18
TINJAUAN PUSTAKA Kulit Daging Buah Kopi Kulit kopi terdiri dari: 1. Lapisan bagian luar tipis yakni yang disebut ”Exocarp”; lapisan ini kalau sudah masak berwarna merah. 2. Daging buah; daging buah ini mengandung serabut yang bila sudah masak berlendir dan rasanya manis, maka sering disukai binatang kera atau musang. Daging buah ini disebut ”Mesocarp”. 3. Kulit tanduk atau kulit dalam; kulit tanduk ini merupakan lapisan tanduk yang menjadi batas kulit dan biji yang keadaannya agak keras. Kulit ini disebut ”Endocarp”. Gambar kulit daging buah kopi (AAK, 1988). Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah mempunyai proporsi pemanfaatan yang besar dalam ransum. Bahan pakan Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA Kulit Daging Buah Kopi - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28867/4/Chapter II.pdf · Abu 7.54 8.47 Kadar Air 9.48 5.15 Hasil Analisa Laboratorium Ilmu

  • Upload
    vantram

  • View
    217

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TINJAUAN PUSTAKA Kulit Daging Buah Kopi - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28867/4/Chapter II.pdf · Abu 7.54 8.47 Kadar Air 9.48 5.15 Hasil Analisa Laboratorium Ilmu

TINJAUAN PUSTAKA

Kulit Daging Buah Kopi

Kulit kopi terdiri dari:

1. Lapisan bagian luar tipis yakni yang disebut ”Exocarp”; lapisan ini kalau

sudah masak berwarna merah.

2. Daging buah; daging buah ini mengandung serabut yang bila sudah masak

berlendir dan rasanya manis, maka sering disukai binatang kera atau

musang. Daging buah ini disebut ”Mesocarp”.

3. Kulit tanduk atau kulit dalam; kulit tanduk ini merupakan lapisan tanduk

yang menjadi batas kulit dan biji yang keadaannya agak keras. Kulit ini

disebut ”Endocarp”.

Gambar kulit daging buah kopi

(AAK, 1988).

Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif

dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

mempunyai proporsi pemanfaatan yang besar dalam ransum. Bahan pakan

Universitas Sumatera Utara

Page 2: TINJAUAN PUSTAKA Kulit Daging Buah Kopi - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28867/4/Chapter II.pdf · Abu 7.54 8.47 Kadar Air 9.48 5.15 Hasil Analisa Laboratorium Ilmu

konvensional yang sering digunakan dalam penyusunan ransum sebagian besar

berasal dari limbah dan pencarian bahan pakan yang belum lazim digunakan.

Setelah kopi dipanen, kulitnya dikupas. Kemudian, bijinya dijemur. Biasanya,

kulit kopi kecoklatan yang dipisahkan dari biji-biji kopi tersebut akan dibuang

begitu saja. Atau, paling tidak kulit kopi yang dipisahkan dari biji itu tadi

dikumpulkan. Lalu, dibiarkan hingga busuk. Selanjutnya, ditaruh di sekeliling

pohon kopi. Maksudnya, sebagai pengganti pupuk yang bertujuan untuk

menyuburkan tanaman. Umumnya, hal seperti itulah yang sering dilakukan petani

kopi.

Kulit buah kopi merupakan limbah dari pengolahan buah kopi untuk

mendapatkan biji kopi yang selanjutnya digiling menjadi bubuk kopi. Kandungan

zat makanan kulit buah kopi dipengaruhi oleh metode pengolahannya apakah

secara basah atau kering seperti terlihat pada tabel. Kandungan zat makanan kulit

buah kopi berdasarkan metode pengolahan. Pada metode pengolahan basah, buah

kopi ditempatkan pada tanki mesin pengupas lalu disiram dengan air, mesin

pengupas bekerja memisahkan biji dari kulit buah. Sedangkan pengolahan kering

lebih sederhana, biasanya buah kopi dibiarkan mongering pada batangnya

sebelum dipanen. Selanjutnya langsung dipisahkan biji dan kulit buah kopi

dengan menggunakan mesin.

Tabel 1. Kandungan zat makanan kulit buah kopi berdasarkan metode pengolahan

Metode pengolahan

BK (%)

% Bahan Kering

PK SK Abu LK BETN Basah 23 12.8 24.1 9.5 2.8 50.8 Kering 90 9.7 32.6 7.3 1.8 48.6

Sumber : Murni dkk., (2008)

Universitas Sumatera Utara

Page 3: TINJAUAN PUSTAKA Kulit Daging Buah Kopi - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28867/4/Chapter II.pdf · Abu 7.54 8.47 Kadar Air 9.48 5.15 Hasil Analisa Laboratorium Ilmu

Menurut data statistik (BPS, 2003), produksi biji kopi di Indonesia

mencapai 611.100 ton dan menghasilkan kulit kopi sebesar 1.000.000 ton. Jika

tidak dimanfaatkan akan menimbulkan pencemaraan yang serius. Pengolahan cara

kimia dengan amoniak (NH3) disebut sebagai amoniasi. Keuntungan pengolahan

ini, selain meningkatkan daya cerna juga sekaligus meningkatkan kadar protein,

dapat menghilangkan aflatoksin dan pelaksanaannya sangat mudah.

Kelemahannya pengolahan ini utamanya untuk pakan ruminansia. Amoniak dapat

menyebabkan perubahan komposisi dan struktur dinding sel sehingga

membebaskan ikatan antara lignin dengan selulosa dan hemiselulosa dan

memudahkan pencernaan oleh selulase mikroorganisme. Amoniak akan terserap

dan berikatan dengan gugus asetil dari bahan pakan, kemudian membentuk garam

amonium asetat yang pada akhirnya terhitung sebagai protein bahan. Struktur

dinding sel kulit kopi menjadi lebih amorf dan tidak berdebu, sehingga menjadi

lebih mudah di tangani. Dalam keadaan tertutup (plastik belum dibuka/bongkar),

bahan pakan yang diamoniasi dapat tahan lama.

Kulit kopi mempunyai kandungan BK=91.77, PK=11.18, LK=2.5,

SK=21.74 dan TDN=57.20% (Amonimus, 2005). Namun demikian kulit kopi

hanya sebagian kecil dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia dan sebagian

besar lainnya dibuang atau dibenamkan dalam tanah untuk digunakan sebagai

pupuk organik pada lahan perkebunan.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: TINJAUAN PUSTAKA Kulit Daging Buah Kopi - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28867/4/Chapter II.pdf · Abu 7.54 8.47 Kadar Air 9.48 5.15 Hasil Analisa Laboratorium Ilmu

Tabel 2. Kandungan zat gizi kulit kopi

Zat Nutrisi Kandungan (%) Kandungan (%) Tanpa diamoniasi Setelah diamoniasi

Bahan Kering 90.52 94.85 Lemak Kasar 1.31 1.93 Serat Kasar 34.11 27.52 Protein Kasar 6.27 8.67 Abu 7.54 8.47 Kadar Air 9.48 5.15

Hasil Analisa Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2010)

Amoniasi

Amoniasi merupakan proses perlakuan terhadap bahan pakan limbah

perkebunan dengan menambahkan bahan kimia berupa kaustik soda, sodium

hidroksi atau urea. Umumnya masyarakat lebih banyak menggunakan urea ini

sebagai bahan kimia yang digunakan karena lebih mudah untuk memperolehnya.

Dibanding cara pengolahan kimia yang lain (NaOH), amoniasi

mempunyai beberapa keuntungan, antara lain : 1). Sederhana cara pengerjaannya

dan tidak berbahaya; 2). Lebih murah dan mudah dikerjakan dibanding dengan

NaOH; 3). Cukup efektif untuk menghilangkan aflaktosin khususnya pada jerami;

4). Meningkatkan kandungan protein kasar; 5). Tidak menimbulkan polusi dalam

tanah. (Sugeng, 1995).

Satu-satunya sumber NH3 yang murah dan mudah diperoleh adalah urea.

Urea yang banyak beredar untuk pupuk tanaman pangan adalah dalam bentuk :

(Siregar, 1995)

Universitas Sumatera Utara

Page 5: TINJAUAN PUSTAKA Kulit Daging Buah Kopi - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28867/4/Chapter II.pdf · Abu 7.54 8.47 Kadar Air 9.48 5.15 Hasil Analisa Laboratorium Ilmu

Urea dengan rumus molekul CO (NH2)2 banyak digunakan dalam ransum

ternak ruminansia karena mudah diperoleh, harga murah dan sedikit keracunan

yang diakibatkannya dibanding biuret. Secara fisik urea berbentuk kristal padat

berwarna putih dan higroskopis. Urea mengandung nitrogen sebanyak 42 – 45%

atau setara dengan potein kasar antara 262 – 281% (Belasco, 1945).

Urea yang ditambahkan dalam ransum ruminansia dengan kadar yang

berbeda-beda ternyata dirombak menjadi protein oleh mikroorganisme rumen.

Sejumlah protein dan urea dalam ransum nampaknya mempertinggi daya cerna

sellulosa dalam hijauan (Anggorodi, 1979).

Dari hasil percobaan Chuzaemi (1987) dengan level urea yang lebih tinggi

yaitu 6 dan 8% secara in vivo selain dapat meningkatkan kecernaan bahan

kering dan bahan organik juga energinya. Energi tercerna (De) meningkat dari

6,07 MJ menjadi 8,32 dan 9,54 MJ.

Hijauan

Pada umunya makanan domba berasal dari hiajaun yang terdiri dari

berbagai rumput dan daun-daunan. Hijauan merupakan bahan makanan yang

kandungan serat kasarnya relative tinggi yang termasuk kelompok bahan makanan

hijauan segar yaitu hay dan silase. Ternak domba merupakan hewan yang

memerlukan hijauan dalam jumlah yang besar kurang lebih 90% (Sugeng, 1995).

Konsumsi hijauan pakan dapat ditingkatkan dengan pemberian pakan

secara “ad libitum”. Peningkatan konsumsi akibat meningkatnya tingkat

pemberian pakan disebabkan oleh semakin besarnya peluang untuk memilik

(seleksi terhadap pakan yang diberikan. Bagian daun tanaman hijauan tropis

dikonsumsi lebih banyak dibandingkan dengan bagian batang. Ternak kambing

Universitas Sumatera Utara

Page 6: TINJAUAN PUSTAKA Kulit Daging Buah Kopi - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28867/4/Chapter II.pdf · Abu 7.54 8.47 Kadar Air 9.48 5.15 Hasil Analisa Laboratorium Ilmu

dan domba yang diberi hijauan pakan potongan memilih bagian daun yang

umumnya lebih tinggi kecernaannya dibandingkan batang. Pemilihan daun

dibandingkan batang mungkin terutama disebabkan oleh perbedaan sifat fisik dari

tanaman tersebut. Daun yang berbulu mungkin tidak akan dikonsumsi yang

berarti bahwa pemilihan terjadi bukan hanya karena faktor gizi, tetapi juga

dipengaruhi perbedaan tekstur yang mempengaruhi palatabilitas

(Woozicka-Tomaszewska, et al., 1993).

Hijauan pakan ternak merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia

dan berfungsi tidak saja sebagai pengisi perut, tetapi juga sumber gizi, yaitu

protein, sumber tenaga vitamin dan mineral. Untuk dapat mencapai tingkat

produksi domba yang tertinggi maka usaha perbaikan kearah penyediaan,

pengadaan dan nilai makanan hijauan haruslah itingkatkan, misalnya dengan

memasukkan beberapa jenis hijauan dari luar negri. Rumput lapangan merupakan

salah satu jenis rumput yang telah lama dikenal oleh petani peternak dan

disenangi domba. Namun pemberian rumput lapangan sebagai sumber hijauan

untuk domba tidak dapat meningkatkan produksi dan hanya menyokong

kebutuhan zat-zat makanan untuk memenuhi kebutuhan pokok (Obst, dkk., 1978).

Tabel 3. Komposisi nutrisi rumput lapangan

Uraian Jumlah Bahan kering (%) 27,91 Protein kasar (%) 10,62 Lemak kasar (%) 8,33 Serat kasar (%) 23,25 BETN (%) 47,56 Kadar abu (%) 9,98 Energi (Kg.Cal) 4,32

Sumber : Laboratorium IP2TP Sei Putih – Galang (1997)

Universitas Sumatera Utara

Page 7: TINJAUAN PUSTAKA Kulit Daging Buah Kopi - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28867/4/Chapter II.pdf · Abu 7.54 8.47 Kadar Air 9.48 5.15 Hasil Analisa Laboratorium Ilmu

Ransum Domba

Ransum adalah bahan makanan yang diberikan kepada ternak selama 24

jam. Ransum terdiri dari bermacam-macam hijauan dan bermacam-macam bahan

selain hijauan makanan ternak. Ransum yang diberikan kepada ternak hendaknya

dapat memenuhi beberapa persayaratan berikut.

a. Mengandung gizi yang lengkap, protein, karbohidrate, vitamin dan

mineral. Makin banyak ragam bahan makin baik.

b. Digemari oleh ternak. Ternak suka melahapnya. Untuk ini ransum

hendaknya sesuai dengan selera ternak atau mempunyai cita rasa yang

sesuai dengan lidah ternak.

c. Mudah dicerna, tidak menimbulkan sakit atau gangguan yang lain.

d. Sesuai dengan tujuan pemeliharaan.

e. Harganya murah dan terdapat di daerah setempat.

(Lubis, 1998).

Tabel 4. Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak domba

BB Kg

BK Energi Protein Ca (g)

P (g) Kg % BB

ME (Mcal)

TDN (Kg)

Total (g)

DD

5 0.14 - 0.6 0.61 51 41 1.91 1.410 0.25 2.5 1.01 1.28 81 68 2.3 1.615 0.36 2.4 1.37 0.38 115 92 2.8 1.920 0.51 2.6 1.8 0.5 150 120 3.4 2.325 0.62 2.5 1.91 0.53 160 128 4.1 2.830 0.81 2.7 2.44 0.67 204 163 4.8 2.3

Sumber : NRC (1995)

Bungkil Inti Sawit

Menurut Devendra (1997) protein bungkil inti sawit lebih rendah dari pada

bungkil yang lain. Namun demikian masih dapat dijadikan sebagai sumber

Universitas Sumatera Utara

Page 8: TINJAUAN PUSTAKA Kulit Daging Buah Kopi - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28867/4/Chapter II.pdf · Abu 7.54 8.47 Kadar Air 9.48 5.15 Hasil Analisa Laboratorium Ilmu

protein. Kandungan asam amino esensialnya cukup lengkap, imbangan kalsium

fospor cukup lengkap.

Tabel 5. Kandungan nilai gizi bungkil inti sawit

Uraian Kandungan (%) Berat Kering 92.6 a

Protein Kasar 15.4 a

Lemak Kasar 2.4 a

Serat Kasar 16.9 a

TDN 72 b

Sumber : a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2005) b. Laboraotrium Ilmu Makanan Ternak IPB Bogor (2008) Dedak Padi

Dedak padi merupakan hasil ikutan dalam proses pengolahan gabah

menjadi beras yang mengandung bagian luar yang tebal, tetapi bercampur dengan

bagian penutup beras. Hal ini yang mempemngaruhi tinggi atau rendahnya serat

kasar dedak. Bila dilihat dari pengolahan gabah menjadi beras dapat digantikan

serat kasarnya tinggi (Rasyaf, 1992).

Tabel 6. Kandungan nilai gizi dedak padi

Uraian Kandungan (%) Berat Kering 91.86 Protein Kasar 10.54 Lemak Kasar 12.44 Serat Kasar 14.97

Sumber : Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2005)

Onggok

Pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioca dihasilkan limbah yang

disebut onggok. Ketersediaan onggok sangat bergantung pada jumlah varietas dan

mutu ubi kayu yang diolah menjadi tapioka, ekstraksi pati tapioka Moertinah

(1984) melaporkan bahwa dalam pengolahan ubi kayu menghasilkan 15-20 % dan

5-20 % onggok kering, sedangkan onggok basah dihasilkan 70-79 %.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: TINJAUAN PUSTAKA Kulit Daging Buah Kopi - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28867/4/Chapter II.pdf · Abu 7.54 8.47 Kadar Air 9.48 5.15 Hasil Analisa Laboratorium Ilmu

Tabel 7. Kandungan nilai gizi onggok

Uraian Kandungan (%) Berat Kering 81.7 Protein Kasar 0.6 Lemak Kasar 0.4 Serat Kasar 12

TDN 76 Sumber : Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2000) Molases

Molases merupakan hasil sampingan pengolahan tebu menjadi gula.

Bentuk fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungan

karbohidrat, protein dan mineral yang cukup tinggi, sehingga bisa dijadikan pakan

ternak walaupun sifatnya sebagai pakan pendukung. Kelebihan molasses terletak

pada aroma dan rasanya, sehingga bila dicampur pada pakan ternak bisa

memperbaiki aroma dan rasa ransum (Widayati dan Widalestari, 1996).

Tabel 8. Kandungan nilai gizi molasses

Uraian Kandungan (%) Berat Kering 67.5 Protein Kasar 3-4 Lemak Kasar 0.08 Serat Kasar 0.38

TDN 81 Sumber : Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2000) Urea

Murtidjo (1990) menyatakan bahwa pemberian Nitrogen Non Protein

(NPN) pada makanan domba dalam batas tertentu, seperti penggunaan urea cukup

membantu ternak untuk mudah mnegadakan pembentukan asam amino esensial.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: TINJAUAN PUSTAKA Kulit Daging Buah Kopi - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28867/4/Chapter II.pdf · Abu 7.54 8.47 Kadar Air 9.48 5.15 Hasil Analisa Laboratorium Ilmu

Urea CO(NH2)2 bila diberikan kepada ruminansia melengkapi sebagian

dari protein oleh mikroorganisme dalam rumen. Untuk itu diperlukan sumber

energi seperti jagung dan molasses (anggorodi, 1990). Basri (1990) menyatakan

bahwa selain meningkatkan kualitas hijauan, urea juga dapat sebagai pengganti

protein butir-butiran. Urea dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan protein

dan pertumbuhan produksi ternak ruminansia.

Ultra Mineral

Mineral adalah zat organik, yang dibutuhkan dalam jumlah yang kecil,

namun berperan penting agar proses fisiologis dapat berlangsung dengan baik.

Mineral digunakan sebagai kerangka pembentukan tulang, gigi, pembentukan

darah, pembentukan darah, pembentukan jaringan tubuh serta diperlukan sebagai

komponen enzim yang berperan dalam proses metabolisme didalam sel.

Penambahan mineral dalam pakan ternak dapat dilakukan untuk mencegah

kekurangan mineral dalam pakan (Setiadi dan Inouno, 1991).

Garam

Garam atau biasanya dikenal dengan NaCl merangsang sekresi saliva.

Terlalu banyak garam akan menyebabkan retensi air sehingga menimbulkan

udema. Defisiensi garam lebih sering terdapat pada hewan herbivora dari pada

hewan lainnya. Ini disebabkan hijauan dan butiran mengandung sedikit garam.

Gejala defisiensi garam adalah nafsu makan hilang, bulu kotor, makan tanah,

keadaan badan tidak sehat, produksi mundur sehingga menurunkan bobot badan

(Anggorodi, 1990).

Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia

Universitas Sumatera Utara

Page 11: TINJAUAN PUSTAKA Kulit Daging Buah Kopi - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28867/4/Chapter II.pdf · Abu 7.54 8.47 Kadar Air 9.48 5.15 Hasil Analisa Laboratorium Ilmu

Perkembangan sistem pencernaan ternak domba mengalami tiga fase

perubahan. Fase pertama, pada waktu domba dilahirkan sampai dengan umur

tiga minggu yang disebut non ruminansia karena pada tahapan ini fungsi

system pencernaan sama dengan pencernaan mamalia lain. Fase kedua mulai

umur 3-8 minggu disebut fase transisi yaitu perubahan dari tahap non ruminansia

menjadi ruminansia yang ditandai dengan perkembangan rumen. Tahap ketiga

fase ruminansia dewasa yaitu setelah umur domba lebih dari 8 minggu

(Van Soest, dkk., 1983)

Proses utama dari pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik atau pun

mikrobial. Proses mekanik terdiri dari mastikasi atau penguyahan dalam mulut

dan gerakan-gerakan saluran pencernaan yang di hasilkan oleh kontraksi otot

sepanjang usus. Pencernaan secara enzimatik atau kimiawi di lakukan oleh enzim

yang di hasilkan oleh sel-sel dalam tubuh hewan dan yang berupa getah-getah

pencernaan (Tillman et al., 1991).

Frandson (1992) menyatakan bagian-bagian system pencernaan adalah

mulut, farinks, oesophagus (pada ruminansia merupakan perut depan atau

forestomach), perut glandular, usus halus, usus besar serta glandula aksesoris yang

terdiri dari glandula saliva, hati dan pankreas.

Ekosistem Rumen

Rumen merupakan tabung besar dengan berbagai kantong yang

menyimpan dan mencampur ingesta bagi fermentasi mikroba. Kerja ekstansif

bakteri dan mikroba terhadap zat-zat makanan menghasilkan pelepasan produk

akhir yang dapat diasimilasi. Papaila berkembang dengan baik sehingga luas

permukaan rumen bertambah 7 kalinya. Dari keseluruhan asam lemak terbang

Universitas Sumatera Utara

Page 12: TINJAUAN PUSTAKA Kulit Daging Buah Kopi - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28867/4/Chapter II.pdf · Abu 7.54 8.47 Kadar Air 9.48 5.15 Hasil Analisa Laboratorium Ilmu

yang diproduksi, 85% diabsorbsi melalui epitelium yang berada pada dinding

retikulo-rumen (Blakely and Bade, 1982).

Kondisi dalam rumen adalah anaerobik dan mikroorganisme yang paling

sesuai dan dapat hidup dapat ditemukan didalamnya. Tekanan osmos pada rumen

mirip dengan tekanan aliran darah. Temperatur dalam rumen adalah 38-42ºC, pH

dipertahankan dengan adanya absorbsi asamlemak dan amonia. Saliva yang

masuk kedalam rumen berfungsi sebagai buffer dan membantu mmpertahankan

pH tetap pada 6,8. Hal ini disebabakan oleh tingginya kadar ion HCO3 dan PO4

(Arora, 1995).

Cairan rumen segar didapat dengan memeras isi rumen. Cairan

ditempatkan ke dalam termoa yang telah dipanaskan terlebih dahulu dengan suhu

39ºC. Cairan rumen ditambahkan gas CO2 supaya kondisi anaerob sampai

dilakukan inokulasi (Afdal dan Erwan, 2007).

Peran Mikroba Rumen

Kelompok utama mikroba yang berperan dalam pencernaan ruminanasia

terdiri dari bakteri, protozoa, dan jamur yang jumlah dan komposisinya bervariasi

tergantung pada pakan yang dikonsumsi ternak (Preston dan Leng, 1987).

Mikroba rumen berpengaruh sangat besar terhadap status nutrisi ternak

ruminansia karena selain mencerna pakan juga merupakan sumber zat nutrisi

utama yaitu protein. Bakteri rumen banyak jenisnya dan populasinya berkisar

antara109 -1012 sel /ml isi rumen (Stewart, 1991). Menurut Baldwin dan Allison

(1983) lebih kurang 80% bakteri rumen membutuhkan amonia untuk proses

pertumbuhannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: TINJAUAN PUSTAKA Kulit Daging Buah Kopi - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28867/4/Chapter II.pdf · Abu 7.54 8.47 Kadar Air 9.48 5.15 Hasil Analisa Laboratorium Ilmu

Kondisi lingkungan rumen yang kondusif akan mendukung pertumbuhan

mikroba yang maksimal terutama bakteri pencerna serat (bakteri selulolitik)

sehingga meningkatkan kecernaan ransum dan pada akhirnya akan meningkatkan

(konsumsi bahan kering, bahan organik dan zat nutrien lainnya), disamping laju

pengosongan isi rumen lebih cepat berlangsung.

Populasi protozoa, salah satu jenis mikroba yang hidup di dalam rumen,

berkisar antara 105-106 sel/ml cairan rumen (Ogimoto & Imai, 1981), dan sangat

tergantung pada jenis ransum yang dikonsumsi. Protozoa biasanya memberikan

kontribusi sekitar 40% dari total nitrogen mikroba rumen. Walaupun populasinya

hanya setengah dari populasi bakteri yang ada dalam rumen, tetapi biomassanya

jauh lebih besar yaitu mencapai 50% dari total biomassa seluruh mikroba rumen

(Jouany, 1991).

Adanya mikroba dan aktifitas fermentasi di dalam rumen merupakan

salah satu karakteristik yang membedakan sistem pencernaan ternak ruminansia

dengan ternak lain. Mikroba tersebut sangat berperan dalam mendgradasi pakan

yang masuk ke dalam rumen menjadi produk-produk sederhana yang dapat

dimanfaatkan oleh mikroba maupun induk semang dimana aktifitas mikroba

tersebut sangat tergantung pada ketersediaan nitrogen dan energi

(Offer dan Robert, 1996).

Kualitas pakan yang rendah seperti yang umum terjadi di daerah tropis

menyebabkan kebutuhan protein untuk ternak ruminansia sebagian besar dipasok

oleh protein mikroba rumen. Soetanto (1994) menyebutkan hampir sekitar 70 %

kebutuhan protein dapat dicukupi oleh mikroba rumen.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: TINJAUAN PUSTAKA Kulit Daging Buah Kopi - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28867/4/Chapter II.pdf · Abu 7.54 8.47 Kadar Air 9.48 5.15 Hasil Analisa Laboratorium Ilmu

Mikroba rumen membantu ternak ruminansia dalam mencerna pakan yang

mengandung serat tinggi menjadi asam lemak terbang (Volatyle Fatty Acids =

VFA’s) yaitu asam asetat, asam propionat, asam butirat, asam valerat serta asam

isobutirat dan asam isovalerat. VFA’s diserap melalui dinding rumen dan

dimanfaatkan sumber energi oleh ternak. Sedangkan produk metabolis yang tidak

dimanfaatkan oleh ternak pada umumnya berupa gas akan dikeluarkan dari rumen

melalui proses eruktasi (Barry et al., 1977). Namun, yang lebih penting ialah

mikroba rumen itu sendiri, karena biomas mikroba yang meninggalkan rumen

merupakan pasokan protein bagi ternak ruminansia. Sauvant et al, (1995)

menyebutkan bahwa 2/3 –3/4 bagian dari protein yang diabsorbsi oleh ternak

ruminansia berasal dari protein mikroba.

Produk akhir fermentasi protein akan digunakan untuk pertumbuhan

mikroba itu sendiri dan dapat digunakan untuk mensintesis protein sel mikroba

rumen sebagai pasokan utama protein bagi ternak ruminansia. Menurut Arora

(1995) sekitar 47% sampai 71% dari nitrogen yang ada di dalam rumen berada

dalam bentuk protein mikroba.

Volatyle Fatty Acid (VFA)

VFA merupakan produk akhir fermentasi karbohidrat dan merupakan

sumber energi utama ruminansia asal rumen. Peningkatan jumlah VFA

menunjukkan mudah atau tidaknya pakan tersebut difermentasi oleh mikroba

rumen. Produksi VFA di dalam cairan rumen dapat digunakan sebagai tolak ukur

fermentabilitas pakan (Hartati, 1998). Komposisi VFA didalam rumen berubah

dengan adanya perbedaan bentuk fisik, komposisi pakan, taraf, dan frekuensi

Universitas Sumatera Utara

Page 15: TINJAUAN PUSTAKA Kulit Daging Buah Kopi - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28867/4/Chapter II.pdf · Abu 7.54 8.47 Kadar Air 9.48 5.15 Hasil Analisa Laboratorium Ilmu

pemberian pakan, serta pengolahan. Produksi VFA yang tinggi merupakan

kecukupan energi bagi ternak (Sakinah,2005).

Kisaran produk VFA cairan rumen normal yang mendukung pertumbuhan

mikroba adalah adalah 80 sampai 160 mM. Produksi VFA total menunjukkan

jumlah pakan (terutama karbohidrat yang merupakan prekusor produksi VFA total

yang difermentasikan oleh mikroba rumen (Sutardi, 1980). Sakinah (2005)

menambahkan, semakin sedikit produksi VFA yang dihasilkan maka semakin

sedikit pula protein dan karbohidrat yang mudah larut. Penurunan VFA diduga

berhubungan dengan kecernaan zat makanan, dimana VFA tersebut digunakan

sebagai sumber energi mikroba untuk mensintesis protein mikroba dan digunakan

untuk pertumbuhan sel tubuhnya.

Arora (1995), menyatakan bahwa sumber protein yang utama bagi ternak

ruminansia berasal dari protein mikrobia rumen, dan protein pakan yang lolos dari

degradasi di dalam rumen. Kebutuhan protein untuk hidup pokok pada ternak

ruminansia dapat dipenuhi melalui optimasi sintesis protein mikrobia di dalam

rumen tetapi pada kondisi fisiologis tertentu memerlukan tambahan protein dari

pakan.

Amonia (NH3)

Protein bahan makanan yang masuk ke dalam rumen pada awalnya akan

mengalami proteolisis oleh enzim-enzim protease menjadi peptida, lalu dihidrolisa

menjadi asam amino yang kemudian secara cepat dideaminasi menjadi amonia.

Keduanya akan digunakan oleh mikroba rumen dalam pembentukan protein

mikroba. Umumnya proporsi protein yang didegradasi dalam rumen sekitar

70-80%, atau 30-40% untuk protein yang sulit dicerna. Kandungan protein

Universitas Sumatera Utara

Page 16: TINJAUAN PUSTAKA Kulit Daging Buah Kopi - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28867/4/Chapter II.pdf · Abu 7.54 8.47 Kadar Air 9.48 5.15 Hasil Analisa Laboratorium Ilmu

ransum yang tinggi dan proteinnya mudah didegradasi akan menghasilkan

konsentrasi NH3 di dalam rumen (McDonald et al.,2002). Selain itu, tingkat

hidrolisis protein bergantung kepada daya larutnya yang akan mempengaruhi

kadar NH3. Gula terlarut yang tersedia di dalam rumen dipergunakan oleh mikroba

untuk menghabiskan amonia (Arora, 1995). Jika pakan defisien protein atau tinggi

kandungan protein yang lolos degradasi, maka konsentrasi NH3 rumen akan

rendah (lebih rendah dari 50 mg/l atau 3,57 mM) dan pertumbuhan organisme

rumen akan lambat (Satter dan Slyter, 1974). Sebaliknya, jika degradasi protein

lebih cepat daripada sintesis protein mikroba, maka NH3 akan terakumulasi dan

melebihi konsentrasi optimumnya. Sutardi (1980) menyatakan kadar amonia yang

dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan mikroba rumen yang maksimal

berkisar antara 4-12 mM.

Peningkatan jumlah karbohidrat yang mudah difermentasi akan

mengurangi produksi amonia, karena terjadi kenaikan penggunaan amonia untuk

pertumbuhan protein mikroba. Kondisi yang ideal adalah sumber energi tersebut

dapat difermentasi sama cepatnya dengan pembentukan NH3 sehingga pada saat

NH3 terbentuk terdapat produksi fermentasi asal karbohidrat yang akan digunakan

sebagai sumber dan kerangka karbon dari asam amino protein mikroba telah

tersedia (Ranjhan, 1977, disitasi Astriana, D, 2009).

Amonia oleh mikroba rumen digunakan sebagai sumber nitrogen dalam

mensintesis tubuhnya, sehingga kecukupan amonia mutlak diperlukan bagi

perkembangan mikroba rumen. Peningkatan populasi mikroba sangat

menguntungkan bagi hewan ternak, selain meningkatkan kecernaan pakan dalam

rumen ternak juga akan mendapat pasokan protein mikroba yang telah mati dan

Universitas Sumatera Utara

Page 17: TINJAUAN PUSTAKA Kulit Daging Buah Kopi - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28867/4/Chapter II.pdf · Abu 7.54 8.47 Kadar Air 9.48 5.15 Hasil Analisa Laboratorium Ilmu

mengalir ke usus. Produksi amonia yang dapat memenuhi kebutuhan tidak akan

merugikan sintesis mikroba rumen, sebaliknya jika produksi amonia rendah akan

mempengaruhi produksi sintesis mikroba rumen. Sutardi (1977) menyatakan

amonia dalam rumen diproduksi terus-menerus walaupun sudah terjadi akumulasi

dan agar NH3 dapat dimanfaatkan oleh mikroba penggunaannya perlu disertai

dengan sumber energi yang mudah difermentasi.

Ternak Domba

Domba dan kambing pada hakekatnya merupakan dua genus dari bovidae

yang berdekatan. Namun demikian ada perbedaan yang mencolok yakni domba

dan kambing tidak dapat di kawin silangkan, hal ini berkaitan dengan domba yang

memiliki kelenjar yang terdapat di bawah yang terbuka serta mengecilkan sekresi

yang ada kalanya berlebihan, sehingga domba sering mengeluiarkan air mata.

Disamping itu juga terdapat kelenjar dicelah-celah kukunya yang menghasilkan

sekresi yang bersifat minyak serta memiliki bau yang khas. Kelenjar ini memberi

petunjuk bagi domba yang tersesat dari kawanannya. Ciri khas yang lain dari

domba adalah tanduknyayang berpenampang segitiga yang tumbuh melilit seperti

spiral (Murtidjo, 1992).

Akan tetapi domba yang kiat sekarang merupakan hasil domestikasi

manusia yang sejarahnya diturunkan dari tiga jenis domba liar, yakni:

1. Mouflon (Ovis Musimon), merupakan jenis domba liar yang berasal dari

Eropah Selatan dan Asia Kecil.

2. Argoli (Ovis Ammon), merupakan jenis domba liar yang berasal dari Asia

Tengah dan memiliki tubuh besar yang mencapai tinggi 1,20 meter.

3. Urial (Ovias Vignei), merupakan jenis domba liar yang berasal dari Asia

Universitas Sumatera Utara

Page 18: TINJAUAN PUSTAKA Kulit Daging Buah Kopi - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28867/4/Chapter II.pdf · Abu 7.54 8.47 Kadar Air 9.48 5.15 Hasil Analisa Laboratorium Ilmu

(Sugeng, 1992).

Domba sudah sejak lama diternakkan orang. Semua jenis domba memiliki

karakteristik yang sama. Semua adalah golongan atau kerajaan (kingdom) hewan

yang termasuk Phylum : Chordata, Kelas : Mamalia, Ordo : Artiodactyla, Famili :

Bovidae, Genus : Ovis aries (Blackely dan Bade, 1998).

Menurut Sodiq dan Abidin (2002), beberapa kelebihan domba yang dapat

diperoleh, antara lain :

- Reproduksinya efisien, yang dapat ditingkatkan dengan jalan usaha

perbaikan tatalaksana pemeliharaan.

- Pada waktu laktasi, penggunaan energi untuk produksi air susu dapat lebih

efisien dibandingkan dengan ternak lain.

- Daya adaptasi ternak domba terhadap lingkungan yang keras cukup tinggi,

sehingga dapat mengkonsumsi lebih banyak jenis pakan hijauan.

- Domba memiliki daya seleksi yang lebih efektif dalam kondisi

penggembalaan dibandingkan dengan jenis ternak lain.

- Domba lebih tahan terhadap beberapa penyakit, terutama Tryponoso

miosis dibandingkan dengan ternak lain.

Populasi domba di Indonesia pada tahun 2008 sebanyak 9,605,338 ekor

dan angka sementara populasi domba tahun 2009 sebanyak 10,471,991 ekor, di

Sumatera Utara pada tahun 2008 sebanyak 268,291 ekor dan angka sementara

populasi domba tahun 2009 sebanyak 268,479 ekor

(Direktorat Jenderal Peternakan, 2009).

Universitas Sumatera Utara