Upload
edwin-bima-putra-lius
View
233
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ikhii
Citation preview
5. Manifestasi Klinis
Osteoarthritis adalah suatu sindroma klinis akibat perubahan struktur rawan sendi dan
jaringan sekitarnya yang ditandai dengan menipisnya kartilago secara progresif yang
disertai dengan pembentukan tulang baru pada tepi sendi (osteofit). Sindrom klinis
osteoartritis muncul akibat degenerasi sendi synovial; berupa kerusakan keseluruhan yang
progresif dari tulang rawan sendi diikuti oleh perbaikan, remodelling, dan sklerosis dari
tulang subchondral (Tjokroprawiro, 2007).
Pada umumnya, pasien OA mengatakan bahwa keluhan - keluhan yang dirasakannya
telah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan Berikut adalah keluhan yang
dapat dijumpai pada pasien OA :
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah dengan
gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan dan tertentu
terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain. Perubahan ini
dapat ditemukan meski OA masih tergolong dini (secara radiologis). Umumnya
bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit sampai sendi hanya bias
digoyangkan dan menjadi kontraktur, Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah
gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja) (Soeroso, 2006).
Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago pada sendi
tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat diasumsikan bahwa nyeri yang
timbul pada OA berasal dari luar kartilago (Felson, 2008).
Pada penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri
yang timbul diduga berasal dari peradangan sendi (sinovitis), efusi sendi, dan edema
sumsum tulang (Felson, 2008).
Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika osteofit tumbuh,
inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar tulang hingga ke kartilago dan menuju
ke osteofit yang sedang berkembang. Hal ini menimbulkan nyeri (Felson, 2008). Nyeri
dapat timbul dari bagian di luar sendi. Sumber nyeri yang umum di lutut adalah akibat
dari anserine bursitis dan sindrom iliotibial band (Felson, 2008).
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan dengan
pertambahan rasa nyeri (Soeroso, 2006).
c. Kaku pagihari
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak
melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup
lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari (Soeroso, 2006).
d. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini
umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan
adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Seiring
dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak tertentu
(Soeroso, 2006).
e. Pembesaran sendi ( deformitas )
Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar (Soeroso, 2006).
Pembengkakan sendi yang asimetris. Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan
terjadi efusi pada sendi yang biasanya tidak banyak (< 100 cc) atau karena adanya
osteofit, sehingga bentuk permukaan sendi berubah (Soeroso, 2006).
f. Tanda–tanda peradangan
Tanda–tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak,
rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan) dapat dijumpai pada OA karena
adanya synovitis. Biasanya tanda – tanda ini tidak menonjol dan timbul pada
perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada OA lutut
(Soeroso, 2006).
g. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan
ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien lanjut usia.
Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan
terutama pada OA lutut (Soeroso, 2006).
The American College of Rheumatology menyusun kriteria diagnosis OA lutut
idiopatik berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiologi sebagai berikut:
Klinis dan
Laboratorium
Klinis dan
radiologi
Klini
s
Nyeri lutut + minimal 5 dari 9
berikut :
Nyeri lutut +
minimal 1 dari 3
berikut :
Nyeri lutut + minimal 3
dari 6 berikut :
- umur > 50 tahun
- stiffness < 30 menit
- krepitasi
- nyeri pada tulang
- pelebaran tulang
-tidak hangat pada perabaan
- LED < 40mm/jam
- Rheumatoid factor <1:40
- Cairan sinovial : jernih,
viscous, leukosit<2000/mm3
- umur > 50 tahun
- stiffness < 30
menit
- krepitasi + osteofit
- umur > 50 tahun
- stiffness < 30 menit
- krepitasi
- nyeri pada tulang
- pelebaran tulang
-tidak hangat pada
perabaan
Tabel 1. Kirteria diagnosis Osteoartritis menurut The American College of Rheumatology.
6. Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi apabila osteoarthritis tidak ditangani dengan serius.
Terdapatdua macam komplikasi yaitu:
- Komplikasi Kronis
Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang terparah ialah terjadinya
kelumpuhan.
- Komplikasi Akut
Osteonekrosis
Ruptur Baker cyst
Baker’s cyst atau penyakit ‘kista Baker’ adalah benjolan pada bagian belakang
persendian lutut, yang timbul akibat adanya penumpukan cairan sendi yang ‘bocor’.
Cairan sendi yang ‘bocor’ tersebut berkumpul di dalam jaringan pembungkus sendi,
sehingga menimbulkan benjolan. Biasanya, penyakit kista Baker terjadi karena
peradangan pada sendi.
Bursitis
Bursitis terjadi akibat penekanan kecil berulang dan berlebihan yang menyebabkan
bursa membengkak dan teriritasi. Bursa adalah suatu kantong berisi cairan di dekat sendi.
Radang bursa akan menyebabkan rasa sakit pada bagian-bagian tubuh yang bersendi.
Gambar 1. Osteonekrosis
Gambar 2. Ruptur Kista Baker
Gambar 3. Bursitis
7. Pemeriksaan Fisik
Tes-tes provokasi yang dapat dilakukan untuk memeriksa sendi lutut dapat dilakukan
sebagai berikut:
A. Tes McMurray
Tes ini merupakan tindakan pemeriksaan untuk mengungkapkan lesi
meniskus. Pada tes ini penderita berbaring terlentang. Dengan satu tangan pemeriksa
memegang tumit penderita dan tangan lainnya memegang lutut. Tungkai kemudian
ditekuk pada sendi lutut. Tungkai bawah eksorotasi/ endorotasi dan secara perlahan-
lahan diekstensikan. Kalau terdengar bunyi “klek‟ atau teraba sewaktu lutut
diluruskan, maka meniskus medial atau bagian posteriornya yang mungkin terobek.
Gambar 4. Pemeriksaan McMurray
B. Anterior Drawer Test
Merupakan suatu tes untuk mendeteksi ruptur pada ligamen cruciatum lutut.
Penderita harus dalam posisi terlentang dengan panggul fleksi. Lutut fleksi dan kedua
kaki sejajar. Caranya dengan menggerakan tulang tibia ke atas maka akan terjadi
gerakan hiperekstresi sendi lutut dan sendi lutut akan terasa kendor. Posisi pemeriksa di
depan kaki penderita. Jika terdorong lebih dari normal, artinya tes drawer positif.
Gambar 5. Pemeriksaan Anterior Drawer Test
C. Posterior Drawer Test
Posterior Drawer Test sama halnya dengan Anterior Drawer Test, hanya saja
menggenggam tibia kemudian didorong kearah belakang.
Gambar 6. Pemeriksaan Posterior Drawer Test
D. Lachman Test
Test Lachman dikelola dengan meletakkan lutut pada posisi fleksi dengan
tungkai diputar secara eksternal. Satu tangan dari pemeriksaan menstabilkan tungkai
bawah dengan memegang bagian akhir atau ujung distal dari tungkai atas, dan tangan
yang lain memegang bagian proksimal dari tulang tibia, kemudian usahakan untuk
digerakkan ke arah anterior.
Gambar 7. Pemeriksaan Lachman
E. Ballotement Patella test
Caranya : Recessus Suprapatellaris dikosongkan dengan menekannya dengan
satu tangan sementara itu dengan jari tangan lainnya patella ditekan ke bawah. Dalam
keadaan normal, patella tidak dapat ditekan ke bawah, tetapi bila terdapat banyak cairan
pada sendi lutut (akibat Osteoartritis) maka patella seperti terangkat sehingga sedikit
ada gerakan ke atas – bawah.
Gambar 8. Ballotement Patella Test
G. Patella Grinding Test
Disebut juga tanda Shrug. Dilakukan dengan cara menekan patella secara
manual kearah femur sewaktu kontraksi kuadrisep, positif bila terasa nyeri,
menandakan adanya OA patellofemoralis.
Gambar 9. Patella Grinding Test
H. Varus Test
Dilakukan dengan cara menahan sendi di bagian lateral kemudian mendorong
region cruris dari arah medial ke lateral. Apabila ada pergeseran merupakan tanda
kelamahan Ligamen Collateral Lateral.
I. Valgus Test
Merupakan kebalikan dari varus test dengan menahan sendi pada bagian
medial kemudian mendorong cruris dari arah lateral ke medial. Apabila ada pergeseran
menandakan kelemahan ligament collateral medial.
Gambar 10. Varus dan Valgus Test
8. Pemeriksaan Radiologi
Diagnosis OA biasanya didasarkan pada gambaran klinis dan radiografik. Pada tahap
awal mungkin radiografik tampak normal. Namun seiring dengan berkurangnya kartilago
sendi tampak penyempitan ruang sendi. Temuan radiografik lain yang khas adalah
sklerosis tulang subkondral, kista subkondral, dan osteofit mrginalis. Dapat dijumpai
perubahan kontur sendi, akibat remodeling tulang, dan subluksasi.
Gambar 11. Peyempitan celah sendi
Gambar 12. Gambaran Radiologis Osteoartritis
Pada pemeriksaan radiologis juga dapat diklasifikasikan derajat OA seperti berikut
menurut Kellgren-Lawrence (OA lutut) :
- Derajat 0 : radiologi normal.
- Derajat 1 : penyempitan celah sendi meragukan.
- Derajat 2 : osteofit dan penyempitan celah sendi yang jelas.
- Derajat 3 : osteofit sedang dan multipel, penyempitan celah sendi, sklerosis sedang dan
kemungkinan deformitas kontur tulang.
- Derajat 4 : osteofit yang besar, penyempitan celah sendi yang nyata, sklerosis yang berat
dan deformitas kontur tulang yang nyata.
9. Pemeriksaan Laboratorium
Osteoarthritis biasanya didiagnosis berdasarkan gejala klinis dan radiografi. Jarang
ada kelainan dari laboratorium yang berhubungan dengan OA. Tetapi pemeriksaan
laboratorium spesifik dapat dilakukan pada OA sekunder karena OA primer bukan
sistemik, LED, penentuan kimia serum, hitung darah, dan urinalisis member hasil normal.
10. Diagnosis Banding
Tabel 2. Diagnosis Banding Osteoartritis
Gambar 13. Osteoartritis dan Reumatoid Artritis
11. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien OA dimulai dengan dasar diagnosis dari ananmesis yang
cermat, pemeriksaan fisik, temuan radiografi, penilaian sendi yagn terkena. Pengobatan
harus direncanakan sesuai kebutuhan individual. Tujuan terapi adalah menghilangkan
rasa nyeri dan kekakuan, menjaga atau meningkatkan mobilitas sendi, membatasi
kerusakan fungsi dan mengurangi faktor penyebab. Terapi farmakologis untuk
penatalaksanaan rasa nyeri, paling efektif bila dikombinasikan dengan strategi terapi non
famakologis.
A. Terapi Non Farmakologis
- Terapi panas superfisial
Terapi panas superfisial yaitu panas hanya mengenai kutis atau jaringan sub kutis saja
(Hot pack, infra merah, kompres air hangat, paraffin bath) Sedangkan terapi panas
dalam, yaitu panas dapat menembus sampai ke jaringan yang lebih dalam yang
sampai ke otot,tulang, dan sendi.
- Terapi dingin
Terapi dingin digunakan untuk melancarkan sirkulasi darah, mengurangi peradangan,
mengurangi spasme otot dan kekakuan sendi sehingga dapat mengurangi nyeri. Dapat
juga menggunakan es yang dikompreskan pada sendi yang nyeri.
- Terapi listrik
Yang digunakan adalah TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation). TENS
merupakan modalitas yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri
melalui peningkatan ambang rangsang nyeri.
- Latihan penguatan otot
Latihan diketahui dapat meningkatkan dan mempertahankan pergerakan sendi,
menguatkan otot, meningkatkan ketahanan statik dan dinamik dan meningkatkan
fungsi yang menyeluruh. Latihan terdiri dari latihan pasif, aktif, ketahanan,
peregangan dan rekreasi.
Gambar 14 Latihan Penguatan Otot
- Penurunan berat badan
B. Terapi Farmakologis
Obat-obat yang sering digunakan untuk terapi Osteoartritis adalah:
Paracetamol : ACR (American College of Rheumatology) merekomendasikan
paracetamol sebagai obat pertama dalam penatalaksanaan nyeri, karena relatif
aman, efikasi dan harga murah dibanding NSAID.
Angkat dan tahan beban selama 6 detik, Istirahat 3 -5 detik. 2. Ulangi 6 – 15 kali. 3. Lakukan 2 – 3 setiap minggu.
Tahan pada posisi penguluran 5 -15 detik. 2. Ulangi 3 – 5 kali untuk setiap posisi. 3. Lakukan 2 – 3 setiap minggu
NSAID : Dari penelitian tidak ditemukan ranking efikasi. NSAID adalah suatu
kelas obat yang dapat menekan inflamasi melalui inhibisi enzim cyclooxygenase.
Efek penting dalam mengurangi rasa sakit. NSAID memberikan rasa nyaman bagi
banyak orang dengan masalah persendian kronis, tetapi juga menimbulkan
masalah penyakit gastrointestinal yang serius.
Glukosamin dan Chodroitin : Glukosamin dan Chodroitin sulfate sendiri-sendiri
atau dalam kombinasi tidak menurunkan rasa sakit secara efektif untuk
keseluruhan kelompok pasien dengan OA lutut. Keduanya efektif untuk
subkelompok pasien dengan rasa nyeri yang moderat sampai parah.
Obat-obat lain : Obat luar berbentuk krem, gosok, spray (capsicin spray).
Metilsalisilat terbukti dapat mengurangi nyeri. Sebagai anti inflamasi kuat,
kortikosteroid dapat diberikan secara suntik pada sendi. Ini adalah tindakan untuk
jangka pendek, tidak disarankan untuk lebih dari 2-3 kali suntik pertahun dan
tidak diberikan peroral. Sedangkan asam hyaluronidase dapat digunakan dengan
menyuntikkannya di sendi, biasanya untuk OA lutut. Zat ini adalah komponen
dari sendi, terlibat dalam lubrikasi dan nutrisi sendi.
Gambar 15. Alur Terapi Osteoartritis
C. Terapi Pembedahan
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk
mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas
sendi yang mengganggu aktivitas sehari – hari. Indikasi operasi :
- Semakin meningkatnya nyeri
- Restriksi aktivitas yang progresif
- Deformitas yang jelas
- Semakin hilangnya gerakan (abduksi)
- Tanda – tanda destruksi sendi pada foto X-ray
Ada 2 tipe terapi pembedahan : Realignment osteotomi dan replacement joint
- Realignment osteotomi
Permukaan sendi direposisikan dengan cara memotong tulang dan merubah sudut
dari weightbearing. Tujuannya agar membuat karilago sendi yang sehat menopang
sebagian besar berat tubuh.
Gambar 16. Osteotomi pada Osteoartritis
- Arthroplasty
Permukaan sendi yang arthritis dipindahkan, dan permukaan sendi yang baru
ditanam. Permukaan penunjang biasanya terbuat dari logam yang berada dalam
high-density polyethylene.
13. Pencegahan
Osteoarthritis dapat dicegah dengan berbagai cara diantaranya :
- Mengurangi aktivitas yang berdampak besar pada lutut seperti naik turun tangga,
berjalan lama, serta berdiri dalam waktu yang lama.
- Tetap menggunakan WC duduk.
- Olahraga sesuai kebutuhan dan kemampuan
- Kendalikan berat badan
- Konsumsi makanan sehat
- Pilih alas kaki yang tepat & nyaman
DAFTAR PUSTAKA
Tjokroprawiro, Askandar. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Universitas Airlangga.
Surabaya
Soeroso, Joewono et Juliasih. 2008. Osteoatritis/Reumatologi dalam Pedoman Diagnosis dan
Terapi Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya:SMF Ilmu Penyakit Dalam RSU Dr. Soetomo
(halaman 301-312).
Soeroso, S. Isbagio, H.,kalim, H., Broto R., pramudyo, R., 2006. Buku Ajar Ilmu penyakit
Dalam,Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Felson,D.T.2008. Osteoarthritis. Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17 th edition,
2158-2165, mc graw hill Companies Inc, New York.
Felson, D.T. 2006. Osteoarthritis of the Knee. NEJM 354: 841-848
Harrul, Bobby P. 2008. Osteoartritis. Universitas Negri Surakarta. Surakarta.
Anonim. 2008. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Universitas Airlangga. Surabaya.