25
22 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Babi Semua babi memiliki karakteristik yang sama kedudukannya dalam sistematika hewan yaitu: Filum: Chordata, Sub Filum: Vertebrata (bertulang belakang), Marga: Gnatostomata (mempunyai rahang), Kelas: Mamalia (menyusui), Ordo: Artiodactyla (berjari/berkuku genap), Genus: Sus, Species: Sus scrofa, Sus vittatus/Sus strozzli, Sus cristatus, Sus leucomystax, Sus celebensis, Sus verrucosus, Sus barbatus (Sihombing, 1997). Babi adalah ternak monogastric dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran), pertumbuhannya cepat dan dalam umur enam bulan sudah dapat dipasarkan. Selain itu ternak babi efisien dalam mengkonversi berbagai sisa pertanian dan restoran menjadi daging (Ensminger, 1991). Ternak babi merupakan penghasil sumber daging dan untuk pemenuhan gizi yang sangat efisien di antara ternak-ternak yang lain karena babi memiliki konversi terhadap pakan yang cukup tinggi, semua bahan pakan bisa diubah menjadi daging dan lemak dengan sangat efisien. Ternak babi bersifat peridi (Prolific), satu kali beranak bisa 6-12 ekor dan setiap beranak 2 kali di dalam satu tahun. Persentase karkas babi cukup tinggi, bisa mencapai 65-80%, sedangkan persentase karkas kambing dan domba 45-55%, kerbau 38%, sapi 50-60%. Dan ternak babi juga sangat efisien dalam mengubah sisa-sisa makanan serta hasil ikutan pertanian maupun pabrik (Lubis ,1963). Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Babirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35114/4/Chapter ll.pdf · Ternak babi merupakan sumber daging dan untuk pemenuhan ... dikembangkan juga

  • Upload
    danganh

  • View
    276

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

22

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Babi

Semua babi memiliki karakteristik yang sama kedudukannya dalam

sistematika hewan yaitu: Filum: Chordata, Sub Filum: Vertebrata (bertulang

belakang), Marga: Gnatostomata (mempunyai rahang), Kelas: Mamalia

(menyusui), Ordo: Artiodactyla (berjari/berkuku genap), Genus: Sus, Species: Sus

scrofa, Sus vittatus/Sus strozzli, Sus cristatus, Sus leucomystax, Sus celebensis,

Sus verrucosus, Sus barbatus (Sihombing, 1997).

Babi adalah ternak monogastric dan bersifat prolific (banyak anak tiap

kelahiran), pertumbuhannya cepat dan dalam umur enam bulan sudah dapat

dipasarkan. Selain itu ternak babi efisien dalam mengkonversi berbagai sisa

pertanian dan restoran menjadi daging (Ensminger, 1991).

Ternak babi merupakan penghasil sumber daging dan untuk pemenuhan

gizi yang sangat efisien di antara ternak-ternak yang lain karena babi memiliki

konversi terhadap pakan yang cukup tinggi, semua bahan pakan bisa diubah

menjadi daging dan lemak dengan sangat efisien. Ternak babi bersifat peridi

(Prolific), satu kali beranak bisa 6-12 ekor dan setiap beranak 2 kali di dalam satu

tahun. Persentase karkas babi cukup tinggi, bisa mencapai 65-80%, sedangkan

persentase karkas kambing dan domba 45-55%, kerbau 38%, sapi 50-60%. Dan

ternak babi juga sangat efisien dalam mengubah sisa-sisa makanan serta hasil

ikutan pertanian maupun pabrik (Lubis ,1963).

Universitas Sumatera Utara

23

Sifat-sifat fisik yang tampak pada babi adalah warna tubuh, besar dan

gemuk serta cepat dewasa. Sifat fisik berdasarkan warna bulu digolongkan

menjadi 5, yakni: putih, hitam, coklat atau kemerah-merahan, berselempang

(belted) dan bercak-bercak (spotted). Sifat fisik yang tampak pada babi

berdasarkan besar dan kegemukan dapat dibagi menjadi 2, yakni: tipe babi besar

yaitu bila babi besar dan lambat dewasa (cold blood atau tipe rainbow), dan tipe

babi kecil yaitu bila babi kecil dan cepat dewasa digolongkan dalam babi berdarah

panas (hot blood atau chuffy). Sedangkan sifat fisik yang tampak pada babi

berdasarkan kecepatan dewasa artinya penggolongan babi dalam laju kecepatan

babi untuk mencapai tahap dewasa (Tanaka dkk., 1980).

Babi Landrace

Babi landrace merupakan babi yang berasal dari Denmark, termasuk babi

bacon yang berkualitas tingi. Babi Landrace sangat populer sehingga

dikembangkan juga di Amerika Serikat, Australia, dan Indonesia, yakni American

Landrace dan Australian Landarce. Babi ini berwarna putih, terkenal babi

bertubuh panjang seperti busur, besar, lebar, bulu halus, dan juga kakinya

panjang. Babi ini terkenal sangat profilik hingga kini babi ini juga yang terbukti

paling banyak per kelahiran, serta presentase dagingnya tinggi. Tulang rusuknya

16-17 pasang dan sampai kini puting susu babi inilah yang terbanyak diantara

bangsa babi unggul. Babi jantan dewasa berbobot sekitar 320-410 kg dan induk

berbobot 250-340 kg. Kelemahan babi ini adalah kaki belakang yang lemah

terutama saat induk bunting, dan hasil daging yang pucat (Sihombing, 2006).

Universitas Sumatera Utara

24

Potensi Ternak Babi

Peternakan babi disamping sebagai sarana untuk menghasilkan protein

hewani, juga merupakan sarana untuk mendatangkan keuntungan bagi pengusaha.

Hal ini karena ternak babi dapat mengubah atau memanfaatkan sisa makanan yang

sudah tidak digunakan oleh manusia menjadi daging dan lemak yang mempunyai

nilai gizi tinggi (Pond dan Manner, 1974).

Tabel 1. Populasi ternak kecil menurut jenis tahun 2001-2010 di Provinsi Sumatera Utara

Tahun / Year

Jenis Ternak/Kind of Livestock

Kambing/Goat Domba/Sheep Babi/Pig

(1) (2) (3) (4)

2001 703 393 199 312 807 375

2002 707 965 215 217 828 043

2003 712 566 232 391 849 240

2004 717 196 250 935 870 980

2005 640 500

271 314 809 705

2006 643 860 275 844 822 790

2007 759 965 287 021 802 776

2008 618 394 268 291 733 864

2009 625 815 270 420 653 150

2010 744 535 317 777 742 670

Sumber/Source : Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara/Livestock Office of Sumatera Utara Province. 2011.

Universitas Sumatera Utara

25

Dibanding dengan ternak lain, dalam usaha ternak babi ditemukan

beberapa sifat yang menarik dan menguntungkan seperti di bawah ini:

- Babi bentuk merupakan tabungan hidup yang mudah diatur untuk memberi

pendapatan secara teratur.

- Pertumbuhannya cepat antara 0,5 – 0,7 kg per hari.

- Ternak ini prolifik tinggi karena beranak banyak (6 – 12 ekor tiap kelahiran)

dan melahirkan dua kali setahun.

- Kemampuan mengembalikan modal tinggi.

- Proporsi karkasnya tinggi antara 65-80%.

- Dapat dipelihara dengan intensif modal sehingga biaya tenaga kerja kecil.

- Adaptasinya terhadap berbagi tipe usaha tani responsif.

Dapat meningkatkan daya guna hasil ikutan dan limbah agroindustri,

limbah berguna untuk pupuk, sumber energi biogas dan media pertumbuhan

mikroba penghasil pakan ternak dan ikan (Aritonang, 1993).

Tujuan utama dari produsen ternak babi adalah mengusahakan agar

diperoleh keuntungan yang memuaskan dari penjualan stok bibit, babi sapihan,

melestarikan tradisi keluarga, memenuhi suatu corak kehidupan desa dan

berpartisipasi aktif dalam pengadaan pangan nasional (Johnson, 1976).

Tabel 2. Populasi Ternak Babi per Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2002-2006

No Kabupaten Kota Tahun 2002 2003 2004 2005 2006

1 Nias 146.683 82.951 85.074 87.200 80.402 2 Nias Selatan 0 0 0 0 28.861 3 Mandailing Natal 0 0 0 0 0 4 Tapanuli Selatan 0 0 0 0 0 5 Tapanuli Tengah 59.924 80.933 83.005 83.777 88.762 6 Tapanuli Utara 150.732 174.509 178.976 16.0640 160.221 7 Humbahas 0 45.295 46.454 17.759 21.185

Universitas Sumatera Utara

26

8 Toba Samosir 89.705 91.948 94.302 45.731 52.994 9 Samosir 0 45.295 42.787 43.856 58.836 10 Labuhan Batu 20.978 91.948 7.323 8.020 10.445 11 Asahan 24.475 41.719 25.729 15.975 15.300 12 Simalungun 81.989 85.171 87.351 89.937 65.484 13 Dairi 24.871 54.717 56.118 78.330 77.813 14 Pakpak Barat 0 2.808 2.880 2.953 2.777 15 Karo 10.002 24.575 25.204 37.538 25.852 16 Deli Serdang 200.816 90.479 92.795 93.658 64.042

17 Serdang Bedagai

0 24.585 25.214 25.859 47.394

18 Langkat 12.302 8.881 9.108 11.192 16.360 19 Sibolga 0 0 0 0 0 20 Tanjung Balai 0 357 366 375 214 21 Pematang Siantar 723 1.258 1.290 1.059 1.838 22 Tebing Tinggi 913 1.015 1.041 1.067 1.182 23 Medan 2.631 3.420 3.507 2.388 1.288 24 Binjai 1.299 2.392 2.456 2.391 1.540 25 P. Sidempuan 0 0 0 0 0 Jumlah 828.043 849.924 870.980 809.705 822.790

Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara (2007).

Konsumsi pakan babi

Rekomendasi dari NRC (1998) menyatakan bahwa konsumsi ransum

harian babi periode starter adalah 950-1425 gr/hari atau dengan rata-rata 1250 gr.

Tingkat konsumsi ransum dipengaruhi oleh keseimbangan dari energi dan

protein yang tersedia (North, 1984).

Ternak babi membutuhkan ransum yang imbangan nutrisinya baik atau

sempurna, untuk memperoleh reproduksi dan produksi daging yang optimal.

Ternak babi membutuhkan energi, protein, mineral, vitamin dan air. Setiap zat

mempunyai fungsi dan kaitan spesifik di dalam tubuh. Kekurangan atau

ketidakseimbangan zat-zat makanan dapat memperlambat pertumbuhan dan

berdampak pada performans. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum

yaitu cara pemberian pakan, aroma pakan, kondisi lingkungan atau suhu kandang,

ketersedian air minum, jumlah ternak dan kesehatan ternak (Sihombing, 1997).

Tabel 3. Konsumsi ransum dan air minum babi menurut umur/periode

Universitas Sumatera Utara

27

Umur fase produksi Macam ransum Konsumsi

(kg/ekor/hari) Air minum (l/ekor/hari)

1-4 minggu Susu pengganti 0.02-0.05 0.25-0.5

4-8 mnggu Pre Starter 0.5-0.75 0.75-2.0

8-12 minggu Starter 1.00-1.25 2.0-3.5

12-16 minggu Grower 1.5-2.00 3.5-4.0

16-20 minggu Grower 2.25-2.75 4.0-5.0

20 – dijual Finisher 2.75-3.5 5.0-7.0

Induk Grower 1.5-2.00 6.0-8.0

Dara (6 bln) Grower 1.5-2.00 6.0-8.0

Jantan (6 bln) Bibit 2.50-3.50 7.0-9.0

Induk kering Bibit 2.00-2.50 7.0-9.0

Bunting Bibit 3.00-4.50 15.0-20.0

Induk laktasi Bibit 2.00-2.50 7.0-9.0

Sumber: Sinaga (2010).

Pengaruh temperatur lingkungan terhadap performans babi menunjukan

bahwa temperatur yang cocok adalah 20-27°C. Semakin rendah temperatur atau

suhu lingkungan, babi akan mengkonsumsi pakan lebih banyak dan sebagian

besar energi pakan dialihkan menjadi produksi panas tubuh dan akan diubah untuk

produksi daging. Bila temperatur atau suhu lingkungan tinggi, konsumsi pakan

babi akan menurun, konsumsi air minum akan meningkat dan terjadi perubahan

tingkah laku mengakibatkan stres atau kematian (Sihombing, 2006).

Hasil fermentasi dapat meningkatkan palatabilitas ransum, sehingga konsumsi

ransum dapat meningkat (Brata, 1997).

Palatabilitas merupakan faktor penting yang menentukan tingkat konsumsi

ransum dan tergantung pada bau, rasa, tekstur dan suhu, faktor umum yang

Universitas Sumatera Utara

28

mempengaruhi konsumsi adalah palatabilitas ternak terhadap ransum yang

diberikan, namun semuanya itu tergantung daripada kandungan zat bahan

makanan yang terkandung dalam ransum, salah satunya dengan penambahan zat

aditif yang diharapkan ternak mencapai produktivitas yang tinggi. Feed Additive

dapat digunakan untuk memperbaiki aroma ransum dan meningkatkan konsumsi

ransum, selain itu mampu mengoptimalkan daya serap makanan oleh usus halus

akibat rangsangan feed additive terhadap organ pencernaan tertentu pada ternak.

Bentuk feed additive yang dipergunakan dapat berasal dari bahan kimia sintetis

ataupun ekstraksi tanaman seperti curcuminoid dimana tujuannya adalah untuk

memperoleh konsumsi ransum yang optimal (Prasetyo, 2011).

Tabel 4. Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak babi (%) Berat badan (Kg)

Konsumsi (Kg)

Energi Protein

(%)

Ca (%)

P (%)

Vitamin A

I.V./Kg TDN (%)

DE (kcal)

ME (Kg)

1-5 1.25 64 3700 3.60 27.00 0.90 0.70 2200 5-10 1.67 70 3500 3.40 20.00 0.80 0.60 2200 10-20 2.00 70 3300 3.20 18.00 0.65 0.55 1750 20-35 2.50 73 3300 3.20 16.00 0.60 0.50 1300 35-60 2.86 73 3300 3.20 14.00 0.55 0.45 1300 60-100 3.75 76 3300 3.20 13.00 0.50 0.40 1300

Sumber : NRC (1979)

Pertumbuhan Dan Pertambahan Bobot Badan Ternak Babi

NRC (1998), yang menyatakan nilai pertambahan bobot badan babi stater

(8 minggu sampai dengan 12 minggu) sebesar 450 - 575 gr/ekor/hari.

Sihombing (1997), menyatakan laju pertumbuhan babi sangat dipengaruhi

oleh berat sapih, anak babi dengan berat sapihnya besar akan bertumbuh lebih

cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai bobot potong

dibanding anak babi dengan berat sapihnya lebih kecil.

Universitas Sumatera Utara

29

Menurut Tillman et al.,(1991) pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-

lahan kemudian mulai berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi

atau sama sekali berhenti sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang

berbentuk sigmoid.

Pertumbuhan adalah pertambahan berat badan atau ukuran tubuh sesuai

dengan umur, sedangkan perkembangan adalah berhubungan dengan adanya

perubahan ukuran serta fungsi dari berbagai bagian tubuh semenjak embrio

sampai menjadi dewasa. Proses pertumbuhan pada ternak dimulai sejak awal

terjadinya pembuahan sampai dengan anak lahir, dilanjutkan hingga menjadi

dewasa (Parakkasi, 1995).

Parakkasi (1985) menyatakan bahwa dalam pertumbuhan seekor hewan

ada 2 hal yang terjadi: 1) Bobot badannya meningkat mencapai bobot badan

dewasa yang disebut pertumbuhan dan 2) Terjadinya perubahan konfirmasi dan

bentuk tubuh serta berbagai fungsi dan kesanggupannya untuk melakukan sesuatu

menjadi wujud penuh yang disebut perkembangan.

Pengaruh temperatur lingkungan terhadap performans babi menunjukkan

bahwa temperatur yang cocok adalah 20-27°C. Semakin rendah temperatur atau

suhu lingkungan, babi akan mengkonsumsi pakan lebih banyak dan sebagian

besar energi pakan dialihkan menjadi produksi panas tubuh dan akan diubah untuk

produksi daging. Bila temperatur atau suhu lingkungan tinggi, konsumsi pakan

babi akan menurun, konsumsi air minum akan meningkat, dan terjadi perubahan

tingkah laku mengakibatkan stres atau kematian (Sihombing, 2006).

Konversi Pakan dan Efisiensi Pakan

Universitas Sumatera Utara

30

Konversi ransum adalah jumlah konsumsi ransum yang dibutuhkan untuk

menghasilkan 1 kg pertambahan bobot badan atau kemampuan ternak mengubah

pakan kedalam bentuk pertambahan bobot badan (PBB), dengan demikian makin

rendah angka konversi akan semakin efisien dalam penggunaan ransum (Bogart,

1977)

NRC (1998) memberikan rekomendasi angka konversi yang diharapkan

dari berbagai tipe babi sebagai berikut: 0,368 – 0,421. Bila ratio itu kecil berarti

pertambahan berat badan memuaskan ternak atau babi makan tidak banyak.

Konversi inilah yang sebaiknya digunakan sebagai pegangan produksi, karena

sekaligus melibatkan berat badan dan konsumsi ransum.

Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi konversi pakan oleh ternak

babi yaitu (1) pakan yang zat-zat gizinya tidak seimbang, (2) pakan berjamur, (3)

kondisi lingkungan, (4) tingkat penyakit dan cacingan (Sihombing, 2006).

Efisiensi penggunaan makanan merupakan pertambahan berat badan yang

dihasilkan setiap satuan ransum yang dikonsumsi. Efisiensi penggunaan makanan

tergantung pada (1) kebutuhan ternak akan energi dan protein untuk pertumbuhan,

hidup pokok atau fungsi lain, (2) kemampuan ternak mencerna makanan, (3)

jumlah makanan yang hilang melalui proses metabolisme dan (4) tipe makanan

yang dikonsumsi (Campbell dan Lasley, 1985).

Sistem Pencernaan Babi

Babi merupakan ternak omnivore monogastris, yakni ternak pemakan

makanan semua pakan dan mempunyai satu perut besar yang sederhana. Alat

pencernaan makanan (apparatus digestorius) pada ternak babi berfungsi untuk

mengambil, menerima mencerna makanan dan sebagai media buat penyaluran

Universitas Sumatera Utara

31

makanan dalam tubuh dan mengeluarkan bahan sisa pencernaan. Alat pencernaan

makanan digolongkan menjadi dua yaitu: saluran makanan atau corong dan alat-

alat pelengkap pencerna makanan. Saluran makanan (tractus alimentarius)

memanjang mulai dari bibir, sampai anus yang terdiri dari urutan: mulut,

tenggorokan, esofagus, lambung, usus halus, dan usus besar. Sedangkan alat-alat

pelengkap yang membantu pencernaan makanan ialah gigi, lidah, kelenjar ludah,

empedu pada hati dan pancreas (Kidder dan Manners, 1978).

Meskipun babi tidak memiliki lambung majemuk seperti yang terdapat

pada sapi atau sekum besar seperti yang terdapat pada kuda, namun usus besarnya

dapat menampung dua kali lipat kapasitas usus besar domba dan usus besar inilah

yang membantu pencernaan hijauan pada ternak babi meskipun sangat terbatas

(Pond dan Hopt, 1978).

Menurut Parakkasi (1990), sistem pencernaan didefinisikan sebagai

sebuah sistem yang terdiri dari saluran pencernaan yang dilengkapi dengan

beberapa organ yang bertanggung jawab atas pengambilan, penerimaan dan

pencernaan bahan makanan. Sihombing (1997), menyatakan secara sederhana

bahwa alat pencernaan merupakan alat yang berfungsi sebagai jalan makanan

dalam tubuh dan mengeluarkan bahan sisa pencernaan. Selanjutnya dikatakan

bahwa pencernaan atau zat-zat makanan pada ternak babi terutama dilakukan

secara enzimatik. Walaupun demikian saluran gastro-intestinal berisi berbagai

mikroorganisme sejak 24 jam setelah lahir.

Alat pencernaan makanan dapat digolongkan menjadi dua yaitu saluran

pencernaan dan alat pelengkap makanan. Menurut Sihombing (1997), Saluran

pencernaan dibagi atas rongga mulut, esofagus, lambung, usus halus dan anus.

Universitas Sumatera Utara

32

Alat pelengkap lain yang dapat membantu pada pencernaan makanan adalah gigi,

lidah, kelenjar ludah (air ludah), empedu pada hati dan pankreas. Menurut

Whittemore (1987), sistem pencernaan yang sederhana menyebabkan ternak babi

secara alamiah terbatas dalam memanfaatkan ransum yang berserat tinggi.

Saluran pencernaan ternak babi dimulai dari rongga mulut, lalu masuk ke

esofagus selanjutnya menuju ke lambung lalu masuk ke usus halus. Usus halus

merupakan bagian terbesar dari pencernaan dan penyerapan dari zat-zat makanan

kemudian masuk ke usus besar. Pembusukan terjadi dalam usus besar yang

menghasilkan gas metan, selanjutnya dikeluarkan melalui anus dalam bentuk

feses (Sihombing, 1997).

Ransum

Ransum adalah makanan yang disediakan bagi ternak untuk 24 jam

(Anggorodi, 1994). Suatu ransum seimbang menyediakan semua zat makanan

yang dibutuhkan untuk memberi makan ternak selama 24 jam. Konsumsi ransum

sangat dipengaruhi oleh berat badan dan umur ternak. Konsumsi ransum akan

semakin meningkat dengan meningkatnya berat badan ternak. Jumlah ransum

yang dikonsumsi juga akan bertambah dengan bertambahnya umur ternak.

Potensi Kulit Buah/Pod kakao

Sistematika tanaman kakao secara lengkap adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

33

Kingdom: Plantae (tumbuhan), Subkingdom: Tracheobionta (tumbuhan

berpembuluh), Super Divisi: Spermatophyta (menghasilkan biji), Divisi:

Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas: Magnoliopsida (berkeping

dua/dikotil), Sub Kelas: Dilleniidae, Ordo: Malvales, Famili: Sterculiaceae,

Genus: Theobroma, Spesies : Theobroma cacao L (Plantamor, 2011).

Indonesia memiliki areal perkebunan yang sangat luas. Luas areal

perkebunan Indonesia mencapai 16 juta hektar. Salah satunya adalah perkebunan

kakao mencapai yang mencapai 1.167.000 ha (Guntoro, 2006). Selama lima tahun

terakhir ini produksi kakao meningkat sebesar 7,14% tahun atau 49.200 ton pada

tahun 2004 (Baharuddin, 2007). Jika proporsi limbah mencapai 74% dari

produksi, maka limbah kulit kakao mencapai 36.408 ton per tahun. Hal ini

merupakan suatu potensi yang sangat besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan

pakan ternak.

Menurut BPT Ciawi (1997), pod kakao fermentasi dapat diberikan pada

ternak babi sebagai pengganti dedak padi dalam pakan.sampai level sekitar 35-

40%. Terbatasnya penggunanan kulit buah kakao sebagai pakan ternak babi

disebabkan tingginya kandungan serat kasar karena babi tidak mampu

menghasilkan enzim selulase menjadi glukosa. Pada pod kakao terdapat zat anti

nutrisi yaitu theobromin. Theobromin merupakan alkaloid tidak berbahaya yang

dapat dirusak dengan pemanasan atau pengeringan, tetapi pemberian pakan yang

mengandung theobromin secara terus-menerus dapat menurunkan pertumbuhan

ternak (Tarka et al., 1998).

Universitas Sumatera Utara

34

Tabel 5. Luas Tanaman dan Produksi Coklat (Theobroma cacao L) Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2010

Kabupaten

Regency

Luas Tanaman / Area (Ha) Produksi

Production

(Ton)

T B M

Not Yet

Productive

T M

Productive

T T M

Unpro-

Ductive

Jumlah

Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Nias 4.546,00 3.896,50 630,00 9.072,50 3.390,50

2. Mandailing Natal 788,68 3.542,70 220,50 4.551,88 2.533,71

3. Tapanuli Selatan 929,25 2.410,25 230,00 3.569,50 1.889,50

4. Tapanuli Tengah 940,50 1.735,50 53,50 2.729,50 1.636,00

5. Tapanuli Utara 1.152,25 1.617,98 84,75 2.854,98 929,09

6. Toba Samosir 55,64 74,74 14,25 144,63 61,81

7. Labuhan Batu 40,00 447,00 ,- 487,00 238,32

8. Asahan 620,46 4.427,20 726,05 5.773,71 4.477,40

9. Simalungun 186,70 5.180,70 10,50 5.377,90 5.508,80

10. Dairi 203,00 274,00 - 477,00 200,70

11. Karo 1.517,00 2.441,50 ,- 3.958,50 2.500,65

12. Deli Serdang 2.075,70 5.477,70 259,50 7.812,90 6.317,74

13. Langkat 391,00 2.277,00 - 2.668,00 1.852,00

14. Nias Selatan 1.469,00 2.367,25 96,00 3.932,25 1.834,80

15. Humbang Hasundutan 1.108,60 470,00 18,00 1.596,60 318,38

16. Pakpak Bharat 54,00 129,00 74,00 257,00 51,90

17. Samosir 161,90 76,25 1,25 239,40 57,77

18. Serdang Bedagai 359,60 1.305,00 54,00 1.718,60 1.116,98

19. Batu Bara 22,00 729,00 55,00 806,00 757,36

Universitas Sumatera Utara

35

20. Padang Lawas Utara 229,50 448,00 37,00 714,50 330,90

21. Padang Lawas 90,75 88,50 7,30 186,55 47,10

22. Labuhan Batu Selatan 15,00 127,00 - 142,00 73,30

23. Labuhan Batu Utara 20,00 280,00 - 300,00 165,70

24. Nias Utara - - - - -

24. Nias Barat - - - - -

Jumlah/Total 2010*) 16.976,53 39.822,77 2.571,60 59.370,90 36.289,78

2009 19.744,94 42.618,26 3.727,75 66.090,95 38.249,11

2008 18.906,73 39.667,74 1.646,75 60.221,22 36.042,11

2007 15.786,30 38.098,73 2.543,45 56.428,48 35.313,82

Sumber/Source : Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara/Plantation Office of Sumatera Utara Province. (2011).

Kulit buah kakao (shel fod husk) adalah merupakan limbah agroindustri yang

dihasilkan tanaman kakao (Theobroma cacao L). Buah coklat yang terdiri dari 74% kulit

buah, 2 % plasenta, dan 24% biji. Hasil analisa proksimat mengandung 22% Protein dan

3-9% lemak (Nasrullah dan A.Ella, 1993).

Hasil ikutan pertanian dan perkebunan pada umumnya mempunyai kualitas yang

rendah karena berserat kasar tinggi dan mengandung anti nutrisi. Pod kakao mengandung

lignin dan theobromin tinggi (Areghoure, 2000), selain juga mengandung serat kasar yang

tinggi (40,03%). Menurut Amirroenas (1990), kulit kakao mengandung selulosa 36,23%,

hemiselulosa 1,14% dan lignin 20%-27,95%. Lignin yang berikatan dengan selulosa

menyebabkan selulosa tidak bisa dimanfaatkan oleh ternak. Upaya meningkatkan kualitas

dan gizi pakan serat hasil ikutan perkebunan yang berkualitas rendah merupakan upaya

strategis dalam meningkatkan ketersediaan pakan. Oleh karena itu untuk memaksimalkan

pengunaan kulit kakao pada ternak perlu ditingkatkan kualitasnya salah satunya dengan

cara fermentasi. Perbandingan kandungan nutrisi kulit kakao tanpa fermentasi dan pod

Universitas Sumatera Utara

36

kakao yang difermentasi Rhizopus sp, Saccharomyces sp dan Lactobacillus sp dapat

dilihat pada Tabel 6 dibawah :

Tabel 6. Kandungan gizi dedak kulit buah kakao.

Bahan Pakan

Kandungan

PK (%)

K. Air (%)

LK

(%)

SK

(%) K. abu

(%) GE

(kkal/gr)

Kulit Kakao 6.16 60.04 1.89 33.90 13.48 4.0327

Kulit Fermentasi 10.46 16.65 1.06 36.34 16.26 4.3916

Sumber : Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong (2011).

Upaya peningkatan kualitas dan gizi pakan hasil samping pertanian atau

perkebunan yang berkualitas rendah, merupakan upaya strategis dalam

meningkatkan ketersediaan pakan. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan

penggunaan pod kakao sebagai produk bahan pakan pada ternak perlu

ditingkatkan kualitasnya dan salah satunya dengan cara fermentasi.

Konsentrat

Konsentrat adalah pakan yang memiliki protein dan energi yang cukup

tinggi yaitu PK ≥18%. Pada ternak yang digemukan semakin banyak konsentrat

dalam pakan akan semakin baik dengan konsumsi serat kasar tidak kurang dari

15% BK pakan. Oleh karena itu, banyaknya pemberian pakan konsentrat dalam

formula pakan harus terbatas agar tidak terlalu gemuk (Siregar, 2003).

Pemberian konsentrat terlalu banyak akan meningkatkan konsentrasi

energi pakan yang dapat menurunkan tingkat konsumsi sehingga tingkat konsumsi

energi sendiri dapat berkurang (Parakkasi, 1995).

Universitas Sumatera Utara

37

Molases

Molases merupakan hasil ikutan pengolahan tebu menjadi gula. Bentuk

fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungan karbohidrat,

protein dan mineral yang cukup tinggi, sehingga bisa dijadikan pakan ternak

walaupun sifatnya sebagai pakan pendukung. Kelebihan molases terletak pada

aroma dan rasanya, sehingga bila dicampur pada pakan ternak bisa memperbaiki

aroma dan rasa ransum (Widayati dan Widalestari, 1996). Kandungan nilai gizi

molases dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Kandungan nilai gizi molases. Kandungan nilai gizi molases Kandungan (%)

Bahan kering 67,50 Protein kasar 3-4 Lemak kasar 0,08 Serat kasar 0,38

TDN 81,00 Sumber: Laboratorium Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2000).

Dedak Padi

Dedak Padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari pemisahan beras

dengan kulit gabahnya melalui proses penggilingan padi dari pengayakan hasil

ikutan dari penumbukan padi (Parakkasi, 1995). Sedangkan menurut Rasyaf

(1992) dedak merupakan hasil ikutan dalam proses pengolahan gabah menjadi

beras yang mengandung bagian luar yang tidak tebal, tapi tercampur dengan

bagian penutup beras. Hal inilah yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya

kandungan serat kasar dedak. Bila dilihat dari asal-usul pengolahan gabah menjadi

beras, wajar bila kandungan serat kasar yang dikandungnya tinggi.

Universitas Sumatera Utara

38

Tabel 8. Kandungan nilai gizi dedak padi

Kandungan nilai gizi dedak padi Nilai gizi (%) Bahan kering 89.1 Protein kasar 13.8 Serat kasar 8.0

Lemak Kasar 8.2 TDN 64.3

Sumber : Tillman., et al (1991)

Tepung Ikan

Tepung ikan digunakan sebagai sumber protein mengandung asam-asam

amino yang lengkap dan berimbang, sumber kalsium, vitamin, dan mineral lainya.

Karena kandungan gizinya yang hampir sempurna inilah, tepung ikan mempunyai

harga yang relatif mahal. Tepung ikan masih terus digunakan untuk

menyeimbangkan kebutuhan asam amino (Rasyaf, 1989).

Tabel 9. Kandungan nutrisi tepung ikan Nutrisi Kandungan (%)

Protein 52,6

Lemak 6,8

Serat kasar 2,2

Phospor 2,88

Calsium 5,11

Energi Metabolisme 2820 Kkal/kg

Sumber : Hartadi.,et al.(1997).

Tepung Jagung

Kandungan energi jagung cukup tinggi dan citarasanya baik, sehingga

lazim digunakan untuk bahan ransum ternak babi. Jagung kuning cukup baik

untuk babi, karena mengandung tinggi karoten atau vitamin A. Jagung dapat

Universitas Sumatera Utara

39

diberikan pada babi dalam bentuk butir utuh, digiling, dicampur dengan bahan

lain (Sihombing, 2006). Kandungan nutrisi tepung jagung tertera pada Tabel 10.

Tabel 10. Kandungan nutrisi tepung jagung.

Uraian Kandungan Nutrisi

Protein Kasar (%)

Serat Kasar (%)

Lemak Kasar (%)

Kalsium (%)

Posfor (%)

Energi Metabolisme (kkal/kg)

8,3a

2,2b

3,9a

0,03a

0,28a

3420a

Sumber : a. NRC (1998)

b. Hartadi et al (1997).

Kandang Ternak Babi

Bangunan kandang babi untuk daerah tropis seperti Indonesia lebih

sederhana dibandingkan dengan untuk daerah subtropis atau daerah beriklim

dingin. Suhu di Indonesia 27,2° C, namun suhu di berbagai daerah berbeda,

tergantung dari letak geografis, ketinggian tempat, kelandaian, sinar, angin, hujan,

dan kelembaban. Suhu atau temperatur lingkungan mikro harus dimodifikasi agar

sesuai dengan tuntutan hidup ternak babi yang dipelihara dalam kandang. Harus

diusahakan agar mikroklimat dalam kandang serasi bagi kehidupan atau

kebutuhan fisiologis babi. Bila suhu terlalu tinggi, babi akan kehilangan panas

evaporatif (berkeringat atau terengah-engah), konsumsi makanan biasanya

menurun, konsumsi air minum meningkat, berusaha mencari kesejukan, dan

tingkah laku mungkin berubah, dan faktor- faktor tersebut mengakibatkan

gangguan produksi. Suhu lingkungan yang berbeda mengakibatkan pertumbuhan

Universitas Sumatera Utara

40

babi berbeda. Temperatur yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan

mengganggu kehidupan babi, sebab babi akan bertumbuh baik di lingkungan zone

termonetralnya, yakni berkisar antara 20-26° C (Sihombing, 2006).

Syarat faktor- faktor fisik bangunan kandang untuk daerah tropis :

1). Bahan bangunan yang tahan lama, relatif murah dan berdaya pantul tinggi

terhadap sinar

2). Berkemampuan rendah menyimpan beban panas yang berasal dari tubuh

ternak

3). Landaian (slope) atap cukup, biasanya 30-45° sehingga ternak terlindung baik

terhadap panas sinar, hujan dan angin

4). Luas ruangan bagi ternak cukup memadai

5). Terjamin sirkulasi udara yang baik, sehingga udara tak sehat keluar dan udara

segar masuk

6). Langit-langit bangunan cukup tinggi sesuai kebutuhan

7). Arah memanjang (poros) bangunan kandang adalah timur-barat, berbeda dari

arah bangunan di daerah beriklim subtropis ataupun beriklim dingin

(Sihombing, 1997).

Fermentasi

Fermentasi adalah proses penguraian unsur-unsur organik kelompok

terutama karbohidrat untuk menghasilkan energi melalui reaksi enzim yang

dihasilkan oleh mikroorganisme. Fermentasi dapat juga diartikan penguraian

unsur-unsur organik dengan mikroorganisme lokal dimana bahan yang digunakan

dalam keadaan basah (kadar air 60%). Proses fermentasi dapat dikatakan sebagai

proses “ protein enrichment” yang berarti proses pengkayaan protein bahan

Universitas Sumatera Utara

41

dengan menggunakan mikroorganisme tertentu (Soeratmo, 1988). Melalui proses

fermentasi, nilai gizi limbah kulit buah kakao dapat ditingkatkan, sehingga layak

untuk pakan penguat kambing, sapi, bahkan untuk ransum babi dan ayam.

Manfaat fermentasi antara lain yaitu meningkatkan kandungan protein,

menurunkan kandungan serat kasar, menurunkan kandungan anti nutrisi

(zat lignin pada kulit kakao).

Menurut jenis mediumnya, proses fermentasi dibagi menjadi 2 yaitu

fermentasi medium padat dan fermentasi medium cair. Fermentasi medium padat

merupakan fermentasi medium yang digunakan tidak larut tetapi cukup

mengandung air untuk keperluan mikroba, sedangkan fermentasi dengan medium

cair adalah proses fermentasi yang substratnya larut atau tersuspensi di dalam

medium cair (Hardjo et al., 1989).

Menurut Winarno et al., (1980) fermentasi merupakan proses biokimia

yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan sifat bahan pakan sebagai akibat

dari pemecahan kandungan bahan pakan tersebut, dimana bahan pakan yang

mengalami fermentasi biasanya nilai gizi menjadi lebih baik dari asalnya

disebabkan karena mikroorganisme bersifat katabolik atau memecah komponen-

komponen yang kompleks menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah dicerna.

Menurut Winarno dan Fardiaz (1979), pada proses fermentasi dibutuhkan

dosis jamur tertentu pula, makin banyak dosis jamur yang digunakan makin cepat

proses fermentasi berlangsung dan makin lama waktu yang digunakan makin

banyak bahan yang dirombak, fermentasi kapang pada umumnya membutuhkan

waktu antara 2 sampai 5 hari.

Universitas Sumatera Utara

42

Inokulan Cair

Tujuan pembuatan inokulan cair adalah untuk membiakkan

mikroorganisme yang mampu mendegradasi karbohidrat serta lemak.

Mikroorganisme tempatan yang dipakai adalah, Rhizopus sp dari ragi tempe

Saccharomyces sp yang berasal dari ragi tape dan Lactobacillus sp yang berasal

dari yoghurt/biokult. Mikroorganisme ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. Sifat amilolitik, mikroorganisme yaitu Saccharomyces sp akan

menghasilkan enzim amilase yang berperan dalam mengubah karbohidrat

menjadi volatile fatty acids (VFA) dan keto acids yang kemudian akan

menjadi asam amino.

2. Sifat proteolitik, mikroorganisme yaitu Rhizopus sp akan mengeluarkan

enzim protease yang dapat merombak protein menjadi polipeptida-

polipeptida, lalu menjadi peptida sederhana, dan akhirnya menjadi asam

amino bebas, CO2 dan air.

3. Sifat lipolitik, mikroorganisme yaitu Lactobacillus sp akan menghasilkan

enzim lipase yang berperan dalam perombakan lemak.

(Ginting N, 2010).

Mikroorganisme Fermentasi

Rhizhopus sp

Rhizopus sp adalah genus jamur benang yang termasuk filum Zygomycota

ordo Mucorales. Rhizopus sp mempunyai ciri khas yaitu memiliki hifa yang

membentuk rhizoid untuk menempel ke substrat. Ciri lainnya adalah memiliki hifa

coenositik, sehingga tidak bersepta atau bersekat. Miselium dari Rhizopus sp yang

Universitas Sumatera Utara

43

juga disebut stolon menyebar diatas substratnya karena aktivitas dari hifa

vegetatif. Rhizopus sp bereproduksi secara aseksual dengan memproduksi banyak

sporangiofor yang bertangkai. Sporangiofor ini tumbuh ke arah atas dan

mengandung ratusan spora. Sporagiofor ini biasanya dipisahkan dari hifa lainnya

oleh sebuah dinding seperti septa. Salah satu contohnya spesiesnya adalah

Rhizopus stonolifer yang biasanya tumbuh pada roti basi (Postlethwait dan

Hopson, 2006).

Kapang golongan Rhizopus sp sangat berperan penting dalam proses

fermentasi tempe, dan memiliki kemampuan dalam menghasilkan enzim β–

glukosidase. Selama proses fermentasi kedelai berlangsung menjadi tempe,

isoflavon glukosidase dikonversi menjadi isoflavon aglikon oleh enzim

β–glukosidase yang disekresikan oleh mikroorganisme. Isoflavon mempunyai

potensi yang lebih aktif sebagai antioksidan, antihemolisis, antibakteri, anti jamur

dan anti kanker (2,3,4), bila dibandingkan dengan senyawa asalnya yaitu isoflavon

glukosida. Perubahan tersebut diantaranya disebabkan oleh aktivitas enzim β-

glukosidase. Enzim ini selain terdapat di dalam kedelai juga diproduksi oleh

mikroorganisme selama proses fermentasi berlangsung dan mampu memecah

komponen glukosida menjadi aglikon dan gugus gula (Ewan et al., 1992).

Hasil penelitian Rotib (1994) dengan melakukan fermentasi bungkil

kedelai memakai Rhizopus sp, mampu meningkatkan kandungan protein kasar

bungkil kedelai dari 41% menjadi 55% dan meningkatkan asam amino sebesar

14,2%, sehingga diduga dapat dipakai untuk alternatif sebagai sebagai bahan

pemicu pertumbuhan (Handajani, 2007).

Universitas Sumatera Utara

44

Saccharomyces sp

Saccharomyces sp merupakan genus ragi/khamir/yeast yang memiliki

kemampuan mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2. Saccharomyces sp

merupakan mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil, termasuk termasuk

kelompok Eumycetes. Tumbuh baik pada suhu 30o C dan pH 4,8. Beberapa

kelebihan Saccharomyces sp dalam proses fermentasi yaitu mikroorganisme ini

cepat berkembang biak, tahan terhadap kadar alkohol yang tinggi, tahan terhadap

suhu yang tinggi, mempunyai sifat stabil dan cepat mengadakan adaptasi.

Beberapa spesies Saccharomyces sp mampu memproduksi ethanol hingga

13.01 %. Hasil ini lebih bagus dibanding genus lainnya seperti Candida sp dan

Trochosporon sp. Pertumbuhan Saccharomyces sp dipengaruhi oleh adanya

penambahan nutrisi yaitu unsur C sebagai sumber carbon, unsur N yang diperoleh

dari penambahan urea, ZA, amonium dan pepton, mineral dan vitamin. Suhu

optimum untuk fermentasi antara 28-30oC. Beberapa spesies yang termasuk dalam

genus ini diantaranya yaitu Saccharomyces cerevisiae, Saccharomyces boullardii,

dan Saccharomyces uvarum (http://id.wikipedia.org, 2012).

Menurut Lay dan Hastowo (1992), khamir mempunyai peranan penting

dalam pembuatan industri makanan. Banyak kegiatan khamir dalam makanan

yang dikehendaki untuk dimanfaatkan dalam pembuatan bir, anggur, roti, produk

makanan terfermentasi dan sebagai sumber potensial dari protein sel tunggal

untuk fortifikasi makanan ternak. Seperti galur atau strain Saccharomyces sp yang

hingga saat ini paling banyak digunakan untuk keperluan tersebut.

Ragi mampu menghasilkan enzim yang dapat mengubah subtrat menjadi

bahan lain dengan mendapatkan keuntungan berupa energi. Ragi untuk tape

merupakan campuran dari bermacam-macam organisme yang hidup bersama

Universitas Sumatera Utara

45

secara sinergetik, dimana umumnya terdapat spesies-spesies dari genus

Aspergillus yang dapat menyederhanakan amilum, Saccharomyces sp,

Candida sp,dan Hansenula sp yang dapat menguraikan gula menjadi alkohol dan

bermacam-macam zat organik lainnya serta bakteri (Acetobacter sp) yang

menumpang untuk mengubah alkohol menjadi asam cuka (Dwidjoseputro, 1994).

Lactobacillus sp

Lactobacillus sp adalah genus bakteri gram-positif, anaerobik fakultatif

atau mikroaerofilik. Genus bakteri ini membentuk sebagian besar dari kelompok

bakteri asam laktat, dinamakan demikian karena kebanyakan anggotanya dapat

mengubah laktosa dan gula lainnya menjadi asam laktat. Kebanyakan dari bakteri

ini umum dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Dalam manusia, bakteri ini dapat

ditemukan di dalam vagina dan sistem pencernaan, dimana mereka bersimbiosis

dan merupakan sebagian kecil dari flora usus. Banyak spesies dari Lactobacillus

sp memiliki kemampuan membusukkan materi tanaman yang sangat baik.

Produksi asam laktatnya membuat lingkungannya bersifat asam dan mengganggu

pertumbuhan beberapa bakteri merugikan. Beberapa anggota genus ini telah

memiliki genom sendiri. Beberapa spesies Lactobacillus sp sering digunakan

untuk industri pembuatan yoghurt, keju, acar, bir, anggur (minuman), cuka,

kimchi, cokelat, dan makanan hasil fermentasi lainnya, termasuk juga pakan

hewan, seperti silase. Ada pula roti adonan asam, dibuat dengan "kultur awal",

yang merupakan kultur simbiotik antara ragi dengan bakteri asam laktat yang

berkembang di media pertumbuhan air dan tepung. Laktobasili, terutama L. casei

dan L. brevis, adalah dua dari sekian banyak organisme yang membusukkan bir.

Cara kerja spesies ini adalah dengan menurunkan pH bahan fermentasinya dengan

membentuk asam laktat (http://id.wikipedia.org, 2012).

Universitas Sumatera Utara

46

Universitas Sumatera Utara