Upload
lequynh
View
231
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
TINJAUANKEBIJAKAN MONETER
April 2017
Ekonomi, Moneter, dan Keuangan
C
M
Y
CM
MY
CY
CMY
K
Cover TKM April 2017 Cetak.pdf 1 5/30/2017 9:54:49 AM
Untuk informasi lebih lanjut hubungi:Divisi Koordinasi dan Komunikasi Kebijakan MoneterGrup Kebijakan MoneterDepartemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter
Telp : +62 21 2981 6836/5726Fax : +62 21 345 2489Email : [email protected] Website : http://www.bi.go.id
C
M
Y
CM
MY
CY
CMY
K
Cover TKM April 2017 Cetak.pdf 2 5/30/2017 9:54:49 AM
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2017 1
Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Maret, April, Juni, Juli, September, Oktober dan Desember. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respons kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan Februari, Mei, Agustus, dan November. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar, dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respons kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Tinjauan Kebijakan Moneter April 2017
Dewan GubernurAGus D.W. MArToWArDojo Gubernur
MirzA ADiTyAsWArA Deputi Gubernur Senior
Perry WArjiyo Deputi Gubernur
erWiN rijANToDeputi Gubernur
suGeNG Deputi Gubernur
rosMAyA HADi Deputi Gubernur
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter April 20172
Daftar isi
1. Statement Kebijakan Moneter
2. Perkembangan Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Perkembangan Ekonomi Global
Pertumbuhan Ekonomi
Neraca Pembayaran Indonesia
Nilai Tukar Rupiah
Inflasi
Perkembangan Moneter
Perkembangan Sektor Keuangan
Perbankan
Pasar Saham
Pasar SBN
Pembiayaan Nonbank
06
09
10
13
14
16
19
19
20
22
23
03
06
3. Respons Kebijakan Moneter 25
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2017 3
1 statement Kebijakan MoneterRapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18 dan 20 April 2017 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) tetap sebesar 4,75%, dengan suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 4,00% dan Lending Facility tetap sebesar 5,50%, berlaku efektif sejak 21 April 2017. Keputusan tersebut konsisten dengan upaya Bank Indonesia menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan dengan tetap mendorong berlanjutnya proses pemulihan perekonomian domestik. Bank Indonesia tetap mewaspadai sejumlah risiko, baik yang berasal dari global maupun domestik. Dari sisi global, terdapat indikasi perbaikan prospek perekonomian negara maju, namun sejumlah risiko tetap perlu dicermati terutama wacana penurunan besaran neraca bank sentral AS dan faktor geopolitik. Dari sisi domestik, beberapa risiko yang tetap perlu diwaspadai adalah dampak penyesuaian administered prices terhadap inflasi dan masih berlanjutnya konsolidasi korporasi dan perbankan yang menyebabkan belum optimalnya dampak stimulus perekonomian. Untuk itu, Bank Indonesia terus berupaya memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran guna menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Bank Indonesia juga akan melanjutkan koordinasi bersama Pemerintah dalam rangka pengendalian inflasi agar tetap berada pada kisaran sasaran dan mendorong kelanjutan reformasi struktural untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.
Prospek pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan terus membaik meskipun masih terdapat risiko yang perlu dicermati. Prospek ekonomi dunia yang meningkat antara lain ditopang oleh ekonomi AS yang terus menguat disertai dengan membaiknya ekonomi Eropa dan Tiongkok. Pertumbuhan ekonomi AS semakin solid didukung oleh konsumsi sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan yang positif dan investasi yang membaik terutama di sektor energi seiring dengan kenaikan harga minyak. Perekonomian Eropa berpotensi meningkat ditopang perbaikan konsumsi dan ekspor. Perekonomian Tiongkok diperkirakan tetap kuat didukung oleh konsumsi dan investasi, khususnya infrastruktur. Meskipun harga komoditas dunia termasuk minyak diperkirakan tetap tinggi, perkembangan inflasi global diperkirakan tetap terkendali. Ke depan, sejumlah risiko global tetap perlu diwaspadai antara lain wacana penurunan besaran neraca bank sentral AS dan dampaknya terhadap pasar keuangan global, kelanjutan kenaikan suku bunga di AS serta perkembangan geopolitik terkini di beberapa kawasan.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2017 diperkirakan tetap baik meskipun di bawah perkiraan semula. Pertumbuhan ekonomi tersebut terutama dipengaruhi oleh investasi yang membaik dan kinerja ekspor yang tetap positif. Investasi pada triwulan I 2017 yang membaik didukung oleh investasi bangunan dan nonbangunan. Perbaikan investasi nonbangunan didukung oleh kenaikan harga komoditas seperti terlihat pada penjualan alat berat untuk pertambangan dan perkebunan yang meningkat. Kenaikan harga komoditas juga mendorong kinerja ekspor yang tumbuh positif. Sementara itu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2017 berpotensi sedikit
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter April 20174
melambat tercermin dari pertumbuhan penjualan eceran dan motor yang menurun, dipengaruhi oleh proses konsolidasi korporasi yang masih berlanjut. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan meningkat pada triwulan II 2017 ditopang oleh perbaikan investasi dan ekspor, sedangkan konsumsi diperkirakan relatif stabil. Sementara itu, membaiknya harga komoditas dan menguatnya permintaan terkait pemulihan ekonomi gobal diperkirakan akan mendorong perbaikan kinerja ekspor dan investasi. Ke depan, peran stimulus fiskal diharapkan dapat tetap terjaga dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Neraca perdagangan barang Indonesia kembali mencatat surplus 1,23 miliar dolar AS pada Maret 2017, terutama didukung oleh surplus neraca perdagangan nonmigas. Perkembangan surplus neraca perdagangan barang Indonesia triwulan I 2017 mencapai 3,93 miliar dolar AS, lebih dari dua kali surplus pada periode yang sama tahun 2016 yang sebesar 1,66 miliar dolar AS. Sementara itu, aliran masuk modal asing ke pasar keuangan Indonesia triwulan I 2017 telah mencapai 5,33 miliar dolar AS. Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa Indonesia akhir Maret 2017 tercatat sebesar 121,8 miliar dolar AS, atau setara 8,9 bulan impor atau 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Angka tersebut berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Nilai tukar rupiah bergerak menguat pada Maret 2017 ditopang stabilitas makroekonomi yang terjaga dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian Indonesia serta risiko global yang berkurang. Selama triwulan I 2017, rupiah mengalami apresiasi sebesar 1,09% (ytd) menjadi Rp13.326 per dolar AS. Penguatan rupiah didukung oleh aliran modal asing yang terus meningkat sejalan dengan prospek investasi pada aset domestik yang menarik bagi investor asing serta membaiknya faktor global. Aliran dana asing yang masuk tersebut terutama dalam bentuk pembelian saham dan Surat Utang Negara. Ke depan, Bank Indonesia akan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi untuk mendorong nilai tukar sesuai dengan nilai fundamentalnya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar.
Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Maret 2017 mencatat deflasi seiring dengan pasokan bahan makanan yang meningkat. IHK mengalami deflasi sebesar 0,02% (mtm), menurun dari inflasi sebesar 0,23% (mtm) pada bulan sebelumnya. Deflasi IHK terutama disumbang oleh komponen bahan makanan bergejolak (volatile food) seiring dengan melimpahnya pasokan terkait panen beberapa komoditas pangan. Selain itu, terkendalinya harga didukung oleh inflasi inti yang tercatat sebesar 0,10% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 0,37% (mtm). Inflasi administered prices menurun terutama akibat deflasi tarif angkutan udara yang dapat mengurangi dampak kenaikan tarif listrik. Ke depan, untuk menjaga sasaran inflasi 4±1% dapat tercapai, koordinasi kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam pengendalian inflasi perlu terus diperkuat terutama dalam menghadapi sejumlah risiko terkait penyesuaian administered prices sejalan dengan kebijakan lanjutan reformasi subsidi energi oleh Pemerintah, dan risiko kenaikan harga volatile food menjelang bulan puasa.
Stabilitas sistem keuangan tetap solid didukung oleh ketahanan industri perbankan dan stabilitas pasar keuangan yang terjaga. Pada Februari 2017, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan tercatat sebesar 23,0%, dan rasio likuiditas (AL/
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2017 5
DPK) berada pada level 22,2%. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tercatat sebesar 3,2% (gross) atau 1,4% (net). Transmisi pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial masih tetap berlanjut, namun semakin terbatas sejalan dengan kehati-hatian bank dalam mengelola risiko kredit. Berdasarkan jenis kreditnya, suku bunga kredit modal kerja mengalami penurunan terbesar (113 bps, yoy), diikuti suku bunga kredit investasi (83 bps, yoy) dan suku bunga kredit konsumsi (37 bps, yoy). Pertumbuhan kredit Februari 2017 tercatat sebesar 8,6% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 8,3% (yoy). Pertumbuhan kredit masih terbatas akibat masih berlanjutnya proses konsolidasi korporasi dan perbankan. Selanjutnya, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Februari 2017 tercatat sebesar 9,2% (yoy), menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 10,0% (yoy). Di sisi lain, pembiayaan ekonomi non bank melalui pasar modal, seperti penerbitan saham (IPO dan rights issue), obligasi korporasi, dan medium term notes (MTN) terus mengalami peningkatan. Sejalan dengan perkiraan meningkatnya aktivitas ekonomi dan masih berlanjutnya dampak pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah dilakukan sebelumnya, pertumbuhan kredit dan DPK pada tahun 2017 diperkirakan lebih tinggi, masing-masing berada dalam kisaran 10-12% dan 9-11%.
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter April 20176
Perkembangan ekonomi dan Kebijakan Moneter
Perkembangan ekonomi global
Prospek pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan terus membaik. Prospek ekonomi dunia yang meningkat antara lain ditopang oleh ekonomi AS yang terus menguat disertai dengan membaiknya ekonomi Eropa dan Tiongkok. Pertumbuhan ekonomi AS semakin solid didukung oleh konsumsi sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan yang membaik. Selain itu, investasi AS juga membaik bersumber dari investasi nonresiden, terutama di sektor energi seiring dengan kenaikan harga minyak. Perekonomian Eropa berpotensi membaik ditopang perbaikan konsumsi dan ekspor. Perekonomian Tiongkok diperkirakan tetap kuat didukung oleh konsumsi dan investasi, khususnya infrastruktur. Sementara itu, harga komoditas dunia termasuk minyak diperkirakan tetap tinggi. Meskipun demikian, perkembangan inflasi global tetap terkendali. Ke depan, sejumlah risiko global tetap perlu diwaspadai antara lain wacana penurunan neraca bank sentral AS dan dampaknya terhadap pasar keuangan global, kelanjutan kenaikan suku bunga di AS serta perkembangan terkini geopolitik di beberapa kawasan.
Pertumbuhan ekonomi AS semakin solid didukung oleh konsumsi sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan yang membaik. Konsumsi AS pada triwulan IV 2016 tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 3,5%, dari sebelumnya 2,8% pada triwulan III 2016 (Grafik 2.1). Konsumsi yang solid tersebut didukung oleh kondisi ketenagakerjaan yang membaik, antara lain tercermin pada menurunnya tingkat pengangguran dan meningkatnya pertumbuhan upah (Grafik 2.2). Meningkatnya konsumsi AS pada triwulan IV 2016 juga
2
Konsumsi, Penjualan Ritel, dan PendapatanGrafik 2.1
Tingkat Pengangguran dan Rata-rata Pendapatan ASGrafik 2.2
Pendapatan Riil Rata-rata (yoy, Skala Kanan)Konsumsi Riil (yoy, Skala Kanan)Konsumsi Riil (qtq, SAAR)
Penjualan Ritel Riil (yoy, Skala Kanan)
54,5
43,5
32,5
1,52
10,5
0
4,5
4,0
3,53,0
2,5
2,0
1,0
1,5
0,5
0,0Mei Mei MeiJul Jul JulSep Sep SepNov Nov NovJan JanMar Mar
% (SAAR)
Sumber: FRED, Bloomberg, diolah
2014 2015 2016
% (yoy, SA)
Sumber: FRED, Bloomberg, diolah
Jun Nov Apr Sep Feb Jul Des Mei Okt Mar Ags Jan Jun Nov Apr Sep Feb Jul Des Mei Okt Mar
2008 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Pendapatan Rata-rataTk. Pengangguran1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
4,5
2
3
4
5
6
7
8
9
10
% (yoy) % (yoy)
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2017 7
didukung oleh tingkat kepercayaan konsumen yang juga terus meningkat. Pertumbuhan konsumsi AS pada tahun 2017 diperkirakan masih akan tetap solid didukung masih positifnya pertumbuhan upah riil, penjualan ritel riil, dan pengangguran yang tetap berada di kisaran rendah.
Selain itu, investasi AS juga membaik, bersumber dari investasi nonresiden, terutama di sektor energi seiring dengan kenaikan harga minyak. Pertumbuhan investasi pada triwulan IV 2016 tercatat sebesar 0,2% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan III 2016 yang sebesar -0,5% (yoy) (Grafik 2.3). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan investasi nonresidensial, terutama dari sektor energi seiring dengan harga minyak yang diperkirakan masih tinggi dan aspek teknikal base effect 2016 yang rendah (Grafik 2.4). Indikator terkini pada Februari 2017 juga mengindikasikan masih solidnya investasi nonresidensial pada tahun 2017. Selain itu, kegiatan produksi AS juga menunjukkan tren positif, tercermin dari PMI Manufacturing & Service (Markit) yang masih dalam tren positif dan masing-masing tercatat sebesar 54,2 dan 53,8 (di atas level ekspansi 50) pada Februari 2017.
Perekonomian Eropa berpotensi membaik ditopang perbaikan konsumsi dan ekspor. Ekonomi Eropa tumbuh sebesar 1,7% tahun 2016, dengan kontributor utama dari pertumbuhan konsumsi dan ekspor (Grafik 2.5). Pada triwulan I 2017, aktivitas konsumsi diperkirakan sedikit meningkat pada triwulan I 2017, antara lain didukung oleh meningkatnya pinjaman ke sektor rumah tangga dan perusahaan nonfinansial. Sementara itu, ekspor Eropa mengalami peningkatan sejak Oktober 2016, antara lain ditopang oleh naiknya permintaan global dan mata uang Euro yang mengalami depresiasi terhadap dolar AS hingga akhir tahun 2016 (Grafik 2.6). Membaiknya konsumsi dan ekspor mendorong perbaikan sektor industri dan manufaktur Eropa. Perbaikan
Investasi ASGrafik 2.3
Pertumbuhan Tahunan EropaGrafik 2.5
Investasi Nonresidensial Sektor EnergiGrafik 2.4
Perkembangan Ekspor dan Impor EropaGrafik 2.6
Sumber: Bloomberg, BEA, diolahh
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Investasi Nonresidensial Sektor Energi (% YoY)Harga WTI (% YoY)
-50
30
-10
70
-30
-70
50
10
90
130110
Sumber: Bloomberg, diolah
%
0,42,1 1,5
0,31,2 2,0 1,7 1,6 1,5
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017f 2018f-12
-4
-8
0
8
4
-10
-2
-6
2
6
Belanja RT dan Lembah Non Pro�tEkspor
Belanja PemerintahInvestasiImpor PDB
Sumber: Bloomberg, diolah
% %
2
-2
6
10
1410,76
0,870,65
0,11
-1
18
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV3rd
‘13 ‘14 ‘15 ‘16 2013 2014 2015 2016
Investasi (Kontribusi Tahunan)Investasi (Kontribusi)Investasi (YoY)
Miliar
Sumber: Bloomberg, diolah
%
Neraca BerjalanNilai ImporImpor (YoY)
Nilai EksporEkspor (YoY)
50
0
-50
100
200
150
2015
M01
2015
M02
2015
M03
2015
M04
2015
M05
2015
M06
2015
M07
2015
M08
2015
M09
2015
M10
2015
M11
2015
M12
2016
M01
2017
M01
2016
M02
2016
M03
2016
M04
2016
M05
2016
M06
2016
M07
2016
M08
2016
M09
2016
M10
2016
M11
2016
M12
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter April 20178
sektor industri terindikasi berlanjut ditunjukkan oleh Industrial Production (IP) yang masih pada tren meningkat. Sementara itu, PMI manufaktur pada Maret 2017 melanjutkan periode ekspansi dan mencapai level indeks tertinggi sejak 2011, yaitu sebesar 56,2. Kondisi ini mengindikasikan perekonomian Eropa pada triwulan I 2017 akan melanjutkan perbaikan.
Perekonomian Tiongkok diperkirakan tetap kuat didukung oleh konsumsi dan investasi, khususnya infrastruktur. Konsumsi tumbuh solid didorong peningkatan kredit rumah tangga dan tenaga kerja (Grafik 2.7). Sementara itu, peningkatan investasi tercermin dari Fixed Asset Investment (FAI) yang tumbuh sebesar 8,9%, meningkat dari Desember 2016 yang tercatat sebesar 8,1% (Grafik 2.8). Peningkatan tersebut ditopang oleh naiknya investasi infrastruktur yang tercermin dari meningkatnya FAI Infrastruktur dari 17,4% menjadi 27,3%.
Sementara itu, harga komoditas dunia termasuk minyak diperkirakan tetap tinggi. Pada Maret 2017, harga minyak yang sebelumnya stabil di 55 dolar AS/barel turun menjadi 50 dolar AS/barel akibat ekspektasi peningkatan produksi AS dan aksi ambil untung pasar (Grafik 2.9). Meski harga minyak pada Maret 2017 sempat mengalami tekanan, harga minyak diperkirakan kembali naik, didorong net-demand di pasar dan komitmen pemotongan produksi yang dilakukan (Grafik 2.10). Selisih harga minyak WTI dan Brent melebar karena oversupply terutama terjadi di AS, sementara di pasar Eropa dan Asia mulai mengalami net-demand seiring dengan menurunnya inventory. Hal ini akan mendorong mengalirnya supply ke Eropa dan Asia sehingga menjaga penurunan harga lebih lanjut. Tertahannya penurunan harga juga didukung hasil pertemuan pemantauan kesepakatan pemotongan produksi pada 25 Maret lalu yang mencatat tingkat kepatuhan yang tinggi, yaitu sebesar 94%.
Pertumbuhan Total Kredit TiongkokGrafik 2.7
Fixed Asset Investment TiongkokGrafik 2.8
Perkembangan Harga MinyakGrafik 2.9
Perkiraan Produksi Minyak OPECGrafik 2.10
Feb’17:24,5%
Des’16:12,8%
Feb’17:12,7%
Des’17:7,7%Des’16:8,3%
Sumber: PBOC, Bloomberg, diolah
Feb Jun Okt Feb Jun Okt Feb Jun Okt Feb Jun Okt Feb Jun Okt Feb Jun Okt Feb Jun Okt Feb Jun Okt Feb FebJun Okt
Pertumbuhan (% yoy)
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
30
20
10
0
40
60
50Total PinjamanPinjaman Rumah TanggaPinjaman Korporasi NFI
Des’16:23,5%
%
Sumber: Bloomberg, diolah
-30
-40
0
-10
-20
30
20
10
FAI YTD YoY FAI Real Estate YTD YoYFAI Pertambangan YTD YoY (Skala kanan) FAI Infrastuktur YTD YoYFAI Manufaktur YTD YoY
Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb FebApr Jun Ags Okt Des2015 2016 2017
27,3
8,97,14,34,1
Harga WTIHarga Brent
US$/barel
Sumber: Bloomberg
Data Terakhir: 6 April 2017
Jan Feb Mar Apr Jan Feb Mar AprMei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
55,1453,2
51,1
2016 2017
30
25
20
40
35
60
55
50
45
28,5
29,5
30,5
31,5
32,5
33,5
34,5
-4%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
31,3
30,2 30,2
31,7
33,2
32,2
2012 2013 2014 2015 2016 2017
mbpd % Perubahan
Produksi OPEC YoY Produksi OPEC (Skala kanan)
Sumber: Bloomberg
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2017 9
Pertumbuhan ekonomi
Perekonomian Indonesia pada triwulan I 2017 diperkirakan tetap tumbuh baik, meskipun lebih rendah dari prakiraan semula. Kinerja perekonomian tersebut didorong oleh investasi yang membaik, konsumsi yang masih kuat, dan kinerja ekspor yang positif. Membaiknya investasi ditopang oleh berlanjutnya perbaikan investasi nonbangunan sejalan dengan tren kenaikan harga komoditas, serta mulai menggeliatnya investasi bangunan termasuk infrastruktur. Harga komoditas yang tetap tumbuh tinggi menopang kinerja ekspor tetap positif. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga diperkirakan sedikit melambat.
Konsumsi rumah tangga terindikasi mengalami perlambatan, meskipun masih relatif terjaga. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang sedikit melambat terindikasi dari penjualan ritel yang melambat sebesar 3,0 (yoy) pada Maret 2017, lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 6,7% (yoy) (Grafik 2.11). Demikian pula penjualan motor yang terkontraksi lebih dalam pada Maret 2017, dan penjualan mobil yang secara agregat triwulan I 2017 tumbuh melambat. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh proses konsolidasi korporasi yang masih berlanjut. Namun, pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap terjaga didukung oleh konsumen yang tetap optimis sebagaimana tercermin dari indeks keyakinan konsumen yang terus meningkat (Grafik 2.12).
Investasi pada triwulan I 2017 diperkirakan tumbuh membaik ditopang berlanjutnya perbaikan investasi nonbangunan dan mulai menggeliatnya investasi bangunan. Indikasi membaiknya investasi nonbangunan terlihat dari penjualan alat berat yang kembali meningkat pada Maret 2017 ditopang oleh penjualan alat berat pada sektor pertambangan dan pertanian (Grafik 2.13). Hal tersebut sejalan dengan perbaikan harga komoditas ekspor. Selain itu, PMI Markit pada Maret 2017 kembali berada pada fase ekspansi, terutama
Indeks Keyakinan KonsumenGrafik 2.12
Penjualan Alat BeratGrafik 2.13
Penjualan EceranGrafik 2.11
I II III IV II II III IV Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar2015 2016 2017 2016 2017
Indeks
20
40
60
0
100
80
120
140
160
Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Keyakinan Saat Ini Indeks Keyakinan Konsumen
Sumber: Bank Indonesia
2015
Unit
2016 2017 20172016
50
-
100
200
150
250
300
350Pertambangan Pertanian Konstruksi Kehutanan
Sumber: United Tractors, diolah
85
31
76
62
35
75
33
6126
56
24
36
33
50
13
12
35
26
80
26
45
101
8
25
56
78
15
35
88
74
25
17
58
36
116
72 43
14
77
69
22
33
72
9290
20
25
61
4116
10
130 100
16
49
105
108
34
66
55
141
56
59
56
I II III IV I III III IV Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
-20
-10
0
10
20
30
40
Persen, yoy
I II III IV I III III IV Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
2015 2016 2017 2016 2017TotalMakanan, Minuman, dan TembakauSandang
Peralatan Informasi dan KomunikasiSuku Cadang dan Aksesoris
Perlengkapan Rumah Tangga Lainya
Sumber: Bank Indonesia
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter April 201710
didorong oleh peningkatan volume produksi seiring perbaikan permintaan (Grafik 2.14). Di sisi lain, investasi bangunan diperkirakan mulai menunjukkan perbaikan terindikasi dari penjualan semen pada Maret 2017 yang tumbuh 4,0% (yoy), naik dibandingkan bulan sebelumnya (0,4% yoy). Sejalan dengan itu, belanja modal pemerintah hingga Maret relatif baik, yaitu secara nominal tumbuh 11,8% (yoy).
Di sisi eksternal, kenaikan harga komoditas yang terus berlanjut menjadi penopang kinerja ekspor. Tren peningkatan harga ekspor berlanjut dengan pertumbuhan sebesar 17,9% (yoy) pada Maret 2017, lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 17,4% (yoy) bersumber dari komoditas primer berupa pertanian dan pertambangan (Grafik 2.15). Kenaikan harga tersebut berpotensi terus mendorong kinerja ekspor. Namun, pemulihan ekonomi dunia yang masih terbatas berpotensi memberi tekanan pada ekspor sehingga tumbuh lebih rendah dari proyeksi pada triwulan I 2017 (Grafik 2.16).
Dengan perkembangan tersebut, untuk keseluruhan tahun 2017, perekonomian Indonesia diperkirakan dapat tumbuh pada kisaran 5,0-5,4% (yoy). Pada tahun 2017, fase pemulihan ekonomi diperkirakan terus berlanjut terutama didorong oleh membaiknya kinerja ekspor, dan mulai menggeliatnya investasi yang didukung oleh terus berlanjutnya kenaikan harga komoditas. Sementara pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan masih cukup stabil. Ke depan, peran stimulus fiskal diharapkan dapat tetap terjaga dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
neraca Pembayaran indonesia
Neraca perdagangan barang Indonesia kembali mencatat surplus pada Maret 2017, terutama didukung oleh surplus neraca perdagangan nonmigas. Surplus neraca perdagangan Maret 2017 tercatat sebesar 1,23 miliar dolar AS, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan surplus Februari
Indikator PMIGrafik 2.14
PMI level
46454443
4847
49
5150
5253
I II III IV I II III IV I II I II Okt Nov Des Jan Feb MarIII IV20152014 2016 2017 2016 2017
PMI Bank Indonesia (seasonally adjusted)PMI Markit Economics
Sumber: Bank Indonesia, Markit Economics
Indeks Harga EksporGrafik 2.15
-10
-20
-30
0
10
20
30
40
50
Persen, yoy
I II III IV I II III IV I II III IV I2014 2015 2016 2017
Total
Pertanian
ManufakturPertambangan
Sumber: Bank Indonesia
Perkembangan Ekspor RiilGrafik 2.16
Persen, yoy
Sumber: Bank Indonesia
I II III IV I II III IV I II III IV I2014 2015 2016 2017
-5-10-15-20-25
05
10152025
Total Pertanian Pertambangan Manufaktur
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2017 11
2017 yang tercatat sebesar 1,26 miliar dolar AS (Grafik 2.17). Meskipun secara bulanan menurun, surplus neraca perdagangan Maret 2017 tersebut masih lebih tinggi dibandingkan surplus pada Maret 2016 yang sebesar 0,51 miliar dolar AS. Dengan perkembangan tersebut, surplus neraca perdagangan Indonesia hingga Maret 2017 mencapai 3,93 miliar dolar AS (ytd), lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2016 yang sebesar 1,66 miliar dolar AS.
Surplus neraca perdagangan pada Maret 2017 lebih rendah dari bulan sebelumnya dipengaruhi oleh turunnya surplus neraca perdagangan nonmigas yang melampaui penurunan defisit neraca perdagangan migas. Surplus neraca perdagangan nonmigas pada Maret 2017 tercatat sebesar 2,02 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan dengan surplus bulan sebelumnya yang sebesar 2,5 miliar dolar AS. Menurunnya surplus neraca perdagangan nonmigas tersebut dipengaruhi oleh peningkatan impor nonmigas (24,94%, mtm) yang melebihi peningkatan ekspor nonmigas (14,86%, mtm). Peningkatan impor nonmigas terutama bersumber dari naiknya impor mesin dan peralatan mekanik, mesin dan peralatan listrik, plastik dan barang dari plastik, besi dan baja, serta kapal laut dan bangunan terapung. Sementara itu, peningkatan ekspor nonmigas terutama disebabkan oleh naiknya ekspor bahan bakar mineral, karet dan barang dari karet, mesin dan peralatan listrik, bubur kayu/pulp, serta bijih, kerak, dan abu logam.
Di sisi migas, defisit neraca perdagangan migas turun dari 1,28 miliar dolar AS pada Februari 2017 menjadi 0,78 miliar dolar AS pada Maret 2017. Penurunan defisit neraca perdagangan migas tersebut dipengaruhi oleh peningkatan ekspor migas (23,56%, mtm), terutama ekspor minyak mentah, yang disertai dengan penurunan impor migas (-8,54%, mtm).
Dengan perkembangan tersebut, neraca perdagangan Indonesia untuk keseluruhan triwulan I 2017 mencatat surplus sebesar 3,93 miliar dolar AS. Surplus tersebut meningkat
Neraca PerdaganganGrafik 2.17
Sumber: BPS, diolah
0-1-1-2-2-3
112233
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Jan MarMei Jul Sep NovJan Mar Mei Jul Sep Nov2014 2015 2016 2017
Nonmigas Migas Total
Miliar dolar AS
Aliran Dana Nonresiden Pada Aset RupiahGrafik 2.18
Jan Mar Mei Jul Sep Nov
2013Jan Mar Mei Jul Sep Nov
2014Jan Mar Mei Jul Sep Nov
2015Jan Mar Jan MarMei Jul Sep Nov
2016 2017
-5.000
-3.000
-4.000
-2.000
-1.000
1.000
0
3.0003.000
4.000
Juta Dolar AS
SBI SUN Saham SBSN
Sumber: Bank Indonesia, IDX, Bloomberg, diolah
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter April 201712
dibandingkan dengan surplus triwulan IV 2016 yang sebesar 3,12 miliar dolar dan lebih besar dibandingkan dengan surplus triwulan I 2016 sebesar 1,66 miliar. Dibandingkan dengan triwulan I 2016, perbaikan neraca perdagangan triwulan I 2017 didorong oleh naiknya surplus neraca perdagangan nonmigas yang melampaui kenaikan defisit neraca perdagangan migas.
Sementara itu, aliran masuk modal asing ke pasar keuangan Indonesia triwulan I 2017 telah mencapai 5,33 miliar dolar AS (Grafik 2.18). Aliran masuk dana asing terus berlanjut, terutama pada saham dan SUN dan mulai meningkat signifikan pasca kenaikan FFR. Pada Maret 2017, investor nonresiden meningkatkan kepemilikan aset domestik yaitu pada instrumen saham menjadi sebesar 758 juta dolar AS. Selain itu, investor nonresiden juga meningkatkan kepemilikan SUN menjadi sebesar 2,2 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 418 juta dolar AS.
Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa Indonesia akhir Maret 2017 tercatat sebesar 121,8 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Februari 2017 yang sebesar 119,9 miliar dolar AS (Grafik 2.19). Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa, antara lain berasal dari penerimaan pajak dan devisa ekspor migas bagian pemerintah, penerbitan global bond pemerintah, serta hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas. Penerimaan devisa tersebut melampaui kebutuhan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan SBBI valas jatuh tempo. Posisi cadangan devisa per akhir Maret 2017 tersebut cukup untuk membiayai 8,9 bulan impor atau 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Cadangan DevisaGrafik 2.19
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Jan MarMei Jul Sep Nov2014 2015 2016 2017
Miliar Dolar AS Bulan
5
4
6
7
8
9
40
20
0
60
80
100
120
Bulan Impor Pembayaran Utang Pemerintah (Skala Kanan)
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2017 13
nilai tukar ruPiah
Nilai tukar rupiah bergerak menguat pada Maret 2017 ditopang stabilitas makroekonomi yang terjaga dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian Indonesia serta risiko global yang membaik. Secara point-to-point, rupiah pada Maret 2017 mengalami apresiasi sebesar 0,08% (mtm) menjadi Rp13.326 per dolar AS (Grafik 2.20). Hingga akhir Maret 2017, rupiah tercatat telah menguat sebesar 1,09% (ytd) (Grafik 2.21).
Penguatan rupiah pada bulan Maret 2017 didukung oleh faktor global dan faktor domestik. Dari sisi global, penguatan rupiah dipengaruhi oleh sentimen positif pelaku pasar paska-kenaikan FFR pada pertengahan Maret 2017 sebesar 25 bps, pasar keuangan global yang stabil, dan perbaikan prospek perekonomian negara maju. Selain itu, arah kenaikan FFR ke depan yang cenderung dovish terus mendorong aliran dana masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia sejalan dengan prospek investasi pada aset domestik yang menarik bagi investor asing. Aliran masuk dana asing tersebut terutama dalam bentuk pembelian saham dan Surat Utang Negara. Dari sisi domestik, membaiknya rating investasi Indonesia yang dikeluarkan oleh beberapa lembaga rating diantaranya Japan Credit Rating Agency, Ltd dan S&P meningkatkan sentimen positif investor terhadap arah perekonomian ke depan.
Volatilitas rupiah berada pada level yang rendah. Pada Maret 2017, volatilitas Rupiah tetap berada pada level yang rendah dan secara year to date (ytd), volatilitas rupiah lebih rendah dari volatilitas pada periode yang sama pada tahun 2016 dan dari rata-rata negara peers. Selain itu, rupiah hingga akhir Maret 2017 memiliki volatilitas yang terendah dibandingkan Lira (Turki), Real (Brazil), Rand (Afrika Selatan), Won (Korea Selatan), Dolar Singapura (Singapura), Bath (Thailand), Rupee (India), Peso (Filipina), dan Ringgit (Malaysia) (Grafik 2.22).
Pergerakan Nilai Tukar RupiahGrafik 2.20
Nilai Tukar KawasanGrafik 2.21
Volatilitas Nilai Tukar – Peer GroupGrafik 2.22
2016 2017
03 13 23 02 12 22 02 12 22 01 11 21 31 10 20 02 12 22Okt Nov Des Jan Feb Mar
13.600
13.500
13.400
13.300
13.200
13.100
13.000
12.90013.018
13.348
13.345 13.32613.338
13.247
Rupiah
data s.d 31 Mar-17
IDR/USDRata-rata bulananRata-rata triwulanan
Sumber: Reuters
13.315
13.412
13.361
Sumber: Bloomberg
TRYPHPIDR
MYREURTHBINRBRLZAR
KRW
-3,10
-1,20
1,09
1,37
1,27
4,31
4,74
4,27
2,43
7,81
%-15-20 -10 -5 0 5 10 15
YTD 2017* vs 2016
point-to-pointRata-rata
data s.d 31 Mar-17
-5,01
-18,18
-0,32
-6,74
-3,92
0,48
0,32
10,83
11,12
0,63
-
5
10
15
20
25
30
%
2016YTD 2017Rata-rata YTD 2017
data s.d 31 Mar-17
Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah
TRY ZAR BRL KRW INR THB SGD PHP MYR IDR
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter April 201714
InflasI
Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Maret 2017 mencatat deflasi seiring dengan pasokan bahan makanan yang meningkat. IHK bulan Maret 2017 mencatat deflasi sebesar 0,02% (mtm), menurun dari bulan lalu yang mengalami inflasi sebesar 0,23% (mtm). Deflasi IHK terutama disumbang oleh komponen bahan makanan bergejolak (volatile food) seiring dengan melimpahnya pasokan terkait panen beberapa komoditas pangan, disertai lebih rendahnya inflasi inti dan administered prices. Dengan demikian, inflasi IHK secara tahunan tercatat sebesar 3,61% (yoy) dan berada dalam kisaran sasaran inflasi Bank Indonesia, yaitu sebesar 4±1% (yoy) (Grafik 2.23).
Inflasi inti bulan Maret 2017 tercatat lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang dipengaruhi baik pada komponen traded maupun nontraded (Grafik 2.24). Inflasi kelompok inti pada bulan Maret 2017 tercatat sebesar 0,10% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,37% (mtm), sehingga secara tahunan inflasi inti tercatat sebesar 3,30% (yoy). Pada komponen inti traded, penurunan harga komoditas global seperti crude palm oil, minyak mentah, dan gula berdampak pada rendahnya inflasi inti. Demikian halnya dengan komponen inti nontraded yang melambat antara lain karena menurunnya tarif pulsa ponsel. Sementara itu, ekspektasi inflasi pedagang eceran dan konsumen secara umum diperkirakan masih terjaga meski indikasi kenaikan mulai terlihat seiring masuknya masa Ramadhan pada bulan Juni 2017 (Grafik 2.25 dan Grafik 2.26).
Inflasi administered prices (AP) pada Maret 2017 menurun dipengaruhi deflasi tarif angkutan udara (Grafik 2.29). Inflasi kelompok AP pada Maret 2017 tercatat sebesar 0,37% (mtm) atau lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya (0,58%), sehingga secara tahunan inflasi AP tercatat sebesar 5,50% (yoy) (Grafik 2.27). Rendahnya inflasi komoditas AP disebabkan oleh deflasi tarif angkutan udara.
Perkembangan InflasiGrafik 2.23
Inflasi IntiGrafik 2.24
Ekspektasi Inflasi Pedagang EceranGrafik 2.25
Ekspektasi Inflasi KonsumenGrafik 2.26
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Sumber: BPS, diolah
2 3 1 2 34 5 6 7 8 9 10 11 122015 2016 2017
0,0
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0Inti Core traded Core Non-Traded
%, mtm
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 1 2 34 5 6 7 8 9 10 11 12
2015 2016 2017
-4
4
0
8
12
16
20
%, yoy
5,50
3,302,893,61
IHK IntiVolatile Food Administered Princes
Sumber: BPS, diolah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9
Sumber: Bank Indonesia, diolah2015 2016 2017
120
100
140
160
180
200 20
15
10
5
0
In�asi IHK aktual (skala kanan)Indeks Ekspektasi Harga Pedagang 3 bln yadIndeks Ekspektasi Harga Pedagang 6 bln yad
Indeks %, yoy
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9
Sumber: Bank Indonesia, diolah2015 2016 2017
160
150
140
130
120
170
180
190
200 20
15
10
5
0
In�asi IHK aktual (skala kanan)Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 3 bln yadIndeks Ekspektasi Harga Konsumen 6 bln yad
Indeks %, yoy
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2017 15
Penurunan inflasi kelompok AP lebih lanjut tertahan oleh kenaikan biaya tarif listrik, bensin terutama bahan bakar khusus (BBK), dan aneka rokok (Tabel 2.1).
Di sisi lain, deflasi volatile food (VF) berlanjut pada bulan Maret 2017. Deflasi VF pada Maret 2017 tercatat sebesar 0,77% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 0,36% (mtm), sehingga secara tahunan inflasi VF tercatat sebesar 2,89% (yoy) (Grafik 2.28). Deflasi kelompok ini terutama bersumber dari turunnya harga beberapa komoditas seperti cabai merah, beras, cabai rawit, ikan segar, telur ayam, dan bawang putih. Deflasi VF pada Maret 2017 tertahan oleh beberapa komoditas VF yang mengalami kenaikan harga seperti bawang merah dan minyak goreng (Tabel 2.2).
Secara spasial, tekanan inflasi di berbagai daerah tercatat cukup rendah (Gambar 2.1). Penurunan inflasi terjadi di semua wilayah, secara berurutan dari yang terdalam adalah Jawa dari 0,36% menjadi 0,02%, KTI dari 0,31%, menjadi 0,01%, dan Sumatera dari -0,20% menjadi -0,15%. Cukup dalamnya penurunan tekanan inflasi di Jawa dan KTI, serta deflasi di Sumatera terutama dipengaruhi oleh menurunnnya harga sejumlah komoditas pangan. Di Jawa turunnya harga cabai merah cukup dalam, sementara di wilayah KTI dipengaruhi oleh turunnya harga telur ayam ras dan bawang putih. Sementara itu, untuk wilayah Sumatera turunnya harga beras dan cabai rawit. Di wilayah Sumatera ini, komponen tarif pulsa ponsel dan tarif angkutan udara yang menurun turut menyumbang terjadinya deflasi di wilayah tersebut.
Penyumbang Inflasi/Deflasi Administered PriceTabel 2.1
Penyumbang Inflasi/Deflasi Volatile foodTabel 2.2
Inflasi Administered PriceGrafik 2.27
Inflasi Volatile foodGrafik 2.28
No. Komoditas In�asi/De�asi(% mtm)
Sumbangan(%)
1234
1
Tarif ListrikBensinRokok Kretek FilterRokok Kretek
Angkutan Udara
Sumber: BPS, diolah
1,190,380,540,77
-0,80
0,050,010,010,01
-0,01
INFLASI
DEFLASI
No. Komoditas In�asi/De�asi(% mtm)
Sumbangan(%)
1234
123456
Bawang MerahMinyak GorengAnggurJengkol
Cabai MerahBerasCabai RawitIkan SegarTelur Ayam RasBawang Putih
Sumber: BPS, diolah
2,751,164,26
15,89
-11,27-0,64-7,78-0,84-2,81-2,10
0,020,010,010,01
-0,08-0,03-0,03-0,02-0,02-0,01
INFLASI
DEFLASI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 1 2 33 4 5 6 7 8 9 10 11 122015 2016 2017
-2
-4
2
0
6
4
10
8
%
Sumber: BPS, diolah
%
-5
-10
0
5
10
15Administered Prices (%, mtm)Administered Prices (%, yoy)-skala kanan
4
2
0
-2
%, mtm
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov DesRata-rata 2010-2012In�asi VF 2015 In�asi VF 2016 In�asi VF 2017
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter April 201716
Perkembangan moneter
Transmisi pelonggaran kebijakan moneter terus berlanjut, baik melalui jalur suku bunga maupun jalur kredit. Pada Maret 2017 ini, transmisi melalui jalur suku bunga terus berlanjut dan suku bunga deposito kembali dalam tren penurunan. Penurunan suku bunga kredit bahkan tercatat lebih dalam daripada penurunan suku bunga deposito. Sementara itu, transmisi melalui jalur kredit kembali menunjukkan perbaikan dengan meningkatnya pertumbuhan kredit. Di sisi lain, likuiditas perekonomian dalam arti luas (M2) tumbuh melambat seiring kontraksi operasi keuangan Pemerintah Pusat pada awal tahun. Di pasar keuangan, pasar saham dan pasar obligasi negara menguat didorong oleh sentimen domestik. Pembiayaan nonbank juga terus dalam tren meningkat.
Suku bunga PUAB O/N meningkat seiring naiknya permintaan likuiditas. Pada Maret 2017, rata-rata suku bunga PUAB O/N tercatat sebesar 4,31%, naik 7 bps dari bulan sebelumnya yang sebesar 4,24%. Selain dampak dari penyesuaian suku bunga instrumen operasi moneter, kenaikan suku bunga PUAB tersebut BI 7DRR, DF Rate dan Suku Bunga PUAB O/NGrafik 2.29
Peta Inflasi Daerah Maret 2016 (%, mtm)Gambar 2.1
Sumber: BPS, diolah
0,5% < Inf < 1,0% Inf < 0%0% < Inf < 0,5%1,0% < Inf < 2,0%2,0% < Inf < 3,0%Inf > 3,0%
ACEH-0,51
SUMUT-0,19
SUMBAR0,02
RIAU0,27
JAMBI0,35
SUMSEL-0,09
BENGKULU0,23
LAMPUNG-0,1
KEP. RIAU-0,8
KEP. BABEL-0,28
BANTEN0,09
DKI JAKARTA0,05
JABAR0,08
JATENG-0,12
DIY-0,06
JATIM-0,09
BALI-0,02
KALBAR-0,24
KALTENG0,58
KALSEL0,02
KALTIM0,15
KALTARA0,40
NTB-0,68
NTT-0,79
SULUT0,23
GORONTALO0,04
SULTENG0,25
SULSEL-0,18
SULBAR-0,29
SULTRA-0,16
MALUT-0,31
MALUKU1,1
PAPBAR0,3 PAPUA
1,03
In�asi Nasional: -0,02% (mtm)
%
rPUAB O/N7Days RRBI RateDF RateLF Rate
Sumber: Bank Indonesia
2016 2017Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
8 1726 4 1322 2 112029 7 1625 4 132231 9 1827 6 1524 2 112029 7 1625 4 132231 9 1827 6 1524 2 112029 7 1625 6 1524
5,34,84,33,8
6,35,8
7,36,8
8,37,8
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2017 17
adalah akibat respons perbankan dalam mengantisipasi kebutuhan likuiditas menjelang penutupan periode tax amnesty dan pelaporan pajak pada akhir Maret 2017 (Grafik 2.29).
Likuiditas di PUAB masih terjaga. Pada Maret 2017, rata-rata volume PUAB O/N adalah sebesar Rp8,91 triliun, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang sebesar Rp7,81 triliun (Grafik 2.30). Peningkatan volume di tengah kenaikan suku bunga PUAB mengindikasikan tingginya permintaan yang telah mendorong kenaikan suku bunga PUAB masih dapat diimbangi oleh pasokan likuiditas di pasar. Spread min-max PUAB O/N pada Maret 2017 tetap stabil dengan penurunan hanya sebesar 1 bps dari 14 bps pada Februari 2017. Spread pada Maret 2017 ini juga tercatat masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata spread tahunan pada tahun 2016 yang tercatat sebesar 26 bps. Secara umum, likuiditas di PUAB masih terjaga dan tidak terdapat faktor tekanan yang spesifik.
Sementara itu, penurunan suku bunga deposito dan suku bunga kredit terus berlanjut. Pada Februari 2017, rata-rata tertimbang suku bunga deposito kembali turun sebesar 3 bps menjadi 6,63%. Penurunan ini mengindikasikan masih berjalannya proses transmisi pelongaran kebijakan moneter sejak Januari 2017 setelah pada Desember 2016 suku bunga deposito sempat naik akibat motif perbankan untuk meningkatkan posisi deposito menjelang akhir tahun. Suku bunga deposito sebesar 6,63% ini berada pada posisi yang sama dengan posisi suku bunga deposito November 2016. Penurunan terutama terjadi pada simpanan dengan tenor 12 bulan yang turun hingga 17 bps. Secara agregat, sejak pelonggaran kebijakan moneter pada Januari 2016, penurunan suku bunga deposito telah mencapai 131 bps. Sementara itu, suku bunga kredit pada Februari 2017 turun lebih dalam dibandingkan suku bunga deposito yaitu turun 6 bps menjadi 11,97% (Grafik 2.31). Penurunan ini lebih rendah dibanding penurunan bulan sebelumnya yang sebesar 12 bps. Berdasarkan
Suku Bunga PUAB O/N & Vol DF O/NGrafik 2.30
Suku Bunga KMK, KI dan KKGrafik 2.31
Vol DF (Skala kanan) Vol PUAB ON (Skala kanan) rPUAB ONrDF BI Rate 7 Days RR
Sumber: Bank Indonesia
Feb 2017:Rata-rata PUAB O/N: 4,24%Rata-rata Posisi DF: 44,82%Rata-rata Posisi PUAB: 11,53 T
% Rp Triliun
-20406080100120140160180200
3
4
5
6
7
8
9
10
11
2013 2014 2015 2016 2017Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Jan MarMar Mei Jul Sep Nov
rKMK
Sumber: Bank Indonesia
%
13,56
11,97
11,2611,1011,0
11,5
12,0
12,5
13,0
13,5
14,0
14,5rKI rKK RRT Sb Kredit
2013 2014 2015 2016 2017Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb FebApr Jun Ags Okt Des
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter April 201718
jenis kreditnya, suku bunga kredit modal kerja mengalami penurunan terbesar (113 bps, yoy), diikuti suku bunga kredit investasi (83 bps, yoy) dan suku bunga kredit konsumsi (37 bps, yoy). Sejak Januari 2016, suku bunga kredit secara agregat telah menurun sebanyak 86 bps. Dengan demikian, selisih suku bunga deposito-kredit pada Februari 2017 menyempit menjadi 534 bps atau turun 3 bps dari bulan sebelumnya (Grafik 2.32).
Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) melambat. Pada Februari 2017, uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh 9,3% (yoy), lebih rendah dari 9,7% (yoy) pada bulan sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan M2 bersumber dari komponen Uang Kuasi yang tumbuh sebesar 7,5% (yoy), lebih rendah dari 8,6% (yoy) pada bulan sebelumnya (Grafik 2.33).
Berdasarkan faktor yang memengaruhi, melambatnya pertumbuhan M2 disebabkan oleh perlambatan Net Domestic Asset (NDA). Pada Februari 2017, Net Domestic Asset tumbuh sebesar 6,6%, melambat dibandingkan pertumbuhan bulan Januari 2017 yang sebesar 8,2% (yoy). Pertumbuhan NDA yang melambat tersebut sejalan dengan kontraksi operasi keuangan Pemerintah Pusat (Pempus) seperti tercermin pada peningkatan kewajiban BI kepada Pempus (simpanan Pempus di BI) yang tumbuh sebesar 56,6% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 32,8% (yoy). Peningkatan simpanan Pempus di BI pada awal tahun 2017 didorong oleh peningkatan realisasi penerimaan pajak. Di sisi lain, pertumbuhan Net Foreign Asset (NFA) mengalami kenaikan dari sebesar 14,2% pada Januari 2017 menjadi 17,4% pada Februari 2017 (Grafik 2.34).
Selisih Suku Bunga PerbankanGrafik 2.32
Pertumbuhan M2 dan KomponennyaGrafik 2.33
Pertumbuhan M2 dan Faktor yang MempengaruhiGrafik 2.34
Sumber: Bank Indonesia
0
5
10
15
20 M1 Kuasi M2
Mei Ags Nov MeiFeb Ags Nov MeiFeb Ags Nov MeiFeb Ags Nov MeiFeb FebAgs Nov2012 2013 2014 2015 2016 2017
%
Sumber: Bank Indonesia
NDA NFA M2
%
0
-5
5
10
15
20
25
2012 2013 2014 2015 2016 2017Mei Ags Nov Mei Ags NovFeb Mei Ags NovFeb Mei Ags NovFeb Mei Ags NovFeb Feb
11,97
6,63
Selisih rKredit - rDepo: 534 bps
Sumber: Bank Indonesia
% %
0
1
2
3
4
5
6
7
2013 2014 2015 2016 2017Mar Mei Jul Sep Nov MarJan Mei Jul Sep Nov MarJan Mei Jul Sep Nov MarJan JanMei Jul Sep Nov
4,55,5
6,57,5
8,59,5
10,511,5
12,513,5
BI RateRRT Sb Depo
Spread Kredit - Depo (Skala kanan)LF Rate
7 Days RRRRT Sb Kredit
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2017 19
Perkembangan sektor keuangan
Perbankan
Ketahanan industri perbankan tetap kuat didukung oleh memadainya rasio kecukupan modal dan terkendalinya risiko kredit. Pada Februari 2017, rasio likuiditas (AL/DPK) berada pada level 22,2% dan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) tercatat sebesar 23,0%, jauh di atas ketentuan minimum 8%. Kondisi ini mencerminkan tetap tingginya resiliensi perbankan terhadap tekanan dan gejolak di perekonomian. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tercatat sebesar 3,2% (gross) atau 1,4% (net).
Pertumbuhan kredit pada bulan Februari 2017 membaik meskipun masih terbatas. Pertumbuhan kredit pada Februari 2017 tercatat sebesar 8,6% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 8,3% (yoy). Peningkatan tersebut utamanya terjadi pada Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi, sementara Kredit Konsumsi mengalami sedikit perlambatan (Grafik 2.35). Perbaikan pertumbuhan kredit terjadi baik pada kredit rupiah maupun kredit valas. Namun demikian, secara umum, penyaluran kredit masih terbatas sejalan dengan berlanjutnya konsolidasi yang dilakukan korporasi dan masih terbatasnya pertumbuhan ekonomi.
Secara sektoral, perbaikan pertumbuhan kredit pada Februari 2017 terjadi pada sejumlah sektor ekonomi utama. Kredit sektor Perdagangan, sektor Pertanian, dan sektor Konstruksi tumbuh lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Kredit ke sektor Listrik juga tumbuh lebih tinggi seiring peningkatan proyek infrastruktur Pemerintah. Di sisi lain, kredit ke sektor Industri dan sektor Jasa Dunia Usaha tercatat melambat (Grafik 2.36).
Pada Februari 2017, pertumbuhan DPK melambat. DPK tumbuh 9,2% (yoy) pada Februari 2017, melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 10,0% (yoy). Perlambatan DPK terjadi pada seluruh jenis
Pertumbuhan Kredit Menurut PenggunaanGrafik 2.35
Pertumbuhan Kredit Menurut Sektor Ekonomi Grafik 2.36
2012 2013 2014 2015 2016Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Jun Sep DesMar
0
5
10
15
20
25
30
35
40
TotalKMKKIKK
%
Sumber: Bank Indonesia
-10 0 10 20 30 40
PerdaganganLain-lain
IndustriPengangkutan
KonstruksiPertanian
Jasa Dunia UsahaJasa Sosial
PertambanganListrik
Feb-17 Jan-17
%
Sumber: Bank Indonesia
32,9129,36
5,104,84
13,7512,84
3,843,03
-4,27-4,79
5,707,16
7,977,99
25,4427,37
9,1410,46
23,0125,13
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter April 201720
simpanan dan didorong oleh DPK Rupiah. Tabungan dan deposito masing-masing tumbuh sebesar 11,51% (yoy) dan 6,92% (yoy), lebih rendah dibandingkan 11,94% (yoy) dan 7,67% (yoy) pada bulan sebelumnya. Sementara itu, giro tumbuh 10,92% (yoy), juga lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 12,33% (yoy) (Grafik 2.37). Di sisi lain, DPK valas kembali tumbuh lebih tinggi, melanjutkan perbaikan yang dimulai sejak November 2016. DPK valas tercatat tumbuh 3,1% (yoy, kurs berlaku) pada Februari 2017.
Pasar saham
Pasar saham domestik pada Maret 2017 menguat dibanding bulan sebelumnya, terutama dipengaruhi oleh sentimen domestik. Meski sempat diwarnai aksi profit taking, IHSG tumbuh positif dan ditutup di level 5.568,11 (31 Maret 2017) atau naik 181 poin (3,37%, mtm) dibandingkan posisi akhir bulan sebelumnya. Kinerja positif IHSG ini terutama dipengaruhi oleh sentimen positif domestik pasca rilis beberapa indikator ekonomi yang menunjukkan bahwa fundamental ekonomi domestik masih cukup solid. Beberapa indikator tersebut adalah data inflasi Januari yang lebih baik dibandingkan ekspektasi pasar, data neraca perdagangan Februari 2017 yang tercatat surplus, ekspektasi inflasi Maret yang masih terjaga, dan perkiraan perbaikan rating Indonesia oleh S&P. Optimisme juga muncul dari rilis laporan keuangan beberapa emiten yang membaik. IHSG bahkan sempat mencapai rekor tertinggi (all time high) di level 5.592,95 pada 30 Maret 2017.
Sentimen eksternal di pasar saham domestik berdampak terbatas. Sentimen eksternal bersumber dari meningkatnya ekspektasi kenaikan FFR, harga minyak dunia yang turun di bawah level psikologis USD50/barel, dan melemahnya harga komoditas terutama nikel. Namun demikian, ekspektasi kenaikan suku bunga FFR dinilai oleh mayoritas pelaku pasar
Pertumbuhan DPKGrafik 2.37
%
Sumber: Bank Indonesia
2012 2013 2014 2015 2016 2017
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
Jun Ags Okt Des JunAprFeb Ags Okt Des JunAprFeb Ags Okt Des JunAprFeb Ags Okt Des JunAprFeb FebAgs Okt Des
Giro Tabungan Deposito
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2017 21
pada Maret 2017 sudah relatif priced-in sehingga dampak ke pasar saham domestik cenderung terbatas. Kenaikan FFR sebesar 25 bps ke level 0,75% - 1,00% dengan tetap mempertahankan stance kebijakan moneter akomodatif (dovish hike) bahkan dipandang sebagai bukti semakin membaiknya ekonomi AS. Perbaikan ekonomi AS tersebut pada gilirannya diperkirakan mampu menopang perbaikan ekonomi negara lain sehingga mendapatkan respon positif dari pasar. Kembali naiknya harga minyak dunia di atas USD50/barel turut menambah optimisme pasar.
Mayoritas bursa saham global bergerak positif. Pada Maret 2017, sebagian besar bursa global mencatat kinerja yang positif (Grafik 2.38). Sejalan dengan itu, IHSG juga tercatat menguat sebesar 3,37% (mtm). Kinerja IHSG bulan ini merupakan yang tertinggi di antara negara kawasan bahkan regional. Kinerja IHSG lebih baik dari kinerja KLCI yang tumbuh sebesar 2,7% dan STI yang tumbuh 2,5% dan juga lebih baik dari bursa India yang tumbuh 3,1%.
Menguatnya IHSG tercermin dari kinerja positif sebagian besar indeks sektoral. Kenaikan tertinggi terjadi pada sektor Pertambangan yang tumbuh 6,63% (mtm), dipengaruhi oleh kenaikan harga batubara akibat berkurangnya pasokan batubara di Tiongkok. Kenaikan tertinggi berikutnya dicatat oleh sektor Industri Dasar dan sektor Aneka Industri yang masing-masing tumbuh 5,35% (mtm) dan 5,33% (mtm) (Grafik 2.39). Perbaikan sektor Aneka Industri terutama disumbang oleh kenaikan harga saham perusahaan otomotif yang didorong oleh sentimen positif dari rencana Pemerintah untuk menurunkan pajak kendaraan jenis sedan. Sementara itu, saham-saham sektor Keuangan tumbuh 5,0% (mtm), didorong oleh optimisme terhadap kinerja perbankan domestik, persetujuan pembagian dividen, dan perkiraan kenaikan kredit pada tahun 2017. Kenaikan harga saham sektor Keuangan juga dipengaruhi oleh perilaku
Indeks Sektoral Februari 2017Grafik 2.39
IHSG dan Indeks Bursa Global Grafik 2.38
Kinerja IHSG dan Net Beli/Jual AsingGrafik 2.40
Sumber: Bloomberg
Indonesia (IHSG)Vietnam
Thailand (SET)Philippine
Kuala Lumpur (KLCI)Strait Times (STI)
Shanghai (SHCOMP)Hong Kong (Hang Seng)
India (SENSEX)England (FTSE)Japan (Nikkei)
US (Dow Jones)EM ASIA
World
-2 -1 0 1 2 3 4
1,12,9
1,0
-0,4-1,1
-0,6
3,11,6
2,52,7
1,41,0
1,6 3,37%
Sumber: Bloomberg
3,37
2,59
1,25
-1,29
%-2,0 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0
IHSGPerdagangan
KonsumsiAneka Industri
PropertiPertambangan
KeuanganInfrastruktur
Industri DasarPertanian
5,33
6,63
5,00
3,81
5,35
2,44
2013 2014 2015 2016 2017
(21)
(16)
(11)
(6)
(1)
4
9
14
Indeks Rp T
4.000
4.200
4.400
4.600
4.800
5.000
5.200
5.400
5.600
Jan MarMei Jul SepNov Jan MarMei Jul SepNov Jan MarMei Jul SepNov Jan Mar Jan MarMei Jul SepNov
Sumber: Bloomberg
Net Beli/Jual Asing, Skala kanan IHSG
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter April 201722
investor asing yang memburu saham perbankan domestik yang dianggap memiliki kinerja baik.
Pada Maret 2017, investor nonresiden tercatat membukukan net beli di pasar saham. Investor nonresiden tercatat melakukan net beli sebesar Rp10,12 triliun pada Maret 2017 atau membaik dibandingkan net jual pada bulan sebelumnya sebesar Rp0,81 triliun (Grafik 2.40). Dengan perkembangan tesebut, porsi investor nonresiden di pasar saham tercatat meningkat menjadi sebesar 41,9% dari sebelumnya 31,2% (Grafik 2.41)
Pasar sbn
Sejalan dengan kinerja pasar saham, kinerja pasar SBN juga menguat. Pada Maret 2017, yield SBN secara keseluruhan turun sebesar 42 bps dari 7,52% menjadi 7,10%. Yield jangka pendek, menengah dan panjang masing-masing turun sebesar 37 bps, 46 bps dan 41 bps menjadi 6,68%, 7,07% dan 7,73%. Sementara itu, yield benchmark 10 tahun turun sebesar 50 bps dari 7,54% menjadi 7,04% (Grafik 2.42). Kinerja positif pasar SBN dipengaruhi oleh terjaganya kinerja ekonomi domestik seperti tercermin dari pergerakan Rupiah yang relatif stabil di tengah meningkatnya ekspektasi kenaikan FFR pada bulan Maret 2017, ekspektasi pelaku pasar akan adanya perbaikan rating Indonesia oleh S&P, ekspektasi inflasi Maret yang masih terjaga, dan rilis data neraca perdagangan Februari 2017 yang surplus. Hasil lelang Sukuk maupun SUN yang oversubscribed juga menunjukkan berlanjutnya optimisme investor terhadap kondisi fundamental ekonomi domestik. Dari sisi eksternal, penguatan pasar SBN dipengaruhi oleh penurunan yield US Treasury yang terus berlanjut dan sempat menyentuh level 2,48% (UST tenor 10 tahun).
Investor nonresiden tercatat melakukan net beli SBN. Pada Maret 2017, investor nonresiden tercatat melakukan net beli sebesar sebesar Rp31,32 triliun di pasar SBN atau naik signifikan dibandingkan aliran dana masuk
Porsi Kepemilikan Saham AsingGrafik 2.41
Yield SBN dan Net Jual/Beli AsingGrafik 2.42
Sumber: Bloomberg
0102030405060708090
100
%
Jan MarMei Jul SepNov Jan MarMei Jul SepNov Jan MarMei Jul SepNov Jan Mar Jan MarMei Jul SepNov2013 2014 2015 2016 2017
41,90
-25
-15
-5
5
15
25
35
45
4
5
6
7
8
9
10
Sumber: Bloomberg2013 2014 2015 2016 2017
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Jan MarMei Jul Sep Nov
Net Beli Jual Asing - Skala kanan10YR
Rp T%
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2017 23
pada bulan sebelumnya yang sebesar Rp6,40 triliun. Kenaikan ini antara lain dipengaruhi oleh tingginya aksi beli di pasar sekunder pasca penyerapan Pemerintah di pasar primer yang di bawah target. Dengan perkembangan tersebut, porsi kepemilikan investor nonresiden di pasar SBN pada Maret 2017 tercatat naik menjadi 37,39% dari bulan sebelumnya sebesar 36,62% (Grafik 2.43).
Pembiayaan nonbank
Pembiayaan ekonomi nonbank terus meningkat. Hingga Maret 2017 (ytd), total pembiayaan melalui penerbitan saham perdana (IPO), rights issue, obligasi korporasi, medium term notes (MTN), Negotiable Certificate Of Deposit (NCD) dan instrumen keuangan lainnya mencapai Rp39,4 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016 sebesar Rp24,2 triliun (Tabel 2.3). Angka ini bahkan merupakan capaian tertinggi dalam 6 (enam) tahun terakhir, setelah rekor sebelumnya terjadi pada tahun 2011 sebesar Rp27,9 triliun. Secara tahunan (yoy), pertumbuhan pembiayaan nonbank pada Maret 2017 tercatat sebesar 62,9%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,73%.
Tren kenaikan pembiayaan nonbank diperkirakan berlanjut. Potensi pembiayaan nonbank masih tinggi khususnya penerbitan
Perubahan Kepemilikan SBN AsingGrafik 2.43
Pembiayaan Non Bank Tabel 2.3
Pangsa Asing - Skala kanan Total Asing Total SBN2013 2014 2015 2016 2017
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Jan MarMei Jul Sep Nov
Sumber: Bloomberg, BI
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500 40
35
30
25
20
15
10
5
0
Rp T %
37,39
Total Pembayaran Non BankTotal o/w Emiten Sektor KeuanganSahamo/w Emiten Sektor KeuanganObligasio/w Emiten Sektor KeuanganMTN dan Promissory Notes + NCDo/w Emiten Sektor Keuangan
Sumber: OJK, diolah
Rp Triliun
2016 2017Jan Feb Mar Jan Feb MarApr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Total Total
6,0 12,3 5,9 3,5 36,3 45,9 3,6 14,9 31,9 11,9 44,2 11,7 228,1 4,3 14,9 20,2 39,4 5,7 11,9 5,0 2,4 22,3 20,0 3,1 9,5 11,8 9,5 14,7 5,6 121,6 3,6 11,9 14,3 29,8 0,3 0,1 0,4 0,5 19,4 21,6 0,6 0,4 13,1 2,1 18,9 2,8 80,3 0,0 1,5 4,7 6,2 0,3 0,0 0,0 0,4 6,2 3,5 0,6 0,0 1,7 0,0 2,1 0,0 14,9 0,0 0,7 0,0 0,7 5,4 8,1 4,4 0,7 16,1 18,4 2,1 10,5 13,4 7,4 19,0 3,5 108,8 3,2 10,1 12,1 25,3 5,4 8,1 4,4 0,2 16,1 10,8 2,0 7,3 10,1 7,2 9,2 0,8 81,4 3,2 8,4 11,2 22,7 0,3 4,1 1,2 2,4 0,9 5,9 0,8 4,0 5,5 2,4 6,4 5,4 39,0 1,1 3,3 3,4 7,9 0,0 3,9 0,7 1,9 0,0 5,7 0,5 2,2 0,0 2,4 3,3 4,8 25,3 0,4 2,8 3,1 6,3
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter April 201724
obligasi korporasi oleh perusahaan sektor infrastruktur dan sektor terkait lain. Revisi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No.1/2016 diperkirakan akan turut mendorong aktivitas penerbitan obligasi korporasi oleh bank, perusahaan pembiayaan, dan perusahaan infrastruktur. POJK tersebut menyebutkan bahwa Industri Keuangan NonBank (IKNB) boleh mengganti 50% kewajiban pemenuhan SBN dengan obligasi BUMN infrastruktur. Hal ini diperkirakan dapat mendorong meningkatnya permintaan obligasi korporasi terutama oleh investor institusi domestik seperti dana pensiun dan perusahaan asuransi. Di sisi penawaran, berlanjutnya program pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah juga akan berdampak pada meningkatnya minat emiten sektor infrastruktur untuk menerbitkan obligasi korporasi.
Tren positif pembiayaan nonbank dipengaruhi oleh dinamika eksternal. Peningkatan pembiayaan nonbank pada awal tahun terutama dipengaruhi oleh ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) sebanyak tiga kali sepanjang tahun 2017. Pelaku pasar juga berspekulasi bahwa kenaikan FFR terdekat akan terjadi pada Maret 2017. Kenaikan FFR ini dapat berdampak pada terkoreksinya pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia. Akibatnya, yield SUN yang menjadi acuan besaran kupon obligasi korporasi berpotensi meningkat. Mempertimbangkan hal tersebut, korporasi cenderung melakukan aksi korporasi (penerbitan obligasi) pada awal tahun untuk menghindari kenaikan yield dan menekan biaya pendanaan (cost of fund). Di samping itu, kondisi fundamental ekonomi domestik saat ini juga dinilai kondusif bagi emiten untuk melakukan pembiayaan dari pasar keuangan. Beberapa hal yang mendukung penilaian positif terhadap kondisi fundamental adalah keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan, rilis data PDB 2016 yang sesuai ekspektasi pasar, rilis data neraca perdagangan Januari 2017 yang lebih baik dari ekspektasi, dan upgrade terhadap outlook rating Indonesia menjadi positif oleh Moody’s.
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2017 25
3 respons Kebijakan Moneter
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18 dan 20 April 2017 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) tetap sebesar 4,75%, dengan suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 4,00% dan Lending Facility tetap sebesar 5,50%, berlaku efektif sejak 21 April 2017. Keputusan tersebut konsisten dengan upaya Bank Indonesia menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan dengan tetap mendorong berlanjutnya proses pemulihan perekonomian domestik. Bank Indonesia tetap mewaspadai sejumlah risiko, baik yang berasal dari global maupun domestik. Dari sisi global, terdapat indikasi perbaikan prospek perekonomian negara maju, namun sejumlah risiko tetap perlu dicermati terutama wacana penurunan besaran neraca bank sentral AS dan faktor geopolitik. Dari sisi domestik, beberapa risiko yang tetap perlu diwaspadai adalah dampak penyesuaian administered prices terhadap inflasi dan masih berlanjutnya konsolidasi korporasi dan perbankan yang menyebabkan belum optimalnya dampak stimulus perekonomian. Untuk itu, Bank Indonesia terus berupaya memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran guna menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Bank Indonesia juga akan melanjutkan koordinasi bersama Pemerintah dalam rangka pengendalian inflasi agar tetap berada pada kisaran sasaran dan mendorong kelanjutan reformasi struktural untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter April 201726
SUKU BUNGA & SAHAMSuku bunga SBI 9 bln 1)
Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2)
JIBOR satu minggu 2)
IHSG Indeks 3)
BESARAN MONETER (miliar Rp)Uang PrimerM1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D)Uang Beredar Luas (M2 = C+D+T+S) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Total Deposito (Valas) Simpanan Giro Valuta Asing Surat Berharga Selain Saham (S)
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Uang BeredarAktiva Luar Negeri BersihAktiva Dalam Negeri Bersih Tagihan Bersih kepada Pemerintah Pusat Tagihan Kepada Sektor Lainnya
PERTUMBUHAN BESARAN MONETER (%,YOY)Uang PrimerM1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D)Uang Beredar Luas (M2 = C+D+T+S) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Total Deposito (Valas) Simpanan Giro Valuta Asing Surat Berharga Selain Saham (S)
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Uang BeredarAktiva Luar Negeri BersihAktiva Dalam Negeri Bersih Tagihan Bersih kepada Pemerintah Pusat Tagihan Kepada Sektor Lainnya
SEKTOR KEUANGAN
6,75 7,10 7,10 7,10 7,10 6,65 6,55 6,60 6,60 6,60 6,40 6,40 6,40 6,15 5,90 5,90 5,90 5,90 5,50 -
7,65 7,62 7,48 7,50 7,60 7,51 7,32 7,06 6,95 6,79 6,80 6,66 6,67 6,63 6,46 6,36 6,46 6,46 6,42 6,44
8,06 7,95 7,99 7,90 7,99 7,90 7,97 7,75 7,27 7,21 7,00 6,98 6,94 6,84 6,75 6,69 6,69 6,75 6,74 6,69
7,10 8,17 8,23 8,21 8,55 7,80 6,65 6,06 6,04 6,07 6,74 6,19 6,20 6,24 6,05 6,11 7,80 5,81 5,85 5,86
4.510 4.224 4.455 4.446 4.593 4.615 4.771 4.845 4.839 4.797 5.017 5.216 5.386 5.365 5.423 5.149 5.297 5.294 5.387 5.568
888.006 886.497 891.189 895.171 945.916 884.788 880.077 864.248 886.034 898.768 990.242 931.372 923.063 930.783 930.538 943.432 989.565 950.992 948.398 965.480
1.026.323 1.063.039 1.036.311 1.051.191 1.055.440 1.046.257 1.035.551 1.064.738 1.089.212 1.118.768 1.184.329 1.144.501 1.135.548 1.126.046 1.142.786 1.182.730 1.237.643 1.191.500 1.196.037 1.215.762
423.101 428.860 435.065 437.756 469.379 439.872 422.149 420.214 435.296 440.660 511.295 474.246 466.502 469.542 467.318 476.850 508.124 470.250 462.413 468.847
603.222 634.178 601.246 613.435 585.906 606.385 613.401 644.524 653.916 678.108 673.034 670.255 669.047 656.504 675.468 705.880 729.519 721.249 733.624 746.915
4.404.085 4.508.603 4.443.078 4.452.325 4.548.800 4.498.361 4.521.951 4.561.873 4.581.878 4.614.062 4.737.451 4.730.380 4.746.027 4.737.631 4.778.479 4.868.651 5.004.977 4.936.882 4.942.920 5.016.983
3.362.148 3.426.343 3.391.260 3.386.209 3.479.961 3.436.492 3.473.033 3.483.694 3.479.713 3.483.442 3.539.326 3.573.997 3.596.408 3.599.248 3.622.679 3.671.427 3.753.809 3.731.093 3.732.699 3.783.327
2.805.535 2.852.941 2.852.002 2.859.515 2.948.518 2.916.324 2.959.962 2.985.889 2.997.759 3.017.408 3.067.791 3.105.374 3.120.686 3.112.018 3.137.724 3.164.911 3.233.997 3.211.163 3.214.703 3.264.334
1.583.437 1.593.854 1.600.315 1.583.419 1.586.851 1.607.377 1.656.983 1.683.264 1.687.799 1.698.979 1.681.578 1.727.385 1.726.690 1.715.576 1.742.419 1.740.212 1.726.439 1.754.062 1.764.133 1.812.333
1.222.098 1.259.087 1.251.686 1.276.097 1.361.667 1.308.947 1.302.979 1.302.625 1.309.960 1.318.429 1.386.212 1.377.989 1.393.995 1.396.442 1.395.306 1.424.698 1.507.557 1.457.101 1.450.571 1.452.001
264.484 270.403 256.193 251.997 257.745 256.081 242.092 236.613 227.926 221.668 216.207 219.857 228.021 223.908 228.948 243.755 260.393 253.066 267.720 266.558
292.128 302.999 283.065 274.697 272.678 264.086 270.979 261.192 254.028 244.366 255.328 248.766 247.702 263.323 256.007 262.762 259.420 266.864 250.275 252.435
15.615 19.221 15.508 14.925 13.399 15.613 13.368 13.441 12.952 11.852 13.796 11.882 14.070 12.336 13.014 14.494 13.525 14.289 14.184 17.894
4.404.085 4.508.603 4.443.078 4.452.325 4.548.800 4.498.361 4.521.951 4.561.873 4.581.878 4.614.062 4.737.451 4.730.380 4.746.027 4.737.631 4.778.479 4.868.651 5.004.977 4.936.882 4.942.920 5.016.983
1.178.638 1.232.071 1.124.765 1.128.848 1.176.638 1.143.188 1.146.190 1.186.803 1.180.527 1.163.191 1.221.949 1.216.908 1.269.008 1.270.287 1.274.844 1.262.883 1.298.938 1.305.453 1.345.426 1.395.154
3.225.447 3.276.533 3.318.314 3.323.476 3.372.162 3.355.173 3.375.761 3.375.069 3.401.351 3.450.871 3.515.502 3.513.471 3.477.019 3.467.344 3.503.635 3.605.768 3.706.039 3.631.430 3.597.494 3.621.829
420.750 482.396 495.480 520.858 491.127 532.951 563.544 517.322 513.239 542.179 511.217 502.255 486.277 410.538 442.064 508.968 519.065 507.172 485.638 445.384
4.213.016 4.270.057 4.239.637 4.244.290 4.318.126 4.276.987 4.271.323 4.309.736 4.310.149 4.365.857 4.451.853 4.483.642 4.473.940 4.535.305 4.543.160 4.622.284 4.711.239 4.672.523 4.668.423 4.714.046
7,85 8,48 4,85 4,69 2,99 3,54 3,40 1,88 1,41 2,68 12,26 2,51 3,95 5,00 4,42 5,39 4,61 7,48 7,76 8,97
14,56 12,00 10,20 10,01 12,02 13,96 11,61 11,19 13,53 14,05 13,93 10,91 10,64 5,93 10,27 12,51 17,26 13,88 15,50 11,62
5,97 8,51 9,83 7,90 11,95 12,43 8,83 10,00 10,01 8,40 24,79 9,92 10,26 9,49 7,41 8,93 8,25 6,91 9,54 7,71
21,48 14,49 10,48 11,57 12,04 15,10 13,60 11,98 16,01 18,05 6,86 11,63 10,91 3,52 12,34 15,07 24,51 18,94 19,60 14,22
13,06 12,43 10,40 9,21 9,00 7,75 7,20 7,43 7,16 7,59 8,69 8,17 7,76 5,08 7,55 9,35 10,03 9,75 9,31 9,50
12,72 12,53 10,59 9,26 8,43 6,27 5,92 6,36 5,38 5,78 7,07 7,46 6,97 5,05 6,82 8,42 7,87 8,57 7,48 8,73
10,93 15,35 14,17 9,33 8,80 7,67 7,55 8,85 8,38 9,84 11,58 11,41 11,23 9,08 10,02 10,68 9,68 10,11 8,61 8,89
13,36 12,40 10,79 8,71 7,55 5,49 5,53 7,07 6,21 7,66 7,87 10,17 9,05 7,64 8,88 9,90 8,80 9,13 6,47 7,38
7,93 10,15 9,90 10,11 10,29 10,48 10,24 11,24 11,32 12,78 16,45 13,00 14,07 10,91 11,47 11,65 10,71 11,32 11,33 10,84
13,73 9,12 8,47 5,87 1,28 -3,30 -12,49 -14,62 -16,58 -20,84 -20,03 -15,42 -13,79 -17,19 -10,63 -3,27 1,03 -1,18 10,59 16,95
32,17 28,42 14,66 11,72 11,29 1,40 8,32 2,34 -3,41 -8,11 -10,72 -10,70 -15,21 -13,09 -9,56 -4,34 -4,86 1,05 -7,64 -0,63
-7,46 19,12 -12,48 -31,49 -38,05 -31,72 17,98 1,20 -8,34 -17,16 1,12 -22,82 -9,89 -35,82 -16,08 -2,89 0,94 -8,48 6,11 38,16
13,06 12,43 10,40 9,21 9,00 7,75 7,20 7,43 7,16 7,59 8,69 8,17 7,76 5,08 7,55 9,35 10,03 9,75 9,31 9,50
10,26 10,58 2,60 2,41 6,41 -4,28 -5,09 -0,20 1,70 -2,17 2,66 3,34 7,67 3,10 13,34 11,87 10,39 14,19 17,38 18,18
14,12 13,14 13,32 11,74 9,93 12,57 12,13 10,40 9,19 11,34 10,95 9,95 7,80 5,82 5,58 8,49 9,90 8,23 6,57 6,48
37,35 39,52 30,39 32,02 17,89 46,63 47,27 21,31 22,95 48,51 25,23 23,32 15,57 -14,90 -10,78 -2,28 5,69 -4,84 -13,82 -13,22
12,14 11,68 10,27 8,45 9,00 8,66 7,90 8,25 7,05 7,01 7,08 7,91 6,19 6,21 7,16 8,91 9,10 9,25 9,30 9,37
Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
INDIKATOR TERKINI
2015 20172016
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2017 27
Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
1) minggu terakhir2) rata-rata3) penutupan pada akhir periode 4) closed fileSumber: Bank Indonesia, kecuali IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS
Inflasi bulanan (%, mtm) Inflasi tahunan (%, yoy)
Rp/USD (akhir periode, nilai tengah) Ekspor Barang Nonmigas (f.o.b, juta USD) 4) Impor Barang Nonmigas (c & f, juta USD) 4)
Pertumbuhan PDB (%, yoy) Konsumsi (RT dan LNPRT) Konsumsi Pemerintah Investasi Ekspor Impor
SEKTOR KEUANGAN
HARGA
INDIKATOR KUARTALAN
SEKTOR EKSTERNAL
4,74 5,04 4,92 5,18 5,01 4,94 5,01 5,26 5,39 5,00 5,10 5,04 5,03 4,99 7,11 7,31 3,43 6,23 -2,95 -4,05 2,71 4,79 6,90 4,67 4,18 4,24 4,80 4,81 -0,60 -6,44 -3,29 -2,18 -5,65 4,24 8,04 -5,90 -8,05 -5,14 -3,20 -3,67 2,82 5,02
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2015
2015 2017
20172016
2016
0,39 -0,05 -0,08 0,21 0,96 0,51 -0,09 0,19 -0,45 0,24 0,66 0,69 -0,02 0,22 0,14 0,47 0,42 0,97 0,23 -0,02
7,18 6,83 6,25 4,89 3,35 4,14 4,42 4,45 3,60 3,33 3,45 3,21 2,79 3,07 3,31 3,58 3,02 3,49 3,83 3,61
14.050 14.650 13.688 13.835 13.785 13.775 13.372 13.260 13.188 13.660 13.213 13.099 13.300 12.998 13.051 13.563 13.436 13.343 13.347 13.321
11.217 11.084 10.767 9.614 10.587 9.390 10.199 10.571 10.798 10.560 12.019 8.651 11.615 11.518 11.688 12.400 12.582 12.130 11.415 13.168
9.636 9.115 8.932 8.706 9.512 9.245 9.053 9.749 9.451 9.472 10.323 7.511 10.589 9.531 9.962 10.945 11.081 10.140 8.881 11.006