36
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Sendi Bahu Bahu merupakan persendian yang terjadi antara caput humeri dengan cavitas glenoidalis, struktur anatomi ini memeiliki Range of Movement (ROM) yang luas sehingga memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar (Snell, 2006). Sendi glenohumeral dibentuk oleh kaput humerus dan kavitas glenoidalis.Cavitas glenoidal sebagai mangkok sendi bentuknya sedikit cekung dimana sebagai tempat melekatnya caput humeri dengan diameter cavitas glenoidalis yang pendek, yaitu hanya bisa mencakup kira-kira sepertiga bagian dari caput humeri. Keadaan ini membuat sendi tersebut menjadi tidak stabil tetapi punya ruang gerak yang paling luas, dengan melihat keadaan sendi tersebut, maka sendi bahu lebih mudah mengalami gangguan fungsi dibandingkan dengan sendi lainnya. Oleh karena itu, jika terdapat keluhan nyeri, atau kaku akan mempengaruhi ruang gerak sendi bahu (Lynn, 2004). 5

tinjauan pustaka frozen shoulder

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tinjauan pustaka skripsi frozen shoulder

Citation preview

Page 1: tinjauan pustaka frozen shoulder

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Sendi Bahu

Bahu merupakan persendian yang terjadi antara caput humeri dengan

cavitas glenoidalis, struktur anatomi ini memeiliki Range of Movement

(ROM) yang luas sehingga memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan

lingkungan sekitar (Snell, 2006).

Sendi glenohumeral dibentuk oleh kaput humerus dan kavitas

glenoidalis.Cavitas glenoidal sebagai mangkok sendi bentuknya sedikit

cekung dimana sebagai tempat melekatnya caput humeri dengan diameter

cavitas glenoidalis yang pendek, yaitu hanya bisa mencakup kira-kira

sepertiga bagian dari caput humeri. Keadaan ini membuat sendi tersebut

menjadi tidak stabil tetapi punya ruang gerak yang paling luas, dengan

melihat keadaan sendi tersebut, maka sendi bahu lebih mudah mengalami

gangguan fungsi dibandingkan dengan sendi lainnya. Oleh karena itu, jika

terdapat keluhan nyeri, atau kaku akan mempengaruhi ruang gerak sendi

bahu (Lynn, 2004).

Gambar 1. Kapsul sendi bahu dan ligamen-ligamen yang menguatkan. Sumber: Lippert's Clinical Kinesiology and Anatomy, 4th ed.

5

Page 2: tinjauan pustaka frozen shoulder

6

Sendi bahu merupakan sendi yang komplek pada tubuh manusia

dibentuk oleh tulang-tulang yaitu : scapula (shoulder blade),clavicula

(collar bone), humerus (upper arm bone), dan sternum. Daerah persendian

bahu mencakup empat sendi, yaitu sendi sternoclavicular, sendi

glenohumeral, sendi acromioclavicular, sendi scapulothoracal. Empat sendi

tersebut bekerjasama secara secara sinkron. Pada sendi glenohumeralsangat

luas lingkup geraknya karena caput humeri tidak masuk ke dalam mangkok

karena fossa glenoidalis dangkal (Snell, 2006).

Berbeda dngan cara berpikir murni anatomis tentang gelang bahu,

maka bila dipandang dari sudut klinis praktis gelang bahu ada 5 fungsi

persendian yang kompleks, yaitu:

a. Sendi Glenohumerale

Sendi glenohumeral dibentuk oleh caput humeri yang bulat dan

cavitas glenoidalisscapula yang dangkal dan berbentuk buah per.

Permukaan sendi meliputi oleh rawan hyaline, dan cavitas glenoidalis

diperdalam oleh adanya labrum glenoidale (Snell, 2006).

Dibentuk oleh caput humerrus dengan cavitas glenoidalisscapulae,

yang diperluas dengan adanya cartilago pada tepi cavitas glenoidalis,

sehingga rongga sendi menjadi lebih dalam. Kapsul sendi longgar

sehingga memungkinkan gerakan dengan jarak gerak yang lebih luas.

Proteksi terhadap sendi tersebut diselenggarakan oleh acromion, procecus

coracoideus, dan ligamen-ligamen. Tegangan otot diperlukan untuk

mempertahankan agar caput humerus selalu dipelihara pada cavitas

glenoidalisnya.

Ligamen-ligamen yang memperkuat sendi glenohumeral antara lain

ligamen glenoidalis, ligamen humeral tranversum, ligamen coraco

humeral dan ligamen coracoacromiale, serta kapsul sendi melekat pada

cavitas glenoidalis dan collum anatomicum humeri (Snell, 2006).

b. Sendi sterno claviculare

Dibentuk oleh extremitas glenoidalis clavikula, dengan incisura

clavicularis sterni. Menurut bentuknya termasuk articulation sellaris,

Page 3: tinjauan pustaka frozen shoulder

7

tetapi fungsionalnya glubiodea. Diantar kedua facies articularisnya ada

suatu discus articularis sehingga lebih dapat menyesuikan kedua facies

articularisnya dan sebagai cavum srticulare. Capsula articularis

luas,sehingga kemungkinan gerakan luas.

Gerak osteokinematika yang terjadi adalah gerak elevasi 45° dan

gerak depresi 70°, serta protraksi 30° dan retraksi 30°. Sedangkan gerak

osteokinematikanya meliputi:

(1) gerak protraksi terjadi roll clavicula kearah ventral dan slide kearah

ventral

(2) gerak retraksi terjadi roll clavicula kerah dorsal dan slide kearah

dorsal

(3) gerak elevasi terjadi roll kearah cranial dan slide kearah caudal, gerak

fleksi shoulder 10° (sampai fleksi 90°) terjadi gerak elevasi berkisasr 4°

(4) gerak depresi terjadi roll ke arah caudal dan slide clavicula kearah

cranial.

c. Sendi acromioclaviculare

Dibentuk oleh extremitas acromialisclavicula dengan tepi medial

dari acromion scapulae. Facies articularisnya kecil dan rata dan dilapisi

oleh fibro cartilago. Diantara facies articularis ada discus artucularis.

Secara morfologis termasuk ariculatio ellipsoidea, karena facies

articularisnya sempit, dengan ligamentum yang longgar.

Gerak osteokinematika sendi acromio clavicularis selalu berkaitan

dengan gerak pada sendi scapulothoracalis saat elevasi diatas kepala maka

terjadi rotasi clavicula mengitari sumbu panjangnya. Rotasi ini

menyebabkan elevasi clavicula, elevasi tersebut pada sendi sterno

clavicularis kemudian 30% berikutnya pada rotasi clavicula.

d. Sendi subacromiale

Sendi subacromiale berada diantara arcus acromioclaviculare yang

berada di sebelah cranial dari caput serta tuberositas humeri yang ada di

sebeleh caudal, dangan bursa subacromiale yang besar bertindak sebagai

rongga sendi.

Page 4: tinjauan pustaka frozen shoulder

8

e. Sendi scapulo thoracic

Sendi scapulo thoracic bukan sendi yang sebenarnya, hanya berupa

pergerakan scapula terhadap dinding thorax (Sri surini, dkk, 2002).

Gerak osteokinematika sendi ini meliputi gerakan kerah medial

lateral yang dalam klinis disebut down ward-up wardrotasi juga gerak

kerah cranial-caudal yang dikenal dengan gerak elevasi-depresi.

Join play movement adalah istilah yang digunakan pada

Manipulative therapy untuk menggambarkan apa yang terjadi didalam

sendi ketika dilakukan gerakan translasi, gerakan-gerakan tersebut

dilakukan secara pasif oleh terapis pada saat pemeriksaan maupun terapi.

Terdapat 3 macam joint play movement menurut Mudatsir, 2007;

(1). Gliding

(2). Traksi

(3). Kompresi

1) Gliding

Gliding yaitu gerakan permukaan sendi dimana hanya ada satu titik

kontak pada satu permukaan sendi yang selalu kontak dengan titik kontak

yang baru (selalu berubah) pada permukaan sendi laannya. Arah gliding

permukaan sendi sesuai dengan hukum konkaf konvek yaitu : jika

permukaan sendi konkaf, maka arah gliding berlawanan dengan gerakan

tulang. Sedangkan bila permukaan sendi konvek maka arah gliding searah

dengan gerakan tulang. Untuk sendi bahu arah gliding berlawanan dengan

arah gerakan tulang, karena pertmukaan sendi konfek bergerak peda

permukaan sendi konkaf (caput humei dengan cavitas glenoidal).

2) Traksi

Traksi adalah gerakan translasi tulang yang arah geraknya tegak

lurus dan menjauhi bidang terapi sehimgga terjadi peregangan sendi,

biasanya dapat mengurangi nyeri pada sendi.

Page 5: tinjauan pustaka frozen shoulder

9

3) Kompresi

Kompresi adalah gerakan translasi tulang yang arahnyategak lurus

tetapi kedua pernukaan sendi saling mendekati, biasanya akan

menimbulkan nyeri

Page 6: tinjauan pustaka frozen shoulder

10

2.2 Frozen Shoulder

2.2.1 Definisi Frozen Shoulder

Frozen shoulder adalah penyakit kronis yang ditandai dengan adanya

keterbatasan gerak pada saat gerakan aktif maupun pasif yang disertai

nyeri pada sendi glenohumeral dengan penyebab yang tidak pasti/idiopatik

dan mungkin penyebab lainnya yaitu imunologi, inflamasi, biokimia dan

perubahan endokrin (Donatelli, 2004). Frozen shoulder merupakan

penyakit yang umum terjadi kelainan pada sendi glenohumeral,

kemungkinan merupakan suatu reaksi inflamasi kronis nonspesifik,

terutama pada jaringan sinovial, dan mengakibatkan penebalan kapsuler

dari sinovial. Ada beberapa sinonim antara lain Periarthritis

scapulohumeral, Adhesive capsulitis, Pericapsulitis, Stiff shoulder dan

Bursitis obliterative (Kartika, 2011)

Frozen shoulder merupakan rasa nyeri yang mengakibatkan

keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) pada bahu. Mungkin timbul

karena adanya trauma, mungkin juga timbul secara perlahan-lahan tanpa

tanda-tanda atau riwayat trauma. Keluhan utama yang dialami adalah nyeri

dan penurunan kekuatan otot penggerak sendi bahu dan keterbatasan LGS

terjadi baik secara aktif atau pasif. Frozen shoulder secara pasti belum

diketahui penyebabnya. Penyebab dari frozen shoulder antara lain

tendinitis, rupture rotator cuff, capsulitis, post immobilisasi lama, trauma

serta diabetes mellitus. Respon autoimmunal terhadap rusaknya jaringan

lokal yang diduga menyebabkan penyakit tersebut (Appley, 2003).

Capsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan luas gerak

sendi glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun pasif.Ini

adalah suatu gambaran klinis yang dapat menyertai tendonitis, infark

miokard, diabetes mellitus, fraktur immobilisasi lama, atau redukulus

cervicalis (Kuntono, 2004).

Page 7: tinjauan pustaka frozen shoulder

11

Diantara beberapa faktor yang menyebabkan frozen shoulder adalah

capsulitis adhesiva. Keadaan ini disebabkan karena suatu peradangan yang

mengenai kapsul sendi dan dapat menyebabkan perlengketan kapsul sendi

dan tulang rawan, ditandai dengan nyeri bahu yang timbul secara

perlahan-lahan, nyeri yang semakin tajam, kekakuan dan keterbatasan

gerak. Pada pasien yang menderita capsulitis adhesiva menimbulkan

keluhan yang sama seperti pada penderita yang mengalami peradangan

pada jaringan disekitar sendi yang disebut dengan periarthritis, keadaan

ini biasanya timbul gejala seperti tidak bisa menyisir karena nyeri disekitar

depan samping bahu. Nyeri tersebut terasa pula saat lengan diangkat untuk

mengambil sesuatu dari saku kemeja, ini berarti gerakan aktif dibatasi oleh

nyeri. Bila gerak pasif diperiksa ternyata gerakan itu terbatas karena

adanya suatu yang menahan yang disebabkan oleh perlengketan. Dalam

pendapat yang lain frozen shoulder adalah penyakut kronis dengan gejala

khas berupa nyeri bahu dan pembatasan lingkup gerak sendi bahu yang

dapat mengakibatkan gangguan aktivitas kerja sehari-hari (AAOS, 2000).

2.2.2 Klasifikasi Frozen Shoulder

1. Primer/ idiopetik frozen shoulder

Frozen shoulder yang tidak diketahui penyebabnya. Frozen shoulder

lebih banyak terjadi pada wanita dari pada pria. Biasanya terjadi pada

lengan yang tidak digunakan dan lebih memungkinkan terjadi pada orang-

orang yang melakukan pekerjaan dengan gerakan bahu yang lama dan

berulang.

2. Sekunder frozen shoulderFrozen shoulder yang diikuti trauma yang berarti pada bahu misal

fraktur, dislokasi, luka bakar yang berat, meskipun cedera ini mungkin

sudah terjadi beberapa tahun sebelumnya.

Page 8: tinjauan pustaka frozen shoulder

12

2.2.3 Etiologi Frozen Shoulder

Penyebab frozen shoulder tidak diketahui, diduga penyakit ini

merupakan respon auto immobilisasi terhadap hasil – hasil rusaknya

jaringan lokal. Penyebab utamanya idiopatik, banyak yang menjadi

predisposisi frozen shoulder, selain dugaan adanya respon auto

immobilisasi seperti yang dijelaskan di atas ada juga faktor predisposisi

lainnya yaitu usia, trauma berulang (repetitive injury), diabetes mellitus,

kelumpuhan, pasca operasi payudara atau dada dan infark miokardia, dari

dalam sendi glenohumeral (tendonitis bicipitalis, infalamasi rotator cuff,

fracture) atau kelainan ekstra articular (cervical spondylisis, angina

pectoris) (David, 2009). 

2.2.4 Patofisiologi

Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan

dalamnya terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah

banyak dan sinovium, yang berbentuk suatu kantong yang melapisi

seluruh sendi, dan membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi,

sinovium tidak meluas melampaui permukaan sendi tetapi terlipat

sehingga memungkinkan gerakan secara penuh. Sinovium menghasilkan

cairan yang sangat kental yang membasahi permukaan sendi. Cairan

sinovium normalnya bening, tidak membeku, tidak berwarna. Jumlah

yang di permukaan sendi relative kecil (1-3 ml). Cairan sinovium juga

bertindak sebagai sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi. Capsulitis

adhesiva merupakan kelanjutan dari lesi rotator cuff, karena terjadi

peradangan atau degenerasi yang meluas ke sekitar dan ke dalam kapsul

sendi dan mengakibatkan terjadinya reaksi fibrous. Adanya reaksi fibrous

dapat diperburuk akibat terlalu lama membiarkan lengan dalam posisi

impingement yang terlalu lama (Appley, 2003).

Pada frozen shoulder terdapat perubahan patologi pada kapsul

artikularis glenohumeral yaitu perubahan pada kapsul sendi bagian

anterior superior mengalami synovitis, kontraktur ligamen

Page 9: tinjauan pustaka frozen shoulder

13

coracohumeral, dan penebalan pada ligamen superior glenohumeral, pada

kapsul sendi bagian anterior inferior mengalami penebalan pada ligamen

inferior glenohumeral dan perlengketan pada ressesus axilaris, sedangkan

pada kapsul sendi bagian posterior terjadi kontraktur, sehingga khas pada

kasus ini rotasi internal paling bebas, abduksi terbatas dan rotasi eksternal

paling terbatas atau biasa disebut pola kapsuler (Soeharyono, 2004).

Nyeri yang ditimbulkan oleh frozen shoulder dan spasme cervico

thoracal akibat frozen shoulder dapat menyebabkan terbentuknya vicious

circle of reflexes yang mengakibatkan medulla spinalis membangkitkan

aktifitas efferent sistem simpatis sehingga dapat menyebabkan spasme

pada pembuluh darah kapiler akan kekurangan cairan sehingga jaringan

otot dan kulit menjadi kurang nutrisi. Pengaruh refleks sistem simpatik

pada otot pada tahap awal menunjukkan adanya peningkatan suhu, aliran

darah, gangguan metabolisme energi phospat tinggi dan pengurangan

konsumsi oksigen pada tahap akhir penyakit nonspesifik dan

abnormalitas histologi dapat terjadi (David, 2009).

Beberapa teori yang dikemukakan American Academy of

Orthopedic Surgeon tahun 2000 mengenai frozen shoulder, teori tersebut

adalah :

a. Teori hormonal.

Pada umumnya frozen shoulder terjadi 60% pada wanita bersamaan

dengan datangnya menopause.

b. Teori genetik.

Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari frozen shoulder,

contohnya ada beberapa kasus dimana kembar identik pasti

menderita pada saat yang sama.

c. Teori auto immuno.

Diduga penyakit ini merupakan respon auto immuno terhadap hasil-

hasil rusaknya jaringan lokal.

d. Teori postur.

Page 10: tinjauan pustaka frozen shoulder

14

Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan berpostur

tegap menyebabkan pemendekan pada salah satu ligamen bahu.

Menurut Kisner (2007) frozen shoulder dibagi dalam 3 tahapan,

yaitu :

a. Pain (Freezing)

Ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat, gerak

sendi bahu menjadi terbatas selama 2-3 minggu dan masa akut ini

berakhir ampai 10- 36 minggu.

b. Stiffness (Frozen)

Ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan atau

perlengketan yang nyata dan keterbatasan gerak dari glenohumeral

yang di ikuti oleh keterbatasan gerak scapula. Fase ini berakhir 4-12

bulan. 

c. Recovery (Thawing)

Pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak ada

synovitis tetapi terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan

yang nyata. Fase ini berakhir 6-24 bulan atau lebih.

2.2.5 Gejala Klinis

1. Nyeri

Pasien berumur 40-60 tahun, dapat memiliki riwayat trauma,

seringkali ringan, diikuti sakit pada bahu dan lengan nyeri secara

berangsur-angsur bertambah berat dan pasien sering tidak dapat tidur

pada sisi yang terkena. Beberapa lama setelah nyeri berkurang, tetapi

sementara itu kekakuan semakin terjadi, berlanjut terus selama 6-12

bulan setelah nyeri menghilang. Secara berangsur-angsur pasien dapat

bergerak kembali, tetapi tidak lagi normal (Appley, 2003).

Page 11: tinjauan pustaka frozen shoulder

15

2. Keterbatasan Lingkup gerak sendi (LGS)

Capsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan luas gerak

sendi glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun pasif. Ini

adalah suatu gambaran klinis yang dapat menyertaiinfark myokard,

diabetes melitus, fraktur immobilisasi berkepanjangan atau redikulitis

cervicalis. Keadaan ini biasanya unilateral, terjadi pada usia antara 45–60

tahun dan lebih sering pada wanita.

Nyeri dirasakan pada daerah otot deltoideus. Bila terjadi pada

malam hari sering sampai mengganggu tidur. Pada pemeriksaan fisik

didapatkan adanya kesukaran penderita dalam mengangkat lengannya

(abduksi), sehingga penderita akan melakukan dengan mengangkat

bahunya (srugging) (Kuntono,2004).

3. Penurunan Kekuatan otot dan Atropi otot

Pada pemeriksaan fisik didsapat adanya kesukaran penderita dalam

mengangkat lengannya (abduksi) karena penurunan kekuatan otot. Nyeri

dirasakan pada daerah otot deltoideus, bila terjadi pada malam hari sering

menggangu tidur. Pada pemeriksaan didapatkan adanya kesukaran

penderita dalam mengangkat lengannya (abduksi), sehingga penderita

akan melakukandengan mengangkat bahunya (srugging). Juga dapat

dijumpai adanya atropi bahu (dalam berbagaoi tingkatan). Pemeriksaan

neurologik biasanya dalam batas normal (Kuntono, 2004).

4. Gangguan aktifitas fungsional

Adanya beberapa tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada

penderita frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva seperti adanya nyeri,

keterbatasan LGS, penurunan kekuatan otot dan atropi maka secara

langsung akan mempengaruhi (mengganggu) aktifitas fungsional yang

dijalaninya (Kuntono, 2004)

Page 12: tinjauan pustaka frozen shoulder

16

2.2.6 Diagnosis

1. Anamnesis

Pada penderita “frozen shoulder“ didapatkan keluhan nyeri di bagian

depan dan samping bahu ,sehingga penderita tidak dapat menyisir rambut

maupun keluhan keterbatasan gerak lainnya.

2.Pemeriksaan fisik

Frozen shoulder merupakan gangguan pada kapsul sendi ,maka

gerakan aktif maupun pasif terbatas dan nyeri. Nyeri dapat menjalar ke

leher , lengan atas dan punggung, perlu dilihat faktor pencetus timbulnya

nyeri. Gerakan pasif dan aktif terbatas, pertama–tama pada gerakan elevasi

dan rotasi interna lengan, tetapi kemudian untuk semua gerakan sendi

bahu (Sidharta, 1984).

Tes Appley scratch merupakan tes yang berguna untuk mengevaluasi

lingkup gerak sendi aktif pasien. Pasien diminta menggaruk daerah

angulus medialis scapula dengan tangan sisi kontra lateral melewati

belakang kepala (Woodward & Best, 2005).

Sumber : Marcia Hanstock, 2000

Gambar 2. Appley scratch test

Page 13: tinjauan pustaka frozen shoulder

17

Pada Frozen shoulder pasien tidak dapat melakukan gerakan ini.

Bila sendi dapat bergerak penuh pada bidang geraknya secara pasif,

tetapi terbatas pada gerak aktif, maka kemungkinan kelemahan otot bahu

sebagai penyebab keterbatasan (Mancini, 2009).

Page 14: tinjauan pustaka frozen shoulder

18

2.2.7 Shoulder Pain and Disability Index (SPADI)

Penurunan Disabilitas bahu pada penderita frozen shoulder dapat

diukur dengan menggunakan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index).

Shoulder Pain and Disability Index (SPADI) adalah suatu kuesioner untuk

individu yang terdiri dari dua dimensi, yaitu untuk rasa nyeri dan untuk

kegiatan fungsional. Dimensi nyeri terdiri dari lima pertanyaan mengenai

beratnya nyeri seseorang dan aktivitas fungsional yang dinilai dengan

delapan pertanyaan yang dirancang untuk mengukur tingkat kesulitan yang

dimiliki seseorang dengan berbagai aktivitas sehari-hari yang digunakan

ekstremitas atas. SPADI membutuhkan waktu 5 sampai 10 menit untuk satu

orang pasien dan merupakan ukuran khusus hanya untuk daerah bahu.

Penurunan Disabilitas bahu pada penderita frozen shoulder dapat

diukur dengan menggunakan SPADI (Shoulder Pain and Disability Index).

Shoulder Pain and Disability Index). SPADI adalah suatu kuesioner untuk

individu yang terdiri dari dua dimensi, yaitu untuk derajat nyeri dan untuk

kegiatan fungsional. Dimensi nyeri terdiri dari lima pertanyaan mengenai

beratnya nyeri seseorang dan aktivitas fungsional yang dinilai dengan

delapan pertanyaan yang dirancang untuk mengukur tingkat kesulitan yang

dimiliki seseorang dengan berbagai aktivitas sehari-hari yang digunakan

ekstremitas atas. SPADI digunakan untuk menilai nyeri dan keterampilan

fungsional bahu. Penurunan sepuluh poin dalam skor membedakan antara

orang yang masalah bahunya meningkatkan dan mereka yang kondisi tetap

stabil (Williams JW, 1995).

Gangguan fungsi pada aktifitas sehari-hari menurut Shoulder Pain and

Disability Index (SPADI) yaitu menggosok punggung saat mandi,

menganggakat tanggan saat memakai baju kaos, memakai kemeja dengan

kancing didepan, memakai celana, meletakkan suatu benda di atas rak yang

tinggi, mengangkat beban berat dan lain sebagainya. Pemeriksaan fungsi

gerak dasar terdiri dari tes cepat dan tes gerak pasif. Tes cepat dilakukan

dengan gerak abduksi elevasi secara aktif, yang ditandai dengan adanya

Page 15: tinjauan pustaka frozen shoulder

19

keterbatasan gerak scapulohumeral sehingga gerak akan dikompensasi oleh

gerak scapulothoracal yang biasa disebut reverse scapulohumeral rhythm.

Kompensasi tersebut menyebabkan overstretch karena peningkatan lingkup

gerak sendi skapulothoracik, hal tersebut juga membuat sendi

acromioclavicular menjadi hipermobil. Tes gerak pasif, dilakukan dengan

gerak glenohumeralis rotasi eksternal, abduksi dan rotasi internal. Hasil

yang diperoleh ditandai dengan terbatasnya capsular pattern dimana rotasi

eksternal lebih terbatas dari abduksi dan abduksi akan lebih terbatas dari

pada rotasi internal. Penegakan Diagnosa pada frozen Shoulder dipastikan

dengan kuisioner SPADI, tes eksternal rotasi bahu terbatas, tes pasif pada

capsular pattern positif dan pemeriksan fungsi gerak dimana tes khusus atau

tes spesifik yaitu Joint Play Movement (JPM), palpasi dan contact relax

stretched test. Pada joint play movement test, gerak traksi dan translasi pada

akhir lingkup gerak sendi dirasakan nyeri dan terbatas firm end feel. Pada

palpasi ditandai dengan adanya spasme otot–otot bahu, dan contract rileks

stretched test yang terbatas serta nyeri sedikit berkurang pasca kontraksi.

Pada kondisi frozen Shoulder intervensi yang dapat dilakukan

diantaranya adalah pemberian Microwave Diathermy (MWD) yang dimana

Microwave Diathermy berpengaruh terhadap penurunan disabiltas bahu

yang menyebabkan penurunan ketegangan otot dan peningkatan elastisitas

kapsul sendi yang ditimbulkan oleh efek pemanasan local dan traksi osilasi

dapat meregang atau mengulur kapsul ligament tanpa nyeri melalui

pelepasan abnormal cross link antara serabut-serabut kolagen sehingga

terjadi perbaikan lingkup gerak sendi sampai mencapai tahap fungsional dari

sendi sehingga diperoleh peningkatan lingkup gerak sendi (Delisa, 2005)

Page 16: tinjauan pustaka frozen shoulder

20

2.2.8 Tatalaksana

Frozen shoulder biasanya akan sembuh dengan sendiriya namun

akan memakan waktu yang lama, kadang hingga 2-3 tahun. Pengobatan

untuk mengontrol nyeri dan memulihkan pergerakan.

Edukasi yang baik kepada pasien dapat membantu mengurangi rasa

frustasi dan memberikan semangat. Suatu penjelasan bahwa kondisi

tersebut akan secara spontan teratasi dan kekakuan akan menghilang

seiring waktu terbukti membantu psikologi pasien. Perlu juga diingatkan

bahwa cakupan gerak bahu tidak akan dapat pulih sepenuhnya.

2.2.8.1 Terapi Medikamentosa

Beberapa peneliti telah melaporkan adanya komponen inflamasi

pada frozen shoulder syndrome, oleh karena itu, penggunaan obat-obat

nonsteroid dalam tahap pengobatan awal frozen shoulder dianjurkan.

Pemberian obat-obatan nonsteroid dapat mengurangi peradangan dan nyeri

dan pasien lebih mampu mentolerir terapi fisik yang agresif. Sebelum

pasien yang diresepkan obat, sebaiknya dilakukan anamsesis terlebih

dahulu apakah pasien kontraindikasi terhadap obat-obatan nonsteroid.

2.2.8.2 Terapi Panas

Efek terapi dari pemberian panas lokal, baik dangkal maupun dalam,

terjadi oleh adanya produksi atau perpindahan panas. Pada umumnya

reaksi fisiologis yang dapat diterima sebagai dasar aplikasi terapi panas

adalah bahwa panas akan meningkatkan viskoelastik jaringan kolagen dan

mengurangi kekakuan sendi. Panas mengurangi rasa nyeri dengan jalan

meningkatkan nilai ambang nyeri serabut-serabut saraf. Efek lain adalah

memperbaiki spasme otot, meningkatkan aliran darah, juga membantu

resolusi infiltrat radang, edema, dan efek eksudasi (Goldfried, 2008).

Modalitas lain yang digunakan adalah short wave diathermy. Disini

digunakan arus listrik dengan frekuensi tinggi dengan panjang gelombang

Page 17: tinjauan pustaka frozen shoulder

21

11m yang diubah menjadi panas sewaktu melewati jaringan. Pada

umumnya pemanasan ini paling banyak diserap jaringan dibawah kulit dan

otot yang terletak dipermukaan (Goldfried, 2008).

Beberapa penulis menganjurkan pemanasan dilakukan bersamaan

dengan peregangan, dimana efek pemanasan meningkatkan sirkulasi yang

bermanfaat sebagai analgesik.Terapi panas dangkal menghasilkan panas

yang tertinggi pada permukaan tubuh namun penetrasinya kedalam

jaringan hanya beberapa milimeter. Pada terapi panas dalam, panas

diproduksi secara konversi dari energi listrik atau suara ke energi panas

didalam jaringan tubuh. Panas yang terjadi masuk kejaringan tubuh kita

yang lebih dalam, tidak hanya sampai jaringan dibawah kulit (subkutan).

Golongan ini yang sering disebut diatermi, terdiri dari:

Diatermi gelombang pendek (shortwave diathermy = SWD)

Diatermi gelombang mikro (microwave diathermy = MWD)

Diatermi ultrasound (utrasound diathermy = USD)

1. Ultrasound Diathermy (USD)

Pada Capsulitis adhesive, modalitas yang sering digunakan adalah

ultrasound diathermy (US) yang merupakan gelombang suara dengan

frekuensi diatas 17.000 Hz dengan daya tembus yang paling dalam

diantara diatermi yang lain. Gelombang suara ini selain memberikan efek

panas/ termal, juga ada efek nontermal/ mekanik/ mikromasase, oleh

karena itu banyak digunakan pada kasus perlekatan jaringan. Frekuensi

yang dipakai untuk terapi adalah 0,8 dan 1 MHz. Dosis terapi 0,5-4

watt/cm2, lama pemberian 5-10 menit, diberikan setiap hari atau 2 hari

sekali. US memerlukan media sebagai penghantarannya dan tidak bisa

melalui daerah hampa udara.Menurut penelitian, medium kontak yang

paling ideal adalah gel.(Goldfried, 2008)

Ultrasound merupakan deep heat modality, yang telah digunakan

selama lebih dari 60 tahun di klinik, tetapi efek dari US dalam

menurunkan rasa nyeri masih dipertanyakan. Ultrasound efektif dalam

Page 18: tinjauan pustaka frozen shoulder

22

meningkatkan ROM bahu periarthritic. Ekstensibilatas kolagen dan tendon

meningkat seiring dengan meningkatnya suhu. Sehingga peregangan harus

dimulai selama pemanasan dan teruskan hingga jaringan kembali seperti

semula (Lippincott Williams & Wilkins, 2005)

Efek US padaCapsulitis adhesive :

Meningkatkan aliran darah

Meningkatkan metabolisme jaringan

Mengurangi spasme otot

Mengurangi perlekatan jaringan

Meningkatkan ekstensibilitas jaringan.

2. Microwave Diathermy (MWD)

Microwave diathermy (MWD) modalitas yang menggunakan energi

elektromagnetik dalam rentang frekuensi microwave (300 MHz sampai

300 GHz) dan disetujui oleh seluruh dunia digunakan pada frekuensi 2450

MHz untuk tujuan terapeutik. Perangkat microwave diathermy bekerja

dengan cara menghasilkan radiasi microwave melalui kabel coaxial dan

antena kemudian akan dipancarkan ke daerah yang akan diobati. Antena

yang tergabung dalam aplikator yang memiliki fungsi mengarahkan radiasi

terhadap area yang akan diobati.

Radiasi gelombang mikro tersebut yang akan diserap dalam tubuh,

kemudian akan meningkatkan aliran darah dalam jaringan melalui

pelebaran pembuluh darah. Hal ini meningkatkan tekanan kapiler,

permeabilitas membran sel, dan tingkat metabolisme, menyebabkan

transfer nutris lebih cepat dari darah melintasi membran sel. Tindakan ini

dapat mengurangi rasa sakit dan mempercepat proses penyembuhan lebih

cepat. (Goats, 1990)

Efek MWD pada Capsulitis adhesive :

Meningkatkan aliran darah

Meredakan nyeri

Mengurangi spasme otot

Page 19: tinjauan pustaka frozen shoulder

23

Mengurangi inflamasi

2.2.8.3 Terapi Latihan

Terapi latihan yang dimaksudkan adalah latihan khas (specific

exercises). Tujuan pokok terapi latihan pada nyeri bahu adalah :

a. Mengurangi sakit dan spasme otot

b. Memelihara fungsi sendi bahu

c. Menghilangkan gangguan fungsi sendi bahu yang terjadi atau

meningkatkan fungsi sendi semaksimal mungkin. (Thomson, 2001;

Djohan, 2004).

Bagian yang terpenting dari terapi frozen shoulder. Pada awalnya

latihan gerak dilakukan secara pasif terutama bila rasa nyeri begitu berat.

Setelah nyeri berkurang latihan dapat dimulai dengan aktif dibantu. Rasa

nyeri yang timbul pada waktu sendi digerakkan baik secara pasif maupun

aktif menentukan saat dimulainya latihan gerak. Bila selama latihan pasif

timbul rasa nyeri sebelum akhir pergerakan sendi diduga masih fase akut

sehingga latihan gerakan aktif tidak diperbolehkan. Bila rasa nyeri terdapat

pada akhir gerakan yang terbatas, berarti masa akut sudah berkurang dan

latihan secara aktif boleh dilakukan. Pada latihan gerak yang

menimbulkan/ menambah rasa nyeri, maka latihan harus ditunda karena

rasa nyeri yang ditimbulkan akan menurunkan lingkup gerak sendi. Tetapi

bila gerakan pada latihan tidak menambah rasa nyeri maka kemungkinan

besar terapi latihan gerak akan berhasil dengan baik. Latihan gerak dengan

menggunakan alat seperti Latihan codman, Latihan menggunakan tongkat,

finger ladder, over head pulleys, dan shoulder wheel merupakan terapi

standar untuk penderita frozen shoulder (Goldfried, 2008).

1. Latihan Codman (Pendulum)

Gravitasi menyebabkan traksi pada sendi dan tendo dari otot

lengan. Codman memperkenalkan latihan untuk sendi bahu dengan

menggunakan gravitasi. Bila penderita melakukan gerak abduksi pada

Page 20: tinjauan pustaka frozen shoulder

24

saat berdiri tegak akan timbul rasa nyeri hebat. Bila dilakukan dengan

pengaruh dari gravitasi dan otot supraspinatus relaksasi, maka gerakan

tersebut terjadi tanpa disertai rasa nyeri . Pada gerakan pendulum penderita

membungkuk kedepan, lengan yang terkena tergantung bebas tanpa atau

dengan beban. Tubuh dapat ditopang dengan meletakkan lengan satunya

diatas meja atau bangku, lengan digerakkan ke depan dan ke belakang

pada bidang sagital (fleksi–ekstensi). Makin lama makin jauh gerakannya,

kemudian gerakan kesamping, dilanjutkan gerakan lingkar (sirkuler)

searah maupun berlawanan arah dengan jarum jam. Pemberian beban pada

latihan pendulum akan menyebabkan otot memanjang dan dapat

menimbulkan relaksasi pada otot bahu (Goldfried, 2008).

2. Latihan dengan Menggunakan Tongkat.

Latihan dengan tongkat dapat berupa gerakan fleksi, abduksi,

adduksi, dan rotasi. Gerakan dapat dilakukan dalam posisi berdiri, duduk

ataupun berbaring. Cara latihan : tongkat dipegang dengan kedua tangan di

depan tubuh. Untuk fleksi bahu posisi tongkat. Untuk horizontal abduksi

dan adduksi, tongkat diangkat sampai sendi bahu fleksi 900. Siku tetap

ekstensi, tangan yang sehat dipakai untuk mendorong sisi yang sakit

selebar mungkin secara perlahan–lahan. Tongkat diletakkan dibelakang

punggung dapat dilaksanakan rotasi eksternal atau rotasi internal. Pada

saat terasa peregangan, posisi dipertahankan selama 3 hitungan, dan

peregangan dapat diulang 3 sampai 5 kali (Goldfried, 2008).

3. Latihan Finger Ladder

Finger ladder adalah alat bantu yang dapat memberikan bantuan

secara obyektif sehingga penderita mempunyai motivasi yang kuat untuk

melakukan latihan lingkup gerak sendi dengan penuh. Perlu diperhatikan

agar penderita berlatih dengan posisi yang benar, jangan sampai penderita

memiringkan tubuhnya, berjinjit maupun melakukan elevasi skapula.

Gerakan yang dapat dilakukan adalah fleksi dan abduksi. Penderita berdiri

Page 21: tinjauan pustaka frozen shoulder

25

menghadap dinding dengan ujung jari – jari tangan sisi yang terkena

menyentuh dinding. Lengan bergerak keatas dengan menggerakkan jari –

jari tersebut (untuk fleksi bahu). Untuk gerakan abduksi dikerjakan dengan

samping badan menghadap dinding (Goldfried, 2008).

4. Latihan dengan Over Head Pulleys (Katrol)

Bila diajarkan dengan benar , sistem katrol sangat efektif untuk

membantu mencapai lingkup gerak sendi bahu dengan penuh. Peralatan

dua buah katrol digantungkan pada tiang dengan seutas tali dihubungkan

dengan kedua katrol tersebut. Kedua ujung tali diberi alat agar tangan

dapat menggenggam dengan baik. Posisi penderita bisa duduk, berdiri

atau berbaring telentang dengan bahu terletak di bawah katrol tersebut.

Menarik tali pada salah satu sisi tali yang lain akan terangkat. Sendi siku

diusahakan tetap dalam posisi ekstensi dan penderita tidak boleh

mengangkat bahu maupun mengangkat tubuh. Gerakan dilakukan

perlahan-lahan (Goldfried, 2008).

5. Latihan dengan Shoulder Wheel

Instruksi yang benar shoulder wheel dapat dipergunakan untuk

memberi motivasi pada penderita untuk melakukan latihan lingkup gerak

sendi bahu secara aktif.

Cara penggunaan alat yaitu penderita berdiri sedemikian rupa

sehingga aksis dari sendi bahu sama dengan aksis roda pemutar sehingga

gerak lengan sesuai dengan gerak putaran roda. Penderita tidak diharuskan

menggerakkan roda secara penuh, tetapi gerakan hanya dilakukan sebesar

kemampuan gerakan sendi bahunya. Harus pula diperhatikan pada waktu

melakukan gerakan endorotasi maupun eksorotasi bahu dalam posisi

abduksi 900 dan siku fleksi 900. Meletakkan siku pada aksis roda maka

gerakan dapat dilakukan sampai pada keterbatasan lingkup gerak sendi

(Goldfried, 2008).

Page 22: tinjauan pustaka frozen shoulder

26

2.2.9 Komplikasi

Komplikasi dominan timbul dari frozen shoulder adalah kekakuan

bahu atau nyeri. Beberapa laporan telah menunjukkan bahwa sebagian

besar pasien mengalami rasa sakit dan atau kekakuan hingga 3 tahun

setelah pengobatan konservatif, selain itu, fraktur humerus, ruptur tendon

biseps, dan tendon subscapularis juga telah dilaporkan pada pasien yang

dilakukan manipulasi bahu.

2.2.10 Prognosis

Apabila dilakukan tindakan sendiri mungkin secara tepat maka

prognosis gerak dan fungsi dari kasus frozen shoulder adalah baik.

Penderita sebaiknya diberitahu bahwa akan dapat menggerakkan bahu

kembali tanpa rasa nyeri tetapi memerlukan waktu beberapa bulan.

Page 23: tinjauan pustaka frozen shoulder

27

2.3 Kerangka Teori

Tissue repair and remodelling (Synovial inflammation )

Peningkatan sitokin (TGF β, PDGF, IL 1β, dan TNF α) serum

Frozen shoulder (Adhesive capsulitis)

Pembatasan range of movement (ROM) aktif dan pasif

Nyeri bahu

Usia Jenis KelaminPekerjaan

Bisa muncul unilateral atau bilateral

Akumulasi fibroblast releasing type I dan type III collagen

Fibroblast berdiferensiasi menjadi myofibroblast

Imbalance antara aggressive fibrosis dan hilangnya remodeling kolagen yang normal

Kapsul sendi glenohumeral dan ligamen menjadi kaku (stiffening)

Trauma Penyakit paru kronisImobilisasi Kanker paruDiabetes melitus Cervical radicular diseaseInfark miokard Pasca bedahPenyakit tiroid MalignancyPenyakit autoimun Parkinson’s diseaseStroke

Sendi menjadi fibrosis

Pemberian terapi MWD dan Ultrasound

Pemberian Terapi latihan