Upload
mutiasariwardana
View
632
Download
29
Embed Size (px)
Citation preview
III. A. RSAL Dr. Mintohardjo
III.A.1. Sejarah RSAL Dr. Mintohardjo
Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo Jakarta berlokasi di
Jalan Bendungan Hilir No. 17 Pejompongan Jakarta Pusat yang
dibangun di atas lahan seluas 42.586 m2. Cikal bakal rumah sakit ini
bermula dari sebuah kegiatan pelayanan kesehatan berupa tempat
perawatan pasien dan klinik bersalin yang kesemuanya di kelola oleh
Dinas Kesehatan Komando Daerah Maritim Djakarta (KDMD).
Kemudian pada tahun 1957 dengan berkembangnya TNI-AL dan
tuntutan kebutuhan pelayanan dan perawatan kesehatan dibangun suatu
rumah sakit dengan nama Rumah Sakit Angkatan Laut Djakarta
(RSALD) dan diresmikan pada tanggal 1 Agustus 1957. Sejalan dengan
perkembangan Republik Indonesia, para pemimpin TNI-AL dan
pimpinan RSALD juga mengalami beberapa pergantian. Pada tanggal
15 Mei 1974 RSALD berganti nama menjadi RSAL Dr. Mintohardjo,
yang pada awalnya mempunyai UGD, poliklinik umum, dan poliklinik
spesialis. Kesehatan adalah bagian terpenting bagi setiap manusia, oleh
karena itu rumah sakit harus selalu berupaya meningkatkan pelayanan
dan fasilitas yang dimilikinya, seperti pada RSAL Dr. Mintohardjo ini
yang memiliki uji kesehatan (medical check up) yang ditunjang oleh
unit rawat inap dan unit penunjang lain yang dapat meningkatkan mutu
pelayanan. Mutu pelayanan RSAL Dr. Mintohardjo ini telah
terakreditasi sejak tahun 1998 dengan status akreditasi penuh dan
sekarang merupakan rumah sakit tingkat II golongan B Pendidikan.
RSAL Dr. Mintohardjo adalah rumah sakit tipe II yang setara
denga rumah sakit tipe B pendidikan, yaitu rumah sakit yang
mempunyai fasilitas 256 tempat tidur dan kemampuan pelayanan medis
spesialistik dan sub spesialistik terbatas dan digunakan sebagai tempat
pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia No.
983/MENKES/SK/IX/1992.
Adapun pelayanan medis spesialistik yang terdapat di RSAL
Dr. Mintohardjo antara lain pelayanan medis spesialis bedah, spesialis
bedah ortopedi, spesialis bedah urologi, spesialis bedah plastic, spesialis
bedah anak, spesialis bedah anak KIA, spesialis akupuntur, spesialis
KB, atau kebidanan dan penyakit kandungan dan spesialis jantung.
Sedangkan subspesialisnya antara lain subspesialis penyakit dalam,
subspesialis alergi, subspesialis syaraf, subspesialis jiwa, subspesialis
gigi dan mulut, subspesialis mata, subspesialis paru-paru, subspesialis
kulit dan kelamin, sub spesialis gizi dan optik, membantu mendeteksi
penyakit secara dini serta pemeriksaan bagi anggota TNI, selain itu
pelayanan di RSAL Dr. Mintohardjo juga terdapat pelayanan kesehatan
hiperbarik guna meningkatkan dan mengembangkan kesehatan udara
bertekanan tinggi, untuk mengobati penyakit akibat penyelaman
(dekompresi), keracunan gas (CO, HCN, H2S, CCl4), meningkatkan dan
memeliharan kebugaran atau vitalitas dan mempercepat penyembuhan
berbagai penyakit misalnya: ganggren, luka bakar, anemia, perawatan
kecantikan dan lain-lain. Hiperbarik ini merupakan pusat hiberbarik di
wilayah Jakarta Pusat.
RSAL Dr. Mintohardjo telah memiliki akreditasi penuh tingkat
lengkap (16 pelayanan). Akreditasi rumah sakit ini merupakan suatu
pengakuan yang diberikan oleh pemerintah pada rumah sakit karena
telah memenuhi standar yang ditentukan dengan tujuan untuk
meningkatkan mutu layanan di rumah sakit.
III.A.2. Visi, Misi, dan Motto RSAL Dr. Mintohardjo
III.A.3. Struktur Organisasi RSAL Dr. Mintohardjo
RSAL Dr. Mintohardjo diketuai oleh seorang Kepala RSAL
yang berpangkat colonel dan dibantuk oleh dua WaKa yaitu Wakil
Kepala Bidang Pembinaan dan Wakil Kepala Bidang Medis yang
berpangkat Kolonel. Kepala RSAL Dr. MIntohardjo juga membawahi
tiga bidang pelayanan yaitu sekretariat, satma (satuan markas) dan pekas
(pemegang kas). RSAL Dr. Mintohardjo memiliki sebelas departemen
unsure pelaksana antar lain: Dep. Kesla (kesehatan kelautan), Dep. Gilut
(gigi dan mulut), Dep. Bedah, Dep. KIA (Kesehatan Ibu dan Anak),
Dep Kitlam (penyakit dalam), Dep Saware (saraf jiwa rehabilitasi), Dep
Kutema (kulit telinga dan mata), Dep. Jangklin (penunjang klinis), Dep.
Wat (keperawatan), Dep. Far, dan Dep. Bangdiklat (pengembangan
pendidikan dan pelatihan) yang masing-masing memiliki sub
departemen dan tugas yang berbeda.
III.A.4. Pelayanan RSAL Dr. Mintohardjo
III.A.4.a Unit Gawat Darurat
Pelayanan gawat daruta merupakan pelayanan 24 jam
yang tersedia di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo
Jakarta, berlokasi di Gedung Unit Gawat Darutat, di sisi utara
rumah sakit, berhadapan dengan Gedung Hyperbaric Center.
Dalam menjalankan kegiatan medis dan non medis
unit gawat darurat dilayani oleh tenaga professional, terdiri dari
dokter umum, para medis dengan berbagai kuliafikasi kegawat
daruratan serta dokter spesialis dan sub spesialis yang terkait
denga pelayanan Unit Gawat Darurat. Fasilitas pelayanan UGD
meliputi : Emergensi 24 jam, Disaster atau bencana, Observasi,
Bedah minor, Kasus no emergensi di luar poliklinik dan lain-
lain.
III.A.4.b. Administrasi Medis
Data diri dan status kesehatan pasien yang dicatat
secara komputerisasi dan akan memudahkan dalam
mendapatkan informasi kesehatan yang dibutuhkan.
III.A.4.c. Unit Rawat Jalan
Pelayanan Rawat Jalan RSAL Dr. Mintohardjo
Jakarta berlokasi di Gedung A dan Gedung B Rawat Jalan,
dilakukan waktu pagi hari dengan tugas pokok menetapkan
diagnosis, melaksanakan pengobatan, perawatan, dan
pemulihan penyakit pada penderita rawat jalan atau melakukan
rujukan keunit lain ataupun ke pelayanan kesehatan di luar
RSAL Dr. Mintohardjo.
Pelayanan Rawat Jalan RSAL Dr. Mintohardjo
berada dibawah naungan Unit Rawat Jalan, dilaksanakan di
poli-poli, dengan pola pelayanan yang ditata dengan baik oleh
tenaga spesialis dan sub spesialis meliputi: Penyakit Dalam,
Alergi, Jantung, Paru, Ginjal, dan Hipertensi, Kebidanan dan
Kandungan, Kesehatan anak, Keluarga Berencana, BKIA
(bidang kesehatan ibu dan anak), dan Laktasi, Bedah Umum,
Bedah Orthopedi, Bedah Urologi, Bedah Saraf, Bedah Plastik,
Mata, THT, Kulit dan Kelamin, Psikologi, Psikiatri,
Rehabilitasi Medik, Dokgium (dokter gigi dan umum),
Periodonsi (gigi palsu), Bedah mulut, Gizi, Akupuntur, dan
Umum.
Macam-macam ruangan rawat jalan yaitu:
1. Unit Rawat Jalan (URJ) A
Poli : Bedah, Jantung, Anak, KIA, Akupuntur, KB,
Kandungan, Urikkes.
2. Unit Rawat Jalan (URJ) B
Poli: Syaraf, Alergi, Jiwa/Psikologi, Paru, THT, Mata,
Gilut, PKT
3. Unit Gawat darurat (UGD)
4. KUBT atau Hyperbaric Chamber
5. Hemodialisa
6. Kamar Bersalin
III. A.4.d Unit Rawat Inap
Pelayanan rawat inap RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta
memiliki kelas yang bervariasi dan ditata secara baik sesuai
kebutuhan perawatan dan dilaksanakan oleh Departemen Rawat
Inap.
Nama-nama ruangan inap di RSAL Dr. Mintohardjo yaitu:
1. Bedah : Salawati, Sibatik, Marore, Bintan.
2. Kitlam : Sangenang, Tarempa, Pagai, Selayar.
3. Saware : Numfor, Bengkalis.
4. KIA : Bunyu, Subi.
5. Gilut dan Kutema : nempel di ruang lain.
6. Ruang kelas 1 : Marore, Melati.
7. Ruang kelas 2 : Selayar, Bintan.
8. VIP : Pav. Anggrek.
9. VVIP : Melati.
10.ICU : Sayang.
III.A.4.e Pelayanan Rawat Intensif
Pelayanan perawatan intensif RSAL Dr. Mintohardjo
diperuntukkan bagi pasin yang dalam keadaan sakit berat,
dikoordinir oleh dokter anastesi khusus intensive care.
Pelayanan perawatan intensif ini merupakan intensive care unit
tersier, karena mampu memberikan pelayanan tertinggi dan
tunjangan hidup dalam jangka panjang, meliputi: melakukan
pemantauan secara terus menerus, memberikan terapi titrasi,
menegakkan diagnosa pada keadaan kritis, memberikan
bantuan alat penunjang hidup, memberikan tunjangan renal plus
pemantaian kardiovaskuler dan memiliki dukungan
laboratorium dan radiologi 24 jam. Kapasitas tempat tidur
perawatan intensif RSAL Dr. Mintohardjo berjumlah 10 tempat
tidur.
III.A.4.f. Pelayanan Bedah
Merupakan sarana pelayanan terpadu yang meliputi
tindakan operatif berencana maupun darurat serta tindakan
diagnostic. Pelayanan bedah terdiri dari poliklinik bedah dan
instalasi bedah. Instalasi bedah memiliki 6 kamar operasi yang
dilengkapi ruangan persiapan operasi dan ruangan pemulihan
yang semuanya dilayani oelh staf berpengalaman yang terdiri
dari dokter spesialis dan subspesialis, perawat spesialis, serta
tenaga non medi bersertifikat keahlian khusus.
Instalasi bedah RSAL. Dr. Mintohardjo terdiri dari:
bedah umum, bedah kebidanan, bedah syaraf, bedah mata,
bedah gigi dan mulut, bedah THT, bedah ortopedi, anastesi,
bedah laser, bedah plastic, dan rekonstruksi.
III.A.4.g. Pelayanan Kamar Berasilin
Pelayanan kamar bersalin RSAL Dr. Mintohardjo
meliputi persalinan normal, pemeriksaan penunjangn
diagnostik, tindakan medis yang bersifat diagnostic, terapi dan
operatif, ruangan observasi dan ruangan bersalin, ruangan
tindakan untuk USG, kuret, pelayanan darah dan obat, ruangan
persiapan pasca tindakan, penyuluhan gizi dan ASI.
III.A.4.h. Hyperbaric Center
Indonesia baru memulai kesehatan udara bertekanan
tinggi atau hiperbarik tahun 1970 dan di RSAL Dr.Mintohardjo
dimulai pada tahun 1981. Untuk meningkatkan dan
mengembangkan kesehatan udara bertekanan tinggi
(Hiperbarik) maka dibangun Hyperbaric Center wilayah barat
tahun 1998 di rumah sakit ini. HIperbarik center memiliki dua
tempat Kamar Udara Bertekanan Tinggi (KUBT) yaitu: Satu
ruangan untuk pengonatan dan satu ruangan untuk kebugaran.
Terapi KUBT atau HBO selain untuk penyakit akibat
penyelaman juga sangat berguna untuk meningkatkan dan
memelihara kebugaran dan vitalitas dan diyakini bias
menjadikan awet muda.
Terapi Oksigen Hyperbaric adalah suatu cara
pengobatan dimana pasien yang dimasukkan pada suat ruangan
dinamakan KUBT, kemudian diberi tekanan lebih besar dari
tekanan udara normal yaitu lebih dari satu atm (atmosfir) dan
bernafas dengan oksigen murni (100%). Terapi ini dapat
merupakan terapi utama atau terapi penunjangn untuk berbagai
pengobatan penyakit dan dapat dikombinasikan dengan terapi
medis konvensional.
Sistem kerja terapi oksigen Hyperbaric pada tubuh kita,
pasien dimasukkan dalam ruangan dengan tekanan satu atm,
setelah mencapai kedalaman tertentu diberikan oksigen murni.
Kadar oksigen tersebut akan meningkat 2-3 kali. Oksigen akan
larut dalam cairan tubuh dan sebagian lagi diikat oleh sel darah
merah. Oksigen ini berguna untuk mengurang volume
gelembung gas pada penyakit dekompresi, meningkatkan
penyaluran oksigen pada jaringan yang kekurangan oksigen,
mendorong/merangsang pembentukan pembuluh darah baru,
menekan pertumbuhan kuman, mendorong pembentukan
jaringan dan meningkatkan daya butuh kuman oleh sel darah
putih dan mengeliminasi dan menurunkan zat beracun.
Terapi oksigen hyperbaric berguna untuk pengobatan penyakit
antara lain:
a.Terapi Primer
Penyakit Dekompresi, emboli gas, keracunan gas (CO, HCN,
H2S, CCl4), gangrene dan steoradionerosis.
b. Terapi Sekunder
Kerusakan jaringan akibat radiasi, akut ischemia dan crush
injuries, luka bakar, anemia akut, luka bakar yang sukar
sembuh, cangkokan kulit, osteomielitis, ulkus/ganggren DM,
tuli mendadak, patah tulang, rehabilitasi pasca stroke, alergi,
meningkatkan motilitas sperma pada infertilitas, kebugaran
dan estetika.
III. A.4.i Medical Check-up
Dengan semakin berkembangnya kemajuan teknologi
kesehatan, deteksi dini dan petunjuk medis yang benar,
penyakit atau ancaman tersebut dapat ditindak dan dicegah
melalui uji pemeriksaan kesehatan atau lebih dikenal dengan
Medical Check Up. Untuk itu RSAL Dr. Mintohardjo, medical
check up memberikan pelayanan uji pemeriksaan kesehatan
yang lengkap, terpadu yang dirancang oleh dokter spesialis.
Pelaksanaan uji badan dilakukan oleh para dokter spesialis
bedah, penyakit dalam, jantung, mata, THT, ditunjang dengan
pemeriksaan labortaorium, Ultrasonografi (USG), Rontgen, Pap
smear, Mammografi, Treadmill dan lain-lain. Dari hasil
laboratorium kesehatan akan diketahui fungsi hati, ginjal, dan
lain-lain. Bagian medical check up berada di gedung Unit
Rawat Jalan A lantai III.
III.A.4.j. Tindakan Medis Spesialistik dan Sub Spesialistik
Pelayanan ini dilakukan oleh medis spesialistik dan
sub spesialistik RSAL Dr. Mintohardjo disamping ditangani
oleh dokter-dokter spesialis yang berpengalaman didukung pula
oleh peralatan yang canggih dan modern. Kasus-kasus yang
ditangani antara lain: Bedah Umum, BEdah Ortopedi, Bedah
Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik, Pemyakit Dalam,
Spesialis Gigi dan Mulut, Kebidanan dan Kandungan,
Kesehatan Anak, Kulit dan Kelamin, Alergi, Jiwa, Mata, Paru,
Jantung, THT dan Akupuntur.
III.A.4.k. Fisioterapi
Unit rehabilitasi medis atau fisioterapi dengan alat
yang cukup memadai dan ruang latihan yang luas.
III.A.4.l. Penunjang Klinis
Pencapaian hasil yang maksimal dalam suatu
pengobatan dibutuhkan diagnosa yang tepat, untuk itu
diperlukan bagian penunjang klinis guna membantu
menegakkan diagnosa, antara lain : Whole body CT scan,
Radiologi, Mammografi, Ultrasonografi (USG), Endoskopi,
Elektro Encephalografi (EEG), Laboratorium klinik atau
patologi klinik, Patologi anatomi, Gizi, ESWL (Extracorporeal
Shock Wave Lithotripsy atau alat penghancur batu ginjal dari
luar).
III.A.4.m. Hemodialisa atau Cuci Darah
Unit hemodialisa merupakan suatu unit yang khusus
menangani pasien gagal ginjal yang harus menjalani cuci darah
secara rutin, dan di RSAL Dr. Mintohardjo mempunyai alat
hemodialisa sebanyak 11 unit.
III.A.4.n. Aesthetic Center
Aesthetic Center RSAL Dr. Mintohardjo memberikan
pelayanan One Stop Service untuk berbagai penyakit kulit pada
umumnya dan menjaga kesehatan kulit dengan pengobatan dari
luar serta melakukan proses peremajaan kulit. Dalam
pelayanannya aesthetic center terintegrasi dengan berbagai
dokter spesialis kulit dan kelamin, bedah plastic, Hyperbarik,
kebidanan dan kandungan, penyakit dalam, Bedah Mulut dan
Orthodentist serta Syaraf.
III.A.4.o. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah
Sakit (PPIRS)
Tujuan dari Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Rumah Sakit (PPIRS) di RS AL Dr. Mintohardjo terbagi dua
yaitu:
1. Tujuan Umum : Meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman tentang konsep dasar pengendalian infeksi
nosokomial.
2. Tujuan Khusus
a. Peserta mampu memahami dan menjelaskan pengendalian
infeksi nosokomial.
b. Peserta mampu memahami dan menjelaskan upaya
pencegarahan infeksi.
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Rumah Sakit (PPIRS) yaitu kewaspadaan infeksi, surveilans,
pendidikan dan pelatihan (Diklat), kebijakan antibiotika yang
rasional, pencegahan pengendalian infeksi dan juga kesehatan
karyawan.
Infeksi nosokomial merupakan masalah serius, yang
berdampak terhadap rumah sakit maupun pasien, kerugian
moril maupun material. Berdasarkan data WHO, 3-21% terjadi
infeksi nosokomial yang dapat terjadi pada pasien, petugas
kesehatan dan pengunjung, serta perlu dilakukan pencegahan
dan pengendalian infeksi.
Pengendalian infeksi nosokomial merupakan
kegiatan yang meliputi perencanaan dan pengawasan serta
pembinaan dalam upaya menurunkan angka ke jadian infeksi di
rumah sakit. Faktor-faktor terjadinya infeksi nosokomial yaitu:
1. Peningkatan jumlah pasien rentan infeksi
2. Peningkatan jumlah tindakan invasive
3. Petugas kesehatan kurang terampil
4. Petugas kesehatan tidak termotivasi
Strategi pengendalian infeksi yaitu dengan cara :
1. Peningkatan daya tahan tubuh.
2. Inaktif agen infeksi.
3. Memutus mata rantai penularan infeksi.
III.A.5. Personil
Personil RSAL Dr. Mintohardjo sebanyak 1200 orang, yang
terdiri dari Militer dan PNS. Dokter spesialis aktif dan purnawirawan
sebanyak 55 orang. Perawat sebanyak 320 orang aktif dan non medis
sebanyak 750 orang. Personil RS AL Dr. Mintohardjo terdiri dari:
1. Tenaga Medis : Dokter Spesialis, Dokter Umum dan Dokter Gigi.
2. Tenaga Farmasi : Apoteker, Asisten Apoteker dan Ahli Farmasi.
3. Tenaga Keperawatan: Perawat dan Bidan.
4. Tenaga KesMas: Administrasi dan Sanitarian.
5. Tenaga Gizi : Nutrisionis dan Dietisien.
6. Tenaga Keterampilan Medik : Fisioterapi
7. Tenaga Kesehatan Medis: Radioterapis, Perekam Medis, dan Analis
Kesehatan.
8. Lain-lain: Psikolog, Akupuntur
III.A.6. Bangunan
RS AL Dr. Mintohardjo mempunayi tanah seluas 42.586 m2,
sedangkan luas bangunannya sebesar 36.846 m2.
III.B. Departemen Farmasi (DEPFAR)
Merupakan unusr pembantu pimpinan dan pelaksan rumah sakit yang
bertugas melaksanakan kegiatan kefarmasian, dipimpin oleh kepala departemen
(Kadepfar), dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung jawab pada
kepala rumah sakit. Kepala Departemen Farmasi dijabat oleh apoteker yang
berpangkat colonel dan saat ini dijabat oleh apoteker yang berpangkat Kolonel
dibantuk kepala sub departemen (Kasubdep), Fungsi Departemen Farmasi:
a. Merumuskan, menyusun, dan menyiapkan kebijakan dalam kegiatan rumah
sakit.
b. Menyusun dan menyiapkan petunjuk-petunjuk dalam ragngka pelaksanaan
kegiatan di bidang farmasi.
c. Merencanakan, mengkoordinisasi, dan mengendalikan penyelanggaraan
program bidang farmasi.
III.B.1 Visi, Misi, Motto Departemen Farmasi
III.B.2 Sub Departemen Pembinaan Farmasi (BINFAR)
a. Kedudukan dan tanggung jawab:
1) Kasubdep BINFAR adalah pembantu dan pelaksana
DepFar yang menyelenggarakan pembinaan Farmasi
Rumah Sakit.
2) Kasubdep BINFAR bertanggung jawab kepada
KaDepFar
b. Tugas dan Fungsi BINFAR
1) Menyusun dan menyiapkan petunjuk-petunjuk dan
perangkat lunak pelaksaan pembinaan Farmasi Rumah
Sakit dan pembinaan material kesehatan.
2) Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data,
pengggunaaan atau pemakaian bekal kesehatan untuk
menyusun buku formularium rumah sakit.
3) Memantau penggunaan atau pemakaian bekal kesehatan
untuk menanggulangi efek samping, toksisitas dan
interaksi bekal kesehatan.
4) Melaksanakan pemeriksaan atau pengujian mutu bekal
kesehatan.
5) Membuat laporan pelaksanaan tugas, SubDep BINFAR
secara periodic.
III.B.3. Sub Departemen Pengendalian Farmasi (DALFAR)
Kedudukan dan tanggung jawab Kasubdep Dalfar adalah
pembantu dan pelaksana Departemen Farmasi yang menyelenggarakan
pengendalian farmasi rumah sakit.
a. Tugas dan fungsi Dalfar:
1) Menyusun rencana pengadaan dan pemeliharaan material
kesehatan terjadwal.
2) Membantu melaksanakan pengadaan material kesehatan.
3) Melaksanakan pemeliharaan alat kesehatan.
4) Menyusun dan menyiapkan perkiraan kebutuhan material
kesehatan.
5) Melaksankan pengendalian dan pengawasan pengadaan,
penyimpanan dan penyaluran material kesehatan.
6) Melaksanakan penerimaan, penyimpanan dan penyaluran
material kesehatan.
7) Melaksanakan administrasi pengadaan, penyimpanan, dan
penyaluran material kesehatan.
8) Menyalurkan bekal diagnostic kepada unit pelaksana
diagnostic.
9) Menyususn laporan penerimaan dan penyaluran material
kesehatan serta pengajuan material kesehatan (PUT) secara
periodic.
III.B.4. Sub Departemen Alat Kesehatan (ALKES)
Dikepalai oleh seorang apoteker berpangkat Letnan Kolonel dan
membawahi kasi pengadaan alat kesehatan dan pemeliharaan alkes.
Dalam menjalankan kewajibannya bertanggung jawab kepada
Departemen Farmasi.
III.B.5. Sub Departemen Apotek
a. Kedudukan dan tanggung jawab:
1) Kasubdep Apotek adalah pembantuk dan pelaksana
Kepala Departemen Farmasi yang menyelenggarakan
penyaluran bekal kesehatan farmasi rumah sakit.
2) Kasubdep Apotek bertanggung jawab kepada Kadep
Farmasi.
b. Tugas Kewajiban Subdep Apotek:
1) Melaksanakan pelayanan bekal kesehatan kepada
penderita rawat inap, rawat jalan, gawat darurat, dan
unit-unit perawatan.
2) Melaksanakan penyuluhan tentang khasiat dan efek
samping obat kepada penderita dalam rangka “Drug
Information”.
3) Membantu memberikan saran pemilihan dan
pemakaian obat dalam rangka “Drug Consultant”.
4) Menyelenggarakan administrasi penerimaan,
penyimpanan dan penyaluran bekal kesehatan.
5) Membuat laporan pelaksanaan tugas Subdep Apotek
secara periodic.
III.B.6. Sub Departemen Farmasi Klinik
a. Kedudukan dan tanggung jawab
1) Mendukung terlaksananya kegiatan farmasi klinik di
RSAL Dr.Mintohardjo
2) Menjamin pelaksanaan farmasi klinis yang terpadu dan
terpercaya.
3) Memberikan pelayanan pharmaceutical care yang
optimal.
b. Tugas
1) Menyelenggarakan perencanaan program kerja
pelayanan farmasi klinik.
2) Melakukan pengumpulan dan pengolahan data
terjadinya efek samping obat.
3) Ikut berperan serta dalam Sub Panitia Farmasi dan
Terapi dalam penyusunan formularium rumah sakit.
4) Melaksanakan kegiatan Komunikasi, Informasi dan
Edukasi bidang farmasi.
5) Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kewajiban para
Kasi.
6) Melaporkan pelaksaan tugasnya secara periodic kepada
Kepala Departemen Farmasi.
III.B.7. Apotek Dinas
III.B.7.a. Apotek Dinas Rawat Jalan
Apotek berada di ruang lingkup RS AL Dr.
Mintohardjo melayani resep anggota TNI-AL beserta
keluarganya baik dari dalam maupun dari luar RSAL
Dr.Mintohardjo dan PNS di RS AL Dr. Mintohardjo beserta
keluarganya. Pada apotek dinas ini persediaan obat-obat
kebanyakan adalah obat generic dan obat produksi Lembaga
Farmasi Angkatan Laut (Lafial).
Apotek dinas memperoleh barang-barang dari gudang
farmasi berupa obat oral (tablet, kapsul, dan sirup) dan topical
(salep dan cream) serta bahan baku untuk produksi obat tertentu
seperti vaselin, asam salisilat, talk, dan CaCo3. Permintaan
barang ke gudang farmasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan
dengan menggunakan formulir permintaan barang setiap
seminggu dua kali.
Alur resep di apotek dinas yaitu diberi nomor urut
terlebuh dahulu, kemudian pasien diberi kartu nomor panggil
sesuai dengan nomor resepnya. Adapun resep yang masuk
ditandai dengan tanda yang berbeda-beda, untuk pasien yang
berasal dari RS Al Dr.Mintohardjo ditandai dengan nomor warna
biru, untuk pasien yang bukan berasald ari RS AL. Dr.
Mintohardjo, seperti Mabesal, Kolinlamil, Lantamal, Seskoal,
Diskesal, dan Mabes TNI ditandai dengan nomor warna merah.
Sedangkan untuk resep racikan ditandai dengan nomor warna
hijau. Selanjutnya obat disiapkan, dikemas, dan diserahkan
kepada pasien. Resep disimpan sebagai arsip. Obat-obat dari
apotek dinas diberikan tanpa dipungut biaya. Jika obat tidak
tersedia di apotek dinas maka obat akan direstitusi dari apotek
Yanmasum dengan membuat salina resep. Untuk resep restitusi
dengan harga di bawah Rp. 200.000 ACC oleh Wakamed
sedangkan harga di atas Rp. 500.000 ACC oleh Wakabin.
Setelah resep restitusi ACC, obat tersebut dapat diambil di
apotek. Yanmasum dengan ketentuan obat-obat tercantum pada
formularium RS AL Dr. Mintohardjo.
III.B.7.b. Apotek Dinas Rawat Inap
Dalam melayani resep di apotek dinas rawat inap
menggunakan sistem distribusi unit dose dan sistem distribusi
individual. UDDS adalah suatu sistem distribusi obat-obatan
yang disiapkan dalam bentuk satuan unit atau kemasan unit
untuk sekali pemakaian, yang disediakan dalam waktu tidak
lebih dari 24 jam. Pada UDDS obat di dispensing dalam unit
dose package (setiap dosis dikemas dalam kemasan yang
berbeda) dan ditempatkan dalam wadah masing-masing untuk
setiap pasien. Pada unit dose dispensing, obat diracik dalam
tempat-tempat yang siap diberikan kepada pasien, sebagai
contoh ketika dokter member resep kepada pasien, resep tersebut
dikirim ke instalasi farmasi kemudian apoteker akan mengecek
kerasionalan obat tersebut, lalu petugas apotek akan
menyediakan obat-obat dalam bentuk unit dosis dan ditaruh pada
masing-masing wadah dan diberi label nama pasien, bangsal
tempat pasien dirawat serta nomor tempat tidur pasien.
Sedangkan, untuk sistem distribusi resep individual, obat
disiapkan oleh petugas apotek berdasarkan resep yang diterima.
Sebelum obat diserahkan kepada pasien, asisten apoteker
memeriksa etiket obat yang sesuai dengan petunjuk dalam resep
dan memberikan informasi tentang aturan pakai dan informasi
lain yang perlu diperhatikan oleh pasien. Untuk melayani resep
yang tidak tersedia obatnya, diberi salinan resep dan setelah
diberikan persetujuan restitusi kemudian obat dapat diambil di
apotek Yanmasum. Petugas di apotek dinas rawat inap lalu
mencatan jumlah dan jenis obat yang di ambil dari apotek
Yanmasum, kemudian pihak rumah sakit akan membayar obat
yang di ambil dengan ketentuan obat termasuk dalam standar
formularium.
III.B.8. Apotek ASKES
Apotek Askes Rawat Jalan di RS AL Dr. Mintohardjo
diresmikan tanggal 1 Juli 2007 oleh Kadiskesal. Obat-obat
Askes Rawat Jalan di RSAL Dr. Mintohardjo sebelumnya
dikelola oleh Apotek Kimia Farma dan sekarang dikelola sendiri
oleh Apotek Askes RS AL Dr. Mintohardjo.
Apotek ASKES melayani resep ASKES SOSIAL dan
resep ASKES in health. Persediaan obat Askes di RS AL Dr.
Mintohardjo, adalah obat-obat yang tercantum di dalam Daftar
& Plafon Harga Obat (DPHO) dan Daftar Obat In Health (DOI).
DPHO merupakan pedoman dalam penyediaan dan pemberian
obat-obatan bagi peserta PT. Askes (persero) untuk pelayanan
tingkat pertama di dokter keluarga dan pelayanan tingkat
lanjutan, baik rawat jalan maupun rawat inap di rumah sakit.
DPHO adalah daftar obat dengan nama generic dan atau nama
lain yang diberikan oleh pabrik yang memproduksinya serta
daftar harganya.
III.b.8.a. Penerimaan Resep
Untuk resep ASKES harus memiliki
kelengkapan yang terdiri dari:
a. Resep dokter asli dan fotokopi.
b. Kartu ASKES pasien yang masih berlaku
dan fotokopi.
c. Surat Jaminan Pelayanan (SJP) dan
fotokopi. Lembaran SJP terdiri dari 3
rangkap yaitu lembaran merah (untuk
ASKES), kuning (untuk lab), lembaran
putih (untuk pasien).
d. Kartu putih dan fotokopiannya untuk obat
yang dikonsumsi satu bulan.
III.b.8.b. Pemasukan Data (Entry Data)
Setelah resep ASKES diterima di bagian
penerimaan resep, resep diserahkan ke bagian entry
data. Fungsi dari entry data adalah untuk mengontrol
pemberian obat bagi pasien. Sistem yang digunakan
adalah sistem komputerisasi, dimana pendataan harga
obat pada resep dilakukan setiap satu bulan sesuai
dengan aturan pemberian obat ASKES. Setelah data
dimasukkan ke computer, lalu resep diserahkan ke
bagian pelayanan untuk penyiapan obat.
III.b.8.c. Penyiapan Obat
Setelah resep diterima dari bagian entry data,
kemudian resep masuk ke dalam bagian pelayanan obat.
Resep yang diterima kemudian oleh asisten apoteker
disediakan oabtnya sesuai dengan resep. Bila obat
tersebut tidak terdapat dalam DPHO maka harus
menulis copy resep. Apabila resep tersebut racikan,
maka diserahkan ke bagian peracikan lalu diberi etiket
oleh bagian pelayanan.
III.b.8.d. Penyerahan Obat
Setelah obat selesai disiapkan, lalu diberikan
ke bagian penyerahan obat untuk diperiksa kembali
untuk menghindari kesalahan. Obat diserahkan kepada
pasien berikut informasi obat dengan lengkap dan jelas
agar pasien memahami aturan pemakaian obatnya.
III.b.9. Apotek Pelayanan Masyarakat Umum (Yanmasum)
Apotek Yanmasum pertama kali berdiri dengan nama
apotek Primkopal pada tanggal 5 September 1995 dibawah
naungan induk koperasi angkatan laut. Jumlah karyawan 4 orang
yaitu 1 orang apoteker, 2 orang asisten apoteker, dan 1 orang
kasir. Apotek Primkopal ini bertujuan sebagai penunjang apotek
dinas RS AL Dr. Mintohardjo dengan jam kerja 24 jam.
Pada bulan Juni 2000 apotek Primkopal diambil alih
oleh RSAL Dr. Mintohardjo dibawah naungan instalasi frmasi
dan mengganti nama Primkopal menjadi Yanmasum. Apotek
Yanmasum dipimpin oleh seorang Apoteker yang memegang
jabatan sebagai Kepala Unit Apotek di dalam kesatuan TNI AL
yang mengelola dan bertanggung jawab atas manjemen
operasional.
Pada tahun 2006 apotek Yanmasum dibantuk oleh
Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang bertanggung jawab
terhadap seluruh kegiatan apotek yang dibantuk oleh beberapa
asisten apoteker, juru resep dan bagian administrasi. Tujuan
Apotek Yanmasum adalah melayani masyarakat umum dengan
memberikan pelayanan yang lebih baik dan mempermudah
proses administrasi kefarmasian.
Penjulaan dan pelayanan resep yang dilakukan di apotek
Kefarmasian antara lain meliputi:
1. Penjualan bebas.
Penjualan bebas adalah penjualan yang dilakukan tanpa
resep dokter, yang meliputi penjulaan obat bebas, obat bebas
terbatas, perlengkapan bayi, alat kesehatan tertentu dan lain-
lain. Pembayaran dilakukan secara tunai dan petugas akan
mencatat jumlah pengeluaran barang pada masing-masing
kartu stok dan setiap barang yang terjual dicatat pada daftar
laporan penjualan bebas.
2. Penjualan melalui resep.
Penjualan melalui resep adalah penjualan obat
berdasarkan resep yang dibawa konsumen. Penjualan melalui
resep, dibagi menjadi:
a. Penjualan resep tunai
Resep yang diterima, diperiksa keaslian dan
kelengkapannya oleh asisten apoteker, diperiksa ada atau
tidaknya persediaan obat tersebut di apotek baru
kemudian diberi harga dan diberitahukan kepada
konsumen. Setelah konsumen membayar, bagian
peracikan akan menyiapkan obat dan memasukkannya ke
dalam wadah obat. AA memeriksa etiket obat yang
sesuai dengan petunjuk dalam resep dan memberikan
informasi tentang aturan pakai dan informasi lain yang
perlu diperhatikan oleh konsumen. Untuk resep yang
obatnya diambil sebagian, akan diberi salinan resep yang
ditanda tangani oleh AA dan diberi stempel apotek.
Lembar resep asli disimpan menurut tanggal dan
poliklinik resep itu berasal, dan bagi pasien yang
meminta kwitansi maka AA akan memberikan kwitansi
untuk pembelian obatnya. Untuk alur pelayanan resep
tunai Yanmasum
b. Penjualan resep kredit
Apotek Yanmasum dapat melayani resep secara kredit
yang dibagi atas:
1. Resep kredit untuk perusahaan, yaitu resep dari
perusahaan yang telah melakukan kerjasama dengan
RS AL Dr. Mintohardjo seperti PT. Pos Indonesia,
KONI, TVRI, Angkasa Pura, Asuransi Allians dan
lain-lain. Penagihan untuk perusahaan-perusahaan ini
dilakukan setiap 1 bulan sekali dan dibuat laporan
piutang perusahaan.
2. Resep restitusi yaitu resep anggota TNI AL yang
tidak dapat dilayani di apotek dinas dan telah
mendapat persetujuan dari tim restitusi, dapat
dilayani di apotek yanmasum tanpa dipungut biaya
dari anggota. Untuk penagihan biayaa dari resep
restitusi dapat diperoleh dari dana APBN dan non
APBN yang bias dilakukan setiap 3 bulan sekali atau
sesuai keadaan. Biaya untuk resep restitusi dibuat
laporan penagihan resep restitusi setiap 1 bulan
sekali.
III.C. Kegiatan Departemen Farmasi
III.C.1. Farmasi Manajemen
1. Pemilihan
Proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang
terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk
dan dosis, menentukan criteria pemilihan dengan
memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga
dan memperbaharui standar obat.
2. Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu kegiatan membuat berbagai
rencana jangka panjang untuk tujuan yang telah ditentukan
sehingga dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Dalam
penyediaan barang di RSAL Dr. Mintohardjo dibentuk tiga
tim, yaitu : Tim Perencanaan, Tim pembelian dna Tim
penerimaan barang. Perencanaan pembelian dilakukan oleh
anggota Tim perencanaan dari Departemen Farmasi di bantuk
oleh Sub Gudang dan Sub Distribusi. Keputusan yang dibuat
juga dapat bersifat subyektif yaitu atas dasar intuisi, perkiraan
serta pengalaman dair pembuat keputusan atau perencanaan.
Adapun dua pendekatan yang digunakan dalam memprediksi
keadaaan atau kejadian yang akan dating, yaitu:
1) Prediksi secara kualitatif
Prediksi ini bersifat subyektif yaitu didasarkan pada
intuisi, emosi, perkiraan, pengalaman pribadai dari
pembuat keputusan atau perencana dan sistem nilai yang
dianutnya dengan dibantu berbagai teknik untuk
forecasting kualitatif, misalnya:
a. Dari staf pimpinan.
b. Informasi dari sales representative
c. Partisipasi dari komponen-komponen yakni pembuat
keputusan, staf personil, dan responden
d. Survey pasar untuk para konsumen melaui polling
atau Tanya jawab perorangan.
2) Prediksi secara kuantitatif
Metode ini tergantung pada banyak sedikitnya data-data
masa lalu, stabil atau tidaknya permintaan sesungguhnya
(actual demand) jangka waktu prediksi dan organisasi
atau bagian dari organisasi yang membuat ramalan.
3. Pengadaan
Pengadaan adalah upaya dan kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan operasional yang telah ditetapkan dalam rencana.
Pengadaan di RS AL Dr. Mintohardjo terdiri atas: Pembelian,
Pembuatan, Sumbangan atau hibah, Dropping (dari diskesal
dan puskes TNI). Prinsip pengadaan adalah cukup, tidak lebih
sera mengacu pada perencanaan kebutuhan dan prioritas
Dalam pengadaan material kesehatan dilakukan berdasarkan
formularium rumah sakit, penggunaan obat generic,
efektifitas dan efisiensi.
1. Pembelian
Pengadaan di RS AL Dr. Mintohardjo juga mengandalkan
pembelian ke PBF. Pengadaan pembelian untuk matkes
(material kesehatan) yang dibutuhkan dapat di dropping
oleh diskesal pada puskes TNI, atau dikenal sebagai
barang rutin non dropping. Sejak awal, barang rutin non
dropping ini sudah dianggarkan dalam perencanaan
pengadaan, sedangkan matkes yang bersifat fast moving
(seperti paracetamol, mefinal, dll) apabila sudah sampai
pada batas buffer stock maka segera dilakukan pembelian
ke PBF. Pembelian yang dilakukan di DepFar antar lain:
a. Pembelian langsung
Untuk bekkes lain RS AL Dr. Mintohardjo, dengan
waktu pelaksanaan selama 7 hari, menggunakan
anggaran operasional Yankes MA.521119.5907.TA
2010.
b. Penunjukkan langsung
Untuk bekkes laboratorium RS AL Dr. Mintohardjo,
dengan waktu pelaksanaan selama 28 hari,
menggunakan anggaran operasional Yankes
MA.521119.5907.TA.2010
c. Pelelangan umum
Untuk bekkes laboratorium RSAL Dr. Mintohardjo
dengan waktu pelaksanaan selama 29 hari,
menggunakan anggaran operasional Yankes
MA.521119.5907.TA.2010. Berikut adalah alur
pemesanan Matkes ke PBF hingga barang sampai ke
gudang:
Matkes rutin non dropping Matkes dropping yang tidak cukup
Membuat SP ke PBF
Barang dating disesuaikan dengan faktur, jenis, jumlah, no.batch dan ED
Jika sesuai, dimasukkan dalam gudang dan ditulis pada buku penerimaan
2. Pembuatan
Ada beberapa obat dan golongan PKRT tertentu yang
dibuat sendiri oleh pihak RS AL Dr. Mintohardjo. Tujuan
rumah sakit berdiri sendiri barang-barang tersebut dibuat
antara lain:
a. Menekan biaya pengadaan
Dimana untuk beberapa obat tertentu ternyata
membutuhkan biaya produksi yang lebih murah
daripada harus melakukan pembelian, contohnya:
Pembuatan OBH, boorwater 3% dll.
b. Mencukupi kebutuhan obat di rumah sakit
Di RS AL Dr. Mintohardjo terdapat permintaan obat
terutama oleh dokter yang kadang tidka diproduksi
oleh industry tertentu sehingga harus diproduksi
dendiri oleh pihak rumah sakit, contohnya :
Unguentum 2-4, lotio kumerfeldi, Sol. Cupri Sulfat
dan mempercepat waktu pelayanan terutama yang
berkaitan dengan obat. Obat yang sering diminta
berulang oleh dokter dapat dibuat sekaligus dalam
skala lebih besar sehingga dapat disiapkan terlebih
dahulu sebelum ada permintaan dari resep dokter. Hal
ini akan mempersingkat waktu tunggu obat karena
pihak apotek tidak perlu meracik dahulu pada saat
resep baru datang. Contoh obat tersebut antara lain:
Puyer asma, BPP, BPP 1 (Batuk Pilek Puyer), BPP2,
BBP 3 dan sebagainya.
Produksi dilakukan secara rutin dengan expire date
yang tidak terlalu lama sehingga jumlah yang
diproduksi telah direncanakan. Itulah alas an kenapa
produksi sendiri masih dilakukan, alas an lain tetap
dilakukannya produksi sendiri yaitu masih
dibutuhkannya ketersediaan barang-barang tersebut
dan pembuatannya tidak memerlukan persyaratan
CPOB dan pembuatannya tetap diawasi apoteker
untuk menjamin kualitas sediaannya. Secara umum
sediaan yang diproduksi antara lain: Asma puyer,
Boorwater 3 %, Larutan Cuci Hidung, Lotio
Kumerfeldi, gargarisma Khan, Salicyl Talk 2 % dan 3
%, Hydrocortison Zalf, SASA, Sirupus Simplex, OBP,
Boortalk 3 %, Unguentum 2-4, 3-10, Gluco Ephedrin
1 %, Betadin Gargle, Rodehond Wassing, OBH,
Icchtyol Zalf, Borax Glycerin, Solutio Cupri Sulfat,
Larutan Recorcin, Solutio Lugoli, Liq. Burowi,
Disenfektan, Aquadest Steril.
3. Sumbangan atau Hibah
Sumbangan umumnya berupa hibah dari luar negeri, baik
obat ataupun alat kesehatan baru (belum terpakai) dan
yang sudah pernah terpakai.
4. Dropping
Dropping yaitu pengadaan barang yang dilakukan melalui
pemberian barang (drop barang) dari Diskesal (Dinas
Kesehatan Angkatan Laut) dan PusKes TNI (Pusat
Kesehatan TNI). Dropping barang dari Diskesal terjadi
setahun dua kali, yaitu pada bulan Mei (Semester I) dan
Oktober (Semester II). Pada semester I jenis barang
dropping Diskesal sebagian besar adalah obat-obatan,
terutama obat-obatan yang diproduksi oleh Lembaga
Farmasi Angkatan Laut (Lafial). Sedangkan pada
semester II adalah alat kesehatan. Dropping barang dari
Puskes TNI terjadi 1 tahun sekali, pada umumnya berupa
alat kesehatan antara lain: alat kesehatan Orthopedi,
Hemodialisa, dan alat kesehatan spesialistik menyangkut
obat-obat HIV, Sitostatika dan albumin. Dropping
material kesehatan diawali dengan pembuatan perikiraan
kebutuhan oleh RS AL Dr. Mintohardjo dan kemudian
pengajuan PUT (Permintan Untuk Terima) ke Diskesal
dan Peskes TNI. PUT yaitu daftar permintaan jenis dan
jumlah obat yang dibutuhkan oleh RS AL Mintohardjo
selama 1 semester. Data PUT didapatkan dari laptri
(laporan triwulan) ditambah dengan perkiraan kebutuhan
yang akan terjadi dengan melebihkan kebutuhan ± 10%.
Penerimaan barang untuk barang dropping harus dibuat
berita acara penerimaan, lalu dibuat laporan untuk
dilaporkan ke Diskesal, sedangkan untuk barang
pengadaan sendiri, penerimaan barang dicatata di buku
penerimaan. Dropping material kesehatan di RS AL Dr.
Mintohardjo secara skematis dapat dilihat sebagai berikut:
KIRBUT (Perkiraan Kebutuhan) RS AL Dr. Mintohardjo
PUT (Permintaan Untuk Terima) RS AL Dr. Mintohardjo
RenDis (Rencana Distribusi) Diskesal
Distribusi Diskesal
Alur pengadaan obat di DepFar untuk perencanaan
pembelian barang farmasi dilakukan berdasarkan kepada
kebutuhan tiap ruangan, sisa persediaan di gudang farmasi,
penggunaan obat bulan lalu, pola penyakit (Epidimiologi),
formularium rumah sakit dan dana tersedia. Tim perencanaan
membuat rencana pembelian, kemudian diserahkan ke
pimpinan rumah sakit untuk disetujui. Tim pembelian
melakukan pembelian barang dengan tender (diatas 50 juta),
sistem pembelian langsung (sampai 5 juta), dan sistem
penunjukkan (sampai dengan 50 juta). Untuk pembelian
langsung harus diketahui tanda tangan panitia perencanaan
barang farmasi, pimpinan utama, dan ketua panitia rumah
sakit.
Tim pembelian kemudian melakukan pembelian dengan
mengadakan lelang (tender). Setelah mendapat rekanan
(pemegang lelang), maka tim pembelian membuat Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK) yang disetujui pimpinan rumah
sakit. Pada saat ini pembelian dengan menggunakan tender
sangat terbatas , lebih banyak menggunakan pembelian secara
langsung ke distributor-distributor farmasi perencenaan
pembelian persediaan dalam jumlah banyak setiap satu bulan
sekali. Tim perencanaan barang akan menerima barang yang
dikirim oleh rekanan dan memeriksa kesesuaiannya dengan
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK( yang dibuat oleh tim
pembelian. Pemeriksaan dilakukan secara fisik meliputi
spesifikasi barang, kondisi barang, serta tanggal kadaluarsa.
Tim penerimaan barang akan membuat berita acara
kemudian disampaikan kepada departemen farmasi untuk
disetujui, selanjutnya diserahkan kepada departemen farmasi
untuk disetujui, selanjutnya diserahkan kepada bendahara
Material Medik untuk ditandatangani. Berita acara tersebut
diserahkan ke bagian tata usaha rumah sakit untuk
ditandatangani oleh pimpinan rumah sakit. Berdasarkan berita
acara penerimaan barang, barang yang diterima akan dibayar
oleh bagian keuangan rumah sakit. Sistem penyimpanan
barang di gudang farmasi dilakukan berdasarkan bentuk
sediaan dan disusun secara alfabetis dan menggunakan sistem
FIFO (First In First Out) serta sistem FEFO (First Expired
First Out). Pemeriksaan barang dilakukan setiap bulan, serta
barang-barang yang masuk dan keluar gudang farmasi di catat
dalam :
1) Persediaan barang, yaitu kartu yang disimpan di
gudang dekat barang yang bersangkutan.
2) Kartu besar, yaitu kartu yang disimpan diruang
administrasi gudang untuk mempermnudah pengecekan
barang.
3) Buku persediaan, yaitu buku yang digunakan untuk
mencatat pemasukan dan pengeluaran barang.
4) Buku induk penerimaan barang, yaitu buku untuk
mencatat penerimaan barang berdasarkan surat perintah
kerja.
5) Semua data yang mencakup penerimaan dan
pengeluaran barang juga dimasukkan ke sistem
computer sehingga mempermudah pengecekan barang
persediaan dan pembuat laporan.
Perbekalan alat kesehatan terdiri dari:
a. Barang medis habis pakai, contohnya oksigen, tablet,
infuse, sirup, suppositoria, spuit, blood set, urine bag,
catheter, abbocath, hand scon.
b. Barang medis tidak habis pakai, contohnya selimut,
sprei, pakaian operasi, dan alat operasi.
4. Produksi
RS AL Dr. Mintohardjo memproduksi sediaan obat non steril
yang dibagi menjadi sediaan non obat dan obat. Produksi non
obat seperti Karbol, bayclin, pengenceran H2O2 , alcohol,
formalin, dll diproduksi langsung di rumah sakit, sedangkan
produksi obat seperti parasetamol, betadine, OBH, antiflu,
obat diare, obat maag, salep kulit, dll ditangani oleh Lembaga
Farmasi Angkatan Laut (LAFIAL).
5. Penerimaan
Setelah barang datang maka akan diterima oleh tim komisi
penerimaan barang yang didalamnya terdapat personil
departemen farmasi, personil provos dan juga oleh dokter
pemesan barang jika diperlukan. Proses pada waktu
penerimaan barang yaitu mengecek kelengkapan administrasi
barang seperti faktur, surat jalan, jenis, jumlah, no.batch,
tanggal kadaluarsa, tanggal produksi. Jika sudah lengkap
maka barang diterima, ditulis di dalam pembukuan dan
dimasukkan ke dalam gudang.
6. Penyimpanan
Merupakan kegiatan penyelenggaraan dan pengaturan sediaan
farmasi di dalam ruang penyimapanan. Gudang farmasi
merupakan tempat penyimpanan sementara perbekalan
farmasi dan tempat pembinaan bekal farmasi. Tugas kegiatan
yang dilakukan di gudang farmasi meliputi penerimaan,
penyimpanan, dan administrasi barang yang berasal dari
pembelian maupun berupa bantuan.
Penyimpanan perbekalan farmasi di RS AL Dr. Mintohardjo:
1) Gudang 1: untuk obat-obatan Non-LAFIAL
2) Gudang 2: untuk sediaan injeksi
3) Gudang 3: untuk perbekalan kesehatan (Matkes & Alkes)
4) Gudang 4 : untuk obat-obatan LAFIAL
5) Gudang tambahan untuk B3 (Bahan beracun berbahaya)
Sub gudang farmasi bertugas melayani permintaan barang
dari distribusi, produksi dan apotek dinas. Permintaan barang
dilakukan dengan menggunakan formulir permintaan barang
yang ditandatangani oleh kepala ruangan/unit/departemen/sub
departemen yang bersangkutan, diketahui oleh kepala bidang
yang bersangkutan dan disetujui oleh kepala bidang farmasi,
dan ditandatangani oleh penerima barang jika barang telah
diterima. Kemudian pihak gudang membuat bukti
pengeluaran barang farmasi rangkap empat, masing-masing
untuk arsip gudang, kepala gudang yang bersangkutan, tata
usaha farmasi, dan ruangan atau unit atau departemen atau
sub departemen yang bersangkutan dan juga memasukkan
datanya ke komputer.
Gudang farmasi melayani permintaan obat alat kesehatan
secara langsung, yaitu alat kesehatan inventaris dari ruangan
atau departemen, cairan hemodialisis dari ruangan
hemodialisa, reagen dari laboratorium, obat-obat dari apotek
dinas, obat, alat kesehatan sekali pakai, film rontgen, obat
gigi, antiseptic, bahan baku serta gas medis (O2, CO2N2, N2O),
Asetilen Udara tekan dari sub distribusi farmasi, bahan baku,
antiseptic untuk pengemas ulang, kemasan, dan alat farmasi.
Laporan yang dibuat oleh gudang farmasi antara lain:
1. Laporan mutasi barang bulanan, triwulan dan tahunan
yang berisin tanggal, nama barang, jumlah stok awal,
jumlah masuk, jumlah stok keluar, dan jumlah stok akhir.
Laporan ini dikelompokkan berdasarkan jenis barang dan
bentuk sediaan.
2. Laporan barang rusak atau kadaluarsa setiap bulan.
3. Laporan pemakaian narkotik dan psikotropika setiap
bulan.
Pedoman dalam sistem penyimpanan:
1. Menjami kualitas barang / obat tetap baik.
2. Memudahkan dalam pencarian.
3. Memudahkan pengawasan persediaan/stok.
4. Menjamin keamanan dari kecurian dan kebakaran.
5. Menjamin pelayanan yang cepat dan tepat.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan:
1. Suhu dan lokasi
a. Penyimpanan normal pada suhu 25oC untuk tablet,
kapsul, injeksi dan cairan.
b. Penyimpanan dingin dalam lemari pendingin (2-8oC).
c. Narkotika disimpan dalam lemari narkotik, sesuai
standar Kemenkes.
d. Barang yang mudah terbakar, oksidator, berbau tajam,
disimpan di dalam gudang khusus yang dilengkapi
dengan alat pemadam kebakaran dengan sirkulasi
udara yang cukup.
e. Barang yang tidak boleh kontak langsung dengan
cahaya disimpan khusus
2. Bentuk / jenis barang yang disimpan.
a. Obat disimpan terpisah dengan bahan beracun.
b. Bahan mudah terbakar disimpan dalam gudang
khusus.
c. Obat luar dipisahkan dari obat dalam.
3. Pengaturan ruangan
a. Memisahkan tempat penyimpanan obat dengan alkes.
b. Ruang khusus untuk obat rusak/ED.
c. Ruang khusus untuk alkes yang rusak berat.
d. Ruang khusus untuk gas medik.
4. Sistem penyimpanan
a. Berdasarkan nomor / alphabet nama generic.
b. Berdasarkan volume barang.
c. Berdasarkan frekuensi penggunaan.
d. Sistem FIFO dan FEFO.
5. Penggunaan alat bantu
a. Kartu stok untuk tiap item barang
b. Trolly dan tangga
6. Pengamanan dan keselamatan
a. Alat pemadam kebakaran
b. Tiap pintu dan almari mempunyai kunci
c. Petugas khusus di dalam gudang.
d. Dilarang merokok/menyalakan api di dalam
gudang
e. Pemahaman tentang sifat bahan / alat / obat bagi
petugas gudang.
7. Pendistribusian
Distribusi Farmasi merupakan kegiatan menyalurkan material
kesehatan dari gudang. Perminataan barang dilakukan melalui
formulir permintaan barang setiap seminggu berdasarkan
kebutuhan. Permintaan barang ke sub gudang farmasi akan
datang setiap minggu dua kali. Jumlah permintaan di
sesuaikan dengan standar kebutuhan setiap ruangan atau
departemen atau sub departemen. Setiap pemasukan dan
pengeluaran barang dicatat di kartu persediaan dan juga
dimasukkan ke dalam sistem computer. Sasaran dari distribusi
adalah terlaksananya pelayanan kesehatan yang cepat, tepat,
dan aman.
Material kesehatan dari gudang didistribusikan pada:
1. Apotek rawat jalan.
2. Apotek rawat inap.
3. Ruang perawatan
4. Kamar operasi.
5. UGD
6. Laboratorium
7. Haemodialisa.
Distribusi bekal kesehatan meliputi
1. Individual prescription
Ruang tempat pasien menginap hanya disediakan obat
emergency. Doktor memberikan bila pasien
membutuhkan, lalu pasien mengambil resep di apotek.
Keuntungan:
a. Semua permintaan obat dalam diawasi oleh dokter,
perawat, apoteker dan diketahui pasien.
b. Kemungkinan terlambat untuk minum obat karena
obat terlambat diantar ke ruangan dapat dicegah.
c. Memudahkan untuk kontrol persediaan.
Kerugian:
a. Pasien lupa minum obat tanpa diingatkan perawat.
b. Biaya pengobatan dapat meingkat.
2. UDD (Unit Dose Dispensing)
Pasien mendapatkan obat untuk pemakaian 1 hari.
Tujuan:
a. Pasien mendapatkan pelayanan 24 jam
b. Pasien hanya membayar obat yang dipakai.
c. Pemakain obat dapat dikontrol
d. Terjadinya kesalahan pengobatan dapat dikurangi
e. Pasien lebih teredukasi
f. Tepat dosis, indikasi, penderita, obat, dan waspada
efek samping
Keuntungan sistem distribusi unit dose:
a. Dapat menghemat waktu perawat
b. Dapat menghemat pengadaan perbekalan farmasi.
c. Meningkatkan akurasi dalam hal kontrol inventaris,
perhitungan biaya dan tagihan.
d. Kualitas pekerjaan sistem distribusi obat dapat
diperbaiki secara signifikan dengan keterlibatan
farmasis dalam penyiapan medikasi untuk memastikan
kesempurnaan perbekalan dan pemakaian obat yang
tepat (efesien, aman, bermutu, dan ekonomis) dan
rasional.
e. Biaya per dose rumah sakit yang menggunakan sistem
unit dose lebih sedikit.
f. Komunikasi antar farmasis dengan tenaga kesehatan
lainnya meningkat.
g. Meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga apoteker
dan perawat.
h. Penurunan biaya obat karena persediaan pada ruangan
menurun dari segi jumlah dan meminimalisasi
kerugian.
i. Menurunkan biaya pasien dirumah sakit.
j. Farmasi klinik dapat dijalankan dengan baik
Kerugian sistem distribusi unit dose:
a. Jalur komunikasi penggunaan obat cukup panjang.
b. Sistem unit dose gagal menyediakan informasi diskon
untuk farmasi perawat dan dokter hanya dari satu
sumber.
c. Menambah jam kerja farmasis dirumah sakit.
d. Kebutuhan tenaga farmasis mejadi lebih banyak.
3. Floor Stock
Semua obat dan alkes tersedia di ruangan sehingga obat
yang dibutuhkan dapat diambil langsung dari stok yang
tersedia di ruangan. Sistem ini dilakukan di ruang UGD
dan ruang operasi. Tugas dari bagian penyimpanan dan
distribusi adalah pembuktian dokumentasi barang masuk
dan keluar dari gudang RS AL Dr. Mintohardjo. Setiap
barang yang masuk dan keluar harus dicatat dan
didokumentasikan, karena salah satu syarat gudang yang
baik yaitu tata cara penyimpanan yang baik, rapi, dan
teratur serta ditinjau pada dari segi administrasi dan
dokumentasi yang menunjang. Dokumentasi yang
dilakukan antara lain dokumentasi faktur atau surat barang
datang (faktur dari PBF dan surat Dropping dari
Diskesal). Semua faktur tersebut diarsip, diberi nomor
arsip dan ditulis pada buku barang datang. Sedangkan
untuk barang keluar juga dicatat dalam buku pengeluaran
barang yang berisi tanggal, nama barang, jumlah
dimainta, unit yang meminta barang. Sistem di atas
bertujuan untuk mempermudah penulusarn distribusi
barang.
Sistem distribusi obat ke ruang perawatan yang dilakukan
di RS AL Dr. Mintohardjo adalah sistem distribusi unit
dose dan sistem distribusi kombinasi obat resep individual
dan sistem floor stock. Sistem distribusi unit dose adalah
suatu sistem distribusi obat-obat yang disiapkan dalam
bentuk satuan unit atau kemasan unit untuk sekali
pemakaian, yang disediakandalam waktu tidak lebih dari
24 jam dan diantarkan keruangan oleh farmasis.
Sedangkan pada sistem distribusi kombinasi obat resep
individual dan sistem floor stock, obat akan diambil oleh
perawat.
Untuk memenuhi perbekalan farmasi di luar kerja, di
ruangai perawatan disediakan lemari emergency. Di
dalamnya berisi obat-obatan yang diperlukan jika keadaan
darurat. Masing-masing ruangan akan menulis permintaan
barang-barang emergency ke apotek dinas rawat inap
sesuai kebutuhan.
8. Pencatatan
Pencatatan barang dilakukan setiap barang datang dan keluar
di dalam kartu stok. Pencatatan lain juga dilakukan pada
barang yang telah expired date. Sistem pencatatan dilakukan
secara manual.
9. Pelaporan
Pelaporan yang dilakukan di Departemen Farmasi DR AL Dr.
Mintohardjo yaitu pelaporan kepada DISKESAL yang
dilakukan setiap triwulan dan semester, untuk laporan
triwulan tentang penggunaan barang dalam bentuk item
barang sedangkan untuk laporan semester dalam bentuk
jumlah harga perbekalan farmasi yang telah
digunakan.Pelaporan kepada Dinas Kesehatan yang dilakukan
setiap bulan berupa laporan penggunaan obat-obat narkotika-
psikotropik dan obat HIV, malaria, dan TBC. Sedangkan
untuk narkotika dan psikotropika laporannya ditujukan
kepada/suku Dinas Kesehatan dengan tembusan ke badan
POM.
10. Pemusnahan dan Penghapusan
Pemusnahan dilakukan terhadap resep yang lebih dari 3
tahun disimpan dan obat-obatan yang telah expired date.
Barang yang telah expired date dikumpulkan, dicatat, dan
dimusnahkan dengan menggunakan incinerator setiap
tahunnya. Pemusnahan disaksikan oleh petugas gudang
farmasis juga Kesling. Penghapusan dilakukan terhadap alat-
alat kesehatan yang secara fisik dan fungsional sudah tidak
dapat dipergunakan dan diperbaiki lagi (rusak) atau tidak
memiliki nilai pakai, tidak laku jual, sudah ketinggalan
jaman, atau sesuai dengan ketentuang undang-undang
berlaku. Pemusnahan alat kesehatan dilakukn dengan cara
dibakar, ditanam, atau dihancurkan. Tata cara penghapusan
dan pemusnahan alat kesehatan di RS AL Dr. Mintohardjo
yaitu merujuk pada tata cara penghapusan barang milik atau
kekayaan negara di lingkungan Dephankam dan TNI.
Prosedur penghapusan yaitu menyusun rencana
penghapusan, membuat berita acara penghapusan, penerbitan
surat keputusan persetujuan penghapusan, membentuk
panitia pemeriksaan yang terpisah dari panitia penghapusan
dan panitia penghapusan menyusun laporan pelaksanaan
berikut berita acaranya, kemudian proses penghapusan siap
dilaksanakan. Secara financial, penghapusan lebih
menguntungkan pihak rumah sakit karena dapat menghemat
biaya operasional dan pemeliharaan alat kesehatan.
11. Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah suatu kegiatan untuk menjaga agar alat
kesehatan tetap dalam kondisi baik. Selain pemeliharaan
Depfar RS AL Dr. Mintohardjo juga melakukan perbaikan
alat dan pengkalibrasian alat. Apabila terjadi kerusakan alat
maka kerusakan harus dilaporkan ke petugas pemeliharaan
dan perbaikan alat kesehatan rumah sakit untuk diperbaiki
dan apabila memerlukan suku cadang yang baru maka harus
dilaporkan kepada Karumkit RS AL Dr. Mintohardo untuk
disetujui setelah itu melakukan proses perbaikan.
Pengkalibrasian alat dilakukan sekurang-kurangnya setahun
sekali untuk menjaga agar kondisi alat tetap baik dan siap
digunakan. Pengkalibrasian alat dilakukan oleh institusi
penguji secara berkala yang terjadwal secara periodik
berdasarkan skala prioritas dan anggaran yang tersedia.
III.C.2. Farmasi Klinik
Kegiatan farmasi klinik yang dilakukan di RS AL Dr.
Mintohardjo adalah:
III.C.2.a. Pengkajian Resep
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memastikan
ketepatan ataupun kerasionalan penggunaan obat. Yang
dimaksud dengan penggunaan obat dalam konteks ini tidak
hanya berupa resep, namun lebih ditekankan lagi pada
permintaan obat dari dokter yang mungkin ditulis dengan
format lain seperti penggunaan obat pada kartu pengobatan
(medication chart) dalam medical record.
Prosedur pengkajian adlah sebagai berikut:
1) Mengkaji resep sesuai persyaratan administrasi meliputi
a) Nama, umur, berat bada pasien
b) Nomor, nomor ijin, alamat dan paraf dokter
c) Tanggal resep
d) Ruangan / unit asal resep
2) Mengkaji resep sesuai persyaratan farmasetik meliputi
a) Bentuk dan kekuatan sediaan
b) Dosis dan jumlah obat
c) Stabilitas dan ketersediaan
d) Aturan, cara, dan teknik penggunaan
e) Lama pemberian
3) Mengkaji resep sesuai persyaratan klinis, meliputi
a) Ketepatan indikasi
b) Duplikasi pengobatan
c) Alergi, interaksi dan efek samping obat
d) Kontra indikasi
e) Efek adiktif
III.C.2.b. Pemantauan Terapi Obat
Pemantauan ini dilakukan dengan menilai kondisi
klinik pasien, menilai parameter laboratorium, menilai hasil
observasi tanda vital terkait dengan parameter efektivitas obat.
III.C.2.c. Wawancara Sejarang Penggunaan Obat
Kegiatan komunikasi dengan pasien dan atau
keluarga untuk memperoleh riwayat pengobatan yang berguna
bagi penyusunan data base pelayanan kefarmasian. Tujuan yang
inggin dicapai adalah untuk memperoleh informasi khususnya
aspek penggunaan obat yang dapat digunakan dalam
melaksanakan pelayanan kefarmasian.
III.C.2.d. Monitoring Efek Samping Obat
Apoteker mempunyai peran dalam mencegah,
deteksi, menilai, dan mengelola Efek Samping OBat (ESO).
Penekanan terletak kepada pencegrahan supaya reaksi obat
berlawanan tidak terjadi ataupun pencegahan agar tidak
terulang lagi.
III.C.2.e. Seleksi produk obat
Tujuan yang ingin dicapai adalah optimalisasi
kualitas pelayanan pasien dan outcome klinik, promosi
penggunaan obat secara kualitas, memastikan bahwa seleksi
obat mengikuti guideline local, formularium, ketersediaan dan
keterbatasan obat.
III.C.2.f. Pelayanan Informasi Obat
Pemberian informasi obat kepada pasien maupun
profesi kesehatan lain menjadi tanggung jawab fundamental
seorang Apoteker. Pemberian informasi dapat dimulai dari
inisiatif Apoteker atau dalam rangka menjawab pertanyaan
seputar obat yang diajukan oleh pasien maupun profesi
kesehatan lain. Tujuan pelayanan informasi obat adalah
memberikan informasi yang siap pakai bagi pelayanan
kesehatan kepada pelaksana pelayanan kesehatan maupun
pasien.
III.C.2.g. Panitia Farmasi dan Terapi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor: 085/MENKES/PER/1989 tentang kewajiban
menuliskan resep dan atau menggunakan obat generic di
fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah serta berdasarkan
JUKLAK DIRJEN YANMED No. 0428 tahun 1989 dan
JUKNIS DIRJEN YANMED No. 1467 tahun 1989 tentang
Pembentukan Panitia Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit maka
dibentuklah Panitia Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit. Tujuan
umum dibentuknya Panitian Farmasi dan Terapi ini adalah
untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit dalam
bidang obat-obatan atau farmasi. Sedangkan tujuan khususnya
adalah memantau atau menjamin kelancaran pelayanan obat-
obatan Rumah Sakit yang efektif dan efisien. Tugas PFT RS
AL Dr. Mintohardjo adalah:
1) Membuat daftar obat standar yang diperlukan di ruangan
atau karyawan dan mengevaluasinya.
2) Merevisi daftar obat-obatan setiap tahun.
3) Turut memantau pengadaan dan keperluan obat-obatan
Rumah Sakit.
Di akhir tahun 2000, Panitia Farmasi dan Terapi RS AL Dr.
Mintohardjo telah berhasil menyusun formularium RS AL Dr.
Mintohardjo untuk tahun 2001 yang disusun berdasarkan data
penggunaan obat-obatan serta usulan dari departemen-
departemen di lingkungan RS AL Dr. Mintohardjo, kemudian
direvisi menjadi formularium tahun 2005. Tahun 2007 PFT
merevisi formularium tahun 2005. Dan tahun 2008 PFT
merevisi formularium 2007, jadi formularium direvisi satu kali
dalam setahun atau sekurang-kurangnya direvisi dua tahun
sekali. Dan sekarang formularium 2011 yang digunakan di RS
AL Dr. Mintohardjo.
III.D. Unit Pengolahan Limbah
Berdasarkan pengolahan limbah klinis dibagi menjadi lima golongan
yaitu:
a. Golongan A
1) Dressing bedah, swab, dan semua limbah yang terkontaminasi
dari daerah ini.
2) Bahan-bahan linen kasus penyakit infeksi
3) Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak),
bangkai atau jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal yang
berkaitan dengan swab dan dressing.
b. Golongan B
Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas benda-benda tajam
lainnya.
c. Golongan C
Limbah dari ruangan laboratorium dan post martum kecuali yang
termasuk dalam golongan A.
d. Golongan D
Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu
e. Golongan E
Pelapis bel-pan disposable, incontinence-pad dan tabung gas
III.D.1 Penanganan limbah di RS AL Dr. Mintohardjo
III.D.1.1 Penanganan Limbah Padat
Penanganan limbah pada dilakukan dengan cara
pembakaran di dalam incinerator yaitu suatu proses dimana limbah
padat medis dibakar dengan oksigen dari udara dan diubah menjadi
gas hasil pembakaran serta residu berupa abu, tujuan pengolahan
limbah padat medis yaitu menghilangkan sifat infeksius dan
pathogen dari limbah serta meminimisasinya sehingga dapat
dibuang ke tempat penimbunan atau landfill dengan mudah dan
aman.
III.D.1.2 Penanganan Limbah Cair
Sedangkan untuk limbah cair diolah dalam bak
penampunagn sehingg ahasil akhir dari proses pengolahan limbah
tersebut aman terhadap lingkungan. Berdasarkan proses
pengolahannya, sistem IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
dibagi menjadi dalam beberapa tahap.:
1) Pretreatment Limbah Cair
Pengolahan tahap awal yang dilakukan sebelum limbah cair
masuk ke dalam proses pengolahan utama.
2) Aero-Reactor
Pengolahan tahap awal yang dilakukan sebelum limbah cair
masuk ke dalam proses pengolahan utama.
3) Biomedia Filtration Technology
Mikroba pendegradasi limbah ditumbuhkembangkan untuk
optimalisasi aktivitasnya dalam limbah cair.
4) Sedimentasi
Mengendapkan bakteri-bakteri pendegradasi limbah.
5) Klorinasi
Limbah cair yang sudah melalui proses pengolahan dan sudah
layak dibuang ke lingkungan / badan air akan melalui proses
desinfektan dengan menggunakan klorin untuk membunuh
bakteri-bakteri yang tersisa.
6) Organic Reducing Apparatus
Limbah cair yang sudah melalui proses pengolahan dan telah
disterilkan oleh sistem klorinasi, perlu di klorinasi lagi dengan
sistem ultra violet, sehingga bilamana klorin tablet / parasit
habis pemakaian. Air limbah akan tetap disterilkan dengan
organic reducing apparatus. Jaringan pengumpul yang
berfungsi untuk mengalirkan.
DIAGRAM PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
INFLUENT
Septic Tank Pretreatmant Kicth Pretreatment Laundry Heavy Metal
Penyaringan (Bar Screen dan Fine Screen)
Ekualisasi
Unit Instalasi Pengolah Limbah Cair
Organic Reducing Apparatus
Aero-Reactor
Sedimentasi
Klorinasi
Biomedia Filtration Technology
III.D.2. Unit Sterilisasi
Unit sterilisasi di RS AL Dr. Mintohardjo berada di bawah OK
(Kamar bedah), dengan jumlah personalia sebanyak 20 orang yang
terdiri dari 14 orang perawat dan 6 orang pelayan. Unit sterilisasi ini
mempunyai tugas melaksanakan kegiatan sterilisasi alat-alat medic dan
alat-alat lainnya, seperti alat kesehatan. Proses sterilisasi ini dilakukan
oleh perawat. Proses sterilisasi yang dilakukan antara lain:
a. Sterilisasi kering/oven. Pada suhu 150oC selama 2 jam
untuk bahan kain kasa, linen, gunting, instrument logam,
dll. Sedangkan pada suhu 100oC selama 1 jam, untuk
bahan kaca, plastic, karet, perlak, dlll.
b. Sterilisasi basah/otoklaf. Sterilisasi autoklaf dilakukan
selama 30 menit pada tekanan 1,7 bar, untuk bahan linen,
Sterilisasi basah dilakukan 2 kali, untuk alat bekas operasi
kotor direndam dengan mikrosid selama 5 menit kemudian
disterilkan menggunakan autoklaf.
c. Penyimpanan dengn blue lamp. Penyimpanan ini dilakukan
sebelum dan sesudah operasi untuk ruangan dengan
menggunakan UV 8 x 10 W.
d. Sterilisasi uap air mengalir
e. Sterilisasi gas.