Upload
dedefreddy
View
14
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tinjauan pustaka kehamilan ektopik
Citation preview
Tinjauan Pustaka
Kehamilan Ektopik
1.1 Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan
tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri.
1.2 Epidemiologi
Di Amerika Utara terdapat peningkatan jumlah ibu hamil yang mengalami kehamilan
ektopik dari 0.5% pada tahun 1970 menjadi 2% pada tahun 1992. Menurut CDC di Amerika
Serikat, kehamilan ektopik diestimasi terjadi pada 25 kasus dari 1000 ibu hamil. Estimasi
terjadinya kehamilan ektopik meningkat di Inggris menjadi 11.1% dari 1000 ibu hamil yang
dilaporkan dari tahun 1997 hingga tahun 2005. Sekitar 30% ibu hamil yang mengalami
kehamilan ektopik akan susah untuk hamil kembali pada kehamilan selanjutnya. Rata-rata
dapat terjadinya kehamilan ektopik yang berulang adalah sekitar 5% hingga 20%, tetapi
resiko akan meningkat hingga 32% bila ibu hamil tersebut pernah mengalami 2 atau lebih
kehamilan ektopik sebelumnya. Di Indonesia sebagian besar wanita yang mengalami
kehamilan ektopik berumur antara 25 dan 35 tahun. Frekuensi kehamilan ektopik di
Indonesia dilaporkan 1 di antara 300 kehamilan. Di antara kehamilan-kehamilan ektopik,
kasus yang banyak terjadi di tuba (90%), khususnya di ampulla dan di isthmus.
1.3 Patofisiologi
Ovum yang sudah dibuahi berimplantasi di tempat lain selain di endometrium kavum
uteri. Kehamilan ektopik terjadi akibat adanya gangguan mekanik terhadap ovum yang telah
dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Kejadian ini sering terjadi pada hal-hal
berikut ini :
a) Kelainan tuba atau adanya riwayat penyakit tuba (contoh: salpingitis), menyebabkan
oklusi atau kerusakan silia tuba.
b) Riwayat operasi tuba, sterilisasi dan sebagainya.
c) Riwayat penyakit radang panggul lainnya.
d) Penggunaan IUD yang mencegah implantasi intrauterin.
e) Ovulasi yang multipel akibat induksi obat-obatan, usaha fertilisasi in vitro, dan
lainnya. Isi konsepsi yang berimplantasi melakukan penetrasi terhadap lamina propria
dan pars muskularis dinding tuba.
f) Abortus provokatus dengan infeksi. Makin sering dilakukan abortus provokatus,
makin tinggi kemungkinan terjadinya salpingitis.
g) Adhesi peritubal yang terjadi setelah infeksi misalnya apendisitis atau endometritis.
Tuba dapat tertekuk atau menyempit.
h) Pernah menderita kehamilan ektopik sebelumnya.
Kerusakan tuba lebih lanjut yang disebabkan oleh invasif jaringan trofoblas. Oleh karena
trofoblas menginvasi pembuluh darah dinding tuba, maka terjadi hubungan sirkulasi yang
memungkinkan jaringan konsepsi tumbuh. Pada suatu saat, kebutuhan embrio di dalam tuba
tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Kadang-kadang nidasi
juga terjadi di fimbrie. Dari bentuk diatas secara sekunder dapat terjadi kehamilan tuba
abdominal, tuba ovarial atau kehamilan dalam ligamentum latum. Kehamilan yang paling
sering terjadi di ampula tuba. Implantasi telur dapat bersifat kolumnar yaitu implantasi pada
puncak lipatan selaput tuba dan telur terletak dalam lipatan selaput lendir. Bila kehamilan
pecah, akan pecah ke dalam lumen tuba (abortus tuber).
Telur juga dapat menembus epitel dan berimplantasi interkolumnar, terletak dalam lipatan
selaput lendir, yaitu telur masuk kedalam lapisan otot tuba karena tuba tidak mempunyai
desidua. Bila kehamilan pecah, hasil konsepsi akan masuk kedalam rongga peritoneum
(ruptur tuba). Walaupun kehamilan terjadi diluar rahim, rahim juga akan ikut membesar
karena hipertropi dari otot-ototnya yang disebabkan oleh pengaruh hormon-hormon yang
dihasilkan trofoblas, begitu juga endometriumnya barubah menjadi desidua vera. Beberapa
kemungkinan tempat terjadinya implantasi adalah tuba fallopii, servik, ovarium, abdomen,
dan sebagainya. Kejadian implantasi patologis paling sering terjadi di dinding lumen tuba
karena merupakan jalur utama perjalanan ovum.
1.4 Klasifikasi
Menurut lokasinya kehamilan ektopik dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu:
1. Tuba fallopii
a. Pars interstisialis
b. Isthmus
c. Ampulla
d. Infundibulum
e. fimbria
2. Uterus
a. Kanalis servikalis
b. Divertikulum
c. Kornua
d. Tanduk rudimenter
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominal
a. Primer
b. Sekunder
6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus
1.5 Manifestasi klinis
Amenorea
Nausea dan muntah
Nyeri perut bagian kanan bawah makin bertambah dan sering
Uterus membesar dan lembek
Pendarahan pervaginam, darah warna merah gelap
1.6 Faktor Resiko
Kehamilan ektopik sebelumnya
Operasi tuba
Terpapar dengan utero diethylstilbestrol (DES)
Infeksi genitalia
Infertilitas
Usia
Merokok
Penggunaan AKDR dan obat kontrasepsi progesteron sebelumnya
1.7 Diagnosis
Anamnesis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada
perdarahan pervaginam, adanya nyeri perut kanan bawah atau kiri bawah Berat atau
ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.
Pemeriksaan fisik
o Didapatkan rahim yang membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
o Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, seperti pucat dan ekstremitas dingin.
o Adanya tanda-tanda abdomen akut, seperti: perut bagian bawah tegang, nyeri
tekan, dan nyeri lepas dinding abdomen.
Pemeriksaan ginekologis
Pemeriksaan dalam: serviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uterin kanan dan
kiri.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium: hemoglobin, lekosit, urin B-hCG (+)
Tes kehamilan
Apabila tesnya positif, dapat membantu diagnosis khususnya terhadap tumor-tumor
adneks, yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan. Tes kehamilan yang negatif
tidak banyak artinya, umumnya tes ini menjadi negatif setelah beberapa hari
meninggalnya janin.
Dilatasi dan kerokan
Kerokan tidak berguna untuk mendiagnosis kehamilan ektopik, tetapo dapat
dilakukan bila sesudah amenorea terjadi perdarahan yang cukup lama tanpa
ditemukan kelainan nyata di samping uterus, sehingga dapat dipikirkan abortus
inkompletus, perdarahan disfungsional, dan lainnya. Ditemukan desidua tanpa villus
korialis dari sediaan yang diperoleh dari kerokan, dapat mengarahkan ke diagnosis
kehamilan ektopik.
Laparoskopi
Merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk mendiagnosis kehamilan ektopik
pada umumnya dan kehamilan ektopik yang tidak terganggu. Menggunakan
laparoskopi dapat melihat perubahan pada tuba lebih jelas.
Ultrasonografi
Pemeriksaan ini tidak invasif, tetapi memerlukan orang yang berpengalaman untuk
memeriksakan menggunakan alat ini. menggunakan ultrasonografi dapat menilai
kavum uteri, kosong atau berisi, tebal endometrium, adanya massa di kanan atau kiri
uterus, dan ada cairan pada kavum douglasi atau tidak.
Kuldosentesis
Cara menggunakan alat ini adalah dengan menusukkan jarum dengan lumen yang
agak besar di kavum douglasi di garis tengah di belakang serviks uteri, serviks ditarik
ke atas dan keluar. Adanya darah yang dihisap berwarna hitam, membuktikan adanya
darah di kavum douglasi. Jika darah yang dihisap berwarna merah segar, mungkin
dari pembuluh darah dinding vagina yang dicoblos.
Histerosalpingografi dan tes pitosin
Sebagai pemeriksaan lanjut dari kehamilan ektopik.
1.8 Diagnosis Banding
Appendisitis akut
Abortus imminens atau abortus inkompletus
Torsi ovarium
Abses tuba-ovari
Kalkuli pada saluran berkemih
Infeksi pelvik
Endometriosis
1.9 Penatalaksanaan
Medikamentosa
Methotrexate
Antagonis asam folat digunakan untuk menonaktifkan dihidrofolat reduktase yang
berguna untuk menurunkan level tetrahidrofolat (merupakan kofaktor sintesis dari
DNA dan RNA), sehingga mengganggu aktivitas pembelahan sel trofoblas. Efek
samping yang dapat timbul akibat methotrexate adalah supresi sumsum tulang
belakang, peningkatan enzim liver, gatal-gatal, alopesia, stomatitis, nausea, dan diare.
Dosis tunggal methotrexate adalah 50 mg/m2 luas tubuh, disuntikkan secara IM. Dosis
multipel yang dapat diberikan adalah 1 mg/kg secara IM dan 0.1 mg/kg dengan
leucovorin.
Vassopressin
Vasokonstriktor pada sirkulasi perifer. Diberikan secara IM sebanyak 20U dalam
20mL NaCL 0.9%, disuntikkan pada mesoshalpinx, di bawah dari letak pembuahan
kehamilan ektopik.
Obat lainnya yang dapat digunakan adalah glukosa hiperosmolar, prostaglandin, dan
mifepristone.
Operasi
Standar terapi untuk kehamilan ektopik adalah laparotomi dengan salphingektomi
(pemotongan dan pengambilan tuba fallopii melalui insisi abdomen). Tetapi sekarang dapat
menggunakan laparoskopi dengan salphingostomi.
1.10 Komplikasi
Infeksi
Sterilitas
Pecahnya tuba fallopii
Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio
1.11 Prognosis
Prognosis akan mengarah ke kondisi yang baik bila pasien mendapatkan pengobatan yang
cocok dan mengikuti pengobatan sesuai dengan anjuran dokter. Rata-rata ibu hamil yang
mendapatkan pengobatan secara adekuat adalah 90% dan pengobatan secara operasi adalah
92%. Deteksi dini dengan persediaan darah yang cukup dapat menyelamatkan kondisi ibu
dan memungkinan menyelamatkan kondisi janin.