Upload
phungdat
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2008
1
Tinjauan Kebijakan MoneterNovember 2008
Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan
oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada
setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus, September,
November, dan Desember. Laporan ini dimaksudkan sebagai
media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan
penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi
moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian
Indonesia serta respon kebijakan moneter Bank Indonesia yang
dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara
triwulanan pada setiap bulan Januari, April, Juli dan Oktober. Secara
rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini
mengenai inflasi, nilai tukar dan kondisi moneter selama bulan
laporan, serta keputusan respon kebijakan moneter yang ditempuh
Bank Indonesia.
Dewan Gubernur
Boediono Gubernur
Miranda S. Goeltom Deputi Gubernur Senior
Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur
Siti Ch. Fadjrijah Deputi Gubernur
S. Budi Rochadi Deputi Gubernur
Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur
Adhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur
Budi Mulya Deputi Gubernur
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2008
2
Daftar Isi
I. Statement Kebijakan Moneter .....................................................3
II. Perkembangan dan Kebijakan Moneter ......................................5
Inflasi ................................................................................................6
Nilai Tukar Rupiah .............................................................................7
Kebijakan Moneter ...........................................................................8
Strategi Kebijakan ..........................................................................8
Suku Bunga ...................................................................................9
Dana, Kredit, dan Uang Beredar ..................................................10
Pasar Modal .................................................................................11
Kondisi Perbankan ..........................................................................14
III. Respon Kebijakan Moneter .........................................................15
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2008
3
I. Statement KebIjaKaN MoNeTeR
Perekonomian Indonesia masih terus merasakan rambatan dari krisis
finansial global. Melemahnya perekonomian dunia telah mengimbas pada
menurunnya kinerja perekonomian Indonesia. Dampaknya lebih dalam dari
perkiraan semula. Berbagai indikator makroekonomi domestik mengalami
penyesuaian dalam beberapa pekan terakhir. Ekonomi Indonesia sedang
menuju keseimbangan barunya. Di sisi inflasi, melambatnya perekonomian
dunia tentu menurunkan tekanan inflasi yang berasal dari harga barang
internasional. Secara umum, tekanan inflasi di dalam negeri mereda.
Meski demikian, Bank Indonesia masih mencermati beberapa risiko
tekanan inflasi ke depan yang perlu terus diwaspadai. Menghadapi kondisi
tersebut, Bank Indonesia memandang penting untuk menjaga kebijakan
moneter yang tepat untuk dapat mencapai keseimbangan antara
pencapaian sasaran inflasi dengan kestabilan ekonomi dalam jangka
menengah panjang.
Berbagai indikator perekonomian menunjukkan bahwa krisis
perekonomian global telah mengalir dan menyebar pada kinerja
perekonomian dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan
mengalami perlambatan. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh
melambat, sama halnya dengan investasi yang diperkirakan melemah
akibat menurunnya permintaan eksternal dan meningkatnya faktor risiko
ketidakpastian perekonomian dunia. Pertumbuhan ekspor diperkirakan
juga akan melambat sedangkan pertumbuhan impor diperkirakan
akan tertahan. Di sisi penawaran, beberapa sektor utama penopang
pertumbuhan yakni sektor pertanian dan industri diperkirakan tumbuh
lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Namun, beberapa sektor seperti
sektor pengangkutan dan telekomunikasi, serta sektor listrik, diperkirakan
masih akan tumbuh tinggi.
Di tengah berbagai perkembangan tersebut, inflasi tetap menjadi
perhatian utama Bank Indonesia. Berbagai kebijakan Bank Indonesia
diarahkan untuk mengurangi tekanan inflasi dalam jangka menengah
panjang. Inflasi bulan Oktober 2008 tercatat sebesar 11,77% (yoy), lebih
rendah dari bulan sebelumnya. Penurunan laju inflasi tersebut terutama
disebabkan oleh menurunnya inflasi pada kelompok volatile food dan
sumbangan deflasi dari kelompok administered price. Sementara itu, dari
sisi fundamental, melambatnya permintaan domestik serta berkurangnya
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2008
4
tekanan dari imported inflation menyebabkan tekanan pada inflasi inti
cenderung menurun. Meski demikian, Bank Indonesia masih mencermati
tekanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan serta pertumbuhan kredit
perbankan yang masih tinggi. Dengan memperhitungkan berbagai hal
yang mengurangi tekanan inflasi dan faktor risiko tersebut. Bank Indonesia
masih memperkirakan inflasi IHK pada akhir tahun 2008 akan berada
dalam kisaran 11,5% - 12,5%.
Nilai tukar rupiah selama Oktober 2008 mengalami depresiasi. Sentimen
global telah mendorong terjadinya perilaku menghindari risiko (risk
aversion) oleh para investor asing. Secara alamiah, terjadinya krisis
global menyebabkan para investor memindahkan portfolionya keluar
dari Indonesia. Hal ini memicu terjadinya capital outflow, Meski kondisi
fundamental Indonesia masih kondusif, perilaku tersebut menyebabkan
nilai tukar Rupiah melemah. Indonesia tidak sendiri dalam hal ini.
Pelemahan nilai tular terjadi pada mata uang di kawasan regional, dengan
penyebab yang sama, yaitu imbas dari sentimen global. Secara rata-rata,
selama bulan Oktober 2008, Rupiah melemah 6,5% atau mencapai
level Rp 9.998 per USD. Di pasar saham, kinerja Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia juga mengalami penurunan yang
cukup signifikan sebagai imbas krisis keuangan global. Namun, untuk
keseluruhan bulan investor masih mencatat net beli di pasar saham.
Menghadapi prahara krisis global tersebut, kondisi perbankan Indonesia
secara umum masih solid. Indikator-indikator utama perbankan
menunjukkan ketahanan yang tetap baik dalam menghadapi gejolak pasar
keuangan dunia. Kondisi likuiditas perbankan, yang sempat ketat di awal-
awal krisis, kini mulai longgar kembali. Berbagai kebijakan yang ditempuh
oleh Pemerintah dan Bank Indonesia, seperti pelonggaran GWM.
telah memberikan kontribusi pada kelonggaran likuiditas perbankan di
pasar keuangan. Hal ini memberi keleluasaan bagi perbankan dalam
menjalankan usahanya.
Dengan berbagai perkembangan tersebut, dalam keputusan Rapat
Dewan Gubernur (RDG) tanggal 6 November 2008, Dewan Gubernur
Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada
tingkat 9,5%. Selain menggunakan BI Rate, Bank Indonesia juga tetap
mengoptimalkan penggunaan seluruh instrumen kebijakan moneter
yang tersedia, seperti pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (OPT) dan
menjaga stabilitas di pasar uang dan valas. Transmisi kebijakan moneter
akan bekerja melalui pergerakan suku bunga yang dikaitkan dengan
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2008
5
suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) sebagai sasaran operasional
kebijakan moneter.
Ke depan, Bank Indonesia akan terus mewaspadai timbulnya beberapa
risiko global yang dapat mempengaruhi tekanan infasi dan kestabilan
makeroekonomi. Untuk itu Bank Indonesia akan terus melakukan
koordinasi dengan Pemerintah dalam mencermati perkembangan
dan prospek perekonomian global, regional dan domestik untuk
mengamankan stabilitas ekonomi jangka menengah.
II. Perkembangan dan kebIjakan moneterMeningkatnya intensitas krisis di pasar keuangan global mewarnai
perkembangan makroekonomi selama Oktober 2008. Imbas krisis global
mendorong penurunan kinerja pasar keuangan regional termasuk
Indonesia. Meskipun demikian, tekanan terhadap inflasi mulai mereda
seiring dengan perlambatan ekonomi dunia dan penurunan harga
komoditas internasional. Secara bulanan, laju inflasi pada Oktober 2008
mencapai 11,77% (yoy). Penurunan laju inflasi terutama bersumber
dari penurunan inflasi volatile foods sejalan dengan penurunan harga
komoditas internasional dan deflasi kelompok administered prices
sehubungan dengan penyesuaian harga bahan bakar minyak jenis
Pertamax dan Pertamax Plus. Meski menurun, beberapa tekanan inflasi ke
depan tetap perlu diwaspadai terutama yang berasal dari sisi permintaan,
masih tingginya pertumbuhan kredit, dan pelemahan nilai tukar rupiah.
Nilai tukar rupiah pada Oktober 2008 mengalami pelemahan dibanding
bulan sebelumnya disebabkan oleh pengaruh faktor global. Dari sisi
moneter, kenaikan BI Rate ditransmisikan ke jalur suku bunga yaitu suku
bunga simpanan bank umum dan suku bunga kredit. Hal tersebut diikuti
dengan penyaluran kredit dan pengumpulan dana yang meningkat. Di
pasar keuangan, kinerja pasar saham mengalami penurunan yang cukup
signifikan akibat memburuknya kondisi pasar keuangan global. Namun,
penurunan saham lebih lanjut dapat ditahan dengan berbagai kebijakan
BEI. Sementara itu, pelemahan juga terjadi kondisi serupa terjadi di pasar
SUN, kinerja SUN mengalami tekanan yang tercermin pada peningkatan
yield untuk hampir seluruh tenor.
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2008
6
I n f l a s iPenurunan harga komoditas internasional dan penurunan permintaan paska lebaran menahan laju inflasi pada oktober 2008. Secara bulanan, laju inflasi pada Oktober 2008 menurun menjadi 0,45%
dari 0,97% di bulan sebelumnya. Sedangkan secara tahunan, tekanan
inflasi Oktober 2008 mencapai 11,77% menurun dibanding September
2008 sebesar 12,14%. Dengan perkembangan tersebut, inflasi hingga
Oktober 2008 telah mencapai 10,96%, lebih tinggi dibanding periode
yang sama tahun sebelumnya (5,24%) (Grafik 2.1)
Dilihat dari sumbangannya, inflasi IHK terutama bersumber dari kelompok
Bahan Makanan (0,15%) dan kelompok Makanan Jadi. Minuman
dan Tembakau (0,13%) (Grafik 2.2). Pada kelompok Bahan Makanan,
komoditas yang dominan menyumbang inflasi antara lain ikan segar,
Inflasi pada komoditas ikan segar mencatat peningkatan mencapai 3,48%
akibat berkurangnya pasokan. Komoditas lain adalah daging ayam ras dan
sapi yang masing-masing mencapai 0,04% dan 0,02% terkait terbatasnya
pasokan akibat masih tingginya harga pakan ternak. Pada kelompok
Makanan Jadi. Minuman dan Tembakau, masih tingginya harga tepung
terigu menyebabkan beberapa komoditas makanan jadi antara lain mie
masih memberikan sumbangan inflasi. Komoditas lain di luar kelompok
tersebut yang masih memberikan sumbangan adalah komoditas bahan
bakar terkait dampak konversi minyak tanah yang masih terus berlanjut.
Menurunnya inflasi IHK pada Oktober 2008 terutama didorong oleh faktor
nonfundamental, sementara faktor fundamental relatif stabil. Berdasarkan
pendekatan sub kelompok yang dilakukan oleh Bank Indonesia, secara
bulanan dan tahunan inflasi kelompok inti diperkirakan relatif stabil.
Sementara inflasi volatile food dan administered relatif menurun.
Penurunan inflasi volatile food terutama disebabkan oleh penurunan harga minyak goreng terkait penurunan harga CPo internasional. Selain itu, deflasi harga bumbu-bumbuan akibat
meningkatnya pasokan turut memberikan kontribusi pada penurunan
inflasi volatile food. Sementara itu, harga daging-dagingan masih
menunjukkan peningkatan terkait terbatasnya pasokan akibat masih
tingginya harga pakan ternak. Komoditas lain yang menunjukkan
peningkatan adalah komoditas ikan segar. Peningkatan harga pada
komoditas tersebut cukup signifikan akibat berkurangnya pasokan terkait
faktor cuaca. Sementara itu, harga beras relatif stabil yang didukung oleh
������
�
�
�
��
��
��
��
��
��
���� ���� ������ � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ���
���
�����
Grafik 2.1 IHK
�������
���� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����������������������������
�������������
�����������������������������������������
��������������������������������������������
�������
���������
����������������������������������
������������������������������������������
Grafik 2.2 Inflasi dan Sumbangan Inflasi per Kelompok (November 2008. m-t-m)
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2008
7
���������������������������������������
����������������
����������������������������������������
������
���
��
��
�
�
��
��
��
������
���� ���� ���� ���� ����
�
�
�
�
�
�
����
����
� � � � ��� � � � ����� � � � ����� � � � ����� � � � ����
Grafik 2.3 Nilai Tukar vs Inflasi Barang Impor dan Core Traded
1 Masih berlanjutnya kenaikan harga rokok diperkirakan terkait dengan rencana pungutan pajak rokok sebesar 25% yang akan dilakukan PEMDA (Kompas. 18 September 2008)
produksi beras nasional dan pengadaan beras Bulog yang relatif baik. Stok
beras per 28 Oktober 2008 sebesar 2.496 juta ton yang merupakan stok
tertinggi sejak tahun 2005.
Sejalan dengan tidak adanya penerapan kebijakan administered prices strategis, inflasi administered prices pada oktober 2008 relatif menurun dibanding bulan sebelumnya. Tekanan inflasi
administered terutama terkait dengan masih meningkatnya harga rokok
(sumbangan 0,03%)1 dan kenaikan harga minyak tanah. Kenaikan harga
minyak tanah antara lain disebabkan pencabutan subsidi minyak tanah
per 15 Oktober 2008 di kota Semarang, yang menyebabkan harga minyak
tanah melonjak dari Rp. 6.000,-/liter menjadi Rp. 9.750,-/liter (62%).
Disisi lain, penurunan harga Pertamax dan Pertamax plus mengakibatkan
inflasi komoditas bensin memberikan sumbangan deflasi di kelompok
administered sebesar 0,01%.
Sementara itu, tekanan dari faktor eksternal terus menurun sejalan dengan penurunan harga komoditas internasional. Namun di sisi lain,
tekanan inflasi dapat muncul dari depresiasi nilai tukar yang cukup kuat,
Dengan perkembangan tersebut, laju inflasi inti relatif stabil dibandingkan
bulan sebelumnya. Relatif stabilnya inflasi inti terkait dengan penurunan
tekanan imported inflation (Grafik 2.3) yang diimbangi oleh peningkatan
harga beberapa komoditas terkait depresiasi nilai tukar. Penurunan
imported inflation tersebut tercermin dari penurunan harga komoditas
yang terkait dengan komoditas internasional seperti gandum dan kedelai.
Sementara itu, dampak depresiasi nilai tukar yang minimal tercermin dari
kenaikan harga obat-obatan yang relatif rendah sebesar 0,82%. Di sisi lain,
ekspektasi inflasi cenderung menurun (Grafik 2.4 & 2.5) dan tekanan dari
kesenjangan output diperkirakan berkurang sejalan dengan menurunnya
permintaan. Sementara itu, dilihat dari komponen barangnya, emas
perhiasan merupakan komoditas yang masih memberikan sumbangan
terhadap inflasi, yaitu sebesar 0,05%.
Nilai Tukar RupiahSelama Oktober 2008, rupiah mengalami pelemahan akibat perilaku
menghindari risiko (risk aversion) investor asing. Imbal hasil rupiah yang
������
���
���
���
���
���
���
���
���
������������������
���� ���� ���� ����� � � � �� �� � � � � �� �� � � � � �� �� � � � �
Grafik 2.4 Ekspektasi Harga Konsumen
������
���
���
���
���
������������������������
���
���
���
���
���
���
���
���
���� ���� ���� ���� ���� ����� � � � � ��� � � � ���� � � � ���� � � � � ��� � � � � ��� � � � �
������
Grafik 2.5 Ekspektasi Harga Pedagang
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2008
8
masih tinggi tidak mampu mencegah aliran dana asing keluar terutama
dari SBI dan SUN. Secara rata-rata, rupiah melemah 6,5% dari Rp9.351/
USD menjadi Rp9.998/USD (Grafik 2.6). Sementara itu, pada akhir periode
laporan, rupiah ditutup pada level Rp10.975/USD, melemah 14,5% dari
level Rp9.385 di akhir September. Berkembangnya sentimen negatif yang
bersumber dari faktor eksternal juga menyebabkan tingkat volatilitas
rupiah meningkat dari 1,4% menjadi 3,15% (Grafik 2.7).
Meningkatnya faktor risiko terutama yang bersumber dari eksternal berdampak signifikan terhadap pergerakan nilai tukar rupiah (Grafik 2.8). Terjadinya outflow dana asing yang diakibatkan oleh perilaku
flight to quality mengakibatkan pelemahan Rupiah cukup signifikan (Grafik
2.9). Meskipun imbal hasil investasi rupiah masih tinggi, tingginya faktor
risiko tidak sanggup menahan aliran modal keluar. Meski demikian, capital
outflow juga terjadi pada beberapa negara regional. Indikator risiko untuk
kawasan Emerging Market menurun seperti tercermin pada peningkatan
tajam indikator EMBIG (Emerging Market Bond Index Global) Spread yang
merupakan spread antara yield UST-Notes dan komposit dari yield negara-
negara emerging market. Investor menilai prospek penempatan dana di
aset emerging market menurun seiring meluasnya dampak resesi dan
kesulitan likuiditas global. Hal ini memicu investor mengalihkan dananya
ke aset yang lebih aman.
Kebijakan Moneter
Strategi KebijakanDi bulan oktober 2008, Rapat Dewan Gubernur (RDG) bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan bI Rate sebesar 25 bps menjadi 9,5%. Keputusan tersebut diambil setelah mencermati
dan mempertimbangkan dengan seksama perkembangan keuangan
dan ekonomi global terakhir serta kemungkinan dampaknya terhadap
perekonomian nasional. Bank Indonesia juga mencermati secara mendalam
prospek perkembangan permintaan domestik, neraca pembayaran
dan resiliensi sektor keuangan dalam negeri dalam konteks perubahan
lingkungan global. Selain itu, dalam upaya mengendalikan inflasi. Bank
Indonesia tetap melakukan optimalisasi penggunaan seluruh instrumen
kebijakan moneter yang tersedia. Kebijakan stabilisasi rupiah diarahkan
pada upaya menghindari gejolak nilai tukar yang terlalu tajam.
����
�����
�����
������
����������������������������
�����������������������������������
���������������������������������������������
���� ����
����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
����
����
����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
����
����
Grafik 2.6 Rata-rata Nilai Tukar Rupiah
�
����
����
����
����
����
����
����
����
����
�����
����
����
����
����
�����
�����
�����
�������������������������������������������������������������
���� ����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
�������������� ������������
Grafik 2.7 Volatilitas Nilai Tukar Rupiah
������
����������������������������������������������������������������
����������������
��������� ���
���
���
���
���
���
���
���
������� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������
��� ������ ��� ���
���������
Grafik 2.8 Pergerakan Mata Uang Dunia dan Regional
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2008
9
����
���
���
���
���
���
����
����
����
�
�������������������������
���� ������� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��������� ��� ��� ��� ��� ������
��������� ������������������ ����������
Beberapa kebijakan lain yang diambil oleh Bank Indonesia dalam rangka
menjaga stabilitas sistem keuangan adalah memperkenankan Bank untuk
memindahkan portfolio SUN dari kategori Diperdagangkan dan Tersedia
utk Dijual ke kategori Dimiliki Hingga Jatuh Tempo sampai dgn PSAK
No.55 diberlakukan (1 Januari 2009) yang juga berlaku untuk Efek bersifat
utang domestik lainnya yang bersifat jangka panjang, perpanjangan tenor
FX Swap dari 7 hari menjadi 1 bulan, penyediaan pasokan valuta asing
bagi perusahaan domestik melalui perbankan, penurunan rasio GWM
valuta asing dari 3% menjadi 1%, pencabutan ketentuan mengenai
batasan posisi saldo harian pinjaman luar negeri jangka pendek dengan
meniadakan batasan posisi saldo harian pinjaman luar negeri jangka
pendek, serta penyederhanaan hitungan GWM rupiah menjadi 7,5% dari
DPK.
Ke depan, Bank Indonesia akan terus melakukan koordinasi dengan
Pemerintah untuk mencermati perkembangan yang terjadi dan mengambil
langkah yang diperlukan untuk menjaga ketahanan dan kestabilan sistem
keuangan Indonesia agar senantiasa dapat terpelihara dengan baik.
Suku BungaSuku bunga PUab o/N bergerak stabil disekitar bI Rate. Pada
Oktober 2008, suku bunga PUAB O/N cenderung bergerak bias ke atas,
mencerminkan kuatnya permintaan likuiditas di pasar uang. Namun,
kondisi tersebut -berangsur pulih seiring dengan intensifnya operasi
moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia serta mulai terasanya
dampak penurunan GWM Rupiah sejak pertengahan pekan ke-empat
Oktober 2008. Sementara itu, suku bunga PUAB dengan tenor yang lebih
panjang tetap meningkat. Hal tersebut mengindikasikan terdapatnya
kebutuhan likuiditas sekaligus mencerminkan masih cukup tingginya
persepsi risiko.
Persepsi keketatan likuiditas di pasar uang di tengah berlanjutnya akselerasi pertumbuhan kredit memacu naiknya suku bunga deposito. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pendanaannya,
perbankan terindikasi menaikkan suku bunga deposito di atas suku
bunga penjaminan, khususnya bagi nasabah prima. Kenaikan suku bunga
deposito tersebut bahkan lebih besar dibandingkan dengan kenaikan BI
Rate pada periode yang sama. Dalam perkembangannya, hal tersebut
belum kunjung mereda pasca diberlakukannya pelonggaran GWM. Suku
�
���
���
���
���
���
���
���
���
������ ������ ����� ����� ���� ���� ���� �����
����
������
�����
�����
�����������
�����������
����
�����������
�����
�����
�����
�����
�����
�������������������
������������������������������������������������������������
Grafik 2.9 Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar pada November 2008
������� ������������
������ �
������
������
������
�����
�����
�����
�����
����
����
����
����
�����
������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
����
������
Grafik 2.10 Yield Spread Government Bond RI dan AS
Grafik 2.11 Premi Swap Berbagai Tenor
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2008
10
bunga deposito tertinggi untuk tenor 1 - 24 bulan tercatat mencapai
13,25% – 14,31%.
Sementara itu, kenaikan bI Rate ditransmisikan ke suku bunga kredit dengan magnitude yang semakin besar. Pada September
2008, rata-rata tertimbang suku bunga kredit modal kerja (KMK)
meningkat drastis sebesar 51bps, yang terutama disumbang oleh
kelompok Bank Asing dan Campuran. Sementara itu, rata-rata suku bunga
kredit investasi (KI) yang sebelumnya turun, pada September 2008 turut
naik signifikan mencapai 46bps, yang terutama dikontribusi oleh kenaikan
suku bunga kredit investasi pada kelompok Bank Asing dan Campuran dan
Bank Umum Swasta Nasional.
��
��
�
�
�
�
�
��
��
��
�
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ����
���
�������
������
�������������
��������� �������� ���������������� ���������
Grafik 2.12 Perbandingan Yield Spread Beberapa Negara
�
�����
������������
�������������������������
�����������������������������
�������������������������������
���� ���� ���� ����� � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � ��
Grafik 2.13 Suku Bunga Kredit per Jenis Penggunaan
Tabel 2.1Perkembangan berbagai Suku bunga
Suku bunga (%)
BI Rate 8.00 8.00 8.00 8.00 8.25 8.5 8.75 9.00 9.25 9.50
Penjaminan Deposito 8.25 8.00 8.00 8.00 8.25 8.25 8.25 8.75 8.75 10.00
Dep 1 bulan (Weighted Average) 7.07 6.95 6.88 6.86 6.98 7.19 7.51 8.04 9.26 n.a
Dep 1 bulan (Counter Rate) 6.97 6.9 6.84 6.85 6.84 7.01 7.18 7.42 7.74 8.59
Base Lending Rate 13.14 12.92 12.83 12.75 12.77 12.8 12.95 13.21 13.26 13.88
Kredit Modal Kerja (KMK) 12.99 12.96 12.88 12.93 12.92 12.99 13.14 13.42 13.93 n.a
Kredit Investasi (KI) 12.81 12.71 12.59 12.47 12.36 12.51 12.61 12.86 13.32 n.a
Kredit Konsumsi (KK) 16.04 15.96 15.83 15.74 15.67 15.71 15.73 15.78 15.87 n.a
2008
jan Feb Mar apr Mei jun jul ags Sep okt
Dana, Kredit, dan Uang BeredarNaiknya bI Rate pada bulan oktober 2008 direspon dengan meningkatnya pertumbuhan dana. Pada September 2008, DPK
tumbuh sebesar 14,3%, jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar
9,7%. Kenaikan tersebut dikontribusi oleh hampir seluruh komponen.
Deposito kembali tumbuh meningkat sejalan dengan semakin tingginya
suku bunga deposito. Kenaikan pertumbuhan tersebut terjadi hampir pada
seluruh tenor, khususnya 3 dan 6 bulan. Penyumbang utama dari naiknya
pertumbuhan deposito adalah kelompok perorangan dan Badan Usaha
Milik Swasta (BUMS). Sedangkan perlambatan pada komponen tabungan
terjadi pada kelompok BUMS yang diindikasi terkait dengan pengalihan ke
deposito seiring dengan semakin menariknya suku bunga.
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2008
11
Sebaliknya, kenaikan bI Rate justru diikuti dengan pertumbuhan kredit. Efek tunda kebijakan moneter masih berlangsung di pasar kredit,
sebagaimana tampak pada pertumbuhan tahunan kredit pada September
2008 yang mencapai sebesar 34,6%, naik dari bulan sebelumnya sebesar
32,5%. Berdasarkan penggunaannya, kenaikan pertumbuhan tahunan
kredit pada bulan laporan masih terjadi pada kredit modal kerja (KMK),
diikuti kredit konsumsi (KK) dan investasi (KI). Dari sisi debitur, kenaikan
pertumbuhan kredit antara lain dinikmati oleh kelompok perusahaan
pembiayaan, asuransi, BPR, dan perorangan.
Likuiditas perekonomian tumbuh akseleratif dan secara nominal mulai lebih tinggi dari historis. Pada bulan September 2008. M1 dan
M2 tumbuh masing-masing 19,6% dan 16,9%, meningkat dari bulan
sebelumnya yang tumbuh masing-masing sebesar 12,5% dan 12,6%.
Dengan perkembangan tersebut secara riil2 pertumbuhan M1 dan M2
menjadi masing-masing sebesar 7,4% dan 4,7% meningkat tajam dari
bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,7% dan 0,8%. Hal tersebut
mengindikasikan adanya peningkatan aktivitas perekonomian (Grafik
II.16). Sementara itu, pengganda uang M2 melambat sejalan dengan
tingginya kebutuhan uang kartal. Pada September 2008, pengganda
uang (money multiplier) M2 masih bergerak turun disumbang oleh masih
kuatnya akselerasi permintaan uang kartal musiman menjelang hari raya
Iedul Fitri dan libur bersama (Grafik 2.17). Hal tersebut terkait dengan
berlanjutnya kegiatan perekonomian yang memerlukan ketersediaan uang
kartal untuk kepentingan transaksi.
Pasar modalberlanjutnya tekanan di pasar keuangan global terus menekan kinerja IHSG. Pecahnya bubble pasar keuangan global dan meningkatnya
risiko kredit memicu terjadinya keketatan likuiditas di pasar-pasar
keuangan. Selain itu ekspektasi mulai membaiknya kondisi perekonomian
AS memicu pembalikan modal yang selama ini ditempatkan di berbagai
belahan dunia kembali ke AS, sehingga memicu penguatan secara
signifikan USD terhadap seluruh mata uang dunia. Perkembangan dan
pembalikan modal ini mengakibatkan IHSG terkoreksi tajam hingga
mencapai posisi 1111,39. Searah dengan kondisi tersebut, kapitalisasi
pasar juga mengalami penurunan secara signifikan sebesar Rp453
Grafik 2.14 Perkembangan Dana vs BI Rate
Grafik 2.15 Perkembangan Dana vs Kredit
��������������������������
��
��
�
�
��
��
��
���
���
���
����
����
����
����
���� ���� ���� ������� ��� ��� ��������� ��� ������ ��������� ��� ������ ��������� ��� ���
���������������� �������������������������������������������������� ������������������������������
�
������������������������������
��
������������������
����������
�
�
��
��
��
��
��
���������������������
���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
������������������������������������
2 Dihitung terhadap inflasi aktual.
Grafik 2.16 Pertumbuhan Riil M1 dan M2
��������
�����������������
��������������
���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���������������������������������������������������������
���������������������������
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2008
12
triliun menjadi Rp1000,7 triliun pada akhir Oktober 2008. Kondisi IHSG
kembali positif dan rebound setelah situasi global relatif membaik pasca
diturunkannya kembali Fed Fund Rate sebesar 50 bps menjadi sebesar
1%. Mulai membaiknya IHSG juga didukung oleh berbagai upaya yang
dilakukan oleh Pemerintah untuk mengantisipasi krisis lebih lanjut
serta membaiknya perkembangan harga-harga secara umum di pasar
domestik. Dengan perkembangan tersebut IHSG ditutup menguat pada
posisi 1256,7 atau melemah 31,4% (mtm) pada Oktober 2008 (Grafik
2.18).
Kejatuhan IHSG lebih dalam tertahan oleh faktor kebijakan. Berbagai upaya dan kebijakan yang dilakukan otoritas bursa diantaranya
berupa larangan transaksi shortselling, suspensi perdagangan, dan auto-
rejection batas bawah dapat menahan kejatuhan IHSG. Pelarangan short
selling selama Oktober 2008 bertujuan untuk mengurangi spekulasi jual
perdagangan ditengah momentum penurunan harga. Sementara itu.
suspensi perdagangan yang dilakukan dari 8 sampai dengan 13 Oktober
2008 merupakan upaya untuk memberikan waktu kepada investor agar
dapat berpikir rasional ditengah gejolak pasar keuangan. Bersamaan
dengan itu. BEI juga memperpanjang suspensi beberapa emiten yang
berpotensi menekan kinerja IHSG secara keseluruhan. Seiring dengan
kembali dibukanya bursa. BEI menerapkan auto rejection batas bawah
sebesar 10% untuk membatasi kejatuhan IHSG yang lebih dalam. Dalam
perkembangan selanjutnya. BEI menerapkan asymetric auto rejection
(batas atas 20% dan batas bawah 10%). Di samping berbagai kebijakan
tersebut. Pemerintah mengeluarkan peraturan mengenai kemudahan
dalam melakukan buyback dan sekaligus menghimbau perusahaan BUMN
untuk melakukan buyback sahamnya.
Meskipun mencatat net jual yang cukup tinggi hingga pertengahan3 bulan laporan, secara keseluruhan pelaku asing justru mencatat net beli selama oktober 2008 (Grafik 2.19). Pelaku asing
tercatat membukukan net beli sebesar Rp4,3 triliun selama Oktober 2008.
Searah dengan kondisi tersebut proporsi kepemilikan asing berdasarkan
data KSEI pada Oktober 2008 kembali naik menjadi sebesar 64,13%
dari posisi September 2008 sebesar 62,27%. Walaupun terjadi aksi
beli yang terutama dilakukan oleh investor asing namun masih terjadi
penurunan confidence pelaku pasar yang ditandai dengan rendahnya nilai
Grafik 2.17 Perkembangan Angka Pengganda Uang
Grafik 2.18 IHSG dan BI Rate
����������
���
���
���
���
���
���
���
���
���
�
�
�
�
�
��
��
��
��
���� ���� ���� ����� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � �
����������������������
��������������������������������������
������ �
�������������������������������������������������������
�����������������
���� ���� ���������������������������������� ������������������ ���
����
����
����
����
���
���
���
3 Sampai dengan 30 Oktober 2008 tercatat net jual asing sebesar Rp71 Miliar. namun sampai dengan 31 Oktober 2008 tercatat net beli asing sebesar Rp4.14 Triliun.
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2008
13
perdagangan pasar dari rata-rata kondisi normal Rp4-5 triliun menjadi
Rp2,7 triliun per hari.
Sementara itu, faktor global semakin kuat memberi tekanan di pasar SUN dirasakan semakin kuat. Di tengah kondisi fundamental
SUN yang cukup baik seperti tercermin pada ekspektasi inflasi yang
mulai menurun dan kondisi fiskal yang terjaga, gejolak pasar keuangan
global menyebabkan yield SUN untuk seluruh tenor terus naik. Bahkan,
tidak berimbangnya tekanan jual dan beli menyebabkan harga SUN pada
beberapa seri tidak terbentuk. Yield SUN untuk seluruh tenor secara rata-
rata mencapai 17,14% (end of period), naik sebesar 432bps dari posisi
akhir September 2008 (Grafik 2.20). Dengan demikian, kenaikan spread
high-low yield untuk periode 2008 mencapai 12,23%.
Selain sebagai dampak dari kenaikan risiko eksternal dan melemahnya nilai tukar, penurunan kinerja SUN juga sejalan dengan kenaikan risiko emerging market. Kenaikan risiko emerging
market tercermin dari berbagai indikator yang terdapat dalam Global
Stability Financial Report (GSFR) IMF Oktober 2008. Searah dengan
kondisi tersebut. EMBIG Indonesia mengalami kenaikan signifikan.
Kondisi tersebut pada akhirnya menyebabkan confidence pelaku pasar
menjadi terganggu dan tercermin dalam tipisnya volume dan frekuensi
perdagangan. Nilai total perdagangan SUN pada Oktober 2008 tercatat
sebesar Rp89 triliun atau turun Rp45 triliun dari posisi September 2008.
Sementara itu, frekuensi rata-rata perdagangan SUN hanya sebesar 213
pada Oktober atau turun dari posisi 238 pada September 2008. Dari sisi
kepemilikan, pelaku asing membukukan net jual sebesar Rp12,7 triliun.
Penurunan kepemilikan asing tersebut khususnya terjadi pada SUN jangka
pendek dan panjang sedangkan untuk jangka menengah relatif stabil.
Di pasar reksadana, Nab masih bergerak turun searah dengan kinerja di sisi underlying-nya. Searah dengan gejolak pasar keuangan,
reksadana berbasis SUN dan saham diperkirakan mengalami tekanan yang
cukup besar. Beberapa analis memperkirakan NAB turun dari Rp86,1 triliun
pada akhir September 2008 menjadi sekitar Rp75,0 triliun pada Oktober
2008. Dalam rangka mengurangi tekanan di pasar reksadana. Pemerintah
akan memperkenalkan reksadana terproteksi dengan skema baru yang
portofolionya berupa efek jangka panjang dan diperlakukan secara Hold
To Maturity.
Grafik 2.19 Net Beli Asing Saham
��������� ����
������
�����
�����
�
����
����
����
����
����
�������������������������������������������
�������������������������������
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
����
Grafik 2.20 Pergerakan Yield SUN
�
����
������
������������������������������������������������
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
��������������������
�������������������������������������������������������������������������������������������������������
Grafik 2.21 Aktivitas Beli-Jual SUN Agustus 2008
���������� ����
���� ���� ����
���
���
���
���
���
����
�
���
���
���
���
���
��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ������
���������������
��������������������
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2008
14
Kondisi PerbankanKinerja sektor perbankan masih tetap baik. Indikator-indikator utama
seperti CAR. NPL dan PDN perbankan menunjukkan ketahanan dalam
menghadapi gejolak pasar. Net Interest Income (NII) pada September 2008
tercatat stabil dari bulan sebelumnya sebesar Rp9,3 triliun. Sementara itu,
rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan-NPL) sama dengan bulan
sebelumnya sebesar 3,9% (gross) dan 1,4% (net). Dari sisi modal, rasio
kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio-CAR) meningkat dari bulan
sebelumnya sebesar 16,5%. Sedangkan Return On Asset (ROA) relatif
stabil dari bulan sebelumnya, masing-masing sebesar 2,6%. Di sisi lain,
kondisi likuiditas perbankan yang mulai longgar telah memberi keleluasaan
bagi perbankan dalam menjalankan usahanya. Pertumbuhan kredit masih
relatif stabil mencapai 34,6% dengan risiko kredit yang tetap terjaga.
Meskipun demikian, ke depan risiko kredit masih perlu diwaspadai.
Grafik 2.22 Perkembangan Volume dan Frekuensi Transaksi SUN
Tabel 2.2Kondisi Umum Perbankan
Indikator Utama
Total Aset (T Rp) 1.850.5 1.862.7 1.895.0 1.986.5 1.940.3 1.940.7 1.944.7 1.949.3 1.972.5 2.040.9 2.057.1 2.066.6 2.122.6DPK (T Rp) 1.400.6 1.419.4 1.437.5 1.510.7 1.471.2 1.474.5 1.466.2 1.481.8 1.505.6 1.553.4 1.532.9 1.528.1 1.601.4Kredit (T Rp) 956.7 980.1 1.004.6 1.045.7 1.031.1 1.045.9 1.080.1 1.103.1 1.137.7 1.190.0 1.210.9 1.246.6 1.287.4
LDR (%) 68.3 69.0 69.9 69.2 70.1 70.9 73.7 74.4 75.6 76.6 79.0 81.6 80.4NPLs Gross (%) 5.8 5.6 5.4 4.6 4.8 4.8 4.3 4.4 4.3 4.1 4.0 3.9 3.9NPLs Net (%) 2.6 2.5 2.3 1.9 2.0 2.1 1.8 1.8 1.8 1.7 1.6 1.4 1.4CAR (%) 20.0 19.8 19.5 19.3 20.1 19.2 18.6 18.4 17.1 16.4 16.2 16.0 16.5NIM (%) 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5
2007 2008
Sep okt Nov Des jan Feb Mar apr Mei jun jul ags Sep
����������
����
���
�
��
���
������������
�������
����
����
���� ��������
���� ���� ���
������� �����������
�����������������
��������������
����������
��
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2008
15
III. ReSPoN KebIjaKaN MoNeTeR
Setelah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap arah perkembangan laju
inflasi serta perkembangan ekonomi dan keuangan, baik dalam negeri
maupun luar negeri. Rapat Dewan Gubernur (RDG) bank Indonesia pada 6 November 2008 memutuskan untuk mempertahankan bI Rate pada tingkat 9,5%. Dalam menghadapi gejolak keuangan global
yang berlanjut dan perlambatan ekonomi dunia yang makin nyata. Bank
Indonesia memandang penting untuk menjaga kebijakan moneter yang
tepat untuk dapat mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi
dengan upaya menjaga stabilitas moneter. Meskipun tekanan inflasi di
dalam negeri mulai mereda, namun laju inflasi masih terbilang cukup
tinggi mencapai 11,77% (yoy).
Dengan memperhitungkan beberapa faktor risiko serta tekanan
inflasi yang masih akan timbul hingga akhir tahun. Bank Indonesia
memprakirakan inflasi IHK pada akhir tahun 2008 akan berada pada
kisaran 11,5%-12,5% (yoy) dan pada 2009 akan turun pada kisaran
6,5%-7,5%. Sementara itu, dari sisi nilai tukar. Bank Indonesia senantiasa
melakukan kebijakan stabilisasi rupiah yang diarahkan pada upaya
menghindari gejolak nilai tukar yang terlalu tajam. Bank Indonesia tetap
akan mengoptimalkan penggunaan seluruh instrumen kebijakan moneter
yang tersedia, sembari terus melakukan koordinasi dengan Pemerintah
dalam mencermati perkembangan dan prospek perekonomian global,
regional dan domestik untuk mengamankan stabilitas ekonomi jangka
menengah.
Tinjauan Kebijakan Moneter - November 2008
16
* angka sementara * angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000 1) minggu terakhir 2) rata-rata tertimbang 3) penutupan pada akhir periode 4) closed file Sumber : Bank Indonesia. kecuali data pasar modal (BAPEPAM). IHK. ekspor/impor dan PDB dari BPS
Indikator Terkini
SeKToR KeUaNGaN
H a R G a
SeKToR eKSTeRNaL
INDIKaToR KUaRTaLaN
SUKU bUNGa & SaHaMSuku bunga SBI 1 bln 1)
Suku bunga SBI 3 bln 1) Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2)
JIBOR satu minggu 2)
IHSG Indeks 3)
beSaRaN MoNeTeR (miliar Rp)base Money M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D)Broad Money (M2 = C+D+T) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Deposito (Valas) M2 - Rupiah
Tagihan pada Dunia UsahaKredit-bank Umum
Inflasi bulanan (%. mtm)Inflasi tahunan (%. yoy)
Rp/USD (akhir periode. nilai tengah)Ekspor Barang Non migas (f.o.b. juta USD) 4) Impor Barang Non migas (c & f. juta USD) 4) Net International Reserve (juta USD)
Pertumbuhan PDB (%. yoy) Konsumsi Investasi Perubahan Stok Ekspor Impor
8,25 8,25 8,25 8,00 8,00 7,93 7,96 7,99 8,31 8,73 9,23 9,28 9,71 10,98 7,83 7,83 7,83 7,83 7,83 8,01 8,04 8,04 8,44 9,20 9,75 9,74 9,91 11,16 7,13 7,16 7,18 7,19 7,07 6,95 6,88 6,86 6,98 7,19 7,51 8,04 9,26 - 7,44 7,41 7,40 7,42 7,40 7,36 7,26 7,23 7,34 7,49 7,82 8,40 9,45 - 6,56 5,95 6,95 5,77 6,57 7,57 7,99 7,87 8,05 8,46 8,97 9,29 9,69 10,27 2.359.206 2.643.487 2.688.332 2.745.826 2.627.251 2.721.944 2.447.299 2.304.516 2.444.349 2.349.105 2.304.508 2.165.943 1.832.507 1.256.704
310.265 313.499 311.172 379.582 332.437 322.001 325.044 324.186 333.995 349.649 346.594 343.630 392.136 307.460 411.281 414.996 424.435 460.842 420.298 411.327 419.746 427.028 438.544 466.708 458.379 452.445 491.729 - 160.327 156.955 161.272 183.419 166.950 165.633 164.995 171.049 177.886 189.453 188.938 191.866 223.166 191.021 250.954 258.041 263.163 277.423 253.348 245.694 254.751 255.979 260.658 277.255 269.441 260.579 268.563 - 1.512.756 1.530.145 1.556.200 1.643.203 1.588.962 1.596.090 1.586.795 1.608.874 1.636.383 1.699.480 1.679.020 1.675.430 1.768.250 - 1.101.475 1.115.149 1.131.765 1.182.361 1.168.664 1.184.763 1.167.049 1.181.846 1.197.839 1.232.772 1.220.641 1.222.985 1.276.521 - 884.063 896.515 913.037 966.454 950.688 950.840 940.225 954.472 963.208 982.017 965.924 972.949 1.033.846 - 511.003 514.110 520.837 533.376 531.336 531.242 523.520 532.425 536.484 543.174 531.898 544.976 594.839 - 373.060 382.405 392.200 433.078 419.352 419.598 416.705 422.047 426.724 438.843 434.026 427.974 439.008 - 217.412 218.634 218.728 215.907 217.976 233.923 226.824 227.374 234.631 250.755 254.717 250.036 242.674 - 1.295.344 1.311.511 1.337.472 1.427.296 1.370.986 1.362.167 1.359.971 1.381.500 1.401.752 1.448.725 1.424.303 1.425.394 1.525.501 - 962.153 984.837 1.009.712 1.040.996 1.026.218 1.040.616 1.075.500 1.102.596 1.137.143 1.189.100 1.206.458 1.246.282 1.286.682 - 907.260 930.152 953.259 995.111 980.261 995.323 1.029.172 1.054.747 1.089.268 1.142.120 1.159.983 1.198.991 1.239.501 -
0,80 0,79 0,18 1,10 1,77 0,65 0,95 0,57 1,41 2,46 1,37 0,51 0,97 0,45 6,95 6,88 6,71 6,59 7,36 7,40 8,17 8,96 10,38 11,03 11,90 11,85 12,14 11,77
9.137 9.103 9.376 9.419 9.291 9.051 9.217 9.234 9.318 9.225 9.118 9.153 9.378 10.995 7.561 8.125 7.916 8.434 8.957 8.356 9.091 8.572 9.589 9.719 9.468 - - - 5.853 6.015 6.799 5.856 7.826 7.419 7.980 8.983 8.362 8.474 9.305 - - - 48,30 48,90 48,84 50,98 49,06 48,93 50,27 50,21 48,98 50,22 51,53 52,17 57,11 50,58
6,25 6,32 6,32 6,44 6,11 5,11 4,90 5,47 5,53 6,67 12,07 9,16 15,61 13,05 11,99 65,77 -96,86 169,20 169,38 -34,98 7,27 8,02 15,46 15,93 14,33 13,60 8,89 17,77 16,73 11,92
2007
Sep okt Nov Des jan Feb Mar apr Mei jun jul ags Sep okt
2008
2007*
Tw.IV Total Tw.I Tw.II Tw.III
2008