Upload
nabhilla-sofia
View
32
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
keanekaragaman hayati katak
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Katak alias bangkong (dalam bahasa Inggris = Toad ) adalah amfibia yang
paling dikenal orang di Indonesia. Anak-anak biasanya menyukai katak karena bentuk
yang lucu, kerap melompat-lompa,t tidak pernah menggigit dan tidak membahayakan.
Hanya orang dewasa yang kerap merasa jijik atau takut yang tidak beralasan terhadap
katak.
Katak memiliki bentuk yang mirip dengan kodok bertubuh bungkuk pendek,
gempal atau kurus, berpunggung agak bungkuk, berkaki empat dan tak berekor
(dalam bahasa Greek = Anura; a = tidak dan ura = ekor). Kelas amfibia mencakup
sekitar 4000 spesies. Kelompok hewan ini umumnya hidup di dua tempat, yaitu air
dan daratan selama metamorfosisnya. Banyak jenis katak di air saat masih berupa
larva. Larva katak yang disebut kecebong atau beludu ini tidak memiliki kaki namun
memiliki insang dan berekor. Dalam metamorfosis selanjutnya, dua pasang kaki katak
berkembang, sedangkan insang dan ekornya menghilang. Setelah kakinya
berkembang, katak hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru.
Sebagian besar amfibian memiliki ciri-ciri khusus lainnya, yaitu :
1) Berkulit licin tidak bersisik;
2) Menggunakan energi lingkungannya untuk mengatur suhu tubuhnya sehingga
tergolong hewan eksoterm;
3) Fertilisasi secara eksternal di air, genangan air atau tempat yang lembab seperti
dibawah daun;
4) Menghasilkan telur (ovipar) yang tidak bercangkang.
Tidak semua amfibian hidup di dua tempat kehidupan. Beberapa jenis katak
seperti Salamander, dan Ceacilia ada yang hanya hidup di air serta ada pula yang
hidup air dan darat. Namun sebagian besar amfibian hidup di dekat air dan tempat
yang lembab seperti rawa dan hutan hujan tropis. Amfibia terdiri dari tiga ordo yaitu
Anura, Urodela, dan Apoda.
Produk Alami – Katak Page 1 of 15
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
a) Apa zat aktif yang terdapat pada katak?
b) Apa manfaat katak di bidang farmasi dan bagi kehidupan?
c) Apa saja penelitian yang sudah dilakukan pada katak?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
a) Untuk mengetahui kandungan zat aktif pada katak.
b) Untuk mengetahui dan memahami manfaat katak baik di bidang afrmasi maupun
bagi kehidupan.
c) Untuk mengetahui penelitian yang sudah dilakukan pada katak.
Produk Alami – Katak Page 2 of 15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Katak
Katak ialah sejenis haiwan amfibia dalam susunan Anura (bermaksud "tidak
berekor", dari bahasa Greek: an-, tanpa + oura, ekor), dahulunya digelar Salientia
(bahasa Latin saltare, "melompat"). Katak dewasa bercirikan kaki belakang yang
panjang, badan yang pendek, jari berselaput, mata jongang dan ketiadaan ekor.
Kebanyakan katak menjalani hidup mata jongang, tetapi juga mudah bergerak di
daratan dengan melompat atau memanjat. Katak biasanya bertelur di lopak, kolam
atau tasik; dan larvanya, iaitu berudu, berinsang dan bertumbuh dalam air.
Katak dapat ditemukan dari kawasan tropika hingga subartik, tetapi
kebanyakan spesis katak terdapat di hutan hujan tropika. Katak merupakan antara
kumpulan vertebrata yang paling banyak kepelbagaian, merangkumi lebih 5,000
spesis yang dikenali. Namun begitu, populasi spesis katak tertentu kian merosot.
Katak dan kodok sering dibedakan berdasarkan wajahnya yang disebabkan
penyesuaian yang tertumpu kepada persekitaran kering di kalangan haiwan yang
bergelar kodok; bagaimanapun, pembezaan ini tiada dasar taksonominya. Satu-
satunya famili yang diberi nama am "kodok" secara eksklusif ialah Bufonidae, tetapi
banyak spesis dari famili lain turut dipanggil "kodok," dan spesis di bawah genus
kodok Atelopus digelar "katak badut" (harlequin frogs).
2.2 Famili Anura
Anura merupakan ordo dari alam amfibia dan terbagi kepada beberapa famili
seperti berikut :
1) Leiopelmatidae
2) Discoglossidae
3) Pipidae
4) Rhinophrynidae
5) Bufonidae
6) Leptodactylidae
7) Hylidae
8) Ranidae
Produk Alami – Katak Page 3 of 15
9) Sooglossidae
10) Rhacophoridae
11) Microhylidae
2.3 Metamorfosis Katak
Hewan katak mengalami pertumbuhan embrio yang sama, setelah mengalami
perkembangan embrio dari fase morula, blastrula, gastrula, dan spesialisasi dan
differensiasi, maka akan dilanjutkan masa metamorphosis. Adapun metamorfosis
pada katak meliputi :
1) Telur;
2) Berudu berinsang luar;
3) Berudu berinsang dalam;
4) Berudu bertungkai belakang;
5) Berudu bertungkai depan;
6) Katak dengan ekor mulai mereduksi;
7) Katak muda 3 bulan;
8) Katak dewasa 6 bulan.
Gambar 2.3 Siklus Hidup Katak
Produk Alami – Katak Page 4 of 15
2.4 Jenis-jenis Katak
Terdapat berbagai jenis katak beracun yang dapat ditemukan di berbagai
belahan dunia, diantaranya adalah :
2.4.1 Giant Leaf Frog (Phyllomedusa bicolor)
Giant Leaf Frog yang dikenal sebagai katak monyet sangatlah
menarik, katak tersebut dapat mengeluarkan racun ringan yang memiliki
berbagai efek, mulai dari sedasi hingga halusinasi. Hebatnya, suku-suku
Amazon sengaja menggunakannya pada diri mereka sendiri. Mereka
menggunakannya untuk mengobati luka bakar atau luka luka lain di kulit agar
mendapatkan perasaan penyegaran serta efek opioid tertentu. Sederhananya,
racun katak tersebut dapat membuat penggunanya mabuk. Katak raksasa daun
tersebut juga di bawah ancaman dari Biopiracy karena beberapa bahan dari
racunnya mungkin dapat digunakan dalam pengobatan AIDS dan kanker.
2.4.2 Dyeing Dart Frog (Dendrobates tinctorius)
Dyeing Dart Frog merupakan katak terbesar ketiga dari katak panah
racun (Poison dart frog), ukurannya sekitar 2 inchi. Katak tersebut
mempergunakan racun untuk membela diri dan terlihat dalam berbagai warna
dan pola. Apa yang benar-benar unik tentang katak panah racun tersebut
adalah cara suku-suku asli dari Guyana Shield memanfaatkannya. Mereka
Produk Alami – Katak Page 5 of 15
memijat kulit beo muda dengan katak, dan efek racun dari racun katak
membuat bulu burung tumbuh dalam warna yang berbeda. Hal inilah yang
dijadikan nama dari katak tersebut. Racunnya juga digunakan oleh suku-suku
asli dari Guyana Shield untuk tujuan berburu.
2.4.3 Red-backed Poison Frog (Ranitomeya reticulatus)
Red-backed Poison Frog adalah katak yang paling beracun kedua
dalam genusnya, setelah katak beracun Splash-Backed yang merupakan katak
beracun Red-Backed Peru (Ranitomeya reticulatus) yang memiliki toksisitas
yang dianggap 'moderat'. Sehingga bukan berarti dapat diperoleh dengan
mudah, karena meskipun racunnya moderat, namun masih dapat membuat
cedera serius pada manusia dan membunuh binatang seperti ayam. Racun
katak tersebut bersifat neurotoksik karena berasal dari semut-semut dimakan
katak tersebut, kemudian disimpan dalam kelenjar kulitnya dan dijadikan
pertahanan yang ampuh terhadap calon penyerang yang tidak mempedulikan
warna-warna peringatan dari katak tersebut. Faktanya hanya ada satu ular
tanah (Epinephelus leimadophis) yang memiliki ketahanan terhadap racun
katak tersebut dan racun dari katak panah racun lainnya.
2.4.4 Strawberry Poison Dart Frog (Oophaga Pumilio)
Dengan kulitnya yang merah, katak panah racun Strawberry Poison
Dart Frog asli Amerika Tengah, adalah salah satu yang paling indah dari
Produk Alami – Katak Page 6 of 15
spesies. Racunnya cukup kuat sehingga dapat menyebabkan pembengkakan
dan sensasi terbakar, namun masih jauh lebih lemah bila dibandingkan dengan
genus katak panah racun Phyllobates.
Katak panah racun tersebut memperoleh racun dari makanannya yaitu
tungau. Tungau adalah spesies yang Arachnida kecil yang merupakan sumber
utama dari alkaloid beracun yang ditemukan di kulit katak tersebut. Sehingga
keanekaragaman hayati dalam habitat katak tersebut mempengaruhi toksisitas
racun serta dengan demikian juga dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
mengusir predator. Upaya konservasi perlu mempertimbangkan bukan hanya
terhadap katak tersebut, tetapi tungau yang memasok sistem pertahanan diri
pada katak tersebut.
2.4.5 Blue Poison Dart Frog (Dendrobates azureus)
Blue Poison Dart Frog menakjubkan ini mungkin tidak seberacun
Phyllobates yang terkenal diantara katak panah racun lainnya, tetapi bukan
berarti katak tersebut tidak berbahaya.
Racun katak panah racun ini dapat melumpuhkan atau membunuh
predator yang mengabaikan peringatan warna terang katak tersebut dan
mempunyai berpotensi mematikan bagi manusia dengan 2 mikrogram
senyawa beracun yang cukup membuat fatal. Katak tersebut memiliki lebih
banyak racun dalam sistemnya. Namun seperti semua katak panah racun
lainnya, katak ini juga asli Amerika Selatan dan akan kehilangan racunnya jika
di penangkarannya kekurangan makanan alami.
Produk Alami – Katak Page 7 of 15
2.4.6 Lovely Poison Frog (Phyllobates lugubris)
Lovely Poison Frog yang juga dikenal sebagai katak panah beracun
bergaris yang berasal dari Amerika Tengah merupakan katak yang paling
kurang beracun dalam genus Phyllobates. Namun katak tersebut juga
menghasilkan racun yang berbahaya. Jumlah toksinnya relatif rendah, mulai
dari 0 - 0,8 mikrogram, namun katak tersebut masih tetap berbahaya karena
dapat menyebabkan resiko gagal jantung pada predator yang memakannya.
2.4.7 Golfodulcean Poison Frog (Phyllobates vittatus)
Katak racun Golfodulcean Poison Frog yang berwarna mencolok dan
dinamai dari garis-garis yang berada di punggungnya. Katak ini adalah katak
keempat yang paling beracun dari genus Phyllobates, mengandung racun
kurang dari tiga spesies sebelumnya dalam toksisitas. Meskipun demikian,
katak tersebut beracun serius, dengan racun yang dapat menyebabkan sakit
luar biasa, kejang ringan, dan bahkan dalam beberapa kasus, menyebakan
kelumpuhan. Beberapa kasus yang berhubungan katak tersebut menyebabkan
mati rasa pada lidah yang tidak kunjung hilang dan diikuti oleh sensasi tidak
menyenangkan pada tenggorokan serta tidak menutup kemungkinan dapat
berakibat kematian.
Produk Alami – Katak Page 8 of 15
2.4.8 Splash-backed Poison Frog (Ranitomeya variabilis)
Splash-backed Poison Frog merupakan spesies yang tinggal di pohon
dan dapat ditemukan di hutan hujan Ekuador dan Peru, katak beracun tersebut
adalah katak yang paling beracun dalam genusnya, dengan sekresi dari
kulitnya mampu membunuh hingga 5 manusia. Warnanya yang burik mungkin
terlihat cantik, tetapi mengandung racun yang mematikan.
2.4.9 Phantasmal Poison Frog (Epipedobates tricolor)
Phantasmal Poison Frog yang memiliki ukuran yang kurang dari ½
inchi panjangnya tetapi memiliki racun sangat kuat yang dengan mudah dapat
membunuh calon predator maupun manusia. Faktanya bahwa obat penghilang
rasa sakit yang memiliki efek 200x lebih kuat daripada morfin (Epibatadine)
telah dikembangkan dari katak tersebut. Namun katak tersebut terancam punah
di Ekuador yang merupakan habitat aslinya. Katak racun tersebut banyak
dipelihara di penangkaran oleh para ilmuwan yang berusaha mendapatkan
toksin dari katak tersebut.
Blue Reef Aquarium telah berhasil melakukan pemuliaan katak racun
tersebut, dengan 26 katak yang "lahir" sejak 2010. Meskipun statusnya
mematikan, namun diharapkan bahwa katak racun tersebut suatu hari nanti
dapat membantu menyelamatkan nyawa karena Epibatadine dikatakan non-
adiktif dan tidak memiliki efek samping serius lainnya seperti yang dimiliki
Morfin.
Produk Alami – Katak Page 9 of 15
2.4.10 Kokoe Poison Dart Frog (Phyllobates aurotaenia)
Phyllobates aurotaenia, juga dikenal sebagai Kokoe Poison Dart Frog,
adalah yang terkecil dari tiga katak paling beracun dari genus Phyllobates.
Seperti spesies lainnya, katak tersebut mengeluarkan Batrachotoxin yang
sangat ampuh melalui kulitnya. Racun yang efeknya seperti asam, merembes
melalui luka dan mungkin pori-pori, menyebabkan gejala mulai dari sakit
yang tak tertahankan, demam kejang serta kelumpuhan.
Sejauh ini belum ada kasus dari kematian manusia, tetapi juga ada
kemungkinan dapat menyebabkan kematian. Untuk memperoleh racun katak
panah beracun kokoe dan spesies tersebut, suku dari hutan Kolombia menusuk
katak dengan tongkat dan menempatkannya di atas api sehingga racun muncul
ke permukaan, siap untuk dioleskan ke ujung panah yang akan digunakan.
2.4.11 Black-legged Dart Frog (Phyllobates bicolor)
Katak yang paling beracun selanjutnya adalah katak panah beracun
Black-Legged (Phyllobates bicolor) yang ditemukan di barat Kolombia. Katak
tersebut sedikit lebih kecil dari Phyllobates terribilis dan toksisitasnya juga
tidak sekuat Phyllobates terribilis, namun sama berbahayanya. Hanya dengan
150 mikrogram dari racunnya dapat membunuh dan menyebabkan kematian
pada manusia. Batrachotoxin menyebabkan demam, sakit luar biasa, kejang
dan akhirnya kematian dengan kelumpuhan pernapasan dan otot.
Produk Alami – Katak Page 10 of 15
Katak panah beracun Black-Legged mendapatkan nama tersebut karena
pada kaki depan dan kaki belakangnya berwarna gelap kehijauan. Terlepas
dari toksisitasnya, katak tersebut seperti katak panah beracun lainnya, yang
memperingatkan calon predator agar segera menjauh karena warna kuning
yang cerah.
2.4.12 Golden Poison Frog (Phyllobates terribilis)
Berasal dari pantai Pasifik Kolombia, katak racun emas yang indah
namun mematikan, Phyllobates terribilis adalah salah satu hewan paling
beracun namun memiliki ukuran cukup kecil. Katak tersebut memiliki racun
dalam sekresi kulit yang cukup kuat untuk membunuh 10-20 orang bahkan
dua gajah Afrika. Katak tersebut telah mengakhiri kehidupan orang-orang
yang telah menyentuhnya, sedangkan ayam dan anjing telah tewas hanya
karena kontak dengan bekas bekas jejak katak tersebut.
Racun pada katak panah emas tersebut adalah Batrachotoxin yang
membunuh dengan menghalangi impuls saraf tubuh, membuat otot-otot
kejang, dan akhirnya menyebabkan gagal jantung. Racunnya yang mematikan
digunakan oleh suku Choco Embera pada ujung panah untuk berburu dan
dapat bertahan hingga 2 tahun.
2.5 Sistem Pecernaan Katak
Sistem pencernaan pada katak meliputin bagian saluran pencernaan dan
kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan katak secara berturut-turut adalah rongga
mulut, faring, kerongkongan, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar , dan
kloaka. Kelenjar pencernaan katak meliputin hati, kantung ermpedu, dan pancreas
(Sumanto,1994).
Sistem pencernaan dimulai dari mulut yang memiliki gigi sejati. Lidah katak
dapat untuk menangkap makanan atau mangsa seperti serangga. Saluran pencernaan
Produk Alami – Katak Page 11 of 15
mulai dari esofagus yang sangat pendek, terdiri dari kontraksi yang kecil, tepinya
bersilia dan sebagai alat cerna yaitu sel-sel secretoris, kemudian ke usus 12 jari dan
usus halus yang berkelok dan selanjutnya ke usus besar yang lebar, setelah ke usus
besar langsung menuju ke kloaka, yaitu tempat lubang pelepasan (Kastowo, 1984).
Produk Alami – Katak Page 12 of 15
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kandungan Zat Aktif pada Katak
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang banyak ditemukan di
alam. Hampir semua alkaloid di alam ditemukan pada tumbuhan dan hanya sedikit
saja pada hewan. Katak beracun (Dendrobatidae) merupakan salah satu dari sedikit
hewan yang memiliki potensi alkaloid tersebut. Kegunaan dari senyawa alkaloid
sendiri sering digunakan sebagai campuran obat-obatan dan bersifat farmakologis
yang nyata. Sedangkan di alam senyawa alkaloid ini umumnya ditemukan dalam
kadar yang kecil sehingga sulit untuk mendapatkannya. Namun dari Dendrobatidae,
dapat diperoleh senyawa alkaloid dalam jumlah yang relatif banyak. Famili katak
tersebut mengsekresikan alkaloid beracun dari kelenjar di permukaan kulitnya.
Sekresi ini begitu bersifat racunnya sehingga senyawa ini sering digunakan untuk
meracuni sumpit untuk berburu.
Telah berhasil dilakukan isolasi dari 200 jenis alkaloid pada katak famili
Dendrobatidae oleh ilmuwan dari The National Institue of Health. Dari 200 jenis
alkaloid baru tersebut yang paling beracun adalah Batrakotoksin dari Phyllobates
terribilis. Kemudian disusul oleh Histrionikotoksin, Pumiliotoksin B, Epibatidina dan
Anatoxin. Alakaloid tersebut sebagian besar merupakan toksin yang bekerja pada
sistem syaraf dengan mempengaruhi transport ion melewati membran sel. Sehingga
jenis-jenis alkaloid dari Dendrobatidae lebih banyak digunakan sebagai alat
penelitian di bidang neurotoksin dan farmakokinetik.
Gambar 2.4 Struktur Senyawa Alkaloid pada Katak
Produk Alami – Katak Page 13 of 15
Berdasarkan penelitian oleh Valerie C. Clark, ternyata sifat alkaloid yang
terdapat pada Dendrobatidae dipengaruhi oleh faktor lingkungan dari katak tersebut.
Pada lingkungan yang belum terganggu oleh kehidupan manusia, maka katak tersebut
semakin beracun. Sedangkan katak hidup pada daerah yang hutan yang telah diubah
menjadi lahan pertanian jenis kataknya tidak terlalu beracun apabila dibandingkan
pada daerah hutan yang belum dijamah oleh manusia. Sehingga dari tingkat
ketoksikan senyawa alkaloid dapat dijadikan bioindikator lingkungan.
Pada tahun 1992, Epibatidina telah berhasil diisolasi dari Epipedobates
tricolor dan dimafaatkan sebagai obat pereda nyeri yang lebih ampuh daripada
morfin. Dan saat ini telah banyak dijual dalam bentuk garam tatratnya untuk
digunakan dalam penelitian biomedis. Namun sayangnya sebelum semua potensi dan
jenis alkaloid dari katak famili Dendrobatidae terungkap dan terpelajari dengan utuh.
Ternyata keberlangsungan hidup dari katak racun tersebut sendiri mengkhawatirkan.
Saat ini banyak habitat asli dari katak tersebut yaitu hutan-hutan di Madagaskar dan di
Brazil telah terfragmentasi menjadi area kecil dan semakin menyusut. Tentu saja
seharusnya hal ini menjadi kekhawatiran bersama.
Dari potensi alkaloid yang memiliki manfaat besar ini sekali lagi menegaskan
bahwa hal-hal yang besar dan bermanfaat bagi manusia dapat terwujud dari hal-hal
kecil yang terlihat sepele.
Produk Alami – Katak Page 14 of 15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Katak beracun (Dendrobatidae) merupakan salah satu dari sedikit hewan yang
memiliki potensi alkaloid tersebut. Kegunaan dari senyawa alkaloid sendiri sering
digunakan sebagai campuran obat-obatan dan bersifat farmakologis yang nyata.
Sedangkan di alam senyawa alkaloid ini umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil
sehingga sulit untuk mendapatkannya. Namun dari Dendrobatidae, dapat diperoleh
senyawa alkaloid dalam jumlah yang relatif banyak.
Telah berhasil dilakukan isolasi dari 200 jenis alkaloid pada katak famili
Dendrobatidae oleh ilmuwan dari The National Institue of Health. Dari 200 jenis
alkaloid baru tersebut yang paling beracun adalah Batrakotoksin dari Phyllobates
terribilis. Kemudian disusul oleh Histrionikotoksin, Pumiliotoksin B, Epibatidina dan
Anatoxin. Alakaloid tersebut sebagian besar merupakan toksin yang bekerja pada
sistem syaraf dengan mempengaruhi transport ion melewati membran sel. Sehingga
jenis-jenis alkaloid dari Dendrobatidae lebih banyak digunakan sebagai alat
penelitian di bidang neurotoksin dan farmakokinetik.
Dari potensi alkaloid yang memiliki manfaat besar ini sekali lagi menegaskan
bahwa hal-hal yang besar dan bermanfaat bagi manusia dapat terwujud dari hal-hal
kecil yang terlihat sepele.
Produk Alami – Katak Page 15 of 15