TINJAUAN PUSTAKA EPISTAKSIS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mkk

Citation preview

Berkas PasienNama Fasilitas Pelayanan Kesehatan: RS Trisakti

No Berkas

: 0083

No Rekam Medis

: 0066

Pasien ke

: dalam keluarga

Data Administrasi

Tanggal 25 Mei 2010 diisi oleh Nama : Adisti P Ryanda NIP : 06

PasienKeterangan

NamaAn. Y

Umur/ tgl lahir6 tahun

Alamat-

Jenis kelaminLaki-laki

Agama-

Pendidikan-

Pekerjaan-

Status perkawinanBelum menikah

Kedatangan yang ke1

Telah diobati sebelumnyaTidak

Riwayat penyakit dahulu/bedah-

Data Pelayanan

ANAMNESIS (Subyektif)(dilakukan secara : autoanamnesis)

A. Alasan kedatangan / keluha utama : perdarahan hidungB. Keluhan lain / tambahan : -

C. Riwayat perjalnan penyakit sekarang:

Perdarahan hidung setelah membuang ingus keras-keras

D. Riwayatpenyakit keluarga

E. Riwayat penyakit dahulu

PEMERIKSAAN FISIK (obyektif)A. Keadaan umum & tanda-tanda vital termasuk status gizi :

Keadaan umum: baik

Tekanan darah: -

Frek. Nadi: -

Frek. Nafas: -

Suhu

: afebril

Berat badan: -

Tinggi badan: -

Status gizi: -

B. Status generalis :

1. Mata

: konjungtiva: - Sklera

: -

2. THT

: -

3. Paru

: Inspeksi: NPalpasi

: N

Perkusi: NAuskultasi: N

4. Jantung: : Inspeksi: NPalpasi

: N

Perkusi: NAuskultasi: bunyi jantung murni5. Abdomen: Inspeksi: NPalpasi

: N

Perkusi: NAuskultasi: N

6. Punggung: -

7. Ekskremitas: hangat

8. Status Neurologis : -

C. Status lokalis :

Telinga: ADS : LT lapang. MT intak tenang Hidung: Rongga hidung lapang

Konka inferior dan konka media eutropis

Mukosa merah muda

Septum lurus, terdapat sedikit bekuan darah pada dinding depan kiri septum

Tidak ada perdarahan baru

Tenggorok : tonsil T1/T1 tenang

Faring tenang

DIAGNOSIS HOLISTIC (assessment) Aspek personal :

Pasien datang dikarenakan perdarahan pada hidung setelah adanya riwayat trauma

Harapan pasien : -

Kekuatiran pasien : -

Persepsi pasien terhadap penyakitnya : mungikn ibu pasien ingin mengetahiu penyebab perdarahan hidung Aspek klinis :

Diagnosa : Epistaksis anterior et causa trauma

Aspek resiko internal :

Adanya riwayat kebiasaan mengorek hidung dan membuang ingus keras-keras

Aspek psikososial keluarga : -

Drajat fungsional : 2(hendaya ringan)

RENCANA PENATALAKSANAAN PASIEN (planning)1. Periksa keadaan umum2. Mencari sumber perdarahan3. Hentikan perdarahan cari factor penyebab untuk mencegah berulangnya perdarahanTINDAK LANJUT & HASIL INTERVENSI

Apabila perdarahan tidah berhenti dilakukan pemasangan tampon.Diskusi sesi 2

Prinsip penatalaksanaan epistaksis

1. Periksa keadaan umum2. Mencari sumber perdarahan3. Hentikan perdarahan cari factor penyebab untuk mencegah berulangnya perdarahanKomplikasi epistaksis

1. Aspirasi ke saluran nafas bawah

2. Syok

3. Anemia

4. Gagal ginjal

5. Tekanan darah turun mendadak dapat menimbulkan hipotensi, hipoksi, iskemi serebri, insufisiensi koroner, infark miokard dan akhirnya kematian.

TINJAUAN PUSTAKA

EpistaksisEpidemiologi

Epistaksis atau perdarahan hidung dilaporkan timbul pada 60% populasi umum. Puncak kejadian dari epistaksis didapatkan berupa dua puncak (bimodal) yaitu pada usia 50 tahun. Epistaksis sering ditemukan sehari-hari, dan hampir 90% dapat berhenti sendiri. Epistaksis bukan merupakan suatu penyakit, melainkan sebagai gejala dari suatu kelainan.

Perdarahan dari hidung dapat merupakan gejala yang sangat menjengkelkan dan mengganggu. Ia dapat pula mengancam nyawa. Faktor etiologi harus dicari dan dikoreksi untuk mengobati epistaksis secara efektif. Perdarahan hidung tampak lebih sering terjadi pada masa awal kanak-kanak sampai pubertas. Walaupun pada kelompok usia tersebut biasanya tidak serius. Epistaksis berat atau yang mengancam jiwa tampaknya meningkat dengan bertambahnya usia.

Epistaksis adalah masalah klinis yang berbahaya, terutama bila berasal dari posterior. Sembilan puluh persen epistaksis berasal spontan dari pleksus pembuluh darah superfisialis didalam septum anterior inferior, dan lebih mudah ditangani dibandingkan epistaksis posterior, yang 10% pasien dari pembuluh darah di dalam dinding hidung lateral dekat nasofaring dan disertai dengan mortalitas 4% sampai 5%.Definisi

Epistaksis adalah keluarnya darah dari hidung, seringkali merupakan suatu gejala atau menisfestasi penyakit lain. Kebanyakan ringan dan sering dapat berhenti sendiri tanpa memerlukan bantuan medis, tapi bila epistaksis yang berate walaupun jarang merupakan masalah kedaruratan yang dapat berakibata fatal bila tidak segera ditanganiEtiologi

Perdarahan hidung diawali oleh pecahnya pembuluh darah di dalam selaput mukosa hidung. Delapan puluh persen perdarahan berasal dari pembuluh darah Pleksus Kiesselbach (area Little). Pleksus Kiesselbach terletak di septum nasi bagian anterior, di belakang persambungan mukokutaneus tempat pembuluh darah yang kaya anastomosis. Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab-sebab lokal dan umum atau kelainan sistemik. 1. Lokal Trauma

Epistaksis yang berhubungan dengan neoplasma biasanya mengeluarkan sekret dengan kuat, bersin, mengorek hidung, trauma seperti terpukul, jatuh dan sebagainya. Selain itu iritasi oleh gas yang merangsang dan trauma pada pembedahan dapat juga menyebabkan epistaksis.

Infeksi

Infeksi hidung dan sinus paranasal, rinitis, sinusitis serta granuloma spesifik, seperti lupus, sifilis dan lepra dapat menyebabkan epistaksis.

Neoplasma

Epistaksis yang berhubungan dengan neoplasma biasanya sedikit dan intermiten, kadang-kadang ditandai dengan mukus yang bernoda darah, Hemongioma, karsinoma, serta angiofibroma dapat menyebabkan epistaksis berat.

Kelainan congenital

Kelainan kongenital yang sering menyebabkan epistaksis ialah perdarahan telangiektasis heriditer (hereditary hemorrhagic telangiectasia/Osler's disease). Pasien ini juga menderita telangiektasis di wajah, tangan atau bahkan di traktus gastrointestinal dan/atau pembuluh darah paru.

Sebab-sebab lain termasuk benda asing dan perforasi septum.Perforasi septum nasi atau abnormalitas septum dapat menjadi predisposisi perdarahan hidung. Bagian anterior septum nasi, bila mengalami deviasi atau perforasi, akan terpapar aliran udara pernafasan yang cenderung mengeringkan sekresi hidung. Pembentukan krusta yang keras dan usaha melepaskan dengan jari menimbulkan trauma digital. Pengeluaran krusta berulang menyebabkan erosi membrana mukosa septum dan kemudian perdarahan.

Pengaruh lingkunganMisalnya tinggal di daerah yang sangat tinggi, tekanan udara rendah atau lingkungan udaranya sangat kering.2. Sistemik Kelainan darah misalnya trombositopenia, hemofilia dan leukemia. Penyakit kardiovaskulerHipertensi dan kelainan pembuluh darah, seperti pada aterosklerosis, nefritis kronik, sirosis hepatis, sifilis, diabetes melitus dapat menyebabkan epistaksis. Epistaksis akibat hipettensi biasanya hebat, sering kambuh dan prognosisnya tidak baik Biasanya infeksi akut pada demam berdarah, influenza, morbili, demam tifoid.

Gangguan endokrinPada wanita hamil, menarche dan menopause sering terjadi epistaksis, kadang-kadang beberapa wanita mengalami perdarahan persisten dari hidung menyertai fase menstruasiLokasi epistaksisA. Epistaksis anterior

Kebanyakan berasal dari pleksus Kisselbach di septum bagian anterior atau arteri etmoidalis anterior. Perdarahan pada septum biasanya ringan karena keadaan mukosa yag hiperemis atau kebisaan mengorek hidung dan kebanyan terjadi pada anak, seringkali berulang dan dapat berhenti sendiriB. Epistkasis posterior

Dapat berasal dari arteri etmoidalis atau arteri sfenopalatina. Perdarahan biasanya lebih hebat dan jarang dapat berhenti sendiri. Serng ditenukan pada pasien dengan hipertensi, arterosklerosis atau pasien dengan penyakit kardiovaskuler karena pecahnnya arteri sfenopalatina.

Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan yang diperlukan berupa:

1. Rinoskopi anterior.P emeriksaan harus dilakukan dengan cara teratur dari anterior ke posterior. Vestibulum, mukosa hidung dan septum nasi, dinding lateral hidung dan konkhainferior harus diperiksa dengan cermat.

2. Rinoskopi posterior. Pemeriksaan nasofaring dengan rinoskopi posterior penting pada pasien dengan epistaksis berulang dan sekret hidung kronik untuk menyingkirkan neoplasma.

3. Pengukuran tekanan darah. Tekanan darah perlu diukur untuk menyingkirkan diagnosis hipertensi, karena hipertensi dapat menyebabkan epistaksis yang hebat dan sering berulang.

4. Rontgen sinus Rontgen sinus penting mengenali neoplasma atau infeksi.

5. Skrining terhadap koagulopati. Tes-tes yang tepat termasuk waktu protrombin serum, waktu tromboplastin parsial, jumlah platelet dan waktu perdarahan.

6. Riwayat penyakit. Riwayat penyakit yang teliti dapat mengungkapkan setiap masalah kesehatan yang mendasrai epistaksisPenatalaksanaan

1. Keadaan umum, mencari sumber perdarahan, hentikan perdarahan cari factor penyebab untuk mencegah berulangnya perdarahan

2. Pada anak yang sering mengalami epistaksis ringan, perdarahan dapat dihentikan dengan cara duduk dengan kepala ditegakkan, kemudian cuping hidung ditekan ke arah septum selama beberapa menit, tapi bila keadaannya lemah sebaikny asetengah duduk atau berbaring dengan kepala ditinggikan. Harus diperhatikan jangna sampai darah mengalir ke saluran nafas bawah.3. Sumber perdarahan dicari untuk membersihkan hidung dari darah dan bekuan darah dengan bantuan alat penghisap. Kemudian pasang tampon sementara yaitu kapas yang telah dibasahi dengan adrenalin 1/5000-1/10.000 dan pantocain atau lidocain 2% dimasukkan kedalam rongga hidung untuk menghentikan perdarahan mengurangi rasa nyeri pada saat dilakukan tindakan selanjutnya. Tampon dibiarkan selama 10-15 menit.

Menghentikan perdarahan

a. Perdarahan anterior

Perdarahan anterior biasanya seringkali berhenti sendiri apabila perdarah tidak berhenti dapat dicoba dihentikan denga menekan hidung dari luar selama 10-15 menit, seringkali berhasil.

Bila sumber perdarahan dapat terlihat, tempat asal perdarahan dikaustik dengan larutan Nitras Argenti (agNO) 25-30%. Sesudahnya area tersebu diberi krim antibiotic.Bia masih perdarahan, maka perlu dilakukan pemasangan tampon anterior yang dibuat dari kapas atau kasa yang diberi pelumas vaselin atau salep antibiotic. Pemakaina pelumas ini agar tampon mudah dimasukkan dan tidak menimbulkan perdarahan baru saat dimasukkan atau dicabut. Tampon dimasukkan sebanyak 2-4 buah, disusun dengan teratur dan harus dapat menekan asal perdarahan. Tampon dipertahankan selama 2 x 24 jam, harus dikeluarkan untuk mencegah infeksi hidung.

b. Perdarahan posterior

Untik menanggulangi perdarahan posterior dilakukan pemasangan tampon posterior, yang disebut tampon Bellocq. Tampon ini dibuat dari kasa padat dibentuk kubus atau bulat dengan diameter 3cm. pada tampon ini terkait 3 utas benang, 2 buah disatu sisi dan sebuat di sisi berlawanan.

Untuk pemasangan tampon posterior pada perdarahan satu sisi, digunakan bantuan kateter karet ang dimasukkan dari lubang hidung sampai tampak di orofaring, lalu ditarik keluar dari mulut. Pada ujung kateter ini dikaitkan 2 benang tampon Bellocq, kemudian kateter ditarik kembali melalui hidung sampai benang keluar dan dapat ditarik. Tampon perlu didorong dengan jari telunjuk untuk dapat melewati palatum mole masuk ke nasofaring. Bila masih ada perdarahan, maka dapat ditambah tampon anterior ke dalam cavum nasi. Kedua benang yang keluar dari hidung diikat pada sebuah gulungan kain kasa di depan nares anterior, supaya tampon yang terletak di nasofaring tetap di tempatnya. Benang lain yang keluar dari mulut dikaitakan secara longgar pada pipi pasien. Gunanya aialah untuk menarik tampon keluar mealui mulut setelah 2-3 hari.Bila perdarahan berat dari kedua sisi digunakan bantuan dua kateter masing-masing melalui kavum nasi kanan dan kiri, dan tampon posterior terpasang di tengah-tengah nasofaring.

Sebagai pengganti tampon Bellocq dapat digunakan kateter Folley dengan balon.

Pemeriksaan Penunjang

Untuk menilai keadaan umum dan mencari etiologi, dilakukan pemeriksaan darah tepi lengkap, fungsi hemostasis, uji faal hati dan ginjal. Dilakukan pula pemeriksaan foto hidung, sinus paranasal dan nasofaring, setelah keadaan akut diatasi

Komplikasi

1. Aspirasi ke saluran nafas bawah

2. Syok

3. Anemia

4. Gagal ginjal

5. Tekanan darah turun mendadak dapat menimbulkan hipotensi, hipoksi, iskemi serebri, insufisiensi koroner, infark miokard dan akhirnya kematian.

Komplikasi pemasangan tampon

1. Pemasangan tampon dapat menimbulkan sinusitis, otitis media bahkanseptikemia. Oleh karena itu pada setiap pemasangan tampon harus selalu diberikan antibiotik dan setelah 2-3 hari harus dicabut meski akan dipasang tampon baru bila masih berdarah.

2. Sebagai akibat mengalirnya darah secara retrograd melalui tuba Eustachius, dapat terjadi hemotimpanum dan air mata yang berdarah.

3. Pada waktu pemasangan tampon Bellocq dapat terjadi laserasi palatum mole dan sudut bibir karena benang terlalu kencang dilekatkan.