Upload
ikaori-sagaara-
View
533
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang 2500 gram tanpa
memandang masa kehamilan. (Atika P & Cahyo I dalam BBLR ,2010 hal: 1)
BBLR adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa
memperhatikan umur kehamilan. (Kapita Selekta Kedokteran,2001 hal: 362)
BBLR adalah kelahiran bayi dengan berat badan <2500 gram pada kurun waktu
satu tahun. (Kemenkes,2002)
B. Etiologi
Menurut Buku Ajar Neonatus, Bayi & Balita hal: 169 (2011) penyebab BBLR
antara lain :
1. Faktor Ibu
a. Penyakit
Mengalami komplikasi kehamilan seperti : perdarahan antepartum,
anemia berat, hipertensi, preeklampia berat, eklampsia, infeksi selama
kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal). Menderita penyakit
seperti malaria, infeksi menular seksual, HIV/AIDS, dan malaria.
b. Usia Ibu
Angka kejadian BBLR tertinggi adalah usia < 20 tahun atau lebih dari 35
tahun, kehamilan ganda (multi gravida)
c. Keadaan Sosial Ekonomi
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian
tertinggi terdapat pada gologan social ekonomi rendah.
6
7
Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan
antenatal yang kurang.Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi
yang lahir dari perkawinan yang tidak sah, ternyata lebih tinggi bila di
bandingkan dengan bayi yang lahir perkawinan yang sah.
d. Sebab lain : ibu perokok, ibu peminum alcohol dan pecandu obat
narkotik
2. Faktor Janin/fetal
Hidramion, kehamilan ganda (Gemeli) dan kelainan kromosom, radiasi
infeksi janin kronik
3. Faktor Lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasidan zat – zat racun.
C. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit yang diawali dengan keadaan premature yang dapat
menyebabkan bayi mengalami Berat Badan Lahir Rendah adalah pada saat janin
dalam kandungan dihubungkan dengan kondisi medis yaitu ketidakmampuan
uterus untuk mempertahankan janin yang di sebabkan oleh rangsangan berlebih
dari hormone estrogen dan progesteron dan merangsang pecahnya ketuban dini
sebelum usia gestasi yang cukup sehingga menimbulkan kontraksi uterus untuk
melahirkan sebelum waktunya. Rangsangan berlebih dari hormone estrogen dan
progesterone dapat terjadi dengan adanya salah satu atau lebih dari factor
pencetus seperti fetus ganda (kembar), adanya penyakit yang di derita ibu pada
saat kehamilan, kurangnya asupan nutrisi, usia ibu, aktifitas ibu yang berlebihan
pada saat kehamilan, kelainan kromosom, hidramnion, ibu yang
merokok/minum alcohol serta beberapa faktor lingkungan.
Sehingga semakin awal bayi lahir (preterm), semakin belum sempurna
perekembangan organ – organ di dalam tubuhnya maka semakin rendah berat
badan bayi saat lahir.
Dari berat badan lahir rendah yang disebbakan karena premature itulah akan
menyebabkan beberapa gangguan dalam tubuh yang dikarenakan imaturitas
organ tubuh. Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan
menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi
dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan relatif luas oleh
8
karena itu bayi yang premature harus di rawat dalam inkubator agar terhindar
dari masalah hipotermi
(http://www.scribd.com/andik_sunaryanto_case_bblr_prematur/index.html)
D. Manifestasi Klinis
Secara umum gambaran klinis dari bayi BBLR adalah sebagai berikut:
1. Berat badan kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak.
8. Lemak pada bawah kulit berkurang.
9. Otot hipotonik lemah
10. Pernafasan tak teratur dan dapat terjadi apneu
11. Ekstremitas : paha abduksi, sendi/lutut kaki refleksi- lurus
12. Kepala tidak mampu tegak
13. Pernafasan 40 – 50 kali/menit
14. Nadi 100 – 140 kali/menit
BBLR menunjukkan belum sempurnanya fungsi organ tubuh dengan keadaan
lemah , yaitu sebagai berikut:
1. Tanda – tanda bayi Kurang Bulan (KB):
a. Kulit tipis dan mengkilap
b. Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan
sempurna
c. Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan terutama pada
punggung
d. Jaringan payudara belum terlihat, putting masih berupa titik
e. Pada bayi perempuan, labia mayora belum menutupi labia minora
f. Pada bayi laki – laki skrotum belum banyak lipatan, testing kadang
belum turun
g. Rajah telapak tangan kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk
9
h. Kadang disertai dengan pernafasan tidak teratur
i. Aktifitas dan tangisnya lemah
j. Refleks menghisap dan menelan tidak efektif atau lemah.
2. Tanda – tanda bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK)
a. Umur bayi dapat cukup,kurang atau lebih bulan, tetapi beratnya kurang
dari 2500 gram
b. Gerakannya cukup aktif, tangis cukup kuat
c. Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis
d. Bila kurang bulan, jaringan payudara kecil, putting kecil. Bila cukup
bulan, payudara putting sesuai masa kehamilan
e. Bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menuutupi labia minora
f. Bayi laki – laki mungkin testis sudah turun
g. Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian
h. Menghisap cukup kuat
E. Komplikasi
Masalah yang sering dijumpai pada BBLR kurang bulan antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Ketidakstabilan suhu
2. Kesulitan pernafasan
3. Kelainan gastrointestinal dan nutrisi
4. Imaturitas hati
5. Imaturitas ginjal
6. Imaturitas imunologis
7. Kelainan neurologis
8. Kelainan kardiovaskuler
9. Kelainan hematologis
F. Klasifikasi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR, yaitu:
1. Menurut harapan hidupnya :
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500 – 2500 gram
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 1000 – 1500 gram
10
c. Bayi berat lahir ekstrim (BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram
2. Menurut masa gestasinya:
a. Prematuritas murni: masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa
disebut neonates kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB –
SMK)
b. Dismaturitas: bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilan (KMK)
G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pada BBLR adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine serta
menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan
ultrasonografi pada bayi indikasi BBLR yang masih berada dalam
kandungan.
2. Memeriksa kadar gula darah (true glucose) dengan dextrostix atau dengan
pemeriksaan laboratorium kalau hipoglikemia perlu diatasi dengan
pemberian terapi IVFD Dextrose.
3. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
4. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK
(sesuai masa kehamilan)
5. Melakukan tracheal – washing pada bayi yang diduga akan menderita
aspirasi meconium
6. Sebaiknya setiap jam dihitung frekuensi pernafasan dan bila frekuensi lebih
dari 60x/menit di buat foto thoraks.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa pemeriksaan penunjang di lakukan untuk BBLR sebagai berikut :
1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000 –
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis)
11
2. Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65% atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukan anemia atau
hemoragic prenatal/perinatal).
3. Hemoglobin (Hb) : 15 – 20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan).
4. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1 – 2 hari dan
12 mg/dl pada 3 – 5 hari.
5. Destrosix : pemeriksaan glukosa pertama selama 4 – 6 jam pertama setelah
kelahiran rata – rata 40 – 50 mg/dl meningkat 60 – 70 mg/dl pada hari
ketiga.
6. Pemantauan elektrolit (Na, K,Cl) : biasanya dalam batas normal pada
awalnya.
7. Pemeriksaan analisa gas darah.
I. Konsep tumbuh kembang pada usia neonatus (Bayi 0 – 1 bulan)
Pertumbuhan adalah suatu peningkatan jumlah dan ukuran, sedangkan
Perkembangan adalah menitik beratkan pada perubahan yang terjadi secara
bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan
kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran. (Whaley dan Wong,2000)
Pertumbuhan dan perkembangan selama usia sebelum satu bulan, antara lain :
1. Pertumbuhan
Penambahan berat badan 150 gram setiap minggu selama enam bulan bulan
pertama. Penambahan tinggi badan 2,5 cm setiap bulan selama enam bulan
pertama. Peningkatan lingkar kepala sebesar 1,5 cm setiap bulan selama enam
bulan pertama. Ada refleks primitive dan kuat refleks mata boneka dan
refleks dansa menghilang. Pernafasan hidung harus terjadi (pada kebanyakan
bayi normal).
2. Perkembangan
a. Motorik kasar
Memilih posisi fleksi dengan perlvis tinggi tetapi lutut tidak di bawah
abdomen bila telungkup (pada saat lahir, lutut fleksi di bawah abdomen).
Dapat memutar kepala dari satu sisi ke sisi lain bila telungkup ;
mengangkat kepala sebentar dari tempat tidur. Mengalami head lag yang
12
nyata khususnya bila menarik kepala dari posisi berbaring ke posisi
duduk. Menahan kepala sebentar secara parallel dan dalam garis tengah
dan tertahan dalam posisi telungkup. Menunjukkan posisi refleks leher
tonik asimetris bila telentang. Bila menahan dalam posisi berdiri, tubuh
lemas pada lutut dan panggul. Pada posisi duduk, punggung memutar
bersamaan, tidak ada control kepala
b. Motorik halus
Motorik halusnya adalah tangan tertutup secara umum. Refleks
menggenggam kuat. Tangan mengatup pada kontak dengan mainan.
c. Respon sensori
Respon bayi pada usia Infan adalah mampu memfiksasi objek bergerak
kedalam rentang 45 derajat bila di gendong pada jarak 20 cm sampai 25
cm, ketajaman penglihatan mendekati 20 / 100, mengikuti sinar sampai
garis tengah, diam mendengar suara.
d. Respon Vokalisasi
Respon vokalisasi bayi pada usia infan adalah menangis untuk
mengekspresikan ketidaksenangan, membuat bunyi kecil dengan suara
tenggorok, membuat bunyi tenang selama makan
e. Respon Sosialisasi/Kognitif
Respon sosialisasi atau kognitif pada bayi usia infan adalah ada dalam
fase sensorimotorik – tahap I, penggunaan refleks – refleks (lahir sampai
1 bulan), dan tahap II, reaksi sirkular utama (1 samapai 4 bulan),
memandang wajah orang tua secara terun menerus saat mereka bicara
pada bayi. (Wong L. Donna,2004 ; hal 182)
J. Konsep Hospitalisasi Pada Anak Usia Neonatus (2 hari)
Konsep hospitalisasi pada usia neonates (0-1 bulan) yaitu adanya dampak dari
perpisahan anak dengan orangtua sehingga ada gangguan pembentukkan rasa
percaya dan kasih sayang. Pada anak usia ini terjadi stranger anxiety atau cemas
apabila berhadapan dengan orangtua yang tidak dikenalnya dan cemas karena
perpisahan. Reaksi yang sering muncul pada anak usia ini adalah menangis keras
dan banyak melakukan gerakan sebagai sikap stranger anxiety. Bila ditinggalkan
ibunya ,bayi akan merasakan cemas karena perpisahan dan perilaku yang
13
ditujukan adalah menangis keras. Respons terhadap nyeri atau adanya perlukaan
biasanya menangis keras, pergerakan tubuh yang banyak dan ekspresi wajah
yang tidak menyenangkan. (Supartini Yupi,Buku Ajar Konsep Dasar
Keperawatan Anak,2004, hal:189)
K. Pengkajian pada Neonatus
1. Aktifitas/istirahat
Bayi sadar mungkin 2 – 3 jam beberapa hari pertama tidur sehari rata – rata
20 jam.
2. Pernafasan
Takipneu sementara dapat dilihat, khusuanya setelah kelahiran caesarea atau
persentasi bokong.
3. Makanan/cairan
Berat badan rata – rata 2500 – 4000 gram: kurang dari 2500 gram
menunjukkan kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan.
Bayi dengan dehidrasi harus diberikan infus. Beri minum dengan tetes
ASI/sonde karena refleks menelan BBLR belum sempurna, kebutuhan cairan
untuk bayi baru lahir 120 – 150ml/kg BB/hari.
4. Berat badan
Kurang dari 2500 gram.
5. Suhu
Suhu pada bayi dengan BBLR biasanya dibawah 36,5°C
6. Integumen
Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan
kering.
L. Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan imaturitas pusat
pernafasan/neuromuskular.
2. Resiko hipotermi berhubungan dengan penurunan lemak subkutan di dalam
tubuh
3. Resiko infeksi berhubungan dengan defisiensi pertahanan tubuh (imunologi)
14
4. Resiko kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna)
5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tipisnya jaringan
kulit, imobilisasi.
M. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas pusat
pernafasan/neuromuskular.
Tujuan : Pola nafas kembali efektif
Kriteria Hasil : Tanda – tanda vitasl dalam batas normal (Nadi 110-
160 x/menit, RR: 30 – 40 x/menit, Suhu axila 36,5 –
37,5°C), sesak berkurang, suplai oksigen ke jaringan
terpenuhi, Rr dalam batas normal, tidak ada retraksi
dada dan tidak ada pernafasan cuping hidung.
Rencana tindakan :
Mandiri
a. Observasi tanda – tanda vital
b. Observasi adanya sianosis
c. Kaji keadaan kondisi klien (adanya deviasi, tanda – tanda distress
pernafasan)
d. Observasi pola,frekuensi dan bunyi nafas
e. Cegah posisi leher yang hiperektensi
f. Gunakan teknik suction yang tepat
g. Observasi respon bayi terhadap pemberian O2
h. Gunakan asisiten saat melakukan suction
i. Cegah posisi tredenbelg
j. Berikan posisi side lying
k. Observasi distress respirasi, misalnya: retraksi, takipnu, apneu, sianosis,
Sa O2 rendah.
l. Jaga suhu lingkungan tetap netral
m. Monitor Po2 serta Sa O2.
Kolaborasi
a. Berikan terapi oksigen sesuai program dokter
15
b. Pemeriksaaan darah/ hematologi
2. Resiko hipotermi berhubungan dengan imaturitas pengaturan suhu
dan keterbatasan lemak subkutan.
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal (suhu axila >36°C)
Kriteria hasil : Ekstremitas hangat, kulit hangat, tidak terjadi
sianosis, kulit hangat, suhu tubuh dalam batas normal
(suhu axila 36,5 – 37,5)
Rencana tindakan :
Mandiri
a. Letakkan bayi di inkubator atau memakaikan pakaian yang cukup hangat
serta penutup kepala
b. Observasi tanda – tanda vital
c. Awasi temperature dalam incubator sesuai kebutuhan.
d. Hindari bayi dari pengaruh yang dapat menurunkan suhu tubuh
e. Observasi adanya sianosis
f. Observasi suhu aksila secara teratur
g. Monitor adanya tanda – tanda hipertermi, misalnya : warna kemerahan
dan keringat dingin
h. Ganti pakaian setiap basah
Kolaborasi :
i. Monitor glukosa serum
3. Resiko infeksi berhubungan dengan imaturitas kekebakan tubuh
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil : Suhu dalam batas normal (36,5 – 37,5), Tidak ada tanda-
tanda infeksi, Leukosit 5000 – 10.000 ul
Rencana tindakan:
Mandiri
a. Meyakinkan semua petugas kesehatan mencuci tangan sebelum
melakukan intervensi, memakai masker serta gaun
b. Kaji tanda – tanda infeksi
c. Meyakinkan semua alat yang akan di gunakan dalam keadaan bersih
16
d. Menganjurkan ibu untuk memakai gaun sebelum masuk ruangan bayi
e. Mengajarka ibu untuk mengelap payudara dengan air sebelum meneteki
bayi
f. Mengajarkan keluarga untuk menjaga kebersihan diri saat masuk
ruangan.
g. Membatasi waktu kunjungan
Kolaborasi
a. Berikan antibiotic sesuai program
b. Pemeriksaan hematologi (leukosit)
4. Resiko kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna)
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil : Reflek hisap dan menelan baik, tidak muntah, tidak
kembung, berat badan naik 10 – 30 gram/hari, tugor
kulit elastic
Rencana tindakan (intervensi) :
Mandiri
a. Timbang berat badan bayi setiap hari
b. Observasi ,lingkar lengan,lingkar dada, lingkar perut,panjang badan bayi
setiap hari
c. Observasi pemberian PASI
d. Monitor tanda intoleransi TPN, terutama protein dan glukosa
e. Kaji kesiapan untuk menghisap putting susu ibu, serta kemampuan untuk
bernafas saat itu
f. Observasi refleks hisap dan menelan
g. Pasang NGT bila refleks hisap dan menelan tidaka ada
h. Menambar dengan PASI bila asupan ASI masih kurang
i. Kaji kesiapan untuk pemberian nutrisi enteral
Kolaborasi
a. Observasi pemberian cairan melalui IVFD
17
5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tipisnya
jaringan kulit, imobilisasi
Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak terjadi
Kriteria Hasil : Suhu tuubuh dalam batas normal, tidak ada lecet atau
kemerahan pada kulit.
Rencana tindakan (intervensi) :
Mandiri
a. Segera ganti popok atau pakaian bayi bila basah
b. Berikan pakaian yang lembut dan menyerap keringat
c. Menjaga kebersihan bayi
d. Monitor tanda-tanda lecet atau kemerahan pada saat memandikan atau
mengganti popok bayi
N. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan
yang terdapat inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik ( Nursalam,2000 ). Tahap pelaksanaan di mulai setelah rencana tindakan
di susun dan di tujukan oleh klien.
Dalam pelaksanaan terdiri dari 3 tahap tindakan keperawatan yaitu :
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap awal tindakan keperawatan yang
menuntut perawat untuk mempersiapkan segala sesuatu dalam tindakan.
Antisipasi tindakan keperawatan, di susun unutk mempertahankan dan
memulihkan kesehatan pasien, menganalisa pengetahuan dan ketrampilan
yang di perlukan untuk menangani masalah pasien, mengetahui komplikasi
yang mungkin timbul jika penyakit tidak di tangani dengan segera,
mempersiapkan lingkungan yang kondusif untuk mendukung kesembuhan
pasien, mempersiapkan lingkungan yang kondusif untuk mendukung
kesembuhan pasien, mempersiapkan peralatan yang di perlukan untuk
melakukan tindakan keperawatan.
18
2. Tahap intervensi
Tahap intervensi adalah kegiatan pelaksanaan tindakan perencanaan untuk
memenuhi kebutuhan fisik klien dan emosional.
3. Tahap dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus di ikuti oleh pencatatan lengkap
dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
Jenis – jenis pelaksanaan keperawatan :
1. Secara mandiri (independent) : adalah tindakan yang diprakarsai
sendiri oleh perawat untuk membantu klien dalam mengatasi masalahnya
atau menggapai reaksi karena adanya stressor (penyakit), misalnya :
a. Membantu klien dalam kegiatan sehari – hari
b. Memberi perawatan kulit untuk mencegah decubitus
c. Memberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
secara wajar
d. Menciptakan lingkungan terapeutik
2. Saling ketergantungan (interdependent / kolaborasi) : adalah tindakan
keperawatan atas dasar kerja sama sesame tim perawat atau tim kesehatan
lainnya seperti dokter, fisioterapi, analisa kesehatan dan sebagainya,
misalnya dalam hal :
a. Pemberian obat – obatan sesuai dengan instruksi dokter
b. Pemberian infus
3. Rujukan / ketergantungan (dependent) : adalah tindakan keperawatan atas
dasar rujukan dari profesi lain, diantaranya dokter, psikolog, psikiater, ahli
gizi, fisioterapi, dan sebagainya, misalnya :
a. Pemberian makan pada klien sesuai dengan diit yang telah di buat oleh
ahli gizi
b. Latihan fisik : ahli terapi
O. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan
klien dengan tujuan yang ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan
19
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dapat diperoleh
dengan cara wawancara, pengamatan langsung dan studi dokumentasi, sehingga
didapatkan data baru ditafsirkan, kemudian dibandingkan dengan standar yang
berlaku.
Proses evaluasi ada dua yaitu
1. Formatif (proses)
Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan secara terus – terus menerus
selama melakukan tindakan keperawatan perdiagnosa keperawatan.
2. Sumatif (akhir)
Evaluasi akhir adalah dimana evaluasi dilakukan dengan waktu yang telah
ditetapkan dalam tujuan untuk dapat menilai bahwa tujuan itu tercapai.
Sebagian tercapai atau belum tercapai dan dapat dibuktikan dari perilaku
klien.
a. Tujuan tercapai
Bila masalah teratasi yang ditandai dengan jika klien menunjukkan
perilaku pada waktu atau tanggal yang telah di tentukan, sesuai dengan
pernyataan tujuan.
b. Tujuan tercapai sebagian
Bila masalah teratasi sebagian yang ditandai dengan klien telah mampu
menunjukkan perilaku tetapi tidak seluruhnya sesuai dengan pernyataan
tujuan yang telah ditentukan.
c. Tujuan belum tercapai
Bila masalah belum teratasi yang ditandai dengan klien tidak mampu
atau tidak sama sekali menunjukkan perilaku yang diharapkan atau tidak
sesuai dengan tujuan yang telah ditemukan.