6
TINJAUAN PUSTAKA A. Kulit Pisang sebagai Adsorben Tanaman pisang merupakan tanaman asli Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya berbagai jenis pisang di hutan asli pulau yang ada di seluruh Indonesia. Selain tumbuh sebagai tanaman liar, tanaman pisang juga banyak dibudidayakan. Terbukti hampir di setiap tempat dapat dengan mudah ditemukan tanaman pisang, baik yang dipelihara di pekarangan rumah ataupun tumbuh liar di pinggiran jalan. Buah pisang dapat dikonsumsi secara langsung, dapat pula diolah menjadi berbagai jenis olahan makanan seperti kripik pisang, sale pisang, pisang goreng, dan lain-lain. Tentu saja yang diolah hanya bagian dagingnya saja, sehingga dari hasil produksi atau pengolahan tersebut meninggalkan limbah yaitu kulit pisang (Hidayat, 2013). Limbah kulit pisang merupakan limbah terbesar yang diperoleh dengan nilai ekonomis yang hampir tidak ada. Hasil analisis menunjukkan bahwa kulit pisang mengandung selulosa sekitar 40% berat kering. Selulosa mempunyai potensi besar untuk dijadikan sebagai penyerap karena gugus OH yang terikat pada selulosa apabila dipanaskan pada suhu tinggi akan kehilangan atom-atom hidrogen dan oksigen sehingga tinggal atom karbon yang terikat membentuk struktur segi enam dengan atom-atom karbon terletak pada setiap sudutnya. Kandungan karbon yang dimiliki kulit pisang cukup tinggi, oleh karena itu komoditas

Tinjauan Pustaka Dari Aulia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tinjauan pustaka untuk pkm

Citation preview

Page 1: Tinjauan Pustaka Dari Aulia

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kulit Pisang sebagai Adsorben

Tanaman pisang merupakan tanaman asli Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan

banyaknya berbagai jenis pisang di hutan asli pulau yang ada di seluruh

Indonesia. Selain tumbuh sebagai tanaman liar, tanaman pisang juga banyak

dibudidayakan. Terbukti hampir di setiap tempat dapat dengan mudah ditemukan

tanaman pisang, baik yang dipelihara di pekarangan rumah ataupun tumbuh liar di

pinggiran jalan. Buah pisang dapat dikonsumsi secara langsung, dapat pula diolah

menjadi berbagai jenis olahan makanan seperti kripik pisang, sale pisang, pisang

goreng, dan lain-lain. Tentu saja yang diolah hanya bagian dagingnya saja,

sehingga dari hasil produksi atau pengolahan tersebut meninggalkan limbah yaitu

kulit pisang (Hidayat, 2013). Limbah kulit pisang merupakan limbah terbesar

yang diperoleh dengan nilai ekonomis yang hampir tidak ada. Hasil analisis

menunjukkan bahwa kulit pisang mengandung selulosa sekitar 40% berat kering.

Selulosa mempunyai potensi besar untuk dijadikan sebagai penyerap karena

gugus OH yang terikat pada selulosa apabila dipanaskan pada suhu tinggi akan

kehilangan atom-atom hidrogen dan oksigen sehingga tinggal atom karbon yang

terikat membentuk struktur segi enam dengan atom-atom karbon terletak pada

setiap sudutnya. Kandungan karbon yang dimiliki kulit pisang cukup tinggi, oleh

karena itu komoditas ini dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan karbon

aktif (Ai Nailil, 2011).

B. Karbon Aktif

Karbon aktif merupakan senyawa karbon amorf, yang dapat dihasilkan dari

bahan-bahan yang mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan secara

khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Karbon aktif adalah

karbon yang mengalami proses pengaktifan dengan menggunakan bahan

pengaktif sehingga pori-porinya terbuka, luas permukaan karbon menjadi lebih

besar, dan kapasitasnya adsorpsinya menjadi lebih tinggi. Karbon aktif merupakan

adsorben dengan permukaan lapisan yang luas dengan bentuk butiran (granular)

atau serbuk (powder).

Page 2: Tinjauan Pustaka Dari Aulia

C. Proses Pembuatan Karbon Aktif

Pembuatan karbon aktif berlangsung 3 tahap yaitu proses dehidrasi, proses

karbonasi dan proses aktivasi (Sembiring, 2003).

1. Proses dehidrasi

Proses ini dilakukan dengan memanaskan bahan baku dengan tujuan untuk

menguapkan seluruh kandungan air dan menurunkan kelembaban pada bahan

baku.

2. Proses Karbonasi

Proses ini bertujuan untuk menghilangkan unsur-unsur hidrogen serta

oksigen yang terikat dalam bahan baku sehingga tinggal karbonnya saja yang

menjadi unsur dominan. Tahap karbonisasi akan menghasilkan karbon yang

mempunyai struktur pori lemah, karena struktur kristalnya tidak beraturan

sehingga terdapat rongga yang masih terisi oleh unsur-unsur penyusun bahan

baku. Unsur ini menutupi pori-pori sehingga kemampuan adsorbsinya rendah.

3. Proses aktivasi

Aktivasi adalah suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk

memperbesar pori yaitu dengan memecahkan ikatan ikatan hidrokarbon

sehingga arang mengalami perubahan, baik fisika maupun kimia, yaitu luas

permukaannya tambah besar dan berpengaruh terhadap adsorpsi. Penelitian ini

menggunakan metode gabungan kimia (merendam dengan larutan pengaktif

ZnCl2 sebanyak 10%) dan fisika (pemanasan dengan furnace pada suhu 500ºC,

520ºC, 540ºC, 560ºC, 580ºC, dan 600ºC). Tujuan penggabungan cara kimia

dan fisika adalah untuk mendapatkan hasil yang maksimal untuk proses

adsorpsi nya (Pambayun, 2013).

D. Adsorpsi

Adsorpsi adalah peristiwa menempelnya atom atau molekul suatu zat pada

permukaan zat lain karena ketidakseimbangan gaya dalam permukaan. Zat yang

teradsorpsi disebut adsorbat dan zat pengadsorpsi disebut adsorben. Proses

adsorpsi digambarkan sebagai proses molekul meninggalkan larutan dan

menempel pada permukaan zat penyerap akibat ikatan fisika dan kimia (Sawyer

et. Al., dalam Ai Nailil, 2011).

Page 3: Tinjauan Pustaka Dari Aulia

E. Pencemaran Udara

Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di

dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari

keadaan normalnya. Sumber pencemar udara dibedakan atas sumber tidak

bergerak seperti cerobong asap dan pembakaran terbuka di wilayah pemukiman

dan sumber bergerak seperti kendaraan bermotor di jalan raya (Praja, 2006).

Menurut Wardhana (2004) perkiraan presentase pencemar udara terbesar dari

sumber transportasi di Indonesia adalah pada gas CO yaitu sebesar 70,50%, gas

pencemar kedua yaitu Nox, SOx, HC dan partikel. Karbon monoksida (CO)

adalah suatu gas yang tak berwarna, tidak berbau dan juga tidak berasa. Gas CO

dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah -1920C. Gas CO sebagian besar

berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan

(Wardhana, 2004). Fardiaz (1992) menyatakan bahwa konsentrasi CO di udara

per waktu dalam satu hari dipengaruhi oleh kesibukan atau aktivitas kendaraan

bermotor. Semakin ramai kendaraan bermotor yang ada, semakin tinggi tingkat

polusi CO di udara.

F. Dampak Gas Karbon Monoksida (CO) Terhadap Manusia

Gas CO dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan gangguan kesehatan,

bahkan juga dapat menyebabkan kematian. Gas CO apabila terhisap ke dalam

paru-paru akan mengikuti peredaran darah dan akan menghalangi masuknya

oksigen (O2) yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO

bersifat racun metabolis, ikut bereaksi secara metabolis dengan darah menjadi

karboksihemoglobin (COHb). Ikatan karboksihemoglobin jauh lebih stabil dari

pada ikatan oksigen dengan darah (oksihemoglobin). Keadaan ini menyebabkan

darah 3 menjadi lebih mudah menangkap CO dan menyebabkan fungsi vital darah

sebagai pengangkut oksigen terganggu. Konsentrasi CO2 di udara sekitar 80 ppm

dan konsentrasi COHb dalam darah sekitar 13%, maka seseorang akan sulit

bernapas, bila konsentrasi semakin tinggi serta terjadi dalam waktu lama dapat

berakibat seseorang pingsan bahkan sampai kematian. Keracunan kronis akan

mengakibatkan ganguan syaraf pusat dengan gejala fisik dan gangguan mental.

Page 4: Tinjauan Pustaka Dari Aulia

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Arif Meftah. 2013. Manfaat dan Kegunaan Tanaman Pisang.

http://www.anakagronomy.com/2013/05/manfaat-dan-kegunaantanaman-pisang.html.

Diakses tanggal 04 Oktober 2015.

Muna, Ai Nailil. 2011. Kinetika Adsorpsi Karbon Aktif dari Batang Pisang sebagai

Adsorben Untuk Penyerapan Ion Logam Cr(VI) pada Air Limbah Industri. Skripsi S1

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Sembiring, Meilita Triana & Sinaga. 2003. Arang Aktif (Pengenalan dan Proses

Pembuatannya). Universitas Sumatera Utara.

Pambayun, dkk. 2013. Pembuatan Karbon Aktif dari arang Tempurung Kelapa dengan

Aktivator ZnCl2 dan Na2CO3 Sebagai Adsorben untuk Mengurangi Kadar Fenol Dalam Air

Limbah. Jurnal Teknik Pomits Vol. 2, No. 1.

Praja. 2006. Gas Penyebab Emisi Udara. Yogyakarta: Kanisius.

Wardhana, W. A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi.

Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.