32
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dasar 2.1.1.Pengertian Penyakit diabetes mellitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang dan disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. (Soegondo, 2005) Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati (Yuliana elin, 2009).

tinjauan pustaka DM

Embed Size (px)

DESCRIPTION

akademi perawat

Citation preview

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. Konsep dasar2.1.1. PengertianPenyakit diabetes mellitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang dan disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. (Soegondo, 2005)Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati (Yuliana elin, 2009).Penyakit DM dapat diklasifikasikan menjadi DM tipe I (IDDM), DM tipe II (NIDDM), DM Gestasional (DM dalam kehamilan) dan DM tipe spesifik lain seperti cacat genetic fungsi sel beta, cacat genetik kerja insulin, endokrinopati, penyakit eksokrin pancreas, obat/diinduksi secara kimia dan infeksi (Price & Wilson, 2006)Diabetes mellitus tipe 2 merupakan jenis diabetes yang paling sering terjadi, mencakup sekitar 85% pasien diabetes. Keadaan ini ditandai oleh resistensi insulin disertai defisiensi insulin relative, dimana sel B tidak mampu mengimbangi resistensi ini sepenuhnya. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.

2.1.2. Etiologi2.1.2.1. Diabetes Mellitus Tipe IDiabetes yang tergantung insulin dan ditandai dengan penghancuran sel sel beta pankreas yang disebabkan oleh : Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes tipe I Faktor imunologi (autoimun) Faktor lingkungan : virus atau toksik tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan ekstruksi sel beta 2.1.2.2. Diabetes Mellitus Tipe IIDisebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II : usia, Obesitas, Riwayat, dan Keluarga.2.1.3. PatofisiologiDiabetes mellitus tipe II bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai Resistensi Insulin. Resistensi insulin banyak terjadi akibat obesitas, kurang aktifitas fisik, dan penuaan. Pada penderita DM tipe II dapat juga terjadi produksi glukosa hepatic yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel Langerhans secara otoimun seperti DM tipe I. Defisiensi fungsi insulin pada penderita DM tipe II hanya bersifat relatif, tidak absolut (Depkes, 2005)Pada awal perkembangan DM tipe II, sel-sel menunjukkan gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik, pada perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel pankreas. Kerusakan sel-sel pankreas yang terjadi secara progresif seringkali akan mengakibatkan defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada penderita DM tipe II memang umumnya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin (Depkes, 2005)

2.1.4. Pathway / WOC (Web Of Caution)

2.1.5. Gejala Gejala diabetes mellitus dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik.2.1.5.1. Gejala akut Diabetes MellitusGejala penyakit DM dari satu penderita ke penderita lain bervariasi bahkan, mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu.1. Pada permulaan gejala yaitu : Banyak makan (Poliphagia) Banyak minum (polidipsia) Banyak kencing (polyuria)2. Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan timbul gejala : Banyak minum Banyak kencing Nafsu makan mulai berkurang / BB turun dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu) Mudah lelah Bila tidak segera diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh koma, yang disebut dengan koma diabetik2.1.5.2. Gejala Kronik Diabetes Mellitus Kesemutan Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum Rasa tebal di kulit Kram Kelelahan Mudah mengantuk Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata Gatal di sekitar kemaluan terutama wanita Gigi mudah goyah dan mudah lepas Kemampuan seksual menurun bahkan impotensi Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg(Darmono dalam Hastuti, 2008)

2.1.6. KomplikasiKomplikasi makrovaskular merupakan penyebab utama kematian pada pasien diabetes tipe II, mencakup 50% kematian dalam kelompok ini (Tabel .). Risiko relative penyakit kardiovaskular adalah dua sampai tiga kali lipat lebih tinggi pada pria dan tiga sampai empat kali lipat lebih tinggi pada wanita dengan diabetes daripada kelompok control berusia sama.Penyandang diabetes 3 kali lipat lebih berpeluang mengalami stroke, dan 15 kali lipat lebih berpeluang mengalami amputasi tungkai bawah.

2.1.7. DiagnostisSeseorang yang didiagnosis menderita DM bila hasil pengukuran kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dl atau hasil pengukuran kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel .Glukosa Plasma PuasaGlukosa Plasma 2 jam setelah makan

Normal200 mg/dl

Sumber : Depkes, 2005

2.1.8. InsidenDiabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang menyerang kurang lebih 12 juta orang. 7 Juta dari 12 juta penderita diabetes sudah terdiagnosis, sisanya tidak terdiagnosis. (Healthy person 2000. 1990).Dulu diabetes tipe II lebih sering terjadi pada pasien berusia di atas 40 tahun. Namun dengan meningkatkanya insidensi obesitas di Negara barat dan onsetnya yang semakin dini, saat ini terjadi peningkatan frekuensi diabetes tipe II pada orang dewasa dan anak-anak. Di Indonesia penderita DM tipe II paling banyak. Konon mencapai lebig dari 90% dan umunya disertai kegemukan dan terjadi pada usia di atas 40 tahun.Di Amerika Serikat, DM merupakan penyebab utama kebutaan yang baru diantara penduduk berusia 25 tahun hingga 75 tahun dan juga menjadi penyebab utama amputasi diluar trauma kecelakaan. 30% pasien yang mulai mendapatkan terapi dialysis setiap tahun menderita diabetes. Diabetes juga berada di urutan ke tiga sebagai penyebab kematian.

2.1.9. PenatalaksanaanTujuan umum terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vascular serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes mellitus adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadinya hipoglikemia dengan gangguan serius pada pola aktivitas pasien.Ada lima komponen penatalaksanaan diabetes :2.1.9.1. Penatalaksanaan dietPrinsip umum diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes dan diarahkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:1. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin dan mineral.2. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai.3. Memenuhi kebutuhan energi4. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap hari dengan mengupayakan kadar gula darah mendekati normal.5. Menurunkan kadar lemak jika kadar ini meningkat.2.1.9.2. Penatalaksanaan latihanLatihan sangat penting perannya dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya akan menurunkan kadar glukosa dalam darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pamakaian insulin. Latihan juga akan mengubah kadar lemak darah dan menurunkan kolesterol.Bentuk latihan yang dianjurkan agar lamanya periode latihan ditingkatkan secara bertahap, bagi banyak pasien berjalan merupakan bentuk latihan yang aman dan bermanfaat karena tidak memerlukan alat khusus serta dapat dilakukan dimana saja. Pedoman umum latihan pada pasien diabetes:1. Gunakan alas kaki yang tepat dan bila perlu gunakan alat pelindung kaki lainnya,2. Hindari latihan pada keadaan terlalu panas dan dingin.3. Periksa kaki setiap hari sesudah melakukan latihan4. Hindari latihan pada kondisi pengendalian metabolik buruk.2.1.9.3. Pemantauan glukosaPengendalian kadar glukosa darah secara mandiri dengan melakukan pengontrolan glukosa secara mendiri pasien diabetes kini dapat mengatur terapinya untuk pengendalian kadar glukosa secara optimal1. Pengendalian hiperglikemia pada pagi hariKenaikan kadar glukosa pada pagi hari disebabkan karena ketidakadekuatan insulin atau biasa disebut dengan fenomena fajar; fenomena ini diperkirakan terjadi akibat limpahan nokturnal sekresi hormon pertumbuhan yang menyebabkan peningkatan kebutuhan akan kebutuhan insulin.2.1.9.4. Pemberian terapiDalam terapi yang dilakukan pada pasien dengan diabetes melitus adala terapi insulin, hal ini diberikan jika kadar insulin dalam tubuh berkurang. Hal ini karena insulin bekerja untuk menurunkan kadar glukosa darah. Selama proses puasa, insulin menghambat pemecahan simpanan glukosa, protein dan lemak.Pada diabetes tahap I, tubuh kehilangan kemampuan untuk memproduksi insulin, dengan demikian insulin eksogenus harus diberikan dalam jumlah tak terbatas. Pada diabetes tahap II, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya. Disamping itu pemberian diet oral, tahap ini masih membutuhkan insulin secara temporer selama mengalami sakit, infeksi, kehamilan, pembedahan, atau beberapa kejadian stress lainnya.Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali perhari, untuk mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari. Karena dosis yang diperlukan sesuai dengan kadar glukosa dalam darah, maka pemantauan kadar glukosa dalam darah sangat penting.

2.1.9.5. Penyuluhan cara penyuntikan insulinPenyuluhan sangat penting untuk melibatkan pasien dalam program terapi penyakitnya, karena bertujuan agar pasien mampu mandiri namun masih terantung pada tim medikasi dalam memenuhi indikasi dan dosis pemberian insulin.

2.2. Faktor Penyebab Diabetes Mellitus Tipe IIFaktor risiko penyakit Diabetes Mellitus dapat dibedakan menjadi 2, yaitu faktor yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah.Di bawah ini adalh faktor risiko diabetes mellitus tipe II :2.2.1. Faktor yang tidak dapat dirubah2.2.1.1. Faktor usiaHasil penelitian di Negara maju menunjukkan bahwa kelompok umur yang berisiko terkena DM tipe II adalah kelompok usia 65 tahun ke atas. Di Negara berkembang, kelompok umur yang berisiko untuk menderita DM tipe II adalah usia 46-64 tahun karena pada usia tersebut terjadi intoleransi glukosa. Proses penuaan menyebabkan menurunnya kemampuan sel pankeras dalam memproduksi insulin. (Budhiarta dalam Sanjaya, 2009).Dari hasil analisis Riskerdas 2007, terlihat bahwa semakin tua usia maka semakin tinggi risiko untuk menderita Diabetes Mellitus. Orang yang berusia 26-35 tahun berisiko 2,32 kali, usia 36-45 tahun berisiko 6,88 kali, dan usia lebih dari 45 tahun berisiko 14,99 kali untuk menderita DM tipe II diabandingkan dengan usia 15-25 tahun. (Irawan,2010)2.2.1.2. Jenis KelaminJika dilihat dari faktor risiko, wanita lebih berisiko mengidap diabetes, karena secara fisik wanita memilki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome) dan pacsa-menopause yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi. Selain itu, pada wanita yang sedang hamil terjadi ketidakseimbangan hormonal. Hormon progesterone menjadi tinggi sehingga meningkatkan sistem kerja tubuh untuk merangsang sel sel berkembang. Selanjutnya tubuh akan memberikan sinyal lapar dan pada puncaknya menyebabkan sistem metabolisme tubuh tidak bisa menerima langsung asupan kalori sehingga menggunakannya secara total sehingga terjadi peningkatan kadar gula darah saat kehamilan (Damayanti dalam Irawan,2010).2.2.1.3. Faktor genetik (Riwayat DM Keluarga)Timbulnya penyakit Diabetes Mellitus tipe II sangat dipengaruhi oleh faktor genetik. Risiko seorang anak mendapat DM tipe II adalah 15% bila salah satu orang tuanya menderita DM. Jika kedua orang tua memiliki penyakit DM maka risiko untuk menderita DM adalah 75%. Orang yang memiliki ibu dengan DM memiliki risiko 10-30% lebih besar daripada orang yang memiliki ayah dengan DM. Hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam kandungan lebih besar dari ibu. Jika saudara kandung menderita DM maka risiko untuk menderita DM adalah 10% dan 90% jika yang menderita adalah saudara kembar identik.Sebuah penelitian pernah dilakukan oleh Fatmawati di RSUD Sunan Kalijaga Demak. Penelitian pada tahun 2010 memakai desain studi kasus-kontrol. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa riwayat keluarga merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Mellitus tipe II. Orang yang memiliki riwayat keluarga DM memiliki risiko 2,97 kali untuk kejadian DM tipe II dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat keluarga. (Fatmawati, 2010)Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh Alfiyah di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa ada hubungan riwayat keluarga denga DM. Orang yang memiliki riwayat keluarga DM memiliki risiko sebesar 3 kali untuk menderita DM dibandingkan yang tidak. (Alfiyah,2010)

2.2.2. Faktor yang dapat dirubah 2.2.2.1. Obesitas1. Indeks Masa Tubuh (IMT)Nilai IMT diperoleh daripengukuran berat badan (BB) dalam satuan kilogram dan tinggi badan (TB) dalam satuan meter. Selanjutnya hasil pengukuran dihitung berdasarkan rumus IMT :

IMT = BB (Kg) TB2 (m)

IMT dapat digunakan untuk mengetahui apakah BB seseorang seseorang telah ideal atau belum. Untuk mengetahuinya, dapat digunakan tabel dibawah ini :Hasil IMTKategori

90 cm dan pada wanita >80 cm. (Kemenkes, 2010)Obesitas sentral merupakan contoh penimbunan lemak tubuh yang berbahaya karena adiposit di daerah ini sangat efisien dan lebih resisten terhadap efek insulin dibandingkan adiposity di daerah lain. Adanya peningkatan jaringan adipose biasanya diikuti keadaan resistensi insulin. Resistensi insulin merupakan suatu fase awal abnormalitas metabolik sampai terjadinya intoleransi glukosa. Kegagalan sel pankreas menyebabakan sekresi insulin tidak adekuat, sehingga terjadi transisi dari kondisi resistensi insulin ke diabetes yang manifest secara klinis. (Pusparini, 2007)Penelitian Wiyardani di Rumah Sakit Sanglah Denpasar, Bali membagi subjek ke dalan dua kelompok yaitu kasus dan control. Hasil analisis statistic menujukkan terdapat hubungan yang signifikan anatara obesitas sentral terhadap DM tipe II. Obesitas sentral lebih banyak ditemukan pada kasus dibandingkan 2.2.2.2. Pola hidup1. Terpapar asap rokokTerpapar asap rokok adalah merokok atau sering berada di dekat perokok. Merokok adalah salah satu faktor risiko terjadinya penyakit DM tipe II. Asap rokok yang dapat meningkatkan kadar gula darah. Pengaruh rokok (nikotin) merangsang kelenjar adrenal dan dapat meningkatkan kadar glukosa (Latu, 1983)Penelitian yang dilakukan oleh Houston dari Birmingham Veteran Affairs Medical Centre, Alabama, AS menyatakan bahwa perokok pasif memungkinkan menghisap racun sama seperti perokok aktif. Penelitian tersebut mendapatkan bahwa perokok aktif memiliki risiko 22% lebih tinggi untuk terserang DM tipe II disbanding orang yang tidak merokok, sedangkan pada perokok pasif ditemukan memiliki risiko 17% lebih tinggi untuk terserang diabetes disbanding dengan yang tidak terpajan (Rmexpose dalam Irawan, 2010).2. Aktivitas fisikAktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh dengan tujuan meningkatkan dan mengeluarkan tenaga dan energi. (Kemenkes, 2010)Aktifitas fisik sangat berperan dalam dalam mengontrol gula darah. Pada saat tubuh melakukan aktivitas fisik, maka sejumlah glukosa akan diubah menjadi energi. Aktifitas fisik mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang. Pada orang yang jarang berolahraga, zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energi maka akan timbul Diabetes Mellitus. Setelah beraktivitas fisik selama 10 menit, glukosa darah akan meningkat sampai 15 kali dari jumlah kebutuhan pada keadaan biasa. (Kemenkes, 2010)Penelitian Sanjaya di RS Tabanan Bali mendapatkan bahwa aktivitas fisik merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan DM tipe II. Orang yang aktivitas fisiknya rendah memiliki risiko 4,36 kali lebih besar untuk menderita DM tipe II dibanding orang dengan aktivitas fisik tinggi. (Sanjaya,2009)2.3.2.3. Status Kesehatan1. Kadar KolesterolKadar kolesterol yang tinggi berisiko terhadap penyakit DM tipe II. Kadar kolesterol tinggi menyebabkan meningkatknya asam lemak bebas (free fatty acid) sehingga terjadi lipotoksisity. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan sel yang akhirnya mengakibatkan DM tipe II. Kadar koleterol total berisiko untuk diabetes jika hasilnya >190mm/dl (kolesterol tinggi) sedangkan kadarnormal adalah 190 mm/dl. (Kemenkes,2010)Sebuah penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Hasil penelitian menujukkan bahwa kolesterol tinggi memiliki hubungan dengan DM tipe II. Orang dengan kolesterol tinggi memiliki risiko 13,45 kali untuk menderita DM tipe II dibandingkan dengan yang kadar kolesterolnya normal. (Andi dkk, 2007)

2. Tekanan DarahTekanan darah dapat diketahui dari pengukuran arteri brachialis di lengan atas. Dibawah ini adalah tabel klasifikasi tekanan darah :KlasifikasiSistolik Diastolik

NormalPrehipertensiHipertensi derajat IHipertensi derajat II120121-139140-1591608081-9091-99100

Sumber : Perkeni dalam Kemenkes, 2010Seseorang dikatakan hipertensi jika sistolik 140 mmHg atau diastolik 91 mmHg. Hipertensi akan menyebabkan insulin resisten sehingga terjadi hiperinsulinemia, terjadi mekanisme kompensasi tubuh agar glukosa darah normal. Bila tidak dapat diatasi maka akan terjadi gangguan Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) yang mengakibatkan kerusakan sel dan terjadilah DM tipe II. (Kemenkes, 2010)