asri di Desa Mendalo Indah Kecamatan Jambi Luar Kota
Kabupaten Muaro Jambi
b. Untuk mengetahui perspektif Hukum Islam terhadap praktik uang panjar dalam
sewa menyewa rumah kost di Perumahan Mendalo Asri Desa Mendalo Indah
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara teoritis untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya tentang
hukum sewa menyewa dengan sistem panjar dalam Islam.
b. Secara praktik untuk mengimplementasikan antara ilmu pengetahuan yang di
peroleh di perkuliahan dengan fakta yang sesuai dengan kondisi yang ada di
dalam kehidupan masyarakat.
c. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada
Jurusan Hukum Ekonomi Syariah, Unuversitas Islam Negeri Sultan Thaha
Saifuddin Jambi.
D. Batasan Masalah
Agar pembahasan ini tepat pada sasaran dan tidak terlalu meluas, maka dalam
penelitian ini penulis hanya membahas mengenai pandangan penerapan panjar dalam
sewa menyewa kamar kost yaitu An-nur Muslimah Indah Kost, putri muslimah kost,
dan kost melati muslimah indah yang ada di perumahan Mendalo Asri Desa Mendalo
Indah, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi.
E. Kerangka Teori
1. Uang Muka (Panjar)
Salah satu sistem jual-beli yang kini berkembang, yaitu pemberlakuan uang
panjar sebagai tanda pengikat kesepakatan. Istilah ini dikenal dengan DP (Down of
Payment), atau uang muka. Biasa pula disebut dengan istilah “tanda jadi”. Dalam
pandangan Islam banyaknya perbedaan pendapat tentang tinjauan syari‟at terhadap
sistem panjar ini.
a. Pengertian Uang Muka
Secara etimologi, uang muka yang dalam bahasa Arab disebut “‟urbûn” Kata ini
memiliki padanan kata (sinonim) dalam bahasa Arab, yaitu “‟urb ân” (عربان), dan
“‟urbûn”( عربىن). Secara bahasa artinya adalah yang dijadikan perjanjian dalam jual
beli, diucapkan “„urbûn”. Secara terminologi, transaksi „urbûn/uang panjar adalah
seseorang membeli barang dengan membayar sebagian dari harga barang tersebut
kepada penjual. Uang muka adalah sejumlah uang yang dibayarkan terlebih dahulu
sebagai tanda jadi pembelian, panjar, persekot.7 Panjar atau panjer dalam kamus
hukum adalah suatu pemberian uang atau barang dari penjual sebagai tanda jadi atau
pengikat.
Menurut Nasrun Haroen, jual beli „urbn adalah jual beli yang bentuknya
dilakukan melalui perjanjian, pembeli membeli sebuah barang dan uangnya seharga
barang yang diserahkan kepada penjual dengan syarat apabila pembeli tertarik atau
setuju maka jual beli sah tetapi jika pembeli tidak setuju dan barang dikembalikan
maka uang yang telah diberikan pada pembeli menjadi hibah bagi penjual.8
7 Dagum Save M, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (Jakarta: LPKN, 1997), hlm. 121. 8 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), hlm. 124.
b. Hukum Jual Beli Dengan Uang Muka
Dalam permasalahan ini, terdapat perbedaan dikalangan para ulama, yang
terbagi dalam pendapat:
1) Yang berpendapat jual-beli dengan uang muka (panjar) ini tidak sah.
Inilah yang menjadi pendapat mayoritas ulama di kalangan Hanafiyyah,
Malikiyyah dan Syafi‟iyyah. Al Khathabi mengatakan: Para ulama berselisih
pendapat tentang bolehnya jual beli ini, Malik, Syafi‟I menyatakan ketidaksahannya,
karena adanya hadits dan karena terdapat syarat fasid (rusak) dan Al-gharar
(spekulasi)9, Juga, jual-beli seperti ini termasuk dalam kategori memakan harta orang
lain dengan cara bathil. Demikian juga Ash-habul Ra‟yu (madzhab Abu Hanifah)
menilainya tidak sah” Ibnu Qudamah mengatakan, demikianlah pendapat Imam
Maalik, As-Syafi‟i dan Ash-hab Ra‟yu dan juga diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Al
Hasan Al Bashri. Yang menjadi argumentasi pendapat ini, di antaranya sebagaimana
berikut ini.
a) Hadits Amru bin Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya bahwa ia berkata:
ا ره فما وش عشبان لاي ماه ع ا سم عه ب ع ص ا سسي ا و اشج شخش عم ن
ع ىشاء فما ا عت مي عطه دىاسا ع و إن حشوج ا خىاس اذابت ثم خه ه بذ ا عط
“Artinya : Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam melarang jual beli dengan sistem
uang muka. Imam Maalik berkata: “Dan inilah adalah yang kita lihat –
wallahu A‟lam- seorang membeli budak atau menyewa hewan kendaraan
9 Tentang al-gharar, lihat penjelasannya pada rubrik Fiqih dalam majalah As Sunnah
Edisi:04/X/1427H/2006M
kemudian berkata, „Saya berikan kepadamu satu dinar dengan ketentuan
apabila saya membatalkan (tidak jadi) membeli atau tidak jadi
menyewanya, maka uang yang telah saya berikan itu menjadi milikmu”.10
Hadits ini dinilai dhoif (lemah) oleh Syeikh Al Albani dalam kitab Dhaif
Sunan Abu Daud no. 3502 dan Dhaif Sunan Ibnu Majah 487/3192, Al
Misykah 2864 dan Dhoif Al Jami‟ Al Shoghir 6060.
b) Jenis jual beli dengan uang muka, termasuk dalam kategori memakan harta
orang lain dengan cara batil, karena disyaratkan oleh si penjual tanpa ada
kompensasinya. Adapun memakan harta orang lain, hukumnya haram
sebagaimana firman Allah dalam surah An Nisaa‟ ayat 29.
c) Dalam jual beli dengan sistem uang muka tersebut, terdapat dua syarat batil:
syarat yang menunjukkan kebatilannya. Pertama, syarat memberikan uang
panjar. Kedua, syarat mengembalikan barang transaksi dengan perkiraan salah
satu pihak tidak ridha.
Hukumnya sama dengan hak pilih terhadap hal yang tidak diketahui (khiyaar al-
majhul). Kalau disyaratkan harus ada pengembalian barang tanpa disebutkan
waktunya, jelas tidak sah. Demikian juga apabila dikatakan: Saya mempunyai hak
memilih. (Terserah) kapan saya ingin mengembalikan dengan tanpa dikembalikan
uang pembayarannya”. Menurut Ibnu Qudamah, demikian ini menunjukkan Qiyas
(analogi).
Pendapat ini dirajihkan As-Syaukani sebagaimana pernyataan beliau : “Yang
rajih adalah pendapat mayoritas ulama, karena dalam hadits „Amru bin Syu‟aib
10 Imam Abu Daud dalam Sunannya, Kitab Al-Buyu‟, Bab Fi Al-Urban, hadits no3039.
terdapat beberapa jalan periwayatan yang saling menguatkan. Juga karena dalam jual-
beli seperti ini terdapat larangan, dan hadits yang mengandung larangan lebih rajih
dari yang menunjukkan bolehnya, sebagaimana telah jelas dalam ushul Fiqh. Yang
menjadi illat (sebab hukum) larangan ini ialah, jual-beli seperti ini mengandung dua
syarat yang fasid. Pertama, syarat menyerahkan kepada penjual harta (uang muka)
secara gratis apabila pembeli batal membelinya. Kedua, syarat mengembalikan
barang kepada penjual apabila si pembeli tidak ada keinginan untuk membelinya.
2) Pendapat Yang Menyatakan Jual Beli Dengan Uang Muka Diperbolehkan.
Inilah pendapat madzhab Hambaliyyah. Dan diriwayatkan bolehnya jual beli ini
dari Umar, Ibnu Umar, Sa‟id bin Al Musayyib dan Muhammad bin Sirin. Al
Khathabi mengatakan: Telah diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa beliau
memperbolehkan jual beli ini dan juga diriwayatkan dari Umar. Imam Ahmad
cenderung mengambil pendapat yang membolehkannya dan menyatakan. Aku tidak
akan mampu menyatakan sesuatu sedangkan ini pendapat Umar Radhiyallahu „anhu
yaitu bolehanya jual-beli dengan uang muka. Ahmad juga melemahkan
(mendhoifkan) hadits larangan jual-beli yang seperti ini, disebabkan terputus.
Argumentasi pendapat yang membolehkan ini, yaitu sebagaimana berikut ini:
a) Atsar yang berbunyi:
إ عمش , ان به مت, فإن سض جه مه صف اشخش عمش داس ا وزاعه وفع به احاسد, و وزا لا ف
Artinya: “Dari Nafi bin Al-Harits, sesungguhnya ia pernah membelikan sebuah
bangunan penjara untuk Umar dari Shafwan bin Umayyah, (dengan
ketentuan) Apabila Umar suka. Bila tidak, maka Shafwan berhak
mendapatkan uang sekian dan sekian” 11
b) Hadits Amru bin Syuaib adalah lemah, sehingga tidak dapat dijadikan
sandaran dalam melarang jual beli dengan sistem uang muka ini.
c) Uang muka adalah kompensasi yang diberikan kepada penjual yang
menunggu dan menyimpan barang transaksi selama beberapa waktu. Dia tentu
saja akan kehilangan sebagian kesempatan berjualan. Dengan demikian, maka
tidaklah benar pandangan yang mengatakan, bahwa uang muka telah
dijadikan syarat oleh penjual tanpa ada imbalannya.
d) Tidak sahnya qiyas (analogi) jual beli ini dengan al-khiyar al majhul (hak
pilih terhadap barang yang tidak diketahui), karena syarat dibolehkannya uang
muka ini adalah dibatasinya waktu menunggu. Dengan dibatasinya waktu
pembayaran, batal analogi tersebut, dan hilangnya sisi yang dilarang dari jual
beli tersebut.
11 Al-Atsram dengan sanadnya. Lihat Al-Mughni (6/331)
2. Al-Ijarah (Sewa-Menyewa)
a. Pengertian Al-Ijarah
Dalam bahasa arab upah dan sewa disebut ijarah dan dalam pembahasan ini
akan fokus mengarah ke sewa-menyewa. Para ulama berselisih pendapat tentang
kebolehan dan keharaman jual beli atau sewa-menyewa menggunakan uang muka
(„urbûn). Mayoritas ahli Fiqih berpendapat jual beli dengan uang muka adalah jual
beli yang dilarang dan tidak sah. Tetapi menurut ulama Hanafiah jual beli uang panjar
hukumnya hanya fasid karena cacat terjadi pada harga. Sedangkan ulama Syafi‟iyah
dan Malikiah mengatakan jual beli ini adalah jual beli yang batal (tidak sah).12
Idris Ahmad dalam bukunya yang berjudul Fiqh Syafi‟i, berpendapat bahwa
ijarah berarti upah-mengupah. Hal ini terlihat ketika beliau menerangkan rukun dan
syarat upah-mengupah, yaitu uang tertuju kepada mu‟jir dan musta‟jir, sedangkan
Kamaluddin A. Marzuki sebagai penerjemah Fiqh Sunnah karya Sayyid Sabiq
menjelaskan makna ijarah dengan sewa-menyewa. Antara sewa dan upah juga ada
perbedaan makna operasional, sewa biasanya digunakan untuk benda seperti “seorang
mahasiswa menyewa kamar untuk tempat tinggal selama kuliah”. Sedangkan upah
digunakan untuk tenaga, seperti “para karyawan bekerja di pabrik dibayar gajinya
(upahnya) satu kali dalam seminggu.
Sewa-menyewa adalah suatu cara untuk memperoleh manfaat dengan jalan
penggantian berdasarkan ketentuan yang ditetapkan Allah SWT. Agar dalam
12
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsmaini, Fathu Dzil Jalali wal Ikrom bi Syarh Bulughil
Marom, Jilid 9, Cet. 1, (Madarul Wathan, 1433 H.), hlm. 181-183.
melakukan kegiatan muamalah jangan sampai memakan harta sesama secara batil.
Sewa-menyewa harus dilaksanakan dengan persetujuan kedua pihak dengan sukarela
dalam menjalankan akad. Dasar-dasar hukum ijarah dalam Al-Qur‟an yaitu:
ه ..… ه جس …فإن سضعه ىم فآح
Artinya: “….jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah
kepada mereka upahnya,….”13
أمه ا م ش مه اسخأجشث ا ا بج اسخأجشي إن خ ما لاج إحذا
Artinya: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: „Wahai bapakku, ambillah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang
paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang
kuat serta dapat dipercaya.” 14
Dasar hukum ijarah dari hadis yaitu:
عط سم ع ص ا ما لاي: احخجم سسي ا عى ا جشي. عه ابه عباس سض از حجم
( . وان حشامام عط (ساي ابخاس
Artinya: “Ibnu Abas RA menceritakan, bahwa Rasulullah SAW berbekam, lalu Beliau
membayar upah kepada orang yang membekam itu. Andaikata cara itu
haram, tentulah Beliau tidak membayarnya”. 15
Di samping Al-Quran dan sunnah, dasar hukum ijarah adalah ijma‟. Sejak
zaman sahabat sampai sekarang ijarah telah disepakati oleh para ahli hukum Islam.
Dengan dibolehkannya ijarah maka orang yang tidak memiliki tempat tinggal bisa
mendapatkan tempat tinggal untuk beberapa waktu tertentu, dengan memberikan
imbalan berupa uang sewa disepakati bersama, tanpa harus memberi rumahnya.
13
Al-Thalaq (65) : 6.
14 Al-Qasas (28) : 26.
15 Kahar Masyhur, Bulugul Maram buku pertama, cet. Ke-1, (Jakarta : PT RINEKA CIPTA,
1992), hlm. 513.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup anak rantau yang ingin menimba ilmu jauh dari
kampung halaman biasanya mereka akan mencari tempat tinggal sementara.
b. Rukun-rukun dan Syarat-syarat Ijarah
Menurut Hanafiyah rukun ijarah hanya satu yaitu ijab dan qabul, yakni
pernyataan dari orang yang menyewa dan menyewakan. Sedangkan menurut jumhur
ulama, rukun ijarah itu ada empat, yaitu:
1) Aqid, yaitu mu‟jir (orang yang menyewakan) dan musta‟jir (penyewa)
2) Shighat, yaitu ijab dan qabul
3) Ujrah (uang sewa atau upah), dan
4) Manfaat, baik dari suatu barang yang disewa atau jasa dan tenaga dari orang yang
bekerja.16
Syarat-syarat ijarah Tidak jauh berbeda dengan akad jual-beli umumnya, dan
syarat-syarat ijarah ini juga terdiri empat persyaratan, yaitu:
1) Syarat in‟iqad
Syarat terjadinya akad berkaitannya dengan aqid, akad, dan objek akad. Aqid
adalah berakal, dan mumayyiz menurut Hanafiyah, dan baligh menurut Syafi‟iyah dan
Hanabilah. Dengan demikian, akad ijarah tidak sah apabila pelakunya (mu‟jir dan
musta‟jir) gila atau masih di bawah umur. Menurut Malikiyah, tamyiz merupakan
syarat dalam sewa menyewa dan jual beli, sedangkan baligh merupakan syarat untuk
kelangsungan (nafadz).
16 Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat, cet. Ke-3, ( Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 320-321.
2) Berlangsungnya akad (nafadz)
Kelangsungan (nafadz) disyaratkan terpenuhinya hak milik atau wilayah
(kekuasaan). Apabila aqid tidak mempunyai hak kepemilikan atau kekuasaan, maka
akadnya tidak bisa dilangsungkan. Menurut Hanafiyah dan Malikiyah statusnya
mauquf (ditangguhkan) menunggu persetujuan si pemilik barang. Akan tetapi,
Menurut Syafi‟iyah dan Hanabilah hukumnya batal, seperti halnya perjanjian jual
beli.
3) Syarat sahnya akad Ijarah
Syarat sahnya ijarah harus dipenuhi beberapa syarat yang berkaitan dengan
pelaku, objek, dan sewa atau upah tersebut. Syarat-syarat itu sebagai berikut:
a) Persetujuan kedua belah pihak, sama seperti dalam jual beli. Dan dalam
persetujuan ini tidak adanya unsur paksaan.
b) Objek akad yang manfaatnya harus jelas, sehingga tidak menimbulkan
perselisihan. Kejelasan tentang objek akad ijarah bisa dilakukan dengan
menjelaskan: dengan mengetahui manfaat benda yang disewakan. Tentang masa
manfaat yang diperlukan dalam menyewa tempat berapa bulan atau tahun, kios
atau kendaraan dan sebagainya. Jelas pekerjaan yang harus dilakukan oleh
tukang dan pekerja.
c) Objek akad ijarah harus dapat dipenuhi, baik menurut hakiki maupun syar‟i.
Dengan demikian tidak sah menyewakan sesuatu yang sulit diserahkan secara
hakiki atau tidak bisa dipenuhi secara syar‟i.
d) Manfaat yang menjadi objek akad harus manfaat yang dibolehkan oleh syara‟.
e) Pekerjaan yang dilakukan itu bukan fardu dan bukan kewajiban orang yang
disewa (ajir) sebelum dilakukan ijarah.
f) Orang yang disewa tidak boleh mengambil manfaat dari pekerjaannya untuk
dirinya sendiri.
g) Manfaat maqud „alaih harus sesuai dengan tujuan dilakukan akad ijarah, yang
biasa berlaku umum.
h) Syarat mengikatnya akad ijarah (Syarat Luzum) yaitu kesepakatan dalam
perjanjian itu sendiri atas dua belah pihak.
Agar akad ijarah itu mengikat, diperlukan dua syarat:
a) Benda yang disewakan harus terhindar dari cacat (aib) yang menyebabkan
terhilangnya pemanfaatan atas benda yang disewa itu. Jika terdapat suatu aib,
maka orang yang menyewa boleh memilih antara meneruskan ijarah dengan
pengurangan uang sewa dan membatalkannya.
b) Tidak terdapat udzur (alasan) yang dapat membatalkan akad ijarah. Menurut
Jumhur Ulama, akad ijarah tidak batal karena adanya udzur, selama objek akad
itu manfaatnya tidak hilang sama sekali.17
c. Macam-macam ijarah
Dilihat dari segi objeknya al-ijarah dibagi menjadi dua macam, yaitu al-ijarah
atas manfaat dan al-ijarah atas pekerjaan.
17 Ibid hlm. 321-327.
1) Al-ijarah atas manfaat yaitu al-ijarah yang objek akadnya adalah manfaat. Akad
al-ijarah manfaat boleh dilakukan atas manfaat yang diperbolehkan, dan tidak
boleh dilakukan atas manfaat yang diharamkan.18
2) Al-ijarah atas pekerjaan adalah penyewaan yang dilakukan atas pekerjaan
tertentu, seperti membangun bangunan, menjahit baju, membawa barang ke
tempat tertentu, mewarnai baju, dan sebagainya.19
d. Hak dan kewajiban ijarah
Hubungan yang terjadi antara para pihak (mu‟jir dan musta‟jir) merupakan
hubungan timbal balik. Sehingga dalam pelaksanaan akad perlu diperhatikan hak dan
kewajiaban antara muta‟aqidain. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan akad sewa yang
dilakukan (muta‟aqidain) tidak terjadi kesalah pahaman, sehingga tidak ada pihak
yang merasa dirugikan. Kewajiban bagi musta‟jir merupakan hak bagi mu‟jir,
sedangkan kewajiban bagi mu‟jir merupakan hak bagi musta‟jir. Adapun hak dan
kewajiban bagi musta‟jir dan mu‟jir yaitu:
Perbedaan
Musta‟jir Mu‟jir
berhak menerima dan
memanfaatkan barang yang
disewa sesuai kesepakatan.
berhak menerima
pembayaran sewa
sesuai dengan harga
yang telah disepakati
ketika melakuakn
akad sewa.
18 Wahbah al Zuhaili, Fiqh al Islami wa Adillatuhu, Jilid 5, Terjemah Abdul Hyyie
al-Kattani.(Jakarta : Gema Intisari Pres. 2011.) hlm, 412.
Hak dan
kewajiban
ijarah
berkewajiban membayar
sewa sesuai dengan harga
yang telah disepakati ketika
melakuakn akad sewa.
berkewajiban menyerahkan
barang yang disewakan dan
memberi ijin pemanfaatan
barang kepada musta‟jir.
bertanggung jawab untuk
menjaga keutuhan barang
serta menggunakannya sesuai
kesepakatan.
Menanggung pembiayaan
barang yang disewakan.
Bertanggung jawab
atas kerusakan
barang yang disewa
karena kelalaian
musta‟jir.
Bertanggung jawab atas
kerusakan barang sewaan
yang bukan karena kelalaian
atau kesalahan musta‟jir
dalam penggunaan barang.
berkewajiaban
mengembalikan barang yang
disewa setelah habis waktu
sewa atau ada sebab-sebab
lain yang menyebabkan
selesainya persewaan.
Memastikan barang yang
disewakan layak digunakan.
Memberikan kenyamanan
kepada musta‟jir dari
barang yang disewakan
selama berlangsungnya sewa
menyewa.20
e. Berakhirnya Akad Ijarah
Akad ijarah dapat berakhir karena hal-hal berikut ini:
1) Meninggalnya salah satu pihak yang melakukan akad, menurut Hanafiah.
Sedangkan menurut jumhur ulama, kematian salah satu pihak tidak
mengakibatkan fasakh atau berakhirnya akad ijarah.
20 Ibid, hlm, 417.
2) Iqalah yaitu pembatalan oleh kedua belah pihak. Hal ini karena ijarah adalah akad
mu‟awadhah (tukar-menukar), harta dengan harta sehingga memungkunkan untuk
dilakukan pembatalan (iqalah) seperti halnya jual beli.
3) Rusaknya barang yang disewakan, sehingga ijarah tidak mungkin untuk
diteruskan.
4) Telah selesainya masa sewa, kecuali ada udzur.21
F. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan pengamatan penulis sudah banyak sumber pustaka baik berupa
buku, kitab dan literature lainnya yang memuat perjanjian sewa menyewa. Tetapi
semakin berkembangnya teknologi makin banyak permasalahan yang timbul dan
adanya itu akan membahas penerapan panjar dalam sewa menyewa terutama pada
kasus penyewaan rumah kost. Walaupun rujukan penelitian yang telah dilakukan
tentang panjar dalam sewa menyewa masih sedikit namun penyusun berpendapat
sumber tersebut bisa menjadi pedoman dalam pembahasan permasalahan sewa
menyewa. Hasil skripsi atau jurnal yang dapat dikaitkan yaitu:
Siti Maslikah dalam skripsi yang judul ”Jual Beli Hasil Bumi dengan Sistem
Panjar dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Jenarsari Gemuh
Kendal)” IAIN Walisongo (2012).22
Pada skripsi tersebut membahas tentang sistem
penjualan dengan cara membeli terlebih dahulu atau dengan kata lain hasil bumi yang
21 Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat,….hlm, 338. 22
Siti Maslikah, ” Jual Beli Hasil Bumi dengan Sistem Panjar dalam Perspektif Hukum Islam
(Studi Kasus di Desa Jenarsari Gemuh Kendal)”, Skripsi (S1) Intitut Agama Islam Negeri Walisongo,
(2012).
menjadi obyek jual beli belum ada, dimana dalam sistem ini para pedagang telah
mengeluarkan uang tanda jadi. Dan tidak jelas kapan pelunasan dan mengambilan
barang dari pihak penjual (petani), dan ketidak jelasan akad jual beli hasil bumi
tersebut akan berlangsung sempurna atau tidak. Dengan demikian dampak adanya
panjar sendiri dari pihak petani yaitu dengan menjual atau mengalihkan objek jual
beli kepada pembeli lain (bakul), yang tidak memberikan panjar itupun dilakukan
secara sepihak. Kemudian barang tersebut diberikan kepada pembeli lain yang
harganya lebih tinggi dari sebelumnya.
Selanjutnya Rizki Fahrizal dalam skripsi “Uang Panjar dalam Aqad Sewa-
Menyewa (Studi kasus pada pembayaran panjar dalam sewa-menyewa lapangan
futsal di kota Banda Aceh)” UIN Ar-raniry Banda Aceh (2014).23
Skripsi ini
menjelaskan tentang Penerapan uang panjar pada penyewaan lapangan futsal di kota
Banda Aceh dilakukan dengan cara membatasi minimal harga uang panjar, akan
tetapi tidak membatasi maksimal uang panjar yang harus diberikan.
Selanjutnya skripsi oleh Aisyatun Nadlifah dengan judul penelitian “Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Penerapan Panjar Dalam Sewa-Menyewa Rumah” UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
23
Rizki Fahrizal, “Uang Panjar dalam Aqad Sewa-Menyewa (Studi kasus pada pembayaran
panjar dalam sewa-menyewa lapangan futsal di kota Banda Aceh)”, Skripsi (S1) Universitas Islam
Negeri Ar-raniry Banda Aceh, (2014).
penerapan panjar perjanjian sewa menyewa rumah di Sapen Demangan
Gondokusuman Yogyakarta (2009).24
Dengan ini penulis membedakan skripsi dengan skripsi yang terdahulu dan
menfokuskan kepada Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penerapan Panjar Dalam
Sewa Menyewa Rumah Kost pada Perumahan Mendalo Asri Desa Mendalo Indah,
Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi.
24 Aisyatun Nadlifah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penerapan Panjar Dalam Sewa-
Menyewa Rumah”, Skripsi (S1) Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, (2009).
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi yang penulis tentukan dalam penelitian adalah kawasan Perumahan
Mendalo Asri Desa Mendalo Indah, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro
Jambi. Pernyataan Bapak Sigit selaku RT di Mendalo Asri, banyaknya kost-kostan
perkiraan sebanyak 40-50 karena tidak adanya pendataan sebab setiap pertengahan
semester perkuliahan siklusnya berubah jadi mahasiswa yang sekiranya kurang cocok
akan pindah-pindah dengan tempat lain yang lebih nyaman dan cocok untuk mereka
tinggali.25
Penelitian dimulai tanggal 02 Mei sampai dengan 02 Agustus 2019.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yaitu dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau objek penelitian (geografis,
masyarakat, dan lain-lain), berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagainya.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian tersebut adalah pendekatan jenis penelitian deskriptif
dengan pendekatan yuridis normatif dengan menggunakan Metode kualitatif dengan
studi kasus. Menurut Creswell bahwa pendekatan studi kasus adalah sebuah
25
Hasil wawancara dengan Bapak Sigit Selaku RT Perumahan Mendalo Asri, pada tanggal 22
juni 2019 pukul 15:48
penelitian khusus yang menjelaskan sebuah gambaran kehidupan baik itu untuk
individu, kelompok, budaya dan sebagainya.26
C. Jenis Data Dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data pokok yang diperlukam dalam penelitian, yang di
peroleh secara langsung dari sumbernya ataupun dari lokasi objek penelitian, atau
keseluruhan data hasil penelitian yang diperoleh di lapangan. Data primer tidak di
peroleh melalui perantara atau pihak kedua dan seterusnya. Menurut Lofland dan
Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti Al-Qur‟an, hadits, undang-undang, dokumen
dan lain-lain.27
Data primer yang akan digunakan penulis adalah data yang diperoleh dari hasil
observasi kegiatan transaksi penyewaan perkamar dengan sistem uang panjar serta
dari hasil wawancara terhadap narasumber, yaitu penyewa dan pemilik rumah kost.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data atau sejumlah keterangan yang diperoleh secara tidak
langsung atau melalui sumber perantara. Data ini diperoleh dengan cara mengutip
dari sumber lain, sehingga tidak bersifat authentic, karena sudah diperoleh dari tangan
kedua, ketiga, dan seterusnya.
26
Tim penyusun, pedoman penulisan skripsi, (Jambi : Syariah press, 2014),hlm 33. 27 Ibid….hlm, 157.
Data sekunder yang akan digunakan penulis didalam penelitian ini adalah
berupa buku-buku ilmiah, skripsi, jurnal. Data sekunder ini penulis peroleh dari
perpustakaan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, buku-buku pribadi, dan melalui
situs yang ada di internet.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah sumber subjek dari mana data dapat
diperoleh. Sumber data dalam penelitian kualitatif ini adalah orang atau narasumber.
Posisi narasumber sangat penting, bukan hanya sekedar memberi respon melainkan
juga sebagai pemilik informasi. Jadi sumber data dalam penelitian ini adalah orang
atau narasumber Perumahan Mendalo Asri Desa Mendalo Indah, Kecamatan Jambi
Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi.
Informan adalah orang yang di manfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi yang sesuai latar penelitian.
D. Metode Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang
dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Umumnya cara
mengumpulkan data dapat menggunakan teknik: wawancara (interview), angket
(questionnaire), pengamatan (observasion), studi dokumentasi, dan Focus Group
Discussion.28
Dalam pengumpulan data penulis menggunakan beberapa metode.
Metode tersebut antara lain seperti berikut ini:
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap fenomena
yang teliti.29
Dalam penelitian ini penulis akan mengumpulkan data yang berupa
pengamatan di lapangan tentang penerapan uang muka dalam sewa menyewa kost di
kawasan Mendalo Asri Desa Mendalo Indah, Kecamatan Jambi Luar Kota,
Kabupaten Muaro Jambi.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewe).30
Dalam penelitian ini penulis akan berusaha menemukan informasi yang
memenuhi standar sebagai data, dan informasi yang tepat melalui wawancara
terhadap sewa menyewa di perumahan mendalo asri Desa Mendalo Indah, Kecamatan
Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi.
3. Dokumentasi
28 Juliansyah Noor, Metodologi Peneltian: Skrpsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah,(Jakarta:KENCANA,2011),hlm. 137 29 M. Ali, Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi, (Bandung: Aksara, 1985), hlm. 91. 30
Lexy J.Moleong, Metodologi Peneitian Kualitatif ,Ed. Rev. (Bandung: Remaja Rosdakarya
2007)hlm 186.
Teknik dokumentasi adalah cara untuk menggali data yang bersumber dari
dokumen, catatan-catatan, foto-foto serta laporan lain yang mengandung petunjuk
tertentu yang dibutuhkan untuk menunjang penelitian ini.31
Dokumentasi perlu
digunakan untuk memperoleh semua data yang berhubungan dengan praktik panjar
dalam sewa menyewa kost di Desa Mendalo Darat.
Perspektif hukum islam, yang penulis kumpulkan dengan menggunakan kajian
pustaka dan penelaah buku yang membahas tentang muamalah dan terutama dalam
kerjasama usaha dalam perspektif hukum Islam dan teknik pengumpulan data dengan
melalui telaah studi dari berbagai laporan penelitian dan buku literatur yang relevan.
Dalam penelitian skripsi ini penulis memperoleh data dari buku, jurnal, artikel dan
website yang berhubungan dengan permasalahan judul skripsi di atas.
E. Analisis Data
Analisis data yang penyusun gunakan adalah analisis data kualitatif yaitu
menganalisis data yang terkumpul, setelah itu disimpulkan dengan menggunakan
pendekatan atau cara berfikir induktif, yaitu berpijak dari pengetahuan yang bersifat
umum dan bertitik tolak dari pengetahuan umum, kemudian ditarik kesimpulan
khusus. Dalam hal ini di kemukakan data lapangan tentang sewa menyewa, kemudian
penyusun menganalisis data tersebut dengan menggunakan beberapa teori dan
ketentuan umum yang berlaku menurut hukum Islam dan Hukum yang berlaku di
Indonesia.
31 Tim Penyusun,Buku Panduan Syariah,……………..hlm 164.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui isi skripsi ini secara umum sistematika penulisan yang
digunakan penulis adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan: Dalam Bab ini di uraikan mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka
teori, dan Tinjauan Pustaka. Bab ini merupakan permasalahan yang
merupakan landasan berpikir untuk Bab selanjutnya.
BAB II Metode Penelitian: Bab ini menguraikan tentang metode penelitian yang
digunakan oleh penulis memperoleh data dalam skripsi.
BAB III Gambaran umum dan lokasi pelaksanaan penelitian. Dalam bab ini
membahas gambaran secara umum rumah kost-kostan yang disewa di
perumahan Mendalo Asri Desa Mendalo Indah Kecamatan Jambi Luar Kota
Kabupaten Muaro Jambi
BAB IV ini merupakan pembahasan dan hasil penelitian inti dari analisa skripsi.
Merupakan pembahasan tentang sewa menyewa rumah kost-kostan di
perumahan Mendalo Asri Desa Mendalo Indah Kecamatan Jambi Luar Kota
Kabupaten Muaro Jambi
BAB V Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran serta dilengkapi dengan
daftar pustaka, lampiran, dan curriculum vitae.
G. Jadwal penelitian
Penelitian ini dilakukan selama senam bulan, penelitian dilakukan dengan
pembuatan proposal, kemudian dilanjutkan dengan perbaikan hasil seminar skripsi,
setelah itu pengesahan judul dan melakukan riset, kemudian penulis melakukan
pengumpulan data. Verivikasi dan analisis data dalam waktu yang berurutan.
Hasilnya penulis melakukan konsultasi dengan pembimbing sebelum diajukan
kesidang munaqasah. Adapun jadwal peneliti sebagai berikut:
Tabel : jadwal penelitian skripsi.
No Jenis kegiatan
Tahun 2019
Feb
ruar
i
Mar
et
Apri
l
Mei
Juni
Juli
Agust
us
Sep
tem
ber
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Pengajuan
judul
x
2 Pembuatan
proposal
x
3 Perbaikan
proposal dan
seminar
x
4 Surat izin
riset
X
5 Pengumpulan
data
x
6 Pengolahan
analisis data
x
7 Pembuatan
laporan
x
8 Bimbingan
dan perbaikan
x
9 Agenda dan
ujian skripsi
x
10 Perbaikan dan
perjilidan
BAB III
GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Desa Mendalo Indah
Pada Tahun 2011 Desa Mendalo Indah dipimpin oleh seorang penjabat
sementara Kepala Desa yang bernama Sopia Budi. Kepala Desa Sopia Budi
memimpin Desa Mendalo Indah sampai dengan Tahun 2012 sebagai penjabat
sementara. Sebelum menjadi desa devintif, Desa Mendalo Indah masih tergabung
dengan Desa Mendalo Darat. Namun, karena Desa Mendalo Darat di mekarkan
menjadi 3 desa, diantaranya adalah: Desa Mendalo Indah, Desa Mendalo Darat dan
Desa Pematang Gajah.
Desa Mendalo Indah ini dibagi menjadi tiga wilayah dusun, yaitu: Dusun Kota
Kampus I, Dusun Kota Kampus II dan Dusun Kota Kampus III. Ketiga dusun
tersebut dibawah satu wilayah bernama Kota Kampus, nama Kota Kampus yang
diambil dari nama dusun sebelum pemekaran Desa Mendalo Indah yang masih
tergabung dalam Desa Mendalo Darat.
Tutur Ibu Meriy Aryani Sebelum pemekaran desa wilayah Perumahan Mendalo
Asri masih dalam Desa Mendalo Darat, lalu setelah pemekaran menjadikan
Perumahan Mendalo Asri dalam wilayah Desa Mendalo Indah dan termasuk juga
kampus Universitas Jambi yang tidak jauh dengan Perumahan Mendalo Asri.32
32
Wawancara dengan Ibu Meiry Aryani, Kepala Desa Mendalo Indah, tanggal 07 Mei 2019
B. Visi dan Misi Desa Mendalo Indah
1. Visi
Visi adalah pandangan ideal masa depan yang ingin diwujudkan dan secara
potensi untuk terwujud kemana dan apa yang diwujutkan suatu organisasi dimasa
depan, Visi harus bersama yang mampu menarik, dan harus konsisten, tetap eksis,
antisifatif secara insentif dikominikasi kepada segenap anggota organisasi sehingga
semuanya merasa memiliki visi, hendaknya :
a. Bukan fakta tetapi gambaran pandangan ideal masa depan yang ingin di capai.
b. Dapat memberikan arahan dan mendorong anggota organisasi mewujudkan
kinerja yang baik.
c. Dapat menimbulkan Insfirasi dan siap menghadapi tantangan.
d. Menjembatani masa kini dan masa mendatang.
e. Gambaran yang dealistis dan kridibel dengan masa depan yang menarik.
f. Sifat tidak statis dan tidak selamanya.
Berdasarkan latar belakang topografi Desa dan permasalahan sebagaimana yang
telah dipaparkan dalam bab pendahuluan dan memperhatikan aspirasi masyarakat
Mendalo Indah, yang berkembang dan harapan masyarakat yang mendambakan
kemajuan dan peningkatan taraf hidup, masyarakat madani yang aman, makmur,
sejahtera, maka visi untuk mewujudkan harapan tersebut adalah:
“MARI BERSAMA KITA WUJUDKAN DESA MENDALO INDAH YANG
MANDIRI, AMAN, TERTIB, DAN SEJAHTERA”
Penjelasan Visi adalah sebagai berikut :
Masyarakat mandiri: maknanya bahawa Desa Mendalo Indah ingin
membangun masyarakat mandiri dengan asas suadaya dan gotongroyong untuk
membangun kehidupan yang lebih baik.
Masyarakat aman: maknanya menjadikan Desa Mendalo Indah ini aman
untuk masyarakat ataupun pendatang.
Masyarakat tertib: maknanya mewujudkan Desa Mendalo Indah ini damai dan
teratur dalam kehidupan masyarakat.
Masyarakat Sejahtera: maknanya melalui masyarat yang aman, tertib dan
mandiri agar bisa mewujudkan masyarakat yang sejahtera.
2. Misi
Misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan instansi pemerintah dan
sasaran yang ingin dicapai. Pernyataan ini membawa organisasi kepada suatu focus.
Misi menjelaskan mengapa organisasi itu ada, apa yang dilakukannya, dan bagaimana
melakukannya. Misi adalah suatu yang dilaksanakan/diemban oleh Instansi
pemerintah, sebagai penjabaran dari Visi yang telah ditetapkan. Dengan pernyataan
misi diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang berkepentingan dapat mengenal
instani pemerintah dan mengetahui peran dan programnya serta hasil yang diperoleh
dimasa mendatang.
Berdasarkan visi yang telah dipaparkan di atas, maka untuk mewujudkan
dalam kenyatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang mendambakan kemajuan
dan peningkatan taraf hidup menuju masyarakat madani yang aman, makmur,
sejahtera maka misi adalah amanah masyarakat sebagai tugas mulia yang harus
diemban oleh seorang Kepala Desa terpilih, yaitu:
a. Meningkatkan taraf hidup masyarakat yang mampu dan mandiri.
b. Memberi pelayanan dan pembinanan kehidupan sosial kemasyarakatan yang
aman dan tertib.
c. Menggali potensi sumber daya Desa untuk meningkatkan Ekonomi Masyarakat
untuk mencapai kesejahteraan bersama.
3. Rancangan program
a. Meningkatkan taraf hidup masyarakat yang mampu dan mandiri.
1) Membangun sarana produksi yang bernilai ekonomi.
2) Membuka usaha dan lapangan kerja skala kecil.
3) Membentuk BUMDES (Badan Usaha Milik Desa)
b. Memberi pelayanan dan pembinaan kehidupan sosial kemasyarakatan yang
aman dan tertib.
1) Menyediakan fasilitas umum berupa pemakaman (tanah pekuburan)
2) Meningkatkan pembinaan pendidikan agama
3) Memberi pelayanan Administratif dan kemudahan bagi mahasiswa
4) Menyediakan sarana pelayanan kesehatan
5) Menyediakan sarana “keamanan dan ketertiban”
6) Menyediakan sarana pembinaan pemuda dan olahraga
7) Membentuk lembaga adat tingkat RT
8) Rehabilitas sarana umum, jalan dan tata lingkungan
c. Menggali potensi sumber daya desa yang produktif untuk kesejahteraan
bersama
1) Pengelola sampah
2) Pengelola parker
3) Pengelola tagihan rekening listrik
4) Pengelola tagihan rekening PDAM.
C. Letak Geografis Desa Mendalo Indah
Secara geografis Desa Mendalo Indah terletak di bagian barat Ibu Kota
Kabupaten Muaro Jambi dengan luas wilayah + 502 Ha KM2 dengan batas wilayah
sebagai berikut:
- Sebelah Timur : Desa Mendalo Darat
- Sebelah Utara : Desa Mendalo Laut
- Sebelah Selatan : Desa Pematang Gajah
- Sebelah Barat : Desa Simpang Sungai Duren
Desa Mendalo Indah mempunyai luas wilayah : + 502 Ha dengan bagian-
bagiannya tanah perkebunan, perumahan, ruko/pertokoan, tempat pendidikan 1
Univesitas dan 1 Sekolah Dasar Negeri, tempat Peribadatan 7 Masjid serta 11
musollah, serta Perkantoran yang terdiri dari Kantor Pos, Bank Rakyat Indonesia,
Advokat dan PDAM Daerah.33
1. Orbit/Jarak antara Ibu Kota
33
Dokumentasi Arsip Desa Mendalo Indah Kecamatan Jambi Luar Kota Kecamatan Muaro
Jambi 07 Mei 2019.
Tabel 1
Orbit/Jarak antara Ibu Kota Desa Mendalo Indah
Jarak(KM) Desa Mendalo
Indah
Ibu Kota
Kec.
Ibu Kota
Kab.
Ibu Kota
Prov.
Desa Mendalo Indah 0 5 40 15
Ibu Kota Kec. 5 0 45 20
Ibu Kota Kab. 40 45 0 35
Ibu Kota Prov. 15 20 35 0
2. Prasarana umum yang ada
Tabel 2
Prasarana umum yang ada dalam Desa Mendalo Indah
Jenis Prasarana Volume Kondisi
Jalan Kabupaten 1.500 Meter Rusak
Jalan Desa 9835 Meter Rusak
Jalan Lingkungan/Rabat Beton 2265 Meter Baik
Jalan Produksi/Tanah 10335 Meter Sedang
Gedung SD 1 Unit Sedang
Gedung Madrasah - -
Pustu - -
Posyandu 3 Unit Baik
Sumur Gali Umum 30 Unit Sedang
MCK 1 Unit Sedang
Balai Desa/Kantor Desa 1 Unit Bagus
Balai Benih Ikan - -
Masjid 7 Unit Sedang
Musolla/Surau 11 Unit Sedang
Universitas Jambi 1 Baik
3. Aset Desa/Kekayaan Desa Mendalo Indah
Tabel 3
Aset Desa/Kekayaan Desa Mendalo Indah
Jenis Aset Volume Kondisi
Tanah TKD Sawit - -
Tanah Perkarangan Masjid 3 Tumbuk Digunakan
Tanah Lokasi Perkantoran 2 Tumbuk Dimanfaatkan
Tanah Lokasi TPU 1,0 Hectar Dimanfaatkan
Tanah Tanah Kosong - -
Tanah Lapangan Bola Kaki 1,0 Dimanfaatkan
D. Letak Demografi Desa Mendalo Indah
1. Kependudukan
Jumlah penduduk yang besar biasa menjadi modal dasar pembangunan
sekaligus bisa menjadi beban pembangunan, jumlah penduduk desa Mendalo Indah
adalah 3535 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 994 KK. Agar dapat menjadi dasar
pembangunan maka jumlah penduduk yang besar harus disertai kualitas SDM yang
tinggi. Penanganan kependudukan sangat penting sehingga potensi yang dimiliki
mampu menjadi pendorong dalam pembangunan, khususnya pembangunan Desa
Mendalo Indah. Berkaitan dengan kependudukan, aspek yang penting antara lain
perkembangan jumlah penduduk,kepadatan dan persebaran serta strukturnya.34
Tabel 4
Jumlah penduduk Desa Mendalo Indah 2017/2018
Laki-laki Perempuan Jumlah Total
1789 Jiwa 1746 Jiwa 3535 Jiwa
2. Pertumbuhan Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Desa Mendalo Indah cenderung meningkat karena tingkat
kelahiran lebih besar daripada kematian serta penduduk yang masuk lebih besar dari
penduduk yang keluar.
Tabel 5
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Desa Mendalo Indah Tahun 2017-2018
No RT Jumlah Penduduk (Jiwa) Tahun 2017/2018
Jumlah Laki-laki Perempuan
1 RT 1 115 138 253
2 RT 2 172 167 339
3 RT 3 86 76 162
4 RT 4 123 112 235
5 RT 5 84 77 161
6 RT 6 109 83 192
34
Dokumentasi Arsip Desa Mendalo Indah Kecamatan Jambi Luar Kota Kecamatan Muaro Jambi
07 Mei 2019.
7 RT 7 54 55 109
8 RT 8 97 90 187
9 RT 9 215 211 426
10 RT 10 125 206 331
11 RT 11 17 15 32
12 RT 12 77 78 155
13 RT 13 72 65 137
14 RT 14 65 71 136
15 RT 15 57 61 118
16 RT 16 101 86 187
17 RT 17 106 67 173
18 RT 18 57 59 116
19 RT 19 57 61 118
Jumlah 1789 1746 3535
3. Kepadatan dan Persebaran Penduduk
Persebaran penduduk di Desa Mendalo Indah relatif merata, secara absolut
jumlah penduduk pada tiap-tiap Rukun Tetangga (RT) terlihat relatif berimbang,
namun karena luas wilayah masing-masing RT berbeda maka tingkatan kepadatan
penduduknya terlihat beda.
Tabel 6
Jumlah Kepadatan dan Persebaran Penduduk Desa Mendalo Indah Tahun 2017/2018
No RT Jumlah
(KK)
Jumlah penduduk
(orang)
Kepadatan
(orang/Km2)
Persebaran
%
1 RT 1 53 253
2 RT 2 110 339
3 RT 3 46 162
4 RT 4 59 235
5 RT 5 44 161
6 RT 6 49 192
7 RT 7 43 109
8 RT 8 45 187
9 RT 9 108 426
10 RT 10 37 331
11 RT 11 24 32
12 RT 12 43 155
13 RT 13 44 137
14 RT 14 43 136
15 RT 15 48 117
16 RT 16 56 187
17 RT 17 48 187
18 RT 18 45 173
19 RT 19 47 117
Jumlah 994 3535
4. Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Berdasarkan struktur umur, penduduk Desa Mendalo Indah tergolong penduduk
usia muda. Indikasi ini tergambar dari rasio penduduk usia kelompok umur 36-40 dan
41-45 tahun merupakan yang terbanyak jumlahnya masing-masing 459 jiwa dan 465
juwa. Kemudian disusul kelompok umur 21-25 dan 16-20 yaitu masing-masing 291
jiwa dan 266 jiwa. Rasio jenis kelamin penduduk Desa Mendalo Indah menunjukkan
bahwa penduduk Laki-laki relatif lebih banyak disbanding perempuan.
Tabel 7
Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin pada setiap RT
di Desa Mendalo Indah tahun 2017
No Kelompok Umur Tahun 2017
Lk Pr Jumlah
1 0-5 113 138 251
2 6-10 117 102 219
3 11-15 124 132 256
4 16-20 142 114 266
5 21-25 162 129 291
6 26-30 144 115 259
7 31-35 135 128 263
8 36-40 228 231 459
9 41-45 231 234 465
10 46-50 98 106 204
11 51-55 105 110 215
12 56-60 80 97 177
13 61-65 51 62 113
14 66-70 25 37 62
15 71 keatas 9 14 19
Jumlah 1784 1742 3535
E. Keadaan Sosial
1. Sumber Daya Manusia
Sasaran akhir dari setiap pembangunan bermuara pada peningkatan kualitas
sumber daya manusia (SDM). SDM merupakan subyek dan sekaligus obyek
pembangunan, mencangkup seluruh siklus kehidupan manusia, sejak kandungan
hingga akhir hayat. Oleh karena itu pembangunan kualitas manusia harus menjadi
perhatian penting. Pada saat ini SDM di Desa Mendalo Indah cukup baik
dibandingkan pada masa-masa sebelumnya.
2. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu hal penting dalam memajukan tingkat kesejahteraan
pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya. Dengan tingkat
pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan. Tingkat
kecakapan juga akan mendorong tumbuhnya keterampilan kewirausahaan. Dan pada
gilirannya mendorong munculnya lapangan pekerjaan baru. Dengan sendirinya akan
membantu program pemerintah untuk pembukaan lapangan kerja baru guna
mengatasi pengangguran. Pendidikan biasanya akan dapat mempertajam sistematika
piker atau pola pikir individu, selain itu mudah menerima informasi yang lebih maju.
Berikut ini tabel yang menunjukkan tingkat rata-rata pendidikan warga Desa Mendalo
Indah.35
Tabel 8
Tingkat Rata-rata Pendidikan Warga Desa Mendalo Indah
No Tingkat pendidikan Tahun 2017 Persentase
(%) Lk Pr Jumlah
1 Tidak/Belum Sekolah 274 353 627 17,26%
2 SD/Sederajat 357 330 687 19,60%
3 SLTP/Sederajat 564 480 1044 29,67%
4 SLTA/Sederajat 359 406 765 21,74%
5 Perguruan Tinggi 230 184 412 11,73%
Jumlah 1784 1751 3535
F. Keadaan Ekonomi
Penduduk Desa Mendalo Indah masih banyak yang memiliki usaha atau mata
pencarian tetap dibidang wiraswasta dan masih sedikit dalam bidang pertanian, dan
disamping banyaknya wiraswasta tidak sedikit pula yang pekerjaan PNS (Pegawai
Negeri Sipil) bisa dilihat dalam bentuk tabel berikut ini:
35
Profil Desa Mendalo Indah Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi, tanggal 07
Mei 2019
Tabel 9
Mata pencarian penduduk Desa Mendalo Indah dari Tahun 2017/2018
No Tingkat Pekerjaan Tahun 2017
LK PR Jumlah KK
1 Petani 52 51 52
2 Buruh 92 17 92
3 PNS 312 217 209
4 Swasta 112 132 103
5 Wirausaha 578 470 403
6 Lain-lain 217 884 135
Jumlah 1359 1751 994
G. Struktur Perangkat Desa Mendalo Indah
Gambar 136
36 Profil Desa Mendalo Indah Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi, tanggal 07
Mei 2019
KEPALA DESA
Meiry Aryani, S.Kom
KEPALA DUSUN KOTA KAMPUS I
A. Toha
KEPALA DUSUN KOTA KAMPUS II
Muji Darmono, S.Pd
KEPALA DUSUN KOTA KAMPUS III
Jos Ermanto, A.Md, SH
SEKERTARIS DESA
Prian Susilo, S.Pd.I
KASI
PEMERINTAHAN
Sunarji
KASI
KESEJAHTERAAN
Sujiono
KASI PELAYANAN
Ida Nurawan, A.Md
KAUR TATA
USAHA
UMUM
Ponijah, SE
KAUR TATA
KEUANGAN
Dythorio
Perdana, S.Kom
KAUR
PERENCANAAN
Joko Ariyanto, SP
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Praktik panjar dalam sewa menyewa rumah kost di Mendalo Asri Desa
Mendalo Indah Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Desa Mendalo Indah yang letaknya tidak jauh dari kampus Universitas Jambi
terdapat perumahan Mendalo Asri, perumahan tersebut sangatlah dekat dengan
kampus dan bisa dijangkau dengan berjalan kaki. Praktik panjar dalam sewa
menyewa pada rumah kost ada tahap yang dianggap penting sebelum melangkah
kedalam akad yang lebih jauh lagi, jadi dibawah ini penulis menyimpulkan tahapan-
tahapan dalam praktik panjar di lingkungan rumah kost dan hasil dari wawancara:
1. Mengetahui Identitas Calon Penghuni Kost
Identitas merupakan ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang, dengan bertujuan
untuk mengetahui kejelasan tentang seseorang, mengetahui penduduk dan
penempatan alamat, memastikan bahwa dia bukan warga Negara Asing yang ilegal.
Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang dari
hasil observasi dan penilaian dirinya, menyadari bahwa dirinya berbeda dengan orang
lain. Sebagai dokumen identitas diri biasanya berbentuk E-KTP (Elektronik-Kartu
Tanda Penduduk)/ID Card, SIM (Surat Izin Mengemudi), dan PASPOR. Jika
statusnya mahasiswa biasanya ada yang namanya Kartu Tanda Mahasiswa yang
dimiliki setiap mahasiswa, tujuannya untuk menunjukan kejelasan tentang kejuruan
yang mereka ambil.
Jadi mengetahui identitas sangatlah penting untuk menumbuhkan kepercayaan
untuk berlangsungnya akad. Sebagaimana Ibu Nur selaku pengelola kost An-nur
Muslimah Indah mengatakan bahwa perlunya mengetahui identitas calon penghuni
kost, sebagai berikut:
Jika mahasiswa yang ingin kost di sini, saya harus mengetehui identitas
mereka terlebih dahulu, untuk saya harus tahu dulu, soalnya tidak sedikit
mahasiswa yang dari luar daerah kesini, kalau mereka ada niat macam-macam
bisa merugikan saya. Maka dari itu saya harus mengetahui dulu identitas
mereka. Dari itu saya tanya-tanya asal daerah mereka pekerjaan orang tua dan
semacamnya lah, untuk meyakinkan saya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan. 37
Dari hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa pemilik kost harus
memeriksa identitas mahasiswa yang ingin menempati rumah kost mereka, ini
digunakan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti pencurian,
penipuan, pengerusakan yang merugikan pemilik tempat tersebut. Sebagiamana yang
diucapkan Ibu Yusmania pemilik kost Putri Muslimah:
Sebagaimana mestinya saja lah, ya pastinya saya tanya tentang identitas dan
saya butuh mengetahui calon penghuni kost saya, nanti kalau ada apa-apa kan
saya juga yang ribet dan harus bermasalah dengan RT atau perangkat desa
yang lainnya. Ya saya kan tidak cuman mengurusi kost ini, banyak kegiatan
saya lain yang harus saya kerjakan.38
Kesimpulan dari wawancara tidak maunya direpotkan dengan timbulnya
masalah yang akan datang karena ketidak jelasan identitas calon penghuni rumah
kost-kost dan yang pasti jika sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan akan
37 Wawancara dengan Ibu Nur, selaku pengelola dan pengurus kost An-nur Muslimah Indah,
tanggal 23 Juni 2019 38
Wawancara dengan Ibu Yusmania, selaku pemilik dan pengurus kost Putri Muslimah, tanggal
02 Juli 2019
berdampak pada rumah kost-kost. Sebagaimana yang diucapkan Lilis selaku
mahasiswa UIN STS Jambi yang telah menghuni rumah kost:
Iya, sebelum saya memasuki kost disini Ibu Nur tanya-tanya dulu tentang
identitas saya, asal dari mana, kuliah dimana, ya macam-macam lah ibu nur
tanya ke saya sampai tanya ngambil jurusan apa di UIN. Mungkin menurut
saya sendiri untuk menghindari penipuan yang sekarang ini banyak yang
terjadi lah ya, dan ditakutkan ada hal-hal yang tidak diinginkan.39
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa sebelum memasuki kost setiap
mahasiswa akan ditanya-tanya tentang identitasnya, ini dikarenakan agar terhindar
dari hal-hal yang tidak diinginkan. Supaya lebih menguatkan saya mengajukan
pertanyaan kepada penghuni kost yang lain yang mana dikatakan oleh Cici Sundari
selaku mahasiswa UIN STS Jambi yang menempati rumah kost:
Tidak sedikit Ibu Yusmania tanya-tanya tentang identitas saya waktu saya
akan masuk rumah kost ini bukan cuman asal daerah saya saja, sampai
pekerjaan orang tua pun ibu itu tanyakan, ya menurut saya wajar saja lah
untuk mempermudah kalo ada masalah dikost, jika terjadi hal yang tidak
diinginkan lebih mudah untuk mencarinya dan meminta tolongpun Ibu
Yusmania sudah tau atau kenal dengan saya.40
Hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa pentingnya identitas calon
penghuni rumah kost tersebut agar keberadaanya jelas dan tidak membawa hal
negatife kepada penghuni kost yang lain, ini dilakukan agar tidak menyimpan
penghuni gelap atau tidak jelas keberadaanya, karena bisa jadi yang ingin mengekost
adalah orang yang tidak baik dan ingin berbuat jahat.
39 Wawancara dengan saudari Lilis Fitri Diana, penghuni kost, tanggal 23 Mei 2019 40 Wawancara dengan saudari Cici Sundari, penghuni kost, tanggal 23 Mei 2019
Dari keseluruhan pendapat dilihat sangat pentingnya informasi yang harus
diketahi oleh kedua belah pihak agar timbulnya rasa percaya untuk berlangsungnya
akad sewa menyewa rumah kost tersebut.
2. Menentukan Harga Sewa
Harga merupakan alat tukar yang digunakan untuk mendapatkan produk atau
jasa dengan sejumlah uang bila telah di sepakati dengan menetukan harga lalu
menentukan waktu kejelasan akad. Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa nilai
uang yang ditentukan secara global yang harus dikeluarkan oleh seseorang untuk
mendapatkan suatu produk atau pelayanan jasa yang diinginkan. Peranan harga tak
lepas dari proses jual beli suatu produk atau jasa. Harga membantu konsumen untuk
menentukan seseorang akan membeli barang atau tidak.
Dalam hal sewa menyewa penentuan harga biasanya dibicarakan di awal akad
sebelum terikatnya kesepakatan sewa menyewa dan lain sebagainya. Untuk
mengetahui perihal harga rumah kost tersebut penulis sudah mewawancarai Ibu Nur
selaku pengelola kost An-nur Muslimah Indah:
Di Kos ini ada 3 lantai, penghuninya ada anak UNJA (Universitas Jambi) dan
anak UIN (Universitas Islam Negeri) juga. Jika ada anak kost baru atau
penyewa yang akan menyewa saya kenai panjar sebagai uang jadi, setahun
untuk perkamar saya hargai Rp 3.000.000 juta dan pengambilan panjar saya
berkisar Rp 500.000- Rp 1.000.000 juta, dalam satu kamar bisa ditempatin 1
sampai 3 orang tergantung penyewa kamar kost tersebut, intinya sudah terima
bersih uang Rp 3.000.000 juta tersebut.41
41
Wawancara dengan Ibu Nur, sekalu pengelola dan pengurus kost An-Nur Muslimah, tanggal
23 Juni 2019
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa harga perkamar adalah
Rp 3.000.000 untuk 1 tahun dan sebagai pengikat untuk keseriusan menempati kost,
Ibu pemilik rumsh kost pun menjatuhi uang muka tersebut. Sebagaimana Bapak H.
Harun menambahkan bahwa bila uang panjar akan menjadi pemilik rumah kost
sebagai berikut:
Kalau di sini semuanya harus sesuai dengan kesepakatan, dan mahasiswi juga
tahu kalau mau tinggal di sini mereka harus mengikuti aturan yang ada di sini,
jadi kalau mereka mau tinggal di sini mereka harus memberi uang panjar
kalau mereka mau mulainya dalam 2 atau 3 minggu kedepan. Jadi uang panjar
itu batasnya hanya dua minggu. Kalau lebih lama saya bisa rugi besar karena
saya harus menolak mahasiswa lain yang mau tinggal di sini karena sudah di
panjar. Ketika mahasiswi tersebut tidak jadi tinggal di sini setelah dua minggu
dia telpon, maka kalau uang panjar tadi mau diambil harus mencari pengganti
baru.42
Dari pernyataan di atas bahwa waktu pemberian uang panjar hanya 2 atau
sampai 3 minggu saja. Dikarenakan Bapak H. Harun tidak ingin mengambil resiko
yang besar jika memberi jangka waktu yang panjang. Dan dengan mengabari lewat
telfon untuk memberitahukan kelanjutan sewa menyewa rumah kost tersebut.
Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara bersama Ibu Yurmania sebagai
berikut:
Untuk menghuni tempat kost disini, mereka bisa langsung bayar atau kalau
mereka mau pulang dulu dan satu bulan lagi baru mau tempat di sini, mereka
harus memberikan uang panjar sebagai tanda jadi, kalau tidak memberi uang
panjar maka kamar kostnya akan saya berikan ke mahasiswi yang lain kalau
mau tinggal di sini. Di sini rata-rata dua minggu batas akhirnya, kalau batas
itu belum juga ada kabar maka uang itu akan menjadi milik saya, dan saya
berikan kesempatan orang lain untuk menempati kamar itu, uang panjar maka
42
Wawancara dengan Bapak H. Harun, selaku pengelola dan pengurus kost Putri Muslimah,
tanggal 02 Juli 2019
kembali kalau mencari pengganti yang mau tinggal di sini. Uang panjar
kurang lebih dari 300.000-1.000.000, tergantung dari kamar yang ditempati.43
Dari pernyataan di atas bahwa Ibu Yurmania tidak jauh berbeda dengan Ibu
Nur, jangka waktu yang diberikan kurang lebih 2-3 minggu dan akan mengosongkan
rumah kost tersebut jika telah menerima uang panjar. Sebagaimana pendapat Ibu
Amanah dari hasil wawancara sebagai berikut:
Mahasiswi yang mau tinggal di sini boleh kes ataupun mau panjar dulu,
panjarnya gak besar, hanya 250.000, jika mahasiswi tersebut dalam 10 hari
tidak ada kabar atau batal, maka uang tersebut akan saya kembalikan,
insyallah aka nada rezeki yang lain nanti buat saya, karena saya gak mau
makan rezei yang seolah-olah menzholimi orang lain, karena dia tidak jadi
tinggal sedangkan uangnya saya ambil.44
Dari pernyataan di atas bahwa Ibu Amanah memakai uang panjar tetapi dengan
jika membatalkan Ibu Amanah akan kembalikan uang tersebut, alasannya takut akan
mendzholimi si penyewa tempat dan Ibu Amanah memberi waktu lebih singkat dari
pada yang diberikan oleh Ibu Nur, Bapak H. Harun dan Ibu Yurmania. disampaikan
Evi selaku mahasiswa UIN STS Jambi yang menempati rumah kost:
Tentang Ibu Yurmania menyampaikan harga perkamar 1 tahun Rp 3.000.000
kebetulan saya masuk kos ini mendekati masa OPAK (Orientasi Pengenalan
Akademik dan Kemahasiswaan) dan saat itu langsung melunasi pembayaran.
jadi pada waktu itu saya tidak memakai uang panjar, karena saya langsung
menempati dan melunasinya.45
Hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa harga yang telah disepakati
maka akan dilunasi ketika akan menempati rumah kost tersebut, sehingga ketika
43 Wawancara dengan Ibu Yurmania, selaku pengelola dan pengurus kost Putri Muslimah,
tanggal 02 Juli 2019 44 Wawancara dengan Ibu Amanah, selaku pengelola dan pengurus kost melati muslimah indah,
tanggal 06 Juli 2019 45 Wawancara dengan saudari Evi, penghuni kost, tanggal 23 Mei 2019
harga telah disepakati dan merasa nyaman maka penghuni kost harus melunasinya.
Agar lebih menguatkan saya mengajukan pertanyaan kepada penghuni kos lain, yang
mana dikatakan oleh Lilis selaku mahasiswa UIN STS Jambi penghuni rumah kost:
Harga perkamar Rp 3.000.000 untuk 1 tahun, Saya masuk pertama rumah
kost-kost ini bayar uang muka terus dijatuhi tempo untuk melunasinya dalam
waktu 2 bulan lamanya jika tidak berarti pembatalan dalam perjanjian panjar.
Dan setelah saya memasuki kost saya langsung melunasinya untuk
penyewaan dalam 1 tahun, ketika itu saya membayar Rp 500.000 untuk uang
panjar dan tak lama kemudian saya memasuki rumah kost ini.46
Dari pernyataan di atas bahwa waktu panjar kurang lebih adalah 2 bulan, jika
lebih dari 2 bulan maka akan hangus. Dan secara tidak langsung dianggap
membatalkan dalam melanjutkan sewa menyewa tersebut karena ketidak jelasan
untuk melanjutkan penyewaan rumah kost, karena menurut Ibu kost itu telah
melampaui batas waktu menurut Ibu itu dia mempunyai hak untuk memawarkan pada
calon penghuni lainnya.
Waktu menjadi penentu untuk mengosongkan rumah kost. Jika telah melampaui
batas tersebut, pemilik rumah kost beranggapan telah lepas kontrak/perjanjian dengan
calon penghuni kost dan berhak untuk menawarkan kepada calon penghuni lainnya.
3. Pencantuman Sanksi
Pengertian sanksi adalah suatu langkah hukuman yang dijatuhkan oleh Negara
atau kelompok tertentu karena terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang
atau suatu kelompok. Sanksi suatu hal yang sangat sering kita dengar, dalam lingkup
46 Wawancara dengan saudari Lilis Fitri Diana, penghuni kost, tanggal 23 Mei 2019
masyarakat kecil pun kata sanksi ini banyak digunakan untuk menghukum seseorang
atau kelompok yang bersalah dalam ruang lingkup jual beli membatalkan sepihak
atau salah satu merasa dirugikan.
Pemberian sanksi dalam sewa menyewa diberikan karena bertujuan untuk
kelangsungan penyewaan tersebut, Penulis sudah mewawancarai Ibu Nur selaku
pengelola kost An-nur Muslimah Indah:
Biasanya anak yang mau tinggal disini kadang-kadang sama orang tuanya
juga kesini jumpain saya ngasih DP atau langsung lunasin uangnya. Misalnya
terjadi pembatalan untuk menempati kamar kost, uangnya tidak saya
kembalikan kecuali mencari pengganti untuk menggantikan calon penghuni
kost, karena saya tidak ingin rugi. Saya tentu menolak setiap kali ada yang
mau ngekost, karena saya sudah terima uang panjar, lama panjar hanya satu
minggu, kalau tidak datang lagi maka uang tersebut hangus dan menjadi milik
saya, karena saya juga rugi kalau harus menunggu lama, sedangkan banyak
yang mau ngekost di sini. Jadi saya anggap gugur uang panjar itu karena saya
telah menjatuhkan tempo dan sampai batas tempo tidak ada kabar.47
Kesimpulan dari wawancara di atas yaitu uang panjar adalah sebuah pengikat
dan ditakutkan merugikan jika terjadi pembatalan perjanjian tersebut. Agar terhindar
dari hal yang merugikan sebelah pihak maka uang panjar merupakan tali pengikat
bagi pemilik kost dan calon penghuni rumah kost. Sebagaimana diucapkan oleh Ibu
Amanah sebagai berikut:
Memang saya mengembalikan uang yang telah di berikan jika perjanjian
tersebut tidak dilanjutkan, dengan catatan belum ditempati. Karena kalau
belum ditempatikan saya tidak dirugikan dan jika saya ambil uang muka itu
47
Wawancara dengan Ibu Nur, selaku pengelola dan pengurus kos An-Nur Muslimah, tanggal
24 Juni 2019
takut dosa, karena itu bukan hak saya dan kasihan karena mereka jauh dari
orang tua mereka.48
Kesimpulan diatas uang akan dikembalikan jika pembatalan terjadi, tetapi jika
belum menempati kost tersebut, kalau sudah menempati ibu Amanah hanya akan
meminta uang ganti rugi saja. Wiranti selaku mahasiswa UIN STS Jambi yang
menempati rumah kost:
Setelah ditanya-tanya pas pertama saya kesini ada diminta uang panjar tetapi
dalam jangka beberapa hari saya langsung memasuki kost karena OPAK
(Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan) dan saat itu langsung
melunasi pembayaran untuk 1 tahun, tentang perjanjian uang panjar pun Ibu
Nur ada disampaikan kepada saya di awal.49
Kesimpulan di atas bahwa adanya diminta uang panjar tetapi ketika si
penyewa masuk mendekati OPAK langsung menempati dan membayar lunas uang
kost perkamar untuk 1 tahun. Agar lebih menguatkan saya mengajukan pertanyaan
kepada penghuni rumah kost lain yang mana dikatakan oleh Lilis selaku mahasiswa
UIN STS Jambi yang telah menghuni rumah kost:
Ketika saya masuk ada lah Ibu pengelola itu menyebutkan kalau misalnya
saya tidak jadi menempati kost ini uang panjar tersebut hangus. Ya kalau saya
sendiri pribadi harus pikir-pikir dulu untuk memantapkannya untuk
memutuskan akan masuk kost disini dan harus lihat tempat dulu dong, biar
tidak merugikan saya ketika saya tidak jadi memasuki kost disini.50
Hasil dari wawancara di atas bahwa untuk menghindari kerugian jadi memakai
penerapan uang panjar terhadap calon penghuni kost. Jadi pengelola kost menerapkan
uang panjar pada awal perjanjian akad ijarah. Sebagaimana wawancara dengan
48 Wawancara dengan Ibu Amanah, selaku pengelola dan pengurus kost melati indah, tanggal
06 Juli 2019 49 Wawancara dengan saudari Wiranti, penghuni kost, tanggal 23 Mei 2019 50 Wawancara dengan saudari Lilis Fitri Diana, penghuni kost, tanggal 23 Mei 2019
mahasiswi UIN STS Jambi, Nur Seli selaku penghuni yang membatalkan uang
panjar pada rumah kost:
Saya pernah kemarin, waktu mau ngekost di sana, dengan membayar uang
panjar Rp 500.000 ketika itu saya memang mencari tempat untuk tinggal
karena pada waktu itu tes memasuki perguruan tinggi, jadinya saya tidak
berfikir panjang akan hal apa yang saya hadapi, jadi setelah selesai mejalani
masa tes, ada teman saya mengajak untuk tinggal satu rumah, dari itu saya
hanya menempati kost seminggu dan kemudian saya pindah serumah dengan
teman saya, posisi saya belum membayar sebagaian pelunasan, jadi ketika itu
Ibu Nur bilang bahwa karena saya telah menempati kost, uang panjar tersebut
hangus karena saya telah menempati kamar kost tersebut.51
Hasil dari wawancara di atas bahwa dia membatalkan penerusan uang panjar
karena akan serumah dengan temannya yang tengah ia jalani, karena adanya
menempati seminggu dalam rumah kost, uang panjarnya hangus karena telah
menempati rumah kost tersebut. Sebagaimana wawancara dengan Friska Ronika
mahasiswi UNJA penghuni yang membatalkan untuk memasuki kost tersebut:
Masuk kost ini sih tertarik dan sudah membayar uang panjar Rp 500.000 kalo
nggak salah, tetapi memang masih bayar uang panjar karena belum
berjalannya perkuliayahan tapi pas mau masuk perkuliahan ada saudara dekat
ngajak tinggal ditempat dia karena sendirian, dan disuruh bantu-bantu juga
disana, orang tua pun juga menyuruh untuk tinggal dengan saudara, mau
nggak mau nurut aja sih, saya coba tanya dengan ibu pemilik kost sekiranya
uang panjar bisa kembali walau setengah, tapi kata Ibu pemilik sebagai
pengelola rumah kost bilang itu sebagai uang rugi saya karena
mengkosongkan tempat, kalo emang mau kembali uangnya, harus cari
pengganti yang mau tinggal disana. Mau cari dimana kebetulan itu pas banget
mahasiswa akan masuk perkuliahan, otomatis sudah memikirkan jauh hari
sebelum itu. Ya mau nggak mau saya hanya mengikhlaskan uang panjar itu.52
51 Wawancara dengan saudari Nur Seli, penghuni yang membantalkan uang panjar, tanggal 23
Mei 2019 52
Wawancara dengan saudari Friska Ronika, penghuni yang membantalkan uang panjar dalam
rumah kost-kost, tanggal 23 Mei 2019
Hasil dari wawancara di atas bahwa untuk penyewa membatalkan uang panjar
dengan alasan disuruhnya orang tua untuk tinggal bersama dengan sanak saudara jadi
terpaksa si penyewa membatalkan untuk meneruskan menghuni rumah kost tersebut.
kalau tidak ada uang panjar bisa jadi akan dioper dengan orang yang akan masuk
rumah kost karena tidak ada penguat atau alasan untuk mempertahankan kost itu, dari
uang panjarlah si pemilik kost bisa melihat keseriusan calon penghuni kost tersebut.
Dalam pencantuman sanksi biasanya setelah menjelaskan harga kost kepada calon
penghuni kost untuk lebih matang dalam memikirkan untuk menempati agar tidak
ada yang merasa dirugikan dalam pengambilan uang panjar yang bisa saja hangus.
Kesimpulan diatas bahwa pembatalan uang panjarpun tidak adanya
pengembalian uang, kecuali mencari penganti untuk mengantikan sebagai penghuni
rumah kost untuk meneruskan perjanjian dalam menempati rumah kost.
4. Perjanjian (tanda tangan) dan Kuitansi
Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang atau satu pihak berjanji
kepada seorang atau pihak lain atau di mana dua orang untuk saling berjanji
melaksanakan suatu hal. Perjanjian itu telah di atur dalam Pasal 1313 Kitab Undang-
undang Hukum Perdata Indonesia. Untuk menguatkan biasanya ada bukti-bukti untuk
perjanjian yang berbentuk lisan atau tulisan, seperti yang di sampaikan Dari hasil
wawancara oleh Ibu Amanah sebagai pengelola dan pemilik rumah kost melati
muslimah indah:
Kalau saya selalu memberikan tanda bukti kepada calon penghuni kost yang
akan masuk, karena saya takut tak sengaja memakan hak orang lain yang
bukan hak saya. Jadi saya tulis dalam sebuah buku yang saya pegang dan
memberi kuitansi sebagai tanda bukti kepada mereka yang telah memberikan
uang muka kepada saya.53
Dari hasil wawancara diatas sangat perlunya mencatat dan memberikan tanda
bukti kepada calon penghuni rumah kost karena ditakutkan kelupaan dan tidak
sengaja memakan hak orang lain dan tanpa sengaja mendzoliminya. Dan lebih lanjut
sebagaimana wawancara Ibu Nur selaku pengelola kost An-nur Muslimah Indah:
Akadnya langsung lisan aja sih, kalo bukti tertulisnya dalam akadnya ya
kuitansi yang saya berikan kepada anak-anak yang minat kost disini. Tetapi
biasanya hanya memakai lisan tetapi ada juga memakai kuitansi sebagai bukti
otentik gitu aja sih, mungkin dia takut akan hal penipuan atau sebagai tanda
bukti yang lebih kuat dari pada hanya dengan lisan aja.54
Dari wawancara di atas sebagaimana biasanya orang bertransaksi semestinya
adanya bukti untuk menguatkan seperti adanya kuitansi, yang bertujuan untuk
menjadikan bukti yang kuat. Sebagaimana dikatakan oleh Wiranti selaku mahasiswa
UIN STS Jambi yang menempati rumah kost:
Kemaren pertama masuk sini ada dikasih kuitansi sebagai bukti ya maklum
lahkan takut lupakan dan biasanya orang tua tanya ada buktinya atau nggak,
jadinya saya dengan Ibu Nur meminta bukti yang tertulis, dikasihlah dengan
Ibu Nur selembar kertas kuitansi. Memang kemarin sebelum saya pelunasan
saya juga panjar dulu untuk pulang kampung mengembil barang, setelah 4
hari saya ke sini dan melakukan pelunasan, dan sampai sekarang saya juga
nyaman tinggal disini.55
53 Wawancara dengan Ibu Amanah, selaku pengelola dan pengurus kost melati muslimah indah,
tanggal 06 Juli 2019 54 Wawancara dengan Ibu Nur, sekalu pengelola dan pengurus kos An-Nur Muslimah, tanggal
24 Juni 2019 55 Wawancara dengan saudari Wiranti, penghuni kost, tanggal 23 Mei 2019
Hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa dalam melakukan sewa baik itu
penyewa dan pemilik kost harus memberikan bukti kuitansi sebagai penguat kedua
belah pihak, baik di awal ketika melakukan panjaran untuk kepastian mengekost di
sana. Bukti kuitansi digunakan sebagai penguat kedua belah pihak.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat empat cara praktik
panjar dalam sewa menyewa rumah kost di Mendalo Asri Desa Mendalo Indah
Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi, diantaranya; Mengetahui
Identitas Calon Penghuni Kost, di mana pemilik kost meminta identitas dari calon
penghuni kost, seperti KTP dan KK, Menentukan Harga Sewa yang sebagian dari
uang panjar, di mana pemilik kost menjelaskan ketetuan harga sewa selama sebulan
dan setahun; Pencantuman Sanksi dikatakan bila tidak jadi transaksi, uang panjar
menjadi milik pengelola atau pemilik kost tersebut, di mana kejelasan sanksi apabila
tidak jadi menempati tempat kost, dan Perjanjian (tanda tangan) dan Kuitansi, di
mana kuitansi bukti jual beli yang telah digunakan.
B. Pandangan hukum Islam terhadap praktik panjar dalam sewa menyewa
perumahan Mendalo Asri Desa Mendalo Indah
Dalam Agama Islam untuk melakukan transaksi sewa-menyewa (ijarah)
haruslah memenuhi mekansime dan aturan yang sesuai dengan syariat Islam yang
bersumber pada Al-Qur‟an dan Hadist. Tujuannya adalah agar semua masyarakat
dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Ketika memasuki ajaran
baru tidak sedikit mahasiswa baru pula mencari tempat untuk mereka tinggal, dengan
mencari harga yang seminim mungkin agar tidak terlalu memberatkan beban orang
tua untuk kelangsungan hidup mereka selama berstatus menjadi mahasiswa. Untuk
mahasiswa yang masih kendala akan kendaraan pastinya akan mencari tempat
terdekat dari kampus agar tidak terlalu mengeluarkan banyak biaya.
Hukum dan masyarakat merupakan dua sisi yang saling menyatu. Hukum yang
didasarkan pada suatu filsafat dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat
dijunjung tinggi dan dijadikan landasan hidup oleh masyarakat dimana hukum itu
berlaku. Bagi masyarakat muslim hukum yang dipandang mampu memenuhi cita rasa
keadilan adalah hukum Islam. Namun demikian, persepsi masyarakat sendiri tentang
hukum Islam sangat variatif.56
Keterlibatan akal pikiran manusia dalam menjabarkan hukum-hukum
menyebabkan aturan-aturan yang terdapat dalam hukum Islam tidak dapat dilepaskan
dari pengaruh cara pandang manusia, baik secara pribadi maupun sosial. Namun tidak
semua cara pandang manusia dapat diwujudkan menjadi hukum Islam. Cara pandang
yang memenuhi sejumlah persyaratan tertentu agar satu pemikiran dapat diterima
sebagai sebuah tradisi hukum.57
Di setiap daerah mempunyai tradisi hukum yang
berbeda-beda. Begitu pula dengan tradisi yang ada di kelurahan sumbersari, yaitu
sewa menyewa kamar kost dengan menggunakan uang muka, yang menjadi fokus
penelitian hukum bagi penulis.
56
Muhammad, Aspek Hukum Dalam Muamalat, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007), hlm 17-18. 57
Ibid, hlm. 57-58.
Ijarah atau sewa menyewa merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah
yang sering dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan
tersebut dapat berupa manfaat barang atau jasa yang tidak dimilikinya. Ijarah
dilakuakan untuk memberi keringanan kepada orang lain dalam kehidupan sosial.
Banyak orang yang mempunyai uang, namun tidak dapat bekerja. Di lain pihak
banyak orang yang mempunyai tenaga atau keahlian yang membutuhkan uang.
Sehingga keduanya saling mendapatkan keuntungan dan manfaat dengan adanya akad
ijarah.
Hukum akad ijarah atau sewa menyewa menurut jumhur ulama adalah mubah
atau boleh, apabila dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh syara‟
berdasarkan ayat Al-Quran, hadis-hadis Nabi, dan ketetapan ijma‟ ulama.58
Akad
yang sah adalah akad yang memenuhi rukun dan syarat yang terkandung dalam akad
itu.59
Ijarah ada dua jenis, yaitu ijarah atas manfaat, yaitu ijarah yang objek akadnya
manfaat, dan ijarah atas pekerjaan, yaitu ijarah yang objek akadnya adalah
pekerjaan.
Ijarah yang dilakuan oleh penyewa dan pemilik rumah kost dalam sewa
menyewa kamar kost di Desa Mendalo Indah perumahan Mendalo Asri adalah ijarah
atas manfaat. Mayoritas pemilik rumah kost di Perumahan Mendalo Asri
menyewakan kamar kost menggunakan sistem pembayaran pertahun. Pemilik kost
58
H. Abdul Rahman Ghazaly, H. Ghufron Ihsan dan Sapiudin Shidiq, Fiqh Muamalah, (Jakarta:
Kencana, 2010), hlm 276.
59 Rachmat Syafe‟i, Fiqih Muamalah. (Bandung : CV Pustaka Setia, 2001), hlm 76.
yang menyewakan kamar kost-kostan dengan sistem pembayaran pertahun meminta
uang muka sebagai tanda jadi menyewa kamar kost.
Akad sewa menyewa dilakukan penyewa dan pemilik rumah kost dengan lafal
yang sederhana dan antara kedua belah pihak saling paham. Bahasa yang digunakan
ketika pelaksanaan akad adalah bahasa Indonesia, agar penyewa dan pemilik rumah
kost saling memahami apa yang dikomunikasikan. Hal ini sesuai dengan syarat dan
rukun akad ijarah. Ketika pelaksanaan akad ada beberapa pemilik rumah kost yang
menjelaskan tentang pembayaran uang muka, seperti Ibu Yurmania, Bapak H. Harun,
Ibu Nur dan Ibu Amanah. Pembayaran uang muka dilakukan dengan membayar
sebagian uang sewa diawal penyewaan sebagai tanda jadi menyewa kamar kost-
kostan, dan sisa pembayaran akan dibayarkan dikemudian hari sesuai kesepakatan.
Jika penyewaan berlanjut maka uang muka tersebut terhitung menjadi uang
pembayaran sewa. Namun jika penyewaan tersebut tidak berlanjut maka uang muka
tidak akan kembali atau menjadi milik pemilik rumah kost. Namun, penerapan uang
muka dalam sewa menyewa rumah kost di Desa Mendalo Indah Perumahan Mendalo
Asri adalah hal yang lumrah dan merupakan kebiasaan bagi pemilik rumah kost yang
menyewakan dengan sistem pembayaran pertahun.
Berdasarkan fenomena yang terjadi di Desa Mendalo Indah perumahan
Mendalo Asri, praktik uang muka dalam sewa menyewa rumah kost yang dilakukan
dengan cara yang berbeda-beda walaupun tujuannya sama. Hal ini dilakukan agar
antara pihak penyewa dan pihak pemilik rumah kost tidak ada yang merasa dirugikan.
Seperti Ibu Nur, Ibu Yurmania dan Bapak H. Harun menerapkan uang muka tidak
kembali apabila penyewa batal menyewa rumah kost. Ibu Amanah menerapkan uang
muka yang telah dibayarkan akan dikembalikan apabila penyewa batal menyewa
rumah kost. Hal ini dilakukan Ibu Amanah karena adanya rasa tidak enak apabila
menerima uang muka yang telah dibayarkan, sedangkan penyewa tidak jadi menyewa
rumah kost. Ibu Nur menerapkan uang muka yang telah dibayarkan akan kembali
apabila penyewa yang ingin membatalkan sewa rumah kost menemukan pengganti
atau penyewa baru. Ibu Yurmania dan Bapak H. Harun menerapkan uang muka akan
dikembalikan dengan akad baru sesuai kesepakan kedua belah pihak. Dari
pengalaman Ibu Yurmania, dia pernah mengalami kerugian sewa menyewa kamar
kost. Selama setahun satu kamar kost tidak digunakan atau kamar kost karena calon
penyewa membatalkan sewa menyewa kamar di masa perkuliahan telah aktif, dimana
masa-masa itu jarang sekali ada penyewa yang mencari kamar kost.
Menanggapi pengalaman Ibu Nur, Ibu Yurmania, Ibu Amanah dan Bapak H.
Harun, ketika melakukan akad sewa menyewa kamar kost menggunakan uang muka
diperlukan masa khiyar untuk terjadinya mengetahui kejelasan penyewa ingin
meneruskan atau membatalkan sewa kamar kost. Mengenai masa khiyar para ulama
berbeda pendapat. Ulama Maliki berpendapat masa khiyar tidak memiliki batasan
tertentu, dan hal tersebut sesuai dengan kebutuhan meneliti barang yang akan disewa
atau dibeli. Seperti satu atau dua hari untuk meneliti pakaian yang akan dibeli, satu
bulan untuk meneliti rumah yang akan dibeli. Menurut ulama Syafi‟i dan ulama
Hanafi batasan khiyar adalah tiga hari, tidak boleh melebihi dari itu. Dan Ahmad,
Abu Yusuf, dan Muhammad bin Al Hasan berpendapat khiyar boleh dilakukan untuk
masa yang telah disyaratkan. Jadi ketika melakukan akad sewa menyewa kamar kost
menggunakan uang muka dari pihak pemilik kamar kost sebaiknya menentukan masa
khiyar yang tidak terlalu lama, agar tidak ada yang merasa dirugikan baik dari pihak
penyewa atau pemilik kamar kost.
Membatalkan akad dan mengembalikan milik kedua pihak disebut dengan
iqalah. Sunah hukumnya bagi muqil (pemberi iqalah) dan mubah bagi mustaqil
(pemohon iqalah). Hal ini disyariatkan bila salah satu pihak menyesal, tidak ada
kebutuhan terhadap barang dagangan, atau tidak mampu membayar harganya dan lain
sebagainya.60
Sebagai penguat peneliti mewawancarai beberapa tokoh masyarakat
yang ada di Desa Mendalo Indah Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Meiry Aryani
Kepala Desa Mendalo Indah:
Saya selaku perangkat desa setuju-setuju saja tentang uang muka yang
berlaku, selama tidak ada yang merasa dirugikan dan kembali lagi kepada
perjanjian awal. pentingnya tanda bukti, didalam perangkat desa saja biasanya
membeli perlengkapan memakai uang panjar karena anggaran turun harus ada
bukti nota pembayaran, dengan nota tersebut sudah menjadi tanda bukti yang
kuat dan jelas untuk tanda perjanjian karena sudah jelas nama barang dan
harga barang itu sendiri, dan baru bisa cair tetapi dengan waktu terbatas.
Menurut saya boleh-boleh saja pemilik rumah kost-kost memberi uang panjar,
asal selama tidak merugikan. Kalau mengenai kost-kostan itu kembali
kesepakatan perjanjian diawal dibilang merugikan ya merugikan karena itu
harus dipertimbangkan dulu.61
Kesimpulan di atas yaitu menyetujui tentang pentingnya suka sama suka dalam
uang panjar dan harus mengetahui kerugian apa yang akan terjadi, dalam perangkat
desa pun memakai sistem panjar untuk memenuhi perangkat atau perlengkapan desa.
60
Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri, Ensiklopedi Islam Al-Kamil,
diterjemahkan Achmad Munir Badjeber, dkk, Cet ke-1,(Jakarta: Darus Sunnah Press, 2007), hlm 88. 61 Wawancara dengan Ibu Meiry Aryani, Kepala Desa Mendalo Indah, tanggal 07 Mei 2019
Sebagaimana jelaskan oleh Bapak Sigit sebagai RT di Peruamahan Mendalo Asri
sebagai berikut:
Kesepakatan perjanjian kedua belah pihak, biasanya yang sering saya dapati
tidak ada kembalinya uang muka pada rumah kost, mungkin ada tapi sedikit.
Ya yang bagusnya uang itu kembali agar tidak ada yang merasa dirugikan.
Tapi jika memang uang muka tidak kembali itu resikonya yang harus di
ambil, karena sudah ada ketetapan perjanjian diawal akad. Sejauh ini warga
saya tidak ada yang melaporkan tentang dirugikan akan uang muka dalam
rumah kost, dan menurut saya pemilik rumah kost tidak ingin kejelasan dalam
menyewa tempatnya ngekost.62
Kesimpulan diatas bolehnya memakai uang panjar, tetapi lebih bagusnya
dikembalikan, karena itu belum menjadi hak si pemilik, tetapi itu tergantung
kesepakatan diawal perjanjian. Dan penjatuhan uang panjar sebagaimana Bapak Andi
Suhendi selaku tokoh Agama berpendapat sebagai berikut:
Pandangan saya membolehkan penerapan uang muka dalam kamar kost,
karena telah menjadi hal yang biasa untuk memenuhi kebutuhan
berlangsungnya akad kalau tidak begitu ditakutkan merasa ada yang
dirugikan, tetapi biasanya pengambilan uang muka itu 5-10% dari harga asli
dan itu biasanya sudah termasuk dari harga jika si penyewa jadi menempati
kamar kost. Menurut saya sendiri dalam perjanjian kamar kost ini sudah
memenuhi syarat dan rukun untuk mecapai sahnya akad.63
Keseimpulan wawancara ini bolehnya tentang penerapan uang muka pada
praktik perjanjian sewa menyewa dalam kamar kost diperumahan Mendalo Asri Desa
Mendalo Indah ini karena telah menjadi sebuah kebutuhan untuk berjalannya
62 Hasil wawancara dengan Bapak Sigit Selaku RT Perumahan Mendalo Asri, pada tanggal 22
juni 2019 63 Hasil wawancara dengan Bapak Andi Suhendi Selaku Tokoh Agama Perumahan Mendalo
Asri, pada tanggal 30 Juni 2019
penyewaan kamar kost, dan telah mencapai syarat dan rukun untuk memenuhi tata
cara akad ijarah.
Mengenai hukum uang muka, para ulama fiqih berbeda pendapat. Menurut
jumhur ulama hukum uang muka („urbun) adalah dilarang dan tidak sah. Menurut
ulama Hanafi, jual beli „urbun hukumnya hanya fasid (cacat terjadi pada harga).
Sedangkan ulama selain mazhab Hanafi mengatakan bahwa jual beli semacam ini
adalah jual beli yang batal, berdasarkan larangan Nabi terhadap jual beli „urbun.64
Selain itu, „urbun hukumnya haram karena termasuk memakan harta orang lain
secara batil, mengandung gharar (penipuan) dan terdapat dua syarat yang rusak, yaitu
syarat memberi uang muka kepada penjual, dan syarat mengembalikan jual beli jika
tidak suka.65
Dalam hal ini tidak ada kejelasan hak khiyar, karena pembeli
mengembalikan barang tanpa menyebutkan waktu tertentu sehingga syarat ini juga
tidak sah.
Ibnu Qudamah berpendapat mengenai jual beli uang muka dalam bukunya yang
berjudul Al Mughni, bahwa jika pembeli tidak jadi membeli barang, maka penjual
tidak berhak memiliki satu dirham yang dibayarkan tadi, karena tidak ada imbal
balik, dan calon pembeli berhak meminta kembali dirhamnya. Satu dirham itu tidak
sah dijadikan biaya menunggu keputusan jadi tidaknya membeli, karena kalau
64
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid 5. Terj. Abdul Hayyie Al- Kattani, dkk,
Cet ke-1, (Jakarta: Gema Insani, 2011), hlm 118-120. 65
Abdullah bin Muhammad Ath-Thayyar, Abdullah bin Muhammad Al-Muthlaq, dan
Muhammad bin Ibrahim Al-Musa, Ensiklopedia Fiqih Muamalah dalam pandangan 4 Mazhab,
diterjemahkan Miftahul Khairi, (Yogyakarta: Maktabah Al-Hanif, 2009), hlm 42-43.
demikian berarti yang satu dirham ini tidak bisa dianggap sebagai uang muka. Lagi
pula biaya menunggu keputusan jadi tidaknya membeli harus jelas berapa besarnya,
sebagaimana upah.66
Dalam perkara upah-mengupah, tidak dihalalkan melakukan uang kunci atau
uang hilang sebab perbuatan ini menganiaya penyewa dan hukumnya pun haram
karena uang ini tidak ada imbangannya. Yang ada imbangannya hanyalah uang
sewaan dengan barang yang disewa.67
Ulama yang membolehkan jual beli dengan „urbun diantaranya Ibnu Umar dan
Ibnu Sirin. Sa‟id bin Al Musayyib berpendapat, jual beli „urbun boleh bila pembeli
tidak menyukai barang tersebut dan mengembalikannya serta membayar sejumlah
uang kepada penjual. Ahmad mengomentari pendapat Sa‟id ini, “Ini sama dengan
„urbun.”68
Menurut Wahbah Al-Zuhaili, jual beli dengan „urbun itu sah dan halal
dilakukan berdasarkan „urf (tradisi yang berkembang). Selain itu hadits-hadits yang
diriwayatkan dalam kasus jual beli ini, baik yang dikemukakan pihak yang pro
maupun kontra tidak ada satu pun hadits shahih.69
66 Ibnu Qudamah, Al-Mughni. Terj. Anshari Taslim, Cet ke-1. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008),
hlm 772-774
67
Ibnu Mas‟ud, Fiqih Madzhab Syafi‟i (Edisi Lengkap). Cet ke-2, (Bandung : Pustaka Setia,
2007), hlm 138.
68
Ibnu Qudamah, Al-Mughni. Terj. Anshari Taslim,…………., hlm 772-774 69
Wahbah Al-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu. Jilid 5. Terj. Abdul Hayyie Al- Kattani, dkk,
Cet ke-1, (Jakarta: Gema Insani, 2011), hlm 118.
Dari perbedaan pendapat ulama diatas, baik yang membolehkan penerapan uang
muka ataupun yang tidak membolehkan penerapan uang muka dapat disimpulkan
bahwa uang muka hukumnya haram apabila tidak adanya kejelasan, namun ketika
pelaksanaan akad ada kejelasan mengenai uang muka, maka penerapan uang muka
hukumnya boleh berdasarkan tradisi yang berlaku.
Mengenai kuitansi pembayaran uang muka, dari pihak pemilik kamar kost-
kostan ada yang memberikan kuitansi, dan ada pula yang tidak memberikan kuitansi
ketika pembayaran uang muka, namun kuitansi akan diberikan ketika pembayaran
telah lunas. Hal ini dilakukan karena adanya rasa saling percaya antara pemilik
kamar kost dan penyewa.
Ketika bertransaksi sebaiknya disertai kuitansi sebagai tanda bukti
pembayaran. Karena dikhawatirkan terjadi perselisihan dikemudian hari, sehingga
dapat merugikan penyewa karena tidak ada bukti untuk menuntut hak sewa. Dalam
Al-Quran telah diperintahkan pula untuk menulis atau mencatat ketika melakukan
kegiatan muamalah. Sebagaimana firman Allah SWT:
إا ن حىن حجشة عه حشا ىم بىىم بٲبط ا م اٱزه ءامىا ا حأو ا ضأ مىىم
وان بىم سحمحمخ ىم إن ٱ ٩٢ا ا وفArtinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu”.70
70
An-Nisa (4):29.
Berdasarkan perbedaan pendapat dari kalangan ulama mengenai uang muka,
jika dilihat dari fenomena yang terjadi di masa sekarang, penerapan uang muka
adalah diperbolehkan selama tidak ada pihak yang dirugikan. Karena penerapan
uang muka dalam suatu transaksi bisnis merupakan tradisi atau kebiasaan yang
terjadi di masyarakat saat ini. Dan mengenai uang muka termasuk memakan harta
orang lain secara batil, mengandung gharar (penipuan) dan terdapat dua syarat yang
rusak, yaitu syarat memberi uang muka kepada penjual, dan syarat mengembalikan
jual beli jika tidak suka, hal ini dapat dihindari dengan adanya rasa saling percaya,
suka rela, menepati janji dan saling menguntungkan antara kedua pihak sesuai
dengan asas-asas dalam berakad. Karena penerapan uang muka dalam sewa
menyewa kamar kost di Desa Mendalo Indah Perumahan Mendalo Asri kost An-nur
Muslimah Indah, Kost Putri Muslimah, dan Kost Melati Muslimah dilakukan untuk
menghindari adanya wanprestasi atau cidera janji antara pihak pemilik kamar kost
dan penyewa.
1. Hak Khiyar
Hak khiyar yaitu hak memilih untuk melangsungkan atau tidak jual beli
tersebut, karena ada suatu hal bagi kedua belah pihak.71
Hak khiyar dilakukan untuk
menghindari adanya perselisihan antara penjual dan pembeli. Menurut jumhur ulama
hukum dari khiyar adalah diperbolehkan. Dalil yang menjadi landasan dari
diperbolehkannya khiyar antara lain:
71
M. Ali hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, cet ke-2, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2004), hlm 138.
وانت بالخيار في كل سلعة ابتعتها ثلاث ليال
Artinya: “Dan engkau berhak melakukan khiyar (hak memilih antara meneruskan
atau membatalkan) dalam tiga hari.”72
Para ulama berbeda pendapat mengenai masa khiyar. Ulama Maliki
berpendapat tidak memiliki batasan tertentu dalam khiyar tersebut, dan hal tersebut
sesuai dengan kebutuhan dari macam barang yang dijual (lama khiyar tidak boleh
melebihi kebutuhan meneliti barang dagangan). Seperti satu atau dua hari untuk
meneliti pakaian, satu bulan untuk meneliti rumah. Menurut ulama Syafi‟i dan Abu
Hanifah batasan khiyar adalah tiga hari, tidak boleh melebihi dari itu. Dan ulama
Hambali, Abu Yusuf, dan Muhammad bin Al Hasan berpendapat khiyar boleh
dilakukan untuk masa yang telah disyaratkan.
Membatalkan akad dan mengembalikan milik kedua pihak disebut dengan
iqalah. Hukum iqalah disunahkan bagi orang yang menyesal, baik pihak penjual
maupun pihak pembeli. Sunah hukumnya bagi muqil (pemberi iqalah) dan mubah
bagi mustaqil (pemohon iqalah). Hal ini disyariatkan bila salah satu pihak menyesal,
tidak ada kebutuhan terhadap barang dagangan, atau tidak mampu membayar
harganya dan lain sebagainya.
72 Kahar Masyhur, Bulugul Maram buku pertama,……………….. hlm. 513.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian mengenai tinjauan hukum Islam terhadap praktik panjar
dalam sewa menyewa rumah kost di Perumahan Mendalo Indah Kecamatan Jambi
Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat empat cara praktik panjar sewa menyewa rumah kost di Mendalo Asri
Desa Mendalo Indah, diantaranya: Mengetahui identitas calon penghuni kost,
sipemilik kost harus melihat identitas calon yang ingin menempati kamar kost,
menentukan harga sewa, dimana harga di ketahui kedua belah pihak di awal
kesepakatan, dan perjanjian bilamana salah satu yang melanggar akan dikenakan
sanksi. Serta kuitansi, sebagai penguat kedua belah pihak.
2. Bahwa praktik panjar dalam sewa menyewa rumah kost di perumahan Mendalo
Asri Desa Mendalo Indah adalah sah dan telah memenuhi ketentuan tentang
panjar, yaitu: uang panjar diperhitungkan sebagai harga sewa, waktu lamanya
panjar ditentukan, adanya kesepakatan antara pemilik kost dengan calon penyewa.
B. Saran
1. Bagi pemilik kamar kost perlu menjelaskan tentang sistem pembayaran uang
muka dan masa hak khiyar ketika melakukan akad sewa, walaupun penerapan
uang muka dibolehkan. Ketika bertransaksi sebaiknya pemilik kamar kost
memberikan kuitansi sebagai tanda bukti pembayaran. Selain itu pemilik kamar
kost tidak boleh meminta uang muka dengan jumlah yang terlalu banyak
sehingga memberatkan bagi penyewa kamar kost.
2. Untuk memberi jangka waktu jangan terlalu lama karena ditakutkan ada yang
merasa dirugikan karena terlalu lama mengosongkan kamar kost tersebut. Dan
untuk lebih memikirkan lebih matang lagi kalau ingin memasuki kamar kost
dengan memakai sistem uang muka.
DAFTAR PUSTAKA
Literature:
Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya Departemen Agama RI, ed. Ke-2
Semarang:PT.KaryaToha Putra,2002.
Abdullah bin Muhammad Ath-Thayyar, dkk, Ensiklopedi Fiqih Muamalah Dalam
Pandangan 4 Madzhab. Terj.Miftahul Khairi. Yogyakarta: Maktabah Al-
Hanif, 2009.
Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat, cet. 3 Jakarta: Amzah, 2015.
Al-Atsram dengan sanadnya. Lihat Al-Mughni (6/331)
Daeng Naja, Contract Drafting, Cet ke-2 Samarinda, PT Citra Aditya Bakti, 2006
Dagum Save M, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta: LPKN, 1997.
H. Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm 276.
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013.
Ibnu Mas‟ud, Fiqih Madzhab Syafi‟i (Edisi Lengkap). Cet ke-2, (Bandung :
Pustaka Setia, 2007), hlm 138.
Ibnu Qudamah, Al-Mughni. Cet ke-1. Jakarta: Pustaka Azzam, 2008
Imam Abu Daud dalam Sunannya, Kitab Al-Buyu‟, Bab Fi Al-Urban, hadits no3039
Juliansyah Noor, Metodologi Peneltian: Skrpsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah,
Jakarta:Kencana,2011.
Kahar Masyhur, Bulugul Maram buku pertama, cet. Ke-1, Jakarta : PT RINEKA CIPTA,
1992. Mas’ud, Ibnu. Fiqih Madzhab Syafi’i (Edisi Lengkap). Cet ke-2,
Bandung : Pustaka Setia, 2007.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. Ke-25, Bandung:Remaja
Rosdakarya,2008.
M. Ali Hasan. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, cet ke-2, (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2004), hlm 138.
M. Ali,. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi, Bandung: Aksara, 1985.
Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri, Ensiklopedi Islam Al-Kamil.
Terj. Achmad Munir Badjeber, dkk, Cet ke- 1, Jakarta: Darus Sunnah Press,
2007.
Muhammad. Aspek Hukum Dalam Muamalat. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000.
Rachmat Syafe‟i. Fiqih Muamalah. Bandung : CV Pustaka Setia, 2001.
Shiddieqy, Hasbi Ash, Pengantar Fiqh Muamalah, Jakarta: Bulan Bintang, 1997.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsmaini. Fathu Dzil Jalali wal Ikrom bi Syarh
Bulughil Marom, Jilid 9, Cet. 1, Madarul Wathan, 1433 H.
Tentang al-gharar, lihat penjelasannya pada rubrik Fiqih dalam majalah As Sunnah
Edisi:04/X/1427H/2006M
Tim penyusun, pedoman penulisan skripsi, (Jambi : Syariah press, 2014),hlm 33.
Wahbah Al-Zuhaili. Fiqih Islam Wa Adillatuhu. Jilid 5. Terj. Abdul Hayyie Al-
Kattani, dkk, Cet ke-1, Jakarta: Gema Insani, 2011.
Lain-lainnya:
Fahrizal Rizki, “Uang Panjar dalam Aqad Sewa-Menyewa (Studi kasus pada
pembayaran panjar dalam sewa-menyewa lapangan futsal di kota Banda
Aceh)”, Skripsi (S1) Universitas Islam Negeri Ar-raniry Banda Aceh, (2014).
Maslikah Siti, ” Jual Beli Hasil Bumi dengan Sistem Panjar dalam Perspektif Hukum
Islam (Studi Kasus di Desa Jenarsari Gemuh Kendal)”, Skripsi (S1) Intitut
Agama Islam Negeri Walisongo, (2012).
Nadlifah Aisyatun, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penerapan Panjar Dalam Sewa-
Menyewa Rumah”, Skripsi (S1) Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta, (2009).
wikipedia Dokumentasi” https://id.wikipedia.org/wiki/Dokumentasi akses 17 maret
2019
CURRICULUM VITAE
Nama : Maniatul Musrifah
Tempat & Tanggal Lahir : Payolebar, 17 Mei 1997
E-mail : [email protected]
No. Kontak HP : 0823-7156-3741
Alamat Asal : Desa Payolebar, Kecamatan Singkut, Kabupaten
Sarolangun, Provinsi Jambi
Pendidikan Formal
1. SD/MI : SD Islam Al-Fattah (2009)
2. SMP/MTs : MTs Salafiah Syafiiyyah (2012)
3. SMA/MA : MA Salafiah Syafiiyyah (2015)
Pengalaman Organisasi
1. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Motto: “Karunia Allah yang paling lengkap adalah kehidupan yang didasarkan pada
ilmu pengetahuan” (Ali bin Abi Thalib).
Jambi, September 2019
Maniatul Musrifah
SHE 151805