5
TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Intususepsi adalah invaginasi atau masuknya suatu segmen proksimal usus ke segmen distal selanjutnya. Intususepsi adalah penyebab obstruksi usus yang hampir selalu ditemukan pada bayi dan balita. Intususepsi sering terjadi pada ileum terminalis dan masuk ke dalam sekum (intususepsi ilieocolica) (Hansen, 2010; Price & Wilson, 2005). Intususepsi memiliki 2 jenis, yaitu antara lain adalah intususepsi idiopatik dan intususepsi enterolateral. Intususepsi idiopatik merupakan jenis intususepsi yang biasanya terjadi pada bayi. Intususepsi idiopatik biasanya dimulai pada junctura ileocolica. Sedangkan intususepsi enterolateral terjadi pada anak-anak dengan usia lebih tua atau pada orang dewasa. Jenis intususepsi ini dibagi lagi menjadi beberapa jenis, yaitu intususepsi ileocolica (gambar 2.1), intususepsi ileoileal (gambar 2.2), dan intususepsi ileoileocolica (gambar 2.3) (Blanco, 2013). Gambar 2.1 Intususepsi ileocolica (Hansen, 2010)

TINJAUAN PUSTAKA invaginasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bedah

Citation preview

TINJAUAN PUSTAKA

A. DefinisiIntususepsi adalah invaginasi atau masuknya suatu segmen proksimal usus ke segmen distal selanjutnya. Intususepsi adalah penyebab obstruksi usus yang hampir selalu ditemukan pada bayi dan balita. Intususepsi sering terjadi pada ileum terminalis dan masuk ke dalam sekum (intususepsi ilieocolica) (Hansen, 2010; Price & Wilson, 2005). Intususepsi memiliki 2 jenis, yaitu antara lain adalah intususepsi idiopatik dan intususepsi enterolateral. Intususepsi idiopatik merupakan jenis intususepsi yang biasanya terjadi pada bayi. Intususepsi idiopatik biasanya dimulai pada junctura ileocolica. Sedangkan intususepsi enterolateral terjadi pada anak-anak dengan usia lebih tua atau pada orang dewasa. Jenis intususepsi ini dibagi lagi menjadi beberapa jenis, yaitu intususepsi ileocolica (gambar 2.1), intususepsi ileoileal (gambar 2.2), dan intususepsi ileoileocolica (gambar 2.3) (Blanco, 2013).

Gambar 2.1 Intususepsi ileocolica (Hansen, 2010)

Gambar 2.2 Intususepsi ileoileal (Hansen, 2010)

Gambar 2.3 Intususepsi ileoileocolica (Hansen, 2010)Beberapa penyebab yang sering dihubungkan dengan kejadian intususepsi antara lain adalah sebagai berikut (Robbins et al, 2007):1. Aktivitas peristaltik yang berlebihan2. Massa intralumen (tumor)3. Pembengkakan plak peyer4. Henoch-Schonlein Purpura (HSP)5. Hemofilia dan gangguan koagulasi lainnya6. Kateter7. Cystic fibrosis8. Gangguan elektrolit9. Infeksi virus10. Obat-obatan tertentu11. Operasi

B. PatofisiologiKebanyakan intususepsi adalah ileokolik dan ileokolik, sedikit sekokolik dan jarang hanya ileal. Patogenesis dari intususepsi dipercayai sebagai akibat dari ketidakseimbangan kekuatan kontraksi longitudinal sepanjang dinding usus halus. Ketidakseimbangan ini dapat diakibatkan oleh adanya massa sebagai lead point atau bentuk disorganisasi dari peristaltik (contohnya ileus periode post-operasi). Sebagai akibat dari ketidakseimbangan tersebut, sebuah area pada dinding usus halus mengalami invaginasi ke lumen, mengikuti waktu istirahat usus halus. Bagian yang mengalami invaginasi pada usus halus (intususeptum) menginvaginasi secara lengkap pada bagian yang menerima invaginasi tersebut (intususipien). Proses ini berlanjut terus dan diikuti oleh bagian proksimal, mulai dari bagian intususeptum sampai sepanjang lumen intususipien. Jika progresivitasnya cepat, intususeptum dapat terjadi sampai kolon distal atau sigmoid dan dapat prolaps keluar dari anus (Sjamsuhidayat, 2005).Mesenteri dari intususeptum dinvaginasi oleh usus halus, mengacu proses patofisiologi klasik dari obstruksi usus besar. Awal proses ini, aliran balik limfatik mengalami gangguan, yang kemudian drainase vena juga mengalami gangguan karena peningkatan tekanan dalam dinding intususeptum. Akhirnya, tekanan meningkat hingga sampai dimana aliran arteri mengalami hambatan, dan terjadi infark. Mukosa menjadi sangat mudah untuk mengalami iskemia karena bagian ini yang paling cepat menerima suplai arteri. Mukosa yang mengalami iskemik akan terlepas, ditandai dengan sisa heme-positif dan kemudian currant jelly stool klasik (campuran dari mukosa yang terlepas, darah, dan mukus). Jika tidak tertangani, proses ini dapat menjadi gangren transmural dan perforasi hingga ujung intususeptum (Behrman, 2004).Perubahan patologik yang diakibatkan intususepsi dapat menyebabkan kerusakan pada bagian intususeptum. Intususipien biasanya tidak mengalami kerusakan. Perubahan pada intususepsi ditimbulkan oleh penekanan bagian ini oleh karena kontraksi dari intususipien, dan juga karena terganggunya aliran darah sebagai akibat penekanan dan tertariknya mesenterium. Edema dan pembengkakan dapat terjadi. Pembengkakan dapat sedemikian besarnya sehingga menghambat reduksi. Adanya bendungan menimbulkan perembesan (oozing) lendir dan darah ke dalam lumen. Ulserasi pada dinding usus dapat terjadi. Sebagai akibat dari strangulasi, dapat terjadi gangren. Gangren dapat berakibat lepasnya bagian yang mengalami prolaps. Pembengkakan dari intususeptum umumnya menutup lumen usus. Akan tetapi tidak jarang pula lumen tetap paten, sehingga obstruksi komplit kadang-kadang tidak terjadi pada intususepsi (Hay, 2003).Muntah reflektif terjadi tanpa penyebab yang jelas, mulai dari makanan dan minuman yang terakhir dimakan sampai muntah bilus. Muntah bilus suatu pertanda ada refluks gaster oleh adanya sumbatan di segmen usus di bagian. Hal ini menunjukkan telah terjadi suatu obstruksi, gejala ini dijumpai pada kurang lebih 75% pasien invaginasi. Muntah dan nyeri sering dijumpai sebagai gejala yang dominan pada sebagian besar pasien. Muntah yang terus menerus terjadi dapat menyebabkan syok hipovolemik. Gejala lain berupa kembung, suatu gambaran adanya distensi sistem usus oleh suatu sumbatan didapatkan pada 90% kasus. Rangkaian patofisiologi intususepsi dapat dilihat pada bagan 2.1 (Hay, 2003).