TINJAUAN PUSTAKA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

vvvv

Citation preview

I. TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Botani1.1 Klasifikasi TanamanDaun kumis kucing adalah daun Orthosiphon stamineus Benth, suku Lamiaceae, mengandung flavonoid sinensetin tidk kurang dari 0,10%.Beberapa simplisia yang mengandung flavonoid antara lain:Kumis kucingKerajaan: PlantaeDivisi: SpermatophytaUadivisi: AngiospermaeKelas: Dicotyledonae Ordo: LamialesFamili: LamiaceaeGenus: OrthosiphonSpesies: O. aristatus

1.2 Morfologi Tanaman1.2.1 Uraian TanamanTerna, tumbuh tegak, pada bagian bawah berakar di bagian buku-bukunya, tinggi 1-2 m, batang segi empat agak beralur, berbulu pendek atau gundul. Daun tunggal, bundar telur lonjong, lanset atau belah ketupat, berbulu halus, pinggir bergerigi kasar tak teratur, kedua permukaan berbintik-bintik karena ada kelenjar minyak atsiri. Bunga berupa tandan yang keluar di ujung cabang, wama ungu pucat atau putih (ada yang warna biru dan putih), benang sari lebih panjang dari tabung bunga. Buah geluk wama coklat gelap. Tumbuh di dataran rendah dan daerah ketinggian sedang.Batang basah : lurus sering kali seperti kayu, tinggi sampai 1,5 m, sampai 700 m diatas permukaan laut; dari bunga keluar benang sari dan putik.Daun : berbentuk telur taji, tepi bergerigi kasar tak teratur, biasanya menggulung kebelakang.Tulang daun dan tangkai : ungu berbintik halus (dengan loupe, dan cahaya dari belakang, asin, sedikit pahit.Tepi dan tulang : berbulu, pendek, putih.Butir serbuk : berlubang 6 (semacam saluran); pada permukaan terdapat pinggiran agak tinggi berbentuk jala ialah bulu kelenjar dalam kulit bagian dalam. Serabut kulit, bagian-bagian yang keras (scleridia) dan hablur oxalat tidak ada.1.2.2 Syarat Tumbuha. Iklim 1 Ketinggian tempat : 500 m - 900 m di atas permukaan laut Curah hujan tahunan : 3000 mm/tahun Bulan basah (diatas 100 mm/bulan) : 7 bulan - 9 bulan Bulan kering (dibawah 60 mm/bulan) : 3 bulan - 5 bulan Suhu udara : 280C - 340C Kelembapan : sedang Penyinaran : tinggi b. Tanah Jenis : andosol, latosol Tekstrur : lempung berpasir Drainase : baik Kedalaman air tanah : diatas 70 cm dari permukaan tanah Kedalaman perakaran: 30 cm - 60 cm dari permukaan tanah Kemasaman (pH) : 5 - 7 Kesuburan : sedang - tinggi 1.2.3 Pedoman Bertanam a. Pengolahan Tanah Tanah dicangkul sedalam 30 cm - 40 cm hingga gembur Buatkan bedengan selebar 100 cm - 120 cm, tinggi 30 cm, jarak antar bedengan 40 cm - 50 cm, dan panjangnya disesuaikan kondisi lahan Tebarkan pupuk kandang diatas bedengan tersebut b. Persiapan Bibit Pada umumnya tanaman kumis kucing diperbanyak dengan stek batang atau stek cabang Pilih batang atau cabang yang tidak terlalu tua, lalu dipotong menjadi stek-stek berukuran panjang 15 cm - 25 cm atau beruas sekitar 2 buku - 3 bukuc. Penanaman Stek bibit ditanam langsung di kebun sedalam 5 cm, kemudian padatkan tanah di sekitar pangkal stek Jarak tanam 30 cm x 30 cm, 40 cm x 40 cm, 40 cm x 50 cm dan 60 cm x 60 cm2. Tinjauan Kimia2.1 Kandungan Kimia2.1.1 Kandungan Kimia TanamanOrthosiphonin glikosida, zat samak, minyak atsiri, minyak lemak, saponin, sapofonin, garam kalium, mioinositol, dan sinensetin. Kalium berkhasiat diuretik dan pelarut batu saluran kencing, sinensetin berkhasiat antibakteri.2.1.2 Kandungan KimiaKadar sinensetin Tidak kurang dari 0,10%

3. Tinjauan FarmakologiEfek Farmakologis dan Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian diketahui bahwa pengaruh infus daun tempuyung dan infus daun kumis kucing terhadap kelarutan kalsium batu ginjal secara in vitro sebagai berikut :a. Kadar kalsium batu ginjal yang terlarut dalam infus daun tempuyung dan daun kumis kucing dipengaruhi oleh kadar kalium dalam cairan infus dan kemungkinan adanya senyawa lain yang menambah kelarutan kalsium batu ginjal.b. Pada kadar infus 0,5%, 1%, dan 2,5%, kadar kalsium batu ginjal yang terlarut dalam infus daun tempuyung lebih baik daripada infus daun kumis kucing.c. Pada kadar infus 5%, 7,5%, dan 10%, kadar kalsium batu ginjal yang terlarut dalam infus daun kumis kucing lebih baik daripada infus daun tempuyung (Agus Tri Cahyono, FF UGM, 1990). Pada uji toleransi glukosa oral, pengaruh infus kombinasi daun sambiloto dan daun kumis kucing dibandingkan dengan infus kedua tumbuhan secara tunggal terhadap perubahan kadar glukosa darah kelinci diperoleh hasil sebagai berikut :a. Pemberian infus daun kumis kucing 0,129 g/kg bb tidak dapat menurunkan kadar glukosa darah dibandingakan kontrol.b. Pemberian infus daun sambiloto 0,3 g/kg bb dapat menurunkan kadar glukosa darah kelinci secara nyata.c. Pemberian infus kombinasi (daun kumis kucing 0,129 g/kg bb dan daun sambiloto 0,3 g/kg bb mempunyai efek penurunan yang lebih besar dibandingkan dengan infus daun sambiloto saja, bahkan mempunyai efek yang sebanding dengan suspensi glibenklamid (Minggawati, FF WIDMAN, 1990). Berdasarkan perbandingan khasiat peluruh kencing (diuretik) infus daun muda dan daun tua tanaman kumis kucing pada kelinci, diperoleh hasil bahwa infus 20% dan daun muda yang paling efektif sebagai diuretik (terutama pada menit ke-30), berlangsung selama 15 menit (sampai menit ke-45). Selanjutnya, tidak ada peningkatan. Kesimpulannya, daun muda lebih efektif sebagai diuretik, awal kerja yang cepat, dan masa kerja yang relatif singkat (Ninuk Kus Dasa Asiafri Harini, JB FMIPA UNAIR, 1989). Kadar sinensetin dalam daun kumis kucing yang tertinggi terdapat dalam daun tua yang berbunga ungu (0,365%), sedangkan yang terkecil berasal dari daun muda yang berbunga putih (0,095%). Tanaman kumis kucing pada percobaan ini berasal dari K.P. Cibinong (Anggraeni, Triantoro, BALITTRO, 1992).

II. METODOLOGI

1. Penapisan FitokimiaFitokimia cabang ilmu kimia yang mempelajari mengenai pertumbuhan dan metabolisme tanaman, misalnya pengubahan unsur anorganik seperti nitrogen, kalium, air dan karbondioksida menjadi pati, gula, protein dan sebagainya yang dibutuhkan oleh tanaman. Ilmu fitokimia secara analisis merupakan penambahan secara sistematis tentang berbagaisenyawa kimia, terutama dari golongan senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan,proses biosintesis, metabolisme dan perubahan-perubahan lain yang terjadi pada senyawakimia tersebut beserta sebaran dan fungsi biologisnya (Rahway, 1960). Penapisan Fitokimia (skrining fitokimia) dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui informasi awal golongan senyawa sehingga memudahkan proses pengisolasiannya. Selain itu jugabertujuan untuk mengetahui apakah suatu jenis tumbuhan tersebut potensial untukdimanfaatkan. Metode-metode dasar penapisan fitokimia harus memenuhi syarat-syarat sederhana, cepat, limit deteksi rendah dan tegas (Harbone, 1977).Metode Identifikasi-Identifikasi suatu kandungan tumbuhan, setelah kandungannya diisolasi dandimurnikan pertama-tama harus ditentukan dulu golongannya kemudian baru ditentukanjenis senyawanya. Golongan senyawa biasanya dapat ditentukan dengan uji warna,penentuan kelarutan, bilangan Rf dan ciri spektrum UV. Identifikasi dengan X-ray dapatmenentukan struktur kimia dan stereokimianya (Harbone, 1977).5ml filtrat kumis kucing + serbuk Mg + 1ml HCl + 5ml amilalkohol, dikocok, terbentuk 2 lapisan pada lapisan atas yaitu lapisan amilalkohol, terbentuk warna merah.Jadi, kumis kucing positif mengandung flavonoid.. Identifikasi Golongan SaponinBahan :Daun kumis kucingPenyiapan filtrat :Seperti identifikasi golongan flavonoid.Pengujian :10 ml filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dikocok vertikal selama 10 detik, didiamkan 10 menit terbentuk busa yang stabil dan bila ditambahkan 1 tetes HCl 1 % busa tetap stabil bedakan dengan sabun (saponin ).. Identifikasi Golongan KuinonBahan :Daun kumis kucingPenyiapan filtrat :Seperti identifikasi golongan flavonoid.Pengujian :5 ml filtrat dimasukkan kedalam tabung reaksi,ditambahkan 1 tetes NaOH 1 M merah (positif kuinon )

2. Ekstraksi (Metode) dan Alasan Pemilihan Metode

Ekstraksi (Metode)Isolasi senyawa senensetin dari kumis kucing menggunakan metode Refluks

Metode Kerja

Alasan Pemilihan Metode

3. Pemantauan EkstrakEkstrak kemudian dipekatkan dengan penguap putar vakum. Ekstrak etil asetat pekat diperiksa secara kromatografi lapis tiis dengan fase diam silika gel, dengan pengermbang kloroform-etil setat (15:1). Penampak bercak yang digunakan adalah sinar UV 366 nm dan aluminium (III) klorida.

4. Fraksinasi (Metode 1) dan Alasan Pemilihan Metode Fraksinasi (Metode 1)Isolasi senyawa sinensetin dari herba kumis kucing menggunakan metode Kromatografi Cair VakumFraksinasi ekstrak dilakukan dengan cara kromatografi cair vakum dengan elusi landaian menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat dan metanol. Alasan Pemilihan Metode

5. Pemantauan Fraksidilakukan pemeriksaan fraksi dengan cara kromatografi lapis tipis preparatif dengan pengembang kloroform-etil asetat (15:1). Penampak bercak yang digunakan adalah sinar ultraviolet 366 nm.

6. Fraksinasi (Metode 2) dan Alasan Pemilihan Metode Fraksinasi (Metode 2)Fraksi etil asetat kemudian dikromatografi kolom sistem elusi isokratik n-heksan-etil asetat (7:3). Hasilnya, fraksi yang diduga mengandung sinensetin disatukan, kemudian dimurnikan secara KLT preparatif menggunkan silika Gel 60 dengan pengembang kloroform-etil asetat (15:1). Alasan Pemilihan Metode

7. Pemantauan SubfraksiHasilnya, fraksi yang diduga mengandung sinensetin disatukan, kemudian dimurnikan secara KLT preparatif menggunkan silika Gel 60 dengan pengembang kloroform-etil asetat (15:1).

8. Pemurnian dan Uji KemurnianKemurnian isolat diuji dengan kromatografi dua dimensi, kromatografi cair kinerja tinggi. Isolat yang diperoleh dikarakterisasi dengan harga Rf, warna bercak, waktu retensi, dan spektrum spektrofotometri ultraviolet.Hasil uji kemurnian menunjukkan satu bercak pada kromatogram KLT, kemurnian isolat >90% ditunjukkan hasil KCKT. Spektrum ultraviolet isolat dalam pelarut metanol menunjukkan adanya dua puncak yaitu 267 nm dan 321 nm. Pita tersebut khas untuk flavonoid terutama golongan flavon termasuk di dalamnya sinensetin.

9. Karakterisasi dan IdentifikasiKarakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, penetapan kadar abu total, kadar abu yang tidak larut asam, kadar abu yang larut dalam air, kadar sari yang larut dalam air kadar sari yang larut dalam etanol, kadar air, susut pengeringan dan penapisan fitokimia.Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan adalah herba Orthosiphon aristastus (Bl.) Miq. Kadar air 7.5%, kadar abu total 8,6%, kadar abu larut air 4,5%, kadar abu tidak larut asam 1,8%, kadar sari larut air 22,2%, kadar sari larut etanol 7,6% dan susut pengeringan 10,5%.Identifikasi atau elusidasi struktur untuk memastikan senyawa hasil isolasi adalah sinensetin dilakukan dengan spektrometri massa, spektrofotometri infra merah, dan spektrofotometri Ultraviolet visibel. Dari informasi yang diperoleh dari spektra Ultraviolet visibel menunjukkan puncak serapan merupakan senyawa flavonoid aglikon termetilasi, dibuktikan tidak adanya pergeseran dengan pereaksi geser. Dari spektra infra merah menunjukkan adanya gugus-gugus fungsi karbonil, gugus benzena, dan ikatan C-H siklik dan aromatis, sementara dari spektra massa terlihat puncak m/z ion molekul yang muncul adalah puncak dari ion molekul sinensetin dengan bobot molekul 360. Informasi berupa pergeseran kimia dari spektrometri 1H-NMR muncul pada 3,66 ppm, 3,79 ppm, dan 3,68 ppm yang merupakan gugus metil pada cincin A dan B. Adanya cincin aromatis ditunjukkan pada 6,17 s.d. 6,71 ppm. Informasi di atas meyakinkan bahwa isolat adalah sinensetin.

DAFTAR PUSTAKA

http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=26533&obyek_id=4 diakses pada Maret 2014http://bahan-alam.fa.itb.ac.id/detail.php?id=119 diakses pada Maret 2014Harbone,J.B. 1987.Metode Fitokimia penuntun cara modern menganalisis tumbuhan terbitan kedua. Bandung: ITBGunawan,Didik dan Sri Mulyani. 2004.Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Jakarta: Penebar Swadaya.